Pemicu 5 Siklus Hidup Novia 405110019
LO 1 gangguan mental pada lansia
Gangguan Depresi Demensia (‘pikun’) Delirium (kebingungan akut)
Depresi Definisi • Gangguan mood, Kondisi emosional berkepanjangan yang mewarnai seluruh proses mental (berpikir, berperasaan, & berperilaku) seseorang • Gejala-gejala depresi terdiri dari: – Gejala utama: • Perasaan depresif • Hilangnya minat dan semangat • Mudah lelah dan tenaga hilang – Gejala lain: • Konsentrasi menurun • Perasaan bersalah • Pesimis terhadap masa depan • Gagasan membahayakan diri (self harm) atau bunuh diri • Gangguan tidur • Gangguan nafsu makan
Penggolongan depresi Tingkat depresi
Gejala utama
Gejala lain
Fungsi
Keterangan
Ringan
2
2
Baik
Sedang
3
3-4
Terganggu
Nampak distress
Berat
3
≥4
Sangat terganggu
Sangat distress
Ciri khas depresi pada usia lanjut: › Terdapat fluktuasi yang jelas dari gejala › Gejala depresi mungkin tertutup keluhan somatik › Adanya depresi yang berbarengan dengan demensia mengganggu pengenalan dan pelaporan depresi › Terdapat hubungan yang erat antara penyakit fisis dan depresi
Pasien depresi bisa mengalami imobilisasi lebih lama dan secara bermakna mengalami perburukan status fungsional lebih besar dibanding penderita penyakit kronis saja
STATUS FUNGSIONAL • Kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri • Gambaran umum derajat kesehatan • Patokan keberhasilan pengobatan dan evaluasi • Jika sakit berat tidak mandiri • Jika makin membaik ketergantungan akan berkurang
STATUS FUNGSIONAL Resistensi Peningkatan Lemak dan Penurunan otot
Insulin meningkat Gangguan Metabolisme Glukosa Kekuatan otot menurun
Kondisi Akut
Mobilitas Berkurang
GANGGUAN KOGNITIF Faktor Predisposisi Depresi : Riwayat Keluarga Riwayat depresi pada waktu muda Penyakit kronik Kehilangan kemampuan/fungsi organ tubuh Obat-obatan Konflik hidup yang tidak terselesaikan Kehilangan daya ingat Terisolasi
TINGKAT STATUS FUNGSIONAL • Basic Activities of Daily Living (BADLs) Kemampuan dasar untuk merawat dirinya sendiri. • Instrumental/Intermediate Activities of Daily Living (IADLs) kemampuan mandiri didalam masyarakat • Advanced Activities of Daily Living (AADLs) kemampuan yang penuh dan lengkap dalam bersosialisasi dengan masyarakat.
GANGGUAN FUNGSI KOGNITIF • • • • •
Delirium (ACS) Demensia Depresi Trauma Infeksi SSP
Tabel perbedaan klinis delirium dan demensia
Gambaran
Delirium
Demensia
Riwayat
Penyakit akut
Penyakit kronik
Awal
Cepat
Lambat laun
Sebab
Terdapat penyakit lain (infeksi, dehidrasi, guna/putus obat
Biasanya penyakit otak kronik (spt Alzheimer, demensia vaskular)
Lamanya
Ber-hari/-minggu
Ber-bulan/-tahun
Perjalanan sakit
Naik turun
Kronik progresif
Taraf kesadaran
Naik turun
Normal
Orientasi
Terganggu, periodik
Intak pada awalnya
Afek
Cemas dan iritabel
Labil tapi tak cemas
Gambaran
Delirium
Demensia
Alam pikiran
Sering terganggu
Turun jumlahnya
Bahasa
Lamban, inkoheren, inadekuat
Sulit menemukan istilah tepat
Daya ingat
Jangka pendek terganggu nyata
Jangka pendek & panjang terganggu
Persepsi
Halusinasi (visual)
Halusinasi jarang kecuali sundowning
Psikomotor
Retardasi, agitasi, campuran
Normal
Tidur
Terganggu siklusnya
Sedikit terganggu siklus tidurnya
Atensi & kesadaran
Amat terganggu
Sedikit terganggu
Reversibilitas
Sering reversibel
Umumnya tak reversibel
Penanganan
Segera
Perlu tapi tak segera
DEMENSIA Definisi : • Gangguan fungsi intelektual dan memori didapat yang disebabkan oleh penyakit otak, yang tidak berhubungan dengan gangguan kesadaran (IPD).
