PENGARUH DEBT TO EQUITY RATIO DAN SYSTEMATIC RISK TERHADAP RETURN SAHAM (Studi Pada Perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2008)
SKRIPSI Untuk memenuhi salah satu syarat sidang skripsi Guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
Oleh Zaenal Arif Hafsah 054020255
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG 2010
PENGARUH DEBT TO EQUITY RATIO DAN SYSTEMATIC RISK TERHADAP RETURN SAHAM (Studi Pada Perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2008)
SKRIPSI Untuk memenuhi salah satu syarat sidang skripsi Guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan
Bandung, 31 Agustus 2010 Mengetahui,
Pembimbing,
Ruslina Lisda, SE., MSi.
Dekan Fakultas Ekonomi,
Dr. H. R. Abdul Maqin, SE., MP.
Ketua Program Studi Akuntansi,
Dr. Liza Laila Nurwulan, SE., MSi., Ak.
MOTTO
“Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu, Dan sesungguhnya akhir itu lebih baik bagimu dari permulaan, Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, Lalu (hati) kamu menjadi puas” (Q. S. Ad Duha 93 : 3-5)
“Jangan hanya mencari solusi dengan mata terbuka, pejamkanlah mata, buka alam pikiran dan daya bangun khayal seluasluasnya, .karena mata hanya bisa melihat dimensi yang terbatas, sedangkan alam pikiran dan daya bangun khayal memiliki dimensi yang tak terbatas” (Zaenal A.H.)
Tanpa melupakanMu ya Allah, kupersembahkan karya ini Untuk Mamah dan Papah, Serta orang-orang yang Aku Sayangi dan Menyayangiku
ABSTRAK Penelitian ini berjudul “Pengaruh Debt To Equity Ratio dan Systematic Risk Terhadap Return Saham”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh debt to equity ratio dan systematic risk terhadap return saham. Sampel dalam penelitian ini didasarkan pada metode purposive sampling. Metode purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Dalam penelitian ini jumlah sampel yang diteliti sebanyak 3 perusahaan. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif. Analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi, korelasi, koefisien determinasi, serta pengujian hipotesis menggunakan uji t dan uji f dan pengolahan data dibantu dengan software SPSS V 17.0 for windows. Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh persamaan regresi Y = 1,162 0,236 - 0,824 persamaan regresi tersebut memiliki nilai α sebesar 1,162 satuan pada saat variabel dan adalah 0 satuan. Nilai regresi multipel antara terhadap Y sebesar -0,236%, nilai regresi multipel antara terhadap Y sebesar -0,824% hal tersebut dapat menurunkan return saham pada saat debt to equity ratio dan systematic risk meningkat sebesar 1%. Dari perhitungan uji hipotesis secara parsial digunakan uji t dengan taraf kesalahan 0,05 diperoleh -2,649 ≤ -1,771 artinya debt to equity ratio berpengaruh signifikan terhadap return saham. Pada systematic risk diperoleh -2,794 ≤ -1,771 artinya terdapat pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Untuk uji hipotesis secara simultan digunakan uji F dengan taraf kesalahan 0,05 diperoleh 5,532 > 3,89 dengan tingkat koefisien determinasi secara simultan 48% dan sisanya 52% yang dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Berdasarkan penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara debt to equity ratio dan systematic risk terhadap return saham pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2008.
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb. Dengan mengucap puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan hidayah-Nya Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh ujian sidang Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi Fakultas Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan dengan judul “PENGARUH DEBT TO EQUITY RATIO DAN SYSTEMATIC RISK TERHADAP RETURN SAHAM” (Studi Studi Pada Perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2008). 2004 Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan, wawasan, kemampuan, pengalaman dan referensi yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis akan menerima segala kritik dan saran-saran saran saran yang bermanfaat dan bersifat membangun dari berbagai pihak hak dan juga penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya. Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dari berbagai pihak terutama kedua orang tua tercinta, Ibunda Een Jaenah dan Ayahanda Aya Juhana serta Kakakku Lise dan Adikku Aprisa terima kasih atas cinta, kasih sayang, kesabaran
serta
ketulusan
doa,
bimbingan,
perhatian,
dukungan
serta
pengorbanannya yang tidak pernah henti semoga Allah SWT selalu melindungi, mencintai dan melimpahkan melimpahka rahmat dan hidayah-Nya.
Selain itu penulis juga ingin mengucapkan rasa hormat dan terima kasih kepada Ibu Ruslina Lisda, SE., MSi. selaku dosen pembimbing, yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan, arahan dan motivasi yang sangat berarti kepada penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Melalui kesempatan ini pula, dengan kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada : 1. Prof. Dr. H. M. Didi Turmudzi, Drs., MSi. selaku Rektor Universitas Pasundan Bandung. 2. Dr. H. R. Abdul Maqin, SE., MP., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan Bandung. 3. Dr. Liza Laila Nurwulan, SE., MSi., Ak., selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan Bandung. 4. Bapak Dadan Soekardan, SE., MSi. selaku Sekertaris Program Studi Akuntansi Universitas Pasundan Bandung. 5. Ibu Isye Siti Aisyah, SE., MSi. selaku Dosen Wali. 6. Seluruh Dosen, Staf, dan karyawan Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan Bandung. 7. Untuk seseorang yang selalu ada di hati penulis, terima kasih telah menjadi motivator dalam menyelesaikan skripsi ini dan terima kasih juga untuk kebersamaan lalu yang sangat berharga. 8. Sahabat-sahabat terbaikku, Ari, Fajar, Billy, Gema, Angga, Hendri, Wiwit, Eka, Meiky, Erni, Erni N, Nuke, Gita, Winda Y, yang selalu memberikan
dukungan dan masukkan. Terima kasih atas semangat kebersamaan yang indah selama ini. 9. Teman-teman 05 Ak C, 05 Ak D dan Ak 06 yang telah memberikan motivasi kepada penulis. 10. Terima kasih pada teman-teman kosan dan futsal, Otong, Roli, Om John, Yogy, Ade, Usro, Ifan, Terry, Gelenk, Om Dedi, Reza, Panca, Tedy, Bayu, Kipli, Widi, Godel, Canny, yang telah memberikan dorongan dan semangat bagi penulis. 11. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya serta membalas amal budi baiknya yang setimpal. Akhir kata penulis mengharapkan penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkannya khususnya bagi penulis sendiri. Amin. Wassalammualaikum Wr.Wb.
Bandung, 31 Agustus 2010 Penulis,
Zaenal Arif Hafsah
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN MOTTO ABSTRAK ................................................................................................................. i KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii DAFTAR ISI .............................................................................................................. v DAFTAR TABEL .................................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xi DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xii
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ...................................................................... 1 1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................... 9 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ............................................................... 9 1.3.1 Maksud Penelitian ......................................................................... 9 1.3.2 Tujuan Penelitian .......................................................................... 9 1.4 Kegunaan Penelitian .............................................................................. 10 1.4.1 Kegunaan Praktis .......................................................................... 10 1.4.2 Kegunaan Teoritis ......................................................................... 11 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................ 11
BAB
II.
KAJIAN
PUSTAKA,
KERANGKA
PEMIKIRAN
DAN
HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Laporan Keuangan ....................................................................... 12 2.1.1.1 Pengertian laporan Keuangan ........................................... 12 2.1.1.2 Pemakai Laporan Keuangan ............................................. 14 2.1.1.3 Tujuan Laporan Keuangan ................................................ 18 2.1.1.4 Komponen Laporan Keuangan ......................................... 19
2.1.1.5 Karakteristik Laporan Keuangan ...................................... 24 2.1.1.6 Keterbatasan Laporan Keuangan ...................................... 27 2.1.2 Debt To Equity Ratio ................................................................... 28 2.1.2.1 Pengertian Debt To Equity Ratio ..................................... 28 2.1.2.2 Perhitungan Debt To Equity Ratio ................................... 30 2.1.3 Systematic Risk.............................................................................. 30 2.1.3.1 Pengertian Risiko .............................................................. 30 2.1.3.2 Tipe Risiko ........................................................................ 31 2.1.3.3 Jenis-jenis Risiko .............................................................. 31 2.1.3.4 Pengertian Systematic Risk................................................ 32 2.1.3.5 Perhitungan Systematic Risk ............................................. 34 2.1.4 Return Saham ................................................................................ 35 2.1.4.1 Pengertian Saham.............................................................. 35 2.1.4.2 Jenis Saham ....................................................................... 36 2.1.4.3 Pengertian Return.............................................................. 37 2.1.4.4 Jenis Return ....................................................................... 38 2.1.4.5 Pengertian Return Saham .................................................. 39 2.1.4.6 Perhitungan Return Saham ............................................... 39 2.2 Kerangka Pemikiran .............................................................................. 40 2.3 Hipotesis ............................................................................................... 46
BAB III. OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian .................................................................................... 47 3.1.1 Unit Penelitian ............................................................................. 47 3.1.2 Populasi Penelitian ....................................................................... 47 3.1.3 Sampel penelitian ......................................................................... 48 3.1.4 Teknik Sampling .......................................................................... 50 3.1.5 Prosedur Pemilihan Objek Penelitian .......................................... 50 3.2 Metode Penelitian ................................................................................. 51 3.2.1 Pendekatan Penelitian .................................................................. 51
3.2.2 Variabel Penelitian ....................................................................... 52 3.2.3 Operasional Variabel .................................................................... 53 3.2.4 Sumber Data Penelitian ................................................................ 55 3.2.5 Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 56 3.2.6 Instrumen Penelitian .................................................................... 57 3.2.7 Model Penelitian .......................................................................... 57 3.2.8 Analisis Data dan Rancangan Hipotesis ...................................... 58 3.2.8.1 Analisis Data .................................................................. 58 3.2.8.2 Rancangan Pengujian Hipotesis ..................................... 69
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ..................................................................................... 72 4.1.1 Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia ..................................... 72 4.1.1.1 Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia ............................. 72 4.1.1.2 Struktur Organisasi dan Uraian Tugas Bursa Efek Indonesia ....................................................... 74 4.1.1.3 Gambaran Umum Perusahaan ........................................... 78 4.1.2 Kondisi Debt To Equity Ratio ...................................................... 84 4.1.3 Kondisi Systematic Risk ............................................................... 87 4.1.4 Kondisi Return Saham ................................................................. 91 4.1.5 Uji Asumsi Klasik ........................................................................ 95 4.1.5.1 Uji Auotokorelasi .............................................................. 95 4.1.5.2 Uji Multikolinieritas.......................................................... 96 4.1.5.3 Uji Heterokedastisitas ....................................................... 97 4.2 Pembahasan Penelitian ........................................................................... 99 4.2.1 Analisis Pengaruh Debt To Equity Ratio Terhadap Return Saham ............................................................................. 99 4.2.2 Analisis Pengaruh Systematic Risk Terhadap Return Saham ........................................................................... 104 4.2.3 Analisis Pengaruh Debt To Equity Ratio Dan Systematic Risk Terhadap Return Saham Secara Simultan ........................... 109
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 119 5.2 Saran .................................................................................................... 121
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL Tabel 3.1
Populasi Penelitian ................................................................................. 48
Tabel 3.2
Sampel Penelitian................................................................................... 49
Tabel 3.3
Operasionalisasi Variabel ...................................................................... 54
Tabel 4.1
Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia ............................................. 76
Tabel 4.2
Debt To Equity Ratio ............................................................................. 84
Tabel 4.3
Hasil Analisis Deskriptif Debt To Equity Ratio ..................................... 86
Tabel 4.4
Penghitungan Return Saham dan Return Pasar...................................... 87
Tabel 4.5
Systematic Risk....................................................................................... 89
Tabel 4.6
Hasil Analisis Deskriptif Systematic Risk .............................................. 91
Tabel 4.7
Return Saham ......................................................................................... 92
Tabel 4.8
Hasil Analisis deskriptif Return Saham ................................................. 94
Tabel 4.9
Hasil Uji Autokorelasi ........................................................................... 95
Tabel 4.10 Hasil Uji Multikolinieritas .................................................................... 96 Tabel 4.11 Debt To Equity Ratio ............................................................................. 99 Tabel 4.12 Regresi Debt To Equity Ratio Terhadap Return Saham ....................... 100 Tabel 4.13 Korelasi Debt To Equity Ratio Terhadap Return Saham ..................... 101 Tabel 4.14 Tabel Interpretasi Koefisien Korelasi ................................................... 101 Tabel 4.15 Hasil Perhitungan Uji t.......................................................................... 102 Tabel 4.16 Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi Secara Parsial .................... 103 Tabel 4.17 Systematic Risk...................................................................................... 104 Tabel 4.18 Regresi Systematic Risk Terhadap Return Saham................................. 105 Tabel 4.19 Korelasi Systematic Risk Terhadap Return Saham ............................... 106 Tabel 4.20 Tabel Interpretasi Koefisien Korelasi ................................................... 106 Tabel 4.21 Hasil Perhitungan Uji t.......................................................................... 107 Tabel 4.22 Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi Secara Parsial ..................... 108 Tabel 4.23 Regresi Berganda Debt To Equity Ratio dan Sytematic Risk Terhadap Return Saham ........................................................................ 109 Tabel 4.24 Korelasi Berganda Debt To Equity Ratio dan Sytematic Risk Terhadap Return Saham ........................................................................ 111
Tabel 4.25 Tabel Interpretasi Koefisien Korelasi ................................................... 111 Tabel 4.26 Hasil Perhitungan Uji F ........................................................................ 112 Tabel 4.27 Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi Secara Simultan.................. 113 Tabel 4.28 Rekapitulasi Penelitian.......................................................................... 115
DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1
Model Penelitian .............................................................................. 58
Gambar 4.1
Grafik Debt To Equity Ratio ............................................................ 85
Gambar 4.2
Grafik Systematic Risk ..................................................................... 89
Gambar 4.3
Grafik Return Saham ....................................................................... 93
Gambar 4.4
Grafik Scatterplot ............................................................................. 97
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Surat Tugas Bimbingan Skripsi
Lampiran 2
Laporan Keuangan Perusahaan
Lampiran 3
Hasil Perhitungan SPSS
Lampiran 4
Lembaran Persetujuan Perbaikan (Revisi) Skripsi
Lampiran 5
Tabel Distribusi t
Lampiran 6
Tabel Distribusi F
Lampiran 7
Daftar Riwayat Hidup
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian Pasar modal merupakan suatu alternatif investasi yang menguntungkan
bagi investor dan sarana investasi yang likuid sehingga investor dapat dengan leluasa membeli atau menjual sekuritas yang dimiliki untuk mendapatkan keuntungan dengan tingkat risiko yang sesuai dengan keinginannya. Ada beberapa macam sekuritas sebagai pilihan investasi, yaitu : saham biasa, saham preferen, obligasi, obligasi konversi, sertifikat right, dan waran. Motif pemodal atau investor menanamkan dananya pada sekuritas adalah mendapatkan return (tingkat pengembalian) yang maksimal dengan risiko tertentu atau memperoleh return tertentu pada risiko yang minimal. Return atas pemilikan sekuritas khususnya saham dapat diperoleh dalam dua bentuk yaitu dividen dan capital gain (kenaikan harga jual saham di atas harga belinya). Dalam melakukan investasi sekuritas saham, investor akan memilih saham perusahaan mana yang akan memberikan return tinggi. Oleh karena itu return saham merupakan harapan investor. Variasi nilai return saham akan dipengaruhi oleh kinerja keuangan perusahaan yang bersangkutan, disamping dipengaruhi oleh hukum permintaan dan penawaran. Kinerja perusahaan akan menentukan tinggi rendahnya return saham yang akan dibagikan kepada dividen. Meskipun demikian dalam kenyataannya, beberapa investor belum memahami hubungan antara kinerja keuangan dengan return saham. Investor yang rasional pada saat akan melakukan
investasi sekuritas, hendaknya menganalisa kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Dengan kata lain investor hendaknya melihat kinerja perusahaan tersebut. Kinerja perusahaan terutama untuk perusahaan yang telah go public dapat dilihat dari laporan keuangan yang diterbitkan secara periodik. Menurut Jogiyanto (2008:126) terdapat dua macam analisis untuk menentukan nilai saham, yaitu terdiri dari informasi yang bersifat fundamental dan informasi teknikal. Informasi yang bersifat fundamental diperoleh dari intern perusahaan yang meliputi dividen dan tingkat pertumbuhan penjualan perusahaan, sedangkan informasi yang bersifat teknikal diperoleh dari luar perusahaan seperti ekonomi, politik, finansial dan lainnya. Info yang diperoleh dari kondisi intern perusahaan yang lazim digunakan adalah informasi keuangan. Informasi keuangan ini berupa informasi akuntansi yang terangkum dalam laporan keuangan. Laporan keuangan adalah ringkasan dari suatu proses pencatatan dari kegiatan transaksi keuangan yang dilakukan oleh suatu perusahaan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Info fundamental dan teknikal dapat digunakan sebagai dasar bagi investor untuk memprediksi return saham, risiko atau ketidakpastian, jumlah, waktu dan faktor lain yang berhubungan dengan aktivitas pasar modal. Jika prospek perusahaan tersebut sangat kuat dan baik maka return saham perusahaan tersebut diperkirakan dapat meningkat pula. Pentingnya informasi keuangan dalam membantu pengambilan keputusan investasi telah banyak diteliti, analisis fundamental adalah pendekatan utama yang digunakan oleh para analisis sekuritas. Bentuk informasi laporan keuangan tersebut berupa rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur prestasi keuangan
perusahaan yang dipublikasikan untuk kepentingan investor. Sebuah laporan keuangan dapat diukur dan diinterpretasikan dengan memberikan lima macam rasio yang didalamnya terdapat beberapa sub-sub rasio pula, dimana kelima rasio tersebut diantaranya: rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio rentabilitas atau rasio profitabilitas, rasio solvabilitas (leverage ratio), serta rasio pasar. Menurut Resmi (2002:276), kinerja operasional perusahaan yang mempengaruhi harga saham adalah rasio leverage dan rasio pasar. Rasio ini dipilih karena dalam perhitungan matematisnya berhubungan langsung dengan sekuritas saham. Rasio tersebut meliputi: Debt to Equity Ratio (DER), Return on Equity (ROE), Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), Dividend Per Share (DPS), Price to Book Value (PBV) dan Dividend Payout Ratio (DPR). Oleh karena itu, penggunaan rasio sebagai alat analisis keuangan akan memudahkan investor untuk mengambil keputusan pembelian atau penjualan suatu saham. Dengan rasio keuangan pada tingkat tertentu akan terlihat apakah perusahaan sudah beroperasi dengan baik atau tidak, dengan demikian bisa didiagnosa kekuatan dan kelemahan kinerja suatu perusahaan. Adapun rasio yang digunakan sebagai dasar pembahasan adalah debt to equity ratio, karena debt to equity ratio dapat memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan sehingga dapat dilihat tingkat risiko tak terbayarkan suatu hutang. Debt To Equity Ratio (DER) merupakan salah satu rasio pengelolaan modal yang mencerminkan kemampuan perusahaan membiayai usahanya dengan pinjaman dana yang disediakan pemegang saham. Analisis Debt To Equity Ratio
