PRODUKSI DAN REPRODUKSI RUANG SOSIAL DI PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK STUDI KASUS : PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK JALAN GANG AUT RT 04 RW 04 KELURAHAN GUDANG, BOGOR Siti Sarwati Departement of Architecture, Faculty of Engineering, University of Indonesia, Jalan , 16424, Depok, Indonesia E-mail:
[email protected]
Abstrak Skripsi ini membahas produksi dan reproduksi ruang sosial di permukiman padat penduduk. Studi kasus berada di permukiman padat penduduk Jalan Gang Aut Rt 04 Rw 04 Kelurahan Gudang, Bogor. Pembahasan studi kasus meliputi bagaimana masyarakat memproduksi dan mereproduksi ruang dalam kegiatan keseharian dan kegiatan khusus. Individu-individu yang berkegiatan di jalan gang dan beberapa rumah yang berdekatan, kemudian saling berinteraksi. Hal ini mengakibatkan terciptanya ruang-ruang sosial yang menembus batas kepemilikan. Batas temporer merupakan unsur penting yang mempengaruhi terjadinya interaksi. Melalui skripsi ini, saya mengidentifikasi bahwa masyarakat di permukiman padat penduduk memproduksi dan mereproduksi ruang sosial tidak hanya di ruang publik, tetapi juga menembus batas dan memasuki ruang-ruang domestik.
PRODUCTION AND REPRODUCTION OF SOCIAL SPACE IN HIGH DENSITY SETTLEMENT. CASE STUDY : HIGH DENSITY SETTLEMENT ON JALAN GANG AUT RT 04 RW 04 KELURAHAN GUDANG, BOGOR Abstract This paper discusses the production and reproduction of social space in high density settlement. The case study was in high density settlement on Jalan Gang Aut Rt 04 Rw 04 Kelurahan Gudang, Bogor. The explanantion of case study describes how people produce and reproduce space in their daily activities and special activities. People inside houses interact with other people in alley. Temporary boundaries are the important element that affects this interaction. The conclusion in this paper is that people who live at the high density settlement produce and reproduce social space not only in public spaces, but also includes domestic spaces. Key Words: Production of space; Reproduction of space; High density settlement
Pendahuluan Urbanisasi dan pertumbuhan penduduk di perkotaan mengakibatkan ruang untuk tempat tinggal semakin padat. Sementara itu, ketersediaan lahan terbatas sehingga memungkinkan muncul dan berkembangnya permukiman-permukiman padat penduduk di Kota Bogor. Sebagian masyarakat mau tidak mau harus tinggal di lingkungan padat penduduk. Kepadatan ini juga berdampak pada terbatasnya luas lahan untuk bangunan tempat tinggal mereka dan mempersempit jarak antar bangunan. Lahan untuk bangunan tempat tinggal digunakan seefektif dan seefisien mungkin. Jalan-jalan gang pada umumnya mempunyai lebar yang
Produksi dan…, Siti Sarwati, FT UI, 2013
cukup sempit, yakni berkisar dari 1-2 meter. Sempitnya jalan gang membuat jarak antar bangunan rumah di permukiman padat penduduk menjadi sangat berdekatan. Jarak antar bangunan yang berdekatan memberikan pengaruh tertentu terhadap pola kegiatan warganya, terutama kegiatan berhubungan dengan interaksi sosial. Intensitas interaksi sosial menjadi bertambah. Hal ini juga dipengaruhi oleh latar belakang dan kondisi warga yang pada umumnya memiliki ikatan kekeluargaan yang kuat dengan tetangganya. Kegiatan yang berhubungan dengan interaksi sosial pada umumnya terjadi di ruang-ruang publik seperti jalan gang maupun ruang semi publik seperti teras dan halaman depan rumah. Namun fenomena yang terjadi di permukiman padat penduduk sangat berbeda. Kegiatan yang berhubungan dengan interaksi sosial tersebut tidak hanya terjadi di teras dan jalan gang, tetapi juga meliputi jalan gang, teras dan ruang depan rumah-rumah yang saling berdekatan. Dengan demikian, kegiatan meruang sosial tersebut tidak hanya terjadi di ruang publik tetapi juga sampai menembus batas dan masuk ke ruang privat. Ruang sosial ini tercipta dan hadir sebagai bagian dari kehidupan keseharian masyarakat di permukiman padat penduduk. Penelitian ini membahas mengenai bagaimana ruang sosial tersebut dapat tercipta (diproduksi) dan diciptakan kembali (direproduksi) di permukiman padat penduduk.
Tinjauan Teoritis Ruang Domestik dan Shared Space Ruang domestik selalu dikaitkan dengan rumah dimana segala kegiatan rumah tangga terjadi di dalamnya. Rumah (dalam artiannya sebagai house) dianggap sebagai batas teritori dan status kepemilikan penghuninya. Hal ini menyebabkan penghuni lebih leluasa untuk melakukan kegiatan rumah tangga di dalamnya tanpa perlu merasa khawatir akan mengganggu maupun diganggu oleh tetangganya. Definisi rumah menurut Undang-undang No.4 tahun 1992 yaitu bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal/hunian dan sarana pembinaan keluarga. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa rumah (dalam artian sebagai house) mengacu pada kehadiran secara fisik dari bangunan atau struktur tempat tinggal yang memiliki batas fisik dengan ruang atau struktur lainnya. Batas fisik inilah yang kemudian memisahkan ruang-ruang privat yang ada di dalamnya dengan ruang publik yang ada di sekitar struktur tersebut. Sementara itu home yang juga dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai “rumah”, memiliki definisi yang berbeda dengan definisi rumah sebagai struktur fisik (house). Menurut Douglas (1993), gagasan mengenai rumah tidak dapat didefinisikan berdasarkan fungsi.
