SKEMATA STRUKTUR BAHASA INDONESIA TERHADAP KECAMPINGAN KALIMAT BAHASA INGGRIS PADA MAHASISWA AKADEMI PARIWISATA MEDAN : KAJIAN MORFOSINTAKSIS
TESIS
Oleh ABDUL KADIR RITONGA 077009001/LNG
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 Abdul Kadir Ritonga : Skemata Struktur Bahasa Indonesia Terhadap Kecampingan Kalimat Bahasa Inggris Pada Mahasiswa Akademi Pariwisata Medan : Kajian Morfosintaksis, 2009 USU Repository © 2008
SKEMATA STRUKTUR BAHASA INDONESIA TERHADAP KECAMPINGAN KALIMAT BAHASA INGGRIS PADA MAHASISWA AKADEMI PARIWISATA MEDAN : KAJIAN MORFOSINTAKSIS
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Humaniora dalam Program Studi Linguistik pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh ABDUL KADIR RITONGA 077009001/LNG
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 Abdul Kadir Ritonga : Skemata Struktur Bahasa Indonesia Terhadap Kecampingan Kalimat Bahasa Inggris Pada Mahasiswa Akademi Pariwisata Medan : Kajian Morfosintaksis, 2009 USU Repository © 2008
Judul Tesis
: SKEMATA STRUKTUR BAHASA INDONESIA TERHADAP KECAMPINGAN KALIMAT BAHASA INGGRIS PADA MAHASISWA AKADEMI PARIWISATA MEDAN : KAJIAN MORFOSINTAKSIS
Nama Mahasiswa Nomor Pokok Program Studi
: Abdul Kadir Ritonga : 077009001 : Linguistik
Menyetujui Komisi Pembimbing,
(Prof. Amrin Saragih, M.A., Ph.D.) Ketua
(Dr. Eddy Setia, M.Ed. TESP) Anggota
Ketua Program Studi,
Direktur,
(Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D.)
(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc)
Tanggal lulus : 28 Maret 2009
Abdul Kadir Ritonga : Skemata Struktur Bahasa Indonesia Terhadap Kecampingan Kalimat Bahasa Inggris Pada Mahasiswa Akademi Pariwisata Medan : Kajian Morfosintaksis, 2009 USU Repository © 2008
Telah diuji pada Tanggal 28 Maret 2009
PANITIA PENGUJI TESIS Ketua
: Prof. Amrin Saragih, M.A., Ph.D
Anggota
: 1. Dr. Eddy Setia, M.Ed. TESP. 2. Drs. Aminullah, M.A., Ph.D. 3. Dra. Pujiati, M.Sos. Sc., Ph.D.
ABSTRAK
Penelitian ini mengkaji Skemata Struktur Bahasa Indonesia Terhadap Kecampingan Kalimat Bahasa Inggris Pada Mahasiswa Akademi Pariwisata Medan dalam suatu kajian Morfosintaksis. Kajian ini dilakukan dengan mengumpulkan data dari mahasiswa Akademi Pariwisata Medan dengan menggunakan hasil uji tulisan. Hasil penelitian menemukan 89 ( delapan puluh sembilan ) kalimat camping dalam bahasa Inggris. Dan hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa skemata struktur bahasa Indonesia di kalangan mahasiswa Akademi Pariwisata Medan sering sekali dilakukan dalam melakukan penulisan dalam bahasa Inggris sehingga menimbulkan kecampingan kalimat. Kata kunci: Skemata, Kalimat Camping
ABSTRACT This research investigates The Schemata of Indonesian Structure on Illformedness English Sentence of Students of Akademi Pariwisata Medan : Morphosyntax Study. This research collects data from students of Akademi Pariwisata Medan by using the result of writing test. This research finds 89 ill-formedness sentences in English. The result of this research shows that schemata of Indonesian structure are often done amongst student of Akademi Pariwisata Medan in writing in English that can make ill-formedness sentence. Key word: Schemata, Ill-formedness, writing test.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga dapat menyelesaikan Tesis ini. Adapun Tesis ini berjudul : “Skemata Struktur Bahasa Indonesia Terhadap Kecampingan Kalimat Bahasa Inggris Pada Mahasiswa Akademi Pariwisata Medanb : Kajian Morfosintasksis “ Penulis berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi didri penulis, Institusi Akademi Pariwisata Medan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis, serta menjadi masukan bagi perkembangan kebahasaan khususnya penulisan bahasa Inggris dikalangan mahasiswa di Indonesia. Pada akhirinya penulis menyadari bahwa Tesis ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu saran dan masukan yang konstruktif sangat diharapkan untuk perbaikan tulisan ini. Akhirnya penulis berharap agar tulisan ini bermanfaat bagi para pembaca.
Medan, Penulis
Maret 2009
ABDUL KADIR RITONGA
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allh SWT Yang Maha Pengasih karena berkat rahmat-Nya tesis ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat meraih gelar Magister Humaniora pada Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Disadari bahwa penulis masih memiliki keterbatasan kemampuan dan pengalaman sehingga menemukan kendala dalam menyelesaikan tesis ini, namun hal itu dapat teratasi dikarenakan bantuan yang diberikan oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini, sudah sepantasnyalah disampaikan ucapan terimakasih yang stulus-tulusnya dan rasa hormat kepada: Para Pembimbing, Bapak Prof. Amrin Saragih, M.A., Ph.D. dan Bapak Dr. Drs. Eddy Setia, M.Ed.,TESP., yang telah banyak meluangkan waktu di sela-sela kesibukan tugas sehari-hari dengan memberikan pemikiran yang sangat berguna dan penuh dengan kesabaran kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM & Sp.A(K),: Direktur Sekolah Pascasarjana Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc. ; Ketua Program Studi Linguistik SPs USU Ibu Prof. T.Silvana Sinar,M.A., Ph.D ; Sekretaris Program Studi Linguistik SPs USU Bapak Drs. Umar Mono, M.Hum; Direktur Akademi Pariwisata Medan Drs. Renalmon Hutahaean, MM atas
kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk mengikuti studi Program Magister (S2) di Universitas Sumatera Utara. Istri tercinta Irma Marliani Harahap,Am.Keb dan anak-anak tercinta Ezra Reynara Raditya Ritonga dan Nasywa Aisyah Ritonga yang senantiasa memberikan semangat, mengiringi langkah penulis dengan do’a restu, serta cinta kasih yang tiada batas sehingga penulis dapat mengakhiri perkuliahan di Sekolah Pascarsarjana Universitas Sumatera Utara. Dukungan moral dan materil yang ternilai khususnya kepada abangnda Erwin Parlindungan, Edi Suheri Ritonga dan Pamanda Nizar yang telah mendorong semangat penulis tanpa kenal lelah. Para Dosen Sekolah Pascasarjana Program Studi linguistik USU yang telah mendedikasikan ilmu serta wawasan pengetahuan yang penulis dapatkan selama perkuliahan. Bapak Prof. Dr. Robert Sibarani, M.S dan Ibu Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D. sebagai penguji sidang meja hijau. Para staf Administrasi Program Studi Linguistik SPs USU Bapak Rabullah, SH., Mbak Putri, Mbak Nila, dan Kak Kar. Teman-teman seangkatan dan seperjuangan pada Program Studi Linguistik USU yang sama-sama saling mendengar keluh kesah, berbagi suka dan duka, canda serta pengalaman di saat-saat kuliah. Para kolega di Bagian Administrasi Kemahasiswaan Akademi Pariwisata Medan, Rahmat Darmawan, Femmy Indriani Dalimunthe, Farida Yusfianti, Handoko dan Booni Tauhid
Rekan-rekan dosen, khususnya Mr. Drs. BN Tondang, SH.,M.AP, Andora Jusuf Achmad, S.Sos, Tina Taviani dan staf di Akademi Pariwisata Medan dan seluruh rekan-rekan yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa tidak akan pernah dapat membalas semua kebaikan yang telah penulis dapatkan, mudah-mudahan segala bantuan, perhatian dan dorongan tersebut mendapat balasan dari Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa. Akhir kata penulis berharap tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya. Terimakasih.
Medan,
Maret 2009
Penulis,
ABDUL KADIR RITONGA
RIWAYAT HIDUP
NAMA
: ABDUL KADIR RITONGA
NIM
: 077009001
ALAMAT
: JALAN SUDIRMAN DESA CINTA RAKYAT – PERCUT
NO.TELP / HANDPHONE
: 061-77006240
PROGRAM STUDI
: LINGUISTIK
TEMPAT/ TGL. LAHIR
: PERDAGANGAN, SIMALUNGUN 26 OKTOBER 1968
JENIS KELAMIN
: LAKI-LAKI
PENDIDIKAN
: SARJANA BAHASA & SASTRA INGGRIS UNIVERSITAS PADJAJARAN BANDUNG
NAMA ISTRI
: IRMA MARLIANI HARAHAP, AM.KEB
NAMA ANAK
: 1. EZRA REYNARA RADITYA RITONGA 2. NASYWA AISYAH RITONGA
E-MAIL
:
[email protected]
DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK ......................................................................................................
i
ABSTRACT .....................................................................................................
ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................
iii
UCAPAN TERIMA KASIH……………………………………..................
iv
RIWAYAT HIDUP…………………………………………….. ..................
vii
DAFTAR ISI……………………………………………………...................
viii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………. .................
xi
BAB I PENDAHULUAN ……………………………… ..............................
1
1.1 Latar Belakang Masalah ...............................................................
1
1.2 Batasan Masalah……………………………................................
6
1.3 Rumusan Masalah……………………………. ............................
7
1.4 Tujuan Penelitian……………………………...............................
7
1.5 Manfaat Penelitian …………………………................................
8
1.5.1
Manfaat Teoritis ...............................................................
8
1.5.2
Manfaat Praktis……………………. ................................
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………................
10
2.1 Landasan Teori ..............................................................................
10
2.2 Struktur Sintaksis…………………………….. .............................
14
2.3 Kata sebagai satuan Sintaksis………………….............................
17
2.4 Frase………………………………………….. .............................
18
2.4.1
Pengertian Frase ...............................................................
18
2.4.2
Jenis Frase………………………….. ...............................
19
2.4.2.1 Frase Eksosentris ..................................................
19
2.4.2.2 Frase Endosentris (Modifikatif)………. ...............
19
2.5 Morfologi ......................................................................................
20
2.5.1
Morfem ..............................................................................
21
2.5.2
Klasifikasi Kata ..................................................................
21
2.6 Bentuk-Bentuk Kata ......................................................................
22
2.6.1
Bentuk Nomina .................................................................
22
2.6.2
Pilihan Kata ........................................................................
24
2.6.3
Kongruensi .........................................................................
27
2.6.4
Gerundium ( Gerund ) ........................................................
29
2.6.5
Artikula...............................................................................
30
2.6.6
Ejaan...................................................................................
31
2.6.7
Kalimat Tanpa Verba .........................................................
32
2.6.8
Kelas Kata ..........................................................................
32
2.6.9
Preposisi .............................................................................
34
2.6.10 Kala ....................................................................................
35
2.6.11 Bentuk Pasif .......................................................................
36
2.6.12 Konjungtor .........................................................................
36
2.6.13 Perbandingan......................................................................
37
2.6.14 Aspek..................................................................................
37
2.6.15 Klausa Pengandaian ...........................................................
38
2.6.16 Pertanyaan Melekat ............................................................
40
2.6.17 Rujuk Silang.......................................................................
40
2.7 Skemata .........................................................................................
41
BAB III METODE PENELITIAN ...............................................................
43
3.1 Pendekatan Penelitian .................................................................
43
3.2 Data dan Sumber Data..................................................................
44
3.3 Situasi Sosial ................................................................................
44
3.3.1
Tempat..............................................................................
45
3.3.2
Pelaku ...............................................................................
45
3.3.3
Aktivitas ...........................................................................
45
3.4 Teknik Pengumpulan Data ..........................................................
45
3.5 Analisis Data ................................................................................
46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.............................
48
4.1 Konjungtor ...................................................................................
48
4.2 Perbandingan.................................................................................
49
4.3 Aspek.............................................................................................
51
4.4 Klausa Pengandaian ......................................................................
52
4.5 Pertanyaan Melekat .......................................................................
53
4.6 Rujuk Silang..................................................................................
53
4.7 Nomina ..........................................................................................
54
4.8 Kongruensi ...................................................................................
57
4.9 Gerundium (Gerund) ...................................................................
60
4.10 Artikula .......................................................................................
61
4.11 Kalimat Tanpa Verba .................................................................
62
4.12 Kelas Kata ...................................................................................
64
4.13 Preposisi ......................................................................................
65
4.14 Kala ............................................................................................
67
4.15 Bentuk Pasif ..............................................................................
69
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................
70
5.1 Kesimpulan ...................................................................................
70
5.2 Saran ...........................................................................................
72
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………… 74
DAFTAR LAMPIRAN Nomor 1.
Judul
Halaman
Kalimat Camping Dalam Bahasa Inggris ........................................
