SISTEM INFORMASI AKADEMIK BERBASIS CLOUD COMPUTING Patah Herwanto KOPERTIS WIL. IV DPK STMIK IM
[email protected] Abstrak Kebutuhan perguruan tinggi terhadap sistem informasi akademik mutlak dan tidak bisa terelakan lagi karena semakin banyak mahasiswa dan semakin besar perguruan tinggi tersebut maka pengelolaan data akademik juga akan semakin komplek dan tidak mungkin bisa dikerjakan dengan mudah tanpa sistem informasi akademik. Tetapi walaupun begitu pengembangan sistem informasi akademik yang baik akan sangat banyak membutuhkan biaya yang cukup besar, waktu yang panjang dan sumber daya yang kompeten dan ini yang selalu menjadi permasalahan dalam mengembangkan sistem informasi akademik tersebut. Dalam tesis ini membahas analisis dan perancangan sistem informasi akademik dengan menggunakan teknologi cloud computing sebagai basisnya, dengan harapan bisa mengatasi permasalahan seperti yang di paparkan diatas. Sedangkan metode yang digunakan adalah studi literatur, identifikasi dan perumusan masalah dan dilanjutkan dengan analisis dan perancangan sistem yang diusulkan untuk mengatasi permasalahan yang berhasil di identifikasi, analisis meliputi analisis fungsional, analisis keamanan, analisis dampak lingkungan dan analisis bisnis. Sedangkan perancangan sistem yang dilakukan meliputi perancangan arsitektur teknologi dan perancangan arsitektur sistem informasi. Berdasarkan hasil analisis ternyata cloud computing memiliki berbagai macam keunggulan jika dibandingkan dengan sitem tradisional baik dari sisi penggunaan sumber daya, dampak lingkungan yang ditimbulkan serta biaya yang harus dikeluarkan oleh penggunanya. Maka dari itu teknologi ini sangat cocok untuk digunakan dalam mengimplementasikan sistem informasi akademik. Sehingga biaya pengembangan bisa dihilangkan oleh perguruan tinggi yang bersangkutan yang ada hanyalah biaya sewa pemakaian saja. Hal ini tentu saja dapat berpengaruh terhadap perguruan tinggi tersebut yang memang mempunyai kendala dalam hal pembiayaan untuk pengadaan sistem informasi akademik. Kata Kunci : Cloud computing, sistem informasi akademik, arsitektur 1. Latar Belakang Tersedianya sistem informasi akademik bagi perguruan tinggi akan sangat menunjang sekali dalam proses pelaksanaan pendidikan dan dapat meningkatkan pelayanan kepada civitas akademik. Dengan segala kemudahan yang ditawarkan oleh sistem akademik ternyata tidak semua Jurnal Infoman’s Volume 5 Nomor 1 Mei 2012
56
perguruan tinggi mampu untuk mengembangkan sistem informasi akademik ini yang disebabkan oleh beberapa kendala yang mereka hadapi seperti sumber daya yang dimiliki untuk mengembangkan sistem informasi akademik secara mandiri, infrastuktur yang belum memadai ataupun masalah biaya pengadaan sistem informasi akademik itu sendiri. Cloud Computing merupakan teknologi yang relatif baru dan memungkinkan berbagi pakai sumber daya yang digunakan oleh pemakai, dengan cloud computing ini permasalahan yang biasanya timbul dalam sistem informasi akademik yang dibangun secara tradisional seperti investasi awal yang terlalu besar yang digunakan untuk pengadaan perangkat keras pendukung bisa ditekan sekecil mungkin karena penggunaan perangkat keras untuk keperluan server seperti server aplikasi dan server database dilakukan sepenuhnya oleh penyedia layanan cloud computing tersebut yang dapat digunakan secara bersama-sama oleh perguruan tinggi yang berbeda. 2. Cloud Computing Teknologi cloud computing akhir akhir ini sangat populer sekali terutama di dunia internet, berbagai perusahaan besar seperti Apple, Microsoft, Google dan lainnya seakan berlomba-lomba untuk mengembangkan teknologi ini supaya mereka bisa menguasainya dan menjualnya demi keuntungan perusahaan. Sebenarnya apa itu cloud computing ?, mengenai cloud computing ini sangat banyak pengertian yang ada, berikut adalah beberapa definisi dan ilustrasi mengenai cloud computing : A more commonly used definition describes it as clusters of distributed computers largely last data centers and server farms) which provide on-demand resources and services over a networked medium (usually the Internet). The term “cloud” was probably inspired by IT text books’ illustrations which depicted remote environments (e.g., the Internet) as cloud images in order to conceal the complexity that lies behind them (Sultan, 2010:109) Cloud Computing, to put it simply, means Internet Computing. The Internet is commonly visualized as clouds; hence the term cloud computing for computation done through the Internet. With Cloud Computing users can access database resources via the Internet from anywhere, for as long as they need, without worrying about any maintenance or management of actual resources. Besides, databases in cloud are very dynamic and scalable. (Rao at.al. 2009:71). Perhaps the simplest working definition of cloud computing is being able to access files, data, programs and 3rd party services from a Web browser via the Internet that are hosted by a 3rd party provider and paying only for the computing resources and services use” (Kim.2009:65) There has been a suggestion to define the concept using the name cloud as an acronym, standing for computing that is: Common, Location-independent, Online, Utilitythat is available on-Demand. the cloud can take on various forms, including: Jurnal Infoman’s Volume 5 Nomor 1 Mei 2012
57
SaaS (Software as a Service), PaaS (Platform as a Service), and IaaS (Infrastructure as a Service) (Wyld.2009:1) Cloud computing itu sendiri adalah sebuah paradigma komputasi di mana kapabilitas teknologi informasi disediakan sebagai layanan berbasis internet. Apa sebenarnya cloud computing itu ?, dari beberapa pengertian yang disebutkan di atas maka cloud computing bisa disimpulkan sebagi berikut : Cloud computing adalah istilah untuk kegiatan menyelesaikan suatu proses dalam pengolahan data sampai penyajian informasi secara online melalui internet dengan menggunakan sumber daya yang ada secara bersama-sama. Seperti diilustrasikan dalam gambar 1 berikut :
Gambar 1 Cloud Computing Teknologi cloud akan memberikan kontrak kepada user untuk service pada tiga tingkatan yaitu : 1) Infrastructure as Service, Infrastructure as Service meliputi Grid untuk virtualized server, storage & network. Pada IaaS, penyedia layanan hanya menyediakan sumber daya komputasi seperti prosesor, memori, dan storage yang sudah tervirtualisasi. Akan tetapi, penyedia layanan tidak memasang sistem operasi maupun aplikasi di atasnya. Pemilihan OS, aplikasi, maupun konfigurasi lainnya sepenuhnya berada pada kendali user. Jadi, layanan IaaS dapat dilihat sebagai proses migrasi server-server user dari on-premise ke data center millik penyedia IaaS ini. Para penyedia layanan cloud computing lokal rata-rata menyediakan layanan model IaaS ini, dalam bentuk Virtual Private Server. 2) Platform as a service: Platform as a service ini memfokuskan pada aplikasi dimana dalam hal ini memungkinkan developer untuk tidak memikirkan hardware dan tetap fokus pada application development nya tanpa harus mengkhawatirkan operating system, infrastructure scaling, load balancing dan lainya.
