1 5 SE P T E M B E R 201 3
34567 ARTIKEL PELAJARAN
28 OKTOBER–3 NOVEMBER
Pengingat dari Yehuwa Dapat Dipercaya HALAMAN 7
˙
NYANYIAN: 64, 114
4-10 NOVEMBER
Cintailah Pengingat dari Yehuwa HALAMAN 12
˙
NYANYIAN: 116, 52
11-17 NOVEMBER
Sudahkah Saudara Berubah? HALAMAN 17
˙
NYANYIAN: 69, 106
18-24 NOVEMBER
Buatlah Keputusan Pribadi dengan Bijak HALAMAN 22
˙
NYANYIAN: 27, 83
25 NOVEMBER–1 DESEMBER
Merintis Membuat Kita Semakin Akrab dengan Allah HALAMAN 27
˙
NYANYIAN: 95, 104
ARTIKEL PELAJARAN
ˇ Pengingat dari Yehuwa Dapat Dipercaya ˇ Cintailah Pengingat dari Yehuwa Yehuwa selalu menggunakan pengingat untuk membimbing umat-Nya. Apa saja pengingat dari Allah? Artikel pertama menyoroti alasan kita bisa memercayai pengingat dari Allah. Artikel kedua membahas tiga cara untuk memperkuat kepercayaan kita pada pengingat dari Yehuwa.
PERU SAMPUL: Di wilayah sekitar Sungai Amazon di bagian utara Peru, ada banyak kesempatan untuk memberikan kesaksian tidak resmi
ˇ Sudahkah Saudara Berubah? ˇ Buatlah Keputusan Pribadi dengan Bijak
PENDUDUK
Tempat dan cara kita dibesarkan sangat memengaruhi pandangan dan pilihan kita. Bagaimana agar pilihan kita sesuai dengan kehendak Allah? Apa yang bisa membantu kita melaksanakan keputusan yang kita buat? Artikel-artikel ini akan membantu kita memeriksa diri dengan jujur.
29.734.000 PENYIAR
117.245 YANG DIBAPTIS LIMA TAHUN TERAKHIR
28.824
ˇ Merintis Membuat Kita Semakin Akrab dengan Allah
Di Peru, publikasi kita diterjemahkan ke dalam enam bahasa. Lebih dari 120 perintis istimewa dan utusan injil mengabar dengan berbagai bahasa selain Spanyol
Kita akan membahas delapan alasan mengapa kita bisa lebih akrab dengan Yehuwa kalau kita merintis. Jika Saudara seorang perintis, bagaimana Saudara bisa bertekun meskipun ada tantangan? Jika Saudara ingin merintis dan ingin merasakan berkat-berkatnya, apa yang perlu Saudara lakukan?
ARTIKEL LAIN
3 Manfaatkan Perbandingan
32 Pertanyaan Pembaca
34567 Publikasi ini tidak diperjualbelikan, dan disediakan sebagai bagian dari pekerjaan pendidikan Alkitab sedunia yang ditunjang oleh sumbangan sukarela. Kecuali disebutkan sumbernya, semua kutipan ayat diambil dari Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru.
September 15, 2013 Vol. 134, No. 18 Semimonthly INDONESIAN
The Watchtower (ISSN 0043-1087) is published semimonthly by Watchtower Bible and Tract Society of New York, Inc.; L. Weaver, Jr., President; G. F. Simonis, Secretary-Treasurer; 25 Columbia Heights, Brooklyn, NY 11201-2483, and in Indonesia by Saksi-Saksi Yehuwa Indonesia, PO Box 2105, Jakarta 10001.
Periodicals Postage Paid at Brooklyn, NY, and at additional mailing offices. POSTMASTER: Send address changes to Watchtower, 1000 Red Mills Road, Wallkill, NY 12589-3299. 5 2013 Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania. Hak cipta dilindungi. Printed in Japan.
Manfaatkan Perbandingan Setujukah Saudara bahwa Yesus adalah Guru terbaik yang pernah ada di bumi? Saudara mungkin pernah coba meniru cara dia mengajar, misalnya menggunakan pertanyaan dan ilustrasi. Tetapi, tahukah Saudara bahwa Yesus sering memakai perbandingan, atau kontras, sewaktu mengajar? Banyak orang memakai perbandingan saat sedang membedakan dua hal. Kita juga mungkin sering memakainya secara spontan. Misalnya, kita mungkin pernah berkata, ”Katanya semua buahnya sudah matang, tapi ternyata masih keras semua.” Atau, ”Dia dulu pemalu, tapi sekarang sudah berani.” Seperti contoh di atas, kita pertama-tama menyatakan sebuah fakta atau gagasan; lalu membuat perbandingan dengan menggunakan kata-kata seperti tapi, tetapi, namun, sebaliknya, atau melainkan. Kita juga bisa membuat perbandingan dengan menambahkan informasi atau menguatkan gagasannya. Hasilnya, kata-kata kita jadi terdengar wajar dan mudah dipahami. Meski dalam bahasa atau budaya tertentu perbandingan jarang digunakan, itu tetap penting. Mengapa? Itu banyak digunakan dalam Firman Allah. Yesus sering menggunakan perbandingan, misalnya, ”Orang menyalakan pelita dan meletakkannya, bukan di bawah keranjang takaran, tetapi di atas kaki pelita.” ”Aku datang, bukan untuk meniadakan [Hukum], melainkan untuk menggenapinya.” ”Kamu mendengar bahwa telah dikatakan, ’Jangan berzi15 SEPTEMBER 2013
na.’ Tetapi aku mengatakan kepadamu bahwa setiap orang yang terus memandang seorang wanita . . . ” ”Telah dikatakan, ’Mata ganti mata dan gigi ganti gigi.’ Akan tetapi, aku mengatakan kepadamu: Jangan melawan orang yang fasik; melainkan barang siapa menampar pipi kananmu, berikan juga kepadanya pipi yang sebelahnya.”—Mat. 5:15, 17, 27, 28, 38, 39. Dalam Alkitab, masih banyak perbandingan seperti itu yang bisa membantu kita memahami suatu gagasan atau yang menekankan hal-hal tertentu. Jika Saudara adalah orang tua, pikirkan perbandingan ini, ”Kamu, bapak-bapak, janganlah membuat anak-anakmu kesal, tetapi teruslah besarkan mereka dengan disiplin dan pengaturan-mental dari Yehuwa.” (Ef. 6:4) Jika Paulus hanya menasihati ayah (atau ibu) untuk membesarkan anak-anak dengan disiplin Allah, itu sudah sangat bagus. Namun, gagasannya jadi sangat jelas dengan adanya perbandingan ’janganlah membuat mereka kesal, tetapi besarkanlah mereka dengan pengaturan-mental dari Yehuwa’. Di pasal itu, Paulus juga menulis, ”Pergulatan kita bukan melawan darah dan daging, tetapi melawan . . . kumpulan roh yang fasik di tempat-tempat surgawi.” (Ef. 6:12) Perbandingan itu membuat kita paham bahwa perjuangan kita sangatlah berat, bukan melawan manusia, melainkan melawan roh-roh fasik.
Artikel bersambung ke halaman 6
3
Beberapa Kontras di Efesus Pasal 4 dan 5
”Kita tidak lagi . . . dibawa ke sana kemari . . . melalui muslihat manusia, melalui kelicikan dalam merancang apa yang salah.”—4:14.
”Namun dengan mengatakan kebenaran, biarlah kita dengan kasih bertumbuh dalam segala hal, dalam dia yang adalah kepala, yaitu Kristus.”—4:15.
˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘
”[Bangsa-bangsa] berada dalam kegelapan secara mental, . . . karena hati mereka tidak peka.” —4:18, 19.
”Namun kamu tidak belajar bahwa Kristus seperti itu, asalkan kamu memang telah mendengar dia dan diajar melalui dia.”—4:20, 21.
˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘
”Kamu harus menyingkirkan kepribadian lama yang sesuai dengan haluan tingkah lakumu yang dahulu.”—4:22.
”Sebaliknya . . . kamu harus diperbarui dalam hal kekuatan yang menggerakkan pikiranmu, dan mengenakan kepribadian baru.” —4:23, 24.
˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘
”Biarlah orang yang mencuri tidak mencuri lagi.”—4:28.
”Tetapi sebaliknya biarlah ia bekerja keras, melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya.”—4:28.
˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘
”Jangan ada perkataan busuk yang keluar dari mulutmu.”—4:29.
”Melainkan perkataan apa pun yang baik, untuk membangun.”—4:29.
˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘
”Biarlah semua kebencian dan kemarahan dan murka dan teriakan serta cacian disingkirkan darimu, beserta semua keburukan.”—4:31.
”Tetapi hendaklah kamu baik hati seorang kepada yang lain, memiliki keibaan hati yang lembut, dengan lapang hati mengampuni satu sama lain.”—4:32.
˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘
”Mengenai percabulan dan setiap jenis kenajisan atau ketamakan, disebut saja pun jangan di antara kamu.”—5:3.
”Tetapi sebaliknya ucapkanlah syukur.”—5:4.
˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘
4
MENARA PENGAWAL
Coba gunakan bagan ini dalam ibadat keluarga kalian!
”Kamu dahulu adalah kegelapan.” —5:8.
”Tetapi kamu sekarang adalah terang sehubungan dengan Tuan.” —5:8.
˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘
”Berhentilah mengambil bagian bersama mereka dalam perbuatan yang tidak menghasilkan buah, yang berkaitan dengan kegelapan.”—5:11.
”Tetapi, sebaliknya, hendaknya kamu mencela semuanya.”—5:11.
˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘
”Maka teruslah perhatikan dengan cermat bagaimana kamu berjalan, yaitu bukan sebagai orang yang tidak berhikmat.”—5:15.
”Melainkan sebagai orang yang berhikmat, membeli semua waktu yang ada.”—5:15, 16.
˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘
”Karena itu, berhentilah bersikap tidak masuk akal.”—5:17.
”Tetapi teruslah pahami apa kehendak Yehuwa.”—5:17.
˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘
”Janganlah mabuk dengan anggur sebab itu mengarah kepada pelampiasan nafsu.”—5:18.
”Tetapi hendaklah kamu terus penuh dengan roh.”—5:18.
˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘
”Agar [Kristus] dapat membawa sidang jemaat ke hadapan dirinya dalam kesemarakannya, tanpa noda atau kerut atau apa pun yang seperti itu.”—5:27.
”Tetapi agar sidang jemaat itu kudus dan tanpa cacat.”—5:27.
˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘
”Tidak seorang pun pernah membenci tubuhnya sendiri.”—5:29.
”Tetapi ia memberi makan dan menyayanginya, sebagaimana yang juga Kristus lakukan kepada sidang jemaat.”—5:29.
˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘ ˘
15 SEPTEMBER 2013
5
MANFAATKAN PERBANDINGAN Di buku Efesus, ada juga banyak ayat lain yang berisi perbandingan yang Paulus gunakan. Dengan memikirkannya, kita bisa memahami gagasan Paulus dan bisa jadi mengetahui lebih jelas apa yang harus kita lakukan. Coba kita perhatikan bagan di halaman sebelumnya yang menunjukkan beberapa perbandingan di Efesus pasal 4 dan 5. Itu akan menyenangkan sekaligus bermanfaat. Ketika membaca setiap perbandingan, pikirkanlah kehidupan kita sendiri. Tanyai diri kita, ’Sebenarnya, bagaimana tingkah laku saya? Apa reaksi saya dalam keadaan ini atau keadaan lain yang serupa? Orang lain akan bilang saya lebih mirip dengan bagian yang mana dari perbandingan itu?’ Jika perbandingan tertentu membuat kita sadar bahwa ada hal yang perlu kita perbaiki, cobalah lakukan itu. Manfaatkanlah perbandingan itu. Kita juga bisa menggunakan bagan tersebut dalam ibadat keluarga. Pertama-tama, semua anggota keluarga membaca dulu semua perbandingannya. Lalu, ada yang membacakan bagian pertama dari se-
buah perbandingan, sementara yang lain berusaha mengingat gagasan di bagian keduanya. Pembahasan keluarga seperti itu akan menyenangkan karena semua bisa memikirkan apa saja penerapan bagian kedua dari perbandingan itu. Jadi, dengan mempelajari perbandingan dengan cara itu, baik tua maupun muda dapat terbantu untuk memperlihatkan tingkah laku Kristen dalam keluarga dan di mana pun. Semakin kita menyadari manfaat perbandingan, kita akan semakin jeli mengenali penggunaannya dalam Alkitab. Dan, itu akan sangat membantu kita dalam pelayanan Kristen. Misalnya, kita bisa berkata kepada penghuni rumah, ”Banyak orang bilang jiwa itu abadi, tapi coba lihat apa kata Firman Allah.” Atau, kita bisa mengatakan kepada seorang pelajar Alkitab, ”Banyak orang percaya Allah dan Yesus itu satu pribadi; tapi, apa kata Alkitab? Menurut Anda bagaimana?” Ya, Firman Allah berisi banyak perbandingan yang dapat membantu kita bertingkah laku sesuai dengan kehendak Allah. Dan, perbandingan juga bisa kita gunakan untuk membantu orang lain belajar kebenaran Alkitab.
