Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
Simpanan Biji Gulma Dalam Tanah Di Perkebunan Kelapa Sawit Desa Tambang, Kampar Siti Fatonah dan Herman Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Riau, Pekanbaru
[email protected] Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui banyaknyasimpanan biji gulma dalam tanah dan komposisi gulma penyusunnya yang terdapat di dua lahan perkebunan kelapa sawit yang berbeda umur dan metode pengendaian gulmanya. Penelitian ini dilaksanakan di perkebunan kelapa sawit Desa Tambang Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar dan di rumah kaca Jurusan Biologi FMIPA Universitas Riau, pada bulan April sampai Mei 2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lahan umur tegakan 2,5 tahun mempunyai densitas simpanan biji gulma dalam tanah yang lebih tinggi dibandingkan lahan umur 7 tahun. Densitas simpanan biji gulma dalam tanah terbanyak pada permukaan tanah hingga kedalaman 5 cm. Pada lahan umur 2,5 tahun, seed bank terdiri dari gulma teki (39,12%), gulma berdaun sempit (32,40%), dan gulma berdaun lebar (28,47%). Pada lahan umur 7 tahun, seed bank terdiri dari gulma berdaun lebar (42,83), gulma teki (34,89%), gulma berdaun sempit (21,76%), paku (0,86%). Kata kunci: simpanan biji gulma dalam tanah , Perkebunan kelapa sawit
PENDAHULUAN Gulma merupakan salah satu kendala di lahan tanaman budidaya yang mengakibatkan penurunan hasil 20 hingga 80 %. Gulma mengganggu tanaman budidaya karena berkompetisi dalam mendapatkan hara, air, cahaya dan ruang (Sukman, 2002; Sit, et al., 2007). Bila pertumbuhan gulma tidak dikendalikan dengan baik, maka berbagai macam gulma dapat tumbuh dengan subur dan mengganggu pertumbuhan tanaman pokok, dan mengakibatkan penurunan hasil. Pengetahuan mengenai biologi gulma penting untuk rasionalisasi pengendalian gulma, baik secara langsung maupun tak langsung, dan sebagai informasi dalam menentukan program pengendalian gulma yang tepat (Sudarmo, 2001; B. Chauhan and David 2008). Kemelimpahan atau distribusi jenis-jenis gulma di lahan budidaya dipengaruhi oleh jenis tanaman budidaya, kultur teknis dan pola tanam yang diterapkan, jenis dan kelembaban
tanah, lokasi, serta musim. 2007).
(Sit, et al.,
Keberadaan gulma yang ada saat ini ditentukan oleh simpanan biji gulma dalam tanah(weed seed bank). Weed seed bank merupakan sumber utama gulma di lahan pertanian. Sebagian besar gulma memulai siklus hidupnya dari biji tunggal dalam tanah. Kemudian biji-biji tersebut tumbuh hingga menghasilkan biji dalam jumlah banyak. Biji-biji tersebut kembali ke tanah sebagai seed bank dan menjadi sumber populasi gulma untuk masa yang akan datang. Oleh karena itu, pengetahuan mengenai kembalinya weed seed bank dan dinamika weed seed bank penting dalam pengelolaan gulma untuk masa yang akan datang. Biji terpencar secara horisotal dan vertikal pada profil tanah. Sebagian besar (95%) biji yang tersimpan dalam tanah berasal dari gulma annual, sedangkant. 4 % dari gulma perennial (Shrestha, 2009). Pengendalian weed seed bank penting dalam strategi pengendalian gulma secara terpadu. Sejumlah teknik untuk mengurangi Semirata 2013 FMIPA Unila |327
Siti Fatonah dan Herman: Simpanan Biji Gulma Dalam Tanah Di Perkebunan Kelapa Sawit Desa Tambang, Kampar