Jurnal Infoman’s Volume 5 Nomor 1 Mei 2012
58
3) Software as a service Software as a service ini memfokuskan pada aplikasi dengan Web-based interface yang diakses melalui Web Service dan Web 2.0. contohnya adalah Google Apps, SalesForce.com dan social network application seperti FaceBook. Perbedaan SaaS, PaaS dan IaaS dapat dilihat dari sisi kendali atau tanggung jawab yang dilakukan oleh penyedia jasa layanan cloud maupun customer. Pada gambar 2, di situ dijelaskan lapisan teknologi komputasi dari Networking naik hingga ke Application. Di situ juga dijelaskan sampai di lapisan mana suatu penyedia layanan cloud memberikan layanannya, dan mulai dari jenjang mana konsumen mulai memegang kendali dan bertanggung jawab penuh pada lapisan di atasnya.
Gambar 2 Jenjang teknologi komputasi Mulai dari kanan, pada SaaS, seluruh lapisan merupakan tanggung jawab penyedia layanan cloud. Konsumen benar-benar hanya mengkonsumsi aplikasi yang disediakan. Pada PaaS, penyedia layanan cloud bertanggung jawab mengelola Networking hingga Runtime. Konsumen memiliki kendali dan bertanggung jawab membuat aplikasi dan juga skema database-nya. Pada IaaS, penyedia layanan Cloud bertanggung jawab untuk Networking hingga Virtualization. Konsumen sudah mulai bertanggung jawab untuk Operating System ke atas. Sebagai perbandingan, pada gambar 2 juga ditunjukkan arsitektur tradisional on-premise (bukan cloud), alias semua ada di pusat data kita. Di sini kita bertanggung jawab untuk seluruh lapisan, dari Networking hingga Application.
Jurnal Infoman’s Volume 5 Nomor 1 Mei 2012
59
3. Keunggulan Cloud Computing Dibandingkan dengan teknologi yang lain cloud computing ini memiliki beberapa keunggulan diantaranya adalah sebagai berikut : 1) Tanpa Investasi Awal Dengan cloud computing, kita dapat menggunakan sebuah layanan tanpa investasi yang signifikan di awal. Ini sangat penting bagi bisnis, terutama bisnis pemula. Tanpa model cloud computing, maka sejak awal kita sudah harus membeli hardware yang cukup untuk sekian tahun ke depan. Dengan cloud computing, kita cukup membayar sesuai yang kita butuhkan. 2) Mengubah CAPEX menjadi OPEX Sama seperti kelebihan yang pertama, kelebihan yang kedua masih seputar keuangan. Tanpa cloud computing, investasi hardware dan software harus dilakukan di awal, sehingga kita harus melakukan pengeluaran modal (Capital Expenditure, atau CAPEX). Sedangkan dengan cloud computing, kita dapat melakukan pengeluaran operasional (Operational Expenditure, atau OPEX). Jadi, sama persis dengan biaya utilitas lainnya seperti listrik atau telepon ketika kita cukup membayar bulanan sesuai pemakaian. Hal ini akan sangat membantu perusahaan secara keuangan. 3) Lentur dan Mudah Dikembangkan Dengan memanfaatkan Cloud Computing, bisnis kita dapat memanfaatkan teknologi informasi sesuai kebutuhan. Perhatikan Gambar 3 untuk melihat beberapa skenario kebutuhan bisnis. Penggunaan teknologi informasi secara bisnis biasanya tidak datar-datar saja. Dalam skenario “Predictable Bursting”, ada periode di mana penggunaan teknologi informasi meningkat tajam. Untuk skenario “Growing Fast”, bisnis meningkat dengan pesat sehingga kapasitas teknologi informasi juga harus mengikuti. Contoh skenario “Unpredictable Bursting” adalah ketika sebuah website berita mendapat pengunjung yang melonjak karena ada berita menarik. Skenario “On and Off” adalah penggunaan TI yang tidak berkelanjutan. Misalnya, sebuah layanan pelaporan pajak, yang hanya digunakan di waktu-waktu tertentu setiap tahun.
Jurnal Infoman’s Volume 5 Nomor 1 Mei 2012
60
Gambar 3 Sekenario kebutuhan bisnis Tanpa layanan cloud computing, keempat skenario ini akan membutuhkan perencanaan teknologi informasi yang sangat tidak efisien, karena investasi teknologi informasi harus dilakukan sesuai kapasitas tertinggi, walaupun mungkin hanya terjadi di saat-saat tertentu. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadi kegagalan layanan pada saat “peak time” tersebut. Dengan cloud computing, karena sifatnya yang lentur dan mudah dikembangkan (elastic and scalable), maka kapasitas dapat ditingkatkan pada saat dibutuhkan, dengan biaya penggunaan sesuai pemakaian. 4) Fokus pada Bisnis, bukan Teknologi Informasi Dengan menggunakan Cloud Computing, kita dapat fokus pada bisnis utama perusahaan, dan bukan berkecimpung di dalam pengelolaan teknologi informasi. Hal ini dapat dilakukan karena pengelolaan teknologi informasi dilakukan oleh penyedia layanan, dan bukan oleh kita sendiri. Misalnya, melakukan patching, security update, upgrade hardware, upgrade software, maintenance, dan lain-lain. Apabila kita memiliki tim teknologi informasi, maka tim tersebut dapat fokus pada layanan teknologi informasi yang spesifik untuk bisnis kita, sedangkan hal-hal umum sudah ditangani oleh penyedia layanan. 4. Analisis Berikut adalah kondisi permasalahan perguruan tinggi dalam hal pengembangan dan penerapan sistem informasi akademik :
Jurnal Infoman’s Volume 5 Nomor 1 Mei 2012
61
1) Tidak semua perguruan tinggi mempunyai kemampuan untuk mengembangkan sistem informasi akademik secara mandiri. 2) Sistem informasi akademik yang ditawarkan pengembang software relatip mahal, dipasaran sistem informasi akademik untuk beberapa modul saja dijual dengan harga kisaran di atas lima puluh juta rupiah. Hal ini tentu akan memberatkan pihak perguruan tinggi apalagi perguruan tinggi kecil. 3) Penerapan sistem informasi akademik membutuhkan peralatan pendukung yang tidak sedikit dalam pengoperasiannya misalkan kebutuhan resource hardware dan software serta peralatan pendukung lainnya. 