UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI PROGRAM REGULER MEDAN
SKRIPSI PENGARUH DANA BAGI HASIL PAJAK DAN DANA BAGI HASIL SUMBER DAYA ALAM TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN DAN KOTA DI SUMATERA UTARA OLEH: NAMA NIM DEPARTEMEN
: ALFAN H. HARAHAP : 050503179 : AKUNTANSI
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Universitas Sumatera Utara MEDAN 2009
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal pada Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi Program S1 Reguler Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Apabila kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang telah ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.
Medan, Yang membuat pernyataan
Alfan H. Harahap NIM 050503179
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr Wb, Segala puji dan syukur penulis mengucapkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala atas segala rahmat dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan sejak penulis mencari ide, mengajukan, menyusun, hingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya dukungan berupa pengarahan, bimbingan, bantuan, dan kerjasama semua pihak yang telah turut membantu dalam proses menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu,penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak dan Dra. Meutia Ismail, MM, Ak selaku ketua departemen akuntansi dan sekretaris departemen akuntansi. 3. Bapak Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu dan kesabarannya untuk memberikan pengarahan, bimbimbingan, diskusi, serta masukan selama proses penulisan skripsi ini. 4. Bapak Drs. Syamsul Bahri TRB, MM, Ak dan Bapak Drs. Rustam, M.Si, Ak selaku Dosen Penguji I dan Penguji II Saya yang telah memberikan arahan dan masukan yang berharga mengenai penulisan skripsi Saya.
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
5. Kedua orang tua saya : Ayah Ir. Marauli Harahap dan Ibu Gobir Nasution yang telah memberikan dorongan berupa doa dan semangat bagi penulis dalam proses penyusunan skripsi. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua serta memberikan balasan kepada pihak – pihak yang telah bersedia membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Amin.
Medan, Yang Membuat Pernyataan
Alfan H. Harahap NIM 050503179
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam berpengaruh terhadap Belanja Modal pada Pemerintahan Kabupaten/ Kota di Propinsi Sumatera Utara. Metode penelitian dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan desain penelitian kausal, dengan jumlah sampel 16 kabupaten/ kota setiap tahunnya dari 33 kabupaten/ kota yang ada di Propinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan untuk periode 2005-2007. jenis data yang dipakai adalah data sekunder. Data diperoleh dari BPS (Badan Pusat Statistika) Propinsi Sumatera Utara. Data yang dianalisis dalam penelitian ini diolah dari Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Metode analissi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, dengan pengujian asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi linear berganda dengan uji t dan uji F. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kedua variabel independen berpengaruh positif terhadap Belanja Modal secara bersama-sama dan secara parsial Dana Bagi Hasil Pajak berpengaruh signifikan positif terhadap Belanja Modal. Sedangkan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam tidak berpengaruh terhadap Belanja Modal.
Kata Kunci : Dana Bagi Hasil Pajak, Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam, Belanja Modal.
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
ABSTRACT This study analized the influence Tax Product Shared Fund and Nature Resources Product Shared Fund to Capital Expense in Regency/ City Government at North Sumatera Province. The research method that used in this research is causal research design, and with 16 regency/ city as a sample for every year from 33 regency/ city at North Sumatera Province. The research is done for 2005-2007 period. This research utilizes secondary data. The data are taken from governments statistic center of North Sumatera. The data which is analizzed in this research are collected through the region budget of revenue and expenses. Analized method that used in this research is quantitative method, The data which have already collected are processed with classic assumption test before hypothesist test. Hypothesis test in this research used mulitiple linear regression with T test and F test. This research concludes that all of independent variables had positive significant influence toward capital expense in simultan and in partial specia Tax product share fund are influences toward capital expense. Even nature research product share fund are not influences toward capital expense Key word : Tax Product Shared Fund, Nature Research Product Shared Fund, Capital Expense.
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
DAFTAR ISI SKRIPSI Halaman PERNYATAAN.................................................................................................. i KATA PENGANTAR........................................................................................ii ABSTRAK..........................................................................................................iv ABSTRACT........................................................................................................ v DAFTAR ISI.......................................................................................................vi DAFTAR TABEL...............................................................................................ix DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xi
BAB I
PENDAHULUAN……………………………………………………1 A. Latar Belakang Masalah…………………………………….. .......1 B. Perumusan Masalah……………………………………………....4 C. Batasan Masalah…………………………………………………..5 D. Tujuan Penelitian………………………………………………….5 E. Manfaat Penelitian………………………………………………...5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………...7 A. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara…………………..........7 B. Otonomi Daerah…………………………………………………...9 C. Dana Bagi Hasil Pajak…………………………………………….11 D. Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam……………………………..15 E. Belanja Modal…………………..………………………………...21
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
F. Tinjauan Penelitian Terdahulu…………………………………….22 G. Kerangka Konseptual dan Hipotesis………………………………25 1. Kerangka Konseptual………………………………………...25 2. Hipotesis Penelitian………………………………………......26 BAB III METODE PENELITIAN…………………………………………...27 A. Desain Penelitian………………………………………………….27 B. Metode Pengumpulan Data………………………………………..27 C. Jenis dan Sumber Data ……………………………………………27 D. Populasi dan Sampel Penelitian …………………………………..28 E. Teknik Pengambilan Sampel……………………………………...30 F. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel…………………..30 G. Metode Analisis Data……………………………………………..32 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……………………..40 A. Data Penelitian…………………………………………………….40 B. Analisis Hasil Penelitian…………….…………………………….41 1. Analisis Deskriptif…………………………………………...41 2. Uji Asumsi Klasik……………………………………………43 a. Uji Normalitas....................................................................43 b. Uji Multikolinearitas..........................................................46 c. Uji Heteroskedastisitas.......................................................47 d. Uji Autokorelasi.................................................................49 3. Analisis Regresi.......................................................................50 a. Persamaan Regresi.............................................................50 Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
b. Analisis Koefisien dan Koefisien Determinasi..................51 c. Pengujian Hipotesis............................................................53 C. Pembahasan Hasil Penelitian...........................................................55 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN............................................................58 A. Kesimpulan......................................................................................58 B. Keterbatasan Penelitian...................................................................59 C. Saran................................................................................................59 DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................62 LAMPIRAN..........................................................................................................65
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
DAFTAR TABEL
Nomor
Judul
Halaman
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu...........................................................21
Tabel 3.1
Populasi, Sampel Kabupaten dan Kota.........................................25
Tabel 3.2
Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel...........................28
Tabel 4.1
Daftar Sampel Kabupaten dan Kota..............................................36
Tabel 4.2
Statistik Deskritif...........................................................................37
Tabel 4.3
Uji Normalitas................................................................................39
Tabel 4.4
Coefficients untuk BM = f(DBH Pajak, DBH SDA).....................42
Tabel 4.5
Coefficients Correlations untuk BM = f(DBH Pajak, DBH SDA)....................................................43
Tabel 4.6
Hasil Uji Durbin Watson................................................................46
Tabel 4.7
Analisis Hasil Regresi....................................................................47
Tabel 4.8
Hasil Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi......49
Tabel 4.9
Hasil Uji F......................................................................................50
Tabel 4.10
Hasil Uji t......................................................................................51
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Judul
Halaman
Gambar 2.1
Kerangka konseptual....................................................................23
Gambar 4.1
Histogram......................................................................................40
Gambar 4.2
Grafik Normal P-P Plot.................................................................41
Gambar 4.3
Scatterplot.........................
.......................................................45
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Judul
Halaman
Lampiran 1
Daftar Sampel Kabupaten Dan Kota.............................................59
Lampiran 2
Data Realisasi Belanja Modal Tahun 2005 sampai 2007..............60
Lampiran 3
Data Realisasi Dana Bagi Hasil Pajak Tahun 2005 sampai 2007...............................................................................................61
Lampiran 4
Data Realisasi Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Tahun 2005 sampai 2007..............................................................62
Lampiran 5
Statistik Deskriptif.........................................................................63
Lampiran 6
Hasil Uji Normalitas......................................................................64
Lampiran 7
Histogram.......................................................................................65
Lampiran 8
Grafik Normal P-P Plot..................................................................66
Lampiran 9
Hasil Uji Multikolonearitas............................................................67
Lampiran 10 Hasil Uji Heteroskedastisitas.........................................................68 Lampiran 11 Hasil Uji Autokorelasi....................................................................69 Lampiran 12 Analisis Hasil Regresi....................................................................70 Hasil Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi....................70 Lampiran 13 Hasil Uji Hipotesis.................................................................. ......71 Lampiran 14 Tabel F dengan signifikansi 5%.....................................................72 Lampiran 15 Tabel t dengan signifikansi 5%......................................................73
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional pada hakekatnya adalah upaya untuk meningkatkan kapasitas pemerintahan daerah sehingga tercipta suatu kemampuan yang handal dan profesional dalam menjalankan
pemerintahan
serta
memberikan
pelayanan
prima
kepada
masyarakat. Pembangunan daerah juga berarti memampukan daerah untuk mengelola sumber daya ekonominya secara berdaya guna dan berhasil guna untuk kemajuan daerah dan kesejahteraan masyarakat. Otonomi yang di berikan kepada daerah di laksanakan dengan memberikan wewenang yang luas, nyata, dan bertanggungjawab secara proporsional. Pelimpahan tanggungjawab akan di ikuti oleh pengaturan pembagian, pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan serta perimbangan keuangan antara pusat dan daerah. Dengan demkian pemerintah daerah diharapkan lebih mengerti dan memenuhi aspirasi masyarakat di daerahnya agar dapat mendorong timbulnya prakarsa dan pelaksanaan pembangunan yang merupakan prasyarat keberhasilan pelaksanaan pemerintahan. Desentralisasi fiskal disatu sisi memberikan kewenangan yang lebih besar dalam pengelolaan daerah, tetapi disisi lain memunculkan persoalan baru, dikarenakan tingkat kesiapan fiskal daerah yang berbeda-beda. Penelitian yang dilakukan Adi (2005) menunjukan terjadi disparitas pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi antar daerah (kabupaten dan kota) dalam pelaksanaan desentralisasi Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
fiskal. Pemerintah dalam perkembangannya memberikan dana perimbangan untuk mengatasi persoalan ketimpangan fiskal dan adanya kebutuhan pendanaan daerah yang cukup besar tersebut dan salah satu komponen dana adalah Dana Bagi Hasi (DBH). DBH dialokasikan dalam APBN untuk daerah-daerah tertentu dalam mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan termasuk dalam program prioritas nasional. Dalam beberapa tahun berjalan, proporsi DBH terhadap penerimaan daerah masih cukup tinggi dibanding dengan penerimaan daerah yang lain. Hal ini menunjukan masih tingginya ketergantungan pemerintah daerah terhadap pasokan dana dari pemerintah pusat ini. Namun demikian, dalam jangka panjang, ketergantungan semacam ini harus semakin kecil. Berbagai investasi yang dilakukan pemerintah daerah diharapkan memberikan hasil yang positif. DBH yang menjadi sumber dana tersebut terlebih dahulu harus melalui proses penganggaran yang melibatkan eksekutif dan legislatif. Pihak eksekutif membuat draft anggaran kemudian disampaikan kepada legislatif untuk dibahas bersamasama sebelum ditetapkan menjadi peraturan Daerah (Perda). Namun pada beberapa kabupaten di Sumatera Utara, anggaran belanja langsung pemerintah daerah terkadang terlalu kecil, tidak sebanding dengan sumber dana yang diperoleh. Eksekutif dan legislatif dalam proses penyusunan anggaran tidak menjadikan belanja langsung menjadi belanja yang penting dalam penetapan anggaran belanja langsung melalui penggunaaan sumber dana khususnya DAK harus melalui regulasi pusat, artinya pemerintah daerah harus berkonsultasi dengan pemerintah pusat mengenai penggunaan anggaran. Hal ini secara tidak Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
langsung
dapat
menghambat
pembagunan
fasilitas-fasilitas publik
yang
mendukung penerimaan daerah dan ketertarikan investor untuk menanamkan modalnya didaerah tersebut. Sejak otonomi daerah dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2001, berbagai kebijakan menyangkut keuangan daerah dan APBD mengalami perubahan. Dalam hal sumber pendapatan daerah misalnya, sebelum otonomi daerah digulirkan sumber pendapatan daerah relatif terbatas. Lahirnya kebijakan Dana Perimbangan merupakan konsekuensi dari strategi desentralisasi fiskal. Pada prinsipnya Dana Perimbangan tersebut merupakan sumber pembiayaan yang saling melengkapi dengan dana dari masing-masing daerah dengan tetap memperhatikan kebutuhan wilayah daerah otonom yang bersangkutan. Namun dalam proses implementasi, desentralisasi fiskal belum menjadi salah satu faktor keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah, jika Pemerintah Daerah tidak siap dalam mengelola dan memanfaatkan keuangan daerah secara efektif dan efisien untuk peningkatan kesejahteraan rakyat. Hampir semua provinsi dan kabupaten dan kota di Indonesia memiliki masalah ketimpangan fiskal. Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara merupakan Kabupaten dan Kota yang pemerintah daerahnya senantiasa meningkatkan daerahnya dari tahun ke tahun sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah di tetapkan oleh Pemerintah Propinsi Sumatera Utara. Adapun upaya peningkatan daerah tesebut adalah upaya untuk meningkatkan Penerimaan Pendapatan Daerah yang salah satunya berupa belanja modal.
