1
Pengaruh Model Pembelajaran Tematik Kesiapsiagaan Bencana dan Wilayah Sekolah Terhadap Pemahaman Konsep, Motivasi Belajar, dan Kesadaran Siswa di Sekolah Dasar *) Oleh Endang Widi Winarni**) ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh dan interaksi antara model pembelajaran tematik kesiapsiagaan bencana, kemampuan akademik, dan jenis kelamin siswa terhadap pemahaman konsep, kesadaran mengatasi bencana dan motivasi belajar siswa di sekolah dasar. Penelitian pengembangan dilaksanakan melalui tahap-tahap sebagai berikut: 1) Mempersiapkan pelaksana model, 2) Melakukan pretes dan postes tentang pemahaman konsep, kesadaran mengatasi bencana, dan motivasi belajar, 3) Melaksanakan eksperimen dengan desain pretest-postest non-equivalent control group, 4) Analisis hasil data dengan ANAKOVA faktorial 2x2x2, 5) Menghasilkan laporan penelitian dan artikel di jurnal nasional/internasional. Beberapa simpulan, yang diperoleh: 1) Siswa dengan pembelajaran tematik outdoor mencapai pemahaman konsep, kesadaran siaga bencana dan motivasi belajar lebih baik dibandingkan dengan siswa dengan pembelajaran tematik indoor; 2) Siswa berkemampuan akademik tinggi mencapai pemahaman konsep, kesadaran siaga bencana dan motivasi belajar lebih baik dibandingkan dengan siswa berkemampuan akademik rendah; 3) Siswa perempuan mencapai pemahaman konsep, kesadaran siaga bencana dan motivasi belajar lebih baik dibandingkan dengan siswa laki-laki; 4) Tidak ada pengaruh interaksi antara model pembelajaran tematik dengan kemampuan akademik terhadap pemahaman konsep, kesadaran siaga bencana dan motivasi belajar; 5) Tidak ada pengaruh interaksi antara model pembelajaran tematik dengan jenis kelamin siswa terhadap pemahaman konsep, kesadaran siaga bencana dan motivasi belajar; 6) Tidak ada pengaruh interaksi antara kemampuan akademik dengan jenis kelamin siswa terhadap pemahaman konsep, kesadaran siaga bencana dan motivasi belajar; 7) Siswa yang mengikuti pembelajaran tematik outdoor, jenis kelamin perempuan dengan kemampuan akademik tinggi dapat mencapai pemahaman konsep, dan motivasi belajar lebih tinggi dibandingkan siswa yang mengikuti pembelajaran tematik indoor, jenis kelamin laki-laki, dan kemampuan akademik rendah; dan 8) Tidak ada pengaruh interaksi antara model pembelajaran tematik, jenis kelamin dan kemampuan akademik siswa terhadap kesadaran siaga bencana. Berdasarkan simpulan tersebut di atas, ada beberapa saran yang dapat diberikan, yaitu: dalam pelaksanaan pembelajaran tematik dapat memperluas variabel dependen dan meningkatkan topik tematik kesiapsiagaan bencana gempa bumi. Kata Kunci: Pembelajaran tematik, pendidikan kesiapsiagaan, bencana alam
2
The Effect of Thematic Learning Model on Disaster Preparedness and School Environment to Understanding Concept, Learning Motivation and Student Awareness in Primary Schools *) By Endang Widi Winarni **)
ABSTRACT The research purpose is to find out the effect and interaction between thematic learning models of disaster preparedness, academic ability and gender to understanding concept, disaster awareness and learning motivation for student in primary schools. Research development conducted the following stages: 1) preparing the executor thematic model; 2) doing the pretest and posttest about understanding concepts, disaster awareness, and learning motivation; 3) carry out an experiment with the pretest-posttest design of non-equivalent control group; 4) data analysis using ANACOVA 2x2x2 factorial; 5) producing the research report and article in national/ international journal. Some conclusions are derived: 1) students with the outdoor thematic model reached the understanding concept, disaster awareness and learning motivation better than students with indoor thematic model; 2) students of high academic ability reached the understanding concept, disaster awareness and learning motivation better than students of low academic ability; 3) female students achieve the understanding concept, disaster awareness, and learning motivation better than male students; 4) there was no interaction between thematic learning model and academic ability with the understanding concept, disaster awareness, and learning motivation; 5) there was no interaction between thematic learning model and gender with the understanding concept, disaster awareness, and learning motivation; 6) there was no interaction between academic ability and gender with the understanding concept, disaster awareness, and learning motivation; 7) students in outdoor thematic model, female student and high academic ability can achieve the understanding concept, and learning motivation more higher than students in indoor thematic model, male, and low academic ability; and 8) there was no interaction between the thematic learning model, gender and academic ability of students with disaster awareness. Based in this experiment, we can conclude that there are few suggestions: the implementation of thematic learning model have to expand the dependent variable and improvement the thematic topic of disaster, especially the earthquake disaster. Keywords: thematic learning, educational preparedness, natural disasters
