Series: Sermon Series Title: GEREJA RAHASIA Injil, Kemakmuran, dan Harta – Bagian 4Part: 4
Speaker: Dr. David Platt
Date: 30 April, 2010
Text:
"Pesan berikut adalah dari Rahasia gereja, sebuah studi Alkitab oleh Dr David Platt, pendeta Gereja di Brook Hills."
HARTA DAN UMAT ALLAH DALAM PERJANJIAN BARU (Lanjutan)
Paulus (lanjutan) Mari kita lihat surat 2 Korintus. Dalam 2 Korintus 6:3-10 Paulus berbicara tentang kemiskinannya, tentang bagaimana ia mewartakan Injil dengan cuma-cuma, dan di sini kita melihat beberapa hal yang sama yang kita lihat dalam surat 1 Korintus. Namun saya ingin agar kita benar-benar fokus pada 2 Korintus 8:9. Jadi ayat kuncinya adalah 2 Korintus 8:9, "Karena kamu telah mengenal anugerah Tuhan kita Yesus Kristus bahwa sekalipun Ia kaya, oleh karena kamu Ia menjadi miskin, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya." Semua yang kita bahas di sini didasarkan terutama pada 2 Korintus 8:1-9 dan kemudian 2 Korintus 9:6-15, tetapi
Página (Page) 1
konteks di sini berbicara tentang bagaimana Paulus mendorong jemaat di Korintus untuk memberikan persembahan ini bagi jemaat di Yerusalem yang berkekurangan, dan untuk itu ia melibatkan orang-orang Kristen di Makedonia yang tergabung dalam satu jemaat yang miskin. Paulus mengatakan tentang bagaimana mereka telah memberikan satu keteladanan dalam hal memberi. Paulus mengatakan, "Kamu sebagai satu jemaat yang miskin telah memberi banyak yang berasal dari kemiskinan kamu. Kamu memiliki kekayaan untuk memberi." Jadi di sini kita melihat bagaimana Kitab Suci mengajarkan kepada kita tentang memberi dari kelimpahan anugerah. Kita memberi dengan kerelaan. Ini adalah pemberian yang didorong oleh anugerah. Kita memberi dengan kerelaan, berdasarkan berkat Allah, setidak-tidaknya menurut kemampuan kita. Kita memberi dengan kerelaan. Kita juga memberi dengan murah hati. Paulus berbicara tentang kelimpahan kemurahan hati dalam 2 Korintus 8:2. Pemberian dengan murah hati kepada Allah akan menghasilkan lebih banyak pemberian dari Allah kepada kita. Pada waktu kita memberi, Allah memberi yang lebih banyak kepada kita, tetapi bukan untuk diri kita sendiri. Allah memberi kepada kita supaya kita dapat dapat memberi. Allah memberi yang cukup bagi kita, sebagaimaan dikatakan dalam 2 Korintus 9:911. Ia yang memenuhi kebutuhan kita, dan Ia yang memberikan kelebihan bagi orang lain. Ia memberi kepada kita dengan cara yang dimaksudkan untuk dialirkan kepada orang lain. Kita bukanlah penimbunpenimbun berkat, melainkan saluran-saluran berkat. Ia memberi yang cukup bagi kita. ia memenuhi kebutuhan kita. Ia memberi kelebihan bagi orang lain. Kita memberi dengan murah hati. Kita juga memberi dengan sukacita. Kita melihat hal ini dalam dalam 2 Korintus 9:7. Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita. Kita tidak dipaksa oleh Alalh untuk memberi. Paulus mengatakan bahwa hal memberi bukanlah pemaksaan. Kita dibebaskan oleh Allah untuk memberi. Kita memberi sebagai satu demonstrasi tentang apa artinya Injil. Itulah keseluruhan makna dari 2 Korintus pasal 8 dan 9, yakni bahwa Kristus telah melakukan hal tersebut bagi kita. Kita mendemonstrasikan apa yang Kristus telah lakukan bagi kita melalui cara kita memberi. Kita mengorbankan hak-hak kita untuk orang lain sama seperti Ia mengorbankan hak-hakNya bagi kita. Ia menjadi miskin supaya kita dapat menjadi kaya. Kita menggunakan sumber-sumber kita bagi orang lain sama seperti Ia menggunakan sumber-sumberNya bagi kita. Ia telah memberikan kepada kita kekayaanNya, sehingga kita dapat memberi kepada orang lain. Kemudian, kita memberi untuk mempromosikan ucapan syukur kepada Allah. Pemberian kita mempromosikan ucapan syukur yang besar, sebagaimana Paulus katakan dalam 2 Korintus 9:12. Dengan memberi maka kita mempersatukan umat Allah. Ada kesatuan dalam memberikan persembahan ini untuk jemaat di Yerusalem, karena melalui pemberian tersebut terciptalah kesatuan di antara jemaat-
Página (Page)2
jemaat ini. Dengan memberi maka umat Allah dipersatukan. Kita juga memberi secara teratur kepada gereja, dan inilah gambaran yang kita lihat di sini. Ada persembahan yang dikumpulkan setiap minggu sebagaimana yang kita lihat dalam 1 Korintus 16, di mana Paulus mengatakan bahwa jemaat telah menunjukkan tanggung jawabnya atas pemberian tersebut. Ini adalah satu referensi untuk apa yang dikatakan dalam 2 Korintus 8:20-21 di mana kita melihat integritas Paulus dalam mengurus pemberian tersebut. Kemudian, memberi akan meninggikan kebaikan Allah. Paulus menutup uraiannya dengan mengatakan, "Sebab pelayanan kasih yang kamu baktikan ini bukan hanya mencukupkan keperluan orang-orang kudus, tetapi juga melimpahkan ucapan syukur kepada Allah." Ayat ini berisi salah satu pernyataan yang paling penting dan bermakna tentang hal memberi, satu teks yang signifikan yang berbicara tentang pemberian yang mengalir dari anugerah dalam Perjanjian Baru. Itulah yang kita pelajari dari 2 Korintus pasal 8 dan 9. Surat Roma. Hanya beberapa hal yang akan kita lihat dalam surat Roma. Kita memberi dengan murah hati dalam tubuh Kristus. Dalam Roma 12:8 Paulus berbicara tentang memberi satu kepada yang lain dalam komunitas orang beriman. Ia mengatakan, "Jika karunia untuk menasihati, baiklah kita menasihati. Siapa yang membagi-bagikan sesuatu, hendaklah ia melakukannya dengan hati yang ikhlas; siapa yang memberi pimpinan, hendaklah ia melakukannya dengan rajin; siapa yang menunjukkan belas kasihan, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita." Kemudian kita memberi tanpa mementingkan diri sendiri di luar tubuh Kristus. Dalam Roma 12:20-21 Paulus mengatakan, "Tetapi, 'Jika seterumu lapar, berilah dia makan; jika ia haus, berilah dia minum! Dengan berbuat demikian kamu membuat dia malu seperti menumpukkan bara api di atas kepalanya.' Janganlah kamu dikalahkan oleh kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!" Kemudian dalam Roma 13:1-7 ia mengatakan agar kita memberi dengan kerelaan kepada pemerintah. Pada dasarnya di sini Paulus berbicara tentang bagaimana kita memberi kepada pemerintah. Membayar pajak adalah satu bagian dari tugas orang Kristen untuk tunduk kepada Allah. Hal ini agak mirip dengan apa yang telah kita lihat dalam ajaran Kristus sebelumnya. Kita memberi dengan kerelaan kepada pemerintah. Kita berhati-hati dengan utang. Dikatakan dalam Roma 13:8, "Janganlah kamu berutang apa kepada siapa pun, kecuali berutang kasih satu terhadap yang lain. Sebab siapa saja yang mengasihi sesamanya manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat." Kebanyakan penafsir tidak percaya bahwa itu merupakan satu larangan yang bersifat mutlak tentang utang dalam bentuk apa pun, meskipun orang-orang seperti Hudson Taylor dan Charles Spurgeon percaya bahwa ayat ini melarang utang sama sekali. Setidak-
