SIKLUS HIDUP DAN DEMOGRAFI Ulomoides dermestoides (Coleoptera: Tenebrionidae)
MUTIARA FATIMAH EKAPUTRI
DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Siklus Hidup dan Demografi Ulomoides dermestoides (Coleoptera: Tenebrionidae) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, November 2016 Mutiara Fatimah Ekaputri NIM G34120090
ABSTRAK MUTIARA FATIMAH EKAPUTRI. Siklus Hidup dan Demografi Ulomoides dermestoides (Tenebrionidae: Coleoptera). Dibimbing oleh TRI ATMOWIDI dan WINDRA PRIAWANDIPUTRA. Ulomoides dermestoides (Tenebrionidae: Coleoptera) dikenal dengan sebutan semut jepang atau kumbang mekah yang digunakan oleh masyarakat sebagai obat alternatif penyakit asam urat dan diabetes, meskipun belum ada uji secara klinis mengenai khasiatnya. Informasi mengenai siklus hidup dan demografi U. dermestoides, saat ini masih sangat terbatas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan data siklus hidup dan aspek demografi U. dermestoides yang dipelihara di laboratorium. Kumbang dipelihara di cawan petri menggunakan kapas dan diberi pakan ragi. Identifikasi karakter seks U. dermestoides dilakukan pada stadium pupa dengan mengamati struktur organ reproduksi jantan dan betina. Parameter lingkungan yang diamati meliputi suhu dan kelembapan harian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kumbang jantan dapat dibedakan dengan betina berdasarkan morfologi cerci pada betina dan aedeagus pada jantan. Siklus hidup U. dermestoides dari telur sampai imago mati mencapai 137 hari. Stadium telur selama 3 hari, larva dengan 6 instar selama 56 hari, pupa selama 5 hari, dan imago 74 hari. Aspek demografi U. dermestoides yaitu laju reproduksi kotor sebesar 7 individu/generasi, laju reproduksi bersih sebesar 3 individu/generasi, waktu generasi sebesar 56 hari, dan laju pertumbuhan intrinsik sebesar 0.005 individu/hari. Kurva kelangsungan hidup U. dermestoides berupa kurva kelangsungan hidup tipe III. Kata Kunci: neraca kehidupan, semut jepang, populasi
ABSTRACT MUTIARA FATIMAH EKAPUTRI. Life Cycle and Demography of Ulomoides dermestoides (Tenebrionidae: Coleoptera). Supervised by TRI ATMOWIDI and WINDRA PRIAWANDIPUTRA Ulomoides dermestoides (Tenebrionidae: Coleoptera), known as japanese ants or mekah beetles, is used by Indonesian people as alternative medicine for gout and diabetes, although there is no clinical test. Information of life cycle and demography of U. dermestoides are limited. The purpose of this research were to observe life cycle and demography of U. dermestoides in laboratory condition. U. dermestoides were reared in petri dish using cotton as media and yeast as feed. Identification of sex characters were observed on reproductive organ of male and female. Environment parameters, such as temperature and humidity were measured. Cerci in female and aedeagus in male are morpholigal characters of U. dermestoides. Life cycle of U. dermestoides is 137 days consist of egg stage (3 days), larvae-with 6 instars (56 days), pupae (5 days), and imago (74 days). Demography of U. dermestoides showed that gross reproductive rate is 7 individuals/generation, net reproductive rate is 3 individuals/generation, generation time is 56 days, and instantaneous rate of increase is 0.005 individuals/day. Population of U. dermestoides have survival curve type III. Keywords: life table, japanese ant, population
SIKLUS HIDUP DAN DEMOGRAFI Ulomoides dermestoides (Coleoptera: Tenebrionidae)
MUTIARA FATIMAH EKAPUTRI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Biologi
DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah yang berjudul Siklus Hidup dan Demografi Ulomoides dermestoides (Tenebrionidae:Coleoptera) berhasil diselesaikan. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Tri Atmowidi, MSi dan Windra Priawandiputra PhD selaku pembimbing. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Dra. Hilda Akmal, MSi selaku dosen verifikator dan kepada Hirmas Fuady Putra, MSi sebagai dosen penguji ujian skripsi. Terima kasih kepada Ibu Tini dan Pak Adi selaku staff laboratorium, serta Pak Mamat yang telah banyak membantu peneliti dalam melakukan penelitian. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman Biologi 2012, serta seluruh pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, November 2016 Mutiara Fatimah Ekaputri
