SKRIPSI PEMBUATAN PROTOTIPE SISTEM OTOMASI MATERIAL HANDLING UNTUK LABORATORIUM SISTEM PRODUKSI UNIKA WIDYA MANDALA SURABAYA
I"> GU'\
l
i
~r-b /')(, - ! -
~:~
i ----- ,<
--_
_ I
01 eh :
Andhy Suprasetyo W 5303000013
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA 2005
-.~-.--
t~l'
--
---1
)cJ{_
i
ri-;--1
LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul "Pembuatan Prototype System Otomasi Material Handling untuk Laboratorium Sistem Produksi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya" yang ditulis oleh mahasiswa: Nama
: Andhy Suprasetyo W
~
:5303000013
Telah diselenggarakan pada tanggal 31 Mei 2005 karenanya dengan skripsi ini yang bersangkutan dinyatakan telah memenuhi persyaratan kurikulum glma memperoleh gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Industri.
Surabaya, November 2005 Disetujui,
Pembimbing I
. Pembimbing II
J;J1
I J
Kwa See Yong, S.T., M.T.
Ir.
/
• , . ~ /"Y-V--J \)\0\ . ~~-~
Bamban~ijanarkO' M.Eng.
NIK: 531.97.0299
NIK : 531.02.0547
Dewan penguji, Anggota
a.VI. Anggota
Jul::!J:;'!,OnD Ir. Hadi Santosa, M.M. Paulina Ike, S.T.,M.T. NIK : 531.98.0325
NIK : 531.98.0343
NIK: 531.98.0323
Fakultas Teknik Dekan
Jurusan Teknik Industri Ketua
Ir. Rasional Sitepu
Kwa See Yong, S.T., M.T.
NIK: 511.89.0154
NIK : 531.97.0299
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis hunjukkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Tugas Akhir ini dengan judul: "Pembuatan prototype sistem otomasi material handling untuk Laboratorium Sistem Produksi Unika Widya Mandala Surabaya". Tugas akhir ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik. Terselesainya Tugas Akhir ini tidak lepas dari bantuan semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis. Sehingga dengan ini perkenankanlah penulis mengueapkan terima kasih yang sebesar-besarnya pada senua pihak yang telah membantu mensukseskan penyelesaian Tugas Akhir ini, yaitu:
I. Bapak Julius Mulyono, ST,MT selaku Ketua Jurusan Teknik Industri dan sebagai
dosen pembimbing yang telah membirnbing selama pelaksanaan Tugas Akhir. 2. Bapak Bambang Wijanarko, Ing.,M Eng selaku dosen pembimbing yang telah membantu dan membimbing selama penulisan Tugas Akhir. 3. Ayah, Ibu, Bondan dan Evan yang telah memberikan dukungan moral dan
spiritual. 4. Mantan anggota tim robot SIMPLE PLAN (Hendra, Adhit, Fian) yang telah membantu penyelesaian Tugas Akhir. 5. Ternan-ternan teknik elektro (Andik warok, Poneo, Redi) yang telah membantu penyelesaian Tugas Akhir. 6. Saudara-saudaraku personel musketeer band, yang selama ini telah berbagi suka duka dan memberikan dukungan moral dalam penyelesaian Tugas Akhir.
-1-
Dengan menyadari segal a keterbatasan pada penulis, maka penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran. Akhirnya semoga Tugas Akhir ini berguna dan bermanfaat bagi Jurusan Teknik Industri Universitas Katolik Widya mandala Surabaya khususnya dan pembaca pada umumnya.
Surabaya, 24 Mei 2005
Penulis
-11-
ABSTRAKSI
Dengan semakin luasnya aplikasi teknologi otomasi dalam berbagai hal, maka penulis melakukan perancangan dan pembuatan alat otomasi material handling. Perancangan dan pembuatan alat otomasi material handling ini
bertujuan untuk mengurangi beban mental dan fisik pengguna Laboratorium Sistem Produksi Unika Widya Mandala Surabaya. Tahap awal dari perancangan dan pembuatan alat otomasi material handling ini adalah penuiis sekaligus sebagai perancang melakukan indentifikasi
kebutuhan pelanggan, menentukan alternative pemilihan komponen, pemilihan komponen terbaik hingga penggambaran susunan geometris. Aspek yang diteliti dalam perancangan alat otomasi material handling adalah ukuran alat otomasi agar sesuai dengan ukuran geometri pemakai dan kipas angin sebagai material yang akan dipindahkan. Hasil inovasi perancangan dan pengembangan alat otomasi material handling didapatkan komponen spesifikasi sebagai berikut: penggunaan motor
listrik sebagai penggerak, penggunaan roda sejumlah empat, pembuatan kerangka mekanik dengan bahan alumuniurn, serta penggunaan infra merah sebagai komponen pembaca jalur.
DAFTARlSI Halamall judul
Hal.
Lembar pengesahan Kata pengantar ................................................................................. . Abstraksi .........................................................................................
III
Daftar isi ................................................... .....................................
IV
BAB I. Pendahuluan ..................................... ....................................
1
1.1. Latar belakang .............................. ......................................
1
1.2. Perumusan masalah ..............................................................
2
1.3. Batasan masalah ........................... ............ ...........................
2
1.4. Tujuan penelitian ............................................. '" ... ...... ... .....
2
1.5. Sistematika penulisan ...... ............ .................. ........................
2
BAB II. Landasan teori ............ '" .. , ......... '" ........................ ". ... ... . .. ... ..... 4 2.1. Inovasi perencanaan produk ....................................................
4
2.1.1. Empat tipe proyek pengembangan produk .............................
5
2.2. Spesifikasi produk ............................................................... 16 2.2.1. Proses pembuatan target spesifikasi terdiri dari empat lallgkah ...... 17 2.3. Arsitektur produk ................................................................. 20 2.4. Desain industri .................................................................... 22 2.4.1. Penyelidikall fase kebutulJan pelanggan ................................ 22 2.4.2. Konseptualisasi ............................................................ 23 2.4.3. Perbaikan awal '" .......................................................... 23 2.4.4. Perbaikan lanjutall ......................................................... 23 2.4.5. penggmnbaran kontrol ............................................. '" ..... 24
2.5. Membuatprotorype ....................................... '" ............... '" ... 24 2.5. L Tipe--tipe protorype ......................................................... 24 2.5.2. Kegunaall protorype ....................................................... 26 2.5.3. Prinsip pembuatan protorype ............................................. 27
2.5.4. Merencallakanprotorype ... '" ..... , .................. '" ................. 29
2.5.5. Pembuatanprototype ...... ................................................. 31 2.5.5.1. Rangkaian elektronika dan komponennya ..................... 31 2.5.5.2. system mekanikprolotype otomasi material handling ...... 35 2.5.6. Teori analisa kelayakan ................................................... 38 BAB III. Metodologi penelitian ............................................................... 39 BAB IV. Pengumpulan dan pengolahan data ............................................... 42 4.1. Pemilihan ide-ide altematif ..................................................... 42 4.2. Pembuatan kuisioner ............................................................. 47 4.3. Rekapitulasi hasil knisioner. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 47 BAB V. Analisa ................................................................................ 49 5.1. Rancangan produk ............................................................... 49 5.1.1. Pemyataan misi produk ................................................... 49 5.1.2. Identifikasi kebutuhan pelanggan ....................................... 50 5.1.3. Spesifikasi produk inovasi ................................................ 52 5.1.4. Pemilihan altematif komponen produk inovasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 54 5.1.5. Pemilihan komponen terbaik ............................................. 58 5.2. Rencana produksi ................................................................ 59 5.2.1. Skemaprototype otomasi material handling ... ........................ 60 5.2.2. Pengelompokan elemen pada skeJlliJ.prototype otomasi material handling ........................... 61 5.2.3. SustUlan geometris kasar ................................................. 63 5.2.4. Skema elemen pembahasan .............................................. 65 5.3. perancangan prototype kerangka mekanik .................................... 66 5.3.1. Tinggi kerangka mekanik ................................................ 67 5.3.2. Lebar kerangka mekanik ................................................. 68 5.3.3. Panjang kerangka mekanik ............................................... 68 5.4. Pembuatan produkjadi ......................................................... 69 5.5. Pengujianprototype otomasi material handling
........................... 70
BAB VI. Kesimpulan ........................................................................... 71 Daftar pustaka Lampiran
DAFTAR TABELDAN GAMBAR Table 2.l.
Macam percentile dan cara perhinmgan dalam distribusi nomlal ... 37
Table 4.l.
Pemilihan ide-ide altematif ............................................... 46
Table 5.1.
Pemyataan misi produk ................................................... 50
Table 5.2.
Identifikasi kebutuhan pelanggan ........................................ 52
Table 5.3.
Spesifikasi produk inovasi ................................................ 53
Table 5.4.
Pemilihan altematifkomponen produk inovasi ........................ 57
Table 5.10.
Komponen-komponen yang digunakan dalam spesifikasi alat otomasi material handling ........................................... 69
Gambar2.l.
Gambar aktifitas identifikasi pelanggan dalam hubungan dengan aktifitas pengembangan konsep lain. ... .... 13
Gambar 2.2.
Proses pengembangan konsep "menetapkan target spesifikasi" ... ... 17
Gambar 2.3.
Gambar tipe-tipe prototype... ... .. .... ... ... ... ... ... . .. ... ... ... ... .. . ... 25
Gambar 2.4.
Proses pembuatan prototype .............................................. 28
Gambar2.5.
Blok diagram prototype otomasi material handling .. ......... , .. , . ... 31
Gambar 2.6.
Rangkaian mikrokontroler AT89S5l .................................... 33
Gambar 3.l.
Flow chart prototype otomasi material handling ...................... 39
Gambar 5.5.
Aliran komponen yang dipilih untuk pembuatan prototype system otomasi material handling ....................................... 59
Gambar 5.6.
Skema prototype otomasi material handling ........................... 61
Gambar 5.7.
Skema elemen prototype otomasi material handling .................. 62
Gambar 5.8.
Susunan geometris kasar prototype otomasi material handling ..... 64
Gambar 5.9.
Skema pembahasan alat otomasi material handling ................... 65
Gambar6.l.
Alat otomasi material handling . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 72
BABI PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Perkembangan
teknologi
otomasi
makin
pesat
semng
dengan
perkembangan waktu. Teknologi Otomasi dalam hal ini teknologi yang berusaha mengurangi usaha mental, maksudnya manusia tidak perlu melakukan aktivitas berfikir. Dewasa ini makin banyak mesin menggunakan teknologi otomasi sehingga proses produksi dapat berlangsung dengan cepat, dan diperoleh hasil yang baik. Teknologi material handling yang berkembang saat ini masih banyak yang menggunakan mesm - mesin berteknologi manual, maksudnya hanya mengurangi
usaha
fisik.
Penggunaan
sistem
material
handling
secara
manual(tanpa alat bantu) cenderung menimbulkan masalah. Sebagai contoh sistem material handling dalam praktikum sistem produksi yang dilakukan di
Laboratorium Sistem Produksi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya yang masih menggunakan sistem material handling manual. Operator dalam hal ini laboran diharuskan untuk melakukan usaha fisik dan usaha mental untuk memindahkan barang berupa kipas angin, obeng, tang, dll dari gudang menuju lantai produksi atau sebaliknya. Aktifitas di atas dapat mengakibatkan kelelahan pada laboran dan memerlukan waktu yang relatif lama sehingga waktu praktikum tidak efisien. Melihat adanya usaha fisik dan usaha mental oleh laboran pada aktivitas material handling dalam praktikum tersebut, menarik perhatian penulis untuk
mengangkat pennasalahan di atas sebagai topik skripsi. Penelitian ini berupa perancangan alat bantu yang berfungsi sebagai alat material handling otomatis (Automatic Guide Vehicle Sistem). Perancangan alat ini didasarkan pada sistem
otomasi.
2
1.2 Perumusan Masalah Pada praktikmn system produksi masih menggunakan alat material
handling manual, hal ini mengakibatkan adanya usaha mental dan fisik oleh laboran yang seharusnya bias dihindari. Maka diperlukan adanya perancangan dan Pembuatan alat material handling yang dapat mengurangi usaha fisik dan usaha mentallaboran.
1.3 Pembatasan Masalah 1. Penentuan segmen pasar Ulltuk produk alat otomasi material handling dikhususkan untuk pengguna laboratorium Sistem Produksi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya. 2.
Alat dirancang hanya untuk mengangkut kipas angin dan peralatan perakitan kipas angin.
1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang diatas, maka tuj uan tugas akhir ini adalah merancang dan membuat alat otomasi material handling untuk mengurangi usaha mental dan fisik laboran. Perancangan dan pembuatan alat ini digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses praktikmn system produksi.
1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi terdiri atas:
BABI
: PENDAHULUAN Berisi
Ufalan
latarbelakang,
perumusan
masalah.,
pembatasan masalah, tujuan penelitian, asumsi yang digunakan dan sistematika penulisan skripsi.
3
BAB II
: LANDASAN TEORI Berisi uraian teori-teori yang dipakai dalam pembahasan masalah yang diangkat melalui studi literatur Perancangan dan Pengembangan Produk.
BAB III
: METODOLOGI PENELITIAN Berisi uraian tahapan penelitian selama penulisan tugas akhir ini dilakukan, seperti identifikasi masalah, survey, pembuatan rancangan produk, arsitektur produk, rencana produksi,
pembuatan
prototype,
penguJ1an
hingga
pembuatan produkjadi.
BABIV
: PENGUMPULAN DATA Berisi mengenai identifikasi masalah yang dilakukan melalui perbandingan jenis produk. Pemilihan jenis produk yang dipilih untuk dikembangkan merupakan hasil pengamatan yang dilakukan berdasarkan pada produk yang dibutuhkan banyak orang pada saat ini.
BABV
: ANALISA Berisikan tantang analisa kelayakan yang dilakukan pada alat otomasi material handling.
BAB VI
: KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan penutup pada penulisan tugas akhir yang akan berisi kesimpulan dari pemecahan masalah yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan konsumen yang akan membeli atau menggunakan produk otomasi material handling.
BABII LANDA SAN TEORI
BABII LANDA SAN TEOR!
2.1. Inovasi Perencanaan Produk
Rencana
produk
mengidentifikasikan
port%lio
produk-produk
dikembangkan oleh organisasi dan waktu pengenalannya ke pasar. Proses perencanaan
mempertimbangkan
peluang-peluang
pengembangan
produk.
Peluang itu diidentifikasikan oleh banyak sumber, mencakup usulan bagian pemasaran, penelitian, tim pengembangan produk dan analisi keunggulan para pesaing. Berdasarkan peluang-peluang itu suatu port%lio proyek dipilih. Rencana produk secara teratur diperbaharui agar mencerminkan adanya perubahan dalam lingkungan persaingan, teknologi dan informasi keberhasilan produk yang sudah ada. Rencana produk dikembangkan dengan memprediksi sasaran
perusahaan,
kemampuan,
batasan
dan
Iingkungan
persamgan.
Memutuskan perencanaan produk melibatkan manajemen senior organisasi dan memakan waktu yang lama. Organisasi yang tidak berhati-hati dalam merencanakan port%lio suatu proyek pengembangan produk sering mengalami hal-hal yang tidak efisien seperti: (Karl T. Ulrich, et aI, 1995) 1. Pasar target dibandingkan produk pesaing tidak terpenuhi. 2. Perencanaan waktu untuk mengenai produk dipasar tidak tepat. 3. Adanya ketidak sesuaian antara kapasitas pengembangan keseluruhan dengan jumlah proyek yang diikuti. 4. Distribusi sumberdaya yang kurang baik.
5
2.1.1 Empat Tipe Proyek Pengembangan Produk: Proyek pengembangan produk dikelompokkan menjadi empat tipe:
1. Platform produk baru: Tipe proyek ini melibatkan pengembangan utama untuk merancang suatu keluarga produk baru berdasarkan platform yang baru dan umum. Keluarga produk barn akan memasuki kategori pasar dan produk yang sudah dikenal.
