Jurnal Holistik, Tahun VIII No. 16 / Juli - Desember 2015
SISTEM GOWE PADA SUKU BANGSA MANDOBO DI KAMPUNG MAWAN KABUPATEN BOVEN DIGOEL Woni Eva Vera Wonopka NIM. 080817004
Abstract Culture as a concept which coalesce in human life that always associated with life need. Culture that is a set of the system of knowledge the idea or system serves become guidelines for the attitude of his life and human behavior as members or residents of his social unity, growing, develops, and changed in accordance with the needs of human life. Before humans began to recognize social life, all life need sought own without the aid of others. But after getting forward life, human realized that they could not meet the needs of his own life. In the Mandobo tribe hunting or also in Mandobo language in call with “gowe” is livelihoods their lives everyday, which of the results of hunting they can meet the needs of their lives everyday. Usually hunt conducted by the male meanwhile women vegetables gather, the tubers of which are in their neighborhood. Hunting means Mandobo tribe still use traditional means with simple tools. Their Mawan was a village in Kabupaten Boven Digoel still maintaining the gowe. Gowe system on the Mandobo tribe in Mawan village it is the activities carried out by hereditary than their ancestors. Basically gowe system is a form of traditional economic system that can be viewed from the perspective of procurement, the distribution, and the use of objects a need or in other words the economy system in approach through production pattern, the distribution pattern and the pattern consumption. Keywords: culture, hunting, gowe
1
Jurnal Holistik, Tahun VIII No. 16 / Juli - Desember 2015
Latar Belakang
atau masyarakat akibat adanya
Indonesia adalah negara yang besar, yang memiliki beratusratus suku bangsa dan memiliki pula
beraneka
ragam
adat
istiadat. Untuk membina dan mengembangkan
kesatuan
bangsa maka diperlukan adanya pendalaman dan penghayatan atas kebudayaan tiap-tiap suku bangsa. Pada adalah
dasarnya makhluk
manusia
sosial
yang
berbudaya
yang
banyak
membuat
perubahan
dalam
suatu
sistem
kondisi
sesuai
yang
dengan
diciptakan.
Perubahan tersebut tercipta baik merupakan buah pikiran, ide-ide, tindakan maupun karya manusia itu
sendiri.
Penyesuaian
individual terhadap lingkungan sosial didasari dengan normanorma budaya atau “adaptation genetioc” artinya penyesuaian pribadi
terhadap
sebagai
suatu
secara merupakan 2
lingkungan
kondisi
tidak kegiatan
yang
langsung manusia
unsur dari zaman lampau yang tetap
bertahan
(arkaisme),
konsekwensi-konsekwensi elemen sosial dan kebudayaan yang tidak diinginkan (fungsi laten) dapat teratasi. Dengan demikian
budaya
haruslah
bangsa
mencerminkan
fenomena yang sesuai normanorma agama, kegiatan otak dan hati
melahirkan
perasaan
pikiran
dan
adalah
jiwa
Apa
yang
kebudayaan.
dipikirkan, apa yang dirasakan, dilakukan
oleh
perbuatan
tangan
penjelmaan Manifestasi
tangan, adalah
kebudayaan. jiwa
kebudayaan
ialah kebudayaan lahir apabila dipertentangkan,
kebudayaan
dan alam dapatlah disimpulkan bahwa kebudayaan mengubah alam, kebudayaan menjadikan alam
untuk
memenuhi
kebutuhan manusia. Kebudayaan sebagai sebuah konsep yang menyatu dalam kehidupan
manusia
selalu
Jurnal Holistik, Tahun VIII No. 16 / Juli - Desember 2015
berhubungan dengan kebutuhan
dimakan.
hidupnya.
yang
ikan pun dilakukan sekaligus
merupakan seperangkat sistem
sebagai suatu cara mendapatkan
pengetahuan
tambahan
Kebudayaan atau
sistem
gagasan yang berfungsi menjadi pedoman hidupnya bagi sikap dan perilaku manusia sebagai anggota
atau
warga
kesatuan
sosialnya,
dari
tumbuh,
berkembang, dan berubah sesuai dengan
kebutuhan
hidup
manusia. Sebelum manusia mulai mengenal hidup bermasyarakat, semua
kebutuhan
hidupnya
dicukupi sendiri tanpa bantuan orang
lain.
kehidupan manusia
Namun
setelah
semakin
maju,
menyadari
bahwa
mereka tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Koentjaraningrat
Bahkan
makanan
sebagai
pekerjaan sambilan (1997:37). Di lain pihak suatu bentuk sistem ekonomi dapat dilihat dari
segi
pengadaan,
pendistribusian, dan pemakaian benda-benda
kebutuhan.
Dengan kata lain sistem ekonomi didekati melalui pola produksi, pola
distribusi,
dan
pola
konsumsi. Di dalam masyarakat tradisional,
sesuai
dengan
ukuran-ukuran tradisional yang dipunyainya
akan
terjadi
keharmonisan antara ketiga pola tersebut.
Dengan
benda-benda
menge-
menangkap
melalui
pola
yang
kata
lain
dihasilkan
produksi
akan
mukakan bahwa berburu dan
dibagikan melalui pola distribusi
meramu merupakan dua mata
sehingga terpenuhi kebutuhan-
pencaharian hidup yang saling
kebutuhan yang merupakan pola
berkaitan.
konsumsi
Masyarakat
yang
hidup dari berburu biasa juga melakukan tumbu-tumbuhan, atau
pengumpulan akar-akaran
umbi-umbian
untuk
pada
masyarakat
tersebut (Sayuti, 1983:5). Berburu
dan
meramu
merupakan pekerjaan sehari-hari suku
mandobo,
sedangkan 3
Jurnal Holistik, Tahun VIII No. 16 / Juli - Desember 2015
berkebun
dengan
berladang
sistem
dalam satu kelompok berburu
berpindah-pindah
itu biasanya 3-5 orang dan hasil
merupakan
pekerjaan
dari
demikian
membaginya sama rata. Dan
pada suku mandobo saat mereka
kemudian binatang yang mereka
akan melakukan gowe, mereka
berburu adalah terutama babi.
sampingan.
