SKRIPSI
PENGARUH NPM, PER, EPS, DAN INFLASI TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN BUMN GO PUBLIC
AHMADI USMAN
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013
SKRIPSI
PENGARUH NPM, PER, EPS, DAN INFLASI TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN BUMN GO PUBLIC
sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
disusun dan diajukan oleh
AHMADI USMAN A21109994
kepada
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013
ii
PRAKATA
Puji syujur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGARUH NPM, PER, EPS, DAN INFLASI TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN BUMN GO PUBLIC” Skripsi ini disusun guna melengkapi salah satu syarat untuk menempuh ujian akhir Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Manajemen Universitas Hasanuddin Makassar. Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuanbantuan dalam bentuk bimbingan, keterangan serta dorongan moril maupun materil, sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan. Oleh karenanya dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimah kasih yang sebedarbesarnya, kepada: 1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Ali, S.E., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin Makassar. 2. Bapak Dr. Muh Yunus Amar, S.E., M.T. selaku Ketau Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin Makassar. 3. Bapak Dr. Abd. Rakhman Laba, S.E., MBA selaku Dosen Pembimbing pertama yang berkenan memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. 4. Bapak Dr. Muzran Munizu, S.E., M.Si selaku Dosen Pembimbing kedua yang berkenan memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. 5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin Makassar yang telah memberikan ilmunya dengan tulus. 6. Bapak dan Ibu Staf Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin Makassar yang telah banyak membantu penulis selama menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin. 7. Kedua Orang Tua dan seluruh keluarga yang telah memberi doa, semangat, dukungan dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini. 8. Sahabat-sahabatku Hasrul, Hasdar, Kak Yuki, Kak Mita, Fahmi, Andi, Suci, Rini, Fatwal, Nisa, Asdini, Arham terimah kasih karena telah
vi
menjadi sahabatku dari awal sampai waktu yang tak terbatas nantinya dan terimah kasih atas bantuan dan dukungannya selama ini. 9. Teman-teman KKN Sebatik Gelombang 85 sebanyak 50 orang yang tak bisa saya sebutkan satu persatu terimah kasih karena kalian telah mengajarkan arti hidup. 10. Seluruh teman-teman Angkatan 2009 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin, teman-teman MAKES, teman-teman BPEC dan teman-teman
HEC,
terimahkasih
atas
kebersamaan
dan
pengalamannya. 11. Semua pihak yang telah membantu, memberikan semangat serta doanya kepada penulis, yang tidak dapat penulis sampaikan satu per satu. Terimahkasih banyak.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Makassar, September 2013
Penulis
vii
ABSTRAK Pengaruh NPM, PER, EPS, dan Inflasi Terhadap Return Saham Pada Perusahaan BUMN Go Public The Effect of Net Profit Margin, Price Earning Ratio, Earning Per Share and Inflation on Stock Return of Go Public State-Owned Enterprises Ahmadi Usman A. Rahman Laba Musran Munizu Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh NPM, PER, EPS, dan inflasi terhadap return saham pada perusahaan BUMN go public tahun 20062011. Data dalam penelitian ini diperoleh dari publikasi Indonesian Capital Market Directory periode 2006-2011. Jumlah sampel sebanyak 12 Perusahaan BUMN go public yang tercatat dalam Bursa Efek Indonesia dengan periode 2006-2011 yang diambil melalui purposive sampling metode. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi berganda dan uji hipotesis menggunakan uji F dan uji t yang sebelumnya telah dilakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel NPM, PER, EPS dan inflasi secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap return saham. Secara parsial, variabel PER dan EPS berpengaruh positif dan signifikan, sedangkan variabel NPM dan inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham. Variabel yang berpengaruh dominan terhadap return saham adalah variabel EPS. Dari penelitian ini diperoleh nilai R2 sebesar 0,384. Hal tersebut berarti bahwa 38,4% variabel dependen yaitu return saham dapat dijelaskan oleh NPM, PER, EPS, dan inflasi, sisanya sebesar 61,6% dijelaskan oleh variable-variabel lain. Kata Kunci : NPM, PER, EPS, Inflasi, dan Return Saham This research aims to analyze the effect of Net Profit Margin (NPM), Price Earning Ratio (PER), Earning Per Share (EPS), and inflation on stock return of go public state-owned enterprises from 2006 until 2011. Data of this research were derived from the publication of Indonesian Capital Market Directory from 2006 until 2011. The number of samples of this research is 12 listed go public state-owned enterprises in Indonesian Stock Exchange by using purposive sampling method. Analysis techniques in this research are the multiple linear regression and the hypothesis testing by using F and t test, performed classical assumption first. Research findings show that NPM, PER, EPS, and inflation simultaneously have significant effect on stock return. Partially, PER and EPS have positive and significant effect on stock return, meanwhile NPM and inflation have negative and significant effect on stock return. The dominant variable in explaining stock return is EPS. R2 value in this research is 0,384. This number means 38,4% of stock return as dependent variable can be explained by independent variables like NPM, PER, EPS, inflation, while the rest of 61,6% is explained by other variables. Keyword : NPM, PER, EPS, Inflation, and Stock Return
viii
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN SAMPUL..............................................................................
i
HALAMAN JUDUL.................................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................
iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ..................................................
v
PRAKATA..............................................................................................
vi
ABSTRAK..............................................................................................
viii
DAFTAR ISI...........................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ....................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR................................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
xv
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................
1
1.1 Latar Belakang..........................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................
12
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................
12
1.4 Kegunaan Penelitian .................................................................
13
1.4.1 Kegunaan Teoritis ...........................................................
13
1.4.2 Kegunaan Praktis......................................................... ...
13
1.5 Ruang Lingkup Batasan Penelitian ...........................................
14
1.6 Sistematika Penulisan...............................................................
14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................
16
2.1 Tinjauan Teori dan Konsep ......................................................
16
2.1.1 Pasar Modal ....................................................................
16
2.1.1.1 Pengertian Pasar Modal ......................................
16
ix
2.1.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Pasar Modal ...............................
18
2.1.1.3 Manfaat Pasar Modal ..........................................
20
2.1.1.4 Segmen Pasar Modal..........................................
21
2.1.1.5 Jenis Pasar Modal...............................................
23
2.1.1.6 Peranan Pasar Modal..........................................
24
2.1.1.7 Instrumen Pasar Modal .......................................
26
2.1.2 Investasi..........................................................................
28
2.1.3 Analisis Fundamental ......................................................
30
2.1.4 Saham.............................................................................
32
2.1.5 Return Saham .................................................................
35
2.1.6 Net Profit Margin (NPM) ..................................................
37
2.1.7 Price Earning Ratio (PER)...............................................
39
2.1.8 Earning Per Share (EPS) ................................................
41
2.1.8.1 Pengertian EPS...................................................
41
2.1.8.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi EPS .............
42
2.1.8.3 Perhitungan EPS.................................................
44
2.1.9 Inflasi ..............................................................................
45
2.1.9.1 Pengertian Inflasi ................................................
45
2.1.9.2 Indeks Harga.......................................................
47
2.1.9.3 Jenis-Jenis Inflasi................................................
48
2.2 Hubungan Antar Variabel..........................................................
50
2.2.1 Hubungan Antara NPM dan Return Saham.....................
50
2.2.2 Hubungan Antara PER dan Return Saham .....................
51
2.2.3 Hubungan Antara EPS dan Return Saham .....................
52
2.2.4 Hubungan Antara Inflasi dan Return Saham ...................
53
2.3 Penelitian Terdahulu .................................................................
54
x
2.4 Kerangka Pikir...........................................................................
62
2.5 Hipotesis ...................................................................................
62
BAB III METODE PENELITIAN..............................................................
66
3.1 Rancangan Penelitian ...............................................................
66
3.2 Tempat dan Waktu....................................................................
66
3.3 Populasi dan Sampel ................................................................
66
3.3.1 Populasi ..........................................................................
66
3.3.2 Sampel............................................................................
67
3.4 Jenis dan Sumber Data.............................................................
68
3.4.1 Jenis Data .......................................................................
68
3.4.2 Sumber Data ...................................................................
69
3.5 Metode dan Pengumpulan Data................................................
69
3.6 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional.............................
70
3.6.1 Variabel Penelitian ..........................................................
70
3.6.1.1 Variabel Independen/Bebas (X) ..........................
70
3.6.1.2 Variabel Dependen/Terikat (Y) ...........................
72
3.6.2 Definisi Operasional ........................................................
72
3.7 Teknik Analisis Data..................................................................
74
3.7.1 Analisis Regresi Linier Berganda.....................................
74
3.7.2 Uji Prasayarat (Uji Asumsi Klasik) ...................................
75
3.7.3 Uji F (Uji Serempak) ........................................................
77
3.7.4 Uji T (Uji Parsial) .............................................................
77
3.7.5 Uji R2 (Koefisien Determinasi) .........................................
78
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................
79
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian...........................................
79
4.2 Deskripsi Sampel Penelitian......................................................
79
4.2.1 Return Saham .................................................................
79
xi
4.2.2 Net Profit Margin (NPM) ..................................................
81
4.2.3 Price Earning Ratio (PER)...............................................
83
4.2.4 Earning Per Share (EPS) ................................................
84
4.2.5 Inflasi ..............................................................................
86
4.3 Hasil Analisis Data ....................................................................
87
4.3.1 Uji Prasyarat (Uji Asumsi Klasik) .....................................
87
4.3.1.1 Hasil Uji Normalitas ...............................................
87
4.3.1.2 Hasil Uji Multikolinearitas.......................................
89
4.3.1.3 Hasil Uji Heterokesidasitas ....................................
90
4.3.1.4 Hasil Uji Autokorelasi.............................................
91
4.4 Hasil Uji Hipotesis .....................................................................
92
4.4.1 Hasil Uji Analisis Linear Berganda...................................
92
4.4.2 Analisis Koefisien Determinasi (R2) .................................
94
4.4.3 Uji F (Uji Serempak) ........................................................
95
4.4.4 Uji T (Uji Parsial) .............................................................
97
4.5 Pembahasan.............................................................................
99
4.5.1 Net Profit Margin (NPM) ..................................................
99
4.5.2 Price Earning Ratio (PER)...............................................
100
4.5.3 Earning per Share (EPS).................................................
101
4.5.4. Inflasi..............................................................................
102
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................
103
5.1 Kesimpulan ...............................................................................
103
5.2 Saran ........................................................................................
104
5.3 Keterbatasan Penelitian ............................................................
104
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................
106
LAMPIRAN ............................................................................................
111
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1
Halaman Perkembangan Return Saham Perusahaan-Perusahaan BUMN Go Public Periode 2006-2011 .................................................
4
2.1
Kajian Penelitian Terdahulu .....................................................
58
3.1
Daftar Sampel Penelitian Perusahaan BUMN Yang Go Public.
68
3.2
Definisi Operasional Variabel ...................................................
72
4.1
Return Saham Perusahaan BUMN Go Public Periode 2006-2011...................................................................
80
4.2
NPM Perusahaan BUMN Go Public Periode 2006-2011 ..........
82
4.3
PER Perusahaan BUMN Go Public Periode 2006-2011...........
83
4.4
EPS Perusahaan BUMN Go Public Periode 2006-2011...........
85
4.5
Inflasi di Indonesia Periode 2006-2011 ....................................
86
4.6
Hasil Uji Multikolinearitas .........................................................
89
4.7
Kriteria Nilai Uji Durbin Watson ................................................
92
4.8
Hasil Uji Autokorelasi ...............................................................
92
4.9
Analisis Regresi Linear Berganda ............................................
93
4.10
Hasil Koefisien Determinasi (R2) ..............................................
94
4.11
Hasil Uji F (Uji Serempak) ........................................................
96
4.12
Hasil Uji T (Uji Parsial) .............................................................
98
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
2.1
Kerangka Pikir............................................................................
64
4.1
Normal P-Plot.............................................................................
88
4.2
Scatterplot..................................................................................
91
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1
Biodata.......................................................................................
2
Hasil Perhitungan NPM, PER, EPS, Inflasi, dan Return Saham Perusahaan BUMN Go Public Tahun 2006 ...............................
3
120
Hasil Perhitungan Rata-Rata PER Perusahaan BUMN Go Public .......................................................................
11
119
Hasil Perhitungan Rata-Rata NPM Perusahaan BUMN Go Public .......................................................................
10
118
Hasil Perhitungan Rata-Rata Return Saham Perusahaan BUMN Go Public ..................................................
9
117
Hasil Perhitungan NPM, PER, EPS, Inflasi, dan Return Saham Perusahaan BUMN Go Public Tahun 2011 ...............................
8
116
Hasil Perhitungan NPM, PER, EPS, Inflasi, dan Return Saham Perusahaan BUMN Go Public Tahun 2010 ...............................
7
115
Hasil Perhitungan NPM, PER, EPS, Inflasi, dan Return Saham Perusahaan BUMN Go Public Tahun 2009 ...............................
6
114
Hasil Perhitungan NPM, PER, EPS, Inflasi, dan Return Saham Perusahaan BUMN Go Public Tahun 2008 ...............................
5
113
Hasil Perhitungan NPM, PER, EPS, Inflasi, dan Return Saham Perusahaan BUMN Go Public Tahun 2007 ...............................
4
112
121
Hasil Perhitungan Rata-Rata EPS Perusahaan BUMN Go Public........................................................................
122
12
Data Inflasi di Indonesia Peridoe 2006-2011..............................
123
13
Hasil Output SPSS.....................................................................
124
xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Globalisasi yang terjadi di seluruh dunia khususnya di bidang ekonomi dan keuangan mengakibatkan Indonesia terdorong untuk meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Salah satu upaya yang ditempuh Indonesia untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonominya
adalah
Maksimalnya kinerja perusahaan
memaksimalkan
kinerja
perusahaan.
tentu tidak terlepas dari kebutuhan akan
modal. Oleh karena itu, kebutuhan akan modal yang bersumber dari luar perusahaan merupakan sesuatu yang harus dipenuhi perusahaan. Perusahaan dalam mengembangkan usahanya membutuhkan modal yang banyak agar dapat tumbuh dan berkembang secara kompetitif. Pemenuhan kebutuhan modal dapat dipenuhi melalui pinjaman dari perusahaan atau dengan mencatatkan sahamnya di pasar modal. Investor akan membeli sejumlah saham sebagai tanda kepemilikan akan perusahaan tersebut dan di sisi lain perusahaan akan memperoleh dana segar dari sahamnya. Proses ini terjadi di suatu tempat yang bernama pasar modal. Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas (Tandelilin, 2006). Perusahaan dapat memilih pasar modal sebagai tempat alternatif menghimpun dana dalam jumlah besar dibanding dana dari perbankan.
1
2
Secara formal, pasar modal menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan adalah kegiatankegiatan yang bersangkutan dengan lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, dan penawaran umum dan perdangan efek. Pasar modal biasanya mencakup pasar sekuritas, baik obligasi maupun saham atau sekuritas yang lain, dengan masa berlaku lebih dari satu tahun (Gumanti, 2011). Pasar modal terbesar yang ada di Indonesia adalah Bursa Efek Indonesia. Sebelum tanggal 3 Desember 2007, Bursa Efek Indonesia terbagi menjadi dua bursa efek yaitu Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Pertumbuhan bursa efek mengalami peningkatan volume transaksi ketika pemerintah melakukan serangkaian deregulasi pada tahun 1989. Kemudian pada tanggal 22 Mei 1995 diberlakukannya Jakarta Automatic Trading System (JATS) membuat pertumbuhan bursa efek semakin dinamis, wajar dan transparan. Perkembangan pasar modal dapat dilihat dari besar kecilnya volume perdagangan saham dan perkembangan harga saham masing-masing perusahaan. Salah satu jenis perusahaan yang bergabung sekaligus menerbitkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia adalah perusahaan BUMN go public. Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003, perusahaan BUMN go public merupakan perusahaan BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51% sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan. Perusahaan BUMN go public meliputi perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi, energi, transportasi, farmasi, jasa keuangan, telekomunikasi, dan pertambangan yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Sampai saat ini,
3
berdasarkan data yang dirilis oleh kementerian BUMN dalam official website-nya (www.bumn.go.id, diakses 20 Agustus 2013),
tercatat 17 saham dari 139
perusahaan BUMN yang ada, telah mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jumlah tersebut meningkat lebih dari tiga kali lipat dibandingkan masa sebelum krisis yang hanya berjumlah 5 saham perusahaan. Jumlah BUMN go public yang terus bertambah mencerminkan komitmen pemerintah untuk menjadikan BUMN dapat bersaing dengan perusahaan swasta lainnya khususnya di bidang industri yang sama. Keikutsertaan beberapa perusahaan BUMN go public dalam meramaikan Bursa Efek Indonesia memberikan kesempatan besar bagi investor untuk memiliki sebagian saham-saham perusahaan BUMN tersebut. Investor akan memilih perusahaan Bumn go public yang sehat secara finansial untuk berinvestasi pada perusahaan-perusahaan tersebut. Implikasinya perusahaanperusahaan BUMN go public harus meningkatkan kinerja perusahaannya agar investor ingin berinvestasi, paling tidak perusahaan BUMN bersangkutan harus memberikan tingkat return saham yang menjanjikan kepada investor. Berikut ini perkembangan tingkat return saham pada ke-12 perusahaan BUMN go public selama enam tahun terakhir dari periode 2006-2011 dapat dilihat pada tabel 1.1.
4
Tabel 1.1 Perkembangan Return Saham Perusahaan BUMN Go Public Periode 2006-2011.
No
Nama BUMN
1
PT Adhi Karya (Persero) Tbk PT Aneka Tambang (Persero) Tbk PT Indofarma (Persero) Tbk PT Kimia Farma (Persero) Tbk PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk PT Semen Gresik (Persero) Tbk PT Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk PT Timah (Persero) Tbk PT Bank Mandiri (Persero) Tbk PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk PT Bank Nasional Indonesia (Persero )Tbk
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Return Saham (%) 2008 2009 2010
2006
2007
2011
0.11
0.70
-0.80
0.52
1.22
-0.36
1.24
-0.44
-0.76
1.02
0.11
-0.34
-0.13
1.05
-0.76
0.66
-0.04
1.04
0.14
0.85
-0.75
0.67
0.25
1.14
0.68
0.32
-0.88
1.10
0.13
-0.28
1.04
-0.85
-0.25
0.81
0.25
0.21
0.96
2.40
-0.43
1.50
0.33
-0.24
0.71
0.005
-0.32
0.37
-0.16
-0.11
1.43
5.49
-0.96
0.76
0.44
-0.39
0.77
0.21
-0.42
1.32
0.38
0.04
0.70
0.44
-0.69
0.67
0.37
0.29
0.46
0.05
-0.67
1.91
1.05
-0.02
Sumber: ICMD 2011, (data diolah)
Pada tabel 1.1 dapat dilihat bahwa tingkat return saham ke-12 perusahaan BUMN go public mengalami fluktuasi. Fluktuasinya terkadang rendah, sedang dan tinggi. Tidak satupun return saham dari ke-12 perusahaan BUMN go public di atas yang tidak mengalami fluktuasi. Hal ini berarti pergerakan return saham BUMN go public bersifat dinamis dari satu periode ke periode berikutnya yang mana BUMN go public bisa saja mendapat keuntungan ataupun kerugian. Pada tabel di atas dapat juga dilihat bahwa pada tahun 2006, beberapa BUMN go public memiliki tingkat return saham yang cukup baik dan hanya satu BUMN go public memiliki return saham negatif. Return BUMN go public tertinggi dimiliki oleh PT Timah (Persero) Tbk sebesar 1,43%. Sedangkan return saham
5
BUMN paling anjlok dimiliki oleh PT Indofarma (Persero) Tbk sebesar -0.13%. Hanya ada tiga BUMN go public yang memiliki return saham di atas 1% yaitu PT Timah (Persero) Tbk sebesar 1,43%, PT Aneka Tambang (Persero) Tbk sebesar 1,24%, dan PT Semen Gresik (Persero) Tbk sebesar 1,04%. Adapun ke-7 BUMN go public lainnya memiliki return saham dibawah 1%. Beberapa return saham BUMN go public mengalami penurunan drastis pada tahun 2007. BUMN go public yang mengalami penurunan return saham sebanyak delapan perusahaan, yaitu PT Aneka Tambang (Persero) Tbk dari 1,24% menjadi -0,44%, PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk dari 0,68% menjadi 0,32%, PT Semen Gresik (Persero) Tbk dari 1,04% menjadi -0,85%, PT Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk dari 0,96% menjadi 0,24%, PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk dari 0,71% menjadi 0,005%, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dari 0,77% menjadi 0,21%, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dari 0,70% menjadi 0,44%, dan PT Bank Nasional Indonesia (Persero) Tbk dari 0,46% menjadi 0,05%. BUMN go public yang mengalami penurunan return saham pada tahun 2007 adalah BUMN yang bergerak pada sektor perbankan, telekomunikasi, dan pertambangan. Pada tahun 2008, seluruh harga saham BUMN go public terkoreksi yang berarti return sahamnya juga mengalami penurunan drastis. Dari ke-12 BUMN go public, tidak satupun perusahaan memiliki return saham yang positif dan sebaliknya seluruh return saham BUMN go public negatif. Kondisi ini berarti ke12 BUMN go public menderita kerugian disebabkan terjadinya perlambatan ekonomi global yang berimplikasi pada perekonomian nasional. Disamping terjadinya perlambatan ekonomi global, menurunnya return saham BUMN go public dipicu tingginya inflasi pada tahun 2008 sebesar 11.06%. Kerugian
6
terbesar dialami oleh PT. Timah (Persero) Tbk yang mana return sahamnya dari 5,49% menjadi -0,96%. Hal ini disebabkan anjloknya harga timah di seluruh dunia. Sedangkan return saham terendah dimiliki PT Semen Gresik (Persero) Tbk sebesar -0,25%. Sedangkan ke-12 BUMN go public lainnya memiliki return saham diantara -0,25% sampai -0,96%. Kinerja
perusahaan
BUMN
go
public
dari
segi
return
sahamnya
menunjukkan kenaikan yang signifikan pada tahun 2009 dibandingkan tahun 2008. Dampak krisis ekonomi global mulai terasa berkurang efeknya pada perekonomian Indonesia mengakibatkan kinerja perusahaan BUMN mulai membaik.
Seluruh
BUMN
go
public
dari
berbagai
sektor,
misalnya
pertambangan, telekomunikasi, perbankan, konstruksi memiliki return saham yang positif. Pada tahun 2009, return saham BUMN go public tertinggi dimiliki oleh PT Bank Nasional Indonesia (Persero) Tbk sebesar 1,91%. Sedangkan return sahamn BUMN go public terendah dimiliki oleh PT Adhi Karya (Persero) Tbk sebesar 0,52%. BUMN go public yang memiliki return saham di atas 1% adalah PT Aneka Tambang (Persero) Tbk sebesar 1,02%, PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk sebesar 1,10%, PT Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk sebesar 1,50%, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk sebesar 1,32%, dan PT Bank Nasional Indonesia (Persero) Tbk sebesar 1,91%. Kondisi yang terjadi pada tahun 2008 terulang lagi pada tahun 2010 yang mana kinerja BUMN go public mengalami penurunan ditinjau dari segi return sahamnya. Namun, apa yang terjadi pada tahun 2008, tidaklah separah yang terjadi pada tahun 2010. Pemicu memburuknya return saham BUMN go public pada tahun 2010 adalah gejolak ekonomi amerika. Dari ke-12 BUMN go public hanya satu BUMN yang memiliki return saham yang meningkat, yaitu PT Adhi
7
Karya (Persero) Tbk dari 0,52% menjadi 1.22%. Sedangkan ke-11 BUMN go public lainnya mengalami penurunan return saham pada tahun 2010. Return saham terendah dimiliki oleh PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk sebesar -0,16% yang mana harga sahamnya turun dari level Rp 9.450 pada Desember 2009 menjadi Rp 8.000 pada Desember 2010. Sedangkan return saham BUMN go public tertinggi dimiliki oleh PT Adhi Karya (Persero) Tbk sebesar 1,22%. Pada tahun 2011, ada tiga BUMN go public mengalami kenaikan return saham dan delapan BUMN go public mengalami
penurunan return saham.
