SEPUTAR PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR (Kajian tentang Konsep, Prosedur, dan Evaluasinya) Oleh: DARWAN S.
This article is supposed to describe the analysis about study source which overhelm basic concepts, procedures, and evaluation of its use. Given the learning resources is one important component in the achievement of learning objectives, then the existence of learning resources is absolutely necessary. In using procedures , need to be understood first the basic concepts, procedures and the determination of its use, and to evaluate the learning resources to determine the level of success in achieving the learning objectives. In this article also presented the kinds of learning resources and its functions, its consumer strategy, and how to optimize learning resources. In addition to learning resources that can be made or designed, the actual environment can also be used as a learning resource. Environment is also one of the cheap and easy study source. Because of that, the creative and innovative teacher will not feel hard or difficult in using the study source. Perhaps what is in our mind, the study source must be tools that reed a lot of money or expensive, difficult or hard to be reached, and many more. With creativity, the teacher can use anything, include the environment as the study source, so, the reaching of study purpose doesn’t need a lot of money or expensive.
Keywords: Utilization, Learning Resources A. Konsep Dasar “Saya mendengar saya lupa, Saya melihat saya ingat, Saya berbuat maka saya bisa.” Dinamisasi kehidupan masyarakat yang terus mengalami transformasi secara langsung maupun tidak langsung akan berimbas pula dalam dunia pendidikan. Tuntutan terhadap perbaikan pendidikan sudah selayaknya direspon oleh kalangan pendidikan, termasuk perbaikan dalam kegiatan pembelajaran.
Susilana (2009:197) menyimpulkan bahwa
perbaikan masalah pembelajaran dapat diselesaikan dengan melakukan beberapa perubahan paradigma, yaitu (1) pola pikir dalam pembelajaran yang selama ini lebih berorientasi pada pengajaran, selayaknya diubah dalam pola pikir baru yang berorientasi pada pembelajaran, (2) mengubah pola pikir pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi berpusat pada peserta didik, (3) model pembelajaran tertutup, terpisah, terisolasi dengan lingkungan diubah menjadi yang terbuka, erat, akrab dengan masyarakat, (4) perubahan dari sentralistik menjadi desentralistik, dan (5) pembelajaran berdimensi kognitif menjadi dimensi integral dan holistik. Sebagai suatu proses, belajar-mengajar merupakan suatu sistem yang tidak terlepas dari komponen-komponen didalamnya. Salah satu komponen penting dalam proses belajar
mengajar tersebut adalah sumber belajar. Sumber belajar adalah daya yang bisa dimanfaatkan guna kepentingan proses belajar-mengajar, baik secara langsung maupun tidak langsung, Depdiknas (2004: 12) menyebutkan bahwa sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu. Dalam konteks yang lebih sempit sumber belajar misalnya buku-buku atau media cetak lainnya. Pengertian sumber belajar tersebut sama sempitnya bila diartikan sebagai semua sarana pembelajaran yang dapat menyajikan pesan atau informasi secara auditif maupun visual saja, misalnya: OHP (over head projector), slides, video, film, dan lain-lain. Dale (dalam Novrianti, 2012) mengemukakan sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk memfasilitasi belajar seseorang. Pendapat lain dikemukakan oleh Association Educational Comunication and Tehnology (AECT) (1997) yang menyebutkan bahwa sumber belajar merupakan berbagai atau semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan peserta didik dalam belajar, baik secara terpisah maupun terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar. Kedua pengertian tersebut menunjukkan bahwa pada hakikatnya sumber belajar begitu luas dan kompleks, lebih dari sekadar media pembelajaran. Segala hal yang sekiranya diprediksikan akan mendukung dan dapat dimanfaatkan untuk keberhasilan pembelajaran dapat dipertimbangkan menjadi sumber belajar.
