ISBN: 979-458-924-1
KeTIK 2016 Konfrensi Nasional Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS LOKASI FASILITAS UMUM BERBASISKAN LAYANAN LOKASI (LOCATION BASED SERVICE) Deni Apriadi, Arie Yandi Saputra STMIK Bina Nusantara Jaya Lubuklinggau E-mail :
[email protected] ABSTRAK GIS merupakan sesuatu yang menarik, sistem ini selalu dibuat interaktif dengan mengintegrasikan data spasial dan atribut. Dengan sistem ini, para penggunannya dimungkinkan untuk memandang masalah spasial (Keruangan) sebagai hal yang terkait dapat divisualisasikan secara menyeluruh. Selain itu, seiring dengan kemajuan teknologi pendukung GIS dan aplikasi basis data spasial, teknologi internet dan teknologi informasi maka GIS bisa dinikmati melalui jaringan internet dengan menggunakan browser hal ini tentunya dapat dimanfaatkanoleh masyarakat sebagai alat pengganti peta dalam mencari sebuah lokasi. Kota Lubuklinggau sebagai kota transit sangat memerlukan sebuah SIG yang dapat membantu pengguna yang memerlukan informasi fasilitas umum. Contohnya seperti lokasi sebagai rumah sakit, puskesmas, tempat rekreasi, apotik, klinik, posyandu, rumah makan, kantor pemerintah, kantor pelayanan publik, kantor militer, kantor polisi, kantor pos, kantor telekomunikasi, pelayanan air minum, warnet, bank, atm, bengkel dan lain sebagainya. Tentunya dengan adanya suatu SIG untuk pencarian lokasi fasilitas umum akan sangat memudahkan siapa saja yang membutuhkan informasi tersebut. Kemudahan pencarian lokasi tersebut dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk dalam menentukan rute jalan yang tepat untuk mencapai fasilitas lokasi yang dicari dan untuk mengetahui letak lokasi.
Kata kunci: GIS,
LBS, webgis
1. PENDAHULUAN Sejak pertama kali hadir pada tahun 1960an telah terjadi perkembangan yang sangat pesat di bidang perangkat lunak SIG, baik yang berbasiskan data spasial vektor maupun raster. Beberapa diantara sistem SIG ini telah dikembangkan dengan tujuan-tujuan eksperimental di lingkungan Universitas, sementara yang lain memang sengaja dikembangkan dengan tujuan-tujuan komersial. SIG merupakan sistem yang sangat menarik. Sistem ini selalu dibuat interaktif dengan mengintegrasikan data spasial dan atribut. Dengan sistem ini, para penggunanya dimungkinkan untuk memandang masalah spasial (keruangan) sebagai hal yang terkait, dapat divisualisasikan secara menyeluruh. Selain itu, seiring dengan kemajuan teknologi pendukung SIG dan aplikasi basis data spasial, teknologi internet dan teknologi informasi maka SIG semakin bisa dinikmati melalui jaringan internet dengan menggunakan browser (Prahasta, 2009). Demikian juga untuk mencari suatu lokasi fasilitas umum tertentu, masyarakat mulai menggunakan media internet untuk melakukan proses pencarian. Adanya aplikasi-aplikasi SIG dapat bertindak sebagai pengganti peta-peta
dinding. Peta-peta dinding segera digantikan dengan tampilan layer-layer peta digital (basis data spasial) dengan simbol-simbol dan warna yang menarik. Kota Lubuklinggau sebagai kota transit sangat memerlukan sebuah SIG yang dapat membantu pengguna yang memerlukan informasi fasilitas umum. Lembaga atau asosiasi yang terkait dengan penyediaan informasi dan fasilitas umum (sebagai contoh adalah: lokasi-lokasi rumah sakit, puskesmas, tempat rekreasi, apotik, klinik, posyandu, rumah makan, kantor pemerintah, kantor pelayanan publik, kantor militer, kantor polisi, kantor pos, kantor telekomunikasi, pelayanan air minum, warnet, bank, atm, bengkel dan lain sebagainya) yang memerlukan data spasial, mengelola dan kemudian mempublikasikannya dengan menggunakan aplikasi SIG berbasis layanan web. Tentunya dengan adanya suatu SIG untuk pencarian lokasi fasilitas umum akan sangat memudahkan siapa saja yang membutuhkan informasi tersebut. Kemudahan pencarian lokasi tersebut dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk dalam menentukan rute jalan yang tepat untuk mencapai fasilitas lokasi yang dicari dan untuk mengetahui lokasi.
