SKRIPSI PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DESA GUNUNG JAYA KECAMATAN SIOTAPINA KABUPATEN BUTON
Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata SatuTeknik Sipil Pada Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo
Oleh : LA ODE MUHAMMAD ASGAR E1A1 10 058
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2016
SKRIPSI
PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DESA GUNUNG JAYA KECAMATAN SIOTAPINA KABUPATEN BUTON
OLEH:
LA ODE MUHAMMAD ASGAR E1 A1 10 058
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Pada Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2016
HALAMAN PENGESAHAN
Judul skripsi
:
PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DESA GUNUNG JAYA KECAMATAN SIOTAPINA KABUPATEN BUTON
Nama Mahasiswa
:
LA ODE MUHAMMAD ASGAR
Nomor Induk
:
E1A1 10 058
Jurusan
:
Teknik Sipil
Menyetujui, Pembimbing I,
Pembimbing II,
Romy Talnipa. ST., MT Nip. 19720703 1999802 1 001
Rini Sriyani,ST.,MT NIP.19650930 199802 2 001
Mengetahui, Ketua Jurusan Teknik Sipil
Sekertaris Jurusan Teknik Sipil
Ahmad Syarif Sukri, ST., MT NIP. 19720107 200501 1 001
Masykur Kimsan, ST., MT NIP. 19830614 2004604 1 003
iii
PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DESA GUNUNG JAYA KECAMATAN SIOTAPINA KABUPATEN BUTON OLEH : LA ODE MUHAMMAD ASGAR E1 A1 10 058
Telah dipertahankan di depan tim penguji dan dinyatakan lulus pada Ujian Skripsi Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo Pada Tanggal 2 Agustus 2016
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Romy Talanipa. ST., MT
Rini Sriyani,ST.,MT
NIP. 19720703 1999802 1 001
NIP.19650930 199802 2 001
Anggota Tim Penguji Penguji I,
Penguji II,
Fatma Balany,ST.,M.Eng.,M.Sc
NIP. 19750505 200212 2 001
Penguji III,
Weka Adi Suryawan,ST.,M.Eng Tryantini Sundi Putri,ST.,M.Eng
NIP. 19690902 200501 1 001
NIP. 19820316 201504 2 001
Mengetahui, Ketua Jurusan Teknik Sipil
Sekretaris Jurusan Teknik Sipil
Ahmad Syarif Sukri, ST., MT NIP. 19720107 200501 1 001
Masykur Kimsan, ST., MT NIP. 19830614 200604 1 003 Dekan Fakultas Teknik,
Mustarum Musaruddin, ST.,MIT.,Ph.D. *NIP. 19730122 200112 1 002 iv
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT sang Maha pencipta alam semesta dan isinya, atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi inisesuai yang diharapkan. Shalawat serta salam kepada junjungan besar kita Nabi Muhammad SAW khalifah umat manusia yang mewariskan ilmu pengetahuan untuk semua umat manusia sebagai penyempurna dari ilmu-ilmu sebelumnya dalam meraih ridho Allah SWT. Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini sangat banyak kesulitan dan kendala yang dihadapi, namun atas Rahmat Allah SWT dan bantuan, bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Dengan rampungnya Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar sarjana Teknik pada Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Halu Oleo, untuk itu penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Usman Rianse, M.S selaku Rektor Universitas Halu Oleo 2. Bapak Mustarum Musaruddin, ST.,MIT.,P.hD selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo 3. Bapak Ahmad Syarif Syukri, ST.,MT., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipildan Bapak MasykurKimsan, ST.,MT., selaku Sekertaris Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo
v
4. Bapak Romi Talanipa,ST.,MT
selaku pembimbing I dan Ibu Rini
Sriyani,ST.,MT selaku pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktu dan pikirannya yang sangat berharga untuk membimbing, mengarahkan dan memberikan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini. 5. Seluruh dosen yang telah mendidik dan membantu penulis selama masa perkuliahan 6. Staf Administrasi Fakultas Teknik terkhusus Jurusan Teknik Sipil yang tiada hentinya membantu dalam pengurusan berkas administrasi selama proses perkuliahan 7. Kepada Kedua Orang Tuaku, Bapak Laode Safia Hadini Dan Ibu Asnani yang selalu setia memberikan do’a dan dukungan baik moril maupun materi 8. Kepada Adik-adik saya, sepupu-sepupu saya, om, bibi, dan seluruh keluarga saya yang telah membantu dan mendukung saya dalam menjalani pendidikan. 9. Kepada sahabat-sahabat sekaligus leting saya Ir.manto, La Adit, Fakhruddin,
Askar, Iccank, Arun, Ato,Yuyun, Sadly, Widora, Dili,
Erik, Arie Wunantari, Ulu, Siska Devi, Siska Guling, Asmi, Nurul, Renhy, Memet, Oman, Iis, Fai, Ika, Indah, Mila, Jufri, Ardi, Asgar, Amsan, Kristyan, Ezra, , Yono, Komang, Nisa,, Ikwan, Midun, Rahmat, Azan, Hasra, Grian, Irvan, Syarif, Hengki, Aksan, Fachdal, Alif, Sam, Marcel, Wahid, Ibo, Nurul, Dj, Asy’Ari, Brian, Aspul, Aswan, Forisman, Yusuf, Ronny, Aksar, Ilma, Opin, Yana, Aldin, Anjas, Royan. Mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada teman-teman yang namanya
vi
belum tercatat, semoga tidak tersinggung, karena hanya sebuah kekhilafan. Terimakasih untuk sekian tahun bersama kalian, banyak hal yang telah kita lewati bersama, entah itu hal baik atau hal buruk namun semua itu telah membentuk diri kita masing-masing menjadi insan yang lebih baik. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca, demi kesempurnaan tulisan ini.Semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca dikemudian hari. Sesungguhnya kesempurnaan itu datangnya dari Allah SWT dan kekhilafan itu datangnya dari penulis sebagai manusia biasa yang tak luput dari salah dan khilaf. Akhir kata wabillahi taufik wal hidayah wassalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh.
Kendari, 2 agustus 2016
LA ODE MUHAMAD ASGAR
vii
ABSTRAK Kebutuhan air bersih masyarakat Desa Gunung Jaya semakin hari semakin meningkat. Akan tetapi sumber mata air yang ada belum dimanfaatkan dengan baik karena belum adanya jaringan distribusi air bersih di desa tersebut. Tujuan dilakukannya penelitian Perencanaan Sistem Distribusi Air Bersih Desa Gunung Jaya Kecamatan Siotapina Kabupaten Buton adalah untuk mengetahui jumlah kebutuhan air masyarakat melalui proyeksi jumlah penduduk dan proyeksi kebutuhan air bersih tahun 2016–2026. Dari hasil proyeksi tersebut dilakukan perencanaan sistem penyediaan air bersih secara kuantitas dan kontinuitas dengan menggunakan program EPANET yang nantinya dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan air bersih di Desa Gunung Jaya. Pipa distribusi berfungsi mengalirkan air dari sumber air ke Desa Gunung Jaya. Pipa air yang digunakan terdiri dari pipa GIP sebanyak 733 batang dan pipa PVC 356 batang. Berdasarkan hasil pengolahan data-data langsung di lapangan, disimpulkan bahwa dengan sistem gravitasi, debit air yang ada sebesar 4,2 liter/detik dapat memenuhi kebutuhan air masyarakat yang hanya sebesar 1,293 liter/detik di tahun 2016 dan 1,42 liter/detik tahun 2026. Kata Kunci: Kebutuhan air, Distribusi, Pipa
viii
ABSTRACK The drinking water necessity of Gunung Jaya Village society is increase day after day. Despite drinking water source couldn’t use well because there is not drinking water distribution net in that village. The main purpose of research is about planning distribution drinking water system at Gunung Jaya Village is to know the value of drinking water necessity based on values of society projection and the planning of drinking water suplay system is done based on the result the projection by using EPANET software that could be used resolving the drngking water problem in Gunung Jaya Village. Numbers of pipes be used to distribution water from the resource water to Gunung Jaya Village comprise of 733 bar of GIP pipe and 356 bar of PVC pipe. Based on the result of data tabulation in real condition, it can be concluded that distribution of water discharge by gravity is 4,2 l/s could fulfill water drinking necessity of society with value 1,293 l/s on 2016 and 1,42 l/s on 2026. Keyword: water necessity, distribution, pipe
ix
DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL ...................................................................................................
i
HALAMAN JUDUL ......................................................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................
iii
KATA PENGANTAR ....................................................................................................
v
ABSTRAK ......................................................................................................................
viii
ABSTARCK ....................................................................................................................
ix
DAFTAR ISI ...................................................................................................................
x
DAFTAR TABEL ...........................................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................................
xv
DAFTAR SIMBOL DAN SINGKATAN .......................................................................
xvi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .................................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................
3
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................................
3
1.4 Manfaat Penelitian ...........................................................................................
3
1.5 Batasan masalah ...............................................................................................
4
1.6 Sitematika Penulisan ........................................................................................
4
BAB II TIMJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Air ..................................................................................................
6
2.2 Air Bersih Dan Air Minum ..............................................................................
6
2.3 Kebutuhan Dan Ketersediaan Air Bersih .........................................................
7
a. Standar Penyediaan Air Domestik ...............................................................
7
b. Standar Penyediaan Air Non Domestik .......................................................
9 x
2.4 Sistem Penyediaan Air Bersih .........................................................................
10
2.5 Pemilihan Sumber Air Baku ............................................................................
11
2.6 Metode Pengukuran Debit ...............................................................................
12
2.7 Instalasi Pengolahan Air Bersih .......................................................................
15
a. Intake ............................................................................................................
15
b. Pipa Transmisi .............................................................................................
16
c. WTP .............................................................................................................
17
d. Reservoir ......................................................................................................
17
e. Pompa Distribusi ..........................................................................................
17
f. Pipa Distribusi ..............................................................................................
19
2.8 Proyeksi Kebutuhan Air Bersih .......................................................................
21
a. Metode Aritmatik ..........................................................................................
22
b. Metode Geometrik ........................................................................................
22
c. Metode chi Square .........................................................................................
23
2.9 Program EPANET 2.0 ......................................................................................
23
a. Kegunaan EPANET 2.0 ................................................................................
25
b. Input Data EPANET 2.0 ................................................................................
25
c. Output EPANET ............................................................................................
26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian ...............................................................................................
27
3.2 Sampel ...............................................................................................................
29
3.3 Teknik Pengumpulan Data ...............................................................................
29
3.4 Teknik Analisa Data ........................................................................................
29
3.5 Flow Chart .......................................................................................................
31
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN xi
4.1 Perhitungan Debit Di Lapangan .......................................................................
32
4.2 Kebutuhan Air Dan Pertumbuhan Penduduk ...................................................
33
4.3 Kebutuhan Sektor Domestik ............................................................................
35
4.3.1 Standar SNI 19-6728.1-2002 ....................................................................
35
a. Sambungan Rumah ................................................................................
35
b. Hidran Umum ........................................................................................
35
4.3.2 Real Demand Survey ................................................................................
37
4.4 Sektor Non Domestik ........................................................................................
40
4.5 Total Kebutuhan Air .........................................................................................
43
4.6 Hasil Pengolahan Dengan EPANET .................................................................
44
4.7 Gambar Skematik Perencanaan ........................................................................
47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN a. Kesimpulan .........................................................................................................
48
b. Saran ...................................................................................................................
48
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DOKUMENTASI
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Konsumsi Air Bersih Domestik ......................................................................... 9 Tabel 2.2 Konsumsi Air Bersih Nondomestik .................................................................... 10 Tabel 2.3 Nilai Efisiensi Pompa Intake ............................................................................. 18 Tabel 2.4 Nilai Efisiensi Pompa Distribusi ........................................................................ 19 Tabel 2.5 Penentuan Unit Pompa ....................................................................................... 19 Tabel 3.1 Fasilitas Non Domestik Di Desa Gunung Jaya .................................................. 27 Tabel 4.1 Jumlah penduduk Desa Siotapina ...................................................................... 34 Tabel 4.2 Laju pertumbuhan penduduk ..................................................................................
