SISTEM BERBASIS KASUS UNTUK MENENTUKAN TINGKAT RESIKO KOMPLIKASI AKIBAT DIABETES MELITUS LUKMAN EFFENDI Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Ponorogo Abstrak Sistem berbasis kasus untuk menentukan tingkat resiko komplikasi akibat diabetes mellitus ini merupakan suatu sistem pakar yang dirancang sebagai alat bantu untuk mendiagnosis penyakit komplikasi akibat diabetes mellitus khusus pada penderita diabetes mellitus dengan basis pengetahuan yang dinamis. Pengetahuan ini didapat dari berbagai sumber diantaranya penelitian dan seminar yang dilakukan pakar dalam bidangnya serta buku yang berhubungan dengan penyakit komplikasi diabetes mellitus. Basis pengetahuan disusun sedemikian rupa ke dalam suatu database dengan beberapa tabel diantaranya tabel gejala, tabel penyakit, tabel hasil laboratorium dan tabel aturan untuk mempermudah kinerja sistem dalam pengambilan kesimpulan. Pengambilan kesimpulan dalam sistem berbasis kasus ini menggunakan metode Case-Based Reasoning. Sistem berbasis kasus ini akan menampilkan pilihan gejala dan hasil laboratorium yang dapat dipilih oleh asisten atau dokter. Pada hasil akhir sistem berbasis kasus akan menampilkan hasil diagnosis komplikasi diabetes mellitus beserta nilai threshold, nilai perhitungan dan penatalaksnaan. Kata kunci : Diabetes mellitus, penatalaksanaan, case-based reasoning, komplikasi. PENDAHULUAN
pola makan, dan dalam kepatuhan dalam
Salah satu penyakit degeneratif yang
pelayanan kesehatan cenderung sulit untuk
banyak diderita oleh penduduk dunia adalah
diprediksikan, tergantung pengawasan dari
penyakit Diabetes Melitus (DM). Hingga saat
petugas kesehatan atau keluarga Faktor
ini
yang
risiko utama yang mempengaruhi terjadinya
penyakit
diabetes melitus adalah akibat pola makan
Survei
yang tidak sehat, dimana mereka cenderung
belum ditemukan
efektif
untuk
tersebut.
pengobatan
menyembuhkan
Berdasarkan
hasil
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Tahun
secara
2004, bahwa dari 14 juta orang menderita
karbohidrat dan makanan sumber glukosa
Diabetes Melitus, 50 persen diantaranya
secara berlebihan, ditambah lagi akibat
sadar telah mengidapnya (30% diantaranya
kurang aktivitas fisik. penyakit Diabetes
yang mau berobat teratur dan 70% lainnya
melitus
belum
secara
disembuhkan jika mereka mengatur pola
teratur), selain itu masih ada 50% lainnya
makanannya dan secaar rutin melakukan
yang tidak menyadari dirinya menderita
pengobatan, berolah raga dan melakukan
Diabetes
ini
aktivitas gerak lainnya serta melakukan
pemahaman
pemeriksaan glukosa darah dan terapi
mengikuti
pengobatan
Melitus.
mencerminkan masyarakat
Keadaan
bahwa
tentang
penyakit
Diabetes
terus
menerus
dapat
dicegah
mengkonsumsi
bahkan
dapat
seacra rutin, serta perlu adanya terapi
Militus dan upaya pencegahannya masih
psikologi
rendah.
lingkungan sosial serta peran aktif petugas
Diabetes
Melitus
merupakan
melalui
untuk
kepedulin
memberikan
keluarga,
penyakit metabolisme kronik, maka penting
kesehatan
dorongan
dilakukan pengaturan atau perencanaan
untuk disiplin melakukan program diet.
Multitek Indonesia Vol. 8, No 1 Juni 2014
1
Terdapat
beberapa
factor
yang
darah koroner. Gagal jantung yang juga
menyebabkan diabetes mellitus yaitu : 1)
sering disebut sebagai congestive heart
Genetik atau factor keturunan; 2) Virus dan
failure, adalah istilah yang diperunakan
bakteri; 3) Bahan toksik atau beracun; 4)
untuk menerangkan jantung yang tidak
Gizi.
dapat lagi memompa darah secara cukup untuk
TINJAUAN TEORI
dari
kebutuhan
tubuh.
Penyebab yang sering menyebabkan gagal
Kriteria diagnosis diabetes melitus diambil
memenuhi
yaitu
menurun karena PJK, jumlah sel-sel otot
berdasarkan kadar gula atau glukosa darah.
jantung yang berfungsi menurun karena
Diagnosis diabetes dapat dilakukan dengan
terjadi serangan jantung, klep jantung yang
mengukur kadar glukosa darah ketika puasa
strukturnya tidak sempurna sehingga terjadi
(10 jam) dan 1-2 jam setelah minimum
kebocoran.
larutan glukosa 75 gram (tes toleransi
2. Cerebrovascular Diseases
glukosa
keputusan
oral).
