FORUM KAJIAN PERTAHANAN DAN MARITIM
Vol. 9, No. 8, Agustus 2015
MENUJU MASYARAKAT INDONESIA BERKESADARAN MARITIM
L
aut Tiongkok Selatan (LTS) semakin memanas. Belakangan ini bukan hanya operator komunikasi perusak Aegis sistem kelas Arleigh Burke, atau P-8 Poseidon, atau B-52-nya, bahkan operator radio AP-3C (Orion milik Australia) sudah saling berkicau melalui radio dengan PLAN. Ihwal pokok adalah klim Tiongkok yang terkenal dengan Sembilan Garis Terputus-putus (SGTP) yang hanya berbasis catatan sejarah versus enam (6) negara penuntut (Claiments) atas ZEE-nya berbasis UNCLOS yang saling tumpang tindih. Perundingan lamban, Tiongkok bersikeras hanya melalui perundingan bilateral, sedangkan multilateral & internasional apalagi COC-pun ditolak, lantas apalagi? Kalau LTS sebagai jasa SLOT dan SLOC global merupakan perairan panas, hampir dipastikan akan mengundang kehadiran negara besar lainnya seperti Jepang, Korsel, bahkan Australia (atau Russia?). Kalau cuma berbekal menahan diri saja agar tidak terjadi peningkatan ketegangan, pertanyaan-nya sampai kapan? Berbeda dari kebanyakan pemahaman yang beredar, Poros Maritim Dunia yang dimaksudkan pada artikel selanjutnya merupakan lalu lintas pelayaran dunia yang berkesinambungan dan berlangsung secara besarbesaran menghubungkan rantai ekonomi dunia. Letak Indonesia yang berada dalam bagian penting kontinuitas sistem tersebut menganugerahkan TNI-AL peran yang tidak sederhana. Di satu sisi TNI-AL dituntut menegakkan kedaulatan negara, di sisi lain, TNI-AL harus berhadapan dengan negara adikuasa yang menaruh kepentingan terhadap perairan Indonesia di masa damai maupun pada situasi konflik. Keadaan semakin tidak mudah dengan hadirnya China yang berambisi memegang kendali Poros Maritim Dunia, sedangkan posisi tersebut secara de facto dipegang oleh Amerika. Jadi, bagaimana posisi TNI AL di masa mendatang dan pembangunan kekuatan seperti apa yang diperlukan TNI AL untuk menghadapi lingkungan strategis demikian? Simak pada artikel kedua yang ditulis oleh Umar Abubakar. Pemimpin Redaksi : Robert Mangindaan Wakil Pemimpin Redaksi : Ir. Budiman D. Said, MM Sekretaris Redaksi : Willy F. Sumakul S.IP Staf Redaksi : Amelia Rahmawaty, S. H. Int Alamat Redaksi FKPM Jl. dr. Sutomo No. 10, Lt. 3 Jakarta Pusat 10710 Telp./Fax. : 021-34835435 www.fkpmaritim.org E-mail :
[email protected] Redaksi menerima tulisan dari luar sesuai dengan misi FKPM. Naskah yang dimuat merupakan pandangan pribadi dan tidak mencerminkan pandangan resmi institusi. Ti d a k d iju a l u n t u k u m u m
SERAMNYA LAUT TIONGKOK SELATAN (LTS)1 Oleh : Budiman Djoko Said ----- bagian pertama dari dua tulisan ----states can realize their geopolitical opportunities or become the victims of their geopolitical situation. One purpose of grand strategy is to exploit one’s own geographical attributes and an adversary’s geographical vulnerabilities2. Bert Chapman Abstrak * Geostsrategik-politiko-ekonomi sangatlah penting bagi negara pantai sekitar LTS, selain sebagai jalur perdagangan internasional (SLOT) dan SLOC. Bagi AS dan Tiongkok yang memiliki kekuatan dan kapabilitas maritim dengan peralatan canggih dan modern jelas sangat memandang penting. Dinamika kepentingan negara pantai yang terlibat pertikaian versus Tiongkok telah berlangsung lama. Ketidak jelasan intensi politik maupun militer Tiongkok serta klim dalam area yang dikenal sebagai (SGTP)3 hanya berbasis catatan sejarah versus negara penuntut (5 negara) yang melakukan klim ZEE berbasis UNCLOS yang saling tumpang tindih. Sikap Tiongkok yang tidak konsisten dan cenderung menghindari perundingan baik multilateral serta * 1
2
Muatan makalah ini hampir setengahnya telah dipaparkan di depan forum Seminar International di Fak Ilmu Sejarah UNDIP, tanggal 14 Des 2015, di-Semarang. Pappageorge, John G., Col, US Army, Maintaining the Geostrategic Advantage, (Monograph US Army War Coll,1977), halaman 1, ... Pendekatan makalah dilakukan dengan Geostrategic dan Geopolitics. Mengingatkan kembali per definisi masing-masing: geostrategik adalah:...the combination of geopolitical and strategic factors characterizing a particular geographic region, dan geopolitik adalah...the study of the influence of such factors as geography, economics, and edmography on the politics and especially the foreign policy of a state. Bert Chapman, Geopolitics: A Guide To The Issues, (Praeger,
Seramnya Laut Tiongkok Selatan (LTS) peradilan internasional (arbitrase) membuat frustasi negara pantai sekitar LTS; utamanya bagi negara penuntut klim atas ZEE. Penyelesaian diplomatik berjalan lamban, sebaliknya insiden demi insiden telah terjadi meskipun dalam skala kecil namun kecenderungannya semakin memanas. AS sepertinya sudah meningkatkan upaya penangkalan yang lebih serius dengan menghadirkan sejumlah asset yang dipersenjatai seperti kapal perusak kelas Arleigh Burke, pesawat patrol maritim P-8 Poseidon serta pembom AU-AS jarak jauh. Bila terus menerus terjadi penumpukan kekuatan maritim oleh dua negara besar di kawasan ini, LTS akan menjadi kawasan perairan yang semakin berbahaya, dan bisa-bisa saja mengundang hadirnya negara besar yang memerlukan jasa route LTS demi kepentingan nasional seperti Jepang, Korea maupun Australia. Instabilitas kawasan di sekitar LTS akan membuat rute SLOC dan SLOT menjadi semakin kurang nyaman difungsikan. Makalah ini lebih banyak menyoroti dinamika kekuatan militer dua negara besar maritim ini.
semakin panas dengan pertikaian yang bisa saja menimbulkan frustasi negara pantai yang terlibat. Empat (4) gugusan kepulauan didalam area “sembilan garis terputus putus”(SGTP) yakni Pratas (Dongsha Qundao), Gosong Macclesfield (Zhongsha Qundao), Paracels (Xisha Qundao), and Spratlys (Nansha Qundao)5. Empat (4) pulau lain dibagian barat daya SGTP (Anambas, Badas, Natuna dan Tambelan) kurang menarik perhatian; mengingat umum berpendapat pulau tersebut adalah milik RI6. Sementara Tiongkok tetap “keukeh” dengan klimnya atas kedaulatan semua gugusan dan pulau didalamnya berbasis catatan sejarah. Enam negara (6) negara mempersoalkan hak kedaulatan yang dicaplok “SGTP” yakni Vietnam, Philippina, Taiwan, Brunei, Indonesia7 dan Malaysia. Insiden demi insiden terjadi8, seperti Vietnam vs Tiongkok, Philipina vs Tiongkok, AS vs Tiongkok. Bahkan beberapa bulan lalu kapal dagang India, coast guard Jepang dan Korea selatan dilaporkan hampir saja mengalami insiden ditabrak kapal ikan Tiongkok. Philipina dan Vietnam sudah berupaya ke Arbitrase internasional, meskipun Tiongkok tidak menggubrisnya9. Tiongkok sesumbar peradilan internasional tidak bisa intervensi sengketa yurisdiksi perairan. Tiongkok cenderung mengajak berunding bilateral dan menolak multilateral serta peradilan internasional---agenda diplomasi sepertinya tidak ada kemajuan signifikan. Sambil mengajak berunding bilateral, Tiongkok anehnya malah membangun beberapa gugusan batu dan karang didalam SGTP sebagai pulau buatan dengan bangunan permanen, landasan pacu penerbangan (air strip), pelabuhan, dan beberapa laporan menyebutkan seperti bangunan peruntukan militer. Periksa salah satu contoh pulau buatan dibawah ini:
Latar Belakang Tiongkok adalah aktor yang krusial dalam isu LTS untuk beberapa hal. Pertama, sebagai kekuatan yang bisa mempengaruhi dari luar---Tiongkok didukung dengan kekuatan militer dan ekonomi yang terkuat di antara negara penuntut. Kata dan aksinya tentang LTS benar benar telak memberikan pengaruh dan dampak langsung regional. Kedua, klim area versi Tiongkok yang pernah terjadi dan paling luas di Asia (bahkan dunia?), dan ketiga, terjadi pertempuran kecil dalam sejarah Angkatan Laut di LTS, misal antara Tiongkok versus Vietnam ditahun 1974, dan versus Philipina tahun 19954. LTS
3 4 5 6 7 8
9
2011), hal 3. SGTP = Sembilan garis terputus putus. Tidak pernah ada informasi jelas, posisi koordinat setiap titik yang membentuk SGTP dalam koordinat (lintang & bujur) yang dinyatakan Tiongkok. Bateman, Sam & Emmers, Ralf (Eidtor & Coeditor), Security and International Politics in the South China Sea: Towards a Cooperative Management Regime, (Routlege, 2009): ------- ch9. China’s South China Sea Dilemma : Balancing Souvereignty , Development and Security, by Li Mingjiang, halaman 140. Wu Shicun, Solving Disputes for Regional Cooperation and Development in the South China Sea: A Chinese Perspective, (Chandos Pub,2013), halaman 1. Nama-nama dalam kurung adalah nama Tiongkok. Ibid, 2. Mungkin juga dikarenakan tidak ada keluhan RI atas klim Tiongkok tersebut, akankah menjadi kasus Sipadan Ligitan kedua? Ide, William, Voice of America (versi bahasa Indonesia), 17 Dec 2015, 0813,...disebut-sebut Indonesia pertama kalinya mempermasalahkan klim Tiongkok ......dikatakan pak Luhut tanggal 11 November 2015. Insiden antara kapal perang mungkin wajar terjadi, tetapi yang dilaporkan NDTV (station TV India) via You Tube, adalah kapal dagang India yang hampir saja ditabrak kapal ikan Tiongkok beberapa bulan lalu . Kejadian yang mirip dialami USNS Impeccable ditahun 2009 dihadang sejumlah kapal ikan, Fregat dan pesawat terbang Y – 12 Tiongkok, diselatan kl 120 km dari Hainan. Hainan diduga adalah pangkalan kapal selam nuklir Tiongkok yang memudahkan aksesnya ke LTS. Sepertinya kapal ikan Tiongkok terorganisir sebagai kekuatan “lebih” dan dilatih serta dibina militernya (laporan James C. Bussert, SIGNAL Magazine dgn judul China’s Phantom Fleet)---http:// www.afcea. org/content/?q=chinas-phantom-fleet#sthash. lAL1ZToT.dpuf, tanggal 1 October, 2011---paramiliterkah? Bukan hanya AS yang mengalami nasib yang sama, tahun 2010, kapal Coast Guard Jepang dan Korea selatan mengalami nasib hampir ditabrak kapal ikan Tiongkok dengan manuvra agresif dan berbahaya. Beijing memanfaatkan asset “low tech” dan paramiliter yang murah untuk melawan “high tech” ~ bentuk ancaman asimetrik dan anti akses? Anthony Deutsch/Reporter, Reuter, Fri, Oct 30,2015, 12:32,...In defeat for Beijing, Hague court to hear South China Sea dispute. The
Vol. 9, No. 8, Agustus 2015
2
Seramnya Laut Tiongkok Selatan (LTS) vesus beberapa negara pantai yang mengandalkan hak utilitisasi di-ZEE (berbasis UNCLOS) dengan mengandalkan sejumlah kecil instrumen kekuatan AL, periksa gambar dibawah:
Referensi: Reuter, Fri, Oct 30,2015, 12:32, gambar karang Fiery Cross di gugusan kep Spratly , diambil tanggal Sept, 3, 2015, perhatikan landasan pacu disebelah kiri dan tempat tambat kapal dan lego jangkar dikolam kanan.
