SIMULASI INDEKS PENGGUNAAN AIR (IPA) GUNA PENGHEMATAN AIR IRIGASI DI D.I. SONOSARI KABUPATEN MALANG JURNAL TEKNIK PENGAIRAN KONSENTRASI PEMANFAATAN DAN PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA AIR Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik (ST)
RICKY RESDIANTORO NIM 125060400111048
UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK MALANG 2017
LEMBAR PENGESAHAN
SIMULASI INDEKS PENGGUNAAN AIR (IPA) GUNA PENGHEMATAN AIR IRIGASI DI D.I. SONOSARI KABUPATEN MALANG JURNAL ILMIAH TEKNIK PENGAIRAN KONSENTRASI PEMANFAATAN DAN PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA AIR
Ditujukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik
RICKY RESDIANTORO NIM. 125060400111048 Jurnal ini telah direvisi dan disetujui oleh dosen pembimbing Pada Januari 2017 Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Ir. Rini Wahyu Sayekti, MS NIP. 19600907 198603 2 002
Dr. Ir. Endang Purwati, MP NIP. 19521117 198103 2 001
Mengetahui Ketua Jurusan/Ketua Program Studi
Ir. Moch. Sholichin, MT.,Ph.D NIP.19670602 199802 1 001
SIMULASI INDEKS PENGGUNAAN AIR (IPA) GUNA PENGHEMATAN AIR IRIGASI DI D.I. SONOSARI KABUPATEN MALANG Ricky Resdiantoro1, Rini Wahyu Sayekti2, Endang Purwati3 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 2 Dosen Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya-Malang, Jawa Timur, Indonesia Jalan MT.Haryono 167 Malang 65145 Indonesia Email :
[email protected] ABSTRAK Daerah Irigasi Sonosari memiliki 12 petak tersier dengan luas total baku sawah total 801 ha serta saluran sekunder dengan panjang 12 km. Dengan total luas baku sawah yang cukup besar serta tidak sesuainya antara kebutuhan air irigasi dengan pemberian air irigasi menyebabkan sering terjadi kekurangan pada musim kemarau. Berdasarkan permasalahan diatas, perlu adanya evaluasi sistem pemberian air irigasi di daerah tersebut dan salah satu caranya adalah dengan metode indeks penggunaan air (IPA). Dengan mensimulasi indeks penggunaan air (IPA) maka akan didapatkan nilai IPA yang efisien serta nilai FPR yang sesuai dengan jenis tanah (teoritis) sehingga dapat digunakan sebagai dasar dalam pemberian air irigasi di Daerah Irigasi Sonosari guna penghematan air irigasi. Dari hasil simulasi IPA didapatkan bahwa dengan mencoba-coba nilai IPA = 0,7 (kategori sedang) memiliki hasil terbesar yaitu 194,389 lt/dtk (Musim Hujan), 213,956 lt/dtk (Musim Kemarau I) dan 116,606 lt/dtk (Musim Kemarau II) pada intake. Untuk penghematan pemberian air irigasi dengan mencoba-coba nilai FPR didapatkan bahwa FPR = 0,12 memiliki hasil terbesar yaitu 363,009 lt/dtk (Musim Hujan), 500,620 lt/dtk (Musim Kemarau I) dan 275,346 lt/dtk (Musim Kemarau II) pada intake. Kata Kunci: Indeks Penggunaan Air (IPA), Kebutuhan Air, Penghematan Air ABSTRACT Sonosari Irrigation Region had 12 tertiary patches of rice field at 801 ha total width supported by secondary channel at 12 km length. However, the width of the total area of rice fields as well as mismatches between system of water management with demand for water irrigation brought the consequences of water scarcity in the dry season. When water was needed, it overwhelmed the capacity of irrigation region. Water could not afford the remote patch of the rice field. By taking account the problem above, irrigation water system at Sonosari Irrigation Region must be re-evaluated. One way to do this re-evaluation was through water usage index (IPA). The simulation of IPA had resulted the efficient IPA score. FPR score also indicated the compatibility of water usage with soil type (at least