Seuntai Kata
S
ensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali sejak 1963. Pelaksanaan ST2013 merupakan amanat UndangUndang Nomor 16 Tahun 1997 Tentang Statistik dan mengacu pada sejumlah rekomendasi dari FAO yang menetapkan “The World Programme for the 2010 Around Agricultural Censuses Covering Periode 2006–2015”.
Pelaksanaan ST2013 dilakukan secara bertahap, yaitu pencacahan lengkap usaha pertanian pada bulan Mei 2013, dilanjutkan dengan pendataan rinci melalui Survei Pendapatan Rumah Tangga Usaha Pertanian pada bulan November 2013 dan Survei Struktur Ongkos Komoditas Pertanian Strategis dalam setiap subsektor pertanian pada bulan Juni–Juli 2014. Diseminasi hasil ST2013 dilakukan secara bertahap dimulai dengan diseminasi angka sementara, angka tetap dan populasi menurut subsektor. Buku ini memuat potret usaha pertanian di Kabupaten Malinau hasil ST2013 menurut subsektor yang terdiri dari Subsektor Tanaman Pangan, Hortikultura, Perkebunan, Peternakan, Perikanan serta Kehutanan. Informasi lebih lanjut dapat dilihat pada website http://st2013.bps.go.id. Publikasi ini merupakan persembahan ketiga dari berbagai publikasi yang akan diterbitkan BPS terkait dengan pelaksanaan ST2013. Kami mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya atas bantuan semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah ikut berpartispiasi dalam menyukseskan Sensus Pertanian 2013.
Jakarta, Mei 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Republik Kabupaten Malinau
Suryamin
Daftar Isi - Gambaran Umum
17
- Subsektor Tanaman Pangan
43
- Subsektor Hortikultura
53
- Subsektor Perkebunan
67
- Subsektor Peternakan
85
- Subsektor Perikanan
95
- Subsektor Kehutanan
115
- Hasil Survei Pendapatan Usaha Rumah Tangga Pertanian 2013
125
Publikasi ini merupakan persembahan ketiga dari seri publikasi yang diterbitkan BPS terkait dengan pelaksanaan ST2013.
Rangkaian Kegiatan ST2013
Diseminasi Angka Tetap ST2013
Pengolahan ST2013-L di Provinsi
Diseminasi Angka Sementara ST2013
Pengolahan ST2013-P di Kabupaten Pelaksanaan Sensus Pertanian 1-31 Mei 2013 Pemutakhiran ST2013-P
Pencacahan ST2013-L
Pelatihan Petugas Pencacah Lengkap (PCL)
Pelatihan Instruktur Daerah (INDA)
Keterangan : ST2013-P adalah daftar pemutakhiran rumah tangga pertanian ST2013-L adalah daftar pencacahan lengkap usaha pertanian
Sosialisasi pelaksanaan ST2013
Publisitas melalui Radio, Spanduk, Banner, Poster, Leaflet, Brosur dan Baliho
Koordinasi dengan Bupati, Dinas dan Instansi Terkait
1. Pelatihan Petugas Pengolah 2. Monitoring Kualitas 3. Editing/Coding
RANGKAIAN KEGIATAN ST2013
1973
1963 Sensus pertanian yang pertama. Cakupan wilayah: daerah perdesaan di seluruh Kabupaten Malinau, kecuali Irian Jaya (Papua). Satuan wilayah sensus terkecil adalah lingkungan. Tujuan utama: mendapatkan data statistik di sektor pertanian yang dapat menggambarkan struktur pertanian di Kabupaten Malinau. Data yang dikumpulkan: penggunaan lahan, irigasi, penggunaan pupuk, ternak, rumah tangga pertanian, tenaga kerja pertanian, fasilitas transportasi untuk menjual hasil pertanian, alat-alat pertanian. Hasil sensus belum sempurna, disebabkan antara lain presisi sampling design rendah, response rate belum optimal, dan adanya Landreform yang dilancarkan pemerintah dengan Undang-Undang No.5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria yang berpengaruh terhadap jawaban responden.
Sensus Pertanian yang kedua. Cakupan wilayah: daerah perdesaan dan perkotaan di seluruh Kabupaten Malinau, kecuali Irian Jaya. Satuan wilayah sensus terkecil adalah blok sensus. Pengumpulan data pada pertanian rakyat, perkebunan rakyat dan perkebunan besar, perikanan laut dan perikanan tambak dilakukan secara terpisah dan dalam waktu yang berbeda. Pencacahan perkebunan besar dilakukan secara lengkap, sedangkan untuk perikanan laut dan tambak hanya dilakukan pada blok sensus terpilih di Sumatera, Jawa, dan Bali. Data yang dikumpulkan: (a) struktur pertanian rakyat yang meliputi data penguasaan dan penggunaan lahan pertanian; struktur tanaman musiman dan tahunan; peternakan; perikanan laut dan darat; peralatan pertanian; pengairan; pemupukan; dsb. (b) Potensi pertanian masingmasing desa yang meliputi luas dan penggunaan lahan; keadaan pengairan dan potensi pengairan; fasilitas pengolahan; pemasaran; pengangkutan dan penggudangan; mekanisme pertanian; perikanan; koperasi; dsb. (c) Data perkebunan besar seperti struktur perkebunan; jenis tanaman; luas dan produksi; pengolahan hasil perkebunan dan pemasarannya; dsb. (d) Data perikanan laut yang meliputi rumah tangga perikanan; alatalat penangkap ikan; perahu/kapal perikanan; penanaman modal; dan jumlah nelayan.
1983 Sensus pertanian yang ketiga. Cakupan: semua kegiatan di sektor pertanian (kecuali kehutanan dan perburuan) di seluruh Kabupaten Malinau, termasuk Irian Jaya dan Timor Timur, baik di daerah perdesaan maupun perkotaan. Satuan wilayah sensus terkecil adalah blok sensus. Data yang dikumpulkan: sama dengan Sensus Pertanian 1973. Konsep pertanian 1983 rumah tangga pertanian mencakup: - Rumah tangga pertanian pengguna lahan: Tanaman padi/palawija, tanaman hortikultura, tanaman perkebunan, peternakan, budidaya ikan/biota lain di kolam air tawar/sawah, dan budidaya ikan/biota lain di tambak air payau. - Rumah tangga pertanian yang tidak menggunakan lahan: Budidaya ikan/biota lain di laut, budidaya ikan/biota lain di perairan umum, penangkapan ikan/biota lain di laut, dan penangkapan ikan/biota lain di perairan umum. Pengumpulan data pokok di sektor pertanian, baik di daerah perkotaan maupun perdesaan, dilakukan melalui pendaftaran rumah tangga pertanian pada blok sensus terpilih. Pengumpulan data dilakukan melalui dua cara, yaitu pencacahan lengkap untuk perusahaan pertanian, KUD, Podes dan pencacahan sampel untuk rumah tangga pertanian.
1993 Sensus pertanian yang keempat. Pendaftaran bangunan dan rumah tangga dilakukan di seluruh Kabupaten Malinau, baik di daerah perdesaan maupun perkotaan. Pencacahan sampel untuk rumah tangga pertanian hanya dilakukan di wilayah kabupaten daerah perdesaan. Satuan wilayah sensus terkecil adalah wilayah pencacahan (wilcah). Sebagai persiapan pencacahan, setahun sebelumnya dilakukan pemutakhiran wilcah. Konsep rumah tangga pertanian mengalami perluasan dibanding Sensus Pertanian 1983, yaitu untuk konsep rumah tangga pertanian pengguna lahan ditambah dengan usaha budidaya kayu-kayuan kehutanan, dan setiap komoditas yang diusahakan harus memenuhi Batas Minimal Usaha (BMU) sedangkan untuk rumah tangga pertanian tidak menggunakan lahan ditambah dengan usaha pemungutan hasil hutan dan atau penangkapan satwa liar serta usaha di bidang jasa pertanian.
2003 Sensus pertanian yang kelima. Pendaftaran bangunan dan rumah tangga, baik di daerah perdesaan dan perkotaan, dilakukan di seluruh Kabupaten Malinau pada Agustus 2003, kecuali di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) yang dilaksanakan pada Mei 2004. Pendaftaran bangunan dan rumah tangga dilakukan secara lengkap di daerah perdesaan dan perkotaaan kecuali daerah perkotaan bukan pantai dan nonkonsentrasi pertanian dilakukan secara sampel. Pendaftaran bangunan dan rumah tangga dilakukan di seluruh Kabupaten Malinau pada Agustus 2003, kecuali Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dilaksanakan pada Mei 2004. Satuan wilayah sensus terkecil adalah blok sensus. Setahun sebelumnya dilakukan pemutakhiran blok sensus sebagai persiapan pencacahan. Beberapa perubahan mendasar dibanding Sensus Pertanian 1993: (a) perusahaan pertanian dan KUD tidak dicacah yang dilakukan dalam Sensus Pertanian hanya updating direktori perusahaan pertanian, (b) kegiatan listing dilakukan secara lengkap di daerah perdesaan dan sampel di daerah perkotaan, (c) penarikan sampel untuk subsektor palawija, hortikultura, perkebunan, peternakan dilakukan per komoditas sedangkan perikanan menurut jenis budidaya atau sarana penangkapan, (d) jumlah komoditas yang dicakup diperluas. Konsep rumah tangga pertanian sama dengan 1993. Pengolahan data dilakukan dengan scanner.
2013
Sensus Pertanian yang keenam. Pelaksanaan di seluruh wilayah Kabupaten Malinau pada Mei 2013. Satuan wilayah sensus terkecil adalah blok sensus. Dalam pelaksanaan pencacahan lengkap, dilakukan dua kali kunjungan yaitu pertama melakukan pemutakhiran rumah tangga dan identifikasi rumah tangga pertanian. Kunjungan kedua melakukan pencacahan lengkap usaha pertanian. Dalam pelaksanaan pemutakhiran wilayah administrasi dikelompokkan berdasarkan konsentrasi pertaniannya. Untuk daerah konsentrasi usaha pertanian, dilakukan secara door to door, dan untuk daerah nonkonsentrasi secara snowball. Cakupan: usaha pertanian rumah tangga, perusahaan pertanian berbadan hukum, dan usaha pertanian lainnya yang dikelola oleh selain rumah tangga dan perusahaan berbadan hukum. Konsep rumah tangga pertanian adalah rumah tangga yang salah satu atau lebih anggota rumah tangganya melakukan dan bertanggungjawab dalam kegiatan pembudidayaan, pemeliharaan, pengembangbiakan, pembesaran/penggemukan komoditas pertanian dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya untuk dijual, baik usaha pertanian milik sendiri, secara bagi hasil, atau milik orang lain dengan menerima upah, dan termasuk jasa pertanian. Pengolahan data dilakukan dengan scanner.
Konsep dan Definisi Sensus Pertanian 2013 Sensus Pertanian adalah pencacahan secara lengkap terhadap seluruh usaha pertanian yang berada di wilayah Kabupaten Malinau. Sensus Pertanian dilaksanakan setiap sepuluh tahun sekali pada tahun yang berakhiran angka 3. Pada bulan Mei 2013 dilaksanakan sensus pertanian yang keenam, yang pertama dilakukan tahun 1963. Dalam sensus pertanian dikumpulkan data dari enam subsektor pertanian, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan termasuk jasa pertanian. Cakupan unit usaha pertanian dalam Sensus Pertanian 2013 adalah rumah tangga usaha pertanian, perusahaan pertanian berbadan hukum, dan usaha pertanian lainnya. Dalam pencacahan lengkap Sensus Pertanian 2013 dilakukan pemutakhiran data jumlah sapi dan kerbau yang berada di seluruh wilayah Kabupaten Malinau. Pada kegiatan ST2013, pencacahan rumah tangga usaha pertanian dilakukan dengan pendekatan rumah tangga dan status pengelola usaha pertanian. Rumah tangga yang dicakup sebagai rumah tangga usaha pertanian dalam ST2013 adalah rumah tangga usaha pertanian yang berstatus sebagai mengelola usaha pertanian milik sendiri, mengelola usaha pertanian dengan bagi hasil dan mengelola usaha pertanian dengan menerima upah. Disamping itu pada kegiatan ST2013 ini tidak mensyaratkan Batas Minimal Usaha dari setiap komoditi pertanian yang diusahakan oleh rumah tangga, namun untuk syarat komoditi pertanian yang dijual masih tetap berlaku dalam ST2013. Konsep dan definisi dari usaha pertanian dijelaskan di bawah ini.
Usaha Pertanian adalah kegiatan yang menghasilkan produk pertanian dengan tujuan sebagian atau seluruh hasil produksi dijual/ditukar atas risiko usaha (bukan buruh tani atau pekerja keluarga). Usaha pertanian meliputi usaha tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan, termasuk jasa pertanian. Khusus tanaman pangan (padi dan palawija) meskipun tidak untuk dijual (dikonsumsi sendiri) tetap dicakup sebagai usaha.
Rumah Tangga Usaha Pertanian adalah rumah tangga yang salah satu atau lebih anggota rumah tangganya mengelola usaha pertanian dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya untuk dijual, baik usaha pertanian milik sendiri, secara bagi hasil, atau milik orang lain dengan menerima upah, dalam hal ini termasuk jasa pertanian.
Perusahaan Pertanian Berbadan Hukum adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan jenis usaha di sektor pertanian yang bersifat tetap, terus menerus yang didirikan dengan tujuan memperoleh laba yang pendirian perusahaan dilindungi hukum atau izin dari instansi yang berwenang minimal pada tingkat kabupaten/kota, untuk setiap tahapan kegiatan budidaya pertanian seperti penanaman, pemupukan, pemeliharaan, dan pemanenan. Contoh bentuk badan hukum: PT, CV, Koperasi, Yayasan, SIP Pemda.
Usaha pertanian lainnya adalah usaha pertanian yang dikelola oleh bukan rumah tangga dan bukan oleh perusahaan pertanian berbadan hukum, seperti: pesantren, seminari, kelompok usaha bersama, tangsi militer, lembaga pemasyarakatan, lembaga pendidikan, dan lain-lain yang mengusahakan pertanian.
Rumah Tangga Petani Gurem adalah rumah tangga pertanian pengguna lahan yang menguasai lahan kurang dari 0,5 hektar. Penghitungan jumlah rumah tangga petani gurem berdasarkan jumlah luas lahan yang dikuasai oleh rumah tangga baik lahan pertanian dan lahan bukan pertanian. Rumah tangga pertanian yang hanya melakukan kegiatan budidaya ikan di laut, budidaya ikan di perairan umum, penangkapan ikan di laut, penangkapan ikan di perairan umum, pemungutan hasil hutan/penangkapan satwa liar, dan jasa pertanian dikategorikan rumah tangga pertanian bukan pengguna lahan.
Petani Utama adalah petani yang mempunyai penghasilan terbesar dari seluruh petani yang ada di rumah tangga usaha pertanian.
Lahan yang Dikuasai adalah lahan milik sendiri ditambah lahan yang berasal dari pihak lain, dikurangi lahan yang berada di pihak lain. Lahan tersebut dapat berupa lahan sawah dan/atau lahan bukan sawah (lahan pertanian) dan lahan bukan pertanian.
Rumah Tangga Usaha Pertanian Pengguna Lahan adalah rumah tangga usaha pertanian yang melakukan satu atau lebih kegiatan usaha tanaman padi, palawija, hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan, budidaya ikan/biota lain di kolam air tawar/tambak air payau, dan penangkaran satwa liar.
Rumah Tangga Usaha Jasa Pertanian adalah rumah tangga yang melakukan kegiatan usaha atas dasar balas jasa atau kontrak/secara borongan, seperti melayani usaha di bidang pertanian.
Jumlah Sapi dan Kerbau adalah jumlah sapi dan kerbau yang dipelihara oleh rumah tangga, perusahaan, dan lainnya pada tanggal 1 Mei 2013 baik untuk usaha (pengembangbiakan/penggemukan/pembibitan/pemacekan) maupun bukan untuk usaha (konsumsi/hobi/angkutan/perdagangan/ lainnya).
Perbedaan ST2003-ST2013 Rincian (1) 1. Cakupan
ST2003 (2)
ST2013 (3)
Kotamadya perkotaan bukan pantai non
Desa non konsentrasi pertanian di daerah
konsentrasi dengan sampel
urban dalam kabupaten dan blok sensus non konsentrasi pertanian di kota dicacah dengan snowballing/getok tular, wilayah desa dan blok sensus lain dicacah lengkap.
2. Unit Pencacahan
Seluruh rumah tangga yang ada kegiatan
Hanya rumah tangga yang melakukan kegiatan
pertanian (padi, palawija, hortikultura,
pertanian dengan tujuan untuk usaha
perkebunan, peternakan, perikanan, dan (dijual/ditukar). kehutanan). Hanya mencakup rumah
Mencakup rumah tangga biasa, perusahaan,
tangga biasa
dan lainnya (yayasan, pesantren, dan sebagainya)
3. Petugas
Pencacahan tidak menggunakan tim
Pencacahan dilakukan secara tim
4. Konsep Rumah Tangga Rumah tangga yang melakukan kegiatan
Rumah tangga pertanian tidak menggunakan
Pertanian
Batas Minimal Usaha
pertanian dengan tujuan untuk dijual dan memenuhi Batas Minimal Usaha (BMU) yang telah ditetapkan
5.Populasi Komoditi Pertanian
Seluruh populasi dari rumah tangga
Hanya mencakup populasi rumah tangga
pertanian baik diusahakan maupun tidak
usaha pertanian (sebagian atau seluruh hasilnya untuk dijual/ditukar)
6. Daftar Preprinted
Tidak ada informasi awal keberadaan Digunakan Daftar Preprinted yang memuat rumah
tangga
pencacahan
untuk
melakukan informasi daftar rumah tangga hasil Sensus Penduduk 2010
Catatan: 1. Dalam publikasi hasil Sensus Pertanian 2003 yang diterbitkan BPS, metode pencacahannya adalah sebagai berikut: Kegiatan pencacahan Sensus Pertanian 2003 dilakukan dengan pendekatan rumah tangga dimana setiap rumah tangga usaha pertanian dilakukan pencacahan di lokasi tempat tinggal rumah tangga tersebut berada. Kegiatan usaha pertanian yang dilakukan oleh rumah tangga tangga usaha pertanian yang berada di luar wilayah (Kecamatan, Kabupaten/Kota, Kecamatan) tempat tinggal rumah tangga tetap dicatat sebagai kegiatan usaha pertanian di tempat tinggal dimana rumah tangga tersebut. Penentuan suatu rumah tangga sebagai rumah tangga usaha pertanian mengacu pada syarat Batas Minimal Usaha (BMU) dan dijualnya suatu komoditi pertanian. Penentuan syarat rumah tangga usaha pertanian ini tidak berlaku untuk kegiatan usaha di subsektor tanaman pangan. 2. Dalam tabel-tabel di buku ini, data rumah tangga pertanian 2003 dihitung dengan menggunakan konsep ST2013 dan master wilayah ST2013.
