Series: Sermon Series Title: GEREJA RAHASIA 2 Injil, Kemakmuran, dan Harta
Part: 3 (Lanjutan)
Speaker: Dr. David Platt
Date: 30 April, 2010
Text:
"Pesan berikut adalah dari Rahasia gereja, sebuah studi Alkitab oleh Dr David Platt, pendeta Gereja di Brook Hills." (Lanjutan)
Perumpamaan-Perumpamaan Yesus Sekarang kita melihat perempumaan-perumpamaan Yesus. Hampir sepertiga dari perumpamaanperumpamaan Yesus berkaitan langsung dengan uang dan harta. Sering kali Yesus menggunakan uang untuk menggambarkan pemahaman yang tepat mengenai Kerajaan. Itu adalah ilustrasi-ilustrasi, tetapi kemudian Ia menunjukkan kepada kita bagaimana pemahaman yang tepat tentang Kerajaan akan mengubah cara kita menggunakan uang secara tepat. Ada perumpamaan tentang dua debitur atau dua orang yang berutang. Perumpamaan tersebut dicatat dalam Lukas 7:36-43.
Página (Page) 1
Yesus merayakan bersama orang-orang berdosa, dan Yesus peduli akan orang-orang yang terbuang. Jadi anda melihat bahwa Ia menarik baik orang yang kaya maupun yang miskin. Dalam perumpamaan tentang benih di antara semak duri yang dicatat dalam Markus 4:18-19, dikatakan, "Yang lain ialah yang
ditaburkan di tengah semak duri; itulah yang mendengar firman itu, lalu kekhawatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan dan keinginan-keinginan akan hal yang lain masuklah menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah.” Benih itu tumbuh tetapi tipu daya kekayaan dan keinginan akan harta masuk dan menghimpit Firman yang telah ditaburkan. Dengarkan ini: harta dapat membuat seseorang tetap berada di luar Kerajaan Allah. Selanjutnya kita lihat perumpamaan tentang harta yang tersembunyi dan mutiara yang indah, dan saya menyukai ini. Dikatakan dalam Matius 13:44-46, "Hal Kerajaan Surga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamnya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu. Demikian pula hal Kerajaan Surga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, ia pun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu." Seseorang yang sedang berjalan di satu ladang tersandung pada satu harta . Harta ini mempunyai nilai yang jauh lebih berharga dari apa yang ia miliki atau lebih berharga dari yang mungkin ia bisa kumpulkan. Jadi apa yang ia lakukan? Ia segera meninggalkan ladang itu dan pergi menjual segala sesuatu yang ia miliki. Orang-orang berkata kepadanya, "Anda sudah gila! Mengapa anda menjual segala sesuatu?" Ia menjawab, "Saya akan membeli tanah yang ada di sana." Mereka mengatakan, "Mengapa anda ingin membeli tanah itu?" Ia berkata, "Saya punya firasat." Ia tersenyum dan berjalan pergi. Mereka berpikir bahwa ia sudah gila, tetapi di dalam hatinya ia tahu bahwa ia telah menemukan sesuatu yang sedemikian berharga sehingga ia layak kehilangan segalanya agar ia memperoleh harta tersebut. Kita telah menemukan Seseorang yang begitu berharga sehingga kita layak kehilangan segalanya untuk Orang tersebut, dan itulah intinya. Ia telah menemukan sesuatu yang begitu berharga sehingga ia layak kehilangan segalanya untuk apa yang ia telah temukan. Kita telah menemukan Seseorang yang membuat kita layak kehilangan segalanya untuk Dia. Kristus adalah harta kita. Meninggalkan harta kita demi Kristus bukanlah pengorbanan. Meninggalkan harta kita demi Kristus adalah cerdas. Kemudian perumpamaan tentang orang Samaria yang baik hatinya. Dalam Lukas 10:29-37. Ini bukan hanya cerita tentang bagaimana menolong orang lain. Ini adalah cerita tentang pentingnya memiliki hati yang baru, membutuhkan hati yang baru. Kenyataannya adalah bahwa apa yang Yesus lakukan dalam menceritakan perumpamaan ini ialah bahwa Ia membukakan kepada ahli Taurat yang mengajukan pertanyaan ini bahwa ada masalah dalam hatinya. Ahli Taurat ini mencoba untuk
Página (Page)2
membenarkan siapa yang seharusnya ia berikan bantuan. Ia membutuhkan hati yang baru, hati yang berbelas kasihan. Perhatikan bagaimana perintah Allah tentang kasih sebagaimana yang dicatat dalam Matius 22:37-40. Mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, akal budi, dan tubuh anda. Itulah kasih yang tidak terbagi kepada Allah, dan kasih yang tidak mementingkan diri sendiri bagi sesama. Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pikirkan tentang hal itu. Pernahkah anda melakukan itu untuk seseorang? Apakah anda pernah melakukan apa yang dilakukan oleh orang Samaria ini terhadap orang yang dirampok di jalan tersebut? Pernahkah anda berusaha menyediakan apa yang mereka butuhkan tanpa mempertanyakan hal tersebut? Saya yakin bahwa anda melakukan itu untuk diri sendiri. Yesus mengatakan bahwa anda seharusnya mengasihi orang lain dengan cara yang sama. Ini mempunyai makna yang penting. Perhatikan kasih yang dituntut oleh Allah. Lalu rangkullah kasih yang Allah tawarkan. Jangan lewatkan itu. Inti cerita ini adalah bahwa kita harus menyadari kemiskinan kita sendiri. Ahli Taurat ini berpikir bahwa ia bisa membenarkan dirinya sendiri. Yang ia butuhkan adalah satu kesadaran akan kemiskinannya sendiri. Seandainya saja ia telah menyadari hal ini sejak awal ketika Yesus berkata kepadanya, "Telah terulis dalam Taurat, kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Lakukanlah itu dan kamu akan hidup." Seandainya saja ahli Taurat itu menjawab, "Tetapi saya tidak mampu melakukan itu. Saya butuh bantuan untuk melakukan itu," maka itu pasti telah mengubah seluruh percakapan. Kita perlu menyadari kemiskinan kita dan menerima belas kasihanNya. Kristus telah mengasihi kita dalam keadaan seperti itu. Sebelum kita dapat menunjukkan belas kasihan kepada orang lain sebagaimana yang kita lihat dalam Lukas 10, kita harus menerima belas kaihan yang sama dari Allah. Kemudian kita dengan bebas dapat memberikan kasih sebagaimana yang Allah inginkan. KasihNya yang mendorong kita. Kasih kepada Allah akan berakibat dalam kasih kepada sesama. Kita tidak akan termotivasi untuk mempedulikan orang-orang miskin dengan rasa bersalah. Jika kita tahu apa yang harus kita lakukan dan kita merasa bersalah, itu tidak cukup. Itulah sikap orang Lewi dan imam saat mereka berjalan melewati orang yang dirampok di jalan tersebut. Mereka tahu apa yang harus mereka lakukan. Kita akan termotivasi untuk mempedulikan orang-orang miskin karena Injil, karena fakta bahwa Allah telah menyelamatkan kita ketika kita dalam kebutuhan. Ketika kita menyadari bahwa kita adalah benar-benar miskin di hadapanNya, dan bahwa Ia telah menarik kita keluar dari lubang, maka akan masuk akal bagi kita untuk melihat orang-orang yang sedang berada di dalam lubang dan kemudian kita menarik mereka keluar. Kasih Allah adalah komprehensif, belas kasihan tidak membatasi siapa yang harus dikasihi. Belas kasihan tidak membatasi berapa banyak orang yang harus dikasihi. Belas kasihan Allah itu komprehensif, dan kasihNya adalah mahal. Belas kasihan yang
