i
SMK ALTERNATIF BERBASIS PESANTREN (STUDI TENTANG UPAYA MEMADUKAN AGAMA DAN TEKNOLOGI DI SMK SYUBBANUL WATHON)
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk memenuhi sebagai syarat untuk memeroleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh: Intan Purnama Sari NIM: 10720041
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2014
iv
MOTTO
“Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum hingga kaum itu merubah apa yang ada pada diri mereka sendiri.”(QS. Al- Anfaal : 53)
“Sebaik- baik manusia adalah yang bermaanfaat bagi orang lain.” (Hr. Thabrani dan Daruquthni)
iv
v
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan untuk Almamater Tercinta Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Keuda orang tuaku. Terima kasih untuk kedua orang tuaku yang selalu memberi semangat untuk menyelesaikan skripsi ini. Doa kalian yang tiada henti yang selalu menemani setiap langkahku. Senyum kalian adalah kebahagianku.
v
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi robbil ‘alamiin. Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dengan rahmat dan izinnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan salam tak lupa penulis haturkan kepada nabi agung Muhammad SAW dengan bimbingannya sampailah di zaman yang terang benderang. Berikut penulis mempersembahkan skripsi yang berjudul “SMK Alternatif Berbasis Pesantren (Studi Tentang Upaya Memadukan Agama dan Teknologi di SMK Syubbanul Wathon)”. Semoga skripsi ini memberikan manfaat besar bagi kita untuk mempelajari proses pendidikan SMK berbasis pesantren. Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon pemakluman bila mana isi skripsi ini ada kekurangan. Skripsi tidak akan berjalan lancar tanpa bantuan dari banyak pihak, baik bantuan materi maupun immateri. Oleh karenanya dalam kata pengantar ini saya selaku penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Musa Asy‘ary, M.A selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2. Bapak Dudung Abdurrahman, M.Hum. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 3. Bapak Dadi Nurhaedi, S.Ag., M.Si selaku Ketua Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora.
vi
vii
4. Ibu Ambar Sari Dewi, S.Sos, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik. Saya ucapkan terimakasih atas bimbingan dan arahannya dalam hal akademik ataupun non akademik selama saya menjalani kuliah. 5. Bapak Dr. Yayan Suryana, M.Ag selaku Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu dan tenaga yang selalu sabar dalam memberi pengarahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skipsi ini. 6. Bapak Dr. Achmad Zainal Arifin, Ph.D selaku Biro Skripsi yang telah memberi masukan dalam penulisan skripsi. 7. Dosen-dosen Prodi Sosiologi, telah mengajarkan banyak sekali ilmu mengenai masyarakat, staff tata usaha yang telah mengurusi surat ijin penelitian dan urusan administrasi lainnya. 8. Bapak Achmad Izzuddin, Lc selaku Kepala Sekolah SMK Syubbanul Wathon beserta para guru-guru, pengurus dan staff pengajar di SMK Syubbanul Wathon. Terimakasih atas kerja sama dan telah memudahkan saya selama melakukan penelitian di SMK Syubbanul Wathon. 9. Ayah bunda yang selalu memberi doa tiada henti, semangat yang selalu memotivasi adek untuk menyelesaikan skripsi. Senyum Ayah dan Bunda menjadi kebahagiaan Penulis. 10. Kakak Ita, Abi dan Mas Kiki yang selalu sabar memberi masukan dan memotivasi penulis agar menjadi pribadi yang lebih baik. Mengisi harihariku dengan banyak ilmu. 11. Keluarga Asrama ASSALAM yang selalu menjadi teman di kala suka dan duka. Keluarga yang mengisi hari-hariku.
vii
viii
12. Keluarga ARIMAJA yang selalu mengajariku tentang arti kehidupan untuk menjadi seseorang yang hebat. 13. Keluarga BEM Prodi Sosiologi yang menjadi motivasi dan mengajariku untuk lebih baik. 14. Sahabat- sahabatku Prodi Sosiologi Baiq, Miftah, Pendi, Havid, Sasa dan teman-teman semua yang selalu meluangkan waktu memberikan masukan kepada penulis. 15. Sahabat- sahabatku KKN KP-05 Wiwit, Icha, Dewi, Fitri, Zakiyah, Yuni, Ucup, Bayu, Daim dan Tirto. Kalian keluarga baru aku yang menjadi penyemangat bagi penulis. 16. Bagi pihak-pihak yang tidak tersebutkan satu persatu. Mungkin banyak kebaikan-kebaikan kecil mereka, yang tanpa mereka sadari sangat membantu saya. Saya menyadari, dalam laporan skripsi saya masih sangat banyak kekurangan, sehingga saya harapkan skripsi ini tidak akan lepas dari kritik dan saran yang membangun. Namun besar harapan saya, semoga para pembaca dapat menemukan kebaikan-kebiakan, meskipun kecil dalam tulisan saya ini. Semoga Allah selalu melimpahkan kasih sayang-Nya kepada kita semua.
Yogyakarta, 9 Juni 2014 Penyusun,
Intan Purnama Sari
viii
ix
ABSTRAKSI Pendidikan menjadi salah satu agen perubahan sosial, salah satunya dengan adanya pondok pesantren. Perkembangan pondok pesantren menjelma sebagai lembaga sosial yang memberikan warna khas bagi perkembangan masyarakat sekitarnya. Akan tetapi, akhir- akhir ini banyak sekali stigma-stigma menimpa dunia pesantren bahwa pesantren itu masih tertinggal dan kolot. Anggapan ini bukan tidak beralasan melihat fungsi pesantren sebagai wadah pengembangan ajaran Islam sangat penting dan dominan. Dewasa ini dengan semakin berkembangnya dunia pendidikan keberadaan pesantren juga semakin maju dan berkembang. Salah satunya Pesantren Salafiyah Asrama Perguruan Islam (API) yang terletak di Tegalrejo Magelang. Pesantren API sejak tahun 2007 telah membuka jalur pendidikan formal (sekolah) yakni SMK yang kemudian diberi nama dengan SMK Syubbanul Wathon (SW). Dalam penelitian ini, penulis membuat dua rumusan masalah. Pertama, mengapa Pesantren Asrama Perguruan Islam mendirikan SMK Syubbanul Wathon. Kedua, bagaimana proses pendidikan di SMK Syubbanul Wathon. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui latar belakang Pesantren API mendirikan SMK SW dan untuk mengetahui proses pendidikan apa saja yang dikembangkan di SMK SW. Manfaatnya yaitu menambah dan memperluas keilmuan dalam dunia pendidikan khususnya tentang proses pendidikan di SMK SW berbasis asrama/ pesantren. Penelitian ini, menggunakan teori rasionalisasi oleh Weber dan teori fungsi laten dan manifes oleh Robert K. Merton dengan menggunakan metode penelitian kualitatif pendekatan deskriptif analisis. Pendekatan ini dimaksudkan untuk mendiskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia. Adapun hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa SMK Syubbanul Wathon berbasis pesantren didirikan atas dasar tuntutan masyarakat yang menginginkan lembaga formal. Proses pendidikan di SMK SW menggunakan kurikulum Dinas Pendidikan yang ditambah dengan kurikulum kepesantrenan. Adanya pola pendidikan berbasis pesantren menjadikan budaya di SMK SW berbeda dengan SMK pada umumnya. SMK SW dilengkapi dengan asrama yang menjadikan faktor pendukung proses pendidikan dapat berjalan maksimal. Selain itu, interaksi sosial antara santri dan masyarakat sangat baik, bahkan kehadiran santri selalu ditunggu oleh masyarakat meskipun terbatas. Keterbatasan santri dikarenakan padatnya kegiatan di SMK SW berbasis pesantren. Akan tetapi keterbatasan tersebut, tidak menjadikan penghalang agar santri lebih berkarya dalam berprestasi. Kata kunci : Pesantren Asrama Perguruan Islam (API), SMK Syubbanul Wathon (SW), Asrama / pesantren. ix
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................
i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ....................................................
ii
HALAMAN NOTA DINAS PEMBIMBING .................................................
iii
HALAMAN MOTTO .....................................................................................