Dapatkah kalian ingat bagian kedua dari perbandingannya?
6
MENARA PENGAWAL
PENGINGAT DARI YEHUWA DAPAT DIPERCAYA ”Pengingat dari Yehuwa itu dapat dipercaya, membuat orang yang kurang berpengalaman berhikmat.”—MZ. 19:7.
APA JAWABAN SAUDARA?
Pengingat-pengingat apa yang Yehuwa berikan dalam Alkitab?
Apa manfaat pengingat dari Yehuwa bagi orang Kristen dewasa ini?
Mengapa kita semestinya memercayai pengingat dari Yehuwa?
SEWAKTU mempersiapkan artikel Menara Pengawal yang akan dipelajari di perhimpunan, pernahkah terlintas dalam pikiran Saudara, ’Rasanya ini sudah pernah dibahas’? Jika Saudara telah cukup lama bergabung dengan sidang Kristen, Saudara mungkin memerhatikan bahwa ada topik-topik yang berulang kali dibahas. Menu tetap makanan rohani kita antara lain ialah Kerajaan Allah, tebusan, pengabaran, juga sifatsifat seperti kasih dan iman. Dengan mempelajari lagi topik-topik itu, iman kita bisa tetap kuat dan kita bisa menjadi ”pelaku firman, dan bukan pendengar saja”. —Yak. 1:22. 2 Kata Ibrani yang diterjemahkan ”pengingat” sering memaksudkan hukum, perintah, dan peraturan dari Allah. Tidak seperti hukum manusia yang harus sering diperbaiki atau diperbarui, hukum Yehuwa dapat dipercaya. Kalau kita menaatinya, hasilnya selalu baik. Memang, ada beberapa hukum yang sekarang tidak berlaku lagi. Tetapi, itu tidak berarti ada yang salah dengan hukum tersebut. Menurut sang pemazmur, pengingat dari Yehuwa selalu adil-benar.—Mz. 119:144. 3 Pengingat dari Yehuwa kadang diberikan dalam bentuk peringatan. Bangsa Israel sering mendapat peringatan melalui nabi-nabi Allah. Misalnya, sebelum orang Israel memasuki Tanah Perjanjian, Musa memperingatkan, ”Perhatikanlah dirimu agar hatimu tidak terpikat, dan agar kamu tidak menyimpang dan menyembah allah-allah lain dan membungkuk kepada mereka, sehingga kemarahan Yehuwa berkobar 1. Topik apa saja yang sering dibahas oleh umat Allah? Apa manfaatnya jika kita membahasnya lagi? 2. (a) Dalam Alkitab, kata ”pengingat” sering memaksudkan apa? (b) Apa bedanya hukum Allah dengan hukum manusia? 3, 4. (a) Pengingat Yehuwa kadang diberikan dalam bentuk apa? (b) Apa manfaatnya jika orang Israel mengindahkan semua pengingat dari Allah?
7
terhadap kamu.” (Ul. 11:16, 17) Alkitab memuat banyak pengingat yang berguna bagi umat Allah. 4 Yehuwa juga sering mendesak orang Israel untuk takut kepada-Nya, mendengarkan perkataan-Nya, dan menyucikan nama-Nya. (Ul. 4:29-31; 5:28, 29) Jika mereka mengindahkan semua pengingat itu, mereka pasti mendapat banyak berkat. —Im. 26:3-6; Ul. 28:1-4. TANGGAPAN ORANG ISRAEL 5 Sepanjang sejarah bangsa Israel yang penuh gejolak, Allah selalu menepati janji-Nya. Sebagai contoh, sewaktu Raja Sanherib dari Asiria menyerbu Yehuda dan mengancam Raja Hizkia, Yehuwa turun tangan dengan mengutus malaikat-Nya. Hanya dalam satu malam, malaikat Allah membinasakan seluruh pasukan Asiria, ”setiap pria yang perkasa dan gagah berani”. Akibatnya, Sanherib terpaksa pulang dalam keadaan terhina. (2 Taw. 32:21; 2 Raj. 19:35) Mengapa Allah membela Raja Hizkia? Karena ’Hizkia terus berpaut pada Yehuwa. Dia tidak menyimpang dalam hal mengikuti-Nya, dan terus menjalankan perintah-Nya’.—2 Raj. 18:1, 5, 6. 6 Hamba Allah lainnya yang menaati perintah Yehuwa adalah Raja Yosia. Sejak usia delapan tahun, ”ia melakukan apa yang benar di mata Yehuwa . . . ia tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri”. (2 Taw. 34:1, 2) Yosia menunjukkan bahwa ia percaya kepada Yehuwa dengan menghancurkan semua berhala di negerinya dan memulihkan ibadat sejati. Karena itu, Yehuwa memberkati Yosia dan juga seluruh rakyatnya.—Baca 2 Tawarikh 34:31-33. 7 Sayangnya, umat Allah tidak selalu memercayai dan menaati pengingat Yehu-
5. Mengapa Yehuwa membela Raja Hizkia? 6. Bagaimana Raja Yosia menunjukkan bahwa ia percaya kepada Yehuwa? 7. Ketika Israel mengabaikan pengingat Yehuwa, apa akibatnya?
8
Pengingat dari Yehuwa menggugah Yosia untuk memulihkan ibadat sejati (Lihat paragraf 6)
wa. Kadang mereka taat, kadang tidak. Sewaktu iman mereka lemah, mereka mudah ”dibawa ke sana kemari oleh setiap angin pengajaran”. (Ef. 4:13, 14) Dan sebagaimana telah dinubuatkan, mereka menuai akibat buruk karena tidak memercayai pengingat Allah.—Im. 26:23-25; Yer. 5: 23-25. 8 Apa pelajarannya bagi kita? Seperti bangsa Israel, hamba-hamba Allah zaman sekarang pun menerima nasihat dan disiplin. (2 Ptr. 1:12) Kita mendapat pengingat setiap kali kita membaca Firman Allah yang terilham. Kita bebas memi8. Apa pelajaran yang kita peroleh dari bangsa Israel? MENARA PENGAWAL
lih apakah mau menaati perintah Yehuwa atau mengikuti apa yang baik menurut pandangan kita sendiri. (Ams. 14:12) Mari kita bahas beberapa alasan mengapa kita dapat memercayai pengingat Yehuwa dan apa manfaatnya jika kita menaatinya. TAATILAH ALLAH AGAR SELAMAT
Ketika orang Israel akan mengembara selama 40 tahun di padang belantara yang ”membangkitkan rasa takut”, Yehuwa tidak memerinci bagaimana Ia akan membimbing, melindungi, dan memelihara mereka. Tapi, Ia berulang kali menunjukkan bahwa mereka bisa memercayai Dia dan petunjuk-Nya. Yehuwa menuntun mereka dengan tiang awan pada siang hari dan tiang api pada malam hari. Itu mengingatkan bangsa Israel bahwa Ia selalu menyertai mereka di medan yang tak bersahabat itu. (Ul. 1:19; Kel. 40:36-38) Ia juga menyediakan semua kebutuhan pokok mereka. ”Pakaian mereka tidak menjadi usang, dan kaki mereka tidak menjadi bengkak.” Ya, ”mereka tidak kekurangan apa-apa”.—Neh. 9:19-21. 10 Umat Allah dewasa ini sudah berada di ambang dunia baru yang adil-benar. Apakah kita percaya bahwa Yehuwa akan memberikan apa pun yang kita butuhkan untuk selamat dari ”kesengsaraan besar”? (Mat. 24:21, 22; Mz. 119:40, 41) Yehuwa memang tidak memberi kita tiang awan atau tiang api untuk menuntun kita masuk ke dunia baru. Tapi, Ia menggunakan organisasi-Nya untuk mengingatkan kita agar tetap siaga. Misalnya, kita terus-menerus dianjurkan untuk memperkuat kerohanian dengan membaca Alkitab, mengadakan malam Ibadat Keluarga, dan rajin berhimpun serta mengabar. Su9
9. Di padang belantara, bagaimana Yehuwa me-
yakinkan bangsa Israel bahwa Ia selalu menyertai mereka? 10. Bagaimana Yehuwa menuntun umat-Nya dewasa ini? 15 SEPTEMBER 2013
dahkah kita membuat perubahan dalam kehidupan agar kita dapat menaati petunjuk itu? Dengan demikian, kita akan memiliki iman yang kuat, yang akan menyelamatkan kita untuk masuk ke dunia baru. 11 Selain itu, kita juga menerima petunjuk yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari. Contohnya, kita dianjurkan memiliki sikap yang benar terhadap hal-hal materi dan menjaga mata tetap sederhana agar kekhawatiran berkurang. Kita juga mendapat petunjuk tentang pakaian, dandanan, hiburan, dan seberapa banyak pendidikan yang kita butuhkan. Belum lagi pengingat-pengingat soal keselamatan di dalam rumah, di Balai Kerajaan, dan selama berkendara. Ada juga pengingat untuk membuat persiapan menghadapi keadaan darurat. Semua nasihat itu memperlihatkan bahwa Allah peduli pada kesejahteraan kita. ORANG KRISTEN MASA AWAL SETIA KARENA MENDAPAT PENGINGAT
Pada abad pertama, umat Allah sering menerima pengingat. Tidak cuma sekali Yesus mengingatkan murid-muridnya tentang pentingnya kerendahan hati. Ia tidak hanya menjelaskan apa artinya bersikap rendah hati, tapi juga memperlihatkan caranya. Pada malam terakhir sebelum ia meninggal, Yesus berkumpul bersama para rasulnya untuk merayakan Paskah. Sementara para rasul makan, Yesus berdiri lalu mencuci kaki mereka. Ini biasanya tugas seorang pelayan. (Yoh. 13: 1-17) Contoh Yesus ini meninggalkan kesan yang tak terlupakan. Sekitar 30 tahun kemudian, rasul Petrus, yang hadir pada saat itu, memberikan nasihat tentang kerendahan hati kepada rekan-rekan 12
11. Dengan cara apa saja Allah memperlihatkan
kepedulian-Nya? 12. (a) Topik apa yang berkali-kali Yesus bahas dengan murid-muridnya? (b) Teladan kerendahan hati apa yang sangat berkesan bagi Petrus? Apa pelajarannya bagi kita?