4) Pada beberapa perguruan tinggi kadangkala sistem informasi yang dipakai berasal dari beberapa penyedia layanan jadi tidak ada integrasi sistem sebelumnya dengan yang baru, dan hal ini kadangkala membutuhkan resource pendukung tambahan. Dari beberapa permasalahan di atas bisa disimpulkan bahwa untuk penerapan sistem informasi akademik itu membutuhkan pembiayaan awal untuk pengadaannya serta pembiayaan untuk perawatan sistem yang berkelanjutan. Atas dasar itu maka penulis berupaya merancang suatu sistem akademik yang dapat dipakai oleh beberapa perguruan tinggi secara bersama-sama dengan menggunakanresource yang sama sehingga dapat menekan masalah pembiayaan tersebut. Salah satu teknologi yang ada saat ini supaya upaya efisiensi itu dapat dilakukan adalah dengan menggunakan cloud computing dimana semua infrastruktur yang digunakan untuk pengoperasikan sistem informasi akademik bisa dipakai secara bersama-sama sehingga akan menurunkan biaya investasi awal dalam penyediaan infrastruktur untuk pembangunan sistem informasi akademik. Berikut adalah perbandingan sistem informasi akademik tradisional dengan sistem informasi akademik berbasis cloud computing. Tabel 1 Perbandingan sistem tradisional dengan cloud computing No Sistem Tradisional Cloud Komputing 1 Perguruan tinggi perlu Perguruan tinggi tidak memerlukan investasi hardware tambahan investasi hardware kecuali untuk untuk menjalankan sistem operasional operator saja informasi tersebut 2 Resource hardware hanya Resource hardware dapat digunakan digunakan untuk satu oleh beberapa perguruan tinggi yang perguruan tinggi saja berbeda 3 Koneksi internet digunakan Koneksi internet untuk akses sistem hanya untuk mengakses sistem informasi akademik bisa digunakan informasi di satu perguruan secara bersama sama tinggi saja 4 Kerusakan hardware menjadi Kerusakan hardware menjadi tanggung jawab perguruan tanggung jawab penyedia layanan Jurnal Infoman’s Volume 5 Nomor 1 Mei 2012
62
5
6
7
8
9
10
11
12 13
tinggi tersebut Boros energi karena hardware hanya digunakan oleh satu perguruan tinggi saja Biaya pengembangan mahal karena dikembangkan dan dibiayai oleh satu perguruan tinggi saja Update sistem terjadi jika ada kontrak baru dengan pengembang
Hemat energi karena dipakai secara bersama
hardware
Tidak ada biaya pengembangan, yang ada hanya biaya sewa jasa saja
Update sistem dilakukan secara berkala untuk penambahan firut ataupun fungsi dan menjadi tangujg jawan pengembang Perlu investasi awal Tidak perlu investasi awal, pembayaran pada hanya dilakukan pada saat akan menggunakansaja Mekanisme pemesanan Mekanisme pemesanan pelayanan palayanan dilakukan manual dilakukan secara swalayan Layanan dapat diakses pada Layanan dapat di akses dimana saja area kampus saja kecuali sepanjang terhubung ke internet dipersiapkan secara khusus unutk public area Kapasitas layanan bersifat tetap Kapasitas layanan dapat dinaikan atau diturunkan sesuai dengan kebutuhan Pembayaran bersifat tetap Pembayaran disesuaikan dengan karena dibayar dimuka kebutuhan kapasitas Waktu pengembangan lama Konsumen tinggal pake sesuai dengan kebbutuhan
Analisis Fungsional Setiap sistem informasi akademik baik yang tradisional maupun sistem informasi akademik yang berbasis cloud computing pasti memilki suatu fungsi yang sama yaitu mengelola administrasi perguruan tinggi dimulai dari administrasi kegiatan akademik, penerimaan mahasiswa baru, keuangan sampai ke perpustakaan, yang berbeda adalah proses bisnisnya karena setiap perguruan tinggi pasti mempunyai kriteria tertentu dalam menentukan suatu kebijakan. Oleh karena itu perlu suatu strategi khusus supaya sistem informasi akademik ini bisa digunakan secara bersama-sama oleh perguruan tinggi berbeda. Untuk menyiasati permasalahan seperti di atas maka salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan membuat penyesuaian dari perbedaanperbedaan yang ada, berikut adalah kebutuhan fungsional yang berhasil di identifikasi untuk setiap perguruan tinggi yang akan di bagi menjadi beberapa modul yang ada dalam sistem informasi akademik beserta rincian fungsi dan kemungkinan untuk mengatasi beberapa perbedaan. Jurnal Infoman’s Volume 5 Nomor 1 Mei 2012
63
1) Penerimaan Mahasiswa baru Penerimaan mahasiswa baru ini mempunyai fungsi secara umum adalah untuk pencatatan proses pendaftaran, pelaksanaan ujian sampai penentuan kelulusan. Berikut rincian fungsi yang biasa ada dalam sistem penerimaan mahasiswa baru: (1) Fungsi pendaftaran, fungsi ini dibagi menjadi dua yaitu pendaftaran secara online dan pendaftaran secara manual (2) Pelaksanaan ujian saringan masuk, dalam fungsi ini disediakan dengan dua cara yaitu ujian online dan ujian konvensional, dalam ujian online panitia bisa membuat soal dengan berbagai kategori tertentu dan sistem penilaian yang dilaksanakan. Sedangkan pada ujian konvensional nilai hasil ujian bisa diinputkan ke sistem secara manual beserta status kelulusan peserta ujian. (3) Pengumuman hasil ujian akan dapat diakses oleh peserta ujian secara online ataupun manual berdasarkan status kelulusan yang telah di proses sebelumnya. (4) Laporan mengenai keadaan penerimaan mahasiswa baru seperti jumlah pendaftar, peserta ujian dan peserta yang lulus. Perbedaan yang mandasar antara perguruan tinggi dalam proses penerimaan mahasiswa baru ini adalah sebagai berikut : (1) Jumlah kategori soal ujian yang berbeda. (2) Penilaian untuk penentuan kelulusan yang berbeda. (3) Pelaksanaan tes saringan masuk berbeda ada yang konvensional dan ada yang online. Cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi perbedaan tersebut adalah sebagai berikut dalam proses penentuan kategori soal dan nilai untuk kelulusan dan hal ini bisa di atasi dengan menyediakan tabel referensi untuk kategori soal yang merujuk ke tabel sedangkan untuk kriteria penilaian bisa di simpan di dalam tabel kategori soal, sehingga setiap perguruan tinggi bisa membuat kategori soal yang berbeda lengkap dengan penilaiannya. 2) Akademik Modul akademik ini mempunyai fungsi secara umum untuk mengelola proses aktifitas perkuliahan dari perwalian (PKRS) sampai dengan penilaian (KHS) dan berikut adalah rincian fungsi yang ada dalam kegiatan akademik ini : 1) Pembuatan nomor induk mahasiswa baru sekaligus pencatatan data-data mahasiswa seperti data keluarga pekerjaan dan lain-lain. 2) Kodefikasi matakuliah dan pengelompokannya. 3) Pencatatan kurikulum sesuai dengan program studi masing-masing dilengkapi dengan mata kuliah prasyarat. 4) Pencatatan identitas pejabat perguruan tinggii yang akan menandatangani dokumen akademik. 5) Pelaksanaan perwalian dan perubahan rencana studi bisa dilaksanakan secara manual dan otomatis dan yang otomatis dalam proses pengambilan
