1 SKRIPSI RANCANG BANGUN SPASIAL WEB SERVICE ANCAMAN DAN RESIKO BENCANA ALAM (STUDI KASUS : WILAYAH PEMANTAUAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA) ...
SKRIPSI RANCANG BANGUN SPASIAL WEB SERVICE ANCAMAN DAN RESIKO BENCANA ALAM (STUDI KASUS : WILAYAH PEMANTAUAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA) Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sistem Informasi Program Studi Sistem Informasi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Disusun Oleh : PUTRI UTAMI 109093000113
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 M / 1435 H
i
HALAMAN JUDUL RANCANG BANGUN SPASIAL WEB SERVICE ANCAMAN DAN RESIKO BENCANA ALAM (STUDI KASUS : WILAYAH PEMANTAUAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA)
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sistem Informasi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negri Syariaf Hidayatullah Jakarta
Oleh: PUTRI UTAMI 109093000113
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 M / 1435 H
ii
iii
iv
PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
JAKARTA, OKTOBER 2014
PUTRI UTAMI
v
ABSTRAK PUTRI UTAMI, Rancang Bangun Web Service Ancaman dan Resiko Bencana Alam (Studi KAsus: Daerah Pemantauan Badan Nasional Penanggulangan Bencana) di bawah bimbingan ZAINUL ARHAM dan EVA KHUDZAEVA. Indonesia adalah negara yang rawan bencana dilihat dari aspek geografis, klimatologis dan demografis. Letak geografis Indonesia di antara dua benua dan dua samudera menyebabkan Indonesia mempunyai potensi yang cukup bagus dalam perekonomian sekaligus juga rawan dengan bencana.Kombinasi antara berbagai risiko ancaman, kondisi kerentanan, ketidakmampuan atau kelemahan dalam bertindak untuk mengurangi potensi konsekuensi negatif yang ada. Kompleksitas penyelenggaran penanggulangan bencana memerlukan suatu penataan dan perencanaan yang matang, terarah dan terpadu.Penyelarasan arah penyelenggaraan penanggulangan bencana pada suatu kawasan membutuhkan dasar yang kuat dalam pelaksanaannya dan kebutuhan ini terjawab dengan kajian risiko bencana. Kajian risiko bencana merupakan perangkat untuk menilai kemungkinan dan besaran kerugian akibat ancaman yang ada. Dengan mengetahui kemungkinan dan besaran kerugian. Oleh karena itu untuk membantu penyelenggaraan penanggulangan bencana dibutuhkan sebuah sistem informasi spasial yang mempunyai kemampuan memberikan informasi tentang daerah ancaman dan resiko bencana alam di Indonesia. Metode pengembangan sistem yang digunakan adalah Object Oriented Analysis and Design dengan model Rapid Application Development (RAD). Perancangan system dilakukan dengan notasi Unified Modelling Language (UML). Tahap pengkodean sistem dilakukan dengan menggunakan Java, PHP, dan MYSQL.
Kata Kunci: Resiko Bencana,Ancaman Bencana, Object Oriented Analysis and Design, Rapid Application Development, Unified Modelling Language
Bab I-V+203 Halaman+ vi Halaman+93 Gambar+31 Tabel+Pustaka +5 Lampiran + 5 Daftar Simbol Pustaka Acuan(30, 2000-2013)
vi
KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Rancang Bangun Spasial Web Service Ancaman dan Resiko Bencana Alam (Studi Kasus : Badan Nasional Penanggulangan Bencana)”. Shalawat dan salam tak lupa tersirah untuk Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya. Dalam penyusunan skripsi ini banyak sekali pihak yang terlibat yang membantu penulis sehingga laporan ini dapat terselesaikan. Rasa terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada : 1.
Bapak Dr. Agus Salim, M.Si, selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Bapak Zulfiandri, MMSI, selaku Ketua Program Studi Jurusan Sistem Informasi.
3.
Bapak Zainul Arham, M.Si, dan Ibu Eva Khudzaeva, M.Si, selaku dosen pembimbing yang secara bijaksana dan kooperatif telah memberikan bimbingan, bantuan, dan dukungan baik secara moral maupun teknis.
4.
Bapak Agus dan Mas Iwan selaku pihak dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana dan Mas Satria Selaku pihak dari Badan Meteorologi dan Klimatologi.
5.
Kedua Orangtuaku, Bapak Soenaryo SE yang telah berjuang untuk memberikan semangat hidup kepada keluarga dan menjadi motivasi saya dalam melakukan setiap pekerjaan dengan sebaik-baiknya. Mama tercinta Sri Rahayu S.Pd. Do’a
vii
dan harapan tak pernah lepas dari ucapanmu, untuk keberhasilan puteraputerimu. Ucapan terima kasih tidak akan cukup membalas semua jasamu. I Love You and I will never let you down Pa, ma. 6.
Adik-adikku tersayang Imam Baharuddin dan Aziz Rizkyan yang selalu memotivasi saya dengan cara yang tidak terduga untuk menjadi kaka yang baik dan bijaksana.
7.
Sahabat tersayang “Nona-nona” Pramitha Dwi Larasati, Firza yenti dan Rizka Hidayanti, My beloved groups “Gank Arisan” Abdu, Tantowi, Rizky, Deni, Diki, Mawan, Fahrul yang selalu memberikan semangat persahabatan yang tak terlupakan, terima kasih atas persahabatan kita ,grazie amici per il support che mi date, ti amo.
8.
Teman seperjuangan SIC 2009 dan GIS 2009 terima kasih atas kebersamaannya dikelas maupun diluar kelas. Dan semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini, maaf jika saya tidak bisa menyebutkan satu per satu.
Akhir kata, Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat, baik sebagai bahan karya tulis berupa informasi, perbandingan maupun dasar untuk penelitian materi lebih lanjut.
Jakarta, Juli 2014
Penulis
viii
LEMBAR PERSEMBAHAN
Pada kesempatan ini, penulis ingin mempersembahkan skripsi ini kepada seluruh pihak yang telah membantu baik moril maupun materil, terutama kepada: 1. Kedua orang tuaku tercinta, Soenaryo S.E dan Sri Rahayu S.Pd yang selama ini telah bersabar menunggu kelulusan Peneliti, yang tanpa henti mendoakan kelancaran proses skripsi ini. Dan adikku Imam Baharuddin, Aziz Rizkyan yang selalu memberikan dorongan untuk Peneliti segera menyelesaikan skripsi ini. 2. Guru sekaligus motivatorku Bapak Zainul Arham, Ibu Eva Khudzaeva, Bapak Eri Rustamaji, yang telah memberikan gagasan, arahan serta semangat selama penulisan skripsi ini. Dosen Sistem Informasi yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis. Dan Keluarga Besar Sistem Informasi khususnya Sistem Informasi C angkatan 2009, Sistem Informasi Geografis angkatan 2009 dan keluarga besar HIMSI. 3. Sahabat-sahabatku Rizka Hidayanti, Pramitha Dwi Larasati, Firza Yenti, Rizky Adhi, Diky Wardani, Fahrul Rozi, Ahmad Tantowi, Denny Ramadhan, Harnanda Himawan, Abdu Rifai, Wara Gilang, Nuranita Permatasari, Hasan Kiana Aji, Endang Soenarya. Desember 2014 Putri Utami NIM 109093000113
ix
DAFTAR ISI LEMBAR SAMPUL ................................................................................................ i HALAMAN JUDUL ................................................................................................ii LEMBAR PENGESAHAN .....................................................................................iii PENGESAHAN UJIAN...........................................................................................iv LEMBAR PERNYATAAN..................................................................................... v ABSTRAK ................................................................................................................ vi KATA PENGANTAR.............................................................................................. vii LEMBAR PERSEMBAHAN..................................................................................ix DAFTAR ISI............................................................................................................. xi DAFTAR GAMBAR...............................................................................................xvii DAFTAR TABEL....................................................................................................xxii DAFTAR SIMBOL................................................................................................xxiv BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Masalah…………...………….....................................1
1.2
Rumusan
Masalah……………………………………………………..9 1.3
Batasan Masalah……………………………………………………..10
1.4
Tujuan………………………………………………………………..11 1.4.1 Tujuan Umum………………………………………………..11 1.4.2 Tujuan Khusus……………………………………………….11
x
1.5
Manfaat………………………………………………………………12 1.5.1 Bagi Penulis………………………………………………….12 1.5.2 Bagi Universitas……………………………………………..12 1.5.3 Bagi Pengguna Sistem……………………………………….12
1.6
Metode Penelitian……………………………………………………13 1.6.1 Metode pengumpulan data…………………………………...13 1.6.2 Metode Perancangan sistem…………………………………14
1.7
Sistematika Penulisan………………………………………………..15
BAB II LANDASAN TEORI 2.1
Konsep Dasar Rancang Bangun……………………………………..17
2.2
Konsep
Sistem
Informasi……...……………………………………..17 2.3
Konsep Sistem Informasi Geografis (SIG)………………………….18 2.3.1 Pengertian SIG……………………………………………….18 2.3.2 Komponen SIG………………………………………………20
2.4
Konsep Spasial Web Service………………………………………...21
2.5
Konsep Ancaman dan Resiko Bencana Alam………….……………22 2.5.1 Pengertian Bencana Alam…………………………………...22 2.5.2 Ancaman Bencana…………………………………………..23
xi
2.5.3 Resiko Bencana……………………………………………..24 2.6
Konsep Mitigasi dan Spasial Web Service………….………………25 2.6.1 Kesiapsiagaan…………………………………..……………25 2.6.2 Web Geographic Information System……………………….26 2.6.3 Orientasi Mitigasi Bencana dan Islam….……………………32
2.7
Peta dan Pemetaan…………………………………………………...36 2.7.1 Skala Peta……………………………………………………36
2.8
Konsep Pengembangan Sistem Informasi………………..…………37 2.8.1 Object Oriented……………………………………………...37 2.8.2 Rapid Application Development (RAD)..................................38 2.8.2.1 Model RAD menurut Kendall & Kendall…………...38 2.8.2.2 Model RAD menurut Pressman……………………...39 2.8.3 UML (Unified Modelling Language)………………………..40 2.8.3.1 Tujuan UML…………………………………………41 2.8.3.2 Diagram dalam UML………………………………..41
2.9
Telepon Pintar (Smartphone)………………………………………..43 2.9.1 Android..…………………………………………..…………45
2.11.1.2 PHP (Hypertext Preprocessor)………………….....48 2.11.2 Perangkat Pengembang Software……………………………48 2.11.2.1 Android SDK (Software Development Kit)……….48 2.11.2.2 Eclipse……………………………………………...49 2.11.2.3 ArcGIS ESRI……………………………………….50 2.11.3 Database……………………………………………………………50 2.11.3.1MySQL……………………………………………...52 2.11.3.2 Database Management System (DBMS)…………...52 2.11.3.3 XAMPP…………………………………………….53 2.12 Metodologi Penelitian……………………………………………….53 2.12.1 Metode Pengumpulan Data………………………………….53 2.12.1.1Metodologi Pengembangan Sistem Menggunakan Rapid
Application
Development
(RAD)
………………………………………………………53 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian………………………………………56 3.2 Data dan Perangkat Penelitian………………………………………56 3.2.1 Data Penelitian………………………………………………56 3.2.2 Perangkat Penelitian………………………………………...57 3.3 Metode Penelitian…………………………………………………...58
xiii
3.3.1 Metode Pengumpulan Data…………………………………58 3.3.1.1 Observasi…………………………………………….58 3.3.1.2 Wawancara…………………………………………..59 3.3.1.3 Studi Pustaka………………………………………...59 3.3.2 Metode Pengembangan Sistem………………………………70 3.3.2.1 Perencanaan Syarat (Requirements Planning)……....70 3.3.2.2 Proses Desain (Workshop Design)………………..…71 3.3.2.3 Fase Implementasi…………………………………...72 3.3 Kerangka Penelitian………………………………………………….76 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perencanaan Syarat (Requirement Planning)………………………..77 4.1.1 Gambaran Umum Institusi…………………………………..77 4.1.1.1 Badan Nasional Penanggulangam Bencana…………77 4.1.1.2 Tugas BNPB dalam Penanggulangan Bencana…….81 4.1.1.3 Struktur Organisasi BNPB…………………………82 4.1.1.4 Sturktur Organisasi BNPB bagian Data Informasi dan Humas………………………………………………83 4.1.1.5 Struktur Organisasi BMG Balai Besar II………….83 4.1.1.6 Tugas Pokok dan Fungsi BMG……………………...83 4.1.1.7 Struktur Organisasi BMG …………………………...85
xiv
4.1.2 Tujuan Perancangan Sistem…………………………………85 4.1.3 Analisis Proses Bisnis dan Sistem yang Berjalan…………....86 4.1.3.1 Kelebihan Sistem Berjalan…………………………..88 4.1.3.2 Kelemahan Sistem Berjalan…………………………88 4.1.4 Identifikasi Masalah…………………………………………...89 4.1.4.1 Tujuan Pengembangan Sistem……………………...90 4.1.5 Analisis Sistem Usulan………………………………………91 4.1.5.1 Ruang Lingkup Sistem………………………………93 4.1.6 Kebutuhan Perancangan Sistem………………..……………...94 4.2 Proses Design………………………………………………………..98 4.2.1 Perancangan Sistem………………………………………….99 4.2.1.1 Use Case Diagram…………………………………..99 4.2.1.1.1 Narasi Use Case…………………………..104 4.2.1.2 Activity Diagram…………….……………………..131 4.2.1.3 Sequence Diagram……………………………….....150 4.2.1.5 Perancangan Class Diagram………………..…………160 4.2.1.5.1 Tabel Daftar Objek Potensial…….160 4.2.1.5.2 Class Diagram…………………....162 4.2.1.5.2.1 Mapping Diagram ….……….....163 4.2.2 Perancangan Database……………………………………...164
xv
4.2.2.1 Struktur Database…………………………………..164 4.2.3 Perancangan Layout………………………………………...169 4.3 Fase Implementasi………………………………………………….181 4.3.1 Coding Program…………………………………………….181 4.3.1.1 Kajian Ancaman dan Risiko Bencana……………...181 4.3.1.2 Penentuan Tingkat Ancaman dan Resiko…………..186 4.3.1.3 Pemrograman (Coding)……………………………188 4.3.2 Pengujian Sistem…………………………………………...189 BAB V PENUTUP 5.1
Kesimpulan…………………………………………………………194
5.2
Saran………………………………………………………………..195
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………xxix LAMPIRAN
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Data Kejadian Bencana……..……………..…………..………………...1 Gambar 1.2 daftar korban bencana…………………………………..………………..2 Gambar 1.3 Peta Pacific Ring of Fire…………………………………………………3 Gambar 2.1 Komponen SIG…………………………………………….…………...20 Gambar 2.2 Kesiapsiagaan dalam Model Siklus Pengelolaan Bencana………...…...26 Gambar 2.3 Sistem Federated Web GIS…………......………………………………31 Gambar 2.4 Siklus Penanggulangan Bencana dalam prespektif Islam………….......35 Gambar 2.5 Use case Diagram………………………………………………………41 Gambar 2.6 Class Diagram……………………………………………………….....42 Gambar 2.7 Activity Diagram………………………………….………………….....42 Gambar 2.8 Sequence Diagram……………………………………………………...43 Gambar 2.9 Arsitektur Android.……………………………………………………..46 Gambar 3.1 Tahapan RAD…………………………………………………………..70 Gambar 3.2 Contoh Peta Resiko bencana…………………………………………...74 Gambar 3.3 Kerangka Berfikir Penelitian…………………………………………...75 Gambar 4.1 Struktur Organisasi BNPB……………………………………………...82 Gambar 4.2 Struktur organisasi BNPB bagian Data,informasi dan Humas…………83 Gambar 4.3 struktur organisasi BMG Balai Besar II………………………….......84
xvii
Gambar 4.4 Rich Picture Analisis Sistem Berjalan………………………………….86 Gambar 4.5 Sistem usulan…………………………………………………………...92 Gambar 4.6 Use case diagram…………………………………………………..…...99 Gambar 4.7 Activity Diagram Lihat Home……………………………………..….131 Gambar 4.8 Activity lihat ancaman bencana…………………………………….....132 Gambar 4.9 Activity lihat resiko bencana……………………………………..……133 Gambar 4.10 Activity lihat pantauan bencana………………………………..…….134 Gambar 4.11 Activity lihat data kejadian bencana……………………………..…..135 Gambar 4.12 Activity lihat prakiraan cuaca………………..……………………….136 Gambar 4.13 Activity lihat kerentanan bencana………………………………...….137 Gambar 4.14 Activity lihat pengetahuan bencana…………………………….……138 Gambar 4.15 Activity lihat tentang……………………………………………..…..139 Gambar 4.16 Activity lihat berita…………………………………………………...140 Gambar 4.17 Activity mengunduh data .…………………………………………...141 Gambar 4.18 Activity Diagram lihat buku dan poster……………………………...142 Gambar 4.19 Activity login…………………………………………………….…...143 Gambar 4.20 Activity Diagram Logout…………………………………….……....144 Gambar 4.21 Activity Diagram manjemen peta……………………………………145 Gambar 4.22 Activity Diagram Manajemen Berita...................................................146 Gambar 4.23 Activity Diagram manajemen data bencana…………….…………...147 Gambar 4.24 Activity Diagram manajemen buku dan poster………………………148
xviii
Gambar 4.25 Activity Diagram validasi peta.…………………………………..….149 Gambar 4.26 Squence diagram peta………………………………………………..150 Gambar 4.27 Squence diagram data kejadian bencana..…………………………...151 Gambar 4.28 Squence diagram pengetahuan bencana……………………………..152 Gambar 4.29 Squence diagram buku dan poster…………………………….……..153 Gambar 4.30 Squence diagram login…………………………………….………....154 Gambar 4.30 Sequence Diagram Logout…………………………………………..155 Gambar 4.31 Sequence berita…………………………………….………………...156 Gambar 4.32 Sequence Diagram Manajemen peta………………………………..157 Gambar 4.33 Sequence Diagram Mengunduh Data………………………………..158 Gambar 4.34 Sequence Diagram validasi peta……………………..…………........159 Gambar 4.35 Class diagram……………………………………..………………....162 Gambar 4.36 Mapping Class ……..……………………………..………………....163 Gambar 4.37 Halaman Awal……………………………………………………….169 Gambar 4.38 Halaman Home Mobile Version……………………………………...170 Gambar 4.39 Halaman Ancaman dan Resiko Bencana…………………...……......170 Gambar 4.40 Halaman Pantauan Bencana………………………………………....171 Gambar 4.41 Halaman Data Kejadian Bencana……………………………………171 Gambar 4.42 Halaman Prakiraan Cuaca…………………………………………...172 Gambar 4.43 Halaman Kerentanan Bencana…………………………………….....172 Gambar 4.44 Halaman Pengetahuan Bencana……………………………………...173
xix
Gambar 4.44 Halaman awal pengunjung…………………………………………..173 Gambar 4.45 Halaman profil pengunjung………………………………………….174 Gambar 4.46 Halaman buku…………………………………...…………………...174 Gambar 4.47 Halaman poster………………………………………………………175 Gambar 4.48 Halaman gallery……………………………………………………...175 Gambar 4.49 Halaman pengetahuan bencana……………………………………...176 Gambar 4.50 Halaman kerjasama…………………………………………………..176 Gambar 4.51 Halaman geospasial………………………………………………….177 Gambar 4.52 Halaman data dan informasi…………………………………………177 Gambar 4.53 Halaman pantauan bencana………………………………………….178 Gambar 4.54 Halaman login admin…………………………………………..…….178 Gambar 4.55 Halaman awal admin…………………...……………………………179 Gambar 4.56 Halaman manage buku………………………………………………179 Gambar 4.57 Halaman manage peta……………………………………………….180 Gambar 4.58 Halaman manage berita…………………………………………...…180 Gambar 4.59 Halaman berita……………..………………………………………...181 Gambar 4.60 Konversi raster di ArcToolBox……………………………………...182 Gambar 4.61 Query Builder……………………………………………………..…183 Gambar 4.62 Identity Overlay……………………………………………………...183 Gambar 4.63 contoh syntac SRTM………………………………………………...184 Gambar 4.64 Contoh feature yang telah diexport……………………………….....184
xx
Gambar 4.65 Contoh Peta Ancaman Tsunami……………………………………..186 Gambar 4.66 Penentuan Warna Tingkat Ancaman………………………………...187 Gambar 4.67 Penentuan Warna Tingkat Resiko…………………………………...187
xxi
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 : Kemampuan GIS dalam disaster management…………………………..28 Tabel 4.1 Kebutuhan Hardware Server……………………………………………...95 Tabel 4.2 Kebutuhan Hardware Client ……………………………………………..96 Table 4.3 Deskripsi Aktor………………………………………………………….100 Tabel 4.4 Deskripsi usecase ……………………………………………………….100 Tabel 4.5 Narasi Use Case Lihat Ancaman bencana ……………………………...104 Tabel 4.6 Narasi Use Case Lihat Resiko bencana …………………………………107 Tabel 4.7 Narasi Use Case Lihat Pantauan bencana ………………………………109 Tabel 4.8 Narasi Use Case Data kejadian bencana ………………………………..112 Tabel 4.9 Narasi Use Case lihat prakiraan cuaca ………..………………………...113 Tabel 4.10 Narasi Use Case lihat kerentanan bencana …………………………….114 Tabel 4.11 Narasi Use Case lihat pengetahuan bencana …………………………..115 Tabel 4.12 Narasi Use Case lihat tentang …………………………………………117 Tabel 4.13 Narasi Use Case login …………………………………………………118 Tabel 4.14 Narasi Use Case logout ………………………………………………..119 Tabel 4.15 Narasi Use Case Manajemen peta ……………………………………..120 Tabel 4.16 Narasi Use Case Manajemen data bencana ……………………………122 Tabel 4.17 Narasi Use Case Manajemen berita …………………………………...123 Tabel 4.18 Narasi Use Case Lihat Berita ………………………………………….125 Tabel 4.19 Narasi Use Case mengunduh data ……………………………………..126
xxii
Tabel 4.20 Narasi Use Case Manajemen buku dan poster ………………………...127 Tabel 4.21 Narasi Use Case lihat buku dan poster ………………………………...129 Tabel 4.22 Narasi Use Case Validasi peta………………………………………....130 Tabel 4.23 Daftar Objek Potensial ………………………………………………...160 Tabel 4.24 Tabel Berita …………………………………………………………....162 Tabel 4.25 Tabel Admin …………………………………………………………...165 Tabel 4.26 Tabel Kep_Pusdatin……………………………………………………165 Tabel 4.27 Tabel Buku …………………………………………………………….166 Tabel 4.28 Tabel Poster…………………………………………………………….166 Tabel 4.29 Tabel data kejadian bencana …………………………………………...167 Tabel 4.30 Tabel bencana ………………………………………………………….167 Tabel 4.30 Tabel Peta ……………………………………………………………...168 Tabel 4.31 Tabel black-box testing admin ………………………………………...189 Tabel 4.32 Tabel black-box testing pengunjung …………………………………...192
xxiii
DAFTAR SIMBOL Simbol Use Case Model Diagram (Whitten, Bentley, dan Dittman, 2004) Simbol
Keterangan Aktor
aktor
Use Case Use Case
Association Includes <>
Extends <<extend>>
System boundary System
xxiv
Simbol Activity Diagram (Whitten, Bentley, dan Dittman, 2004) Simbol
Keterangan State
Activity1
Control Flow Initial State
Final State
Transition Decision
Swimlane
Swimlane1
xxv
Simbol Sequence Diagram (Whitten, Bentley, dan Dittman, 2004) Simbol
Keterangan Object lifeline
Object1
Aktor : aktor
Non object lifeline : Form Login
Stimulus Self Stimulus Activation
xxvi
Simbol Clas Diagram (Whitten, Bentley, dan Dittman, 2004) Simbol class name +Attribute1 +Operation1()
Keterangan Class: 1. Class name 2. Attribute 3. Operation Association Generalization Agregation
xxvii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan wilayah
yang mempunyai keunikan dan keistimewaan yang khas di dunia. Dengan jumlah pulau lebih dari 17.000 buah dan panjang garis pantai lebih dari 80.000 km merupakan jumlah pulau terbesar dan garis pantai terpanjang di dunia. Di pulau Jawa, 120 juta orang tinggal di dalam bayang-bayang lebih dari 30 gunung berapi.
Gambar 1.1 Data Kejadian Bencana (sumber : BNPB) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menunjukkan bahwa selama kurun waktu tahun 1815 – 2011 telah terjadi ± 5.500 kejadian bencana,
1
dengan porsi kejadian terbanyak adalah banjir sebanyak 3.450 kejadian disusul oleh tanah longsor sebanyak 1.282 kejadian. Sedangkan bencana geologi yang meliputi gempa bumi, tsunami dan erupsi gunung berapi hanya menyumbang sekitar 4 % dari seluruh kejadian bencana di Indonesia. Akan tetapi walaupun kecil, bencana geologi ini telah menimbulkan korban fatalitas mencapai ±265.431 jiwa, serta nilai kerugian yang sangat besar. Dalam sepuluh tahun terakhir bencana gempa dan tsunami yang terjadi di Aceh (2004), Yogyakarta (2006), Tasikmalaya (2009), Sumatra Barat (2010), gempa dan tsunami Mentawai (2010), tanah longsor Wassior di Papua Barat (2010) dan letusan Gunung Merapi Yogyakarta (2010) menyebabkan korban ratusan jiwa dan ratusan triliun rupiah dalam nilai ekonomi.