Referensi: South China Sea, Images, Google, 10 Dec, 2015, jam 1615 12. Perhatikan sebagian kecil Natuna masuk dalam area SGTP Tiongkok (kenyataan di lapangan luas sekali----akankah muncul kasus Sipadan Ligitan kedua?, pen).
Kekuatan modern PLA/Navy (PLAN) tumbuh percaya diri sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan dukungan kemauan keras pemerintah dan10 ditunjang inisiatif kekuatan domestik seperti:produksi bersama pemburu Su-27, pesawat radar peringatan dini (AWACS), perusak kelas Luyang, frigat kelas 054, kapal selam diesel elektrik kelas Song & Yuan, kapal selam nuklir kelas 093, satelit dan pesawat angkut satelit. Tiongkok menerapkan pendekatan sistem perencanaan paska modern dengan menempatkan konsep strategik jauh di depan konsep berbasis geographik (visionair)---cara berpikir strategik yang biasa dilakukan Eropah maupun AS sampai sekarang11 sedikit bangsa Asia yang melakukan cara berpikir seperti itu. Dua (2) kelompok aktor signifikan di-LTS; Tiongkok yang menonjolkan hak berdaulat dalam area SGTP (berbasis sejarah)
AS sebagai aktor luar yang hadir di LTS sepertinya gamang untuk meninggalkan peran unipolarnya dengan Pax Americana sebagai induk & basis strategi raya dan strategi maritim kontemporer--tetap teguh dengan satu substansi kepentingan nasional yang terusik yakni “freedom of navigation operations”(FONOP)13. Corbett menyebut bahwa media laut adalah factor yang substansial dalam strategi maritim, karena itu strategi maritim yang effektif, kapabel dan modern membutuhkan ketatnya gabungan kekuatan dua (2) angkatan yakni AL dan kekuatan udara berkapabilitas dunia14 serta kooperasi antara instrumen kekuatan politik dan militer (sekurang kurangnya) untuk
Chinese goverment, facing international legal scrutiny for the first time over its assertiveness in the South China Sea, would neither participate in nor accept the case, Vice Foreign Minister Liu Zhenmin told reporters... “The result of this arbitration will not impact China’s sovereignty, rights or jurisdiction over the South China Sea under historical facts and international law,” Liu said (bisa saja ini taktik Tiongkok untuk memecah mecah kekuatan,pen). John Wong, Zou Keyuan, Zeng Huaqun, China-ASEAN Relations: Economic and Legal Dimensions, (World Scientific Pub,2006), halaman 10-11.... The 1982 United Nations Convention on the Law of the Sea, which has been ratified by all South China Sea countries, also requires coastal States adjacent to a semi-enclosed sea to carry out regional cooperation. ASEAN countries and China signed the milestone Declaration on the Conduct of the Parties (DOC) in the South China Sea in 2002, promising to resolve their territorial and jurisdictional disputes by peaceful means, without resorting to the threat or use of force, and pledging to explore or undertake cooperative activities in the South China Sea. 10 Dumlao, Roberto C., Lt US Navy, China’s Maritime Silk Road to Oil : Prospects for Chinese Influence in the Middle East Through Naval Modernization, (Thesis US Naval Post graduate school, MA in National Security Affairs, June 2005), hal 53. 11 Till, Geoffrey, Seapower ; A Guide for the The Twenty – First Century, Routledge, 2009, halaman 3. Simak pernyataan Tony Blair yang begitu strategik dan jauh kedepan... The frontiers of our security no longer stop at the Channel. What happens in the Middle East affects us...The new frontiers for our security are global. Our Armed Forces will be deployed in the lands of other nations far from home , with no immediate threat to our territory, in environtments and in ways unfamiliar to them.
3
Vol. 9, No. 8, Agustus 2015
Seramnya Laut Tiongkok Selatan (LTS) melindungi kepentingan keamanan, politik dan ekonomik di-laut15. Konsep strategi, operasi dan kekuatan maritim perlu diangkat sedikit mengingat pelibatan kekuatan maritim di LTS sangat berpeluang (mudah-mudahan tidak) terjadi. Ihwal ini semua memberikan stigma bahwa LTS adalah perairan berbahaya (troubled waters). Obyek bahasan adalah sikap Tiongkok, AS, para penuntut (claiments), dan interaksinya satu sama lain menuju suatu produk yang disebut keseimbangan kekuatan. Menarik bagi elit nasional, sipil, militer dan gambaran risiko serta peluang dengan pendekatan model kuantitatif sederhana NDU (US National Defense University) dan model kuantitatif & kualitatif RAND dengan penilaian balance scorecard berbasis kapabilitas kekuatan masingmasing dan merujuk dua (2) skenario, yakni invasi ke Taiwan dan kampanye peperangan di Spratleys. Makalah ditutup dengan gambaran kekuatan Tiongkok sebagai pembelajaran bagaimana PLAN ber-reformasi,pen) bertransformasi16 (bukan menjadi kekuatan yang modern meskipun ada kelemahan-kelemahan yang dimilikinya17. Patut
dicatat bahwa modernisasi Tiongkok difokuskan pada kekuatan darat, maritim, udara dan satuan Rudal18 yang memiliki obyektif kapabel bertarung dan memenangkan pertempuran dengan kondisi terinformasi19dengan baik. Skenario besar ini (principal) direncanakan dan dijadikan basis PLA untuk menangkal atau mengalahkan intervensi kekuatan AS20. Memahami Strategi Maritim Tiongkok Hangatnya isu ini, membenarkan premis besar kembalinya Eropah ke-darat, sebaliknya Asia justru menoleh kembali ke-maritim. Kecenderungan lokus pertikaian laut teritorial maupun status legal di jalur internasional telah bergeser kedalam isu kompetisi manifest di-ZEE---terjadi sekarang di LTS21. Tiongkok22 telah lama mempersiapkan dirinya sebagai pemain strategi anti akses & penolakan area atau AA/AD di zona First Chain Islands23. Tiongkok banyak belajar dari Mahan24 dan nampaknya telah tumbuh besar, kokoh sebagai kekuatan regional dengan kapabilitas menggunakan
12 Sebagian ZEE RI pun masuk dalam SGTP tersebut, konon luasnya mencapai 34 ribu km persegi (?). 13 Anthony Deutsch/Reporter, Reuter, Fri, Oct 30, 2015, 12:32,...During the last ASEAN Regional Forum (ARF) meeting in Hanoi, Vietnam,US Secretary of State Hillary Clinton created a stir during the usually low-key gathering. She declared that “The United States has a national interest in freedom of navigation, open access to Asia’s maritime commons and respect for international law in the South China Sea” and that America seeks “a collaborative diplomatic process by all claimants for resolving the various territorial disputes without coercion.”Pengertian FONOP termasuk juga kebebasan terbang (overflight) diatasnya. 14 Capabilities (kemampuan) = Abilities (kesanggupan-kesanggupan) + “outcome”; menurut definisi MORS (military operations research society). Outcome didapat dari ukuran effektifitasnya dilapangan (MOE), sdgkan kesanggupan (abilities) adalah parameter yang didesain untuk mendukung operasionalnya seperti kecepatan maksimum, kecepatan jelajah, kecepatan tukik, jarak tembak, endurance, dll . Jadi kapabilitas (capabilities) sama sekali berbeda jauh dengan kemauan pabrik (atau desain pabrik). Tanpa outcome yang diharapkan tercapai, sista atau platform tersebut barulah sekedar memiliki kesanggupan (atau impian ?) saja, belum kemampuan. Gabungan operasional instrumen kekuatan nasinal politik dan militer biasa disebut sebagai FDO (flexible detterent options). 15 Cole, Bernard D., Asian Maritime Strategies : Navigating Troubled Waters, (Naval Institute Press, Annapolis, Maryland, e-pub, 2013), hal 69-70 (69.5). 16 Reformasi adalah sesuatu perbaikan atau pembaharuan sebagai perbaikan kekeliruan atau suatu yang korup yang pernah ada, lebih kepada sekedar memoles. Reformasi bisa saja berubah hanya sedikit dan orientasi bisa saja tidak berubah. Transformasi lebih kepada kembali ke hal-hal yang terbarukan, seperti bayi yang baru dilahirkan. Transformasi berangkat dengan semangat yang baru dan menuju impian atau harapan terbarukan atau obyektif yang jauh lebih konkrit, kokoh dan jelas (clear,concrete, and robust), bukan sekedar polesan atau memoles saja. Transformasi adalah media perubahan lebih berorientasi kepada kepada baru dan besar kemungkinannya berubah total dari yang konsep yang tradisional. 17 Chase, Michael S., et-all, (and other 6 persons), China’s Incomplete Military Transformation; Assesing the Weakness of the People’s Liberation Army (PLA), (RAND,2015), halaman ix – xiii. 18 PLA (kekuatan militer Tiongkok) terorganisasi dalam empat (4) satuan tempur, yakni darat, maritim, udara dan rudal. 