theoretically). Both scores were used as reference scores at Sonosari Irrigation Region for irrgation water retrenchment. Result of IPA simulation indicated that the obtained IPA score was 0.7 (moderate category) with the biggest water production of 194.389 liters/second (Rain Season), 213.956 liters/second (Dry Season I) and 116.606 liters/second (Dry Season II) on intake. The simulation of irrigation water retrenchment by experimenting FPR scores had given some results. At FPR score of 0.12, there were the biggest water production rates derived at 363.009 liters/second (Rain Season), 500.620 liters/second (Dry Season I) and 275.346 liters/second (Dry Season II) on intake. Keywords: Water Usage Index (IPA), Water Demand, Water Retrenchment
1. PENDAHULUAN Pemanfaatan air irigasi di Kabupaten Malang dirasa masih kurang efisien, hal ini dapat dilihat ketika terjadi kekurangan air pada musim kemarau. Pengaturan dan pendistribusian air irigasi tidak dilakukan secara akurat dan efisien akan menyebabkan terjadinya pemberian air yang cenderung berlebihan sehingga mengakibatkan pemborosan penggunaan air. Daerah Irigasi Sonosari memiliki 12 petak tersier dengan luas total baku sawah total 801 ha serta saluran sekunder dengan panjang 12 km. Dengan luas baku sawah total yang cukup besar dan panjang saluran yang cukup panjang menyebabkan sering terjadi kekurangan pada musim kemarau serta pemberian air yang berlebihan sehingga menyebabkan jumlah air yang tersedia tidak dapat menjangkau atau memenuhi petak sawah yang terjauh. Berdasarkan permasalahan diatas, perlu adanya evaluasi sistem pemberian air irigasi di daerah tersebut dan salah satu caranya adalah dengan metode indeks penggunaan air (IPA). Dengan mensimulasi indeks penggunaan air (IPA) maka akan didapatkan nilai IPA yang efisien serta nilai FPR yang sesuai dengan jenis tanah (teoritis) sehingga dapat digunakan sebagai dasar dalam pemberian air irigasi di Daerah Irigasi Sonosari guna penghematan air irigasi. Tujuan dari studi ini adalah untuk menentukan indeks penggunaan air (IPA) pada setiap petak tersier serta faktor K yang efisien sebagai dasar dalam pemberian air irigasi serta sebagai informasi dan evaluasi pemberian air irigasi pada Daerah Irigasi Sonosari kepada instansi yang terkait. 2. METODOLOGI Ditinjau secara administratif, Daerah Irigasi Sonosari terletak di Kecamatan Pakisaji dan Kepanjen, Kabupaten Malang. Daerah Irigasi Sonosari termasuk daerah irigasi kabupatan sehingga
pengelolaan pusat ada pada Dinas Pengairan Kabupaten Malang. Tetapi untuk pengelolaan di lapangan diserahkan kepada UPTD Sumber Daya Air dan Irigasi Kepanjen (UPTD Kepanjen).
Gambar 1. Peta Lokasi Studi Jenis metode penelitian dalam kajian ini adalah penelitian deskriptif yang merupakan peneliitian kasus dan penelitian lapangan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan nilai IPA yang efisien serta nilai FPR yang sesuai dengan jenis tanah (teoritis) sehingga dapat digunakan sebagai dasar dalam pemberian air irigasi di Daerah Irigasi Sonosari guna penghematan air irigasi. Untuk memperlancar langkah – langkah perhitungan dalam studi ini, maka diperlukan tahapan – tahapan sebagai berikut : 1. Analisa ketersediaan air irigasi. 2. Pola tata tanam kondisi eksisting. 3. Menghitung kebutuhan air irigasi kondisi eksisting. 4. Evaluasi nilai FPR kondisi eksisting. 5. Analisa karakteristik pemberian air dan pembagian air irigasi. 6. Simulasi indeks penggunaan air (IPA). 7. Perhitungan neraca air. 8. Menentukan Indeks Penggunaan Air (IPA). 9. Menghematan pemberian air irigasi.