76
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Tatanan kehidupan baru, globalisasi dan reformasi telah membawa berbagai perubahan dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Kondisi ini memungkinkan bahasa asing terutama bahasa Inggris, memasuki berbagai sendi kehidupan bangsa dan mempengaruhi perkembangan bahasa Indonesia. Bahasa merupakan alat untuk menyampaikan informasi dari satu pihak kepada pihak lain, dari seseorang kepada lawan bicaranya. Tanpa bahasa, tidak mungkin orang dapat mengadakan hubungan satu dengan lainnya. Namun demikian komunikatifnya suatu bahasa, maka yang dipergunakan haruslah bahasa yang dapat dimengerti dan dikuasai. Menulis adalah suatu kegiatan yang paling tidak alami bagi manusia. Nunan (1989:36) mengutip pendapat White (1981:2) untuk memperkuat argumen ini. Dalam kata-kata White dikatakan bahwa writing is not a natural activity; all phsycally and mentally normal people learn to speak a language; yet all people have to be taught how to write; this is a crucial difference between the spoken and written forms of languange. Tetapi suatu tulisan yang enak dibaca, ekspresif dan bermanfaat adalh seperti apa yang dikatakan oleh Nunan (1989:35) bahwa to write fluently and expressively is
the most difficult of the macroskills for all language users regardless of whether the language in question is a first, second or foreign language. Dari pernyataan ini jelas bahwa menulis adalah bukan suatu pekerjaan yang mudah. Dalam era globalisasi ini, tuntutan akan pengetahuan bahasa Inggris bagi seluruh lapisan masyarakat adalah sangat penting, terutama kalangan mahasiswa di Indonesia. Kebanyakan mahasiswa Indonesia masih menggunakan kerangka berfikir struktur bahasa Indonesia ketika berbicara atau menulis dalam bahasa Inggris sehingga hal ini akan menimbulkan kecampingan (ill-formed ) yang pada akhirnya akan dapat membedakan makna sebenarnya. Kecenderungan kecampingan kalimat bahasa Inggris pada umumnya dipengaruhi oleh kerangka berfikir skemata struktur bahasa Indonesia itu sendiri.Van Dijk mengemukakan bahwa skemata dikatakan sebagai ‘struktur-struktur pengetahuan tingkat tinggi yang kompleks dan bahkan konvensional dan tetap ( dalam Brown dan Yule,1985:246 ) yang berfungsi sebagai perancah ideasi (ideasional scaffolding) dalam menyusun dan menafsirkan pengalaman. Dalam pandangan yang tajam, skemata dianggap sebagai deterministis menjadikan orang yang mengalami cenderung untuk menafsirkan pengalamannya dengan cara tetap. Mengarang dalam bahasa Inggris sulit karena tata bahasanya rumit. Kalimat tersebut sering diucapkan oleh pelajar atau mahasiswa Indonesia yang belajar bahasa Inggris. Kesulitan yang dialami mereka dapat bersumber dari perbedaan morfosintaksis bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Contohnya mengenai kala dan aspek. Bahasa Inggris adalah bahasa yang berkala dan beraspek (Comrie,
1985/1993:9), sedangkan bahasa Indonesia tidak. Perbedaan ini membuat sebagian besar pelajar atau mahasisa Indonesia kesulitan menentukan kala atau aspek yang tepat serta bentuk verba dalam kalimat yang mereka tulis. Hal inilah yang menyebabkan penulis merasa tertarik unuk membuat suatu penelitian tentang pengaruh skemata struktur bahasa Indonesia terhadap kecampingan kalimat bahasa Inggris bagi mahasiswa Akademi Pariwisata Medan. Di dalam era globalisasi ini, bahasa Inggris menjadi kebutuhan utama dari setiap orang. Sebagaimana kita ketahui, dalam melakukan komunikasi dengan orang dari negara lain, baik dalam konteks bisnis, maupun dalam konteks sosialisasi, bahasa Inggris sering digunakan sebagai bahasa pengantar utama. Demikian pula untuk melanjutkan pendidikan ke negara lain, kemampuan berbahasa Inggris menjadi syarat utama. Mengetahui
atau
memahami
bahasa
berarti
mampu
berbicara
dan
mengutarakan pendapat, mampu menulis, dapat dimengertinya isyarat-isyarat yang dikirimkan dalam bentuk bunyi atau sekumpulan bunyi suara atau dalam bentuk isyarat tulis atau sekumpulan isyarat tulis dalam bahasa tetentu. Ridwan (2003:3) mengemukakan bahwa pada dasarnya terdapat tiga jenis bahasa yaitu: 1. Bahasa lisan atau ujaran ( spoken language ), dimana yang diutarakan atau diucapkan melalui rongga mulut atau saluran nasal dan kemudian masuk melalui telinga adalah bunyi suara atau sekumpulan bunyi suara yang mengandung makna. Yang berperan untuk jenis bahasa ini adalah alat bicara atau alat ujar (speech organs ) dan alat dengar.
2. Bahasa tulisan ( written language ), dimana isyarat-isyarat yang dikirimkan dan diterima adalah bentuk atau sekumpulan bentuk tulis yang mengandung makna. Disini berperan huruf atau sekumpulan huruf, tangan (jari) dan mata. 3. Bahasa isyarat/gerak (silent language, gestures ). Dalam jenis ini bahasa serupa tidak diujarkan atau terdengar bunyi suara, tidak dituliskan atau terlihat (terbaca) huruf atau sekumpulan huruf yang mengandung makna. Isyarat-isyarat (codes) yang dikirimkan (encoded) dan diterima atau dipahami (decoded) adalah melalui gerak tubuh atau bagian tubuh yang mempunyai makna tertentu. Disini berperan tubuh atau bagian tubuh dan mata. Di dalam kamus Webster’s New Collegiate (1981: 641) di dalam Ridwan (2003:2)
menyebutkan
bahwa
bahasa
adalah
alat
yang
sistematik
yang
mengkomunikasikan ide atau rasa melalui seperangkat tanda, bunyi, gerak atau isyarat yang konvensional dan mengandung makna. Dari pengalaman peneliti sebagai pengajar/dosen, peneliti sering menemukan struktur kalimat bahasa Indonesia dalam karangan bahasa Inggris para mahasiswa. Hal ini menunjukkan bahwa skemata para mahasiswa, yaitu struktur bahasa Indonesia, mempengaruhi kerangka berpikir mereka dalam menyusun kalimat bahasa Inggris. Istilah skemata pertama kali diperkenalkan oleh Barlett pada tahun 1932, Barlett menjelaskan bahwa skemata mengacu pada organisasi aktif dari reaksi masa lalu atau pengalamn masa lalu (Barlett dalam Carell, 1988:39). Barlett juga menjelaskan bahwa informais yang diperoleh dari berbagai cerita diatur ulang dalam
memori pembaca atau pendengar untuk disesuaikan dengan harapan mereka (Swales, 1990:83). Dalam hal ini, para
mahasiswa menyusun kalimat bahasa Inggris
berdasarkan pengetahuan atau pengalaman masa lalu mereka dalam menyusun kalimat bahasa Indonesia. Kerangka berpikir mereka masih dalam lingkup morfosintaksis bahasa Indonesia sehingga kalimat bahasa Inggris yang mereka susun menjadi camping (ill-formed). Kalimat camping (ill-formed) adalah kalimat yang tidak sesuai dengan sistem tata bahasa (Mattews 1997). Kalimat yang camping tidak hanya menyebabkan kesalahan tata bahasa, namun juga dapat menyebabkan kesalahpahaman. Contohnya dalam kalimat berikut ini (1) The postman has been sent some mail for three years. Kesalahan pada kalimat (1), tidak hanya pada penggunaan kata been yang tidak diperlukan, tetapi juga pada maknanya. Dalam present perfect tense, pola verba untuk kalimat aktif adalah have/has + V3, tidak perlu disisipi kata been karena akan mengubah maknanya menjadi pasif. Kesalahan ini menjadi fatal karena menghasilkan makna yang berlawanan dengan apa yang dimaksudkan oleh penulisnya. Penulis tersebut tentunya bermaksud mengatakan : “Tukang pos itu telah mengirim surat selama tiga tahun”. Akan tetapi, karena kecampingan kalimat bahasa Inggrisnya, maka artinya menjadi : *“Tukang pos itu telah dikirim beberapa surat selama tiga tahun”. Mengarang dalam bahasa Inggris seharusnya lebih mudah daripada berbicara dalam bahasa Inggris, karena dalam mengarang, kita dapat melihat lagi struktur kalimat yang
ditulis sehingga masih memungkinkan dilakukan revisi. Dalam
melakukan revisi, penulis tentunya perlu memiliki pengetahuan yang cukup dari hasil pembelajaran menulis yang didapatnya. Bahasa Inggris di Akademi Pariwisata Negeri Medan merupakan salah satu bahasa asing yang wajib dipelajari dan dikuasai disamping bahasa-bahasa asing lainnya seperti bahasa Mandarin, bahasa Perancis dan bahasa Jepang untuk dua jurusan yakni jurusan Manajemen Perhotelan dan Manajemen Pariwisata, dimana dari dua jurusan tersebut terdapat lima program studi yaitu: Program studi Manajemen Divisi Kamar (MDK), Manajemen Tata Hidangan (MTH); Mnajemen Tata Boga (MTB) ; Manajemen Usaha Perjalanan (MUP) dan Manajemen Perencanaan Pariwisata (MPP).Sebagai Lembaga Pendidikan yang menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) Pariwisata dan Perhotelan maka dituntut mahasiswanya wajib berbahasa Inggris, meskipun bagi kebanyakan masih menggunakan skemata struktur bahasa Indonesia dalam berbahasa Inggris khususnya dalam komunikasi bahasa tulisan.
1.2 Batasan Masalah Dalam melakukan penelitiannya, Peneliti membatasi pokok permasalahan yang akan dibahas untuk menghindari kerancuan dan kesalahpahaman agar pembahasan tidak melebar. Hal ini sangat penting agar peneliti dapat lebih terkonsentrasi dan terfokus pada titik permasalahan yang akan diteliti. Adapun batasan masalahnya adalah pengaruh skemata struktur bahasa Indonesia terhadap
kecampingan kalimat bahasa Inggris bagi Mahasiswa di Akademi Pariwisata Negeri Medan.
1.3 Rumusan Masalah Para mahasiswa dengan tingkat kemampuan bahasa Inggris yang sama diberikan writing test dengan supervisi yang ketat sehingga data yang didapat benarbenar menunjukkan kemampuan para mahasiswa. Topik karangan diambil dan ditentukan oleh peneliti mengacu kepada kurikulum Akademi Pariwisata Medan. Kajian rumusan masalah adalah sebagai berikut: 1. Jenis kecampingan yang dominan muncul pada mahasiswa Jurusan Manajemen Perhotelan dan Jurusan Manajemen Pariwisata Akademi Pariwisata Medan? 2. Bagaimanakah pemakaian skemata struktur yang baik dan benar pada mahasiswa Jurusan Manajemen Perhotelan dan Jurusan Manajemen Pariwisata Akademi Pariwisata Medan? 3. Pengaruh apakah yang menyebabkan
kecampingan tersebut pada mahasiswa
Jurusan Manajemen Perhotelan dan Jurusan Manajemen Pariwisata Akademi Pariwisata Medan?
1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan : 1. untuk mengetahui jenis kesalahan yang sering dilakukan pada mahasiswa Jurusan Manajemen Perhotelan dan Manajemen Pariwisata Akademi Pariwisata Medan.
2.
bagaimana pemakaian skemata struktur pada mahasiswa Jurusan Manajemen Perhotelan dan Jurusan Manajemen Pariwisata Akademi Pariwisata Medan.
3. bagaimana pengaruh yang menyebabkan munculnya kecampingan tersebut pada mahasiswa Jurusan Manajemen Perhotelan dan Jurusan Manajemen Pariwisata Akademi Pariwisata Medan.
1.5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat baik secara teoretis maupun secara praktis.
1.5.1 Manfaat Teoritis 1. Hasil kajian ini dapat dijadikan salah satu model kajian morfosintaksis 2. Hasil kajian ini dapat memperkaya kajian morfosintaksis 3. Hasil kajian ini dapat memperkaya kajian lingusitik yang berlandaskan pada kajian morfosintaksis.
1.5.2 Manfaat Praktis 1. Sebagai input bagi pembaca atau peneliti lainnya, 2. Sebagai referensi pada ilmu morfosintaksis 3. Sebagai dasar untuk penulisan bagi penelitian selanjutnya 4. Menjadi sumbangsih yang memadai bagi Pustaka dan Litbang Akademi Pariwisata Medan
5. Bagi Akademi Pariwisata Medan, kajian morfosintaksis ini dapat menjadi bahan perbandingan untuk pengajaran bahasa Indonesia dan bahasa Asing lainnya terutama bahasa Inggris di bidang Pariwisata dan Perhotelan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Morfologi dan sintaksis adalah bidang tataran linguistik yang secara tradisional disebut tata bahasa dan gramatikal. Karena perbedaan keduanya tidak terlihat jelas maka muncul morfosintaksis. Morfosintaksis adalah gabungan dari morfologi dan sintaksis, untuk menyebut keduanya sebagai bidang satu pembahasan. Morfologi membicarakan struktur internal kata, sedangkan sintaksis membicarakan kata dalam hubungannya dengan kata lain sebagai suatu satuan ujaran.
2.1 Landasan Teori Dalam penelitian ini dibutuhkan teori-teori yang dapat dijadikan acuan atau pedoman untuk mendukung penelitian pengaruh skemata struktur bahasa Indonesia terhadap kecampingan kalimat bahasa Inggris pada mahasiswa Akademi Pariwisata Negeri Medan. Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dikemukakan di atas bahwa tujuan penelitian ialah untuk mendeskripsikan pengaruh skemata struktur Bahasa Indonesia terhadap kecampingan kalimat Bahasa Inggris bagi mahasiswa Akademi Pariswisata Medan dari sudut kajian morfosintaksis. Landasan teori yang relevan dengan pokok masalah ini skemata struktur kalimat Bahasa Indonesia. Sebagaimana diketahui bahwa landasan teori tentang skemata struktur kalimat bahasa Indonesia itu berbeda-
beda, misalnya landasan teori tradisional, struktural, transformasi dan landasan teori lainnya. Sehubungan dengan itu, landasan teori yang diterapkan dalam penelitian ini ialah landasan atau pendekatan struktural. Tokoh struktural yang tidak asing lagi di Indonesia ialah Ramlan dengan karya tulisnya Sintaksis Bahasa Indonesia, Gorys Keraff dengan Tata Bahasa Indonesianya, juga para ahli bahasa yang menyusun Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia lebih cenderung mengarah kepada paham struktural. Dari berbagai pandangan para ahli ini kemudian disarikan intinya yang kemudian dijadikan ramuan teori untuk untuk memcahkan masalah pengaruh skemata struktur kalimat bahasa Indonesia terhadap kecampingan kalimat bahasa Inggris. Tolak ukur untuk menentukan skemata struktur kalimat Bahasa Indonesia itu didasarkan atas analisis unsur-unsur bawahannya sebagai unsur pembentuknya. Unsur bawahan kalimat adalah klausa. Klausa dapat digolongkan berdasarkan tiga dasar, yaitu berdasarkan (1) Struktur Internal, (2) ada atau tidaknya kata negatif yang sacara gramatik menegatifkan Predikat dan (3) kategori kata atau frasa yang menduduki fungsi Predikat. Analisis klausa berdasarkan struktural internal difokuskan pada tiga tataran, yaitu:1) fungsi, 2) kategori, 3) makna atau peran. Analisis fungsigsional klausa didasarkan atas fungsi S (Subjek), P (Predikat), O (Objek), Pel. (Pelengkap) dan Ket. (Keterangan ). Analisis kategori didasarkan atas penentuan jenis kata yang mengisi unsure-unsur fungsi tersebut, misalnya kategori V (Verba), N (Nomina), A (adjektiva). Di bidang makna, S (Subjek), dapat bermakna Pel. (Pelaku), Predikat bermakna Tin. (Tindakan), Objek bermakna Pen. (Penderita) dan Keterangan dapat bermakna Tem. (Tempat) atau W. (Waktu).
