EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN GROUP TO GROUP DENGAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 BANGUNTAPAN BANTUL
SKRIPSI untuk memenuhi sebagai persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1
Program Studi Pendidikan Matematika
diajukan oleh : AMALIAH RIZQI WIBOWO 06600039
Kepada PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2010
i
ii
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
FM-UINSK-BM-05-03/RO
SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI/TUGAS AKHIR Hal : Persetujuan Skipsi Lamp : 3 Eksemplar Skipsi Kepada: Yth. Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga Di Yogyakarta Assalamu’alaikum Wr. Wb. Setelah membaca, meneliti, memberikan petunjuk dan mengoreksi serta mengadakan perbaikan seperlunya, maka kami selaku pembimbing berpendapat bahwa skripsi saudara: Nama NIM Judul Skripsi
: Amaliah Rizqi Wibowo : 06600039 : Efektivitas Pembelajaran Matematika Menggunakan Metode Pembelajaran Group To Group dengan Pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Banguntapan Bantul
Sudah dapat diajukan kembali kepada Fakultas Sains dan Teknologi program studi Pendidikan Matematika UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Pendidikan Matematika. Dengan ini kami mengharap agar skripsi/ tugas akhir saudara tersebut diatas dapat segera dimunaqosyahkan. Atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
iii
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
FM-UINSK-BM-05-03/RO
SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI/TUGAS AKHIR Hal : Persetujuan Skipsi Lamp : 3 Eksemplar Skipsi Kepada: Yth. Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga Di Yogyakarta Assalamu’alaikum Wr. Wb. Setelah membaca, meneliti, memberikan petunjuk dan mengoreksi serta mengadakan perbaikan seperlunya, maka kami selaku pembimbing berpendapat bahwa skripsi saudara: Nama NIM Judul Skripsi
: Amaliah Rizqi Wibowo : 06600039 : Efektivitas Pembelajaran Matematika Menggunakan Metode Pembelajaran Group To Group dengan Pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VII Smp Negeri 2 Banguntapan Bantul
Sudah dapat diajukan kembali kepada Fakultas Sains dan Teknologi program studi Pendidikan Matematika UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Pendidikan Matematika. Dengan ini kami mengharap agar skripsi/ tugas akhir saudara tersebut diatas dapat segera dimunaqosyahkan. Atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
iv
HALAMAN PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Amaliah Rizqi Wibowo
NIM
: 06600039
Program Studi
: Pendidikan Matematika
Fakultas
: Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
v
MOTTO
∩⊇⊃∪ #Y‰x©u‘ $tΡÌøΒr& ô⎯ÏΒ $oΨs9 ø⋅Ähyδuρ ZπtΗôqy‘ y7Ρà$©! ⎯ÏΒ $uΖÏ?#u™ !$uΖ−/u‘ ø……………………….. ……………."Wahai Tuhan Kami, berikanlah rahmat kepada Kami dari sisi-Mu dan
sempurnakanlah bagi Kami petunjuk yang Lurus dalam urusan Kami (ini)."(QS. Al-Kahfi ayat 10)1
Allah
tidak
membebani
seseorang
melainkan
sesuai
dengan
kesanggupannya……………… (QS. AL-Baqarah ayat 286)2
1
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang : PT Karya Toha
Putra, 2003).
2
Ibid, Alqur’an dan Terjemahnya, 2003.
vi
PERSEMBAHAN
Untuk kedua orangtuaku, bapak dan ibuku tersayang Kakakku dan kedua adikku tersayang Almamaterku Tercinta Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
Islam
Negeri
Yogyakarta
vii
Sunan
Kalijaga
KATA PENGANTAR ﺑﺴﻢ اﷲ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮﺣﻴﻢ Assalamu’alaikum Wr. Wb. Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam, yang telah memberikan rahmat, hidayah serta inayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas Pembelajaran Matematika Menggunakan Metode Pembelajaran Group To Group Dengan Pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Banguntapan Bantul” ini. Shalawat serta salam tidak lupa semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat serta pengikut-pengikutnya yang senantiasa istiqomah di jalan-Nya. Penulisan skripsi ini dapat terwujud berkat bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini, peneliti mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Dra. Maizer Said Nahdi, M. Si, selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta atas perizinan yang diberikan. 2. Ibu Dra. Hj. Khurul Wardati, M. Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga atas persetujuan penulisan skripsi ini. 3. Bapak M. Wakhid Mustofa, M.Si., selaku pembimbing I yang telah berkenan memberikan petunjuk dan bimbingan dengan penuh kesabaran kepada peneliti sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.
viii
4. Bapak Iwan Kuswidi, S.Pd.I.,M.Sc., selaku pembimbing II yang telah berkenan memberikan petunjuk dan bimbingan dengan penuh kesabaran, serta nasehat yang berharga dan sara-saran dalam penulisan skripsi ini. 5. Ibu Suparni, M.Pd, Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing dan memberikan pengarahan selama ini. 6. Segenap Dosen Program Studi Pendidikan Matematika dan Karyawan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 7. Ibu Kin Tukinami, selaku Kepala SMP Negeri 2 Banguntapan Bantul yang telah berkenan memberikan izin kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian. 8. Ibu Sri Purwanti, S.Pd, selaku guru mata pelajaran matematika kelas VII SMP Negeri 2 Banguntapan Bantul yang telah membantu, membimbing, serta menjadi guru kolabolator dalam penelitian ini. 9. Bapak ibuku tercinta, Bambang Hadi Wibowo dan Widiyati. Terimakasih atas doa dan semangat kalian, hanya doa yang saat ini bias penulis berikan untuk kalian para pahlawanku. Penulis bersyukur menjadi anak kalian. Semoga penulis dapat membahagiakan bapak dan ibu di dunia dan akhirat. Amin. 10. Teruntuk masq satu-satunya mas Erwin, terimakasih atas semangat yang selalu kau berikan kepada penulis. Maap karena selama ini penulis belum bisa membalasnya. Tak lupa untuk dua adikq tersayang dek wafi dan dek thoriq, terus semangat raihlah cita-cita kalian setinggi-tingginya.
ix
11. Teristimewa untuk mas koko, engkaulah yang senantiasa menjadi motivator bagi penulis untuk segera menyelesaikan skripsi. Terimakasih telah menemaniku berproses selama ini. 12. Sahabatku sekaligus saudaraku mbak risdah, nanik, isra, uci, aam, oneng, yiest, ulfa, mb ida, ifa, candra, dan nuril. Terimakasih atas dukungan dan bantuan kalian. Kalian telah memberikan warna yang baru dalam hidup penulis. Semoga silaturahhmi kita tetap terjaga. 13. My Best Friend Stepy dan valent kalian berdua adalah sahabat terbaikku yang selalu menemani penulis di kala penulis susah dan senang. Tak akan pernah kulupakan kenangan indah bersama kalian. Semoga persahatan kita tetap terjalin. 14. Teman-teman mahasiswa Pendidikan Matematika ’06, PPL II SMA Negeri 2 Banguntapan, dan KKN kelompok 10 Kaligalang Sentolo yang selalu memberikan motivasi serta bantuan kepada peneliti. 15. Teman-teman kontrakan (mbak Yuli, mbak Fina, mbak Menik, Nanik, Aam, Ita, mbak Susi Sekeluarga) yang selalu memberikan motivasi untuk segera menyelesaikan skripsi ini. 16. Segenap pihak yang telah membantu penulis mulai dari pembuatan proposal, penelitian, sampai penulisan skripsi ini yang tidak mungkin dapat penulis sebutkan satu per satu. Kepada semua pihak yang disebutkan di atas, semoga amal baik saudara mendapatkan balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun
x
selalu di harapkan demi kebaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Yogyakarta, 16 Juni 2010
Amaliah Rizqi Wibowo 06600039
xi
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ...................................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN......................................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................... ........ iii HALAMAN PERNYATAAN ....................................................................................... v HALAMAN MOTTO .................................................................................................... vi HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................................... vii KATA PENGANTAR ................................................................................................... viii DAFTAR ISI .................................................................................................................. xii DAFTAR TABEL .......................................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................. xvi ABSTRAK .................................................................................................................... xvii BAB I
PENDAHULUAN ......................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ........................................................... .............. 1 B. Identifikasi Masalah ............................................................................... 6 C. Batasan Masalah ..................................................................................... 7 D. Rumusan Masalah .................................................................. ................ 7 E. Tujuan Penelitian ...................................................................... ............. 8 F. Manfaat Penelitian .................................................................... ............. 8
BAB II
LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA ................................. 10 A. Landasan Teori ....................................................................................... 10 1. Efektivitas Pembelajaran .................................................................. 10 2. Pembelajaran Matematika ................................................................ 12 xii