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
Salah satu sumber pendapatan daerah pada pasal 157 Undang-Undang No.33 Tahun 2004 adalah Dana Perimbangan yang terdiri dari (1) Dana Bagi Hasil (2) Dana Alokasi Umum (3) Dana Alokasi Khusus. Dana Bagi Hasil di bagi menjadi dua bagian yaitu dana bagi hasil yang bersumber dari pajak dan sumber daya alam. Pajak dan Sumber Daya Alam merupakan unsur besar dalam menghasilkan pendapatan daerah yang salah satunya berupa belanja modal. Kontribusi Pajak dan Sumber Daya Alam terhadap kelangsungan pelaksanaan pembangunan yang terangkum dalam dana perimbangan walaupun cukup besar nilainya dianggap tidak cukup dalam menopang pendapatan daerah. Hal ini dikarenakan dana perimbangan yang termasuk dalam pajak pusat yang mana masih terdapat bagian yang harus di bagi dengan pemerintah pusat. Berdasarkan penelitian Budi Setyawan, Priyo Hari Adi (2007), menunjukan adanya pengaruh yang positif antara Fiscal Stress terhadap pertumbuhan belanja modal. Penelitian lain seperti yang dilakukan oleh Darwanto (2006) dan Irma Syafitri (2009), menunjukan bahwa pendapatan asli daerah memiliki korelasi positif dan signifikan terhadap belanja modal. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan pengujian Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam pada Kabupaten/Kota di Sumatera Utara, dalam skripsi yang berjudul : “ Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal pada Kabupaten dan Kota Di Sumatera Utara “
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas dan topik yang penulis pilih untuk diteliti, maka penulis membuat perumusan masalah sebagai berikut: apakah terdapat pengaruh dana bagi hasil pajak dan dana bagi hasil sumber daya alam terhadap belanja modal pada kabupaten dan kota di Sumatera Utara baik secara simultan maupun secara parsial?
C. Batasan Masalah Adapun yang menjadi batasan objek penelitian penulis adalah : 1. Untuk LKPD (Laporan Keuangan Pemerintah Daerah) Kabupaten/Kota yang menjadi objek penelitian, penulis membatasi hanya Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota pada tahun 2005-2007. 2. Untuk Kabupaten/Kota yang menjadi objek penelitian, penulis membatasi hanya Kabupaten/Kota di Sumatera Utara.
D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dana bagi hasil pajak dan dana bagi hasil sumber daya alam terhadap belanja modal pada kabupaten dan kota di Sumatera Utara baik secara simultan maupun secara parsial.
E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti, penelitian ini menjadi sebagai salah satu upaya untuk mendapat pengalaman dan pengetahuan dalam menulis karya ilmiah dan menjadi bahan Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
masukan apabila ditanya pendapatnya mengenai pengaruh dana bagi hasil pajak dan dana bagi hasil sumber daya alam terhadap belanja modal di kabupaten dan kota di sumatera utara. 2. Bagi kabupaten dan kota, penelitian ini diharapkan menjadi informasi serta bahan pertimbangan bagi manajemen pemerintahan kabupaten/kota untuk memberikan perhatian terhadap penggunaan belanja modal yang bersumber dari Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam. 3. Bagi pihak lain, penelitian ini diharapkan menjadi stimultan dan referensi dalam penelitian-penelitian selanjutnya.
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis 1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Menurut Mamesah (1995 : 16), keuangan daerah dapat diartikan sebagai ”semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan kekayaan daerah sepanjang belum dimiliki/ dikuasai oleh negara atau daerah yang lebih tinggi serta pihak-pihak lain sesuai ketentuan/ perundangan yang berlaku. ”Menurut Halim (2004 : 20), ruang lingkup keuangan daerah terdiri dari ”keuangan daerah yang dikelola langsung dan kekayaan daerah yang dipisahkan. Keuangan daerah yang dikelola langsung adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan barang-barang inventaris milik daerah. Keuangan daerah yang dipisahkan meliput i Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). ”Keuangan daerah dalam arti sempit yakni terbatas pada hal-hal yang berkaitan dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Oleh sebab itu, keuangan daerah identik dengan APBD. ” (Saragih, 2003 : 12). Bentuk dan susunan APBD berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri (Kepmendagri) No. 29 Tahun 2002 adalah terdiri atas tiga bagian, yaitu Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan.anggaran daerah merupakan salah satu alat yang memegang peranan penting dalam rangka meningkatkan pelayanan publik dan didalamnya tercemin
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
kenutuhan masyarakat dengan memperhatikan potensi dan sumber-sumber kekayaan daerah. Menurut Mamesah (1995 : 20), APBD dapat didefinisikan sebagai : rencana operasional keuangan Pemerintah Daerah, dimana disatu pihak menggambarkan perkiraan pengeluaran setinggi-tingginya guna membiayai kegiatan-kegiatan dan proyek-proyek daerah dalam satu tahun anggaran tertentu, dan pihak lain menggambarkan perkiraan penerimaan dan sumber-sumber penerimaan daerah guna menutupi pengeluaran-pengeluaran yang dimaksud.
Pada era Orde Lama, definisi APBD yang dikemukakan oleh Halim(2004:16) adalah : rencana pekerjaan keuangan (financial Workplan) yang dibuat untuk jangka waktu tertentu, dalam waktu mana badan legislatif (DPRD) memberikan kredit kepada badan eksekutif (kepala daerah) untukl melakukan pembiayaan guna kebutuhan rumah tangga daerah sesuai dengan rancangan yang menjadi dasar (grondslag) penetapan anggaran, dan yang menunjukan semua penghasilan untuk menutup pengeluran tadi.
Unsur-Unsur APBD menurut Halim (2004 : 16) adalah : a. rencana kegiatan suatu daerah, beserta urainnya secara rinci, b. adanya sumber penerimaan yang merupakan target minimal untuk menutupi biaya-biaya sehubungan dengan aktivitas tersebut, dan adanya biaya-biaya yang merupakan batas maksimal pengeluaran-pengeluaran yang akan dilaksanakan, c. jenis kegiatan dan proyek yang dituangkan dalam bentuk angka, periode anggaran yang biasanya 1 tahun.
Menurut Bastian (2000 : 189), APBD merupakan “pengejawantahan rencana kerja Pemda dalam bentuk satuan uang untuk kurun waktu satu tahunan dan berorientasi pada tujuan kesejahteraan publik.” Menurut Saragih (2003 : 122). “Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah dasar dari Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
pengelolaan keuangan daerah dalam tahun anggaran tertentu, umumnya satu tahun. “ Keterbatasan sumberdaya sebagai pangkal masalah utama dalam pengalokasian anggaran sektor publik dapat diatasi dengan pendekatan ilmu ekonomi melalui berbagai teori tentang teknik dan prinsip seperti yang dikenal dalam Public expenditure management. Tuntutan untuk mengubah struktur belanja semakin kuat, khususnya pada daerah-daerah yang mengalami kapasitas fiskal rendah (Halim, 2001).
B. Otonomi Daerah a. Pengertian Otonomi Daerah Hakekat otonomi daerah adalah wewenang, hak dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan perundangundangan yang berlaku.
b. Dasar Hukum Otonomi Daerah Dasar hukum dari otonomi daerah adalah 1) UUD 1945 pasal 18A 2) TAP MPR No. XV/ MPR 1998 tentang Otonomi Daerah 3) UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah 4) UU No. 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua Sumber : www. depkeu.co.id
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
c. Perkembangan Otonomi Daerah Pada tahun 2001, Indonesia telah memasuki era Otonomi Daerah. Sejak periode tersebut, Kabupaten/ Kota terus meningkat jumlahnya. Sejak tahun 1999 sampai 2008, terbentuk 203 daerah otonom baru, yaitu tujuh provinsi dan 196 Kabupaten/ Kota. Dengan adanya Otonomi, banyak daerah-daerah yang telah mengalami pemekaran. Pemekaran ini mempunyai tujuan mulia yakni agar tercapainya efisiensi, keadilan, kemandirian dan juga untuk meningkatkan kualitas demokrasi Indonesia dan mencegah munculnya tuntutan separatisme. Tetapi dibalik tujuan mulia tersebut, pemekaran ini juga menyebabkan munculnya tantangan-tantangan baru bagi pemerintah maupun masyarakat. Dari sudut politik, munculnya kepentingan elit politik daerah demi memperoleh kekuasaan, dan dari sudut pandang ekonomi, terjadinya inefisiensi dalam produksi dan alokasi sumber daya ekonomi lokal.
d. Otonomi Daerah Di Sumatera Utara Propinsi Sumatera Utara sebagai salah satu daerah otonomi yang terdiri atas beberapa kabupaten dan kota juga mengalami masalah-masalah yang timbul akibat dari pemekaran. Masalah yang timbul yaitu kesenjangan fiskal, penyusunan anggaran belanja dan penetapan anggaran daerah. Sehingga masalah ini pun terkadang tidak sesuai dan tidak memandang kepentingan orang banyak secara nyata. Dan juga masalah tersebut belum termasuk ketidaksesuaian antara program pemerintah dengan Pemerintah Daerah.
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
Pemerintah Daerah ditinjau dari pendapatannya masih sangat tergantung atas dana transfer dari pemerintah padahal otonomi daerah sesungguhnya merupakan kemampuan daerah dalam mengurus rumah tangga pemerintahannya secara mandiri terlebih lagi soal pendapatan daerah.
