SKRINING FITOKIMIA DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK BUAH SELEKOP (Lepisanthes amoena Hassk. Leenh) DAN ROTAN MANAU (Calamus manan Miq.)
Oleh:
AGEN T NIM: 130 500 035
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL HUTAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2016
SKRINING FITOKIMIA DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK BUAH SELEKOP (Lepisanthes amoena Hassk. Leenh) DAN ROTAN MANAU (Calamus manan Miq.)
Oleh:
AGEN T NIM: 130 500 035
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL HUTAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2016
s
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Karya Ilmiah
: Skrining Fitokimia Dan Aktifitas Antioksidan Ekstak Buah Selekop (Lepisanthes amoena Hassk. Leenh ) dan Rotan Manau (Calamus manan Miq.)
Nama
:
NIM
: 130 500 035
Program Studi
: Teknologi Hasil Hutan
Jurusan
: Teknologi Pertanian
Agen T
Pembimbing,
Penguji I,
Penguji II,
Heriad Daud Salusu,S. Hut, MP NIP. 19700830 199703 1 001
Ir. H. Taman Alex, MP NIP. 19601212 198903 1 003
M. Fikri Hernandi, S. Hut. MP NIP. 19701127 199802 1 001
Menyetujui, Ketua Program Studi Teknologi Hasil Hutan, Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
Mengesahkan, Ketua Jurusan Teknologi Pertanian, Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
Eva Nurmarini, S. Hut, MP NIP. 19750808 199903 2 002
Hamka, S. TP,.MP,.M.Sc NIP. 19760408 200812 1 002
Lulus Ujian Pada Tanggal:
SURAT PERNYATAAN MELAKSANAKAN PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama
: Agen T
Tempat/Tanggal lahir : Datah Bilang, 11 April 1994
Adalah
NIM
: 130500035
Program Studi
: Teknologi Hasil Hutan
Jurusan
: Teknologi Pertanian
Perguruan Tinggi
: Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
Semester
: VI (Enam)
Alamat Rumah
: Jl.Ciptomangunkusomo Rt,027 No,7 Samarinda Sebrang
benar
MELAKSANAKAN
PENELITIAN
DAN
TELAH
SELESAI
MELAKSANAKAN PENELITIAN dari tanggal 11 Oktober 2015 sampai 28 Januari 2016 dengan Judul Penelitian : SKRINING FITOKIMIA DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK BUAH SELEKOP ( Lepisanthes amoena Hassk. Leenh) DAN ROTAN MANAU (Calamus manan Miq.) dibawah bimbingan Dosen Heriad Daud Salusu, S.Hut, MP. dan PLP Pendamping Farida Aryani, S.Hut.,MP Demikian Surat Pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya untuk saya gunakan sebagaimana mestinya. Samarinda, 21 Juni 2016 Mahasiswa yang bersangkutan,
Agen T NIM.130500035
SURAT PERNYATAAN MELAKSANAKAN PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama
: Agen T
Tempat/Tanggal lahir : Datah Bilang, 11 April 1994
Adalah
NIM
: 130500035
Program Studi
: Teknologi Hasil Hutan
Jurusan
: Teknologi Pertanian
Perguruan Tinggi
: Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
Semester
: VI (Enam)
Alamat Rumah
: Jl.Ciptomangunkusomo Rt,027 No,7 Samarinda Sebrang
benar
MELAKSANAKAN
PENELITIAN
DAN
TELAH
SELESAI
MELAKSANAKAN PENELITIAN dari tanggal 11 Oktober 2015 sampai 28 Januari 2016 dengan Judul Penelitian : SKRINING FITOKIMIA DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK BUAH SELEKOP ( Lepisanthes amoena Hassk. Leenh) DAN ROTAN MANAU (Calamus manan Miq.) dibawah bimbingan Dosen Heriad Daud Salusu, S.Hut, MP. dan PLP Pendamping Farida Aryani, S.Hut.,MP Demikian Surat Pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya untuk saya gunakan sebagaimana mestinya. Samarinda, 21 Juni 2016 Mahasiswa yang bersangkutan,
Agen T NIM.130500035
ss
ABSTRAK AGEN T. Skrining Fitokimia dan Aktifitas Antioksidan Ekstrak Buah Selekop (Lepisanthes amoena Hassk. Leenh) Dan Rotan Manau (Calamus manan Miq.) (di bawah bi mbingan Heriad Daud Salusu). Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui senyawa fitokimia dan aktivitas antioksidan pada buah selekop (Lepisanthes amoena Hassk. Leenh) dan buah rotan manau (Calamus manan Miq), dimana bagian buah yang diteliti adalah biji, kulit dan daging buah. fitokimia yang diuji adalah flavonoid, alkaloid, tannin, saponin, triterpenoid, steroid dan karbohidrat. Sedangkan untuk mengetahui akvitas antioksidan dilakukan dengan menghitung nilai IC50 yaitu jumlah konsentrasi contoh uji yang mampu menghambat 50 % radilkal bebas dimana DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) digunakan sebagai radikal bebas, serta ascorbic acid (vitamin c) sebagai kontrol positif. Hasil pengujian menunjukkan Rotan manau memiliki senyawa fitokimia yang lebih baik dibandingkan dengan buah selekop dimana rotan manau memiliki hampir semua komponen senyawa fitokimia pada ketiga bagian buah (daging, biji dan kulit) kecuali alkaloid dan steroid. Bagian biji dan kulit pada kedua jenis buah memiliki kekuatan antioksidan yang lebih baik dibandingkan dengan daging pada kedua jenis buah, selain itu biji rotan manau memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dibandingkan dengan bagian buah yang lain pada kedua jenis buah dengan nilai IC50 5,14 ppm hampir sama dengan nilai IC50 vitamin C sebesar 3,06 ppm termasuk kategori kuat. Kata kunci : buah selekop, rotan manau, fitokimia, antioksidan.
iii
RIWAYAT HIDUP
Agen T Lahir pada tanggal 11 April 1994 di Datah Bilang Kutai Barat. Merupakan anak ke 5 (Lima) dari 6 (Enam) bersaudara dari pasangan Tuweq NKR dan Ibunda tercinta Fiu Giam. Tahun 2000 memulai pendidikan formal pada Sekolah Dasar Negeri 008 Tutung Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur dan lulus tahun 2007.
Kemudian
melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 28 Sendawar Kabupaten Kutai Barat Provinsi Kalimantan Timur, lulus tahun 2010, selanjutnya melanjutkan ke Sekolah Menengah Kujuruan Pertanian Ave Bungen Tana Kabupaten Kutai Barat Provinsi Kalimantan Timur dan lulus tahun 2013 dan pada tahun 2013 melanjutkan Pendidikan Perguruan Tinggi Pada Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, Program Studi Teknologi Hasil Hutan, Jurusan Teknologi Pertanian. Pada tanggal 02 Maret 2016 sampai 28 April 2016 mengikuti program Praktik Kerja Lapang (PKL) di Perum Perhutani Unit 1 Jawa Tengah Kesatuan Bisnis Mandiri Industri Kayu Cepu. Sebagai syarat memperoleh predikat Ahli Madya Kehutanan, penulis mengadakan penelitian dengan judul penelitian "Skrining Fitokimia Dan Aktifitas Antioksidan Ekstrak Buah Selekop (Lepisanthes amoena Hassk. Leenh) Dan Rotan Manau (Calamus manan Miq)" di bawah bimbingan Bapak Heriad Daud Salusu, S. Hut. MP.
iv
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Karya ilmiah ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Laboratorium Sifat dan Analisis Produk Program Studi Teknologi Hasil Hutan. Penelitian dan penyusunan karya ilmiah ini dilaksanakan dari bulan 11 Oktober 2015 28 Januari 2016, yang merupakan syarat untuk menyelesaikan tugas akhir di Politeknik Pertanian Negeri Sama rinda dan mendapatkan sebutan Ahli Madya. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada: 1. Dosen Pembimbing, yaitu Bapak Heriad Daud Salusu, S. Hut. MP 2. Kepala Laboratorium Sifat dan Analisis Produk, Bapak Ir. Wartomo. MP 3. Dosen Penguji 1, Bapak Ir. H. Taman Alex, MP dan dan penguji 2 M. Fikri Hernandi, S.Hut. MP 4. Ketua Program Studi Teknologi Hasil Hutan, yaitu Ibu Hj. Eva Nurmarini, S.Hut. MP 5. Ketua Jurusan Teknologi Pertanian, Bapak Hamka, S. TP,.MP,.M.Sc 6. Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, Bapak Ir. Hasanudin. MP 7. Ibu Farida Ariyani , S. Hut, MP Selaku PLP pendamping yang telah membantu selama pelaksanaan penelitian 8. Para Staff Pengajar, Administrasi dan PLP di Program Studi Teknologi Hasil Hutan. 9. Ayah dan Ibunda tercinta yang telah memberikan dukungan baik secara materil maupun doa. 10. Ratnawati, Wismoyo Aris Munadar, Widiyanti, Mujazir Zakaria, Fiktorius Hanyeq, Hermawan, Mujianto Saputra, Supardi, Hendriono Loli Saban, dan Indah Pusparini, serta rekan-rekan angkatan 2013 tanpa terkecuali yang telah banyak mendukung dan memberikan semangat. Walaupun sudah berusaha dengan sungguh-sungguh, penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan dalam penulisan ini, namun semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.Amin.