Jurnal Infoman’s Volume 5 Nomor 1 Mei 2012
64
mata kuliah ada yang perlu pengesahan dosen wali ada juga yang langsung berdasarkan syarat-syarat yang di tentukan. 6) Pembuatan jadwal kuliah dan ujian baik ujian tengah semester atau ujian akhir semester. 7) Pembuatan absensi dosen dan mahasiswa. 8) Penilaian terhadap hasil akademik mahasiswa berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh perguruan tinggi masing-masing. 9) Pencetakan kartu rencana studi, hasil studi, ijazah, transkrip dan lain-lain. 10) Pendataan lulusan. 11) Pencarian data mahaiswa beserta data pendukungnya berdasarkan kategori tertentu. 12) Penyajian laporan berdasarkan aktifitas dan kegiatan akademik. Sedangkan perbedaan yang mandasar antara perguruan tinggi dalam proses akademik ini adalah sebagai berikut : 1) Kriteria penilaian akhir ada yang berdasarkan nilai absolut, dan relatif serta grade yang digunakan juga berbeda. 2) Format cetakan seperti transkrip, ijazah seta laporan laporan pendukung lainnya. Untuk mengatasi perbedaan kriteria penilaian ini bisa dilakukan dengan cara membuat beberapa kategori penilaian yang bisa ditetapkan sesuai dengan krteria masing- masing. Sedangkan untuk mengatasi format cetakan bisa dilakukan dengan cara memberikan akses kepada pengguna untuk bisa merubah layout desain laporan itu sendiri. 3) Keuangan mahasiswa Pada bagian keuangan mahasiswa ini terdapat beberapa kebutuhan yang mendasar yang harus ditangani, berikut kebutuhan yang biasa terjadi dalam proses penanganan pembayaran keuangan mahasiswa ini . 1) Pencatatan item pembayaran dan besaran harganya berdasarkan ketegori tertentu seperti per program studi, perangkatan. 2) Penetapan kriteria tertentu seperti potongan, beasiswa, penundaan pembayaran, kriteria minimal pembayaran untuk mengikuti aktifitas akademik seperti ujian, sidang dan lain-lain. 3) Pembayaran rutin yang biasa dilakukan setiap bulan atau setiap semester dan pembayaran berdasarkan kondisi tertentu seperti biaya seminar, sidang, wisuda.dan lain-lain. 4) Pelaporan seperti tunggakan, pendapatan berdasarkan kategori yang telah ditetapkan. Sedangkan perbedaan yang mandasar antara perguruan tinggi dalam proses keuangan ini adalah sebagai berikut : 1) Item pembayaran. 2) Prequensi pembayaran. 3) Cara pembayaran ada yang kontan dan ada yang transfer melalui bank. Untuk mengatasi perbedaan tersebut bisa dilakuan dengan membuat item pembayaran dengan kategori tertentu baik dengan menyediakan kategori waktu pembayaran, jenis pembayaran, dan cara pembayaran itu Jurnal Infoman’s Volume 5 Nomor 1 Mei 2012
65
sendiri sehingga dapat dikondisikan sesuai dengan keadaan yang berlaku di perguruan tinggi yang bersangkutan. Pada gambar 4 berikut adalah skema sistem informasi akademik secara umum yang biasa diperlukan oleh berbagai perguruan tinggi seperti universitas, institut, sekolah tinggi, akademi, maupun politeknik.
Gambar 4 Kerangka sistem informasi akademik terpadu Analisis Biaya Untuk membuat dan mengimplementasikan suatu sistem informasi akademik di suatu perguruan tinggi terdapat beberapa komponen biaya yang harus dikeluarkan yang terdiri dari pengadaan infrastuktur seperti pengadaan server, software, periperal jaringan, UPS, property, pajak dan sebagainya. Belum lagi termasuk biaya perawatan, penggantian komponen server yang rusak yang akan menyebabkan pengeluaran biaya yang tidak sedikit hanya untuk perawatan saja. Pada kenyataannya biaya yang dikeluarkan untuk membangun suatu sistem informasi akademik secara tradisional lebih rumit dikarenakan sebagian besar dari pengeluaran yang ada ditujukan untuk pemeliharaan aplikasi dan infrastruktur. Jika sebuah perguruan tinggi dengan 100 mahasiswa ingin membuat sebuah sebuah sistem informasi, tidak disarankan baginya untuk berinvestasi dengan cara tradisional. Hal tersebut akan berdampak buruk pada biaya pengeluaran untuk perawatan perangkat. Berikut adalah ilustrasi perhitungan biaya perpengguna.
Jurnal Infoman’s Volume 5 Nomor 1 Mei 2012
66
Gambar 5 Perhitungan biaya per pengguna per tahun (Hurwitz, 2010) Pada grafik di atas dijelaskan bahwa efisiensi tercapai pada kurva bagian kiri, dan tidak efisien pada kurva bagian kanan. Dan semakin banyak pemakai yang menggunakan sistem informasi ini maka akan semakin efisien penggunaan teknologi cloud computing ini Sebagai ilustrasi misalkan sebuah perguruan tinggi akan membangun sistem informasi akademik secara tradisional dengan sistem client server berbasis web ada 2 biaya yang dikeluarkan yaitu biaya tetap seperti investasi awal untuk pembelian hardware dan software seperti berikut ini : Tabel 2 Daftar harga barang (bhineka.com, 2011) dan perangkat lunak sistem informasi akademik (Putrasoft.com, 2011) No
Komponen
Jumlah Harga (Rp) 1 Komputer server : HP ProLiant ML350G6-869 1 25.000.000 Xeon E5620, 6GB RDIMM DDR3-1333, DVDROM, VGA ATI 32MB, GbE NIC, Tower Case 2 HP Switch : HP ProCurve 1810G-8G, 8 Port 1 1.300.000 3 UPS : APC BR650CI-AS 1 900.000 4 Pendingin Ruangan 1 2.300.000 5 Aplikasi Sistem Informasi Akademik 1 Paket 50.000.000 Total 79.500.000 Biaya yang di keluarkan dari tabel 4.3 merupakan kebutuhan minimal dan diasumsikan penggunaan basis data dan sistem operasi menggunakan open source seperti linux dan Mysql. Pengeluaran berikutnya adalah komponen biaya perbulan seperti pada tabel 4.4
Jurnal Infoman’s Volume 5 Nomor 1 Mei 2012
67
Tabel 3 Daftar dan prediksi jumlah pengeluaran perbulan No Komponen Jumlah 1
Listik (server, perangkat jaringan + pendingin 629 kWh* ruangan) Pegawai untuk perawatan sistem 1 Orang
2 Total * Harga per kWH = kWh(vmware.com,2011)
Rp.
