Soft Launching Forum Wakaf Produltif Dan Inisiasi Pencanangan Hari Wakaf Produktif
Ascarya Deputi Direktur – BANK INDONESIA Jakarta, 7 Desember, 2016
AGENDA
Pendahuluan Keuangan Komersial dan Sosial dalam Perspektif Islam Penerapan Keuangan Komersial dan Sosial Islam di LKS Baitul Maal wat Tamwil (BMT) Integrasi Keuangan Komersial - Sosial Islam di BMT Keuntungan BMT dalam Mengelola Wakaf Uang Integrasi Keuangan Komersial - Sosial Islam di Bank Syariah Kesimpulan dan Rekomendasi
2
Pendahuluan Di bawah sistem ekonomi sekuler saat ini, keuangan konvensional utama keuangan komersial yang tidak memasukkan keuangan sosial. Tujuan memaksimalkan keuntungan di keuangan komersial umumnya bertentangan dengan tujuan triple bottom-line (jangkauan, sustainabilitas dan dampak kesejahteraan) di keuangan sosial. Sementara itu, keuangan komersial konvensional secara inheren tidak stabil (Summer, 2002), sementara triple bottom-line di keuangan sosial konvensional tidak mungkin dicapai (Zeller dan Meyer, 2002) karena adanya pergeseran misi (Armendariz, et al., 2013) dan komersialisasi (Hamada 2010), sehingga integrasi antara keuangan komersial dan keuangan sosial konvensional untuk mencapai kesejahteraan masyarakat sangat tidak mungkin.
3
Pendahuluan Dalam sistem ekonomi Islam, keuangan Islam tidak hanya tentang keuangan komersial, tetapi juga mencakup keuangan sosial dengan tujuan yang sama untuk mencapai falah (kesejahteraan dan kemakmuran di dunia dan akhirat). Sementara itu, keuangan komersial Islam secara inheren stabil (Aziz, 2010), sedangkan keuangan sosial Islam secara bersamaan dapat mencapai triple bottom-line (Ascarya, et al., 2015). Selain itu, pilar ekonomi dan keuangan Islam mencakup keuangan komersial Islam (seperti kemitraan, kegiatan sector riil, tata kelola dan etika) dan keuangan sosial Islam (seperti zakat dan wakaf). Oleh karena itu, di negara yang mengadopsi sistem keuangan ganda, stabilitas sistem keuangan dapat ditingkatkan dengan mengintegrasikan keuangan komersial dan keuangan sosial Islam.
4
Keuangan Komersial dan Sosial dlm. Islam Perkembangan ekonomi dan keuangan Islam tidak hanya mencakup aspek komersial, tetapi juga mencakup aspek sosial (seperti zakat, infaq, wakaf dan keuangan mikro), di mana kedua aspek tersebut tidak terpisahkan dan/atau tidak ada dikotomi. Nabi Muhammad Rasulullah shallallahu Alaihi Wassalam dan para sahabatnya telah mengajarkan bahwa kegiatan komersial dan sosial sehari-hari kita tidak pernah terpisah atau didikotomikan. Contoh-1: "Sumur Ruma", di mana Utsman bin Affan (RA) membeli sebidang tanah termasuk sumur dengan air (terasa seperti Zamzam) yang tidak pernah kering sepanjang tahun di Madinah dekat Masjid Nabawi seharga dua juta Dirham (satu Dirham = Rp65 ribu) dari pemilik sebelumnya, seorang Yahudi bernama Ruma. Setelah itu, ia menggratiskan orang yang mengambil air dari sumur sebanyak yang dia suka, karena Utsman bin Affan membayangkan shadaqah jariyah besar di masa mendatang, sampai hari ini. Contoh-2: Ketika orang di Madinah mengalami kekeringan di masa Kekhalifahan Abu Bakar (RA). Utsman bin Affan (RA) baru saja kembali dari As-Sham (Syria, Palestina dan Yordania) dengan seribu unta penuh dengan gandum dan makanan. Meskipun banyak pedagang menawarkan Utsman bin Affan (RA) hingga sepuluh kali lipat, ia memilih untuk memberikan semua barang dagangan sebagai shadaqah untuk orang miskin Madinah, karena ia tahu bahwa Allah menjanjikan untuk melipatgandakan shadaqah hingga 700 kali. 5
