SKIZOFRENIA Alamat Korespondensi: Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Terusan Arjuna No.6 Jakarta 11510
Kelompok : D7 Anggota Kelompok : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Nofris Manto Inez Petrivania Berliana Natalia RH Rafsanjany Stefanus Widy Chandra Medianto Hanna Karmila Nor Aliya Binti Ayub Basirah Anati
10.2008.170 10.2009.034 10.2009.076 10.2009.116 10.2009.155 10.2009.199 10.2009.243 10.2009.287 10.2009.317
Latar Belakang Skizofrenia adalah suatu gangguan dengan etiologi tak diketahui, ditandai oleh gejala psikotik yang secara berarti mengganggu fungsi dan menyangkut gangguan dalam perasaan, berpikir, dan perilaku. Gangguan ini kronik dan umumnya memiliki fase prodromal, fase aktif dengan delusi, halusinasi, atau keduanya, dan suatu fase residual di mana gangguan itu mungkin dalam keadaan remisi.1 Skizofrenia adalah penyakit yang insidennya meningkat bila ada riwayat keluarga. Penyakit ini ditandai dengan halusinasi, waham, inkhorensi, perilaku yang sangat kacau disebut gejala positif. Kekurangan motivasi dan emosi juga sering terjadi disebut gejala negatif. Skizofrenia banyak ditemukan pada UGD karena hebatnya gejala, ketidakmampuan pasien untuk merawat dirinya sendiri, tiada daya tilik diri, dan keruntuhan sosial yang lambat laun terjadi, serta menjauhnya pasien dari lingkungannya. Hampir 1% penduduk di dunia menderita skizofrenia selama hidup mereka. Diagnosis terhadap skizofrenia mengalami perubahan-perubahan, ada bebrapa cara untuk menegakkan diagnosis. Pedoman untuk menegakkan diagnostik adalah DSM-IV (Diagnostik and statistical manual) dan PPDGJ-III/ICD1
X.2 Dalam kasus skizofrenia diperlukan penegakkan diagnosis yang tepat dan cepat serta pemberian terapi; baik berupa obat-obatan (terapi biologis), psikoterapi, dan psikososial.
ANAMNESIS/ WAWANCARA PSIKIATRIK Pada pasien yang mengalami gangguan jiwa/ mental, cara yang tepat untuk mendapat informasi mengenai status medisnya dapat dilakukan dengan wawancara psikatrik. Pasien yang mengalami gangguan jiwa dapat datang ke klinik bersama orang lain (alloanamnesis) atau 2
datang sendiri (autoanamnesis). Oleh karena itu, informasi dapat juga di dapat dari saudara atau rekan pasien. Hal-hal yang dapat ditanyakan dapat berupa :
Identitas penderita Nama, alamat, tempat/tanggal lahir (tinggal di tempat endemik?), umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, status sosial ekonomi keluarga, anak pasien (jumlah, jenis kelamin, dan berapa yang masih tinggal bersama penderita) serta lingkungan tempat tinggal.
Riwayat penyakit sekarang: o Keluhan utama perlu diketahui, yaitu keluhan yang menyebabkan pasien dibawa berobat dan untuk mengetahui indikasi perawatan o Sejak kapan mulai keluhan? Keluhan memperberat dalam keadaan seperti apa? Faktor yang mempengaruhi (organobiologik, psikososial) o Dampak keluhan pada pekerjaan, fungsi sosial dan sehari- hari. o Mulai dengan berbicara pada pasien tentang keadaan sebelum sakit, agar pasien merasa santai dan untuk membandingkan keadaan pasien sebelum dan sesudah menderita keluhan tersebut. o Kronologik: manifestasi paling dini yang mengarah pada suatu awal mula penyekit (prodorma), kemudian diikuti gejala fase aktif. Gangguan berpikir, tidak ada motivasi, pikiran paranoid, dan tidak mempunyai daya tilik ke dalam diri sendiri. o Tanyakan secara detail pengalaman yang aneh atau ajaib dan segala sesuatu yang dirasakan pasien. Bila pasien tidak dapat melukiskan gejalanya, tanyakan tentang adanya pengalaman yang amat spesifik, dimulai dengan pengalaman prapsikotiknya (déjà vu, baal, derealisasi), kemudian halusinasi. o Tanyakan tentang gagasan bunuh diri; 10% pasien skizofrenik mati karena bunuh diri,
biasanya pada masa dini perjalanan penyakit. Riwayat penyakit dahulu o Adakah pasien pernah menderita keluhan yang sama? Pernah diobati/ dirawat di mana sebelum dibawa ke RS o Gangguan psikiatrik lain? Mulai dari sakit pertama kali, gejala, stressor, diagnosis, terapi,
lama sakit, sakit yang kedua, ketiga dan seterusnya. Riwayat obat-obatan: o Pernah diberikan obat apa, bagaimana reaksinya, efek samping obat, kepatuhan pengobatan, hasil pengobatan, gejala sisa, kegiatan setelah terapi o Adakah pasien mengkonsumsi obat-obatan menahun?