Penulis
Kampus Politeknik Pertanian Negeri samarinda,
Juni 2016
vi
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................
i
ABSTRAK ....................................................................................................
ii
RIWAYAT HIDUP .........................................................................................
iii
KATA PENGANTAR ....................................................................................
iv
DAFTAR ISI .................................................................................................
vi
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................
x
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................
1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................
3
A. Potensi Buah-buahan Hutan ...........................................................
3
B. Fitokimia..........................................................................................
6
C. Antioksidan .....................................................................................
9
D. Manfaat Fitokimia Bagi Tanaman dan Kesehatan ...........................
11
E. Manfaat Antioksidan Bagi Tanaman dan Kesehatan .......................
12
F. Sumber Antioksidan dan Fitokimia ..................................................
14
BABA III METODE PENELITIAN .................................................................
15
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ...........................................................
15
B. Bahan dan Alat Penelitian ...............................................................
15
C. Prosedur Penelitian .........................................................................
16
D. Analisis Data ...................................................................................
21
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...........................................................
22
A. Hasil ................................................................................................
22
B. Pembahasan ...................................................................................
25
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...........................................................
30
A. Kesimpulan .....................................................................................
30
B. Saran ..............................................................................................
30
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
31
LAMPIRAN...................................................................................................
34
vii
DAFTAR TABEL
Nomor
Tubuh Utama
Halaman
1. Senyawa fitokimia ekstrak daging buah, biji dan kulit pada buah selekop dan rotan manau .............................................................. 2. Tingkat kekuatan antioksidan dengan metode DPPH (Jun dkk, 2003 .............................................................................................. ...................................................................................................... 3. Nilai IC 50 dari ekstrak daging buah, biji dan kulit pada buah selekop ..........................................................................................
23
24 24
Lampiran 4. Aktivitas penghambatan relative terhadap DPPH kulit buah rotan manau ...........................................................................................
39
5. Aktivitas penghambatan relative terhadap DPPH daging buah rotan manau ..................................................................................
40
6. Aktivitas penghambatan relative terhadap DPPH biji buah rotan manau ...........................................................................................
41
7. Aktivitas penghambatan relative terhadap DPPH kulit buah selekop ..........................................................................................
42
8. Aktivitas penghambatan relative terhadap DPPH daging buah selekop ..........................................................................................
43
9. Aktivitas penghambatan relative terhadap DPPH biji buah selekop ..........................................................................................
44
10. Aktivitas penghambatan relative terhadap DPPH vitamin C ............
45
viii
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Tubuh Utama
Halaman
1. Skema Pembuatan Ekstrak Kasar .................................................
17
2. Buah selekop (Lepisanthes amoena Hassk. Leenh) ......................
22
3. Buah Rotan Manau (Calamus manan Miq.) ...................................
23
4. Tingkat kekuatan antioksidan daging, biji dan kulit buah selekop dan rotan manau ..............................................................
28
Lampiran 5. Hubungan antara konsentrasi ekstrak sampel kulit buah rotan manau terhadap aktivitas penangkapan radikal bebas ..................
39
6. Hubungan antara konsentrasi ekstrak sampel daging buah rotan manau terhadap aktivitas penangkapan radikal bebas ....................
40
7. Hubungan antara konsentrasi ekstrak sampel biji buah rotan Manau Terhadap aktivitas penangkapan radikal bebas...................
41
8. Hubungan antara konsentrasi ekstrak sampel kulit buah selekop terhadap aktivitas penangkapan radikal bebas...............................
42
9. Hubungan antara konsentrasi ekstrak sampel daging buah selekop terhadap aktivitas penangkapan radikal bebas..................
43
10. Hubungan antara konsentrasi ekstrak sampel biji buah selekop terhadap aktivitas penangkapan radikal bebas................................
44
11. Hubungan antara konsentrasi vitamin C terhadap aktivitas penangkapan radikal bebas.............................................................
45
12. Bahan baku buah selekop (Lepisanthes amoena Haask, Leenh)...
46
13. Bahan baku buah rotan manau ( Calamus manan Miq)...................
46
14. Proses pemisahan kulit daging dan biji............................................
47
15. Serbuk kasar.....................................................................................
47
16. Serbuk dan etanol............................................................................
48
17. Penyaringan......................................................................................
48
ix
18. Proses rotary vacuum evaporator ....................................................
49
19. Serbuk kasar....................................................................................
49
20. Proses pengujian fitokimia................................................................
50
21. Proses pengujian antioksidan............................................................
50
x
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Lampiran
Halaman
22. Hasil Pengujian Fitokimia Buah Rotan Manau ...............................
35
23. Hasil Pengujian Fitokimia Buah Selekop (Lepsanthes amoena Hassk. Leenh) ............................................
37
24. Perhitungan nilai IC50 sampel buah rotan manau............................
39
25. Perhitungan nilai IC50 sampel buah selekop....................................
42
26. Perhitungan nilai IC50 Vitamin C......................................................
45
BAB I PENDAHULUAN
Hutan sebagai sumber pangan khususnya penghasil buah-buahan belum begitu diperhitungkan sampai sekarang ini. Hal ini dapat dimaklumi karena dalam bidang kehutanan, buah-buahan hutan masih dianggap sebagai hasil hutan ikutan dan tidak memiliki nilai ekonomi yang baik dibanding dengan kayu. Pada kenyataannya potensi buah-buahan dalam hutan sangat melimpah hal ini dapat dilihat dari data bahwa tidak kurang dari 329 jenis buah-buahan (terdiri dari 61 suku dan 148 marga) baik yang merupakan jenis asli Indonesia maupun pendatang (introduksi) dapat ditemukan di Indonesia (Rifai, 1986). Di kawasan Asia Tenggara dilaporkan terdapat sekitar 400 jenis buahbuahan yang dapat dimakan (Anonim, 1991). Dengan demikian lebih dari tiga perempatnya jenis-jenis buah-buahan yang dilaporkan terdapat di kawasan Asia Tenggara tersebut telah ditemukan di Indonesia. Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dilakukan tercatat 266 jenis (termasuk 4 anak jenis dan 2 varietas) buah-buahan asli Indonesia telah ditemukan yang sebagian besar masih tumbuh liar di hutan-hutan dan hanya sebagian kecil yang telah dibudidayakan. Dari 226 jenis buah-buahan tersebut sebagian besar berupa pohon (203 jenis), liana (26 jenis), perdu (17 jenis), herba (14 jenis) dan semak (4 jenis). Dengan adanya persentase jumlah jenis pohon yang paling besar (76%) hal ini menunjukkan bahwa untuk usaha pemuliaan tanaman buah-buahan diperlukan waktu yang cukup lama karena jenis pohon daur hidupnya panjang. Apabila dilihat berdasarkan lokasi maka jumlah jenis yang paling banyak ditemukan adalah di Sumatra (148 jenis) kemudian Kalimantan (144 jenis), selanjutnya adalah Jawa
?
(96 jenis), Sulawesi (43 jenis), Maluku (30 jenis), Nusa Tenggara (21 jenis), Papua (16 jenis) dan 34 jenis lainnya tersebar diseluruh Indonesia. Proses penambahan nilai pada buah-buahan lokal penting dilakukan untuk menjaga biodiversitas buah tersebut, salah satunya dengan memanfaatkan kandungan gizi maupun senyawa fitokimia yang terkandung di dalamnya sebagai sumber diet pangan fungsional. Kajian awal kandungan gizi merupakan informasi penting untuk menentukan pemanfaatan selanjutnya sebagai sumber pangan fungsional. (Uji, 2007). Dalam penelitian ini yang akan di uji buah lokal yaitu buah selekop (Lepisanthes amoena Hassk. Leenh) dan buah rotan manau (Calamus manan Miq). Karna buah-buahan lokal ini dapat dimakan (edible fruit) serta berperan penting dalam pemenuhan nutrisi bagi penduduk dan anak -anak di pedesaan. Buah-buahan lokal ini merupakan sumber vitamin, karbohidrat, protein, serat dan mineral yang sangat baik dan memiliki potensi sebagai obat yang sangat besar. Buah-buahan dari hutan tersebut merupakan sumber yang kaya protein dan energi dan sangat berguna dalam mengatasi kekurangan protein dan energi. Adapun Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Senyawa fitokimia dan aktivitas antioksidan pada 2 (dua) jenis buah-buahan hutan yaitu buah selekop (Lepisanthes amoena Haask. leenh) dan buah rotan manau (Calamus manan Miq). Adapun
Hasil
dari
penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan
rekomendasi strategis untuk pengembangan buah-buahan hutan sehingga akan didapatkan manfaat yang lebih luas lagi dalam rangka peningkatan nilai hasil hutan non kayu.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Potensi Buah-buahan Hutan Buah-buahan memiliki kontribusi yang penting dalam pemenuhan gizi masyarakat, dimana buah menyediakan sumber tambahan untuk karbohidrat, maupun vitamin dan mineral. Efek serat pangan pada buah-buahan dapat memiliki efek menguntungkan untuk meminimalkan resiko penyakit yang berhubungan dengan pola pangan yang kurang baik akibat gaya hidup. Buahbuahan juga mampu memberikan kontribusi ekonomi yang signifikan dan memberikan sumber pendapatan bagi petani kecil jika dilakukan pengelolaan yang baik. Indonesia memiliki lahan hutan tropis cukup luas dengan keanekaragaman hayati baik flora maupun fauna serta kekayaan tumbuhan berkhasiat obat yang tidak dimiliki negara lain. Lebih kurang 30.000 sampai 40.000 jenis tumbuhan tersebar di dataran rendah hingga dataran tinggi, bahkan hingga tumbuhan dan kekayaan laut dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat (Wijayakusuma, 2000). Di herbarium Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Bogor terdapat 3302 spesies dalam 1468 genus yang termasuk dalam 199 famili yang merupakan koleksi khusus tanaman yang mempunyai nilai ekonmis, khususnya tumbuhan obat dan disebut sebagai koleksi Heyne (Heyne, 1987). Dalam penelitian ini diteliti dua jenis buah-buahan hutan yang dapat dimakan (edible fruit) dimana kedua jenis buah tersebut selama ini kurang dikenal manfaatnya. Kedua jenis buah tersebut akan diuraikan sebagai berikut ini.