3. Metode Group To Group ................................................................. 17 4. Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL)................. 19 5. Prestasi Siswa .................................................................................... 29 B. Tinjauan Pustaka .................................................................................... 32 C. Kerangka Berpikir .................................................................... .............. 34 D. Hipotesis ................................................................................................. 36 BAB III
METODE PENELITIAN ............................................................................. 38 A. Jenis dan Desain Penelitian .................................................................... 38 B. Tempat dan Tempat Penelitian .............................................................. 39 C. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................. ........... 40 D. Variabel Penelitian …………................................................... .............. 41 E. Prosedur Penelitian …….......................................................... .............. 41 F. Metode Pengumpulan Data ....................................................... ............. 43 G. Instrumen Penelitian dan Analisis Instrumen ........................... ............. 45 H. Teknis Analisis Data ................................................................. ............. 53
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. .............. 58 A. Hasil Penelitian ...................................................................................... 58 1. Uji Prasyarat Analisis ....................................................................... 58 2. Uji Hipotesis .................................................................................... 64 3. Hasil
Observasi
Terhadap
Keterlaksanaan
Pembelajaran
Matematika di Dalam Kelas ............................................................. 68 B. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................. 71 BAB V
PENUTUP .................................................................................................... 85 A. Kesimpulan ............................................................................................ 85 B. Saran ....................................................................................................... 85
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 87
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kriteria Penilaian ........................................................................................... 11 Tabel 2.2 Kriteria Efektivitas Secara Kualitatif ............................................................. 12 Tabel 2.3 Perbedaan Antara CTL Dan Tradisonal ......................................................... 26 Tabel 3.1 Desain Penelitian Eksperimen ........................................................................ 38 Tabel 3.2 Jadwal Penelitian ............................................................................................ 39 Tabel 3.3 Populasi Penelitian .......................................................................................... 40 Tabel 3.4 Koefisien Korelasi .......................................................................................... 48 Tabel 3.5 Hasil Uji Tingkat Kesukaran ......................................................................... 50 Tabel 3.6 Hasil Uji Daya Pembeda Soal ........................................................................ 52 Tabel 4.1 Efektivitas Pembelajaran Sebelum Perlakuan (Kelas Kontrol) ...................... 65 Tabel 4.2 Efektivitas Pembelajaran Setelah Perlakuan (Kelas Kontrol)......................... 65 Tabel 4.3 Efektivitas Pembelajaran Sebelum Perlakuan (Kelas Eksperimen) ................ 66 Tabel 4.4 Efektivitas Pembelajaran Setelah Perlakuan (Kelas Eksperimen) .................. 66
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir .......................................................................... 36 Gambar 4.1 Guru Memberikan Bimbingan Kepada Siswa ............................................ 73 Gambar 4.2 Siswa Berani Bertanya ............................................................................... 74 Gambar 4.3 Siswa Berdiskusi Dengan Teman Sebaya .................................................. 76
xv
DAFTAR LAMPIRAN Surat - Surat Keterangan Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan LKS Lampiran 2 Soal Post-Test Lampiran 3 Nilai Post-Test Lampiran 4 Analisis Butir Soal Lampiran 5 Nilai Uji Normalitas dan Uji Homogenitas Lampiran 6 Output Uji Normalitas dan Uji Homogenitas Lampiran 7 Output Uji T Lampiran 8 Perhitungan Efektivitas Lampiran 9 Lembar Observasi Kelas Lampiran 10 Hasil Wawancara Lampiran 11 Curiculum vitae
xvi
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN GROUP TO GROUP DENGAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 BANGUNTAPAN BANTUL Oleh: Amaliah Rizqi Wibowo NIM: 06600039 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan: (1) Untuk mengetahui dan menelaah penggunaan metode group to group dengan pendekatan contextual teaching and learning (CTL) di kelas eksperimen lebih efektif digunakan dibandingkan dengan metode ceramah yang digunakan guru di kelas kontrol dalam pembelajaran matematika siswa kelas VII SMP Negeri 2 Banguntapan Bantul tahun ajaran 2009/2010; (2) Untuk mengetahui dan menelaah perbedaan prestasi belajar siswa antara sebelum dan sesudah penggunaan metode group to group dengan pendekatan contextual teaching and learning (CTL) di kelas eksperimen. Jenis penelitian ini merupakan penelitian penelitian semu (quasi experiment) dengan desain nonrandomaized control group pretest-posttest. Variabel penelitian terdiri atas 2 variabel, yaitu variabel bebas berupa pembelajaran menggunakan metode group to group dengan pendekatan contextual teaching and learning (CTL) dan variabel terikat berupa prestasi belajar siswa. Populasi dalam penelitian ini adalah 144 siswa kelas VII. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan uji homogenitas dan uji normalitas dengan kelas VIIB sebagai kelas eksperimen dan kelas VIIC sebagai kelas kontrol. Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan menggunakan tes. Lembar observasi, wawancara dan gambar digunakan untuk mengetahui keterlaksanaan dari pembelajaran matematika menggunakan metode group to group dengan pendekatan contextual teaching and learning (CTL). Teknik analisis data menggunakan uji T sampel berpasangan / dependent dan kriteria keefektifan dalam pembelajaran. Berdasarkan analisis diperoleh hasil: (1) Penggunaan metode group to group dengan pendekatan contextual teaching and learning (CTL) di kelas eksperimen lebih efektif digunakan dibandingkan dengan metode ceramah yang digunakan guru di kelas kontrol dalam pembelajaran matematika siswa kelas VII SMP Negeri 2 Banguntapan Bantul tahun ajaran 2009/2010; (2) Ada perbedaan prestasi belajar siswa antara sebelum dan sesudah penggunaan metode group to group dengan pendekatan contextual teaching and learning (CTL) di kelas eksperimen (besar nilai (Sig.) 0,000 < α = 0,05 dan Thitung = -9,487 < - Ttabel = -2,8).
Kata Kunci: Group To Group, Contextual Teaching and Learning (CTL), Prestasi Belajar.
xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pondasi yang kokoh guna menyusun sendisendi kehidupan yang lainnya. Jika kualitas pendidikannya tinggi maka akan memberi output Sumber Daya Manusia (SDM) yang tinggi pula sehingga dengan Sumber Daya Manusia (SDM) yang tinggi itu pembangunan di segala sektor dapat dibangun berdasarkan otak yang cemerlang. Kualitas kehidupan suatu bangsa ditentukan oleh pendidikan, oleh karena itu pembaharuan pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan suatu bangsa. Pembelajaran matematika yang diterapkan di sekolah merupakan dasar yang sangat penting dalam keikutsertaannya dalam mencerdaskan kehidupan bangsa
sekaligus
Indonesia. Banyaknya
dapat
meningkatkan
permasalahan
dalam
kualitas
pendidikan
pendidikan
di
matematika
merupakan salah satu alasan untuk mereformasi pendidikan matematika di sekolah. Permasalahan - permasalahan tersebut salah satunya adalah rendahnya mutu pendidikan Indonesia. Rendahnya mutu pendidikan ini dapat dilihat, antara lain, dari rendahnya rata-rata nilai Ujian Nasional (UAN) untuk semua bidang studi yang di-UN-kan, baik di tingkat nasional maupun daerah.3 3
Sawali Tuhusetya. ”Diskusi Kelompok Terbimbing Model Tutor Sebaya”, Artikel, diakses dari http://www.blog.sawalisuhusetya.com pada tanggal 20 September 2009 jam 14.30
1
2
Tetapi selain permasalahan - permasalahan yang muncul dari pelajaran matematika, matematika pun memiliki keistimewaan, salah satunya dengan muncul seorang matematikawan cilik yang berhasil mengungkapkan misteri kematian Michael Jackson menggunakan rumus - rumus matematika. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Pelajaran matematika bertujuan untuk mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan dan memiliki ketrampilan serta cakap menyikapinya. Selain itu dengan permendiknas no. 22 tahun 2006 kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada SMP/MTs/SMPLB dimaksudkan untuk memperoleh kompetensi dasar ilmu pengetahuan dan teknologi serta membudayakan berpikir ilmiah secara kritis, kreatif dan mandiri. Kenyataan yang terjadi di lapangan, guru cenderung bersifat monoton dan hampir tanpa variasi kreatif dalam pembelajaran. Siswa beranggapan bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit, tidak mampu menjawab, takut disuruh guru ke depan, dan sebagainya. Pembelajaran matematika di dalam kelas harus dikelola sebaik mungkin, karena apabila guru masih bersifat monoton di dalam kelas akan membuat siswa menjadi pasif. Aktivitas mereka hanya mendengarkan, mencatat, dan mengerjakan apa yang disuruh oleh guru, sehingga pembelajaran yang dilakukan oleh guru menjadi pembelajaran yang tidak bermakna. Aktivitas yang dilakukan siswa seperti inilah yang menghambat kemajuan pendidikan di Indonesia.
