SKRIPSI ANALISA DAN DESAIN MODEL KNOWLEDGE MANAGEMENT PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS (STUDI KASUS: SMAN 1 TANGSEL DAN SMAN 3 TANGSEL)
Disusun Oleh:
REZA FATAHILLAH 107093002904
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 M/1433 H
ANALISA DAN DESAIN MODEL KNOWLEDGE MANAGEMENT PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS (STUDI KASUS: SMAN 1 TANGSEL DAN SMAN 3 TANGSEL)
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Syarat
Dalam Menyelesaikan Studi Akhir Program Strata Satu (S1) Program Studi Sistem Informasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Disusun oleh :
REZA FATAHILLAH 107093002904
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 M / 1433 H
PENGESAHAN UJIAN Skripsi berjudul “Analisa dan Desain Model Knowledge Management pada Sekolah Menengah Atas (Studi Kasus: SMAN 1 Tangsel dan SMAN 3 Tangsel)” telah diujikan dan dinyatakan lulus dalam sidang munaqosyah Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 14 October 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) program Studi Sistem Informasi.
Menyetujui,
Penguji I
Penguji II
Nur Aeni Hidayah, MMSI NIP. 19750818 200501 2 008
Elsy Rahajeng, MTI
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis NIP 19680117 200112 1 001
Suci Ratnawati, MTI
Mengetahui,
Dekan Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Ketua Program Studi Sistem Informasi
Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis NIP 19680117 200112 1 001
Nur Aeni Hidayah, MMSI NIP. 19750818 200501 2 008
LEMBAR PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAUPUN LEMBAGA MANAPUN.
Jakarta, Desember 2011
Reza Fatahillah 107093002904
ABSTRAK REZA FATAHILLAH, Analisa dan Desain Model Knowledge Management pada Sekolah Menengah Atas (studi kasus: SMAN 1 Tangsel dan SMAN 3 Tangsel). Di bawah bimbingan SYOPIANSAH JAYA PUTRA dan SUCI RATNAWATI. Pendidikan merupakan sebuah aset penting bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dimilikinya. Kualitas tersebut dapat di lihat dari kemampuan lulusan suatu lembaga pendidikan. Hal ini sejalan dengan hasil yang ingin dicapai dari dinas pendidikan, yaitu mewujudkan pendidikan yang bermutu, relevan dengan kebutuhan masyarakat dan berdaya saing dalam kehidupan global. Untuk menciptakan tujuan tersebut, dinas pendidikan nasional membuat suatu standar pendidikan yang tertuang dalam peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standar pendidikan nasional. Sekolah yang telah memenuhi standar tersebut menjadi sekolah dengan status SSN (Sekolah Standar Nasional). Sedangkan untuk bersaing di dunia global, sekolah harus memiliki nilai “plus” selain terpenuhinya standar-standar pendidikan nasional, sehingga suatu sekolah yang memiliki nilai plus termasuk ke dalam sekolah dengan status RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional). Karena adanya status SSN dan RSBI menyebabkan perbedaan kualitas kemampuan yang dimiliki sekolah dalam melakukan pengelolaan knowledge. Dikarenakan knowledge merupakan suatu keunggulan kompetitif yang dapat membantu peningkatan kinerja serta kompetensi tiap individu dalam berbagi, maka salah satu strategi yang bisa digunakan adalah dengan menggunakan knowledge management (KM). dengan mengelola pengetahuan tidak hanya meningkatkan pengetahuan seluruh organisasi, namun juga meningkatkan kualitas pengetahuan didalamnya. Dengan dibantu alat analisa SWOT dan analisa K-Gap akan diketahui analisa lingkungan internal dan eksternal serta kesenjangan pengetahuan yang ada antara sekolah SSN dengan RSBI. Tahap desain model KM menggunakan SSM (Soft system methodology) hanya sampai pada tahap keenam, SSM yaitu suatu metode yang digunakan untuk permodelan proses di dalam organisasi dan lingkungannya, SSM sering digunakan untuk permodelan pada manajemen perubahan di mana organisasi pembelajar merupakan manajemen perubahan. Sehingga hasil dari penelitian ini bisa memberikan gambaran dan alur proses pada tenaga pendidik di sekolah menengah atas, khususnya pada daerah Tangerang Selatan dalam melakukan akuisisi serta berbagi pengetahuan, agar tacit knowledge yang dimiliki tiap individu tenaga pendidik dapat terkelola dengan baik dan sekolah bisa menjadi organiasi pembelajar.
Kata Kunci: Knowledge Management (KM), Soft system methodology (SSM), Gap, SWOT, Tacit, organisasi pembelajar. 5 bab + 118 hal + xiv hal + 20 Gambar + 10 Tabel+5 Lampiran Pustaka Acuan (30, 2005-2009)
K-
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim… Alhamdulillahi rabbil‟aalamiin, segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat kesehatan, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan laporan penelitian skripsi ini. Shalawat serta salam juga disampaikan kepada nabi Muhammad SAW, semoga kita bisa menjadi salah satu umatnya yang terbaik. Skripsi merupakan sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana komputer dari program studi Sistem Informasi/Teknik Informasi di Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan judul Skripsi “ANALISA DAN DESAIN MODEL KNOWLEDGE
MANAGEMENT PADA
SEKOLAH MENENGAH ATAS (STUDI KASUS: SMAN 1 TANGSEL DAN SMAN 3 TANGSEL)”, telah mendapat banyak bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik materi maupun non-materi. Oleh karena itu, pada kesempatan ini ingin mengucapkan terima kasih kepada; 1. Bapak Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis., selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Jakarta dan sebagai dosen pembimbing pertama yang telah banyak membantu dan memberikan arahan terbaik dalam penelitian. 2. Ibu Nur Aeni Hidayah, MMSI., selaku Ketua Program Studi Sistem Informasi Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Jakarta. yang telah banyak membantu dalam proses akademik. 3. Ibu Suci Ratnawati, MTI sebagai dosen pembimbing kedua yang juga telah banyak membantu dan memberikan semangat dan arahan terbaik dalam penelitian. 4. Kedua orang tua tercinta, serta adik dan kakak yang telah membantu dalam doa dan dukungan yang luar biasa sehingga dapat memperoleh gelar sarjana komputer. 5. Ibu Aan (Wakasek Humas SMAN 3 Tangsel) dan Bapak Rohman (Wakasek Humas SMAN 1 Tangsel) beserta seluruh guru-guru lainnya yang ikut membantu dan berpartisipasi dalam penelitian. 6. Keluarga besar Fosma165 UIN Jakarta, Fosma165 Nasional, KAHFI AL-Karim, 12 Ibn Sina dan Darrul aytam. Terima kasih atas kekeluargaan dan doa yang
dikirimkan hingga hari ini yang telah memberikan dukungan semangat dan motivasi hebat dalam menjalani setiap waktu yang ada. 7. Seluruh keluarga besar Sistem Informasi 2007, spesial untuk sahabat-sahabat SIC 2007, SIK B 2007, dan temen-teman seperjuangan KKN BISA 2010 (Hafiz, Dodi, Anis, Siti, Eka, Ratna, Vio, Rara, Yuyun, Kiki, Puput, Mayang, Nurul, K‟ Raudha, K‟DJ, Raja, Hasyim dan Fuad) terima kasih dengan kekeluargaan dan bantuannya hingga akhir. Kalian memang orang-orang hebat. 8. Sahabat-sahabat spiritual, rogo, zhya, mas fahmi, mas dika, rizka, citra, rizky, arin, ayie, jaenal, dani, amar, mpo nina, jeung tut, mas satria, bang wildan, abe, bun meta, nek isty, rianty, nyun, qubil, gitchil, luluth, giri, fiki, ismet, ratna, angga, iben, dion, teh cin, romi. Monic, ucup, dika, sapto, hani, azka, galuh, kiki, friska, Susi Maya, Asih, Damar, Ali, Tong Heri, Dini, Evi, Septa, eko, serta rekan-rekan M2M lainnya dengan bersama kalian lah penelitian ini hidup. Teruskan perjuangan dan lanjutkan apa yang sudah kita impikan.
Rekan-rekan yang meneliti dan yang mau menjadikan Knowledge Management sebagai penelitian. Kalian pasti bisa dan mendapatkan pengetahuan yang luar biasa dari ilmu ini. Semangat.! Saran dan kritik bisa dikirim ke email:
[email protected]. Terima kasih.
Jakarta, Desember 2011
Reza Fatahillah NIM : 107093002904
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ........................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN UJIAN ..............................................................
ii
LEMBAR PERNYATAAN ..............................................................................
iii
ABSTRAKS......................................................................................................
iv
KATA PENGANTAR ......................................................................................
v
DAFTAR ISI ....................................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................
xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang ..................................................................
1
1.2
Rumusan Masalah .............................................................
4
1.3
Batasan Masalah ...............................................................
5
1.4
Tujuan Penelitian .............................................................
6
1.5
Manfaat Penelitian ...........................................................
7
1.6
Metode Penelitian ............................................................
7
1.6.1 Metode Pengumpulan Data ...................................
7
1.6.2 Metode Analisis .....................................................
9
1.6.3 Metode Desain Sistem ...........................................
9
1.6.4 Sistematika Penulisan ............................................
11
BAB II LANDASAN TEORI DAN GAMBARAN UMUM
2.1
Memahami Pengetahuan ...................................................
13
2.1.1 Definisi Data, Informasi, dan Pengetahuan .............
13
2.1.1.1 Data .........................................................
13
2.1.1.2 Informasi..................................................
13
2.1.1.3 Pengetahuan .............................................
14
2.1.2 Jenis-jenis Pengetahuan .........................................
15
2.1.3 Tingkat Pengetahuan..............................................
16
2.1.4 Konversi Pengetahuan ...........................................
17
2.1.5 Knowledge Management ........................................
20
2.2
Akuisisi Pengetahuan ........................................................
21
2.3
Organisasi Pembelajar .......................................................
22
2.4
Karakteristik Disiplin Organisasi Pembelajar ....................
24
2.5
Analisa SWOT ..................................................................
26
2.6
Matriks Threats-Opportunitties-Weaknesses-Strengths .....
27
2.7
Knowledge Gap (Kesenjangan Pengetahuan) .....................
29
2.7.1 Analisis Kesenjangan Pengetahuan ........................
29
2.7.2 Pengetahuan Wajib dan Pilihan bagi Karyawan ....
31
2.7.3 Kesenjangan Pengetahuan ......................................
31
2.8
Strategi Pengelolaan Pengetahuan .....................................
32
2.9
SSM (Soft System Methodology) ......................................
33
2.10 Pengukuran Data ...............................................................
35
2.10.1 Jenis Statistik .........................................................
36
2.10.2 Jenis Data ..............................................................
36
2.10.3 Pengujian Kuesioner ..............................................
37
2.11 Ruang Lingkup Standar Nasional Pendidikan ....................
40
2.12 Definisi dan Sejarah ISO 9001:2008..................................
42
2.13 Profil Pendidikan Nasional ................................................
45
2.13.1 Visi dan Misi Pendidikan Nasional ........................
46
2.13.1.1 Visi Pendidikan Nasional .........................
46
2.13.1.2 Misi Pendidikan Nasional .........................
46
2.13.2 Reformasi Pendidikan ............................................
47
2.14 Infrastruktur ICT ...............................................................
50
2.14.1 Arsitektur Hardware ..............................................
50
2.14.2 Arsitektur Jaringan Komputer ................................
54
2.14.2.1 Klasifikasi Jaringan Komputer ...............
54
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode Pengumpulan Data ...............................................
55
3.1.1 Observasi .................................................................
55
3.1.2 Wawancara ..............................................................
55
3.1.3 Kuesioner .................................................................
57
3.1.4 Studi Literatur Sejenis ..............................................
57
Metode Desain Model Knowledge Management ................
58
3.2.1 Mendefinisikan Situasi Riil ......................................
59
3.2.2 Mengekpresikan Situasi Permasalahan .....................
60
3.2.3 Menganalisa Root Definition (CATWOE) ................
60
3.2.4 Membangun Model Konseptual ...............................
60
3.2
3.2.5 Membandingkan Model Konseptual dengan situasi Riil...........................................................................
61
3.2.6 Mengusulkan Model Usulan....................................
61
3.3 Kerangka Berfikir .............................................................
62
BAB IV ANALISA DAN DESAIN MODEL KM
4.1
Mendefinisikan Situasi Riil ...............................................
63
4.1.1 Proses Bisnis ............................................................
63
4.1.2 Analisa Sosial ..........................................................
64
4.1.2.1 Analisa Internal ..........................................
65
4.1.2.2 Analisa Eksternal........................................
67
4.1.3 Identifikasi Knowledge .............................................
70
4.1.4 Analisa SWOT .........................................................
71
4.1.5 Analisa K-GAP ........................................................
76
Mengekpresikan Situasi Permasalahan ..............................
79
a. SMAN 3 Tangsel (RSBI) .....................................
79
b. SMAN 1 Tangsel (SSN) ......................................
80
4.3
Menganalisa Root Definition ............................................
82
4.4
Membangun Model Konseptual.........................................
83
4.5
Membandingkan Model Konseptual Dengan Situasi Riil ...
90
4.5.1 Disiplin Visi Bersama (Shared Vision) .....................
91
4.5.2 Disiplin Model Mental (Mental Model) ....................
94
4.5.2.1 Knowledge Wajib dan Pilihan ................
94
4.2
4.5.2.2 Strategi Benchmark ................................
96
4.5.3 Disiplin Penguasaan Pribadi (Personal Mastery) dan Disiplin Pembelajaran Tim (Team Learning) ............ 4.5.4 Disiplin Berpikir Sistemik (System Thinking) .......... 4.6
98 104
Mengusulkan Model Usulan Desain Knowledge Management System .........................................................
105
4.6.1 System Definition .....................................................
105
4.6.2 Software ...................................................................
106
4.6.3 Database ..................................................................
112
4.6.4 Hardware.................................................................
115
4.6.5 Networking ..............................................................
116
4.6.6 Brainware ................................................................
118
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan .......................................................................
121
5.2
Saran .................................................................................
121
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Hierarki dari Data ke Pengetahuan .............................................
15
Gambar 2.2
SECI Model ..............................................................................
18
Gambar 2.3
Model Organisasi Pembelajar ...................................................
23
Gambar 2.4
Kerangka Kesenjangan Pengetahuan Zack .................................
32
Gambar 2.5
Model SSM P. Checkland ..........................................................
33
Gambar 2.6
Arsitektur Tersentralisasi ...........................................................
51
Gambar 2.7
Arsitektur Desentralisasi ............................................................
52
Gambar 2.8
Arsitektur Client/Server .............................................................
53
Gambar 3.1
Model SSM P. Checkland ..........................................................
58
Gambar 3.2
Kerangka Berfikir Penelitian......................................................
62
Gambar 4.1
Alur Akuisisi dan Berbagi Pengetahuan (SMAN 3 Tangsel)... 80
Gambar 4.2
Alur Akuisisi dan Berbagi Pengetahuan (SMAN 1 Tangsel)... 81
Gambar 4.3
Rich Picture Akuisisi dan Berbagi Pengetahuan SMA................
82
Gambar 4.4
Model Konseptual .....................................................................
84
Gambar 4.5
Karakteristik Lima Disiplin Pembelajaran ..................................
91
Gambar 4.6
Rich Picture Usulan SECI Model...............................................
103
Gambar 4.7
Rich Picture Usulan Akuisisi dan Berbagi Pengetahuan
Gambar 4.8
SMA ..........................................................................................
104
Usulan Jaringan pada Sekolah Menengah Atas .............................
118
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Matriks TOWS ............................................................................
29
Tabel 2.2
Keuntungan Arsitektur Client/Server............................................
53
Tabel 4.1
SWOT SMAN 3 Tangsel .............................................................
72
Tabel 4.2
SWOT SMAN 1 Tangsel .............................................................
74
Tabel 4.3
K-Gap SMAN 3 Tangsel ..............................................................
77
Tabel 4.4
K-Gap SMAN 1 Tangsel ..............................................................
78
Tabel 4.5
CATWOE ....................................................................................
83
Tabel 4.6
Knowledge dengan K-Gap Tertinggi ............................................
95
Tabel 4.7
Knowledge Pilihan .......................................................................
95
Tabel 4.8
Kombinasi Sistem Operasi-Peramban Situs untuk Google Docs ................................................................................
112
Tabel 4.9
Spesifikasi Hardware ...................................................................
112
Tabel 4.10
CATWOE Usulan Untuk SMA ....................................................
112
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 SK Penelitian SMAN 1 Tangsel Lampiran 2 SK Penelitian SMAN 3 Tangsel Lampiran 3 Struktur Organisasi SMAN 1 Tangsel Lampiran 4 Struktur Organisasi SMAN 3 Tangsel Lampiran 5 Hasil Wawancara (SMAN 1 Tangsel) Lampiran 6 Hasil Wawancara (SMAN 3 Tangsel) Lampiran 7 Kuesioner Lampiran 8 Hasil K-Need
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang Pendidikan merupakan sebuah aset penting bagi suatu bangsa dalam upaya
meningkatkan kualitas sumber daya mausia yang dimilikinya. Sumber daya manusia yang berkualitas tentunya akan mampu mengelola sumber daya alam dan memberikan layanan terbaik untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, Indonesia juga termasuk salah satu bangsa yang berusaha meningkatkan kualitas pendidikan. Kualitas sumber daya manusia dapat dilihat dari kemampuan yang dimiliki oleh lulusan lembaga pendidikan, seperti sekolah. Karena sekolah memiliki tugas yang salah satunya mengembangkan potensi peserta didik secara optimal. Berkembangnya kemajuan tehnologi dalam dunia pendidikan juga menjadikan timbulnya persaingan dalam memajukan setiap sekolah/lembaga pendidikan. Hal ini sejalan dengan hasil yang ingin di capai dari dinas pendidikan nasional, yaitu mewujudkan pendidikan yang bermutu, relevan dengan kebutuhan masyarakat dan berdaya saing dalam kehidupan global. Untuk menciptakan tujuan tersebut, dinas pendidikan nasional membuat suatu standar nasional pendidikan yang tertuang dalam peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan, meliputi: standar isi, standar proses, standar pengelolaan, standar pembiayaan, standar penilaian pendidikan, standar sarana dan prasarana, standar kompetensi lulusan serta standar
pendidik dan tenaga kependidikan. Apabila kedelapan standar tersebut terpenuhi, maka suatu sekolah dapat dikategorikan menjadi sekolah standar nasional (SSN). Selain itu, ada pula kategori sekolah rintisan bertaraf intenasional (RSBI) apabila sekolah telah memenuhi kedelapan standar dan mampu memiliki nilai plus, yaitu berupa kurikulum adopsi dan adapsi dari negara maju atau berkembang serta memiliki kerjasama dengan sekolah yang ada di negara tersebut (sebagai sisterhood). Perbedaan pada sekolah dengan status SSN dan RSBI juga berdampak pada sistem manajemen yang berjalan di dalam organisasi tersebut. Misalkan pada SMAN 3 Tangsel yang sudah berstatus sebagai RSBI, sistem manajemen atau pengelolaan dokumen di dalam sekolah sudah lebih baik dibandingkan dengan SMAN 1 Tangsel yang berstatus SSN. Hal ini dikarenakan, setiap sekolah yang berstatus RSBI diwajibkan memiliki sertifikasi manajemen mutu ISO 9001:2008, yang dalam setiap prosesnya melakukan perencanaan yang matang, implementasi yang terukur dengan jelas, dilakukan evaluasi dan analisis data yang akurat serta tindakan perbaikan yang sesuai dengan monitoring pelaksanaannya, agar benar-benar bisa menuntaskan masalah yang terjadi di sekolah. Dalam proses penyimpanan dokumen (cetak), sekolah dengan status RSBI juga lebih unggul dibandingkan dengan sekolah berstatus SSN, hal ini ditunjukkan
dengan
dibuatnya
sebuah
bagian
bangdik
(pengembangan
pendidikan) pada SMAN 3 Tangsel, yang bertugas untuk mengelola dokumendokumen dan melakukan pengembangan pendidikan di sekolah. Sehingga dalam
melakukan pencarian kembali dokumen-dokumen lebih mudah karena sudah dilakukan penomorisasi terhadap dokumen yang disimpan. Perbedaan tersebut berakibat juga ketika individu ingin memperoleh kembali pengetahuan. Karena dalam melakukan akuisisi pengetahuan di tiap individu, SMAN 1 Tangsel belum memiliki bidang khusus untuk penyimpanan dokumen. Sehingga antara SMAN 1 Tangsel dengan SMAN 3 Tangsel terdapat kesenjangan pengetahuan pada tiap individu, terutama pada tenaga pendidik. Mengelola pengetahuan merupakan salah satu cara dalam meningkatkan aset dunia pendidikan. Dengan pengelolaan yang baik maka akan tercipta pula individu yang berkompetensi unggul, sebaliknya ketika pengelolaan pengetahuan buruk maka akan terjadinya ketidakseimbangan kompetensi yang dimiliki oleh tiap individu, baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah. Pengetahuan
bisa
berbentuk
ekplisit
(dapat
diformulasikan
atau
diekspresikan) maupun dalam bentuk tacit (sesuatu yang masih terbatinkan). Menurut Busch (2006), Tacit knowledge termasuk merupakan penelitian di area kontemporer yang sedang dieksplorasi karena kemampuannya untuk membantu dalam mengembangkan modal pengetahuan organisasi. Untuk itu diperlukan perubahan paradigma dari yang semula mengandalkan resource based menjadi knowledge based yang di dukung dengan kemajuan pada bidang ilmu pengetahuan tertentu, misalnya sains, teknologi maupun kemampuan manajemen yang baik dalam mengelola pengetahuan. Dalam dunia pendidikan, khususnya pada sekolah menengah atas, diperlukan pula suatu manajemen pengetahuan yang harus dimiliki oleh tenaga
pendidik, hal ini dikarenakan knowledge merupakan suatu keunggulan kompetitif yang dapat membantu peningkatan kinerja serta kompetensi tiap individu dalam berbagi knowledge yang dimiliki. Dengan mengelola pengetahuan tidak hanya meningkatkan pengetahuan seluruh organisasi, namun juga meningkatkan kualitas pengetahuan di dalamnya (Harsh 2009). Albers (2009) dalam makalahnya menerangkan bahwa organisasi harus menerapkan strategi kowledge management (KM) yang memungkinkan mereka untuk menangkap, berbagi dan mengintegrasikan pengetahuan dalam lingkungan mereka. Disinilah KM dapat berfungsi untuk membantu sekolah dalam mengakuisisi pengetahuan serta berbagi pengetahuan yang dimiliki, agar tacit knowledge yang dimiliki tiap individu tenaga pendidik dapat terkelola dengan baik dan sekolah bisa menjadi organiasi pembelajar. Berdasarkan latar belakang sebelumnya, maka “ANALISA DAN DESAIN MODEL
KNOWLEDGE
MANAGEMENT
PADA
SEKOLAH
MENENGAH ATAS (STUDI KASUS: SMAN 1 TANGSEL DAN SMAN 3 TANGSEL)” di angkat sebagai skripsi.
1.2
Rumusan Masalah Dengan melihat uraian pada latar belakang sebelumnya dan perbedaan
pengelolaan yang berlangsung antara sekolah SSN dan RSBI, maka beberapa permasalahan yang timbul adalah:
1. Sulitnya melakukan proses akuisisi kembali terhadap pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. 2. Sekolah yang tidak memiliki standarisasi manajemen ISO 9001:2008 membutuhkan waktu yang lama dalam pencarian kembali dokumen (cetak) yang di simpan. 3. Perbedaan kulaitas
kompetensi
individu
mengakibatkan kualitas
pelayanan SMAN 3 Tangsel dalam melakukan pengelolaan pengetahuan lebih baik dari SMAN 1 Tangsel. Berdasarkan permasalahan tersebut, perumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimana cara melakukan strategi pengelolaan, akuisisi dan berbagi pengetahuan pada tiap individu tenaga pendidik di sekolah?”.
1.3
Batasan Masalah Batasan masalah berdasarkan uraian yang dijabarkan dari perumusan
masalah tersebut, antara lain: 1. Ruang lingkup penelitian terbatas pada studi kasus di sekolah standar nasional (SSN) yaitu SMAN 1 Tangerang Selatan dan sekolah rintisan bertaraf internasional (RSBI) yaitu SMAN 3 Tangerang Selatan. 2. Strategi knowledge management yang digunakan adalah dengan cara personalisasi, dengan mengusulkan strategi knowledge management untuk pengelolaan, akuisisi dan berbagi pengetahuan pada tenaga pendidik.
3. Mendesain sebuah model knowledge management (KM) menggunakan SSM (Soft System Methodologhy) oleh Peter Checkland, hanya sampai pada tahap keenam yaitu hanya memberikan usulan model yang bisa diterapkan oleh sekolah, tidak sampai pengujian dan implementasi sistem di sekolah. 4. Menganalisa kesenjangan pengelolaan pengetahuan antara sekolah SSN dan RSBI menggunakan analisa K-GAP dan analisa SWOT. Kemudian membuat tabel matriks TOWS berdasarkan hasil analisa lingkungan internal dan eksternal sekolah. 5. Tools yang digunakan dalam membuat mindmap/rancangan model KM adalah Ms. Visio 2003. Serta untuk pengujian validitas dan pengukuran realibilitas kuesioner menggunakan SPSS 16.