Dengan
harus mempersiapkan alat-alat apa saja yang perlu disiapkan, yang
mana
mereka
proses
awalnya
menyiapkan
busur
panah, tombak, jerat dan parang. Pada suku mandobo berburu atau
juga
mandobo
dalam disebut
“gowe”
itu
mereka
Kemudian babi hasil buruan mereka diolah menjadi dendeng untuk dimakan, selain itu ada juga yang menjual hasil buruan itu ke pasar. Suku mandobo melakukan ini untuk memenuhi
bahasa
kebutuhan hidup mereka. Sistem
dengan
gowe
merupakan
pencaharian
berburu
mata
pola
ekonomi
tradisional suku mandobo di
mereka
Kabupaten
Boven
Digoel
sehari-hari, yang mana dari hasil
merupakan
kegiatan
untuk
berburu
mereka
dapat
memenuhi kebutuhan ekonomi
memenuhi
kebutuhan
hidup
keluarga.
mereka
hidup
dalam
sehari-hari.
Biasanya
berburu dilakukan oleh kaum laki-laki wanita
sementara
itu
kaum
mengumpulkan
sayur-
umbi-umbian
yang
sayuran,
berada di sekitar tempat tinggal mereka.
Cara
berburu
suku
mandobo masih menggunakan cara-cara alat-alat 4
tradisional yang
dengan
sederhana.
Di
Di
Propinsi
Gowe
hanya
Kampung
Papua
sistem
terdapat
Mawan
di
Kabupaten
Boven Digoel. Dari zaman nenek moyang hingga sampai saat ini mereka masih mempertahankan sistem gowe tersebut. Adapun alat-alat tradisional yang
digunakan
untuk
Jurnal Holistik, Tahun VIII No. 16 / Juli - Desember 2015
melakukan gowe tersebut antara
masih
lain busur panah, tombak, jerat
sekarang, pada halnya kampung-
dan parang. Masyarakat suku
kampung
yang
mandobo membuat alat untuk
dengan
kampung
berburu dengan teknik - teknik
mereka sudah dengan bercocok
dan desain yang sudah dimiliki
tanam. Maka dari itu, penulis
oleh mereka. Sistem gowe pada
tertarik
suku mandobo secara turun-
sistem gowe pada suku bangsa
temurun dilakukan oleh kaum
mandobo” yang ada di kampung
laki-laki.
Mawan kabupaten Boven Digoel
Jika
dilihat
dari
teknik
pembuatan alat gowe, mulai dari pengolahan kayu untuk busur panah
hingga
terbentuknya, yang
sampai
kemudian
jerat
bahan-bahannya
dari
bambu,
tali
hingga
sampai
terbentuknya dan tombak, dari zaman nenek moyang hingga zaman modern ini tidak berubah cara pembuatan nya. Salah satu alasan dari suku Mandobo di kampung
Mawan
mempertahankan karena
masih
gowe
merupakan
ini
kebutuhan
hidup mereka.
Mandobo
sampai
bersebelahan Mawan,
mengangkat
judul
“
untuk memgetahui bagaimana budaya berburu yang mereka lakukan
guna
memenuhi
kebutuhan hidup mereka seharihari. Konsep Sistem Sistem berasal dari bahasa yunani “systema” yang berarti suatu keseluruhan yang tersusun dari sekian banyak bagian, dan hubungan yang berlangsung di antara
satuan-satuan
atau
komponen secara teratur. Sistem bukan merupakan sesuatu yang ada dengan sendirinya, sistem diciptakan, dipertahankan dan
Kebiasan berburu yang ada di suku
dipertahankan
di
kampung
Mawan kabupaten Boven Digoel
terkadang diubah atau diganti oleh
manusia
(Posman
Simanjuntak, 1996:23-24). 5
Jurnal Holistik, Tahun VIII No. 16 / Juli - Desember 2015
Sistem
adalah
suatu
maksud yang hendak dicapai
kebulatan atau keseluruhan yang
tidak
komplek atau terorganisir, suatu
setidak-tidaknya
himpunan
sudah terwujud akan mendapat
antara
atau
hal-hal
perpaduan atau
bagian-
akan
terpenuhi
gangguan.
atau
siste
Dan
yang menurut
bagian yang membentuk suatu
Musanef sistem adalah suatu
kebulatan atau keseluruhan yang
sarana yang menguasai keadaan
komplek
dan
atau
utuh
(Pamuji,
pekerjaan
agar
dalam
2008:3). Sementara itu di sisi lain
menjalankan tugas dapat teratur
Prajudi
(Azhari, 2008:4). Sama hal nya
mengatakan
“sistem
adalah suatu jaringan dari pada
dengan
prosedur-prosedur
kampung Mawan, saat mereka
yang
suku
Mandobo
di
berhubungan satu sama lain
melakukan
gowe,
menurut skema atau pola yang
menguasai
perkerjaan
bulat untuk menggerakkan suatu
menjalankan
fungsi yang utama dari suatu
seoarang laki-laki dan kepala
usaha atau urusan (2008:3).
keluarga
Menurut sistem
Poerwadarminta,
adalah
sekelompok
bagian-bagian (alat dan sebagai nya),
yang
bekerja
bersama-
sama untuk melakukan sesuatu maksud. Dan sistem menurut Sumantri
adalah
bagian-bagian
sekelompok
yang
bekerja
bersama-sama untuk melakukan suatu maksud.Apabila salah satu bagian rusak atau tidak dapat menjalankan 6
tugasnya
maka
mereka
tugas
yang
dan sebagai
bertanggung
jawab, agar terpenuhi kebutuhan hidup mereka. Konsep Kebudayaan Kebudayaan adalah seluruh sistem
gagasan
tindakan, dihasilkan
serta
dan
rasa,
karya
yang
manusia
dalam
kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan belajar 2005:72).
miliknya
dengan
(koentjaraningrat,
Jurnal Holistik, Tahun VIII No. 16 / Juli - Desember 2015
Budaya adalah bentuk jamak
seseorang
sebagai
anggota
dari kata budi dan daya berarti
masyarakat. Sedangkan menurut
cipta,
Selo Soemardjan dan Soeleman
karsa
dan
rasa.