2. Turunan dari platform produk yang sudah ada:
Proyek-proyek ini
memperpanjang platform prod uk supaya lebih baik dalam memasuki pasar yang telah dikenal dengan satu atau lebih produk baru.
3. Peningkatan perbaikan untuk produk yang sudah ada: Proyek-proyek ini mungkin hanya melibatkan penambahan atau modifikasi beberapa detail produk dari produk yang sudah ada untuk menjaga lini produk yang ada pesaingnya.perubahan kecil untuk memperbaiki kerusakan
atau
kekurangan yang kecil untuk produk yang ada.
4. Pada dasarnya produk baru: Proyek ini melibatkan produk yang sangat berbeda atau teknologi produksi yang mungkin membantu untuk memasuki pasar yang belum dikenal dan baru. Proyek ini umumnya melibatkan lebih banyak resiko; yang mana, keberhasilan jangka panjang perusahaan mungkin tergantung apa yang dipelajari melalui proyek penting ini.
Menggambarkan langkah-Iangkah dalam proses perencanaan produk Pertama lipatgandakan peluang-peluang yang diprioritaskan dan sekumpulan proyek-peoyek yang menjajikan dipilih. Kegiatan perencanaan ini berfokus pada porto/alia dari peluang dan proyek yang potensial disesuaikan dengan manajemen port%lio, perencanaan produk secara keseluruhan, perencanaan lini produk atau
manajemen produk. Setelah proyek dipilih dan sumber daya dialokasikan suatu pernyataan misi dikembangkan untuk tiap proyek. Formulasi dari suatu rencana produk
dan
pengembangan
pengembangan produk aktual.
dari
pernyataan
misi
mendahului
proses
6
Kegiatan pemilihan proyek yang menjajikan dan alokasi sumberdaya pada dasamya merupakan proses interasi kenyataan dari jadwal dan anggaran serimg menyebabkan pikiran kembali prioritas-prioritas serta perbaikan yang lebih jauh serta pemilihan proyek yang potensial, oleh karenannya rencana produk kadangkadang dievaluasi kembali dan seharusnya dimodifikasi berdasarkan infomlasi terahir tim pengembangan bagian produksi, pemasaran dan organisasi pelayanan. Orang yang terahir terlibat dalam proses sering pada awalnya menyadari bahwa rencana keseluruhan atau misi proyek tidak konsisten, tidak layak atau ketinggalan jaman. Kemampuan untuk menyesuaiakan rencana produk penting untuk keberhasilanjangka panjang perusahaan.
Untuk mengembangkan suatu rencana produk dan pemyataan misi proyek diusulkan beberapa langkah antara lain: Langkah 1 : Mengidentifikasi Peluang
Beberapa peluang yang dikumpulkan secara pasif, namun juga dapat direkomendasikan agar perusahaan juga secara eksplisit berusaha untuk mencari peluang. Proses identifikasi peluang pengembangan produk sangat berhubungan dengan kegiatan identifikasi kebutuhan pelanggan, beberapa pendekatan proaktif meliputi: 1. Mencatat kegagalan dan keluhan yang dial ami pelanggan dengan produk yang ada sekarang. 2. Mewawancarai pengguna utama, dengan memfokuskan pada proses inovasi oleh pengguna. 3. Mempertimbangkan implikasi terhadap adanya kecenderungan dalam teknologi untuk kategori produk yang telah ada dan peluang-peluang kategori produk bam. 4. Beberapa usulan pelanggan sekarang dikumpulkan secara sistematis melalui tenaga penjualan dan sistem pelayanan pelanggan. 5. Studi para pesaing produk dilakukan secara hati-hati dengan berdasarkan kepada basis sekarang.
7
Langkah 2: Mengevaluasi Dan Memprioritaskan Proyek-Proyek Jika dikelola secara aktifpeluang dapat mengumpulkan ratusan atau ribuan peluang.
Strategi Bersaing Strategi bersaing perusahaan merupakan sebuah pendekatan pasar dan produk yang mendasar dengan memperhatikan para pesaing. Strategi ini digunakan untuk memilih peluang. Pada umumnya perusahaan melakukan diskusi pada tingkat manajemen merupakan sebuah kompetisi strategi dan membantu dalam bersaing, beberapa strategi yang mungkin antara lain: 1. Kepemimpinan teknologi: Untuk menerapkan strategi ini perusahaan
menekankan
pada
penelitian
dan
pengembangan
teknologi
baru
memanfaatkan teknologi ini untuk pengembangan produk. 2. Kepemimpinan biaya: Stategi ini membutuhkan persaingan perusahaan dalam hal efisiensi produksi, atau skala ekonomis yang lain, penggunaan metode manufaktur yang unggul, tenaga keIja dengan upah rendah atau manajemen sistem produksi yang lebih baik. 3. Fokus pelanggan: untuk mengikuti strategi ini perusahaan berhubungan erat dengan pelanggan baru dan pelanggan yang sudah ada untuk memperkirakan perubahan kebutuhan dan pilihan konsumen. Platform produk baru dirancang dengan memfasilitasi pengembangan produk turunan atau fungsi baru sebuah produk keinginan sesuai dengan pelanggan. 4. Tiruan: strategi ini melibatkan kecenderungan pasar yang memungkinkan para pesaing untuk mengetahui produk-produk baru yang berhasil disetiap segmen. Ketika peluang-peluang potensial telah diidentifikasi, perusahaan dengan cepat meluncurkan produk baru untuk meniru produk dari pesaing yang telah berhasil. Proses pengembangan produk yang cepat merupakan hal yang penting untuk menerapkan produk strategi ini secara efektif
8
Segmentasi pasar Pelanggan baru dapat berguna dipikirkan dalam segmen pasar yang berbeda. Dengan membagi suatu pasar menjadi segmen-segmen memungkinkan perusahaan untuk mempertimbangkan tindakan pesaing-pesaing dan kekuatan produk perusahaan berdasarkan kelompok pelanggan yang jelas. Dengan memetakan produk-produk pesaing dan kekuatan produk perusahaan dan produk milik
perusahaan
sendiri
dalam
segmen-segmen,
perusahaan
dapat
memperkirakan produk yang mana yang menyebabkan kelemahan lini produknya dan yang mana yang memanfaatkan kelemahan dari penawaran masing-masing.
Perencanaan Platform Produk Platform produk merupakan sekumpulan asset yang dibagi dalam
sekumpulan produk, komponen-komponen dan disubartikan yang sering kali menjadi hal yang terpenting dalam asset ini. Platform
yang efektif dapat
memungkinkan variasi turunan produk dirancang Iebih cepat dan mudah, dimana tiap produk memberikan ciri-ciri yang diinginkan oleh segmen pasar utama. Karena proyek pengembangan platform dapat menghabiskan 2 sampai 10 produk dan uang dibandingkan proyek pengembangan produk turunan suatu perusahaan tidak mampu untuk membuat tiap proyek suatu platform
bam
Keputusan strategis yang kritis pada tahap ini adalah apakah suatu proyek akan mengembangkan suatu produk turunan dari platform yang telah ada atau pengembangan platform yang sarna sekali bam Keputusan mengenai platform sangat berkaitan dengan usaha-usaha pengembangan produk dari perusahaan dan untuk memutuskan mengenai teknologi yang mana akan digunakan untuk produk baru.
Langkab 3: Mengalokasikan Sumberdaya Dan Merencanakan Penetuan Waktu Penentuan waktu dan alokasi sumberdaya ditentukan untuk proyek-proyek yang paling menjanjikan, terlalu banyak proyek akan menambah persingan untuk bebrapa sumberdaya. Sebagai hasilnya usaha untuk merancang sumberdaya dan
9
merencanakan waktu hampir selalu menghasilkan suatu tingkat pengembalian untuk evaluasi sebelumnya dan penentuan prioritas langkah untuk memendekkan sekumpulan proyek yang akan diikuti. Banyak orang melakukan terlalu banyak proyek tanpa memperhatikan ketersediaan sumberdaya pengembangnya terbatas. Sebagai hasilnya, insinyur yang trampil dan manajer dialokasikan terlalu proyek produktifitasnya menurun drastis, proyek tertunda penyelesaiannya, produk menjadi terlambat masuk pasar dan keuntungan yang menjadi rendah. Dengan memperkirakan sumberdaya yang dibutuhkan untuk tiap proyek dalam rencana bulanan, tiga bulanan dan tahunan membuat organisasi hams menghadapi kenyataan bahwa sumberdaya mereka terbatas. Dalam kebanyakan kasus, sumberdaya utama yang diatur mempakan usaha dari staf pengembangan, biasanya ditekankan dalam jam kerja orang. Sumberdaya kritis lainya juga membutuhkan perencanaan yang hati-hati, seperti fasilitas bengkel peralatan prototipe, fasilitas pengujian.
Penentuan Waktu Proyek
1. Penentuan waktu pengenalan produk biasanya semakin cepat suatu produk dibawa kepasar maka semakin baik. Yang mana dengan meluncurkan suatu produk sebelum kualitasnya memadai dapat memsak reputasi pemsahaan. 2. Kesiapan teknologi kekuatan teknologi yang digunakan memainkan peran kritis dalam proses perencanaan. Dapat dibuktikan bahwa teknologi yang kuat dapat diintegrasikan dengan produk secara lebih cepat dan handa!' 3. Kesiapan pasar langkah-langkah pengenalan produk menentukan apakah lebih baik sesegera mungkin mengadakan produk dan bam kemudian menjualnya sebanyak mungkin atau apakah mereka hams membeli produk yang umumnya panjang pada harga awal yang tinggi. Dengan melakukan perbaikan terlalu cepat dapat membuat frustasi pelanggan yang ingin untuk
10
menggunakan lebih lam, dipihak lain dengan menwarkan produk baru terlalu lambat akan beresiko tertinggal oleh para pesaing. 4. Persaingan penawaran produk yang telah mengantisipasi produk pesamg akan mempercepat waktu proyek pengembangan.
Rencana produk Sekumpulan proyek yang dilakukan dengan proses perencanaan dalam waktu berurntan menjadi rencana produk. Rencana hams mencakup gabungan produk barn secara fundamental, dalam platform dan proyek-proyek lanjutan dengan ukuran bervariasi. Rencana produk deperbaharui secara periodik dalam tempo bulanan, tiga bulanan dan tahunan.
Langkah 4: Melengkapi Perencanaan Pendahuluan Proyek
Sasaran yang telah teridentifikasi dalam pemyataan visi produk mungkin sangatlah umum. Didalamnya tidak tercakup teknologi barn yang spesifik yang seharusnya digunakan atau apakah perlu untuk menyatakan sasaran dan batasanbatasan fungsi seperti produksi dan operasional pelayanan. Dalam rangka memberikan petunjuk yang jelas untuk organisasi pengembangan produk, biasanya tim memformulasikan suatu definisi yang lebih detail dari pasar target dan asumsi-asumsi yang mendasari opersional tim pengembangan. Keputusankeputusan mengenai hal ini akan terdapat pada suatu pemyataan misi.
11
Pernyataan misi
Pemyataan misi mencakup beberapa dari keseluruhan infonnasi berikut: 1. Uraian produk ringkas uraian ini mencakup manfaat produk utama untuk pelanggan namun menghindari penggunaan konsep produk secara spesifik. Mungkin saja berupa pemyataan visi produk. 2. Sasaran utama bisnis sebagai tambahan sasaran proyek yang mendukung strategi perusahaan, sasaran ini biasanya mencakup waktu, biaya dan kuantitas. 3. Pasar target untuk produk Terdapat
beberapa
mengidentifikasikan
pasar pasar
target utama
untuk dan
produk.
pasar
kedua
Bagian yang
1m
perlu
dipertimbangkan dalam usaha pengembangan. 4. Asumsi dan batasan untuk mengarahkan usaha pengembangan. Asumsi ini harus dibuat dengan hati-hati, meskipun mereka membatasi kemungkinanjangkauan konsep produk, mereka membantu untuk menjaga lingkup proyek yang dikelola. Untuk itu dibutuhkan infonnasi untuk pencatatan keputusan mengenai asumsi dan batasan. 5. Stakeholder Suatu cara untuk menjamin bahwa banyak pennasalahan pengembangan ditujukan untuk mendaftar secara eksplisit seluruh stakeholder dari produk, yaitu sekumpulan orang yang dipengaruhi oleh keberhasilan dan kegagalan produk. Pelanggan ekstemal yang membuat keputusan tentang produk. Stakeholder juga mencakup pelanggan produk yang mendampingi perusahaan seperti tenaga penjual, organisasi pelayanan dan departemen produksi. Daftar stake holder menyediakan suatu bayangan bagi tim untuk mempertimbangkan kebutuhan setiap orang yang akan dipengaruhi produk.
12
Identifikasi Kebutuhan Pelanggan
Tujuan mengidentifikasi kebutuhan pelanggan secara menyeluruh adalah untuk: (Karl T. Ulrich, et ai, 1995) 1. Meyakinkan bahwa produk telah difokuskan terhadap kebutuhan pelanggan. 2. Mengidentifikasi kebutuhan pelanggan yang tersembunyi dan tidak terucapkan seperti halnya kebutuhan eksplisit. 3. Menjadi basis untuk menyusun spesifikasi produk. 4. Mudah pembuatan arsip dari aktifitas identifikasi kebutuhan untuk proses pengembangan produk. 5. Menjamin tidak ada kebutuhan penting pelanggan yang terlupakan.
Filosofi yang mendukung metode metode diatas adalah menciptakan jalur informasi yang berkualitas antara pelanggan sebagai target pasar dengan perusahaan pengembangan produk. Filosofi ini dibangun berdasarkan anggapan bahwa siapapun yang secara langsung mengatur detail produk, apakah seorang ahli produk atau desainer industri, harus berinteraksi dengan pelanggan dan memiliki pengalaman dengan lingkungan pengguna. Proses identifikasi kebutuhan pelanggan merupakan bagian yang integral dari proses pengembangan produk, dan merupakan tahap yang mempunyai hubungan paling erat pada proses penurunan konsep, seleksi konsep dengan pesaing dan menetapkan spesifikasi produk. Posisi identifikasi kebutuhan pelanggan dalam aktifitas pengembangan diperlihatkan pada gambar 2.1.
13
Rencana Pengembangan
Pernyataan misi
i
Identiflkasi kebutuhan pelanggan
i
~~,
:,
I ,i
~' I i
I
I
I
"
1
'
1
:L,
i
i'---
Menetapkan I 'Mendesaln ! •• l " I Ii ifika S'da 1 , 1k k nsep ~ Memhh konsep ~ Menelapkan ~ Rencana alur '1---' spes, tn ' n~,,onsei>"od °k " " produk ' spesifikasi ahir :,' pengembangan targe y a ! pr u , , ! I,
i,
t
I
I
I
I
I
ll~-l-~
I
pr_os_es_an_a_I~_e_ko_no_m_s_pr_od_uk
______________________
~
~_n_ch_~_r_kP_ro_du_k_kO_mpe_t_rto_r
______________________
~
L -_______________________
L-_______________________
Membangun trodel pengujian dan prototipe produk
]
L - -_ _ _ _ _ _ '
Gambar 2.1 Gambar Aktivitas Identifikasi Pelanggan dalam Hubungan dengan Aktivitas Pengembangan Konsep Lain.