Produksi dan…, Siti Sarwati, FT UI, 2013
Rumah merupakan sebuah ruang, oleh karenanya lokasi dari rumah terletak dan berada dalam dimensi ruang. Rumah tidak mempunyai lokasi fisik yang tetap. Lokasi rumah (home) dapat berada dimana saja, termasuk di dalam bangunan rumah. Dari penjelasan Douglas (1993) dapat disimpulkan bahwa gagasan mengenai rumah adalah sebuah ruang berkenaan dengan struktur waktu dan pola kegiatan penghuninya. Gagasan mengenai rumah dan ruang domestik ini dipaparkan untuk menjelaskan fenomena meruang di ruang domestik dan publik di permukiman padat penduduk yang dianalisis dalam penelitian ini. Permukiman padat penduduk di perkotaan sering disebut kampung kota. Selain karena kepadatan penduduknya, kampung kota juga memiliki karakteristik tertentu diantaranya warganya masih memiliki ikatan kekeluargaan yang kuat, kerapatan bangunannya tinggi, kondisi fisik bangunan dan lingkungan kurang baik dan tidak beraturan, serta sarana dan pelayanannya kurang memadai dan kurang baik. Sementara itu menurut Narera (2012), sebuah rumah dapat dinyatakan overcrowding bila jumlah orang yang tidur di rumah tersebut menunjukkan hal-hal sebagai berikut: 1. Dua individu dari jenis kelamin yang berbeda dan berumur diatas 10 tahun dan bukan status suami istri tidur dalam satu kamar 2. Jumlah orang di dalam rumah dibandingkan dengan luas lantai telah melebih ketentuan yang ditetapkan, yaitu: a. Jumlah orang dibandingkan dengan jumlah kamar apabila rumah tersebut hanya memiliki 1 kamar maka penghuninya 2 orang b. Jika kamar 3, penghuninya 5 orang c. Jika kamar 5, penghuninya 10 orang Pengertian shared space menurut Day (2010) mengacu pada ruang-ruang yang secara fisik digunakan secara bersama dengan orang lain dalam hal ini, penghuni dan anggota dari sebuah komunitas. Shared space di dunia Barat adalah berupa ruang-ruang publik misalnya kebun, jalan umum, rumah sakit, square, dan lain-lain. Bersifat publik artinya dapat diakses dan digunakan semua orang. Day (2010) juga menyebut shared space sebagai communities of space, yaitu tempat dimana kegiatan yang berorientasi pada skala manusia terjadi, dengan mengkombinasikan hubungan antara publik, privat, tempat kerja dan rumah. Ruang ini memungkinkan penghuninya dengan berbagai kepentingan dan kegiatan melakukan interaksi dalam berbagai tingkat kedekatan. Komunitas ruang muncul sebagai akibat dari hubungan yang berlangsung dan sebagai hasil dari interaksi yang terus menerus terjadi diantara anggotanya. Interaksi yang terjadi di ruang ini akan sangat berpengaruh terhadap kehidupan
Produksi dan…, Siti Sarwati, FT UI, 2013
bertetangga, terutama di lingkungan tempat tinggal. Jika penghuni ruang merasa memiliki dan dilibatkan dalam berbagai kepentingan ruang bersama, maka mereka akan merawat dan merasa peduli terhadap ruang tersebut. Hal yang sama terjadi pula di ruang-ruang publik (ruang bersama) di permukiman padat penduduk. Kerapatan bangunan yang tinggi, menyebabkan warga merasa lebih dekat dan lebih mudah “mengawasi” ruang-ruang publik yang ada. Mereka akan lebih peduli tidak hanya pada ruang publik, tetapi juga ruang-ruang domestik tetangganya. Lebih lanjut, “shared space” tersebut dimaknai tidak hanya berupa ruang publik seperti jalan tetapi juga ruang-ruang domestik milik tetangga yang dapat dan sering dipergunakan secara bersama-sama. Produksi dan Reproduksi Ruang Menurut Lefebvre (1991), unsur manusia (sebagai makhluk sosial) sangat penting dalam proses terciptanya sebuah ruang selain unsur fisik dan mental. Tanpa menyertakan unsur manusia, aspek fisik dan mental ruang tidak dapat dimaknai. Lefebvre (1991) menggunakan istilah produksi untuk menjelaskan proses terciptanya ruang. Istilah produksi yang digunakan merujuk pada produksi sosial yang mencakup aspek keruangan, dan bukan mengenai produksi dari sebuah barang atau jasa. Produk yang dihasilkan adalah berupa ruang, dan labour yang melakukan proses produksi adalah manusia. Ruang muncul dan tercipta dari relasi-relasi sosial yang terjadi. Manusia sebagai makhluk sosial memiliki aspek lain seperti budaya, latar belakang, sosial dan politik ketika memproduksi ruang. Oleh karena itu, setiap ruang yang dihasilkan tiap individu akan menjadi berbeda dan unik. Hal ini juga dipengaruhi adanya tujuan dan pemaknaan dalam prosesnya. Ia juga menyatakan unsur waktu dalam mendefinisikan ruang. Waktu akan selalu berubah, sejarah ruang pun akan selalu berubah. Ruang pada akhirnya akan selalu mengalami perubahan. Ruang bukanlah sesuatu yang memiliki sifat tetap. Menurutnya produksi ruang yang dimaksud bukan hanya mengenai ruang dari segi fisik, mental dan sosial saja, melainkan juga hubungan antara ketiganya. Hubungan antar ketiga ruang tersebut dianggap penting karena pada dasarnya ruang-ruang tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Teori mengenai ketiga ruang ini, kemudian diturunkan menjadi gagasan perceived (spatial practice), conceived (representations of space) dan lived space (spaces of representation). Ketiga proses ini memiliki keterkaitan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya ketika manusia memproduksi ataupun mereproduksi ruang. Keterkaitan ketiga proses ini dapat dijelaskan dalam contoh berikut.
