Karlinasari et al.
8
SIFAT PENYERAPAN DAN ISOLASI SUARA PAPAN WOL BERKERAPATAN SEDANG-TINGGI DARI BEBERAPA KAYU CEPAT TUMBUH Sound Absorption and Sound Insulation Characteristics of Medium-High Density Wood Wool Boards from Some Tropical Fast Growing Species Lina KARLINASARI1, Dede HERMAWAN1, Akhiruddin MADDU2, Bagus MARTIANTO1 Corresponding author:
[email protected]
ABSTRACT The use of modern devices and human activity today have increased noise problem. The applicaton of acoustic panels in building construction could be as an alternative to overcome this problem. The purpose of this study was to investigate acoustical properties of sound absorption coefficient and sound transmission loss from wood wool or excelsior board. Three fast growing species, sengon (Paraserianthes falcataria), african wood (Maesopsis eminii), and mangium (Acacia mangium) lumbers were processed to obtain wool particles. Two different categories of board density and types of resins were used in this study. Sound absorption coefficient was determined using the impedance tube method, while that for the determination of transmission loss based on the reverberation room method. The results showed that the board density of 0.8 g/cm3 had good sound absorption for low and high frequencies compared with board of 1.0 g/cm3. In the medium frequencies those boards reflected the sound. Wood wool cement bonded board was good in sound absorption for high frequency. In the range low to high frequencies, the boards with isocyanate adhesive were good in transmission loss value compared with cement bonded boards. Meanwhile, the boards with density of 1.0 g/cm3 possessed transmission loss value higher than board of 0.8 g/cm3. Keywords:
acoustic panel, wood wool board, fast growing species, sound absorption, transmission loss
PENDAHULUAN Latar Belakang Pertambahan penduduk dan urbanisasi serta penggunaan alat modern di rumah tangga dan industri telah meningkatkan kebisingan suara. Pada tingkat kebisingan tertentu, suara 1 2
Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan IPB Departemen Fisika, FMIPA IPB
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan 4(1): 8-13 (2011)
yang dihasilkan menimbulkan ketidak-nyamanan dan dapat berdampak terhadap kesehatan fisik maupun psikis. Berkaitan hal tersebut berbagai usaha dilakukan untuk mengurangi suara yang tidak diinginkan, khususnya dalam suatu ruangan pada bangunan. Terdapat dua macam teknik untuk mengendalikan suara dalam suatu bangunan atau yang dikenal sebagai akustik arsitektur (architectural acoustics) yaitu penyerapan atau absorpsi suara (sound absorption) yang muncul dalam ruangan, dan isolasi dari sumber suara luar (sound insulation) (Godshall dan Davis, 1969; Smith, 1989; McMullan, 2002; Bucur, 2006). Penyerapan suara atau absorpsi suara merupakan perubahan energi suara menjadi bentuk lain, biasanya menjadi energi panas, akibat gelombang suara melalui media atau membentur suatu permukaan bahan. Penyerapan suara lebih berkaitan dengan kualitas akustik atau suara (sound quality) pada suatu ruangan. Penyerapan suara yang baik diperoleh dari bahan yang berpori (porous) dimana dihasilkan intermolekuler friksi atau gesekan saat gelombang suara mengenai bahan (McMullan, 2002; Bucur, 2006). Penyerapan suara dinyatakan dalam koefisien absorpsi suara (α), dimana nilai 0 menyatakan tidak adanya energi suara yang diserap dan angka 1 menunjukkan serapan yang sempurna. Nilai koefisien absorpsi suara tidak tetap tetapi bervariasi berdasarkan