Gambaran Umum
H
asil ST2013 menunjukkan bahwa rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Malinau pada tahun 2013 terjadi peningkatan sebesar 0,22 persen dibandingkan dengan tahun 2003. Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Malinau Tahun 2013 tercatat sebanyak 7.302 rumah tangga. Kecamatan Malinau Selatan tercatat sebagai kecamatan dengan jumlah rumah tangga usaha pertanian terbanyak di tahun 2013, yaitu sebanyak 1.415 rumah tangga. Kecamatan Malinau Selatan, Malinau Utara, Malinau Barat, dan Mentarang merupakan sentra pertanian di Kabupaten Malinau. Hal ini juga terlihat pada hasil ST2013 dimana jumlah rumah tangga usaha pertanian di kecamatan-kecamatan tersebut yang mencapai 65,02 persen dari total jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Malinau. Peningkatan jumlah rumah tangga pertanian terbesar terjadi di Kecamatan Malinau Barat dengan peningkatan sebesar 48,69 persen.
Jumlah Ruta Usaha Pertanian
Gambar 1 Jumlah Rumah Tangga Pertanian Usaha Pertanian di Kabupaten Malinau, ST2003 dan ST2013 7,305 7,300 7,295 7,290 7,285 7,280
7,275 2003
2013
Tabel 1 Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Menurut Kecamatan, ST2003 dan ST2013
No
Kecamatan
(1)
(2)
Rumah Tangga Usaha Pertanian (Rumah Tangga) Perubahan ST2003 ST2013 Absolut % (3)
(4)
(5)
(6)
1
Kayan hulu
470
294
-176
-37.45
2
Sungai boh
358
349
-9
-2.51
3
Kayan selatan
377
260
-117
-31.03
4
Kayan hilir
206
244
38
18.45
5
Pujungan
307
330
23
7.49
6
Bahau hulu
271
236
-35
-12.92
7
Malinau kota
789
703
-86
-10.90
8
Malinau selatan
1267
1415
148
11.68
9
Malinau barat
766
1139
373
48.69
10
Malinau utara
1116
1291
175
15.68
11
Mentarang
1147
903
-244
-21.27
12
Mentarang hulu
212
138
-74
-34.91
7286
7302
16
0.22
Malinau
Gambar 2 Peta Sebaran Rumah Tangga Usaha Pertanian, ST2013
Subsektor Tanaman Pangan terlihat mendominasi usaha pertanian di Kabupaten Malinau. ST2013 mencatat bahwa jumlah rumah tangga usaha pertanian terbanyak di Kabupaten Malinau adalah di Subsektor Tanaman Pangan dan Peternakan. Jumlah rumah tangga usaha pertanian Subsektor Tanaman Pangan adalah sebanyak 6.484 rumah tangga dan jumlah rumah tangga usaha pertanian Subsektor Peternakan adalah sebanyak 4.330 rumah tangga. Subsektor Jasa Pertanian ternyata merupakan subsektor yang memilki jumlah rumah tangga usaha pertanian paling sedikit, diikuti oleh Subsektor Perikanan. Jumlah rumah tangga usaha pertanian Subsektor Jasa Pertanian pada tahun 2013 tercatat sebanyak 332 rumah tangga, sedangkan jumlah rumah tangga usaha pertanian Subsektor Perikanan tercatat sebanyak 1.919 rumah tangga. Pertumbuhan jumlah rumah tangga usaha pertanian selama periode tahun 2003 sampai tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 0,22 persen. Peningkatan tertinggi terjadi di Subsektor Perikanan, sebesar 225,25 persen. Sedangkan pada periode yang sama, Subsektor Tanaman Pangan mengalami penurunan jumlah rumah tangga usaha pertanian, yaitu tercatat sebesar 2,88 persen rumah tangga.
Malinau
Tanaman Holtikultura Perkebunan Peternakan Perikanan Pangan 2003
Kehutanan
332
242
2,232
1,303
590
4,330
3,554
3,568
2,412
3,952
3,472
6,484
6,676
7,302
7,286
8,000 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 0
1,919
Gambar 3 Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian di Kabupaten Malinau Menurut Subsektor ST2003 dan ST2013
Jasa Pertanian
2013
*) Satu rumah tangga usaha pertanian dapat mengusahakan lebih dari 1 subsektor usaha pertanian, sehingga jumlah rumah tangga usaha pertanian di Sektor Pertanian bukan merupakan penjumlahan rumah tangga usaha pertanian dari masing-masing subsektor
Tabel 2 Jumlah Usaha Pertanian Menurut Subsektor dan Jenis Usaha, ST2003 dan ST2013 Rumah Tangga Usaha Pertanian (RumahTangga) Usaha
(1) SEKTOR PERTANIAN SUBSEKTOR: TANAMAN PANGAN PADI PALAWIJA HORTIKULTURA PERKEBUNAN PETERNAKAN PERIKANAN BUDIDAYA IKAN PENANGKAPAN IKAN KEHUTANAN BUDIDAYA TANAMAN KEHUTANAN PENANGKARAN SATWA/TUMBUHAN LIAR PEMUNGUTAN HASIL HUTAN DAN PENANGKAPAN SATWA LIAR JASA PERTANIAN
Pertumbuhan
2003
2013
(2)
(3)
7,286
7,302
16
0.22
6,676 6,504 2,943 3,472 2,412 3,554 590 4 586 1,303 390 0
6,484 6,364 2,826 3,952 3,568 4,330 1,919 614 1,500 2,232 631 3
-192 -140 -117 480 1,156 776 1,329 610 914 929 241
-2.88 -2.15 -3.98 13.82 47.93 21.83 225.25 15,250.00 155.97 71.30 61.79
980
1,811
831
84.80
242
332
90
37.19
Absolut
%
(4)
(5)
*) Satu rumah tangga usaha pertanian dapat mengusahakan lebih dari 1 subsektor usaha pertanian, sehingga jumlah rumah tangga usaha pertanian di Sektor Pertanian bukan merupakan penjumlahan rumah tangga usaha pertanian dari masing-masing subsektor
Dari hasil ST2013, Subsektor Perikanan memiliki tingkat pertumbuhan tertinggi, yaitu sebesar 225% dibandingkan dengan hasil ST2003. Sedangkan Subsektor Tanaman Pangan merupakan satu-satunya subsekctor yang mengalami penurunan yakni sebesar 2,88% dibandingkan dengan hasil ST2003, dimana sub-subsektor palawija yang paling besar penurunannya yakni sebesar 3,98%.
Apabila diklasifikasikan menurut golongan luas lahan, pada tahun 2003 terlihat bahwa jumlah rumah tangga usaha pertanian yang menguasai lahan lebih dari 30.000 m2 mendominasi jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Malinau. Kondisi yang hampir serupa terjadi pada tahun 2013. Tercatat bahwa pada tahun 2013, jumlah rumah tangga usaha pertanian dengan luas lahan lebih dari 30.000 m 2 masing- masing adalah sebesar 2.891 rumah tangga. Penurunan terbesar selama periode 2003 – 2013, terjadi pada golongan mengusai luas lahan <1.000 m2 yakni sebesar 50,23 persen atau sebanyak 219 rumah tangga dibandingkan tahun 2003, yang tercatat sebanyak 436 rumah tangga. Usaha pertanian dengan luas lahan antara 1.000–1.999 m2 pada tahun 2013 adalah sebanyak 67 rumah tangga, menurun sebesar 23,86 persen bila dibandingkan dengan tahun 2003 yang tercatat sebanyak 88 rumah tangga. Golongan luas lahan 2.000–4.999 m2 tercatat mempunyai jumlah rumah tangga usaha pertanian sebanyak 140 rumah tangga pada tahun 2013 meningkat sebanyak 29 rumah tangga jika dibandingkan tahun 2003 meningkat sebesar 26,13 persen. Sedangkan sebagian besar rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Malinau berada pada golongan luas lahan lebih dari 5.000 m 2. Kondisi ini menunjukkan bahwa sebagian besar rumah tangga usaha pertanian memiliki luas lahan yang besar. Gambar 5 Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Menurut Golongan Luas Lahan yang Dikuasai ST2003 dan ST2013 Jumlah Rumah Tangga
3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1,000 500 0 <1000
1000-1999
2000-4999
5000-9999
2003
10000-19999
2013
20000-29999
≥30000
Tabel 3 Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Menurut Golongan Luas Lahan yang Dikuasai ST2003 dan ST2013 No.
Golongan Luas Lahan (m2)
Rumah Tangga Usaha Pertanian
Pertumbuhan
2003
2013
Absolut
%
(3)
(4)
(5)
(6)
(1)
(2)
1
<1000
436
217
-219
-50.23
2
1000-1999
88
67
-21
-23.86
3
2000-4999
111
140
29
26.13
4
5000-9999
270
498
228
84.44
5
10000-19999
1,449
1,783
334
23.05
6
20000-29999
1,671
1,706
35
2.09
7
≥30000
3,261
2,891
-370
-11.35
7,286
7,302
16
0.22
JUMLAH
Tabel 3 menunjukkan bahwa golongan luas lahan lebih dari 30.000 m2 merupakan golongan luas lahan dengan jumlah rumah tangga usaha pertanian terbanyak, baik di tahun 2003 dan 2013. Pada tahun 2003 tercatat jumlah rumah tangga usaha pertanian dengan luas lahan lebih dari 30.000 m2 adalah sebanyak 3.261 rumah tangga. Pada tahun 2013, terjadi penurunan jumlah rumah tangga usaha pertanian dengan luas lahan lebih dari 30.000 m2 sebesar 11,35 persen, yaitu menjadi sebanyak 2.891 rumah tangga. Untuk rumah tangga usaha pertanian dengan luas lahan lebih dari 0,50 hektar hasil ST2003 adalah sebanyak 6651 rumah tangga. Angka ini sedikit meningkat (3,41 persen) pada ST2013, yaitu menjadi sebanyak 6878 rumah tangga. Hal yang menarik yang perlu dicermati adalah masih terdapat rumah tangga usaha pertanian yang menguasai lahan kurang dari 0,10 hektar pada ST2013, meskipun jumlahnya menurun tajam dibanding ST2003.
Rumah tangga usaha pertanian pengguna lahan ternyata mendominasi rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Malinau. Dari sebanyak 26,14 juta rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Malinau, sebesar 98,53 persen merupakan rumah tangga usaha pertanian pengguna lahan (25,75 juta rumah tangga). Sedangkan rumah tangga usaha pertanian bukan pengguna lahan hanya sebesar 1,47 persen, atau sebanyak 384 ribu rumah tangga. Rumah tangga pertanian pengguna lahan dapat digolongkan ke dalam dua kelompok besar, yaitu rumah tangga petani gurem (rumah tangga usaha pertanian pengguna lahan yang menguasai lahan kurang dari 0,50 hektar) dan rumah tangga bukan petani gurem (rumah tangga usaha pertanian pengguna lahan yang menguasai lahan 0,50 hektar atau lebih). Hasil ST2013 menunjukkan bahwa dari sebesar 98,53 persen rumah tangga usaha pertanian pengguna lahan, sebesar 55,33 persennya (14,25 juta rumah tangga) merupakan rumah tangga petani gurem, sedangkan rumah tangga bukan petani gurem sebesar 44,67 persen (11,50 juta rumah tangga).
Tabel 4 Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Pengguna Lahan dan Rumah Tangga Petani Gurem Menurut Kecamatan, ST2003 dan ST2013 Rumah Tangga Usaha Pertanian No
Pengguna Lahan
Kecamatan
ST2003 ST2013 (1)
(2)
(3)
(4)
Perubahan Absolut
%
(5)
(6)
Rumah Tangga Petani Gurem ST2003
ST2013
(7)
(8)
Perubahan Absolut
%
(9)
(10)
1
Kayan hulu
470
294
-176
-37.45
3
8
2
Sungai boh
357
349
-8
-2.24
6
1
-5
3
Kayan selatan
377
260
-117
-31.03
0
10
10
4
Kayan hilir
192
241
49
25.52
29
4
-25
5
Pujungan
307
328
21
6.84
2
15
13
6
Bahau hulu
271
236
-35
-12.92
1
80
79
7
Malinau kota
703
692
-11
-1.56
196
149
-47
-23.98
8
Malinau selatan
1260
1415
155
12.3
18
6
-12
-66.67
9
Malinau barat
762
1133
371
48.69
38
29
-9
-23.68
10
Malinau utara
1106
1281
175
15.82
79
91
12
15.19
11
Mentarang
1146
903
-243
-21.2
143
17
-126
-88.11
12
Mentarang hulu
212
136
-76
-35.85
6
3
-3
-50
7163
7268
105
1.47
521
413
-108
-20.73
Malinau
5
166.67 -83.33
-86.21
Gambar 7 Peta Sebaran Rumah Tangga Petani Gurem, ST2013
Hasil ST2013 menunjukkan bahwa dari sebanyak 10,9 ribu orang petani di Kabupaten Malinau, petani masih didominasi oleh petani laki-laki, yaitu sebanyak 7.479 orang (68,13 persen). Sedangkan jumlah petani perempuan hanya sebanyak 3.498 orang atau sebesar 31,87 persen. Dominasi petani laki-laki di Sektor Pertanian juga terjadi di seluruh Subsektor Pertanian. Persentase jumlah petani laki-laki terbesar berada di Subsektor Perikanan kegiatan Penangkapan Ikan yang mencapai 93,73 persen sementara persentase petani laki-laki paling sedikit berada di Subsektor Peternakan yang hanya mencapai 56,26 persen. Gambar 8 Jumlah Petani Menurut Jenis Kelamin, ST2013
32% Laki-laki 68%
Perempuan
Tabel 5 Jumlah Petani Menurut Subsektor dan Jenis Kelamin, ST2013 No
Sektor/Subsektor
(1)
(2)
Sektor Pertanian*)
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
Absolut
%
Absolut
%
Absolut
%
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
7479
68.13
3498
31.87
10977
100
Subsektor 1
Tanaman Pangan
6244
72.44
2375
27.56
8619
100
2
Hortikultura
3675
70.04
1572
29.96
5247
100
3
Perkebunan
3516
74.44
1207
25.56
4723
100
4
Peternakan
3003
56.26
2335
43.74
5338
100
5
Perikanan Budidaya Ikan
600
84.87
107
15.13
707
100
Penangkapan Ikan
1494
93.73
100
6.27
1594
100
Kehutanan
2374
90.33
254
9.67
2628
100
6
*) Satu orang petani dapat mengusahakan lebih dari 1 subsektor usaha pertanian, sehingga jumlah petani secara keseluruhan di Sektor Pertanian bukan merupakan penjumlahan petani dari masing-masing subsektor.
Tabel 6 Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Petani Utama ST2013 Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
No
Kelompok Umur Petani Utama
Absolut
%
Absolut
%
Absolut
%
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
1
<15
-
2
15–24
59
92.19
3
25–34
1002
4
35–44
2292
5
45–54
6
55–64
7
-
-
5
7.81
64
100
92.69
79
7.31
1081
100
93.55
158
6.45
2450
100
1715
90.74
175
9.26
1890
100
1062
87.70
149
12.30
1211
100
≥65
534
88.12
72
11.88
606
100
JUMLAH
6664
91.26
638
8.74
7302
100
*) Petani utama adalah petani yang mempunyai penghasilan terbesar dari seluruh petani yang ada di rumah tangga usaha pertanian
Dari sebanyak 7.302 rumah tangga usaha pertanian hasil ST2013, sebanyak 6.664 rumah tangga usaha pertanian memiliki petani utama berjenis kelamin laki-laki dan 638 rumah tangga memiliki petani utama berjenis kelamin perempuan. Kecenderungan bahwa petani utama laki-laki lebih tinggi jumlahnya jika dibandingkan dengan petani utama perempuan, terjadi hampir serupa di masing-masing kelompok umur. Di Kabupaten Malinau, tidak terdapat rumah tangga yang petani utamanya berumur kurang dari 15 tahun. Dilihat dari Tabel 6, bila dirinci menurut kelompok umur petani utama, kelompok usia produktif (15–64 tahun) terlihat mendominasi jumlah rumah tangga usaha pertanian. Tercatat sebanyak 6.696 rumah tangga usaha pertanian yang kelompok umur petani utamanya antara 15–64 tahun. Jumlah rumah tangga usaha pertanian dengan kelompok umur petani utama antara 15-64 tahun dan berjenis kelamin laki-laki sebanyak 6.130 rumah tangga, sedangkan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 566 rumah tangga. Jumlah rumah tangga usaha pertanian dengan kelompok umur petani utama di atas 64 tahun adalah sebanyak 606 rumah tangga.
Gambar 9 Jumlah Sapi dan Kerbau Pada 1 Mei 2013 Menurut Jenis Kelamin 495
218
0 Sapi Potong
0
Sapi Perah Jantan
27
58
Kerbau
Betina
Jumlah sapi dan kerbau pada 1 Mei 2013 tercatat sebanyak 798 ekor, terdiri dari 713 ekor sapi potong dan 85 ekor kerbau. Di Kabupaten Malinau tidak terdapat sapi perah. Jumlah sapi dan kerbau betina lebih tinggi bila dibandingkan dengan jumlah sapi dan kerbau jantan. Hasil ST2013 menunjukkan bahwa jumlah sapi dan kerbau betina adalah sebanyak 553 ekor dan jumlah sapi dan kerbau jantan sebanyak 245 ekor. Kecamatan dengan jumlah sapi dan kerbau terbanyak adalah Kecamatan Malinau Kota, yaitu sebanyak 276 ekor. Sedangkan Kecamatan Kayan Selatan, Kayan Hilir, Pujungan, dan Bahau hulu tidak memiliki ternak besar. Jumlah sapi potong terbanyak terdapat di Kecamatan Malinau Kota, yaitu sebanyak 272 ekor, sedangkan jumlah kerbau terbanyak terdapat di Kecamatan Mentarang Hulu sebanyak 51 ekor.