C. Dana Bagi Hasil Pajak Dana Bagi Hasil (DBH) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah dengan memperhatikan potensi daerah penghasil berdasarkan angka persentase tertentu untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dasar hukum Dana Bagi Hasil antara lain : a. UU No. 20 Tahun 2000 tentang Biaya Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan. b. UU No. 12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan. c. UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. d. PP No. 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan. e. PP No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. f. UU No. 33 Tahun 2004 Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah. Sumber : www. depkeu.co.id DBH yang berasal dari pajak adalah bagian daerah yang berasal dari penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, Biaya Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan, Pajak Penghasilan Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri Dan Pajak Penghasilan Pasal 21. Penetapan Alokasi DBH Pajak Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
ditetapkan oleh Menteri Keuangan. DBH Pajak s end ir i disalurkan dengan cara pemindahbukuan dari Rekening Kas Umum Negara ke Rekening Kas Umum Daerah.
a) Dana Bagi Hasil Pajak Bumi dan Bangunan Penerimaan Negara dari PBB dibagi dengan imbangan 10% (sepuluh persen) untuk Pemerintah dan 90% (sembilan puluh persen) untuk daerah. Dana Bagi Hasil Pajak Bumi dan Bangunan untuk daerah sebesar 90% (sembilan puluh persen) dibagi dengan rincian sebagai berikut:
16,2% (enam belas dua
persepuluh persen) untuk provinsi yang bersangkutan, 64,8% (enam puluh empat delapan persepuluh persen) untuk kabupaten/kota yang bersangkutan, dan 9% (sembilan persen) untuk biaya pemungutan. Bagian Pemerintah sebesar 10% (sepuluh persen)
dialokasikan kepada
seluruh kabupaten dan kota. Alokasi untuk kabupaten dan kota sebagaimana dimaksud dibagi dengan rincian sebagai berikut: 6,5% (enam lima persepuluh persen) dibagikan secara merata kepada seluruh kabupaten dan kota, dan 3,5% (tiga lima persepuluh persen) dibagikan sebagai insentif kepada kabupaten dan/kota yang realisasi penerimaan PBB sektor Pedesaan dan Perkotaan pada tahun anggaran sebelumnya mencapai/melampaui rencana penerimaan yang ditetapkan. Alokasi DBH PBB
ditetapkan berdasarkan rencana penerimaan PBB dan
Biaya Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan tahun anggaran bersangkutan; dan paling lambat 2 (dua) bulan sebelum tahun anggaran bersangkutan dilaksanakan. Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
Penyaluran DBH PBB dilaksanakan berdasarkan realisasi penerimaan PBB tahun anggaran berjalan. Penyaluran DBH PBB dilaksanakan secara mingguan. Penyaluran PBB bagian Pemerintah dilaksanakan dalam 3 (tiga) tahap, yaitu bulan April, bulan Agustus, dan bulan Nopember tahun anggaran berjalan. Penyaluran PBB bagian Pemerintah dilaksanakan dalam bulan Nopember tahun anggaran berjalan.
b) Dana Bagi Hasil Biaya Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan Penerimaan Negara dari BPHTB dibagi dengan imbangan 20% (dua puluh persen) untuk Pemerintah dan 80% (delapan puluh persen) untuk daerah. DBH BPHTB untuk daerah sebesar 80% (delapan puluh persen) dibagi dengan rincian sebagai berikut:
16% (enam belas persen) untuk provinsi yang
bersangkutan; dan 64% (enam puluh empat persen) untuk kabupaten/kota yang bersangkutan. Bagian Pemerintah sebesar 20% (dua puluh persen) dialokasikan dengan porsi yang sama besar untuk seluruh kabupaten dan kota. Alokasi DBH PBB
ditetapkan berdasarkan rencana penerimaan PBB dan BPHTB tahun
anggaran bersangkutan; dan paling lambat 2 (dua) bulan sebelum tahun anggaran bersangkutan dilaksanakan. Penyaluran DBH BPHTB dilaksanakan berdasarkan realisasi penerimaan BPHTB tahun anggaran berjalan. Penyaluran DBH BPHTB dilaksanakan secara mingguan. Penyaluran BPHTB bagian Pemerintah dilaksanakan dalam 3 (tiga) tahap, yaitu bulan April, bulan Agustus, dan bulan Nopember tahun anggaran berjalan. Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
c) DBH PPh Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri dan Pajak Penghasilan Pasal 21 Penerimaan Negara dari PPh WPOPDN dan PPh Pasal 21 dibagikan kepada daerah sebesar 20% (dua puluh persen). DBH PPh WPOPDN dan PPh Pasal 21 dibagi dengan rincian sebagai berikut : 8% (delapan persen) untuk provinsi yang bersangkutan; dan 12% (dua belas persen) untuk kabupaten/kota dalam provinsi yang bersangkutan. DBH PPh WPOPDN dan PPh Pasal 21 dibagi dengan rincian berikut: 8,4% (delapan empat persepuluh persen) untuk kabupaten/kota tempat wajib pajak terdaftar; dan 3,6% (tiga enam persepuluh persen) untuk seluruh kabupaten/kota dalam provinsi yang bersangkutan dengan bagian yang sama besar. Alokasi DBH PPh WPOPDN dan PPh Pasal 21 didasarkan atas rencana penerimaan DBH PPh WPOPDN dan PPh Pasal 21. WPOPDN dan PPh Pasal 21
Alokasi DBH PPh
didasarkan atas prognosa realisasi penerimaan
DBH PPh WPOPDN dan PPh Pasal 21. Penyaluran DBH PPh WPOPDN dan PPh Pasal 21 dilaksanakan berdasarkan prognosa realisasi penerimaan PPh WPOPDN dan PPh Pasal 21 tahun anggaran berjalan. Penyaluran DBH PPh WPOPDN dan PPh Pasal 21 dilaksanakan secara triwulanan, dengan perincian sebagai berikut: penyaluran
triwulan
pertama
sampai
dengan
triwulan
ketiga masing-masing sebesar 20% (dua puluh persen) dari alokasi sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf a dan penyaluran triwulan keempat didasarkan pada selisih antara Pembagian Definitif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf b dengan jumlah dana yang telah Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
dicairkan selama triwulan pertama sampai dengan triwulan ketiga. Dalam hal terjadi kelebihan penyaluran karena penyaluran triwulan pertama sampai dengan triwulan ketiga yang didasarkan atas pembagian sementara lebih besar daripada
pembagian definitif
maka kelebihan dimaksud
diperhitungkan
dalam penyaluran tahun anggaran berikutnya.
D. Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam. DBH Sumber Daya Alam berasal dari: a.Kehutanan; b.Pertambangan Umum; c.Perikanan; d.Pertambangan Minyak Bumi; e.Pertambangan Gas Bumi; dan f.Pertambangan Panas Bumi.
a) DBH Sumber Daya Alam Kehutanan DBH Sumber Daya Alam Kehutanan dari Iuran Izin Usaha Pemanfaatan Hutan (IIUPH), Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) dan Dana Reboisasi (DR). DBH Kehutanan yang berasal dari IIUPH untuk daerah sebesar 80% (delapan puluh persen) dibagi dengan rincian: 16% (enam belas persen) untuk provinsi yang bersangkutan dan 64% (enam puluh empat persen) untuk kabupaten/kota penghasil. DBH Kehutanan yang berasal dari PSDH untuk daerah sebesar 80% (delapan puluh persen) dibagi dengan rincian: 16% (enam belas persen) untuk Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
provinsi yang bersangkutan, 32% (tiga puluh dua persen) untuk kabupaten/kota penghasil dan 32% (tiga puluh dua persen) untuk kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan. DBH Kehutanan yang berasal dari PSDH dibagikan dengan porsi yang sama besar dalam provinsi yang bersangkutan.
untuk seluruh
kabupaten/kota
lainnya
DBH Kehutanan yang berasal dari DR
sebesar 40% (empat puluh persen) dibagi kepada kabupaten/kota penghasil untuk mendanai kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan.
b) DBH Pertambangan Umum DBH Pertambangan Umum berasal dari Iuran Tetap (Land-rent); dan Iuran Eksplorasi dan Iuran Eksploitasi (Royalty). sebesar
80%
(delapan
puluh
persen)
DBH
Pertambangan
Umum
yang berasal dari wilayah
kabupaten/kota dibagi dengan rincian 16% (enam belas persen) untuk provinsi yang bersangkutan dan 64% (enam puluh empat persen) untuk kabupaten/kota penghasil. DBH Pertambangan Umum sebesar 80% (delapan puluh persen) yang berasal dari wilayah kabupaten/kota dibagi dengan rincian: 16% (enam belas persen) untuk provinsi yang bersangkutan, 32% (tiga puluh dua persen) untuk kabupaten/kota penghasil dan 32% (tiga puluh dua persen) untuk kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan.
DBH Pertambangan Umum,
dibagikan dengan porsi yang sama besar untuk seluruh kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan.
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
DBH Pertambangan Umum yang berasal dari wilayah provinsi adalah sebesar 80% (delapan puluh persen) untuk provinsi yang bersangkutan DBH pertambangan umum sebesar 80% (delapan puluh persen) yang berasal dari wilayah propinsi di bagi dengan rincian: 26% (dua puluh enam persen) untuk provinsi yang bersangkutan dan 54%
(lima
kabupaten/kota
provinsi yang bersangkutan.
lainnya
dalam
puluh
empat
persen)
untuk DBH
Pertambangan Umum dibagikan dengan porsi yang sama besar untuk seluruh kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan.
c) DBH Perikanan DBH Perikanan berasal dari Pungutan Pengusahaan Perikanan dan Pungutan Hasil Perikanan. DBH Perikanan untuk daerah sebesar 80% (delapan puluh persen)
dibagikan
dengan
porsi
yang
sama
besar
untuk
seluruh
kabupaten/kota.
d) DBH Pertambangan Minyak Bumi DBH pertambangan minyak bumi sebesar 15,5% (lima belas setengah persen) berasal dari penerimaan negara sumber daya alam pertambangan minyak bumi dari wilayah kabupaten/kota yang bersangkutan setelah dikurangi komponen pajak dan pungutan lainnya. DBH pertambangan minyak bumi sebesar 15% (lima belas persen) dibagi dengan rincian sebagai berikut:
3% (tiga persen)
dibagikan untuk provinsi yang bersangkutan, 6% (enam persen) dibagikan untuk kabupaten/kota penghasil dan 6% (enam persen) dibagikan untuk seluruh Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan. DBH Pertambangan Minyak Bumi sebesar 0,5% (setengah persen) dibagi dengan rincian sebagai berikut: 0,1% (satu persepuluh persen) untuk provinsi yang bersangkutan, 0,2% (dua persepuluh persen) untuk kabupaten/kota penghasil dan 0,2%
(dua
persepuluh persen) untuk seluruh kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan. DBH Pertambangan Minyak Bumi,
dibagikan
dengan
porsi yang sama besar untuk seluruh kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan. DBH pertambangan minyak bumi sebesar 15,5% (lima belas setengah persen) berasal dari penerimaan negara sumber daya alam pertambangan minyak bumi dari wilayah provinsi yang bersangkutan setelah dikurangi komponen pajak dan pungutan lainnya.
DBH pertambangan minyak bumi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) sebesar 15% (lima belas persen) dibagi dengan rincian sebagai berikut: 5% (lima persen) dibagikan untuk provinsi yang bersangkutan dan 10% (sepuluh persen) dibagikan untuk seluruh kabupaten/kota dalam Provinsi yang bersangkutan.
DBH Pertambangan Minyak sebesar 0,5% (setengah persen
dibagio dengan rincian sebagai berikut 0,17% persen)
dibagikan
untuk
provinsi
(tujuh
belas
perseratus
yang bersangkutan; dan 0,33% (tiga
puluh tiga perseratus persen) dibagikan untuk seluruh kabupaten/kota dalam Provinsi yang bersangkutan. DBH Pertambangan Minyak Bumi, dengan
porsi
yang
sama
besar
untuk
dibagikan
seluruh kabupaten/kota dalam
provinsi yang bersangkutan.
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
e) DBH Pertambangan Gas Bumi DBH pertambangan gas bumi sebesar 30,5% (tiga puluh setengah persen) berasal dari penerimaan bumi
dari
negara
sumber
daya
alam
pertambangan
gas
wilayah kabupaten/kota yang bersangkutan setelah dikurangi
komponen pajak dan pungutan lainnya. DBH pertambangan gas bumi sebesar 30% (tiga puluh persen) dibagi dengan rincian sebagai berikut: 6% (enam persen) dibagikan untuk provinsi yang bersangkutan, 12% (dua belas persen) dibagikan untuk kabupaten/kota penghasil dan 12% (dua belas persen) dibagikan untuk seluruh kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan.