Página (Page) 3
tidaknya kita harus menghindari utang, dan setidak-tidaknya kita harus segera melunasi utang jika kita memilikinya. Itulah makna Roma 13:8. Kemudian, jika anda sampai ke Roma 15:24-28, anda melihat bagaimana Paulus berbicara kepada jemaat di Roma tentang persembahan yang telah dikumpulkannya bagi jemaat di Yerusalem. Ia mengatakan bahwa pengumpulan uang oleh jemaat-jemaat ini merupakan gambaran kesatuan dalam gereja. Saya menyukai apa yang Paulus katakan dalam Roma 15:24-28. Dalam bahasa asli Perjanjian Baru dipakai perkataan "koinonia" dalam Roma 15:26 untuk menunjuk kepada persembahan yang dikumpulkan untuk disumbangkan bagi jemaat di Yerusalem. Perkataan “koinonia” menekankan komunitas orang beriman. Gambaran yang terlihat di dalam perkataan ini ialah bahwa jemaat-jemaat bersatu untuk mengumpulkan sumbangan ini bagi jemaat di Yerusalem. Mereka mengatakan, "Kami adalah bagian dari satu komunitas bersama kalian." Sumbangan mereka menunjukkan kesatuan dalam jemaat-jemaat. "Kami ada bersama kalian dalam situasi ini." Pengumpulan persembahan oleh jemaat-jemaat merupakan satu gambaran tentang kesatuan dalam gereja. Ini membawa kita ke surat Filemon. Dalam Filemon 1:18-19 Paulus mengatakan, "Kalau dia sudah merugikan engkau ataupun berutang padamu, tanggungkanlah semuanya itu kepadaku. Aku, Paulus, menjaminnya dengan tulisan tanganku sendiri: Aku akan melunasinya. Sebaiknya jangan kukatakan bahwa engkau juga berutang padaku, yaitu dirimu sendiri." Surat ini begitu singkat dan seluruhnya berbicara tentang Onesimus, seorang budak yang dimiliki oleh Filemon, yang melarikan diri dan kemudian datang kepada Kristus setelah ia bertemu dengan Paulus, dan kemudian Paulus mengirimnya kembali kepada Filemon. Surat Kolose. Tidak banyak yang Paulus bicarakan dalam surat ini tentang harta, meskipun ada peringatan terhadap bahaya ketamakan dalam Kolose 3:5. Paulus mengatakan, "Karena itu, matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala." Ketamakan adalah penyembahan berhala. Ini adalah satu pernyataan yang tegas. Ada orang-orang yang menyembah harta di atas Allah. Uang dapat menjadi berhala dan juga dapat menjadi alat. Hanya salah satu yang dapat terjadi. Berhala ataukah alat. Sedikit tentang harta yang disinggung dalam surat Efesus. Paulus mengatakan dalam Efesus 4:28, "Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan." Ada tiga cara untuk mendekati masalah harta. Pertama, kita bisa mencuri untuk mendapatkan sesuatu. Hal ini tidak dianjurkan. Kedua, kita bisa bekerja untuk mendapatkan sesuatu. Ini
Página (Page)4
adalah yang paling umum. Ketiga, sesuatu yang langka dan yang Alkitab ajarkan kepada kita untuk melakukannya, yaitu kita bisa bekerja untuk mendapatkan sesuatu untuk memberi sesuatu. Terlalu banyak orang Kristen yang hidup pada tingkat yang kedua. Kita perlu untuk hidup pada tingkat yang ketiga. Kita tidak hanya bekerja untuk mendapatkan sesuatu, kita bekerja untuk mendapatkan sesuatu untuk memberi sesuatu. Dalam Efesus 5:5, sebagaimana yang telah kita lihat dalam surat Kolose, ketamakan disamakan dengan penyembahan berhala, "Karena ingatlah ini baik-baik: Tidak ada orang sundal, orang cemar atau orang serakah, artinya penyembah berhala, yang mendapat bagian di dalam Kerajaan Kristus dan Allah." Setiap orang yang secara seksual tidak murni, yang tamak, tidak memiliki bagian di dalam Kerajaan Kristus. Menjadi serakah berarti kehilangan Kerajaan. Dalam pasal terakhir surat Filipi, yakni dalam Filipi 4:11-13, Paulus mengatakan, "Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan. Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam setiap keadaan dan dalam segala hal tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam keadaan kenyang, maupun dalam keadaan lapar, baik dalam keadaan berkelimpahan maupun dalam keadaan berkekurangan. Segala hal dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku." Kepuasan ditemukan hanya di dalam Kristus, terlepas dari harta. Inilah yang Paulus maksudkan. Pada saat-saat di mana kita berkekurangan, kita harus belajar untuk sabar dan percaya. Pada saat-saat di mana kita berkelimpahan, kita harus belajar untuk rendah hati dan bergantung pada Allah. Terlepas dari kekurangan atau kelimpahan, Kristus adalah cukup. Kemudian anda tiba pada akhir surat ini, yakni Filipi 4:18-20, di mana anda dapat melihat bagaimana Paulus memandang masalah uang dalam pujian kepada Allah. Memberi di dalam jemaat akan membawa kemuliaan bagi Kristus. Bilamana anda datang ke surat-surat Pastoral, yang paling utama yang akan kita perhatikan adalah apa yang dikatakan dalam surat 1 Timotius. Tetapi secara keseluruhan, 1 Timotius 2:8-10 berbicara tentang pentingnya bagi perempuan untuk menghias diri mereka dalam pakaian yang sopan dan dengan kerendahan hati dan pengendalian diri. Paulus mengatakan, "Karena itu, aku ingin, supaya di mana-mana laki-laki berdoa dengan menadahkan tangan yang suci, tanpa marah dan tanpa perselisihan. Demikian juga hendaknya perempuan. Hendaklah ia berdandan dengan pantas, dengan sopan dan sederhana, rambutnya jangan berkepang-kepang, jangan memakai emas atau mutiara ataupun pakaian yang mahalmahal, tetapi hendaklah ia berdandan dengan perbuatan baik, seperti yang layak bagi perempuan yang beribadah." Pakaian yang igunakan saat beribadah haruslah sederhana, tidak mahal, dan sikap dalam ibadah haruslah dengan rendah hati dan tidak menarik perhatian untuk diri sendiri.