Dengan pemahaman ini maka guru
bukanlah satu-satunya sumber tetapi hanya salah satu saja dari sekian sumber belajar lainnya. Masih menurut Dale, pengertian yang lebih luas tentang sumber belajar adalah pengalaman itu adalah sumber belajar. Artinya, sumber belajar dalam pengertian tersebut menjadi sangat luas maknanya, seluas hidup itu sendiri, karena segala sesuatu yang dialami seseorang dapat dianggap sebagai sumber belajar sepanjang hal itu membawa pengalaman nyata bagi orang yang bersangkutan sehingga secara tidak langsung pengalaman itu menjadi salah satu faktor penting yang dapat menyebabkan ia melakukan kegiatan “belajar”. Belajar pada hakikatnya adalah proses perubahan tingkah laku ke arah yang lebih sempurna sesuai dengan tujuan tertentu yang telah dirumuskan dalam perencanaannya. Selanjutnya, Dale (dalam Susilana, 2009:198 ) berpendapat bahwa pengalaman yang dapat memberikan sumber belajar dapat diklasifikasikan menurut jenjang tertentu. Dalam hal ini Dale menggambarkannya dalam bentuk kerucut pengalaman (cone of experience.) Dalam
kerucut pengalaman model Dale dideskripsikan bahwa pemerolehan hasil belajar melalui indera pandang berkisar 75%, melalui indera dengar 13% dan indera lainnya mencapai 12%. Berikut ini disajikan gambar kerucut model Edgar Dale (dalam Susilana, 2009: 207).
Berdasarkan visualisasi kerucut model Dale tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pengalaman langsung memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap tercapainya tujuan pembelajaran. Sementara itu, lambang kata memiliki pengaruh paling rendah dibandingkan hal lain yang termakyub dalam kerucut pengalaman di atas. Dengan demikian memberikan pengalaman langsung dalam kegiatan pembelajaran merupakan langkah terbaik jika menginginkan ketercapaian tujuan pembelajaran. Dalam kaitannya dengan penggunaan sumber belajar, seyogianya merujuk pada kerucut pengalaman tersebut. Artinya, pemilihan sumber belajar untuk mendukung kegiatan pembelajaran harus dapat memberikan pengalaman langsung bagi peserta didik agar keberhasilannya dalam mencapai tujuan pembelajaran lebih baik. Sebagaimana telah diuraikan, sumber belajar adalah segala daya yang dapat dimanfaatkan guna memberi kemudahan kepada seseorang dalam belajarnya. Dalam pengembangannya, sumber belajar itu terdiri dari 2 (dua) macam, yaitu: (1) sumber belajar yang dirancang atau sengaja dibuat atau dipergunakan untuk untuk membantu kegiatan pembelajaran, biasa disebut learning resources by design, misalnya : buku, brosur, ensiklopedi, film, video, tape, slides, film strip, OHP dan (2) sumber belajar yang dimanfaatkan untuk memberikan kemudahan kepada seseorang dalam belajar, berupa segala macam sumber belajar yang ada di lingkungan sekitar. Sumber belajar ini disebut
learning resources by utilization, misalnya: pasar, toko, museum, tokoh masyarakat dan sebagainya.
B. Fungsi Sumber Belajar Dalam kegiatan pembelajaran, sumber belajar memiliki fungsi yang sama pentingnya dengan komponen pembelajaran yang lain. Berkaitan dengan fungsi sumber belajar Depdiknas (2004: 17) memberikan penjelasan tentang fungsi sumber belajar seperti diuraikan berikut ini. 1. Sumber belajar dapat meningkatkan produktivitas pembelajaran dengan jalan: (a) mempercepat laju belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktu secara lebih baik dan (b) mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga dapat lebih banyak membina dan mengembangkan gairah belajar peserta didik. 2. Sumber belajar dapat memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual, dengan cara: (a) mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional dan (b) memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk berkembang sesuai dengan kemampuannnya. 3. Sumber belajar yang digunakan dapat memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan cara: (a) perancangan program pembelajaran yang lebih sistematis dan (b) pengembangan bahan pembelajaran yang dilandasi oleh riset atau penelitian. 4. Dengan sumber belajar yang diguankan lebih memantapkan pembelajaran, dengan jalan: (a) meningkatkan kemampuan sumber belajar dan (b) penyajian informasi dan bahan secara lebih konkret. 5. Memungkinkan belajar secara seketika, yaitu: (a) mengurangi kesenjangan antara pembelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yang sifatnya konkret dan (b) memberikan pengetahuan yang sifatnya langsung (direct). 6. Memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas, dengan menyajikan informasi yang mampu menembus batas geografis. Deskripsi fungsi sumber belajar seperti diuraikan di atas secara nyata menunjukkan sekaligus menggambarkan tentang alasan dan arti penting sumber belajar untuk kepentingan proses pembelajaran dan pencapaian hasil pembelajaran peserta didik menjadi lebih baik.
