HUBUNGAN ANTARA EMOTIONAL SUPPORT, KONSEP DIRI DAN KEMANDIRIAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SLB-D YPAC SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010
Skripsi Oleh: Fitri Ismeini K5106016
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
HUBUNGAN ANTARA EMOTIONAL SUPPORT, KONSEP DIRI DAN KEMANDIRIAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SLB-D YPAC SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010
Oleh: Fitri Ismeini K5106016
Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Abdul Salim Ch. M.Kes
Drs. Sudakiem M.Pd
NIP. 195709011982031002
NIP. 194907171979031001
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari
: .................................
Tanggal
: .................................
Tim Penguji Skripsi : Nama Terang
Ketua
: Drs. Sukarno M.Pd
Sekretaris
: Drs. Maryadi M.Ag
Anggota I
: Drs. Abdul Salim Ch. M.Kes
Anggota II
: Drs. Sudakiem M.Pd
Disahkan Oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah M.Pd NIP. 196007271987021001
Tanda Tangan
........................
........................
........................
........................
ABSTRAK
Fitri Ismeini. HUBUNGAN ANTARA EMOTIONAL SUPPORT, KONSEP DIRI DAN KEMANDIRIAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SLB-D YPAC SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Maret 2010. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara : (1) Emotional support dengan prestasi belajar matematika siswa SLB-D YPAC Surakarta tahun ajaran 2009/2010, (2) Konsep diri dengan prestasi belajar matematika siswa SLB-D YPAC Surakarta tahun ajaran 2009/2010, (3) Kemandirian belajar dengan prestasi belajar matematika siswa SLB-D YPAC Surakarta tahun ajaran 2009/2010, (4) Emotional support, konsep diri dan kemandirian belajar secara bersama-sama dengan prestasi belajar matematika siswa SLB-D YPAC Surakarta tahun ajaran 2009/2010. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan korelasional. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SLB-D YPAC Surakarta tahun ajaran 2009/2010, sejumlah 53 siswa. Sampel diambil dengan menggunakan teknik Stratified Random Sampling sejumlah 30 siswa. Teknik pengumpulan data variabel emotional support, konsep diri dan kemandirian belajar digunakan angket sedangkan prestasi belajar matematika digunakan teknik dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik analisis regresi linier sederhana dan berganda dengan uji persyaratan analisis berupa uji normalitas, linieritas, multikolinearitas, heterokesdatisitas dan autokorelasi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Ada hubungan positif dan signifikan antara emotional support dengan prestasi belajar matematika siswa SLB-D YPAC Surakarta tahun ajaran 2009/2010 karena ρ < α atau 0,000 < 0,050. (2) Ada hubungan positif dan signifikan antara konsep diri dengan prestasi belajar matematika siswa SLB-D YPAC Surakarta tahun ajaran 2009/2010 karena ρ < α atau 0,000 < 0,050. (3) Ada hubungan positif dan signifikan antara kemandirian belajar dengan prestasi belajar matematika siswa SLB-D YPAC Surakarta tahun ajaran 2009/2010 karena ρ < α atau 0,000 < 0,050. (4) Ada hubungan positif dan signifikan antara emotional support, konsep diri dan kemandirian belajar secara bersama-sama dengan prestasi belajar matematika siswa SLB-D YPAC Surakarta tahun ajaran 2009/2010 karena ρ < α atau 0,000 < 0,050.
ABSTRACT
Fitri Ismeini. A CORRELATIONAL STUDY BETWEEN EMOTIONAL SUPPORT, SELF CONCEPT, SELF DIRECTED LEARNING AND ACADEMIC ACHIEVEMENT IN MATHEMATICS OF THE STUDENTS OF SLB-D YPAC SURAKARTA IN ACADEMIC YEAR 2009/2010. Paper, Surakarta: Special Education Department, Teacher Training and Education Faculty, Sebelas Maret University, Surakarta, March 2010. The aim of the study is to find out the correlation between : (1) Emotional support and academic achievement in mathematics of the students of SLB-D YPAC Surakarta in academic year 2009/2010, (2) Self concept and academic achievement in mathematics of the students of SLB-D YPAC Surakarta in academic year 2009/2010, (3) Self directed learning and academic achievement in mathematics of the students of SLB-D YPAC Surakarta in academic year 2009/2010, (4) Emotional support, self concept, self directed learning and academic achievement in mathematics of the students of SLB-D YPAC Surakarta in academic year 2009/2010 In this research, the researcher used the correlation method. The population of this research is all students of SLB-D YPAC Surakarta in academic year 2009/2010, consisting of 53 students. The sampling technique used is stratified random sampling, which consists of 30 students. In collecting data, the researcher used questionnaire for emotional support, self concept and self directed learning and documentation for academic achievement in mathematics. The techniques of data analysis are simple and multiple regression and correlation with assumption analysis test are normality, linearity, multicolinearity, heteroscedastisity and autocorrelation. The result of this study shows that : (1) there is a positive and significant correlation between emotional support and academic achievement in mathematics of the students of SLB-D YPAC Surakarta in academic year 2009/2010 by ρ < α or 0,000 < 0,050, (2) there is a positive and significant correlation between self concept and academic achievement in mathematics of the students of SLB-D YPAC Surakarta in academic year 2009/2010 by ρ < α or 0,000 < 0,050, (3) there is a positive and significant correlation between self directed learning and academic achievement in mathematics of the students of SLB-D YPAC Surakarta in academic year 2009/2010 by ρ < α or 0,000 < 0,050, (4) there is a positive and significant correlation between emotional support, self concept, self directed learning and academic achievement in mathematics of the students of SLB-D YPAC Surakarta in academic year 2009/2010 by ρ < α or 0,000 < 0,050.
MOTTO Apabila saya ingin mengubah keadaan, saya harus mengubah diri saya lebih dahulu. Dan untuk mengubah diri saya secara efektif, saya lebih dahulu harus mengubah persepsi saya. (Stephen R. Covey – Menjadi Guru yang Mau dan Mampu Mengajar secara Menyenangkan) . . . . . . . modal terbesar adalah kemandirian. (Ali bin Abi Thalib – Wikipedia Ensiklopedia)
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan kepada : Murid-muridku di masa yang akan datang Penyemangatku (Ayah, Ibu dan saudaraku) Teman-teman mahasiswa PLB Almamaterku
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi dengan judul ”Hubungan antara Emotional Support, Konsep Diri dan Kemandirian Belajar dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa SLB-D YPAC Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010” dapat diselesaikan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Hambatan-hambatan yang terjadi selama proses penulisan skripsi ini dapat teratasi atas bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Sehubungan dengan hal itu, maka disampaikan terima kasih kepada yang terhormat: 1. Prof. Dr. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penulisan skripsi ini. 2. Drs. R. Indianto M.Pd, selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan ijin penulisan skripsi ini. 3. Drs. Abdul Salim Ch. M.Kes, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Luar Biasa sekaligus Dosen Pembimbing I yang telah memberikan ijin dan bimbingan kepada penulis hingga skripsi ini selesai. 4. Drs. Sudakiem M.Pd, selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan kepada penulis hingga skripsi ini selesai. 5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Luar Biasa yang telah memberikan bekal pengetahuan selama ini. 6. Drs. Kauliyani, selaku Kepala Sekolah SMP YPAC Surakarta yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian. 7. Segenap warga SLB D YPAC Surakarta atas segala bantuannya. 8. Teman-teman mahasiswa Pendidikan Luar Biasa yang selalu memberikan keceriaan, dorongan dan pengalaman berharga bagiku. 9. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Disadari oleh penulis bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca serta perkembangan dunia pendidikan.
Surakarta, Maret 2010
Penulis
Daftar Isi Halaman HALAMAN JUDUL.................................................................................
i
HALAMAN PENGAJUAN......................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN..................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................
iv
HALAMAN ABSTRAK...........................................................................
v
HALAMAN MOTTO...............................................................................
vii
HALAMAN PERSEMBAHAN...............................................................
viii
KATA PENGANTAR..............................................................................
ix
DAFTAR ISI.............................................................................................
xi
DAFTAR TABEL.....................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................
xvi
BAB I.
PENDAHULUAN............................................................
1
A. Latar Belakang Masalah................................................................
1
B. Identifikasi Masalah......................................................................
5
C. Pembatasan Masalah......................................................................
6
D. Perumusan Masalah.......................................................................
7
E. Tujuan Penelitian...........................................................................
7
F. Manfaat Penelitian.........................................................................
8
BAB II.
LANDASAN TEORI........................................................
9
A. Tinjauan Pustaka...........................................................................
9
1.
Emotional Support............................................................
9
2.
Konsep Diri.......................................................................
14
3.
Kemandirian Belajar..........................................................
17
4.
Prestasi Belajar Matematika..............................................
20
B. Hasil Penelitian yang Relevan.......................................................
23
C. Kerangka Berfikir..........................................................................
24
D. Hipotesis........................................................................................
25
BAB III.
METODE PENELITIAN.................................................
26
A. Tempat dan Waktu Penelitian.......................................................
26
B. Metode Penelitian..........................................................................
26
C. Populasi dan Sampel.....................................................................
27
1.
Populasi.............................................................................
27
2.
Sampel...............................................................................
28
3.
Teknik sampling................................................................
28
D. Teknik Pengumpulan Data............................................................
29
1.
Angket...............................................................................
29
2.
Dokumentasi......................................................................
35
E. Teknik Analisis Data.....................................................................
36
1.
Uji Persyaratan..................................................................
36
2.
Uji Hipotesis......................................................................
38
BAB IV.
HASIL PENELITIAN......................................................
41
A. Deskripsi Data...............................................................................
41
1.
Variabel Emotional Support..............................................
42
2.
Variabel Konsep Diri.........................................................
43
3.
Variabel Kemandirian Belajar…………………………… 44
4.
Variabel Prestasi Belajar Matematika……………………
45
B. Pengujian Persyaratan Analisis…………………………………..
46
1.
Uji Normalitas……………………………………………
46
2.
Uji Linieritas…………………………………………….
47
3.
Uji Multikolinearitas……………………………………..
48
4.
Uji Heterokedastisitas……………………………………
49
5.
Uji Autokorelasi………………………………………….
49
C. Pengujian Hipotesis.......................................................................
50
1.
Hubungan antara Emotional Support dengan Prestasi Belajar Matematika...........................................................
2.
Hubungan antara Konsep Diri dengan Prestasi Belajar Matematika........................................................................
3.
50
Hubungan antara Kemandirian Belajar dengan Prestasi
50
Belajar Matematika........................................................... 4.
51
Hubungan antara Emotional Support, Konsep Diri dan Kemandirian Belajar dengan Prestasi Belajar Matematika 52
D. Pembahasan Hasil Analisis Data………………………………… 54 BAB V.
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN.......................
56
A. Simpulan........................................................................................
56
B. Implikasi .......................................................................................
56
C. Saran..............................................................................................
58
DAFTAR PUSTAKA................................................................................
60
LAMPIRAN..............................................................................................
67
DAFTAR TABEL halaman Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian.....................................................
26
Tabel 2. Pembagian Sampel dengan Stratified Random Sampling...........
29
Tabel 3. Kisi-kisi Angket Emotional Support, Konsep Diri, dan Kemandirian Belajar..................................................................................
31
Tabel 4. Skala Jawaban dan Bobot Item Likert.......................................
33
Tabel 5. Deskripsi Data Statistik………………………………………...
41
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Emotional Support....................................
42
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Konsep Diri...............................................
43
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Kemandirian Belajar..................................
44
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Matematika.......................
45
Tabel 10. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov.......................................
46
Tabel 11. Uji Linier Anova X1 dengan Y...............................................
47
Tabel 12. Uji Linier Anova X2 dengan Y...............................................
47
Tabel 13. Uji Linier Anova X3 dengan Y...............................................
48
Tabel 14. Uji Regresi Multikolinearitas....................................................
48
Tabel 15. Uji Autokorelasi Durbin-Watson..............................................
49
Tabel 16. Model Summary X1 dengan Y………………………………..
50
Tabel 17. Koefisien Regresi Linier X1 dengan Y....................................
50
Tabel 18. Model Summary X2 dengan Y………………………………..
50
Tabel 19. Koefisien Regresi Linier X2 dengan Y...................................
51
Tabel 20. Model Summary X3 dengan Y………………………………..
51
Tabel 21. Koefisien Regresi Linier X3 dengan Y...................................
51
Tabel 22. Model Summary X1, X2, X3 dengan Y………………………
52
Tabel 23. Anova X1, X2, X3 dengan Y..................................................
52
Tabel 24. Koefisien Regresi Berganda X1, X2, X3 dengan Y................
53
DAFTAR GAMBAR halaman Gambar 1. Diagram Batang Emotional Support.......................................
43
Gambar 2. Diagram Batang Konsep Diri..................................................
44
Gambar 3. Diagram Batang Kemandirian Belajar.....................................
45
Gambar 4. Diagram Batang Prestasi Belajar Matematika.........................
46
Gambar 5. Uji Scatter Plot Heterokesdatisitas..........................................
49
DAFTAR LAMPIRAN halaman Lampian 1. Angket Emotional Support.....................................................
67
Lampiran 2. Angket Konsep Diri..............................................................
72
Lampiran 3. Angket Kemandirian Belajar.................................................
77
Lampiran 4. Data Induk Penelitian............................................................
82
Lampiran 5. Data Prestasi Belajar Matematika.........................................
83
Lampiran 6. Daftar Nilai Instrumen Emotional Support...........................
84
Lampiran 7. Daftar Nilai Instrumen Konsep Diri......................................
86
Lampiran 8. Daftar Nilai Instrumen Kemandirian Belajar.......................
87
Lampiran 9. Uji Validitas X1.....................................................................
89
Lampiran 10. Uji Validitas X2..................................................................
107
Lampiran 11. Uji Validitas X3..................................................................
125
Lampiran 12. Uji Reliabilitas X1...............................................................
143
Lampiran 13. Uji Reliabilitas X2...............................................................
145
Lampiran 14. Uji Reliabilitas X3...............................................................
147
Lampiran 15. Hasil Uji Coba Instrumen Emotional Support……………
149
Lampiran 16. Hasil Uji Coba Instrumen Konsep Diri...............................
150
Lampiran 17. Hasil Uji Coba Instrumen Kemandirian Belajar.................. 151 Lampiran 18. Deskriptif Data....................................................................
152
Lampiran 19. Uji Normalitas.....................................................................
153
Lampiran 20. Uji Linearitas X1 terhadap Y..............................................
154
Lampiran 21. Uji Linearitas X2 terhadap Y..............................................
160
Lampiran 22. Uji Linearitas X3 terhadap Y..............................................
162
Lampiran 23. Uji Multikolinearitas...........................................................
164
Lampiran 24. Uji Heteroskedastisitas........................................................
166
Lampiran 25. Uji Autokorelasi..................................................................
167
Lampiran 26. Uji Regresi Sederhana X1 dengan Y................................
168
Lampiran 27. Uji Regresi Sederhana X2 dengan Y................................
171
Lampiran 28. Uji Regresi Sederhana X3 dengan Y................................
174
Lampiran 29. Uji regresi Berganda X1,X2,X3 dengan Y.......................
177
Lampiran 30. Sumbangan Efektif dan Sumbangan Relatif Analisis Regresi Berganda.......................................................................................
180
Lampiran 31. Surat Ijin Penyusunan Skripsi.............................................