LKS yang Menerapkan Keuangan Komersial dan Sosial Islam Social Islami Bank Limited (SIBL) Three-Sector Banking Model
Voluntary Banking
Non-Formal Banking
Corporate Banking
Waqf Model Islamic Grameen Model
Islamic Grameen Model Individual Model
Regular Model
Voluntary Banking
Cash Waqf Family Empowerment HR Development Health & Sanitation Social Utility Services Others (32)
Mosque Waqf Consultant Technical Support
Non-Formal Banking
Corporate Banking
Micro Investment Model Micro Enterprise Model MSME Joint Model Dev. & Rehab. Model
ILO/UNICEF Model 6
LKS yang Menerapkan Keuangan Komersial dan Sosial Islam Social Islami Bank Limited Salah satu contoh integrasi keuangan komersial dan sosial Islam yang diterapkan di LKS adalah model perbankan tiga sektor, yakni perbankan sukarela, perbankan non-formal, dan perbankan korporasi. Perbankan sukarela menggunakan model wakaf dan model Grameen Syariah yang didukung oleh dana wakaf. Perbankan non-formal, menggunakan model Grameen Syariah dan model individu untuk usaha mikro. Sementara perbankan korporasi menyediakan produk dan layanan perbankan biasa. Model perbankan tiga sektor ini diterapkan oleh Sosial Islami Bank Limited (SIBL) dari Bangladesh yang didirikan pada tahun 1995. SIBL mengembangkan model dimana, terjadi subsidi silang dan pembiayaan berbiaya rendah untuk usaha mikro.
7
Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Baitul Maal
Baitul Maal mengumpulkan zakat, infaq, shadaqah, dan dana wakaf dari muzakki (zakat), munfiq (infaq / shadaqah) dan wakif (wakaf). Dana ini kemudian didistribusikan kepada penerima masing-masing. Zakat hanya dapat didistribusikan ke 8 kelompok (asnaf), termasuk orang yang berhutang (gharimin), untuk bebaskan budak (fir-riqaab), fakir (fuqara), miskin (masakin), orang yang baru masuk Islam (muallaf), orang dalam perjalanan (ibn as-sabil), di jalan Allah (fi sabilillah), dan pengelola zakat ('amil). Zakat dapat digunakan untuk program pemulihan, pemberdayaan dan pengembangan. Sementara itu, dana non-zakat harus dikelola dan dimanfaatkan seperti yang dimaksudkan menurut Syariah untuk ummat secara umum. 8
Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Baitut Tamwil
Baitut Tamwil mengumpulkan dana dari para anggotanya. modal awal berasal dari anggotanya, seperti koperasi. Sementara itu, simpanan dan deposito dari anggota dan calon-anggota. Ketika pendanaan kurang, BT dapat mencari dari sumber eksternal, seperti lembaga Apex, bank syariah atau sumber-sumber lain. Selanjutnya, BT dapat menyalurkan pembiayaan kepada nasabah anggotanya terutama untuk tujuan produktif menggunakan berbagai akad Syariah berbasis utang dan berbasis ekuitas. BT juga menyediakan pembiayaan non-komersial (Qardh) untuk darurat atau mereka yang membutuhkan. Selain itu, BT juga menawarkan berbagai layanan keuangan mikro Syariah, seperti takaful mikro, transfer, pembayaran tagihan, ATM, mobile dan internet banking. 9
Baitul Maal wat Tamwil (BMT)
BMT juga merupakan agen Inklusi Keuangan Holistik, yaitu integrasi dari inklusi sosial yang dilakukan oleh divisi Baitul Maal dan inklusi keuangan yang dilakukan oleh divisi Baitut Tamwil dalam lingkup tujuan Syariah. 10
Integrasi Keuangan Komersial - Sosial Islam di BMT BMT sebagai Nazhir dan LKS-PWU