Página (Page) 5
Kemudian anda dapat melihat 1 Timotius 3:2-3, di mana dibicarakan tentang berbagai persyaratan bagi para penatua dan diaken yang akan dipilih. Paulus mengatakan dalam ayat-ayat ini, "Karena itu, pengawas jemaat haruslah seorang yang tak bercacat, suami dari satu istri, dapat menahan diri, bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan, pandai mengajar orang, bukan peminum, bukan pemarah melainkan peramah, pendamai, bukan hamba uang," Lalu dalam 1 Timotius 3:8 kita membaca, "Demikian juga diaken-diaken haruslah orang terhormat, jangan bercabang lidah, jangan penggemar anggur, jangan serakah." Para pemimpin dalam gereja harus menghormati Allah dengan uang mereka. Itu adalah satu syarat untuk kepemimpinan dalam gereja. Mereka harus menghormati Allah dengan uang mereka. Titus 1:10-11 mengatakan hal yang sama, "Karena sudah banyak orang hidup tidak tertib, terutama di antara mereka yang berpegang pada hukum sunat. Dengan omongan yang sia-sia mereka menyesatkan pikiran. Orangorang semacam itu harus ditutup mulutnya, karena mereka mengacau banyak keluarga dengan mengajarkan yang tidak-tidak untuk mendapat untung yang memalukan." Lalu dalam 2 Timotius 3:2-4 anda bertemu dengan satu peringatan tehadap mereka yang mencintai uang. Paulus mengatakan, "Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu daripada menuruti Allah." Kemudian dalam 1 Timotius 5:3-8, Paulus mulai berbicara tentang kepedulian terhadap para janda. Pertama, Paulus mengatakan bahwa seorang janda harus diperhatikan atau dipedulikan oleh keluarganya. Ini pada dasarnya merupakan tanggung jawab keluarganya, tetapi kemudian Paulus mengatakan bahwa kebutuhan seorang janda harus disediakan oleh gereja jika keluarganya tidak mampu melakukannya, atau bahwa jika tidak ada keluarga yang dapat melakukan itu, maka gereja harus menyediakan kebutuhan janda tersebut. Dikatakan dalam 1 Timotius 5:9-10, "Yang didaftarkan sebagai janda, hanyalah mereka yang tidak kurang dari enam puluh tahun, yang hanya satu kali bersuami dan terbukti telah melakukan pekerjaan yang baik, seperti mengasuh anak, memberi tumpangan, membasuh kaki saudara-saudara seiman, menolong orang yang hidup dalam kesusahan -- pendeknya mereka yang telah menggunakan segala kesempatan untuk berbuat baik." Kemudian Paulus mengambil satu langkah yang lebih jauh dalam pasal ini, di mana ia mengatakan bahwa gereja harus mencerminkan anugerah Kristus kepada para janda dengan memberikan apa yang mereka butuhkan, namun para janda harus juga mencerminkan kebaikan Kristus dalam gereja. Jika janda
Página (Page)6
tersebut tidak mengikuti teladan Kristus, maka itu akan mengubah seluruh gambaran di sini dalam 1 Timotius 5. Kemudian anda bisa melihat 1 Timotius 6:3-10. Ini adalah satu bagian yang menggugah hati, yang isinya mirip dengan apa yang Paulus tulis dalam 2 Korintus 8 dan 9. Yang ditekankan di sini ialah jalan menuju keuntungan besar. Saya menyukai kalimat tersebut. Jalan menuju keuntungan yang besar ialah berpada dengan kebutuhan yang ada. Paulus berkata, "Ibadah yang disertai rasa cukup akan memberi keuntungan yang besar." Anda mungkin berkata, "Apa yang dimaksud dengan kepuasan?" Ini berkaitan dengan makanan dan pakaian sebagai kebutuhan pokok kita, dan dalam beberapa terjemahan disebutkan sebagai kebutuhan-kebutuhan. Kedua, berhati-hatilah agar tidak mengumpulkan yang berlebihan. Bilamana anda mulai mengejar yang lebih dan mencari yang lebih, berhati-hatilah. Anda tidak akan membawa apa pun ketika anda meninggalkan dunia ini. Kita tidak membawa apa pun ke dalam dunia ini, dan kita tidak akan membawa apa pun dari dunia ini. Anda tidak dapat membawa apa pun bersama anda, dan kepuasan anda akan diambil dari anda. Semakin anda menumpuk harta, semakin anda akan mencari kenikmatan dan hal-hal yang lebih, dan semakin kita mengisi hidup kita dengan barang-barang dunia ini, semakin kita menumpulkan rasa kepuasan di dalam Allah. Paulus mengatakan agar kita menjauhkan diri dari harta atau barang-barang yang berlebihan. Jika tidak, anda akan kehilangan tujuan Allah bagi kehidupan anda. Kelebihan yang anda miliki tidak dimaksudkan agar anda memiliki lebih banyak barang, melainkan itu dimaksudkan untuk mencapai tujuan Allah. Paulus mengatakan bahwa jalan menuju kehancuran total adalah cinta akan uang. Ini adalah akar dari segala kejahatan. Cinta akan uang dan keinginan akan kekayaan adalah akar segala macam kejahatan. Orangorang yang ingin kaya jatuh ke dalam pencobaan dan perangkap yang membawa mereka menuju kehancuran dan kerusakan, dan itu adalah hal yang serius. Keinginan akan kekayaan mengarah kepada satu kehidupan yang menghancurkan diri sendiri dan satu kehidupan yang mencelakakan diri sendiri. Itu hanyalah keinginan untuk menjadi kaya. Bagaimana jika kita sudah menjadi kaya? Ini juga berbahaya. Karena itu ada nasehat dari Paulus untuk orang-orang kaya. Bilamana anda melihat sisa 1 Timotius 6:1720, Paulus memberitahu kepada mereka untuk melarikan diri dari sikap percaya diri. Jangan percaya pada kekayaan anda. Jangan sombong dan angkuh. Larilah dari sikap mementingkan diri sendiri. Jangan menaruh pengharapan anda dalam ketidakpastian kekayaan. Anda mulai mengasihi harta atau barangbarang anda dan bukannya mengasihi Allah. Sebaliknya, letakkanlah pengharapan anda pada Allah. Allah telah memberikan kepada anda hal-hal yang baik untuk anda nikmati. Ayat kuncinya adalah 1 Timotius 6:17, "Peringatkanlah orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan pada Allah yang
Página (Page) 7
dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati." Allah telah memberikan kepada kita hal-hal yang baik untuk kenikmatan kita, tetapi pada saat anda menikmatinya, anda juga harus menggunakan hal-hal yang baik itu untuk kenikmatan orang lain. Paulus kemudian mengatakan, "Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam perbuatan baik, suka memberi dan membagi." Investasikanlah hal-hal yang baik yang ada dalam kehidupan anda dan dalam kehidupan orang lain dari sudut pandang kekekalan. Itulah gambaran dalam 1 Timotius 6. Surat-Surat yang lain dalam Perjanjian Baru Sekarang kita melihat surat-surat yang lain dalam Perjanjian Baru. Yang pertama ialah surat Ibrani. Ibrani 10:32-36. Sukacita yang melebihi harta. "Kamu menerima hal itu dengan sukacita, sebab kamu tahu bahwa kamu sendiri memiliki harta yang lebih baik dan lebih tetap." Ini merupakan satu ayat yang luar biasa. Dalam Ibrani 13:5-6 kita membaca tentang kepuasan yang melebihi harta. "Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman, 'Aku sekalikali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.' Sebab itu dengan yakin kita dapat berkata, 'Tuhan adalah Penolongku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?'" Ini adalah satu ayat yang luar biasa, yakni Ibrani 13:5. Surat 1 Petrus. Petrus, sebagaimana Paulus, mengatakan bahwa para perempuan harus berpenampilan sederhana. Perempuan harus berpenampilan sederhana. 1 Petrus 3:3-4 mengatakan, "Perhiasanmu janganlah secara lahiriah, yaitu dengan mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan mengenakan pakaian yang indah-indah, tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah." Petrus mengatakan, "Jangan membeli semua barang yang mahal lalu memakainya dakam komunitas orng beriman." Kemudian dalam 1 Petrus 5:1-3 dikatakan bahwa para penatua harus jujur dalam menggunakan uang mereka. Surat 2 Petrus. Petrus berbicara tentang guru-guru palsu, dan ia berbicara tentang bagaimana keserakahan dikaitkan dengan ketidakjujuran. Keserakahan dikaitkan dengan ketidakjujuran. Dalam 2 Petrus 2:3 ia mengatakan, "Dan karena serakahnya guru-guru palsu itu akan berusaha mencari untung dari kamu dengan cerita-cerita isapan jempol mereka. Tetapi untuk perbuatan mereka itu hukuman telah lama tersedia dan kebinasaan tidak akan tertunda." Si sini kita melihat bagaimana keserakahan dikaitkan dengan ketidakjujuran, dan keserakahan juga dikaitkan dengan perzinahan. Dikatakan dalam 2 Petrus 2:14, "Mata mereka penuh nafsu zina dan mereka tidak pernah jemu berbuat dosa. Mereka memikat
Página (Page)8
orang-orang yang lemah. Hati mereka telah terlatih dalam keserakahan. Mereka adalah orang-orang terkutuk!" Ada bahaya dalam keserakahan. Kemudian surat Yudas. Yudas mengatakan dalam Yudas 11,
"Celakalah mereka, karena mereka
mengikuti jalan yang ditempuh Kain dan demi imbalan menceburkan diri ke dalam kesesatan Bileam, dan mereka binasa karena pemberontakan seperti Korah." Kita harus waspada terhadap pemimpin-pemimpin yang serakah akan keuntungan finansial. Tulisan-Tulisan Yohanes Kemudian anda bisa melihat surat-surat Yohanes. Waspadalah terhadap nafsu akan kenikmatan dan kesombongan akan kekayaan. Yohanes mengatakan dalam 1 Yohanes 2:15-17. Kasih Allah mendorong adanya tindakan demi saudara-saudara yang berkekurangan. Jika kita tidak bertindak ketika kita melihat saudara-saudara yang berkekurangan, maka kita belum mengenal kasih Allah. Kemudian 3 Yohanes 5-8 berbicara tentang pentingnya keramahtamahan. Apa yang Yohanes lakukan di sini adalah memuji mereka yang memberi tumpangan kepada orang-orang Kristen dan yang mendukung mereka. Yohanes menyadari tentang pentingnya keramahtamahan yang mendukung saudara-saudara yang lain. Ingat akan berkat yang sederhana ini, karena kita akan kembali ke pokok ini ketika kita nanti berbicara tentang teologi kemakmuran. Dikatakan dalam 3 Yohanes 2, "Saudaraku yang terkasih, aku berdoa, semoga engkau baik-baik dan sehat-sehat saja dalam segala sesuatu, sama seperti jiwamu baik-baik saja." Yohanes menulis kitab yang lain, kitab Wahyu, dan saya hanya ingin menunjukkan tiga hal utama dalam kitab Wahyu, yakni dua surat kepada jemaat-jemaat, dan kemudian bagian akhir kitab ini. Dalam tujuh surat kiriman kepada jemaat-jemaat, kita secara khusus akan melihat keadaan jemaat Smirna dan jemaat Laodikia ketika kita berbicara tentang harta. Dari jemaat Smirna: adalah mungkin untuk miskin secara material namun kaya secara rohani. Wahyu 2:9-10. Mereka miskin, namun mereka mengandalkan Allah, dan Kristus memberikan pujian kepda mereka. Di sisi yang lain, inilah pelajaran dari jemaat Laodikia: adalah mungkin untuk menjadi kaya secara material namun miskin secara rohani. Wahyu 3:15-20. Karena itu Yesus berkata, "Aku akan memuntahkan engkau dari mulutKu." Kemudian anda sampai ke akhir kitab Wahyu, yakni Wahyu 18 dan 19, yang berbicara tentang profil Babel yang materialistik. Wahyu 18 akan membuat anda melihat suatu gambaran yang sangat nyata
Página (Page) 9
tentang bahaya dan nasib materialisme, karena seluruh gambaran yang ada di sini menunjuk kepada Babel, yang merupakan simbol kekaisaran Romawi, dan juga gambaran tentang hal-hal lain yang lebih dalam. Wahyu 18:1-3. Babel dikenal karena penyembahan berhala dan penuh dengan kemewahan yang berlebihan. Ini adalah kekuatan dunia dan kenikmatan dunia yang digabungkan bersama-sama, dan yang ditandai dengan pemanjaan diri dalam kehidupan yang tidak bermoral. Karena itu, di tengah-tengah situasi seperti ini umat Allah menerima suara dari surga yang memanggil mereka agar melarikan diri dari materialisme. Wahyu 18:4-8. Larilah! "Hai umatKu, larilah dari Babel. Jangan mengambil bagian dalam dosa-dosanya." Allah membenci hal-hal ini. Larilah dari Babel!. Kemudian anda melihat gambaran penghukumman Allah yang dijatuhkan, dan bagaimana kekayaan Babel direnggut darinya. Dikatakan dalam Wahyu 18:9-18. Kekayaan mereka direnggut dan kekayaan mereka telah menjadi puing-puing. Segala sesuatu dalam kekayaan mereka dan keindahannya lenyap, tidak pernah pulih lagi. Ini adalah pemusnahan materialisme. Anda mungkin berharap bahwa surga akan berkabung pada saat itu, tetapi tidak, sebaliknya surga bersukacita ketika materialisme dihancurkan. Kemudian kita melihat kenikmatan umat Allah. Dikatakan dalam Wahyu 18:19-20. Kita melihat bahwa sukacita tidak ditemukan dalam kekayaan. Khususnya, sukacita yang kekal tidak ditemukan dalam kekayaan. Sukacita yang kekal ditemukan dalam ibadah. Inilah yang anda temukan