Suatu hal yang perlu diperhatikan dalam skemata struktur kalimat bahasa Indonesia adalah keefektifannya sebab suatu struktur kalimat tidak hanya ditinjau dari segi bentuk dan prosesnya semata-mata melainkan harus pula diperhatikan fungsi praktisnya kalimat adalah sebagai alat komunikasi. Sebuah kalimat dapat dikatakan efektif apabila kalimat tersebut dapat dijadikan alat penyampai ide, gagasan atau pesan pembicara atau penulis kepada penyimak atau pembaca sehingga si penyimak atau pembaca itu dapat memahami kandungan maksud yang disampaikan si pembicara atau si penulis. Oleh karena itu, keefektifan suatu kalimat sangat perlu diperhatikan. Untuk itu, suatu kalimat dapat dikatakan efektif apabila memiliki: 1) kesatuan gagasan, 2) koherensi yang kompak, 3) diksi yang cocok, 4) ragam atau variasi, 5) paralelisme, 6) kelogisan yang runtut dan runtun, 7) penekanan, dan 8) kehematan. Bahasa merupakan alat untuk menyampaikan informasi dari satu pihak kepada pihak lain, dari seseorang kepada lawan bicaranya. Tanpa bahasa, tidak mungkin orang dapat mengadakan hubungan satu dengan lainnya. Namun demikian komunikatifnya suatu bahasa, maka yang dipergunakan haruslah bahasa yang dapat dimengerti dan dikuasai oleh ke duabelah pihak. Pandangan tentang fungsi bahasa ada bermacam-macam. Sudaryanto (1990 ) di dalam Markhamah (2000:41) mengatakan bahwa fungsi bahasa ada yang bersifat triadic. Artinya, bahasa memiliki tiga macam fungsi yaitu indikatif, imperative, dan interogatif yang masing-masing berarti menyatakan, menyuruh dan menanyakan.
Menurut Halliday (1985) di dalam Markhamah (2000.41-42) fungsi bahasa berbeda atas fungsi ideasional, interpersonal, dan tekstual. Fungsi ideasional merupakan fungsi bahasa untuk mengungkapkan isi dan pengalaman si penutur tentang dunia nyata. Fungsi interpersonal merupakan fungsi bahasa untuk membangun dan memelihara hubungan sosial. Fungsi tekstual adalah fungsi bahasa untuk membentuk hubungan antara bahasa dengan unsur situasi. Dalam sejarah linguistik ada suatu hipotesis yang sangat terkenal mengenai hubungan bahasa dan kebudayaan ini, yaitu Hipotesis Sapir dan Whorf yang menyatakan bahwa bahasa mempengaruhi kebudayaan. Atau dengan lebih jelas, bahasa itu mempengaruhi cara berfikir dan bertindak anggota masyarakat penuturnya. Misalnya, dalam bahasa-bahasa yang mempunyai kategori kala atau waktu, masyarakat penuturnya sangat menghargai dan sangat terikat oleh waktu. Demikian juga dikalangan pelajar atau mahasiswa di Indonesia pada umumnya mereka menggunakan kerangka berpikir skemata struktur bahasa Indonesia dalam menulis sehingga menimbulkan kecampingan kalimat bahasa Inggris. Pembahasan dalam sintaksis : 1) Struktur sintaksis, mencakup masalah fungsi, kategori, dan pesan sintaksis serta alat-alat yang digunakan dalam membangun struktur itu. 2) Satuan-satuan sintaksis yang berupa kata, frase, klausa, kalimat dan wacana. 3) Hal-hal yang berkenaan dengan sintaksis, seperti masalah modus, aspek, dan sebagainya.
2.2 Struktur Sintaksis Penguasaan suatu bahasa mencakup kemampuan untuk membangun frase atau kalimat yang berasal dari kata. Sintaksis merupakan bagian dari subsistem tata bahasa atau gramatika dan menelaah struktur satuan bahasa yang lebih besar dari kata, mulai frase hingga kalimat. Dengan kata lain, sintaksis merupakan studi gramatikal struktur antarkata, struktur yang dimaksud ialah urutan kata. Dalam bahasa Indonesia, sebagian besar makna suatu frase, misalnya, bergantung pada pembentuknya.Pada contoh berikut ini terlihat jelas bahwa makna frase (1) tidak sama dengan makna frase (2) Contoh: 1) adik guru 2) guru adik Tata bahasa atau gramatika setiap bahasa mencakup kaedah-kaedah sintaksis yang mencerminkan pengetahuan penutur bahasa atas fakta-fakta tersebut. Misalnya setiap kalimat merupakan rangaian kata, tetapi tidak semua rangkaian kata adalah kalimat. Penutur bahasa Indonesia, misalnya, akan mengetahui bahwa kalimat berikut, yang terdiri atas kata-kata yang memiliki makna, ternyata tidak bermakna. Contoh: 1) Kami kue besok membeli Penilaian atas kegramatikalan kalimat tidak bergantung pada apakah kalimat itu bermakna atau tidak. Seperti contoh berikut, kita dapat menangkap keanehankeanehan dalam kalimat ini. Akan tetapi, keanehannya itu bukan pada soal kegramatikalannya melainkan karena kalimat-kalimat tersebut memang mematuhi kaedah sintaksis bahasa masing-masing.
Contoh: 1) Colorless green ideas sleep furiously 2) Baju barunya itu sudah kumal sejak dimuliakannya besok. Berbeda halnya dengan keanehan rangkaian kata berikut: Contoh: 1) Furiously sleep ideas green colorless. 2) Besok dimuliakannya sejak kumal sudah itu barunya baju. Rangkaian kata yang mematuhi kaidah sintaksis disebut tidak camping (wellformed) atau gramatikal. Sebaliknya, yang tidak mematuhi kaedah sintaksis disebut tidak apik (ill-formed) atau tidak gramatikal. Sintaksis dapat dibagi ke dalam beberapa kelompok sebagai berikut. a. Kelompok pertama yaitu subyek, predikat, obyek dan keterangan adalah kelompok fungsi sintaksis. b. Kelompok kedua yaitu nomina, verba, ajektiva dan numeralia adalah peristilahan dengan kategori sintaksis. c. Kelompok ketiga yaitu pelaku, penderita dan penerima adalah peristilahan yang berkenaan dengan peran sintaksis. Menurut Verhaar (2001) fungsi sintaksis terdiri dari S, P, O, K merupakan kotak-kotak kosong atau tempat kosong yang tidak mempunyai arti apa-apa karena kekosongannya. Contoh: Nenek melirik kakek tadi pagi Nomina verba nomina nomina
→ SPOK
Kata nenek memiliki peran “pelaku” atau agentif, melirik mempunyai peran “aktif”, kakek memiliki peran “sasaran”, tadi pagi memiliki peran “waktu”.Fungsi sintaksis tidak harus selalu berurutan S, P, O, dan K. Urutannya harus selalu tidak adalah fungsi P dan O. Keempat fungsi itu tidak harus selalu ada pada setiap fungsi sintaksis. Fungsi-fungsi mana yang bisa tidak muncul dan fungsi-fungsi mana yang harus selalu muncul, sehingga konstruksi tersebut bisa disebut sebagai sebuah struktur sintaksis. a. Chafe (1970) menyatakan bahwa yang paling penting dalam struktur sintaksis adalah fungsi predikat. Bagi Chafe predikat harus berupa verba, atau kategori lain yang diverbakan. Verba yang transitif memunculkan fungsi obyek dan verba yang menyatakan lokasi dan akan pula memunculkan fungsi keterangan yang berperan lokatif. b. Akibat dari pandangan ini, kalimat tanpa predikat adalah salah. Kata adalah merupakan verba kopula yang sepadan dengan to be dalam bahasa Inggris. Secara deskriptif dalam bahasa Inggris kata kerja to be memang harus selalu digunakan tetapi dalam bahasa Indonesia kata adalah bisa dilepaskan dalam konstruksi kalimat. c. Akibat lain dari konsep bahwa subyek harus selalu diisi oleh nomina maka kata berenang pada kalimat adik berenang, dianggap sebagai kategori nomina atau verba yang berfungsi sebagai nomina.
Dalam bahasa Indonesia urutan kata sangat penting tapi dalam bahasa Latin urutan kata tidak diperlukan karena yang memegang peranan penting dalam sintaksis bukan urutan tapi bentuk katanya. Kesalahanpahaman terhadap suatu konstruksi sebagai akibat dari kesalahan dalam pemberian tekanan. Konstruksi ambigu/ganda adalah konstruksi yang bisa bermakna ganda sebagai akibat dari tafsiran gramatikal yang berbeda. Morfem atau gabungan morfem yang secara kuantitas merupakan kelas yang tertutup.Menurut sifat hubungannya morfem dibedakan menjadi dua : konektor koordinatif dan konektor subkoordinatif. Konektor koordinatif yaitu konektor yang menghubungkan dua klausa yang sederajat. Konjungsi yang dipakai : dan, atau, tetapi. Konektor subkoordinatif yaitu konektor yang menggabungkan dua klausa yang tidak sederajat. Konjungsi yang dipakai: meskipun, karena, kalau.
2.3 Kata sebagai satuan Sintaksis Dalam tataran sintaksis kata merupakan satuan terkecil yang menjadi komponen pembentuk satuan sintaksis yang lebih besar yaitu frase. Ada 2 macam kata : kata penuh (full word) dan kata tugas (function word). Kata penuh adalah kata yang secara leksikal memiliki makna, mempunyai kemungkinan untuk mengalami proses morfologi, merupakan kelas tertutup dan tidak dapat bersendiri sebagai sebuah satuan tuturan.Kata tugas adalah kata yang secara leksikal tidak mempunyai makna, tidak mengalami proses morfologi, merupakan kelas tertutup dan tidak dapat bersendiri.
Kata penuh : nomina, verba, adverbia, dan numeralia, ajektifa. Kata tugas : kata-kata yang berkategori preposisi dan konjungsi Kata tugas selalu terikat kata yang ada di belakangnya. Kata-kata yang termasuk kata penuh dapat mengisi salah satu fungsi sintaksis dapat pula berdiri sendiri sebagai jawaban, atau kalimat perintah atau kalimat minor lainnya.
2.4 Frase 2.4.1 Pengertian Frase Frase adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif atau lazim disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat. karena frasa adalah satuan gramatikal bebas terkecil, maka frase berupa morfem bebas, bukan morfem terikat. Frase tidak terdiri dari subyek – predikat atau predikat – objek. Karena frase merupakan salah satu fungsi sintaksis maka frase tidak dapat dipindah sendirian harus digunakan secara keseluruhan. Contoh: kamar mandi, tidak boleh dipisah kamar dan mandi. Perbedaan frase dan kata majemuk yaitu : a. Kata majemuk: komposisi yang memiliki makna baru atau memiliki satu makna, merupakan morfem terikat. b. Frase : tidak memiliki makna baru melainkan merupakan fungsi sintaksis dan makna gramatikal, merupakan morfem bebas yang benar-benar berstatus kata. Contoh :
- Meja hijau : pengadilan (kata majemuk) - Meja saya : meja saya punya (frase)
2.4.2. Jenis Frase 2.4.2.1. Frase Eksosentris Adalah frase yang komponen-komponennya tidak mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya. Frase ini dapat mengisi fungsi keterangan. Contoh: Ayah berdagang di pasar Komponen di- maupun komponen pasar tidak dapat berdiri sendiri mengisi kata keterangan. Frase Eksosentrik dibedakan menjadi 2: 1. Frase eksosentrik yang direktif Ö komponen pertamanya berupa preposisi seperti di, ke, dan dari, komponen keduanya berupa kata atau kelompok kata yang berkategori nomina. Karena komponen pertama berupa preposisi maka disebut juga frase preposisional. Contoh: di pasar, dari kertas 2. Frase eksosentrik nondirektif: komponen pertamanya artikulus (sebutan) komponen ke 2 berupa kata/kelompok kata kategori nomina, ajektifa, atau verba. Misal: si miskin, sang mertua.
2.4.2.2 Frase Endosentris (Modifikatif) Frase Endosentris (Modikatif) adalah frase yang salah satu unsurnya atau komponennya memiliki perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya (satu komponen dapat menggantikan keseluruhannya) Contoh : Harga buku itu murah sekali
Harga buku itu murah Frase modifikatif karena komponen keduanya yaitu bukan komponen yang bukan inti atau hulu.Kata lain dari frase endosentrik (modifikatif) yaitu frase subordinatif karena salah satu komponennya yaitu yang merupakan inti frase berlaku sebagai komponen atasan, komponen lainnya : komponen yang membatasi (komponen bawahan) Di samping frase endosentis berinduk tunggal, frase endosentris juga dapat berwujud frase endosentris berinduk ganda, yaitu frase yang terdiri dari gabungan kata yang ( kadang-kadang ) disatukan oleh penghubung. Frase yang demikian disebut pula frase koordinatif seperti contoh berikut: Contoh: 1) ayah (dan) ibu 2) tua (dan) muda
2.5 Morfologi Morfologi, bersama-sama dengan sintaksis, merupakan tataran ilmu bahasa yang disebut tata bahasa atau gramatika. Morfologi merupakan studi gramatikal struktur intrn kata, sedangkan sintaksis merupakan studi gramatikial mengenai kalimat. Karena itu morfologi sering disebut pula tata kata atau tata bentuk, sedangkan sintaksis disebut tata kalimat Batasan tersebut digunakan hanya sebagai pegangan dasar saja, sebab sebenarnya batas antara kedua wilayah studi tidaklah selalu mudah diterapkan.
2.5.1 Morfem Tata bahasa tradisional tidak mengenal konsep maupun istilah morfem, sebab morfem
bukan merupakan satuan dalam sintaksis, dan tidak semua morfem
mempunyai makna secara filosofis. Konsep morfem baru diperkenalkan oleh strukturalis pada awal abad kedua puluh ini. Menurut Katamba (1993:24) The morpheme is the smallest difference in the shape of a word that correlates with the smallest difference in word or sentence meaning or in grammatical structure. Dalam studi morfologi suatu satuan bentuk yang berstatus sebagai morfem biasanya dilambangkan dengan mengapitnya diantara kurung kurawal. Dalam Abdul Chaer (1994:149) telah memberikan contoh seperti kata Indonesia mesjid dilambangkan sebagai {mesjid}; kata kedua dilambangkan menjadi {ke} + {dua} atau bisa juga ({ke}+{dua}). Selama morfem itu berupa morfem segmental hal itu mudah untuk dilakukan. Bentuk jamak dalam bahasa Inggris books bisa dilambangkan {book}+ {s}. Tetapi bagaimana untuk bentuk jamak feet (tunggalnya foot)
dan sheep
(tunggalnya sheep?), maka dapat dipastikan bahwa bentuk jamak dari sheep adalah sama dengan bentuk tunggalnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa {0 } atau zero merupakan salah satu alomorf dari morfem penanda jamak dalam bahasa Inggris. 2.5.2 Klasifikasi Kata Dalam bahasa Inggris istilah klasifikasi kata atau penjenisan kata adalah part of speech. Klasifikasi kata ini dalam sejarah linguistik selalu menjadi salah satu topik
yang tidak pernah terlewatkan, termasuk juga dalam kajian linguistik Indonesia, persoalannya tidak bisa tertuntaskan. Hal ini terjadi, karena, pertama setiap bahasa mempunyai cirinya masing-masing; dan kedua, karena kriteria yang digunakan untuk membuat klasifikasi kata itu bisa bermacam-macam. Para tata bahasawan strukturalis membuat klasifikasi kata berdasarkan distribusi kata itu dalam suatu struktur atau konstruksi. Misalnya, yang disebut nomina adalah kata yang dapat berdistribusi di belakang kata bukan ; atau dapat mengisi konstruksi bukan. Jadi, kata-kata seperti buku, pinsil dan nenek adalah termasuk nomina , sebab dapat berdistribusi di belakang kata bukan itu. Yang termasuk verba adalah kata yang dapat berdistribusi di belakang kata tidak. Jadi, katakata seperti makan, minum, dan lari adalah termasuk kelas verba, karena dapat berdistribusi di belakang kata tidak itu.