Produksi dan…, Siti Sarwati, FT UI, 2013
Masyarakat melakukan praktek meruang dengan memberikan tindakan dan perlakuan terhadap jalan untuk pejalan kaki. Jalan ini diberikan pemfungsian sebagai ruang sirkulasi. Perceived space ini kemudian dikonseptualisasikan (conceived) oleh pemerintah, arsitek maupun perencana kota menjadi sebuah jalur sirkulasi yang ideal menurut mereka. Gagasan tersebut kemudian dikodifikasi menjadi sebuah rancangan dan peraturan bahwa jalan (untuk pejalan kaki) adalah untuk kegiatan sirkulasi. Kegiatan lain selain kegiatan sirkulasi tidak diperkenankan hadir di ruang ini. Setelah ruang tersebut didiami, akan muncul berbagai abstraksi, pemahaman dan representasi dari para penghuni ruang, dalam hal ini adalah para pejalan kaki. Selanjutnya jalan tersebut akan dimaknai dan diberikan perlakuan secara berbeda, misalnya jalan dianggap dapat dijadikan tempat untuk bertemu dengan rekan lainnya, berjualan, parkir, pangkalan ojek, dan lain-lain. Teori yang digunakan sebagai dasar penelitian ini adalah teori mengenai lived space karena bahasan penelitian berada di permukiman padat penduduk sebagai sebuah ruang yang telah didiami. Representasi ruang dari pihak-pihak elit seperti pemerintah atau perencana kota tidak hadir di permukiman ini. Fenomena yang akan dijelaskan pun adalah mengenai bagaimana produksi ruang yang terjadi ketika proses lived tersebut. Selain membahas mengenai produksi ruang, penulis juga akan membahas mengenai reproduksi ruang yang terjadi di permukiman padat penduduk. Menurut Lefebvre (1991), ruang yang telah didiami menjadi bersifat sementara dan mudah sekali berubah. Hal ini disebabkan oleh munculnya berbagai abstraksi dan representasi dari pihak-pihak yang mendiami ruang tersebut. Penghuni ruang ini adalah mereka yang secara tidak langsung terlibat dalam praktek spasial dan representasi ruang. Hal ini selanjutnya akan memicu terciptanya ruang baru, yakni sebuah ruang representasi. Setiap orang yang mendiami ruang ini adalah individu yang unik dan berbeda dengan individu lainnya. Setiap penghuni ruang memiliki abstraksi, pemahaman dan representasi yang berbeda dengan penghuni yang lainnya ketika mendiami ruang tersebut. Abstraksi, pemahaman dan representasi tersebut juga berubah berdasarkan waktu dan menghasilkan kepentingan yang berbeda-beda. Berbagai kepentingan dari berbagai kelompok saling bertemu di ruang ini. Kemudian, ruang representasi ini menjadi lebih dinamis dan memiliki dinamika. Lebih lanjut, berbagai kepentingan tersebut diartikulasikan melalui hasrat (gagasan) dan tindakan yang berbeda-beda bergantung pada waktu. Berbagai abstraksi dan kepentingan akan tumpang tindih di ruang ini. Lebih lanjut ia menyatakan bahwa setiap manusia menggunakan dan menciptakan ruang pada waktu yang hampir bersamaan. Masyarakat memiliki cara tersendiri dalam memproduksi ruang, dan ruang yang tercipta akan sesuai dan cocok dengan keadaan dan kepentingan
Produksi dan…, Siti Sarwati, FT UI, 2013
masyarakat tersebut. Jika ruang yang dihasilkan tidak sesuai dengan masyarakat atau terjadi konflik dalam meruang, maka ruang tersebut menjadi tidak bermakna bagi penghuninya. Penghuni ruang tersebut akan memberikan pemaknaan ruang yang sesuai dengan kondisi dan kepentingannya terhadap ruang tersebut. Kemudian, dia akan memproduksi kembali (mereproduksi) ruang yang sesuai dengan kondisi dan kepentingannya. Sehingga, di lingkungan tersebut akan muncul ruang baru yang dipicu oleh ruang-ruang sebelumnya. Dengan kata lain, penghuni ruang tersebut akan tetap menggunakan ruang yang telah tercipta sekaligus memproduksi kembali (mereproduksi) ruang tersebut menjadi ruang baru, baik bagi dirinya maupun bagi orang lain.
Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Penggunaan metode dan pendekatan ini karena saya ingin memahami fenomena meleburnya ruang privat dan publik di permukiman padat penduduk. Untuk itu, saya melakukan kajian pustaka sesuai dengan permasalahan yang dibahas. Kajian pustaka ini bertujuan untuk mendapatkan dan mempelajari teori terkait yang dapat digunakan untuk membahas permasalahan maupun isu yang terjadi. Selanjutnya, pemahaman teori tersebut menghasilkan pendapat-pendapat yang dapat digunakan sebagai argumen untuk menjawab pertanyaan dari permasalahan yang ada. Argumen ini kemudian disusun dan digunakan untuk membahas dan menganalisis fenomena yang terjadi dalam studi kasus. Hasil analisis tersebut kemudian dibandingkan dengan pemahaman teori untuk menjawab pertanyaan dan isu. Jawaban yang dihasilkan akan disusun dan menjadi hasil akhir atau kesimpulan dalam penelitian ini. Sementara itu, pengumpulan data di lokasi bahasan dilakukan melalui pengamatan kejadian maupun fenomena yang terjadi pada tapak studi kasus dan wawancara secara langsung dengan narasumber (warga yang tinggal di lokasi bahasan). Lokasi bahasan berada di Kelurahan Gang Aut yang merupakan salah satu permukiman padat di Kota Bogor dengan jumlah penduduk 7.634 orang. Tapak penelitian adalah sekumpulan rumah yang saling berhadapan, terdapat 7 rumah di sini. Pertimbangannya adalah kondisi geografis ketujuh rumah ini memungkinkan terjadinya fenomena yang sesuai dengan bahasan penelitian ini. Tujuh rumah ini ditempati oleh tujuh keluarga. Luas bangunan dari ketujuh rumah ini beragam, mulai dari 4x5 meter sampai dengan 9x9 meter. Jalan gang yang berupa tangga merupakan salah satu akses yang dapat ditempuh untuk mencapai tapak ini dari Jalan Gang Aut.
Produksi dan…, Siti Sarwati, FT UI, 2013
Rumah-rumah ini dihuni oleh 1-8 orang anggota keluarga. Masing-masing keluarga memiliki 3-6 orang anak. Mata pencaharian kepala keluarga di lingkungan ini beragam, mulai dari pegawai swasta sampai dengan supir angkot. Sementara itu, para ibu dalam kesehariannya mengurus rumah, anak dan keluarga. Satu diantaranya memiliki usaha sampingan yaitu menjaga warung di rumahnya sendiri. Rumah-rumah ini dipisahkan oleh jalan dengan jarak yang cukup dekat yakni 1-2 meter. Beberapa rumah memiliki teras dengan lebar 1,5-0,75 meter. Teras-teras ini sebagian besar tidak dipagari sehingga jarak antar pintu rumah pun menjadi sangat berdekatan.