Gambar 1.2 daftar korban bencana (Sumber : BNPB) Fakta menyebutkan, tanah air Indonesia akan terus berada di kawasan cincin api pasifik (Ring of fire), tempat bertemunya lempeng-lempeng tektonik utama dunia,
2
yang juga ditandai oleh ratusan gunung berapi, yang secara bergiliran akan meletus dari waktu ke waktu yang berarti ancaman bencana akan senantiasa mengintai Indonesia akibat kondisinya tersebut. tersebut Bisa dibayangkan bila terjadi bencana. dalam sekejap bisa terjadi sejumlah besar manusia kehilangan tempat tinggal, sebagian di luka atau bahkan meninggal antaranya mengalami luka-luka gal dunia. Selain membawa kerugian fisik (material), bencana juga mendatangkan kerugian sosial seperti kehilangan mata pencaharian, trauma, penyebaran wabah penyakit, serta berbagai konflik sosial pasca-bencana. bencana.
Gambar 1.3 Peta Pacific Ring of Fire ( (Sumber : National geographic, 2011) Dengan melihat besarnya akibat bencana sebagaimana terlihat pada contoh contohcontoh peristiwa di atas, pengetahuan dan informasi tentang kebencanaan ataupun antisipasi terhadap datangnya bencana mutlak diperlukan. Waktu pers persis datangnya bencana alam tidak dapat diprediksikan, namun kawasan atau wilayah yang
3
berpotensi dilanda bencana (khususnya gempa, letusan gunung api, dan banjir musiman) dapat dikenali berdasarkan kondisi geografis dan geologis, serta catatan empirik peristiwa-peristiwa sebelumnya. Pengurangan resiko bencana sangat prioritas bagi Negara-negara rawan bencan dan Indonesia menduduki peringkat pertama untuk bencana tsunami dan longsor dengan jumlah orang terdampaknya (Kompas, 2011) Dalam kaitan ini, pemerintah berkewajiban dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana, baik mencegah,meredam, mencapai kesiapan maupun menanggapi dampak buruk dari kejadian bencana itu sendiri yang dijelaskan dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana (UU 24/2007). Pemerintah juga menjamin terselenggaranya penanggulangan secara terpadu dan terkoordinasi, yang artinya pemerintah harus memberikan informasi tentang bencana alam kepada masyarakat untuk pengurangan risiko bencana
dan
pemaduan pengurangan risiko bencana dengan program pembangunan. Oleh sebab itu Pemerintah melalui BNPB melaksanakan kesiapsiagaan penanggulangan bencana untuk memastikan terlaksananya tindakan yang cepat dan tepat pada saat terjadi bencana seperti yang tertera dalam peraturan pemerintah nomor 21 tahun 2008. Pengurangan risiko bencana oleh Pemerintah melalui BNPB atau BPBD dilakukan melalui pengenalan dan pemantauan mengenai risiko dan ancaman bencana, juga melakukan perencanaan partisipatif penanggulangan bencana dan pengembangan budaya sadar bencana, juga penerapan upaya fisik, nonfisik, dan pengaturan
4
penanggulangan bencana. Dalam National progress report on the implementation of the Hyogo Framework for action (2009-2011), Indonesia telah melakukan beberapa pencapaian terhadap parameter strategic goals yang telah ditentukan. Pada tahapan pencapaian strategis yang menyangkut kebijakan pembangunan berkelanjutan, perencanaan, dan program dengan penekanan pada pencegahan bencana, mitigasi dan kesiapsiagaan, Indonesia telah melakukan kemajuan dalam pengurangan resiko bencana ke dalam proses pembanguna nasional. Meskipun upaya penanggulangan bencana telah dilakukan, baik oleh Pemerintah melalui departemen/lembaga/instansi terkait serta lembaga/organisasi non pemerintah serta masyarakat, namun kejadian bencana tetap menunjukkan peningkatan baik intensitasnya maupun dampak kerugiannya. Untuk itu upaya-upaya pengurangan resiko bencana harus tetap dilakukan dan selalu ditingkatkan. Salah satu upaya tersebut adalah dengan memberikan pengetahuan praktis tentang karakteristik bencana dan upaya-upaya mitigasinya kepada seluruh pemangku kepentingan (stake holder). Badan Nasional Penanggulangan Bencana disingkat BNPB adalah sebuah Lembaga Pemerintah Non Departemen yang mempunyai tugas membantu Presiden Republik Indonesia dalam mengkoordinasikan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan penanganan bencana dan kedaruratan secara terpadu,serta melaksanakan penanganan bencana dan kedaruratan mulai dari sebelum, pada saat, dan setelah terjadi bencana
5
yang meliputi pencegahan, kesiapsiagaan, penanganan darurat, dan pemulihan. BNPB dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 (BNPB). Memberikan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi secara adil dan setara. Menetapkan standardisasi dan kebutuhan
penyelenggaraan
penanggulangan
bencana
berdasarkan
peraturan
perundang-undangan. Menyampaikan informasi kegiatan penanggulangan bencana kepada masyarakat. Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada Presiden setiap sebulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam kondisi darurat bencana. Pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, dan menyeluruh.sebagai salah satu badan pemerintahan yang berhubungan langsung dengan masalah penanggulangan bencana baik pencegahan atapun pasca bencana adalah tugas pokok dari BNPB (indonesia.go.id). Menurut Rika Dwi Kurniasih (2012) ; sistem manajemen rute evakuasi bencana tsunami di kota Palu dengan menggunakan Arccasper, memberi kemudahan masyarakat sekitar untuk mencari rute evakuasi jika terjadi bencana tsunami dengan menyiapkan sistem peringatan dini untuk menuju tempat evakuasi.kelemahan dari system ini adalah terbatasnya informasi hanya untuk wilayah kota Palu dan tidak menampilkan daerah ancaman dan resiko bencana. Adapun penelitian yang saya kembangkan adalah daerah jangkauan yang menyeluruh yaitu seluruh Indonesia,
6
adanya informasi spasial ancaman dan resiko bencana, informasi spasial sudah dapat diakses melalui mobile/smartphone. Menurut Argo Mulyanto (2011); Pengembangan model SIG untuk menentukan rute evakuasi yang menyajikan menyusun model sistem informasi geografis (SIG) untuk menentukan rute evakuasi bencana. Di dalam penelitian Argo Mulyanto masih sangat terbatas dan belum berbasis web dan mobile. sedangkan penelitian yang saya kembangkan sudah berbasikan Web dan Mobile . Menurut Fadri Mustofa (2013): Mitigasi bencana di kawasan rawan Bencana (krb) III gunung merapi, Upaya mitigasi bencana di Dusun Kalitengah Lor, Kalitengah Kidul dan Srunen, Desa 13 Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, tindakan mitigasi bencana yang dilakukan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman di Dusun Kalitengah Lor, Kalitengah Kidul dan Srunen seperti pendampingan perumusan
Standard Operating Procedure
(SOP), aktivasi kembali Tim
Pengurangan Risiko Bencana (PRB) serta pembangunan sarana fisik. kelemahan sistem ini belum menampilkannya peta spasial ancaman dan resiko bencana maupun ancaman bencana yang membantu dalam memberikan informasi tentang mitigasi bencana. sedangkan penelitian yang saya kembangkan memberikan informasi spasial tentang ancaman dan resiko bencana maupun pantauan bencana, mencakup wilayah yang lebih luas dan menyeluruh sehingga dapat digunakan oleh semua pihak di Indonesia, tidak terbatas di suatu daerah tertentu .
7
Menurut Pramadhi Dharma, Arna Fariza, Rizki Yuniar Haqqun (2012) Sistem informasi geografis daerah bencana lumpur lapindo Sidoarjo menggunakan j2me. Pada Aplikasi ini dapat menampilkan Peta Daerah Bencana Lumpur Lapindo beserta Informasinya, Informasi pusat evakuasi terdekat dengan pusat lumpur yang meliputi rumah sakit, daerah penyebaran lumpur dan informasi-informasi pendukung lainnya. Peneliatian ini sebatas mengetahui daerah bencana lumpur lapindo, sistem informasi ini berbasis mobile J2ME sebagai pembangun sistem. Sedangkan penelitian yang saya kembangkan meliputi keseluruhan bencana dan berbasis mobile berplatform android. Dari penelitian mengenai bencana yang terjadi di Indonesia maupun upaya mitigasi penanganan bencana yang telah dilakukan sebelumnya, dijelaskan bahwa upaya penyampaian informasi tentang kebencanaan yang merupakan upaya pencegahan dan penanggulangan adalah hal pasti yang harus dilakukan dan dikembangan dengan benar. BNPB yang merupakan lembaga resmi Indonesia yang menangani kebencanaan ataupun upaya mitigasi secara tidak langsung membutuhkan sistem informasi yang bisa bersinergi dalam upaya penanggulagan bencana, guna memberikan informasi tentang ancaman dan resiko bencana kepada masyarakat Indonesia secara terpadu, efektif dan interaktif . Dan teknologi saat ini yang bisa digunakan sebagai alternatif untuk menyampaikan informasi adalah teknologi mobile, teknologi dapat menampilkan informasi yang berguna, inovatif dan efisien, dan dengan teknologi mobile itu sendiri
8
dapat memberikan kemudahan dalam mengakses informasi. Jadi sistem informasi berbasis mobile bisa menjawab akan kebutuhan dari BNPB akan faktor-faktor bencana diatas. Pada masa saat ini vendor-vendor dari telepon genggam pintar atau smartphone kebanyakan memproduksi smartphone berbasis android. Hal ini karena android itu adalah sistem operasi yang open source sehingga bebas didistribusikan dan dipakai oleh vendor manapun. (Safaat: 2011) Android juga mampu teintegrasi dengan berbagai layanan Google seperti Googlemaps, dalam menampilkan sebuah informasi lokasi secara peta visual. Dilihat dari latar belakang diatas, ada ketertarikan untuk melakukan penelitian dalam rangka merancang bangun spasial web service ancaman dan resiko bencana alam yang interaktif agar BNPB dapat memberikan informasi yang tepat kepada masyarakat terhadap ancaman bencana. Peneliti mengusulkan sebuah sistem yang mampu memberikan informasi spasial ancaman dan resiko bencana kepada pengguna dan masyarakat. Refleksi atas bencana alam boleh jadi anakronis tapi jelas bukan anathema, karena ancaman bencana akan terus ada, seperti kata orang bijak, gempa tak menimbulkan bencana, tapi bangunan yang robohlah yang menimbulkan bencana. Gunung berapi juga tidak menimbulkan bencana, tapi kelambanan kita menjauhinya saat ia murkalah yang mendatangkan bencana. Peneliti mengusulkan sebuah sistem yang mampu memberikan informasi dan menampilkan peta daerah ancaman dan resiko bencana alam di Indonesia.
9
memberikan layanan untuk masyarakat tentang informasi terbaru bencana yang terjadi. Berdasarkan alasan tersebut, peneliti mengajukan judul skripsi “RANCANG BANGUN SPASIAL WEB SERVICE ANCAMAN DAN RESIKO BENCANA (Studi kasus: Daerah Pantauan Badan Nasional Penanggulangan Bencana)”. 1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka didapati perumusan masalah
sebagai berikut : 1. Bagaimana menganalisis dan merancang bangun sistem informasi spasial yang dapat menyajikan informasi ancaman dan resiko bencana alam di Indonesia? 2. Bagaimana membangun aplikasi broadcast service
yang mampu
menampilkan informasi spasial ancaman dan resiko bencana alam berbasis smartphone ? 1.3
Batasan Masalah Sesuai dengan latar belakang yang telah diuraikan, maka dalam pembuatan
aplikasi ini penulis mencoba untuk mengidentifikasikan masalah yang hanya dibatasi pada: 1. Dalam sistem ini saya selaku penulis membatasi jenis bencana yang ditampilkan yaitu bencana yang di awasi oleh pihak BNPB.
10
2. Informasi yang ditampilkan merupakan informasi pendukung dalam pantauan bencana Indonesia Badan Nasional Penanggulangan Bencana, yaitu : Sistem Informasi Spasial (SIS) pantauan bencana, ancaman Bencana alam di Indonesia, dan resiko bencana alam di Indonesia, Sistem Informasi pendukung mitigasi kebencanaan. 3. Metode yang digunakan adalah object oriented - RAD (Rapid Application Development) hingga pada tahapan testing aplikasi prototype. 4. Spasial broadcast service dengan platform android. 5. Platform smartphone pada sistem ini adalah android. Tools yang digunakan dalam membangun sistem ini adalah ArcView versi 3.3, ArcGIS 9.0, bahasa pemrogramman PHP, XAMPP untuk web server, MySQL untuk penyimpanan database non spasial, Java, program aplikasi Google Android untuk menampilkan data spasial, Sistem Operasi mobile minimal froyo 2.2 sebagai interface berbasis mobile . 6. Data spasial yang digunakan memiliki format Shapefile (.Shp) , Keyhole Markup Language (.kml/ .kmz) . 7. Data yang dibutuhkan di dalam system ini adalah data kondisi fisik alam pada daerah bencana rawan gempa, daerah rawan bencana, ancaman dan resiko bencana, data Pengguna Android di kalangan masyarakat 1.4 1.4.1
Tujuan Tujuan Umum
11
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menyediakan sebuah sistem informasi spasial web service yang terintegrasi mobile mengenai daerah ancaman dan resiko bencana alam di Indonesia sehingga dapat memberikan broadcast informasi tentang daerah ancaman dan resiko bencana alam kepada pengguna sistem. 1.4.2 Tujuan Khusus 1. Menganalisa dan membuat sistem informasi spasial ancaman bencana alam di Indonesia, yang menjadi salah satu parameter untuk membuat peta resiko bencana alam di Indonesia. 2. menganalisis dan membuat peta resiko bencana alam di Indonesia dari perhitungan antara peta ancaman dan peta kerentanan bencana ditambah peta kapasitas (kesiapsiagaan). 3. Membangun aplikasi berbasis mobile android. 4. Mengkonversi data spasial ke dalam mobile base. 5. Membangun implementasi sistem informasi spasial berbasis mobile. 6. Membangun spasial broadcast service dengan platform android.
1.5
Manfaat
Penelitian ini memiliki manfaat yaitu: 1.5.1 Bagi Penulis a. Menerapkan ilmu-ilmu yang didapat selama mengikuti kuliah
12
b. Mengetahui lebih dalam tentang system operasi android c. Mengetahui lebih dalam mengenai pengembangan aplikasi pada android dan menerapkan langsung dengan mengembangkan aplikasi tersebut. d. Menambah wawasan system informasi spasial. 1.5.2 Bagi Universitas a. Mengetahui kemampuan mahasiswa dalam menguasai materi teori yang diperoleh selama kuliah b. Mengetahui kemampuan mahasiswa dalam menerapkan ilmunya dan sebagai bahan evaluasi 1.5.3 Bagi Pengguna Sistem a. Tim Penanggulangan Bencana : mengetahui tentang kebencanaan di Indonesia sehingga mudah dalam upaya mitigasi ketika ada bencana b. Masyarakat dan wisatawan : bisa melihat peringatan dini sebelum terjadinya bencana alam,dan dapat mengetahui data bencana apa saja yang ada pada suatu daerah. Dan juga untuk meningktkan pengetahuan tentang kebencanaan, upaa penyegahan dan resiko yang terjadi agar tidak ada kepanikan berlen\bihan ketika terjadi bencana alam. c. BNPB : dengan adanya sistem informasi pantauan bencana yang lebih lengkap dan berbasis mobile yang terupdate, akan lebih mudah dalam mensosialisasikan
mitigasi
bencana
kepada
masyarakat,
karena
kebanyakan masyarakat Indonesia ataupun wisatawan pasti menggunakan
13
perangkat mobile bahkan smartphone.
1.6
Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan penulis dalam melakukan penelitian adalah
sebagai berikut. 1.6.1 Metode pengumpulan data a. Metode kepustakaan Pengumpuan data yang dilakukan untuk memperoleh keterangan dan data dari literature berupa buku, skripsi, thesis, jurnal, ebook, artikel-artikel dan situs-situs internet yang berkaitan dengan pembahasan skripsi. Dengan melakukan pengamatan langsung pada objek penelitian untuk mendapatkan informasi, melakukan wawancara mendalam dengan pihakpihak terkait. Mengajukan daftar pertanyaan yang cukup terperinci dan lengkap dan juga mempelajari buku-buku literatur yang mendukung dan berkaitan dengan topik penelitian ini.
b. Metode wawancara Dilakukan dengan wawancara seseorang yang ahli dala bidanngnnya atau melakukan diskusi degan oang-orang yang mengerti terhadap materi bahasan supaya mendapatkan bahan masukan dan data pendukung untuk penyusunan skripsi. Dengan melakukan wawancara terstruktur yaitu
14
memberikan beberapa pertanyaan secara sistematis dan pertanyaan yang diajukan disusun sebelumnya. c. Observasi Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan langsung melihat kegiatan yang dilakukan oleh user (Sutabri, 2012).
1.6.2 Metode Perancangan sistem Metode pengembangan sistem yang penulis gunakan adalah metode object oriented
dengan
menggunakan
pemodelan
RAD
Rapid
Application
Development, merupakan salah satu metode prototyping yang memiliki tahapan-tahapan berikut (Kendall and Kendall, 2008) : 1.
Requirements Planning (PerencanaanSyarat) Dalam fase ini akan diketahui apa saja yang menjadi kebutuhan system yaitu dengan mengidentifikasi kebutuhuan informasi dan masalah yang dihadapi untuk menentukan tujuan, batasan-batasan sistem, kendala dan juga alternative pemecahan masalah. Analisis digunakan untuk mengetahui perilaku system dan juga untuk mengetahui aktifitas apas aja yang ada dalam system tersebut.
2.
Workshop Design (Proses Desain) Fase ini adalah fase untuk merancang dan memperbaiki sistem yang dapat digambarkan sebagai workshop. Selama proses desain RAD,
15
pengguna merespon working prototype yang ada dan menganalisis, memperbaiki modul-modul yang dirancang menggunakan perangkat lunak berdasarkan tanggapan pengguna. 3.
Implementation (penerapan) Analis bekerja secara intens dengan pengguna selama proses desain untuk merancang aspek-aspek bisnis dan non-teknis dari perusahaan. Segera setelah aspek-aspek ini disetujui dan system dibangun, sub-sub system diuji coba dan diperkenalkan kepada perusahaan
1.7
Sistematika Penulisan Dalam penulisan skripsi ini, pembahasan yang disajikan dibagi dalam lima
bab, yang secara singkat akan diuraikan sebagai berikut: BAB I
: PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode pengumpulan data, metode perencanaan strategis sistem informasi, waktu penelitian, tempat penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II
: LANDASAN TEORI Pada bab ini berisi teori-teori yang digunakan sebagai landasan teori dan studi kepustakaan dari penelitian yang
16
penulis buat, dimana berisi teori-teori dari konsep, software, dan aplikasi dari penelitian ini. BAB III
: METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menguraikan tentang objek yang diteliti dan metodemetode yang digunakan untuk mengumpulkan data dan mengembangkan sistem dalam penelitian tersebut.
BAB IV
: HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini menguraikan tentang hasil yang didapatkan dari pengembangan sistem yang dilakukan.
BAB V
: PENUTUP Bab ini menguraikan simpulan dari uraian yang sudah diterangkan pada bab-bab sebelumnya dan juga berisi saransaran untuk perbaikan.
BAB II
17
LANDASAN TEORI
2.1
Konsep Dasar Rancang Bangun Rancang atau merancang dapat diartikan sebagai mengatur atau merencanakan
segala sesuatu (sebelum bertindak, mengerjakan, atau melakukan sesuatu), yang akan menghasilkan sebuah rancangan dalam bentuk aplikasi. Bangun dapat diartikan sebagai cara dalam menyusun atau susunan yang merupakan suatu wujud, struktur, dan sebagainya (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008). Jadi rancang bangun merupakan pengaturan dan perencanaan segala sesuatu untuk membangun dan menyusun suatu struktur yang ada yang bertujuan menghasilkan rancangan yang baru. 2.2
Konsep Sistem Informasi Sistem informasi adalah suatu entity ( kesatuan ) formal yang terdiri dari
berbagai sumber daya fisik maupun logika ( Prahasta, 2005 ). sistem informasi adalah sebuah rangkaian prosedur formal dimana data dikelompokkan, diproses menjadi informasi, dan di distribusikan kepada pemakai ( Kadir, 2003). Definisi lain menyatakan bahwa sistem informasi adalah sekumpulan komponen – komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan mendistribusikan informasi terkait
18
untuk mendukung proses pengambilan keputusan, koordinasi, dan pengendalian ( Prahasta, 2009 ). Menurut Barus (1996), sistem informasi adalah suatu jaringan perangkat keras dan lunak yang dapat menjalankan operasioperasi dimulai dari perencanaan, pengamatan dan pengumpulan data, kemudian untuk penyimpanan dan analisi data, termasuk penggunaan informasi yang diturunkan ke beberapa proses pembuatan keputusan. Dari
berbagai
definisi/pengertian
mengenai
sistem
informasi,
dapat
disimpulkan bahwa sistem informasi adalah sistem gabungan yang berbasis komputer yang digunakan untuk pengambilan keputusan berdasarkan informasi dari data-data yang telah diolah sebelumnya.
2.3
Konsep Sistem Informasi Geografis (SIG)
2.3.1 Pengertian SIG Sistem informasi geografis adalah sistem informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data yang terefernsi secara spasial atau koordinat geografi. Dengan kata lain, SIG merupakan sistem basis data dengan kemampuan khusus dalam menangani data yang tereferensi secara spasial, selain merupakan sekumpulan operasi – operasi yang dikenakan terhadap data tersebut ( Prahasta, 2002) . Model data spasial dalam sistem informasi
19
geografis di representasikan kedalam dua bentuk yaitu model data raster dan model data vektor. a. Model Data Raster Model data raster menampilkan, menempatkan, dan menyimpan spasial dengan menggunakan struktur matriks atau piksel – piksel yang membentuk grid. Akurasi model data ini tergantung pada resolusi atau ukuran piksel (sel grid) di permukaan bumi. Entity spasial raster disimpan dalam layer yang secara fungsionalitas direalisasikan dengan unsur – unsur peta. Koordinat – koordinat yang ada dalam sekumpulan data raster diperlukan untuk mengikatkan ( me – register ) sistem grid ini terhadap suatu sistem koordinat yang dikehendaki.(Prahasta, 2005 ).
b. Model Data Vektor Model data vektor menampilkan, menempatkan, dan menyimpan data spasial dengan menggunakan titik – titik , garis – garis atau kurva , atau poligon beserta atribut – atributnya . Model data vektor, didefinisikan oleh sistem koordinat kartesian dua dimensi ( x, y ). Garis – garis atau kurva ( busur atau arcs ) merupakan sekumpulan titik – titik terurut yang dihubungkan. Sedangkan luasan atau poligon disimpan dalam sekumpulan data atau objek yang saling terkait secara dinamis dengan pointer. ( Prahasta, 2005 )
20
2.3.2 Komponen SIG Menurut Gistus dalam Prahasta (2005), komponen SIG dibagi menjadi empat komponen, diantaranya perangkat keras, manajemen, data dan informasi, serta perangkat lunak. Komponen perangkat keras dalam SIG yang umum digunakan adalah CPU, RAM, storage, input device, output device, dan peripheral lainnya. Sedangkan komponen perangkat lunak, merupakan suatu sistem untuk mengolah data dan informasi geografis, seperti ERDAS, ArcView, MapInfo, dan lain-lain. Data dan Informasi, merupakan data atribut dari tabel-tabel dan laporan yang digunakan, dan manajemen merupakan komponen yang berkaitan dengan perkembangan dan penguasaan teknologi. Kombinasi yang benar antara ke empat (4) komponen utama ini akan menentukan kesuksesan suatu proyek pengembangan Sistem Informasi Geografis.