3
I. PENDAHULUAN Pembelajaan tematik adalah pembelajaran tepadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Tema dapat memberikan banyak keuntungan, di antaranya: 1) Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu; 2) pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan; 3) Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas; 4) Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata; dan 5) dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkaan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan. Depdiknas (2006) menetapkan pendekatan pembelajaran tematik khususnya bagi siswa kelas awal. Berdasarkan pengamatan pada 15 sekolah dasar Kota Bengkulu, sebagian besar (80%) sekolah dasar tersebut belum menerapkan pendekatan pembelajaran tematik dalam pembelajaran di kelas I, II, dan III. Pembelajaran tematik sangat sesuai bagi siswa SD di Provinsi Bengkulu yang sangat sering menghadapi bencana alam gempa bumi. Jika terjadi gempa bumi yang mengakibatkan kerusakan bangunan gedung sekolah maka untuk beberapa saat siswa diliburkan dan baru beberapa hari kemudian mulai belajar di dalam tenda. Kondisi psikologis siswa SD di Bengkulu sangat rentan terhadap stres akibat seringnya terjadi gempa pada saat jam belajar di sekolah, untuk itu maka pengembangan pembelajaran outdoor untuk menanamkan kesiapsiagaan bencana menjadi sangat penting. Seperti pernyataan Haryadi (Kompas,15 September 2007) bahwa dibutuhkan strategi dalam peningkatan kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat dan sekolah bertanggung jawab tehadap keselamatan anak didiknya. Orang tua dapat terlibat pada saat sekolah melaksanakan drill kesiapsiagaan terhadap gempa bumi dan tsunami. Analisa pengembangan model pembelajaran tematik kesiapsiagaan bencana mitigation, preparedness, response, dan recovery terhadap pemahaman konsep, kesadaran siaga bencana dan motivasi belajar siswa. Model pembelajaran ini dilakukan dalam rangka turut serta membantu program pemerintah khususnya Depdiknas terutama untuk memberikan alternatif pelaksanaan pendidikan kesiapsiagaan bencana alam. Pendidikan kesiapsiagaan bencana (disaster preparedness education) adalah suatu aktivitas yang dapat dilakukan mulai dari yang sederhana hingga yang terintegrasi dan
4
merupakan bagian tak terpisahkan dari manajemen disaster. Manajemen disaster memiliki siklus yang terbentuk atas empat aktivitas, yaitu mitigation, preparedness, response, dan recover. Mitigation, diartikan sebagai setiap aktivitas yang dilakukan untuk mengeleminasi atau mengurangi tingkat resiko bencana dalam jangka panjang terhadap manusia dan harta benda. Preparedness,
adalah setiap aktivitas sebelum
terjadinya bencana yang bertujuan untuk mengembangkan kapabilitas operasional dan memfasilitasi respon yang efektif ketika suatu bencana terjadi. Response, adalah setiap aktivitas yang dilakukan sebelum, selama atau seketika setelah terjadi suatu bencana yang bertujuan untuk menyelamatkan nyawa, meminimalisir kerusakan terhadap harta benda, dan meningkatkan program-program perbaikan. Recovery adalah aktivitas jangka pendek untuk memulihkan fasilitas kehidupan masyarakat (life support system) agar kembali beroperasi secara normal. Permasalahannya adalah “Bagaimana model pembelajaran tematik mitigation, preparedness, response, dan recovery mengintegrasikan kompetensi dasar mata pelajaran bahasa indonesia, matematika, IPA, IPS, dan PKn, dan bidang studi lainnya dengan kebun sekolah sebagai sumber belajar untuk meningkatkan kesadaran siswa dalam mengatasi bencana dan motivasi belajar siswa pada daerah rawan bencana alam?”. Secara rinci permasalahan dalam penelitian tahun kedua ini adalah sebagai berikut: 1) Apakah terdapat perbedaan pemahaman konsep (PK), tingkat kesadaran dalam mengatasi bencana (KMB), dan motivasi belajar (MB) antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran tematik ksiapsiagaan bencana out-door dan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran tematik kesiapsiagaan bencana in-door? 2) Apakah terdapat perbedaan PK, KMB, dan MB antara kelompok siswa yang memiliki kemampuan akademik tinggi dan siswa yang memiliki kemam[puan akademik rendah?
