KEEFEKTIFAN PELAKSANAAN TUGAS SUPERVISOR DAN PEMANFAATAN INSTRUMEN SEKOLAH OLEH GURU DI SMAN/SMKN KOTA MEDAN Esron Saragi, Supriliwati, Herlina, Parlinus Gulo, JR Siregar Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana pelaksanaan tugas supervisor dan pemanfaatan instrumen oleh guru di SMA/SMK di kota Medan. Populasi penelitian adalah seluruh guru SMA/SMK di kota Medan.Dimana sampel penelitian ditentukanl sebanyak 218 orang guru yang berasal dari 5 SMA/SMK di kota Medan antara lain: SMAN 1 Medan, SMAN 10 Medan,SMA Santo Thomas 1 Medan, SMKN 8 Medan, dan SMK Dwi Warna Medan. Berdasarkan data penelitian, hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa indikator: (a) supervisor sebagai partner dengan kategori Efektif 76,27%, sebagai motivator dengan kategori Efektif 75,69%, sebagai inovator dengan kategori Efektif 75,12%, sebagai konsultan dengan kategori Efektif 61,75%, dan sebagai konselor dengan kategori Efektif 80,65%. (b) pemanfaatan instrumen pustaka dengan kategori Sangat Efektif 84,68%, pemanfaatan instrumen IT dengan kategori Efektif 78,46%, pemanfaatan instrumen mobiler dengan kategori Efektif 80,65%, pemanfaatan instrumen laboratorium dengan kategori Efektif 83,18%, dan pemanfaatan instrumen internet dengan kategori Efektif 82,37%. Secara keseluruhan: (1) aspek pelaksanaan tugas supervisor rata-rata dominan pada kategori Efektif 66,36%. Sementara (2) aspek pemanfaatan instrumen oleh guru rata-rata dominan pada kategori Efektif 61,29%. Kata Kunci : Supervisor, Instrumen, Guru Abstract The purpose of this study was to describe how the performance of duties by the supervisor and teacher use of instruments in high school / vocational school in the city of Medan. Population were all teachers SMA / SMK in Medan town.Where total of sample are 217 teachers from five school / vocational school in the city of Medan, among others: SMAN 1 Medan, SMAN 10 Medan, SMA St. Thomas 1, SMKN 8 Medan and vocational Dwi Warna Field. Based on research data, descriptive analysis results indicate that the indicators: (a) the supervisor as a partner with 76.27% Effective category, as a motivator to 75.69% Effective category, as a category innovator with 75.12% effective, as a consultant to the category of Effective 61.75%, and as a counselor with 80.65% Effective category. (B) the use of the instrument library with categories of Highly Effective 84.68%, the use of instruments of IT with 78.46% Effective category, the use of instruments mobiler with 80.65% Effective category, the use of laboratory instruments with Effective category 83.18%, and the utilization Effective internet instrument category 82.37%. Overall: (1) aspects of the supervisor duties dominant on average 66.36% Effective category. While (2) aspects of the use of the instrument by the average teacher dominant 61.29% Effective category. Keywords: Supervisor, Instrument, Teachers . Pelangi Pendidikan, Vol. 21 No. 1 Juni 2014
20
A. Pendahuluan Pendidikan merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen untuk mencapai tujuan pendidikan. Salah satu komponen yang menunjang berlangsungnya proses pendidikan disekolah adalah pengawas sekolah. Pengawasan sekolah itu penting karena merupakan mata rantai terakhir dan kunci dari proses manajemen. Kunci penting dari proses manajemen sekolah yaitu nilai fungsi pengawasan sekolah terletak terutama pada hubungannya terhadap perencanaan dan kegiatan-kegiatan yang didelegasikan (Robbins,1997). Dalam proses pendidikan, pengawasan atau supervisi merupakan bagian tidak terpisahkan dalam upaya peningkatan