Jurnal Ilmiah Poli Rekayasa Volume1, Nomor 1, Oktober 2005
ISSN : 1858-3709
SIMULASI PENSINYALAN CALL SET-UP WIRELESS ATM BERBASIS CDMA Dewiani 1) Yenniwarti Rafsyam
2)
ABSTRACT The application of Wireless ATM concept on the mobile radio telecommunication system is something new so that it needs a more intensive research to determine the standard to be used, such as its signalling, signalling plays an important role in the wireless network which has the function to develop, maintain, and release a connection on the control plane. This research is intended to make a model of a call set-up signalling system which includes the slotted aloha modelling as one of the special cases of CDMA access method, AP, and SWS. This model is expected to represent the actual system. The method used is by means of the simulation modelling having the capacity to measure the system performance. The measurement of the system performance calculated is the delay package signalling, which is the time from the sending of packet by AMT to the receiving of the package by AMT, which is the same as the time between the sending of call set-up and the receiving of call proceeding. The experiment uses some different values of several variables applied to the model simulation, such as, packet arrival rate, the number of retransmission, and the number of channel. The result of the simulation modelling is compared to the theoritical result, and both results are plotted in a graphic with several changes in the parameter. Keywords : Slotted Aloha, Antrian M/G/1, Signaling, Wireless ATMI.
I. PENDAHULUAN Penggunaan
dengan sistem wireless adalah keterbatasan Wireless
ATM
dan
teknologi network wireless kecepatan tinggi lainnya termotivasi oleh kebutuhan akan sistem komunikasi yang dapat diakses dimanapun dan kapanpun diinginkan, serta semakin pentingnya aplikasi komputer dan telekomunikasi baik dalam pasar bisnis maupun dalam pasar
dalam penggunaan bandwidth yang ada. Salah satu cara untuk mengatasi masalah kebutuhan bandwidth menggunakan
dari
teknologi
jaringan
yang
ada
dimaksudkan untuk memberikan pelayanan komunikasi tanpa hambatan, dengan informasi membutuhkan
spread
spektrum.
yang bekerja berdasarkan modulasi spread spektrum.
bandwidth
lebar
dan
teknik akses jamak kerena memiliki kapasitas kanal, kualitas suara dan performansi yang lebih baik ditinjau dari kemampuan sistem CDMA dalam menekan interferensi, mengatasi fading, handoff dan kerahasiaan informasi.
kualitas pelayanan yang terjamin. Bandwidth informasi pada jaringan wireless lebih sempit dibandingkan dengan bandwitdh yang diberikan oleh jaringan wireline yang sudah ada. Jaringan wireline ini akan dipergunakan sebagai sistem utama yang
menyediakan bandwidth lebar,
sedangkan jaringan wireless akan memperluas pencapaian maksud tersebut diatas. Seiring teknologi
dengan
Metode modulasi CDMA dipilih sebagai
Teknologi WATM sebagai generasi
yang
modulasi
yaitu
CDMA merupakan suatu metode akses jamak
konsumen.
ketiga
tersebut
dan
dengan teknik
akses
penggunaan disediakan
yang
fasilitas-fasillitas oleh
ATM
yang
standar
telah dengan
mempertahankan sintaks seminimal mungkin pada
teknologi
wireless, dengan
gagasan
berupa penggunaan sel ATM standar
pada
fungsi-fungsi yang berada di layer network, sedang
perkembangan baru
Konsep utama network WATM adalah
sublayer
protokol
spesifik
saluran
wireless pada layer physik untuk hubungan radio ditambahkan dengan header wireless.
diaplikasikan padanya, kendala yang ditemukan 1)
Department of Electrical Engineering – Hasanuddin University 2) Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Lkokseumawe
43
Jurnal Ilmiah Poli Rekayasa Volume1, Nomor 1, Oktober 2005
ISSN : 1858-3709
Penerapan konsep ATM pada sistem telekomunikasi radio bergerak merupakan hal baru sehingga memerlukan penelitian intensif untuk
menetapkan
standar
yang
harus
digunakan, antara lain standar mengenai bit rate informasi, pensinyalan, dan
lain-lain
kapasitas kanal
sebagainya.