WHO,
jantung adalah suplai darah ke toto jantung
Kadar
puasa
tinggi
Penyakit
cerebrovascular
adalah
menunjukkan bahwa produksi insulin tidak
penyakit yang berhubungan dengan otak
mencukupi
untuk
dan pembuluh darah di otak, diantaranya
kebutuhan tubuh yang bersifat basal atau
adalah stroke. Terjadinya stroke disebabkan
dasar (Utami, 2003). Komisi diabetes dari
kekurangan
WHO
konsentrasi
gangguan berupa plak atau pecahnya arteri
glukosa darah baik setelah puasa ataupun
di otak. Dengan kata laian stroke adalah
setelah dua jam diberi glukosa.
gangguan suplai darah pada sebagian otak
Komplikasi
(Soeharto, 2004).
meskipun
hanya
merekomendasikan
Diabetes yang tidak terkelola dengan baik
dalam
jangka
menimbulkan
panjang
berbagai
darah
karena
terdapat
3. Retinopati Diabetik
dapat
Retinopati diabetes adalah komplikasi
gangguan
dari diabetes pada mata akibat kerusakan
(komplikasi). Kadar glukosa darah yang
pembuluh
tinggi
selama
merupakan penyebab utama kebutaan di
merusak
negara-negara Barat. Di Inggris penyakit
secara
terus
menerus
bertahun-tahun
pada
akhirnya
darah.
Retinopati
diabetes
organ-organ tubuh.
mata diabetik merupakan penyebab utama
1. Jantung Koroner / Gagal Jantung
kebutaan pada kelompok usia 30-65 tahun
PJK adalah suatu kelainan yang disebabkan
oleh
penghambatan
penyempitan
Penyakit ginjal diabetik atau nefropati
jantung
diabetik merupakan salah satu komplikasi
(Soeharto, 2004). Underhill dan Sandra
yang sering terjadi pada penderita diabetes.
(1989) menambahkan bahwa PJK adalah
Pada penyakit ini terjadi kerusakan pada
suatu penyakit yang tidak memadai pasoakn
filter
oksigen dan zat gizi untuk otot jantugn
glomelurus. Oleh karena terjadi kerusakan
karena
glomelurus maka sejumlah protein darah
2
darah
adanya
ke
arteri
4. Nefropati Diabetik
yang
mengalirkan
pembuluh
atau
(James, dkk. 2003).
otot
penyampitan
pembuluh
ginjal
Sistem Berbasis Kasus Untuk………(Lukman Effendi)
atau
yang
dikenal
dengan
diekskresikan
ke
dalam
urin
secara
abnormal.
bergantung pada waktu yang dilalui antara kejadian oklusi dan penanganannya.
5. Neuropati Neuropati Diabetik (ND) merupakan kondisi
heterogen
dengan
spektrum
ANALISIS DAN PEMODELAN SISTEM Proses Pendaftaran Pasien
kelainan yang luas, dan perkembangannya
Dalam melakukan proses pendaftaran
disebabkan oleh diabetes mellitus itu sendiri
pasien, pasien dengan penyakit komplikasi
atau
DM
berbagi
memperberat neuropati
faktor
terkait
penyakitnya.
perifer
diabetik
yang Definisi
adalah
:
terdapatnya gejala-gejala (symptoms) dan
mendaftar
pendaftaran,
ke
yang
bagian
operator
nantinya
operator
pendaftaran akan meng-entry data pasien komplikasi DM ke server.
atau tanda-tanda (signs) dari disfungsi saraf
1 Mendaftar
tepi pada penderita Diabetes Mellitus, tanpa ada penyebab lainnya (berdasarkan hasil pertemuan Full Working Party di London Oktober 1995, dan disetujui Neurodiab
PasienKomplikasi Diabetes Mellitus
3 Konfirmasi
Operator Pendaftaran
1997). 6. Ulkus Ulkus
adalah
luka
terbuka
pada
permukaan kulit atau selaput lendir dan ulkus adalah kematian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman saprofit. Adanya
Server
kuman saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus diabetikum juga merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan penyakit diabetes melitus dengan neuropati
2 Entry Data : NamaPasien JenisKelamin Umur TinggiBadan BeratBadan Alamat Tgl. Lahir GolonganDarah
Gambar 1. Proses Pendaftaran Pasien Komplikasi Diabetes Melitus
perifer (Andyagreeni, 2010).
