Seseorang dikategorikan sebagai overweight ketika memiliki BMI (Body Mass Index) 25 hingga 29.9 (NHLBI, 2000). Prevalensi dari overweight perlu mendapat perhatian khusus dalam dunia kesehatan (Williamson, Martin, & Stewart, 2006). Dalam sepuluh tahun terakhir, persentase jumlah overweight dan obesitas pada individu dewasa meningkat mencapai 54,9% (NHLBI, 2000). Menurut estimasi saat ini, 61% dari dewasa Amerika mengalami overweight dan lebih dari seperempat (26%) mengalami obesitas (Nevid, Rathus, & Greene, 2005). Permasalahan tentang overweight terjadi di negara maju maupun berkembang. Hasil survey di Indonesia pada tahun 1995 menunjukkan prevalensi overweight 10,3% dan obesitas sebesar 12,2%, jumlah ini kemudian mengalami peningkatan menjadi 14% pada tahun 1999 dan 17,4% pada tahun 2000 (Sandjaja & Sudikno, 2005). Overweight pada dewasa merupakan kelompok khusus yang cukup penting untuk dijadikan target pencegahan agar tidak menuju pada tahap obesitas (Genugten, Empelen, Flink, & Oenema, 2010). Meskipun
merupakan
kondisi
medis,
dalam
perkembangan
dan
penanganannya, kegemukan juga melibatkan faktor psikologis. Kondisi ini terjadi karena anggapan adanya interaksi yang kompleks antara tubuh dan pikiran (Nevid, Rathus, & Greene, 2005). Penderita berat badan berlebih memiliki konsekuensi dalam kehidupan sosial, medis, psikososial dan psikologis (Ogden, 1996). Kegemukan diklasifikasikan dalam beberapa kelompok, dari klasifikasi tersebut, menunjukkan bahwa overweight dan obesitas memiliki keterkaitan dengan meningkatnya risiko penyakit kardiovaskular dan penyakit kronis lainnya (Istfan & Anderson, 2007). Individu yang mengalami kegemukan memperoleh akibat negatif dalam kehidupan mereka, misalnya keterbatasan gerak, diskriminasi, bullying, stigma dan beberapa mengalami kesulitan dalam hubungan interpersonal (Ogden, 1996; NHLBI, 2000). Stigma diperkuat oleh media dalam membangun gambaran fisik ideal dan dapat menjadi standar yang tidak realistis. Standar tidak realistis ini dapat menimbulkan pemikiran dan perilaku destruktif yang mengakibatan rendahnya selfesteem (Krishen & Worthen, 2011). Faktor psikologis lain yang berhubungan dengan kegemukan mencakup kurangnya harapan self efficacy dan emosi negative (Nevid,
2
dkk, 2005). Rendahnya self-efficacy, menjadikan individu cenderung tidak yakin dengan kemampuannya untuk mengubah hidupnya, cenderung pasif dalam usaha mencapai tujuan hidupnya (Yeung, dkk, 2010). Kondisi psikologis yang negatif sering dialami oleh wanita karena semakin besarnya tekanan yang mereka alami untuk memenuhi harapan sosial akan kelangsingan badan (Nevid, dkk, 2005). Overweight memiliki risiko menurunnya kesehatan pada individu. Overweight dan obesitas merupakan faktor risiko terjadinya penyakit jantung koroner disamping faktor risiko lainnya seperti hipertensi, diabetes melitus, merokok, stress dan kurang olahraga (Sandjaja & Sudikno, 2005). Kegemukan terjadi ketika energi yang dikonsumsi memiliki jumlah yang berlebih dari energi yang digunakan, pada waktu yang cukup lama menghasilkan berat badan berlebih yang disebabkan oleh tersimpannya energi ekstra dalam tubuh seseorang. Kondisi ini menyebabkan kegemukan (Williamson, Martin, & Stewart, 2006). Orang-orang
memiliki
berat
badan
berlebih
biasanya
kurang
aktif