prestasi belajar dan mutu sekolah. Sahertian (1981:19) menegaskan bahwa pengawasan atau supervisi pendidikan tidak lain dari usaha memberikan layanan kepada stakeholder pendidikan, terutama kepada guru-guru, baik secara individu maupun secara kelompok dalam usaha memperbaiki kualitas proses dan hasil pembelajaran. Burhanuddin (1990:284) memperjelas hakikat pengawasan pendidikan terkandung pada hakikat substansinya. Substansi hakikat pengawasan yang dimaksud menunjuk pada segenap upaya bantuan supervisor kepada stakeholder pendidikan terutama guru yang ditujukan pada perbaikan-perbaikan dan pembinaan aspek pembelajaran. Bantuan yang diberikan kepada guru harus berdasarkan penelitian atau pengamatan yang cermat dan penilaian yang objektif serta mendalam dengan acuan perencanan program pembelajaran yang telah dibuat. Proses bantuan yang diorientasikan pada upaya peningkatan kualitas proses dan hasil belajar itu penting, sehingga bantuan yang diberikan benar-benar tepat sasaran. Jadi bantuan yang diberikan itu harus mampu memperbaiki dan mengembangkan situasi belajar mengajar. Pengawas satuan pendidikan adalah tenaga kependidikan profesional berstatus PNS yang diangkat dan diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh Pelangi Pendidikan, Vol. 21 No. 1 Juni 2014
oleh pejabat berwenang untuk melaksanakan pengawasan akademik dan pengawasan manajerial melalui kegiatan pemantauan, penilaian, pembinaan, pelaporan dan tindak lanjut .(Nana Sujana,2006) Hal ini dilakukan pengawas disekolah yang merupakan binaannya. Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan ditandaskan pada Pasal 55 ayat 1, Pengawasan satuan Pendidikan memiliki peran dan tugas untuk pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan dan tindak lanjut hasil pengawasan yang harus dilakukan secara teratur dan kesinambungan. Lebih lanjut pada Pasal 57 ditegaskan, bahwa tugas supervisi meliputi: supervisi akademik dan manajerial terhadap keterlaksanaan dan ketercapaian tujuan pendidikan di sekolah. Selama ini profesi Pengawas Sekolah kurang mendapatkan perhatian secara serius dan hanya dianggap sebagai tenaga kependidikan yang sama kedudukannya dengan tenaga kependidikan lainnya, sehingga relatif kurang mendapatkan perhatian dalam pengembangannya. Bahkan nyaris tidak tersentuh pembaharuanpembaharuan pendidikan, meskipun ia memiliki peran yang amat vital dalam mensukseskan pembaharuan pendidikan dan peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Bahkan pengawas sekolah dianggap sebagai jabatan non job, diisi orang-orang tua, memperpanjang usia pensiun, diisi para suami/isteri pejabat. Sehingga apakah berkompetensi sebagai pengawas pendidikan di sekolah? Oleh karena itu, makalah ini akan membahas tugas pokok dan fungsi pengawas sekolah sehingga dapat sebagai tolak ukur dan acuan untuk membentuk karakter pengawas sekolah yang professional dan akuntabel. Selain supervisor, kemampuan guru untuk memanfaatkan instrumen-instrumen yang tersedia di sekolah juga menentukan keefektifan dan keefisiensi penyampaian materi ajar kepada siswa. Menurut Lestari dalam “Pengaruh Pemanfaatan fasilitas 21