?
a.
Selekop (Lepisanthes amoena Hassk, Leenh) Selekop tumbuh berbentuk pohon memiliki tinggi hingga 12 m dan diameter
batang mencapai 39 cm. Daun alternatif, senyawa, selebaran penni-berurat, berbulu. Bunga berwarna, putih-kuning, Buah berbentuk panjang dan berwarna merah. Habitat tanaman ini adalah tempat terbuka, termasuk pesisir (pantai) dan daerah rawa-rawa hingga ketinggian 200 m dpl. Di lereng bukit dan pegunungan dan situs aluvial dengan tanah berpasir, tetapi juga pada batu kapur. Kayu yang di hasilkan dapat di manfaatkan sebagai bahan bakar. Akar (direbus) digunakan untuk mengobati batuk. Akar dan daun digunakan untuk mengobati demam. Daun-daun muda dan buah dapat dimakan. Secara tradisional daun selekop digunakan sebagai obat kulit atau bedak dingin. Juga bisa digunakan sebagai shampoo dengan cara daunnya diremasremas hingga menghasilkan busa menyerupai sabun. Klasifikasi jenis tumbuhan ini adalah : Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom
: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi
: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas
: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas
: Rosidae
Ordo
: Sapindales
Famili
: Sapindaceae
Genus
: Lepisanthes
Spesies
: Lepisanthes amoena Hassk. Leenh.
?
b.
Rotan manau (Calamus manan Miq) Rotan manau tumbuh di hutan dipterokarpa dataran rendah terutama dekat
lereng yang curam dengan kisaran ketinggian antara 500-1.000 m di atas permukaan laut, paling melimpah pada ketinggian 50-600 m di atas permukaan laut, pada lahan kering. Tanah bersolum dalam, lembab dan berstruktur liat dengan iklim basah. Semai ditemukan melimpah di hutan perbukitan. Batangnya memiliki diameter besar dan kualitas sangat baik, sehingga banyak dicari. Merupakan bahan baku kerangka mebel baik dalam bentuk alami (tanpa poles) maupun dipoles. Buah masak bulat sampai bulat telur, berukuran 28 x 20 mm, ditutupi dengan 15 barisan vertikal sisik kekuningan dengan pinggiran coklat kehitaman ujungnya berbentuk paruh dengan panjang 3 mm. Biji bulat telur, 18 x 12 mm, dengan permukaan berbintik-bintik kecil; endosperma termamah rapat dan dalam (Jasni et.al., 2012). Buah rotan dapat dimakan (edible fruit), menurut Hariyadi (2011) rotan manau merupakan salah satu tumbuhan obat exclusive yang tumbuh di hutan tua di Jambi. Oleh penduduk setempat getah rotan manau dapat dijadikan obat sariawan. Klasifikasi rotan manau sebagai berikut : Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom
: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi
: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas
: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas
: Arecidae
Ordo
: Arecales
?
Famili
: Arecaceae (suku pinang-pinangan)
Genus
: Calamus
Spesies
: Calamus manan Miq. B. Fitokimia
Analisis fitokimia dilakukan untuk menentukan ciri komponen bioaktif suatu ekstrak kasar yang mempunyai efek racun atau efek farmakologis lain yang bermanfaat bila diujikan dengan sistem biologi atau bioassay (Harborne, 1987). Beberapa senyawa bioaktif yang penting antara lain : 1. Alkaloid Sebagian besar senyawa alkaloid berasal dari tanaman berbunga, angiospermae. Berdasarkan sistem engler dilaporkan bahwa sekitar 8.7 % alkaloid terdapat pada sekitar 10.000 genus. Kebanyakan famili yang mengandung alkaloid penting adalah liliaceae, solanaceae, dan rubiaceae (Sastrohamidjojo, 1996). Contoh alkaloid adalah nikotin yang pernah dijadikan insektisida dan terdapat pada tembakau, morfin yang berfungsi sebagai obat bius, dan dextrometrofan yang merupakan senyawa turunan morfin dan berfungsi sebagai obat batuk (Fessenden dan Fessenden, 1986). 2. Flavonoid Senyawa flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbesar ditemukan di alam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu, biru dan sebagai zat warna kuning yang ditemukan di dalam tumbuh-tumbuhan (Lenny, 2006). Senyawa flavonoid mengandung atom C15, terdiri dari dua inti fenolat yang dihubungkan dengan tiga satuan karbon. Secara biologis flavonoid memainkan
?
peranan penting dalam hal penyerbukan oleh serangga. Sejumlah flavonoid mempunyai
rasa
pahit
hingga
dapat
menolak
sejenis
ulat
tertentu
(Sastrohamidojo, 1996). Beberapa
kemungkinan
fungsi
flavonoid
bagi
tumbuhan
yang
mengandungnya adalah pengaturan tumbuh, pengaturan fotosintesis, kerja anti mikroba, dan anti virus. Efek flavonoid dapat menjelaskan mengapa tumbuhan yang mengandung flavonoid dapat dipakai dalam dunia pengobatan tradisional. Flavonoid dapat bekerja sebagai inhibitor kuat pernafasan, menghambat fosfodiesterase, aldoreduktase, monoamina oksidase dan lain -lain (Robinson, 1995). 3. Saponin Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat yang menimbulkan busa jika dikocok dalam air dan pada konsentrasi yang rendah sering menyebabkan hemolisis sel darah merah. Pada umumnya saponin berasa pahit, dalam tumbuhan saponin dapat juga berfungsi sebagai pelindung untuk menolak serangan serangga dan serangan mikroba (Harborne, 1987). Robinson (1995) menyatakan bahwa saponin sangat beracun bagi ikan, tumbuhan yang mengandung saponin telah digunakan sebagai racun ikan selama beratus-ratus tahun.
Beberapa saponin juga bekerja sebagai
antimikroba. 4.
Tanin Di Indonesia terdapat beberapa jenis tanaman yang belum diketahui
jumlahnya dapat digunakan untuk menghasilkan rempah sebagai bahan obatobatan
tradisional. Pada umumnya rempah ini merupakan campuran dari
beberapa bagian tanaman, misalnya bagian daun, batang, akar, kulit, dan kayu.
?
Komponen fungsional yang terdapat dalam rempah ini salah satunya adalah tanin. Rempah yang berasal daun sirih, biji pinang dan gambir adalah contohcontoh rempah yang mengandung tanin (Achmadi dan Choong, 1992). Tanin adalah senyawa fenolik kompleks yang memiliki berat molekul 5003000.
Tanin dibagi menjadi dua kelompok atas dasar tipe struktur dan
aktivitasnya terhadap senyawa hidrolitik terutama asam, tanin terkondensasi dan tanin yang dapat dihidrolisis (Naczk et.al., 1994). Senyawa yang disebut tanin lebih ditentukan oleh daya penyamakan pada protein dari pada oleh struktur kimia pada umumnya. Namun demikian semua tanin nabati adalah senyawa fenolat mulai dari fenol sederhana hingga sistem flavonoid terkondensasi. Tanin dibagi menjadi tanin yang dapat dihidrolisis dan tanin yang tidak dapat dihidrolisis atau tanin terkondensasi (flobafena) (Fengel dan Wegener, 1984). 5.
