PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA DENGAN MEDIA CERPEN (Sebuah Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI MAN Cibinong-Bogor Tahun Pelajaran 2010-2011)
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (S.Pd)
Didah Nurhamidah NIM: 107013000328
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 M/1432 H
ABSTRAK DIDAH NURHAMIDAH, 107013000328, 2011, “Peningkatan Keterampilan Menulis Naskah Drama dengan Media Cerpen” (Penelitian Tindakan Kelas di MAN Cibinong-Bogor), Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Pembimbing: Dra. Hindun, M.Pd.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia MAN Cibinong-Bogor, salah satu hambatan yang dihadapi dalam pembelajaran menulis naskah drama adalah mengenai metode dan media pembelajaran yang digunakan tidak efektif, sehingga berdampak pada rendahnya nilai siswa yang berada di bawah KKM. Untuk mengatasinya, peneliti menggunakan media cerpen dalam menulis naskah drama. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar menulis naskah drama siswa kelas XI IPS 1 MAN Cibinong-Bogor. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Kelas (PTK). Karena metode PTK ini bertujuan bukanlah untuk mengetes sebuah perlakuan akan tetapi cara untuk melakukan perubahan ke arah perbaiakan atau peningkatan dalam pembelajaran. Instrumen yang digunakan adalah instrument tes berupa hasil naskah drama pada siklus I dan siklus II, serta instrument nontes berupa wawancara, lembar observasi, lembar jurnal. Berdasarkan hasil belajar siswa di siklus I dan terlebih di siklus II mengalami peningkatan dibandingkan dengan hasil belajar sebelum tindakan menulis naskah drama dengan menggunakan media cerpen. Hal ini membuktikan bahwa penerapan media cerpen berhasil meningkatkan nilai belajar menulis naskah drama siswa kelas XI IPS I MAN Cibinong-Bogor. Rata-rata siklus I mencapai 76,80 sedangkan rata-rata siklus II lebih meningkat mencapai 86,80. Dengan begitu, indikator keberhasilan dalam penelitian telah tercapai karena seluruh siswa kelas XI IPS 1 telah mencapai nilai di atas KKM yang telah ditentukan yakni 75. Berdasarkan hasil wawancara, lembar jurnal dan lembar observasi respon siswa setelah belajar naskah drama dengan menggunakan media cerpen adalah baik. Setelah belajar menulis naskah drama dengan media cerpen, siswa menjadi lebih aktif dan mudah berfikir kreatif untuk menuangkan ide-ide yang dimilikinya ke dalam naskah drama. Motivasi belajarpun meningkat dan lebih menyenangkan.
Keywords: menulis, naskah drama, cerpen, penelitian tindakan kelas
i
ABSTRACK Didah Nurhamidah, 107013000328, 2011 “Enhancement Writing Manuscript of Drama Skill with Short Story Media (Classroom Action Research at Class XI MAN Cibinong-Bogor, School Year 2010-2011). Majoring in Indonesian Languange and Literature Education, Faculty of Education Science and Teacher, Syarif Hidayatullah State Islamic University. Adviser: Dra. Hindun, M.Pd. Based on interview outcome with Indonesia teacher MAN CibinongBogor, something problem which faced in learn to write manuscript of drama is about method and using learning media is not effective, so impact to low value that under Criteria Minimum for Completeness (KKM). For solution, the researcher used short story media in writing manuscript of drama. This research aims to increase outcome learning manuscript of drama at class XI IPS 1 MAN Cibinong-Bogor. The method use in this research is Classroom Action Research because this method aims is not for treatment test but for change to improve and enhance in learning. The instrument test at manuscript of drama, at cycle I and cycle II, and non test instrument form the outcome such interview, observation sheet, sheet of journal. Based on study at sycle I and especially at cycle II get enhancement than before action with writing manuscript of drama by using short story media. This evidence that application from short story media is success to increase value in writing manuscript of drama at student class XI IPS 1 MAN Cibinong-Bogor. The average at cycle I until 76,80 but the average cycle II increase until 86,80. So, indicator of success in this research is success because all of student at class XI IPS 1 get value above KKM which determined 75. Based on interview outcome, sheet of journal and observation sheet, respons of student after study manuscript of drama with use short story media is good. After study writing of manuscript drama with short story media. The student more be active and easily to creative thinking for pour ideas to manuscript of drama. The motivation to learn are increase and more fun. Keywords: menulis, naskah drama, cerpen, penelitian tindakan kelas
ii
KATA PENGANTAR Alhamdulillah puji syukur hanya bagi Allah Swt atas segala rahmat dan limpahan hidayahNya serta karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah pada baginda alam, rasulullah dan junjungan nabi besar Muhammad Saw, beserta keluarga, sahabat, dan umatnya. Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dirinya adalah makhluk sosial yang tidak mungkin hidup mandiri. Begitu pula dengan proses pelaksanaan penyusunan skripsi ini, penulis membutuhkan bimbingan, bantuan, dukungan, dan doa dari berbagai pihak. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Sebagai ungkapan rasa hormat yang teramat sangat, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Ibu Nurlena Rifa’i, M.A., Ph,D. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Dra. Mahmudah Fitriyah, ZA., M.Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, yang senantiasa memberikan yang terbaik untuk seluruh mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. 3. Ibu Dra. Hindun M.Pd. Dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya disela-sela kesibukannya untuk memberikan motivasi, bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. 4. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan. 5. Kepala Sekolah MAN Cibinong-Bogor, waka kurikulum, guru mata pelajaran bahasa Indonesia Ibu Euis Husniah, S.Pd dan para civitas akademia MAN
iii
Cibinong yang telah memberikan informasi dan data-data sehingga terselesaikan skripsi ini. 6. Teristimewa untuk ayahanda M. Abdullah, A.Ma dan ibunda Eny Suhaeni, yang tiada hentinya berdo’a kepada Allah Swt memohon keberkahan dan kesuksesan bagi anak-anaknya. Kakak-kakaku (Shubhan Zaini, M.A, Nita Yulianita, S,Pd.I, Ida Waridah, S.Pd.I, Masduki, S.Pd.I), kurcaci-kurcaciku (M. Quraisy Sya’bani, Nida Shafira Zaini, M. Dukhon Al-Fazri, Muhammad Affan Zaini). Terimakasih atas motivasi, inspirasi dan segala bentuk kasih sayang berupa moril dan materil. Semoga Allah selalu membalasnya dengan kebaikan dan keindahan yang berlipat ganda. 7. BEMJ-PBSI dan Keluarga Kecilku HMI Distrik PBSI (Istika Putri, Hilda Nurul Mawaddah, Aulia Rahmi, Johan Aristiya Lesmana, Lutfi Syauki Faznur, dan yang lainnya) yang telah bersama-sama berjuang dalam proses perkuliahan, bersama-sama dalam sedih, senang, haru dan bangga. Serta seluruh teman-teman jurusan PBSI yang telah melewati suka-duka bersama dan selalu memotivasi penulis. 8. Untuk Matahariku yang selalu membantu di saat suka dan duka. Terimakasih atas motivasi dan pengertiannya dalam proses penyelesaian skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih untuk semua pihak yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Ungkapan kata memang takkan cukup untuk kebaikan kalian semua. Semoga Allah membalasnya dengan segala kebaikan dan pahala yang berlipat. Akhirnya penulis berharap semoga dengan hadirnya skripsi yang sekiranya jauh dari sempurna ini dapat memberikan sepercik manfaat bagi penulis dan para pembaca serta untuk kemajuan ilmu pengetahuan khususnya dalam dunia pendidikan bahasa dan sastra Indonesia.
Jakarta, November 2011
Penulis
iv
DAFTAR ISI ABSTRAK .....................................................................................................
i
ABSTRACK ..................................................................................................
ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................
iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................
v
DAFTAR TABEL .........................................................................................
vii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................
1
B. Identifikasi Masalah .......................................................................
5
C. Pembatasan Masalah ......................................................................
5
D. Rumusan Masalah ..........................................................................
5
E. Tujuan Penelitian ...........................................................................
6
F. Manfaat Penelitian .........................................................................
6
G. Tinjauan Pustaka ...........................................................................
7
BAB II LANDASAN TEORI A. Keterampilan Menulis ....................................................................
9
B. Pengertian Menulis ........................................................................
10
C. Pengertian Drama ..........................................................................
13
D. Menulis Naskah Drama .................................................................
14
E. Unsur Intrinsik Naskah Drama ......................................................
15
F. Jenis-jenis Drama ..........................................................................
19
G. Pengertian Media ..........................................................................
21
H. Fungsi Media Pembelajaran dalam Proses Pembelajaran .............
22
I. Pengertian Cerpen .........................................................................
23
J. Pembelajaran Menulis Naskah Drama dengan Media Cerpen ......
23
v
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................
28
B. Metode Penelitian...........................................................................
28
C. Populasi dan Sampel .....................................................................
33
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ...................................
33
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................
34
F. Analisis data dan Interpretasi Data ...............................................
40
G. Kriteria Penilaian Menulis Naskah Drama dengan Media Cerpen ...........................................................................................
41
H. Pengembangan Perencanaan Tindakan .........................................
43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian .............................................................
44
B. Profil Madrasah Aliyah Negeri Cibinong-Bogor 2010-2011 ........
44
C. Penelitian Pendahuluan .................................................................
48
D. Tahap Pelaksanaan Siklus I ...........................................................
51
E. Tahap Pelaksanaan Siklus II .........................................................
95
F. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................ 138
BAB V PENUTUP A. Simpulan ........................................................................................ 150 B. Saran ............................................................................................... 151
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Format Observasi Siswa
Tabel 3.2
Format Lembar Observasi Aktivitas Guru
Tabel 3.3
Format Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Tabel 3.4
Format Penilaian Naskah Drama
Tabel 4.1
Keadaan Siswa Tahun Pelajaran 2010/2011
Tabel 4.2
Hasil Naskah Drama Sebelum Tindakan
Tabel 4.3
Kemampuan Siswa Menulis Naskah Drama pada Siklus I
Tabel 4.4
Urutan Nilai Terendah hingga Tertinggi pada Siklus I
Tabel 4.5
Hasil Wawancara dengan Siswa pada Siklus I
Tabel 4.6
Hasil Observasi Siswa pada Siklus I
Tabel 4.7
Penilaian Aktivitas Guru Pada Siklus I
Tabel 4.8
Persentase Rata-rata Aktivitas Siswa pada Siklus I
Tabel 4.9
Kemampuan Siswa Menulis Naskah Drama pada Siklus II
Tabel 4.10
Urutan Nilai Terendah hingga Tertinggi pada Siklus I
Tabel 4.11
Hasil Wawancara dengan Siswa pada Siklus II
Tabel 4.12
Hasil Lembar Observasi pada Siklus II
Tabel 4.13
Penilaian Aktivitas Guru Pada Siklus II
Tabel 4.14
Persentase Rata-rata Aktivitas Siswa pada Siklus I
Tabel 4.15
Kemampuan Siswa Menulis Naskah Drama pada Siklus I dan Siklus II
Tabel 4.16
Tingkat Kemampuan Menulis Naskah Drama Siswa XI IPS 1
Tabel 4.17
Persentase Komentar dalam Jurnal Siswa Siklus I dan Siklus II
Tabel 4.18
Hasil Aktivitas Guru Selama Pembelajaran Siklus I dan Siklus II
Tabel 4.19
Hasil Aktivitas Guru Selama Pembelajaran Siklus I dan Siklus II
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: RPP Siklus I
Lampiran 2
: RPP Siklus II
Lampiran 3
: Cerpen Bertengkar Berbisik Karya M. Kasim
Lampiran 4
: Lembar Hasil Naskah Drama Siswa Siklus I
Lampiran 5
: Lembar Hasil Naskah Drama Siswa Siklus II
Lampiran 6
: Lembar Observasi Siswa Siklus I
Lampiran 7
: Lembar Observasi Siswa Siklus II
Lampiran 8
: Lembar Jurnal Siswa Siklus I
Lampiran 9
: Lembar Jurnal Siswa Siklus II
Lampiran 10 : Lembar Wawancara Guru Lampiran 11 : Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Lampiran 12 : Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Lampiran 13 : Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus I Lampiran 14 : Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus II Lampiran 15 : Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran Siklus I Lampiran 16 : Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran Siklus II Lampiran 17 : Dokumentasi Wawancara Siklus I Lampiran 18 : Dokumentasi Wawancara Siklus II Lampiran 19 : Surat Pengajuan Judul Proposal Skripsi Lampiran 20 : Surat Bimbingan Skripsi Lampiran 21 : Surat Permohonan Izin Observasi Lampiran 22 : Surat Permohonan Izin Penelitian Lampiran 23 : Surat Keterangan KKM Lampiran 24 : Surat Persetujuan Penelitian dari MAN Cibinong-Bogor Lampiran 25 : Lembar Uji Referensi Lampiran 26 : Biodata Penulis
viii
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa bukanlah keterampilan yang dapat diraih dengan mudah, karena keterampilan berbahasa harus komunikatif. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan usaha dan proses, keterampilan berbahasa terdiri atas keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis. Dari
keempat
keterampilan
berbahasa,
menulis
merupakan
keterampilan berbahasa yang dianggap paling sukar dikuasai oleh siswa. Keterampilan menulis relatif lebih sulit karena melibatkan olah pikir, pilihan kata, susunan bahasa, gaya penulisan, sukar menemukan ide atau bingung harus memulai tulisan dari mana. Kalaupun sudah menemukan ide atau memulai tulisan tetapi tidak jarang mengalami perberhentian di tengah jalan. Hasilnya, tulisan akan menggantung atau tidak tuntas. Penelitian tentang keterampilan menulis telah banyak dilakukan, baik keterampilan menulis sastra (cerpen, puisi) maupun menulis kebahasaan (paragraf narasi, deskripsi, argumentasi, persuasi, eksposisi, menulis surat, memo, dll). Penelitian dalam hal keterampilan menulis naskah drama masih terbatas. Oleh karena itu, timbul ketertarikan dan keprihatinan peneliti untuk melakukan penelitian keterampilan menulis naskah drama. Begitu juga dalam penelitian pengajaran sastra. “Disadari atau tidak, penelitian sastra sangat
2
penting untuk meningkatkan pengajaran dan sekaligus mengembangkan sastra.” 1 Ketika siswa menulis naskah drama maka mereka akan memiliki kesadaran bahwa imajinasi pementasan harus terbentuk ketika proses penulisan drama berlangsung. Proses menulis naskah drama merupakan keterampilan yang membutuhkan ketekunan, tidak semua siswa dapat menyukai menulis naskah drama. Faktor pendukung tercapainya tujuan pengajaran adalah metode, materi pengajaran, kompetensi guru, dan sarananya di dalamnya termasuk media. Dalam posisi seperti itu perlu ditegaskan bahwa kurikulum hanya dapat dijadikan pedoman dan guru sebagai pengajar dituntut untuk kreatif dalam mengembangkan pelajaran menjadi pengajaran yang menarik dan dimengerti oleh siswa, dalam hal ini menulis naskah drama. Guru adalah pekerjaan yang profesional. Karena itu diperlukan kemampuan dan kewenangan. Kemampuan itu dapat dilihat pada sejauh manakah ia menguasai metodologi media pendidikan untuk anak didiknya di sekolah sehingga memungkinkan perkembangan mereka secara optimal sesuai dengan tujuan pendidikan yang akan dicapai. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru bahasa Indonesia di MAN Cibinong Bogor yang bernama Ibu Euis Husniah, beliau sudah 12 tahun mengajar di MAN Cibinong-Bogor, lulusan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 1998. Dari 1
Suwardi Endaswara, Metodologi Penelitian Sastra, (Yogyakarta: Media Pressindo, 2008), Cet. IV, h. 189.
3
paparan beliau, diperoleh kenyataan bahwa kemampuan ekspresi karya sastra khususnya dalam menulis naskah drama siswa masih kurang baik dan efektif. Beliau mengakui bahwa hal itu disebabkan teknik dan model yang digunakan dalam pembelajaran menulis naskah drama kurang bervariasi, sehingga kurang mendukung kemampuan siswa dalam mengembangkan ide dan gagasan dalam penulisan naskah drama dengan maksimal. Pembelajaran menulis naskah drama ini telah dilakukan oleh guru bahasa Indonesia selang satu minggu sebelum penulis mengadakan penelitian, sehingga peneliti tidak harus mengadakan prates. Penulis hanya meminta hasil nilai dari penulisan menulis naskah drama siswa yang telah dilakukan oleh guru. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa keterampilan menulis naskah drama siswa masih ada yang berada di bawah nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum), nilai KKM bahasa Indonesia kelas XI MAN Cibinong-Bogor tahun pelajaran 2010-2011 sebersar 75. Dan ada sebanyak 40% siswa yang nilai naskah dramanya di bawah KKM. Sangat memprihatinkan, dalam penulisan naskah drama hingga mencapai 40% dari keseluruhan siswa yang nilainya di bawah KKM,. Padahal dalam penilaian menulis memo, surat, notulen hampir dari keseluruhan siswa mencapai nilai rata-rata di atas KKM. Penelitian menulis naskah drama belum banyak dilakukan. Begitu pula dalam penggunaan media cerpen dalam menulis naskah drama belum pernah dilakukan di sekolah yang menjadi tempat penelitian, yaitu di MAN Cibinong
4
Bogor. Pembelajaran menulis naskah drama hanya dilakukan dengan memaparkan teori terlebih dahulu, memberikan contoh naskah drama dan selanjutnya siswa menulis naskah drama. Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan untuk mengembangkan keterampilan menulis naskah drama dengan media cerpen. Secara umum di sekolah, proses pembelajaran drama hanya menggunakan media teks yang berupa teori saja. Hal ini akan menyebabkan siswa merasa jenuh dengan pembelajaran penulisan drama. Dengan media cerpen ini siswa belajar menyusun kerangka naskah drama dengan terlebih dahulu membaca sebuah cerpen lalu dikembangkan menjadi naskah drama yang utuh. Dalam meningkatkan kemampuan menulis naskah drama dengan menggunakan media cerpen dilakukan melalui tiga tahap, yaitu tahap perencanaan naskah, tahap penulisan naskah drama berdasarkan perencanaan naskah, serta tahap penyuntingan dan revisi. Maka dari itu penulis berharap dengan digunakannya media cerpen dalam menulis naskah drama dapat meningkatkan daya kreativitas dan meningkatkan nilai belajar siswa. Dari pandangan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengambil sebuah judul dalam penelitian ini yaitu Peningkatan Keterampilan Menulis Naskah Drama dengan Media Cerpen pada Siswa kelas XI IPS MAN Cibinong Bogor Tahun Pelajaran 2010-2011.
5
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat beberapa hal yang dapat diidentifikasi untuk diteliti, ada beberapa faktor di antaranya sebagai berikut: 1. Kesulitan-kesulitan siswa dalam keterampilan menulis. 2. Berbagai motivasi yang digunakan untuk meningkatkan kreativitas siswa dalam keterampilan menulis naskah drama. C. Pembatasan Masalah Dalam penelitian ini, penulis membatasi permasalahan sebagai berikut: 1. Materi pokok yang diajarkan dalam penelitian ini adalah tentang penulisan naskah drama, dan penggunaan media cerpen. 2. Penguasaan dan implikasinya terhadap kemampuan dalam menulis naskah drama. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana
penerapan
media
cerpen
sebagai
upaya
peningkatan
kemampuan menulis naskah drama pada siswa kelas XI MAN Cibinong Bogor? 2. Bagaimana kemampuan siswa dalam menulis naskah drama dengan menggunakan media cerpen?
6
E. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui penerapan media cerpen untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis naskah drama pada kelas XI MAN Cibinong Bogor Tahun Pelajaran 2010-2011. 2. Mengetahui hasil kemampuan media cerpen untuk meningkatkan penulisan naskah drama pada kelas XI MAN Cibinong Bogor Tahun Pelajaran 2010-2011. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk: a. Sebagai bahan kajian untuk meningkatkan keterampilan menulis naskah drama siswa. b. Sebagai sumber belajar dalam meningkatkan keeterampilan menulis naskah drama siswa dengan nilai di atas rata-rata yang telah ditentukan. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa Siswa dapat mengembangkan keterampilan menulis naskah drama dalam pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. b. Bagi Guru 1) Sebagai solusi alternatif bagi guru untuk mengatasi berbagai kesulitan dalam mengajar terkait dengan media pembelajaran. 2) Dapat menjadi masukan tentang cara mengajar naskah drama yang tepat agar siswa tertarik untuk mengikuti pembelajaran.
7
c. Bagi Sekolah Dapat digunakan s ebagai masukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
bahasa
Indonesia,
sehingga
diharapkan
dapat
meningkatkan prestasi mutu lulusan. G. Tinjauan Pustaka Berdasarkan dari tinjauan penulis, beberapa penelitian membuktikan bahwa metode, teknik atau media cerpen sangat menunjang keberhasilan penulisan naskah drama. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa penelitian yang dilakukan, seperti tiga penelitian di bawah ini: Skripsi Heni Dwi Arista pada tahun 2010 dengan judul “Peningkatan Kemampuan Menulis Kreatif Naskah Drama dengan Strategi Konversi Cerpen pada Siswa Kelas VIII SMPN 04 Malang”. Peningkatan kemampuan siswa dalam menulis kreatif naskah drama pada penelitian ini memperoleh persentase peningkatan jumlah siswa yang mencapai KKM dari prates ke siklus I sebesar 28,2% dan peningkatan siklus I ke siklus II sebesar 17,9%. Peningkatan tersebut sangat signifikan dan terjadi pada hampir seluruh siswa di kelas. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa strategi konversi cerpen pada penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis kreatif naskah drama. Skripsi Anita Kurnia dengan judul “Peningkatan Kemampuan Menulis Naskah Drama dengan Menggunakan Cerpen sebagai Sumber Belajar pada Siswa kelas VIII SMP Negeri I Binangun Kabupaten Blitar”. Penelitian ini cukup berhasil dengan adanya peningkatan yang terlihat dari jumlah siswa
8
yang mencapai ketuntasan belajar pada siklus I yaitu 74,3% dan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar pada siklus II meningkat menjadi 89,7%. Skripsi Ria Rosdiana tahun 2009 yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Menulis Naskah Drama dengan Menggunakan Teknik Parafrase Cerpen (Penelitian Tindakan Kelas terhadap Siswa Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 23 Bandung Tahun Ajaran 2008/2009)”. Hasil pembahasan penelitian
ini
membuktikan
bahwa
teknik
parafrase
cerpen
dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis naskah drama. Hal ini terbukti dari peningkatan nilai yang terjadi pada setiap siklus. Selain itu, melalui observasi dan jurnal siswa, dapat disimpulkan bahwa teknik parafrase cerpen dalam menulis naskah drama mampu meningkatkan motivasi siswa dalam belajar bahasa Indonesia. Dari tinjauan yang dilakukan penulis, maka penulis tertarik untuk mengambil penelitian dengan judul Peningkatan Keterampilan Menulis Naskah Drama dengan Meida Cerpen pada Siswa kelas XI MAN I Cibinong Bogor Tahun Pelajaran 2010-2011. Peneliti berharap melalui penelitian ini keterampilan menulis naskah drama siswa kelas XI di MAN Cibinong-Bogor akan meningkat ke arah yang lebih baik.
9
BAB II LANDASAN TEORI
Teori-teori yang akan dipaparkan berkaitan dengan penelitian ini antara lain tentang keterampilan menulis, pengertian menulis, pengertian drama, menulis teks drama, unsur intrinsik naskah drama, jenis-jenis drama, pengertian media, fungsi media pembelajaran dalam proses pembelajaran, pengertian cerpen, dan pembelajaran menulis naskah drama dengan media cerpen. A. Keterampilan Menulis Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) “keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas; ~ bahasa Ling kecakapan seseorang untuk memakai bahasa dalam menulis, membaca, menyimak, atau berbicara.”1 Keterampilan bisa juga muncul dari hal-hal yang kita kuasai karena kita terlatih melakukannya secara terus menerus sehingga membentuk kebiasaan seseorang. Ada empat keterampilan dalam berbahasa yaitu: mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Adapun M. Atar Semi menjelaskan: Keterampilan berbahasa tulisan, pada dasarnya, sama dengan keterampilan berbahasa lisan. Hal itu disebabkan karena sama-sama berbentuk pencurahan gagasan dengan menggunakan lambang bahasa. Yang membedakannya, dalam bahasa lisan, lambang bahasa yang digunakan ialah lambang bunyi, sedangkan bahasa tulis lambang bahasa yang digunakan adalah lambang tulisan atau disebut grafem.2
1
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), Edisi keempat. h. 1448. 2 M. Atar Semi, Dasar-dasar Keterampilan Menulis, (Bandung: Mugantara, 1995), h. 47.
10
Menulis merupakan sebuah kegiatan menuangkan pikiran, gagasan, dan perasaan seseorang yang diungkapkan dalam bahasa tulis. Keterampilan menulis yaitu kegiatan untuk menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan yang diharapkan dapat dipahami oleh pembaca dengan berfungsi sebagai alat komunikasi secara tidak langsung. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keterampilan menulis merupakan kegiatan seseorang untuk menyampaikan gagasan kepada pembaca dalam bahasa tulis agar bisa dipahami oleh pembaca. Di antara empat keterampilan berbahasa, menulis merupakan keterampilan tertinggi yang dimiliki oleh seseorang. Karena keterampilan menulis didapat setelah seseorang mampu mendengar dan membaca. Seorang siswa di kelas tentunya belajar membaca dahulu sebelum dia belajar menulis. B. Pengertian Menulis Menulis merupakan “suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif.”3 Proses berpikir ini mencakup proses bagaimana ide-ide dimunculkan, dan difokuskan pada ide-ide tertentu yang relevan dan saling terkait. Menurut Definisi Akademi Kepengarangan yang dikutip oleh Isah Cahyani menerangkan menulis atau mengarang adalah “Keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikan pikiran melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dapat dipahami tepat 3
Henry Guntur Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 2008), h. 3.
11
seperti dimaksudkan oleh penulis/pengarang.”
4
Sedangkan menurut Fred D.
White mendefinisikan “menulis adalah keterampilan dasar, bagian integral dari proses belajar dan sangat diperlukan untuk bisnis dan komunikasi interpersonal yang melampaui informalitas setiap hari.”5 Jadi, dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan kegiatan melahirkan pikiran, ide, atau perasaan yang diekspresikan seseorang melalui bahasa tulis yang memiliki kesatuan-kesatuan bahasa untuk membentuk komunikasi kepada pembaca. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa keterampilan menulis merupakan bagian dari komponen keterampilan berbahasa, yaitu (1) keterampilan menyimak, (2) keterampilan berbicara (3) keterampilan membaca (4) keterampilan menulis. Keempat komponen itu sangat berkaitan erat, yang dikuasai dengan cara berurutan. Karena setiap manusia menguasai keterampilan menyimak sejak kecil, sebelum pandai berbicara, setelah katakata yang ia simak mulai diujarkan, maka ia menguasai keterampilan berbicara, lalu semakin besar ia mulai belajar membaca, jika sudah mahir, maka ia akan belajar menulis. Maka keterampilan menulis memerlukan semua
komponen
keterampilan
berbahasa
agar
mampu
melakukan
keterampilan menulis. Adapun menurut Charles W. Bridges menyebutkan bahwa “menulis adalah petunjuk yang dihasilkan oleh penulis, gambaran secara kasar dari 4
Isah Cahyani, Bahasa Indonesia, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009), h. 62. 5 Writing is a basic skill. It is integral to the learning process and indispensable for business and interpersonal communication beyond every day informality. Freed D. White, The Writer Art, (New York: Wadsworth, 1986), h. 25.