BUMN go public yang mengalami kenaikan return saham, yaitu PT Indofarma (Persero) Tbk dari -0,04% menjadi 1,04%, PT Kimia Farma (Persero) Tbk dari 0,25% menjadi 1,14%, dan PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk dari 0,16% menjadi -0,11%. Sedangkan BUMN go public yang mengalami penurunan return saham, yaitu PT Adhi Karya (Persero) Tbk dari 1,22% menjadi -0,36%, PT Aneka Tambang (Persero) Tbk dari 0,11% menjadi -0,34%, PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk dari 0,13% menjadi -0,28%, PT Semen Gresik (Persero) Tbk dari 0,25% menjadi 0,21%, PT Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk dari 0,33% menjadi -0,24%, PT Timah (Persero) Tbk dari 0,44% menjadi -0,39%, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dari 0,38% menjadi 0,04%, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dari 0,37% menjadi 0,29%, dan PT Bank Nasional Indonesia (Persero) Tbk dari 1,05% menjadi -0,02%. Return saham tertinggi dan terendah dimiliki oleh PT Kimia Farma (Persero) Tbk sebesar 1,14% dan PT Adhi Karya (Persero) Tbk sebesar -0,36%.
8
Untuk memprediksi return saham suatu perusahaan agar memberikan tingkat pengembalian yang tinggi serta tidak mengalami penurunan harus memperhatikan banyak faktor, salah satu faktor tersebut adalah informasi keuangan perusahaan (Widodo, 2007). Informasi keuangan perusahaan merupakan informasi yang berhubungan dengan kondisi perusahaan yang umumnya ditunjukkan dalam laporan keuangan (neraca, rugi-laba, dan arus kas). Informasi keuangan perusahaan dapat dikategorikan sebagai faktor internal perusahaan yang mempengaruhi return saham suatu perusahaan. Informasi keuangan perusahaan yang lazim digunakan untuk memprediksi return saham adalah rasio-rasio keuangan. Ang (1997) membagi rasio-rasio keuangan kedalam 5 pendekatan untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan, yaitu 1.
Rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini terdiri dari Current Ratio, Quick Ratio, dan Networking Capital.
2.
Rasio aktivitas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan aktiva yang dimilikinya atau perputaran (turnover) dari aktiva-aktiva tersebut. Rasio ini diantaranya adalah Total Assets Turnover, Inventory Turnover, Account Receivable Turnover, Total Fixed Assets Turnover, dan Days Sales in Inventory.
3.
Rasio Profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Rasio ini diantaranya Net Profit Margin, Return on Assets, Return on Equity, dan Gross Profit Margin.
4.
Rasio Solvabilitas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Rasio ini terdiri
9
dari Debt to Equity Ratio, Debt Ratio, Times Interest Earned, dan Long Term Debt to Equity Ratio. 5.
Rasio
pasar
merupakan
rasio
yang
menggambarkan
kemampuan
perusahaan dalam mengembangkan nilai pasar sahamnya jika dibandingkan dengan nilai rata-rata pasar pada industri yang sama. Rasio ini terdiri dari Earning Per Share, Dividend Payout Ratio, Price Earning Ratio, Price to Book Value, dan Dividend Per Share. Selain menggunakan faktor internal, investor juga dapat menggunakan faktor eksternal untuk mempredikasi return saham suatu perusahaan seperti tingkat suku bunga, tingkat inflasi, dan nilai tukar. Faktor eksternal ini merupakan variabel makro menyangkut kondisi perekonomian suatu negara yang akan mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Investor yang cerdas bilamana mampu menggunakan faktor eksternal dan faktor internal untuk memprediksi return saham suatu perusahaan. Gabungan dari kedua faktor ini akan menciptakan pertimbangan rasional bagi investor saham (common stock) untuk melakukan pengambilan keputusan investasi. Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian yang berkaitan dengan return saham serta faktor-faktor yang mungkin mempengaruhinya seperti Net Profit Margin, Price Earning Ratio, Earning Per Share, dan inflasi. Net Profit Margin (NPM) merupakan suatu ukuran persentase dari setiap rupiah penjualan yang menghasilkan laba. Rasio ini memberi gambaran tentang laba untuk para pemegang saham sebagai persentase dari penjualan (Prastowo dan Juliaty, 2002). Dengan demikian peningkatan NPM memberikan sinyal positif para investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut dengan harapan akan memperoleh return yang tinggi, sehingga peningkatan NPM tentunya akan diimbangi dengan peningkatan return saham perusahaan.
10
Semakin besar nilai NPM berarti semakin efisien biaya yang dikeluarkan yang berarti semakin besar tingkat kembalian keuntungan bersihnya (Ang, 1997). Price Earning Ratio (PER) merupakan perbandingan antar harga pasar suatu saham dengan Earning Per Share (EPS) dari saham yang bersangkutan. Pada dasarnya PER memberikan indikasi tentang jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan dana pada tingkat harga saham dan keuntungan perusahaan pada suatu periode tertentu. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan bahwa investor mempunyai harapan yang baik tentang perkembangan perusahaan di masa yang akan datang, sehingga untuk pendapatan per saham tertentu, investor bersedia membayar dengan harga yang mahal (Sudana, 2011). Earning Per Share (EPS) merupakan perbandingan antar earning (dalam hal ini laba bersih setelah pajak) dengan jumlah lembar saham perusahaan. Pada umumnya manajemen perusahaan, pemegang saham, biasa dan calon pemegang saham sangat tertarik EPS, karena hal ini menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa (syamsuddin, 2007). Semakin besar EPS menyebabkan semakin besar laba yang diterima pemegang saham, hal tersebut menunjukkan semakin baik kondisi operasional perusahaan (Darmaji dan Fakhruddin, 2006). Inflasi yang tinggi mencerminkan bahwa risiko untuk melakukan investasi cukup besar karena inflasi yang tinggi akan mengurangi tingakat pengembalian (rate of return) bagi investor. Inflasi yang tinggi menggambarkan harga barangbarang dan bahan baku memilki kecenderungan untuk meningkat. Peningkatan harga barang-barang dan bahan baku menyebabkan biaya produksi menjadi tinggi sehingga berdampak pada penurunan jumlah permintaan yang berakibat pada penurunan penjualan sehingga akan mengurangi pendapatan perusahaan.
11
Selanjutnya kondisi tersebut mengakibatkan kinerja perusahaan yang buruk dan tentu berimplikasi pada turunnya return saham (Nurdin, 1999). Banyak penelitian yang dilakukan untuk mengamati bagaimana hasil suatu investasi yang berwujud return saham perusahaan (capital gain) dapat dijelaskan dari adanya pengaruh faktor-faktor fundamental dan pengaruh faktor makro ekonomi suatu negara. Sejumlah penelitian memperlihatkan hal yang menarik, karena menghasilkan hasil yang berbeda-beda, NPM berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham (Munfaridah, 2012) dan Martani dkk (2009). Hal ini bertolak belakang dengan penelitian lainnya yang mengatakan bahwa NPM berpengaruh negatif dan signifikan (Hatta dan Dwiyanto, 2012). Penemuan Hatta dan Dwiyanto juga didukung oleh Faried (2008) dan Nathaniel (2008) yang menemukan bahwa NPM tidak signifikan terhadap return saham. Begitu juga dengan penelitian yang menyebutkan bahwa PER berpengaruh signifikan positif (Marviana, 2009) sedangkan PER tidak terbukti berpengaruh signifikan terhadap return saham (Hernendiastoro, 2005). Munfaridah (2012) dan Nathaniel (2008) dalam penelitiannya menyatakan bahwa EPS tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham, tetapi tidak demikian dengan penelitian yang dilakukan Savitri (2012), Marviana (2009), dan Widodo (2007) yang menyatakan bahwa EPS berpengaruh signifikan dan positif terhadap return saham. Inflasi seperti yang dikatakan oleh Boudoukh dan Richardson (1993), Sheridan dan Warga (1989) didalam penelitiannya menyebutkan bahwa inflasi mempunyai hubungan positif secara signifikan terhadap return saham, tetapi hasil penelitian yang dilakukan oleh Prihantini (2009) mengatakan bahwa inflasi mempunyai hubungan signifikan negatif terhadap return saham.
12
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini berjudul: “Pengaruh Net Profit Margin (NPM), Price Earning Ratio (PER), Earning Per Share (EPS), dan inflasi terhadap return saham pada perusahaan BUMN Go Public”.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, permasalahan yang akan dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut: 1.
Apakah Net Profit Margin (NPM), Price Earning Ratio (PER), Earning Per Share (EPS), dan inflasi memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham?
2.
Variabel manakah diantara Net Profit Margin (NPM), Price Earning Ratio (PER), Earning Per Share (EPS), dan inflasi yang berpengaruh dominan terhadap return saham?
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang permasalahan dan perumusan masalah di atas maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1.
Untuk mengetahui adanya pengaruh Net Profit Margin (NPM), Price Earning Ratio (PER), Earning Per Share (EPS), dan inflasi terhadap return saham secara signifikan pada perusahaan BUMN go public periode 2006-2011.
2.
Untuk mengetahui variabel mana diantara Net Profit Margin (NPM), Price Earning Ratio (PER), Earning Per Share (EPS), dan inflasi
yang paling
berpengaruh dominan terhadap return saham pada perusahaan BUMN go public periode 2006-2011.
13
1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1
Kegunaan Teoretis
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sarana informasi untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang sejauh mana pengaruh Net Profit Margin (NPM), Price Earning Ratio (PER), Earning Per Share (EPS), dan inflasi terhadap return saham perusahaan BUMN go public. Selain itu, untuk memberikan kontribusi sebagai bahan referensi untuk penelitian sejenis. 1.4.2 Kegunaan Praktis Sebagaimana layaknya karya ilmiah, hasil yang diperoleh diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dan berhubungan dengan obyek penelitian antara lain: 1.
Bagi Peneliti Sebagai langkah kongkrit penerapan ilmu berdasarkan teori yang selama ini didapat peneliti ke dalam praktek pada perusahaan.
2.
Bagi Universitas Memberikan sumbangan informasi bagi pihak lain untuk melakukan penelitian lebih lanjut dan dapat menambah kepustakaan sebagai informasi bahan pembanding bagi penelitian lain serta sebagai wujud darma bakti pada umumnya kepada perguruan tinggi, fakultas ekonomi dan bisnis dan pada khususnya jurusan manajemen.
3.
Bagi Perusahaan Sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan untuk mengetahui variabel yang mempengaruhi Return Saham, misalnya Net Profit Margin (NPM), Price Earning Ratio (PER), Earning Per Share (EPS), dan inflasi.
14
4.
Bagi Ilmu Pengetahuan Dapat dipergunakan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan atau perluasan pandangan tentang pelajaran yang didapat dari bangku kuliah dan memperdalam pengetahuan terutama dalam bidang yang dikaji serta sebagai referensi ilmiah bagi para peneliti berikutnya.
1.5 Ruang Lingkup Batasan Penelitian Batasan masalah dalam penulisan ini terbatas pada rasio keuangan dan variabel makro yang terdiri dari Net Profit Margin (NPM), Price Earning Ratio (PER), Earning Per Share (EPS), dan inflasi dalam hubungannya terhadap return saham pada perusahaan BUMN go public di Bursa Efek Indonesia tahun 20062011.
1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini disajikan untuk memberikan gambaran keseluruhan isi penelitian. Adapun sistematika pembahasan yang terdapat dalam penelitian ini terdiri dari lima bab. BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisi hal-hal yang akan dibahas dalam skripsi. Bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menjelaskan tentang landasan teori, definisi dan penjelasan yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan, penelitian terdahulu, kerangka
15
pemikiran, dan hipotesis yang berhubungan dengan pokok pembahasan dan penelitian terdahulu . BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini berisi tentang populasi dan sampel penelitian, variabel penelitian dan definisi operasional, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data serta metode analisis data. BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini berisikan metode-metode analisis, hasil analisis data, dan interpretasi hasil selama penelitian. BAB V : PENUTUP Berisi tentang uraian simpulan dari laporan penelitian yang telah dilakukan berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, keterbatasan penelitian, implikasi teoritis, implikasi manajerial serta saran bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap hasil penelitian maupun bagi penelitian selanjutnya. Bagian akhir terdiri dari daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori dan Konsep Kajian pustaka merupakan suatu hasil telahan terhadap teori dan hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan variabel-variabel yang diteliti, sehingga dapat menjawab permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya, yaitu mengenai konsep NPM, PER, EPS, inflasi, dan return saham dan keterkaitan di antaranya. 2.1.1 Pasar Modal 2.1.1.1 Pengertian Pasar Modal Pengertian pasar modal secara umum merupakan suatu tempat bertemunya para penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi dalam rangka memperoleh modal. Penjual dalam pasar modal merupakan perusahaan yang membutuhkan modal (emiten), sehingga mereka berusaha untuk menjual efek-efek di pasar modal. Sedangkan pembeli (investor) adalah pihak yang ingin membeli modal di perusahaan yang menurut mereka menguntungkan (Kasmir, 2007). Husnan (2001) berpendapat bahwa pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjuakbelikan, baik dalam bentuk utang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta.
16
17
Pasar modal didefinisikan sebagai situasi dimana penjual dan pembeli dapat melakukan negoisasi terhadap pertukaran suatu komoditas atau kelompok komoditas, dan komoditas yang diperjualbelikan disini adalah modal (Ang, 1997). Anoraga dan Pakarti (2001) mengatakan bahwa pasar modal pada hakikatnya adalah jaringan tatanan yang memungkinkan pertukaran klaim jangka panjang, penambahan finansial assets (dan utang) pada saat yang sama, memungkinkan investor untuk mengubah dan menyesuaikan portofolio investasi (melalui pasar sekunder). Tandelilin (2006) berpendapat bahwa pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Usman (1989) mendefinisikan pasar modal sebagai pelengkap di sektor keuangan terhadap dua lembaga lainnya yaitu bank dan lembaga pembiayaan lainnya. Pasar modal memberikan jasanya yaitu menjembatani hubungan antar pemilik modal dalam hal ini disebut sebagai pemodal (investor) dengan peminjam dana dalam hal ini disebut dengan nama emiten (perusahaan yang go public). Menurut Sudomo (1990), yang dimaksud dengan pasar modal adalah pasar tempat diterbitkan serta diperdagangkan surat-surat berharga jangka panjang, khususnya obligasi dan saham. Definisi itu sudah menyangkut dua jenis pasar yang dikenal secara terpisah, yakni pasar perdana, dimana surat-surat berharga itu pertama kali diterbitkan dan pasar sekunder, dimana surat-suarat berharga itu diperdagangkan. Di Indonesia, pengertian pasar modal adalah sebagaimana tertuang di dalam Keputusan Presiden (Kepres) No. 52 Tahun 1976 tentang Pasar Modal
18
Bab 1 Pasal 1 di mana disebutkan “Pasar Modal adalah Bursa Efek seperti yang dimaksud dalam Undang-Undang No. 15 Tahun 1952 (lembaran negara, Tahun 1952 No. 67)”. Jadi pasar modal adalah bursa-bursa perdagangan di Indonesia yang didirikan untuk perdagangan uang dan efek (Anoraga dan Pakarti, 2001). 2.1.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Pasar Modal Perkembangan suatu pasar modal dipengaruhi oleh partisipasi yang aktif, baik dari perusahaan yang akan menjual sahamnya (go public) maupun investor serta pihak-pihak lain yang terlibat dalam kegiatan pasar modal. Ini berarti tanpa adanya partisipasi yang aktif dari perusahaan-perusahaan yang potensial untuk go public, tidak adanya investor yang bergairah untuk menanamkan dananya dalam surat berharga, dan kurnag aktifnya lembaga-lembaga penunjang pasar modal, maka suatu pasar modal tidak akan berkembang dengan baik. Tetapi dengan adanya partisipasi yang aktif dari masing-masing pihak yang terlibat dalam kegiatan pasar modal, tanpa disertai dengan kualitas yang memadai dan perilaku yang baik dan rasa tanggung jawab sosial yang besar, akan mengakibatkan perkembangan yang kurang baik bagi pasar modal. Faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan untuk menjual sahamnya atau go public (Anoraga dan Pakarti, 2001) adalah 1.
Prospek dunia usaha Prospek dunia usaha merupakan faktor penting bagi perusahaan untuk
merencanakan tingkat kegiatan yang akan dilakukan. Apabila tidak kelihatan adanya prospek dunia usaha yang cerah, maka tidak ada dorongan bagi perusahaan untuk meningkatkan kegiatan usahanya sehingga perusahaan belum merasakan kebutuhan untuk mencari modal atau dana tambahan.
19
Sedangkan sebaliknya, kalau prospek dunia usaha cerah yang menyebabkan perusahaan ikut berkembang dan perusahaan mulai membutuhkan modal untuk ekspansi, maka pasar modal menjadi alternatif yang baik untuk memenuhi kebutuhan modal tersebut. 2. Persyaratan untuk go public Ketat longgarnya persyaratan untuk go public juga merupakan faktor yang sangat mempengaruhi perkembangan pasar modal. Selama dasawarsa pertama, sejak diaktifkannya kembali pasar modal, tingkat perkembangan jumlah perusahaan yang go public sangat lamban. Beberapa persyaratan yang dianggap mengurangi kegairahan perusahaan go public adalah ketentuan yang harus dipenuhi mengenai jumlah laba yang diperoleh selama dua tahun terakhir secara berturut-turut sebesar 10% dari jumlah modal sendiri dan laporan keuangan yang telah diperiksa oleh akuntan publik untuk dua tahun buku terakhir secara berturut-turut dengan pernyataan pendapat setuju-unqualified opinion. Di samping itu, penilaian perusahaan yang akan go public dilakukan dengan ketat dengan alasan untuk melindungi kepentingan investor. 3.
Sikap investor terhadap risiko Investor yang terjun di pasar modal ini harus berani menghadapi risiko,
artinya investor harus berani menghadapi kenyataan bahwa apa yang terjadi di masa yang akan datang dapat menyimpang dari yang diharapkan. Risiko yang dihadapi investor meliputi: risiko finansial, risiko tingkat bunga, risiko daya beli/inflasi, risiko pasar, dan risiko psikologis. 4.
Kualitas dan macam investor Kualitas dan macam investor yang ikut transaksi di pasar modal juga
mempengaruhi perkembangan pasar modal. Investor yang dimaksud adalah investor yang mempunyai pandangan jauh ke depan, yang menempatkan
20
investasi pada instrumen pasar modal sebagai investasi jangka panjang. Sehingga unsur spekulasi dan horizon waktu jangka pendek dikesampingkan. 5.
Kebijaksanaan pemerintah Untuk dapat menjadi investor yang baik harus mempunyai keberanian untuk
menanggung risiko. Investor baru akan memasuki pasar modal kalau menurut penilaiannya
investasi
dalam
sekuritas
instrumen
pasar
modal
lebih
menguntungkan dibanding dengan alternatif lain. Dengan adanya deregulasi yang membebankan pajak penghasilan pada bunga deposito, maka investasi pada instrumen pasar modal menjadi alternatif yang dipertimbangkan investor. 2.1.1.3 Manfaat Pasar Modal Manfaat pasar modal bisa dirasakan baik oleh investor, emiten, pemerintah maupun lembaga penunjang (PAU-UGM, 26-27 Januari 1990). Manfaat pasar modal bagi emiten yaitu: a.
jumlah dana yang dihimpun bisa berjumlah besar;
b.
dana tersebut dapat diterima sekaligus pada saat pasar perdana selesai.
c.
tidak ada “convenant” sehingga manajemen dapat lebih bebas dalam pengelolaan dana/perusahaan;
d.
ketergantungan emiten terhadap bank menjadi kecil;
e.
solvabilitas perusahaan tinggi sehingga memperbaiki citra perusahaan;
f.
profesionalisme dalam manajemen meningkat;
g.
tidak dikaitkan dengan kekayaan penjamin tertentu;
h.
jangka waktu penggunaan dana tidak terbatas;
i.
emisi saham cocok untuk membiayai perusahaan yang berisiko tinggi.
Sedangkan manfaat pasar modal bagi investor adalah sebagai berikut:
21
a.
Nilai investasi berkembang mengikuti pertumbuhan ekonomi. Peningkatan tersebut tercermin pada meningkatnya harga saham yang mencapai capital gain.
b.
Memperoleh dividen bagi mereka yang memiliki/memegang saham dan bunga tetap atau bunga yang mengambang bagi pemegang obligasi.
c.
Mempunyai hak suara dalam RUPS bagi pemegang saham, mempunyai hak suara dalam RUPO bila diadakan bagi pemegang obligasi.
d.
Dapat sekaligus melakukan investasi dalam beberapa instrumen yang mengurangi risiko.
Manfaat pasar modal bagi lembaga penunjang yaitu: a.
menuju ke arah profesional di dalam memberikan pelayanannya sesuai dengan bidang tugas masing-masing;
b.
sebagai pembentuk harga dalam bursa paralel;
c.
semakin memberi variasi pada jenis lembaga penunjang;
d.
likuiditas efek semakin tinggi.
Sedangkan manfaat pasar modal bagi pemerintah yaitu: a.
mendorong laju pembangunan;
b.
mendorong investasi;
c.
penciptaan lapangan kerja;
d.
memperkecil Debt Service Ratio (DSR);
e.
mengurangi beban anggaran bagi BUMN (Badan Usaha Milik Negara).
2.1.1.4 Segmen Pasar Modal Pasar modal dapat dibedakan atas dua segmen yaitu non-securities segement dan securities segment (Anoraga dan Pakarti, 2001).
22
1.
Non Securities Segment Segmen ini menyediakan dana dari lembaga keuangan langsung kepada
perusahaan. Di sini perusahaan berunding langsung dengan lembaga penyedia dana. Sebagai contoh, misalnya lembaga perbankan, perusahaan asuransi, dana pensiun dan sebagainya. Biasanya lembaga keuangan akan menahan tanda bukti investasi perusahaan, umpamanya berupa loan agreement dan credit agreement, sampai dengan pembayaran selesai. Dengan perkataan lain investasi tidak dilakukan dengan negotiable securities secara bebas yang dapat dijual secara mudah kepada perorangan maupun kepada investor kecil. Pasar ini disebut “non-securities segement”. Lembaga-lembaga yang berperan pada segmen ini umumnya adalah bank commercial, bank pembangunan, perusahaan asuransi, pensiun, perusahaan leasing, dan bank tabungan. 2.
Securities Segment Berbeda halnya dengan non-securities segemnt, maka securities segment
dirancang
dengan
maksud
dapat
menyediakan
sumber
pembelanjaan
perusahaan jangka panjang dan memungkinkan perusahaan melakukan investasi
pada
barang
modal,
memperbanyak
alat-alat
produksi,
dan
menciptakan kesempatan kerja. Tujuan
segmen
ini adalah
memobilisasi
tabungan jangka panjang
menyediakan wahana atau saluran tabungan yang dapat ditarik atau ditempatkan pada investasi jangka panjang pada perusahaan-perusahaan. Untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan, perusahaan-perusahaan senantiasa membutuhkan dana jangka panjang untuk ditanamkan pada barang modal. Oleh karena investasi pada barang modal adalah sifatnya jangka panjang, maka investor di pasar modal tidak menyerahkan dananya secara tidak
23
terbatas, melainkan menggunakan uang tunai atau ingin mengalihkannya pada investasi lain. Oleh sebab itu yang diperlukan adalah “negotiable certificate” seperti saham atau obligasi yang dapat dijual secara likuid di pasar. Dengan perkataan lain si investor dapat membeli dan menjual sekuritas/efek-efek setiap saat sesuai dengan kebutuhannnya. Sementara perusahaan dapat menahan investasi dalam jangka panjang maka investor di sisi lain dapat menjual surat berharganya kepada investor lain. Pasar semacam ini disebut sebagai “securities segment” dari pasar modal. Para investor yang berkecimpung di securities segment atau bursa efek adalah terdiri dari lembaga keuangan dan perorangan. Pada pasar modal yang sedang berkembang investor lembaga seringkali memegang peranan penting di dalam memajukan pasar barulah kemudian diikuti oleh investor perorangan. Sekuritas atau surat berharga adalah berupa utang/pinjaman pada non-securities segment, sedangkan pada securities segment adalah berupa modal sendiri atau equity. 2.1.1.5 Jenis Pasar Modal Penjualan saham kepada masyarakat dapat dilakukan dengan beberapa cara. Pada umumnya penjualan sekuritas dilakukan sesuai dengan jenis ataupun bentuk pasar modal. Jenis-jenis pasar modal tersebut ada beberapa macam (Tandelilin, 2001) yaitu: a.
