SISTEM PERANGKAT AJAR CERDAS BAHASA JEPANG HIRAGANA TINGKAT DASAR MENGGUNAKAN METODE DETEKSI URUTAN William Pean 1301029440 Ricko 1301029516 Yolanda Yamanto 1301051043 Sudarno Wiharjo Universitas Bina Nusantara Jl. K. H. Syahdan no.9 - Kemanggisan/Palmerah - Jakarta Barat - 11480
[email protected];
[email protected];
[email protected]
ABSTRAK
Bahasa Jepang merupakan salah satu bahasa yang paling diminati. Banyak orang ingin mempelajari bahasa Jepang. Tujuan dari pembuatan aplikasi perangkat ajar cerdas bahasa Jepang Hiragana tingkat dasar ini adalah agar seseorang yang ingin belajar bahasa Jepang dapat dengan mudah mempelajarinya. Metode yang digunakan berupa metode pendeteksi urutan dan decision tree. Analisis yang dihasilkan adalah dalam mempelajari suatu bahasa yang baru terkadang akan terasa sulit dan membosankan apabila hanya dibantu dengan buku. Dengan bantuan suatu aplikasi, materi yang harus dipelajari akan ditampilkan dengan menarik. Fitur yang terdapat dalam aplikasi juga atraktif. Hasil yang dicapai dari aplikasi ini adalah adanya fitur membaca dan menulis. Selain itu, dalam aplikasi ini terdapat tes untuk menguji kemampuan user. Disimpulkan bahwa sebuah aplikasi perangkat ajar lebih banyak diminati oleh orang – orang ketimbang buku yang terkadang membosankan dan bimbingan belajar (les) yang mahal. Kata kunci : bahasa jepang hiragana, perangkat ajar cerdas, tingkat dasar.
Pendahuluan Dewasa ini Jepang merupakan salah satu negara terbesar dalam bidang kemampuan dan perekonomian. Sangat disayangkan selama ini yang menjadi fasilitas utama dalam mempelajari bahasa Jepang adalah buku. Padahal dengan perkembangan teknologi yang sudah semakin maju ada banyak sekali fasilitas yang dapat digunakan. Untuk itu penulis mencoba untuk membantu menggali lebih dalam potensi dari orang-orang yang memiliki minat untuk mempelajari dasar-dasar bahasa Jepang melalui sebuah aplikasi interaktif agar menjadi lebih cepat dan mudah dipahami serta menyenangkan. Aplikasi perangkat ajar yang sudah ada sebelumnya adalah Japanese – Hiragana (Hioki 2012) dan Writing order Free Hiragana (Mizutani 2013). Aplikasi Japanese – Hiragana mengenali urutan penulisan dengan
cara memintauser untuk menghubungkan sensor berupa bulatan merah, ke sensor bulatan merah yang berada di ujung garis. Aplikasi ini dapat mengenali urutan penulisan dari karakter huruf hiragana namun hal ini memiliki kesan bahwa user hanya dapat melakukan apa yang diperintahkan aplikasi. Selain itu, selama garis ditarik dari ujung sensor yang satu mengenai sensor yang berada diujungnya, maka coretan tersebut sudah dianggap benar. Akibatnya, meski dapat mengenali urutan penulisan, aplikasi ini masih belum mengenali jika coretan garis yang dibuat masih belum sesuai. Aplikasi Writing order Free Hiragana sudah mampu mengenali urutan penulisan karakter huruf Hiragana dengan cara meletakan sensor di sepanjang karakter huruf Hiragana. Hasilnya aplikasi mampu mengenali urutan penulisan dan cara pembuatan coretan sebuah garis dengan benar. Kekurangan dari aplikasi ini adalah selama coretan yang dibuat telah sesuai dengn urutan dan coretannya sudah menyentuh semua sensor maka dikatakan benar akan tetapi apabila coretan yang dibuat telah benar namun melebihi dari seharusnta masih dikatakan benar padahal seharusnya hal tersebut salah. Aplikasi penulis lebih unggul dari pada kedua aplikasi lainnya. Aplikasi penulis pada bagian penulisan huruf sudah lebih baik dimana user memang harus menulis dengan benar agar hasil yang didapatkan adalah benar dan tidak bisa menulis secara berlebih karena aplikasi akan menganggap hasil tersebut adalah salah. Sensor yang diterapkan pada aplikasi penulis sudah lebih baik dan lebih unggul ketimbang kedua aplikasi lainnya.
