Jurnal Ilmiah IKIP Mataram
Vol. 1. No. 2 ISSN:2355-6358
UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENDENGARKAN MELALUI PEMANFAATAN MEDIA PAKET CD PRO SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS YANG INOVATIF PADA SISWA KELAS IX/A SMPN 4 MONTA Sholihin Dosen Pendidikan Bahasa Inggris STKIP Taman Siswa Bima E-mail:
[email protected] ABSRTAK: Hal yang mendasar dan penting sekali dalam mempelajari bahasa Inggris adalah keterampilan berbahasa Mendengarkan (Listening Skill). Keterampilan mendengarkan salah satu unsur bahasa yang tingkat kesulitannya tinggi. Maka seorang pengajar, termasuk dalam hal ini guru, tutor, ataupun fasilitator harus bisa memilih media serta materi pembelajaran yang tidak hanya canggih, tetapi yang terpenting adalah mampu menjadikan pembelajaran yang inovatif dan efektif. Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah berapa besar peningkatan keterampilan Mendengarkan (listening) siswa dengan menggunakan media PAKET CD Pro dalam pembelajaran bahasa Inggris. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan apakah dengan pemanfaatan media PAKET CD Pro ini dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan tingkat keberhasilan peningkatan kinerja guru dalam melaksanakan semua tahapan pembelajaran. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, artinya penelitian dilakukan di kelas dalam satu sekolah. PTK dilaksanakan dalam bentuk proses pengkajian yang terdiri dari empat tahap yaitu: perencanaan, implementasi tindakan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX/A SMP Negeri 4 Monta Kab. Bima. Data hasil penelitian ini diperoleh berdasarkan Post-test pada tiap-tiap siklus pembelajaran., baik dari hasil Pra tindakan, maupun dari siklus pertama dan kedua. Hasil penelitian tindakan kelas ini menunjukkan bahwa pemanfaatan media PAKET CD PRO dapat meningkatkan kemampuan mendengarkan (listening) bahasa Inggris siswa. Peningkatan tersebut terlihat dari nilai yang dicapainya. Peningkatan terjadi pada perolehan hasil evaluasi. Untuk peningkatan prestasi siswa, pada siklus pertama sudah menunjukkan kenaikan, dari skor ketercapaian 51,2% pada Pre-test, naik menjadi 67,6% pada Post-test siklus pertama (naik hingga 16,4%). Dengan ketuntasan klasikal 44,8%. Namun demikian kenaikan angka tersebut belum memenuhi indikator ketuntasan 69% (KKM). Kemudian dilakukan lagi tindakan selanjutnya pada siklus kedua. Hasil pada siklus kedua mengalami kenaikan yang cukup signifikan, yaitu mencapai skor ketuntasan 85,6% (naik hingga 18%). Dengan ketuntasan klasikal 100%. Untuk Kinerja guru menunjukkan kenaikan yang mengembirakan pada level ketuntasan klasikal siklus pertama mencapai 66,7%. Kemudian ketuntasan klasikal pada siklus kedua mengalami kenaikkan 22,7%, yaitu mencapai angka 94,4%, dari indikator yang ditetapkan 90%. Berdasarkan kesimpulan diatas penulis ingin memberikan beberapa masukan kepada semua rekanrekan pendidik bahasa Inggris ataupun stake-holders. Pertama, media PAKET CD Pro dapat dipertimbangkan untuk digunakan dalam keterampilan Mendengarkan (Listening) bahasa Inggris. Kedua, selalu menciptakan media serta materi pengajaran yang inovatif dan bervariasi. Ketiga, manfaatkan media yang ada sebagai media pembelajaran sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan pendidikan masa kini. Kata Kunci: Keterampilan Mendengarkan, Media PAKET CD PRO, Pembelajaran Inovatif. PENDAHULUAN Dalam era globalisasi ini peran sebuah bahasa terutama bahasa Inggris sangatlah penting, terlebih fungsi bahasa sebagai alat komunikasi. Itulah yang membedakan mata pelajaran Bahasa Inggris dengan mata pelajaran lainnya. Bahasa Inggris adalah sebagai bahasa internasional, jadi sangat penting sekali untuk dikuasai. Bahasa Inggris merupakan salah satu bahasa yang digunakan secara luas dalam setiap aspek kehidupan. Menyadari kenyataan
