SIFAT FISIKOKIMIA KOMBINASI EKSTRAK ETANOL DAUN MANGIUM, SURIAN, DAN PEGAGAN SEBAGAI KRIM ANTIOKSIDAN
DESI PERTIWI
DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Sifat fisikokimia kombinasi ekstrak etanol daun mangium, surian, dan pegagan sebagai krim antioksidan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2016 Desi Pertiwi NIM E24120006
ABSTRAK DESI PERTIWI. Sifat fisikokimia kombinasi ekstrak etanol daun mangium, surian, dan pegagan sebagai krim antioksidan. Dibimbing oleh RITA KARTIKA SARI dan IETJE WIENTARSIH. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan rendemen, fitokimia, dan aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun mangium, surian, dan pegagan serta membuat formula krim antioksidan berbahan aktif kombinasi ekstrak etanol daun mangium, surian, dan pegagan dengan kombinasi 1:1:2. Selain itu juga untuk menganalisis pengaruh konsentrasi bahan aktif dan waktu ultrasonikasinya terhadap aktivitas antioksidan dan sifat fisikokimia krim yang disimpan di dalam suhu ruang dan suhu kulkas selama 21 hari. Analisis fitokimia kualitatif menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun surian terdeteksi lebih kuat mengandung senyawa flavonoid dan tanin dibandingkan ekstrak etanol daun mangium dan pegagan. Interaksi konsentrasi ekstrak dan waktu ultrasonikasi mempengaruhi aktivitas antioksidan krim. Krim yang dibuat dengan konsentrasi ekstrak 1% yang diultrasonikasi 60 menit tidak berbeda nyata dengan ultrasonikasi 30 menit. Semua formula krim yang dibuat tidak mengalami perubahan warna dan bau meskipun disimpan selama 21 hari pada suhu kulkas dan suhu ruang. Uji viskositas dan pH menunjukkan krim yang telah dibuat telah memenuhi standar. Kata kunci : aktivitas antioksidan, ekstrak etanol, krim, ultrasonikasi
ABSTRACT DESI PERTIWI. Physicochemical characteristic of ethanol extract combination of mangium, surian, and pegagan leaves as antioxidant cream. Supervised by RITA KARTIKA SARI and IETJE WIENTARSIH. This researsch was aims to determine the yield, phytochemicals and antioxidant activity from ethanol extract of mangium, surian, and pegagan leaves and make antioxidant cream formula with active combinations ethanol extract of mangium, surian, and pegagan leaves with a combination of 1: 1: 2. Beside that, it also to analiysis the effect of the concentration and time ultrasonication of antioxidant activity and physicochemical characteristic of the cream is being stored at room and the refrigerator temperature for 21 days. Qualitative phytochemical analysis showed that the ethanol extract of surian leaf detected stronger contains flavonoids and tannins than the ethanol extract of mangium and pegagan leaves. Interaction extract concentration and time ultrasonication affect the activity of antioxidant cream. Cream made with extract concentrations of 1% which ultrasonication 60 minutes is not significantly different from the ultrasonication 30 minutes. All of formula cream that is made does not change color and smell even if stored for 21 days at room and refrigerator temperature. Viscosity and pH test showed a cream that has been made in compliance with the standards. Keywords: antioxidant activity, ethanol extract, cream, ultrasonikasi
SIFAT FISIKOKIMIA KOMBINASI EKSTRAK ETANOL DAUN MANGIUM, SURIAN, DAN PEGAGAN SEBAGAI KRIM ANTIOKSIDAN
DESI PERTIWI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Hasil Hutan
DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
sr0z
dls I
:snln'I leE8uea
l Eurqurrquro4
lsw 'lres B{IuE)
31Iu
{ r(I
qelo rnlnpslq
:
lseqquro) BnuDloIrsrd }EIS
STII?N
:
I^TIN
:
9000ztvzE mrued rsec ueprqol1uv tuuy ruEeqes ue8e8e4 uep 'uepng 'urnrEuul4l une6l louulE {ur1$lg
Isdtqs Fpnf
Judul Skripsi Nama NIM
: Sifat Fisikokimia Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Mangium, Surian, dan Pegagan sebagai Krim Antioksidan : Desi Pertiwi : E24120006
Disetujui oleh
Dr Ir Rita Kartika Sari, MSi Pembimbing I
Prof Dr Dra Ietje Wientarsih, Apt, MSc Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Fauzi Febrianto, MSc Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Alhamdulillahirabbil alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas segala karunia-Nya karya ilmiah ini dapat selesai. Karya ilmiah ini berjudul “Sifat Fisikokimia Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Mangium, Surian, dan Pegagan sebagai Krim Antioksidan.” yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2016 sampai dengan Juli 2016. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Rita Kartika Sari, MSi selaku pembimbing I dan Prof Dr Dra Ietje Wientarsih A.pt, Msc selaku pembimbing II yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada orangtua dan adik atas kasih sayang, dukungan, dan doa selama ini. Penghargaan turut penulis sampaikan kepada Bapak Supriatin dan Gunawan selaku Laboran di Laboratorium Kimia Hasil Hutan (KHH), teknisi di beberapa laboratorium yaitu Laboratorium Bagian Kimia Analisis FMIPA IPB, Laboratorium Bagian Farmasi Fakultas Kedokteran Hewan (FKH), dan Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka (PSB) IPB atas bantuan selama ini. Ungkapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada rekan - rekan THH 49 dan keluarga besar Rimbawan Pecinta Alam (RIMPALA) Fahutan IPB atas motivasi dan kebersamaan selama ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2016 Desi Pertiwi
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian
1 1 2 2
BAHAN DAN METODE Bahan Alat Prosedur Penelitian Persiapan bahan baku Proses Ekstraksi Analisi Kadar Fenol Total Analisi Fitokimia Kualitatif Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol secara In-Vitro Pembuatan Sediaan Krim Antioksidan Uji Aktivitas Antioksidan Sediaan Krim Uji Fisikokimia Krim
2 3 3 3 3 3 4 4 5 5 6 6
HASIL DAN PEMBAHASAN Rendemen Ekstrak Fitokimia Ekstrak Aktivitas Antioksidan Ekstrak secara In-Vitro Aktivitas Antioksidan Krim Sifat Fisikokimia Krim
7 7 7 8 9 10
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran
13 13 14
DAFTAR PUSTAKA
14
RIWAYAT HIDUP
17
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5
Rancangan percobaan pembuatan krim antioksidan Hasil analisis kadar fenol total dan fitokimia secara kualitatif terhadap ekstrak etanol daun mangium, surian, dan pegagan Nilai EC50 dan aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun mangium, surian, dan pegagan serta kombinasi ekstrak Pengamatan warna dan bau pada krim dalam dua keadaan penyimpanan Hasil uji viskositas krim antioksidan