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
1
METODE
2
Waktu dan Lokasi Penelitian
2
Alat dan Bahan Penelitian
2
Prosedur Penelitian
2
HASIL DAN PEMBAHASAN
3
Hasil Pengamatan
3
Pembahasan
7
SIMPULAN
8
DAFTAR PUSTAKA
9
RIWAYAT HIDUP
11
DAFTAR TABEL 1 2 3 4
Siklus hidup U. dermestoides Neraca kehidupan U. dermestoides Aspek demografi U. dermestoides Rerata kelembapan dan suhu
5 5 6 6
DAFTAR GAMBAR 1 Stadium telur, larva, dan pupa U. dermestoides : telur (a), larva instar-1 (b), larva instar-2 (c), larva instar-3 (d), larva instar-4 (e) larva instar-5 (f), larva instar-6 (g), pupa umur 1 hari(h), pupa umur-5 hari (i), ciri seks pupa betina berupa prominent pygopods pada ujung segmen ke-5 abdomen (j), ciri seks pupa jantan tanpa prominent pygopods pada ujung segmen ke-5 abdomen (k) 2 Imago U. dermestoides umur 3 hari: ventral (a), dorsal (b), wajah (c), kepala (d), ciri seks betina berupa cerci pada ujung ovipositor (e), ciri seks jantan berupa aedeagus (f) 3 Kurva kelangsungan hidup U. dermestoides
4
4 6
PENDAHULUAN Latar Belakang Semut jepang atau kumbang mekah, Ulomoides dermestoides (Coleoptera: Tenebrionidae) merupakan serangga yang dipercaya masyarakat Indonesia sebagai obat alternatif penyakit asam urat dan diabetes meskipun belum ada uji secara klinis mengenai khasiatnya. Umumnya kumbang ini diternakan atau dipelihara dalam wadah yang diberi media kapas dan diberi pakan berupa ragi. U. dermestoides merupakan serangga kosmopolitan dan dapat ditemukan di Amerika Selatan, Amerika Tengah, Eropa, Asia Timur, dan Asia Tenggara (McLellan 2012). U. dermestoides merupakan kumbang yang hidup dan berkembang biak pada bahan pangan dalam gudang, seperti beras, serealia, dan kacang-kacangan (Marinoni & Costa 2001). Kumbang ini digunakan sebagai obat alternatif penyakit asma, parkinson, diabetes, arthritis, dan kanker dengan mengonsumsinya hidup-hidup (Crespo et al. 2011). U. dermestoides juga dikenal dengan sebutan cancer beetle karena digunakan untuk alternatif pengobatan kanker (McLellan 2012). Pengobatan alternatif yang menggunakan kumbang ini disebut dengan istilah coleopteroterapia (Palma et al. 2014). Di Amerika Selatan, U. dermestoides telah diteliti sebagai obat anti inflamasi (Santos et al. 2010) dan antiiritasi karena kumbang ini menghasilkan senyawa fenolik (Mendoza dan Saavedra 2013), dan senyawa volatil organik lainnya (Villaverde et al. 2009). Efek sitotoksik dan genotoksik kumbang ini telah dilaporkan di Argentina oleh Crespo et al. (2011). Demografi merupakan salah satu data awal yang digunakan untuk mempelajari dinamika populasi suatu jenis serangga (Fitriyana et al. 2015). Demografi merupakan analisis karakteristik suatu populasi, terutama dalam aspek pertumbuhan populasi, kelangsungan hidup, dan pergerakan populasi. Aspek demografi suatu populasi dicatat dalam neraca kehidupan (life table) (Price 1997). Siklus hidup dan aspek demografi pada serangga dapat digunakan sebagai informasi dasar dalam pengendalian hama (Mawan 2011), pengendali hayati oleh parasitoid (Hidrayani et al. 2009), efektivitas populasi serangga penyerbuk untuk tanaman komersil (Apriniarti 2011), dan mengetahui kondisi optimum pertumbuhan populasi serangga (Vargas 2000). Dengan mempelajari siklus hidup, dapat diketahui kebiasaan makan dan fase paling rentan dari suatu jenis serangga. Informasi ini dapat digunakan untuk aktivitas pengendalian hama gudang yang lebih optimal (Molina et al. 2009). Informasi mengenai siklus hidup dan aspek demografi U. dermestoides saat ini belum banyak diketahui, padahal pemanfaatan kumbang ini sudah cukup banyak di masyarakat. Oleh karena itu penelitian siklus hidup dan aspek demografi U. dermestoides menjadi penting dilakukan. Selain dapat digunakan sebagai data awal untuk mempelajari dinamika populasinya, informasi tersebut juga dapat digunakan untuk pengembangan berbagai prospek yang berkaitan dengan U. dermestoides. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan mengamati siklus hidup dan menghitung demografi kumbang U. dermestoides yang dipelihara di laboratorium.