frekuensi suara, sudut datangnya gelombang suara, dan penempatan bahan (Godshall dan Davis, 1969). Produk yang diketahui memiliki penyerapan suara baik dan banyak digunakan adalah yang berbahan serat sintetis seperti dalam bentuk glasswool dan rockwool (Asdrubali, 2007). Sayangnya bahan tersebut berbahaya bagi kesehatan manusia terutama karena dapat meyebabkan iritasi dan gangguan pernapasan. Isolasi suara dihitung sebagai rugi transmisi (transmission loss, TL) dimana hal ini berkaitan dengan berapa banyak energi suara berkurang saat gelombang suara bertansmisi mengenai bahan sehingga suara dapat dicegah melewati bahan pembatas. Satuan dari rugi transmisi adalah desibel, dB. Isolasi suara lebih berkaitan dengan faktor pengurangan
Sifat Penyerapan dan Isolasi Suara
suara (noise reduction). Bahan yang memiliki transmission loss yang tinggi adalah yang tebal, berat, dan masif (Bucur, 2006; Mediastika, 2008). Berdasarkan hukum fisika, rugi transmisi dan absorpsi suara adalah dua hal yang berbeda. Bahan yang baik sebagai isolator biasanya kurang bagus sebagai penyerap atau absorpsi suara, begitu pula sebaliknya (Godshall dan Davis, 1969; Smith, 1989; Bucur, 2006). Sebagai contoh pada Baune (1960) dalam Bucur (2006) menghitung karakteristik akustik bahan panel kayu dan glass fiber dengan ketebalan masingmasing bahan tersebut 2 cm. Pada bahan pertama nilai isolasi suara 22dB dan absorpsi suara 3%, sementara pada glass fiber nilai isolasi suara 3 dB dan nilai penyerapan suara 65%. Penggunaan bio-material diketahui dapat menjadi alternatif bahan penyerap suara. Papan komposit kayu baik berupa papan partikel telah banyak digunakan sebagai bahan penyerap suara maupun isolasi suara. Salah satu yang sudah ada di pasaran adalah papan partikel kayu dari bentuk partikel wol berperekat semen (papan wol semen) menggunakan kayu Pinus dengan merek dagang Yumenboard®. Saat ini eksplorasi pemanfaatan kayu-kayu cepat tumbuh meningkat sangat tajam. Hal ini terjadi karena perubahan paradigma pemanfaatan bahan baku kayu dari jenis-jenis kayu hutan alam ke jenis-jenis kayu hutan tanaman yang umumnya merupakan kayu-kayu cepat tumbuh (fast growing species). Di Indonesia, penelitian produk panel akustik dari kayu tanaman cepat tumbuh masih terbatas dilakukan. Penelitian sebelumnya yang banyak dilakukan adalah pembuatan panel akustik dari bahan berlignoselulosa seperti sekam padi, jerami, serat rami, sabut kelapa, kertas bekas dengan berbagai perekat (Fahmi, 2006, Khuriati, et al. 2006, Mediastika, 2008, Herianto, 2008, Sefrianto dan Saputra, 2010, Romuty, 2010). Tambahan informasi ilmiah dan potensi pemanfaatan kayu cepat tumbuh untuk panel akustik berarti akan dapat menambah peluang diversifikasi produk dari kayu jenis tersebut yang pada akhirnya memberikan nilai tambah bagi Hutan Tanaman Industri (HTI), Hutan Tanaman Rakyat (HTR), dan Hutan Rakyat (HR). Penelitian ini bertujuan untuk menentukan karakteristik akustik terdiri dari absorpsi suara dan rugi transmisi suara dari panel akustik yang terbuat dari papan partikel wol beberapa kayu cepat tumbuh.
BAHAN DAN METODE Persiapan Bahan Baku Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kayu cepat tumbuh dari jenis sengon (Paraserianthes falcataria), kayu afrika (Maesopsis eminii), dan mangium (Acacia mangium). Partikel kayu yang digunakan berukuran partikel wol, sehingga selanjutnya papan yang dibentuk disebut papan wol (PW). Perekat sintetis yang digunakan adalah isosianat, diphenylmethane diisocyanate (MDI), dari PT Polyoshika.