Pensinyalan
memegang peranan penting dalam jaringan
Gambar 2.1. Arsitektur jaringan
wireless, karena berfungsi untuk membangun, memelihara
(mempertahankan)
dan
Stack protokol wireless ATM pada
membebaskan suatu hubungan/koneksi yang
Gambar 2.2 memperlihatkan
bekerja pada control plane.
Plane) sebagai transport informasi pelanggan. Pada user plane
user plane (U-
ini terdapat
stack protokol
II. TINJAUAN PUSTAKA
ATM
2.1. PENSINYALAN WIRELESS ATM
medium access control (MAC.PHY) pada layer
standar
yang
ditambahkan
dengan
Arsitektur pensinyalan wireless ATM
physik untuk fungsi AMT, untuk fungsi AP
yang dibahas mengikuti struktur pensinyalan
sebagai unit interworking sederhana akan
Broadband
Network
menyaring sel-sel ATM yang telah dibungkus
Interface (UNI) dengan konfigurasi pensinyalan
(encapsulated) dari frame MAC kemudian
point-to-point, dimana area-lokal dari sejumlah
diteruskan ke SWS melalui virtual connection
sistem akses wireless ATM dan ATM standar
(VC) ATM yang sesuai, serta fungsi SWS yang
saling
sama dengan fungsi-fungsi protokol U-Plane B-
ISDN
terhubung
(B-ISDN)
melalui
User
jaringan
B-ISDN
seperti terlihat pada gambar 2.1.
ISDN.
AMT (ATM Mobile Terminal) adalah
Sedangkan Control Plane
berfungsi
sebagai
penyampai
(C-Plane) informasi
peralatan end user mobile yang memiliki radio
pensinyalan, antara titik terminasi AMT dan
wireless ATM dengan interface udara tertentu.
SWS pada protokol MCC (Mobile Call Control)
AP merupakan pusat (konsentrator) lalu lintas
dan MM (Mobilitas Manajement). Pensinyalan
yang berasal dari sejumlah interface UNI yang
MCC mengikuti Protokol Call Control B_ISDN
berbeda dan diteruskan ke SWS melalui
(Q.2931)
protokol kontrol AP-SWS (ASCP).
pelepasan call AMT asal/tujuan serta fungsi
SWS
(Switch-Work-Stasion)
adalah
untuk
set-up,
modifikasi
dan
handover.
switch ATM standar yang dilengkapi dengan workstation,
berfungsi untuk
menangani
fungsi-fungsi khusus mobile (seperti : registrasi AMT, updating lokasi dan handover) serta untuk pengendalian call AMT asal/tujuan yang berada dalam layanan SWS.
1)
Department of Electrical Engineering – Hasanuddin University 2) Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Lkokseumawe
44
Jurnal Ilmiah Poli Rekayasa Volume1, Nomor 1, Oktober 2005
ISSN : 1858-3709
Gambar 2.2 Protokol jaringan WATM(3) S = G.e-G
2.2. PROSEDUR PENSINYALAN
(2.2)
Nilai S maksimum didapat pada G = 1 sehingga S = e-1 = 1/e = 0,368 ≈ 37 %, dengan asumsi jumlah user yang terhubung ke kanal tidak terbatas. Nilai
G
yang
lebih
besar
akan
mengurangi jumlah slot yang kosong tetapi menambah
jumlah
tabrakan
secara
eksponensial. Probabilitas
sebuah
transmisi
yang
memerlukan percobaan tepat k kali (yaitu (k-1) tabrakan yang diikuti oleh sebuah paket yang (3)
Gambar 2.3. Prosedur pensinyalan WATM.
berhasil), Pk(13) adalah : Pk = Po.(1 - Po)k-1 = e-G .(1 - Po)k-1
2.2. SLOTTED ALOHA
(2.3)
Pada slotted ALOHA, setiap paket
Pada metoda ini, kanal dialokasikan dalam
harus
menunggu
sampai
permulaan
slot
bentuk time slot, dimana waktu satu time slot
berikutnya. Karena durasi slot adalah τ, maka
tersebut sama dengan waktu panjang paket.
ada tambahan waktu tunda rata-rata sebesar
Semua user harus mensinkronkan dirinya ke
τ/2.
time slot-time slot tersebut dan user yang akan
Waktu tunda rata-rata paket pada slotted
mengirimkan
ALOHA(7) adalah :
paket
harus
mensinkronkan
dirinya ke slot yang akan tiba.