396
(plnbatam.com,
2011),
Harga (Rp) 265.438 1.500.000 1.765.438 kalkulator
Total pegeluaran untuk menjalankan sistem informasi akademik secara tradisional untuk satu tahun diperkirakan adalah sebagai berikut : Rp. 79.500.000 + (12 Bulan * Rp. 1.765.439) = Rp. 100.685.268, jadi total pengeluaran untuk tahun pertama sekitar Rp. 100.685.268,- dan untuk tahun selanjutnya adalah Rp. 21.185.268,- dengan asumsi tidak ada hardware yang rusak. Perhitungan harga tersebut belum termasuk pengadaan infrastruktur untuk akses ke sistem akademik oleh staf maupun oleh mahasiswa. Dan berikut adalah perhitungan investasi pengadaan sistem informasi akademik yang menggunakan cloud computing : Tabel 4 Prediksi jumlah pengeluaran pertahun sistem cloud computing No Komponen Jumlah Harga (Rp) 1 Sewa Sistem akademik Paket (500 Mb) 12 Bulan 6.000.000 2 Internet SPEEDY Paket 1 Mb 12 Bulan 7.740.000 (telkomspeedy.com, 2011) Total 13.740.000 Untuk menggunakan sistem informasi akademik dengan sistem cloud computing ini tidak ada investasi awal yang harus dikeluarkan. Dari perbandingan yang telah diilustrasikan di atas dapat terlihat bahwa penggunaan sistem informasi akadmik berbasis cloud computing jelas lebih efisien dilihat dari sisi keuangan jika dibandingkan dengan sistem tradisional. Analisis Dampak Lingkungan Sistem informasi akademik terpadu berbasis cloud computing ini merupakan suatu produk sistem informasi di mana dalam hal pengoperasiannya membutuhkan peralatan pendukung yang menggunakan energi seperti komputer, pendingin udara dan lain-lain, tidak jauh berbeda dengan sistem informasi tradisional yang berbeda adalah kalau cloud computing bisa digunakan untuk beberapa perguruan tinggi maka lain halnya dengan sistem informasi tradisional yang hanya di rancang untuk satu perguruan tinggi saja. Atas dasar itu maka tidak berlebihan kiranya jika cloud computing ini sangat hemat energi jika dibandingakan dengan sistem tradisional. Jurnal Infoman’s Volume 5 Nomor 1 Mei 2012
68
Penggunaan energi biasanya berbanding lurus dengan dampak lingkungan, karena energi yang ada saat ini kebanyakan mengunakan sumber yang tidak terbarukan misalnya adalah batubara yang dalam proses konversi menjadi energi menimbulkan pengrusakan lingkungan dan polusi udara. Berikut ilustrasi konsumsi energi listrik untuk penggunaan server secara bersama- sama oleh 10 perguruan tinggi dengan server yang digunakan hanya untuk satu perguruan tinggi satu server.
Gambar 6 Perbandingan penggunaan energi antara virtual dan phisical server (Sumber : http://vmware.com/solutions/green/calculator.html) Pada gambar 5 menjelaskan perbandingan antara penggunaan server secara sendiri atau phisikal dengan penggunaan server secara bersama-sama atau virtual server. Dan hal yang sama juga terjadi antara penggunaan sistem cloud computing dengan sistem tradisional adalah hal konsumsi energinya cloud computing bisa lebih hemat dalam hal penggunaan energi karena diapakai secara bersama-sama secara virtual. 5. Arsitektur Cloud computing Dalam sistem informasi akademik ini untuk operasional aplikasinya menggunakan teknologi cloud computing. Sedangkan layanan yang digunakan adalah jenis Aplication as Service dan Infrastruktur as Service. Dan aplikasi yang dibangun adalah berbasis web.
Jurnal Infoman’s Volume 5 Nomor 1 Mei 2012
69
Gambar 7 Arsitektur Cloud computing Pada gambar 7 di atas terlihat bahwa arsitektur sistem informasi akademik terpadu berbasis cloud computing ini terdapat beberapa lapisan dan komponen yang saling ketergantuan satu sama lainnya dan mempunyai fungsi berbeda antar lapisan dan saling melengkapi. Berikut adalah lapisan dalam arsitektur cloud computing siatem informasi akademik terpadu : 1. Lapisan Virtual Infrastuktur. 2. Lapisan Virtual Aplikasi. 3. Lapisan Service Manajemen. 4. Lapisan Pelanggan (End User) 5.1. Lapisan Virtual Infrastruktur Lapisan infrastruktur ini berada paling bawah dalam arsitektur cloud computing sistem informasi akademik terpadu, dalam lapisan ini terdapat tiga komponen yaitu virtual server, virtual domain dan virtual network yang masingmasing mempunyai fungsi tertentu. Lapisan infrasturktur ini merupakan dasar atau pondasi untuk menjalankan sistem informasi akademik terpadu, mengatur dan mengelola resource yang digunakan sehingga menjadi lebih efektif dari sisi operasional dan efisien dari sisi pengeluaran biaya. 1). Virtual Server Virtual server berfungsi untuk membagi server fisik menjadi beberapa server yang secara virtual terpisah dan mandiri, artinya setiap virtual server boleh mempunyai configurasi yang berbeda beda atau bahkan mempunyai sistem operasi yang berbeda beda. Dalam sistem informasi akademik terpadu virtual server ini dijadikan tempat untuk menyimpan database dan file dokumen web institusi yang bersangkutan. Dengan begitu database yang dipakai untuk menyimpan data akademik bisa Jurnal Infoman’s Volume 5 Nomor 1 Mei 2012
70
disesuaikan dengan keinginan konsumen misalkan menggunakan database mysql, sqlserver ataupun oracle, sedangkan untuk aplikasi siap itu sendiri akan tersimpan dalam virtual server yang terpisah dan virtual server ini diakses secara bersama-sama oleh seluruh pengguna. Dengan virtual server ini juga pelanggan dapat menentukan jumlah resource hardware sesuai dengan kebutuhan masing-masing misalkan untuk penggunaan memori dan tempat penyimpanan dapat di atur sesuai dengan kebutuhan. Dalam virtual server ini selain terdapat database server juga terdapat aplikasi web server yang masing-masing di kelola oleh pelanngan kecuali aplikasi web server untuk aplikasi sistem informasi akademik.
Gambar 8 Virtual Infrastruktur 2). Virtual Domain Virtual doamain ini berfungsi untuk mengatur penamaan suatu website dan seperti kita ketahui untuk membuka suatu website biasanya dilakukan dengan memanggilnya menggunakan url. Fungsi dari virtual domain ini adalah untuk membedakan alamat url untuk setiap pelanggan, sehingga untuk membuka aplikasi sistem informasi akademik ini dapat dilakukan dengan memanggil domain yang berbeda antara satu pelanggan dengan pelanggan lainnya seperti terlihat pada ilustrasi gambar 8 pada bagian virtual domain. 3). Virtual Network Implementasi virtual server biasanya erat kaitannya dengan virtual network dan setiap virtual server biasanya mempunyai network yang berbeda atau bahkan subnet yang berbeda. Jadi walaupun fisiknya satu tetapi dengan virtual network ini memungkinkan masing-masing virtual server memiliki network yang berbeda sehingga pelanggan dapat mengelola networknya sendiri tanpa mengganggu network milik pelanngan lain.