Proses
pengembangan
yang
diilustrasikan
pada
gambar
diatas
menunjukkan perbedaan antara kebutuhan pelanggan dengan spesifikasi produk. Perbedaan ini tidak begitu terlihat namun sangat penting. Umumnya kebutuhan tidak tergantung kapada produk apapun yang akan kita kembangkan, kebutuhan tidak spesifik terhadap konsep yang ahirnya kita pilih. Identifikasi kebutuhan pelanggan itu sendiri adalah sebuah proses yang dibagi menjadi lima tahap. Kami percaya bahwa struktur yang sederhana masih jauh untuk menghasilkan praktek pengembangan produk yang efektif. Kami juga berharap bahwa metode ini paling tidak sebagus proses yang kaku, melainkan sebagai titik awaI perbaikan dan penyempurnaan yang terus menerus. Lima tahap tersebut adalah: 1. Mengumpulkan data mentah dari pelanggan 2. Menginterpretasikan data mentah menjadi kebutuhan pelanggan. 3. Mengorganisasikan kebutuhan menjadi bebrapa hirarki, yaitu kebutuhan primer, sekunder dan tersier. 4. Menganalisa hasil dan proses.
14
Langkah 1: Mengumpulkan data mentah pelanggan
Konsisiten dengan filosofi dasar yaitu "menciptakan jalur informasi yang berkualitas dari pelangga", maka proses pengumpulan data yang dipaparkan dibawah ini akan mencakup kontak dengan pelanggan dan mengumpulkan pengalaman dari lingkungan pengguna produk. Dua metode yang digunakan adalah: 1. Wawancara : satu atau lebih anggota tim pengembang berdiskusi
mengenai kebutuhan dengan seorang pelanggan. 2. Observasi produk saat digunakan: mengamati pelanggan menggunakan produk atau melakukan pekerjaan yang sesuai dengan tujuan produk tersebut diciptakan, dapat memberikan informasi penting mengenai kebutuhan pelanggan. Riset yang dibawakan oleh Griffin dan Hauser menemukan bahwa berdiskusi dengan kelompok fokus mneghasilkan jumlah kebutuhan yang sarna dengan wawancara selama dua kali. Karena itu wawancara seringkali dapat menangkap kesan tentang lingkungan pengguna produk, maka penulis merekomendasikan wawancara sebagai metode utama mengumpulkan kebutuhan.
Memilih Pelanggan
Memilih
pelanggan
yang
efisien
adalah
dengan
mewawancaral
sekelompok pelanggan yang disebtu sebagai pengguna utama. Pengguna utama adalah pelanggan yang berpengalaman dan berpandangan lebih maju kedepan dibandingkan mayoritas target pasar,(Von Hippel). Mereka adalah orang-orang yang memperoleh manfaat yang berarti dari inovasi produk yang dilakukan. Peianggan seperti ini berguna sebagai sumber data karena dua alasan yaitu: 1. Mereka seringkali mampu mengkomunikasikan kebutuhan yang mereka rasakan karena selama ini telah berkutat dengan ketidak sempumaan produk yang sekarang. 2. Mereka kadang-kadang telah menemukan solusi untuk memenuhi kebutuhan mereka.
15
Dengan memfokuskan data pada pengguna utama, tim akan sanggup untuk mengidentifikasi kebutuhan yang walaupun nyata bagi pengguna utama, tetapi masih tersembunyi untuk sebagian besar calon pelanggan lainnya. Menciptakan produk untuk memenuhi kebutuhan yang tersembunyi akan membuat perusahrum sanggup untuk mengantisipasi untuk trend yang akan datang dan melampaui produk-produk kompetitor.
Langkah 2:Menginterpretasikan data mentah menjadi kebutuhan pelanggan
Kebutuhan pelanggan diekspresiakan sebagai pemyataan tertulis dan merupakan hasil interpretasi kebutuhan yang berupa data mentah yang diperoleh dari pelanggan. Setiap pemyataan atau hasil observasi dapat diteIjemahkan menjadi nomer berapapun sebagai kebutuhan pelanggan.
Langkah 3: Mengorganisasikan kebutuhan menjadi beberapa hirarki
Tujuan langkah tiga ini adalah mengorganisasikan kebutuhan-kebutuhan ini menjadi kebutuhan hirarki. Daftar kebutuhan ini terdiri dari kebutuhan primer dimana masing-masing kebutuhan primer akan tersusun dari beberapa kebutuhan sekunder.
Langkah 4: Merefleksikan hasil dan proses
Dalam metode identifikasi kebutuhan pelanggan adalah menggambarkan kembali hasil dan proses. Walaupun proses identifikasi kebutuhan pelanggan merupakan suatu metode yang terstruktur, metode ini bukanlah ilmu pasti. Tim harus menguji hasilnya untuk meyakinkan bahwa hasil tersebut konsisten dengan pengetahuan dan intuisi yang telah dikembangkan melalui interaksi yang cukup lama dengan pelanggan.
16
2.2.
Spesifikasi produk
Madsud spesifikasi produk adalah menjelaskan tentang hal-hal yang harus dilakukan oleh sebuah produk. Beberapa perusahaan menggunakan istilah "kebutuhan produk" atau "karakteristik engenering" untuk hal ini. Perusahaan lain menggunakan "spesifikasi" atau "pesifikasi teknik" untuk menjelaskan variabel desain utama dari produk,(Karl T. Ulrich, et a1,1995) Spesifikasi produk dibuat pada kondisi ideal proses pengembangan produk, tim terlebih dahulu membuat spesifikasi produk, lalu mendesain dan membuat produk yang memenuhi spesifikasi tersebut. Spesifikasi produk dibuat minimal dua kali setelah mengidentifikasi kebutuhan pelanggan, tim membuat target spesifikasi. Spesifikasi ini memuat harapan dan inspirasi tim, tetapi hal itu dibuat sebelum tim mengetahui batasan teknologi produk. Usaha tim ini dapat gagal memenuhi beberapa spesifikasi atau lebihnya tergantung pada konsep produk yang dipilih. Tim mengamati kembali spesifikasi sambil memperkirakan batasan teknologi dan ongkos produksi yang diharapkan. Untuk membuat spesifikasi akhir tim hams sering menganalisa pertentangan diantara berbagai karakteristik produk yang diinginkan.
Agar memudahkan
proses pembuaatan,
spesifikasi dibagi menjadi dua tahap. Dua tahap pembuatan spesifikasi yang merupakan bagian dari proses pengembangan produk dapat dilihat pada gambar 2.2, "menetapkan spesifikasi ahir" adalah salah satu tahapan rencana pengembangan, yang biasanya didokumentasikan dalam buku proyek. Daftar spesifikasi produk juga salah satu dari sistem informasi utama yang digunakan oleh tim selama proses pengembangan. Yang pertama adalah membuat target spesifikasi dan yang kedua adalah menetapkan spesifikasi akhir setelah konsep produk dipilih.
17
Rencana pengembangan
Pernyataan misi
+r i
l
-.., I
Identifikasi kebutuhan pelanggan
Menetapkan spesifikasi dan I
L_--.-_J
~ H.:
,----1-'-------l!
_,__i--: i
.,..
targetnya
i
Mendesain , konsep-konsep I produk .
_,_._,_---.J
: :
Menilih konsep : produk
L
,
I I
Menetapkan spesifikasi ahir
I Rencana alur , pengembangan
L.
i
L-----r---..J
I
Proses analisa ekonomis produk
Benchmark produk kompelitor
Membangun model pengujian dan prototipe produk
Gambar2.2 Proses pengembangan konsep "menetapkan target spesifikasi"
Membuat target spesifikasi, seperti diperlihatkan pada gambar 2.2 target spesifikasi dibuat setelah kebutuhan pelanggan diidentifikasi tetapi sebelum konsep produk dikembangkan. Penetapan spesifikasi yang subjektif atau kurang cermat akan menghasilkan ketidak layakan secara teicnis. Target spesifikasi merupakan tujuan tim pengembangan, yang berperan menjelaskan produk agar sukses dipasaran. Kemudian target spesifikasi iill diperbaiki tergantung kepada batasan konsep produk yang ahimya dipilih.
2.2.1 Proses pembuatan target spesifikasi terdiri dari empat langkah
1. Menyiapkan daftar metrik 2. Mengumpulkan informasi tentang pesaing 3. Menetukan nilai target ideal dan marginal dapat dicapai tiap metrik 4. Merefleksikan hasil dan proses
Langkah 1: Menyiapkan daftar metrik
Metrik yang baik adalah yang merefleksikan secara langsung nilai produk yang memuaskan kebutuhan pelanggan. Hubungan antara kebutuhan dan metrik
18
merupakan
inti
dari
proses
penetapan
spesifikasi.
Asumsinya
adalah
menterjemahkan kebutuhan pelanggan menjadi sekurnpulan nilai spesifikasi yang tepat dan terukur dapat dilakukan, dan upaya memenuhi spesifikasi dengan sendirinya akan menghasilkan kepuasan terhadap kebutuhan pelanggan yang terkait. Beberepa hal yang harus dipertimbangkan ketika membuat metrik : 1. Metrik harus komplit. Idealnya setiap kebutuhan pelanggan harus berhubungan dengan sebuah metrik tunggal dan nilai dari metrik tersebut harus berhubungan dengan sebuah metrik tunggal. 2. Metrik
harus merupakan variabel yang berhubungan, bukan variabel
bebas. Aturan ini adalah variasi dari prinsip "apa" bukan "bagaimana". Seperti halnya kebutuhan pelanggan, spesifikasi harus mengindikasikan apa yang hams dikerjakan produk tetapi bukan bagaimana spesifikasi dapat dicapai. Desainer tidak dapat mengontrol masa secara langsung karena tiu berasal dari keputusan independent lain yang membuat desainer seperti dimensi dan pilihan material. Metrik menjelaskan kinerja keseluruhan dari produk sehingga disebut sebagai variabel dependent dari desain. Dengan menggunakan variabel dependent untuk spesifikasi, desainer akan mempunyai kebebasan untuk memenuhi target spesifikasi menggunakan pendekatan yang paling sesuai. 3. Metrik harus praktis. Idealnya metrik merupakan bagian dari produk yang dapat secara langsung diteliti dan dianalisis dengan mudah oleh tim. 4. Metrik harus merupakan kriteria yang populer untuk perbandingan dipasar. Kebanyakan pelanggan pada berbagai pasar membeli prod uk berdasarkan hasil evaluasi publikasi yang diterbitkan secara bebas.
Langkah 2: Mengumpulkan informasi tentang pesaing
Analisis hubungan antara produk baru dengan produk pesaing sangat perlu dalam menentukan kesuksesan komersial. Ketika memulai proses pengembangan produk dengan beberapa ide tentang bagaimana produk bersaing dipasaran, target spesifikasi adalah bahasa yang digunakan untuk berdiskusi dan
19
menentukan posisi produknya dibandingkan produk yang ada, baik produk yang dimiliki perusahaan sendiri maupun produk pesaing harus dikumpulkan unutk mendukung keputusan mengenai positioning produk.
Langkah 3: Menetapkan nilai target ideal dan marginal
Pada tahap ini desainer menyatukan informasi yang tersedia untuk mengukur nilai target untuk tiap metrik. Diperlukan dua macam nilai target yaitu nilai ideal dan nilai marginal. Nilai ideal adalah hasil terbaik yang diharapkan desainer. Nilai marginal adalah nilai metrik yang membuat produk diterima secara komersial. Kedua target ini berguna untuk menuntun tahap pengembangan konsep dan pemilihan konsep.
Langkah 4: Merefleksikan hasil dengan proses
Desainer melakukan pengujian beberapa kali pengulangan sampai ahimya target disetujui. Melakukan pertimbangan pada tiap kali pengulangan akan membantu meyakinkan bahwa hasil yang diperoleh sudah konsisten dengan tujuan proyek. Setelah target ditentukan, desainer memulai bekerja untuk menghasilkan solusi konsep. Spesifikasi target lalu dapat digunakan untuk membantu dalam memilih sebuah konsep dan akan membantu untuk mengetahui kapan sebuah konsep layak secara komersial.
Menentukan spesifikasi akhir
Ketika telah menetapkan salah satu konsep dan mempersiapkan tahap pengembangan dan perancangan desain selanjutnya, spesifikasi diperiksa kembali. Spesifikasi yang awalnya hanya berupa pertanyaan target dalam selang nilai tertentu, sekarang diperbaiki dibuat Iebih tepat. Menentukan spesifikasi akhir sangat sulit karena adanya trade-offs, yaitu hubungan berlawanan antara dua spesifikasi yang sudah melekat pada konsep produk yang terpilih. Trade-offs terjadi antara metrik kinerja teknik yang perbedaan hampir selalu terjadi antara biaya dan metrik kinerja teknik.
20
2.3
Arsitektur produk
Arsitektur produk adalah skema elemen fungsionaJ dari produk disusun menjadi chunk yang bersifat fisikal dan menjelaskan bagaimana setiap chunk berinteraksi. Arsitektur produk muncul pada waktu pengembangan konsep. Hal ini terjadi secara informal melalui sketsa, diagram-diagram fungsi dan prototype awal pengembangan konsep. Umumnya tingkat kematangan teknologi dasar produk akan menentukan apakah arsitektur produk ditetapkan selama fase pengembangan konsep atau selama fase perancangan tingkat sistem. Jika produk baru merupakan hasil perbaikan bertahap dari produk yang sudah ada sekarang, maka arsitektur produk ditetapkan selama fase pengembangan konsep. (Karl T. Ulrich, et al,1995) Hal ini teIjadi berdasarkan dua alasan. Pertama teknologi dasar dan prinsip-prinsip kerja produk telah ditetapkan sebelumnya, sehingga usaha perancangan konsep umumnya diarahkan untuk mencari cara yang lebih baik untuk menyusun konsep yang sudah ada. Kedua, sebagai produk yang dikategorikan matang, pertimbangan rantai pemasok (mencakup produksi dan distribusi) dan isu-isu mengenai variasi produk yang lebih penting. Arsitektur produk merupakan salah satu keputusan pengembangan yang paling mempengaruhi kamampuan perusahaan untuk secara efisien menghasilkan banyak variasi produk. Oleh karena itu arsitektur produk merupakan elemen yang paling sentral dari konsep produk. Akan tetapi ketika produk baru merupakan yang pertama dari produk sejenis, pengembangan konsep umumnya ditekankan pada prinsip-prinsip keIja dan dasar teknologi dari produk. Karena arsitektur produk akan mempunyai implikasi yang dalam terhadap aktivitas pengembangan produk selanjutnya, terhadap proses manufaktur dan pemasaran produk jadi, maka perlu dilakukan suatu uasaha oleh pengembang produk. Hasil akhir dari aktivitas ini adalah perkiraan rancangan geometri dari produk, penjelasan mengenai chunk-chunk utama. Empat langkah untuk menyusun proses pengambilan keputusan:
21
Chunk: elemen fisik produk yang biasanya diorganisasikan menjadi beberapa
building blocks utama, setiap chunk terdiri dari sekumpulan komponen yang
mengimplementasikan fungsi dari produk.
Langkah 1: Membuat skema produk
Skema adalah diagram yang menggambarkan pengertian terhadap elemenelemen penyusun produk. Pada akhir fase pengembangan konsep, beberapa elemen yang dituliskan pada skema berupa elemen-elemen fisik.
Langkah 2: Mengelompokkan elemen-elemen yang terdapat dalam skema
Pada langakah ini adalah menugaskan setiap elemen yang terdapat pada skema menjadi chunk.
Langkah 3: Membuat rancangan geometris yang masib kasar
Susunan geometris dapat diciptakan dalam bentuk gambar, model komputer atau model fisik yang terdiri dari dua atau tiga dimensi. Pembuatan susunan
geometris
akan
mendorong
pembuat
rancangan
untuk
mempertimbangkan apakah antar muka, antar chunk cukup layak untuk mendukung hubungan dimensi dasar diantara chunk. Tahap ini akan diuntungkan dengan menghasilkan beberapa alternatif pilihan geometris dan kemudian memilih yang terbaik.kriteria keputusan untuk memilih susunan geometris sangat terkait dengan tahap pengelompokan pada 2. Pembuatan susunan geometris harus dikoordinasikan dengan desainer industri yang ada dalam tim dalam kasus dimana aspek estetika, keamanan dan kenyamanan dari sebuah produk penting dan sangat terkait dengan perancangan geometris dari chunk.