6 8 9 11 13
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5
Rendemen hasil ekstraksi etanol daun mangium, surian, dan pegagan Nilai EC50 sediaan krim antioksidan Hasil pengamatan warna pada krim antioksidan Grafik Hubungan pH pada formula krim dalam penyimpanan suhu kulkas selama 21 hari Grafik Hubungan pH pada formula krim dalam penyimpanan suhu ruang selama 21 hari
7 10 11 12 13
PENDAHULUAN Latar Belakang Efisiensi pemanfaatan hasil hutan di Indonesia masih tergolong rendah karena masih banyak meninggalkan limbah penebangan. Upaya-upaya untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumberdaya hutan yaitu menerapkan konsep the whole tree utilization dengan memanfaatkan seluruh bagian dari pohon seperti akar, batang, buah dan daun serta memanfaatkan semua komponen yang terdapat dalam kayu seperti selulosa, hemiselulosa, lignin, dan zat ekstraktif (Syafii dan Siregar 2008). Salah satu cara yang dapat dikembangkan dalam rangka peningkatan efisiensi dan nilai tambah hasil hutan adalah pemanfaatan daun. Pemanfaatan daun ini dapat ditingkatkan dengan memanfaatkan zat ekstraktif yang terkandung di dalamnya sebagai senyawa antioksidan. Beberapa jenis pohon yang digunakan dalam pembangunan Hutan Tanaman Industri di Indonesia seperti mangium (Acacia mangium Wild) dan surian (Toona sinensis Bl Merr), bagian daunnya berpotensi mengandung senyawa antioksidan. Hasil penelitian Sari et al. (2011 dan 2013) menunjukkan bahwa ekstrak daun mangium dan surian hasil ekstraksi serbuk daun dengan etanol 96% memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi. Selain mangium dan surian, Herawati (2014) melaporkan bahwa ekstrak etanol daun pegagan (Centella aciatica Linn) disamping memiliki aktivitas antioksidan juga mengandung senyawa asiatikosida yang dapat meningkatkan pembentukan kolagen kulit sehingga mampu memperbaiki kerusakan sel pada kulit dan meremajakan kulit. Dalam aplikasi, campuran ekstrak seringkali digunakan untuk meningkatkan sinergisme aktivitas antioksidan serta peningkatan pembentukan kolagen. Oleh karena itu, kombinasi campuran ekstrak surian, mangium, dan pegagan dapat digunakan sebagai bahan aktif krim antioksidan yang berfungsi untuk mencegah penuaan kulit. Pembuatan krim antioksidan berbahan aktif kombinasi ekstrak daun mangium, surian, dan pegagan telah dilakukan sebelumnya. Penelitian yang dilakukan Meisaroh (2015) menunjukkan bahwa krim antioksidan berbahan aktif kombinasi fraksi etil asetat hasil fraksinasi ekstrak etanol daun mangium dan pegagan serta fraksi residu hasil fraksinasi ekstrak etanol daun surian memiliki aktivitas antioksidan (11 µg/ml) pada krim berbahan aktif kombinasi ketiga fraksi (0.2%). Penggunaan fraksi hasil fraksinasi ekstrak etanol tersebut disebabkan karena aktivitas antioksidannya lebih tinggi dibandingkan ekstrak hasil ekstraksi daun dengan etanol 96%, akan tetapi untuk menghasilkan fraksi-fraksi tersebut membutuhkan waktu dan biaya yang tinggi. Penelitian yang menggunakan kombinasi ekstrak etanol daun tersebut sebagai bahan aktif krim oleh karena itu perlu dilakukan. Pelarut etanol dengan konsentrasi yang lebih rendah dari ekstraksi yang dilakukan Meisaroh (2015) digunakan untuk meningkatkan aktivitas antioksidan ekstrak etanol. Ekstraksi daun dengan etanol 90% yang dilanjutkan dengan ekstraksi dengan etanol 50% bertujuan untuk melarutkan senyawa antioksidan dari golongan flavonoid serta menurunkan terlarutnya krolofil (Markham 2013). Proses ekstraksi daun pegagan menggunakan pelarut etanol 70% menghasilkan ekstrak etanol dengan kandungan asiatikosida tertinggi (Pramono dan Ajiastuti 2008).
2 Penelitian Meisaroh (2015) menunjukkan bahwa krim yang dibuat mengalami perubahan warna dan berbau tengik setelah disimpan selama 21 hari. Hal ini disebabkan krim yang dibuat tidak menggunakan bahan pengawet. Oleh karena itu, pengembangan krim antioksidan dengan menggunakan bahan aktif berupa kombinasi ekstrak etanol daun mangium, surian, dan pegagan dengan tambahan pengawet juga diperlukan. Penambahan bahan pengawet metil paraben sebanyak 0.1% diharapkan dapat mencegah timbulnya bakteri pada sediaan krim. BPOM (2008) mengijinkan penggunaan bahan pengawet metil paraben dalam produk kosmetik dengan konsentrasi < 0.4%. Penerapan nanoteknologi sudah berkembang ke inovasi bahan kosmetik untuk mengantarkan bahan aktif pada kosmetik dan obat lebih tepat ke sasaran Melalui proses nanofikasi, ekstrak dan basic cream yang bercampur menjadi krim antioksidan tersebut diubah partikelnya ke ukuran nanometer yakni 1-100 nm. Pengubahan partikel ke ukuran nanometer menggunakan aplikasi nanoteknologi yaitu dengan ultrasonikasi (Rahmi et al. 2012). Perlakuan ultrasonikasi terbukti dapat meningkatkan kestabilan krim antioksidan dalam mempertahankan kelembaban kulit (Hambali et al. 2005). Penelitian mengenai pengaruh waktu ultrasonikasi terhadap aktivitas antioksidan dan sifat fisikokimia krim antioksidan perlu dilakukan.dalam pengembangan krim antioksidan ini. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menentukan rendemen, fitokimia, dan aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun mangium, surian, dan pegagan serta membuat formula krim antioksidan berbahan aktif kombinasi ekstrak etanol daun mangium, surian, dan pegagan dengan kombinasi 1:1:2. Krim yang telah dibuat tersebut kemudian dianalisis pengaruh konsentrasi bahan aktif dan waktu ultrasonikasinya terhadap aktivitas antioksidan dan sifat fisikokimia krim yang disimpan di dalam suhu ruang dan suhu kulkas selama 21 hari. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai prototipe sediaan krim antioksidan yang dapat digunakan dengan aman dan efektif.
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret-Juli 2016. Persiapan bahan baku dan ekstraksi dilakukan di Laboratorium Kimia Hasil Hutan (KHH) Fakultas Kehutanan IPB. Analisis kadar fenol total dan fitokimia ekstrak etanol dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) IPB. Pengujian antioksidan secara in-vitro dilakukan di Pusat Studi Biofarmaka (PSB) IPB. Pembuatan krim serta pengujian fisikokimia krim dilakukan di Laboratorium Farmasi Departemen KRP Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) IPB.