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................
v
KATA PENGANTAR .....................................................................................
vi
ABSTRAKSI ...................................................................................................
ix
DAFTAR ISI....................................................................................................
x
BAB I
PENDAHULUAN ...........................................................................
1
A. Latar Belakang ............................................................................
1
B. Rumusan Masalah .......................................................................
7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................
8
D. Tinjauan Pustaka .........................................................................
9
E. Landasan Teori............................................................................
12
F. Metode Penelitian .......................................................................
14
G. Sistematika Pembahasan .............................................................
19
BAB II GAMBARAN UMUM SMK SYUBBANUL WATHON ...............
20
A. Mengenal SMK Syubbanul Wathon Tegalrejo Magelang ..........
20
B. Perkembangan SMK Syubbanul Wathon ...................................
25
C. Lingkungan Keadaan SMK Syubbanul Wathon .........................
34
BAB III PROSES
PENDIDIKAN
SMK
SYUBBANUL
WATHON
TEGALREJO MAGELANG............................................................ x
40
xi
A. Agenda Santri di SMK Syubbanul Wathon ...............................
44
B. SMK Syubbanul Wathon : Sekolah Berbasis Pesantren ............
55
C. Keterkaitan antara SMK dan Asrama Pelajar Islam (API) ASRI
68
BAB IV SMK SYUBBANUL WATHON: MEMADUKAN AGAMA DAN TEKNOLOGI ..................................................................................
71
A. SMK Syubbanul Wathon Sebagai Pilihan.................................
71
B. Teori Fungsi Manifes dan Fungsi Laten....................................
83
PENUTUP........................................................................................
87
A. Kesimpulan.................................................................................
87
B. Saran ...........................................................................................
89
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
90
BAB V
LAMPIRAN
xi
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Saat ini dalam kajian sosiologi, pendidikan menjadi salah satu agen perubahan sosial. Perubahan sosial dapat diartikan sebagai perubahan yang terjadi di dalam masyarakat mencakup sistem sosial. Lebih tepatnya, terdapat perbedaan antara keadaan sistem tertentu dalam jangka waktu berlainan.1 Pendidikan menjadi kebutuhan yang sangat penting bagi manusia meliputi seluruh elemen yang ada dalam kehidupan masyarakat tidak terkecuali dengan adanya pesantren2. Pesantren sebagai lembaga keagamaan yang memberikan pendidikan, pengajaran serta mengembangkan agama Islam.3 Pesantren bisa dipandang sebagai lembaga ritual, lembaga pembinaan moral, lembaga dakwah dan yang paling popular adalah sebagai institusi pendidikan Islam. Dewasa ini perkembangan pesantren mengalami perubahan dan romantika kehidupan dalam menghadapi berbagai tantangan baik internal maupun eksternal. 1
Piotr Sztompka, Sosiologi Perubahan Sosial, (Jakarta: Prenanda, 2008), hlm. 3. Pesantren adalah lembaga pendidikan yang mempunyai ciri-ciri umum dan khusus ditandai denga adanya Kyai sebagai sentral figur yang biasanya disebut pemilik, pondok sebagai tempat tinggal para santri, adanya pendidikan dan pengajaran agama melalui sistem pengajian (weton, sorogan dan bandongan) yang sekarang sebagaian sudah berkembang dengan sistem klasikal atau madrasah.pada umumnya kegiatan tersebut dibawah kedaulatan seorang atau beberapa kyai. (M. Ridlwan Nasir, Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal Pondok Pesantren di Tengah Arus Perubahan, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 82. Sedangkan ciri khusus ditandai dengan sifat karismatik dan suasana kehidupan keagamaan yang mendalam ( Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren : Studi Pandangan Hidup Kyai ( Jakarta : LP3ES, 1986), hlm. 18-43. 3 M. Ridlwan Nasir, Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal Pondok Pesantren di Tengah Arus Perubahan, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 80. 2
1
2
Sebagai lembaga pendidikan, pesantren
telah eksis di tengah
masyarakat selama enam abad yaitu abad ke-15 hingga sekarang dan sejak awal berdirinya menawarkan pendidikan kepada masyarakat yang masih buta huruf. Sebagaimana dikutip Mujamil Qomar, Jalaludin bahkan mencatat bahwa paling tidak pesantren telah memberikan dua macam kontribusi bagi sistem pendidikan di Indonesia. Pertama, adalah melestarikan dan melanjutkan sistem pendidikan rakyat, dan kedua mengubah sistem pendidikan aristrokrasi menjadi sistem pendidikan demokratis. 4 Pesantren sebagai lembaga spiritual, pendidikan, dan sosialisasi yang kuno dan sangat heterogen. Pesantren secara formal juga mengajarkan masalah keimanan atau aqidah, masalah
keislaman syari’ah dan masalah
ikhsan (akhlak) dengan mengkaji kitab-kitab kuning. Di samping materimateri pelajaran di atas biasanya ada tambahan materi yaitu keterampilan dalam bentuk kursus-kursus. Selain itu, dengan adanya keterampilan yang diberikan kepada santri menjadikan mereka mempunyai kemampuan lebih dan kemandirian dalam menghadapi dunia kerja. Akhir-akhir ini banyak sekali stigma-stigma menimpa dunia pesantren bahwa pesantren itu masih tertinggal dan kolot. Sebagian dari masyarakat merasa prihatin dengan keadaan metode pembelajaran di pesantren yang dinilai tidak efektif lagi dalam mengembangkan ilmu, mempertajam wawasan, memperluas cakrawala pemikiran dan
mencermati sesuatu
secara
4
Qomar Mujamil, Pesantren Dari Transformasi Metodelogi Menuju Demokratisasi Institusi, (Jakarta: Erlangga, 2002), hlm:xii
3
komprehensif.5 Anggapan itu bukannya tidak beralasan melihat fungsi pesantren sebagai wadah pengembangan ajaran Islam yang sangat penting dan dominan. Stigma-stigma akan pesantren mungkin juga muncul akibat banyak sekali anggapan yang ditujukan pada pesantren dalam proses dan praktek keislamannya yang sudah terkontaminasi dengan bid’ah dan khurafat.6 Tanpa disadari, kesan tertinggal tentang pesantren tumbuh dengan sendirinya. Selain itu, faktor eksternal dari stigma tersebut diantaranya kebiasaan santri yang kolot dan kaku yang cenderung tertutup dari lingkungan. Bisa juga disebut masih kuatnya sikap eksklusif yaitu terpisah dengan yang lain, para santri dengan lingkungan sosialnya. Oleh sebab itu, santri menjadi kurang berintraksi dengan dunia luar dan lamban dalam menerima gegap-gempita perkembangan dunia luar. Seperti yang diungkapkan Nurkholis Madjid dengan, “kesenjangan antara pesantren dengan dunia luar”. Faktor internal tersebut, sedikit banyak dipengaruhi oleh sikap sebagian pesantren yang masih “enggan” dan “rikuh” dalam proses menerima modernisasi.7 Karena yang dikawatirkan pesantren dengan apa yang dinamakan modernisasi tersebut adalah akan mengorbankan esensi dasar keislaman dalam kaitanya dengan