seed bank tergantung sistem pertanian, lokasi, dan penguasaan gulma (Anonim, 2010). Banyaknya seed bank antara lain dipengaruhi oleh sistem pertanian dan pengolahan tanah. Pertanian organik meningkatkan keanekaragaman jenis gulma. Seed bank gulma meningkat 28% pada lahan dengan pemberian pupuk kandang dibandingkan dengan tanpa pupuk kandang (Boguzas, et.al., 2004). Pengolahan tanah menggunakan bajak ditemukan 37% weed seed bank viabel pada permukaan sampai kedalaman 5 cm, tanpa pengolahan tanah ditemukan sekitar 74%. Pengolahan tanah menggunakan cangkul didapatkan biji 61 % di dekat permukaan tanah (Menalled, 2008). Di Desa Tambang kecamatan Tambang Kabupaten Kampar, Pekanbaru terdapat lahan perkebunan kelapa sawit. Di antara lahan tersebut terdapat lahan dengan umur tanaman kelapa sawit yang masih muda dan lahan dengan umur tanaman yang lebih tua. Selain perbedaan umur, pertanaman tersebut juga berbeda metode pengendaliannya. Pada perkebunan kelapa sawit yang muda pengendaliannya dilakukan secara mekanik melalui pemangkasan, sedangkan pada kebun sawit umur yang lebih tua pengendaliannya dilakukan secara kimia dengan penyemprotan herbisida. Dari hasil inventarisasi gulma di kedua lahan tersebut menunnjukkan, pada lahan dengan umur yang lebih muda keanekaragaman gulma lebih rendah namun kerapatan gulma lebih tinggi dibanding pada lahan di bawah tegakan kelapa yang lebih tua. Terdapat perbedaan kommposisi gulma diantara kedua sistem tersebut (Fatonah dan Herman, 2011). Untuk memperkirakan pengelolaan gulma di lahan tersebut pada masa yang akan datang, perlu diketahui dinamika simpanan biji gulma dalam tanah pada kedua sistem pertanaman tersebut. 328| Semirata 2013 FMIPA Unila
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan simpanan biji gulma dalam tanah pada perkebunan kelapa sawit yang berbeda umur dan metode pengendaliannya di Desa Tambang Kampar. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di perkebunan kelapa sawit Desa Tambang kecamatan Tambang Kabupaten Kampar dan rumah kaca Jurusan Biologi FMIPA Universitas Riau, pada bulan April sampai Mei 2011. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah polibag, penggaris, tali rafia, pancang (kayu yang diberi tanda untuk ukuran kedalaman), pisau, sekop. Bahan yang digunakan yaitu sampel tanah dari lahan yang berbeda di berbagai kedalaman. Sampel tanah diambil dari dua lahan perkebunan sawit yang berbeda umur tegakannya yaitu 2,5 tahun dan 7 tahun. Pada masing-masing lahan dibuat transek berukuran 50 m. Pada sepanjang transek dikoleksi 20 core sampel tanah berukuran 20 x 20 cm, pada interval 5 m. Masingmasing core sampel tanah dibagi menjadi 3 kedalaman, yaitu 0 – 5 cm, 5 – 10 cm, dan 10 – 15 cm. Masing-masing sampel tanah tanah dimasukkan dalam kantong pastik dan dilabel, kemudian dibawa ke rumah kaca. Selama di lapangan, dicatat : umur tegakan, metode pengendalian gulma yang diterapkan, faktor lingkungan misalnya jenis tanah. Di rumah kaca, disiapkan polibag yang di dalamnya telah diisi pasir sebanyak setengah volume polibag. Sampel tanah dimasukkan dalam polibag, yaitu diatas permukaan media pasir. Polibag yang telah berisi tanah dijaga agar tetap lembab dengan penyiraman setiap hari sekali. Anakan gulma yang tumbuh dikelompokkan menurut morfologinya, yaitu berdaun lebar, berdaun sempit, teki, atau paku-pakuan. Pengamatan dilakukan seminggu sekali selama 6 minggu. Dihitung
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
jumah individu keseluruhan yang muncul untuk setiap plot. Parameter yang diamati adalah jumlah total biji yang berkecambah atau viabel diamati, perbedaan densitas simpanan biji di lahan yang berbeda pada lapisan kedalaman tanah yang berbeda. HASIL DAN PEMBAHASAN Densitas Simpanan Biji Gulma Dalam Tanah Hasil penghitungan terhadap biji yang viable (berkecambah) pada kedua lahan yang berbeda umur dan metode pengendalian menunjukkan adanya perbedaaan banyaknya simpanan biji gulma dalam tanah (densitas weed bank) (Tabel 1). Dari hasil pada table 1 menunjukkan bahwa densitas weed seed bank secara