34
Tabel 4.3 Hasil Pengolahan kebutuhan air bersih SR (SNI) ................................................
36
Tabel 4.4 Hasil analisa kebutuhan air bersih HU (SNI) ........................................................
37
Tabel 4.5 Hasil Pengolahan kebutuhan air bersih SR (RDS) ...............................................
39
Tabel 4.6 Hasil analisa kebutuhan air bersih HU (RDS) ......................................................
40
Tabel 4.7 Fasilitas Non Domestik Di Desa Gunung Jaya .................................................. 41 Tabel 4.8 Hasil Analisa Kebutuhan Air Sektor Pendidikan ............................................... 42 Tabel 4.9 Jumlah Total Kebutuhan Air Desa Siotapina ..................................................... 43 Tabel 4.10 Rekapitulasi Kebutuhan Air Desa Siotapina .................................................... 44 Tabel 4.11 Koefisien Kekasaran Pipa Hazen-Williams...................................................... 44 Tabel 4.12 Kondisi Jaringan Pipa ....................................................................................... 45
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Lokasi Penelitian …………………………………………………………… 28 Gambar 3.2 Bagan Alir Penelitian ……………………………………………………….. 31 Gambar 4.1 Gambar Skematik ........................................................................................... 47
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
Tabel Real Demand Survey
LAMPIRAN 2
Standar Sni 19-6728.1 2002
LAMPIRAN 3
Peta Petak Air
LAMPIRAN 4
Tabel Hasil Analisa Epanet
LAMPIRAN 5
Gambar Hasil Pengolahan Epanet
xv
DAFTAR SIMBOL DAN SINGKATAN
Simbol
Keterangan
Satuan
L
Lebar
M
h
Tinggi muka air
M
Q
Debit aliran
A
Luas Penampang basah
m²
V
Rerata kecepatan aliran
m/dtk
P
Panjang aliran
M
r
Tingkat pertumbuhan penduduk
%
m³/dtk
Pn
Jumlah penduduk pada akhir tahun periode
Jiwa
P0
Jumlah Penduduk pada awal proyeksi
Jiwa
n
Kurun waktu proyeksi
Tahun
SR
Sambungan Rumah
-
HU
Hidran Umum
-
RDS
Real Demand Syrvey
-
FHM
Kebutuhan air pada hari maksimum
-
FJP
Kebutuhan Air pada jam puncak
-
GIP
Galvanized Iron Pipe
-
PVC
pipa Polyvinyl Chloride
-
Meter dari permukaan laut
m
MDPL
ø KK
Diameter Pipa Kepala keluarga
Mm -
xvi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Air merupakan salah satu elemen dasar dan sangat dibutuhkan bagi kehidupan manusia, mengingat kegunaan air untuk berbagai kegiatan manusia atau “multipurpose project”, seperti mandi, minum, memasak, pembangkit listrik sebagainya.
dan
Namun dalam pelaksanaannya, pemenuhan kebutuhan air bersih ini tidak
dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat di Indonesia. Ketersediaan air minum merupakan salah satu penentu peningkatan kesejahteraan masyarakat, yang mana diharapkan dengan ketersediaan air minum dapat meningkatkan derajat kesehatan dan mendorong peningkatan produktivitas, sehingga dapat terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Oleh karena itu, penyediaan sarana dan prasarana air minum menjadi salah satu kunci dalam pengembangan ekonomi wilayah. Kesadaran tentang pemanfaatan sumber air menjadi sangat penting saat ini dimana dunia menghadapi krisis yang dapat menghambat perkembangan masyrakat.. Berdasarkan konferensi Millenium Development Goal (MDG) salah satu target kemajuan MDG salah satunya adalah “ Mengurangi Separuh Bagian Dari Masyarakat Yang Tidak Memiliki Akses Untuk Konsumsi Air Dan Sanitasi Yang Layak Pada Tahun 2015” yang saat ini tengah berjalan. Bagaimanapun daerah pedalaman di negara-negara berkembang di seluruh dunia sungguh sangat kekurangan, dimana 8 dari 10 orang tidak memiliki akses air bersih yang aman. Sebagaimana catatan WHO dan UNICEF, baru 87% dari populasi dunia yang memiliki akses air layak konsumsi. Sebuah kemjuan sebesar 10% dalam dua dekade terakhir. (Abebe Tadesse:2013)
1
Kondisi geografis, topografis dan geologis serta aspek sumber daya manusia yang berbeda di setiap wilayah di Indonesia menyebabkan ketersediaan air baku dan kondisi pelayanan air minum yang berbeda dapat memberikan implikasi penyelenggaraan SPAM yang berbeda untuk masing-masing wilayah. Untuk itu dibutuhkan suatu konsep dasar yang kuat guna menjamin ketersediaan air minum bagi masyarakat sesuai dengan tipologi dan kondisi di daerah tersebut. Desa Gunung Jaya Kecamatan Siotapina
yang
terletak di Kabupaten Buton
Provinsi Sulawesi Tenggara adalah salah satu desa yang masih kekurangan air dan belum memiliki jaringan pipa distribusi air bersih. Akibat keterbatasan kemampuan teknis dan ekonomi, masyarakat harus bersusah payah untuk dapat memenuhi kebutuhan air setiap harinya. Hal ini karena Desa Gunung Jaya tidak memiliki sumber mata air sendiri sehingga mereka harus mengambil air dari sumber yang berada cukup jauh dengan berjalan kaki atau menggunakan kendaraan motor. Masalah keberadaan air bersih di Desa Gunung Jaya merupakan sesuatu yang penting sehingga tidak dapat lepas dari tata kehidupan. Pemanfaatan air bersih tidak hanya terbatas pada kebutuhan rumah tangga saja, tetapi juga menyangkut pada fasilitas-fasilitas pelayanan ekonomi dan sosial atau pun kebutuhan yang lainnya. Didasari bahwa kebutuhan air bersih merupakan
kebutuhan dasar bagi manusia
dimana kebutuhannya akan selalu meningkat dari waktu ke waktu seiring dengan dinamika perkembangan peradaban manusia. Meningkatnya
Jumlah
penduduk yang diikuti dengan meningkatnya keadaan
sosial ekonomi masyarakat di Desa Gunung Jaya menyebabkan peningkatan kebutuhan terhadap air baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
2
Tentu menjadi harapan masyarakat agar permasalahan air di desa mereka dapat teratasi dengan adanya sistem penyediaan air Minum yang memenuhi standar kualitas, kuantitas dan kontinyuitas. Berdasarakan uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengangkat ini sebagai tugas akhir dengan judul “ Perencanaan Sistem Distribusi Air Bersih Desa Gunung Jaya Kecamatan Siotapina Kabupaten Buton” 1.2 Rumusan Masalah Pokok masalah dari penelitian ini adalah : 1. Berapa proyeksi jumlah penduduk dan kebutuhan air bersih Desa Siotapina tahun 2016-2026? 2. Apakah debit air yang ada dapat memenuhi kebutuhan masyarakat sesuai standar SNI 19-6728.1-2002 dan Real Demand Survey pada tahhun 2016 - 2026? 3. Berapa diameter dan jumlah pipa yang dibutuhkan dalam perencanaan sistem distribusi air bersih di Desa Gunung Jaya berdasarkan hasil analisa EPANET ? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Agar diketahui proyeksi jumlah penduduk dan kebutuhan air Desa Siotapina tahun 2016-2026 2. Agar diketahui bahwa debit air yang ada dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Desa Siotapina sesuai standar SNI 19-6728.1-2002 dan Real Demand Survey 3. Agar diketahui diameter dan jumlah pipa yang dibutuhkan dalam perencanaan sistem distribusi air bersih di Desa Gunung Jaya 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah:
3
1. Memberikan masukan kepada instansi pemerintah dan konsultan perencana terkait perencanaan distribusi air bersih menggunakan pipa GIP dan PVC di desa Gunung Jaya. 2. Bahan informasi kepada masyarakat tentang proyeksi penduduk dan kebutuhan air desa Gunung Jaya hingga tahun 2026 dan perencanaan distribusi air bersih yang semoga bermanfaat bagi masyarakat Desa Gunung Jaya. 3. Bahan literatur untuk peneliti selanjutnya. 1.5 Batasan Masalah Untuk membatasi pembahasan agar tidak keluar dari konteks penelitian, maka diperlukan pembatasan topik yang akan dibahas dalam proposal ini, yaitu: 1. Peneliti tidak membahas detail gambar perencanaan distribusi air bersih Desa Gunung Jaya 2. RAB ( Rencana Anggaran biaya ) perencanaan distribusi air bersih Desa Gunung Jaya tidak dibahas 3. Kualitas air ( kimiawi, biologis dan radioaktivitas) tidak peneliti bahas. 1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan yang penulis gunakan adalah membagi kerangka masalah dalam bab ke subbab, dengan maksud masalah yang penulis hendak kemukakan menjadi lebih jelas dan mudah dimengerti. Gambaran umum mengenai keseluruhan isi tulisan, dapat penulis rinci dengan menguraikan inti bab sebagai berikut: Bab 1 Pendahuluan Berisikan latar belakang masalah, tujuan penelitian, batasan masalah atau ruang lingkup permasalahan yang akan ditinjau.
4
Bab II Tinjauan pustaka Berisikan tentang landasan/dasar-dasar teori yang berkaitan dengan penelitian pada skipsi ini. Teori-teori tersebut di dapatkan dengan melakukan studi-studi literatur baik melalui pustaka ataupun melalui internet. Bab III Metodologi Penelitian Berisikan tentang prosedur, waktu dan tempat penelitian serta data yang digunakan dalam penelitian. Pada prosedur penelitian diuraikan tahapan ataupun urutan pelaksanaan penelitian. Bab IV Analisa dan Pembahasan Berisikan
prosedur
penyederhanaan
seluruh
data
yang
terkumpul
dan
menyajikannya dengan baik dan rapi. Disamping itu pada bab ini juga akan di analisa dari hasil yang telah di dapat pada pengolahan data tersebut, atau dengan kata lain pada bab ini juga akan di tarik suatu kesimpulan terhadap penelitian yang telah dilaksanakan. Penarikan kesimpulan ini sesuai dengan hasil analisa yang di dapat. Bab V Kesimpulan dan Saran Berisikan uraian hasil penelitian. Kesimpulan pada dasarnya mengulas hasil penafsiran yang di rujukkan kepada landasan teori yang digunakan. Kemudian berdasarkan kesimpulan di kemukakan beberapa saran.
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Air Berdasarkan
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
1405/menkes/sk/xi/2002 tentang persyaratan kesehatan lingkungan kerja perkantoran dan industri terdapat pengertian mengenai air bersih yaitu air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapat diminum apabila dimasak. Menurut Peraturan pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air bahwa yang dimaksud dengan air adalah semua air yang terdapat pada,diatas ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, air laut yang berada di darat. 2.2 Air Bersih Dan Air Minum Air bersih adalah air yang digunakan sehari-hari dan akan menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai
batasannya, air bersih adalah air yang
memenuhi persyaratan bagi Sistem penyediaan air minum, Dengan persyaratan yang dimaksud
adalah
persyaratan
dari segi kualitas air yang meliputi kualitas fisik,
kimia, biologis dan radiologis sehingga apabila dikonsumsi tidak menimbulkan efek samping (ketentuan umum Permenkes No. 416/Menkes/PER/IX/1990) Menurut PP RI Nomor 16 Tahun 2005 tentang pengembangan sistem penyediaan air minum, penyediaan air minum adalah kegiatan menyediakan air minum untuk memenuhi kebutuhan masyarakat agar mendapatkan kehidupan yang sehat, bersih dan produktif. Perencanaan sistem penyediaan dan distribusi air minum harus memenuhi syarat kualitas, kuantitas dan kontinyuitas ke masyarakat.