2.6 Bentuk-Bentuk Kata 2.6.1 Bentuk Nomina Skemata Struktur Bahasa Indonesia Terhadap Kecampingan Kalimat Bahasa Inggris pada mahasiswa Akademi Pariwisata Medan. Kesalahan ini dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu : perbedaan proses pembentukan nomina jamak dan perlakuan untuk nomina dibentuk dengan proses reduplikasi, bukan afiks (Kridalaksana dkk.1985). Bentuk jamak tidak direduplikasi jika sudah ada pemarkahnya, misalnya jika didahului kata banyak. Pada lain pihak, dalam bahasa Inggris, bentuk jamak dari nomina dibentuk dengan infleksi afiks, yaitu dengan menggunakan sufiks – s atau -es
dan nomina harus dalam bentuk jamak (berinfleksi) jika didahului oleh pewatas seperti many atau a lot of. Perbedaan ini menyebabkan kesalahan sebagai berikut : 1) We have many type of book. 2) The supplier supplies a lot of tomato. 3) The cook has many way how to practice it. 4) There are a lot of market and mall. 5) There are a lof of student. 6) There are a lot of ticket that we sell. Semua nomina di atas seharusnya ditulis dalam bentuk jamak (Semua nomina di atas seharusnya ditulis dalam bentuk jamak (types, books, tomatoes, markets, malls, student dan tickets.) karena didahului oleh pewatas many atau a lot of. Selain kata many dan a lot of, pewatas yang menyatakan bahwa sesuatu lebih dari satu, misalnya kata three dan different, juga perlu diikuti oleh nomina dalam bentuk jamak. Dengan demikian, bentuk nomina dalam kalimat berikut seharusnya adalah types, chairs, places dan things. 7) The class has three type of chair. 8) Every weekend we can go to different place and find different thing. 9) There are two different kind of places. Dalam bahasa Inggris, frasa one of harus diikuti oleh nomina jamak, sehingga betuk nomina yang tepat adalah reasons dan examples. 10) One of the ticket is that they have to buy. 11) One of the book is for you.
Kata cook dan housekeeper dalam kalimat berikut ini seharusnya dalam bentuk jamak (cooks dan housekepers) karena merujuk pada subjek yang jamak (some of them). 12) Some of them can be a cook and others can be a housekeeper.. Secara nalar, kata day dalam kalimat berikut juga seharusnya dalam bentuk jamak (days) karena berarti hari-hari yang akan dilalui, bukan satu hari tertentu. 13) I have to spend my day. Jika dalam kalimat-kalimat di atas, para responden tidak menggunakan infleksi jamak dalam bentuk nomia yang ditulisnya, maka dalam kalimat berikut ini justru sebaliknya. Para responden yang menulis kalimat berikut ini menggunakan infleksi jamak ke nomina yang tak terbilang. Beberapa nomina yang termasuk nomina tak terbilang dalam bahasa Inggris dapat termasuk nomina terbilang dalam bahasa lain, contohnya nomina furniture dan mail (Murphy 1985 : 138). Perbedaan tersebut menyebabkan kecampingan kalimat berikut : 14) We bought some furnitures. 15) I got some mails yesterday.
2.6.2 Pilihan Kata Salah satu aspek penguasaan bahasa adalah penguasaan secara aktif sejumlah besar pembendaharaan kata (kosa kata) bahasa tersebut (Keraf 1971 : 35). Dengan memiliki pembendaharaan kata yang mencukupi, pilihan kata dalam mengarang pun akan lebih tepat dan variatif. Kesalahan pilihan kata khususnya berupa kesalahan
pemahaman akan makna kata tersebut atau kesalahan penerjemahan. Satu kata bahasa Indonesia mungkin saja memiliki beberapa terjemahan dalam bahasa Inggris dan berbeda medan makna dan penggunaanya, misalnya kata ‘appetite’ dalam bahasa Indonesia dengan hal diterjemahkan appetite atau appetizer dalam bahasa Inggris. Jika berhubungan dengan hal jenis , maka appetizer lebih tepat, namun jika berhubungan dengan selera makan, maka appetizer lebih tepat, contoh : 16) There are so many appetite we offer. Kata beside hanya mengacu pada posisi untuk makna ‘di samping’. Kata yang tepat adalah besides yang bermakna ‘selain itu’. 17) Beside the menu, they also give other offers. . Kesalahan penerjemahan kata ‘tuntutan’, menyebabkan kecampingan kalimat Pickles make good appetises. Appetite adalah ‘nafsu makan / selera’. Kata yang lebih tepat adalah appetizer. Ungkapan sheet of balance
di kalimat pada kalimat di bawah ini yang
dimaksudkan berarti ‘keseimbangan neraca keuangan’, kurang idiomatis. Ungkapan yang lebih idiomatis adalah balancing sheet.. Contoh : 18) The sheet of balance in the country is very good. Kata prefer memang sering digunakan untuk menyatakan pilihan, tetapi artinya adalah ‘lebih suka’, bukan ‘memilih’. Kalimat berikut memerlukan kata choose ‘memilih’, bukan prefer. Contoh : 19) We can also prefer the schools
Dalam beberapa buku bahasa Inggris, diberikan penjelasan megenai kata-kata yang ejaannya hampir sama, namun artinya berbeda. Misalnya kata quiet ‘tenang’, quit ‘berhenti’, dan quite ‘cukup’. Demikian pula dengan kata change ‘perubahan’ dan chance ‘kesempatan’. Contoh : 20) Everyone wants to get a quite life. 21) There is a better change to find a job Kata ‘yang lain’ memiliki beberapa bentuk dalam bahasa Inggris, yaitu another, the other, others, the others, dan other. Sufiks – s tidak perlu digunakan jika other diikuti oleh nomina jamak (other people). Kata the other lebih tepat digunakan untuk menyatakan satu yang terakhir seperti pada kalimat 22) The others colors are white and blue. Kalimat 23) If he is still hungry after that he can eat one mango, tentu setelah makan satu buah mangga maka dia akan memakan mangga yang satu lagi, sehingga lebih tepat menggunakan kata another. Kata injure adalah merupakan bentuk kata kerja yang artinya melukai atau mendapat luka. Kata yang lebih tepat untuk menyatakan luka-luka adalah injury. 24) He sustained injure of the face. Kata selera tidak tepat jika diterjemahkan appetites dalam klimat It depends on theirs appetites karena appeties mengacu pada selera makan atau keinginan yang kuat akan sesuatu.
Kata going old tidak idiomatik dalam kalimat berikut 25) When I am going old, I wil give you a present. Lebih tepat menggunakan kata getting old atau langsung kata old. Kata relation dan relativity dalam dua kalimat berikut lebih tepat diganti dengan kata relationship ‘hubungan’. Contoh kalimat seperti berikut : 26) You must have a good relation in this life. 27) I have a good relativity to them. Kata relevan dalam bahasa Indonesia tidak dapat diterjemahkan menjadi relevance dalam bahasa Inggris, karena bentuk sifatnya adalah relevant. Kesalahan tersebut menyebabkan kecampingan kalimat berikut : 28) It is not relevant to the subject. Kata sedikit dalam bahasa Indonesia dapat diterjemahkan a little atau a few yang penggunaannya berbeda. A little untuk nomina tak terbilang, sedangkan a few untuk nomina terbilang (Murphy, 1985 : 172). Kata books adalah nomina terbilang sehingga seharusnya menggunakan pewatas a few, bukan a little. Contoh kalimat seperti berikut ini : 29) We need a little books to read..
2.6.3 Kongruensi Istilah kongruensi adalah terjemahan dari istilah concord dan agreement. Kedua istilah ini memiliki lema tersendiri dalam Kamus Linguistik (Kridalaksana 2001 : 160,116). Akan tetapi, keduanya memiliki terjemahan yang sama, yaitu
kongruensi. Kedua istilah ini dinyatakan sama dalam The Concise Oxford Dictionary of Linguistics (Matthews 1997 : 12). Dalam bahasa Indonesia, bentuk verba tidak terpengaruh oleh bentuk subjek, sedangkan dalam bahasa Inggris, bentuk verba bergantung pada subjeknya. Jika subjeknya adalah pronomina ketiga tunggal, verbanya harus ditambah -s/es atau menggunakan is/was/has. Pada kalimat-kalimat berikut ini, dapat kita lihat bahwa kesalahan kongruensi terjadi khususnya jika ada adverbia antara subjek dan verba, sehingga para responden sering terkecoh dalam menulis bentuk verbanya. Subjek jamak memerlukan verba bantu are, bukan is. 30) The books which is over there is blue. 31) The men who is buying some books is my family . 32) Tomorrow morning we will visit his families who is living in Siantar. 33) The students who is in my class come from may countries.. 34) The tickets which is bought by him is very expensive. Subjek tunggal memerlukan verba bantu is atau verba yang menggunakan infleksi –s . 35) He spend much money. 36) Furniture are very unique. 37) Fruit have more vitamins. 38) We don’t know the price of fruit are. Kata there is dan there are bergantung pada nomina yang ada setelahnya. Jika nomina setelahnya dalam bentuk jamak, maka digunakan kata there are. Sebaliknya,
jika nomina setelahnya dalam bentuk tunggal atau nomina tak terbilang, digunakan kata there is. 39) There is many books sold. 40) There is just a few cars. 41) There is a hotel, shopping mall, etc. 42) There are no fruit in kitchen.
2.6.4 Gerundium (Gerund) Gerundium adalah bentuk –ing dari verba yang digunakan sebagai nomina (Azar, 1989:150). Peneliti meneliti beberapa kesalahan dalam jenis ini. Kesalahan ini dapat dibagi dalam dua kelompok, bentuk verba serta preposisi dan bentuk verba pada posisi subjek. Setelah preposisi, verba harus berbentuk gerundium. 43) I enjoy go to the beach. 44) He finishes study at midnight. 45) I’m considering go to Medan. Pada posisi subjek, verba juga harus berbentuk gerundium (living) 46) Play football is my hobby. 47) Swim in the river is very nice. 48) Ride a horse is very fun. 49) Come to class on time is important. 50) Have a cold is not a fun.
51) Cook a soft-boiled egg takes three minutes.
2.6.5 Artikula Penggunaan artikula dalam bahasa Inggris tidak sama dengan penggunaannya dalam bahasa Indonesia. Hal ini menyebabkan kesalahan pada beberapa kalimat berikut. Dalam bahasa Inggris, nomina terbilang memerlukan pewatas, biasanya artikula, di depannya jika digunakan dalam bentuk tunggal (Sinclair 1990:6), sedangkan dalam bahasa Indonesia tidak perlu. Perbedaan ini sering membuat lupa untuk menambahkan artikula pada nomina terbilang dalam bentuk tunggal kalaupun ingat menggunakan artikula, masalah selanjutnya adalah pilihan antara artikula a/an atau the. Secara umum, artikula the tidak mengacu pada sesuatu yang generik, sehingga kalimat-kalimat berikut lebih tepat menggunakan artikula a/an dari pada the. 52) Do you have the car? 53) Yesterday I saw the dog and the cat. 54) I had the soup and the sandwich for lunch. 55) The banana is yellow. 56) The dog makes a good pet. Artikula a/an hanya dapat digunakan sebagai pewatas nomina tunggal, sedangkan untuk nomina jamak, pewatas a/an tidak perlu digunakan. 57) They can be a good students. 58) We have to be a professional teachers.
59) We could be a managers.
2.6.6 Ejaan Cook (2001:76) menyebutkan bahwa masalah utama pada bahasa Inggris adalah ketentuan yang kompleks mengenai cara huruf-huruf disusun dalam kata-kata. Bahasa Inggris tidak memiliki sistem yang langsung di mana satu huruf mewakili satu bunyi. Hal ini menyulitkan banyak mahasiswa karena pemahaman kata-kata bahasa Inggris harus mencakup ucapan dan tulisannya. Kesalahan ejaan adalam penulisan suatu kata dapat dilihat pada kalimat berikut ini. Kesalahan pertama adalah penulisan konsonan yang seharusnya tunggal, namun ditulis ganda, atau sebaliknya. Ejaan yang benar adalah dinner, apartment, occurred birthday, dan holiday. 60) Let’s have a diner. 61) All students hired an apartemen. 62) An accident occurred. 63) All of us will celebrate their birdays. 64) We spend our holliday. Kesalahan kedua adalah penulisan kata yang agak panjang. Ejaan yang benar adalah bedroom dan anthropologist. 65) You have to clean the badroom.. 66) Today antropologis is needed to develop the culture. 67) Everyone could be an antropologis.
2.6.7 Kalimat Tanpa Verba Pola kalimat dasar bahasa Inggris dan bahasa Indonesia adalah sama, yaitu Subjek dan Predikat, namun berbeda dalam kelas kata yang dapat mengisi fungsi tersebut. Dalam bahasa Indonesia, predikat dapat berupa frasa nominal, frasa numeral, atau frasa perposisional, di samping frasa verbal dan frasa adjektival (Alwi dkk 1998:326). Ketentuan ini tentunya berbeda dengan bahasa Inggris karena predikatya hanya berupa frasa verbal (Quirk dkk 1985 : 53). Perbedaan ini membuat pelajar sering tidak menuliskan verba jika kalimatnya sudah memiliki frasa lainnya, contohnya pada kalimat berikut ini. Kalimat tersebut perlu ditambahkan verba bantu (is atau are) untuk menghasilkan bentuk kalimat yang tidak camping (well-formed). 68) The students of the university_ very familiar. 69) You will_glad if you get a good grade. 70) The student who_ sitting there_ very tall. 71) Those_very good. 72) He will _ coming to meet us. 73) I think you _ not crazy boy. 74) I don’t know how muc_. 75) They_ coming to visit us.