Tabel 7 Jumlah Sapi dan Kerbau Pada 1 Mei 2013 Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Sapi Potong No (1)
Sapi Perah
Kerbau
Kecamatan (2)
Jumlah Sapi dan Kerbau
Jantan
Betina
Jumlah
Jantan
Betina
Jumlah
Jantan
Betina
Jumlah
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
1
Kayan hulu
0
1
1
0
0
0
0
0
0
1
2
Sungai boh
9
27
36
0
0
0
0
0
0
36
3
Kayan selatan
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
4
Kayan hilir
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
5
Pujungan
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
6
Bahau hulu
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
7
Malinau kota
93
179
272
0
0
0
4
0
4
276
8
Malinau selatan
25
53
78
0
0
0
0
0
0
78
9
Malinau barat
33
107
140
0
0
0
4
10
14
154
10
Malinau utara
31
65
96
0
0
0
1
2
3
99
11
Mentarang
26
60
86
0
0
0
7
6
13
99
12
Mentarang hulu
1
3
4
0
0
0
11
40
51
55
218
495
713
0
0
0
27
58
85
798
Malinau
Gambar 10 Peta Sebaran Jumlah Sapi dan Kerbau Pada 1 Mei 2013 Menurut Jenis Kelamin
Lahan pertanian merupakan salah satu modal dalam usaha di bidang pertanian. Berdasarkan hasil ST2013, rata-rata luas lahan pertanian yang dikuasai oleh rumah tangga usaha pertanian mengalami peningkatan yang cukup signifikan bila dibandingkan dengan hasil ST2003. Rata-rata luas lahan pertanian yang dikuasai oleh rumah tangga usaha pertanian hasil ST2013 adalah sebesar 31.177,8 m2, naik sebesar 22,82 persen dibandingkan hasil ST2003 yang tercatat sebesar 25.384 m2. Kecamatan Malinau Kota merupakan kecamatan yang memiliki peningkatan rata-rata luas lahan tertinggi di Kabupaten Malinau yakni sebesar 23.510,53 m2, naik sebesar 220,21 persen dibandingkan hasil ST2003 yang tercatat sebesar 7.342,33 m2. Adapun kecamatan-kecamatan yang memiliki penurunan rata-rata luas lahan yakni Kecamatan Kayan Hulu, Kayan Selatan, Bahau Hulu, dan Malinau Selatan. Gambar 11 Rata-Rata Luas Lahan yang Dikuasai Rumah Tangga Usaha Pertanian Menurut Wilayah dan Jenis Lahan ST2003 dan ST2013 (m2) 31,177.80 26,989.23
25,384.00
14,247.49
7,915.62 3,220.89 3,803.54 385.03
Lahan yang Dikuasai Lahan Bukan Pertanian
2003
Lahan Sawah
2013
Lahan Bukan Sawah
Tabel 8 Rata-Rata Luas Lahan yang Dikuasai per Rumah Tangga Usaha Pertanian (m2) Menurut Kecamatan dan Jenis Lahan, ST2003 dan ST2013 Jenis Lahan
No
Kecamatan
Lahan yang dikuasai
Lahan Bukan Pertanian
Lahan Pertanian Lahan Sawah
ST2003 (1)
(2)
(3)
Lahan Bukan Sawah
Jumlah
ST2013
ST2003
ST2013
(10)
(11)
(12)
ST2003
ST2013
ST2003
ST2013
ST2003
ST2013
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
1
Kayan hulu
205.31
239.81
166.98
614.29
31692.39
16288.22
31859.37
16902.51
32064.68
17142.32
2
Sungai boh
3210.84
588.83
0
73.07
15691.79
31379.9
15691.79
31452.97
18902.63
32041.79
3
Kayan selatan
235.44
243.01
39.68
6309.78
32016.19
20115.35
32055.87
26425.14
32291.31
26668.15
4
Kayan hilir
207.5
116.38
186.03
338.11
9967.51
17303.13
10153.53
17641.25
10361.03
17757.63
5
Pujungan
434.38
169.68
3373.51
508.18
13006.4
26677.05
16379.91
27185.23
16814.29
27354.91
6
Bahau hulu
331.42
191.69
3222.01
2471.61
17683.98
10334.94
20905.99
12806.56
21237.41
12998.24
7
Malinau kota
2461.73
887.46
2912.3
6903.97
1968.3
15719.21
4880.6
22623.17
7342.33
23510.63
8
Malinau selatan
31206.71
171.86
727.14
1382.26
16768.25
30017.21
17495.39
31399.47
48702.11
31571.34
9
Malinau barat
5932.71
540.74
4723.67
5280.86
15504.53
42658.98
20228.21
47939.84
26160.92
48480.58
10
Malinau utara
2837.29
375.97
6882.06
4942.74
13478.74
21383.68
20360.8
26326.42
23198.09
26702.38
11
Mentarang
10030.56
359.05
5294.71
5266.67
18178.22
30549.78
23472.93
35816.45
33503.5
36175.51
12
Mentarang hulu
7815.56
363.22
2774.54
8203.91
13325.46
24161.51
16100
32365.43
23915.56
32728.65
7915.62
385.03
3220.89
3803.54
14247.49
26989.23
17468.38
30792.77
25384
31177.8
Malinau
Gambar 12 Jumlah Rumah Tangga Jasa Pertanian Menurut Subsektor, ST2013
240
53 31
36
30
Perikanan
Kehutanan
9 Tanaman Pangan
Hortikultura Perkebunan Peternakan
Subsektor Tanaman Pangan merupakan subsektor yang memiliki jumlah rumah tangga jasa pertanian terbanyak. Hasil ST2013 mencatat bahwa jumlah rumah tangga jasa pertanian Subsektor Tanaman Pangan adalah sebesar 240 rumah tangga. Sedangkan jumlah rumah tangga jasa pertanian paling sedikit tercatat pada Subsektor Peternakan, yaitu sebanyak 9 rumah tangga. Subsektor Hortikultura tercatat memiliki jumlah rumah tangga jasa pertanian sebanyak 31 rumah tangga, sedangkan Subsektor Perkebunan, Perikanan, dan Kehutanan memiliki jumlah rumah tangga jasa pertanian masing-masing sebanyak 53 ruta, 36 ruta, dan 30 rumah tangga. Apabila dikaji menurut kecamatan, terlihat bahwa Kecamatan Mentarang merupakan kecamatan dengan jumlah rumah tangga jasa pertanian terbanyak (123 rumah tangga).
Tabel 9 Jumlah Rumah Tangga Jasa Pertanian Menurut Kecamatan dan Subsektor, ST2013 No
Kecamatan
Jumlah Rumah Tangga Jasa Pertanian
Subsektor Tanaman Pangan
Hortikultura
Perkebunan
Peternakan
Perikanan
Kehutanan
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
1
Kayan hulu
1
1
0
0
0
0
1
2
Sungai boh
0
0
0
0
0
0
0
3
Kayan selatan
8
4
2
0
0
2
3
4
Kayan hilir
1
0
0
0
1
0
0
5
Pujungan
15
13
1
3
2
1
0
6
Bahau hulu
1
0
0
1
0
0
0
7
Malinau kota
31
20
2
6
3
2
0
8
Malinau selatan
6
0
1
1
0
3
1
9
Malinau barat
51
38
5
7
0
4
6
10
Malinau utara
65
42
7
16
2
7
10
11
Mentarang
123
96
4
12
1
16
3
12
Mentarang hulu
30
26
9
7
0
1
6
332
240
31
53
9
36
30
Malinau
Gambar 13 Peta Sebaran Usaha Pertanian Rumah Tangga Jasa Pertanian, ST2013
Gambar 14 Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian yang Melakukan Pengolahan Hasil Pertanian Menurut Subsektor, ST2013 839
342
15 Tanaman Pangan
139
115
Perikanan
Kehutanan
21
Hortikultura Perkebunan Peternakan
Subsektor Tanaman Pangan merupakan subsektor yang memiliki jumlah rumah tangga usaha pertanian yang melakukan pengolahan hasil pertanian terbanyak. Jumlah rumah tangga usaha pertanian yang melakukan pengolahan hasil pertanian pada Subsektor Tanaman Pangan tercatat sebesar 839 rumah tangga. Sedangkan jumlah rumah tangga usaha pertanian yang melakukan pengolahan hasil pertanian paling sedikit tercatat pada Subsektor Hortikultura, yaitu sebanyak 15 rumah tangga. Subsektor Perkebunan tercatat memiliki jumlah rumah tangga usaha pertanian yang melakukan pengolahan hasil pertanian sebanyak 342 rumah tangga, sedangkan Subsektor Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan memiliki jumlah rumah tangga usaha pertanian yang melakukan pengolahan hasil pertanian masingmasing sebanyak 21 ruta, 139 ruta, dan 115 rumah tangga.
Tabel 10 Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian yang Melakukan Pengolahan Hasil Pertanian Menurut Kecamatan dan Subsektor, ST2013
No
(1)
Kecamatan
(2)
Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian yang Melakukan Pengolahan Hasil Pertanian
Subsektor
Tanaman Pangan
Hortikultura
Perkebunan
Peternakan
Perikanan
Kehutanan
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
1
Kayan hulu
85
68
2
12
0
10
1
2
Sungai boh
244
187
0
65
4
19
48
3
Kayan selatan
94
86
1
11
0
2
5
4
Kayan hilir
51
37
0
0
0
14
3
5
Pujungan
36
11
0
1
4
22
0
6
Bahau hulu
52
42
0
4
1
8
0
7
Malinau kota
78
43
3
20
0
12
5
8
Malinau selatan
288
187
4
89
3
25
9
9
Malinau barat
110
50
0
46
2
2
11
10
Malinau utara
150
73
2
48
5
8
25
11
Mentarang
97
49
2
31
2
17
2
12
Mentarang hulu
28
6
1
15
0
0
6
1313
839
15
342
21
139
115
Malinau
Gambar 15 Peta Sebaran Rumah Tangga Usaha Pertanian yang Melakukan Pengolahan Hasil Pertanian, ST2013
Subsektor Tanaman Pangan
U
saha Subsektor Tanaman Pangan meliputi usaha tanaman padi dan palawija. Berdasarkan hasil ST2013 diketahui bahwa rumah tangga tanaman pangan di Kabupaten Malinau didominasi oleh rumah tangga yang mengelola tanaman padi. Dari keseluruhan rumah tangga yang mengelola tanaman pangan sebanyak 6.484 rumah tangga, 98,14 persen (6.364 rumah tangga) diantaranya mengelola tanaman padi, sedangkan rumah tangga yang mengelola tanaman palawija adalah sebanyak 43,58 persen (2.826 rumah tangga) dari seluruh rumah tangga tanaman pangan. Selain itu, terdapat 41,73 persen (2.706 rumah tangga) dari seluruh rumah tangga tanaman pangan di Kabupaten Malinau yang mengelola komoditas padi dan palawija sekaligus. Gambar 16 Jumlah Rumah Tangga Usaha Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman, ST2013 6364
4291 2868
2826 1620
1496
210
0
0
10
0
0
7
Sorgum
Gandum
Talas
Ganyong
Garut
Lainnya
Ubi Kayu
Kacang Tanah
Kedelai
Jagung
Palawija
Padi Ladang
Padi
Padi Sawah Padi
Kacang Hijau
190
Ubi Jalar
678 40
Palawija
Jenis tanaman padi di Kabupaten Malinau terdiri dari padi sawah dan padi ladang. Di Kabupaten Malinau, jenis padi ladang lebih banyak diusahakan oleh rumah tangga bila dibandingkan dengan padi sawah. Menurut data ST2013 dari 6.364 rumah tangga tanaman padi di Kabupaten Malinau, sekitar 45,06 persen (2.868 rumah tangga) mengelola tanaman padi sawah, sedangkan padi ladang dikelola oleh sekitar 67,42 persen atau 4.291 rumah tangga tanaman padi. Selain jumlah rumah tangga usaha pertanian tanaman pangan, ST2013 juga memberikan informasi mengenai luas tanam dari masing-masing komoditas tanaman pangan. Luas tanam untuk tanaman padi secara keseluruhan berjumlah 720,05 hektar yang terdiri dari luas tanam tanaman padi sawah seluas 242,35 hektar dan padi ladang seluas 477,69 hektar. Jika dilihat rata-rata luas tanaman padi per rumah tangga usaha dapat dilihat bahwa rata-rata luas tanam per rumah tangga tanaman padi ladang lebih besar dibandingkan tanaman padi sawah. Satu rumah tangga usaha tanaman padi sawah memiliki luas tanam sekitar 0,84 hektar, sedangkan luas tanam yang dimiliki oleh rumah tangga tanaman padi ladang sekitar 1,11 hektar. Tanaman palawija meliputi kelompok biji-bijian, kacang-kacangan, dan umbi-umbian. Dari 11 komoditas utama palawija, ubi kayu merupakan komoditas yang paling banyak ditanam oleh rumah tangga palawija di Kabupaten Malinau diikuti oleh komoditas jagung dan kacang tanah. Persentase jumlah rumah tangga pada tiga komoditas utama ini terhadap jumlah rumah tangga palawija masing-masing adalah 57,32 persen (1.620 rumah tanga), 52,93 persen (1.496 rumah tangga), dan 23,99 persen (678 ruamh tangga). Sedangkan komoditas palawija seperti sorgum, gandum, ganyong, dan garut tidak ada di Kabupaten Malinau Jika dilihat dari besaran luas tanam per komoditas, jagung merupakan komoditas tanaman palawija yang memiliki luas tanam terbesar. Dari 55,4 hektar luas tanam palawija, sekitar 55,71 persen (30,9 hektar) merupakan luas tanam untuk komoditas jagung. Sementara itu, luas tanam ubi kayu yang lebih banyak diusahakan rumah tangga hanya sekitar 34,48 persen seluas 19,1 hektar. Rata-rata luas tanam usaha tanaman palawija lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman padi, yaitu hanya sekitar 0,19 hektar. Menurut komoditasnya, tanaman palawija yang memiliki rata-rata luas tanam terbesar adalah jagung yaitu seluas 0,21 hektar per satu rumah tangga usaha tanaman jagung, sedangkan rata-rata luas tanam tanaman ubi kayu seluas 0,11 hektar per rumah tangga tanaman ubi kayu.
Tabel 11 Jumlah Rumah Tangga, Luas Tanam, dan Rata-Rata Luas Tanam Usaha Tanaman Padi dan Palawija Menurut Jenis Tanaman, ST2013 2
2
Jenis Tanaman
Rumah Tangga
Luas Tanam (m )
Rata-Rata Luas Tanam (m )
(1)
(2)
(3)
(4)
Tanaman Pangan*
6484
77550438
11960.28
Padi**
6364
72005448
11314.50
Padi Sawah
2868
24235538
8450.33
Padi Ladang
4291
47769910
11132.58
Palawija**
2826
5544990
1962.13
Jagung
1496
3089312
2065.05
Kedelai
40
36963
924.08
Kacang Tanah
678
255527
376.88
Kacang Hijau
190
99879
525.68
Ubi Kayu
1620
1912405
1180.50
Ubi Jalar
210
111439
530.66
Sorgum
0
0
0.00
Gandum
0
0
0.00
10
10865
1086.50
Ganyong
0
0
0.00
Garut
0
0
0.00
Lainnya
7
28600
4085.71
Talas
*)
Satu rumah tangga usaha tanaman pangan dapat mengusahakan lebih dari 1 komoditas, sehingga jumlah rumah tangga usaha tanaman pangan bukan merupakan penjumlahan rumah tangga usaha padi dengan rumah tangga palawija. **) Satu rumah tangga usaha padi atau palawija dapat mengusahakan lebih dari 1 komoditas padi atau palawija, sehingga jumlah rumah tangga usaha padi atau palawija bukan merupakan penjumlahan rumah tangga komoditasnya.