DBH
Pertambangan Gas Bumi sebesar 0,5% (setengah persen) dibagi dengan rincian sebagai berikut 0,1% (satu persepuluh persen) untuk provinsi yang bersangkutan, 0,2% (dua persepuluh persen) untuk kabupaten/kota penghasil dan 0,2%
(dua
persepuluh persen) untuk seluruh kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan. DBH Pertambangan Gas Bumi dibagikan dengan porsi yang sama
besar
untuk
seluruh
kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang
bersangkutan. DBH Pertambangan Gas Bumi sebesar 30,5% (tiga puluh setengah persen) berasal dari penerimaan negara sumber daya alam pertambangan gas bumi dari wilayah provinsi yang bersangkutan setelah dikurangi komponen pajak dan pungutan lainnya. DBH Pertambangan Gas Bumi sebesar 30% (tiga puluh persen) dibagi dengan rincian sebagai berikut: 10% (sepuluh persen) dibagikan untuk provinsi yang bersangkutan dan 20% (dua puluh persen) dibagikan untuk seluruh kabupaten/kota dalam Provinsi yang bersangkutan. DBH Pertambangan Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
Gas Bumi sebesar 0,5% (setengah persen) dibagi dengan rincian sebagai berikut: 0,17% (tujuh belas perseratus persen) dibagikan untuk provinsi yang bersangkutan dan 0,33% (tiga puluh tiga perseratus persen) dibagikan untuk seluruh kabupaten/kota dalam Provinsi yang bersangkutan. DBH Pertambangan Gas Bumi dibagikan dengan porsi yang
sama
besar untuk seluruh
kabupaten/kota dalam propinsi yang bersangkutan.
f) DBH Pertambangan Panas Bumi DBH Pertambangan Panas Bumi berasal dari: Setoran Bagian Pemerintah, Iuran Tetap dan Iuran Produksi. DBH Pertambangan Panas Bumi untuk daerah sebesar 80% (delapan puluh persen) dan dibagi dengan rincian: 16% (enam belas persen) untuk provinsi yang bersangkutan, 32% (tiga puluh dua persen) untuk kabupaten/kota penghasil dan 32% (tiga puluh dua persen) untuk seluruh kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan. DBH Pertambangan Panas
Bumi
dibagikan dengan porsi yang sama besar untuk semua
kabupaten/kota dalam provinsi yang bersangkutan. Penyaluran
DBH
sebagaimana
dilaksanakan
penerimaan sumber daya alam tahun anggaran berjalan. dilaksanakan
secara triwulanan.
berdasarkan realisasi Penyaluran
DBH
Penyaluran DBH Sumber Daya Alam
dilaksanakan dengan cara pemindahbukuan dari Rekening Kas Umum Negara ke Rekening Kas Umum Daerah. Penyaluran DBH Pertambangan Minyak Bumi dan Pertambangan Gas Bumi
ke daerah
dilakukan
dengan
menggunakan
asumsi
dasar
harga
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
minyak
bumi
tidak melebihi
130%
(seratus
tiga
puluh
persen)
dari
penetapan dalam APBN tahun berjalan. Dalam hal asumsi dasar harga minyak bumi yang ditetapkan dalam APBN Perubahan melebihi 130% (seratus tiga puluh persen), selisih penerimaan negara dari minyak bumi dan gas bumi sebagai dampak dari kelebihan dimaksud dialokasikan dengan menggunakan formula DAU. Ketentuan mengenai tata cara penghitungan selisih penerimaan negara dari minyak bumi dan gas bumi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan. Menteri
Keuangan
melakukan
pemantauan
dan
evaluasi
atas
penggunaan anggaran pendidikan dasar yang berasal dari DBH Minyak Bumi dan
Gas
Bumi. Menteri teknis melakukan pemantauan dan evaluasi teknis
pelaksanaan kegiatan yang didanai dari DBH Dana Reboisasi. Menteri Keuangan melakukan pemantauan dan evaluasi atas penggunaan anggaran rehabilitasi hutan dan lahan yang berasal dari DBH Dana Reboisasi. Apabila
hasil
pemantauan dan evaluasi mengindikasikan adanya penyimpangan, Menteri Keuangan
meminta
aparat pengawasan fungsional untuk melakukan
pemeriksaan. Hasil pemeriksaan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengalokasian DBH untuk tahun anggaran berikutnya.
E. Belanja Modal Menrut Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan ”belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset langsung yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
Belanja modal meliputi antara lain belanja modal untuk perolehan tanah dan aset tidak berwujud pembangunan serta perbaikan sektor pendidikan, kesehatan, transportasi, sehingga masyarakat juga menikmati manfaat dari pembangunan daerah. Menurut Halim (2004 : 73), ”belanja modal merupakan belanja pemeerintah daerah yang manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan daerah dan selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya pemeliharaan pada kelompok belanja administrasi umum. Tersedianya infrastruktur yang baik diharapkan dapat menciptakan efisiensi dan efektifitas diberbagai sektor, produktifitas masyarakat diharapkan menjadi semakin tinggi dan pada gilirannya terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi. Pembangunan dalam sektor pelayanan kepada publik akan merangsang masyarakat untuk lebih aktif dan bergairah dalam bekerja karena ditunjang oleh fasilitas yang memadai, selain itu investor juga akan tertarik kepada daerah karena fasilitas yang dinberikan kepada daerah. Dengan bertambahnya produktifitas masyarakat dan investor yang berada di daerah akan berdampak pada peningkatan pendapatan asli daerah. Pendapatan daerah yang semakin tinggi akan merangsang pemerintah daerah untuk lebih meningkatkan mutu pelayanannya kepada publik sehingga tingkat pertumbuhan ekonomi daerah akan meningkat seiring dengan meningkatnya pendapatan perkapita.
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
F. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai Pengaruh Fiscal Stress Terhadap
Pertumbuhan
Pendapatan Asli Daerah Dan Belanja Modal oleh Budi Setyawan, Priyo Hari Adi (2007). Hasil pengujian hipotesis menunjukkan terdapat hubungan positif antara fiscal stress terhadap pertumbuhan belanja modal/pembangunan. Penelitian lainnya
adalah Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dan Dana Alokasi Umum Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal oleh Darwanto (2006). Hasil Uji Hipotesis menunjukkan bahwa, variabel PAD memiliki korelasi positif dan signifikan terhadap belanja modal. Penelitian lainnya adalah Pengaruh Pertumbuhan ekonomi, PAD, DAU Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Pada Pemerintahan Kabupaten/ Kota Di Provinsi Sumatera Utara oleh Irma Syafitri (2009). Hasil pengujian hipotesis menunjukan bahwa, variabel PAD juga memiliki korelasi positif dan signifikan terhadap belanja modal. Penelitian terdahulu yang dapat mendukung penelitian ini dapat dilihat pada table 2.1
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu Nama Peneliti dan Tahun Penelitian 1 Budi Setyawan, Priyo Hari Adi, 2007
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Hasil Penelititan
Pengaruh Fiscal Stress Terhadap Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah Dan Belanja Modal
Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai variabel adalah fiscal Stress sebagai variabel bebas dan pertumbuhan pendapatan asli daerah dan belanja modal sebagai variabel terikat.
Budi Setyawan dan Priyo Hari Adi menemukan bahwa terdapat hubungan positif antara fiscal stress terhadap pertumbuhan belanja modal/pembangunan.
2 Darwanto, 2006.
Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah Dan Dana Alokasi Umum Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal.
Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai variabel adalah pertumbuha ekonomi, pendapatan asli daerah dan dana alokasi umum sebagai variabel bebas dan kinerja keuangan dan pengalokasian anggaran belanja modal sebagai variabel terikat.
Dari penelitian yang telah dilakukan, didapat hasil bahwa menunjukkan bahwa pendapatan asli daerah memiliki korelasi positif dan signifikan terhadap belanja modal.
3
Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah Dan Dana Alokasi Umum Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal.
Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai variabel adalah pertumbuha ekonomi, pendapatan asli daerah dan dana alokasi umum sebagai variabel dan pengalokasian anggaran belanja modal sebagai variabel terikat.
Dari penelitian yang telah dilakukan, didapat hasil bahwa menunjukkan bahwa pendapatan asli daerah memiliki korelasi positif dan signifikan terhadap belanja modal.
Irma Syafitri, 2009.
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
G. Kerangka Konseptual dan Hipotesis a. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan factor-faktor yang penting yang telah di ketahui dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual ini akan menghubungkan antara variable-variabel penelitian, yaitu variable bebas dan variable terikat. Berdasarkan penelitian terdahulu, Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam sebagai variabel X1 dan X2 akan mempengaruhi belanja modal sebagai variabel Y baik secara parsial ataupun secara simultan. Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam merupakan sumber penerimaan pemerintah daerah yang bersumber dari pemerintah pusat. Pemerintah Daerah akan mampu menetapkan belanja modal yang semakin besar jika anggaran Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bgai Hasil Sumber Daya Alam semakin besar, maka secara teoritis. Sebaliknya, semakin kecil pula belanja modal yang akan ditetapkan. Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam berpengaruh positif terhadap belanja modal. Penelitian ini menggunakan dua variabel bebas yaitu Dana Bagi Hasi Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam serta satu variable terikat yaitu Belanja Modal. Adapun yang menjadi kerangka konseptual dari penelitian ini adalah :
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
Dana Bagi Hasil Pajak (X1)
Belanja Modal (y)
Dana Bagi Hasil SDA (X2)
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
b. Hipotesis Penelitian Menurut Erlina (2007:38) hipotesis merupakan proposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris, dan hipotesis merupakan penjelasan sementara tentang prilaku, fenomena atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi. Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam berpengaruh terhadap Belanja Modal baik secara simultan maupun parsial”
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2006:11) dengan bentuk hubungan kausal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh dana bagi hasil pajak dan dana bagi hasil sumber daya alam terhadap belanja modal. Dalam penelitian ini dana bagi hasil pajak dan dana bagi hasil sumber daya alam merupakan variable independent, dan belanja modal sebagai variable dependen.
B. Metode Pengumpulan Data Metode
pengumpulan data
dalam
penelitian
ini
dilakukan
dengan
mendokumentasikan data sekunder yang diperlukan berupa laporan keuangan yang dipublikasikan.
C. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif yaitu data yang diukur dalam suatu skala secara numerik (Kuncoro, 2004:124). Data dalam penelitian ini bersifat pooling yaitu gabungan antara time series dan cross section. Data tersebut juga merupakan data sekunder yaitu data/informasi yang telah diolah yang diperoleh dari laporan keuangan tahunan Pemerintah Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
Kabupaten dan kota di Sumatera Utara periode 2005-2007, melalui Kantor Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara, situs www.bpk.go.id, laporan keuangan, dan literatur ilmiah lainnya yang berkaitan dengan topik penelitian.
D. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi menurut Sugiyono (2006:72) adalah wilayah generalisasi yag terdiri atas objek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari, kemudian ditarik kesimpulannya. Masalah dalam regresi berganda cross-sectional diatasi dengan membatasi populasi penelitian pada kabupaten/ kota tertentu. Populasi penelitian ini berjumlah 33 Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara. adalah kabupaten dan kota yang ada di Sumatera Utara. Dari populasi yang ada akan diambil sejumlah tertentu sebagai sampel. Dimana sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2006:73).