12
kertas. Di sini penulis harus berkosentrasi yang benar dalam menulis idenya. Ia tidak harus memperhatikan dengan masalah-masalah seperti menemukan kata yang tepat, menyusun kembali kalimat atau paragraf atau memperbaiki yang salah dalam ejaan atau tanda baca.”6 Bagi seseorang yang sudah mahir menulis, ia mengalami bahwa keterampilan menulis tidak semata-mata datang dengan sendirinya, tetapi dibutuhkan latihan dan praktik yang teratur, maka proses sangat dibutuhkan di dalamnya. “Menulis menuntut pengalaman, waktu, kesempatan, pelatihan, keterampilan-keterampilan khusus dan pengajaran langsung menjadi seorang penulis.”7 Dalam standar kompetensi keterampilan menulis juga terdapat tujuan-tujuan yang hendak dicapai, yaitu: 1) Membantu para siswa memahami bagaimana caranya ekspresi tulis dapat melayani mereka, dengan jalan menciptakan situasi-situasi di dalam kelas yang jelas memerlukan karya tulis dan kegiatan menulis. 2) Mendorong para siswa mengekspresikan diri mereka secara bebas dalam tulisan 3) Mengajar para siswa menggunakan bentuk yang tepat dan serasi dalam ekspresi tulis 4) Mengembangkan pertumbuhan bertahap dalam menulis dengan cara membantu para siswa menulis sejumlah maksud dengan sejumlah cara dengan penuh keyakinan pada diri sendiri secara bebas.8
Maka dengan diletakkannya keterampilan menulis dalam kurikulum sebagai standar kompetensi, diharapkan tujuan-tujuan keterampilan menulis tersebut bisa terwujud pada diri siswa MAN Cibinong Bogor. 6
Writing is the stage in which the writer produces a rough draft ot the paper. Here the writer should concentrate on actually writing his ideas. He sould not be concerned with such matters as finding exactly the right word, restructing sentence or paragraphs, or correcting errors in spelling or punctuation. Charles W. Bridges dan Ronald F. Lunsford, Writing: Discovering Form and Meaning (California: Wadsworth, 1984), hlm. 7. 7 Henry Guntur Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 2008), h. 9. 8 Ibid. h. 10.
13
C. Pengertian Drama “Drama dalam bahasa Inggris disebut drama, dan dalam bahasa Prancis disebut piece de theatre. Kata drama berasal dari bahasa Yunani dram yang maknanya adalah berbuat.”9 Adapun dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) drama adalah “Komposisi syair atau prosa yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku (peran) atau dialog yang dipentaskan.”10 Jadi drama merupakan suatu jenis sastra yang ditulis dalam bentuk dialog dengan tujuan untuk dapat dipentaskan sebagai suatu jenis pertunjukan. Adapun B. Rahmanto menyebutkan drama adalah “Bentuk sastra yang dapat merangsang gairah para pemain dan penonton sehingga dapat digemari masyarakat.”11 Sedangkan Menurut Brahim drama adalah “Pertunjukan dan adanya lakon yang dibawakan dalam pertunjukan itu.”
12
Adapun menurut
Robert Diyani menyebutkan “Drama, tidak seperti jenis sastra lainnya, ia seni yang dipentaskan. Permainannya ditulis untuk dilakukan oleh pelaku di depan penonton.” 13 Berdasarkan hal tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa drama adalah suatu karangan yang menggambarkan sifat, sikap dan konflik kehidupan manusia yang dilukiskan dengan gerak dalam bentuk dialog 9
Dewan Redaksi Ensiklopedi Sastra Indonesia, Ensiklopedi Sastra Indonesia, (Bandung: Titian Ilmu Bandung, 2007), h. 275. 10 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), Edisi keempat, h. 342. 11 B.Rahmanto, Metode Pengajaran Sastra, (Yogyakarta: KANISIUS, 1988), h.89. 12 Brahim, Drama dalam Pendidikan, (Jakarta: PT Gunung Agung, 1968), h. 51. 13 Drama, unlike the other literary genres, is a staged art. Plays are writen to be performed by actors before an audience. Robert Diyanni, Literatur: Reading Fiction, Poetry, and Drama, (New York: McGraw-Hill, 2002), h. 1161.
14
sebagai unsurnya dan dapat menimbulkan perhatian penonton, drama juga merupakan seni lakon atau pertunjukan yang menggabungkan seni sastra tulis (naskah drama) dengan seni lainnya seperti seni musik, sehingga dapat merangsang gairah pemain serta menarik perhatian penonton. “Drama juga disebut tidak lain dari pada Life Presented in Action atau hidup yang dihidangkan dengan gerak.”14 Pada dasarnya drama diciptakan untuk dipertunjukan. Berbeda dengan cerita yang ditulis untuk dibaca seperti novel, cerpen dan puisi. Untuk dapat menangkap alur dalam drama perlu dibaca secara nyaring oleh beberapa orang sesuai dengan peran yang ada dalam naskah drama. Alur dalam drama juga terputus-putus oleh adanya adegan dan babak. D. Menulis Naskah drama Menulis dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) “Membuat huruf (angka dsb) dengan pena (pensil, kapur,dsb) atau melahirkan pikiran, perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan.”15 Menurut Jakob Sumarjo “kesenian adalah ekspresi seseoranag untuk berhubungan dengan orang lain.” 16 Menulis
naskah
drama
merupakan
kegiatan
kesenian
yang
mengekspresikan drama secara tertulis. Yang membedakan sastra drama dengan sastra lainnya yaitu teks drama menggunakan situasi bahasa dialog. Adapun langkah-langkah menulis naskah drama sebagai berikut: 14
Mbido Saleh, Sandiwara dalam Pendidikan, (Jakarta: PT Gunung Agung, 1967), h. 25. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), Edisi keempat, h. 1497. 16 Jakob Sumarjo, Perkembangan Teater Modern dan Sastra Drama Indonesia, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1992), h. 3. 15
15
1. 2. 3. 4. 5.
Mencari dan menentukan tema Membuat garis besar cerita Menentukan tokoh dan peran Menentukan pola babak dan adegan Mengembangkan dialog17
Jadi, penulisan teks drama merupakan suatu proses kesenian yang utuh. Ada berbagai aspek yang dapat dijadikan sebagai dasar dalam menulis sebuah teks drama, yaitu penciptaan latar, penciptaan tokoh yang hidup, penciptaan konflik-konflik, dan penulisan adegan. Selain itu penulisan teks drama juga harus memerhatikan tanda baca, dan kaidah penulisan naskah drama, yaitu : 1. Kalimat dialog menggunakan tanda petik (“…..”)18 2. Nama tokoh ditulis sejajar dengan dialog 3. Petunjuk teknis keterangan ditulis dengan huruf yang berbeda atau diberi dengan tanda kurung. Petunjuk teknis boleh diletakkan di awal, tengah atau akhir dialog. Dapat disimpulkan bahwa menulis naskah drama adalah karya sastra yang merupakan cerita atau tiruan pelaku manusia hasil dari curahan ide, gagasan, atau perasaan seorang penulis, yang disajikan dalam bentuk tulisan. E. Unsur Instrinsik Naskah Drama Unsur-unsur naskah drama terdiri atas “Alur, penokohan, latar, tema, amanat, dan dialog.”19 Unsur instrinsik naskah drama merupakan isi dari
17
Djago Tarigan, Pendidikan Keterampilan Berbahasa, (Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2005), h. 12.33. 18 Ernawati Waridah, EYD dan Seputar Kebahasaan-Indonesia, (Jakarta: Kawan pustaka, 2009), h. 40.
16
penulisan teks drama, karena unsur merupakan bagian terkecil yang saling berkaitan yang terdapat di dalam naskah drama. Unsur intrinsik drama merupakan unsur yang membangun drama dari dalam. Unsur-unsurnya yaitu: 1.
Penokohan dan Perwatakan Tokoh-tokoh drama dalam perannya dibagi dalam tiga macam tokoh yaitu: a. Tokoh protagonis adalah tokoh yang pertama-tama berprakarsa dan berperan sebagai penggerak lakuan atau tokoh utama. b. Tokoh antagonis adalah tokoh yang berperan sebagai penghalang dan masalah bagi protagonis. c. Tokoh tritagonis adalah tokoh yang berpihak pada protagonis atau antagonis, atau berfungsi menjadi penengah pertentangan antara kedua tokoh tersebut. Penokohan merupakan cara pengarang menampilkan tokoh-tokoh dalam cerita sehingga dapat diketahui karakter atau sifat para tokoh itu. Penokohan dapat digambarkan melalui dialog antartokoh, tanggapan tokoh lain terhadap tokoh utama. Melalui penokohan, dapat diketahui bahwa karakter tokoh adalah seorang yang baik, jahat atau bertanggung jawab. Sedangkan perwatakan adalah “kualitas nalar dan perasaan para tokoh di dalam suatu karya fiksi yang dapat mencangkup tidak saja
19
3.13.
B.Rahmanto dan S. Endah Peni Adji, Drama, (Jakarta:Universitas Terbuka, 2007), h.
17
tingkah laku atau tabiat dan kebiasaan, tetapi juga penampilan.”20 Lebih jelasnya perwatakan itu merupakan gambaran watak atau sifat tokoh cerita. Watak itu memiliki ciri-ciri dari seseorang baik secara keadaan fisik (umur, jenis kelamin, ciri-ciri tubuh); keadaan psikis (kegemaran, keadaan emosi); serta keadaan sosiologis (pekerjaan, latar belakang keluarga). Oscar G. Brocket menyebutkan “Karakter adalah bahan dari yang direncanakan, diciptakan untuk peristiwa yang sebagian besar dibangun lalu diucapkan dan dilakukan dari orang yang terkemuka.” 21 2.
Latar Latar yang juga disebut setting ini mengacu pada segala keterangan waktu, ruang, dan suasana peristiwa dalam drama. Latar penggambaran tempat (misalnya di Jakarta pada tahun 2007 di halaman sekolah), waktu (contohnya pagi, siang, sore, dan malam), suasana (contohnya gembira, menegangkan, mistis). “Latar dalam drama dijelaskan di dalam kramagung, karena akan menjadi dasar untuk penataan dekorasi pementasan.”22
3.
Alur Alur atau plot “alur adalah aksi dari cerita. Urutan peristiwa yang melibatkan karakter.”23 Alur merupakan jalinan cerita dari pelukisan
20
Albertine Minderop, Metode Karakterisasi Telaah Fiksi, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2011), Cet. ke-2, h. 95. 21 Character is the material from which plots are created, for incidents are developed mainly through the speech and behavior of dramatic personages. Oscar G. Brockett, The Teatre, (Indianan University, 1969), h. 34. 22 Djago Tarigan, Pendidikan Keterampilan Berbahasa, (Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2005), Cet. VII, h. 12.7. 23 Is the action of the story. it is the sequence of events involving the caracter or characters. Edward H. Jones, Outlines of Literature, (New York: The Macmillan Company, 1968), h. 83.
18
awal cerita, permasalahan awal, klimaks atau titik puncak cerita, hingga antiklimaks (penyelesaian) yang saling berhubungan. “Drama yang baik selalu mengandung konflik-konflik atau bisa dikatakan inti dari drama adalah konflik.”24 Alur terdapat tiga macam, yaitu alur maju, campuran dan alur mundur. “Ada perbedaan alur antara cerita dengan drama. Dalam drama alur lebih mudah diikuti, karena dibantu dengan adanya kramagung.”25 4.
Tema Tema merupakan “aspek cerita yang sejajar dengan makna dalam pengalaman manusia; sesuatu yang menjadikan suatu pengalaman begitu diingat.”26 Sehingga tema merupakan gagasan pokok yang mendasari lakon drama. Judul drama bisa dijadikan pegangan untuk mempermudah mengetahui tema sebuah drama.
5.
Amanat Amanat merupakan pesan yang disampaikan pengarang melalui dramanaya secara tersirat maupun tersurat; amanat tersurat disampaikan secara langsung melalui dialog tokoh, sedangkan yang tersirat disampaikan melalui penyusunan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam cerita.
24
Brahim, Drama dalam Pendidikan, (Jakarta: PT Gunung Agung, 1968), h. 70. Djago Tarigan, Pendidikan Keterampilan Berbahasa, (Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2005), h. 12.6. 26 Robert Stantion, Teori Fiksi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 36. 25
19
6.
Penggunaan gaya bahasa Sebagaimana dalam puisi, karya drama juga menggunakan gaya bahasa dalam penerapannya. Penggunaan gaya bahasa tersebut antara lain difungsikan untuk memaparkan gagasan secara lebih hidup dan menarik, menggambarkan suasana lebih hidup dan menarik, untuk menekankan suatu gagasan, untuk menyampaikan gagasan secara tidak langsung.
7.
Dialog Hal yang membedakan drama dengan karya sastra lainnya adalah di dalam unsur intrinsik drama terdapat dialog. Dialog merupakan unsur yang erat kaitannya dengan unsur lain di dalam drama, karena “lewat dialog yang baik akan tercipta pemikiran, karakter yang kuat, dan konflik peristiwa dalam cerita.”27 Karena itu dialog memiliki unsur yang sangat penting dalam drama, dialog dapat membantu penonton dan pembaca untuk memahami para tokoh dan tema dalam cerita. Sedangkan bagi penulis naskah drama dialog dapat menunjang penggambaran latar, plot, perwatakan dan amanat.
F. Jenis-jenis Drama 1. Tragedi Aristoteles dalam Chairul Anwar mengemukakan tragedi adalah “Imitasi atau peniruan sebuah aksi yang bagus, sempurna dari seseorang yang agung dan besar pengaruhnya dalam lapangan kehidupan.”28 Dalam 27 28
B.Rahmanto dan Endah Peni Adji, Drama, (Jakarta:Universitas Terbuka, 2007), h. 3.26. Chairul Anwar, Drama Bentuk-Gaya dan Aliran, (Yogyakarta: Elkaphi, 2005), h. 9.
20
Sylvan Barnet menyebutkan ketika menulis tentang tragedi, mungkin tema yang paling umum adalah tentang tragedi kepahlawanan.” 29 Contoh drama tragedi adalah drama Hamlet serta drama Romeo dan Juliet karya dramawan Inggris yang terkenal yaitu William Shakespare. 2. Komedi Sudjiman dalam B. Rahmanto menyebutkan drama komedi adalah “Lakon ringan yang sifatnya menghibur, walaupun di dalamnya dapat bersifat menyindir, biasanya berakhir dengan bahagia.”30 Contoh drama komedi adalah drama Le Medecin-Malgre Lui (Dokter Gadungan) karya Moliere si raja komedi dari Prancis abad ke-17. 3. Tragikomedi Tragikomedi adalah drama gabungan antara tragedi dan komedi. Ciri-ciri jenis drama ini adalah jika bagian awal cerita penuh dengan komedi atau kelucuan maka pada bagian akhir akan disusul dengan peristiwa tragis. Sebaliknya jika pada awal cerita penuh dengan kesedihan maka di akhir cerita akan berakhir dengan suka cita. “Drama jenis ini cenderung untuk memperlihatkan hal-hal yang bersifat duniawi yang membaurkan segi suka dan duka, atau suka dan duka datang silih berganti di dalam kehilangan sesuatu kita memperoleh suatu yang lain.”31 Contoh drama tragikomedi adalah drama Le Cid karya Corneille.
29
When writing about tragedy, probably the commonest essay is on the tragic hero. Sylvan Barnet, A Short Guide to Writing About Literarure, (Canada: Little, Brown and Company, 1968), h. 78. 30 B.Rahmanto, dan Endah Peni Adji, Drama, (Jakarta:Universitas Terbuka, 2007), h. 3.5. 31 M. Atar Semi, Anatomi Sastra, (Jakarta: Angkasa Raya, tt), h. 169.
21
4. Melodrama “Melodrama merupakan drama yang menguras air mata, biasanya dipadu dengan musik.”32 Contoh drama ini adalah kisah Madame Butterfly karya N. Riantiarno. G. Pengertian Media Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium, yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Menurut Santoso yang dikutip oleh M.Subana mengatakan bahwa “Media adalah semua bentuk prantara yang dipakai orang sebagai penyebar ide/gagasan sehingga ide/gagasan itu sampai pada si penerima.”33 Sedangkan Oemar Hamalik menyatakan bahwa “Media Pendidikan adalah alat metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah”.34 Dengan demikian media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Dalam proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada anak didik dapat disederhanakan dengan bantuan media. Media dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau 32
N Riantiarno, Menyentuh Teater-Tanya Jawab Seputar Teater Kita, (Jakarta: MU;3 Books, 2003), h. 9. 33 M.Subana dan Sunarti, Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia, (Bandung: Pustaka Setia, 1987), h. 287. 34 Oemar Hamalik, Media Pendidikan, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1994), h. 12.
22
kalimat tertentu. Bahkan keabstrakan bahan dapat dikonkretkan dengan kehadiran media. Dengan demikian, anak didik lebih mudah mencerna bahan daripada tanpa bantuan media. Jadi, bahwa media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai
penyalur
pesan
guna
mencapai
tujuan
pengajaran
serta
memaksimalkan mutu mengajar dan belajar. H. Fungsi Media Pembelajaran dalam Proses Pembelajaran Mengingat media pembelajaran dalam posisi yang cukup penting dalam proses pembelajaran, maka akan dipaparkan manfaat dari media pembelajaran yaitu sebagai berikut: 1.
Menarik perhatian siswa terhadap materi pembelajaran
2.
Membantu siswa dalam memperoleh pengalaman yang berbeda
3.
Membatasi keterbatasan waktu, ruang dan lingkungan
4.
Mengurangi verbalisme “Media pada dasarnya adalah bahasa guru, artinya dalam proses
penyampaian pesan guru harus pandai memilih bahasa apa yang paling mudah dimengerti dan dipahami oleh siswanya”.35 Jadi, seorang guru harus peka dan mengerti media apa yang cocok diberikan oleh muridnya. Secara teknis, media pembelajaran berfungsi sebagai sumber belajar. Dalam kalimat “sumber belajar” ini tersirat makna keaktifan, yakni sebagai penyalur, penyampai, penghubung dan lain-lain. Oleh karena itu, media yang baik digunakan oleh siswa dalam kegiatan belajar mengajar ialah bahwa
35
Yudi Munadi, Media Pembelajaran, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), h. 185.
23
media itu dirancang, dikembangkan, dan diproduksi secara sistematik untuk menyalurkan informasi secara terarah dan mencapai tujuan intruksional tertentu. I.
Pengertian Cerpen Menurut bentuk fisiknya, cerita pendek (atau disingkat menjadi cerpen) adalah cerita yang pendek. Secara umum dapat disimpulkan bahwa cerpen adalah cerita atau narasi (bukan analisis argumentatif) yang fiktif serta relatif pendek. Menurut Jakob Sumarjo menyebutkan bahwa “Cerpen harus berupa cerita atau narasi (bukan analisa argumentatif) yang fiktif (tidak benar-benar terjadi tetapi bisa terjadi kapan saja dan di mana saja) serta relatif pendek.” 36 Penceritaan atau narasi tadi harus dilakukan secara hemat dan ekonomis. Inilah sebabnya dalam sebuah cerpen biasanya hanya ada dua atau tiga tokoh saja, hanya ada satu peristiwa dan hanya ada satu efek saja bagi pembacanya. Semuanya harus serba ekonomis sehingga hanya ada satu kesan saja pada pembacanya. Namun begitu, sebuah cerpen harus merupakan suatu kesatuan bentuk yang betul-betul utuh dan lengkap.
J.
Pembelajaran Menulis Naskah Drama dengan Media Cerpen Sesuai dengan jenjang pendidikan, sekolah menengah atas (SMA) materi yang diajarkan pun semakin mendalam. Salah satu kompetensi pembelajaran sastra yang harus dicapai oleh siswa adalah menulis teks drama. Adapun indikator yang harus dicapai oleh siswa adalah siswa mampu menulis teks drama dengan menggunakan bahasa yang sesuai untuk mengembangkan 36
Jakob Sumarjo, Seluk-Beluk dan Petunjuk Menulis Cerita Pendek, (Bandung: Pustaka Latifah, 2004), h.10.
24
penokohan,
menghidupkan
konflik,
dan
manghadirkan
latar
yang
mendukung. Bahan pembelajaran yang digunakan adalah materi tentang menulis teks drama. Materi tersebut, terdiri atas bagian-bagian teks drama dan langkah-langkah menulis teks drama. Teks drama memiliki bagianbagian judul, deskripsi penokohan, babak (yang terdiri atas prolog, monolog/dialog, dan epilog). Langkah-langkah menulis naskah drama dimulai dari merumuskan tema atau gagasan, mendeskripsikan penokohan atau memberi nama-nama tokoh, membuat garis besar isi cerita, mengembangkan garis besar isi cerita ke dalam dialog-dialog, membuat petunjuk pementasan yang baiasanya ditulis dalam tanda kurung maupun dapat ditulis dengan huruf miring atau huruf kapital semua, dan memberi judul pada naskah drama yang sudah ditulis. Dalam pembelajaran menulis naskah drama guru memberikan sebuah media agar proses pembelajaran dapat berjalan lebih mudah. Menurut Oemar Hamalik “media pendidikan adalah suatu bagian integral dari proses pendidikan di sekolah karena itu menjadi suatu bidang yang harus dikuasai oleh setiap guru profesional.”37 Dalam proses pembelajaran guru memberikan sebuah cerpen yang sudah dibaca sebelumnya oleh murid. Kegiatan membaca cerpen sebelum menulis naskah drama sejalan dengan definisi yang diberikan Siahaan yang dikutip oleh Alek yaitu “Proses mengolah bacaan secara kritis dan kreatif yang dilakukan dengan tujuan memperoleh pemahaman yang bersifat menyeluruh
37
Oemar Hamalik, Media Pendidikan, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1994), h.1.
25
tentang bacaan itu, penilaian terhadap keadaan, dan dampak bacaan itu.”38 Cerpen tersebut dihadirkan untuk memberitahukan kepada siswa tentang cerita yang terkandung di dalamnya serta unsur-unsur penting seperti: tokoh, alur, tema, latar dan lainnya untuk memberikan kemudahan bagi siswa dalam memahami naskah drama, sehingga siswa dapat memahami unsur-unsur yang terdapat di dalam naskah drama. Media cerpen ini berguna untuk menstimulus siswa agar siswa dapat memiliki gambaran tentang naskah drama yang akan siswa buat. Di sini siswa menjadi lebih aktif karena siswa harus bisa menemukan sendiri pengetahuan tentang naskah drama dari cerpen tersebut. Dan peran guru di sini hanya sebagai fasilitator dan motivator yang mengarahkan dan memotivasi keaktifan siswa. Setelah siswa mengetahui hal-hal yang berakitan dengan naskah drama, siswa diminta menulis sebuah naskah drama dengan memperhatikan hal-hal yang berakaitan dengan drama. Agar situasi cerita dalam naskah drama tersebut menjadi lebih hidup, siswa harus bisa menggambarkannya sesuai dengan situasi yang ada tentang apa yang dirasakan, dilihat, dan didengar dari cerpen. Pada saat siswa praktik menulis naskah drama, guru mengarahkan kegiatan siswa. Biasanya anak didik cepat merasa bosan dan kelelahan dalam menulis naskah drama, disebabkan penjelasan guru yang sukar dicerna dan dipahami. Maka, apa salahnya jika seorang guru menghadirkan media cerpen sebagai
38
Alek dan Ahmad H.P, Buku Ajar Bahasa Indonesia, (Jakarta: FITK Press, 2009), h. 48.
26
alat bantu pengajaran guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelum pelaksanaan pengajaran. Begitulah, guru bahasa harus melihat intruksi atau pengajarannya dalam konteks yang tepat lagi wajar. “Guru harus melihat bahwa pengajaran membaca dan menulis itu berkaitan erat.”
39
Dengan membaca cerpen siswa
dapat menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan baik tentang kerakter tokohnya, alur cerita dan dapat memperoleh perincian-perincian dalam cerita sehingga bisa dia terapkan dalam menulis sebuah naskah drama. Beberapa hal penting yang dapat ditemukan dalam membaca cerpen ialah: 1.
Untuk memperoleh perincian-perincian, seperti: apa yang telah dilakukan tokoh, apa yang terjadi pada tokoh dan mengetahui bagaimana tokoh itu memecahkan masalahnya.
2.
Untuk memperoleh ide utama, seperti: mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa saja yang dialami tokoh dan merangkumkan hal-hal yang dilakukan oleh tokoh untuk mencapai tujuannya.
3.
Untuk mengetahui urutan atau susunan, yaitu untuk mengetahui apa yang terjadi mula-mula pertama, kedua, ketiga dan seterusnya dalam cerita. Dalam
hal
memvisualisasikan mengadakan 39
ini
siswa
tokoh-tokoh,
dapat
menarik
kesimpulan-kesimpulan,
memproyeksikan
interpretasi-interpretasi
ketika
dia
akibat-akibat, membaca,
serta
membawa
Henry Guntur Tarigan, Membaca sebagai suatu keterampilan berbahasa, (Bandung: Angkasa, 2008), h. 5-6.
27
kesempurnaan pengalamannya sendiri pada bacaan itu. Dia mempunyai kesempatan untuk mencari petunjuk-petunjuk bagi tokoh. Tatkala dia membaca baris-baris, menciptakan dalam hatinya suatu ide bagaimana wajahwajah akan melihat, suara-suara berbunyi, dan para tokoh bergerak pada saatsaat ketakutan, kebahagiaan dan ketegangan. Melalui pembelajaran seperti ini diharapkan dapat memecahkan masalah kemampuan menulis naskah drama siswa dan diharapkan dapat mengubahan tingkah laku siswa selama pembelajaran menulis naskah drama.
28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Aliyah Negeri 1 Cibinong Bogor. Adapun waktu penelitian ini dilaksanakan selama dua siklus atau dua kali pertemuan, yaitu dari bulan Mei dan bulai Juni 2011. B. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (classroom action research), yaitu “Sebuah pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.”1 Sedangkan menurut H.E. Mulyasa mengartikan PTK sebagai “penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas proses dan hasil belajar sekelompok peserta didik.”2 Adapun menurut Rochiati Wiraatmadja menjelaskan Penelitian Tindakan Kelas sebagai berikut: “Penelitian yang dilakukan bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktek pembelajaran mereka dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu.”3 1
Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), Cet.
IV, h. 3. 2
H.E Mulyasa, Praktik Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), Cet. III, h. 10. 3 Rochiati Wiraatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), h. 13.
29
Metode ini dipilih peneliti karena berdasarkan pendapat para ahli yang menyatakan bahwa PTK sangat bermanfaat bagi guru dalam meningkatkan mutu proses dan hasil belajar di kelas. Selain itu, pada PTK sifatnya bukan mengetes sebuah perlakuan, tetapi sudah mempunyai keyakinan akan ampuhnya sebuah perlakuan. Penelitian tindakan kelas merupakan cara untuk melakukan perubahan ke arah perbaikan dalam pembelajaran. Melalui metode ini, peneliti menerapkan penelitian tindakan kelas sebagai sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas terhadap proses belajar mengajar penulisan naskah drama menggunakan media cerpen dengan beberapa siklus. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan yaitu “(1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi.” 4 Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan partisipan ialah “Bahwa orang yang akan melakukan tindakan haruslah terlibat dalam proses penelitian dari awal.”5 Penelitian ini dilakukan secara partisipan karena peneliti berperan sebagai pengkaji permasalahan, pendiagnosis masalah, perencana tindakan, pengamat, dan pelaksana tindakan. Dalam penelitian partisipan ini, “Peneliti mengamati apa yang dikerjakan siswa, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpatisipasi dalam aktivitas mereka.”6 Kondisi ini dimaksudkan agar mempermudah peneliti saat pengumpulan data sehingga penelitian dapat berjalan sesuai dengan rencana dan sesuai dengan hasil yang diharapkan. 4
Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), Cet. IV, h. 16. 5 Syamsuddin dan Vismaia S. Damaianti, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 208. 6 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2006), h. 311.