3
o Obat-obatan psikoaktif/ narkoba/ NAPZA (diuraikan: zat yang pertama kali diguna, kapan, dosis, frekuensi, cara pakai, dampak penggunaan, gejala putus zat, pemakaian
terakhir) Riwayat penyakit keluarga: o Identitas anggota keluarga, umur, pendidikan, status perkahwinan, gangguan jiwa, sebab kematian) o Adakah sanak keluarga dekat pasien pernah ada riwayat penyakit jiwa, mental atau
penyakit saraf yang lain o Adakah ahli keluarga yang mengalami keluhan yang sama? Riwayat kehidupan pribadi o Riwayat perkembangan fisik: dari dalam kandungan, kondisi ibu saat hamil, saat partus, pernah sakit/ kejang/ kecelakaan bermakna, operasi, dirawat. o Riwayat perkembangan keperibadian: perkembangan psikomotor, kognitif, moral, kualitas komunikasi asuh, pola pergaulan/ hubungan sosial, problem emosional, identitas diri, tokoh idola, hobi. o Riwayat pendidikan: dari TK, SD, SMP, SMA serta prestasi sekolah, pernah berhenti atau pindah sekolah, kegiatan luar sekolah o Riwayat pekerjaan: di mana, jenis, senang/ tidak, lama, alasan berhenti/ pindah, hubungan dengan orang di tempat kerja o Kehidupan beragama: sikap terhadap agama, taat beribadah, pengaruh agama dalam hidup o Riwayat kehidupan psikoseksual dan perkahwinan: pacaran, dijodohkan/ pilihan sendiri, keharmonisan) 3
Riwayat sosial sekarang Kondisi fisik tempat tinggal dan lingkungan, jumlah penghuni dalam rumah, interaksi keluarga dengan pasien, sikap keluarga terhadap kondisi psikososial pasien, pencari nafkah utama dalam keluarga.
PEMERIKSAAN
FISIK
4
1. Keadaan umum: meliputi tingkat kesadaran ( seperti : compos mentis dan lainnya), ada tidaknya deficit konsentrasi, tingkat kelemahan (keadaan penyakit) dan (status gizi) ada tidaknya perubahan berat badan, gelisah/ tenang. 2. Pemeriksaan tanda vital adalah pemeriksaan umum yang dilakukan oleh dokter untuk menilai kondisi pasien sama baik atau buruk. Antara pemeriksaan yang dilakukan ialah memeriksa suhu tubuh,nadi,tekanan darah dan frekuensi nafas pasien.
LABORATORIUM Tidak ada hasil laboratorium spesifik yang ditemukan pada skizofrenia. Pemeriksaan berikut harus dilakukan pada semua pasien, dari awal penyakit sampai seterusnya: 4 o Hitung darah lengkap (Complete Blood Count) o Tes fungsi hati, tiroid, dan ginjal o Kadar elektrolit, glukosa, B12, asam methylmalonic serum, folat, dan kalsium o Jika terdapat kecurigaan pada riwayat pasien, periksa HIV, ANA, kultur dan sensitivitas urin untuk melihat adanya penyalahgunaan obat; kortisol, dan tes urin 24jam untuk melihat adanya porfirin, tembaga, atau logam berat. o Jika pasien adalah wanita usia subur, penting dilakukan tes kehamilan o Jika curiga adanya neurosifilis, lakukan tes spesifik treponema
PEMERIKSAAN BRAIN IMAGING 1 o CT scan1 -
Terdapat atrofi kortikal
-
Pembesaran ventrikel III dan lateral
-
Atrofi vermis serebral
-
Turunnya radiodensitas parenkim otak
o PET scan1 -
Turunnya metabolism lobus frontal dan parietal
-
Metabolism posterior lebih tinggi pada umumnya
-
Laterlitas abnormal
o CBF (cerebral blood flow)1 5
-
kadar istirahat aliran frontal turun
-
Aliran darah parietal meningkat
-
Aliran darah otak keseluruhan turun
PEMERIKSAAN PENUNJANG LAINNYA1 — EEG: biasanya pasien skizofren memiliki EEG normal, tapi sebagian menunjukkan gangguan paroksismal, dan naiknya kepekaan terhadap prosedur aktivasi, misalnya deprivasi tidur. — Studi evoked potential (EP): hipersensitivitas awal terhadap stimulasi sensorik — Studi imunologis: pada sebagian, limfosit atipikal dan turunnya jumlah antibody alamiah. — Studi endokrinologik: pada sebagian, penurunan LH dan FSH, turunnya pelepasan prolaktin dan GH bila dirangsang oleh GHRH atau hormone THRH.
PEMERIKSAAN NEUROPSIKOLOGIK Tes apersepsi tematik (TAT) dan rorschach umumnya menunjukan respon yang aneh.Uji projektif didapatkan bahwa bila dibandingkan orang tua dari control normal, orang tua pasien skizofrenia menunjukan lebih banyak deviasi dari normal.1 Halstead – reitan battery menunjukan adanya atensi dan intelegensi yang terganggu, turunnya waktu retensi, dan gangguan kemampuan pemecahan masalah. Pasien skizofrenia memiliki IQ lebih rendah dibandingkan pasien non skizofrenia. Penurunan IQ ini terjadi dengan progesi penyakitnya.1 Klasifikasi tes neuropsikologik1 -
Tes Proyektif Tes proyektif memberikan stimuli yang artinya tidak segera jelas. Beberapa hal yang berarti mendorong pasien untuk memproyeksikan kebutuhannya sendiri ke dalam situasi tes. Tes proyektif kemungkinan tidak mempunyai jawaban benar atau salah. Orang diuji harus memberikan arti terhadap stimulus sesuai dengan kebutuhan dalamnya, kemampuan, dan pertahanannya. Contoh dari tes ini adalah Tes Apersepsi Tematik (Thematic Appreception Test) (TAT), Draw-a-Person Test, Tes Rorschach, dan Sentence Completion Test. 6
-
Tes Objektif Tes objektif adalah tes dengan pensil dan kertas yang tipikal didasarkan pada hal dan pertanyaan spesifik. Tes memberikan skor dan profil numerik yang mudah dilakukan perhitungan. Contoh dari tes ini adalah Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI). 1
-
Tes individual atau kelompok Tes dapat diberikan secara individual atau diberikan secara bersama-sama dalam satu kelompok. Tes individual mempunyai keuntungan dengan memberikan suatu kesempatan bagi pemeriksa untuk menilai rapor dan faktor motivasional dan untuk mengamati dan mencatat perilaku selama tes. Pencatatan waktu respon yang tepat juga dimungkinkan. Tetapi, tes kelompok biasanya mudah untuk dilakukan dan dinilai.1