dibandingkan orang-orang yang berat badannya normal. Ketidakaktifan fisik dan kelebihan berat badan terkait satu sama lain yang pada akhirnya keduanya berpengaruh secara resiprokal (Nevid, dkk, 2005). Lima puluh persen kematian dari sepuluh penyebab tertinggi kematian adalah perilaku. Perilaku dan gaya hidup memiliki efek yang potensial pada kelanjutan hidup seseorang (Ogden, 1996). Pada awal era delapan puluhan, Departemen Kesehatan Amerika membandingkan estimasi yang menjadi penyebab kematian, hasilnya menunjukkan gaya hidup memiliki kontribusi lebih dari 50%, lingkungan dan biologis berkontribusi sebesar 20%, dan layanan kesehatan kurang dari dari 10%. Pada tahun 1990, 38% kematian disebabkan oleh perilaku yaitu 14% diantaranya disebabkan oleh pola diet dan aktivitas fisik yang keliru (Lengerke, 2001). Hasil perhitungan BRFSS (Behavioral Risk
Faktor Surveillance System)
pada tahun 1994 menunjukkan bahwa lebih dari 37% individu overweight tidak melakukan kegiatan selama waktu luang atau ‘inactivity’ (Centers for Disease Control & Prevention (CDC), 1996). Efek tersembunyi dari gaya hidup yang tidak aktif (inactive) disebut “the silent enemy” atau “sedentary death syindrome” karena
3
gaya hidup yang salah misalnya tidak pernah berolahraga dapat menyebabkan penyakit (Moran, 2004). Penelitian yang dilakukan pada wanita yang mengalami sedentary lifestyle menyelidiki efek olahraga pada kekuatan aerobiknya. Olahraga aerobik sangat cocok untuk permasalahan seperti kegemukan, dan penyakit yang berhubungan dengan jantung (Gulu, Cicek, Gulu, Karacabey, Yamaner & Sevindi, 2013). Munculnya permasalahan yang berat bagi kondisi kesehatan, psikologis dan sosial pada overweight, menjadi indikasi pentingnya penanganan yang efektif dan efisien, yang mencakup masyarakat luas (Baulch, Chester, & Brennan, 2008). Pendekatan perilaku untuk manajemen berat badan telah secara luas dipelajari sebagai strategi yang ditujukan untuk masalah kesehatan (Williamson, dkk, 2006). Program
penurunan
berat
badan
bertujuan
membantu
mencapai
atau
mempertahankan berat badan yang sehat, bukan berat badan menurut kecantikan (Nevid, dkk, 2005). Strategi yang efektif muncul ketika overweight dilihat sebagai penyakit kronis yang dapat kambuh (Orzano & Scott, 2004). Untuk beberapa pasien, tindakan preventif penambahan berat badan juga merupakan hal yang tepat pada individu dengan Body Mass Index 25 sampai 29.9. Intervensi yang baik harus mampu melihat perbedaan setiap perilaku, oleh karena itu pendekatan intervensi yang individual dibutuhkan untuk mensukseskan modifikasi perilaku yang berkaitan dengan berat badan (Genugten, dkk, 2010). Modifikasi perilaku menghasilkan penurunan berat badan yang umumnya dapat dipertahankan selama setahun (Nevid, dkk, 2005). Penelitian-penelitian
pendekatan
perilaku
menunjukkan
hasil
yang
memuaskan dengan cara mengubah gaya hidup pasien overweight (Williamson, dkk, 2006). Diet, aktivitas fisik dan terapi perilaku adalah komponen inti program kegemukan yang efektif bagi sebagian besar orang yang mengalami overweight. Hal ini menunjukkan overweight dapat ditritmen dengan pendekatan perilaku (Baulch, dkk, 2008). Melihat risiko overweight, individu sangat memerlukan aktivitas fisik. Ketergantungan pada diet tanpa latihan fisik dapat menyebabkan sistem metabolisme
turun
(Anshel,
2006).
Olahraga
disarankan
sebagai
metode
4
mengurangi
berat
badan.