BMT sebagai Nazhir wakaf uang dan LKS-PWU mengumpulkan wakaf uang dari Wakif. Dana yang terkumpul disimpan di Baitut Tamwil BMT. BMT dapat memanfaatkan X% dari wakaf uang untuk disalurkan ke pembiayaan kepada UMK anggotanya. Sisanya (100-X)%, jika ada, dapat diinvestasikan di sektor riil atau sektor keuangan. 11
Integrasi Keuangan Komersial - Sosial Islam di BMT BMT Bina Ihsanul Fikri (BIF)
BMT BIF didirikan tahun 1996 di Yogyakarta, didedikasikan untuk membebaskan masyarakat dari "kebodohan" dan dari rentenir. BIF memiliki total aset Rp69 miliar (tahun 2015) dan Rp76 miliar (September 2016), 12 kantor cabang dan 32.632 anggota. BM dari BIF sebagai Nazhir mengumpulkan wakaf uang dari Wakif. Dana yang terkumpul disimpan di BT dari BIF, yang digunakan untuk pembiayaan mikro (max Rp2,5 M) untuk UM binaan BM yang telah lulus dari pembiayaan Qardh (78 anggota). 12
Integrasi Keuangan Komersial - Sosial Islam di BMT BMT Bina Ihsanul Fikri (BIF) ASSETS Cash Bank Deposits Receivables (Murabahah, Qardh, etc.) Financing (Mudharabah, Musharakah, etc.) Fixed Assets
LIABILITIES Wadiah Deposits Investment Deposits Bank Financing Waqf Equity Capital
Total wakaf uang yang terkumpul Rp19 juta (tahun 2014), Rp94 juta (tahun 2015) dan Rp155 juta (Sep 2016). Ada juga Rp287.5 juta wakaf melalui uang untuk membangun Rumah Yatim. Wakaf uang ditempatkan sebagai Ekuitas Wakaf yang bermanfaat untuk memperkuat struktur modal BMT dan mengurangi ketergantungan pinjaman dari Bank Syariah. Hasil tahunan digunakan untuk membantu menutupi biaya operasional Rumah Yatim. Baitul Maal BIF juga memiliki dan mengelola Pesantren Wirausaha Al-Maun, di mana santri (mahasiswa) adalah mahasiswa miskin yang bersemangat ingin mengubah nasib mereka. 13
Integrasi Keuangan Komersial - Sosial Islam di BMT BMT ItQan
BMT Itqan didirikan tahun 2007 di Bandung, dimaksudkan untuk menerapkan nilai-nilai Islam di bidang ekonomi, sosial, pendidikan dan kesehatan. Itqan memiliki total aset Rp35 miliar (Sept. 2016), 8 kantor cabang dan 12.000 anggota, menerapkan model Grameen Syariah. BM dari ITQAN sebagai Nazhir mengumpulkan wakaf uang dari Wakif. Dana yang terkumpul disimpan di BT dari ITQAN, yang digunakan untuk pembiayaan mikro (rata2 Rp2 M, maksimum Rp10 M) ke UM anggotanya dengan model tanggung renteng. 14
Integrasi Keuangan Komersial - Sosial Islam di BMT BMT ItQan ASSETS Cash Bank Deposits Receivables (Murabahah, Qardh, etc.) Financing (Mudharabah, Musharakah, etc.) Fixed Assets
LIABILITIES Wadiah Deposits Investment Deposits Bank Financing Waqf Equity Capital
Total wakaf uang yang terkumpul Rp51 juta (tahun 2014), Rp110 juta (tahun 2015) dan Rp260 (Sept. 2016), dengan tag-line "Amal Abadi Pahala Lestari". Wakaf uang ditempatkan sebagai Ekuitas Wakaf yang bermanfaat untuk memperkuat struktur modal BMT dan mengurangi ketergantungan pinjaman dari Bank Syariah. Hasil bulanan digunakan untuk membiayai program-program sosial dari Baitul Maal. Baitul Maal ITQAN memiliki beberapa program sosial unggulan, termasuk penanganan bencana, pendidikan (TPA - Taman Al-Qur'an, TKA - TK Al-Qur'an, Majlis Taklim - Studi Islam, dll), Rumah Bina Yatim Dhuafa, pembangunan Masjid, Sembako murah, pelayanan kesehatan gratis, layanan ambulans gratis, dll. 15
Integrasi Keuangan Komersial - Sosial Islam di BMT BMT L-Risma