Berbeda dengan subsektor lainnya, pada subsektor tanaman pangan, rumah tangga yang mengelola tanaman pangan dengan tujuan seluruh hasilnya digunakan untuk dikonsumsi sendiri (tidak dijual) juga tergolong sebagai rumah tangga usaha pertanian. Berdasarkan hasil ST2013, terlihat bahwa sebagian besar rumah tangga tanaman pangan melakukan usaha tanaman pangannya dengan tujuan hasil panennya sebagian untuk dikonsumsi sendiri dan sebagian lagi untuk dijual. Dari 6.364 rumah tangga usaha tanaman padi, sekitar 28,92 persen (1.841) rumah tangga bertujuan menjual sebagian hasil panennya. Sementara itu, rumah tangga yang menjual seluruh hasil panennya hanya sekitar 0,58 persen (37 rumah tangga), sedangkan yang mengkonsumsi sendiri seluruh hasil panennya ada sekitar 82,98 persen (5.281 rumah tangga). Tabel 12 Jumlah Rumah Tangga Usaha Tanaman Padi dan Palawija Menurut Jenis Tanaman dan Keterangan Penjualan Hasil Usaha, ST2013 Jenis Tanaman
Keterangan Penjualan Hasil Usaha
Jumlah
Dijual Seluruhnya
Dijual Sebagian
Tidak Dijual
(2)
(3)
(4)
(5)
Padi Sawah
16
763
2089
2868
Padi Ladang
21
1078
3192
4291
Jagung
111
621
764
1496
Kedelai
4
7
29
40
Kacang Tanah
64
296
318
678
Kacang Hijau
17
75
98
190
Ubi Kayu
35
558
1027
1620
Ubi Jalar
14
101
95
210
Sorgum
0
0
0
0
Gandum
0
0
0
0
Talas
0
3
7
10
Ganyong
0
0
0
0
Garut
0
0
0
0
(1) Padi
Palawija
Sama dengan rumah tangga padi, sebagian besar rumah tangga palawija (46,81 persen) melakukan usaha tanaman pangannya dengan tujuan hasil panennya sebagian untuk dikonsumsi sendiri dan sebagian lagi untuk dijual. Rumah tangga yang menjual sebagian hasil panen palawijanya ada sekitar 58,78 persen (1.661 rumah tangga), sedangkan jumlah rumah tangga yang mengkonsumsi sendiri seluruh hasil panen palawijanya adalah sebesar 81,73 persen (2.338 rumah tangga). Karakteristik penjualan hasil panen ini juga berlaku pada semua komoditas palawija. Sistem pemanenan utama yang dipakai oleh sebagian besar rumah tangga usaha tanaman padi pada periode Mei 2012–April 2013 adalah dipanen sendiri. Jumlah rumah tangga tanaman padi yang memanen sendiri hasil panennya mencapai 97 persen. Meskipun tidak terlalu banyak, beberapa rumah tangga ada yang mengijonkan atau menebaskan padinya. ST2013 mencatat sebanyak 3 rumah tangga menebaskan padinya, sedangkan rumah tangga yang mengijonkan tanaman padinya hanya sekitar 15 rumah tangga. Jumlah rumah tangga tanaman padi yang usahanya tidak/belum panen selama periode Mei 2012–April 2013 ada sebanyak 3 rumah tangga baik yang baru tanam maupun yang mengalami puso (hasil panen kurang dari 11 persen dari keadaan normal). Komoditas tanaman padi yang banyak tidak/belum panen adalah padi sawah. Tabel 13 Jumlah Rumah Tangga Usaha Tanaman Padi Menurut Jenis Tanaman dan Sistem Pemanenan Utama, ST2013 Sistem Pemanenan Utama Jenis Tanaman
Jumlah
(4)
Tidak/Belum Panen (5)
3
6
3
2868
0
9
0
4291
Dipanen Sendiri
Ditebaskan
Diijonkan
(1)
(2)
(3)
Padi Sawah
2856
Padi Ladang
4282
(6)
Padi
Seperti halnya padi, sistem pemanenan utama yang dipakai oleh sebagian besar rumah tangga usaha tanaman palawija pada periode yang sama adalah dipanen sendiri. Jumlah rumah tangga tanaman palawija yang memanen sendiri panennya mencapai 82,50 persen. Beberapa rumah tangga ada yang mengijonkan atau menebaskan tanaman palawijanya. ST2013 mencatat bahwa hanya sebesar 0,01 persen rumah tangga menebaskan tanamannya, sedangkan yang mengijonkan tanaman palawijanya hanya sekitar 0,07 persen. Rumah tangga usaha tanaman palawija yang pada periode Mei 2012–April 2013 mengalami puso juga dianggap tidak panen seperti halnya pada tanaman padi. Jumlah rumah tangga tanaman palawija yang tidak/belum panen ada sebanyak 9,82 persen (417 rumah tangga). Jenis tanaman palawija yang paling banyak tidak/belum panen adalah kacang tanah. Sebanyak 30,97 persen atau 210 rumah tangga yang menanam kacang tanah belum panen pada periode Mei 2012–April 2013. Tabel 14 Jumlah Rumah Tangga Usaha Tanaman Palawija Menurut Jenis Tanaman dan Sistem Pemanenan Utama, ST2013 Jenis Tanaman (1) Palawija Jagung Kedelai Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar Sorgum Gandum Talas Ganyong Garut
Dipanen Muda (2) 216 0
Dipanen Bentuk Lain (3) 14 24 50 4 0
Dipanen Sendiri (4) 1247 35 443 141 1473 160 0 0 10 0 0
Sistem Pemanenan Utama Tidak/Belum Ditebaskan Diijonkan Panen (5) (6) (7) 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 8 0 0 0 0 0 0
19 5 210 49 88 46 0 0 0 0 0
Jumlah (8) 1496 40 678 190 1620 210 0 0 10 0 0
Rumah tangga tanaman padi paling banyak berlokasi di Malinau Selatan (19,69 persen), Malinau Utara (17,47 persen), dan Malinau Barat (15,26 persen). Sentra pertanian di Kabupaten Malinau berada di Kecamatan Malinau Utara, Malinau Barat, Malinau Selatan, dan Mentarang baik untuk komoditas padi maupun palawija khususnya jagung dan ubi kayu. Padi sawah banyak ditemui di Kecamatan Malinau Barat, Malinau Utara dan Mentarang karena kecamatan tersebut sudah dikonsentrasikanuntuk menjadi sentra padi sawah. Sedangkan untuk padi ladang ang masih menggunakan sistem penanaman yang konvensional dengan kebiasaan masyarakatnya yang hanya melakukan satu kali penanaman dalam setahun banyak terdapat di Kecamatan Malinau Selatan. Seperti halnya padi, rumah tangga jagung paling banyak ditemui di Malinau Selatan yaitu sebesar 14,3 persen dari total rumah tangga jagung sedangkan terbanyak kedua didapatkan di Malinau Barat sebesar 13,84 persen. Sementara itu, untuk komoditas ubi kayu juga banyak diusahakan di kecamatan sentra pertanian yakni Malinau Utara, Malinau Selatan, dan Mentarang.
Tabel 15 Jumlah Rumah Tangga Usaha Tanaman Pangan Menurut Kecamatan dan Jenis Tanaman, ST2013
No
Kecamatan
Tanaman Pangan
Padi
Padi Sawah
Padi Ladang
Palawija
Jagung
Kedelai
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
1
Kayan hulu
290
290
31
281
179
171
0
2
Sungai boh
348
348
4
346
346
340
6
3
Kayan selatan
257
256
128
228
170
145
2
4
Kayan hilir
240
240
20
232
205
170
1
5
Pujungan
305
305
31
294
29
13
0
6
Bahau hulu
236
236
94
174
193
30
19
7
Malinau kota
453
415
358
76
125
43
0
8
Malinau selatan
1278
1253
252
1186
682
214
1
9
Malinau barat
991
971
613
511
263
207
3
10
Malinau utara
1135
1112
759
408
408
62
0
11
Mentarang
832
824
506
473
197
98
8
12
Mentarang hulu
119
114
72
82
29
3
0
6484
6364
2868
4291
2826
1496
40
Malinau *)
Satu rumah tangga usaha tanaman pangan dapat mengusahakan lebih dari 1 komoditas, sehingga jumlah rumah tangga usaha tanaman pangan bukan merupakan penjumlahan rumah tangga usaha padi dengan rumah tangga palawija. **) Satu rumah tangga usaha padi atau palawija dapat mengusahakan lebih dari 1 komoditas padi atau palawija, sehingga jumlah rumah tangga usaha padi atau palawija bukan merupakan penjumlahan rumah tangga komoditasnya.
Gambar 17 Peta Sebaran Rumah Tangga Usaha Tanaman Pangan, ST2013
Subsektor Hortikultura
B
erdasarkan jenis tanaman, tanaman hortikultura dibedakan menjadi tanaman tahunan dan semusim. Tanaman hortikultura tahunan adalah tanaman hortikultura yang umur tanamannya lebih dari satu tahun sedangkan tanaman yang umurnya kurang dari satu tahun digolongkan menjadi tanaman hortikultura semusim. Tanaman hortikultura (tahunan dan semusim) meliputi buah-buahan, sayuran, obatobatan, dan tanaman hias. Berdasarkan hasil ST2013, dari 50 jenis tanaman hortikultura semusim utama, cabai rawit merupakan jenis tanaman yang paling banyak diusahakan oleh rumah tangga usaha hortikultura (797 rumah tangga). Selain cabai rawit, kacang panjang, sawi, dan kangkung juga tergolong jenis tanaman hortikultura semusim yang paling banyak dikelola rumah tangga usaha hortikultura di Kabupaten Malinau. Jika dilihat menurut kelompok tanaman, maka tanaman buah-buahan semusim yang paling banyak dikelola oleh rumah tangga usaha hortikultura adalah semangka diikuti dengan tanaman mentimun suri dan melon. Untuk tanaman sayuran semusim, cabai rawit merupakan jenis tanaman yang paling banyak diusahakan oleh rumah tangga usaha hortikultura. Jenis tanaman obat-obatan semusim yang paling banyak diusahakan oleh rumah tangga usaha hortikultura adalah kunyit dan jahe. Pada tanaman hortikultura semusim, potensi dan besaran produksi suatu tanaman dapat dilihat dari luas tanamnya. Dalam keadaan normal, semakin besar luas tanam maka produksi yang dihasilkan akan semakin banyak. Ditinjau dari besaran jumlah pohon/rumpun/luas tanam, tanaman hortikultura semusim yang memiliki luas tanam terbesar adalah cabai rawit. Hal ini berarti potensi terbesar dari tanaman hortikultura semusim di Kabupaten Malinau terletak pada jenis tanaman cabai rawit.
Tabel 16 Jumlah Rumah Tangga Usaha Hortikultura, Luas Tanam, dan Rata-rata Luas Tanam yang Diusahakan/Dikelola per Rumah Tangga Menurut Jenis Tanaman Hortikultura Semusim, ST2013 Jenis Tanaman Hortikultura Semusim
Jumlah Rumah Tangga Usaha Hortikultura
Luas Tanam (m )
Rata-rata Luas Tanam yang Diusahakan/Dikelola per Rumah Tangga
(1)
(2)
(3)
(4)
Melon
1
5000
5000
Mentimun suri
8
1135
141
Semangka
12
5110
425
Bawang daun/prei
53
2263
42
4
760
190
Bayam
291
40765
140
Brokoli
1
7
7
Bawang merah
Buncis
2
75
4564
60
Cabai besar
145
9966
68
Cabai rawit
797
111327
139
2
591
295
Kacang panjang
452
65655
145
Kangkung
304
25954
85
Labu siam
15
14471
964
254
64239
252
8
1889
236
19
1544
81
3
31
10
Jamur
Ketimun Oyong/gambas Paria/pare Petsai/sawi putih Sawi
308
49321
160
Seledri
1
30
30
Terung
209
24887
119
Tomat
60
13079
217
Wortel Jahe Kemangi Kencur
1
15
15
341
10871
31
9
190
21
30
292
9
Tabel 16 (lanjutan) Jumlah Rumah Tangga Usaha Hortikultura, Luas Tanam, dan Rata-rata Luas Tanam yang Diusahakan/Dikelola per Rumah Tangga Menurut Jenis Tanaman Hortikultura Semusim, ST2013 Jenis Tanaman Hortikultura Semusim
Jumlah Rumah Tangga Usaha Hortikultura
Luas Tanam (m )
Rata-rata Luas Tanam yang Diusahakan/Dikelola per Rumah Tangga
(1)
(2)
(3)
(4)
345
5557
16
2
1015
507
105
831
7
Kunyit Kumis Kucing Lengkuas
2
Temu ireng (temu hitam)
1
3
3
Temulawak
6
68
11
Anggrek
3
47
15
Kamboja jepang/adenium
3
36
12
Mawar
16
154
9
Melati
3
10
3
Nanas-nanasan/bromelia
2
2540
1270
Pisang-pisangan/heliconia
2
10
5
Menurut hasil ST2013, rambutan merupakan jenis tanaman hortikultura tahunan yang paling banyak diusahakan oleh rumah tangga usaha hortikultura (2.211 rumah tangga). Selain itu, terdapat juga sekitar 1.879 rumah tangga usaha hortikultura yang mengelola tanaman durian. Adapun cempedak diusahakan oleh 1.544 rumah tangga. ST2013 memberikan informasi mengenai jumlah tanaman hortikultura tahunan yang sudah berproduksi. Dari tabel 17, terlihat bahwa jenis tanaman hortikultura tahunan yang memiliki persentase jumlah pohon/rumpun/luas tanam sudah berproduksi terbesar adalah pisang. Jika dilihat menurut kelompok tanaman, maka tanaman buah-buahan tahunan yang sudah berproduksi paling banyak adalah tanaman pisang diikuti dengan tanaman cempedak dan nenas. Untuk tanaman sayuran tahunan, petai merupakan jenis tanaman yang paling banyak diusahakan oleh rumah tangga hortikultura.
Tabel 17 Jumlah Rumah Tangga Usaha Hortikultura, Jumlah Pohon/Rumpun/Luas Tanam, dan Rata-rata Jumlah Pohon/Rumpun/Luas Tanam yang Diusahakan/Dikelola per Rumah Tangga Menurut Jenis Tanaman Hortikultura Tahunan, ST2013 Jumlah Pohon/Rumpun/Luas Tanam Jenis Tanaman Hortikultura Tahunan
Jumlah Rumah Tangga Usaha Hortikultura
Satuan
Diusahakan/ Dikelola
Yang Sudah Berproduksi
Rata-rata Jumlah Pohon/Rumpun/Luas Tanam yang Diusahakan/Dikelola per Rumah Tangga
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Alpukat
7
pohon
Belimbing
10
Buah naga
2
Buah nona/srikaya Cempedak Duku/langsat
71
2
10
pohon
16
13
1
pohon
630
15
315
1
pohon
1
1
1
1544
pohon
112222
22180
72
905
pohon
9934
3888
10
1879
pohon
35723
10069
19
Jambu air
46
pohon
150
80
3
Jambu biji
55
pohon
193
155
3
Durian
Jambu bol
1
pohon
1
1
1
Jeruk siam/keprok
836
pohon
13586
7496
16
Jeruk besar
143
pohon
556
270
3
Kedondong
11
pohon
29
11
2
Lengkeng
192
pohon
1748
341
9
Mangga
962
pohon
5449
2751
5
Manggis
80
pohon
910
212
11
Tabel 17 (lanjutan) Jumlah Rumah Tangga Usaha Hortikultura, Jumlah Pohon/Rumpun/Luas Tanam, dan Rata-rata Jumlah Pohon/Rumpun/Luas Tanam yang Diusahakan/Dikelola per Rumah Tangga Menurut Jenis Tanaman Hortikultura Tahunan, ST2013 Jumlah Pohon/Rumpun/Luas Tanam Jenis Tanaman Hortikultura Tahunan
Jumlah Rumah Tangga Usaha Hortikultura
Satuan
Diusahakan/ Dikelola
Yang Sudah Berproduksi
Rata-rata Jumlah Pohon/Rumpun/Luas Tanam yang Diusahakan/Dikelola per Rumah Tangga
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Matoa buah
2
pohon
Nangka
78
pohon
Nenas
219
rumpun
Pepaya
167
pohon
Pisang
1275
Rambutan
2211
22
12
11
402
227
5
28983
15828
132
1598
1031
9
rumpun
48488
37218
38
pohon
39049
14623
17
166
160
18
Salak
9
rumpun
Sawo
3
pohon
12
2
4
Sirsak
13
pohon
76
27
5
Sukun
27
pohon
112
69
4
Jengkol
1
pohon
5
5
5
Melinjo
2
pohon
3
2
1
142
pohon
1882
451
13
Petai Mahkota dewa
2
m2
7
2
3
Mengkudu/pace
4
m2
8
8
2
Salam
1
m2
2
0
2
Sereh
202
m2
1358
247
6
Sirih
3
m2
8
5
2
Bougenvillea spp
2
m2
52
2
26
Pada Mei 2013, jumlah rumah tangga usaha hortikultura di Kabupaten Malinau adalah sebesar 3.952 rumah tangga. Dilihat dari pola penyebaran, rumah tangga usaha hortikultura paling banyak dijumpai di Kecamatan Malinau Selatan sebesar 21,18 persen (837 rumah tangga). Selain di Kecamatan Malinau Selatan, Malinau Barat, Malinau Utara, Mentarang, dan Malinau Kota juga banyak dijumpai rumah tangga usaha hortikultura dengan jumlah yang cukup besar. Ditinjau menurut Kecamatan, rumah tangga usaha hortikultura paling banyak selain Malinau Selatan adalah terdapat di Kecamatan Malinau Barat dengan persentase sebesar 18,55 persen sedangkan yang terkecil berada di Kecamatan Bahau Hulu dengan persentase sebesar 1,09 persen. Menurut hasil ST2013, kelompok tanaman hortikultura yang paling banyak diusahakan oleh rumah tangga usaha hortikultura adalah kelompok tanaman buah-buahan 92,86 persen (3.670 rumah tangga) dan yang paling sedikit diusahakan adalah kelompok tanaman hias (30 rumah tangga). Jika melihat perbandingan antara jumlah rumah tangga usaha tanaman hortikultura tahunan dan semusim dapat dilihat bahwa untuk kelompok tanaman buah-buahan, jenis tanaman tahunan lebih banyak diusahakan dibandingkan dengan tanaman semusim. Hal yang berbeda terjadi pada tiga kelompok tanaman hortikultura lainnya karena dibandingkan dengan tanaman tahunan, tanaman semusim lebih banyak diusahakan pada kelompok tanaman sayuran, tanaman hias, dan obat-obatan. ST2013 mencatat bahwa dari keempat kelompok tanaman hortikultura tahunan, kelompok tanaman buahbuahan merupakan kelompok tanaman yang paling banyak diusahakan oleh rumah tangga usaha hortikultura tahunan dengan persentase sebesar 92,28 (3.647 rumah tangga). Potensi usaha kelompok tanaman buah-buahan tahunan terdapat di Kecamatan Malinau Selatan. Hal ini terlihat dari jumlah rumah tangga usaha tanaman buah-buahan di Kecamatan tersebut yang mencapai 789 rumah tangga. Untuk kelompok tanaman sayuran tahunan, Kecamatan Malinau Selatan juga tercatat memiliki jumlah rumah tangga usaha tanaman sayuran tahunan terbanyak yaitu sebesar 52 rumah tangga. Rumah tangga usaha tanaman obat-obatan tahunan paling banyak terdapat di Kecamatan Malinau Selatan (108 rumah tangga). Berbeda dengan kelompok tanaman hortikultura tahunan, kelompok tanaman hortikultura semusim yang paling banyak diusahakan oleh rumah tangga usaha hortikultura adalah kelompok tanaman sayuran. Dari 3.952 rumah tangga usaha hortikultura, sebanyak 1.327 rumah tangga mengusahakan kelompok tanaman sayuran semusim. Kelompok tanaman buah-buahan semusim hanya diusahakan oleh sebanyak 23 rumah tangga, sedangkan kelompok tanaman obat-obatan semusim diusahakan oleh 209 rumah tangga. Tanaman hias merupakan kelompok tanaman hortikultura semusim yang paling sedikit diusahakan oleh rumah tangga usaha hortikultura di Kabupaten Malinau dengan hanya 2 rumah tangga.