pentingnya bahasa Inggris dimasa depan, maka pembelajaran bahasa Inggris sedini mungkin harus di terapkan di sekolah-sekolah baik itu pada pendidikan formal, informal maupun nonformal. Salah satu unsur bahasa yang penting dikuasai oleh pembelajar bahasa Inggris adalah keterampilan Mendengarkan (listening), disamping keterampilan Berbicara (speaking), Menulis (writing), dan Membaca (reading). Tingkat kesulitan siswa dalam memahami teks-teks lisan pada keterampilan
282
Jurnal Ilmiah IKIP Mataram Mendengarkan bahasa Inggris tergolong cukup tinggi. Oleh karena itu, tugas seorang guru adalah bagaimana memanipulasi kondisi tersebut, sehingga siswa tidak lagi kesulitan dalam belajar. Dalam hal ini, pemilihan media maupun materi ajar pada keterampilan Mendengarkan bahasa Inggris sangatlah penting. Banyak sekali media pembelajaran yang sudah ada namun belum semuanya mampu menciptakan suasana belajar yang inovatif dan efektif. Begitu juga dengan materi ajar yang digunakan. Banyak sekali materi atau sumber belajar yang dimanfaatkan untuk mendukung keberhasilan pembelajaran bahasa Inggris, namun semuanya belum bisa memberikan hasil yang maksimal. Hal ini dapat dilihat dari nilai siswa yang hanya berkisar pada rata-rata nilai 5,6 saat sebelum dilakukan tindakan. (data terlampir). Penerapan pembelajaran yang aktif, efektif, dan menyenangkan atau disingkat PAKEM dalam pembelajaran bahasa Inggris sangat diperlukan. Namun itu saja tidak cukup memberikan perubahan positif terhadap perilaku belajar siswa secara keseluruhan, terutama dalam meningkatkan keterampilan Mendengarkan bahasa Inggris. Dalam prakteknya, sangat diperlukan pembelajaran yang tidak hanya aktif, efektif dan menyenangkan, tetapi juga diperlukan pembelajaran yang inovatif, yang sekarang kita kenal dengan istilah PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan). Pembelajaran yang inovatif dimaksudkan agar guru menciptakan suasana kelas yang selalu mengalami perubahan yang positif dengan memunculkan ide-ide baru, termasuk dari aspek medianya. Pembelajaran yang inovatif tidak hanya dimaknai dari aspek penerapannya tetapi juga yang penting adalah media. Karena unsur-unsur yang terlibat dalam pembelajaran itu bukan hanya siswa, tetapi juga guru. Untuk memperoleh suasana belajar yang inovatif, pelu didukung oleh media yang inovatif. Untuk menciptakan media yang inovatif tentunya diperlukan guru yang inovatif pula. Seringkali siswa merasa bosan dan tidak berkembang di dalam kelas karena model dan media yang digunakan oleh guru sangat monoton dan konvensional. Sehingga dalam pelaksanaannya pun tidak berjalan secara efektif. Judul yang diangkat dalam penelitian ini adalah “Upaya Peningkatan Keterampilan Mendengarkan Melalui Media PAKET CD Pro
Vol. 1. No. 2 ISSN:2355-6358 Sebagai Media Pembelajaran Bahasa Inggris yang Inovatif.” Tujuan penelitian untuk membuktikan apakah dengan menggunakan media PAKET CD Pro dalam pembelajaran Bahasa Inggris dapat meningkatkan keterampilan Mendengarkan (Listening Skill) pada siswa kelas IX/A di SMPN 4 Monta Kab. Bima? TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Media Pembelajaran Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim kepada penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa yang menjurus kearah terjadinya proses belajar. Yang dimaksud dengan makna dan manfaat di sini adalah media yang mempunyai arti tersendiri bagi guru yang menggunakannya sehingga dapat membantu peserta didik memproses pesan-pesan pendidikan atau bahan-bahan pembelajaran yang disampaikan.. berarti media membantu mempertinggi proses belajar yang pada gilirannya dapat mempertinggi hasil belajar yang sangat diharapkan. Ada banyak jenis media pembelajaran yang biasa digunakan dalam proses belajar mengajar, salah satunya adalah Media Proyeksi. Ada beberapa konsep atau definisi media pendidikan atau media pembelajaran. Rossi dan Breidle (1966:3) mengemukakan bahwa: ”Media pembelajaran adalah seluruh alat atau bahan yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan seperti radio, televisi, buku, koran, majalah, dan sebagainya.” Menurut Rossi alat-alat semacam radio dan televisi kalau digunakan dan diprogram untuk pendidikan maka merupakan media pembelajaran. Namun demikian, media bukan hanya berupa alat atau bahan saja, akan tetapi hal-hal lain yang memungkinkan saswa dapat memperoleh pengetahuan. Gerlach dan Ely menyatakan: ”A medium, conceid is any person, material or event that establishs condition which enable the learner to acquire knowledge, skill, and attitude,” (1980:244). Menurut Gerlach, secara umum media itu meliputi orang, bahan peralatan, atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa meperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