3 Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun surian dan daun mangium yang sehat dari batang pohon berdiameter 34 cm yang berasal dari hutan tanaman di sekitar Dramaga Bogor. Daun pegagan berasal dari Biofarmaka IPB dalam bentuk simplisia. Pelarut yang digunakan yaitu air destilata dan etanol 50%, 70% dan 90%. Adapun bahan kimia lain yang digunakan adalah dimetil sulfoksida (DMSO), 1,1-difenil-2-pikrihidrazil (DPPH), Butilhidrotoluena (BHT), vitamin C, kuersetin, basic cream tipe M/A dan krim komersil. Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah willey mill, mesh screen berukuran 40-60 mesh, timbangan digital, sudip, corong, allumunium foil, toples, oven, rotary evaporator, cawan alumunium, tabung reaksi, labu ukur, cawan petri, botol vial, micropipette, elisa reader, eppendorf, pH universal, vortex, sonicator, mortar porselen, dan incubator. Prosedur Penelitian Persiapan Bahan Baku Sampel daun dicacah dan dikeringudarakan hingga mencapai kadar air ±10%. Cacahan daun kering digiling dengan willey mill dan disaring dengan mesh screen hingga diperoleh serbuk 40-60 mesh. Serbuk selanjutnya digunakan sebagai bahan penelitian. Kadar air serbuk diukur dengan mengambil sampel sebanyak ±2 g dan dikeringkan dalam oven 103±2 ºC hingga mencapai bobot kering tanur (BKT) yang konstan (Rusli dan Darmawan 1998). Proses Ekstraksi Serbuk daun mangium dan surian yang telah diketahui kadar airnya masingmasing ditimbang sebanyak 200 g, kemudian diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 90% pada ekstraksi pertama dan kedua serta etanol 50% pada ekstraksi ketiga dengan perbandingan serbuk dan pelarut etanol 1:4. Proses ekstraksi daun pegagan menggunakan pelarut etanol 70% pada ekstraksi pertama, kedua, dan ketiga. Maserasi dilakukan dengan menggunakan toples besar yang berwarna gelap. Serbuk yang telah terendam diaduk dengan spatula dan disimpan selama 24 jam, ekstraksi dilakukan sebanyak tiga kali (3×24 jam). Penyaringan dilakukan untuk memisahkan ekstrak (maserat) dari serbuk daun. Maserat dievaporasi dan diuapkan sampai volumenya menjadi ±200 ml. Sebanyak 50 ml maserat digunakan untuk pengujian antioksidan, sedangkan sisanya dipekatkan dengan rotary evaporator dan dikeringkan pada suhu 40 ºC untuk dianalisis kadar fenol total dan fitokimianya serta untuk pembuatan krim.
4 Analisis Kadar Fenol Total Analisis kadar fenol total mengacu pada Indrayani (2006). Pengujian diawali dengan sampel ekstrak sebanyak 0.1 g dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 0.1 ml larutan folin ciocalteu reagen 50% dan 2 ml larutan natrium karbonat (Na2CO3) 2% lalu diinkubasi selama 30 menit. Absorbansi larutan ekstrak dibaca pada panjang gelombang 725 nm dengan spektofotometer UV-Vis. Kurva standar fenol dibuat dengan menggunakan standar asam galat (konsentrasi 0, 10, 20, 30, 40, 50, dan 60 ppm). Oleh karena itu, kadar fenol total dalam ekstrak diekspresikan sebagai mg asam galat ekuivalen dalam g ekstrak (mg/g AGE). Analisis Fitokimia Kualitatif Analisis fitokimia kualitatif mengacu pada Harborne (1996). Kelompok senyawa yang dideteksi yaitu alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, triterpenoid, dan steroid. Alkaloid Sebanyak 1 g ekstrak sampel dilarutkan dalam 1.5 ml kloroform dan 3 tetes amoniak. Fraksi kloroform dipisahkan dan diasamkan dengan 5 tetes H2SO4 2M. Fraksi asam dibagi menjadi 3 tabung kemudian tabung 1 ditambahkan reagen Wagner, tabung 2 ditambahkan reagen Meyer, tabung 3 ditambahkan reagen Dragendroff, sedangkan adanya alkaloid ditandai dengan terbentuknya endapan coklat pada tabung 1, endapan putih pada tabung 2, serta endapan merah pada tabung 3. Flavonoid Sebanyak 0.1 g ekstrak sampel ditambahkan 5 ml air panas, kemudian 5 butir serbuk Mg serta HCl pekat dimasukkan dan diaduk. Setelah itu ditambahkan 2 tetes amil alkohol lalu diaduk kembali hingga terjadi dua lapisan. Hasil positif ditunjukkan oleh kepekatan lapisan atas dibandingkan dengan lapisan bawah. Saponin Sebanyak 0.1 g ekstrak ditambahkan air secukupnya dan dipanaskan selama 5 menit. Larutan didinginkan kemudian dikocok selama ±10 menit. Saponin ditunjukkan oleh adanya busa yang muncul pada sampel. Tanin Sebanyak 0.5 g ekstrak ditambahkan air kemudian dididihkan selama beberapa menit. Ekstrak disaring kemudian ditambahkan dengan 3 tetes FeCl 3 . Warna biru tua atau hitam kehijauan yang terbentuk menunjukkan adanya kandungan tanin pada sampel. Triterpenoid dan Steroid Sebanyak 0.5 g ekstrak ditambahkan 2 ml etanol lalu dipanaskan dan disaring. Filtratnya diuapkan kemudian ditambahkan dengan eter. Lapisan eter