-
Tes berderetan (battery test) Sejumlah tes individual digunakan bersama-sama untuk membangun suatu urutan psikologis atau neuropsikologis. Deretan tes dapat memberikan lebih banyak informasi tentang berbagai daerah fungsi daripada yang diberikan pada tes individual dan dapat meningkatkan tingkat keandalan jika terdapat korelasi positif di antaranya. Contoh dari test ini adalah Halstead-Reitan.1
PEMERIKSAAN STATUS MENTAL4 o Penampilan, sikap dan aktivitas motorik Menilai pakaian, perawatan, tanda – tanda penyakit dan perilaku pasien o Suasana hati dan afek Menilai jangkauan dan labil atau tidaknya o Tutur kata Menilai kualitas dari tutur katanya o Pemikiran – isi pikiran Delusi, pandangan terhdapa pembunuhan dan obsesi o Pemikiran – bentuk pikiran
7
Sifat terperinci, tangensial, kurangnya asosiasi, ide dan derealisasi, depersonalisasi, peristiwa disosiatif, konkret, kebesaran (grandiosity) o Persepsi – halusinasi dan ilusi
PEMERIKSAAN STATUS MINI MENTAL (MMSE) Tabel 1. Status mini mental 4
Ite
Tes
m 1 2 3
ORIENTASI Sekarang (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), hari apa? Kita berada di mana? (negara), (propinsi), (kota), (gedung), (ruang) REGISTRASI Pemeriksa menyebut 3 benda yang berbeda kelompoknya selang 1 detik (misal apel, uang, meja) responden diminta mengulanginya. Nilai 1 untuk tiap nama benda yang benar. Ulangi sampai responden
4
Nilai
Nila
Max
i
5 5
3
dapat menyebutkan dengan benar dan catat jumlah pengulangan ATENSI DAN KALKULASI Pengurangan 100 dengan 7 secara berturutan. Nilai 1 untuk tiap jawaban yang benar. Hentikan setelah 5 jawaban. Atau responden diminta mengeja terbalik kata “WAHYU” (nilai
5
diberi pada huruf yang benar sebelum kesalahan; misalnya uyahw = 2 nilai) MENGINGAT KEMBALI (RECALL) 5
Responden diminta menyebut kembali 3 nama benda di atas
6
BAHASA Responden diminta menyebutkan nama benda yang ditunjukkan
7
(perlihatkan pensil dan jam tangan) Responden diminta mengulang kalimat ”tanpa kalau dan atau
8
tetapi” Responden diminta melakukan perintah “Ambil kertas ini dengan
9
tangan anda, lipatlah menjadi dua dan letakkan di lantai” Responden diminta membaca dan melakukan yang dibacanya: “Pejamkanlah mata Anda”
3
2 1 3 1
8
10 11
Responden diminta menulis sebuah kalimat secara spontan Responden diminta menyalin gambar
1
1
Skor Total
30
DIAGNOSIS Diagnosis Kerja : SKIZOFRENIA Skizofrenia adalah suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tidak selalu bersifat kronis atau “deteriorating”) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya. Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karateristik dari pikiran dan presepsi, serta oleh afek yang tidak wajar (inappropriate) or tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih (clear consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.5 Pedoman Diagnostik : 5 Harus ada sedikitnya satu dari gejala ini yang amat jelas: a. - Thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama namun kualitasnya berbeda. - Thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam pikirannya atau pikirannya diambil keluar oleh suatu dari luar dirinya. - Throught broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain mengetahuinya. b. - delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh sesuatu kekuatan tertentu dari luar 9
- delusion of influence = waham tentang dipengaruhi oleh suatu kekuatan dari luar - delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap sesuatu kekuatan tertentu dari luar - delusional of perception = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat. c halusinasi auditorik: -
Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien Mendiskusi perihal pasien diantara mereka sendiri Jenis suara yang berasal dari salah satu bagian tubuh
d. Waham-waham menetap lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan suatu yang mustahil.
Atau paling sedikit dua jenis gejala di bawah ini harus selalu ada: e. halusinasi yang menetap dari panca indra apa saja, apabila disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan efektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide yang berlebihan yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan secara terus menerus. f. arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan yang berakibat inkoherensi atau berbicara yang tidak relevan atau neologis. g. perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah, posisi tubuh tertentu, atau fleksibelitas cerea, negativisme, mutisme dan strupor. h. gejala-gejala negatif. Seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang dan respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya mengakibatkan penarikan diri pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial, tetapi harus jelas semua hal tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika. Adanya gejala khas diatas telah berlangsung kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk fase nonpsikotik prodormal) Harus ada suatu perubahan yang konsisten yang bermakna dalam mutu dari beberapa aspek prilaku pribadi, bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tidak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri dan penarikan diri secara sosial.