6
Pengertian air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat-syarat kesehatan yang dapat diminum. Alasan kesehatan dan teknis yang mendasari penetuan standar kualitas air minum adalah efek dari setiap parameter jika melebihi dosis yang telah ditetapkan. (Harry Maryanto:2013) 2.3 Kebutuhan Dan Ketersediaan Air Bersih Menurut kodoatie (2005:150) kebutuhan air adalah air yang dibutuhkan untuk menunjang segala kegiatan manusia meliputi air domestik dan nondomestik, air irigasi baik pertanian maupun perikanan dan air untuk penggelontoran kota. Kebutuhan air adalah jumlah air yang dipergunakan secara wajar untuk keperluan pokok mausia (domestik) dan kegiatan- kegiatan lainnya yang memerlukan air. Pada umumnya banyak diperlukan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari. Pemakaian air oleh masyarakat tidak terbatas pada keperluan domestik, namun untuk keperluan industri dan keperluan perkotaan. Besarnya pemakaian oleh masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti tingkat hidup, pendidikan, tingkat ekonomi dan kondisi sosial. Dengan demikian, dalam perencanaan suatu sistem penyediaan air, kemungkinan penggunaan air dan
variasinya
haruslah
diperhitungkan
secermat
mungkin (Linsley, 1996:91). a. Standar Penyediaan Air Domestik Standar Penyediaan domestik
yang dapat
Air
Domestik ditentukan
diketahui dari data
oleh
penduduk
jumlah yang
ada.
konsumen Standar
Penyediaan Kebutuhan Air Domestik ini meliputi minum, mandi, masak, dan lain –
lain.
Kecenderungan meningkatnya
kebiasaan pola hidup masyarakat
kebutuhan dasar
setempat
dan
air ditentukan oleh
didukung oleh kondisi sosial
ekonomi. (Harry Maryanto:2013)
7
Kebutuhan air domestik adalah kebutuhan air yang digunakan untuk keperluan rumah tangga seperti : Minum dan memasak, Cuci pakaian dan perabotan, Mandi dan kebersihan diri, Menyiram tanaman dan halaman, Mencuci mobil dan kendaraan lain. Faktor – faktor yang mempengaruhi perkiraan besar kebutuhan air yang digunakan untuk keperluan domestik (Harry Maryanto:2013) adalah : •
Ketersediaan air. Dalam hal ini ketersediaan air baku yang dapat bersumber dari air permukaan, sumur gali maupun sumber air lainnya.
•
Kebiasaan hidup. Pola hidup masyarakat setiap daerah berbeda-beda. Masyarakat pedesaan yang mayoritas bekerja sebagai petani cenderung membutuhkan air yang lebih sedikit dibangdingkan mayarakat perkotaan.
•
Perkembangan sosial ekonomi. Semakin berkembang perekonomian masyarakat, akan berdampak pada kebutuhan air yang semakin meningkat pula.
•
Perbedaan iklim Masyarakat yang hidup di daerah panas akan membutuhkan lebih banyak air untuk konsumsi, mandi dan aktivitas lainnya dibangdingkan masyarakat yang hidup di daerah dingin.
•
Jumlah penduduk. Semakin besar jumlah jiwa suatu daerah, semakin besar pula jumlah kebutuhan airnya.
Ada 2 kategori fasilitas penyediaan air minum yaitu : 1. Fasilitas perpipaan
8
•
Sambungan rumah Dengan kran disediakan di dalam bangunan
o Sambungan halaman Dengan kran hanya disediakan hingga halaman rumah saja •
Sambungan
umum
yakni berupa kran umum atau bak air yang digunakan
bersama oleh sekelompok rumah/bangunan 2. Fasilitas non perpipaan, meliputi sumur umum, mobil air dan mata air.
Jumlah penduduk suatu kota sangat mempengaruhi kebutuhan air perorangan. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.1 Konsumsi Air Bersih Domestik
Kategori Kota Metropolitan
IKK
-
1.000.000
Kota Sedang
Kota Kecil
> 1.000.000 500.000
Kota Besar
100.000
-
500.000 20.000 100.000 < 20.000
( L/orang/hari ) 250
Sambungan Umum ( L/orang/hari ) 30
170
30
20%
150
30
20%
130
30
20%
100
30
20%
Sambungan Rumah
Jumlah Penduduk
-
Kehilangan Air 20%
Sumber : Kriteria Perencanaan , Direktorat Jenderal Cipta Karya, DPU 2002
b. Standar penyediaan Air non Domestik Standar Penyediaan Air Non Domestik ditentukan oleh banyaknya konsumen non domestik yang meliputi fasilitas seperti perkantoran, kesehatan, industri, komersial, umum dan lainnya. Konsumsi non domestik terbagi menjadi beberapa kategori yaitu: •
Umum, meliputi : tempat ibadah, rumah sakit, sekolah,terminal dan sebagainya
9
•
Komersil, meliputi : hotel, pasar, pertokoan, rumah makan, dan sebagainya
•
Industri, meliputi : peternakan, industri dan sebagainya Tabel 2.2 Konsumsi Air Bersih Nondomestik
Kategori
Kebutuhan Air Masjid
25 - 40 L/orang/hari
Gereja
5 - 15 L/orang/hari
Terminal
15 - 20 L/orang/hari
Umum Sekolah
10
L/orang/hari
Rumah Sakit
220 - 330 L/Bed/hari
Kantor
25 -40 L/orang/hari
Peternakan
10 - 35 L/ekor/hari
Industri Umum
40 - 400 L/orang/hari
Bioskop
10 - 15 L/kursi/hari
Hotel
80 - 120 L/orang/hari
Rumah Makan
65 - 90 L/meja/hari
Pasar / Toko
5 L/m2/hari
Industri
Komersil
Sumber : Ir. Sarwoko, " Penyediaan air bersih " 2.4 Sistem Penyediaan Air Bersih Dalam tertata
rapi,
suatu
perencanaan
sehingga
air
bersih perlu direncanakan dengan baik dan
menghasilkan suatu perencanaan yang memenuhi standar –
standar dan peraturan yang berlaku dan akhirnya menghasilkan perencanaan yang baik dan benar serta efesiensi dari segi kualitas, kwantitas dan biaya. Sistem penyediaan air bersih (Syahrul:2013) meliputi :
10
1. Unit sumber air baku, merupakan awal dari Sistem penyediaan air bersih. Pada unit ini sebagai penyediaan air baku yang bisa diambil dari air tanah, air hujan, atau air permukaan. 2. Unit pengolahan, meliputi pengolahan fisika, kimia dan bakteriologi. 3. Unit produksi, merupakan unit bangunan yang mengolah jenis-jenis sumber air menjadi air bersih. Teknologi pengolahan disesuaikan dengan sumber air yang ada. 4. Unit transmisi, berfungsi mengantar air yang diproduksi menuju reservoir melalui jaringan pipa. 5. Unit distribusi, mengantarkan air
bersih dari reservoir menuju rumah-rumah
konsumen 6. Unit konsumsi, instalasi pipa konsumen yang telah disediakan alat pengukur jumlah konsumsi air setiap bulannya. 2.5 Pemilihan Sumber Air Baku Kriteria
pemilihaan
sumber
air
baku yang dipergunakan dalam suatu
perencanaan sistem penyediaan air bersih harus mencari alternatif sumber air baku yang paling dekat dengan daerah pelayanannya serta kualitas yang diberikan kepada konsumen harus memenuhi standar kualitas menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Kapasitas / debit air yang tersedia sepanjang musim kontinyu / tetap. Dalam persyaratan
fisis
air minum
tampak
adanya
lima
standar
unsur persyaratan meliputi
suhu, warna, kekeruhan, bau dan rasa. Sumber air menurut asalnya dibagi menjadi beberapa kelompok (Randi Gunawan,2008) yaitu: 1. Air Laut, bersifat asin karena mengandung NaCl. Tidak dapat langsung digunakan sebagai air minum, melainkan harus diolah terlebih dahulu.
11
2. Air Atmosfer (air hujan), dalam keadaan murni air hujan sangat bersih, namun karena pengotoran udara akibat polusi dan debu maka sebelum digunakan hendaknya dilakukan pengendapan terlebih dahulu. 3. Air permukaan, merupakan air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Meliputi air sungai dan air rawa/danau. 4. Air tanah, adalah air yang bergerak di dalam tanah yang terdapat di dalam ruang antar butir-butir tanahyang meresap di dalam tanah dan bergabung membentuk lapisan tanah yang disebut auifer. •
Air tanah dangkal (phreatic), berada di kedalaman 15-40 m.
•
Air tanah dalam, berada pada kedalaman lebih dari 40 m.
•
Mata air, adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah.
2.6 Metode Pengukuran Debit Pengukuran debit dibedakan menjadi dua kelompok yaitu pengukuran langsung dan tidak langsung. (Syahrul:2013) a. Pengukuran langsung Pengukuran secara langsung dilakukan dengan metode volumetrik dan metode pelampung. 1. Cara volumetrik merupakan cara yang paling sederhana, khususnya pada aliran kecil. Aliran dimasukkan pada bejana kecil atau bejana ukur kemudian dicatat waktunya untuk memenuhi bejana tersebut, sehingga diperoleh debit ( V/t ). 2. Metode pelampung merupakan salah satu metode yang umum digunakan. Rumus yang digunakan untuk menghitung debit Q adalah kecepatan rata-rata aliran (V) dikalikan dengan luas penampang (A). Luas penampang (A) diketahui dengan mengalikan lebar aliran dan kedalaman aliran.
12
Kecepatan (V) diketahui dengan mengalikan panjang aliran dan kecepatan/waktu tempuh pelampung dari Pawal ke Pakhir. 3. Pengukuran kecepatan arus dengan Current Meter. Alat ini paling umum digunakan dengan ketelitian yang lebih baik. Prinsip kerjanya adalah dengan mencari hubungan antara kecepatan aliran dan kecepatan putaran baling-baling Current Meter. Umumnya hubungan tersebut dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut: V = a.n + b dengan: V n
= Kecepatan aliran, = Jumlah putaran tiap waktu tertentu,
a,b = Tetapan yang ditentukan kalibrasi alat di laboratorium. (sumber: Elisa.ugm.ac.id/Pengukuran dan perkiraan debit sungai) Dengan alat ini dapat dilakukan pengukuran pada beberapa titik dalam suatu penampang aliran. Dalam praktek digunakan untuk pengukuran kecepatan aliran rerata pada satu vertikal dalam suatu tampang aliran tertentu. Mengingat bahwa distribusi kecepatan aliran secara vertikal tidak merata, maka pengukuran dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut mi. (1) Pengukuran pada satu titik yang umumnya dilakukan jika kedalaman aliran kurang dan 1 meter. Alat ditempatkan pada kedalaman 0.6 H diukur dari muka air. (2) Pengukuran pada beberapa titik, dilakukan pada kedalaman 0.2 H dan 0.8 H diukur dari muka air. Kecepatan rerata dihitung sebagai berikut: V=0,5(V0,2 +V0,8) (3) Pengukuran dengan tiga titik dilakukan pada kedalaman 0.2 H, 0.6 H dan juga pada 0.8 H. Hasilnya dirata-ratakan dengan rumus: V = 1/ 3(V0,2 +V0,6+V0,8)
13
b. Pengukuran tidak langsung 1. Pengukuran debit dengan cara luas kemiringan Prinsip pengukuran debit dengan cara luas kemiringan (slope area method) adalah dengan menghitung debit aliran yang telah terjadi berdasarkan bekas banjir, geometri sungai dan parameter fisik alur sungai. Hitungan didasarkan pada rumus pengaliran, dapat dengan rumus Manning atau rumus Chezy. Prosedur pengukuran dapat dijelaskan sebagai berikut ini. (1) Pengukuran tanda bekas banjir, yaitu elevasi atau ketinggian muka air banjir rnaksimum pada dua lokasi/titik di sepanjang alur sungai yang ditinjau. (2) Mengukur selisih tinggi antara muka air banjir di hulu dan di hilir (h) dan panjang jarak kedua titik tersebut (L). Kemiringan muka air banjir dapat dihitung, yaitu besamya selisih tinggi muka air banjir dibagi dengan jarak antara dua titik yang diukur. (3) Mengukur luas penampang melintang aliran di kedua titik (A1 dan A2) dan penampang memanjangnya. (4) Debit aliran dapat dihitung dengan rurnus berikut (Manning): Q = 1/ nAR2/3 S1/2 dengan: Q
= debit aliran (m3/det),
n
= koefisien kekasaran Manning (det/ m1/3),
A
= luas tampang basah (m2), R = radius hidraulik (m),
S
= kemiringan garis energi.