C. Jenis-jenis Sumber Belajar Seperti yang telah diuraikan di bagian awal, bahwa secara garis besar sumber belajar dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam. Deskripsi lebih rinci jenis-jenis sumber belajar yang didasarkan pada segi perancangan dan pemanfaatannya diuraikan berikut ini. 1. Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design), yakni sumber belajar yang secara khusus dirancang atau dikembangkan sebagai komponen sistem instruksional untuk memberikan fasilitas belajar yang lebih terarah dan bersifat formal. 2. Sumber belajar yang dimanfaatkan (learning resources by utilization), yaitu sumber belajar yang tidak didesain khusus untuk keperluan pembelajaran dan keberadaannya dapat ditemukan di lingkungan sekitar , yang dapat diterapkan dan dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Dari kedua macam sumber belajar tersebut Depdiknas (2004: 20) menyebutkan bahwa sumber-sumber belajar yang dimaksud dapat berbentuk: (1) pesan, berupa: informasi, bahan ajar; cerita rakyat, dongeng, hikayat, dan sebagainya (2) orang: guru, instruktur, peserta didik, ahli, nara sumber, tokoh masyarakat, pimpinan lembaga, tokoh karier dan sebagainya; (3) berupa bahan pembelajaran: buku, transparansi, film, slides, gambar, grafik yang dirancang untuk pembelajaran, relief, candi, arca, komik, dan sebagainya; (4) alat atau perlengkapan: perangkat keras, komputer, radio, televisi, VCD/DVD, kamera, papan tulis, generator, mesin, mobil, motor, alat listrik, obeng dan sebagainya; (5) berupa pendekatan/ metode/ teknik: disikusi, seminar, pemecahan masalah, simulasi, permainan, sarasehan, percakapan biasa, diskusi, debat, talk shaw dan sejenisnya, dan (6) lingkungan: ruang kelas, studio, perpustakaan, aula, teman, kebun, pasar, toko, museum, kantor dan sebagainya. Sejalan dengan pendapat di atas, Susilana (2009:200) menyebutkan bahwa sumber belajar dapat dikategorikan menjadi 6 (enam) jenis, yaitu: pesan, manusia/orang, bahan, peralatan, teknik/metode, dan lingkungan. Untuk lebih mudah memahami keenam jenis sumber belajar tersebut di bawah ini disajikan tabel yang terdiri dari (1) kategori, (2) maksud, (3) contoh sumber belajar yang dirancang (by design) dan (4) contoh sumber belajar yang dimanfaatkan (by utilization). Keenam hal tersebut dijabarkan dalam tabel berikut ini.
KATEGORI 1. Pesan
2. Manusia/orang
3. Bahan
4. Peralatan
5. Teknik/ Metode
6. Lingkungan
MAKSUD Informasi yang disalurkan oleh komponen lain berupa ide, fakta, pengertian, data Orang yang memiliki informasi, tidak termasuk yang menjalankan fungsi pengembangan dan pengelolaan sumber belajar Bisa disebut sebagai software yang mengandung pesan untuk disajikan melalui pemakaian alat Bisa disebut sebagai hardware yang menyalurkan pesan untuk disajikan dalam software Prosedur yang digunakan dalam menggunakan bahan ajar, alat, situasi, dan orang yang menyampaikan pesan Situasi di sekitar pembelajaran tempat pesan atau informasi disampaikan
CONTOH BY DESIGN
BY UTILIZATION
Bahan ajar sains, pengetahuan sosial, bahasa, teknologi informasi, dll.
Cerita rakyat, dongeng, nasihat, hikayat, dll.
Guru, instruktur, peserta didik (tidak termasuk teknisi dan pengembang kurikulum)
Narasumber,tokoh masyarakat, pimpinan lembaga, kyai, dokter dsb.
Transparansi, film, slides, tape recorder, grafik, dan sejenisnya yang dirancang untuk pembelajaran OHP, LCD Proyektor, TV, kamera, dll.
Relief, candi, arca, komik, dll.
Ceramah, tanya jawab, penugasan, diskusi, sosiodrama, dll.
Permainan, sarasehan, diskusi ilmiah, debat, dll.
Ruang kelas, studio, perpustakaan, aula, auditorium yang dirancang untuk pembelajaran
Taman, kebun, took, museum, kelurahan, tropong bintang, dll.
Generator, mesin jahit, mesin bubut, mobil, motor, dll.