Sehingga
TS-ALOHA = TR+τ+τ/2+E(T)=TR+1,5τ+E(T)
besarnya waktu riskan (waktu yang harus
Ket : TR
dijaga agar tidak terjadi tabrakan) adalah
τ
sebesar τ. Probabilitas
(2.4)
= waktu propagasi = panjang paket
E(T) = waktu tunda retransmisi rata-rata tidak
ada
paket
yang
Jika terjadi tabrakan, maka setiap AMT
dibangkitkan dalam satu waktu transmisi paket
yang paketnya mengalami tabrakan harus
atau probabilitas tidak ada tabrakan adalah :
melakukan retransmisi. Jika setelah tabrakan
Po = e-G (7)
(2.1)
terdeteksi, semua AMT langsung melakukan
dimana G adalah rata-rata trafik kanal (baru
retransmisi,
dan transmisi ulang)
tabrakan selanjutnya.
Sehingga diperoleh Throughput (7) :
tabrakan
1)
Department of Electrical Engineering – Hasanuddin University 2) Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Lkokseumawe
bisa
ulang
dipastikan
tersebut
akan
Untuk maka
terjadi
menghindari diperlukan 45
Jurnal Ilmiah Poli Rekayasa Volume1, Nomor 1, Oktober 2005
pengaturan interval waktu sebelum dilakukan
2.4. ANTRIAN M/G/1
retransmisi yang disebut dengan algoritma backoff
ISSN : 1858-3709
Pada metode antrian M/G/1, paket yang berasal dari slotted aloha mempunyai laju
Komponen waktu tunda retransmisi terdiri dari τ, τ/2, TR’ = 2. TR, serta waktu tunda
kedatangan Poisson (λ), distribusi pelayanan yang general serta jumlah pelayan adalah 1.
random. Jika waktu random yang dipilih adalah pada interval 0 sampai (k-1) slot, maka nilai rata-rata k = (k-1)/2.
Sehingga waktu tunda
retransmisi sebanyak r kali menjadi : T = r {2.TR + τ + τ/2 + 0,5.(k-1) τ } = r {2.TR + 0,5.(k+2).τ}
(2.5)
Formula yang dikenal untuk metoda M/G/1 ini adalah “Pollaczek-Khinchine” yang digunakan untuk menghitung waktu delay di antrian seperti rumus
1
ρ µ [1 − (1 − µ 2σ 2 )] (1 − ρ ) 2
E (T ) =
(7)
Rata-rata jumlah retransmisi E(r) adalah : E(T) = E(r) [2.TR + 0,5(k+2) τ] (7)
(2.11). (2.11)
(2.6)
Jika q adalah probabilitas paket baru sukses
Keterangan :
dan q’ adalah probabilitas paket retransmisi
E(T) = waktu delay sistem
sukses, maka untuk r>>1 :
1/µ
= rata-rata waktu pelayanan
λ
= rata-rata kecepatan kedatangan paket
E (r) = (1 – q) / q’
(2.7)
dari persamaan Pk diatas, untuk k>>1 (paket ρ
datang >>1) maka : -G
q=e ,
(Poisson)
G
E(r) = e – 1
(2.8)
σ
= λ/µ 2
= variansi dari distribusi waktu
Sehingga waktu tunda rata-rata retransmisi
pelayanan.