Jurnal Infoman’s Volume 5 Nomor 1 Mei 2012
71
Penggunaan virtual infrastruktur ini akan memberikan manfaat yang signifikan dilihat dari sisi pembiayaan dan pengelolaan, berikut adalah menfaat yang akan didapatkan : 1. Penggunaan energi listrik dan ruangan yang minimal, karena server yang digunakan cukup hanya babarapa server saja seperti server web, server dns dan server dbms. 2. Operasional perawatan hardware dan software yang minimal karena cukup mengelola beberapa server fisik saja dan selebihnya dikelola oleh pengguna masing- masing dari sisi vitual untuk perawatan pada sisi operasional aplikasinya. 3. Resource yang ada digunakan oleh beberapa perguruan tinggi secara simultan. Hal ini akan menurunkan anggaran belanja untuk pengadaan hardware, software dan perawatan yang dilakukan perguruan tinggi tersebut. Sehingga perguruan tinggi yang bersangkutan hanya fokus terhadap pengembangan akademik saja. 5.2. Lapisan Virtual Aplikasi Virtual Aplikasi adalah suatu lapisan dimana di dalamnya terdapat aplikasi sistem informasi akademik yang berhadapan langsung dan digunakan oleh pengguna. lapisan ini juga terdiri dari beberapa bagian penting yang saling terhubung seperti terlhat pada gambar 9 diantaranya adalah :
Gambar 9 Lapisan Virtual Aplikasi
1). User User adalah pengguna dari aplikasi sistem informasi akadmik terpadu ini, user berasal dari institusi yang menyewa sistem aplikasi ini yang berasal dari perguruan tinggi. User bisa terdiri dari mahasiswa, orang tua mahasiswa, staf administrasi yang ditunjuk untuk menjalankan sistem informasi ini ataupun dosen. Dan masing-masing user untuk masuk ke sistem informasi akademik ini diperlukan suatu otoritas tertentu dan telah diberi hak akses sesuai dengan keperluan masing-masing. Jurnal Infoman’s Volume 5 Nomor 1 Mei 2012
72
2). Aplikasi Aplikasi adalah sistem informasi akademik terpadu itu sendiri dan aplikasi ini hanya terpasang dan diinstall di web server yang mendukung bahasa pemograman php. Sedangkan pengguna seluruhnya memanggil aplikasi ini melalui suatu alamat url yang telah diatur di bagian virtual domain. 3). Webserver Webserver adalah suatu mesin yang menjalankan suatu perangkat lunak yang menyediakan layanan akses kepada pengguna melalui protokol http (Hypertext Transfer Protocol), didalam webserver terdapat aplikasi sistem informasi akademik terpadu yang berfungsi untuk mengelola semua data tentang akademik. Web server untuk menjalankan sistem informasi akademik terpadu ini menggunakan sistem operasi linux, web server manngunakan apache sedangkan bahasa pemograman menggunakan php (Hypertext Preprocessor). Linux digunakan dengan alasan kemudahan dalam menajemen security dan bersifat open source jadi semuanya gratis sehingga dapat menekan dalam hal pembiayaan. 4). Basis data Basis data adalah tempat untuk menyimpan berkas-berkas mengenai operasional akademik seperti nilai, data dosen, mahasiswa, keuangan dan lain-lain. Basis data yang dapat digunakan untuk sistem informasi akademik terpadu ini adalah Mysql, MSSQL dan oracle. Sehingga dapat memberi pilihan keada para pengguna sesuai dengan buget masing-masing. Dan untuk basis data ini antara perguruan tinggi yang satu dengan perguruan tinggi yang lain terpisah dalam satu database yang berbeda seperti terlihat pada gambar 10, sehingga dapat memudahkan ke pada para pengguna untuk memanajemnya sendiri seperti proses backup dan restore database. Sedangkan untuk server database ini menggunakan virtual operating sistem sehingga bisa menggunakan sistem operasi linux ataupun windows sehingga bisa menggunakan database MsSql yang berjalan di windows ataupun menggunakan MySql atau oracle yang jalan di sistem operasi linux.
Jurnal Infoman’s Volume 5 Nomor 1 Mei 2012
73
Gambar 10 Skema posisi webserver dan database server 5.3. Service Management Service manajement merupakan lapisan teratas dan berhubungan langsung dengan user atau pengguna, terdapat beberapa fungsi dari service management ini diantaranya adalah : 1). Permohonan Layanan Modul ini berisi suatu halaman web berupa form registrasi yang berfungsi untuk melayani pelanggan untuk mendaftar dan mengisi semua informasi yang dibutuhkan, untuk membuat account di sistem informasi akademik terpadu ini semua proses dilakukan secara mandiri oleh user yang bersangkutan. kecuali proses pengaktifan account hanya dilakukan oleh administrator sistem informasi akademik itu sendiri setelah pemohon account melakukan pembayaran sewa penggunaan sistem tersebut. 2). Performance Management Modul ini berfungsi untuk mengidentifikasi mengukur dan mengevaluasi kinerja dari sistem informasi akademik terpadu berdasarkan dari masukan dari pengguna, dengan performance management ini akan memungkinkan penanganan permasalahan dengan cepat sehingga ujuk kerja dari sistem informasi akademik ini akan terus meningkat sesuai dengan kebutuhan user atau pengguna. 3). Ketersediaan/Backup/Restore Modul ini mengatur tentang fungsi utama dari sistem informasi akademik terpadu mengenai fungsi-fungsi yang berjalan dan digunakan oleh pelanggan dan memastikan bahwa fungsi-fungsi tersebut berjalan dengan baik sehingga ketersediaan setiap service akan terjamin. Salah satu dari fungsi ini adalah proses backup dan restore dimana tersedia suatu tool tuntuk Jurnal Infoman’s Volume 5 Nomor 1 Mei 2012
74
melakukan fungsi tersebut sehingga dapat memudahkan pelanggan melakukan sendiri proses tersebut. 4). Keamanan Sistem keamanan dalam sistem informasi akademik ini berada pada level atas yang berhubungan langsung dengan pengguna. Keamanan ini terdri dari beberapa bagian yaitu : 1) Identias pengguna, setiap pengguna yang menjalankan sistem informasi akademik ini harus terdaftar di sistem dan mempunyai otoritas tertentu. Pendaftaran pengguna ini dilakukan oleh administrator perguruan tinggi masing-masing. 2) Akses, setiap user yang menggunakan sistem infomasi ini diatur sedemikian rupa hak aksesnya dan hak akses ini mempunyai level-level tertentu yang kesemuanya diatur oleh administrator perguruan tinggi masing-masing. 3) Isolasi dan audit, isolasi dilakukan apabila apabila dari ada user yang melakukan sesuatu hal yang mencurigakan dari hasil audit yang telah dilakukan sebelumnya. Dan data-data audit yang dipakai dan diambil dari log aktifitas user dalam menggunakan sistem informasi akademik ini. 5). Usage Accounting Meliputi pencatatan mengenai penggunaan resource oleh user yang meliputi penggunaan memori, kapasitas penyimpanan, besarnya transaksi dalam database dan kapasitas bandwidth jaringan yang terpakai. Hal ini akan dijadikan dasar dalam penghitungan biaya yang harus dibayarkan oleh user jika sistem pembayaran berdasarkan penggunaan resource. 5.3. Lapisan Pelanggan Pelanggan atau user merupakan lapisan teratas dari arsitektur sistem informasi akademik berbasis cloud computing ini, pelanggan sistem informasi akademik ini adalah perguruan tinggi seperti sekolah tinggi, akademi, politeknik, institut ataupun universitas. Untuk dapat menggunakan sistem informasi ini pelanggan diwajibkan untuk mendaftar terlebih dahulu dan dapat diwakilkan oleh seorang yang ditunjuk sebagai administrator, administrator inilah yang nantinya akan mendisribusikan account untuk setiap user di perguruan tinggi yang bersangkutan. 6. Arsitektur Jaringan Arsitektur jaringan ini menggambarkan desain fisik jaringan serta posisi masing- masing server baik fungsinya maupun arus data yang mengalir dari masing-masing server tersebut. Untuk arsitektur jaringan sistem informasi akademik ini terdiri dari beberapa komponen seperti terlihat pada gambar 11.