19 Kalimat visionair seperti under informatized , berarti harus diyakinkan bahwa intelijen nasional benar-benar kuat sekali. 20 Dennis Gormley & Andrew S Erickson & JingDon Yuan, A Low–Visibility Force Multiplier: Assesing China’s Cruise Missile Ambitions, (NDU,2014), Summary, halaman xvii . 21 Kraska, James, Maritime Power and the Law of The Sea : Expeditionary Operations in World Politics , (Oxford University Press, 2011), hal 9. 22 Isyarat strategi ini nampak dengan tetapan first chain islands (FCI) sebagai zona bertahan awal dan terdekat daratan Tiongkok dalam strategi maritim Tiongkok, dan boleh jadi dengan ditetapkannya second chain islands (SCI), Tiongkok akan (telah?,pen) menyiapkan dirinya untuk bertarung diluar zona FCI---Ocean going capable Navy ? Nampaknya dengan teknologi yang dimiliki Tiongkok, strategi yang dipilihnya tepat. this is an imaginary line running from the southern Japanese islands through Taiwan and around the 23 Reuter menyebutnya ...FCI perimeter of the nine-dash line. Bagi Tiongkok strategi AA/AD lebih dikenal sebagai “ active defense “. 24 Gompert, David C., Sea Power and American Interests in the Western Pacific, (RAND,2013), halaman1. .....Command of the sea is not “naval”. It is one of national policy, national security , and national obligation, phrasa ini diambilkan Mahan,AT, The Importance of Command of the Sea : For an Adequate Navy , and More , (Journal American Scientific, vol 104, no.24, Dec, 1911, halaman 512. 25 McCarthy,Christoper.J,Maj USAF, Paper, Anti – Access/Area Denial : The Evolution of Modern Warfare , halaman 1...today China has emerged as a regional power with robust Anti-Access/Area Denial (A2/AD) capabilities and unclear political and military intentions. AA/ AD terdefinisi sebagai...anti-access (AA) as enemy actions which inhibit military movement into a theater of operations, and area-denial (AD) operations as activities that seek to deny freedom of action within areas under the enemy’s control. Periksa juga Gompert,David.C,
Vol. 9, No. 8, Agustus 2015
4
Seramnya Laut Tiongkok Selatan (LTS) Tidak sulit rupanya, mengingat negeri ini sudah lama membangun “nilai tambah” berupa sumber daya kapital yang berorientasi pada pemberdayaan sumber daya manusia yang lebih berpengetahuan, tenaga kerja terdidik (knowledgeable) dan terampil yang ditunjang kualitas pendidikan tinggi30 dibidang seni, budaya, sain, matematika, dan teknologi serta siap bersaing dengan tenaga kompetitor kelas dunia. Ihwal ketergantungan ekonomi terhadap akses ke-laut sangat disadari dengan cara mengontrol LTS bahkan LTT (laut Tiongkok timur). Tiongkok sadar betul bahwa kehidupannya dimasa mendatang akan bertambah sulit mengingat basis ekonomi Tiongkok yakni31 model input-intensif dan perannya sebagai penjuru perdagangan akan gagal apabila akses ke laut tertutup. Dengan kata lain akses akan terbuka, apabila bisa mengontrol LTS bahkan LTT (Laut Tiongkok Timur). Tantangan lain adalah menghadapi tata letak geographik utara ke selatan melalui LTT yang di kontrol oleh Korut dan Korsel, Jepang dan Taiwan. Sedangkan tata letak dari Taiwan keselatan yakni jalur LTS dipegang oleh enam (6) negara penuntut ZEE dalam SGTP. Munculnya krisis Taiwan; tahun 1996, mendorong anggaran belanja militer melejit dengan fokus kekuatan udara (PLA-AF) dan PLAN serta didukung dengan kekuatan konvensional rudal balistik, lawan ruang udara (space) serta
strategi tersebut25 meskipun dengan intensi politik dan militer yang ambigu. AS tentunya tidak tinggal diam mencermati gejolak di LTS ini, mengapa? Pertama, melakukan perimbangan kekuatan dan memperkuat pengaruh di regional ini dan kedua adalah melindungi kepentingan nasionalnya, khususnya kebebasan bernavigasi utamanya di choke point termasuk LTS26. Strategi AA & AD modern signifikan berubah semenjak perang Vietnam dan menjadi tantangan pelaksanaan strategi maritim AS27. Misal perubahan sea denial tidak perlu menonjolkan kekuatan maritim-nya (kalau terpaksa) namun bisa digantikan dengan kekuatan LBCM (land-based cruise missiles)28. Sikap AS membuat rute dan area regional di LTS semakin memanas, ditambah klim Tiongkok yang mencapai kl 90% seluruh wilayah LTS---semakin mencemaskan negara-negara pantai sekitar LTS. Kepemimpinan militer AS harus memahami cara berperang29 yang terbaru dalam lingkungan AA & AD dan implikasi operasi militer/operasi gabungan laut serta keseimbangan antara sumber daya yang digunakan untuk mencapai end-state strategi maritim. Tiongkok serius mentransformasikan kekuatan militernya semenjak Deng meninggal ditahun 1976, dan telah menyadari kekeliruan selama ini hanya bertumpu dan mengandalkan kekuatan kepada “tentara rakyat” sejak saat itulah Tiongkok mulai memodernisasi kekuatan militer.
26 27
28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
38
Sea Power and American Interests in the Western Pacific, (RAND,2013), halaman 2-3...After all, one state’s sea control can be seen by others as a threat to their own access, i.e,sea denial. ..Strategi AD timbul sebagai tantangan policy “sea control“, artinya adanya aktor yang ingin mengontrol laut sebaliknya akan menimbulkan perasaan terancam Negara lain dan akan dijawab dalam strategi sea denial. Uraian tentang Kepentingan nasional AS di era ini, berkali kali ditegaskan pemerintahnya bahwa maritim menjadi substansi yang sangat penting....maritim adalah kepentingan nasional AS (tertuliskan dan terdokumentasikan) . Milan Vego, On Littoral Warfare, (Naval War Coll Review, Spring 2015, vol 68, no.2) hal 31-32....Platform kapabilitas yang diperlukan dalam strategi tersebut adalah pesawat yang dipangkalkan didarat, kapal selam diesel elektrik dengan pendorongan AIP (termasuk kapal selam mini), korvet serba guna, unit patroli cepat, baterry pantai dan rudal, pesawat tak berawak, ranjau, dan rudal anti permukan dan udara jarak pendek dan menengah. Strategi A2/AD biasanya dilakukan oleh Negara yang kekuatan maritimnya lemah atau kecil. Gompert, David C., Sea Power and American Interests in the Western Pacific, (RAND,2013), halaman 3...land-based missiles, for instance --- to disrupt an adversary’s access. McCarthy, Christoper J., Maj USAF, Paper, Anti – Access/Area Denial : The Evolution of Modern Warfare , hal 2. Caceres, Sigfrido Burgos, China’s Strategic Interests in the South China Sea : Power and Resources, (Routledge, 2014), halaman 10. Ibid, halaman 10. Eric Heginbotham, et-all, (and 13 other peoples), The U.S.-China Military Scorecard : Forces, Geography, and the Evolving Balance of Power 1996-2017, (RAND, 2015), Summary, halaman xx, Ibid, halaman xx. Frost, Ellen L., Visiting Fellow, Asia’s New Wealth and Its Implications fot Maritime Strategy, (Paper, Institute for International Economics, Visiting Fellow, Adjunct Research, INSS,NDU)....the resurgence of China.... dst. TEU atau twenty foot equivalent unit adalah ukuran kapasitas sebuah container. Eric Heginbotham, et-all, (and 13 other peoples), The U.S.-China Military Scorecard : Forces, Geography, and the Evolving Balance of Power 1996-2017, (RAND, 2015) , ... antisipasi (dan memprediksi) pelibatan melalui riset RAND Corp yang akan datang dengan model balance score cards-nya. Prabhakar, Lawrence W., et-all (3 persons), The Evolving Maritime Balance of Power in the Asia-Pacific ; Maritime Doctrines and Nuclear Weapons at Sea , (IDSS & World Scientific Pub, 2006, hal 73) ,... meskipun diakui rencana pertumbuhan kekuatan militer Tiongkok gagal sampai dengan tahun 1999, namun semenjak tahun 2000-an nampak signifikan kemajuan-nya. Speller, Ian, Understanding Naval Warfare, (Routledge, 2014, hal 15), ..... US Joint Doctrine menyebut bukan maritime namun sebagai “ domain maritim” (elemen) sebagai bagian dari laut, samodra, teluk, estuari, pulau, area pantai, (termasuk sungai, danau, dan perairan yang bisa dilayari), dan kegiatan infrastruktur diatasnya seperti pariwisata dan ruang udara diatasnya. Sedangkan littoral dalam doktrin NATO disebut sebut ... ‘In military operations, a coastal region consisting of the seaward area from the open ocean to the shore that must be controlled to support operations ashore, and the landward area inland from the shore that can be supported and defended directly from the sea . Menurut China strategi ini lebih dikenal mereka sebagai “active defense”.