(sumber: Elisa.ugm.ac.id/Pengukuran dan perkiraan debit sungai) 2. Pengukuran debit dengan cara ambang
14
Pengukuran debit dengan cara ambang dapat dilaksanakan pada aliran melalui ambang alam atau ambang buatan. Ambang buatan dapat berupa bendung, bangunan pengendali dan pelindung sungai. Prinsip hitungan adalah dengan menerapkan rumus hidraulika aliran melalui ambang dengan bentuk umum sebagai berikut: Q = c x B x Hm dengan: Q = debit aliran melalui ambang, B = lebar ambang, H = tinggi aliran di atas ambang, c,m = konstanta yang tergantung pada bentuk ambang
2.7 Unit / Instalasi Pengolahan Air Bersih Instalasi pengolahan air adalah suatu instalasi/bangunan yang mengolah air baku menjadi air bersih yang kemudian akan menghasilkan air yang memenuhi standar kualitas air bersih yang telah ditentukan. Adapun jenis – jenis instalasi pengolahan air (IPA) (Syahrul:2013) adalah: •
IPA lengkap, terdiri dari unit intake,koagulasi,flokulasi,sedimentasi, filtrasi, dan disinfeksi. Biasanya digunakan untuk mengolah air yang keruh.
•
IPA konvensional, adalah IPA sederhana yang sangat tergantung pada kualitas air bakunya
•
IPA paket, adalah IPA yang dibuat secara paket oleh pabrik dengan kapasitas tertentu.
a. Bangunan Penangkap Air (Intake) Bangunan Intake terdiri dari 4 (empat) macam yaitu : 1. Reservoir Intake (Intake Tower)
15
Intake Tower terletak pada bagian pelimpahan atau dekat sisi bendungan. Pondasi menara (tower) terpisah dari bendungan dan dibangun pada bagian hulu. Menara terdiri atas beberapa inlet yang terletak pada ketinggian yang bervariasi untuk mengantisipasi fluktuasi tinggi muka air dapat mengalir secara gravitasi ke fasilitas penjernihan air, maka intake tower tidak diperlukan. 2. River Intake River Intake terdiri atas sumur beton berdiameter 3 – 6 m yang dilengkapi 2 atau lebih pipa besar yang disebut penstock. Pipa-pipa tersebut dilengkapi dengan katup sehingga memungkinkan air memasuki intake secara berkala. Air yang terkumpul dalam sumur kemudian dipompa dan dikirim kedalam instalasi pengolahan. River Intake terletak pada bagian hulu kota untuk menghidari pencemaran oleh air buangan. 3. Lake Intake Lake Intake terdiri atas satu atau lebih pipa bell-mouthed yang dipasang di dasar danau. Bell-mouthed ditutup dengan saringan (screen). Sebagai penyangga pipa dibuat jembatan yang menghubungkan pipa dari danau menuju tempat pengolahan air. 4. Canal Intake Canal Intake terdiri atas sumur beton yang dilengkapi dengan pipa bellmouthed yang terpasang menghadap ke atas. Terdapat saringan halus pada bagian atas untuk mencegah masuknya ikan-ikan kecil dan benda-benda terapung. Ruangan juga dilapisi dengan saringan dari kerikil. b. Pipa Transmisi Sistem transmisi air bersih adalah sistem perpipaan dari bangunan pengambilan air baku ke bangunan pengolahan air bersih.
16
c. Water Threatmen Plant Tujuan agar
dapat memenuhi syarat kualitas air bersih yang telah ditetapkan
oleh Departemen Kesehatan RI, maka air yang diambil dari intake melalui pipa Transmisi ditampung dan diolah pada bangunan pengolahaan air. d. Reservoir Air yang telah melalui proses Water Thereatment Plant dengan sistem filterisasi sudah dapat dipakai untuk air minum. Air tersebut telah bersih dan bebas dari bakterilogis dan ditampung pada bak reservoir (tendon), untuk diteruskan pada konsumen. Rumus: S = I + O Dengan : I = inflow (
/jam)
O = outflow (
/jam)
S = tampungan reservoir (
)
Sumber : Firdaus Halim, Tugas Akhir, Perencanaan Jaringan Distribusi Air Bersih Di Desa Loakulu Kab. Kutai Kertanegara, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda, 2007) e. Pompa Distribusi ( jika menggunakan sistem pompanisasi ) Perhitungan daya pompa dari reservoir ke pipa distribusi bertujuan untuk mendapatkan daya pompa yang dipakai untuk menaikkan / mengalirkan air dari resevoir ke pipa distribusi. P = ρ . g . Q . H / n SF Dengan: P = Daya Pompa ( kw ) ρ = massa jenis fluida (Kg/m³)
17
g = Percepatan gravitasi (m/dtk²) Q = Kapasitas pompa (L/dtk) H = Head pompa (m) n = Efisiensi total pompa (m) SF = Faktor Keamanan (1.3) ( Sumber : petunjuk teknik dan manual air minum perdesaan bagian 5 vol.I ) Gabungan dari unit-unit pengolahan air ini disebut IPA – Instalasi Pengolahan Air. Untuk menghemat biaya pembangunan biasanya intake, WTP dan reservoir dibangun dalam satu kawasan dengan ketingian yang cukup sehingga tidak diperlukan pumping station dengan kapasitas dorong yang besar untuk menyalurkan air dari WTP ke reservoir. Setelah dari reservoir air bersih didistribusikan melalui pipa-pipa dengan berbagai ukuran ke tiap daerah distribusi. Tabel 2.3 Nilai Efisiensi Pompa Intake No.
Kapasitas (ltr/dtk)
Efisiensi (m)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 2.5 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 60 70 80
0.3 0.35 0.35 0.4 0.4 0.45 0.45 0.45 0.45 0.45 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55
No.
Kapasitas (ltr/dtk)
Efisiensi (m)
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
90 100 25 150 200 250 300 400 500 600 700 800 900 1000
0.72 0.72 0.72 0.72 0.72 0.72 0.72 0.78 0.78 0.78 0.82 0.82 0.82 0.82
( Sumber : petunjuk teknik dan manual air minum perdesaan bagian 5 vol.I )
18
Tabel 2.4 Nilai Efisiensi Pompa Distribusi No.
Kapasitas
Efisiensi
(ltr/dtk)
(m)
1 2.5 5 7.5 10 12.5 15 17.5 20 25 30 35
0.3 0.49 0.65 0.7 0.73 0.75 0.75 0.8 0.8 0.82 0.82 0.82
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
No.
Kapasitas
Efisiensi
(ltr/dtk)
(m)
40 45 50 62.5 75 100 125 150 200 250 300
0.82 0.82 0.82 0.82 0.83 0.84 0.84 0.84 0.88 0.7 71
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
( Sumber : petunjuk teknik dan manual air minum perdesaan bagian 5 vol.I ) Tabel 2.5 Penentuan Unit Pompa
No.
Kapasitas Unit Produksi (ltr/dtk)
Jumlah Pompa (Unit)
No.
Kapasitas Unit Produksi (ltr/dtk)
Jumlah Pompa (Unit)
1
0–8
2
8
120 - 200
2
2
8—14
2
9
200 - 300
2
3
14 – 20
2
10
300 - 400
2
4
20 – 48
2
11
400 - 500
2
5
48 – 80
2
12
500 – 750
2
6
80 – 90
2
13
750 – 1000
4
7
90 – 120
2
( Sumber : petunjuk teknik dan manual air minum perdesaan bagian 5 vol.I ) f. Pipa distribusi Pipa adalah saluran tertutup sebagai sarana pengaliran atau transportasi fluida, sarana pengaliran atau transportasi energi dalam aliran
19
•
Perhitungan Dimensi pipa distribusi didasarkan pada persamaan sebagai berikut Q=VxA dengan: Q = Debit aliran dalam pipa (m³/dtk) V = kecepatan aliran dalam pipa (m/dtk) A = Luas penampang pipa (
πD)
D = Diameter pipa (m) ( Sumber : petunjuk teknik dan manual air minum perdesaan bagian 5 vol.I ) •
Perhitungan Kehilangan Tekanan Pada Pipa Distribusi a. Kehilangan tinggi tekan mayor (mayor losses) hf = ( Dengan : Q = Kapasitas aliran (m³/dtk) L = Panjang pipa (m) CHW = Koefisien kekasaran Hazzen-williams D = Diameter pipa (m) b. Kehilangan tinggi tekan minor ( minor losses) hl = kL Dengan: hl = kehilangan tinggi tekan minor (m) k = Koefisien karakteristik pipa (m) L = Panjang pipa (m) V = Kecepatan Aliran (m/s) Sumber : http://envirodiary.com/id/docs
20
•
Perhitungan Kecepatan Aliran Dalam Pipa Menurut Persamaan Hazen-William, kecepatan aliran air dapat dihitung dengan persamaan:
Dengan: v = Kecepatan Aliran (m/s) C= koefisien kekasaran pipa Hazen-williams R = jari-jari hidrolik = d/4 untuk pipa bundar S = Slope dari gradient energi (headlosses / panjang pipa) s = hl/L 2.8 Proyeksi Kebutuhan Air Bersih Proyeksi kebutuhan air bersih dapat ditentukan dengan memperhitungkan angka pertumbuhan
penduduk
untuk
diproyeksikan
terhadap
kebutuhan
air
bersih
(Syahrul:2013). a. Angka pertumbuhan penduduk Angka pertumbuhan penduduk dapat dalam presentase rumus: Angka pertumbuhan (%) = b. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Ketika menentukan kebutuhan air bersih pada masa mendatang perlu terlebih dahulu diperhatikan keadaan yang ada pada saat ini dan proyeksi jumlah penduduk di
masa mendatang. Metode yang digunakan untuk memproyeksikan jumlah
penduduk di masa mendatang yaitu Metode Eksponensial, Metode Geometrik dan Metode Aritmatik
21
Maksud dari Proyeksi Penduduk adalah untuk memberikan jumlah penduduk di masa mendatang. Dengan berdasarkan pemikiran jumlah penduduk maka dapat dibuat
rancangan kebutuhan air
bersih untuk masa yang akan datang. (Mary
salintung , 2011) 1. Metode Aritmatik Metode ini cocok untuk daerah dengan perkembangan penduduk yang selalu naik secara konstan dan dalam kurun waktu yang pendek. Rumus yang digunakan : Pn = P0 +
xn
Dengan: Pn = Jumlah penduduk pada akhir tahun periode P0 = Jumlah penduduk pada awal proyeksi P1 = penduduk jumlah akhir tahun data n = Tahun Proyeksi t = Tahun data Sumber : Inspektorat Jenderal kementrian Pekerjaan Umum “ rencana Induk Pengembangan SPAM”, 2010. 2. Metode Geometrik Proyeksi
dengan
metode
ini menganggap bahwa perkembangan
penduduk secara otomatis berganda dengan Metode ini memperhatikan suatu kemudian
mantap, disebabkan
saat
kepadatan
pertambahan
terjadi
penduduk awal.
perkembangan menurun
dan
penduduk mendekati maksimum.
Pn = P0 Dengan: Pn = Jumlah penduduk pada akhir tahun periode P0 = Jumlah Penduduk pada awal proyeksi
22
r = rata-rata presentase pertambahan penduduk tiap tahun n = kurun waktu proyeksi Sumber : Inspektorat Jenderal kementrian Pekerjaan Umum “ rencana Induk Pengembangan SPAM”, 2010. 3.
