SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK MENENTUKAN KELAYAKAN POLISI DALAM MEMEGANG SENJATA API MENGGUNAKAN SCORING SISTEM
SKRIPSI
Disusun Oleh : EKO ADI PRAKOSO 1210023
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDONESIA TANJUNGPINANG TANJUNGPINANG 2015
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK MENENTUKAN KELAYAKAN POLISI DALAM MEMEGANG SENJATA API MENGGUNAKAN SCORING SYSTEM SKRIPSI diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan memperoleh gelar sarjana program studi Teknik Informatika Program Strata – 1 (S1)
Disusun oleh: EKO ADI PRAKOSO 1210023
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDONESIA TANJUNGPINANG TANJUNGPINANG 2015 i
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK MENENTUKAN KELAYAKAN POLISI DALAM MEMEGANG SENJATA API MENGGUNAKAN SCORING SYSTEM SKRIPSI diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan memperoleh gelar sarjana program studi Teknik Informatika Program Strata – 1 (S1)
Disusun oleh : EKO ADI PRAKOSO 1210023 Telah diperiksa dan disetujui sebagai Skripsi Tanggal : 16 0ktober 2015 Tim penguji 1. Ketua : Drs. H. Mohd. Saleh H. Umar, MM : ................................... 2. Penguji I : Moch. Rizki Romdoni.S.Kom., M.T : .................................... 3. Penguji II : Ade Winarni,M.T
: ....................................
Mengetahui: Pembimbing I
Pembimbing II
Wanhendra Manihuruk M.SI NIDN. 1004128201
Liza Safitri, ST NIDN. 1015058701
Ketua Program Studi Teknik Informatika
Ade Winarni, S.T.,MT NIDN. 1002048601
ii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertandatangan dibawah ini: Nama
: Eko Adi Prakoso
NIM
: 1210023
Judul Skripsi
: Sistem
Pendukung
Kelayakan
Polisi
keputusan Dalam
Untuk
Memegang
Menentukan Senjata
Api
Menggunakan Scoring System. Dosen Pembimbing I : Wanhendra Manihuruk, M.SI Dosen Pembimbing II : Liza Safitri, ST
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat dengan sejujurnya berdasarkan norma akademik dan bukan merupakan plagiat. Adapun kutipan dalam penulisan ini telah saya sertakan nama pembuatnya / penulisnya dan telah saya cantumkan ke dalam daftar pustaka.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, dan jika dikemudian hari ternyata saya melanggar pernyataan ini maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan hukum yang berlaku.
Tanjungpinang, 22 September 2015 Saya Yang Menyatakan,
EKO ADI PRAKOSO NIM. 1210023
iii
ABSTRAK
Saat ini kasus penyalahgunaan senjata api di kepolisian semakin marak. Mulai dari kasus penembakan terhadap sipil, penembakan sesama polisi sampai menembak diri sendiri. Penggunaan kekerasan dan senjata api merupakan kewenangan yang diberikan oleh undang-undang sebagai pilihan terakhir bagi aparat kepolisian dalam menjalankan tugasnya. Tes kelayakan memegang senjata api di kalangan kepolisian menjadi semakin penting setelah melihat serangkaian peristiwa yang terjadi pada kepolisian. Tes persyaratan untuk menentukan masih layak atau tidaknya seorang anggota polisi tersebut menggunakan senjata api harus tetap dilakukan secara periodik, sehingga tidak terjadi lagi penyalahgunaan senjata api. Analisa pehitungannya menggunakan metode Scoring System, dimana memiliki kemampuan menyajikan informasi dalam bentuk angka, sehingga komandan kepolisian dapat memberikan evaluasi terhadap kelayakan subyek tes dalam bentuk nilai. Sistem Pendukung Keputusan pada kepolisian berdasarkan suatu tes kelayakan untuk menentukan kelayakan seorang polisi dalam memegang senjata api sehingga dapat mengurangi penyalahgunaan senjata api. Penelitian ini membuat aplikasi yang dapat digunakan sebagai sistem pendukung keputusan bagi Komandan dalam menentukan kelayakan anggota polisi dalam memegang senjata api dengan Scoring System. Hasil pengujian menunjukkan bahwa sistem dapat mengetahui tingkat kelayakan seorang polisi berdasarkan hasil tes kelayakan dengan metode Scoring System. Sistem membantu Komandan dalam menentukan kelayakan anggota polisi memegang senjata api yang dilakukan secara periodik. Kata Kunci : Kelayakan, Senjata Api, Sistem Pendukung Keputusan, Scoring System
iv
ABSTRACT
Recently, the case abuse of a firearm on the force are mushrooming. Ranging from shooting case against civilian shooting fellow the cops get shoot yourself.The use of violence and gunfire is the authority given by statute as a last resort for the police in carrying out their duties. Worthiness tests holding a gun at the police even more important following the series of events that happened at police. A test to determine whether it is worth the policemen the use of firearms must still held periodically, so no longer seen the misuse of firearms.Use the method of analysis pehitungannya scoring system, which has the ability to provide the information in the form of a figure so commanding police to give evaluation of worthiness test subject in the form of a point. The support system to the police decision based on a feasibility tests to determine the feasibility of a policeman in the hold of a firearm so as to diminish abuse of a firearm. This research make application that can be used as the support system decision for a commander in determining the worthiness of the policemen in the hold of a firearm with scoring system. The results of testing shows that a system can determine the level of eligibility of a police based on the results of the feasibility of tests with the methods scoring system. Commander system help in determining the worthiness of the policemen holding a firearm that done periodically. Key words
: feasibility, firearms, decision support system, scoring system.
v
KATA PENGANTAR Puji syukur alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Kemudian salawat beriring salam marilah kita limpahkan kepada junjungan alam Nabi Besar Muhammad SAW yang sabdanya yang beliau ajarkan kepada kita ”Siapa yang menginginkan hidup bahagia didunia maka carilah ilmu dan siapa yang mengharapkan selamat akherat harus mempunyai ilmu, dan siapa yang mendambakan kebahagian dunia dan akherat juga dengan ilmu”. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyelesaian tugas ini dan secara khusus penulis sampaikan kepada: 1. Bapak H. M. Louis Frederick, SE. SH. MM., Selaku Ketua Sekolah Tinggi Teknologi Indonesia Tanjungpinang. 2. Bpk. Wanhendra Manihuruk, M.SI ( Pembimbing 1 ) dan Ibu Liza Safitri, ST ( Pembimbing 2 ) selaku dosen pembimbing atas semua saran, pengarahan dan bantuannya dari awal pelaksanaan hingga terselesaikannya skripsi ini. 3. Ade Winarni, MT selaku dosen yang telah memberikan arahan. 4. Rekan-rekan terhebat dan tersayang ( Helma Safitri, M. Sadli, Chindi Anggraini Melasari, Sukarman, Nur Dwi Satika, Rizki Sujannah, Umi Kanzani, Nungki Widodo ) yang telah banyak membantu baik berupa
vi
masukan-masukan pengetahuan maupun diskusi-diskusi yang telah mengarah pada proses penyusunan skripsi dan telah memberikan semangat pada saya dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Seluruh Dosen dan Staff BAAK STTI Tanjungpinang 6. Kedua Orang Tua tercinta, yaitu Ayahanda ( Sumarno ) dan Ibunda ( Neng Sri Dwinastiti ) yang telah memberikan do’a restunya dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini dan masih jauh dari kesempurnaan, baik dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman penulis, oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis mengharapkan sumbangan saran dan kritikan yang membangun dari semua pihak demi penyempurnaan penulisan ini. Akhirnya tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan ini, mudah-mudahan laporan ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.
Tanjungpinang, 22 September 2015
Penulis
vii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL............................................................................................ i HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. ii HALAMAN PENYATAAN BEBAS PLAGIARISME ....................................iii ABSTRAK ......................................................................................................... iv ABSTRACT ........................................................................................................ v KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi DAFTAR ISI ....................................................................................................viii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xii DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv DAFTAR SIMBOL........................................................................................... xv BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1 1.2 Identifikasi Masalah ......................................................................... 2 1.3 Rumusan Masalah ............................................................................. 2 1.4 Batasan Masalah................................................................................ 3 1.5 Tujuan Penelitian ............................................................................. 3 1.6 Metedologi Penelitian ....................................................................... 4 1.6.1 Metode Pengumpulan Data ..................................................... 4 1.6.2 Metode Pengembangan Perangkat Lunak ............................... 5 1.7 Waktu Pelaksanaan .......................................................................... 7 1.8 Sistematika Penulisan ....................................................................... 7
viii
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................ 9 2.1 Sistem ................................................................................................ 9 2.2 Definisi Informasi ............................................................................. 9 2.3 Definisi Sistem Informasi .............................................................. 10 2.3.1 Karakteristik Sistem Informasi ............................................ 10 2.3.2 Model Sistem Informasi ...................................................... 12 2.4 Pengertian Kelayakan ..................................................................... 13 2.4.1
Pengertian Polisi ................................................................. 13
2.4.2
Pengertian Senjata Api ........................................................ 14
2.5 Pengertian Sistem Pendukung Keputusan ....................................... 15 2.5.1 Karakteriatik & kemampuan SPK ....................................... 16 2.5.2 Tahap Pengambilan Keputusan ........................................... 18 2.5.3 Permodelan Sistem Pendukung Keputusan ......................... 20 2.5.4
Komponen – Komponen SPK ............................................. 21
2.6 Metode Scoring System ................................................................... 22 2.7 Contoh Kasus Menggunakan Metode Scoring System .................. 25 2.8 Perangkat Lunak yang Digunakan ................................................. 26 2.8.1 Borland Delphi ....................................................................... 26 2.8.2 Microsoft Office Assces .......................................................... 29 2.8.3 Windows 7 .............................................................................. 30 2.9 Sejarah Kepolisian Republik Indonesia ........................................... 31 2.10 Struktur Organisasi ........................................................................ 34
ix
BAB III ANALISA SISTEM ............................................................................ 37 3.1 Analisis Sistem ................................................................................ 37 3.2 Analisa Prosedur ............................................................................. 37 3.2.1 Prosedur Flow Map Berjalan Stock Senjata Api .................... 38 3.2.2 Prosedur Flow Map Berjalan Izin Memegang Api ................ 39 3.2.3 Prosedur Flow Map Berjalan Peminjaman Senjata Api ......... 41 3.2.4 Prosedur Flow Map Berjalan Pengembalian Senjata Api ...... 43 3.3 Analisa Dokumen ............................................................................ 45 3.3.1 Analisa Dokumen Input ......................................................... 45 3.3.2 Analisa Dokumen Output....................................................... 46 3.4 Sistem Pendukung Keputusan ......................................................... 47 3.4.1 Metode Scoring System .......................................................... 48 3.4.2 Analisis Kasus Menggunakan Scoring System ...................... 49 3.5 Analisa Kelemahan Sistem ............................................................. 53 3.6 Analisa Kebutuhan Sistem .............................................................. 54 3.6.1 Kebutuhan Perangkat Lunak .................................................. 54 3.6.2 Kebutuhan Perangkat Keras ................................................... 54 3.6.3 Kebutuhan Pengguna ............................................................. 55 BAB IV PERANCANGAN SISTEM ............................................................... 56 4.1 Perancangan Prosedur yang Diusulkan ........................................... 57 4.1.1 Prosedur Flowmap Usulan Stock SENPI ............................... 57 4.1.2 Prosedur Flowmap Usulan Surat Izin Memegang SENPI ..... 58 4.1.3 Prosedur Flowmap Usulan Peminjaman SENPI .................... 60
x
4.1.4 Prosedur Flowmap Usulan Pengembalian SENPI ................. 63 4.2 Diagram Konteks ............................................................................ 65 4.3 Rancangan Data Flow Diagram ..................................................... 65 4.4 Entity Relationship Diagram ( ERD ) ............................................ 67 4.5 Struktur Tabel ................................................................................ 68 4.6 Perancangan Struktur Program ....................................................... 71 4.7 Perancangan Struktur Menu ............................................................ 72 4.8 Perancangan Antar Muka ( Interface ) ........................................... 73 BAB V IMPLEMENTASI SISTEM ................................................................ 78 5.1 Definisi Implementasi Sistem ......................................................... 78 5.2 Tujuan Implementasi Sistem ........................................................... 78 5.3 Kebutuhan Implementasi Sistem..................................................... 79 5.3.1 Kebutuhan Perangkat Lunak ................................................... 79 5.3.2 Kebutuhan Perangkat Keras .................................................... 80 5.3.3 Pemakai (Brainware) .............................................................. 80 5.4 Pengujian Perangkat Lunak............................................................. 81 BAB VI PENUTUP .......................................................................................... 84 6.1 Kesimpulan ..................................................................................... 84 6.2 Saran ................................................................................................ 85 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xi
DAFTAR GAMBAR Halaman
Gambar 1.1
Paradigma Waterfall ( Adi Nugroho, 2005 ).........................
5
Gambar 2.1
Model Sistem ........................................................................
12
Gambar 2.2
Tampilan Delphi...................................................................
27
Gambar 2.3
Menu Pemrograman Delphi .................................................
27
Gambar 2.4
Icon Toolbar ..........................................................................
27
Gambar 2.5
Component Palette Pemrograman Delphi ............................
28
Gambar 2.6
Form Designer Pemrograman Delphi ..................................
28
Gambar 2.7
Code editor Pemrograman Delphi .......................................
28
Gambar 2.8
Code explorer Pemrograman Delphi ...................................
28
Gambar 2.9
Object inspector Pemrograman Delphi ................................
29
Gambar 2.10
Object Tree View Pemrograman Delphi ...............................
29
Gambar 2.11
Form Microsoft Access .........................................................