10
Klasifikasi Skizofrenia 2 Semua pasien skizofren sebaiknya digolongkan ke dalam salah satu subtipe yang ditegakkan berdasarakan manifestasi perilaku yang menonjol. 1. Skizofrenia paranoid Tipe ini yang paling sering, gejalanya sangat konsisten, sering paranoid, asien dapat atau tidak bertindak sesuai dengan wahamnya. Pasien ini sering tidak kooperatif dan sulit untuk mengadakan kerjasama, dan mungkin agresif, marah, atau ketakutan dan paling sering pasien memperlihatkan inkoherensi/disorganisasi. Waham dan halusinasi menonjol sedangkan afek dan pembicaraan hampir tidak terpengaruh. Beberapa contoh gejala paranoid yang paling sering di temukan yaitu: Waham kejar, rujukan, kebesaran, waham dikendalikan, dipengaruhi dan cemburu. Halusinasi akustik berupa ancaman, perintah atau menghina. 2. Skizofrenia disorganisasi Gejala-gejalanya: Afek tumpul, ketolol-tololan atau tidak serasi Sering inkoheren Waham tidak sistematis Perilaku disoranisasi seperti menyeringai 3. Skizofrenia katatonik Beberapa bentuk katatonik: Stupor katatonik atau mutisme yaitu pasien tidak merespon terhadap lingkungan atau orang. Pasien menyadari hal-hal yang sedang berlangsung disekitarnya. Negativisme katatonik yaitu pasien melawan semua perintah-perintah atau usahausaha untuk menggerakkan fisiknya. Rigiditas katatonik yaitu pasien secara fisik sangat kaku. Postur katatonik yaitu pasien mempertahankan postur yang tidak biasa. Kegembiraan katatonik yaitu pasien sangat aktif dan gembira yang mungkin dapat membahayakan jiwanya karena kelelahan. 4. Skizofrenia tak terinci Pasien mempunyai halusinasi, waham, dan gejala-gejala psikosis aktif yang sangat menonjol (misalnya: kebingungan, inkoheren) atau memenuhi criteria skizofrenia tetapi tidak dapat di golongkan pada tipe paranoid, katatonik, hebefrenik, residual dan depresi pasca skizofrenia. 5. Skizofrenia residual
11
Pasien dalam keadaan remisi dari keadaan akut tetapi masih memperlihatkan gejalagejala residual (penarikan diri secara social, efek datar atau tak serasi, perilaku esentrik, asosiasi melonggar, atau pikiran tidak logis). 6. Depresi pasca skizofrenia Suatu episode depresif yang mungkin berlangsung lama dan timbul sesudah suatu penyakit skizofrenia. Beberapa gejala skizofrenia masih ada dan menetap tetapi tidak mendominasi gambaran klinisnya. Gejala yang menetap dapat berupa gejala positif atau negative. Pedoman diasnotiknya: Pasien telah menderita skizofrenia selama 12 bulan. Beberapa skizofrenia masih tetap ada Gejala depresif menonjol dan mengganggu, memenuhi sedikitnya criteria untuk episode depresif dan telah ada paling sedikit 2 minggu. 7. Skizofrenia simpleks Tipe ini adalah suatu diagnosis yang sulit dibuat secara meyakinkan karena tergantung pada pemastian perkembangan yang berlangsung perlahan, progresif dari gejala negatif yang khas dari skizofrenia residual tanpa adanya halusinasi, waham atau manifestasi lain tentang adanya suatu episode psikotik sebelumnya dan disertai dengan perubahan-perubahan yang berkmakna pada perilaku perorangan, yang bermanifestasi sebagai kehilangan minat yang mencolok, kemalasan dan penarikan diri secara social. 8. Skizofrenia lainnya Termasuk: Skizofrenia senestopatik, gangguan skizofrenia YTT, skizofrenia siklik, skizofrenia laten, gangguan lir skizofrenia akut.
9. Skozofrenia yang tak tergolongkan (YTT) Perjalan penyakit skizofrenia dapat di klasifikasikan sebagai penyakit berlangsung terusmenerus, episodik dengan atau tanpa gejala residual diantara episode, atau episode tunggal dengan remisi sempurna atau parsial. Gejala-gejala cenderung tumpang tindih dan diagnosis dapat berpindah-pindah dari satu subtipe ke subtipe lain sesuai dengan perjalanan waktu.
12
Diagnosis Banding 1. Gangguan mental organik 5 Gangguan mental organik = gangguan mental yang berkaitan dengan penyakit/gangguan sistemik atau otak yang dapat didiagnosis tersendiri. Termasuk, gangguan mental simtomatik, dimana pengaruh terhadap otak merupakan akibat sekunder dari penyakit/gangguan sistemik di luar otak (extracerebral).
Gambaran utama : A. Gangguan fungsi kognitif, misalnya: daya ingat (memory), daya pikir (intellect), dan belajar (learning) B. Gangguan sensorium, misalnya : gangguan kesadaran (consciousness) dan perhatian (attention) C. Sindrom dengan manifestasi yang menonjol dalam bidang : -
presepsi (halusinasi)
-
isi pikiran (waham/delusi)
-
suasana perasaan dan emosi (depresi,gembira,cemas)
2. Gangguan akibat zat psikoaktif Merupakan gangguan mental organik yang diinduksi oleh zat misalnya pada penggunaan kokain dan psikoaktif lainnya.1 Gangguan yang bervariasi luas dan berbeda keparahannya (dari intoksikasi tanpa komplikasi dan penggunaan yang merugikan sampai gangguan psikotik yang jelas dan demensia, tetapi semua itu diakibatkan oleh karena penggunaan satu atau lebih zat psikoaktif (dengan atau tanpa resep dokter). Banyak pengguna obat menggunakan lebih dari satu jenis obat, namun bila mungkin, diagnosis gangguan harus diklasifikasikan sesuai dengan zat tunggal yang paling penting yang digunakannya ( yang menyebabkan gangguan yang nyata). Pada pasien yang menggunakan zat psikoaktif dapat menyebabkan gangguan psikotik (F1x.5), yakni dengan pedoman diagnostik berupa :5
Gangguan psikotik yang terjadi selama atau segera sesudah penggunaan zat psikoaktif (biasanya dalam waktu 48 jam), bukan merupakan manifestasi dari keadaan putus zat
13
dengan delirium atau suatu onset lamabat. Gangguan psikotik onset lambat (dengan onset lebih dari 2 minggu setelah penggunaan zat.