2
METODE Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan November 2015 hingga Agustus 2016 di Laboratorium Biosistematika dan Ekologi Hewan, Departemen Biologi, Institut Pertanian Bogor. Alat dan Bahan Penelitian Bahan yang digunakan adalah kumbang U. dermestoides, media berupa kapas, kain flanel, dan kertas tisu, serta ragi sebagai bahan pakan. Alat yang digunakan yaitu mikroskop stereo, opti lab, neraca analitik, termometer suhu, sling ERTCO, dan cawan petri. Prosedur Penelitian Identifikasi Kumbang diidentifikasi spesies dan perbedaan karakter seksnya dengan bantuan mikroskop stereo yang dilengkapi dengan kamera optilab. Identifikasi karakter seks berdasarkan Esquivel (2012), sedangkan identifikasi spesies berdasarkan Borror et al. (1996) dan Molina et al. (2009). Pemilihan Media Pemilihan media dilakukan dengan tujuan mempermudah penghitungan jumlah telur dan identifikasi karakter seks pada stadium pupa dan imago. Media yang digunakan adalah kapas dan kertas tisu. Pengamatan Siklus Hidup dan Parameter Demografi Pengamatan siklus hidup dan penghitungan demografi dilakukan sebanyak sepuluh kali ulangan, dengan masing-masing cohort adalah 30, 37, 19, 40, 41, 36, 58, 50, 42, dan 48 telur. Kumbang dipelihara di cawan petri menggunakan media kapas dan diberi pakan ragi kurang lebih 50-300 butir setiap hari atau dua hari sekali. Penghitungan parameter demografi meliputi penghitungan G0, R0, T, dan r, kemudian data yang diperoleh pada parameter demografi digunakan untuk menghitung nilai harapan hidup pada tabel neraca kehidupan (Price 1997). Kurva kelangsungan hidup dikontruksi untuk menentukan tipe kurva yang terbentuk berdasarkan hubungan antara umur/hari (sumbu x) dengan (sumbu y). Rumusrumus yang digunakan sebagai berikut: ∑ ∑
G0 =
R0 =
Keterangan: N0 = Jumlah populasi awal T = Waktu generasi G0 = Laju reproduksi kotor r = Laju perubahan intrinsik R0 = Laju reproduksi bersih x = Kelas umur cohort (hari) = Jumlah individu Betina lx = Laju kelangsungan hidup Nt = Jumlah populasi hari ke-x ex = Peluang hidup setiap kelas umur Lx= Jumlah rata-rata individu pada kelas umur x dan kelas umur berikutnya
3 Pengukuran Kondisi Lingkungan Kondisi lingkungan laboratorium diukur selama pengamatan berlangsung. Suhu dan kelembapan harian diukur pada pagi, siang, dan sore hari dengan termometer basah-kering (Dry-wet thermometer). Suhu minimum dan maksimum dalam satu hari diukur dengan termometer maksimum-minimum. Konversi suhu basah-kering ke kelembapan dilakukan menggunakan sling ERTCO.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan Biologi dan Siklus Hidup U. dermestoides Siklus hidup U. dermestoides terdiri dari stadium telur, larva (6 instar), pupa, dan imago. Telur U. dermestoides berbentuk oval transparan dengan ukuran panjang sekitar 800 µm dan lebar 300 µm (Gambar 1a). Larva instar-1, instar-2, dan instar-3 (Gambar 1b-d) berwarna putih transparan dan akan berwarna semakin gelap ketika berganti kulit menjadi larva instar-4, instar-5, dan instar-6 (Gambar 1e-g). Ukuran larva juga akan mengalami pertambahan. Larva instar 1-4 memiliki panjang sekitar 1293.38 µm, 1526.39 µm, 1898.67 µm, dan 1989.97 µm. Ketika memasuki stadium larva instar-5 dan instar-6, ukuran larva bertambah menjadi 2430.83 µm dan 2655.39 µm. Pupa U. dermestoides pada hari pertama terbentuk berwarna putih transparan dan akan berwarna semakin gelap (Gambar 1h-i) ketika akan berubah menjadi imago. Fase pupa adalah waktu yang paling mudah untuk membedakan ciri seks jantan dan betina, yaitu berdasarkan karakter organ seks yang terletak pada ujung abdomennya. Individu betina memiliki struktur berupa prominent pygopods (Gambar 1k) atau sepasang tonjolan pada segmen abdomen ke-5, sedangkan pada individu jantan tanpa prominent pygopods (Gambar 1j). Individu yang baru saja berubah dari stadium pupa menjadi imago akan berwarna cokelat muda, kemudian warna tubuhnya akan bertambah gelap, hingga akhirnya berwarna cokelat kehitaman (Gambar 2a) pada hari kedua atau ketiga. Ciri seks jantan dan betina juga diamati pada individu yang telah menjadi imago, yaitu dengan mengamati perbedaan pada ujung segmen ke-5 dari abdomen. Pada ujung segmen ke-5 pada U. dermestoides terdapat struktur organ seks yang dapat digunakan untuk membedakan individu jantan dan betina. Pada individu betina terdapat struktur berupa sepasang cerci (Gambar 2f) pada ujung ovipositor pada segmen abdomen ke-5, sedangkan pada individu jantan terdapat struktur berupa aedeagus (Gambar 2e).