283
Jurnal Ilmiah IKIP Mataram Pendapat lain, media pengajaran meliputi perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Hardware adalah alat-alat yang dapat mengantarkan pesan seperti OHP, LCD Proyektor, Komputer dan sebagainya. Sedangkan sofware adalah isi program yang mengandung pesan seperti CD porgram, kaset CD, informasi yang terdapat pada transparansi atau buku dan bahan-bahan cetakan lainnya, cerita yang terkandung dalam film atau materi yang disuguhkan dalam bentuk bagan, grafik, diagram, film animasi dan lain sebagainya. (dalam Sanjaya Wina, 2007:162). B. Klasifikasi Media Pembelajaran Media pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi beberapa klasifikasi tergantung dari sudut mana melihatnya. Dilihat dari sifatnya, media dapat dibagai ke dalam: 1. Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja, atau media yang hanya memiliki unsur suara, seperti radio dan rekaman suara. 2. Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak mengandung unsur suara. Seperti: film slide, foto, tranparansi, gambar dan sebagainya. 3. Media audiovisual, yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat, misalnya rekaman video, kaset CD, film, slide suara dan sebagainya. Dilihat dari kemampuan jangkauannya, media dapat pula dibagi ke dalam: 1. Media yang memiliki daya liput yang luas dan serentak seperti radio dan televisi. Melalui media ini siswa dapat mempelajari hal-hal atau kejadiankejadian yang aktual secara serentak tanpa harus menggunakan ruangan khusus. 2. Media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruang dan waktu seperti OHP, film slide, LCD Proyektor, film, video dan lain sebagainya. Dilihat dari cara atau teknik pemakaiannya, media dapat dibagi ke dalam: 1. Media yang diproyeksikan seperti film, slide, film strip, transparansi, komputer, atau laptop, adalah jenis media yang memerlukan alat proyeksi khusus
Vol. 1. No. 2 ISSN:2355-6358 seperti film proyektor, slide proyektor, overhead proyektor (OHP), dan LCD proyektor untuk memproyeksikan komputer atau laptop. Tanpa dukungan alat proyeksi semacam ini, maka media tersebut tidak akan berfungsi apa-apa. Walaupun ada, hasilnya tidak efektif dan maksimal. 2. Media yang tidak diproyeksikan adalah seperti gambar, foto, lukisan, radio dan sebagainya. C. Kegunaan Media Pembelajaran 1. Memperjelas penyajian agar tidak terlalu verbalitas 2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera 3. Dengan menggunakan media secara tepat dapat mengaktifkan siswa dan siswa pun lebih senang dalam belajar. 4. Memungkinkan siswa belajar sendirisendiri menurut kemampuan dan minatnya. D. Prinsip Penggunaan Media 1. Sebelum menggunakan media harus mengenal karakteristik siswa, sehingga media dapat menyesuaikan dengan kondisi, kemampuan dan karakteristik siswa. 2. Perlu selektif dalam menggunakan media. Jangan terlalu banyak menggunakan media. Hal ini akan membingungkan siswa. 3. Perlu persiapan yang matang, perencanaan kegiatan serta penyususnan tugas-tugas yang akan diberikan kepada siswa. 4. Media harus merupakan bagian intergral dari program pembelajaran. Bukan sekedar mengisi waktu luang atau sekedar hiburan, kecuali memang tujuannya untuk itu. 5. Upayakan penampilan yang positif daripada yang negatif, karena bila yang ditampilan hal yang negatif akan cepat ditiru oleh siswa. 6. Penggunaan media diupayakan dapat mengembangkan kemampuan berbahasa siswa baik lisan maupun tertulis. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas bahwa penggunaan media khususnya yang mampu menampilkan suara dan gambar cukup efektif sebagai media pembelajaran.