Penjelasan mengenai proses pendaftaran
7. Arteri Perifer Oklusi Akut
pasien komplikasi diabetes melitus adalah :
Penyakit penyumbatan
arteri atau
oklusif
merupakan
penyempitan
1. Pasien mendaftar ke bagian operator
lumen
pendaftaran pasien dengan cara mengisi
aorta dan cabang-cabang utamanya yang
form yang telah disediakan oleh operator
menimbulkan
pendaftaran.
gangguan
aliran
darah.
Penyakit arteri oklusif dapat mengenai arteri
2. Operator pendaftaran pasien melakukan
karotis, vertebralis, inominata, subklavia,
input data (entry data) pasien komplikasi
mesenterika, dan arteri seliaka. Penyakit
diabetes mellitus ke server.
arteri oklusif lebih sering terjadi pada pria
3. Operator
pendaftaran
pasien
daripada wanita. Prognosisnya bergantung
memberikan konfirmasi kepada pasien
pada lokasi oklusi, pertumbuhan sirkulasi
komplikasi diabetes mellitus.
kolateral untuk mengimbangi berkurangnya aliran darah, dan pada kasus yang akut juga
Multitek Indonesia Vol. 8, No 1 Juni 2014
3
Proses Pemeriksaan Pasien Komplikasi
rekomendasi
Diabetes Melitus
penatalaksanaan).
Pada komplikasi
proses pemeriksaan DM,
terlebih
dahulu
resep
obat,
pasien
5. Dokter memberikan rekomendasi resep
pasien
dan penatalaksanaan yang tepat kepada
komplikasi DM akan diperiksa oleh ahli
pasien komplikasi DM.
pakar (dokter spesialis) yang kemudian ahli pakar mengirim data hasil pemeriksaan ke
Analisis Masalah
asisten dokter, selanjutnya dokter spesialis
Masalah yang akan dihadapi adalah sebagai
akan
berikut :
memberikan
hasil
diagnosa
dan
rekomendasi resep obat.
1. Kesulitan dalam menentukan objek untuk kasus-kasus yang akan disimpan pada basis kasus agar dapat memberikan rekomendasi
2 Dokter Spesialis Pasien Komplikasi Memeriksa Diabetes Mellitus 3 Data Hasil 1 Pemeriksaan Data Pasien 5 Pasien - Hasil Diagnosa - Penatalaksanaan - Rekomendasi Resep Obat
Server
4 Entry Data : Nama Pasien Jenis Kelamin Umur Tinggi Badan Berat Badan Alamat Tgl. Lahir Golongan Darah
resep
obat,
penatalaksanaan dan penentuan jenis komplikasi
yang
pas
untuk
pasien
komplikasi DM. 2. Setiap
dokter
pengalaman
spesialis
mempunyai
beragam
menentukan
pada
saat
resep
obat,
penatalaksanaan dan menentukan jenis komplikasi pada pasien komplikasi DM, Assiten Dokter
sehingga dimungkinkan setiap dokter spesialis memiliki solusi yang berbeda. Alternatif Solusi Berdasarkan masalah-masalah yang dihadapi, maka diperlukan aplikasi untuk
Gambar 2. Proses Pemeriksaan Pasien Komplikasi Diabetes Melitus
mempermudah
dalam
penentuan
jenis
komplikasi akibat Diabetes Mellitus, resep
Berikut adalah penjelasan prosedur
obat
dan
penatalaksanaan
tanpa
pemeriksaan pasien komplikasi diabetes
membutuhkan waktu yang lama, sedangkan
melitus :
kasus-kasus yang pernah terjadi sangat
1. Dokter spesialis mendapat data pasien
beragam. Maka alternatif solusinya adalah
2. Dokter memeriksa pasien komplikasi DM
membuat
sebuah
3. Dokter
keputusan
yang
dibuat
berbasis
kasus
memberikan
pemeriksaan
pasien
data
hasil
kepada
asisten
dokter 4. Asisten melakukan input data (entry data) hasil pemeriksaaan pasien ke
metode
pendukung
menggunakan yang
mampu
menentukan jenis komplikasi DM serta resep
obat
dan
penatalaksanaan
pasien komplikasi DM.
server yang meliputi (hasil diagnosa,
4
aplikasi
Sistem Berbasis Kasus Untuk………(Lukman Effendi)
bagi
Model yang Diusulkan
mirip.
