SISTEM STANDARDISASI INTERNASIONAL DAN PERANAN BPKS DALAM PENERAPANNYA DI KAWASAN SABANG HMMCJ WIRTJES IV (YANCE) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Pengantar Tulisan ini disusun bukan dengan maksud untuk menguraikan Sistem Standardisasi Internasional ( SSI ) secara rinci, detail dan teknis operasional, karena hal itu tidak mungkin dicakup oleh tulisan dalam bentuk makalah. Uraian rinci dan teknis termasuk interpretasi dari dokumen – dokumen standardisasi Internasional ( ISO 9000, ISO 14000 ) telah banyak ditulis dalam bentuk buku dan dapat diperoleh dengan mudah di berbagai toko buku. Adapun maksud dan tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut : 1. Memperkenalkan SSI secara garis besar yang saat ini dan di masa yang akan datang berperan penting dalam dunia bisnis global. 2. Memberikan bahan masukan untuk didIskusikan secara intensif dan mendalam di kalangan internal Badan Pengusahaan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang ( BPKS ). Diskusi tersebut diharapkan dapat menghasilkan rumusan tentang bagaimana pandangan dan peran BPKS dalam merespon berbagai kecenderungan yang berkembang dalam sistem perdagangan global. Berbagai fenomena yang berkembang dalam sistem perdagangan dunia seperti pemberlakuan SSI yang sifatnya adalah hambatan non- tarif ( Non -Tariff Barrier ) harus direspon secara pro aktif, bukan reaktif. Akhirnya , tulisan ini membutuhkan gagasan – gagasan baru untuk penyempurnaan. Oleh karena itu diharapkan saran dan kritik yang konstruktif dari para pembaca untuk perbaikan tersebut. Atas saran dan kritik yang disampaikan diucapkan terima kasih. Pengertian / Definisi Konseptual Dalam bahasa sehari – hari kata “sistem” diartikan dalam bentuk berbeda – beda, adakalanya sistem diartikan sebagai “cara”, “teknik”, “metode”. Sudah tentu hal itu membingungkan karena ke-empat kata tersebut memiliki arti yang berbeda beda. Dalam berbagai literatur, sistem diartikan sebagai sesuatu yang memiliki beberapa komponen, setiap komponen saling berhubungan, berinteraksi dalam pertukaran energi, materi dan informasi menurut aturan tertentu dan tiap komponen saling mendukung untuk mencapai tujuan tertentu. Suatu sistem dapat dipecah menjadi beberapa sub sistem dan suatu sub sistem dapat berperan sebagai sistem dalam skala lebih kecil dan dapat dipecah lagi menjadi beberapa sub sistem, demikian seterusnya, dan demikian juga kebalikannya, sebuah sub sistem dapat dinaikkan peringkatnya menjadi sistem. Sebuah contoh dapat memperjelas hal ini. Beberapa komponen roda ( baut, velg, ban ) jika dirangkaikan menurut aturan tertentu dapat menjadi sebuah sistem roda dan jika dirangkaikan dengan as roda, menjadi sub sistem roda mobil. Jika seluruh sub sistem ( roda, aki, rem, kemudi, mesin, dan lain-lain ) dirangkai menurut aturan tertentu maka terwujud suatu sistem mobil yang berguna sebagai sarana angkutan. Sebuah mobil adalah suatu sub sistem di dalam sistem transportasi darat yang menjadi sub sistem transportasi. Kata standardisasi berasal dari akar kata yang diadopsi dari kata dalam bahasa Inggris, standard. Kata standar dapat diartikan dengan dua cara. Standar
© 2003 Digitized by USU digital library
1
sebagai kata benda diartikan sebagai ukuran, norma, patokan, tingkat, taraf. Sebagai kata sifat standar diartikan sebagai resmi, baku, tolok. Kedua cara tersebut digunakan dalam merumuskan arti kata standar dalam tulisan ini. Standar diartikan sebagai ukuran baku, ukuran resmi. Standardisasi diartikan sebagai pembakuan ukuran resmi. International Organization for Standardization ( IOS ) adalah suatu organisasi berskala internasional berkedudukan di Geneva, Switzerland yang bertugas menyusun berbagai jenis sistem standardisasi internasional. Lembaga ini telah menghasilkan berbagai standardisasi dalam berbagai bidang.Beberapa produk lembaga ini yang dibahas lebih lanjut dalam tulisan ini adalah standardisasi yang dikaitkan dalam tata perdagangan global yaitu International Standardization Organization ( ISO ) seri 9000, seri 14000 dan ISO / IEC 17025 : 2000. Akronim ISO yang digunakan dan bukan IOS dalam kode setiap produknya, hal ini disebabkan karena sifatnya sebagai penyeragaman ukuran, seperti halnya Isobar, Isothermal. Disamping itu akan diuraikan juga standar OSHASS 18001 yang akan menjadi standar ISO seri 18001. STANDAR INTERNASIONAL ISO SERI 9000 Latar Belakang Lahirnya ISO Seri 9000 Akhir dekade 80-an dan awal dekade 90-an pada millenium II muncul fenomena yang belum dikenal pada masa sebelumnya, yang kemudian dikenal luas sebagai globalisasi. Fenomena itu menyebar ke berbagai wilayah dan berbagai aspek kehidupan dan periode setelah itu disebut era globalisasi . Dalam bahasa sederhana globalisasi diartikan : di manapun ada permintaan dan dari manapun asalnya dapat dipasok dengan cepat dan tepat. Suatu kegiatan usaha dapat dikatakan bersifat global, jika dirasakan lebih menguntungkan, jika dapat mengintegrasikan produksi dan pemasaran dari manapun di dunia ini dengan tujuan melayani pasar seluruh dunia. Dalam era globalisasi, batas - batas antar negara semakin kabur, uang, barang dan jasa bebas melintas keluar masuk antar negara dan hambatan – hambatan tarif dalam perdagangan antar negara semakin ditiadakan. Dalam kondisi seperti ini hanya produk- produk bermutu yang akan memenangkan persaingan. Produk lokal dan nasional dari masing – masing negara berpeluang menjadi produk global dan masuk pasar lokal negara lainnya, jika persyaratan yang dituntut oleh pasar dapat dipenuhinya. Salah satu persyaratan yang dituntut oleh pasar adalah adanya suatu kesamaan standar mutu produk. Untuk memelihara konsistensi mutu produk produk perlu dilakukan pengendalian mutu (quality control) atas proses produksi. Konsentrasi pengendalian mutu pada mulanya diarahkan pada mata rantai terakhir dalam proses produksi yaitu kegiatan inspeksi produk. Produk yang memenuhi syarat diterima dan yang tidak memenuhi syarat ditolak. Melalui sistem pengendalian mutu ini tidak dapat dicegah terjadinya kerugian dengan terbuangnya materi, energi, informasi dan waktu karena adanya produk yang ditolak, sebagai akibat tidak dipenuhinya persyaratan yang ditentukan. Untuk mengatasi hal itu timbul pemikiran untuk menciptakan sistem yang dapat mencegah kerugian yang ditimbulkan oleh masalah mutu. Tuntutan terhadap adanya jaminan mutu yang diperuntukkan oleh produsen / pemasok kepada konsumen / pelanggan, telah melakukan suatu standar yang lebih berorientasi pada sistem dan proses, yang dikenal dengan standar sistem manajemen mutu. Negara - negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, Inggris telah memiliki sistem manajemen mutu yang berbeda satu sama lain. Salah satu standardisasi