30
Penelitian ini dilakukan secara kolaborasi dengan guru bidang studi bahasa Indonesia di sekolah. Kondisi ini dimaksudkan agar penelitian dapat berjalan sesuai dengan rencana dan sesuai dengan hasil yang diharapkan. Adapun penelitian ini diawali dengan melakukan penelitian pendahuluan (pra penelitian) dan akan terhenti apabila kriteria keberhasilan telah tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan siklus adalah satu putaran kegiatan beruntun yang kembali ke langkah semula, di mana tiap-tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu: 1. Perencanaan (Planning) Dalam tahap ini, peneliti menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan instrumen penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar tugas siswa, lembar observasi untuk siswa, lembar jurnal, wawancara dan lembar wawancara untuk guru dan siswa. 2. Tindakan (Acting) Tahap ini adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan yang telah dibuat, yaitu melaksanakan tindakan kelas. 3. Pengamatan (Observing) Dalam tahap ini peneliti melakukan pengamatan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan untuk memperoleh data yang akurat untuk perbaikan pada siklus berikutnya. Observasi dimaksudkan sebagai kegiatan mengamati, menggali, dan mengodumentasikan semua gejala indikator yang terjadi selama proses penilaian. Dalam penelitian ini peneliti dibantu
31
oleh guru kelas yang berperan sebagai observer dan kolaborator. Sebagai observer guru membantu peneliti untuk mengamati perkembangan aktivitas siswa selama proses pembelajaran menulis naskah drama. Sebagai kolaborator guru kelas mengamati dan menilai peneliti dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia. 4. Refleksi (Reflecting) Tahap ini merupakan kegiatan mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan, hasil pengamatan yang didapat dari semua instrumen penelitian dianalisa bersama oleh peneliti dengan guru kolaborator, sehingga dapat diketahui kekurangan yang ada pada siklus I. Hasil analisis tersebut dapat dijadikan acuan untuk merencanakan tindakan pada siklus II. Hasil observasi yang diperoleh dianalisis peneliti bersama guru kolaborator. Untuk mengetahui apakah kegiatan yang dilaksanakan sudah mencapai tujuan yang diharapkan atau masih perlu adanya perbaikan. Hasil analisis tersebut akan digunakan sebagai acuan untuk merencanakan tindakan selanjutnya. Adapun model untuk penelitian tindakan kelas terdiri dari beberapa tahap sebagai berikut:
32
Siklus I
Permasalahan
Perencanaan
Pelaksanaan
Tindakan I
Tindakan I
Pengamatan/
Refleksi
Pengumpulan data I
Siklus II Permasalahan baru hasil refleksi
Perencanaan
Pelaksanaan
Tindakan I
Tindakan I
Pengamatan/
Refleksi II
Pengumpulan data I
Apabila permasalahan belum terselesaikan
Dilanjutkan Ke siklus berikutnya Gambar Desain Penelitian Tindakan Kelas7
7
Suharsimi Arikunto, dkk., Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet. VIII, h. 74.
33
C. Populasi dan Sampel Populasi adalah “seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan.”8 Populasi dan sampel dalam penelitian ini merupakan sumber data, artinya memiliki sifat-sifat atau karakteristik dari sekelompok subyek. Gejala atau objek sifat dan karakteristik tersebut dijaring melalui instrumen yang telah dipilih oleh peneliti. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI MAN 1 Cibinong Bogor, yang berjumlah 294 orang. Sedangkan sampel merupakan bagian dari populasi yang diteliti. Adapun yang menjadi subjek penelitian ini adalah siwa kelas XI IPS 1 yaitu sebanyak 36 orang siswa atau peneliti hanya mengambil satu kelas untuk dijadikan sampel, cara pengambilan sampel ini dengan menggunakan teknik random disebut random sampling, yaitu dilakukan dengan cara memilih acak dengan melakukan pengocokan. D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian Pada penelitian ini peneliti berperan langsung dalam proses pembelajaran sebagai guru mata pelajaran bahasa Indonesia. Untuk observasi pada saat proses pembelajaran dilakukan oleh satu orang observer, yaitu guru mata pelajaran bahasa Indonesia kelas XI IPS di MAN Cibinong-Bogor kemudian evaluasi dan refleksi dilakukan secara bersama antara peneliti dan observer.
8
Margono, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 118.
34
E. Teknik Pengumpulan Data Salah satu kegiatan penting dalam penelitian adalah pengumpulan data yang diperlukan, karena hasilnya sangat menentukan untuk penelitian. Penelitian ini menggunakan dua teknik pengambilan data, yaitu teknik tes dan teknik non tes. 1.
Teknik Tes Data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan tes yang dilakukan sebanyak dua kali. Tes ini dijadikan sebagai tolak ukur peningkatan keberhasilan siswa dalam menulis naskah drama setelah pembelajaran diakukan. Tes menulis naskah drama ini berupa lembar tugas berisi perintah kepada siswa untuk menulis naskah drama. Hasil tes berupa naskah drama.
2.
Teknik Nontes Teknik nontes yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, lembar jurnal, wawancara, dan dokumentasi foto. 1) Lembar Observasi Lembar observasi diberikan pada saat proses pembelajaran berakhir yang digunakan untuk mengetahui sikap dan perilaku siswa rehadap pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Observasi ini menggunakan observasi sistematis yaitu “Observasi yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan.”9 9
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 200.
35
Lembar observasi terdiri sebanyak tiga lembar. Satu lembar diisi oleh seluruh siswa, sedangkan dua lembar lagi diisi oleh observer yaitu guru mata pelajaran bahasa Indonesia yang bersangkutan. Berikut lembar observasi siswa: Tabel 3.1 Format Observasi Siswa No 1
2
3
4
5
6
Aspek yang diamati Guru memberikan penjelasan secara terperinci mengenai materi pembelajaran menulis naskah drama Guru menguasai dengan baik materi pembelajaran menulis naskah drama Guru menggunakan media yang mendukung terkait pembelajaran menulis naskah drama Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya terkait dengan pembelajaran menulis naskah drama Guru memberikan tugas sesuai dengan materi pembelajaran yang diberikan Guru memperhatikan kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung, dan membantu mengarahkan siswa yang menemui
Kriteria Kurang Cukup
Baik
%
36
7
kesulitan dalam mengerjakan tugas menulis naskah drama Guru membuka dan menutup pembelajaran dengan baik dan mengesankan
Lembar di atas diisi oleh seluruh siswa, sedangkan dua lembar di bawah ini diisi oleh observer, yaitu guru mata pelajaran bahasa Indonesia. Lembar observasi ini digunakan untuk melihat aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung, selain itu digunakan sebagai bahan refleksi pembelajaran berikutnya. Tabel 3.2 Format Lembar Observasi Aktivitas Guru No
Aspek
1
Kemampuan membuka pelajaran
2
Sikap guru dalam proses pembelajaran
3
Proses pembelajaran
Kriteria a) Menarik perhatian siswa dan menimbulkan motivasi b) Menjelaskan prosedur pembelajaran yang akan dilaksanakan a) Kejelasan suara b) Antusiasisme penampilan atau mimik a) Kesesuaian penggunaan media cerpen dengan pokok bahasam b) Kejelasan dalam menerangkan materi menulis naskah drama dengan menggunakan media cerpen serta
Keterangan Nilai
37
a)
4
Kecermatan dalam pemanfaatan media b)
a)
5
Evaluasi b) a)
6
Kemampuan menutup pelajaran
b)
kejelasan dalam menimbulkan contoh Kemampuan menggunakan media yang berkaitan dengan teori drama, langkahlangkah menulis naskah drama dengan media cerpen Keterampilan dan ketepatan saat penggunaan media Kemampuan menggunakan penilaian lisan saat pelaksanaan menulis naskah drama dengan media cerpen Ketepatan dalam penggunaan waktu Meninjau kembali pembelajaran yang telah dilakukan dan memberikan kesempatan bertanya pada siswa Memberikan tugas kepada siswa dan menginformasikan bahan atau materi pembelajaran selanjutnya
Tabel 3.3 Format Lembar Observasi Aktivitas Siswa Aspek yang Diamati 1. Aktivitas siswa selama mengikuti KBM a. Siswa memperhatikan penjelasan dari guru
Jumlah Siswa
38
tentang teori drama, langkah-langkah menulis naskah drama dengan menggunakan media cerpen b. Siswa menulis naskah drama dengan menggunakan media cerpen c. Siswa mengajukan pendapat atau pertanyaan yang berkaitan dengan drama d. Siswa menjawab pertanyaan dari guru yang berkaitan dengan drama 2. Perilaku siswa yang tidak sesuai dengan KBM a. Melamun b. Mengobrol dengan temannya c. Melakukan pekerjaan lain
2) Jurnal Siswa Pengisian lembar jurnal siswa dilakukan setelah proses pembelajaran menulis naskah drama selesai. Lembar jurnal ini bertujuan untuk melihat respon siswa terhadap proses pembelajaran yang diberikan. Sebagai bahan refleksi untuk siklus berikutnya. Pertanyaan-pertanyaan dalam jurnal berbeda pada setiap siklusnya. Pada siklus I terdapat dua pertanyaan. Pertanyaan pertama mengenai materi apa yang dipelajari. Pertanyaan kedua mengenai kesan yang didapat setelah belajar menulis naskah drama dengan menggunakan media cerpen. Pada siklus II jurnal bertambah menjadi tiga pertanyaan. Pertanyaaan pertama masih mengenai materi apa yang dipelajari dan kesan apa yang didapat setelah proses pembelajaran menulis naskah
39
drama dengan menggunakan media cerpen. Pertanyaan ketiga yaitu apakah kesulitan pada siklus I dapat teratarsi atau tidak. 3) Wawancara Wawancara bermakna “berhadapan langsung antara interviewer dengan responden, dan kegiatannya dilakukan secara lisan.”10 Kegiatan wawancara dilakukan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran dan kesulitan yang dialami oleh siswa pada saat pemebelajaran berlangsung. Wawancara dilaksanakan kepada sebagian siswa yaitu 30% dari jumlah siswa. Dalam melakukan wawancara digunakan teknik terstruktur, yaitu “Pertanyaan telah disiapkan peneliti dan setiap responden diberi pertanyaan yang sama, dan
pengumpul
data
mencatatnya.”11
Kegiatan
wawancara
dilaksanakan di luar jam pelajaran dan dilaksanakan setelah pembelajaran. 4) Dokumentasi Pengambilan data dokumentasi foto dilakukan pada saat pembelajaran
berlangsung
dan
ketika
melakukan
wawancara.
Pengambilan gambar pembelajaran pada masing-masing siklus mengacu pada kegiatan siswa ketika mengamati media yang berupa naskah drama dan kegiatan siswa ketika sedang menulis naskah drama.
10 11
Joko Subagyo, Metode Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 39. Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2006), h. 194.
40
F. Analisis data dan Interpretasi Data Proses analisis data terdiri atas analisis data pada saat di lapangan yaitu pada saat pelaksanaan kegiatan dan analisis data yang terkumpul. Data yang sudah terkumpul berupa non tes yaitu observasi, hasil wawancara, dan hasil jurnal. Semua data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu “penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.”12 Tahap analisa data tes dimulai dengan membaca keseluruhan data yang ada, menyusunnya dalam satuan-satuan, dan mengkategorikannya. Kriteria keberhasilan peningkatan belajar adalah terjadinya peningkatan belajar menulis naskah drama yang terlihat dari pengamatan telah menunjukan bahwa pelaksanaan proses pembelajaran sesuai rencana dan siswa memperlihatkan peningkatan yang tinggi dalam belajar menulis naksah drama. Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran diukur dengan ketentuan KKM mata pelajaran Bahasa Indonesia di MAN Cibinong-Bogor, yaitu 75. Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dibuat empat level, yaitu: 1. Di bawah KKM yaitu < 75 tingkat keberhasilan rendah 2. Sesuai KKM yaitu 75-80 tingkat keberhasilan sedang 3. Di atas KKM 81-85 tingkat keberhasilan tinggi 4. Di atas KKM 86-100 tingkat keberhasilan sangat tinggi. 12
19.
Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Surabaya: SIC, 2001), Cet. II, h.
41
G. Kriteria Penilaian Menulis Naskah Drama dengan Media Cerpen Untuk melihat kemampuan siswa dalam menulis naskah drama dengan media cerpen, peneliti menentukan beberapa kriteria penilaian. Di bawah ini adalah kriteria penilaian menulis naskah drama dengan menggunakan media cerpen: Tabel 3.4 Format Penilaian Naskah Drama Aspek Penilaian
No
Nama
Kelengkapan Aspek Formal Naskah Drama J D B K P 5 – 25
Keesesuaian Naskah Penggunaan Drama Kreativitas EYD dengan Cerpen 5 – 25
5 – 25
Jumlah
5 -25
Keterangan: 1. Kelengkapan aspek formal naskah drama 21-25
= Jika terdapat kelima aspek formal naskah drama yaitu judul (J), dialog (D), babak (B), Kramagung (K), prolog (P).
16-20
= Jika terdapat empat aspek formal naskah drama
11-15
= Jika terdapat tiga aspek formal naskah drama
6-10
= Jika terdapat dua aspek formal naskah drama
1-5
= Jika terdapat satu aspek formal naskah drama
2. Kesesuaian naskah drama dengan cerpen 21-25
= Jika naskah drama sesuai dengan isi cerpen dan cerpen
42
terangkum semua dalam naskah drama. 16-20
= Jika naskah drama cukup sesuai dengan isi cerpen dan cerpen terangkum semua dalam naskah drama.
11-15
= Jika naskah drama cukup sesuai dengan isi cerpen namun cerpen kurang lengkap dalam naskah drama
6-10
= Jika naskah drama kurang sesuai dengan isi cerpen dan cerpen kurang lengkap dalam naskah drama
1-5
= Jika tidak ada kesesuaian antara naskah drama dengan cerpen.
3. Kreativitas 21-25
= Jika sangat mampu mengembangkan cerpen dan berimprovisasi
16-20
= Jika mampu mengembangkan cerpen dan berimprovisasi
11-15
= Jika cukup mampu mengembangkan cerpen dan berimprovisasi
6-10
= Jika kurang mampu mengembangkan cerpen dan berimprovisasi
1-5
= Jika tidak mampu mengembangkan cerpen dan berimprovisasi
4. Penggunaan EYD 21-25
= Jika tidak terdapat kesalahan dalam kaidah EYD
16-20
= Jika terdapat 1-5 kesalahan dalam kaidah EYD
11-15
= Jika terdapat 6-10 kesalahan dalam kaidah EYD
43
6-10
= Jika terdapat > 10 kesalahan dalam kaidah EYD
1-5
= Jika terdapat > 15 kesalahan dalam kaidah EYD
H. Pengembangan Perencanaan Tindakan Setelah tindakan pertama (siklus I) selesai dilakukan dan hasil yang diharapkan belum mencapai kriteria keberhasilan, maka akan ditindak lanjuti untuk melakukan tindakan selanjutnya sebagai rencana perbaikan pembelajaran. Penelitian ini berakhir, apabila peneliti menyadari bahwa penelitian ini telah berhasil menguji proses pembelajaran menulis naskah drama melalui media cerpen.
44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian Dalam bab ini akan dibahas hasil penelitian yang telah dilakukan di kelas XI IPS 1 MAN Cibinong-Bogor selama dua siklus. Secara garis besar, pada bab empat ini akan memaparkan deskripsi awal penelitian, perencanaan yang akan dilaksanakan, pelaksanaan pembelajaran menulis naskah drama dengan menggunakan media cerpen, serta mendeskripsikan hasil yang dicapai dalam proses pembelajaran menulis naskah drama dengan menggunakan media cerpen. B. Profil Madrasah Aliyah Negeri Cibinong-Bogor 2010-2011 1. Deskripsi Singkat MAN Cibinong-Bogor Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Cibinong Kabupaten Bogor pada mulanya bernama Pendidikan Guru Agama Pertama (PGAP) Swasta 4 tahun Bogor, yang berdiri pada tahun 1968 atas prakarsa M Taufiq Ismail sebagai Ketua, M Imran Rosadi sebagai Sekretaris, dan K Mahpudin sebagai Bendahara. Kemudian pada tahun 1982, status PGAP berubah menjadi MAN Bogor Filial Cibinong dengan SK Direktur Jenderal Binbaga Islam Depag Nomor Kep/e/302/1982, tanggal 23 Oktober 1982 yang pada waktu itu sebagai Kepala MAN Bogor adalah Bapak Drs. Dudung, dan sebagai Koordinator MAN Filial Cibinong adalah Zubaedi Muchtar, B.A. dengan
45
alamat di Jln. Raya Jakarta-Bogor Km 43,5 di Komplek Pendidikan Al Huda Cibinong. Berkat peran serta Kakandepag Kab. Bogor, Bapak H. Abdurrahman Amir, MAN Bogor memperoleh ijin dari Pemda untuk membeli tanah Kas Desa Cirimekar seluas 8.065 m2 yang dibeli dengan dana DIPA (7.500 m2), dana swadaya BP3 (565 m2), dan
dibeli dari Bpk H. Abdul Fatah
(1.000m2), sehingga jumlah semuanya menjadi 9.065 m2. Mulai tahun Anggaran 1985/1986 MAN Bogor mulai membangun gedung di Cirimekar. Mulai tahun ajaran 1986/1987, MAN Bogor Filial Cibinong berpindah dari Jln. Raya Jakarta-Bogor Km 43,5 ke Kampus Cirimekar, dan sebagai Koordinator adalah M. Taufiqurrahman, B.A. menggantikan pimpinan sebelumnya yaitu Bapak Zubaedi Muchtar, B.A. Kemudian pada tahun 1993 ditetapkan menjadi MAN Cibinong berdasarkan SK Menteri Agama Nomor: 244 Tahun 1993, tanggal 25 Oktober 1993. Drs. H.Entjum Ma’sum sebagai Kepala MAN Cibinong. Tabel 4.1 Keadaan Siswa Tahun Pelajaran 2010/2011 JUMLAH SISWA MISKIN
SISWA
KELAS/ PROGRAM
ROMBEL
X
LK
PR
JML
LK
PR
JML
10
143
232
375
3
8
11
XI IPA
4
43
89
132
7
16
23
XI IPS
4
48
114
162
1
0
1
46
XII IPA
3
25
72
97
3
3
6
XII IPS
3
38
82
120
0
2
2
XII BHS
0
0
0
0
0
0
0
JUMLAH
24
297
589
886
14
29
42
2. Tujuan, Visi, dan Misi a. Tujuan
Madrasah
:
Meningkatkan
kecerdasan,
pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri, dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. b. Visi Madrasah
: Terbentuknya peserta didik yang berprestasi dan
berakhlakul karimah c. Misi Madrasah
: Membentuk Siswa yang:
1) Berakhlakul Karimah 2) Berwawasan ilmu pengetahuan dan teknologi 3) Mampu bersaing dalam memasuki perguruan tinggi 4) Mampu bersaing dalam memasuki dunia kerja 5) Memiliki kemandirian 6) Menjadi teladan bagi teman dan masyarakat 3. Keadaan Sarana dan Prasarana a.
Tanah Luas Tanah Seluruhnya
: 15 670 m2
Luas tanah untuk bangunan
: 3 540 m2
Luas tanah untuk sarana lingkungan
47
(halaman, jalan, taman)
: 2 400 m2
Luas tanah Kosong/Hibah Pemkab Bogor (Lokaasi di Karadenan)
: 6 565 m2
b. Bangunan/Gedung 1.
Ruang Kepala
: 1 unit
2.
Ruang Tata Usaha
: 1 unit
3.
Ruang Wakil Kepala
: 1 unit
4.
Ruang Guru
: 2 unit
5.
Ruang Belajar
: 24 unit
6.
Ruang BP/BK
: 1 unit
7.
Ruang Perpustakaan
: 1 unit
8.
Ruang Laboratorium Bahasa
: 1 unit
9.
Ruang Laboratorium Komputer
: 1 unit
10. Ruang Laboratorium Kimia
: 1 unit
11. Ruang Laboratorium Fisika
: 1 unit
12. Ruang Laboratorium Biologi
: 1 unit
13. Ruang Keterampilan Tata Boga
: 1 unit
14. Ruang Keterampilan Tata Busana
: 1 unit
15. Ruang Keterampilan THP
: 1 unit
16. Masjid
: 1 unit
17. Ruang UKS
: 1 unit
18. Ruang OSIS
: 1 unit
19. Ruang PMR
: 1 unit
48
20. Ruang Bela Diri
: 1 unit
21. Ruang Pramuka
: 1 unit
22. Ruang PASKIBRA
: 1 unit
23. Ruang Koperasi
: 1 unit
24. Ruang Kantin
: 1 unit
25. Lapangan Olah raga
: 1 unit
26. Lapangan upacara
: 1 unit
C. Penelitian Pendahuluan Penelitian tindakan kelas ini dimulai dengan melakukan penelitian pendahuluan di MAN Cibinong-Bogor. Kegiatan ini meliputi wawancara dengan guru bahasa Indonesia, serta melakukan observasi dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas. Tindakan ini bertujuan untuk mengetahui proses pembelajaran bahasa Indonesia khususnya menulis naskah drama kelas XI di MAN Cibinong-Bogor. MAN Cibinong menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) kelas XI Tahun Pelajaran 2010-2011 sebesar 75 dan bagi siswa yang mendapatkan nilai di bawah standar KKM harus mengikuti remidial. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia, beliau mengakui bahwa pembelajaran keterampilan menulis naskah drama selama ini menggunakan metode ceramah. Biasanya guru menjelaskan apa itu drama selanjutnya guru memberikan contoh naskah drama lalu siswa disuruh untuk membuat naskah drama. Selain itu peneliti mendapatkan nilai menulis naskah drama yang telah dilakukan oleh guru
49
bahasa Indonesia sebelumnya. Berikut nilai hasil naskah drama siswa dalam penelitian pendahuluan: Tabel 4.2 Hasil Naskah Drama Sebelum Tindakan No
Nama
Nilai
Tingkat Keberhasilan
1
Achmad Suhendar
85
Tinggi
2
Ade Nurhasanah
75
Sedang
3
Aden Purnawan
70
Rendah
4
A Bukhori Muslim
65
Rendah
5
Ahmad Sonhaji
65
Rendah
6
Ana Nurjannah
75
Sedang
7
Anisa Yulianti
80
Sedang
8
Ashari Utomo Putra
60
Rendah
9
Asri Puspitasari
80
Sedang
10
Dhea Ulfah N
80
Sedang
11
Eka Rosiani Sari
70
Rendah
12
Endah Ami Pratiwi
75
Sedang
13
Eria Komarudin
70
Rendah
14
Ermawati
80
Sedang
15
Indah Syafitri
80
Sedang
16
Kemala Saras Rianty
80
Sedang
17
Khoirunnisa
75
Sedang
18
M. Angga Mahridan
60
Rendah
19
M. Hafiz Ramadhan
60
Rendah
20
Mahfudin
65
Rendah
21
Muhammad Iqbal
65
Rendah
22
Napsiah
75
Sedang
23
Naufal Fawwaz
80
Sedang
50
24
Novita Lestari
75
Sedang
25
Novita Sari
75
Sedang
26
Nurjayanti
70
Rendah
27
Rihlah Mawaddah
80
Sedang
28
Sarah Hayatin Nufus
75
Sedang
29
Saprudin
75
Sedang
30
Siti Aminah
75
Sedang
31
Siti Kurniasih
70
Rendah
32
Siti Mirnawati
60
Rendah
33
Siti Nurhasanah
75
Sedang
34
Tami Puspita Sari
60
Rendah
35
Wagiati
70
Rendah
36
Yudi Ardian
80
Sedang
Total
Total skor
:
:
2610
Jumlah skor yang diperole h siswa Ju ml ah siswa
2610 36
x 100%
x 100 %
: 72,50 Dari data tersebut diperoleh bahwa sebelum dilakukan tindakan ada sebanyak 15 siswa dari 36 siswa atau 41,66% dari seluruh siswa memiliki nilai rendah. Sedangkan nilai rata-rata yang diperoleh adalah 72,50. Dari hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa menulis naskah drama sebelum dilakukan tindakan pada siswa kelas XI IPS 1 MAN CibinongBogor termasuk ke dalam kategori kurang.
51
Sedangkan dari hasil wawancara dengan beberapa siswa didapatkan bahwa masih banyak yang merasa kesulitan di dalam menulis naskah drama, di antaranya yaitu kesulitan untuk menuangkan ide, menentukan tema, membuat dialog serta mengembangkan suatu keadaan. Beberapa dari mereka mengatakan bahwa sesungguhnya mereka senang sekali menulis, tetapi kurangnya motivasi yang diberikan oleh guru dan ketika ada pembelajaran menulis guru tersebut jarang sekali memberitahukan kekurangan-kekurangan apa saja dari hasil tulisan mereka. Setelah peneliti mendapatkan izin untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut, guru mata pelajaran bahasa Indonesia menentukan kelas yang dijadikan objek penelitian yaitu kelas XI IPS 1, karena berdasarkan pengamatan bidang kurikulum dan guru mata pelajaran bahasa Indonesia, kelas ini termasuk kategori kelas yang prestasi belajarnya sedang, bukan yang terbaik ataupun terburuk di antara 7 kelas lainnya.. Model pembelajaran yang digunakan yaitu dengan menggunakan media cerpen. Media cerpen tersebut diharapkan dapat membantu meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis naskah drama. D. Tahap Pelaksanaan Siklus I 1. Perencanaan Pelaksanaan Siklus I Kegiatan pada tahap perencanaan siklus I ini adalah pertama-tama peneliti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dilengkapi dengan lembar kerja siswa. RPP yang dibuat didiskusikan dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia untuk menyempurnakan
52
proses pembelajaran. Untuk menunjang pembelajaran, peneliti menyiapkan media cerpen agar mempermudah siswa dalam membuat naskah drama, peneliti dan guru mata pelajaran memilih cerpen “Bertengkar Berbisik” karya M. Kasim karena menurut keterangan guru mata pelajaran bahasa Indonesia bahwasannya cerpen itu pernah diberikan kepada siswa sebelumnya, tujuannya ialah agar siswa lebih mudah memahami cerpen tersebut. Selain itu, peneliti menyiapkan lembar observasi dan jurnal siswa untuk setiap pertemuan, serta pedoman wawancara yang akan diberikan pada akhir siklus. Pada siklus I, siswa dituntut untuk memahami tentang pengertian drama, unsur intrinsik, ciri-ciri dan kriteria naskah drama yang baik. Di dalam pembelajaran guru tidak menyuguhkan secara langsung materimaterinya akan tetapi guru menggali pengetahuan awal mereka melalui tanya jawab, tujuannya agar siswa mampu menemukan sendiri tambahan pengetahuan yang dimilikinya sehingga mereka dapat mengetahui tentang naskah drama secara keseluruhan. Selanjutnya peneliti memperkenalkan media cerpen dan mempersilahkan siswa untuk membaca serta memahami isi dari cerpen dan setelah itu siswa diharapkan menulis naskah drama berdasarkan cerpen yang diberikan. Pada akhir pembelajaran peneliti memberikan ice breaking kepada siswa tujuannya agar siswa tidak merasa jenuh setelah mereka menulis naskah drama, dan juga agar pembelajaran diakhiri dengan kegiatan yang
53
mengesankan.
Peneliti
juga
menggunakan
metode
refleksi
untuk
perencanaan pembelajaran selanjutnya. 2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pembelajaran pada siklus I ini dilaksanakan pada hari selasa tanggal 24 Mei 2011, berdurasi 2 x 45 menit (2 jam pelajaran) yaitu dimulai dari pukul 08.30-10.00 WIB. Pengkondisian kelas di awal yaitu diberikan oleh guru mata pelajaran bahasa Indonesia, dengan memperkenalkan peneliti yang akan menggantikannya dalam beberapa hari. Dan juga guru mata pelajaran bahasa Indonesia memberi informasi bahwa yang akan menggantikannya adalah seorang mahasiswi yang sedang melakukan penelitian di MAN Cibinong-Bogor khususnya pada kelas XI IPS 1. Tahap awal peneliti memberikan pertanyaan “Siapa yang pernah mendengar kata drama?” Siswa menjawab dengan sangat antusias bahwa mereka sering mendengarnya. Lalu peneliti memberikan pertanyaan “Lalu siapa yang tahu drama itu apa?” Seketika suasana menjadi hening, hanya ada satu siswa yang mengacungkan tangannya, guru memberi apresiasi dengan menulis penjelasan yang diberikan oleh siswa tersebut dan mengatakan “Cerdas, jawabannya bagus sekali. Ada lagi yang mau melengkapi jawaban dari temannya tentang apa itu drama?” lalu satu persatu siswa memberikan penjelasan tentang drama sehingga terkumpul lima pendapat dari masing-masing siswa. Setelah itu peneliti merangkum dan memberikan penjelasan drama secara lengkap dan jelas.