(DER) digunakan untuk mengukur tingkat penggunaan hutang sebagai sumber pembiayaan perusahaan. Debt To Equity Ratio (DER) dapat dihitung dengan membagi antara total kewajiban (hutang) dengan total modal sendiri (equity). Jadi didalam analisis Debt To Equity Ratio (DER) kita dapat melihat ada dua pihak yang berperan penting, yaitu kreditor sebagai yang memberikan dananya pada perusahaan, sedangkan pihak kedua adalah pihak pemilik perusahaan sebagai pihak yang memiliki equity atau modal sendiri perusahaan. Pemilik perusahaan bertanggung jawab penuh atas dana yang diterimanya, sehingga risiko yang dihadapi lebih besar pula, semakin tinggi tingkat hutang maka semakin tinggi pula risiko yang akan ditanggung. Yaitu berupa bunga akan hutang yang ditanggung perusahaan. Jadi dengan analisis Debt To Equity Ratio (DER), para pemilik perusahaan akan memahami tingkat risiko yang akan diharapkan apabila perusahaan akan memakai hutang dalam struktur modalnya. Sehingga besarnya tingkat proporsi hutang
akan
dikontrol
apakah
akan
memaksimalkan
hutang
atau
meminimalkannya. Menurut Jogiyanto (2008:214) menyebutkan bahwa : “Hanya menghitung return saja untuk suatu investasi tidaklah cukup. Risiko dari investasi juga perlu diperhitungkan. Return dan risiko merupakan dua hal yang tidak terpisah, karena pertimbangan suatu investasi merupakan trade-off dari kedua faktor ini”. Risiko merupakan variabilitas return realisasi terhadap return yang diharapkan. Investor menghadapi kesempatan investasi yang berisiko sehingga tidak dapat hanya mengandalkan pada tingkat keuntungan yang diharapkan dalam analisis investasi. Kepekaan tingkat keuntungan yang saham terhadap perubahan
pasar disebut dengan beta saham. Beta merupakan suatu pengukur volatilitas return suatu sekuritas atau portofolio terhadap return pasar. Volatilitas dapat diartikan sebagai fluktuasi dari return-return suatu sekuritas atau portofolio dalam suatu periode waktu tertentu. Mengetahui beta suatu sekuritas merupakan bagian penting dalam menganalisis suatu sekuritas. Beta saham mengukur tingkat kepekaan saham terhadap perubahan pasar, dapat dihitung menggunakan data historis untuk mengestimasi beta di masa datang. Dalam tahap ini investor melakukan evaluasi kinerja terhadap portofolionya, baik dalam aspek tingkat keuntungan yang diperoleh maupun risiko yang ditanggung. Pada dasarnya terdapat dua macam risiko dalam investasi saham, yaitu risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. Risiko sistematis (risiko pasar/ market risk) adalah risiko yang tidak dapat didiversifikasi (dihilangkan) yang disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi semua perusahaan, seperti kebijakan pemerintah (misalnya tentang pajak). Sebaliknya, risiko tidak sistematis adalah risiko yang dapat didiversifikasi. Risiko ini dapat digolongkan dalam empat golongan, yaitu risiko perekonomian umum, risiko inflasi dan disinflasi, risiko perusahaan, dan risiko internasional. Penggabungan risiko sistematis dengan risiko tidak sistematis akan membentuk risiko total. Investor yang berinvestasi pada suatu sekuritas akan menanggungg risiko total. Jika investor menambah jumlah atau jenis sekuritasnya maka ia dapat menghilangkan risiko tidak sistematis sehingga risiko yang tersisa adalah risiko sistematis. Risiko sistematis ini tidak dapat dihilangkan dan setiap sekuritas memiliki tingkat risiko yang berbeda-beda antara sekuritas satu dengan
yang lain, tetapi risiko ini dapat diukur dan diestimasi menggunakan koefisien beta. Saham dapat memiliki nilai beta positif atau negatif. Jika nilai beta pasar sama dengan satu, maka tidak terjadi bias. Sekuritas yang memiliki beta diatas satu berarti sekuritas tersebut memiliki risiko yang lebih tinggi daripada pasar atau disebut dengan aggressive stock. Beta sekuritas satu berarti sekuritas tersebut memiliki risiko sistematis yang lebih kecil daripada risiko pasar atau disebut dengan defensive stock. Unsystematic risk merupakan risiko sekuritas yang dapat dihilangkan dengan membentuk portofolio yang well-diversified, sedangkan systematic risk adalah risiko yang tidak dapat didiversifikasikan oleh portofolio (Jogiyanto, 2008:263), maka risiko inilah yang relevan dalam analisis investasi. Risiko sistematis tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi kerena risiko ini tergantung pada berbagai faktor seperti perubahan perekonomian dan politik yang mempengaruhi semua perusahaan. Dengan mengasumsikan bahwa tidak terdapat transaksi keuangan lainnya seperti penawaran obligasi, maka penawaran saham tambahan akan meningkatkan leverage keuangan. Hal ini menunjukkan peningkatan risiko yang harus ditanggung oleh pemegang saham. Dalam sebuah tulisan mengenai pasar modal yang dimuat pada harian Kompas tanggal 21 Oktober 2009 disebutkan bahwa sebanyak 146 saham turun, membenamkan Indeks Harga Saham Gabungan Bursa Efek Indonesia, di zona merah. Semakin melemahnya harga-harga saham tentunya berakibat menurunnya tingkat return yang diperoleh investor. Sementara saham yang naik hanya terdapat
44 saham dan 75 saham stagnan. IHSG ditutup berkurang 25,419 poin atau 1,02 persen pada 2.476,797. sektor manufaktur dan miscellaneous industry memimpin pelemahan indeks di jalur negatif. Adapun indeks kompas 100 (Indeks Kompas 100 adalah merupakan suatu Indeks saham dari 100 saham perusahaan publik yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia) juga melemah 1,08 persen, kemudian indeks LQ45 turun 1,19 persen, serta Jakarta Islamic Index terkoreksi 1,21 persen. Nilai perdagangan hari ini mencapai Rp. 3,713 triliun dari 87.595 kali transaksi dengan volume 3,684 miliar saham. (http//www.kompas.co.id). Juga disebutkan dalam Kompas 22 April 2010 bahwa gejolak politik di Thailand yang sudah terjadi selama beberapa bulan ini belum menunjukkan tandatanda untuk mereda, bahkan cenderung terus memanas dan mulai merusak fundamental ekonomi Thailand. Namun, kondisi yang terjadi di Thailand itu dapat membawa berkah bagi investasi di Indonesia. Sebagian besar dari dana-dana asing yang mengalir ke Thailand dipindahkan ke Indonesia yang mempunyai stabilitas politik bagus dan memberikan keuntungan investasi lumayan besar. Vice President Valbury Asia Futures Nico Omer Jonckheere di Jakarta, Kamis (22/4/2010) mengatakan, krisis politik yang terjadi di Thailand dapat berdampak positif terhadap investasi di Indonesia. Pasalnya, setiap investor menginginkan situasi yang nyaman untuk berinvestasi. "Jika kondisi di sana terus memanas, maka bisa jadi investor akan mengalihkan investasinya ke negara lain, salah satunya di Indonesia," kata Omer. Dia menambahkan, "Situasi politik di Indonesia relatif stabil, dapat mendorong investor luar mengalokasikan dananya di
Indonesia. Stabilitas politik kita akan relatif menguntungkan investasi". (http//www.kompas.co.id). Pengalihan investasi tersebut tidak lain merupakan pinjaman dana yang disediakan oleh pemegang saham (investor) kepada perusahaan-perusahaan di Indonesia, oleh karena itu dengan meningkatnya investasi apakah perusahaan dapat meningkatkan return saham atau sebaliknya. Pengukuran debt to equity ratio juga dirasa penting untuk mengukur sejauh mana tingkat penggunaan hutang sebagai sumber pembiayaan perusahaan, sehingga para investor (maupun calon investor) dapat memperkirakan jumlah return saham yang akan diterima nantinya setelah dikurangi pembayaran hutang dan bunga oleh perusahaan kepada kreditor terkait penggunaan hutangnya. Obyek penelitian dilakukan pada saham-saham yang aktif sebagai sampel penelitian, yaitu saham-saham yang secara konsisten masuk ke dalam perhitungan indeks
LQ45
guna
menghindari
pengambilan
sampel
yang berpotensi
mengikutsertakan adanya saham tidur dalam analisis. Saham perusahaan yang masuk LQ45 merupakan saham-saham dengan kapitalisasi besar yang mencangkup tujuh puluh lima persen kapitalisasi pasar sehingga dapat mewakili saham-saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia (BEI) mengenai debt to equity ratio dan systematic risk (beta) terhadap return saham, dengan judul “Pengaruh Debt To Equity Ratio Dan Systematic Risk Terhadap Return Saham” (Suatu studi pada perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia).
1.2
Identifikasi Masalah Berdasarkan
latar
belakang
penelitian
tersebut,
maka
peneliti
mengidentifikasikan permasalahan yang ada kepada hal-hal sebagai berikut : 1.
Bagaimana kondisi debt to equity ratio pada perusahaan LQ45.
2.
Bagaimana kondisi systematic risk pada perusahaan LQ45.
3.
Bagaimana kondisi return saham pada perusahaan LQ45.
4.
Seberapa besar pengaruh debt to equity ratio terhadap return saham pada perusahaan LQ45.
5.
Seberapa besar pengaruh systematic risk terhadap return saham pada perusahaan LQ45.
6.
Seberapa besar pengaruh debt to equity ratio dan systematic risk terhadap return saham pada perusahaan LQ45 secara simultan.
1.3
Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1
Maksud Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data dan informasi
yang relevan mengenai pengaruh debt to equity ratio dan systematic risk terhadap return saham pada perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia (BEI).
1.3.2
Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui kondisi debt to equity ratio pada perusahaan LQ45. 2
Untuk mengetahui kondisi systematic risk pada perusahaan LQ45.
3
Untuk mengetahui kondisi return saham pada perusahaan LQ45.
4
Untuk mengetahui pengaruh debt to equity ratio terhadap return saham pada perusahaan LQ45.
5
Untuk mengetahui pengaruh systematic risk terhadap return saham pada perusahaan LQ45.
6
Untuk mengetahui pengaruh debt to equty ratio dan systematic risk terhadap return saham pada perusahaan LQ45 secara simultan.
1.4
Kegunaan Penelitian
1.4.1
Kegunaan Praktis Kegunaan praktis ini terdiri dari kegunaan yang diharapkan berguna bagi penulis dan berguna bagi instansi, diantaranya : a. Bagi Penulis -
Penulis berharap dapat mengembangkan pengetahuan mengenai Debt To Equity Ratio, Systematic Risk dan Return Saham.
-
Penulis berharap mendapatkan gambaran yang nyata mengenai Debt To Equity Ratio, Systematic Risk dan Return Saham dengan teori yang sudah ada.
b. Bagi Instansi -
Penulis berharap hasil dari penelitian ini dapat memberikan sumbangsih yang berguna untuk pengembangan kurikulum.
-
Penulis berharap hasil dari penelitian ini dapat menjadi alat evaluasi terhadap kurikulum yang digunakan.
1.4.2
Kegunaan Teoritis Penulis berharap penelitian ini dapat menjadi tambahan sumber informasi ilmu pengetahuan sebagai bahan kepustakaan atau sejenisnya yang diperlukan bagi pihak-pihak yang memerlukan.
1.5
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian akan dilakukan pada perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia
pada Periode 2004-2008. Adapun yang dilakukan peneliti dalam pengambilan data tersebut yaitu dengan mengunjungi situs resmi Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id sedangkan waktu penelitian ini dimulai dari tanggal disahkannya proposal penelitian hingga selesai.
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1
Kajian Pustaka
2.1.1
Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah hasil akhir proses akuntansi yang disusun
menurut prinsip-prinsip akuntansi yang dibuat oleh suatu perusahaan. Proses akuntansi tersebut meliputi pengumpulan dan pengolahan data keuangan perusahaan. Dalam proses akuntansi, terdapat berbagai transaksi/peristiwa yang merupakan kegiatan ekonomi di perusahaan yang dilakukan melalui pengukuran, pencatatan, penggolongan, dan pengikhtisaran transaksi-transaksi yang bersifat keuangan sedemikian rupa sehingga hanya informasi yang relevan dan mampu memberikan gambaran secara layak tentang keadaan keuangan serta hasil usaha perusahaan dalam suatu periode yang akan disajikan dalam bentuk laporan keuangan.
2.1.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Akuntansi keuangan (financial accounting) adalah sebuah proses yang berakhir pada pembuatan laporan keuangan menyangkut perusahaan secara keseluruhan untuk digunakan baik oleh pihak-pihak internal maupun pihak eksternal.
Laporan keuangan adalah merupakan produk atau hasil akhir dari suatu proses akuntansi. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan. Disamping
sebagai
informasi,
laporan
keuangan
juga
sebagai
pertanggungjawaban atau accountability dan juga dapat menggambarkan indikator kesuksesan suatu perusahaan mencapai tujuannya. Pengertian laporan keuangan menurut Zaki Baridwan (2004:17) adalah sebagai berikut : “Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan.” Sedangkan pengertian laporan keuangan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007:01) adalah sebagai berikut : “Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang disajikan dalam berbagai cara seperti, misalnya laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Di samping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi keuangan segmen industry dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga.“ Laporan keuangan pada dasarnya merupakan hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengkomunikasikan data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, baik pihak intern maupun pihak ekstern dalam rangka pengambilan keputusan dengan data dan aktivitas keuangan tersebut. Melalui laporan keuangan, pihak-pihak yang
berkepentingan tersebut akan dapat melakukan pengukuran dan analisis terhadap keberhasilan atau kegagalan perusahaan.
2.1.1.2 Pemakai Laporan Keuangan Menurut Skousen dan Albrecht (2001:13-15), pemakai laporan keuangan adalah sebagai berikut : “1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Kreditur Penanam modal Manajemen Pemasok dan pelanggan Karyawan Pesaing Agen pemerintah wartawan”
Penjelasan mengenai pemakai laporan keuangan adalah sebagai berikut : 1. Kreditur Kreditur berkepentingan dalam satu hal yaitu pembayaran kembali dengan bunganya. 2. Penanam Modal Penanam modal memerlukan informasi untuk membantu mereka memperkirakan seberapa besar kas yang mereka harapkan dapat diterima dimasa datang jika mereka menanamkan modal dalam suatu perusahaan sekarang. 3. Manajemen Manajer dari suatu perusahaan dapat menggunakan informasi akuntansi keuangan untuk tujuan umum yang tersedia untuk pihak ekstern. Tujuan
dari perusahaan sering kali dinyatakan dalam angka-angka di laporan keuangan, seperti target pertumbuhan penjualan, juga pendapatan bersih yang
dilaporkan
seringkali
digunakan
untuk
menghitung
bonus
manajemen. Terakhir manajer dari perusahaan dapat menganalisis laporan keuangan yang ditujukan untuk umum. 4. Pemasok dan Pelanggan Laporan keuangan memberikan informasi yang pemasok dan pelanggan dapat menggunakannya untuk mengetahui prospek jangka panjang dari suatu perusahaan. 5. Karyawan Karyawan berkepentingan dengan informasi laporan keuangan untuk bermacam-macam alas an. Seperti, data laporan keuangan digunakan dalam menentukan bonus karyawan, membantu karyawan menilai kemungkinan majikan dapat memenuhi janji jangka panjang (pensiun dan tunjangan kesehatan) dan penting juga dalam melakukan negosiasi kontrak antara pekerja dan manajemen. 6. Pesaing Membantu untuk mengidentifikasi strategi peluang untuk mendoronng pemasaran di daerah yang memiliki potensi profit yang tinggi atau pesaing.
7. Agen Pemerintah Pemerintah pusat dan daerah sering menggunakan informasi laporan keuangan dengan tujuan untuk meyakinkan penanam modal mempunyai cukup informasi untuk membuat keputusan investasi. 8. Wartawan Laporan keuangan berguna untuk menemukan informasi latar belakang untuk memperluas cerita suatu perusahaan. Sedangkan menurut Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty (2005:54-55) pemakai laporan keuangan adalah sebagai berikut : “1. 2. 3. 4. 5.
Para Pemegang Saham (Investor) Para Kreditor Para Manajer Analis Sekurits Analis Kredit”
Penjelasan mengenai pemakai laporan keuangan adalah sebagai berikut : 1. Para Pemegang Saham (Investor) Para investor (dan juga calon investor) berkepentingan terhadap informasi laporan keuangan antara lain untuk pengambilan keputusan apakah tetap mempertahankan atau menjual saham suatu perusahaan, apakah grup manajemen yang sekarang ada harus diganti atau dipertahankan dan apakah perusahaan memiliki persetujuan untuk menerbitkan atau memperoleh pinjaman baru. 2. Para Kreditor Para kreditor (dan juga calon kreditor) berkepentingan terhadap informasi laporan keuangan antara lain untuk menilai apakah laba yang diperoleh
suatu perusahaan akan mampu digunakan untuk membayar beban bunga periodic dan apakah perusahaan mempunyai prospek dalam memenuhi kewajiban (pokok pinjaman pada saat jatuh tempo). 3. Para Manajer Para manajer berkepentingan terhadap informasi laporan keuangan antara lain untuk dapat melakukan penilaian apakah perusahaan mempunyai kemampuan untuk membayar dividen (dividend policy), apakah cukup tersedia dana yang akan dapat digunakan untuk pengembanngan usahanya dan apakah ada kemungkinan keberhasilan perusahaan di masa datang dibawah kepemimpinannya. 4. Analis Sekuritas Para analis sekuritas tertarik terhadap informasi tentang estimasi laba di masa datang dan kekuatan sebagai elemen penting untuk dasar penentuan nilai sekuritas. 5. Analis Kredit Para analis kredit menginginkan untuk dapat menentukan aliran dana di masa datang dan konsekuensinya pada posisi keuanngan perusahaan sebagai upaya untuk dapat mengevaluasi risiko kredit yang melekat pada perluasan kreditnya. Meskipun pihak-pihak tersebut mempunyai kepentingan mereka sendiri dan kadang-kadang berbeda, akan tetapi secara umum mereka mempunyai kesamaan, yaitu mereka berkepentingan atas informasi tentang apa yang akan terjadi terhadap suatu perusahaan di masa datang.
2.1.1.3 Tujuan Laporan Keuangan Tujuan
laporan
keuangan
adalah
menyediakan
informasi
yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keungan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengambilan keputusan ekonomi. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007:09), menyatakan bahwa: “Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.” Laporan keuangan menyajikan informasi mengenai perusahaan yang meliputi aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan, beban, kerugian, keuntungan dan arus kas perusahaan. Informasi tersebut beserta informasi lainnya yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan dapat membantu para pemakai laporan dalam memprediksi arus kas masa depan khususnya dalam hal waktu dan kepastian perolehan kas dan setara kas. Menurut Kieso dan Weygandt (2002:6) yang dialihbahasakan oleh Emil Salim, mendefinisikan tujuan laporan keuangan, yaitu: “1. Menyediakan informasi yang berguna bagi keputusan investasi dan kredit. 2. Memberikan informasi yang berguna dalam menilai arus kas masa depan. 3. Memberikan informasi mengenai sumber daya perusahaan, klaim terhadap sumber daya tersebut dan perubahan di dalamnya.” Laporan keuangan disusun untuk memberikan gambaran atau laporan kemajuan (progress report) secara periodik yang dilakukan oleh pihak manajemen yang bersifat historis dan menyeluruh. Laporan keuangan disusun
setiap akhir peiode akuntansi yaitu triwulan, semesteran atau tahunan. Hal tersebut disesuaikan dengan kebutuhan dan kebijakan yang ditetapkan oleh perusahaan yang besangkutan.
2.1.1.4 Komponen Laporan Keuangan Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007:01) laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen-komponen berikut : “a. b. c. d. e.
Neraca Laporan laba rugi Laporan perubahan ekuitas Laporan arus kas Catatan atas laporan keuangan” Pada umumnya laporan keuangan itu terdiri dari neraca dan perhitungan
laba rugi serta laporan perubahan modal, neraca menunjukan/menggambarkan jumlah aktiva, hutang dan modal dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu, sedangkan perhitungan (laporan) laba rugi memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta biaya yang terjadi selama periode tertentu, dan laporan perubahan modal menunjukan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan modal perusahaan. Tetapi dalam prakteknya sering diikutsertakan kelompok lain yang sifatnya membantu untuk memperoleh penjelasan lebih lanjut. Misalnya laporan perubahan modal kerja, laporan sumber dan penggunaan kas atau laporan arus kas, laporan sebab-sebab perubahan harga kotor, laporan biaya produksi serta daftar-daftar lainnya. Laporan keuangan dapat dijadikan sebagai alat untuk dapat menilai dengan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka
pendek, struktur modal perusahaan, distribusi aktiva, penggunaan sumber daya aktiva, hasil usaha yang telah dicapai, beban-beban yang harus dibayar serta nialinilai buku tiap lembar saham yang bersangkutan. Oleh karena itu, untuk dapat melihat hal-hal tersebut laporan keuangan disusun dengan mengklasifikasikan masing-masing kepentingan ke dalam bagian yang telah ditentukan sebelumnya. Penyajian laporan keuangan yang telah diklasifikasikan ke dalam beberapa bagian tergantung kepada tujuan-tujuan yang hendak dicapai serta kebijakan yang telah ditetapkan oleh perusahaan yang bersangkutan. Seperti telah dijelaskan di atas bahwa laporan keuangan terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Komponen-komponen laporan keuangan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Neraca Neraca (balance sheet) yang kadang-kadang disebut juga sebagai laporan posisi keuangan, melaporkan aktiva, kewajiban dan ekuitas pemegang saham suatu perusahaan bisnis pada suatu tanggal tertentu, yang biasanya tanggal akhir suatu bulan atau tahun. Menurut Zaki Baridwan (2004:19), pengertian neraca adalah sebagai berikut : “Neraca adalah laporan yang menunjukan keadaan keuangan suatu unit usaha pada tanggal tertentu. Keadaan keuangan ini ditunjukkan dengan jumlah harta yang dimiliki yang disebut aktiva dan jumlah kewajiban perusahaan yang disebut pasiva, atau dengan kata lain aktiva adalah investasi di dalam perusahaan dan pasiva merupakan sumber-sumber yang digunakan untuk investasi tersebut.”
Neraca merupakan bagian dari laporan keuangan yang tidak bisa dihilangkan dalam setiap penyajian laporan keuangan karena neraca berisi komponen-komponen yang penting dalam suatu perusahaan yang dapat dilihat dari segi harta, hutang dan modal. Penyajian neraca dapat dilakukan dengan berbagai macam bentuk, namun sifat yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa bentuk atau susunan dari neraca tidak ada keseragaman diantara perusahaanperusahaan tetapi tergantung pada tujuan-tujuan yang akan dicapai dan juga tergantung pada kebijakan yang ditetapkan oleh perusahaan tersebut.