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
Tabel 3.1 Populasi, Sampel Kabupaten Dan Kota No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Kabupaten/ Kota
Asahan Batu Bara Binjai Deli Serdang Dairi Gunung Sitoli Humbang Hasundutan Labuhan Batu Labuhan Batu Selatan Labuhan Batu Utara Langkat Mandailing Natal Medan Nias Nias Barat Nias Utara Nias Selatan Padang Lawas Padang Lawas Utara Pakpak Barat Pematang Siantar Padang Sidempuan Samosir Serdang Bedagai Sibolga Simalungun Tapanuli Selatan Tapanuli Tengah Tapanuli Utara Toba Samosir Tebing Tinggi Tanah Karo Tanjung Balai Jumlah
Sampel V
V
V V
V V
V V
V V V V V V V V 16
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
E. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel yangf digunakan adalah porposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2006:78). Pertimbangan yang digunakan adalah : 1. kabupaten dan kota yang memiliki data Laporan Keuangan Daerah tahun 2005-2007, 2. kabupaten dan kota yang bukan merupakan daerah pemekaran pada tahuntahun amatan. Dengan kriteria tersebut diperoleh 16 kabupaten dan kota sebagai sampel.
F. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Definisi operasional memberikan pengertian terhadap konstruk atau memberikan variabel dengan menspesifikasikan kegiatan atau tindakan yang di perlukan peniliti untuk mengukur. Di lihat dari sudut pandang hubungannya variabel yang di gunakan dalam penilitian ini terdiri dari variabel independent dan variabel dependen. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel independen (bebas), merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lain (Umar, 2003:50). Penelitian ini menggunakan variabel dan defenisi operasiomal sebagai berikut : Variabel independen disimbolkan dengan “X1” (Dana Bagi Hasil Pajak) Dana Bagi Hasil Pajak adalah bagian daerah yang berasal dari penerimaan Pajak Bumi Dan Bangunan, Biaya Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan, Pajak Penghasilan Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri Dan Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
Pajak Penghasilan Pasal 21, “X2” (Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam) Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam adalah bagian daerah yang berasal dari hasil-hasil Kehutanan, Pertambangan Umum, Perikanan, Pertambangan Minyak Bumi, Pertambangan Gas Bumi, dan Pertambangan Panas Bumi. “Y” (Belanja Modal), Belanja Modal adalah pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang sifatnya menambah aset tetap/inventaris yang memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi, termasuk didalamnya adalah pengeluaran untuk biaya pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau menambah masa manfaat, meningkatkan kapasitas dan kualitas aset.
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
Tabel 3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel Dana Bagi Hasil Pajak
Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam
Belanja Modal
Konsep Variabel Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam berasal dari kehutanan, pertambangan umum, perikanan, pertambangan, minyak bumi, pertambangan gas bumi, dan pertambangan panas bumi. Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam berasal dari kehutanan, pertambangan umum, perikanan, pertambangan, minyak bumi, pertambangan gas bumi, dan pertambangan panas bumi. Pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang sifatnya menambah aset tetap/inventaris yang memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi, termasuk didalamnya adalah pengeluaran untuk biaya pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau menambah masa manfaat, meningkatkan kapasitas dan kualitas aset.
Skala Rasio
Rasio
Rasio
G.Metode Analisis Data Dalam Penelitian ini metode analisis data dilakukan dengan metode analisis statistik dan menggunakan software SPSS 15.0. Penggunaan metode analisis regresi dalam pengujian hipotesis, terlebih dahulu diuji apakah model tersebut memenuhi asumsi klasik atau tidak.
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
1. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variable pengganggu atau residual memilki distribusi normal. Untuk menguji apakah data berdistribusi normal akan digunakan analisis grafik probability plot, histogram dan uji kolmogorovsmirnov. Kalau nilai residual tidak mengikuti distribusi normal, uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil (Ghozali, 2005:110). Menurut Ghozali (2005:110), “cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak ada dua, yaitu analisis grafik dan analisis statistik. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dan grafik dengan melihat histogram dari residualnya”. Dasar pengambilan keputusannya adalah 1). jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas, 2) jika data menyebar jauh dari diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya tidak menunjukan data berdistribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. “Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik Kolmogorov-Smirnov (K-S)”, yang dijelaskan oleh Ghozali (2005:115). Uji K-S dibuat dengan membuat hipotesis: Ho : data residual berdistribusi normal, Ha : data residual tidak berdistribusi normal. Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
Bila signifikansi >0,05 dengan α = 5% berarti distribusi data normal dan Ho diterima, sebaliknya bila nilai signifikan <0,05 berarti distribusi data tidak normal dan Ha diterima.
b. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variable bebas. Model regresi yang baik seharusnya
menunjukan
tidak
terjadi
korelasi
antar
variable
bebas.
Multikolinearitas adalah situasi adanya variabel-variabel independen antara yan satu dengan yan lainnya. Dalam hal ini kita sebut variabel-variabel bebas tidak orthogonal. Variabel-variabel bebas yang bersifat ortogonal adalah variabel bebas yang memiliki nilai korelasi diantara sesamanya sama dengan nol. Model regresi yang baik seharusnya tidak ada korelasi antar variabel independen. Ada tidaknya multikolinearitas dapat dideteksi dengan melihat : 1) melihat nilai tolerance, nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance > 0,10, 2) melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF), nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukan adanya multikolonearitas adalah nilai VIF < 10, 3) menganalisis matriks korelasi variabel-varibel independen,
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
menurut Ghozali (2005 : 93) untuk matrik korelasi adanya indikasi multikolinearitas dapat dilihat jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi umumnya di atas 0,95, 4) melihat nilai Condition Index (CI), jika nilai CI antara 10 dan 30 terdapat multikolinearitas moderat kekuat, sedangkan jika nilai CI > 30 artinya terdapat multikolinearitas sangat kuat.
c. Uji heteroskesdastisitas Uji heterokesdastisitas bertujuan untuk melihat apakah didalam model regresi terjadi ketidaksamaan variable dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain (Erlina, 2007:108) “jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka disebut homoskedastisitas. Sebaliknya jika varians berbeda, maka disebut heteroskedastisitas.” Ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat grafik Scaterplot antar nilai produksi variabel independen dengan niali residualnya. Dasar analisis yang dapat digunakan untuk menentukan heteroskedastisitas, antara lain: 1) jika ada pola tertentu, seperti titik yang membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas, 2) jika tidak ada pola yang jelas , seperti ttitik-titik menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas atau terjadi homoskedastisitas.
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
1) Menurut Ghozali (2005 : 107) ”analisis dengan grafik plot memiliki kelemahan yang cukup signifikan oleh karena jumlah pengamatan mempengaruhi hasil ploting. Semakin sedikit jumlah pengamatan semakin sulit menginterpretasikan hasil grafik plot.
d. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menganalisis apakah dalam model regresi linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan t-1 atau sebelumnya. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang tahun yang berkaitan dengan yang lainnya. Hal ini sering ditemukan pada time series. Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah autokorelasi adalah dengan menggunakan nilai uji Durbin Watson dengan ketentuan dari Profesor Singgih sebagai berikut: 1) angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif, 2) angka D-W diantara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi, 3) angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif. Run test sebagai bagian dari statistik non parametik dapat pula digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika antar residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah acak atau random yaitu dengan melihat nilai probabilitasnya. Menurut Ghozali (2005 : 103) bila signifikansi > 0,05 dengan α = 5% berarti residual random dan Ho diterima, sebaliknya bila nilai signifikan < 0,05 berarti residual tidak random dan Ho ditolak. Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
2. Pengujian Hipotesis Penelitian ini dianalisis dengan model regresi berganda untuk melihat seberapa besar pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam terhadap Belanja Modal dengan model dasar sebagai berikut:
Y = α+β1X1 + β2X2+e Keterangan : Y
= Variabel dependen, Belanja Modal
α
= Konstanta
β1
= Koefisien regresi X1
X1
= Variabel independen pertama yaitu Dana Bagi Hasil Pajak
β2
= Koefisien regresi X2
X2
= Variabel independen kedua yaitu Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam
e
= Tingkat kesalahan pengganggu (error)
a. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) Uji F statistik digunakan untuk menguji keberartian pengaruh dari seluruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel tidak bebas. Uji F dimaksudkan untuk melihat kemampuan menyeluruh dari variabel bebas yaitu Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam terhadap Belanja Modal. Uji ini dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: Ho diterima jika F hitung < F tabel, Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
Ha diterima jika F hitung > F tabel pada tingkat kepercayaan 95%. Selain itu dapat pula diihat dari nilai signifikansinya. Jika nilai signifikansi penelitian < 0,05 maka Ha diterima. Hipotesis penelitian Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam berpengaruh terhadap Belanja Modal secara simultan. Hipotesis Statistik Ho : b1 = b2 = b3 = 0 (Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam tidak berpengaruh terhadap Belanja Modal secara parsial). Ha : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ 0 (Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam berpengaruh terhadap Belanja Modal secara parsial).
b. Uji Signifikansi Parsial (Uji T) Uji statistik t pada dasarnya menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Uji ini dilakukan untuk melihat pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam secara parsial terhadap Belanja Modal. Uji ini dilakukan dengan membandingkan signifikansi t hitung dengan ketentuan sebagai berikut: Ho diterima jika t hitung < t tabel (α = 5%), Ha diterima jika t hitung > t tabel (α = 5%). Selain itu dapat pula dilihat dari nilai signifikansinya. Jika nilai signifikansi penelitian < 0,05 maka Ha diterima. Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
Hipotesis Penelitian Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bgai Hasil Sumber Daya Alam berpengaruh terhadap Belanja Modal secara parsial. Hipotesis Statistik Ho : bi = 0 (Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam tidak berpengaruh terhadap Belanja Modal secara parsial). Ha : bi ≠ 0 (Dana Bagi Hasil Pajak d an Dan a Bagi Hasil Sum ber Daya Alam berpengaruh terhadap Belanja Modal secara parsial).
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Data penelitian Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik yang menggunakan persamaan regresi berganda. Analisis data dimulai dengan mengolah data dengan menggunakan micosoft excel, selanjutnya dilakukan pengujian asumsi klasik dan pengujian menggunakan regresi berganda. Pengujian asumsi klasik dan regresi berganda dilakukan dengan menggunakan software SPSS versi 15. Prosedur dimulai dengan memasukan variabel-variabel penelitian ke program SPSS tersebut dan menghasilkan output-output sesuai metode analisis data yang telah ditentukan. Didapat 16 kabupaten dan kota yang dijadikan sampel dalam penelitian ini dan diamati selama periode 2005-2007.
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
Tabel 4.1 Daftar Sampel Kabupaten dan Kota No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Kabupaten/ Kota
Kabupaten Asahan Kabupaten Deli Serdang Kabupaten HumbangHasundutan Kabupaten Labuhan Batu Kabupaten Mandailing Natal Kota Medan Kota Padang Sidempuan Kota Sibolga Kabupaten Simalungun Kabupaten Tapanuli Selatan Kabupaten Tapanuli Tengah Kabupaten Tapanuli Utara Kabupaten Toba Samosir Kabupaten Tanjung Balai Kabupaten Tanah Karo Kabupaten Pakpak Barat
B. Analisis Hasil Penelitian 1. Analisis Statistik Deskriptif Informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari www.bpk.go.id dan BPS Sumatera Utara berupa Laporan Keuangan Daerah yang dijabarkan dalam bentuk statistik. Variabel dari penelitian ini terdiri dari Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam sebagai variabel bebas (independent variable) dan Belanja Modal sebagai variabel terikat (dependent variable). Statistik deskriptif dari variabel tersebut dari sampel
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
kabupaten dan kota selama periode 2005 sampai dengan tahun 2007 disajikan dalam tabel 4.2 berikut. Tabel 4.2 Deskriptif Data Secara Statistik Descriptive Statistics N Ln_SDA Ln_Pajak Ln_Belanjamodal Valid N (listwise)
48 48 48 48
Minimum 16.12 22.75 23.41
Maximum 26.14 26.18 26.75
Mean 20.9766 24.1215 25.1598
Std. Deviation 1.56711 .90092 .73537
Sumber : Data yang diolah penulis, 2009.