Dilihat dari distribusi per Kecamatan, Kecamatan Kayan Hulu merupakan kecamatan dengan jumlah rumah tangga usaha tanaman buah-buahan semusim terbesar yakni 26,08 persen. Rumah tangga usaha tanaman sayuran semusim paling banyak juga ditemui di Kecamatan Malinau Selatan dengan jumlah 425 rumah tangga. Kecamatan Malinau Selatan merupakan kecamatan dengan jumlah rumah tangga usaha tanaman obat-obatan semusim terbanyak (425 rumah tangga), sedangkan jumlah rumah tangga usaha tanaman hias semusim terbesar juga terdapat di Kecamatan Malinau Selatan (16 rumah tangga). Gambar 18 Jumlah Rumah Tangga Usaha Hortikultura Menurut Jenis Tanaman Hortikultura, ST2013 2500
1500
1000
500
Hortikultura Tahunan
Hortikultura Semusim
Jenis Tanaman Hortikultura
Jahe
Kunyit
Kacang Panjang
Cabai Besar
Cabai Rawit
Mangga
Cempedak
Durian
Pisang
0 Rambutan
Jumlah Rumah Tangga
2000
Tabel 18 Jumlah Rumah Tangga Usaha Hortikultura Tahunan dan Semusim menurut Kelompok Tanaman dan Kecamatan, ST2013 Kelompok Tanaman Hortikultura Kecamatan
(1)
Rumah Tangga Usaha Hortikultura
(2)
Buah-buahan
Tanaman Obatobatan
Sayuran
Tahunan
Semusim
Tahunan
Semusim
(3)
(4)
(5)
(6)
Tanaman Hias
Tahunan
Semusim
Tahunan
Semusim
(7)
(8)
(9)
(10)
Kayan hulu
159
155
6
4
88
0
0
0
1
Sungai boh
325
296
3
3
260
2
39
0
0
Kayan selatan
174
167
0
33
98
0
14
0
0
Kayan hilir
166
164
0
8
40
0
0
0
0
Pujungan
48
6
0
0
43
0
0
0
0
Bahau hulu
43
14
0
0
33
0
0
0
0
Malinau kota
338
281
2
2
109
23
27
0
3
Malinau selatan
837
789
4
52
425
108
251
2
16
Malinau barat
733
707
3
35
89
34
38
0
5
Malinau utara
568
525
3
1
58
31
27
0
3
Mentarang
457
439
2
6
74
11
33
0
0
Mentarang hulu
104
104
0
0
10
0
1
0
0
3952
3647
23
144
1327
209
430
2
28
Malinau
Berdasarkan hasil ST2013, dari kedelapan jenis tanaman hortikultura strategis, pisang, mangga, dan cabai merupakan jenis tanaman dengan jumlah rumah tangga usaha hortikultura terbanyak yang diusahakan, yaitu masing-masing sebesar 1.275 rumah tangga; 962 rumah tangga; dan 939 rumah tangga. Ditinjau menurut penyebaran pada tiap-tiap Kecamatan di Kabupaten Malinau, usaha tanaman pisang banyak terdapat di Kecamatan Malinau Selatan (397 rumah tangga). Rumah tangga usaha tanaman jeruk paling banyak berada di Kecamatan Malinau Barat dan Malinau Selatan. Jumlah rumah tangga usaha tanaman jeruk di Kecamatan Malinau Barat sebanyak 238 rumah tangga dan di Kecamatan Malinau Selatan sebanyak 237 rumah tangga. Rumah tangga usaha tanaman mangga juga paling banyak dijumpai di Kecamatan Malinau Selatan. Dari 962 rumah tangga usaha tanaman mangga, 34,51 persen berada di Kecamatan Malinau Selatan. Rumah tangga usaha tanaman cabai banyak terdapat di Kecamatan Malinau Selatan.
Tabel 19 Jumlah Rumah Tangga Usaha Hortikultura Menurut Kecamatan dan Jenis Tanaman Hortikultura Strategis yang Diusahakan, ST2013 Kecamatan
Rumah Tangga Usaha Hortikultura
Jumlah Rumah Tangga Per Jenis Tanaman Hortikultura Strategis Pisang
Jeruk
Mangga
Cabai
Bawang Merah
Kentang
Kunyit
Anggrek
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
Kayan hulu
159
27
1
9
76
0
0
0
0
Sungai boh
325
203
90
18
125
0
0
27
0
Kayan selatan
174
81
14
19
73
0
0
1
0
Kayan hilir
166
79
11
5
33
0
0
0
0
Pujungan
48
3
0
2
36
0
0
0
0
Bahau hulu
43
7
4
2
4
4
0
0
0
Malinau kota
338
114
40
83
49
0
0
22
2
Malinau selatan
837
397
237
332
352
0
0
222
0
Malinau barat
733
98
238
212
80
0
0
29
1
Malinau utara
568
107
87
163
39
0
0
19
0
Mentarang
457
141
94
112
63
0
0
25
0
Mentarang hulu
104
18
20
5
9
0
0
0
0
Malinau
3952
1275
836
962
939
4
0
345
3
(1)
Jumlah pohon/rumpun/luas tanam yang ada di suatu daerah secara normal dapat mengindikasikan besaran produksi tanaman pada daerah tersebut. Pada periode ST2013, dari jenis tanaman hortikultura strategis semusim, cabai merupakan jenis tanaman dengan jumlah tanaman hortikultura terbanyak yang diusahakan, yaitu sebesar 1,21 hektar. Tanaman hortikultura di Kabupaten Malinau berdasarkan hasil ST2013 tidak semua menyebar secara merata, terlihat bahwa usaha tanaman pisang terpusat di Kecamatan Malinau Selatan (13,2 ribu tanaman). Tanaman jeruk paling banyak diusahakan di Kecamatan Malinau Barat. Jumlah tanaman jeruk di Kecamatan Malinau Barat mencapai 5.793 tanaman dan di Kecamatan Malinau Utara sebanyak 2.549 tanaman. Tanaman mangga paling banyak diusahakan di Kecamatan Malinau Selatan. Dari 5.449 tanaman mangga, 38,44 persennya berada di Kecamatan Malinau Selatan, 21,12 persen di Kecamatan Malinau Barat, dan sisanya menyebar di Kecamatan lainnya. Tanaman cabai relatif luas dan menyebar merata antar kecamatan. Hal ini mengingat tanaman cabai sering digunakan oleh masyarakat sebagai bumbu masakan sehari-hari. Sentra tanaman cabai terdapat di Kecamatan Malinau Barat, Malinau Selatan, dan Malinau Kota.
Tabel 20 Jumlah Rumah Tangga Usaha Hortikultura dan Jumlah/Luas Tanam Hortikultura Strategis Menurut Kecamatan, ST2013 Jumlah Tanaman Per Jenis Tanaman Hortikultura Strategis
Rumah Tangga Usaha Hortikultura
Pisang
Jeruk
Mangga
Cabai
Bawang Merah
Kentang
Kunyit
Anggrek
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
Kayan hulu
159
6512
1
39
627
0
0
0
0
Sungai boh
325
2641
347
68
1226
0
0
171
0
Kayan selatan
174
843
56
66
5914
0
0
6
0
Kayan hilir
166
667
46
28
227
0
0
0
0
Pujungan
48
148
0
8
576
0
0
0
0
Bahau hulu
43
633
1697
90
300
760
0
0
0
Malinau kota
338
8928
861
502
25155
0
0
119
32
Malinau selatan
837
13280
1341
2095
27014
0
0
4043
0
Malinau barat
733
3102
5793
1151
28912
0
0
220
15
Malinau utara
568
7551
2549
707
14822
0
0
654
0
Mentarang
457
3756
837
675
11007
0
0
344
0
Mentarang hulu
104
427
58
20
5513
0
0
0
0
3952
48488
13586
5449
121293
760
0
5557
47
Kecamatan
(1)
Malinau
2
Jumlah Pohon (pohon)
Luas Tanam (m )
Gambar 19 Peta Sebaran Rumah Tangga Usaha Hortikultura, ST2013
Subsektor Perkebunan
H
asil pencacahan lengkap Sensus Pertanian 2013 menunjukkan jumlah rumah tangga usaha pertanian Subsektor Perkebunan di Kabupaten Malinau sebanyak 3.568 rumah tangga. Jumlah rumah tangga yang mengusahakan tanaman tahunan jauh lebih banyak dibandingkan jumlah rumah tangga yang mengusahakan tanaman semusim. Sebanyak 3.524 rumah tangga mengusahakan tanaman tahunan, sementara jumlah rumah tangga yang mengusahakan tanaman semusim sebanyak 319 rumah tangga. Rumah tangga usaha pertanian Subsektor Perkebunan terbanyak di Kabupaten Malinau berada di Kecamatan Malinau Selatan, yaitu sebanyak 933 rumah tangga. Kecamatan dengan jumlah rumah tangga usaha pertanian Subsektor Perkebunan terbanyak kedua dan ketiga berturut-turut adalah Malinau Barat (581 rumah tangga) dan Malinau Utara (551 juta rumah tangga). Rumah tangga yang paling banyak mengusahakan tanaman tahunan berada di Kecamatan Malinau Selatan (932 rumah tangga), sementara untuk tanaman semusim paling banyak diusahakan oleh rumah tangga di Kecamatan Sungai Boh (127 rumah tangga). Gambar 20 Jumlah Rumah Tangga Usaha Perkebunan Menurut Jenis Tanaman, ST2013 3,568
3,524
319
Perkebunan
Tahunan
Semusim
Jenis Tanaman Perkebunan
44 Tahunan dan Semusim
Tabel 21 Jumlah Rumah Tangga Usaha Perkebunan Menurut Kecamatan dan Jenis Tanaman, ST2013 Jumlah Rumah Tangga Usaha Perkebunan
Tanaman Tahunan
Tanaman Semusim
(2)
(3)
(4)
Kayan hulu
114
105
45
Sungai boh
274
243
127
Kayan selatan
166
166
25
Kayan hilir
26
25
1
Pujungan
17
17
0
Bahau hulu
43
43
1
Malinau kota
228
227
9
Malinau selatan
933
932
96
Malinau barat
581
581
0
Malinau utara
551
551
0
Mentarang
544
543
14
91
91
1
3568
3524
319
Kecamatan (1)
Mentarang hulu Malinau
Jumlah Rumah Tangga Usaha Perkebunan
Secara umum, enam tanaman tahunan berdasarkan banyaknya rumah tangga yang mengusahakan di Kabupaten Malinau berturut-turut adalah karet (1.521 rumah tangga), kopi (1.278 rumah tangga), kakao (1.249 rumah tangga), kelapa (749 rumah tangga), kelapa sawit (430 rumah tangga), dan teh (60 rumah tangga). Kecamatan dengan rumah tangga yang paling banyak mengusahakan tanaman karet adalah Mentarang (334 rumah tangga), diikuti Malinau Utara (285 rumah tangga). Tanaman kopi paling banyak diusahakan oleh rumah tangga di Malinau Selatan (744 rumah tangga). Kakao paling banyak diusahakan oleh rumah tangga di Mentarang (318 rumah tangga), diikuti Malinau Selatan (238 rumah tangga). Tanaman kelapa banyak diusahakan oleh rumah tangga di Malinau Selatan (216 rumah tangga) dan disusul Mentarang (132 rumah tangga). Kelapa Sawit paling banyak diusahakan oleh rumah tangga di Malinau Barat (165 rumah tangga), diikuti Malinau Utara (117 rumah tangga). Sedangkan tanaman teh paling banyak diusahakan oleh rumah tangga di Kayan Selatan (59 rumah tangga).
Tabel 21.a Jumlah Rumah Tangga Usaha Perkebunan Tanaman Tahunan Menurut Kecamatan dan Jenis Tanaman, ST2013
Kecamatan
(1)
Rumah Tangga Usaha Tanaman Tahunan (2)
Jenis Tanaman yang Diusahakan/Dikelola
Kakao
Karet
Kelapa Sawit
Kelapa
Kopi
Teh
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Kayan hulu
105
11
67
1
46
9
1
Sungai boh
243
179
213
1
61
22
0
Kayan selatan
166
2
136
8
108
4
59
Kayan hilir
25
0
9
0
20
1
0
Pujungan
17
5
0
0
4
8
0
Bahau hulu
43
4
1
0
0
37
0
Malinau kota
227
95
89
32
51
32
0
Malinau selatan
932
238
158
84
216
744
0
Malinau barat
581
227
182
165
47
172
0
Malinau utara
551
162
285
117
35
70
0
Mentarang
543
318
334
21
132
111
0
91
8
47
1
29
68
0
3524
1249
1521
430
749
1278
60
Mentarang hulu Malinau
Tanaman perkebunan semusim yang paling banyak diusahakan di Kabupaten Malinau adalah tanaman Tebu. Adapun tanaman perkebunan semusim yang lain yakni Sereh wangi dan Tembakau hanya saja jumlah rumah tangga yang mengusahakannya sangat sedikit. Rumah tangga yang mengusahakan tanaman tebu ada sebanyak 313 rumah tangga, kemudian rumah tangga yang mengusahakan tanaman sereh wangi ada sebanyak 9 rumah tanga, dan rumah tangga yang mengusahakan tanaman tembakau hanya sebanyak 3 rumah tangga. Usaha perkebunan tanaman semusim banyak didominasi oleh rumah tangga yang berada di Kecamatan yang termasuk kategori sulit yakni Sungai Boh, Kayan Hulu, dan Kayan Selatan. Kecamatan dengan rumah tangga yang paling banyak mengusahakan tebu adalah Sungai Boh (127 rumah tangga), diikuti Malinau Selatan (92 rumah tangga), dan Kayan Hulu (45 rumah tangga).
Tabel 21.b Jumlah Rumah Tangga Usaha Perkebunan Tanaman Semusim Menurut Kecamatan dan Jenis Tanaman, ST2013
Kecamatan
Rumah Tangga Usaha Tanaman Semusim
Jenis Tanaman yang Diusahakan/Dikelola Sereh Wangi
Tebu
Tembakau
(2)
(3)
(4)
(5)
Kayan hulu
45
0
45
0
Sungai boh
127
0
127
0
25
0
24
1
Kayan hilir
1
0
1
0
Pujungan
0
0
0
0
Bahau hulu
1
0
1
0
Malinau kota
9
0
9
0
96
6
92
2
Malinau barat
0
0
0
0
Malinau utara
0
0
0
0
14
3
13
0
1
0
1
0
319
9
313
3
(1)
Kayan selatan
Malinau selatan
Mentarang Mentarang hulu Malinau
Jika dilihat dari jumlah tanamannya, populasi tanaman tahunan terbesar yang diusahakan oleh rumah tangga adalah karet, yakni sebanyak 668 ribu pohon yang banyak berada di Kecamatan Malinau Utara, Malinau Barat, dan Mentarang. Populasi terbesar kedua adalah tanaman kakao, yaitu sebanyak 657 ribu pohon yang banyak diusahakan di Kecamatan Malinau Barat dan Mentarang. Tanaman kopi menempati posisi ketiga terbesar yang paling banyak diusahakan rumah tangga, yaitu sebanyak 566 ribu pohon. Kakao paling banyak berada di Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan. Selain tanaman karet, kakao, dan kopi, potensi subsektor perkebunan juga pada komoditas kelapa sawit (292 ribu pohon), kelapa (7.960 pohon), dan teh (14 ribu pohon). Kecamatan dengan rumah tangga yang paling banyak mengusahakan kelapa sawit adalah Malinau Barat dengan jumlah pohon sebanyak 165 ribu pohon. Kelapa paling banyak diusahakan oleh rumah tangga di Malinau selatan dengan 3.132 pohon. Sedangkan komoditas terakhir yakni teh banyak diusahakan di kecamatan Kayan Selatan yakni dengan jumlah pohon mencapai 12,5 ribu pohon.
Tabel 22 Jumlah Pohon/Lajar/Rumpun Tanaman Tahunan yang Diusahakan/Dikelola Rumah Tangga Usaha Perkebunan Menurut Kecamatan dan Jenis Tanaman, ST2013 Jenis Tanaman yang Diusahakan/Dikelola Kecamatan (1)
Kakao
Karet
Kelapa Sawit
Kelapa
Kopi
Teh
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Kayan hulu
656
5696
100
164
429
2000
Sungai boh
27162
49078
3
299
1206
0
130
22967
68
361
125
12516
0
570
0
103
100
0
70400
0
0
29
31580
0
1530
300
0
0
18692
0
Malinau kota
83790
63712
46455
377
22189
0
Malinau selatan
45917
42532
29131
3132
223660
0
Malinau barat
176074
158587
165328
1370
195742
0
Malinau utara
86440
159004
43501
1002
36425
0
164974
150287
8111
861
19963
0
915
15353
1
262
16550
0
657988
668086
292698
7960
566661
14516
Kayan selatan Kayan hilir Pujungan Bahau hulu
Mentarang Mentarang hulu Malinau
Tabel 22.a Jumlah Pohon/Lajar/Rumpun Tanaman Tahunan yang Diusahakan/Dikelola Rumah Tangga Usaha Perkebunan yang Belum Berproduksi, ST2013 Jenis Tanaman yang Diusahakan/Dikelola Kecamatan (1)
Kakao
Karet
Kelapa Sawit
Kelapa
Kopi
Teh
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Kayan hulu
95
5605
100
89
112
2000
Sungai boh
20666
47853
2
166
990
0
100
20250
52
166
100
9006
0
570
0
55
0
0
22000
0
0
13
19790
0
330
200
0
0
5625
0
Malinau kota
28385
60962
32935
167
10097
0
Malinau selatan
15753
40232
21736
1252
39272
0
Malinau barat
92011
136739
62024
750
46965
0
Malinau utara
47750
124132
35565
968
24370
0
Mentarang
37574
134292
3338
395
4645
0
Mentarang hulu
35
6551
1
181
2070
0
Malinau
264699
577386
155753
4202
154036
11006
Kayan selatan Kayan hilir Pujungan Bahau hulu
Hasil ST2013 menunjukkan bahwa tanaman perkebunan yang diusahakan sebagian besar belum berproduksi. Hasil Sensus Pertanian 2013 memperlihatkan proporsi tanaman karet yang belum berproduksi sebesar 86,42 persen dari total tanaman yang diusahakan/dikelola, proporsi tanaman kakao yang belum berproduksi sebesar 40,22 persen, dan proporsi tanaman kopi yang belum berproduksi adalah sebesar 27,18 persen. Angka proporsi yang relatif cukup besar pada tanaman karet, menggambarkan banyaknya penanaman baru ataupun perluasan. Jumlah pohon karet yang belum berproduksi di Kabupaten Malinau sebanyak 577 ribu pohon, dan paling banyak ditemukan di Kecamatan Malinau Barat, Mentarang, dan Malinau Utara dengan banyaknya pohon masing-masing adalah 136 ribu pohon, 134 ribu pohon, dan 124 ribu pohon. Jumlah pohon kakao yang belum berproduksi di Kabupaten Malinau sebanyak 264 ribu pohon, dan paling banyak ditemui di Kecamatan Malinau Barat sebanyak 92 ribu pohon. Selain karet dan kakao, pohon kopi juga banyak diusahakan oleh rumah tangga usaha perkebunan di Kabupaten Malinau. Jumlah pohon kopi yang diusahakan/dikelola rumah tangga usaha perkebunan adalah sebanyak 566 ribu pohon. Dari sebanyak 566 ribu pohon kopi tersebut, sebanyak 154 ribu pohon (27,18 persen) masih belum berproduksi. Kecamatan Malinau Barat merupakan kecamatan yang memiliki jumlah pohon kopi yang belum berproduksi paling banyak (46 ribu pohon).