Metode Chi Square Umumnya digunakan pada daerah dengan tingkat pertambahan penduduk cukup tinggi. Perhitungan dengan metode ini didasarkan pada data tahun-tahun sebelumnya dengan menganggap bahwa pertambahan penduduk disebabkann oleh kematian, kelahiran dan migrasi. Persamaannya adalah: Y = a + b .x a=
b=
Dengan: Y = Jumlah penduduk pada tahun proyeksi ke n X = Jumlah tahun proyeksi mendatang a = Jumlah penduduk tahun awal b = Pertambahan penduduk rata-rata n = Jumlah tahun proyeksi dasar Xi = Variabel coding Yi = Data jumlah penduduk awal Sumber : Inspektorat Jenderal kementrian Pekerjaan Umum “ rencana Induk Pengembangan SPAM”, 2010 2.9 Program EPANET 2.0 Epanet merupakan program komputer untuk pemodelan jaringan pipa yang bersifat public-domain yang dikembangkan oleh US Environmental Protection Agency (US EPA). Epanet dapat mensimulasikan perilaku hidraulika dan kualitas air dalam jaringan
23
pipa. Simulasi perilaku hidraulika dapat dilakukan untuk waktu tunggal atau beberapa waktu misalnya selama 24 jam. EPANET pertama kali hadir pada tahun 1993 dan telah dilakukan beberapa kali pengembangan. Versi terbaru dari Epanet adalah EPANET 2.0 yang dirilis pada tahun 2008. Program komputer ini dapat diunduh secara gratis dari website resmi US EPA pada http://www.epa.gov/nrmrl/wswrd/dw/epanet.html. EPANET adalah program komputer yang menggambarkan simulasi kecenderungan
kuantitas
air
hidrolis
dan
yang mengalir di dalam jaringan pipa. Jaringan itu
sendiri terdiri dari Pipa, Node (titik koneksi pipa), pompa, katub, dan tangki air atau reservoir. EPANET didesain sebagai alat untuk mencapai dan mewujudkan pemahaman tentang pergerakan dan nasib kandungan air
dalam jaringan distribusi. Juga dapat
digunakan untuk analisa berbagai aplikasi jaringan distribusi. Sebagai contoh untuk pembuatan desain, kalibrasi model hidrolis, analisa sisa khlor, dan analisa pelanggan. EPANET dapat membantu dalam memanage strategi untuk merealisasikan kualitas air dalam suatu sistem. Permasalahan klasik aliran dalam jaringan pipa menyebutkan bahwa debit aliran dan energi tekanan titik dalam jaringan pipa merupakan parameter yang hendak diketahui. Dua persamaan dibutuhkan untuk menyelesaikan permasalahan ini. Persamaan pertama mensyaratkan konversi debit (kontinuitas) terpenuhi di setiap node (junction). Persamaan kedua merupakan hubungan nonlinier antara debit dan kehilangan energi di setiap pipa, seperti persamaan Darcy-Weisbach dan Hazen-Williams. Kapanpun sebuah jaringan terdiri dari loop (jaringan tertutup), persamaan-persamaan tersebut membentuk pasangan persamaan non linier. Keyataannya, persamaan ini hanya dapat diselesaikan menggunakan metode iterasi yang bahkan untuk sebuah jaringan kecil sekalipun
24
membutuhkan bantuan komputer karena umumnya jaringan pipa terdiri dari loop. Program komputer menjadi sebuah kebutuhan untuk menganalisis perilaku hidraulika jaringan pipa tersebut. Salah satu program tersebut adalah EPANET. a. Kegunaan program epanet 2.0 1. Didesain sebagai alat untuk mengetahui perkembangan dan pergerakan air serta degradasi unsur kimia yang ada dalam air pipa distribusi. 2. Digunakan sebagai dasar analisa dan berbagai macam sistem distribusi, detail desain, model kalibrasi hidrolik, analisa sisa khlor dan berbagai unsur lainnya. 3. Digunakan untuk membantu menentukan alternatif strategis managemen dan sistem jaringan pipa distribusi air bersih seperti: •
Penentuan alternatif sumber / instalasi, apabila terdapat banyak sumber / instalasi.
•
Simulasi dalam menentukan alternatif pengoperasian pompa dalam melakukan pengisian reservoir maupun injeksi ke sistem distribusi.
•
Digunakan sebagai pusat treatment seperti Dengan dilakukan proses
•
Khlorinasi, baik diinstalasi maupun dalam sistem jaringan.
•
Digunakan sebagai penentuan prioritas terhadap pipa yang akan dibersihkan/ diganti.
b. Input data dalam Epanet 2.0 Data data yang dibutuhkan dalam Epanet 2.0 sangat penting sekali dalam proses analisa, evaluasi dan simulasi jaringan air bersih berbasis epanet. Input data yang dibutuhkan adalah: 1. Peta jaringan 2. Node/junction/titik dari komponen distribusi. 3. Elevasi
25
4. Panjang pipa distribusi 5. Diameter dalam pipa 6. Jenis pipa yang digunakan 7. Umur pipa 8. Jenis sumber (mata air, sumur bor, IPAM, dan lain lain) 9. Spesifikasi pompa (bila menggunakan pompa) 10. Bentuk dan ukuran reservoir. 11. Beban masing-masing node (besarnya tapping) 12. Faktor fluktuasi pemakaian air 13. Konsentrasi khlor di sumber c. Output yang dihasilkan diantaranya adalah : 1. Hidrolik head masing - masing titik. 2. Tekanan, Velocity dan Unit Headloss
26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian Lokasi studi dilakukan di Desa Gunung Jaya Kecamatan Siotapina Kabupaten Buton. Secara astronomis Desa Gunung Jaya
berada pada posisi 5o25’30’’LS – 5o
25’18.6’’ LS serta 123o01’46.1’’BT – 123o01’22.5’’BT. Luas desa adalah 5 km², berbatasan dengan: -
Utara : Kecamatan Lasalimu
-
Selatan : Desa Kuraa
-
Barat : Desa Sampuabalo
-
Timur : Desa Matanauwe
Secara administratif Desa Gunung Jaya di tahun 2016 Memiliki 1212 jiwa dan 357 KK. Fasilitas non domestik yang ada adalah sebagai berikut: Tabel 3.1 Fasilitas Non Domestik Di Desa Gunung Jaya No
FASILITAS NONDOMESTIK
JUMLAH
TK
2
2
SD
1
3
Tsanawiah
1
4
SMA
1
5
Masjid
2
6 7
Kantor Polisi Pasar
1 1
1
Sumber: hasil survey
27
Pertimbangan memilih lokasi ini adalah karena desa ini belum memiliki Sistem Penyediaan Air bersih mandiri dan sementara ini belum ditangani oleh pihak terkait / pemerintah setempat. Adapun lokasi penelitian dapat dilihat pada peta berikut ini:
Gambar 3.1 Lokasi Penelitian Sumber: Google Earth Dan Google Maps
28
3.2 Sampel Sampel pada penelitian ini adalah penduduk Desa Gunung Jaya 3.3 Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Data Primer 1. Observasi adalah teknik yang dipergunakan untuk mendapatkan data dengan pengamatan secara langsung di Desa Gunung Jaya. 2. Interview (wawancara), adalah salah satu cara yang dilakukan guna memperoleh data dari masyarakat secara langsung tentang kondisi di Desa Gunung Jaya untuk melengkapi/memperjelas data-data. Data primer yang dibutuhkan yaitu: -
Jumlah penduduk dan KK Desa Gunung Jaya Titik koordinat serta elevasi Desa Gunung Jaya dan sumber air rencana
-
Debit dan kondisi eksisting sumber air rencana
-
Jarak sumber air ke Desa Gunung Jaya
-
Data-data eksisting lain yang diperlukan
b. Data sekunder Data sekunder adalah data-data yang diperoleh melalui literatur-literatur atau referensi tentang penelitian yang dilakukan. Metode ini digunakan untuk memperoleh data dan informasi tentang teori-teori yang berkaitan dengan Sistem distribusi air bersih di Desa Gunung Jaya kecamatan Siotapina Kabupaten Buton. 3.4 Teknik Analisis Data Langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data tentang Sistem Penyediaan air di Desa gunung Jaya adalah sebagai berikut:
29
1. Menghitung debit, titik koordinat dan elevasi sumber air rencana secara langsung di lapangan 2. Mendata jumlah penduduk dan jumlah kepala keluarga (KK) Desa Gunung Jaya 3. Mengambil titik koordinat dan elevasi Desa Gunung Jaya dengan GPS 4. Mengukur jarak sumber air rencana ke Desa Gunung Jaya 5. Menghitung/memproyeksikan jumlah penduduk dan jumlah kebutuhan air Desa Gunung Jaya sampai tahun 2026. 6. Megolah data dengan program EPANET 7. Menggambar desain skematik Rencana distribusi air di Desa Gunung Jaya menggunakan aplikasi autoCAD.
30
3.5 Bagan Alir Penelitian (Flow Chart) MULAI
studi literatur
Latar belakang, Tujuan, Manfaat, Batasan Masalah, Sistematika Penulisan
Survey Lokasi Dan Pengambilan Data
DATA PRIMER - Debit, Koordinat Dan Elevasi Sumber Air - Data Penduduk Dan KK - Koordinat, Elevasi Dan Jarak Desa Ke Sumber Air
DATA SEKUNDER - Kuesioner - Data - pendukung yang diperlukan
Pengolahan Data: - Q, kooordinat dan elvasi sumber air - Jumlah jiwa, koordinat dan elevasi desa - Proyeksi penduduk dan kebutuhan air - Pegolahan data dengan program EPANET - Menggambar skematik dengan AutoCAD
Hasil Dan Pembahasan Kesimpulan dan Saran SELESAI Gambar 3.2 Bagan Alir Penelitian
31
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1
Perhitungan Debit Di Lapangan Perhitungan debit secara langsung di lapangan menggunakan rumus: Q=VxA Dengan: Q = debit aliran (m³/dt) V = rerata kecepatan aliran (m/dt) A = luas penampang basah (m²) Adapun alat dan bahan yang digunakan untuk menghitung debit sumber yaitu: 1. Alat : a. Mistar/meter untuk mengukur panjang, lebar dan kedalaman air b. Kayu sebagai patok ( P0 & Pakhir ) c. Stopwatch untuk menghitung waktu d. Kamera untuk dokumentasi 2. Bahan ; a. Air (sumber mata air) b. Bahan yang tidak tenggelam
Hasil pengukuran di lapangan adalah sebagai berikut: •
P=1m
•
d1 = 4cm, d2 = 3,8cm, d3 = 3cm ,
•
L1= 80cm, L2= 70.4cm, L3= 70.3cm, sehingga L = 0.74m
•
t1= 5.76dt,
t2= 7dt,
t3= 6.5dt,
sehingga d = 0.036 m
sehingga t = 6.4 dt 32
dengan: P = panjang aliran (m) d = kedalaman air rata-rata (m) L = lebar aliran air (m) t= waktu tempuh (m/dt) Q=VxA = (P / t) x (d x L ) = (0.16 (0.036 x 0.74)) = 0.0042 m³/dt Q = 4.2 lt/dt 4.2
Kebutuhan Air Dan Pertumbuhan Penduduk Semakin besar jumlah penduduk dan fasilitas suatu daerah maka semakin besar pula
kebutuhan air yang harus didistribusikan di daerah tersebut. Untuk mengetahui kebutuhan air di desa Siotapina, terlebih dahulu dilakukan proyeksi penduduk hingga 10 tahun (2026) dengan metode Geometrik. Dari proyeksi tersebut kemudian dihitung jumlah kebutuhan air di sektor domestik dan non domestik berdasarkan kriteria ditjen Cipta Karya 2002 dan survey langsung di lokasi (RDS). Analisa kebutuhan air penduduk dapat diketahui dengan rumus jumlah populasi dikalikan dengan standar kebutuhan air bersih ( van Rooijen,2008). Analisa sektor domestik dilaksanakan dengan dasar analisa pertumbuhan penduduk pada wilayah yang direncanakan. Meskipun telah mekar dari desa induk yakni Desa Kuraa di tahun 2013, Desa Gunung Jaya belum memiliki kantor desa dan data penduduk yang lengkap. Meski demikian dari hasil wawancara langsung dengan aparat pemerintah desa, jumlah penduduk di desa Gunung Jaya 4 tahun terakhir adalah sebagai berikut :
33
Tabel 4.1 Jumlah penduduk Desa Siotapina NO
TAHUN
JUMLAH JIWA
1
2013
1175
2
2014
1185
3 2015 1201 4 2016 1212 Sumber: pemerintah Desa Siotapina Adapun tahapan – tahapan yang dilakukan dalam perhitungan proyeksi ini adalah sebagai berikut: 1. Menghitung laju pertumbuhan penduduk Desa Siotapina periode 2013-2016 2. Memproyeksikan jumlah penduduk Desa Siotapina dengan metode geometrik. 3. Menghitung jumlah kebutuhan air penduduk Desa Siotapina di tahun 2026.