284
Jurnal Ilmiah IKIP Mataram E. Penggunaan Media Pada Keterampilan Mendengarkan (listening) Salah satu keterampilan berbahasa Inggris yang penting adalah keterampilan mendengarkan/menyimak (listening). Secara umum tujuan kegiatan keterampilan mendengarkan adalah agar siswa dapat: melaksanakan perintah/petunjuk yang disampaikan secara lisan; memperoleh informasi tentang berbagai hal (deskriptif, percakapan, narasi, nyanyian dan sebagainya) secara lisan (Kasihani K.E dkk. 2002). ”People learn to talk by talking, comprehend oral language by listening, write by writing, and read by reading. And they learn to think by thinking.” (M. Fajri dalam ”Goddman etall, 1987). Belajar bicara dengan berbicara, orang memahami bahasa lisan dengan mendengarkan, orang belajar menulis dengan menulis, orang belajar membaca dengan membaca. Dengan demikian bahwa untuk belajar suatu keterampilan berbahasa harus dengan banyak melakukan praktek. Agar dapat memiliki keterampilan mendengarkan bahasa Inggris dengan demikian siswa juga dituntut untuk banyak berlatih mendengarkan teks lisan sederhana (interpersonal) seperti monolog atau percakapan dari berbagai sumber. Disinilah guru dituntut mencari materi yang tepat untuk pembelajaran Mendengarkan bahasa Inggri F. Pengertian Media PAKET CD PRO Media CD Program atau disingkat CD Pro dalam penelitian ini adalah sebuah media dalam bentuk aplikasi atau program CD yang diformat terlebih dahulu, dengan dua bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris (billingual). Karena itulah media sekaligus materi ini menjadi menarik untuk dijadikan media sekaligus materi ajar terhadap peningkatan keterampilan mendengarkan siswa. CD Program seperti ini merupakan sebuah inovasi baru dimana sudah merupakan media sekaligus menganding materi ajar yang sangat menarik menimbulkan rasa keingintahuan siswa. CD Program macromedia sejenis ini sudah banyak dijual di pasaran sebagai bentuk inovasi teknologi oleh anak bangsa sebagai media pembelajaran bahasa Inggris untuk tingkat anak-anak. Tinggal bagaimana sekarang seorang guru mampu memunculkan ide-idenya dalam pemanfaatan media tersebut sebagai media
Vol. 1. No. 2 ISSN:2355-6358 pembelajaran inovatif dan efektif. Sesuai dengan semangat awal, bahwa bahasa Inggris itu bukan sesuatu yang instan, tetapi butuh tahapan serta proses yang lama untuk mempelajarinya. Maka dari itu, bahasa Inggris harus sudah dikenal oleh anak-anak sejak kecil. Atas dasar itulah, dalam penelitian ini penulis ingin menawarkan media PAKET CD Pro guna pencapaian proses pembelajaran yang inovatif dan efektif. Media PAKET CD Pro ini merupakan gabungan antara Laptop, LCD Proyektor dan CD Program. Dalam penelitian ini kami istilahkan dengan nama PAKET CD Pro, singkatan dari Perangkat Komputer Proyektor dan CD Program. Jadi, terdapat dua media yang ditawarkan dalam media ini. Pertama adalah media PAKET, yaitu Laptop dan LCD atau disebut dengan media hardware (perangkat keras), kedua adalah media CD Program atau disingkat CD Pro, yang disebut dengan media software (perangkat lunak). Di dalam CD program ini terdapat berbagai topik (kompetensi dasar) yang ditawarkan, mulai dari ABC English, 123 Numbers, Let’s Write, dan Sing A Long. Materi ”ABC English” menjadi pilihan penulis dalam penelitin ini. Tentunya materi yang dipilih disesuaikan dengan kompetensi dasar pada kelas VII SMP/Setara. Rendahnya inovasi guru dalam pemanfaatan media terutama media berbasis ICT sebagai media pembelajaran di kelas telah menjadi isu sentral dalam dunia pendidikan kita. Benny A. Pribadi, Dosen FKIP Universitas Terbuka menyatakan: “Dari sisi guru bahwa permasalahan besar yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah terjebaknya guru pada pengajaran konvensional, yaitu metode pengajaran “chalk and talk” yaitu hanya mengandalkan kapur dan ceramah,” (2003). METODE A. Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK), yaitu merupakan salah satu upaya guru atau praktisi dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu pembelajaran siswa. Dalam penelitian tindakan kelas ini berisi refleksi awal dan perencanaan umum. Refleksi awal berupa suatu renungan dalam sehingga dapat menemukan kelemahan-kelemahannya,
285
