EKSPERIMENTASI PENGAJARAN FISIKA DENGAN PENDEKATAN KETRAMPILAN PROSES MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI DISERTAI TUGAS TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA POKOK BAHASAN USAHA DI SMP TAHUN AJARAN 2005/2006
SKRIPSI
Oleh ENDANG NURWIDIATI K2302509
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2007
1
2
EKSPERIMENTASI PENGAJARAN FISIKA DENGAN PENDEKATAN KETRAMPILAN PROSES MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI DISERTAI TUGAS TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA POKOK BAHASAN USAHA DI SMP TAHUN AJARAN 2005/2006
Disusun oleh ENDANG NURWIDIATI K2302509
Di tulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2007
3
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Sutadi Waskito, M. Pd
Dwi Teguh Raharjo, S.Si, M. Si
NIP. 130 529 711
NIP. 132 206 598
4
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.
Hari
: kamis
Tanggal
: 26 April 2007
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
: Drs. Darianto
(
)
Sekretaris
: Drs. Edy Wiyono, M.Pd
(
)
Penguji I
: Drs. Sutadi Waskito, M.Pd
(
)
Penguji II
: Dwi Teguh Raharjo, S.Si, M.Si
(
)
Disyahkan oleh Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan,
Dr. H. Trisno Martono, MM NIP. 130 529 720
5
ABSTRAK
Endang Nurwidiati. EKSPERIMENTASI PENGAJARAN FISIKA DENGAN PENDEKATAN KETRAMPILAN PROSES MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI DISERTAI TUGAS TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA POKOK BAHASAN USAHA DI SMP TAHUAN AJARAN 2005/2006. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Maret 2007. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidak adanya : (1) perbedaan pengaruh antara pendekatan ketrampilan proses melalui metode eksperimen dan metode demonstrasi terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan usaha, (2) perbedaan pengaruh antara pemberian tugas secara kelompok dan tugas individu terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan usaha, (3) interaksi pengaruh antara penggunaan pendekatan ketrampilan proses melalui metode mengajar dan pemberian tugas terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan usaha. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain faktorial 2x2. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VII SMP N 16 Surakarta Tahun Ajaran 2005/2006 yang terdiri dari 5 kelas. Pengambilan sampel dilakukan secara acak. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak dua kelas, yaitu kelas VII A sebagai kelas eksperimen dan kelas VII B sebagai kelompok kontrol, yang masing-masing kelas berjumlah 40 siswa dimana 20 siswa diberi tugas kelompok dan 20 siswa diberi tugas individu. Teknik pengambilan data yang digunakan adalah teknik dokumentasi dan teknik tes. Teknik dokumentasi digunakan untuk memperoleh data keadaan awal kemampuan fisika siswa yang diambil dari nilai fisika hasil ujian mid semester II. Teknik tes digunakan untuk memperoleh data kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan usaha. Teknik analisis data menggunakan anava dua jalan dengan isi sel sama, kemudian dilanjutkan dengan uji komparasi ganda metode Scheffe. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : (1) ada perbedaan pengaruh penggunaan pendekatan ketrampilan proses melalui metode eksperimen dan metode demonstrasi terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan
6
usaha.{(Fa = 4,1540) > (F0,05;1,76 = 3,968)}. Siswa yang diberi pengajaran dengan menggunakan pendekatan ketrampilan proses melalui metode eksperimen mempunyai kemampuan kognitif yang lebih baik daripada melalui metode demonstrasi, (2) ada perbedaan pengaruh antara pemberian tugas kelompok dan tugas individu terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan usaha {( Fb = 20,1091) > (F0.05;1;76 = 3.968) }. Siswa yang diberi tugas kelompok mempunyai kemampuan kognitif yang lebih baik daripada siswa yang diberi tugas individu, (3) tidak ada interaksi pengaruh penggunaan pendekatan ketrampilan proses melalui metode menngajar dan pemberian tugas terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan usaha. Jadi antara pemberian tugas dan pengajaran fisika dengan pendekatan ketrampilan proses melalui metode mengajar mempunyai pengaruh sendiri-sendiri terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan usaha {(Fab = 0,7134) < (F0.05;1;76 = 3,968) }.
7
MOTTO
Barang siapa ditanya tentang suatu ilmu, kemudian ia menyembunyikannya, maka pada hari kiamat akan dikendalikan mulutnya dengan tali kendali (yang terbuat) dari api neraka. (Al- Hadits) sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan ), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan ) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmu-lah hendaknya kamu berharap. (QS. Insyirah : 6-8) ...bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui. (QS. An Nahl :43)
8
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan dengan sepenuh hati kepada: a. Bapak dan Ibu tercinta yang tiada henti mendoakan, menyayangi dan memberikan semangat padaku, dengan segala kerja keras dan pengorbanannya dalam mendidik. Doa restunya mengiringi setiap langkah, nasihat dan dukungannya mendampingi setiap saat. Terimakasih Bapak dan Ibu, aku mencintai dan menyayangi kalian. b. Adik-adikku Danang dan Yen, terimakasih semangat dan dukungannya. Aku sayang kalian. c. Semua keluarga besarku yang selalu mendoakan dan menasehatiku dalam setiap langkah. d. Almamater.
KATA PENGANTAR
9
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan rohmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang disusun sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Fisika jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Selama menyusun skripsi ini, penulis telah mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik berupa tenaga, pikiran maupun biaya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang sebesarbesarnya kepada: A. Bapak Dr. Trisno Martono, M.M, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret atas bantuannya dalam memberikan ijin penelitian ini. B. Ibu Dra. Sri Dwiastuti, M.Si, selaku Ketua Jurusan pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah menyetujui permohonan penyusunan Skripsi. C. Ibu Dra. Rini Budiharti, M.Pd, selaku Ketua Program Fisika Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas keguruan dan Ilmu pendidikan Universitas Sebelas Maret atas bantuannya dalam memberikan ijin penelitian ini. D. Drs. Sutadi Waskito, M. Pd, pembimbing I yang telah tulus dan penuh kesabaran memberikan bimbingan serta pengarahan kepada penulis sampai terwujudnya skripsi ini. E. Dwi Teguh Raharjo, S. Si, M. Si, pembimbing II yang telah tulus dan penuh kesabaran memberikan bimbingan serta pengarahan kepada penulis sampai terwujudnya skripsi ini. F. Bapak Drs. M. Amir Khusni, selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 16 Surakarta yang telah memberikan tempat pelaksanaan tryout dan penelitian.
10
G. Bapak Agus Budwi Juli H, S.Pd, selaku waka Kurikulum SMP N 16 Surakarta yang telah memberikan bantuan dan bimbingan H. Ibu Ir. Farida Ariani Budi U dan Ibu Dra. Tutik Indriyati, selaku guru fisika kelas VII SMP N 16 Surakarta yang telah memberikan bantuan dan bimbingan dalam penelitian dan tryout. I. Bapak dan Ibu yang memberikan dorongan dan doa restu sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. J. Adik-adikku Danang dan Yen yang selalu memberi semangat dalam perjalanan hidupku. K. Teman-temanku, Sawiji, Santi, Tyas, Ana, Yeni, Titik, Tantri, widi, Erwin, Warni dan semua teman fisika 2002. L. Teman-teman kosku, Mbak Isti (terimakasih nasihat dan semangatnya), Yuli (terimakasih atas kebersamaannya selama ini. Selalu dinanti selalu dihati PSMS (MP). Jadi gak jalan-jalan Ny. Yuliatin Panggabean?) , Anik, Bekti, Ira, Ana, Nenes, Mb Harsih, Iis, Agnes, Pepi, Fitri, qud. M. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih ada kekurangan. Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan demi sempurnanya Skripsi ini. Namun demikian penulis berharap semoga Skripsi ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya.
Surakarta, Februari 2007
11
Penulis DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL
i
HALAMAN PENGAJUAN
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
iii
HALAMAN PENGESAHAN
iv
ABSTRAK
v
MOTTO
vii
PERSEMBAHAN
viii
KATA PENGANTAR
ix
DAFTAR ISI
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
xv
DAFTAR GAMBAR
xvi
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1
B. Identifikasi Masalah
3
C. Pembatasan Masalah
4
D. Perumusan Masalah
4
E. Tujuan Penelitian
5
F. Manfaat Penelitian
5
LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Hakikat Belajar Mengajar
6
2. pengajaran Fisika
9
3. Pendekatan Ketrampilan Proses
11
4. Metode Mengajar
14
5. Pemberian Tugas
17
12
BAB III
6. Kemampuan Kognitif
19
7. Konsep Usaha
21
B. Kerangka Berfikir
24
C. Hipotesis
27
METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian
28
2. Waktu Penelitian
28
B. Metode Penelitian
28
C. Penetapan Populasi Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi penelitian
29
2. sampel Penelitian
29
3. Teknik pengambilan Sampel
29
D. Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas
30
2. Variabel Terikat
30
E. Teknik pengumpulan Data
31
F. Instrumen Penelitian
31
G. Teknik Analisa Data
BAB IV
1. Uji kesamaan Keadaan Awal Siswa
35
2. Pengujian Hipotesis
38
HASIL PENELITIAN 1. Deskripsi Data A. Data Keadaan Awal Siswa
45
B. data Nilai Kemampuan Kognitif Siswa
47
2. Uji Kesamaan Keadaan Awal a. Uji Normalitas
49
b. Uji Homogenitas
50
c. Uji-t
50
3. Pengujian Prasyarat analisis a. Uji Normalitas
50
13
b. Uji Homogenitas
51
4. Pengujian Hipotesis a. Uji Hipotesis Dengan ANAVA Dua Jalan
51
b. Uji Lanjut ANAVA
52
5. Pembahasan Hasil Analisis Data
BAB V
a. Hipotesis Pertama
53
b. Hipotesis Kedua
54
c. Hipotesis Ketiga
54
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
v Kesimpulan
56
v Implikasi
56
v Saran
57 58
14
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran No.
Halaman
1.
Jadwal Kegiatan Penelitian
60
2.
Data Keadaan Awal
61
3.
Uji Normalaitas Keadaan Awal Siswa Kelompok Eksperimen
62
4.
Uji Normalaitas Keadaan Awal Siswa Kelompok Kontrol
64
5.
Uji Homogenitas Keadaan Awal Siswa Kelompok Eksperimen dan Kontrol
66
6.
Uji-t Untuk Keadaan Awal Siswa Kelompok Eksperimen dan Kontrol
69
7.
Kisi-Kisi Soal Try Out
72
8.
Soal Try Out
73
9.
Kunci Jawaban Soal Try Out
82
10.
Analisis Derajat Kesukaran, Daya Pembeda, Realibilitas, dan Validitas
83
11.
Satuan Pembelajaran
88
12.
Rencana Pembelajaran
105
13.
Lembar Kerja Siswa (LKS)
129
14.
Tugas
143
15.
Kisi-Kisi Tes Kemampuan Kognitif
148
16.
Soal Tes Kemampuan Kognitif
149
17.
Kunci Jawaban Tes Kemampuan Kognitif
157
18.
Data Nilai Kemampuan Kognitif Siswa Kelompok Eksperimen dan Kontrol
158
19.
Uji Normalitas Kemampuan Kognitif Siswa Kelompok Eksperimen
159
20.
Uji Normalitas Kemampuan Kognitif Siswa Kelompok Kontrol
161
21.
Uji Homogenitas Kemampuan Kognitif Siswa Kelompok Eksperimen dan Kontrol
163
22.
Data Induk Penelitian
166
23.
Pengujian Hipotesis
167
24.
Uji Pasca ANAVA
172
25.
Tabel-Tabel Statistik
174
15
26.
Perijinan DAFTAR TABEL
Tabel No
Halaman
3.1. Notasi dan Tata Letak Data
29
3.2. rangkuman ANAVA
42
4.1. Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Awal Fisika Kelompok Eksperimen
45
1) Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Awal Fisika Kelompok Kontrol
46
2) Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Kognitif Kelompok Eksperimen
48
3) Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Kognitif Kelompok Kontrol
48
4.5. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan
51
4.6. Rangkuman Komparansi Rerata Pasca ANAVA
52
16
DAFTAR GAMBAR
Gambar No
Halaman
2.1. Tuas
22
2.2. Katrol Tunggal Tetap
23
2.3. Katrol Tunggal Bergerak
23
2.4. Bidang Miring
24
2.5. Kerangka Berfikir
27
4.1. Histrogram Data Nilai Keadaan Awal Fisika Kelompok Eksperimen
46
4.2. Histrogram Data Nilai Keadaan Awal Fisika Kelompok kontrol
47
4.3. Histrogram Data Nilai Kognitif Kelompok Eksperimen
48
4.4. Histrogram Data Nilai Kognitif Kelompok Kontrol
49
17
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Di era globalisasi ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berpengaruh dan berperan pada kehidupan manusia di segala aspek kehidupannya. Untuk itu kualitas sumber daya manusia mutlak diperlukan dalam taraf kehidupan masyarakat dan mengantisipasi segala permasalahan yang mungkin akan timbul. Salah satu cara untuk meningkatklan kualitas sumber daya manusia adalah melalui peningkatan mutu dalam bidang pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu kegiatan yang berperan dalam kehidupan manusia, terutama dalam mengembangkan potensi dasar yang dimilikinya. Dengan pendidikan yang baik manusia diharapkan memiliki kemampuan intelektual, ketrampilan dan moral sehingga dapat mengatasi permasalahan dan dapat hidup serasi dengan masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut, di kalangan para pendidik telah banyak melakukan langkah-langkah baru ke arah perbaikan sistem pendidikan yang disesuaikan dengan tuntutan dan kemajuan zaman. Perkembangan zaman menuntut para pengelola pendidikan untuk lebih mengefektifkan sistem pengajaran agar tercapai target yang diharapkan dengan memperdayakan potensi yang ada baik pada siswa, guru, maupun sarana dan prasarana. Guru merupakan pekerjaan profesional maka penguasaan materi harus benar-benar tinggi. Penggunaan sarana dan prasarana yang dapat menunjang keberhasilan proses belajar mengajar tersebut harus sesuai konsep bidang studi yang diajarkan khususnya bidang studi fisika.
18
Hakikat IPA yaitu sebagai produk, proses dan sikap ilmiah. Untuk itu penggunaan-penggunaan metode pengajaran harus menitikberatkan pada peran aktif siswa sebagai subyek pendidikan. Metode mengajar mempunyai peran dalam membangkitkan minat dan motivasi siswa terhadap mata pelajaran yang diberikan, juga terhadap proses belajar siswa. Siswa akan mudah menerima materi yang diberikan oleh guru apabila metode mengajarnya tepat dan sesuai dengan tujuan pengajarannya. Selain itu penguasan dan penyampaian materi harus sesuai dengan ciri-ciri IPA yang selalu berkembang melalui pengamatan, percobaan dan pemecahan masalah. Salah satu program untuk mengembangkan metode mengajar di sekolah menengah yaitu menekankan pada keterlibatan siswa pada proses belajar yang aktif, serta dalam proses belajar mengajar terjalin komunikasi dua arah sehingga dapat meningkatkan peluang bagi guru untuk memperoleh umpan balik dalam rangka efektivitasnya. Dalam pengajaran fisika yang merupakan salah satu bagian dari IPA tidak hanya memberikan konsep-konsep saja tetapi bagaimana mendapatkan konsep tersebut. Pengajaran fisika oleh banyak siswa masih dianggap sulit, sehingga diperlukan metode khusus yang mendukung untuk mencapai hasil yang optimal. Tidak semua metode cocok dan tepat digunakan untuk setiap bidang pengajaran. Ketepatan penggunaan metode dapat dilihat dari efektivitas dan efisiensi metode tersebut dalam mencapai tujuan instruksional. Salah satu metode mengajar yang relevan dengan hakikat dan ciri-ciri IPA adalah metode eksperimen dan demontrasi, dimana dalam metode ekperimen dan demonstrasi menuntut keaktifan dan kekritisan daya pikir siswa. Hal yang harus diperhatikan juga adalah pendekatan belajar. Salah satu pendekatan yang sesuai untuk menunjang metode eksperimen dan demontrasi adalah pendekatan ketrampilan proses. Karena dalam pendekatan ketrampilan proses menuntut keaktifan belajar siswa untuk dapat berpikir kritis dan bertindak kreatif. Oleh karena itu pendekatan ketrampilan proses perlu dikembangkan.
19
Dalam pendekatan ini siswa mendapat kesempatan menemukan konsep sendiri melalui kegiatan ilmiah. Karena fisika merupakan suatu ilmu yang benar-benar memerlukan daya pikir dan pemahaman tinggi maka diperlukan suatu cara untuk selalu mengaktifkan belajar siswa dan memberi motivasi perlunya belajar mengajar secara kontinu agar materi yang telah diperoleh dapat lebih dikuasi dan dipahami. Diantaranya dengan memberikan tugas. Dengan melaksanakan tugas siswa menjadi aktif belajar, terangsang untuk meningkatkan belajar yang baik, memupuk inisiatif, dan
tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas-tugas yang
diberikan. Tugas yang diberikan oleh guru dapat dikerjakan secara individu (tugas individu) dan secara kelompok (tugas kelompok). Teknik pemberian tugas ini bertujuan agar siswa memiliki kemampuan kognitif yang optimal, karena siswa melaksanakan latihan-latihan dalam mengerjakan tugas, maka pengalaman siswa dalam mempelajari suatu pelajaran dapat lebih terarah. Dengan adanya pemberian tugas kelompok siswa diharapkan saling tukar pengalaman yang berbeda pada saat mempelajari masalah-masalah yang diberikan oleh guru. Untuk mempermudah dalam permasalahan yang ada maka penelitian ini diberi judul “EKSPERIMENTASI PENGAJARAN FISIKA DENGAN PENDEKATAN
KETRAMPILAN
PROSES
MELALUI
METODE
EKSPERIMEN DAN DEMONTRASI DISERTAI TUGAS TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA POKOK BAHASAN USAHA DI SMP TAHUN AJARAN 2005/2006”.