5
Ibid., hlm. 161 Bid’ah adalah suatu amalan yang diada-adakan atau menambah amalan dalam ritual ibadah, padahal tidak dicontohkan oleh Rosulullah Saw. Khurafat diartikan sebagai cerita-cerita yang mempesonakan yang dicampuradukkan dengan perkara dusta, atau semua cerita rekaan atau khayalan, ajaran-ajaran, pantangan, adat-istiadat, ramalan-ramalan, pemujaan atau kepercayaan yang menyimpang dari ajaran Islam (http://www.risalahislam.com/2013/10/pengertian-tahayulbidah-dan-khurafat.html) diakses 21 Januari 2014 7 Nurcholis Madjid, Bilik-Bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan, (Jakarta : Paramadina, 1997), hlm xxv 6
4
pesantren. Selain itu, masih santernya klaim, bahwa pesantren terlalu kaku, kolot, berorientasi akhirat dan melupakan dunia.8 Dewasa ini dengan semakin berkembangnya dunia pendidikan keberadaan pesantren juga semakin maju dan berkembang. Salah satunya adalah lahirnya Pesantren Salafiyah Asrama Perguruan Islam (API) yang terletak di Desa Tegalrejo Magelang. Pesantren ini berbeda dengan pesantren pada umumnya yang masih tergolong salaf 9, yaitu pesantren API yang masih kental dengan sistem salafnya dengan mempelajari ilmu-ilmu fikih beserta ilmu-ilmu agama.10 Pesantren API masih melestarikan tradisi- tradisi tradisional seperti puasa ngrowot yang masih dijalankan hingga sekarang ini.11 Selain itu sistem pendidikan yang digunakan untuk mendalami kitab-kitab kuning yaitu dengan sistem sorogan dan weton.12 Akan tetapi semakin berkembangnya zaman dengan adanya benturan agama yang harus menjawab tantangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemudian di pengaruhi dengan adanya otoritas dari Pesantren API untuk mendirikan jalur pendidikan formal. 8
Ibid., hlm. 88. Istilah Salaf bagi kalangan pesantren mengacu pada pengertian “pesantren tradisional” yang sarat dengan pandangan dunia dan praktik Islam sebagai warisan sejarah, khusus bidang syariah dan tasawuf. ( Nurcholis Madjid, Bilik- Bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan, ( Jakarta :Paramadina, 1997), hlm. xxiv Pondok Pesantren Salaf yaitu pondok pesantren yang di dalamnya terdapat sistem pendidikan salaf ( weton dan sorogan), dan sistem klasikal (madrasah) salaf. (M. Ridlwan Nasir, Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal Pondok Pesantren di Tengah Arus Perubahan, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010), hlm 87. 10 file:///G:/API.htm, diakses 4 Januari 2014 11 Puasa ngrowot adalah puasa dalam bentuk tirakat dengan memakan jagung pengganti nasi dalam jangka waktu tertentu ( Wawancara dengan Ibu Munita Sari (19 Februari 2014)) 12 Sorogan berasal dari kata Sorog (Jawa) yang berarti menyodorkan. Setiap santri secara bergilir menyodorkan kitabnya di hadapan kyai atau badal (pembantunya). (M. Ridlwan Nasir, Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal Pondok Pesantren di Tengah Arus Perubahan, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010), hlm 111. Wethon atau biasa disebut juga bandongan atau halaqah yaitu dimana para santri mengikuti pelajaran dengan duduk disekeliling kyai atau dalam ruangan (kelas) dan kyai menerangkan pelajaran seperti kuliah. Ibid., hlm. 113. 9
5
Pesantren API sejak tahun 2007 telah membuka jalur pendidikan formal (sekolah) yakni SMK yang kemudian diberi nama SMK Syubanul Wathon (SW). SMK SW berdiri atas masukan dari para alumni dan masyarakat setempat yang menginginkan adanya pendidikan formal dalam pesantren. Upaya
ini
dimaksudkan
agar
masyarakat
dapat
memilih.
Antara
menyekolahkan anaknya di SMK sekaligus mendapatkan pendidikan agama, atau hanya mengenyam pendidikan pesantren tanpa mendapatkan pendidikan formal. Meskipun berada di naungan pesantren API, SMK SW memiliki asrama sendiri yang diperuntukkan bagi siswa-siswanya. Namun tetap dalam proses pembelajaran yang diterapkan mengacu pada proses pembelajaran yang ada di pesantren API sehingga SMK SW disebut SMK berbasis pesantren. SMK Syubbanul Wathon adalah lembaga pendidikan kejuruan yang bergerak dibidang IT (Information Technologi) dan dikelola oleh Yayasan Syubbanul Wathon. SMK SW memiliki 3 bidang jurusan yaitu TKJ (Teknik Komputer
Jaringan)
berkonsentrasi
pada
pemprograman,
Multimedia
berkonsentrasi pada aplikasi (video syuting, desain) dan Tata Busana.13 SMK SW meskipun salafi tetapi tetap diberi kebebasan untuk mengkaji IT (Information Technologi). Meskipun diberikan kebebasan dalam mempelajari IT (Information Technologi) akan tetapi tetap ada pengawasan yang memberikan keseimbangan antara salafi dengan IT ((Information Technologi). 13
Wawancara dengan Ibu Retno Alfiana (11 Januari 2014)
6
Sehingga proses di SMK SW berbeda pada SMK pada umumnya yang cenderung lebih bebas tanpa ada pengawasan yang lebih mengingat tidak berpesantren. Prestasi yang ditorehkan sekolah ini juga sangat bagus pada tahun ajaran 2009/ 2010 sampai 2012/2013 SMK Syubbanul Wathon mendapat rangking 1 sekabupaten Magelang dengan nilai Ujian Nasional terbaik meskipun SMK ini baru berdiri 5 tahun silam14. Berdasarkan
data
Direktorat
Pembinaan
Sekolah
Kejuruan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), jumlah SMK di Indonesia mencapai 10957 dan 8083 diantaranya SMK milik swata15. Sedangkan di Kabupaten Magelang sendiri terdapat 42 SMK negeri dan swasta. Dari jumlah tersebut hanya 5 SMK yang berbasis pesantren16. Salah satunya adalah SMK Syubbanul Wathon yang berada di lingkungan pesantren API. Hal ini menggambarkan bahwa di Magelang masih sedikit SMK yang berbasis pesantren. Dari hasil penelitian awal yang dilakukan oleh peneliti selama ini di peroleh hasil bahwa dari awal berdiri hingga sekarang sudah terlihat perubahan yang signifikan. Dari data peseta didik yang diterima sejak tahun 2007 hingga tahun 2013 yang awalnya jumlah peserta didik 110 santri menjadi 680 santri.17 Dari peserta didik kelas 1 sampai dengan kelas 3 SMK diwajibkan untuk tinggal di asrama/pesantren. Dengan diibaratkan “mondok
7
Wawancara dengan Agus (11 Januari 2014) http://datapokok.ditpsmk.net (diakses pada tanggal 18 November 2013) 16 Wawancara dengan Bapak Eko ( 11 Januari 2014) 17 Wawancara dengan Agus (11 Januari 2014) 15
7
dengan sekolah bukan sekolah dengan mondok”.18 Hal itu dimaksudkan agar peserta didik bisa mendapatkan pelajaran agama seperti yang diajarkan di pesatren juga pengetahuan modern seperti keterampilan IT (Information Technologi). Meski masih tergolong baru dan belum lama berjalan, namun sudah terlihat perubahan yang lebih baik tiap tahunnya. Demikian juga kendala yang dihadapi juga bermacam-macam. Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “ SMK Alternatif Berbasis Pesantren (Studi Tentang Upaya Memadukan Agama dan Teknologi di SMK Syubbanul Wathon).