182
Lampiran 32. Permohonan Ijin Menyusun Skripsi...................................
183
Lampiran 33. Permohonan Ijin Research kepada Rektor……………….
184
Lampiran 34. Permohonan Ijin Research kepada Kepala Sekolah...........
185
Lampiran 35. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian........................
186
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan yang dapat mengakomodasi kebutuhan emosi, penuh cinta dan kehangatan merupakan hal yang diperlukan seorang anak untuk dapat mengembangkan kemampuan akademis dan mengembangkan emosinya. Para psikolog mendefinisikan emosi sebagai suatu keadaan psikologis yang mampu mengaktifkan dan mengarahkan perilaku (Laila Ningtyas dan Edward Theodorus, 2008:4). Du Preez dalam Martin (2003: 91) yang dikutip oleh Adi Ekopriyono (2009: http://www.rumahusaha.com/) menyatakan ”Emosi adalah reaksi tubuh menghadapi situasi tertentu”. Emosi memiliki berbagai jenis. Paul Ekman (2007:1) mengklasifikasikan emosi menjadi enam, yaitu ; jijik, heran, senang, sedih, marah, dan takut. Seorang guru harus memiliki dan menerapkan strategi tertentu supaya siswa dapat belajar secara efektif. Bila prestasi belajar siswa ingin dikembangkan, maka perlu difokuskan pada bagaimana guru mengajar dan berhubungan dengan siswa. Salah satunya dengan memberikan dukungan emosional kepada siswa. Menurut Lincoln (2003:225) emotional support adalah ”Hubungan timbal balik diantara individu yang melibatkan ekspresi perhatian dan kasih sayang, menghargai, dan kepercayaan (mendengarkan masalah)”. Interaksi guru-siswa yang efektif dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Hasil penelitian Clasroom Assesment Scoring System dalam Child Development and the Picower Foundation (2009:1) menunjukkan bahwa emotional support menghasilkan kualitas tinggi pada interaksi guru-siswa yang efektif daripada pengorganisasian kelas atau instructional support. Interaksi guru-siswa yang efektif dan pengembangan gaya kepemimpinan guru dapat mengubah hasil belajar siswa. Siswa menjadi lebih banyak belajar untuk prestasinya kedepan. Konsep diri memainkan peran yang sangat besar dalam menentukan keberhasilan hidup seseorang. Menurut Hurlock (1999) dalam Suhadianto (2008: http://suhadianto.blogspot.com/) konsep diri adalah gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya. Sedangkan Shavelson dan Bolus dalam Muijs dan
Reynolds (2008:218) mendefinisikan konsep diri sebagai ”persepsi seseorang mengenai dirinya sendiri yang terbentuk melalui pengalamannya dengan lingkungan, interaksinya dengan orang-orang yang memiliki arti penting, dan atribusi tentang perilakunya sendiri”. Jadi konsep diri merupakan faktor yang dipelajari dan terbentuk melalui pengalaman individu dalam berhubungan dengan orang lain. Konsep diri cenderung dikembangkan oleh individu pada berbagai karakteristik yang mereka miliki. Konsep diri akan membatasi bagaimana seseorang merasakan tentang dirinya sendiri, apa yang mungkin dapat dilakukannya di masa depan, dan bagaimana ia menilai penampilan dirinya sendiri (Gage dan Berlier :1998 dalam Tarmizi, 2008: http://suluky.multiply.com/). Proses pembentukan konsep diri dimulai sejak anak masih kecil. Konsep diri seseorang dapat dilihat dari sikapnya. Konsep diri positif ditandai dengan : keyakinan akan kemampuan mengatasi masalah, merasa setara dengan orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu, sadar setiap keinginan dan perilaku tidak selalu disetujui masyarakat, dan mampu memperbaiki diri. Sebaliknya konsep diri negatif ditandai dengan : kepekaan terhadap kritik, sangat responsif terhadap pujian, hiperkritis, cenderung merasa tidak disenangi orang lain, dan bersikap pesimistis terhadap kompetisi. Anak yang memiiki konsep diri positif biasanya belajar dengan mudah karena senang menerima tantangan untuk melakukan sesuatu yang baru dan memperoleh keterampilan yang baru. Sikap mental “aku bisa”, membuat proses pembelajaran menjadi lebih mudah. Kemandirian dalam belajar merupakan keharusan dalam pendidikan saat ini. Menurut Drost (1993:22) dalam Retno Dwi Astuti (2005:18) kemandirian adalah individu yang mampu menghadapi masalah-masalah yang dihadapinya dan mampu bertindak secara dewasa. Sedangkan definisi kemandirian belajar dikemukakan oleh Haris Mujiman (2006:1). Menurutnya belajar mandiri adalah kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai suatu kompetensi guna mengatasi suatu masalah, dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang dimiliki. Knowles (1975, dalam O’Shea, 2003:53) mendefinisikan self directed learning adalah suatu proses dimana seseorang memiliki inisiatif, dengan atau tanpa bantuan orang lain, untuk
menganalisis kebutuhan belajarnya sendiri, merumuskan tujuan belajarnya sendiri, mengidentifikasi sumber–sumber belajar, memilih dan melaksanakan strategi belajar yang sesuai dan mengevaluasi hasil belajarnya sendiri. Pannen dkk. (Aristo Rahadi, 2008: http://www.aristorahadi.wordpress.com) menegaskan bahwa ciri utama dalam belajar mandiri bukanlah ketiadaan guru atau teman sesama siswa, atau tidak adanya pertemuan tatap muka di kelas. Menurutnya, ciri utama belajar mandiri adalah adanya pengembangan kemampuan siswa untuk melakukan proses belajar yang tidak tergantung pada faktor guru, teman, kelas dan lain-lain. Tingkat kemandirian belajar siswa dapat ditentukan berdasarkan seberapa besar inisiatif dan tanggung jawab siswa untuk berperan aktif dalam hal perencanaan belajar, proses belajar maupun evaluasi belajar. Semakin besar peran aktif siswa dalam berbagai kegiatan tersebut,
mengindikasikan bahwa siswa
tersebut memiliki tingkat kemandirian belajar yang tinggi. Sampai saat ini kemandirian dalam belajar agaknya belum dimiliki oleh banyak siswa. Masih terdapat sikap ketergantungan siswa atas kehadiran guru. Siswa masih banyak yang bersifat pasif. Siswa akan belajar hanya bila disuruh saja. Oleh karena itu perlu dikembangkan pola belajar mandiri untuk mencapai prestasi belajar yang baik. Matematika merupakan ilmu yang mendasari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, dan kerjasama. Banyak siswa tumbuh tanpa menyukai matematika sama
sekali (Charles & Lester, 1982 dalam Cockroft,1982:1). Mereka merasa tidak senang dalam mengerjakan tugas-tugas dan merasa bahwa matematika itu sulit, menakutkan,dan tidak semua orang dapat mengerjakannya. Selain dari faktor siswa, guru pun ikut andil dalam penyebab ketidaksukaan siswa terhadap matematika. Guru matematika terkadang menyamaratakan kemampuan siswa. Guru tetap melanjutkan materi pelajaran lain walaupun masih terdapat siswa yang belum menguasai materi sebelumnya. Para siswa pun cenderung tidak menyukai
matematika karena dianggap sulit terutama dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru matematika. Apalagi jika guru yang mengajar matematika sulit dipahami dalam pembawaan materi di dalam kelas, sehingga keadaan ini menambah ketidaksukaan siswa pada matematika, dan bahkan pada akhirnya siswa tidak menyukai guru matematikanya. Sementara untuk dapat menguasai pelajaran matematika dibutuhkan ketekunan, disiplin, ketelitian dan kemandirian. Untuk mengatasinya, diperlukan sedini mungkin menghilangkan rasa tidak percaya diri siswa dengan melibatkan mereka dalam seluruh kegiatan belajar mengajar, agar tumbuh rasa percaya diri dan menghilangkan rasa tidak senang terhadap matematika. (Krismanto, 2003:6). Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Nana Syaodih Sukmadinata (2003:102) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah realisasi dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Sedangkan kemandirian belajar adalah salah satu dari proses belajar itu sendiri. Prestasi belajar yang cenderung rendah yaitu matematika. Belajar matematika selama ini masih kurang diminati oleh para siswa. Padahal matematika berperan penting dalam berbagai aspek kehidupan. Faktor yang menjadi kendala dalam meraih prestasi akademik siswa dipengaruhi oleh internal dan eksternal siswa. Faktor internal atau yang ada pada diri siswa salah satunya adalah konsep diri. Potensi siswa penting untuk dikembangkan secara optimal. Siswa dapat berhasil dalam pendidikan apabila proses pendidikannya itu berlangsung terus menerus baik di sekolah maupun di dalam keluarga. Siswa yang berorientasi pada prestasi memiliki harapan yang besar untuk berhasil daripada yang takut akan kegagalan. Hasrat berprestasi menunjukkan keinginan untuk mencapai yang terbaik. Apalagi bila didukung oleh interaksi guru-siswa yang efektif. Dalam proses belajar mengajar, hubungan yang harmonis antara guru dan siswa sangat diperlukan. Keberhasilan pembelajaran tergantung pada kedua belah pihak yaitu guru sebagai pendidik dan siswa sebagai anak didik. Interaksi yang efektif antara guru dan siswa akan mempermudah siswa menerima dan mempelajari pelajaran tersebut. Bagaimanapun sulitnya materi
pelajaran, siswa akan mempelajarinya dengan baik. Siswa akan merasa bahwa belajar bukanlah suatu beban, apabila hubungan dengan guru berlangsung dengan baik. Hubungan ini salah satunya dapat diwujudkan dengan memberikan emotional support kepada siswa. Karena Anderson (1981) dalam Krismanto (2003:1) menyatakan bahwa makna strategi pembelajaran matematika yang aktif diantaranya ditandai oleh faktor interaksi optimal antara guru dan siswa serta berfungsinya emosi secara optimal. Dari uraian di atas terlihat emotional support, konsep diri, kemandirian belajar, dan prestasi belajar matematika saling bertautan. Diharapkan dalam penelitian ini emotional support dan konsep diri yang positif serta kesadaran siswa untuk belajar mandiri akan menghasilkan prestasi belajar matematika lebih tinggi. Sebaliknya emotional support dan konsep diri yang negatif serta kekurangsadaran siswa untuk belajar mandiri akan menyebabkan prestasi belajar matematika yang rendah. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut apakah ada hubungan emotional support, konsep diri dan kemandirian belajar dengan prestasi belajar matematika siswa. Penulis mengangkat judul ”Hubungan antara Emotional Support, Konsep Diri dan Kemandirian Belajar dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa SLB-D YPAC Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010”. B. Identifikasi Masalah Mengacu pada latar belakang masalah diatas, maka masalah yang muncul dapat diidentifikasikan sebagai berikut : 1. Faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar siswa salah satunya adalah emosi. Interaksi antara guru dan siswa sekarang ini masih kurang efektif dalam hal emotional support sehingga tidak membangkitkan semangat siswa untuk belajar matematika. 2. Konsep diri siswa yang buruk akan terbawa hingga dewasa dan mengakibatkan siswa tidak bisa berprestasi maksimal dalam hidupnya. Konsep diri negatif dapat menghambat perkembangan potensi siswa untuk menjadi generasi yang berkepribadian dan berdedikasi tinggi.
3. Kemandirian dalam belajar merupakan keharusan dalam pendidikan saat ini. Sedangkan tingkat kemandirian belajar siswa masih rendah karena belum mampu mengatur aktivitas belajarnya sendiri. Siswa masih tergantung pada guru. 4. Pada umumnya prestasi belajar matematika siswa cenderung rendah karena kurangnya kepercayaan diri dan minat untuk mempelajarinya. Padahal matematika sangat penting untuk mengembangkan logika berpikir. C. Pembatasan Masalah Suatu penelitian perlu dilakukan pembatasan masalah agar penelitian dapat berjalan dengan baik. Berikut objek dan subjek penelitian yang akan dikaji oleh peneliti : 1. Objek Penelitian a. Emotional Support Variabel emotional support dibatasi pada persepsi siswa akan hubungan positif antara guru dan siswa yang terjadi saat proses belajar mengajar matematika berlangsung. Hubungan tersebut meliputi penciptaan iklim positif, sensivitas guru, dan penghargaan terhadap perspektif siswa. b. Konsep Diri Variabel konsep diri dibatasi pada pandangan dan sikap siswa tentang dirinya sendiri terkait dengan dimensi akademik dan non akademik yang berkembang dari hasil interaksi dengan lingkungan. c. Kemandirian Belajar Variabel kemandirian belajar dibatasi pada kemampuan siswa untuk melakukan proses belajar aktif baik secara independen atau kolaboratif dalam rangka mencapai tujuan belajar. d. Prestasi Belajar Matematika Prestasi belajar matematika dibatasi pada hasil belajar matematika yang telah dicapai siswa dalam satu semester terakhir. Prestasi ini memberikan gambaran seberapa besar tingkat penguasaan siswa terhadap matematika setelah siswa mengalami proses belajar.
2. Subjek Penelitian Responden diambil dari sejumlah siswa SLB-D YPAC Surakarta. SLB-D YPAC Surakarta merupakan salah satu unit dari SLB D YPAC Surakarta yang terdiri dari siswa-siswi dengan sebagian besar mengalami cacat fisik akan tetapi memiliki IQ normal sehingga mereka dapat mengikuti materi pelajaran seperti halnya di sekolah reguler. D. Perumusan Masalah Bertolak dari latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah tersebut maka dapat dirumuskan masalah penelitian ke dalam beberapa pertanyaan berikut : 1. Bagaimanakah hubungan antara emotional support dengan prestasi belajar matematika siswa SLB-D YPAC Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010 ? 2. Bagaimanakah hubungan antara konsep diri dengan prestasi belajar matematika siswa SLB-D YPAC Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010 ? 3. Bagaimanakah hubungan antara kemandirian belajar dengan prestasi belajar matematika siswa SLB-D YPAC Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010 ? 4. Bagaimanakah hubungan antara emotional support, konsep diri dan kemandirian belajar dengan prestasi belajar matematika siswa SLB-D YPAC Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010 ? E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini secara umum dimaksudkan untuk memperoleh data dan informasi tentang emotional support, konsep diri dan kemandirian belajar berhubungan dengan prestasi belajar matematika. Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui hubungan antara emotional support dengan prestasi belajar matematika siswa SLB-D YPAC Tahun Ajaran 2009/2010. 2.
Untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dengan prestasi belajar matematika siswa SLB-D YPAC Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010.
3.
Untuk mengetahui hubungan antara kemandirian belajar dengan prestasi belajar matematika siswa SLB-D YPAC Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010.
4.
Untuk mengetahui hubungan antara emotional support, konsep diri dan kemandirian belajar secara bersama-sama dengan prestasi belajar matematika siswa SLB-D YPAC Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010.
F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memiliki dua jenis manfaat yang dijelaskan sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis a. Memberikan pengaruh yang berdaya guna secara teoritis bagi kepentingan akademis dalam bidang ilmu pendidikan khususnya psikologi pendidikan luar biasa. b. Dapat dijadikan suatu pola dan strategi dalam meningkatkan prestasi belajar matematika siswa. c.
Dapat dijadikan sebagai alternatif model inovasi dalam pengembangan emotional support, konsep diri dan kemandirian belajar dengan prestasi belajar matematika siswa.