2.6.8 Kelas Kata Bentuk nomina, adjektiva, dan adverbia dalam bahasa Inggris juga menimbulkan masalah dalam penulisan. Perubahan kelas kata dalam bahasa Inggris
dapat disebabkan oleh sufiks (Rodman & Ellis 1995). Kondisi ini menyebabkan orang Indonesia sulit membedakan
makna dan kelas kata dari kata-kata yang
memiliki akar kata yang sama. Kesalahan kelas kata dapat dilihat pada kalimat berikut ini. Dalam bahasa Inggris, adjektiva digunakan setelah verba bantu atau sebelum nomina. Dalam kalimat-kalimat berikut ini, bentuk adjektiva yang tepat adalah peaceful, simple, succesful, dan stressful : 76) Some people prefer to live in a small town because of the fresh air, friendly neighboars, and peacefully condition. 77) They want a simply life 78) People who is very diligent will be success 79) I will not_stress if I live there Dalam bahasa Inggris, bentuk nomina harus digunakan setelah preposisi. Kalimat-kalimat berikut ini seharusnya menggunakan nomina noise dan lives (bentuk jamak dari life).80) In a small town they can sleep well without disturbed by any noisy dan kalimat 81) There are a lot of development in many sector of live. Adverbia digunakan untuk menjelaskan verba. Bentuk adverbia komparatif yang tepat untuk kalimat berikut ini adalah more easily. 82) We can go anywhere easier Setelah to biasanya digunakan verba bentuk pertama, bukan nomina. Kata socialization dalam kalimat berikut seharusnya diganti dengan socialize. 83) It can make them easier to socialization
2.6.9 Preposisi Beberapa preposisi yang bisa direduksi dalam bahasa Indonesia, tetap harus digunakan dalam bahasa Inggris, demikian pula sebaliknya. Perbedaan penggunaan preposisi ini menyebabkan kecampingan pada delapan kalimat seperti berikut ini. Preposisi between dan among sama-sama berarti ‘di antara’ dalam bahasa Indonesia. Akan tetapi, dalam bahasa Inggris penggunannya berbeda. Between digunakan untuk menyatakan di antara dua benda/hal, sedangkan among digunakan untuk menyatakan di antara lebih dari dua benda/hal. 84) He sits between you and me. Kalimat berikut ini jika diterjemahan ke bahasa Indonesia, preposisinya bisa saja dilepaskan. Akan tetapi, dalam bahasa Inggris, preposisi pada kalimat tersebut tetap diperlukan. Sebaliknya, dalam kelimat-kalimat berikut ini, preposisinya (with dan of) tidak diperlukan. 85) You will face with a traffic jam. 86) He cannot come to my house because of there is something happens. 87) No one get the penalty because most of students are very smart. Bahasa Inggris memiliki ketentuan tersendiri dalam penggunaan preposisi. Misalnya kata polite harus diikuti oleh preposisi to. Preposisi in lebih tepat digunakan untuk menyatakan “di” suatu daerah. Contoh kalimat : 88) We must be polite for everyone. 89) There is no corruption at the institution.
2.6.10 Kala Bahasa Inggris menggramatikalisasikan kala, yaitu dalam bentuk verbanya (Comrie 1985 : 10), sedangkan bahasa Indonesia tidak. Perbedaan ini menyebabkan terjadinya kalimat camping pada beberapa kalimat berikut ini. Dalam bahasa Inggris, jika suatu kejadian terjadi dan berakhir di sebelah kiri titik acuan waktu sekarang, kalimatnya menggunakan infleksi verba-ed, sedangkan jika kejadian tersebut terjadi di sebelah kanan titik acuan, digunakan verba bantu will. Ketentuan ini berbeda dengan bahasa Indonesia yang menggunakan verba yang sama untuk kejadian pada kala lampau dan kala kini, dan kala masa depan. Dalam bahasa Inggris, kala kini mengacu pada sesuatu yang merupakan kebenaran umum atau kegiatan rutin yang berlangsung sepanjang garis waktu. Dalam kelimat berikut, lebih tepat digunakan kala kini (is) dari pada kala masa depan (will be) karena mengacu pada kebenaran umum. Contoh kalimat : 90) There is less polution and the air will be fresh. Dalam kalimat-kalimat berikut ini, bentuk verba kala lampau tidak tepat digunakan; lebih tepat digunakan bentuk verba kala kini (shines,is, study, forget) karena maknanya mengacu pada kebenaran umum. 91) Sun is shining this morning. 92) The colour of banana will be yellow. 93) Student who is stupid has a bad grade, so he must studied hard. 94) People who live in a big city have many activity, so they sometimes forgot about others.
2.6.11 Bentuk Pasif Pemasifan dalam bahasa Indonesia dilakukan dengan dua cara : (1) menggunakan verba berprefiks di- dan (2) menggunakan verba tanpa prefiks di(Alwi dkk 1998 : 345). Hal ini berbeda dengan bahasa Inggris yang dalam kalimat pasifnya menggunakan bentuk tertentu dari be ditambah dengan verba participle lampau (Murphy 1985 : 84). Bentuk dari be dapat berupa am, is, are, was, been, be, dan being, bergantung pada subjek, kala, dan aspek dari suatu kalimat. Kesalahan bentuk pasif dapat dilihat pada kalimat berikut. Dalam kalimat-kalimat tersebut, para responden hanya menggunakan verba partisipel lampau tanpa menggunakan be. Kalimat I helped by the teacher seharusnya ditambahkan kata bantu to be am, kalimat My earring made of gold perlu ditambahkan kata bantu are, dan kalimat I invited to dinner by Ms.Monalisa perlu ditambahkan kata bantu to be am.
2.6.12 Konjungtor Ada tiga kalimat yang memiliki kesalahan penggunaan konjungtor, yaitu kalimat She pats my shoulder_ I dislike dan The girl_spoke is Liliana. Kalimat She pats my shoulder_ I dislike dan The girl_spoke is Liliana terdiri atas dua klausa, sehingga perlu dihubungkan dengan konjungtor who (jika acuannya orang) dan which (jika acuannya bukan orang). Kalimat I like the colour although I don’t like the shape. menggunakan konjungtor yang kurang tepat. Kedua klausa dalam kalimat tersebut tidak menunjukkan pertentangan sehingga konjungtor although kurang tepat, konjungtor yang lebih tepat adalah while.
2.6.13 Perbandingan Kesalahan aturan pola perbandingan dapat dilihat pada kalimat The book you read is cheaper than he buys , His grade in the course is not as bad as the college , dan The income in a village is still low than a big city . Kesalahan utamanya adalah pada pewatas yang digunakan. Dalam bahasa Indonesia, pewatas yang dipakai dalam tingkat komparatif adalah lebih ... dari(pada)..., kurang ... dari(pada), dan kalah … dengan/dari(pada) (Alwi dkk 1998: 184). Pewatas lebih dapat dipadankan dengan more atau –er dalam bahasa Inggris.Akan tetapi, tidak boleh digunakan secara bersamaan. Jika subjek dari klausa pertama sama dengan subjek dari klausa kedua, maka subjek dari klausa kedua bisa diganti dengan kata that atau those, namun tidak bisa hanya dilesapkan. Kalimat The book you read is cheaper than he buys perlu ditambahkan (than) that of sebagai acuan dari the book. Kalimat The grade in the course is not as bad as the college perlu ditambahkan (as bad as) that in sebagai acuan dari the grade. Adjektiva pada kalimat berikut harus diubah ke bentuk komparatif dan acuannya harus jelas. Kalimat yang lebih tepat adalah: The income in a village is still low than a big city.
2.6.14 Aspek Kesalahan pada kalimat They are usually looking for it in many ways dan They can live in peace and enjoy their day if they are not working anymore termasuk dalam katogori aspek. Dalam pengajaran bahasa Inggris, kala dan aspek biasanya disatukan dalam pembahasan tenses. Aspek mengacu pada status kejadian, sedangkan
kala mengacu pada waktu kejadian. Dalam bahasa Inggris, ada tiga kala, yaitu: lampau, kini, dan masa depan. Aspek dapat dikelompokkan menjadi simple, continuous, perfect, dan perfect continuous. Kalimat They are usually looking for it in many ways sudah tepat menggunakan kala kini, namun aspeknya seharusnya bukan continuous, melainkan simple (usually look) karena menyatakan suatu kebiasaan. . Kalimat They can live in peace and enjoy their day if they are not working anymore juga sudah tepat menggunakan kala kini, namun aspeknya seharusnya bukan continuous, melainkan simple (do not work) karena menyatakan suatu kebenaran umum.
2.6.15 Klausa Pengandaian Ada satu kalimat camping yang kesalahannya pada penggunaan klausa pengandaian, yaitu kalimat If I have enough money, I would buy a tape .
Klausa
pengandaian biasa juga disebut klausa if; padanan dalam bahasa Indonesia adalah ‘jika’ atau ‘andaikata’. Namun, dalam bahasa Inggris, paling tidak ada tiga klausa if yang dibedakan berdasarkan kala. Setiap kala memiliki pola tersendiri yang harus dihapalkan. Kalimat If I have enough money, I would buy a tape, harus menunjukkan pembedakan antara pola klausa if untuk present conditional dan future conditional. Dalam kalimat yang menggunakan future conditional, klausa utamanya harus menggunakan pola Subjek + will + V1, dengan pola klausa if seperti pola kalimat simple present tense.
Kalimat pengandaian atau conditional sentence menunjukkan tindakan atau keadaan yang mungkin terjadi bila syarat-syarat atau kondisinya terpenuhi atau tidak mungkin terjadi bila syarat-syaratnya atau kondisinya tidak terpenuhi. Tindakan atau keadaan itu mungkin tidak pernah akan terwujud karena tindakan atau keadaan itu sesuatu yang bertolak belakan dengan kenyataan atau bahkan dengan yang telah terjadi. Ada tiga tipe bentuk pengandaian yaitu : 1. Tipe I, Pengandaian yang pertama adalah pengandaian yang mungkin dipenuhi. Untuk tipe ini biasanya dipakai kombinasi bentuk tense present dengan verba Bantu seperti will, may, can yang juga menunjukkan present seperti contoh: a. The police will send you to prison if you use drugs. b. If you do not register, you cannot join the trip. 2. Tipe II, Pengandaian yang kedua adalah pengandaian yang tidak mungkin terjadi karena kondisinya tidak mungkin dipenuhi. Untuk tipe ini biasanya dipakai kombinasi bentuk tense past dengan verba Bantu seperti would, could, yang juga menunjukkan past. Sebagai contoh: a. If were you, I would not accept the job. b. I would buy the painting if I had money. Pernyataan-pernyataan I were you, I had money bertentang dengan fakta yang ada sekarang sehingga pengandaian itu pun tidak mungkin terpenuhi. 3. Tipe III, Sama seperti pengandaian tipe kedua, pengandaian tipe ketiga juga tidak mungkin terpenuhi. Apa yang dikatakan dalam pengandaian bertentangan dengan tindakan, kejadian atau keadaan yang sudah berlangsung pada masa lampau.
Pengandaian-pengandaian di bawah ini tidak mungkin dipenuhi lagi. Seperti contoh berikut ini: a. The students would not have had the accident if they had left early. b. If we had arrived at the station earlier, we would not have missed the first train.
2.6.16 Pertanyaan Melekat Pertanyaan melekat memiliki struktur yang berbeda dengan pertanyaan sederhana. Dalam pertanyaan sederhana, urutannya adalah Kata tanya + Kata bantu + Subjek, sedangkan dalam pertanyaan melekat, urutannya adalah Kata tanya + Subjek + Kata bantu. Urutan ini dapat menyebabkan pelupaan penambahan kata bantu pada akhir kalimat karena tidak ada padanan terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Kalimat I don’t know how old the man _., seharusnya ditambahkan kata bantu is pada akhir kalimatnya. 2.6.17 Rujuk Silang Kesalahan rujuk silang dapat dilihat pada kalimat This is because of their environment which is healthy. Secara umum, kesalahan ini disebabkan oleh pemahaman akan perujukan untuk benda tunggal.Pronomina untuk benda tunggal adalah its, tetapi untuk benda jamak, diacu dengan their.
2.7 Skemata Skemata adalah pengetahuan yang terkemas secara sistematis dalam ingatan manusia . Skemata itu memiliki struktur pengendalian , yakni cara pengaktifan skemata sesuai dengan kebutuhan. Ada dua cara yang disebut pengaktifan dalam struktur itu, yakni (1) cara pengaktifan dari atas ke bawah dan (2) Cara pengaktifan dari atas ke bawah. Pengaktifan dari atas ke bawah adalah proses pengendalian skemata dari konsep ke data atau dari keutuhan ke bagian. Sementara pengaktifan dari bawah ke atas adalah proses pengendalian skemata dari data ke konsep atau dari bagian ke keutuhan. Kegagalan pemahaman dalam penulisan terjadi disebabkan tiga kemungkinan. Pertama, penulis mungkin tidak mempunyai skemata yang sesuai dengan bahasa yang dihadapi. Kedua, penulis mungkin sudah mempunyai skemata yang sesuai tetapi petunjuk-petunjuk yang disajikan tidak cukup memberikan saran tentang skemata yang dibutuhkan. Ketiga, mungkin mendapatkan penafsiran secara tetap sehingga gagal memahami maksud. Seorang individu dalam hidupnya selalu berinteraksi dengan lingkungan. Dengan berinterkasi tersebut, seseorang akan memperoleh skema. Skema berupa kategori pengetahuan yang membantu dalam menginterpretasi dan memahami dunia. Skema juga menggambarkan tindakan baik secara mental maupun fisik yang terlibat dalam memahami atau mengetahui sesuatu. Sehingga dalam pandangan Piaget (1983), skema mencakup baik kategori pengetahuan maupun proses perolehan pengetahuan tersebut. Seiring dengan pengalamannya mengeksplorasi lingkungan,
informasi yang baru didapatnya digunakan untuk memodifikasi, menambah, atau mengganti skema yang sebelumnya ada. Jean Piaget yang juga seorang psikolog dengan teori adaptasi kognitif. Sama halnya dengan setiap organisme harus beradaptasi secara fisik dengan lingkungan untuk dapat bertahan hidup, demikian juga struktur pemikiran manusia. Manusia berhadapan dengan tantangan, pengalaman, gejala baru, dan persoalan yang harus ditanggapinya secara kognitif (mental). Untuk itu, manusia harus mengembangkan skema pikiran lebih umum atau rinci, atau perlu perubahan, menjawab dan menginterpretasikan pengalamanpengalaman tersebut. Dengan cara itu, pengetahuan sesorang terbentuk dan selalu berkembang
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dan metode analisis datanya adalah kualitatif. Metode deskriptif yang dipilih karena penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menggambarkan dengan jelas tentang objek yang diteliti secara alamiah.(Djajasudarma 1993:8-9).Sementara itu, kajian deskriptif menurut Chaer (2007:9) biasanya dilakukan terhadap struktur internal bahasa, yaitu struktur bunyi (fonologi), struktur kata (morfologi), struktur kalimat (sintaksis), struktur wacana dan struktur semantik. Kajian deskriptif ini dilakukan dengan mulamula mengumpulkan data, mengklasifikasi data, lalu merumuskan kaedah-kaedah terhadap keteraturan yang terdapat pada data itu khususnya kajian morfosintaksis. Menurut Sugiyono (2005:23) menyebutkan bahwa metode kualitatif paling cocok digunakan untuk mengembangkan teori yang dibangun dari dari data yang diperoleh dari lapangan, dengan metode kualitatif, peneliti melakukan penjelajahan, pengumpulan dan selanjutnya diverifikasi. Sementara menurut Chaer (2007:11) metode penelitian kualitatif pada dasarnya dilakukan untuk menyusun teori, bukan untuk menguji teori. Atau dengan kata lain, kajian kualitatif ini untuk menemukan pengetahuan baru, atau merumuskan teori baru berdasarkan data yang dikumpulkan. Kajian kualitatif juga bersifat menjelaskan suatu masalah, yakni masalah yang diteliti.