3
Dari uraian-uraian di atas guru harus lebih peka terhadap kebutuhan siswa, sehingga siswa tidak merasa malas, bosan dalam menerima pelajaran. Guru dapat menggunakan metode-metode baru yang akan membuat siswa aktif dan berfikir kreatif dalam belajar sehingga prestasi siswa dapat meningkat. Matematika banyak mempelajari tentang kehidupan dan pengalaman kita sehari-hari. Contohnya adalah penggunaan rumus-rumus matematika yang digunakan untuk konstruksi, penyusunan kalender, dan perhitungan dalam perniagaan dll. Pembelajaran Matematika lebih nyaman dan lebih mudah dipahami oleh siswa jika siswa ikut dalam proses penemuan dan penyusunan. Keikutsertaan siswa dalam proses penemuan dan penyusunan dapat mengarahkan
pembelajaran
matematika
yang
lebih
humanis.
Guru
menempatkan subjek / pribadi yang memiliki sifat tertentu dan dapat dimanifestasikan dalam proses pembelajaran, yakni dengan memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan potensi dirinya ketaraf lebih baik yang mempunyai sifat kemandirian. Peneliti telah melakukan observasi awal pada tanggal 20 Desember 2009 untuk mengetahui situasi dan kondisi pembelajaran yang dilakukan oleh guru di kelas VII SMP Negeri 2 Banguntapan Bantul. Hasil observasi menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilakukan oleh guru sudah cukup ada variasi, meskipun metode konvensional (metode ceramah) terkadang tetap digunakan.
Karena
metode
konvensional
(metode
ceramah)
lebih
mendominasi dalam pembelajaran matematika, siswa menjadi kurang aktif
4
dalam mengikuti pembelajaran, kurangnya kesempatan bagi siswa untuk saling bertukar pikiran, kurangnya bekerja sama dengan teman, dan kurangnya merespon pemikiran siswa lainnya. Prestasi belajar di SMP negeri 2 Banguntapan belum bisa dikatakan baik karena melihat dari nilai UAS yang di peroleh para siswa yang masih banyak belum tuntas. Mengacu pada permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk membantu guru dalam membuat suasana pembelajaran matematika yang menyenangkan dan mudah dipahami. Dalam membantu guru di SMP Negeri 2 Banguntapan, peneliti
menggunakan
pembelajaran
matematika
dengan
pendekatan
contextual teaching and learning (CTL), pendekatan pembelajaran dengan kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan pada kehidupan sehari-hari. Pelajaran matematika mempunyai relevansi dengan kehidupan sehari-hari, namun pemanfaatan contoh-contoh kejadian dalam kehidupan sehari-hari untuk membantu proses pembelajaran belum dilaksanakan. Pendekatan contextual teaching and learning (CTL) dapat diartikan bahwa pembelajaran adalah mengkonstruksi (menyusun struktur) pemahaman atau pengetahuan dengan cara mengaitkan dan menyelaraskan fenomena, ide kegiatan atau pengetahuan baru ke dalam struktur pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Pembelajaran kontekstual merupakan suatu proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi
5
pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari, sehingga siswa memiliki pengetahuan / keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan dari satu permasalahan ke permasalahan lainnya. Suasana belajar siswa aktif merupakan anjuran Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), diharapkan dalam proses pembelajaran siswalah yang harus aktif sedangkan guru hanya sebagai fasilitator dan motivator. Guru dapat membuat suasana belajar aktif di kelas dengan menerapkan pembelajaran aktif. Pembelajaran aktif menawarkan banyak metode pembelajaran yang salah satunya adalah metode group to group yang dapat diterapkan di kelas agar pembelajaran dapat berjalan ke arah aktif yang positif. Dalam penerapan metode group to group fungsi guru sebagai fasilitator dapat dijalankan secara maksimal. Metode group to group memberikan kesempatan pada siswa untuk mempelajari sub pokok bahasan yang berbeda pada tiap kelompoknya. Keaktifan siswa muncul dari metode tersebut. Selain aktif metode tersebut juga menguntungkan dari segi keefektifan karena dalam pembelajarannya tiap kelompok membahas sub pokok bahasan yang berbeda namun saling berkaitan. Belajar aktif adalah belajar dengan cara melibatkan siswa secara langsung dari awal proses belajar itu dilakukan. Salah satunya melalui aktivitas-aktivitas yang membangun kerja kelompok dan dalam waktu singkat membuat mereka berpikir tentang materi pelajaran. Terdapat juga teknikteknik memimpin belajar bagi seluruh kelas / kelompok kecil, merangsang
6
diskusi dan debat, mendorong adanya pertanyaan-pertanyaan bahkan membuat peserta didik dapat saling mengajar satu sama lain.4 Metode group to group merupakan salah satu metode pembelajaran aktif yang menekankan kepada kerjasama kelompok, maka suasana belajar aktif akan menuju kepada persaingan kelompok. Penelitian yang akan dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran matematika menggunakan metode group to group dengan pendekatan contextual teaching and learning (CTL) ini diterapkan pada pokok bahasan sudut dan garis. Pokok bahasan ini merupakan materi tentang bagaimana hubungan antara garis dan sudut yang terbentuk. Pada pokok bahasan ini, banyak diantara siswa mengalami kesulitan dalam memahami dan menyelesaikan soal-soalnya. Pada pokok bahasan ini siswa harus dapat membedakan hubungan antar sudut yang dipotong oleh sebuah garis dan bagaimana mengukur sudut yang benar. Pembelajaran matematika dengan pokok bahasan sudut dan garis dilakukan mengaitkan kehidupan sehari-hari yang dialami siswa dan melibatkan langsung siswa. Sehingga pembelajaran yang dilakukan akan lebih bermakna untuk siswa. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut:
4
Melvin L. Silbermen, Active Learning 101 Cara Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Yapendis, 2007), hlm. xviii.
7
1. Guru sudah mencoba menggunakan metode – metode baru tetapi metode pembelajaran group to group dengan pendekatan contextual teaching and learning (CTL) belum pernah digunakan. 2. Masih banyak hambatan pembelajaran matematika di kelas, khususnya pengembangan pembelajaran yang melibatkan aktivitas siswa. 3. Siswa tidak aktif dan berfikir kreatif dalam mengikuti pelajaran matematika saat disampaikan oleh guru. 4. Prestasi belajar matematika sebagian besar siswa masih kurang. C. Batasan Masalah Mengingat ruang lingkup permasalahan pendidikan cukup luas maka perlu diberikan batasan masalah agar penelitian ini menjadi lebih terarah. Masalah yang diteliti dibatasi pada : 1. Prestasi belajar siswa, yaitu perubahan kemampuan dari segi aspek kognitif yang ditunjukkan oleh skor hasil pengukuran melalui tes dari mata pelajaran matematika siswa kelas VII SMP Negeri 2 Banguntapan Bantul tahun pelajaran 2009/2010. 2. Model pembalajaran matematika menggunakan metode group to group dengan pendekatan contextual teaching and learning (CTL) yang digunakan pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Banguntapan Bantul tahun pelajaran 2009/2010 untuk materi sudut dan garis. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu:
8
1. Apakah penggunaan metode group to group dengan pendekatan contextual teaching and learning (CTL) di kelas eksperimen lebih efektif digunakan dibandingkan dengan metode ceramah yang digunakan guru di kelas kontrol dalam pembelajaran matematika siswa kelas VII SMP Negeri 2 Banguntapan Bantul tahun ajaran 2009/2010? 2. Apakah ada perbedaan prestasi belajar siswa antara sebelum dan sesudah penggunaan metode group to group dengan pendekatan contextual teaching and learning (CTL) dalam pembelajaran matematika di kelas eksperimen? E. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui dan menelaah penggunaan metode group to group dengan pendekatan contextual teaching and learning (CTL) di kelas eksperimen lebih efektif digunakan dibandingkan dengan metode ceramah yang digunakan guru di kelas kontrol dalam pembelajaran matematika siswa kelas VII SMP Negeri 2 Banguntapan Bantul tahun ajaran 2009/2010. 2. Untuk mengetahui dan menelaah perbedaan prestasi belajar siswa antara sebelum dan sesudah penggunaan metode group to group dengan pendekatan contextual teaching and learning (CTL) dalam pembelajaran matematika di kelas eksperimen. F. Manfaat Penelitian 1. Untuk Pihak Sekolah.