54
Kemudian guru memberi pertanyaan lanjutan “Apakah kalian pernah menulis
naskah drama?” Serentak anak-anak menjawab
“Pernah”
selanjutnya guru menjelaskan dan diikuti dengan tanya jawab tentang unsur intrinsik naskah drama, macam-macam drama, dan cara menulis naskah drama yang baik dan benar. Kemudian guru memaparkan tentang bagaimana penulisan naskah drama, teknik-teknik serta langkah-langkah menggunakan media cerpen untuk menulis naskah drama. Setelah itu, guru bertanya “Apakah kalian pernah membaca cerpen yang berjudul Bertengkar Berbisik karya M. Kasim?” Sebagian dari anakanak menjawab “Pernah” sebagian lagi hanya diam saja. Lalu guru bertanya kepada anak yang menjawab pernah “Apa inti cerita dari cerpen Bertengkar Berbisik karya M. Kasim?” Seorang siswa menjawab “Cerpen itu berisikan tentang 3 orang musafir yang terjebak dalam sebuah kampung, saat itu waktu berbuka puasa sedangkan mereka tidak membawa bekal untuk berbuka. Lalu mereka berinisiatif untuk menipu salah satu warga dari kampung itu dengan berpura-pura salah satu dari mereka menjadi kepala kampung. Setelah mereka makan kenyang dan ketika mereka akan tidur mereka malah bertengkar, nah terdengarlah oleh yang punya rumah. Dan akhirnya mereka bertiga ketahuan menipu, setelah itu mereka melarikan diri. Begitu bu setahu saya,” lalu guru melempar pertanyaan selanjutnya kepada siswa “Bagaimana, benar tidak apa yang dipaparkan oleh teman kalian?” serentak siswa-siswa menjawab “Benar bu”.
55
Langkah selanjutnya guru membagikan cerpen Bertengkar Berbisik karya M. Kasim serta lembar tugas kepada anak-anak. Kemudian siswa diberi waktu 10 menit untuk membaca cerpen, keadaanpun menjadi ribut maka guru mencoba untuk menertibkan dengan meminta untuk segera membaca cerpen tersebut, maka suasanapun berubah menjadi hening. Guru berkeliling untuk memastikan tidak ada siswa yang mengerjakan hal lain selain membaca cerpen. Kemudian ada beberapa siswa yang bertanya tentang dialog, apakah dialognya boleh diubah atau dikreatifkan atau bahkan diefektifkan dari kalimat yang terlalu panjang dan di sinilah guru menjelaskan bahwa dari cerpen itu harus diperhatikan dialog dan kramagungnya, jika ada yang dikreatifkan atau diefektifkan kalimatnya menjadi kalimat yang mudah dipahami maka akan menambah penilaian. Selanjutnya guru memastikan bahwa semua siswa sudah memahami cerpen yang akan diubah menjadi naskah drama tersebut dengan bertanya: “Baik anak-anak, sudah siap menulis naskah drama?” Serentak anak-anak menjawab “Siap!”. Lalu guru menugaskan siswa untuk memulai menulis naskah drama dan setelah itu guru berkeliling untuk memastikan bahwa semua siswa sudah mulai menulis naskah drama. Suasana kelas menjadi tenang karena semua siswa sudah mulai berkonsentrasi dengan pekerjaannya. Sesekali guru membimbing siswa yang kesulitan dalam menulis naskah drama seperti kesulitan dalam menulis kramagung, dialog dan babak. Sementara guru mata pelajaran bahasa
56
Indonesia yang bertugas sebagai observer mengamati proses pembelajaran, observer duduk berada di belakang siswa. Pada
waktu
sepuluh
menit
terakhir
guru
meminta
untuk
mengumpulkan hasil naskah drama mereka, ada siswa yang sudah selesai mengerjakannya dan ada juga beberapa siswa yang tergesa-gesa karena belum selesai. Setelah semua siswa mengumpulkan naskah dramanya guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya mengenai pembelajaran, tetapi tidak ada siswa yang bertanya. Setelah itu guru membagikan jurnal serta format observasi untuk diisi sebagai bahan refleksi pembelajaran yang telah dilaksanakan. Guru menginformasikan untuk membaca lagi cerpen Bertengkar Berbisik karya M. Kasim di rumah serta membawa cerpen tersebut pada pertemuan selanjutnya. Pada detik-detik terakhir pembelajaran, guru memberikan satu ice breaking. Kegiatan ini bertujuan agar pembelajaran diakhiri dengan mengesankan, terlihat dari ekspresi seluruh siswa yang sangat ceria dan senang ketika guru menutup pelajaran dan memberi salam. 3. Analisis Naskah Drama Siklus I Peneliti menganalisis hasil naskah drama siswa berdasarkan kriteriakriteria penilaian yang telah ditetapkan. Peneliti mengambil sebelas hasil naskah drama siswa, jumlah tersebut diambil 30% dari jumlah siswa. “Cara pengambilan sampel hasil naskah drama siswa diambil dengan teknik random atau random sampling.”1 Naskah-naskah itu akan dianalisis pada
1
Subana dkk. Statistik Pendidikan. (Bandung: Pustaka Setia, 2000). hlm. 25.
57
setiap siklus sehingga peneliti dapat mengetahui peningkatan atau penurunan yang terjadi pada siswa. Berikut analisis kesebelas naskah drama siswa tersebut: a) Hasil naskah drama siswa bernama Ahmad Suhendar 1) Kelengkapan aspek formal naskah drama Naskah drama hasil karya Ahmad Suhendar sudah cukup baik, di dalamnya sudah terdapat judul yang diubah dari judul aslinya yaitu judul berasal dari “Bertengkar Berbisik” berubah menjadi “Tiga Orang Musafir Sang Penipu Ulung” itu artinya sudah ada daya kreatifitas dalam segi penulisan judul, judul yang diberikan Ahmad sangat cocok diberikan untuk cerita tersebut. Dalam penulisan dialog yang ditulis oleh Ahmad hampir sama dengan dialog-dialog yang terdapat dalam cerpen. Hal tersebut menyebabkan naskah drama terasa kaku ditambah dengan tidak adanya pembagian babak dalam cerita sehingga tidak jelas perpindahan babak atau perpindahan latarnya. Begitu pula dalam penulisan kramagung, Ahmad menulis hampir sama dengan yang terdapat dalam cerpen. Hanya ada beberapa kramagung yang disederhanakan oleh Ahmad, misalnya: Burkat
: “Engkau pun penipu” (sambil terengah-engah ketakutan)
Berasal dari kalimat:
58
“Engkau pun penipu” kata kepala kampung palsu itu terengahengah sebab ketakutan. Sama halnya dalam penulisan prolog dan epilog, Ahmad menuliskannya hampir sama dengan kalimat-kalimat yang terdapat dalam cerpen. 2) Kesesuaian naskah drama dengan cerpen Secara keseluruhan isi naskah drama yang ditulis Ahmad sudah sesuai dengan isi cerpen. Isi cerpen seluruhnya terangkum dalam naskah drama meskipun tidak adanya pembagian babak dan penggambaran latarnya kurang jelas. 3) Kreativitas Ahmad hampir tidak mengembangkan cerita. Secara umum Ahmad belum mampu mengembangkan kreativitasnya. Naskah yang ditulis Ahmad seluruhnya mengutip apa yang disajikan dalam cerpen. Hanya saja penulisan judul yang diubah dari judul yang terdapat dalam cerpen. 4) Penggunaan EYD Penggunaan ejaan Ahmad masih diabaikan. Contohnya banyak sekali kesalahan dalam penggunaan kata depan di sebelum kata kerja yaitu
di
panggilkan
yang
seharusnya
disambung
menjadi
dipanggilkan, di malui yang seharusnya dimalui. Lalu ada kata yang tidak menggunakan huruf kapital pada awal nama orang yaitu togop yang seharusnya Togop.
59
b) Hasil naskah drama siswa bernama Ade Nurhasanah 1) Kelengkapan aspek formal naskah drama Hasil naskah drama karya Ade Nurhasanah pada siklus 1 ini sudah cukup baik, hanya tidak ada babak dalam kelangkapan aspek formal naskah dramanya. Judul yang diberikan Ade masih menggunakan judul yang terdapat dalam cerpen, ia tidak mengubah judul menjadi lebih kreatif yaitu “Bertengkar Berbisik”. Ade cukup pandai sekali mengembangkan sebuah dialog. Ia membuat dialog-dialog baru yang tidak terdapat dalam cerpen. Dialog-dialog itu Ade buat agar naskah dramanya terlihat lebih menarik. Contoh dialog-dialog yang ditambahkan oleh Ade adalah sebagai berikut: : “Hai Togop, Togu ayo cepet jalannya
Si Burkat
nanti kita kesorean” Si Togop dan Togu : “Iya, ini juga sudah cepat-cepat” Dalam naskah drama Ade terdapat prolog tetapi tidak ada epilog. Ade salah satu siswa yang tidak menyelesaikan naskah drama, itu
disebabkan
karena
waktu
yang
terbatas.
Ade
sangat
menyederhanakan bentuk prolognya, seperti di bawah ini: Pada waktu itu matahari sudah condong ke barat. Tiga orang musafir, yang berjalan kaki sedang dalam perjalanannya. Mereka mempercepat langkah, agar dapat berbuka puasa di kampung orang.
60
Berasal dari sebuah paragraf berikut. Pada waktu itu matahari sudah condong ke Barat. Tiga orang musafir, yang berjalan kaki sedang dalam perjalanannya. Mereka itu mempercepat langkah, agar dapat berbuka di kampung orang. Menjelang akan sampai ke sebuah kampung kecil, yang masuk bahagian Batangtoru, mereka itu berhenti sebentar akan bermusyawarah. 2) Kesesuaian naskah drama dengan cerpen Naskah yang dibuat oleh Ade menggantung, Ade tidak menyelesaikan naskah dramanya, padahal tinggal sedikit lagi naskah drama ade dapat sempurna. Sehingga isi cerita dalam cerpen kurang lengkap terangkum dalam naskah drama. 3) Kreativitas Naskah yang disuguhkan oleh Ade cukup kreatif, terlihat dari pengembangan cerita yang dituliskan Ade melalui dialog-dialognya dengan ragam bahasa yang cukup menarik. Ade pun sangat pandai berimprovisasi dalam dialog-dialog yang terdapat dalam naskah dramanya. 4) Penggunaan EYD Naskah drama milik Ade terdapat sedikit kesalahan dalam penulisan EYD. Kesalahan-kesalahan itu ialah dalam penggunaan kata depan di dan ke yang masih tertukar apakah disambung atau dipisah.
61
Contohnya kata di mulai yang seharusnya dimulai, di panggilkan yang seharusnya dipanggilkan, dan ke sorean yang seharusnya kesorean. c) Hasil naskah drama siswa bernama Ana Nurjanah 1) Kelengkapan aspek formal naskah drama Hasil karya Ana Nurjanah ini sudah baik, sudah terdapat judul dalam naskah drama yang diubah sedikit saja dari judul aslinya yaitu judul
berasal
dari
“Bertengkar
Berbisik”
berubah
menjadi
“Pertengkaran dengan Berbisik”. Dalam
penulisan
dialog
Ana
menuliskannya
hampir
menyerupai dengan dialog yang terdapat dalam cerpen, hanya saja ada sedikit kata-kata yang ditambahkan atau dihilangkan dalam dialog. Tidak ada pembagian babak dalam naskah drama milik Ana, sehingga naskah dramanya sedikit menyebabkan sulit dipahami karena tidak jelas perpindahan babak dan perpindahan latarnya. Ana sangat pandai sekali membuat kramagung, kramagung yang dibuat Ana sangat bervariasi, digambarkan sesuai dengan perilaku para tokoh dalam cerita misalnya: Si Togu : “Saya sangka tadi, jika diburu-buru berjalan dapat juga kita bermalam di Batangtoru, tetapi rupanya tidak.” (Ia kecewa, menyesal, dan mengeluh) Si Togop : “Kalau begitu (dengan berfikir panjang) lebih baik kita cari akal, supaya kita dapat makan petang ini”
62
Prolog dan epilog yang dibuat oleh Ana masih sama dengan prolog dan epilog yang terdapat dalam cerpen. Belum adanya perubahan kreatifitas dalam penulisan prolog dan epilog. 2) Kesesuaian naskah drama dengan cerpen Naskah yang dibuat oleh Ana sesuai dengan isi cerpen, isi cerpen sudah terangkum seluruhnya ditulis oleh Ana. Meskipun dalam naskah drama Ana tidak ada babak. 3) Kreativitas Naskah yang disuguhkan oleh Ana cukup kreatif, Ana mampu mengembangkan cerpen dan berimprovisasi. Terlihat dari penyuguhan kramagung yang bervarisi dan judul yang sudah diubah dari bentuk aslinya.
Meskipun
dalam
dialog
Ana
masih
sedikit
untuk
berimprovisasi. 4) Penggunaan EYD Ana begitu mengabaikan penggunaan ejaan. Ada tujuh kesalahan atau pertukaran antara preposisi dengan imbuhan kata di yaitu
di
panggilkan
yang
seharusnya
disambung
menjadi
dipanggilkan, diantara yang seharusnya di antara, di iringkan yang seharusnya diiringkan, dan sebagainya. d) Hasil naskah drama siswa bernama Asri Puspitasari 1) Kelengkapan aspek formal naskah drama Naskah drama hasil karya Asri masih bnyak kekurangan, tidak ada judul dan babak dalam naskah drama. Sehingga cerita masih
63
mengambang untuk dibaca. Dalam penulisan dialog Asri masih menyalin dengan dialog-dialog yang terdapat di dalam cerpen, hanya sedikit saja Asri menambahkan kata-kata sebagai pelengkap dialog. Dalam penulisan kramagung Asri cukup berimprovisasi, Asri banyak menambahkan kramagung-kramagung yang tidak terdapat dalam cerpen. Misalnya: Burkat : “Engkau Togu, bagaimana pikiranmu? (sambil memandang wajah Togu) Kepala Kampung
: “Tidak tau adat engkau ini, berani menjatuhkan tangan rajamu!” (sambil menolak tangannya dan berkata dengan gusar)
Dalam penulisan prolog dan epilog Asri tidak banyak merubah dengan prolog dan epilog yang terdapat dalam cerpen. Sehingga masih terlihat tidak berbeda jauh isinya dengan prolog dan epilog cerpen. 2) Kesesuaian naskah drama dengan cerpen Naskah yang dibuat oleh Asri sesuai dengan isi cerpen, isi cerpen sudah terangkum seluruhnya ditulis oleh Asri. Meskipun dalam naskah drama Asri tidak adanya babak dan judul. 3) Kreativitas Naskah yang disuguhkan oleh Asri cukup kreatif, terlihat dari penulisan kramagung, prolog serta epilog yang diubah oleh Asri.
64
Sehingga
Asri
cukup
mampu
mengembangkan
cerpen
dan
berimprovisasi. 4) Penggunaan EYD Penggunaan ejaan Asri sangat diabaikan. Lebih dari 15 kesalahan dalam naskah drama hasil Asri. Contohnya banyak sekali kesalahan dalam penggunaan preposisi dan imbuhan di yaitu dikampung yang seharusnya dipisah menjadi di kampung, diantara yang seharusnya di antara. Lalu penggunaan huruf kapital di dalam kata tempat dan nama orang yaitu di sitinjak yang seharusnya di Sitinjak, sutan menjinjing alam yang seharusnya Sutan Menjinjing Alam. e) Hasil naskah drama siswa bernama Endah Ami Pratiwi 1). Kelengkapan aspek formal naskah drama Hasil karya Endah Ami Prtiwi ini sudah sangat baik, aspek formal naskah drama sudah lengkap, di dalamnya sudah terdapat judul, dialog, babak, kramagung, prolog dan epilog. Judul cerpen yaitu “Bertengkar Berbisik” Endah merubahnya menjadi “Pertengkaran 3 Serangkai dalam Berbisik” itu artinya Endah memberikan judul dengan cukup kreatif. Dalam penulisan dialog sudah tertulis secara rapih dan benar, dan ada beberapa dialog yang diubah oleh Endah sehingga lebih menarik untuk dibaca. Dialog Berasal dari paragraf berikut ini
65
“Engkau Togu, bagaimana pikiranmu?” bertanya si Burkat kepada temannya seorang lagi. “Saya menurut saja” jawab si Togu. Lalu diubah menjadi dialog berikut ini. Burkat : “Oke, dan kamu Togu, bagaimana denganmu? Setuju gak?” : “Kalau saya setuju-setuju aja sih, atur aja deh sama
Togu
kalian”. Endah menuliskan babak dalam naskahnya, ia memberikan babaknya dengan tulisan Scene 1, Scene 2, Scene 3, dst. Tetapi tidak mencantumkan di mana keberadaan latar dalam setiap babak. Dalam
penulisan
kramagung,
Endah
menuliskan
dengan
menambahkan beberapa kalimat misalnya: Berasal dari paragraf berikut “Anak Keparat rupanya engkau ini, curang, tamak tidak setia kawan, hanya memikirkan kesenangan sendiri saja,” kata si Togop berbisik. Endah mengubah kramagung menjadi berikut. Togop : “Anak keparat rupanya kamu ini, curang, tamak, tidak setia kawan, hanya mementingkan kesenangan sendiri saja, egois kamu!!!” (sambil berbisik dan mulailah emosinya naik) Endah mengemas prolog sebagai berikut:
66
Suatu hari ada 3 orang musafir yang sedang berjalan di kampung orang. Mataharipun sudah condong ke Barat, mereka sangat bingung untuk berbuka puasa di mana. Berasal dari sebuah paragraf berikut. Pada waktu itu matahari sudah condong ke Barat. Tiga orang musafir, yang berjalan kaki sedang dalam perjalanannya. Mereka itu mempercepat langkah, agar dapat berbuka di kampung orang. Menjelang akan sampai ke sebuah kampung kecil, yang masuk bahagian Batangtoru, mereka itu berhenti sebentar akan bermusyawarah. 2). Kesesuaian naskah drama dengan cerpen Naskah yang dibuat oleh Endah sudah sesuai dengan isi cerpen, isi cerpen sudah terangkum seluruhnya ditulis oleh Endah. Diperjelas dengan pembagian babak, dan alurnya sesuai dengan isi cerita dalam cerpen. 3). Kreativitas Naskah yang disuguhkan oleh Endah sudah cukup kreatif, terlihat dari penulisan dialog yang diberikan dengan beberapa kalimat yang cukup unik, judul yang dibah menjadi “Pertengkaran 3 Sekawan dalam Berbisik”, kramagung yang diberikan sesuai dengan kondisi cerita, epilog dan prolog yang tidak lagi menggunakan kata-kata dalam cerpen.
67
4). Penggunaan EYD Endah cukup mengabaikan penggunaan ejaan. Contohnya banyak sekali kesalahan dalam penggunaan kata depan di yang mengikuti kata tempat yaitu dikampung yang seharusnya dipisah menjadi di kampung, diantara yang seharusnya di antara. Lalu penggunaan huruf kapital yang sering terdapat di tengah kalimat, contohnya Dengan cara itu kita bisa menetap sementara di Rumah kepala kampung sini yang seharusnya kata rumah tidak diawali oleh huruf kapital. f) Hasil naskah drama siswa bernama Kemala Saras Rianty 1) Kelengkapan aspek formal naskah drama Naskah drama hasil Kemala Saras Rianty ini masih dalam taraf nilai cukup, di dalamnya belum terdapat judul dan babak. Sehingga naskahnya langsung kepada prolog cerita dan pembagian latar masih kurang jelas. Dalam beberapa dialog Kemala seringkali menghemat sebuah dialog yang cukup panjang. Dialog yang dibuat oleh Kemala berikut ini: Burkat : “Di kampung ini tidak ada lepau nasi, kenalanpun tiada. Bagaimana kita akan berhenti nanti, apalagi dalam puasa begini, tak sanggup rasanya ku tanggung.” Dialog Berasal dari paragraf berikut ini
68
“Di kampung ini tidak ada lepau nasi, kenalan kita pun tak ada. Di manakah kita akan menumpang? Bertanak sendiri dalam puasa begini, saya tak sanggup rasanya.” Dialog yang dihemat oleh Kemala: Togu
: “(Menghela nafas) Tiada guna menyesal dan mengeluh sekarang. Lebih baik kita cari akal agar dapat makan dan merehat malam ini!”
Berasal dari paragraf berikut ini: “Saya sangka tadi, jika diburu-buru berjalan, dapat juga kita bermalam di Batangtoru, tetapi rupanya tidak. Akan tetapi, menyesal dan mengeluh tak ada gunanya. Lebih baik kita cari akal, supaya kita dapat makan petang ini.” Dalam dialog di atas Kemala tidak menyebutkan “Saya sangka tadi, jika diburu-buru berjalan, dapat juga bermalam di Batangtoru.....” kalimat itu tidak begitu penting, karena pada dialog sebelumnya si Togop sudah menjelaskan bahwa dia menyesal tidak bermalam di Sitinjak. Dalam penulisan kramagung, Kemala menambahkan dan menuliskannya dengan cukup kreatif misalnya: Burkat : “Di kampung ini tidak ada lepau nasi, kenalanpun tiada. Bagaimana kita akan berhenti nanti, apalagi dalam puasa begini, tak sanggup rasanya ku
69
tanggung.”
(Mengeluh
sembari
mengusap
keringatnya itu) Dalam cerpen tidak terdapat kata-kata seperti yang dituliskan Kemala dalam kramagung. Itu artinya Kemala sudah dapat mendeskripsikan peristiwa yang terjadi dalam cerpen sehingga ia bisa menggambarkan ekspresi tokoh dalam cerita. Dalam naskah drama Kemala terdapat prolog dan epilog. Prolog yang dikreatifkan Kemala sebagai berikut. Matahari nampak condong ke arah barat. Tiga orang musafir mempercepat langkahnya untuk berbuka puasa di lai kampung orang. Terhentilah mereka sejenak di awal sebuah kampung kecil, bahagian Batangtoru. Berasal dari sebuah paragraf berikut. Pada waktu itu matahari sudah condong ke Barat. Tiga orang musafir, yang berjalan kaki sedang dalam perjalanannya. Mereka itu mempercepat langkah, agar dapat berbuka di kampung orang. Menjelang akan sampai ke sebuah kampung kecil, yang masuk bahagian Batangtoru, mereka itu berhenti sebentar akan bermusyawarah. Epilog yang dibuat Kemala sebagai berikut: Sungguh terlambat warga kampung tersebut saat mereka telah mendapati ketiganya sudah meloloskan diri sebelum perintah Empu rumah dilaksanakan. Mereka melompat dari jendela
70
kamar yang terbuka dan hilang di tempat yang kelam di balik malam. Berasal dari paragraf sebagai berikut: Akan tetapi sebelum orang banyak dapat melakukan perintah itu, Sutan Menjinjing Alam dengan kedua penngiringnya telah dapat meloloskan diri, melompat dari jendela dan hilang di tempat yang kelam. 2) Kesesuaian naskah drama dengan cerpen Kesesuaian cerita dalam naskah drama milik Kemala sudah sesuai dengan isi cerita yang terdapat dalam cerpen, meskipun pembagian babak dan penggambaran latar kurang jelas dalam cerita. 3) Kreativitas Hasil naskah drama karya Kemala ini cukup kreatif, dia menambahkan beberapa kalimat dalam dialog dan bisa menghemat isi yang terdapat dalam dialog. Meski ada beberapa dialog cerpen yang dikutip seluruhnya. 4) Penggunaan EYD Penggunaan tanda baca masih banyak yang salah dalam naskah drama milik Kemala ini. Ada beberapa penempatan tanda petik yang salah diletakan oleh kemala. Yaitu penempatan tanda petik yang diletakan di depan kramagung, seharusnya tanda petik hanya diletakkan di dalam dialog saja. Misalnya:
71
Togu
:”(Menghela nafas) Tiada guna menyesal dan mengeluh sekarang. Lebih baik kita cari akal agar dapat makan dan merehat malam ini!”
Kemala begitu mengabaikan penggunaan ejaan. Contohnya banyak sekali kesalahan dalam penggunaan kata depan di yang mengikuti kata setelahnya yaitu disana yang seharusnya dipisah menjadi di sana, di mulai yang seharusnya dimulai. Lalu penggunaan huruf kapital dalam penulisan nama orang seperti Sutan menjinjing alam yang seharusnya Sutan Menjinjing Alam. g) Hasil naskah drama siswa bernama M. Hafiz Ramadhan 1) Kelengkapan aspek formal naskah drama Naskah drama milik M. Hafiz Ramadhan ditulis dengan cukup baik, waaupun di dalamnya belum terdapat judul dan babak. Tetapi untuk dialog, kramagung, epilog dan prolog ditulis dengan baik. Hafiz cukup pandai mengembangkan cerita, di dalam naskah dramanya ia menambahkan beberapa dialog dalam satu situasi, yang dalam cerpen tidak ada. Salah satu contoh dialog-dialog itu ialah seperti di bawah ini: Togop : “Permisi pak, kalau boleh tau, di manakah rumah kepala kampung ini?” Warga : “Boleh, apakah anda bertiga ada keperluan dengan kepala kampung kami?”
72
Togop : “Tidak ada, kami hanya ingin menumpang hari ini untuk
melanjutkan
perjalanan
ke
kampung
Batangtoru” Warga : “Ohhh... begitu, baiklah mari saya antar ke rumah kepala kampung” Dalam penulisan kramagung, ada beberapa kramagung yang ditulis oleh Hafiz yang tidak lagi melihat pada cerpen. Misalnya: Togu
: “Kami hanya ingin menumpang bermalam, untuk melanjutkan perjalanan kami, perkenalkan nama saya Togu, ini Togop (sambil menunjuk Togop) dan ini Sutan Menjinjing Alam”
Dalam naskah drama Hafiz terdapat prolog dan epilog. Dalam epilog Hafiz masih saja mengunakan kalimat-kalimat yang terdapat dalam cerpan, tetapi untuk prolog Hafiz sedikit mengemas menjadi lebih menarik seperti di bawah ini: Pada suatu hari, ada tiga orang musafir yang hendak menuju suatu kampung yang bernama kampung Batangtoru. Mereka mempercepat langkahnya agar dapat berbuka puasa. Ketika hendak sampai di kampung Batangtoru mereka berhenti sejenak di sebuah kampung kecil. Berasal dari sebuah paragraf berikut. Pada waktu itu matahari sudah condong ke Barat. Tiga orang musafir, yang berjalan kaki sedang dalam perjalanannya.
73
Mereka itu mempercepat langkah, agar dapat berbuka di kampung orang. Menjelang akan sampai ke sebuah kampung kecil, yang masuk bahagian Batangtoru, mereka itu berhenti sebentar akan bermusyawarah. 2) Kesesuaian naskah drama dengan cerpen Naskah drama milik Hafiz sudah sesuai dengan isi cerpen, isi cerpen sudah terangkum seluruhnya ditulis oleh Hafiz. Meski dalam naskah tidak terdapat judul dan babak, tetapi Hafiz memberikan beberapa penambahan latar agar cerita lebih lengkap dan menarik. 3) Kreativitas Naskah yang disuguhkan oleh Yudi cukup kreatif, terlihat dari penulisannya
Hafiz
mampu
mengembangkan
cerita
dan
berimprovisasi dengan penambahan beberapa latar dan dialog-dialog. Dengan tetap menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti. 4) Penggunaan EYD Naskah drama milik Hafiz terdapat sedikit kesalahan dalam penulisan EYD, hanya ada lima kesalahan dalam naskah drama miliknya. Kesalahan-kesalahan itu ialah dalam penggunaan kata depan di dan ke yang masih tertukar apakah disambung atau dipisah. Contohnya kata diatas yang seharusnya di atas, di ikuti yang seharusnya diikuti, dan kekampung yang seharusnya ke kampung.