Tabel di atas menunjukan bahwa variabel Dana Bagi Hasil Pajak, Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam dan Belanja Modal memiliki nilai minimum positif. Untuk nilai maksimum, semua variabel juga memiliki nilai yang positif. Berikut ini perincian data deskriptif yang telah diolah: c. variabel DBH Pajak memiliki nilai minimum 22,75 dan maksimum 26,18 dengan rata-rata DBH Pajak sebesar 24,1215 dengan jumlah sampel sebanyak 48 kabupaten dan kota, d. variabel DBH Sumber Daya Alam memiliki nilai minimum 16,12 dan maksimum 26,14 dengan rata-rata DBH Sumber Daya Alam sebesar 20,9766 dengan jumlah sampel sebanyak 48 kabupaten dan kota, e. variabel Belanja Modal memiliki nilai minimum 23,41 dan maksimum 26,75 dengan rata-rata Belanja Modal sebesar 25,1598 dengan jumlah sampel sebanyak 48 kabupaten dan kota. Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Pengujian normalitas data dalam penelitian ini menggunakan uji statistik non parametik Kolmogorov-Smirnov (K-S) dengan membuat hipotesis: Ho : Data residual berdistribusi normal Ha : Data residual tidak berdistribusi normal Apabila nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima, sedangkan jika nilai signifikansinya kecil dari 0,05 maka H0 ditolak.
Tabel 4.3 Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N Normal Parameters(a,b) Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a Test distribution is Normal. b Calculated from data. Sumber : Data yang diolah penulis, 2009.
Unstandardized Residual 48 .0000000 .51098461 .143 .060 -.143 .991 .279
Besarnya nilai Kolmogorov-Simirnov adalah 0,991 dan signifikansi pada 0,279 maka disimpulkan data terdistribusi secara normal karena p = 0,279 > 0,05. Dengan demikian, secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai observasi data telah terdistribusi secara normal dan dapat dilanjutkan dengan uji Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
asumsi klasik lainnya. Untuk lebih jelas, berikut ini turut dilampirkan grafik histogram dan plot data yang terdistribusi normal.
N = 48 Std. Dev. = 0.978
Mean = 1.7E-14
Dependent Variable: Ln_Belanjamodal
Histogram
Frequency
15
10
5
0 -3
-2
-1
0
1
2
Regression Standardized Residual
Gambar 4.1
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
Dependent Variable: Ln_Belanjamodal
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Gambar 4.2 Grafik Normal P-P Plot Sumber : Data yang diolah penulis, 2009.
Grafik di atas dapat disimpulkan bahwa distribusi data normal karena grafik histogram menunjukan distribusi data mengikuti garis diagonal yang tidak menceng (skewness) ke kiri maupun ke kanan atau normal dengan cara membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal demikian pula dengan hasil uji normalitas dengan menggunakan grafik plot. Pada grafik normal plot, terlihat titik-titk menyebar disekitar garis diagonal Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
serta penyebarannya agak mendekati garis diagonal sehingga dapat disimpulkan bahwa data dalam model regresi terdistribusi secara normal.
b. Uji Multikolinearitas Gejala multikolonearitas dalam penelitian ini dapat dideteksi ada tidaknya dengan melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF), menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen, melihat nilai Condition Index (CI). Besarnya tingkat kolinearitas yang masih dapat ditolerir, yaitu: Tolerance > 0.10, Variance Inflation Factor (VIF) < 10, Condition Index < 10. Berikut disajikan tabel hasil pengujian:
Tabel 4.4 Coefficients untuk BM = f(DBH Pajak, DBH SDA) Coefficients(a) Unstandardized Coefficients Model 1
Standardized Coefficients
B Std. Error (Constant) 10.885 2.058 Ln_SDA .047 .053 Ln_Pajak .551 .091 a Dependent Variable: Ln_Belanjamodal
t
Sig.
Beta
Collinearity Statistics Tolerance
.100 .675
5.290 .889 6.025
.000 .379 .000
.854 .854
Sumber : Data yang diolah penulis, 2009.
Hasil perhitungan nilai tolerance menunjukan variabel independen memiliki nilai tolerance > 0.10 yaitu 0,854 untuk variabel Dana Bagi Hasil Pajak dan 0,854 untuk variabel Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam yang berarti tidak terjadi korelasi dimana vaiabel independen memiliki nilai VIF kurang dari10 yaitu 1,170 untuk variabel DBH Pajak dan 1,170 untuk variabel DBH SDA. Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
VIF 1.170 1.170
Tabel 4.5 Coefficient Correlations untuk BM = f(DBH Pajak, DBH SDA) Correlations
Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
Ln_Belanjamodal Ln_SDA Ln_Pajak Ln_Belanjamodal Ln_SDA Ln_Pajak Ln_Belanjamodal Ln_SDA Ln_Pajak
Ln_Belanjamo dal 1.000 .357 .713 . .006 .000 48 48 48
Ln_SDA .357 1.000 .382 .006 . .004 48 48 48
Ln_Pajak .713 .382 1.000 .000 .004 . 48 48 48
Sumber : Data yang diolah penulis, 2009.
Melihat hasil besaran korelasi antar variabel independen tampak bahwa variabel DBH Pajak mempunyai korelasi sebesar 0,382 atau sekitar 38,2% dengan variabel DBH SDA. Hasil dari coefficient correlations tersebut menunjukan tidak ada korelasi yang tinggi (umumnya di atas 0,95). Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolonearitas antar variabel independen dalam model ini. Berdasarkan tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa
tidak ada
multikolinearitas antar variabel independen dalam model ini.
c. Uji Heteroskedastisitas Gejala heteroskedastisitas dalam penelitian ini dapat dideteksi dengan melihat plot grafik yang dihasilkan dari pengolahan data dengan menggunakan program SPSS. Dasar pengambilan keputusannya adalah
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
1) jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang
teratur
(bergelombang,
melebar
kemudian
menyempit),
maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. 2) jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas atau terjadi homoskedastisitas. Heteroskedastisitas atau terjadi homoskedastisitas dengan mengamati penyebaran titik-titik pada gambar.
Dependent Variable: Ln_Belanjamodal
Scatterplot
Regression Studentized Residual
2
1
0
-1
-2
-3 -2
-1
0
1
2
3
Regression Standardized Predicted Value
Gambar 4.3 Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
Sumber : Data yang diolah penulis, 2009.
Grafik scaterplot menunjukan bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. Adanya titik-titik yang menyebar menjauh dari titik-titik yang lain dikarenakan adanya data observasi yang sangat berbeda dengan data observasi yang lain.
d. Uji Autokorelasi Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antar kesalahaan pengganggu pada periode t dengan kesalahaan pada periode t-1. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang tahun tang berkaitan satu dengan yang lainnya. Hal ini sering ditemukan pada time series. Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah autokorelasi adalah dengan menggunakan nilai uji Durbin Watson dengan ketentuan sebagai berikut: 1) angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif , 2) angka D-W diantara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi, 3) angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
Tabel 4.6 Hasil Uji Durbin Watson Model Summary(b) Std. Error Mode Adjusted of the l R R Square R Square Estimate 1 .719(a) .517 .496 .52222 a Predictors: (Constant), Ln_Pajak, Ln_SDA b Dependent Variable: Ln_Belanjamodal Sumber : Data yang diolah penulis, 2009
DurbinWatson 1.481
Tabel 4.6 memperlihatkan nilai statistik D-W sebesar 1,481 Angka ini terletak diantara -2 dan +2, dari pengamatan ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi positif maupun autokorelasi negatif.
3. Analisis Regresi Pengujian asumsi klasik menyimpulkan bahwa model regresi yang dipakai dala penelitian ini telah memenuhi model estimasi yang Best Linear Unbiased Estimator (BLUE) dan layak dilakukan analisis regresi. Untuk menguji hipotesis, peneliti menggunakan analisis regresi berganda. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan program SPSS 15, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
a. Persamaan Regresi Pengolahan data dengan menggunakan regresi linear, dilakukan beberapa tahapan untuk mencari hubungan antar variabel independen dan variabel dependen, melalui pengaruh BM = f(DBH Pajak, DBH SDA). Hasil regresi dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut ini: Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
Tabel 4.7 Analisis Hasil Regresi Coefficients(a) Unstandardized Coefficients Model 1
(Constant)
B 10.885
Std. Error 2.058
Ln_SDA
.047 .053 .551 .091 a Dependent Variable: Ln_Belanjamodal Ln_Pajak
Standardized Coefficients Beta .100 .675
t
Sig.
B 5.290
Std. Error .000
.889 6.025
.379 .000
Sumber : Data yang diolah penulis, 2009. Berdasarkan tabel di atas, didapatlah persamaan regresi sebagai berikut: BM = 10,885 + 0,551 DBH Pajak + 0,047 DBH SDA + e Keterangan 1) Konstanta sebesar 10,885 menunjukan bahwa apabila tidak ada variabel independen (X1=0 dan X2=0) maka Belanja Modal sebesar 10,885. 2) β1 sebesar 0,551 menunjukan bahwa setiap kenaikan DBH Pajak sebesar 1% akan diikuti oleh kenaikan Belanja Modal sebesar 0,551 dengan asumsi variabel lain tetap. 3) Β2 sebesar 0,047 menunjukan bahwa setiap kenaikan DBH SDA sebesar 1% akan diikuti oleh kenaikan Belanja Modal sebesar 0,047 dengan asumsi variabel lain tetap.
b. Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi Nilai koefisien korelasi (R) menunjukan seberapa besar korelasi atau hubungan antara variabel-variabel independen dengan variabel dependen. Koefisien korelasi dikatakan kuat apabila nilai R berada di atas 0,5 dan mendekati 1. Koefisien determinasi (R Square) menunjukan seberapa besar variabel Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
independen menjelaskan variabel dependennya. Nilai R Square adalah nol sampai dengan satu. Apabila nilai R Square semakin mendekati satu, maka variabelvariabel independen menberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel-variabel dependen. Sebaliknya, semakin kecil nilai R Square, maka kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel-variabel dependen semakin terbatas. Nilai R Square memiliki kelemahan yaitu nilai R Square akan meningkat setiap ada penambahan satu variabel independen meskipun variabel independen tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Tabel 4.8 Hasil Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi Model Summary Adjusted Std. Error of Model R R Square R Square the Estimate 1 .719(a) .517 .496 .52222 a Predictors: (Constant), Ln_Pajak, Ln_SDA Sumber : Data yang diolah penulis, 2009.
Pada model summary, nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,719 yang berarti bahwa korelasi atau hubungan antara Belanja Modal dengan variabel independennya (DBH Pajak, DBH SDA) kuat berada di atas 0,5. Angka Adjusted R Square atau koefisien determinasi adalah 0,496. Hal ini berarti 49,6% variasi atau perubahan dalam Belanja Modal dapat dijelaskan oleh variasi dari DBH Pajak dan DBH SDA, sedangkan sisanya (50,4%) dijelaskan oleh sebab-sebab lain. Standar Error of Estimate (SEE) adalah 0,52222, yang mana semakin besar
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
SEE akan membuat model regresi kurang tepat dalam memprediksi variabel dependen.
c. Pengujian Hipotesis Uji t (t test) dan uji F (F test) digunakan untuk mengetahui apakah variabel independendalam model regresi berpengaruh terhadap variabel dependen.
1) Uji F (F Test) Pengaruh DBH Pajak dan DBH SDA terhadap Belanja Modal secara simultan dapat dihitung dengan menggunakan F test. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan program SPSS 15, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.9 Hasil Uji F ANOVA(b) Mode Sum of Mean l Squares Df Square 1 Regression 13.144 2 6.572 Residual 12.272 45 .273 Total 25.416 47 a Predictors: (Constant), Ln_Pajak, Ln_SDA b Dependent Variable: Ln_Belanjamodal Sumber : Data yang diolah penulis, 2009.