5
Vol. 9, No. 8, Agustus 2015
Seramnya Laut Tiongkok Selatan (LTS) sebagai pemilik kekuatan laut biru, dan berani tampil serta berhadapan phisik dengan kompetitor klim dalam SGTP. Pelibatan AL bukan hanya dengan pantai, bahkan dengan manusia yang ada di-darat ataupun kegiatan di darat bagi kepentingan AL. Karena itu area operasional AL tidak hanya di laut, termasuk area yang tidak berhubungan dengan laut---doktrin AL-AS menyebut area operasional AL berada didalam domain maritim, termasuk litoral37. Litoral menjadi bagian yang lebih ditonjolkan dan menjadi fokus perhatian AL NATO paska perang dingin semenjak berasumsi bahwa perang laut besar–besaran era PDII tidak akan terjadi lagi. Mencermati konsep dan penguasaan strategi maritim---apakah Tiongkok telah meninggalkan Sun Tzu? Tentu tidak, Sun Tzu adalah Guru dalam strategi raya. Tiongkok lebih memilih strategi AA/AD38 karena mengikuti ajaran Sun Tzu dengan ujarnya; “Gunakan kekuatan normal untuk pelibatan dan gunakan kekuatan lebih untuk menang”,39. Ujar-ujar Sun Tzu lain seperti;”kalahkan musuh dengan cara mengelabui (deception)”. Penggunaan ujar-ujar ini dapat dicontohkan sewaktu MenHan Philipina mengatakan Tiongkok sangat tidak konsisten dengan perbuatannya dan mengatakan bahwa kapal Vietnam yang menabrak Coast Guard Tiongkok, meskipun nyata–nyata (video-based) Coast Guard Tiongkok–lah yang menabrak kapal Vietnam ditahun 200340. Bahkan kapal selam Tiongkok41 dilaporkan pernah membayang-bayangi USS Ronald Reagan (kapal induk) sekurangkurangnya 1/2 hari lamanya dalam jarak dekat dan kadang-kadang muncul untuk mengintai apa yang sebenarnya terjadi dipermukaan.
kapabilitas cyber32. Strategi militer Tiongkok pertama kali diumumkan dan jelas menyebut ambisinya untuk beroperasi aktif dalam keamanan regional maupun internasional serta secara effektif mendukung kepentingan nasionalnya jauh diluar wilayah Tiongkok33. Tiongkok memahami meningkatnya peran-nya sebagai pembangkit energi komersial (commercial powerhouse) dan magnet investasi, a.l: mimpi perdagangan Asia bergantung pada Tiongkok menjadi semakin nyata (kecuali Singgapore). Tiongkok menjadi teman dagang nomer satu atau dua bagi hampir seluruh bangsa Asia di sekitar LTS. Tiongkok sungguh menyadari dengan meningkatnya jumlah dan tonase container yang melewati LTS meningkat tajam dengan desain rata rata lebih dari 6000 TEU34, bertambah ambisinya untuk ikut aktif mengontrol LTS dengan klim paralel dengan modernisasi PLAN. Apabila konflik meningkat tajam, kapabilitas Tiongkok yang terdiri dari rudal jelajah jarak pendek dan menengah mampu menghadang pangkalan udara dan laut AS di Okinawa dan Guam. Rudal dengan jarak tersebut bisa saja diluncurkan dari kapal permukaan, kapal selam, atau station mobil darat atau udara terhadap sasaran baik kapal atau pangkalan di darat---Tiongkok mengisyaratkan siap menghadapi pelibatan dalam area di-second chain islands (wilayah Pasifik)35. Capaian performa PLAN diperoleh setelah mengikuti rancangan strategi raya Tiongkok 25 tahunan36 dengan dicanangkannya PLAN sebagai kekuatan samodra biru modern dalam rancangan jangka panjang 50 tahunan. Tidak mengejudkan bila Tiongkok teguh dengan konsekuensinya
39 Fumio Ota, Ph.D, Former Director of the Japanese Defense Intelligence (Vice Admiral) ; Sun Tzu and Chinese Strategy, (nghiencuubiendong. vn, East Sea Studies, Thurday 06 November 2014, 0406)… AS menilai ujar-ujar ini diaplikasikan dalam bentuk serangan Cyber terhadap musuh-musuhnya. 40 Ibid, 41 Dugald MCConel dan Bran Todd, Chinese Submarine Tracked US Aircraft Carrier off Japan, (CNN,update 16.15 GMT, November 5, 2015, Video Source CNN)---dilaporkan kapal selam diesel elektrik kelas Kilo milik Tiongkok yang melakukan pengintaian dalam jarak pendek. 42 Ibid, 43 Halliden, Brian John, China’s Historic Rights In The South China Sea : A Time for Reconsideration and Pacific Settlement, (Thesis George Washington University Law of School, Master of Laws, 2014), halaman 38. 44 Anehnya Tiongkok sebenarnya sudah meratifikasi UNCLOS (?). 45 Porter, Patrick, Sharing Power ? Prospects for a US Concert-Balance Strategy , (US Army War Coll, http : // www. Strategic StudiesInstitute. army.mil/, April 2013), halaman 9. 46 Frost, Ellen L., Visiting Fellow, Asia’s New Wealth and Its Implications fot Maritime Strategy , (Paper, Institute for International Economics, Visiting Fellow, Adjunct Research, INSS, NDU)....Most Asia now see China as an economic opportunity rather than a security threat. 47 McKinder, bapak geopolitik dan geostrategik yang meramalkan akan terjadi serbuan Amphibi dari arah samodra Pasifik. 48 Porter, Patrick, Sharing Power ? : Prospects for a US Concert-Balance Strategy , (US Army War Coll, http : // www. Strategic StudiesInstitute. army.mil/, April 2013), halaman 9. 49 Ibid, halaman vii, Summary. 50 Ibid, 51 Ibid, hal 10. 52 Kepentingan nasional adalah semua substansi yang akan dikejar untuk mendukung kelangsungan hidup suatu bangsa dan negara,seperti keamanan, kesejahteraan,dan kedaulatan. Strategi yang mengamankan dan mendukung agar obyektif kepentingan nasional tercapai adalah strategi keamanan nasional (baca:kamnas). Kepentingan nasional (yang terdokumentasikan dan tertulis adalah yang sudah disetujui parlemen) inilah yang sangat boleh jadi menjadi perekat yang kuat untuk mempersatukan bangsa...bandingkan dengan filsafah bangsa lain
Vol. 9, No. 8, Agustus 2015
6
Seramnya Laut Tiongkok Selatan (LTS) Atau ujar - ujar Sun Tzu yang mengatakan An Army may be likened to water, for just as flowing water avoids strength and strikes weakness. Apakah ini di-artikan Tiongkok selalu menghindari kekuatan militer dengan kapabilitas yang lebih besar (Russia, AS); tetapi sebaliknya tidak raguragu memukul kekuatan laut yang lebih lemah seperti Philipina dan Vietnam42. Mungkin juga ujar-ujar ini diaplikasikan Tiongkok untuk mengisi kekosongan akibat hengkangnya AS dari Vietnam dan Tiongkok segera menuju Paracels mulai tahun 1974. Atau Tiongkok langsung bergerak ke barat menuju Spratley semenjak tahun 1987 setelah Russia mengurangi jumlah kapal perangnya di-Cam Ranh. Idem sewaktu Tiongkok bergerak ke Spratley sebelah timur dan menduduki karang Mischief yang sekarang berdiri megah sebagai pulau buatan setelah AS meninggalkan Lanu Clark dan Lanal Subic. Hak berdaulat Tiongkok atas semua didalam area SGTP-nya kabarnya berbasis catatan sejarah. Teknik yang di-demonstrasikan seperti ini hampir pasti ditiru aktor penuntut lainnya, konon Vietnam juga punya catatan sejarah kepemilikan43. Bisa saja Tiongkok mempertahankan klimnya berbasis catatan sejarah dan abai dengan hukum laut internasional beralasan44; apa bedanya dengan AS yang belum meratifikasi UNCLOS.