9
Sementara itu perekat mineral yang digunakan adalah semen dari jenis Portland I yang ada di pasaran. Bahan baku partikel wol kayu (wood wool atau excelsior) dibuat dari balok kayu yang dipotong menjadi ukuran kayu sepanjang 40 cm. Potongan kayu tersebut selanjutnya dijadikan wol dengan menggunakan mesin pembuat wol (Takekawa Iron Works). Ukuran untuk partikel wol yang dihasilkan yaitu tebal 0,2 – 0,5 mm dan lebar 3 – 4 mm dengan panjang 5 cm untuk papan wol sintetis dan panjang 10 cm untuk papan wol semen. Semua bahan partikel tersebut selanjutnya dioven pada suhu 70 – 80 oC selama dua hari untuk mendapatkan kadar air wol kayu sekitar 10%. Pembuatan Papan Wol Kayu Papan partikel wol kayu dibuat dengan kerapatan sasaran papan adalah 0,8 g/cm3 dan 1,0 g/cm3. Ukuran papan partikel adalah (35 x 35 x 1) cm. Perekat sintetis yang digunakan adalah MDI dengan kadar perekat 12% dari berat kering tanur partikel. Proses pembuatan papan wol berperekat isosianat (PWIso) diawali dengan pencampuran bahan baku dengan perekat menggunakan rotary blender dan spray gun. Wol dimasukkan ke dalam rotary blender, sedangkan perekat dimasukkan ke dalam spray gun. Selanjutnya saat mesin rotary blender berputar, perekat disemprotkan ke dalamnya sehingga perekat bercampur rata dengan partikel wol. Kemudian adonan partikel-perekat tersebut dimasukkan ke dalam pencetak lembaran. Selama proses pembentukan lembaran pendistribusian partikel pada alat pencetak diusahakan tersebar merata sehingga produk papan komposit yang dihasilkan memiliki profil kerapatan yang seragam. Pengempaan dilakukan menggunakan kempa panas (hot press) selama 10 menit pada suhu kempa 150 °C dan tekanan kempa 25 kg/cm2. Selanjutnya adalah tahap pengkondisian dengan cara diangin-anginkan selama dua minggu pada suhu 25 °C dengan RH 65%. Hal ini bertujuan untuk melepaskan tegangan sisa dan mencapai distribusi kadar air kering udara (+ 10%). Setelah itu papan partikel siap dipotong menjadi contoh uji untuk pengujian sesuai standar. Pembuatan papan wol semen (PWS) menggunakan komposisi semen : air : partikel kayu = 2 : 1 : 1 berdasarkan berat. Sebelum digunakan, partikel wol kayu direndam selama 48 jam dalam air pada kondisi ruangan dengan penggantian air setiap 24 jam. Tujuan dari perendaman adalah membantu melarutkan zat ekstraktif dalam kayu serta pembasahan partikel hingga kadar air partikel di atas 50%. Kondisi basah ini memudahkan pencampuran partikel dengan semen. Selanjutnya partikel tersebut dicampur atau disemprot larutan MgCl2 2,5% (berdasarkan berat semen), dimana MgCl2 dilarutkan dalam air yang harus ditambahkan lagi hingga mencapai perbandingan di atas. Setelah itu partikel dicampur dengan semen dan diaduk sampai merata. Selanjutnya adonan tersebut ditaburkan ke dalam cetakan yang kedua permukaannya diberi lembaran plastik. Pengempaan dilakukan
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan 4(1): 8-13 (2011)
Karlinasari et al.
10
Pengujian sound transmision loss dilakukan dalam rentang frekuensi 125 Hz sampai dengan 4000 Hz dengan filter 1/3 oktaf. Contoh uji yang digunakan berukuran 70 cm x 70 cm dan diuji dalam ruang dengung (reverberation room) di Laboratorium Fisika Bangunan dan Akustik, Kelompok Keahlian Teknik Fisika, Fakultas Teknik Industri, Institut Teknologi Bandung (ITB).
HASIL DAN PEMBAHASAN Absorpsi suara Hasil penelitian sifat absorpsi suara papan wol dari tiga jenis kayu cepat tumbuh disajikan pada Gambar 1. Berdasarkan Gambar 1 diketahui bahwa pada frekuensi rendah < 250 Hz nilai absorpsi suara (α) papan wol kayu berfluktuasi dengan puncak penyerapan suara terjadi pada frekuensi 125 Hz dan 200 Hz dengan nilai α sekitar 0,7. Selanjutnya, pada frekuensi 250 Hz nilai abosrpsi suara turun pada sekitar 0,1. Pada frekuensi rendah, papan wol dengan kerapatan 0,8 g/cm3 memberikan nilai α lebih tinggi dibandingkan papan wol berkerapatan tinggi (1,0 g/cm3) untuk semua jenis kayu. Pada frekuensi sedang 300-800 Hz absorpsi suara papan wol kayu 0,1-0,4. Pada papan wol berperekat sintetis isosianat, untuk rentang frekuensi sedang semakin tinggi frekuensi nilai α cenderung meningkat.