Langkab 4: Mengidentifikasikan interaksi fundamental dan insidental
Sangat mungkin bahwa seorang atau kelompok yang berbeda ditugaskan untuk mendesain setiap chunk. Karena chunk akan berinteraksi satu dengan yang lainnya, baik dengan cara yang direncanakan maupun dengan rencana yang tidak direncanakan. Kelompok-kelompok ini harus mengkoordinasi aktifitas mereka
22
dan saling bertukar informasi. Untuk mengendalikan koordinasi proses yang lebih baik, tim hams melakukan identifikasi yang sudah diketahui selama fase perancangan tingkat sistem. Interaksi fundamental secara eksplisit diperlihatkan oleh skema yang menunjukkan pengelompokan elemen menjadi chunk, interaksi insidental juga hams didokumentasikan dalam beberapa cara. Interaksi insidental ini adalah cara yang tepat untuk menunjukkan interaksi chunk dalamjumlah (kurang dari 10).
2.4. Desain Ind ustri
Secara spesifik desain industri dapat dipikirkan seperti fase-fase yang tertera berikut ini:(Karl T. Ulrich, et al,I995) 1. Penyelidikan kebutuhan pelanggan. 2. Konseptualisasi. 3. Perbaikan awal. 4. Perbaikan lanjutan dan pemilihan konsep akhir. 5. Penggambaran kontrol.
2.4.1 Penyelidikan fase kebutuhan pelanggan
Tim pengembangan produk mulai dengan mendokumentasikan kebutuhankebutuhan pelanggan seperti dijelaskan pada tabel 5.2 identifikasi kebutuhan pelanggan. Karena perancang mempunyai kamampuan untuk mengenali pokokpokok permasalahan yang melibatkan interaksi pemakaian, keterlibatan desain industri penting dalam proses kebutuhan. Untuk meriset kebutuhan pelanggan keperluan alat otomasi material handling, tim akan melakukan studi pada spesifikasi alat otomasi material handling, wawancara dengan pengguna laboratorium sistem produksi. Keterlibatan teknik, desain industri tentu akan menuju pada pemahaman umum dan luas kebutuhan pelanggan bagi semua anggota tim, khususnya membantu perancang untuk memperoleh pemahaman yang mendalam tentang interaksi antara pemakai dengan produk.
2.4.2 Konseptualisasi
Setelah kebutuhan dan tuntutan pelanggan dipahami, perancang membantu tim untuk merancang konsep produk. Selama tahap penggalian konsep ahli teknik memfokuskan perhatian mereka untuk menemukan penyelesaian subfungsi teknis dari produk. Pada saat ini perancang berkonsentrasi menciptakan bentuk produk dan penghubung pemakai. Perancang membuat sketsa gambar sederhana. Sketsa gambar ini adalah media yang cepat dan tidak mahal untuk mengekspresikan ideide dan mengevaluasi kemungkinan-kemungkinan.
2.4.3 Perbaikan awal
Pada fase perbaikan awal, perancang membuat model dari konsep yang paling menjanjikan. Model lunak biasanya dibuat dalam skala penuh dengan menggunakan busa. lni adalah metode kedua tercepat, namun sedikit lebih lambat dari pada sketsa, digunakan untuk mengevaluasi konsep. Secara umum model ini masih kasar, model ini sangat berguna karena membantu tim pengembang untuk mengekspresikan konsep produk dalam bentuk tiga dimensi. Konsep-konsep dievaluasi oleh perancang industri, personil pemasaran dan pelanggan potensial melalui proses menyeluruh dan modifikasi model.
2.4.4 Perbaikan lanjutan dan pemilihan konsep akhir
Pada tahap ini perancang industri sering mengganti dari model lunak dan sketsa menjadi model keras dan gambaran informasi intensifyang dikenal dengan rendering. Rendering memperlihatkan detail desain dan sering melukiskan penggunaan produk. Yang digambarkan dalam bentuk dua atau tiga dimensi, rendering menyampaikan sejumlah informasi mengenai produk. Rendering sering digunakan untuk studi wama dan pengujian penerimaan pelanggan untuk ciri dan fungsi produk yang diajukan.
24
2.4.5 Penggambaran kontrol
Perancang industri menyelesaikan proses pengembangan mereka dengan membuat
gam bar
kontrol
dari
konsep
ahir.
Penggambaran
akhir
mendokwnentasikan fungsi, ciri, ukuran, warna, sentuhan akhir pennukaan dan dimensi kunci. Meskipun mereka tidak menggambarkan bagian gam bar secara mendetail (menggambar teknik), mereka dapat digunakan untuk membuat model desain akhir dan prototype lain.
2.5. Membuat prototype
Kita mendefisinikan prototype sebagai "sebuah penaksiran produk melalui satu atau lebih dimensi yang menjadi perhatian". Dengan definisi ini, setiap wujud yang memperlihatkan sedikitnya satu aspek yang menarik bagi pengembangan dapat ditampilkan sebagai sebuah prototype. Difinisi ini menyimpang dai penggunaan umwnnya, dimana mencakup bennacam bentuk prototype seperti pengembangan konsep, model metematika, dan bentuk
fungsional yang lengkap sebelum dibuat dari suatu produk. Membuat prototype merupakan proses pengembangan perkiraan-perkiraan semacam itu dari produk.
2.5.1 Tipe-tipe prototype
Prototype dapat berguna diklasifikasikan antara dua dimensi. Dimensi
yang pertama adaJah tingkat dimana sebuah prototype merupakan bentuk fisik sebagai lawan dari analitik. Aspek yang diminati tim pengembang secara nyata dibiat suatu benda untuk pengujian dan percobaan. Contoh prototype fisik meliputi model yang tampilannya seperti produk, bukti bahwa prototype kOl)sep digunakan untuk menguji sebuah pemikiran secara cepat, dan hardware digunakan untuk membenarkan fungsi dari sebuah produk. Dimensi kedua adalah tingkatan dim ana sebuah prototype merupakan prototype yang menyeJuruh sebagai lawan yang terfokus. Prototype yang menyeluruh mengimpJementasikan yang sebagian besar atau semua atribut dari produk. Prototype yang menyeJuruh dapat disamakan dengan pemakaian sehari-hari dari kata prototype, merupakan sebuah skala keseluruhan. Sebuah prototype menyeJuruh adalah yang diberikan
25
pada pelanggan untuk mengidentifikasikan kekurangan dari desain sebelum memutuskan produksi.
Fisik
/~'\
~"\
(~rototjpe beta)
(Prototype otomasi \, \ materia! handlmg I
\.
'.
\~
)
.~/
(e~ \~
/
( r
z < <
Menyeluruh
Terfokus
~
< f-<
/~ ./ Model persamaan \ , otomasi material
:fJ
.
~
'";. >:
ot:
" >~
< fl
" < ~
;:J
i
\~
0..
."
<: ~
~
.~
;:J
'" . n ;;
~
l
"'" 0a
Analrtik
Gambar2.3 Gambar Tipe-tipe Prototype.
Prototype dapat diklasifikasikan menurut tingkat seberapa fisik dan sejauh mana prototype terse but mengimplementasikan seluruh atribut produk.
u
:-
26
2.5.2 Kegunaan prototype Dalam proyek pengembangan produk, prototype digunakan untuk empat tujuan yaitu: pembelajaran, komunikasi, penggabungan, dan tonggak. 1. Pembelajaran: prototype sering digunakan untuk membuat dua tipe
pertanyaan "akankah dapat bekerja?" dan "sejauh mana dapat memenuhi kebutuhan pelanggan?" saat harus menjawab pertanyaan semacam ini, prototype dilakukan sebagai alat pembelajaran. 2. Komunikasi: prototype memperkaya komunikasi dengan maruyemen puncak, penjual, mitra, keseluruhan anggota tim, pelanggan dan investor. Hal ini benar karena sebuah gam bar, alat tampil tiga dimensi dari produk lebih mudah dimengerti dari pada penggambaran verbal, bahkan sebuah sketsa produk sekalipun. 3. Penggabungan:
prototype
digunakan
untuk
memastikan
bahwa
komponen-komponen dan subsistem-subsistem dari produk bekerja bersamaan seperti yang diharapkan. Prototype fisik menyeluruh paling efektif sebagai alat penggabung dalam proyek pengembangan produk karena prototype ini membutuhkan perakitan dan keterhubungan fisik dari seluruh bagian dan subasembli yang yang membentuk sebuah produk. 4. Milestones: dalam tahap pengembangan produk berikutnya, prototype digunakan untuk mendemonstrasikan bahwa produk yang telah mencapai tingkat kegunaan yang diinginkan. Prototype milestones menyediakan hasil nyata memperlihatkan kemajuan dan disiapkan untuk menjalankan jadwaI. Manajemen senior sering membutuhkan sebuah prototype untuk memperagakan fungsi tertentu sebelum memperbolehkan proyek tersebut diteruskan.
27
2.5.3 Prinsip pembuatan prototype
Beberapa prinsip berguna sebagai pemandu keputusan tentang prototype selama pengembangan produk.
Prinsip-prinsip ini menunjukkan tentang
keputusan terhadap tipe prototype mana yang hams dibuat dan mengenal bagaimana memasukkan prototype ke dalam rencana pengembangan.
Prototype analitik umumnya lebih fleksibel dibandingkan prototype fisik
Karena sebuah prototype analitik merupakan perkiraan matematis dari produk, maka secara umum akan mengandung beberapa parameter yang bervariasi untuk menampilkan rancangan altematif. Dalam banyak kasus, mengubah parameter dalam prototype analitik lebih mudah dibandingkan mengubah sebuah atribut prototype fisik.
Prototype fisik dibutuhkan untuk menemukan fen omena yang tidak dapat
diduga
Sebuah prototype fisik seringkali memperlijatkan fenomena yang tidak dapat diduga yang sarna sekali tidak berhubungan dengan tujuan semula dari prototype. Satu alasan untuk kejadian ini adalah semua hukum fisika selalu
berlaku saat tim mengadakan percobaan dengan prototype fisik. Prototype fisik yang diharapkan untuk meneliti hanya masalah geometris yang juga mencakup sifat panas dan optik. Beberapa hal yang muncul secara kebetulan adalah prototype fisik tidak relevan pada produk ahir dan bertindak sebagai pengganggu
selama pengujian. Namun beberapa dari hal yang ditemukan secara kebetulan ini akan juga tampak pada produk akhir. Pada kasus ini, prototype fisik dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk mendeteksi fenomena yang mengganggu dan tidak dapat diduga yang mungkin timbul pada produk akhir. Prototype analitik, sebaliknya, tidak pemah dapat mengungkapkan fenomena yang bukan merupakan bagian model analitik pokok yangprototype.
28
Sebuah prototype dapat mengurangi resiko iterasi yang merugikan
Gambar 2.4
menggambarkan peranan resiko
dan
iterasi
dalam
pengembangan produk. Dalam banyak situasi, hasil dari sebuah pengujian mungkin mengharnskan, meskipun tugas pengembangan akan harns diulang. Sebagai contoh, jika bagian tercetak tidak sesuai dengan bagian bingkainya, cetakan harus dibuat ulang. Pada gambar 2.5 30% resiko kembali pada kegiatan pembentukan cetekan setelah pengujian kesesuaian bagian diperlihatkan dengan sebuah panah bertuliskan kemungkinan 0.30.
Jika pembuatan dan pengujian
prototype banyak sekali meningkatkan kemungkinan kegiatan berikutnya akan
diteruskan tanpa iterasi, misalnya dari 70% menjadi 95%, seperti tampak pada gambar 2.4, tahap prototype mungkin dibenarkan.
----;.~'\
Membuat cetakan
~-------+
Menguji kesesuain komponen
Kemungkinan pengulangn 0.7
Kemungkinan pengulangan 0.3
Proses Konvensional
Kemungkinan suksesO.95
Kemungkinan pengutangan 0.3
Gambar 2.4 Proses Pembuatan Prototype
Kemungkinan pengulangan 0.5
29
Gambar 2.4 sebuah prototype dapat mengurangi resiko iterasi yang merngikan. Waktu yang digunakan untuk membuat dan menguji prototype dapat membuat tim pengembang berkesempatan untuk menemukan masalah yang apabila tidak terdeteksi sampai sesudah kegiatan pengembangan yang mahal. Keuntungan yang dapat diperkirakan dari prototype dalam mengurangi resiko hams ditimbang dengan waktu dan uang yang dibutuhkan untuk membuat dan mengevaluasi prototype. Produk-produk dengan resiko yang tinggi atau yang tidak pasti, produk dengan biaya kegagalan yang tinggi, teknologi barn, atau produk yang bersifat refolusioner, akan diuntungkan dengan adanya prototype. Sebaliknya, produk dengan biaya kegagalan rendah dan dengan teknologi yang sudah ada tidak memperoleh keuntungan pengurangan resiko dari pembuatan prototype ini. Sebagian besar produk jatuh diantara perbedaan besar ini. Gambar
2.4 memperlihatkan perbedaan situasi yang dapat ditemui pada tipe proyek pengembanggan yang berbeda.
2.5.4 Merencanakan prototype Langkab 1: Menetapkan tujuanprototype
Mengingat kembali empat tujuan prototype,
yaitu:
pembeIajaran.
komunikasi, penggabungan, dan milestone. Dalam menetapkan tujuan sebuah prototype, tim mendaftar khususnya pembelajaran dan kebutuhan komunikasi.
anggota juga mendaftar beberapa kebutuhan penggabungan baik yang jadi atau tidak. Prototype diharapkan untuk menjadi satu dari beberapa tonggak utama dari proyek pengembangan produk keselurnhan.
Langkah 2: Menetapkan tingkat perkiraan konsep
Merencanakan sebuah prototype membutuhkan tingkatan dimana produk akhir diperkirakan akan ditetapkan. Tim hams mempertimbangkan apakah prototype fisik diperlukan atau apakah prototype analitik yang terbaik untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan.
30
Dalam banyak kasus, prototype yang terbaik adalah prototype yang paling sederhana yang akan memenuhi tujuan yang ditetapkan pada langkah 1. Pada beberapa kasus, prototype yang sudah ada atau prototype yang dibuat untuk tujuan lain dapat dipinjam.
Langkab 3: Menggariskan rencana percobaan Dalam banyak kasus, penggunaan prototype dalam penggunaan produk dapat dianggap sebagai sebuah percobaan. Praktek percobaan yang baik membantu untuk menjamin penggalian nilai maksimum dari kegiatan pembuatan
prototype. Rencana percobaan meliputi identifikasi variabel percobaan (jika ada), protokol pengujian, sebuah indikasi mengenai pnegukuran apa yang akan ditampilkan, dan sebuah rencana untuk menganalisis data hasil. Saat terdapat banyak variabel yang hams digali, rancangan percobaan yang efisien akan sangat membantu proses semacam ini.(Box dkk.,1978; Phadke,1989)
Langkab 4: Membuat jadwal untuk peroleban, pembuatan dan pengujian Karena pembuatan dan pengujian prototype mempertimbangkan subprojek dalam keseluruhan proyek pengembangan, tim diuntungkan dari jadwal untuk kegiatan membuat prototype. Tiga tanggal pertemuan sangat penting dalam menetapkan usaha pembuatan prototype. Pertama tim menetapkan kapan bagianbagian akan siap untuk dirakit (tanggal rangkaian bagian). Kedua tim menetapkan tanggal kapan prototype akan diuji pertama kali(tanggal "pengujian asap"). Yang ketiga tim menetapkan tanggal saat prototype diharapkan telah selesai diuji dan memberikan hasil akhir.