© 2003 Digitized by USU digital library
2
sistem manajemen yang paling populer dan saat ini telah diadopsi oleh lebih dari 100 negara adalah ISO 9000. Setiap negara yang telah mengadopsi standar ISO mencantumkan kode negaranya masing- masing di depan nomor seri standard tersebut misalnya Malaysia berkode MS- 9000, Indonesia berkode SNI 19-9000. Namun lembaga standardisasi dari negara - negara yang telah mengadopsi standard ISO dapat dilihat pada lampiran no 1. Alasan Penerapan ISO 9000 Banyak perusahaan yang sukses menyadari bahwa pada dasarnya peningkatan bisnis mereka dilandasi oleh suatu sistem yang konsisten dan efisien serta mampu melakukan penyempurnaan berkelanjutan. Sistem tersebut harus dituliskan, didokumentasikan, sehingga setiap karyawan mengetahui sasaran perusahaan dan kontribusi apa yang diharapkan darinya. Hal ini juga akan memudahkan dalam melatih staf baru melalui sistem yang tertulis dan terdokumentasi. Motto yang digunakan adalah “tuliskan apa yang anda lakukan dan lakukan apa yang anda tulis”. Pada awalnya standar ISO seri 9000 dianggap hanya sebagai suatu tuntutan pasar ( market driven ), tapi dalam perkembangan berikutnya, banyak perusahaan merasakan manfaat dan nilai tambah dari penerapannya, seperti peningkatan produktivitas, peningkatan efisiensi, penurunan biaya, peningkatan kepuasan pelanggan, peningkatan laba, citra baik bagi perusahaan, sehingga mulai dirasakan sebagai kebutuhan bagi perusahaan. Kategori Kontraktual dan Non- Kontraktual Dalam Standar ISO Seri 9000 Dalam menerapkan standar ISO seri 9000 ada dua pilihan kategori yaitu kategori kontraktual dan non-kontraktual. Kontraktual adalah suatu kondisi jika suatu perusahaan ingin menerapkan standar sistem manajemen mutu untuk tujuan memenuhi permintaan pelanggan. Untuk itu perusahaan membutuhkan bukti pengakuan dari pihak ketiga. Bukti itu dinyatakan dalam bentuk sertifikat yang dikeluarkan oleh Badan Sertifikasi. Acuan standar yang digunakan dalam kondisi kontraktual adalah ISO 9000 ( 20 klausul ), 9002 ( 19 klausul ) dan 9003 ( 16 klausul ). Non- Kontraktual adalah suatu kondisi jika suatu perusahaan ingin menerapkan standar sistem mutu hanya untuk pengembangan manajemen mutu intern perusahaan, tanpa memerlukan pengakuan dari pihak lain untuk penerapan standar ISO seri 9000 yang telah digunakannya. Acuan standar yang digunakan dalam kondisi non- kontraktual adalah ISO 9004. Unsur- unsur Standar ISO Seri 9000 Untuk memahami lebih lanjut tentang ISO 9000 perlu diketahui perbedaan pengertian manajemen mutu dan sistem mutu. Menurut ISO 8420, Manajemen mutu dan pemastian mutu – kosakata, manajemen mutu adalah semua aktivitas dari keseluruhan fungsi manajemen menetapkan kebijakan itu, tujuan dan tanggung jawab perusahaan, serta melaksanakannya dengan cara seperti perencanaaan mutu, pengendalian mutu, pemastian mutu, dan peningkatan mutu didalam sistem mutu. Klausul – klausul manajemen mutu terdapat dalam ISO 9000 dan 9004. Sistem mutu adalah struktur organisasi, prosedur, proses dan sumber daya yang diperlukan untuk menerapkan manajemen mutu. Manajemen mutu adalah kegiatannya dan sistem mutu adalah wadahnya. Klausul– klausul sistem mutu terdapat dalam ISO 9001, 9002 dan 9003. Dalam menerapkan standar ISO seri 9000 harus dipahami terlebih dahulu pokok - pokok kunci penerapan mutu dan kemudian menerapkan secara rinci sistem mutu yang dituntut oleh manajemen mutu. Elemen standar ISO seri 9000 adalah semua standar internasional yang dihasilkan oleh ISO / Technical Committe ( TC ) 176 yang terdiri dari :
© 2003 Digitized by USU digital library
3
a. Semua standar internasional dengan nomor ISO 9000 sampai dengan ISO 9004 termasuk nomor masing - masing bagiannya seperti ISO 9004 -3 artinya ISO 9004 bagian 3. b. Semua standar internasional dengan nomor ISO 10001 sampai ISO 10020 termasuk nomor masing - masing bagiannya. c. ISO 8420. Judul dokumen – dokumen standar ISO seri 9000 selengkapnya sebagai berikut : 1. ISO 9000 – 1 : 1994, Standar manajemen mutu dan pemastian mutu Bagian 1 : Panduan untuk seleksi dan pemakaian. 2. ISO 9000 - 2 : 1993, Standar manajemen mutu dan pemastian mutu Bagian 2 : Panduan Generik untuk aplikasi ISO 9001, ISO 9002, ISO 9003. 3. ISO 9000 - 3 : 1991, Standar manajemen mutu dan pemastian mutu Bagian 3 : Panduan bagi aplikasi ISO 9001 untuk pengembangan pasokan dan pemeliharaan perangkat lunak. 4. ISO 9000 - 4 : 1993, Standar manajemen mutu dan pemastian mutu Bagian 4 : Memandu untuk kemampuan ketergantungan kepercayaan (dependability) program manajemen. 5. ISO 9001 : 1994, Sistem mutu – Model untuk pemastian mutu dalam desain, pengembangan, produksi, pemasangan dan pelayanan. 6. ISO 9002 : 1994, Sistem mutu - Model untuk pemastian mutu dalam produksi, pemasangan dan pelayanan. 7. ISO 9003 : 1994, Sistem mutu - Model untuk pemastian mutu dalam inspeksi dan pengujian akhir. 8. ISO 9004-1 : 1994, Elemen manajemen mutu dan sistem mutu Bagian 1 : Panduan 9. ISO 9004-2 : 1991, Elemen manajemen mutu dan sistem mutu. Bagian 2 : Panduan bagi jasa 10. ISO 9004-3 : 1993, Elemen manajemen mutu dan sistem mutu Bagian 3 : Panduan Bagi bahan yang diproses 11. ISO 9004-4 : 1993, Elemen manajemen mutu dan sistem mutu Bagian 4 : Panduan Bagi bahan yang diproses. 12. ISO 9004-4 : 1993, Elemen manajemen mutu dan sistem mutu Bagian 4 : Panduan bagi peningkatan mutu 13. ISO 10005 : 1995, Manajemen mutu- Panduan bagi rencana mutu 14. ISO 10007 : 1995, Manajemen mutu- Panduan bagi manajemen konfigurasi 15. ISO 10011-1 : 1990, Panduan bagi sistem mutu- Bagian 1 : Audit 16. ISO 10011-2 : 1991, Panduan bagi sistem mutu- Bagian 2 : Kriteria Kualifikasi bagi auditor sistem mutu. 17. ISO 10011-3 : 1991, Panduan bagi sistem mutu- Bagian 3 : Manajemen program audit 18. ISO 10012-1 : 1992, Persyaratan pemastian mutu untuk mengukur peralatan Bagian 1 : Sistem konfirmasi metrologi untuk mengukur peralatan 19. ISO/DIS 10012-2 : Persyaratan pemastian mutu untuk mengukur peralatan Bagian 2 : Pengendalian proses pengukuran DIS (Draft International Standard)
© 2003 Digitized by USU digital library
4
20. ISO 10013 21. ISO 8402
: 1995, Panduan untuk mengembangkan mutu : 1994, Manajemen mutu dan pemastian mutu - Kosa kata.