30
Gambar 2.12
Tampilan Windows 7 .............................................................
31
Gambar 2.13
Struktur Organisasi POLRESTA Tanjungpinang .................
34
Gambar 3.1
Flow Map Berjalan Stock Senjata Api ..................................
38
Gambar 3.2
Flow Map Berjalan Izin Memegang Senpi ...........................
40
Gambar 3.3
Flow Map Berjalan Peminjaman Senjata Api .......................
42
Gambar 3.4
Flow Map Berjalan Pengembalian Senjata Api ....................
44
Gambar 4.1
Flow Map Usulan Stock Senjata Api ....................................
57
Gambar 4.2
Flow Map Usulan Surat Izin Memegang SENPI ..................
60
Gambar 4.3
Flow Map Usulan Peminjaman SENPI .................................
62
xii
Gambar 4.4
Flow Map Usulan Pengembalian SENPI ..............................
64
Gambar 4.5
Diagram Konteks ..................................................................
65
Gambar 4.6
Data Flow Diagram Level 0 .................................................
66
Gambar 4.7
Data Flow Diagram Level 1 Proses 5 ...................................
66
Gambar 4.8
Entity Relationship Diagram ( ERD ) ...................................
67
Gambar 4.9
Struktur Program ...................................................................
72
Gambar 4.10
Struktur Menu .......................................................................
73
Gambar 4.11
Struktur Menu .......................................................................
73
Gambar 4.12
Form Menu Utama ................................................................
74
Gambar 4.13
Form Input Data Stock ..........................................................
74
Gambar 4.14
Form Input Izin Memegang Senpi ........................................
75
Gambar 4.15
Form Input Peminjaman Senpi .............................................
76
Gambar 4.16
Form Input Pengembalian Senpi...........................................
77
xiii
DAFTAR TABEL Halaman
Tabel 1.1
Jadwal Skripsi .......................................................................
7
Tabel 3.1
Hasil Perhitungan Skala Kategorisasi per Kriteria ...............
53
Tabel 4.1
Tabel Struktur Input Stock ....................................................
68
Tabel 4.2
Tabel Struktur Input Izin .......................................................
69
Tabel 4.3
Tabel Struktur Input Peminjaman .........................................
70
Tabel 4.4
Tabel Struktur Input Pengembalian ......................................
71
Tabel 4.4
Tabel Pengujian .....................................................................
81
xiv
DAFTAR SIMBOL DATA FLOW DIAGRAM
Simbol
Fungsi
Keterangan
Eksternal entity
Komponen - komponen eksternal yang berinteraksi dengan system Mengubah sebuah masukan menjadi sebuah keluaran
Proses
Data Store
Tempat penyimpanan data
Alur data
Menunjukkan arus data yang mengalir
xv
DATA SIMBOL DIAGARAM HUBUNGAN ENTITAS
Simbol
Fungsi Entitas
Relationship
Link
xvi
Keterangan Komponen - komponen eksternal yang berinteraksi dengan system Menyatakan hubungan dari beberapa entitas
Menunjukkan garis hubungan antara entitas dengan relationship
DATA SIMBOL DIAGRAM ALIR DOKUMEN
Simbol
Fungsi
Keterangan
Dokumen
Menunjukkan dokumen input dan output baik untuk proses manual atau komputerisasi
Proses Manual
Menunjukkan proses kegiatan secara manual
Proses
Menunjukkan kegiatan dari opersasi program computer
Data Store
Pemerikasaan
Alur data
Arsip
Tempat penyimpanan data
Proses pemeriksaan yang dilakukan secara manual
Menunjukkan arus data yang mengalir
Arsip manual
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dewasa ini teknologi informasi berkembang sangat pesat, dimana penerapannya mengarah kepada kemajuan teknologi masa depan. Salah satunya adalah teknologi komputer, hal - hal yang biasanya dilakukan secara manual perlahan mulai diganti dengan proses komputerisasi. Dalam setiap instansi maupun perusahaan seringkali terjadi kesalahan pada pengambilan keputusan, oleh karena itu diperlukan teknologi komputer dalam pembuatan suatu sistem pendukung keputusan yang dapat bermanfaat dalam menunjang pengambilan keputusan bagi instansi maupun perusahaan. Kasus-kasus penyalahgunaan senjata api di kepolisian akhir-akhir ini semakin marak. Mulai dari kasus penembakan terhadap sipil, penembakan sesama polisi sampai menembak diri sendiri. Persoalan saling bunuh di kalangan polisi tidak bisa dilihat sebagai hal yang sederhana. Ada perkara yang amat penting dan mengerikan, yakni kesewenangan di tangan orang-orang yang oleh negara diberi keistimewaan untuk memegang senjata (Suara Merdeka, 2007). Penggunaan Kekerasan dan senjata api merupakan kewenangan yang diberikan oleh undangundang sebagai pilihan terakhir (last resort) bagi aparat kepolisian dalam menjalankan tugasnya. Penggunaan kekerasan yang berlebihan (excessive use of force) merupakan pelanggaran dan penyalahgunaan wewenang (abuse of power) (Tim Imparsial, 2005).
1
2
Tes kelayakan memegang senjata api di kalangan kepolisian menjadi semakin penting setelah melihat serangkaian peristiwa yang terjadi pada kepolisian. Pada Polresta Tanjungpinang tes kelayakan memegang senjata api di kalangan kepolisian masih dilakukan dengan cara manual yaitu dengan cara mewawancarai polisi melalui seorang psikiater. Cara tersebut dirasa belum tepat untuk menentukan layak atau tidaknya seorang aparat memegang senjata api, dikarenakan tingginya kasus penyalahgunaan senjata api dikalangan aparat. Untuk itulah diperlukan sebuah sistem pendukung keputusan yang dapat menjadi alat dalam proses pengambilan keputusan. Dengan adanya analisa pehitungan menggunakan metode Scoring System, dimana memiliki kemampuan menyajikan informasi dalam bentuk angka, dapat memberikan evaluasi terhadap kelayakan subyek tes dalam bentuk nilai. Diharapkan sistem pendukung keputusan pada kepolisian berdasarkan suatu tes kelayakan polisi dalam memegang senjata api dapat mengurangi penyalahgunaan senjata api. Dari uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK MENENTUKAN KELAYAKAN POLISI DALAM MEMEGANG SENJATA API MENGGUNAKAN SCORING SISTEM ”.
1.2
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas timbulah permasalahan sebagai berikut :
3
1. Belum adanya sebuah sistem pendukung keputusan yang dapat memaparkan hasil tes kelayakanan polisi dalam memegang senjata api berdasarkan metode Scoring System. 2. Diperlukannya sebuah sistem yang dapat membantu pengambilan keputusan dalam menentukan aparat kepolisian yang layak dalam memegang senjata api. 3. Pembuatan laporan dan pencarian data masih relatif lambat dalam pengolahan data masih berupa arsip.
1.3
Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dipaparkan sebelumnya maka dirumuskan permasalahan diantaranya : 1. Bagaimana penerapan metode Scoring System untuk menentukan kelayakan polisi dalam memegang senjata api ? 2. Bagaimana membuat suatu sistem pendukung keputusan yang dapat membantu pihak kepolisian dalam menentukan aparat kepolisian yang layak memegang senjata api ? 3. Bagaimana membuat laporan dan pencarian data yang dapat mempermudah pengguna dalam proses laporan bulanan, dan harian ?
1.4
Batasan Masalah
Dari uraian diatas, agar pembahasan tidak terlalu meluas maka dari itu penulis membatasi permasalahan pada 3 batasan masalah sebagai berikut :
4
1. Sistem ini diperuntukkan bagi aparat kepolisian yang akan memegang senjata api, Serta digunakan secara periodik bagi pihak kepolisian yang telah memegang senjata api. 2. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi kelayakan polisi dalam memegang senjata api dan proses jual beli tidak dibahas dalam penulisan ini. 3. Metode yang digunakan dalam sistem pendukung keputusan untuk menentukan kelayakan polisi dalam memegang senjata api ini adalah metode Scoring System.
1.5
Tujuan Penelitian
Tujuan utama dari pembuatan skripsi ini selain sebagai syarat untuk kelulusan program Strata-1 (S1), Tehnik Informatika. Skripsi ini juga mempunyai tujuan lain, adapun beberapa tujuan dari penulisan laporan skripsi ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk membantu pihak kepolisian dalam menentukan kelayakan seorang polisi dalam memegang senjata api menggunakan metode Scoring System. 2. Untuk mengetahui pengembangan SPK dengan metode Scoring System dalam menentukan kelayakan seorang polisi dalam memegang senjata api. 3. Untuk membantu proses cetak laporan agar lebih mudah serta membantu proses pencarian data tertentu.
5
1.6
Metodologi Penelitian
Metodologi merupakan suatu proses yang digunakan untuk memecahkan suatu masalah secara logis, dimana memerlukan data-data untuk mendukung terlaksananya suatu penelitian. Metodologi ini akan dijelaskan dalam bentuk pengumpulan data dan metode pengembangan sistem. Metodologi yang digunakan dalam penulisan sksipsi ini adalah analisis deskriptif dengan perincian sebagai berikut:
1.6.1
Metode Pengumpulan Data
Dalam pelaksanaan kegiatan pengumpulan data yang menjadi dasar dan untuk melengkapi laporan skripsi ini, maka digunakan teknik yang umum dalam kegiatan ilmiah, yaitu : 1. Observasi, pengamatan langsung ke lokasi dimana dilaksanakan penelitian dalam penulisan skripsi ini. 2. Studi Literatur, pengumpulan data secara tidak langsung dengan melakukan studi kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan data-data dan teori-teori yang berhubungan dengan penulisan laporan skripsi ini.
1.6.2
Metode Pengembangan Perangkat Lunak
Metode pengembangan sistem yang digunakan dalam membangun sistem ini ialah model waterfall yang menyarankan pengembangan perangkat lunak secara sistematik dan berurutan yang dimulai dari tingkatan sistem
6
tertinggi dan berlanjut ke tahap analisis, desain, pengkodean, pengujian dan pemeliharaan. Sistem Engineering
Analysis
Design
Coding
Testing
Maintenance
Gambar 1.1 Paradigma Waterfall (Clasic Life Cycle) 1
Tahapan model air terjun ( waterfall ) adalah sebagai berikut : a. Kebutuhan sistem ( Requitment System ) Proses kebutuhan diintensifkan pada software yang akan dibuat, tahap ini meliputi pengumpulan data dan penetapan kebutuhan semua elemen sistem yang diperlukan. b.
Analisa ( Analysis ) Tahap pengenalan pada permasalahan user dan menetapkan kebutuhan perangkat lunak, fungsi performasi dan interfacing.
c. Perancangan ( Design ) Proses ini digunakan untuk mengubah kebutuhan-kebutuhan menjadi tampilan program atau aplikasi sebelum coding di mulai. Design termasuk merancang inputan dan hasil keluaran dari kebutuhan sistem. 1
Winston. W. Royce, Dr., “Software Engineering (Rekayasa Perangkat Lunak)”, Edisi 6 Jilid 1, 2003, Jakarta, hal. 43
7
d. Pengkodean ( Coding ) Pengkodean yang mengimplementasikan hasil dan design ke dalam kode/bahasa yang di mengerti oleh mesin computer. Pengkodean berisi logika-logika pembangun sebuah sistem. e. Pengujian ( Testing ) Untuk dapat dimengerti oleh mesin, dalam hal ini komputer, maka design harus di ubah menjadi bentuk yang dapat dimengerti oleh mesin, yaitu ke dalam bahasa pemrograman melalui proses coding. f. Perawatan ( Maintenance ) Ini merupakan tahap terakhir dalam model waterfall. Pemeliharaan termasuk dalam memperbaiki kesalahan yang tidak ditemukan pada langkah sebelumnya.
1.7
Waktu Pelaksanaan
Penelitian ini dilakukan pada POLRESTA Tanjungpinang yang beralamat di Jl. Batu 5 atas Tanjungpinang Kepulauan Riau. Adapun pelaksanaan skripsi ini dimulai dari tanggal 16 Maret 2015 sampai dengan tanggal 16 Mei 2015. Penelitian ini dilakukan penulis selama 2 (dua) semester perkuliahan. Untuk pengumpulan data dan analisis dilakukan mulai pada bulan Maret 2015 sampai dengan Mei 2015 Berikut tabel rincian kegiatan jadwal tugas akhir :
8
NO
1
Tabel 1.1 Tabel Estimasi Jadwal Tugas Akhir Bulan Bulan ke-1 ke-2 KEGIATAN 1 2 3 4 1 2 3 4 1
Bulan ke-3 2 3
4
Pengumpulan Data - Observasi - Wawancara - Studi Literatur
2
Analisis Data
3
Design
4
Coding
5
Pengujian
6
Laporan
1.8
Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini disusun dalam beberapa bab dan sub bab, yang masing - masing saling mempunyai keterkaitan dalam bahasannya. Adapun sistematika penulisan tugas akhir ini sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi uraian tentang latar belakang masalah, rumusan masalah yang berisi identifikasi masalah, batasan masalah, tujuan tugas akhir, waktu dan tempat tempat tugas akhir, metodologi penelitian serta sistematika penulisan yang berisikan penjelasan ringkasan per bab.