2. Laporan Laba Rugi Penyediaan ukuran laba sebagai indikator kinerja perusahaan merupakan fokus utama dari pelaporan keuangan modern. Tujuan utama perusahaan merupakan suatu peningkatan dalam ekuitas pemilik yang dihasilkan dari operasi perusahaan yang menguntungkan sedangkan penurunan dalam ekuitas pemilik yang dihasilkan dari operasi perusahaan yang tidak menguntungkan disebut rugi. Laba dalam laporan keuangan merupakan ukuran yang baik dari kinerja suatu perusahaan dan bahwa laba dalam laporan keuangan dapat digunakan untuk meramalkan arus kas masa depan. Seperti yang dijelaskan oleh Zaki Baridwan (2004:29) menyatakan bahwa: “Laporan laba rugi adalah suatu laporan yang menunjukkan pendapatanpendapatan dan biaya-biaya dari suatu unit usaha untuk suatu periode tertentu. Selisih antara pendapatan-pendapatan dan biaya merupakan laba yang diperoleh atau rugi yang diderita oleh perusahaan. Laporan laba rugi yang kadang-kadang disebut laporan penghasilan atau laporan pendapatan dan biaya merupakan laporan yang menunjukkan kemajuan keuangan perusahaan dan juga merupakan tali penghubung dua neraca yang berurutan.”
Laporan laba rugi merupakan suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya, serta rugi laba yang dihasilkan oleh suatu perusahaan selama periode tertentu. Komunitas bisnis dan investasi menggunakan laporan ini untuk menentukan profitabilitas, nilai investasi, dan kelayakan kredit atau kemampuan perusahaan melunasi pinjaman. Laporan laba rugi menyediakan informasi yang diperlukan oleh para investor dan kreditor untuk membantu mereka memprediksi jumlah, penetapan waktu, dan ketidakpastian dari arus kas masa depan. Penyajian laporan laba rugi untuk setiap perusahaan sering kali berbeda-beda, tetapi pada umumnya mengacu pada prinsip yang sama.
3. Laporan Perubahan Modal Menurut Warren, Reeve, dan Fess (2008:25) yang dialihbahasakan oleh Aria Farahmita, mengenai laporan perubahan modal yaitu : “Laporan perubahan modal adalah laporan yang mengikhtisarkan perubahan dalam saldo ekuitas setiap pemilik yang terjadi selama periode tertentu.” Laporan perubahan modal melaporkan perubahan modal pemilik selama jangka waktu tertentu. Laporan perubahan modal dipersiapkan setelah laporan laba rugi, karena laba bersih atau rugi bersih periode berjalan harus dilaporkan dalam laporan ini. Demikian juga, laporan perubahan modal dibuat sebelum mempersiapkan neraca, karena jumlah modal pemilik pada akhir periode harus dilaporkan di neraca. Oleh karena itu, laporan perubahan modal sering kali dianggap sebagai penghubung antara laporan laba rugi dan neraca.
4. Laporan Arus Kas Pengertian laporan arus kas menurut Warren dan Reeve (2008:27) yang dialihbahasakan oleh Faria Farahmita adalah sebagai berikut : “Laporan arus kas adalah laporan yang mengikhtisarkan penerimaan dan pembayaran kas untuk periode waktu tertentu, misalnya satu bulan atau satu tahun.” Laporan arus kas memenuhi salah satu dari tujuan pelaporan keuangan yaitu membantu pemakai menilai jumlah, waktu, dan ketidakpastian arus kas masa depan karena laporan arus kas dapat menyajikan ikhtisar terperinci mengenai semua arus kas masuk dan arus kas keluar, atau sumber dan penggunaan kas selama suatu periode yang berasal dari aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas pembiayaan.
5. Catatan Atas Laporan Keuangan Pengertian catatan atas laporan keuangan menurut Kieso dan Weygandt (2002:455) yang dialihbahasakan oleh Emil Salim adalah sebagai berikut : “Catatan atas laporan keuangan adalah catatan yang dijadikan alat oleh akuntan untuk merinci atau menjelaskan pos-pos yang disajikan dalam batang tubuh laporan keuangan.” Catatan atas laporan keuangan merupakan alat akuntan untuk merinci dan menjelaskan pos-pos yang disajikan dalam batang tubuh laporan keuangan. Informasi yang berkaitan dengan pos-pos spesifik dari laporan keuangan dapat dijelaskan dalam istilah kualitatif dan data pelengkap yang bersifat kuantitatif dapat disediakan untuk memperluas informasi dalam laporan keuangan.
2.1.1.5 Karakteristik Laporan Keuangan Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2007:5) dinyatakan beberapa karakteristik kualitatif laporan keuangan yaitu sebagai berikut : “Karakteristik kualitatif merupakan cirri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yaitu : dapat dipahami, relevan, keandalan dan dapat diperbandingkan.”
Karakteristik kualitatif laporan keuangan menurut Mamduh M Hanafi (2007:34-37) adalah sebagai berikut : “1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Bisa dipahami Bermanfaat untuk pengambilan keputusan Relevan Nilai prediksi dan umpan balik Tepat waktu Reliabilitas Bisa diverifikasi Representatif Kenetralan Konsistensi dan bisa diperbandingkan Material” Penjelasan karakteristik kualitatif laporan keuangan menurut Mamduh M.
Hanafi (2007:34-37) adalah sebagai berikut : 1. Bisa dipahami Informasi akuntansi harus bisa dipahami oleh pemakai yang mempunyai pengetahuan bisnis dan ekonomi yang memadai dan yang mempunyai keinginan untuk mempelajari informasi tersebut dengan tingkat usaha yang memadai pula. Bisa dipahami mengacu kepada pemaki laporan keuangan yang umum (board classes of decision makers), tidak mengacu kepada sekelompok orang yang khusus.
2. Bermanfaat untuk pengambilan keputusan Bermanfaat atau tidaknya informasi tersebut tergantung dari keputusan yang akan dibuat, cara pengambilan keputusan, informasi lain yang telah ada dan kemampuan memproses pengambilan keputusan. 3. Relevan Suatu informasi bisa dikatakan relevan apabila adanya informasi tersebut bisa membuat keputusan yang diambil. Informasi yang relevan bisa membantu pemakai informasi untuk membentuk harapan atau kesimpulan mengenai hasil-hasil pada masa yang lalu, sekarang dan masa yang mendatang. Informasi tersebut bisa dipakai untuk memprediksikan kejadian atau hasil pada masa mendatang (kemampuan prediksi) dan juga bisa dipakai untuk mengkonfirmasikan kesimpulan-kesimpulan tentang masa yang lalu. Sebagi tambahan, supaya relevan informasi akuntansi juga harus tepat waktu. 4. Nilai prediksi dan umpan balik Informasi akuntansi mempunyai nilai prediksi apabila informasi tersebut dapat dipakai untuk memprediksi lebih akurat berdasarkan informasi masa lalu dan masa sekarang. Informasi mempunyai kemampuan umpan balik apabila informasi tersebut bisa dipakai untuk mengkonfirmasikan kesimpulan-kesimpulan tertentu mengenai masa lalu. Seringkali informasi mempunyai nilai keduanya (prediksi dan umpan balik), karena konfirmasi masa lalu bisa dipakai untuk memprediksi masa mendatang lebih tepat lagi.
5. Tepat waktu Tepat waktu dapat diartikan sebagai ketersediaan informasi ke pembuat keputusan sebelum informasi tersebut kehilangan kapasitasnya untuk mempengaruhi keputusan jika informasi tidak ada pada waktu yang dibutuhkan untuk membuat keputusan, maka informasi tersebut tidak lagi relevan dan tidak mempunyai manfaat untuk pengambilan keputusan. 6. Reliabilitas Informasi yang reliable dari bias-bias tertentu dan bisa mencerminkan apa yang akan diukur (representatif). 7. Bisa diverifikasi Informasi bisa diverifikasi apabila pengukur (missal akuntan) bisa sampai pada kesimpulan bersama bahwa metode yang dipilih bersih dari bias-bias tertentu, dan dengan demikian metode tersebut bisa diduplikasi. 8. Representatif Representatif merupakan keterkaitan antara pengukuran dan apa yang diukur. 9. Kenetralan Informasi akuntansi akan netral apabila bebas dari bias-bias tertentu yang akan mempengaruhi hasil kea rah yang tertentu. 10. Konsistensi dan bisa diperbandingkan Konsistensi berarti kesesuaian antara periode yang satu dengan periode yang lainnya, dalm hal prosedur yang tidak berubah.
11. Batasan terhadap hirarki informasi Sama seperti halnya komoditi ekonomi lainnya, keputusan yang berkaitan dengan komoditi tersebut harus dilandasi prinsip manfaat-biaya. 12. Material Informasi akuntansi dikatakan material apabila ketiadaan informasi tersebut
atau
penyampaian
yang
salah
(misstatement)
akan
mempenngaruhi pertimbangan seorang pengambil keputusan.
2.1.1.6 Keterbatasan Laporan Keuangan Pada dasarnya laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan dimaksudkan untuk menyediakan informasi keuangan kepada pihak-pihak yang membutuhkan. Namun demikian, walaupun laporan keuangan mempunyai peranan penting bagi para pemakainya, sesungguhnya laporan keuangan memiliki keterbatasan-keterbatasan, oleh sebab itu dengan memahami keterbatasan laporan keuangan tersebut maka pemakai laporan keuangan diharapkan untuk dapat memanfaatkannya seoptimal mungkin tanpa menimbulkan kesalahan interpretasi. Adapun keterbatasan laporan keuangan menurut Munawir S. (2004:5) adalah sebagai berikut : “1. Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian yang telah lewat bukan masa kini. Karenanya laporan keuangan tidak dapat dianggap sebagai satu-satunya sumber informasi dalam proses pengambilan keputusan ekonomi. 2. Laporan keuangan bersifat umum dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan tertentu. 3. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan berbagai pertimbangan. 4. Akuntansi hanya melaporkan informasi material. Demikian penerapan prinsip akuntansi terhadap suatu fakta atau pos tertentu mungkin tidak
dilaksanakan jika hal ini tidak menimbulkan pengaruh yang material terhadap kelayakan laporan keuangan. 5. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian. Bila terdapat beberapa kemingkinan kesimpulan yang tidak pasti mengenai suatu pos, maka lazimnya dipilih alternatif yang menghasilkan laba bersih atau nilai aktiva yang paling kecil. 6. Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu peristiwa atau transaksi dari pada bentuk hukumnya (formalitas). 7. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis dan pemakai laporan keuangan diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat-sifat informasi yang dilaporkan. 8. adanya alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan menimbulkan variansi dalam bentuk pengukuran sumber-sumber ekonomis dan tingkat kesuksesan antar perusahaan. 9. Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat dikuantifikasikan umumnya diabaikan. 10. Angka-angka akuntansi umumnya didasarkan pada hasil transaksi pertukaran sehingga hanya menggambarkan nilai pada saat itu. 11. Perubahan dalam tenaga beli uang jelas ada, akan tetapi hal ini tergambar dalam laporan keuangan.” Meskipun dengan keterbatasan itu, laporan keuangan tetap memberikan informasi yang bermanfaat bagi sejumlah pihak dalam pengambilan keputusan ekonomi.
2.1.2 Debt To Equity Ratio 2.1.2.1 Pengertian Debt To Equity Ratio Debt to equity ratio merupakan bagian dari rasio leverage atau perbandingan antara total hutang (jangka pendek, menengah, jangka panjang) terhadap modal sendiri perusahaan. Analisis debt to equity ratio memiliki arti sangat penting, karena digunakan untuk mengukur tingkat penggunaan hutang sebagai sumber pembiayaan perusahaan.
Menurut Brealey et al. dalam Michell Suharli (2005:102) : “Leverage ratio is measure how much financial leverage the firm has taken on debt to equity.” Dwi Prastowo (2002:84) menyatakan bahwa : “keseimbangan proporsi antara aktiva yang didanai oleh kreditor dan yang didanai oleh pemilik perusahaan diukur dengan debt to equity ratio dapat diperoleh dengan membagi total kewajiban yang dimiliki perusahaan dengan total aktiva.” Debt
to
equity
ratio
merupakan
perhitungan
sederhana
yang
membandingkan total hutang perusahaan dari modal pemegang saham. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Ross et al. (2003:66) yang menyatakan bahwa : “debt to equity ratio is dividing total debt with total equity.” Para kreditur memperhatikan equity yang memberi batas keamanan, akan tetapi dengan bertambahnya dana melalui hutang para pemilik memperoleh manfaat yakni dapat mempertahankan pengendalian atas perusahaan dengan suatu investasi yang terbatas. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa debt to equity ratio merupakan rasio yang membandingkan total hutang dengan total ekuitas dari pemegang saham. Dengan demikian, debt to equity ratio juga dapat memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan sehingga dapat dilihat tingkat risiko tak terbayarkan suatu hutang.
2.1.2.2 Perhitungan Debt To Equity Ratio Rumus yang digunakan untuk perhitungan debt to equity ratio menurut Agus Sartono (2003:114) adalah sebagai berikut : DebtToEquityRatio
=
Dalam hal ini :
2.1.3
Total debt
: Total Hutang
Total equity
: Modal sendiri
Systematic Risk
2.1.3.1 Pengertian Risiko Menurut Eduardus Tandelilin (2001:48) : “Risiko sebagai kemungkinan perbedaan antara return yang diterima dengan yang diharapkan” Aswath Damodaran (2002:60) memberikan definisi risiko sebagai berikut : “Risk, for most us, refers to the likelihood that in life’s games of change we will received on outcome that we will not like. In finance, our definition of risk is both different and broader. Risk, as we see it, refers to likelihood that we will received a return on an investment that is different from the return we expected.” Pernyataan tersebut dapat menunjukkan bahwa dalam berinvestasi terdapat faktor ketidakpastian dalam memperoleh return, yaitu return yang diterima dari suatu investasi berbeda dari return yang diharapkan bagian keuntungan yang tidak terantisipasi merupakan risiko yang dihadapi oleh para pemodal.
2.1.3.2 Tipe Risiko Asumsi penting dalam pembicaraan risiko dan tingkat keuntungan yang diharapkan yaitu setiap individu adalah rasional dan tidak menyukai risiko. Sikap ketidaksukaan ini tercermin dari sikap setiap individu yang meminta tambahan keuntungan yang lebih besar untuk setiap kenaikan tingkat risiko yang dihadapi. Dalam hubungannya dengan asumsi mendasar tersebut, menurut Agus Sartono (2003:38) terdapat tiga tipe investor dalam melakukan investasi, yaitu : 1. Risk seeker, yaitu investor yang suka terhadap risiko biasanya investor jenis ini bersikap agresif dan spekulatif dalam mengambil keputusan investasi. Investor bersedia menerima peningkatan return yang lebih kecil disbanding peningkatan risikonya. 2. Risk neutrality atau investor yang netral terhadap risiko akan meminta kenaikan tingkat pengembalian yang sama untuk setiap kenaikan risiko. Investor jenis ini umumnya cukup fleksibel dan bersikap hatihati (prudent) dalam mengambil keputusan. 3. Risk averter atau investor yang tidak suka terhadap risiko. Biasanya investor jenis ini cenderung selalu mempertimbangkan secara matang dan terencana atas keputusan investasinya. Investor akan menuntut peningkatan return yang lebih besar disbanding peningkatan risikonya.
2.1.3.3 Jenis-jenis Risiko M. Hanafi dan Abdul Halim (2007:211) menyatakan bahwa : “Analisis risiko dibagi menjadi dua, yaitu analisis risiko jangka pendek (short-term liquidity risk) dan analisis risiko jangka panjang (long-term liquidity risk). Analisis risiko jangka pendek memfokuskan pada kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya (kurang dari satu tahun), sedangkan jangka panjang memfokuskan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjangnya (lebih dari satu tahun).”
Eduardus Tandelilin (2001:50) dikenal pembagian risiko total investasi ke dalam dua jenis risiko, yaitu :
“Risiko sistematis atau dikenal dengan risiko pasar sedangkan risiko tidak sistematis adalah yang tidak terkait dengan perubahan pasar dan baru diminimalkan dengan melakukan diversifikasi investasi pada sekian banyak jenis sekuritas.” Berdasarkan pernyataan tersebut, risiko yang hilang karena diversifikasi menjadi tidak relevan dalam perhitungan risiko. Hanya risiko yang tidak bisa hilang dengan diversifikasilah yang menjadi relevan dalam perhitungan risiko. Risiko ini disebut risiko pasar, risiko inilah yang relevan dalam perhitungan risiko.
2.1.3.4 Pengertian Systematic Risk Abdul Halim (2007:299) mengemukakan risiko sistematis adalah : “Risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi karena fluktuasi risiko ini dipengaruhi oleh faktor-faktor makro yang dapat mempengaruhi pasar secara keseluruhan.”
Menurut James Van Horne yang dialihbahasakan oleh Dewi Fitriasari dan Deny Arnos Kwary (2004:105) : “Variasi
pengembalian
saham-saham
atau
portofolio-portofolio
berhubungan dengan perubahan pengendalian dalam pasar secara keseluruhan.”
Suad Husnan (2004:162) menyatakan : “Disebut risiko pasar karena fluktuasi ini disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi semua perusahaan yang beroperasi. Faktor-faktor tersebut diantaranya, kondisi perekonomian”
Fenomena tersebut menunjukkan bahwa ada sebagian risiko yang bisa dihilangkan dengan diversifikasi. Suad Husnan (2004:143) menyatakan : “Karena pemodal bersikap risk averse, maka mereka akan memilih untuk melakukan diversifikasi apabila mereka mengetahui bahwa dengan diversifikasi tersebut, mereka bisa menngurangi risiko dan dengan demikian risiko yang hilang karena diversifikasi tersebut menjadi tidak relevan dalam perhitungan risiko. Hanya risiko yang tidak bisa hilang dengan diversifikasilah yang menjadi relevan dalam perhitungan risiko. Risiko ini disebut sebagai risiko pasar dan risiko inilah yang relevan dalam perhitungan risiko.”
Parameter yang digunakan dalam mengukur risiko ini adalah beta. Beta merupakan pengukur yang tepat dari indeks pasar, karena risiko suatu sekuritas yang didiversifikasikan dengan baik tergantung pada kepekaan masing-masing saham terhadap perubahan pasar, yaitu pada beta saham-saham tersebut.
Menurut Jogiyanto (2008:357-358) beta adalah : “Suatu pengukur volatilitas (volatility) return suatu sekuritas atau return portofolio terhadap return pasar. Beta sekuritas ke-i mengukur volatilitas return sekuritas ke-i dengan return pasar. Beta portofolio mengukur volatilitas return portofolio dengan return pasar. Dengan demikian beta merupakan pengukur risiko sistematis (systematic risk) dari suatu sekuritas atau portofolio relatif terhadap risiko pasar” Menurut Suad Husnan (2004:112) faktor-faktor yang diidentifikasi mempengaruhi nilai beta adalah : 1. Ciclicality, faktor ini menunjukan seberapa jauh suatu perusahaan dipengaruhi oleh konjungtor perekonomian. 2. Operating leverage, faktor ini menunjukan proporsi biaya perusahaan yang merupakan biaya tetap. Semakin besar proporsi ini semakin operasi leveragenya. 3. Financial leverage, perusahaan yang menggunakan hutang adalah perusahaan yang mempunyai financial leverage. Semakin besar proporsi hutanng yang dipergunakan, semakin besar financial leveragenya. Kalau
kita menaksir beta saham, maka kita menaksir beta equity. Semakin besar proporsi hutang yang dipergunakan oleh perusahaan, pemilik modal sendiri akan menanggung risiko yang semakin besar. Karena itu semakin tinggi financial leverage, semakin besar beta equity.
2.1.3.5 Perhitungan Systematic Risk (Beta) Beta suatu saham sekuritas dapat dihitung dengan teknik estimasi yang menggunakan data historis. Beta historis dapat dihitung dengan menggunakan data historis berupa data pasar (return sekuritas dan return pasar). Secara sistematis menurut Budie et al. (1999:166) beta dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : β=
∑ !" $∑ %$ ∑ !% ∑ & " $∑ %&
Dalam hal ini : X
: Return Pasar (Rm)
Y
: Return Saham (Ri)
N
: Jumlah Data
Β
: Beta saham
Untuk perhitungan Return Pasar menurut Ross et al. (2003:232) adalah : Rm =
'()* –'()*,'()*,-
Dalam hal ini : Rm
: Return Pasar
./01
: Indeks Harga Saham Gabungan pada periode t
./01"
: Indeks Harga Saham Gabungan pada periode t-1
Berdasarkan pengertian return, bahwa return suatu saham adalah hasil yang diperoleh dari investasi dengan cara menghitung selisih harga saham periode berjalan dengan periode sebelumnya dengan mengabaikan dividen, maka dapat ditulis rumus: Ross et al. (2003:238) Ri =
2 " 2,2,-
Dalam hal ini :
2.1.4
Ri
: Return Saham
3
: Harga saham pada periode t
4"
: Harga saham pada periode t-1
Return Saham
2.1.4.1 Pengertian Saham Suatu perusahaan dapat menjual hak kepemilikan dalam bentuk saham untuk mencari dana tambahan untuk memenuhi kebutuhan permodalannya kepada masyarakat. Saham diberikan kepada mereka yang telah menyerahkan dana kepada perusahaan sebagai tanda kepemilikan dari sebagaian perusahaan yang menjual saham tersebut. Menurut Pandji Anogara dan Piji Pakarti (2001:58) saham adalah : “Surat berharga sebagai bukti penyertaan atau kepemilikan individu suatu perusahaan. Apabila seorang invaestor membeli saham, maka ia akan menjadi pemilik saham dan disebut sebagai pemegang saham perusahaan tersebut.”