BMT L-RISMA didirikan tahun 2009 di Metro-Lampung oleh "Lingkar Remaja Islam Masjid", dimaksudkan untuk memerangi riba dan rentenir. L-RISMA memiliki total aset Rp100 miliar (September 2016), 21 kantor cabang dan 16.000 anggota. BM dari L-RISMA sebagai Nazhir mengumpulkan wakaf uang dari Wakif. Dana yang terkumpul disimpan di BT dari L-RISMA, yang digunakan untuk pembiayaan mikro dan untuk diinvestasikan di sektor riil, seperti perkebunan singkong dan karet. 16
Integrasi Keuangan Komersial - Sosial Islam di BMT BMT L-Risma ASSETS Cash Bank Deposits Receivables (Murabahah, Qardh, etc.) Financing (Mudharabah, Musharakah, etc.) Long-term Investment Fixed Assets
LIABILITIES Wadiah Deposits Investment Deposits Waqf Short-term Investment Deposits Bank Financing Waqf Equity Capital
Total wakaf uang yang terkumpul Rp28 juta (tahun 2014), Rp277 juta (tahun 2015) dan Rp345 juta (Sept. 2016), sementara wakaf uang sebesar Rp1,5 miliar diinvestasikan di kebun singkong (Si Abad Keong) dan kebun karet (Si Abad Kekar). Wakaf uang ditempatkan sebagai Deposit Investasi Wakaf jangka pendek (3, 6 dan 12 bulan) dan Ekuitas Wakaf, dan hasilnya digunakan untuk membiayai program-program sosial. BM dari L-RISMA memiliki program sosial unggulan, seperti pembiayaan 3-tahapan (Fase Maal kepada tiga grup 15-anggota/grup: 1) Sahabat Ikhtiar Mandiri Rp100-500 ribu; 2) Sahabat Mudharabah Kebaikan Rp600-1500 ribu; dan 3) Mentas Unggul Rp1.6-2.5 juta), program konsumtif, program produktif, program kesehatan dan program edukasi. Baitut Tamwil L-RISMA juga memiliki 3-jenis pembiayaan: 1) L-Risma Loyal; 2) L-Risma Prioritas; dan 3) L-Risma Family, rata2 Rp10-40 juta dan maksimum Rp50 million. 17
Integrasi Keuangan Komersial - Sosial Islam di BMT BMT L-Risma
Dari 45 anggota Majelis Keluarga Utama yang dibina Batul Maal, 5 diantaranya telah lulus dari fase Maal ke fase Tamwil dan telah mentas dari kemiskinan dalam dua tahun. 18
Keuntungan BMT Mengelola Wakaf Uang Neraca BMT ASSETS Cash Bank Deposits Receivables (Murabahah, Qardh, etc.) Financing (Mudharabah, Musharakah, etc.) Real Sector Investment Fixed Assets
LIABILITIES Wadiah Deposits Investment Deposits Bank Financing Waqf LT Investment Deposits Waqf Equity Capital
Manfaat BMT sebagai Nazhir dan pengelola wakaf uang akan maksimal bukan hanya untuk mauquf alaih akhir (yaitu, penerima manfaat jasa atau kegiatan sosial yang didukung oleh hasil wakaf uang), tetapi juga untuk mauquf alaih antara (yaitu, BMT dan anggota BMT). manajemen wakaf uang akan lebih efisien karena BMT dapat mengumpulkan wakaf uang secara efektif melalui Baitul Maal yang telah berpengalaman dalam mengumpulkan zakat dan infaq, memiliki potensi Waqif dari karyawan, anggota dan stakeholder eksternal lainnya, dan juga memiliki Baitut Tamwil yang telah berpengalaman dalam menyalurkan pembiayaan mikro dan investasi sektor riil. Ketika BMT sebagai Nazhir dan LKS-PWU, Pasiva BMT akan meningkat dengan penambahan Wakaf Investasi Deposito dan Penyertaan Modal Wakaf, sehingga dari waktu ke waktu, pinjaman bank akan menurun, total Pasiva akan meningkat, rasio dana pihak ketiga terhadap total Pasiva akan menurun, likuiditas akan meningkat, mismatch akan menurun dan biaya dana akan menurun. 19
Integrasi Keu. Komersial-Sosial di Bank Syariah Perbankan Syariah di seluruh dunia, termasuk Indonesia, berkembang “moving away” dari konsep bank Syariah “ideal”, namun “moving closer” dan “mimicking” bank konvensional. Pendekatan perbankan Syariah yang idealnya adalah “Asset Driven” dan “Allocation of Fund”, dalam praktek lebih dekat menggunakan pendekatan “Liability Driven” dan “Pooling of Fund” seperti perbankan konvensional.