2. Manfaat Praktis a. Informasi bagi para guru, orang tua, maupun siswa dalam upaya meningkatkan dan mengembangkan prestasi belajar matematika siswa. b. Bahan masukan bagi SLB-D YPAC Surakarta untuk dijadikan pertimbangan secara operasional dalam merumuskan pola pengembangan prestasi belajar matematika siswa yang akan datang. c. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai temuan awal untuk melakukan penelitian lanjut tentang model pengembangan emotional support, konsep diri dan kemandirian belajar dengan prestasi belajar matematika siswa pada institusi pendidikan lainnya.
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Emotional Support a. Emosi Russell dan Barrett (1999) yang dikutip Larson (2009:257) dalam Adi Ekopriyono
(2009:
http://www.rumahusaha.com/)
mendefinisikan
emosi
sebagai respon afektif terhadap stimulus eksternal atau internal, seperti ekspektasi
dan
persepsi
diri.
Wikipedia
Bahasa
Indonesia
(2009:
http://www.wikipedia.org/) “Emosi adalah istilah yang digunakan untuk keadaan mental dan fisiologis yang berhubungan dengan beragam perasaan, pikiran, dan perilaku.” Goleman (2002 : 411) menyatakan emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Du Preez dalam Martin (2003: 91) yang dikutip oleh Adi Ekopriyono (2009: http://www.rumahusaha.com/) emosi adalah reaksi tubuh menghadapi situasi tertentu. Dari pendapat-pendapat diatas maka pada dasarnya emosi merupakan suatu keadaan biologis dan psikologis, suatu perasaan, pikiran, dan perilaku yang muncul dalam menghadapi situasi tertentu. Emosi memiliki berbagai jenis. Descrates dalam Prawitasari (1995) dalam Wulan (2008: http://one.indoskripsi.com/) menyatakan bahwa emosi terbagi atas : hasrat, benci, sedih, heran, cinta dan kegembiraan. Goleman (2002: 411) mengemukakan beberapa macam emosi, yaitu : a. Amarah : beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal hati b. Kesedihan : pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri, putus asa c. Rasa takut : cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, waspada, tidak tenang, ngeri d. Kenikmatan : bahagia, gembira, riang, puas, riang, senang, terhibur, bangga e. Cinta : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kemesraan, kasih f. Terkejut : terkesiap, terkejut g. Jengkel : hina, jijik, muak, mual, tidak suka
h. malu : malu hati, kesal (Indoskripsi:2008) Emosi berarti perasaan yang dapat menimbulkan tindakan. Setiap emosi menawarkan pola tindakan tersendiri. Emosi merupakan dorongan untuk bertindak, rencana seketika untuk mengatasi masalah. Emosi menuntut kita menghadapi bahaya yang mungkin terjadi. Dari macam-macam emosi di atas, jenis emosi utamanya adalah amarah, kesedihan, rasa takut, kenikmatan, cinta, terkejut, jengkel, dan malu. Kesemua jenis emosi tersebut dimasukkan dalam emosi positif dan emosi negatif yang timbul dari dalam diri seseorang.
b. Emosi Dalam Pembelajaran Hernowo (2007:92) mengungkapkan adanya hubungan penting antara emosi dengan permulaan kognitif yang dibutuhkan untuk pembelajaran. Emosi positif memungkinkan otak mencipakan peta persepsi yang lebih baik. Siswa dapat memilah pengalamannya dengan lebih baik dan mengingat pelajaran dengan lebih jelas. DePorter dan Hernacki (1999:14) berpendapat bahwa emosi positif akan membuat otak dapat bekerja secara optimal. Emosi positif yang terus dibangun akan meningkatkan hal-hal yang berkaitan dengan kehormatan diri dan kepercayaan diri. Erez dan Isen (2002:1) menyatakan bahwa emosi positif mempengaruhi prestasi dengan membuat harapan untuk sukses dan melakukan langkah perlindungan melawan stres dan pikiran mengganggu yang muncul dari pengalaman negatif, misalnya kegagalan. Emosi positif dapat ditingkatkan dengan membina interaksi positif antara guru-siswa dan lingkungan sekolah yang positif (Roeser dan Eccles (1998) dalam Nur Husnul, 2009: http://nurhusnul.blogspot.com/). Mengenai emosi negatif, Jalaluddin Rahmat dalam Hernowo (2007:29) menyebutkan bahwa emosi negatif akan menyempitkan pikiran dan tindakan. Sedangkan Simby dan Kilang (asy-Syakhs, 2001:27) berpendapat bahwa tingkat kecemasan siswa berpengaruh pada keberhasilan dalam belajar di bidang matematika. Jamalat Ghanim mengatakan ”perilaku anak yang tertinggal dalam belajar dibandingkan dengan anak yang tinggi tingkat intelegensinya disebabkan tidak adanya rasa percaya diri dan tingginya rasa cemas.” Sedangkan Abdul
Aziz asy-Syakhs (2001:28) menjelaskan bahwa banyak kata secara umum berpengaruh negatif terhadap rendahnya tingkat keberhasilan bagi anak. Materimateri pendidikan membutuhkan contoh perbuatan nyata yang rasional dan meyakinkan. Perkataan yang diungkapkan dengan gaya bahasa maupun perilaku seseorang berkaitan dengan masalah ketertinggalan dalam belajar dalam kadar yang besar. Berdasarkan pendapat-pendapat diatas emosi positif adalah perasaan yang mampu memaksimalkan kineja otak dan menciptakan persepsi yang baik. Sebaliknya emosi negatif adalah perasaan yang dapat menyempitkan pikiran dan menimbulkan persepsi yang buruk pada dirinya. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa emosi positif dapat meningkatkan pencapaian belajar siswa. Sebaliknya, emosi negatif
dapat menimbulkan ketertinggalan belajar pada
siswa.
c. Interaksi Guru-Siswa yang Efektif Anwar Holil (2009: http://anwarholil.blogspot.com/) menyatakan bahwa dalam proses interaksi guru dan siswa dibutuhkan komponen yaitu : (1) Interaksi belajar mengajar memiliki tujuan : yakni untuk membantu anak dalam suatu perkembangan tertentu. Interaksi belajar mengajar sadar tujuan, dengan menempatkan siswa sebagai pusat perhatian siswa mempunyai tujuan, (2) Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncanakan, didesain untuk mencapai tujuan yang telah dilaksanakan. Dalam melakukan interaksi perlu adanya prosedur, atau langkah-langkah sistematik yang relevan, (3) Interaksi belajar mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi yang khusus. Materi didesain sehingga dapat mencapai tujuan dan dipersiapkan sebelum berlangsungnya interaksi belajar mengajar, (4) Ditandai dengan adanya aktivitas siswa. Siswa sebagai pusat pembelajaran, maka aktivitas siswa merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya interaksi belajar mengajar, (5) Dalam interaksi belajar mengajar guru berperan sebagai pembimbing. Guru memberikan motivasi agar terjadi proses interaksi dan sebagai mediator dan proses belajar mengajar, (6) dalam interaksi belajar mengajar membutuhkan disiplin. Langkah – langkah yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang sudah ditentukan, (7) Ada batas waktu. Setiap tujuan diberi waktu tertentu, kapan tujuan itu harus dicapai,
(8) Unsur penilaian. Untuk mengetahui apakah tujuan sudah tercapai melalui interaksi belajar mengajar. CLASS (Classroom Assessment Scoring System) dalam Muntner (2008: http://www.readingrocket.com) membagi tiga jenis interaksi guru-siswa yang efektif, yaitu : 1) Emotional Support Emotional support yaitu hubungan positif antara guru dan siswa. Emotional support (dukungan emosional) merupakan cara guru menolong siswa mengembangkan
kehangatan,
hubungan
yang
saling
mendukung,
kegembiraan akan mencari pengalaman dan semangat untuk belajar, perasaan nyaman di kelas, dan otonomi atau kebebasan mencari pengalaman. 2) Classroom Organization Classroom organization yaitu kondisi kelas yang teratur dengan baik, melayani
siswa
secara
terus-menerus,
dan
melibatkan
aktivitas
pembelajaran. 3) Instructional Support Interaksi yang mengajarkan siswa untuk berpikir, senantiasa memberikan balikan dan dukungan, dan menyediakan perkembangan bahasa. Dari dua pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa interaksi guru-siswa yang efektif ditandai dengan adanya tujuan, prosedur, materi khusus, aktivitas siswa, guru sebagai pembimbing, kedisiplinan, batas waktu, dan penilaian. Seluruhnya diiringi dengan dukungan emosional, pengorganisasian kelas, serta dukungan instruksional.
d. Pengertian Emotional Support Muntner
(2008:
http://www.readingrocket.com)
mengemukakan
emotional support merupakan cara guru menolong siswa mengembangkan kehangatan, hubungan yang saling mendukung, kegembiraan akan mencari pengalaman dan semangat untuk belajar, perasaan nyaman di kelas, dan otonomi atau kebebasan mencari pengalaman. Sedangkan Rob dan Brian (1995) dalam Wanzare (2009: http://www.springerlink.com/) mengemukakan personal and
emotional support merupakan kesempatan yang dimiliki seseorang untuk saling berbicara dan perlu merasakan kenyamanan dalam menanyakan nasehat dan bantuan. Selanjutnya Lincoln (2003:225) emotional support adalah hubungan timbal balik diantara individu yang melibatkan ekspresi perhatian dan kasih sayang, menghargai, dan kepercayaan. Diaz Veiga (1987) dalam Quiles dan Cantero (2009:227) menyatakan bahwa emotional support adalah keaktifan dalam hal ekspresi kasih sayang, perhatian, empati, dan sebagainya. Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa emotional support adalah hubungan positif dalam hal ini antara guru dan siswa yang meliputi ekspresi perhatian, kenyamanan, kasih sayang, kehangatan, dan kepercayaan dalam belajar.
e. Dimensi Emotional Support Emotional
support
dibagi
menjadi
empat
(Muntner,
2008:
http://www.springerlink.com/) yaitu : 1) Iklim positif, yaitu kenyamanan dan hubungan emosional yang dimiliki guru dengan siswa, sebaik hubungan interaksi antar teman sebaya. Iklim positif meliputi : hubungan, pengaruh positif, komunikasi positif, dan respek / rasa hormat. 2) Iklim negatif, yaitu tingkatan ekspresi negatif seperti rasa takut, permusuhan atau agresi yang diperlihatkan oleh guru dan atau siswa di kelas. Iklim negatif meliputi : pengaruh negatif, hukuman sebagai pengendali, sarkasme / ketidak respekan, dan perasaan negatif yang berat. 3) Sensitivitas guru meliputi : kesadaran, pendengar yang baik, membahas suatu masalah, dan kenyamanan siswa. 4) Penghargaan atas perspektif siswa yaitu respon guru terhadap akademik dan kebutuhan emosional siswa.Tingkatan interaksi guru dengan siswa dan aktivitas kelas yang ditekankan pada perhatian, motivasi, dan sudut pandang siswa.Penghargaan atas perspektif siswa meliputi : fleksibilitas dan fokus siswa, dukungan atas otonomi dan kepemimpinan, ekspresi siswa, dan pembatasan pergerakan. Sedangkan Jacobson (1986) dalam Nursalam (2009:10) menyatakan bahwa emotional support merupakan bagian dari dukungan sosial yang mencakup : 1) perasaan nyaman 2) dihargai 3) dicintai 4) diperhatikan
Rodin dan Salovey (1989) dalam Smet (1994:133) menyebutkan bahwa dukungan emosional meliputi : 1) ungkapan empati 2) kepedulian 3) perhatian terhadap orang yang bersangkutan Dari ketiga pendapat diatas maka kesimpulannya adalah dimensi emotional support meliputi iklim yang membuat nyaman, kepedulian dan perhatian guru, dan siswa merasa dihargai dan dicintai oleh guru.
2. Konsep Diri a. Pengertian Konsep Diri Hurlock (1993) dalam Gumilar (2008: http://www.gumilar.net/) konsep diri adalah gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya. Centi (2003) dalam Fasty Rola (2006:5) konsep diri merupakan gagasan tentang diri sendiri yang berisikan bagaimana individu memandang dirinya sendiri sebagai pribadi, bagaimana individu merasa tentang dirinya dan bagaimana individu menginginkan dirinya menjadi manusia sebagaimana yang diharapkan.. Shavelson dan Bolus dalam Muijs dan Reynolds (2008:218) mendefinisikan konsep diri sebagai ”persepsi seseorang mengenai dirinya sendiri yang terbentuk melalui pengalamannya dengan lingkungan, interaksinya dengan orang-orang yang memiliki arti penting, dan atribusi tentang perilakunya sendiri.” Dari dua pendapat diatas maka definisi konsep diri mengarah pada pandangan dan sikap individu tentang dirinya sendiri yang berkembang dari hasil interaksi dengan lingkungan.
b. Faktor Pembentuk Konsep Diri Rizki
Mulya
Rahman
(2009:
http://www.pmii-ciputat.or.id/)
mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan dan perkembangan konsep diri, antara lain: 1) Usia 2) Inteligensi 3) Pendidikan 4) Status Sosial Ekonomi
5) Hubungan Keluarga 6) Orang Lain 7) Kelompok Rujukan (Reference Group) Sedangkan Coopersmith (Konsep Diri Positif : Menentukan Prestasi Anak, 2006:15) mengemukakan empat faktor yang berperan dalam pembentukan konsep diri individu : 1. Faktor Kemampuan Setiapanak memiliki kemampuan.Oleh karena itu berilah anak peluang agar ia mampu melakukan sesuatu. 2. Faktor Perasaan Berarti Pupuklah rasa berarti pada diri anak dalam setiap aktivitas sekecil dan sesederhana apapun. Apabila dicemooh dapat menimbulkan perasaan hampa membentuk sikap negatif. 3. Faktor Kebajikan Bila anak telah memiliki perasaan berarti, maka akan tumbuh kebajikan dalam dirinya. Anak merasa lingkungan adalah tempat yang menyenangkan. Tempat dengan atmosfir menyenangkan akan menjadi wahana subur bagi anak karena ia akan berbuat kebajikan bagi lingkungan. 4. Faktor Kekuatan Pola perilaku berkarakteristik positif memberi kekuatan bagi anak untuk melakukan perbuatan yang baik. Dengan kekuatan diri, anak dapat menghalau upaya yang negatif. Clara R Pudijogyanti (1995:12) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri yaitu: 1) keadaan fisik 2) kondisi keluarga 3) reaksi orang lain terhadap individu 4) tuntutan orang tua terhadap anak 5) jenis kelamin, ras, dan status sosial ekonomi 6) keberhasilan dan kegagalan 7) orang-orang terdekat Jadi berdasarkan pendapat-pendapat di atas faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri terdiri dari faktor yang berasal dari diri siswa dan dari luar siswa. Fisik, inteligensi, sosial, dan psikologis turut berpengaruh dalam kedua hal ini.
c. Jenis-jenis Konsep Diri 1) Konsep Diri Positif Menurut Brooks dan Emmert (dalam Rakhmat, 2005:105) orang yang memiliki konsep diri positif ditandai dengan lima hal:
1) Kemampuan mengatasi masalah. 2) Merasa setara dengan orang lain. 3) Menerima pujian tanpa rasa malu. 4) Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat. 5) Mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubahnya. Sedangkan menurut Hurlock (1978:238) dalam Rizki Mulya Rahman (2009: http://www.pmii-ciputat.or.id/), konsep diri yang positif akan berkembang jika seseorang mengembangkan sifat-sifat yang berkaitan dengan harga diri yang baik, kepercayaan diri yang baik, dan kemampuan melihat diri secara realistik. Sifat-sifat ini memungkinkan seseorang untuk berhubungan dengan orang lain secara akurat dan mengarah pada penyesuaian diri yang baik. Seseorang dengan konsep diri yang positif akan terlihat optimis, penuh percaya diri dan selalu bersikap positip terhadap segala sesuatu. Jadi konsep diri positif adalah gambaran positif mengenai dirinya, keyakinan seseorang akan kemampuan dirinya dan keberhasilan dirinya.