5
3) Apakah terdapat perbedaan PK, KMB, dan MB antara kelompok siswa laki-laki dan kelompok siswa perempuan? 4) Apakah terdapat pengaruh interaksi antara pembelajaran tematik kesiapsiagaan bencana dan kemampuan akademik siswa terhadap PK, KMB, dan MB? 5) Apakah terdapat pengaruh interaksi antara pembelajaran tematik kesiapsiagaan bencana dan jenis kelamin siswa terhadap PK, KMB, dan MB? 6) Apakah terdapat pengaruh interaksi antara kemampuan akademik siswa dan jenis kelamin siswa terhadap PK, KMB, dan MB? 7) Apakah terdapat pengaruh interaksi antara pembelajaran tematik kesiapsiagaan bencana, kemampuan akademik, dan jenis kelamin terhadap PK, KMB, dan MB? Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan model pembelajaran tematik mitigation, preparedness, response, dan recovery yang mengintegrasikan berbagai aspek atau bidang studi dengan kebun sekolah sebagai sumber belajar untuk meningkatkan pemahaman konsep, kesadaran siaga bencana dan motivasi belajar siswa sekolah dasar sebagai alternatif pendidikan kesiapsiagaan bencana. Rincian tujuan khusus yang akan dicapai yaitu: 1) Mempersiapkan: 6 orang guru kelas awal dan tinggi sebagai pelaksana model sebagai observer (2 orang Kepala SD dan 2 orang pengawas SD); 2) Memperoleh data pre tes tentang pemahaman konsep, tingkat kesadaran dalam mengatasi bencana, dan motivasi belajar siswa kelas awal; 3) Melaksanakan eksperimen dengan desain Pre-test-Postest Non-equivalent Control Group Design (Dengan rancangan Faktorial 2x2x2, yaitu faktor pendekatan pembelajaran tematik dengan kebun sekolah sebagai sumber belajar dan berbasis kelas, lokasi sekolah dasar wilayah bencana alam dan di luar wilayah bencana alam, serta jenis kelamin siswa; 4) Memperoleh hasil analisis data dengan ANAKOVA faktorial 2x2x2; 5) Menghasilkan laporan
penelitian
nasional/internasional.
eksperimen;
dan
6)
Menghasilkan
artikel
di
jurnal
6
II. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah
pengembangan dan penelitian (research and
development/ R & D) karena mencakup serangkaian kegiatan: 1) tahap pengembangan model; 2) uji coba model pada skala kecil; 3) revisi model berdasarkan hasil uji coba; dan 4) penelitian eksperimen (Borg dan Gall, 1983). Tahap pengembangan model pembelajaran berdasarkan: 1) kompetensi dasar kelas awal; 2) tema-tema mitigation, preparedness, response, dan recovery dengan mengintegrasikan aspek sosial, ekonomi, IPA, Matematika dan bidang studi lainnya dengan kebun sekolah sebagai sumber belajar; 3) jaringan tema untuk kelas awal; 4) memadukan hasil 1, 2, 3, dan 4 sebagai dasar dalam menyusun model pembelajaran. Penelitian Tahun Kedua; adalah eksperimen dengan desain Pre-test-Postest Non-equivalent Control Group Design (Campbell dan Staenley, 1966; Tuckman, 1999). Rancangan eksperimen dapat dilihat pada Gambar 1. O1 X1 Y1 Z1 O2
O1 X2 Y1 Z1 O2
O1 X1 Y1 Z2 O2
O1 X2 Y1 Z2 O2
O1 X1 Y2 Z1 O2
O1 X2 Y2 Z1 O2
O1 X1 Y2 Z2 O2
O1 X2 Y2 Z2 O2
Gambar 1 Rancangan Eksperimen Faktorial 2x2x2 Keterangan: O1 = prates untuk semua kelas dengan lembar observasi dan kuesioner yang sama O2 = postes untuk semua kelas dengan lembar observasi dan kuesioner yang sama X1 = Pembelajaran Tematik Kesiapsiagan out-door X2 = Pembelajaran Tematik Kesiapsiagaan in-door Y1 = Kemampuan Akademik siswa Tinggi Y2 = Kemampuan Akademik Siswa Rendah Z1 = Siswa berjenis kelamin laki-laki Z2 = Siswa berjenis kelamin perempuan Populasi penelitian ini adalah siswa-siswa SD di Kota Bengkulu yang berada pada kecamatan: Gading Cempaka, Selebar, Teluk Segara, dan Selebar. Penarikan sampel sekolah pada penelitian eksperimen dilakukan dengan teknik random sampling (Supranto, 1992). Dengan sampel yaitu: SDN 05, SDN 8, SDN 45, dan SDN 60. Data yang diperoleh melalui pretes dan postes mencakup tingkat pemahaman konsep, kesadaran dalam mengatasi bencana, dan motivasi belajar siswa dianalisis secara statistik analisis kovariat (ANACOVA) faktorial 2x2x2 (Hair, et al., 1995;