Triterpenoid dan Steroid Triterpenoid dapat digolongkan menjadi empat golongan senyawa seperti
triterpena, steroid, saponin, dan glikosida jantung. Senyawa ini berstruktur siklik relatif rumit, kebanyakan berupa alkohol, aldehida, atau asam karboksilat, berbentuk kristal, tanpa warna, seringkali bertitik leleh tinggi, optik aktif, dan umumnya sukar dicirikan karena tidak memiliki kereaktifan kimia (Robinson, 1995). C. Antioksidan Pada dasarnya, antioksidan berfungsi menghentikan proses oksidasi dengan menetralisir radikal bebas yang terbentuk selama oksidasi. Saat menetralkan radikal bebas, antioksidan pada akhirnya juga mengalami oksidasi. Radikal bebas yang terbentuk selama oksidasi berada dalam keadaan yang
?
sangat tidak stabil sehingga memiliki kecenderungan melepaskan elektron atau menyerap elektron dari sel. Setiap kali sebuah elektron dilepaskan atau ditangkap oleh radikal bebas, maka akan terbentuk radikal bebas yang baru. Radikal bebas yang baru terbentuk akan terus melakukan hal yang sama. Dengan cara ini, rantai radikal bebas tercipta. Jika kondisi ini terus terjadi dalam waktu yang lama, sel tubuh akan menjadi rusak. Antioksidan seperti beta karoten, vitamin C, dan vitamin E membantu mengubah radikal bebas yang tidak stabil ke dalam bentuk yang stabil. Artinya, rantai radikal bebas akan terhenti sehingga menghentikan pula proses oksidasi. Suatu jenis antioksidan umumnya hanya efektif pada radikal bebas jenis tertentu (Ardiansyah, 2007). Radikal bebas adalah suatu senyawa atau molekul yang mengandung satu atau lebih elektron tidak berpasangan sehingga menyebabkan senyawa tersebut sangat reaktif mencari pasangan, dengan cara menyerang dan mengikat elektron molekul yang berada disekitarnya. Senyawa oksigen reaktif terbentuk dapat berupa radikal ion superoksida
(O 2 -), radikal peroksil ( OOH), hidrogen
peroksida (H2O2), radikal hidroksil ( OH), dan singlet oksigen (1O2) (Winarsi, 2007). Berdasarkan mekanisme kerjanya, antioksidan dibedakan menjadi antioksi dan primer yang dapat bereaksi dengan radikal bebas atau mengubahnya menjadi produk yang stabil , dan antioksidan sekunder atau antioksidan preventif yang dapat mengurangi laju awal reaksi rantai serta antioksidan tersier. Contoh antioksidan sekunder diantaranya yaitu vitamin E,Vitamin C, dan -karoten. Antioksidan tersier berfungsi memperbaiki kerusakan sel dan jaringan yang disebabkan oleh radikal bebas. Contohnya yaitu enzim yang memperbaiki DNA pada inti sel adalah metionin sulfoksida reduktase (Sari, 2013).
??
Menurut Ardiansyah (2007), antioksidan sangat beragam jenisnya. Berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi dalam dua kelompok, yaitu antioksidan sintetik dan antioksidan alami. 1.
Antioksidan Sintetik Antioksidan sintetik adalah antioksidan diperoleh dari hasil sintesis reaksi
kimia. Contoh antioksidan jenis ini seperti : Butil Hidroksi Anisol (BHA), Butil Hidroksi Toluen (BHT), Propil Galat, Tert-Butil Hidoksi Quinon (TBHQ) dan tokoferol. Antioksidan tersebut merupakan antioksidan yang telah diproduksi secara sintetis untuk tujuan komersial. Penggunaan antioksidan sintetik dewasa ini tidak direkomendasikan lagi oleh Departemen Kesehatan karena diduga dapat menyebabkan penyakit kanker (Sari, 2013). 2. Antioksidan Alami Senyawa antioksidan alami tumbuhan umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa golongan flavonoid, turunan asam sinamat, kumarin, tokoferol, dan asam-asam organik polifungsional (Kulisic, 2006). Senyawa golongan flavonoid yang memiliki aktivitas antioksidan meliputi flavon, flavonol, isoflavon, kateksin, flavonol dan kalkon. Sementara turunan asam sinamat meliputi asam kafeat, asam ferulat, asam klorogenat, dan lain-lain. Senyawa antioksidan alami polifenolik ini adalah multifungsional dan dapat beraksi sebagai pereduksi, penangkap radikal bebas, pengkelat logam, peredam terbentuknya singlet oksigen. Sebagai contoh senyawa santon telah diisolasi sebagai antioksidan yang berasal dari kayu batang Garcinia tetranda Pierre (Purwatiningsih dan Ersam, 2007).
??
D. Manfaat Fitokimia Bagi Tanaman dan Kesehatan Fitokimia merupakan zat kimia alami yang terdapat di dalam tumbuhan dan dapat memberikan ciri khas rasa, aroma atau zat warna, pada tumbuhan itu dan perlindungan
terhadap
penyakit
pada
tanaman.
Fitokimia
bekerja
sebagai antioksidan kuat, yang dapat meningkatkan pertahanan
terhadap
penyaki. Fitokimia biasanya digunakan untuk merujuk pada senyawa yang ditemukan pada tumbuhan yang dibutuhkan untuk fungsi tubuh, memiliki efek yang menguntungkan bagi kesehatan atau memiliki peran aktif bagi pencegahan penyakit. Sehingga dapat memberikan manfaat kesehatan pada tubuh manusia. Fitokimia mempunyai peran penting dalam penelitian obat yang dihasilkan dari tumbuh-tumbuhan (Egga, 2014). Beberapa studi pada manusia dan hewan membuktikan zat-zat kombinasi fitokimia ini di dalam tubuh manusia memiliki fungsi tertentu yang berguna bagi kesehatan. Kombinasi itu antara lain menghasilkan enzim-enzim sebagai penangkal
racun
(detoksifikasi),
(imunitas),
mencegah
merangsang
penggumpalan
sistem
keping-keping
pertahanan darah
tubuh
(trombosit),
menghambat sintesa kolesterol di hati , meningkatkan metabolisme hormon, mengatur gula darah serta dapat menimbulkan efek antikanker, meningkatkan pengenceran dan pengikatan zat karsinogen dalam liang usus, menimbulkan efek anti bakteri , antivirus dan antioksidan (Egga, 2014). E. Manfaat Antioksidan Bagi Tanaman dan Kesehatan Manfaat antioksidan bagi tanaman untuk melindungi dari serangan hama ataupun penyakit sedangkan manfaat antioksidan
bagi tubuh cukup populer
untuk mengatasi dan mencegah kanker yang akan mengerogoti tubuh. Selain itu antioksidan juga bermanfaat sesuai dengan masing -masing perannya, tidak
??
hanya kesehatan, antioksidan juga bermanfaat untuk bagian luar tubuh. Mengingat kesehatan merupakan hal yang paling dibutuhkan bagi manusia, jadi tidak heran apabila manusia terus mengeksplornya (Yuli, 2014). Adapun Manfaatnya adalah sebagai berikut: 1.
Menangkal Radikal Bebas
kerusakan pada sel-sel dalam tubuh yang menjadi salah satu faktor penyebab kanker. Kerusakan sel tidak hanya dapat menyebabkan berbagai penyakit berbahaya, melainkan juga dapat memberikan efek di kulit, wajah, dan berbagai bagian lainnya. Radikal bebas sangat berbahaya tidak hanya dapat menyebabkan kerusakan sel kronis yang menjadi sumber penyakit mematikan. Ia juga merusak struktur tubuh karena mempengaruhi sel sehat dalam tubuh. 2.
Mencegah berbagai Penyakit Antioksidan bermanfaat bagi kesehatan dengan membersihkan radikal
bebas pada aliran darah. Meskipun antioksidan belum terbukti untuk mengobati penyakit apapun, namun penelitian telah menunjukkan bahwa antioksidan juga telah terlibat dalam pencegahan sejumlah penyekit degeneratif dan penyakit yang berkaitan dengan usia, seperti : a. Kanker b. Penyakit kardiovaskular c. Gangguan kognitif d. Disfungsi kekebalan tubuh e. Katarak f. Alzheimer
??
3.
Mencegah Penuaan Dini Beberapa studi telah menunjukkan bahwa antioksidan, mampu mengurangi
tanda-tanda penuaan dini dengan meminimalkan keriput dan menjaga tekstur kulit, bahkan dapat melindungi kulit dari kerusakan akibat sengatan matahari. 4.
Mencegah Kerusakan Sel Antioksidan memiliki peranan penting dalam menjaga agar sel dalam tubuh
agar tumbuh sehat dan tidak menyebabkan berbagai masalah dalam tubuh. Kerusakan sel dapat mematikan, mulai menjadi penyebab penyakit berbahaya hingga untuk masalah luar tubuh. 5.
Baik untuk kesehatan kulit Antioksidan membantu kulit membuang radikal bebas dan bakteri yang
disebabkan oleh polusi dan sengatan matahari. F. Sumber Antioksidan dan Fitokimia Antioksidan dan Fitokimia hadir dalam buah-buahan, sayuran serta bijibijian segar. Buah dan sayuran yang berkulit terang dengan warna khas seperti tomat merah, blueberry ungu, jagung kuning dan wortel oranye, kaya akan akan kandungan antioksidan dan Fitokimia. Sejumlah vitamin, mineral dan senyawa Fitokimia dalam makanan memiliki sifat antioksidan. Vitamin A, C dan E adalah yang paling terkenal seperti beta karoten, lycopene dan selenium. Beberapa makanan yang mengandung sejumlah antioksidan dalam jumlah besar, meliputi: Wortel, Sayuran berdaun hijau seperti kangkung, sawi dan bayam, Beri-berian, seperti strawberry dan anggur, Teh hijau, Buah jeruk, Apel dan pir (Yana, 2014).