D = drugs ( obat – obatan ) E = emotional (gangguan emosi) M = metabolik / endokrin E = eye and tear (disfungsi mata dan telinga) N = nutrisional T = tumor dan trauma I = infeksi A = arteriosclerosis (komplikasi peny aterosklerosis mis : gagal jantung) dan alkohol
KRITERIA DIAGNOSIS DEMENSIA (DSM IV) 1. Munculnya defisit kognitif multipel yang bermanifestasi pada kedua keadaan berikut : – Gangguan memori – Satu/lebih gangguan kognitif berikut : • Afasia ganggguan berbahasa • Apraksia ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas motorik • Agnosia kegagalan mengenali atau mengidentifikasi benda • Gangguan fungsi eksekutif 2. Defisit kognitif yang terdapat diatas menyebabkan gangguan bermakna pada fungsi sosial dan okupasi serta menunjukkan penurunan yang bermakna dari fungsi sebelumnya.
JENIS DEMENSIA Demensia Alzheimer Demensia Vaskular Demensia Fronto Temporal Demensia Lewy Body
DEMENSIA ALZHEIMER • Gradual dan progesif • Onset usia 60-70 tahun – Early Onset (<65th;Kemungkinan dipengaruhi faktor genetik) – Late Onset (>65th)
• Faktor Resiko : genetik, alkohol, DM, trauma • Diagnosis Klinis Diagnosis pasti dengan biopsi Histopatolog
DEMENSIA VASKULAR Gangguan pembuluh darah (sumbatan) Harus didahului dengan kejadian cerebro vaskular Akut Faktor Resiko : hipertensi, dislipidemia, gangguan jantung, gangguan faktor pembekuan, dan DM. Gejala : defisit mengingat memori, hilangnya kemampuan mengingat kembali kata-kata, sesekali ada defek visuospasial, berkurangnya fungsi eksekutif, dan adanya perubahan kepribadian
Demensia Frontotemporal • Terjadinya atrofi yang jelas pada lobus temporal dan / atau frontal, yang dapat dilihat pada pemeriksaan MRI, PET scan, dan CT scan. • Terdapat perubahan kepribadian yang nyata dan berkembang sindrom diseksekutif, yaitu penderita tidak memiliki kemampuan untuk memulai kegiatan atau juga bisa sebaliknya dimana mereka mengalami disinhibisi nyata
Demensia Lewy Body Gambaran neuropato loginya adalah adanya Lewy Body diseluruh korteks, amigdala, cingulated korteks, dan substansia nigra
Delirium Definisi : • Kumpulan gejala mental organik yg ditandai dengan gangguan kognitif global, gangguan kesadaran, perubahan aktivitas psikomotor, dan gangguan siklus tidur yg terjadi secara akut dan berfluktuatif
Penyebab Deliriium pada Pasien Usia Lanjut
Kelainan neurologis Obat-obatan terutama dengan aktivitas antikolinergik atau psikoaktif: Antihistamin (a.l. difenhidramin, CTM) Antispasmodik (a.l. hyoscyamine, bussccopan) Antidepresi golongan trisiklik (a.l. amitriptilin) Benzodiazepin (a.l. diazepam, lorazepam) Analgesik (a.l. codein) Putus obat atau alkohol Infeksi Gangguan metabolik Gangguan elektrolit Dehidrasi Nyeri Hipoksia Kurang tidur Pembedahan Faktor lingkungan
Faktor Predisposisi & Faktor Pencetus Faktor Predisposisi : 1. Usia sangat lanjut 2. Gangguan faal kognitif ringan sampai
demensia
3. Gangguan ADL 4. Gangguan sensorium (penglihatan &
pendengaran
5. Usia lanjut yang rapuh 6. Usia lanjut yang menggunakan obat yang menganggu faal neurotransmiter otak (ranitidin, simetidin, siprofloksasin, psikotropika) 7. Polifarmasi & Komorbiditas
Faktor Pencetus : 1.Pneumonia 2.Infeksi saluran kemih 3.Hiponatremia (gangguan elektrolit “garam dalam darah”) 4.Dehidrasi 5.Hipoglikemia 6.CVD (cardiovascular disease) 7.Perubahan lingkungan
LO 2 Gangguan fungsi organ pada lansia
Osteoartritis • penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi. Vertebra, panggul, lutut dan pergelangan kaki paling sering terkena OA. • Faktor predisposisi umum : antara lain umur, jenis kelamin,kegemukan, hereditas; hipermobilitas, merokok, densitas tulang,hormonal dam penyakit reumatik kronik lainnya
• faktor mekanik (trauma, bentuk sendi, penggunaan sendi yang berlebihan karena pekerjaan/aktivitas). Gejala klinis meliputi nyeri sendi, hambatan gerakan sendi, kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi (deformitas),dan perubahan gaya berjalan.