1.4
Tujuan Penelitian Penelitian ini mempunyai tujuan umum yaitu mengidentifikasi pengelolaan
pengetahuan serta kesenjangan pengetahuan antara SSN dan RSBI. Sedangkan tujuan khususnya untuk menghasilkan: 1. Model knowledge management yang dapat membantu sekolah dalam mengetahui cara melakukan proses pengelolaan pengetahuan dengan knowledge yang dimiliki sumber daya manusia didalamnya. 2. Membantu tenaga pendidik untuk dapat melakukan akuisisi dan berbagi pengetahuan individu.
3. Membantu mengetahui knowledge wajib dan knowledge pilihan yang ada pada SSN dan RSBI.
1.5
Manfaat Penelitian. Manfaat yang di dapat dari penelitian ini adalah: 1. Memberikan pemahaman akan pentingnya pengelolaan pengetahuan dalam dunia pendidikan. 2. Dapat memberikan pemahaman mengenai proses pembuatan model knowledge management dengan menggunakan SSM untuk peneliti selanjutnya. 3. Dapat memberikan pemahaman mengenai cara melakukan proses akuisisi dan berbagi pengetahuan tiap individu di dalam sekolah.
1.6
Metode Penelitian. Penelitian ini menggunakan beberapa metode yang mendukung dalam
analisa dan desain model knowledge management untuk sekolah menengah atas, yaitu: 1.6.1 Metode Pengumpulan Data Dalam mengumpulkan data dan mencari informasi yang dibutuhkan dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: 1.
Observasi Melalui pengamatan secara langsung. Observasi yang dilakukan pada
SMAN 1 Tangsel sebagai studi kasus sekolah standar nasional (SSN), SMAN 3
Tangsel sebagai studi kasus pada sekolah rintisan bertaraf internasional (RSBI) untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan dalam menganalisis segala bentuk pengelolaan pengetahuan yang ada dan aset pengetahuan di dalamnya. Observasi dilakukan pada Mei-Juni 2011.
2.
Wawancara Wawancara memungkinkan untuk mendapatkan data secara lebih
mendalam karena bertatapan langsung dengan narasumber yaitu kepala sekolah atau wakasek dan humas pada SMAN 1 Tangsel dan SMAN 3 Tangsel.
3.
Kuesioner Kumpulan pertanyaan dan pernyataan untuk responden dalam rangka
pengumpulan data agar sesuai dengan tujuan penelitian. Koresponden terdiri dari tenaga pendidik pada SMAN 1 Tangsel dan SMAN 3 Tangsel. Hal ini untuk mengetahui lebih rinci mengenai aset pengetahuan yang dimiliki oleh sumber daya manusia yang ada di dalam sekolah, khususnya tenaga pendidik.
4.
Studi Literatur Sejenis Studi Literatur Sejenis dilakukan untuk menambah referensi teori-teori
yang diperlukan dalam penelitian dengan cara membaca dan mempelajari literatur yang mendukung penelitian ini, pada penelitian ini menggunakan referensi beberapa jurnal, skripsi dan thesis yang membahas mengenai knowledge management, metode SSM, serta UUD tentang pendidikan.
1.6.2 Metode Analisis Dalam menganalisis data dan informasi yang telah didapatkan, dilakukan dengan dua jenis analisis, yaitu:
1.
Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threatment) Analisis ini berguna untuk analisis lingkungan dan eksternal sekolah.
Melihat kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang terjadi, kemudian dibuatkan tabel matriks TOWS dan dicocokkan antara strategi internal dengan eksternal sehingga menghasilkan strategi SO (Strengths-Opportunities), strategi WO (Weaknesses-Opportunities), strategi ST (Strengths-Threats), dan strategi WT (Weaknesses-Threats).
2.
Analisa Knowledge Gap Analisa
Knowledge
Gap
merupakan
analisa
untuk
memperoleh
kesenjangan pengetahuan dari penelitian. Suatu alat bisnis dan metode penilaian yang berfokus pada kesenjangan antara kinerja organisasi saat ini dan kinerja yang diinginkan. Analisa kesenjangan juga mengevaluasi kinerja aktual saat ini dan upaya perbaikan yang diperlukan untuk menutup kesenjangan kinerja masa depan yang diinginkan.
1.6.3 Metode Desain Sistem Langkah akhir dalam desain sistem ini, menggunakan SSM (Soft System Methodology). SSM yaitu suatu metode yang digunakan untuk permodelan proses
di dalam organisasi dan lingkungannya dan sering digunakan untuk permodelan pada manajemen perubahan di mana organisasi pembelajar merupakan manajemen perubahan. Tahapan yang akan dilakukan dalam melakukan desain model knowledge management pada sekolah menengah atas, antara lain:
1.6.3.1 Mendefinisiskan Situasi Riil Mendefinisikan situasi permasalaham yang terjadi pada SMAN 1 Tangsel dan SMAN 3 Tangsel, dengan melakukan analisa terhadap proses bisnis dalam melakukan akuisisi dan berbagi pengetahuan, analisa internal dan eksternal yang dihadapi sekolah, identifikasi knowledge yang dimiliki, analisa SWOT dan K-Gap untuk mengetahui kesenjangan pengetahuan yang ada di dalam sekolah.
1.6.3.2 Mengekpresikan Situasi Permasalahan Situasi riil kemudian diekspresikan ke dalam rich picture. Karena tujuan dari Peter mengembangkan SSM adalah untuk pemecahan suatu masalah. maka rich picture berupa gambaran kondisi terhadap alur proses bisnis yang berjalan saat ini di dalam sekolah.
1.6.3.3 Menganalisa Root Definition Dari permasalahan yang telah di identifikasi, kemudian mendefinisikan sumber permasalahan dari setiap permasalahan yang ada dengan dibuatkan CATWOE untuk memudahkan dalam membangun model.
1.6.3.4 Membangun Model Konseptual Model konseptual merupakan usulan strategi yang diadaptasi dari permasalahan yang ada pada situasi riil. Kemudian diusulkan suatu model strategi yang bisa diterapkan sekolah dalam membangun sistem knowledge management kedepannya.
1.6.3.5 Membandingkan Model Konseptual Dengan Kondisi Riil Selanjutnya, model konseptual (tahap keempat) dibandingkan dengan kondisi riil (tahap pertama) untuk mendapatkan perbedaan sistem yang berjalan untuk dapat dibuatkan suatu model usulan kedepannya.
1.6.3.6 Mengusulkan Model Usulan Langkah terakhir adalah mengusulkan sebuah model sistem baru yang bisa digunakan sekolah dalam mengembangkan sistem knowledge management kedepannya. Namun dalam penelitian ini, hanya sebatas mengusulkan belum sampai pada pengujian dan implementasi sistem.
1.7
Sistematika Penulisan Dalam penyususnan skripsi ini sistematika penulisan terdiri dari 5 (lima)
bab, adapun uraian masing-masing bab tersebut adalah:
BAB I
PENDAHULUAN Bab ini membahas latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian dan sistemtika penulisan.
BAB II
LANDASAN TEORI Pada bab ini akan di bahas mengenai dasar-dasar teori yang mendukung penulisan skripsi.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN Menjelaskan metode yang digunakan, dari pengumpulan data, metode analisa data, hingga desain model dengan strategi KM, juga menggambarkan kerangka berfikir.
BAB IV
ANALISA DAN DESAIN KNOWLEDGE MANAGEMENT Menguraikan analisa data dan strategi KM yang digunakan dalam mendesain model KM pada sekolah mengengah atas.
BAB V
PENUTUP Kesimpulan dan saran yang dapat diambil dari penelitian ini untuk dapat digunakan dalam pengembangan selanjutnya.
BAB II LANDASAN TEORI
2.1
Memahami Pengetahuan Untuk lebih memahami definisi pengetahuan, perlu di pahami terlebih
dahulu mengenai perbedaan data, informasi dan pengetahuan, jenis-jenis pengetahuan, tingkat pengetahuan serta konversi pengetahuan. 2.1.1. Definisi Data, Informasi dan Pengetahuan 2.1.1.1. Data Menurut Bergeron dikutip Sangkala (2007), yang dimaksud dengan data adalah bilangan, terkait dengan angka-angka atau atribut-atribut, simbol-simbol, fakta-fakta, grafik, peta yang bersifat kuantitas yang berasal dari hasil observasi, eksperimen atau kalkulasi. 2.1.1.2. Informasi Informasi menurut Bergeron adalah data di dalam satu konteks tertentu, kumpulan data dan terkait dengan penjelasan, interpretasi serta berhubungan dengan materi lainnya mengenai objek, peristiwa-peristiwa atau proses tertentu, misalnya: Tempratur anton sudah mencapai 34o. termasuk didalamnya adalah metadata. Metadata merupakan data mengenai informasi, contohnya: Apabila temperatur anton 34 o sudah termasuk kategori demam. Metadata juga merupakan ringkasan deskripsi yang lebih tinggi, juga informasi mengenai konteks di mana informasi tersebut digunakan.
Menurut Russel Ackoff dalam Tobing (2007) menyatakan data sebagai simbol-simbol dan Informasi sebagai data yang diproses agar dapat dimanfaatkan, informasi ini menjawab pertanyaan tentang “who”, “what”, “where” dan “when”. 2.1.1.3. Pengetahuan Pengetahuan merupakan informasi yang telah diorganisasi, disintesiskan, di ringkas untuk meningkatkan pengertian, kesadaran atau pemahaman. Untuk memahami konsep yang dijelaskan oleh Bergeron, contoh dari pengetahuan adalah Anton kemungkinan mengalami gejala demam berdarah. Sehingga pengetahuan atau knowledge dianggap bukan sebuah data bukan pula informasi, namun sulit sekali dipisahkan dari keduanya. Sedangkan menurut wolf dalam Munir (2008) menjelaskan pengetahuan sebagai informasi yang terorganisir sehingga dapat diterapkan untuk pemecahan masalah. Menurut Davidson dan voss dikutip sangkala (2007) menjelaskan pemahaman mengenai data, informasi dan pengetahuan dengan hierarki sebagai berikut:
PENGETAHUAN Ide-ide, pemikiran, dan keyakinan + Tujuan INFORMASI Fakta-fakta dimaknai dari data
+ Memaknai DATA Simbol-simbol dan fakta-fakta
Gambar 2.1 Hierarki dari Data ke Pengetahuan (Sumber: Sangkala 2007)
2.1.2. Jenis-Jenis Pengetahuan Pengetahuan terdiri dari dua jenis, yaitu Tacit Knowledge dan Expilicit Knowledge. Pemahaman antara tacit dan explicit merupakan kunci untuk memahami knowledge management. Sangkala (2007) menjelaskan kedua jenis pengetahuan tersebut sebagai berikut: Tacit Knowledge merupakan pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dan sangat sulit untuk diformalisasikan, sulit dikomunikasikan atau dibagi dengan orang lain. Pemahaman yang melekat di dalam pengetahuan individu tersebut masih bersifat subjektif. Sedangkan pengetahuan yang dimiliki masih dapat dikategorikan sebagai intuisi atau dugaan. Tacit knowledge ini berada dan berakar di dalam tindakan maupun pengalaman seseorang, termasuk idealisme, nilai-nilai maupun emosionalnya. Tacit knowledge merupakan pengetahuan yang sangat bersifat pribadi dan juga sangat susah dibentuk. Sedangkan, Explicit knowledge merupakan pengetahuan yang dapat diekspresikan dalam bentuk kata-kata, dapat dijumlah serta dapat dibagi dalam
bentuk data, formula ilmu pengetahuan maupun spesifikasi produk. Pengetahuan ini bisa di transfer kepada orang lain secara formal dan sistematik, lebih mudah diproses dan didistribusikan melalui media, seperti kaset/cd, video, audio, spesifikasi produk atau dokumen-dokumen elektronik dan non-elektronik. Menurut Nonaka dalam Munir (2008), pengetahuan eksplisit dan tacit dapat dirumuskan sebagai berikut: Pengetahuan = Pengetahuan Explicit + Pengetahuan Tacit.
2.1.3. Tingkat Pengetahuan Tingkatan pengetahuan digunakan dalam pemetaan dan pengelolaan knowledge di organisasi. Sesuai tingkatannya, Munir (2008) menjelaskan kategorisasi pengetahuan sesuai tingkatannya, yaitu: Pertama, pengetahuan inti (core knowledge) adalah tingkatan dan cakupan pengetahuan yang dibutuhkan hanya untuk sekedar dapat beroperasi dalam industri atau lingkungan di mana organisasi berada. Pengetahuan jenis ini tidak menjamin keunggulan bersaing organisasi, apalagi kelangsungannya dalam jangka panjang. Namun pada persaingan organisasi sejenis diperlukan sebagai pengetahuan dasar yang tanpa pengetahuan ini organisasi tidak dapat beroperasi dengan efektif. Misalkan suatu perusahaan produsen kue kering harus mempunyai pengetahuan khusus untuk memproduksi kue kering, atau perusahaan pelatihan harus mempunyai pengetahuan dalam menyusun bahan pelatihan dan memberikan pelatihan.
Kedua, pengetahuan lanjut (advance knowledge) merupakan pengetahuan yang dimiliki oleh organisasi yang ingin mempunyai kinerja prima. Pengetahuan ini membuat organisasi bisa melakukan „serangan-serangan‟ dalam persaingan. Organisasi yang berada dalam satu industri mungkin mempunyai knowledge yang sama tingkat, cakupan dan kualitasnya. Namun ada pengetahuan yang spesifik yang mungkin dimiliki oleh lebih dari organisasi, mungkin pula setiap organisasi berbeda-beda. Dengan mengetahui pengetahuan yang berbeda inilah organisasi dapat melakukan diferensiasi. Misalnya untuk produsen kue kering diperlukan pula pengetahuan dalam jejaring distribusi pemasaran kue kering. Ketiga,
pengetahuan
inovatif
(innovative
knowledge)
merupakan
pengetahuan yang membuat organisasi mampu menjadi pemimpin dalam persaingan. Bedanya dengan pengetahuan lanjut adalah pengetahuan ini melakukan diferiansiasi yang sangat berarti dibandingkan para pesaingnya. Misalnya untuk membuat kue yang lezat, mengandung kolesterol rendah, dengan penampilan menarik, dan kemasan yang unik bagi perusahaan kue kering.
2.1.4. Konversi Pengetahuan Kedua jenis pengetahuan explicit knowledge dan tacit knowledge (pengetahuan terbatinkan) merupakan jenis pengetahuan yang saling melengkapi serta berperan sangat penting dalam proses kreasi pengetahuan. Kedua jenis pengetahuan ini berinteraksi satu sama lainnya dan berubah dari satu jenis ke jenis lainnya secara dinamis. Menurut Nonaka dan takeuchi dalam Munir (2008), interaksi dinamis antara satu bentuk pengetahuan ke bentuk lainnya disebut
dengan konversi pengetahuan. Oleh Nonaka dan takeuchi pengetahuan tersebut dapat di konversi dengan empat cara, yang disebut dengan SECI Model, yaitu: Socialization (S), Externalization (E), Combination (C) dan Internalization (I).
Gambar 2.2
SECI Model
Model pertama, yaitu Socialization atau Sosialisasi, merupakan suatu konversi pengetahuan antara tacit ke Tacit (T T). Munir (2008) mengartikan istilah sosialiasi untuk menekankan pada pentingnya kegiatan bersama antara sumber pengetahuan dan penerima pengetahuan dalam proses konversi tacit knowledge. Karena pengetahuan tacit (terbatinkan) sangat dipengaruhi oleh konteksnya dan sulit sekali diformalkan, maka untuk menularkan pengetahuan terbatinkan dari satu individu ke individu lain dibutuhkan pengalaman yang terbentuk melalui kegiatan bersama atau hidup dalam lingkungan yang sama dan bisa juga tanpa menggunakan bahasa. Misalkan dengan cara meniru, mencontoh, menggunakan bahasa tubuh maupun pelatihan-pelatihan yang digunakan. Model kedua, yaitu Externalization atau Eksternalisasi, pengubahan pengetahuan tacit ke explicit (T E). Menurut Sangkala (2007) proses ini terjadi melalui pengombinasian (menyortir, menambahkan, mengkategorisasikan dan di
kontekstualisasikan kembali menjadi pengetahuan baru) beragam explicit knowledge
yang
dimiliki
oleh
seseorang.
Sehingga
seseorang
dapat
mempertukarkan dan mengombinasikan pengetahuan melalui semacam satu kejadian. Dalam proses ini pengetahuan tacit diekpresikan dan diterjemahkan menjadi metafora, bentuk konsep, hipotesis, diagram, model, atau prototipe sehingga dapat dengan mudah dimengerti pihak lain. Model ketiga, Combination atau Kombinasi. Suatu proses konversi antara pengetahuan explicit ke pengetahuan explicit (EE). Proses ini merupakan pertukaran dan pengkombinasian melalui media seperti dokumen-dokumen, rapat, percakapan telepon maupun komunikasi melalui jaringan komputer dan internet. Munir (2008) menyebutkan ada tiga proses kombinasi yang terjadi dalam praktik konversi kombinasi, yaitu: 1. Pengetahuan eksplisit dikumpulkan dari dalam dan luar organisasi, kemudian dikombinasikan. 2. Pengetahuan eksplisit disunting atau diproses agar dapat lebih bermanfaat bagi organisasi. 3. Pengetahuan-pengetahuan eksplisit tersebut disebarkan ke seluruh organisasi melalui berbagai media. Model keempat, yaitu Internalization atau Internalisasi. Suatu proses konversi antara expilicit knowledge menjadi Tacit
knowledge (ET).
Pengetahuan ini juga bisa disebut dengan pembelajaran mandiri, learning by doing dari dokumen-dokumen, data, informasi maupun knowledge yang sudah
didokumentasikan. Suatu pembelajaran individu terhadap suatu pengetahuan dan kemudian menjadi pengetahuan tacit individu tersebut.
2.1.5. Knowledge Management Knowledge Management (KM) atau manajemen pengetahuan pada dasarnya muncul
untuk
menjawab
pertanyaan
bagaimana
seharusnya
mengelola
pengetahuan dan bagaimana mengelolanya. Kesadaran untuk menerapkan pendekatan manajemen pengetahuan ke dalam strategi bisnis diperlukan karena terbukti perusahaan yang menjadikan sumber daya pengetahuan sebagai aset utamanya senantiasa mampu mendorong perusahaan lebih inovatif yang bermuara kepada kepemilikan daya saing organisasi terhadap para pesaingnya (Sangkala, 2007). Menurut Carl Davidson dan Philip Voss dalam Setiarso et.al (2009) mengartikan knowledge management adalah bagaimana orang-orang dari berbagai tempat yang berbeda mulai saling bicara. Davidsion dan voss juga mengatakan bahwa sebenarnya mengelola knowledge merupakan cara organisasi mengelola karyawan mereka dan berapa lama mereka menghabiskan waktu untuk menggunakan teknologi informasi. Sangkala (2007) menjelaskan perbedaan generasi dari manajemen pengetahuan, yaitu: Generasi pertama, ditandai dengan meningkatnya masyarakat informasi. Berfokus pada penyimpanan dan akses informasi. Jaringan tanpa kabel,
kemampuan pemrosesan informasi melekat di dalam lingkungan sehari-hari dan kemungkinan akan meluas kepada pendistribusian dan pemrosesan informasi. Generasi kedua, ditunjukkan dengan komputer konvensional. Saat ini sudah tidak lagi cukup untuk menangani tacit knowledge dan pengetahuan situsional. Karena di masa depan, sistem komputer menyediakan informasi yang kontekstual yang mampu mendukung pengguna bagi proses sense making (memaknai, memahami, mengenali, mengerti dunia sekelilingnya melalui persentuhan dengan berbagai institusi, media, pesan, dan situasi). Pandangan para konstruktivis juga memperjelas bahwa akuisisi pengetahuan merupakan proses pembelajaran. Sebagai bentuk pembelajaran, fenomena interaksi sosial, sistem informasi akan mendukung pemobilisasian sumber daya sosial sebagai bagian dari proses pembelajaran. Generasi ketiga manajemen pengetahuan, gambaran pengetahuan akan semakin meningkat penggunaannya di mana pengetahuan dapat di kelola. Bahkan upaya empiris untuk menyimpan pengetahuan dalam sistem informasi sehingga pengetahuan akan menjadi sesuatu yang fleksibel. Generasi ketiga juga akan lebih menekankan kaitan antara pengetahuan dan tindakan.
2.2
Akuisisi Pengetahuan Akuisisi pengetahuan merupakan kegiatan yang penting bagi organisasi.
Dengan hanya memanfaatkan pengetahuan-pengetahuan yang sudah ada, seberapa baiknya pengetahuan-pengetahuan tersebut belum cukup untuk memberikan
keunggulan-keunggulan yang menjamin kelangsungan hidup organisasi di tengah lingkungan yang dinamis. Pengakuisisian (penambahan) pengetahuan dalam perspektif manajemen pengetahuan pada dasarnya berorientasi pada penambahan pengetahuan. Misalnya dengan mendapatkan, mencari, melahirkan, menciptakan, menangkap dan berkolaborasi. Inovasi merupakan aspek lain dari pengakuisisian yang berarti menciptakan pengetahuan baru dari penerapan pengetahuan yang telah ada. Perbaikan dalam penggunaan pengetahuan yang sudah ada juga merupakan aspek kunci pengakuisisian pengetahuan (Sangkala 2007). Contoh yang paling sering digunakan dalam mengakuisisi pengetahuan adalah dengan berkolaborasi atau menyewa seseorang yang menguasai pengetahuan yang dibutuhkan oleh organisasi. Misalnya menyewa jasa sebuah tempat pelatihan untuk men-training-kan para karyawan, sehingga organisasi dapat mengakuisisi pengetahuan melalui dokumen atau sudah dalam bentuk terkomputerisasi dan juga melalui rutinitas maupun proses yang melekat di dalam perusahaan tempat pengetahuan tersebut di beli/di sewa.
2.3
Organisasi Pembelajar (Learning Organization) Sangkala (2007) mendefinisikan organisasi pembelajar secara sistematis
sebagai organisasi yang belajar dengan sekuat tenaga, secara kolektif dan terus menerus mengubah dirinya agar lebih baik dalam mengumpulkan, mengelola, dan menggunakan pengetahuan bagi kesuksesan organisasi. Peter senge menjelaskan bahwa organisasi pembelajar bertujuan di mana orang secara berkelanjutan
memperluas kapasitasnya menciptakan hasil yang benar-benar mereka inginkan, di mana pola-pola berpikir baru maupun perluasan pola berpikir dipelihara, aspirasi kolektif disusun dengan leluasa, dan orang secara berkelanjutan belajar mengenai bagaimana belajar secara bersama-sama. Marquadt menggambarkan sistem model organisasi pembelajar secara sistematis berupa gambar irisan antara: pembelajaran (learning), organisasi (organization), anggota organisasi (people), pengetahuan (knowledge), dan teknologi (technology) dengan pembelajaran berada di pusat irisan.
Organisasi
Orang
Pembelajaran
Pengetahuan
Tehnologi
Gambar 2.3 Model Organisasi Pembelajar (Sumber: Sangkala 2007)
Gambar 2.3 pada hakikatnya menjelaskan bahwa proses pembelajaran juga merupakan bagian dan harus terjadi baik dalam subsistem manusia, teknologi, pengetahuan, dan organisasi. Jika proses pembelajaran dalam organisasi pembelajar terjadi, maka akan terjadi perubahan persepsi, perilaku, kepercayaan, mentalitas, strategi, kebijakan, dan prosedur baik yang berkaitan dengan manusia maupun organisasi.
