SKRIPSI PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAKAN SUPPORTER SEPAK BOLA ( STUDY DI SURABAYA )
OLEH : FAHMI EL HADI NPM : 11120008
PROGRAM STUDY ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA SURABAYA 2015 i
SKRIPSI PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAKAN SUPPORTER SEPAK BOLA
( STUDY DI SURABAYA )
OLEH : FAHMI EL HADI NPM : 11120008
PROGRAM STUDY ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA SURABAYA 2015
SKRIPSI PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAKAN SUPPORTER SEPAK BOLA
Study di Surabaya
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum UniversitasWijaya Putra Surabaya
OLEH : FAHMI EL HADI NPM : 11120008
PROGRAM STUDY ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA SURABAYA 2015
i
PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAKAN SUPPORTER SEPAK BOLA
NAMA
: FAHMI EL HADI
FAKULTAS
: HUKUM
JURUSAN
: ILMU HUKUM
NPM
: 11120008
DISETUJUI dan DITERIMA OLEH : PEMBIMBING
Dr. H. TAUFIQURRAHMAN, SH., M.Hum..
ii
Telah diterima dan disetujui oleh tim penguji skripsi serta dinyatakan LULUS. Dengan demikian skripsi ini dinyatakan sah untuk melengkapi syarat – syarat mencapai gelar Sarjana Hukum pada Program Studi Ilmu Hukum Universitas Wijaya Putra Surabaya.
Surabaya, 1 Agustus 2015
Tim Penguji Skripsi : 1.
Ketua
: Tri Wahyu Andayani, SH., CN., M.H. ( ____________ )
2.
Sekretaris
: Dr. H. Taufiqurrahman, SH., M.Hum. ( ____________ )
3.
Anggota
: 1. DR. Febria Nur Kasimon, SH, MH ( ____________ ) 2.Andy Usmina, SH., MH
iii
( ____________ )
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan Rahmat dan KaruniaNya, sehingga Saya dapat menyelesaikan skripsi dengan judulpenegakan hokum terhadap supporter sepak bola di dalam pelanggaran lalu lintas di Surabaya. Hal ini untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan studi serta dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Hukum yang merupakan Program Studi Pendidikan Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Wijaya Putra Surabaya. Penghargaan dan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada Ayahanda tercinta Abdul Kholiq dan Ibunda yang kusayangi Lilik Isnawati S.Pdyang telah mencurahkan segenap cinta dan kasih sayang serta telah memberikan perhatian moril maupun materil. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan Rahmat, Kesehatan, Karunia dan keberkahan di dunia dan di akhirat atas budi baik yang telah mereka berikan kepada Saya. Penghargaan dan terima kasih sebanyak – banyaknya Saya berikan kepada Bapak Dr. H. TAUFIQURRAHMAN, SH., M.Hum. selaku Pembimbing yang telah membantu penulisan skripsi ini. Serta ucapan terima kasih kepada : 1. Bapak H. Budi Endarto, SH., M.Hum.Rektor Universitas Wujaya Putra Surabaya 2. Ibu
Tri Wahyu Andayani, SH., CN., M.H. selaku Dekan Fakultas
Hukum Universitas Wijaya Puta Surabaya. 3. Ibu Ani Purwanti SH, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ilmu Hukum Universitas Wijaya Putra Surabaya 4. Bapak Dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Wijaya Putra Surabaya 5. Saudara Vidi ALvian selaku teman sekaligus koordinator Bonek Ampel Surabaya.
iv
6. Bapak Rudy selaku satlantas yang pada tanggal 16 januari 2015 bertugas mengamankan jalan. 7. Sahabat-sahabatku (Viki Januar, Ichlasul Amal, Agung Rahmat Sabtadi, Abdul Rozak) dan rekan-rekan mahasiswa khususnya program studi S1 Ilmu Hukum. 8. Seluruh
teman-teman
Universitas
Wijaya
Putra
Surabaya
(Persahabatan dan kebersamaan kita tak akan kulupakan), buat orang terdekat dan teristimewa saya (Aline Dwii Lestari) yang selalu membantu dan mensupport saya di dalam penyusunan skripsi dan juga ucapan terimakasih atas perhatiannya selama ini terhadap Saya, Dyah Ayu, Renny, Abbas, Inad, Yanuar,dan Sugeng tereima kasih atas do’a yang sudah kalian berikan. Akhir kata penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Karena itu, penulis memohon saran dan kritik yang
sifatnya
membangun
demi
kesempurnaannya
dan
semoga
bermanfaat bagi kita semua.
Surabaya,01 Agustus 2014
v
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ………...………………………………………………………….. i LEMBAR PERSETUJUAN …………………………………………………………… ii LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………………………… iii KATA PENGANTAR …………………………………………………………………. iv DAFTAR ISI....................................................................................................................... i BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................. 1 1.1
Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2
Rumusan Masalah ......................................................................................... 5
1.3
Penjelasan Judul ............................................................................................ 6
1.4
Alasan Pemilihan Judul ................................................................................ 6
1.5
Tujuan Penelitian ........................................................................................... 7
1.6
Manfaat Penelitian ......................................................................................... 7
1.7
Metode Penelitian........................................................................................... 8
1.
Jenis Penelitian................................................................................................. 8
2.
Pendekatan ....................................................................................................... 8
3.
Metode Pengumpulan Bahan Hukum ........................................................... 9
4.
Metode Analisis .............................................................................................. 10
1.8
Sistematika Pertanggung Jawaban ......................................................... 10
BAB II PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAKAN SUPPORTER SEPAK BOLA DI SURABAYA................................................................................................... 13 2.1
Latar Belakang Penegakan Hukum ( Rule of law ) .............................. 13
2.2
Pengertian Dan Lingkup Penegakan Hokum ( Rule of Law )............ 13
2.3
Faktor – Factor Yang Mempengaruhi Penegakan Hokum................. 14
2.4
Tugas Dan Wewenang Kepolisian Sebagai Penegak Hukum .......... 16 vi
2.4.2
Tugas dan Wewenang ........................................................................... 16
2.5.1
Strategi Penanganan Tindak Pidana Dan Pelanggaran Lalu Lintas 21
BAB III TINJAUAN HUKUM TERHADAP TINDAKAN - TINDAKAN SUPPORTER SEPAK BOLA ........................................................................................ 25 3.1 Pengertian Suporter Sepak Bola ............................................................................ 25 3.2 Macam – Macam Pelanggaran Yang Dilakukan Oleh Supporter Sepak Bola Di Surabaya . ................................................................................................. 27 3.3
Tindak Pidana Tentang Penghancuran Atau Perusakan Barang ........... 28
3.3.1
Pengertian ............................................................................................... 28
3.3.2 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Tindak Pidana Penghancuran Dan Pengeruskan Barang..................................................................................... 30 3.4
Tindak Pidana Penganiayaan dan Pengeroyokan .................................... 32
3.4.1 3.5
Pengertian ............................................................................................... 32
Pelanggaran lalu lintas .................................................................................. 36
3.4.1 Pengertian ....................................................................................................... 36 3.4.2 Jenis Pelanggaran Lalu Lintas .......................................................................... 37 3.4.3 Penerapan Hukum terhadap supporter sepak bola didalam pelanggaran lalu lintas........................................................................................... 40 3.4.4 Faktor Pendukung Penerapan Hukum Pelanggaran Lalu Lintas Yang Dilakukan Oleh Supporter Sepak Bola ..................................................... 44 3.4.5 Hambatan Penerapan Hukum Pelanggaran Lalu Lintas Yang Dilakukan Oleh Supporter Sepak Bola ............................................................... 48 3.5 Upaya Penanggulangan Pelanggaran tindak pidana yang dilakukan oleh Supporter Sepak Bola Di Kota Surabaya ............................................................... 49 3.5.1 Upaya Penanggulangan Tindak Pidana Perusakan Dan Penghancuran Barang........................................................................................... 54 3.5.2 Upaya Penanggulangan Tindak Pelanggaran Lalu Lintas Oleh Supporter Sepak Bola Di Surabaya. ................................................................... 56
vii
3.5.3 Upaya Penanggulangan Tindak Pidana Penganiayaan Yang Dilakukan Oleh Supporter Sepak Bola Surabaya. ..................................................................... 60 BAB IV PENUTUP ......................................................................................................... 62 Kesimpulan ................................................................................................................... 62 Saran ............................................................................................................................. 63
viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang
Seiring perkembangan zaman di seluruh sendi kehidupan, manusia di tuntut agar bisa mengembangkan dirinya untuk dapat mengetahui perkembangan zaman tersebut. Manusia sebagai makhluk yang sempurna masing – masing di anugerahi oleh tuhan akal budi dan nurani serta diberikan kemampuan untuk membedakan yang baik dan yang buruk, dengan akal budi, nurani dan bakat yang dimilikinya, maka manusia memiliki kebebasan untuk memutuskan sendiri perilaku dan perbuatannya. Aktifitas hukum sering dilakukan dalam kehidupan sehari – hari. Sebuah tindakan tersebut disebut perbuatan hukum jika mempunyai akibat yang dapat di pertanggung jawabkan secara hukum atau diakui oleh Negara. Hukum atau ilmu hukum sendiri adalah suatu system aturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat dan di kukuhkan oleh penguasa, pemerintah atau otoritas melalui lembaga atau institusi hukum. Banyak sekali dijumpai permasalahan yang berkaitan dengan pelanggaran hukum mulai dari yang ringan hingga yang berat,Khususnya di kota Surabaya seperti halnya dengan kota – kota lain yang sedang berkembang. Diantaranya yaitu perkembangan kota yang sangat pesat, seperti berdirinya kantor – kantor, pusat perbelanjaan, sarana perhubungan, pabrik, sarana hiburan dan juga tidak lepas dari fenomena yang dialami oleh kota – kota metropolitan yang lain yaitu pelanggaran hokum yang semakin beragam. Pelanggaran ringan yang kerap terjadi salah satunya adalah tentang pelanggaran Lalu Lintas tertentu, Dan pelanggaran – pelanggaran pidana lainnya yang sering dilakukan oleh supporter sepak bola. Permasalahan ini sudah tidak asing lagi dikalangan masyarakat khususnya di kota Surabaya, pelanggaran lalu 1
lintas ini sudah menjadi seperti budaya bagi masyarakat atau supporter sepak bola sehingga setiap kali dilakukan operasi tertib lalu lintas dijalan raya yang dilakukan oleh polantas, sering kali di temui kasus pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh supporter sepak bola. Sedangkan tidak sedikit pula kerap kita temui adanya tindakan tindakan yang melawan hukum dilakukan oleh seupporter sepak bola di Surabaya. Menurut pihak kepolisian tidak sedikit pngendara yang mengabaikan keselamatan dan kenyamanan saat dijalan raya serta tidak menyadari bahwa kecelakaan bermula dari pelanggaran lalu lintas. Setiap pelanggaran hukum yang terjadi harus ditindak oleh aparat penegak hokum dengan sikap professional dan menjunjung tinggi hak asasi setiap warga Negara. Peranan penegak hokum sangat menentukan proses penegakan hokum dalam suatu Negara, karena sebaik apapun aturan hokum yang dibuat bila kualitas penegak hukumnya jelek maka akan menghambat pelaksanaan penegakan hokum tersebut. Indonesia sebagai Negara yang menghendaki agar semua masyarakatnya tertib tidak dapat lepas dari beberapa masalah social, salah satunya ialah masalah lalu lintas seperti seringnya terjadi pelanggaran lalu lintas oleh kelompok supporter sepak bola dalam berbagai macam bentuk. Pelanggaran lalu lintas yang sering di temui yakni dalam hal mengemudi kendaraan bermotor tanpa dilengkapi surat tanda nomor kendaraan bermotor (STNK) ataupun surat izin mengemudi (SIM), melanggar ketentuan lalu lintas tidak menggunakan helm standart SNI, menggunakan Knalpot rakitan (BRONG) dan mengendarai kendaraan melebih kapasitass muatan.