Hipertensi • Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer,2001)Menurut WHO ( 1978 ), tekanan darah sama dengan atau diatas 160 / 95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi.
• Gejala : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan, Sesak nafas, Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis,Kesadaran menurun.
anemia • Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah, yangmengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah.atau menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal
• ada 2 alasan untuk mempertimbangkan bahwa anemia pada lansia merupakan tanda dari adanya penyakit, yaitu: – Kebanyakan orang–orang lansia mempunyai jumlah sel darah merah normal, demikian juga dengan hemoglobin dan hematokritnya, – Kebanyakan pasien – pasien lansia yang menderita anemia dengan hemoglobin < 12 gr /dL, penyakit dasarnya telah diketahui.
Gastritis • proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung, yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan lain. Secara hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel. • Singkatnya suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus, atau lokal.
• Penyebab gastritis : – – – – – – – – –
Pola makan Kopi The Rokok AINS (vAnti Inflamasi Non-Steroid) Stress Alkohol Helicobacter pylori (kuman) Usia
LO 3 Gangguan tidur pada lansia
Internasional Classification of Sleep Disorders 1. Dissomnia • Gangguan tidur intrisik Narkolepsi, gerakan anggota gerak periodik, sindroma kaki gelisah, obstruksi saluran nafas, hipoventilasi, post traumatik kepala, tidur berlebihan (hipersomnia), idiopatik. • Gangguan tidur ekstrisik Tidur yang tidak sehat, lingkungan, perubahan posisi tidur, toksik, ketergantungan alkohol, obat hipnotik atau stimulant • Gangguan tidur irama sirkadian Jet-lag sindroma, perubahan jadwal kerja, sindroma fase terlambat tidur, sindroma fase tidur belum waktunya, bangun tidur tidak teratur, tidak tidur selama 24 jam.
2. Parasomnia • Gangguan aurosal Gangguan tidur berjalan, gangguan tidur teror, aurosal konfusional • Gangguan antara bangun-tidur Gerak tiba-tiba, tidur berbicara,kramkaki, gangguan gerak berirama • Berhubungan dengan fase REM Gangguan mimpi buruk, gangguan tingkah laku, gangguan sinus arrest • Parasomnia lain-lainnya Bruxism (otot rahang mengeram), mengompol, sukar menelan, distonia parosismal
3. Gangguan tidur berhubungan dengan gangguan kesehatan/psikiatri • Gangguan mental Psikosis, anxietas, gangguan afektif, panik (nyeri hebat), alkohol • Berhubungan dengan kondisi kesehatan Penyakit degeneratif (demensia, parkinson, multiple sklerosis), epilepsi, status epilepsi, nyeri kepala, Huntington, post traumatik kepala, stroke, Gilles de-la tourette sindroma. • Berhubungan dengan kondisi kesehatan Penyakit asma,penyakit jantung, ulkus peptikus, sindroma fibrositis, refluks gastrointestinal, penyakit paru kronik (PPOK)
GANGGUAN TIDUR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN MENTAL/PSIKIATRIK LAIN
• Pada depresi: Onset tidur relatif normal, tapi sering terbangun lebih awal di pagi hari dan sulit tidur kembali. Tidur gelisah disertai mimpi yang menakutkan dan serangan panik muncul selama tidur. • Pada psikosis: dijumpai insomnia atau mengantuk yang berlebihan, mengantuk berlebihan di luar masa tidur dan sering serangan tidur sejenak.