Kebutuhan Air Irigasi Metode FPR Untuk memudahkan pelaksanaan di lapangan, cara perhitungan kebutuhan tanaman di Jawa Timur memakai metode Faktor Palawija Relatif (FPR). Metode ini merupakan perbaikan dari metodemetode yang telah diterapkan di Negara Belanda, yaitu Metode Pasten. Berikut ini adalah persamaan untuk metode FPR yaitu: Q FPR = (1) LPR dimana : FPR = faktor palawija relatif (lt/dt/ha.pol) Q = debit air yang mengalir di sungai (lt/dt) LPR = luas palawija relatif (ha.pol) Kategori nilai FPR ditentukan di lapangan, tergantung pada kondisi tanah daerah penelitian. Jika nilai FPR kurang dari nilai FPR yang ditentukan maka perlu dilakukan pergiliran pemberian air. Adapun nilai-nilai FPR berdasarkan jenis tanah diperlihatkan pada Tabel 1. Tabel 1. Nilai FPR Berdasarkan Jenis Tanah Jenis tanah Aluvial Latosol Grumosol Giliran
Air Kurang 0,18 0,12 0,06 Perlu
FPR (lt/dt/ha.pl) Air Air Cukup Memadai/lebih 0,18 - 0,36 0,36 0,12 - 0,23 0,23 0,06 - 0,12 0,12 Mungkin Tidak
Sumber: Dirjen Pengairan, (1997:1) Luas Palawija Relatif merupakan hasil kali luas tanaman suatu jenis tanaman dikalikan dengan suatu nilai perbandingan antara kebutuhan air tanaman tersebut terhadap kebutuhan air oleh palawija. Pada dasarnya nilai LPR adalah perbandingan kebutuhan air antara jenis tanaman satu dengan jenis tanaman lain. Tanaman perbandingan yang digunakan adalah palawija yang memiliki nilai 1 (satu). LPR = Luas Tanam x Faktor (2) dimana : LPR = luas palawija relatif (ha.pol) Luas Tanam = luas lahan yang ditanami (ha) K = faktor konversi (pol)
Tabel 2. Nilai K untuk Berbagai Jenis Tanaman Jenis Tanaman Polowijo 1. yang perlu banyak air 2. yang perlu sedikit air Padi Rendeng/ Padi Gadu Ijin 1. Bibit 2. Garap 3. Tanam Tebu 1. Tebu muda 2. Tebu tua
Faktor Konversi 1,0 0,5 20,0 6,0 4,0 1,5 0,0
Sumber: Dirjen Pengairan, (1997:1) Sistem Giliran Sistem Giliran adalah cara pemberian air disaluran tersier atau saluran utama dengan interval waktu tertentu bila debit yang tersedia kurang dari faktor K. Faktor K adalah perbandingan antara debit tersedia di bendung dengan debit yang dibutuhkan pada periode pembagian dan pemberian air. Jika persediaan air cukup maka faktor K > 1, sedangkan pada persediaan air kurang maka faktor K < 1. Rumus untuk menghitung faktor K (Departemen Pekerjaan Umum, 2005:10): Debit yang tersedia K= (2-5) Debit yang dibutuhkan Pada kondisi air cukup (faktor K>1), pembagian dan pemberian air adalah sama dengan rencana pembagian dan pemberian air. Pada saat terjadi kekurangan air (K<1), pembagian dan pemberian air disesuaikan dengan nilai faktor K yang sudah dihitung. Sistem giliran dapat dilakukan pada tingkat kwarter, tersier dan sekunder. Sejumlah petak (kwarter, tersier) dapat digabungkan menjadi satu blok giliran atau satu golongan. Tabel 3. Kriteria Pemberian Air dengan Faktor K Faktor K = 0,75 – 1,00 Faktor K = 0,50 – 0,75 Faktor K = 0,25 – 0,50 Faktor K < 0,25
Terus menerus Giliran di saluran tersier Giliran di saluran sekunder Giliran di saluran primer
Sumber: Departemen Pekerjaan Umum (2005:10)
Yang penting diperhatikan didalam pengaturan sistem giliran adalah interval giliran perlu dikontrol agar debit yang terpusat pada sebagian saluran selama pemberian air tidak melebihi kapasitas saluran. Diusahakan agar setiap giliran luasnya hampir sama dan mendapatkan air dari saluran tersier/sekuder yang sama. Sebagai ilustrasi dapat dilihat pada Gambar 2.4 (Huda, 2012:35).