S I T E
Gambar 1. Foto Satelit Tapak (Sumber : http://maps.google.co.id/maps?hl=id&tab=wl, tahun 2013) A’
C’
B’
D’ E
D E’
A
B
C
Gambar 2. Denah Tapak-Kondisi Geografis Ketujuh Rumah (Sumber : Dokumentasi Pribadi Juni 2013)
Produksi dan…, Siti Sarwati, FT UI, 2013
Hasil dan Pembahasan Pembahasan studi kasus ini terbagi menjadi dua bagian berdasarkan jenis kegiatan yang terjadi yaitu kegiatan sehari-hari dan kegiatan khusus (pernikahan). Hal ini didasarkan pada temuan di lokasi bahasan bahwa diantara kedua jenis kegiatan tersebut ternyata memiliki proses produksi ruang yang berbeda. Ruang-ruang yang dihasilkan pun berbeda. Rumah-rumah ini sebagian besar hanya memiliki dua ruangan yang terdiri dari satu kamar tidur dan satu ruang depan. Ruang depan difungsikan untuk berbagai kegiatan seperti menerima tamu, ruang keluarga, ruang makan, ruang bermain anak, dan dapur. Penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhan dan waktu.
Gambar 3. Potongan Membujur A-A’ (Sumber : Dokumentasi Pribadi Juni 2013)
Gambar 5. Potongan Membujur C-C’ (Sumber : Dokumentasi Pribadi Juni 2013)
Gambar 4. Potongan Membujur B-B’ (Sumber : Dokumentasi Pribadi Juni 2013)
Gambar 6. Potongan Melintang D-D’ (Sumber : Dokumentasi Pribadi Juni 2013)
Gambar 7. Potongan Melintang E-E’ (Sumber : Dokumentasi Pribadi Juni 2013)
Peletakan perabotan rumah disesuaikan dengan kebutuhan kegiatan yang ditampung oleh ruang depan tersebut. Masing-masing keluarga memiliki televisi yang biasanya diletakkan tepat di samping pintu masuk rumah. Kegiatan yang berhubungan dengan sanitasi seperti mandi, mencuci pakaian, mencuci piring, dan buang air dilakukan di MCK umum. Kegiatan lain seperti menjemur pakaian dilakukan di bagian depan rumah atau teras. Kegiatan
Produksi dan…, Siti Sarwati, FT UI, 2013
keseharian yang dilakukan warga di sini bermacam-macam. Namun secara umum, kegiatan sehari-hari yang dilakukan warga dapat dijelaskan dalam gambar berikut:
Gambar 8. Kegiatan Keseharian Warga (Sumber : Dokumentasi Pribadi Juli 2013)
Bagi warga yang tinggal di permukiman ini, jalan gang, teras dan ruang depan memiliki pengaruh yang sangat penting. Jalan gang, teras maupun ruang depan digunakan sebagai tempat berkumpul dan berinteraksi (sebagai tempat nongkrong maupun mengobrol) dengan tetangga. Jalan gang dan teras ini juga digunakan anak-anak untuk bermain. Ruang-ruang ini juga sering dijadikan tempat untuk melaksanakan kegiatan khusus seperti pernikahan. Kegiatan-kegiatan sosial seperti ini tidak hanya terjadi di ruang publik saja tetapi juga dapat menembus batas dan memasuki ruang-ruang domestik rumah yang saling berdekatan. Fenomena seperti inilah yang dianalisis dan dideskripsikan dalam pembahasan studi kasus dan dalam penelitian ini. Kegiatan Sehari-hari Jalan pada awalnya merupakan sebuah ruang yang dikonstruksikan untuk menampung kegiatan sirkulasi. Berbeda dengan jalanan umum yang dibuat oleh pemerintah, perencana kota, dan pihak-pihak elit lain, jalan gang ini kemudian tidak hanya dianggap sebagai ruang untuk sirkulasi. Warga yang tinggal di permukiman ini memberikan fungsi lain terhadap ruang tersebut. Pemfungsian lain dari jalan ini tidak lepas dari kemampuannya secara fisik dapat menampung kegiatan lain. Tiap individu yang berada dan berkegiatan di sini akan memproduksi ruang dengan caranya sendiri sehingga muncullah berbagai ruang individu. Jika individu yang berkegiatan di jalan gang berjumlah banyak, maka ruang-ruang individu yang ada di jalan gang ini pun menjadi banyak. Tiap individu itu kemudian saling membentuk
Produksi dan…, Siti Sarwati, FT UI, 2013
relasi dan interaksi dengan individu lain. Relasi ini menghasilkan ruang baru yang dapat dikatakan sebagai ruang sosial. Jalan gang kemudian menjadi ruang yang digunakan secara bersama-sama, tempat dimana warganya dapat berbagi ruang (shared space).
Gambar 9. Foto Anak-anak Bermain Bola di Jalan Gang (Sumber : Dokumentasi pribadi Tanggal 30 April 2013 Pukul 14.50)
Sebagai contoh pada lived space ini adalah anak-anak yang memfungsikan jalan gang sebagai ruang untuk bermain bola. Kegiatan lain yang dilakukan di jalan gang ini diantaranya ibu-ibu mengobrol, menjemur pakaian, hingga makan. Berbagai kegiatan meruang seperti ini terjadi berulang-ulang dan terus menerus sehingga jalan gang menjadi ruang komunal bagi mereka yang tinggal di permukiman ini. Penggunaan ruang yang terus menerus kemudian memunculkan rasa kepemilikan terhadap jalan gang ini. Orang asing mungkin akan merasa bahwa jalan ini adalah jalan umum biasa yang dapat diakses oleh siapapun, namun bagi warga yang tinggal di tempat ini, jalan ini menjadi bagian dari dwelling mereka. Fenomena unik lainnya adalah ketika muncul relasi-relasi sosial antara orang-orang yang melakukan kegiatan meruang di dalam rumah dengan orang lain yang berkegiatan di dalam rumah tetangga dan jalan gang. Dengan demikian, ruang-ruang yang telah tercipta akan menjadi ruang sosial yang melibatkan lebih banyak individu. Pada umumnya, tempat untuk kegiatan yang sifatnya sangat privat seperti tidur akan dipisahkan dengan kegiatan yang lebih publik seperti makan, menerima tamu, memasak, menonton acara televisi, dan lain-lain. Hal ini mengakibatkan adanya pemisahan diantara ruang-ruang tersebut. Pemisahan ini dapat berupa pemberian batas fisik seperti dinding untuk menjaga privasi. Sementara itu, kegiatan lain seperti makan, menerima tamu, memasak dan menonton acara televisi diposisikan dalam ruangan yang sama. Dengan peletakan perabotan, ruang-ruang tersebut dengan sendirinya memiliki “lokasi” tertentu di dalam satu ruangan tadi. Penggunaan ruangan ini disesuaikan dengan kebutuhan dan waktu. Contonya, ketika pagi hari ruang tersebut digunakan untuk menyetrika pakaian, namun ketika sudah tiba waktu makan
