Sistem Pendukung Keputusan Perencanaan Produksi PT. XYZ dengan Pendekatan Simulasi Oleh Novita Ariyanti, S.Kom Dosen Tetap Sekolah Tinggi Ilmu Komputer Abstrak Perusahaan yang menjadi objek artikel merupakan suatu industri pabrik plastik poly propilena yang memproduksi banyak varian produk plastik. Permasalahan utama yang dihadapi ialah proses perencanaan produksi yang belum mampu memberi informasi berkaitan dengan kapan suatu varian produk harus tersedia dalam jumlah tertentu. Kendala dalam perencanaan produksi tersebut adalah terbatasnya kapasitas produksi terhadap karakteristik varian produk yang akan diproduksi dan terdapatnya ketidapastian dalam tingkat permintaan produk. Pendekatan yang digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi perusahaan adalah dengan pendekatan simulasi. Pada artikel ini, proses simulasi diulang sebanyak tiga kali. Dari tiga kali perulangan, dapat disimpulkan bahwa total biaya yang dihasilkan pada proses perencanaan produksi yang diusulkan lebih kecil dibandingkan pada status quo. Kata Kunci : Perencanaan Produksi, Pendekatan Simulasi, Sistem Pendukung Keputusan 1.
PENDAHULUAN
PT. XYZ merupakan perusahaan manufaktur yang memproduksi plastik poly propilena dengan jumlah varian yang banyak. Secara garis besar, varian produk plastik yang diproduksi dapat dikelompok menjadi poly propilena jenis plat dan poly propilena jenis gelombang. Proses perencanaan produksi yang dilakukan sekarang ini pada PT. XYZ seringkali berkaitan erat dengan pengambilan keputusan terhadap jenis lini yang akan digunakan dan jumlah yang akan diproduksi untuk masing-masing varian. Perencanaan menjadi semakin rumit karena pada proses perencanaan itu sendiri, dibutuhkan kemampuan dari pengambil keputusan dalam menentukan prioritas varian produk yang akan diproduksi. Adapun masalah yang telah dirumuskan dalam penelitian, yaitu bagaimana caranya agar proses penjadwalan produksi yang dirancang mampu memberikan berbagai alternatif keputusan perencanaan produksi yang mengendalikan sumber daya perusahaan yang terbatas dalam hubungannya dengan biaya yang mungkin terjadi sebagai hasil dari pengambilan keputusan tersebut? Sistem seperti apakah yang dibutuhkan oleh PT. XYZ yang mampu mengorganisir proses perencanaan penjadwalan produksi hingga perencanaan kebutuhan bahan baku dengan baik dan memberikan output, baik berupa informasi ataupun laporan sebagai masukkan dalam proses pengambilan keputusan perencanaan produksi? Agar penyelesaian masalah dapat lebih terarah pada tujuan penelitian sehingga Jurnal MEDIA SISFO Vol. 4, No.1, Februari 2010 - STIKOM Dinamika Bangsa - JaMBI
42
memberikan manfaat yang diharapkan, ruang lingkup penelitian dibatasi sebagai berikut: Penelitian dilakukan pada perusahaan PT. XYZ, khususnya pada bagian produksi plastik poly propilena. Produk yang diikutsertakan dalam penelitian merupakan produk yang masih aktif diproduksi oleh PT. XYZ pada saat penelitian ini dilakukan. Semua fasilitas penunjang produksi diasumsikan berada dalam kondisi yang baik sehingga tidak ada kerusakan teknis fasilitas yang dapat mengakibatkan proses produksi terhambat. Oleh karena itu, waktu perbaikan mesin tidak diperhitungkan. Proses perhitungan sensitifitas biaya terhadap keputusan yang diambil hanya mencakup biaya yang bersifat variabel antar alternatif keputusan; Proses perencanaan kebutuhan bahan baku yang dilakukan merupakan output yang dihasilkan oleh keputusan perencanaan penjadwalan produksi yang diambil. Proses perencanaan kebutuhan baku tidak mencakup informasi waktu pemesanan bahan baku dan bagaimana strategi pemesanan bahan baku yang akan dilakukan; Sistem yang dirancang untuk. PT. XYZ hanya mencakup sistem yang dibutuhkan untuk mendukung