9
Memberikan suatu informasi untuk perbaikan proses pembelajaran matematika sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. 2. Untuk Guru Bidang Studi Meningkatkan kreativitas guru dalam memilih model pembelajaran yang lebih tepat sehingga proses belajar mengajar matematika dirasakan siswa lebih menarik dan menyenangkan. 3. Untuk Siswa a. Meningkatkan keaktifan dan prestasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar. b. Siswa dapat memahami dan menyelesaikan masalah pelajaran matematika dengan mudah, khususnya pada pokok bahasan sudut dan garis. 4. Untuk Peneliti a. Memberikan sumbangan pemikiran tentang model pembelajaran matematika yang lebih efektif, kreatif dan menyenangkan. b. Memberikan informasi bagi peneliti sebagai calon pendidik agar dapat menggunakan metode dan pendekatan pembelajaran yang tepat dalam mengajar matematika.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Penelitian eksperimen ini dilaksanakan di kelas VII SMP Negeri 2 Banguntapan Bantul dengan mengambil pokok bahasan sudut dan garis. Penelitian ini dilakukan pada dua kelas yang menjadi sampel yaitu kelas VIIC sebagai kelas kontrol dan kelas VIIB sebagai kelas eksperimen. Pembelajaran matematika di kelas kontrol menggunakan pembelajaran matematika menggunakan
metode
ceramah,
sedangkan
pada
kelas
eksperimen
pembelajaran matematikannya menggunakan pendekatan contextual teaching and learning (CTL) dan metode group to group. Untuk mendapatkan nilai awal tersebut dilakukan suatu uji awal yaitu uji prasyarat analisis. Uji ini dilakukan untuk mengetahui kehomogenan dan kenormalan dari dua kelas tersebut. 1. Uji Prasyarat Analisis a. Uji awal nilai UAS siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. 1) Uji normalitas Nilai UAS kelas eksperimen dan kelas kontrol. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal tidaknya distribusi sampel pada kelas eksperimen dan kelas kontrol menggunakan bantuan software SPSS 16. Nilai awal (Nilai UAS) yang digunakan untuk menguji normalitas distribusi sampel adalah
58
59
nilai UAS pada semester 1. Dengan analisis hipotesis H0 adalah sampel berdistribusi normal, dan H1 adalah sampel tidak berdistribusi normal. Dasar pengambilan keputusan dengan taraf signifikansi sebesar 5% yaitu apabila nilai signifikansi (Sig.) > 0,05 maka H0 diterima, dan jika nilai signifikansi (Sig.) < 0,05 maka H0 ditolak. a) Uji normalitas awal (Nilai UAS) pada kelas eksperimen. Dari hasil pengujian, diperoleh signifikansi (Sig.) pada kolom kolmogorov-Smirnov sebesar 0,200 dan (Sig.) pada kolom Shapiro-wilk sebesar 0,159 > 0,05 hal ini berarti H0 diterima,
artinya
nilai
UAS
siswa
kelas
eksperimen
berdistribusi normal. Pengujian lebih lengkap dapat dilihat dalam lampiran 7. b) Uji normalitas awal (Nilai UAS) pada kelas kontrol. Dari hasil pengujian, diperoleh signifikansi (Sig.) pada kolom kolmogorov-Smirnov sebesar 0,200 dan (Sig.) pada kolom Shapiro-wilk sebesar 0,330 > 0,05 hal ini berarti H0 diterima, artinya nilai UAS siswa kelas kontrol berdistribusi normal. Pengujian lebih lengkap dapat dilihat dalam lampiran 7. 2) Uji homogenitas (Nilai UAS) Uji homogen ini untuk mengetahui apakah kemampuan awal (nilai UAS) antara kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai
60
varians yang homogen. Analisis varians dilakukan dengan menggunakan bantuan software SPSS 16. Dengan analisis hipotesis H0 adalah kedua varians sampel adalah homogen, dan H1 adalah kedua varians sampel tidak homogen. Dasar pengambilan keputusan dengan taraf signifikansi sebesar 5% yaitu apabila nilai signifikansi (Sig.) > 0,05 maka H0 diterima, dan jika nilai signifikansi (Sig.) < 0,05 maka H0 ditolak. Dari hasil pengujian diperoleh output yang menunjukan bahwa signifikansi (Sig.) sebesar 0,369 > 0,05 hal ini berarti H0 diterima, artinya varians nilai UAS siswa kelas eksperimen dan nilai UAS siswa kelas kontrol keduanya homogen. Pengujian lebih lengkap dapat dilihat dalam lampiran 7. 3) Uji T nilai UAS kelas eksperimen dan kelas kontrol Setelah diketahui bahwa nilai UAS kelas eksperimen dan kelas kontrol normal dan homogen, selanjutnya dilakukan uji T untuk mengetahui apakah rata-rata nilai UAS semester 1 antara kelas kontrol dan kelas eksperimen sama. Perhitungan uji T ini menggunakan bantuan software SPSS 16. Rumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut: H0 : μ1 = μ2 (Tidak ada perbedaan rata-rata nilai UAS semester 1 antara kelas eksperimen dan kelas kontrol) H1 : µ1 ≠ µ2 (Ada perbedaan rata-rata nilai UAS semester 1 antara kelas eksperimen dan kelas kontrol).
61
Kriteria pengambilan keputusan untuk uji T ini adalah : 1. Jika Thitung > Ttabel atau Thitung < -Ttabel atau signifikansi (Sig.) < 0,05 maka ada perbedaan rata-rata nilai UAS semester 1 kelas eksperimen dan kelas kontrol yang signifikan. 2. Jika Thitung < Ttabel atau Thitung > -Ttabel atau signifikansi (Sig.)> 0,05 maka tidak ada perbedaan rata-rata nilai UAS semester 1 kelas eksperimen dan kelas kontrol yang signifikan. Dari hasil pengujian pada tabel Independent Samples Test menunjukkan bahwa Thitung < Ttabel yaitu 1,109 <
2,021 serta
diketahui signifikansinya sebesar 0,271 > 0,050. Ini berarti tidak ada perbedaan signifikan rata-rata nilai UAS semester 1 antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat dalam lampiran 8. b. Uji pre-test prestasi belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol 1) Uji normalitas pre-test prestasi belajar siswa Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal tidaknya distribusi sampel pada kelas eksperimen dan kelas kontrol menggunakan bantuan software SPSS 16. Nilai siswa yang digunakan untuk menguji normalitas distribusi sampel adalah nilai pre-test siswa. Dengan analisis hipotesis H0 adalah sampel berdistribusi normal, dan H1 adalah sampel tidak berdistribusi normal. Dasar pengambilan keputusan dengan taraf signifikansi
62
sebesar 5% yaitu apabila nilai signifikansi (Sig.) > 0,05 maka H0 diterima, dan jika nilai signifikansi (Sig.) < 0,05 maka H0 ditolak. a) Uji normalitas nilai pre-test pada kelas eksperimen Dari hasil pengujian, diperoleh signifikansi (Sig.) pada kolom kolmogorov-Smirnov sebesar 0,162 dan (Sig.) pada kolom Shapiro-wilk sebesar 0,114 > 0,05 hal ini berarti H0 diterima, artinya nilai pre-test siswa kelas eksperimen berdistribusi normal. Pengujian lebih lengkap dapat dilihat dalam lampiran 7. b) Uji normalitas nilai pre-test pada kelas kontrol Dari hasil pengujian, diperoleh signifikansi (Sig.) pada kolom kolmogorov-Smirnov sebesar 0,070 dan (Sig.) pada kolom Shapiro-wilk sebesar 0,136 > 0,05 hal ini berarti H0 diterima, artinya nilai pre-test siswa kelas kontrol berdistribusi normal. Pengujian lebih lengkap dapat dilihat dalam lampiran 7. 2) Uji homogenitas pre-test prestasi belajar siswa Uji homogen ini untuk mengetahui apakah nilai pre-test antara kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai varians yang homogen. Analisis varians dilakukan dengan menggunakan bantuan software SPSS 16. Dengan analisis hipotesis H0 adalah kedua varians sampel adalah homogen, dan H1 adalah kedua varians sampel tidak
63
homogen. Dasar pengambilan keputusan dengan taraf signifikansi sebesar 5% yaitu apabila nilai signifikansi (Sig.) > 0,05 maka H0 diterima, dan jika nilai signifikansi (Sig.) < 0,05 maka H0 ditolak. Dari hasil pengujian diperoleh output yang menunjukan bahwa signifikansi (Sig.) sebesar 0,767 > 0,05 hal ini berarti H0 diterima, artinya varians nilai pre-test siswa kelas eksperimen dan nilai pretest siswa kelas kontrol keduanya homogen. Pengujian lebih lengkap dapat dilihat dalam lampiran 7. 3) Uji T nilai pre-test antara kelas eksperimen dan kelas kontrol Setelah diketahui bahwa nilai pre-test kelas eksperimen dan kelas kontrol normal dan homogen, selanjutnya dilakukan uji T untuk mengetahui apakah rata-rata nilai pre-test antara kelas kontrol dan kelas eksperimen sama. Perhitungan uji T ini menggunakan bantuan software SPSS 16. Rumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut: H0 : μ1 = μ2 (Tidak ada perbedaan rata-rata nilai pre-test antara kelas eksperimen dan kelas kontrol) H1 : µ1 ≠ µ2 (Ada perbedaan rata-rata nilai pre-test antara kelas eksperimen dan kelas kontrol). Kriteria pengambilan keputusan untuk uji T ini adalah : 1. Jika Thitung > Ttabel atau Thitung < -Ttabel atau signifikansi (Sig.) < 0,05 maka ada perbedaan rata-rata nilai pre-test siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol yang signifikan.