2.4
Karakteristik Disiplin Organisasi Pembelajar Peter senge dikutip setiarso (2009) menjelaskan diperlukan lima disiplin
yang dapat membentuk suatu tatanan organisasi yang berhasil untuk menjadi organisasi pembelajar. Organisasi yang tidak memiliki salah satu atau beberapa dari kelima disiplin ini akan mengalami kesulitan untuk berfungsi secara maksimal. Kelima disiplin ini menjadi indikator adanya habitat yang kondusif untuk terjadinya proses transformasi knowledge dari potensi individual menjadi modal maya bagi organisasi. Dengan kata lain, kelima disiplin ini menjadi lingkungan belajar bagi para anggota organisasi (karyawan) sehingga potensi individu bisa menjadi modal yang baik bagi organisasi. Kelima disiplin itu adalah sebagai berikut: 1. Dispilin Penguasaan Pribadi (Personal Mastery) Penguasaan pribadi adalah suatu disiplin yang secara konsisten memperluas dan memperdalam knowledge dan keahlian masing-masing, memfokuskan seluruh usaha untuk mempertajam visi pribadi dan akan membangun kemampuan untuk melihat kenyataan apa adanya, secara jujur dan terbuka. 2. Disiplin Model Mental (Mental Model) Model mental adalah suatu pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai yang dimiliki dan dijunjung tinggi oleh seluruh anggota organisasi. Disiplin ini berfokus pada upaya berbagi model mental di antara anggota tim atau organisasi berdasarkan keyakinan para anggota bahwa proses
interaksi dan pertukaran atau kombinasi knowledge di antara anggota akan menghasilkan tranformasi knowledge untuk membangun nilai tambah. 3. Disiplin Visi Bersama (Shared Vision) Disiplin visi bersama merupakan kemampuan seluruh anggota organisasi untuk menumbuhkan kesamaan pandangan tentang visi organisasi kemudian meningkatkan komitmen pada pencapaian visi organisasi. Fokusnya adalah untuk mengupayakan peningkatan seluruh karyawan agar mau dan mampu menunjukkan usaha dan semangat untuk berkorban demi kepentingan bersama agar organisasi dapat berumur panjang. 4. Disiplin Berpikir Sistemik ( System Thinking). Disiplin berpikir sistemik merupakan kemampuan seluruh anggota organisasi untuk berpikir dan bertindak secara sistemik dengan menimbang berbagai permasalahan terkait secara menyeluruh dan terintegrasi. Berfokus pada peningkatan kapasitas organisasi untuk mampu melihat/mempelajari hubungan keterkaitan seluruh permasalahan dan proses perubahan secara menyeluruh dan mampu merealisasikan secara tuntas. 5. Disiplin Pembelajaran Tim ( Team Learning). Disiplin pembelajaran tim merupakan disiplin seluruh anggota untuk mampu dan mau berdialog dan bekerja sama secara sinergis. Belajar dalam tim penting karena yang menjadi unit belajar fundamental dalam suatu organisasi modern adalah tim, bukan individu. Apabila tim tidak dapat belajar, organisasi juga tidak dapat belajar.
Organisasi bisa disebut sebagai organisasi pembelajar (learning organization) apabila organisasi tersebut melakukan lima kegiatan utama, yaitu: penyelesaian masalah yang sistemik, bereksperimentasi secara kreatif, belajar dari pengalaman masa lalu, belajar dari praktik organisasi lain yang telah sukses dan mentrasfer knowledge secara tepat dan benar ke seluruh sumber daya yang ada di dalam organisasi.
2.5
Analisa SWOT Analisa SWOT adalah identifikasi dari berbagai faktor secara sistematis
untuk merumuskan strategi organisasi (Rangkuti, 2006). Analisa ini didasarkan pada data yang di dapat untuk memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Oppurtunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan yang strategis
selalu
berkaitan
dengan
pengembangan
keputusan
strategis,
pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan organisasi. Dengan demikian, untuk membuat suatu perencanaan yang strategis (strategic planner) organisasi harus dapat menganalisa data-data (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) yang berkaitan dengan organisasi. SWOT merupakan model yang sering digunakan dan salah satu alat analisa yang popular dalam menganalisa untuk menentukan strategi organisasi. Pada dasarnya analisa SWOT terbagi menjadi dua bagian besar, yaitu analisa lingkungan internal dan eksternal. Dimana lingkungan internal adalah
kekuatan dan kelemahan serta lingkungan eksternal terdiri dari peluang dan ancaman. 1. Kekuatan (Strengths), merupakan kekuatan utama organisasi jika dibandingkan dengan pesaingnya. Misalnya sumber daya, modal, keterampilan, pengalaman, keunggulan persaingan dan penguasaan pasar. 2. Kelemahan (Weaknesses), merupakan kelemahan dari organisasi. Seperti, keterbatasan sumber daya, modal, pengalaman, dan kapabilitas yang menghambat kinerja perusahaan. 3. Peluang (opportunitties), merupakan kesempatan atau situasi yang penting yang dapat menguntungkan organisasi di dalam proses bisnisnya. 4. Ancaman (Threats), merupakan situasi yang tidak menguntungkan bagi organisasi dan dapat membawa dampak yang merugikan bagi organisasi.
2.6
Matriks Threats-Opportunities-Weaknesses-Strengths (TOWS) Menurut David dikutip oleh Suteja (2007), matriks Matriks Threats-
Opportunities-Weaknesses-Strengths (TOWS) merupakan perangkat pencocokan yang penting yang dapat membantu manajer mengembangkan empat tipe strategi: strategi SO (Strengths-Opportunities), strategi WO (Weaknesses-Opportunities), strategi ST (Strengths-Threats), dan strategi WT (Weaknesses-Threats).
Strategi SO atau strategi kekuatan-peluang, menggunakan kekuatan internal organisasi untuk memanfaatkan peluang eksternal. Organisasi pada umumnya akan menjalankan strategi WO, ST, atau WT supaya organisasi dapat masuk ke dalam situasi di mana organisasi dapat menerapkan strategi SO. Jika organisasi mempunyai kelemahan besar, maka organisasi akan berusaha keras untuk mengatasinya dan membuatnya menjadi kekuatan. Jika menghadapi ancaman besar, sebuah organisasi akan berusaha menghindarinya agar dapat memusatkan perhatiannya pada peluang. Strategi WO atau strategi kelemahan-peluang, bertujuan untuk memperbaiki kelemahan dengan memanfaatkan peluang eksternal. Misalkan untuk mencapai tujuan sebagai sekolah yang bertaraf internasional, maka seluruh sumber daya di sekolah diharapkan mampu paham dan berkomunikasi dengan bahasa asing, tetapi mungkin masih ada guru/staf yang belum menguasai dengan baik. Salah satu kemungkinan strategi WO adalah berkerjasama dengan sebuah lembaga dalam melatih kemampuan guru/staf tersebut. Strategi ST atau strategi kekuatan-ancaman, menggunakan kekuatan organisasi untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal. Misalkan ada perusahan pesaing yang meniru ide, inovasi, dan produk yang dipatenkan di perusahaan AS menjadi sebuah ancaman bagi mereka yang ingin menjual produk di Cina. Sedangkan strategi WT atau strategi kelemahan-ancaman merupakan taktik defensif yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal.
Untuk menggunakan table matriks TOWS, perlu di analisa dahulu strategi Internal organisasi (kekuatan dan kelemahan) dan strategi eksternal organisasi (peluang dan ancaman). Kemudian mencocokkan strategi internal dengan eksternal sehingga menghasilkan strategi SO, WO, ST, dan WT.
Tabel 2.1
Matriks TOWS
Internal Kekuatan (S)
Kelemahan (W)
STRATEGI SO
STRATEGI WO
eksternal
Menggunakan
kekuatan Mengatasi
kelemahan
Peluang (o) untuk
memanfaatkan dengan
peluang
peluang
STRATEGI ST Menggunakan
memanfaatkan
STRATEGI WT
kekuatan Meminimalkan
kelemahan
Ancaman (T) untuk
menghindari dan menghindari ancaman
ancaman
2.7
Knowledge Gap (Kesenjangan Pengetahuan)
2.7.1 Analisis Kesenjangan Pengetahuan Menurut Thornton (1999) analisis kesenjangan adalah alat bisnis dan metode penilaian yang berfokus pada kesenjangan antara kinerja perusahaan saat ini dan kinerja yang diinginkan. Analisis kesenjangan mengevaluasi kinerja aktual saat ini dan upaya perbaikan yang diperlukan untuk menutup kesenjangan kinerja masa depan yang diinginkan.
Manfaat dari analisis kesenjangan ini adalah membantu perusahaan yang kinerjanya kurang baik karena tidak efisiennya penggunaan sumber daya atau kegagalan untuk berinvestasi dengan benar dan meningkatkan produksi serta kinerja. Selain itu, manfaat lain dari analisis kesenjangan adalah dapat mengukur waktu, uang, dan sumber daya yang dibutuhkan untuk memenuhi potensi organisasi dan mencapai keadaan yang diinginkan. Menurut O‟Farrell (1999) analisis kesenjangan pengetahuan adalah alat yang berguna untuk membantu perusahaan untuk tetap fokus pada gambaran besar. Dengan mengidentifikasi dimana perusahaan saat ini berdiri dan dimana dia ingin berada akan menjadi lebih mudah untuk mengidentifikasi cara untuk mencapai tingkat pengetahuan yang diinginkan di seluruh perusahaan. Analisis kesenjangan pengtahuan juga merupakan sebuah cara untuk melihat apa sumbersumber pengetahuan perusahaan atau individu yang ada. Pengetahuan ini dibandingkan dengan tingkat target dan rencana dikembangkan untuk mencapai tujuan. Analisis kesenjangan pengetahuan digunakan untuk mengukur pengetahuan yang dimiliki. Dengan melakukan analisis ini, perusahaan dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik dari basis pengetahuan yang saat ini telah tersedia dan pengetahuan apa yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Selain itu, analisis kesenjangan pengetahuan bermanfaat untuk mengeksekusi dan memahami dengan mendirikan tujuan relatif terhadap tingkat pengetahuan saat ini dalam perusahaan, lebih mudah untuk mengembangkan dan melaksanakan suatu rencana.
2.7.2 Pengetahuan Wajib dan Pengetahuan Pilihan bagi Karyawan Menurut Setiarso (2009), pengetahuan wajib didefinisikan sebagai pengetahuan yang perlu dan harus dimiliki oleh karyawan untuk melaksanakan tugasnya secara efektif dan efisien. Kriteria yang termasuk dalam pengetahuan wajib adalah pengetahuan yang memiliki nilai kepentingan 3-4 dan/atau memiliki nilai kesenjangan pengetahuan tertinggi. Sedangkan pengetahuan pilihan didefinisikan sebagai pengetahuan pelengkap yang dapat membantu dalam pelaksanaan tugas karyawan. Kriteria yang termasuk dalam pengetahuan pilihan adalah pengetahuan dengan nilai kepentingan kurang dari tiga dan selain dari pengetahuan dengan nilai kesenjangan tertinggi. 2.7.3 Kesenjangan Pengetahuan Seringkali pengetahuan yang dimiliki karyawan tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh organisasi. Kondisi ini memungkinkan menculnya kesenjangan pengetahuan di organisasi. Dengan dilakukannya suatu proses penilaian kesenjangan pengetahuan di dalam suatu perusahaan, maka dapat diketahui keadaan pengetahuan yang dibutuhkan dan pengetahuan yang sekarang tersedia menurut Setiarso (2008). Sesudah pengetahuan yang dibutuhkan dapat diidentifikasi maka dilakukan analisis kesenjangan pengetahuan berdasarkan kerangka Zack yang bisa dilihat pada Gambar 2.4.
Gambar 2.4. Kerangka Kesenjangan Pengetahuan Zack (Sumber: Setiarso, 2008)
2.8
Strategi Pengelolaan Pengetahuan Menurut Hansen et al dikutip oleh Munir (2008) cara organisasi mengelola
pengetahuan yang dimiliki dibagi atas dua ekstrim, yaitu strategi kodifikasi (Codification Strategy) dan strategi personalisasi (Personalization Strategy). Bila pengetahuan diterjemahkan dalam bentuk eksplisit secara berhati-hati (Codified) dan disimpan dalam basis data sehingga pengguna yang membutuhkan dapat mengakses pengetahuan tersebut, maka cara mengelola seperti itu dikatakan menganut strategi kodifikasi. Strategi kodifikasi digunakan untuk menyimpan pengetahuan di dalam empat penyimpanan yang terstruktur dari pengetahuan sebagai database untuk penggunaan yang berulang-ulang. Davenport dan Prusak dikutip oleh Tobing (2007) menyatakan bahwa tujuan kodifikasi adalah membuat pengetahuan organisasi ke dalam suatu bentuk yang membuat pengetahuan organisasi tersebut dapat diakses oleh personil yang membutuhkannya.
2.9
SSM (Soft System methodology)
Gambar 2.5
Model SSM P. Checkland
SSM (Soft System Methodology) merupakan suatu metode yang digunakan untuk mendukung dan membuat suatu struktur dari hasil perbandingan antara model asli dengan model yang diusulkan. Dikembangkan oleh Peter Checkland di Inggris, Universitas Lancaster. SSM adalah pendekatan untuk pemodelan proses di dalam organisasi dan lingkungannya dan sering digunakan untuk pemodelan manajemen perubahan, di mana organsiasi pembelajar itu sendiri merupakan manajemen perubahan. SSM dikelompokkan dalam “soft” operation research tools, sebagai alternatif dari “hard” model matematik dan model keputusan konvensional yang merupakan tools yang ada pada bidang operation research (OR). SSM adalah sebuah metodologi untuk menganalisis dan pemodelan sistem yang mengintegrasikan teknologi (hard) sistem dan human (soft) system.
Dalam melakukan proses model P. Checkland (1960) menjelaskan ada tujuh tahapan, yaitu: Pertama, Identifikasi situasi permasalahan yang belum terstruktur. Pada langkah pertama ini situasi riil atau situasi yang berjalan di dalam organisasi dan situasi sosial yang berhubungan dengan organisasi di identifikasi. Kedua, situasi permasalahan diekspresikan. setelah mengidentifikasi situasi
permasalahan
yang
ada
di
dalam
organisasi,
Kemudian
diekpresikan/digambarkan ke dalam rich picture sesuai dengan situasi permasalahan yang ada. Analisa rich picture merupakan suatu cara untuk mengindikasikan banyak elemen yang terjadi pada organisasi. Tehnik ini berusaha untuk menggambarkan situasi yang sedang berlangsung, pemangku-pemangku kepentingan dan isu-isu yang terjadi di dalam aktifitas sehari-hari di dalam sekolah. Ketiga, menganalisa root definition. Langkah ini mendefinisikan akar permasalahan dari langkah pertama dan kedua. Setiap permasalahan didefinisikan ke dalam CATWOE untuk Mendefinisikan elemen-elemen yang berhubungan dengan model yang akan di usulkan, yaitu: C ( Customer) = Setiap orang yang merasakan dampak dari sistem. A (Actors) = Individu yang nantinya melakukan aktifitas di dalam sistem. T (Transformation Process) = Proses yang mengubah Input menjadi Output. W (Wetanschaung) = Cara pandang terhadap sistem.
O (Owners) = orang yang dapat memulai/mematikan sistem. E ( Environment Constrains) = sistem yang lebih besar di mana sistem berada. Keempat, membangun model konseptual. Dari permasalahan yang telah didefinisikan di dalam CATWOE kemudian dibangun sebuah model konseptual untuk memberikan solusi terhadap permasalahan yang ada. Kelima, membandingkan model konseptual dengan situasi permasalahan. Pada langkah kelima ini, model konseptual dibandingkan dengan situasi permasalahan yang telah diekspresikan ke dalam rich picture. Untuk di ambil suatu usulan model yang relevan dengan organisasi. Keenam, Mengusulkan model usulan. Setelah usulan model didapatkan, langkah selanjutnya adalah menguji model tersebut, melihat kelayakan, apakah bisa dilanjutkan atau ada yang harus di ubah dan di sesuaikan kembali dengan kondisi organisasi. Ketujuh, implementasi sistem. Di tahap ini model yang sudah berhasil disetujui dan layak untuk di lakukan menjadi suatu role model atau bisa jadi sebagai siklus baru dalam organisasi dalam menjalankan organisasinya
2.10 Pengukuran Data Statistik merupakan salah satu alat bantu penelitian dalam menganalisis dan mengukur data. Secara umum, pengertian statistik meliputi dua hal. Pertama adalah sebagai kumpulan angka-angka. Dalam hal ini statistik dimaksudkan sebagai kumpulan angka-angka yang menjelaskan sesuatu. Misalkan statistik
pertandingan sepak bola adalah sekumpulan angka-angka yang menjelaskan hasil pertandingan sepak bola dari beberapa klub. Kedua adalah statistik sebagai cabang ilmu pengetahuan tentang pengumpulan, pengelompokkan, penyajian, analisis dan interprestasi data untuk membantu pengambilan keputusan yang lebih efektif. 2.10.1 Jenis Statistik Berdasarkan kegunaan dan teknik yang digunakan, statistik terbagi menjadi dua jenis, yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial. 1. Statistik deskriptif Bidang statistik yang berhubungan dengan metode pengelompokan, peringkasan, dan penyajian data dalam cara yang lebih informatif. Pada statistik jenis ini, penyajian data dalam bentuk gambaran angka-angka. Teknik-teknik umum yang digunakan adalah analisis deskriptif yang meliputi rata-rata, median, modus dan varians. 2. Statistik Inferensial Teknik statistik yang berhubungan dengan analisis data untuk penarikan kesimpulan atas data. Teknik statistik inferensial berhubungan dengan pengolahan statistik sehingga dengan menggunakan hasil analisis tersebut dapat ditarik kesimpulan atas karakteristik populasi. Teknik-teknik umum yang dipakai meliputi uji hipotesis, analisis varians, dan teknik regresi dan korelasi. 2.10.2 Jenis Data Dalam penggunaan statistik, pasti akan selalu berhubungan dengan data. Jenis data pun terbagi menjadi dua, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif.
1. Data Kualitatif Jenis data yang mempunyai sifat non-angka. Pada data jenis ini, informasi yang dihasilkan oleh data adalah informasi yang bukan angka-angka. Misalnya data jenis kelamin, data tingkat pendidikan, dan data agama yang di anut oleh penduduk. 2. Data Kuantitatif Data yang berupa angka-angka. Pada data jenis ini, sifat informasi yang di kandung oleh data berupa informasi angka-angka. Misalnya data jumlah penduduk, jumlah pendapatan nasional, jumlah keluarga di suatu daerah. Data kuantitatif bisa berupa variabel diskrit, yaitu variabel yang berasal dari hasil penghitungan. Data diskrit merupakan data kuantitatif yang mempunyai sifat bulat, tidak dalam bentuk pecahan, misalnya data jumlah penduduk. Juga bisa berupa variabel kontinyu yang merupakan data yang berasal dari hasil pengukuran. Hasil pengukuran tergantung pada keakuratan alat ukur yang digunakan. Data tinggi badan, data suhu, dan data kelembaban udara adalah beberapa contoh data kontinyu. Data ini bisa berbentuk pecahan, misalkan tinggi badan seorang balita adalah 35cm. tinggi badan ini bisa 35,2cm atau 35,25 cm tergantung pada keakuratan alat ukur yang digunakan. 2.10.3 Pengujian Kuesioner Pada penyusunan kuesioner, salah satu kriteria kuesioner yang baik adalah validitas dan realibilitas kuesioner dinyatakan valid. tujuan pengujian validitas dan realibilitas kuesioner adalah untuk meyakinkan bahwa kuesioner yang di
susun akan benar-benar baik dalam mengukur gejala dan menghasilkan data yang valid. 1. Uji validitas Validitas adalah ukuran yang menunjukkan sejauh mana instrumen pengukur mampu mengukur apa yang ingin diukur. Jika misalkan alat ukur nya adalah meteran, maka validitas alat ini adalah sejauh mana alat ini mampu mengukur jarak suatu titik. Begitu juga misalkan menyusun kuesioner kepuasan pelanggan, maka validitas kuesioner adalah sejauh mana kuesioner mampu mengukur kepuasan pelanggan. Terdapat beberapa jenis validitas: -
Validitas konstruksi, suatu kuesioner yang baik harus dapat mengukur dengan jelas kerangka dari penelitian yang akan dilakukan. Jadi misalkan akan mengukur konsep tentang kepuasan pelanggan, maka kuesioner tersebut dikatakan valid jika mampu menjelaskan dan mengukur kerangka konsep kepuasan pelanggan.
-
Validitas Isi, adalah suatu alat yang mengukur sejauh mana kuesioner atau alat ukur tersebut mewakili semua aspek yang dianggap sebagai kerangka konsep. Misalkan menggunakan beberapa sampel terhadap pelanggan produk X.
-
Validitas Prediktif, adalah kemampuan dari kuesioner dalam memprediksi perilaku dari konsep.
Untuk melakukan uji validitas, metode yang dilakukan adalah dengan mengukur korelasi (hubungan) antara butir-butir pertanyaan dengan skor
pertanyaan secara keseluruhan. Tahap-tahap yang harus dilakukan dalam melakukan pengujian validitas adalah: 1.
Mendefinisikan secara operasional suatu konsep yang akan diukur. Jadi untuk menguji validitas suatu konsep, tahap awal yang harus dilakukan
adalah
menjabarkan
konsep
dalam
suatu
definisi
operasional (berupa tabel angka-angka hasil kuesioner). 2.
Melakukan uji coba pada beberapa responden. Tergantung dari sampel yang digunakan.
3.
Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban.
4.
Menghitung nilai korelasi antara masing-masing skor butir jawaban dengan skor total dari butir jawaban.
2. Uji realibilitas. Apabila suatu alat pengukuran telah dinyatakan valid, maka tahap selanjutnya adalah mengukur realibilitas dari alat tersebut. Realibilitas adalah ukuran yang menunjukkan konsistensi dari alat ukur dalam mengukur gejala yang sama di lain kesempatan. Misalkan memiliki kuesioner yang mengukur kepuasan pelanggan, maka hasil tersebut akan sama jika digunakan untuk mengukur kepuasan pelanggan pada penelitian yang lain. Setelah di uji validitas, maka di uji realibilitas. Pengukuran realibilitas dilakukan dengan dua cara, yaitu: 1.
Repeated measure atau pengukuran berulang. Pengukuran dilakukan dengan berulang pada waktu yang berbeda, dengan kuesioner atau
pertanyaan yang sama. hasil pengukuran dilihat apakah konsisten dengan pengukuran sebelumnya. 2.
One shot. Pada teknik ini pengukuran dilakukan hanya pada satu waktu, kemudian dilakukan perbandingan dengan pertanyaan yang lain atau dengan pengukuran korelasi antarjawaban. Pada program SPSS, metode ini dilakukan dengan metoe Croanbach Alpha, di mana suatu kuesioner dikatakan reliabel jika nilai Croanbach Alpha lebih besar dari 0,60.
2.11 Ruang Lingkup Standar Nasional Pendidikan Berdasarkan peraturan pemerintah Republik Indonesia No. 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan menjelaskan mengenai delapan standar nasional pendidikan, antara lain: 1. Standar Isi. Mencakup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. 2. Standar Proses. Berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.
3. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Mencakup kriteria pendidikan perjabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan. 4. Standar Sarana dan Prasarana. Standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berkreasi, serta sumber belajar lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. 5. Standar Pengelolaan. Standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan. 6. Standar Pembiayaan. Merupakan standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun. 7. Standar Penilaian Pendidikan. Standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur dan instrument penilaian hasil belajar peserta didik.
8. Standar Kompetensi Lulusan. Merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan.
Standar nasional pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Standar ini juga bertujuan untuk menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.
2.12 Definisi dan Sejarah ISO 9001:2008 ISO berasal dari kata Yunani ISOS yang berarti sama, kata ISO bukan diambil dari singkatan nama sebuah organisasi walau banyak orang awam mengira ISO berasal dari International Standard of Organization. ISO 9001 merupakan standar international yang mengatur tentang sistem manajemen mutu (Quality Management System), oleh karena itu seringkali disebut sebagai “ISO 9001, QMS” adapun tulisan 2008 menunjukkan tahun revisi, maka ISO 9001:2008 adalah sistem manajemen mutu ISO 9001 hasil revisi tahun 2008. Seiring perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, terutama semakin luasnya dunia usaha, maka kebutuhan akan pengelolaan sistem manajemen mutu semakin dirasakan perlu dan mendesak untuk diterapkan pada berbagai scope industry yang semakin hari semakin beragam. Versi 2008 adalah versi terbaru yang diterbitkan pada Desember 2008. Organisasi pengelola standard international
ini adalah International Organization for Standardization yang bermarkas di Geneva – Swiss, didirikan pada 23 February 1947, kini beranggotakan lebih dari 147 negara yang mana setiap negara diwakili oleh badan standardisasi nasional (Indonesia diwakili oleh KAN) versi 2008 lahir sebagai bentuk penyempurnaan atas revisi tahun 2000. Adapun perbedaan antara versi 2000 dengan 2008 secara significant lebih menekankan pada effectivitas proses yang dilaksanakan dalam organisasi tersebut. Jika pada versi 2000 mengatakan harus dilakukan corrective dan preventive action, maka versi 2008 menetapkan bahwa proses corrective dan preventive action yang dilakukan harus secara effektif berdampak positif pada perubahan proses yang terjadi dalam organisasi. Selain itu, penekanan pada kontrol proses outsourcing menjadi bagian yang disoroti dalam versi terbaru ISO 9001 ini. versi 2008 lebih mengedepankan pada pola proses bisnis yang terjadi dalam organisasi perusahaan sehingga hampir semua jenis usaha bisa mengimplementasi sistem manajemen mutu ISO 9001 ini. Sistem ISO 9001:2008 fokus pada effektifitas proses continual improvement dengan pilar utama pola berpikir PDCA, dimana dalam setiap process senantiasa melakukan perencanaan yang matang, implementasi yang terukur dengan jelas, dilakukan evaluasi dan analisis data yang akurat serta tindakan perbaikan yang sesuai dan monitoring pelaksanaannya agar benar-benar bisa menuntaskan masalah yang terjadi di organisasi. Pilar berikutnya yang digunakan demi menyukseskan proses implementasi ISO 9001 ini, maka ditetapkanlah delapan prinsip manajemen mutu yang bertujuan untuk mengimprovisasi kinerja sistem
agar proses yang berlangsung sesuai dengan fokus utama yaitu effektivitas continual improvement, delapan prinsip manajemen yang dimaksud adalah: 1) Customer Focus: Semua aktifitas perencanaan dan implementasi sistem semata-mata untuk memuaskan customer. 2) Leadership: Top Management berfungsi sebagai leader dalam mengawal implementasi Sistem bahwa semua gerak organisasi selalu terkontrol dalam satu komando dengan komitmen yang sama dan gerak yang sinergi pada setiap elemen organisasi 3) Keterlibatan semua orang: Semua elemen dalam organisasi terlibat dan konsen dalam implementasi sistem manajemen mutu sesuai fungsi kerjanya masing-masing, bahkan hingga office boy sekalipun hendaknya senantiasa melakukan yang terbaik dan membuktikan kinerjanya layak serta berkualitas, pada fungsinya sebagai office boy. 4) Pendekatan Proses: Aktifitas implementasi sistem selalu mengikuti alur proses yang terjadi dalam organisasi. Pendekatan pengelolaan proses dipetakan melalui business process. Dengan demikian, pemborosan karena proses yang tidak perlu bisa dihindari atau sebaliknya, ada proses yang tidak terlaksana karena pelaksanaan yang tidak sesuai dengan flow process itu sendiri yang berdampak pada hilangnya kepercayaan pelanggan 5) Pendekatan
Sistem
ke
Management:
Implementasi
system
mengedepankan pendekatan pada cara pengelolaan (Management) proses bukan sekedar menghilangkan masalah yang terjadi. Karena itu konsep kaizen, continual improvement sangat ditekankan. Pola pengelolaannya
bertujuan memperbaiki cara dalam menghilangkan akar (penyebab) masalah dan melakukan improvement untuk menghilangkan potensi masalah. 6) Perbaikan berkelanjutan: Improvement, adalah roh implementasi ISO 9001:2008 7) Pendekatan Fakta sebagai Dasar Pengambilan Keputusan: Setiap keputusan dalam implementasi sistem selalu didasarkan pada fakta dan data. Tidak ada data (bukti implementasi) sama dengan tidak dilaksanakannya sistem ISO 9001:2008 8) Kerjasama yang saling menguntungkan dengan pemasok: Supplier bukanlah pembantu, tetapi mitra usaha, business partner karena itu harus terjadi pola hubungan saling menguntungkan.