pengambilan keputusan perencanaan produksi. Sistem pendukung keputusan yang dirancang hanya mencakup komponen manajemen model, komponen manajemen data, dan komponen manajemen antarmuka. Sistem informasi yang diusulkan untuk mendukung pengambilan keputusan hanya berdasarkan pada batasan yang telah dipertimbangkan pada model yang dibangun. Penelitian ini memiliki tujuan merancang suatu proses perencanaan penjadwalan produksi bagi PT. XYZ yang mampu memberikan berbagai alternatif keputusan yang berkaitan dengan pengendalian sumber daya yang ada dalam perusahaan, khususnya kapasitas produksi. Proses perencanaan produksi yang dirancang juga harus mampu memberikan informasi perbandingan biaya yang sensitif terhadap keputusan yang akan mengorganisir proses perencanaan penjadwalan produksi hingga perencanaan kebutuhan bahan baku dengan baik dan memberikan output, baik berupa informasi maupun laporan sebagai masukkan dalam proses pengambilan keputusan perencanaan produksi.
2. 2.1.
TINJAUAN PUSTAKA Simulasi Monte Carlo
Kakiay (2003:1) mengemukakan bahwa simulasi sebagai suatu metode yang digunakan untuk memecahkan atau menguraikan persoalan dalam kehidupan nyata yang penuh dengan ketidakpastian dengan tidak atau menggunakan model atau metode tertentu dan lebih ditekankan pada pemakaian komputer untuk mendapatkan solusinya. Menurut Kakiay (2003:114), Simulasi Monte Carlo menggunakan data yang sudah ada (historical data) yang sebenarnya dipakai pada simulasi untuk tujuan lain. Dasar simulasi monte carlo adalah percobaan dari peluang (probabilitas) elemen melalui penarikan contoh acak (random sampling). Lima langkah untuk melakukan simulasi monte carlo: 1. Membuat suatu distribusi probabilitas dari variabel pentingnya. 2. Menyusun distribusi probabilitas kumulatifnya dari setiap variabel yang berasal dari langkah 1. 3. Membuat suatu interval angka acak dari setiap variabelnya. 4. Men-generate angka acak. 5. Melakukan simulasi secara berkala untuk percobaannya. Jurnal MEDIA SISFO Vol. 4, No.1, Februari 2010 - STIKOM Dinamika Bangsa - JaMBI
43
2.2.
a. b. c. d.
Pengambilan Keputusan Empat tahapan dalam pembuatan keputusan adalah: Intelligence (menemukan apa yang harus diperbaiki) Design (menemukan perbaikan) Choice (mengambil perbaikan Implementation (mengimplementasikan perbaikan).
Decision supports system (DSS) menurut Haag et. al. (2005:183) merupakan suatu sistem teknologi informasi yang sangat fleksibel dan interaktif yang didesain untuk mendukung proses pengambilan keputusan pada saat menghadapi masalah yang tidak terstruktur. Menurut Turban (2000:100), aplikasi DSS dibentuk dari subsistem. Subsistem yang pertama adalah Data Management Subsystem, meliputi database yang berisi data yang relevan terhadap situasi yang bersangkutan dan diatur oleh software yang disebut Database Management System (DBMS). Data Management Subsystem dapat diintegrasikan dengan data warehouse perusahaan, suatu penyimpanan data yang relevan untuk pembuatan keputusan perusahaan. Kedua adalah Model Management Subsystem merupakan software yang meliputi model keuangan, statistik, ilmu manajemen, dan kuantitatif lainnya yang menyediakan kemampuan analisis sistem dan manajemen software yang tepat. Software itu juga sering disebut Modelbase Management System (MBMS). Komponen itu dapat diintegrasikan dengan penyimpanan eksternal model perusahaan. Ketiga, Knowledge-based Management Subsytem. Subsistem itu dapat mendukung subsistem lainnya atau berperan sebagai komponen yang bebas. Subsistem dapat diintegrasikan dengan knowledge depository perusahaan yang disebut organizational knowledge base. Terakhir, User Interface Subsystem. User berkomunikasi dan memberi perintah pada SPK melalui subsistem itu.