Gambar 2.1 Komponen SIG (Sumber : Prahasta, 2005)
21
2.4
Konsep Spasial Web Service Terdapat sebuah definisi layanan web yang bagus yaitu sebuah web service
adalah berbagai layanan yang tersedia di internet menggunakan standar sistem pemesanan xml dan tidak terikat oleh sistem operasi dan bahasa pengembang. Layanan web mengacu pasa satu protocol komunikasi internet yaitu http yang digunakan untuk menghubungkan antara aplikasi aplikasi yang ada. Layanan web bersifat penting karena dapat memainkan bagian integral dari interoperability antara aplikasi-aplikasi sehingga aplikasi-aplikasi ini dapat saling berhubungan. Layanan web ini menyediakan suatu metode komunikasi antara aplikasi-aplikasi dapat dengan mudah digunakan. (Lukfi Halim, 2008) Layanan web dalam bidang geografi untuk tujuan pemetaan dating dari sebuah badan bernama OGC (Open Geospatial Consortium). OGC telah mengembangkan standar atau spesifikasi untuk layanan web pemetaan . tujuan dari badan ini adalah untuk meningkatkan interoperability (suatu keadaan dimana bagianbagian sistem sukses disatukan) antara aplikasi dengan menyediakan bahasa pertukaran umum melalui standar yang umum. WMS atau Web Map Service adalah suatu cara standar untuk meminta sebuah peta ke suatu aplikasi, dan aplikasi tersebut menghasilkan tampilan peta dengan keterangan features. (Lukfi Halim,2008)
22
2.5
Konsep Ancaman dan Resiko Bencana Alam
2.5.1 Pengertian Bencana Alam Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan menggagu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan , baik oleh factor alam dan/atau factor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dampak psikologis. (PerKa BNPB no.8 tahun 2011) Bencana tidak dapat di elakkan tetapi tidak demikian halnya dengan kematian yang disebabkan adanya bencana. Adalah suatu tantangan untuk kita bagaimana mengupayakan untuk meminimalkan dampak dari bencana itu sendiri, dengan memperkirakan datangnya bencana bahkan mencegah terjadinya suatu bencana. Kita mengenal ada dua macam bencana yaitu bencana alam dan bencana yang disebabkan oleh manusia. Sutjirat, Sumadi (1999) bencana alam merupakan getaran-getaran yang terjadi melalui permukaan bumi yang disebabkan oleh tumbukan atau patahan lempengen bumi, letusan gunung berapi, pukulan-pukulan gelombang laut, mesin pabrik, lalu-lintas yang tercatat oleh alat-alat gempa yang halus. Sedangkan menurut Undang-undang nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana yang menjelaskan bahwa “Wilayah Negara Republik Indonesia memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologis, dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana baik yang disebabkan
23
oleh faktor alam maupun faktor manusia yang menyebabkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis yang dalam keadaan tertentu dapat menghambat pembangunan nasional”. Dari pengertian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bencana alam merupakan suatu getaran-getaran yang merambat melalui permukaan bumi serta menembus bumi sehingga menimbulkan goncangan besar yang kadang kala disusul dengan terjadinya tsunami yang menyebabkan kerusakan rumah masyarakat dan fasiltas umum serta hilangnya harta benda bahkan sampai menimbulkan korban jiwa.
2.5.2
Ancaman Bencana Ancaman bencana adalah suatu kejadian atau peristiwa yang bias menimbulkan bencana. (Handa S. Habidin, 2012) Indonesia secara garis besar memiliki 13 Ancaman Bencana. Ancaman tersebut adalah : 1. Gempabumi 2. Tsunami 3. Banjir 4. Tanah Longsor 5. Letusan Gunung Api 6. Abrasi 7. Putting Beliung 8. Kekeringan
24
9. Kebakaran Hutan dan Lahan 10. Kebakaran Gedung dan Pemukiman 11. Epidemi dan Wabah Penyakit 12. Gagal Teknologi 13. Konflik Sosial
2.5.3 Resiko Bencana Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu kawasan dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat. Risiko bencana dapat dinilai tingkatannya berdasarkan besar kecilnya tingkat ancaman dan kerentanan pada suatu wilayah. Analisis risiko bencana dapat dilakukan dengan berbagai metode salah satunya adalah metode pemetaan berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG). Secara mendasar pemahaman tentang konsep bencana menjadi dasar yang kuat dalam melakukan pemetaan risiko bencana yang dapat diaplikasikan kedalam Sistem Informasi Geografis (SIG) yang dapat ditampilkan secara spasial dan menghasilkan peta ancaman, peta
kerentanan,
peta
kapasitas
dan
peta
risiko
bencana.(Petrasa
Wacana,2011)
25
2.6
Konsep Mitigasi dan spasial web service Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana,
baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Mitigasi bencana merupakan suatu aktivitas yang berperan sebagai tindakan pengurangan dampak bencana, atau usaha-usaha yang dilakukan untuk megurangi korban ketika bencana terjadi, baik korban jiwa maupun harta. Bahaya (hazard) adalah suatu kejadian yang mempunyai potensi untuk menyebabkan terjadinya kecelakaan, cedera, hilangnya nyawa atau kehilangan harta benda. Bahaya ini bisa menimbulkan bencana maupun tidak. Bahaya dianggap sebuah bencana (disaster) apabila telah menimbulkan korban dan kerugian.(Badan Nasional Penanggulangan Bencana,2007) 2.6.1 Kesiapsiagaan Upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi melalui pengorganisasian yang tepat dan berdaya guna. Kesiapan bencana mencakup peramalan dan pengambilan keputusan tindakan-tindakan pencegahan sebelum munculnya ancaman, didalamnya meliputi pengetahuan tentang gejala munculnya bencana, gejala awal bencana, pengembangan dan pengujian secara teratur terhadap sistem peringatan dini, rencana evakuasi atau tindakan lain yang harus diambil selama periode waspada untuk meminimalisir kematian dan kerusakan fisik yang mungkin terjadi. (Randolph Kent, 1994)
26
Gambar 2.2 Kesiapsiagaan dalam Model Siklus Pengelolaan Bencana (sumber : ikatan geografi Indonesia)
2.6.2 Web Geographic Information System GIS
merupakan
sistem
infomasi
berbasis
komputer
yang
menggabungkan antara unsur peta (geografis) dan informasi data atribut yang dirancang untuk mengolah, memanipulasi, menganalisa, memperagakan dan menampilkan data spatial untuk suatu perencanaan, pengolahan data dan penelitian bidang terkait. Menurut McKenna (1998), GIS itu telah dikenal sebagai teknologi yang tepat untuk aplikasi sipil dan militer, termasuk di dalamnya masalah emergency response. GIS adalah alat yang berkemampuan tinggi dalam mendukung disaster management untuk “collecting, storing, analysis, modeling and displaying large amount of data”, kata Saydi, Zoej dan Mansourian (2004) : “Integration of the GIS and the Internet technology can be used to significantly increase the usage and accessibility of the spatial
27
data, which is a key requirement before, during and after any disaster” (Raheja, Ojha dan Mallik, Cinque, Crowe dan Davies, Saydi, Zoej dan Mansourian, 2004). Johnson (2000) mengungkapkan bahwa SIG dapat digunakan dalam emergency management untuk menunjukkan data yang spatial nature dalam bentuk satu buah peta. Pada masa sebelum terjadinya disaster, SIG dapat digunakan untuk pembuatan peta resiko dengan analisa senario
(Raheja,
Ojha, Mallik, 2000). Sedangkan pada masa setelah terjadinya disaster, GIS itu dapat : “Membuat ketersediaan informasi terkini yang berhubungan dengan koordinat spasial orang-orang yang terkena dampak dan ketersediaan sumber pertolongan dan penyelamatan, daerah terluas dari bencana dan geoposisikan lfelines supply air dn jaringan transportasi ” Menurut Levine dan Landis (1989), kemampuan GIS dapat digunakan dalam disaster management sebagai fungsi dari data display, Land Information Storage and Retrieval, Zone and District Management, Site Selection, Hazard Impact Assessment dan Development/Land Suitability Modeling. Table dibawah menunjukkan penggunaan GIS di berbagai negara Amerika Selatan untuk menangani bencana.
28
Tabel 1.1 : Kemampuan GIS dalam disaster management (Sumber : Levine dan Landis , 1989) FUNCTION
POTENTIAL
EXAMPLES
APPLICATIONS Data display
- Aid in the analysis of
- What lifeline elements lie in
spatial distribution of
high-risk areas?
socio-economic infrastructure and natural hazard phenomena - Use of thematic maps to - What population could be enhance reports and/or
affected?
presentations - Link with other
- Where are the closest
databases for more
hospitals or relief centers in
specific information
case of an event?
Land Information - Filing, maintaining, and - Display all parcels that have Storage and
updating land-related
had flood problems in the past
Retrieval
data (land ownership,
- Display all non-conforming
previous records of
uses in this residential area
29
natural events, permissible uses, etc.)
Zone and District - Maintain and update Management
- List the names of all parcel
district maps, such as
owners of areas within 30 m of
zoning maps or
a river or fault line
floodplain maps - Determine and enforce
- What parcels lie in high and
adequate land-use
extreme landslide hazard
regulation and building
areas?
codes Site Selection
- Identification of
- Where are the hazard-free
potential sites for
vacant parcels of at least x ha
particular uses
lying at least y in from a major road, which have at least z bed-hospitals within 10 km radius?
Hazard Impact
- Identification of
- What units of this residential
Assessment
geographically
area will be affected by a 20-
30
determined hazard
year flood?
impacts
Sedangkan web
GIS
merupakan suatu teknologi
yang
memungkinkan informasi spasial untuk diakses oleh pengguna melalui Internet. Disamping itu, web GIS memungkinkan dalam pembuatan data, peng-editan data, analisis data, dan memberikan query informasi. Ada beberapa teknologi yang dapat digunakan untuk membangun sistem Web GIS, salah satunya adalah GeoServer yang berbasis Open Source. Konsep ini mengacu pada standar Open Geospatial Consortium (OGC) termasuk Web Map Service (WMS) yang memungkinkan pembuatan peta dengan beberapa lapisan.
31
Gambar 2.3 Sistem Federated web GIS (Jack, 2008) Saat ini, GIS diimplementasikan dalam tiga pola yang umum yaitu: desktop, server, dan sistem federated
(Jack, 2008). Sistem
federated merupakan
sistem penggabungan server-server dan layanan-layanan untuk kolaborasi antar organisasi-organisasi. Tiga pola utama ini memberi fondasi yang kuat untuk sebuah pola baru web GIS. Web GIS melibatkan pengetahuan geografis termasuk data, model, workflows dan peta. Kemudian sumber daya tersebut akan dibagikan ke pengguna.Web GIS memanfaatkan kekuatan dan jangkauan Web dan mengintegrasikan sumber daya GIS seperti otoritatif analisis GIS database, model, dan spasial.
Web
GIS
mempunyai
32
kemampuan visualisasi yang sangat bagus, pemetaan dan menyediakan akses ke pengetahuan geografis secara sempurna untuk semua orang. Seiring waktu, web GIS akan menjadi bagian penting dari infrastruktur masyarakat.( Nasaruddin dan Khairul Munadi.2011)
2.6.3 Orientasi Mitigasi Bencana dan Islam Dalam Alquran Surah Ali ‘Imran ayat 200 dikatakan bahwasanya orang yang beriman untuk selalu dalam keadaan siaga sebelum akan terjadinya suatu yang membahayakan, “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.” Lebih lanjut, dalam Surah Al An’aam ayat 131: “Yang demikian itu adalah karenaTuhanmu tidaklah membinasakan kota-kota secara aniaya, sedang penduduknya dalam keadaan lengah.”, Al Quran menganjurkan untuk sebuah daerah berpenduduk dan memiliki pemerintahan untuk memiliki perencanaan siaga yang mengarah kepada kesiapan dan kemampuan untuk memperkirakan, mengurangi dampak, menangani secara efektif serta melakukan pemulihan diri dari dampak, dan jika memungkinkan dapat mencegah bencana itu sendiri. Dalam konteks manajemen,
kesiapsiagaan
membutuhkan
perencanaan.
Perencanaan
merupakan fungsi-fungsi manajemen yang hanya dapat dilaksanakan berdasarkan keputusan yang ditetapkan dalam rangkaian proses yang dapat
33
memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan apa, siapa, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana, jadi perencanaan menjadi hal yang sangat penting karena akan menjadi penentu dalam ketercapaian sebuah tujuan. Ayat-ayat yang menjadi dasar adalah al-Hijr (15):28-29; al-Balad (90):10 dan al-Syams (91):7-10. Teori pendidikan Islam yang tepat untuk menghadapi bencana ialah konvergensi antara fatalis dan positif atau teori good-active menurut pemikiran pendidikan Barat. Artinya ketika bencana datang, manusia memperoleh pendidikan aspek kognitif, emosi dan psimotor seperti sabar, berserah diri, pengokohan iman tauhid, dan meminimalisir sifat sombong, berpikir, dan berbuat untuk bangkit. Setelah pasca bencana manusia tidak boleh pasif fetapi harus aktif membuat rencana strategis dari berbagai elemen yang dianggap dapat mengurangi kerentenan dan resiko bencana dalam suatu komunitas, untuk merespon, mencegah (preventif) dan mengurangi (mitigasi) dampak yang tidak diinginkan dari ancaman, dalam konteks yang luas dari pembangunan berkelenjutan. Paling tidak ada tiga dimensi pendidikan sebagai hasil dari kehidupan bencana yaitu: Pertama: Dimensi pendidikan kecerdasan spiritual yaitu tauhid, takwa, dan akhlak mulia. Termasuk kecerdasan spritual ialah kemampuan memahami makna ( meaning ) dan nilai ( value ) dari jeritan bencana, hikmah fundamental yang dikandungnya dan kemampuan mengatur diri menghadapi jeritan bencana. Pendidikan spritual ini lebih terasa jika bencana itu sebagai
34
akibat alam bukan ulah manusia. Bencana yang menerpa umat manusia bukanlah murka dan hukuman Tuhan, tetapi rahmat-Nya. Allah tidak pernah menghukum dan menyiksa hambanya di dunia karena kelaliman dan usahanya, tetapi hukuman dan siksaan itu ditangguhkan (al-Nahl [16]:61 dan Fatir[35]:45). Bencana terjadi adalah sebagai konsekuensi-konsekuensi tindakan-tindakan lalim. Hidup adalah ujian. Kedua: Dimensi pendidikan kecerdasan intelektual dan psikomor. Menurut Ibnu Qayyim pendidikan intelektual ialah mengerahkan daya dan kemampuan untuk mengembangkan akal, mendidik dan meluaskan wawasan dan cakrawala berpikir. [Manusia harus bangkit dari derita bencana dan aktif melakukan kajian-kajian, berkreasi mengatasi masalah dan melakukan aksi konkrit. Hal itulah inti dari al-Ra’ad(13) :11. Menurut Ja’far S. Idris, ayat ini mengandung ada empat hal yaitu (1) Tuhanlah yang memiliki kebebasan berkehendak mutlak; (2) Manusia hanya memiliki kebebasan berkehendak yang terbatas; (3) Suatu perubahan dapat diupayakan oleh manusia dalam dirinya; dan (4) Perubahan nasib pada manusia akan dilakukan oleh Allah sesuai dengna hasil kerja keras dan usaha serius yang dilakukan oleh manusia. Ada enam pilar pembelajaran pendidikan yang direkomendasikan oleh UNESCO, dapat diterapkan dalam pendidikan bencana yaitu (1) learning to know, (2) learning to do, (3) learning to be,(4) learning to live together, (5) learn how to learn and (6) learning throughout life . Learning throughout life
35
maksudnya menuntut dan memberi pencerahan kepada para korban bencana. Sebagai hasil olah akal budi terhadap bencana, maka Kelompok Kerja Mitigasi dan Penanggulangan Bencana membuat Rencana Aksi Nasional Pengurangan
Resiko
Bencana
(RANPRB)
membuat
lima
prioritas
pengurangan resiko bencana (PRB) yaitu (1) meletakkan PRB sebagai prioritas nasional maupun daerah dan implementasinya harus dilaksanakan oleh suatu institusi yang kuat, (2) mengidentifikasi, mengkaji dan memantau resiko bencana serta menerapkan system peringatan diri, (3) memanfaatkan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk membangun budaya keselamatan dan ketahanan pada seluruh tingkatan, (4) mengurangi cakupan resiko bencana dan (5) meningkatkan kesiapan menghadapi bencana pada semua tingkatan masyarakat, agar tanggapan yang dilakukan lebih efektif.
Gambar 2.4 Siklus Penanggulangan Bencana dalam prespektif Islam (sumber : Syadzili,2007)
36
2.7
Peta dan Pemetaan Peta merupakan suatu representasi konvensional dari unsur-unsur fisik dari sebagian atau bahkan keseluruhan permukaan bumi diatas media bidang datar dengan skala tertentu.( Prahasta, 2009 ). Ditinjau dari peranannya, peta adalah bentuk penyajian informasi spasial tentang permukaan bumi untuk dapat digunakan dalam pengambilan keputusan. Sedangkan pemetaan adalah proses pengukuran, perhitungan dan penggambaran permukaan bumi (terminologi geodesi) dengan menggunakan cara dan atau metode tertentu sehingga didapatkan hasil berupa softcopy maupun hardcopy peta yang berbentuk vector maupun raster. ( PTISDA – BPPT , 2003)
2.7.1 Skala Peta Skala peta adalah perbandingan jarak antara dua titik sembarangan di peta dengan jarak horisontal kedua titik tersebut di permukaan bumi (dengan satuan ukuran yang sama).( Arham, 2008 ) 1. Skala numeris, digambarkan dalam bentuk 1 : 50.000 ( numeric skala ) atau 1 /50.000 . Artinya 1 satuan panjang di peta sama dengan 50.000 satuanpanjang di lapangan misalkan 1 cm di peta sama dengan 50.000 cm ( 0.5 km ) di lapangan.
37
2. Skala dengan kalimat, biasanya digunakan untuk peta – peta buatan Inggris atau negara – negara bekas jajahan. Bentuknya adalah 1 inch to 1 mile ( 1 : 63.660 ). 3. Skala grafis, skala yang menampilkan suatu garis dengan beberapa satuan jarak yang menyatakan suatu jarak pada tiap satuan jarak tertentu.
2.8
Konsep Pengembangan Sistem Informasi Metode pengembangan sistem yang akan digunakan dalam penelitian
iniadalah menggunakan metode Object Oriented dengan model pengembangan RAD. 2.8.1 Object Oriented Object Oriented Analysis (OOA) adalah sebuah teknik yang mengintegrasikan data dan proses ke dalam konstruksi yang disebut object. Pendekatan ini digunakan untuk mempelajari objek yang sudah ada untuk mengetahui apakah mereka dapat digunakan kembali atau diadaptasi untuk pemakaian baru dan untuk menentukan satu objek baru atau yang dimodifikasi yang akan digabung dengan objek yang sudah ada ke dalam suatu aplikasi komputasi bisnis yang sangat berharga. (Whitten et al, 2004) Object Oriented Design (OOD) merupakan proses spesifikasi yang terperinci dari kebutuhan-kebutuhan fungsional dan persiapan untuk rancang bangun implementasi yang menggambarkan bagaimana suatu sistem dibentuk. Perancangan berorientasi objek ini digunakan untuk memperbaiki definisi
38
persyaratan objek yang telah diidentifikasi lebih awal selama analisis dan untuk mengenali objek dengan desain spesifik.
2.8.2 Rapid Application Development (RAD) 2.8.2.1 Model RAD menurut Kendall & Kendall Menurut Kendall & Kendall (2008) RAD merupakan salah satu metode prototyping yang memiliki tahapan-tahapan berikut: (1) Perencanaan Syarat (Requirements Planning) Dalam fase ini akan diketahui apa saja yang menjadi kebutuhan sistem yaitu dengan mengidentifikasi kebutuhan informasi dan masalah yang dihadapi untuk menentukan tujuan, batasan-batasan sistem, kendala dan juga alternatif pemecahan masalah. Analisis digunakan untuk mengetahui perilaku sistem dan juga untuk mengetahui aktivitas apa saja yang ada dalam sistem tersebut. (2) Proses Desain (Workshop Design) Fase ini adalah fase untuk merancang dan memperbaiki yang dapat digambarkan sebagai workshop. Selama workshop design RAD, pengguna merespon working prototype yang ada dan menganalisis, memperbaiki modul-modul yang dirancang menggunakan perangkat lunak berdasarkan respon pengguna. (3) Penerapan (Implementation) Analyst bekerja secara intens dengan pengguna selama workshop design untuk merancang aspek-aspek bisnis dan non-teknis dari Instansi.
39
Segera setelah aspek-aspek ini disetujui dan sistem dibangun, sub-sub sistem di ujicoba dan diperkenalkan kepada Instansi.
2.8.2.2 Model RAD menurut Pressman Menurut Martin (Dalam Pressman, 2002), Rapid Application Development (RAD) adalah sebuah model proses pengembangan perangkat lunak sekuensial linier yang menekankan siklus pengembangan yang sangat pendek. Model RAD ini merupakan sebuah adaptasi “Kecepatan tinggi” dari model sekuensial linier dimana pengembangan cepat dicapai dengan menggunakan model pendekatan konstruksi berbasis komponen. Jika kebutuhan dipahami dengan baik, proses RAD memungkinkan tim pengembang menciptakan “Sistem Fungsional yang Utuh” dalam waktu periode yang sangat pendek (kira-kira 60 sampai 90 hari). Menurut Kerr (Dalam Pressman, 2002), karena dipakai terutama pada aplikasi sistem konstruksi, pendekatan RAD melingkupi fase-fase sebagai berikut : 1. Bussiness Modeling Aliran Informasi diantara fungsi-fungsi bisnis di modelkan dengan suatu cara untuk menjawab apa, siapa dan kemana? 2. Data Modeling
40
Aliran informasi dedefinisikan sebagai bagian dari fase business modeling disaring kedalam serangkaian objek data yang dibutuhkan untuk menopang bisnis tersebut 3. Proses Modeling Aliran informasi didefinisikan di dalam face data modeling di transformasikan untuk mencapai aliran informasi yang perlu bagi implementasi sebuah fungsi bisnis. 4. Application Generation RAD mengasumsikan pemakaian teknik generasi ke empat 5. Testing dan Turnover Proses RAD menekankan pada pemakaian kembali, tetapi komponen baru harus diuji dan semua interface harus di tes secara penuh 2.8.3 UML (Unified Modelling Language) UML adalah salah satu alat bantu yang sangat handal di dunia pengembangan sistem yang berorientasi objek. Hal ini disebabkan UML menyediakan
bahasa
pemodelan
visual
yang
memungkinkan
bagi
pengembang sistem untuk membuat cetak biru atas visi mereka dalam bentuk yang baku, mudah dimengerti serta dilengkapi dengan mekanisme yang efektif untuk berbagi (sharing) dan mengkomunikasikan rancangan mereka dengan yang lain (Munawar, 2005). `
41
2.8.3.1 Tujuan UML Tujuan utama UML (Suhendar dan Gunadi, 2002) di antaranya adalah untuk: 1. Memberikan model yang siap pakai, bahasa pemodelan visual yang ekspresif untuk mengembangkan dan saling menukar model dengan mudah dan dimengerti secara umum. 2. Memberikan bahasa pemodelan yang bebas dari berbagai bahasa pemogramann dan proses rekayasa. 3. Menyatukan praktek-praktek terbaik yang terdapat dalam pemodelan. 2.8.3.2 Diagram dalam UML Ada beberapa jenis diagram resmi yang digunakan dalam UML untuk menggambarkan sebuah sistem berdasarkan objeknya (Soliq, 2006), yaitu: 1. Use case Diagram, menggambarkan sekumpulan use case dan actor dan hubungan antara mereka. Use case diagram mempunyai peranan penting dalam pengorganisasian dan pemodelan behavior dari sistem.
Gambar 2.5 Use case Diagram
42
2. Class Diagram terdiri atas sekumpulan class dan interface lengkap dengan kolaborasi dan hubungan antara mereka. Class diagram memperlihatkan hubungan antar kelas dan penjelasan detail tiap-tiap kelas didalam model desain (dalam logical view) dari suatu sistem.
Gambar 2.6 Class Diagram 3. Activity Diagram, menggambarkan berbagai alir aktivitas dalam sistem yang sedang dirancang.
Gambar 2.7 Activity Diagram
43
4. Sequence Diagram, diagram interaksi yang menekankan pada urutan waktu dari pertukaran message.
Gambar 2.8 Sequence Diagram
2.9
Telepon Pintar (Smartphone) Menurut PcMag Encyclopedia ,smartphone didefinisikan sebagai Sebuah telepon selular dengan built-in aplikasi dan akses internet. Smartphone menyediakan layanan suara digital serta pesan teks, e-mail, Web browsing, dan kamera video, pemutar MP3 dan video dan bahkan smartphone memungkinkan penggunanya menonton TV. Selain fungsi built in yang ada, smartphone dapat menjalankan berbagai aplikasi, mengubah ponsel menjadi komputer bergerak (mobile computer).
44
sebuah smartphone pada dasarnya seperti komputer jaringan yang berukuran kecil dalam bentuk ponsel. dengan kemajuan luar biasa dalam teknologi semikonduktor, ponsel dilengkapi dengan prosesor yang jauh lebih kuat, media penyimpanan yang lebih besar, dan LCD, layar yang memungkinkan untuk melakukan beberapa tugas komputasi lokal. Aplikasi umum telepon selular, secara kolektif disebut sebagai aplikasi PIM, meliputi kalender, contact person, agenda, dan fungsi kalkulator. Sebuah smartphone biasanya mendukung satu atau lebih teknologi nirkabel
jarak
pendek
seperti
Bluetooth
dan
inframerah,
sehingga
memungkinkan untuk mentransfer data melalui koneksi nirkabel di samping untuk koneksi data selular. Smartphone dapat memberikan mobilitas layaknya sebuah komputer, akses data di mana-mana, dan kecerdasan yang menyeluruh untuk hampir setiap aspek proses bisnis dan kehidupan sehari-hari. Selain dari aplikasi ponsel tradisional seperti PIM, aplikasi lainnya yang menjadi khas untuk ponsel pintar meliputi game sederhana, built-in dengan kamera, pemutaran audio/ video dan rekaman, instant messaging, e-mail, dan akses internet nirkabel. Selain itu, ponsel cerdas ini bisa digunakan sebagai terminal untuk layanan e-commerce, aplikasi perusahaan, dan layanan berbasis lokasi (Location Based Service). Singkatnya, smartphone menjadi masa depan pada teknologi selular saat ini, karena menawarkan berbagai fitur dalam meningkatkan kemampuan nirkabel, daya komputasi, dan penyimpanan on-
45
board. Contoh – contoh smartphone diantaranya adalah : smart-phone berbasis operating system Android, Blackberry, iPhone, Smartphone berbasis Symbian, Smartphone berbasis BREW dan Smartphone berbasis Windows Mobile.