GANGGUAN TIDUR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KONDISI MEDIK UMUM tiap jenis gangguan tidur dapat disebabkan oleh kondisi medik umum seperti gangguan gastrointestinal, asma, bronkitis, nyeri kepala, nyeri karena artritis, neoplasma, infeksi, kelainan degeneratif, kelainan endokrin (diabetes melitus, hipertiroid). Kelainan medik umum ini sering didapat pada usia tua. Keluhan tidur yang dapat timbul berupa kesulitan untuk tertidur, sering terbangun malam hari dan keluhan lainnya.
Stadium tidur
Stadium 1 disebut onset tidur. › Tidur dimulai dengan stadium NREM (perpindahan dari bangun ke tidur). › Jika diukur dengan polisomnografi dapat dilihat: penurunan aktivitas gelombang alfa (gelombang alfa menurun kurang dari 50%), amplitudo rendah, sinyal campuran, predominan beta dan teta, tegangan rendah, frekuensi 4-7 siklus per detik. › Aktivitas bola mata melambat, tonus otot menurun, berlangsung sekitar 3-5 menit. › Pada stadium ini seseorang mudah dibangunkan dan bila terbangun merasa seperti setengah tidur. Stadium 2 › Ditandai dengan gelombang EEG spesifik yaitu didominasi oleh aktivitas teta, voltase rendah-sedang, kumparan tidur (gelombang ritmik pendek dengan frekuensi 12-14 siklus per detik ) dan kompleks K (gelombang tajam, negatif, voltase tinggi, diikuti oleh gelombang lebih lambat, frekuensi 2-3 siklus per menit, aktivitas positif). › Tonus otot rendah, nadi dan tekanan darah cenderung menurun. Stadium 1 dan 2 dikenal sebagai tidur dangkal.
• Stadium 3 disebut juga tidur delta – ditandai dengan 20%-50% aktivitas delta, frekuensi 1-2 siklus per detik, amplitudo tinggi. – Tonus otot meningkat tetapi tidak ada gerakan bola mata • Stadium 4 – terjadi jika gelombang delta lebih dari 50%. • Stadium 3 dan 4 sulit dibedakan, stadium 4 lebih lambat dari • stadium 3. Stadium 3 dan 4 disebut juga tidur gelombang lambat atau tidur dalam.
LO 4 Efek pemakaian banyak obat pada lansia
• lansia akan memerlukan obat yang jumlah atau macamnya tergantung daripenyakit yang diderita. Semakin banyak penyakit pada lansia, semakin banyak jenis obat yang diperlukan. Banyaknya jenis obat akan menimbulkan masalahantara lain kemungkinan memerlukan ketaatan atau menimbulkan kebingungandalam menggunakan atau cara minum obat. Disamping itu dapat meningkatkan resiko efek samping obat atau interaksi obat.
• Dispepsia atau sakit maag adalah sekumpulan gejala (sindrom) yang terdiridari nyeri atau rasa tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah, kembung, rasa penuh atau cepat kenyang, dan sering bersendawa. Kondisi tersebut dapat menurunkan kualitas hidup lansia. Jika tidak diantisipasi dengan deteksi dini dan tindakan yang tepat, maka dapat berakibat fatal bagi lansia. Oleh karena itu,peningkatan jumlah penduduk lansia harus diimbangi dengan peningkatan pelayanan kesehatan. Harapannya agar terjadi peningkatan kualitas hidup lansia dan memperkecil resiko lansia yang menderita penyakit, salah satunya adalah dispepsia.