belajar di sekolah” (2011), kemampuan guru untuk memanfaatkan fasilitas belajar secara efektif dan efisien berkaitan erat dengan peningkatan mutu proses pembelajaran. Prof. Dr. Mustaji, MPd. (2011) menyatakan bahwa dengan adanya teknologi internet, sistem penyampaian materi pelajaran dan komunikasi guru dengan siswa, siswa dengan siswa maupun guru dengan guru dapat dilakukan dengan berbagai bentuk dan cara. Ini memudahkan guru untuk meningkatkan keefektifan dan efisiensi kinerjanya. Melalui edukasinet, guru dan siswa dapat memperoleh berbagai bahan belajar. Guru dapat berbagi ilmu dengan dengan guru lain dengan cara mengirimkan karyanya berupa bahan belajar berbasis web ke administrasi edukasinet untuk di-upload. B. Kajian Teoretis 1. Supervisor Syaiful Rohman (2011) menyatakan bahwa pengawas sekolah adalah sebagai salah satu pengawas pendidikan yang memegang peranan strategis dalam meningkatkan profesionalisme guru dan kualitas pendidikan di sekolah. Burhanuddin (1990:284) memperjelas hakikat pengawasan pendidikan pada hakikat substansinya. Substansi hakikat pengawasan yang dimaksud menunjuk pada segenap upaya bantuan supervisor kepada stakeholder pendidikan terutama guru yang ditujukan pada perbaikan-perbaikan dan pembinaan aspek pembelajaran. Pandong, A. (2003) pengawas/ supervisor satuan pendidikan/sekolah adalah pejabat fungsional yang berkedudukan sebagai pelaksana teknis untuk melakukan pengawasan pendidikan terhadap sejumlah sekolah tertentu yang ditunjuk/ditetapkan dalam upaya meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar/bimbingan untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam satu kabupaten/kota, pengawas sekolah dikoordinasikan dan dipimpin oleh seorang koordinator pengawas (Korwas) sekolah/ satuan pendidikan (Muid, 2003). Pelangi Pendidikan, Vol. 21 No. 1 Juni 2014
Lebih lanjut Ofsted (2005) menyatakan bahwa fokus pengawasan sekolah meliputi: (1) standar dan prestasi yang diraih siswa, (2) kualitas layanan siswa di sekolah (efektifitas belajar mengajar, kualitas program kegiatan sekolah dalam memenuhi kebutuhan dan minat siswa, kualitas bimbingan siswa), serta (3) kepemimpinan dan manajemen sekolah. Dari uraian di atas dapat dimaknai pengawas merupakan pegawai fungsional yang memiliki peranan penting di sekolah sebagai pembina, pemantau, penilai, dan mengevaluasi tercapainya tujuan pendidikan melalui proses pembelajaran. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, Instrumen adalah alat yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu. Menurut Muhammad Fee (Makalah Sosiologi pendidikan; 2012) Guru dan fasilitas pendidikan menjadi instrumen yang sangat penting dalam pembelajaran. Sarana dan prasarana merupakan salah satu pemegang kunci keberhasilan pendidikan dan merupakan alat untuk mencapai keberhasilan pendidikan. Dalam PP RI nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa setiap sekolah harus mempunyai fasilitas yang memadai, mulai dari perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar, ruang kelas dan sebagainya. C. Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dibeberapa SMAN/SMKN di Kota Medan, dengan waktu penelitian 19 – 23 Nopember 2012. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriftif. Hanya sebatas pengambilan kesimpulan dari data angket yang dihimpun dari beberapa guru SMAN / SMKN di Kota Medan. Populasi adalah seluruh guru SMAN / SMKN di Kota Medan. Sampel dari penelitian ini adalah bagian yang diambil dari populasi yaitu beberapa guru SMAN 1 Medan, SMAN 10 Medan, SMA Santo Thomas 1 Medan, SMKN 8 Medan, dan SMKS Dwi Warna Medan. 22
Tabel 1. Jumlah Populasi dan Sampel No Sekolah Populasi Sampel 1 SMAN 1 Medan 110 60 2 SMAN 10 Mdn 51 27 3 SMAS S.Thomas 87 48 4 SMKN 8 Medan 87 48 5 SMKS Dwi Warna 80 46 Jumlah 407 217 Instrumen yang digunakan untuk menjaring data penelitian ini adalah angket, yaitu menyebarkan serangkaian pertanyaan tertulis dan dilengkapi dengan jawaban yang ditujukan kepada guru SMAN dan SMKN di Kota Medan. Jenis angket yang diberikan adalah berupa pertanyaan sebanyak 10 soal dengan alternatif jawaban empat pilihan, yaitu SS, S, KS dan TS. Bentuk angket yang digunakan untuk menjaring data tersebut adalah bentuk tertutup model Likert, dengan bobot skor sebagai berikut: pilihan Sangat