Pasar perdana (primary market) Pasar perdana adalah penawaran dari perusahaan yang menerbitkan saham
(emiten) kepada investor selama waktu yang ditetapkan oleh pihak yang menerbitkan sebelum saham tersebut diperdagangkan di pasar sekunder.
24
b.
Pasar sekunder (secondary market) Pasar sekunder didefinisikan sebagai perdagangan saham setelah melewati
masa penawaran pada pasar perdana atau tempat perdagangan surat berharga yang sudah beredar. c.
Pasar Ketiga (third market) Pasar ketiga adalah tempat perdagangan saham atau sekuritas di luar bursa
(over the counter market) atau pasar perdagangan surat berharga pada saat pasar kedua tutup. Di Indonesia bursa ketiga tersebut disebut bursa paralel. d.
Pasar keempat (fourth market) Pasar keempat merupakan bentuk perdagangan efek antar investor atau
dengan kata lain pengalihan saham di suatu pemegang saham ke pemegang saham lainnya tanpa melalui perantara perdagangan efek. Pasar keempat ini umumnya menggunakan jaringan komunikasi untuk memperdagangkan saham dalam jumlah blok yang besar. Contoh pasar keempat ini misalnya Instient yang dimiliki Reuter yang menangani lebih dari satu miliar lembar saham tiap tahunnya. 2.1.1.6 Peranan Pasar Modal Keberadaan pasar modal sangat penting dalam suatu negara, yang pada dasarnya peranan tersebut mempunyai kesamaan antara satu negara dengan negara lain. Sebagian besar negara di dunia ini memilki pasar modal, yang bertujuan menciptakan fasilitas bagi keperluan industri dan keseluruhan entitas dalam memenuhi permintaan dan penawaran modal. Berikut ini lima aspek peranan pasar modal pada suatu negara:
25
1.
Sebagai fasilitas melakukan interaksi antar pembeli dengan penjual untuk menentukan harga saham atau surat berharga yang diperjualbelikan.
2.
Pasar modal memberi kesempatan kepada investor untuk memperoleh hasil return yang diharapkan.
3.
Pasar modal memberi kesempatan kepada investor untuk menjual kembali saham yang dimilikinya atau surat berharga lainnya.
4.
Pasar
modal
menciptakan
kesempatan
kepada
masyarakat
untuk
berpartisipasi dalam perkembangan suatu perekonomian. 5.
Pasar modal mengurangi biaya informasi dan transaksi surat berharga. Karena biaya informasi ditanggung oleh semua pelaku bursa, dengan demikian biayanya akan lebih murah. Kelima aspek di atas menggambarkan aspek mikro yang ditinjau dari sisi
kepentingan para pelaku pasar modal. Adapun peranan pasar modal dalam perekonomian nasional suatu negara adalah sebagai berikut: 1.
Fungsi Kekayaan (Wealth Function) Pasar modal adalah suatu cara untuk menyimpan kekayaan jangka panjang
dan jangka pendek sampai kekayaan tersebut dapat dipergunakan kembali. Cara ini lebih baik karena kekayaan itu tidak mengalami depresiasi (penyusutan) seperti aktiva lain. 2.
Fungsi Likuiditas (Liquidity Function) Kekayaan yang disimpan dalam surat berharga, bisa dilikuidasi melalui
pasar modal dengan risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan aktiva lain. Proses likuidasi surat berharga dengan biaya relatif murah dan lebih cepat. 3.
Fungsi Pinjaman (Credit Function) Pasar modal bagi perekonomian suatu negara merupakan sumber
pembiayaan pembangunan dari pinjaman yang dihimpun dari masyarakat.
26
Perusahaan juga menjual obligasi di pasar modal untuk mendapatkan dana dari masyarakat. 4.
Fungsi Tabungan (Saving Function) Menabung dapat dilakukan dibawah bantal, celengan atau di bank. Para
penabung perlu memikirkan alternatif selain menabung yaitu investasi. Surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal memberi jalan yang begitu murah dan
mudah,
tanpa
risiko
adanya
penurunan
nilai
mata
uang
untuk
menginvestasikan dananya. 2.1.1.6 Instrumen Pasar Modal Transaksi yang dilakukan di pasar biasanya ada barang dan jasa yang diperjualbelikan. Begitu pula di pasar modal, barang yang diperjualbelikan dikenal dengan istilah instrumen pasar modal (Kasmir, 2008). Menurut Anoraga dan Pakarti (2001), instrumen pasar modal adalah semua surat-surat berharga (securities) yang diperdagangkan di bursa. Instrumen pasar modal ini umumnya bersifat jangka panjang. Dewasa ini instrumen yang ada di pasar modal terdiri dari saham, obligasi, opsi, bukti right, warrant, dan reksadana. Berikut ini penjelasan masing-masing instrumen pasar modal tersebut. 1.
Saham Saham merupakan tanda penyertaan modal pada suatu perseroan terbatas.
Dengan memiliki saham suatu perusahaan, maka manfaat yang diperoleh di antaranya berikut ini. a.
Dividen, bagian dari keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemilik saham.
b.
Capital gain, keuntungan yang diperoleh dari selisih jual dengan harga belinya.
27
c.
Manfaat
non-finansial
yaitu
timbulnya
kebanggaan
dan
kekuasaan
memperoleh hak suara dalam menentukan jalannya perusahaan. Dari berbagai jenis saham yang dikenal di bursa, yang diperdagangkan yaitu saham biasa (common stock) dan saham preferen (preferred stock). 2.
Obligasi Definisi obligasi berbeda-beda menurut beberapa ahli. Obligasi adalah surat
utang (pada umumnya berjangka panjang) yang diterbitkan oleh suatu perusahaan atau pemerintah (Sjahrial, 2007). Anoraga dan Pakarti (2001) menganggap obligasi sebagai bukti pengakuan atas utang dari perusahaan. Namun, menurut Gumanti (2011), obligasi adalah suatu kontrak keuangan, dimana pengeluar atau penerbit obligasi (bond issuer atau bond writer), seperti misalnya perusahaan atau pemerintah akan membayar pembeli obligasi berupa bunga secara periodik dan kemudian pada akhir masa berlakunya (waktu yang disepakati) dilakukan pembayaran nilai prinsipnya yang dikenal juga sebagai nilai par (par-value). Kemudian, menurut Jogianto (2010), obligasi adalah sebagai utang jangka panjang yang akan dibayar kembali pada saat jatuh tempo dengan bunga yang tetap jika ada. Dari definisi ini dapat dimengerti bahwa obligasi adalah surat utang atau kewajiban jangka panjang (bond), sedangkan utang jangka pendek disebut dengan bill. 3.
Opsi Opsi (option) merupakan suatu produk efek turunan (derivatif) yang
diturunkan dari berbagai efek yang sebenarnya. Sebagai efek derivatif opsi akan mempunyai nilai selagi terhubung ke aset finansial yang bersangkutan. Aset finansial ini bisa berupa saham biasa, obligasi, atau obligasi konversi. Nilai opsi tergantung dari masa hidup pasarnya (Anoraga dan Pakarti, 2001). 4.
Bukti Right
28
Bukti right adalah hak memesan efek lebih dahulu pada harga yang sudah ditetapkan selama periode waktu tertentu. Bukti right ditawarkan kepada pemegang saham lama pada penawaran umum terbatas saham (right issue). Bukti right juga diperdagangkan di bursa efek selama periode waktu tertentu (Gumanti, 2011). 5.
Warrant Warrant juga merupakan derivatif (turunan) dari efek sebenarnya yaitu
saham biasa. Masa hidup warrant adalah enam bulan atau lebih. Warrant merupakan opsi jangka panjang yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli saham atas nama dengan harga tertentu (Anoraga dan Pakarti, 2001). 6.
Reksadana Reksadana (mutual funds) merupakan salah satu alternatif investasi bagi
masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka (Gumanti, 2011). 2.1.2
Investasi
Ada banyak pengertian investasi dikemukakan oleh ahli dan setiap dari mereka memiliki pengertian sendiri tentang konsep investasi. Pengertian investasi adalah penundaan konsumsi sekarang yang dimasukkan kedalam aktiva atau proses produktif yang hasilnya untuk konsumsi mendatang (Jogiyanto, 2010). Definisi lain dari investasi juga dikemukakan oleh (Gumanti, 2011), investasi adalah melakukan pengorbanan hari ini untuk memperoleh manfaat lebih baik yang akan datang. Selain itu, investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk
29
memperoleh keuntungan di masa mendatang (Halim, 2005). Menurut Tandelilin (2001), yang dimaksud investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan dimasa datang. Banyak jenis dan macam sekuritas yang ditawarkan bilamana seseorang ingin berinvestasi. Masing-masing dengan ciri tersendiri dengan kandungan risiko dan return harapan yang berbeda-beda. Investor tinggal memilih jenis investasi mana yang menurut mereka dapat memenuhi keinginan untuk berinvestasi. Jones (1998) membagi alternatif investasi menjadi dua golongan besar, yaitu investasi langsung (direct investing) dan investasi tidak langsung (indirect investing). Dikatakan investasi langsung karena investor membeli dan menjual bagian dari investasi secara langsung tanpa harus menggunakan fasilitas perusahaan investasi (investment companies) atau reksadana (mutual funds). Sedangkan dikatakan investasi tidak langsung karena investor membeli dan menjual bagian dari investasinya melalui perusahaan investasi atau reksadana dalam bentuk portofolio sekuritas. Pada kelompok investasi langsung, ada empat jenis alernatif investasi, yaitu investasi yang tidak dapat diperdagangkan (nonmarketable investing), pasar uang (money market), pasar modal (capital market), dan pasar derivatif (derivatif market). Sedangkan pada kelompok investasi tidak langsung hanya ada satu jenis alternatif investasi, yaitu perusahaan investasi (investment companies). Jika seorang sudah memutuskan untuk berinvestasi baik secara langsung maupun tidak langsung, maka secara otomatis yang bersangkutan tidak hanya berharap untuk memperoleh keuntungan semata, tetapi juga harus harus siap menanggung segala kemungkinan akibat dari keputusan tersebut. Keuntungan yang diharapkan investor, sebutan bagi individu atau institusi yang melakukan
30
aktivitas investasi, dapat berbentuk keuntungan modal (capital gain) atau juga jika berinvestasi pada saham, investor mendapatkan kemungkinan memperoleh dividen. Keuntungan modal yang dimaksud disini adalah keuntungan yang diperoleh karena harga jual lebih tinggi daripada harga perolehan (pembelian). Selain kemungkinan diperolehnya keuntungan modal, seorang investor juga berpotensi untuk mengalami kerugian modal (capital loss), yaitu suatu situasi dimana harga jual aset atau sekuritas yang dimiliki lebih rendah daripada harga perolehan (pembeliannya). Sedangkan dividen diterima jika investor memiliki saham perusahaan tertentu dan perusahaan tersebut membagi sebagian dari laba bersihnya kepada pemegang saham (investor). Dalam mempelajari investasi, hal pertama dan penting untuk diperhatikan adalah memahami lingkungan untuk investasi. Lingkuangan di sini adalah faktorfaktor yang dapat mempengaruhi atau yang seringkali dijadikan sebagai pertimbagan untuk suatu pengambilan keputusan investasi. Faktor-faktor yang dimaksud bisa jadi berupa
faktor makro (yang dalam hal ini berupa kondisi
perekonomian, politik atau keamanan), industri (misalnya perkembangan sektor industri dan kerentanan terhadap gejolak perekonomian makro), atau faktor mikro (misalnya, kondisi internal perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan atau kebijakan-kebijakan khusus manajemen). 2.1.3 Analisis Fundamental Analisis fundamental dapat dianggap sebagai ujung tombak investasi. Bahkan mungkin ada yang beranggapan bahwa kita belum dapat dikatakan berinvestasi jika belum menggunakan analisis fundamental. Tentu saja anggapan ini dapat dikatakan berlebihan, karena ada analisis-analisis lain yang dapat digunakan sebagai dasar untuk berinvestasi.
31
Gumanti (2011) mendefinisikan analisis fundamental sebai suatu metode penilaian sekuritas yang melibatkan operasi dan keuangan perusahaan, khsusnya penjualan, laba, potensi pertumbuhan, aset utang, manajemen, produk atau persaingan. Analisis fundamental mempertimbangkan variabel-variabel tersebut yang secara langsung berkaitan dengan perusahaan itu sendiri, daripada dengan keseluruhan pasar. Bagian terbesar dari analisis fundamental adalah melibatkan perhatian pada laporan keuangan, yang juga dikenal dengan sebutan analisis kuantitatif. Hal ini mencakup perhatian pada penghasilan, biaya aset, kewajiban dan semua aspek keuangan perusahaan. Para analsis fundamental melihat informasi tersebut untuk mendapatkan pemahaman tentang kinerja masa depan perusahaan. Analisis fundamental merupakan pendekatan dasar untuk melakukan analisis dan memilih saham dengan menerapkan share Langkah
pertama
mengidentifikasi
dan
dalam
penerapan
mengestimasi
nilai
model
price forecasting.
tersebut
faktor-faktor
yaitu
dengan
fundamental
yang
mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang. Langka kedua, adalah menerapkan hubungan variabel atau faktor-faktor tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Untuk mendapatkan taksiran harga saham perlu dibuat suatu model yang tidak terlalu rumit, mudah dipahami, dan mendasarkan diri pada informasi akuntansi (Munawir, 2002). Sebagai suatu alat analisis dan sebagaimana alat analisis lainnya, analisis fundamental memiliki kelemahan. Salah satu kelemahan mendasarnya adalah selain sudah digunakan dan dipraktikan selama bertahun-tahun dalam menilai suatu perusahaan, sampai sejauh ini belum ada kerangka kerja teoritis yang menyeluruh (comprehensive theoretical framework) dan memadai yang dapat
32
menjelaskan bagaimana sebenarnya analisis fundamental dilahirkan. Selain itu ada kesan bahwa bukti empiris yang mendukung keabsahan dan kehandalan analisis fundamental masih belum konklusif. 2.1.4 Saham Menurut Elton et al. (1995), saham menunjukkan kepemilikan pada keuntungan dan aset dari suatu perusahaan. Saham merupakan bukti kepemilkan suatu perusahaan. Dengan adanya bukti kepemilikan tersebut, maka para pemegang saham memilki hak atas bagian laba yang dibagikan sesuai proporsi kepemilikannya (Zubir, 2010). Saham merupakan salah satu efek yang paling banyak diperdagangkan di pasar modal. Bahkan saat ini dengan semakin banyaknya emiten yang mencatatkan sahamnya di bursa efek, perdagangan saham semakin marak dan menarik para investor untuk terjun dalam jual beli saham. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa si pemilik kertas adalah pemilik perusahaan penerbit kertas tersebut. Dengan demikian, jika seorang investor membeli saham, ia akan menjadi pemilik atau pemegang saham perusahaan yang bersangkutan. Saham biasa ada dua jenis berdasarkan cara pengalihannya yaitu saham atas nama dan saham atas unjuk (Martono dan Harjito, 2007). Untuk saham atas nama, nama pemilik saham tertera di saham tersebut, sedangkan saham atas unjuk yaitu nama pemilik saham tidak tertera di atas saham, tetapi pemilik saham adalah yang memegang atas saham tersebut. Seluruh hak-hak pemegang saham akan diberikan pada penyimpan saham tersebut. Saham dibagi menjadi dua jenis yang ditinjau dai segi kemampuan dalam hak tagi atau klaim (Darmadji dan Fakhruddin, 2006) yaitu:
33
1.
Saham biasa (common stock), yaitu saham yang menempatkan pemilknya pada posisi paling junior dalam pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi setelah perusahaan melunasi kewajiban utangnya.
2.
Saham (preferred stock), yaitu saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor. Berdasarkan fungsinya, nilai suatu saham dibagi atas tiga jenis (Anoraga
dan Pakarti, 2001) yaitu 1.
Par Value (Nilai nomianl)/Stated Value/Face Value Nilai yang tercantum pada saham untuk tujuan akuntansi ( Ketentuan UU PT
No. 1/1995), yaitu a.
Nilai nominal dicantumkan dalam mata uang RI.
b.
Saham tanpa nilai nominal tidak dapat dikeluarkan.
Nilai nominal ini tidak dapat digunakan untuk mengukur sesuatu. Jumlah saham yang dikeluarkan perseroan dikali dengan nilai nominalnya merupakan modal disetor penuh bagi suatu perseroan, dan dalam pencatatan akuntansi nilai nominal dicatat sebagia modal ekuitas perseroan di dalam neraca. Untuk satu jenis saham yang sama harus mempunyai satu jenis nilai nominal. 2.
Base Price (Harga Dasar) Harga perdana (untuk menentukan nilai dasar), dipergunakan dalam
perhitungan indeks harga saham. Harga dasar akan berubah sesuai dengan aksi emiten. Untuk saham baru, harga dasar merupakan harga perdananya. Nilai Dasar = Harga Dasar x Total Saham yang Beredar 3.
Market Price
34
Market price merupakan harga pada pasar riil, dan merupakan harga yang paling mudah ditentukan karena merupakan harga dari suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung atau jika pasar sudah tutup, maka harga pasar adalah harga penutupannya (closing price). Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di bursa, baik bursa utama maupun OTC (over the counter market). Transaksi di sini sudah tidak lagi melibatkan emiten dan penjamin emisi. Harga pasar ini merupakan harga jual dari investor yang satu dengan investor yang lain, dan disebut sebagai harga di pasar sekunder. Harga pasar inilah yang menyatakan naik turunnya suatu saham dan setiap hari diumumkan di suratsurat kabar atau media-media lainnya. Nilai Pasar (Kapitalisasi Pasar) = Harga pasar x Total Saham yang Beredar
(1)
Klasifikasi kapitalisasi pasar sebagai berikut: 1.
Big-cap (> Rp 5 Triliun), disebut juga blue-chip/saham papan atas/saham lapis pertama.
2.
Mid-cap (Rp 1 Triliun – Rp 5 Triliun), disebut juga baby blue-chip/baby blues/Saham lapis kedua.
3.
Small-cap (di bawah Rp 1 Triliun), disebut juga saham lapis ketiga. Investor yang melakukan pembelian saham, otomatis akan memiliki hak
kepemilikan di dalam perusahaan yang menerbitkannya. Banyak sedikitnya jumlah saham yang dibeli akan menentukan persentase kepemilikan dari investor tersebut. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah apakah keuntungan yang akan didapat oleh seseorang jika dia melakukan pembelian saham. Secara umum, menurut Anoraga dan Pakarti (2001) ada dua manfaat yang bisa diperoleh bagi pembeli saham, yaitu manfaat ekonomis dan manfaat nonekonomis. Manfaat ekonomis meliputi perolehan dividen dan perolehan capital
35
gain. Sedangkan manfaat non-ekonomis yang bisa diperoleh oleh pemegang saham adalah kepemilikan hak suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk menentukan jalannya perusahaan. 2.1.5 Return Saham Investor
dalam
melakukan
investasi
berharap
mendapatkan
tingkat
pengembalian (return) yang besar dari investasi yang dilakukannya. Menurut Jogiyanto (2010), return adalah hasil yang diperoleh dari investasi. Pengertian lain dari return saham adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi saham yang dilakukan (Ang, 1997). Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi dan return ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi dimasa mendatang. Return realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi dihitung menggunakan data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return realisasi atau return historis ini juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi (expected return) dan risiko di masa mendatang. Return ekspektasi adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor dimasa mendatang. Berbeda dengan return ekspektasi yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi sifatnya belum terjadi. Ada dua komponen return (Halim, 2005) meliputi 1. Untung/rugi modal (capital gain/loss) merupakan keuntungan (kerugian) bagi investor yang diperoleh dari kelebihan harga jual (harga beli) di atas harga beli (harga jual) yang keduanya terjadi di pasar sekunder. 2. Imbal hasil (yield) merupakan pendapatan atau aliran kas yang diterima investor secara periodik, misalnya berupa dividen atau bunga. Yield dinyatakan dalam persentase dari modal yang ditanamkan.
36
Dari kedua komponen pengembalian tersebut, selanjutnya dapat dihitung pengembalian total (total return) dan tingkat pengembalian (rate of return) sebagai berikut: Total Pengembalian = Capital gain + Yield
(
)=
−
(2)
Keterangan : Pt
= Harga saham periode sekarang
Pt-1
= Harga saham periode sebelumnya =
(3)
Keterangan : Dt
= Dividen kas yang dibayarkan
Pt-1
= Harga saham periode sebelumnya
Sehingga return total dapat dirumuskan sebagai berikut (Jogiyanto, 2010): Saham
=
=
−
−
Keterangan : Pt
= Harga saham periode sekarang
+
(4) +
(5)
37
Pt-1
= Harga saham periode sebelumnya
Dt
= Dividen kas yang dibayarkan
Namun mengingat tidak selamanya perusahaan membagikan dividen kas secara periodik kepada pemegang sahamnya, maka return saham dapat dihitung sebagai berikut (Jogiyanto, 2010): Saham
=
−
(6)
Keterangan : Pt
= Harga saham periode sekarang
Pt-1
= Harga saham periode sebelumnya
2.1.6 Net Profit Margin (NPM) Net Profit Margin (NPM) tergolong satu dari beberapa rasio profitabilitas. Pada umumnya rasio ini berfungsi untuk mengukur tingkat kembalian keuntungan bersih terhadap penjualan bersihnya. Nilai NPM berada diantara nol sampai satu. Jika nilai NPM semakin mendekati satu, berarti semakin efisien biaya yang dikeluarkan, yang berarti semakin besar tingkat kembalian keuntungan bersih. Banyak definisi yang diberikan oleh para ahli mengenai NPM.
Menurut
Sudana (2011), NPM adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bersih dari penjualan yang dilakukan perusahaan. Rasio ini mencerminkan efisiensi seluruh bagian, yaitu produksi, personalia, pemasaran, dan keuangan yang ada dalam perusahaan.
38
Alexandri (2008) mendefinisikan NPM sebagai rasio yang digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih setelah dipotong pajak. Pandangan berbeda diberikan oleh Gitman (2000), NPM adalah the ratio of profitability that measures the percentage of each sales dollar remaining after all costs and expenses, including interest, taxes, and preferred stock dividends, have been deducted. Menurut Bastian dan Suhardjono (2006), NPM adalah salah satu rasio profitabilitas yang memperbandingkan laba bersih dan penjualan. NPM merupakan rasio yang digunakan untuk menggambarkan tingkat keuntungan (laba) yang diperoleh dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya. Tingkat NPM yang tinggi menunjukkan perusahaan mempunyai kemampuan menghasilkan laba bersih dengan persentase yang tinggi dalam pendapatan operasional sehingga dapat menarik minat investor untuk menanamkan modalnya (Adithama dan Sudaryono, 2005). Pengertian lain dari NPM adalah rasio antara laba bersih (net profit) yaitu penjualan sesudah dikurangi seluruh expenses termasuk pajak dibandingkan dengan penjualan.
Semakin tinggi NPM,
semakin baik
operasi suatu
perusahaan. Suatu NPM yang dikatakan “baik” akan sangat tergantung dari jenis industri di dalam mana perusahaan berusaha (Syamsuddin, 2007). Kalkulasi NPM adalah sebagai berikut:
NPM =
Net Profit After Tax X 100% Sales
(7)
39
NPM yang semakin meningkat menggambarkan kinerja perusahaan yang semakin baik dan keuntungan yang diperoleh pemegang saham akan meningakt pula. Dengan makin meningkatnya keuntungan (laba bersih sesudah pajak) akan mencerminkan bagian laba dalam bentuk dividend. Hal ini akan menarik investor untuk berinvestasi sehingga makin besar permintaan akan saham sehingga menyebabkan kenaikan harga saham yang berimplikasi naiknya capital gain yang diterima pemegang saham.