2) Konsep Diri Negatif Menurut Brooks dan Emmert dalam Fikri (2010:http://duniafikri.blogspot.com/), ciri orang yang memiliki konsep diri negatif ialah peka terhadap kritik, responsif sekali terhadap pujian, mempunyai sikap hiperkritis, cenderung merasa tidak disenagi orang lain, merasa tidak diperhatikan, dan bersikap pesimis terhadap kompetisi. Sebaliknya konsep diri yang negatif menurut Hurlock (1978:238) dalam Rizki Mulya Rahman (2009: http://www.pmii-ciputat.or.id/) akan muncul jika seseorang mengembangkan perasaan rendah diri, merasa ragu, kurang pasti serta kurang percaya diri. Seseorang dikatakan mempunyai konsep diri negatif jika ia meyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak kompeten, gagal, malang,
tidak menarik, tidak disukai dan tidak memiliki daya tarik terhadap hidup. Dari kedua pendapat ini konsep diri negatif menunjukkan sikap pesimistis seseorang dalam menghadapi kehidupannya sehari-hari.
d. Dimensi Konsep Diri Jumlah aspek yang dapat dimiliki sebagai bagian konsep diri seseorang tidaklah terbatas. Calhoun dan Accocella (1990) dalam Fasty Rola (2006:14-15) menyatakan bahwa dimensi konsep diri terbagi menjadi tiga hal yaitu : 1. pengetahuan yang yang individu ketahui tentang dirinya sendiri 2. harapan di masa mendatang 3. penilaian terhadap diri sendiri Dimensi konsep diri menurut Allen (2000) dalam Sofa (2009: http://massofa.wordpress.com/) terdiri atas 1) konsep diri aktual (persepsi atas siapa diri kita saat ini) 2) konsep diri ideal (persepsi diri yang diinginkan) 3) konsep diri pribadi (gambaran bagaimana menjadi diri sendiri) 4) konsep diri sosial (hubungan terhadap sesama) Shavelson (Daniel Muijzs:2008) menghipotesiskan bahwa dikalangan anakanak dan remaja ada tujuh dimensi yang paling penting, yaitu : 1) konsep diri tentang pelajaran-pelajaran di sekolah 2) konsep diri tentang bahasa atau membaca 3) konsep diri tentang matematika 4) konsep diri tentang hubungan dengan teman sebaya 5) konsep diri tentang hubungan dengan orangtua 6) konsep diri tentang penampilan 7) konsep diri tentang kemampuan olahraga Terlihat konsep diri menurut Shavelson lebih mendalam karena tidak hanya mencakup konsep diri non akademik saja. Namun, konsep diri akademik juga diikutsertakan. 3. Kemandirian Belajar a. Pengertian Kemandirian Menurut Drost (1993:22) dalam Retno Dwi Astuti (2005:22) kemandirian adalah individu yang mampu menghadapi masalah-masalah yang dihadapinya dan mampu bertindak secara dewasa. Menurut Mutadin (2002) dalam Retno Dwi Astuti (2005:22) kemandirian adalah suatu sikap
individu yang diperoleh secara kumulatif selama perkembangan, individu akan terus belajar untuk bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi lingkungan, sehingga individu pada akhirnya akan mampu berfikir dan bertindak sendiri dengan kemandiriannya seseorang dapat memilih jalan hidupnya untuk dapat berkembang dengan lebih mantap. Sedangkan Hasan Basri (1994:53) dalam Retno Dwi Astuti (2005:23) mengatakan bahwa kemandirian adalah keadaan seseorang dalam kehidupannya mampu memutuskan atau mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemandirian adalah keadaan atau sikap individu dalam mewujudkan kehendak atau keinginannya secara nyata dengan tidak bergantung pada orang lain.
b. Pengertian Kemandirian Belajar Abdullah (2001) dalam Irfan (2009: http://mtsnsewulan.com/) mengemukakan pengertian belajar mandiri sebagai berikut: 1) Belajar mandiri memandang siswa sebagai para manajer dan pemilik tanggung jawab dari proses pelajaran mereka sendiri. 2) Peran kemauan dan motivasi dalam belajar mandiri sangat penting di dalam memulai dan memelihara usaha siswa. 3) Di dalam belajar mandiri, kendali secara berangsur-angsur bergeser dari para guru ke siswa. 4) Belajar mandiri sangat kolaboratif dimana siswa bekerja sama dengan para guru dan siswa lainnya di dalam kelas. 5) Belajar mandiri mengembangkan pengetahuan yang lebih spesifik seperti halnya kemampuan untuk mentransfer pengetahuan konseptual ke situasi baru. Haris Mujiman (2006:15) mencoba memberikan pengertian belajar mandiri dengan lebih lengkap. Menurutnya belajar mandiri adalah kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai suatu kompetensi guna mengatasi suatu masalah, dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang dimiliki. Penetapan kompetensi sebagai tujuan belajar, dan cara pencapaiannya baik penetapan waktu belajar, tempat belajar, irama belajar, tempo belajar, cara belajar, maupun evaluasi belajar dilakukan oleh siswa sendiri. Di sini belajar mandiri lebih dimaknai sebagai usaha siswa untuk melakukan kegiatan belajar yang
didasari oleh niatnya untuk menguasai suatu kompetensi tertentu. Berdasarkan pendapat di atas, maka kemandirian belajar diartikan sebagai suatu proses belajar yang terjadi pada diri seseorang, dan dalam usahanya untuk mencapai tujuan belajar orang tersebut dituntut untuk aktif , tidak tergantung kepada orang lain, termasuk gurunya. Jadi kemandirian belajar akan terwujud apabila siswa aktif mengontrol sendiri segala
sesuatu
yang
dikerjakan,
mengevaluasi
dan
selanjutnya
merencanakan sesuatu yang lebih dalam pembelajaran yang dilalui dan siswa mau aktif di dalam proses pembelajaran yang ada.
c. Ciri-ciri kemandirian Belajar Seorang anak dikatakan mandiri apabila anak memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Haris Mudjiman:2006:8) : 1) dapat menemukan identitas dirinya 2) memiliki inisiatif dalam setiap langkahnya 3) membuat pertimbangan-pertimbangan dalam tindakannya 4) bertanggung jawab atas tindakannya 5) dapat mencukupi kebutuhan-kebutuhanya sendiri. Guglielmino (1978) dalam Liddell (2008:15) mendeskripsikan 11 karakteristik kesiapan belajar mandiri : 1) Initiative / inisiatif 2) Independence / kebebasan 3) Persistence / ketekunan 4) Responsibility / tanggung jawab 5) self-discipline / disiplin diri 6) curiosity / rasa ingin tahu 7) desire (to learn or change) / keinginan mempelajari 8) basic skills / kecakapan dasar 9) pacing (completion) / langkah penyelesaian 10) joy in learning / kesenangan dalam belajar 11) goal orientation / orientasi pada tujuan Kedua pendapat di atas menyebutkan ciri-ciri yang hampir sama. Namun pendapat yang dianggap lebih lengkap oleh penulis adalah pendapat dari Guglielmino mengenai karakteristik belajar mandiri.
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Belajar Menurut
Bimo
Walgito
(1997:123)
faktor-faktor
yang
mempengaruhi kemandirian adalah : 1) Faktor eksogen yaitu faktor yang berasal dari luar seperti keluarga, sekolah dan, masyarakat 2) Faktor indogen yaitu faktor yang berasal dari diri sendiri yang terdiri dari faktor fisiologis (kondisi fisik) dan psikologis (bakat, minat, motivasi, dan kecerdasan). Faktor yang mempengaruhi kemandirian belajar menurut Esti Indriani (2006: 36-43) terbagi atas faktor dari dalam dan luar siswa : a. Faktor dari diri siswa 1) Memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan dirinya 2) Mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi 3) Memiliki kepercayaan diri dalam mengerjakan tugas-tugasnya 4) Bertanggungjawab terhadap apa yang dilakukannya b. Faktor dari luar diri siswa 1) Lingkungan Keluarga a) Cara orang tua mendidik b) Relasi antar anggota keluarga c) Keadaan ekonomi keluarga 2) Lingkungan Sekolah a) Kemampuan guru didalam proses pembelajaran b) Ketersediaan sarana dan prasarana sebagai media dan sumber belajar c) Hubungan yang harmonis antar anggota sekolah Dari kedua pendapat di atas maka kesimpulannya adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian belajar adalah faktor eksternal, meliputi ; keluarga, sekolah, dan masyarakat, serta faktor internal, meliputi ; kondisi fisik fisik, minat, bakat, motivasi, kecerdasan, inisiatif, percaya diri, dan tanggung jawab.
4. Prestasi Belajar Matematika a. Pengertian Belajar Menurut Slamet (1995:2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Ahmad Fauzi (2004:44) belajar adalah suatu proses dimana suatu tingkah laku ditimbulkan atau diperbaiki melalui serentetan reaksi atas situasi atau rangsang yang terjadi. Selanjutnya Winkel (1996) dalam Ridwan (2008: http://ridwan202.wordpress.com/) belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi yang aktif dengan
lingkungan,
yang
menghasilkan
perubahan-perubahan
dalam
pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstant. Prestasi belajar pada intinya mengacu pada prinsip yang sama yaitu setiap orang yang melakukan proses belajar akan mengalami suatu perubahan dalam dirinya.
b. Pengertian Prestasi Belajar Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (1995:787) menyatakan prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Sedangkan menurut
S.
Nasution
(1996:17)
dalam
Ridwan
(2008:
http://ridwan202.wordpress.com) prestasi belajar adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor. Jadi dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar yang telah dicapai menurut kemampuan yang dimiliki dan ditandai dengan perkembangan serta perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau hasil tes..
c. Matematika Menurut Johnson dan Myklebust (1967:244) dalam Sri Windarti (2009: http://sriwindarti. wordpress.com/) matematika adalah simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan kuantitatif dan keruangan yaitu menunjukkan kemampuan strategi dalam merumuskan, menafsirkan dan
menyelesaikan model matematika dalam pemecahan masalah, sedangkan fungsi teoritisnya untuk memudahkan berpikir. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan
dan
Pengembangan
Bahasa
(1995:637)
mendefinisikan
matematika sebagai ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah bilangan. Logika matematika dikaitkan dengan otak yang melibatkan komponen ; penghitungan secara matematis, berpikir logis, dan pemecahan masalah. Stronge (2007:134-135) mengatakan bahwa ”Matematika bukan sekedar nomor-nomor dan simbol-simbol, matematika adalah sebuah bahasa pemahaman.” Jadi matematika
merupakan ilmu tentang bilangan untuk
memudahkan berikir. Guru matematika yang efektif menunjukkan kemampuan dalam memfasilitasi siswa untuk mengerti, menganalisa. dan mengatasi masalah. Guru menunjukkan konsep matematika yang aplikatif bagi siswa. Guru menolong siswa untuk berpikir dan memahami bagaimana matematika secara terang dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Jika siswa menemui kesulitan, guru mampu mendiagnosa dan melakukan remediasi pada bahan pengetahuan tersebut atau mengidentifikasi mana yang belum dimengerti oleh siswa. Siswa memperhitungkan masalah, menulis solusi, dan mendiskusikannya.
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Winkel (1996:26) menyatakan bahwa prestasi belajar siswa ditentukan oleh faktor-faktor berikut: 1. Faktor yang ada pada diri siswa: a. Taraf intelegensi b. Bakat khusus c. Taraf pengetahuan yang dimiliki d. Taraf kemampuan berbahasa e. Taraf organisasi kognitif f. Motivasi g. Perasaan h. Sikap i. Minat
j. Konsep diri k. Kondisi fisik dan psikis 2. Faktor-faktor yang ada pada lingkungan keluarga a. Hubungan antara orang tua b. Hubungan orang tua-anak c. Jenis pola asuh d. Keadaan sosial ekonomi keluarga 3. Faktor-faktor yang ada di lingkungan sekolah a. Guru; kepribadian guru; sikap guru terhadap siswa; keterampilan didaktik, dan gaya mengajar. b. Orgaisasi sekolah; c. Sistem sosial di skeolah; d. Keadaan fisik sekolah dan fasilitas pendidikan; e. Hubungan sekolah dengan orang tua; f. Loksi sekolah. Ahmadi dan Supriyono (2004:138) menyebutkan macam-macam faktor yang mempengaruhi prestasi belajar : 1. faktor internal a. faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh b. faktor psikologis yang terdiri atas faktor intelektif serta faktor non intelektif faktor kematangan fisik maupun psikis 2. faktor eksternal a. faktor sosial b. faktor budaya c. faktor lingkungan fisik d. faktor lingkungan spiritual atau keamanan Dari kedua pendapat diatas maka disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berasal dari keadaan diri siswa sendiri dan faktor eksternal berasal dari luar diri siswa baik itu lingkungan sekolah maupun lingkungan keluarga.
B. Hasil Penelitian yang Relevan Hasil penelitian CLASS (Classroom Assessment Scoring System) tahun 2009 mengenai interaksi guru-siswa yang efektif menyatakan level tertinggi emotional Support berasosiasi dengan perkembangan prestasi membaca dan matematika. Sedangkan penelitian Turanh dalam Eurasian Journal of Educational
Research tahun 2009 yang berjudul Students’ Perceptions of Teachers’ Behaviors of Social Emotional Support and Students’ Satisfaction with the Classroom Atmosphere menghasilkan indikasi bahwa perilaku mendukung oleh guru sangat kuat memprediksikan kenyamanan siswa dengan iklim kelas. Guru yang siswanya memiliki perbedaan level kenyamanan secara statistik memiliki perbedaan perilaku social-emotional support. Perilaku guru yang baik dapat memprediksikan kenyamanan siswa dengan lingkungan pembelajaran dan ketika guru mendukung siswanya secara social dan emosional, siswa akan merasa lebih nyaman dengan iklim kelas. Penelitian yang dilakukan oleh Ramazan Hazenzadeh pada tahun 2004 yang berjudul A Study of the Relationship Between Global Self-Concept and Academic Achievement dalam International Journal of Mental Health and Addiction mengenai konsep diri global terhadap prestasi belajar siswa sekolah tinggi menunjukkan hasil hubungan yang signifikan baik siswa laki-laki maupun perempuan. Siswa dengan level prestasi yang lebih baik memiliki konsep diri global yang lebih positif. Guglielmino dalam International Journal of Self-Directed Learning tahun 2008 yang berjudul Why Self-Directed Learning mengemukakan alasan mengapa kemandirian belajar itu penting. Kemandirian belajar merupakan respon alamiah bagi kebutuhan belajar kita. Kemandirian belajar merupakan jalan untuk mengubah lingkungan. Beberapa individu dapat belajar sendiri dan beberapa lainnya perlu bantuan orang lain untuk dapat meningkatkan tanggungjawab, kemampuan dan tingkah laku mereka demi kemandirian belajar seumur hidup.