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan 4(1): 8-13 (2011)
Absorpsi suara
0,50
100 125 160 200 250 315 400 500 630 800 1000 1250 1600 2000 2500 3150 4000
(b)
1,00
Frekuensi (Hz) PWIso (0,8) PWIso (1,0)
PWS (0,8) PWS (1,0)
0,50
0,00 100 125 160 200 250 315 400 500 630 800 1000 1250 1600 2000 2500 3150 4000
Koefisien absorpsi suara (α) diuji menggunakan tabung impedansi dengan mengacu pada JIS A 1405 (1963) dengan menggunakan contoh uji berbentuk lingkaran berdiameter 9,8 cm untuk frekuensi 100 hingga 1600 Hz dan contoh uji diameter 4,8 cm untuk fekuensi 1600 Hz-4000 Hz. Pengujian ini dilakukan di Puslitbang Permukiman, Departemen Pekerjaan Umum (DPU), Cileunyi, Bandung.
PWS (0,8) PWS (1,0)
Frekuensi (Hz)
(c)
PWIso (0,8)
PWS (0,8)
1,00
0,50
0,00 100 125 160 200 250 315 400 500 630 800 1000 1250 1600 2000 2500 3150 4000
Sifat akustik papan wol yang diuji terdiri dari koefisien absorpsi suara atau sound absorption coefficient (α) dan rugi transmisi atau transmission loss (TL). Setiap nilai menggambarkan nilai rata-rata pengujian dari tiga sampel.
PWIso (0,8) PWIso (1,0)
Frekuensi (Hz)
(d)
1,00
PWIso (0,8) PWIso (1,0)
PWS (0,8) PWS (1,0)
0,50
0,00 100 125 160 200 250 315 400 500 630 800 1000 1250 1600 2000 2500 3150 4000
Pengujian Sifat Akustik
1,00
0,00
Absorpsi suara
Sifat fisis papan wol yang diuji adalah kerapatan. Ukuran contoh uji kerapatan papan wol mengacu pada standar Jepang untuk panel papan partikel JIS A-5908 (2003). Kerapatan merupakan perbandingan antara berat dan volume kering udara papan partikel (g/cm3).
Absorpsi suara
Pengujian Kerapatan Papan Wol
(a)
Absorpsi suara
secara kempa dingin selama 24 jam. Papan yang dihasilkan dikondisikan selama 4 minggu kemudian dipotong sesuai ukuran contoh uji pengujian. Ulangan papan baik papan wol isosianat maupun semen adalah sebanyak 3 kali ulangan.