2.1.4.2 Jenis Saham Menurut Bambang Riyanto (2001:179) menjelaskan bahwa: “Saham yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan dapat digolongkan dalam dua jenis yaitu: 1. Saham Biasa (Common Stock) 2. Saham Preferen (Preferred Stock).” 1. Saham Biasa (Common Stock) Menurut Bambang Riyanto (2001:181) menjelaskan bahwa: “Saham biasa (common stock) adalah jenis saham yang merupakan jenis saham dasar dalam suatu perusahaan, memungkinkan pemegang saham untuk memiliki suara dan jumlah kepemilikan tertentu dalam perusahaan.” Beberapa hak yang dimiliki pemegang saham biasa (common stock), kecuali jika diatur oleh anggaran dasar perusahaan: 1. Hak suara dalam pemilihan direksi serta keputusan tertentu seperti rencana kompensasi manajemen atau rencana akuisisi perusahaan. 2. Menjaga porsi kepemilikan saham dalam perusahaan melalui hak untuk memesan saham terlebih dahulu jika dan ketika saham diterbitkan. Hak untuk memesan saham terlebih dahulu adalah suatu hak untuk memastikan bahwa porsi kepemilikan seorang pemegang saham tidak akan berubah tanpa kemauan pemegang saham. 2. Saham Preferen (Preferred Stock) Menurut Bambang Riyanto (2001:180) menjelaskan bahwa: “Saham preferen (preferred stock) adalah saham dimana pemegang saham melepas hak suaranya sebagai ganti hak khusus seperti hak untuk mendapatkan dividen terlebih dahulu atau untuk didahulukan dalam proses likuidasi.”
Hak-hak yang dilepaskan oleh pemegang saham preferen: 1. Hak suara. Dalam kebanyakan kasus pemegang saham preferen tidak berhak untuk ikut serta dalam kepemilihan direksi. Hak suara dapat muncul dibawah ketentuan tertentu yang ditetapkan perusahaan yang menerbitkannya. 2. Pembagian keuntungan. Dividen tunai yang diterima oleh pemegang saham preferen biasanya tetap. Oleh karena itu jika kinerja perusahaan sangat baik, maka pemegang saham preferen tidak mendapat bagian.
Hak-hak yang diterima oleh pemegang saham preferen dibandingkan pemegang saham biasa: 1. Hak dividen tunai. Pemegang saham preferen mendapatkan bagian dari keuntungan perusahaan terlebih dahulu sebelum keuntungan tersebut dibagikan kepada pemegang saham lainnya. 2. Hak untuk didahulukan dalam proses likuidasi. 3. Jika perusahaan pailit, pemegang saham preferen didahulukan dalam pembagian investasi sepenuhnya sebelum bagian pemegang saham biasa dibayarkan.
2.1.4.3 Pengertian Return Seorang investor yang personal akan selalu berusaha agar investasinya mendatangkan return yang tinggi. Tingkat return tersebut merupakan tolak ukur
pertumbuhan investasi yang dilakukan., karena itu investasi akan sangat memperhatikan nilai dari return. Menurut Eduardus Tandelilin (2001:47) return adalah : “Salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya.” Return yang dimaksud dari definisi tersebut adalah return untuk saham biasa dan merupakan pembayaran kas yang diterima akibat pemillikan suatu saham ditambah perubahan harga saham lalu dibagi harga pada saat awal investasi.
2.1.4.4 Jenis Return Return saham merupakan perubahan dari keuntungan investasi yang diterima oleh investor dari suatu periode ke periode berikutnya. Jogiyanto (2008:195) menyatakan bahwa : “Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi tetapi diharapkan akan terjadi di masa mendatang. Return realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi dihitung menggunakan data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return historis ini juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi (expected return) dan risiko mendatang. Return ekspektasi (expected return) adalah return yang diharapkan akan diperoleh investor di masa mendatang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi sifatnya belum terjadi.”
2.1.4.5 Pengertian Return Saham Indonesia Stock Exchange (2006), menyatakan bahwa return saham adalah : “Return saham dapat diartikan sebagai keuntungan atau kerugian yang diperoleh dalam investasi pada suatu periode tertentu. Umumnya, semakin tinggi risiko yang harus ditanggung, maka potensi nilai return atau hasil juga akan semakin tinggi.” Charles P. Jhones (2000:8) menyatakan bahwa : “Common stock have produced an average, significantly larger return over the years than savings accounts or bonds to pursue higher returns inventor must assume large risk. Underflying all investment decisions it trade-off between expected return and risk. Therefore, we first consider these to basic parameters that are critical importance to all investors and the trade-off that exist between expected return and risk.”
Keuntungan investasi pada saham mengandung unsur ketidakpastian namun nilai keuntungan yang diharapkan investor tentu saja lebih tinggi karena berinvestasi pada saham diikuti oleh risiko yang tinggi pula dibandingkan investasi pada pasar uang berupa sertifikat deposito, commercial paper dan surat berharga pasar uang.
2.1.4.6 Perhitungan Return Saham Rumus untuk menghitung return sahm menurut Ross et al. (2003:238) adalah berdasarkan harga saham penutupan setiap akhir tahun : Ri =
2 " 2,2,-
Dalam hal ini :
2.2
Ri
: Return Saham (Ri)
4
: Harga saham pada periode t
4"
: Harga saham pada periode t-1
Kerangka Pemikiran Investor menanamkan modalnya dengan tujuan untuk memperoleh
keuntungan diantaranya dapat terealisasi dengan membeli saham perusahaaan ynag menunjukkan kinerja lebih baik dari rata-rata kinerja perusahaan lainnya. Tingkat kinerja dapat dianalisisi melalui rasio-rasio yang dapat menunjukkan pengelolaan modal, likuiditas dan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Menurut Agus Sartono (2003:257) debt to equity ratio adalah : “Salah satu rasio leverage yang digunakan untuk mengukur seberapa jauh perusahaan
menggunakan
hutang
sebagai
sumber
pembiayaan
perusahaan.”
Bambang Riyanto (2001:375) menyatakan : “Perusahaan yang menggunakan dana dengan beban tetap dikatakan menghasilkan tingkat leverage yang menguntungkan atau efek yang positif jika pendapatan yang diterima dari penggunaan dana dari beban tetap dari penggunaan dana tersebut. Dengan demikian akan meningkatkan keuntungan (return) pemegang saham. Sebaliknya, tingkat leverage itu dikatakan merugikan atau mempunyai efek yang negatif jika perusahan tidak dapat memperoleh pendapatan dari penggunaan dana tersebut sebanyak beban tetap yang harus dibayar, maka penggunaan leverage akan menurunkan keuntungan (return) pemegang saham.”
Weston dan Copeland yang dialihbahasakan oleh Jaka Wasana dan Kibrandoko (2000:20) mengemukakan bahwa : “Debt to equity ratio merupakan perbandingan antara jumlah hutang (hutang lancar atau hutang jangka pendek) dengan besarnya modal sendiri yang dimiliki oleh perusahaan. Rasio ini mengukur tingkat leverage (penggunaan hutang) perusahaan sebagai sumber pembiayaan perusahaan dengan menghitung bagian dari setiap modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang.” Perusahaan dikatakan mempunyai efek positif jika penggunaan debt to equity ratio yang meningkat dapat meningkatkan pula return saham yang diterima, sebaliknya dikatakan mempunyai efek yang negatif jika perusahaan tidak dapat memperoleh pendapatan (return) atas penggunaan dana tersebut. Lukman Syamsudin (2002:112) menyatakan bahwa : “Nilai debt to equity ratio yang semakin tinggi berarti nilai hutang perusahaan tersebut terhadap kebangkrutan atau tidak dapat memenuhi semua kewajiban juga semakin tinggi, pengaruh terhadap pendapatan juga semakin berkurang karena laba yang diperoleh perusahaan banyak yang dialokasikan untuk membayar cicilan hutang dan bunganya.”
Eduardus Tandelilin (2001:25) menyatakan : “Tujuan investor dalam berinvestasi adalah memaksimalkan return tanpa melupakan faktor risiko investasi yang dihadapinya. Return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya.”
Hasil atau keuntungan yang diterima oleh investor mungkin tidak sesuai dengan yang diharapkan, dapat lebih tinggi atau lebih rendah, penyimpangan itulah yang disebut risiko. Investor selalu mengharapkan keuntungan dari investasinya, namun tentu saja tidak dapat dipisahkan dari risiko yang ada. Saham memungkinkan investor
untuk mendpatkan return atau keuntungan (capital gain) dalam waktu singkat, namun dengan berfluktuasi harga saham maka saham juga dapat membuat investor mengalami kerugian dalam waktu singkat. Sudah sewajarnya
jika
investor mengharapkan return setinggi-tingginya dari investasi yang dilakukan namun harus tetap mempertimbangkan risiko yang tinggi dari suatu investasi mencerminkan tinginya tingkat return yang diharapkan. Saham dikenal dengan karakteristik high risk-high return, artinya saham merupakan surat berharga yang memberikan peluang keuntungan yang tinggi namun juga berpotensi risiko tinggi, sehingga dapat dikatakan hubungan antara return dan risiko berbanding searah. Systematic risk merupakan rasio yang berasal dari lingkungan eksternal perusahaan dan tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan. Systematic risk yang diukur dengan beta menunjukkan kepekaan return saham terhadap perubahan pasar, beta menggambarkan perubahan tingkat return akibat perubahan systematic risk, sehingga dapat dikatakan systematic risk berpengaruh terhadap tingkat return saham. Semakin tinggi risiko maka semakin tinggi keuntungan yang diharapkan oleh investor. Menurut Abdul Halim (2007:39), risiko sistematis adalah : “Risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi karena fluktuasi risiko ini dipengaruhi oleh faktor-faktor makro yang dapat mempengaruhi pasar secara keseluruhan.” Hubungan positif antara risiko dan keuntungan yang diharapkan dipertegas oleh pernyataan Jogiyanto (2008:230-231) yang menyatakan bahwa :
“Return ekspektasi dan risiko mempunyai hubungan yang positif. Semakin besar risiko suatu sekuritas, semakin besar return yang diharapkan. Sebaliknya juga benar semakin kecil return yang diharapkan, semakin kecil risiko yang ditanggung. Hubungan positif ini hanya berlaku untuk return ekspektasi atau ex-antre return (before the fact) yaitu untuk return yang belum terjadi. Untuk return realisasi (yang sudah terjadi) hubungan positif ini dapat tidak terjadi. Untuk pasar yang tidak rasional kadang kala return realisasi yang tinggi tidak mesti mempunyai risiko yang tinggi pula. Bahkan keadaan sebaliknya dapat terjadi, yaitu return realisasi yang tinggi hanya mempunyai risiko yang kecil.”
Financial risk adalah variabilitas laba yang akan diterima pemegang saham dan financial leverage merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi risiko finansial. Berbagai rasio finansial dapat dipergunakan untuk mengukur risiko dalam hubungannya dengan perusahaan yang menggunakan leverage dalam struktur modalnya. Pada saat perusahaan mengunakan hutang sebagai sumber pembiayaan perusahaan, maka perusahaan akan mendapat tambahan modal yang diharapkan dan dapat meningkatkan pendapatan perusahaan. Akan tetapi, hal ini juga akan menyebabkan meningkatnya risiko finansial perusahaan. Semakin tinggi rasio ini, maka semakin besar risiko finansial yang akan dihadapi oleh perusahaan. Karena rasio yang tinggi itu menunjukkan proporsi modal sendirinya rendah membiayai perusahaan. Agus Sartono (2003:271) menyatakan bahwa : “Perusahaan mengunakan operating dan financial leverage dengan tujuan agar keuntungan yang diperoleh lebih besar daripada biaya assets dan sumber dananya, dengan demikian akan meningkatkan variabilitas (risiko) keuntungan, karena jika perusahaan ternyata mendapatkan keuntungan yang lebih rendah dari biaya tetapnya maka penggunaan leverage tersebut sangat penting terutama untuk menunjukkan kepada analisis keuangan dalam melihat trade-off antara risiko dan tingkat keuntungan dari berbagai tipe keputusan finansial.”
Didasari oleh riset yang dilakukan oleh penelitian-penelitian sebelumnya, penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya yang bertujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai debt to equity ratio dan systematic risk dan pengaruhnya terhadap return saham perusahaan. Penelitian yang berhubungan dengan variabel dependen dan independen yang penulis teliti yaitu, penelitian yang dilakukan oleh Michell Suharli. Penelitian yang dilakukan oleh Michell Suharli (2005) dalam jurnalnya yang berjudul Studi Empiris Terhadap Dua Faktor Yang Mempengaruhi Return Saham Pada Industri Food & Beverages Di Bursa Efek Jakarta. Dari hasil penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa secara parsial debt to equity ratio tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham dan memiliki nilai korelasi negatif, dan systematic risk tidak berpengaruh terhadap return saham dan memiliki nilai korelasi negatif. Secara simultan debt to equity ratio dan systematic risk tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham dan memiliki nilai korelasi negatif. Penelitian mengenai faktor yang mempengaruhi return saham juga dilakukan oleh Sudarto et al. (1999) dalam Michell Suharli (2005:100). Penelitian tersebut dilakukan terhadap perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia. Dalam penelitian tersebut return saham sebagai variabel dependen sedangkan debt to equity ratio dan beta sebagai variabel independen. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa hubungan antara return dengan debt to equity ratio negatif dan tidak signifikan, sedangkan hubungan antara return dengan beta positif dan signifikan.
Hasil penelitian Supranto (1990), dalam Michell Suharli (2005:100), menyimpulkan bahwa hubungan return dengan debt to equity ratio negatif dan tidak signifikan sedangkan hubungan antara return dengan beta positif dan signifikan. Zulbahridar dan Jonius (2002) dalam Michell Suharli (2005:100), menyimpulkan bahwa dalam analisa menunjukkan variabel independen yaitu risiko dari leverage keuangan (debt on equity dan debt to equity ratio) secara bersama-sama mempunyai hubungan negatif yang mempenyai pengaruh signifikan terhadap tingkat keuntungan return saham. Perbedaaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada perusahaan yang menjadi sampel dan periode data yang digunakan. Pada penelitian Michell Suharli, sampel yang digunakan empat tahun dan pada industri food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2001-2004, dimana pada periode tersebut kondisi politik yang ditandai 3 kali pergantian presiden dan 1 kali pemilu, periode penelitian tersebut turut mempengaruhi kondisi perekonomian yang menjadikan hasil penelitian menolak hipotesis yang dibangun. Sedangkan penulis akan melakukan penelitian menggunakan periode 2004-2008, dimana pada tahun-tahun ini perekonomian mulai stabil dengan sampel yang digunakan adalah perusahaan LQ45 yang listing di Bursa Efek Indonesia tahun 2004-2008. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjawab apakah variabel independen diatas berpengaruh signifikan baik secara parsial maupun simultan terhadap variabel dependennya. Penulis mengambil sampel perusahaan LQ45 yaitu perusahaan yang termasuk deretan 45 saham yang
merupakan saham-saham dengan transaksi terbanyak di Bursa Efek Indonesia, itulah sebabnya perusahaan ini disebut dalam kategori LQ45 (Liquid 45), dan kebanyakan saham yang masuk ke dalam kategori LQ45 ini adalah saham Bluechip.
2.3
Hipotesis Faktor yang diteliti adalah debt to equity ratio dan systematic risk (beta),
sedangkan tingkat return saham di indikasikan dengan harga penutupan. Dari uaraian diatas, maka peneliti mengambil suatu hipotesis penelitian sebagai berikut: /
: Terdapat pengaruh yang signifikan dari debt to equity ratio terhadap return saham.
/
: Terdapat pengaruh yang signifikan dari systematic risk (beta) terhadap return saham.
/5
: Terdapat pengaruh yang signifikan dari debt to equity ratio dan systematic risk (beta) terhadap return saham secara simultan.
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1
Objek Penelitian
3.1.1
Unit Penelitian Unit penelitian dalam penelitian ini adalah Perusahaan LQ45 di Bursa
Efek Indonesia dengan objek penelitian yaitu tingkat debt to equity ratio, systematic risk dan return saham. Jadi, penelitian ini ditekankan pada ada atau tidaknya pengaruh debt to equity ratio dan systematic risk terhadap return saham pada perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia.
3.1.2
Populasi Penelitian Menurut Sugiyono (2008:115), menyebutkan bahwa : “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.” Populasi sasaran yaitu populasi yang digunakan untuk menjadi sasaran
penelitian. Sesuai dengan penelitian yang akan diteliti yaitu pengaruh debt to equity ratio dan systematic risk terhadap return saham, maka yang menjadi populasi sasaran dalam penelitian ini adalah Perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2008.
Berikut ini nama-nama perusahaan yang selama lima tahun berturut-turut pada periode 2004-2008 masuk kedalam kategori perusahaan LQ45 yang dijadikan sebagai populasi penelitian. Tabel 3.1 Perusahaan LQ45 yang dijadikan sebagai populasi penelitian No. Kode Perusahaan Nama Perusahaan 1 AALI PT. Astra Argo Lestari Tbk 2 ANTM PT. Aneka Tambang Tbk 3 ASII PT. Astra International Tbk 4 INDF PT. Indofood Sukses Makmur Tbk 5 ISAT PT. Indosat Tbk 6 KLBF PT. Kalbe Farma Tbk 7 MEDC PT. Medco Energi International Tbk 8 SMCB PT. Holcim Indonesia Tbk 9 TLKM PT. Telekomunikasi Indonesia (Sumber : www.idx.co.id yang telah diolah kembali)
3.1.3
Sampel penelitian Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. Sedangkan ukuran sampel merupakan suatu langkah untuk menentukan besarnya sampel yang diambil dalam melaksanakan suatu penelitian. Menurut Sugiyono (2008:116), menyebutkan bahwa : “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.” Dalam penelitian ini, sampel yang terpilih adalah Perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang memenuhi kriteria-kriteria yang telah ditentukan oleh penulis untuk dijadikan sebagai sampel penelitian. Adapaun kriteria-kriteria perusahaan LQ45 yang terpilih untuk dijadikan sebagai sampel penelitian adalah sebagai berikut :
1. Perusahaan yang konsisten masuk ke dalam kelompok LQ45 dalam jangka waktu lima tahun berturut-turut pada periode 2004-2008. 2. Perusahaan yang tidak mengalami kerugian pada periode 2004-2008. 3. Tahun buku perusahaan berakhir pada tanggal 31 Desember. 4. Perusahaan LQ45 yang listing di Bursa Efek Indonesia yang masuk sebagai sampel memiliki kelengkapan data yang dibutuhkan oleh penulis.
Berikut ini nama-nama Perusahaan LQ45 yang terpilih dan memenuhi kriteria-kriteria di atas untuk dijadikan sebagai sampel penelitian.
Table 3.2 Perusahaan LQ45 yang dijadikan sebagai sampel penelitian No Kode Perusahaan EMITEN 1 AALI PT. Astra Argo Lestari Tbk 2 INDF PT. Indofood Sukses Makmur Tbk 3 TLKM PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk (Sumber : www.idx.co.id yang telah diolah kembali)
3.1.4
Teknik Sampling Teknik
sampling
merupakan
teknik
pengambilan
sampel
untuk
menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik Non Probability Sampling. Pengertian Non Probability Sampling menurut Sugiyono (2008:120) adalah sebagai berikut :
“Non Probability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.”
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik Purposive Sampling. Menurut Sugiyono (2008:122), menyatakan bahwa : “Sampling
Purposive
adalah
teknik
penentuan
sampel
dengan
pertimbangan tertentu.”