menjadi :
Metoda
E(T) = [e – 1] [2.TR + 0,5(k+2) τ] G
(7)
(2.9)
menganalisa
Jackson jaringan
dipakai antrian
untuk dengan
Waktu tunda rata-rata paket pada slotted
kemungkinan adanya “feedback loop”, dengan
ALOHA adalah :
N (node) dalam jaringan dan dalam antrian ke-i G
TS-ALOHA = TR + 1,5τ + [e – 1] [2.TR + 0,5(k+2) τ] (7)
terdapat (2.10)
mi
pelayan
exponensial
dengan
parameter µI seperti terlihat pada gambar 2.4. Dimana throughput melalui antrian ke-i adalah θi, maka : M
θ i = rsi .λ + ∑ r ji .θ j
(2.12)
j =1
Gambar 2.7. Feedback Loop
Gambar 2.4.Pola kerja retransmisi
Asumsi : ♦
Terdapat M antrian, satu sumber dan satu tujuan
1)
Department of Electrical Engineering – Hasanuddin University 2) Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Lkokseumawe
46
Jurnal Ilmiah Poli Rekayasa Volume1, Nomor 1, Oktober 2005 ♦
•
Ruting adalah random
ISSN : 1858-3709
Menghitung secara analitis delay slotted
♦ Probabilitas suatu pelanggan meninggalkan
aloha dan antrian M/G/1. 4.1 MODEL SISTEM
antrian i ke j adalah rij
♦ Probabilitas suatu pelanggan meninggalkan antrian i ke tujuan adalah rid ♦
Sumber memberikan pelanggan dengan distribusi Poisson dengan rate rata-rata λ.
♦ Distribusi
waktu
pelayanan
adalah
eksponensial negatif dengan rate rata-rata µi
Gambar 41. Blok Diagram Model sistem
III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
4.2. MODEL SIMULASI
3.1. Tujuan Penelitian Tujuan dari pelaksanaan tugas penelitian ini adalah : 1.
Meneliti kinerja sistem signaling slotted aloha pada interface udara.
2.
Menghitung
delay
metoda
Antrian
M/G/1pada CDMA
3.2. Manfaat Penelitian Dengan mengetahui kinerja dan delay pada slotted aloha dan metode antrian M/G/1
Gambar 4.2. Model Pensinyalan WATM(3)
pada wireless ATM berbasis CDMA maka dapat diketahui waktu atau berapa lama paket signaling call set-up dikirim.
IV. METODE PENELITIAN Adapun metodelogi pelaksanaan penelitian mengikuti urutan-urutan sebaga berikut : •
Membuat model sistem.
•
Membuat
algoritma
dan
pemrogram
simulasi •
Melakukan perhitungan hasil simulasi untuk delay slotted aloha
•
Melakukan perhitungan hasil simulasi untuk memperoleh WATM.
1)
delay
antrian
Gambar 4.3. Diagram Alir Model Sistem
M/G/1pada 4.2.1. Model Slotted Aloha
Department of Electrical Engineering – Hasanuddin University 2) Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Lkokseumawe
47
Jurnal Ilmiah Poli Rekayasa Volume1, Nomor 1, Oktober 2005
ISSN : 1858-3709
Asumsi-asumsi yang digunakan adalah :
•
AMT diasumsikan tidak bisa menerima transmisi dari AP, sehingga tidak dapat secara langsung mengetahui terjadinya tabrakan.
Untuk
AP
akan
mengirim
Diagram Alir Proses Simulasi :
acknowledge positif untuk memberitahu MT jika tidak terjadi tabrakan (pengiriman paket sukses).
Apabila dalam waktu dua kali
round trip delay tidak mendapat ack positif maka dianggap telah terjadi tabrakan.
•
AMT dapat mengetahui acknowledgment ini setelah dua kali round trip delay, dengan mengabaikan
waktu
pemrosesan
pengiriman acknowledgment positif di AP. •
Setiap AMT membangkitkan paket yang panjangnya seragam sesuai durasi slot dengan pola kedatangan paket dimodelkan sebagai proses Poisson, sehingga waktu antar
kedatangan
mengikuti
distribusi
eksponensial negatif. •
Sinkronisasi seluruh AMT sangat baik sehingga tidak diperlukan waktu antar slot.
•
Trafik tersebar merata ke seluruh AMT (setiap AMT membangkitkan paket dengan laju yang sama).