abad ini. Dominasi ketiga negara Asia (Tiongkok, India, dan Jepang) terutama kebangkitan ekonomi & militer Tiongkok sebenarnya tidak diinginkan kehadirannya namun cukup dilematis tanpa ketidakhadiran AS di-regional ini, sekurangkurangnya kekuatan maritimnya---hal ini dipahami benar-benar oleh AS45. Sebaliknya dinamika ekonomi berbeda46 dengan kenyataan bahwa bangsa Asia sekarang lebih memandang Tiongkok sebagai peluang ekonomi dibandingkan peluang ancaman. Dinamika ini membuktikan ada kecenderungan pergerakan kekuatan besar dan kesejahteraan dari Barat ke Timur (atau Asia), khususnya kebangkitan India dan Tiongkok. Fenomena ini boleh jadi merupakan bukti prediksi geopolitik McKinder47 yakni bangkitnya era kejayaan Samodra India atau bangkitnya era besar Indo-Pacific---sebagai sentra arena geopolitik dikarenakan melimpah ruahnya sumber daya alam. Hal ini berkaitan erat dengan aktor yang tumbuh sejahtera di sekitar kawasan Indo-Pac dan kebetulan memiliki properti kepemilikan atas area tersebut48. Menoleh kembali kerangka strategi raya Pax Americana dan bergesernya strategi raya49 tersebut menjadi strategi raya hegemoni atau primasi masih membayangi pemerintahan AS dan nampaknya sulit untuk ditinggalkan. Khususnya menghadapi gelombang dinamika perubahan peperangan yang melelahkan seperti peperangan tidak beraturan, insurgensi, peperangan pendek, peperangan panjang, krisis keuangan global serta pergeseran kesejahteraan dari Barat ke Timur--tidak lagi menjamin bahwa AS50 adalah satusatu-nya Polisi di-tatanan dunia baru. Namun
Strategi Maritim AS dan Kepentingan Nasionalnya Dipermukaan nampaknya AS membiarkan Asia kuat militer dan ekonomi-nya, meskipun ada kekuatiran faktor ini akan diambil alih Tiongkok di-
yang bersedia mati untuk kepentingan nasionalnya? 53 Staff pengajar US Army War Coll. 54 Budiman, D. S, Maritim : Inikah kepentingan nasional RI ?. (8, no.2, Agustus, 2014) ....kutipan kata-kata Kissinger; “When you’re asking Americans (why?) to die, you have to be able to explain it in terms of national interest”. Juga kata-kata PH Liota (profesor pengajar US Naval War Coll) ;”National interests also answer the fundamental but essential questions---”What are we willing to die for?”. Bagi kita mungkin tidak lagi harus mempersoalkan NKRI lagi, karena NKRI sudah ada, sudah terjadi (given,tinggal memelihara) yang terpenting adalah fokus dan bersatu semuanya memikirkan kepentingan nasional mendatang (salah satunya adalah tercapainya RI sebagai negara maritim) dengan capaian puncak semua kepentingan nasional dalam the ultimate of fundamental of national goal (yang ini jelas sudah tercantum dalam pembukaan UUD 45). Namun...kapan the ultimate of national fundamental of goalnya?---wallahualam kapan tiba masanya? 55 Isu kedaulatan sebagai salah satu muatan kepentingan nasional hampir pasti akan diberikan label vital extremely dan biasanya sulit di kompromikan dan negara siap bertarung serta rakyat siap mati untuk kepentingan nasional ini. Kategori yang lebih rendah dari itu tentu saja semakin terbuka untuk dikompromikan dengan aktor lainnya apabila ada benturan kepentingan antar aktor. 56 Meskipun AS belum meratifikasi UNCLOS. Alasan lain ihwal pulau buatan belum diatur dalam UNCLOS dan belum diakui , jadi berlayar diantara pulau buatanpun menjadi bebas. 57 Gompert,David.C, Sea Power and American Interests in the Western Pacific, (RAND,2013), halaman 2. 58 Kraska, James, Maritime Power and the Law of The Sea : Expeditionary Operations in World Politics , (Oxford University Press, 2011), halaman 9. ....freedom of navigation is becoming known in international diplomacy and scholarly analysis as the “American position”... dst. 59 Aegis system adalah system senjata yang sangat terintegrasi yang terpasang diatas perusak kelas Arleigh Burke, dengan Tomahawk sebagai senjata utama perusak kelas Arleigh Burke. Terakhir ini ketegangan yang terjadi adalah perang komunikasi antara kapal kapal Tiongkok atau station PLAN dengan USS Lassen, bahkan di You tube sering nampak percakapan antara patroli maritim tipe Poseidon (P-8) milik AL-AS dengan PLAN. Tahap ini sepertinya tahap peningkatan penangkalan yang dilakukan AS dengan platform yang dipersenjatai (P-8, DD kelas Arleigh Burke ), bandingkan pada waktu sebelumnya ditahun 2001-an, insiden agresif antara EP-3C (Orion) yang bersenggolan dengan F-8 milik PLA (Udara). Kemudian ditahun 2009, dicegatnya kapal survey AL-AS, USNS Impeccable & USNS Victorious oleh kapal nelayan Tiongkok (China’s Phantom Fleet atau paramiliter?), juga kapal selam PLAN tersangkut Sonar array perusak AS. Sekarang dengan permainan
7
Vol. 9, No. 8, Agustus 2015
Seramnya Laut Tiongkok Selatan (LTS) keamanan AS adalah FONOP56 dan sangat boleh jadi substansi ini bukan dominasi AS karena secara umum FONOP perlu dilindungi sebagai kepentingan umum bagi komuniti global guna menjamin kelancaran perdagangan di setiap route navigasi transportasi laut. Konsep FONOP mengait erat dengan sea control, dimana sea control lebih bersifat defensive (sebaliknya sea denial lebih ofensif)57. Defensif; mengingat sea control akan menjamin kebebasan bernavigasi untk kepentingan umum termasuk jalur perdagangan, oleh karena itu sea control lebih dimaksudkan untuk melindunginya. FONOP58 sebagai instrumen diplomasi maritim menjadi agenda dan isyarat AS kepada Tiongkok sekaligus mengungkit dukungan internasional versus isu LTS---meskipun terkesan FONOP bisa dijadikan isu internasionalisasi sebagai “simbol Amerika”. FONOP dipraktekkan dilapangan dengan instrumen penangkalan AS terhadap Tiongkok dengan hadirnya perusak berbasis Aegis (misal USS Lassen), pesawat patroli maritim-nya tipe P-8 Poseidon bahkan pembom B-52 milik AU-AS59. Kemlu Tiongkok melalui jubirnya baru-baru mengeluarkan pernyataan keras agar60 AS menghentikan segala manuevranya di kawasan LTS. Oleh karena konsep perdagangan adalah bahan bakar pertumbuhan ekonomi global yang sebagian besar diangkut lewat kapal, maka faktor ini didayagunakan oleh negara pantai dan berdampak semakin diungkitnya dan diperankannya kekuatan maritim guna menjamin lancarnya perdagangan (baca:Ekonomi) lewat domain maritim61. Komoditi ekonomi terbarukan akan lebih banyak dijalankan melalui laut seperti pengembangan sumber daya mineral, gas, dan minyak yang semakin menipis di daratan serta penggalian nodul mangan, polimetalik sulphid dan teknologi terbarukan62 seperti pembangkit energi panas laut semakin meramaikan ketergantungan kepada elemen domain maritim yang ada. FONOP63, keamanan maritim dan stabilitas regional menjadi kepentingan bersama yang mendukung tercapainya kepentingan nasional
AS dengan segala keberdayaannya meski terjadi pergeseran paradigma, dengan kecanggihan ilmu dan teknologinya serta didukung kekuatan militer yang kapabel bertempur tetap mempertahankan label “kampiun strategi” kelas berat sampai kapanpun dan tentu tidak akan membiarkan Pax Americana berakhir absolut begitu saja dalam situasi apapun51. Itulah gambaran suatu negara untuk mempertaruhkan kemauan dan kelangsungan hidupnya melalui instrumen kepentingan nasionalnya yang harus dipromosikan ke dunia luar52. Roskin53 bahkan mengatakan; bahwa kepentingan nasional (national interest) adalah sesuatu yang terbaik bagi bangsa dan negara untuk dipromosikan (forward-looking) keluar (kedalam kepentingan domestik---domestic interest). Kepentingan nasional adalah perekat kuat kedalam (pemerintah dan parlemen) guna mempertaruhkan nasib bangsa keluar. Hal ini mudah untuk memahami yang dikatakan Kissinger dan pemikir strategik lainnya, mengapa orang AS bersedia mempertaruhkan nyawanya---demi kepentingan nasionalnya (terdokumentasikan dan tertulis)54. Muatan pokok kepentingan nasional yang harus digapai dalam jangka waktu periode pemerintahan yang ada (kl 5 tahun) akan meliput substansi seperti keamanan, kesejahteraan, kedaulatan dan mungkin ada opsi lainnya. Semua substansi terbagi dalam kategori vital (dan vital extremely) atau lebih rendah lagi adalah important, dll. Kategori ini dibuat untuk memudahkan proses pengambilan keputusan dan penentuan tingkat/ derajad keamanan nasional55. Konsekuensinya semua program nasional tentunya mengacu (loyal) kepada apa yang mau dicapai setiap substansi kepentingan nasional. Sedangkan para kontroler (pengendali kualitas/quality controller) program nasional (dhi parlemen) akan mengacu kepada capaian kualitas substansi kepentingan nasional sedangkan eksekutornya adalah pemerintah. Salah satu kepentingan nasional bidang
60 61 62 63 64 65 66 67 68
“kucing-kucingan” antara Tiongkok dan AS, namun berbeda dengan beberapa tahun lalu karena platform AS yang dihadirkan di LTS sudah dipersenjatai sehingga membuat situasi semakin mudah sekali memanas dan sulit dibayangkan bila masing masing tidak bisa menahan diri? Lap AFP, 18 Nov 2015, 17.45, ,... “The United States should stop playing up the South China Sea issue, stop heightening tensions in the South China Sea and stop complicating disputes in the South China Sea,” Hong Lei, a foreign ministry spokesman, said at a regular press briefing in Beijing.”No country has the right to point fingers at” China’s construction activities, he added. Kraska, James, Maritime Power and the Law of The Sea : Expeditionary Operations in World Politics, (Oxford University Press, 2011), prakata. Ibid, Ibid, hal 9 Policy adalah superior-nya Strategi, Policy mengisyaratkan “apa” maunya pemerintah sebenarnya. Strategi menjawab dan merespons (how) guna mewujudkan policy pemerintah. Policy atau kebijakan bukan UU atau regulator, bahwa UU atau regulasi penting untuk mendorong berjalannya policy dan strategi agar mulus adalah ya. Kraska, James, Maritime Power and the Law of The Sea : Expeditionary Operations in World Politics, (Oxford University Press, 2011), hal1. Ibid, halaman 6. Ibid, halaman 7. BRIC (Brazil, Russia, India, China).
Vol. 9, No. 8, Agustus 2015
8
Seramnya Laut Tiongkok Selatan (LTS) komuniti global---persepsi AS. FONOP akan melibatkan unsur hukum dan strategi maritim negara pantai utamanya perlakuannya di area litoral---khususnya kebebasan bernavigasi laut dan penerbangan di-ZEE. Selain fokus kepada ZEE juga “link” dengan perairan litoral sebagai area pendaratan Amphibi dan operasi expeditionari laut. ZEE dengan hukum dan kebijakan diatasnya64 memberikan dampak dan mendorong operasi AL dan kekuatan maritim saat kritikal untuk menyatu dalam kekuatan gabungan ekspeditionari65 nasional atau ... koalisi. Tidaklah aneh kalau teori dan fondasi strategik militer seperti dibahas sesi sebelum atau sesudah ini mengait akses ke perairan pantai dan berdampak bahwa strategi ini akan berhadapan dengan negara pantai yang memanfaatkan area lepas pantai sebagai kontrol akses ke area litoral. Perairan littoral lebih menonjol sebagai tampak depan politik dunia dan hukum laut internasional mengingat perairan ini lebih mendemonstrasikan cepatnya dinamika perubahan ekonomi dan politik, ancaman baru (asimetrik) dan non tradisional. Inilah mungkin alasan mengapa AS lebih tertarik ke area litoral dibandingkan area manapun juga di planet ini66. ZEE dan area yang berdekatan atau langsung dengan daratan melalui area yang disebut litoral menjadi sangat penting---akses ke area litoral akan diawali dari ZEE. Tidak bisa dibantah lagi bahwa ZEE LTS yang begitu “loh jinawi” dengan sumber daya alamnya dan wadah lalu lintas kapal kapal (sebagian besar produsen kesejahteraan) telah menjadi bagian psikologik & emosional negara67 dan bagian keamanan dalam negeri, kesejahteraan nasional serta simbol nasionalisme sendiri--insentif ekonomik negara maritim. Sebaliknya menjadi petaka bagi pemilik ZEE tanpa kapabilitas mengatasi segudang kelemahan-kelemahan yang bisa tampil mulai dari ZEE samapi ke litoral. Dari sisi perpektif geostrategik-politiko-militer maka ZEE adalah bagian terpenting samudra. AS merasakan bahwa negara pantai justru cenderung berupaya untuk membatasi kegiatan militer di ZEE dan menghalangi FONOP, seperti yang dilakukan tiga (3) negara BRIC (kecuali Russia)68.