9
BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini menguraikan tentang definisi dan konsep dasar sistem, informasi, sistem informasi, dan meguraikan tentang karakterisitik sistem, konsep pemodelan sistem, konsep basis data dan perangkat lunak yang digunakan. BAB III ANALISIS SISTEM Bab ini menguraikan tentang masalah atau kelemahan yang terdapat di sistem yang lama dan menguraikan kebutuhan sistem agar dapat diusulkan untuk menyelesaikan masalah pada sistem yang lama. BAB IV PERANCANGAN SISTEM Bab ini menguraikan tentang perancangan proses yaitu flowmap, diagram konteks, data flow diagram ( DFD ), hirarki proses, perancangan basis data yaitu perancangan media. DAFTAR PUSTAKA Pada daftar pustaka ini diuraikan sumber - sumber refrensi yang dijadikan acuan dalam penulisan skripsi ini baik sumber dari buku maupun internet. LAMPIRAN Pada lampiran berisikan script koding - koding program dari system yang dibangun.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Sistem
Sistem ialah sekumpulan objek-objek yang saling berelasi dan berinteraksi serta hubungan antar objek bisa dilihat sebagai satu kesatuan yang dirancang untuk mencapai satu tujuan. Ciri pokok sistem menurut Gapspert ada empat, yaitu sistem itu beroperasi dalam suatu lingkungan, terdiri atas unsur-unsur, ditandai dengan saling berhubungan, dan mempunyai satu fungsi atau tujuan utama.1 Berdasarkan dari dua identifikasi diatas dapat di simpulkan bahwa sistem adalah kumpulan unsur-unsur atau komponen yang terstruktur untuk memiliki maksud dan ingin mencapai suatu tujuan.
2.2
Definisi Informasi
Informasi merupakan dasar dalam pengambilan keputusan, oleh karena itu informasi merupakan hal yang sangat penting didalam suatu organisasi. Informasi ( information ) dapat didefinisikan sebagai berikut: 1. Informasi ( Information ) adalah data yang telah dibentuk menjadi sesuatu yang memiliki arti dan berguna bagi manusia ( kent,2008 ). 2. Menurut Leitel dan Davis dalam bukunya “Accounting Information System” menjelaskan bahwa Informasi merupakan data yang diolah menjadi bentuk 1
Hanif Al Fatta, Analisis dan Perancangan Sistem Informasi, [Andi] hal.3
10
11
yang lebih berguna dan serta lebih berarti bagi yang menerimanya. Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa “Informasi adalah sebagai data yang sudah diolah, dibentuk, atau dimanipulasi sesuai dengan keperluan tertentu”.
2.3
Definisi Sistem informasi Menurut Andi ( 2007 ) mendefinisikan “Sistem Informasi adalah suatu
sistem buatan manusia yang secara umum terdiri atas sekumpulan komponen berbasis komputer dan manual yang dibuat untuk menghimpun, menyimpan dan mengelolah data serta menyediakan informasi keluaran kepada para pemakai”2.
2.3.1 Karakteristik Sistem Informasi
Suatu sistem mempunyai karakteristik atau sifat-sifat tertentu yang merupakan kesatuan dari sistem tersebut , diantaranya ialah sebagai berikut : a. Komponen Sistem ( components ) Sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi, bekerjasama membentuk kesatuan. Komponen-komponen atau elemen elemen sistem dapat berupa suatu subsistem atau bagian-bagian dari sistem. Setiap subsistem mempunyai sifat-sifat dari sistem untuk menjalankan suatu fungsi tertentu dan mempengaruhi proses sistem secara keseluruhan. 2
Hanif Al Fatta, Analisis dan Perancangan Sistem Informasi, [Andi] hal.11
12
b. Batas Sistem ( boundary ) Batas sistem merupakan daerah yang membatasi antara suatu sistem dengan sistem lainnya atau dengan lingkungan luarnya. Batas suatu sistem menunjukkan ruang lingkup ( scope ) dari sistem tersebut. c. Lingkungan Luar Sistem ( environment ) Lingkungan luar dari suatu sistem adalah apapun diluar batas dari sistem yang mempengaruhi operasi sistem. d. Penghubung ( Interface ) Interface merupakan media penghubung antara satu subsistem dengan subsistem yang lainnya. Interface ini memungkinkan satu subsistem untuk mengalirkan sumber daya ke subsistem lainnya. 1. Input Input merupakan energi yang dimasukkan ke dalam sistem. Input dapat berupa maintenance input dan signal input. Maintenance input adalah energi yang dimasukkan supaya sistem tersebut dapat beroperasi. Signal input adalah energi yang diproses untuk menghasilkan output. 2. Output Output merupakan hasil dari energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi output yang berguna dan sisa pembuangan. Output dapat menjadi input untuk subsistem yang lain. e. Pengolahan Sistem ( process ) Suatu sistem mempunyai bagian pengolah yang akan merubah
13
masukan menjadi keluaran. f. Sasaran Sistem ( objective ) Suatu sistem mempunyai tujuan ( goal ) atau sasaran ( objective ). Sasaran dari sistem menentukan input yang dibutuhkan dan output yang akan dihasilkan.3
2.3.2 Model Sistem Informasi
Sistem ialah sekumpulan objek-objek yang saling berelasi dan berinteraksi serta hubungan antar objek bisa dilihat sebagai satu kesatuan yang dirancang untuk mencapai satu tujuan. Model sistem menurut Gapspert ada empat, yaitu sistem itu beroperasi dalam suatu lingkungan, terdiri atas unsur-unsur, ditandai dengan saling berhubungan, dan mempunyai satu fungsi atau tujuan utama.4
Gambar 2.1 Model Sistem
3
Tata Sutabri, S. Kom., MM, Analisa Sistem Informasi, Andi Yogyakarta, 2004. Hal 12 Hanif Al Fatta, Analisis dan Perancangan Sistem Informasi, [Andi] hal.3
4
14
2.4
Pengertian Kelayakan
Menurut James A. Graaskamp (bapak dari analisis kelayakan modern dalam bukunya Guide to Feasibility Analysis dikatakan “proyek realestat adalah fesible bila analisnya menetapkan bahwa adanya kecenderungan yang logis dari pemuasan tujuan eksplisit ketika serangkaian tindakan yang dipilih diujikan untuk mendapatkan kecocokan ke suatu konteks dari kendala khusus dan sumberdaya yang terbatas”. Dari definisi tersebut dapat di artikan bahwa: a.
Feasibility (kelayakan) tak pernah menunjukkan kepastian. Suatu proyek dikatakan feasible ketika secara logis ada kecenderungan untuk dapat memenuhi tujuan. Jadi hasil FS yang memuaskan tetap tidak menjamin kesuksesan suatu proyek.
b.
Kelayakan dikatakan memenuhi tujuan eksplisit yang berarti tujuan eksplisit tersebut harus ditentukan sebelum melakukan FS. Bukan hanya tujuan eksplisit dari pengembang, walau tujuan tersebut dapat menjadi daya pendorong. Semua pemain lain perlu pula menetapkan dulu tujuan yang ingin dicapainya, yang terpenting adalah tujuan dari partner sector public dan user terakhir.5
2.4.1 Pengertian Polisi
Polisi adalah suatu pranata umum sipil yang mengatur tata tertib (orde) dan hukum. Kadangkala pranata ini bersifat militaristis, seperti di 5
https://samsyr.wordpress.com/2012/02/16/definisi-dari-kelayakan-feasibility-tahap-iii-manajemen-properti/ [ 24 Mei 2015 Waktu, 11.12]
15
Indonesia sebelum Polri dilepas dari ABRI. Polisi dalam lingkungan pengadilan bertugas sebagai penyidik. Dalam tugasnya dia mencari barang bukti, keterangan-keterangan dari berbagai sumber, baik keterangan saksisaksi maupun keterangan saksi ahli. Oleh karena itu, di Indonesia dikenal pula Polisi Pamong Praja, satuan dikomandoi seorang Mantri Polisi Pamong Praja (MP PP) setingkat di bawah camat (dulu disebut Asisten Wedana). MP PP dulu bertanggungjawab kepada Wedana. Di Malaysia dan Brunei, polisi dikenal dengan istilah Polis Diraja. Istilah polisi berasal dari bahasa Belanda politie yang mengambil dari bahasa Latin politia berasal dari kata Yunani politeia yang berarti warga kota atau pemerintahan kota. Kata ini pada mulanya dipergunakan untuk menyebut "orang yang menjadi warga negara dari kota Athena", kemudian pengertian itu berkembang menjadi "kota" dan dipakai untuk menyebut "semua usaha kota". Oleh karena pada zaman itu kota merupakan negara yang berdiri sendiri yang disebut dengan istilah polis, maka politea atau polis diartikan sebagai semua usaha dan kegiatan negara, juga termasuk kegiatan keagamaan.6
2.4.2 Pengertian Senjata Api
Senjata api (bahasa Inggris: firearm) adalah senjata yang melepaskan satu atau lebih proyektil yang didorong dengan kecepatan tinggi oleh gas 6
https://id.wikipedia.org/wiki/Polisi [ 24 Mei 2015 Waktu, 11.23 ]
16
yang dihasilkan oleh pembakaran suatu propelan. Proses pembakaran cepat ini secara teknis disebut deflagrasi. Senjata api dahulu umumnya menggunakan bubuk hitam sebagai propelan, sedangkan senjata api modern kini menggunakan bubuk nirasap, cordite, atau propelan lainnya. Kebanyakan senjata api modern menggunakan laras melingkar untuk memberikan efek putaran pada proyektil untuk menambah kestabilan lintasan.7
2.5
Pengertian Sistem Pendukung Keputusan
Sistem Pendukung Keputusan merupakan sistem informasi interaktif yang menyediakan informasi, permodelan dan pemanipulasian data. Sistem pendukung keputusan merupakan sistem informasi berbasis komputer yang menyediakan dukungan informasi interaktif bagi manajer dan praktisi bisnis selama proses pengambilan keputusan.8 Komponen SPK pada dasarnya adalah sebagai berikut : a. Basis data yang berasal dari sumber internal dan dari sumber eksternal. b. Model dan pengetahuan mengenai masalah dan keputusan yang harus diambil. c. Berbagai perangkat analisis yang digunakan untuk mencari jalan keluar terbaik 1. What - if analysis. Analisis ini digunakan untuk mengetahui apa yang terjadi apabila satu atau beberapa variable berubah.
7 8
https://id.wikipedia.org/wiki/Senjata_api [ 24 Mei 2015 Waktu, 11.45 ] Kusrini, Konsep dan Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan, Yogyakarta, Andi Offset, 2007 hal. 15
17
2. Sensitivity analysis. Analisi ini digunakan untuk mengetahui pengaruh perubahan suatu variable terhadap variable yang lain. 3. Analisis ini akan melakukan perubahan secara berkali-kali terhadap suatu variable, sehingga dapat diketahui apakah pengaruhnya konsisten atau tidak. 4. Goal - seeking analysis. Analisis ini digunakan untuk mencari solusi terbaik dari suatu masalah. 5. Optimization analysis. Analisis ini digunakan untuk mencari solusi yang paling menguntungkan bagi perusahaan dan mirip dengan goal seeking analysis.
2.5.1 Karakteristik & Kemampuan Sistem Pendukung Keputusan
Karakteristik dan kemampuan sebuah Sistem Pendukung Keputusan sebagai berikut : 1. Sistem
pendukung
keputusan
menyediakan
dukungan
untuk
pengambil keputusan utamanya pada keadaan-keadaan semistruktur dan tidak terstruktur dengan menggabungkan penilaian manusia dan informasi komputerisasi. 2. Menyediakan dukungan untuk tingkat manajeril mulai dari eksekutif sampai manajer. 3. Menyediakan dukungan untuk kelompok individu, problem-problem yang kurang terstruktur memerlukan keterlibatan beberapa individu dari departemen-departemen yang lain dalam organisasi.
18
4. Sistem pendukung keputusan menyediakan dukungan kepada independen atau keputusan yang berlanjut. 5. Sistem pendukung keputusan memberikan dukungan kepada semua fase dalam proses pembuatan keputusan intelligence, design, choice dan implementation. 6. Sistem pendukung keputusan mendukung banyak proses dan gaya pengambilan keputusan. 7. Sistem pendukung keputusan adiptive terhadap waktu, pembuat keputusan harus reaktif
biasa menghadapi perubahan-perubahan
kondisi secara cepat dan mengubah sistem pendukung keputusan harus fleksibel sehingga pengguna dapat menambah, menghapus, mengkombinasikan, mengubah dan mengatur kembali elemen-elemen dasar. 8. Sistem pendukung keputusan mudah digunakan. Pengguna merasa berada dirumah saat bekerja dengan sistem, seperti user friendly, fleksibilitas, kemampuan menggunakan grafik yang tinggi dan bahasa untuk berinteraksi dengan mesin seperti dengan menggunakan bahasa inggris maka akan menaikkan efektifitas sistem pendukung keputusan. 9. Sistem pendukung keputusan menaikkan efektivitas pembuatan keputusan baik dalam hal ketetapan waktu dan kualitas, bukan pada biaya pembuatan keputusan atau biaya pemakaian waktu komputer.
19
10. Sistem pendukung keputusan dapat mengontrol tahapan-tahapan pembuatan keputusan seperti pada tahap intelligence, choice dan implementation dan sistem pendukung keputusan diarahkan untuk mendukung pada pembuat keputusan bukan menggantikan posisinya. 11. Memungkinkan pengguna akhir dapat membangun sistem sendiri yang sederhana. Sistem yang besar dapat dibangun dengan bantuan sistem informasi. 12. Sistem pendukung keputusan menggunakan model-model standar atau pengguna untuk menganalisa keadaan-keadaan keputusan. Kemampuan modeling memungkinkan bereksprimen dengan strategi yang berbeda - beda dibawah konfigurasi yang berbeda-beda pula. 13. Sistem pendukung keputusan mendukung akses dari bermacammacam sumber data, format dan tipe. Jangkauan dari sistem informasi geografi pada orientasi objek.