keseluruhan lebih banyak pada lahan kelapa sawit umur 2,5 tahun (1.782,5 individu/m2) dibandingkan dengan lahan umur 7 tahun (1.447,5 individu/m2). Tingginya simpanan biji gulma pada lahan umur 2,5 tahun berhubungan dengan keberadaan gulma yang saat itu memang jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan lahan umur 7 tahun. Kerapatan masing-masing jenis gulma pada lahan umur lebih muda lebih tinggi (rerata 30,73 individu/plot) sedangkan pada lahan yang lebih tua rerata 2,1 individu/plot (Fatonah dan Herman, 2011). Banyaknya gulma yang ada pada lahan umur 2,5 tahun karena metode pengendaliannya hanya secara mekanik melalui pemangkasan dengan intensitas pemangkasan yang kurang. Pemangkasan yang dilakukan setelah gulma menghasilkan biji mengakibatkan banyaknya biji yang terjatuh di tanah. Pada lahan dengan umur yang lebih tua metode pengendaliannya menggunakan herbisida sehingga sangat sedikit gulma yang
tumbuh, maka biji yang terjatuh di tanah juga sedikit. Banyaknya seed bank pada berbagai kedalaman tanah di kedua lahan menunjukkan kecenderungan yang sama sebagaimana terlihat pada table 1 dan gambar 1. Pada kedua lahan tersebut, seed bank viabel (biji yang mampu berkecambah) paling banyak terdapat pada permukaan hingga kedalaman 5 cm. Pada kedalaman 5 sampai 10 dan kedalaman 10 sampai 15 terjadi penurunan seed bank viabel. Semakin dalam kedalaman tanah maka banyaknya seed bank semakin berkurang. Tinmgginya seed bank pada kedala cman 0 sampai 5 cm menunjukkan biji gulma lebih banyak terakumulasi pada permukaan tanah hingga kedalaman 5 cm.
Gambar 1. Densitas weed seed bank kedua lahan kelapa sawit pada berbagai kedalaman tanah
Semirata 2013 FMIPA Unila |329
Siti Fatonah dan Herman: Simpanan Biji Gulma Dalam Tanah Di Perkebunan Kelapa Sawit Desa Tambang, Kampar
Tabel 1. Densitas Weed Seed Bank (Simpanan Biji Gulma dalam Tanah) pada Berbagai Kedalaman Tanah di Kedua Lahan Kelapa Sawit.
Lahan 2,5 tahun 0 – 5 cm 5 – 10 cm 10 – 15 cm 7 tahun 0 – 5 cm 5 – 10 cm 10 – 15 cm
Densitas weed seed bank ( Jumlah individu/m2) Daun Lebar Daun Sempit Paku Teki 347,5 392,5 0 497,5 115 102,5 0 122,5 45 82,5 0 77,5
312,5 165 142,5
122,5 102,5 90
Komposisi Simpanan Biji Gulma Dalam Tanah Simpanan biji gulma dalam tanah pada kedua lahan menunjukkan adanya perbedaan komposisi golongan gulma penyusunnya (Gambar 2 dan 3). Pada lahan umur kelapa sawit 2,5 tahun terdapat gulma berdaun lebar, berdaun sempit dan teki. Pada lahan yang umur kelapa sawit lebih tua selain terdapat ketiga golongan gulma juga terdapat paku (Pteridophyta). Lahan dengan umur kelapa sawit lebih muda proporsi gulma terbanyak adalah golongan teki diikuti gulma berdaun sempit dan gulma berdaun lebar. Namun secara keseluruhan perbedaan persentase ketiga golongan tersebut tidak teralu besar. Lahan yang umurnya lebih tua proporsi gulma terbanyak adalah golongan gulma berdaun lebar, diikuti teki, berdaun sempit dan paku. Perbedaan komposisi gulma di kedua lahan tersebut karena komposisi gulma penyusun lahan tersebut pada saat penelitian maupun gulma pada masa sebelumnya serta metode pengendaliannya. Lahan umur 2,5 tahun didominasi golongan teki dan rumput, yang umumnya termasuk gulma perennial, sedangkan gulma berdaun lebar yang umumnya gulma annual lebih sedikit. Ini berhubungan 330| Semirata 2013 FMIPA Unila
0 5 7,5
227,5 157,5 120
Total 1.237,5 340 205 1.782,5 662,5 425 360 1.447,5