NO 1 2 3 4
Tabel 4.2 Laju pertumbuhan penduduk TAHUN JUMLAH PENDUDUK (JIWA) 2013 1175 2014 1185 2015 1201 2016 1212 Rata – rata laju pertumbuhan (%) Sumber: hasil Pengolahan data
r (%)
0.85 1.35 0.92 1.04
Langkah selanjutnya adalah memproyeksikan jumlah penduduk menggunakan metode Geometrik dengan persamaan : Pn = P0 ( 1 + ) P2026 = P2016 (1+r ) P2026 = 1212 jiwa (1+0.0104) P2026 = 1345 Jiwa
34
4.3 Kebutuhan Sektor Domestik 4.3.1 (Standar SNI 19-6728.1-2002) Kesimpulan perhitungan jumlah penduduk diatas, maka Desa Gunung Jaya termasuk dalam kota kategori V yakni kategori desa. Menurut kriteria perencanaan ditjen cipta karya dinas PU maka: 1. Konsumsi sambungan rumah 100 lt/org/hr 2. Konsumsi sambungan hidran umum 30 lt/org/hr 3. Perbandingan antara SR dan HU adalah 70% : 30% a. Sambungan Rumah (SR) •
Konsumsi air rata-rata tahun 2016 = jumlah penduduk x tingkat pelayanan (%) Jumlah Terlayani
= 1212 jiwa x 70% = 849 jiwa
Jumlah pemakaian
= 849 jiwa x 100 ltr/jiwa/hr = 84900 ltr/hr
Jadi, jumlah kebutuhan air tahun 2016 = jumlah pemakaian / 24 jam = •
= 0.982 lt/dtk
Konsumsi air rata-rata tahun 2026 = jumlah penduduk x tingkat pelayanan (%) Jumlah terlayani
= 1346 jiwa x 70% = 943 jiwa
Jumlah pemakaian = jumlah terlayani x konsumsi rata-rata = 943 jiwa x 100 (lt/org/hr) = 94300 lt/hr 35
Jumlah kebutuhan air tahun 2026 = jumlah pemakaian / 24 jam =
= 1.091 lt/dtk
Hasil analisa kebutuhan air bersih sambungan rumah (SR) dari tahun 2016-2026 lebih rinci dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 4.3 Hasil Pengolahan kebutuhan air bersih sambungan rumah (SR) Jumlah No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Tahun
2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026
Tingkat
Penduduk Pelayanan (jiwa) 1212 1225 1238 1251 1264 1277 1291 1305 1318 1333 1346
(%) 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
Jumlah
Konsumsi Air
Jumlah
Terlayani
Rata-rata
Pemakaian
(jiwa) 849 858 867 876 885 894 904 914 923 934 943
(lt/org/hr) 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
(Lt/hr) 84840 85750 86660 87570 88480 89390 90370 91350 92260 93310 94220
Jumlah Kebutuhan Air (Lt/dt) 0.982 0.992 1.003 1.014 1.024 1.035 1.046 1.057 1.068 1.080 1.091
Sumber: Hasil Pewngolahan Data b. Hidran Umum (HU) Konsumsi air rata-rata tahun 2016 = jumlah penduduk x tingkat pelayanan (%) Jumlah Terlayani
= 1212 jiwa x 30% = 364 jiwa
Jumlah pemakaian
= 364 jiwa x 30 ltr/jiwa/hr = 10908 ltr/hr
Jadi, jumlah kebutuhan air di tahun 2016 = jumlah pemakaian / 24 jam =
= 0.126 lt/dtk
Konsumsi air rata-rata tahun 2026 = jumlah penduduk x tingkat pelayanan (%)
36
Jumlah terlayani
= 1346 jiwa x 30% = 404 jiwa
Jumlah pemakaian
= jumlah terlayani x konsumsi rata-rata = 404 jiwa x 30 (lt/org/hr) = 12114 lt/hr
Jumlah kebutuhan air di tahun 2026 = jumlah pemakaian / 24 jam =
= 0.139 lt/dtk
Hasil analisa kebutuhan air bersih HU dari tahun 2016-2026 dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 4.4 Hasil analisa kebutuhan air bersih HU Jumlah No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Tahun
2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026
Tingkat
Penduduk Pelayanan (jiwa) 1212 1225 1238 1251 1264 1277 1291 1305 1318 1333 1346
(%) 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Jumlah
Konsumsi Air
Jumlah
Terlayani
Rata-rata
Pemakaian
(jiwa) 364 368 372 376 380 384 388 392 396 400 404
(lt/org/hr) 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
(Lt/hr) 10908 11025 11142 11259 11376 11493 11619 11745 11862 11997 12114
Jumlah Kebutuhan Air (Lt/dt) 0.126 0.128 0.129 0.130 0.132 0.133 0.134 0.136 0.137 0.139 0.140
Sumber: Hasil Pengolahan Data
4.3 2 Real Demand Survey Hasil pengolahan data Kuesioner (100 kuesioner), rata-rata kebutuhan air masyarakat adalah 82.85 liter/orang/hari. Dibandingkan standar yang ditetapkan Departemen PU tentang perencanaan penyediaan air bersih, nilai ini masih di 37
bawah nilai yang ditetapkan
pemerintah dalam SNI-6728.1 2002 yakni 100
liter/orang/hari, sehingga dari segi kuantitas kebutuhan masyarakat masih dapat terpenuhi. a. Sambungan Rumah (SR) •
Konsumsi air rata-rata tahun 2016 = jumlah penduduk x tingkat pelayanan (%) Jumlah Terlayani
= 1212 jiwa x 70% = 849 jiwa
Jumlah pemakaian
= 849 jiwa x 82.85 ltr/jiwa/hr = 70288.93 ltr/hr
Jadi, jumlah kebutuhan air tahun 2016 = jumlah pemakaian / 24 jam .
= •
= 0.814 lt/dtk
Konsumsi air rata-rata tahun 2026 = jumlah penduduk x tingkat pelayanan (%) Jumlah terlayani
= 1346 jiwa x 70% = 943 jiwa
Jumlah pemakaian = jumlah terlayani x konsumsi rata-rata = 943 jiwa x 82.85 (lt/org/hr) = 78060.14 lt/hr Jumlah kebutuhan air tahun 2026 = jumlah pemakaian / 24 jam =
.
= 0.903 lt/dtk
Hasil analisa kebutuhan air bersih sambungan rumah (SR) dari tahun 2016-2026 lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut ini:
38
Tabel 4.5 Hasil analisa kebutuhan air bersih sambungan rumah (SR) Jumlah No
Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026
Tingkat
Jumlah
Penduduk Pelayanan Terlayani (jiwa) 1212 1225 1238 1251 1264 1277 1291 1305 1318 1333 1346
(%) 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
(jiwa) 848.4 857.5 866.6 875.7 884.8 893.9 903.7 913.5 922.6 933.1 942.2
Konsumsi Air
Jumlah
Rata-rata
Pemakaian
(lt/org/hr) 82.85 82.85 82.85 82.85 82.85 82.85 82.85 82.85 82.85 82.85 82.85
(Lt/hr) 70288.93 71042.85 71796.78 72550.70 73304.62 74058.55 74870.47 75682.38 76436.31 77306.22 78060.14
Jumlah Kebutuhan Air (Lt/dt) 0.814 0.822 0.831 0.840 0.848 0.857 0.867 0.876 0.885 0.895 0.903
Sumber: Hasil Pengolahan data b. Hidran Umum (HU) Konsumsi air rata-rata tahun 2016 = jumlah penduduk x tingkat pelayanan (%) Jumlah Terlayani
= 1212 jiwa x 30% = 364 jiwa
Jumlah pemakaian
= 364 jiwa x 30 ltr/jiwa/hr = 10908 ltr/hr
Jadi, jumlah kebutuhan air di tahun 2016 = jumlah pemakaian / 24 jam =
= 0.126 lt/dtk
Konsumsi air rata-rata tahun 2026 = jumlah penduduk x tingkat pelayanan (%) Jumlah terlayani
= 1346 jiwa x 30% = 404 jiwa
Jumlah pemakaian
= jumlah terlayani x konsumsi rata-rata = 404 jiwa x 30 (lt/org/hr) = 12114 lt/hr
39
Jumlah kebutuhan air di tahun 2026 = jumlah pemakaian / 24 jam =
= 0.139 lt/dtk
Hasil analisa kebutuhan air bersih HU dari tahun 2016-2026 dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 4.6 Hasil analisa kebutuhan air bersih HU Jumlah No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Tahun
2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026
Tingkat
Penduduk Pelayanan (jiwa) 1212 1225 1238 1251 1264 1277 1291 1305 1318 1333 1346
(%) 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Jumlah
Konsumsi Air
Jumlah
Terlayani
Rata-rata
Pemakaian
(jiwa) 364 368 372 376 380 384 388 392 396 400 404
(lt/org/hr) 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
(Lt/hr) 10908 11025 11142 11259 11376 11493 11619 11745 11862 11997 12114
Jumlah Kebutuhan Air (Lt/dt) 0.126 0.128 0.129 0.130 0.132 0.133 0.134 0.136 0.137 0.139 0.140
Sumber: Hasil Pengolahan Data
4.4 Analisa Sektor Non Domestik Analisa sektor non domestik dilaksanakan dengan berpegangan pada analisa data pertumbuhan terakhir fasilitas sosial ekonomi yng ada wilayah perencanaan. Adapun standar kebutuhan non domestik untuk kategori desa menurut Kriteria Perencanaan Ditjen Tjipta Karya DPU tahun 2002 adalah: 1. Sekolah : 10 liter/orang/hari 2. Masjid : 3000 liter/unit/hari 3. Pasar : 12000 Liter/hektar/hari Fasilitas non domestik yang ada di Desa Gunung Jaya adalah sebagai berikut: 40
No
Tabel 4.7 Fasilitas non domestik Desa Gunung Jaya FASILITAS NONDOMESTIK JUMLAH (Unit)
1
TK
2
2
SD
1
3
Tsanawiah
1
4
SMA
1
5
Masjid
2
6
Pasar
1
Sumber : hasil survey 1. Fasilitas Pendidikan Fasilitas Pendidikan yang dimaksud meliputi jumlah seluruh murid/siswa TK,SD,Tsanawiah dan SMA di desa Gunung Jaya. Hal ini penulis ambil karena standar kebutuhan air menurut Ditjen Cipta Karya untuk setiap jenjang pendidikan memiliki standar yang sama yakni 10 Liter/murid/hari untuk kategori desa. Fasilitas pendidikan
berfungsi
melayani
masyarakat
sehingga
pertumbuhan
pelajar