123
ISBN: 979-458-924-1
KeTIK 2016 Konfrensi Nasional Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi
2. METODOLOGI
informasi yang berkaitan erat dengan sistem pemetaan dan analisis terhadap segala sesuatu serta berbagai peristiwa yang terjadi dimuka bumi (Prahasta, 2009). Menurut Kirom (2014), sistem informasi geografis merupakan gabungan dari tiga unsur pokok sistem, informasi, geografis. GIS lebih menekankan pada unsur geografis yaitu suatu kesatuan formal yang terdiri dari berbagai sumber daya fisik dan logika yang berkenaan dengan objek yang terdapat dipermukaan bumi. Definisi GIS selalu berkembang, bertambah dan bervariasi, hal in terlihat dari banyaknya definisi GIS yang sekarang beredar. Selain itu GIS juga merupakan suatu kajian ilmu dan teknologi yang realtiv baru digunakan oleh berbagai disiplin ilmu, dan berkembang sangat cepat. Data geografis yang dimaksud diatas adalah data spasial yang terdiri atas lokasi suatu geografi yang diset ke dalam bentuk koordinat yang ciri-cirinya adalah : a. Memiliki atribut geometri seperti koordinat dan lokasi. b. Terkait dengan aspek ruang seperti kota dan kawasan pembanguna c. Berhubungan dengan semua fenomena yang terdapat di bumi, misalnya data, kejadian, gejala, dan objek d. Dipakai untuk maksud– maksud tertentu misalnya analisis, pemantauhan ataupun pengelolaan
Menurut Mc. Leod dalam Isnaini (2009) System Life Cycle (SLC) terdiri dari beberapa tahap yaitu, tahap perencanaan, analisis sistem, desain sistem, implementasi sistem, pengujian dan evaluasi, serta implementasi.
Gambar 1. Metodologi Penelitian Model SLC Dari gambar 1 diatas terdapat 5 tahapan yang harus dilakuka. Kelima tahapan tersebut adalah : 1. Tahap Perencanaan Tahap ini merupakan tahap dalam pengumpulan data. Data dalam aplikasi ini diambil dari data spasial. 2. Tahap analisis Adapun beberapa kegiatan pada tahap analisis, yaitu meliputi identifikasi input dan output. Selain analisis proses pada tahap ini juga penulis melakukan analisis untuk perancangan sistem basis data. 3. Tahap Perancangan Setelah analisis dilakukan, maka hasil analisis tersebut harus dituangkan dalam bentuk perancangan. Dalam tahap perancangan ini, peneliti membagi beberapa jenis perancangan atau desain, yaitu : a. Desain input b. Desain output c. Desain Basis data d. Desain fungsi atau proses. 4. Tahap Implementasi Implementasi pada aplikasi GIS ini dilakukan dengan menggunakan bahasa pemrograman PHP dan MySQL serta memanfaatkan teknologi google map APP sebagai peta digitalnya. 5. Tahap Penggunaan dan pengujian sistem Pengujian dilakukan untuk mendeteksi kesalahan serta memastikan setiap input yang dimasukan menghasilkan output yang diharapkan. Dalam pengujian ini peneliti menggunakan metode black box. 3. PERANCANGAN SISTEM 3.1. Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis atau biasa dikenal dengan Geographic Information System (GIS) adalah sebuah alat bantu manajemen
3.2. Google Map
Google Maps adalah sebuah jasa peta globe virtual gratis dan online yang disediakan oleh perusahaan Google, Inc dapat ditemukan di Google Map menawarkan peta yang dapat diseret dan gambar satelit serta street view untuk seluruh dunia dan juga menawarkan perencana rute dan pencari Menurut Harri wibowo, dkk (2014:121). Google Map API merupakan aplikasi interface yang dapat diakses lewat Javascript agar Google Map dapat ditampilkan pada halaman web. Untuk dapat mengakses Google Map, harus melakukan pendaftaran Api Key terlebih dahulu dengan data pendaftaran berupa nama domain web yang dibangun. Seperti yang tercatat oleh Svennerberg (Beginning Google Maps API 3, p1), Google Maps API adalah API yang paling populer di internet. Pencatatan yang dilakukan pada bulan Mei tahun 2010 ini menyatakan bahwa 43% mashup (aplikasi dan situs web yang menggabungkan dua atau lebih sumber data) menggunakan Google Maps API. Beberapa tujuan dari penggunaan Google Maps API adalah untuk melihat lokasi, mencari alamat, mendapatkan petunjuk mengemudi dan lain sebaginya. Hampir semua hal yang 124