Gangguan psikotik yang disebabkan oleh zat psikoaktif dapat tampil dengan pola gejala yang bervariasi. Variasi ini akan dipengaruhi oleh jenis zat yang digunakan dan kepribadian pengguna zat. Pada penggunaan obat stimulan, seperti kokain, amfetamin, gangguan psikotik yang diinduksi oleh obat umumnya berhubungan erat dengan tingginya dosis dan atau pengunaan zat yang berkepanjangan. Diagnosis gangguan psikotik jangan hanya ditegakkan berdasarkan distorsi presepsi atau pengalaman halusinasi, bila zat yang digunakan ialah halusinogenika primer (misalnya Lisergide[LSD]), meskalin, kanabis dosis tinggi). Perlu dipertimbangkan juga kemungkinan diagnosis intoksikasi akut.
3. Gangguan skizofreniform Gejalanya mungkin identik atau sedikit lebih ringan dengan skozofrenia tetapi lamanya kurang dari 6 bulan. Prognosis cenderung lebih baik.1
Kriteria untuk skizofrenia dipenuhi, tetapi durasi penyakit kurang dari enam bulan.
Hanya berlangsung selama 4 minggu hingga 6 bulan. Apabila seseorang individu telah didiagnosis gangguan skizofrenifom, tetapi symptom-simptomnya muncul selama lebih dari 6 bulan, maka individu tersebut harus didiagnosis ulang sebagai seseaorang yang menderita skizofrenia.6
4. Psikosis reaktif singkat Gejala berlangsung kurang dari 1 bulan dan disebabkan akibat stress psikososial yang jelas diidentifikasi.1
PERJALANAN PENYAKIT Perjalanan penyakit skizofrenia dapat berlangsung secara terus menerus atau episodik, dengan atau tanpa gejala residual diantara episode atau episode tunggal; dengan remisi sempurna
14
atau parsial. Gejala yang timbul umumnya tumpang tindih sehingga diagnosis bisa berpindah dari satu subtipe ke subtipe yang lain sesuai dengan perjalanan waktu.1 Gejala prodormal berupa cemas, gundah, terror atau depresi umumnya mendahuli munculnya skizofrenia yang mungkin akut atau bertahap. Gejala prodormal dapat terjadi selama berbulan – bulan sebelum diagnosa pasti dibuat. Kejadian pencetus seperti trauma emosi, obat dan separasi dapat memicu episode penyakit pada yang predisposisi.2 Akhirnya setelah bertahun – tahun gejala klinik pada pasien cenderung berubah menjadi gambaran umum seperti penarikan diri dari hubungan social, afek datar, pikiran ideosinkrasi dan adanya impairment fungsi social dan personal ( pada waktu yang sama perjalanan penyakit menjadi lebih stabil dengan gejala akut lebih sedikit dan kekambuhan lebih jarang).1,2 MANIFESTASI KLINIS Skizofrenia merupakan penyakit kronik. Sebagian kecil dari kehidupan mereka berada dalam kondisi akut dan sebagian besar penderita berada lebih lama (bertahun-tahun) dalam fase residual yaitu fase yang memperlihatkan gambaran penyakit yang “ringan”. Selama periode residual, pasien lebih menarik diri atau mengisolasi diri, dan “aneh”. Pemikiran dan pembicaraan mereka samar-samar sehingga kadang-kadang tidak dapat dimengerti. Mereka mungkin mempunyai keyakinan yang salah dan tidak dapat dikoreksi. Gejala penyakit biasanya terlihat jelas oleh orang lain. Pasien dapat kehilangan pekerjaan dan teman karena ia tidak berminat dan tidak mampu berbuat sesuatu atau karena sikapnya yang aneh. Penampilan dan kebiasan mereka mengalami kemunduran serta afek mereka terlihat tumpul. Meskipun dapat mempertahankan intelegensi yang mendekati nomal, sebagian besar performa uji kognitifnya buruk.1 Selain itu juga dapat mengalami anhedonia yaitu ketidakmapuan merasakan rasa senang. Pasien juga mengalami deteriorasi yaitu perburukan yang terjadi secara berangsur – angsur.1 Episode pertama psikotik sering didahului oleh suatu periode misalnya perilaku dan pikiran eksentrik pada fase prodormal. Kepribadian prepsikotik dapat ditemui pada pasien dengan ditandai oleh penarikan diri dan terlalu kaku secara social, sangat pemalu, dan sering mengalami kesulitan disekolah meskipun IQ nya normal. Suatu pola yang sering ditemui yaitu keterlibatan dalam aktivitas antisosial ringan dalam satu sampai dua tahun sebelum episode psikotik. 15
Skozofrenia sering memperlihatkan berbagai campuran gejala-gejala dibawah ini: 2 A. Gangguan pikiran 1. Gangguan proses pikir Pemikiran pasien sering tidak dimengerti oleh orang lain dan terlihat tidak logis. Tandatandanya adalah: Asosiasi longgar : ide pasien sering tidak nyambung yaitu seolah dapat melompat dari satu topik ke topik lainnya yang tidak berhubungan sehingga membingungkan
pendengar. Pemasukan berlebihan : arus pikiran pasien terus-menerus mengalami gangguan
karena pikiran sering dimasuki informasi yang tidak relevan. Neologisme : pasien menciptakan kata-kata baru. Terhambat : pembicaraan tiba-tiba terhenti dan disambung kembali beberapa saat yang biasanya topik lain. Ini menunjukan adanya interupsi yang dimana pikiran
pasien dimasuki ide-ide lain dan perhatian pasein lebih mudah teralih. Klang asosiasi : pasien memilih kata-kata berdasarkan bunyi kata-kata yang baru saja
terucap bukan dari pikiran mereka. Ekolali : pasien mengulang kata/kalimat yang baru saja diucapkan orang lain. Konkritisasi : pasien dengan IQ normal/tinggi sangat buruk kemampuan abstraknya. Alogia : pasein berbicara sangat sedikit tetapi bukan disebabkan oleh resistensi yang disengaja (miskin pembicaraan) atau dapat berbicara dalam jumlah normal tetapi