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut: 1) Pengajaran
fisika
merupakan
pengajaran
yang
bersifat
eksperimental sehingga dalam pengajarannya seharusnya harus diiringi dengan percobaan-percobaan. Jadi pemilihan pendekatan
20
dan metode mengajar yang sesuai dengan hakikat IPA khususnya fisika akan mempengaruhi keaktifan dan kekreaktifan siswa. 2) Minat dan motivasi belajar siswa dapat mempengaruhi kemampuan kognitif siswa, karena itu perlu diberikan tugas-tugas yang dapat menimbulkan minat dan motivasi belajar siswa. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas dan adanya keterbatasan waktu, kemampuan, sarana dan prasarana, serta agar penelitian dapat terarah, maka peneliti membatasi masalah pada: 1) Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan ketrampilan proses, metode yang digunakan adalah metode eksperimen dan metode demonstras 2) Salah satu cara untuk memotivasi minat dan keaktifan belajar siswa adalah dengan tugas untuk melengkapi metode dan pendekatan pembelajaran. 3) Tugas yang dimasud di atas adalah tugas dalam bentuk tugas kelompok dan tugas individu. 4) Pokok bahasan yang diajarkan adalah usaha yang merupakan salah satu pokok bahasan di SMP kelas VII semester 2.
Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas dapat dibuat perumusan masalah sebagai berikut: B. Adakah perbedaan pengaruh penggunaan pendekatan ketrampilan proses melalui metode eksperimen dan metode demonstrasi terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan usaha di SMP?
21
C. Adakah perbedaan pengaruh antara pemberian tugas secara kelompok dan secara individu terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan usaha di SMP? D. Adakah interaksi pengaruh penggunaan pendekatan ketrampilan proses dan pemberian tugas terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan usaha di SMP?
22
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : a. Mengetahui ada tidaknya perbedaan pengaruh penggunaan pendekatan ketrampilan proses melalui metode eksperimen dan metode demonstrasi terhadap kemampuan kognitif siswa pada bahasan usaha. b. Menetahui ada tidaknya perbedaan pengaruh antara pemberian tugas kelompok dan tugas individu terhadap kemampuan kognitif siswa. c. Mengetahui ada tidaknya interaksi pengaruh penggunaan pendekatan ketrampilan proses dan pemberian tugas terhadap kemampuan kognitif siswa.
Manfaat Penelititian Dari hasil penelitian dapat memberikan manfaat antara lain: A. Sebagai masukan bagi guru dalam rangka pemilihan metode pengajaran fisika yang lebih tepat dalam meningkatkan kemampuan kognitif siswa. B. Memberikan alternatif kepada guru fisika untuk memberikan tugas dalam bentuk penyelesaian soal tanya jawab dalam proses belajar mengajar. C. Sebagai masukan bagi peneliti lain untuk mengadakan penelitian terhadap hal yang sama lebih mendalam . D. Sebagai sumbangan bagi ilmu pengetahuan dalam dunia pendidikan khususnya fisika dan dapat dijadikan perbandingan penelitian lainnya.
BAB II LANDASAN TEORI
E. Tinjauan Pustaka 1) Hakikat Belajar Mengajar 1) Hakikat Belajar “Belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif” (Muhibin Syah, 1995: 91). “Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang, perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku ketrampilan, kecakapan serta perubahan aspek-aspek yang lain yang ada pada individu yang belajar” (Nana Sudjana, 1996: 5). Definisi belajar dari beberapa ahli diantaranya : a.
b. c. d.
Hilgard dan Bower mengemukakan, belajar adalah perubahan tingkah laku disebabkan pengalaman yang berulang-ulang atas dasar pembawaan, kematangan, atau kondisi sesaat. Gagne menyatakan belajar sebagai perubahan perbuatan yang dipengaruhi rangsangan dari luar bersamaan dengan ingatan siswa. Morgan mengatakan belajar perubahan permanen dalam hal tingkah laku seseorang akibat latihan atau pengalaman. Witherington menyatakan belajar adalah suatu perubahan kepribadian yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan dan kepribadian. (M. Ngalim Purwanto, 1999: 84) Ciri-ciri dari kegiatan belajar yang lebih komplek dan operasional yaitu sebagai
berikut: 1) Belajar adalah aktifitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar baik aktual maupun potensial. 2) Perubahan pada pokoknya adalah didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama. 3) Perubahan terjadi karena usaha. (Sumadi Suryabrata, 1983: 5) Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan belajar mempunyai beberapa elemen penting, yaitu: 1) Belajar merupakan perubahan tingkah laku. 2) Hasil belajar merupakan perubahan akibat latihan atau pengamatan dalam arti perubahan yang terjadi dihasilkan dari suatu proses yang disengaja. 3) Belajar menimbulkan perubahan yang permanen, bukan merupakan perubahan yang sementara yang disebabkan oleh motivasi, adaptasi, kepekaan atau yang lainnya.
6
7
Dari berbagai pengertian belajar di atas, terlihat jelas bahwa hakikat belajar tidak hanya menerima, mengungkapkan kembali, menghafalkan melainkan belajar lebih menekankan pada proses perubahan tingkah laku yang disebabkan adanya berbagai pengalaman, dimana perubahan tersebut berlangsung terus menerus hingga diperoleh perubahan tingkah laku baru dan intelektual sehingga menjadi milik individu dalam waktu yang relatif lama (kontinu). Perubahan tingkah laku yang dimaksud meliputi perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku. Dimana perubahan itu dapat terjadi melalui transfer informasi mengasimilasi dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dimiliki oleh siswa sehingga pengertian yang dimiliki semakin berkembang. 2) Hakikat Mengajar Para ahli psikologi dan pendidikan memberikan batasan atau pengertian mengajar yang berbeda-beda rumusannya. Perbedaan tersebut disebakan oleh perbedaan titik pandangan terhadap makna atau hakikat mengajar. Arti mengajar menjadi sangat komplek dan beraneka macam sesuai dengan kemajuan zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan. “Mengajar adalah mengatur dan mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga dapat mendorong dan menumbuhkan siswa melakukan kegiatan belajar” (Nana Sudjana, 1996: 7). Rumusan mengajar yang dikemukakan oleh Nana Sudjana di atas disamping berpusat pada siswa yang belajar juga melihat hakikat mengajar sebagai proses yaitu proses mengajar adalah proses belajar yang menghasilkan perubahan tingkah laku. “ Mengajar adalah proses penyampaian pengetahuan kepada siswa yang berarti tujuan belajar siswa adalah ingin menguasai pengetahuan. Kelanjutan dari proses tersebut adalah penanaman pengetahuan kepada siswa dengan harapan terjadi proses pemahaman. Sehingga mengajar merupakan upaya penciptaan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya kegiatan belajar dalam membantu perkembangan siswa yang optimal” (Sardiman A. M, 2004: 47) Dari berbagai pengertian di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa mengajar adalah usaha guru untuk membimbing aktivitas, membantu pengetahuannya, membimbing pengalaman dan membantu siswa berkembang dan menyesuaikan diri kepada lingkungan melalui proses belajar mengajar. 3) Proses Belajar Mengajar Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan pengajaran. Belajar mengacu pada apa yang dilakukan oleh individu (siswa). Sedangkan mengajar mengacu pada yang dilakukan oleh guru sebagai pemimpin belajar. Kedua kegiatan tersebut menjadi terpadu dalam suatu kegiatan manakala terjadi hubungan (interaksi) antara guru dengan siswa pada saat proses pengajaran berlangsung. Dalam proses tersebut siswa diarahkan oleh guru untuk mencapai tujuan pengajaran melalaui bahan pengajaran yang dipelajari oleh siswa dengan menggunakan berbagai metode dan alat, kemudian dinilai ada tidaknya perubahan pada diri siswa setelah ia menyelesaikan proses belajar mengajar tersebut. Maka diharapkan melalui proses ini peserta didik mempunyai sejumlah kepandaian dan kecakapan tertentu yang dapat membentuk pribadi yang cukup berintegrasi. “Proses belajar mengajar (pengajaran) merupakan proses mengkoordinasi sejumlah tujuan, bahan, metode, dan alat serta penilaian sehingga satu sama lain saling berhubungan dan saling berpengaruh sehingga menumbuhkan kegiatan belajar pada diri peserta didik seoptimal mungkin menuju terjadinya perubahan tingkah laku sesuai dengan tujuan yang diharapkan” (A. Tabrani Rusyan, Atang Kusdinar, Zainal Arifin, 1989: 29).
8
“Konsep belajar mengajar menjadi terpadu antara guru dengan siswa atau siswa dengan siswa saat pengajaran berlangsung” (Nana Sudjana, 1996: 8).
2) Pengajaran Fisika a.
Hakikat Fisika Dalam perkembangan IPA tidak hanya ditunjukkan oleh kumpulan fakta tetapi juga metode ilmiah dan sikap ilmiah. Hakikat IPA meliputi 3 hal yaitu: 1.
2. 3.
Produk IPA adalah semua pengetahuan tentang gejala alam yang telah dikumpulkan melalui observasi. Produk IPA meliputi fakta, konsep, prisip, hukum dan teori. Proses IPA atau metode ilmiah yaitu cara kerja yang dilakukan untuk memperoleh hasil-hasil IPA atau produk IPA. Nilai dan sikap yaitu semua tingkah laku IPA yang diperlukan selama melakukan peroses IPA, sehingga diperoleh produk IPA. (Margono 1996: 23)
Fisika sebagai cabang IPA, tentunya mempunyai karakteristik yang tidak jauh berbeda dengan karakteristik IPA. Brockhause mengemukakan bahwa: “Fisika adalah pengajaran tentang kejadiaan alam, yang memungkinkan penelitian dengan percobaan, pengukuran apa yang didapat, pengujian secara matematis dan berdasarkan pengetahuanpengetahuan umum” (Herbert Druxes, 1986: 3). Sedangkan Gertshen menyatakan “Fisika adalah suatu teori yang menerangkan gejala-gejala alam sesederhana-sesederhananya dan berusaha menemukan hubungan antara kenyataan-kenyataan, persyaratan dasar untuk memecahkan persoalan adalah mengamati gejala-gejala alam tersebut” (Herbert Druxes, 1986: 3). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fisika adalah merupakan ilmu pengetahuan yang menguraikan dan menganalisa struktur dan peristiwa alam yang sesederhana mungkin sehingga menghasilkan pengetahuan baru. Fisika yang merupakan salah satu cabang IPA tentunya mempunyai pemahaman hakikat yang tidak jauh berbeda dengan pemahaman hakikat IPA yang merupakan produk IPA, proses IPA, serta nilai dan sikap IPA. Produk dalam IPA khususnya fisika berupa konsep, hukum, prinsip, dan teori yang telah dikumpulkan melalui observasi, dan dibentuk dari data hasil observasi. Sedangkan proses dalam kegiatan fisika adalah metode ilmiah yang berupa aktifitas-aktifitas yang bertujuan untuk mencari, menggali dan menyelidiki kejadian alam. Konsep-konsep dalam fisika selanjutnya dapat diungkapkan dalam bahasa matematika tetapi hanya suatu alat untuk memudahkan dan menyederhanakan cara pengungkapan fisika. b.
Pengajaran Fisika Pada Jenjang SMP Pola pikir yang digunakan sebagai landasan pendidikan pada tingkat dasar dan menengah secara umum masih berfokus pada guru bukan pada siswa, sehingga kegiatan belajar mengajar lebih menekankan pengajaran yang dilakukan guru daripada pembelajaran yang berlangsung pada diri siswa. Pola pikir itu seharusnya harus segera diubah sesuai dengan pendapat Depdiknas (2001: 2) yang mengemukakan bahwa “Selain berfokus pada siswa pola pemikiran pembelajaran perlu diubah dari sekedar memahami konsep dan prinsip keilmuan yaitu kepada kandungan ilmu, siswa juga harus memiliki kemampuan untuk berbuat sesuatu untuk menggunakan konsep dan prinsip keilmuan yang telah dikuasai”. Hal ini mengandung pengertian bahwa pembelajaran ditingkat dasar menengah disamping harus terjadi pembelajaran untuk tahu atau mengerti, juga harus terjadi pembelajaran untuk berbuat sesuatu berdasarkan pada pengetahuan yang dimiliki siswa. Dengan demikian mutu lulusan tidak
9
hanya diukur dengan standar lokal saja tetapai dengan harapan mampu berkomunikasi secara nasional maupun internasional. Sesuai dengan kompetensi umum fisika pada jenjang SMP adalah sebagai berikut; a.
b.
c.
Kemampuan melakukan kerja ilmiah melalui eksperimen atau pengalaman meliputi kemampuan melakukan pengukuran, pengujian hipotesis, merancang eksperimen, mengambil dan mengolah data, interferensi data serta dapat mengkomunikasikan hasil eksperimen tersebut. Disamping itu melalui kerja ilmiah diharapkan dimilikinya sikap ilmiah antara lain tertanamanya sikap ilmiah dalam diri siswa dan kemampuan kerjasama dengan orang lain. Kemampuan melakukan penalaran ilmiah dalam arti pikir secara efektif dalam menyelesaikan masalah sederhan yang berhubungan dengan besaran-besaran fisika secara kualitatif maupun kuantitatif sederhana menggunakan aritmatika. Kesempatan untuk mengkaitkan pengetahuan fisika dengan pemanfaatan fisika dalam teknologi sederhana atau pembuatan alat-alat teknologi yang bermanfaat. (Depdiknas, 2001: 6-7)
Ruang lingkup pembelajaran fisika di SMP meliputi konsep-konsep yang diperoleh dari berbagai kegiatan ilmiah yang menggunakan ketrampilan proses. Oleh karena itu dalam pengajaran fisika diperlukan pengembangan aktifits dan eksperimen yang membantu anak didik agar mendapatkan ketrampilan mengamati, mengelola, mengambil data, menganalisis, menyimpulkan hasilnya serta meramalkan efek dari sesuatu gejala serta menilai proses tersebut.
3) Pendekatan Ketrampilan Proses (PKP) “Pendekatan ketrampilan proses adalah proses mental dimana siswa atau individu mengasimilasikan konsep dan prinsip-prinsip” (Tabrani R. et al, 1989: 185). Pendekatan dalam pengajaran ini terjadi jika siswa terlibat dalam menggunakan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip. Melalui pendekatan ini siswa didorong oleh rasa ingin tahu untuk mengekplorasi dan belajar sendiri. Dengan demikian lebih ditekankan pada proses penemuan konsep dan bukan produknya, serta ihwal bagaimana bahan pengajaran itu diajarkan dan dipelajari. “Pendekatan
ketrampilan proses yaitu Belajar mengajar yang
mengembangkan ketrampilan-ketrampilan memproseskan perolehan, anak akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menimbulkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut”. (Conny Semiawan, A.F. Tangyong, S. Belen, Yulaelawati Matahelemual, Wahjudi Suseloardjo, 1986: 18) Dari uraian di atas dapat diarahakan bahwa pendekatan ketrampilan proses adalah teknik mengajar yang melibatkan siswa secara aktif, sehingga siswa
10
dapat menemukan fakta dan konsep fisika dengan jalan mengembangkan ketrampilan dan kemampuan yang ada. Ciri-ciri ketrampilan proses 1.
Menekankan pentingnya kebermaknaan belajar untuk mencapai hasil belajar yang memadai.
2.
Menekankan pada pentingnya keterlibatan siswa di dalam proses belajar.
3.
Menekankan bahwa belajar adalah proses dua arah yang dapat di capai oleh siswa.
Dalam rangka mewujudkan tuntunan pengajaran fisika yang relevan dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, maka mulai kurikulum 1994 ditekankan penggunaan ketrampilan dalam proses belajar mengajar. Dasar pertimbangan dari penerapan PKP dalam pembelajaran siswa dapat diringkas sebagai berikut: 1)
PKP selaras dengan hasrat belajar sepanjang hayat dan selaras dengan tuntunan perkembangan ilmu serta teknologi yang semakin cepat. Jadi ketrampilan membaca keilmuan dan penguasaan cara belajar keilmuan lainnya (seminar, penelitian, sosialisasi diri dan sejenis lainnya) sangat perlu dikuasai siswa. Ketrampilan membelajarkan diri tersebut sangat besar manfaatnya bagi perkembangan diri siswa lebih lanjut (baik dalam belajar atau berkarya). 2) Ilmu pengetahuan dan teknologi pada hakikatnya sangat terbuka untuk dipertanyakan dan dikembangkan lebih lanjut. Siswa harus didorong dan diberi kesempatan untuk mencari dan mengumpulkan data, mencari serta mengolah informasi, mengadakan percobaan, melaporkan serta mempertanggungjawabkan hasil temuannya, dan mengkomunikasikan kebenaran yang ditemukannya pada pokok-pokok yang memerlukan dengan sikap terbuka dan rendah hati. 3) Perkembangan kognitif, afektif dan fisikomotorik dalam diri siswa harus terbina secara terbimbing menyatu dan optimal. Untuk memperkembangkan diri utuh secara dinamis tersebut menuntut keterlibatan belajar siswa dengan mendayagunakan semua potensi dirinya melalui cara-cara belajar yang benar (sesuai dengan tuntunan belajar kemanusiaan serta keilmuan) dan bersifat intensif (bertujuan, terencana, berdasarkan pertimbangan yang rasional dan ulet serta kesungguan). (A. Samana, 1992: 109) Beberapa alasan yang mendasari perlunya diterapkan ketrampilan proses dalam kegiatan belajar mengajar. Alasan pertama, perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung semakin cepat sehingga tidak mungkin lagi para guru mengajarkan semua fakta dan konsep pada siswa. Jika guru tetap berkeinginan mengajarkan semua fakta dan konsep jelas akan sulit dicapai, kalau itu tetap dipaksakan maka metode ceramah yang masih memungkinkan untuk mencapai tujuan tersebut. Akibatnya, siswa dapat menerima semua fakta dan informasi yang diberikan oleh guru, akan tetapi siswa tidak dilatih untuk menemukan dan mengembangkan sendiri konsep-konsep dan informasi yang diperoleh. Alasan kedua, para siswa akan lebih mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh-contoh konkrit, yang wajar, sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi yaitu dengan mempraktekkan kenyataan fisika. Alasan ketiga, penemuan ilmu pengetahuan tidak bersifat mutlak benar 100% penemuan bersifat relatif. Suatu teori mungkin terbantah dan tertolak setelah orang mendapatkan data baru yang mampu membetulkan kekeliruan yang dianut. Sehingga untuk menanamkan sikap ilmiah pada anak, anak perlu dilatih untuk selalu bertanya, berfikir kritis dan mengusahakan jawaban terhadap suatu masalah.