2
Dalam hal ini membuktikan bahwa masyarakat yang merupakan kelompok supporter sepak bola masih kurang kesadaraan hukumnya, padahal aturan – aturan ini dibuat demi menjaga keselamatan dirinya sendiri. Apalagi dengan berlakunya undang – undang lalu lintas dan angkutan jalan yang baru yaitu undang – undang No.22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan jalan yang terdapat banyak aturan – aturan baru misalnya menyalakan lampu depan kendaraan bermotor di siang hari serta penggunaan helm standart untuk orang yang dibonceng pada sepeda motor. Membahas tentang masalah lalu lintas memang sedikit menimbulkan pro dan kontra bukan saja permasalahan di bidang lalu lintas yang oleh sebagian orang dianggap merupakan masalah remeh dan klasik sehingga timbul suatu sikap apatis (Ketidak Pedulian). Namun berawal dari permasalahan yang dianggap sepele tersebut ada pula tindakan tindakan yang kerap ditemui sebagai tindak pidana yang dilakukan oleh supporter sepak bola, dalam hal ini sebenarnya kurang beralasan karena kenyataannya tidak sedikit kejahatan yang kemudian berimplikasi dan berakumulasi menjadi suatu tindakan pidana yang cukup menyita perhatian public yang berawal dari permasalahan (pelanggaran) lalu lintas hingga ke tindak pidana lainnya. Pelanggaran lalu lintas, tindak pidana pencurian, penganiayaan serta cacian – cacian yang dilakukan oleh supporter sepak bola terjadi bukan hanya karena ketidak tahuan pengendara / supporter sepak bola tersebut mengenai berbagai peraturan – peraturan yang berlaku mengenai tindak pidana kekerasan, penganiayaan, serta pelanggaran lalu lintas dan rambu – rambu lalu lintas jalan, akan tetapi bisa juga terjadi karena adanya factor kesengajaan yang disebabkan oleh kurangnya kesadaran para supporter sepak bola di Surabaya dalam menaati berbagai peraturan lalu lintas jalan dan 3
Kitab Undang – undang Hukum Pidana (KUHP). Lebih lanjut lagi akar dari permasalahan dibidang lalu lintas disebabkan oleh masyarakat kalangan supporter sepak bola yang kurang peduli terhadap terciptanya ketertiban berlalu lintas dan kurang paham mekanisme penyelesaian masalah pelanggaran lalu lintas yang secara sadar maupun tidak sadar kurang melakukan pengawasan terhadap setiap kendaraan bermotor yang menyalahi aturan dan tidak mempunyai dokumen yang lengkap sehingga layak untuk beredar dijalan. Selama ini secara implisit muncul pendirian dan anggapan yang sangat menyesatkan dan mungkin juga berbahaya di sebagian masyarakat terutama kalangan supporter sepak bola bahwa melakukan pelanggaran lalu lintas itu tidak apa – apa dan boleh – boleh saja asal tidak ketahuan oleh aparat penegak hokum, dan tidak perlu menaati rambu – rambu lalu lintas, jika tidak ada polisi. Akibat dari pemikiran yang menyesatkan maka dengan sangat muda dapat di temui berbagai pelanggaran lalu lintas oleh sekelompok supporter sepak bola seperti halnya menerobos lampu merah, berkendaraan melawan arah, ugal – ugal an memasuki jalan dengan rambu/tanda larangan masuk dengan se enaknya, mengganggu kenyamanan pengendara lain, dan lain – lain. Pelanggaran seperti ini sebenarnya tidak perlu terjadi apabila ada kesadaran hukum oleh masyarakat khususnya kelompok supporter dalam berlalu lintas dan berperilaku. Apabila pelanggaran lalu lintas dan tindakan – tindakan anarki yang dilakukan oleh supporter sepak bola dilakukan dan dibiarkan, maka hal itu dapat membahayakan
bagi
keselamatan
dirinya
sendiri
maupun
keselamatan
pengguna jalan lainnya ataupun sesama supporter sepak bola laiinya. Berbagai pelanggaran itu juga bisa sangat besar pengaruhnya terhadap kelancaran arus lalu lintas dan kenyamanan supporter lainnya maupun masyarakat yang berada 4
di sekitar lokasi pertandingan, serta mampu menumbuhkan budaya tidak disiplin dan anarkis dikalangan pengguna jalan pada umumnya dan supporter sepak bola. Terwujudnya ketertiban lalu lintas dan kedisiplinan berlalu lintas juga sangat bergantung kepada ketegasan, kedisiplinan dan tanggung jawab dari aparat kepolisian divisi lalu lintas dan atau Polisi Lalu Lintas (POLANTAS) dari Polrestabes Surabaya dalam menegakkan berbagai peraturan yang berlaku. Selama ini belum banyak yang menyadari bahwa pelanggaran lalu lintas merupakan salah satu jenis tindak pidana
selain tindakan pencurian,
penganiayaan, penghinaan. Suatu pelanggaran dikatakan tindak pidana apabila pelanggaran tersebut memenuhi semua unsur dari tindak pidana. Unsur – unsur tindak
pidana yang
dimaksud ialah perbuatan manusia yang
mampu
bertanggung jawab, perbuatan tersebut melawan hokum, dilakukan dengan kesalahan yang disengaja, dan diancam dengan pidana. 1.2 Rumusan Masalah Judul : Penegakan Hukum Terhadap Tindakan Supporter Sepak Bola Rumusan Masalah : 1.
Bagaimana bentuk penanganan yang dilakukan oleh Polrestabes Surabaya di dalam menangani adanya tindak pidana serta pelanggaran – pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh Supporter Sepak Bola Surabaya ?
2.
Apakah upaya – upaya hokum yang dilakukan oleh pihak kepolisian dalam menangani pelanggaran – pelanggaran lalu lintas serta tindakan – tindakan pidana yang dilakukan oleh supporter di Indonesia ?
5
1.3 Penjelasan Judul Sebelum berbicara lebih lanjut saya akan menjelaskan istilah yang terdapat didalam judul ini :“ Penegakan Hokum Terhadap Tindakan Supporter Sepak Bola “ maka saya perlu menegaskan arti dari judul tersebut sebagai berikut : Penegakan hokum adalah suatu proses pemungsian norma – norma hokum secara nyata sebagai pedoman perilaku atau hubungan – hubungan hokum dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.1 Tindakan ialah suatu mekanisme dari suatu pengamatan yang muncul dari persepsi sehingga ada respon untuk mewujudkan suatu tindakan.2 Pengertian supporter menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah orang – orang yang memberikan suatu dukungan, sokongan dalam berbagai bentuk disuatu situasi. Supporter biasanya memiliki cara – cara dalam mendukung tim kesukaannya, seperti bernyanyi – nyanyi untuk menyatakan dukungannya.3 Dan menurut suryanto dosen fakultas psikologi unair Surabaya supporter adalah orang yang memberikan dukungan, sehingga bersifat aktif.4 1.4 Alasan Pemilihan Judul Mengingat pentingnya ketertiban lalu lintas di kalangan supporter sepak bola pada khususnya dan demi kelancaran dan keselamatan para pengguna jalan pada umumnya. Dan melihat bertapa banyaknya pelanggaran – pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh supporter sepak bola di Surabaya, maka perlu terus di upayakan menumbukan semangat untuk menaaati aturan, semangat untuk menjaga ketertiban, dan menghormati hak orang lain dalam berlalu lintas. Selain itu dengan langkah – langkah penegakan hokum oleh kepolisian divisi lalu lintas 1
Eka sasmitha, “Pengertian Penegakan Hukum”, Jakarta, 2011 Muhamad Tambun, Bab II, Pengertian Tindakan, Sumatera Utara, 2010, 3 Wikipedia, Kamus besar bahasa Indonesia. 4 Suryanto, Blog dosen psikologi Unair, surabaya 2
6
berdasarkan tugas dan wewenangnya sebagai penegak hokum dihrapkan untuk menciptakan keadaan tertib hokum dibidang lalu lintas dan angkutan jalan raya sehingga berbagai pelanggaran lalu lintas dapat di tekankan jumlahnya seminimal mungkin. Oleh karena itu penting pula kiranya bahwa kepolisian bagian lalu lintas (POLANTAS) untuk meningkatkan kedisiplinan anggotanya dalam menangani setiap pelanggaran pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh kalangan supporter sepak bola di wilayah Surabaya. Berdasarkan latar belakang yang saya paparkan diatas maka saya tertarik untuk mengambil Judul “ Penegakan Hukum Terhadap Tindakan Supporter Sepak Bola “ sebagai judul skripsi saya. 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1.
Untuk mengetahui bagaimana sistematika penanganan kepolisan Negara Republik Indonesia dalam menangani pelanggaran – pelanggaran yang dilakukan oleh supporter sepak bola di Surabaya.
2.
Untuk mempelajari dan menganalisis upaya – upaya hokum apa yang dilakukan oleh pihak kepolisian dalam menanggapi pelanggaran – pelanggaran yang dilakukan oleh supporter sepak bola di Surabaya .
3.
Untuk mempelajari dan mengetahui penyebab – penyebab dari terjadinya pelanggaran – pelanggaran lalu lintas serta tindakan tindakan yang dilakukan oleh supporter sepak bola di Surabaya.
1.6 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini di harapkan mempunyai kegunaan antara lain sebagai berikut :
7
1.
Kegunaan secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi ilmu pengetahuan pada umumnya, dan ilmu hokum serta dapat dijadikan referensi bagi para akademisi yang berminat pada masalah – masalah pelanggaran hokum yang menyangkut dengan tugas dan wewenang kepolisian.
2.
Kegunaaan secara praktis diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukan bagi masyarakat ataupun kalangan supporter sepak bolah serta aparat kepolisian dalam upaya melakukan tindakan pencegahan terhadap tindakan – tindakan anarkis dijalan maupun saat pertandingan sepak bola, khususnya pelanggaran – pelanggaran yang dilakukan oleh kelompok supporter sepak bola di Indonesia.
1.7 Metode Penelitian 1.
Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian hukum normative, yaitu
penelitian yang mendasarkan pada data sekunder sebagai bahan utamanya dan data primer sebagai bahan pendukungnnya. 2.
Pendekatan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan hokum sekunder,
bahan hokum sekunder dalam peelitian ini dikelompokan menjadi dua yaitu : a.
Bahan Hukum Primer, merupakkan bahan hukum yang bersifat autoritatif artinya mempunyai otoritas, terdiri dari perundang – undangan, catatan – catatan resmi atau risalah dalam pembuatan perundang – undangan dan putusan hakim. Dalam penulisan karya ilmiah ini digunakan peraturan perundang –
undangan, antara lain : 8
1)
Tugas dan Wewenang kepolisian republik Indonesia.
2)
Undang – undang nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan.
3)
Peraturan perundang – undangan lainnya yang berkaitan dengan penilitian ini.
b.
Bahan Hukum Sekunder, berupa semua publikasi tentang hokum yang merupakan dokumen – dokumen resmi. Publikasi tentang hokum meliputi teks, kamus – kamus hokum, jurnal – jurnal hokum, dan komentar – komentar atas putusan pengadilan. Dalam penulisa karya ilmiah ini menggunakan buku – buku, hasil penelitian, artikel serta pendapat hokum yang terkait dengan objek yang di teliti.
c.
Pendekatan Empiris adalah usaha mendekati masalah yang diteliti dengan sifat hukum yang nyata atau sesuai dengan kenyataan yang hidup dalam masyarakat.5
3.
Metode Pengumpulan Bahan Hukum Bahan hokum yang dipergunakan dalam penelitian ini diperoleh melalui studi
kepustakaan yang penjabarannya sebagai berikut : Studi kepustakaan Studi kepustakaan merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mempelajari buku – buku tentang penegakan hokum dan pelanggaran – pelanggaran lalu lintas, literatur dan karya ilmiah lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.
5
Lisa Novrianti, Blog, “ Pendekatan Empiris “, Depok, 2010
9
4.
Metode Analisis Disebabkan karena penelitian hokum ini bersifat yuridis normative maka
digunakan analisis dengan ukuran kualitatif yang terpusat pada substansi dengan proses penalaran dalam menarik kesimpulan digunakan metode berpikir deduktif, berpangkal pada pengajuan premis mayor berupa aturan hokum kemudian pengajuan premis minor yaitu fakta hokum, dari kedua hal tersebut kemudian ditarik konklusi.6 1.8 Sistematika Pertanggung Jawaban Guna memudahkan dalama memahami isi dari skripsi ini, berikut saya sajikan sistematika penulisan dari skripsi ini yang terbagi didalam beberapa bab dan masing – masing bab terbagilagi ke dalam beberapa sub bab. Adapun masing – masing dari bab tersebut adalah : BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini di uraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan keaslian penelitian yang merupakan bekal dasar bagi penulis dalam menyusun skripsi ini. Selanjutnya pada bab ini juga diuraikan tentang batasan konsep serta metode penelitian, pendekatan hokum, lokasi penelitian, subjek penelitian, tekhnik pengumpulan bahan dan analisisi bahan. Pada akhir dari bab ini disajikan sistematika pertanggung jawaban. BAB II PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAKAN SUPPORTER SEPAK BOLA DISURABAYA Pada bab ini diuraikan dan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan penegakan hokum Pidana oleh kepolisian surabaya terhadap tindakan supporter
6
Wirtha Griadi, Metode Penelitian Dan Penulisan Hokum, Hal 26
10
sepak bola diSurabaya. Adapun uraian pada bab ini meliputi : tinjauan tentang penegakan hokum, yang berisi pengertian penegakan hokum, faktor – faktor yang mempengaruhi penegakan hokum, tugas dan wewenang kepolisian dalam menjalankan peraturan perundang – undangan lalu lintas, serta sistematika penanganan yang dilakukan oleh supporter sepak bola di Surabaya. BAB III TINJAUAN HUKUM TERHADAP TINDAKAN SUPPORTER SEPAK BOLA Pada bab ini diuraikan tinjauan tentang lalu lintas dan angkutan jalan, yang berisi pengertian lalu lintas dan angkutan jalan, asas dan tujuan lalu lintas dan angkutan jalan, serta pelanggaran – pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh supporter sepak bola. Serta pelanggaran
pelanggaran pidana yang kerap
dilakukan oleh kalangan supporter sepak bola, Dalam bab ini pula di uraikan pengertian tentang supporter. Pada akhir dari bab ini di uraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai upaya upaya hokum yang dilakukan kepolisian mengenai pelanggaran undang – undang nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan, serta upaya - upaya hukum terhadap tindakan pidana yang dilakukan oleh kalangan supporter di Surabaya. BAB IV PENUTUP Pada bab ini disajikan kesimpulan yang merupakan jawaban terhadap permasalahan yang ada didalam skripsi ini dan sekaligus disajikan saran yang merupakan sumbangan pemikiran dan rekomendasi dari saya selaku penulis tentang penegakan hokum yang harus diwujudkan oleh kepolisian dalam menangani tindakan – tindakan supporter yang telah melanggar dan atau tidak mematuh peraturan yang sudah ada yaitu Undang – undang nomor 22 tahun
11
2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan dan Kitab Undang – undang Hukum Pidana ( KUHP ).
12
BAB II PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAKAN SUPPORTER SEPAK BOLA DI SURABAYA 2.1 Latar Belakang Penegakan Hukum ( Rule of law ) Penegakan Hukum ( Rule Of Law )adalah suatu doktrin hokum yang mulai muncul pada abad ke-19, bersamaan dengan kelahiran Negara konstitusi dan demokrasi.