3.1.5
Prosedur Pemilihan Objek Penelitian Prosedur yang dipilih penulis dalam memilih objek penelitian adalah
sebagai berikut : 1. Penulis melakukan survey pendahuluan melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id) dan Indonesian Capital Market Directory. 2. Penulis membaca teori yang berhubungan dengan objek yang akan diteliti. Dari hasil tersebut, penulis mendapatkan gambaran mengenai objek yang akan diteliti. 3. Penulis mengajukan usulan mengenai objek tersebut kepada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan dan pada akhirnya penulis mendapatkan persetujuan mengenai objek yang akan diteliti. 4. Penulis melakukan survey kembali dalam memenuhi objek-objek yang akan
diteliti
www.idx.co.id
melalui
situs
resmi
Bursa
Efek
Indonesia
(BEI)
3.2
Metode Penelitian
3.2.1
Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan penelitian asosiatif
dengan bentuk hubungan kausal (hubungan sebab-akibat). Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Sedangkan penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antar dua variabel atau lebih. Berdasarkan jenis datanya, penelitian ini mengguanakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif menurut Nur Indriantoro dan Bambang Supomo (2002:12), yaitu: “Penelitian kuantitatif menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel-variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik.” Metode ini akan meneliti secara seksama mengenai hubungan serta sifat antara masing-masing variabel yang diteliti. Dalam hal ini, metode penelitian kuantitatif tersebut menguji jawaban masalah atas hasil penelitian yang kebenarannya bersifat sementara, dimana hubungan antar variabel dalam penelitian ini akan dianalisa dengan menggunakan ukuran-ukuran statistik yang relevan dengan data tersebut.
3.2.2
Variabel Penelitian Variabel-variabel penelitian ini didefinisikan secara jelas sehingga tidak
menimbulkan pengertian ganda. Pengertian variabel itu sendiri merupakan konsep yang memiliki berbagai macam nilai. Menurut Sugiyono (2008:13), yaitu : “Suatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.” Sesuai dengan judul penelitian ini yaitu, Pengaruh Debt To Equity Ratio dan Systematic Risk Terhadap Return Saham, maka variabel dalam penelitian ini yaitu: 1. Variabel bebas (Independen variable) Variabel yang sifatnya menerangkan dan mempengaruhi variabel lain yang tidak bebas. Berdasarkan judul di atas, maka terdapat dua variabel yang menjadi variabel bebas yaitu Debt To Equity Ratio (X1) dan Systematic Risk (X2). 2. Variabel terikat (dependen variable) Variabel yang dipengaruhi oleh variabel lainnya yang sifatnya bebas. Berdasarkan judul di atas, maka yang menjadi variabel terikat adalah Return Saham (Y).
3.2.3
Operasional Variabel Untuk menguji hipotesis yang telah diajukan, maka pada saat membuat
konseptualisasi variabel-variabel yang akan diteliti perlu diberi batasan-batasan dan juga penjelasan sebagai berikut : Variabel independen terdiri dari : 1. Debt To Equity Ratio 2. Systematic Risk Sedangkan variabel dependen yaitu Return saham. Secara singkat variabel beserta indikatornya yang terkandung dalam judul penelitian ini diuraikan sebagai berikut :
Variabel Debt To Equity ratio ()
Tabel 3.3 Operasional Variabel Penelitian Konsep Indikator “Debt to equity ratio is computed by simply dividing the total debt of the firm (including current liabilities) by its shareholders equity.” (Horne dan Wachoviz, 1998:145)
Systematic Risk (beta) ()
DebtToEquityRatio =
Skala Rasio
Dalam hal ini: Total Debt : Total Hutang Total Equity : Modal sendiri (Agus Sartono, 2003:114)
“Beta a measure of volatility, or relative β = systematic risk.” (Jones, 2000:17)
6 ! $6 %$6 !%
N∑
&
$∑ %²
Dalam hal ini : X : Return pasar (Rm) Y : Return saham (Ri) N : Jumlah data Β : Beta saham (Budi et al., 1996:166)
Rasio
Rumus Untuk (X) Return Pasar (Rm) : '()* – '()*"Rm = '()*"Dalam hal ini : IHSGt : IHSG pada periode t IHSGt-1 : IHSG pada periode t1
Return Saham (Y)
3.2.4
(Ross et al, 2003:232) “Return from investment 2 - 2"security is cash flow and 7 = capital gain/loss.” 2"(Corrado dan Jordan 2000:5) Dalam hal ini : Ri = Return saham Pt = Harga saham pada periode t 4" = harga saham pada periode " (Ross et al., 2003:238)
Sumber Data Penelitian Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data sekunder.
Data sekunder adalah jenis data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip yang dipublikasikan dan tidak dipublikasikan. melalui situs resmi BEI www.idx.co.id., Indonesia Capital Market Directory (ICMB) yang meliputi, harga saham individual bulanan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan laporan keuangan tahunan (laporan laba rugi dan neraca).
]Rasio
Selain itu data yang digunakan dalam penelitian ini juga berasal dari berbagai literature seperti; penelitian lain, buku-buku tentang manajemen keuangan dan investasi. Dalam menghitung return saham (Y) menggunakan data harga saham individual tahunan. Debt to equity ratio () menggunakan data laporan keuangan (laporan laba rugi dan neraca) dari masing-masing emiten. Dalam perhitungan beta () digunakan harga saham bulanan dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
3.2.5
Teknik Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data sekunder, digunakan teknik pengumpulan data
yaitu sebagai berikut : 1. Penelitian Lapangan (field research) Metode Dokumentasi Mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, surat kabar, majalah dan sebagainya, yang dilakukan melalui penelitian langsung ke Pojok BEI untuk mendapatkan data laporan keuangan dan data lainnya yang diperoleh dari berbagai sumber, yaitu merujuk pada Indonesian Capital Market Directory, IDX Statistics, dan www.idx.co.id. 2. Penelitian Kepustakaan (library research) Adalah penelitian yang bersifat teoritis yang menelaah literatur-literatur, catatan-catatan kuliah, tulisan-tulisan ilmiah, artikel, jurnal, dan sumbersumber lainnya. Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh landasan
teori guna mendukung data-data sekunder yang diperoleh yang berkaitan dengan objek masalah yang diteliti.
3.2.6
Instrumen Penelitian Menurut Sugiyono (2008:13) menyatakan bahwa : “Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan dalam mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.” Jadi instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data dalam sebuah penelitian. Dalam metode penelitian biasanya dikenal tiga alat penelitian yaitu : daftar pertanyaan (kuisioner), wawancara, dan observasi langsung. Dalam penelitian ini penulis menggunakan instrumen penelitian observasi langsung ke situs resmi Bursa Efek Indonesia.
3.2.7
Model Penelitian Model penelitian merupakan abstraksi dari fenomena-fenomena yang
sedang diteliti. Dalam hal ini sesuai dengan judul penelitian yaitu Debt To Equity Ratio dan Systematic Risk terhadap Return Saham, maka model penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :
Debt To Equity Ratio (X1) Return Saham (Y)
Systematic Risk (X2)
Gambar 3.1 Model Penelitian Bila dijabarkan secara sistematis, hubungan dari variabel tersebut adalah : Y = f (X1, X2) Dimana : X1 = Debt To Equity Ratio X2 = Systematic Risk Y = Return Saham f = Fungsi
3.2.8
Analisis Data dan Rancangan Pengujian Hipotesis
3.2.8.1 Analisis Data Data yang akan dianalisis dalam penelitian ini berkaitan dengan hubungan antara variabel-variabel penelitian. Menurut Moch. Nazir (2004:419), analisis data adalah : “Mengelompokan,
membuat
suatu
urutan,
memanipulasi
menyingkatkan data sehingga mudah dibaca.” Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
serta
1. Analisis Deskriptif Menurut Sugiono (2003:142) analisa deskriptif adalah : “Menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.” Analisis deskriptif dalam penelitian ini mengenai pengaruh debt to equity ratio, systematic risk dan return saham, dengan rumusan masalah sebagai berikut : a. Analisis debt to equity ratio dan systematic risk (beta) Untuk analisis ini, peneliti memperoleh data dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Analisis debt to equity ratio DebtToEquityRatio =
Sumber: Agus Sartono (2003:114)
Analisis systematic risk (beta) 8=
∑ ! – $∑ %$∑!% ∑ & " $∑ %&
Sumber : Budie et al. (1996:166) Untuk menghitung X dan Y digunakan rumus sebagai berikut :
Rm (X) =
'()* " '()*,'()*,-
Sumber: (Ross et al, 2003:232) Ri (Y) =
2 " 2,2,-
Sumber: Ross et al. (2003:238)
b. Analisis return saham Menggunakan rumus sebagai berikut : Ri =
2 " 2,2,-
Sumber: Ross et al. (2003:2008)
2. Analisa Asosiatif Analisis asosiatif yaitu analisis yang digunakan untuk membahas data kuantitatif. Dengan asumsi bahwa data berdistribusi normal dan pengaruh kedua variabel
linier,
maka
pengujian
terhadap
hipotesis
dilakukan
dengan
menggunakan teknik statistik parametrik, karena teknik ini sesuai dengan data kuantitatif yaitu berupa angka. Software statistik yang akan digunakan dalam dalam penelitian ini adalah Statistic Package for Special Sciences (SPSS) version 17.0 for windows. Berdasarkan ukuran variabel yang keduanya sudah merupakan data kuantitatif, maka hipotesis akan di uji dengan menggunakan : a. Asumsi Klasik Dalam penelitian ini peneliti akan melakukan uji statistik regresi dalam mempelajari hubungan yang ada diantara variabel-variabel sehingga dari
hubunngan tersebut dapat ditaksir nilai variable jika variable bebasnya diketahui atau sebaliknya. •
Multikolinieritas Menurut Santoso (2004:203) uji multikolinieritas digunakan untuk menguji apakah ada korelasi antar variabel independen. Metode yang digunakan untuk mendeteksi adanya multikolinieritas dalam penelitian ini dengan menggunakan melihat besarnya value inflation factor (VIF), yakni dengan nilai VIF di bawah 10 dan tolerance variance di atas 0,1 maka tidak terjadi multikolinieritas (Mardani, 2001:29).
•
Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas
terjadi
karena
peubahan
situasi
yang
tidak
tergambarkan dalam spesifikasi model regresi. Dengan kata lain, Heteroskedastisitas terjadi jika residual tidak memiliki varians konstan. Gangguan Heteroskedastisitas sering muncul dalam data cross section, tetapi juga bisa terjadi pada time series. Gangguan Heteroskedastisitas dapat menjadikan hasil uji statistik tidak tepat serta interval keyakinan untuk parameter juga kurang tepat. Untuk menghilangkan gangguan Heteroskedastisitas dapat dengan mengkonversi ke dalam bentuk logaritma atau dengan menjalankan regresi dengan sistem kuadrat terkecil tertimbang (weighted least square).
•
Autokorelasi Auto korelasi dimaksudkan untuk menguji suatu ada tidaknya korelasi antar variabel pengganggu (e1) pada periode tertentu dengan variabel pengganggu pada periode sebelumnya (et-1). Wahid Sulaiman (2002:139) standar korelasi adalah sebagai berikut : 1. 1,65 < DW < 2,35 kesimpulannya tidak ada auto korelasi. 2. 1,12 < DW < 1,65 atau 2,35 < DW < 2,79 kesimpulanya tidak dapat disimpulkan. 3. DW < 1,21 atau DW > 2,79 kesimpulannya terjadi auto korelasi.
b. Analisis Regresi Sederhana Analisis regresi didasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausal variabel independen dengan variabel dependen. Adapaun bentuk persamaan regresi linier sederhana adalah : Y = a + bX Nilai a dan b ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : a=
$∑ 9%$∑ : ; %" $∑ :%$ ∑ :9%
b=
∑ :9" $∑ :%$ ∑ 9%
∑ : ; " $∑ : ; %
∑ : ; " $∑ :%;
Sumber : Sugiyono (2008:206) Dalam hal ini : X = Debt To Equity Ratio Y = Return Saham a = Pengaruh return saham, jika dipengaruhi oleh debt equity ratio
b = Angka arah atau koefisien regresi yang menunjukan angka return saham yang mengakibatkan debt to equity ratio n = Jumlah sampel
c. Analisis Regresi Berganda Analisis regresi ganda bermaksud meramalkan bagaiman (naik turunnya) variabel dependen, bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor perediktor dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya). Adapun bentuk regresi ganda menurut Sudjana dalam bukunya Metode Statistik (2204:235) yaitu: Y = a + -
-
+ &
&
Nilai a, < , < ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : ∑=
= a + < ∑ + < ∑
∑ = = a∑ + < ∑ ; + < ∑ ∑ = = a∑ + < ∑ + < ∑ ; Dalam hal ini : , = Debt to equity ratio dan Systematic risk y
= Return Saham a
= Intercept atau titik potong, merupakan nilai terikat dalam hal ini adalah rentabilitas (Y) pada suatu variabel independennya ( , ) adalah nol.
< =
Koefisien
regresi
multiple
antara
terhadapa
variabel
dependennya (Y) bila variabel independen dianggap konstan.
< = Koefisien regresi multiple antara terhadap variabel dependennya (Y) bila variabel independen dinggap konstan.
d. Analisis korelasi Korelai parsial digunakan untuk mengetahui seberapa erat hubungan antara masing-masing variabel independen dengan variabel dependen. Hubungan itu ditunjukan oleh koefisien korelasinya (r). 1) Analisis korelasi Pearson Product Moment Menurut Ridwan dan akdon dalam buku Rumus dan Data dalam Analisis Statistika (2007:122), yaitu : “Kegunaannya untuk mengetahui derajat hubungan antara variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen)”. Hubungan ini ditunjukan oleh koefisien korelasi ® rumusnya adalah sebagai berikut :
r=
@ ∑ A"∑ A ∑
BC@ ∑ A& " $∑ A%& D " C@ ∑ & " $∑ %& D
Dalam hal ini : r = koefisien korelasi pearson n = banyaknya sampel x = variabel independen y = variabel dependen Pada hakikatnya nilai koefisien korelasi r berkisar antara -1
1. Bila r = 0 atau mendekati nol, dikatakan bahwa hubungan antara variabel yang diteliti sangat lemah atau tidak ada hubungan. 2. Bila r = -1 atau mendekati r = -1, dikatakan bahwa hubungan antara variabel sangat kuat dan negative. 3. Bila r = 1 atau r mendekati = 1, maka dikatakan bahwa korelasi antara variabel sangat kuat dan positif. Untuk dapat memahami penafsiran terhadap koefisien korelasi yang ditemukan besar atau kecil, menurut Sugiyono Metode Penelitian Bisnis ada beberapa pedoman untuk memberikan interpretasi korelasi diantaranya adalah : Tabel 3.4 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi Interval Koefisien 0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,00 2) Analisis Korelasi ganda
Tingkat Hubungan Sangat rendah Rendah Sedang Kuat Sangat kuat
Analisis ini digunakan untuk mengetahun derajat atau kekuatan hubungan antara variabel independen (debt to equity ratio dan systematic risk), dengan variable dependen (return saham). Koefisien korelasi tersebut menurut Sugiyono (2008:256) didapat dengan rumus berikut :
EF .G .G =
B
H ; FI J H ; FI "HKLM HKL; HLML; " H ; II
Dimana : EF.I.I = Korelasi antara variabel dan secara bersana-sama dengan variabel Y. ryG = Koefisien product moment antara dan Y ryG = Koefisien product moment antara dan Y r = Korelasi product moment antar dan
e. Koefisien Determinasi Setelah keofisien diketahui dan untuk lebih mengetahui secara nyata besarnya pengaruh antara kedua variabel penelitian digunakan koefisien detetminasi menurut Subana dalam bukunya Dasar-dasar Penelitian Ilmiah (2001:174) yaitu sebagai berikut :
KD = O& x 100% Dimana : KD = koefisien determinasi r = koefisien korelasi
f. Uji t Untuk mengetahui pengaruh X terhadap Y secara parsial terhadap titik bebasnya, maka dilakukan pengujian koefisien korelasi secara parsial (uji t) yaitu dengan membandingkan t table dengan t hitung yang didapat dari :
t=
O √@"& Q-"O&
Dimana : t = Nilai Uji t r = koefisien korelasi R = koefisien determinasi n = banyaknya sampel Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut : Ho diterima bila : t TUVWXY Z t V[\]^ Ho ditolak bila : t TUVWXY _ t V[\]^ Apabila Ho diterima, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat suatu pengaruh atau hubungan yang tidak signifikan, sedangkan Ho ditolak maka pengaruh variabel independen terhadap dependen adalah signifikan.
g. Uji F Untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen, maka uji F yang didapat melalui rumus berikut ini :
7& /a F= $- " 7& %$@"a"-% Dimana : F = yang selanjutnya dibandingkan dengan R = koefisien korelasi berganda k = jumlah variabel independen n = jumlah anggota sampel
Distribusi F ini ditentukan oleh derajat kebebasan pembilang dan penyebut, yaitu k dan n-k-1.
Untuk uji F, criteria yang digunakan adalah : Ho diterima bila b
Ho ditolak bila >
Bila Ho diterima, maka hal ini diartikan bahwa pengaruh variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen dinilai tidak signifikan. Sedanngkan penolakan Ho menunjukan pengaruh yang signifikan dari variabel independen secara simultan terhadap suatu variabel dependen.
3.2.8.2 Rancangan Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan positif antara variabel X terhadap variabel Y. Hipotesis Nol (Ho) yaitu hipotesis yang menyatakan tidak adanya hubungan antara variabel X dan variabel Y dan hipotesis alternative (Ha) yaitu hipotesis yang menyatakan adanya hubungan antara variabel X dengan variabel Y. pada umumnya jka Ho ditolak maka Ha diterima. Rancangan hipotesis yang digunakan yaitu : 1. Penetapan hipotesis nol dengan hipotesis alternatif Adapun yang menjadi Ho dan Ha dalam penelitian ini adalah : a. Secara Parsial Hc : r = 0 : tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari debt to equity ratio terhadap return saham. Hd : r ≠ 0 : terdapat pengaruh yang signifikan dari debt to equity ratio terhadap return saham.
Hc : r = 0 : tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari systematic risk (beta) terhadap return saham. Hd : r ≠ 0 : terdapat pengaruh yang signifikan dari systematic risk (beta) terhadap return saham.
b. Secara Simultan /e : R = 0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari debt to equity ratio dan systematic risk (beta) terhadap return saham. / : r ≠ 0 : Terdapat pengaruh yang signifikan dari debt to equity ratio dan systematic risk (beta) terhadap return saham.
2. Penetapan tingkat signifikansi Tingkat signifikansi yang dipilih dalam penelitian ini adalah sebesar 0.05, karena dinilai cukup ketat dalam menguji hubungan antara variabel-variabel yang diuji atau menunjukan hubungan bahwa korelasi antara kedua variabel cukup nyata. Angka ini merupakan tingkat signifikansi yang umum dipaki dan dinilai tepat untuk penelitian ilmu-ilmu sosial dan dinilai cukup kuat mewakili hubungan antara variabel-variabel yang diteliti. Tingkat signifikansi 0.05 artinya kemungkinan besar hasil dari penarikan kesimpulan mempunyai probabilitas 95% atau toleransi 5%
3. Penetapan kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis Hipotesis yang telah ditetapkan sebelumnya diuji dengan menggunakan metode pengujian statistic t dan F. berdasarkan t, maka dapat dibuat kriteria penerimaannya dan penolakan hipotesis : Ho diterima bila : ≤ Ho ditolak bila : ≥ atau ≤ - Berdasarkan nilai F, maka dapat dibuat kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis sebagai berikut : Ho diterima bila : <
Ho ditolak bila : >
4. Penarikan kesimpulan Dari hipotesi-hipotesis yang diperoleh, dapat ditarik suatu kesimpulan apakah variabel-variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat baik secara simultan maupun secara parsial. Hal ini akan ditunjukan dengan penolakan hipotesis nol (Ho) atau penerimaan hipotesis alternatif (Ha).
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Penelitian
4.1.1
Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia
4.1.1.1 Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia Pada abad ke-19 dalam upaya meningkatkan perekonomian Indonesia, pemerintah Belanda mengembangkan secara besar-besaran sektor perkebunan. Untuk menjalankan usaha tersebut diperlukan dana yang tidak sedikit. Dana ini diperoleh dari para penabung yang sebagian besar adalah orang Belanda dan bangsa Eropa lainnya. Seiring berkembanngnya industri tersebut maka dirasakan dana yang tidak mencukupi lagi. Akhirnya pengusaha Belanda mendirikan Verenigin voor Effrctenhandel di Batavia pada tanggal 14 Desember 1912, dan ini merupakan titik awal perdagangan efek di Indonesia. Efek yang diperdagangkan pada masa itu sangat terbatas, yaitu meliputi saham dan obligasi dari perusahaan Belanda pada sektor perkebunan yang berkedudukan di Indonesia. Perkembangan pasar modal di Batavia, disusul pembukaan Bursa Efek di Surabaya pada tanggal 11 Januari 1925 dan di Semarang pada tanggan 1 Agustus 1925. Perang Dunia II telah banyak membuat perubahan pada keadaan dalam negeri di Indonesia. Mengingat keamanan menjadi prioritas utama maka pemerintah Hindia Belanda mengambil langkah memusatkan Bursa Efek di Jakarta dan menutup Bursa Efek di Surabaya dan Semarang. Namun akhirnya
Bursa Efek di Jakarta juga ditutup pada tanggal 10 Mei 1940. Pada tahun 1952, tujuh tahun setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaan bursa saham dibuka lagi di Jakarta dengan memperdagangkan saham dan obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan Belanda sebelum perang dunia. Kegiatan bursa saham kemudian berhenti lagi ketika pemerintah meluncurkan program nasionalisasi pada tahun 1956. Tidak sampai tahun 1977, bursa saham kembali dibuka dan ditangani oleh Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam), industri baru di bawah Departemen Keuangan. Kegiatan perdagangan dan kapitalisasi pasar saham pun mulai meningkat dan mencapai puncaknya pada tahun 1990 seiring dengan perkembangan pasar finansial dan sektor swasta. Pada tanggal 13 Juli 1992, bursa saham diswastanisasi menjadi PT. Bursa Efek Jakarta, swastanisasi bursa saham menjadi PT. Bursa Efek Jakarta ini mengakibatkan beralihnya fungsi Bapepam menjadi Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM). Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ. Pada tahun 1995 adalah tahun Bursa Efek Jakarta memasuki babak baru. Tepatnya pada tanggal 22 Mei 1995, BEJ meluncurkan Jakarta Automated Trading System (JATS), yaitu sebuah sistem perdagangan otomatis yang menggantikan sistem perdagangan manual. Dengan adanya sistem baru ini maka dapat memfasilitasi perdagangan saham dengan frekuensi yang lebih besar dan lebih menjamin kegiatan pasar yang fair dan transparan dibanding dengan perdagangan manual.