Kata
budaya sebenarnya berasal dari
Soemardi
bahasa
buddhayah
sarana hasil karya, rasa dan cipta
yaitu bentuk jamak katabuddhi
masyarakat (Soerjono Soekanto,
yang berarti budi atau akal.
2007:151).
sansekerta
Dalam
bahasa
inggris,
kata
budaya berasal dari kata culture, dalam
bahasa
belanda
diistilahkan dengan kata cultuur, dalam bahasa latin berasal dari colera. Colera berarti mengolah, mengerjakan,
menyuburkan,
mengembangkan tanah (bertani) kemudian
pengertian
ini
berkembang dalam cultur, yaitu sebagai segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam (Setiadi, dkk, 2007:27). Edward
kebudayaan
B.Tylor,
merupakan
keseluruhan di
yang dalam
pengetahuan,
kompleks, terkandung kepercayaan,
kesenian, moral, hukum, adatistiadat
Kebudayaan
sangat
hubungannya
adalah
erat dengan
masyarakat. Melville J.Herskovits dan
Bronislaw
Malinowski
mengemukakan bahwa segalah sesuatu yang terdapat dalam masyarakat
ditentukan
oleh
kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk
pendapat
itu
adalah
Cultural-Determinism. Herskovits memandang sebagai
kebudayaan
suatu
yang
turun
temurun dari satu generas ke
Menurut
yang
kebudayaan
dan
kemampuan-
kemampuan lain yang didapat
generasi
yang
lain,
yang
kemudian disebut sebagai super organic
(Soerjono
Soekanto,
2002:172) Menurut
C.
Geertz
kebudayaan
adalah
sistem
pemaknaan
yang
dimiliki
bersama, dan merupakan hasil 7
Jurnal Holistik, Tahun VIII No. 16 / Juli - Desember 2015
dari proses sosial dan bukan proses perorangan. menurut
Kemudian
Parsudi
Suparlan,
Artefak
(karya)
adalah
kebudayaan fisik yang berupa hasil
karya
dan
aktivitas,
kebudayaan sebagai keseluruhan
perbuatan,
pengetahuan manusia sebagai
manusia
makhluk sosial yang digunakan
berupa
untuk
hal-hal yang dapat diraba
memahami
dan
karya
dalam
semua
masyarakat
benda-benda
atau
menginterprestasikan
atau dilihat dan difoto (1985,
lingkungan dan pengalamannya,
5-6)
serta
menjadi
landasan
bagi
tingkah lakunya (2004:176). Dari
berbagai
definisi
Dan di dalam antropologi terdapat tujuh unsur kebudayaan yang
universal
yang
dapat
tersebut, maka Koentjaraningrat
ditemukan pada semua suku
dalam tiga wujud kebudayaan
bangsa di dunia. Ke-tujuh unsur
yaitu meliputi:
yang dapat kita sebut sebagai
Gagasan (wujud ideal) adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma, peraturan dan sebagainya yang sifatnya abstrak tidak dapat disentuh. Aktivitas
(tindakan)
adalah
wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia
dalam
masyarakat
itu. Wujud ini sering disebut sistem sosial
pokok dari tiap kebudayaan di dunia terdiri dari: Bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem
teknologi,
hidup
sistem
dan mata
pencaharian hidup, sistem religi dan kesenian (Koentjaraningrat, 2005:81). Setiap
unsur
kebudayaan
tidak dapat dipisahkan, karena ke tujuh unsur kebudayaan itu saling berhubungan satu sama lain. Berbagai unsur kebudayaan yang
8
peralatan
ada
dalam
suatu
Jurnal Holistik, Tahun VIII No. 16 / Juli - Desember 2015
masyarakat gunanya untuk dapat
tinggal
mengambil
memuaskan sejumlah hasrat dan
secara
langsung
naluri manusia. Seperti halnya di
dengan
mana suku mandobo melakukan
mengumpulkan makanan atau
gowe agar terpenuhi kebutuhan
bisa disebut food gathering.
hidup mereka dapat dicapai. Dalam kaitannya dengan ketujuh
unsur
tersebut,
suku
Mandobo melakukan gowe ini termasuk
dalam
tujuh
unsur
yaitu salah satu adalah sistem mata pencaharian hidup.
sebagai
mengejar atau mencari binatang di hutan. Masa berburu dan mengumpulkan
(meramu) diperkirakan
berlangsung
alam
berburu
atau
dan
masyarakat
yang berkembang pada tahap ini memilih
tinggal
di
dataran
rendah
dan
dengan
sumber
air,
selalu
datarandekat mereka
berpindah-pindah
dari
karena pada zaman itu mereka
diartikan
makanan
Manusia
dari
satu tempat ke tempat lain,
Konsep Berburu Berburu
cara
makanan
pada
kala
pleistosen.