B. Rumusan Masalah Dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut : 1. Mengapa Pesantren Asrama Perguruan Islam (API) mendirikan SMK Syubbanul Wathon? 2. Bagaimana proses pendidikan di SMK Subbanul Wathon?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui latar belakang Pesantren (API) mendirikan SMK Syubbanul Wathon.
18
Pengertian Asrama adalah tempat tinggal atau tempat istirahat sepulang sekolah tanpa diberikan sistem pembelajaran (Wawancara dengan Ibu Munita Sari (11 Januari 2014)
8
2. Untuk mengetahui proses apa saja yang dikembangkan di SMK Syubbanul Wathon. Sedangkan manfaat penelitian ini adalah: 1. Secara teoritis Menambah dan memperluas keilmuan dalam dunia pendidikan khususnya tentang proses pendidikan di SMK Syubbanul Whaton berbasis pesantren. 2. Secara Praksis a. Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang bagaimana sebuah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) berbasis pesantren dalam menjalankan fungsi- fungsinya secara equilibirium sehingga program tersebut dapat dijadikan contoh acuan bagi sekolah yang lain khususnya SMK dalam menerapkan nilai-nilai pendidikan berbasis pesantren. b. Untuk menambah wawasan tambahan kepada para orang tua agar tidak ragu untuk menyekolahkan anak mereka ke sekolah berbasis asrama, dikarekan dalamnya terdapat banyak kelebihan dibandingkan dengan sekolah umum biasa.
D. Tinjauan Pustaka Penelitian sebelumnya tentang proses pendidikan berbasis pesantren sudah banyak dilakukan diantaranya Penelitian tentang “Pesantren dan Integrasi Sosial dalam Masyrakat (Studi Tentang Pondok Pesantren Pabelan,
9
Kecamatan Mungkid, Magelang, Jawa Tengah)”yang diteliti oleh Muhammad Nurhakim. Penelitian ini membahas mengenai pesantren dan integrasi sosialnya dalam masyarakat, pembahasan ini menyajikan bagaimana upaya pondok pesantren menjadi bagian yang integral (terintegrasi) dalam kehidupan kepesantrenan dengan masyarakat sekitar, dengan melihat bagaimana interaksi sosial pondok pesantren dengan masyarakat sekitar, tradisi-tradisi keagamaan Pondok Pesantren dalam proses integrasi sosial, fungsi Pondok Pesantren dalam masyarakat, dan ada tidaknya kebutuhan serta harapan, dari kedua komunitas untuk berintegrasi. Dalam peneltian ini yang menjadi subjek penelitian adalah pengurus Pondok Pesantren Pabelan Muntilan Magelang Jawa Tengah yaitu Kyai atau Pimpinan Pondok Pesantren, Ustadz, santri, dan masyarakat sekitar pondok pesantren. Sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah mencerminkan adanya bentuk integrasi Pesantren terhadap lingkungan masyarakat sekitar. Hasil dari penelitian ini adalah adanya ikatan sosial yang harmonis antara pondok pesantren dengan masyarakat sekitar khususnya dalam kegiatan keagamaan, dan sosial lainnya antara komunitas pesantren dengan masyarakat sekitar bisa berinteraksi dengan mudah, meskipun Pesantren Pabelan dengan tradisi yang unik terkesan sulit memberikan kontribusiyang nyata atas integrasi sosial dalam masyarakat.19 Penelitian selanjutnya dalam jurnal “ Peran SMP berbasis Pesantren sebagai Upaya Penanaman Pendidikan Karakter kepada Generasi Bangsa” 19 Muhammad Nurhakim, Pesantren dan Integrasi Sosial dalam Masayarakat (Studi tentang Pesantren Pabelan, Kecamatan Mungkid, Magelang, Jawa Tengah, (Yogyakarta : Skripsi, Program Studi Sosiologi Agama Fakultas Ushuludin UIN Sunan Kalijaga, 2012), hlm 9-22.
10
oleh Didik Suhardi berisikan tentang peran Sekolah Menengah Pertama berbasis pondok pesantren dalam upaya menanamkan pendidikan kepada generasi bangsa Indonesia. Karakter bangsa yang mulai luntur di tengah arus globalisasi dan modernisasi seperti sekarang ini harus segera diatasi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui sistem pendidikan yang mencerdaskan sekaligus mencerahkan seperti yang diterapkan di sekolah berbasis pesantren. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sekolah berbasis pesantren mempunyai peran yang signifikan dalam upaya pembentukan karakter bangsa. Pendidikan pondok pesantren dapat membentuk peserta didik yang berjiwa religius, akhlakul hasanah, disiplin, sederhana, menghormati orang yang lebih tua, dan memahami filosofis kehidupan.20 Penelitian dari Fuad Ashari tentang Integrasi Sosial Pondok Pesantren Darussa’adah Desa Kritig Kecamatan Petanahan Kabupaten Kebumen Jawa Tengah. Penelitian ini menjelaskan Pondok Pesantren Darussa’adah salah satu pondok pesantren di Kebumen, memiliki keunikan dan orientasi berbeda dengan pondok-pondok pada umumnya. Pesantren ini lebih mengorentasikan aktivitas pada masalah sosial kemasyarakatan namun tidak meninggalkan karakter dasar sebagai lembaga dakwah Islamiyah. Bentuk kegiatan sebagai media integrasi sosial yang dilakukan Pondok Pesantren Darussa’adah meliputi bidang pelayanan kesehatan, bidang ekonomi yang kesemuanya 20
Didik Suhardi, Peran SMP Berbasis Pesantren sebagai Upaya Penanaman Pendidikan Karakter kepada Generasi Bangsa, Jurnal Pendidikan Karakter tahun II no. 3 Oktober 2012.