diasumsikan sama atau seiring dengan angka pertumbuhan penduduk Desa Siotapina. •
Jumlah pemakaian tahun 2016 = Jumlah siswa x konsumsi air rata-rata = 402 jiwa x 10 ltr/jiwa/hr = 4020 ltr/hr Jadi, jumlah kebutuhan air 2016 = jumlah pemakaian / 24 jam =
•
= 0.0465 lt/dtk
Jumlah pemakaian tahun 2026 = Jumlah siswa x konsumsi air rata-rata = 446 jiwa x 10 ltr/jiwa/hr = 4460 ltr/hr Jadi, jumlah kebutuhan air 2026 = jumlah pemakaian / 24 jam =
= 0.0516 lt/dtk 41
Hasil analisa kebutuhan air bersih untuk fasilitas pendidikan dari tahun 2016 – 2026 dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.8 Hasil analisa kebutuhan air bersih fasilitas pendidikan
No
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Tahun
2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026
Jumlah
Konsumsi Air
Jumlah
Pelajar
Rata-rata
Pemakaian
(jiwa) 402 407 411 415 419 424 428 433 437 442 446
(lt/org/hr) 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
(Lt/hr) 4020 4061.808 4104.051 4146.733 4189.859 4233.433 4277.461 4321.947 4366.895 4412.311 4458.199
Jumlah Kebutuhan Air (Lt/dt) 0.0465 0.0470 0.0475 0.0480 0.0485 0.0490 0.0495 0.0500 0.0505 0.0511 0.0516
Sumber : Hasil Pengolahan Data 2. Fasilitas Peribadatan (Masjid) Menurut Peraturan Ditjen Cipta Karya DPU tahun 2002 didapat kebutuhan air bersih untuk masjid sebesar 3000 lt/unit/hr. Jumlah pemakaian
= Jumlah masjid x konsumsi air rata-rata = 2 unit x 3000 ltr/unit/hr = 6000 ltr/hr
Jadi, jumlah kebutuhan air
= jumlah pemakaian / 24 jam =
= 0.069 lt/dtk
3. Pasar Menurut Peraturan Ditjen Cipta Karya DPU tahun 2002 didapat kebutuhan air bersih untuk Pasar sebesar 12000 lt/ha/hr. Jumlah pemakaian
= luas pasar x konsumsi air rata-rata
42
= 0.5 hektar x 12000 ltr/ha/hr = 6000 ltr/hr Jadi, jumlah kebutuhan air
= jumlah pemakaian / 24 jam =
= 0.069 lt/dtk
4.5 Total Kebutuhan Air Bersih Desa Siotapina Setelah hasil perhitungan kebutuhan air bersih di Desa Siotapina diperoleh, langkah selanjutnya adalah menghitung jumlah kebutuhan air total masyarakat dengan menjumlahkan total kebutuhan air di setiap sektor. Tabel rekapitulasi kebutuhan air bersih di Desa Siotapina lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.9 Jumlah Total Kebutuhan Air Desa Siotapina No
Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026
SR (Lt/dt) 0.982 0.992 1.003 1.014 1.024 1.035 1.046 1.057 1.068 1.080 1.091
HU (Lt/dt) 0.126 0.128 0.129 0.130 0.132 0.133 0.134 0.136 0.137 0.139 0.140
Pendidikan (Lt/dt) 0.0465 0.0470 0.0475 0.0480 0.0485 0.0490 0.0495 0.0500 0.0505 0.0511 0.0516
Masjid (Lt/dt) 0.069 0.069 0.069 0.069 0.069 0.069 0.069 0.069 0.069 0.069 0.069
Pasar (Lt/dt) 0.069 0.069 0.069 0.069 0.069 0.069 0.069 0.069 0.069 0.069 0.069
Jumlah (Lt/dt) 1.293 1.305 1.317 1.330 1.342 1.355 1.368 1.381 1.394 1.408 1.420
Sumber: Hasil Pengolahan data Analisa berikutnya adalah menghitung kebutuhan air bersih pada hari maksimum dan jam puncak. Kebutuhan air pada hari maksimum didapat dengan mengalikan faktor 1.15 pada jumlah total kebutuhan air di tiap tahunnya. Sedangkan kebutuhan pada jam puncak didapat dengan mengalikan faktor 1.75 pada jumlah total kebutuhan air di tiap tahunnya. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
43
Tabel 4.10 Rekapitulasi Kebutuhan Air Desa Siotapina Normal (Lt/dt) FHM (Lt/dt) FJP (Lt/dt)
Faktor
2016
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026
1
1.29
1.31
1.32
1.33
1.34
1.35
1.37
1.38
1.39
1.41
1.42
1.15
1.49
1.50
1.52
1.53
1.54
1.56
1.57
1.59
1.60
1.62
1.63
1.75
2.26
2.28
2.31
2.33
2.35
2.37
2.39
2.42
2.44
2.46
2.49
Sumber: Hasil Pengolahan Data
4.6 Hasil Pengolahan Dengan Program EPANET Langkah selanjutnya adalah mengolah semua data tersebut di program EPANET. Satuan volume yang digunakan adalah LPS (liter per detik) dan perhitungan hidrolis pipa menggunakan formula H-W (Hazen-Williams) sehingga koefisisn kekasaran pipa adalah sebagai berikut:
Tabel 4.11 Koefisien Kekasaran Pipa Hazen-Williams JENIS PIPA
NILAI C
Pipa AC
130
Pipa DUCTILE, Cost Iron, GIP
120
PVC
140
Concrete
120
Sumber: Wendi Priana Negara, Pressure Drop Pipa Lengkung 90º Pada perencanaan ini penulis menggunakan pipa GIP (Galvanized Iron Pipe) dan Pipa PVC (Polyvinyl Chloride). Kecepatan aliran juga dibatasi dengan dengan harga-harga tertentu. Kecepatan yang terlalu tinggi bisa mengakibatkan penggerusan permukaan pipa. Sebaliknya, kecepatan aliran yang terlalu rendah dapat mengakibatkan pengendapan pada jalur perpipaan. Batas
44
kecepatan aliran dalam pipa adalah 0.3-3 m/s. standar lain yang harus diperhatikan adalah: Unit Headloss 0-10 m/km dan Pressure 10-100 m. Adapun hasil pengolahan data-data yang ada menggunakan program EPANET dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.12 kondisi jaringan pipa
pipa
Diameter Pipa (mm)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
89 89 22 89 22 89 26 89 26 89 26 22 73 26 73 32 22 73 22 60 22 60 26 60 22 48 26 32 26 22 22
Nomor
Panjang
Jenis
Koefisien
Velocity
(m)
Pipa
Kekasaran
(m/s)
Unit headloss (m/Km)
3835 43.1 72.3 95.2 211.9 22.5 33.6 68.7 98.7 49.5 61.7 18.5 41 72.4 45 77.8 21.9 39.8 54 9.6 109 41.6 113.1 49.2 58.2 50.2 72.3 178.1 50.5 34.7 83.4
GIP GIP PVC GIP PVC GIP PVC GIP PVC GIP PVC PVC GIP PVC GIP PVC PVC GIP PVC GIP PVC GIP PVC GIP PVC GIP PVC PVC PVC PVC PVC
120 120 140 120 140 120 140 120 140 120 140 140 120 140 120 140 140 120 140 120 140 120 140 120 140 120 140 140 140 140 140
0.67 0.65 0.37 0.61 0.34 0.57 0.3 0.51 0.31 0.46 0.4 0.36 0.61 0.32 0.53 0.34 0.36 0.43 0.3 0.56 0.31 0.48 0.33 0.36 0.36 0.41 0.37 0.44 0.35 0.3 0.3
7.81 7.33 9.9 6.42 8.4 5.63 5.48 4.72 5.87 3.86 9.51 9.52 8.14 6.21 6.25 5.46 9.39 4.27 6.57 8.73 7.01 6.63 6.62 3.81 9.14 6.35 7.93 8.69 7.33 6.68 6.68
Sumber: Hasil Pengolahan data EPANET
45
Total panjang pipa yang dibutuhkan adalah 5813 meter dengan rincian sebagai berikut: 1. Pipa GIP (panjang per batang adalah 6 m ) •
Diameter 86 mm,sepanjang 4114 meter. Jumlah pipa yang dibutuhkan adalah
•
Diameter 73 mm,sepanjang 126 meter. Jumlah pipa yang dibutuhkan adalah
•
= 21 batang
Diameter 60 mm,sepanjang 101 meter. Jumlah pipa yang dibutuhkan adalah
•
= 686 batang
= 17 batang
Diameter 48 mm,sepanjang 51 meter. Jumlah pipa yang dibutuhkan adalah
= 9 batang
2. Pipa PVC (panjang per batang 4 m ) •
Diameter 32 mm,sepanjang 256 meter. Jumlah pipa yang dibutuhkan adalah
•
Diameter 26 mm,sepanjang 503 meter. Jumlah pipa yang dibutuhkan adalah
•
= 64 batang
= 126 batang
Diameter 22 mm,sepanjang 664 meter. Jumlah pipa yang dibutuhkan adalah
= 166 batang
46
4.7 Gambar Skematik Perencanaan Setelah melakukan pengolahan data menggunakan program EPANET, langkah terakhir adalah membuat gambar skematik perencanaan dengan aplikasi AutoCAD. Adapun gambar skematik perencanaan distribusi air bersih di Desa Gunung Jaya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 4.1 Gambar Skematik Perencanaan Distrubusi air Bersih
47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Jumlah penduduk Desa Siotapina di tahun 2016 adalah 1212 jiwa dengan kebutuhan air total 1,293 ltr/dtk. Sedangkan proyeksi jumlah penduduk Desa Siotapina tahun 2026 adalah 1346 jiwa dengan proyeksi kebutuhan air sebesar 1,42 ltr/dtk. 2. Debit sumber air rencana adalah 4,2 ltr/dtk sehingga dapat memenuhi kebutuhan air masyarakat.
Hasil
perhitungan
berdasarkan
standar
SNI
19-6728.1-2002
(100 ltr/orang/hari), kebutuhan masyarakat adalah 1,293 lt/dtk di tahun 2016 dan 1,420 lt/dtk tahun 2026. Sedangkan hasil Real Demand Survey (82,85 ltr/orang/hari), kebutuhan masyarakat adalah 1,124 lt/dtk tahun 2016 dan 1,233 lt/dtk tahun 2026. Nilai RDS (Real Demand survey) ini lebih kecil dari nilai standar perencanaan Tjipta Karya, sehingga kebutuhan masyarakat masih dapat terpenuhi. 3. Pipa yang digunakan dalam perencanaan sistem distribusi air bersih di Desa siotapina ada dua macam yakni GIP dan PVC.
GIP
sebanyak 733 batang: Ø86mm
(686 batang), Ø73 (21 batang), Ø60(17 batang), Ø48 (9 batang). Panjang per batang 6 m. Sedangkan Pipa PVC sebanyak 356 batang: Ø32 (64 batang), Ø26 (126 batang), Ø22 (166 batang). Panjang per batang 4 m.