Pada dasarnya model yang diusulkan
Terdapat
beberapa
gejala
yang
merupakan kumpulan dari beberapa gejala
pada aplikasi pendukung keputusan ini
akibat
berdasarkan knowledge pengalaman yang
Penyakit Komplikasi Jantung(Koroner/Gagal
lalu. Kemudain Case Based Reaoning akan
Jantung), Penyakit Komplikasi Retinopati,
membandingkan suatu kasus baru dengan
Penyakit
kasus-kasus lain yang sudah tersimpan
Komplikasi Neuropati, Penyakit Komplikasi
sebelumnya. Selain itu, juga akan dilakukan
Cerebrovascular
penandaan terhadap kasus-kasus, serta
Komplikasi Ulkus, Penyakit Komplikasi Arteri
menemukan
Perifer Oklusi Akut
kembali
kasus-kasus
yang
penyakit
komplikasi
Komplikasi
diantaranya
Nefropati,
Diseases,
Penyakit
Penyakit
Tabel 1. Deskripsi Gejala Kode Gejala G1 G2 G3 G4 G5 G6 G7 G8 G9 G10 G11 G12 G13 G14 G15 G16 G17 G18 G19 G20 G21 G22 G23 G24 G25 G26 G27 G28 G29 G30 G31 G32 G33 G34 G35 G36
Keterangan Perasaan nyeri dan “ampek” yang terdapat pada dada Perasaan terbakar pada bagian dada Sesak di bagian dada dan nafas Sering pusing Detak jantung tidak teratur dan sering kali cepat Hilang Kesadaran Sering mengalami kelelahan Sakit punggng dengan frekuensi sering/perasaan pencernaan Gelisah dan pucat Sianosis (Sebuah perubahan warna kebiruan kaki, bibir dan tangan) Mati rasa di bahu dan lengan kiri Edema (Pembengkaan pada pergelangan kaki / pada kaki) Kesulitan bernafas saat berbaring Batuk disertai busa dalam jumlah banyak Terdapat bintik merah gelap pada mata Kesulitan membaca Penglihatan kabur secara tiba tiba Penglihatan ganda Penglihatan tiba-tiba menurun pada satu mata Melihat lingkaran-lingkaran cahaya Mata merah kehitaman (exudate) Lapisan dalam retina terdapat kandungan protein (hasil pemeriksaan funduskopi oleh dokter) Neo- vascularisation (muncul pembuluh darah baru pada mata) hasil dari pemeriksaan dokter Mikroaneurisma (hasil dari pemeriksaaan dokter) Penimbunan air dan lipid Eksudat lemak (hasil terdapat lemak dalam mata) Ablasi retina (hasil pemeriksaan dokter) Sering mengamalami lemas Kencing berkurang Mengalami mual, muntah Sesak nafas Pucat Sering mengalami kesemutan Mengalami impoten (disfungsi ereksi) Tangan atau kaki terasa tebal Tangan atau kaki terasa nyeri
Multitek Indonesia Vol. 8, No 1 Juni 2014
5
G37 G38 G39 G40 G41 G42 G43 G44 G45 G46 G47 G48 G49 G50 G51 G52 G53 G54 G55 G56
Tungkai kadang terasa panas seperti terbakar Daya pengecap berkurang Mengalami kelemahan pada menelan Sering mengalami diare Lengan kurang kuat / tenaga Mengalami sering jatuh (tiba tiba lemas) Sulit adaptasi dalam gelap dan terang Rambut rontok pada area tertentu Atrofi otot (otot yang mengecil) Bell’s palsy (otot wajah turun separo) Nyeri hebat di punggung bawah atau pelvis Nyeri di bagian depan paha Nyeri di sebelah luar atau sebelah dalam kaki Kelemahan salah satu sisi bagian tubuh Gangguan komunikasi (aphasia) Keterbatasan lapang pandang Kesulitan menelan (dispegia) Tidak nafsu makan Daerah lipoksia atau iskemia (hasil pemeriksaan dokter) Ada luka yang tidak kunjung sembuh, contoh kearah kaki atau bokong ada rasa kesemutan pada sendi sendi kecil contoh ujung-ujung jari tangan G57 atau kaki, lama-lama membuat kehitaman G58 Denyut nadi kadang-kadang hilang atau tidak teraba G59 Dewasa awal (umur 26 – 35 tahun) G60 Dewasa akhir (umur 36-45 tahun) G61 Lansia awal (umur 46-55 tahun) G62 Lansia akhir (umur 56-65 tahun) G63 Manula (Umur 65 tahun – sampai atas) Pada tabel 2 terdapat beberapa hasil pemeriksaan laboratorium yang merupakan hasil pemeriksaan dari setiap penyakit komplikasi akibat DM. Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Kode Hasil Laboratorium HL1 HL2 HL3 HL4 HL5 HL6 HL7 HL8 HL9 HL10 HL11 HL12 HL13 HL14 HL15 HL16 HL17 HL18 HL19 HL20