20
Integrasi Keu. Komersial-Sosial di Bank Syariah Pendekatan Pooling of Fund
Sumber dana dikumpulkan dalam Pool dana.
Tingginya
Pool dana kemudian disalurkan ke cadangan, pembiayaan, investasi atau aset tetap.
Masalah
Jangka waktu dana tidak dikaitkan dengan jangka waktu pembiayaan.
leverage dan bubble karena FRB System. mismatch dan likuiditas.
Perlu
adanya Lender of Last Resort.
Perlu
adanya Manajemen Likuiditas. 21
Integrasi Keu. Komersial-Sosial di Bank Syariah Pendekatan Allocation of Fund
Bank Syariah menyelaraskan kebutuhan pembiayaan dengan mencari sumber dana yang sesuai dalam jangka waktu dan jumlahnya. Mendapatkan proyek investasi sektor riil terlebih dahulu, baru kemudian mencari pendanaan yang diperlukan.
Minimalisir
bubble, mismatch dan kebutuhan Manajemen Likuiditas.
Optimalisasi
pembiayaan sektor riil.
Pergeseran paradigma
dari Pool of Fund ke Mixed Fund (Pool of Fund dan Allocation of Fund). 22
Integrasi Keu. Komersial-Sosial di Bank Syariah Alternatif Solusi LKS seperti bank Syariah dan BPRS, sesuai dengan UU No.21/2008 tentang Perbankan Syariah bab-2, pasal-4, dapat mengkombinasikan Islamic commercial finance dan Islamic social finance dengan mendirikan Baitul Maal untuk mengelola ISF, karena: (2) Bank Syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat. (3) Bank Syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari wakaf uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai dengan kehendak pemberi wakaf (wakif).
23
Integrasi Keu. Komersial-Sosial di Bank Syariah Alternatif Solusi ASSETS Cash Short-term Instruments Receivables (Murabahah, Qardh, etc.) Financing (Mudharabah, Musharakah, etc.) Long-term Investments (60%) Fixed Assets
LIABILITIES Wadiah Deposits Saving Deposits Investment Deposits Waqf Investment Deposits (30%) Waqf Equity (30%) Capital
Bank Syariah sebagai LKS-PWU, Baitul Maal-nya menginvestasikan 60% WU ke instrumen keuangan Syariah. Disisi Liabilities WU ini dapat dicatat sebagai “Waqf Investment Deposits” jangka panjang atau “Waqf Equity”, sehingga sifatnya “Allocation of Fund”. 60% WU ini berjangka sangat panjang (perpetual), tidak pernah diambil dan nilainya meningkat terus sehingga tidak ada mismatch dan tidak ada kebutuhan likuiditas. Dengan demikian BS akan lebih sehat, struktur lebih kuat, lebih tahan terhadap external shocks. Secara makro, perbankan Syariah akan meningkatkan stabilitas system keuangan. Jika wakaf 0.5% dikenakan kepada nasabah pembiayaan (Rp157 trilliun), maka akan terkumpul Rp0.8 trilliun dana wakaf setahun. Jika 10% nasabah simpanan (18.7 juta) berwakaf Rp1 juta setahun, maka akan terkumpul Rp1.9 trilliun dana wakaf setahun. 24