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Sifat-Sifat Kayu dan Analisis Produk, Jurusan Teknologi Pertanian, Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Waktu yang diperlukan dalam penelitian ini kurang lebih 4 (empat) bulan efektif mulai dari tanggal 11 Oktober 2015 sampai 28 Januari 2016 meliputi kegiatan: penyiapan sampel dan ekstraksi, uji fitokimia dan uji antioksidan, pengolahan data penelitian, analisis data, dan penyusunan karya ilmiah. B. Bahan dan Al at Penelitian a.
Contoh Uji Buah Bahan baku yang digunakan dalam penelitian adalah buah selekop dan
buah rotan manau yang diperoleh dari hutan di
Kampung Tutung Kecamatan
Linggang Bigung Kabupaten Kutai Barat. b.
Bahan Kimia Bahan kimia yang digunakan meliputi etanol, aseton, dimetilsulfoksida
(DMSO), aquades, terramycin, krim mikonazole, larutan DPPH (1,1-diphenyl-2picrylhydrazyl), gallic acid, natrium hidroksida, asam asetat anhidrid, asam sulfat, asam klorida, timbal asetat, , pereaksi Dragendorff, 1-naphtol, pereaksi Molisch, H2SO4 pekat, H2O2 30%, H3BO4 indikator methyl red, HCl 0,2 N, aquabidest, air panas dan standar vitamin C. c.
Peralatan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Blender, shaker, c
orong, kertas saring, rotary vacuum evaporator, Spektrofotometer berbagai ukur
??
an beaker glass berbagai ukuran, gelas ukur, botol sampel, cuvette, pipet pastur, pipet mikro, dan tabung reaksi. C. Prosedur Penelitian
a. Persiapan Penelitian ini diawali dengan
persiapan bahan penelitian berupa buah
dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah buah segar yang telah matang pada pohonnya. Buah segar tersebut selanjutnya dibuat dalam bentuk ekstrak kasar dengan menggunakan pelarut etanol. Proses awal pembuatan ekstrak adalah tahapan penyiapan serbuk simplisia kering. Buah yang akan diuji dibersihkan dari kotoran yang melekat lalu dirajang menjadi serpihan-serpihan kecil. Selanjutnya semua bagian dikeringkan dalam ruang konstan. Setelah kering sampel diblender sampai menjadi serbuk. Metode ekstraksi digunakan yaitu ekstraksi dingin menggunakan pelarut etanol. Ekstraksi dilakukan dengan melarutkan serbuk dengan rasio serbuk : pelarut (1:10).
Ekstraksi dilakukan dengan merendam tiap sampel dengan
etanol. Lalu dikocok menggunakan shaker selama 48 jam pada temperatur ruangan, selanjutnya dilakukan penyaringan untuk memisahkan ekstrak dengan bahan tumbuhan. Hasil ekstraksi dipekatkan/diuapkan menggunakan rotary vacuum evaporator pada suhu 30 0
400 C, sehingga didapatkan ekstrak kasar.
??
Proses penyiapan ekstrak dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini.
PROSES PENYIAPAN EKSTRAK Serpihan Daging Buah, Kulit dan Biji
Pembelenderan Serbuk Ekstraksi dengan Etanol selama 2 x 24 jam Penyaringan Filtrat Etanol Rotary Evaporator 30-40 0C Ekstrak Kasar
Rendemen Ekstrak
Uji Fitokimia Uji Antioksidan
Gambar 1. Skema Pembuatan Ekstrak Kasar
??
b.
Pengujian Fitokimia Pengujian fitokimia dilakukan dengan uji perubahan warna yang mengacu
pada Harborne (1987) dan Kokate (2001) untuk menguji adanya senyawa aktif yang meliputi: 1.
Pengujian Alkaloid (Kokate, 2001) Identifikasi dilakukan dengan menggunakan larutan Dragendorff. Tahapan
pembuatan larutan Dragendorff sebagai berikut: Larutan I : 0,5 g bismut (III) nitrat + 6 ml asam asetat dan 24 ml aquades. Larutan II : 12 g kalium iodida + 30 ml aquades. Larutan I + larutan II (1ml : 1 ml) 1 ml larutan campuran ditambah 2 ml asam asetat dan 10 ml aquades, selanjutnya larutan siap untuk digunakan. Sebanyak 5 ml ekstrak ditambahkan 2 ml HCl, kemudian dimasukkan 1 ml larutan Dragendorff.
Perubahan warna larutan menjadi jingga atau merah
mengindikasikan bahwa ekstrak mengandung alkaloid. 2.
Pengujian Flavonoid (Kokate, 2001) Sebanyak 1 ml ekstrak
tumbuhan diberikan beberapa tetes natrium
hidroksida encer (NaOH 1%). Munculnya warna kuning yang jelas pada larutan ekstrak dan menjadi tidak berwarna setelah penambahan asam encer (HCl 1 %) mengindikasikan adanya flavonoid. 3.
Pengujian Saponin (Harborne, 1987) Pengujian dilakukan dengan memasukkan sebanyak 10 ml air panas ke
dalam tabung reaksi yang berisi 1 ml sampel uji yang telah dilarutkan dalam aseton. Selanjutnya larutan didinginkan dan dikocok selama 10 detik. Terbentuknya buih mantap selama kurang lebih 10 menit dengan ketinggian 1
??
10 cm dan tidak hilang bila ditambahkan 1 tetes HCl 2N menandakan bahwa ekstrak yang diuji mengandung saponin. 4.
Pengujian Tanin (Kokate, 2001) Pengujian dilakukan dengan memasukkan 10 ml larutan ekstrak ke dalam
tabung reaksi dan ditambahkan larutan timbal asetat (CH3COO) 2Pb 1%. Tanin dinyatakan positif apabila pada reaksi terbentuk endapan kuning. 5.
Pengujian Triterpenoid dan Steroid (Harborne, 1987) Identifikasi dilakukan dengan menggunakan campuran asam asetat
anhidrid dan asam sulfat pekat yang biasa dikenal dengan pereaksi LiebermannBurchard. Pada pengujian ini 10 tetes asam asetat anhidrid dan 2 tetes asam sulfat pekat ditambahkan secara berurutan ke dalam 1 ml sample uji yang telah dilarutkan dalam aseton. Selanjutnya sampel uji dikocok dan dibiarkan beberapa menit. Reaksi yang terjadi diikuti dengan perubahan warna, apabila terlihat warna merah dan ungu maka uji dinyatakan positif untuk triterpenoid dan apabila terlihat warna hijau dan biru maka uji dinyatakan positif adanya steroid. 6.
Karbohidrat (Harborne, 1987) Identifikasi dilakukan dengan menggunakan pereaksi Molisch dengan
tahapan kerja sebagai berikut: Penyiapan pereaksi Molisch : Sebanyak 1,25 gr 1-naphtol dilarutkan dalam 25 ml etanol, kemudian ditambahkan 2 tetes asam sulfat pekat. Satu tetes pereaksi Molisch ditambahkan kedalam 1 ml sampel uji yang telah dilarutkan dalam aseton, kemudian dikocok.
Selanjutnya melalui dinding
tabung ditambahkan 1 ml asam sulfat pekat. Apabila terbentuk cincin ungu diantara 2 lapisan, maka uji dinyatakan positif mengandung karbohidrat.
??
c.
Pengujian Antikosidan Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan dengan mengacu pada metoda 0
Arung (2008). Menggunakan spektrofotometer pada suhu kamar (25 C) dengan panjang gelombang 514 nm dan larutan DPPH (1,1-diphenyl -2-picrylhydrazyl) digunakan sebagai radikal bebas, serta ascorbic acid (Vitamin C) sebagai kontrol positif. Ekstrak sempel sebanyak 1,5 mg dilarutkan dalam 1 ml DMSO sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 60 ppm (konsentrasi 60 ppm = 33 µL ekstrak + 467 µL etanol + 500 µL DPPH). Pencampuran dicukupkan apabila volume sampel telah sampai 1000 µL (1 ml). Sampel diinkubasi selama 20 menit dalam ruangan yang minim akan cahaya dengan suhu ruangan. Aktivitas antioksidan ditentukan melalui dekolorisasi dari DPPH pada panjang gelombang 517 nm menggunakan UV-Vis spektrofotometer. Pengujian dilakukan dengan konsentrasi 50 ppm untuk skrining awal. Konsentrasi dilakukan penurunan menjadi 3,125 ppm, 6,25 ppm, 12,5 ppm, dan 25 ppm terhadap penghambatan minimal 50 % pada sampel terhadap DPPH untuk mendapatkan nilai IC50, yang berguna untuk menggambarkan besarnya konsentrasi ekstrak uji yang dapat menangkap radikal bebas DPPH sebesar 50 % melalui persamaan garis linear/logaritma/eksponensial yang menyatakan hubungan antara konsentrasi ekstrak uji (x), dengan aktivitas penangkap radikal bebas (y). Vitamin C digunakan sebagai kontrol posotif dengan menimbang 1,5 mg vitamin C dan dilarutkan dalam DMSO sebanyak 1000 µL. Penggunaan vitamin C karena vitamin ini telah dikenal sebagai antioksidan alami.
??