64
2. Jika Thitung < Ttabel atau Thitung > -Ttabel atau signifikansi (Sig.)> 0,05 maka tidak ada perbedaan rata-rata nilai pre-test siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol yang signifikan. Dari hasil pengujian pada tabel Independent Samples Test menunjukkan bahwa Thitung < Ttabel yaitu 0,231 < 2,021 serta diketahui signifikansinya sebesar 0,818 > 0,050. Ini berarti tidak ada perbedaan signifikan rata-rata nilai pre-test siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat dalam lampiran 8. Dari uraian uji prasyarat analisis di atas menunjukkan bahwa kelas VIIB dan VIIC adalah normal dan homogen. Maka kelas VIIB dapat ditentukan sebagai kelas eksperimen dan kelas VIIC sebagai kelas kontrol. 2. Uji Hipotesis a. Untuk mengetahui dan menelaah penggunaan metode group to group dengan pendekatan contextual teaching and learning (CTL) di kelas eksperimen lebih efektif digunakan dibandingkan dengan metode ceramah yang digunakan guru di kelas kontrol dalam pembelajaran matematika siswa kelas VII SMP Negeri 2 Banguntapan Bantul tahun ajaran 2009/2010. Pada dasar teori telah dijelaskan bahwa dalam menentukan tingkat efektivitas suatu pembelajaran dapat dilihat dalam tabel kriteria hal 9 tabel 2.2.
65
1) Kelas Kontrol Pada kelas kontrol nilai pre-test yang diperoleh oleh siswa akan dihitung berdasarkan tabel 2.1 halaman 8 yaitu kriteria penilaian. Nilai – nilai yang sudah dihitung berdasarkan kriteria penilaian, akan dubah menjadi suatu bentuk persentase tertentu. Selanjutnya hasil persentase yang diperoleh dibawa ke dalam tabel kriteria efektivitas pembelajaran yang dapat dilihat dalam tabel 2.2 halaman 9. Hasil persentase nilai pre-test di kelas kontrol menunjukkan pada kriteria efektivitas cukup. Tabel 4.1 Efektivitas Pembelajaran Sebelum Perlakuan Jumlah yang Memperoleh Nilai ≥8
25%
≥7
≥6
< 75%
≥ 65%
47,22%
75%
≥5
Efektivitas ≥4 Cukup
88,89%
100%
Cukup
Efektivitas pembelajaran pada kelas kontrol menunjukan kriteria cukup dilihat dari nilai pre-test siswa. Setelah dilakukan post-test ternyata persentase efektivitas pembelajaran menunjukkan kriteria cukup. Tabel 4.2 Efektivitas Pembelajaran Setelah Perlakuan Jumlah yang Memperoleh Nilai
Efektivitas
66
≥8
≥7 < 75%
25%
47,22%
≥6
≥5
≥4
≥ 65% 75%
Cukup 88,89%
100%
Cukup
2) Kelas Eksperimen Pada kelas eksperimen nilai post-test yang diperoleh oleh siswa akan dihitung berdasarkan tabel 2.1 halaman 8 yaitu kriteria penilaian. Nilai – nilai yang sudah dihitung berdasarkan kriteria penilaian, akan dubah menjadi bentuk persentase tertentu. Selanjutnya hasil persentase yang diperoleh dibawa ke dalam tabel kriteria efektivitas pembelajaran yang dapat dilihat dalam tabel 2.2 halaman 9. Hasil persentase nilai post-test di kelas eksperimen menunjukkan pada kriteria efektivitas cukup. Tabel 4.3 Efektivitas Pembelajaran Sebelum Perlakuan Jumlah yang Memperoleh Nilai ≥8
27,78%
≥7
≥6
< 75%
≥ 65%
50%
75%
Efektivitas
≥5
Efektivitas ≥4 Cukup
88,89%
pembelajaran
pada
100%
Cukup
kelas
eksperimen
menunjukkan kriteria cukup dilihat dari nilai pre-test siswa. Setelah dilakukan post-test ternyata persentase efektivitas menunjukkan kriteria persentase tinggi.
67
Tabel 4.4 Efektivitas pembelajaran setelah perlakuan Jumlah yang Memperoleh Nilai ≥8
≥7
< 75%
≥ 75%
50%
75%
≥6
≥5
Efektivitas ≥4 Tinggi
100%
Tinggi
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat dalam lampiran 9. Kriteria efektivitas antara kelas kontrol dan kelas eksperimen terdapat perbedaan perubahan kriteria keefektifan pembelajaran matematika. Hal ini terlihat dengan kriteria efektivitas yang diperoleh. Di kelas kontrol kriteria efektivitas tidak meningkat dari cukup ke kriteria cukup, sedangkan di kelas eksperimen terjadi peningkatan dari kriteria cukup menjadi kriteria tinggi. Dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan efektivitas penggunaan metode group to group dengan pendekatan contextual teaching and learning (CTL) di kelas eksperimen dan metode ceramah yang digunakan guru di kelas kontrol dalam pembelajaran matematika sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VII SMP Negeri 2 Banguntapan Bantul tahun ajaran 2009/2010. b. Untuk mengetahui dan menelaah perbedaan prestasi belajar siswa antara sebelum dan sesudah penggunaan metode group to group
68
dengan pendekatan contextual teaching and learning (CTL) dalam pembelajaran matematika di kelas eksperimen. Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan uji T dua sampel berpasangan / dependent. Uji T dua sampel berpasangan / dependent digunakan untuk mengetahui apakah ada peningkatan yang signifikan di kelas eksperimen sebelum dan sesudah ada perlakuan. Langkah pertama uji T dua sampel berpasangan / dependent (nilai pre-test dan post-test kelas eksperimen) adalah menetukan H0 H0: d = 0 (nilai sebelum dan sesudah perlakuan tidak berbeda secara signifikan) H1 : d ≠ 0 (nilai sebelum dan sesudah perlakuan ada berbeda secara signifikan)
Kriteria pengambilan keputusan untuk uji T ini adalah : 1. Jika Thitung > Ttabel atau Thitung < - Ttabel atau signifikansi (Sig.) < 0,05 maka ada perbedaan nilai sebelum dan sesudah ada perlakuan di kelas eksperimen yang signifikan. 2. Jika Thitung < Ttabel atau Thitung > - Ttabel atau signifikansi (Sig.) > 0,05 maka tidak ada perbedaan nilai sebelum dan sesudah ada perlakuan di kelas eksperimen yang signifikan. Dari hasil pengujian pada tabel Dependent Samples Test menunjukkan bahwa Thitung < -Ttabel yaitu -9,487 < -2,8 serta diketahui signifikansinya (Sig.) sebesar 0,000 < 0,050. (lampiran 8) Ini berarti
69
ada perbedaan nilai sebelum dan sesudah perlakuan di kelas eksperimen yang signifikan. Jadi penggunaan metode group to group dengan pendekatan contextual teaching and learning (CTL) dalam pembelajaran matematika di kelas eksperimen dapat meningkatkan prestasi belajar siswa secara signifikan pada kelas VII SMP Negeri 2 Banguntapan Bantul tahun ajaran 2009/2010. 3. Hasil Observasi Terhadap Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika di Dalam Kelas Berdasarkan hasil observasi yang terlihat di lembar observasi kelas yang dilakukan di setiap pembelajaran diperoleh data sebagai berikut: a. Pada pembelajaran I aktivitas guru dalam kelas dapat dikatakan sudah baik tapi masih terdapat beberapa poin observasi yang belum dicapai, sedangkan persentase aktivitas belajar siswa sebesar 38,89%. Pembelajaran I berjalan sesuai dengan metode group to group dengan pendekatan contextual teaching and learning (CTL). b. Pada pembelajaran II aktivitas guru dalam kelas terlaksana semakin baik karena guru sudah mulai terbiasa dengan pembelajaran dengan metode group to group dengan pendekatan contextual teaching and learning (CTL) dan semua poin dalam lembar observasi sudah terpenuhi. Siswa sudah mulai sedikit aktif dalam pembelajaran, tetapi belum banyak siswa yang mulai berani bertanya kepada teman maupun kepada guru. Persentase aktivitas belajar siswa pada pembelajaran II meningkat menjadi 58,33% dibandingkan dengan pembelajaran I.