5 kemudian ditambahkan dengan pereaksi Liebermen Burchard (3 tetes asetat anhidrat dan 1 tetes H2SO4 pekat). Warna merah yang terbentuk menunjukkan adanya triterpenoid dan warna hijau menunjukkan adanya steroid. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol secara In-Vitro Uji antioksidan secara in vitro menggunakan metode DPPH (Leu et al. 2006). Larutan induk diperoleh dari pencampuran ekstrak daun sebanyak 10 mg dalam 1 ml DMSO (konsentrasi 200 μg/ml). Larutan induk diencerkan dengan etanol menggunakan nisbah 1:1 dan dibuat menjadi beberapa konsentrasi. Pengujian dilakukan pada konsentrasi 100, 50, 25, 12.5, 6.25, dan 3.125, μg/ml. Pengujian dilakukan dengan 3 kali ulangan. Setiap lubang microplate berisi 100 μl etanol, 100 μl larutan ekstrak dan 100 μl larutan DPPH. Pengujian ini menggunakan vitamin C, kuersetin dan Butilhidroksitoluena (BHT) sebagai kontrol positif dan campuran 100 μl etanol dengan 100 μl larutan DPPH sebagai kontrol negatif. Microplate diinkubasi dalam inkubator selama 30 menit pada suhu 37 ºC. Penangkapan radikal bebas DPPH dihitung dengan mengukur serapan cahayanya menggunakan elisa reader pada λmaks 517 nm. Aktivitas antioksidan ditentukan dengan menghitung persen penangkapan radikal bebas oleh ekstrak dengan rumus sebagai berikut (Ghosal dan Mandal 2012):
Keterangan : A : serapan kontrol negatif (DPPH + etanol) B : serapan ekstrak uji (DPPH +etanol+ ekstrak uji). Korelasi antara persen penangkapan radikal dan konsentrasi ekstrak akan menghasilkan nilai EC50 yang dihitung melalui persamaan regresi hasil interpolasinya. Menurut Shyur et al. (2005), EC50 dapat menggambarkan aktivitas antioksidan dari suatu tumbuhan. EC50 adalah konsentrasi efektif ekstrak yang mampu menangkap (menurunkan) konsentrasi radikal bebas DPPH sebesar 50%. Nilai EC50 yang semakin rendah menunjukkan aktivitas antioksidan ekstrak yang semakin tinggi. Menurut Blois (1958) dalam Ukhty (2011), aktivitas antioksidan dari suatu senyawa dinyatakan sangat kuat jika memiliki nilai EC 50 < 50 µg/ml, kuat untuk EC50 bernilai 50-100 µg/ml, sedang jika EC50 bernilai 100150 µg/ml dan lemah jika EC50 bernilai 150-200 µg/ml. Setelah mendapatkan nilai EC50 dari tiap jenis ekstrak, selanjutnya kombinasi ekstrak daun mangium, surian dan pegagan dengan perbandingan 1:1:2 diuji kembali antioksidannya untuk mengetahui optimalisasi kinerja antioksidan. Pembuatan Sediaan Krim Antioksidan Kombinasi ekstrak akan diformulasikan dalam bentuk sediaan krim dalam beberapa formula. Sediaan krim yang digunakan adalah tipe minyak dalam air (M/A) dengan penambahan pengawet metil paraben sebanyak 0.1%. Jenis bahan pengawet dan konsentrasinya mengacu pada Peraturan BPOM No. HK.00.05.42.1018 tentang bahan kosmetik (BPOM 2008). Kombinasi ekstrak
6 dicampurkan dengan krim sedikit demi sedikit dalam mortar dan diaduk hingga homogen. Homogenisasi lanjutan dilakukan dengan alat ultrasonikasi untuk menjadikan pertikel dalam krim berukuran nano. Proses ultrasonikasi dilakukan dengan variasi waktu sebesar 0 menit, 30 menit, dan 60 menit untuk mendapatkan ukuran optimum. Sediaan krim antioksidan akan disimpan selama 21 hari pada suhu ruang dan suhu kulkas. Rancangan percobaan pembuatan krim antioksidan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Rancangan percobaan pembuatan krim antioksidan Waktu Penyimpanan (hari)
Kadar ekstrak (%) 0.25
1
0.5 1.0
0.25 21
0.5 1.0
Waktu ultrasonikasi (menit) 0
30
60
Y.1.1.1 Y.1.1.2 Y.1.2.1 Y.1.2.2 Y.1.3.1 Y.1.3.2
Y.2.1.1 Y.2.1.2 Y.2.2.1 Y.2.2.2 Y.2.3.1 Y.2.3.2
Y.3.1.1 Y.3.1.2 Y.3.2.1 Y.3.2.2 Y.3.3.1 Y.3.3.2
Y.1.1.1 Y.1.1.2 Y.1.2.1 Y.1.2.2 Y.1.3.1 Y.1.3.2
Y.2.1.1 Y.2.1.2 Y.2.2.1 Y.2.2.2 Y.2.3.1 Y.2.3.2
Y.3.1.1 Y.3.1.2 Y.3.2.1 Y.3.2.2 Y.3.3.1 Y.3.3.2
Uji Aktivitas Antioksidan Sediaan Krim Sediaan krim yang telah dibuat dengan formulasi seperti yang tertera pada Tabel 1 diuji kembali aktivitas antioksidannya secara in vitro menggunakan metode DPPH (Leu et al. 2006) seperti pada pengujian antioksidan ekstrak etanol. Pengujian aktivitas antioksidan krim dilakukan pada penyimpanan hari ke-1 dan hari ke-21. Uji Fisikokimia Krim Uji Organoleptik Pengujian organoleptik pada krim meliputi warna dan bau sesuai metode Carter (1975). Uji organoleptik dimaksudkan untuk mengetahui tampilan fisik suatu krim yang meliputi warna dan bau. Pengujian ini dilakukan secara visual tanpa bantuan alat khusus. Penyimpanan krim pada penelitian ini dilakukan selama 21 hari di suhu ruang dan suhu kulkas. Uji Derajat Keasaman (pH) Pengujian pH dilakukan dengan menggunakan indikator universal. Kertas pH indikator universal dimasukkan kedalam krim kemudian dicocokkan dengan standar warna pH indikator yang tertera pada wadahnya. Hasil uji pH sediaan krim diharapkan mendekati pH kulit normal yaitu 5.5 (Iswari dan Latifah 2007) atau pH yang disyaratkan SNI 16-4399-1996 yaitu pH 4.5-8.0 (BSN 2005).
7 Uji Viskositas Krim Uji viskositas dilakukan untuk mengetahui besarnya viskositas suatu sediaan uji. Viskositas tersebut diuji dengan menggunakan viscometer cone/plate dengan kecepatan 50 rpm.