Produksi dan…, Siti Sarwati, FT UI, 2013
maka ruang tersebut akan berubah menjadi ruang makan. Ruangan ini menjadi sebuah ruangan multifungsi. Sementara itu, letak pintu masuk dari ketiga unit rumah yang berderet adalah saling berhadapan dengan pintu rumah yang berada tepat di depannya. Jaraknya yang cukup dekat memungkinkan penghuni rumah atau orang yang berada di dalam rumah untuk dapat melihat kegiatan yang terjadi di dalam rumah di seberangnya. Namun, hal ini hanya dapat terjadi ketika pintu kedua rumah ini sama-sama dibuka. Kondisi ini juga memperbesar peluang orang yang berada di dalam rumah Ibu Popon misalnya, untuk dapat berinteraksi dengan orang yang berada di dalam rumah Ibu Attin tanpa perlu keluar dari rumahnya ataupun masuk ke dalam rumah Ibu Attin, begitupun sebaliknya. Dengan demikian, interaksi dan kegiatan meruang (sosial) ini tidak hanya terjadi di salah satu ruang domestik, tetapi melibatkan ruang domestik tetangganya. Jika Ibu Popon dan Ibu Attin berinteraksi dengan orang-orang yang berkegiatan di jalan gang, maka akan menghasilkan ruang baru. Biasanya fenomena seperti ini terjadi ketika siang maupun sore hari. Secara umum, keadaan terbuka dan tertutupnya pintu di tapak ini dipengaruhi oleh penghuni rumah yang berkegiatan di dalamnya. Pintu ini menjadi elemen temporer penting dalam memicu terciptanya ruang sosial antar domestik yang biasanya terjadi antar unit rumah yang saling berhadapan. Dikatakan temporer karena pintu ini tidak selalu berada dalam keadaan terbuka. Namun, pintu ini bukan elemen tunggal yang menyebabkan ruang sosial tersebut tercipta. Meskipun pintu ini dalam keadaan terbuka, belum tentu tercipta ruang sosial antar domestik di tapak ini. Kegiatan yang dilakukan masing-masing penghuni juga sangat berpengaruh. Kegiatan meruang anak-anak yang bermain di jalan gang biasanya mulai terjadi setelah anakanak tersebut pulang sekolah. Kegiatan meruang tersebut tidak hanya terjadi di jalan gang tetapi juga sampai masuk ke dalam teras tetangga. Dengan demikian kegiatan meruang sosial anak-anak ini terjadi di ruang domestik milik tetangga. Lokasi bermain anak lainnya biasanya berada di jalan depan rumah Ibu Popon, Ibu Attin, Ibu Suryati dan Bapak Teddie. Ruang yang telah tercipta dari kegiatan bermain anak ini memicu jalan gang ini direproduksi oleh para ibu yang awalnya berada di jalan gang tersebut untuk mengawasi anak yang sedang bermain. Mereka memproduksi kembali ruang baru ketika mereka melakukan interaksi satu sama lain. Para Ibu ini kemudian menjadi pihak yang menggunakan ruang yang tercipta dari kegiatan anak bermain dan mengawasi anaknya, sekaligus menciptakan ruang sosial baru bagi dirinya dan orang lain. Ruang baru yang tercipta adalah berupa ruang mengobrol dengan tetangga.
Produksi dan…, Siti Sarwati, FT UI, 2013
Gambar 10. Foto Kegiatan Meruang (Sosial) (Sumber : Dokumentasi Pribadi Tanggal 30 April 2013 Pukul 15.30)
Interaksi tersebut juga melibatkan Ibu Attin yang sedang berada di dalam rumah. Tak jarang pula Ibu Rani, Ibu Nanih dan Ibu Suparsih ikut menonton acara televisi milik Ibu Attin dari teras maupun dari jalan di depan rumah Ibu Attin sambil juga terlibat percakapan dengan Ibu Attin. Dengan demikian, ruang sosial yang tercipta mencakup lebih banyak individu dan melibatkan dua ruang domestik (rumah Ibu Attin dan Ibu Suryati) serta jalan gang. Ruang ini kemudian semakin berkembang ketika Ibu Popon duduk tepat di lorong pintu rumahnya untuk beristirahat sejenak dan menonton acara televisi milik Ibu Attin sambil sesekali terlibat percakapan dengan para ibu yang berada di jalan gang. Ketika Ibu Popon menggeser sedikit posisinya ke ruang dalamnya, lorong pintu ini kemudian biasanya ditempati oleh salah satu ibu-ibu maupun anak-anak yang sedang berada di jalan gang. Dengan demikian, ruang yang tercipta meliputi ruang-ruang individu yang berada di ruang jalan dan beberapa ruang domestik yang saling berinteraksi sehingga menciptakan ruang sosial yang lebih kompleks. Ruang sosial ini juga menarik individu lain yang tinggal di luar lingkungan tujuh rumah ini untuk datang dan kemudian terlibat dalam interaksi yang terjadi. Keramaian ini dimanfaatkan Ibu Attin untuk mengembangkan usaha warung miliknya. Seiring bertambahnya komoditas yang dijual, kebutuhan ruang untuk usaha warung pun semakin bertambah. Ibu Attin kemudian meletakkan etalase (tempat penyimpanan barang yang dijual) dan barang-barang yang dijual (diletakkan dengan cara digantung dengan tali) di ruang depannya. Ruang usaha warung ini pun mencakup hampir seluruh ruang depan Ibu Attin. Ibu Attin dalam hal ini adalah pihak yang menggunakan ruang sosial yang telah tercipta sekaligus menciptakan kembali (mereproduksi) ruang baru bagi keluarganya dan orang lain. Ruang baru yang dihasilkan dapat digunakan oleh pembeli selain anak-anak, yaitu orang dewasa yang ingin membeli barang-barang kebutuhan sehari-hari. Kegiatan meruang sosial seperti ini terjadi secara menerus dan berulang-ulang. Hal ini membuat orang-orang yang sering terlibat dalam kegiatan meruang tersebut memberikan pemaknaan terhadap ruang fisik yang ditempatinya. Ketika kegiatan meruang ini terjadi,
Produksi dan…, Siti Sarwati, FT UI, 2013
orang-orang yang terlibat di dalamnya akan memaknai ruang-ruang ini sebagai bagian dari dwelling mereka meskipun secara kepemilikan, ruang-ruang tersebut bukan milik mereka. Ruang sosial yang dihasilkan tersebut secara perlahan akan berkurang sampai pada akhirnya menghilang sesuai berjalannya waktu. Ketika hari sudah semakin sore, orang-orang akan kembali berkegiatan di dalam rumahnya seperti makan dan bersiap-siap untuk istirahat karena hari semakin malam sampai akhirnya pintu masing-masing rumah akan ditutup dan dikunci ketika malam hari.