4
Gambar 1 Stadium telur, larva, dan pupa U. dermestoides : telur (a), larva instar1 (b), larva instar-2 (c), larva instar-3 (d), larva instar-4 (e) larva instar-5 (f), larva instar-6 (g), pupa umur 1 hari(h), pupa umur-5 hari (i), ciri seks pupa betina berupa prominent pygopods pada ujung segmen ke-5 abdomen (j), ciri seks pupa jantan tanpa prominent pygopods pada ujung segmen ke-5 abdomen (k)
Gambar 2 Imago U. dermestoides umur 3 hari: ventral (a), dorsal (b), wajah (c), kepala (d), ciri seks betina berupa cerci pada ujung ovipositor (e), ciri seks jantan berupa aedeagus (f) Larva U. dermestoides memiliki 6 instar sebelum memasuki masa pupa dan imago. Siklus hidup U. dermestoides sejak stadium telur hingga imago mati dapat mencapai 137.73 hari (Tabel 1). Stadium terlama terjadi pada larva instar-6 (19.41 hari), sedangkan larva instar-1 (1.56 hari) merupakan stadium tersingkat dalam siklus hidup U. dermestoides. Nilai simpangan baku yang semakin besar pada rerata usia U. dermestoides, yaitu ± 15.76 (Tabel 1) menunjukkan bahwa kisaran usia yang dapat dicapai oleh tiap individu yang diamati semakin beragam. Simpangan baku yang besar terjadi pada stadium larva instar-4 hingga instar-6 dan imago. Pada stadium telur, larva instar-1, dan pupa nilai simpangan bakunya relatif kecil, yaitu ± 0.82 pada stadium telur, ± 0.40 pada larva instar-1, dan ± 0.45 pada stadium pupa. Nilai simpangan baku yang semakin rendah menunjukkan bahwa seluruh individu yang diamati pada seluruh ulangan memiliki usia yang relatif seragam.
5 Tabel 1 Siklus hidup U. dermestoides Stadium
Umur (Hari)
Telur Larva instar-1 Larva instar-2 Larva instar-3 Larva instar-4 Larva instar-5 Larva instar-6 Pupa Imago Jumlah
3.11 (± 0.82) 1.56 (± 0.40) 5.06 (± 2.68) 7.30 (± 2.31) 15.00 (± 7.29) 7.48 (± 4.58) 19.41 (± 5.06) 5.27 (± 0.45) 74.06 (± 11.82) 137.73 (± 15.76)
Aspek Demografi dan Kurva Kelangsungan Hidup U. dermestoides Nilai rerata proporsi hidup, dan harapan hidup U. dermestoides pada setiap stadium menunjukkan angka yang semakin kecil seiring dengan bertambahnya umur dan perubahan stadium. Hal ini dikarenakan jumlah individu semakin sedikit seiring dengan bertambahnya stadium. Nilai laju mortalitas bervariasi pada tiap stadium, dengan nilai tertinggi pada stadium larva instar-2 (Tabel 2). Nilai rerata demografi U. dermestoides adalah laju reproduksi kotor (G0) sebesar 7.56 individu/generasi, laju reproduksi bersih (R0) sebesar 3.49 individu/generasi, waktu generasi (T) sebesar 55.98 hari, dan laju pertambahan intrinsik (r) sebesar 0.005 individu/hari. Berdasarkan nilai T, waktu yang dibutuhkan untuk satu generasi adalah 56 hari. Nilai r sebesar 0.005 (Tabel 3) menunjukkan laju reproduksi populasi sebesar 0.005 individu per harinya. Kurva kelangsungan hidup U. dermestoides yang mendekati bentuk kurva tipe III (Gambar 3). Tabel 2 Neraca kehidupan U. dermestoides Proporsi Hidup Laju Mortalitas (%) Stadium Qx Telur 0.96 4.14 Larva instar 1 0.88 8.21 Larva instar 2 0.68 20.18 Larva instar 3 0.55 13.22 Larva instar 4 0.47 8.10 Larva instar 5 0.43 3.55 Larva instar 6 0.35 7.30 Pupa 0.33 2.24 Imago 0.31 1.75
Harapan Hidup ex 4.81 4.39 4.50 4.36 3.77 3.08 2.36 1.47 1.00