yang paling maksimum. didapatkan bahwa untuk nilai FPR di Daerah Irigasi Sonosari, sangat jauh dan tidak sesuai dengan nilai yang tercantum pada Tabel 2.2 tentang nilai FPR berdasarkan jenis tanah atau lebih besar dari 0,23. Menurut peta sebaran jenis tanah, Daerah Irigasi Sonosari memiliki jenis tanah latosol sehingga nilai FPR yang digunakan adalah 0,12 saat ketersediaan air kurang. Sedangkan saat ketersediaan air cukup maka nilai FPR digunakan adalah 0,12 – 0,23 dan saat ketersediaan air berlebih maka nilai FPR digunakan adalah 0,23. Tabel 4. Rekapitulasi Kebutuhan Air Irigasi Kondisi Eksisting Petak
Tersier SS 1
Indeks Penggunaan Air Perhitungan Indeks Penggunaan Air yaitu (Anonim, 2009, SK Dirjen Dirjen RLPS): Perbandingan antara kebutuhan air dengan ketersediaan air yang ada. IPA =
Tersier SS 2
Tersier SS 3
Tersier SS 4
𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑎𝑖𝑟 𝑖𝑟𝑖𝑔𝑎𝑠𝑖 𝐾𝑒𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 𝑎𝑖𝑟 𝑑𝑖 𝑠𝑢𝑛𝑔𝑎𝑖
Tabel 3. Klasifikasi Nilai Indeks Penggunaan Air (IPA) No. Nilai Kelas Skor IPA 1 ≤0,5 Baik 1 2 0,6 - 1,0 Sedang 3 3 ≥1,0 Jelek 5 Sumber: Anonim, SK dirjen RLPS (2009)
Tersier SS 5
Tersier SS 6
Tersier SS 7
Tersier SS 8
Tersier SS 9
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Kebutuhan Air Irigasi Eksisting Berdasarkan data debit untuk kebutuhan air irigasi kondisi eksisting selama setahun maka perlu dilakukan rekap data per musim tanam, yaitu pada musim hujan, musim kemarau I, dan musim kemarau II untuk 12 petak tersier di Daerah Irigasi Sonosari. Dari hasil rekap data maka akan dipilih data debit kebutuhan air irigasi yang paling maksimum guna mengetahui nilai FPR
Tersier SS 10 Tersier SS 11 Tersier SS 12 Intake
Periode Tanam MH MK I MK II MH MK I MK II MH MK I MK II MH MK I MK II MH MK I MK II MH MK I MK II MH MK I MK II MH MK I MK II MH MK I MK II MH MK I MK II MH MK I MK II MH MK I MK II MH MK I MK II
Debit Maksimum
LPR
FPR
62,00 56,00 36,00 208,00 184,00 82,00 46,00 48,00 26,00 281,00 288,00 174,00 57,00 52,00 26,00 30,00 26,00 14,00 53,00 54,00 21,00 55,00 56,00 22,00 58,00 59,00 27,00 57,00 59,00 26,00 33,00 30,00 22,00 31,00 29,00 23,00 971,00 941,00 499,00
239,50 184,00 114,50 922,00 600,00 263,00 180,50 148,00 78,50 1406,00 982,50 563,00 226,00 170,00 81,00 119,00 86,00 43,00 217,00 176,00 66,50 223,00 185,00 71,50 230,50 190,00 85,50 239,50 191,00 82,50 134,00 94,00 67,00 122,00 92,00 72,00 4259,00 3098,50 1588,00
0,26 0,30 0,31 0,23 0,31 0,31 0,25 0,32 0,33 0,20 0,29 0,31 0,25 0,31 0,32 0,25 0,30 0,33 0,24 0,31 0,32 0,25 0,30 0,31 0,25 0,31 0,32 0,24 0,31 0,32 0,25 0,32 0,33 0,25 0,32 0,32 0,23 0,30 0,31