9
Dengan menerapkan pengingat dari Yehuwa, Balai Kerajaan kita akan tetap aman (Lihat paragraf 11)
seimannya. (1 Ptr. 5:5) Teladan Yesus seharusnya menggerakkan kita semua untuk rendah hati terhadap satu sama lain.—Flp. 2:5-8. 13 Topik lain lagi yang sering Yesus bahas dengan murid-muridnya adalah perlunya memiliki iman yang kuat. Muridmurid pernah gagal mengusir hantu dari seorang anak yang kerasukan. Lalu, mereka bertanya kepada Yesus, ”Mengapa kami tidak dapat mengusirnya?” Yesus menjawab, ”Oleh karena imanmu kecil. Sebab dengan sungguh-sungguh aku mengatakan kepadamu: Jika kamu mempunyai iman sebesar biji moster, . . . tidak akan ada yang mustahil bagimu.” (Mat. 17: 14-20) Selama pelayanannya, Yesus meng-
ajar para murid bahwa iman mutlak diperlukan. (Baca Matius 21:18-22.) Apakah kita memanfaatkan apa yang disediakan di kebaktian dan perhimpunan untuk menguatkan iman kita? Dengan menghadiri pertemuan seperti itu, kita tidak hanya menikmati pergaulan yang menyenangkan, tapi juga memperlihatkan bahwa kita memercayai Yehuwa dan pengajaran-Nya yang membina. 14 Kitab-Kitab Yunani Kristen memuat banyak pengingat agar kita memperlihatkan kasih kepada satu sama lain. Yesus mengatakan bahwa perintah terbesar kedua adalah ”mengasihi sesamamu seperti dirimu sendiri”. (Mat. 22:39) Yakobus, saudara tiri Yesus, menyebut kasih itu ”hukum raja”. (Yak. 2:8) Dan, rasul Yohanes menulis, ”Saudara-saudara yang kukasihi, bukan perintah baru yang kutuliskan kepadamu, melainkan perintah lama yang sudah ada padamu sejak awal.” (1 Yoh. 2: 7, 8) Apa yang Yohanes maksudkan dengan ”perintah lama”? Ini memaksudkan perintah untuk mengasihi. Perintah itu disebut ”lama” karena Yesus telah memberikannya ”sejak awal”, yaitu puluhan tahun sebelumnya. Tapi, itu juga disebut ”baru” karena para murid nanti akan menghadapi situasi yang baru sehingga mereka perlu menunjukkan kasih yang rela berkorban. Sebagai murid Kristus, kita tentu menghargai peringatan agar tidak mengembangkan sifat mementingkan diri yang begitu umum di dunia ini, yang bisa mengikis kasih kita kepada sesama. 15 Yesus sangat memerhatikan orangorang. Hal ini ia tunjukkan sewaktu ia menyembuhkan orang yang sakit dan lemah fisik dan ketika ia membangkitkan orang mati. Namun, tugas utama Yesus bukan melakukan penyembuhan. Pengabaran dan pengajaran yang ia laksanakan 14. Dewasa ini, mengapa kita perlu memiliki
13. Yesus mengingatkan murid-muridnya un-
kasih seperti yang dimiliki Kristus?
tuk memperkuat apa?
15. Apa tugas utama Yesus di bumi?
10
MENARA PENGAWAL
jauh lebih besar manfaatnya. Mengapa? Misalnya, orang yang Yesus sembuhkan dan bangkitkan akhirnya menjadi tua dan mati, sedangkan orang yang menyambut berita yang ia bawa bisa mendapat kehidupan abadi.—Yoh. 11:25, 26. 16 Yesus memerintahkan murid-muridnya, ”Pergilah dan buatlah orang-orang dari segala bangsa menjadi murid.” (Mat. 28:19) Orang Kristen abad pertama melanjutkan pengabaran yang Yesus mulai. Dan kini, kita mengabar kepada jauh lebih banyak orang. Lebih dari tujuh juta Saksi Yehuwa dengan penuh semangat memberitakan Kerajaan Allah di lebih dari 230 negeri, dan mereka secara rutin memandu PAR dengan jutaan orang. Pengabaran ini membuktikan bahwa kita hidup pada hari-hari terakhir. PERCAYALAH KEPADA YEHUWA SEKARANG
Jelaslah, iman orang Kristen masa awal bisa tetap teguh karena mereka mendapat banyak pengingat. Ketika menjadi tahanan di Roma, rasul Paulus memberi tahu Timotius, ”Teruslah pegang pola perkataan yang sehat yang engkau dengar dariku.” (2 Tim. 1:13) Kata-kata tersebut pasti membina Timotius. Demikian pula, setelah rasul Petrus menganjurkan rekanrekan Kristennya untuk memupuk ketekunan, kasih sayang persaudaraan, dan pengendalian diri, ia mengatakan, ”Aku akan selalu cenderung mengingatkan kamu akan perkara-perkara ini, meskipun kamu telah mengetahuinya dan tetap teguh dalam kebenaran.”—2 Ptr. 1:5-8, 12. 18 Ya, surat-surat Paulus dan Petrus berisi ”perkataan yang telah disampaikan se17
16. Dewasa ini, bagaimana Saksi-Saksi Yehuwa
menaati perintah Yesus untuk membuat murid? 17. Nasihat apa yang diberikan oleh Paulus dan Petrus? 18. Apa tanggapan orang Kristen abad pertama ketika mendapat pengingat? 15 SEPTEMBER 2013
belumnya oleh nabi-nabi kudus”. (2 Ptr. 3:2) Apakah saudara-saudara kita di abad pertama merasa kesal mendapat petunjuk seperti itu? Tidak, karena mereka menganggapnya berasal dari Allah, yang mengasihi mereka dan ingin agar mereka ’terus bertumbuh dalam kebaikan hati yang tidak selayaknya diperoleh dan dalam pengetahuan tentang Tuan dan Juru Selamat, Yesus Kristus’.—2 Ptr. 3:18. 19 Dewasa ini, kita memiliki banyak alasan untuk memercayai pengingatpengingat dari Yehuwa yang terdapat dalam Firman-Nya, Alkitab. Nasihat di dalamnya tidak pernah salah. (Baca Yosua 23:14.) Alkitab memberi tahu kita bagaimana Allah berinteraksi dengan manusia yang tidak sempurna selama ribuan tahun. Kisah-kisah itu dicatat agar kita menarik pelajarannya. (Rm. 15:4; 1 Kor. 10:11) Selain itu, nubuat-nubuat Alkitab telah tergenap. Nubuat bisa disamakan dengan pengingat yang ditulis jauh sebelumnya. Misalnya, jutaan orang kini menjadi penyembah Yehuwa, sebagaimana telah dinubuatkan akan terjadi pada ”akhir masa”. (Yes. 2:2, 3) Kondisi dunia yang semakin buruk juga menggenapi nubuat Alkitab. Dan seperti telah disebutkan, kampanye pengabaran sedunia menggenapi kata-kata Yesus.—Mat. 24:14. 20 Selama berabad-abad, Pencipta kita telah membuktikan bahwa kita dapat memercayai-Nya. Apakah kita memetik manfaat dari pengingat-pengingat yang Ia berikan? Perhatikan apa yang dikatakan Rosellen, saudari kita, ”Begitu saya mulai memercayai Yehuwa sepenuhnya, saya semakin merasakan bahwa Ia dengan penuh kasih mendukung dan menguatkan saya.” Semoga kita juga mendapat manfaat dari pengingat-pengingat Yehuwa dengan terus menaatinya. 19, 20. Mengapa kita hendaknya memercayai
pengingat-pengingat dari Yehuwa? Apa manfaatnya?
11
CINTAILAH PENGINGAT DARI YEHUWA ”Pengingat-pengingatmu telah kujadikan milikku sampai waktu yang tidak tertentu.” —MZ. 119:111.
APA JAWABAN SAUDARA?
Mengapa kita mencintai pengingat dari Yehuwa?
Bagaimana caranya kita bisa memperkuat kepercayaan kepada Yehuwa?
Mengapa penting untuk terus sibuk dalam pelayanan?
TANGGAPAN orang saat diberi nasihat bisa berbeda-beda. Ada yang senang menerima pengingat dari orang yang berwenang, tapi langsung menolak nasihat dari rekan sebaya atau bawahan. Disiplin dan teguran juga ditanggapi dengan berbagai perasaan. Ada yang kecil hati, sedih, atau malu. Tapi, ada juga yang merasa tergugah, termotivasi, dan terpacu untuk memperbaiki diri. Mengapa tanggapannya berbeda-beda? Salah satu alasannya adalah kesombongan. Orang yang tinggi hati merasa tidak butuh nasihat. Maka, ia akan menolaknya, dan ia pun tidak mendapat manfaat dari pengajaran yang berharga.—Ams. 16:18. 2 Namun, orang Kristen sejati menghargai nasihat, apalagi jika itu berasal dari Firman Allah. Pengingat dari Yehuwa memberi kita pemahaman. Kita bisa tahu dan menghindari jerat seperti materialisme, amoralitas seksual, dan penyalahgunaan narkoba atau alkohol. (Ams. 20:1; 2 Kor. 7:1; 1 Tes. 4:3-5; 1 Tim. 6:6-11) Selain itu, kalau kita menaati pengingat dari Allah, kita akan menikmati ”keadaan hati yang baik”. —Yes. 65:14. 3 Untuk mempertahankan persahabatan yang berharga dengan Bapak surgawi kita, kita harus terus menerapkan pengajaran Yehuwa. Kita tentu ingin meniru sikap sang pemazmur yang menulis, ”Pengingatpengingatmu telah kujadikan milikku sampai waktu yang tidak tertentu, karena semuanya itu kesukaan besar bagi hatiku.” (Mz. 119:111) Apakah kita juga mencintai perintah Yehuwa, atau apakah kita kadang 1. (a) Apa saja tanggapan orang saat diingatkan, dan mengapa? (b) Apa tanggapan orang yang sombong saat dinasihati? 2. Mengapa orang Kristen sejati menghargai nasihat dari Firman Allah? 3. Sikap apa yang patut kita tiru dari sang pemazmur?
12
MENARA PENGAWAL
menganggapnya sebagai beban? Sekalipun adakalanya kita kesal saat dinasihati, jangan kecil hati. Kita bisa memperkuat kepercayaan kita bahwa menaati perintah Allah itu adalah yang terbaik. Mari kita bahas tiga caranya. PERKUAT KEPERCAYAAN MELALUI DOA
Raja Daud mengalami banyak pasang surut dalam hidupnya. Namun, ada satu hal yang tidak pernah berubah, ia sepenuhnya memercayai Sang Pencipta. Ia mengatakan, ”Kepadamu, oh, Yehuwa, kuangkat jiwaku. Oh, Allahku, kepadamu aku menaruh kepercayaan.” (Mz. 25: 1, 2) Bagaimana Daud bisa begitu percaya kepada Bapak surgawinya? 5 Banyak orang berdoa kepada Allah hanya kalau ada problem. Bagaimana kalau seorang sahabat atau kerabat berbicara kepada Saudara hanya kalau ia butuh uang atau bantuan? Lama-lama, Saudara mungkin akan ragu apakah ia sahabat sejati. Tapi, Daud bukan orang seperti itu. Dari doa-doanya kita bisa tahu bahwa sepanjang hidupnya, saat senang atau susah, Daud benar-benar beriman dan mengasihi Yehuwa.—Mz. 40:8. 6 Perhatikan ungkapan pujian dan rasa syukur Daud kepada Yehuwa, ”Oh, Yehuwa, Tuan kami, betapa agung namamu di seluruh bumi, engkau yang kehormatannya diceritakan mengatasi langit!” (Mz. 8:1) Dapatkah Saudara merasakan hangatnya persahabatan Daud dengan Bapak surgawinya? Daud begitu takjub akan kemuliaan dan keagungan Allah sehingga ia tergugah untuk memuji-Nya ”sepanjang hari”.—Mz. 35:28. 7 Seperti Daud, kita perlu sering berko4
4. Satu hal apa yang tidak pernah berubah dalam kehidupan Daud? 5, 6. Apa yang ditunjukkan doa-doa Daud tentang hubungannya dengan Yehuwa? 7. Apa manfaatnya kalau kita sering berkomunikasi dengan Allah? 15 SEPTEMBER 2013
munikasi dengan Yehuwa agar kita semakin percaya kepada-Nya. Alkitab mengatakan, ”Mendekatlah kepada Allah dan ia akan mendekat kepadamu.” (Yak. 4:8) Mendekat kepada Allah melalui doa juga penting untuk mendapat roh kudus. —Baca 1 Yohanes 3:22. 8 Apakah Saudara berdoa dengan katakata atau kalimat yang itu-itu saja? Jika ya, sebelum berdoa, pikirkan sejenak apa yang ingin Saudara katakan. Jika kita mengucapkan kata-kata yang sama setiap kali bertemu dengan sahabat atau kerabat, apakah dia akan senang? Mungkin dia akan menutup telinganya. Yehuwa memang tidak pernah mengabaikan doa yang tulus dari setiap hamba-Nya yang loyal. Namun, kita hendaknya berupaya untuk tidak mengatakan hal yang sama berulang-ulang. 9 Jelaslah, jika kita ingin lebih dekat dengan Allah, doa kita janganlah tentang hal-hal yang umum saja. Semakin sering kita mencurahkan isi hati kepada Yehuwa, semakin akrab dan semakin percaya kita kepada-Nya. Maka, apa saja yang hendaknya kita doakan? Firman-Nya menjawab, ”Dalam segala sesuatu nyatakanlah permintaanmu kepada Allah melalui doa dan permohonan yang disertai ucapan syukur.” (Flp. 4:6) Sebenarnya, apa pun yang memengaruhi kehidupan kita atau persahabatan kita dengan Allah layak didoakan. 10 Kita dapat belajar dari doa pria dan wanita setia yang dicatat dalam Alkitab. (1 Sam. 1:10, 11; Kis. 4:24-31) Buku Mazmur memuat kumpulan doa dan nyanyian yang sepenuh hati kepada Yehuwa. Kita bisa membaca segala macam ungkapan emosi, mulai dari kesedihan yang 8. Sewaktu berdoa, mengapa kita hendaknya tidak mengatakan hal yang sama berulang-ulang? 9, 10. (a) Apa saja yang bisa kita doakan? (b) Bagaimana kita bisa lebih mengungkapkan perasaan kita dalam doa?