6 Tabel 3 Aspek demografi U. dermestoides Aspek demografi G0 R0 Rerata
Standar deviasi
7.56 4.69
3.49 3.49
T 55.98 13.28
r 0.005 0.01
1,20
Kelangsungan Hidup (lx)
1,00 0,80 0,60 0,40 0,20
1 8 15 22 29 36 43 50 57 64 71 78 85 92 99 106 113 120 127 134 141 148 155 162 169 176 183
0,00
Umur (Hari)
Gambar 3 Kurva kelangsungan hidup U. dermestoides Kondisi Lingkungan Selama Pengamatan Data parameter lingkungan yang diperoleh selama pengamatan berupa suhu maksimum, suhu minimum, dan rerata kelembapan setiap bulan. Kelembapan saat pagi hari berkisar antara 84.1-88.0%, siang hari 76.8%-85.2%, dan sore hari 77.0-84.1%. Suhu minimum paling rendah adalah 21.5˚C pada bulan April, sedangkan suhu maksimum paling tinggi mencapai 32˚C pada bulan maret (Tabel 5). Tabel 4 Rerata kelembapan dan suhu udara selama pengamatan berlangsung Kelembapan (%) Suhu (˚C) Bulan Pagi Siang Sore Minimum Maksimum Februari 88.0 81.1 83.1 25 30.5 Maret 84.5 82.3 84.1 23 32 April 85.3 78.8 77.4 21.5 32 Mei 84.1 76.8 77.0 22 31.5 Juni 85.7 83.0 81.4 25 31.5 Juli 87.9 85.2 82.9 25 32 Agustus 88.0 82.0 80.2 23 33
7 Pembahasan Morfologi imago dari U. dermestoides memiliki warna yang cenderung gelap, sehingga kumbang ini masuk ke dalam kelompok darkling beetles (Tenebrionidae). Umumnya variasi warna tubuh imago pada Tenebrionidae adalah hitam atau cokelat hingga berwarna metalik. Formulasi jumlah tarsal pada tungkai kumbang ini adalah 5-5-4 (jarang yang memiliki formulasi tarsal 4-4-4 atau 3-3-3). Pada bagian kepalanya terdapat sepasang antena yang berpangkal pada bagian bawah kepala, antena dengan jumlah ruas antara 10-11 (jarang yang, memiliki 9 ruas). Kumbang ini memiliki lima abdominal sternites dengan 3 sternites bagian bawahnya yang berbentuk connate (Smith et al. 2015). Karakter seks yang membedakan antara individu jantan dan betina adalah organ seks yang terletak pada bagian posterior tubuh. Pupa betina memiliki struktur organ reproduksi yang disebut prominent pygopods. Prominent pygopods adalah struktur yang berupa sepasang tonjolan pada abdomen ke-5, sedangkan pada pupa jantan tanpa prominent pygopods. Pada fase imago organ seks individu betina berupa ovipositor yang dilengkapi dengan cerci, sedangkan pada individu jantan berupa aedeagus. Struktur cerci pada ovipositor dan aedeagus dapat diamati dengan jelas dalam kondisi ditarik keluar (Esquivel 2012). Serangga dari kelompok Coleoptera cenderung hidup dalam waktu yang lebih lama dibandingkan dengan kelompok serangga lainnya. Hal ini diakibatkan adanya pewarisan sifat yang menguntungkan pada Coleoptera, seperti sklerotisasi tubuh serta bentuk mulut tipe pengunyah yang dapat digunakan untuk memperoleh protein pada makanan (Carey 2001). Penelitian siklus hidup U. dermestoides di Mexico yang dilakukan oleh Palma et al. (2014) menunjukkan bahwa kumbang ini memiliki siklus hidup selama 116.1 hari dengan 13 instar larva. Garcia et al. (2016) melaporkan bahwa U. dermestoides pada kondisi laboratorium dengan kacang sebagai pakan membutuhkan waktu sekitar 67.6±0.2 hari dari telur hingga mencapai fase imago. Durasi fase telur 3.27±0.08 hari, larva (7 instar) 60±0.01 hari, dan pupa 4.37±0.13 hari. Penelitian yang