Sumber: Hasil Perhitungan, 2016
Evaluasi Nilai FPR berdasarkan Kebutuhan Air Irigasi Kondisi Eksisting Dari hasil evaluasi nilai FPR didapatkan 33 kali nilai FPR yang lebih dari 0,23 dan tidak sesuai dari total 36 kali periode tanam, jadi prosentase pemberian air berdasarkan nilai FPR adalah sebesar 94,44% di D.I. Sonosari. Artinya kondisi antara kebutuhan dan ketersediaan air di D.I. Sonosari terjadi kelebihan air sehingga dinyatakan adanya pemborosan. Hal ini disebabkan nilai FPR yang didapat tidak sesuai jenis tanah. Tabel 5. Evaluasi Nilai FPR Petak
Tersier SS 1
Tersier SS 2
Tersier SS 3
Tersier SS 4
Tersier SS 5
Tersier SS 6
Tersier SS 7
Tersier SS 8
Tersier SS 9 Tersier SS 10 Tersier SS 11 Tersier SS 12 Intake
Periode Tanam
FPR hitung
FPR tabel
Keterangan
MH MK I MK II MH MK I MK II MH MK I MK II MH MK I MK II MH MK I MK II MH MK I MK II MH MK I MK II MH MK I MK II MH MK I MK II MH MK I MK II MH MK I MK II MH MK I MK II MH MK I MK II
0,259 0,304 0,314 0,226 0,307 0,312 0,255 0,324 0,331 0,200 0,293 0,309 0,252 0,306 0,321 0,252 0,302 0,326 0,244 0,307 0,316 0,247 0,303 0,308 0,252 0,311 0,316 0,238 0,309 0,315 0,246 0,319 0,328 0,254 0,315 0,319 0,228 0,304 0,314
0,23 0,23 0,23 0,23 0,23 0,23 0,23 0,23 0,23 0,23 0,23 0,23 0,23 0,23 0,23 0,23 0,23 0,23 0,23 0,23 0,23 0,23 0,23 0,23 0,23 0,23 0,23 0,23 0,23 0,23 0,23 0,23 0,23 0,23 0,23 0,23 0,23 0,23 0,23
Tidak Sesuai Tidak Sesuai Tidak Sesuai Sesuai Tidak Sesuai Tidak Sesuai Tidak Sesuai Tidak Sesuai Tidak Sesuai Sesuai Tidak Sesuai Tidak Sesuai Tidak Sesuai Tidak Sesuai Tidak Sesuai Tidak Sesuai Tidak Sesuai Tidak Sesuai Tidak Sesuai Tidak Sesuai Tidak Sesuai Tidak Sesuai Tidak Sesuai Tidak Sesuai Tidak Sesuai Tidak Sesuai Tidak Sesuai Tidak Sesuai Tidak Sesuai Tidak Sesuai Tidak Sesuai Tidak Sesuai Tidak Sesuai Tidak Sesuai Tidak Sesuai Tidak Sesuai Sesuai Tidak Sesuai Tidak Sesuai
Sumber: Hasil Perhitungan, 2016
Simulasi Indeks Penggunaan Air (IPA) Berdasarkan analisa kebutuhan air, nilai FPR dan karakteristik pemberian air irigasi diatas, maka perlu adanya upaya untuk menentukan nilai indeks penggunaan air (IPA) yang tepat guna penghematan air irigasi. Salah satu cara atau metode yang dapatkan digunakan adalah dengan cara mensimulasi nilai IPA yaitu mencoba-coba nilai IPA mulai dari 0,9 (kategori sedang) hingga batas yang telah ditentukan atau memenuhi syarat yaitu: 1. Nilai IPA di Intake sebagai kontrol tidak boleh melebihi 0,9. 2. Nilai FPR tidak boleh melebihi ketentuan atau sesuai dengan Tabel 2.2 nilai FPR berdasarkan jenis tanah. 