2.9.1 Android Platform Android adalah sebuah software stack produksi Google untuk perangkat mobile yang terdiri atas sistem operasi, middleware, dan key applications [OHA07]. Aplikasi Android dapat dikembangkan melalui Android Standard Development Kit (Android SDK) menggunakan sintaks bahasa pemrograman Java. Aplikasi Android nantinya tidak akan berjalan langsung di atas kernel sistem operasi namun berjalan diatas Dalvik, sebuah virtual machine yang khusus dirancang untuk digunakan pada sistem embedded. Arsistektur sistem terdiri atas 5 layer, pemisahan layer bertujuan untuk memberikan abstraksi sehingga memudahkan pengembangan aplikasi. Layerlayer tersebut adalah layer aplikasi, layer framework aplikasi, layer libraries, layer runtime, dan layer kernel.
46
Gambar 2.9 Arsitektur Android
2.10
KML/KMZ KML singkatan dari keyhole markup language yang secara sederhana bisa diartikan sebagai format file untuk menampilkan data geografis dengan program penjelajah kebumian (earth browser) seperti Google Earth dan Google Maps. Sederhananya, KML bisa menyimpan obyek utama seperti titik, garis dan luasan dalam format tertentu sehingga bisa ditampilkan dengan Google Earth dan Google Maps. File KML ini, seperti namanya, memiliki ekstensi *.kml. Misalnya, untuk obyek berupa titik, KML akan menyimpannya dalam bentuk koordinat tunggal. Sebagai contoh, Anda memiliki file KML yang menunjukkan posisi rumah Anda di Indonesia dalam bentuk obyek titik. Ketika file ini dibuka dengan Google Earth atau Google Maps maka akan
47
tampil sebuah titik tepat pada posisi rumah Anda yang bisa dizoom in atau out. Dan KMZ adalah versi kompresi file dari KML.
2.11
Tools Pembuat Aplikasi
2.11.1 Bahasa Pemrograman 2.11.1.1 Java Java merupakan perangkat lunak produksi Sun Microsystem Inc. Untuk pemrograman beberapa tujuan (multi purpose), dapat berjalan dibeberapa sistem operasi (multi platform), mudah dipelajari, dan powerful (Supardi, 2011). Bahasa pemrograman Java merupakan multi platform, karena dapat berjalan dibeberapa sistem operasi. Seperti sistem operasi Android, namun Android hanya menyediakan lingkungan runtime atau sebagai interpreter. Dimana kode sumber yang telah kita compile dengan compiler Java akan dioptimasi dengan Delvik. Sebuah virtual machine yang memang dibuat dengan bahasa pemrograman Java yang tentunya terbentuk sebuah Class. Kemudian oleh dex tools (merupakan bagian dari DVM) mengubah Java Class yang telah di compile oleh Java Compiler ke lingkungan native yang berbentuk *.dex format (Dalvik executable), yang teroptimasi untuk lingkungan perangkat keras dengan komputasi yang rendah (Supardi, 2011).
48
2.11.1.2 PHP (Hypertext Preprocessor) PHP merupakan bahasa berbentuk skrip yang ditempatkan dalam server dan diproses di server. Hasilnya adalah yang dikirimkan ke klien, tempat
pemakai
menggunakan
browser
(Kadir,
2005).
Menurut
Paranginangin (2006), PHP singkatan dari Hypertext Preprocessor yang digunakan sebagai bahasa script server side dalam pengembangan web yang disisipkan pada dokumen HTML. 2.11.2 Perangkat Pengembang Software 2.11.2.1 Android SDK (Software Development Kit) Android SDK (Software Development Kit) merupakan alat yang digunakan untuk membuat aplikasi berbasis platform Android, dengan menggunakan bahasa pemrograman berbasis Java (Supardi, 2011). Android SDK adalah tools API (Application Programming Interface) yang diperlukan untuk memulai mengembangkan aplikasi pada platform Android menggunakan bahasa pemrograman Java (Safaat, 2011). Android merupakan subset perangkat lunak untuk ponsel yang meliputi sistem operasi, middleware, dan aplikasi kunci yang di keluarkan oleh Google. Saat ini disediakan Android SDK sebagai alat bantu dan API untuk mulai mengembangkan aplikasi pada platform Android menggunakan bahasa pemrograman Java.
49
SDK Android mencakup proyek sampel dengan source code, alat-alat pembangunan, sebuah emulator, dan perpustakaan yang dibutuhkan untuk membangun aplikasi Android. Aplikasi yang ditulis menggunakan bahasa Java dan berjalan di Dalvik, mesin virtual yang dirancang khusus untuk penggunaan embedded yang berjalan di atas kernel Linux. Android SDK dapat di download di situs http://www.developer.Android.com (Safaat, 2011). 2.11.2.2 Eclipse Pada bulan November tahun 2010, IBM (International Business Machine), membentuk konsorsium penyedia IDE (Integrated Development Environment), dimana IDE merupakan kakas terpadu untuk menulis, menyunting, mengompilasi serta menjalankan program komputer berbasis bahasa pemrograman Java. Konsorsium tersebut akhirnya dinamakan sebagai Eclipse Foundation Inc. Dalam hal ini Eclipse merupakan kakas yang bersifat universal untuk semua platform dimana sifat universal Eclipse didapat dari kemampuan untuk menerima berbagai modal tambahan (plug-in) (Nugroho, 2007). Eclipse Foundation Inc membagi pekerjaannya ke dalam proyek dan sub proyek. Proyek yang paling sering terdengar adalah proyek Eclipse, proyek Eclipse tools, serta proyek Eclipse technology. Proyek Eclipse ini memiliki 3 sub proyek di dalamnya yaitu sub proyek platform, sub proyek
50
Java Development Tools, dan sub proyek Plug-in Development (Nugroho, 2007). 2.11.2.3 ArcGIS ESRI ArcGIS adalah paket perangkat lunak yang terdiri dari produk perangkat lunak sistem informasi geografis (SIG) yang diproduksi oleh Esri. Perangkat lunak ini memiliki banyak fungsional, exstension yg sudah terintegrasi, dan juga mengimplementasikan konsep basis data spasial. ArcGIS dibuat untuk performance GIS yang tinggi contoh untuk Web GIS, Server GIS, Database GIS yang besar. (Amalia Rahmah, 2010)
ArcGIS Server adalah salah satu platform untuk pembangunan aplikasi GIS berbasis web. Beberapa contoh platform lain sebagai pembanding adalah ArcIMS (teknologi sebelum ArcGIS Server) dan Mapserver. ArcGIS Server merupakan solusi platform berbayar (lisensi) untuk pembangunan aplikasi GIS berbasis web yang dikeluarkan oleh ESRI. (Amalia Rahmah, 2010)
2.11.3 Database Basis data (database) adalah suatu pengorganisasian sekumpulan data yang saling terkait sehingga memudahkan aktivitas untuk memperoleh informasi. Basis data dimaksudkan untuk mengatasi problem pada sistem yang memakai pendekatan berbasis berkas (Kadir, 2003).
51
Tujuan awal dan utama dalam pengolahan data pada sebuah basis data adalah agar dapat mencari data dengan mudah dan cepat. Di samping itu, pemanfaatan data untuk pengolahan data juga memiliki tujuan-tujuan tertentu. Pemanfaatan basis data dilakukan untuk memenuhi sejumlah tujuan sebagai berikut (Simarmata dan Prayudi, 2006):
a.
Kecepatan dan kemudahan (Speed) Pemanfaatan basis data memungkinkan untuk dapat menyimpan data atau
melakukan
perubahan/manipulasi
terhadap
data
atau
menampilkan kembali data tersebut dengan cepat dan mudah. b.
Efisiensi ruang penyimpanan (Space) Penggunaan ruang penyimpanan di dalam basis data dilakukan untuk mengurangi jumlah pengulangan data, baik dengan melakukan penerapan sejumlah pengkodean atau dengan membuat relasi-relasi (dalam bentuk file) antar kelompok data yang saling berhubungan.
c.
Ketersediaan (Availability) Pertumbuhan data (baik dari jumlah maupun jenisnya) sejalan dengan waktu akan semakin membutuhkan ruang penyimpanan yang besar. Data yang sudah jarang atau bahkan tidak pernah lagi digunakan dapat diatur untuk dilepaskan dari sistem basis data dengan cara penghapusan atau dengan memindahkannya ke media penyimpanan.
52
d.
Keamanan (Security) Sistem keamanan digunakan untuk dapat menentukan siapa saja yang boleh menggunakan basis data dan menentukan jenis operasi apa saja yang boleh dilakukan.
2.11.3.1 MySQL MySQL adalah software yang tergolong sebagai database server yang sangat terkenal. Kepopulerannya disebabkan MySQL menggunakan SQL sebagai dasar untuk mengakses database-nya. Hal menarik lainnya adalah MySQL juga bersifat multiplatform (dapat dijalankan pada berbagai sistem operasi). MySQL juga termasuk jenis RDBMS (Relational Database Management System). Itulah sebabnya istilah seperti tabel, baris, dan kolom digunakan pada MySQL (Kadir, 2005). 2.11.3.2 Database Management System (DBMS) Untuk mengelola database diperlukan suatu perangkat lunak yang disebut DBMS (Database Management System). DBMS merupakan suatu sistem perangkat lunak yang memungkinkan user (pengguna) untuk membuat, memelihara, mengontrol, dan mengakses database secara praktis dan efisien DBMS dapat digunakan untuk mengakomodasikan berbagai macam pemakai yang memiliki kebutuhan akses yang berbeda-beda (Kadir: 2003)
53
2.11.3.3 XAMPP XAMPP merupakan paket aplikasi yang memudahkan dalam meng-instal modul PHP, Apache, dan MYSQL. Selain itu XAMPP dilengkapi oleh berbagai fasilitas lain yang akan memberikan kemudahan dalam mengembangkan situs web berbasis PHP. XAMPP merupakan aplikasi gratis dan tersedia untuk platform Linux, Windows, MacOS, dan Solaris. (Wibowo, 2007).
2.12Metodologi Penelitian 2.12.1 Metode Pengumpulan Data 1.
Studi Pustaka Untuk menambah referensi akan teori-teori yang diperlukan, dilakukan studi pustaka dengan membaca dan mempelajari secara mendalam
literatur-literatur
yang
mendukung
penelitian
ini.
Diantaranya buku-buku, diktat, catatan, makalah, dan artikel baik cetak maupun elektronik dan hasil penulisan karya ilmiah lainnya (Nazir, 2005). 2.
Observasi/pengamatan Observasi merupakan pengumpulan data dengan pengamatan langsung yang cara pengambilan datanya dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut (Nazir, 2005)
54
3.
Interview/wawancara Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, bertatap muka antara pewawancara dengan penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (Nazir, 2005).
2.12.2 Metodologi
Pengembangan
Sistem
dengan
Menggunakan
Rapid
Application Development (RAD) Metodologi pengembangan sistem adalah suatu aktivitas, metode, praktek terbaik, dan peralatan terotomatisasi yang digunakan para stekholder untuk mengembangkan dan secara berkesinambungan memperbaiki sistem informasi dan perangkat lunak (Whitten, Bentley, dan Dittman, 2004). Pengembangan sistem informasi merupakan penyusunan suatu sistem untuk menggantikan yang lama secara keseluruhan atau memperbaiki sistem yang telah ada. Rapid Application Development (RAD) merupakan sebuah strategi yang menekankan kecepatan penggembangan melalui keterlibatan pengguna yang ekstensif dalam konstruksi, cepat, berulang, dan bertambah serangkaian prototype bekerja pada sebuah sistem yang pada akhirnya berkembang ke dalam sistem final (Kendall dan Kendall, 2008).
55
Jika kebutuhan dipahami dengan baik, proses RAD memungkinkan tim pengembangan menciptakan “sistem fungsional yang utuh” dalam periode waktu yang sangat pendek (kira-kira 60 sampai 90 hari). Model ini melingkupi aktivitas-aktivitas sebagai berikut: 1.
Fase perencanaan syarat (requirement planning), yaitu mengidentifikasi masalah yang dihadapi dan membuat rencana untuk menyelesaikan masalah tersebut dan membuat analisa serta memahami sistem informasi yang sedang berjalan. Selain itu, juga dilakukan identifikasi terhadap solusi yang diharapkan.
2.
Fase workshop design, yaitu dalam fase ini, pengguna dan penganalisis bertemu untuk mengidentifikasi solusi alternatif dan memilih solusi yang terbaik. Kemudian membuat desain proses bisnis dan desain pemrograman untuk data yang telah didapatkan dan dimodelkan dalam arsitektur sistem yang akan dibuat.
3.
Fase implementation, yaitu menerapkan sistem informasi yang telah dibuat dan sebelumnya telah di uji coba terlebih dahulu.
56
BAB III METODOLOGI PENELETIAN
3.1
Tempat dan Waktu Penelitian Tempat Penelitian
:
2013 Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
Alamat
:
Jl. Ir.H.Juanda No. 36 Jakarta Pusat
Waktu
:
14 Februari – 20 April 2013
Tempat Penelitian
:
Meteorologi dan Geofisika (BMG)
Alamat
:
di H. Abdul Gani Street No.05 Cempaka Putih, Kampung Bulak, Ciputat
Waktu 3.2
:
14 Februari – 20 April 2013
Data dan Perangkat Penelitian
3.2.1 Data Penelitian Data yang digunakan dalam pengembangan Sistem Informasi Geospasial pada Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia. 1. Data Daerah Ancaman dan Resiko Bencana Indonesia (sumber : BNPB). 2. Data Informasi Prakiraan Cuaca (sumber: BMG)
57
3. Data Kejadian Bencana di Indonesia (sumber:BNPB) 3.2.2 Perangkat Penelitian Hardware yang dibutuhkan dalam Pengembangan Sistem Informasi Geospasial Ancaman dan Resiko Bencana Alam di Indonesia adalah perangkat laptop untuk merancang aplikasi, Samsung Android atau Bluestack Emulator Android sebagai wadah untuk menjalankan Aplikasi. Rincian dan spesifikasi dari setiap hardware adalah sebagai berikut: 1. Komputer Personal atau Laptop dengan spesifikasi :
Intel Pentium 4 1.2 GHz CPU
1 GB DDR2 RAM
120 GB hardisk
VGA Intel HD 1 GB
120 Kbps Internet speed
2. Samsung Android dan Bluestack Emulator dengan spesifikasi :
Android 2.1
800 GHz arm v7 CPU
512 RAM
20 Mb Internal Storadge
120 Kbps Internet Speed
58
3.3
Metode Penelitian Penyusunan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan beberapa metode
yang dapat mendukung penulisan, baik dalam pengumpulan data maupun informasi yang diperlukan sehingga mendapatkan kebenaran materi uraian pembahasan. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam pembahasan penelitian ini yaitu observasi, wawancara, kuesioner, dan studi pustaka.
3.3.1 Metode Pengumpulan Data 3.3.1.1 Observasi Pengamatan ini dilakukan dengan melihat langsung proses bisnis dan kegiatan bisnis yang berjalan pada tanggal 1 April – 1 Juni 2013 Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), tempat di Jl. Ir.H.Juanda No. 36 Jakarta Pusat Jalan, Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG),tempat di H. Abdul Gani Street No.05 Cempaka Putih, Kampung Bulak, Ciputat dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Tangerang Selatan (BPBD). Hasil yang dicapai adalah melihat proses sistem penanggulangan bencana yang terjadi, dan melihat segala kegiatan atau mencari data yang diperlukan untuk penelitian. Kegiatan pengamatan ini dilakukan dibawah pengawasan Bapak Agus Wibowo Selaku Bagian Pusat data dan informasi.
59
3.3.1.2 Wawancara Wawancara ini dilakukan secara langsung dengan Bapak Agus dan Bapak Felix selaku Bagian pusat data dan informasi pada Badan Nasional Penanggulangan Bencana dan Bapak Satria selaku bagian pusat data dan informasi pada Badan Meteorologi Geofisika. Wawancara ini berguna untuk memperoleh data yang diperlukan dalam perancangan dan pembuatan sistem. Dalam wawancara yang dilakukan diketahui bagaimana alur sistem informasi bencana yang dilakukan (sistem berjalan). 3.3.1.3 Studi Pustaka Metode studi pustaka dilakukan dengan membaca buku-buku yang berkaitan dengan materi penelitian. Data-data dan informasi yang diperoleh berasal dari buku-buku dan artikel guna membantu dalam penelitian sistem informasi spasial ancaman dan resiko bencana sehingga menjadi acuan pembahasan dalam penelitian ini. Metode ini juga dilakukan dengan menelusuri literatur yang ada. Pada penelitian ini menggunakan referensi beberapa skripsi dengan topik kebencanaan dan Mitigasi yang terdahulu dengan mempelajarinya untuk memperoleh kelebihan dan kekurangan yang terdapat dalam penelitian tersebut. Data-data dan informasi yang digunakan dalam penelitia ini adalah standarisasi pedoman umun pengkajian resiko bencana tahun 2012 pada PerKa BNPB nomer 02,dan menurut regulasi dalam undang-undang Pasal 36 ayat (1) dan (2), UU No. 24 Tahun 2007 tentang
60
Penanggulangan Bencana dan Pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang penyelenggaraan penanggulangan bencana dan Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Dengan cara yang demikian, penelitian terdahulu dapat dijadikan referensi dalam penggunaan metode yang akan diteliti. Berikut merupakan beberapa hasil penelitian sejenis dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis:
61
Judul, Peneliti, Tahun
Kerangka berfikir/ dasar teori yang digunakan
Permasalahan
Pengembangan Model SIG Untuk Menentukan RuteEvakuasi Bencana Banjir (Studi kasus: kec. Semarang barat, kota semarang) oleh Argo Mulyanto (Jurusan perencanaan wilayah dan kota Fakultas teknik universitas diponegoro Semarang 2008).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif kualitatif. Sedangkan dalam melakukan analisis, metode yang digunakan berupa metode analisis jaringan dan simulasi model. Analisis jaringan dilakukan didalam software arcview GIS untuk menemukan rute evakuasi efektif dengan cara menganalisis atributatribut jalan.
Tingginya angka kerawanan korban jiwa yang disebabkan oleh bencana banjir, sehingga perlu adanya upaya mitigasi bencana. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan penentuan rute
Mitigasi bencana di kawasan rawan Bencana (krb) III gunung merapi, oleh Fadri Mustofa (Jurusan ilmu administrasi negara universitas gadjah mada
stakeholder analysis
Upaya mitigasi bencana di Dusun Kalitengah Lor, Kalitengah Kidul dan Srunen, Desa 13 Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta
evakuasi. Semakin pesatnya perkembangan teknologi dan informasi saat ini dapat dimanfaatkan untuk membantu kita dalam memecahkan permasalahan tersebut. Munculnya teknologi informasi berupa arcview GIS dapat mempermudah kita dalam menentukan rute evakuasi yang baik.
Solusi/hasil
Hasil dari penelitian ini adalah model SIG yang dapat digunakan untuk menentukan rute evakuasi bencana banjir, yang bermanfaat bagi korban banjir untuk mencari rute menuju shelter dan bagi pengguna jalan dalam menemukan rute untuk menghindari banjir. Model hasil penelitian ini merupakan model interaktif yang dapat menemukan rute evakuasi berbeda untuk setiap lokasi yang berbeda. tindakan mitigasi bencana yang dilakukan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman di Dusun Kalitengah Lor, Kalitengah Kidul dan Srunen seperti pendampingan
62
Yogyakarta 2013)
perumusan Standard Operating Procedure (SOP), aktivasi kembali Tim Pengurangan Risiko Bencana (PRB) serta pembangunan sarana fisik.
Analisis kesiapsiagaan bencana bidang kesehatan Di kecamatan turi, pakem, dan cangkringan kabupaten Sleman yogyakarta oleh Dwi Syamsiati (2013)
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan wawancara terhadap Tokoh kunci, dimana yang mengetahui dan bertanggung jawab terhadap konsep Kebencanaan di tiap institusi dan mengumpulkan dokumen pendukung. Hasilnya dapat Diketahui bahwa di sektor kesehatan belum ada hubungan kerjasama satu sama lain.
proses tanggap darurat bencana khususnya bidang kesehatan masih belum maksimal. Kesiapsiagaan institusi kesehatan dan peran tim-tim kesehatan yang ada belum terpetakan dan belum saling mendukung satu sama lain dalam satu lingkup kawasan rawan bencana. Belajar dari peristiwa erupsi Merapi 2010 maka kesiapsiagaan dalam lingkup makro bidang kesehatan apakah akan lebih baik atau tidak.
Hasil dari analisis mengenai kesiapsiagaan bidang kesehatan dapat disimpulkan beberapa hal berikut ini: 1. Saat Erupsi Merapi 2010 Masing-masing institusi kesehatan ikut terlibat aktif dalam tanggap darurat Merapi, namun belum ada bentuk kerja sama antarinstitusi secara formal. 2. PascaerupsiMerapi 2010 Masing-masing institusi kesehatan meningkatkan kesiapsiagaannya terhadap bencana.
63
Optimalisasi pemanfaatan knowledge management pada tdmrc dalam upaya peningkatan pemahaman masyarakat akan mitigasi bencana tsunami oleh Vika Oktavia (Jurusan Sistem Informasi Bina Nusantara, 2011)
Metode analisis yang digunakan adalah Regenerasi Linear Berganda untuk mengetahui hubungan pemahaman masyarakat tentang informasi kebencanaaan dengan variable-variable seperti tingkat pendidikan,media informasi,frekuensi dan jenis kegiatan
Apakah tingkat pendidikan mempengaruhi pemahaman masyarakat akan mitigasi bencana tsunami,dan apakah media yang digunakan dalam penyebaran informasi mempengaruhi pemahaman masyarakat akan mitigasi bencana Tsunami. Dan apa saja hal-hal yang menjadi Critical Success Factor pelaksanaan knowladge management di TDRMC
Ada pengaruh yang cukup signifikan dari semua variable independent (pendidikan,media informasi,frekuansi kegiatan dan jumlah kegiatan) terhadap variable dependen (pemahaman akan mitigasi bencana tsunami).media sebagai salah satu dasar penyebaran mitigasi bencana berpengaruh secara signifikan terhadap pemahaman atas informasi bencana. Frekuensi kegiatan sebagai salah satu dasar penyebaran informasi mitigasi bencana kurang berpengaruh terhadap pemahaman atas informasi mitigasi bencana.
64
Konsep jaringan jalan pada kota yang rawan bencana gempa dan tsunami oleh Johannez hansen (Program Studi Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota-2006)
pencarian zona aman terdekat dan lingkup area zona aman baik dengan berjalan kaki ataupun menggunakan kendaraan menggunakan network aalyst
Pada kawasan pusat kota dan permukiman pesisir pantai bisa dibuat jalan alternatif untuk mengurangi arus lalulintas yang melalui jalanjalan di pusat kota. Kondisi eksisting dan rencana pengembangan jaringan jalan Kota Sibolga yang mengakomodir upaya mitigasi bencana sesuai scenario.Simulasi digunakan untuk pencarian rute tercepat, pencarian zona aman terdekat dan lingkup area zona aman baik dengan berjalan kaki ataupun menggunakan kendaraan
Kondisi eksisting jaringan jalan Kota Sibolga berdasarkan analisis belum mengakomodir upaya mitigasi bencana sehingga dibutuhkan pengembangan jaringan jalan Kota Sibolga sesuai skenario kombinasi dengan melakukan intervensi pengembangan pada setiap simpul jalan. Intervensi yang dilakukan dengan memperhatikan kondisi eksisting jaringan jalan, kebutuhan pengembangan, dan ketersediaan lahan untuk pengembangan jaringan jalan Kota Sibolga. Berdasarkan hasil simulasi setelah adanya intervensi pengembangan jaringan jalan maka penduduk pada kawasan pantai dapat bergerak ke zona aman dalam waktu yang kurang dari 15
65
menit sehingga ada pengurangan waktu tempuh yang signifikan. Dengan waktu tempuh pergerakan mitigasi bencana yang kurang dari 15 menit maka penduduk akan aman dari bencana.