D. Kriteria Penentuan Sumber Belajar Dalam praktik pembelajaran yang dilakukan, untuk memilih sumber belajar harus memperhatikan beberapa kriteria umum dan kriteria khusus. Dasar pertimbangan dalam menentukan sumber belajar dapat menggunakan kriteria umum sebagai berikut: (1) ekonomis, artinya tidak harus terpatok pada harga yang mahal; (2) praktis, maksudnya tidak memerlukan pengelolaan yang rumit, sulit dan langka; (3) mudah, yaitu dekat dan tersedia di sekitar lingkungan kita;
(4) fleksibel, artinya dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan instruksional dan; (5) sesuai dengan tujuan pembelajaran, maksudnya adalah pencapaian tujuan belajar, serta dapat
mendukung proses dan
membangkitkan motivasi dan minat belajar
peserta didik. Selanjutnya, dalam menentukan sumber belajar dapat pula menggunakan kriteria khusus atau kriteria yang didasarkan pada tujuan pembelajaran yang diuraikan berikut ini. 1) sumber belajar harus mampu membangkitkan motivasi, minat, mendorong partisipasi, merangsang pertanyaan-pertanyaan, dan memperjelas masalah, 2) sumber belajar dapat atau mampu mendukung kegiatan pembelajaran, 3) sumber belajar dapat dianalisis, diobservasi, dicatat secara teliti, 4) sumber belajar dapat memecahkan masalah, dan 5) sumber belajar dapat digunakan untuk presentasi atau lebih ditekankan pada sumber belajar sebagai alat, metode atau strategi penyampaian pesan.
E. Strategi Penggunaan Sumber Belajar Strategi penggunaan sumber belajar dapat dilakukan dengan cara mengodentifikasi berbagai karakteristik sumber belajar yang digunakan. Susilana (2009:2002) menjelaskan langkah-langkah strategi yang digunakan dalam penggunanan sumber belajar. 1) mengidentifikasi karakteristik sumber belajar yang akan digunakan, artinya sumber belajar harus disesuaikan karakteristik materi pembelajaran sehingga mampu menunjang kelancaran dan mencapai tujuan pembelajaran, 2) menyesuaikan dengan tujuan pembelajaran, apakah tujuan yang akan dicapai dalam ranah kognitif, afektif, ataukah psikomotorik, 3) disesuaikan dengan kemampuan guru, artinya seorang guru harus memahami kemampuannya jika telah menentukan sumber belajar yang akan digunakan dalam pembelajaran, dan 4) sesuai dengan kebutuhan peserta didik, sumber belajar akan efektif jika sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik.
F. Prosedur Perancangan Dalam memanfaatkan sumber belajar, pengguna sumber belajar dapat melakukan perancangan untuk menyusun sumber belajar. Dalam alur perancangannya, sumber belajar dapat ditempuh melalui tahapan atau prosedur perancangan sumber belajar. Dalam hal ini, secara skematik, prosedur merancang sumber belajar dapat mengikuti alur berikut ini.
Berdasarkan skema tersebut dapat dijelaskan bahwa langkah awal ketika merancang sumber belajar adalah melakukan telaah kurikulum, selanjutnya menetapkan kompetensi yang akan dicapai. Langkah berikutnya adalah memilih dan menentukan materi pembelajaran yang akan disajikan, kemudian menentukan dan memilih sumber belajar yang tepat. Setelah itu, langkah yang ditempuh adalah mengembangkan sumber belajar. Terakhir untuk mengetahui tingkat efektifitas dan tingkat keberhasilan penggunaan sumber belajar, harus dilakukan eveluasi terhadap sumber belajar.