ketika anda melihat Wahyu 21. Ingat bagaimana kita memulai pembicaraan tentang Allah dan ciptaan dan dunia material? Sekarang semuanya berada dalam harmoni. Pada akhirnya, dalam Wahyu 21 kita melihat langit yang baru, bumi yang baru, dan semuanya berada dalam harmoni bersama-sama. Dikatakan dalam Wahyu 21:1 dan 3, "Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan laut pun tidak ada lagi .... Lalu aku mendengar suara yang nyaring dari takhta itu berkata, "Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan tinggal bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Allah sendiri akan menyertai mereka, dan menjadi Allah mereka." Kemudian Wahyu 22:1 dan 3 mengatakan, "Lalu ia menunjukkan kepadaku sungai air kehidupan, yang jernih bagaikan kristal, dan mengalir keluar dari takhta Allah dan takhta Anak Domba itu .... Tidak akan ada lagi yang terkutuk. Takhta Allah dan takhta Anak Domba akan ada di dalamnya dan hamba-hambaNya akan beribadah kepada-Nya." Itulah gambaran yang kita lihat pada akhir kitab Wahyu
Página (Page)10
KESIMPULAN
Saya tahu bahwa setiap upaya untuk meringkas hal-hal semacam ini adalah, pada akhirnya, tidak memadai, namun saya berharap bahwa kesimpulan-kesimpulan ini akan memberikan gambaran yang akurat tentang apa yang baru saja kita lihat. Karakter Allah Karakter Allah. Ada beberapa hal yang kita akan perhatikan di sini. Saya menyukai apa yang Billy Graham katakan. Ia berkata, "Katakan pada saya apa yang anda pahami tentang uang dan saya dapat memberitahu anda apa yang anda pahami tentang Allah." Dalam terang karakter Allah, inilah kesimpulan yang pertama: Allah adalah pemilik yang berdaulat dari segala sesuatu, dan kita adalah penatalayanpenatalayan Allah. Inilah kebenaran yang telah kita lihat baik dalam Perjanjian Lama maupun dalam Perjanjian Baru. Segala sesuatu yang kita miliki adalah milikNya. Kita tidak memiliki apa pun. Kita adalah penatalayan-penatalayan. Dapat dikatakan bahwa kita adalah manajer-manajer yang dipercayakan tanggung jawab untuk mengurus uang. Pikirkan secara khusus cerita-cerita yang telah kita dengar dari Kristus, ketika Ia berbicara tentang seorang majikan yang mempercayakan beberapa talenta kepada hamba-hambaNya dan kemudian pergi. Ada beberapa cerita yang berbeda seperti itu. Cerita-cerita ini menunjukkan kepada kita gambaran tentang Allah sebagai Pemilik. Dalam cerita-cerita tesebut kita melihat bahwa sebagai Pemilik, Allah memiliki otoritas. Ia memiliki hak untuk melakukan apa pun dengan milikNya sebagaimana yang Ia kehendaki. Allah memiliki hak untuk melakukan apa pun dengan harta kita sebagaimana yang Ia kehendaki. Allah menaruh harapan pada kita. Dalam setiap perumpamaan kita melihat bagaimana sang Majikan ini memiliki harapan khusus untuk apa yang diinginkanNya agar dilakukan oleh hambahambaNya. Majikan ini memberi kepercayaan. Ia memberikan otoritas kepada hamba-hambaNya untuk melakukan sesuatu berdasarkan otoritas tersebut. Itulah anugerah. Ia bersikap tegas dalam arti bahwa Ia serius tentang apa yang harus dilakukan oleh hamba-hambaNya dengan otoritas itu, dan sang Pemilik akan mendisiplinkan hamba-hambaNya jika mereka tidak mengelola dengan baik apa yang ia telah berikan. Ia bersikap tegas. Tetapi Ia juga bermurah hati. Sang Majikan menjanjikan pahala dan berkat bagi hambahambaNya. Dalam setiap perumpamaan kita melihat bahwa sang Majikan tidak hadir atau bepergian ke tempat lain. Pemilik ini meninggalkan hamba-hambaNya untuk sementara waktu. Jelas bahwa ini tidak berarti bahwa Allah tidak ada di antara kita, melainkan berarti bahwa ada akuntabilitas yang tertunda untuk sementara, karena Majikan ini akan kembali. Ia akan datang kembali. Majikan akan datang
Página (Page) 11
kembali. Mungkin lebih cepat, mungkin nanti, mungkin setiap saat, atau mungkin pada saat yang paling tidak diharapkan, tetapi itulah gambaran tentang sang Pemilik yang kita lihat. Di sini kita melihat gambaran tentang hamba sebagai penatalayan, dan tentang penatalayanan. Kita bertanggung jawab. Dalam semua cerita ini kita melihat bahwa para penatalayan ini memberikan pertanggungjawaban mereka kepada Pemilik atas apa yang telah mereka lakukan. Kita harus memberikan pertanggungjawaban kita, tidak peduli apakah ada banyak orang ataukah tidak ada orang yang menyebut kita sebagai orang yang terkenal, tidak peduli apakah ada orang atau tidak ada orang yang diberi nama sesuai nama kita, tidak peduli apakah ada 10.000 orang atau tidak ada seorang pun yang menghadiri upacara pemakaman kita. Tidak peduli apa yang koran atau buku-buku sejarah akan katakan tentang kita. Yang penting adalah apa yang akan dikatakan oleh Pemilik kita tentang kita pada hari itu. Kita bertanggung jawab kepadaNya. Kita harus setia dengan apa yang sudah dipercayakan kepada kita. Kita harus fokus. Seorang hamba atau penatalayan peduli tentang bagaimana ia dapat melayani majikannya dengan bertanggung jawab. Kita harus takut dalam cara yang sehat. Para hamba atau penatalayan ini tahu bahwa majikan mereka adil, dan mereka takut jika mereka tidak menghormatinya. Kita harus takut jika kita tidak menghormati Allah dengan harta kita. Kita harus bekerja. Seorang penatalayan akan bekerja keras, mereka tidak malas. Kita harus bijaksana. Mereka sedang mengelola aset orang lain. Itulah keseluruhan gambaran yang terdapat dalam Lukas pasal 16. Jadilah bijak dengan cara anda menggunakan sumber-sumber yang telah dipercayakan kepada anda. Jangan hanya duduk dan tidak melakukan apa-apa. Akhirnya, kita harus selalu siap, karena Majikan kita bisa kembali pada saat apa pun. Seorang penatalayan bangun di pagi hari dan berkata, "Mungkin inilah harinya," dan ia mengatakan itu setiap pagi. Itulah gambarannya. Allah adalah Pemilik yang berdaulat dari segala sesuatu, dan kita adalah penatalayan dari harta yang Ia percayakan kepada kita. Ini merupakan tema alkitabiah yang penting dalam kaitan dengan harta. Kesimpulan yang kedua: Allah adalah Hakim yang berbelas kasihan atas semua bangsa, dan kita adalah hamba-hambaNya. Dalam belas kasihanNya, Allah mempedulikan orang-orang miskin. Ini ditekankan di seluruh Kitab Suci. Allah mempedulikan orang-orang miskin, dan Allah membela orang-orang yang tidak berdaya. Di seluruh Kitab Suci kita melihat bagaimana para janda, anak-anak yatim, dan orang-orang asing dipedulikan secara khusus oleh Allah. Allah mempedulikan orang-orang miskin dan membela orangorang yang tidak berdaya. Dalam keadilanNya, Allah mengaruniakan harta milik kepada semua umatNya. Kita telah melihat hal ini. Allah memberikan harta milik kepada semua umatNya. Kita melihatnya dalam Perjanjian Lama, kita melihat itu bergema dalam Perjanjian Baru. Dalam keadilanNya, Allah juga menghukum. Allah