HASIL DAN PEMBAHASAN Rendemen Ekstrak
Rendemen (%)
Ekstraksi etanol daun mangium, surian, dan pegagan menghasilkan rendemen ekstrak yang beragam. Gambar 1 menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun surian memiliki rendemen lebih tinggi dibandingkan dengan rendemen ekstrak etanol daun mangium dan daun pegagan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa perbedaan jenis tanaman mempengaruhi rendemen yang dihasilkan (Pradono et al. 2005). 30 25 20 15 10 5 0
14.32 mangium
20.78
surian
13.91 pegagan
Jenis daun
Gambar 1 Rendemen hasil ekstraksi etanol daun mangium, surian dan pegagan Rendemen ekstrak etanol daun mangium, surian, dan pegagan yang dihasilkan pada penelitian ini berbeda jika dibandingkan dengan rendemen ekstrak etanol daun mangium (18.17%), surian (24.92%), dan pegagan (14.69%) hasil penelitian Meisaroh (2015). Hal ini disebabkan oleh perbedaan konsentrasi etanol yang digunakan. Perbedaan ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh jenis pelarut yang digunakan terhadap rendemen yang dihasilkan (Pradono et al. 2005). Menurut Gamse (2002), pelarut yang digunakan dalam ekstraksi harus mampu menarik komponen aktif pada sampel. Penelitian Ramadhan dan Phaza (2010) menyatakan bahwa pelarut dengan tingkat kepolaran yang lebih rendah mudah dalam melarutkan senyawa resin, lemak, minyak, asam lemak, dan klorofil. Fitokimia Ekstrak Ekstrak etanol daun mangium, surian, dan pegagan diuji kadar fenol total secara kuantitatif serta kandungan fitokimianya secara kualitatif. Berdasarkan hasil uji fitokimia secara kualitatif (Tabel 2) menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun mangium dan surian mengandung alkaloid, flavonoid, fenol, steroid, saponin dan tanin, sedangkan ekstrak daun pegagan mengandung flavonoid, fenol, steroid, triterpenoid, saponin dan tanin. Senyawa fenolik atau polifenolik antara lain berupa golongan flavonoid. Kemampuan flavonoid sebagai antioksidan telah
8 banyak diteliti, dimana flavonoid memiliki kemampuan untuk mengubah atau mereduksi radikal bebas dan juga sebagai anti radikal bebas (Cos et al. 2009). Berdasarkan analisis kadar fenol total (Tabel 2), ekstrak daun surian memiliki kadar fenol total lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak etanol daun mangium dan ekstrak etanol daun pegagan. Hal ini diperkuat oleh hasil analisis fitokimia kualitatif bahwa ekstrak etanol daun surian terdeteksi sangat kuat mengandung senyawa flavonoid, tanin, dan terdeteksi kuat mengandung fenol hidroquinon, sedangkan ekstrak etanol mangium terdeteksi sedang mengandung flavonoid dan terdeteksi kuat mengandung tanin dan fenol hidroquinon. Ekstrak etanol daun pegagan terdeteksi kuat mengandung flavonoid dan terdeteksi lemah mengandung tanin dan fenol hidroquinon. Menurut Purba et al. (2014) kadar fenol total berbanding lurus dengan aktivitas antioksidan. Semakin tinggi kadar fenol total dalam suatu bahan, maka semakin tinggi pula aktivitasnya sebagai antioksidan. Hal ini mengindikasikan ekstrak daun surian hasil ekstraksi etanol berpotensi mengandung antioksidan yang paling tinggi. Ekstrak etanol daun pegagan terdeteksi kuat mengandung saponin. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa asiatikosida terkandung dalam ekstrak etanol daun pegagan. Asiotikosida merupakan saponin yang dapat meningkatkan pembentukan kolagen kulit sehingga mampu memperbaiki kerusakan sel pada kulit dan meremajakan kulit (Herawati 2014). Tabel 2 Hasil analisis kadar fenol total dan fitokimia secara kualitatif terhadap ekstrak etanol daun mangium, surian, dan pegagan Senyawa aktif Alkaloid Flavonoid Fenol hidroquinon Steroid Triterpenoid Tanin Saponin Kadar fenol total (mg/g AGE) Ket : - :tidak terdeteksi +++ : terdeteksi kuat
mangium + ++ +++ + +++ +++
Uji Fitokimia surian +++ ++++ +++ + ++++ ++
pegagan +++ + ++ +++ + +++
138.1857
430.2457
27.9315
+ : terdeteksi lemah ++ : terdeteksi sedang ++++ : terdeteksi sangat kuat
Aktivitas Antioksidan Ekstrak secara In-Vitro Hasil pengujian menunjukkan adanya respon penangkapan radikal bebas terhadap ekstrak yang berbeda. Interpolasi antara konsentrasi ekstrak dengan persen penangkapan radikal bebas menghasilkan persamaan regresi yang berbeda sehingga menghasilkan nilai EC50 yang berbeda. Berdasarkan hasil perhitungan (Tabel 3), aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol daun mangium dan surian tergolong sangat kuat serta ekstrak etanol daun
9 pegagan tergolong kuat. Hal ini disebabkan karena ekstrak etanol daun mangium dan surian mengandung senyawa fenolik yang lebih kuat dibandingkan dengan ekstrak etanol daun pegagan. Nilai EC50 yang semakin rendah menunjukkan aktivitas antioksidan ekstrak semakin tinggi. Tabel 3 Nilai EC50 dan aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun mangium, surian dan pegagan serta kombinasi ekstrak Ekstrak EC50 (µg/ml) Aktivitas antioksidan **) Mangium Sangat kuat 29.53±1.30 Surian Sangat kuat 13.08±0.75 Pegagan Kuat 51.99±2.42 Kombinasi* Sangat kuat 19.40±0.73 Vitamin C Sangat kuat 2.29±0.05 Kuersetin Sangat kuat 3.66±0.35 BHT Sangat kuat 3.55±0.34 Keterangan : *) Kombinasi ekstrak daun mangium:surian:pegagan = 1:1:2 **) Menurut Blois (1958) dalam Ukhty (2011)
Berdasarkan Tabel 3, kombinasi ekstrak etanol daun mangium, surian, dan pegagan dengan perbandingan 1:1:2, memiliki aktivitas antioksidan yang tergolong sangat kuat. Menurut Ardhie (2011), agar antioksidan dapat bekerja secara optimal maka diperlukan sinergisme sistem antioksidan dengan menghindari senyawa antioksidan tunggal. Kombinasi antioksidan bekerja secara sinergistik untuk regenerasi dan saling meningkatkan kekuatan masing-masing antioksidan. Kombinasi dengan ekstrak etanol pegagan yang paling banyak kapasitasnya bertujuan untuk mendapatkan asiatikosida yang berpotensi untuk meningkatkan sintesis kolagen dan menghambat produksi jaringan bekas luka yang berlebihan (Annisa 2006). Besarnya nilai aktivitas antioksidan dalam kombinasi tersebut juga dipertegas oleh penelitian tentang potensi pegagan sebagai antioksidan yang dilaporkan oleh Hashim et al. (2011) yang menyatakan bahwa ekstrak pegagan memiliki efek antioksidan, meningkatkan sintesis kolagen yaitu berperan dalam peremajaan kulit dan kemampuan proteksi terhadap sinar UV. Aktivitas Antioksidan Krim Berdasarkan uji ANOVA, waktu penyimpanan selama 21 hari tidak berpengaruh nyata terhadap aktivitas krim antioksidan pada tingkat kepercayaan 95%. Hal ini dikarenakan bahwa krim antioksidan memiliki kestabilan fisik yang baik. Kestabilan fisik suatu emulsi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kestabilan kimia dari bahan pengemulsi (emulgator), suspending agent, pengawet, dan bahan aktif antioksidan (Harmita 2006). Penelitian Budiman (2008) menyatakan bahwa krim antioksidan yang disimpan selama 8 minggu tidak menunjukkan adanya gejala pemisahan fase karena zat aktif dan basis krim tercampur secara homogen serta jumlah emulgator yang cukup untuk menstabilkan emulsi. Berdasarkan uji ANOVA, interaksi konsentrasi bahan aktif (kombinasi ekstrak etanol daun surian, mangium, dan pegagan 1:1:2) dan waktu ultrasonikasi