2.5.2 Tahap Pengambilan Keputusan
Hermawan ( 2005 ) menyatakan bahwa Deccision Support System berhubungan dengan kegiatan pengambilan keputusan, maka perlu mengetahui dengan baik bagaimana proses pengambilan keputusan dilakukan. Proses pengambilan melibatkan 4 tahapan yaitu: a. Tahap Intelligence Dalam tahap ini pengambil keputusan mempelajari kenyataan yang terjadi sehingga bisa mengidentifikasi dan mendefinisikan masalah
20
yang sedang terjadi, biasanya dilakukan analisis berurutan dari sistem ke sub sistem pembentuknya. Dari tahap ini didapatkan keluaran berupa dokumen pernyataan masalah. b. Tahap Perancangan ( Design ) Dalam tahap ini pengambil keputusan menemukan, mengembangkan dan menganalisis semua pemecahan yang mungkin, yaitu melalui pembuatan model yang bisa mewakili kondisi nyata masalah. Dari tahap ini didapatkan keluaran berupa dokumen alternative solusi. c. Tahap Pemilihan ( Choice ) Dalam tahap ini pengambil keputusan memilih salah satu alternative pemecahan yang dibuat pada tahap design yang dipandang sebagai aksi yang paling tepat untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi. Dari tahap ini didapatkan keluaran berupa dokumen solusi dan rancana implementasinya. d. Tahap Implementasi ( Implementation ) Dalam tahap ini pengambil keputusan menjalankan rangkaian aksi pemecahan yang dipilih ditahap choice. Implementasi yang sukses ditandai dengan terjawabnya masalah yang dihadapi, sementara kegagalan ditandai denga tetap adanya masalah yang dicoba untuk diatasi. Dari tahap ini didapatkan keluaran berupa laporan pelaksanaan solusi dan hasilnya.9
9
jhptump-a-mohammadar-849-2-babii.p 9-10
21
2.5.3 Permodelan Sistem Pendukung Keputusan
Karakteristik
utama
sistem
pendukung
keputusan
adalah
memasukkan sedikitnya satu model. Ide dasarnya adalah melakukan analisis sistem pendukung keputusan pada sebuah model realitas, dari pada analisis pada sistem nyata itu sendiri. Menurut Raymond McLeod Jr adalah penyederhanaan ( abstraction ) dari sesuatu, sedangkan menurut Efraim Turban
adalah
sebuah
representasi
atau
abstaraksi
realitas
yang
disederhanakan. Oleh karna itu, realitas terlalu kompleks untuk ditiru secara tepat dan banyak dari kompleksitas itu sebenarnya yang tidakrelefan dalam penyelesaian masalah yang spesifik. Representasi sistem atau masalah berdasarkan model dapat dilakukan dengan berbagai macam tingkat abstaraksi. Oleh karenanya, model di klasifikasikan menjadi tiga kelompok menurut tingkat abstraksi, antara lain: a. Model Iconik ( Skala ) Sebuah model iconik, model abstraksi terkecil adalah replika fisik sebuah sistem, biasanya pada suatu skala yang berbeda dari aslinya. Model Iconik dapat muncul pada tiga dimensi ( miniature maket ), sebagaimana pesawat terbang, mobil, jembatan atau alur produksi. Fotografi adalah jenis model skala iconik yang lain, tetapi hanya dalam dua dimensi. b. Model Analog Sebuah model yang tidak tampak mirip dengan model aslinya, tetapi bersifat seperti sistem aslinya. Model analog lebih abstrak dari model
22
iconik dan merupakan presentasi simbolik dari realitas. Model ini biasanya berbentuk bagan atau diagram dua dimensi, dapat berupa model fisik, tetapi bentuk model berbeda dari bentuk sistem nyata. Berikut beberapa contoh lain : 1. Bagan organisasi yang menggambarkan hubungan struktur otoritas, dan tanggung jawab. 2. Sebuah peta dimana warna yang berbeda menunjukkan objek yang berbeda misalnya sungai atau pegunungan. 3. Bagan pasar modal yang menunjukkan pergerakan harga saham. 4. Cetak biru dari sebuah mesin atau rumah. c. Model matematik ( Kuantitatif ) Kompleksitas hubungan pada banyak sistem organisasional tidak dapat disajikan secara model icon atau model analog, atau representasi semacam itu malah dapat menimbukan kesulitan dan membutuhkan banyak waktu dalam pemakaiannya. Oleh karena itu, Sebagian besar analisis sistem pendukung keputusan dilakukan secara numerik dengan model matematis atau model kuantitatif yang lain.10
2.5.4 Komponen-Komponen Sistem Pendukung Keputusan
Menurut Turban dkk. ( 2005 ) sebuah SPK dapat dibagi atas beberapa subsistem, yaitu:
10
Ibid.p
23
a. Subsistem manajemen data memasukan satu database yang berisi data yang relevan untuk situasi dan dikelola oleh perangkat lunak yang disebut sistem manajemen database. b. Subsistem manajemen modal merupakan paket perangkat lunak yang memasukan model keuangan, statistik, ilmu manajemen, atau model kuantitatif lainnya yang memberikan kapabilitas analitik dan manajemen perangkat lunak yang tepat. c. Subsistem antarmuka pengguna yaitu pengguna berkomunikasi dengan dan memerintahkan DSS melalui subsistem ini. Pengguna adalah bagian yang dipertimbangkan dari sistem. d. Sub sistem manajemen berbasis pengetahuan ialah Subsistem ini dapat mendukung semua subsistem lain atau bertindak sebagai suatu komponen indenpenden.11
2.6
Metode Scoring System
Scoring system disebut juga sebagai skor skala, memerlukan suatu norma pembanding agar dapat di interpretasikan secara kualitatif. Pada dasarnya interpretasi skor skala selalu bersifat normative, artinya makna skor diacukan pada posisi relatif skor dalam suatu kelompok yang telah dibatasi terlebih dahulu. Hal ini dapat dilakukan dengan bantuan statistic deskriptif dari distribusi data skor kelompok yang umumnya mencakup banyaknya subjek (n) dalam suatu kelompok, mean skor skala (M), deviasi standard skor skala (s) dan varians (s2), 11
jhptump-a-mohammadar-849-2-babii.p 8-9
24
skor minimum (xmin) dan maksimum (xmax), dan statistic - statistik lain yang dirasa perlu. Deskripsi data ini memberikan gambaran penting mengenai keadaan distribusi skor skala pada kelompok subjek yang dikenai pengukuran dan berfungsi sebagai sumber informasi mengenai keadaan subjek pada aspek variable yang diteliti. Sedangkan untuk menerapkan metode Scoring System ke dalam sistem, Suatu skor yang ditentukan melalui prosedur penskalaan akan menghasilkan angka-angka pada level pengukuran interval dan interpretasikan hanya dapat dihasilkan kategori-kategori atau kelompok-kelompok skor pada level ordinal. Skor-skor mentah (row score) yang dihasilkan suatu skala merupakan penjumlahan dari skor item-item dalam skala itu. Relativitas hasil pengukuran selalu membawa permasalahan mengenai cara-cara pengelompokan (kategorisasi) apabila diperlukan pemisahan subjek ke dalam kelompok diagnosis yang berbeda. Kategori ini didasari oleh suatu asumsi bahwa skor subjek dalam kelompoknya merupakan estimasi dalam skor subjek dalam populasi dan bahwa skor subjek dalam populasinya terdistribusi secara normal. Kategori jenjang (ordinal) menurut Saifuddin Azwar (2003:107) kategori ini memiliki tujuan menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasar atribut yang diukur. Kontinum jenjang ini contohnya adalah dari rendah ke tinggi, dari paling jelek ke paling baik, dari sangat tidak puas ke sangat puas, dan semacamnya. Banyaknya
25
jenjang kategori diagnosis yang akan dibuat biasanya tidak lebih dari lima jenjang tetapi juga tidak kurang dari tiga jenjang. Misalnya mengelompokkan individuindividu kedalam hanya dua jenjang diagnosis saja, yaitu “semangat kerja rendah” dan “semangat kerja tinggi” akan mengakibatkan resiko kesalahan yang cukup besar bagi skor-skor yang terletak disekitar mean kelompok. Keterangan: X = skor atau nilai μ = mean teoritis σ = standar deviasi Langkah-langkah penentuan kategorisasi berdasarkan jenjang (ordinal) adalah sebagai berikut : 1. Menentukan data statistik secara deskriptif berupa rentang minimum (Xmin), rentang maksimum (Xmax), luas jenjang sebaran, mean teoritis (σ) dan devisiasi standar (µ). 2. Menghitung data statistik secara deskriptif sebagai berikut : Xmin = banyaknya pertanyaan * nilai minimum Xmax = banyaknya pertanyaan * nilai maksimum Luas jarak sebaran = Xmax - Xmin σ = luas jarak sebaran / 6 µ = banyaknya pertanyaan * banyak kategori 3. Menghitung p dengan menggunakan tabel distribusi normal, terlebih dahulu menentukan Zmin dan Zmax dengan rumus : Zmin = (Xmin - µ ) / σ
26
Zmax = (Xmax - µ ) / σ 4. Memilih p dengan nilai yang maksimal sehingga dapat ditemukan rentang skala prioritas dengan 3 kategori, yaitu : X < (µ - (p * σ)) kategorinya rendah atau tidak layak (µ - (p * σ)) ≤ X < (µ + (p * σ)) kategotinya sedang atau layak (µ + (p * σ)) ≤ X kategorinya tinggi atau sangat layak.12
2.7
Contoh Kasus Menggunakan Metode Scoring System
Berdasarkan langkah-langkah penentuan kategorisasi jenjang (ordinal) menurut Saifuddin (2004), sebagai contoh, suatu skala Agresivitas terdiri atas 30 item yang masing-masing itemnya diberi skor yang berkisar 1, 2, 3, 4 dan 5 untuk menilai kemampuan. Dengan demikian, skor terkecil yang mungkin diperoleh oleh subjek (Xmin) adalah 30 (yaitu 30x1) dan skor terbesar (Xmax) adalah 150 (yaitu 30x5). Sehingga luas jarak sebarannya adalah 120 (yaitu 150-30). Dengan demikian setiap satuan standar deviasinya bernilai σ = 20 (yaitu hasil dari 120/6) dan mean teoritisnya adalah μ = 90 (yaitu 30*3). Bila digolongkan ke dalam tiga kategori, maka keenam satuan deviasi standar dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu: X < (μ – 1,0 σ) tidak layak (μ – 1,0 σ) ≤ X< (μ + 1,0 σ) layak (μ + 1,0 σ) ≤ X sangat layak sehingga dengan harga σ = 10 akan diperoleh kategori-kategori sebagai berikut: X < 70 (yaitu (90 – (1,0*20))) tidak layak. 12
http://methodmetode.blogspot.com/2013/09/metode-scoring-system.html [ 27 Mei 2015 Waktu, 11.45 ]
27
70 ≤ X < 110 ((90 – (1,0*20)) ≤ X < (90 + (1,0*20)))) layak. 110≤ X (yaitu (90+ (1,0*20))) sangat layak. Setelah ditetapkan norma seperti di atas, maka seseorang yang mendapat skor 120 didiagnosis memiliki kemampuan dan sebaliknya seseorang memiliki skor 65 didiagnosis tidak memiliki kemampuan atau tidak layak.
2.8
Perangkat Lunak yang Digunakan
Pada bagian ini akan ditinjau secara singkat mengenai Delphi7 seperti lingkungan kerja, struktur program dan keistimewaan penggunaan bahasa pemrograman Delphi7.
2.8.1 Borland Delphi
Borland Delphi adalah bahasa pemrograman dalam lingkup MS Windows merupakan pengembangan bahasa Pascal yang bersifat visual. Borland Delphi dapat memanfaatkan kemampuan MS-Windows secara optimal. Kemampuannya dapat dipakai untuk merancang program aplikasi yang berpenampilan seperti lainnya berbasis MS-Windows. Khusus untuk pemrograman database, Borland Delphi menyediakan fasilitas objek yang sangat kuat dan lengkap, sehingga memudahkan programmer dalam membuat program database. Borland Delphi juga dapat menangani berbagai macam format database, antara lain MS-Access, ODBC, Oracle dan lain-lain.
28
Gambar 2.2 Tampilan Delphi
A.
IDE ( Integrated Development Environment ) IDE Merupakan lingkungan dimana seluruh komponen-komponen
yang dibutuhkan untuk merancang dan membangun aplikasi program. Secara umum IDE delphi dikelompokkan 8 bagian yaitu : a. Main Menu merupakan penunjuk ke seluruh fasilitas yang disediakan. aplikasi Delphi.
Gambar 2.3 Menu Pemrograman Delphi
b. Toolbar merupakan Icon yang dirancang untuk lebih memudahkan menjangkau fasilitas yang ada pada delphi.
Gambar 2.4 Icon Toolbar
29
c. Component palette merupakan komponenen yang dikelompokkan kedalam tab-tab komponen ini digunakan untuk merancang interface atau antar muka.
Gambar 2.5 Component Palette Pemrograman Delphi
d. Form designer merupakan interface aplikasi yang akan dibangun, form akan menampung seluruh komponen yang akan digunakan.
Gambar 2.6 Form Designer Pemrograman Delphi
e. Code Editor Merupakan tempat untuk menuliskan kode program , kode program tidak perlu ditulis secara keseluruhan karena delphi sudah menyediakan kerangka untuk menulis kode program.
30
Gambar 2.7 Code editor Pemrograman Delphi
f. Code Explorer berisi daftar yang menampilkan semua tipe , class, properti, method, variabel global rutin global yang telah didefinisikan didalam unit.