Swastanisasi sejumlah BUMN telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan Bursa Eefek Jakarta. Diakhir 1996 lima BUMN terdaftar di Bursa Efek Jakarta mencapai 26% dari total kapitalisasi pasar. BUMN tersebut adalah Semen Gresik, Indosat, Telkom, Tambang Timah, dan BNI. Pada tahun 2000, Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia. Pada tahun 2002, BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading). Dan pada tahun 2007 Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).
4.1.1.2 Struktur Organisasi dan Uraian Tugas Bursa Efek Indonesia Struktur organisasi Bursa Efek Indonesia adalah garis atau lini, dimana dalam kesehariannya BEI dipimpin oleh Direktur Utama yang membawahi satu orang direktur yaitu Direktur Pemeriksaan dan Divisi Komunikasi Perusahaan. Selain kedua bagian tersebut Direktur Utama juga secara tidak langsung dibantu oleh sekretaris perusahaan dan beberapa orang peneliti senior. Direktur Operasi membawahi empat orang direktur untuk membantu tugas kesehariannya, yaitu Direktur Pencatatan, Direktur Perdagangan, Direktur Keanggotaan, dan Direktur Administrasi. 1. Direktur Pemeriksaan membawahi empat divisi, yaitu : a. Divisi Pengawasan, bertugas mengadakan beberapa kegiatan untuk meningkatkan kemampuan sistem pengawasan Bursa Efek Indonesia
antara lain penyempurnaan sistem monitoring perdagangan melalui penerapan parameter perdagangan bursa. b. Divisi Hukum, bertugas menyiapkan kontrak-kontrak yang disiapkan oleh perusahaan dan menyempurnakan peraturan biasa. c. Satuan Pemeriksaaan Anggota Bursa, bertugas membantu tim audit dalam memeriksa dan mengaudit laporan keuangan para emiten. d. Satuan Pemeriksaan Internal, bertugas memeriksa dan mengaudit laporan keuangan perusahaan. 2. Direktur Pencatatan Membawahi dua divisi, yaitu : a. Divisi Pencatatan Sektor Jasa, bertugas mengevaluasi dan mengontrol perusahaan-perusahaan dalam sektor jasa. b. Divisi Pencatatan Sektor Pabrikan, bertugas mengevaluasi dan mengontrol perusahaan-perusahaan dalam sektor pabrikan. 3. Direktur Perdagangan membawahi dua divisi, yaitu : a. Divisi Perdagangan, bertugas menyediakan sarana perdagangan yang efisien, menyempurnakan peraturan perdagangan, menyempurnakan sistem perdagangan efek agar teratur. b. Divisi Riset dan Pengembangan, bertugas memberikan masukan bagi pengembangan instrument pasar dan bisnis informasi Bursa Efek Indonesia. Aktivitas rutin divisi ini mencakup penyusunan publikasi statistik mingguan, bulanan, tahunan, data base BEI, face book, dan jurnal BEI.
4. Direktur Keanggotaan membawahi satu divisi, yaitu : a. Divisi Keanggotaan, bertugas mengatur anggota bursa. 5. Direktur Administrasi membawahi tiga divisi, yaitu : a. Direktur Keuangan, bertugas mengambil inisiatif dalam melakukan integrasi laporan keuangan untuk mempercepat proses penyusunan laporan keuangan. b. Divisi
Umum,
bertugas
sebagai
penunjang
kegiatan
perusahaan
diantaranya penyusunan pedoman inventarisasi barang perusahaan, bertanggungjawab
dalam
pengadaan
kebutuhan
untuk
menunjang
kebutuhan perusahaan. c. Divisi Sumber Daya Manusia, bertugas untuk menunjang kelancaran operasi perusahaan dengan kebijakan perusahaan meningkatkan kualitas SDM di Bursa Efek Indonesia melalui program pelatihan dan pendidikan.
Tabel 4.1 Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia Periode 2008 – 2009 Dewan Direksi BEI Periode 2008 - 2009 E rry Firmansyah Eddy Sugito Direktur Utama Direktur Pencatan Direktur Perdagangan dan Keanggotaan
M. S. Z Sembiring
Direktur Adminstrasi
Wawan S, Setiamaihardja
Direktur Pemeriksaan
Justitia Tripurwosani
Kepala Divisi BEI Periode 2008 – 2009 Kadiv. Komunikasi Perusahaan
Saka Abadi
Kadiv. Sekretaris Perusahaan
Sri Haryati
Kadiv. Pencatatan Sektor Riil
Yose Rizal
Kadiv. Pencatatan Sektor jasa
Wan Wei Yiong
Kadiv. Riset dan Pengembangan
Kandi Sofia Dahlan
Kadiv. Keanggotaan
Bambang Aribowo
Kadiv. Keuangan
Hamdi Jassyarbaini
Kadiv. Umum
Erry T. P Hidayat
Kadiv. Sumber Daya Manusia
Windiarti S. Choesin
Kadiv. Teknologi ingormasi
Yohanes Liauw
Kadiv. Pengawasan
Bambang Widodo
Kadiv. Hukum
Isharsaya
Kepala Satuan Pemeriksaan Anggota Bursa
Kristian S. Manulang
Kepala Satuan Pemeriksa Internal
Widodo
Kepala Satuan
Edison Hulu
Kepala Satuan
Ade Indra Permana
Kepala Satuan
Ratna Djauhari
Kepala Satuan
Hendy D. Wong
Kepala Satuan
Tri Legono
Sumber: www.idx.co.id
4.1.1.3 Gambaran Umum Perusahaan 1. PT. Astra Argo Lestari Tbk. Bermula dari dibentuknya Divisi Agribisnis PT Astra International pada tahun 1983, yang memiliki usaha perkebunan ubi kayu seluas 2.000 hektar yang kebun ini kemudian dikonversi menjadi perkebunan karet. Budidaya tanaman kelapa sawit baru dimulai pada tahun 1984, yaitu dengan mengakuisisi PT Tunggal Perkasa Plantations, yang pada saat itu mengelola 15.000 hektar kebun kelapa sawit yang berlokasi di Riau, Sumatera. Pada tanggal 3 Oktober 1988, didirikanlah PT Suryaraya Cakrawala yang kemudian pada tahun 1989 berubah namanya menjadi PT Astra Agro Niaga. Pada tahun 1997 PT Astra Agro Niaga melakukan penggabungan usaha dengan PT Suryaraya Bahtera dan namanya berubah menjadi PT Astra Agro Lestari. Pada tanggal 9 Desember 1997, PT Astra Agro Lestari Tbk (AAL) menjadi perusahaan public yang tercatat di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya, yang kini menjadi Bursa Efek Indonesia, dengan menawarkan 125.800.000 lembar saham kepada publik dengan harga Rp 1.550 per lembar saham. Pada penutupan bursa di akhir tahun 2008, harga saham AAL adalah Rp 9.800 per lembar saham. Saat ini PT Astra Agro Lestari Tbk mengelola 250.883 hektar perkebunan kelapa sawit yang lokasinya tersebar di Pulau Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi dengan usia rata-rata tanamannya adalah 14 tahun, suatu usia tanaman dengan tingkat produktivitas puncak. Sampai dengan akhir 2008, jumlah karyawan tetap PT Astra Agro Lestari Tbk mencapai 22.105 orang.
2. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Berawal dari sebuah perusahaan mi instan, Indofood secara progresif telah bertransformasi menjadi sebuah perusahaan Total Food Solutions dengan kegiatan operasi yang mencakup seluruh tahapan proses produksi makanan, mulai dari produksi dan pengolahan bahan baku hingga menjadi produk akhir yang tersedia di rak para pedagang eceran. Sebagai perusahaan terkemuka dalam industry makanan olahan di Indonesia, Indofood didukung oleh system distribusi yang ekstensif sehingga produk-produknya dikenal di seluruh penjuru Nusantara. Perseroan mengoperasikan empat Kelompok Usaha Strategis (Grup) yang saling melengkapi: •
Produk Konsumen Bermerek (CBP), memproduksi berbagaimacam produk makanan dalam kemasan yang tercakup dalam Divisi Mi Instan, Penyedap Makanan, Makanan Ringan serta Nutrisi & Makanan Khusus. Dengan diakuisisinya PT Indolakto (Indolakto) pada tahun 2008, Divisi Dairy merupakan divisi baru di Grup CBP, yang akan memperkuat posisi grup ini di pasar yang memiliki pertumbuhan pesat. Kegiatan Grup CBP didukung oleh Divisi Bumbu dan Kemasan.
•
Bogasari, memiliki kegiatan utama memproduksi tepung terigu, pasta dan biskuit. Kegiatan grup ini didukung oleh unit perkapalan.
• Agribisnis, kegiatan utama grup ini meliputi penelitian dan pengembangan, pembibitan kelapa sawit, pemuliaan, termasuk juga penyulingan, branding, serta pemasaran minyak goreng, margarin dan shortening. Di samping itu,
kegiatan usaha grup ini juga mencakup pemuliaan dan pengolahan karet, tebu, kakao dan teh. • Distribusi, memiliki jaringan distribusi yang paling luas di Indonesia. Grup ini mendistribusikan hampir seluruh produk konsumen Indofood dan produkproduk pihak ketiga. Warisan Indofood terbesar saat ini adalah kekuatan merekmerek yang dimilikinya, bahkan banyak di antara merek tersebut melekat di hati masyarakat Indonesia selama bertahun-tahun. Ini termasuk beberapa merek mi instan (Indomie, Supermi dan Sarimi), tepung terigu (Segitiga Biru, Kunci Biru dan Cakra Kembar), minyak goreng (Bimoli), margarin (Simas Palmia). Meskipun menghadapi kompetisi ketat, merek-merek ini tetap merupakan pemimpin pasar di masing-masing segmennya, dikenal atas produknya yang berkualitas dengan harga terjangkau.
3. PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. TELKOM, perusahaan yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh negara, merupakan penyedia utama layanan sambungan telepon tidak bergerak kabel di Indonesia. PT Telekomunikasi Selular (“Telkomsel”), anak perusahaan yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh TELKOM, juga merupakan operator telepon selular terbesar di Indonesia. TELKOM menyediakan beragam layanan telekomunikasi lainnya termasuk layanan interkoneksi, jaringan, data dan internet serta layanan terkait lainnya. Perusahaan bertujuan untuk mengoperasikan jaringan telekomunikasi dan menyediakan layanan telekomunikasi dan informasi.
Pada tahun 1884, pemerintah kolonial Belanda mendirikan perusahaan swasta untuk menyediakan layanan pos dan telegraf domestik dan kemudian layanan telegraf internasional. Layanan telepon diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1882. Sampai dengan 1906, layanan telepon disediakan oleh perusahaan swasta yang memiliki lisensi dari pemerintah untuk jangka waktu 25 tahun. Pada tahun 1906, pemerintah
kolonial
Belanda
membentuk
lembaga
pemerintah
untuk
mengendalikan seluruh layanan pos dan telekomunikasi di Indonesia. Pada tahun 1961, sebagian besar dari layanan ini dialihkan kepada perusahaan milik negara. Pemerintah memisahkan layanan pos dan telekomunikasi pada tahun 1965 ke dalam dua perusahaan milik negara, yaitu PN Pos dan Giro dan PN Telekomunikasi. Pada tahun 1974, PN Telekomunikasi dipecah menjadi dua perusahaan milik negara, yaitu Perusahaan Umum Telekomunikasi (“Perumtel”) sebagai penyedia layanan telekomunikasi domestik dan internasional serta PT Industri Telekomunikasi Indonesia (“PT INTI”) sebagai perusahaan pembuat perangkat telekomunikasi. Pada tahun 1980, bisnis telekomunikasi internasional dialihkan kepada PT Indonesian Satellite Corporation (“Indosat”). Pada tahun 1991, status Perumtel berubah menjadi perseroan terbatas milik negara dengan nama Perusahaan Perseroan (Persero) PT Telekomunikasi Indonesia, yang lebih dikenal dengan nama TELKOM. Sebelum tahun 1995, operasi bisnis TELKOM dibagi ke dalam duabelas wilayah operasi, yang dikenal sebagai “Witel”. Setiap Witel memiliki struktur manajemen yang bertanggung
jawab atas seluruh aspek bisnis di wilayahnya masing-masing, mulai dari penyedia layanan telepon hingga manajemen dan keamanan properti. Pada tahun 1995, duabelas Witel TELKOM diubah menjadi tujuh divisi regional (Divisi I Sumatera; Divisi II Jakarta dan sekitarnya; Divisi III Jawa Barat; Divisi IV Jawa Tengah dan DI Yogyakarta; Divisi V Jawa Timur; Divisi VI Kalimantan; dan Divisi VII Indonesia bagian Timur) serta satu Divisi Network. TELKOM melakukan kesepakatan Kerja Sama Operasi (KSO) dengan mengalihkan hak untuk mengoperasikan lima dari tujuh divisi regional (Divisi Regional I, III, IV, VI dan VII) kepada konsorsium swasta. Dengan kesepakatan tersebut, maka mitra KSO akan mengelola dan mengoperasikan divisi regional untuk periode waktu tertentu, melaksanakan pembangunan sambungan telepon tidak bergerak dalam jumlah yang telah ditetapkan dan pada akhir periode kesepakatan, mengalihkan fasilitas telekomunikasi yang telah dibangun kepada TELKOM dengan kompensasi yang besarnya telah disepakati. Pendapatan dari KSO akan dibagi antara TELKOM dan mitra KSO. Menyusul krisis ekonomi Indonesia, yang dimulai pada pertengahan tahun 1997, beberapa mitra KSO mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajibannya kepada TELKOM yang kemudian menimbulkan perbedaan pendapat. TELKOM mengadakan perjanjian untuk mengakuisisi mitra-mitra KSO di regional I, III, dan VI, dan menyesuaikan isi kesepakatan KSO dengan mitra-mitranya di regional IV dan VII untuk memperoleh hak pengawasan pengambilan keputusan-keputusan keuangan dan operasional di regional yang bersangkutan.
Pada
tahun
1999,
Pemerintah
mengeluarkan
Undang-undang
Telekomunikasi No. 36 (“Undang-undang Telekomunikasi”) yang berlaku efektif pada bulan September 2000. Undang-undang tersebut merupakan pedoman yang mengatur reformasi industri telekomunikasi, termasuk liberalisasi industri, memfasilitasi masuknya pemain baru dan menumbuhkan persaingan usaha yang sehat. Sebelum undangundang tersebut dikeluarkan, TELKOM dan Indosat merupakan pemilik bersama dari sebagian besar perusahaan telekomunikasi di Indonesia. Reformasi yang dilakukan Pemerintah kemudian menghapus kepemilikan bersama tersebut untuk mendorong terciptanya iklim usaha yang kompetitif. Berdasarkan Undang-undang Telekomunikasi, pada tanggal 1 Agustus 2001, Pemerintah mengakhiri hak eksklusif TELKOM sebagai satu-satunya penyelenggara layanan telepon tidak bergerak kabel di Indonesia dan Indosat sebagai satu-satunya penyelenggara layanan sambungan langsung internasional (SLI). Hak eksklusif TELKOM sebagai penyedia layanan sambungan lokal dan layanan sambungan langsung jarak jauh berakhir masing-masing pada bulan Agustus 2002 dan Agustus 2003. Pada tanggal 7 Juni 2004, TELKOM meluncurkan layanan SLI.
4.1.2
Kondisi Debt To Equity Ratio Perusahaan-Perusahaan LQ45 Debt to equity ratio merupakan varian dari rasio leverage. Rasio ini
merupakan perbandingan antara jumlah hutang dengan besarnya modal sendiri yang dimiliki perusahaan, seperti yang disajikan berikut ini : DebtToEquityRatio =
Pada tabel dibawah ini dapat digambarkan mengenai kondisi debt to equity ratio PT. Astra Argo Lestari Tbk. (AALI), PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF), dan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. (TLKM), periode 2004-2008 yang mempublikasikan laporan keuangannya di Bursa Efek Indonesia. Adapun besarnya debt to equity ratio yang dimiliki perusahaan tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.2 Debt To Equity Ratio (DER) PT. Astra Argo Lestari Tbk, PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, dan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk Periode 2004-2008 No
Nama Perusahaan
Tahun
2004 2005 PT. Astra Argo 1. 2006 Lestari Tbk. 2007 2008 2004 2005 PT. Indofood Sukses 2. 2006 Makmur Tbk. 2007 2008 2004 2005 PT. Telekomunikasi 3. 2006 Indonesia Tbk. 2007 2008 (Sumber: Hasil Olah Data Penulis, 2010)
Total Debt 1,229,991 488,377 657,846 1,150,575 1,183,215 10,663,751 10,042,582 10,575,307 18,679,042 26,432,369 31,069,318 32,573,450 38,879,969 39,005,419 47,258,399
Total equity 2,065,335 2,622,642 2,748,567 4,060,602 5,156,245 4,256,053 4,308,449 5,034,463 7,126,596 8,498,749 20,261,342 23,292,401 28,068,689 33,748,579 34,314,071
DER (%) 0.60 0.19 0.24 0.28 0.23 2.50 2.33 2.10 2.62 3.11 1.53 1.40 1.39 1.16 1.38
Grafik Debt To Equity Ratio Periode 2004-2008 3.5 3 2.5
AALI
2
INDF
1.5
TLKM
1 0.5 0 2004
2005
2006
2007
2008
Tahun Gambar 4.1 Grafik Debt To Equity Ratio Berdasarkan grafik di atas, untuk tahun 2004 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) memiliki debt to equity ratio yang paling tinggi yaitu sebesar 2.50%, sedangkan PT. Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) memiliki debt to equity ratio yang paling rendah yaitu sebesar 0.60%. Untuk tahun 2005 2005 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) memiliki debt to equity ratio yang paling tinggi yaitu sebesar 2.33%, sedangkan PT. Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) memiliki debt to equity ratio yang paling rendah yaitu sebesar 0.19%. Untuk tahun 2006 200 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) memiliki debt to equity ratio yang paling tinggi yaitu sebesar 2.10%, sedangkan PT. Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) memiliki debt to equity ratio yang paling rendah yaitu sebesar 0.24%.
Untuk tahun 2007 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) memiliki debt to equity ratio yang paling tinggi yaitu sebesar 2.62%, sedangkan PT. Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) memiliki debt to equity ratio yang paling rendah yaitu sebesar 0.28%. Untuk tahun 2008 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) memiliki debt to equity ratio yang paling tinggi yaitu sebesar 3.11%, sedangkan PT. Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) memiliki debt to equity ratio yang paling rendah yaitu sebesar 0.23%. Dari tabel 4.2 di atas maka dapat dihitung nilai statistik deskriptif debt to equity ratio dengan menggunakan SPSS 17.0 for windows. Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.3 Hasil Analisis Statistik Deskriptif Debt To Equity Ratio Secara Keseluruhan Descriptive Statistics N
Minimum
DER
15
Valid N (listwise)
15
Maximum
.19
3.11
Mean 1.4040
Std. Deviation .96825
Dengan melihat hasil analisis statistik deskriptif pada tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa mean atau rata-rata debt to equity ratio dari 3 perusahaan yang menjadi sampel adalah 1.4040% sedangkan untuk debt to equity ratio yang tertinggi yaitu sebesar 3.11% pada PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. pada tahun 2008. Untuk debt to equity ratio terendah yaitu sebesar 0.19% yang terjadi pada PT. Astra Agro Lestari Tbk. pada tahun 2005.