Jurnal Infoman’s Volume 5 Nomor 1 Mei 2012
75
Gambar 11 Arsitektur jaringan fisik sistem informasi akademik terpadu 1). Firewall Fungsi utama yang dapat dilakukan oleh firewall adalah firewall harus dapat mengatur dan mengontrol lalu lintas jaringan yang diizinkan untuk mengakses jaringan privat atau komputer yang dilindungi oleh firewall. Firewall melakukan hal yang demikian, dengan melakukan inspeksi terhadap paket-paket dan memantau koneksi yang sedang dibuat, lalu melakukan penapisan (filtering) terhadap koneksi berdasarkan hasil inspeksi paket dan koneksi tersebut. Penapisan dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan penapisan alamat IP, penapisan Port dan penapisan isi data yang mengalir melalui kata kunci yang telah didefinisikan. Penapisan port dilakukan berdasarkan service yang terpasang di jaringan internal adapun layanan yang terpasang adalah sebagai berikut : 1) Web server yang menggunakan protokol http port 80 yang digunakan untuk akses aplikasi sistem informasi akademik terpadu oleh masingmasing perguruan tinggi. 2) Web Administrator yang menggunakan protokol https port 443 untuk layanan ssl (secure socket layer) digunakan untuk akses manajemen account yang digunakan oleh administrator masing-masing perguruan tinggi yang bersangkutan. 3) Remote administrator menggunakan ptotokol https port 10000 yang digunakan oleh administrator sistem informasi terpadu untuk mengontrol dan mengkonfirurasi service yang terpasang dalam network ini, jalur ini tertutup oleh semua user kecuali network administrator sistem ini. 4) ssh (secure shell) standarnya menggunakan port 22 tetapi di sistm ini digunakan port 2020 untuk menghindari serangan dari luar, yang digunakan untuk proses transfer file, service ini terbuka untuk administrator masing-masing perguruan tinggi, service ini bisa dipakai juga untuk proses konfigurasi sistem virtual yang disewa oleh perguruan tinggi yang bersangkutan. Jurnal Infoman’s Volume 5 Nomor 1 Mei 2012
76
5) DNS(domain names system) yang digunakan untuk proses konversi atau menerjemahkan dari nomor IP ke nama domain menggunakan port 53 Sedangkan penapisan alamat IP dilakukan berdasarkan aktifitas IP publik yang masuk ke jaringan internal dengan cara ip yang diidentifikasi sebagai penyerang disimpan dalam suatu table yang akan digunakan untuk proses memblok akses masuk. Berikut adalah rancangan konfirurasi firewall untuk sistem informasi akademik terpadu ini: Interface yang digunakan adalah dua buah interface yaitu satu yang menghadap ke jaringan publik dengan nama rl1 dan satu lagi interface yang menghadap jaringan internal dengan nama rl0 Tabel 5 Setting security terhadap port No Nomor Port 1 TCP 80 (web server) 2
TCP 443 (https)
3
TCP, UDP 53 (DNS)
4
TCP 2020 (ssh)
5
TCP 10000 (Webmin)
Arah keluar, masuk keluar, masuk keluar, masuk keluar, masuk Keluar, masuk
Interface Status r1 & rl0 terbuka r1 & rl0
terbuka
r1 & rl0
terbuka
r1 & rl0
terbuka
r1 & rl0
terbuka
Selain layanan dan port di atas akan diblok sehingga tidak memungkinkan masuk melalui port yang tidak didefinisikan sehingga akan memperkecil resiko penyerangan dari jaringan publik. 2). Switch Switch jaringan adalah sebuah alat jaringan yang melakukan bridging transparan (penghubung segementasi banyak jaringan dengan forwarding berdasarkan alamat MAC). Switch jaringan digunakan sebagai penghubung komputer atau router pada satu area yang terbatas, switch juga bekerja pada lapisan data link, cara kerja switch hampir sama seperti bridge, tetapi switch memiliki sejumlah port sehingga sering dinamakan multi-port bridge. Seluruh komputer server dan router pada interface rl0 akan masuk ke switch ini, sedangkan jalur ke internet akan masuk ke router pada interface rl1. 3). Webserver Server web dapat merujuk baik pada perangkat keras ataupun perangkat lunak yang menyediakan layanan akses kepada pengguna melalui protokol komunikasi HTTP atau HTTPS atas berkas-berkas yang terdapat pada suatu situs web dalam layanan ke pengguna dengan menggunakan aplikasi tertentu seperti peramban web.
Jurnal Infoman’s Volume 5 Nomor 1 Mei 2012
77
Server web digunakan untuk menempatkan situs web yaitu aplikasi sistem informasi akademik terpadu yang akan diakses oleh pengguna melalui protokol http. berikut spesifikasi server yang akan digunakan : 1) Sistem operasi menngunaka linux centos. 2) Web server apache. 3) Web intrerpreter menggunakan php dengan beberapa modul yang diaktifkan seperti driver untuk koneksi ke berbagai tipe basis data. 4). DNS Server Domain name system adalah suatu service yang digunakan untuk mengkonversikan alamat IP menjadi nama domain atau sebaliknya, dengan DNS Server ini memungkinkan pelanggan memanggil aplikasi sistem informasi akademik menggunakan nama domain masing-masing sehingga dapat lebih memudahkan dalam sosialisasi kepada para anggotanya. Domain yang dibuat berdasarkan alamat virtual dari apache server yang ada di web server seperti pada gambar 12..