10
EC50 (µg/ml)
berpengaruh nyata terhadap aktivitas antioksidan krim yang baru dibuat. Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa krim dengan konsentrasi bahan aktif ekstrak 1% dengan waktu ultrasonikasi 60 menit memiliki aktivitas antioksidan yang tidak berbeda nyata dengan krim berbahan aktif 1% dengan ultrasonikasi 30 menit. Kedua formula krim tersebut memiliki aktivitas antioksidan yang lebih tinggi dan berbeda sangat nyata dengan krim komersil dan krim yang dibuat lainnya (Gambar 2). Hal ini sesuai dengan penelitian Rahmi et al. (2013) yang menyatakan bahwa untuk mendapatkan produk dengan ukuran nano partikel maka perlu dilakukan pengolahan kembali dengan menggunakan ultrasonikasi pada kisaran waktu sebesar 30 menit dan 60 menit. Newman et al. (2006) menyatakan bahwa ukuran nano partikel pada krim antioksidan berperan lebih baik dalam mekanisme absorpsi sinar UV. 5000,0 4000,0 3000,0 2000,0 1000,0 0,0
1 21 1 21 1 21 1 21 1 21 1 21 1 21 1 21 1 21 k (0) (30) (60) (0) (30) (60) (0) (30) (60) komersil Series1 4353,4 2058,8 1074,2 1701,9 1032,3 810,6 538,4 365,8 210,4 3796,9 Series2 4409,3 2463,4 1192,2 1921,2 1172,8 797,3 628,18 379,16 245,09 waktu penyimpanan (menit waktu ultrasonikasi
Gambar 2 Nilai EC50 sediaan krim antioksidan pada konsentrasi 0.25% ( 0.5% ( ) 1% ( )
)
*huruf yang berbeda menunjukkan nilai EC50 yang berbeda nyata pada taraf nyata (α 0.05)
Sifat Fisikokimia Krim Hasil pengujian fisikokimia menunjukkan dua parameter yang berbeda yaitu uji organoleptik yang terdiri dari perubahan warna dan bau serta uji derajat keasaman pada masing-masing formula krim yang disimpan selama 21 hari di suhu kulkas dan suhu ruang. Hasil uji organoleptik Hasil uji organoleptik warna (Tabel 4) yang dihasilkan tiap konsentrasi krim mempunyai warna yang berbeda, semakin besar konsentrasi ekstrak yang ditambahkan dalam krim, semakin pekat warna yang dihasilkan krim.
11 Table 4 Pengamatan warna dan bau pada krim dalam dua keadaan penyimpanan Warna* Suhu kulkas Suhu ruang YellowWhite Yellow White 1 158C 158C YellowWhite Yellow White 3 158C 158C YellowWhite Yellow White 5 158C 158C 0.25 YellowWhite Yellow White 7 158C 158C YellowWhite Yellow White 14 158C 158C YellowWhite Yellow White 21 158C 158C 1 Yellow 11D Yellow 11D 3 Yellow 11D Yellow 11D 5 Yellow 11D Yellow 11D 0.5 7 Yellow 11D Yellow 11D 14 Yellow 11D Yellow 11D 21 Yellow 11D Yellow 11D 1 Yellow 10D Yellow 10D 3 Yellow 10D Yellow 10D 5 Yellow 10D Yellow 10D 1.0 7 Yellow 10D Yellow 10D 14 Yellow 10D Yellow 10D 21 Yellow 10D Yellow 10D Basic 1 putih putih krim 3 putih putih 5 putih putih 7 putih putih 14 putih putih 21 putih putih * Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (2004) Formula krim (%)
Hari ke
Bau Suhu kulkas
Suhu ruang
Tidak berbau
Tidak berbau
Tidak berbau
Tidak berbau
Tidak berbau
Tidak berbau
Tidak berbau
Tidak berbau
Tidak berbau
Tidak berbau
Tidak berbau
Tidak berbau
Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau
Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau
Sediaan krim antioksidan yang disimpan selama 21 hari tidak mengalami perubahan warna, hal ini disebabkan karena basis krim bersifat inert sehingga tidak terjadi interaksi antara ekstrak dan emulgator (BPOM 2005). Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Meisaroh (2015) , bahwa krim yang disimpan selama 21 hari mengalami perubahan warna yang cukup signifikan disebabkan adanya faktor peningkatan suhu yang dapat mempercepat terjadinya reaksi kimia (Djajadisastra 2004).
(a)
(b)
(c)
Gambar 3 Hasil pengamatan warna pada krim antioksidan (a) konsentrasi ekstrak 0.25% (b) konsentrasi ekstrak 0.5% (c) konsentrasi ekstrak 1%
12 Hasil uji organoleptik bau pada semua formula krim mempunyai kesamaan bau. Hal ini sesuai dengan bahan fase lemak yang berbau khas seperti minyak dalam krim pada umumnya. Perubahan bau atau sering disebut ketengikan dapat disebabkan oleh oksigen dari udara terhadap minyak, yaitu adanya kombinasi dari dua faktor tersebut dapat mempercepat reaksi oksidasi (Djajadisastra 2004). Pengamatan bau pada formula krim menunjukkan hasil yang tidak berbeda antar kondisi penyimpanan. Semua formula krim tidak mengalami perubahan bau setelah dilakukan penyimpanan selama 21 hari.
pH
Hasil uji derajat keasaman Uji derajat keasaman dilakukan untuk mengetahui keamanan krim saat digunakan sehingga tidak mengiritasi kulit. Tiga formula disimpan pada dua keadaan penyimpanan. Gambar 4 menunjukkan tidak terjadi perubahan yang signifikan pada pH krim yang disimpan selama 21 hari pada suhu kulkas. Nilai pH krim yang disimpan pada suhu kulkas pada hari pertama pengamatan yaitu sebesar 6, namun setelah hari ke-3 pengamatan, pH krim mengalami perubahan menjadi netral (7). Menurut Winarno dan Jenie (1982), faktor suhu berpengaruh besar terhadap pembentukan kadar asam dimana suhu penyimpanan rendah diperoleh dari kadar asam dalam konsentrasi rendah, karena adanya hambatan pertumbuhan bakteri asam, begitupula sebaliknya. Hal ini yang menyebabkan pH krim pada suhu kulkas menjadi netral. 10 8 6 4 2 0
SNI 16-4399-1996 pH 4.5-8
1
3
5
7
14
21
hari ke-
Gambar 4 Grafik hubungan pH pada formula krim dalam penyimpanan suhu kulkas selama 21 hari. Basic cream ( ) konsentrasi 0.25% ( ) konsentrasi 0.5% ( ) konsentrasi 1% ( ) Gambar 5 menunjukkan bahwa nilai pH krim yang disimpan pada suhu ruang pada hari pertama pengamatan yaitu sebesar 6 dan tidak mengalami perubahan pH dalam penyimpanan selama 21 hari. Hasil rata-rata pH formula krim berkisar antara 6-7. Hal ini menyatakan bahwa produk yang dihasilkan relatif aman digunakan. Menurut Iswari dan Latifah (2007), pH produk kosmetik sebaiknya mendekati pH kulit yaitu 5.5 atau masih dalam rentang pH 4.5-8.0 sesuai pH yang dipersyaratkan SNI 16-4399-1996 (BSN 2005). Produk kosmetik yang memiliki pH kurang dari 4.5 dapat mengiritasi kulit sementara nilai pH yang melebihi 8.0 dapat membuat kulit menjadi bersisik (Sharon et al. 2013). Berdasarkan hasil pengujian nilai pH dari penyimpanan hari pertama sampai hari ke-21 pada suhu ruang ataupun suhu kulkas krim masih aman digunakan.