4.1.3
Kondisi Systematic Risk Perusahaan-perusahaan LQ45 Kepekaan return saham terhadap perubahan pasar biasa disebut dengan
beta investasi. Beta secara singkat dapat dihitung berdasarkan data historis return saham dan proyeksinya return pasar saham. Beta saham positif berarti mempunyai hubungan positif dengan kondisi pasar, bila return pasar naik maka return saham juga naik dan sebaliknya. Pada tabel dibawah ini dapat digambarkan mengenai kondisi systematic risk PT. Astra Argo Lestari Tbk (AALI), PT. Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), dan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), periode 2004-2008 yang mempublikasikan laporan keuangannya di Bursa Efek Indonesia. Adapun besarnya systematic risk yang dimiliki perusahaan tersebut dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.4 Penghitungan Return Saham dan Return Pasar PT. Astra Argo Lestari Tbk, PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, dan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk Periode 2004-2008 (Dalam Persen) Tahun
2004
2005
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret
AALI 0.06 0.21 -0.03 0.18 0.09 -0.10 -0.01 0.13 0.02 0.14 0.13 -0.06) -0.03 0.03 0.29
Return Saham INDF 0.06 0 -0.06 -0.06 -0.07 0 0 -0.04 0 0 0.11 0.07 0.09 0.07 0.25
TLKM 0.02 -0.03 -0.04 -0.04 0.10 0 0.05 -0.01 -0.46 0.05 0.15 -0.04 -0.01 -0.08 0.01
Return Pasar 0.02 0.01 -0.03 0.06 -0.06 -0.00 0.03 -0.01 0.10 0.05 0.14 0.02 0.05 0.03 0.01
2006
2007
2008
April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
-0.10 0.01 0.09 -0.03 0.01 0.08 0.10 0.04 0.05 0.09 0.10 0.06 0.02 -0.02 0 0.28 0.10 -0.01 0.07 0.09 0.18 0.05 -0.05 0.00 0.25 -0.04 -0.09 0.12 -0.07 0.17 0.34 0.13 0.10 0.08 0.05 -0.18 -0.08 0.12 0.12 -0.26 -0.18 -0.28 -0.53 0.40 0.16
(Sumber: Hasil Olah Data Penulis, 2010)
-0.12 0.18 -0.08 -0.08 0.01 -0.03 0.03 0.02 0.00 0.01 0.04 0.02 0.01 -0.17 -0.06 0.19 0.13 0.05 0.06 0.05 -0.04 0.25 -0.08 -0.03 0.08 0.05 0.17 -0.01 -0.07 0.04 0.14 0.15 0.02 0.10 0.04 -0.21 -0.02 0.23 -0.14 -0.05 -0.01 -0.13 -0.44 -0.11 -0.04
-0.04 0.09 0.08 0.03 -0.05 0.01 0.10 0.06 0.03 0.05 0.11 0.03 0.06 -0.07 0.04 0.01 0.06 0.07 -0.01 0.18 0.02 -0.06 -0.06 0.11 0.07 -0.09 0.03 0.14 -0.03 0.01 -0.02 0.06 0 -0.09 0.06 -0.02 -0.08 -0.08 -0.10 0.05 0.04 -0.11 -0.24 0.08 0.18
-0.05 0.06 0.03 0.05 -0.11 0.03 -0.01 0.03 0.06 0.06 -0.00 0.08 0.11 -0.09 -0.01 0.03 0.06 0.07 0.03 0.09 0.05 -0.03 -0.01 0.05 0.09 0.04 0.03 0.10 -0.07 0.08 0.12 0.02 0.02 -0.04 0.04 -0.10 -0.06 0.06 -0.04 -0.02 -0.06 -0.15 -0.31 -0.01 0.09
Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung systematic risk (beta), seperti yang disajikan berikut ini :
β= N
²
Tabel 4.5 Systematic Risk (Beta) PT. Astra Argo Lestari Tbk, PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, dan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk Periode 2004-2008 (Dalam Persen) Systematic Risk
Tahun AALI 2004 2005 2006 2007 2008
INDF 0.38 0.14 0.29 0.23 0.52
TLKM 0.59 0.34 0.94 0.19 1.26
0.32 0.49 0.64 0.68 0.81
(Sumber: Sumber: Hasil Olah Data Penulis, 2010)
Grafik Systematic Risk Periode 2004-2008 1.4 1.2 1
AALI
0.8
INDF
0.6
TLKM
0.4 0.2 0 2004
2005
2006
2007
Tahun Gambar 4.2 Grafik Systematic Risk
2008
Berdasarkan grafik di atas, untuk tahun 2004 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) memiliki systematic risk yang paling tinggi yaitu sebesar 0.59%, sedangkan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. (TLKM) memiliki systematic risk yang paling rendah yaitu sebesar 0.32%. Untuk tahun 2005 PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. (TLKM) memiliki systematic risk yang paling tinggi yaitu sebesar 0.49%, sedangkan PT. Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) memiliki systematic risk yang paling rendah yaitu sebesar 0.14%. Untuk tahun 2006 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) memiliki systematic risk yang paling tinggi yaitu sebesar 0.94%, sedangkan PT. Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) memiliki systematic risk yang paling rendah yaitu sebesar 0.29%. Untuk tahun 2007 PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. (TLKM) memiliki systematic risk yang paling tinggi yaitu sebesar 0.68%, sedangkan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) memiliki systematic risk yang paling rendah yaitu sebesar 0.19%. Untuk tahun 2008 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) memiliki systematic risk yang paling tinggi yaitu sebesar 1.26%, sedangkan PT. Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) memiliki systematic risk yang paling rendah yaitu sebesar 0.52%.
Dari tabel 4.5 dapat dihitung nilai statistik deskriptif systematic risk dengan menggunakan SPSS 17.0 for windows. Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.6 Hasil Analisis Statistik Deskriptif Systematic Risk Secara Keseluruhan Descriptive Statistics N
Minimum
Systematic Risk
15
Valid N (listwise)
15
Maximum
.14
1.26
Mean
Std. Deviation
.5213
.30894
Dengan melihat hasil dari analisis statistik deskriptif pada tabel 4.6 di atas dapat dilihat bahwa mean atau rata-rata systematic risk dari 3 perusahaan yang menjadi sampel adalah 0.5213% sedangkan untuk systematic risk yang tertinggi yaitu sebesar 1.26% pada PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. pada tahun 2008. Untuk systematic risk terendah yaitu sebesar 0.14% yang terjadi pada PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. pada tahun 2004.
4.1.4
Return Saham Return suatu saham adalah hasil yang diperoleh dari investasi dengan cara
menghitung selisih harga saham periode berjalan dengan periode sebelumnya dengan mengabaikan dividen, maka dapat ditulis rumus sebagai berikut : Ri =
2 " 2,2,-
Pada tabel dibawah ini dapat digambarkan mengenai kondisi return saham PT. Astra Argo Lestari Tbk (AALI), PT. Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), dan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), periode 2004-2008 yang mempublikasikan laporan keuangannya di Bursa Efek Indonesia. Adapun besarnya return saham dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.7 Return Saham PT. Astra Argo Lestari Tbk, PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, dan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk Periode 2004-2008 (Dalam Persen) No
Nama Perusahaan
1.
PT. Astra Argo Lestari Tbk.
2.
PT. Indofood Sukses Makmur Tbk.
3.
PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk.
Tahun
Harga Saham
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Sumber : www.idx.co.id yang telah diolah kembali
1,725 3,100 4,900 12,600 28,000 9,800 800 800 910 1,350 2,575 930 6,750 4,825 5,900 10,100 10,150 6,900
Return Saham 0.80 0.58 1.57 1.22 -0.65 0 0.14 0.48 0.91 -0.64 -0.29 0.22 0.71 0.00 -0.32
Grafik Return Saham Periode 2004-2008 2 1.5 AALI
1
INDF
0.5
TLKM
0 -0.5
2004
2005
2006
2007
2008
-1
Tahun
Gambar 4.3 Grafik Return Saham Berdasarkan grafik di atas, untuk tahun 2004 PT. Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) memiliki return saham yang paling tinggi yaitu sebesar 0.80%, sedangkan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. (TLKM) memiliki return saham yang paling rendah yaitu sebesar -0.29%. Untuk ntuk tahun 2005 2005 PT. Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) memiliki return saham yang paling tinggi yaitu sebesar sebesar 0.58%, sedangkan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) memiliki return saham yang paling rendah yaitu sebesar 0.14%. Untuk ntuk tahun 2006 2006 PT. Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) memiliki return saham yang paling tinggi yaitu sebesar 1.57, sedangkan PT. Indofood Ind Sukses Makmur Tbk. (INDF) memiliki return saham yang paling rendah yaitu sebesar 0.48%.
Untuk tahun 2007 PT. Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) memiliki return saham yang paling tinggi yaitu sebesar 1.22%, sedangkan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. (TLKM) memiliki return saham yang paling rendah yaitu sebesar 0.00%. Untuk tahun 2008 PT. Telekomunkasi Indonesia Tbk. (TLKM) memiliki return saham yang paling tinggi yaitu sebesar -0.32%, sedangkan PT. Astra Agro Industri Tbk. (AALI) memiliki return saham yang paling rendah yaitu sebesar 0.65%. Dari tabel 4.7 dapat dihitung nilai statistik deskriptif return saham dengan menggunakan SPSS 17.0 for windows. Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.8 Hasil Analisis Statistik Deskriptif Return Saham Secara Keseluruhan Descriptive Statistics N
Minimum
Return Saham
15
Valid N (listwise)
15
-.65
Maximum 1.57
Mean .3153
Std. Deviation .65940
Dengan melihat hasil dari pengolahan data di atas dapat dilihat bahwa mean atau rata-rata return saham dari 3 perusahaan yang menjadi sampel adalah 0.3153% sedangkan untuk return saham yang tertinggi yaitu sebesar 1.57% pada PT. Astra Agro Lestari Tbk. pada tahun 2006. Untuk return saham terendah yaitu sebesar -0.65% yang terjadi pada PT. Astra Agro Lestari Tbk. pada tahun 2008.
4.1.5
Uji Asumsi Klasik
4.1.5.1 Uji Autokorelasi Pengujian autokorelasi dimaksudkan untuk memastikan apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan periode t-1 atau periode sebelumnya sehingga diperoleh hasil regresi yang valid dan dapat digunakan untuk melakukan pengujian terhadap hipotesis yang diajukan. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi, maka dilakukan pengujian Durbin-Watson (DW) dengan ketentuan sebagai berikut : 4. 1.65 < DW < 2.35 kesimpulannya tidak ada auto korelasi. 5. 1.12 < DW < 1.65 atau 2.35 < DW < 2.79 kesimpulanya tidak dapat disimpulkan. 6. DW < 1.21 atau DW > 2.79 kesimpulannya terjadi auto korelasi.
Untuk selengkapnya hasil autokorelasi menggunakan SPSS 17.0 for windows ditunjukkan pada tabel berikut ini : Tabel 4.9 Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb
Model 1
Durbin-Watson 1.747
a. Predictors: (Constant), Systematic Risk, Debt To Equity Ratio b. Dependent Variable: Return_Saham
Dari tabel 4.9 di atas didapat nilai Durbin Watson sebesar 1.747, nilai ini terletak pada interval 1.65 < DW < 2.35. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam data pengamatan tidak tejadi autokorelasi.
4.1.5.2 Uji Multikoliniearitas Uji multikoliniearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Cara mendeteksi multikolinearitas dengan pengujian statistik adalah dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF). Pedoman suatu model regresi yang bebas multikolinearitas adalah mempunyai nilai VIF disekitar angka 1 dan angka tolerance mendekati 1. Batas VIF adalah 10, jika nilai VIF dibawah 10, maka tidak terjadi gejala multikolinearitas atau sebaliknya (Gujarati, 2003:362). Pada tabel dibawah ini dapat dilihat nilai VIF untuk masing-masing variable bebas sebagai berikut : Tabel 4.10 Uji Multikolinearitas Coefficientsa Collinearity Statistics Model 1
Tolerance
VIF
(Constant) Debt To Equity Ratio
.734
1.362
Systematic Risk
.734
1.362
a. Dependent Variable: Return Saham
Berdasarkan hasil diatas menunjukkan tidak adanya korelasi yang cukup kuat antara sesama variabel bebas, dimana nilai VIF lebih kecil dari sepuluh dan dapat disimpulkan tidak terdapat multikolinieritas diantara variabel bebas.
4.1.5.3 Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Adapun untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas, yaitu dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot. (Singgih Santoso, 2000:210). Untuk selengkapnya hasil multikolinearisitas ditunjukkan pada grafik scatterplot dibawah ini :
Gambar 4.4 Grafik Scatterplot
Dengan melihat tampilan grafik scatterplot (gambar 4.4), terlihat titik-titik menyebar secara acak, tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. hal ini berarti tidak terjadi heterokedastisitas, sehingga model regresi layak dipakai karena memenuhi asumsi heteroskedastisitas.
4.2
Pembahasan Penelitian
4.2.1
Analisis Pengaruh Debt To Equity Ratio Terhadap Return Saham Pada tabel di bawah ini dapat digambarkan data debt to equity ratio pada
perusahaan LQ45 periode 2004-2008 sebagai berikut : Tabel 4.11 Debt To Equity Ratio PT. Astra Argo Lestari Tbk, PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, dan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk Periode 2004-2008 (Dalam Persen) No
Perusahaan
1. AALI 2. INDF 3. TLKM Rata-rata per tahun
2004
2005
0.60 2.50 1.53 1.54
2006
0.19 2.33 1.40 1.31
2007
0.24 2.10 1.39 1.24
2008
0.28 2.62 1.16 1.35
Rata-rata
0.23 3.11 1.38 1.57
0.31 2.53 1.37
(Sumber: Hasil Olah Data Penulis, 2010)
Adapun langkah pengujian statistik ini dilakukan sebagai berikut : a. Analisis Regresi Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan dengan menggunakan SPSS 17.0 for windows, maka hasil regresi akan disajikan pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.12 Regresi Debt To Equity Ratio Terhadap Return Saham Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) Debt To Equity Ratio
a. Dependent Variable: Return Saham
Std. Error .923
.236
-.371
.140
Standardized Coefficients Beta
t -.592
Sig. 3.906
.002
-2.649
.020
Dari perhitungan regresi yang telah diolah, maka diperoleh bentuk persamaan regresi linier sebagai berikut: Y = 0.923 – 0.371
Dari persamaan diatas, dapat disimpulkan bahwa konstanta a sebesar 0.923 artinya pada saat debt to equity ratio sama dengan 0 satuan maka return saham adalah sebesar 0.923 satuan, dan nilai b negatif sebesar 0.371 artinya bahwa setiap kenaikan 1% pada debt to equity ratio, akan menurunkan return saham sebesar 0.371%.
b. Analisis Korelasi Analisis Korelasi digunakan untuk membahas derajat hubungan antara variabel X dengan variabel Y atau untuk mengetahui kuat atau lemahnya hubungan antara variabel X dengan variabel Y. Pengukuran koefisien ini dilakukan dengan menggunakan koefisien korelasi parsial antara variabel debt to equity ratio () dengan return saham (Y), dengan anggapan bahwa variabel systematic risk () konstan.
Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, maka hasil dari korelasi disajikan pada tabel sebagai berikut : Tabel 4.13 Korelasi Debt To Equity Ratio Terhadap Return Saham Menggunakan SPSS 17.0 For Windows Correlations Debt To Equity Ratio
Return Saham Pearson Correlation Sig. (1-tailed)
Return Saham
1.000
-.592
Debt To Equity Ratio
-.592
1.000
.
.010
.010
.
Return Saham
15
15
Debt To Equity Ratio
15
15
Return Saham Debt To Equity Ratio
N
Untuk mengetahui seberapa kuat hubungan antar variabel, dapat digunakan tabel intrpretasi nilai koefisien (r) sebagai berikut: Tabel 4.14 Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi Interval Korelasi 0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000
Tingkat Hubungan Sangat Rendah Rendah Sedang Kuat Sangat Kuat (Sumber: Sugiyono, 2008;250)
Dari perhitungan diatas maka diketahui nilai koefisien korelasinya yaitu r = -0.592 artinya bahwa tingkat hubungan atau debt to equity ratio dengan return saham bersifat negatif dan sedang, karena interpretasinya berada diantara interval 0.40 – 0.599.
c. Pengujian Hipotesis Secara Parsial Pengujian secara parsial dilakukan untuk membuktikan apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara debt to equity ratio dengan return saham dengan /e dan / adalah sebagai berikut : /f : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari debt to equity ratio terhadap return saham. / : Terdapat pengaruh yang signifikan dari debt to equity ratio terhadap return saham. Hasil uji dengan bantuan SPSS 17.0 for windows dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.15 Hasil Perhitungan Uji t Menggunakan SPSS 17.0 For Windows Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) Debt To Equity Ratio
Std. Error .923
.236
-.371
.140
Standardized Coefficients Beta
t -.592
Sig. 3.906
.002
-2.649
.020
a. Dependent Variable: Return Saham
Untuk menguji hipotesis ini kriteria yang digunakan adalah kriteria untuk uji t dimana penetapan signifikansi dengan df = n-k 15-2 = 13, sig 0.05, maka diperoleh nilai dari sebesar 1,771. Kriteria penolakan hipotesis /e ditolak jika : ≤ - (1-α / 2; n-2) atau ≥ (1-α / 2; n-2).
Karena t TUVWXY – 2,649 ≤ - -1,771 maka /e ditolak dan / diterima, maka dapat disimpulkan bahwa debt to equity ratio mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap return saham. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Zulbahridar dan Jonius (2002), yang menyimpulkan bahwa debt to equity ratio mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap return saham.
d. Analisis Koefisien Determinasi Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui sejauh mana penngaruh variabel debt to equity ratio () dengan return saham (Y). Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan, maka hasil dari koefisien determinasi akan disajikan pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.16 Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi Secara Parsial Menggunakan SPSS 17.0 For Windows
Model Summary
Model 1
R
R Square .592a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.351
.301
.50745
a. Predictors: (Constant), Debt To Equity Ratio
Dari hasil perhitungan diatas maka dapat diketahui nilai koefisien determinasi sebesar 0.351 atau sebesar 35,1 % dari perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa pengaruh signifikan debt to equity ratio terhadap return saham
sebesar 35,1 % sedangkan sisanya 64.9 % merupakan pengaruh dari faktor-faktor lain yang mempengaruhi return saham yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
4.2.2
Analisis Pengaruh Systematic Risk Terhadap Return Saham Pada tabel di bawah ini dapat digambarkan data systematic risk pada
perusahaan LQ45 periode 2004-2005 sebagai berikut : Tabel 4.17 Systematic Risk PT. Astra Argo Lestari Tbk, PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, dan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk Periode 2004-2008 (Dalam Persen) No Perusahaan 2004 2005 2006 2007 2008 Rata-rata 1 AALI 0.38 0.14 0.29 0.23 0.52 0.31 2 INDF 0.59 0.34 0.94 0.19 1.26 0.66 3 TLKM 0.32 0.49 0.64 0.68 0.81 0.59 Rata-rata Pertahun 0.43 0.32 0.62 0.37 0.86 Adapun langkah pengujian statistik ini dilakukan sebagai berikut :
a. Analisis Regresi Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan dengan menggunakan SPSS 17.0, maka hasil regresi akan disajikan pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.18 Regresi Systematic Risk Terhadap Return Saham Menggunakan SPSS 17.0 For Windows Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) Systematic Risk
Std. Error 1.030
.258
-1.202
.430
Coefficients Beta
t
-.613
Sig. 3.984
.002
-2.794
.015
a. Dependent Variable: Return Saham
Dari perhitungan regresi yang telah diolah, maka diperoleh bentuk persamaan regresi linier sebagai berikut: Y = 1.030 – 1.202 Dari persamaan diatas, dapat disimpulkan bahwa konstanta a sebesar 1.030 artinya pada saat debt to equity ratio sama dengan 0 satuan maka return saham adalah sebesar 1.030 satuan, dan nilai b negatif sebesar 1.202 artinya bahwa setiap kenaikan 1% pada perubahan rasio keuangan debt to equity ratio, akan menurunkan return saham sebesar 1.202%.
b. Analisis Korelasi Analisis Korelasi digunakan untuk membahas derajat hubungan antara variabel X dengan variabel Y atau untuk mengetahui kuat atau lemahnya hubungan antara variabel X dengan variabel Y. Pengukuran koefisien ini dilakukan dengan menggunakan koefisien korelasi parsial antara variabel
systematic risk () dengan return saham (Y), dengan anggapan bahwa variabel debt to equity ratio () konstan. Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, maka hasil dari korelasi disajikan pada tabel sebagai berikut : Tabel 4.19 Korelasi Systematic Risk Terhadap Return Saham Menggunakan SPSS 17.0 For Windows Correlations Return Saham Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
Return Saham
1.000
-.613
Systematic Risk
-.613
1.000
.
.008
.008
.