Manajemen rute evakuasi bencana tsunami di kota Palu dengan Menggunakan arccasper (extension arcgis 10) oleh Rika Dwi Kurniasih (Universitas Hasanudin) 2012
Metode analisis yang digunakan menggunakan tools Capacity-Aware Shortest Path Evacuation Routing yang digunakan untuk menghitung jarak terpendek rute evakuasi dari setiap pengungsi atau kelompok pengungsi menurut lokasi mereka
Kota Palu menjadi salah satu kota dengan resiko bencana tsunami yang besar. Tingkat resiko bencana tsunami inilah yang mengharuskan Kota Palu memiliki manajemen rute evakuasi untuk memudahkan melakukan evakuasi terhadap penduduk di sekitar pantai atau pesisir menuju kedaerah aman
Kota Palu sebagai salah satu kota yang memiliki tingkat kerentanan bahaya tsunami yang cukup tinggi, memerlukan manajemen evakuasi bencana agar dapat
66
menuju area aman atau tempat pengungsian sementara.
meminimalisir korban, pembagian lima area evakuasi dan jalurnya masingmasing dapat mempermudah masyarakat untuk memilih jalur evakuasi tercepat dari lokasi tempat tinggal mereka, hal ini perlu karena dalam kepanikan orang akan cenderung bertindak secara spontan jika manajemen rute evakuasi mereka telah di berikan dengan mudahnya mereka dapat memilih jalur mana yang terdekat dan ke tempat evakuasi .
Zonasi kawasan pesisir pantai makassar Berbasis mitigasi bencana oleh Baharuddin Koddeng (Program studi
Analisis Kondisi Kebencanaan ,Analisis keruangan (GIS) ,Potensi Bahaya (Hazard Potency), Super Impose (Overlap
Bagaimanakah karakteristik Fisik Spasial pantai Kota Makassar dikaitkan dengan tingkat resiko bencana dan Bagaimankah
Tingkat resiko bencana wilayah studi terdiri dari dua yaitu tingkat resiko sedang dan tingkat resiko tinggi. Tingkat resiko bencana yang tinggi
67
pengembangan wilayah kota Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin-2011)
Map)
konsep Mitigasi Bencana, Mitigasi Bencana sesuai dengan tingkat resiko (HaVuCa) dilihat dari ancaman bencana.
sebanyak 59% (1,96 Km2) sedangkan tingkat resiko sedang sebanyak 41% (1,35 Km2 ).Sehingga pemanfaatan ruang kawasan studi memperhatikan Daya Dukung Ekologis dan Daya Dukung Teknis, melalui Konsep Zonasi. mitigasi bencana dapat mencakup yaitu: a) Pola Proteksi atau Perlindungan b) Pola Akomodasi c) Pola Retreat atau Relokasi
Sistem informasi geografis daerah bencana lumpur lapindo Sidoarjo menggunakan j2me oleh Pramadhi Dharma, Arna Fariza,S.Kom,M.Kom, Rizki Yuniar Haqqun,S.Kom2
sistem informasi ini berbasis mobile, menggunakan teknologi yang sesuai yaitu SVG (Scalhable Vector Graphich) dan J2ME sebagai
Pada studi ini dibuat suatu SIG (Sistem Informasi Geografis) untuk melakukan analisa terhadap daerah bencana lumpur Lapindo, dimana ruang lingkup dari analisa yang dilakukan adalah Sidoarjo. SIG
Pada Aplikasi ini dapat menampilkan Peta Daerah Bencana Lumpur Lapindo beserta Informasinya, Informasi pusat evakuasi terdekat dengan pusat lumpur yang meliputi rumah sakit,
68
(Mahasiswa Jurusan Teknik Informatika, Institut Teknologi Sepuluh Nopember)
pembangun sistem.
ini
daerah penyebaran
memberikan informasi tentang letak geografis suatu daerah, sistem drainase yang ada, jalan alternatif untuk
lumpur dan informasi-informasi pendukung lainnya.
menghindari daerah lumpur, serta pusat pelayanan kesehatan yang ada, kemudian dengan mengumpulkan data history yang dimiliki oleh daerah tersebut serta informasi yang telah didapatkan diatas maka nantinya dapat dilakukan analisa terhadap daerah bencana lumpur Lapindo, dan dari hasil analisa tersebut diharapkan menjadi satu standard sistem pendataan terhadap daerah bencana lumpur Lapindo sehingga memudahkan untuk melakukan tindakan penanggulangan terhadap kemungkinan terjadinya bencana
69
lumpur dan memudahkan untuk melakukan evakuasi terhadap korban jika terjadi bencana lumpur. Karakteristik daerah potensi bencana alam wilayah selat sunda oleh Tito Latif Indra, SSi, MSi, Drs. Supriatna, MT, Tresvel Nazwil, SSi (Departemen Geografi FMIPA UI)
hubungan antara ketinggian gelombang tsunami dan skala kerugian yang ditimbulkannya dengan menggunakan teori dan Tabel Skala Imamura
penelitian ini akan dijelaskan prediksi rayapan (run-up) tsunami yang kemungkinan akan terjadi di sekitar wilayah pesisir barat Provinsi Banten. Sehingga nantinya penelitian dapat memberikan informasi yang berguna terkait dengan kejadian bencana tsunami.
Kesimpulan dalam jurnal ini, Wilayah rawan tsunami pada pesisir Barat Provinsi Banten, pada bagian utara hampir seluruh wilayah berdasarkan ketinggian tsunami dan morfologi pantainya yang landai berpotensi terkena tsunami secara langsung, serta pemukiman yang berpotensi terkena tsunami dianggap rawan.
70
3.3.2 Metode Pengembangan Sistem Adapun metode analisis dan perancangan sistem ini, adalah menggunakan metode berorientasi objek dengan model pengembangan Rapid Application Development (RAD) yang terdiri dari fase perencanaan syarat (requirement planning), Proses Desain (workshop design), dan fase implementasi (Kendall dan Kendall, 2008).
Gambar 3.1 Tahapan RAD (Sumber : Kendall, 2008) 3.3.2.1 Perencanaan Syarat (Requirements Planning) Dalam tahap ini akan diketahui apa saja yang menjadi kebutuhan perancangan sistem yaitu dengan menetapkan tujuan perancangan sistem, menganalisis sistem berjalan, mengidentifikasi masalah, mengusulkan sistem usulan, menentukan ruang lingkup sistem. Tahap ini merupakan studi domain masalah bisnis untuk merekomendasikan perbaikan dan menspesifikasikan
71
persyaratan dan prioritas bisnis untuk solusi. Dalam fase ini peneliti melakukan beberapa kegiatan diantaranya : a. Peneliti mempelajari tentang Bencana alam , dampak dan cara penanggulangannya. Semua informasi tentang Bencana alam , dampak dan cara penanggulangannya dilakukan di perencanaan syarat. b. Meneliti tentang website dan sistem yang berjalan. Di kegiatan ini penulis meneliti website dan sistem yang berjalan, dengan demikian dapat dijadikan usulan dalam aplikasi mobile yang diusulkan penulis. 3.3.2.2 Proses Desain (Workshop Design) Tahapan ini penulis mengidentifikasi solusi alternatif dan memilih solusi yang terbaik. Kemudian membuat desain proses dan desain pemrograman. Tujuan dari tahap ini adalah untuk menganalisis masalah utama,
membangun
dasar
arsitektur,
menentukan
rencana
proyek,
mendapatkan gambaran kebutuhan umum, persyaratan, dan fungsi-fungsi utama perangkat lunak. Tools yang digunakan dalam pemodelan sistem adalah UML (Unified Model Language). Pada fase workshop design dibuat beberapa perancangan yaitu, perancangan sistem, perancangan database, dan perancangan layout. Berikut ini merupakan tahapan dalam membuat perancangan sistem, yaitu:
72
a. Membuat Use case Diagram. Ditahap ini penulis mencoba untuk menangkap kebutuhan sistem dan memahami sistem yang sedang berjalan. b. Membuat Activity Diagram. Penulis membuat sebuah alur kerja dari satu aktifitas lainnya. Tahap ini sangat berguna ketika kita ingin menjelaskan bagaimana perilaku dalam berbagai usecase berinteraksi c. Membuat Sequence Diagram. Penulis menjelaskan interaksi objek yang disusun dalam suatu urutan waktu. Penulis memperhatikan tahap demi tahap apa yang seharusnya terjadi untuk menghasilkan sesuatu didalam usecase. d. Membuat Class Diagram. Penulis menggambarkan kelas dan hubungannya, dan penjelasan detail setiap kelas didalam model desain dari suatu sistem. 3.3.2.3 Fase Implementasi Analyst bekerja secara intens dengan pengguna selama workshop design untuk merancang aspek-aspek bisnis dan non-teknis dari proses bisnis yang ada. Segera setelah aspek-aspek ini disetujui dan sistem dibangun dan di-sharing, sub-sub sistem di uji coba stakeholder. Dalam tahap dibawah ini akan dilakukan implementasi diantaranya:
73
1. Pengkajian Peta Ancaman dan Resiko Peta Risiko Bencana disusun dengan melakukan overlayPeta Ancaman, Peta Kerentanan dan Peta Kapasitas. Peta Risiko Bencana disusun untuk tiap-tiap bencana yang mengancam suatu daerah. Peta kerentanan baru dapat disusun setelah Peta Ancaman selesai. Pemetaan risiko bencana minimal memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1. Memenuhi aturan tingkat kedetailan analisis (kedalaman analisis di tingkat nasional minimal hingga kabupaten/kota, kedalaman analisis di tingkat provinsi minimal hingga kecamatan, kedalaman analisis di tingkat kabupaten/kota minimal hingga tingkat kelurahan/desa/kampung/nagari). 2. Skala peta minimal adalah 1:250.000 untuk provinsi; peta dengan skala 1:50.000 untuk kabupaten/kota di Pulau Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi; peta dengan skala 1:25.000 untuk kabupaten/kota di Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. 3. Dapat digunakan untuk menghitung jumlah jiwa terpapar bencana (dalam jiwa). 4. Dapat digunakan untuk menghitung kerugian harta benda, (dalam rupiah) dan kerusakan lingkungan. 5. Menggunakan 3 kelas interval tingkat risiko, yaitu tingkat risiko tinggi, sedang dan rendah. 6. Menggunakan GIS dalam pemetaan risiko bencana.
74
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, Peta Risiko telah dipersiapkan berdasarkan grid indeks atas peta Ancaman, peta Kerentanan dan peta Kapasitas,berdasarkan rumus: R = H * V/C Modifikasi
berikut
harus
dibuat
untuk
rumus
diatasagar
bisa
dipergunakan: Perkalian dengan kapasitas terbalik (1-C) dilakukan, daripada pembagiandengan C untuk menghindari nilai yang tinggi dalam kasus ekstrim nilai-nilai Crendah atau kesalahan dalam hal nilainilai kosong C;- 4 6 - Hasil dari indeks perkalian harus dikoreksi dengan menunjukkan pangkat 1/n,untuk mendapatkan kembali dimensi asalnya (0.25 * 0.25 * 0.25 = 0.015625,dikoreksi: 0.015625 ^ (1/3) = 0.25). Berdasarkan koreksi diatas, persamaan yang digunakan adalah:
Gambar 3.2 Contoh Peta Resiko bencana
75
2. Coding Program Dalam tahap ini sistem dirancang dengan menggunakan bahasa pemrograman Android untuk pengguna. 3.
Pengujian Sistem Pada tahap ini penulis melakukan pengujian atau testing terhadap sistem, dan melakukan pengenalan terhadap sistem. Dalam hal ini aplikasi android diuji dan dikenalkan kepada staff BNPB sebagai penentu kebijakan dan keputusan perusahaan. Untuk pengujian sistem dilakukan dengan metode blackbox testing, dimana peneliti melakukan input data pada sistem dan melihat output apakah sesuai dengan sistem yang diharapkan.
76
3.4
Kerangka Penelitian
Gambar 3.3 Kerangka Berfikir Penelitian
77
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1
Perencanaan Syarat (Requirement Planning) Dalam RAD tahap ini disebut juga dengan perencanaan awal untuk sebuah
proyek. Tahapan yang dilakukan pada fase ini adalah mengidentifikasi gambaran umum Badan Nasional Penanggulangan Bencana dan Badan Meteorologi dan Geofisika, menentukan tujuan perancangan sistem,
menganalisis sistem yang
berjalan saat ini sehingga hasil analisisnya dapat digunakan sebagai dasar untuk memperbaiki sistem, kelebihan sistem berjalan dan kelemahan sistem berjalan. Selanjutnya dilakukan identifikasi masalah, membuat analisis sistem usulan, menentukan ruang lingkup sistem, dan menentukan kebutuhan-kebutuhan dalam perancangan sistem. 4.1.1 Gambaran Umum Institusi 4.1.1.1 Badan Nasional Penanggulangam Bencana BNPB dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008. Sebelumnya badan ini bernama Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana yang dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2005, menggantikan Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi yang dibentuk dengan Keputusan Presiden Nomor 3 Tahun 2001. Sejarah Lembaga Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
78
terbentuk tidak terlepas dari perkembangan penanggulangan bencana pada masa kemerdekaan hingga bencana alam berupa gempa bumi dahsyat di Samudera Hindia pada abad 20. Sementara itu, perkembangan tersebut sangat dipengaruhi pada konteks situasi, cakupan dan paradigma penanggulangan bencana. Melihat kenyataan saat ini, berbagai bencana yang dilatarbelakangi kondisi geografis, geologis, hidrologis, dan demografis mendorong Indonesia untuk membangun visi untuk membangun ketangguhan bangsa dalam menghadapi bencana. Menghadapi ancaman bencana, Pemerintah Indonesia berperan penting dalam membangun sistem penanggulangan bencana di tanah air. Pembentukan lembaga merupakan salah satu bagian dari sistem yang telah berproses dari waktu ke waktu. Lembaga ini telah hadir sejak kemerdekaan dideklarasikan pada tahun 1945 dan perkembangan lembaga penyelenggara penanggulangan bencana dapat terbagi berdasarkan periode waktu sebagai berikut. (1945-1966) Pemerintah Indonesia membentuk Badan Penolong Keluarga Korban Perang (BPKKP). Badan yang didirikan pada 20 Agustus 1945 ini berfokus pada kondisi situasi perang pasca kemerdekaan Indonesia. Badan ini bertugas untuk menolong para korban perang dan keluarga korban semasa perang kemerdekaan.
79
(1966-1979)
Pemerintah
membentuk
Badan
Pertimbangan
Penanggulangan Bencana Alam Pusat (BP2BAP) melalui Keputusan Presiden Nomor 256 Tahun 1966. Penanggung jawab untuk lembaga ini adalah Menteri Sosial. Aktivitas BP2BAP berperan pada penanggulangan tanggap darurat dan bantuan korban bencana. Melalui keputusan ini, paradigma penanggulangan bencana berkembang tidak hanya berfokus pada bencana yang disebabkan manusia tetapi juga bencana alam. Pada tahun 1967 Presidium Kabinet mengeluarkan Keputusan Nomor 14/U/KEP/I/1967 yang bertujuan untuk membentuk Tim Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana Alam (TKP2BA). (1979-2000)
Pada
periode
ini
Tim
Koordinasi
Nasional
Penanggulangan Bencana Alam (TKP2BA) ditingkatkan menjadi Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana Alam (Bakornas PBA) yang diketuai oleh Menkokesra dan dibentuk dengan Keputusan Presiden Nomor 28 tahun 1979. Aktivitas manajemen bencana mencakup pada tahap pencegahan, penanganan darurat, dan rehabilitasi. Sebagai penjabaran operasional dari Keputusan Presiden tersebut, Menteri Dalam Negeri dengan instruksi Nomor 27 tahun 1979 membentuk Satuan Koordinasi Pelaksanaan Penanggulangan Bencana Alam (Satkorlak PBA) untuk setiap provinsi. Melalui Keputusan Presiden Nomor 43 Tahun 1990, lingkup tugas dari Bakornas PB diperluas dan tidak hanya berfokus pada bencana alam tetapi
80
juga non alam dan sosial. Hal ini ditegaskan kembali dengan Keputusan Presiden Nomor 106 Tahun 1999. Penanggulangan bencana memerlukan penanganan lintas sektor, lintas pelaku, dan lintas disiplin yang terkoordinasi. (2000-2008) Tragedi gempa bumi dan tsunami yang melanda Aceh dan sekitarnya pada tahun 2004 telah mendorong perhatian serius Pemerintah Indonesia dan dunia internasional dalam manajemen penanggulangan bencana.
Menindaklanjuti
situasi
saat
iu,
Pemerintah
Indonesia
mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2005 tentang Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana (Bakornas PB). Badan ini memiliki fungsi koordinasi yang didukung oleh pelaksana harian sebagai unsur pelaksana penanggulanagn bencana. Sejalan dengan itu, pendekatan paradigma pengurangan resiko bencana menjadi perhatian utama. Dalam merespon sistem penanggulangan bencana saat itu, Pemerintah Indonesia sangat serius membangun legalisasi, lembaga, maupun budgeting. Setelah dikeluarkannya
Undang-Undang
Nomor
24
Tahun
2007
Tentang
Penanggulangan Bencana, pemerintah kemudian mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). BNPB terdiri atas kepala, unsur pengarah penanggulangan bencana, dan unsur pelaksana penanggulangan bencana. BNPB memiliki fungsi pengkoordinasian pelaksanaan kegiataan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, dan menyeluruh.
81
4.1.1.2 Tugas BNPB dalam Penanggulangan Bencana Dalam
melaksanakan
penanggulangan bencana, Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) mempunyai tugas: 1.
Memberikan
pedoman
dan
pengarahan
terhadap
usaha
penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi secara adil dan setara; 2.
Menetapkan
standardisasi
dan
kebutuhan
penyelenggaraan
penanggulangan bencana berdasarkan peraturan perundang-undangan; 3.
Menyampaikan informasi kegiatan penanggulangan bencana kepada masyarakat; Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada Presiden setiap sebulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam kondisi darurat bencana;
4.
Menggunakan dan mempertanggungjawabkan sumbangan/bantuan nasional dan internasional;
5.
Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
6.
Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan perundangundangan;
dan
Menyusun pedoman pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah.
82
4.1.1.3 Struktur Organisasi BNPB
Gambar 4.1 Struktur Organisasi BNPB (Sumber : BNPB)
83
4.1.1.4 Sturktur Organisasi BNPB bagian Data Informasi dan Humas
Gambar 4.2 Struktur organisasi BNPB bagian Data,informasi dan Humas (Sumber : BNPB)
4.1.1.5 Badan Meteorologi dan Geofisika Balai Besar II Organisasi Balai Besar Meteorologi dan Geofisika Wilayah II ditetapkan dengan Keputusan KepalaBadan Meteorologi dan Geofisika Nomor : KEP 005 Tahun 2004 tanggal 5 Oktober 2004.
4.1.1.6 Tugas Pokok dan Fungsi BMG Balai Besar II Dalam
melaksanakan
penanggulangan bencana, Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) mempunyai tugas:
84
Balai Besar Meteorologi dan Geofisika Wilayah II mempunyai tugas melaksanakan
pengamatan,
pengumpulan
dan
penyebaran
data,
pengolahan analisis dan prakiraan serta riset dan kerja sama, kalibrasi dan pelayanan meteorologi, klimatologi, kualitas udara dan geofisika.
Koordinasi pengamatan, pengumpulan dan penyebaran data, pengolahan, analisis dan prakiraan serta riset dan kerja sama di bidang meteorologi, klimatologi, kualitas udara dan geofisika.
Penyusunan rencana dan program kegiatan Balai Besar.
Pelaksanaan riset dan kerjasama, serta pengamatan di bidang meteorologi, klimatologi, kualitas udara dan geofisika.
Pengumpulan, pengolahan, analisis dan prakiraan wilayah serta penyebaran data dan informasi di bidang meteorologi, klimatologi, kualitas udara dan geofisika.
Pemasangan, perawatan, kalibrasi dan perbaikan peralatan meteorologi, klimatologi, kualitas udara dan geofisika serta komunikasi stasiun-stasiun di wilayahnya.
Pelaksanaan urusan administrasi dan kerumahtanggaan Balai.
Pelaksanaan tugas dan kegiatan umum diimplementasikan melalui penyediaan jasa guna mendukung keselamatan penerbangan dan pelayaran, penanggulangan bencana alam, pengendalian pencemaran udara, pembangunan pertanian dan pengadaan pangan, dan lain-lain
85
4.1.1.7 Struktur Organisasi BMG Balai Besar II
Gambar 4.3 Struktur organisasi BMG Balai Besar II (Sumber: BMG)
4.1.2 Tujuan Perancangan Sistem Perancangan sistem ini bertujuan untuk membantu pengguna ponsel pintar baik masyarakat Indonesia maupun wisatawan asing untuk memperoleh informasi tentang kebencanaan yang dibutuhkan seperti pengetahuan bencana, pantauan bencana, pantauan cuaca, data kejadian bencana dan tentang BNPB. Dalam sistem ini user dapat melihat informasi dalam bentuk peta yang diakses melaui Google earth dan Google maps pada smartphone. Dapat juga digunakan sebagai media untuk mengetahui perkiraan cuaca dan titik api.
86
Sistem ini dapat menyediakan monitoring data kejadian bencana yang sedang terjadi ataupun satu bulan terakhir yang diperlukan oleh staff lapangan.
4.1.3 Analisis Proses Bisnis dan Sistem yang Berjalan Analisis proses bisnis ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana proses pantauan bencana, khususnya ancaman dan resiko bencana di Indonesia dan bagaimana sistem yang berjalan untuk penyajian informasi tersebut. Proses yang dimaksud dapat dijelaskan melalui rich picture berikut ini:
Gambar 4.4 Rich Picture Analisis Sistem Berjalan Proses yang berjalan pada Badan Nasional Penanggulangan Bencana pada proses penginputan data dimulai dari staff bagian data dan informasi menerima data mentah dari berbagai tools yang di miliki oleh BNPB dan
87
satelite ,kemudian admin mengolah data mentah menjadi sistem informasi spasial Ancaman dan Resiko bencana berupa peta spasial ancaman dan peta spasial resiko bencana yang kemudian akan di upload ke dalam server BNPB yang dapat di akses oleh pengunjung melalui website BNPB yang sudah tersedia. Berikut uraian sistem berjalan pada BNPB yang digunakan untuk proses pemberian Informasi tentang Ancaman dan Resiko Bencana di Indonesia 1. Admin menerima data ancaman dan resiko bencana berupa data Microsoft excel. 2. Admin membuat sistem informasi spasial ancaman dan resiko bencana berbentuk peta menggunakan software ArcGis. 3. Kemudian setelah itu hasil peta ancaman dan resiko di cetak admin lalu diserahkan kepadal kepala Pusdatin untuk diperiksa dan di validasi. 4. Kepala Pusdatin memvalidasi peta dan member memo memo kepada admin bahwa peta bisa di publish. 5. Kemudian admin mengunggah hasil peta yang sudah mendapatkan memo ke dalam website ancaman dan resiko bencana. 6. Setelah peta tersimpan ke dalam database, informasi spasial ancaman dan resiko bencana dapat diakses oleh pengunjung.
88
7. Admin mengelola berbagai informasi yang ada di dalam website,seperti data kejadian bencana terbaru, informasi berita terbaru dan informasi terkain ancaman dan rsiko bencana lainnya 8. user bisa melihat dan mengakses website BNPB dengan membuka halaman website BNPB, di dalam website tersebut, pengunjung dapat melihat informasi tentang BNPB, pengetahuan tentang kebencanaan maupun data kejadian bencana yang ada dari tahun 1815. 9. Pengunjung dapat mendownload peta pantauan bencana, ancaman bencana dan resiko bencana berekstensi .kmz yang hanya dapat diakses melalui google earth yang harus di install terpisah. 4.1.3.1 Kelebihan Sistem Berjalan 1. Pengunjung dapat bertanya kepada staff terkait perihal informasi tentang kebencanaan secara langsung dan mendapatkan penjelasan dari staff ahli. 2. Informasi pada website yang tersedia sudah lengkap untuk keperluan data dan informasi kebencanaan.
4.1.3.2 Kelemahan Sistem Berjalan 1. Pengunjung harus datang ke kantor untuk mendapatkan informasi ancaman dan resiko bencana tersebut. 2. Waktu yang diperlukan lama karena harus menjelaskan satu persatu 3. Website sudah memuat informasi kebencanaan dan data kejadian bencana secara lengkap, hanya ketika pengunjung ingin melihat peta spasial pantauan
89
bencana, peta spasial ancaman bencana maupun peta spasial resiko bencana, pengunjung harus terlebih dulu menginstall sejumlah software terkait seperti Google earth yang compatible dengan peta yang akan dikses atau sejumlah ekstensi browser. 4.1.4
Identifikasi Masalah
Dari sistem yang berjalan saat ini, terdapat beberapa masalah pokok yang dihadapi oleh pihak perusahaan, antara lain: 1. Pengunjung tidak mudah mengakses sistem informasi spasial Ancaman dan resiko bencana yang berupa peta spasial ancaman bencana dan peta spasial resiko bencana dikarenakan sistem yang ada mengharuskan mengdownload peta yang hanya bisa diakses oleh google earth yang harus di install terlebih dahulu. 2. Permasalah software yang dapat mengakses peta spasial ancaman dan resiko bencan yang memiliki size yang besar dan sering terjadi hang terhadapat beberapa perangkat computer mempersulit Pengunjung mengakses informasi tersebut. 3. Karena dua perihal diatas, membuat informasi penting yang seharusnya bisa diakses dengan mudah oleh user menjadi sulit. 4. Beberapa menjadi kendala dalam sistem yang sedang berjalan dalam memenuhi kebutuhan informasi tentang kebencanaan diantaranya Ancaman dan Resiko Bencana di Indonesia untuk masyarakat guna meningkatkan
90
pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya informasi kebencanaan untuk upaya mitigasi bencana maupun pencegahannya
dan
untuk melaksanakan
peraturan pemerintah mengenai hak dan kewajiban serta peran masyarakat yang aktif dalam penanganan masalah bencana yang terjadi, yaitu sistem yang sudah ada belum dapat menyajikan informasi mengenai
sistem informasi
secara spasial berbasis mobile.