dilakukan oleh Marinoni et al. (2001) menunjukkan bahwa U. dermestoides yang dipelihara menggunakan media berupa biji kacangkacangan pada kisaran suhu 18-27˚C memiliki siklus hidup yang lebih pendek pada suhu intermediet (21˚C dan 24˚C), yaitu 117 dan 87 hari. Pada suhu 18˚C siklus hidupnya dapat mencapai 161 hari dan pada suhu 24˚C siklus hidupnya dapat mencapai 115 hari. Umur yang cenderung tidak seragam pada larva kumbang dapat berkaitan dengan ketersediaan pakan yang terbatas. Sumber pakan yang terbatas dapat mengakibatkan lamanya waktu perkembangan dan penambahan jumlah stadium pada larva serangga pada umumnya merupakan bentuk dari penyesuaian fisiologi (Chown & Nicolson 2004). Hal ini dapat mengakibatkan waktu generasi bertambah panjang dan penurunan jumlah generasi (Kingsolver 2007). Umur suatu organisme pada dasarnya dipengaruhi faktor lingkungan, terutama pakan. Siklus hidup serangga sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungannya. Contohnya pada Drosophilla melanogaster di alam dapat memiliki umur yang lebih pendek (40-60 hari) dibandingkan dengan di laboratorium (90-120 hari) (Carey 2001). Media hidup dan pakan juga dapat mempengaruhi dinamika populasi serangga. Penelitian Ahmad et al. (2012)
8 menunjukkan bahwa sumber pakan yang berbeda jenis dan bentuknya dapat mengakibatkan perbedaan kelangsungan hidup pada Tribolium castaneum. Berdasarkan rerata jumlah individu yang hidup hingga stadium imago, T. castaneum yang diberi pakan gandum dan sorgum dalam bentuk tepung memiliki kelangsungan hidup yang lebih tinggi (22 dan 31 individu) dibandingkan gandum dan sorgum dalam bentuk biji (10 dan 4 individu) dan bentuk pecahan kasar (24 dan 20 individu). Nilai laju reproduksi bersih (R0) dan laju pertambahan intrinsik (r) dapat menggambarkan besarnya peluang peningkatan populasi. Tinggi rendahnya kedua nilai tersebut dapat diakibatkan oleh kualitas dan kuantitas nutrisi (Zeng et al. 1993). Populasi serangga yang memiliki nilai r tinggi akan memiliki peluang lebih besar untuk meningkatkan populasinya dibandinglan dengan populasi serangga dengan nilai r yang rendah (Laba et al. 2006). Kurva kelangsungan hidup yang terbentuk berdasarkan rerata nilai laju kelangsungan hidup ( ) mendekati kurva kelangsungan hidup tipe III. Bentuk kurva kelangsungan hidup tipe III menurut Price (1997) memperlihatkan bahwa pada usia awal suatu populasi terjadi kematian dalam jumlah besar (jumlah individu dalam populasi menurun cukup drastis), namun pada usia selanjutnya, populasi akan cenderung konstan, dan lalu mengalami penurunan hingga individu dalam populasi mati seluruhnya ( = 0). Terdapat perbedaan bentuk kurva kelangsungan hidup U dermestoides dengan kurva kelangsungan hidup tipe III, yaitu bentuk kurva yang tidak menunjukkan jumlah penurunan pada umur satu hari (Gambar 3). Hal ini dikarenakan pada umur satu hingga tiga hari, kumbang berada pada fase telur yang masih hidup. Penurunan jumlah baru terlihat pada kurva saat hari ketiga, yaitu ketika stadium larva instar ke-1. Perbedaan bentuk kurva tipe III juga ditemukan pada Elaeidobius kamerunicus (Sholehana 2010) dan Henosepilachna vigintioctopunctata Fabricius (Waskito 2013).