13
mendalam hingga kebahagiaan yang meluap-luap. Dengan mencermati kata-kata dalam doa orang-orang yang loyal itu, kita bisa lebih mengungkapkan perasaan kita kepada Yehuwa. Daud menyatakan, ”Pengingat dari Yehuwa itu dapat dipercaya, membuat orang yang kurang berpengalaman berhikmat.” (Mz. 19:7) Ya, walaupun tak berpengalaman, kita bisa menjadi berhikmat dengan menaati perintah Allah. Namun, beberapa nasihat Alkitab perlu direnungkan jika kita ingin mendapat manfaatnya. Misalnya, jika kita telah merenungkan prinsip Alkitab, kita bisa tetap loyal sewaktu mendapat tekanan di sekolah atau di tempat kerja. Kita pun bisa menaati hukum Allah tentang darah dan kenetralan Kristen, juga menerapkan prinsip Alkitab tentang pakaian dan dandanan. Dengan merenungkan nasihat Allah, kita bisa mempersiapkan diri dan memutuskan apa yang akan kita lakukan sebelum suatu situasi terjadi. Maka, kita tidak akan salah langkah dan terhindar dari penyesalan.—Ams. 15:28. 12 Sementara kita menantikan terwujudnya janji Allah, apakah jalan hidup kita menunjukkan bahwa kita tetap sadar secara rohani? Contohnya, apakah kita benar-benar yakin bahwa Babilon Besar segera dihancurkan? Apakah hidup kekal di Firdaus masih nyata bagi kita seperti ketika kita pertama kali mempelajarinya? Apakah kita tetap bersemangat mengabar dan tidak terlalu disibukkan dengan urusan pribadi? Bagaimana dengan harapan kebangkitan, penyucian nama Yehuwa, dan pembenaran kedaulatan-Nya? Apakah kita masih menganggapnya pen-
ting? Dengan merenungkan pertanyaanpertanyaan seperti itu, pengingat-pengingat dari Allah bisa ’menjadi milik kita sampai waktu yang tidak tertentu’.—Mz. 119:111. 13 Ada hal-hal dalam Alkitab yang tidak sepenuhnya kita pahami karena Yehuwa memang belum membuatnya jelas. Yesus berkali-kali memberi tahu para rasulnya bahwa ia harus menderita dan dibunuh. (Baca Matius 12:40; 16:21.) Namun, para rasul tidak memahaminya. Mereka baru mengerti setelah Yesus dibangkitkan, menampakkan diri kepada sejumlah murid, dan ”membukakan pikiran mereka sepenuhnya agar memahami makna Tulisan-Tulisan Kudus”. (Luk. 24:44-46; Kis. 1:3) Demikian pula, para pengikut Kristus baru mengerti bahwa Kerajaan Allah akan didirikan di surga setelah roh kudus dicurahkan atas mereka pada Pentakosta 33 M.—Kis 1:6-8. 14 Begitu juga pada awal abad ke-20, orang Kristen sejati pernah salah memperkirakan hal-hal yang akan terjadi selama ”hari-hari terakhir”. (2 Tim. 3:1) Misalnya, pada tahun 1914, ada yang berpikir bahwa mereka akan segera diangkat ke surga. Saat harapan itu tidak terwujud, mereka terus menyelidiki Alkitab dan menyadari bahwa ada pekerjaan pengabaran besar-besaran yang harus dilakukan terlebih dahulu. (Mrk. 13:10) Maka, pada tahun 1922, J.F. Rutherford, yang menjadi teladan dalam pekerjaan pengabaran, memberi tahu hadirin kebaktian internasional di Cedar Point, Ohio, AS, ”Lihat, sang Raja memerintah! Kalian adalah pemberita-pemberitanya. Karena itu umumkan, umumkan, umumkan, Raja dan kerajaannya.” Sejak saat itu, memberitakan ”kabar baik kerajaan”
11. Mengapa kita perlu merenungkan pengingat Allah? 12. Agar pengingat Allah menjadi milik kita, pertanyaan apa saja yang perlu kita renungkan?
13. Mengapa orang Kristen abad pertama sulit memahami beberapa hal? Berikan contoh. 14. Contoh bagus apa yang diberikan oleh saudara-saudara kita pada awal abad ke-20?
RENUNGKAN PENGINGAT ALLAH 11
14
MENARA PENGAWAL
Apakah Saudara akan memperlihatkan kepercayaan kepada Yehuwa, seperti orang Israel pada zaman Yosua? (Lihat paragraf 17, 18)
telah menjadi ciri khas hamba Yehuwa. —Mat. 4:23; 24:14. 15 Ada baiknya kita merenungkan bagaimana Yehuwa telah mewujudkan janji-Nya bagi umat-Nya, baik dulu maupun sekarang. Dengan demikian, kita akan semakin percaya bahwa Yehuwa mampu melaksanakan kehendak-Nya di masa depan. Selain itu, jika kita merenungkan nubuat-nubuat yang belum terjadi, kita akan tetap bersemangat menantikannya dan semakin percaya bahwa janji-janjiNya pasti akan terwujud. PERKUAT KEPERCAYAAN MELALUI KEGIATAN IBADAT 16 Yehuwa adalah Allah yang dinamis, atau aktif. Sang pemazmur mengatakan,
15. Mengapa baik untuk merenungkan apa yang telah Allah lakukan bagi umat-Nya? 16. Berkat apa yang kita nikmati jika kita terus aktif dalam pelayanan? 15 SEPTEMBER 2013
”Siapakah yang penuh semangat seperti engkau, oh, Yah?” Dan, ia menambahkan, ”Tanganmu kuat, tangan kananmu terangkat tinggi.” (Mz. 89:8, 13) Karena itu, Yehuwa menghargai dan memberkati upaya kita untuk melayani Dia. Ia tahu bahwa hamba-hamba-Nya, pria atau wanita, tua atau muda, tidak bersantai-santai dan makan ”roti kemalasan”. (Ams. 31:27) Kita meniru Pencipta kita dan terus sibuk melakukan kegiatan teokratis. Kalau kita melayani Allah dengan sepenuh hati, kita akan bahagia dan Yehuwa pun senang.—Baca Mazmur 62:12. 17 Mengapa kepercayaan kepada Yehuwa akan semakin kuat jika kita menunjukkan iman melalui perbuatan? Perhatikan apa yang terjadi ketika Israel 17, 18. Berikan contoh bahwa kita akan semakin percaya pada nasihat Yehuwa jika kita menunjukkan iman melalui perbuatan.
15
akan memasuki Tanah Perjanjian. Yehuwa menyuruh para imam yang mengusung tabut perjanjian untuk masuk dan berjalan melintasi Sungai Yordan. Tapi, ketika bangsa itu tiba di dekat sungai, ternyata airnya sedang meluap karena hujan musim semi. Apa yang akan dilakukan orang Israel? Apakah mereka akan mendirikan kemah di tepi sungai dan menunggu berminggu-minggu hingga air sungai surut? Tidak, mereka percaya penuh kepada Yehuwa dan menaati perintah-Nya. Hasilnya? ”Sewaktu imam-imam itu menginjakkan kakinya ke dalam air sungai, seketika itu juga arus sungai itu terputus. . . . Para imam yang memikul Peti Perjanjian itu tetap berdiri di tengah-tengah sungai sampai seluruh umat Israel tiba di seberang.” (Yos. 3:12-17, Bahasa Indonesia Masa Kini) Bayangkan, betapa takjub dan senangnya orang Israel melihat air yang bergelora itu tiba-tiba surut! Ya, iman mereka kepada Yehuwa dikuatkan karena mereka memercayai perintah-Nya. 18 Memang, dewasa ini Yehuwa tidak membuat mukjizat untuk umat-Nya. Tapi, Ia memberkati mereka jika mereka memperlihatkan iman dan menaati perintah-Nya. Tenaga aktif Allah memberi mereka kekuatan untuk memberitakan Kerajaan di seluruh dunia. Dan Kristus Yesus, sebagai Saksi utama bagi Yehuwa, meyakinkan para muridnya bahwa ia akan mendukung mereka dalam tugas penting ini, ”Pergilah dan buatlah orangorang dari segala bangsa menjadi murid, . . . aku menyertai kamu sepanjang masa sampai penutup sistem ini.” (Mat. 28:19, 20) Banyak Saksi yang mungkin tadinya pemalu dan mudah gugup bisa menceritakan bahwa roh kudus Allah telah memberi mereka keberanian untuk mengabar kepada orang yang tidak mereka kenal.—Baca Mazmur 119:46; 2 Korintus 4:7.
16
Beberapa saudara dan saudari tidak bisa melakukan sebanyak yang mereka inginkan dalam pelayanan karena penyakit atau usia tua. Namun, mereka bisa yakin bahwa ”Bapak belas kasihan yang lembut dan Allah segala penghiburan” memahami situasi setiap hamba-Nya. (2 Kor. 1:3) Ia menghargai apa pun yang bisa kita lakukan untuk melayani-Nya sesuai dengan keadaan kita. Kita semua perlu ingat bahwa yang terutama menyelamatkan kita adalah iman akan korban tebusan Kristus. —Ibr. 10:39. 20 Dalam ibadat, kita mengerahkan waktu, tenaga, dan hal-hal materi sebanyak-banyaknya. Ya, kita ingin ’melakukan pekerjaan seorang penginjil’ dengan segenap hati. (2 Tim. 4:5) Kita senang melakukannya karena orang lain bisa ”memperoleh pengetahuan yang saksama tentang kebenaran”. (1 Tim. 2:4) Jelaslah, dengan menghormati dan memuji Yehuwa, kita akan menjadi kaya secara rohani. (Ams. 10:22) Dan, kepercayaan kita kepada Sang Pencipta akan kokoh, tak tergoyahkan.—Rm. 8:35-39. 21 Seperti yang telah kita bahas, kita tidak bisa secara otomatis memercayai petunjuk Yehuwa yang bijaksana; kita perlu mengupayakannya. Jadi, andalkan Yehuwa melalui doa. Renungkan bagaimana Yehuwa sudah dan akan mewujudkan kehendak-Nya. Dan, teruslah perkuat kepercayaan Saudara kepada Yehuwa melalui kegiatan ibadat. Ya, pengingat dari Yehuwa akan terus ada selama-lamanya. Jika Saudara mengindahkannya, Saudara pun akan hidup selamanya! 19
19. Meskipun tidak bisa melakukan sebanyak yang kita inginkan, kita bisa yakin akan hal apa? 20, 21. Kalau kita memercayai Yehuwa, apa saja yang akan kita lakukan? MENARA PENGAWAL
SUDAHKAH SAUDARA BERUBAH?
”Berubahlah dengan mengubah pikiranmu.” —RM. 12:2.
BISAKAH SAUDARA MENJELASKAN?
Mengapa semua orang Kristen harus berubah?
Perubahan apa yang harus dibuat setiap orang Kristen?
Bagaimana kita bisa membuat perubahan yang dibutuhkan?
KITA semua sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan cara kita dibesarkan. Itu memengaruhi cara kita berpakaian, makanan yang kita sukai, dan tingkah laku kita. Mengapa? Antara lain karena pengaruh orang-orang di sekitar kita dan apa yang kita alami dalam hidup. 2 Namun, ada yang jauh lebih penting daripada makanan dan pakaian yang kita pilih. Misalnya, dari kecil kita diajar tentang berbagai hal yang benar dan yang salah, yang boleh dan yang tidak boleh. Kebanyakan hal itu sifatnya pribadi dan berbeda dari satu orang ke orang lainnya. Hati nurani kita pun bisa memengaruhi pilihan kita. Alkitab mengatakan bahwa sering kali ”orang-orang dari bangsa-bangsa yang tidak memiliki hukum, secara alami melakukan perkara-perkara yang terdapat dalam hukum”. (Rm. 2:14) Tetapi, apakah ini berarti bahwa selama tidak ada hukum yang jelas dari Allah, kita boleh ikuti saja kebiasaan keluarga kita dan kebiasaan yang umum di daerah kita? 3 Setidaknya ada dua alasan penting mengapa orang Kristen tidak boleh begitu. Pertama, Alkitab mengingatkan kita, ”Ada jalan yang lurus dalam pandangan seseorang, tetapi ujungnya adalah jalanjalan kematian.” (Ams. 16:25) Sebagai manusia yang tidak sempurna, kita tidak punya kesanggupan untuk menentukan apa yang benar-benar bisa membimbing kita. (Ams. 28:26; Yer. 10:23) Kedua, Alkitab menunjukkan bahwa tren dan kebiasaan dunia ini dipengaruhi dan dikendalikan Setan, ”allah sistem ini”. (2 Kor. 4:4; 1 Yoh. 5:19) Jadi, jika ingin diberkati dan disayangi Yehuwa, kita perlu mengikuti nasihat di Roma 12:2.—Baca. 1, 2. Apa pengaruh lingkungan dan cara kita dibesarkan? 3. Apa dua alasan orang Kristen tidak mengikuti kebiasaan yang diterima umum?
17
Ada beberapa hal penting yang dicatat di Roma 12:2 yang perlu kita perhatikan. (1) Mengapa kita perlu ’berubah’? (2) Perubahan itu mencakup apa? dan (3) Bagaimana kita bisa berubah? Mari kita bahas pertanyaan ini satu per satu. 4
MENGAPA PERLU BERUBAH?
Kata-kata rasul Paulus dalam suratnya kepada orang Roma ditujukan untuk orang Kristen terurap, bukan untuk orang non-Kristen atau masyarakat umum. (Rm. 1:7) Paulus mendesak mereka untuk berubah dan ’berhenti dibentuk menurut sistem ini’. Bagi orang Kristen di Roma yang hidup sekitar tahun 56 M, ”sistem ini” mencakup standar, gaya hidup, tata cara, dan kebiasaan khas orang Roma. Paulus menggunakan kata ’berhenti’, yang menyiratkan bahwa masih ada di antara mereka yang terpengaruh oleh sistem itu. Seperti apa pengaruhnya atas saudara dan saudari kita pada masa itu? 6 Dewasa ini, wisatawan yang mengunjungi Roma bisa melihat puingpuing kuil, makam, monumen, arena, teater, dan bangunan lainnya. Beberapa bahkan dibuat pada abad pertama. Peninggalan-peninggalan itu memberi petunjuk tentang kehidupan sosial dan agama di Roma kuno. Di buku-buku sejarah, kita juga bisa membaca mengenai permainan gladiator, pacuan kereta kuda, serta pertunjukan drama dan musik dalam beragam tema, yang beberapa di antaranya cabul. Roma juga merupakan pusat perdagangan yang makmur. Ada banyak kesempatan untuk mencari uang di sana.—Rm. 6:21; 1 Ptr. 4:3, 4. 5
4. Apa yang akan kita bahas di artikel ini? 5. Kata-kata Paulus di Roma 12:2 ditujukan kepada siapa? 6, 7. Pada zaman Paulus, bagaimana keadaan sosial dan agama menjadi tantangan bagi orang Kristen di Roma?
18
Banyak orang perlu keluar dari dunia Setan dan berubah (Lihat paragraf 9)
Walaupun punya banyak kuil dan patung dewa-dewi, orang Roma tidak punya hubungan akrab dengan dewadewi yang mereka sembah. Bagi mereka, agama itu hanya ritual untuk kelahiran, pernikahan, dan pemakaman, sebagai bagian dari kehidupan sosial mereka. Ini pasti menjadi tantangan karena itulah latar belakang kebanyakan orang Kristen di Roma. Jadi, mereka memang perlu berubah agar menjadi orang Kristen sejati. Dan, perubahan itu akan terus berlangsung bahkan setelah mereka dibaptis. 8 Seperti Roma, dunia dewasa ini juga menjadi ancaman bagi orang Kristen yang berbakti. Mengapa? Karena roh dunia ada di mana-mana. (Baca Efesus 2:2, 3; 1 Yohanes 2:16.) Setiap hari, kita berhadapan dengan keinginan, pikiran, prinsip, dan moral dunia. Kita selalu berada dalam bahaya karena bisa terpengaruh oleh hal-hal itu. Jadi, ada banyak alasan mengapa kita harus mendengarkan nasihat terilham untuk ’berhenti 7
8. Bagaimana dunia ini menjadi ancaman bagi orang Kristen dewasa ini? MENARA PENGAWAL
’Biarlah semua kemarahan dan murka dan teriakan serta cacian disingkirkan darimu.’—Ef. 4:31
dibentuk menurut sistem ini’ dan ’berubah’. Apa yang harus kita lakukan? APA YANG PERLU DIUBAH?
Seraya belajar Alkitab dan menerapkannya, seseorang mulai membuat kemajuan rohani dan mengubah jalan hidupnya. Ia tidak lagi ikut dalam kegiatan yang menyangkut agama palsu dan membuang sifat-sifat buruk yang dulu ia miliki, lalu mengembangkan kepribadian Kristen. (Ef. 4:22-24) Kita senang melihat ratusan ribu orang membuat kemajuan seperti itu tiap tahun. Mereka memenuhi syarat untuk dibaptis sebagai lambang pembaktian kepada Allah Yehuwa. Ini pasti membuat hati Yehuwa senang. (Ams. 27:11) Tetapi coba pikir, apakah perubahan itu saja sudah cukup? 10 Sebenarnya, perubahan ini mencakup lebih daripada membuat kemajuan atau meningkatkan mutu. Sebuah produk bisa saja dikatakan lebih bermutu, 9
tapi pada dasarnya masih produk yang sama. Mungkin ada satu macam bahan baku yang ditambah dan kemasannya dibuat lebih bagus. Sebuah kamus Alkitab mengatakan bahwa kata ”berubahlah” di Roma 12:2 berarti memperbarui atau mengubah pikiran kita dengan kuasa roh kudus. Jadi, perubahan yang perlu dibuat orang Kristen tidak hanya meninggalkan kebiasaan buruk, katakata kotor, dan perbuatan amoral. Ada orang yang tidak belajar Alkitab tetapi bisa dikatakan berupaya untuk tidak melakukan hal-hal itu. Maka, apa yang tercakup dalam perubahan yang harus dibuat orang Kristen? 11 Paulus menulis, ”Berubahlah dengan mengubah pikiranmu.” Dalam Alkitab, kata ’pikiran’ mencakup sikap, kesanggupan berpikir, dan apa yang cenderung kita pikirkan. Dalam suratnya kepada orang Roma, Paulus menyebut tentang orang-orang yang berada dalam ”keadaan mental yang tercela”. Mereka penuh dengan ’ketidakadilbenaran, kefasikan, keinginan akan milik orang lain, keburukan, kedengkian, pembunuhan, percekcokan, tipu daya’, dan hal-hal lain yang merusak. (Rm. 1:28-31) Tidak heran, Paulus mendesak hamba-hamba Allah yang dibesarkan dalam lingkungan seperti itu untuk ’berubah’ dan ’mengubah pikiran mereka’. 12 Sayangnya, kita dikelilingi oleh orang-orang seperti itu di dunia ini. Menurut mereka, orang yang berkukuh pada prinsip dan peraturan itu kuno dan tidak toleran. Para guru dan orang tua mengajarkan sikap serbaboleh dan mendukung cara berpikir ”bebas”. Bagi 11. Dari kata-kata Paulus, perubahan menca-
9. Sebelum memenuhi syarat untuk dibaptis,
kup apa?
banyak orang membuat perubahan apa? 10. Mengapa perubahan berbeda dengan peningkatan mutu?
12. Menurut Saudara, bagaimana cara berpikir
15 SEPTEMBER 2013
orang-orang sekarang? Bagaimana sikap ini bisa berbahaya bagi orang Kristen?
19
mereka tidak ada hal yang mutlak; semuanya relatif. Bahkan banyak orang yang mengaku religius merasa bebas melakukan apa yang mereka rasa benar, tidak wajib menaati Allah dan perintahperintah-Nya. (Mz. 14:1) Sikap ini bisa sangat berbahaya bagi orang Kristen sejati. Jika lengah, mereka bisa punya pandangan yang sama terhadap pengaturan teokratis. Mereka mungkin tidak mau mengikuti pengaturan di sidang dan bahkan memprotes apa pun yang tidak mereka sukai. Atau, mereka bisa jadi tidak sepenuhnya setuju dengan nasihat berdasarkan Alkitab tentang hiburan, Internet, dan mengejar pendidikan tinggi. 13 Demikian pula, agar tidak lagi dibentuk oleh dunia ini, kita perlu dengan jujur memeriksa bagaimana sesungguhnya sikap dan perasaan kita, tujuan dan prinsip hidup kita. Orang lain mungkin tidak bisa melihat hal-hal itu. Mereka mungkin bilang kita baik-baik saja. Namun, hanya kitalah yang paling tahu apakah pelajaran yang kita dapat dari Alkitab sudah mengubah dan terus mengubah kita dalam hal-hal itu.—Baca Yakobus 1:23-25. BAGAIMANA PERUBAHAN TERJADI 14 Perubahan itu mencakup batin kita, jadi kita perlu sesuatu yang dapat menembus sampai ke dalam diri kita. Apa yang bisa membantu? Sewaktu belajar Alkitab, kita tahu apa yang Yehuwa minta dari kita. Nah, reaksi kita terhadap hal itu menunjukkan apa yang ada dalam hati kita dan apa saja perubahan yang perlu kita buat untuk bertindak selaras dengan kehendak Allah yang sempurna.—Rm. 12:2; Ibr. 4:12.