• Dispepsia terbagi dua, yaitu : – Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai penyebabnya.Sindroma dispepsi organik terdapat kelainan yang nyata terhadap organ tubuh misalnya tukak (luka) lambung, usus dua belas jari,radang pankreas, radang empedu, dan lain-lain. – Dispepsia nonorganik atau dispepsia fungsional, atau dispesia nonulkus(DNU), bila tidak jelas penyebabnya. Dispepsi fungsional tanpa disertai kelainan atau gangguan struktur organ berdasarkan pemeriksaan klinis,laboratorium, radiologi, dan endoskopi (teropong saluran pencernaan)
• Dispepsia dapat disebabkan oleh kelainan organik, yaitu : – Gangguan penyakit dalam lumen saluran cerna: tukak gaster atau duodenum, gastritis, tumor, infeksi bakteri Helicobacter pylori – Obat-obatan: anti inflamasi non steroid (OAINS), aspirin, beberapa jenis antibiotik, digitalis, teofilin dan sebagainya. – Penyakit pada hati, pankreas, maupun pada sistem bilier seperti hepatitis,pankreatitis, kolesistitis kronik. – Penyakit sistemik seperti diabetes melitus, penyakit tiroid, penyakit jantung koroner Peranan pemakaian OAINS dan infeksi H. Pylori sangat besar padakasus-kasus dengan kelainan organik.
• Dispepsia fungsional dibagi 3, yaitu : – Dispepsia mirip ulkus bila gejala yang dominan adalah nyeri ulu hati. – Dispepsia mirip dismotilitas bila gejala dominan adalah kembung, mual,cepat kenyang. – Dispepsia non-spesifik yaitu bila gejalanya tidak sesuai dengan dispepsia mirip ulkus maupun dispepsia mirip dismotilitis.
• Gejala : – – – – – – – –
Nyeri perut(abdominal discomfort), Rasa perih di ulu hati, Mual, kadang-kadang sampai muntah, Nafsu makan berkurang, Rasa lekas kenyang, Perut kembung, Rasa panas di dada dan perut, Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba).
• Pencegahan : – pola makan yang normal, dan teratur, pilih makanan yang seimbang dengan kebutuhan dan jadwal makan yang teratur, sebaiknya tidak mengkonsumsi makanan yang berkadar asam tinggi, cabai, alkohol dan, pantang rokok, bila harusmakan obat karena sesuatu penyakit, misalnya sakit kepala, gunakan obat secara wajar dan tidak mengganggu fungsi lambung
LO 5 penatalaksanaan
Farmakologi
• Pemberian obat pada lansia harus dilakukan secara hati-hati lansia mengalami pe kapasitas fungsional berbagai organ: kemampuan penyerapan (absorpsi) obat, pendistribusian obat, maupun ekskresi obat. • Fungsi hati (lever) juga me seiring me↑ usia memengaruhi metabolisme obatobatan seperti warfarin, fenitoin, diazepam, juga rokok, alkohol dan kafein. • Lansia juga mengalami perubahan komposisi tubuh. Berat badan cenderung berkurang, namun lemak tubuh me↑. Kondisi ini akan memengaruhi penyebaran obat, khususnya obat yang larut dalam lemak semisal obat penenang.