6
Keterangan GDS (Gula Darah Sewaktu) >= 200mg/Dl GDP (Gula Darah Puasa) >= 126 mg/Dl GD2PP (Gula Darah 2 jam Post Prandial) >= 200 mg/Dl HBA1C (Pengecekan terglikosilasi darah untuk diagnosis <6%) Adanya riwayat keluarga Diabetes Mellitus Gangguan irama jantung (EKG) Renjatan jantung (Tekanan Darah) Adanya riwayat keluarga PJK c-CRP ( Cardiac C-Reactive Protein ) 3.1 -10.00 mg/l Kolesterol Total >= 240 mg/Dl Kolesterol LDL >= 160 mg/Dl Kolesterol HDL <= 35 mg/Dl Tekanan darah > 140/90 mmHg Trigliserida >= 200 mg/Dl Hasil laboratorium menyatakan perokok Timbulnya cotton-wool spot pada retina Timbulnya arteriosclerosis pada retina Retina menglami pendarahan (blot dot atau flame-shape) Peningkatan intra ocular >= 20 mmHg Ureum kreatinin meningkat
Sistem Berbasis Kasus Untuk………(Lukman Effendi)
Pada tabel 3 terdapat beberapa penyakit komplikasi akibat DM, diantaranya Penyakit Komplikasi Jantung (Koroner / Gagal Jantung), Penyakit Komplikasi Retinopati, Penyakit Komplikasi Nefropati, Penyakit Komplikasi Neuropati, Penyakit Komplikasi Cerebrovascular Diseases, Penyakit Komplikasi Ulkus, Penyakit Komplikasi Arteri Perifer Oklusi Akut. Tabel 3. Daftar Penyakit Komplikasi Akibat Diabetes Melitus Kode Penyakit Komplikasi PK1 PK2 PK3 PK4 PK5 PK6 PK7
Keterangan Komplikasi Jantung (Koroner / Gagal Jantung) Komplikasi Cerebrovascular Diseases Komplikasi Retinopati Diabetik Komplikasi Nefropati / Gagal Ginjal Komplikasi Neuropati Komplikasi Ulkus Komplikasi Arteri Perifer Oklusi Akut
Pada tabel 4 terdapat beberapa penatalaksanaan dari setiap penyakit komplikasi akibat diabetes melitus. Tabel 4. Daftar Penatalaksanaan Kode Penatalaksanaan PTL1 PTL2 PTL3 PTL4 PTL5 PTL6 PTL7 PTL8 PTL9
PTL10 PTL11 PTL12 PTL13 PTL14 PTL15 PTL16 PTL17 PTL18 PTL19 PTL20
Keterangan Pengobatan terhadap displidemia (kolesterol, LDL, HDL, Trigliserida) Pemberian aspirin (pengencer darah) Pengobatan terhadap hipertensi untuk mencapai tekanan darah < 130/80 mmHg dengan ACE inhibitor atau Diuretik atau Ca Antagonis atau Beta bloker. Menasihati pasien untuk tidak merokok Mengontrol glukosa darah dengan OHO (Obat Hipoglikemi Oral) atau insulin Mengontrol tekanan darah dengan target diastolic <75% mmHg Istirahat (Kerja jasmani berat dihindari) olah raga ringan Diet (Rendah garam) Pemberian obat untuk menurunkan afterload (darah keluar dari jantung) berupa : [i]. ACE inhibitor; [ii]. Anatagonis Kalsium : 20-40 mg/hari (kasus ringan); [iii]. Anatagonis Kalsium 40-80 mg/hari (kasus berat) Meningkatkan kontraktilitas jantung (kualitas pompa jantung) dengan pemberian : [i]. Digoxin : loading dosis 3x0,25mg, [ii]. 3 hari dilanjutkan dosis pemeliharaan 0,125 -0,25mg/hari (tergantung umur) Menurunkan preload : [i]. Furosemide : 20-40mg/hari (kasus ringan); [ii]. Furosemide 40-80mg/hari (kasus berat); [iii]. Isosorbid (cedocard) Mencegah remodeling jantung dengan ACE inhibitor Diuretika, mengurangi edema Pemberian oksigen sesuai kebutuhan Pemberian nutrisi dan cairan infus yang adekuat (sampai mencukupi kebutuhan tubuh) Mengendalikan tekanan darah Menggendalikan obesitas dengan olah raga dan diet Pengobatan dengan fotokoagulasi panretina laser argon, yang secara bermakna menurunkan kemungkinan perdarahan massif korpus ritraum. Mengendalikan keseimbangan cairan Diet rendah protein, rendah garam bila ditemukan hipertensi dan olah