11
memberi manfaat. Hubungan yang harmonis antara Pondok Pesantren Darussa’adah dan masyarakat sebagai faktor pendukung integrasi sosial. Hasil dari penelitian ini adalah pesantren dalam melakukan integrasi sosial menggunakan proses sesuai dengan karakteristik masyarakat seperti melalui kegiatan sosial kemasyarakatan baik formal maupun non formal dengan melibatkan masyarakat sekitar pesantren. Bentuk kegiatan sebagai media integrasi yang membawa perubahan sosial yang dilakukan Pondok Pesantren Darussa’adah bagi masyarakat yaitu bidang pelayanan kesehatan misalnya dengan adanya posyandu, pusat keluarga sejahtera, KIA, perbaikan gizi. Berdasarkan proses integrasi sosial terdapat hubungan kerjasama antara Pondok Pesantren Darusa’adah dengn masyarakat yang dilandasi dengan beberapa nilai dan berfungsi sebagai penentu utama tingkah laku.21 Penelelitian kali ini memiliki persamaan dan perbedaan yang memperkuat hasil penelitian terdahulu yaitu adanya ikatan sosial yang harmonis antara SMK SW dengan masyarakat sekitar. Interaksi sosial antara santri dan masyarakat sangat baik bahkan kehadiran santri selalu ditunggu oleh masyarakat meskipun terbatas. Keterbatasan santri dikarenakan padatnya kegiatan di SMK SW berbasis asrama. Akan tetapi keterbatasan tersebut, tidak menjadikan penghalang santri untuk berinteraksi dengan masyarakat. Tidak seperti halnya SMK SW yang tidak terbatasi. Selain itu interaksi santri tidak hanya terfokus
21 Fuad Ashari, Integrasi Sosial Pondok Pesantren Darussa’adah Desa Kritig Kecamatan Petanahan Kabupaten Kebumen Jawa Tengah, ( Yogyakarta : Skripsi, Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah UIN Suna Kalijaga, 2001), hlm. 83.
12
pada masyarakat, akan tetapi juga dalam lingkup SMK SW yang meliputi kepala sekolah, guru, pengurus dan santri lainnya. Kemudian SMK SW yang berbasis pesantren mempunyai peran signifikan dalam pembentukan karakter para santri. Adanya proses pendidikan berbasis pesantren menjadikan budaya di SMK SW berbeda dengan SMK pada umumnya. Dilengkapi dengan asrama yang menjadikan faktor pendukung proses pendidikan dapat berjalan maksimal.
E. Landasan Teori 1. Teori Rasionalisasi oleh Weber Weber yang begitu luas terhadap kekhasan, asal usul dan perkembangan “rasionalisme” yang menjadi jantung sosiologi. Perhatian Weber dalam rasionalisasi yaitu keteraturan dan pola-pola tindakan dalam peradaban, institusi, organisasi, strata, kelas dan kelompok. Weber cenderung memusatkan perhatiannya pada stuktur dan institusi sosial seperti birokrasi, stratifikasi, hukum, kota, agama, politik dan ekonomi.22 Seperti yang dikatakan Weber bahwasannya semakin masyarakat menjadi modern maka semakin dijauhakan dengan nilai dan makna hidup yaitu agama.23 Weber menghabiskan waktu untuk menganalisis sejauh mana agama- agama awal yang lebih primitif, sebagai penghambat lahirnya rasionalitas. Rasionalisasi terikat pada kelompok kongkret. 22
Goerge Ritzer, Teori Sosiologi Dari Teori Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern (Yogyakarta, Kreasi Wacana, 2010) hlm, 150. 23 Achmad Zainal Arifin, Charisma and Rationalisation in a Modernising Pesantren, Thesis (Australia, Religion and Society Reseach Centre, University of Western Sydney, 2012) hlm 9
13
Weber menjelaskan pada kasus spesifik rasionalisasi birokrasi, dimana semakin adanya diferensiasi terhadap pembagian ilmu-ilmu sehingga menampilkan aspek-aspek yang lain. Rasionalisasi birokrasi seperti rasionalisasi administrasi berkaitan dengan sistem birokrasi, urusan administrasi di SMK SW. Munculnya SMK merupakan proses dari rasionalisasi pesantren API, yaitu yayasan API mendirikan SMK atas dasar kebutuhan masyarakat. Menurut Weber, rasionalisasi dapat dilihat berdasarkan kompetensi, kualitas dan memberikan keuntungan yang banyak seperti efisiensi dan efektifitas.24 2. Teori Fungsi Laten dan fungsi Manifes ole Robert K. Merton Robert K. Merton menjelaskan bahwa dalam sebuah sistem terdapat fungsi. Fungsi menurut merton, didefinisikan sebagai konsekunsi yang didasari dan yang menciptakan adaptasi atau penyesuaian suatu sistem.25 Menurut teori Merton sebuah sistem memiliki fungsi dan disfungsi, seperti halnya di SMK SW. Namun fungsi yang dimiliki lebih dominan dibandingkan dengan disfungsi. Fungsi sendiri masih terdiri dari fungsi manifest dan fungsi laten. Secara sederhana fungsi manifes adalah yang dikehendaki, sementara fungsi laten adalah yang tidak dikehendaki.26 Begitu juga yang terjadi di SMK SW yang memliki fungsi manifes dan fungsi laten. Fungsi manifes yang di miliki SMK SW yakni 24
Ibid., Ibid., hlm. 269 26 Geoge Ritzer and Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi dari Sosiologi klasik sampai Perkembangan mutakhir Teori Sosial Post Modern, (Yogyakarta : Kreasi wacana, 2010), hlm. 272 25
14
pemberiaan ilmu yang mengintegrasikan agama dengan keterampilan. Proses pembelajaran yang ada di SMK yaitu dengan mengikuti kurikulum Dinas pendidikan yang ditambah dengan kurikulum kepesantrenan. Kurikulum SMK SW dimaksudkan adanya keseimbangan pesantren salaf dengan IT (Information Technologi). mengintegrasikan ilmu agama dan ilmu umum. Selain fungsi manifest SMK SW juga memiliki fungsi laten yaitu SMK SW menjadi pilihan bagi masyarakat, dimana sistem pembelajaran SMK SW berbeda dari sistem pembelajaran SMK pada umumnya. SMK SW menggunakan sistem pendidikan yang memadukan agama dan teknologi.
F. Metode Penelitian 1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.27 Metode penelitian juga mempunyai arti sebagai suatu jalan atau cara-cara yang nantinya akan ditempuh guna lebih mendalami objek studi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif yaitu metode penelitian yang mengeksplorasi dan memahami individu atau kelompok dianggap berasal dari masalah sosial.28 Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif penulis 27
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 2. 28 John W. Creswell, Research Desain: Pendekatan Kualitatif, Kualitatif dan Mixed, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010) Edisi Ketiga, hlm.263.