7
Kerlinger, 1986; Sharma, 1996:342-345). Pengujian hipotesis nol dilakukan pada taraf signifikansi 5%. Menurut Sharma (1996); Supranto (2004); dan Hair, et al., (1995), ada beberapa asumsi anacova, yaitu: (1) uji normalitas sebaran data variabel dependen akan dianalisis dengan statistik Kolmogorov-Smirnov Goodness of Fit Test dan Shapiro-Wilk; (2) uji homogenitas atau kesamaan ragam (homogenity of variance) kelompok data menggunakan uji Levene (Levene Test). dengan angka signifikansi 5%. Untuk membantu perhitungan pada analisis data kuantitatif digunakan paket analisis komputer program SPSS for Window Versi 12. III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil kegiatan pretes dan postes yang mencakup tingkat pemahaman konsep, kesadaran dalam mengatasi bencana, dan motivasi belajar siswa di kelas I, II, dan III yang dianalisis secara statistik dengan analisis kovariat (ANACOVA). Skor yang diperoleh siswa pada saat tes awal dan tes akhir adalah jumlah skor dari kelompok uji. Setiap kelompok uji memiliki skor total kemudian dikonversikan dalam nilai mulai 0-100. Deskripsi nilai rata-rata pemahaman konsep, kesadaran mengatasi bencana, dan motivasi belajar menggunakan pedoman konversi absolut skala lima, yaitu kategori A, B, C, D, dan E (Grounlund dan Linn, 1990). 1. Deskripsi Hasil Penelitian Variabel Pemahaman Konsep Selama
penelitian
berlangsung dengan
pembelajaran
tematik
skenario
pembelajaran yang sudah dipersiapkan yaitu menggunakan strategi model pembelajaran tematik indoor dan outdoor pada kelompok siswa kemampuan akademik tinggi dan rendah, jenis kelamin siswa laki-laki dan perempuan. Histogram nilai tes awal dan akhir kelompok pemahaman konsep pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Histogram Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Pemahaman Konsep
8
Nilai rata-rata pemahaman konsep dari hasil tes awal pada semua kelompok berada pada kisaran rata-rata antara
37,50-52,08 maka tergolong kategori kurang
hingga sedang. Sedangkan nilai tes akhir pada rentang 75,00 – 94,17 yang tergolong kategori baik hingga sangat baik. Nilai rata-rata pemahaman konsep tertinggi tercapai di interaksi model pembelajaran outdoor, kemampuan akademik tinggi dan jenis kelamin perempuan sebesar 94,17. Nilai tes akhir terendah pada interaksi model pembelajaran indoor, kemampuan akademik rendah dan jenis kelamin laki-laki dengan nilai 75,00. Hasil evaluasi menunjukkan nilai rata-rata kelompok model strategi indoor lebih tinggi daripada model outdoor, kelompok kemampuan akademik tinggi lebih baik daripada kemampuan akademik rendah, dan siswa berjenis kelamin perempuan lebih tinggi daripada siswa laki-laki. 2. Deskripsi Hasil Penelitian Variabel Kesadaran Mengatasi Bencana Nilai rata-rata kesadaran mengatasi bencana dari hasil tes awal pada semua kelompok berada pada rentangan rata-rata antara 57,5-75,58 maka tergolong dalam kategori baik. Sedangkan nilai tes akhir pada rentang 79,29 – 90,58 yang tergolong kategori baik hingga sangat baik. Histogram nilai tes awal dan akhir kelompok pemahaman konsep pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2 Histogram Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kesadaran Mengatasi Bencana
Selama perlakuan selama penelitian yaitu pembelajaran menggunakan skenario pembelajaran yang sudah dipersiapkan dalam penelitian ini yaitu menggunakan strategi indoor dan outdoor pada kemampuan akademik tinggi dan rendah. Nilai rata-rata pemahaman konsep tertinggi tercapai di interaksi model pembelajaran outdoor, kemampuan akademik tinggi dan jenis kelamin perempuan sebesar 90,58. Nilai tes akhir terendah pada interaksi model pembelajaran indoor, dan jenis kelamin laki-laki dengan nilai 70,29.