3.
METODE PENELITIAN
Pendekatan simulasi yang digunakan untuk menilai berbagai alternatif keputusan berkaitan dengan pengendalian sumber daya yang ada pada PT. XYZ, dengan menggunakan indikator biaya produksi.. Simulasi tingkat permintaan produk didasarkan pada distribusi probabilitas yang dibangun berdasarkan data historis permintaan pengiriman produk. Pada tahap ini, disimulasikan terjadinya permintaan atau tidak, dan bila terjadi dilanjutkan dengan simulasi tingkat permintaan produk. Simulasi tingkat kebutuhan produksi masing-masing varian produk dilakukan berdasarkan % target produksi yang ditetapkan terhadap total hasil permintaan varian produk yang disimulasikan. Dari hasil simulasi tingkat kebutuhan produksi, diperoleh informasi berkaitan dengan maximum date suatu varian produk dibutuhkan dan jumlah yang dibutuhkan. Proses pembuatan rencana produksi yang diusulkan menggunakan karakteristik produk. Bila produk tipe motif maka lini yang digunakan adalah lini tiga. Bila produk bukan motif dan berwarna putih atau putih susu maka lini yang digunakan adalah lini dua Jurnal MEDIA SISFO Vol. 4, No.1, Februari 2010 - STIKOM Dinamika Bangsa - JaMBI
44
sedangkan produk bukan motif dan bukan berwarna putih dan putih susu maka lini yang digunakan adalah lini satu. Kebijakan penggunaan lini itu ditujukan untuk memudahkan pembuatan rencana awal. Namun, kebijakan itu dapat tidak ditaati atau dengan kata lain, pembuatan rencana produksi awal harus disesuaikan sedemikian rupa agar masingmasing varian produk dapat selesai diproduksi sebelum maximum date yang telah disimulasikan. Proses pembuatan rencana kebutuhan bahan baku didasarkan pada rencana produksi yang telah dibuat. Pada proses itu, ditentukan jumlah kebutuhan masing-masing bahan baku untuk masing-masing proses kemudian digeneralisasikan menjadi kebutuhan bahan baku setiap hari produksinya. Langkah selanjutnya adalah dengan menentukan kebutuhan bersih masing-masing bahan baku yang perlu dibeli. Sistem yang dibangun untuk mendukung proses perencanaan produksi pada PT. XYZ adalah suatu sistem pendukung keputusan dan sistem ini mampu mengorganisir proses perencanaan penjadwalan produksi hingga perencanaan kebutuhan bahan baku. Sistem pendukung keputusan yang dirancang ini juga mampu memberikan usulan dalam proses pengambilan keputusan perencanaan produksi sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan, yaitu biaya produksi. Komponen model dari sistem pendukung keputusan yang dibangun menggunakan model analitis dengan pendekatan simulasi. Analisis terhadap sistem yang sedang berjalan dan sistem yang akan diusulkan dilakukan dengan data flow diagram. Dari hasil analisis itu, dilakukanlah perancangan dengan entity relationship diagram, kamus data, spesifikasi proses. Untuk merancangan alur dari sistem pendukung keputusan yang dibangun digunakan state transition diagram. Sistem yang dibangun dapat diakses oleh lima tipe pengguna sistem, yaitu manajer pembelian, manajer penjualan, manajer PPIC, kepala gudang, dan admin yang bertindak sebagai developer sistem. Sistem yang dibuat mampu menggunakan distribusi probabilitas yang dibangun berdasarkan data historis pengiriman barang dan data lainnya dari pihak yang terkait menjadi suatu sistem terintegrasi yang mampu memenuhi kebutuhan informasi dalam melakukan perencanaan produksi. Sistem itu juga mampu memberikan output berupa informasi ataupun laporan yang mampu meningkatkan komunikasi yang sinergis antara divisi PPIC dengan divisi lainnya dalam perusahaan. Perbandingan antara proses perencanaan produksi yang sekarang dengan perencanaan produksi yang diusulkan dilakukan dengan kondisi yang sama, yaitu terhadap situasi permintaan produk yang disimulasikan. Simulasi dilakukan sebanyak tiga kali sedangkan skenario pengembangan alternatif keputusan pada perencanaan produksi yang diusulkan dilakukan dengan dua tingkat target produksi, yaitu 25% dan 50%. Pada situasi yang pertama kali disimulasikan, usulan dengan target 50%, usulan dengan target 25%, dan perencanaan produksi yang sekarang.