Tabel 22.b Jumlah Pohon/Lajar/Rumpun Tanaman Tahunan yang Diusahakan/Dikelola Rumah Tangga Usaha Perkebunan yang Sudah Berproduksi, ST2013 Jenis Tanaman yang Diusahakan/Dikelola Kecamatan (1)
Kakao
Karet
Kelapa Sawit
Kelapa
Kopi
Teh
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Kayan hulu
561
0
0
57
317
0
Sungai boh
5996
50
1
123
190
0
30
387
16
172
10
1760
0
0
0
48
100
0
Pujungan
3250
0
0
14
1290
0
Bahau hulu
1200
100
0
0
13067
0
Malinau kota
30325
1100
13512
103
10992
0
Malinau selatan
27979
500
4430
1364
150713
0
Malinau barat
62111
3130
35891
196
99677
0
Malinau utara
20995
13122
5872
30
9040
0
115173
6202
2566
344
13620
0
Mentarang hulu
680
2160
0
52
11920
0
Malinau
268300
26751
62288
2503
310936
1760
Kayan selatan Kayan hilir
Mentarang
Serupa dengan kondisi tanaman perkebunan yang belum berproduksi, tanaman perkebunan yang sudah berproduksi paling banyak pada komoditas karet, kakao, dan kopi. Jumlah pohon karet yang sudah berproduksi di Kabupaten Malinau sebanyak 26,7 ribu pohon dan paling banyak ditemui di Kecamatan Malinau Utara, yaitu sebanyak 13,1 ribu pohon. Jumlah pohon kopi yang sudah berproduksi di Kabupaten Malinau sebanyak 310,9 ribu pohon, dan terbanyak ditemui di Kecamatan Malinau Selatan sebanyak 586,66 juta pohon. Sedangkan jumlah pohon kopi yang sudah berproduksi paling sedikit di Kecamatan Kayan Selatan dengan jumlah 10 pohon. Selain karet dan kopi, pohon kakao juga merupakan tanaman perkebunan yang memiliki tanaman yang sudah berproduksi terbanyak ketiga. Jumlah pohon kakao yang sudah berproduksi di Kabupaten Malinau sebanyak 268,3 ribu pohon dan terbanyak ditemui di Kecamatan Mentarang, yaitu sebanyak 115,1 ribu pohon. Selain terlihat dari jumlah pohon/lajar/rumpun, potensi tanaman perkebunan juga dapat dilihat dari luas tanaman perkebunan. Total luas tanaman paling besar di Kabupaten Malinau (tanaman tahunan) yang digunakan rumah tangga untuk usaha perkebunan adalah luas tanaman karet, yaitu 17,2 juta m2. Sementara, jika dilihat rata-rata luas tanaman per rumah tangga, maka tanaman kelapa sawit mempunyai rata-rata luas tanaman per rumah tangga paling besar, yaitu sekitar 2,05 hektar per rumah tangga.
Tabel 23.a Luas Tanam Tanaman Tahunan (m2) yang Diusahakan/Dikelola Rumah Tangga Usaha Perkebunan Menurut Kecamatan dan Jenis Tanaman, ST2013 Jenis Tanaman yang Diusahakan/Dikelola Kecamatan (1)
Kakao
Karet
Kelapa Sawit
Kelapa
Kopi
Teh
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Kayan hulu
14710
430410
5000
11597
19000
30000
Sungai boh
1115290
1641290
20
7650
47920
0
6000
1266420
6455
11321
6100
558747
0
134800
0
3605
10000
0
Pujungan
25400
0
0
100
46675
0
Bahau hulu
28000
5000
0
0
276400
0
Malinau kota
1082690
1358300
1968100
24025
348936
0
Malinau selatan
4625224
1264250
1049887
98710
4952755
0
Malinau barat
2653516
2816550
3188800
44748
1561400
0
Malinau utara
1384375
5075686
2135550
31233
608100
0
Mentarang
3227836
2953949
458632
23177
430263
0
Mentarang hulu
18610
257390
4
1531
252260
0
Malinau
14181651
17204045
8812448
257697
8559809
588747
Kayan selatan Kayan hilir
Tabel 23.b Luas Tanaman Semusim (m2) yang Diusahakan/Dikelola Rumah Tangga Usaha Perkebunan Menurut Kecamatan dan Jenis Tanaman, ST2013 Jenis Tanaman yang Diusahakan/Dikelola Kecamatan (1)
Sereh Wangi
Tebu
Tembakau
(2)
(3)
(4)
Kayan hulu
0
24760
0
Sungai boh
0
11372
0
Kayan selatan
0
17191
4
Kayan hilir
0
50
0
Pujungan
0
0
0
Bahau hulu
0
30
0
Malinau kota
0
314
0
543
1352
7
Malinau barat
0
0
0
Malinau utara
0
0
0
106
1156
0
0
12
0
649
56237
11
Malinau selatan
Mentarang Mentarang hulu Malinau
Tabel 24.a Jumlah Rumah Tangga Usaha Perkebunan dan Jumlah Pohon/Lajar/Rumpun Menurut Kondisi Tanaman di Kabupaten Malinau, ST2013
Jenis Tanaman
Jumlah rumah tangga
(1)
(2)
Jumlah Pohon/Lajar/Rumpun Yang Diusahakan/ Dikelola
Yang Belum Berproduksi
Yang Sudah Berproduksi
(3)
(4)
(5)
Aren/Enau
3
1065
1060
0
Cengkeh
5
634
604
30
Kakao
1249
657988
264699
268300
Karet
1521
668086
577386
26751
Kelapa Sawit
430
292698
155753
62288
Kelapa
749
7960
4202
2503
Kemiri
1
3
0
3
Kopi
1278
566661
154036
310936
Lada
42
8240
2859
4981
Panili/Vanili
2
400
300
100
Pinang/Jambe
2
60
20
40
60
14516
11006
1760
Teh
Tabel 24.b Jumlah Rumah Tangga Usaha Perkebunan dan Luas Tanaman/Luas Tanam Menurut Jenis Tanaman di Kabupaten Malinau, ST2013 Jenis Tanaman
Jumlah Rumah Tangga
Luas Tanaman/Luas 2 Tanam (m )
Rata-Rata Luas Tanaman/Luas Tanam per Rumah Tangga 2 (m )
(1)
(2)
(3)
(4)
Aren/Enau
3
105050
35016.67
Cengkeh
5
6850
1370.00
Kakao
1249
14181651
11354.40
Karet
1521
17204045
11311.01
Kelapa Sawit
430
8812448
20494.07
Kelapa
749
257697
344.05
Kemiri
1
10
10.00
Kopi
1278
8559809
6697.82
Lada
42
180470
4296.90
Panili/Vanili
2
11200
5600.00
Pinang/Jambe
2
160
80.00
Teh
60
588747
9812.45
Kapas
11
167
15.18
Nilam
2
9
4.50
Rosela
5
41
8.20
Sereh Wangi
9
649
72.11
313
56237
179.67
3
11
3.67
Tebu Tembakau
Gambar 21 Peta Sebaran Rumah Tangga Usaha Perkebunan, ST2013
Subsektor Peternakan erdasarkan hasil ST2013, rumah tangga usaha pertanian Subsektor Peternakan memiliki jumlah rumah tangga usaha terbanyak kedua (4.330 rumah tangga) setelah Subsektor Tanaman Pangan. Ternak yang diusahakan/dipelihara oleh rumah tangga pertanian dibedakan ke dalam dua kelompok besar, yaitu ternak besar/kecil dan ternak lain. Ternak besar/kecil terdiri atas sapi potong, sapi perah, kerbau, kuda, kambing, domba, dan babi, sedangkan ternak lain terdiri atas ayam lokal (ayam kampung dan ayam lokal lainnya), ayam ras petelur, ayam ras pedaging, itik, itik manila, angsa, kalkun, burung merpati, burung puyuh, dan kelinci.
B
Gambar 22 Jumlah Rumah Tangga Usaha Peternakan Menurut Jenis Ternak, ST2013 4,330
3,063 2,248
573 199
0
23
0
31
0
2
122
121
Tabel 25 Jumlah Rumah Tangga Usaha Peternakan Menurut Kecamatan dan Jenis Ternak, ST2013 Kecamatan
Jumlah Rumah Tangga Usaha Peternakan
Sapi Potong
Sapi Perah
Kerbau
Kuda
Kambing
Domba
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Kayan hulu
223
1
0
0
0
0
0
Sungai boh
263
16
0
0
0
0
0
Kayan selatan
219
0
0
0
0
0
0
Kayan hilir
166
0
0
0
0
0
0
Pujungan
226
0
0
0
0
0
0
88
0
0
0
0
0
0
Malinau kota
356
76
0
2
0
13
0
Malinau selatan
840
20
0
0
0
6
0
Malinau barat
641
39
0
10
0
8
0
Malinau utara
628
24
0
1
0
4
0
Mentarang
569
22
0
4
0
0
0
Mentarang hulu
111
1
0
6
0
0
0
4330
199
0
23
0
31
0
Bahau hulu
Malinau
Tabel 25 (lanjutan) Jumlah Rumah Tangga Usaha Peternakan Menurut Kecamatan dan Jenis Ternak, ST2013 Kecamatan
Babi
Ayam Lokal
Ayam Ras Petelur
Ayam Ras Pedaging
Itik
Itik Manila
Lainnya
(1)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
Kayan hulu
175
136
0
0
14
1
0
Sungai boh
188
209
1
2
7
0
0
Kayan selatan
101
192
0
0
50
0
0
Kayan hilir
7
165
0
0
14
0
0
Pujungan
3
224
0
0
4
0
0
Bahau hulu
5
82
0
0
6
0
0
Malinau kota
101
223
0
22
75
3
2
Malinau selatan
614
512
0
14
120
4
0
Malinau barat
370
381
1
12
112
39
1
Malinau utara
247
489
0
54
64
51
0
Mentarang
383
349
0
18
100
23
1
54
101
0
0
7
0
0
2248
3063
2
122
573
121
4
Mentarang hulu Malinau
Tabel 26 Jumlah Rumah Tangga Usaha Peternakan Menurut Kecamatan dan Jumlah Jenis Usaha Peternakan, ST2013 Jumlah Jenis Usaha Peternakan Kecamatan 1
2
3
4
5
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Kayan hulu
125
92
6
0
0
Sungai boh
115
138
8
2
0
Kayan selatan
113
88
18
0
0
Kayan hilir
146
20
0
0
0
Pujungan
221
5
0
0
0
83
5
0
0
0
Malinau kota
226
100
28
2
0
Malinau selatan
487
260
89
4
0
Malinau barat
387
186
60
6
2
Malinau utara
366
225
32
3
2
Mentarang
316
182
64
7
0
64
37
9
1
0
2649
1338
314
25
4
(1)
Bahau hulu
Mentarang hulu Malinau
Tabel 27 Populasi Ternak yang Diusahakan oleh Rumah Tangga Usaha Peternakan Menurut Kecamatan dan Jenis Ternak, ST2013 Kecamatan
Sapi
Kerbau
Kuda
Kambing
Domba
Babi
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Kayan hulu
1
0
0
0
0
433
Sungai boh
35
0
0
0
0
755
Kayan selatan
0
0
0
0
0
228
Kayan hilir
0
0
0
0
0
8
Pujungan
0
0
0
0
0
10
Bahau hulu
0
0
0
0
0
22
258
4
0
66
0
426
50
0
0
20
0
2205
Malinau barat
137
13
0
55
0
1329
Malinau utara
96
3
0
13
0
1535
Mentarang
77
8
0
0
0
1752
4
51
0
0
0
138
658
79
0
154
0
8841
Malinau kota Malinau selatan
Mentarang hulu Malinau
Tabel 27 (lanjutan) Populasi Ternak yang Diusahakan oleh Rumah Tangga Usaha Peternakan Menurut Kecamatan dan Jenis Ternak, ST2013 Kecamatan
Ayam Lokal
Ayam Ras Petelur
Ayam Ras Pedaging
Itik
Itik Malina
(1)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
Kayan hulu
1700
0
0
75
3
Sungai boh
2979
170
480
110
0
Kayan selatan
3265
0
0
373
0
Kayan hilir
2607
0
0
108
0
Pujungan
4194
0
0
55
0
Bahau hulu
3275
0
0
334
0
Malinau kota
5467
0
123300
1074
60
Malinau selatan
8444
0
12660
1160
49
Malinau barat
7621
200
8750
1638
650
Malinau utara
12021
0
64850
1422
592
Mentarang
7004
0
27751
1517
262
Mentarang hulu
2608
0
0
32
0
61185
370
237791
7898
1616
Malinau
Jika dilihat dari rumah tangga pertanian yang memelihara ternak, hasil ST2013 menunjukkan bahwa jenis ternak besar yang banyak dipelihara oleh rumah tangga adalah sapi potong, tercatat sebanyak 199 rumah tangga memelihara sapi potong. Ternak kecil yang paling banyak diusahakan oleh rumah tangga pemelihara ternak adalah babi, sebanyak 2248 rumah tangga tercatat mengusahakan jenis ternak ini. Untuk ayam lokal yang merupakan gabungan dari ayam kampung dan ayam lokal lainnya, hasil ST2013 menunjukkan bahwa sebanyak 3063 rumah tangga mengusahakan jenis ternak ini. Ayam lokal merupakan jenis unggas yang paling banyak diusahakan rumah tangga. Jika dilihat dari jumlah ternak yang dipelihara oleh rumah tangga pertanian di Kabupaten Malinau, sapi potong merupakan jenis ternak besar yang paling besar populasinya yakni sebanyak 658 ekor. Untuk jenis ternak kecil yang paling besar populasinya di Kabupaten Malinau adalah babi sebanyak 8.841 ekor. Sedangkan dari jenis ungags yang paling besar populasinya adalah ayam ras pedaging dengan jumlah ternak sebanyak 237.791 ekor. Gambar 23 Populasi Ternak yang Diusahakan oleh Rumah Tangga Usaha Peternakan Menurut Jenis Ternak, ST2013 237,791
61,185
658
79
0
Sapi
Kerbau
Kuda
154
0
Kambing Domba
8,841 Babi
370 Ayam Lokal
Ayam Ayam Ras Ras Petelur Pedaging
7,898
1,616
Itik
Itik Manila
Gambar 24 Peta Sebaran Rumah Tangga Usaha Peternakan, ST2013
Subsektor Perikanan egiatan usaha pertanian di Subsektor Perikanan terdiri dari kegiatan Budidaya Ikan dan kegiatan Penangkapan Ikan. Dari kedua kegiatan tersebut, hasil ST2013 mencatat bahwa terdapat 1.919 rumah tangga yang berusaha di Subsektor Perikanan. Jumlah rumah tangga yang mengusahakan kegiatan Penangkapan Ikan terlihat mendominasi usaha rumah tangga Subsektor Perikanan. Berdasarkan hasil ST2013, terdapat sebanyak 614 rumah tangga yang mengusahakan kegiatan Budidaya Ikan dan jumlah rumah tangga yang mengusahakan kegiatan Penangkapan Ikan adalah sebanyak 1500 rumah tangga. Sebanyak 195 rumah tangga pertanian di Subsektor Perikanan mengusahakan kegiatan Budidaya Ikan sekaligus Penangkapan Ikan.
K
Jumlah rumah tangga yang mengusahakan kegiatan Budidaya Ikan, dapat di rinci ke dalam dua komoditas utama, yaitu Bukan Ikan Hias dan Ikan Hias. Namun, di Kabupaten Malinau tidak terdapat rumah tangga yang melakukan usaha budidaya ikan hias. Untuk kelompok Bukan Ikan Hias, Budidaya Ikan di kolam dengan jenis ikan Nila terlihat mendominasi kegiatan Budidaya Ikan. Hal ini tercermin dari banyaknya jumlah rumah tangga yang mengusahakan ikan nila sebagai ikan utama, yaitu sebanyak 441 rumah tangga. Selain ikan nila, Ikan Mujair dan Patin juga banyak diminati dengan jumlah rumah tangga yang mengusahakan maisng-masing adalah 61 rumah tangga dan 55 rumah tangga
Tabel 28 Jumlah Rumah Tangga Usaha Budidaya Ikan Menurut Jenis Ikan Utama yang Diusahakan, ST2013 Bukan Ikan Hias Jenis Ikan Utama
Jumlah Rumah Tangga
(1)
(2)
AIR PAYAU Nila
3
AIR TAWAR Nila
441
Mujair
61
Patin
55
Lele
28
Gabus
6
Mas
6
Baung Putih
2
Bawal Air Tawar
2
Gurami
2
Parang
2
Apabila ditinjau menurut Kecamatan, hasil ST2013 menunjukkan bahwa Kecamatan Malinau Selatan merupakan Kecamatan yang memiliki jumlah rumah tangga usaha budidaya ikan terbanyak (119 rumah tangga), diikuti oleh Kecamatan Malinau Utara yang tercatat memiliki sebanyak 105 rumah tangga usaha budidaya ikan. Kecamatan Malinau Utara memiliki lahan khusus yang digunakan untuk usaha budidaya ikan di kolam air tawar. Hasil ST2013 menunjukkan bahwa untuk usaha Budidaya Bukan Ikan Hias di Kabupaten Malinau, paling banyak rumah tangga mengusahakan ikan di Kolam. Tercatat sebanyak 606 rumah tangga atau 98,69 persen di Kabupaten Malinau mengusahakan Budidaya Ikan di Kolam.