3. Nilai Faktor K harus melebihi 0,75. Dalam studi ini, dilakukan simulasi IPA sebanyak lima kali percobaan dengan mencoba nilai IPA 0,9, 0,8, dan 0,7 yang dimana simulasi IPA dilakukan pada tiap musim tanam, yaitu musim hujan, musim kemarau I, dan musim kemarau II. Simulasi dilakukan berulang kali untuk menemukan nilai debit penghematan yang paling optimal dengan mengacu pada evaluasi nilai FPR pada tiap petak tersier. Selengkapnya tabel beserta grafik hasil simulasi IPA dengan nilai 0,7 per musim tanam berikut: Tabel 6. Simulasi IPA = 0,7 (MH) Petak [1] T. SS 1 T. SS 2 T. SS 3 T. SS 4 T. SS 5 T. SS 6 T. SS 7 T. SS 8 T. SS 9 T. SS 10 T. SS 11 T. SS 12 Sonosari
Luas Baku Sawah (ha) [2] 45 192 33 287 36 19 36 34 36 42 23 18 801
Coba-coba IPA IPA
Kriteria IPA
[3] 0,700 0,700 0,700 0,700 0,700 0,700 0,700 0,700 0,700 0,700 0,700 0,700 0,817
[4] Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang
Ketersediaan Kebutuhan Air Irigasi Air Irigasi (lt/dtk) (lt/dtk) [5] 62,000 208,000 46,000 281,000 57,000 30,000 53,000 55,000 58,000 57,000 33,000 31,000 1060,000
Sumber: Hasil Perhitungan, 2016
[6] 43,400 145,600 32,200 196,700 39,900 21,000 37,100 38,500 40,600 39,900 23,100 21,700 865,611
Tabel 8. Simulasi IPA = 0,7 (MK II) 281,000 250,000
Petak 208,000
200,000
150,000
196,700
145,600
100,000 62,000
50,000
57,000
46,000 43,400
32,200
39,900
53,000
55,000
58,000
37,100
38,500
40,600
57,000
39,900
30,000 21,000
33,000
31,000
23,100
21,700
0,000 T. SS 1
T. SS 2
T. SS 3
T. SS 4
T. SS 5
T. SS 6
T. SS 7
T. SS 8
T. SS 9
T. SS 10 T. SS 11 T. SS 12
Ketersediaan Air Irigasi (lt/dtk)
Kebutuhan Air Irigasi (lt/dtk)
Gambar 4.11. Grafik Perbandingan Ketersediaan dan Kebutuhan Air Irigasi di Petak Tersier Untuk IPA = 0,7 (Musim Hujan)
Gambar 2. Grafik Hubungan Perbandingan Ketersediaan dan Kebutuhan Air Irigasi di Petak Tersier untuk IPA = 0,7 (Musim Hujan)
Petak [1] T. SS 1 T. SS 2 T. SS 3 T. SS 4 T. SS 5 T. SS 6 T. SS 7 T. SS 8 T. SS 9 T. SS 10 T. SS 11 T. SS 12 Sonosari
Coba-coba IPA
Ketersediaan Kebutuhan Kriteria Air Irigasi Air Irigasi (lt/dtk) (lt/dtk) IPA
IPA
[1] T. SS 1 T. SS 2 T. SS 3 T. SS 4 T. SS 5 T. SS 6 T. SS 7 T. SS 8 T. SS 9 T. SS 10 T. SS 11 T. SS 12 Sonosari
IPA
Kriteria IPA
[3] 0,700 0,700 0,700 0,700 0,700 0,700 0,700 0,700 0,700 0,700 0,700 0,700 0,794
[4] Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang
[4] Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang
[5] 36,000 82,000 26,000 174,000 26,000 14,000 21,000 22,000 27,000 26,000 22,000 23,000 565,000