31
2.5.5 Pembuatan prototype
Pembuatan prototype ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu pembuatan perangkat keras / sistem mekanik dan pembuatan perangkat lunak / program. Diagram blok perancangan prototype otomasi material handling dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
f--~
KOMPARA TOR
f--~
MCS51 AT89S51
DRIVER MOTOR
SETON/OF
Gambar 2.5 Blok diagram prototype otomasi material handling
2.5.5.1 Rangkaian Elektronika dan Komponen - Komponennya Secara garis besar, rangkaian elektronika alat bantu yang dirancang terdili dari 5 komponen utama: Sensor, Komparator, Mikrokontroler, Driver Motor, dan Motor. Ke - lima komponen utama tersebut terangkai menjadi satu rangkaian elektronika sebagai sistem pembaca besaran intensitas cahaya untuk mengarahkan laju kereta material handling.
Sensor Sensor adalah sebuah alat bantu yang mengubah besaran mekanik menjadi besaran elektronik. Sensor memiliki kemampuan merespon atau mendeteksi keadaan suatu lingkungan baik secara fisik maupun secara kimiawi. Fungsi sensor hanya terbatas sebagai pengubah suatu kondisi fisik yang tidak dapat diterjemahkan dalam bahasa mesin, sehingga memerlukan media penterjemah dari kondisi fisik dapat dimengerti secara bahasa mesin.
32
Besaran elektronik yang dihasilkan sensor digunakan sebagai data masukan komparator. dikonversi menjadi tegangan berupa bilangan integer yang selanjutnya diproses dalam mikrokontroler sebagai kondisi lingkungan terbaca oleh sensor. Mikrokontroler mengolah masukan tegangan dari komparator berdasarkan program yang tersimpan menjadi proses / kerja tertentu,
Sensor
yang digunakan dalam perancangan prototype otomasi material handling adalah infra merah, sebuah komponen elektronika yang berfungsi sebagai pembeda intensitas cahaya. Penggunaan infra merah sebagai sensor dengan memanfaatkan sinar infra merah yang dipantulkan kelintasan. Cara kerja dari sensor infra merah ini adalah sensor mengeluarkan sinar infra merah kemudian mengenai lintasan, jika sinar infra merah ini mengenai wama terang maka sinar akan cenderung dipantulkan dan jika mengenai wama gelap maka sinar akan cenderung diserang. Dari pantulan sinar inilah sensor akan membedakan intensitas cahaya dari wama lintasan yang dilewati.
Komparator
Komparator merupakan rangkaian untuk membaca dan membedakan
intensitas cahaya yang dikirim oleh sensor. Prinsip keIja komparator ini adalah untuk membaca intensitas cahaya yang berasal dari lintasan yang dilewati dan membedakan besar intensitas cahaya antara wama lintasan yang harus dilalui dengan wama lantai. Rangkaian komparator ini akan mengubah besar intensitas cahaya yang berasal dari sensor menjadi tegangan integer, nilai satu diisi dengan tagangan sebesar lima ampere sedangkan nilai 0 tidak diberi tegangan yang kemudian diolah lebih lanjut oleh mikrokontroler AT89S5I.
Microcontroler
Microcontroler adalah sebuah komponen elektronik yang bekerja sesuai
dengan program yang diisikan ke dalam memorinya layaknya sebuah komputer yang sangat sederhana. Mikrokontroler terdiri dan mikroprosesor (sejenis Ie Intergrated Circuit yang tidak dapat berdiri sendiri, spesifik untuk fungsi
33
penghitungan / matematis) dan beberapa tambahan komponen elektronik disesuaikan penggunaan untuk lebih khusus ke aplikasi yang tergabung menjadi satu berbentuk IC (Integrated Circuit)lain yang berfungsi untuk mengontrol suatu operasi berbasis fungsi matematis. Mikrokontroler yang digunakan dalam perancangan prototype otomasi
material handling adalah mikrokontroler tipe AT89S5I. Mikrokontroler AT89S5I merupakan salah satu produksi mikrokontroler buatan Atmel. Karakteristik dari mikrokontroler ini adalah rendahnya daya yang dikonsumsi.
Rangkaian
Mikrokontroler dapat dilihat pada gambar berikut dibawah ini:
~~S'e"en segmen
-:: ~~ -....
seven segmen seven segmen seven segmen
;' _ .::. ',.... • .2 P2.5/.A.13 P2.5/.A.14 P2.7/i!..:f.
1
ADC ADC ADC ADC ADC ADC ADC ADC
2 3 4
5 6 7 8
Cl 30pF
CRY~~~
19 18 9
p . •, C1
?:' DlR}~O
.p't.,,
AD C
Pc:. liTl'.l.l.
AD C
F81i1llIQ "",--', ADC P-;:.Jllrnl 1-+':----,
PU Pl.:;' P1.4
F~:.4rfO
P1.5 P1.t,
P3.&:I1 P:3 .:i/l.fuR
P1.7
P~~.7,1F:D
iT~i
xr'::"l1
EST
f"f7 '~~ L
T
30pFJ
!
\ICC 5V
9
•
I
~ C4
--r--
lOmFlOV
R6
<:
!+
10K
Gambar 2.6 Rangkaian Mikrokontroler AT89S51
6l r Reset 0
34
Driver Motor
Driver motor merupakan suatu alat yang berguna menterjemahkan perintah dari microcontroler agar dapat diterima oleh motor DC. Cara kerja dari komponen ini adalah sensor infra merah membaca intensitas cahaya lintasan yang dilewati, intensitas cahaya ini akan diolah oleh comparator dengan membedakan besar intensitas cahaya antara warna lintasan yang harus dilewati dengan warna lantai dengan keluaran berupa data integer. Kemudian microcontroler akan mengolah data integer ini agar sistem hanya membaca data integer yang bernilai l(satu) kemudian diberi tegangan sebesar lima ampere. Sedangkan driver motor berguna untuk menterjemahkan perintah dari microcontroler dalam menggerakkan motor agar prototype otomasi material handling beIjalan menurut lintasan yang harus dilewati.
Motor Listrik
Motor listrik adalah suatu alat yang digunakan untuk menggerakkan prototype otomasi material handling. Alat ini bekeIja menurut perintah dari driver motor agar prototype otomasi material handling dapat berjalan menurut lintasan yang sudah ditentukan. Dalam pembuatan prototype otomasi material handling motor yang digunakan adalah motor DC yang biasa digunakan pada mobil untuk mekanisme power window. Pada prototype otomasi material handling penulis akan mengunakan dua motor DC sebagai penggerak. Jika prototype otomasi material handling diinginkan bergerak lurus maka kedua motor ini akan bergerak secara bersamaan, bila diingikan bergerak bel ok ke kanan maka motor yang berputar hanya motor sebelah kiri sedangkan bila diinginkan bergerak ke kiri maka motor yang bergerak hanya sebelah kanan.
35
2.5.5.2 Sis tern Mekanik Prototype Otornasi Material Handling Dalam
sistem mekanik prototype otornasi material handling ini
perancangngannya mengacu pada data antropometri manusia Indonesia. Istilah antropometri berasal dari "anthro" yang berarti manusia dan "metri" yang berarti ukuran. Secara definitif antropometri dapat dinyatakan sebagai studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia.Manusia pada dasamya akan memiliki bentuk, ukuran (tinggi, lebar, dsb) berat dan lain-lain yang berbeda satu dengan yang lainnya. Antropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan-pertimbangan ergonomis dalam proses perancangan produk maupun sistem kerja yang akan memerlukan interaksi manusia (Wignjosoebroto, 1995).
Berikut ini adalah beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam perancangan ukuran prototype otomasi material handling karena mempengaruhi ukuran tubuh manusia : a. Umur Dalam hal ini penulis akan mempertimbangkan faktor umur pekerja. Karena secara umum dimensi tubuh manusia akan tumbuh dan bertambah besar seiring dengan bertambahnya umur. b. Jenis Kelamin Dimensi ukuran tubuh laki-laki umumnya akan lebih besar dibandingkan dengan wanita, terkecuali untuk beberapa bagian tubuh tertentu seperti pinggul,dsb. c. Suku Bangsa Setiap suku bangsa ataupun kelompok etnik akan memiliki karakteristik fisik yang akan berbeda satu dengan yang lainnya. Hal ini harus diperhatikan karena dalam penggunaannya nanti prototype otomasi material handling akan digunakan oleh suku bangsa tertentu (Indonesia).
36
d. Posisi Tubuh Posisi tubuh ini sangat penting karena akan mempengaruhi ukuran tubuh pada saat melakukan aktifitas.
Beberapa faktor yang mempengaruhi variabilitas ukuran tubuh manusia seperti : 1. Cacat tubuh, dimana data antrophometri disini akan diperlukan untuk perancangan produk bagi orang-orang cacat (kursi roda, kaki/tangan palsu, dll) 2. Kehamilan, dimana kondisi semacam ini jeJas akan mempengaruhi bentuk dan ukuran tubuh (khusus perempuan). Hal tersebut jelas memerlukan perhatian khusus terhadap produk-produk yang dirancang bagi segrnentasi seperti ini.
Karena dalam penggunaan prototype otomasi material handling nantinya akan berinteraksi dengan manusia, rnaka sangat penting untuk memperhatikan data antropometri agar fleksibel dalam penggunaannya dan dapat digunakan 95% populasi manusia Indonesia. Untuk penerapan data antrophometri ini, pemakaian distribusi normal akan umum diterapkan. Dalam statistik, distribusi normal dapat diformulasikan berdasarkan harga rata-rata (mean,X) dan simpangan standarnya (standar deviasi, ox) dari data yang ada. Dari nilai yang ada tersebut, maka persentil dapat diterapkan sesuai dengan tabel probabilitas normal. Dalam antrophometri, angka 95-th akan menggambarkan ukuran manusia yang "terbesar" dan 5-th persentii sebaliknya akan menunjukkan ukuran "terkecil".
37
Tabel2.1 Macam Percentile dan eara Perhitungan Dalam Distribusi Normal
Perhitungan
Percentile
1- St 2.5 - th 5 -th lO-th
-
X - 2.325 -
X - 1.96
95 -th 97.5 - th 99 -th
(TX
-
X - 1.645
(TX
-
X - 1.28
50 -th 90-th
(TX
(TX
-
X -
X + 1.28
(TX
-
X + 1.645
(TX
-
X + 1.96
(TX
-
X + 2.325
(TX
Dalam perancangan proyek ini data antropometri berguna untuk mensesuaikan ukuran alat otomasi otomasi material dengan pengguna dalam hal ini pengguna Laoratorium Sistem Produksi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya.
38
2.5.6 Teori Analisa Kelayakan
Alat analisa yang digunakan dalam perancangan dan pembuatan alat material handling ini adalah pengujian fungsi alat tersebut. Pengujian ini akan
dilakukan dalam dua bagian yaitu bagian kerangka mekanik dan sistem otomasinya. Untuk pengujian kerangka mekanik penulis akan malakukan pengujian kekuatan kerangka yang terbuat dari bahan alumunium terhadap beban yang akan dibawa yaitu kipas angin. Untuk segmen pasar yang telah dituju yaitu pengguna Laboratorium Sistem Produksi UKWMS prototype otomasi material handling dipergunakan untuk membawa kipas angin dari gudang ke lantai produksi begitu juga sebaliknya. Sedangkan untuk penguJlan komponen elektronika sistem otomasi, prototype otomasi material handling akan diuji coba dengan membaca jaIur berupa selotip
berwama hitam selebar 5 cm. Pengujian dianggap berhasil bila prototype otomasi material handling dapat beIjalan mengikuti jaIur dengan baik dan berhenti bila
limit swich menyentuh pasak. Pasak ini menandakan bahwa prototype otomasi material handling telah sampai pada lantai produksi atau gudang yang dituju.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
BABIlI METODOLOGI PENELITIAN
PerumusanMasalah
Su rveiLapangan
Desain Produksi
Pembuatan PrototypeAlpha
Pengujian PrototypeAlpha
Desain Ulang
Tidak
Pembuatan Prototype Beta
Pengujian PrototypeBeta
Desain Ulang
Tidak
Produk
Kesimpulan dan Saran
Gambar 3.1 Flow Chart Penelitian Prototype Otomasi Material Handling
40
Keterangan : 1. Perumusan Masalah
Tahapan penelitian diawali dengan perumusan masalah. Permasalahan yang diangkat sebagai bahan perancangan dan pembuatan proyek tugas akhir adalah system material handling.
2. Survey Lapangan Survey lapangan dilakukan untuk mencari target pasar dari sebuah produk. Survey ini dilakukan dengan menggunakan metode penyebaran kuesioner pada responden sebagai pengguna utama dari perancangan dan pengembangan alat otomasi material handling. Nantinya hasil dari kuesioner ini berkaitan dengan spesifikasi dari produk.
3. Desain Produksi Tahap selanjutnya mendesain beberapa spesifikasi produk yang sesuai dengan harapan dari konsumen. Dari beberapa spesifikasi produk inilah yang nantinya akan dipilih satu produk saja.
4. Pembuatan Prototype Alpha Pada tahap ini prototype akan dibuat menggunakan komponen-komponen dengan bentuk dan jenis material pada produksi sesungguhnya, namun tidak memerlukan proses pabrikasi pada proses produksi sesungguhnya. Pada prototype alpha ini prototype masih berupa rancangan dasar.
5. Pengujian Prototype Alpha Tahap pengujian dilakukan untuk menentukan apakah produk akan bekerja sesuai dengan yang direncanakan dan apakah produk memenuhi kebutuhan kepuasan konsumen utama.
6. Analisa Kelayakan Analisa ini dilakukan untuk mengetahui apakah prototype tersebut telah sesuai dengan harapan dan kebutuhan dari konsumen.
41
7. Pembuatan Prototype Beta Prototype beta ini merupakan perbaikan dari prototype alpha yang sudah
terbentuk. Pada prototype beta ini alat sudah mendekati 75% sempuma atau mendekati kondisi yang sebenamya. 8. Pengujian Prototype Beta Pengujian ini dilakukan secara langsung dengan konsumen. Sasaran darl prototype beta ini untuk menjawab pertanyaan kinerja dan keandalan
dalam rangka mengidentifikasi kebutuhan perubahan-perubahan secara teknik untuk produk akhir. 9. Analisa Kelayakan Analisa ini dilakukan untuk mengetahui apakah prototype tersebut telah sesuai dengan harapan dan kebutuhan dari konsumen. 10. Produksi Pada tahap ini dilakukan produksi dari prototype. 11. Kesimpulan dan Saran Pada tahap ini dilakukan penarikan kesimpulan dari analisa yang dibuat pada bab sebelumnya.
BABIV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
BABIV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Dalam melakukan analisa perancangan produk, kita diharuskan untuk melakukan pemilihan ide-ide alternative sebe1um menentukan produk apa yang akan kita rancang dan kembangkan.
4.1 Pemilihan Ide-Ide Alternatif
Hal pertama yang kita lakukan dalam menentukan produk yang kita rancang adalah dengan mengumpulkan ide-ide alternative yang akan kita lakukan. Dari beberapa ide alternative yang terkumpul kita ke1ompokkan berdasarkan jenis produk yang akan dihasilkan. Ide alternative tersebut kemudian dibagi menjadi tiga kelompok besar yaitu produk teknologi push, produk generik, dan produk platform. Masing-masing kandidat produk dalam kelompok ini kemudian dievaluasi. Dari beberapa kandidat yang telah kita evaluasi tahap awal dievaluasi lagi berdasarkan kemampuan perancang, terutama dengan memperlihatkan kelebihan dan kekerangan yang ada, baik dari segi dasar teknologi, penguasaan pasar, sumberdaya manusia, laboratorium penunjang , ketersediaan dana dan kemudahan penggunaan. Produk yang ingin dikembangkan oleh penulis dari hasil pemilihan produk tahap awal, dari kelompok produk teknologi push dipilih prototype robot sebagai produk yang akan dirancang. Untuk kelompok produk platform dilakukan proses perancangan system
otomasi material handling. Sedangkan untuk produk generik dibuat produk troli yang ergonomis karena produk tersebut banyak dibutuhkan oleh dunia industri.