Multitek Indonesia Vol. 8, No 1 Juni 2014
7
raga Mengatasi anemia Mengatasi infeksi dengan antibiotika Menjalani hiperfosfatemia dengan memberikan Ca(CO)3 dan diet rendah fosfat Terapi Keluhan : [i]. Jika muntah diberi mitoklopamid; [ii]. Jika gatal diberi diprohydramin. Pemberian obat anti depresan yang paling sering digunakan untuk terapi nyeri neuropati adalah golongan trisiklik, seperti obat amitriptilin, imipramin, maprotilin, desipramin Pemberian obat konvulsan, merupakan gabungan berbagai macam obat yang dimasukkan ke dalam satu golongan yang mempunyai kemampuan untuk menekan kepekaan abnormal dari neuron neuron di sistem saraf sentral. Pemberian obat sejenis Karbamasepin dan Okskarbasepin, efek dari pemberian ini mampu mengurangi cetusan dengan frekuensi tinggi dari neuron. Pemberian Lamotrigin, merupakan konvulsan baru untuk stabilisasi membran melalui VSCC Pemberian Gabapentin, untuk mempercepat hantaran antara neuron Pembersihan luka dengan cairan fisiologis tubuh contoh NaCl 0,9% Pergantian pembalut secara teratur Pemberian anti septic (seperti betadine) Hindari tempat basah Usahakan luka tetap kering Pemberian obat antikoagulan (aspirin, klopidogel) dan anti nyeri (tramadol) Diet kalori dan olahraga
PTL21 PTL22 PTL23 PTL24 PTL25
PTL26
PTL27 PTL28 PTL29 PTL30 PTL31 PTL32 PTL33 PTL34 PTL35 PTL36
PENGEMBANGAN SISTEM
penatalaksanaan,
Ubah
data
Perancangan Diagram Konteks (Context
penatalaksanaan,
Hapus
data
Diagram)
penatalaksanaan; (6). Tambah data basis
Diagram yang
terdiri
konteks dari
menggambarkan
adalah
suatu
ruang
diagram
proses lingkup
kasus, Ubah data basis kasus, Hapus data
dan
basis kasus; (7). Jadikan basis kasus,
suatu
Hapus kasus baru; (8). Menentukan nilai
sistem. Diagram konteks merupakan level
threshold.
tertinggi dari DFD yang menggambarkan
ke diagno, harus melakukan registrasi
seluruh input ke sistem atau output dari
untuk
sistem (Jogiyanto,
Langkah
2005).
Dari
gambar
Asisten/Dokter sebelum masuk
pasien
yang
akan
berikutnya
didiagnosa.
Asisten/Dokter
Diagram Konteks dapat dijelaskan Pakar
melakukan login ke diagno sebagai pasien
melakukan login ke diagno untuk melakukan
(user) untuk melakukan langkah diagnosa
(1). Ubah password; (2). Tambah data
dengan mengisikan data gejala dan hasil
penyakit, Ubah data penyakit, Hapus data
laboratorium dari pasien. Data pasien yang
penyakit; (3). Tambah data gejala, Ubah
sudah masuk dan melakukan login ke
data gejala, Hapus data gejala; (4). Tambah
diagno,
data laboratorium, Ubah data laboratoium,
melakukan ubah profil, ubah password,
Hapus data laboratorium; (5). Tambah data
diagnose,
8
Sistem Berbasis Kasus Untuk………(Lukman Effendi)
maka
lihat
Asisten/Dokter
hasil
dapat
diagnose.
Gambar 3. Diagram Konteks Proses Retrieve Proses
retrieve
gejala adalah
proses
saat
mengunjungi kasus-kasus pada basis kasus
dan
hasil
laboratorium
yang
dimiliki pasien maka dapat dihitung nilai T setiap kasus tersebut.
dan mencari nilai threshold. Langkah –
4. Nilai T dihitung dari tingkat kemiripan
langkah proses retrieve dalam sistem ini
objek gejala dan hasil laboratorium dari
adalah sebagai berikut :
setiap kasus tersebut dengan gejala dan
1. Asisten / Dokter memasukkan gejala dan
hasil laboratorium.
hasil laboratorium dari penyakit yang diderita oleh pasien. 2. Data
tersebut
5. Nilai T yang ditampilkan hanya nilai T yang lebih besar atau sama dengan nilai
kemudian
dicocokkan
threshold,
diurutkan
berdasarkan
dalam basis kasus terkait data gejala dan
descending yaitu dari nilai T i yang
hasil laboratorium.
terbesar ke nilai Ti yang terkecil.