4. 4.1.
PEMBAHASAN Simulasi Perencanaan Produksi
Menentukan probabilitas terdapatnya permintaan atau tidak selama periode peramalan yang diinginkan, didasarkan pada data historis jumlah permintaan pengiriman barang selama tiga bulan sebelumnya dengan membagi jumlah hari terjadinya permintaan Jurnal MEDIA SISFO Vol. 4, No.1, Februari 2010 - STIKOM Dinamika Bangsa - JaMBI
45
dengan jumlah hari jendela peramalan, yaitu = 52/92 x 100% = 56,52%. Sebagai contoh, peramalan terjadinya permintaan pada bulan November 2009 dilakukan dengan memilih angka random sebanyak 30 (jumlah hari pada bulan November 2009 adalah 30 hari). Lalu terjadinya permintaan atau tidak ditentukan dengan cara membandingkan angka random dengan tingkat probabilitas yang telah dihitung. Bila angka random lebih kecil atau sama dengan 0,5652 maka diramalkan akan terjadi permintaan pada hari tersebut, sebaliknya bila angka random lebih besar dari 0,5652 maka diramalkan tidak akan terjadi permintaan pada hari tersebut. Pada ulangan ke-1, disimulasikan bahwa pada tanggal 2, 3, 5, 6, 9, 10, 11, 13, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 22, 23, 24, 27, 28, 30 bulan November 2007 terdapat permintaan pengiriman barang. Probabilitas jumlah permintaan produk didasarkan pada data historis permintaan pengiriman barang. Probabilitas produk itu kemudian akan digunakan untuk meramalkan jumlah permintaan produk yang diminta bila terjadi permintaan pengiriman produk. Sebagai contoh, dapat dilihat hasil pendataan probabilits tingkat permintaan produk pada salah satu varian produk poly propilena. Tabel 1. Probabilitas Jumlah Permintaan Produk Gelombang Jumbo Ukuran 1,5 m
Peramalan tingkat permintaan produk pada bulan November 2009 untuk produk ke-1 hingga ke-n dapat dilakukan dengan langkah berikut. Pertama, memilih angka random sebanyak jumlah hari terdapatnya permintaan. Sesuai dengan hasil simulasi terjadinya permintaan, disimulasikan bahwa akan terjadi 20 kali permintaan barang pada bulan November 2009, yaitu pada tanggal 2, 3, 5, 6, 9, 10, 11, 13, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 22, 23, 24, 27, 28, 30, maka angka random diacak sebanyak 20 kali untuk masing-masing produk. Kedua, menentukan tingkat permintaan yang terjadi jika terdapat permintaan produk dapat dilakukan dengan cara membandingkan angka random dengan cumulative density frequency yang diperoleh berdasarkan probabilitas tingkat permintaan masingmasing produk. Bila angka random yang dibandingkan terdapat pada rentang batas tingkat permintaan x maka diramalkan bahwa pada periode tersebut, terjadi permintaan produk sebanyak x. Penentuan kebutuhan produksi untuk bulan November 2009 dapat dilakukan dengan langkah berikut. Pertama, PT. XYZ memproduksi banyak varian produk. Oleh karena itu, terlebih dahulu harus ditentukan produk mana yang butuh diprioritaskan. Proses penentuan itu dapat dilakukan secara harian dengan cara membandingkan stok awal dan permintaan produk pada hari tersebut. Jika stok awal lebih kecil dari permintaan Jurnal MEDIA SISFO Vol. 4, No.1, Februari 2010 - STIKOM Dinamika Bangsa - JaMBI
46
produk, hal itu berarti akan terjadi kekurangan produk pada hari tersebut dan akan terjadinya back order. Oleh karena itu, pada hari tersebut sebaiknya terjadi penambahan produk dengan jumlah tertentu sehingga stok mampu memenuhi permintaan. Dalam hal ini, hari dimana sebaiknya terjadinya penambahan produk diistilahkan sebagai maximum date. Kedua, setelah menentukan maximum date, langkah berikutnya adalah menentukan jumlah harus diproduksi. Jumlah yang harus diproduksi ditentukan berdasarkan tingkat target produksi yang diinginkan oleh perusahaan. Pihak perusahaan khususnya manajer PPIC dapat menentukan berbagai tingkat target produksi, yaitu 10%, 25%, 50%, dan sebagainya, dengan asumsi bahwa target produksi itu merupakan faktor dari total peramalan permintaan masing-masing produk. Ketiga, setelah menentukan maximum date dan jumlah yang harus diproduksi, ditentukanlah jenis lini yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan produksi. Langkah itu juga merupakan langkah awal dalam menentukan rencana produksi. Berikut ditampilkan hasil pembuatan kebutuhan produksi dengan target produksi 50% berdasarkan hasil simulasi tingkat permintaan yang telah dijabarkan. Tabel 2. Kebutuhan Produksi dengan Target Produksi 50%
Pembuatan Rencana Produksi didasarkan pada hasil simulasi kebutuhan produksi. Pada proses pembuatan rencana produksi, diperlukan masukkan berupa intuisi dan pengetahuan dari manajer untuk mengatur urutan pemrosesan kebutuhan produksi sedemikian rupa yang tujuannya untuk meminimalkan biaya produksi, meminimumkan waktu set up mesin, dan meminimumkan waktu pencucian warna. Langkah yang dilakukan untuk membuat rencana kebutuhan bahan baku, yaitu konversi satuan (unit menjadi kilogram) diperoleh dengan mengalikan unit produksi dengan ukuran produk dengan berat produk; Menentukan jumlah kebutuhan berdasarkan komposisi campuran yang telah ditentukan untuk masing-masing produk.
4.2.
Pengambilan Keputusan Perencanaan Produksi
Proses pengembangan alternatif keputusan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan beberapa tingkat target produksi pada proses pembuatan perencanaan Jurnal MEDIA SISFO Vol. 4, No.1, Februari 2010 - STIKOM Dinamika Bangsa - JaMBI
47
produksi. Pada penelitian ini, target produksi yang digunakan adalah 25% dan 50%. Karena sistem pendukung keputusan yang dibangun dilakukan dengan pendekatan simulasi, pengembangan alternatif keputusan dapat diulang sedemikian rupa sehingga alternatif yang dihasilkan semakin beragam dan luas. Pada penelitian ini, pendekatan simulasi yang dilakukan, diulang sebanyak tiga kali. Proses pengambilan keputusan pada umumnya menggunakan suatu tolok ukur dalam menentukan keputusan yang dianggap terbaik dari beberapa alternatif keputusan yang tersedia. Pada penelitian ini, indikator yang digunakan untuk memilih suatu keputusan diantara alternatif keputusan yang ada adalah biaya produksi dan biaya produksi itu merupakan hasil penjumlahan biaya listrik, biaya pencucian, biaya penyimpanan, dan biaya back order. Berikut ini ditampilkan proses pengembangan alternatif keputusan dan pengambilan keputusan perencanaan produksi yang dilakukan pada penelitian ini.