Kesimpulan dan Rekomendasi Perkembangan ekonomi dan keuangan Islam tidak hanya mencakup aspek komersial, tetapi juga aspek sosial (seperti zakat, infaq, wakaf dan keuangan mikro), di mana kedua aspek tersebut tidak terpisahkan. Oleh karena itu, integrasi antara sektor sosial dan komersial tidak hanya dapat mengurangi kemiskinan, meningkatkan kesejahteraan sosial-ekonomi dan meningkatkan inklusi keuangan holistik, tetapi juga dapat meningkatkan stabilitas sistem keuangan. BMT adalah LKMS yang menggabungkan keuangan sosial (mengelola zakat, wakaf, infaq dan amal Islam lainnya) dan keuangan komersial (menyediakan layanan keuangan mikro) untuk melayanani anggotanya (termasuk orang miskin dan UMK) dan masyarakat sekitarnya, yang merupakan model ideal lembaga keuangan Islam untuk mewujudkan tujuan di atas dalam skala mikro-kecil. BMT memiliki masalah dependensi pendanaan (Ascarya, et al., 2015), di mana ia selalu bergantung pada dana eksternal sebagai sumber pendanaan. Oleh karena itu, BMT merupakan lembaga yang ideal untuk berpartisipasi dalam pengelolaan wakaf uang yang dapat memperoleh manfaat, tidak hanya orang miskin dan yang membutuhkan, tetapi juga BMT dan anggotanya. Wakaf uang tidak hanya memberikan BMT manfaat langsung sebagai sumber dana, tetapi juga menurunkan risiko likuiditas dan mengurangi mismatch, yang dalam jangka panjang akan meningkatkan stabilitas BMT dan ketahanan terhadap guncangan eksternal. Sementara itu, anggota BMT dan UMK akan mendapat manfaat dari dari pembiayaan mikro yang lebih murah. Di negara mengadopsi sistem keuangan ganda, stabilitas sistem keuangan dapat ditingkatkan dengan membangun keuangan sosial Islam, tidak hanya di keuangan mikro tetapi juga di bidang keuangan komersial Islam, terutama bank syariah (IB) dan BPR syariah (IRB). 25
Kesimpulan dan Rekomendasi LKS seperti Bank Syariah dan BPRS di Indonesia, menurut UU Perbankan Syariah No.21 / 2008 bab 2, pasal no.4, dapat juga mengadopsi model BMT yang menggabungkan keuangan komersial dan keuangan sosial Islam, melalui pembentukan Baitul Maal, untuk meningkatkan stabilitas dan sustainabilitas mereka, serta memberikan kontribusi pada stabilitas sistem keuangan. Otoritas tidak perlu memberikan insentif, tetapi harus menyediakan peraturan yang tepat untuk bank Syariah dan BPRS berminat menggabungkan keuangan komersial dan keuangan sosial Islam. Bank Syariah (dan BPRS) sebagai LKS-PWU menerima wakaf uang (WU) dari Baitul Maal-nya, mencatat WU sebagai Waqf Investment Deposits (WID) atau Waqf Equity (WE), dan menginvestasikan WU ke instrument keuangan Syariah. Sementara itu, Baitul Maal dari Bank Syariah atau BPRS (sebagai organisasi sosial) dapat: 1) berfungsi sebagai Nazhir wakaf uang; 2) bertanggung jawab untuk mengelola zakat, infaq dan dana sosial lainnya; dan 3) menyediakan pembiayaan mikro bekerja sama dengan BMT. KPI bankir Syariah tidak hanya mencakup kinerja keuangan komersial saja, tetapi juga mencakup kinerja keuangan sosial, semuanya atas dasar maslahah (bukan hanya ukuran kuantitatif biasa), seperti menggunakan "Islamic Bank Maqashid Index".
Wallahu a’lam 26
© Khalil Bendib, January 2009, Source: http://euraktiva786.wordpress.com/2009/06/17
Wallahu a’lam