3. Jika ditemukan kasus dalam basis kasus yang memiliki tingkat kesamaan data
Gambar 4. Nilai T dari Proses Retrieve
Multitek Indonesia Vol. 8, No 1 Juni 2014
9
Proses Reuse Proses
adalah nilai Ti yang lebih besar atau
reuse
menggunakan
adalah Ti
sebagai
proses
ketika
solusi,
hasil
diagnosa yang ditampilkan adalah T i yang lebih
besar
atau
sama
dengan
nilai
threshold. Langkah-langkah proses reuse dalam sistem ini adalah :
sama dengan nilai threshold, diurutkan secara descending. 2. Jika solusi yang diberikan lebih dari satu, asisten/dokter bisa memilih salah satu atau lebih dari satu solusi. 3. Solusi yang dipilih akan disimpan dalam
1. Proses reuse merupakan kelanjutan dari
database
proses retrieve. Sulosi yang ditampilkan
Gambar 5. Proses Reuse Proses Retain Proses
kemudian dicocokkan dalam basis kasus
retain
ketika
terkait data gejala dan hasil laboratorium.
memasukkan solusi atau kasus baru ke
2. Jika tidak ditemukan kasus dalam basis
dalam basis kasus. Langkah-langkah proses
kasus yang memiliki kesamaan data
retain dalam sistem ini adalah sebagai
gejala
berikut :
dimiliki
1. Asisten
/
adalah
Dokter
pemeriksaan
proses
memasukkan
pasien
Data
dan
hasil
pasien
laboratorium maka
akan
data
mengambil keputusan untuk menjadikan
tersebut
basis kasus sebagai penyakit komplikasi akibat Diabetes Mellitus.
Gambar 6. Kasus Baru yang tidak terdapat pada Basis Kasus
10
pakar
yang
Sistem Berbasis Kasus Untuk………(Lukman Effendi)
3. Pakar dapat memberikan solusi atau
1. Pakar mengecek tingkat relevansi antara
kasus baru ke dalam basis kasus dengan
kasus yang diuji dan solusinya dengan
meng-klik “Jadikan Kasus”, maka kasus
kasus pada basis kasus yang menjadi
baru tersebut akan menjadi basis kasus.
solusi. 2. Setelah meng-klik “Jadikan Kasus”, maka
Proses Revise Proses revise terjadi jika dilakukan
pakar langsung diarahkan pada halaman
adopsi kasus yang ada dan dilakukan
Ubah Data Basis Kasus, dimana pakar
perubahan solusi. Langkah-langkah proses
dapat menambahkan gejala dan hasil
revise dalam sistem ini adalah sebagai
laboratorium yang mungkin terjadi.
berikut :
Gambar 7. Ubah Data Basis Kasus Jika pakar meng-klik “Simpan” maka akan
baru berhasil disimpan menjadi data basis
menuju halaman dimana data basis kasus
kasus, seperti terlihat pada gambar 8.
Gambar 8. Data Basis Kasus Disimpan Jadi Data Basis Kasus
Multitek Indonesia Vol. 8, No 1 Juni 2014
11
Pengujian
tersebut diterapkan ke dalam lingkungan
Pada tahap ini, aplikasi pendukung
sebelum aplikasi tersebut diterapkan ke
keputusan Penalaran Berbasis Kasus untuk
dalam lingkungan yang sebenarnya.
Menentukan
Contoh Kasus
Tingkat
Resiko
Komplikasi
Akibat Diabetes Mellitus akan diuji apakah
Pada
contoh
kasus
diberikan
masih ditemukan kesalahan-kesalahan pada
beberapa hasil di atas nilai threshold.
aplikasi
juga
Diawali dengan memasukkan data gejala
membandingkan kebenaran dan kesesuaian
dan hasil laboratorium pasien seperti terlihat
dengan
pada gambar 9.
yang
dibuat.
kebutuhan
Selain
aplikasi.
itu
Pengujian
aplikasi perlu dilakukan sebelum aplikasi
Gambar 9. Pengisian Data Diagnosa Pasien Studi kasus :
Penyelesaian :
Pasien bernama Candra Adi Putra memiliki
Berdasarkan data pemeriksaan pasien di
data diagnosa dengan gejala dan hasil
atas, ditemukan 2 kasus dalam basis kasus
laboratorium (G13) Edema (pembengkaan
yang cocok dengan kondisi pasien yaitu
pada pergelangan kaki/pada kaki); (G33)
pada basis kasus K90 dan K92 seperti terlihat
Pucat; (G34) Sering mengalami kesemutan;
pada gambar 10.
(HL20) Ureum kreatinin meningkat.