Gambar 12 Domain dengan virtual host 5). Database Server Database server adalah suatu server yang berisi aplikasi atau program yang berfungsi untuk menyimpan, mengelola serta mengatur user yang dapat mengakses data tersebut. Database server juga bertugas untuk melayani permintaan pengguna terhadapap suatu query atau permintaan data. Untuk mengimplementasikan sistem informasi akademik pada cloud computing sebenarnya dapat menggunakan beberapa teknik dalam hal pengelolaan database sehingga database perguruan tinggi sebagai pengguna bisa dibedakan atau dikenali antara yang satu dengan perguruan tinggi yang lainnya, cara tersebut yaitu : 1) Dengan menggunakan kodefikasi sesuai dengan kode perguruan tinggi masing-masing, jadi antara database perguruan tinggi tersimpan dalam satu database tetapi dibedakan dengan memberikan identitas berupa kode. Kelemahan pada sistem ini yaitu data akan tercampur untuk semua perguruan tinggi dan manajemen data akan lebih sulit dilakukan seperti proses backup dan restore. Jurnal Infoman’s Volume 5 Nomor 1 Mei 2012
78
2) Dengan menggunakan database terpisah artinya setiap perguruan tinggi mempunyai database masing-masing yang dioperasikan menggunakan account yang berbeda juga menggunakantipa database yang berbeda juga. Hal ini akan menguntungkan karena memudahkan dalam hal manajemen data, seperti backup, restore serta pemberian hak akses kepada para pengguna. Sistem informasi akademik terpadu ini dirancang dengan memisahkan data antara perguruan tinggi yang satu dengan yang lainnya, dengan tujuan supaya dapat menggunakan berbagai macan tipe database sehingga memudahkan penyesuaian pelanggan terhadap operasional database yang bersangkutan pada gambar 13 berikut adalah skema konektifitas antar database dengan aplikasi sistem informasi akademik.
Gambar 13 Konektifitas database dengan aplikasi sistem informasi akademik 7. Kesimpulan Kebutuhan perguruan tinggi akan sistem informasi akademik mutlak tidak bisa terelakan lagi karena semakin banyak mahasiswa dan semakin besar perguruan tinggi tersebut maka pengelolahan data akademik-nya juga akan semakin komplek dan tidak mungkin bisa dikerjakan dengan mudah tanpa sistem informasi. Tetapi walaupun begitu pengembangan suatu sistem informasi yang baik akan sangat banyak membutuhkan biaya yang cukup besar, waktu yang panjang dan sember daya yang baik dan ini yang selalu menjadi permasalahan dalam mengembangkan sistem informasi tersebut. Dengan begitu tidak semua perguruan tinggi mampu untuk mengembangkan sistem informasi akademik. Dengan digunakannya teknologi cloud computing permasalahan biaya, waktu dan sumber daya manusia diatas bisa diatasi, karena dengan teknologi ini aplikasi sistem informasi akademik bisa disimpan di cloud dan dapat digunakan secara bersama sama termasuk inprastuktur yang dibutuhkan untuk menjalankan sistem informasi akademik tersebut. Dan tentu saja cloud ini harus dikelola oleh suatu provider tertentu dalam hal ini pengembang
Jurnal Infoman’s Volume 5 Nomor 1 Mei 2012
79
sistem informasi akademik yang menggunakan cloud sebagai basis teknologinya. Dengan digunakannya teknologi ini pada sistem informasi akademik, maka perguruan tinggi dapat menggunakan sistem tersebut dengan sistem sewa jasa, sehingga perguruan tinggi tersebut hanya pokus pada bisnisnya saja. Sedangkan pengembangan sistem informasi dapat di percayakan ke provider pengelola cloud ini. 8. Saran Kedepan untuk pengembangan sistem informasi akademik berbasis cloud computing ini perlu kajian yang lebih mendalam dalam hal aspek teknis pelaksanaan dan pembiayaan sehingga didapatkan operasional sistem cloud computing ini menjadi lebih efektif dan dapat menekan pengeluaran biaya masing masing perguruan tinggi secara signifikan. Satu hal yang harus menjadi perhatian selain pembiayaan adalah mengenai keamanan, karena sistem cloud ini diletakan di jaringan terbuka maka ancaman keamanannya juga akan semakin tinggi dan dapat mengancam kepercayaan publik terhadap teknologi cloud ini maupun kepada provider penyelenggara.. Daftar Pustaka Bisong, Anthony and Rahman, Syed M. An overview of the security concern in enterprise cloud computing. International Journal of Network Security & Its Applications (IJNSA). Vol.3, No. January 2011 Buyyaa, Rajkumar., Yeoa, Chee Shin., Venugopala, Srikumar., Broberg , James., Brandic, Ivona. Cloud computing and emerging IT platforms: Vision, hype, and reality for delivering computing as the 5th utility. Journal of Future Generation Computer Systems, p. 599-616. 2009 Fardani, Adiska., Surendro, Kridanto., Strategi Adopsi Teknologi Informasi Berbasis Cloud Computing untuk Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia. Seminar Nasional Teknologi Informasi. 2011 Hurwitz, Judith, Bloor, Robin., Kuufman, Marcia., Helper, Fern. Cloud Computing for Dummies. Wiley Publishing, Inc., Indianapolis, indiana. 2010 Jacobson, Ivar., Booch, Grady., Rumbaugh, James. The Unified Software Development Process. Addison-Wesley Professional. 1999 Kim,Won. Cloud Computing: Today and Tomorrow. Journal Of Object Technology Vol. 8, No. 1, January-February. 2009 Leitch, Robert K and Davis, K.Roscoe. Accounting Information System. PrinticeHall, New Jersey. 1983 Moscove, Stephen A., Simkin, Mark G. Accounting information systems concept and practice for effective decision making, 2nd. ed. John Wiley & Sons, New York. 1984 Nabil, Sultan. Cloud computing for education: A new dawn?., International Journal of Information Management, vol 30, pp 109-116. 2010 Nugroho, Wisnu. Memahami Cloud Computing. Info Komputer. Maret, 2011 Jurnal Infoman’s Volume 5 Nomor 1 Mei 2012
80
Pienaar, Heila. Design and Development of an Academic Portal. Libri, vol. 53, pp. 118 –129. 2003 Pressman, Roger S. Software Engineering : Practical Approach. The Mcgraw-Hill Companies, Inc. 1997 Ponniah, Paulraj. Data Modeling Fundamentals A Practical Guide for IT Professionals. John Wiley & Sons, Inc., Canada. 2007 Rao, Srivinasa., Rao, Negeswara., Kumari, Kusuma. Cloud omputig an: overview, Journal of Theoretical and Applied Information Technology. 2009 Spewak, Steven H. Enterprise Architecture Planning (Developing a Blueprint For Data, Applications And Technology. Taskin, Harun., Goztepe, Kerim., Taskin, M.Fatih. and Canay, Ozkan. Agent Based University Planning Of Sakarya University: Cawis Project. Journal of Theoretical and Applied Information Technology, Turkey. 2008 Warren W, Fisher., Tinsley, Dillard., Strader, Robert. Managing Unavoidable Risk in Cloud Computing, Journal of Business Issues, No. 1. 2009 Wyld, David C. The Uility of Cloud Computing as a New Pricing and Consumtion Model for Information Technologi. International Journal of Database Management Systems (IJDMS), Vol.1, No.1., November 2009
Jurnal Infoman’s Volume 5 Nomor 1 Mei 2012
81