Gambar 2.8 Code Explorer Pemrograman Delphi
g. Object Inspector digunakan untuk mengubah properti atau karakteristik dari suatu komponen. Terdiri dari 2 tab yaitu :
31
Gambar 2.9 Object inspector pemrograman Delphi
1. Propoerties digunakan untuk menentukan seting suatu objek. 2. Event merupakan bagian yang dapat diisi dengan kode program tertentu yang
berfungsi untuk menangani event-event
yang
dapat direspon oleh sebuah komponen. h. Object Tree View berisi daftar komponen yang sudah diletakkan di form designer.
Gambar 2.10 Object Tree View Pemrograman Delphi
32
2.8.2
Microsoft Office Access
Microsoft Access 2003 merupakan bagian dari paket Microsoft Office 2003, Microsoft Access 2003 tidak jauh berbeda dengan Microsoft Access versi sebelumnya. Microsoft Access sendiri mempunyai fungsi sebagai program aplikasi Database Managenent System ( DBMS ) dengan kata lain Microsoft Access sangat membantu kita untuk mengolah sebuah basis data. maka dengan menggunakan Microsoft Access ini kita tidak perlu mengetik sintak untuk membuat table, membuat form, membuat query, dan lain-lain.
Gambar 2.11 Form Microsoft Access
2.8.3
Windows 7
Windows 7 adalah versi windows terakhir yang menggunakan menu start yang menggantikan versi windows sebelumnya, Windows Vista.[5] Windows 7 dirilis untuk pabrikan komputer pada 22 Juli 2009 dan dirilis untuk publik pada 22 Oktober 2009[6], kurang dari tiga tahun setelah rilis pendahulunya, Windows Vista.
33
Tidak seperti pendahulunya yang memperkenalkan banyak fitur baru, Windows 7 lebih fokus pada pengembangan dasar Windows, dengan tujuan agar lebih kompatibel dengan aplikasi-aplikasi dan perangkat keras komputer yang kompatibel dengan Windows Vista.[7] Presentasi Microsoft tentang Windows 7 pada tahun 2008 lebih fokus pada dukungan multi-touch pada layar, desain ulang taskbar yang sekarang dikenal dengan nama Superbar, sebuah sistem jaringan rumahan bernama Home Group, dan peningkatan performa. Beberapa aplikasi standar yang disertakan pada versi sebelumnya dari Microsoft Windows, seperti Windows Calendar, Windows Mail, Windows Movie Maker, dan Windows Photo Gallery, tidak disertakan lagi di Windows 7, kebanyakan ditawarkan oleh Microsoft secara terpisah sebagai bagian dari paket Windows Live Essentials yang gratis.13
Gambar 2.12 Tampilan Windows 7
13
https://id.wikipedia.org/wiki/Windows_7 [ 24 Mei 2015 Waktu, 11.56 ]
34
2.9
Sejarah Kepolisian Republik Indonesia
Menjelang HUT Bhayangkara ke 67 tahun 2013 Mitra Humas ada yang belum tau sejarah lahirnya Kepolisian di Indonesia? berikut kami jelaskan sejarah singkat awal lahirnya Polri.Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) adalahKepolisian Nasional di Indonesia, yang bertanggung jawab langsung di bawah Presiden. Polri mengemban tugas-tugas kepolisian di seluruh wilayah Indonesia. Polri dipimpin oleh seorang Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri). Masa Kerajaan Bibit awal mula terbentuknya kepolisian sudah ada pada zaman Kerajaan Majapahit. Pada saat itu patih Gajah Mada membentuk pasukan pengamanan yang disebut dengan Bhayangkara yang bertugas melindungi raja dan kerajaan. Maka dari itu hingga saai ini sosok Gajah Mada merupakan simbol Kepolisian RI dan sebagai penghormatan, Polri membangun patung Gajah Mada di depan Kantor Mabes Polri dan nama Bhayangkara dijadikan sebagai nama pasukan Kepolisian. Masa kolonial Belanda Pada masa kolonial Belanda, pembentukan pasukan keamanan diawali oleh pembentukan pasukan-pasukan jaga yang diambil dari orang-orang pribumi untuk menjaga aset dan kekayaan orang-orang Eropa di Hindia Belanda pada waktu itu. Pada tahun 1867 sejumlah warga Eropa di Semarang, merekrut 78 orang pribumi untuk menjaga keamanan mereka. Wewenang operasional kepolisian ada pada residen yang dibantu asisten residen. Rechts politie dipertanggungjawabkan pada procureur generaal (Jaksa agung). Pada masa Hindia Belanda terdapat bermacam-macam bentuk kepolisian, seperti
35
veld politie (polisi lapangan) , stands politie (polisi kota), cultur politie (polisi pertanian),
bestuurs
politie
(polisi
pamong
praja),
dan
lain-lain.
Sejalan dengan administrasi negara waktu itu, pada kepolisian juga diterapkan pembedaan jabatan bagi bangsa Belanda dan pribumi. Pada dasarnya pribumi tidak diperkenankan menjabat hood agent (bintara), inspekteur van politie, dan commisaris van politie. Untuk pribumi selama menjadi agen polisi diciptakan jabatan
seperti
mantri
polisi,
asisten
wedana,
dan
wedana
polisi.
Kepolisian modern Hindia Belanda yang dibentuk antara tahun 1897-1920 adalah merupakan cikal bakal dari terbentuknya Kepolisian Negara Republik Indonesia saat ini. Awal kemerdekaan Indonesia Periode 1945-1950 Tidak lama setelah Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu, pemerintah militer Jepang membubarkan Peta dan Gyu-Gun, sedangkan polisi tetap bertugas, termasuk waktu Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Secara resmi kepolisian menjadi kepolisian Indonesia yang merdeka. Juga membangkitkan semangat moral dan patriotik seluruh rakyat maupun satuan-satuan bersenjata yang sedang dilanda depresi dan kekalahan perang yang panjang. Sebelumnya pada tanggal 19 Agustus 1945 dibentuk Badan Kepolisian Negara (BKN) oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pada tanggal 29 September 1945 Presiden Soekarno melantik R.S. Soekanto Tjokrodiatmodjo menjadi Kepala Kepolisian Negara (KKN).
36
2.10
Struktur Organisasi
Kedudukan
dan
jabatan
dalam
struktur
organisasi
POLRESTA
Tanjungpinang dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Gambar 2.13 Struktur Organisasi POLRESTA Tanjungpinang
37
Adapun tugas pokok Kapolres Tanjungpinang dan fungsi dari struktur di atas adalah sebagai berikut : 1. Kapolres
adalah
pimpinan
Polres
yang
berada
dibawah
dan
bertanggungjawab kepada Kapolda. 2. Kapolres bertugas memimpin, membina dan mengawasi mengendalikan satuan-satuan organisasi dalam lingkungan Polres serta memberikan saran pertimbangan dan melaksanakan tugas lain sesuai perintah Kapolda.
Adapun tugas pokok Wakapolres Tanjungpinang dan fungsi dari struktur di atas adalah sebagai berikut : 1. Wakapolres adalah pembantu utama Kapolres yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kapolres. 2. Wakapolres
bertugas
membantu
Kapolres
dalam melaksanakan
tugasnya dengan mengendalikan pelaksanaan tugas-tugas staf seluruh satuan organisasi dalam jajaran Polres dan dalam batas kewenangannya memimpin Polresta dalam hal Kapolres berhalangan serta melaksanakan tugas lain sesuai perintah Kapolres.
Adapun tugas pokok Kapolsek Tanjungpinang dan fungsi dari struktur di atas adalah sebagai berikut : 1. Unsur pelaksanaan utama kewilayahan Polres yang berada dibawah Kapolres.
38
2. Menyelenggarakan tugas pokok dan memelihara KAMTIBMAS, GAKKUM, PENGYOMAN serta pelayan masyarakat dan tugas-tugas Polri diwilayah hukumnya sesuai dengan ketentuan hukum, peraturan yang berlaku dan kebijakan pimpinan. 3. Pengumpulan BAKET sebagai bahan dari kegiatan intelijen keamanan yang diselenggarakan oleh satuan atas sebagai bahan masukan penyusunan rencana kegiatan OPS Polsek dalam rangka pencegahan gangguan KAMTIBMAS. 4. Menyelenggarakan kegiatan TURJAWALI dalam rangka pemeliharaan KAMTIBNAS dan kelancaran lalu lintas dijalan raya. 5. Penyelidikan dan penyidikan tindak pidana sesuai dengan ketentuan hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 6. Pembinaan upaya masyarakat untuk mendorong peningkatan kesadaran serta ketaatan masyarakat terhadap hukum / perundang-undangan dan peran serta masyarakat dalam pengamanan SWAKARSA. 7. Penyelenggara tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan peraturan pelaksanaannya untuk kepentingan masyarakat sebelum ditangani oleh instansi / pihak yang berwenang. 8. Kapolsek bertanggung jawab kepada Kapolres.
BAB III
ANALISIS SISTEM
3.1
Analisis Sistem
Analisa sistem adalah teknik pemecahan masalah yang menguraikan bagian– bagian komponen tersebut bekerja dan berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan. Analisa merupakan tahap awal dalam pengembangan sistem dan merupakan tahap fundamental yang dapat menentukan kualitas sistem informasi yang dikembangkan. Analisa sistem informasi ini merupakan tahap penganalisaan terhadap sistem yang sedang berjalan di POLRES Tanjungpinang yaitu tentang analisis menentukan kelayakan polisi dalam memegang senjata api menggunakan scoring sistem. Penganalisaan terdiri atas analisa kelemahan sistem yang sedang berjalan, analisa kebutuhan sistem, seperti kebutuhan perangkat lunak, kebutuhan informasi dan kebutuhan pengguna.
3.2
Analisis Prosedur
Tahap ini merupakan tahap penguraian pada prosedur yang sedang berjalan didalam sistem, yang berfungsi untuk memberikan penjelasan mengenai tahapantahapan dalam melaksanakan setiap kegiatan yang berkaitan pada sistem yang sedang berjalan.
39
40
3.2.1
Prosedur Flow Map Berjalan Stock Senjata Api :
1. Bagian gudang senjata api memeriksa laporan peminjaman senjata api, laporan pengembalian senjata api dan kelengkapan senjata api dan peluru. 2. Selanjutnya bagian gudang senjata api membuat laporan stok senjata api 3 lembar, 1 lembar diarsipkan di bagian gudang senjata api, 1 lembar. diarsipkan di bagian administrasi, 1 lembar diarsipkan di kepala senjata api.
Gambar 3.1 Flow Map Berjalan Stock Senjata Api
41
3.2.2
Prosedur Flow Map Berjalan Izin Memegang Api :
Anggota wajib memiliki surat ijin memegang senjata api yang dikeluarkan oleh bagian biro personel, berdasarkan hasil test psikologi, adapun prosedur untuk pembuatan surat ijin memegang senjata api, sebagai berikut: 1. Bagian biro personel memberikan formulir pemeriksaan psikologi kosong ke anggota yang hendak membuat surat ijin memegang senjata api. 2. Anggota mengisi formulir pemeriksaan psikologi kosong sesuai dengan biodata
anggota,
kemudian
formulir
pemeriksaan
psikologi
isi
dikembalikan ke bagian biro personel. bagian biro personel melakukan pemeriksaan psikologi, jika tidak memenuhi maka bagian biro personel akan membuat keterangan hasil pemeriksaan psikologi tidak layak yang akan diberikan ke anggota. 3. Apabila hasil pemeriksaan layak, maka hasil pemeriksaan akan di tandatangani oleh kabag. biro personel dan Dr. pemeriksa psikologi, selanjutnya akan dikeluarkan hasil pemeriksaan psikologi valid 2 lembar, 1 lembar diarsipkan biro personel dan dibuat laporan hasil pemeriksaan psikologi, 1 lembar diserahkan ke anggota untuk membuat surat ijin memegang senjata api. 4. Anggota
memberikan
hasil
pemeriksaan
psikologi
valid
dan
memperlihatkan kartu tanda anggota POLRI ke bagian administrasi, untuk selanjutnya bagian administrasi membuatkan surat ijin memegang senjata
42
api sebanyak 2 rangkap. kartu anggota POLRI dikembalikan. surat ijin memegang senjata api diberikan kepada kepala senjata api untuk ditandatangani. Kepala senjata api memberikan tandatangan sehingga surat ijin memegang senjata api valid. 5. Surat ijin memegang senjata api valid diberikan ke bagian adminitrasi. 6. Surat ijin memegang senjata api valid diserahkan ke anggota 1 lembar untuk melakukan peminjaman senjata api.
43
Gambar 3.2 Flow Map Berjalan Izin Memegang Senjata Api
44
3.2.3
Prosedur Flow Map Berjalan Peminjaman Senjata Api :
Proses peminjaman senjata api dapat dilakukan oleh Anggota, setelah Anggota memiliki surat ijin memegang senjata api. Berikut ini adalah prosedur peminjaman senjata api : 1. Anggota memberikan kartu tanda anggota Polri dan surat ijin memegang senjata api valid ke bagian administrasi. 2. Maka bagian administrasi akan melakukan pengecekan jenis senjata yang akan dipinjam oleh anggota. Bagian administrasi membuat memo model senjata api untuk diberikan ke bagian gudang senjata api. 3. Selanjutnya bagian gudang senjata api akan memeriksa kelengkapan senjata api, jika kelengkapan senjata api tidak tersedia, maka bagian gudang senpi membuat memo pemberitahuan senjata api kosong yang diberikan ke bagian administrasi yang selanjutnya diberikan ke anggota. 4. Apabila kelengkapan senjata api tersedia, maka bagian gudang senpi akan menyiapkan data kelengkapan senjata api dan peluru sebanyak 2 rangkap, 1 rangkap diserahkan ke bagian administrasi dan diberikan ke anggota, 1 rangkap diarsipkan bagian gudang senpi. 5. Bagian administrasi membuat catatan bukti peminjaman senjata api sebanyak 2 rangkap, 1 rangkap diarsipkan bagian administrasi 1 rangkap, diserahkan ke Anggota untuk digunakan sebagaimana mestinya.