G. Prosedur Penggunaan Pengggunaan sumber belajar yang benar selayaknya tidak dilakukan dengan serta merta, tetapi harus dilakukan melalui beberapa tahap. Hal ini dilakukan agar sumber belajar yang telah dipilih dan ditentukan penggunaannya dapat berhasil dengan maksimal. Untuk itu ketika sumber belajar akan digunakan sebaiknya ditempuh dengan prosedur atau langkahlangkah seperti berikut ini. 1) Melakukan Analisis Kebutuhan (Need Analysis) Langkah ini ditempuh untuk melakukan kajian terhadap berbagai persoalan yang terkait dengan perancangansumber belajar yang didasarkan pada karakteristik setiap mata pelajaran, baik dari segi kompetensi peserta didik maupun dari segi bahan ajar yang akan
disampaikan. Analisis kebutuhan ini juga dapat didasarkan atas masukan-masukan dari penyelenggara pendidikan di lingkungan sekolah. Analisis ini ditekankan pada kebutuhan yang diperlukan
dalam
merancang sumber
belajar,
termasuk
kompetensi
yang
dipersyaratkan berkaitan dengan perancangan sumber belajar. 2) Penetapan Sumber Belajar Berdasarkan hasil analisis kebutuhan yang telah dilakukan, langkah berikutnya adalah menetapkan sumber belajar yang akan digunakan. Langkah ini ditempuh dengan cara melakukan kajian terhadap beberapa teori yang dikroscek dengan hasil analisis kebutuhan. Langkah berikutnya menyusun konsep dan konstruknya, dan aplikasinya. Konsep dan konstruk yang telah disusun selanjutnya dijadikan sebagai rujukan dalam menetapkan sumber belajar. 3) Pengembangan Sumber Belajar Kegiatan pengembangan dilakukan dengan jalan mengkaji dan meneliti berbagai masukan yang berasal dari penetapan sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran. Selanjutnya hasil pengembangan tersebutdijadikan bahan bagi kegiatan revisi penggunaan sumber belajar. Hasil revisi ini selanjutnya akan dijadikan rujukan untuk kegiatan pembelajaran.
H. Evaluasi Penggunaan Sumber Belajar Evaluasi terhadap sumber belajar yang digunakan dilakukan untuk mengukur tingkat ketercapaiaannya atau tingkat efektifitasnya terhadap tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Evaluasi ini dapat ditujukan untuk perancangan sumber belajar dan untuk implementasi sumber belajar. Evaluasi dalam perancangan sumber belajar meliputi ketepatannya dengan tujuan pembelajaran, keseuaian dengan materi ajar, kemudahan perolehannya, dan keseusian dengan taraf berpikir peserta didik. Untuk mempermudah melakukan evaluasi sumber belajar, baik perancangan maupun implementasinya, dapat menggunakan format evaluasi berikut ini. 1. Format Evaluasi dalam Perancangan Sumber Belajar No 1.
Unsur yang Dievaluasi Ketepatannya dengan tujuan pembelajaran. Artinya, sumber belajar dipilih atas dasar tujuan pembelajaran
Kriteria Penilaian Baik
Cukup
Kurang
yang telah ditetapkan (termasuk ranah dan tingkatannya). 2.
Dukungan terhadap isi materi pembelajaran. Maksudnya, materi pembelajaran yang sifatnya fakta, prinsip, konsep dan generalisasi sangat memerlukan bantuan sumber belajar agar mudah dipahami oleh peserta didik.
3.
Kemudahan memperoleh sumber belajar. Artinya, sumber belajar yang diperlukan mudah didapatkan, baik yang tinggal memenfaatkan atau yang harus dibuat terlebih dahulu.
4.
Keterampilan guru dalam penggunaan sumber belajar. Apapun sumber belajar yang diperlukan, syarat utama adalah guru dapat menggunakannya dalam proses pembelajaran. Nilai dan manfaat yang diharapkan bukan pada sumber belajarnya, tetapi dampak dari penggunaan sumber belajar bagi kebermaknaan untuk peserta didik.
5.
Tersedia waktu untuk menggunakannya, sehingga sumber belajar tersebut dapat bermanfaat bagi peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung.
6.
Sesuai dengan taraf berpikir peserta didik, sehingga makna yang terkandung di dalamnya dapat dengan mudah dipahami oleh peserta didik.
2. Format Evaluasi Implementasi Sumber Belajar No
Pertanyaan
1.
Dapatkah sumber belajar yang digunakan
Jawaban Ya
Tidak
mampu meningkatkan kompetensi peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran? 2.
Apakah sumber belajar yang digunakan cukup memadai dengan memanfaatkan sumber belajar secara efektif?
3.
Apakah isi sumber belajar telah memenuhi syarat untuk menjelaskan materi pembelajaran yang disampaikan?
4.
Apakah sumber belajar yang digunakan mampu menarik perhatian peserta didik dalam implementasinya pada proses pembelajaran?
5.
Apakah sumber belajaryang digunakan mampu menjelaskan materi secara detail pada peserta didik?
6.
Apakah sumber belajar yang digunakan telah memuat seluruh informasi yang akan disampaikan pada peserta didik?