Tiongkok sebaliknya dengan cerdik melakukan politisasi global untuk mengusir kegiatan kekuatan maritim AS di-ZEE dengan alasan selain keamanan, ditambah perlindungan lingkungan69. Akhirnya alasan meniadakan kegiatan militer asing di ZEE semakin melebar menjadi tiga (3) elemen yakni kesejahteraan, keamanan dan perlindungan lingkungan. Bagi AS alasan ini mempersulit jalannya operasi maritim-nya di-ZEE dan berdampak kepada pelatihan peperangan ekspeditionari, penggunaan struktur kekuatan laut, jalannya doktrin, strategi operasi (laut) gabungan dan “biaya” operasional politik dan militer. Dilematis Tiongkok dan bahasan “score cards” dua kekuatan Pertumbuhan Tiongkok patut di apresiasi, yakni kekuatan ekonomi, modernisasi militer dan signifikansi kehadiran didunia internasional. Hadirnya pertumbuhan kekuatan PLA justru merangsang perlombaan senjata di LTS dan menimbulkan perasaan kurang nyaman atau terancam. Pertanyaannya; benarkah pertumbuhan kekuatan militer Tiongkok merupakan ancaman? Dua (2) pakar hubungan internasional yakni pak Aaron Freidberg dan Robert Ross, sepakat tentang pertumbuhan militer Tiongkok dalam banyak aspek, namun berbeda dari sisi aspek ancaman70. Friedberg percaya bahwa Tiongkok merupakan ancaman yang harus dihadapi simultan dan diimbangi dengan keyakinan kehadiran kekuatan AS di regional ini yang tidak pernah menurun. Ross sebaliknya memandang Tiongkok lebih merupakan mithos dibandingkan ancaman. Ross meragukan pendapat Friedberg dengan pendapat bahwa kekuatan Tiongkok masih berproses menjadi besar71. Perasaan seperti inilah yang terjadi di negara penuntut tinggal di sekitar LTS termasuk di-kawasan Asia Pasifik yang bersamasama telah menyaksikan perlombaan (military build-up) kepemilikan sista. Perasaan ini adalah indikator turunnya derajad kepercayaan dan naiknya derajad kecurigaan dan kumulatif instabilitas & keamanan regional. Suasana ini tidak
69 Kraska, James, Maritime Power and the Law of The Sea : Expeditionary Operations in World Politics , (Oxford University Press, 2011), hal 9. 70 Moore,Taylor J., Maj USMC, China’s Security Perspective, (Thesis US Naval Postgraduate School,Master of Arts In Security Affairs, June 2011), halaman 2. 71 Ibid, 72 Mapp, Wayne, Military Modernization and Buildup in the Asia-Pacific; The Case for Restraint, (Rajaratnam School of International Studies/ RSIS, Singapore, Monograph # 31, 2014), halaman 1. 73 Davis, Malcom, R, Arms Races, Security Dilemmas and Territorial Disputes in the East and South China Seas , (Bond University, East Asia Security Centre, June, 2013, http://epublications.bond.edu.au/eassc_publications/), halaman 2… However might an Asian arms race break out in the future, particularly as a result of security dilemmas emerging between China and its neighbours over security disputes
9
Vol. 9, No. 8, Agustus 2015
Seramnya Laut Tiongkok Selatan (LTS) hanya dipicu hadirnya risiko dan konsekuensi potensial konflik antar duo raksasa di-regional ini yakni Tiongkok dan AS namun juga oleh pertikaian kontemporer emosional dan psikologik melelahkan yakni klim teritorial yang sudah terjadi sekian lama72. Benarkah Tiongkok membangun kekuatan maritim modern karena dipicu kehadiran AS--pertanyaan ini bisa saja prematur. Bagi Tiongkok selain prematur bisa jadi menjadi dilematis seperti selain fokus kepada isu di LTS juga di LTT versus isu Senkaku/Diaoyu. Apakah fokus ini tidak akan menimbulkan perlombaan senjata bukan saja di wilayah LTS bahkan di LTT73? Tiongkok 74menyiapkan medan pertahanan dilapisan pertamanya (first chain islands) dan memilih melaksanakan strategi AA/AD. Sementara itu konsentrasi dan kerangka fikir kampanye PLAN lebih diorientasikan untuk mengawal dan mengamankan energi & perdagangan ke barat sampai ke Afrika75 melalui jalur sutra maritim/JSM (dengan pangkalan aju terbesar sepanjang JSM Gwadar di-Pakistan)76. Konsep ini dibayang-bayangi kapabilitas dan alut sista modern AL India disamudera India. Cukup beralasan dan dua (2) masalah berat timbul bagi Tiongkok yakni pangkalan aju (sea-basing), berikutnya isu keamanan energi & perdagangan melalui SLOC serta SLOT77. Bahkan pengamat barat menyebut isu enerji Tiongkok adalah bagian urat Achillesnya. Tiongkok bersama Jepang sebagai konsumen minyak & gas terbesar berperan aktif mengamankan
74 75 76
77
78 79 80 81
jalur minyak & gas dan transportasi energi dengan mempertimbangkan pengaruh lingkungan domain maritim di-negara pantai. Dinamika seperti ini memaksa dua (2) negara itu untuk mengkaji ulang pengamanan SLOC dan SLOT-nya melalui Selat Malaka, LTS dan LTT. Mengait dengan JSM78 akankah menjadi penghubung antar pangkalan aju (sea basing) PLAN kemudian hari? Mengait hal ini, dilaporkan Erickson & Strange tentang pesatnya kemajuan konsep strategik PLAN bermanuevra jauh diluar basis utama dan mendemonstrasikan kekuatan Maritim biru79. Demonstrasi ini paralel dengan berkembangnya80 peran Tiongkok di dunia internasional baik dalam penyelesaian isu regional, misal proliferasi nuklir Korut, peran aktif di PBB dan Dewan Keamanan dunia, WHO maupun WTO. Beberapa pengamat barat menilai JSM masih jauh daya gunanya sebagai pangkalan aju. Sementara itu penataan batas wilayah khususnya klim Tiongkok direspon Chi~kin lo sebagai tetapan yang tidak sehat (ill-defined)81. Tiongkok memiliki sejarah panjang isu perbatasan dengan Russia, India dan Vietnam---membentuk sikap, emosional dan perilaku bangsa Tiongkok yang loyal terhadap konsep pendahulu-pendahulunya. Lanjut Chi, tipikal pertikaian ini akan subur bahkan berpotensi kuat menjadi konflik dan menyulitkan hubungan Tiongkok dengan negara tetangganya. ----- dilanjutkan bagian kedua dari dua (2) tulisan.
such as the Senkaku/Diaoyu Islands in the East China Sea, and the South China Sea dispute? The answer, worryingly, seems ‘quite possibly’. Pelaksana strategi AA/AD akan bertumpu pada sista ASCM baik melalui platform darat, laut atau udara. Collins, Gabriel B. & Erickson, Andrew. S & Goldstein, Lyle. J & Murray,William.S, China’s Energy Strategy; The Impact on Beijing’s Maritime Policies, (US Naval Institute Press, Annapolis, Maryland, 2008), Bab-1,...memberikan gambaran betapa dilematisnya Tiongkok menghadapi energy security. Peter A. Dutton, Ryan D. Martinson, Beyond the Wall; Chinese Far Seas Operations, (China Maritime Studies Institute ,US Naval War Coll, # 13, Newport, Rhode Island, May 2015),www.usnwc.edu/Research---Gaming/China-Maritime-Studies-Institute.aspx halaman 57... benarkah JSM (jalur sutera maritim) adalah rute logistik yang disiapkan dan benarkah konsep JSM merupakan sea-basing yang memanjang dari Tiongkok ke Afrika melalui LTS dan samudra India, pen? Konon kabarnya Gwadar (Pakistan) telah dibangun fasilitas pangkalan melalui proyek besar besaran, idem Srilanka dibangunkan fasilitas doking dan perawatan kapal selam Tiongkok. Kebutuhan energi Tiongkok diprediksi akan meningkat menjadi dua (2) kali lipat ditahun-tahun mendatang. Andrew S. Erickson, Austin M. Strange, China’s Blue Soft power; Anti Piracy, Engagement,and Image Enhancement, (Naval War Coll Review,Winter 2015, vol 68,no.1), simpulan hal 71-73...JSM secara realitas benar-benar diterapkan Tiongkok sebagai perangkat diplomasi lunak dan demonstrasi kapabilitas kekuatan AL modern dengan hadir aktif mengawal kapal niaga Tiongkok semenjak tahun 2008 sampai ke perairan Somalia (Teluk Aden) dan kata Laksamana Wu benar-benar aktif mengamankan bahkan 200 %-nya, yg jelas lebih dari 60 kapal Tiongkok terlindungi (meskipun tidak diketahui beberapa Satuan Tugas yang di deploi). Demonstrasi ini sungguh mengesankan kapabilitas PLAN sebagai AL biru dan beroperasi jauh dari pangkalan dan aktif mendemonstrasikan dan menjalankan diplomasi lunak. JSM sementara ini relatif mirip dengan JS darat yang sudah lama dikembangkan Tiongkok, mulai dari utara Tiongkok terus kebarat melalui pengunungan-pegunungan, berbeda dgn JSM arahnya menuju Afrika lewat jalur laut. Andrew S. Erickson & Austin M. Strange, China’s Blue Soft Power; Anti Piracy, Engagement,and Image Enhancement,(Naval War Coll Review,Winter 2015, vol 68,no.1), simpulan hal 71-73, Veeck, Gregory, et-all (all 4 persons), China’s Geography; Gobalization and the Dynamics of Political, Economics, and Social Change, (Rowman Pub, 2011, Edisi-2, bab-1), halaman 6-7. Chi~kin lo, China’s Policy Towards Territorial Disputes : The Case of The South China Sea Islands, (Routledge,1989, konten buku ini sebenarnya adalah disertasi PhD penulis di-London School of Economics and Political Science), halaman 1,....the new goverment (PRC) was the relatively ill-defined bounderies of China. It has been noted that “(t)he traditional frontiers“ of the Chinese empire “were often not lines but ones of intermixture between Chinese settlements and the customary habitats of nomadic peoples owing a vague allegiance to the Chinese emperor...halaman 2, selanjutnya dikatakan .....therefore , territory which was once Chinese must forever remain so, and, if lost must be recovered at first opportunity.