Masa
yang
berlangsung
beberapa
juta
belum memiliki rumah sebagai tempat tinggal yang permanen yang disebut pola kehidupan nomaden. Kehidupan seperti ini menyebabkan menghasilkan
mereka
sedikit
barang-barang
kebudayaan. Hasil kebudayaan pada masa
tahun tersebut merupakan masa
berburu
terpanjang
oleh
makanan hanyalah berupa alat-
manusia purba dalam sejarah
alat yang terbuat dari batu,
hidupnya. Aktivitas berburu dan
tulang, dan kayu. Namun karena
mengumpulkan
tulang
makanan
yang
dilalui
merupakan
(meramu)
dan
dan
mengumpulkan
kayu
merupakan
aktivitas
benda yang rapuh, maka mereka
sederhana yang bisa dilakukan
banyak menemukan peninggalan
manusia ketika masa itu, mereka
dari
batu.
Alat-alat
yang 9
Jurnal Holistik, Tahun VIII No. 16 / Juli - Desember 2015
ditemukan pada masa berburu
Pengkhusan hewan buruan
ini masih berbentuk sederhana,
pada tingkat lanjut dilakukan
yaitu masih kasar. Penemuan
karena pada masa ini mereka
sejumlah alat dari batu yang
sudah bisa mengidentifikasi jenis
ditemukan
hewan yang mudah di buru, dan
yaitu:
kapak
perimbas, kapak genggam dan
masa
kapak
mengumpulkan makanan untuk
penetak
(Von
yang
Koenigswold, Pacitan jawa timur
memenuhi
1935).
Jenis
Kapak
perimbas
tidak
memiliki tangkai dan digunakan dengan cara menggemgam. Para ahli membagi masa berburu dan mengumpulkan makanan
(meramu)
menjadi
2
yakni
:
tingkat sederhana dan tingkat lanjut. Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan mereka
(meramu)
tingkat
sederhana,
berburu
mengumpulkan apapun
yang
dan makanan
dapat
mereka
makan. Sedangkan pada masa berburu
dan
mengumpulkan
dalam
kebutuhan
hidup.
tumbuhan
dikumpulkan bahan
mudah
untuk
makanan
beragam
yang
dan
dijadikan
sudah
lebih
tidak
hanya
terbatas pada bahan makanan yang ada di darat. Mereka pun sudah mulai memakan makanan yang ada di laut, misalnya ikan, kerang, burung dan hewan laut lainnya.
Dengan
beragamnya
semakin
jenis
makanan
tersebut, kehidupan orang-orang pada zaman ini sudah mulai bersifat setengah menetap. Suku mandobo pada zaman dahulu,
kehidupannya
hampir
(meramu) tingkat lanjut, mereka
sama dengan manusia purba
mulai mengkhususkan diri untuk
zaman
berburu hewan tertentu untuk
berpindah-pindah tidak hanya
mereka makan.
satu tempat untk melakukan gowe
10
dahulu,
tersebutagar
mereka
terpenuhi
Jurnal Holistik, Tahun VIII No. 16 / Juli - Desember 2015
kebutuhan hidup mereka. Dari
Mandobo di kampumg Mawan,
zaman mereka belum mengenal
merupakan salah satu bentuk
tulisan sampai tahun sekarang ini
kegiatan ekonomi tradisional.
di
zaman
yang
modern
ini,
sistem gowe masih jadi mata pencaharian pokok sehari-hari suku
bangsa
kampung
mandobo
Mawan.
di Suku
mandobo sekarang ini sudah tinggal menetap di kampung Mawan dan mereka melakukan gowe tersebut dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Pada dasarnya suku Mandobo saat
melakukan
Gowe,
hal
pertama yang mereka lakukan adalah menentukan tempat dan waktu, setelah ada kesepakatan bersama, maka mereka pulang dan menyiapkan alat-alat yang diperlukan
untuk
melakukan
Gowe. Pada jaman dahulu suku Mandobo
menggunakan
SISTEM GOWE PADA SUKU
“tekwin”
BANGSA MANDOBO
memberi tanda dengan suara.
Dalam bab pembahasan ini akan dibahas secara lengkap
yaitu
dan melakukan aktifitas mereka. Suku
dengan sistem gowe yang ada
masyarakat
pada suku Mandobo di kampung
daerah
Mawan antara lain :
kabupaten
Mandobo yang
dataran
adalah
tinggal
di
rendah
di
Boven
Digoel.
Masyarakat suku Mandobo ini
1. Sistem Gowe Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, Gowe dalam bahasa Mandobo disebut “Berburu”yang artinya mengejar atau mencari binatang di hutan. Gowe
yang
Artinya mereka harus bangun
mengenai hal-hal yang berkaitan
Sistem
burung
pada
suku
mereka tidak hanya tinggal di kampung Mawan, sebagian ada yang tinggal di kampung wet, kampung sukangggo, kampung timur dan kampung fofi. Disini yang menjadi objek penulisan
11
Jurnal Holistik, Tahun VIII No. 16 / Juli - Desember 2015
adalah
suku
Mandobo
di
kampung Mawan.
daerah-daerah sepanjang anak-
Penulis melakukan wawancara terhadap 1 orang informan yakni para berburu itu sendiri dan ia menjabat
sebagai
kepala
kampung
Mawan.
Kepala
kampung Mawan adalah kepala dari
kelompok
daerah yang sangat luas, yang
berburu
anak sungai Digoel tertutup oleh hutan
rimba
dominasi
tropik
oleh
yang di
pohon-pohon
mangrove dan yang di banyak tempat rendah dikelilingi oleh rawa-rawa dengan hutan sagu.
itu.