dengan metode pengendalian gulma secara mekanik melalui pemangkasan mengakibatkan rizom maupun umbi dari gulma perennial masih bertahan di dalam tanah dan dapat tumbuh. Lahan umur 7 tahun didominansi oleh gulma berdaun lebar yang umumnya termasuk gulma annual. Ini karena keberadaan gulma yang sudah ada sebelumnya dan metode pengendalian menggunakan herbisida yang intensif mengakibatkan gulma perennial berkurang, namun biji gulma yang dihasilkan gulma annual tidak mengalami kematian. Lahan umur 2,5 tahun menunjukkan densitas simpanan biji dalam tanah yang lebih tinggi, maka perlu penanganan gulma yang lebih intensif. Petani pada lahan umur tegakan 2,5 tahun berusaha menerapkan pertanian organic, namun pengendalian gulma belum intensif. Untuk meningkatkan intensitas pengendalian gulma melalui pengurangan simpanan biji gulma dalam tanah antara lain dapat dilakukan melalui berbagai cara, yaitu meningkatkan intensitas penyiangan, pemulsaan, tumpang sari, dan pengolahan tanah (Anonim, 2010). Untuk pengendalian gulma yang ramah lingkungan pada lahan yang luas misalnya perkebunan kelapa sawit, sebaiknya dihindari penggunaan herbisida. Pengolahan tanah dapat mengurangi seed
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
bank tanaman perennial yang berupa propagul vegetative dalam tanah (rizom, stolon), namun kurang efisien untuk lahan yang luas. Alternatifnya antara lain melalui penanaman legum penutup tanah (LCC). Legum penutup tanah dapat menghambat perkecambahan gulma melalui penutupannya dan menghambat pertumbuhan gulma karena kandungan alelopat. Selain itu LCC dapat meningkatkan kesuburan tanah dan mencegah erosi (Sukman, 2002; CaamalMaldonado et al., 2001).
KESIMPULAN Lahan umur tegakan 2,5 tahun menunjukkan densitas simpanan biji gulma dalam tanah yang lebih tinggi dibandingkan lahan umur 7 tahun. Densitas simpanan biji gulma dalam tanah terbanyak pada permukaan tanah hingga kedalaman 5 cm. Pada lahan umur 2,5 tahun, seed bank terdiri dari gulma teki (39,12%), gulma berdaun sempit (32,40%), dan gulma berdaun lebar (28,47%). Pada lahan umur 7 tahun, seed bank terdiri dari gulma berdaun lebar (42,83), gulma teki (34,89%), gulma berdaun sempit (21,76%), paku (0,86%). DAFTAR PUSTAKA Anonim, (2010). Managing Weeds – It Startswith The Seeds. Grain Reseach Development Crorporation. A.K. Sit, M. Bhattacharya, B. Sarkari, and V. Arunachalam. (2007). Weed floristic composition in palm gardens in Plains of Easter Himalayan region of West Bengal. Current Science, 1434 (92) 10: 1434 – 1439.
Gambar 2. Proporsi berbagai golongan gulma pada lahan kelapa sawit umur 2,5 tahun
C.S. Bhagirath and David.(2008). Influence of Environmental Factors on Seed Germination and Seedling Emergence of Eclipta prostata in a Tropical Environment. Weed Science, 56. 383- 388. F. Menalled (2008). Weed Seedbank Dynamics & Integrated Management of Agricultural Weeds. Montana State University. J.A., Caamal-Maldonado, J.J. JimenezOsornio, A. Torres-Barrag, and A.L. Anaya. (2001). The use of allelopathic legume cover and mulch species for weed control in cropping systems. Agron. J. 93: 27-36.
Gambar 3. Proporsi berbagai golongan gulma pada lahan kelapa sawit umur 7 tahun
V.
Boguzas, Marcinkevikeviciene, A. Kairyte. (2004). Quantitative and Qualitative Evaluation of Weed Seed Semirata 2013 FMIPA Unila |331
Siti Fatonah dan Herman: Simpanan Biji Gulma Dalam Tanah Di Perkebunan Kelapa Sawit Desa Tambang, Kampar
Bank in Organic Farming, Agronomy Reseach, 2(1): 13-22 S. Fatonah dan Herman.( 2011). Komposisi Floristik Gulma Di Perkebunan Kelapa Sawit Yang Berbeda Umur Tegakan Dan Metode Pengendaliannya Di Desa Tambang, Kampar. Makalah Poster Seminar Nasional dan Rapat Tahunan BKS Barat
332| Semirata 2013 FMIPA Unila
S.
Sudarmo, (2001). Pengndalian Serangga, Hama Penyakit, dan Gulma Padi. Penerbit Kanisius
Y. Sukman (2002). Gulma dan Teknik Pengendaiannya. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta