Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Buta Warna Berbasis Android Hartono1) Ricky Christian Naibaho2) STMIK IBBI Jl. Sei Deli No. 18 Medan, Telp. 061-4567111 Fax. 061-4527548 e-mail:
[email protected])
Abstrak Kemajuan ilmu kedokteran dan ilmu pengetahuan pada umumnya memunculkan peralatan medis yang semakin canggih dalam upaya memerangi penyakit atau melakukan deteksi lebih dini pada kondisikondisi tertentu. Salah satu perkembangan dari kemajauan ilmu kedokteran adalah pengetesan buta warna menggunakan buku Ishihara tes. Tes buta warna saat ini sangat dibutuhkan bagi dunia industri, pendidikan, maupun pemerintahan. Hal ini disebabkan oleh ketergantungan manusia dalam pekerjaan atau pendidikan yang erat sekali berhubungan dengan warna. Untuk mengatasi masalah tersebut peneliti merancang suatu sistem tes buta warna yang sudah terkomputerisasi, dimana sistem tersebut menggunakan aplikasi Google App Inventor dan Java. Dengan adanya sistem ini diharapkan dapat membantu mendeteksi buta warna melalui tes yang dilakukan dengan mengikuti setiap perintah yang ada dalam system yang peneliti buat. Kata Kunci: Sistem Pakar,Buta Warna.
Abstract Advancement of medical science and science in general led to increasingly sophisticated medical equipment in the fight against the disease or to detect it early on certain conditions. One of the developments of medical science advance is color blind test using Ishihara test book. Color blindness test current is needed for the world of industry, education, and government. This is caused by the dependence of humans in work or education once closely associated with the color. To overcome this problem researchers designed a system of color-blind tests that have been computerized, where the system using Google App Inventor apps and Java. With the existence of this system is expected to help detect color blindness through tests conducted by following every command in the system that researchers make. Keywords: Expert System, Color Blind.
1.
Pendahuluan
Salah satu gangguan yang terjadi pada mata adalah buta warna. Buta warna adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak dapat membedakan warna tertentu yang bisa dibedakan oleh orang dengan mata normal. Seseorang yang menderita buta warna dapat disebabkan oleh kelainan sejak lahir atau akibat penggunaan obat-obatan yang berlebihan. Buta warna umumnya diderita oleh laki-laki, sedangkan wanita hanyalah sebagai gen pembawa/resesif. Kemajuan ilmu kedokteran dan ilmu pengetahuan pada umumnya memunculkan peralatan medis yang semakin canggih dalam upaya memerangi penyakit atau melakukan deteksi lebih dini pada kondisikondisi tertentu. Salah satu perkembangan dari kemajauan ilmu kedokteran adalah pengetesan buta warna menggunakan buku Ishihara tes. Tes buta warna saat ini sangat dibutuhkan bagi dunia industri, pendidikan, maupun pemerintahan. Hal ini disebabkan oleh ketergantungan manusia dalam pekerjaan atau pendidikan yang erat sekali berhubungan dengan warna. Tes Ishihara adalah sebuah metode pengetesan buta warna yang dikembangkan oleh Dr. Shinobu Ishihara. Tes ini pertama kali dipublikasikan pada tahun 1917 di Jepang. Sejak saat itu, tes ini terus digunakan di seluruh dunia, sampai sekarang. Tes buta warna Ishihara terdiri dari lembaran yang didalamnya terdapat titik-titik dengan berbagai warna dan ukuran. Titik berwarna tersebut disusun sehingga membentuk lingkaran. Warna titik itu dibuat sedemikian rupa sehingga orang buta warna tidak akan melihat perbedaan warna seperti yang dilihat orang normal. Tes Ishihara ini mempunyai kelemahan yaitu berupa media tes. Media lembaran kertas bagi tes Ishihara pun mempunyai kelemahan berupa pemudaran warna, mudah robek, dan bisa saja salah satu dari lembaran tes terselip ataupun hilang. Tes pengujian buta warna otomatis ini menggunakan software berbasis android akan mencoba yang selama ini menjadi pegangan bagi para dokter mata berusaha menggantikan buku tes Ishihara.
Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Buta Warna Berbasis Android (Hartono)
120 Penelitian ini mengacu pada sifat dari buku yang mudah robek, dan pemudaran warna apabila sudah lama terpakai. Buta warna adalah suatu kelainan yang disebabkan ketidakmampuan sel-sel kerucut mata untuk menangkap suatu spektrum warna tertentu yang disebabkan oleh faktor genetis. Buta warna merupakan kelainan genetika yang diturunkan dari orang tua kepada anaknya, kelainan ini sering juga disebut sex linked, karena kelainan ini dibawa oleh kromosom X. Artinya kromosom Y tidak membawa faktor buta warna. Hal inilah yang membedakan antara penderita buta warna pada laki-laki dan perempuan. Seorang perempuan terdapat istilah 'pembawa sifat', hal ini menunjukkan ada satu kromosom X yang membawa sifat buta warna. Perempuan dengan pembawa sifat, secara fisik tidak mengalami kelainan buta warna sebagaimana wanita normal pada umumnya, tetapi wanita dengan pembawa sifat berpotensi menurunkan faktor buta warna kepada anaknya kelak. Apabila pada kedua kromosom X mengandung faktor buta warna maka seorang wanita tersebut menderita buta warna.
2.
Metode Perancangan
2.1.
Model Menurut Guyton (1997) Metode Ishihara yaitu metode yang dapat dipakai untuk menentukan dengan cepat suatu kelainan buta warna didasarkan pada pengunaan kartu bertitik-titik. Kartu ini disusun dengan menyatukan titik-titik yang mempunyai bermacam-macam warna. Terdapat 17 macam plat dalam alat test kebutaan warna Ishihara, yaitu: a. Plat No. 1: Orang normal dan mereka yang buta warna sama-sama akan terbaca 12. Plat nomor 1 akan terlihat pada gambar 1.
Gambar 1 Plat No. 1 b.
Plat No. 2-3: Orang normal akan membacanya 8 (No. 2.7), dan 29 (No. 2.8). Mereka yang menderita gangguan penglihatan merah-hijau akan membacanya 3 (No. 2.7), dan 70 (No. 2.8). Mereka yang buta warna tidak bisa membaca nomor apapun. Plat nomor 2 dan 3 terlihat pada gambar 2 dan gambar 3.
Gambar 2 Plat No. 2
Gambar 3 Plat No. 3
121 c.
Plat No. 4-7: Orang normal akan membacanya 5 (No. 2.9), 3 (No. 2.10), 15 (No. 2.11), dan 74 (No. 2.12). Mereka yang menderita gangguan penglihatan merah-hijau akan membacanya 2 (No. 2.9), 5 (No. 2.10), 17 (No. 2.11), dan 21 (No. 2.12). Mereka yang buta warna tidak bisa membaca nomor apapun. Plat 4, 5, 6,dan 7 terlihat pada gambar 4, gambar 5, gambar 6 dan gambar 7.
Gambar 4 Plat No. 4
Gambar 5 Plat No. 5
Gambar 6 Plat No. 6
Gambar 7 Plat No. 7 d.
Plat No. 8-9: Orang normal akan membacanya 6 (No. 2.13) dan 45 (No. 2.14). Sebagian besar orang yang menderita gangguan penglihatan warna tidak bisa membaca satu nomor pun dan walaupun bisa dibaca, jawabannya salah. Plat nomor 8 dan 9 terlihat pada gambar 8 dan gambar 9.
Gambar 8 Plat No. 8 Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Buta Warna Berbasis Android (Hartono, Ricky Christian Naibaho)
122
Gambar 9 Plat No. 9 e.
Plat No. 10-13: Orang normal akan membacanya 5 (No. 2.15), 7 (No. 2.16), 16 (No. 2.17), dan 73 (No. 2.18). Sebagian besar orang dengan gangguan penglihatan warna tidak bisa membaca satu nomor pun dan walaupun bisa dibaca, jawabannya salah. Plat nomor 10, 11, 12, dan 13 terlihat pada gambar 10, gambar 11, gambar 12, dan gambar 13.
Gambar 10 Plat No. 10
Gambar 11 Plat No. 11
Gambar 12 Plat No. 12
Gambar 13 Plat No. 13
123 f.
Plat No. 14-15: Sebagian besar orang yang menderita gangguan penglihatan merah-hijau akan membaca 5 (No. 2.19) dan 45 (No. 2.20). Sebagian besar orang normal dan buta warna tidak bisa membacanya sama sekali. Plat nomor 14 dan 15 terlihat pada gambar 14 dan gambar 15.
Gambar 14 Plat No. 14
Gambar 15 Plat No. 15 g.
Plat No. 16-17: Orang yang normal akan membacanya 26 (No. 2.21) dan 42 (No. 2.22). Untuk kasuk protanopia dan protanomalia yang parah hanya 6 (No. 2.21) dan 2 (No. 2.22) yang terbaca. Plat nomor 16 dan 17 terlihat pada gambar 16 dan gambar 17.
Gambar 16 Plat No. 16
Gambar 17 Plat No. 17 2.2.
Perancangan Sistem Perancangan sistem yang digunakan untuk membangun aplikasi Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Buta Warna ini adalah dengan menggunakan metode UML(Unified Modelling language). UML adalah bahasa standar yang digunakan untuk menjelaskan dan menvisualisasikan artifak dari proses analisis dan desain berorientasi objek. UML memungkinan developer melakukan pemodelan secara visual, yaitu penekanan pada penggambaran. Pemodelan visual membantu untuk menangkap struktur dan kelakukan dari objek, mempermudah penggambaran interaksi antara elemen dalam sistem, dan mempertahankan konsistensi antara desain dan implementasi dalam pemrograman, berikut ini penjelasan mengenai metode yang digunakan peneliti. Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Buta Warna Berbasis Android (Hartono, Ricky Christian Naibaho)
124 Pada bagian perancangan peneliti akan menjelaskan hal yang menyangkut perancangan aplikasi Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Buta Warna. Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai struktur program dan rancangan menu tampilan. Pada bagian perancangan ini akan dibahas mengenai perancangan form dan perancangan yang menyangkut struktur menu pada aplikasi ini. 0 Sistem Diagnosa
Pengguna
Gambar 18. Diagram Konteks 1.0 Test
Pengguna
1.3 About
1.1
Hasil Diagnosa
Hasil Diagnosa
Perbandinga n jawaban
1.2 Hasil Result
Gambar 19 Diagram Level Nol Acto r 1
2
Design
4
Block Editor
3
Emulato r
Downl oadAP K
Gambar 20. Use case diagram App Inventor Keterangan aktifitas: 1. Pengguna wajib masuk kedalam tampilan design terlebih dahulu dengan cara mendaftar dirinya dengan menggunakan google mail sebelum membuat suatu aplikasi,setelah mendaftar akan terbuka jendela design untuk mendaftarkan nama aplikasi yang akan dibuat. 2. Setelah seorang user men design dan mengatur seluruh bentuk tampilan program,makan barulah masuk ke Block editor yang berguna untuk mengatur jalan dan alur kode block. 3. Setelah dirasa cukup dengan code block dan juga tidak mendapati error, pengguna dapat menguji bagaimana jalan aplikasinya pada emulator. 4. Setelah dianggap cukup baik ,seorang pengguna dapat selanjutnya mendownload file APK yang dapat selanjutnya di instal pada perangkat android. Actor
1
Aktifka n Aplikas i
2
Kerjakan Test
Gambar 21 Use case diagram Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Buta Warna
125 Use case diagram ini menceritakan tentang pengguna yang menggunakan aplikasi Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Buta Warna secara optional. Pengguna disini adalah pengguna aplikasi yang ingin melakukan test buta warna pada aplikasi Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Buta Warna. Ada beberapa aktifitas yang bisa dilakukan oleh pengguna di aplikasi ini yaitu: 1. Jika pengguna mengaktifkan aplikasi maka sistem akan memberi dua option. 2. Jika pengguna memilih option start maka pengguna dapat langsung melakukan test buta warna. 3. Jika pengguna memilih option about maka pengguna dapat melihat tentang daripada buta warna.
3.
Hasil dan Analisis
Adapun hasil pengolahan dari aplikasi ini yakni berupa laporan hasil diagnosa buta warna. Berikut gambar yang menjelaskan bagaimana bentuk keluaran program :
Gambar 22. Main Menu Screen
Gambar 23 Test Screen
Gambar 24. Normal Diagnosa Screen Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Buta Warna Berbasis Android (Hartono, Ricky Christian Naibaho)
126
Gambar 25. Pretanopia Diagnosa Screen
4.
4.1.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan Dari hasil penelitian ini, peneliti dapat mengambil beberapa kesimpulan yaitu aplikasi Sistem Pakar Diagnosa Buta Warna dapat dimanfaatkan oleh pengguna untuk mengetahui apakah pengguna mengidap buta warna atau tidak. Adapun keunggulan dari aplikasi Sistem Diagnosa Buta Warna ini ialah seorang pengguna dapat mengetahui jenis buta warna dan keterangan tentang buta warna dan perbandingan jawaban yang di anggap benar. 4.2. Saran Adapun saran yang dapat diberikan oleh peneliti bagi pengembangan aplikasi ini lebih lanjut antara lain implementasi aplikasi dapat diterapkan pada komponen sistem operasi smartphone lainnya seperti I os, blackberry os, windows os, dan lain sebagainya. Membuat aplikasi yang lebih akurat untuk pendeteksian. Penambahan metode-metode lain dalam mendiagnosa jenis buta warna. Mempermudah tampilan pengguna interface agar lebih menarik dan efisien.
Daftar Pustaka
[1.] Komputer, Wahana, 2013, Pemrograman Android dengan APP Inventor, Andi, Yogyakarta. [2.] Komputer, Wahana, 2013, Membuat Aplikasi Android Tanpa Coding Dengan APP Inventor, Andi, Yogyakarta. [3.] Nur Rokhim, Akhmad, 2012, Mengenal Tes Buta Warna, Rona Publishing, Yogyakarta. [4.] Turban, Efraim. Decision Support Systems and Intelligent Systems (Sistem Pendukung Keputusan dan Sistem Cerdas) (Jilid 1) (Edisi 7), Penerbit Andi, Yogyakarta. [5.] Yanuarita, Andri, 2012, Tes Buta Warna, Rona Publishing, Yogyakarta. [6.] http:/www.fery-dedi.blogspot.com diakses pada 28 juli 2013, 16.00 WIB [7.] http:/www.color-blindness.com diakses pada 25 juli 2013, 14.00 WIB [8.] http:/www.colorvisiontesting.com diakses pada 5 agustus 2013, 16.30 WIB [9.] http:/www.visioneyesight.com diakses pada 10 agustus 2013, 16.00 WIB