Gambar 11. Pemetaan Horizontal Kegiatan Meruang (Sosial) (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Gambar 12. Pemetaan Vertikal (Melintang) Kegiatan Meruang (Sosial) (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Keterangan: Ruang individu ibu-ibu Ruang individu bapak-bapak Ruang individu anak-anak Ruang baru yang diakibatkan oleh relasi sosial Gambar 13. Pemetaan Vertikal (Membujur) Kegiatan Meruang (Sosial) (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Ruang sosial ini tidak menghilang selamanya, karena keesokan harinya individu-individu yang meruang (social) tersebut bertemu dan berinteraksi kembali. Ruang sosial ini akan
Produksi dan…, Siti Sarwati, FT UI, 2013
diproduksi kembali dengan cara yang serupa namun tak sama. Individu yang terlibat dalam kegiatan meruang seperti ini pun tidak selalu sama, kadang bertambah ketika ada tetangga lain di luar lingkungan tujuh rumah ini datang berkunjung, kadang berkurang ketika salah satu penghuni rumah sedang bepergian. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan meruang yang tadinya hanya terjadi di dalam rumah maupun di jalan gang saja kemudian akan menghasilkan ruang baru ketika individu-individu yang ada di dalamnya saling berinteraksi. Ruang yang tercipta pada akhirnya merupakan ruang sosial yang terjadi antar ruang domestik dan meliputi ruang publik yang berada diantaranya. Kegiatan meruang seperti ini tidak dapat terjadi di kamar tidur karena kegiatan yang berlangsung di dalamnya bersifat sangat privat, selain itu, perletakan perabotan yang ada di dalamnya juga tidak memungkinkan terjadinya kegiatan yang melibatkan banyak individu. Kegiatan Khusus (Pernikahan) Sebagian warga yang tinggal di permukiman Gang Aut menyelenggarakan acara pernikahan di rumah mereka, salah satunya adalah keluarga Ibu Rani. Acara ini terdiri dari serangkaian kegiatan yang dibedakan berdasarkan waktu, diantaranya kegiatan persiapan, kegiatan pada saat acara, dan kegiatan setelah acara berlangsung. Salah satu kegiatan persiapan adalah menentukan
ruang-ruang
mana
saja
yang
akan
digunakan
berhubungan
dengan
diselenggarakannya acara ini. Pemilik acara biasanya meminta ijin ke tetangga terdekat untuk menggunakan jalan gang dan ruang-ruang domestik mereka. Hal ini dikarenakan rumah pemilik acara tidak dapat menampung semua kegiatan yang nantinya akan dilakukan. Ruangruang domestik milik tetangga beserta jalan gang kemudian akan diberikan pemfungsian dan perlakuan yang berbeda dengan kehidupan kesehariannya. Dengan kata lain, ruang-ruang domestik tersebut diproduksi kembali menjadi ruang baru. Hanya saja, ruang baru yang tercipta kemudian tidak selamanya hadir dalam kehidupan keseharian warga. Ruang ini hanya diproduksi ketika acara pernikahan ini berlangsung. Kegiatan persiapan lainnya adalah kegiatan memasak hidangan. Kegiatan memasak ini tidak hanya dilakukan oleh keluarga pengantin, tetapi juga beberapa tetangganya termasuk Ibu D. Berbagai bahan makanan dan minuman kemasan telah dibeli kemudian disimpan di rumah keluarga pengantin dan teras tetangga terdekatnya. Sementara itu, rumah Ibu D yang berada di luar lingkungan tujuh rumah ini dipilih sebagai tempat memasak karena letaknya dekat dengan rumah pemilik acara dan dengan salah satu sarana MCK. Sarana MCK ini tentu sangat penting untuk menunjang kegiatan memasak, diantaranya yang berhubungan dengan cuci
Produksi dan…, Siti Sarwati, FT UI, 2013
mencuci bahan-bahan makanan yang akan dimasak. Pertimbangan lainnya adalah rumah Ibu D ini terletak di belakang jalan gang yang digunakan untuk lalu lalang tamu undangan sehingga kegiatan yang berhubungan dengan memasak (servis) dapat “disembunyikan” dari para tamu yang datang. Ruang-ruang domestik yang digunakan diantaranya dapur, teras dan ruang depan Ibu D.
Gambar 14. Foto Ibu-Ibu Memasak di Teras Ibu D (Sumber : Dokumentasi Pribadi Tanggal 04 Mei 2013)
Ruang depan yang dalam keseharian digunakan untuk menerima tamu, ruang keluarga, ruang makan dan ruang menonton televisi kemudian diberikan fungsi dan perlakuan fisik sebagai sebuah ruang memasak yang digunakan secara bersama-sama, begitu pun dengan teras dan dapur Ibu D. Berbagai perabotan dapur yang semula tidak ada di tempat tersebut kemudian dihadirkan untuk memenuhi kebutuhan memasak. Privasi pemilik rumah kemudian berkurang dan batas antara ruang domestik dan ruang publik kemudian menjadi melebur. Ruang publik dan ruang bersama ini kemudian seperti menembus batas fisik yang berupa dinding rumah Ibu D tersebut. Dengan kata lain, ruang depan, teras dan dapur Ibu D diproduksi kembali menjadi ruang memasak bersama Persiapan lainnya adalah mendekorasi ruang-ruang yang digunakan sebagai ruang utama dalam acara pernikahan. Pada ruang-ruang tertentu diberikan elemen-elemen hias yang menandakan bahwa ruang-ruang tersebut adalah ruang berkegiatan dalam acara pernikahan. Jalan gang difungsikan sebagai ruang makan utama. Oleh karena itu, jalan ini dipasangi tenda, perlengkapan sound system, dan diletakkan kursi-kursi makan. Dinding-dinding rumah yang menghadap jalan gang dipasangi tirai penutup, begitupun dengan dinding-dinding yang ada di dalam ruangan yang digunakan untuk kegiatan utama seperti ruang makan utama dan ruang penyimpanan hidangan. Pada saat acara berlangsung, ruang penyimpanan hidangan berada di ruang depan rumah Bapak Eddy. Storage untuk menyimpan makanan selain menu utama seperti buah-buahan, kue kecil dan stok minuman kemasan diletakkan di dapur Bapak Eddy. Ruang penerimaan tamu berada di teras Ibu H. Ruang rias pengantin beserta keluarganya berada di ruang
Produksi dan…, Siti Sarwati, FT UI, 2013
keluarga Ibu Suryati. Sementara teras depan maupun ruang depan rumah Ibu Attin, Ibu Popon dan Ibu Suryati dapat digunakan sewaktu-waktu sebagai ruang makan tambahan jika ruang makan yang telah disediakan ternyata tidak dapat menampung semua tamu yang datang. Ruang-ruang tersebut, diproduksi kembali menjadi ruang sosial yang berbeda dengan kegiatan meruang yang biasanya terjadi dalam kehidupan keseharian warganya ketika acara ini berlangsung.