Vol. 9, No. 8, Agustus 2015
10
Posisi TNI AL Dalam Poros Maritim Dunia
POSISI TNI AL DALAM POROS MARITIM DUNIA Oleh : Umar Abubakar
World Cargo Shipping Lanes
Source: adapted from Kaluza, P. et al., The complex network of global cargo ship movements, Carl von Ossietzky Universitat, Germany : dataset refer to 20007.
laut perairan Indonesia. Wilayah perairan Indonesia, sebagai penghubung dari Samudera Pasifik dengan Samudera Hindia, bentuknya mengikuti konfigurasi kepulauan Indonesia sehingga luasnya jauh lebih sempit dibandingkan dengan luas kedua lautan tersebut. Dengan konfigurasi seperti itu maka perairan Indonesia adalah merupakan “choke point” terbesar dalam konteks kesinambungan dari Poros Maritim Dunia. Dalam situasi damai, banyak negara yang berkepentingan untuk ikut menjaga kelancaran lalu lintas laut wilayah perairan Indonesia dan pada saat yang sama sekaligus, untuk negaranegara adikuasa, mengincar untuk dapat mengendalikannya dalam situasi konflik pada tingkat tertentu kelak. Karena, dengan mengendalikannya secara penuh, siapapun dapat menggunakannya untuk mengamankan kepentingan pelayarannya sendiri, menyetop atau memperlambat gerakan pelayaran kapal lawan dan menjadikan killing ground bagi kapal lawan yg melewatinya. Kapal yang dimaksud disini adalah kapal niaga maupun kapal perang.
LATAR BELAKANG Karena tidak tersedianya definisi baku dari ungkapan Poros Maritim Dunia maka untuk kemudahan pembahasan diasumsikan bahwa Poros Maritim Dunia adalah jalur-jalur pelayaran berkesinambungan yang melingkari dunia sebagai sarana lalu lintas pelayaran niaga dunia yg berlangsung secara besar-besaran (world seaborne trade). Sehingga, suatu gangguan atas fungsi kesinambungan yang dimilikinya akan mengakibatkan terjadinya ketidakstabilan perekonomian dunia. Sebagai perairan dalam konteks domestik maka perairan Indonesia merupakan sarana pelayaran interinsuler serta sarana eksploitasi sumber daya kelautan Indonesia. Namun secara parallel juga adalah merupakan bagian dari Poros Maritim Dunia yang berkesinambungan tersebut yaitu sebagai penghubung antara Lautan Pasifik dan Lautan Hindia. Oleh sebab itu fokus pembahasan dalam naskah ini adalah menyangkut posisi TNI AL dalam menjalankan fungsi utamanya yaitu pengendalian laut dan proyeksi kekuatan di laut dalam rangka penegakan kedaulatan negara di 11
Vol. 9, No. 8, Agustus 2015
Posisi TNI AL Dalam Poros Maritim Dunia nasional” menjadi tidak otomatis berlaku diseluruh wilayah perairan Indonesia.
POSISI TNI-AL SEKARANG INI Dalam situasi sekarang ini, posisi TNI AL dalam hal menjalankan fungsi pengendalian serta proyeksi kekuatan di laut, dapat digambarkan sebagai berikut: (1) Wilayah Perairan Indonesia Perairan Domestik
Sejalan dengan hal itu, fungsi pengendalian dan proyeksi kekuatan di perairan Indonesia secara de facto bukan sepenuhnya berada ditangan TNI AL. Pada tanggal 3 Juli 2013 pesawat tempur F-16 milik TNI AU nyaris ditembak jatuh oleh pesawat tempur F-18 US Navy diatas wilayah perairan Indonesia (1). Dari perspektif kemiliteran maka insiden itu merupakan refleksi dari sejauh mana posisi TNI AL dalam hal pengendalian perairan Indonesia secara penuh. Dalam situasi status tanpa konflik pun posisi TNI AL kelihatannya bukan merupakan hambatan bagi negara tertentu untuk mengendalikan perairan Indonesia sebagai bagian dari Poros Maritim Dunia. Baik secara langsung ataupun tidak langsung. Adapun asesmen mengenai posisi TNI AL dimasa mendatang dapat diperkirakan melalui perkembangan lingkungan strategis Poros Maritim Dunia berikut.
Dalam Konteks
Fungsi pengendalian dan proyeksi kekuatan laut, demi penegakan kedaulatan negara di laut, dalam bentuk tindakan kepolisian terhadap kejahatan dilaut (pencurian ikan, pembajakan, penyeludupan, dan lainnya) dapat dilaksanakan oleh TNI AL secara bebas dan mandiri. Efektifitas fungsi belum maksimum disebabkan luasnya wilayah perairan dan terbatasnya kekuatan (utama dan pendukung) yang tersedia. Tumpang tindihnya berbagai institusi yang berhak untuk melaksanakan tindakan kepolisian baik di laut pesisir maupun di laut lepas, merupakan masalah tersendiri yang berpengaruh terhadap posisi TNI AL secara domestik.
PERKIRAAN PERKEMBANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS Perkembangan lingkungan strategis Poros Maritim Dunia sangat dipengaruhi oleh motif dan tindakan dari negara-negara yang mempunyai kekuatan untuk mengekspresikan niatnya secara nyata. Secara kasat mata maka dua negara yaitu Amerika dan Tiongkok memiliki motif dan potensi untuk memegang kendali atas Poros Maritim Dunia setidaknya di jalur Lautan Hindia – Perairan Indonesia - Lautan Pasifik. Oleh sebab itu anatomi dari kedua negara itu patut diamati dengan singkat dan seksama.
(2) Wilayah Perairan Indonesia Dalam Konteks Regional Sulit untuk melakukan suatu benchmarking posisi TNI AL dalam konteks regional. Namun ada fakta aktual yg dapat dijadikan indikator posisi itu. Misalnya, dalam masalah sengketa perbatasan dengan negara-negara tetangga, eksistensi TNI AL tidak dapat mengurangi niat negara tertentu untuk mengklaim daerah yg bersifat abu-abu atau bahkan jelas-jelas masuk wilayah RI. Artinya, kemampuan pengendalian dan proyeksi kekuatan di laut yang tersedia belum memberikan efek penangkalan yang optimal.
Amerika Penganut Teori Mahan Yang Konsisten. Dalam ungkapan sederhana Mahan berteori bahwa siapa yang menguasai laut maka dia akan menguasai dunia. AS (Amerika Serikat) mengadopsi secara konsisten akan teori tersebut. AS telah membangun suatu kumpulan armada kekuatan laut terbesar didunia yang didukung oleh pangkalan-pangkalan yang tersebar diberbagai posisi strategis diseluruh dunia. Semua itu dipergunakan untuk tujuan pengendalian dan proyeksi kekuatan laut Poros Maritim Dunia dalam rangka mengamankan kepentingan mereka di laut yang pada ujungnya adalah demi keberlangsungan hidup dan kemajuan (survival and growth) dari negara itu.
(3) Wilayah Perairan Indonesia Sebagai Bagian Dari Perairan Poros Maritim Dunia Dengan diwajibkannya negara RI membuka beberapa alur pelayaran bebas di perairan Indonesia maka secara hukum Internasional otomatis TNI AL tidak dapat melaksanakan fungsi utamanya yaitu pengendalian dan proyeksi kekuatan secara penuh karena dibatasi oleh kewajiban tersebut. Demikian juga halnya istilah “wilayah perairan jurisdiksi
Vol. 9, No. 8, Agustus 2015
12
Posisi TNI AL Dalam Poros Maritim Dunia
Peta wilayah tanggung jawab dari masing-masing Armada AS
(2)
(F – singkatan dari Fleet)
Guam dan Darwin. Selama berpuluh-puluh tahun peran sebagai pengendali Poros Maritim Dunia masih dipegang oleh AS. Sehingga dapat dimengerti ketika mengapa negara itu meradang akibat klaim Tiongkok atas laut Cina Selatan mulai mengancam posisinya itu.
Untuk jalur perairan Lautan Hindia – Perairan Indonesia – Lautan Pasifik dibangun Armada ke 7 serta mata rantai pangkalan pendukungnya mulai dari Korea Selatan, Jepang, Guam, Singapura, Darwin, Diego Garcia, Bahrain, Djibouti, Kuwait belum terhitung pangkalan militer matra lainnya yang berada di dalam atau di luar negara-negara sekitarnya (3). Patut dicatat, dibatas-batas perairan laut Indonesia terdapat 3 pangkalan atau siap menjadi pangkalan di posisi Singapore,
Tiongkok Sebagai Kekuatan Superpower Baru.
13
Vol. 9, No. 8, Agustus 2015
Posisi TNI AL Dalam Poros Maritim Dunia dengan melibatkan lebih dari 2000 perusahaan di 43 negara Afrika (6). Oleh karena itu setidaknya Tiongkok berkepentingan untuk membangun akses yang bebas ke Afrika untuk menjamin kepentingan mereka disana. Konflik Laut Cina Selatan adalah indikasi dari perebutan kendali antara AS dan Tiongkok atas laut tersebut sebagai penggalan dari Poros Maritim Dunia dan sekaligus merupakan tahapan awal akses bagi Tiongkok untuk menjamin kepentingan mereka di Afrika. Sekarang ini, AS dan Tiongkok telah memasuki situasi konflik dalam kategori Show of Force. Pada bulan Mei 2015 sebuah pesawat mata-mata AS terbang dekat Fiery Cross Reef di kepulauan Spratly di Laut Cina Selatan dimana Tiongkok sedang membangun landasan udara disana. Menhan AS, Ash Carter meminta segera kegiatan tersebut segera dihentikan dan menyatakan bahwa AS akan menerbangi, melayari dan beroperasi dimanapun hukum internasional berlaku. Di bulan Oktober sebuah kapal perang AS mendekati gugusan karang di Spratly yang mendapat reaksi keras dari Beijing yang mengatakan bahwa itu adalah tindakan illegal dan merupakan ancaman bagi keamanan Tiongkok (7). Arah kelanjutan konflik tersebut belum diketahui, apakah akan mereda atau akan terjadi peningkatan konflik dalam bentuk penggunaan kekuatan.