sangat sedikit ide yang disampaikan ( miskin isi pembicaraan). 2. Gangguan isi pikir Waham : suatu kepercayaan palsu yang menetap yang tidak sesuai dengan fakta dan kepercayaan dan kepercayaan tersebut mungkin aneh. Waham sering ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham spesifik sering ditemukan pada skizofrenia. Waham yang sering ditemukan yaitu: o Waham kejar o Waham kebesaran o Waham rujukan : pasien meyakinkan ada arti dibalik peristiwa-peristiwa dan meyakini bahwa peristiwa atau perbuatan orang lain tersebut diarahkan kepadanya. o Waham penyinaran pikiran o Waham penyisipan pikiran
16
Tilikan : Pasien mengalami pengurangan tilikan yaitu pasien tidak menyadari penyakit serta kebutuhan terhadap pengobatan, meskipun gangguan yang ada dirinya dapat dilihat oleh orang lain. B. Gangguan persepsi 1. Halusinasi Halusinasi paling sering ditemui, biasanya berbentuk pendengaran tetapi bisa juga berbentuk penglihatan, penciuman dan perabaan. 2. Ilusi dan depersonalisasi Ilusi adalah misinterpretasi panca indra terhadap objek. Depersonalisasi yaitu adanya perasaan asing terhadap diri sendiri. Derealisasi yaitu adanya perasaan asing terhadap lingkungan sekitarnya misalnya dunia terlihat tidak nyata. C. Gangguan emosional Pasien Skozofrenia dapat memperlihatkan berbagai emosi dan berpindah dari satu emosi ke emosi lain, ada 3 afek dasar yaitu: Afek tumpul/datar : ekspresi/emosi pasien sangat sedikit bahkan ketika afek tersebut seharusnya di ekspresikan. Afek tak serasi : afeknya mungkin bersemangat atau kuat tapi tidak sesuai dengan pikiran dan pembicaraan pasien. Afek labil : dalam jangka pendek terjadi perubahan afek yang jelas.
D. Gangguan perilaku Berbagai perilaku yang tidak sesuai atau aneh dapat terlihat seperti gerakan tubuh yang aneh, wajah dan menyeringai, perilaku ritual, sangat ketolol-tololan dan agresif dan perilaku seksual yang tidak pantas. Kebanyakan pasien mengalami kekambuhan dalam bentuk episode aktif, secara periodik, dalam kehidupannya secara khas dengan jarak beberapa bulan atau tahun. Sebagian besar pasien skizofrenia yang dalam keadaan remisi dapat memperlihatkan tanda-tanda awal kekambuhan. Tanda-tanda awal pasien skizofrenia mengalami remisi yaitu peningkatan kegelisahan, ketegangan, penurunan nafsu makan, depresi ringan dan anhedonia, tidak bisa tidur dan konsentrasi terganggu. ETIOLOGI Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan seseorang menderita skizofrenia yaitu: 17
1) Faktor biologis: kemaknaan penemuan-penemuan di bawah ini belum diketahui pasti, bagaimanapun, ini menunjukkan adanya dasar biologik dan heterogenitas skizofrenia. — Tidak ada gangguan fungsional dan struktur yang patognomonik pada penderita skizofrenia. — Ditemukan beberapa gangguan organik seperti pelebaran ventrikel III dan lateral yang stabil dan kadang-kadang sudah terlihat sebelum awitan penyakit. — Atropi bilateral lobus temporal medial dan lebih spesifik yaiti girus parahipokampus, hipokampus dan amigdala — Disorientasi spasial sel pyramid hipokampus — Penurunan volume korteks prefrontal dorsolateral — Komplikasi persalinan (premature, berat badan lahir rendah, lahir pada masa epidemic influenza) lebih besar kecenderungan pada yang lahir pada akhir musim dingin atau awal musim panas dan terdapat gangguan neurologi minor. 2) Biokomia7 — Dapat berupa gangguan neurotransmitter (penyampai pesan secara kimiawi) dimana terjadi ketidakseimbangan produksi neurotransmitter dopamine, apabila kadar dopamine berlebihan atau kurang, penderita dapat mengalami gejala positif atau negatif. Gejala positif adalah gejala yang berupa peningkatan atau distorsi dari fungsi yang normal manakala gejala negative adalah berupa pengurangan atau kehilangan dari fungsi normal. — Hipotesis yang paling banyak yaitu adanya gangguan neurotransmitter sentral yaitu terjadinya peningkatan aktivitas dopamine sentral. Hipotesisi ini dibuat berdasarkan penemuan bahwa pemberian obat-obat neuroleptika yang efektif pada pasien skizofrenia karena ia bekerja menghambat reseptor dopamine pasca sinaps (tipe 2) dan penemuan peningkatan jumlah reseptor D2 di nucleus kaudatum, nucleus akumben dan putamen pada skizofrenia. — Teori lain adalah peningkatan serotonin di susunan saraf pusat dan kelebihan norepinefrin (NE) di forebrain limbik (hanya terjadi pada beberapa penderita skizofrenia). 3) Genetika — Mempunyai komponen yang diturunkan secara bermakna, kompleks dan poligen 18
— Skozofrenia adalah gangguan yang bersifat keluarga, semakin dekat hubungan kekerabatan semakin tinggi risiko — Kembar monozigot mempunyai risiko 4-6 kali lebih sering dibandingkan dengan kembar dizigot — Anak yang mempunyai orang tua skizofrenia diadopsi sewaktu lahir oleh keluarga yang normal mempunyai peningkatan angka sakitnya sama dengan apabila anak tersebut diasuh sendiri oleh orang tuanya yang skizofrenia. Lihat tabel 1.