Página (Page) 3
datang dari Allah mengambil risiko yang besar. Ketika orang Samaria ini mempedulikan dan merawat orang yang dirampok tersebut, saat itu kita melihat bagaimana belas kasihan dari Allah menuntut pengorbanan yang besar, dan belas kasihan dari Allah menyebabkan pahala yang besar. Hal itu menyebabkan pahala yang besar. Kemudian kita lihat perumpamaan tentang orang kaya yang bodoh dalam Lukas 12:16-21. Tanah orang kaya tersebut membawa hasil yang besar. Ia lalu berpikir dalam hatinya, "Apa yang harus saya lakukan? Saya tidak mempunyai tempat untuk menyimpan hasil panen saya." Ia berkata, "Saya akan melakukan ini: saya akan meruntuhkan lumbung-lumbungku dan membangun yang lebih besar. Di sana saya akan menyimpan semua gandum dan barang-barang saya, dan saya akan berkata kepada jiwaku, 'Jiwaku, kamu sekarang memiliki persediaan gandum dan barang-barang yang cukup untuk bertahuntahun. Tenanglah. Makanlah, minumlah, dan jadilah gembira.'" Namun Allah berkata kepadanya, "Hai orang bodoh, malam ini jiwamu akan diambil daripadamu, dan semua yang telah engkau simpan, siapa yang akan memilikinya?" Begitu juga dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri dan tidak kaya di hadapan Allah. Orang kaya ini serakah, ia menginginkan lebih dan lebih. Orang ini dikuasai oleh keinginan untuk memperoleh yang lebih dan lebih. Ia serakah. Ia mementingkan diri sendiri. Di sini anda melihat enam kali ia menggunakan kata ganti orang pertama "saya." “Saya akan melakukan ini, saya akan mendapatkan ini, saya akan mendapatkan ini." Ia menimbun harta untuk dirinya sendiri, Ia menahan hartanya dari Allah. Orang kaya ini memandang harta dari sudut pandang yang berpusat pada manusia, bukan yang berpusat pada Allah, dan karena itu jiwanya diambil darinya. Orang ini menerima hukuman bukan karena ia kaya. Ia tidak dihukum oleh Kristus karena ia kaya, melainkan karena ia memberhalakan hartanya, karena hidupnya menunjukkan cinta akan harta. Ketamakan adalah penyembahan berhala. Kita akan melihat hal ini berulang-ulang. Ketamakan adalah penyembahan berhala, dan ketamakan menghancurkan dan mencelakakan jiwa kita. Yang berikut ialah perumpamaan tentang perjamuan besar dalam Lukas 14:17-21. Pergilah dan undanglah orang-orang. Orang-orang terlalu sibuk sehingga mereka menolak undangan tersebut, dan karena itu Ia mengundang mereka yang paling tidak diharapkan. Kerajaan Allah adalah milik mereka yang paling tidak diharapkan. Kerajaan itu milik mereka yang berada paling jauh darinya. Ketiga orang yang yang diundang ini berkata, "Saya baru menikah, karena itu saya tidak bisa datang," "Saya mempunya lima pasang lembu, dan saya harus pergi untuk mencobanya," dan "Saya membeli sebidang tanah dan saya harus pergi untuk melihatnya." Semua ini bukan hal yang buruk. Istri bukanlah hal yang buruk. Tanah bukanlah hal yang buruk. Lima pasang lembu bukanlah hal yang buruk. Namun dengan hal-
Página (Page)4
hal baik yang kita lekatkan pada diri kita, maka adalah mungkin untuk menjadi begitu terfokus pada harta duniawi, harta duniawi yang baik, sehingga kita meninggalkan harta yang kekal. Hal-hal yang baik dapat menghindarkan anda dari Kerajaan Allah. Kemudian kita melihat perumpamaan tentang manajer yang tidak jujur dalam Lukas 16:8-13. Permumpaan ini sudah begitu banyak ditafsirkan dalam buku-buku tafsiran. Dalam perumpamaan ini kita melihat bahwa manager yang cerdik tersebut dipuji, namun bukan itu intinya. Jika anda memperhatikan Lukas 16, kesimpulan utama yang dapat ditarik ialah: gunakanlah harta duniawi untuk mencapai tujuan yang kekal. Yesus memuji penggunaan harta duniawi untuk mencapai tujuan yang kekal. Berkaitan dengan uang kita, kita dapat melayani uang dan menggunakan Allah untuk kepentingan diri kita sendiri, atau kita dapat melayani Allah dan menggunakan uang untuk menyelesaikan misiNya. Uang dapat menjadi hamba yang besar tetapi juga dapat menjadi majikan yang mengerikan. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan di sini, karena Yesus kemudian melanjutkan dengan berbicara tentang bagaimana seseorang yang setia dalam hal-hal yang kecil akan juga setia dalam hal-hal yang besar. Seseorang yang tidak jujur dalam hal-hal yang kecil juga akan tidak jujur dalam hal-hal yang besar, dan seterusnya. Kesetiaan kita dengan tugas-tugas yang kecil menunjukkan kesiapan kita untuk tugastugas yang besar. Saudara-saudara, kita terus-menerus akan diuji dalam hal-hal yang kecil. Hal ini meniadakan semua alasan yang biasanya dimulai dengan, "Jika saja." Misalnya, "Jika saja saya mempunyai lebih banyak uang, saya akan memberi lebih banyak kepada orang-orang miskin." Jika anda tidak memberi sedikit uang dengan pengorbanan kepada orang miskin, maka anda tidak akan mungkin memberikan banyak uang dengan pengorbanan kepada orang miskin. Cara kita menangani sumbersumber material kita mendemonstrasikan apakah kita dapat dipercaya ataukah tidak dapat dipercaya dalam kekayaan rohani. Bagaimana kita menata layan harta orang lain mencerminkan tanggung jawab kita dengan takenta kita sendiri. Seseorang dapat dipercaya ataukah tidak dapat dipercaya bergantung pada bagaimana ia memperlakukan harta orang lain. Itulah intinya. Kita sudah dipercayakan dengan sumber-sumber dari Allah. Yang berikut adalah perumpamaan tentang orang kaya dan Lazarus yang disampaikan dalam Lukas 16:22-26. Seorang yang kaya menikmati semua yang ia miliki, dan orang miskin yang duduk di pintu gerbangnya hanya mendapatkan sisa-sisa dari meja orang kaya ini. Mereka berdua lalu meninggal. Orang kaya pergi ke neraka, sedangkan orang miskin, Lazarus, pergi ke surga. Lalu orang kaya ini mengemis dari neraka, "Biarkan saya merasakan sedikit kesejukan di sini." Kepadanya diberikan jawaban, "Tidak, ada sebuah
Página (Page) 5