Sebagai
tambahan
olahraga
disarankan
untuk
meningkatkan metabolisme seseorang. (Ogden, 1996). Olahraga adalah bagian dalam sebuah set atau tipe, dari aktivitas fisik (physical activity) yang terencana, terstruktur, berulang-ulang, yang merupakan pergerakan tubuh yang dilakukan seseorang dengan tujuan meningkatkan atau menjaga satu atau lebih komponen dari kebugaran tubuh atau kesehatan (Anshel, 2006). Olahraga diartikan sebagai aktivitas fisik yang dilakukan di waktu luang yang digunakan seseorang untuk meningkatkan kebugaran fisik. Olahraga dilakukan dengan perencanaan, terstruktur dan gerakan tubuh yang diulang-ulang dengan tujuan menjaga atau meningkatkan kebugaran atau kesehatan tubuh (Moran, 2004). Overweight
memiliki
risiko
penyakit
kardiovaskuler,
untuk
menjaga
kesehatannya seseorang dapat melakukan olahraga reguler yang akan memperkecil efek berat badan yang berlebih (Dishman, 2003). Untuk mendapatkan keuntungan kesehatan, aktivitas harus dilakukan berkala, terlalu banyak mengeluarkan tenaga dapat memberikan risiko kesehatan yang signifikan (Haskel, Montoye, & Orenstein, 2013). Olahraga berkontribusi pada pencegahan kenaikan berat badan, perempuan yang memiliki berat badan lebih dan obesitas dapat menurunkan berat badannya dalam jangka panjang dengan tambahan aktivitas fisik 200-300 menit/ minggu (Suryaputra & Nadhiroh, 2012). Federal Guideline merekomendasikan sedikitnya 30 menit pada olahraga yang moderate untuk 5 hari selama seminggu atau 20 menit pada olahraga yang berat untuk 3 hari dalam seminggu (Borders, Rohrer, & Cardarelli, 2006). Orang yang aktif melakukan olahraga akan mendapatkan banyak keuntungan, bahkan orang overweight yang lebih aktif dalam berkativitas memiliki risiko yang lebih rendah dibandingkan dengan individu yang tidak aktif (Anshel, 2006). Kecenderungan
menggunakan
self-management
pada
kondisi
kronis
dilakukan sebagai akibat meningkatnya jumlah permintaan untuk perawatan kesehatan dan pada saat yang bersamaan jumlah profesional yang tersedia tidak sebanding (Harvey, 2011). Self-management melibatkan pengontrolan perilaku. Strategi self-management dapat diimplementasikan dengan cara mengontrol perilaku yang akan mempengaruhi target perilaku di masa depan (Miltenberger,
5
2004). Kesuksesan tritmen dari kegemukan melibatkan pendekatan perilaku membutuhkan kesiapan dan motivasi pasien (Istfan & Anderson, 2007). Riwayat kegemukan, rendahnya kebugaran kardiorespiratory, rendahnya level aktivitas, dan penolakan terhadap kelelahan dan self-esteem yang rendah akan berisiko membuat olahraga sulit dilaksanakan sehingga mereka membutuhkan dukungan sosial yang kuat, atau setidaknya olahraga yang disupervisi (Musanti, 2011). Motivasi yang tinggi diperlukan untuk menjaga program yang berkaitan dengan aktivitas fisik (Moran, 2004). Konflik motivasi dan efek mereka terhadap body image dan selfesteem, intervensi yang melibatkan peningkatan aktivitas fisik harus menggunakan strategi (Krishen & Worthen, 2011). Mengkonsultasikan pengalaman psikologis dalam teknik dan teori modifikasi perilaku pada program pengelolaan berat badan terbukti berguna bagi banyak pasien (Rippe, Crossley, & Ringer, 1998). Internet telah merevolusi masyarakat bahkan sampai pada dunia psikoterapi, selama 15 tahun terakhir, klien mencari pelayanan kesehatan mental yang menyediakan terapi online (Rummell & Joyce, 2012). Internet menjadi komponen penting untuk kepedulian terhadap kesehatan dan memiliki implikasi penting kedepannya untuk health care system. Program intervensi internet yang efektif akan menghasilkan perubahan pada perilaku dan mengurangi simptom. Website menghasilkan perubahan perilaku dengan mekanisme yang berbeda (misalnya dengan pengetahuan dan motivasi) (Ritterband, Thorndike, Cox, Kovatchev, & Gonder-frederick, 