13. Mengapa kita perlu memeriksa diri dengan jujur? 14. Apa yang bisa membuat kita tahu hal apa saja yang harus diubah?
20
Baca Yesaya 64:8. Ilustrasi yang nabi Yesaya gunakan mengajar kita hal penting. Bagaimana Yehuwa sebagai Perajin Tanah Liat membentuk kita sebagai tanah liat? Tentu saja, Ia tidak mengubah kita secara fisik, misalnya membuat penampilan kita menjadi lebih menarik. Yehuwa menyediakan pelatihan rohani, bukan jasmani. Jika kita membiarkan Dia membentuk kita, itu akan menghasilkan perubahan dalam batin kita, atau secara rohani. Itulah yang kita butuhkan untuk melawan pengaruh dunia. Bagaimana pembentukan ini terjadi? 16 Untuk membuat kerajinan tanah liat yang bagus, seorang perajin menggunakan bahan berkualitas tinggi. Namun, ada dua hal yang perlu ia lakukan. Pertama-tama, tanah liat perlu dicuci agar bersih dari bahan-bahan yang tidak perlu. Lalu, tanah liat harus dicampur dengan air dalam jumlah yang pas agar tetap empuk selama dibentuk. 17 Perhatikan bahwa air digunakan baik untuk membersihkan tanah liat maupun membuatnya cukup empuk agar bisa dibentuk menjadi kerajinan, bahkan yang indah. Demikian juga, apakah Saudara bisa melihat peranan Firman Allah dalam kehidupan kita? Itu bisa membantu kita membersihkan cara berpikir kita yang lama sewaktu tidak mengenal Allah dan mengubah kita menjadi sesuatu yang berharga di mata Allah. (Ef. 5:26) Pikirkan seberapa sering kita didesak untuk membaca Alkitab setiap hari dan rutin menghadiri 15
15. Perubahan apa yang bisa terjadi jika Yehuwa membentuk kita? 16, 17. (a) Jelaskan cara seorang perajin mengubah tanah liat menjadi kerajinan yang indah. (b) Bagaimana Firman Allah membantu kita untuk berubah menjadi sesuatu yang berharga bagi Yehuwa? MENARA PENGAWAL
perhimpunan, tempat Firman Allah dibahas. Mengapa kita dianjurkan untuk melakukan itu semua? Karena dengan begitu, kita merelakan diri dibentuk Yehuwa.—Mz. 1:2; Kis. 17:11; Ibr. 10:24, 25. 18 Jika kita ingin Firman Allah mengubah kita, tidak cukup hanya rutin membaca dan mempelajarinya. Itu baru permulaan. Banyak orang membaca Alkitab secara rutin sehingga cukup mengenal isinya. Kita mungkin pernah bertemu dengan orang seperti itu dalam pengabaran. Ada yang bahkan bisa hafal ayat-ayat Alkitab.1 Namun, hal ini tidak banyak berpengaruh pada jalan hidup dan cara berpikir mereka. Apa yang kurang? Seseorang harus membiarkan Firman Allah masuk ke lubuk hatinya agar itu bisa memengaruhi dan mengubahnya. Jadi, kita harus merenungkan apa yang telah kita pelajari. Kita bisa bertanya pada diri sendiri, ’Apakah saya yakin ini bukan cuma ajaran agama? Apakah saya sudah lihat buktinya kalau inilah kebenaran? Lagi pula, apakah saya sudah terapkan ini dalam hidup saya, tidak hanya mengajarkannya pada orang lain? Apakah saya merasa seolaholah Yehuwa bicara langsung dengan saya?’ Dengan memikirkan dan merenungkan pertanyaan-pertanyaan seperti itu, kita akan memiliki hubungan yang lebih dalam dengan Yehuwa. Kita akan semakin mengasihi Dia. Begitu hati kita tersentuh, perubahan yang positif akan terjadi.—Ams. 4:23; Luk. 6:45. 19 Dengan membaca dan merenung1 Lihat contoh di Menara Pengawal 1 Februari 1994, halaman 9, paragraf 7. 18. (a) Mengapa kita perlu merenung agar Firman Allah memengaruhi dan mengubah kita? (b) Pertanyaan apa saja yang bisa membantu kita? 19, 20. Nasihat Alkitab mana yang perlu kita lakukan agar mendapat berkat? 15 SEPTEMBER 2013
Jika Saudara berubah, Saudara bisa mengatasi masalah dengan lebih baik dibanding sebelumnya (Lihat paragraf 18)
kan Firman Allah setiap hari, kita akan termotivasi untuk terus melakukan hal yang kemungkinan besar sedang kita lakukan, yaitu ’menanggalkan kepribadian lama bersama praktek-prakteknya, dan mengenakan kepribadian baru, yang melalui pengetahuan yang saksama terus-menerus diperbarui’. (Kol. 3: 9, 10) Ya, kita bisa terus berhasil melakukannya jika kita semakin memahami Firman Allah dan merasakan pengaruhnya. Kita akan memiliki kepribadian Kristen yang baru yang akan melindungi kita dari siasat licik Setan. 20 ”Sebagai anak-anak yang taat, berhentilah dibentuk menurut keinginan yang kamu miliki sebelumnya,” kata rasul Petrus, tetapi ”hendaklah kamu juga menjadi kudus dalam seluruh tingkah lakumu”. (1 Ptr. 1:14, 15) Jika kita berusaha sebisa-bisanya menyingkirkan cara berpikir dan tingkah laku kita yang dulu dan mau berubah, kita akan mendapat banyak berkat, sebagaimana yang akan kita bahas di artikel berikutnya.
21
BUATLAH KEPUTUSAN PRIBADI DENGAN BIJAK ”Percayalah kepada Yehuwa dengan segenap hatimu dan jangan bersandar pada pengertianmu sendiri.” —AMS. 3:5.
APA JAWABANNYA?
Apa maksudnya menggunakan pikiran yang sehat sewaktu membuat keputusan?
Bagaimana kita bisa belajar membuat keputusan dengan bijak?
Apa yang bisa membantu kita melaksanakan keputusan yang kita buat?
KEPUTUSAN! Keputusan! Setiap hari kita membuat keputusan. Apa pendapat Saudara soal membuat keputusan? Ada orang yang ingin memutuskan sendiri segala sesuatu. Dia merasa berhak membuat keputusan sendiri dan tidak suka jika orang lain memutuskan sesuatu untuknya. Namun, ada orang yang tidak berani membuat keputusan besar dalam kehidupan. Ada juga yang membaca buku panduan atau meminta nasihat dari seorang pakar dan bahkan membayar mahal agar mendapat saran yang dia rasa perlu. 2 Sementara itu, banyak di antara kita tahu bahwa ada hal-hal yang tidak bisa kita putuskan sendiri. Tetapi, kita senang karena dalam banyak bidang kehidupan, kita bisa membuat keputusan pribadi. (Gal. 6:5) Walau begitu, kita bisa jadi mengakui bahwa tidak semua keputusan kita itu bijak atau bermanfaat. 3 Sebagai hamba Allah, kita senang karena Ia menyediakan banyak petunjuk yang jelas dalam berbagai bidang kehidupan yang penting. Kita tahu bahwa jika kita mengikutinya, keputusan kita akan bermanfaat bagi kita sendiri sekaligus menyenangkan Yehuwa. Namun, bisa saja kita menghadapi masalah dan keadaan yang tidak secara langsung disebut dalam Firman Allah. Bagaimana kita akan membuat keputusan? Misalnya, kita tahu mencuri itu salah. (Ef. 4:28) Tetapi, apa sebenarnya mencuri itu? Apakah itu ditentukan oleh alasan barang itu dicuri, nilainya, atau hal lain? Bagaimana kita membuat keputusan dalam halhal yang tidak diperinci dalam Alkitab? Apa yang bisa membimbing kita? 1, 2. Apakah Saudara senang membuat keputusan? Bagaima-
na perasaan Saudara tentang keputusan-keputusan yang telah Saudara buat? 3. Petunjuk apa yang kita dapat dalam membuat keputusan? Namun, ada tantangan lain apa?
22
MENARA PENGAWAL
GUNAKAN PIKIRAN YANG SEHAT
Sewaktu kita akan membuat keputusan penting, rekan Kristen kita mungkin menyarankan untuk memikirkannya baik-baik. Itu memang nasihat yang baik. Agar kita tidak cepat-cepat mengambil keputusan, Alkitab mengingatkan, ”Setiap orang yang tergesa-gesa pasti menuju kekurangan.” (Ams. 21:5) Tetapi, apakah itu berarti kita cukup berpikir dengan cermat, tidak tergesa-gesa, masuk akal, dan mempertimbangkan segala segi? Semua itu bisa membantu kita mengambil keputusan yang benar, tapi ada hal lain lagi yang tercakup.—Rm. 12:3; 1 Ptr. 4:7. 5 Memang, tidak ada orang yang bisa sepenuhnya berpikir dengan benar. Mengapa? Kita semua lahir dalam keadaan berdosa dan tidak sempurna sehingga tubuh dan pikiran kita jauh dari kesempurnaan. (Mz. 51:5; Rm. 3:23) Selain itu, banyak di antara kita dulu adalah orang-orang yang pikirannya ’dibutakan’ oleh Setan, tidak kenal Yehuwa dan standar-standar-Nya yang benar. (2 Kor. 4:4; Tit. 3:3) Jadi, jika kita mendasarkan keputusan hanya pada apa yang kita rasa benar dan masuk akal, kita bisa menipu diri sendiri, meski kita sudah memikirkannya baik-baik.—Ams. 14:12. 6 Walaupun tubuh dan pikiran kita jauh dari kesempurnaan, Bapak surgawi kita, Yehuwa, sempurna dalam segala sesuatu. (Ul. 32:4) Syukurlah, Ia telah menyediakan apa yang kita butuhkan untuk mengubah pikiran kita dan mengembangkan pikiran yang sehat. (Baca 2 Timotius 1:7.) Sebagai orang Kristen, kita ingin berpikir, bernalar, dan bertindak secara masuk akal. Untuk itu, kita harus 4
4. Nasihat apa yang mungkin kita terima se-
waktu akan membuat keputusan penting? 5. Mengapa kita tidak bisa sepenuhnya berpikir dengan benar? 6. Apa yang bisa membantu kita mengembangkan pikiran yang sehat? 15 SEPTEMBER 2013
menguasai atau mengendalikan pikiran serta perasaan kita dan meniru cara Yehuwa berpikir, merasa, dan bertindak. 7 Pertimbangkan sebuah contoh. Di kalangan imigran tertentu, ada kebiasaan mengirim bayi mereka yang baru lahir kepada keluarga di negara asal, agar mereka sendiri bisa terus bekerja dan mencari uang.1 Seorang wanita yang tinggal di negeri asing melahirkan bayi laki-laki yang lucu. Kira-kira pada waktu itu, ia mulai belajar Alkitab dan membuat kemajuan rohani yang bagus. Teman-teman dan keluarga mulai mendesak dia dan suaminya untuk mengirim si bayi kepada kakekneneknya. Tetapi, karena sudah belajar Alkitab, wanita ini sadar bahwa sebagai orang tua, dia diberi tanggung jawab oleh Allah untuk membesarkan anaknya. (Mz. 127:3; Ef. 6:4) Apakah ia harus mengikuti kebiasaan yang masuk akal bagi banyak orang? Atau, apakah ia harus mengikuti apa yang ia pelajari dari Alkitab, dengan risiko mengalami kesulitan ekonomi serta diejek orang? Apa yang akan kita lakukan jika berada dalam situasi seperti itu? 8 Karena stres dan tertekan, wanita ini mencurahkan hatinya kepada Yehuwa untuk mencari bimbingan. Sewaktu membicarakan situasinya dengan guru Alkitab-nya dan beberapa orang lain di sidang, ia mulai memahami pandangan Yehuwa atas masalah itu. Ia juga mempertimbangkan kerusakan emosi yang bisa terjadi jika anak-anak yang sedang bertumbuh dipisahkan dari orang tuanya. Setelah memikirkan baik-baik nasihat Alkitab, ia menyimpulkan bahwa tidaklah benar jika ia mengirim bayinya. 1 Alasan lain di balik kebiasaan ini adalah kakeknenek bisa memamerkan cucu mereka kepada keluarga dan teman-teman. 7, 8. Ceritakan pengalaman yang menunjukkan bahwa seseorang bisa membuat keputusan yang baik meski mengalami tekanan dan kesusahan.
23
Sewaktu membuat keputusan yang benar dalam urusan sehari-hari, kita melatih daya pemahaman kita (Lihat paragraf 11)
Suaminya melihat para anggota sidang mengerahkan upaya untuk membantu dan ternyata bayinya tumbuh sehat dan bahagia. Ia menerima pelajaran Alkitab dan mulai menghadiri perhimpunan bersama istrinya. 9 Itu baru satu contoh, tapi itu menunjukkan bahwa menggunakan pikiran yang sehat tidak hanya berarti mengikuti apa yang kita atau orang lain rasa benar dan masuk akal. Pikiran dan hati kita yang tidak sempurna bagaikan jam yang bisa saja bergerak terlalu cepat atau terlalu lambat. Kita akan celaka jika dituntun olehnya. (Yer. 17:9) Kita perlu menyetel ulang hati dan pikiran kita dengan menggunakan standar Allah yang andal.—Baca Yesaya 55:8, 9. 10 Alkitab menasihati kita, ”Percayalah kepada Yehuwa dengan segenap hatimu dan jangan bersandar pada pengertianmu sendiri. Dalam segala jalanmu, berikanlah perhatian kepadanya, dan ia akan meluruskan jalan-jalanmu.” (Ams. 3:5, 6)
Perhatikan pernyataan ”jangan bersandar pada pengertianmu sendiri”. Itu diikuti dengan ”berikanlah perhatian kepada [Yehuwa]”. Dialah Pribadi yang benar-benar memiliki pikiran yang sehat. Jelaslah, kapan pun harus membuat keputusan, kita perlu berpaling pada Alkitab untuk mencari tahu pandangan Allah. Lalu, kita mesti membuat keputusan berdasarkan hal itu. Itulah maksudnya menggunakan pikiran yang sehat—meniru pikiran Yehuwa. LATIHLAH DAYA PEMAHAMAN SAUDARA
Tidaklah mudah untuk belajar membuat keputusan yang bijak dan melaksanakannya, terutama bagi mereka yang baru dalam kebenaran atau yang baru mulai membuat kemajuan rohani. Namun, mereka bisa melakukannya. Alkitab menggambarkan mereka sebagai anak kecil. Bagaimana anak kecil bisa belajar jalan tanpa jatuh? Kuncinya adalah melangkah sedikit-sedikit dan terus mengulanginya. Mereka juga seperti itu 11
9, 10. (a) Apa artinya menggunakan pikiran
yang sehat? (b) Bagaimana kita bisa melakukannya?