11
Alasan keempat, dalam proses belajar mengajar pengembangan konsep tidak dilepaskan dari diri anak didik. Dengan pendekatan ketrampilan proses diharapkan dapat berperan sebagai wahana penyatu antara pengembangan konsep serta pengembangan sikap dan nilai pada diri siswa. (Conny Semiawan et al, 1986: 14) Jadi mengingat perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin cepat, membantu dan mempermudah siswa untuk memahami fakta dan konsep, mendorong siswa untuk menguji konsep-konsep yang baru serta mencari wahana penyatu antara pengembangan konsep dan pengembangan sikap serta nilai pada siswa, maka mendorong perlunya menerapkan pendekatan ketrampilan proses dalam belajar mengajar. Ada beberapa kelebihan dan kelemahan dari pendekatan ketrampilan proses yaitu sebagai berikut: Kelebihannya antara lain: a)
Memberi bekal bagaimana cara memperoleh pengetahuan sehingga dapat menyiapkan siswa untuk masa depan. b) Merupakan pendekatan yang kreatif karena para siswa aktif melakukan kegitan ilmiah sendiri sehingga dapat meningkatkan cara berfikir dan cara mendapatkan pengetahuan. (Margono, 1996: 131)
Kelemahannya: 1. 2. 3.
Memerlukan waktu yang banyak Memerlukan fasilitas yang cukup Kesulitan dalam merumuskan masalah, dalam menyusun hipotesis, dalam mernentukan data yang menarik kesimpulan dan pengngolaan data yang tersedia. (Margono, 1996: 131)
4) Metode Mengajar Dalam dunia pendidikan dan pengajaran, keberhasilan dalam menyampaikan pelajaran merupakan harapan setiap pengajar. Oleh karenanya seorang guru diharapkan mengetahui dan memahami komponen-komponen yang mempengaruhinya. Salah satu komponen yang menentukan keberhasilan belajar mengajar adalah metode mengajar. “Mengajar adalah proses penyampaian pengetahuan kepada siswa yang berarti tujuan belajar siswa adalah ingin menguasai pengetahuan. Kelanjutan dari proses tersebut adalah menanamkan pengetahuan itu kepada siswa dengan harapan terjadi proses pemahaman” (Sardiman A.M, 2004: 47). Sehingga mengajar merupakan upaya menciptakan kondisi yang konduksif untuk berlangsungnya kegiatan belajar dalam membantu perkembangan siswa secara optimal. Sedangkan menurut Tardif yang dimaksud dengan metode mengajar adalah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan pendidikan, khususnya kegiatan penyajian materi pelajaran kepada siswa. (Muhibin Syah, 1995: 202). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode mengajar adalah cara yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran dalam rangka mendukung tercapainya tujuan pengajaran sistematis. Dari sini nampak bahwa dengan menggunakan metode yang tepat akan mempengaruhi keefektifan dan keefisienan dalam proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa.
12
1) Metode Eksperimen Eksperimen merupakan rangkaian kegiatan yang dikenal sebagai ketrampilan proses yang meliputi mengamati, menafsirkan pengamatan, meramalkan, menggunakan alat dan bahan, menerapkan konsep, merencanakan penelitian, berkomunikasi dan mengajukan pertanyaan. ” Metode eksperimen adalah suatu cara mengajar dimana siswa melakukan suatu percobaan tentang suatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru" (Roestiyah N. K, 2001: 80). Adapun tujuan dari metode eksperimen ini adalah : a. b. c.
Agar peserta didik mampu menyimpulkan fakta, informasi atau data yang diperoleh. Melatih peserta didik merancang, mempersiapkan, melaksanakan, dan melaporkan percobaan. Melatih peserta didik menggunakan logika, berfikir induktif untuk menarik kesimpulan dari fakta, informasi atau data yang terkumpul melalui percobaan. (Mulyani Sumantri dan Johar Permana, 2001: 136)
Dengan metode eksperimen siswa terlibat dalam suatu kegiatan ilmiah sehingga dapat menambah motivasi belajarnya. Hal ini menunjukkan bahwa metode eksperimen sangat cocok jika digunakan pada mata pelajaran fisika, sebab dapat memberikan kesempatan untuk menggunakan panca indranya dan melatih dalam ketrampilan intelektual. Keunggulan menggunakan metode eksperimen adalah sebagai berikut: 1) Siswa terlatih menggunakan metode ilmiah, sehingga tidak mudah percaya sesuatu yang belum pasti kebenarannya. 2) Siswa lebih aktif berfikir dan berbuat. Hal ini sangat dikehendaki dalam kegiatan belajar mengajar modern. 3) Siswa dapat mengemukakan pengalaman praktis dan ketrampilan dalam menggunakan alat-alat percobaan disamping mendapatkan ilmu pengetahuan 4) Siswa dapat membuktikan sendiri kebanaran suatu konsep melalui metode eksperimen. Kelemahan metode eksperimen adalah sebagai berikut: 1) Guru dituntut tidak hanya menguasi ilmunya, tetapi juga ketrampilan lainnya yang menunjang berlangsungnya eksperimen secara baik. 2) Dibutuhkan waktu yang cukup lama dibanding dengan metode yang lain. 3) Dibutuhkan alat-alat yang relatif lebih banyak sehingga setiap siswa mendapatkannya 4) Kegagalan dan kesalahan dalam bereksperiman akan berakibat pada kesalahan dalam menyimpulkan. Langkah-langkah penggunaan metode eksperimen adalah sebagai berikut: 1) Persiapan atau perencanaan a.
Menetapkan tujuan eksperimen.
b.
Menetapkan langkah-langkah pokok eksperimen.
c.
Menyiapkan alat-alat yang diperlukan.
2) Pelaksanaan eksperimen.
13
a.
Metode eksperimen dapat dilaksanakan dan diamati oleh kelompok-kelompok kecil seluruh kelas.
b.
Menumbuhkan sikap kritis pada siswa sehingga dapat terjadi tanya jawab tentang masalah yang di eksperimenkan.
c.
Memberikan kesempatan siswa untuk mencoba jika ada waktu yang cukup sehingga siswa merasa yakin kebenaran suatu proses
d.
Guru memberikan penilaian kepada siswa tentang eksperimen tersebut.
2) Metode Demonstrasi “Metode demontrasi adalah suatu teknik mengajar dimana guru menunjukkan, memperlihatkan sesuatu proses dengan seluruh siswa dalam kelas bisa melihat, mengamati, mendengar dan merasakan proses yang ditunjukkan oleh guru” (Roestiyah N. K., 2001: 83). Sedangkan menurut Rini Budiharti (2000: 33) “Metode demontrasi adalah teknik mengajar dimana dikombinasikan penjelasan lisan dengan sesuatu perbuatan yang menggunakan alat”. Adapun tujuan penggunaan metode demonstrasi ini adalah: a)
Mengajarkan suatu proses atau prosedur yang harus dimiliki peserta didik atau dikuasai peserta didik. b) Mengkongkritkan informasi atau penjelasan kepada peserta didik. c) Mengembangkan kemampuan pengamatan pandangan dan penglihatan para peserta didik secara bersama-sama. (Mulyani Sumantri dan Johar Permana, 2001 : 133). Metode demonstrasi dapat digunakan pada saat guru ingin menunjukkan suatu gejala atau proses pada siswa. Demonstrasi dapat dilaksanakan pada awal pelajaran untuk mengawali pelajaran yang akan diberikan atau sebagai pelempar permasalahan, pada saat pelajaraan berlangsung untuk membantu menjelaskan dan pada akhir pelajaran untuk mencocokkan teori yang telah diberikan. Dalam menggunakan metode demonstrasi hendaknya guru mempersiapkan alat-alat yang akan didemonstrasikan. Selain itu guru harus mempersiapkan pokok-pokok masalah yang akan diungkap dengan demonstrasi. Keuntungan menggunakan metode demonstrasi dalam mengajar adalah: 1) Membuat pelajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkrit. 2) Memudahkan peserta didik memahami bahan pelajaran. 3) Proses pengajaran akan lebih menarik. 4) Merangsang peserta didik untuk lebih aktif mengamati dan mencobanya sendiri. 5) Demonstrasi lebih mudah efisien. Sedangkan kelemahan dari metode demonstrasi adalah 1) Memerlukan ketrampilan guru secara khusus karena tanpa ditunjang dengan hal itu pelaksanaan demontrasi menjadi tidak selektif. b.
Dibutuhkan sarana lain selain papan tulis.
c.
Waktu yang dibutuhkan relatif lebih lama.
d.
Dibutuhkan kemampuan guru dalam menangani alat, ketidakmampuan guru dalam menangani alat hanya akan menambah kebingungan siswa.
14
5) Pemberian Tugas Dalam kegiatan belajar mengajar, guru kadang memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari suatu materi. Pemberian tugas dalam proses belajar mengajar dimasudkan untuk lebih menguatkan penguasaan siswa terhadap bahan atau materi pelajaran yang disampaikan. Tugas dapat merangsang anak untuk aktif baik secara individu maupun secara kelompok. “Teknik pemberian tugas digunakan dengan tujuan agar siswa memiliki hasil belajar yang mantap, karena dengan sendirinya siswa akan melaksanakan latihan-latihan selama melakukan tugas. Sehingga pengalaman siswa dalam mempelajari sesuatu lebih mendalam. Di samping itu untuk memperoleh pengetahuan dengan cara melaksanakan tugas akan memperluas dan memperkaya pengetahuan serta keterampilan siswa di sekolah melalui kegiatan-kegiatan di luar sekolah itu” (RoestiahN.K, 2001: 133). Pemberian tugas dalam proses pengajaran ialah memberikan kepada anak didik agar mereka belajar mandiri, memecahkan soal-soal sendiri ataupun secara kelompok sehingga siswa ada kecenderungan untuk belajar bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Kelebihan pemberian tugas antara lain: 1) Tugas lebih merangsang siswa untuk belajar lebih banyak, baik di dalam kelas atau di luar kelas. 2) Dapat mengembangkan kemandirian kreatifitas siswa. 3) Tugas dapat lebih memperdalam, memperkaya atau memperluas pandangan tentang apa yang dipelajari oleh guru. 4) Dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa. 5) Tugas dapat membina kebiasaan siswa untuk mencari dan mengolah sendiri informasi. Sedangkan kelemahan dari pemberian tugas antara lain: a)
Siswa sulit dikontrol, apabila ia benar-benar mengerjakan tugas sendiri atau mencontoh orang lain.
b) Sering memberikan tugas secara monoton akan menimbulkan kejenuhan pada diri siswa.
a.
Tugas Kelompok Tugas kelompok adalah suatu teknik dan strategi belajar mengajar. Tugas kelompok adalah suatu cara mengajar kepada siswa di dalam atau di luar kelas yang dipandang sebagai kelompok atau dibagi menjadi beberapa kelompok. “Pengertian kerja
15
kelompok sebagai kegiatan sekelompok siswa yang biasanya berjumlah kecil, yang diorganisir untuk kepentingan belajar. Keberhasilan kerja kelompok ini menuntut kegiatan kooperatif dari beberapa individu tersebut” (Roestiah N.K, 2001: 91). Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan dari tugas kelompok adalah siswa mampu bekerja sama dengan teman yang lain dalam mencapai tujuan bersama. Karena sebagian siswa lebih mudah belajar dengan teman sebaya dibanding dengan guru. Mereka lebih terbuka dan representatif sehingga diharapkan proses belajar akan lebih baik. b.
Tugas Individu Pemberian tugas oleh guru sering dikenal dengan istilah pekerjaan rumah, namun lebih luas karena terdiri dari tiga fase yaitu guru memberi tugas, siswa melaksanakan tugas, dan siswa mempertanggungjawabkan tentang apa yang telah dipelajari. Pemberian tugas tepat diterapkan, karena melalui pemberian tugas baik di rumah maupun di sekolah siswa akan terlatih untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan mata pelajaran. Terlebih untuk pelajaran fisika terdapat banyak persamaan matematisnya yang menuntut siswa untuk banyak berlatih. Tugas individu adalah tugas yang diberikan secara perseorangan dan untuk dipertanggungjawabkan secara perseorangan.
6) Kemampuan Kognitif Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa “kognitif maksudnya sesuatu yang berhubungan dengan atau melibatkan kognisi dan berdasarkan kepada pengetahuan faktual yang empiris”. (Tim Penyusun Kamus Pusat pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud, 1996: 511). Konigsi itu sendiri dimasudkan adalah: “suatu kegiatan atau proses memperoleh pengetahuan (termasuk kesadaran, perasaan dan sebagainya) atau usaha mengenali sesuatu melalui pengalaman sendiri, juga suatu proses pengenalan dan penafsiran lingkungan oleh seseorang serta hasil pemerolehan pengetahuan”. (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa Depdikbud, 1996: 511). “Kemampuan kognitif yaitu jenis ketrampilan yang menyangkut pemikiran yang ditandai dengan kreatifitas, kelincahan berpikir, kecepatan memecahkan masalah, dan lain-lain yang merupakan unjuk nyata dari ketinggian kemampuan seseorang dalam aspek kognitif” (Suharsimi Arikunto, 2005: 8). Cara penalaran (kognitif) seseorang terhadap suatu objek selalu berbeda-beda dengan orang lain. Artinya orang yang sama mungkin akan mendapat penalaran yang berbeda dari dua orang atau lebih. Jadi karena berbeda, dalam penalaran berbeda pula dalam kepribadian maka terjadilah perbedan individu. Aspek kognitif secara garis besar meliputi jenjang-jenjang yang dikembangkan oleh Bloom, dintaranya adalah sebagai berikut: 1.
2.
3.
4.
Pengetahuan (knowledge) yaitu berhubungan dengan mengingat kepada bahan yang sudah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan dapat menyangkut bahan yang luas atau sempit, seperti fakta (sempit) dan teori (luas).Namun, apa yang diketahui hanya sekedar informasi yang dapat diingat saja. Oleh karena itu, tingkat ranah kognitif pengetahuan adalah rendah. Pemahaman (comprehension), adalah kemampuan memahami arti sesuatu bahan pelajaran, seperti menafsirkan, menjelaskan atau meringkas tentang sesuatu. Kemampuan semacam ini lebih tinggi daripada pengetahuan. Penerapan (application), adalah kemampuan menggunakan atau menafsirkan sesuatu bahan yang sudah dipelajari ke dalam situasi baru atau situasi konkret, sperti menerapkan sesuatu dalil, metode, konsep, atau teori. Kemampuan ini lebih tinggi daripada pemahaman. Analisis (analysis), adalah kemampuan menguraikan atau menjabarkan sesuatu ke dalam komponen atau bagian-bagian sehingga susunannya dapat dimengerti. Kemampuan ini meliputi mengenal bagian-bagian, hubungan antar bagian, serta prinsip yang digunakan dalam organisasi atau susunan materi pelajaran.
16
5.
6.
Sintesis (syntesis), merupakan kemampuan untuk menghimpun bagian ke dalam suatu keseluruhan, seperti merumuskan tema, rencana atau melibatkan hubungan abstrak dari berbagai informasi atau fakta. Evaluasi (evaluation), berkenaan dengan kemampuan menggunakan pengetahuan untuk membuat penilaian terhadap sesuatu berdasarkan masud atau criteria tertentu. (S. Nasution, 1999:49)
Dengan melihat jenjang yang dikemukakan oleh Bloom tersebut kita dapat tahu bahwa kemampuan kognitif tidak hanya berhubungan dengan pengetahuan saja, tetapi di dalamnya terdapat jenjang-jenjang yang berhubungan dengan aspek mengingat dan berpikir. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kemampuan kognitif adalah kemampuan yang berhubungan dengnan aktifitas kerja otak.
7) Konsep Usaha a) Usaha adalah hasil kali antara komponen gaya pada arah perpindahan dengan jarak perpindahannya. Rumus : W = F s Dimana : W : usaha (J) F : gaya yang bekerja (N) s : jarak perpindahan (m) Suatu gaya dikatakan melakukan usaha apabila benda mengalami perpindahan yang arahnya sama dengan gaya yang bekerja. Syarat adanya usaha adalah ada gaya (F) dan ada jarak perpindahan (s). b) Daya Daya adalah kecepatan pesawat dalam melakukan usaha atau besar usaha yang dilakukan pesawat dalam waktu 1 sekon. Besarnya daya dapat ditentukan dengan persamaan : P=
W t
Dimana : P
: daya (watt)
W
: usaha (J)
t
: waktu (sekon)
Satuan daya dalam SI = joule / sekon = watt c) Pesawat Sederhana
17
Pesawat sederhana adalah alat yang dapat digunakan mempermudah dalam melakukan usaha. Keuntungan menggunakan pesawat sederhana adalah mengurangi besar gaya dan merubah arah gaya. Contoh pesawat sederhana yang sering digunakan, yaitu Tuas, katrol dan bidang miring. C. Tuas Persamaan yang berlaku pada tuas adalah sebagai berikut :
T LW
w
LF
Prinsip kesetimbangan : F
w LW = F LF
Gambar 2.1. Tuas Keuntungan mekanik tuas adalah : KM =
L w atau KM = F F LW
Dimana : w
: berat benda (N)
F
: gaya / kuasa (N)
LW : lengan beban (m) LF : lengan kuasa (m) T
: titik tumpu
KM = keuntungan mekanis D. Katrol Katrol adalah pesawat yang dapat mengubah gaya tarik menjadi gaya angkat.
1.