pH
13 10 8 6 4 2 0
SNI 16-4399-1996 pH 4-8
1
3
5
7
14
21
hari ke-
Gambar 5 Grafik hubungan pH pada formula krim dalam penyimpanan suhu ruang selama 21 hari. Basic cream ( ) konsentrasi 0.25% ( ) konsentrasi 0.5% ( ) konsentrasi 1% ( ) Viskositas krim Uji viskositas krim dilakukan pada awal pembuatan krim untuk mengetahui tingkat kekentalan dari suatu sediaan krim, makin tinggi viskositas akan semakin besar tahanannya atau semakin kental (Ariyanti dan Agus 2010). Table 5 Hasil uji viskositas krim antioksidan Konsentrasi ekstrak Viskositas (dPs) (%) 0 menit 30 menit 0.25 60 60 0.50 60 60 1 60 60
60 menit 60 60 60
Hasil pada uji viskositas formula krim dengan waktu ultrasonikasi 0 menit, 30 menit dan 60 menit memiliki nilai viskositas yang tidak berbeda yaitu 60 dPs pada kecepatan 50 rpm. Hal ini menunjukkan bahwa waktu ultrasonikasi tidak berpengaruh terhadap viskositas krim. Faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas krim yaitu viskositas medium disperse, presentase volume medium disperse dan jenis serta konsentrasi emulsifier/stabilizer yang digunakan (Bird 1993). Viskositas ideal untuk tipe krim minyak dalam air yaitu tidak kurang dari 50 dPs (Gozali et al. 2009). Hal ini menunjukkan bahwa viskositas formula krim yang dibuat telah memenuhi viskositas krim ideal.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Rendemen ekstrak etanol daun surian, mangium, dan pegagan berturut-turut adalah 20.8%, 14.32%, dan 13.91%. Ekstrak etanol daun surian memiliki aktivitas antioksidan tertinggi dan tergolong sangat kuat (EC50 13.08 µg/ml), diikuti ekstrak daun mangium (EC50 29.53 µg/ml), dan pegagan (EC50 51.99
14 µg/ml). Aktivitas antioksidan campuran ketiga ekstrak dengan kombinasi ekstrak daun surian : mangium : pegagan 1:1:2 tergolong sangat kuat (EC50 19.40 µg/ml). Kadar fenol total ekstrak etanol daun surian, mangium, dan pegagan berturut-turut 430.24 mg/g AGE, 138.18 mg/g AGE, dan 27.93 mg/g AGE. Analisis fitokimia kualitatif menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun surian terdeteksi lebih kuat mengandung senyawa flavonoid dan tanin dibandingkan ekstrak etanol daun mangium dan pegagan. Ekstrak daun pegagan terdeteksi kuat mengandung saponin. Interaksi konsentrasi ekstrak dan waktu ultrasonikasi mempengaruhi aktivitas antioksidan krim. Krim yang dibuat dengan konsentrasi ekstrak 1% yang diultrasonikasi 60 menit tidak berbeda nyata dengan ultrasonikasi 30 menit. Kedua ekstrak memiliki aktivitas antioksidan yang lebih tinggi (EC 50 210.56µg/ml dan 365.77 µg/ml) dari krim yang dibuat lainnya (EC50 538.4 µg/ml–4353.4 µg/ml) serta krim komersial (EC50 3796.8 µg/ml). Penyimpanan krim selama 21 hari tidak mempengaruhi aktivitas antioksidan dan sifat fisikokimianya. Semua formula krim yang dibuat tidak mengalami perubahan warna dan bau meskipun disimpan selama 21 hari pada suhu kulkas dan suhu ruang. Uji viskositas menunjukkan krim yang telah dibuat telah memenuhi nilai viskositas ideal krim tipe minyak dalam air yaitu tidak kurang dari 50 dPs. Nilai pH dari semua formula memenuhi standar pH kosmetik atau yang dipersyaratkan SNI 16-4399-1996 (4.58.0). Saran Penelitian ini perlu dilanjutkan untuk pengujian antioksidan secara in-vivo, pengujian fisikokimia dan viskositas krim pada sediaan krim dengan waktu penyimpanan yang lebih lama.
DAFTAR PUSTAKA Annisa. 2006. Pegagan Meningkatkan Daya Ingat. Bandung (ID): Sekolah Ilmu dan Teknologi. Ardhie AM. 2011. Radikal bebas dan peran antioksidan dalam mencegah penuaan. Medicinus 24:3-9. Ariyanti ES, Agus M. 2010.Otomatisasi pengukuran koefisien viskositas zat cair menggunakan gelombang ultrasonik. J Neutrino. 2(2):142-152. Bird T. 1993. Kimia Fisik untuk Universitas. Jakarta (ID): Gramedia. Budiman MH. 2008. Uji stabilitas dan aktivitas antioksidansediaan krim yang mengandung ekstrak kering tomat [skripsi]. Depok (ID): Universitas Indonesia. BPOM RI. 2005. Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK 00.05.41.1384 tentang Kriteria dan Tata Laksana Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka. Jakarta (ID): Kepala BPOM. BPOM RI. 2008. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Jakarta (ID): Sagung Seto dan Koperpom.