SIMPULAN Siklus hidup Ulomoides dermestoides dari telur sampai imago mati di laboratorium dapat mencapai 137.73 (±5.76) hari. Stadium telur selama 3 hari, larva dengan 6 instar selama 56 hari, pupa selama 5 hari, dan imago 74 hari. Aspek demografi kumbang U. dermestoides yaitu laju reproduksi kotor sebesar 7 individu/generasi, laju reproduksi bersih sebesar 3 individu/generasi, waktu generasi sebesar 56 hari, dan laju pertambahan intrinsik sebesar 0.005 individu/hari. Kurva kelangsungan hidup kumbang ini berupa kurva kelangsungan hidup tipe III yang menunjukkan bahwa laju kematian tinggi pada stadium larva, kemudian semakin rendah pada imago.
9
DAFTAR PUSTAKA Ahmad F, Walter GH, Raghu S. 2012. Comparative performance of Tribolium castaneum (Herbst) (Coleoptera: Tenebrionidae) across populations resource types and structural forms of those resources. Journal of Stored Product Research. 48: 73-80. Apriniarti MS. 2011. Demografi dan populasi kumbang Elaeidobius kamerunincus Faust (Coleoptera: Curculionidae) sebagai penyerbuk kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Perkebunan PT. Agri Andalas, Provinsi Bengkulu. [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Borror DJ, Triplehorn CA, Johnson NF. 1996. Pengenalan Serangga Edisi ke-6. Partosoedjono S, penerjemah; Brotowidjoyo MD, editor. Yogyakarta (ID): Gajah Mada University Press. Terjemahan dari: An Introduction to The Study of Insect. Sixth edition. Carey JR. 2001. Insect biodemography. Annual Review Entomology. 46(1): 79110. Chown SL, Nicolson SW. 2004. Insect Physiological Ecology Mechanisms and Patterns. Oxford (GB): Oxford University Press. Crespo R, Villaverde ML, Girotti JR, Güerci A, Juárez MP, de Bravo MG. 2011. Cytotoxic and genotoxic effects of defence secretion of Ulomoides dermestoides on A549 cells. Journal of ethnopharmacology. 136(1): 204209. Esquivel JF, Crippen TL, Ward LA. 2012. Improved visualization of Alphitobius diaperinus (Panzer) (Coleoptera: Tenebrionidae) part I: morphological features for sex determination of multiple stadia. Psyche. 1-7. Fitriyana I, Damayanti B, Ali N, Rosichon U, Akhmad R. 2015. Statitik demografi Diaphania Indica Saunders (Lepidoptera: Crambidae). Jurnal Hama dan Penyakit Tumbuhan Tropika. 15(2): 105-113. Garcia YM, Verbel JO, Gallardo KC. 2016. Life cycle of Ulomoides dermestoides (Fairmaire, 1983) (Coleoptera: Tenebrionidae) under laboratory conditions. Journal of Stored Products Research. 69: 272-275. Hidrayani, Aunu R, Soemartono S, Utomo K. 2009. Preferensi dan tanggap fungsional parasitoid Hemiptarsenus varicornis (Girault) (Hymenoptera: Eulophidae) pada larva lalat pengorok daun kentang. Jurnal Hama dan Penyakit Tumbuhan Tropika. 9(1): 15-21. Kingsolver JG. 2007. Variation in growth and instar number in field and laboratory Manduca sexta. Proceedings of the Royal Society of London B: Biological Sciences. 274(1612): 977-981. Laba IW, Aunu R, Utomo K, Mohammad S. 2006. Parameter kehidupan dan demografi kepik Diconocoris heweti (Dist.) (Hemiptera: Tingidae) pada dua varietas lada. Penelitian Tanaman Industri. 12(3): 121-129. Marinoni RC, Costa CSR. 2001. Influence of temperature and diet on the development of Ulomoides dermestoides (Fairmaire, 1983) (Coleoptera, Teneberionidae, Diaperinae). Brazilian Archives of Biology and Technology. 44(2): 129-134.