jembatan yang memisahkan anda dari neraka dengan surga dan anda tidak pernah bisa menyeberanginya." Lalu orang kaya itu memohon lagi agar ada utusan yang dikirim kepada saudarasaudaranya untuk memberitahu mereka tentang hal ini, tetapi Abraham berkata, "Tidak. Bahkan jika mereka melihat seseorang bangkit dari antara orang mati, mereka akan tetap menolak Firman Allah, sama seperti yang kamu telah perbuat." Jadi, akar penyebab di sini adalah ketidakpercayaan. Orang kaya ini tidak memiliki iman kepada Allah, itulah kuncinya. Ia telah menolak Firman Allah. Ia tidak memiliki iman kepada Allah, dan di sinilah keseluruhan cerita ini berakhir. Ada satu kontras ilahi dalam cerita ini. Allah menanggapi kebutuhan orang-orang miskin dengan belas kasihan. Nama Lazarus secara harfiah berarti, "Orang yang mendapat pertolongan Allah." Ini satu-satunya tempat di mana seseorang diberikan nama dalam perumpamaan-perumpamaan Yesus. Ini tidak berarti bahwa hanya karena seseorang itu miskin maka ia akan ke surga. Jelas bahwa itu tidak benar. Namun gambaran yang kita lihat di sini adalah bahwa Allah menanggapi kebutuhan orang-orang miskin dengan belas kasihan, dan Ia menanggapi mereka yang mengabaikan orang-orang miskin dengan penghukuman. Ini tidak berarti bahwa orang yang kaya akan pergi ke neraka, melainkan bahwa mereka yang tidak percaya akan Allah, yang akibatnya adalah bahwa mereka mengabaikan orang miskin, akan menerima penghukuman. Ingat, masalah utama adalah tidak adanya iman kepada Allah. Dan ini adalah konsekuensi yang kekal: jika dalam ketidakpercayaan kita, kita memanjakan diri dalam kemewahan dan kita mengabaikan orang miskin, maka bumi ini akan menjadi surga kita. Orang kaya ini memiliki kehidupan yang baik di bumi. Bumi akan menjadi surga kita, dan kekekalan akan menjadi neraka kita. Kiranya Allah menolong kita untuk mendengar peringatan ini. Pada awal cerita ini, orang kaya tersebut menikmati semua harta, sedangkan Lazarus duduk dengan luka di seluruh tubuhnya. Pertanyaannya: pada awal cerita, dalam diri siapakah anda ingin berada? Pada akhir cerita, dalam diri siapakah anda ingin berada? Ini merupakan satu pertanyaan yang merendahkan kita. Ini adalah satu pilihan yang jelas: apakah kita akan terus berada dalam kehidupan religius yang dangkal yang mengabaikan orang miskin? Yesus mengatakan perumpamaan ini kepada para pemimpin agama yang membenarkan cara mereka menggunakan uang dan cara mereka memanjakan diri dengan uang. Ini mempunyai makna yang besar. Mempedulikan orang miskin bukanlah satu pilihan tambahan dalam keselamatan. Mempedulikan orang miskin adalah bukti yang diperlukan dari keselamatan. Ketidakpercayaan menyebabkan kita mengabaikan orang miskin, sedangkan kepercayaan menyebabkan kita mempedulikan orang miskin. Kita diselamatkan bukan karena kita mempedulikan orang miskin. Ingat bahwa kita diselamatkan bukan karena kita mempedulikan orang miskin. Kepedulian terhadap orang
Página (Page)6
miskin merupakan buah keselamatan kita. Jadi, apa yang harus kita lakukan berdasarkan perumpamaan ini? Berpalinglah kepada Allah dalam pertobatan yang jujur, dan andalkanlah Allah, kemudian pedulikanlah orang miskin. Dengarkanlah Firman dengan rendah hati. Dengarkan Firman, terimalah Firman, dan taatilah Firman dengan segera. Itulah makna perumpamaan tentang orang kaya dan Lazarus. Yang berikut adalah perumpamaan tentang talenta dalam Matius 25:24-30. Seorang majikan mempercayakan talenta-talenta kepada hamba-hambanya, lalu ia pergi dan kemudian datang kembali. Beberapa dari hamba-hambanya telah menginvestasikan talenta mereka dan telah memperoleh keuntungan. Seorang hamba lainnya hanya duduk-duduk saja dan tidak melakukan apa pun dengan talentanya. Memang talentanya tetap aman, dan ia membanggakan diri untuk talentanya itu ketika majikannya kembali. Namun majikannya mengatakan, "Lemparkan hamba yang tidak berguna ini ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di tempat itu akan ada tangisan dan kertak gigi." Hari itu bukanlah hari yang baik bagi hamba tersebut. Jelas bahwa pesan yang disampaikan oleh perumpamaan adalah bahwa kita akan bertanggung jawab untuk waktu, talenta, dan harta yang Allah percayakan kepada kita, dan kita harus berjaga-jaga untuk kembalinya Majikan kita. Saudara-saudara, apakah kita akan ditemukan sedang duduk-duduk saja dengan harta kita, ataukah kita akan ditemukan sedang menginvestasikan harta kita demi Dia? Yang terakhir ini bukan perumpamaan dalam arti yang sebenarnya, namun pengajaran tentang domba dan kambing. Dalam Matius 25:41-46. Yesus berbicara kepada orang-orang benar, yakni mereka yang telah dibenarkan di hadapan Allah. Apa yang Ia katakan ini mengalir dari keselamatan yang telah mereka peroleh. Jadi hal ini bukan dimaksudkan untuk memperoleh keselamatan. "Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu menjenguk Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. Oleh karena itu, kamu menerima warisan dari BapaKu." Kemudian Ia berkata kepada orang-orang yang tidak melakukan hal-hal ini karena ketidakpercayaan mereka, "Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan dalam penjara, kamu tidak menjenguk Aku. Kamu akan dilemparkan ke dalam kegelapan." Orang-orang benar mengarahkan perhatian mereka kepada Kristus dengan cara melayani kebutuhan material dari umatNya. Salah satu hal yang mengejutkan dalam bagian ini adalah bahwa Kristus
Página (Page) 7
mengidentifikasikan diriNya dengan umatNya dan berkata, "Ketika kamu melakukan sesuatu untuk umat Allah yang membutuhkan, kamu melakukannya untuk Aku." Orang-orang benar mengarahkan perhatian mereka kepada Kristus, dan dengan melayani kebutuhan material dari umatNya, mereka pergi ke surga. Saya menyukai apa yang Spurgeon katakan, "Mereka memberi makan kepada yang lapar, pakaian kepada yang bertelanjang, dan mengunjungi orang-orang yang sakit. Mengapa? Mereka melakukannya demi Kristus, karena adalah hal yang paling manis di dunia untuk melakukan apa pun untuk Yesus. Mereka melakukannya karena mereka senang melakukannya, karena mereka tidak bisa tidak melakukannya, karena natur mereka yang baru mendorong mereka untuk melakukannya." Ini sungguh indah. Di sisi lain, orang-orang yang tidak benar berpaling dari Kristus dengan mengabaikan kebutuhan material dari umatNya. Mereka pergi ke neraka. Bahkan bukan karena mereka dengan sengaja melakukan sesuatu yang salah terhadap orang-orang miskin, melainkan karena mereka mengabaikan orang miskin.