Página (Page)12
menghukum orang-orang yang makmur yang mengabaikan orang-orang miskin. Dalam Perjanjian Lama, Perjanjian Baru, dan Injil, kita melihat bagaimana Allah merendahkan orang kaya dan orang yang kuat yang mengabaikan orang miskin. Allah merendahkan orang kaya dan orang yang kuat yang mengabaikan orang miskin. Allah adalah Hakim yang berbelas kasihan atas semua bangsa. Kita adalah hamba-hambaNya. Sebagai hamba-hambaNya, tujuan kita bukanlah kemewahan dalam dunia ini. Itu tidak pernah menjadi tujuan kita. Tidak pernah. Jika tujuan hidup kita adalah kemewahan dalam dunia ini, maka kehidupan kita tidak lagi selaras dengan kitab Suci. Tujuan kita adalah kasih kepada Allah. Kita ingin mengasihi Allah jauh lebih banyak daripada kita menginginkan kemewahan dalam dunia ini. Kita adalah hamba-hambaNya, kita adalah hamba-hamba dari seorang Hakim yang berbelas kasihan. Kesimpulan yang ketiga: harta material adalah karunia yang baik dari Allah kepada umatNya untuk tujuanNya. Ini mempunyai makna yang sangat penting. Walaupun Kitab Suci banyak berbicara tentang bahaya harta dan kekayaan, namun kita perlu melihat bahwa Allah juga memberikan hal-hal yang baik kepada kita untuk dinikmati. Harta yang diberikan ini dimaksudkan oleh Allah untuk dinikmati. Dalam Kejadian 1 kita melihat bahwa semua itu adalah baik. Dalam 1 Timotius 6 kita membaca bahwa Allah memberikan hal-hal yang baik kepada kita untuk dinikmati. Dalam bebarapa bagian dalam kitab Amsal kita melihat bahwa kekayaan adalah satu pahala, sehingga bukanlah sesuatu yang buruk untuk menikmati hal-hal tersebut. Ini benar-benar penting. Kebenaran dan kekayaan dapat hidup berdampingan, setidak-tidaknya untuk satu waktu tertentu. Ini jarang terjadi, tetapi ada contoh untuk hal itu. Ayub memiliki kebenaran dan kekayaan. Sebelum semuanya terjadi, kebenaran dan kekayaan ada bersama-sama. Amsal 31 berbicara tentang perempuan yang berkarakter mulia yang memiliki kebenaran dan kekayaan. Perempuan ini mempedulikan orangorang miskin. Ia memiliki harta dan kekayaan. Itu bisa terjadi. Secara keseluruhan, dan ini penting, pemborosan merupakan satu pengecualian, bukan norma yang umum. Ada saat-saat tertentu di mana harta dapat digunakan secara berlebih-lebihan atau dengan pemborosan. Ada perayaan-perayaan dalam Perjanjian Lama di mana banyak harta yang dihabiskan. Ada pengurapan dengan minyak narwastu yang mahal harganya bagi Yesus sebelum Ia pergi ke salib. Ada pengecualian, dan karena itu bukanlah hal yang buruk untuk menggunakan harta secara berlebihan sebagai satu pengecualian, namun itu bukan satu norma yang umum. Itulah apa artinya bahwa harta yang Allah berikan kepada kita adalah untuk dinikmati. Pada saat yang sama, harta tersebut dimaksudkan oleh Allah untuk dibagikan. Harta adalah karunia dari Allah kepada umatNya untuk tujuanNya. Harta dimaksudkan untuk dibagikan dengan orang-orang yang membutuhkan. Ini diajarkan di seluruh Kitab Suci, dan harta dimaksudkan untuk dibagikan di antara bangsa-bangsa. Itu
Página (Page) 13
juga diajarkan di seluruh Kitab Suci. Jadi, kekayaan dan harta yang diberikan kepada umat Allah dimaksudkan untuk tujuanNya, dan itu adalah pemberian yang baik. Harta adalah hal yang baik. Selanjutnya, janji-janji tentang kemakmuran. Ini adalah kesimpulan yang terakhir yang berkaitan dengan karakter Allah. Kesimpulan yang keempat: Janji-janji tentang kemakmuran dalam Perjanjian Lama harus dipahami dalam konteks perjanjian. Kita telah banyak berbicara tentang hal ini, tetapi saya hanya ingin meringkas atau mengulangi hal ini, yaitu bahwa kita harus memahami harta dalam keseluruhan konteks Kitab Suci. Dalam Perjanjian Lama, ketaatan kepada Allah menyebabkan beberapa orang, tidak semua, tetapi beberapa orang, untuk memperoleh harta di bumi. Kita telah melihat hal itu dalam kehidupan bapa-bapa leluhur. Kita juga melihatnya dalam kitab Ulangan. Allah menjanjikan berkat-berkat material bagi mereka yang taat. Ia menjanjikan berkat-berkat material bagi mereka yang bekerja keras. Allah sendiri yang mengatakan demikian. Namun, kita harus mengingat konteksnya. Allah memberikan harta, setidaknya dalam sebagian maknanya, ini bukan satu-satunya alasan melainkan dalam sebagian maknanya, untuk membangun satu tempat yang dapat menampilkan kemuliaanNya di antara bangsa-bangsa. Allah memberikan harta kepada umatNya dan membawa mereka ke satu tempat, pertama-tama ke tanah yang dijanjikan, dan kemudian setelah mereka tiba di sana, untuk membangun satu tempat, untuk mendirikan Bait Allah. Daud dan Salomo sangat kaya, dan dalam arti tertentu, itu dimaksudkan untuk satu tujuan, yakni untuk digunakan bagi Bait Allah yang akan dibangun. Pada masa Salomo, kekayaan itu dimaksudkan untuk pembangunan dan pengoperasian Bait Allah. Kita harus melihat apa yang Allah lakukan dalam Perjanjian Lama dalam konteks Perjanjian Lama, karena dalam Perjanjian Baru kita melihat bahwa ketaatan kepada Allah justru menyebabkan beberapa orang untuk meninggalkan harta mereka di bumi. Yesus mengatakan hal-hal seperti, "Pergilah dan juallah milikmu dan berilah kepada orang-orang miskin. Juallah segala milikmu." Itu yang dikatakan dalam Lukas pasal 12. Barnabas meninggalkan dan menjual hartanya dan sebidang tanahnya. Dalam Perjanjian Baru, Allah memberikan harta dan kekayaan untuk membangun satu umat yang akan membawa kemuliaanNya kepada bangsa-bangsa. Ia tidak pernah memerintahkan gereja Perjanjian Baru untuk membangun satu tempat. Yang Ia katakan adalah membangun satu umat yang akan membawa kemuliaanNya kepada bangsa-bangsa. Janji-janji kemakmuran dalam Perjanjian Lama harus dipahami dalam konteks perjanjian. Keberdosaan Manusia Itulah empat kesimpulan yang pertama, tentang harta dan karakter Allah. Sekarang kita melihat tentang harta dan keberdosaan manusia. Kesimpulan yang kelima: di tangan orang-orang berdosa, kekayaan adalah berbahaya. Saya berharap bahwa kita telah memahaminya, tetapi pada umumnya kita melihat