Ia
lahir
sejalan
dengan
tumbuh
suburnya
demokrasi
dan
meningkatnya peran parlemen dalam penyelanggaraan Negara dan sebagai reaksi terhadap Negara absolute yang berkembang selanjutnya. Rule of Law merupakan konsep tentang common law dimana segenap lapisan masyarkat dan negarra beserta seluruh kelembagaannya menjunjung tinggi supremasi hokum yang dibangun atas prinsip keadilan dan egalitarian. Rule of Law adalah Rule by the Law dan bukan Rule by the Man , ia lahir mengambil dominasi yang dimiliki oleh kaum gereja, ningrat, dan kerajaan, menggeser nama kerajaandan memunculkan Negara konstitusi dari mana doktrin Rule of Law ini lahir. Ada tidaknya Rule of Law dalam suatu Negara ditentukan oleh “kenyataan” apakah rakyatnya benar – benar menikmati keadilan, dalam arti perlakuan yang adil, baik sesama warga Negara, maupun dari pemerintah. Oleh karena itu pelaksanaan kaidah – kaidah hokum yang berlaku disuatu Negara merupakan suatu premise bahwa kaidah – kaidah yang dilaksanakan itu merupakan hokum yang adil, artinya kaidah – kaidah hokum yang menjamin perlakuan yang adil bagi masyarakat. 2.2 Pengertian Dan Lingkup Penegakan Hokum ( Rule of Law ) Berdasarkan pengertiannya, friedman pada tahun 1959 membedakan rule of law menjadi 2 (dua), yaitu pengertian secara formal ( in the formal sense) dan 13
pengertian secara hakiki/materil (ideological sense). Secara formal, rule of law diartikan sebagai kekuasaan umum yang terorganisasi ( organized Public Power), misalnya suatu Negara. Sedangkan secara hakiki, Rule of Law terkait dengan penegakan hokum, karena menyangkut ukuran hokum yang baik dan buruk (just and unjust law). Rule of law terkait erat dengan yang namanya suatu keadilan, Sehingga Rule Of Law harus menjamin keadilan yang dirasakan oleh masyarakat/bangsa. Rule of Law merupakan suatu legalisme sehingga mengandung gagasan bahwa keadilan dapat dilayani melalui pembuatan sistem peraturan dan prosedur yang bersifat objektif, tidak memihak, tidak personal, dan otonom.7 2.3 Faktor – Factor Yang Mempengaruhi Penegakan Hokum Penegakan hokum merupakan suatu proses social, yang tidak bersifat tertutup tetapi bersifat terbuka dimana banyak yang mempengaruhinya. Keberhasilan penegakan hokum akann sangat di pengaruhi oleh berbagai factor, adapun beberapa faktor yang mempengaruhi penegakan hokum adalah : 1.
Substansi hokum, hokum diciptakan oleh lembaga – lembaga yang berwenang, sebagai contoh Undang – undang dibuat oleh DPR, dalam menciptakan substansi atau isi hokum tersebut DPR sebagai lembaga yang diberi wewenang harus memperhatikan apakah isi dari undang – undang itu betul – betul akan memberikan keadilan, kepastian hokum dan kemanfaatan bagi masyarakat atau justru dibuatnya hokum yang akan semakin membuat ketidak adilan dan ketidak pastian dan malah merugikan masyarakat. Maka untuk itu substansi hokum sangat penting sekali.
7
Winarta Putra, Rule of Law, Demokrasi dan pendidikan Demokrasi, bab VI, hal 105, Jakarta, 2005
14
2.
Struktur hokum, struktur hokum ini dimaknai para pelaku penegak hukum, sebagaimana yang disampaikan oleh bagirmanan bahwa penegak hokum ada dua yaitu penegak hokum yang pro yustitia dan penegak hukum yang non pro yustitia, penegak hokum pro yustitia adalah hakim, jaksa, polisi, dan advokat, sedangkan yang non pro yustisia adalah
seperti halnya
dilingkungan bea cukai, perpajakan, lembaga permasyarakat. Para penegak hokum ini memegang peranan yang sangat penting di tangan merekalah hokum di tegakkan, mereka harus memiliki komitmen moral yang kuat dalam penegakan hokum. Dan diharapkan mereka pelaku penegak hokum tidak hanya menjadi corong undang – undang namun juga berfikir lebih luas dan mendalam. 3.
Factor sarana dan prasarana, penegakan hokum membutuhkan sarana dan prasarana seperti bagi polisi peralatan yang memadai dan tentunya bisa digunakan, apa jadinya jika penegakan lalu lintas di Surabaya motor yang digunakan oleh oleh kepolisian untuk patrol motor sudah using, atau dalam penyusunan berkas masih menggunakan mesin ketik manual, sarana dan prasarana ini tentu berkaitan dengan anggaran, maka anggaran untuk penunjang benar – benar di manfaatkan untuk itu.
4.
Factor masyarakat, masyarakat dalam hal ini menjadi suatu factor yang cukup mempengaruhi juga di dalam efektifitas hokum. Apabila masyarakat tidak sadar hokum dan atau tidak patuh hokum maka tidak ada ke efektiftasan. Kesadaran hokum merupakan konsepsi abstrak didalam diri manusia, tentang keserasian antara ketertiban dan ketentraman yang dikehendaki atau sepantasnya. Kesadaran hokum sering dikaitkan dengan pentaatan hokum, pembentukan hokum, dan efektifitas hokum. Kesadaran 15
hokum merupakan kesadaran atau nilai – nilai yang terdapat dalam manusia tentang hokum yang ada atau tentang hokum yang diharapkan. Ke empat factor diatas saling berkaitan dengan erat nya karena faktor faktor tersebut merupakan esensi dari penegakan hokum, juga merupakan tolak ukur dari pada efektifitas penegakan hokum. Pada elemen pertama, yang menentukan dapat berfungsinya hokum tertulis tersebut dengan baik atau tidak adalah tergantung dari aturan hokum itu sendiri.8 2.4 Tugas Dan Wewenang Kepolisian Sebagai Penegak Hukum 2.4.1 Pengertian Kepolisian Negara republik Indonesia atau yang sering disingkat dengan polri dalam kaitannya dengan pemerintahan adalah salah satu fungsi pemerintahan
negara
dibidang
pemeliharaan
keamanan
dan
ketertiban
masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat yang bertujuanuntuk mewujudkan keamanan dan ketertiban dalam Negara yang melibuti terpeliharanya keamanandan ketertiban di dalam masyarakat, tertib dan tegaknya hokum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, serta terbinanya ketentraman masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia. 2.4.2
Tugas dan Wewenang
Tugas pokok kepolisian Negara Republik Indonesia adalah : 1.
Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat
2.
Menegakkan hokum, dan
3.
Memberikan
perlindungan,
pengayoman,
dan
pelayanan
kepada
masyarakat. 8
Hafid zakaria SH, MH, Faktor yang mempengaruhi penegakan hokum di Indonesia, Jambi, 2013
16
Dalam melaksanakn tugas pokok tersebut polri melakukan : 1.
Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patrol terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan ;
2.
Menyelanggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan ketertiban dan kelancaran lalu lintas dijalan ;
3.
Membina masyarakat untuk meningkatan partisipasi masyarakat, kesadaran hokum dan peraturan perundang – undangan ;
4.
Turut serta dalam pembinaan hokum nasional ;
5.
Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum ;
6.
Melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap kepolisian khusus, penyedik pegawai negeri sipil, dan bentuk – bentuk pengamanan swakarsa ;
7.
Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hokum acara pidana dan peraturan perundang – undangan lainnya ;
8.
Menyelenggarakan
identifikasi
kepolisian,
kedokteran
kepolisian,
laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas kepolisian; 9.
Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan atau bencana termasuk memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia ;
10. melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani oleh instansi dan atau pihak – pihak yang berwenang ; 11. Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingan dalam lingkungan tugas kepolisian; serta 17
12. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang – undangan, yang dalam pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.9 Agar dalam pelaksanaan tugas – tugas kepolisian sebagaimana tersebut di atas dapat berjalan dengan baik, pelaksanaan tugasnya itu dapat dipatuhi, ditaati dan di hormati oleh masyarakat dipatuhi dalam rangka penegakan hokum, maka oleh undang – undang polri diberi kewenangan secara umum yang cukup besar antara lain. : 1.
Menerima laporan dan/atau pengaduan ;
2.
Membantu menyelesaikan perselisihan wrga masyarakat yang dapat mengganggu ketertiban umum ;
3.
Mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat ;
4.
Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancam persatuan dan kesatuan bangsa ;
5.
Mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kwenangan administratif kepolisian ;
6.
Melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian dalam rangka pencegahan ;
7.
Melakukan tindakan pertama di tempat kejadian ;
8.
Mengambil sidik jari dari identitas lainnya serta memotret seseorang;
9.
Mencari keterangan dan barang bukti ;
10. Menyelenggarakan pusat informasi criminal nasional ; 11. Mengeluarkan surat izin dan atau surat – surat keterangan yang diperlukan dalam rangka pelayanan masyarakat ;
9
Herzien inlandsch reglement (H.I.R), Reglemen indonesia yang telah diperbaharui (RIB), hal 2
18
12. Memberikan bantuan pengamanan dalam ssidang dan pelaksanaan putusan pengadilan, kegiatan instansi lain, serta kegiatan masyarakat ; 13. Menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara waktu ; Selain kewenangan umum yang diberikan oleh undang – undang sebagaimana tersebut di atas, maka di berbagai undang – undang yang telah mengatur kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara ini dalam undang – undang
itu
juga
telah
memberikan
kewenangan
kepada
polri
untuk
melaksanakan tugas sesuai dengan perundang – undangan yang mengaturnya tersebut antara lain : 1.
Memberikan izin serta mengawasi kegiatan keramaian umum dan atau kegiatan masyarakat lainnya ;
2.
Menyelenggarakan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor ;
3.
Memberikan surat izin mengemudi kendaraan bermotor ;
4.
Menerima pemberitahuan tentang kegiatan politik ;
5.
Memberikan izin operasional dan melakukan pengawasan terhadap badan usaha dibidang jasa pengemanan ;
6.
Memberikan izin dan melakukan pengawasan senjata api, bahan peledak, dan senjata tajam ;
7.
Memberikan petunjuk, mendidik, dan melatih aparat kepolisian khusus dan petugas swakarsa dalam bidang tekhnis kepolisian;
8.
Melakukan kerjasama dengan kepolisian Negara lain dalam menyidik dan memberantas kejahatan international ;
9.
Melakukan pengawasan fungsional kepolisian terhadap orang asing yang berada di dalam wilayah territorial Indonesia dengan koordinasi instansi terkait ; 19
10. Mewakili pemerintah Republik Indonesia dalam organisasi kepolisian international ; 11. Melaksanakan kewenangan lain yang termasuk dalam lingkup tugas kepolisian . Tugas dan wewenang kepolisian diatas merupakan suatu pedoman bagi kepolisian dibidang lingkungan bermasyarakat pada umumnya dan penegakkan ukum terhadap pelanggaran – pelanggaran lalu lintas san pelanggaran pelanggaran tindak pidana lainnya yang dilakukan oleh kelompok supporter sepak bola di Surabaya pada khususnya. Dengan melihat realita yang ada bahwasannya kepolisian kurang tegas dalam menegakkan hukum dikalangan masyarakat awam yang membutuhkan bimbingan untuk mengetahui tentang pelanggaran – pelanggaran yang hampir setiap hari kita jumpai yaitu pelanggaran lalu lintas serta pelanggaran tindak pidana lainnya, khususnya yang dilakukan oleh kalangan supporter sepak bola di Surabaya, dalam hal ini peran kepolisian sangatlah penting untung mewujudkan suatu aturan agar dapat diterima dikalangan masyarakat khususnya supporter sepak bola di Surabaya.10 2.5 Bagaimana bentuk penanganan yang dilakukan oleh Polrestabes Surabaya di dalam menangani adanya pelanggaran tindak pidana serta pelanggaran – pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh Supporter Sepak Bola Surabaya ? Dalam rangka mewujudkan keselamatan jalan raya merupakan tanggung jawab bersama antara pengguna jalan dan aparatur Negara yang berkompeten terhadap penanganan jalan raya yang baik yang bertanggung jawab terhadap
10
Wordpress, Tugas dan Wewenang Polri, November 2012
20
pengadaan dan pemeliharaan infra dan supra struktur, sarana dan prasarana tetap terpelihara serta terjaganya situasi kamseltibcar lantas dijalan raya sebara tearah dan mencapai sasaran yang diharapkan, pertisipasi aktif dan pemakai jalan terhadap etika , sopan santun dan kepatuhan terhadap peraturan perundang – undangan yang berlaku merupakan suatu hal yang paling penting guna terwujudnya keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas, sesuai dengan system kepolisian modern menempatkan masyarakat sebagai subjek dalam menjaga keselamatan pribadinya akan berdampak terhadap keselamatan maupun keteraturan bagi pengguna jalan lainnya, untuk mewujudkan hal tersebut perlu dilakukan beberapa perumusan dalam 5 (lima) bentuk strategi penanggannya , antara lain : 2.5.1
1.
Strategi Penanganan Tindak Pidana Dan Pelanggaran Lalu Lintas
Engineering Wujud strategi yang dilakukan melalu serangkaian kegiatan pengamatan,
penelitihan, dan penyelidikan terhadap faktor penyebab gangguan / hambatan keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas serta memberikan saran – saran berupa langkah – langkah perbaikan dan penanggulangan serta pengembangannya kepada instansi – instansi yang berhubungan dengan permasalahan lalu lintas dan tindak pidana lainnya yang dilakukan oleh supporter sepak bola di Surabaya.
2.
Education
21
Segala kegiatan yang menliputi segala sesuatu untuk menumbuhkan pengertian, dukungan dan pengikut sertaan masyarakat secara aktif dalam usaha menciptakan keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancarandalam menerapkan peraturan perundang – undangan yang berlaku, dengan sasaran masyarakat yang terorganisir dan masyarakat yang tidak terorganisir, sehingga menimbulkan kesadaran secara personal tanpa harus diawasi oleh bertugas . 3.
Enforcement Merupakan segala bentuk kegiatan dan tindakan dari polri dibidang lalu
lintas agar undang – undang atau ketentuan – ketentuan lalu lintas lainnya oleh semua para pemakai jalan dalam usaha menciptakan kamseltibcar lantas. Segala usaha yang dilakukan oleh enforcement dibagi menjadi beberapa jenis yaitu : -
Preverntif Segala usaha dan kegiatan untuk ketertiban masyarakat, memelihara
keselamatan orang, benda, masyarakat, termasuk memberikan perlindungan dan pertolongan khususnya mencegah terjadinya pelanggaran yang meliputi pengaturan lalu lintas, penjagaan lalu lintas, pengawalan lalu lintas dan patrol lalu lintas. -
Represif Merupakan serangkaian tindakan penyidik untuk mencari dan menemukan
suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana meliputi penindakan pelanggaran lalu lintas dan penyidikan kecelakaan lalu lintas . 4.