9
3. Deskripsi Hasil Penelitian Variabel Motivasi Belajar Nilai rata-rata motivasi belajar dari hasil tes awal pada semua kelompok berada pada rentangan rata-rata antara 57,5-75,58 maka tergolong dalam kategori baik. Sedangkan nilai tes akhir pada rentang 66,67–87,50 yang tergolong kategori baik hingga sangat baik. Hasil tes akhir diperoleh setelah siswa melalui perlakuan menggunakan strategi indoor dan outdoor pada kemampuan akademik tinggi dan rendah dan jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Nilai rata-rata pemahaman konsep tertinggi tercapai di interaksi model pembelajaran outdoor, kemampuan akademik tinggi dan jenis kelamin perempuan sebesar 87,50. Nilai tes akhir terendah pada interaksi model pembelajaran indoor, kemampuan akademik rendah dan jenis kelamin perempuan dengan nilai 66,67. Histogram nilai tes awal dan akhir kelompok pemahaman konsep pada Gambar 4.3.
Gambar 4.3 Histogram Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Motivasi Belajar
IV. HASIL ANALISIS DATA DAN PENGUJIAN HIPOTESIS Analisis dilakukan dengan uji statistik Mancova faktorial 2x2. Faktor pertama adalah strategi pembelajaran, yaitu strategi indoor dan outdoordan faktor kedua adalah tingkat kemampuan akademik siswa, yaitu tinggi dan rendah, serta faktor ketiga adalah jenis kelamin siswa, laki-laki dan perempuan. Sebelum melakukan analisis data dengan mancova terlebih dahulu diajukan uji asumsi mankova, yaitu uji normalitas, uji kesamaan matriks varians-kovarians, dan uji kesamaan varians variabel-variabel dependen (pemahaman konsep, kesadaran mengatasi bencana, dan motivasi belajar).
10
1. Uji Asumsi Uji asumsi bertujuan untuk memeriksa kenormalan distribusi data, kesamaan matriks varian-kovarian, dan kesamaan varian antar kelompok. a. Uji Normalitas Uji Normalitas data dilakukan pada 24 kelompok secara sendiri-sendiri, yaitu pada 12 kelompok perlakuan strategi indoor dan 12 kelompok perlakuan strategi outdoor; 12 kelompok pada masing-masing perlakuan mencakup data hasil tes akhir pada (1) pemahaman konsep pada kelompok siswa kemampuan akademik tinggi; (2) pemahaman konsep pada kelompok siswa kemampuan akademik rendah; (3) pemahaman konsep pada kelompok siswa berjenis kelamin laki-laki; (4) pemahaman konsep pada kelompok siswa berjenis kelamin perempuan; (5) kesadaran mengatasi bencana pada kelompok siswa kemampuan akademik tinggi; (6) kesadaran mengatasi bencana pada kelompok siswa kemampuan akademik rendah; (7) kesadaran mengatasi bencana pada kelompok siswa berjenis kelamin laki-laki; (8) kesadaran mengatasi bencana pada kelompok siswa berjenis kelamin perempuan; (9) motivasi belajar pada kelompok siswa kemampuan akademik tinggi; (10) motivasi belajar pada kelompok siswa kemampuan akademik rendah; (11) motivasi belajar pada kelompok siswa berjenis kelamin laki-laki; dan (12) motivasi belajar pada kelompok siswa berjenis kelamin perempuan. Secara keseluruhan kelompok data variabel-variabel dependen pada setiap kelompok uji memiliki distribusi normal.
b. Uji Kesamaan Matriks Varian-Kovarian Uji asumsi yang kedua adalah adalah uji kesamaan matrik varian-kovarian, yaitu menggunakan Box’s Test. Hasil angka Box’s M adalah 71,617 dengan angka signifikansi 0,00. Oleh karena angka tersebut di bawah 0,05, maka, Ho: yang menyatakan matrik varian-kovarian variabel pemahaman konsep, kesadaran mengatasi bencana dan motivasi belajar adalah sama, ditolak artinya variabel tersebut mempunyai matriks varian-kovarian yang berbeda pada kelompok strategi pembelajaran, tingkat kemampuan akademik dan jenis kelamin siswa.