74
h) Hasil naskah drama siswa bernama Novita Lestari 1) Kelengkapan aspek formal naskah drama Naskah drama hasil karya Novita Lestari sudah cukup baik, akan tetapi Novita tidak memberikan babak dalam naskah dramanya. Judul yang diberikan oleh Novita masih menggunakan judul yang ada di dalam cerpen. Dalam
dialog
Novita
belum
bisa
megembangkan
dan
berimprovisasi. Dialog-dialog yang terdapat dalam naskah dramanya sama dengan dialog-dialog yang terdapat dalam cerpen, sehingga belum adanya daya kreativitas dalam dialog. Dalam naskah drama Novita terdapat prolog dan epilog. Akan tetapi prolog dan epilog yang dituliskan oleh Novita masih menggunakan prolog dan epilog yang terdapat dalam cerpen, Novita tidak mengubah ataupun mengembangkan prolog dan epilog yang terdapat dalam cerpen. 2) Kesesuaian naskah drama dengan cerpen Naskah yang dibuat oleh Novita sudah sesuai dengan isi cerpen, isi cerpen sudah terangkum seluruhnya ditulis oleh Novita. Hanya saja di dalamnya tidak terdapat babak, sehingga masih sedikit sulit untuk memahami alurnya. 3) Kreativitas Hasil naskah drama yang ditulis oleh Novita masih kurang kreatif, ia kurang mampu mengembangkan cerpen dan berimprovisasi
75
dalam naskah dramanya. Mulai dari judul hingga epilog Novita masih menggunakan kata-kata yang berasal dari cerpen, ia hanya sedikit menambahkan beberapa kata saja sebagai pelengkap sebuah dialog. Selebihnya bisa dikatakan Novita hanya memparafrasekan bentuk cerpen menjadi bentuk naskah drama. 4) Penggunaan EYD Dalam naskah drama milik Novita ada kesalahan-kesalahan penulisannya. Novita masih kurang teliti dalam penulisan kata di untuk preposisi atau untuk imbuhan, contohnya kata dikampung seharusnya di kampung, dikasur seharusnya di kasur. Selanjutnya kesalahan pada penempatan huruf kapital, contohnya kata keciL seharusnya kecil, Biar seharusnya biar. i) Hasil naskah drama siswa bernama Rihlah Mawaddah 1) Kelengkapan aspek formal naskah drama Hasil karya Rihlah Mawaddah sudah cukup baik, aspek formal naskah dramanya sudah cukup lengkap, akan tetapi tidak ada babak di dalamnya. Judul yang diberikan Rihlah sudah diubah bentuknya dari judul yang terdapat dalam cerpen. Judulnya yaitu “Tiga Musafir yang Mencari Makan”, judul tersebut sangat jauh sekali dengan judul yang terdapat dalam cerpen yaitu “Bertengkar Berbisik”. Rihlah mencari topik lain dalam cerita, sehingga ia tidak menitik beratkan fokus cerita pada bertengkar berbisik, tetapi ia menitik beratkan masalah dalam
76
cerita yaitu ketika tiga orang musafir mencari makan, yang berimbas kepada kebohongan dan pertengkaran. Dalam penulisan dialog, Rihlah tidak mengubah bentuk asli dari dialog-dialog
yang
terdapat
dalam
cerpen.
Sehingga
ketika
membacanya terasa cukup kaku. 2) Kesesuaian naskah drama dengan cerpen Naskah yang dibuat oleh Rihlah cukup sesuai dengan isi cerpen, isi cerpen sudah terangkum seluruhnya ditulis oleh Rihlah. Alurnya sesuai dengan isi cerita dalam cerpen. 3) Kreativitas Naskah yang disuguhkan oleh Rihlah cukup kreatif, terlihat dari penulisan judul yang di ubah menjadi lebih menarik, prolog dan epilog dengan menambahkan sedikit kata-kata yang berbeda dari yang berada dalam cerpen. Tentunya dengan menggunakan bahasa yang sederhana yang tidak sulit untuk dipahami. 4) Penggunaan EYD Kesalahan penulisan EYD yang terdapat dalam naskah drama milik Rihlah ini cukup banyak, terdapat 12 kesalahan. Di antaranya yaitu kesalahan dalam penulisan kata depan di yang bergabung dengan kata tempat, contohnya diSitinjak yang seharusnya di Sitinjak, dikampung yang seharusnya di kampung, di rumah yang seharusnya di rumah. Dan penempatan huruf kapital dalam nama orang yaitu contohnya si togop yang seharusnya si Togop
77
j) Hasil naskah drama siswa bernama Siti Aminah 1) Kelengkapan aspek formal naskah drama Hasil naskah drama karya Siti Aminah pada siklus 1 ini sudah baik, di dalam aspek formal naskah dramanya hanya tidak ada babak. Dalam judul Siti masih menggunakan judul dari cerpen yaitu “Bertengkar Berbisik”. Siti cukup pandai dalam mengembangkan sebuah dialog, dalam naskah dramanya Siti sering menambahkan beberapa dialog sebagai pembuka babak, dalog-dialog tersebut tentu tidak ada dalam cerpen. Salah satunya sebagai berikut: Serentak
: “Hari sudah sore, sebentar lagi kita akan menjelang buka puasa”
Burkat Togop
: “Tapi di mana kita akan menumpang?” : “Hmmmm... lebih baik kita bermalam di Sitinjak saja, sepertinya di sana ada warung nasi...”
Dalam penulisan kramagung, Siti masih menggunakan yang berasal dari cerpen, hanya saja kramagung Siti lebih banyak dengan mengulang kata yang sama. 2) Kesesuaian naskah drama dengan cerpen Naskah yang dibuat oleh Siti sudah sesuai dengan isi cerpen, isi cerpen sudah terangkum seluruhnya ditulis oleh Siti. Alurnya sesuai dengan isi cerita dalam cerpen.
78
3) Kreativitas Siti sudah cukup kreatif. Ia mampu mengembangkan cerita dan berimprovisasi dalam dialog dan kramagung. Seperti yang sudah dipaparkan di atas, Siti sangat pandai dalam membuat dialog-dialog baru yang tidak ada di dalam cerpen. 4) Penggunaan EYD Penggunaan ejaan dalam naskah drama milik Siti ini tidak begitu banyak terdapat kesalahan, hanya terdapat lima kesalahan. Di antaranya siti masih belum bisa membedakan kata preposisi di dengan kata berimbuhan di. Contohnya kata dimana seharusnya di mana, kata di panggilkan seharusnya dipanggilkan. Dan juga ada satu kata yang disingkat penulisannya yaitu kata dgn yang seharusnya dengan. k) Hasil naskah drama siswa bernama Yudi Ardian 1). Kelengkapan aspek formal naskah drama Hasil karya Yudi Ardian pada siklus 1 ini sudah cukup baik, di dalamnya sudah terdapat judul walaupun judul yang diberikan Yudi masih menggunakan judul yang terdapat dalam cerpen, ia tidak mengubah judul menjadi lebih kreatif. Yudi sangat pandai sekali untuk menghemat suatu percakapan yang panjang di dalam cerpen, terlihat dari dialog yang dibuat oleh Yudi berikut ini: Burkat : “Baik, tetapi mula-mula patutlah saya diberi gelar dahulu, sebut saja gelar saya Sutan Manjinjing Alam.
79
Rahasia kita jangan sampai terbongkar, bahaya!!! Tolong bawakan bungkusan dan payung saya ini.” Dialog Berasal dari paragraf berikut ini “Baik. Tetapi mula-mula patutlah saya diberi bergelar dahulu. Sebut sajalah gelar saya Sutan Menjinjing Alam. Tetapi harihari, jangan sesaat, kalau-kalau terbuka rahasia kita. Jika terbuka, bukan saja kita tidak dapat makan, tetapi badan kita akan merasai pula orang buat sudah itu bungkusan dan payung saya ini, bawalah oleh kalian berdua. Karena tak pantas lagi seorang
raja
membawa
bungkusan
kalau
saya
ada
pengiringnya.” Hasil naskah drama Yudi pada siklus 1 tidak menggunakan babak sehingga sulit untuk membagi kejadian-kejadian dalam cerita. Dalam penulisan kramagung, Yudi menuliskan dengan cukup kreatif misalnya: Togop : “Itulah sebabnya maka saya katakan tadi, lebih baik kita bermalam di Sitinjak saja. Di sana ada warung nasi.”
(sambil
memandang-mandang
pohon
disampingnya dengan penuh kekecewaan) Dalam naskah drama Yudi terdapat prolog dan epilog. Prolog yang diberikan Yudi sedikit berbeda dengan yang terdapat dalam cerpen, seperti di bawah ini:
80
Pada suatu hari ketika matahari mulai terbenam, ada tiga orang musafir yang berjalan kaki dengan cepat. Agar dapat berbuka puasa di kampung orang. Ketika mereka sampai di salah satu kampung, Batangtoru namanya. Mereka berhenti sebentar bermusyawarah, burkat mengawali pembicaraan mereka. Berasal dari sebuah paragraf berikut. Pada waktu itu matahari sudah condong ke Barat. Tiga orang musafir, yang berjalan kaki sedang dalam perjalanannya. Mereka itu mempercepat langkah, agar dapat berbuka di kampung orang. Menjelang akan sampai ke sebuah kampung kecil, yang masuk bahagian Batangtoru, mereka itu berhenti sebentar akan bermusyawarah. 2). Kesesuaian naskah drama dengan cerpen Naskah yang dibuat oleh Yudi cukup sesuai dengan isi cerpen, isi cerpen sudah terangkum seluruhnya ditulis oleh Yudi. Alurnya sesuai dengan isi cerita dalam cerpen. 3). Kreativitas Naskah yang disuguhkan oleh Yudi cukup kreatif, terlihat dari penulisan dialog yang diberikan menggunakan ragam bahasa yang cukup kreatif dan Yudi pun pandai dalam mengemas dialog yang panjang menjadi lebih sederhana. Yudi sangat pintar membuat suatu kramagung
setiap
kramagung
Yudi
deskripsikan
dengan
81
menyesuaikan tingkah laku para tokoh dalam cerita. Begitupun dengan prolog dan epilog yang sudah dipaparkan di atas bahwa Yudi sangat kreatif untuk membentuknya sehingga cerita tidak terasa kaku. 4). Penggunaan EYD Yudi cukup mengabaikan penggunaan ejaan. Contohnya banyak sekali kesalahan dalam penggunaan kata depan di yang mengikuti kata tempat yaitu dikampung yang seharusnya dipisah menjadi di kampung, diantara yang seharusnya di antara. 4. Hasil Belajar Siswa pada Tindakan Pembelajaran Siklus I Hasil tes kognitif yang dilakukan pada pembelajaran menulis naskah drama dalam siklus I ini yaitu tes unjuk kerja berdasarkan aspek penilaian yang telah ditentukan. Kegiatan penilaian yang digunakan pada penelitian ini penulis langsung berperan sebagai observer, karena jenis PTK partisipan yang digunakan dalam penelitian ini. dengan demikian penulis langsung menilai sendiri tingkah laku siswa dalam pembelajaran. Untuk melihat kemampuan siswa tersebut, peneliti menentukan beberapa kriteria penilaian yang telah dipaparkan sebelumnya pada BAB 3. Berikut ini nilai seluruh siswa dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.3 Kemampuan Siswa Menulis Naskah Drama pada Siklus I No 1 2 3
Nama Achmad Suhendar Ade Nurhasanah Aden Purnawan
J 5 5 -
D 5 5 5
1 B -
K P 5 5 5 5 5 5
2
3
4
Total
25 15 20
15 20 20
15 20 20
75 70 75
82
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
A Bukhori Muslim Ahmad Sonhaji Ana Nurjannah Anisa Yulianti Ashari Utomo Putra Asri Puspitasari Dhea Ulfah N Eka Rosiani Sari Endah Ami Pratiwi Eria Komarudin Ermawati Indah Syafitri Kemala Saras Rianty Khoirunnisa M. Angga Mahridan M. Hafiz Ramadhan Mahfudin Muhammad Iqbal Napsiah Naufal Fawwaz Novita Lestari Novita Sari Nurjayanti Rihlah Mawaddah Sarah Hayatin Nufus Saprudin Siti Aminah Siti Kurniasih Siti Mirnawati Siti Nurhasanah Tami Puspita Sari Wagiati Yudi Ardian
5 5 5 5 5 5 - 5 5 5 - 5 5 5 5 5 5 5 5 - 5 5 5 - 5 - 5 5 5 5 5 5 - 5 5 5 5 5 - 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 - 5 5 - 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 - 5 5 5 5 5 Jumlah Skor
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
20 20 25 25 20 25 25 25 25 25 25 25 25 25 20 25 20 20 25 25 25 25 25 25 25 25 25 20 25 20 20 25 25
15 15 20 15 20 20 20 20 20 15 15 20 20 15 20 20 15 20 20 15 20 15 20 25 20 20 20 15 15 15 20 15 20
15 20 15 20 15 15 15 15 15 20 15 15 20 10 15 20 20 15 15 15 15 15 15 10 20 15 20 20 15 20 15 20 20
70 75 80 75 75 75 80 80 85 75 75 75 80 75 75 80 75 75 75 75 80 75 75 80 85 75 85 75 75 75 70 80 85 2765
Keterangan: (1) = Kelengkapan aspek formal naskah drama yang terdiri dari:
83
(J) = Judul (D) = Dialog (B) = Babak (K) = Kramagung (P) = Prolog (2) = Kesesuaian Naskah drama dengan cerpen (3) = Kreativitas (4) = Penggunaan EYD Dari nilai pembelajaran pada siklus I yang dicapai oleh siswa kemudian penulis urutkan mulai dari nilai terendah sampai tertinggi. Adapun urutan data nilai terendah sampai tertinggi terdapat dalam tabel berikut: Tabel 4.4 Urutan Nilai Terendah hingga Tertinggi pada Siklus I No
Nama
Total
Tingkat Keberhasilan
1
A Bukhori Muslim
70
Rendah
2
Aden Purnawan
70
Rendah
3
Tami Puspita Sari
70
Rendah
4
Achmad Suhendar
75
Sedang
5
Ade Nurhasanah
75
Sedang
6
Ahmad Sonhaji
75
Sedang
7
Anisa Yulianti
75
Sedang
8
Ashari Utomo Putra
75
Sedang
9
Asri Puspitasari
75
Sedang
10
Eria Komarudin
75
Sedang
84
11
Ermawati
75
Sedang
12
Indah Syafitri
75
Sedang
13
Khoirunnisa
75
Sedang
14
M. Angga Mahridan
75
Sedang
15
Mahfudin
75
Sedang
16
Muhammad Iqbal
75
Sedang
17
Napsiah
75
Sedang
18
Naufal Fawwaz
75
Sedang
19
Novita Sari
75
Sedang
20
Nurjayanti
75
Sedang
21
Saprudin
75
Sedang
22
Siti Kurniasih
75
Sedang
23
Siti Mirnawati
75
Sedang
24
Siti Nurhasanah
75
Sedang
25
Ana Nurjannah
80
Sedang
26
Dhea Ulfah N
80
Sedang
27
Eka Rosiani Sari
80
Sedang
28
Kemala Saras Rianty
80
Sedang
29
M. Hafiz Ramadhan
80
Sedang
30
Novita Lestari
80
Sedang
31
Rihlah Mawaddah
80
Sedang
32
Wagiati
80
Sedang
33
Endah Ami Pratiwi
85
Tinggi
34
Sarah Hayatin Nufus
85
Tinggi
35
Siti Aminah
85
Tinggi
36
Yudi Ardian
85
Tinggi
Jumlah Skor
2765
85
Mencari rata-rata: P=
Total skor
𝑓 𝑁
X 100 % 2
:
:
Jumlah skor yang diperoleh siswa Jumlah siswa
2765 36
x 100%
x 100 %
: 76,80 Berdasarkan tabel di atas nilai pada siklus I terendah hingga tertinggi adalah nilai 70 ada 3 orang, nilai 75 ada 21 orang, nilai 80 ada 8 orang dan nilai 85 ada 4 orang. Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai terendah pada siklus I adalah 70, dan nilai tertinggi adalah 85. Sedangkan nilai rata-rata yang diperoleh adalah 76,80. Dari hasil siklus I menulis naskah drama dengan menggunakan media cerpen di atas, siswa kelas XI IPS 1 termasuk ke dalam kategori cukup/sedang. 5. Analisis Hasil Wawancara, Lembar Observasi dan Jurnal Siswa Pada Siklus I a) Analisis Hasil Wawancara Dalam sebuah penelitian ini, salah satu analisis data dilakukan atas pernyataan yang dikemukakan oleh para siswa. Hal ini dilakukan dengan cara
peneliti
mendengarkan
hasil
wawancara
yang
ada
mendeskripsikan seluruh hasil yang ditemukan di lapangan.
2
Anas Sudijono. Pengantar Statistik Pendidikan. (Jakarta: Rajawali, 1992). hlm. 40
dan
86
Setiap akhir pembelajaran, dilakukan wawancara dengan siswa, untuk mengetahui kemampuan, kendala, dan kondisi pembelajaran menulis naskah drama dengan media cerpen. Siswa yang diwawancarai berjumlah 11 orang. Siswa tersebut merupakan perwakilan dari kelas XI IPS 1. Berikut hasil wawancara tersebut: Tabel 4.5 Hasil Wawancara dengan Siswa pada Siklus I No 1
2
3
4
5
6
7
Pertanyaan Apakah kamu tertarik dalam pembelajaran menulis? Apakah model pembelajaran dengan media cerpen dapat meningkatkan kamu dalam pembelajaran menulis? Apakah dengan media cerpen dapat mempermudah kamu dalam menulis naskah drama? Apakah ada kesulitan dalam menulis naskah drama dengan media cerpen? Apakah pembelajaran dengan media cerpen dapat memotivasi dalam menulis naskah drama? Apakah dengan media cerpen dapat menurunkan kemampuan kamu dalam menulis naskah drama? Apakah pembelajaran tadi membuat anda semakin ingin tahu banyak tentang naskah drama?
Jawaban a. Dapat b. Biasa saja c. Tidak
Persentase 54,54% 18,18% 27,27%
a. Tertarik b. Biasa saja c. Tidak
63,63 % 9,09 % 27,27 %
a. b. c. a. b. c. a. b. c. a. b. c. a. b. c.
54,54 % 27,27 % 18,18 % 45,45 % 18,18 % 36,36 % 81,81 % 18,18 % 0% 72,72 % 18,18 % 9,09 % 81,81 % 9,09 % 9,09 %
Dapat Biasa saja Tidak Tidak Biasa saja Ada Dapat Biasa saja Tidak Tidak Biasa saja Dapat Dapat Biasa saja Tidak
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa rata-rata siswa memberikan komentar positif dalam kegiatan pembelajaran menulis
87
naskah drama dengan media cerpen. Bahwa ada 63,63 % yang berkomentar media cerpen dapat meningkatkan siswa dalam menulis naskah drama, ada 54,54% siswa yang berkomentar media cerpen dapat mempermudah mereka dalam menulis naskah drama, ada 81,81 % yang berkomentar bahwa mereka termotivasi dengan pembelajaran menulis naskah drama dengan menggunakan media cerpen, dan ada 72,72% siswa yang berkomentar bahwa dengan media cerpen tidak menurunkan kemampuan mereka dalam menulis naskah drama. Itu artinya bahwa rata-rata komentar siswa menilai positif dalam pembelajaran menulis naskah drama dengan media cerpen. b) Analisis Data Observasi Lembar observasi diberikan untuk mengamati aktivitas guru selama proses pembelajaran berlangsung. Lembar observasi ini diberikan pada akhir pembelajaran oleh peneliti kepada seluruh siswa yaitu sebanyak 36 siswa. Berikut hasil lembar observasi siswa pada siklus I: Tabel 4.6 Hasil Observasi Siswa pada Siklus I No 1
2
3
Aspek yang diamati Guru memberikan penjelasan secara terperinci mengenai materi pembelajaran menulis naskah drama Guru menguasai dengan baik materi pembelajaran menulis naskah drama Guru menggunakan media
Kurang
Kriteria Cukup
Baik
2, 77 %
16,66 %
80,55 %
2,77 %
11,11 %
86,11 %
11,11 %
33,33 %
55,55 %
88
4
5
6
7
yang mendukung terkait pembelajaran menulis naskah drama Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya terkait dengan pembelajaran menulis naskah drama Guru memberikan tugas sesuai dengan materi pembelajaran yang diberikan Guru membuka dan menutup pembelajaran dengan baik dan mengesankan Guru memperhatikan kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung, dan membantu mengarahkan siswa yang menemui kesulitan dalam mengerjakan tugas menulis naskah drama
5,55 %
27,77 %
66,66 %
11,11 %
13,88 %
75 %
0%
5,55 %
94,44 %
0%
2,77%
97,22 %
Dari tabel di atas ada 55,55 % siswa yang memberikan nilai baik untuk kategori penggunaan media, itu disebabkan karena pada siklus I peneliti tidak berupaya maksimal menjelaskan akan ketepatan penggunaan media cerpen dalam menulis naskah drama, dan juga dikarenakan beberapa siswa terlihat malas untuk membaca cerpen terlebih dahulu. Ada 66,66 % siswa yang memberikan nilai baik untuk butir guru memberikan kesempatan bertanya. Itu disebabkan karena alokasi waktu yang kurang sehingga manajemen waktunya kurang diperhatikan oleh peneliti. Akan tetapi ada 97,22 % siswa yang memberikan nilai baik tentang guru memperhatikan kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung,
89
dan membantu mengarahkan siswa yang menemui kesulitan dalam mengerjakan tugas menulis naskah drama. Dan pada butir guru membuka dan menutup pembelajaran dengan baik dan mengesankan sebanyak 94,44% siswa yang memilih kategori baik. Dapat disimpulkan dari seluruh siswa ratarata memberikan respon positif dalam lembar observasi pada siklus I ini. c) Analisis Jurnal Siswa Berdasarkan hasil jurnal siswa, menunjukan bahwa siswa merespon positif pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I. Umumnya siswa dapat menjawab tentang pelajaran yang mereka peroleh pada saat proses pembelajaran berlangsung. Dengan media cerpen menulis naskah drama dapat memotivasi siswa, siswa merasa sangat tertarik untuk menulis naskah drama karena mereka merasa sangat terbantu dengan menggunakan media cerpen. Hal ini ditunjukan oleh jawaban siswa yang pada umumnya merasa senang dan cukup tertarik terhadap pembelajaran yang dilaksanakan dan merasa terbantu untuk menulis naskah drama dengan media cerpen. Umumnya dari mereka merespon bahwa pelajaran pada siklus I itu menyenangkan. 6. Aktivitas Siswa dan Guru Selama Pembelajaran Lembar kegiatan pembelajaran ini bertujuan untuk merekam kejadian-kejadian yang terjadi pada proses pembelajaran dan sebagai bahan refleksi untuk perencanaan pembelajaran berikutnya. Dalam aktivitas ini digunakan sebanyak dua lembar observasi yaitu lembar aktivitas guru dan lembar aktivitas siswa.
90
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh observer yaitu guru mata pelajaran bahasa Indonesia MAN Cibinong-Bogor, diperoleh data mengenai kegiatan peneliti dalam mengajar. Peneliti sangat antusias dalam melaksanakan proses pembelajaran, walau penggunaan waktu kurang efektif. Dalam menjelaskan materi dan penggunaan media sudah baik, walau guru kurang meyakinkan siswa dalam manfaat media cerpen. Untuk lebih jelasnya, penilaian observer mengenai aktivitas guru dapat dilihat dalam tabel berikut ini. Tabel 4.7 Penilaian Aktivitas Guru Pada Siklus I No
Aspek
1
Kemampuan membuka pelajaran
2
3
4
Sikap guru dalam proses pembelajaran
Proses pembelajaran
Kecermatan dalam pemanfaatan media
Kriteria a) Menarik perhatian siswa dan menimbulkan motivasi b) Menjelaskan prosedur pembelajaran yang akan dilaksanakan a) Kejelasan suara b) Antusiasisme penampilan atau mimik a) Kesesuaian penggunaan media cerpen dengan pokok bahasan b) Kejelasan dalam menerangkan materi menulis naskah drama dengan menggunakan media cerpen serta kejelasan dalam menimbulkan contoh a) Kemampuan menggunakan media yang berkaitan dengan teori drama, langkah-langkah menulis naskah drama dengan media cerpen b) Keterampilan dan ketepatan
Ket
Nilai
Baik
85
Baik
80
Baik
90
Baik
90
Tepat
85
Cukup
75
Baik
80
Cukup
75
91
a) 5
Evaluasi b) a)
6
Kemampuan menutup pelajaran
b)
saat penggunaan media Kemampuan menggunakan penilaian lisan saat pelaksanaan menulis naskah drama dengan media cerpen Ketepatan dalam penggunaan waktu Meninjau kembali pembelajaran yang telah dilakukan dan memberikan kesempatan bertanya pada siswa Memberikan tugas kepada siswa dan menginformasikan bahan atau materi pembelajaran selanjutnya
Baik
85
Cukup
75
Baik
80
Baik
85
Lembar aktivitas selanjutnya yaitu persentase aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Diperoleh data aktivitas siswa bahwasannya siswa sangat antusias mengikuti pelajaran dan serius dalam mengerjakan tugas. Terlihat dari sebagian siswa merespon guru dengan bertanya, berpendapat dan menjawab seputar materi drama. Meskipun ada sebagian kecil melakukan mengobrol dengan temannya dan ada juga yang melamun. Untuk lebih jelasnya, penilaian observer mengenai aktivitas siswa dapat dilihat dalam tabel berikut ini. Tabel 4.8 Persentase Rata-rata Aktivitas Siswa pada Siklus I Aspek yang Diamati 1. Aktivitas siswa selama mengikuti KBM a. Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang teori drama, langkah-langkah menulis naskah drama dengan menggunakan
Jumlah Siswa
90 %
92
media cerpen b. Siswa menulis naskah drama dengan menggunakan media cerpen c. Siswa mengajukan pendapat atau pertanyaan yang berkaitan dengan drama d. Siswa menjawab pertanyaan dari guru yang berkaitan dengan drama 2. Perilaku siswa yang tidak sesuai dengan KBM a. Melamun b. Mengobrol dengan temannya c. Melakukan pekerjaan lain
100 % 40 % 60 %
2% 10 % 5%
7. Refleksi Tindakan Pembelajaran Siklus I Tahap ini dilakukan oleh peneliti dan guru mata pelajaran bahasa Indonesia setelah melakukan analisis pada siklus I. Berdasarkan hasil analisis dari observasi, jurnal dan wawancara ditemukan beberapa kekurangan dan kelebihan yang ada pada siklus I. 1) Kekurangan dan kendala yang ditemukan pada siklus I (a) Aktivitas siswa dalam belajar masih kurang, terlihat waktu siswa membaca cerpen dan menulis naskah drama masih banyak siswa yang hanya diam saja di awal. Penyebab kekurangan ini diperkirakan karena siswa masih ada yang bingung dan malas dahulu melihat cerpen yang berisi 2 halaman padat dengan tulisan. Untuk mengatasi permasalahan ini, peneliti akan berusaha menjelaskan dahulu akan cerpen yang disajikan agar siswa lebih merasa tertarik untuk membaca cerpen tersebut.
93
(b) Kurangnya manajeman waktu. Penyebab kekurangan ini adalah karena waktu hanya berdurasi 2 x 45 menit sehingga sangat kurang sekali untuk guru menjelaskan materi, siswa membaca cerpen dan terlebih untuk siswa menulis sebuah naskah drama. Untuk mengatasi permasalahan ini, peneliti akan berusaha memaksimalkan waktu, mengefektifkan waktu dengan mengalokasikan waktu secermat mungkin dan lebih antisipatif akan hal-hal yang tidak perlu. Peneliti akan lebih memperhatikan susunan rencana pembelajaran yang telah dibuat sebelum pembelajaran dilaksanakan. (c) Kurangnya kelengkapan aspek formal hasil naskah drama siswa. Dilihat dari hasil keseluruhan siswa, kelengkapan aspek formal naskah drama yaitu banyak siswa yang tidak menampilkan babak dalam naskah mereka. Dan ada juga beberapa siswa yang tidak memberi judul dalam naskah dramanya. Peneliti akan mencoba memberikan satu contoh naskah drama berjudul Kapai-kapai karya Arifin C.Noer, karena pada pembelajaran siklus I peneliti tidak memberikan contoh naskah drama. Tujuannya agar siswa dapat melihat contoh naskah drama yang benar, yang didalamnya dilengkapi oleh aspek formal naskah drama. (d) Kurangnya kreativitas dalam menulis naskah drama. Masih banyak siswa yang belum bisa berimprovisasi dan mengembangkan ceritanya. Sehingga naskah drama terlihat sangat kaku, masih adanya siswa yang hanya memindahkan dialog-dialog cerpen ke dalam naskah drama.