Encouragement Encouragement bisa diartikan sebagai suatu desakan atau pengobar
semangat, bahwa untuk mewujudkan kaseltibcar lantas juga dipengaruhi oleh 22
faktor individu setiap pemakai jalan, dimana kecerdasan intelektual individu kemampuan memotivasi dalam diri guna menumbuhkan kesadaran dalam dirinya untuk beretika dalam berlalu lintas dengan benar sangat dibutukan guna mewujudkan hal tersebut. Menumbuhkkan motivasi dalam diri bisa dipengaruhi oleh faktor internal yaitu kesadaran diri seseorang itu sendiri maupun eksternal yaitu faktor lingkungan disekitarnya. Selain daripada itu desakan semangat untuk menciptakan situasi lalu lintas harus dimiliki oleh semua stake holder yang berada
pada
struktur
pemerintahan
maupun
non
pemerintahan
yang
berkompeten dalam bidang lalu lintas sehingga semua komponen yang berkepentingan serta pengguna jalan secara bersama memiliki motivasi dan harapan yang sama dengan mengaplikasikannya didalam aksi nyata kehidupan berlalu lintas dijalan raya. 5.
Emergency Preparedness and Response Kesiapan guna tanggap darurat dalam menhadapi suatu permasalahan lalu
lintas harus menjadi prioritas utama dalam upaya penangannya, kesiapan seluruh komponen stake holder dibidang lalu lintas senantiasa mempersiapkan diri baik sumber daya manusia, sarana dan prasarana serta hal – hal lainnya dalam menghadapi situasi yang mungkin terjadi, pemberdayaan informasi dan tekhnologi sangat bermanfaat sebagai pemantau lalu lintas jalan raya disamping keberadaan petugas dilapangan, dalam mewujudkan Emergency Preparedness and Response ini perlu adanya konsigness yang jelas diseluruh stake holder dan pelaksanaannya harus dapat bekerja sama dengan secara terpadu sesuai dngan SOP yang telah ditetapkan bersama. Dari penjelasan diatas secara sederhana strategi adalah rencana tentang apa yang ingin dicapai atau dikehendaki dari suatu organisasi dimasa depan dan 23
bagaimana cara mencapai keadaan yang diinginkan tersebut. sementara itu strategi juga merupakan suatu perencanaan suatu cara untuk mengembangkan consensus atau kesepakatan tertulis atas apa yang akan dikerjakan oleh para pejabat organisasi sampai dengan kontrak tugas tugas dapat diselesaikan oleh setiap individu didalam unit kerja. 11
11
Drs. Bima anggara sena, tessis, Strategi Penegakan Hokum, Semarang, 2010
24
BAB III TINJAUAN HUKUM TERHADAP TINDAKAN TINDAKAN SUPPORTER SEPAK BOLA Kajian terkait hukum olahraga bisa jadi masih belum terlalu familiar di Indonesia, padahal kajian ini menjadi kajian populer dan serius di banyak negara, perkembangan olahraga sebagai industri dan gaya hidup menjadikan olahraga berkembang lebih menjadi sekedar upaya untuk menyehatkan tubuh namun juga merambah dunia industri, penyiaran, dll, semua itu tentunya memiliki konsekuensi yang mayoritas beririsan dengan hukum. Banyak aspek hukum terkait olahraga (baca:sepakbola), mengapa sepak bola? Selain karena olahraga ini yang paling memiliki pengaruh di dunia, harus diakui juga bahwa sepakbola adalah olahraga yang memiliki banyak persinggungan dengan hukum, dari mulai aspek perdata, pidana, hingga administrasi. Berbicara hukum (sepakbola) maka kita pun sering mendengar istilah rule of game atau laws of the game sebagai suatu prinsip kekhususan di mana sepak bola memiliki aturan mainnya sendiri, sayangnya pengusung prinsip lex specialistt ini seringkali kebablasan dan keliru menempatkan suatu persoalan sehingga merasa segala sesuatu terkait sepakbola selalu bebas dari hukum dan aturan lain selain statuta FIFA, federasi dsb
3.1 Pengertian Suporter Sepak Bola
Suporter adalah sekelompok orang yang memberi dukungan atau semangat terhadap orang atau tim favorit mereka dalam sebuah pertandingan, kelompok suporter bisa kita temukan hampir di setiap kota-kota besar di indonesia seperti
25
Jakarta, Medan, Surabaya, dan Makassar, namun dewasa ini kelompok suporter sering di kaitkan dengan para pendukung tim sepak bola.12 Pengertian suporter akhir-akhir ini melekat dengan pelanggaran, hal ini terjadi karena beberapa kelompok suporter khususnya suporter sepak bola sering melakukan pelanggaran lalu lintas saat mereka ingin memberikan dukungan kepada tim favorit meraka yang akan bertanding di stadion. Pelanggaran yang sering dilakukan di jalan raya sering kali membahayakan keselamatan merekah sendiri bahkan keselamatan pengendara lain. Di Indonesia fenomena tentang pelanggaran lalu lintas dan tindakan – tindakan pidana lainnya oleh suporter sepak bola bukanlah hal yang baru lagi karena terjadi hampir di setiap kota di Indonesia, terutama daerah yang memiliki tim sepak bola. Indonesia dikenal dengan suporter sepak bolanya yang sangat fanatik karena dimana pun tim faforitnya bertanding mereka akan berusaha untuk datang dan memberikan dukungan. Menurut Kamus besar bahasa Indonesia, suporter berasal dari kata suport yang artinya dukungan atau memberi semangat dan dorongan terhadap orang atau tim sedang bertanding, Sementara itu menurut akar katanya, kata “suporter “ berasal dari kata kerja (verb) dalam bahasa Inggris to support dan akhiran (suffict) –er. To support artinya mendukung, sedangkan akhiran –er menunjukkan pelaku. Jadi suporter dapat diartikan sebagai orang yang memberikan suport atau dukungan. Sementara itu istilah penonton berasal dari awalan pe- dan kata kerja tonton dalam bahasa Indonesia. Awalan pe- dalam hal ini berarti orang yang melakukan 12
htttp://anehdidunia.blogspot.com/2012/04/fenomenasuportersepakbola.htm#izxx1wYoJ
udGz
26
pekerjaan sesuai dengan kata kerja. Bila kata kerjanya tonton, maka penonton berarti orang yang menyaksikan suatu pertunjukan atau tontonan. Dilihat dari kedua pengertian di atas jelaslah apabila antara „penonton‟ dan „suporter‟ memiliki makna yang berbeda, terlebih lagi apabila kata tersebut digunakan dalam persepakbolaan. Penonton adalah orang yang melihat atau menyaksikan pertandingan sepakbola, sehingga bersifat pasif. Sementara itu suporter adalah orang yang memberikan dukungan, sehinga bersifat aktif, Di lingkungan sepakbola, suporter erat kaitannya dengan dukungan yang dilandasi oleh perasaan cinta dan fanatisme terhadap tim. Supporter dilatar belakangi oleh persamaan hobi dan kesukaan terhadap sebuah tim yang membentuk sebuah kelompok yang terorganisir dan memiliki kebiasaan. Suporter sendiri dilandasi atas aktivitas kesenangan menonton sebuah pertandingan. 3.2 Macam – Macam Pelanggaran Yang Dilakukan Oleh Supporter Sepak Bola Di Surabaya . a.
Pertama adalah tindak pidana tentang penghancuran atau perusakan barang yang diatur dalam Bab XXVII buku kedua KUHP, mengenai hal ini, semua dapat kita lihat saat terjadinya kerusuhan sepak bola baik didalam stadion maupun luar stadion, bukti-buktinya pun jelas dan terekam dalam berbagai dokumentasi, pembakaran serta perusakan fasilitas umum dan kendaraankendaraan pribadi menjadi hal yang dapat dipastikan akan selalu mengikuti saat terjadi kerusuhan sepakbola.
b.
Kedua adalah tindak pidana penganiayaan yang diatur dalam Bab XX buku kedua KUHP, dan tindak pidana yang satu ini akan semakin nyata saat melibatkan dua kelompok suporter yang berbeda, bahkan aksi-aksi 27
penganiayaan dalam kerusuhan sepakbola tidak jarang pula harus menelan korban jiwa. Selain itu beberapa hal lain yang dilakukan para suporter dan terjadi sebelum atau sesudah kerusuhan pun dapat pula dijerat dengan hukum pidana, yaitu saat para oknum suporter mengonsumsi obat-obatan terlarang untuk membuat mereka lebih “terbang” saat beraksi mendukung tim kesayangannya. c.
tindak pidana pelanggaran lalu-lintas. Kita akan sangat mudah menjumpai pemandangan suporter yang mengemudikan motor ugal-ugalan, tidak menggunakan helm, berboncengan motor lebih dari tiga orang dll. Relatif jarang kita dengar berita penuntutan secara konvensional bagi pelaku
tindak pidana dalam sebuah pertandingan sepakbola, yaitu tuntutan jaksa, proses peradilan dipengadilan umum hingga jatuhnya vonis. Sebuah kekeliruan telah terjadi, kejahatan-kejahatan dan pelanggaran yang terjadi dalam ranah pertandingan sepakbola dianggap berbeda cara penanganannnya dengan penanganan tindak pidana di luar sepa kbola, padahal kita memiliki hukum acara yang harus dilaksanakan untuk menegakkan hukum pidana13. 3.3 Tindak Pidana Tentang Penghancuran Atau Perusakan Barang 3.3.1 Pengertian
Tindak pidana penghancuran dan pengrusakan barang diatur dalam BAB XXVII buku II Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yaitu pasal 406 sampai dengan pasal 412. Pasal-pasal tersebut mengatur tentang berbagai bentuk dari tindak pidana Penghancuran dan Pengrusakan Barang.
13
Eko Noer Kristianto, “Hukum Sepakbola Dalam Perspektif Hukum Nasional”, Media Pembinaan Hokum Nasional, 2015, hal 1 28
Dasar hukum tindak pidana Penghancuran dan Pengrusakan Barang dalam bentuk pokok adalah pasal 406 ayat 1 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) yang rumusanya didalam bahasa Indonesia berbunyi sebagai berikut : (1) Barang
siapa
dengan
sengaja
dan
secara
melawan
hukum
menghancurkan, merusakan, membuat sehingga tidak dapat dipakai atau menghilangkan suatu benda yang sebagian atau seluruhnya kepunyaan orang lain, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya dua tahun dan delapan bulan atau dengan pidana denda setinggi tingginya seribu lima ratus rupiah. Tindak
Pidana kesengajaan menghancurkan,
merusakkan,
membuat
sehingga tidak dapat dipakai atau menghilangkan benda yang sebagian atau seluruhnya kepunyaan orang lain seperti yang diatur dalam pasal 406 KUHP, mempunyai unsur-unsur sebagai berikut14 : a.
unsur subyektif : dengan sengaja
b.
unsur objektif : 1. barang siapa 2. secara melawan hukum 3. menghancurkan 4. mengrusakan 5. membuat sehingga tidak dapat dipakai 6. menghilangkan 7. suatu benda 8. yang sebagian atau seluruhnya kepunyaan orang lain.
14
P.A.F Lamintang., Delik-Delik Khusus Kejahatan-kejahatan Terhadap Harta Kekayaan. Cetakan: 1, Bandung, Sinar Baru, 1989, hlm 279
29
Unsur-unsur yang terdapat dalam pasal 406 KUHP secara terperinci dapat diketahui sebagai berikut : a. Unsur subyektif Unsur subjektif adalah unsur-unsur yang melekat pada diri si pelaku atau yang berhubungan dengan diri si pelaku, unsur ini keluar dari dalam diri seorang pelaku. Unsur ini berbentuk suatu niat atau keinginan untuk melakukan sesuatu hal yang dilarang oleh undang-undang seperti kesengajaan atau
ketidak
sengajaan15. b.
Unsur Objektif Unsur objektif adalah unsur-unsur yang ada hubungannya dengan keadaan-
keadaan dari si pelaku itu harus dilakukan16. Unsur objektif pertama dari tindak pidana Penghancuran dan pengrusakan barang pasal 406 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) adalah Unsur barang siapa. Kata ‘barang siapa’ ini menunjukan orang, apabila orang tersebut memenuhi unsur dari tindak pidana yang diatur dalam pasal 406 ayat 1 KUHP, maka ia dapat disebut sebagai dader pelaku dari tindak pidana tersebut. 3.3.2
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Tindak Pidana Penghancuran Dan Pengeruskan Barang.
Ada beberapa faktor yang mempengerahi suatu tindak pidana penghancuran dan pengerusakan barang oleh supporter antara lain yaitu : 15
P.A.F. Lamintang., Dasar dasar Hukum Pidana Indonesia, Cetakan :1., Bandung : Citra Aditya Bakti, 1997, Halaman 183 16 P.A.F Lamintang, S.H, Dasar Dasar Hukum Pidana Indonesia., PT. Citra Aditya Bakti Bandung 1997., hal193
30
1.
Faktor Kekecewaan Hal yang mendasar yang menyebabkan terjadinya aksi anarkis dan
perusakan yang dilakukan oleh para demonstran adalah faktor kekecewaan yang diakibatkan oleh pemerintah yang mereka anggap tidak mempedulikan aspirasi yang mereka bawa. Faktor Inilah yang menyulut kemarahan para pihak demonstran, karena besar harapan mereka terhadap aksi yang mereka lakukan untuk adanya sebuah perubahan, sehingga tindakan anarkis serta merusak fasilitas yang berhubungan dengan kepemilikan pemerintahan dianggap relevan untuk mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah. 2.
Adanya Provokasi Dari Pihak-Pihak Tertentu Pada saat demonstrasi tentunya melibatkan banyak orang, hal ini membuat
situasi sangat sulit untuk dikontrol dan dikendalikan, selain itu banyaknya demonstran juga sangat rawan dengan provokasi, baik provokasi dari dalam maupun dari luar, provokasi dari dalam biasanya dilakukan oleh salah satu anggota demonstran yang mempunyai kecenderungan prilaku menyimpang dalam keseharianya, sehingga dimanapun orang tersebut berada maka akan ada potensi untuk rusuh akibat perilaku yang dilakukannya. Lalu provokasi juga mungkin dilakukan oleh pihak-pihak luar yang menginginkan suasana demo menjadi rusuh dengan niat ataupun kepentingan tertentu. 3.