Manfaat Penerapan Standar Seri 9000 Setiap perusahaan yang menerapkan standar ISO seri 9000 mendapat manfaat yang sangat besar. Manfaat tersebut antara lain : 1. Dari aspek konsistensi pelaksanaan dan kemampuan penelusuran, jika dilaksanakan dengan benar, standar ISO seri 9000 bermanfaat : a. Memberikan pendekatan praktek yang sistematis untuk manajemen mutu b. Memastikan konsistensi operasi untuk memelihara mutu produk dan / jasa c. Menetapkan kerangka kerja untuk proses peningkatan mutu lebih lanjut dengan membakukan proses guna memastikan konsistensi dan mampu menelusuri serta meningkatkan hubungan antar fungsi yang mempengaruhi mutu. 2. Dari aspek pengendalian dan pencegahan. Penekanan ISO 9000 ditujukan untuk pengendalian dan pencegahan. Sistem ISO 9000 menyediakan petunjuk untuk : a. Menentukan secara jelas tanggung jawab dan wewenang dari personil kunci yang mempengaruhi mutu. b. Mendokumentasikan prosedur secara baik dalam rangka menjalankan operasi dan proses bisnis penyedia jasa atau manufaktur c. Menerapkan sistem dokumentasi yang efektif melalui mekanisme dari audit mutu internal dan tinjauan manajemen yang berkelanjutan 3. Dari aspek pertumbuhan dan pengembangan perusahaan berdasarkan kedua aspek tersebut di atas, manfaat penerapan ISO 9000 dari segi pertumbuhan dan pengembangan perusahaan adalah : a. Sebagai sarana pemasaran. b. Dapat meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan melalui sistematika dan pendekatan yang terorganisir pada pemastian mutu. c. Dapat meningkatkan citra dan daya saing perusahaan. d. Dapat meningkatkan produktivitas dan mutu produk / jasa dengan memenuhi persyaratan pembeli melalui kerjasama dan komunikasi yang lebih baik, penguatan pengendalian bisnis dan proses teknis, penurunan pemborosan karena mutu kerja yang buruk. e. Dapat memberikan pelatihan yang sistematis kepada staf melalui prosedur dan instruksi yang baik. f. Mengantisipasi tuntutan konsumen atas mutu produk dan tingkat persaingan usaha yang telah mengalami evolusi sehingga produsen menanggapinya melalui pendekatan mutu, pengendalian mutu, pemastian mutu, manajemen mutu terpadu ( MMT ) atau TQM. g. Sebagai dasar yang kuat untuk pengembangan mutu selanjutnya secara berkelanjutan menuju manajemen mutu terpadu ( MMT atau TQM ). STANDAR ISO SERI 14000 Latar Belakang Lahirnya Standar ISO Seri 14000 Dalam empat dasawarsa terakhir terjadi pergeseran dalam cara pandang masyarakat terhadap isu lingkungan hidup. Pada dasawarsa 60- an, isu lingkungan dipandang sebagai isu lokal. Pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh limbah suatu industri, hanya dirasakan oleh masyarakat sekitar dan akibatnya langsung dirasakan seketika itu juga.Semakin lama kuantitas dan bobot bahan pencemaran semakin banyak dan terakumulasi. Akibatnya timbul masalah hujan asam yang
© 2003 Digitized by USU digital library
5
dampaknya dirasakan pada wilayah yang lebih luas melampaui batas – batas negara. Selain hujan asam, masalah effek rumah kaca ( green house effect ) dan pemanasan global ( global warming ) telah menimbulkan keresahan masyarakat luas. Pada tahun 1972 Perserikatan Bangsa- Bangsa ( PBB ) menyelenggarakan Konferensi Lingkungan Hidup Se Dunia di Stockholm, Swedia untuk membahas dan mencari solusi dari masalah lingkungan yang telah berubah dari masalah lokal menjadi masalah regional. Pada dasawarsa 80-an para ahli di berbagai Badan Internasional telah mengindentifikasi bahwa ada tiga krisis global yang sedang mengancam kelangsungan hidup manusia, yaitu krisis kependudukan, krisis energi dan pembangunan ekonomi, krisis lingkungan hidup. Ketiga krisis ini sifatnya berkaitan dan saling mengunci, sehingga tidak dapat dipecahkan secara parsial, tetapi harus terpadu. Pada tahun 1983 PBB membentuk World Commission Environment Development ( WCED ) yang diketahui oleh Gro Harlem Brundtland, Perdana Menteri Norwegia dan beranggotakan para tokoh kaliber Internasional. Komisi ini bertugas untuk mencari solusi dalam mengatasi krisis global tersebut. Hasil utama dari komisi tersebut adalah Konsep Pembangunan Berkelanjutan ( Suistanable Development ) yang rinciannya terdapat di dalam laporan komisi yang diberi judul Our Common Future ( 1987 ) . Pada dasawarsa 80-an masalah lingkungan dipandang terkait dengan strategi pembangunan ekonomi makro. Pada dasawarsa 90-an timbul fenomena globalisasi yang melanda seluruh dunia dan menyentuh berbagai aspek kehidupan. Pada era globalisasi dimunculkan beberapa isu yang dijadikan norma – norma universal yang harus ditaati oleh masyarakat beradab. Jika suatu bangsa ingin diterima menjadi anggota masyarakat beradab harus mematuhi aturan masyarakat global dan jika menolak akan dikucilkan dalam pergaulan antar bangsa. Adapun beberapa isu yang diangkat menjadi norma universal adalah : 1. Isu pelestarian dan perlindungan lingkungan hidup. 2. Isu hak- hak azasi manusia ( Human Rights ) 3. Isu hak atas kekayaan intelektual ( Intellectual Property Right ) 4. Isu perlindungan hak- hak buruh / pekerja dan eksploitasasi tenaga kerja anak – anak (Children Employment) 5. Isu demokratisasi 6. Isu tanggung jawab sosial ( Social Responsibility ). Isu – isu tersebut digunakan sebagai salah satu syarat dalam melakukan perdagangan internasional. Pelanggaran atas norma – norma globalisasi dapat berakibat pada tindakan – tindakan pemboikotan produk, kampanye yang bersifat menekan. Dengan demikian masalah lingkungan pada masa kini dikaitkan dengan sistem perdagangan internasional. Sementara itu di kalangan pengusaha, pada waktu yang sama timbul pertanyaan penting, yaitu apakah isu lingkungan dapat dimasukkan sebagai faktor posistif kedalam strategi usaha mereka dan bukan sebagai penghambat upaya mereka memperbaiki struktur biaya produk dan / atau jasa.Strategi pengelolaan lingkungan pada mulanya didasarkan pada pendekatan kapasitas daya dukung ( carrying capacity approach ). Konsep ini ternyata sulit diterapkan, mengingat upaya untuk memperbaiki kondisi lingkungan yang tercemar dan rusak membutuhkan biaya mahal. Strategi pengelolaan lingkungan kemudian berubah menjadi upaya untuk mengatasi masalah pencemaran dengan cara mengelola limbah yang terbentuk (end – off pipe treatment ) dengan harapan kualitas lingkungan hidup dapat ditingkatkan. Akan tetapi kenyataannya masalah pencemaran dan kerusakan lingkungan makin meningkat. Kalangan dunia usaha mengamati bahwa pendekatan ’akhir – pipa’ bukan cara yang efektif dan efisien. Oleh karena efisiensi merupakan faktor penting dalam daya saing, maka banyak pengusaha tidak