PRINSIP PENGOBATAN PADA USILA • Riwayat pemakaian obat • Obat diberikan atas indikasi yang ketat untuk diagnosis yang dibuat • Mulai dengan dosis kecil • Hanya resepkan obat yang sekiranya menjamin ketaatan pasien, memberu resiko yang terkecil, & sejauh mungkin jangan diberikan >2 jenis obat • Jangan memberikan obat terlalu lama • Kenali obat yang digunakan • Beri dorongan supaya patuh berobat • Hati-hati menggunakan obat baru
PERUBAHAN FISIOLOGI • • • • • • • •
Reduksi sekresi asam lambung Penurunan motilitas saluran cerna Reduksi luas permukaan total absorpsi Reduksi aliran darah jaringan Reduksi ukuran hati Reduksi aliran darah hati Reduksi filtrasi glomerulus Reduksi filtrasi tubuler ginjal
PERUBAHAN FARMAKOKINETIK • Absorpsi Penundaan pengosongan lambung, Reduksi sekresi asam lambung, Reduksi aliran darah jaringan Contoh absorpsi berkurang : digoksin, tiamin, kalsium, besi
•
PERUBAHAN FARMAKOKINETIK
Distribusi Komposisi tubuh Total air dlm tubuh dan masa tubuh tanpa lemak (lean body mass), shg volume distribusi obat yang larut dlm air . Contoh digoksin dan simetidin. Total lemak dlm tubuh, shg distribusi obat yang larut dalam lemak Contoh : benzodiazepin seperti diazepam Ikatan plasma – protein Jumlah albumin plasma menurun Obat yang bersifat asam yang biasanya berikatan dengan protein, menjadi dalam keadaan bebas shg kadarnya meningkat Contoh simetidin, furosemid, warfarin Aliran darah organ Perubahan aliran darah akan perfusi pada anggota gerak, hati, mesenterium,otot jantung dan otak Perfusi sampai 45 % dibanding usia 25 tahun Pengaruh tidak siginifikan pada distribusi obat , walau ada penurunan kecept distribusi ke jaringan
•
PERUBAHAN FARMAKOKINETIK
Metabolisme hati dan ekskresi ginjal Efek dosis tunggal akan diperpanjang
Metabolisme hati Penurunan first metabolism, akan meningkatkan bioavailabilitas obat, contoh propranolol, labetolol, nifedipin, nitrat dan verapamil. Reduksi masa hati sebesar 35 % dimulai usia 30 s/d 90 tahun shg kapasitas metabolisme intrinsik hati menurun dan bioavailabilitas meningkat, toksisitas meningkat Eliminasi hati Penurunan alirah darah hati, bioavailabilitas meningkat Contoh nifedipin, shg efek hipotensi meningkat secara bermakna dan harus diwaspadai Perubahan enzimatik : kecepatan metabolisme sitokrom P 450 dapat menurun s/d 40 % jika dibanding pasien dewasa muda. Waspada pada obat dengan indeks terapi sempit karena bermakna secara klinis
PERUBAHAN FARMAKOKINETIK •
Ekskresi ginjal Penurunan aliran darah ginjal, ukuran organ , filtrasi glomerulus dan fungsi tubuler. Perubahan terjadi dengan tingkat yang berbeda untuk setiap individu Kecepatan filtrasi glomerulus menurun 1 % / tahun setelah usia 40 tahun. Menyebabkan peningkatan kadar obat dalam jaringan sampai 50 %
PERUBAHAN FARMAKODINAMIK • EFEK SAMPING OBAT Pasien lansia berisiko tinggi terhadap toksisitas obat tertentu seperti benzodiazepin kerja panjang,OAINS, warfarin, heparin, aminoglikosida, isoniazid, tiazid dosis tinggi, antineoplastik dan antiaritmia. Contoh eso pada lansia : Postural hipotensi karena diuretik Prostatisme karena antikolinergik
FAKTOR RISIKO ESO PADA LANSIA : • Polifarmasi Interaksi obat – obat : Penggunaan bersamaan obat dengan efek samping mirip akan memperparah eso yang terjadi Interaksi obat dengan penyakit : Interaksi obat dengan penyakit Pemberian OAINS, aminoglikosid, radiokontras pada pasien lansia dengan gagal ginjal kronik dapat terjadi gagal ginjal akut Pemberian kortikosteroid pada pasien lansia dengan osteopenia dapat terjadi fraktur Pemberian OAINS pada pasien lansia dengan hipertensi dapat terjadi peningkatan tekanan darah
HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN UNTUK MENCAPAI KEBERHASILAN FARMAKOTERAPI LANSIA 1. Dosis, keamanan dan manfaat dari obat. Dosis umumnya diturunkan hingga 1/5, ttp berbeda untuk setiap individu. Obat dengan indeks terapi sempit dimulai dengan 1/3 atau ½ dosis lazim.Untuk obat yang eliminasi nya dipengaruhi (menurun), berikan 50 % dari dosis awal yg dianjurkan. 2. Jumlah obat yang diberikan Semakin banyak jumlah obat polifarmasi dgn segala risiko 3. Kepatuhan pasien Hanya 60 % yang patuh sedangkan 40 % pasien lansia meminum obat kurang dari yang diberikan dokter
Non Farmakologi
• Perawatan pada lansia dapat dilakukan dengan melakukan pendekatan yaitu: – Pendekatan Psikis. • Perawat punya peran penting untuk mengadakan edukatif yang berperan sebagai support system, interpreter dan sebagai sahabat akrab.