2009). Hal yang perlu disadari adalah bahwa sekarang orangorang mengakses internet setiap hari (pew, 2005). Mengatasi berat badan melalui online bisa menjadi solusi. Secara empiris, terapi online memiliki keefektifan untuk gangguan seperti depresi dan fobia sosial, sehingga dimungkinkan secara logical treatment modality, terapi ini juga dapat digunakan untuk menangani overweight dan obesitas (Baulch dkk, 2008). Perubahan perilaku sangat berguna untuk perubahan simptom. Sangat penting bagi peneliti untuk mengidentifikasi dan memahami perilaku mana yang kritis dan perlu diubah untuk mengurangi simptom dan mencapai hasil yang positif. Misalnya pada obesitas (simptom) dapat ditujukan pada kebiasaan makan dan menjadikan olahraga sebagai sebagai kegiatan rutin, dengan mengkonsumsi
6
makanan sehat dan berjalan setiap hari (Ritterband dkk, 2009). Intervensi yang dilakukan secara online untuk mengubah perilaku dapat dievaluasi dengan mengukur intensitas perilaku yang mana dipengaruhi oleh sikap, norma dan kontrol perilaku yang dirasakan individu (Peng & Schoech, 2008). Olahraga memiliki efek yang positif secara fisik dan psikologis bagi individu dengan obesitas. Olahraga yang memiliki hasil positif adalah olahraga yang dilakukan secara intens dan berlangsung lama (Ogden, 1996). Olahraga dapat membantu seseorang untuk mengontrol berat badannya (Anshel, 2006). Olahraga berhubungan positif dengan self-esteem, dan body image dissatisfaction. Penelitian Mihalko dan McAuley berhasil meningkatkan self-efficacy berolahraga pada grup overweight dengan menggunakan acute exercise treatment (Schulz & McDonald, 2011). Pola perilaku melibatkan perubahan fisiologis yang juga melibatkan perubahan dalam mengaktifkan saraf simpatik atau aktivasi HPA (Hypothalamicpituitary-adrenocortical). Olahraga membantu tubuh melepaskan endhorphine yaitu brain’s
natural
opioids,
dan
meningkatkan
tingkat
norepinephrine
yang
menyebabkan depresi menurun. Dengan menurunkan level depresi dihubungan dengan kontak sosial yang lebih bagus, meningkatkan dukungan sosial dan meningkatkan self efficacy (Ogden, 2007). Aktivitas yang berhubungan dengan fisik sangat penting untuk orang yang mengalami overweight, karena aktivitas fisik berhubungan dengan kontrol berat badan karena membantu individu untuk meningkatkan pengeluaran energi dalam tubuhnya (Centers for Disease Control & Prevention (CDC), 1996). Sangat jelas disampaikan, bahwa orang yang ingin memanajemen berat badan membutuhkan komitmen panjang untuk mengikuti tritmen yang tepat (Nevid dkk, 2005). Mengubah lingkungan di sekitarnya dapat mendorong seseorang untuk melakukan perilaku yang ditargetkan. Dalam self-management, meningkatkan atau menurunkan perilaku dapat di lakukan dengan memanipulasi antecedent misalnya dengan mengatur reinforcement dan punishment. Seseorang dapat menghentikan strategi self-management dengan membiarkan natural contingecies of reinforcement atau punishment menjaga kestabilan perilaku yang ditargetkan (Miltenberger, 2004).
7
Self-management berbasis internet yang diberikan kepada pasien dengan penyakit kronis menunjukkan peningkatan status kesehatan yang signifikan. Terjadi peningkatan self-efficacy partisipan dalam mengatur kesehatan mereka secara umum, yang dihubungkan dengan peningkatan indikator kesehatan yang terjadi (Lorig, Ritter, Laurent, & Plant, 2006). Psikoedukasi melalui web dapat membantu subjek dalam memahami overweight, olahraga dan menjalani treatment. Buku dan program komputer dapat digunakan untuk mengenalkan ketrampilan sebelum sesi terapi dengan pasien dilakukan (Yeung, Feldman, & Fava, 2010). Self-monitoring digunakan dalam program self management untuk melihat efektivitas program dan memelihara perubahan yang terjadi disetiap waktu (Miltenberger, 2012).