C. Kerangka Berfikir Kerangka
pemikiran
merupakan
arah
pemikiran
untuk
bisa
memberikan jawaban sementara atau masalah yang dirumuskan. Berikut skemanya :
H1
X1 H2
Y
X2 H3
X3 H4 Keterangan : X1 = Emotional Support ( variabel bebas ) X2 = Konsep Diri ( variabel bebas ) X3 = Kemandirian Belajar ( variabel bebas ) Y = Prestasi Belajar Matematika Siswa ( variabel terikat )
D. Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara dari suatu masalah yang sedang diteliti dan harus dibuktikan kebenarannya terlebih dahulu melalui langkah penelitian. Berikut hipotesisnya : 1. Ada hubungan antara emotional support dengan prestasi belajar matematika siswa SLB-D YPAC Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010. 2. Ada hubungan antara konsep diri dengan prestasi belajar matematika siswa SLB-D YPAC Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010. 3. Ada hubungan antara kemandirian belajar dengan prestasi belajar matematika siswa SLB-D YPAC Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010. 4. Ada hubungan antara emotional support, konsep diri dan kemandirian belajar dengan prestasi belajar matematika siswa SLB-D YPAC Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di SLB D YPAC Surakarta yang beralamat di Jalan Slamet Riyadi No 364 Solo. Alasan pemilihan lokasi penelitian antara lain : 1. SLB D YPAC merupakan tempat peneliti melakukan PPL sehingga peneliti telah mengetahui keadaan lingkungan dan karakteristik siswa-siswi di sana. 2. Lokasi SLB D YPAC sangat strategis yaitu ditengah kota sehingga memudahkan peneliti menuju ke tempat penelitian. 3. Di SLB D YPAC belum pernah dilakukan penelitian dengan judul telah diajukan oleh peneliti sehingga diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi sekolah tersebut. Sedangkan waktu penelitian dijadwalkan mulai bulan Desember 2009 sampai Maret 2010. Berikut perencanaan jadwal penelitian : Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian No
Kegiatan
Desember’09
Januari’10
Februari ’10
1
Pengajuan judul
//////////////////
2
Pembuatan proposal
//////////////////
3
Pengajuan proposal
//////////////////
4
Ijin penelitian
///////////////
5
Instrumen penelitian
///////////////
6
Penelitian
///////////////
7
Pengumpulan data
//////////////////
8
Olah data
//////////////////
9
Laporan penelitian
Maret ’10
///////////////
//////////////////
////////////// //////////////
B. Metode Penelitian Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif korelasional. Penelitian deskriptif merupakan penelitian
yang
dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada data penelitian yang dilakukan (Suharsimi Arikunto, 2005:17). Sedangkan menurut Sugiyono (2004:11) penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel independen atau lebih tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan antara variabel satu dengan variabel yang lain. Jadi penelitian deskriptif adalah berusaha menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data untuk membuat gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat pada suatu obyek penelitian tertentu. Sebuah penelitian deskriptif juga dirancang untuk mengetahui hubungan atas satu variabel kepada variabel lain. Oleh karena itu penelitian korelasi juga dimasukkan dalam kelompok penelitian deskriptif. Penelitian korelasi ditujukan untuk mengetahui sejauh mana hubungan antar variabel penelitian. Hasil yang diperoleh adalah taraf saling hubungan antara variabel yang diteliti.
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Menurut Suharsimi Arikunto (1998:115) populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Sedangkan Burhan Bungin (2006:99) kata populasi dalam metode penelitian sangat populer digunakan untuk menyebutkan serumpun atau sekelompok obyek yang menjadi sasaran penelitian. Dari dua pengertian di atas populasi berarti kumpulan atau keseluruhan anggota dari obyek penelitian dan memenuhi kriteria tertentu yang telah ditetapkan dalam penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SLB-D YPAC Surakarta tahun ajaran 2009/2010. SLB-D YPAC Surakarta terdiri dari jenjang pendidikan Sekolah Dasar (kelas I sampai VI) dan Sekolah Menengah Pertama (kelas VII sampai IX). Seluruhnya berjumlah 53 siswa.
2. Sampel Menurut Irawan Soehartono (2000:57) yang dimaksud dengan sampel adalah suatu bagian dari populasi yang akan diteliti dan yang dianggap dapat menggambarkan
populasinya.
Sedangkan
Augusty
Ferdinand
(2006:223)
menyatakan sampel adalah subset dari populasi, terdiri dari beberapa anggota populasi. Jadi sampel adalah bagian tertentu dari unit populasi. Alasan perlunya pengambilan sampel adalah : 1) keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya, 2) lebih cepat dan lebih mudah, 3) memberi informasi yang lebih banyak dan dalam, dan 4) dapat ditangani lebih teliti (Rozaini Nasution, 2003:1). Pada prinsipnya tidak ada ketentuan yang baku dalam menentukan jumlah anggota sampel. Memperhatikan metode analisis yang digunakan dan kutipan dari Cholid Narbuko dan Abu Achmadi (2003:110) yaitu ”Populasi yang berjumlah dibawah seratus dapat dipergunakan sampel sebesar setengah dari populasi tersebut” maka diambillah sebanyak 30 sampel. Sampel diambil dari sebagian siswa kelas I sampai dengan kelas IX SLB-D YPAC Surakarta tahun ajaran 2009/2010.
3. Teknik Sampling Sampling adalah proses bagaimana memilih jumlah elemen yang cukup dari sebuah populasi yang memungkinkan proses generalisasi hasil penelitian (Augusty Ferdinand, 2006:224). Mengenai sampling, digunakan teknik stratified
random
sampling. Stratified
random
sampling adalah
teknik
pengambilan sampel dimana semua anggota dalam sampel dibagi kedalam kelompok atau kategori kemudian dalam setiap kategori tersebut dipilih sampel secara random. Syarat Penggunaan Metode Stratified Random Sampling (Rozaini Nasution, 2003:3-4): 1. Populasi mempunyai unsur heterogenitas 2. Diperlukan kriteria yang jelas dalammembuat stratifikasi / lapisan sesuai dengan unsur heterogenitas yang dimiliki 3. Harus diketahui dengan tepat komposisi jumlah anggota sampel yang akan dipilih (secara proporsional atau disproporsional) Langkah–langkah Stratified Random Sampling sebagai berikut (Hasan Mustofa, 2001:6-7) :
1. Populasi dikelompokkan menjadi sub-sub populasi berdasarkan kriteria tertentu yang dimiliki unsur populasi. Masing-masing sub populasi diusahakan homogen 2. Dari masing-masing sub populasi selanjutnya diambil sebagian anggota secara acak dengan komposisi proporsional atau disproporsional 3. Total anggota yang dipilih ditetapkan sebagai jumlah anggota sampel penelitian Tabel 2. Pembagian Sampel dengan Stratified Random Sampling Kelas Jumlah Proporsi Sampel Jumlah Sampel I
5
11.11 %
3
II
7
11.11 %
3
III
6
11.11 %
3
IV
8
11.11 %
4
V
4
11.11 %
4
VI
5
11.11 %
3
VII
6
11.11 %
3
VIII
4
11.11 %
4
IX
8
11.11 %
3
Populasi
53
Sampel
30
D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah sebagai alat ukur yang digunakan dalam pengumpulan data serta penjelasan untuk tiap alat ukur yang digunakan. Dalam teknik pengumpulan data, tiap-tiap variabel penelitian disebutkan berikut instrumen atau alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data (FKIP, 2007:10). Dalam penelitian ini digunakan angket dan dokumentasi.
1. Angket a. Pengertian Angket Angket adalah daftar pertanyaan yang harus dijawab dan atau daftar isian yang harus diisi yang berdasarkan kepada sejumlah subyek dan berdasarkan atas jawaban dan atau isian itu penyelidik mengambil kesimpulan mengenai
subyek
yang
diselidiki
(Psikodiagnostik,
2009:
http://psikodianostik.blogspot.com/). Sedangkan WS. Winkel (1987) dalam Nurliyah (2008:38-41) menyatakan bahwa angket adalah suatu daftar atau kumpulan pertanyaan tertulis yang harus dijawab secara tertulis juga. Dari dua pengertian diatas dapat disimpulkan pengertian angket adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara menggunakan pertanyaan yang harus dikerjakan atau dijawab oleh responden. Dalam penelitian ini angket digunakan untuk mengumpulkan data untuk variabel emotional support, konsep diri, dan kemandirian belajar. Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket langsung tertutup. Pengertian angket tertutup sebagaimana yang dijelaskan oleh Suharsimi Arikunto (2006:152) menyebutkan “Kuesioner tertutup yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih”. Jadi angket langsung tertutup adalah pernyataan atau pertanyaan yang harus ditanggapi oleh responden sendiri dengan memilih alternatif jawaban yang sudah ada.
b. Langkah-langkah Menyusun Angket Langkah-langkah penyusunan kuesioner agar efisien dan efektif menurut Bagus Nurcahyo (2009: http://bagus.staff.gunadarma.ac.id/) yaitu : 1) Menentukan variabel yang diteliti 2) Menentukan indikator 3) menentukan sub indikator 4) Mentransformasikan sub indikator menjadi kuesioner Sedangkan Ravik Karsidi (2000:7) menyebutkan sebagai berikut : 1) Merumuskan tujuan 2) Menjabarkan peubah atau sub peubah yang mengacu pada tujuan ke dalam konsep-konsep penting 3) Menyusun indikator dan parameter 4) Menterjemahkan setiap indikator ke dalam rumusan pertanyaan operasional yang mampu dimengerti tanpa makna ganda bagi peneliti maupun penjawabnya Dari kedua pendapat di atas maka dapat disimpulkan mengenai langkah penyusunan angket dalam penelitian ini adalah : 1) Menentukan variabel penelitian
2) Mengidentifikasi konsep dasar variabel 3) Mencari indikator dan sub indikator dari tiap aspek 4) Menjabarkan indikator ke dalam item-item angket positif dan negatif
c. Kisi-kisi Angket Titik tolak dari penyusunan instrumen adalah variabel-variabel penelitian yang telah ditetapkan untuk diteliti. Dari variabel-variabel tersebut ditentukan indikator yang akan diukur. Dari indikator ini kemudian dijadikan butir-butir pernyataan. Tabel 3. Kisi-kisi Angket Emotional Support, Konsep Diri, dan Kemandirian Belajar Item soal variabel konsep indikator jumlah positif negatif Emotional support
Emotional support refers to the ways teachers help children develop warm, supportive relationships, experience enjoyment and excitement about learning, feel comfortable in the classroom, and experience appropriate levels of autonomy or independence. Muntner (2008)
1.
Iklim 10,11,12
positif
Konsep sebagai persepsi seseorang
9
28,29
30,31
15,17
16,18
negatif
26,27
24,25
3. Sensitivitas
6,7,9
5,8
20,21,23
19,22
2,4
1,3
32,35
33,34
19
16
35
6,7,10
8,9
5
2.
Iklim
guru
4. Penghargaan
8
10
8
atas perspektif siswa
Jumlah Konsep diri
13,14
diri 1.akademik a. bahasa
tentang dirinya sendiri yang terbentuk melalui pengalamannya dengan lingkungan, interaksinya dengan orangorang yang memiliki arti penting, dan atribusi tentang perilakunya sendiri. (Shavelson dan Bolus 1982)
b.pelajaran-
1,3
2,4,5
5
14,15
11,12,13
5
31,32,33
34,35
5
26,27
28,29,30
5
19,20
5
22,23
5
18
17
35
1
2,3
3
2.kebebasan
4,6
5
3
3.ketekunan
7,8
9
3
4.tanggung
13
10,11,12
4
14
15,16
3
17,18
19,20
4
21,23
22
3
24,25
26
3
27
28,29
3
30,31
32
3
pelajaran
di
sekolah c.matematika 2.non akademik a.kemampuan olahraga b.penampilan fisik c.
hubungan 16,17,18
sebaya d.
hubungan 21,24,25
orangtua Jumlah Kemandirian Self-direction in learning can belajar occur in wide variety of situations, ranging from a teacher-directed classroom to self-planned and self conducted learning project developed in response to personal or workplace interest or needs and conducted independently or collaboratively. (Guglielmino,
1. inisiatif
jawab 5.disiplin diri 6.rasa
ingin
tahu 7.keinginan mempelajari 8.kecakapan dasar 9.
langkah
penyelesaian 10.kesenangan
1978 dalam belajar Liddell 11.orientasi (2008:15)) tujuan
33,34
35
3
18
17
35
Jumlah
d. Pemberian Skor Angket Butir soal angket emotional support, konsep diri dan kemandirian belajar dibuat berdasarkan kisi-kisi angket yang telah disusun sebelumnya. Setiap alternatif jawaban memiliki skor yang berbeda. Pemberian skor penilaian angket dalam penelitian ini berpedoman pada skala Likert yang dimodifikasi dimana responden diminta untuk menyatakan sikapnya dalam empat kategori jawaban, yaitu : Tabel 4. Skala Jawaban dan Bobot Item Linkert Jawaban
Bobot Item Positif
Bobot Item Negatif
a. selalu
4
1
b. sering
3
2
c. kadang-kadang
2
3
d. tidak pernah
1
4
e. Uji Coba Instrumen 1) Uji Validitas Angket Validitas dimaksudkan sebagai "to measure what should be measured" (Augusty Ferdinand, 2006:276). Validitas dalam penelitian ini diukur dengan teknik korelasi product moment dari Pearson dengan rumus (Suharsimi Arikunto, 2006:196) : rxy =
(( N å X
N å XY - å X å Y 2
- (å X ) 2 )( N å Y 2 - (å Y ) 2 )
Keterangan : rxy = koefisien korelasi
N = banyak subyek
)
X = nilai tiap butir item Y = nilai keseluruhan butir item Adapun hasil perhitungan dari uji validitas tiap angket yaitu :
a) Variabel Emotional Support Hasil uji validitas variabel emotional support (X1) yaitu dari 35 item soal, terdapat 11 item yang dinyatakan tidak valid. Item soal yang dinyatakan valid adalah nomor 1, 3, 7, 8, 9, 10, 12, 14, 15, 16, 17, 19, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 31, 32, 33 dan 34. Sedangkan item soal yang tidak valid adalah nomor 2, 4, 5, 6, 11, 13, 18, 20, 21, 30 dan 35.
b) Variabel Konsep Diri Hasil uji validitas konsep diri (X2) yaitu dari 35 item soal, terdapat 11 item yang dinyatakan tidak valid. Item soal yang dinyatakan valid adalah nomor 2, 3, 4, 7, 8, 9, 10, 11, 13, 14, 17, 21, 22, 23, 24, 26, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34 dan 35. Sedangkan item soal yang tidak valid adalah nomor 1, 5, 6, 12, 15, 16, 18, 19, 20, 25 dan 27.
c) Variabel Kemandirian Belajar Hasil uji validitas kemandirian belajar (X3) yaitu dari 35 item soal, terdapat 9 item yang dinyatakan tidak valid. Item soal yang dinyatakan valid adalah nomor 3, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 28, 29, 30, 31, 32, 33 dan 34. Sedangkan item soal yang tidak valid adalah nomor 1, 2, 4, 5, 10, 17, 26, 27 dan 35.