•
Proses AP dan SWS terjadi apabila proses
Kanal CDMA bersifat bebas kesalahan kecuali
jika
terjadi
4.2.3. Algoritma AP dan SWS1
tabrakan,
dimana
tabrakan terjadi jika ada lebih dari satu
paket sukses pada slotted telah selesai dilakukan dan proses paket tabrakan tidak dilaksanakan
AMT mentransmisikan paket pada satu slot yang sama. •
Jika terjadi tabrakan sebuah AMT akan menunggu selama k (k bilangan bulat nonnegatif) slot sebelum melakukan transmisi ulang. Nilai k diambil secara acak menurut distribusi uniform dengan nilai minimum 0 dan maksimum (k-1).
•
Jumlah transmisi ulang dibatasi.
Paket
yang telah melebihi nilai transmisi ulang maksimum akan dibuang (paket gagal).
1)
Department of Electrical Engineering – Hasanuddin University 2) Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Lkokseumawe
48
Jurnal Ilmiah Poli Rekayasa Volume1, Nomor 1, Oktober 2005
ISSN : 1858-3709
Gambar 4.4 Agoritma AP dan SWS 4.3. PERCOBAAN YANG DILAKUKAN Tabel 4.1. Konfigurasi percobaan yang dilakukan Bit rate Pjg_pak Jml_AMT C R λ (Mbps) (byte) (paket/detik) (kanal) (retransmisi) 2 117 1 - 40 2 1 1 3 2 2 4 3 3 5 V. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 5.1. Jumlah kanal = 1 λ (paket/detik
8
) 2
0.000618
0.000795 0.001035 0.001298
0.001631
(DSs) 0.000881
0.001062 0.001244 0.001405
0.001623
(DSt) 0.001222
0.001227 0.001244 0.001257
0.001272
(DAs) 0.00123
0.001236 0.001243 0.001251
0.00126
(DAt) 0.00184 (DTs) 0.002022 0.002279 0.002555 0.002111 0.002298 0.002487 0.002656
0.002903 0.002883
16
Jumlah AMT 24 32
40
(DTt) 3
0.000698
0.001021 0.001341 0.001731
0.002238
(DSs) 0.000971
0.001244
0.001798
0.00208
(DSt) 0.001229
0.001227 0.001244 0.001259
0.001286
(DAs) 0.001232
0.001243 0.001255 0.001268
0.001281
(DAt) 0.001927
0.002248 0.002585 0.002990
0.003524
(DTs) 0.002203
0.002487 0.002775 0.003066
0.003361
0.000748
0.001248 0.001805 0.002213
0.003013
(DSs) 0.001062
0.001427 0.001798 0.002175
0.002557
(DSt) 0.001230
0.001239 0.001246 0.001264
0.001295
0.00152
(DTt) 4
(DAs) 1)
Department of Electrical Engineering – Hasanuddin University 2) Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Lkokseumawe
49
Jurnal Ilmiah Poli Rekayasa Volume1, Nomor 1, Oktober 2005
ISSN : 1858-3709
0.001236
0.001251 0.001268 0.001286
0.001305
(DAt) 0.001978
0.002487 0.003051 0.003477
0.004308
(DTs) 0.002298
0.002678 0.003066 0.003461
0.003862
0.000878
0.001478
0.00192
0.003013
0.003954
(DSs) 0.001153
0.001626
0.00208
0.002557
0.003044
(DSt) 0.001243
0.001233 0.001248 0.001294
0.001315
(DAs) 0.00124 (DAt) 0.00126 0.001281 0.001305 0.002121 0.002711 0.003168 0.004307
0.001330 0.005269
(DTt) 5
(DTs) 0.002393
0.002886 0.003361 0.003862
0.004374
(DTt)
Keterangan : DSs
=
Delay paket rata-rata Slotted Aloha
berdasarkan hasil simulasi (detik)
mengirim
kembali
paket
yang
mengalami
tabrakan
sampai
paket
tersebut
diterima.