Frekuensi (Hz)
Gambar 1. Grafik koefisien absorpsi suara papan wol (PW) kerapatan 0,8 dan 1,0 g/cm3 (a. PW sengon; b. PW kayu afrika; c. PW mangium; PW seluruh jenis kayu) Frekuensi tinggi > 1000 Hz (khususnya 1000-5000 Hz) merupakan frekuensi terpenting mengingat telinga manusia sangat peka (sensitif) terhadap suara yang ditimbulkan pada frekuensi ini. Oleh karena itu pengendalian kualitas suara pada
Sifat Penyerapan dan Isolasi Suara
11
frekuensi tersebut menjadi sangat penting. Pada frekuensi ini nilai absorpsi suara papan wol berperekat isosianat lebih rendah dibandingkan dengan papan wol semen. Papan wol dengan perekat semen (PWS) memberikan nilai terbaik untuk semua jenis kayu baik pada kerapatan 0,8 g/cm3 maupun 1,0 g/cm3. Sementara itu dibandingkan dengan kerapatan tinggi (1,0 g/cm3) maka PWS kerapatan sedang 0,8 g/cm3 memiliki nilai koefisien absorpsi suara lebih baik. Nilai α dapat mencapai 0,8 pada frekuensi 1600 Hz untuk papan wol semen (PWS) berkerapatan 0,8 g/cm3 untuk mangium dan afrika. Papan berkerapatan lebih rendah lebih cocok digunakan untuk pengendali kualitas suara pada frekuensi rendah dibandingkan frekuensi tinggi. Sementara itu, papan dengan perekat semen lebih baik digunakan pada lingkungan dengan frekuensi tinggi dibandingkan papan berperekat isosianat. Pada ruangan dengan suara yang dihasilkan pada rentang frekuensi sedang, panel akustik dari kayu cepat tumbuh lebih bersifat merefleksikan suara dibandingkan menyerap suara. Selain kerapatan dan ukuran partikel, maka ketebalan bahan juga berpengaruh terhadap nilai koefisien absorpsi suara (Bucur, 2006). Tabel 1 menyajikan rangkuman data nilai koefisien absorpsi suara untuk nilai dan beberapa jenis produk yang diketahui sebagai bahan penyerap suara. Dari nilai koefisien absorpsi suara pada Tabel 1 diketahui bahwa papan wol dari kayu cepat tumbuh, baik untuk kerapatan 0,8 g/cm3 maupun 1,0 g/cm3, memiliki nilai absorpsi suara yang lebih baik dibandingkan produk papan wol semen dari kayu pinus yang ada di pasaran (Martiandi et al., 2010). Syarat menjadi panil absorber adalah porositas yang tinggi, elatisitas atau kekakuan bahan yang tinggi, serta memiliki ketebalan bahan yang semakin tebal. Permukaan bahan yang berpori (porous) menyerap suara lebih baik dibandingkan dengan bahan yang tidak berpori atau berpori rapat. Hal ini karena suara yang masuk disebarkan melalui
panas dalam (internal heat) yang dihasilkan oleh gesekan molekul antara molekul udara dengan struktur bahan (Smith, 1989). Rugi transmisi Rugi transmisi atau transmission loss (TL) merupakan parameter dari kemampuan bahan dalam meredam atau mengisolasi suara. Gambar 2 menunjukkan hasil pengujian TL untuk papan wol kayu cepat tumbuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada frekuensi rendah < 250 Hz nilai TL cenderung menurun pada selang frekuensi 160 Hz -250 Hz untuk semua jenis papan wol (Gambar 2). Selanjutnya, nilai TL terus meningkat pada rentang frekuensi sedang dan tinggi. Pada frekuensi 3150 Hz terjadi penurunan nilai rugi transmisi pada PWS sengon dan afrika, serta PWS gabungan seluruh jenis kayu. Papan wol berperekat isosianat (PWIso) memiliki kemampuan meredam suara bahan semakin baik (ditunjukan dengan nilai TL yang lebih tinggi) dibandingkan papan wol semen (PWS). Kebalikan dari penyerapan suara, maka semakin tinggi kerapatan papan partikel maka nilai TL semakin tinggi terutama pada frekuensi sedang sampai tinggi. Secara umum, untuk papan wol seluruh jenis kayu, pada frekuensi sedang 500 Hz nilai TL papan kerapatan 0,8 g/cm 3 mencapai 19 dB untuk PWIso dan 9 dB untuk PWS, sementara untuk papan berkerapatan lebih tinggi 1,0 g/cm3 nilai TL mencapai 18 dB untuk PWIso dan 14 dB untuk PWS. Pada frekuensi tinggi 1000 Hz dan 2500 Hz nilai TL untuk kerapatan 0,8 g/cm3 adalah sekitar 20 dB untuk PWIso dan 1116 dB untuk PWS, sementara untuk kerapatan 1,0 g/cm3 nilai TL antara 19 dB hingga 21 dB untuk PWIso dan sekitar 17 dB untuk PWS. Penelitian Mediastika (2008) untuk panel berbahan baku jerami untuk ketebalan 2 cm dan 3 cm, nilai TL pada frekuensi 500 Hz dan 1000 Hz masing-masing adalah 10 dB dan 16 dB serta 20 dan 22 dB.