Metode Penelitian Dalam penyusunan skripsi dan pembuatan perangkat ajar cerdas ini, penulis memulai dengan mengumpulkan data dengan menyebarkan kuisioner. Pembuatan perangkat ajar akan didasari oleh hasil kuisioner tersebut, misalnya tentang fitur-fitur yang diinginkan oleh responden, tingkat kesulitan soal untuk pengujian pemahaman user terhadap program. Menurut survey, banyak orang yang ingin mempelajari bahasa Jepang karena ingin menambah pengetahuan oleh karena itu aplikasi yang dibuat akan berguna dalam membantu mereka mempelajari bahasa Jepang tingkat dasar.Walaupun cukup sedikit yang tertarik mempelajari bahasa Jepang, nsmun banyak responden yang tertarik mencoba aplikasi pembelajaran bahasa Jepang, hal ini berarti aplikasi memang banyak diminati oleh kalangan umum. Materi pembelajaran aplikasi dibagi menjadi 3 tahapan, lesson 1, lesson 2, dan lesson 3. Pada setiap lesson juga terdapat kuis untuk menilai apakah user sudah menguasai materi atau belum. Menu terakhir yang ada yaitu menu final test yang berisi kumpulan soal– soal dari materi lesson 1 hingga materi lesson 3. Fitur – fitur yang terdapat pada aplikasi adalah fitur penulisan huruf Hiragana dan fitur soal – soal materi pembelajaran. Sejalan dengan hasil kuisioner tersebut, kami juga melakukan studi pustaka dengan beberapa referensi untuk membantu penulis dalam membuat sebuah perangkat ajar yang baik dan dapat membantu pembelajaran pengguna agar dapat memahami bahasa Jepang dengan baik. Terlebih lagi jika penulis dapat memenuhi keinginan para responden saat menjawab kuisioner, agar dapat memberikan sebuah perangkat ajar dengan fitur dan kemampuan yang baik sesuai dengan keinginan pengguna. Pustaka-pustaka yang digunakan antara lain adalah jurnal-jurnal internasional, yang membahas tentang perangkat ajar interaktif, bagaimana dampak dan manfaatnya terhadap pemahaman pengguna Jurnal lain juga penulis gunakan sebagai referensi dalam landasan teori yang dapat digunakan sebagai dasar pembuatan perangkat ajar cerdas ini. Penelitian yang selanjutnya penulis lakukan untuk meningkatkan mutu perangkat ajar cerdas yang dibuat adalah dengan melakukan observasi tentang perangkat ajar cerdas bahasa Jepang lainnya yang sudah pernah dibuat sebelumnya. Dari observasi terhadap pernangkat ajar lain ini, penulis berharap dapat mengambil halhal yang baik yang menjadikan perangkat ajar yang sudah ada ini menjadi sebuah sistem yang baik. Selain itu penulis juga mencari masalah yang masih terdapat pada perangkat ajar ini. Untuk diperbaiki pada sistem yang dibuat penulis. Selain penelitian-penelitian tersebut, penulis juga melakukan penelitian tentang cara pengambilan data dengan menggunakan sensor pendeteksi urutan dalam mengaplikasikan salah satu fitur utama dari perangkat ajar cerdas ini, dimana pengguna harus menulis huruf dengan arah dan urutan coretan yang tepat di setiap huruf hiragana nya.
Pada sensor pendeteksi urutan, penulis memberikan 49 titik yang terdiri dari 7 baris dan 7 kolom. Titik – titik tersebut yang berupa kotak – kotak merupakan sensor aktif ketika user membuat tulisan. Besar sensor sangat mempengaruhi karena apabila sensor yang ada terlalu kecil malah membuat user tidak mengenai sensor yang telah ditetapkan. Jarak antar sensor juga berpengaruh karena jarak yang renggang menyebabkan user tidak mengenai sensor yang telah ditetapkan sedangkan jarak yang rapat malah menyebabkan user mengenai sensor yang tidak ditetapkan.
Sensor disamping merupakan sensor 4 x 4 yang memiliki jarak antar sensor renggang. Jarak sensor yang renggang menyebabkan tingkat akurasi karakter yang rendah karena terkadang user tidak menyentuh sensor yang telah ditetapkan.
Sensor disamping merupakan sensor 4 x 4 yang memiliki jarak antar sensor rapat. Tingkat akurasi menjadi lebih baik dari jarak sensor yang renggang. Kekurangan dari model sensor ini adalah jumlah sensor yang sedikit. Hal inilah yang menyebabkan tingkat akurasi masih belum baik.
Penggunaan sensor 10x10 terlihat dapat mengatasi masalah di sensor 4x4, dimana sensor 10x10 ini akan memberikan tingkat sensitivitas yang dapt mengikuti bentuk huruf dengan lebih baik.
Sensor disamping merupakan sensor 10 x 10 dengan jarak antar sensor yang renggang. Jumlah sensor yang banyak menghasilkan tingkat akurasi yang lebih baik ketimbang sensor 4 x 4 akan tetapi jarak antar sensor yang renggang masih mengakibatkan kesalahan dimana user tidak mengenai sensor yang telah ditetapkan.