15
menjelaskan dan menggambarkan secara mendalam tentang proses pendidikan yang ada di SMK Syubbanul Wathon berbasis pesantren. Penelitian ini menggunakan pendekatan Deskriptif analisis merupakan bentuk penelitian yang paling dasar. Ditujukan untuk mendiskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia. Penelitian ini mengkaji bentuk aktivitas, karakteristik, hubungan kesamaan, dan perbedaan dengan fenomena lain.29 Karena penelitian ini bermaksud untuk mendiskripsikan proses pendidikan pesantren yang dilakukan oleh subjek peneltian. Penelitian ini dideskripsikan dengan memperhatikan semua peristiwa yang terjadi dan berusaha mengungkap kesadaran dari subjek penelitian yang terdiri dari santri, guru, kegiatan sekolah dan seluruh aktifitas di pesantren, dengan tujuan untuk melihat sejauh mana berkembangnya proses pendidikan di SMK Syubbanul Wathon berbasis pesantren. Penelitian ini mengambil lokasi di SMK Syubbanul Wathon Tegalrejo, Magelang. Peneliti memilih tempat tersebut dikarenakan banyak prestasi-prestasi yang ditorehkan serta dapat mengkolaborasikan SMK dengan asrama. Sasaran dari penelitian antara lain mengapa Pesantren Asrama Pelajr Islam mendirikan SMK Syubbanul Wathon. Kemudian
untuk
mengetahui
proses
pendidikan
apa saja yang
dikembangkan dalam sistem pesantren. 29
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 72.
16
2. Metode pengumpulan data a. Observasi Pada penelitian ini observasi atau pengamatan langsung yang di dalamnya peneliti ikut serta untuk mengamati perilaku dan aktivitas individu-individu di tempat penelitian.30 Peneliti dalam melakukan observasi dengan cara merekam atau mencatat baik dengan cara terstruktur maupun semistruktur (dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang memang ingin diketahui oleh peneliti) dalam aktivitas penelitian.31 Dengan menggunakan metode observasi, peneliti dapat mengetahui kegiatan dari peserta didik, guru, kegiatan di sekolah dan seluruh aktifitas di asrama. b. Wawancara Wawancara adalah teknis memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab dan bertatap muka (face to face) antara orang yang mewawancarai.32 Peneliti dalam melakukan wawancara, dengan mewawancara secara langsung sebanyak 15 orang diantaranya kepala sekolah, guru, santri, kegiatan di sekolah dan seluruh aktifitas asrama di SMK Syubbanul Wathon. Penulis memilih informan sebagai subjek yang merupakan representasi dari keseluruhan objek penelitian.
30
John W. Creswell, Reseach Desain: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010) Edisi Ketiga, hlm. 267. 31 Ibid., hlm. 267. 32 Ibid., hlm. 267.
17
c. Dokumentasi Dalam proses penelitian, peneliti juga bisa mengumpulkan dokumen yang berupa dokumen publik (seperti, koran, makalah, laporan kantor) ataupun dokumen privat (seperti, buku harian, surat, email).33 Dokumen-dokumen yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini antara lain dokumen sejarah Pesantren Asrama Perguruan Islam (API) dan SMK Syubbanul Wathon, dokumen santri-santriwati, dokumen prestasi akademik, data peserta didik asrama / pesantren, data tenaga pendidik dan pengasuh asrama/ pesantren, data kegiatan di SMK SW dan asrama/ pesantren, dan data-data lain yang menguatkan hasil penelitian. 3. Metode Analisis Data Pengelolaan data ini dimulai dengan mengorganisasikan data yang sudah terkumpul, kemudian diurutkan ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian. Untuk mempermudah pengklasifikasian, data tersebut dan diberi kode. Analisis dilakukan secara intensif setelah pengumpulan data selesai.34 Metode analisis data yang digunakan penulis analisis diskriftif yang dikembangkan oleh Milles dan Hubberman dengan tiga langkah sebagai berikut :35
33
Ibid., hlm. 270. Ibid., hlm. 274. 35 Mattew B. Milles and A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif, (Jakarta: Universitas Indonesia, UI Press, 2007), hlm. 16-18. 34
18
a. Reduksi Data Reduksi data merupakan kegiatan pemilihan, penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan tertulis lapangan, sehingga menjadi lebih fokus sesuai dengan objek penelitian. Reduksi data berlangsung selama proses penelitian sampai tersusunnya laporan akhir penelitian. b. Penyajian Data Penyajian data sekumpulan informasi yang memberikan kemungkinan
adanya
penarikan
kesimpulan
dan
pengambilan
tindakan. Penyajian data dalam skripsi merupakan penggambaran seluruh informasi tentang bagaimana sistem asrama/ pesantren dapat mengembangkan pendidikan pesantren bagi para santrinya. c. Menarik kesimpulan Kegiatan analisis ketiga yang penting adalah menarik kesimpulan dan verifikasi. Dari permulaan pengumpulan data, seorang penganalisis kualitatif mulai mencari arti benda-benda mencatat keteraturan,
pola-pola
penjelasan,
konfigurasi-konfigurasi
yang
mungkin, alur sebab akibat, dan proposisi. Penarikan kesimpulan, dalam pandangan kami, hanyalah sebagian dari satu kegiatan konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga di verifikasi selama penelitian berlangsung. Singkatnya makna-makna yang muncul dari data hari diuji kebenarannya yakni yang merupakan validitasnya
19
G. Sistematika Pembahasan Untuk memudahkan pembahasan dan pemahaman dalam penyusunan membagi ke dalam beberapa bab dan subbab sebagai berikut: BAB I merupakan gambaran umum tentang isi skripsi ini secara keseluruhan, yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, sistematika pembahasan. Hal ini dimaksudkan untuk mengarahkan pembaca pada esensi dari penelitian ini. BAB II Peneliti menguraikan gambaran umum lokasi tempat penelitian, diantaranya tentang letak geografis sekolah, sejarah berdiri dan perkembangan, tujuan, visi dan misi, kondisi fisik sekolah dan stuktur organisasi sekolah, serta gambaran khusus program pesantren. BAB III berisi penjelasan dari inti penelitian dan pembahasannya. Bab ini akan membahas tentang proses pendidikan yang dikembangkan dalam sistem pesantren di SMK. BAB IV berisi analisis penelitian dengan teori ataupun data yang dipakai. BAB V berisi kesimpulan dan saran.