70
c. Pada pembelajaran III aktivitas guru dalam kelas terlaksana semakin baik karena guru sudah mulai terbiasa dengan pembelajaran dengan metode group to group dengan pendekatan contextual teaching and learning (CTL) dan siswa lebih berani untuk mengomentari pendapat dari teman lain. Persentase aktivitas belajar siswa pada pembelajaran III meningkat menjadi 72,22% dibandingkan dengan pembelajaran I dan II. d. Pada pembelajaran IV aktivitas guru dalam kelas terlaksana semakin baik karena guru sudah mulai terbiasa dengan pembelajaran dengan metode group to group dengan pendekatan contextual teaching and learning (CTL) dan persentase aktivitas belajar siswa meningkat menjadi 83,33% dibandingkan pembelajaran I, II, dan III. Hasil observasi yang lebih lengkap dapat dilihat dalam lampiran 10. Dari hasil observasi di atas menunjukkan bahwa pembelajaran matematika menggunakan metode group to group dengan pendekatan contextual teaching learning (CTL) berjalan sesuai dengan harapan peneliti.
Selain
dengan
menggunakan
lembar
observasi,
peneliti
menggunakan lembar wawancara siswa yang digunakan untuk mengetahui bagaimana tanggapan dan respon siswa terhadap pembelajaran matematika menggunakan metode group to group dengan pendekatan contextual teaching and learning (CTL) yang dilakukan selama penelitian. Wawancara dilakukan kepada siswa. Berikut hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada siswa:
71
a) Respon siswa sangat baik dengan pembelajaran yang telah dilaksanakan. b) Pembelajaran lebih menyenangkan, selain lebih paham siswa juga dapat saling bertanya pada teman maupun guru. c) Siswa tidak mengalami kebosanan ketika pembelajaran dilakukan dengan diskusi kelompok, karena jika hanya dijelaskan oleh guru kita sulit memahami pelajaran. d) Siswa merasa lebih tertarik dengan pembelajaran tersebut, karena dapat bertukar pendapat dengan teman serta diperkuat oleh penjelasan dari guru pada akhir pembelajaran. e) Siswa lebih mudah memahami pelajaran, karena siswa dapat belajar matematika dengan mengaitkan kejadian sehari-hari sehingga siswa dapat mengetahui ilmu sekaligus penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. f) Guru jarang menggunakan metode-metode baru karena metode tersebut memerlukan banyak waktu, sedangkan materi yang diajarkan cukup banyak. Hasil dari wawancara dengan siswa selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 11. B. Pembahasan Hasil Penelitian Pada penelitian ini dari 144 siswa yang menjadi populasi dalam penelitian diambil sebanyak 72 siswa yang dijadikan sebagai sampel penelitian yang terbagi menjadi dua kelas, yaitu 36 siswa kelas VIIB
72
sebagai kelas eksperimen dan 36 siswa kelas VIIC sebagai kelas kontrol. Dalam kelas kontrol pembelajaran matematika diajarkan menggunakan metode ceramah sedangkan dalam kelas eksperimen menggunakan metode group to group dengan pendekatan contextual teaching and learning (CTL). Pembelajaran kelas kontrol sebanyak 10 kali pertemuan dengan metode pembelajaran ceramah. Pembelajaran di kelas kontrol terlihat membosankan, karena siswa hanya diminta untuk mendengarkan tanpa mengerjakan sesuatu apapun. Pembelajaran matematika menggunakan metode group to group dengan pendekatan contextual teaching and learning (CTL) pada kelas eksperimen dilaksanakan dalam enam kali pertemuan. Berikut penjelasan disetiap pertemuan di kelas eksperimen: 1. Pertemuan Pertama Pertemuan pertama ini belum dimulai pembelajaran, peneliti melakukan pre-test dengan pokok bahasan sudut dan garis terlebih dahulu untuk mengetahui kemampuan awal siswa sehingga peneliti mengetahui karakteristik setiap siswa. 2. Pertemuan Kedua Pada awalnya pembelajaran pada kelas eksperimen mengalami sedikit hambatan. Model pembelajaran yang baru bagi siswa membutuhkan waktu untuk proses penyesuaian, karena biasanya mereka mengisi LKS yang sama dengan kelompok lain sedangkan pada pembelajaran matematika kali ini mereka mengerjakan LKS
73
pertemuan I yang berbeda-beda. Dalam satu kelas eksperimen dibagi menjadi 9 kelompok. Dari ke-9 kelompok tersebut membahas 3 LKS yaitu LKS 1, LKS 2, LKS 3 yang berbeda. Pada saat mengisi LKS siswa merasa kesulitan, tetapi mereka malu untuk bertanya, sehingga menyita banyak waktu untuk mengerjakan LKS tersebut. Hal inilah yang membuat pembelajaran menjadi agak lamban, tetapi dalam pembelajaran yang diberikan pada kelas eksperimen terlihat cukup menarik bagi siswa karena mereka tidak hanya belajar mengerjakan soal, tetapi mereka juga belajar menjawab soal serta menemukan jawabannya bersama dengan teman sekelompoknya. Kesulitan dalam pembagian kelompok belajar pada kelas eksperimen ini cukup menyita waktu karena ada pemisahan antara kelompok yang anggotanya perempuan dan kelompok yang anggotanya laki-laki. Siswa juga masih merasa canggung untuk mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas. Keseganan siswa untuk bertanya kepada guru juga menjadi salah satu faktor yang menghambat penangkapan materi secara maksimal. Di akhir pembelajaran matematika ini guru memberikan refleksi tentang materi yang diperoleh pada saat pertemuan tersebut. Hal tersebut dilakukan supaya siswa tidak bingung dengan kesimpulan yang diperoleh dalam pembelajaran matematika. Setelah guru memberikan refleksi, guru memberikan suatu bentuk kartu test yang harus dikerjakan oleh siswa. Kartu test digunakan untuk menilai seberapa
74
besar kemampuan siswa dalam memahami pelajaran pada pertemuan hari itu.
Gambar 4.1 Guru memberikan bimbingan kepada siswa 3. Pertemuan Ketiga Pada pertemuan selanjutnya hambatan-hambatan yang pernah terjadi perlahan-lahan dapat berkurang karena siswa telah dapat menyesuaikan diri dengan baik. Adanya respon yang cukup baik menyebabkan pembelajaran matematika dengan metode group to group dengan pendekatan contextual teaching and learning (CTL) yang diterapkan dalam belajar kelompok dapat terlaksana sesuai yang diharapkan. Siswa sudah mulai dapat membagi waktu dalam mengerjakan LKS pertemuan II, dan berani untuk menjelaskan di depan kelas. Siswa sudah tidak merasa canggung lagi berbicara di depan kelas. Mereka mulai aktif bertanya baik kepada guru dan teman dari kelompoknya maupun dari kelompok lain. Suasana kelas menjadi lebih interaktif dengan adanya tanya jawab. Dalam mengerjakan LKS siswa juga diminta untuk dapat memberikan contoh bagaimana penerapan pelajaran garis dan sudut yang dapat digunakan dalam
75
kehidupan sehari-hari. Peran guru dalam pembelajaran ini hanya sebagai fasilitator yang harus dapat terus membimbing dan memberikan pengarahan. Setelah
guru
memberikan
pengarahan,
seperti
halnya
pertemuan sebelumnya, guru memberikan suatu bentuk kartu test yang digunakan
untuk
mengetahui
seberapa
besar
siswa
mampu
memamhami pelajaran pada hari itu.