Faktor Psikologis Di
dalam
interaksi
sosial
akan
menyebabkan
munculnya
suasana
kebersamaan diantara individu-individu yang terlibat. Para ahli psikologi sosial telah mengeksplorasi pendapat bahwa keanggotaan dalam kelompok anonim besar menyebabkan individu-individu didalamnya berperilaku lebih agresif dan lebih anti-sosial dibandingkan ketika ia seorang diri (Barbara Krahe. 2005:221). 31
4.
Faktor rendahnya kemampuan pengendalian massa oleh aparat kepolisian. Dari sudut yang lain, dapat kita amati bahwa adakalanya anarki tercipta
secara kebetulan (by chance) atau kecelakaan (by accident). Singkatnya, terdapat begitu banyak kemungkinan yang bisa melahirkan anarki. . Namun
yang ingin disorot di sini adalah peran polisi yang bisa meredam anarki secara lebih meluas atau malah meng-incite atau membakar anarki yang lebih parah. 5.
Faktor Kurangnya Pengamanan yang Dilakukan oleh Pihak Kepolisian Faktor kurangnya pengamanan yang dilakukan oleh pihak kepolisian
menjadi masalah selanjutnya yang dapat menimbulkan kerusuhan. Dalam tata cara penyampaian pendapat di muka umum harus diberitahukan estimasi massa yang akan ikut dalam aksi demonstrasi tersebut kepada pihak kepolisian. 3.4 Tindak Pidana Penganiayaan dan Pengeroyokan 3.4.1
Pengertian
Tindak Pidana Penganiayaan merupakan Tindak pidana terhadap tubuh merupakan tindak pidana yang menyerang kepentingan hukum yang berupa tubuh manusia. Didalam KUHP terdapat ketentuan yang mengatur berbagai perbuatan yang menyerang kepentingan hukum yang berupa tubuhmanusia. Berbagai ketentuan tersebut dimaksudkan untuk melindungi kepentingan hukum yang berupa tubuh manusia. Dalam KUHP yang sekarang berlaku, ketentuan yang mengatur tentang tindak pidana terhdap tubuh ( manusia ) terdapat dalam Bab XX dan XXI. Secara umum tindak pidana terhadap tubuh manusia terdiri dari dua macam, yaitu : 32
1. Tindak pidana terhadap tubuh yang dilakukan dengan sengaja atau penganiayaan, yang meliputi : a. Penganiayaan biasa sebagaimana diatur dalam pasal 351 KUHP. b. Penganiayaan ringan sebagaimana diatur dalam pasal 352 KUHP. c. Penganiayaan berencana sebagaimana diatur dalam pasal 353 KUHP. d. Penganniayaan berat sebagaimana diatur dalam pasal 354 KUHP. e. Penganiayaan berat berencana sebagaimana diatur dalam pasal 355 KUHP. f.
Penganiayaan terhadap orang yang berkualitas tertentu sebagaimana diatur dalam pasal 356 KUHP.
g. Turut serta dalam penyerangan dan perkelahian diatur dalam pasal 358 KUHP. 2. Tindak pidana terhadap tubuh yang dilakukan dengan tidak sengaja, yang hanya meliputi satu jenis tindak pidana, yaitu tindak pidana yang diatur dalam pasal 360 KUHP. Tindak pidana tersebut secara populer dikenal dengan kualifikasi karena kelalainya menyebabkan orang lain terluka.17 Tindak pidana pengeroyokan memiliki pengertian bahwa tindak pelanggran hukum yang bersama - sama melakukan kekerasan terhadap orang atau barang atau yang biasa. Perbuatan ini melanggar peraturan perundang –undangan yang termuat dalam pasal 170 KUHP yang berisi : (1) Barang siapa yang di muka umum bersama-sama melakukan kekerasan terhadap orang atau barang, dihukum penjara selama-lamanya lima tahun enam bulan. (2) Tersalah dihukum:
17
Pancar Triwibowo, “Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Pengeroyokan Dan Atau Penganiayaan Yang Mengakibatkan Korban Meninggal Dunia Pada Suporter Sepak Bola”, Skripsi, Universitas Pembangunan Nasional, Surabaya, 2012, hal 12 33
a. Dengan penjara selama-lamanya tujuh tahun, jika ia dengan sengaja merusakkan barang atau kekerasan yang dilakukannya itu menyebabkan sesuatu luka. b. Dengan penjara selama-lamanya sembilan tahun, jika kekerasan itu menyebabkan luka berat pada tubuh c. Dengan penjara selama-lamanya dua belas tahun, jika kekerasan itu menyebabkan matinya orang. (3) Pasal 89 KUHP tidak berlaku Perlu diuraikan unsur-unsur yang terdapat dalam pasal ini sebagai berikut: a. Barangsiapa. Hal ini menunjukkan kepada orang atau pribadi sebagai pelaku. b. Di muka umum. Perbuatan itu dilakukan di tempat dimana publik dapat melihatnya c. Bersama-sama, artinya dilakukan oleh sedikit – dikitnya dua orang atau lebih. Arti kata bersama-sama ini menunjukkan bahwa perbuata itu dilakukan dengan sengaja (delik dolus) atau memiliki tujuan yang pasti, jadi bukanlah merupakan Ketidak sengajaan (delik culpa). 4) Kekerasan, yang berarti mempergunakan tenaga atau kekuatan jasmani yang tidak kecil dan tidak sah. Kekerasan dalam pasal ini biasanya terdiri dari “merusak barang” atau “penganiayaan”. 5) Terhadap orang atau barang. Kekerasan itu harus ditujukan kepada orang atau barang sebagai korban. Bab V penyertaan dalam tindak pidana KUHP, pasal 55 yang berisi: 1) Dipidana sebagai pelaku tindak pidana:
34
a.
Mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan dan yang turut serta melakukan perbuatan.
b.
Mereka yang dengan memberi atau menjanjikan sesuatu, dengan menyalahgunakan
kekuasaan
atau
martabat,
dengan
kekerasan,
ancaman, sarana atau penyesatan atau dengan memberi kesempatan, sarana atau keterangan, sengaja menganjurkan orang lain supaya melakukan perbuatan. 2) Terhadap penganjur, hanya perbuatan yang sengaja dianjurkan sajalah yang diperhitungkan, beserta akibat – akibatnya.18 Seperti diketahui bahwa adanya pemberitaan dimedia informasi elektronik. Kasus
pengeroyokan
Lamongan,Jawa
Timur,
suporter
disidangkan.
memutus
kasus
Pengadilan
bentrokan
Negeri
antar
(PN)
pendukung
kesebelasan sepak bola pendukung tim persebaya yang lebih dikenal dengan sebutan bonek mania dan pendukung tim persela lamongan dengan sebutan LA mania hingga menyebabkan satu korban jiwa, sebanyak enam pelaku masing – masing bernama 6 orang yang terdiri dari masing – masingnya, saudara Mashuri Mustajab Z. bin Masruri, Yudha Firdianto alias Plolong, Muhammad Kamil bin Lutfi Rachman, Mohammad Iwan bin Nuryanto, Akmad Farid bin Nur Achmadi serta saudara Amin Tohari bin H. Kabir Korban yang meninggal dunia atas nama saudara Gilang Andika (Alm) dan saudara Teguh Santoso alias Karimbo suporter dari persela lamongan (LA mania).19
18 19
Ibid, hal 13 Ibid, hal 2
35
3.5 Pelanggaran lalu lintas 3.4.1 Pengertian Pelanggaran berasal dari kata “langgar” dalam kamus besar bahasa Indonesia mengandung arti tempat beribadah, tubruk ,laga, landa. “melanggar artinya menubruk, menabrak, menumbuk, menyalahi, melawan, menyerang, atau melanda, “pelanggaran” artinya perbuatan melanggar, atau tindak pidana yang lebih ringan dari kejahatan. Di Kitab Undang – undang Hukum Pidana (KUHP) tidak dipaparkan secara jelas mengenai arti pelanggaran. Pelanggaran dapat dibedakan dengan kejahatan melalui sanksi yang diberikan. Sanksi bagi pelaku pelanggaran umumnya lebih ringan dari pelaku kejahatan. “pelanggaran” adalah delik undang-undang (wetsdelicten) yaitu perbuatan yang sifat melawan hukumnya baru dapat diketahui setelah ada undang-undang yang mengaturnya. Maka suatu tindakan dinyatakan telah melanggar apabila hakikat dari perbuatan itu menimbulkan adanya sifat melawan hukum dan telah ada aturan atau telah ada undang-undang yang mengaturnya. Walaupun perbuatan itu telah menimbulkan suatu sifat melawan hukum namun belum dapat dinyatakan sebagai suatu bentuk pelanggaran sebelum diatur dalam peraturan perundangundangan. Kata “lalu lintas” dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah berjalan hilir mudik,berhubungan perjalanan (kendaraan dsb). Sedangkan dalam undangundang No.22 Tahun 2009 Tentang lalu lintas dan angkutan jalan pengertian lalu lintas yaitu gerakan kendaraan dan orang diruang lalulintas jalan.
36
Sementara dalam brosur penyuluhan hukum VIII tentang pelaksanaan lalu lintas yang diterbitkan oleh Direktorat Jendral pembinaan dan Badan Peradilan Umum Departemen Kehakiman edisi 1 tahun 1993 pengertian pelanggaran lalu lintas yaitu “Pelanggaran lalu lintas adalah setiap pelanggaran yang dilakukan oleh pemakai jalan baik terhadap rambu-rambu lalu lintas maupun dalam cara mengemudi jalan. Orang yang menggunakan kendaraan bermotor maupun pejalan kaki”. Dari pengertian ini telah nampak oleh kita adanya pelanggaran karena telah bersikap atau membuat tindakan yang bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku khususnya Undang-undang No. 14 tahun 1993 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Umum Jalan yang telah diubah menjadi Undang-undang No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Dengan kata lain bahwa akibat dari ketidak patuhannya terhadap peraturanperaturan yang ditetapkan di jalan, maka dimasukan kedalam kategori melakukan pelanggaran lalu lintas 3.4.2 Jenis Pelanggaran Lalu Lintas
Pelanggaran lalu lintas adalah perbuatan atau tindakan seseorang yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan lalu lintas dan angkutan jalan yang termaksud dalam undang-undang No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan . Beberapa bentuk pelanggaran lalu lintas serta ketentuan pidana dalam Undang-undang No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan :
37
1) Setiap pengendara bermotor yang tidak memiliki SIM dipidana dengan pidana kurungan paling lama 4 bulan atau denda paling banyak Rp 1.000.000 (Pasal 261) 2) Setiap pengendara bermotor yang memiliki SIM namun tak dapat menunjukkan saat razia, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 tahun atau denda paling banyak Rp 250.000 (Pasal 228 ayat 2) 3) Setiap pengendara kendaraan bermotor yang tidak dilengkapi dengan tanda nomor kendaraan, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 bulan atau denda paling banyak Rp 500.000 (Pasal 282) 4) Setiap pengendara sepeda motor yang tidak dilengkapi kelayakan kendaraan seperti spion, lampu utama, lampu rem, klakson, pengukur kecepatan, dan knalpot. Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 bulan atau denda paling banyak Rp 250.000 (Pasal 285 ayat 1). 5) Setiap pengendara mobil yang tidak dilengkapi perlengkapan berupa ban cadangan,segitiga pengaman, dongkrak, pembuka roda, dan perlengkapan pertolongan pertama pada kecelakaan dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 bulan atau denda paling banyak Rp 250.000 (pasal 278) 6) Setiap pengendara sepeda motor yang tidak dilengkapi kelayakan kendaraan seperti spion, lampu utama, lampu mundur, lampu rem, klakson, pengukur kecepatan, kaca depan, bumber dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 bulan atau denda paling banyak Rp 500.000 ( Pasal 285 ayat 2). 7) Setiap pengendara yang melanggar rambu lalu lintas dipidana dengan pidana kurungan 2 bulan atau denda paling banyak Rp.500.000 (Pasal 287 ayat 1)
38
8) Setiap pengendara yang melanggar aturan batas kecepatan paling tinggi atau paling rendah dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 bulan atau denda paling banyak Rp 500.000 (Pasal 287 ayat 5) 9) Setiap pengendara yang tidak memiliki surat tanda kendaraan bermotor (STNK) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 bulan atau denda paling banyak RP 500.000 (Pasal 288 ayat 1) 10) Setiap pengemudi atau penumpang yang duduk disamping pengemudi mobil tidak mengenakan sabuk pengaman dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 bulan atau denda paling banyak Rp 250.000 (pasal 289) 11) Setiap pengendara atau penumpang sepeda motor yang tak mengenakan helm standar nasional dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 bulan atau denda paling banyak Rp 250.000 (Pasal 291) 12) Setiap pengendara sepeda motor yang akan berbelok atau balik arah tanpa memberi isyarat lampu,dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 bulan atau denda pailing banyak Rp 250.000 (Pasal 294).20 Sementara itu dari beberapa bentuk pelanggaran diatas pelanggaran lalu lintas yang sering dilakukan oleh supporter sepak bola, antara lain sebagai berikut : 1. Menggunakan jalan dengan cara yang dapat membahayakan ketertiban atau keamanan lalu lintas atau yang mungkin menimbulkan kerusakan jalan. 2. Mengemudikan kendaraan bermotor tanpa dilengkapi surat kendaraan (STNK) dan izin mengemudi (SIM) atau surat tanda bukti lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
20
Undang – undang nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan.