Nama Sekolah SMAN. 1 Medan
SMAN. 10 Medan
SMA St. Thomas 1 Medan SMKN. 8 Medan
SMK Dwi Warna Medan
Setuju (SS) diberi nilai 4, Setuju (S) diberi nilai 3, Kurang Setuju (KS) diberi nilai 2, Tidak Setuju (TS) diberi nilai 1. D. Hasil Penelitian Penelitian dilakukan pada lima SMA/SMK di Kota Medan dengan jumlah populasi 407 orang dan sampel penelitian yang diambil (responden) 217 orang. Data dari setiap variabel di olah dengan menggunakan statistik deskriptif. Adapun fokus penelitian adalah variabel supervisor dan instrumen. Analisis Variabel Supervisor. Untuk menganalisis variabel supervisor maka dianalisis data untuk masing-masing sekolah untuk memperoleh gambaran terperinci mengenai persentase perkategori. Hasil analisa data disajikan pada tabel dan diagram berikut:
Tabel 2. Persentase variabel supervisor Interval Skor Kategori Frekuensi 5,00 – 8,75 8,76 – 12,50 12,51 – 16,26 16,27 – 20,00 5,00 – 8,75 8,76 – 12,50 12,51 – 16,26 16,27 – 20,00
Tidak Baik Kurang Baik Baik Sangat Baik Tidak Baik Kurang Baik Baik Sangat Baik
5,00 – 8,75 8,76 – 12,50 12,51 – 16,26 16,27 – 20,00 5,00 – 8,75 8,76 – 12,50 12,51 – 16,26 16,27 – 20,00 5,00 – 8,75 8,76 – 12,50 12,51 – 16,26 16,27 – 20,00
Tidak Baik Kurang Baik Baik Sangat Baik Tidak Baik Kurang Baik Baik Sangat Baik Tidak Baik Kurang Baik Baik Sangat Baik
Pelangi Pendidikan, Vol. 21 No. 1 Juni 2014
2 3 44 11 0 4 28 4 2 3 17 5 2 9 34 3 0 0 21 25
Persentase Frekuensi 3,33 5,00 73,33 18,33 0 11,11 77,78 11,11 7,41 11,11 62,96 18,52 4,17 18,75 70,83 6,25 0 0 45,65 54,35
23
Dari data menujukkan bahwa semua sekolah menujukkan bahwa para guru melaksanakan supervisor. Selanjutnya, Rekapitulasi pencapaian variabel supervisor untuk keseluruhan guru-guru pada sekolah sampel sebagai berikut: Tabel 3. Rekap Data Supervisor Interval Kategori Frek. Skor 5 – 8,75 T. Baik 6 8,76 – 12,50 K. Baik 19 12,51 – 16,26 Baik 144 16,27 – 20 S. Baik 48 217
Pers (%) 2,76 8,76 66,36 22,12 100
Dari analisis data di atas dapat disimpulkan bahwa aspek pelaksanaan tugas supervisor rata-rata dominan pada kategori baik dengan sebesar 66,36% dan kategori sangat baik sebesar 22,12%. Analisis variabel supervisor per indikatornya Ada lima indikator yang dipakai sebagai penilaian pada variabel supervisor, yaitu supervisor sebagai partner kerja, supervisor sebagai motivator, supervisor sebagai inovator, supervisor sebagai kounselor dan supervisor sebagai konsultan.
Tabel 4. Persentase Pencapaian Pada Indikator Supervisor Sebagai Partner Kerja Nama Sekolah Kategori Frekuensi Persentase Frekuensi SMAN. 1 Tidak Baik 1 1,17 Medan Kurang Baik 4 6,67 Baik 38 63,33 Sangat Baik 17 28,33 SMAN. 10 Tidak Baik 1 2,78 Medan Kurang Baik 3 8,33 Baik 23 63,89 Sangat Baik 9 25 SMA St. Tidak Baik 2 7,41 Thomas 1 Kurang Baik 9 33,33 Medan Baik 11 40,74 Sangat Baik 5 18,52 SMKN. 8 Tidak Baik 2 4,17 Medan Kurang Baik 9 18,75 Baik 30 62,50 Sangat Baik 7 14,58 SMK Dwi Tidak Baik 0 0 Warna Medan Kurang Baik 3 6,52 Baik 26 56,52 Sangat Baik 17 36,96 Tabel 4 menunjukkan bahwa pendapat para responden bahwa supervisor sebagai patner kerja terjadi katgori baik dan sangat baik pada SMAN 1 Medan sebesar 91,66%, pada SMAN 10 Medan sebesar Pelangi Pendidikan, Vol. 21 No. 1 Juni 2014
88,89%, pada SMA St.Thomas sebesar 59,26%, SMKN 8 Medan sebesar 77,08 % sedangkan SMK Dwi Warna Medan sebesar 93,48%.