ISBN: 979-458-924-1
KeTIK 2016 Konfrensi Nasional Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi
berhubungan dengan peta dapat memanfaatkan Google Maps. Google Maps (tanpa API) diperkenalkan pada Februari 2005 dan merupakan revolusi bagaimana peta di dalam halaman web, yaitu dengan membiarkan user untuk menarik peta sehingga dapat menavigasinya. Solusi peta ini pada saat itu masih baru dan membutuhkan server khusus. Beberapa saat setelahnya, ada yang berhasil men-hack Google Maps untuk digunakan di dalam webnya sendiri. Hal ini membuat Google Maps mengambil kesimpulan bahwa mereka membutuhkan API dan pada Juni 2005, Google Maps API dirilis secara publik. 3.3. Location Based Service (LBS) Teknologi Location Based service (LBS) merupakan salah satu bagian dari implementasi GIS yang lebih cenderung memberikan fungsi terapan sehari-hari seperti menampilkan direktori kota, navigasi kendaraan, dan pencarian alamat dibanding fungsionalitas pada teknologi GIS populer untuk Field Based GIS (Eriza Siti Mulyani dan Wahyu Kusuma, 2011). Dua unsur utama LBS adalah : a. Location Manager (API Maps) : Menyediakan tools/source untuk LBS, Aplication Programming Interface (API) Maps menyediakan fasilitas untuk menampilkan, memanipulasi peta beserta feature lainnya seperti tampilan satelit, street (jalan), maupun gabungannya. b. Location Providers (API Location) : Menyediakan teknologi pencarian lokasi yang digunakan oleh device/perangkat. API Location berhubungan dengan data GPS (Global Positioning System) dan data lokasi real-time. Ahmad fauzi (2015) menyebutkan bahwa layanan yang diberikan oleh LBS dapat diklasifikasikan menurut fungsi maupun menurut lokasi keberadaan pengguna informasi tersebut. Layanan itu antara lain (1) Map service (2) City Guide Service (3) Follow Page Service (4) Navigation service (5) Location Context aware information service. 4. Perancangan Sistem 4.1. Use Case Dari analisis kebutuhan yang telah didefinisikan terdapat use case yang diturunkan dari aktifitas kebutuhan tersebut sebagaimana berikut ini : 1. Sistem dapat mengolah jenis fasilitas a. Tambah data jenis fasilitas b. Mengubah data jenis fasilitas
2.
3.
c. Menghapus data jenis fasilitas d. Melihat data jenis fasilitas Sistem dapat mengolah data fasilitas a. Tambah data fasilitas b. Mengubah data fasilitas c. Menghapus data fasilitas d. Melihat data fasilitas Sistem dapat menampilkan peta a. Melihat lokasi fasilitas b. Menampilkan rute
Gambar 2 : Use Case Diagram 4.2. Arsitektur Sistem Sistem yang akan dibangun ini adalah sebuah aplikasi yang dijalankan oleh pengguna dengan web browser sebagai media interfacenya. Pengguna dapat menggunakan berbagai macam web browser seperti Mozilla Firefox, Google Chrome, Safari, Opera, Internet Explorer dan lain-lain. Gambaran arsitektur dari sistem ini adalah sebagai berikut.
Gambar 3 : Arsitektur Aplikasi GIS Fasilitas Umum User berkomunikasi dengan sistem melalui web browser, apabila situs web ini dibuka, maka browser akan menampilkan konten web dari situs yang terdapat pada web server. Aplikasi web inilah yang akan berinteraksi secara interaktif dengan pengguna, apabila pengguna melakukan suatu perintah, maka eksekusinya akan diproses di browser atau web server, dan apabila terdapat permintaan dari aplikasi untuk mengakses database, maka database tersebut akan dipanggil ke dalam program yang diambil dari web server, lalu dilakukan request data yang diminta ke server Google Maps. Hasilnya adalah berupa gambar peta, serta objek-objek yang dimiliki oleh peta Google Maps yang selanjutnya akan dikembalikan ke web browser berupa tampilan peta yang memiliki point-point lokasi yang diminta didalamnya.