39
3. Tidak memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan lalu lintas tentang penomoran, penerangan, peralatan, perlengkapan, pemuatan kendaraan dan syarat penggandengan dengan kendaraan lain. 4. Pelanggaran terhadap perintah yang diberikan oleh petugas pengatur lalu lintas jalan,rambu-rambu atau tanda yang ada di samping atau permukaan jalan. 5. Pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan ukuran dan muatan yang diijinkan. 3.4.3 Penerapan Hukum terhadap supporter sepak bola didalam pelanggaran lalu lintas
Lalu lintas di dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan didefinisikan sebagai “gerak kendaraan dan orang di ruang lalu lintas jalan”. sedang yang dimaksud dengan ruang lalu lintas jalan adalah prasarana yang diperuntukkan bagi gerak pindah kendaraan, orang, dan/atau barang yang berupa jalan dan fasilitas pendukung. Pemerintah mempunyai tujuan untuk mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan yang selamat, aman, cepat, lancar, tertib dan teratur, nyaman dan efisien melalui manajemen lalu lintas dan rekayasa lalu lintas. Tata cara berlalu lintas di jalan diatur dengan peraturan perundangan menyangkut arah lalu lintas, perioritas menggunakan jalan, lajur lalu lintas, jalur lalu lintas dan pengendalian arus di persimpangan. Di dalam penerapan hukum lalu lintas harus mempunyai komponen agar bisa terjadi interaksi lalu lintas yaitu sebagai berikut : 1.
Manusia Sebagai Pengguna Manusia sebagai manusia berperan sebagai pengemudi atau pejalan kaki
yang dalam keadaan normal mempunya kemampuan dan kesiagaan yang berbeda – beda ( waktu reaksi, konsentrasi, dan lain lain ) Perbedaan-perbedaan tersebut masih dipengaruhi oleh keadaan phisik dan psykologi, umur serta jenis 40
kelamin dan pengaruh-pengaruh luar seperti cuaca, penerangan/lampu jalan dan tata ruang. 2.
Kendaraan Kendaraan digunakan oleh pengemudi mempunyai karakteristik yang
berkaitan dengan kecepatan, percepatan, perlambatan, dimensi dan muatan yang membutuhkan ruang lalu lintas yang secukupnya untuk bisa bermanuver dalam lalu lintas. 3.
Jalan. Jalan merupakan lintasan yang direncanakan untuk dilalui kendaraan
bermotor maupun kendaraan tidak bermotor termasuk pejalan kaki. Jalan tersebut direncanakan untuk mampu mengalirkan aliran lalu lintas dengan lancar dan mampu mendukung beban muatan sumbu kendaraan serta aman, sehingga dapat meredam angka kecelakaan lalu lintas. Dalam penerapan hukum pelanggaran lalu lintas diperlukan suatu konsep yang matang dan bisa diorganisasi dengan baik sehingga penerapan hukum yang dilaksanakan bisa berjalan dengan lancar. Saya mencoba menjabarkan penerapan yang saya analisis dalam pasal 245 Undang – undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan, yaitu dengan konsep sebagai berikut :21 1.
Managemen Lalu Lintas Manajemen Lalu lintas
meliputi kegiatan perencanaan,
pengaturan,
pengawasan, dan pengendalian lalu lintas. Manajemen lalu lintas bertujuan untuk
21
Soerjono Soekanto 1, Polisi Dan Lalu Lintas ( Analisis Menurut Sosiologi Hukum ), Mandar Maju, Bandung, 1990, hal. 43. 41
keselamatan, keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas, dan dilakukan antara lain dengan: a) Usaha peningkatan kapasitas jalan ruas, persimpangan, dan/atau jaringan jalan. b) Pemberian prioritas bagi jenis kendaraan atau pemakai jalan tertentu. c) Penyesuaian antara permintaan perjalanan dengan tingkat pelayanan tertentu dengan mempertimbangkan keterpaduan intra dan antar moda. d) Penetapan sirkulasi lalu lintas, larangan dan/atau perintah bagi pemakai jalan. 2.
Kegiatan Perencanaan Lalu Lintas. Kegiatan perencanaan lalu lintas meliputi inventarisasi dan evaluasi tingkat
pelayanan. Maksud inventarisasi antara lain untuk mengetahui tingkat pelayanan pada setiap ruas jalan dan persimpangan. Maksud tingkat pelayanan dalam ketentuan ini adalah merupakan kemampuan ruas jalan dan persimpangan untuk menampung lalu lintas dengan tetap memperhatikan faktor kecepatan dan keselamatan. penetapan tingkat pelayanan yang diinginkan. Dalam menentukan tingkat pelayanan yang diinginkan dilakukan antara lain dengan memperhatikan : rencana umum jaringan transportasi jalan; peranan, kapasitas, dan karakteristik jalan, kelas jalan, karakteristik lalu lintas, aspek lingkungan, aspek sosial dan ekonomi. Penetapan pemecahan permasalahan lalu lintas, penyusunan rencana dan program pelaksanaan perwujudannya. Maksud rencana dan program perwujudan dalam ketentuan ini antara lain meliputi: penentuan tingkat pelayanan yang diinginkan pada setiap ruas jalan dan persimpangan, usulan aturan-aturan lalu lintas yang akan ditetapkan pada setiap ruas jalan dan persimpangan, usulan pengadaan dan pemasangan serta pemeliharaan rambu 42
rambu lalu lintas marka jalan, alat pemberi isyarat lalu lintas, dan alat pengendali dan pengaman pemakai jalan, usulan kegiatan atau tindakan baik untuk keperluan penyusunan usulan maupun penyuluhan kepada masyarakat. 3.
Kegiatan pengaturan lalu lintas. Kegiatan penetapan kebijaksanaan lalu lintas pada jaringan atau ruas – ruas
jalan tertentu. termasuk dalam pengertian penetapan kebijaksanaan lalu lintas dalam ketentuan ini antara lain penataan sirkulasi lalu lintas, penentuan kecepatan maksimum dan/atau minimum, larangan penggunaan jalan, larangan dan/atau perintah bagi pemakai jalan. 4.
Kegiatan pengawasan lalu lintas.
a)
Pemantauan dan penilaian terhadap pelaksanaan kebijaksanaan lalu lintas. Kegiatan pemantauan dan penilaian dimaksudkan untuk mengetahui efektifitas dari kebijaksanaan-kebijaksanaaan tersebut untuk mendukung pencapaian tingkat pelayanan yang telah ditentukan. Termasuk dalam kegiatan
pemanatauan
antara
lain
meliputi
inventarisasi
mengenai
kebijaksanaan-kebijaksanaan lalu lintas yang berlaku pada ruas jalan, jumlah pelanggaran dan tindakan-tindakan koreksi yang telah dilakukan atas pelanggaran tersebut. Termasuk dalam kegiatan penilaian antara lain meliputi penentuan kriteria penilaian, analisis tingkat pelayanan, analisis pelanggaran dan usulan tindakan perbaikan. b) Tindakan korektif terhadap pelaksanaan kebijaksanaan lalu lintas. Tindakan korektif dimaksudkan untuk menjamin tercapainya sasaran tingkat pelayanan yang telah ditentukan. Termasuk dalam tindakan korektif adalah peninjauan ulang
terhadap
kebijaksanaan
apabila
menimbulkan masalah yang tidak diinginkan. 43
di
dalam
pelaksanaannya
5) Kegiatan pengendalian lalu lintas. a)
Pemberian arahan dan petunjuk dalam pelaksanaan kebijaksanaan lalu lintas. Pemberian arahan dan petunjuk dalam ketentuan ini berupa penetapan atau pemberian pedoman dan tata cara untuk keperluan pelaksanaan manajemen lalu lintas, dengan maksud agar diperoleh keseragaman
dalam
pelaksanaannya
serta
dapat
dilaksanakan
sebagaimana mestinya untuk menjamin tercapainya tingkat pelayanan yang telah ditetapkan. b) Pemberian bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat mengenai hak dan kewajiban masyarakat dalam pelaksanaan kebijaksanaan lalu lintas. Dengan macam – macam konsep yang telah diuraikan diatas maka pelaksanaan penerapan hukum terhadap pelanggaran lalu lintas yang dilakukan supporter sepak bola di surabaya bisa berjalan dengan baik dan lancar sehingga bisa menimbulkan kenyamanan dalam berlalu lintas. 3.4.4 Faktor Pendukung Penerapan Hukum Pelanggaran Lalu Lintas Yang Dilakukan Oleh Supporter Sepak Bola
Dalam suatu penerapan hukum terhadap pelanggaran lalu lintas yang dilakukan supporter sepak bola perlu adanya beberapa fakor pendukung agar penerapan hukum tersebut bisa berjalan dengan lancar. Faktor – faktor pendukung penerapan hukum tersebut harus diselenggarakan sesuai dengan asas – asas lalu lintas dan angkutan jalan yang tersebut dalam pasal 2 Undang – undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan yaitu :22 a.
Asas transparan, yang dimaksud dengan ”asas transparan” adalah keterbukaan dalam penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
22
Ibid., hal,.4
44
kepada masyarakat luas dalam memperoleh informasi yang benar, jelas, dan jujur sehingga masyarakat mempunyai kesempatan berpartisipasi bagi pengembangan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. b.
Asas
akuntabel,
yang
dimaksud
dengan
”asas
akuntabel”
adalah
penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang dapat dipertanggung jawabkan. c.
Asas berkelanjutan, yang dimaksud dengan “asas berkelanjutan” adalah penjaminan kualitas fungsi lingkungan melalui pengaturan persyaratan teknis layak kendaraan dan rencana umum pembangunan serta pengembangan jaringan lalu lintas dan angkutan jalan.
d.
Asas partisipatif, yang
dimaksud dengan ”asas partisipatif” adalah
pengaturan peran serta masyarakat dalam proses penyusunan kebijakan, pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan, penanganan kecelakaan, dan pelaporan atas peristiwa yang terkait dengan lalu lintas dan angkutan jalan. e.
Asas bermanfaat , yang dimaksud dengan asas bermanfaat adalah semua kegiatan penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan
yang dapat
memberikan nilai tambah sebesar – besarnya dalam rangka menumbuhkan kesejahteraan masyarakat. f.
Asas efisien dan efektif, yang dimaksud dengan “asas efisien dan efektif” adalah pelayanan dalam penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang dilakukan oleh setiap pembina pada jenjang pemerintahan secara berdaya guna dan berhasil guna.
g.
Asas
seimbang,
yang
dimaksud
dengan
”asas
seimbang”
adalah
penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang harus dilaksanakan
45
atas dasar keseimbangan antara sarana dan prasarana serta pemenuhan hak dan kewajiban pengguna jasa dan penyelenggara. h.
Asas
terpadu,
yang
dimaksud
dengan
“asas
terpadu”
adalah
penyelenggaraan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan yang dilakukan dengan mengutamakan keserasian dan kesaling bergantungan kewenangan dan tanggung jawab antar instansi pembina. Asas mandiri, yang dimaksud dengan ”asas mandiri” adalah upaya
i.
penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan melalui pengembangan dan pemberdayaan sumber daya nasional. Dengan penerapan asas tersebut, maka dalam pasal 3 Undang – undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan tertuang tujuan lalu lintas dan angkutan jalan, yaitu :23 1.
Terwujudnya layanan lalu lintas dan angkutan jalan yang aman, selamat, tertib, lancar dan terpadu dengan model angkutan lain untuk mendorong perekonomian nasional, memajukan kesejahteraan umum, memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, serta menjunjung tinggi kesejahteraan warga .
2.
Terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya bangsa.
3.
Terwujudnya penegakan hukum dan kepastian hukum bagi masyarakat. Setelah apa yang telah diuraikan di atas maka faktor – faktor pendukung
penerapan hukum terhadap pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh supporter sepak bola adalah sebagai berikut :
23
Ibid., hal. 15
46
a)
Penerapan hukum dilaksanakan dengan partisipasi dari masyarakat agar setiap pelanggaran bisa diminimalisir sehingga lalu lintas dan angkutan jalan bisa berkembang dan berjalan dengan lancar.
b)
Pemberian bimbingan, pelatihan, sertifikasi, dan izin kepada para anak sekolah dalam berlalu lintas.
c)
Penjaminan kualitas fungsi lingkungan melalui pengaturan persyaratan teknis
laik
kendaraan
dan
rencana
umum
pembangunan
serta
pengembangan Jaringan lalu lintas dan angkutan jalan. d)
Peran serta masyarakat dalam proses penyusunan kebijakan, pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan, penanganan kecelakaan, dan pelaporan atas peristiwa yang terkait dengan lalu lintas dan angkutan jalan.
e)
Pelayanan dalam penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang dilakukan oleh setiap pembina pada jenjang pemerintahan secara berdaya guna dan berhasil guna.
f)
Pelayanan dalam penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang dilakukan oleh setiap pembina pada jenjang pemerintahan secara berdaya guna dan berhasil guna.
g) Penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang harus dilaksanakan atas dasar keseimbangan antara sarana dan prasarana serta pemenuhan hak dan kewajiban pengguna jasa dan penyelenggara. h) Pengawasan terhadap pelaksanaan lalu lintas yang dilakukan oleh anak sekolah agar tidak terjadi pelanggaran yang bisa menggangu ketertiban dan kelancaran lalu lintas. i)
Pengujian dan penerbitan Surat Izin Mengemudi ( SIM ) kendaraan bermotor bagi anak sekolah yang memiliki kendaraan bermotor. 47
j)
Penegakan hukum yang meliputi penindakan pelanggaran dan penanganan kecelakaan lalu lintas.
3.4.5
Hambatan Penerapan Hukum Pelanggaran Lalu Lintas Yang Dilakukan Oleh Supporter Sepak Bola
Dalam upaya penerapan hukum pelanggaran lalu lintas bisa juga belum bisa dilaksanakan secara maksimal karena masih banyaknya beberapa faktor yang menjadi penghambat dalam pelaksanaanya, yaitu sebagai berikut : a.
Masih banyak sekali para pengguna jalan yang tidak mematuhi peraturan lalu lintas dan masih sering melanggar terutama para anak sekolah.
b.
Belum memadainya sarana dan prasarana dalam mewujudkan ketertiban dalam berlalu lintas.
c.
Kurangnya kesadaran dalam kegiatan tertib berlalu lintas.
d. Kurangnya koordinasi antara aparat penegak hukum dengan masyarakat sehingga masih banyak terjadi pelanggaran lalu lintas. e. Pelaksanaan operasi kepolisian khususnya satuan lalu lintas masih kurang tepat sasaran. f.