Keterangan: Ruang memasak
Ruang rias pengantin
Panggung pengantin
Meja penerima tamu
Ruang makan utama
Ruang penyimpanan hidangan
Ruang makan tambahan
Ruang penyimpanan makanan kecil
Gambar 15. Pemetaan Horizontal Kegiatan Meruang (Sosial) pada Kegiatan Sehari-hari (Atas) dan dalam Acara Pernikahan (Bawah) (Sumber : Dokumentasi Pribadi Tanggal 04 Mei 2013)
Ruang depan rumah Ibu Suparsih dalam kesehariannya digunakan sebagai ruang tamu, ruang keluarga, ruang menonton televisi, ruang makan, ruang menyetrika, dan lain-lain. Kemudian ketika acara ini berlangsung, ruang tersebut diproduksi kembali menjadi ruang makan bersama. Di dalamnya kemudian diletakkan elemen-elemen dekorasi pernikahan seperti penutup dinding, kursi-kursi makan, dan lain-lain. Sementara itu, beberapa furniture yang tadinya berada di ruangan tersebut kemudian dipindahkan ke tempat lain agar ruang makan tersebut menjadi lebih luas. Kegiatan keseharian yang biasanya terjadi di ruang depan tersebut kemudian dilakukan di ruangan yang lain seperti kamar tidur. Hal serupa terjadi di rumah Bapak Eddy. Ruang depan Bapak Eddy sehari-harinya digunakan sebagai ruang tidur, ruang makan, ruang tamu, ruang menonton acara televisi, dan lain-lain. Kemudian ketika acara ini
Produksi dan…, Siti Sarwati, FT UI, 2013
berlangsung, ruangan ini pun dimaknai dan diberikan perlakuan berdasarkan pemfungsiannya sebagai ruang penyimpanan dan pengambilan hidangan yang digunakan bersama-sama. Sementara itu, teras dan ruang depan rumah Ibu Popon, Ibu Suryati, dan Ibu Attin dijadikan sebagai ruang makan tambahan ketika ruang makan utama tidak dapat menampung tamu yang datang. Ruang-ruang domestik ini menjadi ruang bersama (publik) ketika tamu yang datang menggunakan ruang-ruang ini sebagai ruang makan. Ruang makan tambahan ini tidak sampai memasuki kamar tidur (privat), melainkan hanya berada di ruang depan, dan tidak seluruh sudut di ruang depan dapat digunakan. Hal ini dikarenakan kehadiran perabotan-perabotan rumah tangga yang ada di dalamnya, baik di ruang depan maupun kamar tidur.
Gambar 16. Pemetaan Vertikal Kegiatan Meruang (Sosial) pada Kegiatan Sehari-hari (Atas) dan dalam Acara Pernikahan (Bawah) (Sumber : Dokumentasi Pribadi Tanggal 04 Mei 2013)
Gambar 17. Pemetaan Vertikal Kegiatan Meruang (Sosial) pada Kegiatan Sehari-hari (Atas) dan dalam Acara Pernikahan (Bawah) (Sumber : Dokumentasi Pribadi Tanggal 04 Mei 2013) Keterangan: Ruang memasak
Ruang rias pengantin
Panggung pengantin
Meja penerima tamu
Ruang makan utama
Ruang penyimpanan hidangan
Ruang makan tambahan
Ruang penyimpanan makanan kecil
Penggunaan ruang-ruang tersebut mempengaruhi kondisi terbuka atau tertutupnya pintu rumah. Pintu ketiga rumah tersebut kemudian selalu berada dalam keadaan terbuka sebagai pertanda ruangan tersebut dapat digunakan oleh tamu undangan. Pintu-pintu ini dalam kesehariannya tidak dibiarkan terbuka ketika malam hari. Namun, keadaan tersebut tidak berlaku ketika kegiatan ini berlangsung. Ketika pintu ini terbuka, tentunya para tamu
Produksi dan…, Siti Sarwati, FT UI, 2013
undangan yang makan di jalan gang dapat melihat kegiatan domestik yang terjadi di ruanganruangan tersebut, begitu pun sebaliknya. Di sisi lain, keramaian pada acara ini dimanfaatkan juga sebagai peluang usaha oleh Ibu Attin. Warung Ibu Attin yang biasanya tidak buka ketika malam hari, kemudian ketika acara ini berlangsung menjadi buka sampai malam hari. Ibu Attin melakukan kegiatan menjaga warungnya sampai malam hari. Dengan demikian Ibu Attin melakukan kegiatan meruangnya sampai malam hari, berbeda dengan biasanya. Ruang yang tercipta kemudian diproduksi kembali oleh Ibu Attin. Ibu Attin kemudian berinteraksi dengan para tamu yang membeli barang di warung tersebut sehingga menciptakan ruang baru. Dalam hal ini, Ibu Attin berperan sebagai pihak yang memproduksi kembali ruang pernikahan menjadi ruang baru untuk dirinya dan orang lain (tamu). Ruang-ruang domestik di lingkungan tujuh rumah ini kemudian menjadi ruang bersama dan sifatnya menjadi lebih publik. Hal ini dikarenakan jalan gang tersebut sudah diberikan perlakuan khusus oleh warga di tempat ini seperti peletakan meja, kursi dan berbagai perlengakapan sound system serta tenda yang menandakan kehadiran ruang pernikahan ini. Elemen-elemen tersebut dapat dikatakan sebagai elemen temporer yang mempengaruhi kegiatan meruang dalam acara ini.