Gambar 4.2 Siswa Berani Bertanya 4. Pertemuan Keempat Pada pertemuan selanjutnya kegiatan belajar mengajar sudah mulai berjalan dengan baik. Siswa juga sudah mulai lancar dalam mengerjakan LKS pertemuan III yang berbeda pokok bahasannya sehingga tidak terlalu menyita waktu. Mereka juga berani bertanya kepada guru apabila ada yang belum dipahami. Siswa juga sudah terbiasa melakukan diskusi, tanya jawab dengan kelompok lain yang pokok bahasannya berbeda dengan mereka pelajari. Guru hanya sebagai fasilitator yang membimbing siswa, dan memberikan pengarahan apabila dalam diskusi siswa ada yang merasa kurang
76
paham. Seperti halnya pada pertemuan sebelumnya, sesudah mengerjakan
LKS
siswa
diundang
untuk
maju
ke
depan
menyampaikan hasil diskusi yang telah dilaksanakan bersama kelompoknya masing-masing. Pada pertemuan ini siswa terlihat sudah tidak merasa malu dan canggung. Mereka terlihat lebih berani dan percaya diri. Setelah siswa menjelaskan hasil diskusi di depan kelas, guru memberikan kesimpulan tentang apa yang telah di pelajari pada pertemuan tersebut. Guru memberikan kesimpulan supaya siswa mendapatkan satu informasi yang berasal dari guru. Selanjutnya guru memberikan suatu test atau soal yang diberikan kepada siswa. Test ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar pemahaman siswa dalam pertemuan ini.
Gambar 4.3 Siswa Berdiskusi dengan Teman Sebaya 5. Pertemuan Kelima Pada pertemuan selanjutnya tidak ada kendala dalam kegiatan belajar mengajar menggunakan metode group to group dengan pendekatan contextual teaching and learning (CTL). Siswa tidak merasa kesulitan dalam mengerjakan LKS pertemuan IV karena
77
mereka sudah terbiasa. Siswa juga semakin aktif dalam pembelajaran terlihat dari antusias siswa dalam diskusi kelompok maupun kelas. Pada pertemuan ini penilaian tidak melalui kartu test, melainkan siswa maju ke depan kelas untuk mengerjakan soal yang diberikan oleh guru. Hal ini dilakukan untuk menambah antusias siswa dalam mengerjakan soal. Pada pertemuan ini penggunaan metode group to group dengan pendekatan contextual teaching learning (CTL) berjalan sesuai prosedur yang diharapkan. 6. Pertemuan Keenam Pertemuan terakhir ini digunakan untuk evaluasi atau post-test dari pembelajaran
matematika
selama
ini.
Diharapkan siswa
memperoleh hasil yang maksimal. Hasil penelitian menggunakan metode pembelajaran group to group dengan pendekatan contextual teaching and learning (CTL) menunjukkan
bahwa
tingkat
prestasi
belajar
siswa
mengalami
peningkatan. Pembelajaran group to group adalah pembelajaran dengan mengajar teman sebaya dalam bentuk kelompok-kelompok. Pendekatan contextual teaching and learning (CTL) adalah pembelajaran berbasis inquiry, pengajaran autentik, pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran berbasis kerja. Pembelajaran dimulai dengan menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa. Siswa mengetahui apa yang akan dipelajari dan
78
dikerjakan serta melatih lebih percaya diri siswa dalam mengungkapkan gagasan sehingga siswa dapat berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Penerapan metode pembelajaran group to group dengan pendekatan contextual teaching and learning (CTL) dapat menghidupkan suasana kelas, dimana siswa dapat saling berdiskusi untuk memecahkan suatu permasalahan dalam kelompok. Menurut Erman Suherman, dkk proses pemecahan masalah akan efektif jika dilakukan dengan kelompok kecil.39 Dengan diskusi kelompok tersebut siswa dituntut untuk bekerjasama, bertukar pendapat maupun mencari informasi sebanyak-banyaknya. Pembelajaran dimulai dengan membagi siswa dalam bentuk 9 kelompok dan ada 3 jenis LKS. LKS 1 dikerjakan oleh 3 kelompok, LKS 2 dikerjakan oleh 3 kelompok lain dan LKS 3 dikerjakan oleh 3 kelompok sisanya. Setiap kelompok mendiskusikan masalah yang berbeda namun saling berkaitan antara satu kelompok dengan kelompok yang lain. Setiap kelompok terdiri dari 4 siswa. Dengan bentuk belajar secara berkelompokkelompok siswa dapat belajar dengan teman sebaya dalam berdiskusi membahas permasalahan. Di dalam membahas permasalahan ini siswa harus mampu mengkonstruk, menemukan, dan membuat suatu model yang berkaitan dengan LKS yang dikerjakan. Pembelajaran menggunakan pendekatan contextual teaching and learning (CTL) mempunyai tujuh komponen pokok yang harus ada
39
Erman Suherman, dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung, FMIPA UPI-JICA, 2001), hlm. 99.
79
disetiap pembelajaran yang menggunakan pendekatan contextual teaching and learning (CTL). Ketujuh komponen tersebut meliputi: a. Kontruktivisme (Constructivism) Pembelajaran yang dilakukan guru di kelas memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertukar pikiran sesuai dengan pemahaman yang mereka miliki serta menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan siswa secara nyata. Pembelajaran tidak monoton selalu berpusat kepada guru. Tetapi siswa juga diajak untuk menggunakan pemikiran dan pengetahuan yang telah diperolehnya untuk memcahkan masalahmasalah yang terdapat dalam LKS. b. Menemukan (Inquiry) Pembelajaran matematika pada pokok bahasan garis dan sudut yang dilakukan guru, guru memberikan kesempatan untuk siswa menemukan suatu konsep tersendiri dengan guru hanya sebagai fasilitator. Dimulai dengan mengkonstruk pemahaman siswa mengenai garis dan sudut, siswa dituntut untuk bisa menemukan sendiri jawaban dari permasalahan yang ada di LKS yang telah ada pada setiap pertemuan. c. Bertanya (Questioning) Pembelajaran menggunakan pendekatan contextual teaching and learning (CTL) terdapat komponen bertanya. Dalam penelitian yang
telah
dilakukan
komponen
ini
sering
muncul
dalam
80
pembelajaran. Siswa bertanya kepada teman sebayanya ataupun kepada guru dalam mengerjakan LKS d. Masyarakat Belajar (Learning Community) Pembelajaran dengan pendekatan contextual teaching and learning (CTL) menuntut adanya diskusi kelompok. Dengan diskusi kelompok siswa akan lebih memudah materi pelajaran serta dapat membantu temannya yang mengalami kesulitan. Siswa dapat saling bertanya jawab kepada siswa lain atau dengan teman sebayanya. Banyak penelitian menyebutkan pengajaran oleh teman sebaya lebih efektif dari pada pengajaran oleh guru.40 Diterapkannya pendekatan CTL dalam pembelajaran akan menyadarkan siswa pada pemahaman makna, pemilihan informasi pada kebutuhan, mengaitkan informasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki, menggunakan waktu belajarnya dengan baik, mengembangkan keterampilan, dan tidak melakukan hal-hal yag merugikan. Diskusi siswa dilaksanakan dengan mengerjakan LKS yang berisi tentang materi yang akan dipelajari. LKS
yang digunakan
sebagai bahan diskusi siswa dibuat dengan menggunakan pendekatan contextual teaching and learning (CTL), dengan demikian siswa mampu mentransfer pengetahuannya dalam berbagai konteks yang dapat membantu dalam memecahkan masalah dalah kehidupan sehari hari. Apabila dalam pembelajaran guru dapat menjelaskan aplikasi dari 40
hlm. 12.
Anita Lie, Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas, (Jakarta: Grasindo, 2002)
81
materi yang dipelajari maka siswa akan sangat termotivasi dan tertarik. LKS sebagai instrumen pembelajaran dalam diskusi dapat membantu mengaktifkan siswa dalam pembelajaran. e. Permodelan (Modelling) Dalam setiap pertemuan guru membawakan alat peraga yang dapat digunakan untuk memberikan gambaran bahwa pembelajaran garis
dan
sudut
bukan
sesuatu
pembelajaran
yang
abstrak.
Pembelajaran CTL yang dilakukan oleh guru bertujuan untuk memberikan gambaran
bahwa pembelajaran
matematika tidak
selamanya abstrak. Tetapi dapat dikaitkan dengan kehidupan seharihari siswa. Guru memberikan contoh yang berkaitan dengan kehidupan sehari – hari, dengan tujuan agar siswa juga mampu membuatkan sebuah model yang berkaitan dengan garis dan sudut yang berkaitan lansung dengan kehidupan sehari – hari. f. Refleksi (Reflection) Refleksi yang dilakukan oleh guru dimulai presentasi hasil diskusi kelompok dilakukan setelah diskusi kelompok selesai. Guru menunjuk salah satu siswa secara acak sebagai perwakilan dari kelompoknya untuk menjelaskan hasil diskusi kelompok kepada siswa yang lain. Perwakilan presentasi dilakukan oleh siswa di depan kelas, sedangkan siswa yang lain memperhatikan penjelasan. Apabila siswa kurang paham dengan apa yang telah dipresentasikan maka siswa
82
mempunyai kesempatan bertanya ataupun mengeluarkan pendapat. Pembelajaran ini juga melatih siswa untuk belajar bagaimana cara menyampaikan gagasan, menghormati pendapat, serta dapat berjiwa besar apabila pendapatnya salah. Setelah presentasi selesai guru memberikan
penjelasan
dan
penguatan
materi.