Sehingga untuk mengurangi delay
berhasil
yang dihasilkan maka jumlah tranmisi ulang DSt
=
Delay paket rata-rata Slotted Aloha
harus dibatasi.
berdasarkan hasil teori (detik) Delay antrian M/G/1 akan semakin besar DAs
=
Delay paket rata-rata Antrian
berdasarkan hasil simulasi (detik) DAt
=
Delay
rata-rata)
hasil
dengan
bertambahnya
rata-rata
kecepatan
kedatangan paket. Dan delay Call Set-up akan menurun seiring dengan bertambahnya jumlah
Delay Call Set-Up terhadap Jumlah AMT
kanal
0.0055
DTt = Delay Total paket rata-rata (delay call 0.0052 0.0049
Dengan menambah slotted karena
Jumlah kanal = 1
Delay Call Set-Up (detik)
set-up paket rata-rata) berdasarkan 0.0046 hasil teori
bertambah
rata-rata
Delay Call Set-Up akan semakin besar seiring
berdasarkan
simulasi (detik)
maka delay
bertambahnya
paket rata-rata Antrian
DTs = Delay Total paket rata-rata (delay call paket
dengan
kecepatan kedatangan paket.
berdasarkan hasil teori (detik)
set-up
seiring
0.0043 jumlah0.004 transmisi 0.0037 yang0.0034 dihasilkan 0.0031 adanya 0.0028usaha 0.0025 0.0022 0.0019 0.0016 0.0013 0.001 8
Penelitian ini memperoleh perbedaan hasil metode secara pemodelan simulasi dengan
ulang
secara teori. Perbedaan tersebut disebabkan
juga
karena dalam penyelesaian baik secara teori
untuk
maupun simulasi dilakukan asumsi-asumsi, tetapi perbedaan hasil tersebut cukup kecil.
16
24
32
40
Jum lah AM T 1)
λ=2 λ=2 Department of Electrical Engineering – Hasanuddin University λ=3 2) Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri λ=4 Lkokseumawe λ=4 λ=5
λ=3 λ=5
Keterangan : ------ = hasil simulasi λ = rata-rata kecepatan ____ = hasil teori kedatangan paket
50
Jurnal Ilmiah Poli Rekayasa Volume1, Nomor 1, Oktober 2005
Gambar 5.1.
ISSN : 1858-3709
Delay Call Set-Up terhadap Jumlah AMT dengan berbagai Rata-rata kecepatan kedatangan paket
•
VI. KESIMPULAN DAN SARAN. 6.1. KESIMPULAN
Membuat model yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja sistem dengan
Kesimpulan yang dapat diambil
antrian G/G/1
setelah pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut : •
Dari
hasil
memberikan
DAFTAR PUSTAKA yang
diperoleh
riil
1. Bora A. Akyol, Signaling Alternatives in a
mengenai perilaku delay sistem et serta
Wareless ATM Network, IEEE JSAC, pp. 3549, Januari 1997.
bertambahnya
gambaran
dapat
jumlah
secara
transmisi
ulang.
Sebaliknya, jika jumah kanal (kode) untuk
2. Bora A. Akyol, The Description of W-ATM
signaling bertambah maka delay rata-rata
Signaling Messages, IEEE JTAC, pp. 43-56, Januari 1997.
paket akan berkurang. •
Secara umum hasil percobaan simulasi ini mendekati hasil secara teoritis.
Dengan
demikian model sistem yang dibuat ini
3. Nikos H. Loukas, Nikos L. Passas, Lazaros F. Merakos, Design of Call Control Signaling Wireless ATM Networks, IEEE, pp. 15541559, 1997.
adalah model yang dapat diyakini untuk mewakili sistem yang sebenarnya.
6.2 SARAN •
Masih perlu dilakukan uji coba dengan
4. Keiser, G. E, Local Area Network Edisi Internasional, McGraw-Hill Inc., 1989.
5. Ha, Tri. T, Digital Satelit Communication, MCGraw-Hill, 1990.
jumlah kanal dan jumlah retransmisi yang lebih banyak.. 1)
Department of Electrical Engineering – Hasanuddin University 2) Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Lkokseumawe
51
Jurnal Ilmiah Poli Rekayasa Volume1, Nomor 1, Oktober 2005
ISSN : 1858-3709
6. Law, Averill M; Kelton, W. David, Simulation Modeling and Analysis, McGraw-Hill, 1991.
1)
Edisi
Kedua,
Department of Electrical Engineering – Hasanuddin University 2) Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Lkokseumawe
52