94
Untuk mengatasi hal tersebut, peneliti akan mencoba memberikan salah contoh bagaimana mengembangkan sebuah dialog, mengubah suatu judul, dan membuat kramagung yang tidak lagi menggunakan kata-kata yang terdapat dalam cerpen. (e) Kurangnya penggunaan ketepatan ejaan. Banyak siswa yang mengabaikan
penggunaan
ejaan,
hal
tersebut
terlihat
dalam
menuliskan prefiks dan imbuhan, penulisan huruf kapital, tanda baca, dan penyingkatan kata seperti yg yang seharusnya yang, dgn yang seharusnya dengan. Maka pada pembelajaran selanjutnya, sebelum siswa memulai menulis naskah drama peneliti akan menekankan kembali penggunaan ejaan yang benar, peneliti juga akan memberikan sedikit tips-tips dalam penggunaan ejaan yang baik dan benar. 2) Kelebihan Pembelajaran pada Siklus I (a) Pembelajaran dengan menggunakan media cerpen membuat suasana baru dan menyenangkan dalam menulis naskah drama. Sebelumnya hanya menggunakan metode ceramah dan penugasan saja, sehingga membuat siswa bosan. Dengan adanya pemberian media baru yaitu cerpen, siswa merasa lebih antusias untuk menulis naskah drama. Sehingga tidak adanya pemandegan ide-ide, siswa bisa lebih kreatif dalam mengembangkan cerita. (b) Adanya hiburan dan ice breaking pada akhir pembelajaran. Hal itu menyebabkan siswa merasa terkesan akan proses pembelajaran.
95
E. Tahap Pelaksanaan Siklus II 1. Perencanaan Pelaksanaan Siklus II Pada tahap perencanaan pada siklus II ini peneliti juga menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar oobservasi, lembar jurnal, dan panduan wawancara. RPP disusun oleh peneliti dan didiskusikan bersama guru mata pelajaran bahasa Indonesia untuk menyempurnakan proses pembelajaran. Berdasarkan hasil evaluasi dan refleksi dari siklus I, maka proses pembelajaran pada siklus II akan lebih diarahkan dengan mengacu pada hasil evaluasi siklus I, perbaikan-perbaikan yang ada pada siklus I diterapkan pada siklus II dengan merubah beberapa peraturan pembelajaran yang terdapat pada siklus I yaitu: a) Peneliti akan memotivasi siswa untuk bertanya b) Peneliti akan memaksimalkan waktu dengan sebaik-baiknya. c) Peneliti akan menekankan pada pemberian materi kelengkapan aspek formal dalam naskah drama seperti: babak, judul, dialog, kramagung dan prolog maupun epilog. d) Peneliti akan memberikan salah satu contoh naskah drama untuk mengembangkan suatu dialog, mengubah suatu judul dan berimprovisasi dalam sebuah kramagung. e) Peneliti akan memberikan penekanan pada penggunaan ejaan, tanda baca dan pemilihan diksi.
96
f) Peneliti akan memberikan satu contoh naskah drama yang berjudul Kapai-kapai karya Arifin C.Noer. Pada siklus II ini peneliti menggunakan metode tanya jawab, ceramah dan inquiri, dalam proses pembelajaran guru tidak memberikan materi secara langsung, akan tetapi guru menggali pengetahuan siswa tentang naskah drama. Target yang ingin dicapai pada siklus II ini adalah agar siswa lebih semangat dalam manulis naskah drama sehingga aktivitas siswa dalam menulis naskah drama meningkat dan tidak ada lagi siswa yang memiliki tingkat aktivitas yang rendah. 2. Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pada
awal
pembelajaran
guru
mengondisikan
kelas
dan
mengucapkan salam serta menyapa para siswa. Setelah itu guru menanyakan apakah ada siswa yang tidak hadir, akan tetapi seluruh siswa hadir pada siklus II. Sebelum memulai materi guru memberikan satu ice breaking, dan siswa terlihat sangat senang dan merasa terhibur di awal pelajaran. Selanjutnya guru memberikan apersepsi yaitu pertanyaanpertanyaan materi seputar drama dan naskah drama yang telah diberikan pada pertemuan sebelumnya. Seperti biasa, seluruh siswa antusias dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru. Dan selanjutnya guru menyimpulkan dari jawaban-jawaban yang diberikan siswa. Setelah itu guru bertanya akan kesulitan-kesulitan pada siklus I. Beberapa siswa mengancungkan tangannya, dah pendapat dari beberapa
97
siswa hampir sama. Selanjutnya guru memberikan salah satu contoh naskah drama yang berjudul Kapai-kapai karya Arifin C.Noer. Pembacaan naskah diberi waktu lima menit. Kemudian guru bertanya apa saja aspek formal naskah drama yang terdapat dalam naskah drama berjudul Kapai-kapai karya Arifin C.Noer, dan hampir seluruh siswa dapat menjawab dengan tepat. Selanjutnya guru mengambil contoh dialog milik Siti Aminah yang di sudah dikembangkan, seperti di bawah ini: Serentak : “Hari sudah sore, sebentar lagi kita akan menjelang buka puasa” Burkat
: “Tapi di mana kita akan menumpang?”
Togop
: “Hmmmm... lebih baik kita bermalam di Sitinjak saja, sepertinya di sana ada warung nasi...”
Lalu, guru memberikan contoh kramagung milik Yudi, karena Yudi cukup berimprovisasi dalam kramagung-kramagungnya. Seperti di bawah ini: Togop : “Itulah sebabnya maka saya katakan tadi, lebih baik kita bermalam di Sitinjak saja. Di sana ada warung nasi.” (sambil
memandang-mandang
pohon
disampingnya
dengan penuh kekecewaan) Dan selanjutnya guru memberikan salah satu judul yang sudah diubah dari judul cerpen, yaitu judul milik Rihlah Mawaddah, dengan judul “Tiga Musafir yang Mencari Makan”. Pemberian contoh-contoh tersebut
98
bertujuan untuk memotivasi siswa membuat naskah drama menjadi lebih kreatif. Setelah itu guru menjelaskan tentang kegunaan media cerpen dalam menulis naskah drama. Mula-mula guru bertanya “Apakah di antara kalian ada yang sudah menonton film Ayat-ayat Cinta dan Laskar pelangi?” serentak siswa menjawab “Sudah bu” lalu guru memberi pertanyaan kembali “Oke, lalu siapa di antara kalian yang sudah membaca novel Ayatayat Cinta dan Laskar Pelangi?” dan ternyata hanya ada beberapa dari mereka yang sudah membacanya. Di sini guru menjelaskan akan penggunaan media cerpen dalam menulis naskah drama, bahwa film Ayatayat Cinta dan Laskar Pelangi berawal dari sebuah novel. Maka, tidak beda dengan pembelajaran yang mereka hadapi pada saat itu, mereka seolah-oleh sedang menulis naskah drama yang dilakukan untuk sebuah film, akan tetapi novel itu digantikan dengan cerpen yang bentuknya tidak jauh berbeda. Dan siswa pun merasa senang dan antusias untuk menulis naskah drama dengan menggunakan media cerpen. Selanjutnya guru memastikan bahwa seluruh siswa masih mengingat cerita yang berada dalam cerpen Bertengkar Berbisik karya M. Kasim dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan seputar alur dan isi dalam cerita. Terlihat dari jawaban-jawaban seluruh siswa bahwa mereka masih mengingat isi cerita di dalamnya.
99
Setelah itu barulah guru memberikan penekanan penggunaan ejaan, penempatan huruf kapital, dan tidak boleh lagi menyingkat suatu kata. Guru juga memberikan tips-tips seputar penggunaan ejaan. Kegiatan selanjutnya, guru membagikan lembar kerja, dan setelah semua siswa menerima lembar kerja, kuru kembali bertanya “Sudah siap menulis naskah drama dengan menggunakan cerpen yang kemarin?” serentak semua siswa menjawab “Siap!!!”. Kemudian siswa mulai menulis naskah drama dengan menggunakan cerpen yang sama seperti pertemuan sebelumnya. Guru berkeliling untuk memastikan semua siswa sudah mulai menulis naskah drama. Siswa terlihat lebih tenang dibandingkan dengan kegiatan menulis naskah drama pada siklus I. Di tengah-tengah proses menulis ada yang bertanya tentang penambahan babak dalam cerita, dan guru menjawab boleh karena itu akan menambah penilaian dalam poin kreativitas. Dengan catatan penambahan babak tersebut tidak mengubah alur cerita. Sementara observer atau guru mata pelajaran bahasa Indonesia terus mengamati kegiatan pembelajaran yang sedang dilakukan. Dalam sepuluh menit terakhir guru mengumumkan bahwa waktu sudah habis, ada beberapa siswa yang sudah selesai mengerjakannya dan ada pula yang terlihat tergesa-gesa menyelesaikannya. Setelah semua hasil naskah drama siswa terkumpul, guru mengumumkan tiga terbaik hasil naskah drama siswa, dan suasana menjadi sangat ribut. Setelah itu, guru
100
membagikan lembar observasi dan jurnal siswa sebagai bahan refleksi pembelajaran yang telah dilaksanakan. Setelah terkumpul lembar observasi dan jurnal, guru mengulas kembali pelajaran yang telah didapat yaitu tentang penulisan naskah drama dan seluruh siswa sangat antusias menjawab. Setelah itu guru memberikan ice breaking sebagai penutup pembelajaran. 3. Analisis Naskah Drama Siswa Siklus II Peneliti menganalisis hasil siswa berdasarkan kriteria-kriteria penilaian yang telah ditetapkan. Peneliti mengambil sebelas hasil naskah drama siswa, jumlah tersebut diambil 30% dari jumlah siswa. Berikut analisis kesebelas naskah drama siswa pada siklus II: a) Hasil naskah drama siswa bernama Ahmad Suhendar 1) Kelengkapan aspek formal naskah drama Naskah drama hasil karya Ahmad Suhendar pada siklus II sudah sangat baik. Dalam aspek formal naskah drama Ahmad pada siklus I tidak memakai babak, akan tetapi pada siklus II ini Ahmad memberikan babak dalam naskah dramanya. Ahmad masih memakai judul dalam naskah drama pada siklus I yaitu “Tiga Orang Musafir Sang Penipu Ulung”. Dalam penulisan dialog terlihat perbedaan, dialog-dialog pada siklus I Ahmad menulis sama persis dengan kalimat-kalimat yang terdapat dalam cerpen akan tetapi pada siklus II Ahmad lebih berimprovisasi, terlihat pada awal cerita yaitu sebagai berikut:
101
Togu
: “Bagaimana ini, hari semakin petang, bagaimana kita akan berbuka puasa?”
Burkat : “Sedangkan di kampung ini tidak ada lepau nasi, kenalanpun kita tak ada. Di manakah kita akan menumpang?” (sambil menatap tajam kepada kedua temannya). Pada siklus I Ahmad hanya memberikan dialog pada awal cerita sebagai berikut: Burkat : “Di kampung ini tidak ada lepau nasi, kenalanpun tak ada. Di manakah kita akan menumpang? Bertenak sendiri dalam puasa begini, saya tak sanggup rasanya”. Dalam penulisan kramagung pada siklus I Ahmad sedikit berimprovisasi dibandingkan kramagung pada siklus II, salah satu contohnya sebagai berikut: Burkat : “Sedangkan di kampung ini tidak ada lepau nasi, kenalanpun kita tak ada. Di manakah kita akan menumpang?” (sambil menatap tajam kepada kedua temannya). Dalam prolog dan epilog tidak banyak perubahan yang dilakukan Ahmad, dia hanya memberikan kata-kata yang berbeda pada prolog dan epilog siklus II.
102
2) Kesesuaian naskah drama dengan cerpen Secara keseluruhan isi naskah drama yang ditulis Ahmad pada siklus II terdapat peningkatan dibandingkan pada siklus I yaitu isi cerpen seluruhnya terangkum dalam naskah drama, pada siklus II ini dilengkapi babak sehingga alur sudah lebih jelas. 3) Kreativitas Dalam siklus I Ahmad hampir tidak mengembangkan cerita. Secara umum Ahmad belum mampu mengembangkan kreatifitasnya. Naskah yang ditulis Ahmad seluruhnya mengutip apa yang disajikan dalam cerpen, tetapi
dalam siklus II ini Ahmad banyak sekali
mengembangkan dialog dan kramagung, ia mengembangkan dialog dan kramagung menjadi lebih menarik. 4) Penggunaan EYD Penggunaan ejaan Ahmad pada siklus II ada sedikit perbaikan, pada siklus I dalam naskah drama milik Ahmad terdapat tujuh kesalahan tetapi pada siklus II ini terdapat empat kesalahan saja. Itu artinya ada peningkatan dalam penulisan ejaannya. b) Hasil naskah drama siswa bernama Ade Nurhasanah 1) Kelengkapan aspek formal naskah drama Hasil naskah drama karya Ade Nurhasanah pada siklus II sudah banyak peningkatan dibandingkan pada siklus I. Salah satunya yaitu dalam naskah drama Ade pada siklus I tidak memakai babak, akan
103
tetapi pada siklus II ini Ade memberikan babak dalam naskah dramanya. Pada siklus I Ade memberikan judul pada naskah dramanya menggunakan judul yang terdapat dalam cerpen yaitu “Bertengkar Berbisik”, pada siklus II Ade mengubah judulnya menjadi “Menipu Demi Perut Kenyang” Ade memang pandai sekali mengembangkan sebuah dialog. Pada siklus I Ade sudah berimprovisasi, terlebih lagi pada siklus II ini Ade banyak sekali berimprovisasi, banyak dialog yang tidak terdapat dalam cerpen dan naskah dramanya pada siklus I. Salah satu contohnya sebagai berikut: Di kampung Batangtoru Si Burkat : “Saya adalah seorang kepala kampung dan perkenalkan kedua pengikutku Togu dan Togop, kami kemalaman dalam perjalanan, sudikan Tuan mengantarkan kami ke rumah kepala kampung di desa ini?” Si Kodir
: “Mari saya antarkan Engku ke rumah kepala kampung di desa ini”
Si Kodir
: “Inilah rumah kepala kampung di desa ini”
Si Burkat : “Trimakasih, sudah mengantarkan kami ke sini”. Si Kodir
: “Iya sama-sama, kalau begitu saya pamit”
104
Pada siklus I Ade tidak memberikan epilog, itu disebabkan cerita dalam naskah drama ade terhenti di tengah jalan. Akan tetapi pada siklus II ini ade menyelesaikan naskah dramanya dengan melengkapi epilog pada akhir cerita. 2) Kesesuaian naskah drama dengan cerpen Ade tidak menyelesaikan naskah dramanya pada siklus I, akan tetapi pada siklus II ini ade menuntaskan cerita dalam naskah dramanya. Sehingga alur dalam cerita terangkum seluruhnya, dan juga dibubuhi babak sehingga cerita menjadi lebih jelas. 3) Kreativitas Secara keseluruhan isi naskah drama yang ditulis Ade pada siklus II terdapat peningkatan kreatifitas dibandingkan pada siklus I, yaitu adanya peningkatan dalam penulisan judul, yang diubah dari judul yang terdapat dalam cerpen, dan juga pengembangan dalam dialog-dialog. 4) Penggunaan EYD Naskah drama milik Ade pada siklus II ini lebih baik penulisan ejaannya dibandingkan hasil naskah drama pada siklus I, kesalahankesalahan Ade masih seputar penggunaan kata depan di yang mengikuti kata kerja atau kata benda. c) Hasil naskah drama siswa bernama Ana Nurjanah 1) Kelengkapan aspek formal naskah drama
105
Naskah drama milik Ana Nurjanah pada siklus II ini mengalami peningkatan dibandingkan naskah drama pada siklus I. Dalam siklus I Ana tidak memberikan babak dalam naskah dramanya, akan tetapi pada siklus II ini Ana memberikan babak, sehingga naskah drama hasil Ana sedikit dapat dipahami karena sudah jelas perpindahan babak dan perpindahan latarnya. Dalam siklus I Ana sedikit merubah judul dari judul yang terdapat dalam cerpen yaitu “Pertengkaran dengan Berbisik”, akan tetapi dalam siklus II Ana merubah kembali judulnya dari pada judul pada siklus I yaitu dengan judul “Musafir Penipu yang Berbisik” itu artinya semakin meningkat daya kreatifitas dalam segi penulisan judul yang dibuat oleh Ana. Dalam penulisan dialog pada siklus I Ana menuliskannya hampir sama dengan dialog yang terdapat dalam cerpen, akan tetapi sangat berbeda sekali dengan dialog yang terdapat pada siklus II. Ana banyak berimprovisasi dalam dialog, salah satunya sebagai berikut: Tuan Rumah
:“Assalamu’alaikum,
Engku
....”
(sambil
bersalaman) Burkat
: “Wa’alaikum salam ...”
Tuan Rumah : “Silahkan duduk Engku” Burkat
: “Terimakasih ...”
Burkat
: “Lihatlah, komidi kita berhasil baik” (sambil berbisik kepada Togop dan Togu)
106
Ana memang pandai sekali membuat kramagung, pada siklus I sudah dijelaskan sebelumnya akan kepandaian Ana membuat kramagung-kramagung. Peneliti berikan salah satu contoh kramagung lagi yang dibuat oleh Ana yaitu: Togop : “Tadi aku sudah bilang, lebih baik kita berhenti dan bermalam di Sitinjak saja, di sana ada sebuah warung nasi” (sambil kesal dan menggaruk-garuk kepala) Burkat : “Aku dapat akal!!!” (sambil mengancungkan jari telunjuknya) Togop : “Kalau begitu apa idemu?” (sambil penasaran) 2) Kesesuaian naskah drama dengan cerpen Secara keseluruhan isi naskah drama yang ditulis Ana pada siklus II terdapat peningkatan dibandingkan pada siklus I yaitu isi cerpen seluruhnya terangkum dalam naskah drama, pada siklus II ini dilengkapi babak sehingga alur sudah lebih jelas. 3) Kreativitas Naskah yang disuguhkan oleh Ana cukup kreatif, Ana mampu mengembangkan cerpen dan berimprovisasi. Terlihat dari penyuguhan kramagung, dialog yang bervarisi dan judul yang sudah diubah dari bentuk aslinya. 4) Penggunaan EYD Penggunaan ejaan Ana pada siklus II ada sedikit perbaikan, pada siklus I dalam naskah drama milik Ana terdapat tujuh kesalahan tetapi
107
pada siklus II ini terdapat empat kesalahan saja. Itu artinya ada peningkatan dalam penulisan ejaannya. Kesalahan-kesalahan Ana masih seputar penggunaan kata depan di sebagai preposisi atau sebagai imbuhan. d) Hasil naskah drama siswa bernama Asri Puspitasari 1) Kelengkapan aspek formal naskah drama Dalam siklus II Asri mengalami banyak peningkatan dibanding hasil naskahnya pada siklus I. Aspek formal naskah drama milik Asri sudah lengkap, pada siklus I Asri tidak memberikan judul dan babak, tetapi pada siklus II ini Asri memberikan judul dan babak dalam naskah dramanya. Judul yang diberikan Asri pada siklus II ini cukup menarik, berbeda dengan judul yang terdapat dalam cerpen, judul yang diberikan Asri pada siklus II ini yaitu “Kepala Kampung Palsu”. Dalam penulisan dialog pada siklus I Asri masih menyalin dengan dialog-dialog yang terdapat di dalam cerpen, akan tetapi pada siklus II Asri lebih kreatif dan lebih bisa mengembangkan dalam penulisan dialog. Salah satu contohnya sebagai berikut: Burkat
:
“Saya
adalah
kepala
kampung,
kami
kemalaman dan kami mencari rumah yang dapat disinggahi, apakah ada?” (Burkat bertanya kepada salah satu penduduk) Pak Samin
: “Mari saya antarkan Engku ke salah satu penduduk kampung yang kaya raya”.
108
Burkat
: “Terimakasih” : “Rencana kita sebenntar lagi akan berhasil”
Togop
(mengedipkan salah satu matanya kepada burkat) Dalam siklus I penulisan kramagung Asri cukup berimprovisasi, Asri banyak menambahkan kramagung-kramagung yang tidak terdapat dalam cerpen. Begitu pula pada siklus II Asri menambahan bermacam-macam
kramagung.
Misalnya dalam dialog-dialog di
bawah ini: Burkat
: “Di kampung ini tidak ada warung nasi, orang yang kita kenalpun tidak ada” (menatap temannya dengan wajah cemas)
Togop
: “Tadi saya sudah bilang, kita lebih baik berhenti di kampung Sitinjak saja di sana ada warung nasi” (dengan suara penyesalan)
Burkat Togop
: “Aku dapat ide!!!” (jari telunjuk diacungkan) : “Ide apa yang kamu dapatkan?” (menatap Burkat dengan wajah penuh harapan).
2) Kesesuaian naskah drama dengan cerpen Naskah drama milik Asri pada siklus II secara keseluruhan mengalami peningkatan dibandingkan pada siklus I yaitu isi cerpen seluruhnya terangkum dalam naskah drama dan pada siklus II ini dilengkapi babak dan judul sehingga alur terlihat sudah lebih jelas.
109
3) Kreativitas Naskah drama milik Asri pada siklus I hampir tidak mengembangkan cerita. Naskah yang ditulis Asri hampi seluruhnya mengutip apa yang disajikan cerpen. Namun, pada siklus II ini, hal tersebut tidak terjadi kembali. Asri mulai berimprovisasi yaitu dengan menambahkan dialog-dialog yang tidak terdapat dalam cerpen. Hal tersebut menyebabkan alur yang pada siklus I sulit dimengerti, menjadi lebih jelas dalam naskah drama siklus II ini. secara keseluruhan, Asri mengalami peningkatan dalam kreativitas. 4) Penggunaan EYD Kekurangan pada naskah drama Asri ini terletak pada penggunaan ejaan, baik pada siklus I atau pada siklus II. Permasalahan penempatan prefiks di sudah mengalami perbaikan. Dalam siklus I Asri mengalami enam belas kesalahan ejaan, akan tetapi pada siklus II Asri mengalami sebelas kesalahan ejaan. Secara umum naskah drama milik Asri mengalami peningkatan dan perbaikan. Kekurangan-kekurangan hanya terdapat dalam ejaan. Hal tersebut dapat diperbaiki dengan mulai membiasakan menulis dengan benar. e) Hasil naskah drama siswa bernama Endah Ami Pratiwi 1) Kelengkapan aspek formal naskah drama Naskah drama hasil Endah pada siklus I diberi judul Pertengkaran 3 “Serangkai dalam Berbisik”, lalu pada siklus II ini
110
judul naskah drama Endah berubah menjadi “Tiga Sekawan Musafir Penipu”.
Itu
artinya
kreativitas
dalam
diri
Endah
makin
berkembang. Pada siklus II dialog Endah lebih berkembang dan variatif. Tidak banyak menyalin dari cerpen. Hal tersebut menyebabkan cerita lebih jelas dan menarik. Ada penambahan dialog dalam awal cerita seperti dialog berikut ini: Togop : “Hari sudah gelap, sebentar lagi saatnya berbuka puasa, lalu kita akan berbuka puasa di mana?” Pembagian babak dalam siklus II sudah sangat jelas diberikan Endah. Dalam siklus I Endah hanya membagi babak dengan Scene 1, Scene 2, dst. Dalam siklus II ini Endah membagi babak dengan menginformasikan
latar,
yaitu:
Dalam
Perjalanan
Menuju
Batangtoru, Di Kampung Batangtoru, Sampai Di rumah Kepala Kampung Batangtoru, Istirahat malam di Kamar Tidur. Dalam penulisan kramagung pada siklus II Endah memberikan kramagung dengan lebih variatif dibanding naskah drama siklus I. Dan penulisan prolog pada siklus II ini masih hampir sama dengan prolog di siklus I. Akan tetapi Epilog dalam siklus II Endah menampilkannya dengan lebih kreatif dan tidak lagi menyalin epilog yang terdapat dalam cerpen, seperti berikut ini:
111
Siklus II Namun akan tetapi sebelum para warga menangkap tiga sekawan penipu itu, mereka bertiga berusaha kabur dan membawa dirinya masing-masing, dan mereka hilang di tempat itu. Siklus I Akan tetapi sebelum para warga melakukan perintah itu, Sutan Menjinjing Alam dan kedua pengiringnya meloloskan diri masing-masing, melompat dari jendela kamar itu dan hilang di tempat yang kelam. 2) Kesesuaian naskah drama dengan cerpen Kesesuaian cerita dalam naskah drama milik Endah pada siklus I memang sudah cukup sesuai, dan pada siklus II kesesuaian itu lebih meningkat karena diperjelas dengan babak yang diberikan informasi latar. Sehingga alur dalam cerita semakin jelas. 3) Kreativitas Pada siklus I Endah hanya sedikit saja mengembangkan cerita dalam naskahnya, ia banyak menyalin dialog-dialog dalam cerpen. Tetapi dalam siklus II ini Endah lebih banyak berimprovisasi dalam dialog, banyak dialog yang ditambahkan oleh Endah yang tidak terdapat dalam cerpen. Begitu juga dengan kramagung, kramagung Endah dalam siklus II ini lebih bervariatif. Sehingga alurnya dapat
112
mudah
dimengerti.
Secara
keseluruhan
Endah
mengalami
peningkatan dalam kreativitas. 4) Penggunaan EYD Ejaan Endah dalam
siklus
II ini
juga
masih
ada
kekurangannya. Hanya saja tidak sebanyak kesalahan ejaan pada siklus I. Dalam siklus I ada 12 kesalahan dalam ejaan dan tanda baca, tetapi dalam siklus II ini hanya ada 3 kesalahan tanda baca dan ejaannya. Itu artinya sudah banyak peningkatan dan perbaikan dalam penggunaan ejaan. f) Hasil naskah drama siswa bernama Kemala Saras Rianty 1) Kelengkapan aspek formal naskah drama Naskah drama hasil Kemala Saras Rianty pada siklus II mengalami banyak peningkatan dibandingkan dengan naskah drama pada siklus I. Dalam siklus II sudah terdapat judul dan babak. Judul yang diberikan oleh Kemala ialah “Penipu Muslihat Para Musafir”. Itu artinya cerita dalam naskah drama milik kemala menjadi semakin jelas. Dalam siklus I Kemala hanya sedikit berimprovisasi dalam dialog. Akan tetapi pada siklus II ini sudah banyak sekali perubahan dalam dialog yang dibuat oleh Kemala, ia begitu pandai mengembangkan cerita dan berimprovisasi pada siklus II ini. salah satu pengembangan dialog yang dibuat Kemala adalah sebagai berikut:
113
Di ruang makan Engku Kinanda
:“Silahkan santap jamuan ini duhai Sutan. (mempersilahkan makan)
Burkat
:“Kinanda amatlah baik. Merasa tidak enak saya kepada Engku.”
Engku Kinanda
:“Tak perlu sungkan. Anggaplah rumah sendiri”
Togop dan Togu : (menatap tajam ke arah Burkat) Dalam siklus I penulisan kramagung Kemala sudah cukup kreatif, akan tetapi pada siklus II Kemala lebih kreatif lagi mengembangkan kramagung,
hampir di setiap dialog Kemala
selalu memberikan kramagung. Dalam naskah drama Kemala terdapat prolog. Di akhir cerita Kemala memberikan satu babak lagi sebagai penutup dalam cerita. 2) Kesesuaian naskah drama dengan cerpen Naskah drama milik Kemala pada siklus I secara keseluruhan sudah baik, tetapi pada siklus II Kemala mengalami peningkatan. Isi cerpen seluruhnya terangkum dalam naskah drama, pada siklus II ini dilengkapi babak dan judul sehingga alur terlihat sudah lebih jelas. 3) Kreativitas Hasil naskah drama karya Kemala pada siklus II sangat kreatif, terlihat pada pemberian judul, pengembangan dialog-dialog
114
dan kramagung, seperti yang sudah dipaparkan penulis sebelumnya pada kelengkapan aspek formal naskah drama. 4) Penggunaan EYD Kekurangan pada naskah drama Kemala ini terdapat pada penggunaan ejaan, baik pada siklus I atau pada siklus II. Permasalahan penempatan prefiks di sudah mengalami perbaikan. Masih terdapat kesalahan-kesalahan dalam penulisan yang Kemala menulisnya dengan kata yg. Secara umum naskah drama milik Kemala mengalami peningkatan dan perbaikan. Kekurangankekurangan hanya terdapat dalam ejaan. Hal tersebut dapat diperbaiki dengan mulai membiasakan menulis dengan benar. 5) Hasil naskah drama siswa bernama M. Hafiz Ramadhan 1) Kelengkapan aspek formal naskah drama Naskah drama milik M. Hafiz Ramadhan pada siklus II ini sudah sangat baik dibandingkan siklus I. Jika pada siklus I naskah drama milik Hafiz tidak ada judul dan babak, pada siklus II naskah drama milik Hafiz sudah dilengkapi oleh judul dan babak. Judul yang diberikan Hafiz berbeda dengan judul yang berasal drai cerpen, judul milik Hafiz ialah “Tiga Orang Musafir Sang Penipu Ulung”. Pada
siklus
I
sudah
terlihat
kepandaian
Hafiz
untuk
berimprovisasi dalam dialog. Begitu pula pada siklus II ini, Hafiz banyak sekali berimprovisasi dalam dialog-dialognya. Pengembangan cerita pada awal dan akhir naskah sangatlah nampak sekali.