15 [BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2005. Sediaan Tabir Surya. SNI 16-43991996. Jakarta (ID): Badan Standarisasi Nasional. Carter S. 1975. Dispensing for Pharmaceutical Student. 12 th Edition. London (GB): Pitman Medical Publishing. Cos P, Ying L, Calomme M, Jia P, Arnold J. 2009. Structure activity relationship and classification of flavonoids as inhibitors of xanthine oxidase and superoxide scavengers. J Nat Prod. 61(1):71-76. Djajadisastra J. 2004. Cosmetic Stability. Depok (ID): UI Press Gamse T. 2002. Liquid-liquid Extraction and Solid-liquid Extraction. New York (US): Graz Pr. Ghosal M, Mandal P. 2012. Phytochemical screening and antioxidant activities of two selected „Bihi‟ fruits used as vegetables in Darjeeling Himalaya. J. Food Phar. Sci. 4(2): 0975-1491. Ghozali D, Abdassah M, Subghan A, Lathiefah S. (2009). Formulasi krim pelembab wajah yang mengandung tabir surya nanopartikel zink oksida salut silikon. Farmaka 7 (1): 37-47. Hambali EMZ, Naution, Herliana E. 2005. Membuat Aneka Herbal Tea. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Harborne JB. 1996. Metode Fitokimia. Bandung (ID): ITB. Terjemahan dari Phytochemical Methods. Harmita. 2006. Buku Ajar Analisis Fisikokimia. Depok (ID): UI Press Hashim R, Ambali AR, Suleiman GE, Bakar AN, Tariq Z. 2011. Servant leadership‟s values and staff‟s commitment: Policy implementation focus. Am. J. Sci. Res. 13:18-40. Herawati Y. 2014. Pemberian oral ekstrak daun pegagan (Centella asiatica) lebih banyak meningkatkan jumlah kolagen dan menurunkan ekspresi MMP-1 daripada vitamin C pada tikus wistar (Rattus norvegicus) yang dipapar sinar UV-B [tesis]. Bali (ID): Universitas Udayana. Indrayani L, Soetjipto H, Sihasale L.2006. Skrining fitokimia dan uji toksisitas ekstrak daun pecut kuda (Stachytarpheta jamaicensis L.Vahl) terhadap larva udang Artemia salina Leach. Hayati 12:57-6. Iswari R, Latifah F. 2007. Buku pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama. Leu SJ, Lin YP, Lin RD. 2006. Phenolic constituents of Malus doumeri var. formosana in the field of skin care. Biol. Pharma. Bull. 29(4):740–745. LIPI. 2004. Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi. Prosiding Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. Jakarta. Markham KR. 2013. Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Padmawinata K, penerjemah; Niksolihin S, editor. Bandung (ID): ITB. Terjemahan Techniques of Flavonoid Identification. Meisaroh N. 2015. Sifat antioksidan dan fisikokimia krim dari kombinasi fraksi aktif daun mangium, surian, dan pegagan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR, Carranza FA. 2006. Clinical Diagnosis. Missouri (USA): Saunders Elsevier. Pradono DI, Darusman LK, Febriany S. 2005. Pengaruh ekstrak tunggal dan gabungan dari bangle terhadap aktivitas enzim lipase dalam kajian sebagai
16 pelangsing. Seminar Nasional Tumbuhan Obat Indonesia XXIV: 2003 Sept 19-20: Bogor, Indonesia. Bogor (ID): 276-282. Pramono S, Ajiastuti D. 2008. “Standarisasi ekstrak herbal pegagan (Centella asciatica) berdasarkan kadar asiatikosida secara KLT densitometri.” Majalah Farmasi. 15(3):118-123. Purba DM, Wibowo MA, Ardiningsih P. 2014. Aktivitas aktivitas dan sitotoksik ekstrak metanol daun sengkubak (Pycnarrhena cauliflora Diels). JKK 3(1):63-68. Rahmi D, Yunilawati R, Ratnawati E. 2012. Pengaruh nano partikel terhadap aktifitas antiageing pada krim. JKK 33(1):235-238. Ramadhan AE, Phaza HA. 2010. Pengaruh konsentrasi etanol, suhu dan jumlah stage pada ekstraksi oleoresin jahe (Zingiber officinale Rosc) [skripsi]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro. Rusli S, Darmawan D. 1998. Pengaruh cara pengeringan dan tipe pengeringan terhadap mutu jahe kering. Balitro 3(2):80-83.
Sari RK, Syafii WS, Achmadi SS, Hanafi M. 2011. Aktivitas antioksidan dan toksisitas ekstrak etanol surian (Toona sinensis). JITHH 4(2):45-51 Sari RK, Nawawi DS, Darmawan W. 2013. Eksplorasi Senyawa Antikanker dari Limbah Industri Kayu Rakyat. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sharon N, Anam S, Yuliet. 2013. Formulasi krim ekstrak etanol bawang hutan (Eleutherine palmifolia L. Merr). J Nat Sci. 2(3):111-122. Shyur L, jieh-hen T, Je-Hsin C. Chih-Yang C, Chiu-ping L. 2005. Antioxidant properties of extract from medical plants popularly used in Taiwan. IJASER 3(3):195-202. Syafii W, Siregar IZ. 2008. Sifat Kimia dan Dimensi Serat Kayu Mangium. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan IPB Ukhty N. 2011. Kandungan senyawa fitokimia, total fenol dan aktivitas antioksidan lamun Syringodium isoetifolium [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Winarno FG, Jenie BSL. 1982. Kerusakan Bahan Pangan dan Cara Pencegahannya. Bogor (ID): Ghalia Indonesia.
17
RIWAYAT HIDUP Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara yang lahir di Tebing Tinggi pada tanggal 03 Desember 1994 dari pasangan Bapak Poniman dan Ibu Herlina. Pada tahun 2012 penulis menyelesaikan studi di SMAN 2 Tebing Tinggi dan diterima di Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama menempuh pendidikan di Fakultas Kehutanan IPB, penulis telah mengikuti Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Kamojang dan Sancang Barat pada tahun 2014, Praktek Pengolahan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan Gunung Walat pada tahun 2015, serta Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Intracawood Manufacturing, Juata Permai Kalimantan Utara. Penulis aktif mengikuti kegiatan organisasi di kampus, antara lain anggota Himpunan Mahasiswa Hasil Hutan (Himasiltan) tahun 2013-2014, finalis IPB Green Environmental Ambassador 2015, panitia Komisi Disiplin Bina Corps Rimbawan (BCR) Fahutan IPB tahun 2013, panitia Forester Cup tahun 2014, anggota divisi Olahraga Alam Bebas Rimbawan Pecinta Alam (Rimpala) Fahutan tahun 2014-2016, anggota Internasional Forestry Student and Association Local Commite (IFSA LC-IPB) tahun 2014-2015. Selain itu penulis juga pernah menjadi delegasi Indonesian Youth Dream Camp 2015 di Yogyakarta dan menjadi tim inisiator Indonesian Youth Dream regional Jabodetabek 2016. Dalam menyelesaikan studi di IPB, penulis melakukan penelitian yang berjudul “Sifat fisikokimia kombinasi ekstrak etanol daun mangium, surian, dan pegagan sebagai krim antioksidan” di bawah bimbingan Dr Ir Rita Kartika Sari, MSi dan Prof Dr Dra Ietje Wientarsih A.pt, MSc.