© 2003 Digitized by USU digital library
6
bergairah untuk mengelola lingkungan. Kenyataan ini mendorong berbagai pihak merubah strategi dan pendekatan ‘akhir – pipa’ ke pencegahan pencemaran yang mengurangi terbentuknya limbah. bahan, energi, guna menghindarkan atau mengurangi timbulnya pencemaran dan limbah. Konsep pencegahan pencemaran secara fundamental mengalihkan fokus perlindungan lingkungan dari strategi end – off – pipe yang bersifat reaktif ke pemikiran, front- off- process yang bersifat preventif dan pro aktif dengan penekanan bahwa pencemaran seharusnya tidak boleh terjadi. Strategi ini dikenal dengan nama produksi bersih ( cleaner production ). UNEP (United Nation Environment Program) mendefenisikan konsep produksi bersih sebagai suatu strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif dan terpadu yang perlu diterapkan secara terus menerus pada prosese produksi dan daur hidup produk dengan tujuan untuk mengurangi resiko terhadap manusia dan lingkungan. Produksi bersih adalah suatu program strategis yang bersifat preventif, proaktif yang diterapkan untuk menselaraskan kegiatan pembangunan ekonomi dengan upaya perlindungan lingkungan. Oleh karena kemampuannya mengakomodasikan kepentingan pembangunan ekonomi dan kepentingan perlindungan lingkungan, konsep produksi bersih dikenal juga dengan nama konsep Eco - efisiensi : Upaya penerapan konsep produksi bersih dilakukan dengan teknik – teknik refine, reduce, reuse, recycle, replenish, recovery, retrieve energy, remediation. Inti pelaksanaan produksi bersih adalah mencegah, mengurangi dan menghilangkan terbentuknya limbah atau pencemar pada titk terdepan dalam lintasan proses produksi, pemanfaatan produk sampai pembuangan produk (from creadle to grave). Guna mendukung proses adopsi teknologi produksi bersih diperlukan suatu perubahan mendasar dalam hal komitmen dan perilaku manajemen. Fenomena yang berkembang tersebut mendorong International Organization for Standardization (IOS) membentuk Strategic Advisory Group on Enviroment (SAGE) yang bertugas meneliti kemungkinan mengembangkan sistem standard di bidang lingkungan yanga dapat mengakomodasikan kepentingan ekonomi. SAGE memberikan rekomendasi kepada IOS untuk membentuk Technical Committe (TC) yang akan mengembangkan standard yang berhubungan dengan manajemen lingkungan. Pada tahun 1993 IOS membentuk panitia tekhnik TC 207 untuk merumuskan sistem standardisasi tersebut. Hasil kerja TC 207 kemudian dikenal sebagai standard ISO seri 14000. Dalam menjalankan tugasnya ISO / TC 207 dibagi dalam 6 Sub Committe (SC) dan satu Working Group (WG) yaitu : - Sub – komite 1, SC – 1 : Sistem Manajemen Lingkunagan (SML) - Sub – komite 2, SC – 2 : Audit Lingkungan (AL) - Sub – komite 3, SC – 3 : Pelabelan Lingkungan (Ekolabel) - Sub – komite 4, SC – 4 : Evaluasi Kinerja Lingkungan (EKL) - Sub - komite 5, SC – 5 : Analisis Daur Hidup (ADH) - Sub – komite 6, SC - 6 : Istilah dan Definisi - Kelompok Kerja 1, WG – 1 : Astek Lingkungan Dalam Standard Produk Pada akhir tahun 1996 panitia teknik TC 207 telah menerbitkan lima standar yaitu : - ISO 14001 (Sistem Manajemen Lingkungan - Spesifikasi Dengan Panduan Untuk Penggunaan) - ISO 14004 (Sistem Manajemen Lingkungan - Pedoman Umum Atas Prinsip – Prinsip, Sistem dan Teknik Pendukungnya) - ISO 14010 ( Pedoman Umum Audit Lingkungan – Prinsip – Prinsip Umum Audit Lingkungan )
© 2003 Digitized by USU digital library
7
-
ISO 14011 ( Pedoman Untuk Audit Lingkungan Audit Sistem Manajemen Lingkungan ) ISO 14012 ( Pedoman Untuk Audit Lingkungan – Kriteria Persyaratan Untuk Menjadi Auditor Lingkungan )
Sejak tahun 1997 telah diterbitkan beberapa standar yaitu : ISO 14020 ( Pelabelan Lingkungan dan Deklarasi Tujuan dan Semua Prinsip – Prinsip Pelabelan LIngkungan ) - ISO 14021 ( Pelabelan Lingkungan dan Deklarasi - Pernyataan Diri – Klaim Lingkungan – Istilah dan Definisi ) - ISO 14022 ( Pelabelan Lingkungan dan Deklarasi Simbol – Simbol ) - ISO 14023 ( Pelabelan Lingkungan dan Deklarasi Metodelogi Pengujian dan Verifikasi ) - ISO 14024 ( Pelabelan Lingkungan – Program Bagi Pelaksana – Prinsip Pemandu, Prosedur Praktek dan Sertifikasi dan Program Kriteria Ganda ) - ISO 14025 ( Pelabelan Lingkungan dan Deklarasi – Pelabelan Lingkungan ) - ISO 14031 ( Evaluasi Kinerja Lingkungan ) - ISO 14040 ( Assesment Daur Hidup – Prinsip dan Kerangka ) - ISO 14041 ( Assesment Daur Hidup – Sasaran dan Definisi Istilah Lingkup dan Analisis Inventarisasi ) - ISO 14042 ( Assesment Daur Hidup – Assesment Dampak ) - ISO 14043 ( Assesment Daur Hidup – Assesment Penyempurnaan ) - ISO 14050 ( Istilah dan Definisi ) - ISO 14060 ( ISO – IEC Guide 64 ) Panduan Untuk Aspek Lingkungan Dalam Standard Produk. Standar ISO seri 14000 terbagi dalam dua bidang yang terpisah yaitu evaluasi organisasi dan evaluasi produk. Evaluasi organisasi terdri dari tiga sub – sistem yaitu sub - sistem manajemen lingkungan, audit lingkungan dan evaluasi kinerja lingkungan. Evaluasi produk terdiri dari sub – sistem aspek lingkungan pada standard produk, label lingkungan dan assesment daur hidup. Skema di bawah ini dapat memperjelas uraian diatas. Ada perusahaan yang telah mengerti manfaat penerapan ISO 14000, melaksanakannya dengan tujuan untuk efisiensi dan keuntungan-keuntungan lainnya tanpa meneruskan langkah berikutnya yaitu memperoleh sertifikat. Perusahaan yang berorientasi eksport melaksanakannya dengan tujuan akhir memperoleh sertifikat dari Lembaga Sertifikasi yang bereputasi tinggi dan kredibel. Setiap perusahaan bebas memilih jenis varian ISO 14000 yang akan diterapkannya, tetapi disarankan agar lebih dahulu memprioritaskan penerapan ISO 14001 (Sistem Manajemen Lingkungan). Dengan menerapkan ISO 14001 akan memudahkan perusahaan untuk menerapkan varian lainnya. Perusahaan yang berorientasi eksport dan terkendala dengan ketentuan persyaratan ekolabel, sebaiknya tidak langsung menerapkan varian-varian ISO 14020, tetapi menerapkan lebih dahulu ISO 14040 (Life Cycle Assessment). Dengan menerapkan ISO 14040, jalan menuju penerapan ISO 14020 untuk memperoleh sertifikat ekolabel terbuka lebar. -