Katrol tunggal tetap Keterangan : A B
A O
F
: titik kuasa
18
B
: titik beban
O
: titik tumpu
w
: beban
F
: kuasa OB : lengan beban (LW) OA : lengan kuasa (LF) Gambar 2.2. Katrol Tunggal Tetap
Prinsip keseimbangan : F × OA = W × OB
Keuntungan mekanik (KM) =
w LF = F LW
Karena OB = OA atau LW = LF maka untuk katrol tetap KM = 1 Berarti W = F. 2. Katrol Tunggal Bergerak Keterangan : F
O
B
A
A
: titik kuasa
B
: titik beban
O
: titik tumpu
w
: beban
F
: kuasa
OB : lengan beban (LW) OA : lengan kuasa (LF)
W
Gambar 2.3. Katrol tunggal Bergerak Prinsip keseimbangan : F × OA = w × OB Keuntungan mekanik (KM) =
w LF = F LW
Karena OA = 2OB maka KM = 2 Berarti W = 2F atau F = E. Bidang Miring
W 2
19
Persamaan yang berlaku pada bidang miring adalah : F = KM =
h w s
w s = F h
Gambar 2.4. Bidang miring Keterangan : F
: gaya kuasa (N)
h
: tinggi tumpuan bidang miring (m)
s
: panjang bidang miring (m)
W : berat beban (N) Besarnya usaha pada bidang miring dapat ditentukan dengan persamaan : W=F s Dimana : W = usaha (J)
2) Kerangka Berpikir Proses belajar mengajar dalam usaha pencapain tujuan pendidikan mendekati hasil belajar siswa yang optimal. Siswa tidak hanya menguasai ilmu yang disampaikan oleh guru, tetapi juga mampu mengembangkan fakta dan konsep yang diterimanya. Oleh karena itu perlu suatu pendekatan pengajaran yang tepat dimana mampu mengembangkan potensi, kemampuan mendasar pada anak didik dalam suatu kerja ilmiah sesuai taraf perkembangan fikirannya. Pendekatan pengajaran ini adalah pendekatan ketrampilan proses. Dimana dalam pendekatan ini siswa ikut aktif dalam menemukan suatu konsep. Sebagai seorang pengajar guru seharusnya mampu menggunakan metode mengajar yang sesuai dengan materi pelajaran yang akan disampaikan. Karena dengan penggunaan metode mengajar yang sesuai diharapkan siswa lebih mudah menguasai materi pelajaran fisika dan juga siswa mempunyai minat belajar yang lebih. Dalam menggunakan metode mengajar, guru harus menyesuaikan dengan kemampuannya, materi pelajaran yang akan disampaikan, tujuan dan pengalamannya serta kemampuan siswanya. Sebagai penunjang keberhasilan proses belajar mengajar yang lain adalah metode pelengkap yaitu pemberian tugas. Dengan adanya tugas yang diberikan oleh guru atau sering
20
disebut dengan pekerjaan rumah, maka siswa akan senantiasa terpacu untuk belajar dan mengerjakan tugas yang diberikan baik secara individu maupun kelompok. a.
Pengaruh penggunaan metode pembelajaran melalui pendekatan ketrampilan proses terhadap kemampuan kognitif siswa. Penelitian ini menggunakan pendekatan ketrampilan proses melalui dua metode, yaitu metode eksperimen dan metode demonstrasi. Penggunaan pendekatan ketrampilan proses melalui metode eksperimen merupakan rangkaian kegiatan yang menunjukan berbagai ketrampilan proses yang meliputi mengamati menafsirkan pengamatan, meramalkan, menggunakan alat dan bahan, menerapkan konsep, merencanakan penelitian, berkomunikasi dan mengajukan pertanyaan. Dengan metode eksperimen siswa akan mengalami sendiri langkah-langkah ditemukannya suatu konsep. Dengan demikian hasil belajar tersebut akan lebih bermakna serta dapat diingat dalam jangka waktu yang lama, sehingga prestasi belajar siswa akan meningkat. Sedangkan penggunaan pendekatan ketrampilan proses melalui mtode demonstrasi merupakan salah satu cara mengajar yang mengkombinasikan antara penjelasan lisan dengan menggunakan suatu alat serta menunjukkan suatu prosesnya. Dengan demikian prestasi belajar pada siswa yang mengikuti kegiatan pengajaran dengan metode eksperimen lebih baik jika dibandingkan dengan prestasi belajar siswa yang mengikuti kegiatan pengajaran dengan metode demonstrasi. Hal ini disebabkan karena pada kegiatan eksperimen siswa mengalami, mengamati dan melakukan kegiatan secara langsung. Selain itu dengan eksperimen siswa benar-benar tahu langkah-langkah kegiatan yang dilakukan.
b.
Pengaruh pemberian tugas terhadap kemampuan kognitif siswa Pemberian tugas mempengaruhi siswa dalam penguasaan konsep. Dalam penelitian ini membandingkan antara pemberian tugas secara kelompok dan tugas individu. Pada pemberian tugas secara individu diharapkan siswa mampu belajar secara mantap serta mandiri. Pada siswa yang diberi tugas secara kelompok diharapkan dapat memberi kesempatan pada siswa yang kurang pandai untuk belajar pada siswa yang pandai. Pemberian tugas kelompok juga dapat digunakan sebagai variasi dari kegiatan belajar siswa secara individu, sehingga siswa tidak merasa jenuh dalam belajar. Pada penelitian diharapkan pemberian tugas kelompok mendapatkan nilai kognitif yang tinggi dibandingkan siswa yang memperoleh pemberian tugas individu. Hal ini dikarenakan siswa yang mendapatkan tugas kelompok menjadi lebih cepat paham karena mereka bisa berdiskusi dan mendapat masukan dari teman-temannya serta bisa saling bertanya tentang hal-hal yang di antara mereka belum memahami dalam mempelajari fisika.
c.
Pengaruh interaksi antara penggunaan metode pembelajaran melalui pendekatan ketrampilan proses dengan pemberian tugas terhadap kemampuan kognitif siswa. Metode pembelajaran yang di dalamnya menuntut keahlian siswa baik dalam mengamati, berpendapat dan berpikir tentang suatu pengetahuan secara konkrit yang dipadukan dengan pemberian tugas, maka kegiatan belajar mengajar akan berjalan secara efektif dan efisien, sehingga kemampuan kognitif siswa akan lebih memuaskan.
Untuk memperjelas kerangka berpikir tersebut, maka dapat digambarkan dengan skema sebagai berikut: Tugas kelompok
Kelompok Eksperimen
PKP melalui metode eksperimen Tugas individu
Populasi
Kemampuan kognitif
Keadaan awal Tugas
21
2.5. Bagan kerangka berpikir
3) Hipotesis Dari kerangka pemikiran di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis dari penelitian ini, yaitu:
i. Ada perbedaan pengaruh penggunaan pendekatan ketrampilan proses melalui metode eksperimen dan metode demontrasi terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan usaha di SMP. ii. Ada perbedaan pengaruh antara pemberian tugas secara kelompok dan secara individu terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan usaha di SMP. iii. Ada interaksi pengaruh penggunaan pendekatan ketrampilan proses dan pemberian tugas terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan usaha di SMP.
61
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
2
Tempat dan Waktu Penelitian i. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 16 Surakarta Tahun Ajaran 2005/2006. ii. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut : a.
Tahap Persiapan yaitu meliputi: pengajuan judul, permohonan pembimbing,
pembuatan
proposal, pengurusan ijin penelitian. b.
Tahap Pelaksanaan yaitu meliputi semua kegiatan yang berlangsung di lapangan meliputi: pelaksanaan pengajaran, uji coba instrumen penelitian, analisis uji coba instrumen penelitian, pengambilan data penelitian.
c.
Tahap Penyelesaian yaitu meliputi: analisis data, konsultasi pembimbing, dan penyusunan laporan.
3
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang melibatkan dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kedua kelompok diasumsikan sama dalam semua segi yang relevan dan hanya berbeda dalam pemberian perlakuan yaitu metode mengajar dan variasi pemberian tugas. Kemudian pada akhir eksperimen, kedua kelompok tersebut diukur kemampuan kognitifnya dengan alat ukur yang sama. Hasil kedua pengukuran tersebut digunakan sebagai data eksperimen yang kemudian diolah dan dibandingkan dengan statistik yang digunakan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, dengan rencana sebagai berikut: Tabel 3.1. Notasi dan Tata Letak Data A
A1
A2
B1
A1B1
A2B1
B2
A1B2
A2B2
B
Keterangan : A
: Penggunaan Pendekatan Ketrampilan Proses
B
: Pemberian Tugas
A1
: Penggunaan Pendekatan Ketrampilan Proses Melalui Metode eksperimen
62
A2
: Penggunaan Pendekatan Ketrampilan Proses Melalui Metode Demonstrasi
B1 : Pemberian Tugas Kelompok B2 : Pemberian Tugas Individu 4
Penetapan Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel i. Populasi Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah semua siswa kelas VII SMP N 16 Surakarta tahun ajaran 2005/2006, yang terdiri dari 5 kelas yaitu VII.A – VII.E. ii. Sampel Penelitian Sampel penelitian ini menggunakan dua kelas, yaitu kelas VII A sebagai kelompok kontrol dan kelas VII B sebagai kelompok eksperimen. iii. Teknik Pengambilan Sampel Dalam penelitian ini sampel diambil dua kelas dengan teknik random sampling, satu kelas sebagai kelompok eksperimen sedangkan satu kelas yang lain sebagai kelompok kontrol.
5
Variabel Penelitian
Pada penelitian ini variabel-variabel yang terlibat didefinisikan sebagai berikut: i. Variabel Bebas 1.
Penggunaan Pendekatan Ketrampilan Proses melalaui metode mengajar. Definisi Operasional
: Metode mengajar fisika dengan menggunakan pendekatan ketrampilan proses adalah cara menyampaikam materi fisika yang menuntut keaktivan atau keikutsertaan siswa dalam memperoleh suatu konsep yang sedang dipelajari.
Skala Pengukuran
2.
: Nominal dengan dua kategori yaitu : 1.
Metode eksperimen.
2.
Metode demonstrasi
Metode pelengkap yaitu pemberian tugas. Definisi Operasional
:
Pemberian Tugas adalah cara mengajar dengan pemberian tugas untuk dikerjakan dan dipertanggungjawabkan oleh siswa.
Skala Pengukuran
: Nominal dengan dua kategori yaitu
63
i. Tugas Kelompok ii. Tugas Individu ii. Variabel terikat Kemampuan kognitif siswa dalam mata pelajaran Fisika pada sub pokok bahasan Usaha. Definisi Operasional
: Kemampuan kognitif adalah suatu kemampuan yang menyangkut pemikiran yang ditandai dengan kreativitas, kelincahan berpikir, kecepatan memecahkan masalah, dan lain-lain. Dalam penelitian ini, kemampuan kognitif yang diukur meliputi C1 (pengetahuan), C2 (pemahaman), C3 (penerapan) dan C4 (analisis).
Skala Pengukuran
: Interval
Indikator
: Nilai tes prestasi belajar Fisika pokok bahasan Usaha. 6
Teknik Pengumpulan Data
i. Teknik dokumentasi Teknik dokumentasi adalah suatu teknik pengumpulan data yang memamfaatkan arsip-arsip sumber data. Dokumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah nilai fisika dari mid semester 2. Teknik ini digunakan untuk menunjukkan data kemampuan fisika dari kelas kontrol dan eksperimen. ii. Teknik Tes “Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, kemampuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok” (Suharsimi Arikunto, 2002:127). Teknik tes digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif siswa pokok bahasan Usaha berupa tes obyektif. 7
Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian berupa instrumen pembelajaran dan instrumen tes yang digunakan untuk mengetahui kemampuan kognitif siswa. Sebelum diteskan, instrumen tes diujicobakan terlebih dahulu. Setelah uji coba tes tersebut selesai kemudian tiap butir soal dianalisis. Analisis ini bertujuan untuk memilih butir soal yang baik dan memenuhi syarat yaitu vadid, reliabel, daya pembeda yang baik dan taraf kesukaran yang baik. Langkah-langkah analisisnya yaitu:
3. Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkatan-tingkatan kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen tes tersebut valid apabila instrumen tes ini dapat mengukur kemampuan kognitif siswa. Dalam penelitian ini yang dihitung adalah validitas item yaitu untuk mencari korelasi antara item dengan keseluruhan tes, maka digunakan korelasi point biseiral. Rumus korelasi Point Biserial adalah :
64
g pbi =
M p - Mt St
p q (Suharsimi Arikunto, 2005: 79)
Keterangan :
g
:
Koefisien Korelasi Point Biserial
Mp
:
Rerata skor dari siswa yang menjawab benar bagi item yang dicari validitasnya
Mt
:
Rerata skor total
St
:
Standar deviasi dari skor total
P
:
Proporsi siswa yang menjawab benar pada suatu butir
p
:
q
:
pbi
Banyaknya siswa yang menjawab benar Jumlah seluruh siswa Proporsi siswa yang menjawab salah pada suatu butir (q = 1 – p)
Kriteria nilai rpbi adalah sebagai berikut: Item tersebut valid jika harga
g
pbi
>g
tabel
Artinya dari hasil perhitungan validitas item tersebut kemudian dikonsultasikan dengan harga g . jika r Point Biserial lebih besar dari harga g tabel, maka korelasi tersebut signifikan, berarti item soal tersebut adalah valid. Apabila harga g Point Biserial lebih kecil dari g tabel, berarti korelasi tersebut tidak signifikan maka item soal tersebut dikatakan tidak valid.
3. Reliabilitas Pada hakikatnya uji reliabilitas untuk mengetahui sampai seberapa jauh pengukuran yang dilakukan berulang-ulang terhadap subyek (kelompok subyek) akan memberikan hasil yang relatif sama. Teknik yang digunakan adalah dengan rumus KR - 20 sebagai berikut: r11 =
2 é k ù é SB - Spq ù ú ê k - 1ú ê SB 2 ë ûë û
(Suharsimi Arikunto, 2005: 109)
Keterangan: r11 : reliabilitas tes secara keseluruhan p
: proporsi subyek yang menjawab item dengan benar
q
: proporsi subyek yang menjawab item dengan salah (q = 1-p)
Σpq : jumlah hasil perkalian antara p dan q k
: banyaknya item
SB : standar deviasi dari tes Perangkat dikatakan reliabel apabila memperoleh r11 > rtabel pada taraf signifikansi 5 %. 3. Daya Pembeda
65
Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang pandai (berkemampuan rendah). Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi, disingkat dengan D. Indeks diskriminasi (daya pembeda) ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Cara menentukan daya pembeda menurut Suharsimi Arikunto (2005: 212), dibedakan antara kelompok kecil (kurang dari 100) dan kelompok besar (100 orang ke atas). Rumus mencari daya pembeda sebagai berikut :
D=
B A BB = PA - PB JA JB
(Suharsimi Arikunto, 2005: 213)
Dimana : J
: Jumlah peserta tes
BA
: Banyaknya peserta kelompok atas yang dapat menjawab
BB
: Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar.
JA
: Banyaknya peserta kelompok atas
JB
: Banyaknya peserta kelompok bawah
PA=BA/JA
: Proporsi peserta kelompok atas yang dapat menjawab benar .
PB=BB/JB
: Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar .
benar.
Daya pembeda (nilai D) diklasifikasikan sebagai berikut : D = 0,00
£ D < 0,2 = jelek
D = 0,20
£ D < 0,40 = cukup
D = 0,40
£ D < 0,70 = baik
D = 0,70
£ D < 1,00 = baik sekali
(Suharsimi Arikunto, 2005: 218)
3. Derajat Kesukaran Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu sulit dan tidak terlalu mudah. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sulit akan menyebabkan siswa putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya. Untuk menentukan derajat kesukaran tiap-tiap item digunakan rumus:
P=
B Js
(Suharsimi Arikunto, 2005: 208)
Dimana : P
:
Indeks Derajat Kesukaran
B
:
Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul.
Js
:
Jumlah seluruh siswa peserta tes
Menurut ketentuan yang sering diikuti, derajat kesukaran sering diklasifikasikan sebagai berikut : Soal dengan P = 0,00 £ P < 0,30 adalah soal sukar Soal dengan P = 0,30 £ P < 0,70 adalah soal sedang
66
Soal dengan P = 0,70 £ P < 1,00 adalah soal mudah (Suharsimi Arikunto,2005 : 210) 8
Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini digunakan analisis data secara statistik agar subyektifitas peneliti dapat dikurangi. Analisis statistik yang digunakan adalah analisis variansi dua jalan. Namun sebelum dilakukan uji hipotesis dilakukan uji persyaratan terlebih dahulu. 1. Uji Kesamaan Keadaan Awal Siswa Uji kesamaan keadaan awal siswa dilaksanakan sebelum sampel diberi perlakuan. Uji ini dimasudkan untuk mengetahui kesamaan kemampuan awal masing-masing kelompok. Pengujian kesamaan keadaan awal antara kelompok kontrol dan eksperimen digunakan uji t – 2 ekor.
Hipotesis: H0 : m1 = m 2
: tidak ada perbedaan kemampuan awal antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.
H1 : m1 ¹ m 2
: ada perbedaan kemampuan awal antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.