45
6. Bukti peminjaman senjata api digunkan untuk membuat laporan peminjaman senjata api menjadi 3 lembar, 1 lembar diarsipkan di bagian administrasi, 1 lembar diarsipkan di kepala senpi, 1 rangkap diarsipkan bagian gudang senpi.
Gambar 3.3 Flow Map Berjalan Peminjaman Senjata Api
46
3.2.4
Prosedur Flow Map Berjalan Pengembalian Senjata Api :
Berikut ini adalah prosedur pengembalian senjata api: 1. Anggota yang akan mengembalikan peminjaman senjata api, diminta oleh bagian administrasi memperlihatkan kartu tanda angota polri dan wajib mengembalikan kelengkapan senjata api serta penggunaan peluru. 2. Bagian administrasi melakukan pengecekan kelengkapan senjata api, jika peluru digunakan, maka bagian administrasi akan membuat dokumen pertanggung jawaban, anggota akan melengkapi dokumen pertanggung jawaban penggunaan senjata api, kemudian dikembalikan ke bagian administrasi. Bagian administrasi akan meminta persetujuan dari kepala senpi untuk memvalidasi dokumen pertanggung jawaban pemakaian senjata api. 3. Jika dokumen pertanggung jawaban diterima maka kepala senpi akan memberikan Acc pada dokumen pertanggung jawaban dan Bagian administrasi akan melakukan pencatatan pengembalian senjata api. Jika kepala senpi menolak dokumen pertanggung jawaban anggota, maka dokumen pertanggung jawaban akan dikembalikan ke bagian administrasi, dan diberikan ke anggota yang selanjutnya anggota diminta untuk melengkapi dokumen pertanggung jawabannya. 4. Jika Anggota tidak menggunakan peluru dan kelengkapan senjata api lengkap, maka kelengkapan senjata api dan peluru yang dikembalikan
47
anggota, selanjutnya akan dikembalikan bagian adminitrasi ke bagian gudang senpi. 5. Bagian administrasi akan membuat laporan pengembalian senjata api menjadi 3 lembar, 1 lembar diarsipkan di bagian administrasi, 1 lembar diarsipkan di bagian gudang senpi, 1 lembar diarsipkan di kepala senpi.
Gambar 3.4 Flow Map Berjalan Pengembalian Senjata Api
48
3.3
Analisa Dokumen
Analisis dokumen bertujuan untuk mengetahui dokumen apa saja yang terkait dan diperlukan dalam sistem. Analisis dokumen ini juga akan membantu dalam perancangan sistem yang akan dibuat. Adapun dokumen-dokumen yang digunakan dalam sistem kelayakan polisi memegang senjata api yang sedang berjalan ini antara lain :
3.3.1 Analisa Dokumen Input
1.Form Stock Senjata Api Fungsi
: Untuk mencatat Stock senjata api.
Sumber
: Gudang Senjata Api
Distribusi
: Administrasi
2.Form Pemeriksaan Psikologi Fungsi
: Untuk seleksi kelayakan Polisi memegang senjata api.
Sumber
: Anggota
Distribusi
: Administrasi
3.Form Peminjaman Fungsi
: Untuk mengetahui data peminjaman SENPI
49
Sumber
: Anggota
Distribusi
: Administrasi
4.Form Pengembalian Fungsi
: Untuk mengetahui data pengembalian SENPI.
Sumber
: Anggota
Distribusi
: Administrasi
3.3.2 Analisa Dokumen Output
1.Laporan Stock SENPI Fungsi
: Untuk mengetahui jumlah SENPI.
Sumber
: Gudang SENPI
Distribusi
: Administrasi
Rangkap
:3
2.Laporan Hasil Pemeriksaan Psikologi Fungsi
: Untuk mengetahui hasil psikotes anggota.
Sumber
: Anggota
Distribusi
: Administrasi
Rangkap
:2
50
3.Laporan Peminjaman SENPI Fungsi
: Untuk data peminjaman SENPI
Sumber
: Anggota
Distribusi
: Administrasi
Rangkap
:2
4.Laporan Pengembalian
3.4
Fungsi
: Untuk data pengembalian SENPI.
Sumber
: Anggota
Distribusi
: Administrasi
Rangkap
:2
Sistem Pendukung Keputusan
Konsep Sistem Pendukung Keputusan (SPK)/Decision Support Sistem(DSS) pertama kali diungkapkan pada awal tahun 1970-an oleh Michael S. Scott Morton dengan istilah Management Decision Sistem. Sistem tersebut adalah suatu sistem yang berbasis komputer yang ditujukan untuk membantu pengambil keputusan dengan memanfaatkan data dan model tertentu untuk memecahkan berbagai persoalan yang tidak terstruktur.Istilah SPK mengacu pada suatu sistem yang memanfaatkan dukungan komputer dalam proses pengambilan keputusan.
51
3.4.1
Metode Scoring System
Sisi diagnosis suatu proses pengukuran atribut adalah pemberian makna atau interpretasi terhadap skor skala yang bersangkutan. Sebagai suatu hasil ukur berupa angka (kuantitatif), scoring system, yang disebut juga sebagai skor skala, memerlukan suatu norma pembanding agar dapat diinterpretasikan secara kualitatif. Pada dasarnya, interpretasi skor skala selalu bersifat normatif, artinya makna skor diacukan pada posisi relatif skor dalam suatu kelompok yang telah dibatasi terlebih dahulu. Hal ini dapat dilakukan dengan bantuan statistik deskriptif dari distribusi data skor kelompok yang umumnya mencakup banyaknya subjek (n) dalam kelompok, mean skor skala (M), devisiasi standar skor skala (s) dan varians (s2), skor minimum (Xmin) dan maksimum (Xmax), dan statistik-statistik lain yang dirasa perlu. Deskripsi data ini memberikan gambaran penting mengenai keadaan distribusi skor skala pada kelompok subjek yang dikenai pengukuran dan berfungsi sebagai sumber informasi mengenai keadaan subjek pada aspek variabel yang diteliti (Wardhani, 2005). Suatu skor yang ditentukan melalui prosedur penskalaan akan menghasilkan angka-angka pada level pengukuran interval dan interpretasikan hanya dapat dihasilkan kategori-kategori atau kelompok-kelompok skor pada level ordinal. Skor -skor mentah (row score) yang dihasilkan suatu skala merupakan penjumlahan dari skor item - item dalam skala itu.
52
3.4.2 Analisis Kasus Menggunakan Scoring System
Langkah-langkah penentuan kategorisasi berdasarkan jenjang (ordinal) menurut Saifuddin (2004) adalah sebagai berikut: i. Menentukan data statistik secara deskriptif berupa rentang minimum (Xmin), rentang maksimum (Xmax), luas jarak sebaran, mean teoritis (μ) dan deviasi standar (σ) ii. Menghitung data statistik secara dekriptif sebagai berikut : Xmin = banyaknya pertanyaan * nilai minimum Xmax = banyaknya pertanyaan * nilai maksimum luas jarak sebaran = Xmax - Xmin σ = luas jarak sebaran / 6 μ = banyaknya pertanyaan * banyaknya kategori Xmin = ndata * score minimum Xmax = ndata * score maksimum luas jarak sebaran = Xmax - Xmin σ = luas jarak sebaran / 6 μ = ndata * nkategori dengan ndata adalah banyaknya data atau item dan nkategori adalah banyaknya kategorisasi. iii. Menghitung p dengan menggunakan tabel distribusi normal, terlebih dahulu menentukan Zmin dan Zmax dengan rumus:
53
Zmin = (Xmin - μ ) / σ Zmax = (Xmax - μ ) / σ iv. Memilih P dengan nilai yang maksimal sehingga dapat ditemukan rentang skala prioritas dengan 3 (tiga) kategori,yaitu: X < (μ - (p * σ)) kategorinya tidak layak (μ - (p * σ)) ≤ X < (μ + (p * σ)) kategorinya layak (μ + (p * σ)) ≤ X kategorinya sangat layak Keterangan: X = skor atau nilai μ = mean teoritis σ = standar deviasi Pembahasan : 1. Skala Kategori Emosi Pribadi Salah satu contoh untuk mendapatkan skala kategori emosi pribadi a. Jumlah item 10, b. Xmin = banyaknya pertanyaan * nilai minimum 10*1=10 c. Xmax = banyaknya pertanyaan * nilai maksimum 10*5=50 d.Luas jarak sebaran = Xmax – Xmin 50-10=40
54
e. σ = luas jarak sebaran / 6 40/6=6.667 f. μ = banyaknya pertanyaan * banyak kategori 10*3=30 g. Zmin = (Xmin - μ ) / σ (10-30)/6.667=-3 h. Zmax = (Xmax - μ ) / σ (50-30)/6.667=3 i. Nilai Zmin = -3 maka nilai Pmin pada tabel distribusi adalah 0.00135 j. Nilai Zmax = 3 maka nilai Pmax pada tabel distribusi adalah 0.99865 k. X < (μ - (p * σ)) kategorinya rendah atau tidak layak 10 < (30 - (0.99865 * 6.6 67)) = 10<23 l. (μ - (p * σ)) ≤ X < (μ + (p * σ)) kategorinya sedang atau layak (30 - (0.99865 * 6.667)) ≤ X < (30 + (0.99865 * 6.667))= 23≤ X <37 m.(μ + (p * σ)) ≤ X kategorinya tinggi atau sangat layak (30 + (0.99865 * 6.667)) ≤ 50= 37≤50 Berdasarkan langkah-langkah penentuan kategorisasi jenjang (ordinal) menurut Saifuddin (2004), sebagai contoh, suatu skala Agresivitas terdiri atas 30 item yang masing-masing itemnya diberi skor yang berkisar 1, 2, 3, 4 dan 5 untuk menilai kemampuan. Dengan demikian, skor terkecil yang mungkin diperoleh oleh subjek
55
(Xmin) adalah 30 (yaitu 30x1) dan skor terbesar (Xmax) adalah 150 (yaitu 30x5). Sehingga luas jarak sebarannya adalah 120 (yaitu 150-30). Dengan demikian setiap satuan standar deviasinya bernilai σ = 20 (yaitu hasil dari 120/6) dan mean teoritisnya adalah μ = 90 (yaitu 30*3). Bila digolongkan ke dalam tiga kategori, maka keenam satuan deviasi standar dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu: X < (μ – 1,0 σ) tidak layak (μ – 1,0 σ) ≤ X< (μ + 1,0 σ) layak (μ + 1,0 σ) ≤ X sangat layak sehingga dengan harga σ = 10 akan diperoleh kategori-kategori sebagai berikut: X < 70 (yaitu (90 – (1,0*20))) tidak layak. 70 ≤ X < 110 ((90 – (1,0*20)) ≤ X < (90 + (1,0*20)))) layak. 110≤ X (yaitu (90+ (1,0*20))) sangat layak. Setelah ditetapkan norma seperti di atas, maka seseorang yang mendapat skor 120 didiagnosis memiliki kemampuan dan sebaliknya seseorang memiliki skor 65 didiagnosis tidak memiliki kemampuan atau tidak layak.
56
Tabel 3.1 Hasil Perhitungan Skala Kategorisasi per Kriteria Kehidupan Pengendalian Keterangan/Kriteria
Emosi Sosial
Rumah
Diri
Pribadi Tangga
Jumlah Item
7
8
5
10
Nilai Minimal
7
8
5
10
Nilai Maksimal
35
40
25
50
Luas Jarak Sebaran
28
32
20
40
Mean Teoritis
21
24
15
30
Luas Standart Dev
4.6
5.3
3.3
6.6
Nilai Z Min
-3.043
-3.01
-3.03
-3.03
Nilai P Min
0.0012
0.0013
0.0012
0.0012
Nilai Z Max
3.04
3.01
3.03
3.03
Nilai P Max
0.9988
0.9987
0.9988
0.9988
Range Tidak Layak
7-15
8-18
5-11
10-22
Range Layak
16-25
19-28
12-17
23-36
Range Sangat Layak
26-23
29-40
18-25
37-50
3.5
Analisis Kelemahan Sistem
Dari hasil analisa yang sedang berjalan, dalam menentukan kelayakan polisi dalam memegang senjata pada POLRESTA Tanjungpinang masih dilakukan secara
57
manual sehingga dianggap kurang efektif dan efisien. Ada pun beberapa kelemahan dari sistem manual sebagai berikut : 1. Proses penentuan kelayakan polisi dalam memegang senjata api tidak efisien dan menyita waktu karna proses yang masih dilakukan secara vmanual. 2. Pencatatan laporan secara manual dirasa kurang efektif jika sewaktu waktu diperlukan laporan.
3.6
Analisa Kebutuhan Sistem
Pada analisisa kebutuhan sistem ini dipaparkan apa saja yang bersangkutan dengan kebutuhunan yang diperlukan dalam membangun sistem diantaranya ialah perangkat lunak, perangkat keras dan kebutuhan pengguna.
3.6.1 Kebutuhan Perangkat Lunak
Kebutuhan perangkat lunak ini untuk mempermudah pembuatan SPK dalam menentukan kelayakan polisi dalam memegang senjata api menggunakan metode scoring system diantaranya ialah sebagai berikut : 1. Tempat Penyimpanan database menggunakan Access 2003. 2. Borland Delphi 7 sebagai acuan untuk membuat aplikasi. 3. Windows 7 sebagai sistem operasi yang menjelankan aplikasi-aplikasi pendukung sistem yang akan dibuat.