Tabel 1. Nilai koefisien absorpsi suara beberapa jenis produk Jenis produk
Papan wol isosianat kayu cepat tumbuha (PWIso) Papan wol semen kayu cepat tumbuha (PWS) Papan wol kayu semen –yang ada di pasaran- (kayu pinus)b Papan serat kayu (fiberboards)c Kain gorden dengan lipatanc Glasswoold Rockwoold
Tebal produk (cm)
Kerapatan (g/cm3) 0,8 1,0 0,8 1,0
125 Hz 0,68 0,68 0,46 0,46
1,5
0,5
0,39
2,5
(berat sedang)
0,10
0,5
0,05
-
0,5
0,08
-
1,0 1,0
-
0,05
Koefisien absorpsi 1000 1600 Hz Hz 0,32 0,41 0,40 0,68 0,23 0,39 0,39 0,58
250 Hz -
500 Hz 0,22 0,13 0,14 0,17 0,12
0,27
-
0,40
0,45 0,29
2000 Hz -
2500 Hz 0,27 0,69 0,44 0,57
0,43
-
-
-
-
0,50
-
0,10
-
-
0,30
-
0,65
0,75
-
0,80
-
0,52
0,83
-
0,91
-
Sumber: aKarlinasari et al. (2010); bMartiandi et al.( 2010); cMcMullan (2002); dAsdrubali (2007)
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan 4(1): 8-13 (2011)
Karlinasari et al.
12
35 30 25 20 15 10 5 0
PWIso (0,8) PWIso (1,0)
PWS (0,8) PWS (1,0)
100 125 160 200 250 315 400 500 630 800 1000 1250 1600 2000 2500 3150 4000
Rugi transmisi (dB)
(a)
35 30 25 20 15 10 5 0
PWS (0,8) PWS (1,0)
100 125 160 200 250 315 400 500 630 800 1000 1250 1600 2000 2500 3150 4000
Rugi transmisi (dB)
(b)
Frekuensi (Hz) PWIso (0,8) PWIso (1,0)
Frekuensi (Hz)
35 30 25 20 15 10 5 0
PWIso (0,8) PWIso (1,0)
PWS (0,8) PWS (1,0)
Frekuensi (Hz)
35 30 25 20 15 10 5 0
PWIso (0,8) PWIso (1,0)
PWS (0,8) PWS (1,0)
UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terimakasih disampaikan pada DP2M-Direktorat Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional RI yang mendanai penelitian ini melalui skema Hibah Kompetensi dengan no kontrak: 409/SP2H/PP/DP2M/VI/2010.
Asdrubali F. 2007. Green and Sustainable Materials For Noise Control In Buildings. Dalam prosiding: 19th International Congress On Acoustics. 2 – 7 September 2007. Madrid, Spanyol. Hal: 1-6. Bucur V. 2006. Acoustic of Wood. 2nd Edition. Springer-Verlag Berlin Heidelberg. Jerman. Hal: 7-36. Fahmi R. 2006. Pembuatan Sampel Panel Akustik Lapis Tunggal Dari Bahan Sekam Padi Dan Karakterisasi Absorpsi Normalnya [skripsi]. Program Studi Teknik Fisika. Institut Teknologi Bandung Godshall D. dan J.H. Davis.1969. Acoustical Absorption Properties of Wood-Base Panel Materials. Research Paper. FPL 104. May 1969. USDA. USA.