Prototype robot dipilih sebagi produk yang akan dikembangkan dalam kelompok teknologi push dengan alasan bahwa teknologi manufaktur dalam system industri saat ini sudah menggunakan teknologi robot.
Prototype system otomasi material handling dipilih sebagai pengembangan produk platform dengan alasan bahwa prototype system otomasi material handling tidak memerlukan teknik produksi yang rumit. Dalam platformnya, akan dikembangkan prinsip penggunaan jumlah roda yang dikorelasikan dengan stabilitas dan daya angkutnya. Juga akan dikembangkan sebuah sistem sumber tenaga untuk mendorong laju ptototipe.
43
Sistem sumber tenaga ini dipikirkan terutama untuk mengurangi aktivitas fisik pengguna daJam hal ini tenaga manusia akan cepat mengalami kelelahan dan ini memerlukan pemecahan sistem sumber tenaga. Untuk produk generik produk yang akan dikembangkan penulis melalui survey pasar, karena produk ini baru bisa dirancang sesuai dengan permintaan pasar. Pasar yang dipilih ditentukan dalam hal ini yaihl pabrik industri kecil dan menengah. Perancangan produk ini menitikberatkan pada kenyamanan dan sisi ergonomis.
Tim kerja Tim kerja terdiri dari penulis, juga sebagai perancang dan dosen pembimbing yang membantu merancang dan membuat produk. Beberapa hal yang dianggap penting dalam memandang kemampuan penulis adalah sebagai berikut:
Pasar Pasar merupakan pertemuan permintaan dan penawaran. Terutama sekali dalam perancangan produk bam atau pengembangan suatu produk yang telah ada dipasaran, permintaan pasar sangat diperlukan. Kemampuan penulis dalam mengasumsikan pasar yang jelas, akan bermanfaat dalam proses pengembangan dan perancangan suatu produk. Penlilis memberikan bobot kemampuan 10% pada penguasaan pasar dikarenakan segmen pasar berpengaruh pada produk apa yang. diharapkan pada saat ini oleh banyak orang. Segmen pasar juga berpengaruh pada keinginan pengguna untuk menggllnakan prototype system otomasi material handling.
Dasar teknologi Dasar teknologi bersumber dari teori dan bekal yang dimiliki penulis. Sumber teori ini merupakan dasar yang diperlukan dalam sebuah proses perancangan dan pengembangan suatu produk. Teknologi juga berperan kritis dalam proses perencanaan. Penulis memberikan bobot kemampuan 25% untuk dasar teknologi, hal ini berhubungan dengan semakin lama perkembangan teknologi makin maju. Dengan majunya teknologi maka produk yang dihasilkan dituntut untuk lebih kuat dan handal.
44
Sumberdaya manusia Kemampuan penulis berpengaruh paling besar dalam produk yang akan dikembangkan sesuai dengan keahlian yang dimiliki. Penulis memberikan bobot penilaian kemampuan 25% terhadap sumberdaya manusia. Pemberian bobat tinggi pada kemampuan sumberdaya disebabkan kemampuan sumberdaya manusia sangat penting. Kemampuan sumberdaya manusia mempengaruhi kemampuan penulis pada tahapan kemampuankemampuan lain.
Sarana penunjang Sarana penunjang terutama sarana Iiteratur dan saran produksi yang memungkinkan penulis mendesain sistem produksi yang diperlukan sebagai lanjutan dari proses perancangan menjadi produk jadi adalah sangat penting. Pada sarana penunJang
ill!
penulis memberikan bobot kemampuan 10% hal ini dikarenakan jika pemahaman sarana penunjang tidak dikuasai maka produksi dari produk yang dikembangkan akan terhenti.
Pengalaman Pen gala man dapat lebih memudahkan dalam memfokuskan permasalahan namun bukan hal mutlak hams dimiliki penulis dalam perancangan dan pengembangan,. Dari pengalaman penulis dapat mengetahi gambaran kemampuannya dalam malaksanakan proyek. Pada tahap pengalaman ini diberikan bobot kemampuan 10%, disebabkan dari pengalaman didapatkan gambaran yang lebih akurat akan kelebihan dan kekurangan perancang.
Dana Dalam proses perancangan dan pengembangan suatu produk akan dibutuhkan dana sepanjang proses yang dijalani. Dana pengembangan dan perancangan produk tidak dapat dihitung dari besaran kuantitatif saja tapi juga harus memperhitungkan unsur kualitatifuya. Pada bobot kemampuan terhadap ketersediaan dana penulis memberikan bobot 10% karena ketersediaan dana juga berpengaruh pada jalannya proses perancangan dan pengembangan sepeda bermotor mengingat biaya yang dikeluarkan cukup besar.
45
Penggunaan
Penggunaan disini untuk mengetahui sejauh mana produk yang dirancang dan dikembangkan dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan. Pada tahap penggunaan mi penulis memberikan bobot penilaian kemampuan 10%, karena tahap kemudahan penggunaan mempakan bagian dari keinginan perancang dan tim pekerja supaya produk yang dihasilkan dapat digunakan bagi segmen pasar pengguna Laboratorium Sistem Produksi UKWMS.
Proses pemilihan ide : Proses pemilihan ide yang sudah didapatkan akan dipilih yang terbaik dan selebihnya akan dibuatkan prioritas untuk dikembangkan dengan melihat kemampuan penulis. Untuk keperluan ini dibuatkan tabel penilaian yang dapat digunakan untuk dapat menilai ide apa yang paling menjanjikan untuk dikembangkan. Pada tabel 4.1, diperlihatkan bagaimana pemilihan jenis produk yang akan dikembangkan, disesuaikan dengan kemampuan penulis, dinilai dari prosentase bobot kemampuan dan dikorelasikan dengan ide-ide yang ditetapkan menjadi pilihan. Komponen kemampuan penulis yang bersesuaian dengan kebutuhan produk, diberikan nilai sesuai dengan peringkat kepentingannya. Skala nilai bervariasi mulai dari 1 sampai dengan 5. nilai akhir didapatkan dengan mengalikan nilai ini dengan prosentase bobot kemampuan tim dan dijumlahkan. Nilai akhir paling besar merupakan pilihan yang realistis untuk diteruskan tahap selanjutnya. Tabe14.l pemilihan ide altematifsebagai berikut:
46
Tabel4.1 Pemilihan Ide-idAlternatif Pemilihan ide dimulai dari pengumpulan altematif-altematif jenis produk yang dapat disesuaikan dengan kemampuan antara lain: Kemampuan Penulis
Bobot %
TEKNOLOGI PUSH PRODUK PLATFORM PROD UK GENERIK Prototype Robot system Troli otomasi material handling
Penguasaan pasar
10
Kemampuan 4
Ketersediaan dana
10
1
0.1
3
OJ
3
OJ
Dasar teknologi
25
4
I
4
1
4
1
SDM Laboratorium penunjang
25 10
3 4
0.75 4 0.4 5
1 0.5
4 4
1 0.4
Pengalaman inovatif
10
2
0.2
5
0.5
3
OJ
Kemudahan penggunaan
10
3
0.3
5
0.5
4
0.4
4.3
Tidak diteruskan
3.8
Total
Tidak diteruskan
Nilai Kemampuan 0.4 5
Nilai
Kemampuan
Nilai
0.5
4
0.4
3.15 Diteruskan
-Dari tabel4.1 didapatkan kesimpulan, bahwa produk yang paling diinginkan oleh penulis untuk diteruskan adalah produk prototype clystem otomasi materi handling. Pemililian produk ini telah disesuaikan dengan kemampuan tim keIja, seperti: penguasaan pasar, ketersediaan dana, dasar teknologi, sumber daya manusia, laboratorium penunjang, pengalaman inovatif, dan kemudahan penggunaan. Setelah tahap ini tahap selanjutnya adalah dilakukan pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner untuk pengguna Laboratorium System Produksi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya.
47
4.2 Pembuatan Kuisioner Dalam tahap pembuatan kuisioner ini dilakukan penyusunan kuisioner untuk mendapatkan masukan dari segmen pasar yang dituju. Segmen pasar yang dituju adalah penggllna Laboratorium System Produksi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya. Penetapan segmen pasar Pengguna Laboratorium Sispro UKWMS dalam rancangan dan pengembangan prototype system otomasi material handling dikarenakan produk tersebut dapat digunakan sebagai alat material handling alat peraga praktikum dalam hal ini kipas angm. Kllisioner ini berisi gambaran kasar spesifikasi prototype system otomasi material
handling, dan sejauh mana alat terse but dapat memenuhi keinginan segmen pasar yang dituju. Adapun bentuk kuesioner yang disebarkan dapat dilihat pada lembar lampiran. Penyusunan kllisioner tersebut diharapkan dapat mengakomodasi keinginan pengguna Laboratorium Sispro UKWMS mengenai desain rancangan prototype system otomasi
material handling yang diinginkan. Setelah penyusunan kuisioner dilakukan penyebaran kuisioner sebagai masukan llntuk bahan analisa.
4.3 Rekapitulasi Hasil Kuisioner Pada tahap ini dilakukan pengelompokan hasil penyebaran kuisioner sebanyak 30 responden pada pengguna laboratorium sispro UKWMS sebagai segmen pasar yang dihljU untuk rancangan produk prototype system otomasi material handling. Data rekapitulasi kuesioner selanjutnya digunakan untuk merancang dan mengembangkan produk prototype system otomasi material handling sesuai dengan keinginan pasar. Hasil rekapitulasi pada pengguna Laboratorium Sispro UKWMS terdiri dari 22 orang (73,33% dari jurnlah responden) berjenis kelamin laki-laki dan 8 orang (26,67% dari jurnlah responden) berjenis kelamin perempuan. Untuk pertanyaan pertama mengenai kelemahan system material handling pada laboratorium sisitem produksi UKWMS pengguna menilai segi waktu dengan nilai 92, prioritas kedua adalah tenaga(usaha fisik) dengan nilai 124. Untuk pikiran(usaha mental) mendapatkan nilai 11 O.
48
Pertanyaan kedua mengenai apakah perlu tersedianya system otomasi material
handling pada laboratorium sistem produksi UKWMS saat ini. Responden dengan jawaban setuju sebanyak 30. Sedangkan responden tidak ada yang tidak setuju dengan adanya alat otomasi materia! handling. Pertanyaan ketiga mengenai spesifikasi khusus ditawarkan oleh perancang yang diperlukan oleh responden. Menginginkan alat otomasi material handling yang dapat mengurangi usaha fisik mendapatkan nilai 125, menginginkan alat otomasi material
handling yang dapat mengurangi usaha mental mendapatkan nilai 119, menginginkan ala1 otomasi material handling yang tidak bising mendapatkan nilai 117, dan menginginkan alat otomasi material handling yang tidak memerlukan tempat khusus mendaptkan nilai 137. Pertanyaan keempat merupakan pertanyaan optional menanyakan responden mengenai spesifikasi a1at otomasi material handling yang perlu ditambah dan dikembangkan. Sebagian besar responden menginginkan alat otomasi material handling mudah dalam penggunaannya.
BABV ANALISA
BABV ANALISA Pada bab sebe1umnya telah dibahas tentang pememilihan dan penentuan produk yang akan dikembangkan, yaitu perancangan system otomasi material handling yang dipilih sebagai produk yang paling realistis untuk dikembangkan. Langkah selanjutnya adalah membuat rancangan produk. 5.1 Rancangan Produk
Rancangan produk terdiri dari : pemyataan misi dari produk system otomasi material handling, interpretasi kebutuhan pelanggan, pemilihan altematif komponen produk inovasi dan pemilihan komponen terbaik.
5.1.1 Pernyataan Misi Produk
Membuat suatu pemyataan misi dari produk system otomasi material handling adalah langkah pertama yang dilakukan pada pemyataan misi produk. Pemyataan misi suatu produk akan memberikan suatu gambaran secara umum tentang tujuan, batasan, pasar yang dituju, pihak-pihak yang berkepentingan secara garis besar. Dalam pemyataan rnisi produk, diperlihatkan bahwa produk system otomasi material handling yang akan dirancang dan dikembangkan
bertujuan untuk alat
material handling kipas angin dan peralatan praktikim yang digunakan pada Laboratorium System Produksi. Misi dari produk tersebut, yaitu meliputi: uraian produk yang berisi tentang spesifIkasi dan inovasi alat otomasi system material handling yang diinginkan, sasaran utama yang berisi tujuan dari pembuatan alat otomasi system material handling, pasar utama yang berisi konsumen dari pemasaran produk yang akan dirancang. Untuk pengguna pada alat otomasi system material handling adalah mahasiswa pengguna Laboratorium System Produksi Universitas KatoIik Widya Mandala Surabaya.
50
Table 5.1 Pernyataan Misi Produk Pernyataan Misi: Alat otomasi system material handling pada laboratorium sistem produksi IMenggunakan bahan alumunium yang mudah didapatkan di :easaran !Memiliki roda berjumlah emQat buah IMenggunakan motor untuk mengurangi beban fisik pengguna. Uraian !Menggunakan sistem otomasi untuk mengurangi beban mental Produk ipengguna Sasaran IMengurangi usaha fisik dan mental dalam sistem material Utama ihandling I iLaboratorium Sistem Produksi Universitas Katolik Widya Pasar Utama [Mandala Surabaya iAlat digunakan untuk mengungkut kipas angin pada praktikum Batasan sistem produksi Stakeholder jMahasiswa pengguna Laboratorium Sistem Produksi UKWMS
5.1.2 Identifikasi Kebutuhan Pelanggan Informasi awal tentang gambaran produk yang telah dituangkan dalam pemyataan misi produk, akan ditindaklanjuti dan dikembangkan sesuai dengan infonnasi yang didapatkan dari pemakai. Informasi ini dikumpulkan dalam daftar identifikasi kebutuhan pemakai. Bagaimanapun juga produk yang akan didesain ini, hams berorientasi pada data yang didapatkan dari kebutuhan pelanggan, agar produk yang akan dibuat nantinya dapat mendekati nilai-nilai kepuasan pelanggan yang diinginkan pelanggan.
51
Proses pengembangan pada rancangan prototype .system otomasi material handling adalah penambahan motor dan sistem otomasi pada rancangan troli yang
akan digunakan dalam pengangkutan kipas angin dalam praktikum sistem produksi di Laboratorium Sistem Produksi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya. Pengembangan ini bertujuan untuk mengurangi usaha mental dan fisik rnahasiswa pengguna Laboratorium Sistem Produksi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya. Identifikasi kebutuhan pelanggan dimulai dari pemyataan-pemyataan tentang produk yang akan didesain pada calon pemakai, dalam hal ini adalah pemakai Laboratorium Sistem Produksi UKWMS.
Sebelumnya laboratorium tersebut
menggunakan tenaga manusia untuk memindahkan kipas angin. lawaban dari pernyataan tersebut dikelompokkan dalam sebuah kolom yang berisi harapan dan saran. Kemudian harapan dan saran tersebut dijadiakan sebagai pemyataan pelanggan. Pernyataan pelanggan inilah yang digunakan sebagai landasan dalam menginterpretasikan kebutuhan yang akan dipenuhi produk yang akan didesain. Pemyataan tersebut dapat terlihat pada table 5.2.