F 24.100
Sig. .000(a)
Dari uji ANOVA atau F test, diperoleh Fhitung sebesar 24,100 dengan tingkat signifikansi 0,000, sedangkan Ftabel sebesar 3,204 dengan signifikansi 0,05. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa DBH Pajak dan DBH SDA Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap Belanja Modal karena Fhitung > Ftabel (24,100 > 3,204) dan sig penelitian < 0,05 (0,000 < 0,05).
2) Uji t (t test) Uji t di gunakan untuk menguji signifikansi konstanta dan setiap variabel independennya. Berdasarkan hasil pengolahan SPSS versi 15, diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.10 Hasil Uji t Coefficients(a) Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Std. B Error Beta 1 (Constant) 10.885 2.058 Ln_SDA .047 .053 .100 Ln_Pajak .551 .091 .675 a Dependent Variable: Ln_Belanjamodal Sumber : Data yang diolah penulis, 2009. Model
t
5.290 .889 6.025
Sig.
.000 .379 .000
Dari tabel regresi dapat dilihat besarnya t hitung untuk variabel DBH Pajak sebesar 6,025 dengan nilai signifikan 0,000, sedangkan t tabel adalah 2,0129 sehingga thitung > ttabel (6,025 > 2,0141), DBH Pajak secara individual mempengaruhi Belanja Modal. Signifikansi penelitian juga menunjukan angka < 0,05 (0,000 < 0,05), maka H0 ditolak dan Ha diterima, artinya DBH Pajak berpengaruh signifikan positif terhadap Belanja Modal.
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
T hitung untuk variabel DBH SDA sebesar 0,889 sedangkan t tabel adalah 2,0141, sehingga thitung
< ttabel (0,8809 < 2,0141), maka DBH SDA tidak
berpengaruh terhadap Belanja Modal secara individual. Signifikansi 0,000 menyimpulkan bahwa sig penelitian > 0,05 (0,379 > 0,05), maka H0 diterima dan Ha ditolak, artinya DBH SDA tidak berpengaruh signifikan positif terhadap Belanja Modal.
C. Pembahasan Hasil Penelitian Nilai Adjusted R Square sebesar 0,496 Hal ini berarti bahwa 49,6% variasi atau perubahan dalam Belanja Modal dapat dijelaskan oleh variasi dari Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam sedangkan sisanya sebesar 50,4% dijelaskan oleh sebab-sebab lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian. Berdasarkan hasil uji t sebelumnya, variabel Dana Bagi Hasil Pajak berpengaruh secara signifikan positif terhadap variabel Belanja Modal dengan tingkat signifikansi variabel independen 0,000 (< 0,05). Dana Bagi Hasil Pajak berpengaruh secara signifikan positif terhadap Belanja Modal mengindikasikan bahwa Pemerintah Daerah masih memiliki ketergantungan terhadap Pemerintah Pusat. Variabel Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam menunjukan tidak adanya pengaruh yang signifikan terhadap variabel Belanja Modal dengan tingkat signifikansi variabel independen 0,379 (> 0,05). Hal ini berarti bahwa tinggi rendahnya tingat penerimaan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam tidak mempengaruhi Belanja Modal. Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
Hasil uji F dengan signifikansi sebesar 0,000 berada di bawah 0,05 yang berarti secara simultan seluruh variabel independen berpengaruh signifikan positif terhadap variabel Belanja Modal. Hal ini didukung dari nilai koefisien determinasi (R Square) sebesar 0,517 yang menunjukan bahwa variabel independen Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya alam mampu menjelaskan sebanyak 51,7% variasi atau perubahan dari variabel dependen yaitu Belanja Modal. Sedangkan sisanya sebesar 48,3% dijelaskan oleh variasi atau faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model seperti luas wilayah, jumlah penduduk, inflasi, kebijakan pemerintah, kondisi makro ekonomi dan sebagainya. Berdasarkan hasil pengujian diketahui bahwa secara parsial Dana Bagi Hasil Pajak mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap Belanja Modal secara. Sedangkan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam tidak berpengaruh positif terhadap Belanja Modal. Namun penulis belum menemukan penelitian terdahulu tentang pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam terhadap Belanja Modal. Hal ini mungkin disebabkan variabel Belanja Modal mulai digunakan setelah tahun 2006. Hasil penelitian ini dapat diartikan bahwa Pemerintah Daerah memaksimalkan penggunaan Dana Bagi Hasil Pajak dan kurang memaksimalkan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam untuk Belanja Modal. Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap Belanja Modal. Hasil penelitian ini tidak memiliki tinjauan penelitian terdahulu. Namun ini berarti pihak
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
Pemerintah Daerah dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan Belanja Modal memanfaatkan dengan benar Dana Bagi Hasil ini secara bersama-sama.
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukan dalam bab empat, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah 1.
Secara Parsial Dana Bagi Hasil Pajak memiliki pengaruh positif dan signifikan secara parsial
terhadap belanja modal sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam menentukan besar Belanja Modal daerah maka Dana Bagi Hasil Pajak dapat dijadikan salah satu tolak ukur bagi Pemerintah Daerah. Sedangkan Dana Bagi hasil Sumber Daya Alam tidak memiliki pengaruh positif terhadap Belanja Modal sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam menentukan besar Belanja Modal maka Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam tidak dapat dijadikan salah satu tolak ukur bagi Pemerintah Daerah. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian terdahulu yaitu penelitian Darwanto yang menyatakan bahwa pendapatan asli daerah dan dana alokasi umum secara parsial memiliki korelasi positif dan signifikan terhadap belanja modal.
2. Secara Simultan Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Belanja Modal sehingga dapat disimpulkan dalam menentukan besarnya belanja modal, Pemerintah dapat Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
menjadikan Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam secara bersama-sama sebagai tolak ukur bagi Pemerintah Daerah. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yaitu penelitian Budi Setyawan dan Priyo Hari Adi yang menyatakan bahwa fiscal stress memiliki pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan pendapatan asli daerah dan belanja modal.
B. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan-keterbatasan yang memerlukan perbaikan
dan
pengembangan
dalam
penelitian-penelitian
berikutnya.
Keterbatasan-keterbatasan penelitian ini adalah : 1. periode waktu yang diambil dalam penelitian ini hanya tahun 2005-2007, sehingga kondisi tersebut tidak dapat digeneralisir untuk hasil penelitian yang telah ada, 2. variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini hanya dua yaitu Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam namun sebenarnya masih ada variabel lain yang dapat mempengaruhi Belanja Modal antar lain Dana Alokasi Khusus (DAK), Dana Alokasi Umum (DAU), transfer pemerintah provinsi, dan dana penyemi khusus untuk daerah tertentu.
C. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, peniliti mencoba memberikan saran baik bagi pihak perusahaan, calon investor dan investor maupun peniliti selanjutnya. Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
1. Bagi Pemerintah Daerah Untuk meningkatkan kepercayaan rakyat terhadap Pemerintah Daerah, maka pemerintah harus mampu menunjukan kinerja perusahaan yang bagus dan menyampaikan informasi yang cukup kepada legisltif mengenai perkembangan Pemerintah Daerah. Pengumuman mengenai anggaran dan realisasi belanja modal, informasi penting yang harus disampaikan oleh pemerintah kepada legislatif dan rakyat dan dalam menentukan besarnya Belanja Modal , pemerintah harus memperhatikan sumber pendanaan yang dapat dilihat antara lain melalui Dana Bagi Hasil Pajak dan Dana Bagi HAsil Sumber Daya Alam. 2. Bagi Legislatif Dalam Penyusunan Anggaran terhadap Belanja Modal hendaknya pihak legislatif
dengan
bijaksana
memperhatikan
keadaan
daerah
dan
menyesuaikan dengan prioritas pembangunan daerah lalu berkonsultasi dengan pemerintah daerah sebagai pihak eksekutif. Tidak berhenti disitu saja, pihak legislatif juga memperhatikan realisasi dari penggunaan anggaran belanja modal didalam setiap periode. 3. Bagi Peniliti selanjutnya Peniliti selanjutnya disarankan untuk menggunakan variabel independen seperti DAU, DAK, pendapatan lain ataupun variabel lain yang mempengaruhi Belanja Modal. Peneliti selanjutnya juga diharapkan untuk nmenambah tahun pengamatan sehingga hasil yang diperoleh lebih dapat
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
dijadikan dasar pengambilan keputusan bagi Pemerintah Daerah dan Legislatif dalam menetunkan besarnya Belanja Modal.
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
DAFTAR PUSTAKA
Abimanyu, Anggito, 2005. Format Anggaran Terpadu Menghilangkan Tumpang Tindih. Bapekki Depkeu. Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Sumatera Utara, 2008. Bahtiar Arif, Muchlis, Iskandar, 2002. Akuntansi Pemerintahan, Salemba Empat Bastian, Indra, 2000. Sistem Akuntansi Sektor Publik, Edisi 2, Salemba Empat, Jakarta. Bastian, Indra, 2001. Manual Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah 2001, Cetakan Pertama, Pusat Pengembangan Akuntansi Fakultas Ekonom UGM, Yogyakarta. Chalid, Pheni, 2005. Keuangan Daerah, Investasi, dan Desentralisasi “Tantangan dan Hambatan”, Kemitraan Untuk Tata Pemerintahan Yang Baik, Jakarta. Darwanto, 2006. Skripsi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, Medan. D.J. Mamesah (1995). Sistem Administrasi Keuangan Daerah. Jakarta : Gramedia. Erlina, Sri Mulyani, 2007. Metodologi Penelitian Bisnis, Untuk Akuntansi dan Manajemen, Cetakan Pertama, USU Press, Medan. Ghozali, Imam, 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Halim, Abdul, 2001. Analisis Diskripsi Pengaruh Fiscal Stress pada APBD Pemerintah Kabupaten dan Kota di Jawa Tengah. KOMPAK. STIE YO. Yogyakarta. 127-146. Halim, Abdul, 2004. Akuntansi Keuangan Daerah, Edisi Revisi, Salemba Empat, Jakarta. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi, 2004. Buku Petunjuk Teknis Penulisan Proposal Penelitian dan Penulisan Skripsi Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi USU, Medan. Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