Statistik Uji:
x1 - x 2
t=
s dengan s 2 =
1 1 + n1 n 2
(n1 - 1) s12 + (n 2 - 1) s 22 n1 + n 2 - 2
keterangan x1
:
rata-rata kelompok eksperimen
x2
:
rata-rata kelompok kontrol
n1
:
cacah anggota kelompok eksperimen
n2
:
cacah anggota kelompok kontrol
2
:
varians gabungan
s
Kriteria: jika -t1-1/2 a < thitung < t1-1/2 a maka keadaan awal siswa kelas eksperimen sama dengan keadaan awal kelas kontrol. (Nana Sudjana, 2002: 239). 1)
Uji Normalitas
67
Untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal dengan menggunakan Metode Lilliefors sebagai berikut:
1). Hasil pengamatan X1, X2, X3, …, Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, Z3, …, Zn dengan rumus :
æ Xi - X Zi = çç è Sd
ö ÷ ÷ ø
Keterangan : X : rata-rata
Sd : Standart deviasi 2). Data sampel tersebut diurutkan dari skor terendah sampai skor tertinggi. 3). Untuk tiap bilangan baku ini dengan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F (Zi) = P (Z≤Zi). 4). Selanjutnya di hitung proporsi Z1, Z2, …, Zn yang lebih kecil atau sama dengan S (Zi) =
banyaknya Z1 , Z 2 , ..., Zn , yang Z £ Zi n
Zi Jika proporsi ini dinyatakan oleh S (Zi), maka : 5). Statistik uji
Lobs = Max F ( Zi ) - S ( Zi ) keterangan: F(Zi)
: bilangan baku yang menggunakan daftar distribusi normal
S(Zi) : perbandingan nomor subyek dengan jumlah subyek Zi
: skor standar
6). Daerah kritik
68
DK = {L Lobs ³ La , n
}
7). Keputusan uji Jika Lobs < La:0; maka sampel berasal dari populasi berdistribusi normal. Jika Lobs ³ La:0; maka sampel berasal dari populasi yang tidak terdistribusi normal. 2)
(Budiyono, 2000 : 169)
Uji Homogenitas Untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang homogen atau tidak maka menggunakan Metode Bartlett:
E. Hipotesis Ho : sampel Berasal dari populasi yang homogen H1 : Sampel berasal dari populasi yang tidak homogen F. Taraf Signifikansi
a = 0,05 G. Statistik uji
c2 =
(
2,303 f log RKG - å f j log S 2j c
)
keterangan f
: derajat kebebasan untuk RKG = N – k
k
: cacah sampel
fj
: derajad kebebasan untuk Sj2= nj – 1
j
: 1,2, ...., k
nj
: cacah pengukuran pada sampel ke-j
SSj
: Jumlah kuadrat masing-masing sampel
c
=
RKG
=
1+
å SS fj
j
1 æç 1 1 ö÷ å 3(k - 1) çè f j f ÷ø
; SSj =
å X 2j -
(å X ) 2 nj
69
H. Daerah Kritik
{
DK = c 2 c 2 > ca2j ; k -1
}
I. Keputusan Uji Ho ditolak jika c 2 ³ c 2 aj ;k -1 Ho diterima jika c 2 < c 2 aj ;k -1 (Budiyono, 2000: 174) 1.
Pengujian Hipotesis
(1) Uji Analisis Variansi Dua Jalan Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis data hasil eksperimen dalam rangka menguji hipotesis penelitian adalah dengan Uji Analisis Variansi (ANAVA) Dua Jalan dengan menggunakan, hal ini sesuai dengan desain eksperimen yang digunakan Faktorial 2 × 2. a.
Tujuan Analisis variansi dua jalan untuk menguji signifikansi perbedaan efek baris, efek kolom, dan kombinasi efek baris dan efek kolom terhadap variabel terikat.
b.
Asumsi Dasar A. Populasi-populasi berdistribusi normal. B. Populasi-populasi homogen. C. Sampel dipilih secara acak (random). D. Variabel terikat berskala pengukuran interval. E. Variabel bebas berskala pengukuran nominal.
c.
Model X ijk =
m + a i + b j + ab ij + Îijk
Dengan : i
: 1,2 : 1
= Metode eksperimen 2
j
: 1,2 : 1
= Metode demonstrasi = Tugas kelompok
2 k nij Xijk
= Tugas individu
: 1,2,3,...,nij : cacah observasi pada sel abij : Observasi pada subyek ke-k di bawah faktor I (metode mengajar) kategori i dan faktor II (pemberian tugas) kategori j.
70
m
: rerata besar (pada populasi)
ai
: efek faktor I kategori i terhadap Xijk
bj
: efek faktor II kategori j terhadap Xijk
abij : kombinasi efek (interaksi) faktor I kategori i dan faktor II kategori j cijk ijk
d.
terhadap
: kesalahan pada cijk
Hipotesis H01 : ai=0, untuk semua harga i Tidak ada perbedaan pengaruh penggunaan pendekatan ketrampilan proses melalui metode eksperimen dan metode demonstrasi terhadap kemampuan kognitif siswa. H11 : ai ¹ 0, untuk paling sedikit satu harga i Ada perbedaan pengaruh penggunaan pendekatan ketrampilan proses melalui metode eksperimen dan metode demonstrasi terhadap kemampuan kognitif siswa. H02 : bj = 0, untuk semua j Tidak ada perbedaan pengaruh pemberian tugas antara tugas kelompok dan tugas individu terhadap kemampuan kognitif siswa. H12 : bj
¹ 0, untuk paling sedikit satu harga j
Ada perbedaan pengaruh pemberian tugas antara tugas kelompok dan tugas individu terhadap kemampuan kognitif siswa. H03 : abij = 0, untuk semua harga ij Tidak ada interaksi antara pengaruh penggunaan pendekatan ketrampilan proses melalui metode mengajar dan pemberian tugas terhadap kemampuan kognitif siswa. H13 : abij
¹ 0, untuk paling sedikit satu harga ij
Ada interaksi antara pengaruh penggunaan pendekatan ketrampilan proses melalui metode mengajar dan pemberian tugas terhadap kemampuan kognitif siswa. e.
Komputasi 1. Tabel Data A
A1
A2
B1
A1B1
A2B1
B2
A1B2
A2B2
B
Keterangan : A : Penggunaan Pendekatan Ketrampilan Proses B
: Pemberian Tugas
71
A1 : Pendekatan Ketrampilan Proses Melalui Metode Eksperimen A2 : Pendekatan Ketrampilan Proses Melalui Metode Demonstrasi B1 : Pemberian Tugas Kelompok B2 : Pemberian Tugas individu 2. Komponen Jumlah Kuadrat
G2 p.q
A.
=
B.
= å SS ij
C.
=å i
D.
=å j
E.
=
Ai 2 q Bj 2 p
å ABij2 ij
c). Jumlah Kuadrat JKA =
(3)
JKB =
- (1)
(4)
JKAB = (5)-(4)-(3) JKG = (5)
+ (1) + (2) +
JKT =
(2) – (1)
d). Derajat Kebebasan dkA =
p-1
dkB =
q-1
dkAB = (p-1) (q-1) dkG = pq (n-1) = N - pq + dkT = N-1 e). Rerata Kuadrat
72
RKA =
JK A dk A
RKB =
JK B dk B
RKAB =
RKG =
JK AB dk AB JKG dkG
f). Statistik Uji Fa =
RK A RKG
Fb =
RK B RKG
Fab =
RK AB RKG
g). Daerah Kritik Dka = Fa ³ Fa; p – 1, N - pq Dkb = Fb ³ Fa; q – 1, N - pq Dkab = Fab ³ Fa; (p – 1) (q – 1), N – q h). Keputusan Uji HoA ditolak jika Fa ³ Fa; p – 1, N - pq HoB ditolak jika Fb ³ Fa; q – 1, N - pq HoAB ditolak jika Fab ³ Fa; (p – 1) (q – 1), N – q i). Rangkuman Anava Tabel 3.2. Rangkuman Anava Sumber Varian Efek Utama A ( baris ) B ( kolom ) Interaksi
JK
dK
RK
Ratio F
JKA JKB
DKA DKB
RKA RKB
FA FB
73
AB Kesalahan Total
JKAB JKG JKT
DKAB DKG dKT
RKAB RKG
FAB _
_
(2) Uji Komparasi Ganda Komparasi ganda merupakan tindak lanjut dari Analisis Variansi apabila hipotesis nol ditolak. Adapun tujuan untuk mengetahui rerata mana yang berbeda dan rerata mana yang sama. Dalam penelitian ini metode dalam komparasi ganda yang digunakan adalah metode Scheffe dengan langkah-langkah sebagai berikut: B. Mengidentifikasi semua pasangan komparasi rerata. C. Merumuskan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi tersebut. D. Mencari harga statistik uji F dengan rumus seperti tersebut : 1. Komparasi rerata antar baris
Fi.- j.
(X
)
2
.- X j. = æ 1 1 ö÷ RKGç + ç ni . n j . ÷ è ø i
Fi.- j.
: nilai Fobs pada perbandingan baris ke-i dan baris ke-j
X i.
: rataan pada baris ke-i
X
: rataan pada baris ke-j
j.
RKG : rataan kuadrat galat, diperoleh dari perhitungan ANAVA
ni.
: ukuran sampel baris ke-i
n j.
: ukuran sampel baris ke-j
Daerah kritik DK = {F/ F > (p-1) Fa;p-1,N-pq }, H0 ditolak jika F Î DK. 1. Komparasi rerata antar kolom
F.i -. j =
(X
.i
- X .j
)
2
æ 1 1 ö÷ RKG ç + çn ÷ è .i n. j ø Daerah kritik DK = {F/ F > (q-1) Fa;p-1,N-pq }, H0 ditolak jika F Î DK. 1. Komparasi rerata antar sel pada kolom yang sama
74
Fij - kj =
Fi.- j.
(X
ij
)
2
- X kj
æ 1 1 ö÷ RKGç + ç nij n kj ÷ è ø : nilai Fobs pada perbandingan rataan pada sel ij dan rataan pada sel kj
X ij : rataan pada sel ij
X kj : rataan pada sel kj RKG : rataan kuadrat galat, diperoleh dari perhitungan analisis
variansi n ij
: ukuran sel ij
n kj
: ukuran sel kj
Daerah kritik DK = {F/ F > (pq-1) Fa;p-1,N-pq }, H0 ditolak jika F Î DK. 1. Komparasi Rataan antar Sel pada Baris yang Sama
Fij -ik =
(X
ij
- X ik
)
2
æ 1 1 ö÷ RKGç + çn ÷ è ij nik ø
Daerah kritik DK = {F/ F > (pq-1) Fa;p-1,N-pq }, H0 ditolak jika F Î DK. (Budiyono, 2000: 209)
75
BAB IV HASIL PENELITIAN
B. Deskripsi data Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri atas data keadaan awal Fisika, dan nilai tes akhir yang menggambarkan kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Usaha di SMP N 16 Surakarta kelas VII semester 2.
2. Data Keadaan Awal Fisika Berdasarkan data yang terkumpul mengenai nilai keadaan awal Fisika siswa adalah sebagai berikut Kelas Data Nilai Fisika
Eksperimen Tinggi Rendah 7.80 3.86
Kelas Data Harga Rata-rata Simpangan Baku
Kontrol Tinggi 7.70
Rendah 3.43
Ekperimen
Kontrol
6.50 1.01
6.26 1.34
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.1. dan 4.2 Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Nilai Keadaan Awal Fisika Kelompok Eksperimen. NO
Kelas Interval
Frekuensi Mutlak
Titik Tengah
Frekuensi Relatif (%)
1 2 3 4 5 6 7
3,83 - 4,43 4,44 - 5,04 5,05 - 5,65 5,66 - 6,26 6,27 - 6,87 6,88 - 7,48 7,49 - 8,09
2 3 3 5 8 15 4
4.13 4.74 5.35 5.96 6.57 7.18 7.79
5.00 7.50 7.50 12.50 20.00 37.50 10.00
Jumlah
40
100.00
45
76
16 14 Frekuensi
12 10 8 6 4 2 0 4,13 4,74 5,35 5,96 6,57 7,18 7,79 Titik Tengah Gambar 4.1 Grafik Data Nilai Kemampuan Awal Fisika Kelompok Eksperimen Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Nilai Keadaan Awal Fisika Kelompok Kontrol. NO
Kelas Interval
Frekuensi Mutlak
Titik Tengah
Frekuensi Relatif (%)
1 2 3 4 5 6 7
3,43 - 4,11 4,12 - 4,80 4,81 - 5,49 5,50 - 6,18 6,19 - 6,87 6,88 - 7,56 7,57 - 8,25
5 2 1 8 9 7 8
3.77 4.46 5.15 5.84 6.53 7.22 7.91
12.50 5.00 2.50 20.00 22.50 17.50 20.00
40
Frekuensi
Jumlah
100.00
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 3,77 4,46 5,15 5,84 6,53 7,22 7,91 Titik Tengah
77
Gambar 4.2 Histogram Data Nilai Keadaan Awal Fisika Kelompok Kontrol
C. Klasifikasi Pembarian Tugas Pemberian tugas siswa dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu pemberian tugas kelompok dan pemberian tugas individu. Untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pemberian tugas dilakukan dengan cara yang sama. Untuk siswa yang mempunyai no urut 1 – 20 diberikan tugas kelompok. Sedangkan siswa yang mempunyai no urut 21 – 40 diberikan tugas secara individu.Karena banyaknya siswa pada masing-masing perlakuan adalah sama maka digunakan uji analisis variansi dengan frekuensi sel sama
b.
Data Nilai Kemampuan Kognitif
Berdasarkan nilai postest kemampuan kognitif siswa untuk kelompok eksperimen dan kontrol diperoleh data sebagai berikut: Kelas Nilai Nilai Kognitif
Kelas Data Harga Rata-rata Simpangan Baku
Eksperimen Tinggi Rendah 9,14 4,57
Kontrol Tinggi 8,28
Rendah 4,00
Ekperimen
Kontrol
6,94 1,27
6,47 0,99
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.3. dan 4.4 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Kognitif Kelompok Eksperimen.
NO
Kelas Interval
Frekuensi Mutlak
Titik Tengah
Frekuensi Relatif (%)
1 2 3 4 5 6
4,57 - 5,33 5,34 - 6,10 6,11 - 6,87 6,88 - 7,64 7,65 - 8,41 8,42 - 9,18
5 6 7 11 4 7
4.95 5.72 6.49 7.26 8.03 8.80
12.50 15.00 17.50 27.50 10.00 17.50
Jumlah
40
100.00
78
12 10 Frekuensi
8 6 4 2 0 4,95 5,72 6,49 7,26 8,03 8,80 Titik Tengah Gambar 4.3 Histogram Data Nilai Kemampuan Kognitif Kelompok Eksperimen Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Kognitif Kelompok Kontrol.
NO
Kelas Interval
Frekuensi Mutlak
Titik Tengah
Frekuensi Relatif (%)
1 2 3 4 5 6
4,00 - 4,71 4,72 - 5,43 5,44 - 6,15 6,16 - 6,87 6,88 - 7,59 7,60 - 8,31
1 5 9 12 7 6
4.36 5.08 5.80 6.52 7.24 7.96
2.50 12.50 22.50 30.00 17.50 15.00
Jumlah
40
14 12 Frekuensi
10 8 6 4 2 0 4,36 5,08 5,80 6,52 7,24 7,96 Titik Tengah
100.00
79
Gambar 4.4 Histogram Data Nilai Kemampuan Kognitif Kelompok Kontrol
2. Uji Kesamaan Keadaan Awal A. Uji Normalitas Uji normalitas keadaan awal dilakukan terhadap data dari nilai
test Fisika mid
semester 2. 1.
Kelompok Eksperimen Dari hasil perhitungan dengan menggunakan Uji Lilliefors diperoleh harga Lobs = 0,1164. Sedangkan untuk n = 40 pada taraf signifikansi 5 % harga L0.05;38= 0,1401. Karena Lobs < L0.05;40, maka dari data variabel keadaan awal Fisika SMP N 16 Surakarta kelas VII mid semester 2 adalah berdistribusi normal. ( Untuk lebih jelasnya dapat dilihat lampiran 3)
2.
Kelompok Kontrol Dari hasil perhitungan dengan menggunakan Uji Lilliefors diperoleh harga Lobs = 0,1156. Sedangkan untuk n = 40 pada taraf signifikansi 5 % harga L0.05;38= 0,1401. Karena Lo < L0.05;40, maka dari data variabel keadaan awal Fisika SMP N 16 Surakarta kelas VII mid semester 2 adalah berdistribusi normal. ( Untuk lebih jelasnya dapat dilihat lampiran 4) a. Dari
hasil
perhitungan
Uji Homogenitas
dengan
menggunakan
uji
Bartlett
diperoleh
harga
x 2 hitung = 2,9158 . Sedangkan untuk n = 2 pada taraf signifikansi 5 % harga x 21-1 / 2a = 3,84 , karena
x 2 hitung < x 21-1 / 2a , maka dari data variabel nilai keadaan awal Fisika SMP N 16
Surakarta kelas VII semester 2 adalah homogen. (Untuk lebih jelasnya dapat dilihat lampiran 5)
D. Uji – t Uji kesamaan keadaan awal antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan dengan uji – t yang sebelumnya telah diuji dengan uji normalitas dan homogenitas. Dari pengujian data diperoleh harga thitung= 0,8944, harga ttabel pada taraf signifikansi 5% untuk n =80 dengan db = 40 + 40 – 2 = 78 adalah 1,994. Karena
- t1- 1
a 2
< t hitung < +t1- 1
a 2
(-1,994 <
0,8944 < 1,994 ), maka H0 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa keadaan awal fisika siswa kelompok eksperimen sama dengan keadaan awal siswa kelompok kontrol. (Untuk lebih jelasnya dapat dilihat lampiran 6).
2. Pengujian Prasyarat Analisis a.
Uji Normalitas
80
1. Kelompok Eksperimen Dari hasil perhitungan dengan menggunakan Uji Lilliefors diperoleh harga Lobs = 0,1114. Sedangkan untuk n = 40 pada taraf signifikansi 5 % harga L0.05;40= 0,1401. Karena Lobs < L0.05;40, maka data variabel nilai kemampuan kognitif pada pokok bahasan Usaha SMP N 16 Surakarta kelas VII semester 2 adalah berdistribusi normal. ( Untuk lebih jelasnya dapat dilihat lampiran 18) 2. Kelompok Kontrol Dari hasil perhitungan dengan menggunakan Uji Lilliefors diperoleh harga Lobs= 0,1141. Sedangkan untuk n = 40 pada taraf signifikansi 5 % harga L0.05;l;40= 0,1401. Karena Lobs < L0.05;1;40, maka data variabel kemampuan kognitif pada pokok bahasan Usaha SMP N 16 Surakarta kelas VII semester 2 adalah berdistribusi normal. ( Untuk lebih jelasnya dapat dilihat lampiran 19) 1. Dari
hasil
penelitian
Uji Homogenitas
dengan
menggunakan
Uji
Bartlett
diperoleh
harga
x 2 hitung = 2,4133 . Sedangkan untuk k = 2 pada taraf signifikansi 5 %, harga x 21-1 / 2a = 3,84 , karena
x 2 hitung < x 21-1 / 2a , maka data variabel kemampuan kognitif pada pokok bahasan Usaha
SMP N 16 Surakarta kelas VII semester 2 adalah homogen. (Untuk lebih jelasnya dapat dilihat lampiran 20)
2.