Aktivitas
antioksidan
dari
ekstrak
sampel
ditentukan
berdasarkan
persentase daya hambat relatif terhadap kontrol yang menggunakan persamaan sebagai berikut: DPPH(t)
sampel (t)
DPPH(t)
Dimana ADPPH
(t)
adalah penyerapan dari DPPH dalam waktu t dan Asample
(t)
adalah penyerapan dari sampel dalam waktu t (Cefarelli et al., 2006). D. Analisis Data Data hasil pengujian diolah dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Hasil pengujian juga akan dibandingkan terhadap kontrol positif pada masingmasing pengujian untuk mengetahui manfaat yang terkandung dalam buah yang dianalisis dalam rangka meningkatkan nilai dan manfaat dari buah-buahan hutan yang belum dikenal selama ini.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1.
Deskripsi Buah a. Buah Selekop (Lepisanthes amoena Hassk, Leenh) Buah selekop tumbuh berumpun pada satu tangkai bunga dan memiliki warna kulit coklat muda, memilik 3 ruang, berukuran 2,5 - 3 cm. Biji 3 buah berwarna coklat tua dan berbentuk lonjong. Daging buah berwarna putih dengan rasa manis agak asam. Buah selekop dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini.
Gambar 2. Buah selekop (Lepisanthes amoena Hassk, Leenh) b. Buah Rotan Manau (Calamus manan Miq) Rotan Manau memiliki buah yang tidak terlalu besar, dengan panjang kurang lebih 3 cm, diameter sekitar 2 cm, bersisik, dan berbentuk lonjong. Biji berbentuk lonjong ukuran 18 x 22 mm pada permukaannya berbintik-bintik halus dan ditutupi daging buah berwarna kuning muda sampai agak keputihan. Buah rotan manau memiliki rasa manis, juga kelat dan meninggalkan kesan sepat pada lidah. Pada musim buah
??
sering ditemui dijual di pasar-pasar tradisional. Buah rotan manau dapat dilihat pada Gambar 3 berikut ini.
Gambar 3. Buah Rotan Manau (Calamus manan Miq) 2.
Fitokimia Kandungan fitokimia pada ekstrak kasar daging, biji dan kulit buah selekop
dan buah rotan manau dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini : Tabel 1. Senyawa fitokimia ekstrak daging buah, biji dan kulit pada buah selekop dan rotan manau Daging Biji Kulit Komponen Rotan Rotan Rotan Fitokimia Selekop Selekop Selekop Manau Manau Manau Flavonoid + + + + + + Tannin + + + + + + Alkaloid + + + + Triterpenoid + + + + + Steroid Saponin + + + + + + Karbohidrat + + + + + + Keterangan : + = terdeteksi - = tidak terdeteksi Data pada Tabel 1 memperlihatkan bahwa flavonoid, tannin, saponim dan karbohidrat terdeteksi pada daging, biji dan kulit baik pada buah selekop maupun pada rotan manau. Alkaloid hanya terdeteksi pada biji dan kulit sedangkan pada daging buah tidak terdeteksi pada kedua jenis buah. Triterpenoid tidak terdeteksi hanya pada daging buah selekop sedangkan pada rotan manau terdeteksi
??
semuanya pada daging, biji dan kulit. Steroid tidak terdeteksi pada semua bagian buah yang diteliti. 3.
Antioksidan Pengujian antioksidan pada ekstrak buah selekop dan rotan manau
mengacu pada (Jun dkk,2003) tentang tingkat kekuatan antioksidan dengan metode DPPH seperti pada tabel 2 berikut ini. Tabel 2. Tingkat kekuatan antioksidan dengan metode DPPH (Jun dkk, 2003) Intensitas Nilai IC50 Kuat < 50 ppm Aktif 50-100 ppm Sedang 101-250 ppm Lemah 250-500 ppm Tidak aktif >500 ppm Hasil pengujian antioksidan pada buah rotan dan buah selekop dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini. Tabel 3. Nilai IC50 dari ekstrak daging buah, biji dan kulit pada buah selekop dan Rotan Manau
Bagian Buah Daging Biji Kulit Vitamin C
IC50 (ppm) Selekop 122.65 53,23 63.63
Rotan Manau 274,63 5,14 23,26 3.06
Data pada Tabel 3 menunjukkan terdapat perbedaan aktivitas antioksidan pada bagian daging, kulit dan biji pada kedua jenis buah dimana daging buah memiliki sifat antioksidan yang lemah dibandingkan dengan biji dan kulit. Terlihat juga bahwa bagian biji pada rotan manau memiliki sifat antioksidan yang kuat dibandingkan dengan bagian buah lainnya dan sebaliknya bagian daging buah pada rotan manau memiliki kek uatan antioksidan yang lemah dibanding dengan yang lainnya.
??
B. Pembahasan 1.
Fitokimia Hasil
yang
diperoleh
seperti
terlihat
pada
Tabel
2
sebelumnya
memperlihatkan bahwa kedua jenis buah memiliki potensi fitokimia yang cukup baik.
berdasarkan uji fitokimia yang dilakukan, didapatkan bahwa flavonoid,
tanin, saponin dan karbohidrat terdeteksi pada kedua jenis buah dan terdapat pada semua bagian buah yang diteliti yaitu daging biji dan kulit. Alkaloid tidak terdeteksi pada daging buah tetapi terdeteksi pada bagian biji dan kulit pada kedua jenis buah, sedangkan triterpenoid hanya tidak terdeteksi pada bagian daging buah selekop. Sterioid tidak terdeteksi pada kedua jenis buah. Flavonoid terdeteksi pada semua bagian buah karena senyawa tersebut adalah kelompok senyawa polyphenol yang secara alami banyak terdapat pada buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, biji, bunga, daun, kulit pohon, dan lainet.al., lain (Totok, 2013). Flavonoid termasuk salah satu kelompok senyawa aromatik yang termasuk polifenol dan mengandung antioksidan. serta jumlahnya yang melimpah di alam, sehingga lebih banyak dimanfaatkan dibandingkan dengan senyawa lainnya sebagai antioksidan. Tanin biasanya dijumpai pada hampir semua tumbuhan hijau dan biasanya terdapat lebih banyak pada kulit kayu. Hasil pengujian menunjukkan ketiga bagian ekstrak buah mengandung tannin. Rasa sepat pada beberapa buah termasuk buah selekop dan rotan manau merupakan indikasi keberadaan tannin. Semakin banyak terdapat tanin maka semakin besar aktivitas antioksidannya karena tanin tersusun dari senyawa polifenol yang memiliki aktivitas penangkap radikal bebas (Malangngi et.al., 2012).
??
Saponin terdeteksi pada semua bagian buah, hal ini juga dikemukakan oleh Fahrunnida (2015) yang melaporkan bahwa saponin tertinggi terdapat pada bagian buah dibandingkan dengan daun dan tangkai daun pada belimbing wuluh. Begitupun dengan karbohidrat terdeteksi pada semua bagian buah karena karbohidrat merupakan bagian yang paling penting dalam proses kimia kehidupan. Pada tumbuhan, karbohidrat terbentuk melalui proses fotosintesis pada daun dengan menggunakan karbon dioksida dan air untuk menghasilkan gula dan oksigen yang diedarkan ke seluruh bagian tumbuhan sebagai bahan makanan. Alkaloid merupakan salah satu metabolisme sekunder yang terdapat pada tumbuhan, yang bisa dijumpai pada bagian daun, ranting, biji, dan kulit batang (Aksara et.al., 2013). Sesuai dengan hal tersebut, dari hasil pengujian yang dilakukan ternyata alkaloid tidak terdapat pada ekstrak daging buah dan hanya terdapat pada bagian biji dan kulit. Triterpenoid tidak terdapat pada daging buah selekop dan hanya terdapat pada biji dan kulit. Harborne (1987), menyatakan bahwa senyawa triterpena pada umumnya ditemukan pada damar dan getah, dan yang tergolong minyak atsiri yang mudah menguap dan berbau harum. Steroid tidak terdeteksi pada ketiga bagian ekstrak. Ariyani (2009) menyatakan umumnya steroid terdapat pada daun tempat berlangsungnya fotosintesis dan jarang ditemukan pada bagian buah. Steroid pada tumbuhan berfungsi meningkatkan laju perpanjangan sel tumbuhan, menghambat penuaan daun (senescence) menghambat proses gugurnya daun, dan menstimu lasi perpanjangan sel di pucuk tumbuhan. Secara keseluruhan jika dibandingkan dengan penelitian terhadap kulit manggis oleh Dewi dkk (2013) yang menunjukkan keberadaan senyawa
??
golongan alkaloid, triterpenoid, saponin, flavonoid, tannin dan polifenol, ternyata sama dengan hasil yang diperoleh pada kulit dari kedua jenis buah yang diteliti. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tirtana dkk (2013), didapatkan kandungan flavonoid, alkaloid dan saponin pada buah tampoi hampir sama dengan kandungan fitokimia pada kedua jenis buah yang diteliti, namun tidak ditemukan keberadaan alkaloid pada daging kedua jenis buah (rotan manau dan selekop). 2.