HARTA DAN UMAT ALLAH DALAM PERJANJIAN BARU Kitab Kisah Para Rasul Kita akan melihat harta dalam kehidupan umat Allah dalam Perjanjian Baru dengan memulainya dari kitab Kisah Para Rasul dan kemudian menuju Surat-Surat Kiriman. Bilamana kita melihat Kisah Para Rasul, apakah Gereja menampakkan satu keteladanan? Dengan kata lain, apakah kita harus melakukan segala sesuatu persis sebagaimana yang dilakukan oleh gereja mula-mula itu? Atau apakah Gereja menunjukkan prinsip-prinsip? Apakah ada kebenaran yang mendasari cerita-cerita yang harus kita percayai dan ikuti? Di sini kita mempertimbangkan hal ini berdasarkan pendekatan yang melihat kedua sisi ini bersama-sama lalu mengambil pelajaran darinya. Mungkin segala sesuatu dalam kitab Kisah Para Rasul tidak dimaksudkan untuk menjadi normatif, dalam arti bahwa harus terjadi seperti itu. Ada beberapa hal yang unik yang terjadi dalam kitab Kisah Para Rasul. Pada saat yang sama, kita dapat melihat kemurnian dalam kehidupan umat Allah dalam Perjanjian Baru dalam satu cara di mana kita menginginkan terjadinya beberapa hal yang kita lihat dalam kitab Kisah Para Rasul, dan tentu kita dapat melihat kebenaran-kebenaran tersebut di balik cerita-cerita ini. Kisah Para Rasul 2:42-47. Itu bukanlah sistem ekonomi komunis. Ini adalah satu komunitas orang beriman yang ditandai dengan kesatuan yang dapat dilihat, dan dengan kemurahan hati yang ditunjukkan dengan sukarela. Itulah yang terjadi, dan ini tidak dipaksakan. Yang kita lihat di sini buaknnya bahwa setiap orang dimasukkan ke dalam kotak yang sama di mana gereja membuat aturan tentang bagaimana hal tersebut harus terjadi
Página (Page)8
dan memaksakannya kepada semua orang. Ini adalah kesatuan yang dapat dilihat dan kemurahan hati yang ditunjukkan dengan sukarela. Ini merupakan satu gambaran yang penting. Kemudian, setelah itu, dalam Kisah Para Rasul 3 kita melihat bagaimana mereka mempedulikan seorang yang lumpuh sejak lahir yang duduk di luar Bait Allah. Ini adalah satu misi spiritual: mereka melakukan apa yang Yesus lakukan. Mereka mewartakan Injil dengan satu konsekuensi sosial. Orang lumpuh itu disembuhkan. Baik segi rohani maupun jasmani terlihat di sini. Kemudian anda bisa melihat Kisah Para Rasul 4:32-37. Saya menyukai ini. Mereka berbagi harta mereka tanpa mementingkan diri sendiri sementara mereka memberitakan Injil dengan berani. Ini bukan keadilan sosial tanpa Injil, ini adalah kepedulian yang mendalam dengan Injil, didorong oleh Injil, dan mereka saling mempedulikan dengan berkorban. Tidak ada seorang pun yang berkekurangan. Sebagaimana dikatakan dalam Ulangan 15:4 berkata, "Maka tidak akan ada orang miskin di antaramu, sebab sungguh TUHAN akan memberkati engkau di negeri yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk menjadi milik pusaka." setidaknya untuk satu perwujudan yang sekilas dalam gereja mula-mula, ini adalah satu kenyataan. Tidak ada orang yang miskin di antara mereka. Kita melihat bagaimana Barnabas memberikan dorongan yang nyata. Kemudian kita melihat satu gambaran yang sama sekali berbeda pada awal Kisah Para Rasul pasal 5. Dikatakan dalam ayat:1-6. Pada dasarnya Ananias dan Safira menggelapkan dan menyalahgunakan uang. Mereka lebih menghargai penampilan spiritual daripada kemurnian spiritual. Mereka mencoba untuk menampilkan satu kepurapuraan di mana tampaknya seperti mereka sedang memberi sesuatu, padahal sebenarnya tidak demikian. Kita dapat melihat kontras antara Ananias dan Safira di satu pihak dengan Barnabas pada pihak yang lain: kekudusan yang dibuat-buat dikontraskan dengan sikap memberi melalui pengorbanan. Kiranya Allah mengaruniakan kepada kita satu budaya dalam jemaat yang tidak menampilkan kekudusan yang dibuat-dibuat, melainkan yang ditandai oleh kebaikan melalui pengorbanan. Ananias dan Safira tidak memiliki rasa takut yang tulus di hadapan Allah. Mereka berbohong kepada Roh Kudus, berbohong kepada Allah. Biarlah kita takut akan penipuan. Biarlah kita gemetar ketika memikirkan niat untuk mencoba menipu Allah. Biarlah kita takut akan ketidakpercayaan. Biarlah kita gemetar ketika kita mencoba untuk tidak percaya akan Allah. Biarlah kita takut akan ketidaktaatan. Biarlah kita gemetar ketika kita mencoba untuk tidak taat kepada Allah. Ananias dan Safira dihukum mati oleh Allah. Dalam Kisah Para Rasul 6:1-7 kita melihat bagaimana jemaat memperhatikan para janda yang berkekurangan. Jemaat mula-mula membutuhkan diaken-diaken yang bertugas membantu para janda.