Mengacu pada jawaban yang diberikan terhadap pertanyaan yang terdapat dalam tabel evaluasi di atas, akan diketahui apakah sumber belajar yang dirancang telah memenuhi syarat, atau sumber belajar yang diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran telah layak dipilih atau tidak.
I. Lingkungan sebagai Sumber Belajar Lingkungan merupakan salah satu sumber belajar yang amat penting dan memiliki nilai-nilai yang sangat berharga dalam rangka proses pembelajaran peserta didik. Dengan kata lain dapat disebut bahwa lingkungan dapat memperkaya bahan ajar dan kegiatan
belajar. Lingkungan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar terdiri dari : (1) lingkungan sosial dan (2) lingkungan fisik (alam). Lingkungan sosial dapat digunakan untuk memperdalam ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan sedangkan lingkungan alam dapat digunakan untuk mempelajari tentang gejala-gejala alam dan dapat menumbuhkan kesadaran peserta didik akan cinta alam dan partispasi dalam memlihara dan melestarikan alam. Pemanfaatan lingkungan dapat ditempuh dengan cara melakukan kegiatan dengan membawa peserta didik ke lingkungan, seperti melakukan survei, karyawisata, berkemah, praktek lapangan dan sebagainya. Bahkan belakangan ini berkembang kegiatan pembelajaran dengan apa yang disebut sebagai out-bond, yang pada dasarnya merupakan proses pembelajaran dengan menggunakan alam terbuka. Di samping itu pemanfaatan lingkungan dapat dilakukan dengan cara membawa lingkungan ke dalam kelas, seperti : menghadirkan narasumber untuk menyampaikan materi di dalam kelas. Agar penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar berjalan efektif, maka perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi serta tindak lanjutnya. Sumber belajar akan dapat digunakan bila sumber belajar itu tersedia sebelum proses belajar mengajar berlangsung. Penggunaan sumber belajar merupakan komponen yang sangat penting dalam proses belajar mengajar, karena tanpa menggunakan sumber belajar maka pesan yang tersimpan dalam materi suatu pelajaran sulit di terima oleh peserta didik. Semakin banyak sumber belajar yang digunakan semakin banyak pula keterlibatan indera peserta didik dalam penerimaan pesan tersebut dan akan semakin banyak kesan dan pengalaman yang di serap oleh peserta didik. Secara teoritis pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar mempunyai berbagai arti penting. Ini karena lingkungan mudah dijangkau, biayanya relatif murah, objek permasalahan dalam lingkungan beraneka ragam dan menarik serta tidak pernah habis. Sehubungan dengan pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar ini, Nasution (dalam Novrianti, 2012) menyatakan bahwa pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar dapat dilakukan dengan dua cara yaitu (1) dengan cara membawa sumber-sumber dari masyarakat atau lingkungan ke dalam kelas dan (2) dengan cara membawa peserta didik ke lingkungan. Tentunya masing-masing cara tersebut dapat dilakukan dengan pendekatan, metode, teknik, dan bahan ajar tertentu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam rangka membawa peserta didik ke dalam lingkungan itu sendiri yaitu metode karya wisata, service proyect, school camping, surfer dan interviu. Lewat karyawisata umpamanya, peserta didik akan memperoleh pengalaman secara langsung, membangkitkan dan memperkuat belajar peserta
didik, mengatasi kebosanan peserta didik belajar dalam kelas serta menanamkan kesadaran peserta didik tentang lingkungan dan mempunyai hubungan yang lebih luas dengan lingkungan. Namun metode karya wisata ini memiliki kelemahan yang berbeda yang berkaitan dengan waktu dan follow up karya wisata ini perlu diperhatikan secara cermat. Demikian juga dengan metode lain yang membawa peserta didik ke luar kelas, metode yang di pilih memerlukan rencana yang lebih cermat dan matang serta harus berpedoman kepada tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Cara yang kedua yaitu dengan cara membawa sumber dan lingkungan luar ke dalam kelas. Hal tersebut dapat dilakukan dengan membawa resourses person, hasil, contoh dan koleksi tertentu ke dalam kelas. Kedua cara yang telah dijelaskan di atas sebenarnya saling berkaitan satu dengan yang lainnya karena keduanya dapat dikombinasikan. Misalnya melalui karya wisata peserta didik mempunyai kesempatan untuk mengumpulkan berbagai benda sehingga koleksi benda tersebut dapat memperkaya khasanah laboratorium di sekolah dan sewaktu-waktu bendabenda tersebut dapat digunakan sebagai media sekaligus sebagai sumber belajar.