58
4. Microsoft Visio untuk membuat skema aplikasi yang akan dibuat.
3.6.2
Kebutuhan Perangkat Keras
Sistem yang dikembangkan belum dapat diimplementasikan sebelum adanya perangkat komputer guna menunjang terciptanya sistem baru, yaitu berupa perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware). Perangkat keras (hardware) terdiri dari alat masukan, alat pemrosesan, alat output, dan media penyimpanan. Sedangkan perangkat lunak (software) digunakan untuk mendukung perangkat keras. Untuk dapat mengoprasikan Sistem Pendukung Keputusan dalam dalam menentukan kelayakan polisi dalam memegang senjata api menggunakan metode scoring system dibutuhkan spesifikasi hardware sebagai berikut : 1. Hardisk minimal 40 GB 2. Memori Minimal 512 MB 3. Processor intel dual core atau di atasnya. 4. Monitor 14” 5. Keyboard 6. Mouse 7. Printer 8. CPU
59
3.6.3
Kebutuhan Pengguna
Sistem pendukung keputusan yang dirancang ini khusus digunakan untuk menentukan kelayakan polisi dalam memegang senjata api menggunakan metode scoring system. Aplikasi yang dibuat, akan digunakan oleh karyawan yang telah ditentukan oleh POLRESTA Tanjungpinang untuk menggunakan aplikasi ini.
BAB IV
PERANCANGAN SISTEM
Perancangan merupakan bagian dari metodologi pengembangan-pengembangan suatu perangkat lunak yang dilakukan setelah melalui tahap analisis. Perancangan dapat didefinisikan sebagai penggambaran, perencanaan dan pembuatan sketsa atau pengaturan dari beberapa elemen yang terpisah ke dalam satu kesatuan yang utuh dan berfungsi. Pada tahapan perancangan sistem dilakukan antara lain perancangan untuk format masukan layer program, rancangan hasil atau keluaran dari program yang biasa disebut dengan program keluran. Perancangan basis data yang sesuai dengan file dan atribut yang ada pada analisis penyimpanan data, perancangan menu program yang menjelaskan menu yang akan kita gambarkan untuk membangun perangkat lunak dan perancangan struktur program yang berisi mengenai alur proses yang dimulai dari masukan sampai keluaran. Pada tahapan perancangan sistem ini juga akan dibuat sebuah diagram konteks dan data flow diagram, tahapan ini akan memberi gambaran mengenai aliran informasi dan proses yang berjalan dalam sistem.
60
61
4.1
Perancangan Prosedur yang Diusulkan Berikut akan diusulkan prosedur yang dirancang dalam proses menentukan
kelayakan seorang polisi dalam memegang senjata api pada POLRESTA Tanjungpinang.
4.1.1 Prosedur Flow Map Usulan Stock SENPI :
1. Bagian gudang senjata api memeriksa laporan peminjaman senjata api, laporan pengembalian senjata api dan kelengkapan senjata api dan peluru. Dan menginput data senjata api kedalam database. 2. Kemudian bagian gudang senjata api mencetak laporan stock senjata api sebanyak 3 lembar, 1 lembar diarsipkan di bagian gudang senjata api, 1 lembar diarsipkan di bagian administrasi, 1 lembar diarsipkan di kepala senjata api.
62
Gambar 4.1 Flow Map Usulan Stock SENPI
4.1.2 Prosedur Flow Map Usulan Surat Izin Memegang SENPI :
Anggota wajib memiliki surat ijin memegang senjata api yang dikeluarkan oleh bagian biro personel, berdasarkan hasil test psikologi, adapun prosedur untuk pembuatan surat ijin memegang senjata api, sebagai berikut: 1. Bagian biro personel memberikan formulir pemeriksaan psikologi kosong ke anggota yang hendak membuat surat ijin memegang senjata api.
63
2. Anggota mengisi formulir pemeriksaan psikologi kosong sesuai dengan biodata
anggota,
kemudian
formulir
pemeriksaan
psikologi
isi
dikembalikan ke bagian biro personel. 3. Bagian biro personel melakukan input data pemeriksaan psikologi kedalam database, kemudian mencetak laporan hasil pemeriksaan psikologi berdasarkan SPK. 4. Jika hasil tidak memenuhi maka bagian biro personel akan memberikan hasil pemeriksaan psikologi tidak layak ke anggota. 5. Apabila hasil pemeriksaan layak, maka hasil pemeriksaan akan di tandatangani oleh kabag. biro personel dan Dr. pemeriksa psikologi. 6. Selanjutnya akan dikeluarkan hasil pemeriksaan psikologi valid 2 lembar, 1 lembar diarsipkan biro personel dan dilakukan input hasil pemeriksaan psikologi kedalam database. 7. Kemudian cetak hasil pemeriksaan psikologi sebanyak 2 lembar untuk diarsipkan biro personel dan diserahkan kebagian kepala senjata api. 8. Dan 1 lembar hasil pemeriksaan psikologi valid diserahkan ke anggota untuk membuat surat ijin memegang senjata api. 9. Anggota
memberikan
hasil
pemeriksaan
psikologi
valid
memperlihatkann kartu tanda anggota POLRI ke bagian administrasi.
dan
64
10. Selanjutnya bagian administrasi menginput data surat ijin memegang senjata api kedalam database dan mencetak sebanyak 2 rangkap. kartu anggota POLRI dikembalikan. 11. Surat ijin memegang senjata api diberikan kepada kepala senjata api untuk ditandatangani. 12. Kepala senjata api memberikan tandatangan sehingga surat ijin memegang senjata api valid. 13. Surat ijin memegang senjata api valid diberikan ke bagian adminitrasi. 14. Surat ijin memegang senjata api valid diserahkan ke anggota 1 lembar untuk melakukan peminjaman senjata api, dan 1 lembar diarsipkan bagian administrasi.
65
Gambar 4.2 Flow Map Usulan Surat Izin Memegang SENPI
66
4.1.3
Prosedur Flow Map Usulan Peminjaman SENPI :
Proses peminjaman senjata api dapat dilakukan oleh Anggota, setelah Anggota memiliki surat ijin memegang senjata api. Berikut ini adalah prosedur peminjaman senjata api : 1. Anggota memberikan kartu tanda anggota Polri dan surat ijin memegang senjata api valid ke bagian administrasi. 2. Maka bagian administrasi akan menginput data jenis senjata yang akan dipinjam oleh anggota. 3. Bagian administrasi membuat memo model senjata api untuk diberikan ke bagian gudang senjata api. 4. Selanjutnya bagian gudang senjata api akan memeriksa kelengkapan senjata api. 5. Jika kelengkapan senjata api tidak tersedia, maka bagian gudang senpi mencetak memo pemberitahuan senjata api kosong yang diberikan ke bagian administrasi yang selanjutnya diberikan ke anggota. 6. Apabila kelengkapan senjata api tersedia, maka bagian gudang senpi akan menyiapkan data kelengkapan senjata api dan peluru sebanyak 2 rangkap, 1 rangkap diserahkan ke bagian administrasi dan diberikan ke anggota, 1 rangkap diarsipkan bagian gudang senpi. 7. Dari data data kelengkapan senjata api dan peluru bagian administrasi akan menginput data bukti peminjaman senjata api sebanyak 2 rangkap, 1
67
rangkap diarsipkan bagian administrasi 1 rangkap, 1 rangkap diserahkan ke Anggota untuk digunakan sebagaimana mestinya. 8. Dari bukti peminjaman senjata api bagian administrasi menginput data peminjaman senjata api dan mencetak laporan peminjaman senjata api menjadi 3 lembar. 9. Dan 1 lembar diarsipkan di bagian administrasi, 1 lembar diarsipkan di kepala senpi, 1 lembar diarsipkan bagian gudang senpi.
68
Gambar 4.3 Flow Map Usulan Peminjaman SENPI
69
4.1.4 Prosedur Flow Map Usulan Pengembalian SENPI :
Berikut ini adalah prosedur pengembalian senjata api: 1. Anggota yang akan mengembalikan peminjaman senjata api, diminta oleh bagian administrasi memperlihatkan kartu tanda angota polri dan wajib mengembalikan kelengkapan senjata api serta penggunaan peluru. 2. Bagian administrasi melakukan pengecekan kelengkapan senjata api, jika peluru digunakan, maka bagian administrasi akan menginput data pertanggung jawaban dan mencetak dokumen pertanggung jawaban. 3. Anggota akan melengkapi dokumen pertanggung jawaban penggunaan senjata api. Kemudian dikembalikan ke bagian administrasi. 4. Bagian administrasi akan meminta persetujuan dari kepala senpi untuk memvalidasi dokumen pertanggung jawaban pemakaian senjata api. 5. Jika dokumen pertanggung jawaban diterima maka kepala senpi akan memberikan Acc pada dokumen pertanggung jawaban. 6. Dan bagian administrasi akan melakukan penginputan data pengembalian senjata api. 7. Jika kepala senpi menolak dokumen pertanggung jawaban anggota, maka dokumen pertanggung jawaban akan dikembalikan ke bagian administrasi, dan diberikan ke anggota yang selanjutnya anggota diminta untuk melengkapi dokumen pertanggung jawabannya.
70
8. Jika Anggota tidak menggunakan peluru dan kelengkapan senjata api lengkap, maka kelengkapan senjata api dan peluru yang dikembalikan anggota, selanjutnya akan dikembalikan bagian adminitrasi ke bagian gudang senpi. 9. Bagian administrasi akan membuat menginput data pengembalian senjata api dan mencetak laporan menjadi 3 lembar, 1 lembar diarsipkan di bagian administrasi, 1 lembar diarsipkan di bagian gudang senpi, 1 lembar diarsipkan di kepala senpi.
Gambar 4.4 Flow Map Usulan Pengembalian SENPI
71
4.2
Diagram Konteks
Diagram konteks adalah diagram yang mengambarkan sistem dalam satu lingkaran
dan hubungan entitas luar dalam perancangan Sistem Pendukung
Keputusan menentukan kelayakan polisi dalam memegang senjata api menggunakan metode scoring system. Berikut ini adalah diagram konteks yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 4.5 Diagram Konteks
4.3
Rancangan Data Flow Diagram ( DFD )
Diagram DFD adalah diagram sistem ususlan yang menceritakan aliran data dalam Sistem Pendukung Keputusan menentukan kelayakan polisi dalam memegang senjata api menggunakan metode scoring system secara terkomputerisasi. Untuk lebih jelasnya lihat gambar Data Flow Diagram ( DFD ) level 0 dibawah ini :
72
Gambar 4.6 Data Flow Diagram Level 0
Gambar 4.7 Data Flow Diagram Level 1 Proses 5
73
4.4
Entity Relationship Diagram ( ERD )
Entity Relationship Diagram ( ERD ) atau diagram antar entitas adalah suatu diagram yang menggambarkan hubungan objek data yang disimpan yang ada dalam suatu sistem secara konseptual. Derajat relasi atau kardinalitas menunjukkan jumlah maksimum entitas yang dapat berelasi dengan entitas pada himpunan entitas yang lain. Macam-macam kardinalitas adalah: a. Satu ke satu ( one to one ) atau I - I , Setiap anggota entitas A hanya boleh berhubungan dengan satu anggota entitas B, begitu pula sebaliknya. b. Satu ke banyak ( one to many ) I - N, Setiap anggota entitas A dapat berhubungan dengan lebih dari satu anggota entitas B tetapi tidak sebaliknya. c. Banyak ke banyak ( many to many ) N - M, Setiap entitas A dapat berhubungan dengan banyak entitas himpunan entitas B dan demikian pula sebaliknya.