2) Uji Reliabilitas Angket Sebuah instrumen pengukur data disebut reliabel atau terpercaya apabila instrument itu secara konsisten memunculkan hasil yang sama setiap kali dilakukan pengukuran. Teknik yang dipakai untuk
menentukan reliabilitas instrumen adalah dengan rumus cronbach alpha. Rumus koefisien reliabilitas instrumen tersebut adalah sebagai berikut (Azuar Juliandi, 2007:http://www.azuarjuliandi.com/): 2 æ k öæç å s b ö÷ ÷÷ 1 r = çç s t2 ÷ø è (k - 1) øçè Keterangan : r = koefisien reliabilitas instrumen k = banyaknya butir soal å s b2 = total varians butir
s t2 = total varians Adapun hasil perhitungan reliabilitas masing-masing variabel yaitu : a) Variabel Emotional Support Dari hasil uji reliabilitas diperoleh nilai koefisien alpha 0,845. Ini berarti hasil tersebut lebih besar daripada nilai kritik sebesar 0,60. Dengan demikian data yang digunakan memiliki reliabilitas yang baik.
b) Variabel Konsep Diri Dari hasil uji reliabilitas diperoleh nilai koefisien alpha 0,844. Dengan demilian instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi karena nilai koefisien yang diperoleh lebih besar dari 0,60.
c) Variabel Kemandirian Belajar Dari hasil uji reliabilitas diperoleh nilai koefisien alpha 0,865. Hasil tersebut lebih besar daripada nilai kritik 0,60. Dengan demikian instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi.
2. Dokumentasi Suharsimi Arikunto (2006:231) menyatakan bahwa dokumentasi adalah data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya. Dalam hal ini dokumentasi berupa buku raport siswa. Dokumentasi digunakan
untuk menyusun data prestasi belajar matematika siswa. Data dokumentasi dalam penelitian ini diperoleh dari nilai raport yang dinyatakan dalam bentuk angka atau nilai rata-rata mata pelajaran matematika selama satu semester terakhir, yaitu semester gasal tahun ajaran 2009/2010.
E. Teknik Analisis Data Teknik analisis data merupakan teknik yang digunakan untuk menganalisis data penelitian. Setelah data diperoleh, peneliti menganalisa secara deskriptif kuantitatif dengan teknik analisis regresi sederhana dan berganda. Variabel-variabel yang terlibat dalam penelitian ini adalah : 1. Emotional support ( X 1 ), Konsep diri ( X 2 ) dan Kemandirian Belajar ( X 3 ) sebagai variabel bebas. 2. Prestasi belajar matematika (Y) sebagai variabel terikat. Prosedur analisis data penelitian ini sebagai berikut :
1. Uji Persyaratan a. Uji Normalitas Uji
normalitas
dilakukan
untuk
melihat
apakah
sampel
berdistribusi normal atau tidak. Untuk uji normalitas ini digunakan uji Komolgorov Smirnov dengan SPSS 12 for Windows. ®¥ n Dn ¾n¾ ¾® sup B(F (t )) t
(Wikipedia Ensiklopedia, 2010: http://wikipedia.org/)
b. Uji Linearitas Uji linearitas digunakan untuk mengetahui kecocokan atau ketidakcocokan suatu keadaan dengan model linear yang diambil. Untuk menguji linieritas hubungan antar variabel digunakan uji F dengan SPSS 12 for Windows. F hitung (1)=
S 2 (TC ) S 2 (G )
F hitung (2)=
S 2 reg S 2 res
(Anton Sukarno, 2001:58-63)
c. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas adalah untuk melihat ada atau tidaknya korelasi yang tinggi antara variabel bebas dalam suatu model regresi linear berganda. Jika ada korelasi yang tinggi di antara variabel bebasnya, maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikatnya menjadi terganggu. Untuk mengetahui independensi variabel X 1 , X 2 dan X 3 maka digunakan Variance Inflaction Factor yang disajikan oleh SPSS 12 for Windows. VIF =
1 1 - Ri2
(Wikipedia Ensiklopedia, 2010: http://wikipedia.org)
d. Uji Heterokedastisitas Uji heteroskedastisitas adalah untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu ke pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang memenuhi persyaratan adalah di mana terdapat kesamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap atau disebut homoskedastisitas. Deteksi heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan metode scatter plot dengan memplotkan nilai ZPRED (nilai prediksi) dengan SRESID (nilai residual) yang disajikan oleh SPSS 12 for Windows. Model yang baik didapatkan jika tidak terdapat pola tertentu pada grafik, seperti mengumpul di tengah, menyempit kemudian melebar atau sebaliknya melebar kemudian menyempit. e. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi digunakan untuk melihat apakah terjadi korelasi antara suatu periode t dengan periode sebelumnya (t -1). Secara sederhana adalah bahwa analisis regresi adalah untuk melihat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Jadi tidak boleh ada korelasi antara observasi
dengan data observasi sebelumnya. Uji statistik yang sering dipergunakan adalah uji Durbin-Watson dengan SPSS 12 for Windows.
å (e d= å
- et -1 )
T
t =2
t
T
e2 t =1 t
2
(Wikipedia Ensiklopedia, 2010:www.wikipedia.org)
2. Uji Hipotesis Setelah uji persyaratan dipenuhi, maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji hipotesis. Teknik statistik yang digunakan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara satu variabel bebas dengan satu variabel terikat adalah analisis korelasi sederhana. Sedangkan untuk mengetahui hubungan antara tiga variabel bebas dengan satu variabel terikat digunakan analisis regresi berganda. Hasil penghitungan dilakukan melalui SPSS 12 for Windows.
a. Analisis Korelasi Sederhana 1) X 1 terhadap Y N å X 1Y - (å X 1 )(å Y ) ry 1 = N å X 12 - (å X 1 ) 2 N å Y 2 - (å Y ) 2
{
}{
}
2) X 2 terhadap Y nå X 2Y - (å X 2 )(å Y ) ry 2 = N å X 22 - (å X 2 ) 2 N å Y 2 - (å Y ) 2
{
}{
}
3) X 3 terhadap Y ry 3 =
nå X 3Y - (å X 3 )(å Y )
{N å X
2 3
}{
- (å X 3 ) 2 N å Y 2 - (å Y ) 2
}
(Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar : 2008:121)
b. Analisis Regresi Berganda 1) menghitung koefisien korelasi sederhana antara X 1 dengan Y, X 2 dengan Y, dan X 3 dengan Y a) X 1 dengan Y
N å X 1Y - (å X 1 )(å Y )
ry 1 =
{N å X
2 1
}{
- (å X 1 ) 2 N å Y 2 - (å Y ) 2
}
b) X 2 dengan Y nå X 2Y - (å X 2 )(å Y )
ry 2 =
{N å X
2 2
}{
- (å X 2 ) 2 N å Y 2 - (å Y ) 2
}
c) X 3 dengan Y nå X 3Y - (å X 3 )(å Y )
ry 3 =
{N å X
2 3
}{
- (å X 3 ) 2 N å Y 2 - (å Y ) 2
}
2) Menghitung Persamaan Regresi Linear Multipel Y ' = a + b1 x1 + b2 x2 + b3 x3
3) Menghitung Koefisien Korelasi Antara Variabel Bebas ( X 1 , X 2 dan X 3 ) dengan variabel terikat (Y) R 2 y123 =
JK (reg ) åY 2
4) uji signifikansi atau keberartian antara variabel terikat (Y) dengan variabel bebas ( X 1 , X 2 dan X 3 )
R 2 y123 F=
K (1 - R 2 y123 )(n - k - 1)
5) Menghitung Sumbangan Relatif dan Sumbangan Efektif X 1 , X 2 dan X 3 dengan Y a) Menghitung Sumbangan Relatif X 1 , X 2 , X 3 dengan Y Prediktor X 1 = SR1 % =
Prediktor X 2 = SR2 % = Prediktor X 3 = SR3 % =
b1 å x1 y JKreg b2 å x 2 y JKreg b3 å x3 y JKreg
x100%
x100%
x100%
b) Menghitung Sumbangan Efektif Mencari sumbangan efektif X 1 dengan Y SE % X 1 = SR% X 1 xR 2 y123
Mencari sumbangan efektif X 2 dengan Y SE % X 2 = SR% X 2 xR 2 y123
Mencari sumbangan efektif X 3 dengan Y SE % X 3 = SR % X 3 xR 2 y123
(Anton Sukarno, 2001: 67-77)
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data Deskripsi data adalah gambaran hasil pengumpulan data dari variabel yang diteliti. Dalam penelitian ini variabel yang diteliti terdiri dari tiga variabel bebas dan satu variabel terikat. 1. Emotional support (X1) sebagai variabel bebas pertama 2. Konsep diri (X2) sebagai variabel bebas kedua 3. Kemandirian belajar (X3) sebagai variabel bebas ketiga 4. Prestasi belajar matematika (Y) sebagai variabel terikat Data penelitian dikumpulkan melalui angket untuk ketiga variabel bebas dan dokumentasi untuk variabel terikat. Berdasarkan data induk penelitian, maka deskripsi data emotional support (X1), variabel konsep diri (X2), variabel kemandirian belajar (X3) dan prestasi belajar matematika (Y) adalah sebagai berikut : Tabel 5. Deskripsi Data Statistik Descriptive Statistics N
Minimum
emotional support
30
51.00
konsep diri
30
kemandirian belajar
30
prestasi belajar matematika
30
Valid N (listwise)
30
Maximum
Mean
Std. Deviation
Variance
90.00
70.1333
12.35602
152.671
52.00
94.00
71.2667
11.86107
140.685
50.00
101.00
75.4000
13.58650
184.593
56.00
84.00
66.7667
6.33373
40.116
Dari tabel terlihat bahwa variabel bebas yaitu emotional support memiliki nilai minimum 51, nilai maksimum 90, nilai rata-rata 70,1333, standar deviasi 12,35602, dengan varian 152,671. Variabel konsep diri memiliki nilai minimum 52, nilai maksimum 94, nilai rata-rata
71,2667, standar deviasi
11,86107, dengan varian 140,685. Variabel kemandirian belajar memiliki nilai minimum 50, nilai maksimum 101, nilai rata-rata 75,4, standar deviasi 13,5865, varian 184,593. Variabel prestasi belajar matematika memiliki nilai minimum 56,
nilai maksimum 84, nilai rata-rata 66,7667, standar deviasi 6,33373, varian 40,116. Sedangkan deskripsi untuk masing-masing variabel diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Variabel Emotional Support (X1) Tabel 6. Distribusi Frekuensi Emotional Support
Interval
Frekuensi Kumulatif
Titik
Naik
Tengah
Frekuensi
Persen
Frekuensi Frekuensi Absolut
Relatif
86 – 92
89
30
100
7
23.33
79 – 85
82
23
76.67
2
6.67
72 – 78
75
21
0.70
5
16.67
65 – 71
68
16
53.33
4
13.33
58 – 64
61
12
0.40
7
23.33
51 – 57
54
5
16.67
5
16.67
30
100
Jumlah
Berdasarkan data distribusi frekuensi di atas maka dapat diketahui bahwa data variabel emotional support dengan frekuensi tertinggi terletak pada interval 86 – 92 dan 58 – 64 yaitu masing-masing berjumlah 7 responden. Sedangkan frekuensi terendah terletak pada interval 79 – 85 sedikitnya 2 responden. Lebih jelasnya digambarkan dalam diagram batang berikut ini :
Emotional Support 7 6 5 frekuensi
4 3 2 1 0 86 – 92 79 – 85 72 – 78 65 – 71 58 – 64 51 – 57 kelas interval
Gambar 1. Diagram Batang Emotional Support
2. Variabel Konsep Diri (X2) Tabel 7. Distribusi Frekuensi Konsep Diri
Interval
Frekuensi Kumulatif
Titik
Naik
Tengah
Frekuensi
Persen
Frekuensi
Frekuensi
Absolut
Relatif
94 – 100
97
30
100
1
3.33
87 – 93
90
29
96.67
2
6.67
80 – 86
83
27
0.90
6
20.00
73 – 79
76
21
0.70
4
13.33
66 – 72
69
17
56.67
3
10.00
59 – 65
62
14
46.67
11
36.67
52 – 58
55
3
10.00
3
10.00
30
100
Jumlah
Berdasarkan data distribusi frekuensi di atas maka dapat diketahui bahwa data variabel konsep diri dengan frekuensi tertinggi terletak pada interval 59 - 65 yaitu sejumlah 11 responden. Sedangkan frekuensi terendah terletak pada
interval 94 – 100 yaitu 1 responden. Lebih jelasnya digambarkan dalam diagram di bawah ini : Konsep Diri 12 10 8 frekuensi
6 4 2 0 94 – 100
87 – 93
80 – 86
73 – 79
66 – 72
59 – 65
52 – 58
kelas interval
Gambar 2. Diagram Batang Konsep Diri
3. Variabel Kemandirian Belajar (X3) Tabel 8. Distribusi Frekuensi Kemandirian Belajar
Interval
Frekuensi Kumulatif
Titik
Naik
Tengah
Frekuensi
Persen
Frekuensi
Frekuensi
Absolut
Relatif
95 – 103
99
30
100
4
13.33
86 – 94
90
26
86.67
3
10.00
77 – 85
81
23
76.67
4
13.33
68 – 76
72
19
63.33
8
26.67
59 – 67
63
11
36.67
8
26.67
50 – 58
54
3
10.00
3
10.00
30
100
Jumlah
Berdasarkan data distribusi frekuensi di atas maka dapat diketahui bahwa data variabel kemandirian belajar dengan frekuensi tertinggi terletak pada interval 68 – 76 dan 59 – 67 yaitu masing-masing berjumlah 8 responden.
Sedangkan frekuensi terendah terletak pada interval 86 – 94 dan 50 – 58 sedikitnya 3 responden. Lebih jelasnya digambarkan dalam diagram di bawah ini : Kemandirian Belajar 8 7 6 5 frekuensi 4 3 2 1 0 95 – 103
86 – 94 77 – 85 68 – 76 59 – 67 50 – 58 kelas interval
Gambar 3. Diagram Batang Kemandirian Belajar
4. Variabel Prestasi Belajar Matematika (Y) Tabel 9. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Matematika
Interval
Frekuensi Kumulatif
Titik
Naik
Tengah
Frekuensi
Persen
Frekuensi
Frekuensi
Absolut
Relatif
81 – 85
83
30
100
1
3.33
76 – 80
78
29
96.67
0
0.00
71 – 75
73
29
96.67
5
16.67
66 – 70
68
24
80.00
8
26.67
61 – 65
63
16
53.33
8
26.67
56 - 60
58
8
26.67
8
26.67
30
100
Jumlah
Berdasarkan data distribusi frekuensi di atas maka dapat diketahui bahwa data variabel prestasi belajar matematika dengan frekuensi tertinggi terletak pada interval 66 – 70, 61 – 65, dan 56 – 60 yaitu masing-masing
berjumlah 8 responden. Sedangkan frekuensi terendah terletak pada interval 76 – 80 sejumlah 0 responden. Lebih jelasnya digambarkan dalam diagram di bawah ini : Prestasi Belajar Matematika 8 7 6 5 frekuensi 4 3 2 1 0 81 – 85 76 – 80 71 – 75 66 – 70 61 – 65 56 - 60 kelas interval
Gambar 4. Diagram Batang Prestasi Belajar Matematika
B. Pengujian Persyaratan Analisis 1. Uji Normalitas Berdasarkan uji Kolmogorov-Smirnov terdapat distribusi normalitas. Adapun distribusi tingkat signifikansi variabel terdapat pada tabel : Tabel 10. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
konsep diri 30
kemandirian belajar 30
prestasi belajar matematika 30
70.1333
71.2667
75.4000
66.7667
12.35602
11.86107
13.58650
6.33373
.137
.171
.116
.143
Positive
.137
.171
.116
.143
Negative
N Normal Parameters(a,b)
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
Absolute
emotional support 30
-.119
-.084
-.077
-.128
Kolmogorov-Smirnov Z
.749
.939
.634
.784
Asymp. Sig. (2-tailed)
.629
.341
.817
.570
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
Output Kolmogorov-Smirnov tersebut menunjukkan nilai Asimp.Sig (2-tailed) variabel emotional support 0,629 > 0,05 ; variabel konsep diri 0,341 > 0,05 ; variabel kemandirian belajar 0,57 > 0,05. Jadi hipotesis nol (H0) diterima dan hipotesis alternatif (Ha) ditolak. Berarti data variabel emotional support, konsep diri, kemandirian belajar, dan prestasi belajar matematika berdistribusi normal.