Return Saham
15
15
Systematic Risk
15
15
Return Saham Systematic Risk
N
Systematic Risk
Untuk mengetahui seberapa kuat hubungan antar variabel, dapat digunakan tabel intrpretasi nilai koefisien (r) sebagai berikut: Tabel 4.20 Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi Interval Korelasi
Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199
Sangat Rendah
0,20 – 0,399
Rendah
0,40 – 0,599
Sedang
0,60 – 0,799
Kuat
0,80 – 1,000
Sangat Kuat (Sumber: Sugiyono, 2008;250)
Dari perhitungan diatas maka diketahui nilai koefisien korelasinya yaitu r = -0.613 artinya bahwa tingkat hubungan atau systematic risk dengan return saham bersifat negatif dan kuat, karena interpretasinya berada diantara interval 0.60 – 0.799.
c. Pengujian Hipotesis Secara Parsial Pengujian secara parsial dilakukan untuk membuktikan apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara systematic risk dengan return saham dengan /e dan / adalah sebagai berikut : /f : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari systematic risk terhadap return saham. / : Terdapat pengaruh yang signifikan dari systematic risk terhadap return saham. Hasil uji dengan bantuan SPSS 17.0 for windows dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.21 Hasil Perhitungan Uji t Menggunakan SPSS 17.0 For Windows Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) Systematic Risk
a. Dependent Variable: Return Saham
Std. Error 1.030
.258
-1.202
.430
Coefficients Beta
t
-.613
Sig. 3.984
.002
-2.794
.015
Untuk menguji hipotesis ini kriteria yang digunakan adalah kriteria untuk uji t dimana penetapan signifikansi dengan df = n-k 15-2 = 13, sig 0.05, maka diperoleh nilai dari sebesar 1,771. Kriteria penolakan hipotesis /e ditolak jika : ≤ - (1-α / 2; n-2) atau ≥ (1-α / 2; n-2). Karena t TUVWXY – 2,794 ≤ - - 1,771 maka /e ditolak dan / diterima, maka dapat disimpulkan bahwa systematic risk mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap return saham. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Zulbahridar dan Jonius (2002), yang menyimpulkan bahwa systematic risk mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap return saham.
d. Analisis Koefisien Determinasi Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh variabel systematic risk () dengan return saham (Y). Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan, maka hasil dari koefisien determinasi akan disajikan pada tabel dibawah ini : Tabel 4.22 Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi Secara Parsial Menggunakan SPSS 17.0 For Windows Model Summary
Model 1
R
R Square .613a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.375
a. Predictors: (Constant), Systematic Risk
.327
.49732
Dari hasil perhitungan diatas maka dapat diketahui nilai koefisien determinasi sebesar 0,375 atau sebesar 37,5 % dari perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa pengaruh signifikan systematic risk terhadap return saham sebesar 37,5 % sedangkan sisanya 62,5 % merupakan pengaruh dari faktor-faktor lain yang mempengaruhi return saham yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
4.2.3
Analisis Pengaruh Debt To Equity Ratio Dan Systematic Risk Terhadap Return Saham Secara Simultan Untuk mengetahui bagaimana pengaruh debt to equity ratio dan systematic
risk terhadap return saham, maka langkah-langkah pengujian statistik ini dilakukan sebagai berikut: a. Analisis Regresi Berganda Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan dengan menggunakan SPSS 17.0 for windows, maka hasil regresi akan disajikan pada tabel dibawah ini : Tabel 4.23 Regresi Berganda Debt To Equity Ratio Dan Systematic Risk Terhadap Return Saham Menggunakan SPSS 17.0 For Windows Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
(Constant)
1.162
.260
Debt To Equity Ratio
-.236
.152
Systematic Risk
-.824
.477
a. Dependent Variable: Return Saham
Coefficients Beta
t
Sig.
4.467
.001
-.376
-1.548
.148
-.419
-1.726
.110
Dari tabel 4.23 di atas dapat diketahui nilai a sebesar 1,162 nilai b1 sebesar -0,236 dan nilai b2 sebesar -0,824 sehingga bentuk persamaan regresi linier berganda adalah sebagai berikut : Y = 1,162 - 0,236 X1 - 0,824 X2
Persamaan regresi linier berganda diatas, dapat disimpulkan bahwa konstanta sebesar 1,162 artinya pada saat debt to equity ratio dan systematic risk sebesar 0 satuan maka return saham adalah sebesar 1,162 satuan. Nilai koefisien multipel antara variabel terhadap Y negatif sebesar 0,236 hal ini menunjukkan bahwa pada saat kenaikan rasio keuangan debt to equity ratio sebesar 1% akan menurunkan return saham sebesar 0,236%, dan asumsi bahwa variabel systematic risk () dianggap konstan. Nilai koefisien multipel antara variabel terhadap Y juga bernilai negatif sebesar 0,824 hal ini menunjukkan bahwa pada saat kenaikan systematic risk sebesar 1% akan menurunkan return saham sebesar 0,824%, dan asumsi bahwa variabel debt to equity ratio () dianggap konstan.
b. Analisis Korelasi Berganda Analisis korelasi digunakan untuk membahas derajat hubungan antara seluruh variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y) atau untuk mengetahui kuat atau lemahnya hubungan antara variabel independen (X) dan variabel dependen (Y). berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan, maka hasil dari korelasi disajikan pada table berikut ini :
Tabel 4.24 Korelasi Berganda Debt To Equity Ratio dan Systematic Risk Terhadap Return Saham Menggunakan SPSS 17.0 For Windows Model Summaryb
Model 1
R
R Square .693a
.480
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate .393
.47276
a. Predictors: (Constant), Systematic Risk, Debt To Equity Ratio b. Dependent Variable: Return Saham
Untuk mengetahui seberapa kuat hubungan antar variabel, dapat digunakan tabel interpretasi nilai koefisien (r) sebagai berikut Tabel 4.25 Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi Interval Korelasi 0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000
Tingkat Hubungan Sangat Rendah Rendah Sedang Kuat Sangat Kuat (Sumber: Sugiyono, 2008;250)
Berdasarkan Tabel 4.25 korelasi simultan antara debt to equity ratio dan systematic risk terhadap return saham menunjukan bahwa hubungan antara X1, X2, dan Y adalah sebesar 0,693. Jika diinterpretasikan terhadap tabel koefisien korelasi (Tabel 4.23), berarti hubungan antara debt to equity ratio dan systematic risk terhadap return saham bersifat positif dan kuat dengan interpretasi interval 0,60-0,799.
c. Uji F Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui terdapat atau tidaknya pengaruh yang signifikan antara debt to equity ratio dan systematic risk terhadap return saham. Adapun hipotesis adalah sebagai berikut: Ho3: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara debt to equity ratio dan systematic risk terhadap return saham. Ha3: Terdapat pengaruh yang signifikan antara debt to equity ratio dan systematic risk terhadap return saham. Untuk uji ini, penulis menggunakan data Full pada program SPSS 17.0 for windows dengan hasil sebagai berikut: Tabel 4.26 Hasil Penghitungan Uji F Menggunakan SPSS 17.0 For Windows ANOVAb Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
2.473
2
1.236
Residual
2.682
12
.223
Total
5.155
14
F 5.532
Sig. .020a
a. Predictors: (Constant), Systematic Risk, Debt To Equity Ratio b. Dependent Variable: Return Saham
(Sumber: Hasil Olah Data Penulis:2010) Untuk menguji hipotesis ini kriteria yang digunakan adalah kriteria untuk uji F dimana penetapan signifikansi dengan df = n-k-1; 15-2-1 = 12, sig 0.05, maka diperoleh nilai dari Ftabel sebesar 3,89 dan diketahui nilai perolehan Fhitung sebesar 5,532. Karena Fhitung 5,532 > Ftabel 3,15 maka H0 ditolak dan Ha diterima
sehingga debt to equity ratio dan systematic risk memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Zulbahridar dan Jonius (2002), yang menyimpulkan bahwa debt to equity ratio dan systematic risk mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham.
d. Analisis Koefisien Determinasi Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengarug debt to equity ratio dan systematic risk sebagai variabel independen terhadap return saham sebagai variabel dependen. Untuk uji ini, penulis menggunakan data Full pada program SPSS 17.0 for window dengan hasil sebagai berikut: Tabel 4.27 Hasil Penghitungan Koefisien Determinasi Secara Simultan Model Summaryb
Model 1
R
R Square .693a
.480
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate .393
.47276
a. Predictors: (Constant), Systematic Risk, Debt To Equity Ratio b. Dependent Variable: Return Saham
(Sumber: Hasil Olah Data Penulis, 2010) Berdasarkan hasil penghitungan pada tabel 4.27 di atas, maka diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar 0.480 atau sebesar 48% sedangkan sisanya 52% merupakan faktor lain yang mempengaruhi return saham, misalnya Return
On Equity (ROE), laba kotor, arus kas, dividen, capital gain, likuiditas, profitabilitas, aktivitas, size perusahaan dan sebagainya.
Tabel 4.28 Rekapitulasi Penelitian Uji Asumsi Klasik No Analisis 1 Uji Autokorelasi
Hasil DW = 1.747 1.65 < DW < 2.35
2
Uji Multikolinieritas
3
Uji Heterokedastisitas
Debt To Equity Ratio VIF = 1.362 Systematic Risk VIF = 1.362 VIF < 10 Dalam grafik Scatterplot titik-titik menyebar secara acak, tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik di atas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y.
Keterangan Dengan demikian dapat simpulkan bahwa dalam data pengamatan tidak terjadi autokorelasi Dapat disimpulkan tidak terdapat multikolinieritas diantara variabel bebas
Hal ini berarti tidak terjadi heterokedastisitas, sehingga model regresi layak dipakai karena memenuhi asumsi heterokedastisitas
(Sumber: Hasil Olah data Penulis, 2010) Secara Parsial Pengaruh Debt To Equity Ratio Terhadap Return Saham Analisis No Hasil Keterangan 1 Regresi Y = 0.923 – 0.371X Persamaan regresi tersebut memiliki nilai a sebesar 0.923 satuan pada saat variabel X adalah 0 satuan. Apabila X sebesar 1% hal ini dapat menurunkan return saham sebesar 0.371% 2 Korelasi r = -0.592 Artinya bahwa tingkat korelasi antara debt to equity ratio dengan return saham berbanding terbalik dan mempunyai tingkat hubungan korelasi sedang.
3
Uji t
4
Koefisien Determinasi
≤ - yaitu -2.649≤-1.771
Kd = 35.1%
maka dapat disimpulkan ho ditolak, artinya debt to equity ratio mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap return saham.
artinya bahwa debt to equity ratio memberikan kontribusi sebesar 35.1% terhadap return saham, sisanya sebesar 64.9% dipengaruhi faktor lain. (Sumber: Hasil Olah data Penulis, 2010)
Pengaruh Systematic Risk Terhadap Return Saham Analisis Hasil No 1 Regresi Y = 1.030 – 1.202X
2
Korelasi
r = -0.613
3
Uji t
≤ - yaitu – 2,794 ≤ - 1,771
Keterangan Persamaan regresi tersebut memiliki nilai a sebesar 1.030 satuan pada saat x adalah 0 satuan. Apabila X sebesar 1% hal ini dapat menurunkan return saham sebesar 1.202% artinya bahwa tingkat korelasi antara systematic risk dengan return saham berbanding terbalik dan mempunyai tingkat hubungan korelasi kuat. maka dapat disimpulkan ho ditolak, artinya systematic risk mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap return saham.
4
Koefisien Determinasi
Kd = 37.5%
artinya bahwa systematic risk memberikan kontribusi sebesar 37.5% terhadap return saham, sisanya sebesar 62.5% dipengaruhi faktor lain. (Sumber: Hasil Olah data Penulis, 2010)
Secara Simultan Pengaruh Debt To Equity Ratio dan Systematic Risk Terhadap Return Saham Analisis No Hasil Keterangan 1 Regresi Berganda Y = 1.162 - 0.236 X1 Persamaan regresi tersebut 0.824 X2 memiliki nilai a sebesar 1,162% Nilai koefisien multipel antara variabel terhadap Y negatif sebesar 0,236 hal ini menunjukkan bahwa pada saat kenaikan rasio keuangan debt to equity ratio sebesar 1% akan menurunkan return saham sebesar 0,236%, dan asumsi bahwa variabel systematic risk dianggap konstan. Nilai koefisien multipel antara variable terhadap Y juga bernilai negatif sebesar 0,824 hal ini menunjukkan bahwa pada saat kenaikan systematic risk sebesar 1% akan menurunkan return saham sebesar 0,824%, dan asumsi bahwa variabel debt to equity ratio dianggap konstan.
2
Korelasi Berganda
r = 0.693
artinya bahwa setiap hubungan antara debt to equity ratio dan systematic risk terhadap return saham bersifat positif dan kuat
3
Uji F
Fhitung > Ftabel Fhitung 5,532 > Ftabel 3,15
4
Koefisien determinasi
kd = 48%
Maka dapat disimpulkan Ho ditolak, artinya debt to equity ratio dan systematic risk mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap return saham. bahwa debt to equity ratio dan systematic risk memiliki pengaruh sebesar 48% secara simultan sedangkan sisanya 52% dipengaruhi faktor lain
(Sumber: Hasil Olah data Penulis, 2010)
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada perusahan LQ45 di
Bursa Efek Indonesia (BEI) dan analisis yang didukung oleh teori-teori yang melandasi, serta hasil pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Kondisi debt to equity ratio pada 3 perusahaan yang menjadi sampel selama 5 tahun yaitu debt to equity ratio tertinggi pada 3 perusahaan pada periode 2004-2005 dicapai oleh PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) yaitu sebesar 3.11% pada tahun 2008, sedangkan debt to equity ratio terendah dicapai oleh PT. Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) yaitu sebesar 0.19% pada tahun 2005. 2. Kondisi systematic risk pada 3 perusahaan yang menjadi sampel selama 5 tahun yaitu systematic risk tertinggi pada 3 perusahaan pada periode 20042005 dicapai oleh PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) yaitu sebesar 1.26% pada tahun 2008, sedangkan systematic risk terendah dicapai oleh PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. (TLKM) yaitu sebesar 0.14% pada tahun 2004. 3. Kondisi return saham pada 3 perusahaan yang menjadi sampel selama 5 tahun yaitu return saham tertinggi pada 3 perusahaan pada periode 20042005 dicapai oleh PT. Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) yaitu sebesar
1.57% pada tahun 2006, sedangkan return saham terendah dicapai oleh PT. Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) yaitu sebesar -0.65% pada tahun 2008. 4. Debt to equity ratio memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham pada perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 20042008. Besarnya pengaruh debt to equity ratio terhadap return saham sebesar -0.592 berarti hubungan antara debt to equity ratio dengan return saham adalah “sedang”, selain itu koefisien determinasi sebesar 35.1% dan sisanya 64.9% merupakan faktor lain yang mempengaruhi return saham. 5. Systematic risk memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham pada perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2004-2008. Besarnya pengaruh systematic risk terhadap return saham sebesar -0.613 berarti hubungan antara systematic risk dengan return saham adalah “kuat”, selain itu koefisien determinasi sebesar 37.5% dan sisanya 62.5% merupakan faktor lain yang mempengaruhi return saham. 6. Debt to equity ratio dan Systematic risk mempunyai pengaruh signifikan terhadap return saham pada perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2004-2008. Besarnya pengaruh debt to equity ratio dan systematic risk terhadap return saham sebesar 0.693 berarti hubungan antara debt to equity ratio dan systematic risk dengan return saham adalah “kuat”, selain itu koefisien determinasi sebesar 48% dan sisanya 52% merupakan faktor lain yang mempengaruhi return saham misalnya
Return On Equity (ROE), laba kotor, arus kas, deviden, capital gain, likuiditas, profitabilitas, aktivitas, size perusahaan dan sebagainya.
5.2
Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah disampaikan oleh penulis, maka
implikasi penelitian bagi pihak-pihak yang mempunyai kepentingan adalah sebagai berikut : 1. Bagi 3 perusahaan yang menjadi sampel penelitian a. PT. Astra Argo Lestari Tbk. untuk perusahaan ini terlihat perbandingan hutang terhadap penggunaan modal sendiri sudah baik, yakni penggunaan hutang lebih kecil bila dibandingkan dengan penggunaan modal sendiri, keadaan seperti ini harus dipertahankan guna peningkatan terhadap return saham. Sehingga bisa menarik investor untuk menanamkan sahamnya. b.
PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. untuk perusahaan ini sebaiknya mengurangi penggunaan hutangnya yang cukup besar, karena hal tersebut dapat menurunkan return saham.
c. PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. Untuk perusahaan ini sudah menunjukkan pengurangan atas penggunaan hutangnya, terlihat dari tahun ke tahun penggunaan hutang atas modal sendiri terus menurun, hal tersebut harus dipertahankan guna peningkatan return saham.
2. Bagi peneliti selanjutnya Bagi peneliti lain yang berminat untuk melakukan penelitian dengan topik yang
sama
sebaiknya
dalam
mengukur
return
saham
supaya
memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi return saham lainnya (independen) dan memperhatikan hal-hal sebagai berikut : a. Meneliti faktor-faktor independen yang berpengaruh terhadap return saham seperti return on equity (ROE), laba kotor, ketersediaan kas, dividen, capital gain, profitabilitas, aktivitas dsb. b. Peneliti selanjutnya sebaiknya menggunakan periode pengamatan yang lebih baru, misalnya untuk waktu satu bulan setelah laporan keuangan diumumkan, misalnya dalam satu tahun berjalan tersebut banyak faktor peristiwa yang terjadi dan sebaiknya memperpanjang periode penelitian untuk memperkuat hasil penelitian. c. Peneliti selanjutnya sebaiknya tidak menggunakan Systematic Risk sebagai variabel bebas terhadap Return Saham, karena di dalam perhitungan Systematic Risk itu sendiri terdapat Return Saham, peneliti selanjutnya sebaiknya menggunakan Return Pasar untuk variabel bebasnya.
DAFTAR PUSTAKA
Agus R. Sartono, (2003), Manajemen Keuangan, Teori dan Aplikasi, ed. 5 Cetakan Kedua, BPFE Yogyakarta. Bambang Riyanto, (2001), Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Ed. 4, Yogyakarta, BPFE. Budie, Zvi Kane. Alex and Marcus, Alan. J. (1999), Investment, 4th Edition, Singapore: The Mc Graw-Hill Companies Inc. Damodaran, Aswarth, (2002), Investment Valuation, 2nd ed, John Wiley and Sons Inc: New York. Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty, (2005), Analisis laporan Keuangan Konsep dan Aplikasi, Edisi kedua, Unit Penerbit dan Percetakan (UPP) AMP YKPN, Yogyakarta. Dwi Prastowo, (2002). Analisis Laporan Keuangan, Jakarta; PT Bineka Cipta. Hartono dan Jogiyanto, (2008). Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi 5, Yogyakarta. Horne, James C. V, (2004), Manajemen Keuangan, alih bahasa oleh Dewi Fitriasari dan Deny Arnos Kwary, Salemba Empat, Jakarta. http: www.google.co.id http: www.idx.co.id http: www.jsx.co.id http: www.kompas.co.id
Ikatan Akuntan Indonesia, (2007), Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta. Indonesian Capital Market Directory, (2005), ECFIN, BEJ, Jakarta. Indonesian Capital Market Directory, (2008), ECFIN, BEJ, Jakarta. Indriantoro, Nur, dan Bambang Supomo, (2002). Metode Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta: BPFE. Kieso, Donald. E, and Jerry J. Weygandt, (2002), Akuntansi Keuangan Menengah Jilid 1, Edisi Kesepuluh, alih bahasa oleh: Emil Salim, Bina Rupa Aksara, Jakarta. Lukman Syamsudin, (2002), Manajemen Keuangan Perusahaan, Jakarta; PT Raja Grafindo Persada. Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, (2007), Analisis Laporan Keuangan, Edisi 3, Yogyakarta. Michell Suharli, (2005), Studi Empiris Terhadap Dua faktor yang Mempengaruhi Return Saham Pada Industri Food And Beverages, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 7, No. 2, Hal. 99 Munawir, (2004), Analisa Laporan Keuangan, Edisi Keempat, Liberty, Yogyakarta. Siti Resmi, (2002), Keterkaitan Kinerja Keuangan Perusahaan Dengan Return Saham. KOMPAK, No. 6, September 2002; Yogyakarta; AMP YKPN.
Ross, A Stephen. Westerfield, Randolph W. Jordan, Bradford D. (2003), Fundamentals of Corporate Finance. Sixth Edition. New York: Mc GrawHill. Skousen, K. Fred and Albrecht, (2001), Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta. Suad Husnan, (2004), Dasar-dasar Manajemen Keuangan, edisi keempat. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Sugiyono, (2008). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. Eduardus Tandelilin (2001), Analisis Investasi Manajemen Portofolio, Cetakan Pertama, Yogyakarta: BPFE. Warren, Carl. S, and James M. Reeve, (2008), Pengantar Akuntansi, alih bahasa oleh : Aria Farahmita, Salemba Empat, Jakarta. Zaki Baridwan, (2004), Intermediate Accounting, Edisi Delapan, BPFEYogyakarta, Yogyakarta.