52
Table 5.2 Identifikasi Kebutuhan Pelanggan Pertanyaan Usulan
I
Harapan
I
I
I
Pernyataan Pelanggan Interpretasi Kebutuhan I Fleksible dibandingkan Jalur track berupa pembedaan warna lintasan ! dengan sistem AGVS sistem magnet. Mudah dalam Tidak memerlukan pengaturan alat jika lintasan dirubah pengoprasiannya Menggunakan tenaga penggerak berupa motor listrik Tidak bising Praktis Oalam pengoprasiannya operator hanya memerlukan tombol reset Oapat mengurangi waktu Alat dilengkapi dengan motor penggerak yang relati operasi cepat Mengurangi usaha fisik Alat dilengkapi dengan motor penggerak sebagai Ipengganti tenaga manusia Mengurangi usaha ~Iat dilengkapi dengan sistem otomasi sebagai mental !pengganti pikiran manusia
5.1.3 Spesifikasi Produk Inovasi
Sebagai dasar untuk interpretasi kebutuhan yang hams dipenuhi oleh produk yang sedang dirancang , daftar kebutuhan pelanggan masih bersifat subjektif Dikarenakan alasan diatas, interpretasi kebutuhan akan dilengkapi dengan ukuran-ukuran yang dapat diperbandingkan dalam suatu spesifikasi yang terukur. Dalam table 5.3 dikembangkan sebuah contoh spesifikasi yang diturunkan dari interpretasi kebutuhan pelanggan. Spesifikasi alat otomasi ini bertujuan untuk memenuhi keinginan pelanggan akan adanya alat material handling yang dapat mengurangi usaha mental dan fisik pengguna.
Tabel5.3 Spesifikasi Prod uk Inovasi
INa Pemyataan Produk Inovasi 11
I
I
Spesifiksi Awal Produk Inovasi Alat material handling dilengkapi tenaga Ketahanan jarak tempuh yang dapat dilalui penggerak Oaya tahan terhadap beban maksimal Kemudahan perawatan Kecepatan nominal Kekuatan tenaga aerak
r2 A''''
----
m,t,"" "'O,liog di.ogk,pi ,i,t'm Kemudahan perawatan
otomasl
I
Metrik
0 0
0 0 0
t------z::;-0 0 0
KemudahanpenQQunaan Pengurangan usaha mental Kecepatan ke~a
'r
1
I
13 'Sistem I
i
pembacaan trek menggunakan Kemudahan pengaplikasian sensor infra merah Kemudahan penQQunaan Kemudahan perawatan Keakuratan pembacaan
Keterangan dibandingkan sepeda biasa :
D.
Sedikit kurang
o
Lebih baik
o
Sarna
0 .
0 D. 0
54
5.1.4 Pemilihan aIternatif komponen produk inovasi Dalam perancangan alat sistem otomasi material handling, dikembangkan beberapa konsep yang mungkin untuk dikembangkan. Konsep-konsep ini dibuat mengacu pada spesifIkasi yang dibuat sebelunmya. Altematif komponen produk inovasi diturunkan dari pilihan-pilihan untuk sumber tenaga penggerak, penggunaan jumlah roda, penggunaan bahan baku untuk pembuatan troli, penggunaan alat elektronika pembaca jalur. Penentuan altematif penggunaan komponen untuk alat sistem otomasi material handling berdasarkan pandangan dan pengetahuan yang dimiliki penulis dan tim pekerja. Pada table pemilihan altematif konsep ini diberikan sekala penilaian yang bervariasi mulai dari nilai 1 samapi 5, penentuan nilai 1 adalah nilai yang paling rendall dan nilai 5 adalah nilai yang diberikan untuk komponen yang dipilih sebagai nilai paling tinggi. Komponen yang memiliki nilai tertinggi dibandingkan dengan komponen sejenis pada pemilihan altematif dipilih untuk digunakan dalam pembuatan produk.
Sumber tenaga penggerak Sumber tenaga penggerak alat sistem otomasi material handling dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu: motor listrik dan mesin potong rumput. Pemilihan kedua jenis penggerak ini digunakan untuk memaksimalkan tenaga yang diperoleh dari daya yang dapat dihasilkan kedua sumber tenaga terse but. Motor listrik sering kali dipakai sebagai sumber tenaga AGVS (Automatic Guide Vehicle Sistem). Kelebihan dari motor listrik adalah pengaplikasiarmya sederhana, tidak menimbulakan kebisingan, dan harganya relatif murah. Sedangkan kekurangannya adalah tenaganya relatifkecil untuk mengangkat benda yang berat. Mesin potong rumput belum pemah digunakan sebagai sumber tenaga alat
material handling. Kekurangan mesin potong rumput sebagai tenaga penggerak adalah menimbulkan polusi udara dan suara, harganya relatif mahal dibanding motor listrik. Sedangkan kelebihan dari mesin potong rumput adalah tenaga yang dihasilkan relatif lebih besar dari tenaga motor listrik.
55
Penggunaan jumlah rod a
Penggunaan jumlah roda untuk perancangan dan pengembangan ini bertujuan untuk mendapatkan prototype otomasi material handling yang stabil tetapi juga mudah bermanufer mengingat alat ini akan berjalan dengan sistem tracking. Ada dua alterntif penggunaan jumlah roda yaitu tiga dan empat roda. Penggunaan roda sejumlah tiga terdiri atas dua roda penggerak di bagian belakang dan satu roda bebas di bagian depan. Kelebihan penggunaan roda tiga ini ialah kelincahan bergerak dalam membaca jalur lebih tinggi dibandingkan penggunaan empat roda. Kekurangannya adalah kurang stabil disaat alat tersebut membawa beban yang relatif berat. Pada penggunaan roda sejumlah empat terdiri atas dua roda penggerak di bagian belakang dan satu roda bebas di bagia depan. Kelebihan penggunaan roda sejumlah empat adalah prototype otomasi material handling stabil disaat membawa beban yang relatif berat. Kekurangan roda empat ini adalah kelincahan dalam membaca jalur lebih kecil dibanding penggunan tiga roda.
Pembuatan kerangka mekanik
Pembuatan kerangka mekaillk pada prototyp-e otomasi material handling ini diutamakan karena perancangan yang akan dibuat adalah berupa troli yang dapat dipergunakan untuk membawa barang, dengan memperhitungkan nilai kekuatan, ketahanan, kemudahan perawatan. Pembuatan kerangka mekanik dengan bahan baku besi memiliki kelebihan memiliki kekuatan terhadap volume dan beban. Kekurangan kerangka mekanik besi ini adalah tidak tahan terhadap air, nilai ergonomis yang kurang karena menganggap beban besi berat belum ditambahkan dengan beban yang akan diangkut.
56
Pembuatan kerangka mekanik dengan bahan baku alumunium ini memiliki kelebihan tahan terhadap air, kemudahan dalam perawatan dan nilai ergonomis karena bahan alumunium ringan dan memiliki kekuatan terhadap beban. kekuarangan penggunaan alumunium adalah dari segi ekonomis relatifmahal. Pembuatan kerangka mekanik dengan ballan kayu memiliki kekurangan pada daya tahan terhadap air, beban kerangka meknik yang berat belum ditambah dengan barang yang dibawa. Kelebihan untuk penggunaan kayn sebagai kerangka mekanik adalah memiliki kekuatan terhadap beban dan volume, kemudahan dalam perawatan.
Alat elektronika pembaca jalur
Pada alat ini ada dua altematif pemakaian komponen pembaca jalur yaitu LDR dan infra merah. Kedua alat sebenamya sama dalam pembacaan jalur yaitu membedakan intensitas cahaya. Dalam pemakaian LDR kelebihan yang didapatkan adalah komponennya relatif sederhana dibandingkan dengan infra merah karena LDR hanya satu komponen sedangkan infra merah memerlukan dua komponen yaitu pemancar dan penerima. Tetapi kelemahan dari LDR adalah pembacaan sensomya mudah kacau jika terkena cahaya dari luar. Untuk pemakaian infra merah keuntungan yang didapat adalah pembacaall sensomya lebih stabil dibandillgkan dengan LDR. Sedangkan kekurangannya adalall komponennya relatif lebih mmit dari LDR. Tabel 5.4 pemilihan altematif komponell produk illovasi sebagai berikut:
57
Tabel5.4 Pemilihan alternatif komponen produk inovasi Pen~lQunaan
Spesifikasi awal produk inovasi Daya terhadap beban Kecepatan Perawatan Kenyamanan~enqgunaan Total
Sobot (%) 20 15 30 35
Mesin potong rumput 4 4 2 2
Spesifikasi awal produk inovasi Kesetabilan Kelincahan gerak Kecepatan Total
Sobot (%) 50 25 25
Spesifikasi awal produk inovasi Kekuatan terhadap beban Kemudahan dalam perawatan Nilai ergonomis Total
Sobot (%) 30 40 30
SQesifikasi awal produk inovasi Kemudahan aplikasi Keandalan Total
Sobot (%) 50 50
tenaqa penq~ erak Nilai Motor listrik 0.8 3 0.6 4 0.6 5 5 0.7 2.7
Penggunaan jumlah roda Roda 3 Nilai 1 2 5 1.25 1 4 3.25
Penqqunaan keranqka mekanik Sesi Nilai Alumunium Nilai 5 1.5 1.2 4 3 1.2 5 2 1.2 0.9 3 4 3.6 4.4
Roda 4 5 3 5
Kayu 5 4 3
Penggunaan komponen pembaca jalur LDR Nilai Infra merah 5 2.5 4 3 1.5 5 4
Nilai 0.6 0.6 1.5 1.75 4.45
Nilai 2.5 0.75 1.25 4.5
Nilai 1.5 1.6 0.9 4
Nilai 2 2.5 4.5
58
5.1.5 Pemilihan komponen terbaik
Pemilihan aItematif komponen terbaik dipilih berdasarkan pada bobot yang diberikan untuk tiap komponen-komponen. Pada penggunaan jumlah roda, bobot nilai ditentukan berdasarkan pada: kesetabilan, kecepatan,kelincahan gerak yang dihasilkan. Hasil yang dipilih pada penggunaan jumlah roda adalah roda empat karena prototype otomasi material handling dianggap mampu beIjalan stabil saat membawa barang yang akan dipindahkan. Pada pemilihan penggunaan tenaga penggerak ditentukan berdasarkan penilaian kedua mesin yang dipilih sebagai altematif pilihan terdiri dari mesin motor listrik dan mesin potong rumput. Kedua altematif pilihan ini oleh tim pekerja kemudian diuji berdasarkan Daya tahan terhadap beban, kemudahan perawatan, kecepatan, kenyamanan penggunaan. Altematif pilihan yang dipilih adalah penggunaan motor listrik sebagai tenaga penggerak karena memiliki bobot penilaian lebih besar dibandingkan altematif pilihan lainnya. Pada pemilihan komponen untuk pembuatan kerangka mekanik terdiri dari tiga altematif pilihan komponen antara lain: dari bahan besi, alumunium, dan kayu. Ketiga ballan ini memiliki kelebihan sendiri-sendiri, seperti besi memiliki kekuatan yang tinggi akan tetapi memiliki kekurangan pada ketahanan terhadap air, nilai ergomonis, berat jenis yang tinggi. Pada alumunium memiliki kelebihan pacla ketahaan terhadap air, kemudahan perawatan, akan tetapi memiliki kekurangan pada segi ekonomis karen a harganya mahal. Pada penggunaan bahan baku kayu nemiliki kelebihan pada kekuatan terhadap volume barang, kekuatan terhadap beban barang tertentu dan memiliki kekurangan pada ketahanan terhadap air, perawatan, dan nilai ergonomis. Berdasarkan bobot penilaian pada altematif pilihan konsep maka komponen alumunium dipilih untuk pembuatan kerangka mekanik dikarenakan memiliki kelebihan lebih banyak dari komponen lainnya.
59
Pada pemilihan komponen untuk pembaca jalur terdiri dari penggunaan LDR dan infra merah. Pada pemilihan komponen untuk pembaca jalur berdasarkan pada kemudahan aplikasi dan keandalan. Altematifpilihan yang dipilih adalah penggunaan infra merah karena memiliki kelebihan dari komponen LDR.
Penggunaan jumlah roda
Penggunaan kerangka mekanik
Penggunaan tenaga penggerak
Penggunaan komponen pembaca jalur
Roda tiga
Besi
Mesin potong rumput
LDR
Roda empat
Alumunium
Motor listrik
Infra merah
Kayu
Gambar 5.5 aliran komponen yang dipilih untuk pembuatanprotorype system
otomasi material handling.
5.2 Rencana Produksi
Rencana produksi ini digunakan perancang untuk memberikan gambar,m proses pembuatan produk prototype otomasi material handling yang sudah ditetapkan komponen apa yang digunakan untuk pembuatan alat tersebut. Tahapan rencana produksi ini terdiri dari: skema produk, pengelompokan elemen skema, susunan geometris kasar, skema pembahasan.
60
5.2.1 Skema prototype otomasi material handling Skema adalah diagram yang menggambarkan pengertian terhadap elemenelemen penyusun produk. Skema untuk prototype otomasi material handling diperlihatkan pada gambar 5.6 Skema pada tahap ini berisi komponen-komponen utama produk prototype otomasi material handling secara umum, yang memiliki hubungan aliran energii tenaga, aliran signal, dan aliran material. Pembuatan skema prototype memiliki kepentingan sebelum elemen diubah menjadi konsep fisik atau komponen. Skema harus mencerminkan pemahaman yang terbaik mengenai kondisi produk, namun skema tidak mengandung setiap detail yang dipikirkan seperti kekuatan roda terhadap resiko selip dan getaran. Untuk aliran signal pada rancangan prototype otomasi material handling terletak pada sensor infra merah, ali ran signal teIjadi waktu sensor membaca jalur yang seharusnya dilewati maka microkontroler akan memerintahkan driver motor beIjalan mengikuti jalur yang terbaca sensor infra merah. Pada aliran energi terlihat saat operator menghidupkan menekan tombol on maka akan membuat prototype akan beIjalan. Aliran material berguna untuk mangetahui susunan komponen utama secara garis besar prototype otomasi material handling.
61
~- -
Sensor
Komparator f- - -
Microkontroler I
I- - -
Driver motor]
I
,-------------------------I I --------------------I
r--------------------------
Motor DC
Tombolon/of
--, Rangka depan r-l
----.,
Roda depan
----.,
Roda belakang
I Limit swich
~
Box
1 1----,
f----l
Rangka belakang
Gambar 5.6 skema prototype otomasi material handling Keterangan : Aliran signal )
Aliran tenaga Aliran material
5.2.2 Pengelompokan elemen pada skema prototype otomasi material handling Pada tahap ini komponen-komponen produk yang ada dikelompokkan menjadi beberapa elemen utama. Pengelompokan elemen-elemen skema ini bertujuan untuk memudahkan rencana penyusunan pembuatan produk. Pengelompokan e1emen skema ini juga dapat mengurangi resiko terlewatkannya part-part yang disusun dalam komponen. Hasil pengelompokan e1emen-elemen skema seperti dibawah ini:
62
I
Sensor
Komparator
I
Tombolon/of
Limit swich
I
Motor DC
I
Box
Microkontroler
Driver motor]
Rangka depan
Roda depan]
I
I
Rangka belakang
Roda belakang
]
" Gambar 5.7 skema elemen prototype otomasi material handling
Pengeiompokan elemen ini terdiri dari tiga kelompok elemen antara lain: Kelompok 1 : kelompok sistem otomasi. Kelompok 2 : kelompok penggerak. Kelompok 3 : kelompok rangka mekanik.
Pengerjaan penyusunan prototype otomasi material handling ini dimulai dengan penyusunan elemen kerangka mekanik dilanjutkan dengan penyusunan kelompok elemen kerangka mekanik dengan motor penggerak. Setelah kelompok e1emen tersebut disusun maka kelompok elemen yang se1anjutnya disusun adalah elemen elektronika. Penyusunan akhir adalah kelompok elemen elektronika dengan kerangka mekanik.