Gambar 4.8 Entity Relationship Diagram ( ERD )
74
4.5
Struktur Tabel
Dalam perancangan aplikasi yang berbasis data pada umumnya menggunakan file database yang memiliki struktur menggambarkan suatu entitas. Dalam perancangan struktur file merupakan suatu kumpulan dari data-data yang saling terkait dan berhubungan satu dengan yang lain. Untuk itu sistem kelayakan penerima raskin ini membutuhkan spesifikasi file untuk mempermudah dalam melakukan pemrograman, yang dapat dilihat dari tabel – tabel berikut ini :
Nama Table : Stock Primary Key : no_sj 4.1 Tabel Struktur Input Stock NO
Nama Field
Tipe
Ukuran
Keterangan
Text
10
No surat jalan
Date/Time
-
Kode supplier
1
no_sj
2
kd_supplier
3
no_po
Text
25
No purchase order
4
jenis_senpi
Text
15
Jenis senpi
5
tgl_masuk
Text
10
Tanggal masuk
6
no_senpi
Text
10
No seri senpi
7
merek_senpi
Text
15
Merek senpi
8
kaliber
Text
10
Kaliber
9
jumlah
Text
10
Jumlah
10
jumlah_peluru
Text
5
Jumlah peluru
11
keterangan
Text
5
Keterangan
75
Nama Table : Izin Primary Key : id_peminjaman 4.2 Tabel Struktur Input Izin NO
Nama Field
Tipe
Ukuran
Keterangan
1
id_peminjaman
Text
10
Id_peminjaman
2
nrp
Text
15
NRP
3
nama
Text
15
Nama
4
jenis_kelamin
Text
15
Jenis kelamin
5
jabatan
Text
15
jabatan
6
pangkat
Text
15
Pangkat
7
kesatuan
Text
15
kesatuan
8
alamat
Text
15
alamat
9
no_telp
Text
15
Nomor telepon
10
berlaku
Text
15
berlaku
11
sampai
Text
15
Tgl jatuh tempo
12
jenis
Text
15
Jenis senpi
13
kaliber
Text
15
Kaliber senpi
14
keterangan
Text
15
Keterangan
76
Nama Table : Peminjaman Primary Key : id_peminjaman
4.3 Tabel Struktur Input Peminjaman NO
Nama Field
Tipe
Ukuran
Keterangan
1
id_peminjaman
Text
10
Id_peminjaman
2
nrp
Text
15
NRP
3
nama
Text
15
Nama
4
jenis_kelamin
Text
15
Jenis kelamin
5
pangkat
Text
15
Pangkat
6
jabatan
Text
15
Jabatan
7
kesatuan
Text
15
Kesatuan
8
tgl_pinjam
Text
15
Tgl pinjam
9
sampai
Text
15
Tgl jatuh tempo
10
no_senpi
Text
15
No senpi
11
jenis
Text
15
Jenis senpi
12
merek
Text
15
Merek senpi
13
kaliber
Text
15
kaliber
14
jumlah_peluru
Text
15
Jumlah peluru
15
status
Text
15
Status
16
no_hp
Text
15
No Hp
17
alamat
Text
15
Alamat
77
Nama Table : Pengembalian Primary Key : id_peminjaman
4.4 Tabel Struktur Input Pengembalian NO
Nama Field
Tipe
Ukuran
Keterangan
1
id_peminjaman
Text
10
Id_peminjaman
2
nrp
Text
15
NRP
3
nama
Text
15
Nama
4
jenis_kelamin
Text
15
Jenis kelamin
5
pangkat
Text
15
Pangkat
6
jabatan
Text
15
Jabatan
7
kesatuan
Text
15
Kesatuan
8
tgl_pinjam
Text
15
Tgl pinjam
9
sampai
Text
15
Tgl jatuh tempo
10
no_senpi
Text
15
No senpi
11
jenis
Text
15
Jenis senpi
12
merek
Text
15
Merek senpi
13
kaliber
Text
15
Kaliber
14
jumlah_peluru
Text
15
Jumlah peluru
15
status
Text
15
Status
16
tgl_kembali
Text
15
No Hp
4.6
Perancangan Struktur Program
Struktur program adalah suatu konsep pembuatan yang berguna untuk mengelompokkan instruksi kedalam sub program fungsional, setiap sub program tersebut memiliki tugas dan fungsi tertentu yang digunakan untuk mendukung dari
78
keseluruhan program yang dibuat. Struktur program yang dibuat adalah sebagai berikut :
Gambar 4.9 Struktur Program
4.7
Perancangan Struktur Menu
Struktur menu yang digunakan dalam Sistem Pendukung Keputusan menentukan kelayakan polisi dalam memegang senjata api menggunakan metode scoring system, yaitu :
79
Gambar 4. 10 Struktur Menu
4.8
Perancangan Antar Muka ( Interface )
Dalam perancangan Antar Muka (Interface) adalah rancangan atau desain dari program yang dibuat. Yang pada umumnya desain mengenai form masukan ( input ), yaitu form-form yang bertugas untuk menerima dan memasukkan data ke dalam database. Dan desain keluaran ( output ), yaitu form yang bertugas memberikan laporan data yang di cetak dari data yang telah di masukkan. Dalam perancangan Antar muka ( Interface ) pada menu terdiri dari :
80
4.8.1 Rancangan Menu Utama
Menu utama merupakan halaman utama sistem, terdiri dari tiga bagian yaitu file, proses data dan laporan. Tampilan rancangan menu utama dapat dilihat pada Gambar 4.12
Gambar 4.12 Form Menu Utama
4.8.2
Rancangan Menu Data Stock SENPI
Pada rancangan input data stock berisikan data jenis senjata api tampilan rancangan input data stock dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Gambar 4.13 Form Input Data Stock
81
4.8.3 Rancangan Perizinan SENPI
Pada rancangan input data surat izin memegang senjata api berisikan data anggota yang diberikan izin memegang senjata api tampilan rancangan dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Gambar 4.14 Form Input Izin Memegang Senjata Api
4.8.4
Rancangan Peminjaman SENPI
Pada rancangan input data peminjaman senjata api berisikan data anggota yang melakukan peminjaman senjata api tampilan rancangan dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
82
Gambar 4.15 Form Input Peminjaman Senpi
4.8.5
Rancangan Pengembalian SENPI
Pada rancangan input data pengembalian senjata api berisikan data anggota yang melakukan pengembalian senjata api tampilan rancangan dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
83
Gambar 4.16 Form Input Pengembalian Senjata Api
BAB V
IMPLEMENTASI SISTEM
5.1
Definisi Implementasi Sistem
Implementasi sistem adalah prosedur yang dilakukan untuk menyelesaikan desain yang ada dalam dokumen desain sistem yang disetujui dan menguji, menginstal, memulai, serta menggunakan sistem yang baru atau sistem yang diperbaiki
5.2
Tujuan Implementasi Sistem
Tujuan dari implementasi sistem yaitu agar sistem yang akan dibangun sesuai dengan apa yang diharapkan, adapun dari tujuan dari implementsi sistem yaitu: 1.Menyelasaikan desain sistem yang ada dan telah disetujui. 2.Menulis, menguji program dan prosedur-prosedur. 3.Memastikan bahwa konfrensi ke sistem baru bisa berjalan dan melatih pemakai. 4.Memperhitungkan bahwa sistem memenuhi permintaan yaitu dengan menguji sistem secara menyeluruh.
84
85
5.3
Kebutuhan Implementasi Sistem
Kegiatan implementasi ini meliputi kebutuhan perangkat lunak, perangkat keras, pemilihan bahasa pemrograman yang sesuai, query yang digunakan ,pemrograman dan pengujian sistem yang telah dirancang sesuai dengan kebutuhan instansi atau perusahaan.
5.3.1 Kebutuhan Perangkat Lunak
Sistem yang dikembangkan belum dapat diimplementasikan sebelum adanya perangkat komputer guna menunjang terciptanya sistem baru, yaitu berupa perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware). Perangkat keras (hardware) terdiri dari alat masukan, alat pemrosesan, alat output, dan media penyimpanan. Sedangkan perangkat lunak (software )digunakan untuk mendukung perangkat keras. Sistem Pendukung Keputusan untuk Menentukan Kelayakan Polisi Dalam Memegang Senjata Api Menggunakan Metode Scoring System dibutuhkan spesifikasi hardware sebagai berikut : a. Sistem oprasi yang di gunakan adalah windows 7. b. Aplikasi Microsoft Word 2007 media yang dipakai untuk pengetikan penulisan laporan skripsi. c. Aplikasi Microsoft Visio 2007 media yang dipakai untuk membuat gambar laporan skripsi. d. Aplikasi microsoft Access 2003 media penyimpanan data yang dipakai untuk pembuatan program.
86
e. Borland delphi 7 yang dipakai dalam aplikasi sistem pendukung keputusan menentukan jumlah produksi berdasarkan data permintaan dan persediaan.
5.3.2 Kebutuhan Perangkat Keras
Kebutuhan perangkat keras yang dibutuhkan untuk membangun aplikasi Sistem Pendukung Keputusan untuk Menentukan Kelayakan Polisi Dalam Memegang Senjata Api Menggunakan Metode Scoring System ini sesuai dengan rekomendasi minimum adalah sebagai berikut : Perangkat Keras atau Hardawere merupakan suatu elemen yang gunakan dalam aplikasi.Kebutuhan perangkat keras sebagai berikut : 1. Hardisk terpasang 160 GB, disarankan diatasnya. 2. Mouse dan Keyboard 3. Monitor 4. Printer 5. RAM 256 MB, disarankan diatasnya. 6. VGA card dan memori 2 MB, disarankan diatasnya. 7. Monitor SVGA dengan revolusi 800x600, disarankan diatasnya.
5.3.3 Pemakai ( Brainware ) Dalam mengelola sebuah program diperlukan sumber daya manusia yang akan menjadikan program dapat berjalan dengan baik dan efisien. Disini
87
pemakai sistem yang dibangun adalah karyawan yang sudah di tetapkan oleh pemilik.
5.4
Pengujian Perangkat Lunak
Pengujian perangkat lunak adalah elemen kritis dari jaminan kualitas perangkat lunak dan mempresentasikan kajian pokok dari spesifikasi, desain, dan pengkodean. Ada 2 cara dalam pengujian perangkat lunak, yaitu pengujian black box dan penguji white box. Black Box Testing, Pengujian black box merupakan metode perancangan data uji yang didasarkan pada spesifikasi perangkat lunak. Data uji dibangkitkan, pada perangkat lunak dan kemudian keluaran dari perangkat lunak dicek apakah telah sesuai dengan yang diharapkan. pengujian yang dilakukan dengan black box testing sebagai berikut :
Modul yang diuji Login
Tabel 5.1.Tabel Pengujian Proses Pengujian Hasil yang Dicapai Setelah mengisi username Login bisa
Hasil yang Diharapkan Login bisa
password pengguna bisa
Berhasil
menggunakan sistem
Berhasil
88
Tabel 5.1.Tabel Pengujian Mengosongkan Sistem semua isian data, menampilkan lalu langsung pesan "Mohon Mengklik tombol isi data Dengan 'SAVE'. lengkap Proses penginputan data Data dapat Pengadaan SENPI dengan Tersimpan mengklik tombol 'SAVE' kedalam database Input data Menginputkan data anggota Sistem peminjaman yang meminjam SENPI menampilkan SENPI dengan mengklik tombol pesan "Mohon 'SAVE'. isi data dengan lengkap" Proses penginputan data Data dapat peminjaman SENPI secara tersimpan otomatis mengupdate data kedalam stock database Input data Menginputkan data anggota Sistem izin yang layak memegang menampilkan memegang SENPI dengan mengklik pesan "Mohon SENPI tombol 'SAVE'. isi data dengan lengkap" Proses penginputan data izin Data dapat memegang SENPI dengan tersimpan mengklik tombol 'SAVE' kedalam database Input data Mengosongkan Sistem kembalikan semua isian data, menampilkan SENPI lalu langsung pesan "mohon mengklik tombol isi data dengan 'SAVE'. lengkap” Input Data Stock SENPI
Dari penginputan jumlah produksi jumlah persediaan otomatis bertambah
Data dapat tersimpan kedalam database
Sistem menampilkan pesan "Mohon isi data Dengan lengkap Data dapat Tersimpan kedalam Database Sistem menampilkan pesan "Mohon isi data dengan lengkap" Data dapat tersimpan kedalam database Sistem menampilkan pesan "Mohon isi data dengan lengkap" Data dapat tersimpan kedalam database Sistem menampilkan pesan "mohon isi data dengan lengkap” Data dapat tersimpan kedalam database
89
Proses Input data SPK
Proses pencetakan laporan
Tabel 5.1.Tabel Pengujian Mengosongkan Data dapat semua isian data, Tersimpan lalu langsung kedalam mengklik tombol database 'SAVE'.
Data dapat Tersimpan kedalam database
Proses pencetakan dengan
Sistem berhasil
Sistem berhasil
mengklik menu laporan lalu
menampilkan
menampilkan
pilih laporan yang akan
laporan
laporan
dicetak
BAB VI
PENUTUP
Kesimpulan merupakan ringkasan yang diambil dari pembahasan perangkat lunak yang dibuat, sedangkan saran diberikan untuk pengguna aplikasi yang merupakan hasil perancangan yang dapat menjadi bahan referensi untuk meningkatkan kinerja POLRESTA Tanjungpinang agar menjadi lebih baik.
6.1
Kesimpulan
Setelah merancang Sistem Pendukung Keputusan untuk Menentukan Kelayakan Polisi Dalam Memegang Senjata Api Menggunakan Metode Scoring System, penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut: 1. Aplikasi ini dapat menentukan kelayakan polisi dalam memegang senjata api berdasarkan kriteria beserta bobot nilai yang telah ditentukan menggunakan metode Scoring System. 2. Aplikasi
Sistem Pendukung Keputusan ini
dikembangkan dengan
menggunakan metode Scoring System. 3. Hasil Penilaian kelayakan polisi dalam memegang senjata api dapat digunakan untuk mengetahui para calon polisi mana yang layak memegang senjata api sesuai dengan kriteria POLRESTA Tanjungpinang
90
91
6.2
Saran
Dari hasil Skripsi yang penulis paparkan, baik dalam penelitian maupun pengerjaan pembuatan,“ Sistem Pendukung Keputusan untuk Menentukan Kelayakan Polisi Dalam Memegang Senjata Api Menggunakan Metode Scoring System” terdapat beberapa saran : 1. Penelitian ini dapat dikembangkan dengan menambahkan perhitungan penilaian kelayakan polisi dalam memegang senjata api dengan metode lain agar dapat digunakan sebagai pembanding. 2. Perlu perawatan dan terus di evaluasi agar program ini dapat memberikan pelayanan yang lebih baik. 3. Pemakai harus memperhatikan kekurangan dan kelemahan aplikasi ini agar dapat segera dicari penyelesaian masalahnya.
DAFTAR PUSTAKA
AlFatta, Hanif. 2003. Analisis InformasiAndi:Yogyakarta.
dan
Perancangan
Sistem
Kusrini. 2007. Konsep dan Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan. Yogyakarta: Andi. Nugroho, Adi. 2005. Analisa dan Perancangan Sistem Informasi dengan Metodologi Berorientasi Objek. Informatika Bandung: Bandung. Pontas M. Pardede. 2005. Manajemen Operasi dan Produksi. Yogyakarta: Andi. Sutabri, Tata.2004.Analisa Sistem Informasi. Andi:Yogyakarta. Tata Sutabri. 2005. Sistem Informasi Manajemen. Yogyakarta: Andi. Turban, E, Aronson, Jay E & Liang, Teng-Ping. 2005. Decission Support Systems and Intelligent Systems Edisi 7 Jilid 2. Yogyakarta: Andi.