Dalam kehidupan sehari-hari
Kampung Mawan ini terbagi atas
suku
2 RT yaitu RT I dan RT II. Jumlah
Mawan, sistem Gowe ini sudah
Para berburu dari RT I dan RT II
merupakan
digabungkan menjadi satu dan
ekonomi
tradisional
jumlah seluruhnya 100 orang
temurun
dalam
berburu pada suku Mandobo di
kebutuhan
kampung Mawan. Dan dari 100
Berburu bagi suku mandobo
orang
bukanlah
itu
mereka
membagi
Mandobo
di
kampung
suatu
kegiatan turun-
memenuhi
hidup
mereka.
hanya
untuk
menjadi 5 kelompok berburu,
kesenangan bagi mereka, tetapi
dan dari 5 kelompok itu tiap satu
itu
kelompok dibagi 4 orang per
pencaharian pokok bagi mereka.
hari. Dan binatang yang mereka
Berburu ini dilakukan oleh kaum
berburu adalah terutatama Babi
laki-laki,
hutan. Dan hasil buruan mereka
aktivitas berburu ini ada usaha
diolah menjadi dendeng untuk
bersama
dimakan, selain itu ada juga yang
kelompok berburu yang ada di
menjual hasil buruan itu ke
kampung Mawan. Dan didalam
pasar.
berburu tersebut mereka diberi
Suku masyarakat 12
Mandobo yang
adalah
tinggal
di
sudah
menjadi
kemudian dari
mata
dalam
kelompok-
komando dari kepala kelompok berburu.
Mereka
berburu
Jurnal Holistik, Tahun VIII No. 16 / Juli - Desember 2015
menggunakan
pelacak
mengatakan pagi lebih mudah
untuk mencium bau binatang
untuk melakukan Gowe, agar
yang akan diburu.
babi yang mereka buru dapat
Anjing
Anjing
adalah
binatang
yang
salah paling
satu kerap
dijadikan sahabat oleh manusia. Selain menggemaskan, hewan berkaki empat inipn terkenal sangat loyal. Namun tidak hanya sekedar sahabat, dengan teknik pelatihan inipun
khusus,
dapat
binatang
itu mudah digiring ke tempat yang
mudah
untuk
Penggiringan
dipanah. dilakukan
menggunakan dengan anjinganjing. Wilayah berburu sudah di tetapkan sebelumnya sehingga
alat
mereka
tidak
melanggar
mengagumkan
wilayah
orang
lain.
handal.
Suku
batas wilayah dalam satu wilayah
menggunakan
dengan batas-batas yang tetap,
pengendali anjing terlatih untuk
yang tidak akan dilampaui dan
berbagi mencium bau hewan
akan
target mereka yaitu babi hutan.
pelanggaran-pelanggaran
Anjing pelacak yang membantu
luar. Menurut ketua kelompok
mereka dalam melakukan Gowe
mereka,
ini
melanggar ke wilayah kampung
berburu dan
yang
sangat
Mandobo
bukan
Anjing
anjing
yang
dilatih,
dijadikan
dilihat oleh anjing, sehingga babi
sembarang.
dipakai
mereka
sudah melatih
penciuman. Pada masyarakat
seandainya
Terdapat
terhadap dari
mereka
lain, maka mereka diberi sangsi. Suku
Mandobo
di
kampung
Mawan tidak melakukan Gowe jaman
dahulu,
kampung
Mawan
melakukan Gowe pada malam hari,
dipertahankan
ke
namun
pada
akhirnya
mencoba pada pagi hari, mereka
dengan waktu yang berbulanbulan untuk mendapatkan babi itu, mereka hanya butuh waktu 3-4 jam dalam satu hari tu untuk mendapatkan
hasil
buruan. 13
Jurnal Holistik, Tahun VIII No. 16 / Juli - Desember 2015
Kemudian Gowe,
dalam
mereka
melakukan juga
anjing dan dua lainnya ke arah
tidak
barat mendapatkan dua ekor
mengenal musim, musim dingin
babi. Kemudian hasil dari buruan
atau musim hujan. Menurut para
itu mereka membaginya lagi, 1
berburu itu, pada tahun 2012,
ekor dimakan, kemudian tinggal
jam untuk mereka berburu yang
3 ekor, 1 ekor babi di ambil lagi
dari jam 6 pagi sampai dengan
di khususkan untuk membuat
jam 6 sore sudah diganti menjadi
dendeng, kemudian sisa 2 ekor
jam 4 subu sampai jam 7 pagi.
mereka menjualnya ke pasar.
Mereka
Adapun hasil buruan yang dijual
keluar
dari
rumah
dengan jam yang disebut diatas,
harganya
hasil buruan yang mereka dapat
4.000.000per hari.
berjumlah 4 ekor. Mereka hanya berburu babi hutan tidak ada binatang
lain
Kemudian dibagi
selain
hasil
merata.
terkumpul berjalan
buruannya
Ketika
semua, menuju
sudah
babi. semua mereka
hutan
menjadi
yang target
sebelumnya. Sampailah di hutan, mereka
istirahat
rumah
persinggahan
untuk
anggota
dan
membagi menyiapkan
sejenak
alat-alat
di
yang
mereka pakai dalam berburu. Selanjutnya, mereka terpencar dengan dua arah. Dua orang ke arah
14
utara
serta
membawah
diperoleh
Rp.