Kemudian
pembelajaran diakhiri dengan pemberian kesimpulan terhadap materi yang telah dipelajari. Pada akhir pertemuan guru memberikan suatu refleksi atau rangkuman materi kepada siswa tentang apa yang telah dipelajarinya. Refleksi ini dilakukan agar siswa mengetahui kesimpulan yang tentang apa yang dipelajarinya tenatang hari itu. Sehingga pembelajaran pada pertemuan itu menjadi lebih bermakna. g. Penilaian yang Sebenarnya (Autentic Assessment) Selain memberikan refleksi guru juga memberikan suatu test kepada siswa. Test ini digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah di dapat. Dalam penilaian yang sebenarnya, guru tidak hanya menilai dari hasil yang didapat, tetapi juga menilai dari proses dan apa yang dapat dilakukan oleh siswa. Penilaian yang sebenarnya mengutamakan tentang penilaian kualitas hasil kerja siswa dalam menyelesaikan tugas. Tujuh
komponen
dalam
pembelajaran
matematika
yang
menggunakan pendekatan contextual teaching and learning (CTL) harus selalu terpenuhi disetiap pertemuannya. Hal ini dikarenakan apabila salah
83
satu dari ketujuh komponen tersebut tidak terpenuhi, maka pembelajaran matematika tersebut belum bisa dikatakan pembelajaran menggunakan pendekatan contextual teaching and learning (CTL). Pembelajaran matematika menggunakan metode group to group dengan pendekatan
menempatkan siswa dalam posisi sentral disetiap
proses belajar mengajar, siswa sebagai pihak yang ingin mencapai cita-cita memiliki tujuan dan kemudian mencapainya secara optimal. Pembelajaran semacam ini akan menyangkut interaksi sesama siswa, kerja individu, kerjasama kelompok, diskusi kelas, presentasi hasil pekerjaan siswa dan aktivitas lainnya dalam mengorganisasikan kelas sehingga hasil yang diperoleh akan maksimal.41 Pembelajaran ini berpusat pada aktivitas yang dilakukan oleh siswa, sehingga ketika kegiatan pembelajaran berlangsung siswa tidak hanya menjadi objek yang selalu menerima pelajaran. Siswa merasa memiliki kegiatan pembelajaran tersebut karena siswa diberikan kesempatan untuk menemukan, mengkonstruksi sendiri pengetahuannya. Pembelajaran dapat berjalan dengan beberapa arah, siswa dapat berinteraksi dengan siswa lain, kelompok lain, maupun dengan guru. Kondisi pembelajaran yang baik adalah adanya keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Semakin banyak interaksi yang terjadi dalam pembelajaran baik interaksi antara siswa dengan siswa maupuan siswa
41
Erman Suherman, dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung, FMIPA UPI-JICA, 2001), hlm. 56.
84
dengan guru dapat diartikan pula bahwa keaktifan siswa juga semakin tinggi. Pembelajaran matematika menggunakan metode group to group dengan pendekatan contextual teaching and learning (CTL) dikatakan lebih efektif digunakan untuk meningkatan prestasi belajar matematika kelas VII untuk pokok bahasan sudut dan garis. Pada awalnya pre-test antara kedua kelas yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen berada pada kriteria efektivitas pembelajaran cukup. Setelah dilakukannya perlakuan yaitu pembelajaran matematika menggunakan metode group to group dengan pendekatan contextual teaching and learning (CTL) pada kelas eksperimen kriteria efektivitas pembelajaran meningkat dari kriteria cukup menjadi tinggi. Hal ini terlihat dari persentasi nilai dari pre-test ke post-test siswa. Sedangkan pada kelas eksperimen kriteria efektivitasnya tidak meningkat yaitu masih berada pada kriteria efektivitas cukup. Maka dapat
disimpulkan
bahwa
pembelajaran
matematika
menggunakan metode group to group dengan pendekatan contextual teaching and learning (CTL) di kelas eksperimen lebih efektif digunakan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa dibandingkan dengan pembelajaran
matematika
menggunakan
metode
ceramah
dengan
pendekatan contextual teaching and learning (CTL) di kelas kontrol. Pembelajaran yang dilakukan kelas eksperimen menggunakan metode group to group dengan pendekatan contextual teaching and
85
learning (CTL) menunjukkan hasil yang cukup signifikan dalam peningkatan prestasi belajar siswa. Terlihat dari hasil nilai pre-test dan post-test di kelas eksperimen. Untuk mengetahuinya di perlukan suatu uji T berpasangan menggunakan bantuan software SPSS 16 dan di peroleh nilai signifikansi (Sig.) sebesar 0,000 < 0,05 artinya H0 ditolak. Dengan demikian ada perbedaan prestasi pada kelas eksperimen sebelum diberi perlakuan dan sesudah diberikan perlakuan. Dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan prestasi belajar siswa sebelum dan sesudah pembelajaran matematika menggunakan metode group to group dengan pendekatan contextual teaching and learning (CTL) di kelas eksperimen.
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Penggunaan metode group to group dengan pendekatan contextual teaching and learning (CTL) di kelas eksperimen lebih efektif digunakan dibandingkan dengan metode ceramah yang digunakan guru di kelas kontrol dalam pembelajaran matematika siswa kelas VII SMP Negeri 2 Banguntapan Bantul tahun ajaran 2009/2010. 2. Ada Perbedaan prestasi belajar siswa antara sebelum dan sesudah penggunaan metode group to group dengan pendekatan contextual teaching and learning (CTL) dalam pembelajaran matematika di kelas eksperimen. B. SARAN Bedasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut : 1. Guru dapat menggunakan implementasi metode pembelajaran group to group dengan pendekatan contextual teaching and learning (CTL) sebagai salah satu alternatif untuk membuat pembelajaran matematika lebih efektif.
85
86
2. Pembelajaran dengan implementasi metode pembelajaran group to group dengan pendekatan contextual teaching and learning (CTL) dapat dikembangkan lagi sehingga selain dapat meningkatkan dan prestasi belajar juga dapat digunakan untuk meningkatkan aspek-aspek yang lain. 3. Supaya pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan maksimal maka perlu adanya persiapan yang matang baik dari peneliti, guru, dan siswa.
87
DAFTAR PUSTAKA Al Krismanto, Beberapa Teknik, Model, dan Strategi dalam Pembelajaran Matematika, Artikel, diakses dari http://p4tkmatematika.org/downloads/sma/STRATEGIPEMBELAJARAN MATEMATIKA.pdf pada tanggal 18 Juli 2010 jam 17.00 A.M Slamet Soewandi. 2005. Perspektif Pembelajaran Berbagai Bidang Studi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Anas Sudijono. 1998. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Anita Lie. 2002. Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo. Darhim, Permainan Matematika Sebagai Latihan Untuk Menumbuhkan Minat Terhadap Matematika, Artikel, diakses dari http://file.upi.edu/Direktori/DFMIPA/JUR.PEND.MAT/195503031980021-DARHIM/Makalah Artikel/ pada tanggal 18 Juli 2010 jam 17.00 Departemen Agama RI. 2003. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Semarang: PT Karya Toha Putra. Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Teori-teori Belajar. Yogyakarta: Bahan Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru SMP. Erman Suherman, dkk. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung : FMIPA UPI-JICA. Fima
Rosyidah. ”Pengembangan KBK Melalui Strategi Pembelajaran Kontekstual”, Artikel, diakses dari http://artikel.us/art05-96.html pada tanggal 10 April 2008 jam 21.30.
Hasan, Iqbal. 2002. Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia. Herman Hudojo. 1988. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Herman Hudojo. 1979. Pengembangan Kurikulum Matematika Pelaksanaannya Di Depan Kelas, Surabaya: Usaha Nasional.
dan
Hidayat, Semadaryanti, Syarifudin. 2002. Metode Penelitian. Bandung : Manjar Maju, 2002.
88
Ibrahim, Suparni. 2008. Strategi Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Bidang Akademika UIN Sunan Kalijaga. Mel Silbermen. 2002. Active Learning. Yogyakarta: Yappendis. Melvin L. Silberman. 2007. Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Yapendis. Muhibbin Syah. 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mulyasa. 2004. Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: Remaja Rosda Karya. M. Ngalim Purwanto. 2002. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya. Nurhadi. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang. Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara. Sumardi Suryabrata. 1984. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press. Wina Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.