2.13 Profil Pendidikan Nasional Pendidikan dalam konteks pembangunan nasional mempunyai fungsi antara lain: (1) pemersatu bangsa, (2) penyamaan kesempatan dan (3) pengembangan potensi diri. Sementara itu dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional merupakan dasar hukum penyelenggaraan dan reformasi sistem pendidikan nasional. Undang-undang tersebut memuat visi, misi, fungsi dan tujuan pendidikan nasional serta strategi pembangunan pendidikan nasional, untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu, relevan dengan kebutuhan masyarakat dan berdaya saing dalam kehidupan global.
2.13.1
Visi dan Misi Pendidikan Nasional
2.13.1.1 Visi Pendidikan Nasional Mewujudkan sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia agar berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. 2.13.1.2 Misi Pendidikan Nasional 1. Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia. 2. Meningkatkan mutu pendidikan yang memiliki daya saing di tingkat nasional, regional dan internasional. 3. Meningkatkan relevansi pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dan tantangan global. 4. Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar. 5. Meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral. 6. Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai
pusat
pembudayaan
ilmu
pengetahuan,
keterampilan,
pengalaman, sikap dan nilai berdasrkan standar yang bersifat nasional dan global.
7. Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks negara kesatuan republik Indonesia.
2.13.2
Reformasi pendidikan Terkait dengan visi dan misi pendidikan nasional, terdapat beberapa
reformasi pendidikan meliputi hal-hal berikut: Pertama, penyelenggaraan pendidikan dinyatakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat, di mana dalam proses tersebut harus ada pendidik yang memberikan keteladanan dan mampu membangun kemauan, serta mengembangkan potensi dan kreativitas peserta didik. Prinsip tersebut menyebabkan adanya pergeseran paradigma proses pendidikan, dari paradigma pengajaran ke paradigma pembelajaran. Paradigma pengajaran yang lebih menitikberatkan peran pendidik dalam mentransformasikan pengetahuan kepada peserta didiknya bergeser pada paradigma pembelajaran yang memberikan peran lebih banyak kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dan kreativitas dirinya dalam rangka membentuk manusia yang memiliki kekuatan spiritual keagamaan berakhlak mulia, berkepribadian, memiliki kecerdasan, memiliki estetika, sehat jasmani dan rohani serta keterampilan yang dibutuhkan bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Kedua, adanya perubahan pandangan tentang peran manusia dari paradigma manusia sebagai sumberdaya pembangunan menjadi paradigma manusia sebagai subjek pembangunan secara utuh. Pendidikan harus mampu
membentuk manusia seutuhnya yang digambarakan sebagai manusia yang memiliki karakteristik personal yang memahami dinamika psikososial dan lingkungan kulturalnya. Proses pendidikan harus mencakup: - Penumbuhkembangan keimanan dan ketakawaan - Pengembangan wawasan kebangsaan,
kenegaraan,
demokrasi dan
kepribadian. - Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. - Pengembangan, penghayatan, apresiasi dan ekspresi seni. - Pembentukan manusia yang sehat jasmani dan rohani. Pembentukan manusia di atas pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Ketiga, adanya pandangan terhadap keberadaan peserta didik yang terintegrasi dengan lingkungan sosial-kulturalnya dan pada gilirannya akan menumbuhkan individu sebagai pribadi dan anggota masyarakat mandiri yang berbudaya. Hal ini sejalan dengan proses pentahapan aktualisasi intelektual, emosional dan spiritual peserta didik di dalam memahami sesuatu, mulai dari tahapan paling sederhana dan bersifat eksternal sampai tahapan yang paling rumit dan bersifat internal, yang berkenaan dengan pemahaman dirinya dan lingkungan kulturalnya. Keempat, dalam rangka mewujudkan visi dan menjalankan misi pendidikan nasional, diperlukan suatu acuan dasar (benchmark) oleh setiap penyelenggara dan satuan pendidikan, yang antara lain meliputi kriteria-kriteria
minimal berbagai aspek yang terkait dengan penyelenggaraan pendidikan yang dijadikan pedoman untuk mewujudkan: 1. Pendidikan yang berisi muatan yang seimbang dan holistik (menyeluruh). 2. Proses pembelajaran yang demokratis, mendidik, memotivasi, mendorong kreativitas dan dialogis. 3. Hasil pendidikan yang bermutu dan terukur. 4. Berkembangnya profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan. 5. Tersedianya sarana dan prasarana belajar yang memungkinkan berkembangnya potensi peserta didik secara optimal. 6.
Berkembangnya pengelolaan pendidikan yang memberdayakan satuan pendidikan.
7.
Terlaksanya evaluasi, akreditasi dan sertifikasi yang berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan secara berkelanjutan.
Acuan-acuan tersebut merupakan standar nasional pendidikan yang dimaksudkan untuk memacu pengelola, penyelenggara dan satuan pendidikan agar dapat meningkatkan kinerjanya dalam memberikan layanan pendidikan yang bermutu. Selain itu standar nasional pendidikan juga dimaksudkan sebagai perangkat untuk mendorong
terwujudnya
transparansi
dan
akuntabilitas
publik
dalam
penyelenggaraan sistem pendidikan nasional. Pelaksanaan pendidikan secara holistik dimaksudkan bahwa proses pembelajaran antar kelompok mata pelajaran bersifat terpadu dalam mencapai standar kompetensi yang ditetapkan.
2.14
Infrastruktur ICT
2.14.1
Arsitektur Hardware Kadir (2003) mengutip penjelasan Turbin et. al (1999) mendefinisikan
arsitektur informasi (atau arsitektur teknologi informasi, arsitektur sistem informasi, infrastruktur teknologi informasi) sebagai suatu pemetaan atau rencana kebutuhan-kebutuhan informasi di dalam suatu organisasi. Arsitektur ini berguna sebagai penuntun bagi operasi sekarang atau menjadi cetak-biru (blueprint) untuk arahan di masa mendatang. Tujuan dari arsitektur ini adalah agar bagian teknologi informasi memenuhi kebutuhan-kebutuhan bisnis strategis organisasi. Ada tiga jenis arsitektur yang dapat digunakan organisasi untuk membangun arsitektur informasi, yaitu: 1. Arsitektur Tersentralisasi. Implementasi dari arsitektur tersentralisasi (terpusat) adalah semua pemrosesan data dilakukan oleh komputer yang ditempatkan di dalam suatu lokasi yang ditujukan untuk melayani semua pemakai dalam organisasi. Biasanya arsitektur ini digunakan pada organisasi yang tidak mempunyai cabang.
Terminal
Terminal
Arsip Data
Printer
Mainframe
Terminal
Terminal
Gambar 2.6 Arsitektur Tersentralisasi (Kadir, 2003) 2. Arsitektur Desentralisasi. Konsep dari arsitektur desentralisasi adalah pemrosesan data tersebar (terdistribusi) artinya sebagai sistem yang terdiri atas sejumlah komputer yang tersebar pada berbagai lokasi yang dihubungkan dengan sarana
telekomunikasi
dengan
masing-masing
komputer
mampu
melakukan pemrosesan yang serupa secara mandiri, tetapi bisa saling berinteraksi dalam pertukaran data. Model sederhana sistem pemrosesan terdistribusi terdapat pada sejumlah komputer yang terhubung dalam jaringan yang menggunakan arsitektur peer-to-peer. Pada gambar 2.7, menunjukkan masing-masing komputer memiliki akses control terhadap peripheral masing-masing, misalnya printer atau CD-room. Tetapi memungkinkan komputer lain menggunakan bersama peripheral tersebut. Biasanya sistem ini digunakan jika organisasi mempunyai banyak cabang atau memiliki divisi/bagian yang terpisah.
Mainframe
PC
PC
Optical Drive
Printer
Mini Komputer
Gambar 2.7 Arsitektur Desentralisasi (Kadir, 2003)
3. Arsitektur Client/Server Arsitektur client/server maksudnya adalah pada arsitektur ini ada bagian yang disebut client dan ada yang disebut dengan server. Client adalah sistem atau proses yang melakukan sesuatu permintaan data atau layanan ke server. Sedangkan server adalah sistem atau proses yang menyediakan data atau layanan yang diminta oleh client. Secara fisik, sebuah server dapat berupa komputer
(mainframe, mini-komputer,
workstation, ataupun PC) atau piranti yang lainnya (misalnya printer). Client mempunyai kemampuan untuk melakukan proses sendiri. Ketika sebuah client meminta suatu data ke server, server akan segera menanggapinya dengan memberikan data yang diminta oleh client yang bersangkutan. Setelah data diterima, client segera melakukan pemrosesan. Model komputasi yang berbasis client/server bisa diterapkan dengan menggunakan
perangkat
lunak
gado-gado.
Artinya,
pada
awal
pembangunan sistem dan pengembangannya tidak ada perlu migrasi sistem. Karena bisa menggunakan perangkat lunak yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan perkembangan zaman. Jaringan Client Server
Printer
Data
Client
Gambar 2.8 Arsitektur Client/Server (Kadir, 2003) Tabel 2.2 Keuntungan Arsitektur Client/Server (Kadir, 2003) Fitur Keuntungan Jaringan mesin-mesin yang Jika sebuah mecin macet, proses bisnis tetap kecil tapi berdaya guna berjalan Kumpulan komputer dengan Sistem memberikan kekuatan dalam ribuan MIPS (Million melaksanakan suatu tugas tanpa memonopoli Instructions Per Second) sumber-sumber daya. Pemakai akhir diberi hak untuk bekerja secara lokal Beberapa workstation sangat Dengan memberikan kekuatan yang lebih handal seperti mainframe, untuk biaya yang kecil, sistem menawarkan tetapi dengan biaya 90% lebih keluwesan untuk melakukan pembelian pada rendah. hal-hal lain atau untuk meningkatkan keuntungan Sistem terbuka Dapat memilih perangkat keras, perangkat lunak, dan layanan dari berbagai vendor. Sistem tumbuh dengan mudah Sangat mudah untuk memperbaharui sistem dan dapat diperluas secara tak sesuai dengan kebutuhan yang terus berubah terbatas dan berkembang. Lingkungan operasi klien yang Dapat mencampur dan mencocokkan platform bersifat individual. komputer yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing departemen dan pemakai.
2.14.2
Arsitektur Jaringan Komputer Jaringan komputer merupakan hubungan dua buah simpul (umumnya
berupa komputer) atau lebih yang ditujukan untuk melakukan pertukaran data atau untuk melakukan bagipakai perangkat lunak, perangkat keras, dan bahkan berbagi kekuatan pemrosesan. 2.14.2.1 Klasifikasi Jaringan Komputer 1. Local Area Network (LAN) LAN adalah jaringan komputer yang mencakup area dalam satu ruang, satu gedung, atau beberapa gedung yang berdekatan. LAN umumnya menggunakan media transmisi berupa kabel (UTP, kabel koaksial, ataupun serat optic). Namun ada juga yang tidak menggunakan kabel dan disebut sebagai Wireless LAN (WLAN) atau LAN tanpa kabel. Menurut tipenya, LAN dapat berupa client/server atau peer-to-peer. 2. Metropolitan Area Network (MAN) MAN adalah jaringan yang mencakup area satu kota atau dengan rentang sekitar 10-45 km. jaringan ini umumnya menggunakan media transmisi dengan mikrogelombang atau gelombang radio. 3. Wide Area Network (WAN). Jaringan WAN mencakup antarkota, antarpropinsi, antarnegara, dan bahkan antar benua. Contohnya adalah internet atau ATM.
BAB III METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian terbagi menjadi dua, yaitu: metode pengumpulan data dan metode desain model knowledge management.
3.1
Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah:
3.1.1 Observasi Observasi dilakukan dengan secara langsung mengamati aktifitas bisnis yang berlangsung di sekolah standar nasional (SMAN 1 Tangsel) dan sekolah rintisan standar internasional (SMAN 3 Tangsel). Obeservasi ini dilakukan pada bulan Mei – Juni 2011. Penjelasan lebih lengkap mengenai aktifitas bisnis akan dijelaskan pada bab 4.
3.1.2 Wawancara Wawancara di dalam penelitian ini dilakukan dengan pihak expert di masing-masing sekolah, yaitu: kepala sekolah atau wakil kepala sekolah yang berhubungan dengan proses akuisisi pengetahuan dengan selang waktu pada 10 Mei – 10 juni 2011, berikut ini daftar pertanyaan (hasil wawancara dilampirkan):
1. Apa standar dan proses pendidikan yang digunakan di dalam sekolah untuk mencapai standar kompetensi kelulusan? 2. Apa silabus/kurikulum yang digunakan oleh sekolah saat ini? Apakah silabus/kurikulum tersebut sudah memuaskan dan bisa diterima oleh guru maupun murid? Jika tidak apa alasannya? 3. Bagaimana peran guru disekolah terhadap siswa? Berapa intensitas pertemuannya baik dikelas maupun diluar kelas? 4. Apa perbedaan antara SSN, RSBI dan SBI? standarisasi apa saja yang dapat menentukan sekolah untuk mendapat predikat tersebut? 5. Bagaimana cara berbagi pengetahuan di lingkungan sekolah serta teknologi apa saja yang digunakan dalam menunjang proses nya? 6. Bagaimana cara sekolah dalam meningkatkan pengetahuan karyawannya? Kemampuan-kemampuan apa saja yang dimiliki oleh tenaga pendidik? 7. Bagaimana sekolah dalam memfasilitasi karyawannya, khususnya tenaga pendidik untuk dapat berbagi pengetahuan di lingkungan sekolah? 8. Langkah-langkah apa saja yang harus di tempuh sekolah dalam meningkatkan kemampuan karyawannya, terutama tenaga pendidik?
Dari hasil wawancara tersebut dikumpulkan data dan informasi berupa proses bisnis yang berjalan untuk proses akuisisi dan berbagi pengetahuan pada sumber daya manusia yang ada di dalam sekolah, serta data-data lainnya yang diperlukan untuk menganalisa proses bisnis tersebut dan analisa SWOT yang ada di SMAN 1 Tangsel maupun SMAN 3 Tangsel. 3.1.3 Kuesioner Kuesioner digunakan untuk membantu dalam menganalisa K-need atau mengetahui kesenjangan pengetahuan yang ada di SMAN 1 Tangsel dan SMAN 3
Tangsel. Dalam menguji nilai valid dari kuesioner, menggunakan validitas isi dan pengujiannya menggunakan pengujian validitas dan realibilitas di tiap pertanyaan. Koresponden terdiri dari guru yang ada pada SMAN 1 Tangsel dan SMAN 3 Tangsel. (Kuesioner dan hasil pengujiannya dilampirkan).
3.1.4 Studi Literatur Sejenis Studi Literatur Sejenis yang dilakukan adalah membaca beberapa jurnal dan textbook, 6 judul skripsi, serta 3 judul thesis yang berhubungan dengan Knowledge Management, beberapa penelitian terdahulu, antara lain: a.
Thesis Yuliazmi (Budi Luhur), membahas pemanfaatan Knowledge Management pada PT. reasuransi dengan metode analisa SWOT dan FGD (Focus group Discussion).
b.
Setiarso (2009), pada jurnalnya membahas penerapan knowledge management di organisasi dengan menggunakan metode SSM.
c.
Skripsi
Rangga
Mahisa
B.
(Binus),
membahas
mengenai
mengefektifkan pendokumentasian serta meningkatkan kualitas sumber daya PT. Primacom Interbuana dengan Knowledge Management. d.
Skripsi Willy Suteja (Binus), menghasilkan sebuah sistem KM yang berfokus pada proses knowledge sharing yang dapat mendukung serta memberikan kemudahan bagi perusahaan, khususnya pada divisi training dalam melakukan penyebaran knowledge.
e.
Meirita Salim, Rendy S, Feliciana K (Binus), mengembangkan KMS dengan pendekatan OOSE (Object Oriented Software Engineering),
hasilnya merupakan sebuah tools yang dapat membantu jurusan Sistem Informasi di binus dalam pengumpulan dan pemanfaatan knowledge yang dimilikinya. Dari penelitian terdahulu, lebih banyak penerapan KM menggunakan cara kodifikasi, namun pada penelitian ini penerapan KM menggunakan cara personalisasi, yaitu pada permodelan proses pengelolaan, akuisisi dan berbagi pengetahuan yang nantinya bisa dikembangkan dengan cara kodifikasi.
3.2
Metode Desain Model Knowledge Management
Gambar 3.1 Model SSM P. Checkland
Dalam membuat suatu model knowledge management pada penelitian ini, menggunakan suatu metode dari P. Checkland yaitu SSM (Soft System Methodology) dengan menggunakan waterfall. Adapun langkah-langkahnya antara lain:
3.2.1 Mendefinisiskan Situasi Riil Dalam mendefinisikan situasi permasalahan yang terjadi di SMAN 3 Tangsel (RSBI) dan SMAN 1 Tangsel (SSN), di identifikasi: a.
Proses Bisnis Menganalisa proses bisnis sekolah dalam melakukan akuisisi dan berbagi pengetahuan antar individu (tenaga pendidik) maupun karyawan yang ada pada SMAN 3 Tangsel dan SMAN 1 Tangsel
b.
Analisa Sosial Menganalisa peran internal dan eksternal yang berhubungan dengan sekolah mengenai peraturan, standar nasional pendidikan, serta perbedaan antara SSN dan RSBI dalam mengelola dokumen dan pengetahuan yang dimilikinya, serta melihat struktur organisasinya.
c.
Identifikasi Knowledge Mengidentifikasi pengetahuan tacit dan ekplisit yang dimiliki oleh tenaga pendidik secara umumnya berdasarkan hasil kuesioner pada tenaga pendidik di SMAN 1 Tangsel dan SMAN 3 Tangsel.
d.
Analisa SWOT Memberikan gambaran mengenai kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dari SMAN 3 Tangsel (RSBI) dan SMAN 1 Tangsel (SSN).
e.
Analisa K-Gap Menganalisa kesenjangan pengetahuan yang terjadi pada tenaga pendidik pada SMAN 3 Tangsel (RSBI) dan SMAN 1 Tangsel (SSN) dengan sampel 21 guru tetap.
3.2.2 Mengekspresikan Situasi Permasalahan. Situasi permasalahan diekspresikan dengan rich picture. Menggambarkan situasi permasalahan yang ada pada SMAN 3 Tangsel (RSBI) dan SMAN 1 Tangsel (SSN) berdasarkan kondisi riil.
3.2.3 Menganalisa Root Definition (CATWOE) Mendefinisikan elemen-elemen yang berhubungan dengan model yang akan di usulkan, dibatasi hanya pada proses akuisisi pengetahuan guru/staf di dalam sekolah, adapun elemen-elemennya meliputi: C (Customer) = Setiap divisi di dalam sekolah yang merasakan dampak dari sistem. A (Actors) = divisi yang melakukan proses pengelolaan pengetahuan di dalam sekolah saat ini. T (Transformation Process) = Proses yang mengubah Input menjadi Output, dengan kata lain proses yang terjadi pada model KM yg diusulkan. W (Wetanschaung) = Cara pandang terhadap sistem. O (Owners) = pelaku/aktor yang dapat memulai/mematikan sistem KM kedepannya. E (Environment Constrains) = sistem yang lebih besar di mana sistem berada.
3.2.4 Membangun Model Konseptual Mengusulkan suatu model strategi knowledge management untuk sekolah menengah atas pada umumnya agar dapat menjadi learning organization dan melakukan pengelolaan pengetahuan menjadi lebih baik serta dapat melakukan proses akuisisi dan berbagi pengetahuan menjadi lebih mudah.
3.2.5 Membandingkan Model Konseptual dengan Kondisi Riil Model konseptual kemudian di sesuaikan berdasarkan hasil analisa sebelumnya, Dengan lima disiplin pembelajaran, yaitu: Disiplin Visi Bersama (shared vision), Disiplin model mental (Mental model), Disiplin penguasaan pribadi (personal mastery), Disiplin pembelajaran tim (Team learning), dan Disiplin berpikir sistemik (System thinking)
3.2.6 Mengusulkan Model Usulan Langkah terakhir adalah mengusulkan sebuah model sistem baru yang bisa digunakan sekolah dalam mengembangkan sistem knowledge management sehingga bisa diterapkan oleh sekolah menengah atas pada umumnya baik yang bersatatus SSN ataupun RSBI kedepannya. Namun dalam penelitian ini, hanya sebatas mengusulkan model sistem KM belum sampai pada pengujian dan implementasi sistem.
3.3
Kerangka Berfikir
Gambar 3.2
Kerangka Berfikir Penelitian
BAB IV ANALISA DAN DESAIN MODEL KNOWLEDGE MANAGEMENT 4.1
Mendefinisiskan Situasi Riil Dalam mendefinisikan situasi riil permasalahan yang terjadi pada SMAN 3
Tangsel sebagai sekolah dengan status RSBI dan SMAN 1 Tangsel sebagai sekolah dengan status SSN akan dijelaskan secara terpisah. Berikut analisa situasi riil yang terjadi: 4.1.1 Proses Bisnis Aktivitas proses bisnis yang berjalan dalam melakukan akuisisi pengelolaan pengetahuan serta cara berbagi pada tenaga pendidik di SMAN 3 dan SMAN 1 Tangsel dijabarkan secara garis besar sebagai berikut: Setiap tenaga pendidik bertanggungjawab langsung kepada wakil kepala sekolah (wakasek) bidang kurikulum. Secara umum, tugas yang harus dilakukan adalah melaksanakan KBM (kegiatan belajar mengajar), membuat silabus dan persiapan mengajar, membuat program evaluasi dan remedial siswa, serta memberitahukan laporan hasil belajar kepada walikelas melalui wakasek kurikulum. Dalam mendapatkan bahan persiapan untuk melaksanakan KBM, tenaga pendidik bisa mendapatkannya melalui sumber yang telah disediakan oleh sekolah, yaitu perpustakaan. Selain itu, sumber dari internet juga digunakan sebagai salah satu tambahan dalam mencari materi sehingga tiap individu tenaga pendidik bisa mendapatkan
pengetahuan yang terbaru maupun melengkapi pengetahuan yang sudah ada. Hal ini merupakan dokumen-dokumen (ekplisit) yang selalu ada dan mengalami perubahan di tiap tahunnya. Disesuaikan dengan perkembangan pendidikan pada sekolah menengah atas. Secara berkala, setiap tenaga pendidik juga diberikan suatu pelatihan, workshop, seminar atau kegiatan sejenis lainnya sesuai dengan bidang yang diajarkannya. Hal ini dilakukan untuk menambah kualitas pengetahuan yang dimiliki oleh tiap tenaga pendidik di dalam sekolah. Selain itu, kegiatan rapat, diskusi dan mengikuti forum MGMP (musyawarah guru mata pelajaran) se-daerah setempat juga menjadi salah satu bagian dalam proses akuisisi tenaga pendidik. Setelah mengikuti berbagai kegiatan untuk menambah pengetahuan di tiap individu tenaga pendidik, pihak sekolah mengadakan desiminasi atau penyebaran pengetahuan yang telah diperoleh kepada tenaga pendidik yang tidak mengikuti secara langsung kegiatan tersebut sesuai dengan kebutuhan bidang yang diajar. Setelah itu, tiap individu yang mengikuti kegiatan diharuskan melaporkan hasil kegiatan kepada kepala sekolah. Jika diperlukan, individu yang mengikuti kegiatan tersebut membuat suatu makalah/paper sebagai dokumentasi sekolah.