Gambar 1. Pengembangan Alternatif Keputusan
Karena indikator pengambilan keputusan terbaik yang ditetapkan adalah total biaya produksi, keputusan yang akan diusulkan oleh sistem adalah rencana produksi dengan target produksi 25% dengan pendekatan simulasi perulangan kedua dan total biaya produksinya adalah Rp.62.832.488,-. Berdasarkan karateristik sistem pendukung keputusan yang diuraikan dalam Turban (2000:99), yaitu sistem pendukung keputusan bertujuan untuk mendukung pembuat keputusan, bukan untuk menggantikan pembuat keputusan maka dapat disimpulkan bahwa usulan yang diberikan oleh sistem berdasarkan indikator biaya yang ditetapkan, tidaklah bersifat memaksa.
4.3.
Perbandingan Proses Perencanaan Produksi Status Quo dan Usulan
Jurnal MEDIA SISFO Vol. 4, No.1, Februari 2010 - STIKOM Dinamika Bangsa - JaMBI
48
Proses perbandingan dilakukan dengan data peramalan yang sama, yaitu data hasil peramalan yang dilakukan dengan pendekatan simulasi.
Gambar 2. Perbandingan Total Biaya Produksi Status Quo dengan Usulan Pada Gambar 2, dapat dilihat bahwa biaya yang dihasilkan pada status quo lebih besar dibandingkan pada rencana produksi usulan. Selain meminimumkan biaya, perencanaan produksi yang diusulkan juga dapat meminimumkan back order karena dalam membuat rencana produksi usulan, perencana disediakan informasi mengenai kapan produk dibutuhkan. Selain itu, dalam perencanaan produksi yang diusulkan, kekuatan informasi eksternal juga diikutsertakan dan manajer PPIC diharapkan mampu mengambil informasi dari pihak distributor berkaitan dengan prioritas produk yang diinginkan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa proses perencanaan produksi yang diusulkan lebih baik dari proses perencanaan produksi yang diterapkan sekarang ini pada PT.XYZ. 4.4. Usulan Penerapan Pada bagian ini dijelaskan bagaimana sistem pendukung keputusan perencanaan produksi yang telah dirancang sedemikian rupa dengan pendekatan simulasi akan diintegrasikan dan diterapkan di lapangan. Untuk mempertahankan reliabilitas sistem dalam mendukung proses perencanana produksi pada PT.XYZ, terdapat beberapa kondisi yang harus dipertahankan oleh perusahaan sehingga output yang dihasilkan dapat diandalkan dalam pengambilan keputusan sebagai berikut. Pertama, perusahaan harus membuat suatu kebijakan yang menetapkan kapan informasi yang dibutuhkan sebagai masukkan ke dalam sistem sudah harus tersedia dan lengkap sebelum sistem perencanaan produksi itu digunakan. Kedua, perusahaan harus menjaga hubungan baik dengan distributor dan kedekatan itu diharapkan dapat memberikan masukkan berupa perubahan Jurnal MEDIA SISFO Vol. 4, No.1, Februari 2010 - STIKOM Dinamika Bangsa - JaMBI
49
minat pasar yang ada yang merupakan informasi krusial dalam pembuatan rencana produksi. Ketiga, dalam proses pembuatan rencana produksi, perencana sebaiknya benarbenar memperhatikan faktor maximum date yang telah diberikan. Perencana sebaiknya mengusahakan sedemikian rupa sehingga produk dapat selesai sebelum atau pada maximum date yang telah ditentukan. Keempat, selain itu, perencana juga sebaiknya memperhatikan faktor pencucian warna dan penggantian mesin. Dalam hal meminimalkan biaya, perencana sebaiknya menghindari proses pencucian warna dari coklat ke putih karena selain menghabiskan biaya listriks selama setengah jam, juga meningkatkan biaya pencucian mesin yang