2.1.7 Price Earning Ratio (PER) Banyak ahli mendefiniskan PER secara bermacam-macam. Menurut Sudana (2011), PER merupakan rasio yang mengukur bagaimana investor menilai prospek pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang, dan tercermin pada harga saham yang bersedia dibayar oleh investor untuk setiap rupiah laba yang diperoleh perusahaan. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan bahwa investor mempunyai harapan yang baik tentang perkembangan perusahaan di masa yang akan datang, sehingga untuk pendapatan per saham tertentu, investor bersedia membayar dengan harga yang mahal. Lain lagi diungkapkan oleh (Husnan, 2011), PER merupakan rasio antar harga saham dengan pendapatan setiap lembar saham dan merupakan indikator perkembangan atau pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang (prospects of the firm). PER merupakan rasio yang sering digunakan oleh analis saham untuk menilai harga saham. Pada dasarnya PER memberikan indikasi tentang jangka waktu yang diperlukan untuk mengendalikan dana pada tingkat harga saham dan keuntungan perusahaan pada suatu periode tertentu. Oleh karena itu, rasio ini
40
menggambarkan kesediaan investor membayar suatu jumlah tertentu untuk setiap rupiah perolehan laba perusahaan (Halim, 2005). Definisi
berbeda
juga
dikemukakan
oleh
Munawir
(2002),
PER
mencerminkan hubungan antara harga pasar saham umum (common stock) dan laba per lembar tersebut pada saat kini, yang formulanya adalah PER =
Market Price Per Share X 100% Fully Diluted Earning Per Share
(8)
Perhitungan PER sebaiknya menggunakan diluted earning per share karena bersifat konservatif karena akan menghasilkan PER yang lebih tinggi sehingga harus diwaspadai jika perusahaan pelayanan keuangan menggunakan primary earning per share. Idealnya, PER harus dihitung berdasarkan fully diluted earning per share setelah nonrecurring earning dikeluarkan karena akan dapat mengindikasikan apa yang akan dibayar dari setiap rupiah recurring earning. Untuk menyesuaikan PER untuk nonrecurring earning biasanya merupakan hal yang mudah karena EPS untuk nonrecurring earning tersebut pada umumnya disajikan pada bagian bawah laporan rugi-laba. PER dipandang oleh para investor sebagai ukuran kekuatan perusahaan untuk memperoleh laba dimasa mendatang (future earning power). Perusahaan yang mempunyai kesempatan tumbuh yang besar biasanya mempunyai PER yang tinggi. Namun demikian, para investor dapat salah dalam mengestimasi potensi pertumbuhan, karena satu hal yang mendasar dalam investasi adalah keharusan mempunyai kebijaksanaan tertentu dan tidak selalu mendasarkan pada pasar. Misalnya, investor harus membeli saham dari perusahaan yang
41
mempunyai PER yang relatif rendah tetapi prospek perusahaan tersebut lebih baik dari yang direfleksikan oleh PER (khususnya bagi investor jangka panjang). PER tidak akan mempunyai arti apabila perusahaan mempunyai tingkat laba yang tidak normal rendahnya dalam kaitannya dengan aktiva yang digunakan untuk memperoleh laba tersebut, atau perusahaan menderita rugi, karena PER dalam keadaan tersebut akan tinggi secara tidak normal atau negatif. 2.1.8 Earning Per Share (EPS) 2.1.8.1 Pengertian EPS EPS merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan (return) yang diperoleh investor atau pemegang saham per lembar saham (Darmaji dan Fakhruddin, 2006). Rasio ini dapat dilihat pada laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. Simamora (2002) berpendapat EPS adalah laba bersih per lembar saham yang beredar selama periode tertentu. Sedangkan menurut Fabozzi (2000) menyatakan EPS adalah suatu angka yang dihitung dengan membagi laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa (laba setelah pajak dikurangi dividen saham preferen) dengan rata-rata tertimbang jumlah lembar saham yang beredar selama periode perhitungan dilakukan. Sementara itu, Gitman (2000) menyatakan EPS ialah “The amount earned during the accounting period on each outstanding share of common stock, calculated by deviding the periods total earnings available for firm’s common stockholders by the number of shares of common stock outstanding.” Dari pengertian yang dikemukakan oleh Gitman, dapat diterjemahkan bahwa EPS merupakan pendapatan perusahaan selama periode akuntansi yang dapat
42
dihitung dengan membandingkan total laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa dengan jumlah lembar saham yang beredar. Berdasarkan uraian mengenai EPS di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa laba per lembar saham merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bagi para pemilik saham yang dapat dihitung dengan membagi laba yang tersedia bagi pemegang saham dengan jumlah lembar saham yang beredar. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
EPS =
Earning Available For Common Stock X Number Of Shares Of Common Stock Outstanding
1,00
(9)
2.1.8.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi EPS Laba per lembar saham (EPS) merupakan alat ukur utama kesuksesan suatu perusahaan dalam rangka memberikan kemakmuran bagi pemegang saham. Oleh karena itu, perusahaan harus dapat mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat menentukan EPS. Fabozzi (2000) menyatakan bahwa dua penentu dasar dari EPS adalah pengambilan atas ekuitas pemegang saham dan nilai buku per lembar saham. Dengan demikian, besarnya EPS akan diterima oleh pemegang saham untuk setiap lembar saham yang dimilikinya atas keikutsertaannya di dalam perusahaan dapat ditentukan oleh pengembalian ekuitas pemegang saham dan nilai buku per lembar saham. Untuk mengetahui pengembalian ekuitas pemegang saham, dapat dicari dengan menghitung besarnya laba saham biasa yang diperoleh, kemudian dibagi dengan ekuitas pemegang saham. Sedangkan
43
nilai buku per lembar saham dapat ditentukan dengan cara membagi nilai ekuitas pemegang saham dengan jumlah saham yang beredar. Brigham dan Houston (2001) mengatakan bahwa perubahan dalam penggunaan utang akan mengakibatkan perubahan laba per lembar saham (EPS) dan karena itu , juga mengakibatkan perubahan harga saham. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang dapat menentukan atau
mempengaruhi laba per lembar saham suatu perusahaan
adalah penggunaan utang atau leverage yang dilakukan oleh perusahaan, sehingga dapat menyebabkan perubahan pula terhadap harga saham. Penggunaan utang atau leverage bagi suatu perusahaan diharapkan dapat meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham. Dalam memenuhi sumber dananya, manajemen pun diharapkan pada beberapa alternatif sumber pendanaan. Apakah dengan menggunakan modal sendiri atau modal pinjaman (modal asing). Menurut Sutrisno (2001) : “Dalam memilih alternatif sumber dananya tersebut, perlu diketahui pada tingkat laba bersih sebelum bunga dan pajak (EBIT = Earning Before Interest and Tax) berapa apabila dibelanjai dengan modal sendiri atau dengan modal asing / utang menghasilkan EPS yang sama.”
Dari pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa tingkat laba bersih sebelum bunga dan pajak (EBIT) merupakan faktor yang mempengaruhi besarnya laba per lembar saham. Sehingga, dari keseluruhan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah pengembalian ekuitas atau jumlah pengembalian modal pemegang saham, nilai buku per lembar saham, penggunaan utang atau modal asing serta
44
tingkat laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) adalah faktor-faktor yang dapat menentukan atau mempengaruhi besarnya EPS. 2.1.8.3 Perhitungan EPS Perhitungan EPS ditentukan oleh struktur modal perusahaan. Struktur modal perusahaan ada dua macam, yaitu sederhana dan kompleks. Oleh karena itu, ada dua macam perhitungan EPS, yaitu basic EPS dan diluted EPS (Kieso et al., 2002). Basic EPS merupakan perhitungan EPS yang tidak memiliki efek dilutif. Efek dilutif merupakan efek yang ditimbulkan surat-surat berharga yang dapat mengurangi EPS. EPS dilutif tersebut muncul karena adanya surat-surat berharga yang dapat dikonversikan menjadi saham biasa. Basic EPS terdapat pada struktur modal yang sederhana. Struktur modal yang sederhana merupakan struktur modal yang di dalamnya hanya meliputi saham biasa. Karena hanya memiliki saham biasa, maka tidak terdapat suratsurat-surat berharga yang ada efek dilutifnya. Artinya, penentuan macam perhitungan EPS tergantung pada ada atau tidaknya surat-surat berharga berefek dilutif pada struktur modal. Apabila ada perusahaan yang memiliki suratsurat berharga namun tidak berefek dilutif, maka perhitungan EPS-nya menggunakan basic EPS. Adapun rumus perhitungan basic EPS sebagai berikut:
EPS =
Laba bersih − Dividen Preferen X Jumlah Rata − Rata Tertimbang Saham Yang Beredar
1,00
(10)
Perhitungan diluted EPS digunakan untuk perusahaaan-perusahaan yang memiliki struktur modal yang kompleks. Struktur modal yang kompleks adalah struktur yang terdapat surat-surat berharga yang potensial memiliki efek dilutif.
45
Surat-surat berharga yang memiliki efek dilutif meliputi opsi, warrant, surat-surat berharga yang dapat dikonversikan menjadi saham biasa, seperti convertible bond, dan convertible preferred stock. Apabila surat-surat berharga tersebut dikonversikan atau opsi dilaksanakan maka EPS dilaporkan akan menurun. Adapun rumus perhitungan diluted EPS sebagai berikut:
EPS =
Laba bersih − Dividen Preferen − Dampak Saham Konvertibel Jumlah Rata − Rata Tertimbang Saham Yang Beredar − Dampak Opsi, Warran dan Sekuritas Dilutif Lainnya
(11)
2.1.9 Inflasi 2.1.9.1 Pengertian Inflasi Banyak definisi yang diberikan oleh para ahli mengenai inflasi. Menurut Sukirno (2008), inflasi adalah suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian. Tingkat inflasi berbeda dari satu periode ke periode lain dan berbeda pula dari satu negara ke negara lain. Inflasi juga didefiniskan sebagai suatu gejala di mana tingkat harga umum mengalami kenaikan secara terus menerus (Nanga, 2001). Berdasarkan definisi tersebut, kenaikan tingkat harga umum (general price level) yang terjadi sekali saja, tidaklah dapat dikatakan sebagai inflasi. Pandangan tentang definisi inflasi menurut para ekonom terdahulu juga berbeda, tetapi beberapa dari mereka ada kesamaan persepsi seperti kaum klasik, kaum monetaris, Keynes, para ekonom sisi penawaran, dan kaum
46
strukturalis. Kaum klasik menganggap inflasi sebagai fenomena moneter, dimana penyebab utamanya kenaikan atau pertumbuhan jumlah uang yang beredar. Kaum monetaris berpendapat yang sama seperti kaum klasik bahwa inflasi merupakan fenomena moneter, bedanya pada pertumbuhan uang beredar juga berpengaruh terhadap output dan kesempatan kerja. Menurut Keynes juga sama, inflasi merupakan situasi dimana pertumbuhan jumlah uang yang beredar pesat akan menyebabkan tingkat harga meningkat secara terus-menerus dengan laju yang tinggi. Para ekonom sisi penawaran berpikiran sama pula bahwa inflasi sesungguhnya merupakan fenomena moneter. Tanggapan berbeda diberikan oleh kaum strukturalis mengenai inflasi bahwa inflasi merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindarkan dari suatu perekonomian. Samuelson dan Nordhaus (2004) menerjemahkan inflasi sebagai kenaikan di dalam tingkat harga umum. Kemudian, Sunariyah (2006) menerjemahkan inflasi sebagai kenaikan harga-harga barang dan jasa terus-menerus. Dilihat dari segi konsumen, inflasi yang tinggi mengakibatkan daya beli konsumen (masyarakat) menurun. Jika dilihat dari segi perusahaan, inflasi dapat meningkatkan biaya faktor produksi dan menurunkan profitabilitas perusahaan. Inflasi akan mengakibatkan perubahan tingkat harga umum. Peristiwa terjadinya perubahan tingkat harga umum disebut laju inflasi. Lawan dari laju inflasi adalah deflasi. Deflasi merupakan kondisi dimana harga umum mengalami penurunan. Berikut ini perhitungan laju inflasi: Laju Inflasi (tahun t) =
tingkat harga (tahun t) − tingkat harga (tahun t − 1) tingkat harga (tahun t − 1)
(12)
47
Secara konseptual, tingkat harga diukur sebagai rata-rata tertimbang dari barang-barang dan jasa-jasa dalam perekonomian. Dalam prakteknya, kita mengukur tingkat harga keseluruhan dengan membuat indeks harga, yang merupakan rata-rata harga konsumen dan produsen (Mankiw, 2000). 2.1.9.2. Indeks Harga Indeks harga adalah rata-rata tertimbang dari harga sejumlah barang-barang dan jasa-jasa. Para ekonom menimbang harga individual dengan memperhatikan arti penting setiap barang secara ekonomis dalam membuat indeks harga. Indeks harga yang paling penting adalah deflator GNP, indeks harga konsumen-IHK, dan indeks harga produsen-IHP (Mankiw, 2000). 1.
Deflator GDP Deflator GNP merupakan perbandingan rasio GNP nominal terhadap GNP
riil. Deflator GNP menggambarkan harga seluruh komponen GNP (konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah dan ekspor netto) daripada sebagai sektor tunggal. Deflator GNP berbeda dengan IHK karena ia merupakan timbangan variabel, yang menimbang harga-harga dan kuantitas periode berjalan (Mankiw, 2000). 2.
Indeks Harga Konsumen (IHK) Indeks harga konsumen yang populer dengan sebutan IHK merupakan
ukuran yang paling banyak digunakan untuk memprediksi inflasi. IHK mengukur biaya sekolompok barang-barang dan jasa di pasar, termasuk harga makanan, pakaian, pemukiman, bahan bakar, transportasi, pendidikan,
perawatan
kesehatan, dan komoditas yang dibeli untuk menunjang kehidupan masyarakat sehari-hari. Indeks harga dipergunakan untuk menimbang setiap harga sesuai
48
dengan arti penting secara ekonomis dari komoditi yang bersangkutan (Mankiw, 2000). 3.
Indeks harga Produsen (IHP) Indeks ini mengukur tingkat harga pada tingkat produsen atau pedagang
besar. Timbangan tetap yang digunakan untuk menghitung IHP adalah penjualan bersih komoditi. Indeks ini banyak digunakan oleh dunia usaha (Mankiw, 2000). 2.1.9.3 Jenis-Jenis Inflasi Ada beberapa macam inflasi yang dapat terjadi dalam perekonomian. Berdasarkan asal inflasi, inflasi dapat dikelompokkan menjadi (Waluyo, 2003): 1.
Domestic Inflation Informasi ini disebabkan adanya kenaikan harga disebabkan kondisi kejutan
dari dalam negeri baik karena perilaku pemerintah dan masyarakat yang menaikkan harga. 2.
Imported Inflation Inflasi yang disebakan karena adanya pengaruh kenaikan barang-barang
luar negeri misalnya barang-barang impor yang mengakibatkan terjadinya kenaikan harga-harga di dalam negari. Dengan demikian kenaikan indeks harga luar negeri mengakibatkan kenaikan indeks harga umum, secara otomatis akan mempengaruhi laju inflasi. Inflasi
juga
dapat
dikategorikan
berdasarkan
dampaknya
terhadap
perekonomian. Inflasi ini digolongkan kedalam tiga kategori, yaitu inflasi rendah, inflasi ganas, dan hiperinflasi (Samuelson dan Nordhaus, 2004). 1.
Inflasi Rendah Inflasi rendah dicirikan oleh harga yang naik perlahan-lahan dan dapat
diramalkan. Kita dapat mendefiniskannya sebagai tingkat inflasi tahunan dengan
49
digit tunggal. Ketika harga relatif stabil, orang-orang mempercayai uang karena uang mempertahankan nilainya dari bulan ke bulan dan tahun ke tahun. Orangorang bersedia menulis kontrak jangka panjang dalam bentuk uang karena mereka percaya bahwa harga relatif barang-barang yang mereka beli dan jual tidak akan terlalu jauh keluar dari garis. 2.
Inflasi yang Melambung Inflasi yang angka cakupannya ganda atau triple seperti, 20, 100 atau 200%
pertahun disebut inflasi yang melambung. Ketika inflasi yang melambung menjadi berakar, distorsi ekonomi serius timbul. Umumnya, kebanyakan kontrak diindekskan ke “indeks harga” atau ke mata uang asing, seperti dollar. Pada kondisi ini, uang kehilangan nilainya dengan sangat cepat, sehingga orang-orang hanya memegang jumlah uang yang sangat minim yang dibutuhkan untuk transaksi sehari-hari pasar. Pasar finansial bertambah buruk saat modal terbang ke luar negari. Orang-orang menimbun barang, membeli rumah, dan tidak akan meminjamkan uang dengan suku bunga nominal yang rendah. 3.
Hiperinflasi Hiperinflasi menyebabkan perekonomian suatu negara hancur. Harga akan
meningkat berkali-kali lipat diluar batas wajar. Gambaran umum mengenai hiperinflasi berdasarkan beberapa penelitian yaitu pertama, permintaan uang riil (diukur dengan stok uang dibagi dengan tingkat harga) menurun secara drastis. Kedua, harga-harga relatif menjadi sangat tidak stabil. Nanga (2001) menyatakan bahwa ditinjau dari faktor penyebabnya, inflasi dapat dibagi menjadi: 1.
Inflasi Struktural (Structural Inflation)
50
Gambaran inflasi yang terjadi akibat adanya berbagai kendala atau kekakuan struktural yang menyebabkan penawaran di dalam perekonomian menjadi kurang baik atau tidak responsif terhadap permintaan yang meningkat. 2.
Inflasi Dorongan Biaya (Cosh-Push Inflation) Inflasi dorongan biaya yang lebih dikenal dengan inflasi sisi penawaran
terjadi akibat adanya kenaikan biaya produksi yang pesat dibandingkan dengan produktivitas dan efisiensi, yang menyebabkan perusahaan mengurangi supply dan jasa mereka ke pasar. 3.
Inflasi Tarikan Permintaan (Demand Full Inflation) Inflasi ini dikenal dengan inflasi sisi permintaan yang terjadi akibat adanya
kenaikan permintaan agregat yang terlalu pesat dibandingkan penawaran atau produksi agregat. Pada kondisi inflasi ini peredaran barang-barang menjadi berkurang dikarenakan pemanfaatan sumberdaya telah mencapai tingkat maksimum atau karena produksinya tidak dapat ditingkatkan secepatnya. 2.2 Hubungan Antar Variabel 2.2.1 Hubungan Antara NPM dan Return Saham NPM merupakan rasio antara laba bersih setelah laba pajak (Net Income After Tax) terhadap total penjualan (sales). Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan pendapatan bersihnya terhadap total penjualan yang dicapai oleh perushaan. Jika kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih atas penjualannya semakin meningkat, dampaknya adalah pendapatan yang diterima para pemegang saham akan meningkat pula. Meningkatnya keuntungan (laba bersih sesudah pajak) akan mencerminkan bagian laba dalam bentuk dividend gain maupun capital gain yang diterima oleh pemegang saham semakin besar. Dengan demikian para investor atau calon
51
investor lain akan tertarik untuk menanamkan dananya ke dalam perusahaan tersebut. Jika permintaan akan saham perusahaan semakin banyak maka harga saham di pasar modal cenderung meningkat. Meningkatnya harga saham berimplikasi pada naiknya capital gain (actual return) dari saham tersebut. Hal ini disebabkan karena actual return merupakan selisih antara harga saham periode saat in dengan harga saham sebelumnya. Berdasarkan logika konsep, maka NPM berpengaruh positif terhadap return saham sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Munfaridah (2012). 2.2.2 Hubungan Antara PER dan Return Saham PER merupakan rasio pasar yang digunakan untuk melihat bagaimana pasar menghargai kinerja saham suatu perushaan terhadap kinerja perusahaan yang dicerminkan oleh EPS-nya. Makin
besar PER suatu saham, maka saham
tersebut akan semakin mahal terhadap pendapatan bersih per lembar sahamnya. Jika dikatakan saham mempunyai PER 10 kali, berarti harga saham tersebut 10 kali lipat terhadap EPS-nya. Saham yang mempunyai PER semakin kecil akan semakin bagus, yang berarti saham tersebut semakin murah. Perhatikan bahwa PER merupakan salah satu segi memandang kinerja return saham. Biasanya, PER suatu saham dibandingkan PER industrinya, untuk melihat kinerja saham tersebut terhadap kinerja saham rata-rata pada industri tersebut (Ang, 1997). Sulaiman dan Hadi (2004) menjelaskan bahwa PER digunakan oleh para investor untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba di masa yang akan datang. Perusahaan yang memiliki PER yang tinggi biasanya
52
memiliki peluang tingkat pertumbuhan yang tinggi, begitu juga sebaliknya perusahaan yang memiliki PER yang rendah biasanya memiliki tingkat pertumbuhan yang rendah. Semakin tinggi PER menunjukkan prospektus harga saham dinilai semakin tinggi oleh investor terhadap pendapatan per lembar sahamnya, sehingga PER yang semakin tinggi juga menunjukkan semakin mahal saham tersebut terhadap pendapatannya. Jika harga saham semakin tinggi maka selisih harga saham periode sekarang dengan periode sebelumnya semakin besar, sehingga capital gain juga semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena capital gain (actual return) dihitung dari selisih antara harga saham periode sekarang dengan harga saham periode sebelumnya. Dapat disimpulkan bahwa PER yang tinggi akan mengakibatkan return saham naik. Hal ini berarti PER berpengaruh positif terhadap return saham. Dari argumentasi di atas, maka dapat disimpulkan PER berpengaruh positif terhadap return saham. Hal ini dikuatkan dengan bukti empiris dari penelitian Nugroho (2009) dan Poernamawati (2008). 2.2.4
Hubungan Antara EPS dan Return Saham
EPS merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak pada satu tahun buku dengan jumlah saham yang diterbitkan (Ang, 1997). Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006), EPS merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan perusahaan yang didistribusikan untuk setiap lembar saham yang diterbitkan. Semakin tinggi nilai EPS menujukkan semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham. Pada umumnya manajemen perusahaan, pemegang saham biasa dan calon pemegang saham sangat tertarik akan EPS, karena hal ini menggambarkan
53
jumkah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa. Para calon pemegang saham tertarik dengan EPS yang besar. Secara logika konsep, EPS yang besar menunjukkan return saham yang besar. Hal ini berarti EPS berpengaruh positif terhadap return saham. Penelitian yang dilakukan oleh Widodo (2007) dan Savitri (2012) memperkuat hubungan EPS dengan return saham dimana jika EPS meningkat maka return saham juga meningkat. 2.2.5
Hubungan Antara Inflasi dan Return Saham
Inflasi merupakan kondisi dimana meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus dalam kurun waktu tertentu. Harga barang-barang dan bahan baku memiliki kecenderungan untuk meningkat pada kondisi inflasi. Peningkatan inflasi disebabkan oleh dua faktor yaitu karena adanya tarikan permintaan dan adanya tarikan penawaran yaitu peningkatan biaya produksi (Sukirno, 2008). Pasar dikatakan efisien bilamana terdapat korelasi antara harga saham dengan informasi pasar. Seorang investor tidak hanya mampu menelaah informasi kinerja perusahaan tetapi juga informasi mengenai keadaan pasar. Informasi pasar berupa peningkatan inflasi mengindikasikan bahwa pasar dalam kondisi yang tidak sehat sehingga risiko untuk investasi menjadi meningkat. Tingkat inflasi tentunya akan mempengaruhi keputusan investor dalam investasi saham. Inflasi yang berlebihan dapat mengakibatkan distorsi pada perekonomian, yaitu membuat banyak perusahaan menagalami kebangkrutan. Inflasi yang tinggi akan berdampak pada penurunan harga saham, sementara inflasi yang rendah akan berakibat pertumbuhan ekonomi menjadi lamban, dan pada akhirnya harga saham juga akan bergerak lamban. Tingkat inflasi yang tinggi menunjukkan bahwa risiko untuk berinvestasi cukup besar sehingga permintaan terhadap saham menurun dan akibatnya tingkat return saham pun akan menurun. Dengan
54
demikian dapat disimpulkan inflasi berpengaruh negatif terhadap return saham. Hubungan inflasi berpengaruh negatif terhadap return saham diperkuat oleh Prihantini (2009). 2.3 Penelitian Terdahulu Judul yang diangkat tentu tidak lepas dari penelitian terdahulu sebagai landasan dalam menyusun sebuah kerangka pikir ataupun arah dari penelitian ini. Ada beberapa penelitian yang mengkaji tentang faktor yang memengaruhi return saham. Penelitian itu dilakukan oleh: 1.