c. Uji Kesamaan Varian Antar Kelompok Uji asumsi yang ke-tiga adalah uji kesamaan varian antar kelompok dengan tujuan menguji apakah semua varian homogen. Uji kesamaan varian. menggunakan uji
11
Levene’s Test of Equality of Error Variances, yang menunjukkan angka signifikansi Levene Test untuk variabel dependen. Untuk variabel pemahaman konsep (F = 1,19 angka signifikansi sebesar 0,31 atau p>0,05); untuk variabel kesadaran mengatasi bencana (F = 0,78 dengan angka signifikansi sebesar 0,60 atau p>0,05); tetapi untuk variabel motivasi belajar (F = 1,83 dengan angka signifikansi sebesar 0,09 atau p<0,05) maka Ho diterima. Artinya matrik varian untuk variabel dependen pemahaman konsep, kesadaran mengatasi bencana dan motivasi belajar siswa adalah sama untuk setiap kelompok strategi pembelajaran pada setiap tingkat kemampuan akademik siswa. Berdasarkan hasil-hasil pengujian prasyarat tersebut, disimpulkan bahwa semua kelompok data berdistribusi normal, menunjukkan ada kesamaan varians terutama pada variabel pemahaman konsep, kesadaran mengatasi bencana dan motivasi belajar, maka secara keseluruhan asumsi tetap dianggap bisa dipenuhi dan untuk menguji hipotesis penelitian perlu memperhitungkan pengaruh-pengaruh kovariat terhadap variabelvariabel dependen. Kovariat-kovariat tersebut adalah skor pemahaman konsep awal, skor kesadaran mengatasi bencana awal, dan skor motivasi belajar awal.
2. Analisis Pengujian Hipotesis Uji hipotesis dilakukan dengan mankova faktorial 2x2 untuk meneliti pengaruh individu dan pengaruh interaksi dari variabel independen, strategi pembelajaran (strategi indoor dan outdoor), variabel moderator, tingkat kemampuan akademik siswa (tinggi dan rendah) dan jenis kelamin siswa (laki-laki dan perempuan), serta kovariatkovariatnya, tes awal dan tes akhir terhadap variabel dependen pada pemahaman konsep, kesadaran mengatasi bencana, dan motivasi belajar. a. Hasil Uji Mankova Berdasarkan hasil uji mankova diketahui bahwa: Pertama, dari sumber strategi pembelajaran indoor dan outdoor, nilai-nilai statistik F dari Pillai’s Trace; Wilk’s Lambda; Hotelling’s Trace; dan Roy’s Largest Root (F=5,00 dengan signifikansi 0,003), angka signifikansi ini di bawah 0,05. Sehingga, hipotesis nol yang menyatakan “tidak ada pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen” adalah ditolak. Jadi model pembelajaran berpengaruh signifikan terhadap pemahaman konsep, kesadaran mengatasi bencana, dan motivasi belajar secara bersama-sama.
12
Kedua, tingkat kemampuan akademik siswa, nilai statistik F dari Pillai’s Trace, Wilk’s Lambda, Hotelling’s Trace, dan Roy’s Largest Root (F=7,60 dengan signifikansi 0,00 di bawah 0,05). Maka, hipotesis nol yang menyatakan “tidak ada pengaruh variabel moderator terhadap variabel-variabel dependen”, ditolak. Jadi pada taraf kesalahan 5%, variabel tingkat kemampuan akademik siswa berpengaruh signifikan terhadap pemahaman konsep, kemampuan berpikir kritis, dan sikap ilmiah secara bersama-sama. Ketiga, sumber jenis kelamin siswa, nilai statistik F dari Pillai’s Trace, Wilk’s Lambda, Hotelling’s Trace, dan Roy’s Largest Root (F=6,06 dengan signifikansi 0,001 di bawah 0,05). Maka, hipotesis nol yang menyatakan “tidak ada pengaruh variabel moderator terhadap variabel-variabel dependen”, ditolak. Jadi pada taraf kesalahan 5%, variabel jenis kelamin berpengaruh signifikan terhadap pemahaman konsep, kemampuan berpikir kritis, dan sikap ilmiah secara bersama-sama. Keempat, sumber strategi, tingkat akademik siswa, dan jenis kelamin nilai-nilai statistik F dari Pillai’s Trace, Wilk’s Lambda, Hotelling’s Trace, dan Roy’s Largest Root (F=2,80 dengan signifikansi 0,04 di bawah 0,05). Oleh sebab itu, hipotesis nol yang menyatakan “tidak ada pengaruh bersama-sama variabel independen dan variabel moderator terhadap variabel-variabel-variabel dependen secara bersama-sama”, ditolak. Jadi pada taraf kesalahan 5%, strategi pembelajaran, tingkat kemampuan akademik, dan jenis kelamin siswa berpengaruh signifikan terhadap pemahaman konsep, kesadaran mengatasi bencana, dan motivasi belajar secara bersama-sama. Dengan hasil bahwa variabel independen termasuk kovariat menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap ketiga variabel dependen secara bersama-sama, maka uji Mankova faktorial 2x2 tentang pengaruh secara sendiri-sendiri untuk pengujian hipotesis dapat dilanjutkan.