4.1.4.1 Tujuan Pengembangan Sistem Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan tujuan dari pengembangan sistem adalah sebagai berikut: 1. Kemampuan sistem memberikan informasi spasial Ancaman dan resiko bencana secara tekstual maupun spasial 2. Kemampuan sistem dalam memvisualisasikan informasi spasial Ancaman dan resiko bencana ke dalam bentuk tampilan aplikasi mobile yang representative dan mudah dalam penggunaannya. 3. Kemampuan dalam menampilkan informasi spasial Ancaman dan resiko bencana dalam bentuk Visual. 4. Mempermudah pendistribusian informasi ke masyarakat yang membutuhkannya 5. Penyajian informasi spasial tersebut yang berbasis mobile
91
4.1.5 Analisis Sistem Usulan Dari hasil definisi sistem yang telah diuraikan di atas, maka sistem yang diusulkan adalah membangun sebuah sistem mobile informasi spasial ancaman dan resiko bencana Indonesia. Sistem ini memberikan manfaaat sebagai berikut: 1. Membantu BNPB,BMG dan BPBD menginformasikan informasi spasial pantauan bencana, ancaman bencana dan resiko bencana di Indonesia. Juga pengetahuan wajib tentang bencana kepada user atau masyar.akat Indonesia 2. Membantu masyarakat/wisatawan mengetahui informasi spasial pantauan bencana, ancaman bencana dan resiko bencana di Indonesia.. 3. Mempermudah masyarakat/wisatawan dalam mengakses informasi spasial pantauan bencana, ancaman bencana dan resiko bencana Indonesia di dalam aplikasi. 4. Sistem ini berbasis mobile sehingga dapat diakses secara cepat dan menggunakan tampilan yang sederhana untuk memudahkan pengguna.
92
Gambar 4.5 Sistem usulan Pada gambar 4.5 menggambarkan sistem informasi spasial ancaman dan resiko bencana . Uraian dari sistem usulan adalah sebagai berikut iAdmin menerima data ancaman dan resiko bencana berupa data Microsoft excel. 1. Admin membuat sistem informasi spasial ancaman dan resiko bencana berbentuk peta menggunakan software ArcGis. 2. Kemudian admin mengunggah hasil ke dalam website ancaman dan resiko bencana. 3. Setelah peta tersimpan ke dalam database, informasi spasial ancaman dan resiko bencana dapat diakses oleh pengunjung. 4. Kepala Pusdatin memvalidasi peta melalui halaman Kepala pusdatin di dalam website dan peta akan otomatis terpublish setelah di validasi.
93
5. Admin mengelola berbagai informasi yang ada di dalam website,seperti data kejadian bencana terbaru, informasi berita terbaru dan informasi terkain ancaman dan rsiko bencana lainnya 6. user bisa melihat dan mengakses website BNPB dengan membuka halaman website BNPB, di dalam website tersebut, pengunjung dapat melihat informasi tentang BNPB, pengetahuan tentang kebencanaan maupun data kejadian bencana yang ada dari tahun 1815. 7. Untuk pengunjung setelah membuka aplikasi mobile maka dapat melihat informasi home, ancaman bencana, resiko bencana, pantauan bencana, pantauan cuaca, data kejadian bencana, pengetahuan bencana dan tentang BNPB pada smartphone android. Pengunjung dapat mengakses informasi ancaman dan resiko bencana berupa peta yang dapat diakses langsung melalui aplikasi mobile.
4.1.5.1 Ruang Lingkup Sistems Ruang lingkup sistem dilakukan untuk menentukan batasan ruang lingkup sistem yang akan dibangun. Sistem yang akan dibangun yaitu sistem informasi spasial ancaman dan resiko bencana berbasis smartphone dan sistem ini mempunyai batasan sistem yaitu, aplikasi berbasis mobile yang berfungsi sebagai media informasi
yang menunjukkan pengetahuan
kebencanaan dan peta spasial ancaman dan resiko bencana guna bagian mitigasi bencana.
94
4.1.6 Kebutuhan Perancangan Sistem Dalam penerapan arsitektur sistem ini diperlukan kebutuhankebutuhan di dalam me4mbangun sistem. Antara lain kebutuhan fungsional, kebutuhan non fungsional, dan kebutuhan pengguna. Kebutuhan-kebutuhan tersebut dijelaskan sebagai berikut: 1. Kebutuhan Fungsional Kebutuhan fungsional dari sistem ini adalah informasi apa saja yang disediakan oleh sistem untuk memudahkan user dalam menggunakannya. Kebutuhan fungsional yang dibangun adalah sebagai berikut: a. Sistem menyediakan informasi yang berkaitan dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana Indonesia b. Sistem menyediakan informasi spasial ancaman dan resiko bencana c. Sistem menyediakan informasi spasial pantauan bencana d. Sistem menyediakan informasi data kejadian bencana e. Sistem menyediakan informasi pantauan cuaca, yang memudahkan user untuk mengakses prakiraan cuac dan titik api. f.
Sistem menampilkan informasi pengetahuan bencana
2. Kebutuhan Non Fungsional Adapun kebutuhan non fungsional dari sistem informasi sasial ancaman dan resiko bencana mengidentifikasi batasan dari fasilitas yang disediakan oleh sistem. Kebutuhan non fungsional ini mencakup kebutuhan privasi
95
sistem, kemanan sistem, perfoma sistem, bahasa pemrograman yang digunakan dalam sistem, metode perancangan apa yang digunakan oleh sistem, hardware dan software yang digunakan. Kebutuhan non fungsional dari sistem yang dibangun adalah sebagai berikut: a. Bahasa pemrograman yang digunakan adalah bahasa PHP dan Java dengan menggunakan database MySQL. b. Metode perancangan sistem menggunakan pengembangan OOAD (Object Oriented Analysus and Design). c. Sistem ini diimplementasikan mobile application berbasis android untuk nasabah. d. Kebutuhan Hardware 1. Server
Tabel 4.1 Kebutuhan Hardware Server Environtment
Server Equipment
Minimum Requirement
Personal
Dekstop/Workstation a. Intel Pentium 4 1.2 GHz CPU
Computer
b. 1 GB DDR2 RAM c. 120 GB hardisk Network
Internet Connection
120 Kbps
96
Internet speed Input Devices
Keyboard, Mouse
Output Devices Monitor LCD, Printer
2. Client
Tabel 4.2 Kebutuhan Hardware Client Environtment
Client Equipment
Minimum Requirement
Smartphone
Mobile Device
a. Android 2.1 b. 800 GHz arm v7 CPU c. 512 MB RAM d. 20Mb Internal Storage
Network
Mobile Broadband
120 Kbps
Data Access
Internet speed
Input Devices
Touch Screen
Output Devices
LCD Screen
g. Kebutuhan Software
97
Untuk kebutuhan perangkat lunak (software) yang digunakan untuk sistem ini sebagai berikut: 1. Microsoft Windows 7 2. Microsoft office 2007 3. ArcView 3.3 4. ArcGIS 9.0 5. Google Earth dan Google Maps 6. XAMPP versi 1.7.4, Apache versi 2.2.11 dan MySQL versi 5.0.51a 7. Browser Mozila Firefox versi 26.0 8. Android versi 2.3 3. Kebutuhan Pengguna Berikut ini adalah beberapa kebutuhan pengguna yang harus dipenuhi oleh sistem yang akan dibangun. a. Kebutuhan Pengunjung (Masyarakat/wisatawan) user dapat mengakses sistem informasi spasial ancaman dan resiko bencana. b. Kebutuhan Admin
Mengelola sistem informasi spasial ancaman dan resiko bencana berbasis smartphone c. Kebutuhan kepala Pusdatin Memvalidasi peta sebelum dipublish
98
4.2
Proses Design
Pada fase proses desain ini, dibuat desain yang merupakan solusi dari hasil analisis pada tahap perencanaan syarat (requirement planning). Peneliti melakukan perancangan sistem informasi spasial ancaman dan resiko bencana Indonesia berdasarkan respon kebutuhan pengguna untuk mengembangkan sistem dengan tools Unified Modelling Language (UML) yang terdiri dari beberapa tahap berikut, antara lain: 4.2.1 Perancangan Sistem 4.2.1.1 Use Case Diagram Use case diagram yaitu diagram yang menunjukkan interaksi antara aktor didalam sistem. Diagram use case system yang terdapat dalam SIS ancaman dan resiko bencana Indonesia digambarkan pada Gambar 4.6
99
Gambar 4.6 Use case diagram
Table 4.3 Deskripsi Aktor
No. 1.
Aktor Pengunjung
Deskripsi Pengunjung adalah masyarakat/ wisatawan yang mengakses aplikasi SIS ancaman dan
100
resiko bencana Indonesia, memiliki akses melihat
informasi,
melihat
peta
dan
informasi
pada
mendownload peta 2.
Admin
Aktor
yang
mengelola
aplikasi, dan manage peta index rawan bencana.
3.
Kepala Pusdatin
Actor
yang
memvalidasi
peta
sebelum
dipublish
Tabel 4.4 Deskripsi usecase
No. 1.
Nama use case Lihat Home
Deskripsi
Aktor
Use case ini digunakan untuk Semua aktor menggambarkan
kegiatan
melihat informasi yang ada di home. 2.
Lihat Ancaman Bencana Use case ini digunakan untuk Pengunjung menggambarkan melihat
informasi
kegiatan spasial
101
ancaman bencana 3.
Lihat Resiko Bencana
Use case ini digunakan untuk Pengunjung menggambarkan melihat
kegiatan
informasi
spasial
resiko bencana 4.
Lihat pantauan Bencana
Use case ini digunakan untuk Pengunjung menggambarkan melihat
kegiatan
informasi
spasial
pantauan bencana 5.
Lihat
data
kejadian Use case ini digunakan untuk Pengunjung
Bencana
menggambarkan melihat
kegiatan
informasi
data
kejadian bencana 6.
Lihat prakiraan cuaca
Use case ini digunakan untuk Pengunjung menggambarkan melihat
informasi
kegiatan spasial
prakiraan cuaca 8.
Lihat bencana
kerentanan Use case ini digunakan untuk Pengunjung menggambarkan
kegiatan
kerentanan bencana 9.
Lihat
pengetahuan Use case ini digunakan untuk pengunjung
102
bencana
menggambarkan melihat
kegiatan informasi
pengetahuan bencana 10.
Lihat tentang
Use case ini digunakan untuk pengunjung menggambarkan melihat
informasi
kegiatan tentang
pengembang 111. Login
Use case ini digunakan untuk Admin menggambarkan
kegiatan
login 12.
Logout
Use case ini digunakan untuk Admin menggambarkan
kegiatan
login 13.
Manajemen peta
Use case ini digunakan untuk admin menggambarkan
kegiatan
admin dalam mengelola peta
14.
Manajemen bencana
data Use case ini digunakan untuk admin menggambarkan
kegiatan
admin dalam mengelola data
103
bencana 15.
Manajemen berita
Use case ini digunakan untuk admin menggambarkan admin
dalam
kegiatan mengelola
berita 16.
Melihat berita
Use case ini digunakan untuk pengunjung menggambarkan pengunjung
kegiatan melihat
informasi berita 17
Unduh data
Use case ini digunakan untuk Admin,pengunjung menggambarkan
kegiatan
pengunjung mengunduh data 18
Lihat buku dan poster
Menggambarkan
melihat pengunjung
buku dan poster 19
Manajemen buku dan Use case ini digunakan untuk admin poster
menggambarkan
kegiatan
admin dalam mengelola buku dan poster 20
Validasi Peta
Use case ini digunakan untuk Kepala Pusdatin menggambarkan Kepala
Pusdatin
kegiatan dalam
104
memvalidasi peta
4.2.1.1.1 Narasi Use Case Berikut ini adalah beberapa narasi use case diagram yang mendeskripsikan use case yang terbentuk dari kegiatan bisnis dan use case diagram yang ada dalam usulan sistem. 1. Narasi Use Case Lihat Ancaman bencana
Tabel 4.5 Narasi Use Case Lihat Ancaman Bencana Use case Name
Lihat Ancaman bencana
Use case Id
1
Actor
Pengunjung
Description
Use case ini menggambarkan kegiatan melihat halaman ancaman bencana
Pre condition
Pengunjung membuka sistem Pantauan ancaman dan resiko bencana
Trigger
Use case ini diinisiasi ketika pengunjung melihat Ancaman bencana
Typical course of
Actor Action
System response
events
105
1. Pilih menu ancaman
2. Menampilkan halaman
bencana
ancaman bencana
3.Pilih menu gempa
4. Menampilkan sistem informasi spasial ancaman
bumi
bencana gempa bumi
Alternate courses
3.a Jika pengunjung Pilih menu gunung api akan menampilkan
sistem
informasi
spasial
ancaman
bencana gunung api 3.b Jika pengunjung Pilih menu angin akan menampilkan sistem informasi spasial ancaman bencana Angin 3.c Jika pengunjung Pilih menu banjir akan menampilkan sistem informasi spasial ancaman bencana banjir 3.d Jika pengunjung Pilih menu longsor akan menampilkan sistem informasi spasial ancaman bencana longsor. 3.e Jika pengunjung Pilih menu kebakaran hutan akan menampilkan sistem informasi spasial ancaman kebakaran hutan 3.f Jika pengunjung Pilih menu kekeringan akan menampilkan sistem informasi spasial ancaman bencana kekeringan 3.g Jika pengunjung Pilih menu abrasi akan menampilkan sistem informasi spasial ancaman bencana abrasi
106
3.h Jika pengunjung Pilih menu tsunami akan menampilkan sistem informasi spasial ancaman bencana tsunami 3.i Jika pengunjung Pilih menu putting beliung akan menampilkan sistem informasi spasial ancaman bencana putting beliung 3.j Jika pengunjung Pilih menu konflik sosial akan menampilkan sistem informasi spasial ancaman bencana konflik sosial 3.k Jika pengunjung Pilih menu kecelakaan industri akan menampilkan sistem informasi spasial ancaman bencana kecelakaan industri
Conclusion
Aktor dapat melihat halaman ancaman bencana
Post condition
Informasi ancaman bencana berhasil diakses
2. Narasi Use Case Lihat resiko bencana
Tabel 4.6 Narasi Use Case lihat resiko bencana Use case Name
Lihat resiko bencana
Use case Id
2
Actor
Pengunjung
107
Description
Use case ini menggambarkan kegiatan melihat halaman resiko bencana
Pre condition
Aktor membuka sistem Pantauan Ancaman dan resiko bencana
Trigger
Use case ini diinisiasi ketika pengunjung melihat halaman resiko bencana
Typical course of
Actor Action
System response
events 1. Pilih menu resiko bencana 3.Pilih menu gempa bumi
2. Menampilkan halaman resiko bencana 4. Menampilkan sistem informasi spasial resiko bencana gempa bumi
Alternate courses
3.a Jika pengunjung Pilih menu gunung api akan menampilkan sistem informasi spasial resiko bencana gunung api 3.b Jika pengunjung Pilih menu angin akan menampilkan sistem informasi spasial resiko bencana Angin 3.c Jika pengunjung Pilih menu banjir akan menampilkan sistem informasi spasial resiko bencana banjir 3.d Jika pengunjung Pilih menu longsor akan menampilkan sistem informasi spasial resiko bencana longsor.
108
3.e Jika pengunjung Pilih menu kebakaran hutan akan menampilkan sistem informasi spasial resiko kebakaran hutan 3.f Jika pengunjung Pilih menu kekeringan akan menampilkan sistem informasi spasial resiko bencana kekeringan 3.g Jika pengunjung Pilih menu abrasi akan menampilkan sistem informasi spasial resiko bencana abrasi 3.h Jika pengunjung Pilih menu tsunami akan menampilkan sistem informasi spasial resiko bencana tsunami 3.i Jika pengunjung Pilih menu putting beliung akan menampilkan sistem informasi spasial resiko bencana putting beliung 3.j Jika pengunjung Pilih menu konflik sosial akan menampilkan sistem informasi spasial resiko bencana konflik sosial 3.k Jika pengunjung Pilih menu kecelakaan industri akan menampilkan sistem informasi spasial resiko bencana kecelakaan industri
Conclusion
Aktor dapat melihat halaman resiko bencana
Post condition
Informasi resiko bencana berhasil diakses
3. Narasi Use Case Lihat pantauan bencana
109
Tabel 4.7 Narasi Use Case Lihat Pantauan Bencana Use case Name
Lihat pantauan bencana
Use case Id
3
Actor
Pengunjung
Description
Use case ini menggambarkan kegiatan melihat halaman pantauan bencana
Pre condition
Aktor membuka sistem Pantauan Ancaman dan Resiko Bencana
Trigger
Use case ini diinisiasi ketika pengunjung melihat pantauan bencana
Typical course of
Actor Action
System response
events 1. Pilih menu pantauan bencana 3.Pilih menu kejadian gempa bumi terkini
2. Menampilkan halaman pantauan bencana 4. Menampilkan sistem informasi spasial kejadian gempa bumi terkini
Alternate courses
3.a Jika pengunjung Pilih menu gunung api akan menampilkan sistem informasi spasial pantauan bencana gunung api 3.b Jika pengunjung Pilih menu angin akan menampilkan sistem informasi spasial pantauan bencana Angin
110
3.c Jika pengunjung Pilih menu banjir akan menampilkan sistem informasi spasial pantauan bencana banjir 3.d Jika pengunjung Pilih menu longsor akan menampilkan sistem informasi spasial pantauan bencana longsor. 3.e Jika pengunjung Pilih menu kebakaran hutan akan menampilkan sistem informasi spasial pantauan kebakaran hutan 3.f Jika pengunjung Pilih menu kekeringan akan menampilkan sistem informasi spasial pantauan bencana kekeringan 3.g Jika pengunjung Pilih menu abrasi akan menampilkan sistem informasi spasial pantauan bencana abrasi 3.h Jika pengunjung Pilih menu tsunami akan menampilkan sistem informasi spasial pantauan bencana tsunami 3.i Jika pengunjung Pilih menu putting beliung akan menampilkan sistem informasi spasial pantauan bencana putting beliung 3.j Jika pengunjung Pilih menu konflik sosial akan menampilkan sistem informasi spasial pantauan bencana konflik sosial 3.k Jika pengunjung Pilih menu kecelakaan industri akan menampilkan sistem informasi spasial pantauan bencana kecelakaan industri
111
Conclusion
Aktor dapat melihat halaman pantauan bencana
Post condition
Informasi pantauan bencana berhasil diakses
4. Narasi Use Case lihat Data kejadian bencana
Tabel 4.8 Narasi Use Case Data kejadian bencana Use case Name
Lihat data kejadian bencana
Use case Id
4
Actor
Pengunjung
Description
Use case ini menggambarkan kegiatan melihat halaman Data kejadian bencana
Pre condition
Aktor membuka sistem Pantauan Ancaman dan Resiko Bencana
Trigger
Use case ini diinisiasi ketika pengunjung melihat Data kejadian bencana
Typical course of
Actor Action
System response
events 1. Pilih menu Data kejadian bencana
2. Menampilkan halaman Data kejadian bencana
Alternate courses
112
Conclusion
Aktor dapat melihat halaman data kejadian bencana
Post condition
Informasi data kejadian bencana berhasil diakses
5. Narasi Use Case lihat prakiraan cuaca
Tabel 4.9 Narasi Use Case lihat prakiraan cuaca Use case Name
Lihat prakiraan cuaca
Use case Id
5
Actor
Pengunjung
Description
Use case ini menggambarkan kegiatan melihat halaman prakiraan cuaca
Pre condition
Aktor membuka sistem Pantauan Ancaman dan Resiko Bencana
Trigger
Use case ini diinisiasi ketika pengunjung melihat prakiraan cuaca
Typical course of
Actor Action
System response
events 1. Pilih menu prakiraan cuaca
2. Menampilkan halaman prakiraan cuaca
113
Alternate courses Conclusion
Aktor dapat melihat prakiraan cuaca
Post condition
Informasi prakiraan cuaca berhasil diakses
6. Narasi Use Case lihat Kerentanan bencana
Tabel 4.10 Narasi Use Case Lihat Kerentanan bencana Use case Name
Lihat Kerentanan bencana
Use case Id
6
Actor
Pengunjung
Description
Use case ini menggambarkan kegiatan melihat halaman Kerentanan bencana
Pre condition
Aktor membuka sistem Pantauan Ancaman dan Resiko Bencana
Trigger
Use case ini diinisiasi ketika pengunjung melihat Kerentanan bencana
Typical course of
Actor Action
System response
events 1. Pilih menu
2. Menampilkan peta
114
Kerentanan bencana
kerentanan bencana
Alternate courses Conclusion
Aktor dapat melihat halaman Kerentanan bencana
Post condition
Informasi pantauan lainnya berhasil diakses
7. Narasi Use Case lihat pengetahuan bencana
Tabel 4.21 Narasi Use Case lihat pengetahuan bencana Use case Name
pengetahuan bencana
Use case Id
7
Actor
Pengunjung
Description
Use case ini melihat halaman pengetahuan bencana
Pre condition
Aktor membuka sistem Pantauan Ancaman dan Resiko Bencana
Trigger
Use case ini diinisiasi ketika pengunjung melihat pengetahuan bencana
Typical course of
Actor Action
System response
events 1. Pilih menu
2. Menampilkan halaman
115
pengetahuan bencana 3.Pilih menu pengetahuan gunung
pengetahuan bencana 4. Menampilkan informasi pengetahuan gunung api
api Alternate courses
3.a. Jika pengunjung Pilih menu gempa bumi akan menampilkan sistem informasi spasial pengetahuan bencana gempa bumi 3.b Jika pengunjung Pilih menu angin akan menampilkan sistem informasi spasial pengetahuan bencana Angin 3.c Jika pengunjung Pilih menu banjir akan menampilkan sistem informasi spasial pengetahuan bencana banjir 3.d Jika pengunjung Pilih menu longsor akan menampilkan sistem informasi spasial pengetahuan bencana longsor. 3.e Jika pengunjung Pilih menu kebakaran hutan akan menampilkan sistem informasi spasial pengetahuan kebakaran hutan 3.f Jika pengunjung Pilih menu kekeringan akan menampilkan sistem informasi spasial pengetahuan bencana kekeringan 3.g Jika pengunjung Pilih menu abrasi akan menampilkan sistem informasi spasial pengetahuan bencana abrasi
116
3.h Jika pengunjung Pilih menu tsunami akan menampilkan sistem informasi spasial pengetahuan bencana tsunami 3.i Jika pengunjung Pilih menu putting beliung akan menampilkan sistem informasi spasial pengetahuan bencana putting beliung 3.j Jika pengunjung Pilih menu konflik sosial akan menampilkan sistem informasi spasial pengetahuan bencana konflik sosial 3.k Jika pengunjung Pilih menu kecelakaan industri akan menampilkan sistem informasi spasial pengetahuan bencana kecelakaan industri
Conclusion
Aktor dapat melihat halaman pengetahuan bencana
Post condition
Informasi pengetahuan bencana berhasil diakses
8. Narasi Use Case Lihat tentang
Tabel 4.12 Narasi Use Case Lihat tentang Use case Name
Lihat tentang
Use case Id
8
Actor
Pengunjung
Description
Use case ini menggambarkan kegiatan melihat halaman
117
tentang Pre condition
Aktor membuka sistem Pantauan Ancaman dan Resiko Bencana
Trigger
Use case ini diinisiasi ketika pengunjung melihat halaman tentang
Typical course of
Actor Action
System response
events 1. Pilih menu tentang
2. Menampilkan halaman tentang
Alternate courses Conclusion
Aktor dapat melihat halaman tentang
Post condition
Menampilkan halaman tentang
9. Narasi Use Case login
Tabel 4.13 Narasi Use Case login Use case Name
Login
Use case Id
9
Actor
Admin, Kepala Pusdatin
Description
Use case ini menggambarkan kegiatan login untuk masuk ke sistem agar aktor terkait dapat mengakses sistem.
118
Pre condition
Aktor membuka sistem ancaman dan resiko bencana
Trigger
Use case ini diinisiasi ketika aktor meng-input data login diantaranya username dan password.
Typical course of
Actor Action
System response
events 1. Input username dan password 2. Klik ”Sign in”
3. Mengecek data user pada database di tabel user. 4. menampilkan halaman utama.
Alternate courses
3. Apabila username dan password salah maka akan menampilkan pesan kesalahan dan kembali memasukkan username dan password
Conclusion
Aktor dapat masuk ke dalam sistem
Post condition
Menampilkan halaman utama
10. Narasi Use Case Logout
Tabel 4.14 Narasi Use Case Logout Use case Name
Logout
119
Use case Id
10
Actor
Admin,Kepala Pusdatin
Description
Use case ini menggambarkan kegiatan untuk keluar dari sistem
Pre condition
Aktor Login dalam sistem ancaman dan resiko bencana
Trigger
Use case ini diinisiasi saat aktor ingin keluar dai sistem ancaman dan resiko bencana
Typical course of
Actor Action
System response
events 1. Klik “Logout”
2. Proses Logout 3. Menampilkan form login
Alternate courses
3. Apabila form login tidak muncul maka lakukan nomor 1 kembali
Conclusion
Data berhasil diproses
Post condition
Data logout tidak tersimpan dan berhasil keluar sistem
11. Narasi Use Case manajemen peta
Tabel 4.15 Narasi Use Case Manajemen peta Use case Name
Manajemen peta
Use case Id
11
120
Actor
Admin
Description
Proses admin untuk dapat mengelola peta yaitu tambah, hapus, dan simpan.