100 125 160 200 250 315 400 500 630 800 1000 1250 1600 2000 2500 3150 4000
Rugi transmisi (dB)
(d)
Papan wol berkerapatan 0,8 g/cm3 memiliki nilai koefisien absorpsi suara (α) lebih tinggi dibandingkan dengan papan berkerapatan 1,0 g/cm3 pada kisaran frekuensi rendah dan tinggi. Pada frekuensi sedang, papan partikel wol dari kayu cepat tumbuh bersifat merefleksikan suara. Papan wol semen (PWS) memiliki nilai α yang lebih tinggi dibandingkan papan wol isosianat (PWIso) terutama pada frekuensi suara tinggi. Untuk nilai rugi transmisi (TL), PWIso memiliki nilai TL lebih tinggi dibandingkan PWS. Papan berkerapatan 1,0 g/cm3 memiliki kemampuan isolasi suara yang lebih baik dibandingkan papan berkerapatan 0,8 g/cm3. Kayu-kayu cepat tumbuh memiliki potensi digunakan sebagai panil akustik, baik sebagai panel absorpsi/penyerap suara maupun sebagai panel isolasi terutama untuk frekuensi suara tinggi. Dengan kelimpahan dan umur panen yang singkat maka jenis-jenis kayu ini dapat digunakan sebagai alternatif dari bahan panel akustik yang sudah ada.
DAFTAR PUSTAKA
100 125 160 200 250 315 400 500 630 800 1000 1250 1600 2000 2500 3150 4000
Rugi transmisi (dB)
(c)
KESIMPULAN
Frekuensi (Hz)
Gambar 2. Grafik sebaran nilai TL papan wol (PW) kerapatan 0,8 dan 1,0 g/cm3 (a. PW sengon; b. PW kayu afrika; c. PW mangium; PW seluruh jenis kayu)
Herianto T. 2008. Pengaruh Aspect Ratio Serat Terhadap Sifat Akustik Dan Kekuatan Tekan Komposit Serat RamiPolyester [skripsi]. Program Studi Teknik Metalurgi. Institut Teknologi Surabaya. [JSA] Japanese Standard Association. 1963. Methods of Test for Sound Absorption of Acoustical Material by the Tube Method. Japanese Industrial Standard (JIS) A 1405. Jepang. [JSA] Japanese Standard Association. 2003. Particleboards. Japanese Industrial Standard (JIS) A 5908. Jepang.
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan 4(1): 8-13 (2011)
Sifat Penyerapan dan Isolasi Suara
Karlinasari L, Hermawan D, Maddu A, Martiandi B, dan Hadi YS. 2010. Pengembangan Panel Akustik Ramah Lingkungan dari Kayu Cepat Tumbuh dan Bambu. Laporan Hibah Kompetensi Tahun 1 (2010) Khuriati A, Komaruddin E, dan Nur M. 2006. Disain Peredam Suara Berbahan Dasar Sabut Kelapa dan Pengukuran Koefisien Penyerapan Bunyinya. Berkala Fisika Vol.9, No.1. Hal 15-25 Martiandi B, Mardikanto TR, dan Karlinasari L. 2010. Sifat Fisis, Mekanis, dan akustik Papan Komposit Partikel Kayu Afrika. Dalam prosiding: Seminar Nasional Masyarakat Peneliti Kayu Indonesia (MAPEKI) XIII. 10-11 November 2010. Bali, Indonesia. Hal: 49-56. McMullan R. 2002. Environmental Science in Building. 5th Edition.Palgrave. New York. USA. Hal: 200-251. Mediastika C.E. 2008. Kualitas Akustik Panel Dinding Berbahan Baku Jerami. Dimensi (Journal of Architecture
13
and Built Environment). Vol. 36, No. 2. December 2008. Hal: 127-134. Romuty W. 2010. Penggunaan Limbah Kertas Sebagai Bahan Paper Bloc k Akustik Dalam Upaya Alternatif Minimalisasi Limbah Kertas. Diunduh dari http://mst.ft.ugm.ac.id/content/view/65/29/lang,id/ (9 April 2010) Sepfrianto A dan Saputra J. 2010. Pemanfaatan Limbah Jerami Pada Papan Semen Partisi. Diunduh dari http://sipil.unand.ac.id/index.php?option=com content&view=article&id=64:pemanfaatan-limbah-jeramipada-papan-semen-partisi&catid=39:kbkstruktur&Itemid=77 (9 April 2010) Smith WR 1989. Acoustic Properties. Di dalam: Schniewind A.P, R.W. Chan, dan M.B. Bever, editor. Concise Encyclopedia of Wood and Wood-Based Materials. Pergamon Press. Hal: 4-8.
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan 4(1): 8-13 (2011)