Tabel 1: Resiko terjadinya skizofrenia selama kehidupan7 Populasi umum Kembar monozigot* Kembar dizigot Saudara kandung skizofrenia Orang tua Anak dari salah satu orang tua skizofrenia Anak dari kedua orang tua skizofrenia
1% 40-50% 10% 10% 5% 10-15% 30-40%
4) Faktor psikologis — Pola asuh yang dialami penderita, cara penderita menyelesaikan/menghadapi masalah, respon penderita terhadap suatu keadaan yang akan membentuk kapasitas mental penderita. Apabila mekanisme pertahanan mental penderita tidak matang atau lemah akan memudahkan timbul skizofrenia. — Keluarga memperlihatkan kecemasan yang berlebihan, sangat protektif terhadap pasien, terlalu ikut campur, sangat pengeritik. 19
5) Faktor lingkungan/psikososial Stress yang berlebihan dari lingkungan dapat jadi pemicu timbulnya skizofrenia
6) Cedera kepala Cedera kepala traumatis, seperti jatuh atau kecelakaan lalu lintas yang berkelanjutan/ sering, dapat membuat orang lebih mungkin mengembangkan skizofrenia. Penelitian juga menunjukkan bahwa cedera kepala saat kanak-kanak dapat mengarah pada perkembangan skizofrenia pada orang yang sudah rentan terhadap itu. EPIDEMIOLOGI Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering. Hampir 1% penduduk di dunia menderita skizofrenia selama hidup mereka. Skizofrenia adalah salah satu kondisi kesehatan mental serius yang paling umum. National Survey of Psychiatric Morbidity 2000 di Inggris menemukan bahwa 5 di 1000 orang mengalami gangguan psikotik (termasuk skizofrenia dan depresi manik). Pria dan wanita sama-sama dipengaruhi oleh kondisi tersebut. Pada pria, skizofrenia biasanya dimulai antara usia 15 dan 30. Pada wanita, skizofrenia biasanya terjadi kemudian, dimulai antara usia 25 dan 30. Prevalensi, morbiditas dan keparahan presentasi adalah lebih besar pada area urban daripada rural, area industrialisasi dari nonindustrialisasi. Naiknya prevalensi di golongan sosioekonomi rendah.1,8,9
PENATALAKSANAAN Medikamentosa a. Terapi biologik 2,10 Skizofrenia diobati dengan antipsikotik. Obat ini dibagi dalam 2 golongan yaitu antipsikotik generasi I (APG I) atau dopamine reseptor antagonis (DRA) dan anti psikotik generasi II (APG II) atau serotonin dopamine antagonis (SDA) atau Pada awalnya pikirkan obat APG II yakni klorpromazine yang dapat diberikan pada kisaran dosis ekuivalen 300-600 mg per hari. Pemeliharaan dosis rendah antipsikotik diperlukan, setelah kekampbuhan pertama. Dosis pemeliharaan sebaiknya dipertahankan selama beberapa tahun.2 20
Obat APG I berguna terutama untuk mengontrol gejala positif sedangkan untuk gejala negative tidak bermanfaat. Obat APG II bermanfaat baik untuk gejala positif maupun negative. Standart emas adalah APG II.10 Klozapin dipakai pada kasus resisten. Pada umumnya obat potensi tinggi maupun rendah sama efektifnya, tapi salah satunya mungkin lebih manjur pada kasus individual. Gunakan klorpromazin sebagai rujukan untuk potensi relative. Haloperidol dipakai untuk penangan cepat (1-10mg peroral atau IM selama 30-60 menit); dosis harian dapat setinggi 100 mg. Beberapa contoh obat APG I, antara lain:10
Fenotiazine ( chlorpromazine, thioridazine, perphenazine, trifluoperazine)
Tioxantine
Butirofenon (haloperidol)
Dibenzixazepine
Dihidronidol
Difenilbutil piperidine (pimozid)
Beberapa contoh obat APG II, antara lain:10
Clozapine
Risperidone
Olanzapine
Quetiapine
Ziprasidone
Pemeliharaan: sesudah tanda dan gejala reda dan pasien stabil (biasanya sesudah 4 minggu), dosis dapat diturunkan ke tingkat rendah untuk menjaga pasien bebas gejala. Sesudah 6 bulan remisi, obat dapat distop sementara masa percobaan apakah timbul relaps, jika kambuh obat diberikan lagi. Sebagian pasien mungkin memerlukan terapi pemeliharaan seumur hidup untuk mencegah relaps.11
b. Terapi kejang listrik(TKL) 2
21
Bermanfaat untuk mengontrol dengan cepat beberapa psikosis akut. Beberapa pasien skizofrenia yang tidak berespons dengan obat dapat membaik dengan TKL.
Non- medika mentosa:12
Psikososial Terapi kelompok: focus pada dukungan dan pengembangan keterampilan sosial (aktivitas sehari- hari). Kelompok khususnya berguna mengurangi isolasi sosial dan menambah uji realita. Terapi keluarga: dapat secara berarti mengurangi angka relaps untuk anggota keluarga skizofrenik. Interaksi keluarga berekspresi emosi tinggi dapat dikurangi dengan terapi keluarga. Terapi seni: Terapi seni dirancang untuk mempromosikan ekspresi kreatif. Bekerja dengan terapis seni dalam sebuah kelompok kecil atau individu dapat memungkinkan Anda untuk mengekspresikan pengalaman Anda dengan skizofrenia. Beberapa orang menemukan bahwa mengekspresikan hal-hal dalam cara non-verbal melalui seni dapat memberikan pengalaman baru skizofrenia dan membantu mereka mengembangkan cara-cara baru berhubungan dengan orang lain. Terapi seni telah ditunjukkan untuk mengurangi gejala negatif dari skizofrenia pada beberapa orang.