Jurnal Ilmiah IKIP Mataram yang nantinya diperoleh kemanfaatan berupa perbaikan praktis yang meliputi penanggulangan berbagai permasalahan belajar yang dilayani siswa. PTK dilaksanakan dalam bentuk proses pengkajian yang terdiri atas empat tahap, yaitu: (1) Perencanaan; (2) Implementasi tindakan; (3) Observasi dan (4) Refleksi. Setelah dilakukan refleksi yang berupa analisis dan penilaian terhadap proses tindakan tersebut, akan muncul permasalahan baru yang perlu mendapat perhatian, sehingga perlu merencanakan ulang, dan refleksi ulang. B. Setting Penelitian 1. Lokasi Waktu dan Subyek Penelitian a. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMPN 4 Monta Kab. Bima di Desa Sakuru Kecamatan Monta Kab. Bima. b. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus. Siklus I dari tanggal 15 Juli 2014 sampai dengan tanggal 22 Juli 2014 dan siklus II dilaksanakan pada tanggal 3 Oktober 2014 sampai dengan tanggal 3 November 2014. c. Subyek Penelitian Subyek penelitian adalah siswa kelas IX/A SMPN 4 Monta Kab. Bima dengan jumlah siswa 29 orang, terdiri dari 9 orang laki-laki dan 20 orang perempuan. 2. Faktor Yang diteliti Adapun faktor-faktor yang akan diteliti, adalah: a. Prestasi belajar, diteliti sejauh mana prestasi belajar siswa Kelas IX/A SMPN 4 Monta Kab.Bima khususnya pada keterampilan mendengarkan untuk mata pelajaran Bahasa Inggris. b. Kinerja guru, diteliti sejauh mana ketuntasan guru dalam melaksanakan dan menyelesaikan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). C. Indikator Keberhasilan Tindakan 1. Prestasi belajar siswa. Standar ketuntasan pada Posttest 69%, dengan ketuntasan klasikal sebesar 80%. 2. Kinerja guru.
Vol. 1. No. 2 ISSN:2355-6358 Ketuntasan guru dalam melaksanakan dan menyelesaikan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah 90%. D. Instrumen Penelitian 1. Instrumen penelitian berupa pos- test 2. Lembar observasi kinerja guru E. Desain PTK 1. Perencanaan 2. Implementasi tindakan 3. Observasi dan 4. Refleksi HASIL DAN PEMBAHASAN A. Siklus I 1. Hasil Penelitian a. Perencanaan Tahapan dalam perencanaan dapat dilaksanakan dengan baik. Hanya saja ada sedikit masalah namun tidak menjadi satu kendala, dimana ruangan kelas tidak semua memiliki tirai jendela. Jadi ketika kegiatan belajar berlangsung siswa sedikit silau. Tapi tidak terlalu mengganggu konsentrasi siswa dalam menerima pelajaran. Tampilan proyeksinya masih tetap jelas. Dengan sedikit perhatian dari guru, suasana kondusif belajar dalam ruangan tetap dapat terkontrol dan terjaga. b. Implementasi Tindakan Untuk keseluruhan tahap pembelajaran pada kegiatan inti mulai dari BKOF, MOT, JCOT dan ICOT tidak ditemukan banyak hambatan yang berarti, hanya pada tahap MOT sedikit menyita waktu. Karena setelah mendegarkan rekaman beberapa kali, siswa masih belum langsung dapat menangkap keseluruhan isi CD Program, walaupun materinya dalam format dua bahasa (Billingual), sehingga secara sepontan siswa meminta mengulanginya lagi sampai betulbetul dipahaminya. Akan tetapi semuanya butuh proses untuk bisa beradaptasi dengan suasana baru, media baru dan program materi baru. Dan belum bisa masuk pada tahap kegiatan berikutnya. Bahkan ketika mendengarkan dan melihat rekaman CD, ada beberapa siswa yang tertawa melihat rekaman animasi
286
Jurnal Ilmiah IKIP Mataram yang memang sudah diformat sedemikian rupa. Bagi anak-anak melihat animasi yang berbahasa Inggris dengan suara (dubbing) yang berkarakter lucu sehingga membuat anak-anak tidak mampu menahan tawa. Bagi peneliti hal seperti ini bisa dimaklumi. Justru, suasana belajar seperti ini secara tidak langsung memberikan optimisme bagi kami bahwa media PAKET CD Pro ini telah mampu membuktikan apa yang menjadi spiritnya yaitu menjadikan proses belajar mengajar yang selama ini membosankan bahkan menjadi momok bagi siswa, menjadi proses pembelajaran yang menyenangkan (joyfull learning), yaitu PAIKEM. Kemudian untuk tahap JCOT secara Tabel 1. Nilai Postes Siklus Pertama Jumlah Jumlah Rata-rata Skor Skor Nilai Siswa Maks./Ideal 159
435
67,6