Página (Page)14
bahwa harta dan kekayaan adalah netral secara moral. Harta dan kekayaan tidaklah buruk di dalam dan pada dirinya sendiri. Anda dapat menggunakan uang untuk membeli seorang budak atau menyuap seorang hakim. Anda dapat menggunakan uang untuk mendanai terorisme, tetapi anda juga dapat menggunakan uang yang sama untuk membeli hadiah atau untuk membayar gaji atau untuk mendanai misi. Jadi, bukan kekayaan itu yang jahat, melainkan bahwa di tangan mereka yang memegang kekayaan, dan di tangan orang-orang berdosa, maka kekayaan adalah berbahaya. Kesimpulan yang keenam: kita perlu menyadari bahwa kekayaan itu dapat menjadi penghalang bagi kita untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah. Ini mempunyai makna yang amat penting. Kekayaan di dunia yang penuh dosa, di tangan orang-orang berdosa, menyebabkan ketidakadilan. Kita melihat hal ini terjadi di mana-mana. Kita melihat hal ini dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Kekayaan dalam dunia yang penuh dengan dosa menyebabkan ketidakadilan. Kita melupakan orang-orang miskin. Kekayaan di tangan orang-orang berdosa seringkali menyebabkan kita untuk mengabaikan dan melupakan orang-orang miskin. Kekayaan dalam dunia yang penuh dosa menyebabkan imoralitas atau kehidupan yang tidak bermoral, karena kita melupakan kebenaran. Sebagaimana Paulus katakan dalam Roma pasal 1, "Kita menukarkan kebenaran Allah untuk satu kebohongan, dan kita mulai menyembah dan melayani hal-hal yang diciptakan, atau menyembah benda-benda dan bukan menyembah Pencipta kita," yang mengarah pada penyembahan berhala. Kita melupakan Allah kita. Kita mengisi hidup kita dengan barang-barang dunia ini, dan kita melupakan Allah. Kesimpulan yang ketujuh: dalam kehidupan orang-orang berdosa, keserakahan adalah mematikan. Ini adalah keinginan akan harta yang lebih banyak, yang lebih besar, dan yang lebih baik. Keserakahan adalah beragam. Ada dua jenis keserakahan, dan kita melihat kedua-duanya dalam Kitab Suci. Yang pertama ialah ketamakan, yang adalah nafsu untuk memiliki apa yang tidak kita miliki. "Saya ingin ini, saya ingin ini, dan saya ingin ini." Saya ingin gadget atau perangkat teknologi yang baru, barang-barang yang baru, dan apa pun yang baru. Lalu jenis keserakahan yang kedua ialah sikap posesif, yakni sikap mempertahankan harta yang kita miliki. Keduanya adalah manifestasi dari keserakahan. Keserakahan adalah beragam, dan keserakahan adalah menghancurkan. Kitab Suci mengajarkan bahwa orang yang penuh dengan nafsu adalah pezinah, orang yang berdusta adalah pembunuh, dan orang yang serakah adalah penyembah berhala. Ini adalah hal yang serius. Keserakahan adalah beragam, keserakahan menghancurkan, dan keserakahan mencelakakan. Keinginan yang berlebihan akan kekayaan menjerumuskan jiwa anda ke dalam kehancuran, sebagaimana
Página (Page) 15
yang dikatakan dalam 1 Timotius pasal 6. Dalam kehidupan orang-orang berdosa, keserakahan adalah mematikan. Kebenaran yang berikutnya. Di sinilah kita perlu menjaga keseimbangan antara materialisme dengan asketisisme. Kesimpulan yang kedelapan: baik materialisme maupun asketisisme merupakan penyimpangan yang berdosa dari rancangan Allah untuk harta. Kita perlu melihat kedua-duanya sebagai potensi yang berbahaya yang harus kita hindari agar tidak terjerumus ke dalam salah satu dari antaranya. Pada dasarnya, asketisisme melihat uang dan harta sebagai dosa. Mereka yang hidup dalam asketisisme mengatakan bahwa uang adalah jahat. Sebagaimana membanggakan harta anda merupakan dosa, demikian juga membaggakan kemiskinan anda merupakan dosa. Kesederhanaan yang ekstrim menjadi standar yang berlebihan, dan kemiskinan dianggap sebagai standar yang melaluinya anda dapat diterima oleh Allah dan diakui oleh manusia. Pndangan ini telah menyimpang dari makna Injil yang sesungguhnya. Jika anda melihat Yesus, anda menyadari bahwa Yesus adalah sederhana, tetapi Ia bukanlah seorang asketis atau seorang pertapa. Ia bergaul dengan orang-orang yang serakah dan para pemabuk. Jelas bahwa Yesus sendiri tidak mabuk. Ia tidak hanya minum anggur, Ia juga mengubah air menjadi anggur. Ia menghadiri pesta. Ia sederhana, tetapi Ia bukan seorang asketis atau pertapa. Di pihak lain materialisme melihat uang dan harta sebagai sumber kepuasan. Materialisme mengambil apa yang baik dan menjadikannya sebagai yang utama. Ini adalah keserakahan yang mengagungkan barang-barang dunia ini. Allah menciptakan kita untuk mengasihi orang-orang dan menggunakan barangbarang dunia ini. Materialisme mengasihi barang-barang dan menggunakan orang-orang. Itulah budaya kita, dan ada banyak akibat yang timbul dari materialisme. Materialisme membutakan mata kita terhadap kemiskinan rohani kita. Segala sesuatu tampaknya baik ketika kita memiliki barang-barang kita, dan kita buta terhadap kebutuhan kita. Richard Baxter, seorang pendeta Puritan, mengatakan, "Ketika orangorang menjadi makmur di dunia, pikiran mereka terbuai dengan milik mereka, dan mereka tidak dapat percaya bahwa mereka begitu sakit sementara mereka merasa bahwa diri mereka begitu baik." Ini membuat saya takut. Jika kehidupan kita dikuasai oleh materialisme, maka itu menyilaukan. Jadi, terhadap hal apakah saya buta? Materialisme mendatangkan kekuatiran dan kecemasan bagi kita. "Kalau saja saya bisa mendapatkan kenaikan gaji, kalau saja saya bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, kalau saja saya bisa mendapatkan mobil yang lebih bagus atau rumah yang lebih baik, kalau saja saya bisa mendapatkan apa yang saya inginkan, maka saya akan bahagia." Mereka yang hidup dalam materialisme selalu mencari sesuatu yang baru, sesuatu yang lebih, dan itu menghasilkan kecemasan. Materialisme membawa kita kepada kesia-siaan yang tidak akan habis-habisnya. Kita adalah seperti