Tabel 29 Jumlah Rumah Tangga Usaha Budidaya Ikan Menurut Kecamatan dan Jenis Budidaya Ikan, ST2013
Kecamatan
(1)
Rumah Tangga Usaha Budidaya Ikan (2)
Bukan Ikan Hias Di Laut
Di Tambak
Di Kolam
Di Sawah
Di Perairan Umum
Ikan Hias
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Kayan hulu
31
0
0
30
1
0
0
Sungai boh
47
0
0
47
0
0
0
Kayan selatan
41
0
0
41
0
0
0
Kayan hilir
2
0
0
2
0
0
0
Pujungan
36
0
0
36
0
0
0
2
0
0
2
0
0
0
95
0
2
90
3
0
0
119
0
0
119
0
0
0
Malinau barat
92
0
0
92
0
0
0
Malinau utara
105
0
1
103
1
0
0
Mentarang
34
0
0
34
0
0
0
Mentarang hulu
10
0
0
10
0
0
0
614
0
3
606
5
0
0
Bahau hulu Malinau kota Malinau selatan
Malinau
Gambar 25 Jumlah Rumah Tangga Usaha Budidaya Ikan Menurut Jenis Budidaya, ST2013 614
606
3 Rumah Tangga Perikanan
Di Kolam/Air Di Tawar Tambak/Air Payau
0
5
0
0
Di Laut
Di Sawah
Di Perairan Umum
Ikan Hias
Bukan Ikan Hias
Ikan Hias
Tabel 30 Rata-Rata Luas Baku Budidaya Ikan Menurut Kecamatan dan Jenis Budidaya Ikan (m2/rumah tangga, ST2013 Bukan Ikan Hias Kecamatan (1)
Di Tambak/Air Payau
Di Kolam/Air Tawar
Di Sawah
Di Perairan Umum
Ikan Hias
Di Laut (2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Kayan hulu
0.00
0.00
127.63
60.00
0.00
0.00
Sungai boh
0.00
0.00
25.45
0.00
0.00
0.00
Kayan selatan
0.00
0.00
233.56
0.00
0.00
0.00
Kayan hilir
0.00
0.00
87.00
0.00
0.00
0.00
Pujungan
0.00
0.00
38.44
0.00
0.00
0.00
Bahau hulu
0.00
0.00
49.50
0.00
0.00
0.00
Malinau kota
0.00
423.00
628.18
27.00
0.00
0.00
Malinau selatan
0.00
0.00
102.69
0.00
0.00
0.00
Malinau barat
0.00
0.00
919.51
0.00
0.00
0.00
Malinau utara
0.00
60.00
561.36
800.00
0.00
0.00
Mentarang
0.00
0.00
274.18
0.00
0.00
0.00
Mentarang hulu
0.00
0.00
264.60
0.00
0.00
0.00
Malinau
0.00
302.00
395.04
188.20
0.00
0.00
Luas baku budidaya ikan menunjukkan luas baku wadah (areal) yang digunakan untuk melakukan usaha budidaya ikan. Rata-rata luas baku budidaya ikan terbesar adalah untuk jenis budidaya bukan ikan hias di kolam/air tawar, yaitu sebesar 395,04 m2/rumah tangga, sedangkan rata-rata luas baku paling kecil adalah untuk budidaya bukan ikan hias di sawah, dengan rata-rata luas baku sebesar 188,2 m2/rumah tangga. Jenis ikan yang dikembangkan dan masuk dalam Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sebanyak 11 jenis yaitu: Nila, Lele, Ikan Mas, Bandeng, Kakap, Rumput Laut, Udang Windu, Udang Vaname, Gurame, Patin, dan Kerapu. Mengacu pada jenis ikan yang dikembangkan dalam Renstra KKP, rumah tangga usaha Budidaya Ikan dapat dirinci menurut jenis ikan utama yang diusahakan. Terlihat bahwa di Kabupaten Malinau, jenis ikan utama yang paling banyak diusahakan oleh rumah tangga usaha Budidaya Ikan adalah Ikan Nila, kemudian diikuti oleh Ikan Patin. Hasil ST2013 menunjukkan bahwa jumlah rumah tangga usaha Budidaya Ikan Nila dan Ikan Patin adalah masing-masing sebanyak 444 rumah tangga dan 55 rumah tangga. Untuk komoditas Ikan Nila yang merupakan komoditas unggulan nasional (memiliki jumlah rumah tangga usaha Budidaya Ikan terbanyak), Kecamatan Malinau Selatan tercatat sebagai Kecamatan dengan jumlah rumah tangga usaha Budidaya Ikan Nila terbanyak, yaitu sebanyak 93 rumah tangga. Diikuti oleh Kecamatan Malinau Barat (80 rumah tangga) dan Malinau utara (56 rumah tangga). Untuk komoditas ikan Patin banyak diusahakan di Kecamatan Malinau Utara dengan jumlah rumah tangga sebanyak 25 rumah tangga.
Tabel 31 Jumlah Rumah Tangga Usaha Budidaya Bukan Ikan Hias Menurut Kecamatan dan Jenis Ikan Utama, ST2013 Jenis Ikan Utama Kecamatan Nila
Lele
Mas
Gurame
Bandeng
Patin
Kakap
Kerapu
Udang Windu
Udang Vaname
Rumput Laut
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
Kayan hulu
10
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Sungai boh
29
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Kayan selatan
38
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Kayan hilir
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Pujungan
34
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Bahau hulu
2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Malinau kota
61
5
2
0
0
14
0
0
0
0
0
Malinau selatan
93
3
2
2
0
5
0
0
0
0
0
Malinau barat
80
1
2
0
0
9
0
0
0
0
0
Malinau utara
56
16
0
0
0
25
0
0
0
0
0
Mentarang
29
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
Mentarang hulu
10
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Malinau
444
28
6
2
0
55
0
0
0
0
0
Gambar 26 Peta Sebaran Rumah Tangga Usaha Budidaya Ikan, ST2013
Selain kegiatan Budidaya Ikan, terdapat kegiatan Penangkapan Ikan di Subsektor Perikanan. Kegiatan Penangkapan Ikan terdiri dari dua jenis, yaitu kegiatan Penangkapan Ikan di Laut dan Kegiatan Penangkapan Ikan di Perairan Umum. Kabupaten Malinau merupakan daerah yang tidak memiliki garis pantai, sehingga kegiatan penangkapan ikan di laut tidak ada. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, jumlah rumah tangga yang melakukan penangkapan ikan ada sebanyak 1500 rumah tangga dimana semuanya dilakukan di perairan umum. Bila ditinjau per masing-masing Kecamatan, Kecamatan Sungai Boh merupakan Kecamatan dengan rumah tangga usaha Penangkapan Ikan terbanyak, yaitu sebanyak 336 rumah tangga. Diikuti oleh kecamatan Malinau Selatan dengan jumlah 257 rumah tangga dan Pujungan dengan jumlah 201 rumah tangga. Sedangkan Kecamatan Malinau Barat merupakan Kecamatan dengan jumlah rumah tangga usaha Penangkapan Ikan paling sedikit, yaitu sebanyak 13 rumah tangga.
Tabel 33 Jumlah Rumah Tangga Usaha Penangkapan Ikan Menurut Kecamatan dan Jenis Penangkapan Ikan, ST2013 Jenis Penangkapan Ikan
Kecamatan
Rumah Tangga Usaha Penangkapan Ikan
Di Laut
(1)
(2)
(3)
Di Perairan Umum (4)
Kayan hulu
99
0
99
Sungai boh
336
0
336
74
0
74
Kayan hilir
122
0
122
Pujungan
201
0
201
Bahau hulu
32
0
32
Malinau kota
33
0
33
257
0
257
Malinau barat
13
0
13
Malinau utara
150
0
150
Mentarang
126
0
126
57
0
57
1500
0
1500
Kayan selatan
Malinau selatan
Mentarang hulu Malinau
Gambar 27 Jumlah Rumah Tangga Usaha Penangkapan Ikan Menurut Jenis Penangkapan, ST2013
1,500
1,500
0 Usaha Penangkapan Ikan
Di Laut
Di Perairan Umum
Unit usaha penangkapan ikan adalah suatu kesatuan usaha penangkapan ikan yang dilakukan anggota rumah tangga dengan pengelolaan tersendiri dan menanggung resiko usaha. Dalam satu rumah tangga dapat terdiri lebih dari satu unit usaha. Karakteristik unit usaha penangkapan ikan di Subsektor Perikanan dapat dibedakan juga menurut jenis kapal/perahu utama yang digunakan. Kapal/perahu utama yang digunakan dapat berupa kapal motor, perahu motor tempel, perahu tanpa motor, dan tanpa perahu. Hasil ST2013 menunjukkan bahwa perahu motor tempel merupakan jenis perahu yang paling banyak digunakan untuk melakukan penangkapan ikan, yaitu digunakan oleh sebanyak 936 unit usaha. Kecamatan Malinau Selatan merupakan Kecamatan yang paling banyak memiliki jumlah unit usaha penangkapan ikan di perairan umum dengan perahu motor tempel sebagai jenis kapal/perahu utama yang digunakan, yaitu sebanyak 174 unit usaha. Setelah perahu motor tempel, kepal/perahu utama yang digunakan berikutnya yakni adalah tanpa perahu. Dari hasil ST2013 terlihat ada sebanyak 342 unit usaha yang melakukan penangkapan ikan di perairan umum yang dilakukan tanpa perahu. Kecamatan Sungai Boh adalah yang terbanyak dengan 132 unit usaha. Kemudian diikuti oleh Kecamatan Kayan Hulu dengan 69 unit usaha.
Tabel 34 Jumlah Unit Usaha Penangkapan Ikan Menurut Kecamatan dan Jenis Kapal/ Perahu Utama yang Digunakan, ST2013 Di Laut
Di Perairan Umum
Kecamatan
Kapal Motor
Perahu Motor Tempel
Perahu Tanpa Motor
Tanpa Perahu
Kapal Motor
Perahu Motor Tempel
Perahu Tanpa Motor
Tanpa Perahu
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
Kayan hulu
0
0
0
0
0
20
23
69
Sungai boh
0
0
0
0
0
143
67
132
Kayan selatan
0
0
0
0
3
36
0
36
Kayan hilir
0
0
0
0
0
116
2
6
Pujungan
0
0
0
0
4
154
8
36
Bahau hulu
0
0
0
0
5
28
0
2
Malinau kota
0
0
0
0
0
15
4
14
Malinau selatan
0
0
0
0
44
174
22
20
Malinau barat
0
0
0
0
0
6
3
4
Malinau utara
0
0
0
0
13
109
19
10
Mentarang
0
0
0
0
15
87
17
12
Mentarang hulu
0
0
0
0
0
48
8
1
Malinau
0
0
0
0
84
936
173
342
Selain dibedakan menurut jenis kapal/perahu yang digunakan, karakteristik unit usaha penangkapan ikan dapat dibedakan menurut jenis alat tangkap utama yang digunakan. Jenis alat tangkap utama yang digunakan antara lain pukat, jaring, pancing, perangkap serta lainnya. Alat tangkap utama yang paling banyak digunakan oleh rumah tangga usaha penangkapan ikan di perairan umum adalah jenis jaring. Sebanyak 295 unit usaha penangkapan ikan di perairan umum menggunakan jaring sebagai alat tangkap utama yang digunakan dalam mendukung usaha kegiatan penangkapan ikan. Sedangkan rumah tangga usaha penangkapan ikan di perairan umum yang menggunakan perangkat paling sedikit ditemui di Kabupaten Malinau, yaitu hanya sebanyak 89 unit usaha. Kecamatan Kayan Hulu merupakan kecamatan yang paling banyak memiliki jumlah unit usaha penangkapan ikan di perairan umum yang menggunakan jaring sebagai alat tangkap utama yang digunakan, yaitu sebanyak 83 unit usaha.
Tabel 35 Jumlah Rumah Tangga Usaha Penangkapan Ikan Menurut Propinsi dan Jenis Alat Tangkap Utama yang Digunakan, ST2013 Di Laut
Di Perairan Umum
Kecamatan Pukat
Jaring
Pancing
Perangkap
Lainnya
Pukat
Jaring
Pancing
Perangkap
Lainnya
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
Kayan hulu
0
0
0
0
0
4
83
23
0
2
Sungai boh
0
0
0
0
0
0
5
23
1
313
Kayan selatan
0
0
0
0
0
2
34
5
3
31
Kayan hilir
0
0
0
0
0
0
28
43
27
26
Pujungan
0
0
0
0
0
1
1
15
8
177
Bahau hulu
0
0
0
0
0
1
3
13
1
17
Malinau kota
0
0
0
0
0
12
4
15
1
1
Malinau selatan
0
0
0
0
0
55
73
41
44
47
Malinau barat
0
0
0
0
0
6
2
5
0
0
Malinau utara
0
0
0
0
0
32
35
41
3
40
Mentarang
0
0
0
0
0
76
18
20
1
16
Mentarang hulu
0
0
0
0
0
37
9
1
0
10
Malinau
0
0
0
0
0
226
295
245
89
680
(1)
Gambar 28 Peta Sebaran Rumah Tangga Usaha Penangkapan Ikan, ST2013
Subsektor Kehutanan
R
umah tangga usaha pertanian Subsektor Kehutanan mencakup ke dalam 4 (empat) jenis kegiatan, yaitu kegiatan Budidaya Tanaman Kehutanan, Menangkar Satwa/Tumbuhan Liar, Menangkap Satwa Liar dan Memungut Hasil Hutan. Hasil ST2013 menunjukkan bahwa terdapat sebanyak 2.231 rumah tangga pertanian Subsektor Kehutanan. Dari sejumlah rumah tangga usaha Subsektor Kehutanan, sebanyak 1253 rumah tangga mengusahakan kegiatan Penangkapan Satwa Liar. Jenis kegiatan Penangkapan Satwa Liar tercatat sebagai kegiatan yang memiliki jumlah rumah tangga usaha kehutanan paling banyak di Kabupaten Malinau. Gambar 29 Jumlah Rumah Tangga Usaha Kehutanan Menurut Jenis Budidaya, ST2013 2,231
1,253 993 630
3 Subsektor Kehutanan
Budidaya Tanaman Penangkaran Penangkapan Satwa Pemungutan Hasil Kehutanan Satwa/Tumbuhan Liar Hutan Liar
Tabel 36 Jumlah Rumah Tangga Usaha Kehutanan Menurut Kecamatan dan Jenis Kegiatan, ST2013
Kecamatan
Jumlah Rumah Tangga Usaha Kehutanan
Budidaya Tanaman Kehutanan
Menangkar Satwa/Tumbuhan Liar
Menangkap Satwa Liar
Memungut Hasil Hutan
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Kayan hulu
113
0
0
112
4
Sungai boh
308
11
0
301
96
Kayan selatan
151
5
1
111
103
Kayan hilir
162
0
0
109
113
7
1
0
0
6
17
8
0
7
2
Malinau kota
102
22
0
23
73
Malinau selatan
465
260
0
206
148
Malinau barat
113
51
0
4
59
Malinau utara
249
36
2
85
161
Mentarang
422
172
0
192
172
Mentarang hulu
122
64
0
103
56
2231
630
3
1253
993
Pujungan Bahau hulu
Malinau
Jenis Kegiatan
Jika dirinci menurut kecamatan, jumlah rumah tangga usaha kehutanan, paling banyak ditemui di kecamatan Malinau Selatan, yaitu sebanyak 465 rumah tangga. Kecamatan yang memiliki rumah tangga usaha kehutanan kedua dan ketiga terbanyak yaitu kecamatan Mentarang dan Sungai Boh dengan jumlah rumah tangga usaha kehutanan hasil ST2013 masing-masing adalah sebanyak 422 rumah tangga dan 308 rumah tangga. Ketiga kecamatan tersebut memiliki jumlah rumah tangga usaha kehutanan yang cukup banyak karena kondisi alam/geografisnya serta kemudahan akses penjualan yang masih memungkinkan untuk melakukan usaha kegiatan kehutanan. Seperti telah diuraikan sebelumnya, Penangkapan Satwa Liar merupakan jenis kegiatan di Subsektor Kehutanan yang memiliki rumah tangga usaha terbanyak (1253 rumah tangga). Selain Penangkapan Swatwa Liar, kegiatan memungut hasil hutan juga paling banyak diusahakan oleh rumah tangga usaha kehutanan di Kabupaten Malinau. Sebanyak 993 rumah tangga tercatat mengusahakan kegiatan memungut hasil hutan, dimana Kecamatan Mentarang merupakan kecamatan yang paling banyak memiliki jumlah rumah tangga usaha pemungutan hasil hutan paling banyak, yaitu sebanyak 172 rumah tangga. Kegiatan budidaya tanaman kehutanan menempati posisi ketiga dalam urutan banyaknya jumlah rumah tangga usaha kehutanan hasil ST2013. Tercatat sebanyak 630 rumah tangga yang mengusahakan kegiatan budidaya tanaman kehutanan di Kabupaten Malinau. Kecamatan Malinau Selatan merupakan kecamatan dengan jumlah rumah tangga terbanyak untuk kegiatan budidaya tanaman kehutanan. Sebanyak 260 rumah tangga melakukan kegiatan budidaya tanaman kehutanan. Hal ini sangat memungkinkan terjadi di Kecamatan Malinau Selatan mengingat kondisi alam yang memungkinkan serta didukung oleh faktor lingkungan. Kegiatan lainnya di subsektor kehutanan adalah kegiatan menangkar satwa/tumbuhan liar. Hasil ST2013 menunjukkan bahwa hanya ada sebanyak 3 rumah tangga usaha kehutanan di Kabupaten Malinau mengusahakan kegiatan menangkar satwa/tumbuhan liar. Kegiatan usaha penangkaran satwa/tumbuhan liar hanya terdapat di Kecamatan Malinau Utara dan Kecamatan Kayan Selatan dengan jumlah rumah tanga masing-masing sebanyak 2 rumah tangga dan 1 rumah tangga.