125
ISBN: 979-458-924-1
KeTIK 2016 Konfrensi Nasional Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi
4.3. Class Diagram Diagram class menggambarkan struktur sistem dari segi pendefinisian kelas-kelas yang akan dibuat untuk membangun sistem (Rossa, dkk : 2012) dalam pembuatan aplikasi ini, penulis membuat 9 class yang dapat dilihat pada gambar 4.
Gambar 6 : Menu Pencarian Rute
Gambar 4 : Class Diagram 5. Implementasi Sistem Berikut merupakan tampilan dari aplikasi GIS fasilitas umum berbasis LBS :
Gambar 5 : Halaman Home Page Dalam halaman depan aplikasi ini tampilan peta adalah peta kota lubuklinggau, sebagai contoh peta dapat ditampilkan dalam bentuk map sattelite, atau hybrid. User dapat menggunakan fasilitas-fasilitas yang ada user dapat melakukan pencarian suatu lokasi, mengetahui informasi yang ada yaitu pada menu yang menampilkan fasilitas apa saja yang dapat dipilih untuk ditampilkan di peta. Menu fasilitas ini diperoleh dari database dan user dapat melakukan pencarian rute antara lokasi A ke lokasi B yaitu melalui menu get direction. 5.1. Menu Pencarian rute Berikut tampilan output dari model pencarian rute dengan menggunakan Get Direction pada google API dan LBS.
Pada proses pencarian rute yang terlihat pada gambar diatas, didapatkan hasil untuk mengetahui rute dari lokasi A ke lokasi B yang diinginkan user. Dalam det direction posisi lokasi A atau B dapat didrag kelokasi yang diinginkan, salin itu juga tersedia keterangan lajur-jalur yang dilewati. Tampilan peta bisa menggunakan tampilan dalam bentuk map sattelite atau hybrid 6. Implementasi Sistem 6.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian, perancangan dan implementasi yang telah dilakukan ada beberapa kesimpulan yang dapat dikemukakan sebagai berikut: 1. Sistem informasi geografis ini dapat membantu pengunjung aplikasi untuk menenentukan rute yang akan di lewati 2. Dengan penyajian informasi, para mengunjung sistem dapat lebih memahami dan mengetahui profil tentang fasilitas umum baik secara tulisan 3. Sistem informasi geografis ini menggunakan teknologi peta digital yang terkoneksi dengan google map, sehingga tidak diperlukan perubahan peta apabila terjadi perubahan lokasi. 6.2. Saran Dalam sistem ini disadari masih banyak kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu untuk pengembangan selanjutnya disarankan:
1. Sistem yang dibuat sangat tergantung pada koneksi dengan google map, sehingga dari sisi tampilan peta sulit untuk dikembangkan. 2. Penentuan lokasi diperlukan teknik khusus dan menggunakan alat tambahan seperti GPS untuk dapat mengasilkan letak lokasi yang akurat 126
ISBN: 979-458-924-1
KeTIK 2016 Konfrensi Nasional Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi
dan tepat sesuai dengan lokasi adat dan budaya itu berada. Daftar Pustaka Ahmad, F., 2015, Penerapan Location Based Service layanan budaya Indonesia di perangkat Mobile, Factor Exacta Vol.8 No.3 2015, Fak. Teknik dan MIPA Universitas Indraprasta PGRI, Jakarta. A.S, Rossa dan M. Shalahuddin. (2014). Rekayasa Perangka Lunak Terstruktur dan Berorientaasi Objek. Bandung Penerbit Informatika. Gaol, L, J., 2008, SistemInformasi manajemen Pemahaman dan aplikasi, penerbit grasindo, Jakarta. Harri, W., dkk., 2014, Sistem Informasi Potensi Industri Di Kabupaten Bantul Berbasis Geographic Information System Dan Location Based Service, jurnal script vol.1 no.2. Kirom, M. 2014. Sistem Informasi Geografis Pemetaan Suara Pemilu Kada Berbasis Open Source di Kabupaten Jombang. Jurnal Ilmiah Edutic Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum. Jombang. Prahasta, E., 2009, Sistem Informasi Geografis konsep-konsep dasar, Penerbit Informatika, Bandung. Mike William, 2010. Google Maps API Tutorial. http:// econym.org.uk/gmap/ Diakses pada : 23 Juni 2015
127