b. Pengujian Hipotesis Penelitian Penerapan model pembelajaran indoor dan outdoor, kemampuan akademik tinggi dan rendah, dan jenis kelamin, maka diajukan hipotesis nol (Ho) untuk pengujian. Hasil uji Mankova untuk mengetahui pengaruh variabel independen dan variabel moderator terhadap variabel dependen dapat diinterpretasikan sebagai berikut: Pertama, “Pengaruh Model Pembelajaran” untuk variabel dependen pemahaman konsep, kesadaran mengatasi bencana, dan motivasi belajar diperoleh angka signifikansi
13
0,04, 0,006 dan 0,02. Ketiga signifikansi variabel dependen berada di bawah 0,05; maka hipotesis nol adalah “tidak terdapat perbedaan variabel dependen, antara kelompok yang mengikuti pembelajaran dengan strategi indoor dan outdoor”, ditolak. Jadi, terdapat perbedaan secara signifikan untuk pemahaman konsep, kesadaran mengatasi bencana, dan motivasi belajar terhadap kelompok model pembelajaran indoor dan outdoor. Kedua, “Tingkat Kemampuan Akademik Siswa” untuk variabel dependen pemahaman konsep (sig=0,00), kesadaran mengatasi bencana (sig=0,01), dan motivasi belajar (sig=0,01). Angka signifikansi variabel dependent berada di bawah 0,05. Maka hipotesis nol “tidak terdapat perbedaan variabel dependen antara siswa kelompok kemampuan akademik tinggi dan rendah”, ditolak. Sehingga, terdapat perbedaan signifikan pemahaman konsep, kesadaran mengatasi bencana, dan motivasi belajar antara siswa pada kelompok kemampuan akademik tinggi dan rendah. Ketiga, “Pengaruh Jenis Kelamin” untuk variabel dependen pemahaman konsep (sig=0.04), kesadaran mengatasi bencana (sig=0,001), dan motivasi belajar (sig=0,02). Angka signifikansi variabel dependen berada di bawah 0,05 maka hipotesis nol “tidak terdapat perbedaan pemahaman konsep antara kelompok yang mengikuti pembelajaran dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan”, ditolak. Jadi, terdapat perbedaan signifikan pemahaman konsep, kesadaran mengatasi bencana, dan motivasi belajar antara kelompok siswa laki-laki dan perempuan. Keempat, pengaruh interaksi antara strategi pembelajaran dan tingkat kemampuan akademik siswa (Strategi*Kemampuan_akademik) terhadap variabel pemahaman konsep (sig=0,50), kesadaran mengatasi bencana (sig=0,06), dan motivasi belajar (sig=0,93). Angka signifikansi pada variabel berada di atas 0,05; maka hipotesis nol menyatakan “tidak terdapat pengaruh interaksi antara strategi pembelajaran dan tingkat kemampuan akademik terhadap variabel”, diterima. Jadi, interaksi antara strategi pembelajaran dan tingkat kemampuan akademik siswa tidak berpengaruh terhadap pemahaman konsep, kesadaran mengatasi bencana, dan motivasi belajar siswa. Kelima, pengaruh interaksi antara strategi pembelajaran dan jenis kelamin siswa (Strategi*Jenis_kelamin) terhadap variabel pemahaman konsep (sig=0,38), kesadaran mengatasi bencana (sig=0,14), dan motivasi belajar (sig=0,93). Angka signifikansi ini berada di atas signifikansi 0,05;maka hipotesis nol menyatakan “tidak terdapat pengaruh interaksi antara strategi pembelajaran dan jenis kelamin terhadap pemahaman konsep”,
14
diterima. Jadi, interaksi antara model pembelajaran dan jenis kelamin siswa tidak berpengaruh terhadap kesadaran mengatasi bencana, dan motivasi belajar siswa. Keenam, pengaruh interaksi antara tingkat kemampuan akademik dan jenis kelamin siswa (Kemampuan_akademik*Jenis_kelamin) terhadap variabel pemahaman konsep (sig=0,05), kesadaran mengatasi bencana (sig=0,14), dan motivasi belajar (sig=0,68). Angka signifikansi ini berada di atas signifikansi 0,05; maka hipotesis nol menyatakan “tidak terdapat pengaruh interaksi antara tingkat kemampuan akademik dan jenis kelamin terhadap variabel dependen”, diterima. Jadi, interaksi antara tingkat kemampuan akademik dan jenis kelamin siswa tidak berpengaruh terhadap kesadaran mengatasi bencana, dan motivasi belajar siswa. Ketujuh, pengaruh interaksi antara strategi, tingkat kemampuan akademik dan jenis kelamin siswa (Strategi*Kemampuan_akademik*Jenis_kelamin) terhadap variabel pemahaman konsep (sig=0,04), kesadaran mengatasi bencana (sig=0,54), dan motivasi belajar (sig=0,01). Variabel pemahaman konsep dan motivasi belajar berada di bawah 0,05; maka hipotesis nol “tidak terdapat pengaruh interaksi antara strategi pembelajaran, tingkat kemampuan akademik dan jenis kelamin siswa terhadap pemahaman konsep”, ditolak. Jadi, interaksi antara strategi pembelajaran, tingkat kemampuan akademik dan jenis kelamin siswa berpengaruh terhadap pemahaman konsep, dan motivasi belajar. Sedangkan interaksi antara strategi pembelajaran, tingkat kemampuan akademik dan jenis kelamin siswa tidak berpengaruh terhadap kesadaran mengatasi bencana.