Pengujian Hipotesis
1. Uji Hipotesis dengan Anava Dua Jalan Untuk hipotesis pertama sampai hipotesis ketiga digunakan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis variansi dua jalan dengan isi sel sama, dilanjutkan dengan uji Scheffe. Dari hasil uji Anava dua jalan (2X2) diperoleh harga FA=4,1540; FB=20,1091; dan FAB=0,7134. Harga F0.05;1;80 pada taraf signifikansi 5% dengan dfA = dfB = dfAB = 1 dan dfralat = 76 atau
F0, 05;1;76 = 3.968 Hasil pengujian ini terangkum dalam tabel 4.5 berikut:
Tabel 4.5 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sumber Variansi
JK
db
RK
F
P
A (Baris)
4,3152
1
4,3152
4,1540
<0,05
B (Kolom)
20,8897
1
20,8897
20,1091
<0,05
Interaksi (AB)
0,7411
1
0,7411
0,7134
>0,05
Ralat
78,9500
76
1,0388
-
-
Efek Utama
81
Total
104,8960
79
-
-
Keterangan: (Perhitungan dapat dilihat pada lampiran 22).
Keputusan uji dari hasil analisis ini adalah berupa kesimpulan hasil pengujian hipotesis yaitu : a.
Fa = 4,1540 > F0, 05;1;76 = 3.968 maka H01 ditolak. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan pengaruh antara penggunaan pendekatan keterampilan proses melalui metode eksperimen dan metode metode demonstrasi terhadap kemampuan kognitif siswa.
b.
Fb = 20,1091 > F0, 05;1;76 = 3.968 maka H02 ditolak. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan pengaruh antara pemberian tugas kelompok dan pemberian tugas individu terhadap kemampuan kognitif siswa.
c.
Fab = 0,7134 < F0,05;1;76 = 3.968 maka H03 diterima. Hal ini menunjukkan tidak ada interaksi antara penggunaan pendekatan keterampilan proses melalui metode mengajar dengan pemberian tugas terhadap kemampuan kognitif siswa.
2. Uji Lanjut Anava
Tabel 4.6 Rangkuman Komparasi Rerata Pasca Anava Rerata
Statistik Uji
Harga Kritik P
Komparasi Ganda
1
2
(F)
0,01
0,05
m1· vsm 2·
6,9418
6,4773
4,1540
6,98
3.968
< 0,05
m ·1vsm ·2
7,2205
6,1985
20,1091
6,98
3.968
< 0,05
Kesimpulan
m1· > m 2· (Signifikan)
m ·1 > m ·2 (Signifikan)
(Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 23).
Harga statistik uji untuk komparasi ganda antar baris yaitu antar metode mengajar yang digunakan menunjukkan bahwa harga FA sebesar 4,1540, sehingga hipotesis H01 ditolak, hal ini berarti ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara metode mengajar yang digunakan. Bila ditinjau dari nilai rerata untuk
m1· vsm 2·
didapatkan
X 1· > X 2· . Maka dapat dikatakan bahwa
pengajaran dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses melalui metode eksperimen lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan kognitif siswa bila dibandingkan dengan pengajaran dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses melalui metode demonstrasi. Sedangkan harga statistik uji untuk komparasi ganda antar kolom yaitu antara pemberian tugas kelompok dan pemberian tugas individu menunjukkan bahwa harga FB sebesar 20,1091,
82
sehingga hipotesis H02 ditolak, hal ini berarti ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara pemberian tugas kelompok dan pemberian tugas individu. Bila ditinjau dari nilai rerata untuk
m ·1vsm ·2
didapatkan
X ·1 > X ·2 . Maka berdasarkan data nilai kemampuan kognitif siswa yang
terkumpul dapat dikatakan bahwa siswa yang mendapatkan pemberian tugas secara kelompok, kemampuan kognitif-nya lebih baik karena nilai tes mereka juga tinggi dibandingkan mereka yang memperoleh tugas sercara individu.
a) Pembahasan Hasil Analisis Data
1. Uji Hipotesis Pertama H0A :
a A = 0 : Tidak ada perbedaan pengaruh antara penggunaan pendekatan keterampilan proses melalui metode eksperimen dan metode metode demonstrasi terhadap kemampuan kognitif siswa.
H1A : a A ¹ 0 : Ada perbedaan pengaruh antara penggunaan pendekatan keterampilan proses melalui metode eksperimen dan metode metode demonstrasi terhadap kemampuan kognitif siswa. Setelah dianalisis dimana metode pengajaran sebagai variabel bebas dan kemampuan kognitif sebagai variabel terikat diperoleh Fa= 4,1540. Nilai tersebut kemudian dikonsultasikan dengan harga tabel sehingga didapatkan Ftabel untuk taraf signifikan 5 % = 3.968, [Fa > F0.05;1;76] maka H0A ditolak dan H1A diterima. Berarti hipotesis yang berbunyi: ” Ada perbedaan pengaruh antara penggunaan pendekatan keterampilan proses melalui metode eksperimen dan metode metode demonstrasi terhadap kemampuan kognitif siswa.”, diterima.
Dari tabel 4.6 terlihat bahwa rerata kemampuan kognitif dengan menggunakan metode eksperimen lebih besar daripada metode demonstrasi. Sehingga metode mengajar dengan pendekatan keterampilan proses melalui metode eksperimen lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan kognitif siswa bila dibandingkan dengan pendekatan keterampilan proses melalui metode demonstrasi. Hal ini disebabkan pada kegiatan eksperimen siswa mengalami, mengamati dan melakukan kegiatan secara langsung, sedangkan pada pengajaran dengan metode demonstrasi siswa kurang aktif dalam kegiatan demonstrasi yang dilakukan dalam kelas. 2. Uji Hipotesis Kedua
83
bB = 0
H0B :
: Tidak ada perbedaan pengaruh antara pemberian tugas kelompok dan pemberian tugas individu terhadap kemampuan kognitif siswa.
H1B :
bB ¹ 0
:
Ada perbedaan pengaruh antara pemberian tugas kelompok dan pemberian tugas individu terhadap kemampuan kognitif siswa.
Setelah dianalisis dimana pemebrian tugas sebagai variabel bebas dan kemampuan kognitif sebagai variabel terikat. Diperoleh Fb = 20,1091. Nilai tersebut kemudian dikonsultasikan dengan harga tabel sehingga didapatkan F0.05;1;76 untuk taraf signifikan 5 % = 3.968, [Fb > F0.05;1;76] maka H0B ditolak dan H1B diterima. Berarti hipotesis yang berbunyi:“ Ada perbedaan pengaruh antara pemberian tugas kelompok dan pemberian tugas individu terhadap kemampuan kognitif siswa.”,diterima. Jadi pada penelitian ini sudah sesuai dengan teori yang menjelaskan bahwa siswa yang memperoleh pemberian tugas kelompok mendapatkan nilai kognitif yang tinggi dibandingkan siswa yang memperoleh pemberian tugas individu. Hal ini mungkin disebabkan siswa yang mendapatkan tugas kelompok menjadi lebih cepat faham karena mereka bisa berdiskusi dan mendapat masukan dari teman-temannya serta bisa saling bertanya tentang halhal yang di antara mereka belum memahami dalam mempelajari fisika.
3. Uji Hipotesis Ketiga H0AB :
ab AB = 0
:
Tidak ada interaksi antara penggunaan pendekatan keterampilan proses melalui metode mengajar dengan pemberian tugas siswa terhadap kemampuan kognitif siswa.
H1AB :
ab AB ¹ 0 :
Ada interaksi antara penggunaan pendekatan keterampilan proses melalui metode mengajar dengan pemberian tugas siswa terhadap kemampuan kognitif siswa.
Setelah dianalisis di mana metode pengajaran dan keadaan awal nilai rapot Fisika siswa sebagai variabel bebas dan kemampuan kognitif siswa sebagai variabel terikat, diperoleh Fab = 0,7134. Nilai tersebut kemudian dikonsultasikan dengan harga tabel sehingga didapatkan F0.05;1;76 untuk taraf signifikan 5 % =3.968. Karena Fab< F0.05;1;76 maka H0AB diterima dan H1AB ditolak. Berarti hipotesis yang berbunyi: “Ada interaksi antara penggunaan pendekatan keterampilan proses melalui metode mengajar dengan pemberian tugas terhadap kemampuan kognitif siswa.”, ditolak. Artinya tidak ada interaksi antara penggunaan pendekatan keterampilan proses melalui metode mengajar dengan pemberian tugas terhadap kemampuan kognitif siswa.
84
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
3.
Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh dan hasil analisis yang telah dikemukakan di muka, maka dapat disimpulkan: a.
Ada perbedaan pengaruh antara penggunaan pendekatan keterampilan proses melalui metode eksperimen dan metode demonstrasi terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan usaha di SMP. Siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ketrampilan proses melalui metode eksperimen mempunyai kemampuan kognif lebih baik daripada melalui metode demonstrasi.
b.
Ada perbedaan pengaruh antara pemberian tugas kelompok dan pemberian tugas individu terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan usaha di SMP. Kemampuan kognitif siswa yang diberi tugas kelompok lebih baik daripada yang diberi tugas individu.
c.
Tidak ada interaksi antara penggunaan pendekatan keterampilan proses melalui metode mengajar dengan keadaan awal nilai raport fisika siswa terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan usaha di SMP. Jadi antara pembelajaran fisika menggunakan pendekatan ketrampilan proses melalui metode mengajar dan pemberian tugas mempunyai pengaruh sendiri-sendiri terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan usaha di SMP.
1.
Implikasi
Dengan diperolehnya hasil penelitian, implikasinya sebagai berikut:
85
i. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara penggunaan pendekatan ketrampilan proses melalui metode eksperimen dengan metode demonstrasi terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan usaha. Hal ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru agar lebih kreatif dan variatif dalam menentukan metode pengajaran bagi siswa. 1.
Ada perbedaan pengaruh antara pemberian tugas kelompok dan pemberian tugas individu terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan usaha. Hal ini dapat digunakan sebagai masukan bahwa kosistensi belajar siswa 56 harus diperhatikan.
Saran Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dari penelitian ini, maka peneliti mengemukakan beberapa saran sebagai berikut: c.
Kegiatan belajar mengajar dalam kelas harus menimbulkan aktifitas siswa sehingga siswa lebih tertarikan terhadap pelajaran.
d.
Konsistensi belajar siswa dalam kelas harus diperhatikan agar prestasi belajar siswa tidak turun.
e.
Penggunaan metode pengajaran yang bervariatif dapat memberikan variasi belajar terhadap siswa. Hal ini dapat membuat siswa lebih aktif dan berprestasi.
86
DAFTAR PUSTAKA
A. Samana. 1992. Sistem Pengajaran. Yogyakarta : Kanisius A. Tabrani Rusyan, Atang Kusdinar dan Zainal Arifin. 1989. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remadja Karya Budiyono. 2000. Statistika Dasar Untuk Penelitian. Surakarta : UNS Press Budi Prasodjo. 2003. Teori dan Aplikasi Fisika SMP kelas I. Bogor : Yudistira Conny Semiawan, A.F. Tangyong, S. Belen, Yulaelawati Matahelemual, Wahjudi Suseloardjo. 1986. Pendekatan Ketrampilan Proses. Jakarta : PT. Gramedia Depdiknas. 2001. Kebijaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : Depdiknas Herbert Druxes, Fritz Siemsen, & Gernot Born. 1986. Kompendium Didaktik Fisika. Terjemahan Soeparmo. Bandung : Remadja Karya Margono. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Surakarta : UNS Press Marthen Kanginan. 2004. Sains Fisika SMP Kelas VII semester II. Jakarta : Erlangga Muhibbin Syah. 1995. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remadja Rosdakarya Offset Mulyani Sumantri & Johan Permana. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Maulana
Nana Sudjana. 1996. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya Nonoh Siti Aminah. 2004. Penggunaan ANAVA Pada Penelitian Pembelajaran. Surakarta: UNS Press Rini Budiharti. 2000. Strategi Belajar Mengajar Bidang Studi. Surakarta : UNS Press Ngalim Purwanto. 1999. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
Roestiyah N. K. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta Sardiman A. M,. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Suharsimi Arikunto. 2005. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi
Aksara
Sumadi suryabrata. 1983. Proses Belajar Mengajar Di Perguruan Tinggi. Yogyakarta : Andi Offset S. Nasution. 1999. Asas-asas Kurikulum. Jakarta : Bumi Aksara
87
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud. 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua. Jakarta : Balai Pustaka
Lampiran 2 DATA NILAI KEADAAN AWAL
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Kelas Eksperimen Xa 6,34 7,80 7,33 4,03 6,28 6,55 6,33 7,43 6,95 6,98 6,40 7,53 7,25 6,93 4,50 6,83 5,03 6,48 7,05 5,95 7,63 5,55 7,30 5,65 7,40 7,68 7,38 7,23 6,08 7,28 6,40 7,35 5,65 6,00 3,83 7,23 6,08 7,33 6,05 4,73
Kelas Kontrol Xb 4,00 3,60 6,75 5,70 7,65 7,70 5,45 7,23 7,65 7,63 3,93 5,65 7,70 5,68 7,38 5,73 5,93 6,75 6,75 6,35 7,65 7,38 5,98 6,75 7,65 7,38 7,23 6,20 3,43 6,33 7,63 7,23 3,43 5,65 6,75 6,75 6,13 4,15 4,18 7,23
88
Jumlah Rerata
259,80 6,4950
250,32 6,2580
Lampiran 3 UJI NORMALITAS KEADAAN AWAL KELOMPOK EKSPERIMEN 2
No
Xi
Xi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
3.83 4.03 4.50 4.73 5.03 5.55 5.65 5.65 5.95 6.00 6.05 6.08 6.08 6.28 6.33 6.34 6.40 6.40 6.48 6.55 6.83 6.93 6.95 6.98 7.05 7.23 7.23 7.25 7.28 7.30 7.33 7.33 7.35 7.38 7.40 7.43 7.53 7.63 7.68 7.80
14.6689 16.2409 20.2500 22.3729 25.3009 30.8025 31.9225 31.9225 35.4025 36.0000 36.6025 36.9664 36.9664 39.4384 40.0689 40.1956 40.9600 40.9600 41.9904 42.9025 46.6489 48.0249 48.3025 48.7204 49.7025 52.2729 52.2729 52.5625 52.9984 53.2900 53.7289 53.7289 54.0225 54.4644 54.7600 55.2049 56.7009 58.2169 58.9824 60.8400
Xi - X
Zi
F(Zi)
S(Zi)
F(Zi) - S(Zi)
-2.6650 -2.4650 -1.9950 -1.7650 -1.4650 -0.9450 -0.8450 -0.8450 -0.5450 -0.4950 -0.4450 -0.4150 -0.4150 -0.2150 -0.1650 -0.1550 -0.0950 -0.0950 -0.0150 0.0550 0.3350 0.4350 0.4550 0.4850 0.5550 0.7350 0.7350 0.7550 0.7850 0.8050 0.8350 0.8350 0.8550 0.8850 0.9050 0.9350 1.0350 1.1350 1.1850 1.3050
-2.63 -2.43 -1.97 -1.74 -1.45 -0.93 -0.83 -0.83 -0.54 -0.49 -0.44 -0.41 -0.41 -0.21 -0.16 -0.15 -0.09 -0.09 -0.01 0.05 0.33 0.43 0.45 0.48 0.55 0.73 0.73 0.75 0.78 0.80 0.82 0.82 0.84 0.87 0.89 0.92 1.02 1.12 1.17 1.29
0.0043 0.0075 0.0244 0.0409 0.0735 0.1762 0.2033 0.2033 0.2946 0.3121 0.3300 0.3409 0.3409 0.4168 0.4364 0.4404 0.4641 0.4641 0.4960 0.5199 0.6293 0.6664 0.6736 0.6844 0.7088 0.7673 0.7673 0.7734 0.7823 0.7881 0.7939 0.7939 0.7995 0.8078 0.8133 0.8212 0.8461 0.8686 0.8790 0.9015
0.0250 0.0500 0.0750 0.1000 0.1250 0.1500 0.2000 0.2000 0.2250 0.2500 0.2750 0.3250 0.3250 0.3500 0.3750 0.4000 0.4500 0.4500 0.4750 0.5000 0.5250 0.5500 0.5750 0.6000 0.6250 0.6750 0.6750 0.7000 0.7250 0.7500 0.8000 0.8000 0.8250 0.8500 0.8750 0.9000 0.9250 0.9500 0.9750 1.0000
0.0207 0.0425 0.0506 0.0591 0.0515 0.0262 0.0033 0.0033 0.0696 0.0621 0.0550 0.0159 0.0159 0.0668 0.0614 0.0404 0.0141 0.0141 0.0210 0.0199 0.1043 0.1164 0.0986 0.0844 0.0838 0.0923 0.0923 0.0734 0.0573 0.0381 0.0061 0.0061 0.0255 0.0422 0.0617 0.0788 0.0789 0.0814 0.0960 0.0985
89
Jumlah Mean 2 S S
259.80 6.4950 1.0251 1.0125
1727.38
L0 = Max F (Zi ) - S (Zi ) = 0.1164 Ltabel dengan taraf signifikansi 5 % pada n = 40 didapat harga L=
0,886
=
0,886
= 0.1401 n 40 Karena Lo < Ltabel maka sampel kelompok eksperimen berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.