Página (Page) 9
Komunitas orang beriman mempedulikan anggota-anggotanya. Komunitas orang beriman memiliki satu tanggung jawab untuk mempedulikan satu dengan yang lain. Tidak boleh ada pengikut Kristus yang harus menderita kekurangan. Keadaan itulah yang menimbulkan kebutuhan akan kehadiran diaken-diaken yang dapat melakukan tugas ini. Komunitas orang beriman mempedulikan anggota-anggotanya, dan kemudian mereka menunjuk para pemimpin, yaitu para diaken, yang akan melakukan tugas ini. Itulah yang dikatakan dalam Kisah Para Rasul pasal 6. Kemudian anda bisa melihat Kisah Para Rasul 8:18-23, yang berisi cerita tentang Simon si penyihir. Beberapa orang menyebut Simon sebagai bapa materialisme Kristen. Ketika Simon melihat Roh Kudus dicurahkan, ia melihat tanda-tanda keuntungan. Ia berkata, "Seandainya saya mempunyai kuasa seperti itu, bayangkan semua uang yang dapat saya peroleh." Inti Kisah Para Rasul 8:18-23 dan apa yang terjadi pada Simon adalah bahwa Allah bukanlah sarana untuk memperoleh keuntungan finansial. Waspadalah. Waspadalah terhadap bahaya yang timbul karena motif hati yang salah arah. Simon melakukan ini untuk dirinya sendiri. Waspadalah terhadap bahaya yang datang melalui kuasa yang disalahpahami. Kuasa rohani tidak berkaitan dengan uang dan mujizat, melainkan dengan doa dan pemberitaan. Waspadalah terhadap bahaya yang timbul melalui iman yang keliru. Pada dasarnya Petrus menghadapi Simon dan berkata, "Hati anda sepenuhnya sedang berada pada tempat yang salah." Di mana hati anda berada? Beberapa pengamatan tambahan dalam Kisah Para Rasul: ada peningkatan jumlah orang Kristen yang memiliki kekayaan sebagaimana yang kita lihat kemudian dalam Kisah Para Rasul. Dikatakan dalam Kisah Para Rasul 16:14-15, "Seorang dari perempuan-perempuan itu yang bernama Lidia turut mendengarkan. Ia seorang penjual kain ungu dari kota Tiatira, yang beribadah kepada Allah. Tuhan membuka hatinya, sehingga ia memperhatikan apa yang dikatakan oleh Paulus. Sesudah ia dibaptis bersama-sama dengan seisi rumahnya, ia mengajak kami, katanya: 'Jika kamu berpendapat, bahwa aku sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan, marilah menumpang di rumahku.' Ia mendesak sampai kami menerimanya.” Demikian juga dikatakan dalam Kisah Para Rasul 17:12, "Banyak di antara mereka yang menjadi percaya; juga tidak sedikit di antara perempuan-perempuan terkemuka dan laki-laki Yunani." Anda juga dapat melihat orang-orang yang memiliki perdagangan yang sukses. Kisah Para Rasul 18:2-3 mengatakan, "Di Korintus ia berjumpa dengan seorang Yahudi bernama Akwila, yang berasal dari Pontus. Ia baru datang dari Italia dengan Priskila, isterinya, karena kaisar Klaudius telah memerintahkan, supaya semua orang Yahudi meninggalkan Roma. Paulus singgah ke rumah mereka. Dan karena mereka melakukan pekerjaan yang sama, ia tinggal bersama-sama dengan mereka. Mereka bekerja bersamasama, karena mereka sama-sama tukang kemah." Anda melihat bagaimana orang-orang Kristen
Página (Page)10
memberikan rumah mereka sebagai tempat jemaat beribadah. Ada beberapa orang dalam jemaat mulamula yang memiliki kekayaan. Dalam Kisah Para Rasul kita melihat bahwa jemaat mula-mula dikenal karena kemurahan hati mereka. Kita melihat bagaimana mereka memberi, mereka penuh dengan perbuatan-perbuatan yang baik, dengan kegiatan-kegiatan amal, dan mereka memberi dengan murah hati. Dikatakan dalam Kisah Para Rasul 9:36, "Di Yope ada seorang murid perempuan bernama Tabita -- dalam bahasa Yunani Dorkas. Perempuan itu banyak sekali berbuat baik dan memberi sedekah." Kemudian Kisah Para Rasul 10:1-2 mengatakan, "Di Kaisarea ada seorang yang bernama Kornelius, seorang perwira pasukan yang disebut pasukan Italia. Ia saleh, ia serta seisi rumahnya takut akan Allah dan ia memberi banyak sedekah kepada umat Yahudi dan senantiasa berdoa kepada Allah." Demikian juga dalam Kisah Para Rasul 10:30-31 kita membaca, "Jawab Kornelius: 'Empat hari yang lalu kira-kira pada waktu yang sama seperti sekarang, yaitu jam tiga petang, aku sedang berdoa di rumah. Tiba-tiba ada seorang berdiri di depanku, pakaiannya berkilau-kilauan dan ia berkata: Kornelius, doamu telah didengarkan Allah dan sedekahmu telah diingatkan di hadapan-Nya'". Jemaat mula-mula dikenal karena kemurahan hati mereka, dan juga mereka dikenal karena keramahtamahan mereka. Anda dapat melihat bagaimana mereka berbagi rumah satu dengan yang lain. Dikatakan dalam Kisah Para Rasul 12:12, "Dan setelah berpikir sebentar, pergilah ia ke rumah Maria, ibu Yohanes yang disebut juga Markus. Di situ banyak orang berkumpul dan berdoa." Demikian juga hal yang sama dikatakan dalam Kisah Para Rasul 17:5-9. Pertemuan ibadah yang dilakukan di rumah-rumah dapat dilihat lagi dalam Kisah Para Rasul 18:7 yang mengatakan, "Maka keluarlah ia dari situ, lalu datang ke rumah seorang bernama Titius Yustus, yang beribadah kepada Allah, dan yang rumahnya berdampingan dengan rumah ibadat." Dalam Kisah Para Rasul anda juga dapat melihat adanya ketegangan yang meningkat antara gereja dengan budaya materialistik yang ada di sekitar gereja. Satu contoh yang baik tentang hal ini dapat ditemukan dalam Kisah Para Rasul 16:18-24. Paulus membebaskan seorang budak perempuan di Filipi dari kerasukan setan, dan kemudian Paulus dan Silas dilemparkan ke dalam penjara dengan tuduhan bahwa mereka telah mengganggu ketenteraman kota. Lalu dikatakan dalam Kisah Para Rasul 19:18-20 mengatakan, "Banyak di antara mereka yang telah menjadi percaya, datang dan mengaku di muka umum, bahwa mereka pernah turut melakukan perbuatan-perbuatan seperti itu. Banyak juga di antara mereka, yang pernah melakukan sihir, mengumpulkan kitab-kitabnya lalu membakarnya di depan mata semua orang. Nilai kitab-kitab itu