Manfaat Penerapan Standar ISO seri 14000 Manfaat penerapan standar ISO seri 14000 banyak sekali manfaat yang diperoleh dari penerapan standar ISO seri 14000, antara lain : 1. Manfaat bagi perusahaan : a. Dapat menekan biaya produksi dan meningkatkan laba. b. Memperoleh citra baik perusahaan dan meningkatkan hubungan baik antara perusahaan dengan pemerintah dan masyarakat.
© 2003 Digitized by USU digital library
8
c. Meningkatkan kepercayaan dan kepuasan konsumen / pelanggan. d. Mengurangi kecelakaan kerja dan kecelakaan yang dapat berakibat atas tanggung jawab lingkungan. e. Memiliki peluang besar untuk memenangkan kompetisi dalam perdagangan global. f. Memiliki sistem operasi manajemen yang terkendali ; tertib dan terdokumentasi. g. Memiliki keleluasaan mendapatkan akses kepada sumber pembiayaan dalam rangka ekspansi perusahaan dan / atau pengembangan produk. h. Memperkecil resiko tuntutan hukum dari pemerintah dan masyarakat. 2. Manfaat bagi masyarakat : a. Meningkatnya kepedulian perusahaan terhadap tanggung jawab sosialnya. b. Memperkecil peluang tercemarnya lingkungan hidup. 3. Manfaaat bagi konsumen / pelanggan : a. Adanya kepastian bahwa proses produksi suatu barang tidak mencemari dan / atau merusak lingkungan. b. Adanya kepastian bahwa produk yang dibeli cukup aman digunakan dan tidak menimbulkan masalah pencemaran lingkungan jika sudah habis masa pakainya. 4. Manfaat bagi pemerintah : a. Mengurangi biaya pemeliharaan dan perlindungan lingkungan. b. Meringankan tugas pemerintah dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.
STANDAR ISO / IEC 17025 : 2000 General Requirements for the Compentence of Testing Calibration Laboratories . Penerapan sistem standardisasi akan berjalan efektif dan efisien jika didukung oleh prasarana dan sarana teknis yang memadai, berupa Lembaga Sertifikasi, Lembaga Inspeksi, Laboratorium Penguji, Laborotorium Kalibrasi yang semuanya harus profesional, kredibel dan kompeten di bidangnya. Khusus untuk mengetahui kompetensi suatu laboratorium / kalibrasi digunakan standar yang dengan kode ISO / IEC Guide 25 “ General Requreitments for the Competence of Testing and Calibration Laborataries”. Dalam perkembangannya, ISO / IEC Guide 25 telah disempurnakan menjadi ISO / IEC 17025 : 2000 yang telah diberlakukan mulai 1 Januari 2000 dan diadopsi oleh BSN ( Badan Standardisasi Nasional ) menjadi SNI 19 – 17025 : 2000. ISO / IEC 17025 : 2000 adalah standar sistem mutu yang berisi persyaratan manajemen dan persyaratan teknis yang harus dipenuhi oleh laboratorium pengujian dan laboratorium kalibrasi yang ingin menetapkan sistem mutu yang mempunyai kompentensi secara teknis serta dapat menghasilkan data pengujian dan / atau kalibrasi yang valid. Standar Internasional tersebut digunakan oleh laboratorium yang mengembangkan sistem mutu administrasi dan tehnis untuk mendukung kegiatan operasional laboratorium. Selain itu pelanggan laboratorium dapat juga menggunakannya untuk kesesuaian atau pengakuan kompentensi suatu laboratorium. Laboratorium pengujian dan laboratorium kalibrasi yang telah memenuhi ISO / IEC 17025 : 2000 juga memenuhi kesesuaian ISO 9001, jika laboratorium terlibat dalam desain pengembangan metode baru, atau mengembangkan program pengujian dan / atau kalibrasi antara metode standar dan metode non standar. Jika laboratorium hanya menggunakan metode standar, selain
© 2003 Digitized by USU digital library
9
memenuhi ISO / IEC 17025 : 2000, laboratorium juga memenuhi kesesuaian ISO 9002. Dibandingkan dengan ISO / IEC Guide 25 : 1990, ISO / IEC / 17025 : 2000 lebih teratur sehingga lebih memudahkan penerapannya. Persyaratan untuk tiap unsur dalam ISO / IEC / 17025 2000 lebih jelas dan lugas serta dilengkapi dengan catatan sebagai penjelasan klarifikasi contoh dan petunjuk, walaupun catatan – catatan tersebut bukan merupakan bahagian intergal dari standar internasional tersebut. STANDAR OHSAS 18001 Masyarakat internasional sedang menantikan kelahiran sebuah standar ISO seri baru yang diperkirakan akan diberi kode Standar ISO seri 18001 dan yang pertama dipublikasikan adalah ISO 18001. Cikal bakal standar ISO seri 18000 adalah dokumen yang dikeluarkan oleh British Standards Institute ( BSI ) dengan judul Occupational Health and Safety Management Systems – Specipication ( OHSAS ) 18001:1999. Dokumen OHSAS 18002 berisi panduan-panduan penerapan standar OHSAS 18001. Sebelum dikeluarkannya dokumen OHSAS 18001 telah banyak perusahaan yang mengembangkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( SMK3 ). Kenyataan ini dilandasi oleh pemikiran bahwa karyawan bukan lagi dianggap sekadar alat produksi setingkat dengan sumberdaya alam dan modal. Karyawan adalah produsen sekaligus konsumen dipandang dari segi ekonomi dan dipandang dari segi sosial, karyawan adalah manusia dan sekaligus juga makhluk sosial. Dari segi lingkungan karyawan adalah bagian dari ekosistem alam yang dipengaruhi dan mempengaruhi lingkungan hidup. Posisi dan kedudukan sumberdaya alam, modal, teknologi perlu dilihat dari sudut penglihatan peranan dan pengaruhnya pada pembangunan sosial ekonomi dan lingkungan sekaligus. Konsep pembangunan berkelanjutan menjadi landasan paradigma manajemen K3. dalam pandangan ini karyawan harus diperlakukan sebagai manusia dan makhluk sosial dalam pola pembangunan berkelanjutan dengan muatan sosial, ekonomi dan lingkungan. Dengan sudut pandangan ini, SMK3 dikembangkan sebagai bagian integral dari pola manajemen yang sustainabel dan bukan sekadar ‘program tempelan’ yang tidak diberi peran penting dalam sistem manajemen perusahaan. Komponen-Komponen Standar OHSAS 18001 Standar OHSAS 18000 dikembangkan dengan model yang hampir sama dengan ISO 9000 dan ISO 14000. Banyak terdapat kesesuaian di antara ke-tiga standardisasi tersebut. Komponen-komponen utama standar OHSAS 18001 adalah: 1. Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2. Perencanaan 3. Operasi dan Implementasi 4. Pemeriksaan dan Tindakan Koreksi 5. Pengkajian Manajemen Seluruh komponen dilaksanakan dengan konsisten, terus-menerus, dalam siklus yang terarah pada penyempurnaan yang berkesinambungan. Sistem manajemen K3 diarahkan untuk mengendalikan kecelakaan kerja dan ini jelas melengkapi konsep dalam standar manajemen moderen sehingga dapat memenuhi obsesi Zero delay, Zero defect, Zero emmission dan Zero accident Perkembangan Mutakhir. Seperti pada bidang-bidang ilmu pengetahuan lainnya, sistem standarisasi internasional juga mengalami perkembangan yang sangat pesat. Apabila diamati
© 2003 Digitized by USU digital library
10
secara cermat, ada dua kecenderungan yang terjadi dalam perkembangan bidang ini yaitu: 1. Divergent. Sistem standarisasi internasional semakin terspesialisasi dan setiap spesialisasi berkembang semakin rinci, detail dan mendalam. Kenyataan ini membuat orang tidak mungkin dapat menguasai seluruh bidang. Pada awal kelahirannya tahun 1996,ISO, 14001 terdiri dari lima dokumen ( ISO 14001,14004,14010,14011,14012 ). Enam tahun kemudian ( 2002 ), ISO 14000 telah berkembang menjadi 66 dokumen dan tiap dokumen mengandung puluhan klausul. Perkembangan yang pesat ini menimbulkan implikasi pada penerapannya yang semakin luas. Pada awal perkembangannya ISO 9000 dan ISO 14000 hanya diterapkan pada perusahaan - perusahaan yang bergerak dibidang indusri manufaktur. Sekarang penerapan kedua standardisasi itu telah merambah berbagai bidang jasa, anatara lain perusahaan – perusahaan yang bergerak di bidang perhotelan, supermaket, kontruksi , supplier, asuransi, bank, rumah sakit, stasiun pengisian bahan bakar umum ( SPBU ) dan bahkan telah memasuki bidang profesi perorangan dan/atau kelompok seperti dokter, pengacara dan akuntan. 2. Convergent. Dalam perkembangan ilmu-ilmu pengetahuan alam seperti fisika, selain terjadi penajaman spesialisasi, juga ada kecenderungan untuk mengintegarasikan berbagai teori besar ke dalam suatu teori besar yang terintegrasi. Sekarang sedang dikembangkan teori yang dapat menggabungkan 4 ( empat ) gaya utama yang bekerja dialam semesta ( gravitasi, elektro, magnetic, tenaga nuklir kuat dan dan tenaga nuklir lemah yang disebut Grand Unifed Theory ( GUT ) atau Theory of Everything ( TOE ). Dalam bidang standardisasi internasional juga terjadi fenomena yang sama. Ada upaya untuk menggabungkan standar ISO seri 9000 varian 9001dengan ISO 14000 varian 14001. Upaya ini melahirkan standar ISO seri 9000 versi 2000. Gagasan melahirkan ISO 9000 versi 2000 dilandasi kenyataan bahwa ada keselarasan di antara kmponen – komponen dan prosedur penerapan kedua standar tersebut. Kesuksesan upaya melahirkan ISO 9000 versi 2000 mendorong lahirnya gagasan menggabungkan standar ISO 14001 dengan standar OHSAS 18001. Upaya mengintegrasikan kedua standar ini telah melahirkan konsep baru sebagai perekat keduanya. Konsep tersebut dikenal dengan nama Green Company. Makna Green Company adalah sebuah perusahaan yang memiliki manajemen yang secara sadar meletakkan pertimbangan perlindungan dan pembangunan lingkungan, keselamatan dan kesehatan “ stakeholder “ dalam setiap pengambilan keputusan bisnisnya sebagai wujud nyata tanggung jawab dan upaya memberikan kontribusii positif kepada masyarakat dan pembangunan berkelanjutan. Konsep Green Company memiliki 4 (empat) komponen utama yang menjadii kegiatan tidak terpisahkan dalam pembuatan keputusan maupun program dasar perusahaan dan secara simultan terimplementasi dengan baik. Komponen-komponen tersebut adalah Green strategy, Green proces, Green product, Green employee. Resultante 4 (empat) komponen utama tersebut pada akhirnya akan menghasilkan kinerja “ Enveronment, Health and Safety” yang memadai dan sesuai dengan
© 2003 Digitized by USU digital library
11
norma-norma yang berlaku dalam dunia bisnis, kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Upaya penggabungan kedua standar ini juga dilandasi kenyataan bahwa ada kesesuaian dalam komponen dan prosedur penerapannya. PERANAN BPKS DALAM PENERAPAN STANDARDISASI INTERNASIONAL DI KAWASAN SABANG Arus perubahan yang terjadi di era globalisasi terus menggelinding seperti bola salju dengan percepatan dan bobot yang semakin besar, dan tidak mungkin dapat dibendung. Upaya membendung arus perubahan itu akan sia-sia. Perubahan itu harus disikapi secara arif dengan pemikiran kreatif dan tindakan cerdas. Pemikiran dan tindakan yang bersifat reaktif akan lebih banyak merugikan dan semakin membuat kita tersisih dari kompetisi di dunia global. Persaingan hanya dapat dimenangkan dengan mengembangkan pola berfikir lateral, kreatif, sikap proaktif dan antisipatif. Dengan lahirnya Undang-undang Republik Indonesia No 37 tahun 2000 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Penganti Undang-undang Nomor 2 Tahun 2000 tentang Kawasan Perdagagan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang menjadi Undang-Undang, pelabuhan Sabang dikembangkan menjadi pelabuhan bebas yang berskala internasional. Undang-undang tersebut juga mengamanatkan pembentukan Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang ( BPKS ) sebagai lembaga yang akan mengelola Kawasan Sabang. Dengan