Dwi Martani, Mulyono dan Rahfiani Khairurizka (2009) Melakukan penelitian dengan judul “The Effect of Financial Ratios, Firm Size,
Cash Flow From Operating Activities in the Intern Report to the Stock Return”. Hasil dari penelitian tersebut adalah financial ratios, firm size, dan cash flow from operating activities secara bersama-sama mempengaruhi adjusted return dan abnormal return. Variabel yang secara konsisten berpengaruh signifikan pada adjusted return dan abnormal return adalah profitability ratio (NPM dan ROE), TATO, dan market value ratio (PBV). 2.
Jacob Boudoukh dan Matthew Richardson (1993) Melakukan penelitian dengan judul “Stock Returns and Inflation : A Long
Horizon Perspective”. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah nominal return, inflasi dan return saham. Hasil dari penelitian tersebut adalah penelitian ini menemukan korelasi positif antara inflasi dan nominal return dengan return saham di masa-masa mendatang yang terjadi di U.K and U.S.
55
3.
Atika Jauharia Hatta dan Bambang Sugeng Dwiyanto (2012) Melakukan penelitian dengan judul “The Company Fundamental Factors and
Systematic Risk in Increasing Stock Price”. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah EPS, PER, CR DER, NPM, DPR, ROA, Beta, dan Stock Return. Hasil dari penelitian tersebut adalah EPS, PER, CR, ROA, and beta variabeles have positive and significant effects to stock prices, while DER and NPM variables have negative and significant effects. EPS is the dominant variable to stock price. 4.
Sheridan dan Arthur Warga (1989) Melakukan penelitian dengan judul “Stock Return as Predictors of Interest
Rates and Inflation”. Hasil dari penelitian tersebut adalah adanya hubungan positif secara signifikan diantara return saham dan tingkat inflasi. Begitupun juga adanya hubungan positif secara signifikan diantara return saham dan perubahan tingkat bunga. 5.
Andre Hernendiastoro (2005) Melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Kinerja Perusahaan dan
Kondisi Ekonomi terhadap Return Saham dengan Metode Intervalling (Studi Kasus Pada Saham-Saham LQ 45)”. Hasil dari penelitian tersebut adalah pada interval 3 bulan dan 6 bulan ROA dan suku bunga berpengaruh terhadap return saham, tetapi pada interval 12 bulanan hanya suku bunga yang berpengaruh terhadap return saham, sehingga untuk interval 3 bulanan dan 6 bulanan variabel-variabel CR, DER, PER, inflasi, dan kurs tidak berpengaruh terhadap return saham, untuk interval 12 bulanan variabel-variabel CR, DER, ROA, PER, inflasi, dan kurs tidak berpengaruh terhadap return saham. 6.
Munfaridah (2012)
56
Melakukan penelitian dengan judul "Analisis Pengaruh Faktor Fundamental Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Sektor Aneka Industri Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2010”. Hasil dari penelitian tersebut adalah NPM, ROI, PBV,dan CR masing-masing berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham Aneka Industri, sedangkan EPS dan DER tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham Aneka Industri. 7.
Nicky Nathaniel (2008) Melakukan
penelitian
dengan
judul
“Analisis
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi Return Saham (Studi Pada Saham-Saham Real Estate dan Property di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2006)”. Hasil dari penelitian tersebut adalah hanya variabel PBV yang berpengaruh signifikan terhadap return saham, sedangkan DER, EPS, dan NPM berpengaruh tidak signifikan terhadap return saham. 8.
Ratna Prihantini (2009) Melakukan penelitian dengan judul " Analisis Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar,
ROA, DER, dan CR terhadap Return Saham (Studi Kasus Saham Industri Real Estate and Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 20032006)”. Hasil dari penelitian tersebut adalah variabel inflasi, nilai tukar, DER, memiliki pengaruh signifikan dan negatif terhadap return saham. Pada sisi lain, ROA dan CR memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. 9.
Ratna Dina Marviana (2009) Melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Faktor Fundamental Terhadap
Return Saham Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Hasil dari penelitian tersebut adalah CAR, ROA, ROE, NIM, DER, LDR, EPS, PER, BR, berpengaruh signifikan terhadap Return Saham, sedangkan secara
57
parsial hanya NIM, LDR, EPS, PER, yang memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham. 10. Saniman Widodo (2007) Melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Rasio Aktivitas, Rasio Profitabilitas, dan Rasio Pasar terhadap Return Saham Syariah dalam kelompok Jakarta Islamic Index (JII) Tahun 2003-2005”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa TATO, ITO, ROA, ROE, EPS, dan PBV secara bersama-sama memberikan pengaruh yang signifikan terhadap return saham syariah. Sedangkan secara parsial pengaruhnya berbeda-beda TATO, ROA, ROE, dan EPS masing-masing mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap return saham saham syariah, ITO berpengaruh positif tidak signifikan terhadap return saham syariah, dan PBV mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap return saham syariah. 11. Dyah Ayu Savitri (2012) Melakukan penelitian dengan judul “Analisis pengaruh ROA, NPM, EPS, dan PER Terhadap Return Saham (Studi Kasus Pada perusahaan Manufaktur Sektor Food dan Beverages periode 2007-2010)”. Hasil dari penelitian tersebut adalah adanya peningkatan return saham dalam perusahaan yang masuk daftar penelitian dengan asumsi variabel ROA, NPM, EPS, dan PER tidak mengalami perubahan. Untuk variabel ROA tidak mempunyai pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return saham, sedangkan NPM terdapat pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return saham, EPS dan PER mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap return saham. Ringkasan penelitian terdahulu sebagaimana yang diuraikan di atas dapat dilihat pada Tabel 2.1
58
Tabel 2.1 Kajian Penelitian Terdahulu NO 1
NAMA (TAHUN)
JUDUL
VARIABEL PENELITIAN
HASIL PENELITIAN
Dwi
The Effect of
NPM, ROE,
Financial Ratios, Firm
Martani,
Financia
CR, DER,
Size, dan Cash Flow
Mulyono,
Ratios, Firm
TATO, PBV,
from Operating Activities
Rahfiani
Size, Cash
Size,
secara bersama-sama
Khairurizka
Flow from
Cashflow,
mempengaruhi adjusted
(Jurnal,
Operating
and Stock
return dan abnormal
2009)
Activities in the
Return
return. Variabel yang
Intern Report
secara konsisten
to the Stock
berpengaruh signifikan
Return
pada adjusted return dan abnormal return adalah profitability ratio (NPM dan ROE), TATO,dan market value ratio (PBV).
2
3
Jacob
Stock Returns
Nominal
Penelitian ini
Boudoukh
and Inflation :
Return and
menemukan korelasi
and
A Long
Inflation
positif antara inflasi dan
Matthew
Horizon
nominal return dengan
Richardson
Perspective
return saham di mas-
(Jurnal,
masa mendatang yang
1993)
terjadi di U.K and U.S.
Atika
The Company
EPS, PER,
EPS, PER, CR, ROA,
Jauharia
Fundamental
CR, DER,
and beta variabeles have
Hatta dan
Factors and
NPM, DPR,
positive and significant
Bambang
Systematic
ROA, Beta,
effects to stock prices,
Sugeng
Risk in
dan Stock
while DER and NPM
Dwiyanto
Increasing
Return
variables have negative
(Jurnal,
Stock Price
2012)
and significant effects. EPS is the dominant variable to stock price.
59
Lanjutan Tabel 2.1 NO 4
NAMA (TAHUN)
JUDUL
VARIABEL PENELITIAN
HASIL PENELITIAN
Sheridan
Stock Return
Interest
Penelitian ini
and Arthur
as Predictors
Rates,
menemukan hubungan
Warga
of Interest
Inflation, and
positif secara signifikan
(Jurnal,
Rates and
Return
diantara return saham
1989)
Inflation
Saham
dan tingkat inflasi. Begitupun juga hubungan positif secara signifikan diantara return saham dan perubahan tingkat bunga.
5
Andre
Pengaruh
CR, DER,
Pada interval 3 bulan
Kinerja
ROA, PER,
dan 6 bulan ROA dan
oro (Tesis,
Perusahaan
inflasi, suku
suku bunga berpengaruh
2005)
dan Kondisi
bunga, kurs,
terhadap return saham,
Ekonomi
dan inflasi
tetapi pada interval 12
Hernendiast
terhadap
bulanan hanya buku
Return Saham
suku bunga yang
dengan
berpengaruh terhadap
Metode
return saham, sehingga
Intervalling
untuk interval 3 bulanan
(Studi Kasus
dan 6 bulanan variabel-
Pada Saham-
variabel CR, DER, PER,
Saham LQ 45)
inflasi, dan kurs tidak berpengaruh terhadap return saham, untuk interval 12 bulanan variabel-variabel CR, DER, ROA, PER, inflasi, dan kurs tidak berpengaruh terhadap return saham.
60
Lanjutan Tabel 2.1 NO 6
NAMA (TAHUN)
JUDUL
VARIABEL PENELITIAN
HASIL PENELITIAN
Munfaridah
Analisis
EPS, NPM,
NPM, ROI, PBV,dan CR
(2012,
Pengaruh
DER, ROI,
masing-masing
Tesis)
Faktor
PBV, CR,
berpengaruh positif dan
Fundamental
dan Return
signifikan terhadap
Terhadap
Saham
return saham Aneka
Return Saham
Industri, sedangkan EPS
Pada
dan DER tidak
Perusahaan
berpengaruh signifikan
Sektor Aneka
terhadap return saham
Industri Yang
Aneka Industri.
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 20072010 7
Nicky
Analisis
DER, EPS,
Hanya variabel PBV
Nathaniel
Faktor-Faktor
NPM, PBV,
yang berpengaruh
(Tesis,
yang
dan Return
signifikan terhadap
2008)
Mempengaruhi
Saham
return saham,
Return Saham
sedangkan DER, EPS,
(Studi Pada
dan NPM berpengaruh
Saham-Saham
tidak signifikan terhadap
Real Estate
return saham.
dan Property di Bursa Efek Indonesia Periode 20042006)
61
Lanjutan Tabel 2.1 NO 8
NAMA (TAHUN)
JUDUL
VARIABEL PENELITIAN
HASIL PENELITIAN
Ratna
Analisis
Inflasi, Nilai
Variabel Inflasi, Nilai
Prihantini
Pengaruh
Tukar, ROA,
Tukar, DER, memiliki
(Tesis,
Inflasi, Nilai
DER, CR,
pengaruh signifikan dan
2009)
Tukar, ROA,
dan Return
negatif terhadap return
DER, dan CR
Saham
saham, pada sisi lain,
terhadap
ROA dan CR memiliki
Return Saham
pengaruh positif dan
(Studi Kasus
signifikan terhadap
Saham Industri
return saham
Real Estate and Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 20032006) 9
Ratna Dina
Pengaruh
CAR, ROA,
CAR, ROA, ROE, NIM,
Marviana
Faktor
ROE, NIM,
DER, LDR, EPS, PER,
(Tesis,
Fundamental
DER, LDR,
BR, berpengaruh
2009)
Terhadap
EPS, PER,
signifikan terhadap
Return Saham
BR, dan
Return Saham,
Perusahaan
Return
sedangkan secara
Perbankan
Saham
parsial hanya NIM, LDR,
Yang Terdaftar
EPS, PER, yang
Di Bursa Efek
memiliki pengaruh
Indonesia
signifikan terhadap Return Saham.
62
Lanjutan Tabel 2.1 NO 10
NAMA (TAHUN)
JUDUL
VARIABEL PENELITIAN
HASIL PENELITIAN
Saniman
Analisis
TATO, ITO,
Hasil penelitian ini
Widodo
Pengaruh
ROA, ROE,
menunjukkan bahwa
(Tesis, 2007)
Rasio
ROE, EPS,
TATO, ITO, ROA, ROE,
Aktivitas,
PBV, dan
EPS, dan PBV secara
Rasio
Return
bersama-sama
Profitabilitas,
Saham
memberikan pengaruh
dan Rasio
yang signifikan
Pasar
terhadap return saham
terhadap
syariah. Sedangkan
Return Saham
secara parsial
Syariah dalam
pengaruhnya berbeda-
kelompok
beda TATO, ROA,
Jakarta
ROE, dan EPS masing-
Islamic Index
masing mempunyai
(JII) Tahun
pengaruh positif yang
2003-2005
signifikan terhadap return saham saham syariah, ITO berpengaruh positif tidak signifikan terhadap return saham syariah, dan PBV mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap return saham syariah.
63
Lanjutan Tabel 2.1 NO 11
NAMA (TAHUN)
JUDUL
VARIABEL PENELITIAN
HASIL PENELITIAN
Dyah Ayu
Analisis
ROA, NPM,
Hasil penelitian
Savitri
pengaruh
EPS, PER,
menunjukkan bahwa
(Skripsi,
ROA, NPM,
dan Return
adanya peningkatan
2012)
EPS, dan PER
Saham
return saham dalam
Terhadap
perusahaan yang
Return Saham
masuk daftar penelitian
(Studi Kasus
dengan asumsi variabel
Pada
ROA, NPM, EPS, dan
perusahaan
PER tidak mengalami
Manufaktur
perubahan. Untuk
Sektor Food
variabel ROA tidak
dan
mempunyai pengaruh
Beverages
positif dan tidak
periode 2007-
signifikan terhadap
2010)
return saham, sedangkan pada NPM terdapat pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return saham, EPS dan PER mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap return saham.
Sumber : Berbagai Jurnal, Tesis, dan Skripsi
64
2.4 Kerangka Pikir Berdasarkan tinjauan pustaka dan penelitian terdahulu, maka pengaruh dari masing-masing variabel dalam hal ini Net Profit Margin (NPM), Price Earning Ratio (PER), Earning Per Share (EPS), dan inflasi terhadap return saham dapat digambarkan dalam kerangka pemikiran sebagai berikut.
NPM (X1)
PER (X2) Return Saham (Y) EPS (X3)
Inflasi (X4)
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
2.5 Hipotesis Hipotesis adalah pernyataan tentang sesuatu yang untuk sementara dianggap benar. Selain itu, hipotesis juga dapat diartikan sebagai pernyataan yang akan diteliti sebagai jawaban sementara dari suatu masalah. Berdasarkan rumusan masalah, tujuan teori, penelitian terdahulu, dan kerangka pemikiran maka hipotesis dalam penelitian ini adalah
65
1. Diduga Net Profit Margin (NPM), Price Earning Ratio (PER), Earning Per Share (EPS), dan inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap Return Saham. 2. Diduga variabel Earning Per Share (EPS) memiliki pengaruh dominan terhadap Return Saham.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang disusun berdasarkan laporan keuangan dua belas perusahaan BUMN go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini juga merupakan penelitian explanatory dimana peneliti berusaha menjelaskan atau membuktikan hubungan atau pengaruh antar variabel. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis rasio-rasio keuangan yang meliputi: Net Profit Margin (NPM), Price Earning Ratio (PER), Earning Per Share (EPS), dan return saham. Adapun variabel lain adalah inflasi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada perusahaan BUMN go public
di Indonesia
pada periode 2006-2011 serta menggunakan metode electronic research dan library research guna mendapatkan tambahan informasi lainnya melalui akses internet ke website perusahaan BUMN yang bersangkutan dan link lainnya yang relevan. 3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan
BUMN go public yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2006 sampai tahun 2011. Total keseluruhan perusahaan BUMN yang telah go public berjumlah tujuh belas
66
67
perusahaan yang mana meliputi: tiga perusahaan pertambangan, empat industri pengolahan, satu perusahaan pengadaan gas, dua perusahaan konstruksi, dua perusahaan
transportasi,
empat
perusahaan
jasa
keuangan,
dan
satu
perusahaan komunikasi. 3.3.2 Sampel Pengambilan sampel penelitian ini dilakukan dengan metode purposive sampling, yaitu metode pengambilan sampel berdasarkan kriteria-kriteria dan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2008). Kriteria Sampel penelitian: 1.
Perusahaan BUMN go public yang menerbitkan laporan keuangan selama enam tahun berturut-turut dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2011.
2.
Perusahaan BUMN yang menyajikan data lengkap terutama yang menjadi variabel dalam penelitian ini Net profit Margin (NPM), Price Earning Ratio (PER), Earning Per Share (EPS), dan return saham periode 2006-2011. Di tambah dengan data eksternal, yaitu data inflasi Indonesia periode 20062011.
3.
Perusahaan BUMN go public harus sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2006 dan mempublikasikan laporan keuangan tahunan per 31 Desember di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2006 hingga tahun 2011. Perusahaan yang memenuhi persyaratan sebagai sampel penelitian
berjumlah dua belas perusahaan. Adapun BUMN lain, seperti PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, dan PT Jasa Marga (Persero) Tbk tidak dimasukkan dalam data penelitian karena seluruh BUMN ini
68
tidak memenuhi kriteria sampel penelitian. Jumlah data pengamatan yang akan diolah dalam penelitian ini merupakan hasil perkalian antara jumlah perusahaan dengan jumlah periode pengamatan, yaitu selama enam periode (tahun 2006 sampai dengan 2011). Jumlah pengamatan dalam penelitian ini menjadi 72 data observasi. Jadi, jumlah sampel penelitian ini telah memenuhi ketentuan jumlah data pengamatan minimal (n = 30). Adapun daftar nama perusahaan BUMN go public yang menjadi sampel penelitian dapat dilihat pada tabel 3.1 sebagai berikut: Tabel 3.1 Daftar Sampel Penelitian Perusahaan BUMN Go Public No
Nama Perusahaan
Kode Perusahaan ADHI
1
PT Adhi Karya (Persero) Tbk
2
PT Aneka Tambang (Persero) Tbk
ANTM
3
PT Indofarma (Persero) Tbk
INAF
4
PT Kimia Farma (Persero) Tbk
KAEF
5
PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk
PGAS
6
PT Semen Gresik (Persero) Tbk
SMGR
7
PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk
PTBA
8
PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk
TLKM
9
PT Timah (Persero) Tbk
TINS
10
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk
BMRI
11
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
BBRI
12
PT Bank Nasional Indonesia (Persero) Tbk
BBNI
Sumber: www.bumn.go.id (2013)
3.4 Jenis dan Sumber Data 3.4.1 Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk angka-angka yang dapat dihitung dan
69
berkaitan dengan masalah yang diteliti. Data yang diharapkan berupa data laporan keuangan dan rasio keuangan perusahaan, seperti Net Profit Margin (NPM), Price Earning Ratio (PER), Earning Per Share (EPS), dan inflasi yang mempengaruhi return saham periode 2006-2011. 3.4.2 Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari laporan tahunan publikasi perusahaan yang diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia tahun 2006-2011. Adapun jenis data yang diperlukan : a.
Laporan Keuangan yang diperoleh dari Indonesian Capital Market directory.
b.
Harga saham tahunan masing-masing dari tahun 2006-2011.
3.5 Metode Pengumpulam Data Metode Pengumpulan data yang digunakan untuk usulan penelitian ini adalah : a.
Penelitian pustaka yang dilakukan dengan cara mengumpulkan buku literartur yang ada hubungannya dengan penulisan skripsi, dengan tujuan untuk mendapatkan landasan teori dan teknik analisis dalam memecahkan masalah.
b.
Pengumpulan dan pencatatan data laporan tahunan pada masing-masing perusahaan di Indonesia yang menjadi sampel, untuk mengetahui rasio-rasio keuangan selama periode tahun 2006-2011. Data dalam penelitian ini diperoleh dari media internet dengan cara mendownload perusahaan yang menjadi objek penelitian di Indonesia.
melalui situs
70
3.6 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.6.1 Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel independen atau variabel bebas yang selanjutnya dinyatakan dengan simbol X dan variabel dependen atau variabel terikat yang selanjutnya dinyatakan dengan simbol Y. 3.6.1.1 Variabel Independen / Bebas (X) 1) Net Profit Margin (X1) NPM adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bersih dari penjualan yang dilakukan perusahaan. Rasio ini mencerminkan efisiensi seluruh bagian, yaitu produksi, personalia, pemasaran, dan keuangan yang ada dalam perusahaan (Sudana, 2011). Secara matematis rumus NPM dapat dinyatakan sebagai berikut:
NPM =
Net Profit After Tax X 100% Sales
(13)
2) Price Earning Ratio (X2) PER merupakan rasio yang sering digunakan oleh analis saham untuk menilai harga saham. Pada dasarnya PER memberikan indikasi tentang jangka waktu yang diperlukan untuk mengendalikan dana pada tingkat harga saham dan keuntungan perusahaan pada suatu periode tertentu. Oleh karena itu, rasio ini menggambarkan kesediaan investor membayar suatu jumlah tertentu untuk setiap rupiah perolehan laba perusahaan (Halim, 2005). Rumus PER dapat dihitung sebagai berikut:
71
PER =
Market Price Per Share X 100% Fully Diluted Earning Per Share
(14)
3) Earning Per Share (X3) Laba per lembar saham atau Earning Per Share merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bagi para pemilik saham yang dapat dihitung dengan membagi laba yang tersedia bagi pemegang saham dengan jumlah lembar saham yang beredar. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut: EPS =
Earning Available For Common Stock X Number Of Shares Of Common Stock Outstanding
1,00
(15)
4) Inflasi (X4) Inflasi juga didefiniskan sebagai suatu gejala di mana tingkat harga umum mengalami kenaikan secara terus menerus (Nanga, 2001). Berdasarkan definisi tersebut, kenaikan tingkat harga umum (general price level) yang terjadi sekali saja, tidaklah dapat dikatakan sebagai inflasi. Berikut ini formula untuk menghitung inflasi:
Laju Inflasi (tahun t) =
tingkat harga (tahun t) − tingkat harga (tahun t − 1) tingkat harga (tahun t − 1)
(16)
72
3.6.1.2 Variabel Dependen/Terikat (Y) 1) Return Saham Investor
dalam
melakukan
investasi
berharap
mendapatkan
tingkat
pengembalian (return) yang besar dari investasi yang dilakukannya. Menurut Jogiyanto (2010), return adalah hasil yang diperoleh dari investasi. Pengertian lain dari return saham adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi saham yang dilakukan (Ang, 1997). Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi dan return ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi dimasa mendatang. Berikut ini formula untuk menghitung return saham:
Saham
Keterangan :
=
Pt
= Harga saham periode sekarang
Pt-1
= Harga saham periode sebelumny
−
(17)
3.6.2 Definisi Operasional Secara garis besar definisi operasional digambarkan pada tabel 3.2 sebagai berikut: Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel No
Variabel
Definisi
Pengukuran
Skala
Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan 1.
NPM (X1)
untuk menghasilkan laba bersih dari penjualan yang dilakukan perusahaan
NPM
Net Profit = After Tax X 100% Sales
Rasio
73
Lanjutan Tabel 3.2 No
Variabel
Definisi
Pengukuran
Skala
Rasio yang menggambarkan 2.
PER (X2)
PER
kesediaan investor membayar suatu jumlah tertentu untuk setiap rupiah perolehan laba perusahaan EPS merupakan ukuran
Market Price = Per Share X 100% Fully Diluted Earning Per Share
Rasio
kemampuan perusahaan 3.
EPS (X3)
dalam menghasilkan keuntungan bagi para pemilik saham yang dapat dihitung dengan membagi laba yang tersedia bagi pemegang saham dengan jumlah lembar saham yang beredar Suatu gejala di mana tingkat harga umum
4.