12
Sistem Berbasis Kasus Untuk………(Lukman Effendi)
Gambar 10. Hasil Diagnosa
Dari gambar 10 dapat dihitung pencocokan basis kasus seperti terlihat pada tabel 5. Tabel 5. Pencocokan Kode Basis Kasus K90 K92
Gejala dan Hasil Laboratorium
Solusi SPKK
(G13), (G32), (G33), (G34), (HL20) (G13), (G33), (HL20)
Nefropati / Gagal Ginjal Nefropati / Gagal Ginjal
Sesuai (Y/T) Y T
Untuk mendapatkan solusi, maka harus
Sehingga untuk contoh kasus dengan gejala
dihitung
tingkat
dan hasil laboratorium G13, G33, G34, HL20;
kemiripan kondisi pasien pada basis kasus.
dapat dihitung nilai kesamaannya sebegai
Rumus untuk menghitung tingkat kemiripan :
berikut :
terlebih
dahulu
berapa
dengan :
n = Banyaknya elemen pada basis
Jika digunakan nilai threshold = 0,7 sebagai
kasus.
nilai minimal kemiripan, maka yang mirip
Yj = Bernilai 1, jika elemen basis kasus
adalah T90 dan T92; dari solusi yang
sama dengan elemen kasus yang
diberikan nilai yang paling besar adalah T 90
dievaluasi dan Bernilai 0, jika elemen
dengan Komplikasi Penyakit Nefropati /
basis kasus tidak sama dengan elemen
Gagal Ginjal seperti terlihat pada gambar
kasus yang dievaluasi
11.
Multitek Indonesia Vol. 8, No 1 Juni 2014
13
Gambar 11. Solusi Basis Kasus K90 KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Beberapa kesimpulan yang dapat dihasilkan
Rocky, Yefrenes D., Martini, Ganantowe B.,
dari analisis terhadap sistem ini adalah
Agus,
sebagai berikut :
RETINOPATI
1. Sistem penalaran berbasis kasus ini
Deteksi
ditujukan
untuk
menentukan
tingkat
resiko komplikasi akibat diabetes mellitus sekaligus menunjukkan penatalaksanaan dari setiap hasil diagnosis.
Harjoko,
Drs.
2013.
DIABETES
Sistem
Penyakit
Menggunakan
Jaringan Syaraf Tiruan. Yogyakarta : Graha Ilmu. Roesli, Rully, Prof. Dr. dr. 2011. Diagnosis & Pengelolaan Ganguan Ginjal Akut
2. Sistem penalaran berbasis kasus untuk
(“Acute Kidney Injury”). Bandung :
menentukan tingkat resiko komplikasi
Pusat Penerbitan Ilmiah Bagian Ilmu
akibat diabetes mellitus ini mengunakan
Penyakit
metode CBR (Case-Based Reasoning)
Kedokteran UNPAD.
Dalam
Fakultas
dan dapat melakukan skema CBR untuk
Price, Sylvia Anderson., Wilson, Lorraine M.
proses penentuan penyakit komplikasi
2002. Patofisiologi Konsep Klinis
akibat diabetes melitus, yaitu proses
Proses-Proses Penyakit. Jakarta :
retrieve, reuse, retain dan revise.
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
3. Asisten atau dokter dapat langsung
Mahadewa, Tjokorda de Bagus, Dr., dr.
memberikan langkah awal pencegahan
2013. Saraf Perifer Masalah dan
ataupun pengobatan , karena aplikasi ini
Penanganannya. Jakarta Barat :
memberikan solusi penatalaksanaan dari
Penerbit Indeks.
setiap
penyakit
diabetes mellitus.
komplikasi
akibat
Sutanto, Teguh. 2013. Diabetes – Deteksi, Pencegahan,
Pengobatan.
Yogyakarta : Buku Pintar.
14
Sistem Berbasis Kasus Untuk………(Lukman Effendi)
Kusumadewi, Sri. 2003. Artificial Intelligence (Teknik
dan
Aplikasinya).
Yogyakarta : Graha Ilmu. Manfaat, Djauhar. Prof. 2013. Case-Based Design (Desain Berbasis Kasus). Jakarta
:
Gramedika
Pustaka
Utama. Turban, Efraim., et.al, “Decision Support Systems and Intelligence Systems – (Sistem Pendukung Keputusan dan Sistem Cerdas)”,
7
th
Ed. Jilid 1.,
Andi, Yogyakarta, 2005. Turban, Efraim., et.al, “Decision Support Systems and Intelligence Systems – (Sistem Pendukung Keputusan dan Sistem Cerdas)”,
7th Ed. Jilid 2.,
Andi, Yogyakarta, 2005. Kadir, Abdul. 2009. Dasar Perancangan dan Implementasi Database Relasional. Yogyakarta : Penerbit Andi. Gandahusada, Srisasi, Prof., dr., dkk. 1998. Parasitologi Kedokteran. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Multitek Indonesia Vol. 8, No 1 Juni 2014
15