2. Uji Linieritas a. Variabel Emotional Support dengan Prestasi Belajar Matematika Tabel 11. Uji Linier Anova X1 dengan Y ANOVA Table Sum of Squares prestasi belajar matematika * emotional support
Between Groups
Mean Square
df
F
Sig.
(Combined)
Linearity Deviation from Linearity Within Groups Total
970.533
21
46.216
1.917
.173
461.178
1
461.178
19.133
.002
509.355
20
25.468
1.057
.498
192.833
8
24.104
1163.367
29
Hasil analisis menunjukkan bahwa harga F sebesar 1,057 dengan signifikansi 0,498. Apabila dibandingkan dengan signifikansi yang telah ditetapkan dengan signifikansi yang diperoleh dari analisis, hasilnya adalah 0,498 > 0,05. Berarti model regresi variabel emotional support dengan prestasi belajar matematika adalah linier.
b. Variabel Konsep Diri dengan Prestasi Belajar Matematika Tabel 12. Uji Linier Anova X2 dengan Y ANOVA Table Sum of Squares prestasi belajar matematika * konsep diri
Between Groups
F
Sig.
(Combined)
Linearity Deviation from Linearity Within Groups Total
Mean Square
df
996.700
18
55.372
3.655
.016
636.813
1
636.813
42.030
.000
359.887
17
21.170
1.397
.290
166.667
11
15.152
1163.367
29
Hasil analisis menunjukkan bahwa harga F sebesar 1,397 dengan signifikansi 0,29. Karena 0,29 > 0,05 berarti model regresi variabel konsep diri dengan prestasi belajar matematika adalah linier.
c. Variabel Kemandirian Belajar dengan Prestasi Belajar Matematika Tabel 13. Uji Linier Anova X3 dengan Y ANOVA Table Sum of Squares prestasi belajar matematika * kemandirian belajar
Between Groups
Mean Square
df
F
Sig.
(Combined) 812.200
22
36.918
.736
.729
442.335
1
442.335
8.817
.021
369.865
21
17.613
.351
.970
351.167
7
50.167
1163.367
29
Linearity Deviation from Linearity Within Groups Total
Hasil analisis menunjukkan bahwa harga F sebesar 0,351 dengan signifikansi 0,97. Karena 0,97 > 0,05 berarti model regresi variabel kemandirian belajar dengan prestasi belajar matematika adalah linier. 3. Uji Multikolinearitas Tabel 14. Uji Regresi Multikolinearitas Coefficients(a) Collinearity Statistics Model 1
Tolerance emotional support konsep diri
.627
.421 kemandirian .540 belajar a Dependent Variable: prestasi belajar matematika
VIF 1.594 2.377 1.851
Batas tolerance value adalah > 0,10 atau Variance Inflaction Factor adalah di atas 10. Hasil analisis menunjukkan tolerance value adalah lebih dari 0,1 dan VIF kurang dari 10 sehingga tidak terjadi multikolinearitas.
4. Uji Heterokedastisitas
Scatterplot
Dependent Variable: prestasi belajar matematika 3
Regression Studentized Residual
2
1
0
-1
-2 -2
-1
0
1
2
Regression Standardized Predicted Value
Gambar 5. Uji Scatter Plot Heterokesdatisitas Pada grafik di atas titik-titik data menyebar tidak hanya mengumpul di atas atau di bawah saja dan penyebaran titik-titik data tidak berpola. Oleh karena itu model regresi berganda terbebas dari asumsi klasik heterokesdatisitas dan layak digunakan dalam penelitian.
5. Uji Autokorelasi Tabel 15. Uji Autokorelasi Durbin-Watson Model Summary(b) Model 1
R .787(a)
R Square .620
Adjusted R Square .576
Std. Error of the Estimate 4.12431
Durbin-Watson 1.657
a Predictors: (Constant), kemandirian belajar, emotional support, konsep diri b Dependent Variable: prestasi belajar matematika
Agar tidak terjadi autokorelasi yang harus dipenuhi adalah du < d < 4 – du. Dengan menggunakan a = 5% maka du = 1,65 dan 4 – du = 2,35. Berdasarkan
nilai output SPSS nilai Durbin watson menunjukkan angka sebesar 1,657. Ini berarti 1,65 < 1,66 < 2,35 sehingga tidak terjadi autokorelasi.
C. Pengujian Hipotesis 1. Hubungan antara Emotional Support dengan Prestasi Belajar Matematika Tabel 16. Uji Korelasi Pearson X1 dengan Y Correlations
emotional support
prestasi belajar matematika
Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N
prestasi emotional belajar support matematika 1 .630** . .000 30 30 .630** 1 .000 . 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Berdasarkan uji korelasi Pearson, koefisien korelasi (rhitung) sebesar 0.630. Hasil tersebut juga menunjukkan koefisien proporsi 0.000 lebih kecil dibandingkan dengan taraf kesalahan yang digunakan yaitu 0.05. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara emotional support dengan prestasi belajar matematika siswa SLB-D YPAC Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010 dinyatakan diterima.
2. Hubungan antara Konsep Diri dengan Prestasi Belajar Matematika Tabel 17. Uji Korelasi Pearson X2 dengan Y Correlations
konsep diri
prestasi belajar matematika
Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N
prestasi belajar konsep diri matematika 1 .740** . .000 30 30 .740** 1 .000 . 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Output SPSS di atas menunjukkan koefisien korelasi sebesar 0.740 dengan koefisien proporsi 0.000 lebih kecil dari tingkat signifikansi 0.05. Maka hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara konsep diri dengan prestasi belajar matematika siswa SLB-D YPAC Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010 dinyatakan diterima.
3. Hubungan antara Kemandirian Belajar dengan Prestasi Belajar Matematika Tabel 18. Uji Korelasi Pearson X3 dengan Y Correlations
kemandirian belajar
prestasi belajar matematika
Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N Pearson Correlation Sig. (1-tailed) N
prestasi kemandirian belajar belajar matematika 1 .617** . .000 30 30 .617** 1 .000 . 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh koefisien korelasi sebesar 0.617. Perhitungkan di atas menginformasikan koefisien proporsi 0.000 lebih kecil dibandingkan dengan taraf kesalahan yang digunakan yaitu 0.05. Oleh karena itu hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara kemandirian belajar dengan prestasi belajar matematika siswa SLB-D YPAC Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010 dinyatakan diterima.
4. Hubungan antara Emotional Support, Konsep Diri dan Kemandirian Belajar dengan Prestasi Belajar Matematika Tabel 19. Model Summary X1, X2, X3 dengan Y Model Summary Model
1
R
.787(a)
R Square
.620
Adjusted R Square
.576
Std. Error of the Estimate
4.12431
Change Statistics R Square Change .620
F Change 14.131
a Predictors: (Constant), kemandirian belajar, emotional support, konsep diri
df1 3
df2 26
Sig. F Change .000
Pada hasil perhitungan diperoleh koefisien determinasi sebesar 0,576 yang berarti bahwa variabel bebas emotional support, konsep diri, dan kemandirian belajar secara bersama-sama mampu menjelaskan prestasi belajar matematika sebesar 57,6 % sedangkan sisanya 42,4 % dijelaskan oleh faktor lain atau variabel bebas yang tidak diamati dalam penelitian ini. Sedangkan koefisien korelasi berganda sebesar 0,787 berarti hubungan antara seluruh variabel bebas secara serempak dengan variabel terikat adalah sangat erat. Tabel 20. Anova X1, X2, X3 dengan Y ANOVA(b) Model 1
Sum of Squares Regressio n Residual
df
Mean Square
721.108
3
240.369
442.259
26
17.010
F
Sig.
14.131
.000(a)
Total
1163.367 29 a Predictors: (Constant), kemandirian belajar, emotional support, konsep diri b Dependent Variable: prestasi belajar matematika
Hipotesis keempat menyatakan bahwa ada hubungan antara emotional support, konsep diri dan kemandirian belajar dengan prestasi belajar matematika. Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan uji F. Hasil analisis menunjukkan nilai Fhitung sebesar 14,131 dengan nilai probabilitas 0,000. Berdasarkan nilai tersebut, maka hipotesis keempat pada penelitian ini dinyatakan diterima karena karena telah memenuhi syarat signifikansi 5% ( 0,000 < 0,05 ). Dengan hasil ini maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara emotional support, konsep diri dan kemandirian belajar dengan prestasi belajar matematika siswa SLB-D YPAC Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010. Tabel 21. Koefisien Regresi Berganda X1, X2, X3 dengan Y Coefficients(a) Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model 1
(Constant) emotional support konsep diri
B 33.213
Std. Error 5.258
.141
.078
.233 kemandirian .093 belajar a Dependent Variable: prestasi belajar matematika
t
Beta
Sig.
6.317
.000
.276
1.808
.082
.100
.436
2.340
.027
.077
.200
1.216
.235
Berdasarkan hasil analisis regresi berganda diperoleh persamaan regresi sebagai berikut : Y = 0,276 X1 + 0,436 X2 + 0,200 X3 Hasil analisis regresi terstandardisir ini menunjukkan bahwa koefisien regresi untuk variabel emotional support (X1) sebesar 0,276 menunjukkan bahwa jika variabel emotional support (X1) meningkatkan satu satuan maka variabel terikat prestasi belajar matematika (Y) akan meningkatkan sebesar 0,276 dengan asumsi koefisien regresi konsep diri (X2), kemandirian belajar (X3) sama dengan satu atau konstan. Koefisien regresi untuk variabel konsep diri (X2) sebesar 0,436 menunjukkan bahwa jika variabel konsep diri (X2) meningkat satu satuan maka variabel terikat prestasi belajar matematika (Y) akan meningkat sebesar 0,436 dengan asumsi bahwa koefisien regresi emotional support (X1), kemandirian belajar (X3) sama dengan satu atau konstan. Koefisien regresi untuk variabel kemandirian belajar (X3) sebesar 0,200 menunjukkan bahwa jika variabel kemandirian belajar (X3) meningkat satu satuan maka variabel terikat prestasi belajar matematika (Y) akan meningkat sebesar 0,200 dengan asumsi koefisien regresi emotional support (X1), kemandirian belajar (X3) sama dengan satu atau konstan. D. Pembahasan Hasil Analisis Data Setelah dilakukan analisis data, temuan penelitian membuktikan bahwa seluruh variabel bebas yaitu emotional support, konsep diri, dan kemandirian belajar secara bersama-sama berhubungan dengan prestasi belajar matematika siswa SLB-D YPAC Surakarta
Tahun Ajaran 2009/2010 dengan hasil
perhitungan statistik sebagai berikut: 1. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa variabel emotional support (X1) memiliki koefisien korelasi 0.630 dan koefisien proporsi 0,000. Hal ini menunjukkan adanya hubungan antara emotional support dengan prestasi belajar matematika siswa SLB-D YPAC Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010. Antara emotional support dengan prestasi belajar matematika memiliki
hubungan yang kuat karena koefisien korelasi berada pada kelompok 0.41 sampai 0.7. Dengan demikian variabel emotional support merupakan variabel yang menentukan bagi terbentuknya prestasi belajar matematika siswa SLB-D YPAC Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010. 2. Hasil uji hipotesis dengan variabel konsep diri (X2) menunjukkan koefisien korelasi 0.740 dan koefisien proporsi 0,000. Berdasarkan hasil ini dapat diketahui bahwa terdapat hubungan antara konsep diri dengan prestasi belajar matematika siswa SLB-D YPAC Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010. Koefisien korelasi tersebut berada pada kelompok 0.71 sampai dengan 0.99 yang berarti antara konsep diri dengan prestasi belajar matematika menunjukkan keeratan korelasi yang sangat kuat. Dengan demikian variabel konsep diri merupakan variabel yang sangat menentukan bagi terbentuknya prestasi belajar matematika siswa SLB-D YPAC Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010. 3. Hasil uji hipotesis untuk variabel kemandirian belajar (X3) menunjukkan koefisien korelasi 0.617 dan koefisien proporsi 0,000. Maka dapat dilihat bahwa kemandirian belajar mempunyai hubungan dengan prestasi belajar matematika siswa SLB-D YPAC Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010. Sama halnya dengan variabel emotional support, variabel kemandirian belajar berada pada kelompok 0.41 sampai dengan 0.7 sehingga memiliki keeratan korelasi yang kuat dengan prestasi belajar matematika. Dengan demikian variabel kemandirian belajar merupakan variabel yang menentukan bagi terbentuknya prestasi belajar matematika siswa SLB-D YPAC Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010. 4. Hasil uji hipotesis secara simultan antara variabel emotional support (X1), konsep diri (X2) dan kemandirian belajar (X3) menunjukkan nilai Fhitung 14,131 dan nilai probabilitas 0,000. Sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan antara emotional support, konsep diri dan kemandirian belajar dengan prestasi belajar matematika siswa SLB-D YPAC Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010. Dari hasil persamaan regresi dihasilkan “Prestasi Belajar Matematika adalah 27,6 persen Emotional Support ditambah 43,6 Konsep Diri ditambah 20
persen Kemandirian Belajar”. Maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi emotional support guru matematika dengan siswa, konsep diri dan kemandirian belajar siswa maka semakin tinggi pula prestasi belajar matematika yang diperoleh.
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Emotional support memiliki hubungan positif dan signifikan dengan prestasi belajar matematika siswa SLB-D YPAC Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010. 2. Konsep diri memiliki hubungan positif dan signifikan dengan prestasi belajar matematika siswa SLB-D YPAC Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010. 3. Kemandirian belajar memiliki hubungan positif dan signifikan dengan prestasi belajar matematika siswa SLB-D YPAC Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010. 4. Emotional support, konsep diri dan kemandirian belajar secara bersama-sama memiliki hubungan positif dan signifikan dengan prestasi belajar matematika siswa SLB-D YPAC Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010.