87
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai pola pendidikan SMK berbasis pesantren studi tentang SMK Syubbanul Wathon di Tegalrejo Magelang, maka dapat disimpulkan : 1. SMK Syubbanul Wathon (SW) didirikan karena tuntutan masyarakat. Tuntutan masyarakat agar mendirikan SMK SW yaitu menyediakan pendidikan formal berbasis asrama. Berbekal dari pesantren Asrama Perguruan Islam (API) yang masih kental dengan pengajaran salafnya. Adanya integrasi antara pendidikan formal yaitu SMK SW dengan asrama, sangat mendukung dalam proses pembelajaran yang lebih maksimal. Asrama di SMK SW tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal, akan tetapi di asrama juga terdapat proses pembelajaran yang mendukung SMK SW. Selama proses pendirian SMK SW yang pada awalnya mengalami sedikit kendala yaitu beberapa pihak khususnya keluarga pesantren API. Alasan dikhawatirkan waktu belajar materi kepesantrenan berkurang sehingga input yang didapat santri tidak sejalan dengan yang diharapkan pesantren. Kekhawatiran yang ditakutkan oleh Pesantren API memotivasi K.H Achmad Izzuddin selaku kepala sekolah SW untuk mendirikan SMK SW. Seiring perkembangan yang ditorehkan SMK SW memberikan
87
88
kepercayaan sepenuhnya kepada SMK SW untuk terus berkaya dengan visi unggul dalam mutu dan memiliki keteguhan iman serta akhlaqul karimah. Visi dan misi dapat berjalan tidak hanya dilakukan oleh para santri saja, akan tetapi didukung oleh sistem pengelolaan SMK yang baik. Sistem pengelolaan SMK yang baik yaitu dengan cara peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) yang melibatkan semua pihak SMK SW. Pada masa kepemimpinan KH. Achmad Izzuddin SMK SW memiliki 3 juru san yaitu Teknik Komputerdan Jaringan (TKJ), Multimedia dan Tata Busana. Kompetensi lulusan SMK SW selain menguasai, santri juga dapat mengaplikasikannya sesuai dengan jurusan masing-masing. 2. Proses pendidikan di SMK SW berbasis pesantren yaitu tidak hanya mengunggulkan ilmu umum tetapi juga ilmu agama. SMK SW berbeda dengan SMK pada umumnya dikarenakan di SMK SW berbasis pesantren maka terbentuk pola pendidikan yang berbeda. Seperti halnya pembagian kelas santri baik putra maupun putri dipisahkan. Sistem Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang ada juga mengikuti kurikulum SMK pada umumnya. SMK SW juga menggunakan kurikulum dari dinas pendidikan dan ditambah dengan materi kepesantrenan. Kurikulum SMK SW dimaksudkan
adanya
keseimbangan
pesantren
salaf
dengan
IT
(Information Technologi) mengintegrasikan ilmu agama dan ilmu umum. Metode pembelajaran yang ada di SMK SW yaitu diskusi, hafalan, percakapan (convertition) dan ditambah dengan metode pembelajaran yang digunakan di asrama yaitu sistem sorogan, weton, mukhawah yaitu
89
pembelajaran bilingual, basul mashail, kitab kuning. Semua kembali kepada guru yang pengampu masing-masing pelajaran. Budaya yang ada di SMK SW yang terlihat berbeda yaitu kebiasaan para santri pada saat bertemu dengan guru-guru selalu berjabat tangan sebagi tanda takdhim atau patuh terhadap guru.
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian secara keseluruhan proses pendidikan yang ada di SMK Syubbanul Wathon (SW) sudah sangat efektif didukung dengan pengembangan asrama, akan tetapi perlu adanya beberapa tambahan yaitu : 1. Bagi SMK SW, ke depanya dalam pengaturan jam antara jam mengaji dengan jam mata pelajaran umum agar lebih baik lagi input antara ilmu agama dan umum bisa lebih seimbang. Guru atau pembimbing di asrama sebagai tenaga bantu untuk ditambah, agar santri-santri ketika belajar malam ada yang membimbing. Kaderisasi pengurus agar eksistensi asrama tetap terjaga dalam artian selalu ada penerus pengurus. 2. Bagi masyarakat yaitu masyarakat dapat memilih SMK SW bahkan menjadikan prioritas untuk anaknya bersekolah di SMK SW berbasis pesantren. 3. Bagi masyarakat akademik yaitu dapat memperluas kajian penelitian tentang proses pendidikan berbasis pesantren.
90
DAFTAR PUSTAKA
Arifin. 1995. Agama, Ilmu dan Teknologi. Jakarta: PT. Golden Trayon Press Asril, Zainal. 2010. Micro teaching disertai dengan Pedoman Pengalaman Lapangan. Jakarta : Raja Grafindo Persada Bakry, Nazar. 1996. Fiqh dan Ushul Fiqh. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Creswell, John W. 2010. Research Desain: Pendekatan Kualitatif, Kualitatif dan Mixed. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Haryanto,Sugeng. 2012. Persepsi Santri terhadap perilaku Kepemimpinan Kiai di Pondok Pesantren (studi Interaksionalisme Simbolik di Pondok Pesantren Sidogiri-Pasuruan). Jakarta : Kementrian Agama RI HM. Amin Haedari, dkk. 2004. Masa Depan Pesantren Dalam Tantangan Modernitas dan Tantangan Komplesitas Global. Jakarta : IRD PRESS Idi, Abdullah. 2011. Sosiologi Pendidikan Individu, Masyarakat, dan Pendidikan. Jakarta :Raja Grafindo Persada Madjid, Nucholis. 1997. Bilik-Bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan. Jakarta : Paramadina Mattew B. Milles and A. Michael Huberman. 2007. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia, UI Press Mubaraq, Zulfi,. 2010. Sosiologi Agama. UIN- MALIKI Muhammad Rafa’i. 2011. Sosiologi Pendidikan Struktur dan Interaksi Sosial di dalam Institusi Pendidikan. Yogyakarta : AR-RUZZ MEDIA Mujamil, Qomar. 2002. Pesantren Dari Transformasi Metodelogi Menuju Demokratisasi Institusi, Jakarta: Erlangga Mun’im Muhamad Khallaf,Abdul.1992. Agama dalam Perspektif Rasional. Jakarta : Pustaka Firdaus Nasir, M Ridlwan. 2010. Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal Pondok Pesantren di Tengah Arus Perubahan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Peters, Laurence. 2011. Pendidikan Global Menggunakan Teknologi untuk Memperkenalkan Dunia Global kepada Para siswa. Jakarta : PT Indeks
90
91
Ritzer,George.2010. Teori Sosiologi Dari Teori Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern.Yogyakarta : Kreasi Wacana S. Nasution. 1999. Sosiologi Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta Syaodih, Nana Sukmadinata. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Sztompka, Piotr. 2008. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenanda Undang-undang no 20 SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional), Jakarta, Sinar Grafika, 2003. Ziemek, Manfred.1986. Pesantren Dalam Perubahan Sosial, Jakarta : P3M
SKRIPSI : Achmad Zainal Arifin, Charisma and Rationalisation in a Modernising Pesantren,Thesis (Australia, Religion and Society Reseach Centre, University of Western Sydney,2012) Didik Suhardi, Peran SMP Berbasis Pesantren sebagai Upaya Penanaman Pendidikan Karakter kepada Generasi Bangsa, Jurnal Pendidikan Karakter tahun II no. 3 Oktober 2012 Fuad Ashari, Integrasi Sosial Pondok Pesantren Darussa’adah Desa Kritig Kecamatan Petanahan Kabupaten Kebumen Jawa Tengah, ( Yogyakarta : Skripsi, Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah UIN Suna Kalijaga, 2001. Muhammad Nurhakim, Pesantren dan Integrasi Sosial dalam Masayarakat (Studi tentang Pesantren Pabelan, Kecamatan Mungkid, Magelang, Jawa Tengah, Yogyakarta: Skripsi, Program Studi Sosiologi Agama Fakultas Ushuludin UIN Sunan Kalijaga, 2012. INTERNET : file:///G:/API.htm, diakses 4 Januari 2014 http://datapokok.ditpsmk.net (diakses pada tanggal 18 November 2013)
92
(http://www.risalahislam.com/2013/10/pengertian-tahayul-bidah-dankhurafat.html) diakses 21 Januari 2014 http://regional.kompas.com/read/2012/03/07/10470286/Tawuran.Sudah.Merembet .ke.Siswa.sd (diakses tanggal 3 Juni 2014 pukul 16.00 WIB) http://regional.kompas.com/read/2013/07/22/1226551/hendak.tawuran (diakses 3 Juni 2014 pukul 16.00 WIB) http://regional.kompas.com/read/2013/04/17/19260436/contact.html (diakses 3 Juni 2014 pukul 16.00 WIB) http://regional.kompas.com/red/2009/10/26/20485354/kenakalan.Remaja.Indikasi. Menipisnya.Rasa.Bela.Negara.. (diakses 3 Juni 2014 pukul 16.00 WIB) http://nasional.inilah.com/read/detail/2060555/inilah-kiat-mendikbud-atasikenakalan-pelajar# .U46oSlMreZQ (diakses 4 Juni 2014 pukul 12:06)
STRUKTUR ORGANISASI SMK SYUBBANUL WATHON TEGALREJO
PENGASUH
:
H. NASRUL ARIEF
KEPALA SEKOLAH
:
H. ACHMAD IZZUDDIN, Lc
WAKA KURIKULUM WAKA KESISWAAN
:
WAKA KEPESANTRENAN
:
KAPRODI TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN
EKO MARWATI
:
RAHAYUNINGSIH, S.Pd.Si MUHAMMAD BAIDLOWI 1.