Kemudian babi hasil buruan mereka habis terjual, hasilnya dibagi dua lagi. Stenga dari hasil pendapatan
mereka
kumpulkan
pada
kelompok, alat-alat
guna yang
itu
di
ketua
memperbaiki mereka
pakai
dalam berburu dan membeli peluru untuk senjata, sisanya itu mereka dibagi sama rata per orang yang melakukan Gowe pada satu hari itu saja. Babi
yang
akan
dimakan,
mereka buat bakar batu atau Sep dalam bahasa Mandobo. Mereka yang pemburu,
berprofesi dapat
sebagai dilibatkan
Jurnal Holistik, Tahun VIII No. 16 / Juli - Desember 2015
seperti anak dan istri. Mereka
Persiapan
semua mengambil bagian dalam
masing-masing
acara bakar batu (Sep) untuk
menyerahkan
makan
agar
sebagai persembahan, sebagian
tetap
ada yang menari, lalu ada yang
terjaga. Bakar batu (Sep) memiliki
menyiapkan batu di dan kayu
dua fungsi, yang pertama agar
untuk dibakar. Proses ini awalnya
saling
dengan cara menumpuk batu
bersama
kekeeluargaan
mereka
tolong menolong
kekeluargaan
mereka
terjaga,
kedua
yang
dan selalu
mereka
sedemikian dibakar
awal
tradisi
kelompok hewan
rupa
sampai
babi
lalu
mulai
kayu
habis
mempersembahkan untuk roh-
terbakar
roh leluhur mereka yang dapat
panas. Setelah itu, babi yang
membantu dalam berburu atau
telah dipersiapkan tadi dipanah
Gowe ini.
terlebih dahulu. Biasanya yang
Tradisi
bakar
batu
(Sep)
merupakan salah satu tradisi terpenting di kampung Mawan yang
berfungsi
tanda
syukur
menolong
agar
sebagai dan
rasa
tolong
kekeluargaan
tetap terjaga. Tradisi
bakar
batu
(Sep)
dilakukan oleh suku Mandobo yang
berada
di
kampung
Mawan, yang sudah terkenal cara
memasaknya
dengan
caramembakar batu (Sep).
dan
ini
batu
menjadi
memanah babi adalah ketua dari para pemburu itu. Pada tradisi ini ada pemandangan yang cukup unik dalam ritual memanah babi. Ketika ketua sudah memanah babi dan tidak langsung mati, diyakini acara tidak akan sukses. Tahap
berikutnya
adalah
memasak babi tersebut. Dalam pengerjaan tahap ini yang para lelaki
menggali
lubang
yang
cukup dalam, kemudian batu panas
dimasukkan
ke
dalam
galian yang sudah diberi alas daun pisang dan alang-alang 15
Jurnal Holistik, Tahun VIII No. 16 / Juli - Desember 2015
sebagai penghalang agar uap
melakukan perburuan. Kemudian
panas batu tadi tidak dapat
jaman mulai berubah, mereka
menguap. Di atas batu panas
mulai yakin dan percaya pada
diberikan
lagi,
Tuhan Yang Maha Kuasa bahwa
kemudian setelah itu di simpan
apa yang mereka kerjakan iti
potongan daging babi bersama
semua campur tangan-Nya.
dedaunan
dengan sayuran dan ubi jalar, Setelah makanan itu matang, semua anggota para berburu berkumpul pada saat acara bakar batu (Sep) ini, Mulai makan bersama. Tradisi ini dipercaya bisa mengangkat solidaritas dan kebersamaan.
Gowe ini orang-orang yang terlibat di dalamnya bukan hanya keluarga
saja
melainkan
tetangga mereka yang selalu mereka jumpa. Mereka hidup tidak pernah bertengkar, mereka sangat damai. Semua pekerjaan dikerjakan bersama-sama, apa
Hingga saat ini tradisi bakar
yang
menjadi
pekerjaan
batu (Sep) masih terus dilakukan
perempuan
dan
sesama perempuan
sering
dilakukan
bukan
dikerjakan
oleh
kemudian
hanya untuk tanda kebersamaan,
yang menjadi pekerjaan laki-laki
akan tetapi untuk merayakan
dikerjakan oleh laki-laki secara
kelahiran dan kebahagiaan.
bersama-sama.
Pada jaman dahulu dalam melakukan lebih
Gowe
ini
mempercayai
Saling tolong menolong ini
mereka
terlihat
pada
roh-roh
melakukan bakar batu (Sep). Para
nenek moyang mereka dari pada
wanita
Tuhan
mengumpulkan
sebelum mereka
Yang
Maha
Kuasa,
melakukan
Gowe
lebih
duli
memberi
saat
dan
mereka anak-anak
sayur-sayuran
serta umbi-umbian, kemudian para
laki-laki
sesajen kepada leluhur, setelah
melakukan
itu memberinya mereka mulai
mengumpulkan batu serta daun-
16
Gowe
bertugas dan
Jurnal Holistik, Tahun VIII No. 16 / Juli - Desember 2015
daun dan rumput-rumput yang
mata pencaharian hidup dengan
diperlukan daam proses bakar
begitu bervariasi, akan tetapi
baru (Sep).
masyarakat
Berburu
yang
berarti
mengejar atau mencari binatang di hutan atau juga pada suku Mandobo disebut dengan Gowe, karena di jaman yang sudah modern ini masyarakat pada suku Mandobo mereka masih mempertahankan sistem Gowe ini. Pada halnya kampung yang bersebelahan
dari
kampung
Mawan, mereka sudah dengan
kampung
Mawan
tidak meniru kampung tetangga mereka, karena apa yang sudah menjadi mata pencaharian hidup mereka
dan
sudah
pekerjaan
menjadi
mereka
itu
dipertahankan. Di sini sudah jelas bahwa
suku
Mandobo
kampung
Mawan
melakukan
Gowe
di
mereka ini
untuk
kebutuhan hidup mereka sehari hari.
bercocok tanm dan ada usaha
Dalam kehidupan sehari-hari
lain yang bisa menguntungkan
suku Mandobo, sistem gowe ini
dan menghidupkan mereka.
sudah merupakan suatu kegiatan
Seorang
informan
yaitu
bapak Albertus Bakap yakni sebagai ketua kelompok berbur sekaligus RT di kampung Mawan mengatakan bahwa kami masih melakukan
Gowe
ini
untuk
memenuhi
kebutuhan
sehari-
kemudian
bapak
hari.