J. Lingkungan sebagai Sumber Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya Urgensi pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar seperti yang telah dijelaskan terdahulu sebenarnya sudah lama disadari oleh pendidik, namun kesadaran itu tidaklah berarti bahwa lingkungan sudah dimanfaatkan secara maksimal sebagai sumber belajar di sekolah dalam menunjang kegiatan belajar mengajar itu sendiri. Hal tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan sebagai sumber belajar, mungkin dari segi guru, faktor dana, lembaga dan sebagainya. Sehubungan dengan hal ini Hanafi (dalam Novrianti, 2012) menyatakan bahwa pemanfaatan sumber belajar tergantung pada kreatifitas guru, kemampuan guru, waktu yang tersedia, dana yang tersedia, serta kebijakan-kebijakan lainnya. Berdasarkan pendapat tersebut dapat diketahui bahwa dalam pemanfaatan sumber belajar termasuk lingkungan oleh peserta didik sangat tergantung pada bimbingan dan arahan dari guru. Artinya, guru berfungsi sebagai fasilitator, komunikator, motivator dan manager. Fungsi guru seperti inilah yang sangat diharapkan untuk mencapai tujuan pendidikan. Guru memang sudah tahu dan mengenal dengan baik jenis-jenis sumber belajar yang harus digunakan. Itu saja belum cukup karena juga dibutuhkan lagi kemauan dan
kreatifitas guru-guru tadi untuk menyediakan dan mencari pengetahuan tentang cara memanfaatkan sumber belajar tersebut secara efektif dan efisien. Sebagai salah satu komponen penting dalam pendidikan, guru seyogianya harus mengerti dan cakap dalam mencari dan memakai sumber belajar yang ada dan mampu berperan sebagai komunikator, fasilitator, serta motivator dalam menumbuhkan kreatifitas peserta didik untuk memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Pihak sekolah juga harus memperhatikan kebutuhan akan sumber belajar dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan agar dapat menghasilkan keluaran yang berkualitas. Untuk itu, dalam mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dalam memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar diperlukan adanya kerjasama yang baik antara pihak sekolah, masyarakat serta lembaga terkait lainnya.
K. Optimalisasi Sumber Belajar Banyak orang beranggapan bahwa untuk menyediakan sumber belajar menuntut adanya biaya yang tinggi dan sulit untuk mendapatkannya, yang kadang-kadang ujungujungnya akan membebani orang tua peserta didik untuk mengeluarkan dana pendidikan yang lebih besar lagi. Padahal dengan berbekal kreativitas, guru dapat membuat dan menyediakan sumber belajar yang sederhana dan murah. Misalkan, bagaimana guru dan peserta didik dapat memanfaatkan bahan bekas. Bahan bekas, yang banyak berserakan di sekolah dan rumah, seperti kertas, mainan, kotak pembungkus, bekas kemasan sering luput dari perhatian kita. Dengan sentuhan kreativitas, bahan-bahan bekas yang biasanya dibuang secara percuma dapat dimodifikasi dan didaur-ulang menjadi sumber belajar yang sangat berharga. Demikian pula, dalam memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, tidak perlu harus pergi jauh dengan biaya yang mahal, lingkungan yang berdekatan dengan sekolah dan rumah pun dapat dioptimalkan menjadi sumber belajar yang sangat bernilai bagi kepentingan belajar peserta didik. Tidak sedikit sekolah-sekolah di kita yang memiliki halaman atau pekarangan yang cukup luas, namun keberadaannya seringkali ditelantarkan dan tidak terurus. Jika saja lahan-lahan tersebut dioptimalkan tidak mustahil akan menjadi sumber belajar yang sangat berharga.
Daftar Pustaka AECT. 1997. The Definition of Educational Technology. Washington DC. Depdiknas. 2004. Pedoman Merancang Sumber Belajar. Jakarta: Depdiknas. http://wijayalabs.files.wordpress.com, diakses 24 September 2012. Novrianti. 2012. Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar. (Online), (http://sweetyhome.wordpress.com, diakses 22 September 2012). Susilana, Rudi. 2009. Sumber Belajar dalam Pendidikan. Bandung: IMTIMA.