Program dukungan dan terapi (psikoterapi suportif) 13 Terapi suportif mungkin berguna bagi banyak orang dengan skizofrenia. Teknik perilaku, seperti pelatihan keterampilan sosial, dapat digunakan untuk meningkatkan fungsi sosial dan pekerjaan. Pelatihan kerja dan kelas membangun hubungan adalah penting. Anggota keluarga dari orang dengan skizofrenia harus dididik tentang penyakit dan dukungan yang tersedia. Program yang menekankan penjangkauan dan pelayanan dukungan masyarakat dapat membantu orang yang tidak memiliki keluarga dan yang kekurangan dukungan sosial. Anggota keluarga dan pengasuh sering didorong untuk membantu orang dengan skizofrenia untuk meneruskan pengobatan mereka. Adalah penting bahwa orang dengan skizofrenia belajar bagaimana untuk: 22
-
Mengambil obat dengan benar dan bagaimana mengelola efek samping
-
Perhatikan tanda-tanda awal kambuh dan apa yang harus dilakukan jika gejala kembali
-
Mengatasi gejala yang terjadi bahkan saat mengambil obat. Seorang terapis dapat membantu
-
Gunakan transportasi umum
PENCEGAHAN Tidak ada cara yang dikenal untuk mencegah terjadinya skizofrenia. Mengurangi stress dapat juga mengurangi risiko terkenanya skizofrenia.Timbulnya gejala dapat dicegah dengan minum obat secara teratur.14 KOMPLIKASI Skizofrenia meningkatkan risiko terjadinya hal berikut, antara lain:15 -
Penyalahgunaan alcohol atau obat – obatan (nikotin)
-
Penyakit fisik seperti HIV karena gaya hidup yang berantakan.
-
Depresi dan bunuh diri
PROGNOSIS 2 A) Prognosis ke arah baik berkaitan dengan:
Onset lambat
Faktor pencetus yang jelas seperti stress
Onset akut
Riwayat sosial, seksual dan pekerjaan premorbid yang baik
Gejala gangguan mood (terutama gangguan depresif)
Menikah
Riwayat keluarga gangguan mood
Sistem pendukung yang baik
Gejala positif
Afek terpelihara dengan baik 23
B) Prognosis ke arah buruk berkaitan dengan :
Onset muda (timbul sebelum usia 20 tahun)
Tidak ada faktor pencetus
Onset tidak jelas umumnya timbul perlahan
Riwayat sosial dan pekerjaan premorbid yang buruk
Perilaku menarik diri atau autistic
Tidak menikah, bercerai atau janda/ duda
Sistem pendukung yang buruk
Gejala negatif
Tanda dan gejala neurologist
Riwayat trauma perinatal
Tidak ada remisi dalam 3 tahun
Banyak relaps
Riwayat penyerangan
KESIMPULAN Demikianlah makalah yang berisi penjelasan dan pengertian mengenai skizofrenia. Skizofrenia merupakan suatu sindrom dengan variasi penyebab dan perjalanan penyakit yang luas serta sejumlah akibat yang cukup mengganggu. Perlunya pengobatan pada pasien skizofrenia agar dapat mengurangi angka resiko, seperti bunuh diri, depresi, penyakit medis lainnya. Oleh karena itu, pengetahuan dan pemahaman akan penyakit ini sangat penting dalam membantu diagnosis dan penatalaksanaannya. DAFTAR PUSTAKA 1. Harold I Kaplan, Benjamin J.S. Buku Saku Psikiatri Klinik. Jakarta: Binapura Aksara;2002.h.85-101. 2. Nurmiati A.
Skizofrenia pada Buku Ajar Psikiatri. Jakarta:Badan Penerbit FK
UI;2010.h.170-196. 24
3. Richard GB. Manual of emergency medicine. 6th ed. USA: Lippincott Williams & Wilkins; 2011.p.279. 4. Frankenburg F R. Schizophrenia follow up. 14 november 2011. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/288259-workup#a0719, 9 Januari 2012. 5. Rusdi Maslim. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa PPDGJ-III. Jakarta:2003.h.46-52. 6. Yustinus Semiun. Proses diagnosis. Dlm:Kesehatan mental. Edisi 5. Yogyakarta: Penerbit Kanisius: 2010. hal. 28-34. 7. Ayu Maharatih. Ibrahim Nuhriwangsa. Aris Sudiyanto. Psikiatri komprehensif. Jakarta: Penerbit buku kedokteran ECG; 2008. hal. 13-4, 47-53. 8. Larry JL, Anthony PW. Organic mental disorder. In: Harrison’s principles of internal medicine. 18th ed. USA: The McGraw Hill Companies; 2011.ch 341. 9. Kumar V, Fausto N, Abbas A. Robbins & Cotran pathologic basis of disease. 7 th ed. USA: Saunders; 2003. p. 914–7. 10. Morgan H G. Segi praktis psikiatri. Jakarta : Binarupa aksara ; 2005.h.40-52. 11. Leucht S, Corves C, Arbter D, Engel RR, Li C, Davis JM. Second-generation versus first-
generation antipsychotic drugs for schizophrenia: a meta-analysis. Lancet. 2009;373:31-41. Epub 2008 Dec 6. 12. Stuart CY, Robert EH. Psychotic disorders. In clinical manual of neuropsychiatry. Virginia: American Psychiatric Publishing; 2011. p.136-9. 13. John L, Stefano P. Basic science underlying schizophrenia. In clinical manual of treatment for schizophrenia. Virginia: American Psychiatric Publishing; 2011.p.25-71. 14. Kaplan H I, Sadock B J.Ilmu kedokteran jiwa darurat.Jakarta : Widya medika; 2008.h.40113. 15. Kaplan H I, Sadock B J, Grebb J A. Sinopsis psikiatri.Edisi ke – 7. Jakarta : Binarupa aksara ; 2004.h.84-104.
25