Dan
ekonomi
tradisional
temurun
dalam
turun-
memenuhi
kebutuhan hidup mereka. Pada saat suku Mandobo melakuka Gowe ini sangat penting karena saat mereka melakukan Gowe sangat
penting
mempererat
hubungan kekeluargaan.
Albertus mengatakan memang
Seperti yang telah dijelaskan
betul di kampung-kampung lain
di atas sistem Gowe pada suku
bersebelahan dengan kampung
Mandobo di kampung Mawan
Mawan mereka sudah dengan
sangat penting bagi mereka. 17
Jurnal Holistik, Tahun VIII No. 16 / Juli - Desember 2015
Karena Gowe merupakan aktifitas
selain itu meramu sagu dan
mereka
memenuhi
pertanian
mereka,
berladang
dalam
kebutuhan
hidup
dengan
mereka
dapat
beradaptasi
merupakan
dengan
alam
sekitarnya,
sampingan.
solidaritas atau kesetiakawanan antara mereka serta hubungan kekeluargaan
dapat
terjaga
dengan baik. Misalnya pada saat melakukan Gowe dan mendapat hasilnya
mereka
bersama-sama
menikmati
dan
itupun
menjadi suatu kebanggaan bagi warga
masyarakat
kampung
Mawan. Berbicara gowe
erat
mengenai kaitannya
sistem dengan
sistem ekonomi tradisional, yang dimana
kita
membicarakan
proses
ekonomi
yang
pada
intinya berpusat pada kegiatan polo produksi, pola distribusi dan pola konsumsi.
mata
pencaharian
Berburu : Berburu
binatang
hutan,
terutama babi hutan, merupakan mata pokok
pencarian bagi
hidup
orang
yang
Mandobo
khususnya di Kampung Mawan. Untuk
berburu
menggunakan
mereka
tombak,
busur
panah atau parang, dan dibantu tiga seekor anjing. Anjing adalah binatang yang penting sebagai kawan berburu. Biasanya anjing yang mula-mula mencium dan mengetahui
adanya
binatang
buruan dalam hutan. Anjing itu segera
akan
mengejar
mencari
binatang
dan buruan
saat itu juga digiring kea rah majikannya
yang
telah
siap
dengan senjata tombak atau terdahulu
panah. Cara lain yang biasanya
mata
dilakukan suku Mandobo untuk
pencaharian hidup yaitu berburu
menanggkap binatang tersebut
dijelaskan
18
uraian
berpindah-pindah
tersebut untuk dibunuh pada
Pola Produksi Prasarana dan sarana Bentuk usaha Dalam
sistem
tentang
Jurnal Holistik, Tahun VIII No. 16 / Juli - Desember 2015
adalah
dengan
menggunakan
jerat. Pada suku Mandobo hanya kaum
laki-laki
saja
yang
melakukan perburuan.
dengan
berpindah-pindah,
meramu sagu juga merupakan mata
pencaharian
suku
Mandobo
Mawan.
sampingan
di
kampung
Meramu
dikalangan
suku
sagu Mandobo
biasanya dilakukan oleh wanita, sedangkan pohon
untuk
sagu
sagu,
menebang
laki-laki
melakukannya.
Saat
mereka
yang
meramu
membutuhkan
waktu selama sebulan, mulai dari tahap
awal
meramu
sampai
hingga jadi sagu. Selain nasi, sagu juga merupakan makanan pokok kampung
suku
suku
kampung
Mandobo
Mawan
di
sistem
kering tanpa pengairan. Lokasi
berkebun
berladang
Pada
pertanian ini dilakukan di tanah
Meramu Sagu : Selain
Perladangan berpindah :
Mandobo
Mawan.
Hasil
di dari
meramu sagu ini biasanya di
perladangan
atau
biasanya
disebut kebun ini ada yang berada di lereng-lereng bukit atau
di
sistem
tanah
datar.
pertanian
sedrhana,
ini
tidak
pengolahan
Dalam sangat
diperlukan
tanah,
atau
mempergunakan pupuk. Karena untuk
menggantikan
digunakan pembakaran untuk
abu
bekas
yang
berfungsi
menyuburkan
tanaman.
demikian
lokasi
Dengan perladangan lahan
pupuk
ini
hutan,
berasal yang
dari
banyak
pohon-pohon besar dan semak. Setelah habis kesuburan tanah, kemudian
perladangan/kebun
dipindahkan ke tempat lain.
konsumsi dan sebagiannya dijual untuk membiayai anak sekolah mereka.
19
Jurnal Holistik, Tahun VIII No. 16 / Juli - Desember 2015
Faktor
–
Faktor
mana
mereka
dapat
Terjadinya perubahan Sistem
bertransaksi
jual-beli
dengan
Gowe
pembeli.
Adapun
Penyebab
Faktor-faktor
penyebab terjadinya perubahan sistem
Gowe
dengan
keterbukaan sikap masyarakat kampung
Mawan
terhadap
pengaruh dari luar (kebudayaan baru), adalah sebagai berikut: a. Faktor Budaya
ketahui bahwa sistem Gowe pada suku Mandobo merupakan ciri khas ekonomi tradisional dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga, maka dapat di katakan bahwa sistem Gowe ini sudah kegiatan
yang
diperoleh secara turun-temurun. b. Faktor Pendidikan Faktor
Dimana
sebelum
mengenal mata uang dan pasar, Suku
Mandobo
mereka
melakukan Gowe dengan cara pertukaran
barang
dengan
barang di tempat yang sudah di janjikan. c. Faktor Ekonomi Selain faktor budaya dan
sebagaimana yang telah kita
merupakan
di
pendidikan, salah satu faktor penyebab
perubahan
sistem
Gowe adalah faktor ekonomi. Karena menurut informasi yang di peroleh dari seorang informan bahwa sistem gowe pada jaman nenek
moyang
Mandobo
dulu,
mereka
suku tidak
menggunakan uang sebagai alat tukar dalam melakukan Gowe, namun hanya hasil-hasil kebun
pendidikan
juga
dan buruan yang di tukarkan.