4.1.2 Analisa Sosial Menggambarkan situasi yang terjadi dalam dunia pendidikan baik dari dalam sekolah maupun pihak luar sekolah yang ikut berperan dalam pembangunan pendidikan di Indonesia, khususnya daerah Tangerang Selatan.
4.1.2.1 Analisa Internal Dengan adanya perbedaan status sekolah, yakni Sekolah Berstandar Nasional (SSN) dan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) terdapat perbedaan pula dari hal pelayanan akademik, sarana dan prasarana serta kemampuan
pengetahuan
yang
dimiliki
tenaga
pendidik.
Berikut
ini
perbedaannya: A. SMAN 3 Tangsel (RSBI) Aktifitas bisnis yang berjalan di sekolah di mulai ketika calon siswa/orang tua mendaftar ke sekolah. Saat mendaftar calon siswa berhubungan dengan bagian kesiswaan kemudian segala data dan informasi terhubung juga ke bagian bangdik, tata usaha, bagian humas dan ICT untuk dikelola dan di integrasikan dengan data-data yang dibutuhkan sekolah. Ketika siswa sudah masuk dan diterima di dalam sekolah, maka siswa tersebut wajib mengikuti MOS (Masa Orientasi Siswa) dan proses martikulasi, dengan tujuan mengenalkan siswa baru kepada lingkungan sekolah dan penyamaan materi dasar yang akan diajarkan, agar proses belajar lebih mudah. Dikarenakan SMAN 3 Tangsel sudah tidak lagi memiliki kelas regular, maka tidak ada lagi penyaringan khusus untuk masuk kelas bilingual. Namun tes evaluasi akan terus di monitoring oleh bagian manajemen sekolah, jika siswa tersebut tidak memenuhi syarat untuk bisa naik kelas maka siswa tersebut akan mengulang, namun jika memenuhi syarat akan naik ke kelas berikutnya. Proses ini terus berjalan hingga lulus.
Dalam pengembangan pendidikan, selain di monitoring oleh manajemen mutu, SMAN 3 Tangsel juga sudah menerapkan kurikulum adopsi dan adapsi dari negara maju yang menjadi sister school di SMAN 3 Tangsel. Hal ini juga merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh sekolah rintisan bertaraf internasional (RSBI). Alur kordinasi yang terjadi di SMAN 3 Tangsel meliputi kepala sekolah dibantu oleh Wakepsek Manajemen Mutu, Kepala Tata Usaha, Wakepsek Kurikulum, Wakepsek Bidang Sarana dan Prasarana, Wakepsek Kesiswaan, dan Wakepsek Humas dalam menjalankan proses bisnis sekolah. (struktur organisasi, terlampir)
B. SMAN 1 Tangsel (SSN) Aktifitas bisnis yang berjalan di SMAN 1 Tangsel dimulai ketika calon siswa atau orang tua mendaftar ke sekolah dan berhubungan dengan kesiswaan. Kemudian bagian tata usaha berkordinasi dengan humas dan kesiswaan untuk mendapatkan data-data yang diperlukan oleh sekolah. Setelah dinyatakan diterima sebagai siswa SMAN 1 Tangsel, maka para siswa baru mengikuti MOS (Masa Orientasi Siswa) dan kemudian melakukan martikulasi berupa pre-test, pemberian materi pembelajaran khusus MIPA (Matematika dan IPA) dan terakhir dilakukan post test guna untuk menyaring siswa yang ingin masuk kelas bilingual. Dikarenakan SMAN 1 Tangsel belum dikategorikan sebagai sekolah RSBI, sehingga sebenarnya tidak diwajibkan membuka kelas bilingual dan melakukan kerjasama dengan negara maju yang menjadi sister school, namun
sebagai sekolah unggulan dan sudah mendapat akreditasi sebagai sekolah standar nasional, dewan guru dan kepala sekolah memutuskan untuk membuka satu kelas bilingual pada tiap tingkat. SMAN 1 Tangsel juga sudah mengintegrasikan sistem barcode sebagai kartu multifungsi yang digunakan pada absensi siswa dan pembayaran, serta kedepannya akan dilakukan pengembangan untuk aktifitas lainnya. Selain itu pihak sekolah juga bermitra dengan vendor khusus untuk layanan SMS gateway kepada informasi akademik ke guru/staf yang masih dilayani oleh tata usaha. Alur kordinasi yang terjadi di SMAN 1 Tangsel meliputi kepala sekolah dibantu oleh Kepala Tata Usaha, Wakepsek Kurikulum, Wakepsek Bidang Sarana dan Prasarana, Wakepsek Kesiswaan, dan Wakepsek Humas dalam menjalankan proses bisnis sekolah. (struktur organisasi, terlampir)
4.1.2.2 Analisa Eksternal Dengan adanya standar-standar yang ditetapkan oleh dinas pendidikan nasional yang tertuang dalam peraturan pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan yang harus dipenuhi oleh pihak sekolah. Banyak lembaga pendidikan mulai melakukan peningkatan kualitas terhadap sekolahnya, agar turut berpartisipasi dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Upaya ini juga dilakukan pemerintah sesuai dengan diterbitkannya UndangUndang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Sekolah yang ingin meningkatkan kualitas lembaganya sesuai dengan peraturan pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan
harus memenuhi kedelapan standar, meliputi: standar isi, standar proses, standar pengelolaan, standar pembiayaan, standar penilaian, standar sarana dan prasarana, standar kompetensi lulus, juga standar pendidik dan tenaga pendidik. Hal ini sejalan dengan visi dari dinas pendidikan di Indonesia, yaitu “Mewujudkan sistem pendidikan
sebagai
pranata
sosial
yang
kuat
dan
berwibawa
untuk
memberdayakan semua warga negara Indonesia agar berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah”. Berdasarkan
beberapa
hal
tersebut,
berbagai
sekolah
melakukan
pengembangan pendidikan pada lembaganya. Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk menunjang keberlangsungan dari terpenuhinya standar nasional pendidikan adalah melakukan sertifikasi manajemen ISO 9001:2008 yang merupakan salah satu sistem manajemen yang mengatur dalam pengelolaan dokumen, perencanaan serta pengawasan segala kegiatan yang berlangsung di dalam sekolah. Untuk sekolah di Indonesia saat ini, ada perbedaan pengkategorian status sekolah yaitu sekolah standar nasional (SSN) dan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI). Proses sebuah sekolah untuk bisa mendapatkan status sebagai sekolah standar nasional adalah dengan terpenuhinya kedelapan standar pendidikan nasional tersebut. Namun, jika ada salah satu saja dari standar tersebut yang tidak terpenuhi maka sekolah tersebut tetap belum bisa mendapatkan status sebagai sekolah standar nasional, walaupun hambatan itu misalnya berada pada di standar sarana dan prasarana, yakni lokasi sekolah yang belum bisa sesuai dengan standar lahan yang tetapkan atau yang lainnya.
Sedangkan, sekolah yang sudah layak dan mampu menjaga kredebilitasnya sebagai Sekolah Standar Nasional bisa mengajukan diri sebagai sekolah yang memiliki status sebagai Sekolah Rintisan Bertaraf Internasional. Untuk mendapatkan status ini, pihak sekolah cukup menambahkan nilai “plus” selain dari kedelapan standar pendidikan nasional tersebut. Nilai “plus” tersebut diberikan kebebasan pada sekolah untuk memilihnya, karena nilai “plus” ini adalah penambahan kurikulum adopsi dan adapsi dari negara maju ataupun dari sekolah bertaraf internasional dan perguruan tinggi serta menjalin kerjasama dengan sekolah di negara maju dan menjadikannya sebagai sisterhood sehingga terciptanya perkembangan dengan kemampuan yang bisa disesuaikan dengan siswa di sekolah. Dengan adanya perbedaan dalam hal status sekolah baik itu sekolah standar nasional hingga sekolah bertaraf internasional sekalipun mempunyai tingkat pengelolaan maupun akuisisi pengetahuan yang berbeda. Tentunya dengan status sekolah bertaraf internasional, minimalnya sudah mempunyai standarisasi dalam hal penyimpanan dan pengaturan dokumen yang berhubungan dengan proses bisnis sekolah, aktifitas pengajaran, maupun laporan-laporan tenaga pendidik/staf dari hasil pelatihan maupun studi banding. Hal ini dikarenakan sekolah dengan status RSBI diharuskan untuk memiliki sertifikasi manajemen ISO 9001:2008. Selain RSBI tidak diwajibkan. Tetapi jika pihak sekolah ingin melaksanakan sertifikasi manajemen ISO 9001:2008 akan lebih baik dan membantu dalam pengelolaan dan pelayanan yang terbaik kepada
siswa. Karena prinsip dari ISO 9001:2008 ini adalah apa yang direncanakan adalah yang dilakukan.
4.1.3 Identifikasi Knowledge Identifikasi Knowledge merupakan salah satu poin penting untuk menunjang perencanaan sistem knowledge management yang mana dibedakan sesuai dengan jenis pengetahuan yang ada di dalam ilmu knowledge management, yaitu berdasarkan tacit knowledge dan explicit knowledge. Identifikasi dalam penelitian ini diperoleh berdasarkan hasil kuesioner terhadap responden yang ada di SMAN 3 Tangsel dan SMAN 1 Tangsel serta wawancara dengan pihak wakil kepala sekolah. Sehingga secara umum identifikasi knowledge pada sekolah menengah atas antara lain adalah:
Tacit Knowledge - Ide/pengetahuan guru/staf mengenai informasi teknis, solusi permasalahan dalam kegiatan belajar-mengajar, pengetahuan dari pelatihan yang baru dan lain-lainnya yang berguna bagi sekolah dan guru/staf lainnya. - Ide/pengetahuan guru/staf mengenai solusi bagi pengembangan pendidikan yang terus berkembang. - Ide/saran untuk meningkatkan pelayanan sekolah.
Explicit Knowledge : - File-file laporan hasil pelatihan guru/staf yang telah diikuti.
- File-file data siswa maupun guru. Selama ini file-file tersebut di susun dalam bentuk excel ataupun word sehingga belum bersifat terintegrasi, masih tersimpan di satu divisi. - File-file nilai siswa, hasil akreditasi, dll.
Dikarenakan pada SMAN 3 Tangsel sudah memiliki sertifikasi manajemen ISO 9001:2008 maka telah dibentuk satu bagian khusus untuk menyimpan dokumendokumen, yaitu pada bagian Bangdik (pengembangan pendidikan) sehingga sudah tersimpan rapih dan teratur, sementara untuk SMAN 1 Tangsel masih tersimpan di bagian kurikulum sehingga masih dalam penggunaannya belum terdokumentasi secara khusus.
4.1.4 Analisa SWOT Analisa SWOT digunakan untuk mengidentifikasi analisa internal (kekuatan-kelemahan) dan analisa eksternal (peluang- ancaman) di dalam sekolah. Selanjutnya dibuat sebuah matrik TOWS, suatu strategi pencocokan antara analisa internal dan eksternal yang akan dapat membantu pihak sekolah dalam mengembangkan empat tipe strategi, yaitu: strategi SO, strategi WO, strategi ST, dan strategi WT. A. SMAN 3 Tangsel (RSBI) Dalam menentukan analisa SWOT pada SMAN 3 Tangsel, digambarkan pada tabel 4.1:
ANALISA LINGKUNGAN EKSTERNAL
ANALISA LINGKUNGAN INTERNAL
-
-
-
Tabel 4.1 SWOT SMAN 3 Tangsel Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weaknesses) Adanya Sertifikasi manajemen - Kurang berfungsinya ICT ISO 9001:2008 sebagai media berbagi Sudah menggunakan kelas pengetahuan. bilingual pada semua kelas dan - Penggunaan web yang belum tingkat, sehingga tenaga optimal, masih menyajikan pendidik diberikan pelatihan informasi akademik saja. bahasa inggris itensif - Tingkat kemampuan bahasa perminggunya. asing guru/staf yang belum Memiliki kurikulum adapsi dan optimal seluruhnya. adopsi dengan pihak luar atau - Kurangnya pengalaman dan negara maju. adanya perbedaan budaya antar Mempunyai jaminan pelayanan divisi. yang baik dan berkembang. - Penyimpanan dokumen masih Sudah memiliki bidang manual, belum secara digital. pengembangan pendidikan dan ICT.
Peluang (Oppurtunittes) - Banyaknya minat siswa/orang tua siswa dengan kelas Bilingual - Adanya peluang kerjasama dengan negara maju sebagai sister school. - Berkembangnya teknologi informasi di Indonesia untuk dunia pendidikan.
-
Acaman (Threaths) Semakin banyaknya biaya yang dibutuhkan sebagai RSBI. Perubahan teknologi yang cepat dan terus berkembang. Adanya peraturan pemerintah yang berubah dan berkembang. Kebutuhan pendidikan yang terus meningkat
Berdasarkan Tabel 4.1, maka dihasilkan hasil matriks TOWS untuk SMAN 3 tangsel sebagai berikut: 1. Strategi SO (Strengths-Oppurtunitties) - Memberikan solusi alternatif untuk memenuhi kebutuhan siswa/orang tua siswa dalam kelas bilingual.
- Memberikan pelatihan yang itensif mengenai ISO 9001:2008 agar kualitas tenaga kerjanya tetap tinggi dan professional baik secara individu atau kelompok. - Menjaga dan meningkatkan reputasi sekolah dengan menjaga pelayanan yang maksimal. 2. Strategi WO (Weaknesses- Oppurtunitties). - Memberikan solusi alternative (kerjasama dengan lembaga bahasa asing) untuk memaksimalkan kemampuan bahasa asing para guru/staf. - Menggunakan teknologi sebagai alternatif integrasi sistem informasi. - Meningkatkan fasilitas teknologi yang sudah ada untuk mendukung kinerja guru/staf di sekolah. 3. Strategi ST (Strengths-Threaths) - Memberikan pelayanan yang terbaik untuk mengantisipasi kondisi pembiayaan yang lebih besar dari sekolah setingkat lainnya. - Meningkatkan kualitas sumber daya manusia baik secara individu atau kelompok. - Melakukan pengembangan pendidikan sebagai solusi dalam menghadapi kebutuhan pendidikan yang semakin berkembang. 4. Strategi WT (Weaknesses-Threaths). - Memberikan pelayanan yang terbaik kepada orang tua siswa maupun siswa. - Memaksimalkan fungsi divisi ICT yang sudah ada.
- Membentuk tim/kelompok yang berasal dari berbeda divisi atau mata pelajaran untuk saling berbagi pengalaman dan budaya. - Mengoptimalkan peran web sebagai media transfer/sharing knowledge .
B. SMAN 1 Tangsel (SSN) Dalam menentukan analisa SWOT pada SMAN 1 Tangsel, digambarkan
ANALISA LINGKUNGAN EKSTERNAL
ANALISA LINGKUNGAN INTERNAL
pada tabel 4.2: Tabel 4.2 SWOT SMAN 1 Tangsel Kekuatan (Strength) Kelemahan - Menggunakan SMS Gateway - Belum tersedianya bidang untuk penyebaran informasi khusus untuk ICT. akademik yang dikelola tata - Kurangnya pengalaman dan usaha adanya perbedaan budaya antar - Menggunakan sistem barcode divisi. pada pembayaran siswa - Tingkat kemampuan bahasa - Sudah membuka satu kelas asing guru/staf yang optimal. bilingual. - Belum adanya - Menjadi sekolah contoh bagi pendokumentasian yang baik sekolah lainnya. pada explicit knowledge . - Sistem informasi masih belum terintegrasi (masih manual).
Peluang - Memiliki kerjasama dengan lembaga bahasa asing. - Berkembangnya tehnologi informasi di Indonesia. - Menjadi salah satu sekolah unggulan di Tangsel
Ancaman - Banyaknya minat siswa/orang tua dengan kelas Bilingual - Perubahan teknologi yang cepat dan terus berkembang. - Adanya peraturan pemerintah yang berubah dan berkembang. - Kebutuhan pendidikan yang terus meningkat
Berdasarkan Tabel 4.2 maka dihasilkan hasil matriks TOWS untuk SMAN 1 tangsel sebagai berikut:
1. Strategi SO (Strengths-Oppurtinitties) - Menjalin kerjasama dengan lembaga bahasa asing agar meningkatkan kemampuan bahasa guru/staf. - Penggunaan SMS gateway memberikan solusi alternatif dalam memudahkan pemberian informasi akademik diantara guru/staf. - Penggunaan sistem barcode pada pembayaran siswa juga membantu bagian tata usaha dalam mengetahui siswa yang belum melakukan pembayaran ataupun telat membayar. - Membuka kelas bilingual, sebagai salah satu solusi untuk mengatasi minatnya siswa terhadap kelas bilingual. 2. Strategi WO (Weaknesses- Oppurtinitties) - Menyediakan bidang khusus dalam bagian ICT dalam memenuhi perkembangan teknologi yang dibutuhkan. - Meningkatkan
pelayanan
sekolah
agar
dapat
mendukung
dan
meningkatkan kualitas sekolah menjadi lebih baik. - Menyediakan sarana/tempat khusus untuk mendukung sumber informasi atau penambahan dan berbagi pengetahuan antar guru. - Meningkatkan kemampuan individu untuk menjaga kualitas pelayanan sekolah. 3. Strategi ST (Strengths-Threaths) - Membuka kelas bilingual sebagai solusi alternatif untuk memenuhi tingginya permintaan terhadap kelas bilingual.
- Mendokumentasikan dokumen-dokumen dalam mendukung perbaikan dalam penyimpanan file-file yang masih manual agar lebih mudah dalam menemukan informasi secara cepat dan tepat. - Melakukan pengembangan pendidikan sebagai solusi alternatif dalam menyeimbangkan perkembangan pendidikan yang terus berkembang. 4. Strategi WT (Weaknesses-Threaths). - Menyediakan sarana informasi berupa web agar dapat memaksimalkan pelayanan informasi yang dibutuhkan sekolah. - Membentuk tim/kelompok yang berasal dari berbeda divisi atau mata pelajaran untuk saling berbagi pengalaman dan budaya kerja. - Mengintegrasikan divisi yang ada dengan teknologi untuk mendukung pelayanan sekolah yang lebih optimal.
4.1.5 Analisa K-Gap Analisa K-GAP digunakan untuk memperoleh hasil persentase yang menunjukkan tingkat kepentingan dan penguasaan individu tenaga pendidik dalam melakukan proses akuisisi dan berbagi pengetahuan di lingkungan sekolah. Hasil K-gap ini merupakan hasil dari kuesioner yang dibagikan kepada tenaga pendidik pada SMAN 3 Tangsel dan SMAN 1 Tangsel. Dengan daftar hasil K-gap (terlampir) yang ada kemudian di tentukan knowledge wajib yang perlu dan harus dimiliki oleh tenaga pendidik dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Selain itu, hal yang menjadi knowledge pilihan merupakan knowledge pelengkap yang dapat membantu dalam
melaksanakan tugas-tugas. Dalam mengembangkan knowledge management, kemampuan pada knowledge wajib harus ditingkatkan dan menjadi knowledge yang harus selalu ada dan dimiliki oleh karyawan di dalam sekolah. Berikut hasilnya: a.
SMAN 3 Tangsel Tabel 4.3 K-Gap SMAN 3 Tangsel Tingkat Tingkat Penguasaan Kepentingan Penting 70% 62% Cukup Penting 26% 34% Belum Penting 4% 3% Total 100%
Berdasarkan Tabel 4.3, didapatkan nilai persentase dari analisa tingkat kepentingan 70 persen yang setuju akan pentingnya pengelolaan pengetahuan yang baik, selebihnya, 26 persen guru/staf yang mengatakan cukup penting dan 4 persen yang mengatakan belum penting. Namun jika dibandingkan dengan tingkat penguasaan individu dalam melakukan akuisisi dan berbagi pengetahuan, terdapat 62 persen guru/staf yang menjawab sudah menguasai, selebihnya, 34 persen guru/staf melakukan akuisisi dan berbagi pengetahuan dengan cara yang biasa dilakukan, yaitu melakukan pendokumentasian dan berbagi jika memang dirasakan perlu. b.
SMAN 1 Tangsel Tabel 4.4 K-Gap SMAN 1 Tangsel Tingkat Kepentingan Tingkat Penguasaan Penting 89% 73% Cukup Penting 10% 20% Belum Penting 1% 7% Total 100%
Berdasarkan Tabel 4.4, di peroleh hasil persentase dari analisa tingkat kepentingan 89 persen yang setuju akan pentingnya pengelolaan pengetahuan yang baik, selebihnya, 10 persen guru/staf yang mengatakan cukup penting dan 1 persen yang mengatakan belum penting. Namun jika dibandingkan dengan tingkat penguasaan individu dalam melakukan akuisisi dan berbagi pengetahuan, terdapat 73 persen guru/staf yang menjawab sudah menguasai, selebihnya, 20 persen guru/staf melakukan akuisisi dan berbagi pengetahuan dengan cara yang biasa dilakukan, yaitu melakukan pendokumentasian dan berbagi jika memang dirasakan perlu. Sehingga berdasarkan tabel 4.3 dan tabel 4.4 yang diperoleh dari hasil KNeed (terlampir) hal yang menjadi knowledge wajib pada SMAN 3 Tangsel adalah guru telah memahami akan pentingnya melakukan pengembangan pendidikan, sedangkan pada SMAN 1 Tangsel adalah guru telah memahami akan pentingnya melakukan pengembangan pendidikan dan sudah memahami dalam melaksanakan visi dan misi sekolah. Kemudian yang menjadi knowledge plihan pada SMAN 3 Tangsel adalah masih belum dilakukannya laporan berkala kegiatan akuisisi dan pemahaman akan standar pendidik dan tenaga kerja yang masih kurang. Sedangkan pada SMAN 1 Tangsel adalah guru masih belum menguasai penggunaan komputer sebagai media komputerisasi yakni dalam hal internet. Berdasarkan hal tersebut, pemahaman akan melakukan pengembangan pendidikan yang sejalan dengan undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional perlu dipertahankan, agar setiap sekolah dapat
memberikan pelayanan yang terbaik dan lulusan yang memiliki kemampuan kompetensi yang setara dengan dunia global.
4.2
Mengekspresikan Situasi Permasalahan Mengekpresikan situasi permasalahan yang terjadi pada SMAN 3 Tangsel
(RSBI) dan SMAN 1 Tangsel (SSN) di gambarkan dengan analisa kultural (Rich Picture), analisa ini didapatkan berdasarkan situasi riil yang terjadi di dalam lingkungan internal masing-masing sekolah. Berikut merupakan rich picture dari SMAN 3 Tangsel dan SMAN 1 Tangsel:
a.
SMAN 3Tangsel (RSBI) Menggambarkan alur informasi akuisisi yang saling terintegrasi antara satu
knowledge dengan knowledge lainnya di dalam SMAN 3 Tangsel. Sesuai dengan proses bisnis yang berlangsung saat ini di sekolah. Gambar 4.1 menjelaskan proses akuisisi guru/tenaga pendidik diperoleh dari pelatihan yang diberikan oleh sekolah. Tenaga pendidik yang tidak mengikuti langsung bisa mendapatkan pengetahuan dari hasil desiminasi yang dilakukan oleh tenaga pendidik yang mengikuti
pelatihan,
selain
itu
laporan/notulensi
hasil
pelatihan
yang
didokumentasikan disimpan di dalam bangdik (pengembangan pendidikan) juga dilaporkan ke kepala sekolah. Tata usaha hanya memberikan informasi dan surat tugas mengenai pelatihan. Sedangkan untuk materi belajar tiap tenaga pendidik langsung berurusan dengan bagian kurikulum.
Materi Belajar
Kurikulum Surat Undangan
HUMAS Absensi Informasi & Jadwal Akademik
Guru
Informasi data guru
TATA USAHA
KEPSEK & Wakapsek
Surat Tugas
PELATIHAN
Laporan/Notulensi
Desiminasi
BANGDIK Guru/Staff
Gambar 4.1 Alur Akuisisi dan Berbagi Pengetahuan (SMAN 3 Tangsel)
b.
SMAN 1 Tangsel (SSN) Menggambarkan alur informasi akuisisi yang saling terintegrasi antara satu
knowledge dengan knowledge lainnya di dalam SMAN 1 Tangsel. Sesuai dengan proses bisnis yang berlangsung saat ini di sekolah. Gambar 4.2 menjelaskan proses akuisisi guru/tenaga pendidik diperoleh dari pelatihan yang diberikan oleh sekolah. Tenaga pendidik yang tidak mengikuti langsung bisa mendapatkan pengetahuan dari hasil desiminasi yang dilakukan oleh tenaga pendidik yang mengikuti pelatihan, selain itu laporan/notulensi hasil pelatihan langsung dilaporkan ke kepala sekolah, jarang untuk didokumentasikan.