– Pendekatan Sosial. • Perawat mengadakan diskusi dan tukar pikiran, serta bercerita, memberi kesempatan untuk berkumpul bersama dengan klien lansia, rekreasi, menonton televise, perawat harus mengadakan kontak sesama mereka, menanamkan rasa persaudaraan.
– Pendekatan Spiritual. • Perawat harus bisa memberikan kepuasan batin dalam hubungannya dengan Tuhan dan Agama yang dianut lansia, terutama bila lansia dalam keadaan sakit.
LO 6 Pemeriksaan fisik pada lansia
ADL (Activity Daily Living) • ADL merupakan aktivitas pokok bagi perawatan diri. • ADL meliputi : – Ke toilet – Makan – Berpakaian (berdandan) – Mandi – Berpindah tempat • Pengkajian ADL penting untuk mengetahui tingkat ketergantungan untuk menyusun rencana perawatan jangka panjang.
ADL (Activity Daily Living) • ADL istrumen : Aktivitas yang lebih kompleks namun mendasar bagi situasi kehidupan lansia dalam bersosialisasi. • Terdiri dari : – – – – – – – –
Belanja Masak Pekerjaan rumah tangga Mencuci Telepon Menggunakan sarana transportasi Menggunakan obat secara benar Manajemen keuangan
• Bila tidak dapat melakukan ADL instrumen secara mandiri diperlukan pera perawat pembantu (care-giver)
INDEKS AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI – HARI BARTHEL (AKS BARTHEL) No 1
Fungsi Mengendalikan Rangsang Pembuangan tinja
Skor 0 1
Keterangan
2
Tak terkendali/takteratur (perlu pencahar Kadang – kadang tak terkendali (1 X seminggu) Terkendali teratur
2
Mengendalikan Rangsang berkemih
0 1 2
Tak terkendali atau pakai karteter Kadang – kadang tak terkendali (1 X 24 jam) Mandiri
3
Membersihkan diri (seka muka,sisir rambut, sikat gigi)
0 1
Butuh pertolongan orang lain Mandiri
4
Pengguanaan jamban, masuk dan keluar (melepaskan, memakai celana, membersihakan, menyiram)
0 1
2
Tergantung pertolongan orang lain Perlu pertolongan pada beberapa kegiatan tetapi dapat mengerjakan sendiri beberapa kegiatan yang lain Mandiri
makan
0 1 2
Tidak mampu Perlu ditolong memotong makanan Mandiri
5
Nilai skor
0
INDEKS AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI – HARI BARTHEL (AKS BARTHEL )
No
Fungsi
Skor
Keterangan
6
Berubah sikap dari berbaringn ke duduk
0 1 2 3
tidak mampu Perlu banyak bantuan untuk bisa duduk (2 orang) Bantuan minimal 1 orang Mandiri
7
Berpindah / berjalan
0 1 2 3
Tidak mampu Biosa (pindah) dengan kursi roda Berjalan dengan bantuan 1 orang mandiri
8
Memakai baju
0 1 2
Tergantung orang lain Sebagaian dibantu (misalnya mengancing baju) Mandiri
9
Naik turun tangga
0 1 2
Tidak mampu Butuh pertolongan Mandiri
10
Mandi
0 1
Tergantung orang lain Mandiri
TOTAL SKOR
Nilai skor
Daftar Pustaka • • • • •
•
www.idijakbar.com www.kalbe.co.id http://www.abramsoncenter.org/PRI/documents/IADL.pdf http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/c6f7185fbe92eca6ab b9e6705855b616db87233f.pdf Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. (2006). Paduan Pelayanan Medik. Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Jakarta. Boedhi-Darmojo R, Martono HH, editors. (1991). Buku Ajar Geriatri. Balai Penerbit FKUI, Jakarta.