24
11. Apa kunci untuk belajar membuat keputus-
an yang bijak? MENARA PENGAWAL
dalam hal membuat keputusan. Ingatlah, Paulus menyebut orang yang matang sebagai orang ”yang karena penerapan telah terlatih daya pemahamannya untuk membedakan apa yang benar maupun yang salah”. Kata-kata ”karena penerapan” dan ”terlatih” memaksudkan usaha yang berulang-ulang dan terus-menerus. Itulah yang perlu dilakukan oleh mereka yang masih baru.—Baca Ibrani 5:13, 14. 12 Seperti disebutkan di awal, setiap hari kita harus membuat banyak keputusan, yang besar dan kecil. Menurut sebuah penelitian, lebih dari 40 persen tindakan kita dibuat berdasarkan kebiasaan, bukan karena dipikir baik-baik. Misalnya, tiap pagi kita harus memutuskan mau pakai baju apa. Kita mungkin menganggap ini hal kecil, dan kita membuat keputusan tanpa banyak pikir, apalagi jika sedang terburu-buru. Namun, kita harus pikirkan apakah pakaian kita cocok bagi seorang hamba Yehuwa. (2 Kor. 6:3, 4) Sewaktu membeli baju, kita mungkin berpikir soal tren dan mode. Tetapi, bagaimana dengan harganya dan kesan yang ditimbulkannya? Membuat keputusan yang benar dalam hal seperti ini bisa melatih daya pemahaman kita, dan nantinya bisa membantu kita membuat keputusan yang benar dalam hal yang lebih besar.—Luk. 16:10; 1 Kor. 10:31. KEMBANGKAN TEKAD UNTUK MELAKUKAN APA YANG BENAR 13 Memang, setelah kita membuat keputusan, tidak selalu mudah untuk menjalankannya. Misalnya, ada yang mau berhenti merokok tapi gagal karena kurang motivasi. Tekad dibutuhkan untuk menjalankan keputusan yang kita buat. Ada yang bilang tekad itu seperti otot; sema-
12. Bagaimana kita bisa belajar membuat keputusan yang bijak? 13. Apa yang dibutuhkan agar kita bisa melaksanakan keputusan yang telah dibuat? 15 SEPTEMBER 2013
kin dilatih, semakin kuat. Bila jarang digunakan, itu akan melemah. Kalau begitu, apa yang bisa menguatkan tekad kita untuk bertindak sesuai dengan keputusan yang kita buat? Kita perlu meminta bantuan Yehuwa.—Baca Filipi 2:13. 14 Paulus merasakan sendiri betapa sulitnya melakukan apa yang benar. Ia pernah meratap, ”Kesanggupan untuk memiliki keinginan ada padaku, tetapi kesanggupan untuk menghasilkan apa yang baik tidak ada.” Ia tahu apa yang ingin dan harus ia lakukan, tapi kadang-kadang sesuatu menghalanginya. Ia mengakui, ”Aku, yaitu manusia batiniahku, benar-benar menyukai hukum Allah, tetapi aku melihat dalam anggota-anggota tubuhku suatu hukum lain yang berperang melawan hukum pikiranku dan menjadikan aku tawanan hukum dosa yang terdapat dalam anggota-anggota tubuhku.”Apakah dia tidak punya harapan? Tentu saja punya. Ia mengatakan, ”Syukur kepada Allah melalui Yesus Kristus, Tuan kita!” (Rm. 7:18, 22-25) Ia juga menulis, ”Dalam segala perkara aku mempunyai kekuatan melalui dia yang memberikan kuasa kepadaku.”—Flp. 4:13. 15 Jelaslah, perlu tindakan tegas untuk menyenangkan Allah. Ingatlah kata-kata Elia sewaktu di Gunung Karmel kepada para penyembah Baal dan orang Israel yang murtad, ”Berapa lama kamu akan berjalan timpang di atas dua pendapat yang berbeda? Jika Yehuwa adalah Allah yang benar, ikutilah dia; tetapi jika Baal, ikutilah dia.” (1 Raj. 18:21) Orang Israel tahu apa yang harus dilakukan, tapi mereka ”berjalan timpang” karena tidak tegas. Sebaliknya, puluhan tahun sebelumnya, Yosua memberikan teladan ketika mengatakan kepada bangsa 14. Apa yang membuat Paulus punya tekad un-
tuk melakukan hal-hal yang ia tahu benar? 15. Apa hasilnya jika kita bertindak tegas? Dan,
bagaimana jika tidak tegas?
25
Perhatikan contoh berikut tentang seorang Saudara yang baru dibaptis. Ia sudah menikah dan memiliki tiga anak yang masih kecil. Suatu hari, teman kerjanya mengajak Saudara ini pindah kerja ke perusahaan lain yang gajinya lebih tinggi dan fasilitasnya lebih banyak. Saudara ini berpikir dan berdoa tentang hal itu. Ia memilih pekerjaannya yang seka-
rang, yang gajinya tidak terlalu tinggi, karena ia bisa libur pada akhir pekan sehingga bisa berhimpun dan berdinas bersama keluarganya. Saudara ini membayangkan bahwa ia tidak bisa lagi melakukan rutin itu jika ia menerima pekerjaan baru tersebut, apalagi di tahun pertama. Apakah kita pernah berada dalam situasi seperti itu? 17 Saudara ini menimbang-nimbang manfaat rohani dengan gaji yang lebih tinggi tersebut. Akhirnya, ia menolak ajakan temannya. Apakah ia menyesali keputusan itu? Sama sekali tidak. Ia merasa bahwa berkat-berkat rohani jauh lebih bermanfaat baginya dan keluarganya ketimbang gaji besar. Ia dan istrinya sangat senang ketika putri sulungnya yang berumur sepuluh tahun mengatakan bahwa dia sangat menyayangi orang tuanya, saudara-saudari, dan Yehuwa. Dia juga ingin membaktikan kehidupannya kepada Yehuwa dan ingin dibaptis. Dia pasti sangat menghargai teladan sang ayah yang mengutamakan ibadat kepada Yehuwa dalam hidupnya! 18 Seperti Musa memimpin orang Israel melewati padang belantara, Yesus Kristus selama puluhan tahun memimpin umat Allah melewati dunia Setan, yang akan segera dibinasakan. Dan, seperti Yosua memimpin orang Israel ke Tanah Perjanjian, Yesus Kristus memimpin para pengikutnya ke dunia baru. (2 Ptr. 3:13) Jadi, sekarang bukanlah saatnya untuk kembali ke cara berpikir, kebiasaan, tujuan, dan gaya hidup kita yang lama. Inilah saatnya untuk memahami dengan lebih jelas lagi kehendak Allah bagi kita. (Rm. 12:2; 2 Kor. 13:5) Semoga keputusan dan pilihan yang kita buat setiap hari membuat kita layak mendapat berkat Yehuwa selama-lamanya.—Baca Ibrani 10:38, 39.
16, 17. Ceritakan manfaatnya membuat keputusan yang sesuai dengan kehendak Allah.
18. Mengapa penting untuk membuat keputusan pribadi dengan bijak setiap hari?
Buatlah keputusan yang bijak dan temukan sukacita di antara umat Allah (Lihat paragraf 18)
Israel, ”Jika melayani Yehuwa adalah buruk di matamu, pilihlah pada hari ini siapa yang akan kamu layani . . . Aku dan rumah tanggaku, kami akan melayani Yehuwa.” (Yos. 24:15) Apa hasil tindakan Yosua yang tegas? Dia dan orang-orang lain yang mengikutinya diberkati dengan Tanah Perjanjian, ”suatu negeri yang berlimpah dengan susu dan madu”.—Yos. 5:6. BUATLAH KEPUTUSAN YANG BIJAK DAN TERIMALAH BERKAT 16
26
MENARA PENGAWAL
MERINTIS MEMBUAT KITA SEMAKIN AKRAB DENGAN ALLAH ’Betapa baiknya melantunkan melodi bagi Allah kita.’—MZ. 147:1.
PERTANYAAN UNTUK DIRENUNGKAN
Mengapa merintis membuat Saudara semakin akrab dengan Yehuwa?
Jika Saudara seorang perintis, bagaimana caranya agar Saudara bisa bertekun menjalankan hak istimewa itu?
Jika Saudara belum merintis, apa saja yang dapat Saudara lakukan agar bisa ikut merintis?
KALAU kita memikirkan dan bercerita tentang orang yang kita sayangi, biasanya kita akan semakin akrab dengan dia. Persahabatan kita dengan Yehuwa juga seperti itu. Ketika menjadi gembala, Daud suka memandangi bintang-bintang di langit sambil merenungkan betapa hebatnya Sang Pencipta. Dia menulis, ”Bila aku melihat langitmu, pekerjaan jarimu, bulan dan bintang-bintang yang telah engkau persiapkan, apakah manusia yang berkematian itu sehingga engkau mengingat dia, dan putra manusia sehingga engkau memperhatikan dia?” (Mz. 8:3, 4) Paulus juga pernah menulis tentang betapa hebatnya cara Yehuwa mewujudkan kehendak-Nya atas bangsa Israel rohani. Dia berseru, ”Oh, dalamnya kekayaan, hikmat, dan pengetahuan Allah!”—Rm. 11:17-26, 33. 2 Saat kita berdinas, kita memikirkan dan bercerita tentang Yehuwa. Hal itu membuat kita semakin akrab dengan Dia. Banyak perintis mengatakan bahwa dengan meningkatkan pelayanan, mereka jadi semakin mengasihi Yehuwa. Entah Saudara sudah merintis atau berencana untuk itu, Saudara bisa memikirkan: Mengapa Saudara bisa lebih akrab dengan Yehuwa kalau Saudara merintis? Kalau Saudara sudah menjadi perintis, Saudara bisa memikirkan, ’Bagaimana caranya agar saya bisa bertekun sebagai perintis?’ Kalau Saudara belum menjadi perintis, pikirkan, ’Apa yang dapat saya lakukan agar bisa merintis?’ Sekarang, mari kita bahas mengapa merintis membuat kita semakin akrab dengan Allah. MERINTIS—MENGAPA BISA MENGAKRABKAN? Kita akan semakin akrab dengan Yehuwa karena kita sering membicarakan berkat-berkat Kerajaan di masa depan. 3
1, 2. (a) Biasanya, apa hasilnya kalau kita memikirkan dan
bercerita tentang orang yang kita sayangi? (Lihat gambar di atas.) (b) Pertanyaan apa saja yang akan kita bahas? 3. Apa hasilnya jika kita membicarakan berkat-berkat Kerajaan di masa depan?
27
Ayat-ayat mana yang sering Saudara gunakan sewaktu menginjil dari rumah ke rumah? Mungkin yang paling sering adalah Mazmur 37:10, 11; Daniel 2:44; Yohanes 5:28, 29; atau Penyingkapan 21:3, 4. Setiap kali kita membahas janji-janji itu, kita diingatkan tentang betapa murah hatinya Allah karena Dia memberi kita ”pemberian yang baik” dan ”hadiah yang sempurna”. Itu akan mengakrabkan kita dengan Dia.—Yak. 1:17. 4 Saat kita melihat parahnya keadaan rohani orang-orang yang kita kabari, kita akan semakin yakin bahwa kebenaran itu berharga. Banyak orang di dunia ini tidak tahu caranya memperoleh kesuksesan dan kebahagiaan sejati. Banyak yang khawatir akan masa depan dan tidak punya harapan. Mereka masih bertanya-tanya untuk apa manusia hidup. Bahkan orang yang taat beragama pun tidak tahu banyak tentang Alkitab. Mereka mirip seperti orang Niniwe. (Baca Yunus 4:11.) Semakin sering kita berdinas, semakin kita menyadari betapa berbedanya keadaan rohani orang-orang itu dibandingkan dengan keadaan rohani umat Yehuwa. (Yes. 65:13) Kita jadi diingatkan tentang betapa baiknya Yehuwa. Dia sudah memuaskan kebutuhan rohani kita. Dia juga memberikan kesempatan kepada semua orang untuk mendapatkan karunia rohani serta harapan.—Pny. 22:17. 5 Dengan membantu orang-orang lain secara rohani, kita jadi tidak terlalu memusingkan masalah kita sendiri. Itulah yang dirasakan seorang perintis bernama Trisha. Ketika orang tuanya bercerai, dia sangat kecewa. ”Saya belum pernah sesedih itu,” katanya. Suatu hari, dia sedang murung dan rasanya tidak mau keluar rumah. Tapi akhirnya dia pergi juga untuk memandu PAR 4. (a) Bagaimana keadaan rohani orang-orang yang kita temui dalam dinas? (b) Mengapa hal itu membuat kita semakin menghargai kebaikan hati Allah? 5. Jika kita membantu orang-orang lain secara rohani, apa pengaruhnya atas diri kita?