Antioksidan Antioksidan merupakan
molekul
yang
mampu
memperlambat
atau
mencegah proses oksidasi molekul lain. Oksidasi adalah reaksi kimia yang dapat menghasilkan radikal bebas, sehingga memicu reaksi berantai yang dapat merusak sel. Antioksidan seperti tiol atau asam askorbat (vitamin C) mengakhiri reaksi berantai ini. Senyawa antioksidan banyak dijumpai pada tumbuhan seperti pada buahnya. Dalam penelitian ini indikator untuk mengetahui kekuatan antioksidan adalah IC 50 yaitu konsentrasi dari antioksidan yang dapat meredam atau menghambat 50% radikal bebas. Pada grafik berikut ini dapat dilihat tingkat kekuatan antioksidan pada daging, kulit dan biji dari kedua jenis buah dan dibandingkan dengan vitamin C sebagai control positif.
??
/ ??
Vitamin C
Gambar 4. Tingkat kekuatan antioksidan daging, biji dan kulit buah selekop dan rotan manau Pada Gambar 4 terlihat bahwa bagian biji rotan manau memiliki tingkat kekuatan antioksidan paling baik dan hampir mendekati vitamin C. Vitamin C dijadikan sebagai control positif karena merupakan sumber antioksidan yang baik. Data pada Tabel 3 menunjukkan nilai IC50 untuk biji rotan manau sebesar 5,14 pp dan vitamin C sebesar 3,06 pp dimana menurut kedua nilai ini termasuk dalam kategori kuat. Secara keseluruhan biji dan kulit memiliki sifat antioksidan yang baik dibandingkan dengan daging buah. Aktivitas antioksidan pada bagian kulit dan biji lebih baik dibandingkan dengan daging buah sesuai dengan keberadaan komponen fitokimia yang lebih baik pada biji dan kulit dimana salah satu komponen fitokimia yaitu alkaloid pada daging buah tidak terdeteksi alkaloid. Keberadaan komponen fitokimia dan aktivitas antioksidan dinyatakan oleh Ahmed dkk (2014) dalam penelitiannya pada Calamus tenuis Roxb yang menyatakan terdapat korelasi antara aktivitas antioksidan dan kandungan total flavonoid.
??
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa ekstrak buah selekop dan rotan manau memiliki senyawa fitokimia dan antioksidan dimana ekstrak kulit dan biji memiliki potensi antioksidan dan fitokimia yang lebih baik dibandingkan dengan bagian daging buah. Jika dibandingkan terhadap kedua jenis buah menunjukkan bahwa buah rotan memiliki kandungan fitokimia yang lebih lengkap pada daging, biji dan kulit dibandingkan dengan buah selekop. Selain itu biji rotan manau memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dibandingkan dengan bagian buah lainnya pada kedua jenis buah berdasarkan nilai IC50 dan hampir sama dengan kekuatan antioksidan pada vitamin C. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Miryanti dkk (2011) pada kulit manggis menghasilka nilai IC50 sebesar 8,667 ppm termasuk kategori kuat, jika hal ini dibandingkan dengan data yang diperoleh dari kedua buah yang diteliti menunjukkan bagian kulit keduanya memiliki sifat antioksidan yang tinggi cukup baik dimanan kulit buah selekop memiliki nilai IC50 63,63 dan rotan manau 23,26 walaupun pada bagian biji memiliki sifat antioksidan yang lebih kuat dimana biji rotan manau memiliki nilai IC50 5,14 lebih baik dari kulit buah manggis.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut : 1.
Rotan manau memiliki senyawa fitokimia yang lebih baik dibandingkan dengan buah selek op dimana rotan manau hampir semua memiliki senyawa komponen fitokimia pada ketiga bagian buah (daging, biji dan kulit) kecuali alkaloid dan steroid.
2.
Bagian biji dan kulit pada kedua jenis buah memiliki kekuatan antioksidan yang lebih baik dibandingkan dengan daging buah.
3.
Biji rotan manau memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dibandingkan dengan bagian buah yang lain pada kedua jenis dengan IC50 5,14 ppm hampir sama dengan nilai vitamin C sebesar 3,06 ppm termasuk kategori kuat. B. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengidentifikasi senyawa aktif
yang terkandung dalam komponen fitokimia yang terdeteksi pada semua bagian khususnya pada biji rotan manau.
??
DAFTAR PUSTAKA Achmadi, S.S. dan Choong, E.T. 1992. Utilization Of Tannin In Indonesia. In Hemingway, R. W. and Laks, P.E. (Ad). Plant Polyphenols Synthesis, Properties, Significance. Plenum Press. New York and London. pp 881839. Aksara R, Wenny JAM, La Alio. 2013. Identifikasi Senyawa Alkaloid Dari Ekstrak Metanol Kulit Batang Mangga (Mangifera indica L). JURNAL ENTROPI, 6 (1) : 514-519. [Indonesian] Anonim, 1991. Edible Fruits and Nuts. Bogor. Plant Resources of South-East Asia (PROSEA), Bogor. Ardiansyah. 2007. Antioksidan www.Beritaiptek.com
dan
Peranannya
Bagi
Kesehatan.
Aryani F. 2009. Eksplorasi Bioaktivitas Dan Pengembangan Produk Herbal Rambai Sungai (Sonneratia caseolaris L. Engl.). (Thesis). Mulawarman University, Samarinda. [Indonesian] Arung, E.T., Muladi,S., Sukaton.E., Shimizu. K., Kondo, R. 2008. Artocarpin,A Promising Compound as Whitening Agent and anti-skin Cancer. Hlm 3335 Desmukh & Waghmode. 2011. Role of wild edible fruits as a food resource: Traditional knowledge. Int. J. of Pharm. & Life Sci. (IJPLS), Vol. 2, Issue 7: July: 2011, 919-924 Dewi, I.D.A.D.Y., Astuti, K.W., Warditiani, N.K.. 2011. Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol 95% Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.). Jurnal Farmasi Udayana, Bali. Doi K, Kojima T, Makino M, Kimura Y & Fujimoto Y. 2001. Studies on the Constituents of the Leaves of Morus alba L. Chemical and Pharmaceutical Bulletin, 49: 151-53. Egga M, 2014. Manfaat Fitokimia Bagi Tanaman dan Kesehatan. Penerbit ITB: Bandung Fengel, D. dan G. Wegener. 1984. Kayu : Kimia, Ultrastruktur, Reaksi-reaksi. Gajahmada University Press. Yogyakarta. (Terjemahan) Fessenden, R.J dan J.S Fessenden. 1986. Organic Chemistry, Third Edition Wadsworth, Inc., Belmont, Californi a Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia (Terjemahan). Terbitan ke-2. Penerbit ITB. Bandung.
??
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Cetakan ke-1. Badan Penelitian dan Peluang Pengembangan Departemen Kehutanan. Bogor. Hariyadi B. 2011. Obat Rajo Obat Ditawar: Tumbuhan Obat dan Pengobatan Tradisional Masyarakat Serampas Jambi. Jurnal Biospesies. (4)1: 29 34. Kokate, C.K. 2001. Pharmacognosy 16th Edn. Nirali Prakashan, Mumbai, India. Kim, S.B., Chang, B.Y., Jo, Y.H., Lee, S.H., & Han, S.B. 2013 Macrophage Activating Activity of Pyrrole Alkaloids from Morus alba Fruits. Journal of Ethnopharmacology, 145: 393 396. Lenny, S. 2006. Senyawa Flavonoida, Fenilpropanoida dan Alkaloida. Karya Ilmiah. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Sumatera Utara, Medan. Miryanti Arry, Lanny Sapei, Kurniawan Boediono, Stephen Indra. 2011. Ekstraksi Antioksidan Dari Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.). Lembaga Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung Naczk, M., T. Nicholas, D. Pink, F.Sosulski, 1994. Canola Hulls. J. Agrifood Chem, 42:2196-2200.
Condensed Tannin in
Rifai, M.A. 1986. Flora Buah-buahan Indonesia. Bogor. LBN
LIPI.
Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung: ITB. Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi. Penerbit ITB: Bandung Sari,
E.L. 2013. Antioksidan. antioksidan.html
http://emaloveta.blogspot.co.id/2013/01/
Sastrohamidjojo. 1996. Sintesis Bahan Alam. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Tirtana Endra , Nora Idiawati, Warsidah, Afghani Jayuska. 2013 . Analisa Proksimat, Uji Fitokimia Dan Aktivitas Antioksidan Pada ?AS dAwÐ Žs (Baccaurea macrocarpa). JKK sol?2 (1), 42-45 Uji T, 2007. Review : Keanekaragaman Jenis Buah-Buahan Asli Indonesia dan Potensinya. Biodiversitas ISSN: 1412-033X Volume 8, Nomor 2 April 2007 Halaman: 157-167 Wijayakusuma, H. 2000. Tumbuhan Berkhasiat obat Indonesia. Prestasi Insan Indonesia. Jakarta. Winarsi, H. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Kanisius Yogyakarta.
??
Wang, Y., Xiang, L., Wang, C., Tang, C., & He, X. 2013. Antidiabetic and Antioxidant Effects and Phytochemicals of Mulberry Fruit (Morus alba L.) Polyphenol Enhanced Extract, (online), (http://journals.plos.org/plosene/), diakses tanggal 2 Mei 2015. Yana Y, 2014. Manfaat Antioksidan Bagi Tanaman Dan Kesehatan. UGM, Jogjakarta.
??
Lampiran 1. Hasil Pengujian Fitokimia Buah Rotan Manau 1.