5.2 saran 1. Mengingat masih banyaknya desa di Provinsi Sulawesi Tenggara secara khusus dan
Indonesia secara umum yang kekurangan air bersih, peneliti menyarankan kepada
48
pemerintah dan semua pihak yang terkait agar dapat mengatasi masalah ketersediaan air di pedesaan ini mengingat betapa pentingnya air bagi kehidupan masyarakat desa. 2. Kepada peneliti berikutnya agar semoga penelitian ini dapat dapat dijadikan sebagai bahan rujukan dalam melaksanakan penelitian serupa dengan lebih meningkatkan pembahasan pada bidang yang lebih luas untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
49
DAFTAR PUSTAKA Donya, Swesty ari.2013.”Studi perencanaan SPAM di Desa Serang Kecamatan Panggungrejo Kabupaten Blitar”.Jurnal,(
[email protected] 22 januari 2016) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no.907/MENKES/SK/VII/2002 Kriteria Perencanaan Ditjen Cipta Karya Dinas PU.2002 Inspektorat Jenderal Kementerian Pekerjaan umum.2010.”Rencana Induk Pengembangan SPAM”. Jakarta. Maryanto,Harry.2013.”Perencanaan Teknis Pembangunan Jaringan Distribusi Air Bersih Daerah Perangat Selatan, Kabupaten Kutai Kertanegara”.Samarinda Sari,Amalia Intan.2013.”Perencanaan Peningakatan Sistem Distribusi Air Minum Wilayah waru Kabupaten sidoarjo”.Jurnal. (http://jurnal teknik pomits vol.2,no.1.pdf.diakses 22 januari 2016). Sutrisno.2002.”Teknologi Penyediaan Air Bersih”. Jakarta: PT.Rineka Cipta Syahrul,2013.”Analisis Rencana Kebutuhan Air Bersih Di Desa Bakealu Kecamatan Wakorumba Selatan Kabupaten Muna”.Program studi D-III Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo. Tadesse,Abebe.2013.”Rular Water Supply Management And sustainability: The Case Of Adama Area,Ethiopia”.(http://dx.doi.org/jwarp.2013.52002).pdf.diakses 20 januari 2016). Tawulo,Ria Rezki.2012.”Analisis Neraca Dan Kualitas Air Bersih Kota Kendari (Studi kasus Kecamatan Kadia)”. Program studi D-III Teknik Sipil fakultas Teknik universitas Halu Oleo. http://Aryansyah.wordpress.com/2011/12/03/instalasi-pengolahan-air-bersih/ http://www.scribd.com/doc/73637783/28/Kebutuhan-Air-Bersih-Rumah-Tanggaa http://www.scribd/doc/61458907/11/II-5-2-Kebutuhan-Non-Domestik
L A M P I R A N
LAMPIRAN 1 Tabel Real Demand Survey Jumlah Jiwa Dalam Keluarga 5
Kebutuhan (Liter/Hari)
No
Nama
1
Herni
2
La Mahari
7
27.00
81.00
324.00
81.00
3
Wa Iki
4
11.57
54.00
162.00
23.14
4
Ira
8
20.25
81.00
324.00
46.29
5
Igaba
9
40.50
81.00
324.00
6
Wa Nuti
5
20.25
81.00
7
La Gara
9
27.00
8
Ismail
5
9
La Icara
10 11
Total
Kebutuhan
Minum
Dapur
Mandi
Cuci
Lainnya
(Lt/Hr)
(Lt/jiwa/Hr)
20.25
121.50
243.00
34.71
81.00
500.46
100.09
81.00
594.00
84.86
81.00
331.71
82.93
81.00
552.54
69.07
324.00
81.00
850.50
94.50
243.00
34.71
81.00
459.96
91.99
121.50
324.00
81.00
162.00
715.50
79.50
13.50
81.00
243.00
34.71
81.00
453.21
90.64
9
40.50
121.50
324.00
81.00
121.50
688.50
76.50
Sawali
4
16.20
81.00
243.00
34.71
81.00
455.91
113.98
La Damala
4
11.57
81.00
162.00
23.14
81.00
358.71
89.68
12
La Nia
9
40.50
162.00
324.00
81.00
121.50
729.00
81.00
13
Musrifan
6
27.00
81.00
243.00
34.71
81.00
466.71
77.79
14
Waode Saiba La Tambalagi Asdan
7
27.00
81.00
243.00
81.00
81.00
513.00
73.29
8
27.00
81.00
324.00
46.29
162.00
640.29
80.04
5
27.00
81.00
162.00
46.29
81.00
397.29
79.46
3
16.20
27.00
162.00
34.71
81.00
320.91
106.97
10
20.25
81.00
324.00
46.29
162.00
633.54
63.35
6
16.20
81.00
162.00
34.71
81.00
374.91
62.49
15 16 17
19
Azan Subu Waode Mpala Wa Nurumi
20
La Riana
8
27.00
81.00
324.00
57.86
57.86
547.71
68.46
21
Wa Ia
4
16.20
27.00
162.00
34.71
81.00
320.91
80.23
22
La Rungku
4
16.20
40.50
162.00
34.71
121.50
374.91
93.73
23
Waode Daia
6
20.25
81.00
162.00
34.71
81.00
378.96
63.16
24
Rahidin
4
16.20
81.00
162.00
34.71
81.00
374.91
93.73
25
Idesa
3
13.50
81.00
162.00
34.71
81.00
372.21
124.07
26
Dardin
5
20.25
81.00
243.00
34.71
81.00
459.96
91.99
27
Sarihu
6
27.00
81.00
162.00
23.14
81.00
374.14
62.36
28
Saruli
7
27.00
81.00
243.00
34.71
81.00
466.71
66.67
29
Erna
7
20.25
54.00
162.00
34.71
121.50
392.46
56.07
30
La Japa
2
11.57
81.00
81.00
23.14
81.00
277.71
138.86
31
Yuna
4
16.20
81.00
162.00
23.14
81.00
363.34
90.84
32
Juriamin
4
11.57
81.00
162.00
81.00
81.00
416.57
104.14
33
La Sieri
2
11.57
40.50
162.00
23.14
81.00
318.21
159.11
34
La Rusli
8
27.00
81.00
324.00
81.00
81.00
594.00
74.25
35
L a Ade
7
27.00
81.00
243.00
81.00
81.00
513.00
73.29
36
Rian
3
11.57
81.00
162.00
23.14
81.00
358.71
119.57
37
Tono
7
20.25
81.00
324.00
46.29
54.00
525.54
75.08
18
38
Fadli Nasir
9
27.00
81.00
243.00
57.86
81.00
489.86
54.43
39
Karimuddin
7
27.00
81.00
243.00
34.71
81.00
466.71
66.67
40
Zubaida
4
11.57
54.00
121.50
23.14
81.00
291.21
72.80
41
Udin
5
16.20
81.00
162.00
34.71
81.00
374.91
74.98
42
Wa Uli
4
81.00
81.00
162.00
23.14
81.00
428.14
107.04
43
Raitno
4
11.57
81.00
162.00
34.71
81.00
370.29
92.57
44
Wa Mihaana
3
11.57
81.00
162.00
23.14
54.00
331.71
110.57
45
Wa Embe
6
20.25
81.00
202.50
34.71
81.00
419.46
69.91
46
Taembo
4
16.20
81.00
162.00
23.14
81.00
363.34
90.84
47
Rumiati
5
20.25
40.50
162.00
34.71
81.00
338.46
67.69
48
Ld Singkolo
3
16.20
54.00
162.00
34.71
81.00
347.91
115.97
49
Rusnani
4
16.20
81.00
162.00
34.71
81.00
374.91
93.73
50
Wa Rita
4
16.20
81.00
162.00
23.14
81.00
363.34
90.84
51
Nida
3
11.57
81.00
162.00
23.14
81.00
358.71
119.57
52
Ld. Kiama
4
11.57
81.00
162.00
23.14
81.00
358.71
89.68
53
Maafi
6
20.25
81.00
243.00
34.71
81.00
459.96
76.66
54
La Kuhuti
7
27.00
81.00
243.00
34.71
81.00
466.71
66.67
55
Burhanudin
4
11.57
81.00
162.00
34.71
81.00
370.29
92.57
56
Wa Diana
7
20.25
81.00
243.00
81.00
81.00
506.25
72.32
57
Rudi
6
20.25
81.00
243.00
81.00
81.00
506.25
84.38
58
La Rama
5
16.20
121.50
162.00
34.71
81.00
415.41
83.08
59
Rahmat
5
11.57
81.00
162.00
34.71
81.00
370.29
74.06
60
Rida
9
27.00
121.50
324.00
46.29
162.00
680.79
75.64
61
La Rubesi
9
27.00
121.50
324.00
81.00
162.00
715.50
79.50
62
La Saniki
5
11.57
81.00
243.00
34.71
81.00
451.29
90.26
63
Wa Ice
6
11.57
81.00
162.00
34.71
81.00
370.29
61.71
64
Saida
6
16.20
81.00
243.00
34.71
81.00
455.91
75.99
65
Kaharudin
5
11.57
81.00
243.00
34.71
81.00
451.29
90.26
66
Jaka
5
16.20
81.00
243.00
34.71
81.00
455.91
91.18
67
La Haruma
7
27.00
81.00
202.50
46.29
162.00
518.79
74.11
68
La Saudi
3
20.25
40.50
162.00
34.71
81.00
338.46
112.82
69
Hamidi
6
20.25
81.00
243.00
46.29
162.00
552.54
92.09
70
Ipo
8
27.00
81.00
243.00
46.29
121.50
518.79
64.85
71
Asnani
6
27.00
40.50
162.00
46.29
162.00
437.79
72.96
72
Ld Pasa
9
40.50
81.00
324.00
57.86
162.00
665.36
73.93
73
La Uli
4
16.20
81.00
108.00
46.29
81.00
332.49
83.12
74
5
20.25
27.00
162.00
46.29
81.00
336.54
67.31
7
27.00
81.00
243.00
46.29
121.50
518.79
74.11
76
Askar Ld Safia Hadini La Nikundo
5
27.00
54.00
162.00
46.29
121.50
410.79
82.16
77
Safar
5
27.00
81.00
162.00
46.29
121.50
437.79
87.56
78
Suraya
6
27.00
40.50
162.00
46.29
81.00
356.79
59.46
79
La Jaudi
7
20.25
27.00
243.00
46.29
162.00
498.54
71.22
80
Ld Uni
4
16.20
20.25
121.50
40.50
121.50
319.95
79.99
81
La Mbulaga
5
27.00
40.50
162.00
40.50
121.50
391.50
78.30
75
82
Ld Maiti
8
27.00
81.00
243.00
40.50
162.00
553.50
69.19
83
Sumarlin
8
27.00
81.00
27.00
46.29
162.00
343.29
42.91
84
La Sombo
2
11.57
40.50
81.00
23.14
81.00
237.21
118.61
85
La Mini
5
27.00
40.50
243.00
34.71
81.00
426.21
85.24
86
Amran
6
27.00
81.00
162.00
34.71
54.00
358.71
59.79
87
Sihaamu
7
27.00
81.00
243.00
34.71
81.00
466.71
66.67
88
Ld Peli
7
27.00
81.00
243.00
34.71
121.50
507.21
72.46
89
Samsir
4
16.20
54.00
162.00
34.71
81.00
347.91
86.98
90
Farida
8
27.00
81.00
243.00
34.71
81.00
466.71
58.34
91
La Hasidhi
6
20.25
81.00
243.00
34.71
81.00
459.96
76.66
92
La Mpada
4
11.57
81.00
162.00
34.71
81.00
370.29
92.57
93
Malik
5
20.25
81.00
202.50
34.71
81.00
419.46
83.89
94
Wa Hanami
6
20.25
81.00
243.00
34.71
81.00
459.96
76.66
95
Ndotini
7
27.00
81.00
243.00
34.71
81.00
466.71
66.67
96
Isna
8
27.00
81.00
324.00
34.71
162.00
628.71
78.59
97
Fajar
8
27.00
54.00
162.00
27.00
162.00
432.00
54.00
98
Hardiman
6
20.25
27.00
162.00
16.20
162.00
387.45
64.58
99
Hamran
4
11.57
40.50
162.00
46.29
81.00
341.36
85.34
100
Ld Ntulaga
5
27.00
54.00
243.00
46.29
162.00
532.29
106.46
74.72
209.12
43.88
97.37
446.61
82.85
Rata-Rata Kebutuhan
Catatan:
LAMPIRAN 2 STANDAR SNI 19-6728.1 2002
LAMPIRAN 4 TABEL HASIL ANALISA EPANET
PANJANG PIPA AIR RENCANA
DIAMETER PIPA AIR RENCANA
ELEVASI NODE RENCANA
VELOCITY PIPA AIR RENCANA
UNIT HEADLOSS PIPA AIR RENCANA
PRESSURE PIPA AIR RENCANA
D O K U M E N T A S I
DOKUMENTASI
Kantor Kepala Desa Gunung Jaya
Wawancara Dengan Kepala Desa Dan Staf Pemerintahan Desa
Real Demand Survey
Real Demand Survey
Perjalanan Menuju Mata Air
Pengukuran Volume Air
Pengukuran Debit
Pengukuran Debit
Pengukuran Debit