Dimana: 1. Banyak siswa seluruhnya : 29 orang 2. Soal yang telah tuntas : Nomor: 2, 3, 4 3. Perlu Perbaikan secara Individu: 16 orang c. Observasi Kegiatan observasi dilakukan oleh observer mengamati jalannya proses pembelajaran. Dalam observasi ini observer menggunakan lembar observasi dimana dalam format lembar observasi terdapat 18 item. Tiam-tiap item diberi skor 1 apabila dilaksanakan dengan tuntas oleh guru dan diberi skor 0 bila tidak. Ketuntasan guru dalam melaksanakan dan menyelesaikan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disajikan dalam persen (%). Hasil pelaksanaan observasi pada siklus 1 menunjukkan skor ketuntasan guru dalam melaksanakan dan menyelesaikan RPP adalah sebesar 12 %, dan presentase Ketuntasan guru dalam melaksanakan dan menyelesaikan RPP adalah 66,7%. 2. Pembahasan a. Prestasi Belajar Dari hasil Post-Test siklus I menunjukkan bahwa ketercapaian prestasi belajar siswa 67,6%. Dengan
Vol. 1. No. 2 ISSN:2355-6358 keseluruhan tidak ada hambatan, hanya saja pada tahap ICOT sedikit adalah masalah, dimana ada beberapa siswa yang secara diamdiam menyontek milik temannya. Tidak ada sanksi bagi mereka yang menyontek, hanya diberikan peringatan dengan lebih tegas. Karena tahap ini masih dalam siklus pertama, maka kami akan mencoba pada tahap kedua. Mengingat media pembelajaran ini tergolong masih baru bagi mereka dengan suasana yang masih perlu beradaptasi. Secara umum implementasi tindakan pada siklus pertama belum memberikan hasil yang maksimal. Perlu dilakukan perbaikan-perbaikan dari segi implementasinya. Berikut analisis hasil post-test untuk siklus pertama: Ketercapaian (%)
% Ketuntasan Klasikal
Hasil
Belum Tuntas ketuntasan klasikal 44,8%. Kemudian nilai rata-rata siswa 6,5. Meskipun nilai rata-rata ini telah mengalami peningkatan dibanding sebelum diadakan penelitian (5,6), tetapi nilai ini belum memenuhi indikator ketuntasan klasikal yang ditetapkan yakni 80%. Jadi, kesimpulan dari hasil prestasi belajar siswa pada tindakan Siklus Pertama, BELUM BERHASIL. b. Kinerja Guru Nilai kinerja menunjukkan bahwa skor ketuntasan guru dalam melaksanakan dan menyelesaikan RPP 12 dengan prosentase ketuntasan 66,7%. Dengan demikian masih 6 item kinerja guru yang belum diselesaikan (34,3%) pada siklus I ini. Jadi, kesimpulan dari hasil tindakan kinerja guru pada siklus I ini BELUM BERHASIL. Karena belum memenuhi indikator kinerja yang ditetapkan yakni ketuntasan guru dalam melaksanakan rencana pembelajaran 90%. c. Refleksi Data dan pembahasan di atas menunjukkan bahwa dari komponen RPP sudah cukup bagus. Belum tercapainya indikator prestasi belajar siswa disebabkan guru belum mampu melaksanakan seluruh langkah-langkah 44,8
55,2
287
Jurnal Ilmiah IKIP Mataram yang ditetapkan dalam RPP. Dengan demikian secara substantial, RPP tidak perlu diganti atau direvisi. Yang perlu diperbaiki adalah pelaksanaan pembelajaran di kelas khususnya pada langkah: 1) Langkah-langkah pada tahap: a) Pre Activity Guru perlu mengatur kembali proses pengerjaan LKS dengan lebih baik lagi, sehingga proses pengerjaan menyertakan secara aktif seluruh anggota kelompok. Dalam membahas jawaban Work Sheet guru terlalu dominan, sehingga prosesnya kurang menarik. Perlu lebih diakomodir ide-ide atau pendapat siswa. 2) Langkah MOT (Modeling of Text) dan JCOT (Joint Contruction of Text) dalam kegiatan Inti (while Activites). a) Guru dalam membimbing siswa menentukan sendiri jawaban yang tepat belum sampai tuntas, sehingga masih terdapat beberapa siswa yang belum jelas menentukan jawaban, respon teks lisan yang ada dalam CD Program. Guru perlu lebih intensif dalam memberikan bimbingan. b) Guru masih memberikan peran terlalu besar kepada siswa yang pintar, sehingga siswa yang lain kurang aktif. Guru perlu memberikan pemahaman, mengatur siswa yang pintar untuk tidak mendominasi pekerjaan dan memberikan siswa lain untuk berperan. 3) Langkah Independent Construction (ICOT) dalam post activities. Guru belum dapat mengekplorasi minat dan bakat siswa secara individual, sehingga kegiatan individual tampak kurang efektif. Perlu memperbaiki proses kegiatan akhir pembelajaran, diupayakan sampai menit-menit akhir pembelajaran kondisi tetap efektif tidak mengalami penurunan kualitas pembelajaran. Yang penting lagi adalah, Lembaran kerja siswa jangan dulu dibagikan, setelah siswa selesai mendengarkan CD Program.