Página (Page)
1 1
ditaksir lima puluh ribu uang perak. Dengan jalan ini makin tersiarlah firman Tuhan dan makin berkuasa." Orang-orang Kristen Efesus mulai membakar gulungan-gulungan magis yang mereka miliki. Beberapa ahli memperkirakan bahwa nilai semuanya adalah sekitar enam juta dolar menurut standar ekonomi masa kini. Bukankah sesuatu yang luar biasa jika Injil memiliki akibat yang sedemikian pada industri pornografi di zaman kita? Orang-orang diselamatkan dan hati mereka diubah, dan miliaran dolar yang dihabiskan untuk pornografi tersebut dibakar semuanya sehingga orang-orang Kristen tidak akan lagi diperbudak oleh pornografi. Kiranya Allah melakukan itu! Ini mempunyai arti yang penting, tetapi itu menyebabkan masalah. Kisah 19:23-27 lebih jauh menceritakan apa yang terjadi sekitar waktu itu. Injil akan menimbulkan masalah-masalah dalam budaya materialistik untuk kemajuan materialisme. Meningkatnya kemiskinan di Yerusalem merupakan salah satu kecenderungan yang kita lihat pada waktu itu yang mengharuskan adanya persembahan disertai dengan pengorbanan dari gereja-gereja di daerah lain. Inilah yang dikatakan dalam Kisah Para Rasul 11:27-30, "Pada waktu itu datanglah beberapa nabi dari Yerusalem ke Antiokhia. Salah seorang dari mereka yang bernama Agabus bangkit dan oleh kuasa Roh ia mengatakan bahwa seluruh dunia akan ditimpa kelaparan besar. Hal itu terjadi pada zaman Klaudius. Lalu murid-murid memutuskan untuk mengumpulkan sumbangan sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing dan mengirimkannya kepada saudara-saudara seiman yang tinggal di Yudea. Hal itu mereka lakukan juga dan mereka mengirimkannya kepada penatua-penatua dengan perantaraan Barnabas dan Saulus." Demikian juga Paulus mengatakan dalam Kisah Para Rasul 24:17, "Setelah beberapa tahun aku datang kembali ke Yerusalem untuk membawa pemberian bagi bangsaku dan untuk mempersembahkan persembahan-persembahan." Ada satu kebutuhan besar di Yerusalem yang akan kita akan lihat tercermin dalam surat-surat kiriman yang akan kita telusuri ini. Yakobus Kemungkinan besar surat Yakobus merupakan surat Kristen yang pertama atau khotbah Kristen yang pertama yang memberikan uraian yang luas tentang kemiskinan dan harta. Kita melihat bagimana kekayaan dan kemiskinan dibicarakan dalam surat ini. Yakobus 1:9-11 berbicara tentang bagaimana kekayaan duniawi itu bersifat sementara, "Baiklah saudara seiman yang berada dalam keadaan yang rendah bermegah apabila ia ditinggikan, dan orang kaya bermegah apabila ia direndahkan sebab ia akan lenyap seperti bunga rumput. Karena matahari terbit dengan panasnya yang terik dan melayukan rumput itu, sehingga gugurlah bunganya dan hilanglah semaraknya. Demikian jugalah halnya dengan orang kaya; di tengah-tengah segala usahanya ia akan lenyap." Demikian juga ia mengatakan dalam Yakobus 1:27,
Página (Page)12
"Ibadah yang murni dan tidak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya diri sendiri tidak dicemarkan oleh dunia." Gereja ditandai oleh kepedulian yang disertai pengorbanan bagi mereka yang membutuhkan, dan juga ditandai dengan pemisahan yang jelas dari cara-cara dunia. Gereja tidak terlihat seperti dunia, yang langsung membawa kita ke Yakobus 2:1-7 di mana Yakobus menantang favoritisme dan fakta bahwa mereka lebih memberi prioritas kepada orang-orang yang kaya. Yakobus mengatakan, "Tidak! Tidak!" Ini pada dasarnya adalah satu garis besar dari seluruh bagian dalam surat Yakobus yang berbicara tentang pokok ini. Kita terpesona oleh kemuliaan Kristus. Dengan mengetahui siapa Kristus, kita dapat melihat supremasiNya atas orang-orang kaya. Kita tidak perlu untuk meninggikan orang-orang kaya karena mereka kaya akan uang. Kita menghormati Kristus. Ia kaya dalam kemuliaan. Kita melihat supremasi Kristus atas orang-orang kaya, dan kita mengingat pengorbananNya bagi yang orang-orang yang membutuhkan. Kristus menjadi miskin supaya kita dapat menjadi kaya, jadi mengapa kita harus meninggikan orang-orang kaya dalam pertemuan-pertemuan ibadah kita dalam gereja? Inilah yang Yakobus maksudkan. Kita telah ditawan oleh oleh kemuliaan Kristus dan dicengkeram oleh anugerah Kristus, karena itu kita mengingat bagaimana Kristus membalikkan status kita di dunia ini. Mereka yang miskin di hadapan Allah dan yang terabaikan di dunia ini pada suatu hari nanti akan menjadi kaya di hadapan Allah dan dimuliakan di dunia yang akan datang, dan Kristus mengubah standar kita di dunia ini. Kita hidup secara berbeda. Kita tidak lagi melihat orang lain dengan standar yang sama yang kita miliki sebelumnya. Kita telah ditinggikan oleh Kristus, dan kita telah menyerahkan diri di bawah hukum Kristus. Yakobus menyerang favoritisme. Favoritisme tidak menghormati manusia dan tidak menghormati Allah. Kemudian Yakobus berbicara tentang bagaimana belas kasihan menang atas penghakiman bilamana kita menyadari akan penghakiman Kristus. Kata-kata kita akan dihakimi, dan perbuatan-perbuatan kita akan dihakimi. Itulah akhir dari teks yang kita lihat di sini dalam surat Yakobus. Kata-kata kita akan dihakimi, perbuatanperbuatan kita akan dihakimi, dan kita adalah refleksi dari belas kasihan Kristus. Sebagaimana kita telah menerima belas kasihan, demikian juga kita membagikan belas kasihan itu. Jika kita tidak membagikan belas kasihan, itu berarti kita menunjukkan bahwa kita belum menerima belas kasihan. Sebagaimana kita telah menerima belas kasihan, demikian juga kita menbagikan apa yang telah kita terima. Jika kita tidak membagikan belas kasihan, itu berati kita menunjukkan bahwa kita belum menerima belas kasihan. Kita membagikan belas kasihan. Jika kita tidak membagikan belas kasihan, kita menunjukkan bahwa kita belum menerima belas kasihan.