Kajian dimulai dengan merumuskan masalah, merumuskan fokus, kajian, atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan kajian, dilanjutkan dengan pengumpulan data oleh peneliti sendiri sebagai instrumennya. Hasil tes yang dianalisis adalah hasil karangan dari para mahasiswa. Alasan pemilihan lembaga pendidikan ini adalah bahwa Akademi Pariwisata ini mengutamakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar baik itu teori maupun praktek. Dan satu-satunya lembaga pendidikan konsentrasi pariwisata di bawah naungan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata yang berada di Medan, Sumatera Utara.
3.2 Data dan Sumber Data Data dan Sumber data yang diambil dalam penelitian ini adalah hasil test mengarang (writing) para peserta mahasiswa di Program studi MUP (Manajemen Usaha Perjalanan), MTB (Manajemen Tataboga), MTH (Manajemen Tatahidangan), dan MDK (Manajemen Divisi Kamar) Akademi Pariwisata Medan Jalan Rumah Sakit Haji No. 12 Medan.
3.3 Situasi Sosial Menurut Sugiyono (2005:49) dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi tetapi situasi sosial. Situasi sosial terdiri atas tiga elemen yaitu : tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara
sinergis. Situasi sosial tersebut dapat dinyatakan sebagai objek penelitian yang ingin diketahui apa yang terjadi di dalamnya. 3.3.1 Tempat Penelitian berlangsung di Akademi Pariwisata Medan salah satu Unit Pelaksan Teknis (UPT) dibawah naungan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, dimana UPT ini adalah sebagai perpanjangan tangan pemerintah pusat yang ada di daerah dalam menghasilkan sumber daya manusia di bidang pariwisata.
3.3.2 Pelaku Adapun pelaku di dalam penelitian ini adalah mahasiswa Akademi Pariwisata Medan
3.3.3 Aktivitas Adapun aktivitas atau kegiatan yang diteliti di dalam penelitian ini skemata struktur bahasa Indonesia terhadap kecampingan bahasa Inggris bagi mahasiswa Akademi Pariwisata Medan
3.4 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi ke lokasi penelitian dan memberikan test bahasa Inggris dengan memilih mahasiswa yang mempunyai kemampuan bahasa Inggris yang hampir sama. Peneliti memilih mahasiswa yang mempunyai kemampuan bahasa Inggris dengan melakukan pengumpulan nilai dari
setiap mahasiswa . Nilai mahasiswa adalah sebagai acuan kemampuan bahasa Inggris. Dari data yang ada, yaitu hasil ujian writing mereka, pertama-tama peneliti menentukan kalimat yang camping dari seluruh karangan tersebut. Kalimat-kalimat ini kemudian dikoreksi dan ditentukan jenis kesalahannya dan dikelompokkan berdasarkan jenis kesalahannya, mulai dari yang paling sering muncul sampai yang paling jarang muncul. Selanjutnya tiap jenis kesalahan dianalisis berdasarkan perbandingan morfosintaksis bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
3.5 Analisis Data Metode kajian atau analisis yang digunakan dalam penganalisisan adalah dengan analisis induktif. Menurut Sugiyono (2005:89) analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh selanjutnya dikembangkan. Sementara menurut Djajasudarma (1993:13) menyebutkan bahwa data secara induktif yaitu data yang dikaji melalui proses yang berlangsung dari data ke teori. Analisis induktif atau inductive analysis dikenalkan oleh Patton (1987:150) yang mengemukakan bahwa analisis induktif adalah usaha menemukan kategori berdasarkan data yang terkumpul. Kategori tersebut dapat merupakan pola yang berpa keteraturan, atau berupa tema permasalahan yang muncul dari data. Kategori itu muncul setelah proses analisis data dilaksanakan. Dalam analisis induktif ada dua kemungkinan yang akan muncul dalam menentukan kategori. Kemungkinan pertama, peneliti akan menggunakan kategori
yang telah lazim dipakai oleh responden atau subyek penelitian dan kemungkinan kedua, peneliti dapat menggunakan kategori-kategori yang dikembangkan sendiri. Atau peneliti dapat menggunakan dengan cara menggabungkan kedua cara tersebut, yaitu menggunakan semua kategori yang sudah lazim dan bila menemukan data baru di luar kategori-kategori yang lazim peneliti dapat menamai sendiri kategori-kategori barunya. Semua data yang diperoleh diseleksi sesuai dengan landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini, mengidentifikasinya, dan menyimpulkan hasil penelitian skemata struktur bahasa Indonesia terhadap kecampingan bahasa Inggris bagi mahasiswa Akademi Pariwisata Medan.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam hasil penelitian yang akan dianalisis oleh peneliti, peneliti menemukan sebanyak 89 bentuk kalimat camping (ill-formed) dengan memberikan analisis dari kalimat yang ditemukan. Dalam proses penelitian, peneliti hanya meneliti skemata struktur tata bahasa
( grammatikal ), pada skemata struktur bahasa Indonesia
terhadap kecampingan kalimat bahasa Inggris pada mahasiswa Akademi Pariwisata Medan.
4.1 Konjungtor Ada tiga kalimat yang memiliki kesalahan penggunaan konjungtor, yaitu kalimat nomor 1, 2, dan 3. Kalimat nomor 1 dan 2 terdiri atas dua klausa, sehingga perlu dihubungkan dengan konjungtor while. Kalimat nomor 3 menggunakan konjungtor yang kurang tepat. Kedua klausa dalam kalimat tersebut tidak menunjukkan pertentangan sehingga konjungtor although kurang tepat, konjungtor yang lebih tepat adalah while. (1)* In 2008 there are 20 millions people from outside of Malaysia visit Malaysia but Indonesia in 2008 just there are 8 millions visit Indonesia. (2)* So all of that government must has a work plan to make our tourism letter than before although crisis global very increase especially for 2009.
(3)* Eventhough there’s some conflicts, development is going on Kalimat tersebut di atas menjadi tidak camping: (1) In 2008 there are 20 millions people from outside of Malaysia visit Malaysia while Indonesia in 2008 just there are 8 millions visit Indonesia. (2) So all of that government must has a work plan to make our tourism later. than before while crisis global very increase especially for 2009. (3) While there’s some conflicts, development is going on. Dari hasil penelitian terhadap ketiga kalimat yang dilakukan oleh mahasiswa terdapat suatu bentuk kalimat yang salah sehingga menimbulkan kecampingan. Hal ini didasarkan atas ketidakpahaman mahasiswa dalam menulis kalimat yang berdasarkan skemata bahasa Indonesia yang digunakan. Dari ketiga kalimat yang camping di atas terlihat jelas bahwa mahasiswa menggunakan skemata bahasa Indonesia-nya.
4.2 Perbandingan Kesalahan aturan pola perbandingan dapat dilihat pada kalimat nomor 4, 5 dan 6. Kesalahan utamanya adalah pada pewatas yang digunakan. Dalam bahasa Indonesia, pewatas yang dipakai dalam tingkat komparatif adalah lebih ... dari(pada)..., kurang ... dari(pada), dan kalah … dengan/dari(pada). Pewatas lebih dapat dipadankan dengan more atau –er dalam bahasa Inggris. Akan tetapi, tidak boleh digunakan secara bersamaan. Jika subjek dari klausa pertama
sama dengan subjek dari klausa kedua, maka subjek dari klausa kedua bisa diganti dengan kata that atau those, namun tidak bisa hanya dilesapkan. (4)* Foreign tourist is a person visiting and temporaly staying in another country for any purpose other than seeking employment. (5)* Comparison of food between Indonesia with other country no too difficult. Kalimat tersebut di atas menjadi tidak camping: (4) Foreign tourist is a person visiting and temporaly staying in another country for any purpose other than that of seeking employment. (5) Comparison of food between Indonesia and other country no too difficult Kalimat nomor 4 perlu ditambahkan (than) that of sebagai acuan dari foreign tourist. Kalimat nomor 5 sangat camping, hal ini dapat terlihat dalam contoh yag seharus kata with harus diubah menjadi and, between…..and…. Dalam kalimat nomor 4 dan nomor 5 terlihat jelas bahwa mahasiswa masih menggunakan skemata bahasa Indonesia dalam membuat kalimat dalam bahasa bahasa Inggris Adjektiva pada kalimat berikut harus diubah ke bentuk komparatif dan acuannya harus jelas. Kalimat yang lebih tepat adalah: Jakarta is bigger than Medan (6)* Jakarta is big than Medan. Kalimat tersebut di atas menjadi tidak camping: (6) Jakarta is bigger than Medan. Dalam bahasa Inggris apabila dua orang atau benda diperbandingkan maka Comparative yang harus dipakai. Misalnya contoh: (a) He is celever than his sister
dan (b) He is the cleverer of the two boys. Dalam bentuk kalimat (a) dan (b) tidak berarti sepenuhnya hal yang sama. Bentuk (a) hanya menunjukkan keunggulan, sedangkan bentuk kalimat (b) menunjukkan pemilihan yang lebih baik di antara yang satu dengan yang lain.
4.3 Aspek Kesalahan pada kalimat nomor 7 dan 8 termasuk dalam kategori aspek. Dalam pengajaran bahasa Inggris, kala dan aspek biasanya disatukan dalam pembahasan tenses. Aspek mengacu pada status kejadian, sedangkan kala mengacu pada waktu kejadian. Dalam bahasa Inggris, ada tiga kala, yaitu: lampau, kini, dan masa depan.Aspek dapat dikelompokkan menjadi simple, continuous, perfect, dan perfect continuous. (7)* They are usually looking for it in many ways. Kalimat di atas menjadi tidak camping: (7) They usually look for it in many ways. Kalimat nomor 7 sudah tepat menggunakan kala kini, namun aspeknya seharusnya bukan continuous, melainkan simple (usually look) karena menyatakan suatu kebiasaan. Dalam hasil penelitian terlihat bahwa mahasiswa menggunakan skemata bahasa Indonesia untuk menulis dalam bahasa Inggris. (8)* Hotel is providing travel to tourist. Kalimat di atas menjadi tidak camping:
(8) Hotel provides travel to tourist. Kalimat nomor 8 juga sudah tepat menggunakan kala kini, namun aspeknya seharusnya bukan continuous, melainkan simple (provides) karena menyatakan suatu kebenaran umum.
4.4 Klausa Pengandaian Ada satu kalimat yang camping yang mengakibatkan
kesalahan pada
penggunaan klausa pengandaian, yaitu kalimat nomor 9. Klausa pengandaian biasa juga disebut klausa if; padanan dalam bahasa Indonesia adalah ‘jika’ atau ‘andaikata’. Namun, dalam bahasa Inggris, paling tidak ada tiga klausa if yang dibedakan berdasarkan kala. Setiap kala memiliki pola tersendiri yang harus dihapalkan. (9)* If They can handle and maintain their own culture, they cannot be maintained with another culture and foreign habit. Kalimat di atas menjadi tidak camping: (9) If They handle and maintain their own culture, they cannot be maintained with another culture and foreign habit. Kalimat nomor 9 menunjukkan bahwa penulisnya tidak bisa membedakan antara pola klausa if untuk present conditional dan future conditional. Dalam kalimat yang menggunakan future conditional, klausa utamanya harus menggunakan pola Subjek + will + Verb 1, dengan pola klausa if seperti pola kalimat simple present tense.
Dalam kalimat di atas memperlihatkan bahwa penggunaan skemata struktur bahasa Indonesia terlihat jelas yang dapat menimbulkan kecampingan.
4.5 Pertanyaan Melekat Kalimat nomor 10 seharusnya ditambahkan kata bantu is pada akhir kalimatnya. (10)* The customer does not know how much the price _. Kalimat di atas menjadi tidak camping: (10) The customer does not know how much the price is. Pertanyaan melekat memiliki struktur yang berbeda dengan pertanyaan sederhana. Dalam pertanyaan sederhana, urutannya adalah Kata tanya + Kata bantu + Subjek, sedangkan dalam pertanyaan melekat, urutannya adalah Kata tanya + Subjek + Kata bantu. Urutan ini dapat menyebabkan pelupaan penambahan kata bantu pada akhir kalimat karena tidak ada padanan terjemahannya dalam bahasa Indonesia.
4.6 Rujuk Silang Kesalahan rujuk silang dapat dilihat pada kalimat nomor 11. (11)* Malaysia use curry leave in their food. Kalimat di atas menjadi tidak camping: (11) Malaysia use curry leave in its food..
Secara umum, kesalahan ini disebabkan oleh pemahaman akan perujukan untuk benda tunggal. Pronomina untuk benda tunggal adalah its, tetapi untuk benda jamak, diacu dengan their.
4.7 Nomina Kesalahan jenis ini adalah yang paling sering muncul. Kesalahan ini dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu: perbedaan proses pembentukan nomina jamak dan perlakuan untuk nomina tak terbilang (uncountable nouns). Dalam bahasa Indonesia, bentuk jamak dari nomina dibentuk dengan proses reduplikasi, bukan afiks. Bentuk jamak tidak direduplikasi jika sudah ada pemarkahnya, misalnya jika didahului kata banyak. Pada lain pihak, dalam bahasa Inggris, bentuk jamak dari nomina dibentuk dengan infleksi afiks, yaitu dengan menggunakan sufiks –s, dan nomina harus dalam bentuk jamak (berinfleksi) jika didahului oleh pewatas seperti many atau count noun. Perbedaan ini menyebabkan kesalahan sebagai berikut: (12) *There are many kind of cultural. (13) *Tourism has four type. (14) * North Sumatera has many kind of etnic. (15) *Students of Akademi Pariwisata Medan have many activity. (16) *This type of tourist is further broken down. (17) *There are many tourism place. (18) *There are a lot of ticket in many sector of counter. (19) *Indonesia has many kind of cultural,….
Kalimat di atas menjadi tidak camping: (12) There are many kinds of culturals. (13) Tourism has four types. (14) North Sumatera has many kinds of etnics. (15) Students of Akademi Pariwisata Medan have many activitities. (16) These types of tourists is further broken down. (17) There are many tourism places. (18) There are a lot of ticket in many sectors of counters. (19) Indonesia has many kinds of culturals,….