115
Pada siklus I epilog Hafiz masih mengunakan epilog yang terdapat dalam cerpen, akan tetapi pada siklus II ini Hafiz sudah merubah epilog dengan menggunakan kata-kata sendiri, seperti di bawah ini: Dan mereka bertiga pun akhirnya bisa meloloskan diri dari kepungan warga, dengan berlari ke tengah hutan. 2) Kesesuaian naskah drama dengan cerpen Naskah drama milik Hafiz pada siklus II sudah sesuai dengan isi cerpen, isi cerpen sudah terangkum seluruhnya ditulis oleh Hafiz. Serta dilengkapi juga oleh judul dan babak, sehingga cerita dapat dipahami dengan sangat jelas. 3) Kreativitas Naskah yang disuguhkan oleh Hafiz sudah sangat kreatif, Hafiz mampu
mengembangkan
cerita
dan
berimprovisasi
dengan
penambahan dialog-dialog serta ia juga menambahkan beberapa latar dalam ceritanya, dengan tetap menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti. 4) Penggunaan EYD Naskah drama milik Hafiz pada siklus II ini lebih baik penulisan ejaannya dibandingkan hasil naskah drama pada siklus II, kesalahankesalahan Hafiz masih seputar penggunaan kata depan di yang mengikuti kata kerja atau kata benda.
116
6) Hasil naskah drama siswa bernama Novita Lestari 1) Kelengkapan aspek formal naskah drama Naskah drama milik Novita Lestari pada siklus II sudah lebih baik dibandingkan hasil naskah dramanya pada siklus I. Pada siklus II novita mencantumkan babak dalam naskah dramanya. Dan juga judul yang sudah diubah dari judul aslinya, pada siklus I Novita masih menggunakan judul yang ada di dalam cerpen, akan tetapi pada siklus II ini Novita mengubah judulnya menjadi “Tiga Pengelana Penipu”. Dalam penulisan dialog pada siklus I Novita masih menyalin dialog-dialog yang terdapat di dalam cerpen, akan tetapi pada siklus II Novita lebih kreatif dan lebih bisa mengembangkan dialog. Salah satu contohnya sebagai berikut: Togu
: “Wah gawat, bisa-bisa kita mati di sini cepat kita meloloskan diri.” (sambil berbisik dan panik)
Togop : “Ya benar ayo kita lompat ke jendela.” Dalam siklus I Novita kuang bisa untuk berimprovisasi dalam kramagung, tetapi pada siklus II ini Novita sudah pandai sekali berimprovisasi dalam kramagung-kramagungnya, salah satu contoh di bawah ini: Togop : “Tadi kan saya sudah bilang, lebih baik kita bermalam di Sitinjak saja di sana ada warung nasi. (sambil menatap kedua temannya dengan sinis) Burkat : “Saya ada akal!” (sambil loncat kegirangan)
117
Dalam naskah drama siklus I Novita menulis prolog masih menggunakan prolog yang terdapat dalam cerpen, tetapi pada siklus II ini Novita sudah merubah prolog dengan menggunakan kata-kata yang sederhana. Seperti di bawah ini: Tiga pengelana berjalan menuju kampung Batangtoru, mereka bertiga sedang kebingungan ketika hari sudah mulai petanng, dan berjalan dengan mempercepat langkah agar bisa berbuka puasa di kampung orang”. 2) Kesesuaian naskah drama dengan cerpen Naskah yang dibuat oleh Novita dalam siklus II sudah sangat sesuai dengan isi cerpen, isi cerpen sudah terangkum seluruhnya ditulis oleh Novita. Dan didukung pula oleh babak sehingga sangat mudah untuk memahami alurnya. 3) Kreativitas Hasil naskah drama yang ditulis oleh Novita sudah sangat kreatif, ia mampu mengembangkan cerpen dan berimprovisasi dalam naskah dramanya. Dalam siklus I Novita terlihat tidak dapat mengembangkan ceritanya mulai dari judul hingga epilog Novita masih menggunakan kata-kata yang berasal dari cerpen, tetapi dalam siklus II ini ia sudah sangat berimprovisasi itu sebabnya cerita naskah dramanya menjadi lebih menarik.
118
4) Penggunaan EYD Dalam naskah drama milik Novita pada siklus II ini masih terdapat kesalahan-kesalahan dalam ejaan. Novita masih kurang teliti dalam penulisan kata di untuk preposisi atau untuk imbuhan. 7) Hasil naskah drama siswa bernama Rihlah Mawaddah 1) Kelengkapan aspek formal naskah drama Hasil karya Rihlah Mawaddah pada siklus II sudah lebih baik dibandingkan pada siklus I. Aspek formal naskah dramanya sudah sangat lengkap, di dalamnya sudah dilengkapi dengan babak. Judul pada siklus II ini Rihlah masih menggunakan judul yang diberikannya pada siklus I yaitu “Tiga Musafir yang Mencari Makan”. Dialog pada siklus I, Rihlah tidak mengubah dialog-dialog yang terdapat dalam cerpen. Akan tetapi pada siklus II Rihlah sudah dapat berimprovisasi dalam dialog. Salah satu contohnya seperti di bawah ini: Togop
: “Gara-gara kamu ini Burkat kita ketauan dan hampir kita habis digebukin”.
Burkat
: “Tapi ini juga salah kamu.”
Togu
: “Sudah jangan saling menyalahkan, semua ini salah kita.”
2) Kesesuaian naskah drama dengan cerpen Naskah yang dibuat oleh Rihlah pada siklus II sudah sesuai dengan isi cerpen, isi cerpen sudah terangkum ditulis oleh Rihlah.
119
Alurnya sesuai dengan isi cerita dalam cerpen. serta dilengkapi babak dalam naskah dramanya sehingga cerita dapat dimengerti dengan jelas. 3) Kreativitas Naskah milik Rihlah pada siklus II sudah kreatif dibandingkan pada siklus I, terlihat dari pengembangan dialog, prolog serta epilog naskah drama. Rihlah dapat berimprovisasi dalam naskahnya. Sehingga cerita dapat disuguhkan menjadi lebih menarik untuk dibaca. 4) Penggunaan EYD Permasalahan Rihlah pada siklus I terdapat dalam penulisan ejaan. Akan tetapi pada siklus II ini permasalahan itu dapat teratasi. Dalam siklus I kesalahan yang dilakukan Rihlah mengenai ejaan terdapat dua belas kesalahan. Akan tetapi, pada siklus II ini Rihlah hanya melakukan empat kesalahan ejaan saja. Kesalahan kata di pada siklus II sudah cukup teratasi. Kesalahan yang sering dijumpai pada siklus II ini yaitu salah penempatan pada huruf kapital. 8) Hasil naskah drama siswa bernama Siti Aminah 1) Kelengkapan aspek formal naskah drama Hasil naskah drama karya Siti Aminah pada siklus II ini sudah sangat baik dibandingkan pada siklus I. Pada siklus II ini sudah dilengkapi oleh babak, pada siklus I tidak terdapat babak. Sehingga aspek formal naskah drama milik Siti sudah lengkap. Pada siklus 1
120
judul yang diberikan Siti masih menggunakan judul dari cerpen yaitu “Bertengkar Berbisik”, akan tetapi pada siklus II ini Siti mengubah judulnya menjadi “Penipu Tak Punya Hati”. Siti memang sangat pandai dalam mengembangkan sebuah dialog, dalam siklus I sudah terlihat kepandaian Siti dalam berimprovisasi. Dan dalam siklus II siti lebih berimprovisasi. Hampir dari semua dialognya tidak memakai kata-kata dari cerpen, ia menggunakan kata-katanya sendiri di dalam dialog-dialognya. Salah satu contohnya seperti di bawah ini: Togop dan Togu
: “Dasar kau penipu, penjahat lebih baik kau mati saja, sama saja kau membunuh kami berdua, aku cekik kau, dasar kau tidak setia kawan”.
Empunya Rumah
: “Ada apa ini???” (sambil membuka pintu)
Togop dan Togu
: “Maaf Engku kami ingin berbicara kepada Engku, bahwa dia adalah penipu dia bukan kepala kampung”. (sambil menunjuk kepada Burkat)
Empunya Rumah : “Owh ternyata kamu bertiga itu penipu, memanfaatkan
saya
hanya
untuk
mendapatkan suap nasi penjahat kau, lebih baik kau pergi dari sini, tolong bawa dia pergi dari sini”.
121
Berasal dari dialog seperti di bawah ini: Empunya rumah
: “Tidak tahu adat engkau ini, berani menjatuhkan tangan kepada rajamu?”
Togop dan Togu
: “Ia bukan raja engku, bukan kepala kampung, tetapi penipu... dia yang mengajak kami
menipu
engku,
menyuruh
kami
menyebut dia kepala kampung...” Raja palsu
: “Engkau pun penipu”
Empunya rumah
: “O, sekarang aku sudah mengerti, kamu bertiga
ini
bangsat...
penipu...
menganyahkan nasiku dengan akal busuk... ayo kamu orang kampung ini, tangkap ketiga bangsat ini, boleh kita bawa kepada engku jaksa di Batangtoru”. (Engkunya rumah pada orang banyak) 2) Kesesuaian naskah drama dengan cerpen Naskah yang dibuat oleh Siti pada siklus II sudah sesuai dengan isi cerpen, isi cerpen sudah terangkum ditulis oleh Siti. Walaupun pada siklus II ini Siti menuliskan dramanya dengan cukup singkat sehingga hasilnya terlihat lebih sederhana, akan tetapi itu tidak merubah alur dalam cerita. Naskah drama milik Siti sudah sesuai dengan isi cerita dalam cerpen. Serta dilengkapi babak dalam naskah dramanya sehingga alur dapat dimengerti dengan jelas.
122
3) Kreativitas Pada
siklus
I
Siti
sudah
cukup
kreatif.
Ia
mampu
mengembangkan cerita dan berimprovisasi dalam dialog dan kramagung. Siti sangat pandai dalam membuat dialog-dialog baru yang tidak ada sebelumnya di dalam cerpen. terlebih lagi pada siklus II ini, dalam dialog-dialognya Siti hampir saja tidak menggunakan kalimat-kalimat yang terdapat dalam cerpen dan siklus I. Siti sangat mengembangkan cerita dan banyak berimprovisasi. 4) Penggunaan EYD Siti tidak begitu bermasalah dalam penulisan ejaan. Pada siklus I Siti hanya melakukan lima kesalahan, dan dalam siklus II kesalahan Siti makin berkurang, ia hanya melakukan tiga kesalahan ejaan. Itu artinya ada peningkatan dalam penulisan ejaan. 9) Hasil naskah drama siswa bernama Yudi Ardian 1) Kelengkapan aspek formal naskah drama Naskah drama milik Yudi Ardian pada siklus 1 sudah terdapat judul walaupun judul yang diberikan Yudi masih menggunakan judul yang terdapat dalam cerpen, ia tidak mengubah judul menjadi lebih kreatif. Tetapi pada siklus II ini Yudi memberikan judul yang berbeda dengan judul yang terdapat dalam cerpen yaitu “Penipu Semalam”. Pada siklus II ini Yudi sangat pintar berimprovisasi dalam dialog. Selain Yudi sangat pandai sekali untuk menghemat suatu
123
percakapan yang panjang di dalam cerpen, Yudi juga memberikan tambahan-tambahan dialog yang cukup unik. Terlihat dari dialog yang dibuat oleh Yudi berikut ini: Togu
: “Santai saja teman, kita harus yakin kita sanggup keluar
dari masalah ini. ingat semboyan kita?”
(mencoba menenangkan kedua temannya dengan memegang tangan Burkat dan Togop) Togu, Burkat, Togop
:”One for all, all for one. Semangat semangat!! (Ketiga musafir kembali ceria
dan
tersenyum
sambil
berpelukan) Kedua dialog di atas tidak terdapat dalam cerpen, Yudi menambahkan kedua dialog tersebut sehingga cerita lebih terasa menarik. Naskah drama Yudi pada siklus I tidak menggunakan babak sehingga sulit untuk membagi kejadian-kejadian dalam cerita. Tetapi pada siklus II Yudi sudah menggunakan babak dalam naskah dramanaya, seperti: Di jalan menuju Batangtoru, di kampung Batangtoru, di rumah kepala kampung Batangtoru, di kamar tidur, di hutan. Dalam siklus I penulisan kramagung Yudi sudah cukup kreatif, tetapi dalam siklus II Yudi lebih kreatif lagi dalam penulisan kramagung. misalnya:
124
Togu : “Siang mulai berganti petang. Di manakah dan bagaimana
kita
berbuka
puasa?”
(berfikir
bagaikan profesor) Burkat : “Di kampung ini nampaknya tidak ada lepau nasi, akupun tidak memliki kenalan, di manakah kita singgah dan beristirahat?” (gelisah tiada menentu dengan menatap kedua temannya). Togop : “Tadi sudah ku bilang, lebih baik kita berhenti di Sitinjak, di sana ada warung nasi.” (sambil memukul-mukulkan tangannya ke pohon yang ada di sampingnya)” Dalam naskah drama siklus I Yudi sudah memberikan prolog dan epilog. Sedangkan dalam siklus II ini Yudi memberikan prolog tidak berbeda jauh dengan naskah drama pada siklus I, akan tetapi dalam epilog Yudi memberikan sangat berbeda dengan siklus I. Selain Yudi memberikan satu babak lagi di akhir cerita, Yudi juga hanya memberikan satu kalimat sebagai epilog naskah drama yaitu: Mereka bertiga pun kembali melanjutkan perjalanan untuk pulang ke rumah. 2) Kesesuaian naskah drama dengan cerpen Naskah yang dibuat oleh Yudi dalam siklus I sudah sesuai dengan isi cerpen, isi cerpen sudah terangkum seluruhnya ditulis oleh Yudi. Alurnya sesuai dengan isi cerita dalam cerpen. Dalam
125
siklus II ini Yudi masih mempertahankan kesesuaian cerita dalam cerpen tersebut, terlebih lagi Yudi menambahkan alurnya yaitu dengan menambahkan babak serta dialog dalam cerita. Sehingga cerita lebih menarik. 3) Kreativitas Naskah yang diberikan Yudi pada siklus I sudah sangat kreatif, dan dalam siklus II ini Yudi lebih memperlihatkan daya kreatifitasnya yaitu terlihat dari cara dia memberikan judul yang berbeda dari cerpen, menambahkan satu babak, manambahkan dialog yang tidak terdapat dalam cerpen tanpa merubah alur dalam cerita. 4) Penggunaan Bahasa Dalam siklus I Yudi hanya melakukan 5 kesalahan ejaan, dan dalam siklus II ini Yudi mengalami perbaikan yaitu hanya terdapat 2 kesalahan dalam ejaannya yaitu kata kesini seharusnya ke sini dan di cicipi yang seharusnya di cicipi. Secara keseluruhan naskah drama milik Yudi pada siklus II ini mengalami banyak peningkatan. 4. Hasil Belajar Siswa Pada Tindakan Pembelajaran Siklus II Hasil tes kognitif yang dilakukan pada pembelajaran menulis naskah drama dalam siklus II ini masih sama pada siklus I yaitu tes unjuk kerja berdasarkan aspek penilaian yang telah ditentukan. Berikut penilaianpenilaian siswa pada siklus II dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
126
Tabel 4.9 Kemampuan Siswa Menulis Naskah Drama pada Siklus II No
Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Achmad Suhendar Ade Nurhasanah Aden Purnawan A. Bukhori Muslim Ahmad Sonhaji Ana Nurjannah Anisa Yulianti Ashari Utomo Putra Asri Puspitasari Dhea Ulfah N Eka Rosiani Sari Endah Ami Pratiwi Eria Komarudin Ermawati Indah Syafitri Kemala Saras Rianty Khoirunnisa M. Angga Mahridan M. Hafiz Ramadhan Mahfudin Muhammad Iqbal Napsiah Naufal Fawwaz Novita Lestari Novita Sari Nurjayanti Rihlah Mawaddah Saprudin Sarah Hayatin Nufus Siti Aminah Siti Kurniasih Siti Mirnawati Siti Nurhasanah
J 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
D 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
1 B 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
K 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
P 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
2
3
4
Total
25 25 20 15 20 25 25 20 20 20 25 25 20 20 20 25 25 20 25 25 20 25 25 25 25 25 20 20 20 25 20 25 20
20 20 20 20 20 25 20 15 25 20 20 25 20 20 20 25 20 20 25 15 20 20 15 25 20 20 20 15 25 25 20 20 20
20 20 20 20 20 20 20 20 10 20 20 15 20 20 20 15 15 15 20 20 20 20 20 15 20 20 20 20 20 20 20 20 25
90 90 80 80 85 95 85 80 80 85 90 90 85 85 85 90 85 80 95 85 80 90 85 90 90 90 85 80 90 95 85 90 90
127
34 35 36
Tami Puspita Sari Wagiati Yudi Ardian
5 5
5 5 5
5 5 5
5 5 5
5 5 5
20 20 25 20 25 25
20 20 20
80 90 95
Keterangan: (1) = Kelengkapan aspek formal naskah drama yang terdiri dari: (J) = Judul (E) = Dialog (B) = Babak (K) = Kramagung (Q) = Prolog (2) = Kesesuaian Naskah drama dengan cerpen (3) = Kreativitas (4) = Penggunaan EYD Dari nilai pembelajaran pada siklus II yang dicapai oleh siswa kemudian penulis urutkan mulai dari nilai terendah sampai tertinggi. Adapun urutan data nilai terendah sampai tertinggi terdapat dalam tabel berikut: Tabel 4.10 Urutan Nilai Terendah hingga Tertinggi pada Siklus I No
Nama
Total
Tingkat Keberhasilan
1
Aden Purnawan
80
Sedang
2
A. Bukhori Muslim
80
Sedang
3
Ashari Utomo Putra
80
Sedang
128
4
Asri Puspitasari
80
Sedang
5
M. Angga Mahridan
80
Sedang
6
Muhammad Iqbal
80
Sedang
7
Saprudin
80
Sedang
8
Tami Puspita Sari
80
Sedang
9
Ahmad Sonhaji
85
Tinggi
10
Anisa Yulianti
85
Tinggi
11
Dhea Ulfah N
85
Tinggi
12
Eria Komarudin
85
Tinggi
13
Ermawati
85
Tinggi
14
Indah Syafitri
85
Tinggi
15
Khoirunnisa
85
Tinggi
16
Mahfudin
85
Tinggi
17
Naufal Fawwaz
85
Tinggi
18
Rihlah Mawaddah
85
Tinggi
19
Siti Kurniasih
85
Tinggi
20
Achmad Suhendar
90
Sangat Tinggi
21
Ade Nurhasanah
90
Sangat Tinggi
22
Eka Rosiani Sari
90
Sangat Tinggi
23
Endah Ami Pratiwi
90
Sangat Tinggi
24
Kemala Saras Rianty
90
Sangat Tinggi
25
Napsiah
90
Sangat Tinggi
26
Novita Lestari
90
Sangat Tinggi
27
Novita Sari
90
Sangat Tinggi
28
Nurjayanti
90
Sangat Tinggi
29
Sarah Hayatin Nufus
90
Sangat Tinggi
30
Siti Mirnawati
90
Sangat Tinggi
31
Siti Nurhasanah
90
Sangat Tinggi
32
Wagiati
90
Sangat Tinggi
33
Ana Nurjannah
95
Sangat Tinggi
129
34
M. Hafiz Ramadhan
95
Sangat Tinggi
35
Siti Aminah
95
Sangat Tinggi
36
Yudi Ardian
95
Sangat Tinggi
Total
Total skor
:
:
3125
Jumlah skor yang diperoleh siswa Ju mlah sis wa
3125 36
x100%
x100%
: 86,80 Berdasarkan tabel di atas nilai pada siklus II terendah hingga tertinggi adalah nilai 80 ada 8 orang, nilai 85 ada 11 orang, nilai 90 ada 13 orang, dan nilai 95 ada 4 orang. Dari data tersebut diketahui nilai terendah pada siklus II yaitu 80 dan nilai tertinggi yaitu 95. Sedangkan rata-rata yang diperoleh adalah 86,80. Dari hasil siklus II menulis naskah drama dengan menggunakan media cerpen di atas, siswa kelas XI IPS 1 termasuk ke dalam kategori sangat baik. 5. Analisis Hasil Wawancara, Lembar Observasi dan Jurnal Siswa Pada Siklus II a) Analisis Hasil Wawancara Dalam siklus II peneliti kembali melakukan sebuah wawancara dengan siswa di akhir pembelajaran. Wawancara dilakukan untuk mengetahui kemampuan, kendala, dan kondisi pembelajaran menulis naskah drama dengan media cerpen. Siswa yang diwawancarai berjumlah
130
11 orang. Siswa tersebut merupakan perwakilan dari kelas XI IPS 1. Berikut hasil wawancara tersebut: Tabel 4.11 Hasil Wawancara dengan Siswa pada Siklus II No 1.
2
3
4
5
6
7
Pertanyaan Apakah pembelajaran pada pertemuan kemarin dapat kesulitan? Apakah kesulitan pada pertemuan sebelumnya dapat teratasi?
Jawaban a. Tidak b. Biasa saja c. Dapat a. Dapat b. Biasa saja c. Tidak a. Dapat b. Biasa saja c. Tidak
Apakah dengan pemberian contoh naskah drama dapat mempermudah dalam penulisan EYD dan kreatifitas menulis naskah drama? Apakah media cerpen dapat a. Dapat mempermudah menulis naskah b. Biasa saja drama? c. Tidak Apakah kamu merasa kemampuan a. Dapat menulis naskah drama mengalami b. Biasa saja peningkatan setelah mengikuti c. Tidak pembelajaran menulis naskah drama menggunakan media cerpen? Pembelajaran dengan model a. Dapat pemberian media cerpen membuat b. Biasa saja kamu senang menulis khususnya c. Tidak menulis naskah drama? Apakah pembelajaran dengan a. Dapat media cerpen dapat memotivasi b. Biasa saja dalam menulis naskah drama? c. Tidak
Persentase 63,63 % 9,09 % 27,27 % 90,90 % 9,09 % 0% 81,81 % 18,18 % 0% 90,90 % 0% 9,09 % 90,90 % 0% 9,09 % 81,81 % 18,18 % 0% 100 % 0% 0%
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa rata-rata siswa berkomentar positif dan siswa semakin antusias dalam pembelajaran menulis naskah drama dengan menggunakan media cerpen. Ada 63,63 %
131
siswa yang berkomentar bahwa pembelajaran pada siklus 1 mendapat kesulitan. Dan pada siklus II kesulitan-kesulitan itu dapat teratasi, terbukti dari 90,90 % siswa yang menjawab teratasi. Dan 100 % siswa berkomentar bahwa siswa merasa kemampuan menulis naskah drama mengalami peningkatan setelah mengikuti pembelajaran menulis naskah drama menggunakan media cerpen. Itu artinya siswa merasa senang dan termotivasi dalam pembelajaran menulis naskah drama dengan media cerpen. b) Analisis Data Observasi Dalam siklus II peneliti kembali memberikan lembar observasi pada akhir pembelajaran. Seluruh siswa mengisi lembar observasi yaitu sebanyak 36 siswa. Berikut hasil lembar observasi tersebut: Tabel 4.12 Hasil Lembar Observasi pada Siklus II No
1
2
3
4
Aspek yang diamati Guru memberikan penjelasan secara terperinci mengenai materi pembelajaran menulis naskah drama Guru menguasai dengan baik materi pembelajaran menulis naskah drama Guru menggunakan media yang mendukung terkait pembelajaran menulis naskah drama Guru memberikan kesempatan kepada siswa
Kurang
Kriteria Cukup
Baik
0%
8,33 %
91,6 %
2,77 %
2,77 %
94,44 %
0%
5,55 %
94,44 %
0%
11,11 %
88,88 %
132
5
6
7
untuk bertanya terkait dengan pembelajaran menulis naskah drama Guru memberikan tugas sesuai dengan materi pembelajaran yang diberikan Guru memperhatikan kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung, dan membantu mengarahkan siswa yang menemui kesulitan dalam mengerjakan tugas menulis naskah drama Guru membuka dan menutup pembelajaran dengan baik dan mengesankan
5,55 %
8,33 %
86,11
5,55 %
11,11%
83,33 %
0%
0%
100 %
Dalam lembar observasi pada siklus II sebanyak 94,44 % siswa memberikan nilai baik untuk kategori penggunaan media, itu artinya siswa sudah mengerti akan tepatnya media cerpen dalam menulis naskah drama. Dan juga ada 8, 88% siswa yang memberikan nilai baik untuk point guru memberikan kesempatan bertanya, itu artinya sudah ada peningkatan guru dalam memberikan kesempatan siswa bertanya, dan juga berarti guru dapat memaksimalkan waktu pada siklus II. Dari data di atas menunjukan bahwa adanya peningkatan pembelajaran yang cukup tinggi dibandingkan pembelajaran pada siklus I. c) Analisis Jurnal Siswa Berdasarkan hasil jurnal siswa pada siklus II, menunjukan bahwa siswa merespon positif pembelajaran yang dilaksanakan. Umumnya siswa dapat menjawab tentang pelajaran yang mereka
133
peroleh pada pembelajaran siklus II. Dengan media cerpen menulis naskah drama dapat memotivasi siswa, mempermudah siswa dalam menulis naskah drama, dan siswa merasa sangat tertarik untuk menulis naskah drama karena mereka merasa sangat terbantu dengan menggunakan media cerpen. Dan sebanyak 98% siswa menjawab bahwa kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi pada siklus I dapat teratasi. Selanjutnya jawaban mengenai kesan yang mereka dapatkan dalam proses pembelajaran adalah bahwa mereka sangat senang menullis naskah drama dan mereka menjadi tertarik kepada sastra seperti puisi, cerpen, novel, terlebih naskah drama. 6. Aktivitas Siswa dan Guru Selama Pembelajaran pada Siklus II Berdasarkan hasil observasi pada siklus II yang dilakukan oleh observer yaitu mata pelajaran bahasa Indonesia MAN Cibinong-Bogor, diperoleh data mengenai kegiatan guru dalam mengajar pada siklus II. Banyaknya peningkatan yang dilakukan oleh guru, di antaranya yaitu peningkatan dalam menarik perhatian siswa dan menimbulkan motivasi, Kesesuaian penggunaan media cerpen dengan pokok bahasan, kejelasan dalam menerangkan materi menulis naskah drama dengan menggunakan media cerpen serta kejelasan dalam menimbulkan contoh, ketepatan dalam penggunaan waktu, meninjau kembali pembelajaran yang telah dilakukan dan memberikan kesempatan bertanya pada siswa. Untuk lebih jelasnya, penilaian observer mengenai aktivitas guru dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
134
Tabel 4.13 Penilaian Aktivitas Guru Pada Siklus II No
Aspek
1
Kemampuan membuka pelajaran
2
3
4
5
6
Sikap guru dalam proses pembelajaran
Proses pembelajaran
Kecermatan dalam pemanfaatan media
Evaluasi
Kemampuan menutup pelajaran
Kriteria a) Menarik perhatian siswa dan menimbulkan motivasi b) Menjelaskan prosedur pembelajaran yang akan dilaksanakan a) Kejelasan suara b) Antusiasisme penampilan atau mimik a) Kesesuaian penggunaan media cerpen dengan pokok bahasan b) Kejelasan dalam menerangkan materi menulis naskah drama dengan menggunakan media cerpen serta kejelasan dalam menimbulkan contoh a) Kemampuan menggunakan media yang berkaitan dengan teori drama, langkah-langkah menulis naskah drama dengan media cerpen b) Keterampilan dan ketepatan saat penggunaan media a) Kemampuan menggunakan penilaian lisan saat pelaksanaan menulis naskah drama dengan media cerpen b) Ketepatan dalam penggunaan waktu a) Meninjau kembali pembelajaran yang telah dilakukan dan memberikan kesempatan bertanya pada siswa
Ket
Nilai
Baik
90
Baik
90
Baik
90
Baik
90
Tepat
95
Baik
90
Baik
85
Baik
90
Baik
85
Baik
85
Baik
90
135
b) Memberikan tugas kepada siswa dan menginformasikan bahan atau materi pembelajaran selanjutnya
Baik
80
Lembar aktivitas selanjutnya yaitu persentase aktivitas siswa selama proses pembelajaran pada siklus II. Diperoleh data peningkatan aktivitas siswa dibandingkan pada kegiatan di siklus I bahwasannya siswa sangat antusias mengikuti pelajaran dan serius dalam mengerjakan tugas. Terlihat dari sebagian siswa merespon guru dengan bertanya, berpendapat dan menjawab seputar materi drama. Dan ada penurunan dalam kegiatan melamun, mengobrol dengan temannya dan melakukan kegiatan lain dibandingkan dengan kegiatan pada siklus I. Untuk lebih jelasnya, penilaian observer mengenai aktivitas siswa dapat dilihat dalam tabel berikut ini. Tabel 4.14 Persentase Rata-rata Aktivitas Siswa pada Siklus II Aspek yang Diamati 1. Aktivitas siswa selama mengikuti KBM a. Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang teori drama, langkah-langkah menulis naskah drama dengan menggunakan media cerpen b. Siswa menulis naskah drama dengan menggunakan media cerpen c. Siswa mengajukan pendapat atau pertanyaan yang berkaitan dengan drama d. Siswa menjawab pertanyaan dari guru yang berkaitan dengan drama 2. Perilaku siswa yang tidak sesuai dengan KBM a. Melamun
Jumlah Siswa
95 %
100 % 60 % 75 %
1%
136
b. Mengobrol dengan temannya c. Melakukan pekerjaan lain
5% 1%
7. Refleksi Tindakan Pembelajaran Siklus II Penerapan media cerpen telah berhasil membuat siswa lebih semangat dalam belajar. Perasaan senang siswa dalam belajar bahasa Indonesia khususnya menulis naskah drama sudah semakin terlihat dengan keaktifan siswa dan juga hasil naskah drama yang dibuat oleh masing-masing siswa dalam belajar. Aktivitas siswa dalam belajar bahasa Indonesia sudah semakin meningkat dan tidak ada lagi siswa yang memiliki aktivitas yang rendah dalam belajar menulis naskah drama. Penerapan media cerpen membuat siswa menjadi lebih tertarik untuk belajar bahasa Indonesia sehingga tidak ada ketakutan siswa untuk bertanya dalam proses pembelajaran. Dan juga guru dapat memaksimalkan waktu yang ada, sehingga tidak terkesan terburu-buru lagi dalam proses pembelajaran. Seperti sudah dijelaskan dalam butir sebelumnya bahwa dalam hasil data jurnal dan lembar observasi telah terlihat peningkatan siswa dalam proses pembelajaran. Sebagian besar siswa merespon positif terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan. Kekurangan siswa yaitu dalam soal ejaan. Berdasarkan hasil analisis dari observasi, jurnal dan wawancara pada siklus I ditemukan beberapa kekurangan, akan tetapi kekurangankekurangan itu dapat teratasi di siklus II di antaranya sebagai berikut:
137
(a) Siswa mulai tidak takut untuk bertanya kepada peneliti mengenai materi yang disampaikan. (b) Umumnya aktivitas siswa dalam belajar sudah sangat antusias, terlihat ketika siswa akan memulai menulis naskah drama mereka serentak menjawab “Siap!!!” di waktu guru menlontarkan pertanyaan “Sudah siap menulis naskah drama kembali?”. (c) Guru sudah dapat mengelola kelas dan menggunakan waktu dengan baik. Terlihat dari ketepatan waktu dan hasil data observer. (d) Sebagian besar siswa sudah melengkapi aspek formal naskah drama. Dilihat dari hasil keseluruhan siswa, sudah terdapat babak dalam naskah drama. Itu dikarenakan sebelum mereka menulis naskah drama guru memberikan satu contoh naskah drama berjudul Kapai-kapai karya Arifin C.Noer, karena pada pembelajaran siklus I peneliti tidak memberikan contoh naskah drama. (e) Kreatifitas siswa dalam menulis naskah drama sudah semakin meningkat. Umumnya siswa yang sudah bisa berimprovisasi dan mengembangkan ceritanya. Dengan penambahan tokoh, babak terlebih menambahkan dialog dan kramagung. Sehingga naskah drama terlihat lebih menarik dan unik. (f) Dalam penggunaan ejaan kebanyakan siswa sudah mengalami peningkatan. Meskipun masih ada yang mengabaikan penggunaan ejaan seperti dalam menuliskan kata di sebagai prefiks dan imbuhan, dalam penulisan huruf kapital dan penyingkatan kata sudah banyak siswa yang
138
tidak menyalahkan aturan. Hal itu dikarenakan sebelum siswa memulai menulis naskah drama peneliti memberikan penekanan tentang ejaan dan peneliti memberikan sedikit tips dalam penggunaan ejaan yang baik dan benar. F. Pembahasan Hasil Penelitian Pada bagian ini, peneliti akan membahas seluruh hasil penelitian yang telah dilakukan di kelas XI IPS 1 MAN Cibinong-Bogor selama dua siklus. Adapun pembahasan mengacu kepada semua instrumen penelitian. 1. Hasil Naskah Drama Siswa Berdasarkah hasil analisis naskah drama siswa pada siklus II bahwa seluruh siswa sudah bisa menuangkan ide dan berimprovisasi dalam dialog, kramagung judul, epilog dan prolog. Itu artinya daya kreatifitas siswa sudah sangat bagus. Dengan begitu kegiatan menulis naskah drama pada kegiatan pembelajaran sebelum dilakukan tindakan atau prates ke siklus I mengalami peningkatan, begitu pula pembelajaran dari siklus I ke siklus II juga mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini ditunjukan oleh nilai rata-rata siswa dalam menulis naskah drama mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Siklus I nilai rata-rata kelas yaitu 7,43. Pada siklus II meningkat menjadi 8,68. Untuk mengetahui perkembangan kemampuan siswa dalam menulis naskah drama, peneliti menyajikan hasil penilaian naskah drama pada prates dan pada setiap siklus, agar penilaian dan peningkatan dapat terlihat jelas. Berikut tabel penilaian siklus I dan siklus II.