terbitnya keputusan Gubernur Daerah Istimewa Aceh Selaku Ketua Dewan Kawasan Sabang Nomor : 193/034 tentang Pembentukan Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Sabang, maka BPKS resmi berdiri pada tanggal 17 Desember 2000 dan pada tanggal 17 Februari 2001 dilaksanakan pelantikan para pimpinannya. BPKS adalah sebuah institusi non departemen dan bersifat lintas sektoral. Banyak harapan yang digantungkan pada lembaga ini untuk mewujudkan gagasan pembangunan dan pengelolaan Kawasan Sabang. Sabang dapat diharapkan menjadi pelabuhan internasional yang berperan sebagai lokomotif penggerak perekonomian Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam khususnya dan Kawasan Barat Indonesia umumnya. Sebagai pendatang baru di percaturan perdagangan global, BPKS harus mengetahui, memahami dan menguasai semua aturan/norma yang berlaku secara internasional, diantara norma-norma tersebut adalah sistem standardisasi internasional yang telah dipaparkan di atas. BPKS mulai sekarang harus mempelajari dan mencermati setiap perkembangan baru dalam sistem standardisasi internasional serta menerapkannya. Jika hal ini tidak disiapkan sejak dini, akan menimbulkan masalah di kemudian hari. Sistem standardisasi intrnasional telah menunjukkan kekuatan pengaruh yang dapat menentukan kelangsungan hidup suatu perusahaan. Pada akhir dasawarsa 80 (delapan puluh-an komoditi eksport udang beku dari Indonesia pernah terpukul akibat klaim pelanggan yang berkenaan dengan kualitas yang tidak memenuhi standar. Pada tahun 2000 industri CPO Indonesia terpukul berat akibat klaim yang sama. Pada tahun 1998 sebuah industri besar di Jawa yang memproduksi mebel menerima pembatalan kontrak secara sepihak dari pelanggan yang bernilai jutaan $ dollar karena diketahui memberikan informasi palsu mengenai asal usul bahan baku yang digunakannya. Informasi itu didapat melalui investigasi detektif swasta yang disewa oleh pelanggan di Eropa. Sebuah perusahaan di Sumtera Utara pada tahun 1999 terpaksa berhenti beroperasi akibat aksi boikot
© 2003 Digitized by USU digital library
12
yang dilakukan para pelanggan di Eropa. Boikot itu dilakukan karena ada pengaduan dari karyawan bahwa perusahaan itu tidak membayar penuh Tunjangan Hari Raya (THR ) yang menajdi hak karyawan. Kejadian itu memberikan pelajaran berharga kepada kita bahwa standardisasi internasional adalah sesuatu yang tidak dapat diabaikan jika ingin berkiprah dalam kancah perdaganagan global. Upaya penerapan standardisasi internasional bukan pekerjaan mudah yang dapat dilakukan satu atau dua orang dalam waktu singkat. Sebagai contoh, proses penerapan standar ISO seri 14001 pada sebuah perusahaan dimulai sejak merumuskan komitmen dan kebijakan – merancang dan membangun sistem – operasionalisasi – verifikasi - sertifikasi membutuhkan waktu antara 18 sampai 24 bulan. Pekerjaan itu tidak dapat dilaksanakan sambil lalu secara amatir tetapi harus dengan keseriusan, ketekunan, ketelitian secara profesional. BPKS sebagai Pengelola Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang dapat berperan sebagai fasilitator dan konsultan bagi perusahaan yang beroperasi di kawasannya yang berniat menerapkan standardisasi internasional. Sebagai fasilitator, BPKS dapat memberikan informasi tentang apa saja yang harus dilakukan, memberikan copy dokumen yang dibutuhkan, merekomendasikan konsultan yang dapat membantu upayanya dan memberikan alternatif pilihan lembaga sertifikasi yang diinginkan. Selain menjadi fasilitator, BPKS dapat pula berperan lebih besar dengan bertindak sebagai konsultan. Sebagai konsultan BPKS akan merancang dan membangun sistem untuk penerapan standar yang diinginkan. Peran sebagai konsultan jelas lebih membutuhkan tenaga, pikiran dan waktu dibandingkan dengan fasilitator. Setelah kondisi perusahaan dinilai cukup siap untuk menjalankan sistem, BPKS akan menghubungi lembaga sertifikasi agar dapat dilakuan proses verifikasi dan jika dinilai layak, akan dikeluarkan sertifikat. Dalam melaksanakan tugasnya, sebagai fasilitator atau konsultan, BPKS berhak menerima pembayaran atas jasanya sesuai dengan kontrak kerja. Beberapa lembaga sertifikasi yang punya reputasi dan kredibilitas tinggi umumnya berasal dari mancanegara. Sebagai contoh, TUV International bermarkas di Jerman berpengalaman 200 tahun, SGS berpusat di Swiss, berpengalaman 150 tahun. Lembaga sertifikasi lainnya yang berusia lebih muda tetapi punya reputasi baik adalah KEMA, berpusat di Netherland, EARA berpusat di Inggris. Lembaga sertifikasi yang berasal dari Indonesia adalah PT. SUCOFINDO. Sertifikat tidak berlaku untuk selamanya. Masa berlaku sertifikat berbeda diantara berbagai jenis standardisasi. Sebagai contoh, standar ISO seri 14001 mempunyai masa berlaku sertifikat selama 3 (tiga) tahun. Perusahaan yang telah bersertifikat, akan melampirkan copy sertifikatnya di dalam setiap dokumen export. BPKS perlu memiliki berbagai kelengkapan sebagai prasyarat agar dapat menjalankan peranannya dengan baik apakah sebagai fasilitator atau konsultan. Berbagai kelengkapan yang diperlukan adalah : 1. Kelembagaan. Didalam organisasi BPKS harus ada bagian yang menangani soal standardisasi internasional. Saat ini BPKS belum memiliki bagian tersebut oleh karena itu diusulkan kepada Dewan Kawasan Sabang agar dapat merevisi Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Istimewa Aceh selaku Ketua Dewan Kawsan Sabang Nomor : 193/034. Organisasi BPKS harus diperluas dengan membentuk formasi jabatan Deputi yang diusulkan namanya Deputi Sistem Standardisasi Internasional dan Instrumentasi. Deputi ini membawahi 4 (empat) bidang yaitu Bidang Standard ISO 9000, Bidang Standard ISO 14000, Bidang Standard ISO 18000, Bidang Instrumentasi. Gagasan pembentukan formasi jabatan pada level Deputi didasarkan pada pertimbangan bahwa bidang standardisasi internasional terlalu luas dan rumit untuk ditangani oleh formasi jabatan pada level Kepala Bidang.