90
Lampiran 4
UJI NORMALITAS KEADAAN AWAL KELOMPOK KONTROL
2
No
Xi
Xi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
3,43 3,43 3,60 3,93 4,00 4,15 4,18 5,45 5,65 5,65 5,68 5,70 5,73 5,93 5,98 6,13 6,20 6,33 6,35 6,75 6,75 6,75 6,75 6,75 6,75 7,23 7,23 7,23 7,23 7,38 7,38 7,38 7,63 7,63 7,65 7,65 7,65 7,65 7,70
11,7649 11,7649 12,9600 15,4449 16,0000 17,2225 17,4724 29,7025 31,9225 31,9225 32,2624 32,4900 32,8329 35,1649 35,7604 37,5769 38,4400 40,0689 40,3225 45,5625 45,5625 45,5625 45,5625 45,5625 45,5625 52,2729 52,2729 52,2729 52,2729 54,4644 54,4644 54,4644 58,2169 58,2169 58,5225 58,5225 58,5225 58,5225 59,2900
Xi - X
Zi
F(Zi)
S(Zi)
F(Zi) - S(Zi)
-2,8280 -2,8280 -2,6580 -2,3280 -2,2580 -2,1080 -2,0780 -0,8080 -0,6080 -0,6080 -0,5780 -0,5580 -0,5280 -0,3280 -0,2780 -0,1280 -0,0580 0,0720 0,0920 0,4920 0,4920 0,4920 0,4920 0,4920 0,4920 0,9720 0,9720 0,9720 0,9720 1,1220 1,1220 1,1220 1,3720 1,3720 1,3920 1,3920 1,3920 1,3920 1,4420
-2,12 -2,12 -1,99 -1,74 -1,69 -1,58 -1,56 -0,61 -0,46 -0,46 -0,43 -0,42 -0,40 -0,25 -0,21 -0,10 -0,04 0,05 0,07 0,37 0,37 0,37 0,37 0,37 0,37 0,73 0,73 0,73 0,73 0,84 0,84 0,84 1,03 1,03 1,04 1,04 1,04 1,04 1,08
0,0170 0,0170 0,0233 0,0409 0,0455 0,0571 0,0594 0,2709 0,3228 0,3228 0,3336 0,3372 0,3446 0,4013 0,4168 0,4602 0,4840 0,5199 0,5279 0,6443 0,6443 0,6443 0,6443 0,6443 0,6443 0,7673 0,7673 0,7673 0,7673 0,7995 0,7995 0,7995 0,8485 0,8485 0,8508 0,8508 0,8508 0,8508 0,8599
0,0500 0,0500 0,0750 0,1000 0,1250 0,1500 0,1750 0,2000 0,2500 0,2500 0,2750 0,3000 0,3250 0,3500 0,3750 0,4000 0,4250 0,4500 0,4750 0,6250 0,6250 0,6250 0,6250 0,6250 0,6250 0,7250 0,7250 0,7250 0,7250 0,8000 0,8000 0,8000 0,8500 0,8500 0,9500 0,9500 0,9500 0,9500 1,0000
0,0330 0,0330 0,0517 0,0591 0,0795 0,0929 0,1156 0,0709 0,0728 0,0728 0,0586 0,0372 0,0196 0,0513 0,0418 0,0602 0,0590 0,0699 0,0529 0,0193 0,0193 0,0193 0,0193 0,0193 0,0193 0,0423 0,0423 0,0423 0,0423 0,0005 0,0005 0,0005 0,0015 0,0015 0,0992 0,0992 0,0992 0,0992 0,1401
91
40
7,70
59,2900
Jumlah Mean 2 S S
250,32 6,2580 1,7835 1,3355
1636,06
1,4420
1,08
0,8980
1,0000
0,1020
L0 = Max F (Zi ) - S (Zi ) = 0,1156 Ltabel dengan taraf signifikansi 5 % pada n = 40 didapat harga L=
0,886
=
0,886
= 0,1401 n 40 Karena Lo < Ltabel maka sampel kelompok kontrol berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.
92
Lampiran 5 UJI HOMOGENITAS KEADAAN AWAL KELOMPOK EKSPERIMEN DAN KELOMPOK KONTROL
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
Kelompok Eksperimen 2 Xa Xa 6,34 40,20 7,80 60,84 7,33 53,73 4,03 16,24 6,28 39,44 6,55 42,90 6,33 40,07 7,43 55,20 6,95 48,30 6,98 48,72 6,40 40,96 7,53 56,70 7,25 52,56 6,93 48,02 4,50 20,25 6,83 46,65 5,03 25,30 6,48 41,99 7,05 49,70 5,95 35,40 7,63 58,22 5,55 30,80 7,30 53,29 5,65 31,92 7,40 54,76 7,68 58,98 7,38 54,46 7,23 52,27 6,08 36,97 7,28 53,00 6,40 40,96 7,35 54,02 5,65 31,92 6,00 36,00 3,83 14,67 7,23 52,27 6,08 36,97
Xb 4,00 3,60 6,75 5,70 7,65 7,70 5,45 7,23 7,65 7,63 3,93 5,65 7,70 5,68 7,38 5,73 5,93 6,75 6,75 6,35 7,65 7,38 5,98 6,75 7,65 7,38 7,23 6,20 3,43 6,33 7,63 7,23 3,43 5,65 6,75 6,75 6,13
Kelompok Kontrol 2 Xb 16,00 12,96 45,56 32,49 58,52 59,29 29,70 52,27 58,52 58,22 15,44 31,92 59,29 32,26 54,46 32,83 35,16 45,56 45,56 40,32 58,52 54,46 35,76 45,56 58,52 54,46 52,27 38,44 11,76 40,07 58,22 52,27 11,76 31,92 45,56 45,56 37,58
93
38 39 40 Jumlah Rerata
7,33 6,05 4,73 259,80 6,4950
53,73 36,60 22,37 1727,38
4,15 4,18 7,23 250,32 6,2580
17,22 17,47 52,27 1636,06
Dari tabel uji homogenitas nilai pretest kemampuan kognitif kelompok eksperimen dan kelompok kontrol didapat :
Hipotesis H0 = s 12 = s 22 (kedua sampel homogen) H1 = s 12 ¹ s 22 (kedua sampel tidak homogen) a = 0,05 Statistik uji c2 =
2,303 ( f log RKG - {å fj log S 2j }) C
Komputasi Setelah dihitung diperoleh f1 = 39
f2 = 39 ; f = {fj = 39+39=78}
(259,80) 2 SS1 = 1727,38 40
= 39,9794 (250,32) 2 SS2 = 1636,06 40
= 69,5570 Tabel kerja untuk menghitung c2hitung No 1 2 Jumlah
RKG =
Sampel I(klp eksperimen) II(klp Kontrol)
fj 39 39 78
SSSj 109,5364 = = 1,4043 Sfj 78
f log RKG = 78 log 1,4043 = 11,5022
SSj 39,9794 69,5570 109,5364
2
Sj 1,0251 1,7835 2,8086
2
fjlogSj 0,4201 9,7998 10,2199
94
C =1+
=1+
1 æç 1 1 ö÷ å 3(k - 1) çè f j f ÷ø 1 æ 1 1 1 ö çå + - ÷ 3(1) è 39 39 78 ø
= 1,0128 Sehingga c2 =
2,303 (11,5022 - 10,2199) 1,0128
= 2,9158 Daerah kritik c20,95;1 = 3,84 2 dk : {c2 | c2 < 3,84} ; c hitung = 2,9158
Keputusan uji 2 2 Dari perhitungan diperoleh c hitung = 2,9158 , dan c tab = 3,84 untuk dk =1. 2 2 Tampak bahwa c hitung = 3,6930 < c tab = 3,84
Maka hipotesis H0 : s 12 = s 22 diterima, sehingga kedua sampel berasal dari populasi yang homogen.
95
Lampiran 6 TABEL UJI-t UNTUK KESAMAAN NILAI KEADAAN AWAL KELOMPOK EKSPERIMEN DAN KELOMPOK KONTROL NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
Xa 6,34 7,80 7,33 4,03 6,28 6,55 6,33 7,43 6,95 6,98 6,40 7,53 7,25 6,93 4,50 6,83 5,03 6,48 7,05 5,95 7,63 5,55 7,30 5,65 7,40 7,68 7,38 7,23 6,08 7,28 6,40 7,35 5,65 6,00 3,83 7,23 6,08 7,33 6,05
2
Xa 40,20 60,84 53,73 16,24 39,44 42,90 40,07 55,20 48,30 48,72 40,96 56,70 52,56 48,02 20,25 46,65 25,30 41,99 49,70 35,40 58,22 30,80 53,29 31,92 54,76 58,98 54,46 52,27 36,97 53,00 40,96 54,02 31,92 36,00 14,67 52,27 36,97 53,73 36,60
Xb 4,00 3,60 6,75 5,70 7,65 7,70 5,45 7,23 7,65 7,63 3,93 5,65 7,70 5,68 7,38 5,73 5,93 6,75 6,75 6,35 7,65 7,38 5,98 6,75 7,65 7,38 7,23 6,20 3,43 6,33 7,63 7,23 3,43 5,65 6,75 6,75 6,13 4,15 4,18
2
Xb 16,00 12,96 45,56 32,49 58,52 59,29 29,70 52,27 58,52 58,22 15,44 31,92 59,29 32,26 54,46 32,83 35,16 45,56 45,56 40,32 58,52 54,46 35,76 45,56 58,52 54,46 52,27 38,44 11,76 40,07 58,22 52,27 11,76 31,92 45,56 45,56 37,58 17,22 17,47
96
40 Jumlah Mean Varian
4,73 260 6,4950 1,0251
S
2
1,4043
S
1,1850
22,37 1727
7,23 250 6,2580 1,7835
52,27 1636
Dari tabel uji-t kesamaan nilai kemampuan awal fisika didapat :
Hipotesis Ho = Tidak ada perbedaan nilai keadaan awal siswa
antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. H1 = Ada perbedaan nilai keadaan awal siswa antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Taraf signifikansi yang digunakan adalah 0,05 Kriteria pengujian Hipotesis Ho diterima jika –t1-1/2a < thit < t1-1/2a Harga t1-1/2a untuk dk = 78 adalah 1,99 Hitungan Kelompok Eksperimen r X 1 = 6,4950
Kelompok Kontrol r X 2 = 6,2580
S1 = 1,0251
S 2 = 1,7835
2
S2 = =
2
(n1 - 1)S12 + (n1 - 1)S 2 2 n1 + n 2 - 2
(40 - 1)1,0251 + (40 - 1)1,7835 40 + 40 - 2
= 1,4043 S = 1,1850
r r X1 - X 2
t= S =
1 1 + n1 n2
6,4950 - 6,2580 1,1850
1 1 + 40 40
97
= 0,8944
Kesimpulan Ho diterima, sebab –1,994 <
0,8944
< 1,994 berarti tidak ada perbedaan
kemampuan awal siswa yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
Daerah penerimaan Ho
Daerah penolakan H0
-1,994
Daerah penolakan H0
0
1,994
Gambar 1. Kurva Normal Untuk Uji-t
98
Lampiran 7 KISI-KISI SOAL TRY OUT
Satuan Pendidikan
:
SMP
Mata Pelajaran
:
Sains Fisika
Kelas / Semester
:
VII / 2
Jumlah soal
:
40 butir
Waktu
:
90 menit
Aspek yang diukur
Sub Konsep 8.1.1. Besar usaha sama dengan hasil kali gaya dengan komponen perpindahan menurut arah gaya 8.1.2 Pesawat sederhana mempermudah pekerjaan manusia
8.1.3 Besarnya daya ditentukan oleh usaha dan waktu Jumlah presentasi
Keterangan: C1 : Pengetahuan C2 : Pamahaman C3 : Aplikasi C4 : Analisa
Jumla h
C1
C2
C3
C4
1, 2, 3, 4,5
6, 7, 8, 9, 11
10, 12
13
13
15, 16, 20
14, 18, 21, 24, 28
17, 19, 22, 23, 27, 26, 29, 30, 31
25
18
32, 34
33,35, 36
37
38, 39, 40
9
10
13
13
5
40
25%
32,5%
30%
12,5%
100%
99
Lampiran 9 KUNCI JAWABAN SOAL TRY OUT
A
D
A
C
A
C
D
A
B
C
D C B A D B D B B D C A A D B A A B D B A D B B C B A A A A
i
i
ii
Lampiran 18
DATA NILAI KOGNITIF SISWA
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 Jumlah Rerata
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Xa 7,14 4,86 9,14 8,29 6,57 7,14 4,57 9,14 8,57 6,57 6,00 8,57 8,86 7,43 8,57 5,71 7,43 9,14 6,29 7,14 7,14 7,14 7,14 7,14 7,14 5,71 6,86 6,57 6,00 7,14 4,86 4,57 7,71 6,00 5,43 7,71 7,71 6,57 6,86 5,14 277,67 6,9418
Xb 7,43 6,57 7,71 7,71 6,57 6,57 7,43 6,57 7,71 6,57 6,00 6,00 7,71 6,57 6,57 8,28 7,43 7,43 8,00 6,86 5,71 7,43 4,86 7,43 6,00 5,71 4,00 6,28 6,28 6,00 6,28 4,86 4,86 6,00 7,14 6,28 5,71 6,00 5,14 5,43 259,09 6,4773
ii
iii
Lampiran 19 UJI NORMALITAS KOGNITIF KELOMPOK EKSPERIMEN
2
No
Xi
Xi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 Jumlah Mean
4,57 4,57 4,86 4,86 5,14 5,43 5,71 5,71 6,00 6,00 6,00 6,29 6,57 6,57 6,57 6,57 6,86 6,86 7,14 7,14 7,14 7,14 7,14 7,14 7,14 7,14 7,14 7,43 7,43 7,71 7,71 7,71 8,29 8,57 8,57 8,57 8,86 9,14 9,14 9,14 277,67 6,9418
20,8849 20,8849 23,6196 23,6196 26,4196 29,4849 32,6041 32,6041 36,0000 36,0000 36,0000 39,5641 43,1649 43,1649 43,1649 43,1649 47,0596 47,0596 50,9796 50,9796 50,9796 50,9796 50,9796 50,9796 50,9796 50,9796 50,9796 55,2049 55,2049 59,4441 59,4441 59,4441 68,7241 73,4449 73,4449 73,4449 78,4996 83,5396 83,5396 83,5396 1990,20
2
S S
Xi - X
Zi
F(Zi)
S(Zi)
F(Zi) - S(Zi)
-2,3718 -2,3718 -2,0818 -2,0818 -1,8018 -1,5118 -1,2318 -1,2318 -0,9418 -0,9418 -0,9418 -0,6518 -0,3718 -0,3718 -0,3718 -0,3718 -0,0818 -0,0818 0,1982 0,1982 0,1982 0,1982 0,1982 0,1982 0,1982 0,1982 0,1982 0,4882 0,4882 0,7682 0,7682 0,7682 1,3482 1,6282 1,6282 1,6282 1,9182 2,1982 2,1982 2,1982
-1,87 -1,87 -1,64 -1,64 -1,42 -1,19 -0,97 -0,97 -0,74 -0,74 -0,74 -0,51 -0,29 -0,29 -0,29 -0,29 -0,06 -0,06 0,16 0,16 0,16 0,16 0,16 0,16 0,16 0,16 0,16 0,39 0,39 0,61 0,61 0,61 1,06 1,28 1,28 1,28 1,51 1,73 1,73 1,73
0,0307 0,0307 0,0505 0,0505 0,0778 0,1170 0,1660 0,1660 0,2296 0,2296 0,2296 0,3050 0,3859 0,3859 0,3859 0,3859 0,4761 0,4761 0,5636 0,5636 0,5636 0,5636 0,5636 0,5636 0,5636 0,5636 0,5636 0,6517 0,6517 0,7291 0,7291 0,7291 0,8554 0,8997 0,8997 0,8997 0,9345 0,9582 0,9582 0,9582
0,0500 0,0500 0,1000 0,1000 0,1250 0,1500 0,2000 0,2000 0,2750 0,2750 0,2750 0,3000 0,4000 0,4000 0,4000 0,4000 0,4500 0,4500 0,6750 0,6750 0,6750 0,6750 0,6750 0,6750 0,6750 0,6750 0,6750 0,7250 0,7250 0,8000 0,8000 0,8000 0,8250 0,9000 0,9000 0,9000 0,9250 0,9750 0,9750 1,0000
0,0193 0,0193 0,0495 0,0495 0,0472 0,0330 0,0340 0,0340 0,0454 0,0454 0,0454 0,0050 0,0141 0,0141 0,0141 0,0141 0,0261 0,0261 0,1114 0,1114 0,1114 0,1114 0,1114 0,1114 0,1114 0,1114 0,1114 0,0733 0,0733 0,0709 0,0709 0,0709 0,0304 0,0003 0,0003 0,0003 0,0095 0,0168 0,0168 0,0418
1,6073 1,2678
iii
iv
L0 = Max F (Zi ) - S (Zi ) = 0,1114 Ltabel dengan taraf signifikansi 5 % pada n = 40 didapat harga L=
0,886
=
0,886
= 0,1401 n 40 Karena Lo < Ltabel maka sampel kelompok eksperimen berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.