Tata usaha hanya memberikan informasi dan surat tugas mengenai pelatihan. Sedangkan untuk materi belajar tiap tenaga pendidik langsung berurusan dengan bagian kurikulum.
Materi Belajar
Kurikulum Surat Undangan
HUMAS Absensi Informasi & Jadwal Akademik
Guru
Informasi data guru
TATA USAHA
KEPSEK & Wakapsek
Surat Tugas
PELATIHAN
Laporan/Notulensi
Desiminasi
Guru/Staff
Gambar 4.2 Alur Akuisisi dan Berbagi Pengetahuan (SMAN 1 Tangsel)
Berdasarakan alur informasi dari akuisisi tersebut di didapatkan analisa kultural (rich picture) pada seorang guru/tenaga pendidik untuk melakukan akuisisi dan berbagi
pengetahuan
di
sekolah
menengah
atas
belum
melakukan
pendokumentasian secara digital. Gambar 4.3 merupakan rich picture akuisisi dan berbagi pengetahuan yang berjalan di sekolah menengah atas yang bisa disimpulkan berdasarkan rich picture SMAN 3 dan SMAN 1 Tangsel.
y
Dinas Pendidikan Nasional
Monitor, Audit, Evaluate Dokumen
Monitor, Audit, Evaluate
Internal InternalSekolah Sekolah
Bagaimana merancang dan pelaksanaan kegiatan kesiswaan?
Bagaimana mengembangkan kurikulum sekolah
Kepala Sekolah dan wakasek
Guru/Staff y
y
Akuisisi Pengetahuan
Kurikulum Kesiswaan
Humas dan Tata Usaha
Bagaimana cara meningkatkan kompetensi guru/staff
Berbagi pengetahuan Lembaga eksternal Guru/staff lain
Desiminasi Hasil pelatihan
Berupal laporan tertulis y
Gambar 4.3 Rich Picture Akuisisi dan Berbagi Pengetahuan SMA
4.3
Menganalisa Root Definition Root
Definition
merupakan pemaparan permasalahan pada proses
tranformasi yang mengubah masukan menjadi sesuatu yang berbeda dengan CATWOE. Dalam penelitian ini proses transformasi hanya pada tenaga pendidik. Prosesnya yaitu melakukan akuisisi dan berbagi pengetahuan. CATWOE berperan dalam membantu siapa-siapa saja yang dapat melakukan permodelan knowledge management di sekolah.
CATWOE Customer (C)
Actors (A) Transformation Process (T) Wetanschaung (W) Owners (O) Environment Constrains (E)
Tabel 4.5 CATWOE SMAN 3 Tangsel SMAN 1 Tangsel Bagian ICT, Bangdik, Bagian Tata Usaha, Kurikulum dan manajemen Kurikulum. mutu Seluruh guru/staf di SMAN 3 Seluruh guru/staf di SMAN 1 Tangsel Tangsel Proses yang terjadi adalah mencari, menambah, menyimpan dan berbagi knowledge di sekolah, sehingga ketersediaan knowledge dapat digunakan untuk kepentingan bersama. Untuk mendukung penggunaan dan berbagi knowledge antar guru/staf di sekolah. Bagian Bangdik Bagian Kurikulum Kendala yang dapat menghambat dalam pelaksanaan akuisisi pengetahuan, yaitu keterbatasan waktu guru/staf dalam menambah knowledge , pergantian posisi, dan beban pekerjaan.
- Customer pada desain knowledge management merupakan divisi yang bertugas dalam mengakuisisi dan berbagi pengetahuan. Divisi yang mengelola aset pengetahuan. - Actor pada desain knowledge management merupakan individu yang melakukan proses akuisisi dan berbagi pengetahuan di sekolah. - Owners pada desain knowledge management merupakan divisi yang menyimpan file-file serta pendokumentasian dari hasil akuisisi guru/staf.
4.4
Membangun Model Konseptual Model konseptual merupakan suatu model usulan yang digunakan dalam
penelitian ini agar sekolah menengah atas (umumnya) bisa menjadi sebuah organisasi pembelajar (learning organization) dan dapat menerapkan sistem KM.
Dalam model konseptual ini di usulkan sebuah strategi knowledge management yang diselaraskan dengan pola zack, seperti gambar 4.4 berikut:
Apa yang dapat dilakukan sekolah Apa yang harus dilakukan sekolah Apa yang harus diketahui sekolah Strategi LEARNING ORGANIZATION Analisa Eksternal (Peluang dan Ancaman)
Strategi TOWS
Identifikasi Knowledge
Apa yang sudah diketahui sekolah
Shared Vision
Mental Model
Personal Mastery and Team Learning
System Thinking
Menentukan Knowledge goals
Menciptakan/ meningkatkan pengetahuan
Mengakuisisi dan berbagi pengetahuan
Menentukan kebutuhan sistem
H/W Analisa Internal (Kekuatan dan Kelemahan)
S/W Merencanakan Sistem Knowledge Management
N/W DB
Gambar 4.4 Model Konseptual Dalam pola zack, kesenjangan pengetahuan yang dimiliki sekolah bisa diketahui dengan melakukan pemetaan knowledge, misalkan untuk mengetahui apa yang harus dilakukan oleh sekolah untuk dapat menjadi organisasi pembelajar, sekolah harus mengetahui apa yang dapat dilakukan dan apa yang harus diketahui terlebih dahulu. Hal yang harus diketahui oleh sekolah adalah kondisi analisa eksternal (berupa peluang dan ancaman) untuk dapat meningkatkan kualitas kompetensi pada sumber daya manusianya, hal ini juga terkait pengetahuan apa saja yang telah dikuasai dan dimiliki, serta bagaimana sekolah sudah memahami kondisi
internal yaitu berupa kekuatan dan kelemahan sekolah untuk terus berupaya meningkatkan standar pendidikan. Untuk menjadi organisasi pembelajar, suatu institusi lembaga pendidikan (sekolah) juga harus memahami proses pembelajaran yang terjadi di dalam organisasi (lembaga) tersebut. Organisasi pembelajar didefinisikan sebagai proses di mana seseorang (SDM organisasi) memperoleh pengetahuan dan pemahaman baru yang dihasilkan melalui perubahan dalam perilaku dan tindakan. Hal tersebut berlangsung dalam aspek kognitif (intellectual), afeksi (emotional), dan psikomotorik (physical). Organisasi pembelajar juga didefinisikan sebagai organisasi yang terus menerus mengubah dirinya agar lebih baik dalam mengelola pengetahuan, memanfaatkan
teknologi,
memberdayakan
karyawan,
dan
memperluas
kemampuan untuk menciptakan yang sebelumnya tidak pernah seseorang ciptakan, yang pada akhirnya kemampuan tersebut diperluas lintas individu, kelompok, dan bahkan intra dan antar organisasi. Dengan demikian, komitmen dan kemampuan individu untuk belajar merupakan faktor yang esensial terutama bila diakibatkan dengan proses penciptaan dan berbagi pengetahuan. Proses penciptaan pengetahuan dan berbagi pengetahuan dalam organisasi pembelajar berlangsung melalui cara-cara di mana organisasi dan anggotanya bekerja mencapai visinya sehingga proses penciptaan dan berbagi pengetahuan yang tampak ke permukaan merupakan suatu hal yang bersifat alamiah. Artinya, penciptaan dan berbagi pengetahuan merupakan aktivitas yang sudah membudaya di dalam organisasi.
Gambar 2.3 merupakan suatu model sistem yang menjelaskan bahwa orang, organisasi, pengetahuan dan teknologi merupakan satu kesatuan yang saling terkait dan saling mendukung dalam menciptakan sebuah organisasi pembelajar. Jika proses pembelajaran dalam organisasi terjadi, maka akan terjadi perubahan persepsi, perilaku, kepercayaan, mentalitas, strategi, kebijakan, dan prosedur baik yang berkaitan dengan manusia maupun organisasi. untuk dapat mensinergikan subsistem di dalam organisasi pembelajar, ada lima disiplin pembelajaran yang bisa digunakan sebagai permodelan strategi knowledge management, yaitu: A. Disiplin Visi Bersama (Shared Vision) Disiplin visi bersama merupakan kemampuan seluruh anggota organisasi untuk menumbuhkan kesamaan pandangan tentang visi organisasi kemudian meningkatkan komitmen pada pencapaian visi organisasi. Fokusnya adalah menciptakan knowledge goals untuk mengupayakan peningkatan seluruh karyawan agar mau dan mampu menunjukkan usaha dan semangat untuk berkorban demi kepentingan bersama agar organisasi dapat berumur panjang. Knowledge goals, dibuat berdasarkan tujuannya mendukung strategi Management. Dimana di dalam knowledge goals, dukungan terhadap tujuan tersebut di bagi berdasarkan tiga bagian, yaitu: normative, strategic, serta operational. i.
Normative,
adalah
dukungan
knowledge
management
yang
berdampak pada perilaku management di dalam sekolah. Di mana dengan adanya perilaku yang mendukung terciptanya lingkungan
kerja yang optimal, maka sekolah akan dengan mudah bergerak untuk mencapai tujuannya. Hal ini mengacu pada visi umum sekolah atau kebijaksanaan sekolah serta semua aspek dari budaya sekolah. ii.
Strategic, adalah dukungan Knowledge Management yang berdampak pada pengembangan strategi sekolah. Seperti pada bentuk struktur organisasi sekolah, program yang ditujukan untuk merealisasikan visi, mendefinisikan pengetahuan inti dari organisasi dan membuat spesifikasi kemampuan yang diperlukan pada masa mendatang.
iii.
Operational,
adalah
dukungan
knowledge
management
yang
berdampak pada bentuk-bentuk kegiatan atau aktifitas kerja di dalam sekolah. Seperti bagaimana bentuk penyebaran informasi, bagaimana menyelesaikan suatu pekerjaan, dan setiap tindakan atau aktifitas operasional di dalam sekolah yang mencerminkan cara kerja karyawan di dalam mewujudkan strategi sekolah. Membantu untuk memastikan program strategis yang dilaksanakan dalam keseharian aktivitas organisasi di sekolah. Di fokuskan pada implementasi dari knowledge management. Mengubah normative dan strategic goal menjadi tujuan nyata.
B. Disiplin Model Mental (Mental Model) Model mental adalah suatu pemahaman yang mendalam tentang nilainilai yang dimiliki dan dijunjung tinggi oleh seluruh sumbar daya manusia di dalam sekolah. Mencakup nilai-nilai, kepercayaan, sikap, dan asumsi yang
membentuk cara pandang seseorang. Model mental disini adalah membentuk suatu budaya berbagi pengetahuan. Sehingga setiap individu bisa menambah wawasan yang dimiliki dan tanpa ragu untuk berbagi. Untuk dapat menciptakan model mental maka perlu dipertahankan knowledge wajib yang dimiliki organisasi. Selain itu knowledge yang menjadi pilihan juga harus ditingkatkan agar tercapainya tujuan dari dinas pendidikan nasional.
C. Dispilin Penguasaan Pribadi (Personal Mastery) Penguasaan pribadi adalah suatu disiplin yang secara konsisten memperluas dan memperdalam knowledge dan keahlian masing-masing, memfokuskan seluruh usaha untuk mempertajam visi pribadi dan akan membangun kemampuan untuk melihat kenyataan apa adanya, secara jujur dan terbuka. Dalam hal ini tacit yang dimiliki oleh tiap individu di akumulasi dari pengalaman-pengalaman yang dimiliki, untuk dijadikan sebuah aksi nyata yang bisa dijadikan konsep eksplisit. Sehingga pada SECI model merupakan bagaimana individu melakukan proses sosialisasi hingga eksternaliasasi.
D. Disiplin Pembelajaran Tim (Team Learning). Disiplin pembelajaran tim merupakan disiplin seluruh anggota untuk mampu dan mau berdialog dan bekerja sama secara sinergis. Belajar dalam tim penting karena yang menjadi unit belajar fundamental dalam suatu organisasi modern adalah tim, bukan individu. Apabila tim tidak dapat
belajar, organisasi juga tidak dapat belajar. Dengan membentuk suatu tim, memungkinkan
sekolah
mempunyai
kompetensi
yang
lebih
baik
dibandingkan sekolah lainnya yang sejenis. Dikarenakan dengan membentuk tim fungsional atau tim lintas fungsional dapat meningkatkan pengetahuan yang dimiliki individu dan dapat berbagi pengalaman dan budaya yang dimiliki. Sehingga dapat membentuk suatu budaya kerja yang baik dan optimal. Anggota tim akan dapat juga memperluas wawasannya. Dalam SECI model, merupakan bagaimana individu untuk dapat melakukan proses kombinasi sehingga dengan personal mastery yang telah dilakukan secara tidak langsung individu telah mampu untuk melakukan proses internalisasi di dalam sekolah.
E. Disiplin Berpikir Sistemik (System Thinking). Dengan melihat berkembangnya dunia pendidikan dan perkembangan teknologi, sekolah perlu mempertimbangkan strategi terbaik yang bisa dilakukan untuk mengikuti perkembangan tersebut. Misalnya dengan memiliki kerjasama dengan pihak eksternal sekolah untuk meningkatkan kemampuan kompetensi karyawannya serta meningkatkan proses akuisisi agar bisa sejalan dengan perkembangan serta memanfaatkan teknologi untuk mendukung kelancaran berbagi pengetahuan di sekolah. Keputusan untuk melakukan manajemen pengetahuan didasarkan atas siapa (orang), apa (pengetahuan) dan mengapa (tujuan bisnis). Sementara itu, bagaimana menyimpannya (teknologi) adalah aktivitas terakhir. Sehingga
dalam melakukan aktifitas manajemen pengetahuan, baik itu dalam hal akuisisi maupun berbagi pengetahuan bisa dipermudah oleh bantuan teknologi. Teknologi di sini berfungsi untuk memfasilitasi koneksi dan komunikasi yang berlangsung antar individu. Dengan teknologi pula individu bisa menghemat waktu dan jarak untuk bisa saling berbagi pengetahuan maupun mengakuisisinya. Namun dalam penggunaan teknologi pada konsep knowledge management harus dilihat lagi kebutuhan dan disesuaikan kembali dengan tujuan bisnis dari organisasi. Sehingga pada penelitian ini akan dihasilkan suatu pemetaan fitur sistem usulan dalam memanfaatkan teknologi dalam membantu melakukan proses akuisisi dan berbagi pengetahuan di sekolah.
4.5
Membandingkan Model Konseptual Dengan Situasi Riil Setelah mengidentifikasi situasi riil di SMAN 1 Tangsel dan SMAN 3
Tangsel dan melakukan analisa terhadap keduanya mengenai knowledge yang dimiliki, maka tahap selanjutnya dalam penelitian ini adalah membandingkan model konseptual sebelumnya dengan situasi riil yang terjadi di dalam kedua sekolah. Dengan menggunakan lima disiplin pembelajaran yang akan dibahas satu persatu mengenai strategi knowledge management yang diusulkan untuk dapat digunakan dalam mengatasi kesenjangan pengelolaan pengetahuan yang ada di SSN dan RSBI. Gambar 4.5 merupakan karakteristiknya:
Normative
Shared Vision
Strategi Learning organization
Strategic
Operational
Mental Model
Knowledge Wajib dan Pilihan
Strategi Benchmark
Personal Mastery
Team Learning
Akuisisi Pengetahuan
Berbagi Pengetahuan
System Thinking S/W
DB
H/W
Perencanaan Sistem Knowledge Management
N/W
BW
Gambar 4.5 Karakteristik Lima Disiplin Pembelajaran
4.5.1 Disiplin Visi bersama (Shared Vision) Agar dapat menumbuhkan kesamaan pandangan tentang visi organisasi kemudian juga dapat meningkatkan komitmen pada pencapaian visi organisasi perlu diciptakan suatu knowledge goals. knowledge goals diperlukan agar dapat mengatasi kesenjangan antara RSBI ataupun SSN dan bisa digunakan secara maksimal oleh sekolah untuk mewujudkan visi dari dinas pendidikan nasional,
yaitu “Mewujudkan sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia agar berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah” Pada knowledge goals, diperoleh dari hasil strategi TOWS kedua sekolah yang kemudian di adaptasi dari visi dan misi dinas pendidikan nasional, hasil dari adaptasi tersebut adalah berupa dukungan terhadap tujuan tersebut yang di bagi berdasarkan tiga bagian, yaitu: normative, strategic, serta operational. Ketiga hal tersebut dimaksudkan agar rencana strategi model knowledge management pada sekolah menengah atas sesuai dengan tujuannya. a.
Normative.
-
Menciptakan budaya self learning (melakukan proses pembelajaran secara independent) pada setiap guru di sekolah menengah atas, khususnya pada daerah Tangerang Selatan.
-
Menciptakan budaya berbagi pengetahuan antar sekolah menengah atas, khususnya pada daerah Tangerang Selatan.
-
Saling menjaga dan memelihara knowledge yang wajib bagi tiap sekolah agar tidak hilang walaupun individu didalamnya sudah tidak bekerja di sekolah tersebut atau pindah jabatan.
-
Menciptakan suatu keadaan di dalam sekolah di mana tiap tenaga pendidik/staf/siswa dapat dengan lebih mudah dalam menyampaikan aspirasi sehingga kreatifitas dapat ditingkatkan.
b.
Strategic
-
Membuat suatu sistem pendokumentasian yang baik agar dapat mengoptimalkan kinerja sekolah.
-
Mendayagunakan semua knowledge yang ada di setiap sekolah, untuk dapat menunjang visi dan misi dari dinas pendidikan.
-
Meningkatkan proses pembelajaran individu yang merata di sekolah Menengah Atas khususnya di kota Tangerang Selatan, agar dapat menambah nilai lebih yang dapat diberikan kepada sekolah dan siswa.
-
Melakukan inovasi dan improvement dalam pembelajaran agar memiliki nilai lebih pada setiap sekolah menengah atas khususnya di Tangerang Selatan.
c.
Operational.
-
Meningkatkan pengetahuan dan keahlian dari setiap sumber daya manusia yang terdapat di dalam sekolah dengan mendistribusikan dan desiminasi hasil pelatihan dan knowledge yang ada secara merata.
-
Meningkatkan kualitas dari hasil kerja yang diberikan setiap tenaga pendidik/staf secara berkelanjutan.
-
Mengurangi pengulangan kesalahan yang mungkin terjadi di dalam sekolah serta membantu sekolah dalam memberikan solusi yang tepat berdasarkan pendokumentasian knowledge yang baik di dalam sekolah.
-
Mendukung kinerja sekolah dengan terlaksananya sistem terintegrasi dengan komputer.
4.5.2 Disiplin Model Mental (Mental Model) Setiap individu juga harus memahami pengetahuan apa saja yang wajib dan menjadi pilihan, agar dapat membentuk suatu budaya berbagi pengetahuan dan menambah wawasan yang dimiliki tanpa ragu untuk berbagi. Agar penciptaan model mental berjalan dengan baik, selain mengetahui knowledge yang wajib dimiliki juga harus mengetahui srtategi yang dapat digunakan di dalam sekolah agar bisa seimbang dengan perkembangan dunia pendidikan.
4.5.2.1 Knowledge Wajib dan Pilihan Setelah mendapatkan identifikasi dari setiap knowledge yang ada di sekolah, kemudian dilakukan proses penilaian kesenjangan pengetahuan (K-GAP) pada sekolah (SMAN 1 Tangsel dan SMAN 3 Tangsel). Hal ini diperlukan untuk mengetahui keadaan knowledge yang dibutuhkan dan knowledge yang tersedia. Jika terjadi kesenjangan knowledge, maka suatu organisasi harus dapat melakukan sesuatu untuk menghilangkan kesenjangan tersebut. Sehingga dengan mengetahui keadaan knowledge tersebut, diharapkan tidak akan ada lagi kesenjangan knowledge baik itu di sekolah berstandar nasional ataupun sekolah dengan rintisan bertaraf internasional. Setelah didapatkan hasil nilai kesenjangan tiap knowledge yang dibutuhkan berdasarkan analisa Knowledge gap, maka didapatkan knowledge yang wajib,
yaitu knowledge yang perlu dan harus dimiliki oleh tenaga pendidik di sekolah menengah atas untuk melaksanakan tugasnya secara efektif dan efisien. Sedangkan knowledge pilihan adalah knowledge yang jika ditingkatkan penggunaannya dapat membantu dalam pelaksanaan tugas tenaga pendidik dan peningkatan kualitas sekolah. Tabel 4.6 dan Tabel 4.7 merupakan hasil analisa dari identifikasi knowledge:
No. 1.
2.
3.
Tabel 4.6 Knowledge
Knowledge dengan K-Gap Tertinggi Definisi Kemampuan untuk mengetahui dan memahami Pengembangan pengembangan pendidikan di sekolah berdasarkan pendidikan di sekolah perubahan kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah Pelaksanaan Visi dan Kemampuan untuk mengetahui dan melaksanakan Misi sekolah visi dan misi yang ingin di capai oleh sekolah. Kemampuan untuk menggunakan komputer Teknologi sebagai media bantu dalam mengajar, Komputerisasi menginputkan nilai siswa serta mengakuisisi bahan ajar dari berbagai sumber di internet.
Tabel 4.7 Knowledge
Knowledge Pilihan No. Definisi Kemampuan untuk menyampaikan 1. Desiminasi pelatihan pengetahuan yang baru dimiliki kepada rekan kerja. Penguasaan akan kabar terbaru perkembangan 2. Perkembangan sekolah yang terjadi di dalam sekolah. Kemampuan untuk bekerja sama dengan 3. Tim Lintas Fungsional berbeda bidang kerja/fungsional dalam suatu pekerjaan. Kemampuan untuk mendokumentasikan Pendokumentasian pengetahuan yang dimiliki, baik dari hasil 4. Pengetahuan pelatihan, pemikiran sendiri atau dari sumber pengetahuan lainnya. Penguasaan untuk menyimpan segala Penyimpanan/dokumentasi 5. dokumentasi pengetahuan yang dimiliki dalam dalam digital bentuk digital. Penguasaan individual dalam kemampuan 6. Berbagi Pengetahuan berbagi pengetahuan yang dimilikinya.
7.
Kurikulum Adopsi dan adaptasi negara maju
8.
Teknologi Internet
10.
Standar Pendidik dan tenaga kerja
Kurikulum yang didapatkan dari negara maju untuk diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Kemampuan dan penguasaan individu dalam menggunakan internet. Penguasaan individu akan peraturan yang ditetapkan pemerintah dinas pendidikan.
Apabila knowledge pilihan dapat ditingkatkan dan menjadi knowledge wajib, maka knowledge
tersebut secara otomatis akan menjadi aset sekolah dalam
membantu perkembangan pendidikan sesuai yang diharapkan oleh pemerintah dinas pendidikan di dalam visi dan misinya. Untuk mengatasi kesenjangan yang ada maka sekolah membutuhkan penerapan knowledge goals.
4.5.2.2 Strategi Benchmark Berdasarkan hasil identifikasi analisa internal dan eksternal sekolah (SWOT) serta hasil strategi pencocokan antara keduanya (Matrik TOWS) kemudian diselaraskan dengan poin keempat reformasi pendidikan nasional yang di atur dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang merupakan dasar hukum dalam penyelenggaraan dan reformasi sistem pendidikan nasional, yaitu memerlukan suatu acuan dasar (benchmark) oleh setiap penyelenggara dan satuan pendidikan, yang antara lain meliputi kriteria-kriteria minimal berbagai aspek yang terkait dengan penyelenggaraan pendidikan dan dijadikan pedoman untuk mewujudkan: 1.
Pendidikan yang berisi muatan yang seimbang dan holistic.
2.
Proses
pembelajaran
yang
demokratis,
mendorong kreatifitas dan dialogis.
mendidik,
memotivasi,
3.
Hasil pendidikan yang bermutu dan terukur.
4.
Berkembangnya profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan.
5.
Tersedianya sarana dan prasarana belajar yang memungkinkan berkembangnya potensi peserta didik secara optimal.
6.
Berkembangnya pengelolaan pendidikan yang memberdayakan satuan pendidikan.
7.
Terlaksananya evaluasi, akreditasi dan sertifikasi yang berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan secara berkelanjutan.
Dengan mempertimbangkan hasil tersebut, maka yang harus dilakukan sekolah dalam mencapai sasaran dari visi dan misi pendidikan nasional antara lain: 1.
Memanfaatkan secara maksimal seluruh sumber daya dan network yang dimiliki, baik di dalam maupun di luar sekolah, serta pengembangan SDM baik dari tenaga pendidik, staf sekolah maupun siswanya.
2.
Memiliki sistem informasi strategis yang terintegrasi dengan sekolah yang berada di satu daerah, wilayah, ataupun dalam kesatuan negara Indonesia, untuk mendukung kelancaran poin ketujuh dari poin ketiga reformasi pendidikan nasional, yaitu terlaksananya evaluasi, akreditasi dan sertifikasi yang berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan secara berkelanjutan.
3.
Selalu melakukan perbaikan (evaluasi), motivasi dan perencanaan baik jangka pendek, menengah atau jangka panjang dalam mengantisipasi perubahan peraturan dinas pendidikan serta melakukan inovasi yang berbeda dengan sekolah lainnya.
4.