[6] 25,200 57,400 18,200 121,800 18,200 9,800 14,700 15,400 18,900 18,200 15,400 16,100 448,394
200,000 180,000
174,000
160,000 140,000 121,800
120,000
[3] 0,700 0,700 0,700 0,700 0,700 0,700 0,700 0,700 0,700 0,700 0,700 0,700 0,798
Ketersediaan Kebutuhan Air Irigasi Air Irigasi (lt/dtk) (lt/dtk)
Sumber: Hasil Perhitungan, 2016
Tabel 7. Simulasi IPA = 0,7 (MK I) Luas Baku Sawah (ha) [2] 45 192 33 287 36 19 36 34 36 42 23 18 801
Coba-coba IPA
Luas Baku Sawah (ha) [2] 45 192 33 287 36 19 36 34 36 42 23 18 801
300,000
[5] 56,000 184,000 48,000 288,000 52,000 26,000 54,000 56,000 58,691 59,000 30,000 29,000 1058,000
[6] 39,200 128,800 33,600 201,600 36,400 18,200 37,800 39,200 41,084 41,300 21,000 20,300 844,044
100,000
82,000
80,000 60,000
57,400
40,000
36,000
20,000
25,200
26,000 18,200
0,000
26,000 18,200
21,000
22,000
27,000
26,000
14,000
9,800
14,700
15,400
18,900
18,200
22,000
23,000
15,400
16,100
Sumber: Hasil Perhitungan, 2016 T. SS 1
T. SS 2
T. SS 3
T. SS 4
T. SS 5
T. SS 6
T. SS 7
T. SS 8
T. SS 9
T. SS 10 T. SS 11 T. SS 12
Ketersediaan Air Irigasi (lt/dtk)
Kebutuhan Air Irigasi (lt/dtk)
Gambar 4.29. Grafik Perbandingan Ketersediaan dan Kebutuhan Air Irigasi di Petak Tersier Untuk IPA = 0,7 (Musim Kemarau II)
Grafik Hubungan Perbandingan Ketersediaan dan Kebutuhan Air Irigasi di Petak Tersier untuk IPA = 0,55 (Musim Kemarau II)
Sumber: Hasil Perhitungan, 2016 350,000 300,000
288,000
250,000 201,600
200,000
184,000 150,000 128,800 100,000 50,000
56,000 39,200
48,000 33,600
52,000
54,000
56,000
58,691
59,000
37,800
39,200
41,084
41,300
26,000
Sumber: Hasil Perhitungan, 2016 0,000
T. SS 1
T. SS 2
T. SS 3
T. SS 4
36,400
T. SS 5
18,200
T. SS 6
T. SS 7
T. SS 8
T. SS 9
30,000
29,000
21,000
20,300
T. SS 10 T. SS 11 T. SS 12
Ketersediaan Air Irigasi (lt/dtk)
Kebutuhan Air Irigasi (lt/dtk)
Gambar 4.20. Grafik Perbandingan Ketersediaan dan Kebutuhan Air Irigasi di Petak Tersier Untuk IPA = 0,7 (Musim Kemarau I)
Gambar 3. Grafik Hubungan Perbandingan Ketersediaan dan Kebutuhan Air Irigasi di Petak Tersier untuk IPA = 0,7 (Musim Kemarau I
Penghematan Air Irigasi Dari hasil simulasi IPA didapatkan bahwa dengan mencoba-coba nilai IPA = 0,7 (kategori sedang) memiliki hasil terbesar yaitu 194,389 lt/dtk (Musim Hujan), 213,956 lt/dtk (Musim Kemarau I) dan 116,606 lt/dtk (Musim Kemarau II) pada intake. Untuk penghematan pemberian air irigasi dengan mencoba-coba nilai FPR didapatkan bahwa FPR = 0,12 memiliki hasil terbesar yaitu 363,009 lt/dtk (Musim Hujan), 500,620 lt/dtk (Musim Kemarau I) dan 275,346 lt/dtk (Musim Kemarau II) pada intake.
4. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil pembahasan studi ini maka dapat diambil beberapa kesimpulan diantaranya adalah: 1. Berdasarkan perhitungan kebutuhan air irigasi eksisting pada daerah irigasi dengan menggunakan metode FPR/LPR didapatkan nilai FPR untuk musim hujan di Daerah Irigasi Sonosari lebih besar dari 0,23 pada 8 petak tersier (dari total 12 petak tersier). Sedangkan untuk musim kemarau I dan II, seluruhnya masih belum sesuai dengan ketentuan atau lebih besar dari 0,23 dari total 12 petak tersier. Hal ini tidak sesuai dengan nilai FPR berdasarkan jenis tanah sehingga mempengaruhi kebutuhan air irigasi. 2. Dari hasil evaluasi nilai FPR didapatkan 33 kali nilai FPR yang lebih dari 0,23 dan tidak sesuai dari total 36 kali periode tanam, jadi prosentase pemberian air berdasarkan nilai FPR adalah sebesar 94,44% di D.I. Sonosari. Hal ini disebabkan nilai FPR yang didapat tidak sesuai jenis tanah. 3. Karakeristik berdasarkan hasil perhitungan dapat dilihat bahwa nilai IPA untuk Daerah Irigasi Sonoasari lebih atau sama dengan 1 sehingga menyebabkan kondisi jelek. Hal ini dikarenakan air yang diberikan pada petak tersier sama besarnya dengan jumlah air yang tersedia. Sedangkan untuk nilai K pada tiap petak tersier didapatkan nilai = 1 atau lebih dari 0,75 sehingga pendistribusian air untuk daerah tersebut dilakukan secara terus menerus. Hal ini dikarenakan jumlah air yang tersedia cukup dengan jumlah air yang dibutuhkan pada tiap petak tersier. 4. Berdasarkan hasil perhitungan penghematan pemberian air irigasi didapatkan bahwa dengan mencobacoba nilai IPA = 0,7 (kategori sedang) memiliki hasil terbesar yaitu 194,389
lt/dtk (Musim Hujan), 213,956 lt/dtk (Musim Kemarau I) dan 116,606 lt/dtk (Musim Kemarau II) pada intake. Sedangkan untuk penghematan pemberian air irigasi dengan mencoba-coba nilai FPR didapatkan bahwa FPR = 0,12 memiliki hasil terbesar yaitu 363,009 lt/dtk (Musim Hujan), 500,620 lt/dtk (Musim Kemarau I) dan 275,346 lt/dtk (Musim Kemarau II) pada intake. Saran Adapun saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil perhitungan dan analisa dalam pengerjaan tugas akhir ini antara lain sebagai berikut 1. Untuk perhitungan kebutuhan air irigasi dengan menggunakan metode LPR-FPR hendaknya lebih memperhitungkan nilai FPR berdasarkan jenis tanah. 2. Untuk instansi terkait atau pengelola diharapkan dapat lebih rutin dalam hal pengecekan dan pemeliharaan daerah irigasi tersebut. Serta menyediakan data dan melakukan pengukuran secara berkala dan terjadwal khususnya dalam bidang kualitas air dan data waduk lainnya sebagai referensi bagi peneliti untuk melaksanakan penelitiannya dengan baik dan sesuai dengan perkembangan zaman yang menuntut penelitian lebih lanjut. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2010. Kriteria Perencanaan Jaringan Irigasi KP-01, Kriteria Perencanaan Penunjang . Bandung: Ditjen. Pengairan Dep. PU Galang Persada. Departemen Pekerjaan Umum. 2005. Penguatan Masyarakat Petani Pemakai Air Dalam Operasi Pemeliharaan Jaringan Irigasi (Pd T-08-2005-A). Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum. Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial (RLPS).
2005. Pedoman Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan DAS. Jakarta: Departemen Kehutanan. Ditjen Pengairan. 1997. Pedoman Umum Operasi & Pemeliharaan Jaringan Irigasi. Bandung: Direktorat Jenderal Pengairan, Dep. PU – Japan International Cooperation Agency (JICA). Haliem, Win. 2012. Studi Pola Penatagunaan Potensi Air Sumber Pitu di Wilayah Kali Lijang Sebagai Dasar Pengembangan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Amprong. Tesis tidak dipublikasikan. Universitas Brawijaya. Indriatno, M.N. 2013. Simulasi Penggunaan Lahan untuk Pengurangan Indeks Penggunaan Air di Sub DAS Cacaban, Kecamatan Karanggayam, Kabupaten Kebumen. Kunaifi. A. A. 2010. Pola Penyediaan Air DI Tibunangka dengan Sumur Renteng pada Sistem Suplesi Renggung. Tesis tidak dipublikasikan. Universitas Brawijaya. Prayudi, Ardianto. 2014. Studi Evaluasi Pemanfaatan Air Irigasi pada Daerah Irigasi Sumber Wuni Kecamatan Turen Kabupaten Malang. Skripsi tidak dipublikasikan. Universitas Brawijaya. Rejekiningrum, Popi. 2015. Identifikasi Kekrisisan Air untuk Perencanaan Penggunaan Air agar Tercapai Ketahanan Air di DAS Bengawan Solo. Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, Badan Peneliti dan Pengembangan Pertanian.