Gambar 18. Foto Penggunaan Ruang Jalan untuk Acara Pernikahan (Sumber : Dokumentasi Pribadi Tanggal 04 Mei 2013 Pukul19.00)
Acara ini selesai ketika menjelang tengah malam. Keesokan harinya elemen-elemen dekorasi yang sudah dipasangkan kemudian dilepaskan kembali. Dengan demikian, elemen temporer berupa dekorasi ruangan tidak dihadirkan kembali di tapak ini. Kondisi jalan gang dan ruangruang domestik yang terpengaruh oleh acara pernikahan ini kemudian secara perlahan akan kembali pada kondisi keseharian yang semula. Ruang pernikahan yang telah diproduksi pun akan perlahan menghilang dan direproduksi menjadi ruang-ruang yang semula hadir dalam kehidupan keseharian mereka. Warga pun akan melakukan kegiatan meruang seperti kegiatan meruang dalam kesehariannya sebelum acara ini diselenggarakan.
Produksi dan…, Siti Sarwati, FT UI, 2013
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam acara pernikahan terjadi reproduksi ruang dari ruang-ruang keseharian menjadi ruang baru, ruang acara pernikahan. Ruang sosial yang diproduksi kembali tentunya sama sekali berbeda dengan ruang sosial yang tercipta dalam keseharian. Ruang sosial seperti ini akan tercipta kembali ketika salah satu dari warganya melaksanakan pernikahan di tapak ini. Namun, ruang tersebut tentunya akan diproduksi dengan cara yang berbeda terkait waktu dan kondisi sosial serta latar belakang individu-indovidu yang melakukannya. Sementara itu, elemen temporer yang mempengaruhi kegiatan meruang dalam acara ini selain kondisi terbuka atau tertutupnya pintu adalah segala elemen dekorator dan barang-barang yang mendukung kegiatan dalam acara pernikahan ini.
Kesimpulan Dalam kehidupan sehari-hari, peletakan perabotan rumah tangga seperti televisi serta kondisi terbuka atau tertutupnya pintu pun sangat berpengaruh pada terciptanya ruang sosial ini. Ketika pintu-pintu yang saling berhadapan dalam keadaan terbuka, interaksi diantara individu-individu yang berada dalam dua rumah yang berbeda sangat mungkin terjadi. Ruang sosial yang terbentuk menjadi lebih kompleks ketika relasi sosial yang terjadi tidak saja hanya pada dua ruang domestik tersebut melainkan juga meliputi ruang-ruang yang dihasilkan individu maupun kelompok yang berada di jalan gang. Sementara itu, ruang yang telah tercipta tersebut dapat diproduksi kembali (reproduksi) menjadi ruang baru yang dapat digunakan oleh orang lain. Ruang yang telah direproduksi tersebut dapat saja sama sekali tidak berhubungan dengan kegiatan-kegiatan sebelumnya, namun masih dipicu oleh kegiatan meruang tersebut. Lain halnya dengan kegiatan meruang (sosial) dalam kehidupan sehari-hari yang terjadi secara spontan karena kesamaan waktu dan lokasi, kegiatan meruang (sosial) dalam acara pernikahan terjadi sebagai bagian dari kegiatan yang telah direncanakan. Acara pernikahan tersebut merupakan kegiatan meruang yang dilakukan secara bersama dan meliputi penggunaan jalan gang dan ruang-ruang domestik. Jalan gang dan ruang domestik tersebut kemudian diperlakukan dengan pemfungsian yang berbeda dengan kehidupan keseharian penduduknya seperti penggunaan ruang depan tetangga untuk ruang makan, dapur, ruang penyimpanan hidangan, dan lain-lain. Kegiatan meruang yang dilakukan secara bersama ini kemudian meliputi ruang-ruang domestik yang berada di sekitar tempat berlangsungnya acara pernikahan tersebut. Ruang-ruang ini dengan kata lain direproduksi dari ruang domestik menjadi ruang bersama dalam acara pernikahan.
Produksi dan…, Siti Sarwati, FT UI, 2013
Berdasarkan teori Lefebvre dan temuan dalam studi kasus, ternyata baik dalam kehidupan keseharian maupun acara khusus seperti pernikahan, produksi dan reproduksi ruang sosial yang dilakukan secara bersama di permukiman padat penduduk ini meliputi ruang publik (jalan gang) dan ruang domestik. Relasi dan interaksi sosial yang terjadi diantara individuindividu yang berkegiatan tersebut kemudian mengakibatkan pemaknaan terhadap kehadiran batas fisik menjadi berbeda. Kehadiran batas fisik tersebut seolah tergantikan oleh hadirnya elemen atau batas temporer. Batas temporer inilah yang sangat berpengaruh terhadap terjadinya kegiatan meruang sosial. Dalam kegiatan keseharian, batas temporer ini adalah berupa kondisi terbuka atau tertutupnya pintu. Sementara dalam acara pernikahan, batas temporer ini adalah berupa kehadiran elemen-elemen dekorasi dan barang-barang yang mendukung acara serta kondisi terbuka atau tertutupnya pintu milik tetangga. Baik dalam kegiatan keseharian maupun kegiatan khusus, ruang yang yang diproduksi dan direproduksi tidak sampai masuk ke ruang yang sifatnya sangat privat seperti kamar tidur. Hal ini sebabkan oleh kegiatan yang terjadi di kamar tidur tersebut bersifat privat dan kegiatan ini mengakibatkan hadirnya peletakan barang-barang yang mendukung kegiatan tersebut seperti tempat tidur. Sehingga, kegiatan-kegiatan sosial yang melibatkan orang lain (tetangga) tidak memungkinkan untuk terjadi di ruang ini.
Daftar Referensi Day, Lauren Halley. (2010). Communities of space. SPEA Management. Douglas, Mary. (1993). The idea of a home : A kind of space. Dalam B.M Lane (Ed.). Housing and Dwelling : Perspectives on Modern Domestice Architecture. (hal.61-65). New York : Routledge. Laporan profil desa dan kelurahan Gudang, Bogor Tahun 2011 Lefebvre, Henri. (1991). The production of space (Donald Nicholson & Smith, Penerjemah.). Maiden : Blackwell. Narera. (2012). Pengertian pemukiman. 26 Maret 2013. http://nareragan.blogspot.com/2012/06/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html Undang-Undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman
Produksi dan…, Siti Sarwati, FT UI, 2013