Pre condition
Aktor membuka sistem ancaman dan resiko bencana
Trigger
Use case ini diinisiasi saat aktor ingin mengelola peta
Typical course of
Actor Action
System response
events 1. Pilih menu kelola
2. Menampilkan halaman
peta
kelola peta
3. Pilih tambah
4. Menampilkan peta baru
5. Mengupload peta terbaru 6. Klik “save”
7. Menyimpan ke database
8. Pilih peta yang ingin di update 9. Update peta 10. Klik “update”
11. Menyimpan ke database
12. Pilih peta yang
13. Menghapus berita
ingin di delete Alternate courses
3. Apabila tidak ingin meng-create, maka aktor memilih no. 8 atau no. 12
121
8. Apabila tidak ingin meng-update, maka aktor memilih no. 3 atau 12 12. Apabila tidak ingin men-delete, aktor dapat memilih no 3 atau 8 Conclusion
Data berhasil dimanajemen
dan disimpan
Post condition
Data tersimpan dalam database peta
12. Use case Manajemen data bencana
Tabel 4.16 Narasi Use Case Mengelola data bencana Use case Name
Manajemen data bencana
Use case Id
12
Actor
Admin
Description
Proses admin untuk dapat mengelola data yaitu tambah, hapus, dan simpan.
Pre condition
Aktor membuka sistem ancaman dan resiko bencana
Trigger
Use case ini diinisiasi saat aktor ingin mengelola peta
Typical course of
Actor Action
System response
events 1. Pilih menu kelola data bencana 3. Pilih tambah
2. Menampilkan halaman kelola data bencana 4. Menampilkan data bencana
122
baru 5. Klik “save”
6. Menyimpan ke database
7. Pilih data bencana yang ingin di update 8. Update data bencana 10. Klik “update”
11. Menyimpan ke database
12. Pilih data bencana
13. Menghapus data bencana
yang ingin di delete Alternate courses
3. Apabila tidak ingin meng-create, maka aktor memilih no. 7 atau no. 12 8. Apabila tidak ingin meng-update, maka aktor memilih no. 3 atau 12 12. Apabila tidak ingin men-delete, aktor dapat memilih no 3 atau 7
Conclusion
Data berhasil dimanajemen
dan disimpan
Post condition
Data tersimpan dalam database data bencana
13. Use case manajemen berita
123
Tabel 4.17 Narasi Use Case Manajemen Berita Use case Name
Manajemen Berita
Use case Id
13
Actor
Admin
Description
Use case ini menggambarkan kegiatan untuk mengelola informasi berita
Pre condition
Aktor membuka sistem ancaman dan resiko bencana
Trigger
Use case ini diinisiasi saat aktor ingin mengelola informasi berita
Typical course of
Actor Action
System response
events 1. Pilih menu manajemen berita 3. Pilih create
2. Menampilkan halaman manajemen berita 4. Menampilkan form berita baru
5. Mengisi form berita baru 6. Klik “save”
7. Menyimpan ke database
8. Pilih berita yang ingin di update 9. Update berita
124
10. Klik “update”
11. Menyimpan ke database
12. Pilih berita yang
13. Menghapus berita
ingin di delete Alternate courses
3. Apabila tidak ingin meng-create, maka aktor memilih no. 8 atau no. 12 8. Apabila tidak ingin meng-update, maka aktor memilih no. 3 atau 12 12. Apabila tidak ingin men-delete, aktor dapat memilih no 3 atau 8
Conclusion
Data berhasil dimanajemen
dan disimpan
Post condition
Data tersimpan dalam database berita
14. Use case lihat berita
Tabel 4.18 Narasi Use Case Lihat Berita Use case Name
Lihat Berita
Use case Id
14
Actor
Pengunjung
Description
Use case ini menggambarkan kegiatan melihat halaman Berita
Pre condition
Aktor membuka sistem ancman dan resiko bencana
125
Trigger
Use case ini diinisiasi ketika pengunjung melihat berita
Typical course of
System response
Actor Action
events 1. Pilih menu berita
2. Menampilkan halaman berita
Alternate courses Conclusion
Aktor dapat melihat halaman Berita
Post condition
Informasi Berita berhasil di akses
15. Use case mengunduh data
Tabel 4.19 Narasi Use Case mengunduh data Use case Name
mengunduh data
Use case Id
15
Actor
Pengunjung
Description
Proses pengunjung untuk dapat mengunduh data
Pre condition
Aktor membuka sistem ancaman dan resiko bencana
Trigger
Use case ini diinisiasi saat aktor ingin mengunduh data
Typical course of
Actor Action
System response
events 1. Pilih halaman data
2. Menampilkan halaman
126
dan informasi 3. Pilih unduh data
data dan informasi 4. sistem otomatis
yang diplih
menyimpan data
Alternate courses Conclusion
User berhasil mengunduh data
Post condition
Data berhasil terunduh dan tersimpan di local disc
16. Use case Manajemen buku dan poster
Tabel 4.20 Narasi Use Case Manajemen buku dan poster Use case Name
Manajemen buku dan poster
Use case Id
16
Actor
Admin
Description
Proses admin untuk dapat mengelola data yaitu tambah, hapus, dan simpan.
Pre condition
Aktor membuka sistem ancaman dan resiko bencana
Trigger
Use case ini diinisiasi saat aktor ingin mengelola buku dan poster
Typical course of
Actor Action
System response
events 1. Pilih menu kelola
2. Menampilkan halaman
127
buku dan poster 3. Pilih tambah
kelola buku dan poster 4. Menampilkan buku dan poster baru
5. Klik “save”
6. Menyimpan ke database
7. Pilih buku atau poster yang ingin di update 8. Update buku atau poster 10. Klik “update”
11. Menyimpan ke database
12. Pilih buku atau
13. Menghapus buku atau
poster yang ingin di
poster
delete Alternate courses
3. Apabila tidak ingin meng-create, maka aktor memilih no. 7 atau no. 12 8. Apabila tidak ingin meng-update, maka aktor memilih no. 3 atau 12 12. Apabila tidak ingin men-delete, aktor dapat memilih no 3 atau 7
Conclusion
Data berhasil dimanajemen dan disimpan
Post condition
Data tersimpan dalam database data bencana
128
17. Use case lihat Buku dan Poster
Tabel 4.21 Narasi Use Case Lihat Buku dan Poster Use case Name
Lihat Buku dan Poster
Use case Id
17
Actor
Pengunjung
Description
Use case ini menggambarkan kegiatan melihat halaman Buku dan Poster
Pre condition
Aktor membuka sistem ancaman dan resiko bencana
Trigger
Use case ini diinisiasi ketika pengunjung melihat Buku dan Poster
Typical course of events
System response
Actor Action 1. Pilih menu Buku
2. Menampilkan halaman
dan Poster
Buku dan Poster
Alternate courses Conclusion
Aktor dapat melihat halaman Buku dan Poster
Post condition
Informasi Berita berhasil di akses
129
18. Use case Validasi Peta
Tabel 4.22 Narasi Use Case Validasi Peta Use case Name
Validasi Peta
Use case Id
18
Actor
Kepala Pusdatin
Description
Use case ini menggambarkan kegiatan memvalidasi peta
Pre condition
Aktor membuka SISWERA
Trigger
Use case ini diinisiasi ketika kepala pusdatin memvalidasi peta
Typical course of events
Actor Action 1.pilih menu validasi
System response 2.menampilkan peta yang belum tervalidasi
3. memvalidasi peta
3.peta tervalidasi dan publish
Alternate courses
3. Apabila validasi gagal maka menampilkan nomor 2 kembali
Conclusion
Aktor memvalidasi peta
Post condition
Peta tervalidasi
130
4.2.1.2 Activity Diagram Berikut ini merupakan diagram yang menggambarkan aliran aktivitas dan terbentuk dari Use case 1. Activity Untuk lihat home
Gambar 4.7 Activity Diagram Lihat Home
Activity diagram lihat home menggambarkan proses melihat menu home dari sistem ancaman dan resiko bencana. Aktor hanya perlu memilih
131
menu home di pilihan menu yang tersedia, kemudian sistem akan menampilkan halaman home.
2. Activity untuk lihat ancaman bencana
Gambar 4.8 Activity lihat ancaman bencana
Activity diagram lihat ancaman bencana menggambarkan proses melihat sistem informasi spasial ancaman yang ada di sistem ancaman dan resiko bencana Indonesia. Aktor memilih menu ancaman bencana di pilihan menu maka sistem akan akan menampilkan halaman ancaman bencana.
132
3. Activity untuk lihat resiko bencana
Gambar 4.9 Activity lihat resiko bencana
Activity diagram lihat resiko bencana menggambarkan proses melihat sistem informasi spasial resiko bencana yang ada di sistem ancaman dan
133
resiko bencana Indonesia. Aktor memilih menu resiko bencana di pilihan menu maka sistem akan akan menampilkan halaman resiko bencana.
4. Activity untuk lihat pantauan bencana
Gambar 4.10 Activity lihat pantauan bencana
Activity diagram lihat resiko bencana menggambarkan proses melihat sistem informasi spasial pantauan bencana yang ada di sistem ancaman dan
134
resiko bencana Indonesia. Aktor memilih menu pantauan bencana di pilihan menu maka sistem akan akan menampilkan halaman pantauan bencana.
5. Activity untuk lihat data kejadian bencana
Gambar 4.11 Activity lihat data kejadian bencana
Activity diagram lihat data kejadian bencana menggambarkan proses melihat sistem informasi data kejadian bencana yang ada di sistem ancaman
135
dan resiko bencana Indonesia. Aktor memilih menu data kejadian bencana di pilihan menu maka sistem akan akan menampilkan halaman data kejadian bencana.
6. Activity untuk lihat prakiraan cuaca
Gambar 4.12 Activity lihat prakiraan cuaca
136
Activity diagram lihat prakiraan cuaca menggambarkan proses melihat sistem informasi prakiraan cuaca yang ada di sistem ancaman dan resiko bencana Indonesia. Aktor memilih menu prakiraan cuaca di pilihan menu maka sistem akan akan menampilkan halaman prakiraan cuaca. 7. Activity untuk lihat kerentanan bencana
Gambar 4.13 Activity lihat kerentanan bencana
137
Activity diagram lihat kerentanan bencana menggambarkan proses melihat sistem informasi kerentanan bencana yang ada di sistem ancaman dan resiko bencana Indonesia. Aktor memilih menu kerentanan bencana di pilihan menu maka sistem akan akan menampilkan halaman kerentanan bencana.
8. Activity untuk lihat pengetahuan bencana
Gambar 4.14 Activity lihat pengetahuan bencana Activity diagram lihat pengetahuan bencana menggambarkan proses melihat sistem informasi pengetahuan bencana yang ada di sistem ancaman dan resiko bencana Indonesia. Aktor memilih menu pengetahuan bencana di pilihan menu maka sistem akan akan menampilkan halaman pengetahuan bencana.
138
9. Activity untuk lihat tentang
Gambar 4.15 Activity lihat tentang Activity diagram lihat tentang menggambarkan proses melihat informasi tentang pengembang dan BNPB yang ada di sistem ancaman dan resiko bencana Indonesia. Aktor memilih menu tentang di pilihan menu maka sistem akan akan menampilkan halaman tentang.
139
10. Activity Untuk Lihat Berita
Gambar 4.16 Activity Diagram Lihat Berita
Activity diagram lihat berita menggambarkan proses melihat berita yang ada di sistem. Aktor memilih menu berita di pilihan menu maka sistem akan akan menampilkan halaman berita.
140
11. Activity Untuk mengunduh data
Gambar 4.17 Activity Diagram mengunduh data
141
Activity diagram mengunduh data menggambarkan proses user mengunduh data yang tersedia di dalam sistem. Aktor memilih menu mengunduh data pada halaman website bagian data dan informasi atau mengunduh data peta pada halaman peta, lalu klik download maka sistem akan memproses dan menyimpan hasil unduhan. 12. Activity Untuk Lihat Buku dan Poster
Gambar 4.18 Activity Diagram Lihat Buku dan Poster
142
Activity diagram lihat berita menggambarkan proses melihat buku dan poster yang ada di sistem. Aktor memilih menu buku dan poster di pilihan menu maka sistem akan akan menampilkan halaman buku dan poster.
13. Activity untuk login
Gambar 4.19 Activity login Activity diagram untuk login menggambarkan kegiatan kegiatan input data login untuk masuk ke sistem. admin melakukan login dengan cara meng-input data utama yakni username dan password. Kemudian aktor klik sign in dan sistem akan
143
mengecek data user pada database di tebel user. Dan melakukan validasi user, apakah benar user tersebut sudah terdaftar dalam sistem atau belum. Jika data ditemukan, maka sistem akan menuju halaman utama. Namun jika tidak ditemukan data user, maka akan tampil pesan gagal login.
14. Activity Untuk Logout
Gambar 4.20 Activity Diagram Logout
144
Activity diagram logout menggambarkan proses keluar dari sistem ancaman dan resiko bencana. Untuk keluar dari sistem, aktor hanya perlu memilih logout dan sistem memproses logout dan secara otomatis akan keluar sistem dan menampilkan form login.
15. Activity Untuk Manajemen peta
145
Gambar 4.21 Activity Diagram mengelola peta Gambar 4.21 menggambarkan aktifitas admin untuk dapat mengelola peta. Dalam hal ini admin dapat melakukan aksi “tambah”, “lihat” dan “hapus”.
16. Activity Untuk Manajemen Berita
146
Gambar 4.22 Activity Diagram Manajemen Berita Activity Diagram manajemen berita menggambarkan proses mengelola berita. Aktor memilih menu manajemen berita. Setelah itu admin dapat memilih create untuk memasukan informasi berita baru dan memilih berita terlebih dahulu untuk melakukan update berita dan delete berita. Setelah melakukan tindakan maka selanjutnya memilih save maka sistem akan menyimpan data yang sudah dimanajemen di database.
147
17. Activity Untuk Manajemen Data Bencana
Gambar 4.23 Activity Diagram Manajemen Data Bencana
Activity Diagram manajemen data bencana menggambarkan proses mengelola data bencana. Aktor memilih menu manajemen data bencana. Setelah itu admin dapat memilih create untuk memasukan informasi data bencana baru. Atau actor memilih update ataupun delete untuk melakukan update berita dan delete. Setelah melakukan tindakan maka selanjutnya
148
memilih save maka sistem akan menyimpan data yang sudah dimanajemen di database. 18. Activity Untuk Manajemen buku dan poster
Gambar 4.24 Activity Diagram manajemen buku dan poster Activity Diagram manajemen buku dan poster menggambarkan proses mengelola buku dan poster. Aktor memilih menu manajemen buku dan poster. Setelah itu admin dapat memilih create untuk memasukan informasi baru dan memilih buku atau poster terlebih dahulu untuk melakukan update berita dan delete. Setelah melakukan
149
tindakan maka selanjutnya memilih save maka sistem akan\ menyimpan data yang sudah dimanajemen di database. 19. Activity Untuk Validasi Peta
Gambar 4.25 Activity Diagram validasi peta Activity Diagram validasi peta menggambarkan proses mevalidasi peta oleh kepala Pusdatin. Aktor memilih menu validasi peta, kemudian actor memilih atau mengklik “validasi” untuk peta yang akan di validasi. Setelah tervalidasi maka peta akan publish.
150
4.2.1.3 Sequence Diagram Sequence diagram menggambarkan secara detail hubungan objek pada sistem seperti penjelasan berikut:. 1. Sequence Urutan Untuk Peta
Gambar 4.26 Squence diagram peta Sequence diagram lihat peta menggambarkan melihat beberapa peta yang dilakukan oleh pengunjung. Pengunjung memilih menu dan peta bencana yang akan ditampilkan kemudian sistem akan memanggil peta dan
151
menjalankan peta berdasarkan kategori bencana yang dipilih.setelah itu sistem akan menampilkan peta.
2. Sequence Urutan Untuk data kejadian bencana
Gambar 4.27 Squence diagram data kejadian bencana Sequence diagram lihat data kejadian bencana menggambarkan melihat data kejadian bencana yang dilakukan oleh pengunjung dan admin. Pengunjung memilih menu data kejadian bencana, kemudian sistem akan menampilkan halaman ancaman bencana. Dan admin mengolah data kejadian bencan, dalam program ini admin hanya dapat memasukkan data kejadian bencana baru dan menghapus data kejadian bencana yang ada. 3. Sequence Urutan Untuk pengetahuan bencana
152
Gambar 4.28 Squence diagram pengetahuan bencana Sequence diagram lihat pengetahuan bencana menggambarkan melihat pengetahuan bencana yang dilakukan oleh pengunjung. Pengunjung memilih menu pengetahuan bencana, kemudian sistem akan menampilkan halaman pengetahuan bencana. Memilih bencana yang akan ditampilkan kemudian sistem akan menampilkan informasi pengetahuan bencana.
4. Sequence Urutan Untuk buku dan poster
153
Gambar 4.29 Squence diagram buku dan poster Sequence diagram lihat buku dan poster menggambarkan melihat buku ataupun poster yang dilakukan oleh pengunjung dan admin. Pengunjung memilih menu buku dan poster, kemudian sistem akan menampilkan halaman buku dan poster. Admin mengelola buku dan poster, dalam program ini admin hanya dapat memasukkan dan menghapus buku dan poster.
154
5. Sequence Urutan Untuk Login
Gambar 4.29 Squence diagram login
Sequence diagram login menggambarkan kegiatan login yang dilakukan oleh semua aktor untuk dapat masuk kedalam sistem mmarketing. Aktor memasukan username dan password pada form login, kemudian sistem akan mengecek data username dan passwordnya, apabila data salah makan aktor diharuskan memasukan data
155
username dan password kembali dan apabila sudah benar maka aktor dapat masuk ke halaman utama 6. Sequence Urutan Untuk Logout
Gambar 4.30 Sequence Diagram Logout Sequence diagram logout menggambarkan keluar sistem yang dilakukan semua aktor. Aktor memilih klik logout apabila logout berhasil maka sistem akan menampilkan form login.
156
7. Sequence Urutan Untuk Berita
Gambar 4.31 Sequence berita Sequence diagram berita menggambarkan kegiatan melihat berita yang dilakukan oleh pengunjung yang ingin melihat halaman berita. Pengunjung memilih menu berita kemudian sistem akan menampilkan halaman berita.
157
Dan kegiatan mengelola berita oleh admin, dalam program ini admin hanya dapat memasukkan, mengubah dan menghapus berita. 8. Sequence Diagram Manajemen Peta
Gambar 4.32 Sequence Diagram Manajemen peta Sequence diagram Manajemen peta menggambarkan interaksi admin untuk mengolah file Maps, dan dalam program ini admin hanya dapat memasukkan , mengubah, menyimpan, menghapus maps, dan mencari bencana.
158
9. Sequence Urutan Untuk mengunduh data
Gambar 4.33 Sequence Diagram Mengunduh Data Sequence diagram Mengunduh Data mengambarkan kegiatan mengunduh data dan informasi mengenai bencana indonesia yang dilakukan oleh pengunjung. Pengunjung membuka halaman website dan masuk ke dalam halaman datadan informasi kemudian sistem akan menampilkan halaman data dan informasi kepada pengunjung. Pengunjung dapat melihat data dan informasi mengenai bencana alam dan mengunduh data tersebut. Jika memilih mengunduh data maka pengunjung tinggal memilih data yang ingin
159
di unduh lalu klik download. Sistem akan membaca dan kemudian data akan terunduh dan tersimpan. 10. Sequence Diagram Validasi Peta
Gambar 4.34 Sequence Diagram Validasi Peta Sequence Diagram validasi peta menggambarkan interaksi kepala PUSDATIN memvalidasi peta sebelum publish.
160
4.2.1.5 Perancangan Class Diagram 1.1.1.1.1 4.2.1.5.1
Tabel Daftar Objek Potensial Tabel 4.23 Daftar Objek Potensial
No.
Objek Potensial
Atribut
Objek
1.
Admin
*
2.
Pengunjung
*
3.
Username
*
4.
Password
*
5.
Peta
*
6.
Login
7.
Berita
*
8.
Jenis Peta
*
9.
Bencana
*
10.
Data Kejadian Bencana
*
11.
Informasi lain-lain
*
12.
Buku
*
13.
Poster
*
Behaviour
*
161
14.
Password
*
15.
Username
*
16.
Unduh peta
*
17.
Unduh data
*
18.
Lihat peta
*
19.
Lihat data
*
20.
Jenis peta
*
21.
Peta Id
*
22.
Nama peta
*
23.
Judul Berita
*
24.
Isi Berita
*
25.
Jenis bencana
*
26.
Nama bencana
*
27.
Bencana Id
*
28.
Pengetahuan bencana
*
29.
Tahun
*
162
30.
Jumlah korban
*
31.
Buku Id
*
32.
Nama buku
*
33.
Poster Id
*
34.
Logout
*
4.2.1.5.2 Class Diagram
163
Gambar 4.35 Class diagram
4.2.1.5.2.1 Mapping Diagram
164
Gambar 4.36 Mapping diagram
4.2.2 Perancangan Database 4.2.2.1 Struktur Database Berikut ini adalah struktur database yang dikumpulkan dalam bentuk penyajian dalam sistem
165
1. Tabel Berita Nama Tabel : berita Primary Key : id_berita Foreign Key : id_admin
4.2.3 Perancangan Layout Perancangan layout akan menggambarkan interface antarmuka sistem yang nantinya akan dibuat dan tampilan layout terlampir. Perancangan layout dibedakan menjadi beberapa halaman antara lain halaman awal, halaman ancaman dan resiko bencana, halaman pantauan bencana, halaman data
170
kejadian bencana, halaman prakiraan cuaca, halaman AWS dan titik api, halaman kerentanan bencana, halaman peta index rawan bencana, halaman pengetahuan bencana dan halaman tentang pengembang.
1. Halaman pengunjung mobile version a. Halaman awal
Gambar 4.37 Halaman Awal b. Halaman Home Mobile version
171
Gambar 4.38 Halaman Home Mobile Version
c. Halaman ancaman dan resiko bencana
Gambar 4.39 Halaman Ancaman dan Resiko Bencana d. Halaman pantauan bencana
172
Gambar 4.40 Halaman Pantauan Bencana e. Halaman data kejadian bencana
Gambar 4.41 Halaman Data Kejadian Bencana
173
f.
Halaman prakiraan cuaca
Gambar 4.42 Halaman Prakiraan Cuaca g. Halaman kerentanan bencana
Gambar 4.43 Halaman Kerentanan Bencana h. Halaman pengetahuan bencana
174
Gambar 4.43 Halaman Pengetahuan Bencana 1. Halaman awal pengunjung
Gambar 4.44 4. Halaman awal pengunjung 2. Halaman Profil
175
Gambar 4.45 4. Halaman profil pengunjung 3. Halaman Buku
Gambar 4.46 Halaman buku
176
4. Halaman Poster
Gambar 4.47 Halaman poster 5. Halaman Gallery
177
Gambar 4.48 Halaman gallery 6. Halaman Pengetahuan Bencana
Gambar 4.49 4. Halaman pengetahuan bencana 7. Halaman Kerjasama
178
Gambar 4.50 Halaman kerjasama 8. Halaman Geospasial
Gambar 4.51 Halaman geospasial
179
9. Halaman Data dan Informasi
Gambar 4.52 4. Halaman data dan informasi 10. Halaman Pantauan Bencana
180
Gambar 4.53 4. Halaman pantauan bencana 11. login admin
Gambar 4.54 Halaman login admin
181
12. Halaman Home Admin
Gambar 4.55 Halaman awal admin 13. Halaman Manage Buku
Gambar 4.56 Halaman manage buku
182
14. Halaman Manage Peta
Gambar 4.57 Halaman manage peta 15. Halaman Manage Berita
183
Gambar 4.58 4. Halaman manage berita 16. Halaman Berita
Gambar 4.59 4. Halaman manage berita
4.3
Fase Implementasi
4.3.1 Coding Program 4.3.1.1 Kajian Ancaman dan Risiko Bencana Analisis kajian resiko bencana dilakukan pada tahap pra pra-proses yaitu tahap sebelum pembuatan dan perancangan aplikasi sistem informasi spasial berbasis web. Disini dijelaskan pembuatan kajian resiko tsunami. BNPB telah mengeluarkan Pedoman Kajian Risiko Tsunami atau Tsunami Risk
184
Assessment Guideline (TRA) untuk penentuan zonasi ancaman tsunami. Peta inilah yang kemudian akan ditampilkan dalam web. Adapun langkah-langkah analisis spasial degan teknik skoring ini adalah : 1. Tampilkan data tsunami (STRM) 30 m di ArcMap 2. Untuk mendapatkan nilai ketinggian dari SRTM lakukan konversi raster ke point dengan menggunakan ArcToolbox di ArcMap.