Inflasi
mengalami kenaikan
(X4)
secara terus menerus
Tingkat keuntungan yang 5.
Return
dinikmati oleh pemodal
Saham
atas suatu investasi
(Y)
saham yang dilakukan
EPS
Earning Available For Common Stock = X Number Of Shares Of Common Stock Outstanding
Rasio 1,00
Laju Inflasi (tahun t)
tingkat harga (tahun t) − tingkat harga (tahun t − 1) = tingkat harga (tahun t − 1) =
−
Saham
Rasio
Rasio
74
3.7 Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pendekatan kuantitatif dengan menggunakan model matematika dan statistika yang diklasifikasikan dalam kategori tertentu untuk mempermudah dalam menganalisis dengan menggunakan program SPSS 20 for windows. Sedangkan teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis regresi linier berganda untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Dalam penelitian ini teknik analisis regresi berganda digunakan untuk mengukur pengaruh NPM, EPS, PER, dan inflasi terhadap return saham. 3.7.1 Analisis Regresi Linier Berganda Model regresi linier berganda (multiple linier regression method) digunakan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari satu variabel terikat (dependen) dan lebih dari satu variabel bebas 9independen). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Return Saham dan variabel independen adalah NPM, PER, EPS, dan Inflasi. Analisis regresi berganda dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui pengaruh NPM, PER, EPS dan inflasi terhadap return saham perusahaan BUMN go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2011. Model hubungan return saham dengan NPM, PER, EPS, dan inflasi dapat disusun dalam persamaan linier sebagai berikut (Sugiyono, 2008):
= Dimana:
+ 1 1+ 2 2+ 3 3+ 4 4+
(18)
75
Y : Return Saham a : Bilangan Konstanta b1-b4 : Koefisien Regresi dari masing-masing variabel independen X1 : Net Profit Margin (NPM) X2 : Price Earning Ratio (PER) X3 : Earning Per Share (EPS) X4 : Inflasi e : Variabel Residual 3.7.2 Uji Prasyarat (Uji Asumsi Klasik) Uji Asumsi klasik digunakan untuk menguji apakah model regresi benarbenar menunjukkan hubungan yang signifikan dan representatif. Ada empat pengujian dalam uji asumsi klasik, yaitu: a.
Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel
independen dan variabel dependen atau keduanya terdistribusikan secara normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk mendetekksi normalitas dapat diuji dengan Kolmogorof-Smirnof (Sulaiman, 2004). b.
Uji Multikolinearitas Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan
adanya korelasi yang tinggi atau sempurna antara variabel bebas atau tidak. Adapun cara pendeteksiannya adalah jika multikolineraritas tinggi, kemungkinan
76
diperoleh R2 yang tinggi tetapi tidak satupun atau sangat sedikit koefisien yang ditaksir yang signifikan/penting secara statistik (Sulaiman, 2004). Model yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi yang tinggi diantara variabel bebas. c.
Uji Heteroskedastisitas Bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan
variance dari residual pengamatan satu ke pengamatan yang lain tetap. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap disebut sebagai homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Salah satu cara untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas dalam suatu model regresi linier berganda adalah dengan melihat grafik scatterplot atau nilai prediksi variabel terikat yaitu SRESID dengan residual error yaitu ZPRED. Jika tidak ada pola tertentu dan tidak menyebar diatas
dan
dibawah
angka
nol
pada
sumbu
y,
maka
tidak
terjadi
heteroskedastisitas (Sulaiman, 2004). d.
Uji Autokorelasi Bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier berganda
terdapat korelasi antara residual pada periode t dengan residual periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi maka dilakukan pengujian Durbin-Watson (DW) dengan ketentuan sebagai berikut (Sulaiman, 2004): 1.
1,65 < DW < 2,35 berarti tidak terjadi autokorelasi
2.
1,21 < DW < 1,65 atau 2,35 < DW < 2,79 berarti tidak dapat disimpulkan
3.
DW < 1,21 atau DW > 2,79 berarti terjadi autokorelasi
77
3.7.3 Uji F (Uji Serempak) Uji f digunakan untuk menguji apakah variabel-variabel independen secara bersama-sama signifikan berpengaruh terhadap variabel dependen (Sulaiman, 2004). Langkah-langkah Uji f sebagai berikut : a.
Menentukan Hipotesis Ho : β = 0, artinya variabel independen secara bersama-sama tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Ha : β ≠ 0, artinya variabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. b.
Menentukan Tingkat Signifikan Tingkat signifikan pada penelitian ini adalah 5% artinya risiko kesalahan
mengambil keputusan 5% c.
Pengambilan Keputusan
1.
Jika probabilitas (sig F) > α (0,05) maka Ho diterima, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen.
2.
Jika probabilitas (sig F) < α (0,05) maka Ha ditolak, artinya ada pengaruh yang signifikan dari variabel independent terhadap variabel dependen.
3.7.4 Uji t (Uji Parsial) Uji t digunakan untuk menguji variabel-variabel independen secara individu berpengaruh dominan dengan taraf signifikansi 5%. Langkah-langkah dalam menguji t adalah sebagai berikut:
78
a.
Merumuskan Hipotesis Ho : β = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antar variabel
independen (X) terhadap variabel dependen (Y). NPM, EPS, PER, dan inflasi secara parsial tidak berpengaruh terhadap return Saham. Ha : β ≠ 0, artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y). NPM, EPS, PER, dan inflasi secara parsial berpengaruh terhadap return saham. b.
Menentukan Tingkat Signifikan Tingkat signifikan pada penelitian ini adalah 5%, artinya risiko kesalahan
mengambil keputusan adalah 5%. c. Pengambilan Keputusan 1. Jika probabilitas (sig t) > α (0,05) maka Ho diterima, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan secara parsial dari variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Ys) . 2. Jika probabilitas (sig t) < α (0,05) maka Ha ditolak, artinya ada pengaruh yang signifikan secara parsial dari variabel independen (X).
3.7.5 Uji R2 (Koefisien Determinasi) Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai R2 terletak antara 0 sampai dengan 1 (0 ≤ R 2 ≤ 1). Tujuan menghitung koefisien determinasi adalah untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Nilai R2 mempunyai interval antara 0 sampai 1 (0≤ R 2 ≤1). Semakin besar nilai R2 (mendekati 1), semakin baik hasil untuk model regresi tersebut. Dan semakin mendekati 0, maka variabel independen secara keseluruhan tidak dapat menjelaskan variabel dependen (Sulaiman, 2004).
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan BUMN go public yang ada di Indonesia periode penelitian 2006-2011. Populasi perusahaan BUMN go public sebanyak 17 perusahaan, berdasarkan kriteria dengan menggunakan metode purposive sampling, maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 12 perusahaan BUMN go public. Penelitian ini melihat pengaruh Net Profit Margin (NPM), Price Earning Ratio (PER), Earning Per Share (EPS), inflasi terhadap return saham dengan tahun pengamatan 2006-2011. Data rasio keuangan dan return saham perusahaan sesuai periode pengamatan diperoleh dari publikasi Indonesian Capital Market Dictionary dari tahun 2006-2011. 4.2 Deskripsi Sampel Penelitian 4.2.1 Return Saham Investor
dalam
melakukan
investasi
berharap
mendapatkan
tingkat
pengembalian (return) yang besar dari investasi yang dilakukannya. Return adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi saham yang dilakukan. Umumnya, jika harga saham suatu perusahaan meningkat dibanding periode sebelumnya maka dapat dikatakan perusahaan tersebut memiliki return yang tinggi dan sebaliknya. Return saham yang diterima investor sangatlah dipengaruhi oleh kinerja perusahaan bersangkutan. Jika perusahaan memperoleh keuntungan yang besar tentu sahamnya akan diminati
79
80
oleh
banyak
investor.
Perusahaan
yang
banyak
diminati
investor
mengindikasikan jika perusahaan itu mampu memberikan tingkat return yang besar di masa yang akan datang. Adapun tingkat return saham ke-12 perusahaan BUMN go public selama periode 2006-2011 yang menjadi sampel untuk variabel dependen dalam penelitian ini sebagai berikut: Tabel 4.1 Return Saham Perusahaan BUMN Go Public Periode 2006-2011
No
Nama BUMN
1
PT Adhi Karya (Persero) Tbk PT Aneka Tambang (Persero) Tbk PT Indofarma (Persero) Tbk PT Kimia Farma (Persero) Tbk PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk PT Semen Gresik (Persero) Tbk PT Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
PT Timah (Persero) Tbk PT Bank Mandiri (Persero) Tbk PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
2006 2007 2008 2009 2010 2011
RataRata
0.11
0.70
-0.80
0.52
1.22
2.03
0.63
1.24
-0.44
-0.76
1.02
0.11
-0.21
0.16
-0.13
1.05
-0.76
0.66
-0.04
1.02
0.30
0.14
0.85
-0.75
0.67
0.25
1.18
0.39
0.68
0.32
-0.88
1.10
0.13
0.45
0.30
1.04
-0.85
-0.25
0.81
0.25
0.38
0.23
0.96
2.40
-0.43
1.50
0.33
-0.13
0.77
0.71
0.005
-0.32
0.37
-0.16
0.28
0.15
1.43
5.49
-0.96
0.76
0.44
-0.08
1.18
0.77
0.21
-0.42
1.32
0.38
0.20
0.41
0.70
0.44
-0.69
0.67
0.37
0.03
0.25
81
Lanjutan Tabel 4.1
No
Nama BUMN
12
PT Bank Nasional Indonesia (Persero) Tbk Rata-Rata Total
2006 2007 2008 2009 2010 2011
RataRata
0.46
0.05
-0.67
1.91
1.05
-0.03
0.46
0.68
0.85
-0.64
0.94
0.36
0.43
0.44
Sumber: data sekunder (diolah)
Nilai rata-rata return saham seluruh perusahaan sampel selama tahun pengamatan adalah 0,44%. Perusahaan sampel yang memiliki rata-rata return saham tertinggi selama tahun pengamatan adalah PT Timah (Persero) Tbk sebesar 1,18%. Sedangkan nilai rata-rata terendah selama tahun pengamatan diisi oleh PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk sebesar 0,15%. Rata-rata tingkat return saham dari tahun 2006 sampai tahun 2011 mengalami fluktuasi. Rata-rata tingkat return yang paling tinggi terjadi pada tahun 2009 dengan rata-rata total sebesar 0,94%. Sedangkan rata-rata total terendah terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar -0,64%. Hal ini disebabkan akibat terjadinya krisis ekonomi global yang berdampak pada perekonomian nasional. 4.2.2 Net Profit Margin (NPM) NPM merupakan rasio yang digunakan untuk menggambarkan tingkat keuntungan (laba) yang diperoleh dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya. Tingkat NPM yang tinggi menunjukkan perusahaan mempunyai kemampuan menghasilkan laba bersih dengan persentase yang tinggi dalam pendapatan operasional sehingga dapat menarik minat investor untuk menanamkan modalnya. Berikut ini perkembangan NPM pada perusahaan BUMN go public dalam kurun periode enam tahun.
82
Tabel 4.2 NPM Perusahaan BUMN Go Public Periode 2006-2011 No 1 2 3 4 5 6
7
8
9 10 11
12
Nama BUMN PT Adhi Karya (Persero) Tbk PT Aneka Tambang (Persero) Tbk PT Indofarma (Persero) Tbk PT Kimia Farma (Persero) Tbk PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk PT Semen Gresik (Persero) Tbk PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk PT Timah (Persero) Tbk PT Bank Mandiri (Persero) Tbk PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk PT Bank Nasional Indonesia (Persero) Tbk Rata-Rata Total
2006
2007
2008
2009
2010
2011
RataRata
0.02
2.24
1.23
2.15
3.34
2.73
1.95
27.58
42.74
14.26
6.94
19.25 18.60 21.56
1.48
0.87
0.34
0.19
1.20
3.07
1.19
0.02
0.02
2.05
2.19
4.36
4.93
2.26
28.54
17.87
4.95
34.56
31.57 31.50 24.83
14.80
18.50
20.07
23.10
25.33 24.18 21.00
13.70
17.60
23.7
30.50
25.40 29.16 23.34
20.87
20.60
16.4
16.70
16.70 21.53 18.80
5.10
10.70
15
4.00
11.00 10.25
0.08
18.16
19.14
21.95
27.17 33.08 19.93
0.19
20.82
21.21
20.68
25.71 31.78 20.07
0.19
6.04
7.35
12.77
21.77 28.95 12.85
9.38
14.68
12.14
14.64
17.73 19.98 14.76
9.34
Sumber: data sekunder (diolah)
Nilai NPM keseluruhan perusahaan sampel secara rata-rata adalah 14,76%. Perusahaan sampel yang mempunyai nilai rata-rata NPM tertinggi yaitu PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk dengan angka sebesar 24,83%. Sedangkan perusahaan sampel dengan nilai rata-rata NPM terendah yaitu PT Indofarma(Persero) Tbk dengan angka sebesar 1,19%.
83
4.2.3 Price Earning Ratio (PER) Price Earning Ratio (PER) merupakan rasio yang mengukur bagaimana investor menilai prospek pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang dan tercermin pada harga saham yang bersedia dibayar oleh investor untuk setiap rupiah laba yang diperoleh perusahaan. Berikut ini perkembangan PER pada perusahaan BUMN go public dalam kurun periode enam tahun. Tabel 4.3 PER Perusahaan BUMN Go Public Periode 2006-2010 No 1 2 3 4 5
6
7
8
9 10
Nama BUMN PT Adhi Karya (Persero) Tbk PT Aneka Tambang (Persero) Tbk PT Indofarma (Persero) Tbk PT Kimia Farma (Persero) Tbk PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk PT Semen Gresik (Persero) Tbk PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk PT Timah (Persero) Tbk PT Bank Mandiri (Persero) Tbk
2006
2007
2008
2009
2010
2011
RataRata
15.08
21.95
7.3
4.46
8.65
5.72
10.53
49.14
8.32
7.6
34.73
13.88
8.03
20.28
20.34
57.36
30.8
121
19.76 13.66
43.82
20.83
32.46
7.62
11.28
6.37
10.99
14.93
27.81
59.82
98.28
15.18
17.19 12.49
38.46
16.62
1.87
18.71
9.81
14.87 15.43
12.89
16.72
35.60
9.31
14.57
26.32 12.89
19.24
18.46
15.92
14.05
16.81
13.89
9.11
14.71
10.70
59.23
4.05
32.08
14.60
7.35
21.34
24.65
16.67
7.97
13.77
14.81 12.49
15.06
84
Lanjutan Tabel 4.3
Nama BUMN
11
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
14.86 18.84
9.47
12.91 11.29 11.95 13.22
12
PT Bank Nasional Indonesia (Persero) Tbk
12.87 32.08
8.5
12.17 17.62 14.22 16.24
Rata-Rata Total
2006 2007 2008 2009 2010 2011
RataRata
No
20.67 30.01 18.64 24.90 14.94 11.19 20.06
Sumber: data sekunder (diolah)
Nilai rata-rata PER keseluruhan adalah 20,06 kali. Nilai PER tertinggi dari seluruh perusahaan sampel dipegang oleh PT Indofarma (Persero) Tbk dengan rata-rata nilai selama kurun waktu pengamatan adalah 43,82 kali. Sedangkan nilai PER terendah dipegang oleh PT Adhi Karya (Persero) Tbk dengan rata-rata nilai PER sebesar 10,53 kali. Pada tahun 2007 rata-rata nilai PER mencatat angka 30,01 kali yang merupakan nilai tertinggi selama periode pengamatan. Sedangkan tahun 2011 menjadi tahun dengan angka rata-rata nilai terendah yaitu sebesar 11,19 kali. 4.2.4 Earning Per Share (EPS) Earning Per Share atau laba per lembar saham merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bagi para pemilik saham yang dapat dihitung dengan membagi laba yang tersedia bagi pemegang saham dengan jumlah lembar saham yang beredar. Berikut ini perkembangan EPS pada perusahaan BUMN go public dalam kurun periode enam tahun yang dapat dilihat pada tabel 4.4.
85
Tabel 4.4 EPS Perusahaan BUMN Go Public Periode 2006-2011
No
Nama BUMN
2006
2007
2008
2009
2010
2011
RataRata
1
PT Adhi Karya (Persero) Tbk
53.0
62.0
45.2
91.9
105.2
103.6
76.8
2
PT Aneka Tambang (Persero) Tbk
814.0
538.1
143.4
63.4
176.5
202.4
323.0
3
PT Indofarma (Persero) Tbk
5.0
3.6
1.6
0.7
4.1
11.9
4.5
4
PT Kimia Farma (Persero) Tbk
8.0
9.4
10.0
11.3
25.0
30.9
15.8
5
PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk
417.0
346.4
27.6
257.0
257.4
245.0
258.4
6
PT Semen Gresik (Persero) Tbk
2184.0
299.3
425.4
560.8
612.5
662.0
790.7
7
PT Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk
211.0
329.9
741.2
1184.0 871.9 1339.0
779.5
8
PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk
546.0
637.8
526.8
562.1
572.3
559.7
567.4
9
PT Timah (Persero) Tbk
414.0
3545.0
2667.0
62.3
188.3
178.0
1175.8
10
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk
119.1
209.8
254.5
341.7
439.4
529.3
315.6
11
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
145.2
64.0
80.0
163.0
266.0
312.0
171.7
12
PT Bank Nasional Indonesia (Persero) Tbk
305.6
201.8
248.5
304.8
478.4
628.9
361.3
Rata-Rata Total
435.2
520.6
430.9
300.2
333.1
400.2
403.4
Sumber: data sekunder (diolah)
86
Nilai EPS keseluruhan perusahaan sampel secara rata-rata adalah Rp 403,4. Perusahaan sampel yang mempunyai nilai rata-rata EPS tertinggi selama tahun pengamatan adalah PT Timah Persero (Tbk) dengan angka EPS sebesar Rp 1175,8. Sedangkan perusahaan dengan nilai rata-rata EPS terendah yaitu PT Indofarma (Persero) Tbk sebesar Rp 4,5. 4.2.5 Inflasi Inflasi didefiniskan sebagai suatu gejala di mana tingkat harga umum mengalami kenaikan secara terus menerus. Inflasi yang tinggi akan membawa malapetaka bagi perekonomian suatu negara. Oleh karena itu, variable makro yang satu ini harus mendapat perhatian serius dari pemenrintah mengingat efek yang ditimbulkannya dapat mengganggu kinerja perusahaan. Berikut in data perkembangan inflasi dari periode 2006 hingga 2011 di Indonesia. Tabel 4.5 Inflasi di Indonesia Periode 2006-2011
No
Nama BUMN
1
PT Adhi Karya (Persero) Tbk PT Aneka Tambang (Persero) Tbk PT Indofarma (Persero) Tbk PT Kimia Farma (Persero) Tbk PT Perusahaan Gas Negara (Persero)Tbk PT Semen Gresik (Persero) Tbk PT Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk
2 3 4 5 6 7
2006 2007 2008 2009 2010 2011
RataRata
6.60
6.59
11.06
2.78
6.96
3.79
6.30
6.60
6.59
11.06
2.78
6.96
3.79
6.30
6.60
6.59
11.06
2.78
6.96
3.79
6.30
6.60
6.59
11.06
2.78
6.96
3.79
6.30
6.60
6.59
11.06
2.78
6.96
3.79
6.30
6.60
6.59
11.06
2.78
6.96
3.79
6.30
6.60
6.59
11.06
2.78
6.96
3.79
6.30
87
Lanjutan Tabel 4.5
No
Nama BUMN
8
PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk
9 10 11
12
PT Timah (Persero) Tbk PT Bank Mandiri (Persero) Tbk PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk PT Bank Nasional Indonesia (Persero) Tbk Rata-Rata Total
2006 2007 2008 2009 2010 2011
RataRata
6.60
6.590 11.06
2.78
6.96
3.79
6.30
6.60
6.59
11.06
2.78
6.96
3.79
6.30
6.60
6.59
11.06
2.78
6.96
3.79
6.30
6.60
6.59
11.06
2.78
6.96
3.79
6.30
6.60
6.59
11.06
2.78
6.96
3.79
6.30
6.60
6.59
11.06
2.78
6.96
3.79
6.30
Sumber: data sekunder (diolah)
Nilai rata-rata keseluruhan inflasi yang terjadi dalam kurun waktu enam tahun adalah 6,30%. Selama kurun periode pengamatan tersebut, inflasi tertinggi terjadi pada tahun 2008 dengan inflasi berkisar 11,06%. Melambung tingginya angka inflasi nasonal pada tahun 2008 dipengaruhi oleh perlambatan ekonomi global yang berdampak pada perekonomian nasional. Sedangkan inflasi terendah selama periode pengamatan terjadi pada tahun 2009 yang hanya berkisar 2,78%. 4.3 Hasil Analisis Data 4.3.1 Uji Prasyarat (Uji Asumsi Klasik) 4.3.1.1 Hasil Uji Normalitas Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel independen dan variabel terikat dependen keduanya mempunyai distribusi
88
normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel independen dan variabel dependen keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memilki distribusi data normal atau mendekati normal. Hasil uji normalitas secara grafik Probability Polt dengan menggunakan SPSS versi 20 untuk variabel return saham ditunjukkan dengan grafik di bawah ini :
Sumber: output SPSS 2013 (data diolah) Gambar 4.1 Normal P-Plot
Berdasarkan tampilan grafik Normal P-Plot di atas, dapat disimpulkan bahwa pola grafik normal terlihat dari titik-titik yang menyebar disekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Berdasarkan garis normal
89
plot, menunjukkan bahwa model regresi layak dipakai dalam penelitian ini karena memenuhi asumsi normalitas. 4.3.1.2 Hasil Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas digunakan untuk mengetahui apakah ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik multikolinearitas, yaitu adanya hubungan linear antar variabel independen dalam model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya multikolinearitas. Multikolinearitas dapat juga dilihat dari nilai tolerance dan lawannya Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel bebas manakah yang dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi nilai tolerance rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/tolerance) dan menunjukkan adanya kolinearitas yang tinggi. Nilai cutoff yang umum dipakai adalah nilai tolerance di atas 0,10 atau sama dengan nilai VIF di bawah 10.
Tabel 4.6 Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficients Model
a
Collinearity Statistics Tolerance
VIF
npm
.540
1.853
per
.885
1.130
eps
.511
1.957
inflasi
.974
1.027
1
a. Dependent Variable: return_saham
Sumber: output SPSS 2013 (data diolah)
90
Hasil uji Multikolinearitas pada tabel di atas, menunjukkan bahwa nilai tolerance dari keempat variabel independen berada diatas 0,10 dan VIF kurang dari 10. Dimana nilai VIF untuk masing-masing variabel independen yaitu 1.853 untuk NPM, 1.130 untuk PER, 1.957 untuk EPS, dan 1.027 untuk inflasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi tersebut tidak terdapat hubungan multikolinearitas, maka model regresi yang ada layak untuk dipakai. 4.3.1.3 Hasil Uji Heterokesidasitas Uji Heteroksidasitas ditujukan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastis dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat diketahui dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara nilai prediksi variabel terikat dengan residualnya. Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas antar variabel independen dapat dilihat dari grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat dengan residualnya. Dasar analisis dari uji heteroskedastisitas melalui grafik plot adalah jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y secara acak, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil uji heteroskedastisitas berdasarkan grafik scatterplot dapat dilihat pada gambar 4.2.
91
Sumber: output SPSS 2013 (data diolah) Gambar 4.2 Scatterplot Berdasarkan gambar 4.2 dapat diketahui bahwa data (titik-titik) menyebar secara merata di atas dan di bawah garis nol, dan tidak berkumpul di satu tempat, serta tidak membentuk pola tertentu sehingga dapat disimpulkan bahwa pada uji regresi ini tidak terjadi masalah heteroskedastisitas. 4.3.1.4 Hasil Uji Autokorelasi Untuk mengetahui adanya autokorelasi dalam suatu model regresi dilakukan melalui pengujian terhadap nilai uji Durbin Watson (Uji DW), dengan ketentuan sebagai berikut :
92
Tabel 4.7 Kriteria Nilai Uji Durbin Watson
No
NILAI DW
KESIMPULAN
1.