63
5.2.3 Susunan geometris kasar Susunan geometris diciptakan dalam bentuk gam bar, model sepeda atau model fisik (dan busa, sebagai contoh) yang terdiri dari dua atau tiga dimensi. Gambar 5.8 menunjukkan susunan geometris prototype otomasi material handling yang memperlihatkan posisi elemen-elemen pada produk. Pembuatan susunan geometris adalah memberikan dorongan pertimbangan apakan susunan tersebut sudah layak. Kriteria keputusan untuk memilih susunan geometris sangat terkait dengan tahap pengelompokan pada langkah sebelumnya. Pembuatan susunan geometris yang dilakukan penulis adalah menggambarkan bentuk prototype otomasi material
handling dalam gam bar geometris tiga dimensi. Gambar susunan geometris prototype otomasi material handling dapat dilihat pada gambar 5.8
64
Keterangan susunan geometris kasar prototype otomasi material handling: Wama kuning : kerangka mekanik. Wama biru
: roda depan.
Warna hijau
: roda belakang.
Wama merah : sistem otomasi. Wama ungu
: sensor infra merah.
Gambar5.8 Susunan geometris kasar prototype otomasi material handling.
65
5.2.4 Skema elemen pembahasan Elemen pembahasan pada rencana produksi prototype otomasi material handling dititik beratkan pada sistem otomasi yang akan dibuat, dimana sistem
tersebut digunakan untuk menggerakkan alat material handling secara otomatis tanpa bantuan
operator.
Pemilihan
sistem
otomasi
sebagai
elemen pembahasan,
dikarenakan sistem inilah yang dianggap sebagai suatu ide yang inovatif. Gambar skema elemen pembahasan dapat dilihat pada gambar 5.9 Pada gambar tersebut digambarkan lebih spesifik komponen-komponen kelompok sistem otomasi pada prototype otomasi material handling yang akan diproduksi
Pembuatan skema ini bertujuan unhlk mengetahui komponen-komponen apa yang dibutuhkan dalam penyusunan sistem otomasi dan urutan tahapan pengerjaan dari penyusunan tiap komponen.
Microkonroller
Motor penggerak
Gambar 5.9. Skema pembahasan alat otomasi material handling
66
5.3 Perancangan prototype kerangka mekanik Data Antrophometri yang menyajikan data ukuran dari berbagai macam anggota tubuh manusia dalam persentil tertentu sangat besar manfaatnya pada saat
.
suatu perancangan fasilitas kerja akan dibuat. Secara umum aplikasi data antrophometri untuk perancangan fasilitas kerja akan menetapkan nilai 5-th persentil untuk dimensi maksimum dan 95-th untuk dimensi minimumnya. Dalam hal ini rancangan produk didasarkan terhadap rata-rata ukuran manusia. Masalah pokok yang dihadapi dalam hal ini justm sedikit sekali mereka yang berbeda dalam ukuran rata-rata. Disini produk dirancang dan dibuat untuk mereka yang berukuran sekitar rata-rata, sedangkan bagi mereka yang memiliki ukuran ekstrim akan dibuat rancangan tersendiri. Berkaitan dengan aplikasi data antrophometri yang diperlukan dalam proses perancangan produk ataupun fasilitas kerja, maka ada beberapa saran/rekomendasi yang bisa diberikan sesuai dengan langkah-langkah seperti berikut: 1. Tetapkan terlebih dahulu anggota tubuh yang nantinya akan difungsikan
untuk mengoperasikan rancangan terse but. 2. Menentukan dimensi tubuh yang penting dalam proses perancangan, dalam hal ini perlu diperhatikan apakah hams menggunakan data stmktural body dimension ataukah functional body dimension. 3. Selanjutnya menetukan populasi terbesar yang hams diantisipasi, diakomodasikan dan menjadi target utama pemakaian rancangan produk tersebut. Seperti produk mainan untuk anak-anak, peralatan rumah tangga untuk wanita, dll. 4. Menetapkan prinsip ukuran yang hams diikuti semi sal apakah rancangan tersebut untuk ukuran individual yang ekstrim, rentang ukuran yang fleksibel atau ukuran rata-rata. 5. Pilih prosentase populasi yang hams diikuti; 90-th, 95-th, 99-th ataukah nilai persentil yang lain yang dikehendaki.
67
6. Untuk setiap dimensi tubuh yang telah diidentifikasikan selanjutnya pilihitetapkan nilai ukurannya dari tabel data antrophometri yang sesuai. Aplikasikan data tersebut dan tambahkan faktor kelonggaran (allowance) bila diperlukan seperti halnya ukuran akibat faktor tebalnya pakaian yang hams dikenakan operator, pemakaian sarung tangan (gloves), dI!. Data antrophometri dibuat sesuai dengan ukuran tubuh laki-laki dan perempuan, harga rata-rata (X), standar deviasi (ax) serta persentil tertentu (5-th, 95-th, dan sebagainya) Dalam menentukan ukuran kereta yang akan digunakan dalam prototipe otomasi material handling akan menggunakan rumus :
95 percentile =
X + 1,645 ax
(mmus perhitungan diambil dari tabel 3.1)
5.3.1 Tinggi Kerangka Mekanik Data yang diperlukan untuk mengetahui tinggi kerangka mekanik adalah tinggi bahu dikurangi dengan panjang tangan sampai kepalan tangan.
Karena
diasumsikan tinggi kerangka mekanik sarna dengan tinggi kepalan tangan dari tanah saat berdiri. •
Tinggi bahu manusia indonesia saat berdiri 95 percentile: = X + 1,645 SD = 1429 + 1,645 (55) = 1519,475 mm =151,9475 em
•
Panjang tangan sampai kepalan tangan 95 percentile: = X + 1,645 SD = 767 + 1,645 (37) = 827,865 mm = 82,7865 em
68
•
Tinggi kerangka mekanik : =
Tinggi bahu manusia indonesia saat berdiri 95 percentile Panjang tangan sampai kepalan tangan 95 percentile + 5 em (untuk alowance tinggi hak sepatu).
= 151,9475 - 82,7865 + 5 = 74,161 em
5.3.2 Lebar Kerangka Mekanik Beberapa hal yang dipertimbangkan dalam penentuan lebar kerangka mekanik adalah: • Lebar kipas angin • Ukuran holo (batang alumunium) • Allowance Maka lebar kerangka mekanik adalah : =
lebar kipas angin + (2 X ukuran holo) + alowanee
= 37,5em + (2 X 2,5)em + 2,5em =45 em
5.3.,3 Panjang Kerangka Mekanik Beberapa hal yang dipertimbangkan dalarn penentuan panjang kerangka mekanik adalah : • Tebal kipas angin • Ukuran holo (batang alumunium) • Alowance • Kapasitas angkut Maka panjang kerangka mekanik adalah : = (Kapasitas angkut x Tebal kipas angin) + (2 X ukuran holo) + alowanee = (6 x 14)em + (2 X 2,5)em + 6em =95 em
69
5.4 Pembuatan produk jadi Pada
proses
pembuatan
produk
1m
perancang
akan
berusaha
merealisasikan gambaran dan spesifikasi komponen-komponen prototype otomasi material handling. Dalam pelaksanaannya perancang akan berpatokan pada
susunan pengelompokan elemen skema dan gambar susunan geometris kasar prototype otomasi materia! handling
Proses penyusunan prototype olomasi materia! handling dimulai dari penyusunan rangka mekanik dihubungkan dengan roda, dilanjutkan dengan pemasangan motor penggerak. Setelah penyusuan tersebut selesai dilanjutkan dengan perangkaian komponen elektronika sistem otomasi.
Komponen-komponen yang digunakan untuk menyusun sepeda roda tiga bermotor multifungsi dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabe15.10 Komponen-komponen yang digunakan dalam spesifikasi alat otomasi material handling
No Jenis part 1 Kerangka mekanik 2 Roda penggerak 3 Roda be bas 4 Motor listrik 5 Minimum system 6 Driver motor 7 Komparator 8 Sensor infra merah 9iLimit swich
Set 1 2 2 2 1 2 1 1 1
Satuan buah buah buah buah buah buah buah pasang buah
70
5.5 Pengujian prototype otomasi material handling
Pengujian prototype otomasi material handling akan dilakukan dalam dua bagian yaitu bagian kerangka mekanik dan sistem otomasinya. Untuk pengujian kerangka mekanik penulis akan malakukan pengujian kekuatan kerangka yang terbuat dari bahan alumunium terhadap beban yang akan dibawa yaitu kipas angm. Untuk segmen pasar yang telah dituju yaitu pengguna Laboratorium Sistem Produksi UKWMS prototype otomasi material handling dipergunakan untuk membawa kipas angin dari gudang ke lantai produksi begitu juga sebaliknya. Sedangkan untuk penguJIan komponen elektronika sistem otomasi, prototype otomasi material handling akan diuji coba dengan membaca jalur
berupa selotip berwarna hitam selebar 5 em. Pengujian dianggap berhasil bila prototype otomasi material handling dapat beIjalan mengikuti jalur dengan baik
dan berhenti bila limit swich menyentuh pasak. Pasak ini menandakan bahwa prototype otomasi material handling telah sampai pada lantai produksi atau
gudang yang dituju.
BAB VI KESIMPULAN
BAB VI KESIMPULAN
1. Hasil identifikasi kebutuhan pelanggan berguna untuk membuat spesifikasi awal produk inovasi, ide rancangan alat otomasi system material handling oleh penulis mampu untuk memenuhi keinginan segmen pengguna Laboratorium System Produksi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya. 2. Pada pemilihan komponen terbaik dipilih motor listrik sebagai tenaga penggerak dikarenakan motor listrik tidak menimbulkan polusi udara maupun polusi suara. Penggunaan roda sejumlah empat dikarenakan penggunaan roda empat akan memberikan kesetabilan pada saat membawa beban. Pemilihan alumunium sebagai bahan pembuatan kerangka mekanik dikarenakan alumunium memiliki bobot yang ringan dan anti karat. Penggunaan infra merah sebagai komponen pembaca jalur disebabkan infra merah mempunyai sensifitas yang tinggi dalam pembacaan jalur dan mudah dalam pengaplikasiannya. 3. Akhir inovasi perancangan dan pengembangan alat otomasi material handling didapatkan spesifikasi : penggunaan motor listrik sebagai tenaga penggerak, penggunaan roda pada alat otomasi material handling sejumlah empat, pembuatan kerangka mekanik dengan bahan alumunium, penggunaan infra merah sebagai komponen pembacajalur. 4. Alat otomasi material handling dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan Data hasil percobaan dapat dilihat pada table 6.1. Dengan berhasilnya percobaan maka alat
tersebut dapat memenuhi tujuan dari penelitian yaitu mengurangi
uasaha mental dan usaha fisiko
71
72
Gambar 6.1 Alat otomasi material handling.
LAMPlRAN
Basil pengujian alat otomasi material handling
!
I Percobaan i I
1 2
i
I !
3 4
,
i
i I
i
5 6 7 8
I I
9
I
10
,I I
11 12 13 14 15 16 17 18 19
I
20
Kondisi alat Tanpa beban Tanpa beban Tanpa beban Tanpa beban Tanpa beban Tanpa beban Tanpa beban Tanpa beban Tanpa beban Tanpa beban Dengan beban Dengan be ban Dengan beban Dengan beban Dengan beban Dengan beban Dengan beban Dengan beban Dengan beban Dengan beban
Lebar penyimpangan sensor
Status percobaan
Waktu (men it)
3
Berhasil
2,19
3
Berhasil
2,19
3
Berhasil
2,19
2
Berhasil
2,20
3
Berhasil
2,19
3
Berhasil
2,19
3
Berhasil
2,19
3
Berhasil
2,19
2
Berhasil
2,19
2
Berhasil
2,19
2
Eror reset
2,54
2
Berhasil
2,40
3
Berhasil
2,40
2
Berhasil
2,39
2
Berhasil
2,40
3
Berhasil
2,40
2
Berhasil
2,40
2
Berhasil
2,40
2
Berhasil
2,40
2
Berhasil
2,40
Jenis kelamin : LIP Usia Petunjuk pengisian : berikan tanda 0 padajawaban yang anda tentukan.
1. Menurut anda factor apa yang menjadi kelemahan dari ,Iystem material handling pada Laboratorium Sistem Produksi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya. Tidak penting
Sangat penting
Waktu
2
.J
Tenaga
2
.J
2
.J
Pikiran
1
~
4
5
~
4
5
~
4
5
--1 ~
2. Apakah menurut anda diperlukan system otomasi material handling dalam Laboratorium Sistem Produksi UKWMS. a. Ya b. Tidak
3. Jika ada alat otomasi system material handling yang ditawarkan, berilah poin pada keunggulan yang menurut anda lebih penting. Tidak penting
Sangat penting i
1
2
.J
'"
4
5
Mengurangi usaha mental
1
2
.J
'"
4
5
Tidak bising
1
2
.J
'"
4
5
Praktis
1
2
,)
'"
4
5
Mengurangi usaha fisik
4. Dari rancangan alat yang telah ditawarkan di atas, menurut anda spesifikasi apa yang perlu ditambahkan atau dikembangkan?
~.---.
--.-.~
---~---~.------------.----
-".-
-------------------------
-
----------------
- - - - - ---- ---,------ ------------- ----
Nemer pertanyaan Jenis kelamin
1 Usia -
21 24 22 22 23 22 22 22 21 21 22 20 22 23 23 21 22 20 22 20 20 22 21 20 23 21 20 22 21 23
L L L L
P L L L L L L L
P L
P L L L
P ..--.---.. -. 1-'-L L
P L
P P L
P L L L -_.
Waktu
Tenaga
1 1 1 1 3 2 3 5 2 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 5 3 4 5 4 3 4 4 4 3 1 92
3 5 4 4 4 3 4 3 3 5 4 5 4 4 4 4 4 4 5 5 5 3 5 5 4 3 5 4 5 4 124
2 Pikiran
3
Ya Tidak f---
5 1 3 1 4 1 3 1 3 1 3 1 3 1 4 1 3, 1 4 1 4 1 4 1 4 1 5 1 4 1 4 1 4 1 4 1 3 ----1 5 1 3 1 2 1 5 1 3 1 4 1 3 1 4 1 3 1 3 1 4 1 110 30
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Mengurarlgiusahali!)ik -- ~enRurngi. usElhaIllEln!§!._ __ Ildak bisinH_ Praktis
-----
. - ... - - - . - - - -
..
5 4 4 5 2 4 4 4 4 2 4 5 4 4 4 4 5 5 5 1--._ _._-_..__..... _..._----5 5 5 5 4 5 5 4 4 5 4 125 -_
...
_-
4 5 4 5 4 4 5 5 3 4 3 4 3 5 3 2 4 4 4 3 3 3 3 5 4 1 5 4 4 4 4 3 4 3 5 3 4 .....- ---_._-=2 5 5 4 3 5 5 5 5 3 5 4 5 3 3 4 5 4 5 3 4 5 4 119 117
4 5 4 5 5 4 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 3 5 5 3 5 5 5 3 5 5 137
---------
.. -----
--~-.-
--~
-----.--------~~------
----~~~---------------,------.--
....
Nemer Pertanyaan
4
Nemer
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 ---18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
-
-
Praktis -
Mudah digunakan User friendly
Praktis Aman
---~----
--_._--------- - - - - - "
Praktis
Mudah digunakan -
-
-
---------
---~--------.-----.--
..- - - - - - - - - - - - - - - - - - . - -
DAFTAR PUSTAKA
DAFTARPUSTAKA
1. Atmel Corporation Microcontroler Data Book, Oktober 1995. 2. Pessen, David,W, Industrial Automation Circuit Design And Component, Department Of Mechanical Engineering Technion, Israel Institute Of Technology Haifa, Israel 1990. 3. Karl T. Ulrich, Steven d. Eppinger, Perancangan Dan Pengembangan Produk, Mc-Graw Hill Book Co. 4. Malik, Ibnu, Moh & Anistardi, Bereksperimen Dengan Mikrokontroler 8031, Elexmedia Komputindo, Jakarta 1997.
I' E
c,. " Ii .., T A
lJA#Vc;(SH~S t~dt(. ~
'-!
h
A
."\. u
". ."\