iv
v
Lampiran 20 UJI NORMALITAS KOGNITIF KELOMPOK KONTROL 2
No
Xi
Xi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 Jumlah Mean 2 S S
4,00 4,86 4,86 4,86 5,14 5,43 5,71 5,71 5,71 6,00 6,00 6,00 6,00 6,00 6,00 6,28 6,28 6,28 6,28 6,57 6,57 6,57 6,57 6,57 6,57 6,57 6,86 7,14 7,43 7,43 7,43 7,43 7,43 7,43 7,71 7,71 7,71 7,71 8,00 8,28 259,09 6,4773 0,9717 0,9857
16,0000 23,6196 23,6196 23,6196 26,4196 29,4849 32,6041 32,6041 32,6041 36,0000 36,0000 36,0000 36,0000 36,0000 36,0000 39,4384 39,4384 39,4384 39,4384 43,1649 43,1649 43,1649 43,1649 43,1649 43,1649 43,1649 47,0596 50,9796 55,2049 55,2049 55,2049 55,2049 55,2049 55,2049 59,4441 59,4441 59,4441 59,4441 64,0000 68,5584 1716,09
Xi - X
Zi
F(Zi)
S(Zi)
F(Zi) - S(Zi)
-2,4773 -1,6173 -1,6173 -1,6173 -1,3373 -1,0473 -0,7673 -0,7673 -0,7673 -0,4773 -0,4773 -0,4773 -0,4773 -0,4773 -0,4773 -0,1973 -0,1973 -0,1973 -0,1973 0,0927 0,0927 0,0927 0,0927 0,0927 0,0927 0,0927 0,3827 0,6627 0,9527 0,9527 0,9527 0,9527 0,9527 0,9527 1,2327 1,2327 1,2327 1,2327 1,5227 1,8027
-2,51 -1,64 -1,64 -1,64 -1,36 -1,06 -0,78 -0,78 -0,78 -0,48 -0,48 -0,48 -0,48 -0,48 -0,48 -0,20 -0,20 -0,20 -0,20 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09 0,39 0,67 0,97 0,97 0,97 0,97 0,97 0,97 1,25 1,25 1,25 1,25 1,54 1,83
0,0060 0,0505 0,0505 0,0505 0,0869 0,1446 0,2177 0,2177 0,2177 0,3156 0,3156 0,3156 0,3156 0,3156 0,3156 0,4207 0,4207 0,4207 0,4207 0,5359 0,5359 0,5359 0,5359 0,5359 0,5359 0,5359 0,6517 0,7486 0,8340 0,8340 0,8340 0,8340 0,8340 0,8340 0,8944 0,8944 0,8944 0,8944 0,9382 0,9664
0,0250 0,1000 0,1000 0,1000 0,1250 0,1500 0,2250 0,2250 0,2250 0,3750 0,3750 0,3750 0,3750 0,3750 0,3750 0,4750 0,4750 0,4750 0,4750 0,6500 0,6500 0,6500 0,6500 0,6500 0,6500 0,6500 0,6750 0,7000 0,8500 0,8500 0,8500 0,8500 0,8500 0,8500 0,9500 0,9500 0,9500 0,9500 0,9750 1,0000
0,0190 0,0495 0,0495 0,0495 0,0381 0,0054 0,0073 0,0073 0,0073 0,0594 0,0594 0,0594 0,0594 0,0594 0,0594 0,0543 0,0543 0,0543 0,0543 0,1141 0,1141 0,1141 0,1141 0,1141 0,1141 0,1141 0,0233 0,0486 0,0160 0,0160 0,0160 0,0160 0,0160 0,0160 0,0556 0,0556 0,0556 0,0556 0,0368 0,0336
v
vi
L0 = Max F (Zi ) - S (Zi ) = 0,1141 Ltabel dengan taraf signifikansi 5 % pada n = 40 didapat harga L=
0,886 n
=
0,886 40
= 0,1401
Karena Lo < Ltabel maka sampel kelompok kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
vi
vii
Lampiran 21 UJI HOMOGENITAS NILAI KOGNITIF SISWA KELOMPOK EKSPERIMEN DAN KELOMPOK KONTROL No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 Jumlah Rerata
Xa 7,14 4,86 9,14 8,29 6,57 7,14 4,57 9,14 8,57 6,57 6,00 8,57 8,86 7,43 8,57 5,71 7,43 9,14 6,29 7,14 7,14 7,14 7,14 7,14 7,14 5,71 6,86 6,57 6,00 7,14 4,86 4,57 7,71 6,00 5,43 7,71 7,71 6,57 6,86 5,14 277,67 6,9418
2
Xa 50,98 23,62 83,54 68,72 43,16 50,98 20,88 83,54 73,44 43,16 36,00 73,44 78,50 55,20 73,44 32,60 55,20 83,54 39,56 50,98 50,98 50,98 50,98 50,98 50,98 32,60 47,06 43,16 36,00 50,98 23,62 20,88 59,44 36,00 29,48 59,44 59,44 43,16 47,06 26,42 1990,20
Xb 7,43 6,57 7,71 7,71 6,57 6,57 7,43 6,57 7,71 6,57 6,00 6,00 7,71 6,57 6,57 8,28 7,43 7,43 8,00 6,86 5,71 7,43 4,86 7,43 6,00 5,71 4,00 6,28 6,28 6,00 6,28 4,86 4,86 6,00 7,14 6,28 5,71 6,00 5,14 5,43 259,09 6,4773
Dari tabel uji homogenitas nilai keaktifan siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol didapat :
vii
2
Xb 55,20 43,16 59,44 59,44 43,16 43,16 55,20 43,16 59,44 43,16 36,00 36,00 59,44 43,16 43,16 68,56 55,20 55,20 64,00 47,06 32,60 55,20 23,62 55,20 36,00 32,60 16,00 39,44 39,44 36,00 39,44 23,62 23,62 36,00 50,98 39,44 32,60 36,00 26,42 29,48 1716,09
viii
Hipotesis H0 = s 12 = s 22 (kedua sampel homogen) H1 = s 12 ¹ s 22 (kedua sampel tidak homogen) a = 0,05 Statistik uji c2 =
2,303 ( f log RKGerr - {å fj log S 2j }) C
Komputasi Setelah dihitung diperoleh f1 = 39
f2 = 39 ; f = {fj = 39+39=78}
(277,67) 2 SS1 = 1990,20 40
= 62,6846 (259,09) 2 SS2 = 1716,09 40
= 37,8962 Tabel kerja untuk menghitung c2hitung No 1 2 Jumlah
RKG=
Sampel I(klp eksperimen) II(klp Kontrol)
fj 39 39 78
SSj 62,6846 37,8962 100,5808
SSSj 100,5808 = = 1,2895 Sfj 78
f log RKG = 78 log 1,2895 = 8,6128 C =1+
=1+
1 æç 1 1 ö÷ å 3(k - 1) çè f j f ÷ø 1 æ 1 1 1 ö çå + - ÷ 3(1) è 39 39 78 ø
= 1,0128 Sehingga
viii
2
Sj 1,6073 0,9717 2,5790
2
fjlogSj 8,0377 -0,4863 7,5515
ix
c2 =
2,303 (8,6128 - 7,5515) 1,0128
= 2,4133 Daerah kritik c20,95;1 = 3,84 2 dk : {c2 | c2 < 3,84} ; c hitung = 2,4133
Keputusan uji 2 2 Dari perhitungan diperoleh c hitung = 2,4133 , dan c tab = 3,81 untuk dk =1. 2 2 Tampak bahwa c hitung = 2,4133 < c tab = 3,81
Maka hipotesis H0 : s 12 = s 22 diterima, sehingga kedua sampel berasal dari populasi yang homogen.
Lampiran 22 DATA INDUK PENELITIAN
ix
x
Kelompok Eksperimen K. awal Kategori 1 6,34 Kelompok 2 7,80 Kelompok 3 7,33 Kelompok 4 4,03 Kelompok 5 6,28 Kelompok 6 6,55 Kelompok 7 6,33 Kelompok 8 7,43 Kelompok 9 6,95 Kelompok 10 6,98 Kelompok 11 6,40 Kelompok 12 7,53 Kelompok 13 7,25 Kelompok 14 6,93 Kelompok 15 4,50 Kelompok 16 6,83 Kelompok 17 5,03 Kelompok 18 6,48 Kelompok 19 7,05 Kelompok 20 5,95 Kelompok 21 7,63 Individu 22 5,55 Individu 23 7,30 Individu 24 5,65 Individu 25 7,40 Individu 26 7,68 Individu 27 7,38 Individu 28 7,23 Individu 29 6,08 Individu 30 7,28 Individu 31 6,40 Individu 32 7,35 Individu 33 5,65 Individu 34 6,00 Individu 35 3,83 Individu 36 7,23 Individu 37 6,08 Individu 38 7,33 Individu 39 6,05 Individu 40 4,73 Individu Jml 260 Mean 6,4950 Lampiran 23 S 1,0125 No
Kognitif
No
7,14 4,86 9,14 8,29 6,57 7,14 4,57 9,14 8,57 6,57 6,00 8,57 8,86 7,43 8,57 5,71 7,43 9,14 6,29 7,14 7,14 7,14 7,14 7,14 7,14 5,71 6,86 6,57 6,00 7,14 4,86 4,57 7,71 6,00 5,43 7,71 7,71 6,57 6,86 5,14 277,67 6,9418 1,2678
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 Jml Mean S
Kelompok Kontrol K. awal Kategori 4,00 Kelompok 3,60 Kelompok 6,75 Kelompok 5,70 Kelompok 7,65 Kelompok 7,70 Kelompok 5,45 Kelompok 7,23 Kelompok 7,65 Kelompok 7,63 Kelompok 3,93 Kelompok 5,65 Kelompok 7,70 Kelompok 5,68 Kelompok 7,38 Kelompok 5,73 Kelompok 5,93 Kelompok 6,75 Kelompok 6,75 Kelompok 6,35 Kelompok 7,65 Individu 7,38 Individu 5,98 Individu 6,75 Individu 7,65 Individu 7,38 Individu 7,23 Individu 6,20 Individu 3,43 Individu 6,33 Individu 7,63 Individu 7,23 Individu 3,43 Individu 5,65 Individu 6,75 Individu 6,75 Individu 6,13 Individu 4,15 Individu 4,18 Individu 7,23 Individu 250 6,2580 1,3355
UJI ANALISIS VARIANSI DUA JALAN
x
Kognitif 7,43 6,57 7,71 7,71 6,57 6,57 7,43 6,57 7,71 6,57 6,00 6,00 7,71 6,57 6,57 8,28 7,43 7,43 8,00 6,86 5,71 7,43 4,86 7,43 6,00 5,71 4,00 6,28 6,28 6,00 6,28 4,86 4,86 6,00 7,14 6,28 5,71 6,00 5,14 5,43 259,09 6,4773 0,9857
xi
DENGAN FREKUENSI SEL SAMA
Tabel 1. Persiapan Uji Anava B A Metode
Pemberian Tugas Kelompok
Individu
7,14
6,00
7,14
4,86
4,86 9,14
8,57 8,86
7,14 7,14
4,57 7,71
8,29
7,43
7,14
6,00
6,57
8,57
7,14
5,43
7,14
5,71
5,71
7,71
4,57
7,43
6,86
7,71
9,14 8,57
9,14 6,29
6,57 6,00
6,57 6,86
6,57
7,14
7,14
5,14
Metode
7,43
6,00
5,71
6,28
DemonstrasiA2)
6,57
6,00
7,43
4,86
7,71
7,71
4,86
4,86
7,71
6,57
7,43
6,00
6,57
6,57
6,00
7,14
6,57
8,28
5,71
6,28
7,43
7,43
4,00
5,71
6,57
7,43
6,28
6,00
7,71
8,00
6,28
5,14
6,57
6,86
6,00
5,43
Eksperimen(A1)
Keterangan A = Metode mengajar dengan Pendekatan Keterampilan Proses A1= Metode eksperimen A2= Metode Demonstrasi B = Pemberian Tugas B1= Pemberian Tugas Kelompok B2= Pemberian Tugas Individu
xi
xii
Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Frekuensi Sel Sama Hipotesis : H 01 : a i = 0 ; untuk semua harga i Þ
Tidak
ada
perbedaan
pengaruh
antara
penggunaan
pendekatan
keterampilan proses melalui metode eksperimen dan metode metode demonstrasi terhadap kemampuan kognitif siswa. H 11 : a i ¹ 0 ; untuk paling sedikit satu harga i Þ
Ada perbedaan pengaruh antara penggunaan pendekatan keterampilan proses melalui metode eksperimen dan metode metode demonstrasi terhadap kemampuan kognitif siswa. H 02 : b j = 0 ; untuk semua harga j Þ
Tidak ada perbedaan pengaruh antara pemberian tugas kelompok dan pemberian tugas individu terhadap kemampuan kognitif siswa. H 12 : b j ¹ 0 ; untuk paling sedikit satu harga j Þ
Ada perbedaan pengaruh antara pemberian tugas kelompok dan pemberian tugas individu terhadap kemampuan kognitif siswa. H 03 : ab ij = 0 ; untuk semua harga ij Þ
Tidak ada interaksi antara penggunaan pendekatan keterampilan proses melalui metode mengajar dengan pemberien tugas terhadap kemampuan kognitif siswa. H 13 : ab ij ¹ 0 ; untuk paling sedikit satu harga ij Þ
Ada interaksi antara penggunaan pendekatan keterampilan proses melalui metode mengajar dengan pemberian tugas terhadap kemampuan kognitif siswa.
xii
xiii
Komputasis Tabel 2.1 Jumlah Sel AB B
B1
B2
TOTAL
A1
147,1300
130,5400
277,6700
A2
141,6900
117,4000
259,0900
TOTAL
288,8200
247,9400
536,7600
A
Komponen jumlah kuadrat
(1) = (2)
G2 = 3601,3912 npq
åX
2
= 3706,2872
ijK
ijK
2
(3) = å Ai i
(4) = å j
nq
= 3605,7064
B 2j np
= 3622,2809
(5) = å AB 2 ij
n = 3627,3372
ij
Jumlah kuadrat (Sum square) JKa = (3) - (1)
= (3) - (1)
JKb = (4) - (1)
= 20,8897
JKab = (5) - (4) - (3) + (1)
= 0,7411
JKg = (-5) + (2)
= 78,9500
JKt = (2) - (1)
= 104,8960
+
Derajat kebebasan (free of degree) dba =
p-1
=1
dbb =
q-1
=1
dbab =
(p-1) (q-1)
=1
dbg =
N-pq
= 76
dft =
N–1
= 79
xiii
+
xiv
Rerata kuadrat (Mean Square) RKa = JKa / dba
= 4,3152
RKb = JKb / dbb
= 20,8897
RKab = JKab / dbab
= 0,7411
RKg = JKg / dbg
= 1,0388
Statistik uji Fa = MSa / MSerr
= 4,1540
Fb = MSb / MSerr
= 20,1091
Fab = MSab / MSerr
= 0,7134
Daerah kritik DKa
Fa ³ Fa ; p - 1, N - pq
:
Fa ³ F0, 05;1;76 = 3.968
DKb
Fb ³ Fa ; q - 1, N - pq
:
Fb ³ F0,05;1;76 = 3.968
DKab
Fab ³ Fa ; ( p - 1)(q - 1), N - pq
:
Fab ³ F0, 05;1;76 = 3.968
Keputusan uji H01 dan H02 ditolak tetapi H03 diterima sebab Fa = 4,1540 > F0, 05;1;76 = 3.968 Fb = 20,1091 > F0, 05;1;76 = 3.968 Fab = 0,7134 < F0,05;1;76 = 3.968
Hal ini berarti bahwa terdapat efek utama baris dan terdapat efek utama kolom yang signifikan berpengaruh terhadap hasil pengukuran tetapi tidak terjadi interaksi (kombinasi efek baris dan kolom) yang signifikan terhadap hasil pengukuran tersebut.
xiv
xv
Kesimpulan d. Ada perbedaan pengaruh antara penggunaan pendekatan keterampilan proses melalui metode eksperimen dan metode demonstrasi terhadap kemampuan kognitif siswa, sebab Fa = 4,1540 > F0, 05;1;76 = 3.968 e. Ada perbedaan pengaruh antara pemberian tugas kelompok dan pemberian tugas
individu
terhadap
kemampuan
kognitif
siswa,
sebab
Fb = 20,1091 > F0, 05;1;76 = 3.968
f. Tidak ada interaksi antara penggunaan pendekatan keterampilan proses melalui metode mengajar dengan keadaan awal nilai raport fisika siswa terhadap
kemampuan
kognitif
siswa,
sebab
Fab = 0,7134 < F0,05;1;76 = 3.968
Tabel 3. Rangkuman analisis Sumber Variansi
JK
db
RK
F
P
A (Baris)
4,3152
1
4,3152
4,1540
<0,05
B (Kolom)
20,8897
1
20,8897
20,1091
<0,05
Interaksi (AB)
0,7411
1
0,7411
0,7134
>0,05
Ralat
78,9500
76
1,0388
-
-
Total
104,8960
79
-
-
Efek Utama
xv
xvi
Lampiran 24
UJI PASCA ANAVA DENGAN UJI KOMPARASI GANDA METODE SCHEFFE Sebagai tindak lanjut dari analisis variansi dua jalan adalah dengan menggunakan metode Scheffe untuk menguji H01 dan H02 mana yang lebih baik. Rumus metode Scheffe adalah : F=
( X 1· - X 2· ) 2 æ1 1ö MSer çç + ÷÷ è n1 n2 ø
Tabel data sel ( Untuk Alat Bantu ): B
B1
A
A1
A2
B2
TOTAL
n11 =20 r X 11 = 7,3565
n12 =20 r X 12 = 6,5270
n1· = 20 r X 1· = 6,9418
åX
åX
åå X
2 11
= 1120,5283
2 12
= 869,6720
2 1J
= 1990,2003
n21 = 20 r X 21 = 7,0845
n22 = 20 r X 22 = 5,8700
n2· = 20 r X 2· = 6,4773
åX
åX
åå X
2 21
= 1012,3683
n·1 = 20 r TOTAL X = 7,2205 ·1
å åX
2 i1
2 22
= 703,7186
n·2 = 20 r X ·2 = 6,1985
=2132,8966
å åX
2 i2
=1573,3906
r X = 6,7095 X ijl2 =3706,2872
Komparasi antar baris (6,9418 - 6,4773) 2 = 4,1540 1 ö æ 1 1,0388ç + ÷ è 40 40 ø
Komparasi antar kolom
F·1-·2
.=
(7,2205 - 6,1985) 2 = 20,1091 1 ö æ 1 1,0388ç + ÷ è 40 40 ø
xvi
= 1716,0869
N = 20
Komparasi Ganda :
F1·-2· =
2 2J
xvii
Taraf signifikasi : Signifikansi 1% HK 1·2· = F1·2· ³ (2 - 1) F0, 01;1;76 = 6,98 HK ·1·2 = F·1·2 ³ (2 - 1) F0, 01;1;76 = 6,98
Signifikansi 5% HK 1·2· = F1·2· ³ (2 - 1) F0, 05;1;72 = 3.968 HK ·1·2 = F·1·2 ³ (2 - 1) F0, 05;1;72 = 3.968
Rangkuman Komparasi Rerata Pasca Anava Komparasi Rerata Statistik Uji Ganda 1 2 (F) m1· vsm 2· 6,9418 6,4773 4,1540 m ·1vsm ·2 7,2205 6,1985 20,1091
Harga Kritik 0,01 0,05 6,98 6,98
P
Kesimpulan
< 0,05 m1· > m 2· (Signifikan) 3.968 < 0,05 m ·1 > m ·2 (Signifikan) 3.968
Kesimpulan : Pada komparasi rerata antar baris, diperoleh bahwa perbedaan rerata perlakuan I dan II yaitu : X 1· = 6,9418 dan X 2· = 6,4773. Karena X 1· > X 2· , maka ditinjau dari keefektifan perlakuan, perlakuan I lebih efektif daripada perlakuan II. Pada komparasi rerata antar kolom, diperoleh bahwa perbedaan rerata perlakuan I dan II yaitu : X ·1 = 7,2205 dan X ·2 = 6,1985. Karena X ·1 > X ·2 , maka ditinjau dari keefektifan perlakuan, perlakuan I lebih efektif daripada perlakuan II.
xvii