Semua nomina di atas seharusnya ditulis dalam bentuk jamak ( kinds, culturals, types, etnics, activities, places, tourists, sectors, dan counter. ) karena didahului oleh pewatas many atau a lot of. Selain kata many dan a lot of, pewatas yang menyatakan bahwa sesuatu lebih dari satu, misalnya kata two, complex, dan different, juga perlu diikuti oleh nomina dalam bentuk jamak. Dengan demikian, bentuk nomina dalam kalimat berikut seharusnya adalah kinds, cities, problems, dan things. (20)* There are two kind of city. (21)* They do not have complex problem. (22)* Every weekend we can go to different places and find different thing. (12)* There are two different kind of places Kalimat di atas menjadi tidak camping:
(20) There are two kinds of cities. (21) They do not have complex problems. (22) Every weekend we can go to different places and find different things. (23) There are two different kinds of places Dalam bahasa Inggris, frasa one of harus diikuti oleh nomina jamak, sehingga bentuk nomina yang tepat adalah reasons dan examples. (24)* One of the reason is that they want a quiet life. (25)* One of the example is about a place to live. Kalimat di atas menjadi tidak camping: (24) One of the reasons is that they want a quiet life. (25) One of the examples is about a place to live Kata manager dan taxi driver dalam kalimat berikut ini seharusnya dalam bentuk jamak (managers dan taxi drivers) karena merujuk pada subjek yang jamak (some of them). Seperti pada kalimat berikut ini : (26)* Some of them can be a manager and others can be a taxi driver. Kalimat di atas menjadi tidak camping: (26) Some of them can be managers and others can be a taxi drivers. Secara nalar, kata day dalam kalimat berikut juga seharusnya dalam bentuk jamak (days) karena berarti hari-hari yang akan dilalui, bukan satu hari tertentu. Pada kalimat berikut ini: (27)* The tourists can enjoy their day. Kalimat di atas menjadi tidak camping:
(27) The tourist can enjoy their days. Jika dalam kalimat-kalimat di atas, para responden tidak menggunakan infleksi jamak dalam bentuk nomina yang ditulisnya, maka dalam kalimat berikut ini justru sebaliknya. Para responden yang menulis kalimat berikut ini menggunakan infleksi jamak ke nomina yang tak terbilang. Perbedaan tersebut memyebabkan kecampingan kalimat berikut: (28)* We should buy some fruits. (29)* Some funitures are sold out. Kalimat di atas menjadi tidak camping: (28) We should buy some fruit. (29) Some furniture are sold out. Dari hasil penelitian responden kelihatan jelas masih menggunakan skemata bahasa Indonesia hal ini terlihat pada kalimat camping pada kalimat nomor 28 dan 29. Responden menggunakan kata fruit dan furniture dalam bentuk jamak padahal dalam bahasa Inggris kata fruit dan furniture adalah bentuk tunggal bukan bentuk jamak.
4.8 Kongruensi Dalam bahasa Indonesia, bentuk verba tidak terpengaruh oleh bentuk subjek, sedangkan dalam bahasa Inggris, bentuk verba bergantung pada subjeknya. Jika subjeknya adalah pronomina ketiga tunggal, verbanya harus ditambah -s/es atau menggunakan is/was/has.
(30)* People who is very diligent will get a good grade. (31)* The ticket which is offered very expensive.. (32)* The guest_ very bored because the service_ not satisfied. (33)* They_ always together. (34)* This packet _ so interesting. Kalimat di atas menjadi tidak camping: (30) People who are very diligent will get a good grade. (31) The ticket which is offered is very expensive.. (32) The guest is very bored because the service is not satisfied. (33) They are always together. (34) This packet is so interesting.
Pada kalimat-kalimat pada nomor 30, 31,32,33, dan 34 dapat dilihat bahwa kesalahan kongruensi terjadi khususnya jika ada adverbia antara subjek dan verba, sehingga para responden sering terkecoh dalam menulis bentuk verbanya. Subjek jamak memerlukan verba bantu are, bukan is.
Subjek tunggal memerlukan verba bantu is atau verba yang menggunakan infleksi –s (has dan depends) terdapat empat kesalahan seperti pada nomor 35,36,37 dan 38 sebagai berikut: (35)* The technology from abroad, especially from the West, are very good. (36)* A small town usually have just about a thousand people.
(37)* A small town have a peacefull life. (38)* It depend on our education. Kalimat di atas menjadi tidak camping: (35) The technology from abroad, especially from the West, is very good. (36) A small town usually has just about a thousand people. (37) A small town has a peacefull life. (38) It depends on our education. Kata there is dan there are bergantung pada nomina yang ada setelahnya. Jika nomina setelahnya dalam bentuk jamak, maka digunakan kata there are. Sebaliknya, jika nomina setelahnya dalam bentuk tunggal atau nomina tak terbilang, digunakan kata there is. Penulis menemukan empat kesalahan seperti pada nomor 39, 40, 41, dan 42 berikut ini: (39)* There is many people prefer to live in a big city (40)* There is just a few cars. (41)* There is a hotel, shopping mall, etc. (42)* There are no pollution at a village Kalimat di atas menjadi tidak camping: (39) There are many people prefer to live in a big city (40) There are just a few cars. (41) There are a hotel, shopping mall, etc. (42) There is no pollution at a village
4.9 Gerundium (Gerund) Peneliti menemukan tujuh kesalahan dalam jenis ini yang terdapat pada nomor 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50 dan 51. Kesalahan ini dapat dibagi dalam dua kelompok, bentuk verba setelah preposisi dan bentuk verba pada posisi subjek. Setelah preposisi, verba harus berbentuk gerundium. (43)* A chair is a place for sat (44)* There are some advantages of sell a room (45)* There are also some books for sold. Kalimat di atas menjadi tidak camping: (43) A chair is a place for sitting (44) There are some advantages of selling a room (45) There are also some books for selling. Pada posisi subjek, verba juga harus berbentuk gerundium. (46)* Service is the priority in the hotel. (47)* Smoke is not permitted. (48)* Sell ticket is the task of ticketing staff. Kalimat di atas menjadi tidak camping: (46) Servicing is the priority in the hotel. (47) Smoking is not permitted. (48) Selling ticket is the task of ticketing staff. Dalam hal ini responden sering membuat kesalahan dalam membuat kalimat bahasa Inggris yang mengakibatkan kecampingan dalam kalimat. Dari kalimat nomor
46, 47 dan 48 tergambarkan bahwa para responden menggunakan skemata struktur bahasa Indonesia dalam membuat kalimat dalam bahasa Inggris. Karena dalam bahasa Indonesia kata kerja yang berakhiran –ing atau gerund tidak ditemukan.
4.10 Artikula Penggunaan artikula dalam bahasa Inggris tidak sama dengan penggunaannya dalam bahasa Indonesia. Hal ini menyebabkan kesalahan pada delapan kalimat, yaitu nomor 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, dan 56. Dalam bahasa Inggris, nomina terbilang memerlukan pewatas, biasanya artikula, di depannya jika digunakan dalam bentuk tunggal, sedangkan dalam bahasa Indonesia tidak perlu. Perbedaan ini membuat mahasiswa sering lupa menambahkan artikula pada nomina terbilang dalam bentuk tunggal. Kalaupun ingat menggunakan artikula, masalah selanjutnya adalah pilihan antara artikula a/an atau the. Secara umum, artikula the tidak mengacu pada sesuatu yang generik, sehingga kalimat-kalimat berikut lebih tepat menggunakan artikula a/an dari pada the. (49)* I will buy_ ticket. (50)* The store is_ place for vegetables. (51)* Please go to_ restaurant. (52)* She can go to _ market (53)* _ Price is very expensive. Kalimat di atas menjadi tidak camping: (49) I will buy a ticket.
(50) The store is a place for vegetables. (51) Please go to the restaurant. (52) She can go to the market (53) The Price is very expensive
Artikula a/an hanya dapat digunakan sebagai pewatas nomina tunggal, sedangkan untuk nomina jamak, pewatas a/an tidak perlu digunakan. (54)* We can be a modern people with all of those facilities. (55)* They want to make a lot of money and become a rich people. (56)* They want to be a modern people. Kalimat di atas menjadi tidak camping: (54) We can be modern people with all of those facilities. (55) They want to make a lot of money and become rich people. (56) They want to be modern people.
4.11 Kalimat Tanpa Verba Pola kalimat dasar bahasa Inggris dan bahasa Indonesia adalah sama, yaitu Subjek dan Predikat, namun berbeda dalam kelas kata yang dapat mengisi fungsi tersebut. Dalam bahasa Indonesia, predikat dapat berupa frasa nominal, frasa numeral, atau frasa perposisional, di samping frasa verbal dan frasa adjektival. Ketentuan ini tentunya berbeda dengan bahasa Inggris karena predikatnya hanya berupa frasa verbal.
(57)* Because the number of people_not too many, … (58)* The tourists will longer stay in Indonesia. (59)* Many people doing tourism based on what they want. (60)* This tour_ packet very good to sell. (61)* The guest will happy to stay. (62)* The regulation_ to old to be applied. (63)* The place_ very interested to sell. (64)* It will_cheaper for them to buy. Kalimat di atas menjadi tidak camping: (57) Because the number of people are_not too many, … (58) The tourists will be longer to stay in Indonesia. (59)* Many people are doing tourism based on what they want. (60)* This tour packet is very good to sell. (61)* The guest will be happy to stay. (62)* The regulation is to old to be applied. (63)* The place is very interested to sell. (64)* It will be cheaper for them to buy.
Perbedaan ini membuat mahasiswa sering tidak menuliskan verba jika kalimatnya sudah memiliki frasa lainnya, contohnya pada nomor 57, 58, 59, 60, 61, 62, 63 dan 64. Kalimat tersebut perlu ditambahkan verba bantu (is atau are) untuk menghasilkan bentuk kalimat yang tidak camping (well-formed).
4.12 Kelas Kata Bentuk nomina, adjektiva, dan adverbia dalam bahasa Inggris juga menimbulkan masalah dalam penulisan. Perubahan kelas kata dalam bahasa Inggris dapat disebabkan oleh sufik. Kondisi ini menyebabkan orang Indonesia sulit membedakan makna dan kelas kata dari kata-kata yang memiliki akar kata yang sama. Kesalahan kelas kata dapat dilihat pada kalimat nomor 65, 66, 67, 68, 69, 70, 71 dan 72. Dalam bahasa Inggris, adjektiva digunakan setelah verba bantu atau sebelum nomina. Dalam kalimat-kalimat berikut ini, bentuk adjektiva yang tepat adalah peaceful, simple, successful, dan stressful : (65)* Some people prefer to live in a small town because of the fresh air, friendly neighbors, and peacefully condition. (66)* They want a simply life. (67)* People who is very diligent will be success. (68)* I will not_ stress if I live there. Kalimat di atas menjadi tidak camping: (65) Some people prefer to live in a small town because of the fresh air, friendly neighbors, and peaceful condition. (66) They want a simple life. (67) People who is very diligent will be successful. (68) I will not_ stressful if I live there.
Dalam bahasa Inggris, bentuk nomina harus digunakan setelah preposisi. Kalimat- kalimat berikut ini seharusnya menggunakan nomina noise dan lives (bentuk jamak dari life). (69)* In a small town they can sleep well without disturbed by any noisy (70)* There are a lot of development in many sector of live. Kalimat di atas menjadi tidak camping: (69) In a small town they can sleep well without disturbed by any noise. (70) There are a lot of development in many sector of lives. Adverbia digunakan untuk menjelaskan verba. Bentuk adverbia komparatif yang tepat untuk kalimat berikut ini adalah more easily. (71)* We can go anywhere easier. Kalimat di atas menjadi tidak camping: (71) We can go anywhere easily. Setelah to biasanya digunakan verba bentuk pertama, bukan nomina. Kata socialization dalam kalimat berikut seharusnya diganti dengan socialize. (72)* It can make them easier to socialization. Kalimat di atas menjadi tidak camping: (72) It can make them easier to socialize.
4.13 Preposisi Beberapa preposisi yang bisa direduksi dalam bahasa Indonesia, tetap harus digunakan dalam bahasa Inggris, demikian pula sebaliknya. Perbedaan penggunaan
preposisi ini menyebabkan kecampingan pada delapan kalimat, yaitu nomor 73, 74, 75, 76, 77, 78, 79 dan 80. Preposisi between dan among sama-sama berarti ‘di antara’ dalam bahasa Indonesia.Akan tetapi, dalam bahasa Inggris penggunaannya berbeda. Between digunakan untuk menyatakan di antara dua benda/hal, sedangkan among digunakan untuk menyatakan di antara lebih dari dua benda/hal. (73)* Because the number of people not too many, between them there is less Competition. Kalimat di atas menjadi tidak camping: (73)
Because the number of people not too many, among them there is less Competition. Kalimat berikut ini jika diterjemahan ke bahasa Indonesia, preposisinya bisa
saja dilesapkan. Akan tetapi, dalam bahasa Inggris, preposisi pada kalimat tersebut tetap diperlukan (want to develop, advantages of living). (74)* They want develop their life. (75)* There are some advantages living in a tourism object. Kalimat di atas menjadi tidak camping: (74) They want to develop their life. (75) There are some advantages of living in a tourism object. Sebaliknya, dalam kalimat-kalimat berikut ini, preposisinya (with ) tidak diperlukan tetapi pada kalimat nomor 91 preposisinya adalah to. (76)* You will face with a traffic jam. (77)* A tourist enjoy with cultural and interesting.
(78)* Tourisms relate with travelling, leisure and consumptions. Kalimat di atas menjadi tidak camping: (76) You will face a traffic jam. (77) A tourist enjoy cultural and interesting. (78) Tourisms relate to travelling, leisure and consupstions. Bahasa Inggris memiliki ketentuan tersendiri dalam penggunaan preposisi. Misalnya kata equal harus diikuti oleh preposisi to. Preposisi in lebih tepat digunakan untuk menyatakan ‘di’ suatu daerah. (79)* Money is equal as water. (80)* There are no object tourism at a village. Kalimat di atas menjadi tidak camping: (79) Money is equal to water. (80) There are no object tourism in the village.