Sensor disamping merupakan sensor 10 x 10 dengan jarak antar sensor yang rapat. Tingkat akurasi model sensor ini sudah sangat baik akan tetapi jumlah sensor yang terlalu banyak terkadang mengakibatkan user malah mengenai sensor yang tidak ditetapkan.
Sensor 10x10 memiliki tingkat sensitivitas yang terlalu tinggi, sehingga ketika pengguna menulis dalam sensor, hampir tidak mungkin sensor mendeteksi huruf yang sama. Hal ini diatasi dengan penggunaann sensor 7x7 rapat, agar terjadi kombinasi yang baik antara sensitivitas dan konsistensi dari sensor urutan.
Sensor disamping merupakan sensor 7 x 7 dengan jarak antar sensor yang renggang. Model sensor ini sudah cukup baik tetapi renggangnya jarak sensor masih menyebabkan tingkat akurasi yang kurang baik dimana user terkadang tidak mengenai sensor yang telah ditetapkan.
Sensor disamping merupakan sensor 7 x 7 dengan jarak antar sensor yang rapat. Model sensor ini adalah yang terbaik. Jumlah sensor sudah mencukupi (tidak terlalu banyak) dan jarak yang rapat menyebabkan tingkat akurasi yang baik. Kesalahan dalam mengenai sensor yang tidak ditetapkan sudah sangat minimal. Oleh karena itu penulis menetapkan sensor ini menjadi sensor yang dipakai.
Hasil dan Bahasan Berikut merupakan penjelasan singkat dan contoh tampilan dari perangkat ajar cerdas bahasa jepang hiragana tingkat dasar:
MENU UTAMA:
Disini terdapat 3 pilihan, user dapat memulai pembelajaran, melihat halaman tentang pembuat, maupun keluar dari aplikasi
SUB MENU :
Disini pengguna memulai pembelajaran, baik tingkat 1, 2, dan 3 pengguna juga bisa langsung mengakses final test untuk mendapatkan gambaran pemahaman pengguna secara keseluruhan.
terdapat juga tombol back untuk kembali ke menu utama
Contoh tampilan layar penulisan, terdapat detail yang lebih baik, dengan penggambaran penanganan salah urutan dari pengguna, juga bagaimana sensor mendeteksi tulisan dari tiap goresan yang dilakukan oleh pengguna.
disini, pengguna diuji pemahamannya dan akan diberikan score akhir, agar pengguna bisa mengetahui seberapa tinggi kemampuan mereka dalam memahami bahasa Jepang Hiragana tingkat dasar ini.
Simpulan dan Saran Bahasa jepang memang tidak banyak dipelajari di Indonesia, akan tetapi bahasa jepang sudah menjadi salah satu bahasa yang paling diminati. Beberapa vendor sudah mencoba untuk membuat aplikasi yang membantu dalam proses pembelajaran penulisan bahasa Jepang. Beberapa contohnya adalah aplikasi “JapaneseHiragana” dan “Writting Order Free Hiragana” yang diciptakan oleh Kenji-Hioki dan Masahiro Mizutani. Namun aplikasi tersebut masih belum mampu dalam mengenali kesalah-kesalahan dalam penulisan huruf jika coretan garis yang dibuat tidak sesuai atau melebihi dari aturan yang seharusnya. Dengan menggunakan metode titik-titik yang sudah disebar di seluruh layar kerja, penulis menciptakan sebuah aplikasi yang mampu mengenali urutan penulisan karakter huruf hiragana dan menanggulangi kesalah-kesalahan seperti coretan garis yang berlebih atau tidak sesuai. Selain itu juga pada aplikasi yang penulis buat juga disertakan materi soal untuk membantu dalam proses mengingat bentuk tulisan karakter hiragana yang dapat menyesuaikan dengan tinggkat kecerdasan pengguna.
Riwayat Penulis Willian Pean, lahir di kota Tabanan pada 9 April 1991. Penulis menamatkan pendidikan di SMA Taman Rama - Mahatma Gandhi pada tahun 2009. Saat ini sebagai mahasiswa di Universitas Bina Nusantara Ricko, lahir di kota Jakarta pada 30 September 1991. Penulis menamatkan pendidikan di SMAK Santo Yoseph, Denpasar pada tahun 2009. Saat ini sebagai mahasiswa di Universitas Bina Nusantara. Yolanda Yamanto, lahir di kota Cirebon pada 10 Mei 1991. Penulis menamatkan pendidikan di SMA Santa Maria 1 pada tahun 2009. Saat ini sebagai mahasiswa di Universitas Bina Nusantara.