Vol. 1. No. 2 ISSN:2355-6358 B. Siklus II 1. Hasil penelitian a. Perencanaan Perencanaan siklus II dilakukan dengan mempertimbangkan hasil refleksi siklus I. Pada tahap ini disusun konsep tindakan-tindakan untuk perbaikan pelaksanaan proses pembelajaran sebelumnbya. b. Implementasi Tindakan RPP tidak mengalami perubahan, namun hanya dilakukan perbaikan dan penyempurnaan pada langkah-langkah sebagai berikut: 1) Langkah-langkah pada tahap: a) Pre Activity Usahakan guru sudah mempersiapkan semua perangkat pembelajarannya, seperti: medianya dan materinya. Sehingga tidak dikejar bunyi bel. Karena sangat mengganggu konsentrasi belajar siswa ketika belajar. b) While Activity (Kegiatan Inti) BKOF Guru harus menformat dengan lebih bagus lagi suasana tanya jawab di kelas. Proses pengerjaan dan melibatkan secara efektif dari seluruh anggota kelompok. Dalam membahas jawaban LKS guru tidak lagi dominan. Guru dalam membimbing siswa menentukan sendiri jawaban yang tepat. Guru berhasil mengelola pelajaran dan anak yang pintar tidak lagi mendominasi. ICOT Guru harus dapat mengeksplorasi minat dan bakat siswa secara individual. Guru harus sering memperhatikan siswa dengan bergerak kesegala arah dalam kelas. Sehingga siswa yang duduk paling belakang bias dikontrol, dan merasa diperhatikan oleh guru.
288
Jurnal Ilmiah IKIP Mataram Setelah tindakan yang dilakukan pada siklus 1 belum mencapai hasil ketuntasan, maka akan dilakukan tindakan ke-2 untuk masing-masing Tabel 2. Nilai Postes Siklus Kedua Jumlah Jumlah Rata-rata Skor Skor Nilai Siswa Maks./Ideal 467 580 80 Dimana: 1. Banyak siswa seluruhnya : 29 orang 2. Soal yang telah tuntas : Nomor: 1,2, 3, 4, 5 3. Perlu Perbaikan secara Individu : Tidak ada c. Observasi Dalam kegiatan ini langkahlangkah tidak jauh berbeda dengan yang dilaksanakan pada siklus I. Observer menggunakan lembar observasi kinerja guru untuk mengamati seluruh pelaksanaan proses pembelajaran. Adapun hasil pelaksanaan observasi adalah skor ketuntasan guru dalam melaksanakan dan menyelesaikan RPP adalah 17 %, dan prosentase Ketuntasan guru dalam melaksanakan dan menyelesaikan RPP adalah 94,4%. 2. Pembahasan a. Prestasi Belajar Dari tabel 3 hasil pos tes siklus II di atas menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa. Ketercapaian secara klasikal 76,25%, mengalami peningkatan 13,12% dibanding siklus I. Nilai rata-rata siswa 7,63 mengalami peningkatan 1,32 dibanding siklus I. Ketuntasan belajar mencapai 87,5% mengalami peningkatan 37,5%. Dengan demikian pada siklus II ini dari aspek nilai rata-rata dan kentutasan belajar telah memenuhi Kriteria Ketuntasan Minima (KKM) yang ditetapkan yakni nilai pos tes ratarata >7,5, dan ketuntasan klasikal >80%. b. Kinerja Guru Ketercapaian pada siklus kedua menunjukkan kenaikkan skor ketuntasan kinerja guru dalam melaksanakan dan menyelesaikan RPP dengan prosentase ketuntasan 94,4%. Dimana sebelumnya pada siklus pertama berkisar pada angka