1,65 < DW< 2,35
Tidak ada autokorelasi
2.
1,21 < DW < 1,65
Tidak dapat disimpulkan
3.
2,35 < DW < 2,79
4.
DW < 1,21
5.
DW > 2,79
Terjadi Autokorelasi Sumber: Wahid Sulaiman (2004)
Tabel 4.8 Hasil Uji Autokorelasi b
Model Summary Model
Durbin-Watson
1
1.959
a. Predictors: (Constant), inflasi, eps, per, npm b. Dependent Variable: return_saham
Sumber: output SPSS 2013 (data diolah)
Pada hasil uji regresi melalui SPSS versi 20 yang terlihat pada tabel 4.8 menghasilkan nilai Durbin Watson sebesar 1,959 disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah autokorelasi.
4.4 Hasil Uji Hipotesis 4.4.1 Hasil Uji Analisis Linear Berganda Untuk mengetahui koefisien variabel NPM, PER, EPS, dan inflasi maka dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut ini.
93
Tabel 4.9 Analisis Regresi Linear Berganda Coefficients Model
Unstandardized Coefficients
a
Standardized
t
Sig.
Coefficients B (Constant)
1
Std. Error .004
.405
npm
-.033
.011
per
.017
eps inflasi
Beta .011
.992
-.397
-3.041
.003
.005
.363
3.557
.001
.292
.072
.546
4.067
.000
-.152
.034
-.433
-4.455
.000
a. Dependent Variable: return_saham
Sumber: output SPSS 2013 (data diolah)
Return Saham = 0.004 - 0.033NPM + 0.017PER + 0.292EPS - 0.152inflasi + e Berdasarkan model regresi dan tabel 4.5 di atas maka hasil regresi berganda dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Persamaan regresi linear berganda di atas, diketahui mempunyai konstanta 0.009 dengan tanda positif, sehingga besaran konstanta menunjukkan bahwa jika variabel-variabel independen (NPM, PER, EPS, inflasi) diasumsikan konstan, maka variabel dependen yaitu return saham akan meningkat sebesar 0,004%. 2. Koefisien variabel NPM sebesar -0.033 menunjukkan bahwa jika variabel NPM berubah sebesar satu satuan atau 1%, maka NPM akan berubah sebesar -0,033% dengan asumsi variabel bebas lain tetap. 3. Koefisien variabel PER sebesar 0.017 menunjukkan bahwa jika PER berubah sebesar satu satuan atau 1%, maka return saham akan berubah sebesar 0,017% dengan asumsi variabel bebas lain tetap.
94
4. Koefisien variabel EPS sebesar 0.292 menunjukkan bahwa jika variabel EPS berubah sebesar satu satuan atau 1%, maka return saham akan berubah sebesar 0,292% dengan asumsi variabel bebas lain tetap. 5. Koefisien variabel inflasi sebesar -0.152% menunjukkan bahwa jika variabel inflasi berubah sebesar satu satuan atau 1%, maka return saham akan berubah sebesar -0,152% dengan asumsi variabel bebas lain tetap.
4.4.2 Analisis Koefisien Determinasi (R2) Untuk melihat besarnya kontribusi untuk variabel bebas secara bersamasama
terhadap
variabel
terikatnya
dengan
melihat
besarnya
koefisien
determinasi totalnya (R2). Nilai (R2) mempunyai interval antara 0 sampai 1 (0 ≤ R2 ≥ 1). Semakin besar R2 (mendekati 1), semakin baik hasil untuk model regresi tersebut dan semakin mendekati 0, maka variabel independen secara keseluruhan tidak dapat menjelaskan variabel independen (Sulaiman, Wahid: 86). Nilai R2 pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.10 di bawah ini. Tabel 4.10 Hasil Koefisien Determinasi (R2)
b
Model Summary Model
1
R
.620
R Square
a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.384
.347
.75403
Durbin-Watson
1.959
a. Predictors: (Constant), inflasi, per, npm, eps b. Dependent Variable: return_saham
Sumber: output SPSS 2013 (data diolah)
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai R sebesar 0.620 atau 62,0% artinya hubungan antara variabel independen yaitu NPM, PER, EPS, dan inflasi terhadap variabel dependen yaitu return saham adalah 62,0%. Angka sebesar
95
62.0% mengindikasikan bahwa variabel X (NPM, PER, EPS, dan inflasi) secara bersama-sama memiliki hubungan yang kuat dengan return saham. Nilai R Square (R2) pada tabel 4.10 sebesar 0.384 atau sama dengan 38,4% berarti variabel independen yaitu NPM, PER, EPS, dan inflasi dapat menunjukkan
adanya
perubahan-perubahan
yang
terjadi
pada
variabel
dependen yaitu return saham. Sedangkan sisanya sebesar 61,6% diterangkan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi pada penelitian ini. Adjusted R Square merupakan nilai R2 yang disesuaikan sehingga gambarannya lebih mendekati mutu penjajakan model. Dari tabel 5.0 dapat dilihat bahwa nilai Adjusted R Square (R2) adalah sebesar 0.347 atau sebesar 34,7%. Dengan nilai Standard Error of the Estimate yang merupakan kesalahan standar dari penaksiran sebesar 0,75403%. 4.4.3 Uji F (Uji Serempak) Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh variabel-variabel independen secara keseluruhan
terhadap
variabel
dependen.
Pengujian
dilakukan
dengan
membandingkan nilai F hitung dengan F tabel (Sulaiman, 2004). Untuk menguji pengaruh simultan tersebut dapat dilakukan dengan dua cara sebagai berikut : 1. Membandingkan nilai F hitung dalam tabel ANOVA dengan F tabel. Jika F hitung > F tabel maka hipotesis yang diajukan diterima artinya terdapat pengaruh secara bersama-sama antara variabel independen terhadap variabel dependen. Jika F hitung < F tabel maka hipotesis ditolak artinya tidak
terdapat
pengaruh
secara
bersama-sama
antara
variabel
independen terhadap variabel dependen. 2. Berdasarkan nilai probabilitas, jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 atau 5% maka hipotesis yang diajukan diterima atau dikatakan signifikan. Jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 atau 5% maka hipotesis yang
96
diajukan ditolak atau dikatakan tidak signifikan. Hasil uji F dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut:
Tabel 4.11 Hasil Uji F (Uji Serempak)
a
ANOVA Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
23.737
4
5.934
Residual
38.094
67
.569
Total
61.831
71
F 10.437
Sig. .000
b
a. Dependent Variable: return_saham b. Predictors: (Constant), inflasi, per, npm, eps
Sumber: output SPSS 2013 (data diolah)
Tabel 4.11 menunjukkan nilai F hitung sebesar 10.437 dengan signifikansi sebesar 0.000. Nilai signifikansi tersebut lebih kecil daripada 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel independen yaitu NPM, PER, EPS, dan inflasi berpengaruh secara simultan terhadap return saham sehingga hipotesis yang diajukan diterima. Apabila menggunakan cara lain yaitu dengan membandingkan F hitung dengan F tabel maka F tabel dapat dilihat dalam tabel F pada alfa 0,05 dengan derajat bebas/degree of freedom (df) untuk pembilang sebesar 4, dan derajat penyebut 67 (df untuk penyebut = n – k berarti 72 – 5 = 67) sehingga dapat diketahui bahwa nilai F tabel adalah sebesar 2.509. Nilai F tabel tersebut lebih kecil dari pada nilai F hitung pada tabel ANOVA sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel independen berpengaruh secara simulatn terhadap variabel dependen sehingga hipotesis yang diajukan yaitu NPM, PER, EPS, dan inflasi berpengaruh secara simultan terhadap return saham diterima. Artinya, setiap perubahan yang terjadi pada variabel independen yaitu, NPM, PER, EPS,
97
dan inflasi secara simultan atau bersama-sama akan berpengaruh pada return saham perusahaan BUMN go public.
4.4.4 Uji t (Uji Parsial) Uji t digunakan untuk melihat signifikansi dari pengaruh variabel independen secara individu terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel lain bersifat konstan. Uji ini dilakukan dengan memperbandingkan t hitung dengan t tabel (Sulaiman, 2004). Untuk menguji pengaruh parsial tersebut dapat dilakukan dengan dua cara sebagai berikut : 1. membandingkan nilai t hitung dalam tabel coefficients dengan t tabel. Jika t hitung > t tabel maka Ho ditolak artinya terdapat pengaruh secara parsial antara variabel independen terhadap variabel dependen. Jika t hitung < t tabel maka Ha diterima artinya tidak terdapat pengaruh secara parsial antara variabel independen terhadap variabel dependen. 2. Berdasarkan nilai probabilitas, jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 atau 5% maka hipotesis yang diajukan diterima atau dikatakan signifikan. Jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 atau 5% maka hipotesis yang diajukan ditolak atau dikatakan tidak signifikan Adapun hasil Uji t (Uji Parsial) dapat dilihat pada tabel 4.12 berikut:
98
Tabel 4.12 Hasil Uji t (Uji Parsial) Coefficients Model
Unstandardized Coefficients
a
Standardized
t
Sig.
Coefficients B (Constant)
1
Std. Error .004
.405
npm
-.033
.011
per
.017
eps inflasi
Beta .011
.992
-.397
-3.041
.003
.005
.363
3.557
.001
.292
.072
.546
4.067
.000
-.152
.034
-.433
-4.455
.000
a. Dependent Variable: return_saham
Sumber: output SPSS 2013 (data diolah)
Dari tabel di atas, maka hasil dari regresi berganda dapat dianalisis sebagai berikut: 1.
Net Profit Margin (NPM) terhadap return saham Dari hasil perhitungan uji parsial diperoleh nilai t hitung sebesar -3.041
dengan tingkat signifikansi sebesar 0.003 serta t tabel sebesar 1.9960. Karena nilai signifikansi lebih besar daripada 0.05 dan nilai t hitung lebih kecil dari pada t tabel maka dapat disimpulkan bahwa NPM berpengaruh negatif terhadap return saham. 2.
Price Earning Ratio (PER) terhadap return saham Dari hasil perhitungan uji parsial diperoleh nilai t hitung sebesar 3.557
dengan tingkat signifikansi sebesar 0.001 serta t tabel sebesar 1.9960. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari pada 0,05 dan nilai t hitung lebih besar dari pada t tabel maka dapat disimpulkan PER berpengaruh parsial terhadap return saham. 3.
Earning Per Share (EPS) terhadap return saham Dari hasil perhitungan uji parsial diperoleh nilai t hitung sebesar 4.067
dengan tingkat signifikansi sebesar 0.000 serta t tabel sebesar 1.9960. Karena
99
nilai signifikansi lebih kecil dari pada 0,05 dan nilai t hitung lebih besar dari pada t tabel maka dapat disimpulkan EPS berpengaruh parsial terhadap return saham. 4.
Inflasi terhadap return saham Dari hasil perhitungan uji parsial diperoleh nilai t hitung sebesar -4.455
dengan tingkat signifikansi sebesar 0.000 serta t tabel sebesar 1.9960. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari pada 0,05 dan nilai t hitung lebih kecil dari pada t tabel maka dapat disimpulkan inflasi berpengaruh negatif terhadap return saham. 5.
Variabel independen yang dominan terhadap return saham Koefisien transformasi regresi NPM sebesar -0.033, PER sebesar 0.017,
EPS sebesar 0.292, dan inflasi sebesar -0.152. Di antara keempat koefisien di atas, variabel EPS memiliki koefisien paling besar diantara keempat koefisien lain dengan nilai sebesar 0.292. Dengan demikian, variabel yang dominan mempengaruhi return saham adalah EPS.
4.5 Pembahasan 4.5.1 Net Profit Margin (NPM) Menurut Brigham (1999) NPM berpengaruh negatif terhadap return saham disebabkan oleh adanya persaingan diantara perusahaan-perusahaan yang bergerak dibidang industri yang sama mendorong perusahaan-perusahaan ini menurunkan harga penjualan dengan maksud untuk mencapai target penjualan perusahaannya sehingga menghasilkan keuntungan yang rendah. Walaupun dengan tingkat keuntungan rendah dilihat dari sisi NPM perusahaan, investor tetap membeli saham-saham perusahaan tersebut. Pada saat itu, investor membeli saham-saham tersebut tidak bermaksud memperoleh return berupa capital gain, tetapi investor mengharapkan dividend yang dibagi diakhir periode.
100
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hatta dan Dwiyanto (2012) yang menyatakan bahwa NPM berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham. Pada sisi lain, penelitian ini
bertentangan dengan
penemuan yang dilakukan Munfaridah (2012) dan Martani dkk (2009) yang menyatakan NPM berpengaruh positif terhadap return saham. 4.5.2 Price Earning Ratio (PER) Dari hasil analisis yang telah dilakukan, diketahui bahwa variabel PER berpengaruh positif terhadap return saham perusahaan BUMN go public pada tahun 2006-2011. Arah positif menunjukkan jika PER mengalami kenaikan maka return saham akan mengalami kenaikan. Begitupun sebaliknya, jika PER mengalami penurunan maka return saham akan mengalami penurunan. Rasio PER dilihat dari investor sebagai suatu ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba masa depan. Angka dari PER digunakan untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (earning power) di masa yang akan datang. Semakin tinggi PER menunjukkan prospektus harga saham dinilai semakin tinggi oleh investor terhadap pendapatan per lembar sahamnya, sehingga PER yang semakin tinggi juga menunjukkan semakin mahal saham tersebut terhadap pendapatannya. Jika harga saham semakin tinggi maka selisih harga saham periode sekarang dengan periode sebelumnya semakin besar, sehingga capital gain juga semakin meningkat. Perusahaan yang memiliki PER yang tinggi biasanya memiliki peluang tingkat pertumbuhan yang tinggi, akibatnya banyak investor yang memilih untuk membeli saham perusahaan tersebut. Hal ini berdampak pada naiknya harga saham sehingga menjadikan return saham akan naik. Sejalan dengan hasil penelitian yang menunjukkan PER berpengaruh positif terhadap return saham
101
perusahaan BUMN go public, yang artinya semakin tinggi PER perusahaan BUMN go public maka return perusahaan BUMN go public akan semakin naik. Hasil ini memberikan dukungan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Marviana (2009) dan Savitri (2012) yang menyatakan bahwa PER berpengaruh positif terhadap return saham. Akan tetapi hasil ini bertentangan dengan hasil yang didapat oleh Hernendiastoro (2005) yang menunjukkan PER berpengaruh negatif terhadap return saham. 4.5.3 Earning Per Share (EPS) Hasil analisis ini menunjukkan bahwa perubahan nilai EPS akan memberikan kontribusi terhadap perubahan return saham perusahaan BUMN go public. Nilai EPS yang semakin tinggi akan memberikan kontribusi terhadap perubahan return saham BUMN go public yang semakin tinggi atau sebaliknya nilai EPS yang semakin rendah akan memberikan kontribusi terhadap return saham BUMN go public yang semakin rendah. Hasil analisis mengindikasikan bahwa investor tetap akan menggunakan EPS sebagai parameter untuk mengukur kinerja perusahaan guna memprediksi return saham perusahaan BUMN go public. Hal ini sesuai dengan teori yang mendasari bahwa EPS yang semakin besar akan menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih setelah pajak semakin meningkat. Dengan meningkatnya laba bersih setelah pajak yang dihasilkan oleh perusahaan, maka return saham yang akan diterima oleh para pemegang saham juga semakin meningkat. Hasil ini memberikan dukungan terhadap penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Marviana (2009), Savitri (2012), dan Widodo (2007) yang menyatakan bahwa EPS berpengaruh positif terhadap return saham. Akan tetapi hasil ini bertentangan dengan hasil yang didapat oleh Munfaridah (2012) dan
102
Nathaniel (2008) yang menunjukkan EPS tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. 4.5.4 Inflasi Hasil analisis ini menunjukkan bahwa inflasi yang tinggi akan mengakibatkan penurunan harga saham perusahaan BUMN go public karena menyebabkan kenaikan harga barang secara umum. Kondisi ini mempengaruhi biaya produksi dan harga jual barang akan menjadi semakin tinggi. Harga jual yang tinggi akan menyebabkan menurunnya daya beli sehingga akan mempengaruhi keuntungan perusahaan dan akhirnya berpengaruh terhadap harga saham yang mengalami penurunan. Harga saham yang mengalami penurunan secara logika akan menyebabkan penurunan pada return saham perusahaan BUMN go public. Hasil ini memberikan dukungan terhadap penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Prihantini (2009) yang menyatakan inflasi berpengaruh signifikan negatif terhadap return saham. Akan tetapi hasil ini bertentangan dengan hasil yang didapat oleh Boudoukh and Richardson (1993) dan Sheridan and Warga (1989) yang menunjukkan inflasi berpengaruh positif secara signifikan.
103
BAB V KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab IV, maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1.
Dari hasil penelitian menunjukkan variabel NPM, PER, EPS, dan inflasi secara bersama-sama berpengaruh simultan terhadap return saham. Hal tersebut berarti apabila variabel NPM, PER, EPS, dan inflasi mengalami perubahan kenaikan maupun penurunan maka akan berdampak pada kenaikan dan penurunan return saham pada perusahaan BUMN go public.
2.
Variabel NPM secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham. Hal ini berarti setiap kenaikan NPM akan menyebabkan penurunan return saham.
3.
Variabel PER secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Hal ini berarti setiap kenaikan PER akan menyebabkan kenaikan return saham.
4.
Variabel EPS secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Hal ini berarti setiap kenaikan EPS akan menyebabkan kenaikan return saham.
5.
Variabel inflasi secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham. Hal ini berarti setiap kenaikan inflasi akan menyebabkan penurunan return saham.
6.
Variabel yang berpengaruh dominan terhadap return saham adalah Earning Per Share (EPS) sehingga nilai EPS yang semakin tinggi akan memberikan
104
kontribusi terhadap perubahan return saham perusahaan BUMN go public yang semakin tinggi.
5.2 Saran Berdasarkan hasil analisis pembahasan serta beberapa kesimpulan pada penelitian ini, adapun saran-saran yang dapat diberikan melalui hasil penelitian ini agar mendapatkan hasil yang lebih baik, yaitu: 1.
Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat meneliti dengan variabelvariabel lain di luar variabel in agar memperoleh hasil yang lebih bervariatif yang dapat menggambarkan hal-hal apa saja yang dapat berpengaruh terhadap return saham dan dapat memperpanjang periode pengamatan dan disarankan untuk memperluas cakupan penelitian tentang pengaruh rasio keuangan dan faktor eksternal terhadap return saham.
2.
Bagi perusahaan, perusahaan harus membuat kebijakan terkait dengan kinerja keuangan sebaik mungkin karena terbukti bahwa variabel keuangan seperti NPM, PER, dan EPS mempunyai pengaruh terhadap return saham. Kinerja keuangan yang baik merupakan cerminan dari kinerja perusahaan yang akan mempengaruhi return saham. Di sisi lain, perusahaan juga harus mempertimbangkan faktor makro untuk membuat kebijakan terkait dengan kinerja keuangan perusahaannya, misalnya faktor inflasi.
5.3 Keterbatasan Penelitian Penelitian ini mempunyai keterbatasan-keterbatasan yang dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi peneliti berikutnya agar mendapatkan hasil yang lebih baik lagi.
105
1. Penelitian ini hanya menggunakan dua belas obyek penelitian pada perusahaan BUMN go public yang tercatat di Bursa Efek Indonesia serta menggunakan periode pengamatan enam tahun, yaitu tahun 2006-2011 dengan menggunakan data tahunan dari laporan keuangan masing-masing perusahaan yang bersangkutan dalam penelitian ini, sehingga hasil ini belum dapat mengeneralisasikan hasil penelitian. 2. Penelitian ini hanya menggunakan empat variabel independen, yaitu tiga faktor internal dan satu variabel makro yang mempengaruhi return saham. Pemilihan empat variabel bebas dalam penelitian ini didasarkan atas penelitian-penelitian sebelumnya yang mengangkat lebih dari tiga variabel penelitian sebagai variabel independennya. Di samping itu, peneliti juga mengangkat variabel inflasi sebagai faktor eksternal dengan tujuan untuk mengikuti saran penelitian terdahulu yang mengangkat tema return saham sebagai judul skripsinya.
106
DAFTAR PUSTAKA
Adhitama, W dan Sudaryono, E.A. 2005. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Price Earning Ratio Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol 5, No. 2, Hal, 211-222. Alexandri, Moh. Benny. 2008 Manajemen Keuangan Bisnis. Cetakan Kesatu. Bandung: Alfabeta. Anoraga, Pandji dan Piji Pakarti. 2001. Pengantar Pasar Modal. Semarang: Rineka Cipta. Ang, Robert. 1997. Buku Pintar Pasar Modal Indonesia (The Intelligent Guide to Indonesian Capital Market). Jakarta: Mediasoft Indonesia. Bastian, Indra dan Suhardjono. 2006. Akuntansi Perbankan. Edisi 1. Jakarta: Salemba Empat. Boudoukh, Jacob and Matthew Richardson. 1993. Stock Return and Inflation : A Long-Horizon Perspective. The American Economic Review, Vol 83, No. 5, pp: 1346-1355. Brigham, Eugene dan J. F. Houston. 2001. Manajemen Keuangan II. Jakarta: Salemba Empat. Brigham, GD. 1999. Intermediate Financial Management. New Orleans: The Dryden Press. Darmaji, Tjiptono & Fakhruddin. 2006. Pasar Modal di Indonesia: Pendekatan Tanya Jawab. Jakarta: Salemba Empat. Elton, Edwin J., Gruber and Christopher R Blake. 1995. Fundamental Economic Variables, Expected Return and Bond Fund Performance. Journal of Finance, Vol 1, No. 4, September 1995. Fabozzi, Frank J. 2000. Manajemen Investasi. Jakarta: Salemba Empat. Faried, Asbi Rachman. 2008. Analisis Pengaruh Faktor Fundamental dan Nilai Kapitalisasi Pasar Terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur di BEI periode 2002-2006. Tesis Tidak Diterbitkan. Semarang: Program Studi Magister Manajemen Program Pascasarjana UNDIP. Getereida. 2012. Pengaruh ROI dan EVA terhadap Return Saham Perusahaan. Jurnal Ilmiah STIE MDP, Vol. 1 No. 2 Maret 2012 pp: 99-111. Gitman, Lawrence J. 2000. Principles of Managerial Finance. Tenth edition. Addison Wesley.
107
Gumanti. 2011. Manajemen Investasi Konsep, Teori dan Aplikasi. Jember: Mitra Wacana Media. Halim, Abdul. 2005. Analisis Investasi. Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat. Hardiningsih, Pancawati. 2001. Pengaruh Faktor Fundamental Dan Risiko Ekonomi Terhadap Return Saham Perusahaan Di Bursa Efek Jakarta (Studi Kasus Basic Industry and Chemical. Tesis Tidak Dipublikasikan. Semarang: Program Studi Magister Akuntansi Universitas Diponegoro. Hatta, Atika Jauharia and Bambang Sugeng Dwiyanto. 2012. The Company Fundamental Factors and Systematic Risk in Increasing Stock Price. Journal of Economics, Business, and Accountancy Ventura, Vol. 15, No. 2, Agustus 2012, pp 245-256. Hernendiastoro, Andre. 2005. Pengaruh Kinerja Perusahaan dan Kondisi Ekonomi Terhadap Return Saham Dengan Metode Intervalling (Studi Kasus Pada Saham-Saham LQ 45). Tesis Tidak Diterbitkan. Semarang: Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Husnan, Suad. 1997. Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka Pendek). Edisi Keempat. Yogyakarta:BPFE. . 2001. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analsisis Sekuritas. Edisi 3. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Jogiyanto. 2010. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi 7. Yogyakarta: BPFE. Joko, Sangaji. 2003. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham: Studi Kasus PT. Kimia Farma. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol 20, No. 2. Jones, C.P.1998. Investment: Analysis and Management, Sixth Edition. John Wiley and Sons, New York. Kasmir. 2008. Manajemen Perbankan. Edisi Revisi 2008. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Kewal, Suramaya Suci. 2012. Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs, dan Pertumbuhan PDB Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Jurnal Economica, Vol. 8, No. 1, April 2012, pp: 53-63. Kieso, Donald E., et.al. 2002. Akuntansi Intermediate. Terjemahan Emil Salim. Jilid 1. Edisi 10. Jakarta: Erlangga. Mankiw, N. Gregory. 2000. Teori Makroekonomi. Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga.