Tabel 37 Jumlah Rumah Tangga, Populasi Tanaman, dan Rata-Rata Populasi per Rumah Tangga Budidaya Tanaman Kehutanan, ST2013 Budidaya Tanaman Kehutanan Komoditas
Jumlah Rumah Tangga
Jumlah Populasi
Rata-Rata Tanaman yang Diusahakan/Dikelola per Rumah Tangga
(1)
(2)
(3)
(4)
Gaharu
407
91609
225.08
Jati
218
29685
136.17
Ulin
8
1454
181.75
30
1427
47.57
Sengon/jeunjing/albazia
6
1048
174.67
Rotan
4
816
204.00
Meranti
13
796
61.23
Kapur
11
773
70.27
Bambu
61
532
8.72
Jabon
1
200
200.00
Bayur
12
92
7.67
Kruing
1
50
50.00
Agathis
4
36
9.00
Akasia
3
12
4.00
Waru
1
2
2.00
Mahoni
Tabel 38 Jumlah Rumah Tangga, Populasi Tanaman, dan Rata-Rata Populasi per Rumah Tangga Usaha Pembibitan Tanaman Kehutanan Menurut Komoditas, ST2013 Budidaya Tanaman Kehutanan Komoditas
Jumlah Rumah Tangga
Jumlah Populasi
Rata-Rata Tanaman yang Diusahakan/Dikelola per Rumah Tangga
(1)
(2)
(3)
(4)
233
58561
251.33
Jati
88
18047
205.08
Meranti
11
2519
229.00
Mahoni
21
2338
111.33
Ulin
4
1370
342.50
Sengon/jeunjing/albazia
3
1035
345.00
Kapur
6
592
98.67
Bayur
5
125
25.00
Rotan
2
20
10.00
Akasia
1
1
1.00
Gaharu
.
Tabel 39 Jumlah Tanaman Kehutanan yang Diusahakan Menurut Kecamatan dan Jenis Tanaman, ST2013 Jenis Tanaman Kecamatan Akasia
Bambu
Jati
Mahoni
Sengon
Jabon
Waru
Jati Putih
Suren
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(1) Kayan hulu
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Sungai boh
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Kayan selatan
0
0
6
7
0
0
2
0
0
Kayan hilir
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Pujungan
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Bahau hulu
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Malinau kota
0
16
2871
710
1015
0
0
0
0
Malinau selatan
11
338
7740
41
23
0
0
0
0
Malinau barat
0
70
7899
112
0
200
0
0
0
Malinau utara
0
0
1000
300
0
0
0
0
0
Mentarang
1
108
10169
257
10
0
0
0
0
Mentarang hulu
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Malinau
12
532
29685
1427
1048
200
2
0
0
Tanaman kehutanan yang paling banyak diusahakan oleh rumah tangga usaha kehutanan adalah tanaman jati. Dimana tanaman jati memang memiliki nilai jual yang lebih baik karena memiliki nilai lebih jika dioleh menjadi mebel atau furnitur sehingga banyak diusahakan oleh rumah tangga di Kabupaten Malinau. Sebanyak 29.685 tanaman jati diusahakan oleh rumah tangga usaha kehutanan di Kabupaten Malinau. Kecamatan Mentarang merupakan kecamatan yang paling banyak mengusahakan tanaman jati, yakni sebanyak 10.169 tanaman jati (34,25 persen). Tanaman mahoni juga merupakan tanaman yang sangat baik untuk mebel dan furnitur selain tanaman jati dan memiliki nilai jual yang juga cukup baik. Tanaman mahoni yang diusahakan di Kabupaten Malinau sebanyak 1427 tanaman. Kecamatan Malinau Kota merupakan kecamatan yang paling banyak mengusahakan tanaman mahoni. Sebanyak 710 tanaman mahoni (49,75 persen) diusahakan di Kecamatan Malinau Kota. Tanaman sengon merupakan salah satu tanaman komoditas utama yang diusahakan di Kabupaten Malinau. Di Kabupaten Malinau, tanaman sengon tercatat terdapat sebanyak 1048 tanaman. Kecamatan Malinau Kota merupakan kecamatan yang paling banyak mengusahakan tanaman sengon. Sebanyak 1015 tanaman sengon diusahakan di Kecamatan Malinau Kota.
Gambar 30 Peta Sebaran Rumah Tangga Usaha Kehutanan, ST2013
Hasil Survei Pendapatan Rumah Tangga Usaha Pertanian 2013 Jumlah Rumah Tangga Pertanian Sumber Pendapatan Utama dari Usaha di Sektor Pertanian Sebagian besar (79,64 persen) rumah tangga pertanian mempunyai sumber pendapatan utama dari usaha tanaman padi dan palawija. Sementara itu, sebanyak 6,89 persen rumah tangga pertanian mempunyai pendapatan utama dari usaha pemungutan hasil hutan/penangkapan satwa liar. Usaha pertanian lain yang banyak menjadi sumber pendapatan utama rumah tangga pertanian adalah usaha tanaman perkebunan sebanyak 5,02 persen rumah tangga pertanian. Sementara rumah tangga pertanian yang menjadikan usaha pertanian lain seperti peternakan, tanaman hortikultura, budidaya ikan, penangkapan ikan, dan jasa pertanian dan pembibitan tanaman sebagai sumber pendapatan utama masing-masing kurang dari 5 persen. Tabel 40 Jumlah Rumah Tangga Pertanian Menurut Sumber Pendapatan Utama dari Usaha di Sektor Pertanian Sumber Pendapatan Utama (1) Tanaman Padi dan Palawija Tanaman Hortikultura Tanaman Perkebunan Peternakan Budidaya ikan di laut Budidaya ikan di tambak/air payau Budidaya ikan di kolam air tawar Budidaya ikan di sawah Budidaya ikan di perairan umum Budidaya ikan hias Penangkapan ikan di laut Penangkapan ikan di perairan umum Tanaman Kehutanan Penangkaran Satwa/ Tumbuhan Liar Pemungutan hasil hutan/ Penangkapan satwa liar Jasa Pertanian dan pembibitan tanaman Jumlah
Jumlah Rumah Tangga Pertanian (2) 3203 85 202 129 0 0 38 0 0 0 0 49 0 0 277 39 4022
Persentase (%) (3) 79.64 2.11 5.02 3.21 0.00 0.00 0.94 0.00 0.00 0.00 0.00 1.22 0.00 6.89 0.97 100.00
Alih Fungsi Lahan Oleh Rumah Tangga Usaha Pertanian Jumlah rumah tangga usaha pertanian yang melakukan alih fungsi lahan selama lima tahun yang lalu berdasarkan hasil SPP2013 ada sebanyak 351 rumah tangga. Menurut hasil SPP2013, terjadi alih fungsi lahan dari lahan sawah menjadi lahan pertanian bukan sawah yakni seluas 755,74 m2, dan tidak ada lahan sawah yang beralih fungsi menjadi lahan bukan pertanian. Sedangkan rata-rata luas alih fungsi lahan pertanian bukan sawah menjadi lahan sawah dan lahan bukan pertanian per rumah tangga selama lima tahun yang lalu masing-masing seluas 1623,93 m2 dan 1866,10 m2. Adapun rata-rata luas alih fungsi bukan pertanian menjadi lahan sawah seluas 5752,99 m2 dan lahan bukan pertanian menjadi lahan pertanian bukan sawah seluas 6812,82 m2. Tabel 41 Rata-rata Luas Alih Fungsi Lahan Per Rumah Tangga Pertanian yang melakukan alih fungsi Selama 5 Tahun yang Lalu di Kabupaten Malinau dan Jenis Lahan (m2), ST2013 Lahan Semula
Alih Fungsi Lahan Menjadi
Rata-rata Luas (m2)
(1)
(2)
(3)
Lahan Pertanian Bukan Sawah Lahan Sawah menjadi
Lahan Bukan Pertanian Jumlah
Lahan Pertanian Bukan Sawah menjadi
Lahan Bukan Pertanian menjadi
755.74 0.00 755.74
Lahan Sawah
1623.93
Lahan Bukan Pertanian
1866.10
Jumlah
3490.03
Lahan Sawah
5752.99
Lahan Pertanian Bukan Sawah
6812.82
Jumlah Jumlah Rumah Tangga Pertanian yang melakukan Alih Fungsi Lahan
12565.81 351 Rumah Tangga
Rata-rata Pendapatan Per Rumah Tangga Pertanian Menurut Sumber Pendapatan Utama dan Sumber Pendapatan/Penerimaan Selama Setahun yang Lalu Secara nasional, rata-rata pendapatan rumah tangga usaha pertanian berdasarkan hasil ST2013-SPP adalah sebesar Rp 51,9 juta per rumah tangga per tahun atau Rp 4,32 juta per rumah tangga per bulan. Pendapatan dari kegiatan usaha dikelompokkan menjadi dua yaitu usaha di sektor pertanian dan usaha di luar sektor pertanian. Rata-rata pendapatan/penerimaan dari usaha di sektor pertanian lebih tinggi jika dibanding rata-rata pendapatan/penerimaan dari usaha di luar sektor pertanian. Rata-rata pendapatan/penerimaan rumah tangga dari usaha di sektor pertanian sebesar Rp 15,9 juta per rumah tangga per tahun (30,7%). Sedangkan Rata-rata pendapatan/penerimaan rumah tangga dari usaha di luar sektor pertanian sebesar Rp 4,5 juta per rumah tangga per tahun (8,76%). Tabel 42 Rata-rata Pendapatan Per Rumah Tangga Pertanian Menurut Sumber Pendapatan/Penerimaan Selama Setahun yang Lalu (000 Rp) No (1) 1 2 3 4 5
Sumber Pendapatan/Penerimaan (2) Usaha di Sektor Pertanian Usaha di Luar Sektor Pertanian Pendapatan/Penerimaan Lain dan Transfer Buruh Pertanian Buruh di Luar Pertanian Jumlah
Rata-Rata Pendapatan (000 Rp) (3) 15929.15 4545.21 11272.26 1440.39 18706.68 51893.69
Persentase (%) (4) 30.70 8.76 21.72 2.78 36.05 100,00
Pendapatan/penerimaan dari rumah tangga pertanian yang bersumber dari salah satu anggota rumah tangga yang menjadi buruh juga dikelompokkan menjadi dua yaitu buruh pertanian dan buruh di luar pertanian. Rata-rata pendapatan/penerimaan dari buruh pertanian lebih rendah jika dibanding rata-rata pendapatan/penerimaan dari buruh di luar pertanian. Rata-rata pendapatan/penerimaan rumah tangga dari buruh pertanian sebesar Rp 1,44 juta per rumah tangga per tahun (2,78%). Sedangkan Rata-rata pendapatan/penerimaan rumah tangga dari buruh di luar pertanian sebesar Rp 18,7 juta per rumah tangga per tahun (36,05%). Disamping itu, ada rumah tangga yang mempunyai pendapatan/penerimaan dari bukan usaha dan bukan buruh yaitu dari pendapatan/penerimaan lain dan transfer. Rata-rata pendapatan/penerimaan rumah tangga dari lainnya dan transfer sebesar Rp 11,2 juta per rumah tangga per tahun (21,72%).
Gambar 32 Rata-rata Pendapatan Per Rumah Tangga Pertanian Menurut Sumber Pendapatan Utama Selama Setahun yang Lalu (000 Rp) 10147.06
2166.94 1084.58 256.57 0
1570.92 760.91 0
0
0
0
0
0 248.0930.31
0
0
55.22
Dilihat berdasarkan sumber pendapatan utama rumah tangga, rata-rata pendapatan rumah tangga yang sumber pendapatan utamanya dari kegiatan usaha budidaya ikan hias adalah sebesar Rp 63,43 juta per rumah tangga per tahun. Selanjutnya pada urutan kedua adalah rumah tangga yang sumber pendapatan utamanya berasal dari usaha lain di luar sektor pertanian yaitu sebesar Rp 47,88 juta per rumah tangga per tahun. Dan urutan ketiga rumah tangga yang sumber pendapatan utamanya berasal dari usaha budidaya ikan di perairan umum, Rp 44,52 juta per rumah tangga per tahun. Sedangkan rata-rata pendapatan yang paling kecil adalah rata-rata pendapatan dari rumah tangga dengan sumber pendapatan utama dari usaha penangkapan satwa/tumbuhan liar yakni sebesar Rp 14,98 juta per rumah tangga per tahun.
Rata-rata Pendapatan Per Rumah Tangga Pertanian Menurut Sumber Pendapatan Usaha di Sektor Pertanian Selama Setahun yang Lalu Rata-rata pendapatan per rumah tangga pertanian yang berasal dari usaha di sektor pertanian di Kabupaten Malinau sebesar 15,9 juta rupiah setahun. Dari besarnya pendapatan tersebut, jika dilihat dari jenis usaha di sektor pertanian, rata-rata pendapatan terbesar diperoleh dari usaha Tanaman Padi, yaitu sebesar 10,1 juta rupiah setahun atau sekitar 63,7 persen. Setelah itu diikuti oleh usaha Peternakan sebesar 2,1 juta rupiah (13,6 %), dan Pemungutan hasil hutan sebesar 1,57 juta rupiah (9,86 %). Berdasarkan dari hasil tersebut menunjukkan bahwa secara makro subsektor tanaman pangan khususnya padi nampaknya merupakan sub sektor andalan di Kabupaten Malinau, khususnya dilihat dari kontribusinya terhadap pendapatan rumah tangga dari usaha di sektor pertanian. Tabel 42 Rata-rata Pendapatan per Rumah Tangga Pertanian Menurut Sumber Pendapatan Usaha di Sektor Pertanian Selama Setahun yang Lalu (000 Rp) No (1) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Sumber Pendapatan Usaha di Sektor Pertanian (2) Tanaman Padi Tanaman Palawija Tanaman Hortikultura Tanaman Perkebunan Ternak/ Unggas Budidaya ikan di laut Budidaya ikan di tambak/ air Budidaya ikan di kolam air tawar Budidaya ikan di sawah Budidaya ikan di perairan umum Budidaya ikan hias Penangkapan ikan di laut Penangkapan ikan di perairan Tanaman Kehutanan Penangkaran Tumbuhan Liar Penangkaran Satwa Liar Pemungutan hasil hutan/Penangkapan satwa liar Jasa Pertanian dan Pembibitan tanaman Jumlah
Rata-Rata Pendapatan Setahun (000 Rp) (3) 10147.06 256.57 1084.58 -391.47 2166.94 0 0 760.91 0 0 0 0 248.09 30.31 0 0 1570.92 55.22 15929.15
Persentase (%) (4) 63.70 1.61 6.81 -2.46 13.60 0.00 0.00 4.78 0.00 0.00 0.00 0.00 1.56 0.19 0.00 0.00 9.86 0.35 100.00
Tabel 44 Rata-rata Pendapatan per Rumah Tangga Pertanian Menurut Sumber Pendapatan Utama Selama Setahun yang Lalu (000 Rp) No
Sumber Pendapatan Utama
(1) (2) SEKTOR PERTANIAN 1 Tanaman Padi dan Palawija 2 Tanaman Hortikultura 3 Tanaman Perkebunan 4 Ternak/ Unggas 5 Budidaya ikan di laut 6 Budidaya ikan di tambak/ air 7 Budidaya ikan di kolam air tawar 8 Budidaya ikan di sawah 9 Budidaya ikan di perairan umum 10 Budidaya ikan hias 11 Penangkapan ikan di laut 12 Penangkapan ikan di perairan umum 13 Tanaman Kehutanan 14 Penangkaran Satwa/Tumbuhan Liar 15 Pemungutan hasil hutan/Penangkapan satwa liar 16 Jasa Pertanian dan Pembibitan tanaman DILUAR SEKTOR PERTANIAN 17 Industri Pengolahan Hasil Pertanian 18 Industri Pengolahan Bukan Hasil Pertanian 19 Pertambangan dan Penggalian 20 Listrik, Gas, Uap/Air Panas, dan Udara Dingin 21 Air, Daur Ulang, Pembangunan, dan Pembersihan Limbah dan Sampah 22 Konstruksi 23 Perdagangan, Akomodasi, Penyediaan, Makan minum 24 Transportasi, Pergudangan, Informasi, dan Komunikasi 25 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 26 Lainnya PENDAPATAN/PENERIMAAN LAINNYA 27 Pensiun, sewa lahan, bunga, transfer dll RATA-RATA
Rata-Rata Pendapatan Setahun (000 Rp) (3) 15528.49 16167.29 15969.73 67944.38
128498.68
17848.57
21767.10 26018.00 3712.96 4664.18 9036.59 23092.5 14326.86 6403.16 11049.61 5935 14187.57 16643.71 15929.15
Namun dilihat secara mikro, jika rumah tangga pertanian diklasifikasikan menurut pendapatan utama, maka terlihat bahwa rumah tangga yang pendapatan utamanya dari budidaya ikan di kolam air tawar menunjukkan rata-rata pendapatan yang paling tinggi yaitu sebesar 128,5 juta rupiah setahun. Kemudian diikuti oleh kelompok rumah tangga yang pendapatan utamanya dari peternakan menunjukkan rata-rata pendapatan yang cukup tinggi yaitu sebesar 67,9 juta rupiah setahun. Selanjutnya untuk rumah tangga yang pendapatan utamanya dari pemungutan hasil hutan/penangkapan satwa liar (21,7 juta rupiah setahun), penangkapan ikan (17,8 juta rupiah setahun) dan hortikultura (16,1 juta rupuah setahun) mempunyai rata-rata pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dari tanaman pangan (15,5 juta rupiah setahun), dan perkebunan (15,9 juta rupiah setahun). Sedangkan rumah tangga yang pendapatan utamanya dari luar sektor pertanian mempunyai rata-rata pendapatan berkisar antara 3 sampai 14 juta rupiah setahun, dan untuk penghasilan utama dari penerimaan lain (pensiun, transfer, dll) rata-rata pendapatan rumah tangga sebesar 16,6 juta rupiah setahun.
Ucapan Terima Kasih Seluruh jajaran Badan Pusat Statistik Kabupaten Malinau mengucapkan terima kasih atas bantuan dan dorongan yang diberikan oleh berbagai pihak dalam rangka menyukseskan seluruh rangkaian kegiatan Sensus Pertanian 2013. Dalam kesempatan ini secara khusus kami sampaikan terima kasih kepada: • Bupati Kabupaten Malinau • Wakil Bupati Kabupaten Malinau • Sekretaris Daerah Kabupaten Malinau • Para Kepala Dinas Pemerintah Daerah Kabupaten Malinau • Para Anggota DPRD Kabupaten Malinau • Para Camat/Lurah/Kepala Desa di seluruh Kabupaten Malinau • Lembaga/Instansi yang terkait • Para Petugas Lapangan Sensus Pertanian 2013 • Seluruh Warga/masyarakat Kabupaten Malinau yang telah membantu menyukseskan Sensus Pertanian 2013