4.14 Kala Bahasa Inggris menggramatikalisasikan kala, yaitu dalam bentuk verbanya, sedangkan bahasa Indonesia tidak. Perbedaan ini menyebabkan terjadinya kalimat tidak apik ( ill-formed ) pada nomor 81, 82, 83, 84 dan 85. Dalam bahasa Inggris, jika suatu kejadian terjadi dan berakhir di sebelah kiri titik acuan waktu sekarang, kalimatnya menggunakan infleksi verba –ed, sedangkan jika kejadian tersebut terjadi di sebelah kanan titik acuan, digunakan verba bantu will. Ketentuan ini berbeda dengan bahasa Indonesia yang menggunakan verba yang sama untuk kejadian pada
kala lampau dan kala kini, dan kala masa depan. Dalam bahasa Inggris, kala kini mengacu pada sesuatu yang merupakan kebenaran umum atau kegiatan rutin yang berlansung sepanjang garis waktu. Dalam kalimat berikut, lebih tepat digunakan kala kini (is) dari pada kala masa depan (will be) karena mengacu pada kebenaran umum. (81)* There is less garbage and the air will be fresh. Kalimat di atas menjadi tidak camping: (81) There is less garbage and the air is fresh. Dalam kalimat-kalimat berikut ini, bentuk verba kala lampau tidak tepat digunakan; lebih tepat digunakan bentuk verba kala kini (rises, know, wakes up dan practice ) karena maknanya mengacu pada kebenaran umum. (82)* The students must arrived at school before the sun rise. (83)* People knew each other. (84)* Every student woke up every morning to prepare the restaurant. (85)* Every other week we usually practiced. Kalimat di atas menjadi tidak camping: (82) The students must arrived at school before the sun rises. (83) People know each other. (84) Every student wakes up every morning to prepare the restaurant. (85) Every other week we usually practice.
4.15 Bentuk Pasif Pemasifan dalam bahasa Indonesia dilakukan dengan dua cara: (1) menggunakan verba berprefiks di- dan (2) menggunakan verba tanpa prefiks di-. Hal ini berbeda dengan bahasa Inggris yang dalam kalimat pasifnya menggunakan bentuk tertentu dari be ditambah dengan verba partisipel lampau. (86)* The staffs work without disturbed. (87)* The student paid every day. (88)* The products will stored. (89)* The reward given to every staf. Kalimat di atas menjadi tidak camping: (86) The staffs work without disturbed. (87) The student paid every day. (88) The products will stored. (89) The reward given to every staf. Bentuk dari be dapat berupa am, is, are, was, were, been, be, dan being, bergantung pada subjek, kala, dan aspek dari suatu kalimat. Kesalahan bentuk pasif dapat dilihat pada kalimat nomor 86, 87, 88, dan 89. Dalam kalimat-kalimat tersebut, para responden hanya menggunakan verba partisipel lampau tanpa menggunakan be. Kalimat nomor 86 seharusnya ditambahkan kata bantu being, kalimat nomor 87 dan 88 perlu ditambahkan kata bantu is, dan kalimat nomor 89 perlu ditambahkan kata bantu be.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Kalimat camping (ill-formed) dalam suatu bahasa dapat saja menjadi kalimat tidak camping jika diterjemahkan dengan fungsi sintaktis yang sama ke dalam bahasa lain. Kenyataan ini disebabkan oleh perbedaan elemen sintaktis antar bahasa. Setiap bahasa memiliki urutan dasar dari struktur kalimat yang unik. Skemata Struktur Bahasa Indonesia terhadap kecampingan ( ill-formed ) Kalimat Bahasa Inggris pada mahasiswa Akademi Pariwisata Negeri Medan ditemukan 89 kalimat yan camping. Skemata pemakaian bahasa Indonesia yang mencakup tata bahasa atau grammatikal dalam hasil penelitian tersebut dapat menimbulkan kecampingan kalimat dalam bahasa Inggris. Dalam bahasa yang memiliki kalimat dengan urutan dasar yang sama, dapat juga terjadi perbedaan dalam hal pengisi masing-masing fungsi tersebut. Dari analisis kalimat camping
dari karangan bahasa Inggris oleh orang Indonesia, dapat
disimpulkan bahwa meskipun sintaksis bahasa Inggris dan Indonesia memiliki aturan urutan dasar kalimat yang sama, perbedaan aturan pengisian fungsi konstituen kalimat dapat menyebabkan kesalahan penyusunan kalimat.Dari jenis dan analisis kecampingan kalimat para responden, dapat disimpulkan bahwa kecampingan ( illformed ) kalimat-kalimat tersebut disebabkan oleh adanya pengaruh struktur
morfosintaksis bahasa Indonesia dalam karangan mereka yang menggunakan bahasa Inggris. Dalam pemelajaran mengarang, para peserta perlu diingatkan mengenai perbedaan skema morfosintaksis antara bahasa Inggris dan bahasa Indonesia sehingga mereka dapat mengarang dalam bahasa Inggris dengan skemata struktur yang tepat. Jumlah kesalahan yang disebutkan di atas perlu lebih difokuskan oleh para dosen/staf pengajar bahasa Inggris sehingga para mahasiswa dapat mengkonstruksi karangannya dengan kalimat-kalimat yang tidak camping (well-formed). Menulis sebagai sebuah kegiatan dapat didekati dari dua titik pendekatan yang berbeda, yaitu product approach dan process approach. Pendekatan yang pertama memfokuskan perhatiannya pada apakah hasil akhirnya, yang dapat berbentuk surat, esai, cerita dan lain sebagainya memenuhi atau tidak memnuhi : (1) enak dibaca; (2) kalimat-kalimatnya secara gramatikal benar; dan (3) mematuhi konvensi wacana yang berkaitan dengan topik utama dan rincian pendukungnya Sedangkan pendekatan kedua (pendekatan proses) lebih memfokuskan perhatian pada sarana, komponen, dan latar belakang dalam proses kelahiran sebuah tulisan. Bagaimana sebuah gagasan diperbaiki, dikembangkan, dan kemudian ditransformasikan ke dalam sebuah tulisan sebelum akhirnya tulisan tersebut diperbaiki kembali dan bahkan perlu ditulis ulang adalah hal yang paling penting untuk diperhatkan dalam pendekatan ini. Berdasarkan pemikiran di atas, Nunan ( 1989:37) menyimpulkan bahwa kegiatan menulis yang dianggap menghasilkan sesuatui yang baik melibatkan sejumlah komponen kegiatan, yaitu: (1) menguasai mekanisme pemebntukan formasi
kata; (2) menguasai dan mematuhi konvensi ejaan dan penggunaan tanda baca; (3) menggunakan sistem gramatikal untuk menyampaikan makna yang dikehendaki; (4) mengatur isi pada tingkatan paragraf dan teks untuk menunjukkan informasi yang ingin diberikan atau komentar yang terstruktur dengan baik; (5) merevisi dan membenahi tulisan awal; (6) memilih gaya yang cocok untuk kelompok pembaca tertentu. Dari kesimpulan akhir dapat dikatan bahwa hasil dari sebuah tulisan biasanya dipengaruhi oleh skemata struktur bahasa yang dianut oleh si penutur yang tak terlepas dari budaya dalam kehidupan sehari-hari. Artinya, pemikiran yang dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman sangat mempengaruhi hasil tulisan meskipun dalam beberapa bahasa mempunyai pola struktur yang sama.
5.2 Saran Penelitian ini memfokuskan pada unsur morfosintaksis dari kalimat-kalimat yang diambil dari hasil karangan test writing para peserta mahasiswa Akademi Pariwisata Negeri Medan. Peneliti dapat memberikan masukan
bahwa skemata
bahasa Indonesia juga mempengaruhi mahasiswa Indonesia dalam menghubungkan kalimat dan membentuk paragraf dalam bahasa Inggris. Dalam menyusun suatu karangan atau tulisan, disarankan kepada dosen/staf pengajar untuk dapat memberikan pemahaman perbedaan skemata struktur bahasa Indonesia terhadap bahasa asing khususnya bahasa Inggris.
Penulis sadar betul bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu peneliti berharap masukan sungguh sangat berarti untuk penyempurnaan penelitian selanjutnya. Dalam hal ini peneliti, khususnya masalah latar belakang para mahasiswa ditinjau dari sudut budaya dan suku bangsa sedikit banyak dapat mempengaruhi skemata struktur bahasa Indonesia mengakibatkan kecampingan kalimat bahasa Inggris.
DAFTAR PUSTAKA Alwi, Hasan dkk. 2000. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Alwi, Hasan dkk. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Ed.3.Jakarta: Balai Pustaka Azar, Betty Schrampfer. 1989. Understanding and Using English Grammar Ed.2. New Jersey: Prentice-Hall Ba’dudu, Abdul Muis.2004. Morfosintaksis. Jakarta: Rineka Cipta Bauer, Laurier. 1988. Introducing Linguistic Morphology. Edinburg: Edinburg University Press. Carrel, Patricia L. 1988. Interactive Approaches to Second Language Reading. Cambridge: Cambridge University. Chaer, Abdul. 2007. Kajian Bahasa Struktural Internal, Pemakaian dan Pemelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Chaer, Abdul. 1994. Lingusitik Umum. Jakarta: Rineka Cipta Comrie, Bernard. 1985. Tense. Cambridge: Cambridge University Press. Cook, Vivian. 2001. Second Language and Language Teaching Ed.3. London: Oxford University Press. Djajasudarma, T.Fatimah. 1993. Metode Linguistik Ancangan Metode Penelitian dan Kajian. Bandung: Eresco. Finegan, Edward. 1989. Language:Its Structure and Use. Harcourt Brace Jovanovich. Haspemath, Martin. 2002. Understanding Morphology. New York. Oxford University Press Inc. Katamba, Francis. 1993. Modern Linguistics: Morphology. London: The Macmillan. Kridalaksana, Harimurti dkk. 1985. Tata Bahasa Deskriptif Bahasa Indonesia: Sintaksis. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
-----------2005. Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia Matthews, Peter.1997. The Concise Oxford Dictionary of Linguistic. Oxford: Oxford University Press. Matthews, Peter. 1991. Morphology (edisi kedua). New York: Cambridge. University Press. Moleong, J. Lexy. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung. Remaja Rosdakarya. Murphy, Raymond. 1985. English Grammar in Use. Cambridge: Cambridge University Press. Nunan, David. 1989. Designing Tasks for the Communicative Classroom. Cambridge: Cambridge University Press Piaget, J. 1970. Structuralism. New York. Harper & Row Piaget,J. 1985. The Equilibration of Cognitive Structures: The Central Problem of Intelectual Development. Chicago: University of Chicago Press. Quirk, Randolp, dkk. 1985. A Comprehensive Grammar of the English Language. London: Longman Group. Ridwan. TA. 2003. Bahasa dan Linguistik. Universitas Sumatera Utara. Sells. Peter. 1985. Lectures on Contemporary Syntactic Theories. Stamford: Center for the Study of Language and Information. Sinclair, John. 1990. Collins Cobulid English English Grammar. Birmingham. Harper Collins Publishers. Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung. Penerbit Alfabet. Swales, John M. 1990. Genre Analysis: English in Academic and Research Settings. Cambridge: Cambridge University Press.
LAMPIRAN
KALIMAT CAMPING DALAM BAHASA INGGRIS (1)* In 2008 there are 20 millions people from outside of Malaysia visit Malaysia but Indonesia in 2008 just there are 8 millions visit Indonesia. (2)* So all of that government must has a work plan to make our tourism letter than before although crisis global very increase especially for 2009. (3)* Eventhough there’s some conflicts, development is going on (4)* Foreign tourist is a person visiting and temporaly staying in another country for any purpose other than seeking employment. (5)* Comparison of food between Indonesia with other country no too difficult. (6)* Jakarta is big than Medan. (7)* They are usually looking for it in many ways. (8)* Hotel is providing travel to tourist. (9)* If They can handle and maintain their own culture, they cannot be maintained with another culture and foreign habit.. (10)* The customer does not know how much the price _. (11)* Malaysia use curry leave in their food. (12) *There are many kind of cultural. (13) *Tourism has four type. (14) * North Sumatera has many kind of etnic. (15) *Students of Akademi Pariwisata Medan have many activity.
(16) *This type of tourist is further broken down. (17) *There are many tourism place. (18) *There are a lot of ticket in many sector of counter. (19) *Indonesia has many kind of cultural,…. (13) Tourism has four types. (14) North Sumatera has many kinds of etnics. (15) Students of Akademi Pariwisata Medan have many activitities. (16) These types of tourists is further broken down. (17) There are many tourism places. (18) There are a lot of ticket in many sectors of counters. (19) Indonesia has many kinds of culturals,…. (20)* There are two kind of city. (21)* They do not have complex problem. (22)* Every weekend we can go to different places and find different thing. (23)* There are two different kind of places (24)* One of the reason is that they want a quiet life. (25)* One of the example is about a place to live. (26)* Some of them can be a manager and others can be a taxi driver. (27)* The tourists can enjoy their day. (28)* We should buy some fruits. (29)* Some funitures are sold out. (30)* People who is very diligent will get a good grade.
(31)* The ticket which is offered very expensive.. (32)* The guest_ very bored because the service_ not satisfied. (33)* They_ always together. (34)* This packet _ so interesting. (35)* The technology from abroad, especially from the West, are very good. (36)* A small town usually have just about a thousand people. (37)* A small town have a peacefull life. (38)* It depend on our education. (39)* There is many people prefer to live in a big city (40)* There is just a few cars. (41)* There is a hotel, shopping mall, etc. (42)* There are no pollution at a village (43)* A chair is a place for sat (44)* There are some advantages of sell a room (45)* There are also some books for sold. (46)* Service is the priority in the hotel. (47)* Smoke is not permitted. (48)* Sell ticket is the task of ticketing staff. (49)* I will buy_ ticket. (50)* The store is_ place for vegetables. (51)* Please go to_ restaurant. (52)* She can go to _ market
(53)* _ Price is very expensive. (54)* We can be a modern people with all of those facilities. (55)* They want to make a lot of money and become a rich people. (56)* They want to be a modern people. (57)* Because the number of people_not too many, … (58)* The tourists will longer stay in Indonesia. (59)* Many people doing tourism based on what they want. (60)* This tour_ packet very good to sell. (61)* The guest will happy to stay. (62)* The regulation_ to old to be applied. (63)* The place_ very interested to sell. (64)* It will_cheaper for them to buy. (65)* Some people prefer to live in a small town because of the fresh air, friendly neighbors, and peacefully condition. (66)* They want a simply life. (67)* People who is very diligent will be success. (68)* I will not_ stress if I live there. (69)* In a small town they can sleep well without disturbed by any noisy (70)* There are a lot of development in many sector of live. (71)* We can go anywhere easier. (72)* It can make them easier to socialization. (73)* Because the number of people not too many, between them there is less
Competition. (74)* They want develop their life. (75)* There are some advantages living in a tourism object. (76)* You will face with a traffic jam. (77)* A tourist enjoy with cultural and interesting. (78)* Tourisms relate with travelling, leisure and consumptions. (79)* Money is equal as water. (80)* There are no object tourism at a village. (81)* There is less garbage and the air will be fresh. (82)* The students must arrived at school before the sun rise. (83)* People knew each other. (84)* Every student woke up every morning to prepare the restaurant. (85)* Every other week we usually practiced. (86)* The staffs work without disturbed. (87)* The student paid every day. (88)* The products will stored. (89)* The reward given to every staff.