Vol. 1. No. 2 ISSN:2355-6358 komponen penilaian yaitu prestasi belajar siswa dan peningkatan kinerja guru. Berikut analisis hasil Post-Test pada siklus 2: % Ketuntasan Hasil Klasikal 85,6 100 Tuntas 66,2%. Terjadi kenaikkan sebesar 28,2%. Dengan demikian, hasil pencapaian skor untuk kinerja guru dalam melaksanakan RPP pada post tes siklus kedua ini sudah memenuhi standar ketuntasan bahkan melebihi dari target, yang semula ditargetkan minimal 90%, menjadi 94,4%. Dibawah ini grafik hasil postes pada siklus I dan II, sebagai berikut:
Ketercapaian (%)
Gambar 1. Hasil postes pada siklus I dan II c. Refleksi Dari keseluruhan analisis data dan pembahasan di atas secara umum pelaksanaan PTK baik dari aspek prestasi belajar maupun prestasi guru telah berhasil mencapai KKM yang diharapkan. Namun demikian masih terdapat beberapa langkah dalam implementasinya yang masih harus diperbaiki untuk mencapai hasil yang optimal khususnya pada pengelolaan akhir pembelajaran (Post Activities) pada langkah Independent Construction. Dalam hal ini guru sebagai peneliti harus lebih intensif lagi dalammeberikan tugas akhir yang sifatnya individual. Sehingga siswa selain dapat bekerja, belajar secara kelompok juga mampu belajar secara individu serta mandiri. SIMPULAN 1. Dari hasil tindakan yang dilakukan dari tiap-tiap tahap tindakan, terbukti penggunaan media PAKET CD Pro dalam pembelajaran dapat meningkatkan
289
Jurnal Ilmiah IKIP Mataram keterampilan mendengarkan bahasa Inggris siswa. Keberhasilan ini nampak pada hasil ketercapaian siswa pada setiap siklus, baik itu dari prestasi siswa maupun kinerja guru. Untuk prestasi siswa, pada siklus pertama sudah menunjukkan kenaikkan, dari skor ketercapaian 51,2% pada Pre-test, naik menjadi 67,6% pada Post-test siklus pertama (naik hingga 16,4%). Dengan ketuntasan klasikal 44,8%. Namun demikian kenaikan angka tersebut belum memenuhi indikator ketuntasan 69% (KKM). Kemudian dilakukan lagi tindakan selanjutnya pada siklus kedua. Hasil pada siklus kedua mengalami kenaikan yang cukup signifikan, yaitu mencapai skor ketuntasan 85,6% (naik hingga 18%). Dengan ketuntasan klasikal 100%. Untuk Kinerja guru menunjukkan kenaikan yang mengembirakan pada level ketuntasan klasikal siklus pertama mencapai 66,7%. Kemudian ketuntasan klasikal pada siklus kedua mengalami kenaikkan 22,7%, yaitu mencapai angka 94,4%, dari indikator yang ditetapkan 90%. 2. Pemanfaatan media PAKET CD Pro dalam pengajaran keterampilan mendengarkan (Listening) dapat memacu kinerja guru dengan indikator tingginya prosentase kemampuan guru dalam melaksanakan dan menyelesaikan RPP, yakni sebesar 90%.
Vol. 1. No. 2 ISSN:2355-6358
DAFTAR RUJUKAN Dirawat, (1993). Sistem Pembinaan Profesional Guru dan Cara Belajar Siswa Aktif, Jakarta : PT Gramadia. Dirjen Dikdasmen, (2002). Menyimak Bahasa Inggris. Jakarta: Dirjen Dikdasmen Wina Sanjaya, Dr,. M.Pd, (2006). Strategi Pembelajaran, Berorientasi Standar Proses Pendidikan,” Kencana Prenada Media Group. Jakarta. Romlah Tatiek, ( 1991). KeterampilanKeterampilan belajar, Malang, FKIPIKIP Malang. Wardani I.G.A.K, dkk (2002). Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka. Wilda dan Jamaluddin, Penelitian Tindakan Kelas, Didaktika Jurnal Pendidikan Dasar dan TK, Edisi 1/I – 2002, hal. 11 Dinas Dikpora NTB. Dirjen Dikdasmen, (2005). Kurikulum 2004 Pedoman Pengembangan Silabus dan Model Pembelajaran Bahasa Inggris. Jakarta: Dirjen Dikdasmen.
290