139
Tabel 4.15 Kemampuan Siswa Menulis Naskah Drama pada Prates, Siklus I dan Siklus II No
Nama
Prates
Siklus 1
Siklus 2
1
Achmad Suhendar
85
75
90
2
Ade Nurhasanah
75
75
90
3
Aden Purnawan
70
70
80
4
Ahmad Bukhori Muslim
65
70
80
5
Ahmad Sonhaji
65
75
85
6
Ana Nurjannah
75
80
95
7
Anisa Yulianti
80
75
85
8
Ashari Utomo Putra
60
75
80
9
Asri Puspitasari
80
75
80
10
Dhea Ulfah Nurkhaidah
80
80
85
11
Eka Rosiani Sari
70
80
90
12
Endah Ami Pratiwi
75
85
90
13
Eria Komarudin
70
75
85
14
Ermawati
80
75
85
15
Indah Syafitri
80
75
85
16
Kemala Saras Rianty
80
80
90
17
Khoirunnisa
75
75
85
18
M. Angga Mahridan
60
75
80
19
M. Hafiz Ramadhan
60
80
95
20
Mahfudin
65
75
85
21
Muhammad Iqbal
65
75
80
22
Napsiah
75
75
90
23
Naufal Fawwaz
80
75
85
24
Novita Lestari
75
80
90
25
Novita Sari
75
75
90
140
26
Nurjayanti
70
75
90
27
Rihlah Mawaddah
80
80
85
28
Saprudin
75
85
80
29
Sarah Hayatin Nufus
75
75
90
30
Siti Aminah
75
85
95
31
Siti Kurniasih
70
75
85
32
Siti Mirnawati
60
75
90
33
Siti Nurhasanah
75
75
90
34
Tami Puspita Sari
60
70
80
35
Wagiati
70
80
90
36
Yudi Ardian
80
85
95
72,50
76,80
86,80
Rata-rata
Dari tabel di atas, terlihat bahwa beberapa siswa mengalami peningkatan skor dari prates ke siklus 1 hingga ke siklus II. Peningkatan yang signifikan terjadi dalam kelengkapan aspek formal dan kreatifitas. Tetapi ada beberapa siswa yang mengalami penurunan, ada siswa yang tidak ada perubahan, ada siswa yang hanya sedikit saja mengalami peningkatan, tetapi ada pula siswa yang sangat melonjak jauh mengalami peningkatannya. Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai tertinggi dan nilai terendah, serta nilai rata-rata siswa pada setiap siklusnya seperti tergambar dalam tabel berikut:
141
Tabel 4.16 Tingkat Kemampuan Menulis Naskah Drama Siswa XI IPS 1 No
Tingkat Kemampuan
Prates
Siklus 1
Siklus 2
1
Tertinggi
85
85
95
2
Terendah
60
70
80
3
Rata-rata
72,50
76,80
86,80
Berdasarkan tabel di atas, tingkat kemampuan tertinggi pada Prates atau sebelum tindakan mencapai skor 85, sedangkan kemampuan menulis naskah drama siklus 1 skor masih sama yaitu mencapai skor 85, akan tetapi mengalami peningkatan yang signifikan pada siklus II, skor meningkatan menjadi 95. Kemampuan terendah siswa sebelum diberikan tindakan mengalami skor 60, akan tetapi mengalami peningkatan pada siklus 1 skor terendahnya menjadi 70, dan pada siklus II nilai terendah mengalami peningkatan menjadi 80. Dan berdasarkan kemampuan tertinggi dan terendah siswa diperoleh nilai rata-ratanya. Nilai rata-rata kemampuan siswa sebelum diberikan tindakan mencapai skor 72,50, meningkat nilai rata-rata siswa pada siklus I menjadi 76,80 dan pada siklus II nilai rata-rata siswa meningkat tinggi yaitu mencapai skor 86,80. Pada kegiatan sebelum dilakukan kegiatan menulis naskah drama dengan menggunakan media cerpen tingkat keberhasilan rata-rata siswa masuk dalam kategori rendah, pada siklus I meningkat menjadi kategori sedang, akan tetapi mencapai
142
peningkatan yang tinggi pada siklus II yaitu masuk dalam kategori sangat tinggi. 2. Hasil Wawancara Siswa Untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran menulis naskah drama dengan menggunakan media cerpen dilakukan kegiatan wawancara pada setiap siklus. Siwa diberi beberapa pertanyaan terkait tentang pembelajaran menulis naskah drama dengan menggunakan media cerpen. Siswa yang diwawancarai berjumlah 11 orang pada setiap siklusnya. Siswa tersebut merupakan perwakilan dari kelas XI IPS 1. Berikut paparan respon siswa terhadap pembelajaran menulis naskah drama dengan menggunakan media cerpen yang sebelumnya telah dibahas pada hasil wawancara pada siklus I dan siklus II: a.
Bahwa pada siklus I ada 63,63 % yang berkomentar media cerpen dapat meningkatkan siswa dalam menulis naskah drama, akan tetapi meningkat pada siklus II menjadi 100 % siswa yang berkomentar bahwa mereka merasa kemampuan menulis naskah drama mengalami peningkatan setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan media cerpen. Itu artinya bahwa media cerpen sudah tepat dirasakan siswa dalam menulis naskah drama.
b.
Pada siklus I sebanyak 36,36 % siswa yang merasa kesulitan menulis naskah drama dengan menggunakan media cerpen, tetapi pada siklus II sebanyak 90,90% yang berkomentar bahwa kesulitan-kesulitan pada
143
siklus I dapat teratasi. Itu artinya peneliti telah berhasil mengurangi kesulitan-kesulitan dalam proses pembelajaran menulis naskah drama dengan menggunakan media cerpen. c.
Pada siklus I sebanyak 81,81% yang berkomentar bahwa mereka termotivasi dengan pembelajaran menulis naskah drama dengan menggunakan media cerpen. Sedangkan pada siklus II sebanyak 100% siswa yang berkomentar bahwa mereka sangat termotivasi dengan pembelajaran menulis naskah drama dengan menggunakan media cerpen. Itu artinya bahwa pembelajaran pada siklus II sudah berjalan lebih baik dibandingkan pembelajaran pada siklus I.
d.
Pada siklus I sebanyak 54,54 % siswa berkomentar bahwa mereka tertarik dalam pembelajaran menulis setelah mereka mengikuti pembelajaran menulis naskah drama dengan media cerpen. Dan pada siklus II komentar siswa akan ketertarikan mereka dalam menulis setelah mengikuti pembelajaran menulis naskah drama dengan media cerpen meningkat menjadi 81,81 %. Itu artinya model pembelajaran menulis naskah drama dengan media cerpen membuat siswa semakin tertarik akan pembelajaran keterampilan menulis.
3. Hasil Lembar Observasi Siswa Lembar observasi diberikan untuk mengamati aktivitas guru selama proses pembelajaran berlangsung. Lembar observasi ini diberikan pada akhir pembelajaran oleh peneliti kepada seluruh siswa yaitu sebanyak 36 siswa.
144
Berikut paparan jawaban siswa pada lembar observasi terhadap pembelajaran menulis naskah drama dengan menggunakan media cerpen yang sebelumnya telah dibahas pada hasil lembar observasi pada siklus I dan siklus II: a. Dalam siklus I hanya ada 55,55 % siswa yang memberikan nilai baik untuk kategori penggunaan media. Akan tetapi pada siklus II meningkat menjadi 94,44 % siswa memberikan nilai baik untuk kategori penggunaan media. Itu artinya seluruh siswa menilai bahwa media cerpen sangat tepat untuk pembelajaran menulis naskah drama. b. Pada siklus I sebanyak 66,66 % siswa yang memberikan nilai baik untuk point guru memberikan kesempatan bertanya. Dan pada siklus II meningkat menjadi 88,88% siswa yang memberikan nilai baik untuk point guru memberikan kesempatan bertanya, itu artinya sudah ada peningkatan guru dalam memberikan kesempatan siswa dalam bertanya, dan guru juga dapat memaksimalkan waktu pada siklus II. c. Pada siklus I ada 94,44% siswa yang memberikan nilai baik tentang guru membuka dan menutup pelajaran dengan baik dan mengesankan. Sedangkan dalam siklus II sudah 100% siswa yang memberikan nilai baik tentang guru membuka dan menutup pelajaran dengan baik dan mengesankan. 4. Hasil Jurnal Siswa Jurnal siswa merupakan media untuk menyampaikan pendapat dan kesan yang dirasakan siswa selama proses pembelajaran. Jurnal siswa diisi
145
pada setiap akhir pembelajaran pada setiap siklus. Hasil jurnal siswa sangat penting sebagai bahan masukan untuk perbaikan pada proses pembelajaran siklus berikutnya. Pendapat yang dikemukakan siswa sangat beragam. Sebagian besar siswa berpendapat positif terhadap proses pembelajaran menulis naskah drama dengan penggunaan media cerpen. Serta siswa lebih termotivasi untuk mengikuti pembelajaran bahasa Indonesia. Hal ini dibuktikan dari hasil jurnal siswa pada setiap siklusnya. Berbagai pendapat siswa tersebut peneliti sajikan dalam bentuk tabel persentase berikut ini: Tabel 4.17 Persentase Komentar dalam Jurnal Siswa pada Siklus I dan Siklus II No
Respon Siswa
Siklus 1
Siklus 2
1
Positif
66,6 %
86,11 %
2
Biasa
25 %
11, 11%
3
Negatif
8,3 %
2,7 %
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa komentar positif yang diberikan siswa pada setiap siklus meningkat. Pada siklus I komentar positif yang diberikan siswa sebanyak 66,6%, kemudian pada siklus II meningkat menjadi 86,11 %. Siswa yang berkomentar biasa dan negatif mengalami penurunan. Hal ini mengabarkan hasil yang menggembirakan bagi peneliti. Didukung juga dengan banyaknya siswa yang berpendapat
146
dan bertanya pada proses pembelajaran serta hasil naskah drama yang semakin membaik. 5. Aktivitas Siswa dan Guru Selama Pembelajaran Lembar kegiatan guru dan siswa ini dilakukan pada setiap pembelajaran yang bertujuan untuk merekam kejadian-kejadian yang terjadi sehubungan dengan objek yang diteliti. Lembar observasi ini diisi oleh observer yaitu guru mata pelajaran bahasa Indonesia kelas XI IPS 1 MAN Cibinong-Bogor. Berikut ini persentase aktivitas guru dan siswa mulai dari siklus I sampai siklus II. Tabel 4.18 Hasil Aktivitas Guru Selama Pembelajaran Siklus I dan Siklus II No
Aspek
1
Kemampuan membuka pelajaran
2
3
Sikap guru dalam proses pembelajaran
Proses pembelajaran
Kriteria a) Menarik perhatian siswa dan menimbulkan motivasi b) Menjelaskan prosedur pembelajaran yang akan dilaksanakan a) Kejelasan suara b) Antusiasisme penampilan atau mimik a) Kesesuaian penggunaan media cerpen dengan pokok bahasan b) Kejelasan dalam menerangkan materi menulis naskah drama dengan menggunakan media cerpen serta kejelasan dalam menimbulkan contoh
Siklus I
Siklus II
85
90
80
90
90
90
90
90
85
95
75
90
147
4
5
6
Kecermatan dalam pemanfaatan media
Evaluasi
Kemampuan menutup pelajaran
a) Kemampuan menggunakan media yang berkaitan dengan teori drama, langkahlangkah menulis naskah drama dengan media cerpen b) Keterampilan dan ketepatan saat penggunaan media a) Kemampuan menggunakan penilaian lisan saat pelaksanaan menulis naskah drama dengan media cerpen b) Ketepatan dalam penggunaan waktu a) Meninjau kembali pembelajaran yang telah dilakukan dan memberikan kesempatan bertanya pada siswa b) Memberikan tugas kepada siswa dan menginformasikan bahan atau materi pembelajaran selanjutnya
80
85
75
90
85
85
75
85
80
90
85
80
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata aktivitas guru semakin meningkat dari siklus I ke siklus II, walau ada beberapa kriteria yang nilainya tetap yaitu dalam kejelasan suara, antusias mengajar dan kemampuan menggunakan penilaian lisan saat proses pembelajaran. Kriteria yang meningkat yaitu pada siklus I kejelasan guru dalam menerangkan materi menulis naskah drama dengan menggunakan
148
media cerpen serta kejelasan dalam menimbulkan contoh masih dalam taraf cukup, akan tetapi pada siklus II kriteria itu meningkat menjadi lebih baik. Begitu pula peningkatan dalam kriteria keterampilan dan ketepatan penggunaan media serta ketepatan dalam penggunaan waktu. Lembar aktivitas selanjutnya yaitu persentase aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Berikut ini persentase aktivitas siswa pada siklus I dan siklus II. Tabel 4.19 Hasil Aktivitas Guru Selama Pembelajaran Siklus I dan Siklus II Aspek yang Diamati 1. Aktivitas siswa selama mengikuti KBM a. Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang teori drama, langkah-langkah menulis naskah drama dengan menggunakan media cerpen b. Siswa menulis naskah drama dengan menggunakan media cerpen c. Siswa mengajukan pendapat atau pertanyaan yang berkaitan dengan drama d. Siswa menjawab pertanyaan dari guru yang berkaitan dengan drama 2. Perilaku siswa yang tidak sesuai dengan KBM a. Melamun b. Mengobrol dengan temannya c. Melakukan pekerjaan lain
Jumlah Siswa Siklus I Siklus II
90 %
95 %
100 %
100 %
40 %
65 %
60 %
75 %
2% 10 % 5%
1% 5% 1%
149
Dari tabel di atas dapat diketahui aktivitas siswa yang sering muncul dalam proses pembelajaran. Pada siklus I Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang teori drama, langkah-langkah menulis naskah drama dengan menggunakan media cerpen sebanyak 90 %, pada siklus II meningkat menjadi 95%. Pada siklus I sebanyak 100 % atau seluruh siswa menulis naskah drama dengan menggunakan media cerpen, dan pada siklus II kegiatan itu masih tetap bertahan. Pada siklus I siswa yang mengajukan pendapat atau pertanyaan yang berkaitan dengan drama sebanyak 40%, akan tetapi pada siklus II meningkat menjadi 65%. Pada siklus I siswa yang menjawab pertanyaan dari guru yang berkaitan dengan drama sebanyak 60%, meningkat pada siklus II menjadi 75%. Perilaku siswa yang tidak sesuai dengan proses pembelajaran mengalami penurunan pada siklus II. Siswa yang melamun pada siklus I sebanyak 2%, menurun pada siklus I menjadi 1%. Siswa yang mengobrol dengan temannya pada siklus I sebanyak 10%, menurun pada siklus II menjadi 5%. Sedangkan siswa yang melakukan pekerjaan lain pada siklus I sebanyak 5%, pada siklus II menjadi 1%. Maka dari pemaparan di atas diperoleh data aktivitas siswa bahwasannya siswa sangat antusias mengikuti pelajaran dan serius dalam mengerjakan tugas. Begitupun dengan guru yang melakukan proses pembelajaran dengan sangat antusias.
150
BAB V PENUTUP
Berdasarkan kajian teoritis dan hasil penelitian mengenai peningkatan siswa menulis naskah drama dengan media cerpen, maka penulis dapat mengemukakan beberapa simpulan dan saran. A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan sebagai berikut: 1.
Penerapan media cerpen dalam penulisan naskah drama dapat meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas XI IPS 1 MAN Cibinong-Bogor.
2.
Penguasaan
kemampuan
siswa
terhadap
materi
naskah
drama
menunjukan peningkatan. Hal ini dapat ditunjukan dengan adanya peningkatan hasil belajar siawa dari siklus I ke siklus II. Nilai rata-rata siklus I adalah 76,80, meningkat pada siklus II dengan nilai rata-rata menjadi 86,80. 3.
Motivasi belajar siswa meningkat setelah belajar menulis naskah drama dengan menggunakan media cerpen. Hal ini dibuktikan dengan usaha siswa dalam memperbaiki setiap kesalahan pada naskah drama yang dibuatnya. Siswa berusaha untuk membentuk suatu cerita dengan utuh dan membuatnya dengan sekreatif mungkin.
151
4.
Setelah belajar menulis naskah drama dengan media cerpen, siswa menjadi lebih aktif dan mudah berfikir kreatif untuk menuangkan ide-ide yang dimilikinya ke dalam naskah drama. Terlihat dalam hasil naskah drama yang sudah dilengkapi oleh aspek formal naskah drama, yaitu terdapat judul, dialog, babak, kramagung, prolog dan epilog; kesesuaian naskah drama dengan cerpen; daya kreativitas; serta penggunaan EYD.
5.
Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan lembar jurnal, respon siswa setelah belajar menulis naskah drama dengan media cerpen adalah baik.
B. Saran Telah terbuktinya pembelajaran menulis naskah drama dengan menggunakan media cerpen dapat meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia, maka penulis sarankan hal-hal sebagai berikut: 1. Media cerpen sangat efektif diterapkan untuk pembelajaran menulis naskah drama. Oleh karena itu, guru dapat menggunakan media cerpen dalam meningkatkan pembelajaran menulis naskah drama guna mencapai nilai di atas rata-rata yang telah ditentukan. 2. Guru diharapkan untuk melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kinerjanya dalam memberikan pelayanan pendidikan sehingga menjadi guru yang profesional karena mampu memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kejadian terhadap permasalahan yang terjadi di kelas.
152
3. Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi guru dan siswa, maka diharapkan kegiatan
ini
dapat
dilakukan
serta
berkesinambungan
dalam
pembelajaran bahasa Indonesia. 4. Aspek lain yang tidak kalah penting adalah guru harus bisa memotivasi siswa untuk belajar.
DAFTAR PUSTAKA Alek dan Ahmad H.P, Buku Ajar Bahasa Indonesia, Jakarta: FITK Press, 2009.
Anwar, Chairul, Drama Bentuk-Gaya dan Aliran, Yogyakarta: Elkaphi, 2005.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002.
_________________, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. IV, 2007.
Barnet, Sylvan, A Short Guide to Writing About Literarure, Boston: Little, Brown and Company, 1968.
Brahim, Drama dalam Pendidikan, Jakarta: PT Gunung Agung, 1968.
Bridges, Charles W dan Ronald F. Lunsford, Writing: Discovering Form and Meanin, California: Wadsworth, 1984.
Brocket, Oscar G, The Teatre, Indianan University, 1969.
Cahyani, Isah, Bahasa Indonesia, Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009.
Departemen Pendidikan Nasional, KamusBesar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Jakart: PT Gramedia Pustaka Utama, Edisi keempat, 2008.
Dewan Redaksi Ensiklopedi Sastra Indonesia, Ensiklopedi Sastra Indonesia, Bandung: Titian Ilmu Bandung, 2007.
Diyanni, Robert, Literatur (Reading Fiction, Poetry, and Drama), New York: McGraw-Hill, 2002.
Endaswara, Suwardi, Metodologi Penelitian Sastra, Yogyakarta: Media Pressindo, Cet. IV, 2008.
Hamalik, Oemar, Media Pembelajaran, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1994.
Jones, Edward H, Outlines of Literature, New York: The Macmillan Company, 1968.
Margono, Metode Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
Minderop, Albertine, Metode Karakterisasi Telaah Fiksi, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Cet. II, 2011.
Mulyasa, H.E, Praktik Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet. III, 2010.
Munadi, Yudi, Media Pembelajaran, Jakarta: Gaung Persada Press, 2008.
Rahmanto, B dan Endah Peni Adji, Drama, Jakarta:Universitas Terbuka, 2007.
________, Metode Pengajaran Sastra, Yogyakarta: KANISIUS, 1998.
Riantiarno, N, Menyentuh Teater-Tanya Jawab Seputar Teater Kita, Jakarta: 3 Books, 2003.
Riyanto, Yatim, Metodologi Penelitian Pendidikan, Surabaya: SIC, Cet. II, 2001.
Saleh, Mbido, Sandiwara dalam Pendidikan, Jakarta: PT Gunung Agung, 1967.
Semi, M. Atar, Anatomi Sastra, Jakarta: Angkasa Raya, tt.
Stantion, Robert, Teori Fiksi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.
Subagyo, Joko, Metode Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 2004.
Subana dkk, Statistik Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2000.
Subana, Muhammad, Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia, Bandung: Pustaka Setia, 1985.
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2006.
Sumarjo, Jakob, Perkembangan Teater Modern dan Sastra Drama Indonesia, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1992.
_____________, Seluk-Beluk dan Petunjuk Menulis Cerita Pendek, Bandung: Pustaka Latifah, 2004.
Syamsuddin dan Damaianti, Vismaia S, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006.
Tarigan, Djago, Pendidikan Keterampilan Berbahasa, Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2005.
Tarigan, Henry Guntur, Membaca sebagai suatu keterampilan berbahasa, Bandung: Angkasa, 2008.
_____________________, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, Bandung: Angkasa, 2008.
Waridah, Ernawati, EYD dan Seputar Kebahasaan-Indonesia, Jakarta: Kawan pustaka, 2009.
White, Freed D, The Writer Art, New York: Wadsworth, 1986.
Wiraatmadja, Rochiati, Metode Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005.
BIODATA PENULIS Didah Nurhamidah dilahirkan pada 19 Desember 1989 di Kelurahan Pakansari, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Sebagai Putri bungsu dari tiga bersaudara, pasangan bapak M. Abdullah dan ibu Eny Suhaeni. Pendidikan dasar yang penulis tempuh pertama kali di MI Nizhomiyah tamat pada tahun 2001, melanjutkan ke MTs Al-Huda Cibinong-Bogor tamat tahun 2004, kemudian melanjutkan di MAN 1 Cibinong-Bogor tamat tahun 2007. Kemudian tercatat sebagai mahasiswi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2007. Selama kuliah penulis mengikuti beberapa organisasi di antaranya yaitu ia tercatat sebagai kader HMI Komisariat Tarbiyah Cabang Ciputat, Tari Saman POSTAR, pengurus BEM-FITK Periode 2008-2010, Sekretaris Jendral BEMJ-PBSI Periode 2010-2011.