DIMYATI ROIS
2.
MUKHIBIN RICO AGUNG FIRMANSYAH,
:
S.Kom
KAPRODI MULTIMEDIA
:
YULININGSIH, A. Md
KAPRODI TATA BUSANA
:
TITIK RATMAWATY, S. Pd.t
KASI BINA PRESTASI
:
BAHRUL ULUM, S. Pd.
PEMBINA SWIS.COM
:
1.
AAN AMIR ROGHIBIN
2.
ABDUL AZIS, S.Pd
3.
SUPRIYATI, S.Kom
KEPALA TATA USAHA
:
ZITRO ATRAY TANTO
KASI. KEPEGAWAIAN
:
EKO PURWANTO
KASI. KEUANGAN
:
QURROTA A'YUN
SIE. KEARSIPAN
:
ROCHIMATUL QISTIYAH
GARDENER
:
WIRANTO
PENJAGA SEKOLAH
:
HURI
STAFF GURU
:
1.
BADARUDDIN
2.
M. DIMYATI
3.
ISMIYATUN, S.Pd
4.
HARYONO, S.Pd
5.
ROSI WAHYUNI, S. Pd
6.
MAZIYATUL MA'WA, S.S
7.
ACHMAD NURHAMID
8.
ACHMAD IBROHIM
9.
MUH CHAMIM
10. PURWADI, S. Pd 11. TRI LAKSONO, S.KoM 12. FARIDA HIDAYATI, S.Pd 13. DWI ERMA SHOFIANA, S.Pd.Si 14. MUNITA SARI, S.Pd.I 15. RETNO SARININGSIH, S.Si 16. ULFAH NUR HIDAYATI,S.SoS 17. SITI KOMSATUN ASFIATI, S.E 18. APRIYANTI PANCA PUTRI, S.Pd HERNAWATI ANDARMIATI, 19. S.Hum 20. MUCHAMAD MUSAFAK 21. NUR ALFI MU'ANAYAH, M.Hum 22. SEKAR PUSPITA SARI, M.Si 23. EKO PURWANINGSIH, S.Pd 24. SARI WAYUNINGSIH, S.Pd MUHAMMAD FAKHRY ALI, 25. S.Kom YHONIS PUTRI PROBOWATI, 26. S.Pd.Si 27. ARI CAHYA MAWARDI, S.Pd.Si 28. ARI SETYAWATI, S.Pd 29. RETNO PUTRANTI, S.Kom
Tabel Mata Pelajaran SMK Subbanul Wathon 1
BAHASA INDONESIA
ROSI WAHYUNI, S.Pd SARI WAHYUNINGSIH, S.Pd BAHRUL ULUM, S.Pd
2
BAHASA INGGRIS
MAZIYATUL MA'WA, S.S NUR ALFI MU'ANAYAH, M.HuM SEKAR PUSPITA SARI, M.Si ISMIYATUN, S.Pd
3
MATEMATIKA
FARIDA HIDAYATI, S.Pd DWI ERMA S, S.Pd.Si APRIYANTI PANCA P, S.Pd.Si YULININGSIH, A.Md
4
MULTIMEDIA
M. FAKHRY ALI, S.Kom EKO PURWANTO
5
TKJ
RICO AGUNG F, S.Kom RETNO PUTRANTI, S.Kom
6
TATA BUSANA
TITIK RATMAWATY, S.Pd.T EKO MARWATI R, S.Pd.Si
7
FISIKA
YHONIS PUTRI P, S.Pd.Si ARI CAHYA MAWARDI, S.Pd.Si
8
KIMIA
EKO MARWATI R, S.Pd.Si RETNO SARININGSIH, S.Si
9
IPA
RETNO SARININGSIH, S.Si EKO PURWANINGSIH, S.Pd
10
IPS/PKN
ULFAH NURHIDAYATI, S.Sos QARINA SANDIAYANTI, S.Sos
11
KWU
SITI K. ASFIATI, S.E ARI SETYAWATI, S.Pd
12
PENJASKES
PURWADI, S.Pd HARYONO, S.Pd
ABDUL AZIS, S.Pd 13
14
HARDWARE
TRI LAKSONO, S.Kom
SOFTWARE
MUCHAMAD MUSAFAK
KKPI
SUPRIYATI, S.Kom M. FAKHRY ALI, S.Kom
15
AKUNTANSI
16
PAI
SUPRIYATI, S.Kom DIMYATI ROIS BADARUDDIN MUKHIBIN M. DIMYATI
17
QIROATI
ACHMAD IBROHIM TAROCHIM A. NURHAMID MUH CHAMIM M. BAIDLOWI TAROCHIM
18
AMSILATI
A. NURHAMID MUH CHAMIM M. BAIDLOWI
Tabel Sarana Prasarana SMK Subbanul Wathon No
Jenis Sarana Prasarana
Jumlah
1.
Ruang Guru dan Tata Usaha
1
2.
Ruang Kepala Sekolah
1
3.
Ruang Kelas Teori
10
4.
Laboratorium Jaringan
1
5.
Laboratorium KKPI
1
6.
Laboratorium Hardsare
1
7.
Laboratorium Multimedia
1
8.
Gedung Olahraga
1
9.
Gedung Asrama
3
10.
Gudang
1