Página (Page)
1 3
Perhatikan Yakobus 2:14-19. Kita telah membicarakan hal ini pada waktu kita membahas tentang Injil. Yakobus mengatakan dalam bagian tersebut. Iman yang ada dalam hati kita dibuktikan dalam buah kehidupan kita. Anda tidak bisa mengatakan kepada mereka yang berkekurangan, "Selamat jalan, kenakanlah pakaian hangat dan makanlah sampai kenyang!" dan pada saat yang sama anda mengatakan bahwa anda memiliki iman. Iman seperti itu adalah mati. Orang-orang yang mengaku diri sebagai orang Kristen namun gagal untuk membantu sesama orang percaya yang sedang dilanda kemiskinan sebenarnya belum diselamatkan. Sekali lagi itu tidak berarti bahwa anda perlu membantu sesama orang percaya yang sedang dilanda kemiskinan agar anda dapat diselamatkan. Yang dimaksudkan di sini ialah bahwa iman anda sudah mati jika anda melihat sesama orang percaya yang sedang dilanda kemiskinan dan anda tidak melakukan apa pun. Itu bukanlah iman Perjanjian Baru. Tindakan-tindakan kemurahan hati bukanlah sarana untuk diselamatkan. Kita tidak diselamatkan oleh apa yang kita lakukan. Yakobus dengan jelas menyatakan hal itu. Kemurahan hati adalah bukti penting bahwa kita telah diselamatkan, dan ini adalah sesuatu yang mengalir secara alami. Tindakan kemurahan hati adalah bukti keselamatan kita, seperti yang telah kita bicarakan. Tim Keller berkata, "Menunjukkan belas kasihan terhadap berbagai macam kebutuhan manusia merupakan satu tanda yang sedemikian penting dari seorang Kristen sehingga dapat digunakan sebagai pengukur iman yang sejati. Belas kasihan bukanlah suatu pilihan atau suatu tambahan terhadap Kekristenan kita, melainkan bahwa satu kehidupan yang dicurahkan dalam perbuatan belas kasihan merupakan tanda iman yang sejati." Pada akhirnya, iman tanpa perbuatan adalah iman yang tidak berguna. Iman yang tidak bertindak bukanlah iman sama sekali. Iman bukanlah satu persetujuan intelektual belaka. "Setan-setan pun percaya akan Allah," demikian Yakobus mengatakan. Ini bukan persetujuan inteletual semata-mata. Iman bukan juga respons emosional belaka. Iman melibatkan ketaatan yang disengaja. Iman itu bertindak. Mari kita lihat Yakobus 4:13-17. Kita dapat menjadi begitu dikonsumsi dengan dunia material sehingga kita menjadi buta terhadap realitas spiritual. Apa yang perlu kita sadari ialah sebagaimana yang dikatakan oleh Yakobus, "Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung, tetapi kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Kamu tidak akan tahu." Allah adalah yang berdaulat atas kehidupan dan kematian kita, dan Allah yang berdaulat atas kegiatan-kegiatan kita dan pencapaian-pencapaian kita. Jangan berpikir bahwa tahun depan pasar saham akan menjadi
Página (Page)14
lebih baik. Anda tidak mengetahuinya. Anda bahkan tidak tahu apakah anda akan berada di sini tahun depan. Allah yang berdaulat atas hal-hal ini. Kemudian anda bisa melihat Yakobus 5:1-6, dan di sini kita melihat satu konfrontasi yang pedas, dan orang-orang kaya yang dibicarakan dalam Yakobus 5 adalah orang-orang yang belum percaya. Allah akan datang untuk menghakimi orang berdosa. "Menangislah dan merataplah atas sengsara yang akan menimpa kamu." Ini bukanlah berita yang cocok bagi para pencari kebenaran yang sensitif. "Sesungguhnya hartamu telah membusuk dan pakaianmu telah dimakan ngengat." Allah akan menghakimi mereka karena mereka menimbun kekayaan. Harta mereka di bumi akan membawa siksaan bagi mereka dalam kekekalan. Mereka mengumpulkan harta sementara orang-orang lain sedang sekarat karena kemiskinan. Mereka menimbun kekayaan agar mereka dapat memanjakan diri di dalamnya. Yakobus mengatakan, "Kamu berfoya-foya dengan makanan. Kamu seumpama sapi yang hendak pergi ke tempat pembantaian." Mereka kekenyangan dan tidak peduli. Kiranya Allah menolong kita sebagai umatNya agar kita tidak menjadi seperti mereka! Mereka akan dihakimi karena mereka telah menghakimi manusia. Dengan menindas orang lain maka itu akan mengakibatkan hukuman atas mereka sendiri. Allah datang untuk menghakimi orang berdosa, dan kemudian Yakobus mengatakan kepada orang-orang percaya dalam Yakobus 5, "Tetapi bersabarlah, hai kamu orang beriman. Allah akan datang untuk meluputkan mereka yang setia, terutama mereka yang miskin dan yang bergumul." Allah akan datang untuk meluputkan mereka yang setia. Itulah yang Yakobus katakan. Paulus Kemudian kita datang ke surat-surat Paulus. Pikirkan tentang Paulus untuk sesaat. Sebelum menjadi pengikut Kristus, Paulus hidup dalam kemakmuran. Kemungkinan besar ia memiliki harta, pendidikan yang tertinggi, dan satu keluarga yang besar. Ia mengatakan dalam Filipi 3:4-6, "Sekalipun aku juga ada alasan untuk mengandalkan hal-hal lahiriah. Jika ada orang lain menyangka dapat mengandalkan pada hal-hal lahiriah, aku lebih lagi: disunat pada hari kedelapan, dari bangsa Israel, dari suku Benyamin, orang Ibrani asli, tentang pendirian terhadap hukum Taurat aku orang Farisi, tentang kegiatan aku penganiaya jemaat, tentang kebenaran dalam menaati hukum Taurat aku tidak bercacat." Setelah menjadi pengikut Kristus, Paulus hidup dalam penderitaan.. Semuanya berubah. Ia memberikan penjelasan mengenai penderitaan yang ia alami dalam 2 Korintus 11:24-27. Paulus dilempari batu, dipukuli dengan rotan, empat puluh kurang satu cambukan, bahaya di laut, bahaya dari saudara-saudara palsu, bahaya di padang gurun, bahaya dari bangsanya sendiri, dan bahaya
Página (Page)
1 5
dari bangsa-bangsa lain. Sebelum menjadi pengikut Kristus ia makmur, setelah menjadi pengikut Kristus ia menderita. Jadi, lihatlah surat-suratnya. Paulus mengatakan dalam Galatia 2:10: "Hanya kami harus tetap mengingat orang-orang miskin dan memang itulah yang sungguh-sungguh hendak kulakukan." Di tengah-tengah kontroversi teologis yang merupakan latar belakang mengapa Paulus menulis surat Galatia ini, tidak ada perdebatan mengenai kebutuhan untuk membantu orang-orang miskin. Kemudian anda bisa melihat Galatia 6:1-10. Beberapa orang percaya bahwa bagian ini berbicara tentang harta, dan saya sendiri tidak tahu apakah memang semuanya berkaitan dengan harta. Saya tidak yakin apakah saya sepenuhnya mengikuti pandangan tersebut, namun ada implikasi-implikasi tentang harta di sini. Ada empat musuh komunitas rohani. Yang pertama ialah pementingan diri sendiri atau keegoisan. Dengan kata lain: kesombongan. Yang berikut adalah pembenaran diri: ini adalah hal yang mendasari masalah yang terjadi di Galatia. Pembenaran diri, lalu merasa diri cukup atau mandiri, dan kemudian harga diri, selalu berusaha menegaskan siapa diri mereka. Apa yang Paulus lakukan adalah memberikan kepada mereka lima hal penting untuk melawan musuh-musuh tersebut. Perhadapkan satu dengan yang lain tentang dosa anda, hiburkanlah satu sama lain dalam pergumulan anda. Hal-hal ini tidak berkaitan langsung dengan harta. Kemudian, berbagilah sumber-sumber anda dengan murah hati. Paulus mengatakan agar mereka saling berbagi. Di sini ia menggunakan perkataan Yunani "koinonia" yang digunakan untuk persekutuan dalam Perjanjian Baru, dan ia berbicara tentang berbagi kepada yang lain. Taburkanlah sumber-sumber anda untuk kekekalan. Taburkanlah maka anda akan menuai apa yang anda tabur. Anda akan menuai apa yang anda tabur, karena itu taburlah dengan bijak. Kemudian, gunakanalah sumber-sumber anda dengan tidak mementingkan diri sendiri, khususnya bagi sesma orang percaya, sebagaimana yang dikatakan dalam Galati 6. Terutama demi gereja. Itulah gambaran yang kita lihat dalam surat Galatia. Surat-surat 1 dan 2 Tesalonika. Ada banyak orang di Tesalonika yang tidak bekerja. Mereka berbicara sepanjang waktu tentang kedatangan Kristus yang kedua, sehingga beberapa dari mereka telah berhenti dari pekerjaan mereka, dan karena itu Paulus menulis surat kepada mereka dan berkata, "Carilah pekerjaan." 2 Tesalonika 3:6-12. Apa yang Paulus katakan kepada mereka adalah agar mereka menghindari orang-orang menganggur, menghindari orang-orang yang tidak bekerja, yang hanya duduk-duduk saja dan tidak melakukan apaapa. Hindarilah orang-orang menganggur. Bekerjalah untuk harta anda. Dapatkan pekerjaan. Ada banyak hal lain yang juga ditulis di sini.