Self-monitoring
memfasilitasi munculnya insight yang menghubungkan usaha untuk melakukan selfhelp dan pengembangan diri (Yeung, Feldman, & Fava, 2010). Behavioral contract mendorong seseorang menuliskan target perilaku yang telah diidentifikasi sekaligus mengatur konsekuensinya pada waktu yang sudah ditentukan. Behavioral contract adalah strategi untuk memodifikasi perilaku (Miltenberger, 2012). Self-management melibatkan kontrak perilaku dan target perilaku yang hampir selalu menjadi persetujuan yang akan mengontrol individu. Orang yang melakukan desain selfmanagement harus memilih metode untuk mengatur perilaku antecedent nya dan memasukkannya dalam kontrak perilaku. Evaluasi, membantu individu untuk memahami efektivitas strategi yang dilakukan dan faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan . Evaluasi membantu melihat apakah perilaku berubah sesuai dengan harapan setelah strategi self-management dilakukan. Pemeliharaan (maintainance), individu dapat menghentikan strategi self-management dan membiarkan natural contingencies memelihara perilaku yang diharapkan (Miltenberger, 2012). Program self-management dengan dukungan internet memunculkan sumber self-efficacy bagi subjek dengan mengajak individu untuk mengalami perasaan berhasil yang pada akhirnya membantu mengubah kepercayaan mereka untuk membuat sendiri perubahan dalam hidupnya. Mastery experience, merupakan pengalaman pribadi memberikan bukti yang authentic bahwa seseorang berhasil melakukan suatu perilaku (Bandura, 2009).
8
Dengan demikian, komponen-komponen dalam self-management bertujuan untuk membangun rasa efficacy yang kuat dengan menyediakan petunjuk latihan pada partisipan dengan beberapa kali kesempatan dalam mengaplikasikan keahlian di situasi yang biasanya mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari (Bandura, 2009). Konsep utama dalam self-management adalah meningkatkan self-efficacy dan kepercayaan
diri partisipan bahwa mereka dapat mengubah kehidupannya
(Yeung, Feldman, & Fava, 2010). Brief dan Algad menyatakan bahwa self-management dan self efficacy saling berhubungan.
Self-efficacy
merujuk
pada
keyakinan
seseorang
akan
kemampuannya untuk mendapatkan pencapaian tertentu (Bandura, 2006). Orang yang berpikir dapat melakukan pekerjaan dengan baik akan dapat melakukan pekerjaan lebih baik daripada yang berpikir akan gagal melakukan (Gist & Mitchell, 1992). Hipotesis dari penelitian ini adalah program self-management dengan dukungan internet dapat meningkatkan self-efficacy olahraga pada wanita dewasa yang mengalami overweight. Hasil penelitian ini diharapkan dapat diaplikasikan di masyarakat, untuk meningkatkan perilaku sehat dan dapat memberikan pelayanan yang menjangkau wilayah secara luas. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberi sumbangan teoretis
dengan
memperkaya
khasanah
ilmu
psikologi
khususnya
dalam
pengembangan metode modifikasi perilaku dengan prosedur dengan dukungan internet di Indonesia. Diharapkan program dengan dukungan internet ini dapat menjadikan ilmu psikologi lebih dekat dengan masyarakat umum.
9
Overweight
Inactivity/ sedentary lifestyle
Olahraga 1.
2. 3. 4. 5.
Risiko penyakit kardiovaskuler dan penyakit akibat kelebihan berat badan Kurang kesadaran pentingnya aktivitas fisik Kurangnya kesadaran akan kebutuhan tubuh Kurang bugarnya kondisi fisik Kurang merasakan efek positif berolahraga
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Meningkatkan hormon endhorphin dalam tubuh Memunculkan perasaan bugar Memunculkan mood positif Melatih kerja kardiovaskuler Membakar kalori Meningkatkan body satisfaction
Program SelfManagement dengan dukungan internet 1. 2. 3. 4. 5.
Psikoedukasi Self- monitoring Behavioral contract Evaluasi Pemeliharaan (Maintenance)
Peningkatan Perilaku Berolahraga 1. 2. 3. 4.
Memunculkan mastery of experience Meningkatkan dukungan dari sosial (psikolog) Meningkatnya kesadaran akan body self Merasakan efek positif berolahraga
Meningkatnya self efficacy berolahraga
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Metode Subjek Penelitian Penelitian ini melibatkan empat subjek yang didapat melalui broadcast message, media sosial dan internet. Keempat responden dipilih berdasarkan kriteria inklusi yaitu: 1) Overweight dengan BMI antara 25-29.9. 2) Dewasa awal 3)Tidak memiliki riwayat penyakit yang komorbid dengan dengan berat badan 4) Perempuan 5) Bersedia menjadi subjek penelitian (informed consent) 6) Memiliki akses internet dan mampu menggunakan program yang disajikan peneliti 7) Tidak sedang
10