Gambar 4.60 Konversi raster di ArcToolBox 3. Setelah anda memperoleh point srtm, pilih nilai SRTM yang bernilai positif, lakukan
pemilihan
dengan
menggunakan
query.
Query
builder,
"grid_code" >=0 4. Export kembali data titik SRTM anda yang bernilai positif. Klik kanan pada layer > data export
185
Gambar 4.61 Query Builder 5. Untuk mendapatkan wilayah kabupaten kedalam attribut titik SRTM lakukan overlay dengan wilayah administrasi tingkat kabupaten (polygon), gunakan Identity untuk proses overlay
Gambar 4.62 Identity Overlay 6. Lakukan pemilihan titik SRTM berdasarkan ketinggian maksimum dan wilayah Kabupatennya. (Gunakan dokumen TRA). Perhatikan contoh syntax yang digunakan dibawah ini
186
Gambar 4.63 contoh syntac SRTM 7. Export hasil query menjadi sebuah feature baru 8. Lakukan pengkelasan berdasarkan tinggi genangan maksimum (gunakan dokumem TRA). Buat sebuah field baru dengan nama kelas_inundasi.
Gambar 4.64 Contoh feature yang telah diexport
9. Pengkelasan dilakukan dengan melihat tinggi genangan maksimum. Kelas
187
rendah : (tinggi genangan maksimum – 1). Kelas Tinggi (tinggi genangan maksimum – 3). Contoh syntax yang digunakan. "KOTA_KAB" = 'BADUNG' AND "grid_code" >=9 OR "KOTA_KAB" = 'BULELENG' AND "grid_code" >=8 OR "KOTA_KAB" = 'GIANYAR' AND "grid_code" >=9 OR "KOTA_KAB" = 'JEMBRANA' AND "grid_code" >=5 OR "KOTA_KAB" = 'KARANG ASEM' AND- 2 2 - "grid_code" >=6 OR "KOTA_KAB" = 'KLUNGKUNG' AND "grid_code" >=9 OR "KOTA_KAB" = 'KOTA DENPASAR' AND "grid_code" >=9 OR "KOTA_KAB" = 'TABANAN' AND "grid_code" >=7 10. Lakukan normalisasi nilai kelas diatas dengan membagi nilai kelas dengan nilai maksimum. Sehingga nilai kelas berubah menjadi 0 – 1. Buat sebuah field baru dengan nama skor_tsunami. 11. Konversikan nilai skor tsunami menjadi data raster. Gunakan fungsi point to raster, pastikan anda menggunakan satuan meter untuk konversi ke raster 100 x 100. Pastikan pada Value_field anda memilih skor_tsunami 12. Hasil yang diperoleh berupa peta ancaman tsunami dengan 3 kelas ancaman yaitu rendah, sedang, dan tinggi, gunakan pewarnaan stretch raster.
188
Gambar 4.65 Contoh Peta Ancaman Tsunami
4.3.1.2 Penentuan Tingkat Ancaman dan Resiko Tingkat Ancaman dihitung dengan menggunakan hasil Indeks Ancaman dan Indeks Penduduk Terpapar. Penentuan Tingkat Ancaman dilakukan dengan menggunakan matriks. Penentuan dilaksanakan dengan menghubungkan kedua nilai indeks dalam matriks tersebut. Warna tempat pertemuan nilai tersebut melambangkan Tingkat Ancaman suatu bencana pada daaerah tersebut.
189
Gambar 4.66 Penentuan Warna Tingkat Ancaman
Tingkat Risiko Bencana ditentukan dengan menggabungkan Tingkat Kerugian dengan Tingkat Kapasitas. Penentuan Tingkat Risiko Bencana dilaksanakan untuk setiap ancaman bencana yang ada pada suatu daerah. Penentuan Tingkat Risiko Bencana dilakukan dengan menggunakan matriks. Penentuan dilaksanakan dengan menghubungkan Tingkat Kerugian dan Tingkat Kapasitas dalam matriks tersebut. Warna tempat pertemuan nilai tersebut melambangkan Tingkat Risiko suatu bencana di kawasan tersebut.
Gambar 4.67 Penentuan Warna Tingkat Resiko
4.3.1.3 Pemrograman (Coding) Pada tahap ini dilakukan pemrograman terhadap rancanganrancangan yang telah didefinisikan. Pemrograman sistem dilakukan dengan menggunakan bahasa PHP dan MySQL sebagai basis datanya. Dalam perancangan aplikasi spasial ini terdapat beberapa langkah pembuatan program ( coding ) diantaranya yaitu :
190
1. Membuat modul-modul seperti login, CRUD berita, profil menggunakan script PHP serta terhubung dengan database MySQL. 2. Membuat file *.css dan *.js untuk memberi tambahan desain pada sistem informasi yang dibuat sehingga tampilan menjadi lebih menarik. 3. Pemrograman dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Netbeans IDE 7.2. adapun baris coding program yang dibuat dapat dilihat pada bagian lampiran. 4. Untuk Client Side menggunakan IDE Android Development Tools dengan bantuan Geniemotions dan Virtual Box untuk emulator androidnya yang berbasis bahasa pemrograman Java. Kemudian untuk menghubungkan kedua aplikasi server dan client dibuatlah sebuah API (Application Programming Interface) dalam bahasa PHP dengan menggunakan JSON untuk menghubungkan antara Android ke database MYQSL server tersebut.
4.3.2
Pengujian Sistem Dari pembangunan sistem ini, dilakukan pengujian black-box dengan melakukan test-case secara alpha testing, yaitu dengan cara menguji sistem oleh seorang user dengan memasukkan data ke dalam sistem dan melihat hasil keluarannya, apakah sesuai dengan yang diharapkan.
Kesimpulan Berdasarkan uraian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Dalam melakukan perancangan dan pembangunan spasial web service ancaman dan resiko bencana ini dibangun menggunakan tools UML. Kemudian selanjutnya dilakukan tahapan implementasi sistem dengan menggunakan tools ArcView, ArcGIS dan ArcMAp serta pemrograman (coding) dengan bahasa PHP dan java. Output dari tahapan implementasi adalah menghasilkan spasial web service ancaman dan resiko bencana alam Indonesia. Tahapan terakhir dilakukan pengujian untuk memastikan sistem sesuai dengan kebutuhan yang telah ditentukan pada tahapan analisis dan desain sistem yaitu tersajinya spasial web service ancaman dan resiko bencana berbasis smartphone dengan berplatform android. 2. Rancang bangun spasial web service ancaman dan resiko bencana alam menghasilkan sistem informasi spasial yang dapat menyajikan informasi spasial ancaman dan resiko bencana alam di Indonesia dalam bentuk yang dapat diakses oleh tim penanggulangan bencana, masyarakat, wisatawan dan pihak BNPB melalui desktop dan smartphone.
197
5.3
Saran 1. Pemeliharaan mobile ancaman dan resiko bencana alam indonesia agar memaksimalkan fungsi dan kinerja sistem. 2. Untuk peneliti selanjutnya dapat mengembangan sistem mobile ini pada perangkat mobile platform lainnya. 3. Untuk peneliti selanjutnya dapat mengembangan dan menambahkan fitur early warning system (EWS) pada aplikasi mobile yang berfunsi sebagai alert sebelum datangnya bencana alam. 4. Untuk peneliti selanjutnya dapat mengembangan dan menambahkan fiturfitur penunjang mitigasi lainnya seperti menguhubungkan lokasi badan penanggulangan bencana setempat untuk memudahkan dalam membantu proses mitigasi ataupun pasca bencana.
198
DAFTAR PUSTAKA Al-bahra. 2005. Analisis dan desain sistem informasi. Yogyakarta: Graha ilmu Anonim, 2007. UURI Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723. Ardian, ym kusuma. 2012. Dengan php membuat website 30 juta rupiah. Jakarta: Jasakom Habidin,Handa.2012. Jakarta:Gema
Ketangguhan
Bangsa
dalam
menghadapi
bencana.
Hirin, A.M. dan Virgi. 2011. Cepat Mahir Pemrogaman Web dengan PHP dan MySQL. Jakarta: Prestasi Pustakaraya Indrajat, Eko Richardus, Prastowo, Bambang N, dan Syukri, Muhammad.2000. Buku Pintar Linux. Aplikasi Web Database Menggunakan PHP & MySQL. Jakarta: Elex Media Komputindo. Jogiyanto. 2005. Analisis dan Desain Sistem Informasi : Pendekatan Terstruktur Teori dan Praktik Aplikasi Bisnis. Bandung: Informatika. Kadir, Abdul. 2005. Dasar Pemrograman Web Dinamis Menggunakan PHP. Yogyakarta: Andi. Kadir, Abdul. 2005. Pengenalan Teknologi Informasi. Yogyakarta: Andi. Kendall dan Julie E. 2008. Analisis dan Perancangan Desain Sistem, Edisi 5, Jilid 1. Jakarta: Indeks. Ladjamudin AB. 2005. Analisis dan Desain Sistem Informasi. Yogyakarta: Graha Ilmu. Mathiassen, Lars, Andreas Munk-Madsen, Peter Axel Nielse dan Jan Stage.2000. Object Oriented Analysis and Design, First Edition. Denmark: Marco Publishing Mulyanto, Agus. 2009. Sistem informasi konsep & aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
199
Munawar. 2005. Pemodelan Visual Dengan UML. Yogyakarta: Graha Ilmu. Nazir. 2005. Metode Penelitian. Ciawi: Ghalia Indonesia. Nugroho, Adi. 2007. Pemrograman java Untuk Aplikasi basis data Dengan Teknik XP menggunakan IDE Eclipse. Yogyakarta: Andi Offset. O’Brien, James A. Introduction to Information System, Twelfth Edition. Mc GrawHill, Northen Arizona. 2005. Peranginangin, Kasiman. 2006. Aplikasi Web dengan PHP dan MySQL. Yogyakarta: Andi. Prahasta, Eddy. 2005. Sistem Informasi Geografis: Tutorial ArcView, cetakan kedua, Bandung: Informatika. Prahasta, Eddy. 2005. Sistem Informasi Geografis Konsep-konsep Dasar. Bandung: Informatika. Probst, Gilbert, Raub Steffen, dan Kai Romhardt. Knowledge Management : Building Block for Success. John Wiley & Sons Ltd. Baffin Lane. Chichester, England. 2000. Riyanto dan Eka, H. 2009. Pengembangan Aplikasi Sistem Georafis,Berbasis Desktop dan Web. Yogyakarta: Gava Media
Informasi
Rossa dan Shalahuddin. 2011. Rekayasa Perangkat Lunak. Bandung: Modula. Safaat, Nazaruddin. 2011. Android Pemrograman Aplikasi Mobie Smartphone dan Tablet PC Berbasis Android. Bandung: Informatika Simarmata dan Prayudi. 2006. Basis Data. Yogyakarta: Andi Soekarno, Mohamad. 2006. Membangun Website Dinamis Interaktif dengan PHPMySQL. Jakarta:Eksa Media Press. Strauss, Judy dan Raymond Frost. 2009. E-Marketing. 5th Edition. New Jersey, USA : Prentice-Hall, Inc. Sugiarti, Yuni. Analisis dan Perancangan UML (Unified Model Language) Generate VB.6 Disertai Contoh Studi Kasus dan Interface Web. Graha Ilmu, Yogyakarta. 2013.
200
Supardi, Yuniar. 2011. Semua Bisa Jadi Programer Android. Jakarta: Elex Media. Wacana,Petrasa.2011. Konsep Pemetaan Resiko Bencana. Jakarta: Andi. Whitten JL, Bentley LD, Dittman KC. 2004. Metode Desain & Analisis Sistem, Edisi 6. Yogyakarta: Andi. Wibowo, A. 2007. 16 Aplikasi Gratis untuk Pengembangan Situs Web. Yogyakarta: Andi. Zheng, Pei dan Ni, Lionel. 2006. Smartphone & Next Generation Mobile Computing. San Fransisco: Morgan Kaufman.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Halim, Lutfi. 2008. xml web service pertukaran data. Skripsi. Bandung: Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Padjajaran. Kurniawati, Ana dan Herdiyanti, Dita. 2013. Rancang Bangun Aplikasi Layanan Berbasis Lokasi Mall dan Restoran di Bekasi.Skripsi.Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi, Universitas Gunadarma. Nasaruddin dan Khairul Munadi.2011. Sistem informasi multi ancaman bencana alam di aceh .Skripsi. Banda Aceh: Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala Lumpur. Setyaningrum. 2010. Persepsi Masyarakat tentang Mitigasi Bencana Kegempaan di Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia. -------------------------------------------------------------------------------------------------------------------[BMG] Badan Meteorologi dan Geofisika. 2012 Gempa bumi Seisme. Tersedia [BNPB] Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2012 Bencana dalam Islam . Tersedia: GEMA BNPB Vol.3 No.2 ISSN 2088-6527
201
[BNPB] Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2012 Tantangan dalam penanggulangan Bencana. Tersedia: GEMA BNPB Vol.3 No.1 ISSN 20886527 _____. 2010. Evaluasi Program Transmigrasi tahun 1970-2010. Jakarta: Ke-187 Arti Penting Pendidikan Mitigasi Bencana dalam Mengurangi Resiko Bencana mentrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. _____. 2006. Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2006 Pedoman Umum Mitigasi Bencana.
tentang
_____. 2007. Pengenalan Karakteristik Bencana dan Upaya Mitigasinya Indonesia. Jakarta: Direktorat Mitigasi Lakhar BAKORNAS PB.
di
_____. 2009. Safer Communities through Disaster Risk Reduction in Development/SC-DRR Programme. Term of Reference CFP-DRRUNDP/CPRU/ 8/2009 ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Framework, Genesis. Pengertian intranet dan manfaat jaringan komputer. 12 Mei 2014. http://www.jaringankomputer.org/intranet-pengertian-intranet-kegunaan-manfaatintranet/
Priatmodjo,Danang. 2004. Bencana Alam. Tersedia http://mpbi.org/2010/12/content/v-behaviorurldefaultvml-o.html Desember 2010 5.30 PM]
Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perhubungan
13
Konflik Sosial
1. Frekuensi kejadian
< 2x
2-3 x
> 3x
100%
(historical) -60% 2. Dampak akibat kejadian
Panduan dari Kementerian
< 5 org
5 - 10
>10
orang
orang
100%
Sosial dan Polri
(historical) (40 %)
d
LAMPIRAN TAMPILAN APLIKASI
1. Tampilan home pengunjung
2. Tampilan Profil Pengunjung
e
3. Tampilan View Peta a. Tampilan Peta pada WEB
b. Tampilan Peta dengan Google Earth
f
4. Tampilan Berita Pengunjung
5. Tampilan Buku dan Poster Pengunjung
6. Tampilan Login Admin
g
7. Tampilan Home Admin
8. Halaman Upload Peta Admin
h
9. Tampilan Validasi Peta Kepala Pusdatin
10. Tampilan Mobile
i
a. Home
b. Bencana
c. Peta
j
d. Pengetahuan Bencana
k
LAMPIRAN III HASIL WAWANCARA nama responden
:
Bapak Agus
Jabatan
: Kepala Pusat Data dan Penelitian
Tempat
:
Tanggal
: 20 Februari 2013
Penulis
: Begini pa dalam kesempatan ini, saya ingin menanyakan beberapa hal menyangkut penelitian yang saya lakukan di Badan Penanggulangan Bencana Nasional mengenai mitigasi bencana .
Responden
: Dalam mitigasi bencana yang dilakukan biasanya memberikan informasi kepada masyarakat,menyebarkan peta-peta ancaman dan resiko kepada pemerintah setempat dan yang lainnya.
Penulis
: Bagaimana selama ini menginformasikan tentang evakuasi jika terjadi bencana khususnya di daerah pantai banten terhadap wisatawan ataupun masyarakat sekitar?
Responden
:
Penulis
: apa kekurangan dari informasi tentang mitigasi bencana selama ini?
Badan Nasional Penanggulangan Bencana Jl. Ir. H. Juanda No.36 Jakarta Pusat
Masih menggunakan peta manual dan informasi manual tetapi ada informasi-informasi tertentu sudah bias diakses di website
l
Responden
:
Penulis
: apakah sudah menggunakan sistem informasi geografis, seperti membuat peta jalur evakuasi yang lebih interaktif yang bisa digunakan oleh masyarakan secara lebih mudah? Jika belum adakah keinginan? : Untuk peta kita bisa lihat gambar jpeg di dalam web yang tersedia selama ini dan mungkin akan lebih bagus jika ada versi mobilenya
Responden
Begini kekurangannya adalah belum tersedianya informasi ancaman dan resiko rawan bencana yang berupa peta dan khususnya dalam smartphone seperti android, karena kita tahu masyarakat sekarang lebih suka yang praktis dan android sedang booming di Indonesia, jadi mungkin akan lebih bagus jika ada ade buat aplikasi di android tentang ancaman dan resiko bencana ini.
Penulis
: Jadi rencananya dalam penelitian saya akan membuatkan sebuah aplikasi berbasis mobile mengenai mitigas bencana gempa dan tsunami di daerah pesisir selatan banten, yang nantinya berisi informasi mengenai jalur evakuasi bencana yang ada ada, titik-tik aman, dan tempat-tempat yang memungkinkan jadi tempat pengungsian, serta informasi tentang proses evakuasi jika terjadi bencana gempa yang mungkin menyebabkan tsunami. Yang nantinya juga masyarakat bisa melihat informasi-informasi terkait bencana dan proses evakuasi secara mudah, sehingga tidak terjadi kepanikan. Dan juga untuk badan penanggulangan bencana dapat secara cepat dalam proses mitigasi bencana dan juga bisa digunakan sebagai alat dan bahan penyuluhan, juga dapat memberikan keputusan mengenai tindakan apa yang harus dilakukan jika terjadi kejadian luar biasa (KLB).
Responden
:
Lebih baik ade terfokus pada pembuatan sistem android yang bisa menampilkan peta ancaman dan resiko bencana alam, untuk daerahnya seluruh Indonesia, karena belum adanya informasi itu kepada masyarakat dan bisa adik membuat aplikasi di dalam android .
m
Penulis
: Bagaimana saya mendapatkan informasi dan data-data untuk penelitian saya? apakah bapak memiliki data-data tersebut?
Responden
:
Penulis
: Apa saja tampilan yang dibutuhkan Badan penanggulangan bencana nasional didalam peta ataupun aplikasi yang rencananya akan saya buat pak?
Responden
:
Penulis
: Jika aplikasi saya selesai apakah bapak mau membantu mengkoreksi
Responden
:
Penulis
: Pertanyaan terakhir, apakah ada yang perlu ditambahkan?
Responden
:
Adik bisa lakukan penelitian disini, tetapi untuk data dan informasi akan kami control sepenuhnya .
Ya menampilka peta ancaman dan peta resiko bencana itu yang pastinya, dan juga mungkin tambahan lain mengenai informasi kejadian bencana atau juga informasi tentang bencana itu sendiri
Boleh
n
LAMPIRAN IV Source Code <meta charset="utf-8"> BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) Website <meta content='Badan Nasional Penanggulangan Bencana (disingkat BNPB) adalah sebuah Lembaga Pemerintah Non Departemen yang mempunyai tugas membantu Presiden Republik Indonesia dalam: mengkoordinasikan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan penanganan bencana dan kedaruratan secara terpadu; serta melaksanakan penanganan bencana dan kedaruratan mulai dari sebelum, pada saat, dan setelah terjadi bencana yang meliputi pencegahan, kesiapsiagaan, penanganan darurat, dan pemulihan.'/> <meta name='robots' content='noindex, nofollow' /> <meta content='BNPB, Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Bencana, Gempa, Cuaca, Banjir, Gunung Api, Status Gunung' name='KEYWORDS'/> <meta http-equiv='Content-Type' content='Type=text/html; charset=utf-8'/> <meta content='Indonesia' name='geo.placename'/> <meta name="language" content="id" /> <meta content='Badan Nasional Penanggulangan Bencana (disingkat BNPB) adalah sebuah Lembaga Pemerintah Non Departemen' name='subject'/> <meta content='BNPB' name='Author'/> <meta content='all' name='audience'/> <meta content='general' name='rating'/>
SENTUL - Pelaksana Tugas Sekretaris Utama BNPB, Ir.Dody Ruswandi,MSCE melantik 51 pejabat di lingkungan BNPB untuk jabatan eselon II, eselon III dan eselon IV, di Gedung INADRTG BNPB, Sentul, Jawa Barat (5/9)... Selengkapnya
Bulan Agustus 2014 telah terjadi 55 kejadian bencana, dimana tanah longsor adalah yang paling banyak terjadi. Bencana tanah longsor paling banyak terjadi di Provinsi Jawa Barat. Longsor yang terjadi di beberapa wilayah, yaitu Kota Bogor, Cianjur, Muna, Magelang, dan Klaten telah menimbulkan korban meninggal. Selain longsor, bencana banjir juga terjadi di banyak wilayah di Indon.. Selengkapnya
s
Gempa Terkini
Waktu gempa: 07-09-2014 02:50:22 WIB Magnitudo: 5.0 SR, 154 km BaratDaya KAB-MALANG-JATIM Lintang: -9.6 Bujur: 112.51 Kedalaman: 10 Km
Gunung Sinabung kembali meletus disertai awan panas guguran (lava pijar) dengan jarak luncur 4 km ke arah selatan pada Sabtu (12-7)
w
Twitter
Tweets about "BNPB_Indonesia" <script>!function(d,s,id){var js,fjs=d.getElementsByTagName(s)[0],p=/^http:/.test(d.location)?'http':'https';if(!d.ge tElementById(id)){js=d.createElement(s);js.id=id;js.src=p+"://platform.twitter.com/ widgets.js";fjs.parentNode.insertBefore(js,fjs);}}(document,"script","twitterwjs"); Tweets by @BNPB_Indonesia <script>!function(d,s,id){var js,fjs=d.getElementsByTagName(s)[0];if(!d.getElementById(id)){js=d.createElement (s);js.id=id;js.src="https://platform.twitter.com/widgets.js";fjs.parentNode.insertBefo re(js,fjs);}}(document,"script","twitter-wjs"); -->
x
<strong>BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA Jl. Ir. H. Juanda No 36 Jakarta Pusat Telp. 021-3442734, 3442985, 3443079 Fax. 021-3505075 Email: [email protected]
<script type="text/javascript"> document.write('<script src=' + ('__proto__' in {} ? "http://bnpb.go.id/site/assets/js/vendor/zepto" : "http://bnpb.go.id/site/assets/js/vendor/jquery") + '.js><\/script>') <script type="text/javascript" src="js/foundation.min.js"> <script type="text/javascript" src="js/foundation.orbit.js"> <script type="text/javascript" src="js/foundation.topbar.js"> <script type="text/javascript" src="js/bootstrap.min.js"> <script type="text/javascript" src="js/bootstrap-datepicker.js"> <script type="text/javascript" src="js/bootstrap-datetimepicker.min.js"> <script type="text/javascript" src="js/jquery.dataTables.min.js"> <script type="text/javascript" src="js/DT_bootstrap.js"> <script type="text/javascript"> $(document).foundation(); <script> jQuery(document).ready(function($) { jQuery.fn.dataTableExt.aTypes.unshift( function ( sData ) { var sValidChars = "0123456789-,"; var Char; var bDecimal = false; /* Check the numeric part */ for ( i=0 ; i<sData.length ; i++ ) { Char = sData.charAt(i); if (sValidChars.indexOf(Char) == -1){ return null; } /* Only allowed one decimal place... */ if ( Char == "," ) { if ( bDecimal ){ return null; } bDecimal = true; } }
aa
return 'numeric-comma'; } ); jQuery.fn.dataTableExt.oSort['numeric-comma-asc'] = function(a,b) { var x = (a == "-") ? 0 : a.replace( /,/, "." ); var yourAudio = document.getElementById('audio_id3245942'), ctrl = document.getElementById('audioControl'); ctrl.onclick = function () { // Update the Button var pause = ctrl.className === 'audio_on'; ctrl.className = pause ? 'audio_off' : 'audio_on'; // Update the Audio var method = pause ? 'pause' : 'play'; yourAudio[method](); // Prevent Default Action return false; }; */ $(document).ready(function() { $('.audio_control').each(function () { var ctrlID = $(this).attr('id'); var ctrlID_split = ctrlID.split('_'); var audID = $('#audio_id'+ctrlID_split[1])[0]; var ctrlAud = $('#'+ctrlID)[0]; ctrlAud.onclick = function () { var pause = ctrlAud.className === 'audio_on audio_control'; ctrlAud.className = pause ? 'audio_off audio_control' : 'audio_on audio_control'; var method = pause ? 'pause' : 'play'; audID[method](); return false; };
bb
}); // on load of the page: switch to the currently selected tab var hash = window.location.hash; $('#multitab a[href="' + hash + '"]').tab('show'); // store the currently selected tab in the hash value $("ul.nav-tabs > li > a").on("shown.bs.tab", function (e) { var id = $(e.target).attr("href").substr(1); window.location.hash = id; }); }); $(document).on('change', '.search_link_kab :text', function() { var input = $(this).val(); alert(input); });