Tiongkok menyadari bahwa dengan populasi jumlah penduduk yang sedemikian besar (1, 35 milyar -2013) dengan kondisi geografis dan sumber daya alamnya yang ada tidak cukup dengan melakukan kebijaksanaan “inward looking” selamanya. Kepadatan penduduk yang mengelompok ke arah pantai (lihat peta diatas) mengindikasikan bahwa wilayah hinterland kurang efektif untuk dieksplotasi. Padahal, semakin tahun jumlah penduduknya semakin bertambah secara signifikan. Sekarang ini, melalui suatu pemerintahan yang efektif bangsa tersebut berhasil mereformasi dirinya sehingga menjadi salah satu negara dengan kekuatan ekonomi kelas dunia. Kebijaksanaan “outward looking”pun mulai diadopsi. Tiongkok punya ambisi yang sama dengan AS yaitu ingin memegang kendali atas Poros Maritim Dunia demi survival and growth dari negara itu sendiri ( implisit – (4) ). Keingingan itu mulai tergambar sejalan dengan pengalaman investasi besar-besaran di benua Afrika. Investasi yang sedemikian besar itu, secara logika, membutuhkan suatu sistem proteksi tertentu. Oleh sebab itu Tiongkok mengharapkan adanya pangkalan militer disana. Ternyata tidak satupun dari negara-negara di Afrika yang menghendaki kehadiran militer Tiongkok di wilayahnya. Kecuali di Djibouti, di tanduk Afrika yang berjarak lebih dari 4800 mil dari Beijing (5). Kondisi seperti ini tentu tidak menguntungkan karena Tiongkok telah melakukan investasi secara besar-besaran
(Lihat model spektrum konflik dibawah ini)
Peacetime Presence Surveillance
Probability of Occurrence
High
Figure 1-1. The Spectrum - of - Conflict Model
Show of Force
Crisis Response
Use of Force
Low
Limited War Global Conventional War Theater Nuclear War Strategic Nuclear War Level of Violence High
Source: The Maritime Strategy U.S. Naval Institute Procsedings, Januari 1986 supplement, 8.
Vol. 9, No. 8, Agustus 2015
14
Posisi TNI AL Dalam Poros Maritim Dunia Dengan catatan bahwa pangkalan militer Amerika sudah ada disana sebelumnya. Sehingga muncul kekhawatiran bahwa negara-negara dalam rangkaian itu bisa saja kelak berubah menjadi tempat pangkalan militer bagi Tiongkok (11). Kondisi dan situasi inilah yang membuat Amerika semakin meradang sehingga situasi konflik di Laut Cina Selatan kiranya sulit untuk mereda.
Sebelumnya secara mengejutkan, di bulan November 2014 Xi Jinping membuat pernyatan rencana untuk membangun proyek New Silk Road untuk jalur kawasan darat dan Maritime Silk Road untuk jalur kawasan laut yang menghubungkan Tiongkok dengan Eropah serta mengalokasikan dana sebesar 40 milyar USD untuk merealisasikan maksud itu. Proyek itu pertama kali ditawarkan kepada Indonesia pada waktu Xi Jinping berpidato di DPR RI dalam bulan Oktober 2013 (8).
Peta Silk Route
(9)
Maritime Silk Road
New Silk Road
POSISI TNI AL DIMASA MENDATANG
Tujuan proyek ini adalah untuk meningkatkan kerjasama dalam bidang kesejahteraan diantara sesama anggota yang lokasinya berada dalam jalur Silk Road tersebut. Misalnya disebutkan peningkatan kerjasama dalam bidang kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi, perlindungan lingkungan, pertukaran pelajar dan sebagainya (10). Daftar peserta Maritime Silk Road yang telah bergabung dalam proyek ini masih simpang siur namun dikabarkan bahwa Sri Lanka, Pakistan, Bangladesh, Myanmar, Seychelles dan Djibouti adalah termasuk dalam daftar itu Banyak kalangan mempertanyakan motif dari inisiatif ini, apakah insiatif ini murni bertujuan perkembangan ekonomi atau secara implisit mengandung motif strategi militer. Apakah murni akan membangun mata rantai mutiara kesejahteraan bagi negara-negara peserta yang pada gilirannya akan menjadi mata rantai pangkalan militer untuk mengendalikan bagian dari Poros Maritim Dunia. Pertanyaan muncul karena Djibouti termasuk dalam rangkaian itu dan dalam waktu yang sama memberikan ijin kepada Tiongkok untuk membangun pangkalan militernya disana.
Sesuai Perkiraan Lingkungan Strategis Posisi TNI AL sesuai dengan perkiraan kecenderungan lingkungan strategis diatas sengat tergantung dari sikap Pemerintah Indonesia. Jika pemerintah tidak berpihak kepada Amerika dalam konflik itu mungkin Indonesia akan termasuk dalam daftar “penghambat” dalam usaha mereka untuk mengendalikan Poros Maritim Dunia. Akibatnya, dalam konteks penegakan kedaulatan negara dilaut, berita tentang “nyaris ditembak jatuhnya” pesawat tempur F-16 TNI AU seperti uraian diatas dapat berubah menjadi berita “tertembak jatuhnya” pesawat tempur F-16 TNI AU oleh pesawat tempur F-18 dari US Navy diwilayah perairan Indonesia. Artinya, posisi TNIAL yang semula masih dianggap netral berubah menjadi ancaman bagi Amerika dengan berbagai konsekuensinya. Sedangkan dalam penegakan kedaulatan negara dilaut dalam konteks domestik mungkin tidak lebih baik dari posisi sekarang ini bahkan mungkin menjadi lebih buruk. 15
Vol. 9, No. 8, Agustus 2015
Posisi TNI AL Dalam Poros Maritim Dunia KESIMPULAN
Untuk menghadapi situasi demikian yang dapat dilakukan TNI AL, tentunya dengan persetujuan pemerintah, adalah meningkatkan intensitas pembangunan kekuatannya. Setidaknya untuk dapat menaikkan posisi TNI AL dilingkungan regional.
Wilayah perairan Indonesia mempunyai status ganda yaitu merupakan perairan domestik yang sekaligus menjadi bagian dari mata rantai dari perairan Poros Maritim dunia yang berkesinambungan. Dalam situasi kondisi konteks perairan domestic, posisi TNI AL dalam menjalankan fungsi utamanya penegakan kedaulatan negara di laut melalui pengendalian dan proyeksi kekuatan di laut sepenuhnya berada dalam kendali TNI AL sendiri. Walaupun dengan posisi seperti itu TNI AL belum dapat menghambat akan munculnya potensi konflik perbatasan di lingkup regional. Walaupun secara de jure TNI AL memilik hak pengendalian mutlak terhadap wilayah perairan Indonesia namun secara de facto posisi pengendalian itu tidak sepenuhnya dibawah kendali TNI AL. Sewaktu-waktu fungsi pengendalian dan proyeksi kekuatan dilaut, baik sementara maupun dalam kurun waktu tertentu dapat diambil alih oleh dua negara besar yang sedang berseteru untuk mengendalikan wilayah perairan Indonesia sebagai penggalan dari wilayah perairan Poros Maritim Dunia Dalam situasi konflik yang berlangsung antara AS dan Tiongkok untuk mengendalikan Poros Maritim Dunia maka, sesuai posisinya, yang dapat dilakukan TNI AL adalah meningkatkan intensitas pembangunan kekuatan secara konsisten. Pembangunan kekuatan itu, yang mencakup secara serius pembangunan kekuatan cyberwarfare, setidaknya untuk dapat menaikkan posisi TNI AL dalam lingkup regional.
Cyberwarfare sebagai Kuda Liar Baru Perkembangan cyberwarfare dewasa ini mulai terungkap secara perlahan-lahan tapi pasti. Banyak pandangan bahwa perang masa depan adalah perang cyber (12). Keberadaan cyberwarfare diramalkan akan banyak mempengaruhi konsep dan pelaksanaan perang tradisional. Definisi perang yang mengatakan bahwa perang adalah usaha memaksakan kehendak melalui kekerasan mungkin akan dapat berubah. Karena melalui cyber attacks dimana dapat dilaksanakan tanpa penggunaan kekerasan, pemaksaan kehendak juga dapat dilakukan. Dan bukan tidak mungkin survivalibilitas suatu negara kelak akan tergantung dari kemampuan cyberware dari negara yang bersangkutan. Dalam kondisi seperti perkiraan strategis diatas maka pembangunan kekuatan TNI AL kiranya intensitas yang sama diterapkan pula pada pembangunan kemampuan cyberwarfare. Mengingat cukup tersedianya potensi yang tinggi sumber daya manusia Indonesia sebagai sarana utama untuk membangun kemampuan yang dimaksud.
Referensi : (1)
http://www.kaskus.co.id/show_post/51001c587d1243022d00000b/644/duel-udara-f-16-tni-au-vs-f18-hornet-us-navy-di-pulau-bawean (2) https://en.wikipedia.org/wiki/Structure_of_the_United_States_Navy (3) https://en.wikipedia.org/wiki/List_of_United_States_military_bases#Overseas_3 (4) http://eng.mod.gov.cn/Database/WhitePapers/ (5) http://www.nytimes.com/2015/11/27/world/asia/china-military-presence-djibouti-africa.html (6) http://qz.com/488589/chinese-investment-in-africa-is-more-diverse-and-welcomed-than-we-giveit-credit/ (7) https://foreignpolicy.com/2016/01/03/10-conflicts-to-watch-in-2016/?utm_source=Sailthru&utm_ medium=email&utm_campaign=New%20Campaign&utm_term=Flashpoints (8) https://en.wikipedia.org/wiki/Maritime_Silk_Road (9) http://demrepubnepal.blogspot.co.id/2015/10/china-and-indian-ocean.html (10) http://www.thejakartapost.com/news/2015/08/05/maritime-silk-road-can-bridge-china-aseancooperation.html (11) http://thediplomat.com/2015/12/is-chinas-maritime-silk-road-a-military-strategy/ (12) https://www.rand.org/content/dam/rand/pubs/monograph_reports/MR880/MR880.ch2.pdf
Vol. 9, No. 8, Agustus 2015
16