Pelaksanaan pelatihan dan pendidikan berlalu lintas ke sekolah – sekolah masih kurang.
g.
Kurangnya sosialisasi dalam berkendara di jalan raya sehingga masih timbul banyaknya pelanggaran lalu lintas.
h.
Kurangnya kualitas pelayanan dalam mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan yang tertib dan lancar.
i.
Belum adanya wahana untuk menyinergikan tugas pokok dan fungsi setiap instansi penyelenggara lalu lintas dan angkutan jalan. 48
j.
Kurangnya pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan, penanganan kecelakaan, dan pelaporan atas peristiwa yang terkait dengan lalu lintas dan angkutan jalan.
3.5 Upaya Penanggulangan Pelanggaran tindak pidana yang dilakukan oleh Supporter Sepak Bola Di Kota Surabaya
Untuk menanggulangi meluasnya dan bertambahnya kejahatan yang melanggar nilai-nilai maupun norma-norma yang hidup dan berlaku di dalam suatu masyarakat, maka tentu saja diperlukan upaya-upaya penanggulangan. Penanggulangan kejahatan (criminal prevention) Emperik terdiri atas tiga bagian pokok, yaitu : 1.
Pre-Emtif Yang dimaksud dengan upaya Pre-Emtif disini adalah upaya-upaya awal
yang dilakukan oleh pihak kepolisian untuk mencegah terjadinya tindak pidana. Usaha-usaha yang dilakukan dalam penanggulangan kejahatan secara pre-emtif adalah menanamkan nilai-nilai/norma-norma yang baik sehingga norma-norma tersebut terinternalisasi dalam diri seseorang. Meskipun ada kesempatan untuk melakukan pelanggaran atau kejahatan tapi tidak ada niatnya untuk melakukan hal tersebut maka tidak akan terjadi kejahatan. Jadi dalam usaha pre-emtif faktor niat menjadi hilang meskipun ada kesempatan. Cara pencegahan ini berasal dari teori NKK, yaitu; Niat + Kesempatan terjadi kejahatan. Contohnya, ditengah malam pada saat lampu merah lalulintas menyala maka pengemudi itu akan berhenti dan mematuhi aturan lalulintas tersebut meskipun pada waktu itu tidak ada polisi yang berjaga. Jadi dalam upaya pre-emtif faktor niat tidak terjadi. 2.
Preventif
49
Upaya-upaya preventif ini adalah merupakan tindak lanjut dari upaya PreEmtif yang masih dalam tataran pencegahan sebelum terjadinya kejahatan. Dalam upaya preventif yang ditekankan adalah menghilangkan kesempatan untuk dilakukannya kejahatan. Contoh ada orang ingin mencuri motor tetapi kesempatan itu dihilangkan karena motor-motor yang ada ditempatkan di tempat penitipan motor, dengan demikian kesempatan menjadi hilang dan tidak terjadi kejahatan. Jadi dalam upaya preventif kesempatan ditutup. 3.
Represif Upaya ini dilakukan pada saat telah terjadi tindak pidana/kejahatan yang
tindakannya berupa penegak hukum (law enforcement) dengan menjatuhkan hukuman. 24 Beberapa tindak langkah/upaya penanggulangan kejahatan dengan cara non konvensional, antara lain meliputi: a.
Pemantapan aparat penegak hukum dan jajarannya;
b.
Pemantapan hukum dan perundangan;
c.
Pemantapan system peradilan;
d.
Forum koordinatif antara praktisi hukum seperti penasehat hukum, JPU, Hakim dengan instansi terkait seperti lembaga pendidikan, pemerintah maupun organisasi kemasyarakatan; dan
e.
Pemberdayaan masyarakat dalam wujud pengamanan swakarsa lingkungan. 25
24
Alam, A.S, Pengantar Kriminologi, Pustaka Reflrksi Books, Makasar, 2010, Hal 79
25
Purniati, Et. Al., Mashab Dan Penggolongan Teori Dalam Kriminologi, Citra Bakti, Bandung, 1994, Hal 87
50
Langkah pencegahan kejahatan (sebelum terjadi kejahatan), sesungguhnya lebih baik daripada penegakkan hukum setelah terjadi kejahatan, dasar pertimbangan atau alasannya berupa: a.
Pencegahan tidak memerlukan prosedur birokrasi yang rumit, lebih ekonomis dibandingkan sudah terjadi;
b.
Dengan pencegahan, maka tidak sampai menimbulkan kerugian baik pelaku (stigma, pengasingan dan penjara) maupun korban; dan
c.
Terciptanya rasa kebersamaan karena adanya usaha bersama antar kalangan masyarakat. 26
Berkenaan dengan langkah pencegahan tersebut, Sudarto dengan lebih rinci berpendapat bahwa pencegahan terhadap kejahatan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu pencegahan langsung dan tidak langsung. 1.
Pencegahan langsung, yaitu dengan cara:
a.
Pengamanan dengan sarana fisik untuk menghilangkan kesempatan, seperti lampu penerangan, pagar, lemari besi, dll;
b.
Penjagaan atau patrol;
c.
Perbaikan struktur sosial dan ekonomi;
d.
Menghindari hubungan dengan pelaku potensial; dan
e.
Perbaikan peraturan yang kurang sempurna.
2.
Pencegahan dengan cara tidak langsung, yaitu berupa:
a.
Penyuluhan/pendidikan/pembinaan moral; dan
b.
Pembinaan kesan adanya suatu pengawasan. 27
Reckless, mengemukakan pendapatnya bahwa kejahatan dapat dikurangi dengan cara sebagai berikut: 26 27
Ibid., hal 88 Soedarto., Hukum Dan Hukum Pidana, Alumni, Bandung, 1986, Hal 35
51
a.
Upaya dan pemantapan aparat penegak hukum, meliputi pemantapan organisasi, personil, sarana dan prasarana untuk menyelesaikan perkara pidana;
b.
Perundangan yang dapat berfungsi menganalisis dan membendung kejahatan dan menjangkau kedepan;
c.
Mekanisme peradilan pidana yang efektif dan memenuhi syarat cepat, tepat, murah dan sederhana;
d.
Koordinasi antara aparat penegak hukum dan aparatur pemerintah dalam menanggulangi kejahatan; dan
e.
Pemberdayaan
masyarakat
dalam
pelaksanaan
penanggulangan
kejahatan.28 Selain upaya penanggulangan yang telah dipaparkan di atas, dalam ilmu kriminologi terdapat pula 2 (dua) sistem penanggulangan kejahatan yang secara garis
besar
dapat
berupa:
pertama,
cara
“moralistik”
yaitu
sistem
penanggulangan kejahatan dengan lebih menekankan kepada cara melakukan pembinaan moral/akhlak dan budi pekerti, agar masyarakat tidak berbuat jahat atau
jadi
korban
kejahatan.
kedua,
cara
“abolisionistik”
yaitu
system
penanggulangan kejahatan dengan cara menekan atau menghilangkan faktorfaktor yang menjadi penyebab timbulnya suatu kejahatan. 29 Pada upaya “moralistik” dimaksudkan untuk mempertebal mental, moral masyarakat, sehingga dapat menghindarkan diri dari hal-hal negative yang dapat merusak masyarakat. Usaha ini dapat dilakukan oleh para ulama, penyidik, para ahli yang memahami dan konsentrasi pada penanggulangan kejahatan. upaya ini
28
Soerjono Soekanto., Kriminologi, “Sebab Dan Penanggulangan Kejahatan”, Sinar Grafika, Jakarta, 1993, Hal 36 29 Sodjono Dirdjosisworo., Penanggulangan Kejahatan, Alumni, Bandung, 1983, Hal 157
52
antara lain seperti keluaga sadar hukum (kadarkum) yang dilakukan Kejaksaan dan Departemen Kehakiman. Termasuk pula dalam kegiatan ini dakwah, kuliah subuh, kegiatan sosial yang dilakukan oleh organisasi keagamaan dan lembaga sosial lainnya, yang secara umum memiliki tujuan mulia seperti dalam wujud : a.
Meningkatkan pencerahan nilai-nilai ajaran agama secara intensif;
b.
Meningkatkan pendidikan mengenai etika dan budi pekerti di kalangan masyarakat, terutama remaja, pelajar ataupun organisasi kepemudaan;
c.
Memberikan penerangan-penerangan atau penyuluhan mengenai akibatakibat atau dampak dari kejahatan bagi masyarakat lain; dan
d.
Meningkatkan kerjasama yang baik antara aparat dengan institusi sosial, maupun pemerintah Pada upaya “abolisionistik”, dapat dilakukan dengan mengadakan penelitian
terlebih dahulu mengenai sebab-sebab terjadinya hal-hal yang bersifat negatif tersebut (kejahatan), kemudian dirumuskan upaya atau cara penanggulangan yang baik, sehingga setidak-tidaknya mengeliminir kemungkinan kejahatan itu terjadi lagi. Usaha ini biasanya dilakukan dengan mengikutsertakan tenaga ahli seperti Psikolog, Sosiolog, Antropolog, Ekonom, Ahli Hukum, Praktisi Hukum, dan tentunya Kriminolog. Menurut G. Peter Hoefnagels upaya penanggulangan kejahatan dapat ditempuh dengan : a.
penerapan hukum pidana (criminal law application);
b.
pencegahan tanpa pidana (prevention without punishment); dan
c.
mempengaruhi
pandangan
masyarakat
mengenai
kejahatan
dan
pemidanaan lewat media massa (influencing views of society on crime and punishment/mass media). 53
Dengan demikian, upaya penanggulangan kejahatan secara garis besar dapat dibagi dua, yaitu lewat jalur “penal” (hukum pidana) dan lewat jalur “non penal” (bukan/diluar hukum pidana). Dalam pembagian GP. Hoefnagels tersebut diatas, upaya-upaya yang disebut dalam (b) dan (c) dapat dimasukkan dalam kelompok upaya non penal. Secara kasar dapatlah dibedakan, bahwa upaya penanggulangan kejahatan lewat jalur penal lebih menitik beratkan pada sifat represif sesudah kejahatan terjadi, sedangkan jalur non penal lebih menitik beratkan pada sifat preventif sebelum kejahatan terjadi. Dikatakan sebagai perbedaan secara kasar, karena tindakan represif pada hakikatnya juga dapat dilihat
sebagai
tindakan
preventif
dalam
arti
luas.
Mengingat
upaya
penanggulangan kejahatan lewat jalur non penal lebih bersifat pencegahan untuk terjadinya kejahatan, maka sasaran utamanya adalah menangani faktor-faktor kondusif penyebab terjadinya kejahatan. Faktor-faktor kondusif itu antara lain berpusat pada masalah-masalah atau kondisi-kondisi sosial yang secara langsung atau tidak langsung dapat menimbulkan atau menumbuh – suburkan kejahatan.30 3.5.1 Upaya Penanggulangan Tindak Pidana Perusakan Dan Penghancuran Barang
Sebagai mana seperti yang di kemukakan sebelumnya perusakan barang dan pencurian barang yang dilakukan oleh supporter sepak bola Surabaya disebabkan oleh bebera faktor kekecewaan, faktor adanya provokasi dari pihak lain dan faktor pshycologis pribadinya , dan dalam hal ini diperlukan adanya upaya
upaya hokum untuk menanggulangi tindak pidana perusakan dan
penghancuran barang yang dilakukan oleh supporter sepak bola, antara lain : 1. 30
Upaya Pre-Emtif
Ibid,. hal 159
54
Dalam hal ini Polri berpatokan pada peraturan Standar Oprasional Prosedur (SOP), dimana pada tahap awal sebelum pihak-pihak terkait akan melakukan kerusuhan, pihak kepolisian memberikan himbauan dan mendekati kelompokkelompok Supporter Sepak Bola agar tertib. Hal ini ditujukan agar jalannya tontonan pertandingan sepak bola dapat berjalan dengan tertib dan tidak terjadi hal-hal yang merugikan masyarakat sekitar wilayah lokasi pertandingan sepak bola tersebut. 2.
Upaya preventif Dalam upaya preventif, pihak kepolisian melakukan tugas sesuai dengan
Prosedur tetap (Protap). Hal ini dimaksudkan agar pihak kepolisian baik perorarangan dan unit satuan dalam mengambil tindakan tidak dipandang berlebihan oleh masyarakat. Pihak kepolisian dalam mengambil tindakan harus jeli dalam melihat kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi dalam suatu kelompok supporter sepak bola agar dapat meminimalisir bahaya atau ancaman dari dampak tindakan supporter sepak bola tersebut.
3.
Upaya Represif Upaya represif merupakan tidakan terakhir pihak kepolisian ketika aksi
supoorter sepak bola sudah tidak terkendali lagi. Dalam melakukan tindakan represif, pihak kepolisian harus melakukan sesuai dengan protap (prosedur tetap). Tindakan tersebut dilakukan karena situasi yang tidak kondusif dan tidak memungkinkan lagi untuk dicegah sehingga Polri perlu melakukan tindakan tersebut guna dampak dari tindakan supporter sepak bola tersebut tersebut tidak meluas. Tindakan tersebut diatur dalam prosedur tetap kepolisian Negara Republik Indonesia No: Protap/1/x/2010 tentang penanggulangan anarki. 55
Seperti tindakan preventif yang dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kejahatan atau pelanggaran dengan menghapuskan suatu faktor kesempatan. Jika usaha preventif tidak dapat mencegahnya maka anggota Polri dapat mengambil tindakan represif yang bertujuan untuk menindak suatu kejahatan yang merupakan gangguan terhadap keamanan dan ketertiban umum. 31 3.5.2 Upaya Penanggulangan Tindak Pelanggaran Lalu Lintas Oleh Supporter Sepak Bola Di Surabaya.