24
Tabel 5. Persentase pencapaian pada indikator pengawas sebagai motivator Nama Sekolah Kategori Frekuensi Persentase Frekuensi SMAN. 1 Tidak Baik 3 5 Medan Kurang Baik 4 6,67 Baik 39 65 Sangat Baik 14 23,33 SMAN. 10 Tidak Baik 1 2,78 Medan Kurang Baik 2 5,55 Baik 21 58,33 Sangat Baik 12 33,33 SMA St. Tidak Baik 2 7,41 Thomas 1 Kurang Baik 9 33,33 Medan Baik 14 51,85 Sangat Baik 2 7,41 SMKN. 8 Tidak Baik 3 6,25 Medan Kurang Baik 9 18,75 Baik 32 66,67 Sangat Baik 4 8,33 SMK Dwi Tidak Baik 0 0 Warna Medan Kurang Baik 2 4,35 Baik 22 47,83 Sangat Baik 22 47,83 Tabel 6. Persentase pencapaian pada indikator pengawas sebagai inovator Nama Sekolah Kategori Frekuensi Persentase Frekuensi SMAN. 1 Tidak Baik 2 3,33 Medan Kurang Baik 8 13,33 Baik 32 53,33 Sangat Baik 18 30 SMAN. 10 Tidak Baik 1 2,78 Medan Kurang Baik 1 2,78 Baik 26 72,22 Sangat Baik 8 22,22 SMA St. Tidak Baik 3 11,11 Thomas 1 Kurang Baik 7 25,93 Medan Baik 11 40,74 Sangat Baik 6 22,22 SMKN. 8 Tidak Baik 3 6,25 Medan Kurang Baik 7 14,58 Baik 31 64,58 Sangat Baik 7 14,58 Pelangi Pendidikan, Vol. 21 No. 1 Juni 2014
25
SMK Dwi Warna Medan
Tidak Baik Kurang Baik Baik Sangat Baik
Tabel 5 menunjukkan bahwa pendapat para responden bahwa supervisor sebagai motivator yang termasuk kategori baik dan sangat baik pada SMAN 1 Medan sebesar 88,33%, pada SMAN 10 Medan sebesar 91,66%, pada SMA St.Thomas sebesar 59,26%, SMKN 8 Medan sebesar 75,00 % sedangkan SMK Dwi Warna Medan sebesar 95,66%. Dari data ini yang paling tinggi menyatakan bahwa supervisor menjadi motivator adalah SMAN 10 Medan
1 7 22 4
2,17 15,22 47,83 8,70
sedangkan yang paling rendah berasal dari SMA St Thomas Medan. Dari Tabel 6 menunjukkan bahwa pendapat para responden bahwa supervisor sebagai inovator terjadi yang kategori baik dan sangat baik pada SMAN 1 Medan sebesar 88,33%, pada SMAN 10 Medan sebesar 94,44%, pada SMA St.Thomas sebesar 62,96%, SMKN 8 Medan sebesar 79,16 % sedangkan SMK Dwi Warna Medan sebesar 56,53%.
Tabel 7. Persentase pencapaian pada indikator supervisor sebagai konsultan Nama Sekolah Kategori Frekuensi Persentase Frekuensi SMAN. 1 Tidak Baik 1 1,67 Medan Kurang Baik 3 5 Baik 39 65 Sangat Baik 17 28,33 SMAN. 10 Tidak Baik 1 2,78 Medan Kurang Baik 1 2,78 Baik 27 75 Sangat Baik 7 19,44 SMA St. Tidak Baik 1 3,70 Thomas 1 Kurang Baik 3 11,11 Medan Baik 16 59,26 Sangat Baik 7 25,93 SMKN. 8 Tidak Baik 1 2,08 Medan Kurang Baik 4 8,33 Baik 35 72,92 Sangat Baik 8 16,67 SMK Dwi Tidak Baik 1 2,17 Warna Medan Kurang Baik 1 2,17 Baik 24 52,17 Sangat Baik 20 43,48 Tabel 7 menunjukkan bahwa pendapat para responden bahwa supervisor sebagai konsultan yang termasuk kategori baik dan Pelangi Pendidikan, Vol. 21 No. 1 Juni 2014
sangat baik pada SMAN 1 Medan sebesar 93,33%, pada SMAN 10 Medan sebesar 92,44%, pada SMA St.Thomas sebesar 26
85,39%, SMKN 8 Medan sebesar 89,59 % sedangkan SMK Dwi Warna Medan sebesar 95,65%. Dari data ini yang paling tinggi menyatakan bahwa supervisor menjadi
konsultan adalah SMKS Dwi Warna Medan sedangkan yang paling rendah berasal dari SMA St Thomas Medan.