IV. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian pengembangan ini dapat diambil beberapa simpulan, yaitu: 1. Siswa yang mengikuti pembelajaran tematik outdoor mencapai pemahaman konsep, kesadaran siaga bencana dan motivasi belajar lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran tematik indoor. 2. Siswa yang berkemampuan akademik tinggi mencapai pemahaman konsep, kesadaran siaga bencana dan motivasi belajar lebih baik dibandingkan dengan siswa berkemampuan akademik rendah.
15
3. Siswa yang berjenis kelamin perempuan mencapai pemahaman konsep, kesadaran siaga bencana dan motivasi belajar lebih baik dibandingkan dengan siswa berjenis kelamin laki-laki. 4. Tidak ada pengaruh interaksi antara model pembelajaran tematik dengan kemampuan akademik terhadap pemahaman konsep, kesadaran siaga bencana dan motivasi belajar. 5. Tidak ada pengaruh interaksi antara model pembelajaran tematik dengan jenis kelamin siswa terhadap pemahaman konsep, kesadaran siaga bencana dan motivasi belajar. 6. Tidak ada pengaruh interaksi antara kemampuan akademik dengan jenis kelamin siswa terhadap pemahaman konsep, kesadaran siaga bencana dan motivasi belajar. 7. Siswa yang mengikuti pembelajaran tematik outdoor, berjenis kelamin perempuan dan berkemampuan akademik tinggi cenderung mencapai pemahaman konsep, dan motivasi belajar lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran tematik indoor, berjenis kelamin laki-laki, dan berkemampuan akademik rendah. 8. Tidak ada pengaruh interaksi antara model pembelajaran tematik, jenis kelamin dan kemampuan akademik siswa terhadap kesadaran siaga bencana. B. Saran Berdasarkan simpulan tersebu di atas, ada beberapa saran yang dapat diberikan, yaitu: dalam analisa pengaruh model pembelajaran tematik sebagai alternatif pendidikan kesiapsiagaan bencana alam lebih baik dapat memperluas variabel dependen yang terkait dengan topik tematik kesiapsiagaan bencana gempa bumi.
DAFTAR PUSTAKA Borg, W.R. dan M.D. Gall. 1983. Educational Research: An Introduction (4 th edition) New York: Longman. Depdiknas. 2006. Model Pembelajaran Tematik. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan . Dick, W., dan Carey, L. 1990. The Sistematic Designe of Instruction (3rd Ed) Glenview, Illinos: Scott, Foresman and Company. Gega, P.C. 1977. Science in Elementary Education. New York: John Wiley & Sons, Inc.
16
Grounlund, N.E. 1990. Constructing Achievement Test. 3rd Ed. New York, London: Macmillan Publishing Company. London, Sydney: Prentice-Hall, Inc. Kompas. 14 Januari 2005. Pendidikan Layanan Khusus unuk Daerah-Daerah Bencana. Kompas. 15 September 2007. Pendidikan Kesiapsiagaan: Perlu Strategi. Susilo, Herawati. (2007). Pembelajaran Lingkungan Hidup Menggunakan Kebun sekolah Makalah Work Shop TA PHK S1 PGSD-A. JIP FKIP UNIB. Desember 2007. Undang-Undang No. 23 Tahun 22002 Tentang Perlindungan Anak. Undang-Undang N0. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.