Sebagaimana
Telah
di
kemukakan
sebelumnya
bahwa
terjadinya
pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh supporter sepak bola di Kota surabaya disebabkan oleh beberapa faktor. Karena itu perlu diadakan penanggulangan agar pelanggaran lalu lintas diatas dapat ditekan jumlahnya. pada tahun 2014, 2326 jumlah pelanggar lalu lintas di kota surabaya meliputi 1.426 pelanggaran tanpa SIM, 837 pelanggaran tanpa helm, 48 pelanggaran berboncengan 3, dan 12 pelanggaran kurang perlengkapan.32 Bertitik tolak dari latar belakang terjadinya pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh supporter sepak bola di Kota Surabaya seperti yang saya telah paparkan, Masalah pokok pelanggaran lalu lintas sebenarnya terletak pada faktor-faktor yang mungkin mempengaruhinya. Faktor tersebut mempunyai arti yang netral, sehingga dampak positif atau negatifnya terletak pada isi faktorfaktor tersebut. Seseorang yang melanggar peraturan lalu lintas, bukanlah selalu seorang
penjahat (walaupun kadang-kadang petugas
berhadapan dengan
penjahat). Seorang pengemudi yang melanggar peraturan lalu lintas adalah 31
Muh. Fahmi Mirza Barata, TINJAUAN KRIMINOLOGIS TERHADAP PERUSAKAN BARANG, Makasar, 2009, Hal 7 32
http://suarakawan.com/setelah-sosialisasi-satlantas-akan-tindak-tegas-pelajar-yangmelanggar/
56
seseorang yang lalai di dalam membatasi
penyalahgunaan hak-haknya.
Pemasangan rambu yang tepat untuk memperingati pengemudi bahwa di mukanya terdapat tikungan yang berbahaya, akan dapat mencegah terjadinya kecelakaan. Selain itu pendidikan bagi pengemudi, juga merupakan salah satu cara dalam menangani para pelanggar lalu lintas. Sekarang ini masyarakat sudah mulai sadar dengan adanya sekolah mengemudi. Sekolah mengemudi merupakan
suatu
lembaga
pendidikan
yang
tujuan
utamanya
adalah
menghasilkan pengemudi-pengemudi yang cakap dan terampil di dalam mencegah terjadinya kecelakaan lalu lintas. Kalau tidak maka kemungkinan besar akan terjadi kecelakaan yang mengakibatkan kerugian benda atau hilangnya nyawa seseorang. Untuk itu upaya penanggulangan pihak Sat Lantas Polrestabes Surabaya melaksanakan tugasnya dengan mengutamakan upaya preventif atau tindakan pencegahan dan represif atau menindak dengan mengkaji ulang suatu peristiwa yang terjadi sesuai dengan ketentuan yang diatur oleh undang-undang. Selain itu kepolisian juga mengadakan patrol-patroli rutin dan operasi rutin. Apabila operasi dan patroli rutin kurang maksimal maka pihak Sat Lantas Polrestabes Surabaya menggelar operasi khusus lalu lintas. Operasi khusus ini dengan melakukan razia kendaraan bermotor, baik razia kelengkapan kendaraan bermotor maupun razia kelengkapan surat kendaraan bermotor. Upaya-upaya penangulanggan pelanggaran lalu lintas yang dilakukan Sat Lantas Polrestabes Surabaya yaitu upaya preventif dan upaya represif, dengan penjelasan sebagai berikut: 1.
Upaya Preventif Adapun upaya-upaya preventif yang dilakukan pihak Satlantas Polrestabes
Surabaya guna mencegah terjadinya pelanggaran lalu lintas yaitu : 57
Pengaturan lalu lintas yang diartikan sebagai pemberitahuan kepada pemakai jalan, bagaimana dan dimana mereka dapat atau tidak bergerak atau berhenti terutama ada waktu kemacetan dan keadaan darurat. Dalam arti luas pengaturan lalu lintas meliputi semua aktifitas dari polisi dalam mengatur lalu lintas dijalan umum.
Penjagaan lalu lintas adalah suatu kegiatan pengawasan lalu lintas pada tempat-tempat tertentu yang diadakan sesuai kebutuhan terutama bersifat pencegahan, perlindungan pelayanan terhadap pengguna jalan, bila menemukan pelanggaran lalu lintas maupun kecelakaan lalu lintas segera mengambil tindakan represif sesuai prosedur yang berlaku.
Sosialisasi
atau
kampanye
untuk
mematuhi
peraturan
lalu
lintas
melalui pemasangan spanduk-spanduk dan sosialisasi ke sekolah-sekolah sepeti diadakannya Polsanak ( Polisi Sahabat Anak), PKS, Police Goes to Campus, Taman Lalu Lintas, Saka Bhayangkara dan lain-lain.
Polmas atau pemolisian masyarakat adalah proses edukasi ditingkat komuniti guna membentuk budaya tertib lalu lintas .
Menambah jumlah sarana pos polisi yang agak rawan terhadap pelanggaran marka jalan.
Peningkatan
giat
rekayasa
lalu
lintas
berupa
perbaikan
atau
penyempurnaan marka jalan atau rambu-rambu lalu lintas serta system pengaturan arus lalu lintas yang diharapkan bisa mengurangi terjadinya pelanggaran marka jalan juga mencegah timbulnya kecelakaan lalu lintas.
Meningkatkan kegiatan Turjawali (peraturan, penjagaan, pengawalan patrol) terutama didaerah rawan pelanggaran dan rawan kecelakaan.
58
Sat Lantas juga memberikan tindakan hukum berupa pemberian surat tilang kepada pengguna jalan yang melakukan pelanggaran lalu lintas. Pemberian hukuman ini diharapkan dapat memberikan efek jera kepada pelanggar supaya dikemudian hari masyarakat akan berfikir untuk tidak melakukan pelanggaran lalu lintas kembali.
2.
Upaya Represif Adapun kegiatan Sat Lantas Polrestabes Surabaya dalam menaggulangi
pelanggaran lalu lintas dengan cara represif adalah sebagai berikut : a.
Tilang Tilang adalah bukti pelanggaran. fungsi tilang itu sendiri adalah sebagai
undangan kepada pelanggar lalu lintas untuk menghadiri sidang di pengadilan negeri, serta sebagai tanda bukti penyitaan atas barang yang disita oleh pihak kepolisian dari pelanggar. b.
Penyitaan Penyitaan dilakukan karena pengendara kendaraan tidak membawa atau
mempunyai surat-surat kelengkapan kendaraan bermotor dan surat izin mengemudi (SIM). c.
Teguran Teguran
dilakukan
kepada
pengendara
kendaraan
bermotor
yang
melakukan pelanggaran tetapi berjanji tidak akan melakukan pelanggaran lagi. Dilakukan dengan cara membuat surat pernyataan tertulis bahwa tidak akan melakukan
pelanggaran. Upaya
ini
diharapkan
dapat
menyelesaikan
permasalahan dan juga mendatangkan rasa damai dalam masyarakat, walaupun dalam hal demikian ini pada dasarnya tidak dapat menghilangkan pelanggaran secara langsung, akan tetapi dapat memberikan peringatan terhadap mereka 59
yang telah melakukan pelanggaran oleh masyarakat atau korban. Kegiatan ini merupakan proses dan perwujudan pihak Satlantas Polrestabes Surabaya kepada masyarakat sebagai upaya untuk mengimplementasikan kepolisian dalam fungsi lalu lintas dimana kegiatan-kegiatan tersebut haruslah ditumbuh kembangkan dan dilaksanakan secara berkesinambungan dalam kebersamaan yang saling mendukung. Dengan adanya upaya diatas diharapkan apa yang ditujukan akan tercapai sesuai dengan tujuan kepolisian khususnya Satlantas Polrestabes Surabaya. Tujuan untuk mengembalikan keseimbangan dalam masyarakat yang telah terganggu dengan terjadinya pelanggaran.33 3.5.3 Upaya Penanggulangan Tindak Pidana Penganiayaan Yang Dilakukan Oleh Supporter Sepak Bola Surabaya.
Upaya penanggulangan terhadap tindak kekerasan dan perusakan yang dilakukan oleh Supporter sepak bola terhadap barang maupun anggota masyarakat atau pun kelompok supporter , dilakukan melalui upaya – upaya secara preventif maupun represif yang dilakukan oleh Kepolisian Republik Indonesia sesuai dengan hukum yang berlaku, kemudian sesuai dengan Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Masyarakat maka pemerintah dapat melakukan pembekuan dan atau pembubaran organisasi masyarakat yang melakukan kegiatan yang mengganggu keamanan dan ketertiban umum. Kepolisian Republik Indonesia harus bertindak tegas dan professional dalam proses penegakan hukum terhadap Anggota supporter sepak bola yang melakukan suatu tindak pidana penganiayaan dan juga Pemerintah dan penegak hukum harus dapat memberikan perhatian yang khusus terhadap Organisasi Masyarakat supporter sepak bola (Bonek) khususnya perhatian
33
http://www.scribd.com/doc/189288258/UPAYA-POLRESTABES-SURABAYA-DALAM-MENANGGULANGIPELANGGARAN-LALU-LINTAS#download
60
berupa penindakan bukan berupa peringatan, agar Organisasi Masyarakat Front Pembela Islam dapat lebih mengerti fungsi, hak dan kewajibannya sebagai Organisasi Masyarakat sesuai dengan undang – undang Organisasi Masyarakat serta mengetahui segala sesuatu aturan – aturan yang berhubungan dengan tindakan – tindakan anarki yang dilakukan oleh organisasi masyarakat dalam hal ini supporter sepak bola ( Bonek ).34
34
http://pustaka.unpad.ac.id/archives/127116/
61
BAB IV PENUTUP Pada bagian akhir dari skripsi ini saya mengemukakan beberapa kesimpulan sebagai jawaban dari berbagai permasalahan yang sudah dipaparkan di Bab sebelumnya. Kesimpulan ini di ambil dan telah disimpulkan dari hasil penelitian yang sudah saya teliti . selain itu, saya juga mengemukakan beberapa saran untuk penegakan hukum terhadap supporter sepak bola di dalam pelanggaran lalu lintas menggunakan metode penelitian normatif dengan menganalisis sumber – sumber permasalahan dan mempelajari berbagai artikel hukum serta buku buku hukum penunjang lainnya.
Kesimpulan 1. Bahwasannya kepolisian sebagai penegak hukum memerlukan beberapa strategi untuk menjalankan suatu peraturan perundang – undang didalam melakukan tindakan tegas kepada supporter sepak bola di surabaya atas segala tindakan tindakan pidana yang dilakukannnya, strategi yang dimaksud ialah Engineering, Education, Enforcement,
Encouragement,
Emergency
Preparedness
And
Response. Dengan penerapan ke lima strategi tersebut diharapkan dapat menjalankan tugas dan kewenangannya dengan benar sesuai dengan apa yang sudah diatur didalam tugas dan wewenang kepolisian. 2. Bahwasannya penegakan hukum yang dilakukan oleh kepolisian khususnya Polrestabes Surabaya terhadap tindakan – tindakan yang dilakukan supporter sepak bola didalam pelanggaran lalu lintas, tindak pidana penghancuran dan perusakan barang, serta tindak pidana penganiayaan tersebut telah melakukan upaya - upaya hukum dalam menanggulangi pelanggaran – pelanggaran pidana tersebut
yang
telah ataupun akan di lakukan oleh kalangan supporter sepak bola di 62
surabaya, upaya – upaya hukum yang dimaksud ialah upaya Preventif dan upaya refresif . namun, upaya upaya tersebut hanya dilakukan di kalangan anak sekolah dan kalangan masyarakat biasa saja tidak bahkan belum di realisasikan terhadap kalangan seupporter sepak bola di Surabaya.
Saran 1. Kepada pihak kepolisian alangkah lebih baik jika diadakan penyuluhan secara langsung ke pihak supoorter di indonesia melalui media cetak, televisi, dll . 2. Kepada pihak supporter sepak bola seluruh Indonesia khususnya kalangan supporter sepak bola di Surabaya agar lebih memperhatikan dan mematuhi segala peraturan – peraturan yang menyangkut yang berlaku di dalam negara republik indonesia ini demi keselamatan dan ketertiban serta ketentraman kitaa semua selaku warga negara Indonesia .
63
DAFTAR BACAAN Anggarasena, bima, Tesis, Strategi Penegakan Hukum Dalam Rangka Meningkatkan Keselamatan Lalu Lintas Dan Mewujudkan Masyarakat Patuh Hukum,Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, Semarang, 2010 Dirdjosisworo, Soedjono, Penanggulangan Kejahatan ( Crime Prevention), Alumni, Bandung, 1983 Fahmi, Muhammad, TINJAUAN KRIMINOLOGIS TERHADAP PERUSAKAN BARANG, Makasar, 2009 Griadi, Wirtha, Penulisan Hukum Normatif, Metode Penilitian Dan Penulisan Hukum, Jogjakarta, 1998 Purniati, Mashab Dan Penggolongan Teori Dalam Kriminologi, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1994 Sasmitha, eka, Pengertian Penegakan Hukum, Jakarta, 2011 Suryanto, Pengertian Tentang Supporter, blog, dosen Psikologi Universitas Airlangga , Surabaya, 2008 Soedarto, Hukum Dan Hukum Pidana, Alumni, Bandung, 1986 Soekanto, Soerjono, Kriminologi, Sebab Dan Penanggulangan Kejahatan, Sinar Grafika, Jakarta, 1993 Soekanto, Soerjono, Polisi Dan Lalu lintas, Analisis Menurut Sosiologi Hukum, Mandar maju, Bandung, 1990 Wikipedia, Kamus Besar Bahasa Indonesia Winataputra, Udin S., Demokrasi dan Pendidikan Demokrasi, disampaikan pada Suscadoswar 2005, Dikti, Jakarta Zakaria, Hafidz, Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Jambi, 2013
Perundang – undangan : Herzien Inlandsch Reglement (H.I.R), Reglemen indonesia yang telah diperbaharui (RIB) Undang – undang nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan Kitab Undang – Undang Hukum Pidana (KUHP) Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Masyarakat Peraturan PSSI Tentang Supporter Sepak Bola
64
Article : htttp://anehdidunia.blogspot.com/2012/04/fenomenasuportersepakbola.htm#izxx1wYoJud Gz http://suarakawan.com/setelah-sosialisasi-satlantas-akan-tindak-tegas-pelajar-yang-melanggar/ http://www.scribd.com/doc/189288258/UPAYA-POLRESTABES-SURABAYA-DALAMMENANGGULANGI-PELANGGARAN-LALU-LINTAS#download
http://pustaka.unpad.ac.id/archives/127116/
65
66