Tabel 8. Persentase pencapaian pada indikator supervisor sebagai kounselor Nama Sekolah Kategori Frekuensi Persentase Frekuensi SMAN. 1 Tidak Baik 2 3,33 Medan Kurang Baik 1 1,67 Baik 33 55 Sangat Baik 24 40 SMAN. 10 Tidak Baik 1 2,78 Medan Kurang Baik 1 2,78 Baik 28 77,78 Sangat Baik 6 16,67 SMA St. Tidak Baik 2 7,41 Thomas 1 Kurang Baik 3 11,11 Medan Baik 15 55,56 Sangat Baik 7 25,93 SMKN. 8 Tidak Baik 1 2,08 Medan Kurang Baik 2 4,17 Baik 24 50 Sangat Baik 21 43,75 SMK Dwi Tidak Baik 1 2,17 Warna Medan Kurang Baik 0 0 Baik 22 47,83 Sangat Baik 23 50
Dari beberapa tabel di atas, dapat dibuat rekapitulasi pencapaian masing-masing indikator untuk variabel supervisor seperti terlihat pada tabel dan diagram berikut : Tabel 9. Rekapitulasi Pencapaian masingmasing Indikator untuk variabel supervisor. Variabel
SUPERVISOR
Indikator Partner Motivator Inovator Konsultan Konselor
% 76,27 75,69 75,12 61,75 80,65
Pelangi Pendidikan, Vol. 21 No. 1 Juni 2014
Berdasarkan analisis data diatas dapat dikatakan bahwa pencapaian masing-masing indicator pada variabel supervisor sebagai berikut : a) supervisor sebagai partner dengan kategori Efektif 76,27%, b) sebagai motivator dengan kategori Efektif 75,69%, c) sebagai inovator dengan kategori Efektif 75,12%, d) sebagai konsultan dengan kategori Efektif 61,75%, e) sebagai konselor dengan kategori Efektif 80,65% Analisis variabel instrumen
27
Nama Sekolah SMAN. 1 Medan
SMAN. 10 Medan
SMA St. Thomas 1 Medan SMKN. 8 Medan
SMK Dwi Warna Medan
Tabel 10. Persentase variabel instrumen Interval Skor Kategori Frekuensi 5,00 – 8,75 Tidak Baik 1 8,76 – 12,50 Kurang Baik 2 12,51 – 16,26 Baik 43 16,27 – 20,00 Sangat Baik 14 5,00 – 8,75 Tidak Baik 0 8,76 – 12,50 Kurang Baik 6 12,51 – 16,26 Baik 20 16,27 – 20,00 Sangat Baik 10 5,00 – 8,75 Tidak Baik 0 8,76 – 12,50 Kurang Baik 2 12,51 – 16,26 Baik 9 16,27 – 20,00 Sangat Baik 16 5,00 – 8,75 Tidak Baik 1 8,76 – 12,50 Kurang Baik 5 12,51 – 16,26 Baik 37 16,27 – 20,00 Sangat Baik 5 5,00 – 8,75 Tidak Baik 2 8,76 – 12,50 Kurang Baik 2 12,51 – 16,26 Baik 24 16,27 – 20,00 Sangat Baik 18
Berdasarkan Tabel 11 di atas, dapat dibuat rekapitulasi pencapaian variabel Instrumen untuk keseluruhan guru-guru pada sekolah sampel sebagai berikut: Tabel 11. Rekapitulasi Pencapaian Variabel Instrumen Interval Skor Kategori Frek. % 5 – 8,75 Tidak Baik 4 1,84 8,76 – 12,50 Kurang Baik 17 7,83 12,51 – 16,26 Baik 133 61,29 16,27 – 20 Sangat Baik 63 29,03 Dari analisis data di atas dapat disimpulkan bahwa aspek pemanfaatan Instrumen oleh guru-guru rata-rata dominan pada kategori Efektif dengan persentase 61,29% dan sangan efektif sebesar 29,03%.