Página (Page)16
pecandu narkoba. Kita berpikir bahwa barang yang baru, rumah atau mobil yang baru, dan harta yang baru akan menyelesaikannya bagi kita. Materialisme memperdaya kita ke dalam sikap merasa diri cukup. Mengapa anda memerlukan Allah ketika anda mempunyai segala sesuatu yang dibutukan? Materialisme membuat kita terperangkap dalam pementingan diri sendiri. Kita mulai berpikir bahwa kita berhak memiliki harta atau barang-barang, bahwa kita layak mendapatkannya, kita sudah mendapatkannya. Lalu kebanggaan dan elitisme atau sikap mementingkan kelompok yang elit mulai datang, dan materialisme mengalihkan perhatian kita dari tujuan kita. Materialisme mengalihkan perhatian kita dari tujuan kita, dan menipu kita dalam gereja-gereja kita. Dapatkah satu dunia yang materialistik dimenangkan kepada Kristus oleh satu gereja yang materialistik? Saya tidak berpikir demkian, karena jika kita adalah satu gereja yang materialistik, maka, yang pertama, kita akan menunjukkan kepada dunia bahwa harta dan barang adalah lebih baik daripada Allah kita, dan mereka tidak akan dapat melihat supremasiNya di dalam kita. Kedua, kita akan menyimpan semua sumber yang kita miliki dengan menimbun lebih banyak harta dan barang, dan itu berarti kita gagal dalam menyerahkan harta itu demi kemajuan Amanat Agung sampai ke ujung-ujung bumi. Materialisme pada akhirnya membuat kita jauh dari Kerajaan. Karena itu kita harus berhati-hati. Kunci untuk mengatasi materialisme adalah dengan menyadari bahwa Kristuslah yang menjadi kepuasan kita sepenuhnya. Itulah kaitan antara harta dengan keberdosaan manusia. Kecukupan Kristus Sekarang kita melihat kaitan antara harta dengan kecukupan Kristus. Hal yang pertama datang langsung 2 Korintus pasal 8 dan 9, karena bagian itu begitu signifikan untuk pemahaman kita tentang keseluruhan gambaran ini. Kesimpulan yang kesembilan: inkarnasi Kristus adalah landasan untuk kemurahan hati dalam gereja. Kita telah melihat kemiskinanNya di dunia. Ia telah menjadi miskin. Ia telah menyerahkan hak-hakNya bagi kita, dan Ia telah menyerahkan sumber-sumberNya bagi kita. Kita adalah umatNya di dunia ini, karena itu kita juga menyerahkan hak-hak kita, dan kita juga memberikan sumber-sumber kita bagi orang lain. Itulah landasan untuk kemurahan hati kita, yakni inkarnasi Kristus. Hal kedua yang berkaitan dengan kecukupan Kristus: bilamana Yesus menyelamatkan kita secara rohani, Ia juga mengubah kita secara material. Setelah hari Pentakosta, di antara orang-orang percaya yang mula-mula, anda dapat melihat satu komunitas yang radikal dan kemurahan hati mereka. Itulah karya Kristus. Yesus telah menghapus dosa-dosa kita. Ia menghapus semua akibat dosa yang telah kita bicarakan, Ia menghapus semuanya, dan Ia mengubah hidup kita dari dalam ke luar. Ini berarti bahwa, perhatikan ini, kita bukannya hidup dan memberi dengan pengorbanan karena kita berutang kepada Kristus. Perhatikan maksud saya di sini. Saya ingin maju selangkah lagi. Saudara-saudara, anda tidak
Página (Page) 17
berutang apa pun kepada Yesus. Kita tidak berutang apa pun kepada Yesus. Segera setelah kita mencoba untuk membayar kembali kepada Yesus untuk semua yang Ia telah lakukan bagi kita, maka kita melemahkan landasan yang di atasnya kita telah diselamatkan oleh anugerah. Ini adalah anugerah karena apa yang kita terima itu tidak dapat dibayar kembali, dan kita tidak diminta untuk membayar kembali. Yesus tidak memediasi semacam kesepakatan dengan kita di mana Ia berkata, "Aku telah memberikan semua ini untuk kamu. Sekarang, apa yang akan kamu berikan untukKu?" Bukan demikian gambarannya. Kenyataannya adalah bahwa pemikiran seperti itu tetap menyimpang dari makna keselamatan yang sebenarnya, karena itu akan berarti bahwa kita sekarang memiliki sesuatu untuk diberikan kepadaNya. Segala sesuatu yang kita berikan adalah segala sesuatu yang telah diberikan kepada kita. Jadi bukan bahwa Yesus telah melakukan sesuatu untuk kita di masa lalu, dan karena itu sekarang kita akan memberikan sesuatu kepadaNya untuk membalas kembali kepadaNya. Kenyataannya adalah bahwa Yesus telah melakukan sesuatu untuk kita di masa lalu, dan Ia juga sedang melakukan sesuatu untuk kita di masa kini, dan Ia juga akan melakukan sesuatu untuk kita di masa depan. Setiap hal yang baik yang kita beri berasal dariNya. Jadi, kita tidak hidup dan memberi dengan pengorbanan karena kita berutang kepada Kristus. Sebaliknya kita hidup dan memberi dengan pengorbanan karena kita didiami oleh Kristus. Itu adalah keindahannya. Kita tidak mencoba untuk membayar utang kepada Yesus dalam keselamatan. Sebaliknya segala sesuatu yang kita lakukan adalah pekerjaanNya di dalam kita. Itu adalah karena anugerahNya di dalam kita. KehidupanNya melimpah melalui kita. Ia berdiam di dalam kita, dan sekarang harta kita digunakan oleh Kristus melalui kita demi kemuliaanNya di dunia. Kita masih diganggu oleh dosa-dosa kita, dan itu adalah gambarannya, dan itu sebabnya kita pada akhirnya tidak termotivasi oleh rasa bersalah. Kita selalu termotivasi oleh anugerah. Inilah yang memotivasi kita untuk menaati Allah: anugerah. Karena itu kita memerlukan kecukupan Kristus yang telah Ia peroleh di salib untuk menutupi dosa kita, tetapi juga kita memerlukan kecukupan Kristus hari ini untuk membebaskan kita dari nafsu akan harta, dan membebaskan kita untuk mengejar Kristus sebagai Sumber kepuasan kita yang sepenuhnya, dan menggunakan sumber-sumber yang Ia berikan kepada kita untuk kemuliaanNya di dunia.
"Anda telah mendengarkan Rahasia gereja, sebuah studi Alkitab oleh Dr David Platt, pendeta Gereja di Brook Hills."
Página (Page)18