Flavonoid
Biji (+)
Kulit (+)
Daging (+)
Keterangan : Munculnya warna kuning yang jelas pada larutan ekstrak dan menjadi tidak berwarna setelah penambahan asam encer (HCl 1 %) mengindikasikan adanya flavonoid (+)
2. Tannin
Biji (+)
Kulit (+)
Daging (+)
Keterangan : Tanin dinyatakan positif apabila pada reaksi terbentuk endapan kuning. 3.
Alkaloid
Biji (+)
Kulit (+)
Daging(-)
Keterangan : Perubahan warna larutan menjadi jingga atau merah mengindikasikan bahwa ekstrak mengandung alkaloid.
??
4.
Triterpenoid dan Steroid
Biji Triterpenoid (+) Steroid (-)
Kulit Triterpenoid (+) Steroid (-)
Daging Triterpenoid (+) Steroid (-)
Keterangan : Reaksi perubahan warna merah dan ungu positif untuk triterpenoid dan warna hijau dan biru dinyatakan positif adanya steroid. 5.
Saponin
Biji (+)
Kulit (+)
Daging (+)
Keterangan : Terbentuknya buih mantap selama kurang lebih 10 menit dengan ketinggian 1 10 cm dan tidak hilang bila ditambahkan 1 tetes HCl 2N menandakan bahwa ekstrak yang diuji mengandung saponin. 6.
Karbohi drat
Biji (+)
Kulit (+)
Daging (+)
Keterangan : Terbentuk cincin ungu diantara 2 lapisan, maka uji dinyatakan positif mengandung karbohidrat.
??
Lampiran 2. Hasil Pengujian Fitokimia Buah Selekop (Lepsanthes amoena Hassk, Leenh) 1.
Flavonoid
Biji (+)
Kulit (+)
Daging (+)
Keterangan : Munculnya warna kuning yang jelas pada larutan ekstrak dan menjadi tidak berwarna setelah penambahan asam encer (HCl 1 %) mengindikasikan adanya flavonoid (+) 2.
Tannin
Biji (+)
Kulit (+)
Daging (+)
Keterangan : Tanin dinyatakan positif apabila pada reaksi terbentuk endapan kuning. 3.
Alkaloid
Biji (+)
Kulit (+)
Daging(-)
Keterangan : Perubahan warna larutan menjadi jingga atau merah mengindikasikan bahwa ekstrak mengandung alkaloid.
??
4.
Triterpenoid dan Steroid
Biji Triterpenoid (+) Steroid (-)
Kulit
Daging
Triterpenoid (-) Steroid (-)
Triterpenoid (-) Steroid (-)
Keterangan : Reaksi perubahan warna merah dan ungu positif untuk triterpenoid dan warna hijau dan biru dinyatakan positif adanya steroid.
5. Saponin
Biji (+)
Kulit (+)
Daging (+)
Keterangan : Terbentuknya buih mantap selama kurang lebih 10 menit dengan ketinggian 1 10 cm dan tidak hilang bila ditambahkan 1 tetes HCl 2N menandakan bahwa ekstrak yang diuji mengandung saponin.
6. Karbohidrat
Biji (+)
Kulit (+)
Daging (+)
Keterangan : Terbentuk cincin ungu diantara 2 lapisan, maka uji dinyatakan positif mengandung karbohidrat.
??
Lampiran 3. Perhitungan nilai IC50 sampel buah rotan manau 1.
Kulit
Tabel 4. Aktivitas penghambatan relative terhadap DPPH kulit buah rotan manau
Abs. DPPH 0.124 0.124 0.124 0.124
Abs. Sampel 0.029 0.046 0.077 0.095
Konsentrasi 50 25 12.5 6.25
Penghambatan (%) 76.61290323 62.90322581 37.90322581 23.38709677
<ŽY?GYl?A?s ^AwÐGu ;ÐÐw ? Gambar 5. Hubungan antara konsentrasi ekstrak sampel kulit buah rotan manau terhadap aktivitas penangkapan radikal bebas Perhitungan nilai IC 50 untuk contoh uji kulit buah rotan manau
Nilai IC 50 untuk contoh uji kulit buah rotan manau sebesar 23,26 ppm
??
2.
Daging
Tabel 5. Aktivitas penghambatan relative terhadap DPPH daging buah rotan manau
Abs. DPPH 0.179 0.179 0.179 0.179
Abs. Sampel 0.158 0.162 0.166 0.173
Konsentrasi 50 25 12.5 6.25
Penghambatan (%) 11.73184358 9.497206704 7.262569832 3.351955307
<ŽY?GYl?A?s ^AwÐGu ;ÐÐw ? Gambar 6. Hubungan antara konsentrasi ekstrak sampel daging buah rotan manau terhadap aktivitas penangkapan radikal bebas Perhitungan nilai IC 50 untuk contoh uji daging buah rotan manau
Nilai IC 50 untuk contoh uji daging buah rotan manau sebesar 274,62 ppm
??
3.
Biji
Tabel 6. Aktivitas penghambatan relative terhadap DPPH biji buah rotan manau
Abs. DPPH
Abs. Sampel
Konsentrasi
0.039 0.094 0.102 0.108
0.115 0.115 0.115 0.115
6.25 3.12 1.56 0.78
Penghambatan (%) 66.08695652 18.26086957 11.30434783 6.086956522
<ŽY?GYl?A?s ^AwÐGu ;ÐÐw ? Gambar 7. Hubungan antara konsentrasi ekstrak sampel biji buah rotan manau terhadap aktivitas penangkapan radikal bebas Perhitungan nilai IC 50 untuk contoh uji biji buah rotan manau
Nilai IC 50 untuk contoh uji kulit rotan manau sebesar 5,14 ppm
??
Lampiran 4. Perhitungan nilai IC50 sampel buah selekop 4.
Kulit
Tabel 7. Aktivitas penghambatan relative terhadap DPPH kulit buah selekop
Abs. DPPH 0.211 0.211 0.211 0.211
Abs. Sampel 0.016 0.068 0.096 0.145
Konsentrasi 100 50 25 12.5
Penghambatan (%) 92.41706 67.77251 54.50237 31.27962
<ŽY?GYl?A?s ^Aw ÐGu ;ÐÐw ?
Gambar 8. Hubungan antara konsentrasi ekstrak sampel kulit buah selekop terhadap aktivitas penangkapan radikal bebas Perhitungan nilai IC 50 untuk contoh uji kulit buah selekop
Nilai IC 50 untuk contoh uji kulit selekop sebesar 63,63 ppm
??
5.
Daging
Tabel 8. Aktivitas penghambatan relative terhadap DPPH daging buah selekop
Abs. DPPH 0.380 0.380 0.380 0.380
Abs. Sampel 0.214 0.313 0.32 0.34
Konsentrasi 100 50 25 12.5
Penghambatan (%) 43.68421 17.63158 15.78947 10.52632
<ŽY?GYl?A?s ^AwÐGu ;ÐÐw ?
Gambar 9. Hubungan antara konsentrasi ekstrak sampel daging buah selekop terhadap aktivitas penangkapan radikal bebas Perhitungan nilai IC 50 untuk contoh uji daging buah selekop
Nilai IC 50 untuk contoh uji daging buah selekop sebesar 122,65 ppm
??
6.
Biji
Tabel 9. Aktivitas penghambatan relative terhadap DPPH biji buah selekop
Abs. DPPH 0.211 0.211 0.211 0.211
Abs. Sampel 0.025 0.082 0.130 0.180
Konsentrasi 100 50 25 12.5
Penghambatan (%) 88.15166 61.13744 38.38863 14.69194
<ŽY?GYl?A?s ^AwÐGu ;ÐÐw ?
Gambar 10. Hubungan antara konsentrasi ekstrak sampel biji buah selekop terhadap aktivitas penangkapan radikal bebas Perhitungan nilai IC 50 untuk contoh uji biji buah selekop
Nilai IC 50 untuk contoh uji biji buah selekop sebesar 53,23 ppm
??
Lampiran 5. Perhitungan nilai IC50 Vitamin C 7.
Kulit
Tabel 10. Aktivitas penghambatan relative terhadap DPPH vitamin C
Abs. DPPH 0.187 0.187 0.187 0.187
Abs. Sampel 0.011 0.059 0.141 0.179
Konsentrasi 6.25 3.12 1.56 0.78
Penghambatan (%) 94.11765 68.4492 24.59893 4.278075
<ŽY?GYl?A?s ^AwÐGu;ÐÐw ?
Gambar 11. Hubungan antara konsentrasi vitamin C terhadap aktivitas penangkapan radikal bebas Perhitungan nilai IC 50 untuk vitamin C
Nilai IC 50 untuk Vitamin C sebesar 3,06 ppm
??
Gambar 12. Bahan baku buah selekop (Lepisanthes amoena Haask, Leenh)
Gambar 13. Bahan baku buah rotan manau (Calamus manan Miq)
??
Gambar 14. Proses pemisahan kulit daging dan biji
Gambar 15. Serbuk kasar
??
Gambar 16. Serbuk dan etanol
Gambar 17. Penyaringan
??
Gambar 18. Proses rotary vacuum evaporator
Gambar 19. Serbuk kasar
??
Gambar 20. Proses pengujian fitokomia
Gambar 21. Proses pengujian antioksidan