sangat besar. Sistem pendukung keputusan yang dirancang memungkinkan beberapa pengguna yang dipisahkan oleh gedung yang bersebelahan. Oleh karena itu, sistem ini akan membutuhkan jaringan yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mendukung aliran informasi antar client dengan server. Adapun perangkat keras minimum yang direkomendasikan adalah sebagai berikut. Pertama, Client, yaitu Prosesor: Pentium III 800 MHz, Memory: 512 MB, Hard Disk: 40 GB, Keyboard & Mous: Monitor CRT 15”. Kedua, Server, yaitu Prosesor: Pentium IV 1,2 GHz, Memory: 512 MB, Hard Disk: 80 GB, Keyboard & Mouse: Monitor CRT 15”. Ketiga, Printer Inkjet HP untuk divisi pembelian, penjualan dan PPIC, dan printer dot matrix LX-300 untuk divisi gudang. Keempat, Switch. Bahasa pemrograman yang digunakan adalah Visual Basic 6.0 dengan dukungan database dari Microsoft Access 2003 dan fungsi pembuatan laporan dengan Crystal Report 8.5. Sistem operasi minimum yang direkomendasikan adalah Windows XP Professional Edition untuk Client dan Windows Server 2003 R2 Standard Edition untuk Server.
5.
PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, dapat ditarik beberapa simpulan yang berkaitan dengan sistem pendukung keputusan perencanaan produksi pada PT. XYZ. Simulasi dilakukan sebanyak tiga kali sedangkan skenario pengembangan alternatif keputusan pada perencanaan produksi yang diusulkan dilakukan dengan dua tingkat target produksi, yaitu 25% dan 50%. Dengan skenario usulan target 50%, 25%, dan status quo, pada simulasi pertama, biaya produksi masingmasing mencapai sebesar Rp 84.432.677,-; Rp 73.366.890,-; dan Rp 103.608.169,-. Pada simulasi kedua, berturut-turut adalah Rp.77.153.378,-; Rp.62.832.488,-; Rp101.188.052,. Pada simulasi ketiga, berturut-turut adalah Rp.78.579.496,-; Rp.68.846.895,-; Rp103.302.597,-. Dari hasil perbandingan biaya tersebut, dapat disimpulkan bahwa proses perencanaan produksi yang diusulkan lebih baik dari proses perencanaan produksi yang sekarang. Selain meminimumkan biaya, perencanaan produksi yang diusulkan juga dapat meminimumkan back order karena dalam membuat rencana produksi usulan itu, perencana disediakan informasi mengenai kapan produk dibutuhkan. Selain itu, dalam perencanaan produksi yang diusulkan, kekuatan informasi eksternal juga diikutsertakan dan manajer PPIC diharapkan mampu mengambil informasi dari pihak distributor Jurnal MEDIA SISFO Vol. 4, No.1, Februari 2010 - STIKOM Dinamika Bangsa - JaMBI
50
berkaitan dengan prioritas produk yang diinginkan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa proses perencanaan produksi yang diusulkan lebih baik dari proses perencanaan produksi yang diterapkan sekarang ini pada PT. XYZ.
6.
DAFTAR PUSTAKA
Chase, Richard B., Jacobs, F. Robert, Aquilano, Nicholas J. 2006. Operations Management for Competitive Advantage. 11th Ed. New York: McGraw-Hill. Haag, Stephen, Maeve Cummings, and Donald J. McCubbrey. 2005. Management Information Systems for the Information Age. 5th Ed. New York: McGraw-Hill. Harrell, C., Biman K. Ghosh, and R. Bowden. 2000. Simulation Using ProModel. New York: McGraw Hill. Kakiay, Thomas J. 2004. Pengantar Sistem Simulasi. Yogyakarta: ANDI. Turban, Efraim and Jay E. Aron. 2000. Decision Support Systems and Intelligent Systems. New Jersey: Prentice Hall.
Jurnal MEDIA SISFO Vol. 4, No.1, Februari 2010 - STIKOM Dinamika Bangsa - JaMBI
51