Kuncoro, Mudrajat. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah : Reformasi, Perekonomian, Strategi dan Peluang. Penerbit Erlangga. Mardiasmo, 2006. Perpajakan Edisi Revisi 2006, AndiYogyakarta, Yogyakarta Panca Kurniawan, Agus Purwanto, 2004. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah di Indonesia, Bayumedia Publishing Redaksi Sinar Grafika, 2005. Standar Akuntansi Pemerintahan (PPRI No.24 Th. 2005), Sinar Grafika. Republik Indonesia, 2004. Undang-Undang No 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintah Daerah. Republik Indonesia, 2004. Undang-Undang No 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah. Republik Indonesia, 2004. Undang-Undang No 33 Tahun 2004 Tentang Pajak dan Retribusi Daerah. Republik Indonesia, 2004. Peraturan Pemerintah RI No 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Republik Indonesia, 2004. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13/2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Saragih, Juli Panglima, 2003. Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah dalam Otonomi, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta. Setyawan, Budi, Priyo Hari Adi, 2007. Skripsi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, Medan. Sugiyono, 2005. Metode Penelitian Bisnis Cetakan Kedelapan, Alfabeta, Bandung. Soekarwo, 2003. Berbagai Permasalahan Keuangan Daerah, Airlangga University Press Sugiyono, 2006. Statistika untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung. Syafitri, Irma, 2009. Skripsi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, Medan. Umar, Husein, 2003. Metode Riset Akuntansi Cetakan Kedua, Ghalia Indonesia, Bogor. Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
Widjaja, HAW, 2004. Otonomi Daerah Dan Daerah Otonom, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Yani, Ahmad, 2002. Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. www. depkeu.co.id
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
Lampiran 1
Daftar Sampel Kabupaten Dan Kota No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Kabupaten/ Kota Kabupaten Asahan Kabupaten Deli Serdang Kabupaten HumbangHasundutan Kabupaten Labuhan Batu Kabupaten Mandailing Natal Kota Medan Kota Padang Sidempuan Kota Sibolga Kabupaten Simalungun Kabupaten Tapanuli Selatan Kabupaten Tapanuli Tengah Kabupaten Tapanuli Utara Kabupaten Toba Samosir Kabupaten Tanjung Balai Kabupaten Tanah Karo Kabupaten Pakpak Barat
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
Lampiran 2
Data Realisasi Belanja Modal Tahun 2005-2007 Tahun
No
Kabupaten dan Kota
1 2 3
Kab. Asahan Kab. Deli Serdang Kab. Humbang Hasundutan
80.867.509.000 31.000.656.000 30.016.191.000
134.811.204.000 219.364849.000 159.719.880.000 311.684.406.000 95.099.671.000 161.634.263.000
4
Kab. Labuhan Batu
93.727.109.000
84.487.861.000
5 6 7
Kab. Mandailing Natal Kota Medan Kota Padang Sidempuan
46.463.038.000 104.000.676.000 161.876.134.000 185.514.334.000 215.676.832.000 413.093.932.000 24.857.359.000 36.859.268.000 87.091.789.000
8
Kota Sibolga
42.541.358.000
40.307.190.000
9 10 11
Kab. Simalungun Kab. Tapanuli Selatan Kab. Tapanuli Tengah
40.052.356.000 68.569.507.000 47.157.453.000
104.392.424.000 176.301.142.000 127.073.736.000 166.745.802.000 67.171.865.000 130.099.796.000
12
Kab. Tapanuli Utara
38.615.819.000
84.564.073.000
127.514.449.000
13 14 15
Kab. Toba Samosir Kota Tanjung Balai Kab. Tanah Karo
14.699.805.000 61.189.241.000 23.242.557.000
76.245.142.000 67.636.552.000 61.742.145.000
110.141.181.000 100.744.410.000 180.980.102.000
16
Kab. Pakpak Barat
24.782.912.000
70.873.458.000
120.370.083.000
2005
2006
2007
236.909.964.000
103.871.404.000
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
Lampiran 3
Data Realisasi Penerimaan Dana Bagi Hasil Pajak tahun 2005-2007
No
Tahun
Kabupaten dan Kota 2005
2006
2007
1
Kab. Asahan
40.669.463.000
52.960.129.000
65.388.164.000
2 3 4 5
Kab. Deli Serdang Kab. Humbang Hasundutan Kab. Labuhan Batu Kab. Mandailing Natal
54.000.000.000 11.853.784.000 41.620.333.000 11.361.300.000
72.360.407.000 19.541.556.000 82.441.266.000 23.533.025.000
92.102.066.000 25.651.554.000 134.489.302.000 24.695.177.000
6
Kota Medan
214.606.000.000 205.002.267.000 224.780.250.000
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Kota Padang Sidempuan Kota Sibolga Kab. Simalungun Kab. Tapanuli Selatan Kab. Tapanuli Tengah Kab. Tapanuli Utara Kab. Toba Samosir Kota Tanjung Balai Kab. Tanah Karo Kab. Pakpak Barat
10.595.950.000 14.153.297.000 35.999.551.000 35.475.637.000 13.534.378.000 14.163.021.000 10.057.866.000 10.672.056.000 8.682.049.000 7.615.046.000
23.952.999.000 16.860.539.000 46.065.864.000 42.296.565.000 23.696.069.000 14.951.327.000 18.989.764.000 14.366.369.000 14.663.228.000 15.565.384.000
25.775.071.000 24.158.372.000 62.346..530.000 55.116.039.000 17.875.000.000 27.732.826.000 21.753.959.000 17.586.772.000 17.767.323.000 233.956.112.000
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
Lampiran 4
Data Realisasi Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Tahun 2005-2007
No
Tahun
Kabupaten dan Kota 2005
2006
2007
1
Kab. Asahan
1.165.865.000
473.073.000
663.013.000
2 3
Kab. Deli Serdang Kab. Humbang Hasundutan
3.345.000.000 735.359.000
545.326.000 451.375.000
750.834.000 2.906.306.000
4
Kab. Labuhan Batu
1.430.893.000
499.296.000
855.040.000
5 6 7
Kab. Mandailing Natal Kota Medan Kota Padang Sidempuan
1.950.000.000 1.350.279.000 1.209.472.000
8
Kota Sibolga
1.002.500.000
591.879.000
24.158.372.000
9 10 11
Kab. Simalungun Kab. Tapanuli Selatan Kab. Tapanuli Tengah
1.447.891.000 3.590.000.000 2.547.813.000
496.745.000 542.769.000 611.582.000
685.014.000 1.526.640.000 1.272.520.000
12
Kab. Tapanuli Utara
1.613.544.000
696.230.000
790.146.000
13 14 15
Kab. Toba Samosir Kota Tanjung Balai Kab. Tanah Karo
1.123.409.000 1.275.000.000 10.000.000
528.703.000 354.267.000 1.424.904.000
614.116.000 663.013.000 4.286.651.000
16
Kab. Pakpak Barat
2.623.900.000
253.379.000
2.906.306.000
971.658.000 24.695.177.000 205.002.267.000 224.780.250.000 534.761.000 720.346.000
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
Lampiran 5
Deskriptif Data Secara Statistik Descriptive Statistics N Ln_SDA Ln_Pajak Ln_Belanjamodal Valid N (listwise)
48 48 48 48
Minimum 16.12 22.75 23.41
Maximum 26.14 26.18 26.75
Mean 20.9766 24.1215 25.1598
Std. Deviation 1.56711 .90092 .73537
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
Lampiran 6
Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N Normal Parameters(a,b) Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
Unstandardi zed Residual 48 .0000000 .51098461 .143 .060 -.143 .991 .279
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
Lampiran 7 N = 48 Std. Dev. = 0.978
Mean = 1.7E-14
Dependent Variable: Ln_Belanjamodal
Histogram
Frequency
15
10
5
0 -3
-2
-1
0
1
2
Regression Standardized Residual
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
Lampiran 8
Dependent Variable: Ln_Belanjamodal
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
Lampiran 9 Hasil Uji Multikolonearitas Coefficients untuk BM = f(DBH Pajak, DBH SDA) Coefficients(a) Unstandardized Coefficients Model 1
Standardized Coefficients
B Std. Error 10.885 2.058 .047 .053 .551 .091 a Dependent Variable: Ln_Belanjamodal
t
Sig.
Beta
(Constant) Ln_SDA Ln_Pajak
Collinearity Statistics Tolerance
.100 .675
5.290 .889 6.025
.000 .379 .000
.854 .854
Coefficient Correlations untuk BM = f(DBH Pajak, DBH SDA) Correlations
Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
Ln_Belanjamodal Ln_SDA Ln_Pajak Ln_Belanjamodal Ln_SDA Ln_Pajak Ln_Belanjamodal Ln_SDA Ln_Pajak
Ln_Belanjamo dal 1.000 .357 .713 . .006 .000 48 48 48
Ln_SDA .357 1.000 .382 .006 . .004 48 48 48
Ln_Pajak .713 .382 1.000 .000 .004 . 48 48 48
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
VIF 1.170 1.170
Lampiran 10
Hasil Uji Heteroskedastisitas Dependent Variable: Ln_Belanjamodal
Scatterplot
Regression Studentized Residual
2
1
0
-1
-2
-3 -2
-1
0
1
2
3
Regression Standardized Predicted Value
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
Lampiran 11
Hasil Uji Autokorelasi Model Summary(b) Std. Error Mode Adjusted of the l R R Square R Square Estimate 1 .719(a) .517 .496 .52222 a Predictors: (Constant), Ln_Pajak, Ln_SDA b Dependent Variable: Ln_Belanjamodal
DurbinWatson 1.481
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
Lampiran 12
Analisis Hasil Regresi Coefficients(a) Unstandardized Coefficients Model 1
Standardized Coefficients
B 10.885
Std. Error 2.058
.047
.053
.551 .091 a Dependent Variable: Ln_Belanjamodal
(Constant) Ln_SDA
Beta
Ln_Pajak
t
Sig.
B 5.290
Std. Error .000
.100
.889
.379
.675
6.025
.000
Hasil Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi Model Summary Adjusted Std. Error of Model R R Square R Square the Estimate 1 .719(a) .517 .496 .52222 a Predictors: (Constant), Ln_Pajak, Ln_SDA
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
Lampiran 13
ANOVA(b) Mode Sum of Mean l Squares Df Square 1 Regression 13.144 2 6.572 Residual 12.272 45 .273 Total 25.416 47 a Predictors: (Constant), Ln_Pajak, Ln_SDA b Dependent Variable: Ln_Belanjamodal
F 24.100
Sig. .000(a)
t
Sig.
Hasil Uji Hipotesis Coefficients(a) Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Std. B Error Beta 1 (Constant) 10.885 2.058 Ln_SDA .047 .053 .100 Ln_Pajak .551 .091 .675 a Dependent Variable: Ln_Belanjamodal Model
5.290 .889 6.025
.000 .379 .000
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
Lampiran 14
Tabel F dengan signifikansi 5%
df = 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 20 25 30 35 40 45 46 47 48 49 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100
n=1 161.4476387 18.5128205 10.12796448 7.708647421 6.607890969 5.987377584 5.591447848 5.317655063 5.117355008 4.964602701 4.844335669 4.747225336 4.667192714 4.600109908 4.543077123 4.351243478 4.241698980 4.170876757 4.121338148 4.084745651 4.056612342 4.051748565 4.047099759 4.042651985 4.038392482 4.034309546 4.016195438 4.001191306 3.988559738 3.977779289 3.968470872 3.960352283 3.953209117 3.946875558 3.941221357 3.936142779
2 199.5 19 9.552094496 6.94427191 5.786135043 5.14325285 4.737414128 4.45897011 4.256494729 4.102821015 3.982297957 3.885293835 3.805565253 3.738891832 3.682320344 3.492828477 3.385189962 3.315829501 3.267423525 3.231726993 3.204317292 3.199581706 3.195056281 3.190727336 3.186582352 3.182609852 3.164993396 3.150411311 3.138141935 3.127675601 3.118642120 3.110766166 3.103838661 3.097698035 3.092217439 3.087295893
3 215.7073453 19.16429213 9.276628154 6.591382117 5.409451318 4.757062664 4.346831402 4.066180557 3.862548358 3.708264819 3.587433703 3.490294821 3.410533646 3.438886811 3.287382108 3.098391224 2.991240911 2.922277194 2.874187489 2.838745406 2.811543517 2.80684494 2.802355188 2.798060648 2.793948865 2.79000842 2.772536925 2.758078316 2.745915295 2.735541477 2.726589185 2.718785013 2.711921434 2.705838087 2.700409069 2.695534261
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
Lampiran 15
Tabel t dengan signifikansi 5% df 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 30 40 45 46 47 48 49 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100
tabel t one tail 6.3138 2.92 2.3534 2.1318 2.015 1.9432 1.8946 1.8595 1.8331 1.8125 1.7959 1.7823 1.7709 1.7613 1.7531 1.7459 1.7396 1.7341 1.7291 1.7247 1.6937 1.6839 1.6794 1.6787 1.6779 1.6772 1.6766 1.6759 1.673 1.6706 1.6686 1.6669 1.6654 1.6641 1.633 1.662 1.6611 1.6602
tabel t two tail 12.7062 4.3027 3.1824 2.7764 2.5706 2.4469 2.3646 2.306 2.2622 2.2281 2.201 2.1788 2.1604 2.1448 2.1314 2.1199 2.1098 2.1009 2.093 2.086 2.0423 2.0211 2.0141 2.0129 2.0117 2.0106 2.0096 2.0086 2.004 2.0003 1.9971 1.9944 1.9921 1.9901 1.9883 1.9867 1.9853 1.984
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.