Página (Page)16
Surat 1 Korintus. Ini adalah satu jemaat yang penuh dengan masalah dan kemungkinan hanya memiliki sejumlah kecil orang yang memiliki harta, yang memiliki kekayaan. Implikasinya adalah bahwa orangorang yang memang memiliki banyak yang menyebabkan timbulnya banyak konflik yang disinggung dalam 1 Korintus. Dalam 1 Korintus 4:8-13 Paulus mengkontraskan kemakmuran para pemimpin mereka dengan kemiskinan Paulus sendiri. Dalam perbedaan ini Paulus menegaskan kredibilitasnya. Beberapa pemimpin di Korintus berusaha untuk merusak kredibilitasnya, dan karena itu Paulus di sini menegaskan kredibilitasnya. Anda bisa membaca tentang hal ini dalam 1 Korintus 5:9-13. Dalam bagin ini anda membaca tentang seorang anggota jemaat yang hidup tidak bermoral secara seksual, yang membutuhkan disiplin gereja. Kebanyakan penafsir berpendapat bahwa kemungkinan besar ia adalah seorang yang kaya. Yang menarik adalah apa yang dikatakn daam teks ini, 1 Korintus 5:11-13. Jemaat harus menerapkan disiplin dalam situasi yang berkaitan dengan percabulan, dan jemaat juga harus menerapkan disiplin dalam situasi yang terkait dengan keserakahan material. Ini mempunyai makna yang mendalam. Bagaimana hal tersebut dapat terwujud? Orang Kristen tersebut harus bertobat atau dikucilkan dari jemaat. Bertobat atau kehilangan Kerajaan. Ini adalah hal yang serius. Lalu anda bisa melihat 1 Korintus 9:8-18. Di sinilah Paulus berbicara tentang apakah para pemimpin harus dibayar untuk apa yang mereka lakukan dalam gereja, khususnya guru-guru yang mengajarkan Firman. Paulus menegaskan bahwa para pemimpin yang menabur berkat rohani di dalam gereja harus menuai berkat material dari gereja. Namun Paulus tidak menggunakan hak tersebut di Korintus karena ia percaya bahwa itu adalah lebih baik bagi Injil. Paulus ingin agar ia tidak menjadi terikat dengan jemaat. Ia ingin memastikan bahwa hal itu dimengerti dengan jelas bahwa ia tidak terikat kepada siapa pun, dalam arti bahwa karena mereka membayar upah kepadanya maka mereka dapt mengatakan ini atau itu. Paulus ingin agar kehidupannya tidak tercela dalam hal apa pun, dan karena itu ia mengikuti prinsip ini di Korintus. Ia tidak melakukan hal ini di mana-mana, tetapi di Korintus ia berkata, "Saya tidak akan mengambil sumber-sumber material tersebut." Kemudian anda bisa melihat 1 Korintus 11:17-22. Bagian ini berlanjut di dalam 1 Korintus 11:27-34. Anda harus kembali dan melihat bagian ini dalam terang implikasi-implikasinya yang berkaitan dengan harta. Karena apa yang terjadi adalah bahwa orang-orang kaya yang datang ke pertemuan gereja menjadi mabuk dan memisahkan diri dari orang-orang miskin. Kemudian mereka menikmati jamuan makan
Página (Page)
1 7
dengan semua yang mereka bawa, sedangkan orang-orang miskin duduk di bagian lain. Lalu orang-orang kaya ini merayakan Perjamuan Tuhan. Paulus mengatakan bahwa mengambil bagian dalam Perjamuan Tuhan harus disertai kepedulian terhadap tubuh Tuhan, yakni jemaat. Ada juga orang-orang yang serakah dan yang mabuk, yang lapar dan yang miskin. Mengambil bagian dalam Perjamuan Tuhan dan pada saat yang sama mengabaikan orang miskin adalah penyimpangan dari makna Perjamuan Tuhan yang sebenarnya. Paulus berkata, "Kamu minum hukumanmu, dan kamu mencelakakan hidupmu." Ini memmpunyai makna yang penting, karena kita harus mempertimbangkan bagaimana kita menunjukkan kepedulian bagi yang mereka yang membutuhkan sebelum kita mengambil bagian dalam Perjamuan Tuhan, dan jika kita mengabaikan atau meremehkan orang miskin, maka berarti kita tidak memahami makna Perjamuan Tuhan. Dalam 1 Korintus 13:3 Paulus mengatakan, "Sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku." Memberikan segala sesuatu yang anda miliki tanpa kasih Kristus tidak mempunyai makna apa pun. Itu tidak berarti bahwa anda tidak perlu memberikan segala sesuatu, tetapi itu berarti bahwa kasih adalah yang utama. Kemudian 1 Korintus 16:1-4 berbicara mengenai persembahan mingguan yang dikumpulkan untuk jemaat yang miskin di Yerusalem. Paulus mengatakan, "Tentang pengumpulan uang bagi orang-orang kudus, hendaklah kamu melakukannya sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang kuberikan kepada jemaat-jemaat di Galatia. Pada hari pertama dari tiap-tiap minggu hendaklah kamu masing-masing -- sesuai dengan apa yang kamu peroleh -- menyisihkan sesuatu dan menyimpannya, supaya jangan pengumpulan itu baru diadakan pada saat aku datang. Sesudah aku tiba, aku akan mengutus orang-orang, yang kamu anggap layak, disertai dengan surat-surat pengantar ke Yerusalem untuk menyampaikan pemberianmu. Kalau ternyata penting bahwa aku juga pergi, maka mereka akan pergi bersama-sama dengan aku.”
"Anda telah mendengarkan Rahasia gereja, sebuah studi Alkitab oleh Dr David Platt, pendeta Gereja di Brook Hills."
Página (Page)18