© 2003 Digitized by USU digital library
13
2. Personil. Sebagai konsekuensi pembentukan formasi jabatan baru adalah kebutuhan personil untuk mengisi formasi jabatan tersebut. Personil yang direkrut harus memiliki kualifikasi yang dibutuhkan dan memiliki ketekunan, ketelitian serta berkarakter profesional. Jika kualifikasi tersebut tidak dapat dipenuhi oleh personil yang ada di BPKS , harus direkrut dari tempat lain. Personil yang telah dipilih harus segera menjalani program pendidikan dan pelatihan di berbagi lembaga yang meyelenggarakan kursus/ training sistem standadisasi internasional 3. Peralatan. Secara bertahap BPKS harus menyediakan berbagai peralatan instrumentasi untuk aktivitas pengujian. 4. Kepustakaan. Sebuah lembaga seperti BPKS sudah selayaknya memiliki kepustakaan yang relatif lengkap terutama yang menyangkut bidang yang ditekuninya. Khusus mengenai bidang standardisasi internasional, BPKS dapat meyediakan kepustakaan dengan menghubungi berbagai lembaga baik di Inonesia maupun di luar negeri seperti DSN (Dewan Standardisasi Nasional), PT Sucofindo, PT. Surveyor Indonesia, Inetrnasional Organization Standardization (IOS), Geneva Switzerland. Setelah organisasi BPKS Sabang diperluas masih diperlukan waktu 2 sampai 3 tahun untuk memapankannya sehingga dapat menjalankan peranannya dengan baik Sebagian besar dari waktu tersebut digunakan untuk kegiatan penataan sistim informasi penyusunan kerangka kerja, mekanisme kerja dan melatih personil. Penutup. Jika gagasan penerapan sistem standardisasi internasional dan perluasan organisasi BPKS dapat terlaksana dalam waktu dekat, maka Sabang adalah daerah perdagangan bebas dan pelabuhan bebas pertama di Indonesia yang menerapkannya. Sabang selangkah berada di depan Sorong (Papua) dan Batam (keduanya kandidat Free Port) serta Bitung dan Biak yang berstatus sama dengan Sabang. BPKS harus melaksanakan motto “ Sebelum orang lain memikirkannya, kami sudah melakukannya”. Saat ini Batam boleh unggul dalam bidang infrastruktur, tetapi Sabang harus lebih unggul dalam konsep pemikiran dan lebih progresif dalam melakukan pembaharuan. Diharapkan jajaran Pimpinan BPKS dan Dewan Kawsan Sabang dapat merespon gagasan ini.
DAFTAR PUSTAKA Anon. Rencan Pelaksanaan Produksi Bersih. BAPEDAL (Badan Pengendalian Dampak Lingkungan), Jakarta, 1996. Anon. NOSA 5 Star System Management Handbook. National Occupational Safety Association. Pretoria, South Africa, 1998. Anon. Occupational health and safety management system – specification OHSAS 18001 : 1999, BSI (British Standart Institute), London, 1999. Anon. International Standards for Organization / International Electro Technical Commission ( ISO / IEC) 17025 : 2000. General Requirement for the Competence of Calibration and Testing Laboratories. International Organization for Standardization, Geneva, 2000.
© 2003 Digitized by USU digital library
14
Anon. International Organization for Standardization ISO 9001. Quality Management and Quality Assurance Standart, Third Edition. International Organization for Standardization, Geneva, 2000. Ayres, RU Achieving Eco – Efficiency in Business. World Business. World Business Council for Sustainable Development, Geneva, 1995. Chatab, Nevizond. Panduan Penerapan dan Sertifikasi Sisyim Manajemen Mutu ISO 9000. PT. Elex Media Komputindo, JAkarta, 1996. Dieterle, Paul. “Produksi Bersih dan Manajemen Lingkungan Kebutuhan dan Tantangan”. Info Produksi Bersih No.1, Desember 1995. Gradel, TE, BR Allenby. Industrial Ecology. Prentice Hall, Engelwood Cliffs, New York, 1995. Hadiwiardjo, BH. ISO 14001 – Panduan Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan. Gramedia Pustaka Umum, Jakarta, 1997. Hadi, Anwar. Sistem Manajemen Mutu Laboratorium. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2000. Jackson, T. Clean Production Strategies Developing Environmental Management in Industrial Economy. Lewis Publisher, 1993. Kuhre, W. Hee. ISO 140001 Sertification : Environmental Management System. Prentice Hall PTR, New York, 1995. Lamprecht, L James. Implementing ISO 9000 Series. Marcel Dekker Inc. 1993. Rothery, Brian. Analisis ISO 9000 (terj.). PT. Pustaka Binaan Pressindo, Jakarta, 1994. _________ . Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14000 (terj.). PT. Pustaka Binaan Pressindo, Jakarta, 1996. _________ . ISO 9000 & ISO 14000 Untuk Industri Jasa (terj.). PT. Pustaka Binaan Pressindo, Jakarta, 1996. Sarwono Edhie, et. al. Green Company. Pedoman Pengelolaan Lingkungan & Kesehatan Kerja (LK3). PT. Astra Internasional Tbk, Jakarta, 2002. Yuliar, Sonny, et. al. Paradigma Produksi Bersih, Mendamaikan Pembangunan Ekonomi dan Pelestarian Lingkungan. Penerbit Nuansa, Bandung, 1999.
© 2003 Digitized by USU digital library
15