Memiliki suatu sistem informasi sekolah yang bisa digunakan dalam menyimpan segala informasi, pengetahuan, maupun segala hal yang berhubungan dengan kegiatan proses bisnis di sekolah, sehingga lebih cepat, mudah dan tidak memakan waktu dalam pencarian kembali atau pengakuisisian kembali.
4.5.3 Disiplin
Penguasaan
Pribadi
(Personal
Mastery)
dan
Disiplin
Pembelajaran Tim (Team Learning) Dalam
menciptakan
kedua
disiplin
ini,
dapat
dilakukan
dengan
maengadaptasi proses SECI model, yaitu: Sosialisasi dan eksternalisasi bisa digunakan pada disiplin penguasaan pribadi. Sosialisasi merupakan sebuah proses perpindahan tacit individu ke dalam tacit individu lainnya. Hal ini bisa dilakukan dengan berinteraksi secara langsung antar individu. Sedangkan eksternalisasi merupakan proses mengubah tacit menjadi
explicit
knowledge,
artinya
pengetahuan
individu
yang
telah
ada/didapatkan di ubah, ditransformasikan atau diekspresikan dan diterjemahkan dalam bentuk konsep, hipotesis, diagram, model, atau prototype sehingga dapat dengan mudah di mengerti individu lainnya. Dengan adanya proses ini akan membuat pengetahuan menjadi tersedia untuk diakses oleh para individu lainnya sehingga dapat menjadi dasar untuk penciptaan pengetahuan yang baru. Dalam menciptakan disiplin penguasaan pribadi perlu dilakukan akuisisi pengetahuan. aktifitas akusisi pengetahuan merupakan aktifitas individu dalam
memperoleh pengetahuan bagi dirinya
sendiri. Dengan berlangsungnya proses akuisi pengetahuan pada individu maka akan tercipta pengetahuan-pengetahuan baru yang tersimpan atau tacit knowledge yang belum terdokumentasikan secara ekplisit. Dalam melakukan aktifitas akusisi pengetahuan bisa didapatkan dari mana saja. Baik dari pembelajaran mandiri, pelatihan, ataupun mengikuti dalam suatu forum diskusi. Organisasi juga mendapatkan bagian yang penting dari pengetahuan mereka melalui sumber eksternal. Selain itu, dengan membeli pengetahuan yang tidak bisa didapatkan sendiri juga bisa dilakukan, misalkan merekrut tenaga ahli/professional dari organisasi lain untuk membantu menambah kemampuan individu di dalam organisasi. Contoh dari proses sosialisasi dan eksternalisasi adalah sebagai berikut: Dalam melakukan sosialisasi, tiap individu tenaga pendidik di sekolah melakukan proses akuisisi pengetahuan terhadap tacit yang dimilikinya. Tacit knowledge tersebut bisa didapatkan dari individu lain di dalam pelatihan, forum diskusi, rapat dewan sekolah, pengamatan terhadap individu lain, kegiatan belajar mengajar, maupun yang lainnya misalkan dengan cara meniru, mencontoh atau menggunakan bahasa tubuh. Agar proses akuisisi bisa terus di lakukan, pengetahuan tacit yang dimiliki harus di transformasikan ke dalam bentuk ekplisit, misalkan seorang tenaga pendidik yang telah selesai melakukan studi banding membuat sebuah paper agar bisa menjadi nilai tambah keilmuan bagi individu lainnya yang tidak melakukan studi banding secara langsung, membuat sebuah slide persentasi agar dapat
membantu dalam menjelaskan teori yang diajarkan, atau membuat suatu bentuk lainnya agar individu lain dapat mengerti tacit knowledge yang disampaikan. Secara umum, cara yang dapat ditempuh oleh sekolah dalam melakukan akuisisi pengetahuan yaitu bisa bersumber dari luar sekolah dan bisa juga berasal dari dalam sekolah. Beberapa cara yang dapat dilakukan sekolah untuk dapat memperoleh informasi dan pengetahuan dari luar, antara lain: 1. Benchmarking dari organisasi lain. 2. Menghadiri kegiatan-kegiatan konferensi. 3. Menyewa konsultan. 4. Membaca berbagai materi hasil cetakan, misalnya surat kabar, surat elektronik (email) dan berbagai terbitan jurnal. 5. Menonton televisi, video dan film. 6. Pengamatan terhadap berbagai kecenderungan persoalan ekonomi, sosial dan teknologi. 7. Mengumpulkan data dari para siswa maupun orang tua siswa, pesaing dan sumber-sumber lainnya untuk perkembangan pendidikan. 8. Menyewa staf baru yang memiliki kualifikasi pengetahuan dan keterampilan tertentu. 9. Berkolaborasi dengan sekolah lain, membangun aliansi dan berbagai bentuk kerja sama lainnya.
Sedangkan cara yang bisa ditempuh untuk mengakuisisi pengetahuan yang bersumber dari dalam sekolah antara lain:
1.
Menyerap pengetahuan yang berasal dari individu yang berbeda divisi.
2.
Belajar dari pengalaman, baik dari individu maupun dari lingkungan sekolah.
3.
Menerapkan proses perubahan yang terus menerus. Misalkan bekerja secara tim yang berbeda divisi/bagian serta memanfaatkan teknologi. Konsep manajemen pengetahuan juga merupakan suatu strategi bagi
organisasi untuk menciptakan suatu lingkungan yang mampu mengarahkan seluruh
anggota organisasi
untuk
terdorong
menciptakan dan
berbagi
pengetahuan. Tujuan mendasar manajemen pengetahuan adalah mendorong terciptanya pengetahuan sehingga pengetahuan tersebut memberi kemampuan kepada organisasi untuk senantiasa memiliki daya saing. Pengetahuan, pengalaman, dan kreativitas karyawan hanya akan terbentuk apabila karyawan diberi kesempatan untuk melakukan pembelajaran (learning). Pembelajaran dalam konteks manajemen pengetahuan sangat berperan terutama dalam proses penciptaan pengetahuan (knowledge creation). Pengetahuan yang tercipta selanjutnya dapat dibagi (share) dan di transfer baik antar individu, kelompok maupun ke seluruh organisasi. Organisasi yang menerapkan manajemen pengetahuan akan senantiasa mendorong pembelajaran supaya berlangsung dengan efektif karena organisasi yang belajar akan senantiasa memiliki kesiapan menghadapi perubahan, terutama dalam menghadapi kondisi persaingan yang tidak dapat diprediksi sebelumnya. Dalam melakukan proses berbagi pengetahuan, pada SECI model, proses combination dan internalization merupakan langkah yang tepat. Pada proses
combination, proses yang terjadi adalah pertukaran antara explicit knowledge dengan explicit knowledge individu. Sehingga pengetahuan bisa berkembang menjadi lebih kompleks lagi, karena setelah individu memiliki personal mastery yang baik maka akan lebih memudahkan pertukaran serta berbagi pengetahuan di dalam organisasi. Dalam proses combination didapatkan hasil yaitu mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan eksplisit serta pengalihan dan penyebaran pengetahuan eksplisit. Pembagian dan pendistribusian pengetahuan di dalam organsiasi merupakan prekondisi yang penting untuk mengubah informasi atau pengetahuan tacit menjadi pengetahuan yang bisa digunakan kembali oleh individu yang memerlukan. Sedangkan proses internalization merupakan proses konversi pengetahuan dari explicit knowledge menjadi tacit knowledge kembali. Artinya ketika proses berbagi pengetahuan menjadi sesuatu yang disadari dan menjadi kebutuhan yang penting bagi tiap individu tenaga pendidik di dalam sekolah maka secara otomatis akan terciptanya mekanisme learning by doing, yakni suatu mekanisme berbagi pengetahuan yang dapat diterjemahkan melalui interaksi secara langsung terhadap individu lain. Sehingga proses pengelolaan pengetahuan di dalam sekolah secara langsung dapat terus dilakukan, jika disiplin penguasaan pribadi dan disiplin pembelajaran tim dapat dilakukan secara bersama dan berkelanjutan. Selain itu, penyimpanan pengetahuan dalam bentuk digital juga perlu dilakukan, karena selain dapat memudahkan dalam pencarian kembali, penyimpanan secara digital juga
meminimkan tempat penyimpanan dan dapat dikelola dan di maintenance secara berkala. Sehingga segala pengetahuan yang diperoleh dari setiap sumber daya manusia di dlam sekolah, khususnya pengetahuan dari tenaga pendidik bisa dijadikan asset sekolah yang dapat digunakan kembali sewaktu-waktu. Secara ringkas rich picture usulan pada dua disiplin pembelajaran ini adalah sebagai berikut:
Mengikuti Tacit Knowledge Life Skills Individu Pengetahuan di ubah atau ditransformasikan
Proses Kombinasi Pengetahuan
Di simpan
Explicit Knowledge
Database
Desiminasi Internalisasi Tim
Individu
Gambar 4.6 Rich Picture Usulan SECI Model
Dalam pelaksaan di dalam sekolah, gambar 4.6 bisa digambarkan dengan rich picture sebagai berikut:
Input Informasi kurikulum
Akses materi tambahan/informasi kurikulum
Akses Informasi
ICT
Input data guru
Input Materi Belajar
Informasi data guru
Kurikulum
Surat Undangan
Absensi
HUMAS
Informasi & Jadwal Akademik
TATA USAHA
Akuisisi Pengetahuan
Guru
KEPSEK & Wakapsek
Surat Tugas
Berbagi Pengetahuan Laporan/Notulensi
Berbagi Pengetahuan
Desiminasi
PELATIHAN
Input dalam digital Menyimpan Ekplisit Knowledge
ICT
Guru/Staff
Gambar 4.7 Rich Picture Usulan Akuisisi dan Berbagi Pengetahuan SMA
4.5.4 Disiplin Berpikir Sistemik (System Thinking) Dengan perkembangan dunia teknologi dan peningkatan pendidikan di Indonesia, maka untuk mengimbangi hal tersebut, dalam permodelan desain knowledge management pada sekolah menengah atas juga memerlukan pertimbangan untuk menggunakan teknologi informasi dan bekerjasama dengan berbagai lembaga eksternal yang mendukung kedepannya.
Untuk meningkatkan kompetensi tiap tenaga pendidik bisa dengan menjalin kerjasama dengan berbagai pihak lembaga eksternal sekolah, seperti lembaga bahasa
yang
khusus
untuk
menambah
kemampuan
bahasa
asing,
mengikutsertakan pada pelatihan-pelatihan sumber daya manusia atau bidang keahlian khusus, ikut berpartisipasi dalam kegiatan seminar-seminar publik, diskusi dengan MGMP (Musyawarah Guru mata pelajaran) se-daerah maupun skala wilayah dan nasional, serta terus melakukan akuisisi dan berbagi pengetahuan di dalam lingkungan sekolah. Agar pembangunan teknologi informasi sesuai dengan permasalahan diatas, pada penelitian ini juga diusulkan sebuah konsep perencanaan sistem informasi yang dapat
memudahkan dalam melakukan
pengimplementasian sistem
knowledge management pada sekolah menengah atas, khususnya di daerah Tangsel.
4.6
Mengusulkan Model Usulan Desain Knowledge Management System Tahap terakhir dalam penelitian ini adalah usulan model knowledge
management. Model yang diusulkan dalam penelitian ini hanya sebatas pada perancanagan model usulan saja, tidak sampai pada pengujian studi kelayakan. Berikut ini merupakan usulan model nya: 4.6.1 System definition Sebuah sistem informasi berbasis pengetahuan yang terkomputerisasi yang dapat digunakan untuk mendukung proses pengelolaan pengetahuan di dalam sekolah. Sehingga memudahkan tenaga pendidik khususnya dalam melakukan
akuisisi pengetahuan serta berbagi pengetahuan yang dimilikinya agar tidak ada kesenjangan pengetahuan antar individu di dalam sekolah. Dalam merancang sebuah teknologi informasi ada dua bagian penting, yaitu bagian antarmuka yang berfungsi sebagai sarana dialog antara manusia dengan komputer yang menjalankan program aplikasi nantinya, serta bagian kedua adalah aplikasi yang merupakan bagian yang berfungsi untuk menghasilkan informasi berdasarkan olahan data menggunakan suatu algoritma tertentu. Implementasi antara bagian antarmuka dan bagian aplikasi dapat dikerjakan secara pararel. Bagian antarmuka lebih banyak berurusan dengan penyajian informasi yang semudah dan semenarik mungkin agar user bisa memperoleh pengetahuan dengan mudah dan cepat, sedangkan pada bagian aplikasi akan mengimplementasikan sesuatu atau beberapa algoritma yang saling berhubungan untuk menyelesaikan suatu persoalan dalam menyajikan data-data.
4.6.2 Software Keberadaan perangkat lunak (software) selalu menyertai perangkat keras (hardware). Secara fungsinya, perangkat lunak dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: a.
Sistem software: Sistem software berfungsi untuk mengatur bagaimana cara menggunakan
peralatan. Dikarenakan di Indonesia lebih terbiasa menggunakan operating system (OS) berupa windows, maka OS windows 7 dengan Microsoft office 2007 dapat digunakan sebagai alternatif dalam manjadikan system software dari knowledge management system nantinya.
b.
Bahasa pemograman. Dalam merancang sistem knowledge management nantinya, dapat
menggunakan bahasa PHP dengan database MySql, dikarenakan bahasa PHP lebih sering digunakan dalam implementasi sistem yang terkoneksi dengan jaringan internet. c.
Application Software Beberapa dari application software yang dapat digunakan sekolah dalam
menunjang dan melakukan proses pengelolaan data maupun pengetahuan dalam melakukan akuisisi terhadap karyawan, tenaga pengajar maupun siswa saat ini sudah banyak sekali, contoh dari aplikasi-aplikasi yang dapat membantu untuk menunjang dunia pendidikan, misalkan E-education, E-learning, E-library, Ebook, Web Page, dll. Salah satu contoh yang bisa digunakan sekolah dalam melakukan pengelolaan pengetahuan secara gratis adalah dengan memanfaatkan fitur yang disediakan oleh google. Fitur ini dinamakan sebagai google docs, tampilannya berbasiskan web dan bisa berkolaborasi dengan Ms. Office. Dengan google docs, dokumen tersimpan di situs, sehingga bisa diakses di mana pun dan kapanpun, asalkan terhubung dengan internet dan mengaktifkan situs google. Kelebihan lainnya, dokumen, spreadsheet atau presentation yang disimpan bisa mengizinkan orang lain untuk melihat, mengakses atau menyunting secara langsung bersamaan pada saat yang sama (real time). Namun jika tidak diizinkan, google akan menyimpan dokumen dalam servernya secara aman. Informasi apapun yang ada di dalamnya tidak dapat diakses oleh mesin pencari
dengan keyword apapun. Kecuali salah satu rekan yang telah kita izinkan untuk dapat mengakses dokumen kemudian memuat alamat situsnya di situs umum. Untuk dapat menggunakan fitur ini diharuskan memiliki akun google. Namun kekurangan nya fitur ini harus memanfaatkan koneksi internet. Dengan memanfaatkan google docs, tiap individu bukan hanya dapat menulis, membagi atau men-download dokumen yang dibagikan tapi juga dapat merevisi dokumen yang dibagikan atau melihat “siapa yang menrevisi” dan “kapan di revisi”. Selain itu, dokumen juga bisa dipublikasikan secara langsung ke web atau blog dengan menggunakan menu “publish” dan dokumen sudah tersebar ke dunia maya (internet). Pengerjaan secara real time, artinya perubahan yang dilakukan bisa langsung terlihat dalam berbagaiu versi tergantung dari orang/user yang tengah meninjaunya. Sehingga jika perlu mengerjakan sebuah file yang asli (belum di sunting) maka bisa kembali ke versi sebelumnya dengan menggunakan fitur revision history Google Docs. Untuk menggunakan google docs, computer yang digunakan harus terhubung ke internet dan memiliki peramban situs. Table xxx berisi daftar kombinasi system operasi dan peramban situs untuk menjalankan Google Docs. Table 4.8 Kombinasi Sistem Operasi-Perambaan situs untuk Google Docs (Sumber: Holzner & Holzner 2009) Sistem operasi Peramban Win XP atau Vista Chrome Win NT, XP, atau Vista Internet Explorer 6 atau lebih tinggi Win NT, XP, atau Vista Firefox 2.0 atau lebih tinggi Linux Firefox 2.0 atau lebih tinggi Mac OSX 10 Safari 3 Mac OSX 10 Firefox 2.0 atau lebih tinggi
Namun, jika sekolah ingin mendapatkan pengelolan pengetahuan yang bisa digunakan tanpa bantuan internet, maka bisa membangun sistem knowledge management. Sistem ini bisa dibangun sesuai kebutuhan dari sekolah. Fitur-fitur yang diusulkan dalam membangun knowledge management system (KMS) pada penelitian ini diusulkan berdasarkan dari hasil analisa yang disesuaikan dengan lima disiplin pembelajaran. Berikut fitur yang diusulkan pada aplikasi kedepannya: 1. User Profile Fitur ini merupakan fitur utama yang dimiliki sistem manajemen pengetahuan pada sekolah menengah atas. fitur ini memuat hal-hal yang berhubungan dengan data riwayat hidup karyawan dan tenaga pendidik baik sebagai PNS atau Honorer/tidak tetap. User hanya bisa melihat profile dari user lainnya. Sedangkan admin dapat mengelola data di setiap akun user untuk keamanan privasi data user.
2. Search. Fitur ini merupakan fitur yang paling penting, karena dapat memudahkan user dalam mencari pengetahuan yang tersimpan di dalam database system bisa berdasarkan keyword yang dimasukkan oleh pengguna sistem atau user. Pada fitur ini, user dapat melakukan beberapa pencarian berdasarkan (keyword) beberapa hal berikut: - Pencarian knowledge yang berhubungan dengan topik/tema yang diinginkan.
- Pencarian terhadap dokumen-dokumen yang dapat dijadikan sebagai knowledge berdasarkan kategori tertentu, seperti laporan, knowledge dari hasil rapat, serta dokumen-dokumen lainnya. - Pencarian lainnya yang terdapat di dalam sistem, seperti informasi karyawan di sekolah, informasi tenaga pendidik, informasi sekolah, dll.
3. FAQ (Frequently Asked user). FAQ merupakan fitur yang menampilkan informasi mengenai jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang sering ditanyakan user terhadap sistem. Misalkan seperti: -
Bagaimana cara melakukan upload dokumen?
-
Bagaimana cara melakukan sharing knowledge antar user?
-
Apa yang harus dilakukan ketika ingin melakukan revisi terhadap dokumen-dokumen yang telah di upload sebelumnya?
4. Media Locker. Fitur ini digunakan sebagai tempat penyimpanan seluruh arsip baik dokumen, foto, rekaman suara, video maupun file lainnya, baik yang di upload oleh user maupun file yang di upload oleh admin sebagai knowledge secara digital. Pengaturan penyimpanan file harus seizin dari admin. Sehingga pengelolaan pengetahuan di dalam database sistem bisa di kategorikan dan memudahkan user lainnya jika ingin mendapatkan knowledge tersebut.
5. Discussion Board. Fitur discussion board merupakan sebuah fitur untuk melakukan diskusi antar user sehingga dapat berbagi informasi, pengetahuan maupun file secara multiuser. Selain itu dapat mendukung proses sharing and distribution knowledge. Agar dapat menggunakan secara optimal diusulkan beberapa fitur pendukung, seperti: - Adanya kemampuan bagi admin untuk membuat kategori diskusi dalam lingkup yang lebih luas. Dengan demikian, topik diskusi tidak saling bercampur dan membingungkan user dalam melakukan diskusi. - Memungkinkan user untuk membuat topik baru untuk memulai diskusi serta melakukan upload atau attach file. - Memberlakukan keamanan terhadap diskusi yang sedang didiskusikan, antara lain dengan cara melakukan otoritas terhadap hak dalam pengapusan dan perubahan posting.
6. Information Board. Fitur ini untuk mendukung informasi terbaru yang sedang terjadi baik di dalam sekolah maupun dunia pendidikan saat ini, baik dari perubahan-perubahan yang dilakukan dinas pendidikan, pemerintah, hingga perkembangan pendidikan yang ada di negara-negara maju. Information board juga menyediakan informasi mengenai perkembangan ilmu pengetahuan yang terintegrasi dengan modulmodul pembelajaran siswa di sekolah. Sehingga setiap tenaga pendidik khususnya dapat segera mengikuti perubahan-perubahan yang ada.
7. Study Map. Fitur ini digunakan khusus tenaga pendidik untuk mengetahui jadwal-jadwal terbaru dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, knowledge yang mendukung untuk digunakan sebagai bahan ajar, jurnal-jurnal yang membahas topik bidang keilmuan tertentu, serta persiapan dalam administrasi pendidik (persiapan mengajar, program semester, program tahunan, silabus, rencana pembelajaran dan model pembelajaran, bahan ajar, dll).
8. Messaging. Fitur ini memberikan kemudahan bagi user untuk dapat berkomunikasi melalui pesan singkat yang bisa ditujukan kepada inbox masing-masing user (karyawan, tenaga pendidik maupun terhadap user yang dituju secara langsung).
4.6.3 Database Database model usulan ini dapat digunakan sebagai acuan dalam membuat database sistem kedepannya. Database model ini dibuat berdasarkan pemetaan fitur dari aplikasi knowledge management system yang diusulkan, adapun datadata yang dibutuhkan antara lain: a. Data Karyawan: merupakan database yang mencakup data user yang menggunakan sistem.
Data karyawan juga
dibagi
menjadi tiga
bagian/status, yaitu: -
Data Bagian: merupakan data untuk mengidentifikasi user sebagai divisi/bagian yang menjelaskan tugas jabatan secara struktural di
dalam struktur organisasi sekolah, seperti: divisi/bagian kurikulum, divisi/bagian humas, divisi/bagian kesiswaan, divisi/bagian sarana & prasarana, dll. -
Data Status: merupakan data untuk mengidentifikasi status user di sekolah, seperti: karyawan tetap, honorer, Pegawai Negeri Sipil (PNS), atau yang lainnya.
-
Data Jabatan: merupakan data yang mengidentifikasi jabatan user secara struktural di sekolah, seperti: kepala sekolah, wakil kepala sekolah (wakasek), guru, karyawan, atau yang lainnya.
b. Data Pesan: merupakan database yang menyimpan data pesan antar user yang ada di dalam sistem. c. Data Knowledge: merupakan database yang menyimpan knowledge yang dimasukkan ke dalam sistem. Data knowledge terbagi menjadi dua database, yaitu: -
Data Syudy Map: database yang menyimpan knowledge berupa informasi yang dibutuhkan oleh tenaga pendidik, seperti jadwal kegiatan belajar mengajar, bahan pembelajaran, referensi keilmuan, dll.
-
Data Dokumen: database yang menyimpan knowledge umum yang dibutuhkan user. Knowledge bisa berupa dokumen, video, voice recorder, gambar, maupun hal lainnya.
d. Data Information: merupakan database yang menyimpan informasi mengenai dunia pendidikan, baik dari internal sekolah maupun eksternal sekolah. Informasi yang ada juga mencakup tabel FAQ. -
Tabel FAQ (frequently asked question): database yang menyimpan informasi mengenai pertanyaan-jawaban seputar penggunaan sistem.
e. Data diskusi: merupakan database yang menyimpan hasil kegiatan sharing yang dilakukan user di dalam sistem. Dengan
menggunakan
Database
Management
System
(DBMS)
memudahkan sekolah dalam mengorganisisr dan mengelola data dengan lebih baik serta untuk mengolah data-data yang disimpan di dalam sistem agar kedepannya memudahkan dalam melakukan pencarian dan pengakuisisian kembali terhadap pengetahuan yang ada dan dimiliki oleh tiap individu. Basis data merupakan kumpulan informasi yang terorganisasi dan disajikan untuk tujuan khusus. Basis data terkomputeriasasi dapat di-update, file bisa terorganisasi, dan informasi dapat dibaca, dicari dengan cepat, dan di-retrieve menggunakan komputer. DBMS menyediakan semua layanan dasar yang diperlukan untuk mengorganisir dan memelihara data, termasuk layanan berikut: -
Memindahkan data ke dan dari file-file data fisik jika dibutuhkan.
-
Mengelola akses data oleh berbagai pengguna secara bersamaan, mencakup ketentuan untuk mencegah peng-update-an secara bersamaan.
-
Mendukung bahasa query, yang mana suatu sistem perintah mempekerjakan pengguna basis data untuk mendapatkan data kembali dari basis data. Ketentuan untuk membackup basis data dan pemulihan dari kegagalan.
4.6.4 Hardware Berikut ini merupakan usulan hardware yang dapat digunakan dalam melakukan penerapan strategi KM kedepannya: a.
PC (Personal Computer). Setiap bidang/divisi di dalam organisasi sekolah baik yang berstatus SSN ataupun RSBI memiliki minimal 1 (satu) buah PC yang seluruhnya terkoneksi dalam sebuah jaringan local (LAN) dan setidaknya memiliki bandwitch internet up to 1Mbps, dan 1 (satu) Acces Point untuk memudahkan karyawan dalam mengakses internet.
b.
Modem Modem ditempatkan pada server untuk mengakses internet melalui dial-up connection. Modem ini merupakan eksternal US robotics dengan kecepatan 56,6 kbps.
c.