perubahan
Dengan adanya perkembangan
sistem Gowe. Dengan adanya
jaman yang semakin maju, maka
pendidikan maka sudah turut
uang
sudah
membantu
tukar
yang
mempengaruhi
suku
Mandobo
merupakan sah
dan
alat dapat
dalam mengenal mata uang dan
dipergunakan bagi setiap suku
mengenal pasar sebagai tempat
Mandobo. Dengan adanya pasar
20
Jurnal Holistik, Tahun VIII No. 16 / Juli - Desember 2015
maka
telah
terjadi
banyak
berjalan kaki untuk mencapai
perubahan di bidang ekonomi
tempat tujuan, mereka tinggal
pada suku Mandobo. Perubahan
mengunakan
itu
yaitu mobil atau motor.
meliputi
semua
aspek
baik
pola
perekonomian,
produksi, pola distribusi dan pola konsumsi. d.
Faktor
Lingkungan
dan
Alam
alat
KESIMPULAN Kampung Mawan merupakan salah
satu
termasuk
kampung dalam
Kabupaten
Kehidupan suatu masyarakat
transportasi
Penduduk
yang wilayah
Boven
Digoel.
Kampung Mawan
sangat memerlukan dukungan
seluruhnya
dari alam lingkungan dimana
Mandobo. Jumlah keseluruhan
mereka
tempati
dari penduduk kampung mawan
sangat berpengaruh pada mata
adalah 337 orang yang terdiri
pencaharian hidup mereka. Hal
dari 184 orang laki-laki dan 153
ini juga sangat berarti bagi suku
orang
Mandobo yang ada di kampung
jumlah kepala keluarga 36 kk.
Mawan,
Mata
tinggal
karena
dan
sistem
Gowe
suku
bangsa
perempuan
dengan
pencaharian
suku
merupakan bagian dari hidup
mandobo di kampung Mawan
mereka
adalah
Berburu
sedangkan
bertani
dengan
berladang
kebutuhan
untuk
memenuhi
ekonomi
rumah
tangga mereka. Namun
berpindah-pindah dan meramu
dengan
pembangunan-
adanya
pembanguna
infrastruktur jalan, maka saat suku Mandobo mau membawah hasil buruan mereka kepasar, tidak perlu bersusah payah lagi
merupakan
mata
pencaharian
sampingan, dan kalau dilihat dari segi
agama,
masyarakat kampung
yang Mawan
mayoritas ada
di
memeluk
agama katolik..
21
Jurnal Holistik, Tahun VIII No. 16 / Juli - Desember 2015
Kampung Mawan merupakan salah
satu
kampung
di
dengan kata lain sistem ekonomi di dekati melalui pola produksi,
Kabupaten Boven Digoel yang
pola
masih mempertahankan sistem
konsumsi.
Gowe. Sistem Gowe pada suku bangsa Mandobo di kampung Mawan
sudah
merupakan
kegiatan yang dilakukan turuntemurun dari nenek moyang mereka. Pada dasarnya sistem Gowe merupakan bentuk sistem ekonomi tradisional yang dapat dilihat
dari
segi
pengadaan,
pendistribusian, dan pemakaian benda-benda
22
kebutuhan
atau
distribusi
Perubahan
dan
pola
sisitem
Gowe
yang ada pada suku Mandobo terjadi karena adanya faktorfaktor faktor
yakni:
faktor
budaya,
pendidikan,
faktor
ekonomi dan faktor alam dan lingkungan.
Jurnal Holistik, Tahun VIII No. 16 / Juli - Desember 2015
DAFTAR PUSTAKA A. Sutardi & Endang Budiasih, 2010. Mahasiswa Tidak Memble Siap Ambil Ahli Kekuasaan Nasional. PT. Eles Media Komputindo Kompas Gramedia, Anggota IKAPI, Jakarta. Adeng Muchtar Ghazali, 2011. Antropolo Agama. Upaya Memahami Keragaman Kepercayaan, Keyakinan, dan Agama. Alfa Beta. Bandung. Didin Fatihudin dan Lis Holisin, 2011. Cara Praktis Memahami Penulisan, Karya Ilmiah Artikel Ilmiah dan Hasil Penelitian, Sripsi Tesis dan Disertasi. UPP STIM YKPN. Yogyakarta. Kal Muller, 2009. Dataran Tinggi Papua. DW Books. Karden Eddy Sontak Manik, 2009. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Djambatan. PT Ikrar Mandiri Abadi. Jakarta. Koentjaraningrat, 1997. Pengantar Antropologi II. PT Rineka Cipta. Jakarta. --------------------, 2005. Pengantar Antropologi I. PT Rineka Cipta, Jakarta. --------------------, 2009. Pengantar Ilmu Antropologi Edisi Refisi. PT Rineka Cipta. Jakarta. Kushartanti. Untung Yuwono. Multamia RMT Lauder. 2010. Pesona bahasa. Langkah awal memahami linguistik. PT Gramedia pustaka utama. Jakarta. Lexy J. Moleong, 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja RosdaKarya, Bandung. M. Dahlan Yacub Al-Barry, 2001. Kamus Sosiologi Antropologi. (Anggota IKAPI) Indah Surabaya. Majalah Laporan PT.FI, 2011; Social Outreach & Local Development Community Relations. Jakarta Nugroho. T. Brata, 2007. Antropologi untuk SMA dan MA Kelas XI. PT Gelora Aksara Pramata, Jakarta.
23