108
Martono dan Agus Harjito. 2007. Manajemen Keuangan. Edisi 6. Yogyakarta: Penerbit Ekonisia. Marviana, Ratna Dina. 2009. Pengaruh Faktor Fundamental Terhadap Return Saham Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Tesis Tidak Diterbitkan. Medan: Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Mulyono, Dwi Martini dan Rahfiani Khairurizka,. 2009. The Effect of Financia Ratios, Firm Size, Cash Flow From Operating Activities in the Interim Report to the Stock Return The Effect of Financia Ratios, Firm Size, Cash Flow From Operating Activities in the Interim Report to the Stock Return. Journal of Chinese Business Review, Vol 8, No. 6 Juni 2009:45-55. Munawir, S. 2002. Analisis Informasi Keuangan. Yogyakarta: Penerbit Liberty Munfaridah. 2012. Analisis Pengaruh Faktor fundamental Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Sektor Aneka Industri Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2010. Tesis Tidak Diterbitkan. Jakarta: Program Studi Magister Manajemen Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Terbuka. Nanga, Muana. 2001. Makroekonomi. Edisi 1. Jakarta: PT Grafindo Persada. Nathaniel, Nicky. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Return Saham (Studi Pada Saham-Saham Real Estate and Property di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2006). Tesis Tidak Diterbitkan. Semarang: Program Studi Magister Manajemen Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Nugroho, Inung Adi. 2009. Analisis Pengaruh Informasi Fundamental Terhadap Return Saham (Studi Komparatif Pada Subsektor Industri Otomotif Terhadap Subsektor Industri Textil Sepanjang Periode Tahun 2003 Sampai Dengan Tahun 2007 Di Bursa Efek Indonesia. Tesis Tidak Diterbitkan. Semarang: Program Studi Magister Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Nurdin. 1999. Analisis Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar, Tingkat Suku Bunga, Pertumbuhan Ekonomi, kebijakan Pemerintah, Struktur Modal, Struktur Aktiva, Likuiditas Terhadap Risiko Investasi Saham Perusahaan Properti di Bursa Efek Jakarta. Tesis Tidak Diterbitkan. Semarang: Semarang: Program Studi Magister Manajemen Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Padan, Wahyuni Peni. 2012. Pengaruh Informasi Keuangan Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta. Skripsi Tidak Diterbitkan. Makassar.
109
Poernamawati, Fahmi. 2008. Pengaruh PBV dan PER Terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Malang: Jurnal Manajemen Universitas Gajayana, Vol 5 , No. 2, November 2008, pp 105-108. Prastowo dan Rifka Juliaty. 2002. Analisa laporan Keuangan Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Prihantini, Ratna. 2009. Analisis Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar, ROA, DER, dan CR terhadap Return Saham (Studi Kasus Saham Industri Real Estate and Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2003-2006). Tesis Tidak Diterbitkan. Semarang: Program Pascasarjana Program Studi Magister Manajemen Universitas Diponegoro. Samuelson, Paul A dan Nordhaus, William D. 2004. Ilmu Makro Ekonomi. Edisi 17. Jakarta: PT. Media Global Edukasi. Sangaji, Joko. 2003. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham: Studi Kasus PT. Kimia Farma. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol 20, No. 2, pp 44-54. Savitri, Dyah Ayu. 2012. Analisis Pengaruh ROA, NPM, EPS, Dan PER Terhadap Return Saham (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Food And Beverages Periode 2007-2010). Skripsi Tidak Diterbitkan. Semarang. Simamora, H. 2002. Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis. Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat. Simatupang, Mangasa. 2010. Pengetahuan Praktis Investasi Saham dan Reksadana. Edisi 1. Jakarta: Mitra Wacana Media. Sheridan and Arthur Warga. 1989. Stock Return as Predictors of Interest Rates and Inflation. Journal of Financial And Quantitative Analysis, Vol. 24, No. 1 March 1989, pp: 47-58. Sjahrial, Dermawan. 2007. Manajemen Keuangan. Jakarta: Mitra Wacana Media. Sudana, I Made. 2011. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: Erlangga. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alvabeta. Sukirno, Sudarno. 2008. Teori Pengantar Makroekonomi. Edisi 3. Jakarta: Rajawali Pers. Sulaiman, Wahid. 2004. Analisis regresi menggunakan SPSS Contoh Kasus dan Pemecahannya. Yogyakarta: Penerbit Andi. Sunariyah. 2006. Pengetahuan Pasar Modal. Edisi 5. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
110
Sutrisno. 2001. Manajemen Keuangan: Teori, Konsep, dan Aplikasi. Edisi 1. Jakarta: PT Prenhallindo. Syamsuddin, Lukman. 2007. Manajemen Keuangan Perusahaan. Edisi 9. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Edisi 1. Yogyakarta: BPFE. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Perusahaan BUMN Go Public. 2003. Jakarta: Kementerian BUMN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. 2001. Jakarta: Otoritas Jasa Keuangan. Usman, Marzuki. Pasar Modal sebagai Piranti untuk Mengalokasi Sumber Daya Ekonomi secara Optimal. Jurnal Keuangan dan Moneter. Vol.1, No. 1, Juli 1989. Waluyo, Dwi Eko. 2003. Teori Ekonomi Makro. Malang: UMM Pers. Widodo, Saniman. 2007. Analisis Pengaruh Rasio Aktivitas, Rasio Profitabilitas, dan Rasio Pasar Terhadap Return Saham Syariah Dalam Kelompok Jakarta Islamic Index (JII) Tahun 2003 – 2005. Tesis Tidak Diterbitkan. Semarang: Program Studi Magister Manajemen Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Zubir, Zalmi. 2011. Manajemen Portofolio Penerapannya Dalam Investasi Saham. Jakarta: Salemba Empat. ………. (No. Name). Seluk Beluk Perusahaan Go Public dan Transaksi di Bursa. PAU-UGM, 1990. www.bumntrack.com/index.php/rubrik/show_rubrik_detail/31/980, Maret 2013
diakases
26
www.bumn.go.id/daftar-bumn/, diakses 20 Agustus 2013 http://www.idx.co.id/idid/beranda/publikasi/ringkasankinerjaperusahaantercatat.aspx, diakses 28 Agustus 2013
111
LAMPIRAN
112
LAMPIRAN 1
BIODATA
Identitas Diri Nama
: Ahmadi Usman
Tempat, Tanggal Lahir : Makassar, 31 Oktober 1990 Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Alamat Rumah
: JL. Tamalate 7 Stp. 29 No. 286 Makassar
Handphone
: 085255180155/085656401129
Alamat E-mail
:
[email protected]
Riwayat Pendidikan -
Pendidikan Formal : SD
: SD. Neg. Tidung
SMP
: SMP Neg. 33 Makassar
SMA
: SMA Neg 11 Makassar
Universitas : Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin Pengalaman -
Organisasi : - Forum Studi Ekonomi Islam (FOSEI) - Hasanuddin English Community (HEC) - Makassar Al-Khudi Englightening Study (MAKES)
Demikian Biodata ini dibuat dengan sebenarnya. Makassar, September 2013
Ahmadi Usman
113
LAMPIRAN 2 HASIL PERHITUNGAN NPM, PER, EPS, INFLASI, DAN RETURN SAHAM PERUSAHAAN BUMN GO PUBLIC TAHUN 2006
Tahun
2006
NPM
PER
EPS
Inflasi
Return Saham
PT Adhi Karya (Persero) Tbk
0.02
15.08
3.97
6.60
0.11
PT Aneka Tambang (Persero) Tbk
27.58 49.14
6.70
6.60
1.24
PT Indofarma (Persero) Tbk
1.48
20.34
1.61
6.60
-0.13
0.02
20.83
2.08
6.60
0.14
28.54 27.81
6.03
6.60
0.68
14.8
16.62
7.69
6.60
1.04
13.7
16.72
5.35
6.60
0.96
20.87 18.46
6.30
6.60
0.71
Nama Perusahaan
PT Kimia Farma (Persero) Tbk PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk PT Semen Gresik (Persero) Tbk PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk PT Timah (Persero) Tbk
5.1
10.7
6.03
6.60
1.43
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk
0.08
24.65
4.78
6.60
0.77
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
0.19
14.86
4.98
6.60
0.70
PT Bank Nasional Indonesia (Persero) Tbk
0.19
12.87
5.72
6.60
0.46
114
LAMPIRAN 3 HASIL PERHITUNGAN NPM, PER, EPS, INFLASI, DAN RETURN SAHAM PERUSAHAAN BUMN GO PUBLIC TAHUN 2007
Tahun
NPM
PER
EPS
Inflasi
Return Saham
PT Adhi Karya (Persero) Tbk
2.24
21.95
4.13
6.59
0.70
PT Aneka Tambang (Persero) Tbk
42.74
8.32
6.29
6.59
-0.44
0.87
57.36
1.27
6.59
1.05
0.02
32.46
2.24
6.59
0.85
17.87 59.82
5.85
6.59
0.32
18.5
1.87
5.70
6.59
-0.85
PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk
17.6
35.6
5.80
6.59
2.40
PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk
20.6
15.92
6.46
6.59
0.00
PT Timah (Persero) Tbk
10.70 59.23
8.17
6.59
5.49
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk
18.16 16.67
5.35
6.59
0.21
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
20.82 18.84
4.16
6.59
0.44
PT Bank Nasional Indonesia (Persero) Tbk
6.04
5.31
6.59
0.05
Nama Perusahaan
PT Indofarma (Persero) Tbk PT Kimia Farma (Persero) Tbk PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk PT Semen Gresik (Persero) Tbk 2007
32.08
115
LAMPIRAN 4 HASIL PERHITUNGAN NPM, PER, EPS, INFLASI, DAN RETURN SAHAM PERUSAHAAN BUMN GO PUBLIC TAHUN 2008
Tahun
NPM
PER
EPS
Inflasi
Return Saham
1.23
7.3
3.81
11.06
-0.80
14.26
7.6
4.97
11.06
-0.76
0.34
30.8
0.48
11.06
-0.76
2.05
7.62
2.30
11.06
-0.75
4.95
98.28
3.32
11.06
-0.88
20.07 18.71
6.05
11.06
-0.25
PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk
23.70
9.31
6.61
11.06
-0.43
PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk
16.40 14.05
6.27
11.06
-0.32
15.00
4.05
7.89
11.06
-0.96
19.14
7.97
5.54
11.06
-0.42
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
21.21
9.47
4.38
11.06
-0.69
PT Bank Nasional Indonesia (Persero) Tbk
7.35
8.5
5.52
11.06
-0.67
Nama Perusahaan PT Adhi Karya (Persero) Tbk PT Aneka Tambang (Persero) Tbk PT Indofarma (Persero) Tbk PT Kimia Farma (Persero) Tbk PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk PT Semen Gresik (Persero) Tbk
2008
PT Timah (Persero) Tbk PT Bank Mandiri (Persero) Tbk
116
LAMPIRAN 5 HASIL PERHITUNGAN NPM, PER, EPS, INFLASI, DAN RETURN SAHAM PERUSAHAAN BUMN GO PUBLIC TAHUN 2009
Tahun
2009
NPM
PER
EPS
Inflasi
Return Saham
PT Adhi Karya (Persero) Tbk
2.15
4.46
4.52
2.78
0.52
PT Aneka Tambang (Persero) Tbk
6.94
34.73
4.15
2.78
1.02
PT Indofarma (Persero) Tbk
0.19
121
-0.37
2.78
0.66
2.19
11.28
2.42
2.78
0.67
34.56 15.18
5.55
2.78
1.10
23.10
9.81
6.33
2.78
0.81
30.50 14.57
7.08
2.78
1.50
PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk
16.70 16.81
6.33
2.78
0.37
PT Timah (Persero) Tbk
4.00
32.08
4.13
2.78
0.76
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk
21.95 13.77
5.83
2.78
1.32
20.68 12.91
5.09
2.78
0.67
12.77 12.17
5.72
2.78
1.91
Nama Perusahaan
PT Kimia Farma (Persero) Tbk PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk PT Semen Indonesia (Persero) Tbk PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk PT Bank Nasional Indonesia (Persero) Tbk
117
LAMPIRAN 6 HASIL PERHITUNGAN NPM, PER, EPS, INFLASI, DAN RETURN SAHAM PERUSAHAAN BUMN GO PUBLIC TAHUN 2010
Tahun
Nama Perusahaan PT Adhi Karya (Persero) Tbk PT Aneka Tambang (Persero) Tbk PT Indofarma (Persero) Tbk
2010
NPM
PER
EPS
Inflasi
Return Saham
3.34
8.65
4.66
6.96
1.22
19.25 13.88
5.17
6.96
0.11
1.20
19.76
1.40
6.96
-0.04
4.36
PT Kimia Farma (Persero) Tbk PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk PT Semen Gresik (Persero) Tbk
6.37
3.22
6.96
0.25
31.57 17.19
5.55
6.96
0.13
25.33 14.87
6.42
6.96
0.25
PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk
25.40 26.32
6.77
6.96
0.33
PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk
16.70 13.89
6.35
6.96
-0.16
PT Timah (Persero) Tbk
11.00
14.6
5.24
6.96
0.44
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk
27.17 14.81
6.09
6.96
0.38
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
25.71 11.29
5.58
6.96
0.37
PT Bank Nasional Indonesia (Persero) Tbk
21.77 17.62
6.17
6.96
1.05
118
LAMPIRAN 7 HASIL PERHITUNGAN NPM, PER, EPS, INFLASI, DAN RETURN SAHAM PERUSAHAAN BUMN GO PUBLIC TAHUN 2011
Tahun
NPM
PER
EPS
Inflasi
Return Saham
2.73
5.72
4.64
3.79
-0.36
18.60
8.03
5.31
3.79
-0.34
3.07
13.66
2.48
3.79
1.04
4.93
10.99
3.43
3.79
1.14
31.50 12.49
5.50
3.79
-0.28
24.18 15.43
6.50
3.79
0.21
PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk
29.16 12.89
7.20
3.79
-0.24
PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk
21.53
9.11
6.33
3.79
-0.11
10.25
7.35
5.18
3.79
-0.39
33.08 12.49
6.27
3.79
0.04
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
31.78 11.95
5.74
3.79
0.29
PT Bank Nasional Indonesia (Persero) Tbk
28.95 14.22
6.44
3.79
-0.02
Nama Perusahaan PT Adhi Karya (Persero) Tbk PT Aneka Tambang (Persero) Tbk PT Indofarma (Persero) Tbk PT Kimia Farma (Persero) Tbk PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk PT Semen Gresik (Persero) Tbk
2011
PT Timah (Persero) Tbk PT Bank Mandiri (Persero) Tbk
119
LAMPIRAN 8 HASIL PERHITUNGAN RATA-RATA RETURN SAHAM PERUSAHAAN BUMN GO PUBLIC
No
Nama BUMN
1
PT Adhi Karya (Persero) Tbk PT Aneka Tambang (Persero) Tbk PT Indofarma (Persero) Tbk PT Kimia Farma (Persero) Tbk PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk PT Semen Gresik (Persero) Tbk PT Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk
2 3 4 5 6 7 8 9 10
PT Timah (Persero) Tbk PT Bank Mandiri (Persero) Tbk
2006 2007 2008 2009 2010 2011
RataRata
0.11
0.70
-0.80
0.52
1.22
2.03
0.63
1.24
-0.44
-0.76
1.02
0.11
-0.21
0.16
-0.13
1.05
-0.76
0.66
-0.04
1.02
0.30
0.14
0.85
-0.75
0.67
0.25
1.18
0.39
0.68
0.32
-0.88
1.10
0.13
0.45
0.30
1.04
-0.85
-0.25
0.81
0.25
0.38
0.23
0.96
2.40
-0.43
1.50
0.33
-0.13
0.77
0.71
0.005
-0.32
0.37
-0.16
0.28
0.15
1.43
5.49
-0.96
0.76
0.44
-0.08
1.18
0.77
0.21
-0.42
1.32
0.38
0.20
0.41
11
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
0.70
0.44
-0.69
0.67
0.37
0.03
0.25
12
PT Bank Nasional Indonesia (Persero) Tbk
0.46
0.05
-0.67
1.91
1.05
-0.03
0.46
0.68
0.85
-0.64
0.94
0.36
0.43
0.44
Rata-Rata Total
120
LAMPIRAN 9 HASIL PERHITUNGAN RATA-RATA NPM PERUSAHAAN BUMN GO PUBLIC
No 1 2 3 4 5 6
7
8
9 10 11
12
Nama BUMN PT Adhi Karya (Persero) Tbk PT Aneka Tambang (Persero) Tbk PT Indofarma (Persero) Tbk PT Kimia Farma (Persero) Tbk PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk PT Semen Gresik (Persero) Tbk PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk PT Timah (Persero) Tbk PT Bank Mandiri (Persero) Tbk PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk PT Bank Nasional Indonesia (Persero) Tbk Rata-Rata Total
2006
2007
2008
2009
2010
2011
RataRata
0.02
2.24
1.23
2.15
3.34
2.73
1.95
27.58
42.74
14.26
6.94
19.25 18.60 21.56
1.48
0.87
0.34
0.19
1.20
3.07
1.19
0.02
0.02
2.05
2.19
4.36
4.93
2.26
28.54
17.87
4.95
34.56
31.57 31.50 24.83
14.80
18.50
20.07
23.10
25.33 24.18 21.00
13.70
17.60
23.7
30.50
25.40 29.16 23.34
20.87
20.60
16.4
16.70
16.70 21.53 18.80
5.10
10.70
15
4.00
11.00 10.25
0.08
18.16
19.14
21.95
27.17 33.08 19.93
0.19
20.82
21.21
20.68
25.71 31.78 20.07
0.19
6.04
7.35
12.77
21.77 28.95 12.85
9.38
14.68
12.14
14.64
17.73 19.98 14.76
9.34
121
LAMPIRAN 10 HASIL PERHITUNGAN RATA-RATA PER PERUSAHAAN BUMN GO PUBLIC
No 1 2 3 4 5
6
7
8
9 10
Nama BUMN PT Adhi Karya (Persero) Tbk PT Aneka Tambang (Persero) Tbk PT Indofarma (Persero) Tbk PT Kimia Farma (Persero) Tbk PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk PT Semen Gresik (Persero) Tbk PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk PT Timah (Persero) Tbk PT Bank Mandiri (Persero) Tbk
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk PT Bank Nasional 12 Indonesia (Persero) Tbk Rata-Rata Total 11
2006
2007
2008
2009
2010
2011
RataRata
15.08
21.95
7.3
4.46
8.65
5.72
10.53
49.14
8.32
7.6
34.73
13.88
8.03
20.28
20.34
57.36
30.8
121
19.76 13.66
43.82
20.83
32.46
7.62
11.28
6.37
10.99
14.93
27.81
59.82
98.28
15.18
17.19 12.49
38.46
16.62
1.87
18.71
9.81
14.87 15.43
12.89
16.72
35.60
9.31
14.57
26.32 12.89
19.24
18.46
15.92
14.05
16.81
13.89
9.11
14.71
10.70
59.23
4.05
32.08
14.60
7.35
21.34
24.65
16.67
7.97
13.77
14.81 12.49
15.06
14.86
18.84
9.47
12.91
11.29 11.95
13.22
12.87
32.08
8.5
12.17
17.62 14.22
16.24
20.67
30.01
18.64
24.90
14.94 11.19
20.06
122
LAMPIRAN 11 HASIL PERHITUNGAN RATA-RATA EPS PERUSAHAAN BUMN GO PUBLIC
No
Nama BUMN
2006
2007
2008
2009
2010
2011
RataRata
1
PT Adhi Karya (Persero) Tbk
53.0
62.0
45.2
91.9
105.2
103.6
76.8
2
PT Aneka Tambang (Persero) Tbk
814.0
538.1
143.4
63.4
176.5
202.4
323.0
3
PT Indofarma (Persero) Tbk
5.0
3.6
1.6
0.7
4.1
11.9
4.5
4
PT Kimia Farma (Persero) Tbk
8.0
9.4
10.0
11.3
25.0
30.9
15.8
5
PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk
417.0
346.4
27.6
257.0
257.4
245.0
258.4
6
PT Semen Gresik (Persero) Tbk
2184.0
299.3
425.4
560.8
612.5
662.0
790.7
7
PT Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk
211.0
329.9
741.2
1184.0 871.9 1339.0
779.5
8
PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk
546.0
637.8
526.8
562.1
572.3
559.7
567.4
9
PT Timah (Persero) Tbk
414.0
3545.0 2667.0
62.3
188.3
178.0
1175.8
10
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk
119.1
209.8
254.5
341.7
439.4
529.3
315.6
11
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk
145.2
64.0
80.0
163.0
266.0
312.0
171.7
12
PT Bank Nasional Indonesia (Persero) Tbk
305.6
201.8
248.5
304.8
478.4
628.9
361.3
Rata-Rata Total
435.2
520.6
430.9
300.2
333.1
400.2
403.4
123
LAMPIRAN 12 DATA INFLASI DI INDONESIA PERIDOE 2006-2011
2006 2007 2008 2009 2010 2011
RataRata
6.60
6.59
11.06
2.78
6.96
3.79
6.30
6.60
6.59
11.06
2.78
6.96
3.79
6.30
6.60
6.59
11.06
2.78
6.96
3.79
6.30
6.60
6.59
11.06
2.78
6.96
3.79
6.30
6.60
6.59
11.06
2.78
6.96
3.79
6.30
6.60
6.59
11.06
2.78
6.96
3.79
6.30
7
PT Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk
6.60
6.59
11.06
2.78
6.96
3.79
6.30
8
PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk
6.60
6.590 11.06
2.78
6.96
3.79
6.30
6.60
6.59
11.06
2.78
6.96
3.79
6.30
6.60
6.59
11.06
2.78
6.96
3.79
6.30
6.60
6.59
11.06
2.78
6.96
3.79
6.30
6.60
6.59
11.06
2.78
6.96
3.79
6.30
6.60
6.59
11.06
2.78
6.96
3.79
6.30
No 1 2 3 4 5 6
9 10 11
12
Nama BUMN PT Adhi Karya (Persero) Tbk PT Aneka Tambang (Persero) Tbk PT Indofarma (Persero) Tbk PT Kimia Farma (Persero) Tbk PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk PT Semen Gresik (Persero) Tbk
PT Timah (Persero) Tbk PT Bank Mandiri (Persero) Tbk PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk PT Bank Nasional Indonesia (Persero) Tbk Rata-Rata Total
124
LAMPIRAN 13 HASIL OUTPUT SPSS
Coefficients Model
a
Collinearity Statistics Tolerance
VIF
npm
.540
1.853
per
.885
1.130
eps
.511
1.957
inflasi
.974
1.027
1
a. Dependent Variable: return_saham
125
b
Model Summary Model
Durbin-Watson
1 a. Predictors: (Constant), inflasi, eps, per, npm b. Dependent Variable: return_saham
1.959
126
Coefficients Model
a
Unstandardized Coefficients
Standardized
t
Sig.
Coefficients B (Constant)
1
Std. Error
Beta
.004
.405
npm
-.033
.011
per
.017
eps inflasi
.011
.992
-.397
-3.041
.003
.005
.363
3.557
.001
.292
.072
.546
4.067
.000
-.152
.034
-.433
-4.455
.000
a. Dependent Variable: return_saham
b
Model Summary Model
R
1
.620
R Square
a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.384
.347
Durbin-Watson
.75403
1.959
a. Predictors: (Constant), inflasi, per, npm, eps b. Dependent Variable: return_saham
a
ANOVA Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
23.737
4
5.934
Residual
38.094
67
.569
Total
61.831
71
a. Dependent Variable: return_saham b. Predictors: (Constant), inflasi, per, npm, eps
F 10.437
Sig. .000
b