10 Mawan A, Amalia N. 2011. Statistika Demografi Riportus linearis F. (Hemiptera: Alydidae) pada Kacang Panjang (Vigna sinensis L.). Entomologi Indonesia. 8(1): 8-16. McLellan C. 2012. Cancer beetle (Ulomoides dermestoides) [Internet]. [Diakses pada 25 Desember 2015]. Tersedia pada: http://www.padil.gov.au. Mendoza DL, Saavedra S. 2013. Chemical composition and anti-irritant capacity of whole body extracts of Ulomoides dermestoides (Coleoptera, Tenebrionidae). Vitae. 20(1): 41-48. Molina MGM, Gutierrez GPA, Fernandez TG. 2009. Breeding of Ulomoides dermestoides, Coleoptera: Tenebrionidae in three kinds of substrates. Revista Lasallista de Investigicion. 6(2): 1-7. Palma ER, Betzabeth CPT, Agustin AG, Victor ACM, Jose CPI, Dionicio JR. 2014. Ciclo de vida de Ulomoides dermestoides (Coleoptera: Tenebrionidae) en condiciones controladas de temperature y humedad. Entomologia Mexicana. 1: 431-435. Price P. 1997. Insect Ecology. New York (US): John Wiley & Son. Santos RCV, Lunardelli A, Caberlon E, Bastos CMA, Nunes FB, Pires MGS, Biolchi V, Paul EL, Vieira FBC, Aquino ARC, Corseuil E, Oliveira JR. 2010. Anti-inflammatory and Immunomodulatory Effects of Ulomoides dermastoides on Induced Pleurisy in Rats and Lymphoproliferation In Vitro. Inflamation. 33(3): 173-179. Sholehana A. 2010. Demografi kumbang penyerbuk kelapa sawit, Elaeidobius kamerunicus (Coleoptera: Curculionidae). [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Smith AD, Alfredo EM, Gustavo EF, Rolf LA. 2015. Beetles (Coleoptera) of Peru: A survey of the Families Tenebrionidae. Journal of the Kansas Entomological Society. 88(2): 221-228. Vargas RI, Walish WA, Kanehisa D, Stark JD, Nishida T. 2000. Comparative Demography of Three Hawaiian Fruit Flies (Diptera: Tephritidae) at Alternating Temperatures. Annals of Entomological Society of America. 93(1): 75-81. Villaverde ML, Girotti JR, Mijailovsky SJ, Pedrini N, Juarez MP. 2009. Volatile secretions and epicuticular hydrocarbons of the beetle Ulomoides dermestoides. Comparative Biochemistry and Physiology Part B: Biochemistry and Molecular Biology. 154(4): 381-386. Waskito A. 2013. Siklus hidup dan demografi kumbang lembing Henosepilachna vigintioctopunctata Fabricius (Coleoptera: Coccinellidae) pada tanaman inang yang berbeda. [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Zeng F, Pederson G, Elisbury M, Davis F. 1993. Demographic statistics for the pea aphid (Homoptera: Aphididae) on resistant and susceptible red clovers. Journal of Economic Entomology. 86(6): 1852-1856.
RIWAYAT HIDUP Nama lengkap penulis adalah Mutiara Fatimah Ekaputri, lahir di Bogor, 12 September 1993. Penulis merupakan anak ke-1 dari 3 bersaudara dari pasangan Prapto Tri Supriyo dan Endang Zuniarti. Penulis menempuh pendidikan sekolah dasar di SD Insan Kamil Bogor dan melanjutkan jenjang sekolah menengah pertama di SMPN 6 Bogor. Pada tahun 2009 penulis melanjutkan ke jenjang sekolah menengah atas di SMAN 2 Bogor dan lulus pada tahun 2012, kemudian melanjutkan S1 di Institut Pertanian Bogor. Selama masa perkuliahan penulis aktif mengikuti kegiatan kepanitiaan dari berbagai acara di IPB. Mulai dari kepanitiaan di tingkat Departemen hingga Institut dan pernah menjadi ketua salah satu divisi di kepanitiaan Pekan Ilmiah Nasional (PIMNAS) ke-29 yang diselenggarakan di IPB tahun 2016. Kegiatan akademik di luar perkuliahan penulis menjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Dasar pada tahun 2015-2016, serta asisten praktikum mata kuliah Fisiologi Tumbuhan dan Avertebrata 2016. Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum pada workshop BIONIC 2016 dengan tema Isolasi Stem cell dari otak embrio mencit. Di tahun 2014 penulis menjadi tenaga pengajar privat di salah satu bimbingan belajar swasta di Bogor. Penulis pernah melaksanakan kegiatan Studi Lapangan di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) dengan topik Keanekaragaman Hymenoptera dan Diptera di HPGW di tahun 2014. Kemudian di tahun 2015 melaksanakan kegiatan Praktik Lapangan di Balai Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro), Batu, Jawa Timur, dengan topik Budidaya Tanaman Stroberi. Selama di Balitjestro penulis tidak hanya melaksanakan kegiatan Praktik Lapangan, tetapi juga turut berpartisipasi menjadi panitia mahasiswa dalam kegiatan wisata petik jeruk yang merupakan rangkaian kegiatan peringatan hari Kemerdekaan RI yang ke-70.