Server. Server diperlukan untuk digunakan oleh admin untuk menyimpan database dan mengelola datanya serta menjaga agar terhindar dari gangguan user yang akan berbuat kerusakan pada data. Sebaiknya server ditempatkan pada bidang ICT. Server nantinya akan terhubung internet dengan melalui modem ADSL menggunakan internet service provider (ISP), kemudian dari server tersebut terhubung ke komputer-komputer yang ada di dalam sekolah
dengan menggunakan switch LAN ataupun wireless dengan fiber optic. Penghubungan semua komputer terhadap server dimaksudkan agar akses sistem bisa lebih cepat. Selain itu agar admin bisa mengontrol database sistem sehingga data yang ada tidak terganggu dengan gangguan-gangguan sistem. d.
Printer. Sebuah komponen hardware tambahan yang minimalnya dimiliki 1 (satu) buah di sekolah. Berikut ini kebutuhan minimum dari spesifikasi sistem untuk mengembangkan sistem knowledge management kedepannya: Tabel 4.8 Spesifikasi Hardware Spesifikasi User Server Processor Intel Core 2 Duo Intel Core i3 Memory 2 GB 4 GB Harddisk 320 GB 2 TB Lan Card 100 Mbps 100 Mbps Modem 56 Kbps Monitor SVGA SVGA Keyboard 101 keys (PS 2) 101 keys (PS 2) Mouse Standard (PS 2) Standard (PS 2)
4.6.5 Networking Sebaiknya setiap PC yang ada di dalam sekolah terhubung oleh sebuah jaringan internet, dan dikelola oleh admin. Mode jaringan yang digunakan bisa menggunakan WLAN (Wireless Local area network) sebenarnya hampir sama dengan jaringan LAN, namun setiap node pada WLAN menggunakan wireless device untuk berhubungan dengan jaringan. Node pada WLAN menggunakan channel frekuensi yang sama dan SSID yang menunjukkan identitas dari wireless device.
Konfigurasi infrastruktur tepat digunakan di dalam sekolah, karena komunikasi yang terjadi antar masing-masing PC melalui sebuah access point pada WLAN atau LAN. Pada mode insfrastruktur acces point berfungsi untuk melayani
komunikasi
utama
pada
jaringan
wireless.
Acces
point
ini
mentransmisikan data pada PC dengan jangkauan pada suatu daerah. Penambahan dan pengaturan letak access point dapat memperluas jangkauan dari WLAN. Access point merupakan perangkat yang menjadi sentral koneksi dari pengguna ke ISP. Berfungsi mengkonversikan sinyal frekuensi radio (RF) menjadi sinyal digital yang akan disalurkan melalui kabel atau disalurkan ke perangkat WLAN yang lain dengan dikonversikan ulang menjadi sinyal frekuensi radio.Sedangkan Wireless LAN Interface merupakan peralatan yang dipasang di mobil/desktop PC, peralatan yang dikembangkan secara masal biasanya berbentuk PCMCIA (Personal Computer Memory Card International Association) card, PCI card maupun melalui port USB. Usulan CATWOE untuk desain model knowledge management pada sekolah menengah atas sebagai berikut: Tabel 4.10 CATWOE Customer (C) Actors (A) Transformation Process (T) Wetanschaung (W) Owners (O) Environment Constrains (E)
CATWOE Usulan Untuk SMA Sekolah Menengah Atas (SMA)
Bagian ICT Seluruh guru/staf di SMA Proses yang terjadi adalah mencari, menambah, menyimpan dan berbagi knowledge di sekolah, sehingga ketersediaan knowledge dapat digunakan untuk kepentingan bersama. Untuk mendukung penggunaan dan berbagi knowledge antar guru/staf di sekolah. Bagian Pengembangan Pendidikan Sekolah Kendala yang dapat menghambat dalam pelaksanaan akuisisi pengetahuan, yaitu keterbatasan waktu guru/staf dalam menambah knowledge , pergantian posisi, dan beban pekerjaan.
Berikut gambar jaringan untuk usulan diterapkan di sekolah:
Internet
Guru
Kurikulum/ kesiswaan Access Point
Kepala Sekolah Tata usaha
ICT
Wireless Router
server
Perpustakaan
Gambar 4.8 Usulan Jaringan pada Sekolah Menengah Atas 4.6.6 Brainware Agar sistem kedepannya dapat terkelola dengan baik, diperlukan pula orang yang ahli dalam mengelola sistem, berikut tenaga operasional yang diusulkan untuk dapat mengelola sistem knowledge management pada sekolah menengah atas: 1. Admin Sistem Agar sistem knowledge management pada sekolah menengah atas bisa terorganisir dengan baik dan data-data didalamnya maka harus dilakukan maintenance, seorang admin harus yang memahami akan perkembangan teknologi
informasi untuk dunia pendidikan. Mampu mempersiapkan rencana jangka panjang maupun rencana jangka pendek dan menyiapkan anggaran tahunan untuk keperluan pemeliharaan hardware, software, training skill, mainatenance, dll. Selain itu juga mampu untuk mempelajari dan menganalisis permasalahanpermasalahan yang timbul di dalam sekolah terkait dengan kebutuhan teknologi. Admin juga bertugas untuk mengoperasikan secara langsung sistem dan memasukkan data atau merekam data ke dalam komputer sesuai dengan fungsi yang ada. Agar tugas admin dalam mengoperasionalkan sistem dapat berfungsi dengan baik, sebaiknya setiap sekolah yang ingin menggunakan sistem knowledge management mempunyai bidang/bagian ICT khusus dalam organisasi sekolah. Dengan adanya bagian khusus ICT sistem dapat terpelihara dan terkelola dengan lebih baik. 2. User User di sini merupakan sumber daya manusia yang ada di dalam sekolah, baik berupa karyawan, staff akademik,tenaga pendidikan maupun siswa. Kualitas kemampuan sumber daya manusia berbeda dalam setiap sekolah. Hal ini bergantung pada struktur organisasi dan kebijakan pimpinan sekolah yang ada. Dikarenakan kemampuan sumber daya manusia dalam mendukung proses implementasi sistem merupakan salah satu komponen yang penting dalam rangka keberhasilan sistem knowledge management maka disarankan untuk pimpinan sekolah agar merancang suatu sistem pelatihan yang disesuaikan dengan kemampuan sumber daya manusia yang akan dilatih, baik menyangkut materi, waktu maupun metode pelatihan.
Dengan adanya pelatihan diharapkan para pengguna sistem kedepannya memiliki pengetahuan yang cukup, bukan hanya kemampuan dalam menjalankan sistem, akan tetapi juga diharapkan dapat mengatasi kendala-kendala yang mungkin akan terjadi. Program pelatihan dapat diberikan dalam dua pendekatan, yaitu: A. Class Room Training Pendekatan ini lebih ditekankan pada pengenalan atau gambaran dasar secara keseluruhan sistem yang akan di implementasikan. Dalam pelatihan ini biasanya digunakan contoh data yang sederhana, yang dapat diberikan secara teoritis ataupun praktek. Tujuan dari pelatihan ini adalah agar pengguna sistem (user) dapat memperoleh gambaran besar sistem yang akan diimplementasikan. B. On the Job Training Pelatihan ini bisa dilakukan setelah proses konversi sistem dilaksanakan. Dengan menggunakan data yang sebenarnya. Pelatihan bisa dilaksanakan di tempat di mana pusat sistem dioperasikan dalam bentuk kerja (ruang ICT). Materi dalam pelatihan ini berbeda dari satu penguna dengan pengguna lainnya, disesuaikan dengan tugas dan tanggung jawab pengguna sistem knowledge management serta mencangkup operasional aplikasi secara mendetail, beserta pemecahan masalah yang akan timbul. Tujuan dari pelatihan ini adalah agar pengguna sistem memperoleh keahlian yang diperlukan untuk menjalankan sistem dalam operasional sehari-hari.
BAB V KESIMPULAN dan SARAN
5.1
Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa dan desain model knowledge management yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Dengan strategi knowledge management yang diusulkan, memudahkan individu di dalam sekolah untuk melakukan akuisisi pengetahuan. 2. Pengelolaan pengetahuan secara digital membantu individu di dalam sekolah untuk melakukan pencarian dokumen kembali menjadi lebih cepat. 3. Dengan menggunakan strategi learning organization dapat menyetarakan kualitas
pelayanan
dalam
melakukan
peningkatan
pengelolaan
pengetahuan di tiap sekolah. 4. Standarisasi manajemen ISO 9001:2008 dapat membantu sekolah dalam melakukan pendokumentasian dokumen yang dimiliki secara manual menjadi lebih baik.
5.2
Saran Hasil dari analisa dan desain knowledge management ini akan bisa sesuai
dengan harapan dan mencapai tujuan dari visi dan misi pendidikan nasional apabila didukung oleh setiap komponen SDM yang ada di dalam sekolah. Berikut
adalah saran-saran yang bisa dilakukan untuk bisa mendapatkan hasil yang lebih maksimal: 1. Adanya arahan, kebijakan, maupun peraturan dari manajemen atas (kepala sekolah) untuk mulai menerapkan kebiasaan untuk berbagi knowledge dan melakukan akuisisi knowledge sesuai dengan strategi KM yang diusulkan. 2. Mengembangkan
strategi
knowledge
management
dengan
cara
kodifikasi, yaitu membangun knowledge management systems (KMS) sehingga dengan diimplementasikannya KMS akan lebih mempermudah dalam penyimpanan aset pengetahuan dan lebih cepat dalam mengakuisisi dan berbagi pengetahuan, karena sudah saling terintegrasi antara satu data dengan yang lainnya di dalam sistem. 3. Dinas pendidikan nasional membuat suatu sistem terintegrasi terhadap setiap sekolah di dalam satu daerah atau wilayah sehingga bisa saling berbagi pengetahuan dan informasi perkembangan pendidikan di masing-masing sekolah. 4. Setiap sekolah mengembangkan divisi khusus bagi pengembangan pendidikan dan ICT dalam melakukan pengelolaan pengetahuan sehingga mempermudah dalam melakukan akuisisi dan berbagi knowledge.
Ketua Komite Sekolah
Kepala Sekolah
Ka. Ur. Tata Laksana
Wakasek. Kurikulum
Wakasek. Kesiswaan
Staff. Kurikulum
Staff. Kesiswaan
Wakasek. Sarana/ Prasarana
Wakasek. Humas
Pembina Osis Kordinator BP/BK
Guru Keterangan: Garis Komando Garis Kordinasi
Peserta Didik
STRUKTUR ORGANISASI SMAN 1 TANGSEL
Ketua Komite Sekolah
Kepala Sekolah
Wakepsek. Manajemen Mutu
Kajur. Tata Usaha
Wakasek. Bid. Sarana & Prasarana
Wakasek. Kurikulum
Wakasek. Bid Kesiswaan
Ketua Program Pengembangan Pendidikan Kord. Lab IPA
Kord. Lab BHS
Wakasek. Humas
Ketua program Pengembangan ICT
Kord. Olympiade Kord. Perpustakaan
Kord. BP/BK
Pembina OSIS
Wali Kelas
Keterangan: Garis Komando Garis Kordinasi
Guru
STRUKTUR ORGANISASI SMAN 3 TANGSEL
Kord. Radio
HASIL WAWANCARA Dengan Bpk. Rohman, selaku wakasek humas pada SMAN 1 Tangsel 1. Apa status sekolah untuk SMAN 1 Tangsel, serta apa yang menjadi kelebihannya?
Sekolah saat ini masih berstatus SSN. Karena masih terhambatnya luas lahan yang tidak memungkinkan untuk ditambah terkait kondisi area lahan sekolah yang berada dekat pasar ciputat. Walaupun tidak diwajibkan untuk membuka kelas bilingual. Namun dikarenakan permintaan siswa dan orang tua siswa, sehingga di buka kelas bilingual hanya 1 kelas di setiap tingkat
2. Apa standar dan proses pendidikan yang digunakan di dalam sekolah untuk mempertahankan status SSN?
Kurikulum yang digunakan adalah KTSP. Ditambah dengan penambahan yang disesuaikan dengan sumber daya manusia di sekolah sehingga walaupun masih berstatus SSN, SMAN 1 Tangsel menjadi salah satu sekolah yang menjadi percontohan bagi sekolah lainnya yang setara (SSN) ataupun masih menuju akreditasi sebagai status SSN oleh direktorat pendidikan nasional.
3. Bagaimana cara sekolah dalam meningkatkan pengetahuan di lingkungan sekolah?
Guru-guru juga diberikan pelatihan, di tunjuk sebagai perwakilan sekolah dalam acara-acara tertentu, misalkan adanya pelatihan atau workshop mengenai bidang pelajaran tertentu. Mengikuti kegiatan-kegiatan seperti forum diskusi, MGMP (Musyawarah guru mata pelajaran), maupun seminar desiminasi pelatihan guru/karyawan lain juga dilakukan untuk
mengakuisisi pengetahuan. evaluasi dewan sekolah pun menjadi salah satu cara dalam melakukan berbagi pengetahuan yang dimiliki.
4. Sudah adakah teknologi untuk penunjang kegiatan tersebut?
Sekolah belum ada bidang khusus untuk menangani bidang ITI/ICT sehingga masih dikelola oleh guru yang ahli di bidang tersebut. Namun dalam pelaksanaan informasi antar guru sudah menggunakan sistem SMS Gateway dengan kerjasama dengan vendor khusus yang menangani hal tersebut. Serta sistem barcode terhadap pelayanan siswa terkait pembayaran.
5. Bagaimana cara sekolah dalam melakukan penyimpanan dokumendokumen tersebut? Apakah memudahkan dalam pencarian kembali?
Sekolah masih melakukan pendokumentasian secara manual, dengan dipusatkan pada bagian humas. Dan belum memiliki sertfikasi manajemen ISO
9001:2008
sehingga
masih
mengunakan cara
pendokumentasian dokumen, surat, maupun yang lainnya.
lama
dalam
HASIL WAWANCARA Dengan Ibu Wiwin, selaku wakasek humas pada SMAN 3 Tangsel. 1. Apa status sekolah untuk SMAN 3 Tangsel, serta apa yang menjadi kelebihannya?
Status sekolah saat ini adalah RSBI. Untuk mempertahankan status tersebut ada sistem penilaian dari direktorat pendidikan nasional, biasanya ada satu kali setahun yang meliputi sekitar 200 aspek penilaian. sebagai sekolah yang diwajibkan memiliki kerjasama dengan sekolah di negara berkembang sebagai sisterhood, sekolah melakukan teleconference untuk melakukan adopsi dan adapsi pengembangan di dunia pendidikan.
2. Apa standar dan proses pendidikan yang digunakan di dalam sekolah untuk mempertahankan status RSBI?
SMAN 3 Tangsel menambahakan divisi baru yaitu wakasek manajemen mutu dan bagian pengembangan pendidikan, hal ini dikarenakan untuk tetap menjaga kredebilitas sekolah agar tetap menjadi unggul dan lebih baik dalam mempertahankan status RSBI. Standar jam mengajar bagi guru tetap adalah 38 jam. Tapi khusus RSBI ada penambahan menjadi 48 jam dalam seminggu. Materi yang dikhususkan adalah pelajaran MIPA dan Bahasa Inggris. Karena mata pelajaran tersebut diharuskan menggunakan bahasa inggris dalam kegiatan belajarnya. 3. Bagaimana cara sekolah dalam meningkatkan pengetahuan di lingkungan sekolah?
Guru-guru juga diberikan pelatihan, di tunjuk sebagai perwakilan sekolah dalam acara-acara tertentu, misalkan adanya pelatihan atau workshop mengenai bidang pelajaran tertentu atau pemahaman mengenai sistem
manajemen ISO 9001:2008. Mengikuti kegiatan-kegiatan seperti forum RSBI, MGMP (Musyawarah guru mata pelajaran), maupun seminar desiminasi
pelatihan
guru/karyawan
lain
juga
dilakukan
untuk
mengakuisisi pengetahuan. evaluasi dewan sekolah pun menjadi salah satu cara dalam melakukan berbagi pengetahuan yang dimiliki.
4. Sudah adakah teknologi untuk penunjang kegiatan tersebut?
Untuk penyimpanan secara digital belum ada secara khusus yang mengaturnya, namun sekolah sudah menggunakan sistem aplikasi PAST (paket aplikasi siswa terpadu) yang dikelola oleh bagian ICT. Namun dalam pelaksanaan dan penggunaan masih belum dimaksimalkan. Sehingga yang menggunakan hanya satu atau sebagain guru saja.
5. Bagaimana cara sekolah dalam melakukan penyimpanan dokumendokumen tersebut? Apakah memudahkan dalam pencarian kembali?
Sekolah sudah memiliki sertifikasi manajemen ISO 9001:2008 sehingga membantu SMAN 3 Tangsel dalam melakukan pendokumentasian dokumen, arsip maupun surat-surat lainnya menjadi lebih baik. Namun dalam pencarian pun masih membutuhkan waktu lama, dikarenakan banyaknya dokumen-dokumen cetak yang di simpan, walaupun sudah diberikan
penomoran
untuk
setiap
dokumen
HASIL K-NEED SMAN 3 TANGSEL
NO.
Knowledge SMAN 3
1
Kerja sama dengan pihak Luar
2
Fasilitas penyimpanan asset pengetahuan
3 4 5 6
Tingkat Kepentingan 5 4 3 2 1 7 5 9 0 0
Nki 3,90
Tingkat Penguasaan 5 4 3 2 1 3 9 8 1 0
3,67
K-GAP Nki-Npi 0,24
% 24%
Npi
11
3
6
1
0
4,14
8
6
6
1 0
4,00
0,14
14%
Diseminasi hasil pelatihan
7
6
7
1
0
3,90
4
9
7
1 0
3,76
0,14
14%
Update perkembangan sekolah
7
8
5
1
0
4,00
6
8
6
1 0
3,90
0,10
10%
10
4
6
0
1
4,05
5
8
7
1 0
3,81
0,24
24%
7
9
5
0
0
4,10
5
8
7
1 0
3,81
0,29
29%
Rencana kerja bidang pengembangan SDM Kegiatan lalu lintas dokumen kepegawaian
7
Penerapan hasil pelatihan
8
6
6
1
0
4,00
4
9
7
1 0
3,76
0,24
24%
8
Tim lintas fungsional
8
6
6
1
0
4,00
3
11
7
0 0
3,81
0,19
19%
9
Pendokumentasian hasil pelatihan
6
8
6
0
1
3,86
3
10
8
0 0
3,76
0,10
10%
8
8
4
0
1
4,05
4
9
7
1 0
3,76
0,29
29%
8
7
5
0
1
4,00
4
7
10
0 0
3,71
0,29
29%
14
2
4
0
1
4,33
7
5
8
1 0
3,86
0,48
48%
10 11 12
Penyimpanan/dokumentasi bentuk digital Pengelolaan komputerisasi database karyawan Pengembangan pendidikan
13
Pemahaman standar kompetensi lulus siswa
14
Berbagi pengetahuan
15
Kurikulum adopsi dan adapsi negara maju
16
Pelaksanaan Visi dan Misi sekolah
17a
Komputer untuk mengetik
17b
Komputer untuk browsing materi belajar
17c
Komputer untuk email/chatting
18
Tehnologi dalam pengembangan kompetensi guru
19
Menjaga mutu pendidikan sekolah
20
Pengamanan dan pengelolaan asset sekolah
21
Laporan berkala kegiatan pelatihan
22 23 24
Pemahaman standar pendidik dan tenaga kerja Pemahaman standar sarana dan prasarana Pemahaman standar proses pendidikan
8
10
3
0
0
4,24
5
8
8
0 0
3,86
0,38
38%
6
7
7
1
0
3,86
4
7
9
1 0
3,67
0,19
19%
3
11
7
0
0
3,81
4
8
8
1 0
3,71
0,10
10%
7
8
5
0
1
3,95
5
8
8
0 0
3,86
0,10
10%
14
3
3
0
1
4,38
11
5
4
1 0
4,24
0,14
14%
13
3
4
0
1
4,29
9
5
6
1 0
4,05
0,24
24%
10
6
4
0
1
4,14
6
8
6
1 0
3,90
0,24
24%
10
4
6
0
1
4,05
5
10
5
1 0
3,90
0,14
14%
10
5
5
0
1
4,10
5
9
6
1 0
3,86
0,24
24%
8
8
4
0
1
4,05
3
10
7
1 0
3,71
0,33
33%
6
9
5
1
0
3,95
5
10
6
0 0
3,95
0,00
0%
5
7
8
0
1
3,71
3
9
9
0 0
3,71
0,00
0%
7
7
6
1
0
3,95
3
9
8
1 0
3,67
0,29
29%
9
6
5
1
0
4,10
2
10
9
0 0
3,67
0,43
43%
HASIL K-NEED SMAN 1 TANGSEL
NO.
Knowledge SMAN 1
1
Kerja sama dengan pihak Luar
2
Fasilitas penyimpanan asset pengetahuan
3 4 5 6
Tingkat Kepentingan 5 4 3 2 1 6 12 3 0 0
Nki 4,14
Tingkat Penguasaan 5 4 3 2 1 1 14 5 0 1
3,67
K-GAP Nki-Npi 0,48
Npi
% 48%
12
9
0
0
0
4,57
4
13
3
0 1
3,90
0,67
67%
Diseminasi hasil pelatihan
5
13
3
0
0
4,10
3
13
4
0 1
3,81
0,29
29%
Update perkembangan sekolah
7
12
2
0
0
4,24
5
12
3
0 1
3,95
0,29
29%
8
11
1
1
0
4,24
3
11
6
0 1
3,71
0,52
52%
7
11
3
0
0
4,19
1
14
4
1 1
3,62
0,57
57%
Rencana kerja bidang pengembangan SDM Kegiatan lalu lintas dokumen kepegawaian
7
Penerapan hasil pelatihan
4
16
1
0
0
4,14
3
10
7
0 1
3,67
0,48
48%
8
Tim lintas fungsional
4
12
5
0
0
3,95
3
9
6
2 1
3,52
0,43
43%
9
Pendokumentasian hasil pelatihan
5
12
4
0
0
4,05
0
16
3
1 1
3,62
0,43
43%
2
14
5
0
0
3,86
1
14
3
2 1
3,57
0,29
29%
10
10
0
1
0
4,38
1
13
4
2 1
3,52
0,86
86%
15
6
0
0
0
4,71
3
13
3
1 1
3,76
0,95
95%
10 11 12
Penyimpanan/dokumentasi bentuk digital Pengelolaan komputerisasi database karyawan Pengembangan pendidikan
12
8
1
0
0
4,52
5
13
2
0 1
4,00
0,52
52%
9
10
2
0
0
4,33
3
12
4
1 1
3,71
0,62
62%
5
12
4
0
0
4,05
5
10
5
0 1
3,86
0,19
19%
Pelaksanaan Visi dan Misi sekolah
12
7
2
0
0
4,48
0
13
7
0 1
3,52
0,95
95%
17a
Komputer untuk mengetik
12
8
1
0
0
4,52
8
11
1
0 1
4,19
0,33
33%
17b
Komputer untuk browsing materi belajar
10
8
3
0
0
4,33
5
13
2
0 1
4,00
0,33
33%
17c
Komputer untuk email/chatting
6
7
6
1
1
3,76
3
11
5
1 1
3,67
0,10
10%
18
Tehnologi dalam pengembangan kompetensi guru
8
11
2
0
0
4,29
4
13
3
0 1
3,90
0,38
38%
19
Menjaga mutu pendidikan sekolah
13
8
0
0
0
4,62
5
13
2
0 1
4,00
0,62
62%
20
Pengamanan dan pengelolaan asset sekolah
5
15
1
0
0
4,19
0
13
7
0 1
3,52
0,67
67%
21
Laporan berkala kegiatan pelatihan
8
10
3
0
0
4,24
1
14
5
0 1
3,67
0,57
57%
5
14
2
0
0
4,14
1
14
5
0 1
3,67
0,48
48%
7
12
2
0
0
4,24
2
12
6
0 1
3,67
0,57
57%
9
11
1
0
0
4,38
2
13
5
0 1
3,71
0,67
67%
13
Pemahaman standar kompetensi lulus siswa
14
Berbagi pengetahuan
15
Kurikulum adopsi dan adapsi negara maju
16
22 23 24
Pemahaman standar pendidik dan tenaga kerja Pemahaman standar sarana dan prasarana Pemahaman standar proses pendidikan
Hasil Analisa K-Need SMAN 1 Tangsel SMAN 1 Nki
Npi
Tingkat Kepentingan
Tingkat Penguasaan
89%
73%
10%
20%
1%
7%
K-Gap
Max
4,71
4,19
0,95
Min
3,76
3,52
0,10
Median
4,24
3,69
0,50
Penting Cukup Penting Belum Penting Total
100%
Hasil Analisa K-Need SMAN 3 Tangsel
SMAN 3
Tingkat Kepentingan
Tingkat Penguasaan
Nki
Penting
70%
62%
Cukup Penting
26%
34%
Belum Penting
4%
3%
Max
Npi
K-Gap
4,38
4,24
0,48
Min
3,71
3,67
0,00
Median
4,02
3,81
0,24
Total
100%