Pelangi Pendidikan, Vol. 21 No. 1 Juni 2014
Persentase 1,67 3,33 71,67 23,33 0 16,67 55,55 27,78 0 7,41 33,33 59,26 2,08 10,42 77,08 10,42 3,35 3,35 52,17 39,13
Ada lima indikator yang dipakai sebagai penilaian pada variabel instrumen, yaitu pemanfaatan pustaka, pemanfaatan IT, pemanfaatan mobiler kelas, pemanfaatan laboratorium, pemanfaatan jaringan internet. Tabel 12 Persentase pencapaian pada indikator pemanfaatan pustaka Nama Sekolah Kategori Frek % SMAN. 1 Tidak Baik 2 3,33 Medan Kurang Baik 1 1,67 Baik 33 55 Sangat Baik 24 40 SMAN. 10 Tidak Baik 0 0 Medan Kurang Baik 1 2,78 Baik 12 33,33 Sangat Baik 23 63,89 SMA St. Tidak Baik 0 0 Thomas 1 Kurang Baik 2 7,41 Medan Baik 14 51,85 28
SMKN. 8 Medan
SMK Dwi Warna Medan
Sangat Baik Tidak Baik Kurang Baik Baik Sangat Baik Tidak Baik Kurang Baik Baik Sangat Baik
10 3 2 21 22 0 0 19 27
37,04 6,25 4,17 43,75 45,83 0 0 41,30 58,70
80 70 60 50 40 30 20 10 0
tidak baik kurang baik baik sangat baik
Data pada Tabel 12 diatas dapat dikemukan bahwa pemanfaatan IT disajikan dalam bentuk grafik berikut : 70 60 50 40 30 20 10 0
Grafik 2 : Persentase pencapaian instrumen pada indikator pemanfaatan mobiler kelas tidak baik kurang baik baik sangat baik
Grafik 1 : Persentase pencapaian instrumen pada indikator pemanfaatan IT Dari Grafik 1 menunjukkan bahwa persentase pemanfaatan IT yang masuk kategori baik yaitu SMAN 1 Medan, SMAN 10 Medan dan SMKN 8 Medan. Data menunjukkan bahwa pemanfaatan IT lebih tinggi sekolah negeri dibandingka swasta. Data pada tabel 13 diatas menyajikan pemanfaatan mobiler kelas disajikan dalam bentuk grafik berikut :
Pelangi Pendidikan, Vol. 21 No. 1 Juni 2014
Grafik 3 menyajikan pemanfaatan laboratorium oleh guru pada setiap sekolah. Dari gambar tersebut yang termasuk kategori sangat baik paling tinggi adalah SMA St. Thomas Medan, sedangkan sekolah lain di bawahnya. Bila dilihat perbandingan dari setiap kategori dan sekolah disajikan pada diagram berikut : 70 60 50 40 30 20 10 0
tidak baik kurang baik baik sangat baik
Grafik 3: Persentase pencapaian instrumen pada indikator pemanfaatan laboratorium
29
Grafik berikut menyajikan pemanfaatan internet pada sekolah: 60 50 40 30 20 10 0
tidak baik kurang baik baik sangat baik
Grafik 4: Persentase pencapaian instrumen pada indikator pemanfaatan jaringan internet Dari beberapa tabel dan grafik di atas, dapat dibuat rekapitulasi pencapaian masingmasing indikator untuk variabel Instrumen seperti terlihat pada tabel berikut : Tabel 13 Rekapitulasi Pencapaian masingmasing Indikator untuk variabel Instrumen. ASPEK
INSTRUMEN
Indikator Perpustakaan Teknologi Informasi Mobiler Laboratorium Internet
% 84,68 78,46 80,65 83,18 82,37
Berdasarkan analisis data diatas dapat dikatakan bahwa pencapaian masing-masing indikator pada variabel Instrumen sebagai berikut : a) pemanfaatan instrumen pustaka dengan kategori Sangat Efektif 84,68%, b) pemanfaatan instrumen IT dengan kategori Efektif 78,46%, c) pemanfaatan instrumen mobiler dengan kategori Efektif 80,65%, d) pemanfaatan instrumen laboratorium dengan kategori Efektif 83,18%, e) pemanfaatan instrumen internet dengan kategori Efektif 82,37%
Pelangi Pendidikan, Vol. 21 No. 1 Juni 2014