B. Implikasi Berdasarkan simpulan di atas, maka implikasi teoritis dan praktis dari hasil penelitian ini adalah : 1. Implikasi Teoritis a. Penelitian terhadap emotional support menunjukkan bahwa emotional support berhubungan positif dengan prestasi belajar matematika. Studi ini memperkuat penelitian Classroom Assessment Scoring System dalam Child Development and the Picower Foundation (2009:2) yang menyatakan bahwa “High levels of emotional support are associated with growth in reading and math achievement from kindergarten through third grade”. b. Konsep diri yang dimiliki siswa berhubungan positif dengan prestasi belajar matematika. Penelitian ini meneruskan penelitian dari Marsh (1992:1) yang menyatakan bahwa “There is relation among the three categories of self concept (global self concept, academic self concept and non academic self concept); it was also reported there is a relationship between verbal
performance and verbal self-concept, and between achievement in mathematics with self-concept related to mathematics”. c. Kemandirian belajar berhubungan positif dengan prestasi belajar matematika siswa. Penelitian ini memperkuat temuan Hargis (Utari Sumarmo, 2010: http://math.sps.upi.edu/) bahwa “Individu yang memiliki kemandirian belajar yang tinggi cenderung belajar lebih baik, mampu memantau, mengevaluasi, dan
mengatur
belajarnya
secara
efektif;
menghemat
waktu
dalam
menyelesaikan tugasnya; mengatur belajar dan waktu secara efisien, dan memperoleh skor yang tinggi dalam sains”. d. Emotional support, konsep diri dan kemandirian belajar secara bersama-sama memiliki hubungan positif dengan prestasi belajar matematika siswa. Penelitian ini memberikan kontribusi signifikan terhadap ilmu pengetahuan dalam teori-teori yang digunakan untuk memecahkan masalah belajar matematika. Dengan demikian kesimpulan dari hasil penelitian ini merupakan jawaban terhadap masalah penelitian ini.
2. Implikasi Praktis a. Emotional support berhubungan dengan prestasi belajar matematika siswa. Oleh karena itu sekolah harus menyadari bahwa suasana yang penuh kegembiraan membawa kegembiraan pula dalam belajar. Guru matematika harus dapat membangun suasana yang dipenuhi dengan emosi positif. Dengan demikian siswa akan merasa nyaman, fokus terhadap pelajaran dan dapat menyerap materi yang diajarkan oleh guru. b. Konsep diri berhubungan dengan prestasi belajar matematika siswa. Sekolah seharusnya membantu membentuk konsep diri positif pada siswa sedini mungkin. Sekolah harus dapat meyakinkan siswa akan kemampuan dan keberhasilan dirinya dalam belajar. Dengan membantu siswa memiliki konsep diri yang sehat berarti sekolah telah membantu siswa agar dapat menerima dan mengembangkan keunikan dan potensi yang dimilikinya. c. Kemandirian belajar berhubungan dengan prestasi belajar matematika siswa. Sekolah sebaiknya membiasakan para siswa agar menerapkan kemandirian
yang efektif dalam belajar. Mulai dari menumbuhkan inisiatif dalam belajar, menetapkan tujuan belajar, mengembangkan rasa ingin tahu, menciptakan kesenangan dalam belajar dan seterusnya. d. Emotional support, konsep diri dan kemandirian belajar siswa secara bersamasama berhubungan dengan prestasi belajar siswa. Oleh karena itu sekolah sebaiknya mengatur secara seimbang dari ketiga hal di atas sehingga prestasi belajar matematika siswa dapat berkembang secara maksimal.
C. Saran Berdasarkan kesimpulan serta implikasi hasil penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti memberikan saran-saran : 1. Bagi Siswa a. Para siswa sebaiknya memperhatikan emotional support dari guru dan mulai meningkatkan hubungan positif dengan guru mereka sehingga tercipta iklim yang positif. b. Para siswa hendaknya menanamkan konsep diri yang positif. Siswa dapat melakukannya dengan meyakini bahwa dirinya bisa melakukan apa yang diinginkannya. c. Para siswa sebaiknya mulai menumbuhkan kemandirian belajar. Diantaranya dengan tidak tergantung pada guru dalam belajar dan mencoba menggali sendiri hal-hal yang ingin diketahui dari berbagai sumber yang relevan.
2. Bagi Peneliti Lanjut a. Penelitian ini menggunakan populasi yang relatif kecil (kurang dari 100) sehingga hasil penelitian berlaku terbatas pada satu sekolah saja. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperbanyak jumlah populasi dengan cara melakukan penelitian sejenis pada beberapa institusi pendidikan lain sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasikan untuk populasi yang lebih besar. b. Penelitian ini menggunakan gambaran kondisi emotional support, konsep diri dan kemandirian belajar secara keseluruhan. Oleh karena itu dalam penelitian
selanjutnya diharapkan mengkhususkan cakupan bahasan emotional support dari orang tua, konsep diri khusus pada aspek akademik, kemandirian belajar untuk mata pelajaran tertentu dan sebagainya. Pada akhirnya dapat digunakan sebagai dasar yang lebih baik untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai upaya peningkatan prestasi belajar matematika siswa.
DAFTAR PUSTAKA Abdullah. 2001. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Malang: Universitas Muhammadiyah. Adi Ekopriyono. 2009. Emosi. Semarang.
" Agus Prianto. 2008. Analisis Data dengan Program SPSS Versi 15. Malang : SETARA Press. Ahmad Fauzi. 2004. Psikologi Umum. Bandung : CV Pustaka Setia. Ahmad Sudrajat. 2009. Kegiatan Belajar terhadap Prestasi yang Dicapai. http://akhmadsudrajat.wordpress.com Ahmadi dan Supriyono. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta Andi Yudha Asyfandiyar. 2009. Kenapa Guru Harus Kreatif ?. Bandung : DAR! Mizan. Anton Sukarno. 2001. Statistik Lanjut. Surakarta : FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta Anwar Holil. 2009. Menjadi Manusia Pembelajar : Interaksi sebagai Proses Belajar Mengajar. anwarholil.blogspot.com/2009/.../interaksi-sebagaiproses belajar.html Aristo
Rahadi. 2008. Kemandirian www.aristorahadi.wordpress.com
Belajar
Siswa
SMP
Terbuka.
Asy-Syakhs, Abdul Aziz. 2001. Kelambanan dalam Belajar : Penyebab dan Cara penanganannya. Jakarta : Gema Insani Press. Augusty Ferdinand. 2006. Metode Penelitian Manajemen. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Azuar
Juliandi. 2007. Pengujian http:/www.azuarjuliandi
Reliabilitas
menggunakan
Excel.
Bagus Nurcahyo. 2009. Metode Penelitian. bagus.staff.gunadarma.ac.id/.../fil /.../ Metode+Penelitian-5%2B6.ppt Bimo Walgito. 1997. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta :Andi Ofset.
Burhan Bungin. 2006. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta : PT Prenada Media. Child Development and the Picower Foundation. 2009. Effective TeacherStudents Interactions. Iowa Department of Education, EC Service Bureau March 2009 Cholid Narbuko dan Abu Achmadi. 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta : Bumi Aksara. Clara R Pudjijogyanti. 1995. Konsep Diri Dalam Pendidikan. Jakarta : PT Arcan. Cockcroft, W.H. 1982. Mathematics Counts. London: Her Majesty’s Stationary Office. DePorter dan Hernacki, terjemah oleh Abdurahman, Alwiyah. 1999. Quantum Learning, Membiasakan Belajar Nyaman dan menyenangkan. Bandung: Kaifa. Dhesiana. 2009. Kemandirian dalam dhesiana.wordpress.com/2009/.../kemandirian-dalam-belajar/
Belajar.
Erez, A., & Isen, A. M. 2002. The Influence of Positive Affect on the Components of Expectancy Motivation. Journal of Applied Psychology, 89, 1055–1067. Esti Indriani. 2006. Kemandirian Belajar Akuntansi dalam Implementasi Kurikulum 2004 pada Siswa Kelas XI-IPS di SMA Negeri 3 Purworejo. Semarang : UNNES. Fasty Rola. 2006. Hubungan Konsep Diri dengan Motivasi Berprestasi pada Remaja. Medan : USU Resipository. Fikri.
2010. Konsep diri.html
Diri.
http://dunia-fikri.blogspot.com/2010701/konsep-
FKIP. 2007. Pedoman Penulisan Skripsi. Surakarta : FKIP UNS. Goleman, Daniel. 2002. Emotional Intelegence : Kecerdasan Emosional. Jakarta : Gramedia. Guglielmino, Lucy M. 2008. Why Self Directed. Learning?. International Journal of Self-Directed Learning Volume 5, Number 1, 1-11. Gumilar. 2010. Konsep Diri. www.gumilar.net/2010/02/16/konsep-diri/
Hamzah B Uno. 2006. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara. Haris Mudjiman. 2006. Belajar Mandiri. Surakarta : LPP UNS. _________. 2006. Manajemen Pelatihan Berbasis Belajar Mandiri. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Hasan Mustofa. 2001. Modul Metode Penelitian. manajemeninformatik. files.wordpress.com/.../modul-metode-penelitian_iob.pdf Hasenzandeh, Ramazan, et al. 2004. A Study of the Relationship Between Global Self-Concept and Academic Achievement. International Journal of Mental Health and Addiction. ISSN 1705-4583. Hernowo. 2007. Menjadi Guru yang Mau dan Mampu Mengajar Secara Menyenangkan. Bandung : Penerbit Mizan Learning Center. Hurlock. 1999. Pengembangan Anak. Jakarta : Erlangga. _______. 2001. Child Development. India : McGraw-Hill Education. Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar. 2008. Pengantar Statistika. Jakarta : PT Bumi Aksara Iqbal Hasan. 2004. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta : Bumi Aksara. Irawan Soehartono.2000. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Irfan. 2009. Kemandirian Belajar. http://mtsnsewulan.com Konsep Diri Positif : Menentukan Prestasi Anak. 2006. Yogyakarta : Kanisius. Krismanto. 2003. Beberapa Teknik, Model dan Stategi dalam Pembelajaran Matematika. Yogyakarta : Departemen Pendidikan Nasional Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah PPPG Matematika. Laila Ningtyas dan Edward Theodorus. 2008. Bebaskan Ekspresimu : Cara Cerdas Mengelola Emosi Bagi Remaja. Yogyakarta : Penerbit ANDI. Liddell, Theresa N. 2008. Executive Women’s Self-Directed Learning and Leading in Charitable Foundations.
Lincoln, Karen D. 2003. Correlates of Emotional Support and Negative Interction Among Older Black American. Journal of Gerontology : Social Sciences Vol 58B, No.4, S225-S233. M Burhan Bungin. 2006. Metodologi Penelitian Kuantitatif : Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Jakarta : Prenada Media Group. Marry, Jane, dkk. 2008. The FAP Self Concept Scale ( adult form ). Published Online. Springer Science+Bussiness Media B.V Marsh, H. W.1992. Self Description Questionnaire : A Theoretical and Empirical Basis for the Measurement of Multiple Dimensions of Preadolescent-Selfconcept: A Test Manual and a Research Monograph. Macarthure, Australia: University of Western Sidney. Muhammad Faiq Dzaki. 2009. Interaksi sebagai Proses Belajar Mengajar. http://penelitiantindakankelas.blogspot.com. 6Maret 2009 Muijs, Daniel, dkk. 2008. Effective Teaching:Teori dan Aplikasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, Muntner, M. (2008). Teacher-Student Interactions: The Key To Quality Classrooms. The University of Virginia Center for Advanced Study of Teaching and Learning (CASTL). www.readingrocket.com Nadhirin. 2009. Apa Sih Kecerdasan Emosional Itu ?. nadhirin.blogspot.com/... /apa-sih-kecerdasan-emosional-itu.html Nana Syaodih Sukmadinata. 2003. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosydakarya. Nur
Husnul. 2009. Talk Less Do More : Terjemahan nurhusnul.blogspot.com/2009/05/terjemahan-jurnal.html
Jurnal.
Nurliyah. 2008. Upaya Guru Meraih Prestasi Siswa. artikelmu.com/?p=17 Nursalam. 2009. Model Holistik Berdasar Teori Adaptasi Sebagai Upaya Modulasi Respons Imun. Seminar Nasional Keperawatan. 16 Mei 2009. O'Shea, E. 2003. Self-Directed Learning in Nurse Education: A Review of the Literature. Journal of Advanced Nursing, 43(1):62-70. Paul Ekman. 2007. Membaca Emosi Orang. Jakarta : Think.
Psikodiagnostik. 2009. Metoda /2009/09/metoda-angket.html
Angket.
psikodianostik.blogspot.com
Quiles and Cantero. 2009. Assessment of Social Support Dimensions in Patients with Eating Disorders. The Spanish Journal of Psychology 2009, Vol. 12, No. 1, 226-235. ISSN 1138-7416 Rakhmat. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung : CV Remaja Rosdakarya. Ravik Karsidi. 2000. Pengembangan Instrumen dalam Penelitian Sosial. Makalah Disampaikan dalam Latihan Penelitian Tingkat Dasar di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Surakarta. Kartasura, 11 Juli 2000. Retno Dwi Astuti. 2005. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Kemandirian Siswa dalam Belajar pada Siswa Kelas XI SMA N Sumpiuh Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2005/2006. Semarang : UNNES Ridwan. 2008. Kegiatan belajar dan Prestasi. ridwan202.wordpress.com /.../kegiatan-belajar-dan-prestasi/ Rizki Mulya Rahman. 2009. Konsep Diri. Ronny Kountur. 2004. Metode Penelitian. Jakarta : PPM. Rozaini Nasution. 2003. Teknik Sampling. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Simpson, John and Weiner, Edmund. 1989. A New English Dictionary on Historical Principles. United Kingdom: Oxford University Press. Slamet. 1995. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta. Smet. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta : Grasindo. Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta : PT Gramedia Widia Sarana. Sofa. 2009. Konsep Diri.http://massofa.wordpress.com/2009/02/15/konsep-diri/ Sri
Windarti. 2009. matematika.
Dunia
Matematika.sriwindarti.wordpress.com/dunia
Stronge, James H. 2007. Qualities of Effective Teachers. Danvers, USA : Assocoation for Suervision and Curriculum Development. Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : CV Alfabeta.
Suhadianto. 2008. Pengertian Konsep Diri. Suharsimi Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. _________________. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. _________________. 2006. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta. Tarmidi. 2008. Konsep Diri Siswa Underachiever. http://tarmidi.wordpress.com /2008/05/27/ konsep-diri-siswa-underachiever Tarmizi. 2008. 8 Hal Yang Perlu Anda Ketahui Tentang Kegagalan. suluky.multiply.com/journal. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua. Jakarta : Balai Pustaka. Turanh, A. S. 2009. Students’ Perceptions of Teachers’ Behaviors of Social Emotional Support and Students’ Satisfaction with the Classroom Atmosphere. Egitim Arastirmalari - Eurasian Journal of Educational Research,35, 129146. Utari Sumarmo. 2010. Kemandirian Belajar : Apa, Mengapa dan Bagaimana Dikembangkan pada Peserta Didik. math.sps.upi.edu/?p=61 Wanzare Z. O. 2009. Becoming Teacher Involves A Transition from Pre- Service Training. www.springerlink.com/index/M4164477704U91T2.pdf Winkel, W.S. 1996. Psikologi Pengajaran. Edisi Revisi. Jakarta : Grasindo. Wikipedia, the Free Encyclopedia. 2010. www.wikipedia.org Wulan.
2008. Psikologi Abnormal. tugas.../pengertian-emosi
one.indoskripsi.com/judul-skripsi-