E. Penutup Berdasarkan hasil analisis data, dapat dibuat simpulan sebagai berikut : 1) Aspek pelaksanaan tugas supervisor rata-rata dominan pada kategori Efektif dengan persentase 66,36%. 2) Persentase pencapaian masing-masing indikator pada variabel supervisor sebagai berikut: a) supervisor sebagai partner dengan kategori Efektif 76,27%, b) sebagai motivator dengan kategori Efektif 75,69%, c) sebagai inovator dengan kategori Efektif 75,12%, d) sebagai konsultan dengan kategori Efektif 61,75%, e) sebagai konselor dengan kategori Efektif 80,65%. 3) Aspek pemanfaatan Instrumen oleh guru-guru rata-rata dominan pada kategori Efektif dengan persentase 61,29%. 4) Persentase pencapaian masing-masing indikator pada variabel Instrumen sebagai berikut : a) pemanfaatan instrumen pustaka dengan kategori Sangat Efektif 84,68%, b) pemanfaatan instrumen IT dengan kategori Efektif 78,46%, c) pemanfaatan instrumen mobiler dengan kategori Efektif 80,65%, d) pemanfaatan instrumen laboratorium dengan kategori Efektif 83,18%, e) pemanfaatan instrumen internet dengan kategori Efektif 82,37% Walaupun pelaksanaan tugas supervisor dan pemanfaatan instrument dalam mendukung aktivitas guru di SMA/SMK se kota Medan umumnya efektif, sebaiknya dipertahankan dan lebih ditingkatkan lagi sehingga terwujud guru yang efektif.
DAFTAR PUSTAKA Akib, Zainal. 2003. Karya Tulis Ilmiah bagi Pengembangan Profesi Guru. Bandung: CV. Irama Widya Arikunto, S, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta; PT.Bumi Aksara Bafadal, Ibrahim. 2003. Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara. 30
Coombs Philip. H (1982), Apakah Perencanaan Pendidikan Itu (terj), Jakarta Bhatara Karya Akasara Daryanto. 2009. Panduan Proses Pembelajaran. Teori dan Praktik Dalam Pengembangan Profesionalisme Guru. Jakarta : AV Publisher Dimyati, Mudjiono. 2004. Belajar Pembelajaran, Jakarta: Dirjen Dikti
dan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. 2010. Buku 3 Pedoman Penyusunan Portofolio. Enoch Jusuf .1992. Dasar-dasar Perencanaan Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara
Soeryadi, DM. November, 2005. Profesionalisme Guru Merupakan Pilar Utama dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Sudjan Nana, 2002,Dasar-dasar proses Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Suharman. 2001. Strategi Bandung: Bumi Aksara
Pembelajaran.
Syaiful Bahri Djamarah. 2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif:Suatu Pendekatan Teoritis dan Psikologis, Edisi Revisi .Jakarta : Rineka Cipta
Eti Rocheaty, dkk. 2008. Sistem Informasi Manajemen Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara Gary A.Davis dan Margareth A. Thomas, 1989. Effective School and effective Teachers . U.S.A: Hawley Mn Meadowlark Books Hamalik, Oemar. 2002. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara. Hamzah B. Uno. 2009. Profesi Kependidikan, Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia. Jakarta: PT. Bumi Aksara Harjanto. 2008. Perencanaan Pengajaran. Jakarta : Rineka Cipta http://apadefinisinya.blogspot.com/2008/05/m edia-pembelajaran.html, Diakses tanggal 06 Desember 2012 http://www.almarjan.org/index2.php?option= com_content&do_pdf=1&id=43. Menge mbangkan Kompetensi Guru lewat TIK. Tanggal akses, 06 Desember 2012 http://www.umm.ac.id/file/proposal.rtf. Tanggal download, 06 Desember 2012 I Wayan Santyasa, Landasan Konseptual Media Pembelajaran, Makalah, 2007, http://edukasi.kompasiana.com, Diakses tanggal 06 Desember 2012 Pelangi Pendidikan, Vol. 21 No. 1 Juni 2014
31