28
dengan tiga anak kecil. Keluarga mereka berantakan. Ayah mereka sudah pergi meninggalkan mereka, sementara abang mereka bersikap kejam. Trisha mengatakan, ”Semua masalah serta kesedihan yang saya alami tidak ada apa-apanya dibanding mereka. Waktu kami belajar Alkitab, wajah mereka berseri-seri dan mereka tertawa cekikikan. Anak-anak itu benar-benar berkat dari Yehuwa, terutama pada hari itu.” 6 Dengan mengajarkan kebenaran Alkitab, iman kita akan semakin kuat. Rasul Paulus pernah menulis kepada orang-orang Yahudi yang tidak menjalankan apa yang mereka sendiri ajarkan, ”Apakah engkau, yang mengajar orang lain, tidak mengajar dirimu sendiri?” (Rm. 2:21) Para perintis punya banyak kesempatan untuk mengajarkan kebenaran dan memandu PAR. Agar bisa mengajar orang lain dengan efektif, mereka harus mengajar diri sendiri dulu. Mereka harus persiapan sebelum memandu PAR atau menjawab pertanyaan. Seorang perintis bernama Janeen mengatakan, ”Tiap kali saya mengajarkan kebenaran, saya merasa kebenaran itu semakin dalam terukir di pikiran dan hati saya. Hasilnya, iman saya tidak mandek, tapi bertumbuh terus.” 7 Ketika memerhatikan bahwa kehidupan pelajar Alkitab semakin baik setelah mereka menjalankan prinsip Alkitab, kita semakin yakin bahwa hikmat Allah itu unggul. (Yes. 48: 17, 18) Hasilnya, kita jadi semakin bertekad untuk menjalankan prinsip-prinsip itu. Seorang perintis bernama Adrianna mengatakan, ”Kehidupan orang-orang tidak keruan kalau mereka pakai pikiran mereka sendiri. Tapi, kalau mereka mengandalkan hikmat Yehuwa, mereka bisa langsung merasakan manfaatnya.” Phil 6, 7. (a) Dengan mengajarkan kebenaran Alki-
tab, iman kita akan kebenaran menjadi semakin kuat. Mengapa? (b) Apa hasilnya jika pelajar Alkitab kita menjalankan prinsip Alkitab? Apa pengaruhnya bagi kita? MENARA PENGAWAL
juga mengatakan hal serupa, ”Kita jadi bisa lihat bahwa Yehuwa mampu mengubah orang-orang meskipun mereka sendiri sudah gagal untuk mengubah diri sendiri.” 8 Kita semakin terbina secara rohani saat bekerja sama dengan saudara-saudari dalam pelayanan. (Ams. 13:20) Para perintis sering bekerja sama dengan para penyiar dalam pelayanan. Dengan begitu, mereka bisa sering ’bertukar anjuran’. (Rm. 1:12; baca Amsal 27:17.) Seorang perintis bernama Lisa mengatakan, ”Di tempat kerja, orang-orang suka bersaing dan saling mendengki. Tiap hari yang kita dengar cuma gosip dan kata-kata kotor. Semua mau jadi yang pertama, apa pun caranya. Kadang kita ditertawakan dan diejek karena tingkah laku kita sebagai orang Kristen. Tapi, waktu kita kerja sama dengan rekan-
rekan Kristen dalam pelayanan, kita merasa terbina. Pulang-pulang rasanya segar, biarpun badan kita capek.” 9 Kalau kita merintis bersama teman hidup, tali rangkap tiga dalam perkawinan kita akan semakin kuat. (Pkh. 4:12) Madeline yang merintis bersama suaminya mengatakan, ”Saya dan suami sering ngobrol tentang hal-hal menarik dalam dinas atau tentang ayat Alkitab yang bisa dipakai dalam pelayanan. Semakin lama kami merintis, semakin dekat kami jadinya.” Trisha juga mengatakan hal yang sama, ”Kami berdua berupaya keras untuk tidak berutang, supaya kami tidak bertengkar soal uang. Kami sering berdinas sama-sama, jadi kami bisa pergi kunjungan dan PAR samasama. Hasilnya, hubungan kami dengan Yehuwa semakin akrab dan kami berdua semakin mesra.”
8. Apa hasilnya jika kita bekerja sama dengan saudara-saudari dalam pelayanan?
9. Jika kita merintis bersama teman hidup, apa pengaruhnya terhadap perkawinan kita?
Dengan tetap aktif sebagai perintis, Saudara akan benar-benar merasakan kepuasan dalam hidup (Lihat paragraf 9)
Saat kita mendahulukan Kerajaan, menerima dukungan Yehuwa, dan melihat bahwa Yehuwa menjawab doa-doa kita, kita semakin percaya pada-Nya. Memang, hal ini dirasakan oleh semua orang Kristen yang setia. Tapi, para perintis khususnya merasakan hal ini karena mereka sangat bergantung pada Yehuwa agar bisa terus merintis. (Baca Matius 6:30-34.) Curt melayani sebagai perintis dan pengawas wilayah pengganti. Istrinya juga seorang perintis. Suatu kali mereka menyanggupi tugas untuk mengunjungi sebuah sidang. Jaraknya dua setengah jam dari rumah. Bensin mereka hanya cukup untuk berangkat, tidak cukup untuk pulang, sementara hari gajian masih seminggu lagi. Curt mengenang, ”Saya ragu apakah keputusan kami sudah tepat.” Setelah berdoa, mereka pun memutuskan berangkat. Mereka yakin Yehuwa akan mengurus semuanya. Persis sebelum mereka berangkat, ada satu saudari yang menelepon dan mengatakan bahwa dia mau memberi hadiah. Ternyata itu uang, dan jumlahnya persis sebanyak yang mereka butuhkan untuk perjalanan. Curt mengatakan, ”Kalau kita sering mengalami yang seperti itu, kita akan semakin yakin bahwa tangan Yehuwa-lah yang menolong kita.” 11 Ya, para perintis sering merasakan bahwa semakin mereka mendekat pada Yehuwa dan mengerahkan upaya dalam pelayanan, semakin limpah berkat yang mereka terima. (Ul. 28:2) Namun, merintis itu tidak selalu gampang. Tidak ada hamba Yehuwa yang kebal dari problem akibat ketidaksempurnaan dan bobroknya dunia ini. Kadang, hal itu membuat beberapa perintis terpaksa berhenti untuk sementara. Meski demikian, para perintis sering kali bisa mengatasi, atau bahkan menghindari 10
10. Kalau kita mendahulukan Kerajaan dan me-
rasakan dukungan Yehuwa, apa hasilnya? 11. Meski mengalami problem, berkat apa saja yang sering dirasakan para perintis?
30
problem seperti itu. Apa yang bisa membantu mereka bertekun menjalankan hak istimewa mereka? BERTEKUN SEBAGAI PERINTIS Biasanya perintis punya jadwal yang padat. Kadang waktunya tidak cukup untuk menyelesaikan semua. Jadi, para perintis perlu pintar-pintar mengatur waktu. (1 Kor. 14:33, 40) Kalau seorang perintis tidak bisa mencapai target jam dinas yang ditetapkan, dia mungkin perlu meninjau kembali kegiatannya. (Ef. 5:15, 16) Dia bisa merenungkan, ’Berapa banyak waktu yang saya pakai untuk rekreasi? Apakah waktu saya diisi dengan hal-hal yang kurang penting? Apakah saya bisa menyesuaikan jadwal kerja saya?’ Kadang kita suka memasukkan terlalu banyak kegiatan dalam jadwal. Jadi, para perintis mungkin perlu memeriksa dan menyesuaikan kegiatan mereka secara berkala. 13 Seorang perintis harus punya jadwal pembacaan Alkitab tiap hari, pelajaran pribadi, dan perenungan. Maka, dia perlu memastikan agar hal-hal itu tidak digeser oleh kegiatan lain yang kurang penting. (Flp. 1:10) Misalnya, bayangkan ada seorang perintis yang baru pulang setelah seharian berdinas. Dia mungkin bermaksud melakukan persiapan untuk perhimpunan. Tapi sebelum mulai, dia membaca surat-surat yang datang. Lalu, dia menyalakan komputer dan membalas e-mail. Dia kemudian membuka-buka situs Internet untuk mengecek harga barang yang mau dia beli. Tahu-tahu, sudah hampir dua jam, dan dia belum juga mulai persiapan. Kenapa hal ini perlu mendapat perhatian? Seorang atlet profesional harus punya pola makan yang baik kalau dia mau terus berkarier sebagai atlet. Begitu pula dengan 12
12, 13. (a) Apa yang harus dilakukan seorang
perintis jika dia kesulitan mencapai target jam dinas? (b) Mengapa perintis harus punya jadwal pembacaan Alkitab tiap hari, pelajaran pribadi, dan perenungan? MENARA PENGAWAL
perintis. Mereka harus rutin belajar Alkitab kalau mereka ingin tetap dalam dinas sepenuh waktu.—1 Tim. 4:16. 14 Perintis yang sukses akan berupaya agar kehidupan mereka tetap sederhana. Yesus menganjurkan murid-muridnya untuk menjaga mata mereka tetap sederhana. (Mat. 6:22) Yesus sendiri menjaga kehidupannya tetap sederhana agar bisa fokus menyelesaikan pelayanannya. Karena itu dia bisa mengatakan, ”Rubah mempunyai liang dan burung di langit mempunyai tempat bertengger, tetapi Putra manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepalanya.” (Mat. 8:20) Perintis yang ingin meniru Yesus akan selalu ingat: semakin banyak barang, semakin banyak yang harus diurus. 15 Para perintis sadar bahwa hak istimewa yang mereka miliki bukanlah hasil upaya mereka sendiri. Sebaliknya, semua pemberian atau hak istimewa yang kita miliki adalah karena kebaikan hati Yehuwa. Maka, agar bisa bertekun, setiap perintis harus mengandalkan Yehuwa. (Flp. 4:13) Masalah bisa saja timbul. (Mz. 34:19) Dan kalau itu timbul, para perintis hendaknya tidak cepat-cepat memutuskan untuk berhenti merintis; mereka perlu meminta petunjuk Yehuwa dan memberi Yehuwa kesempatan untuk menolong. (Baca Mazmur 37:5.) Saat mereka merasakan bahwa Yehuwa dengan pengasih membantu mereka, mereka akan semakin akrab dengan Yehuwa.—Yes. 41:10. BISAKAH SAUDARA IKUT MERINTIS? Jika Saudara ingin merasakan berkat-berkat seperti yang dinikmati para perintis, nyatakanlah itu kepada Yehuwa. (1 Yoh. 5:14, 15) Mengobrollah de16
14, 15. (a) Mengapa perintis harus berupaya
agar kehidupan mereka tetap sederhana? (b) Kalau masalah timbul, apa yang harus dilakukan seorang perintis? 16. Kalau Saudara ingin merintis, apa yang perlu Saudara lakukan? 15 SEPTEMBER 2013
ngan para perintis. Buat target-target kecil yang akan membantu Saudara meraih hak istimewa sebagai perintis. Keith dan Erika sudah melakukannya. Sama seperti pasangan muda lainnya, tak lama setelah menikah, mereka membeli rumah dan mobil dengan uang hasil kerja mereka. Mereka mengatakan, ”Kami kira itu semua akan bikin hidup kami bahagia, tapi ternyata tidak.” Ketika Keith di-PHK, dia mulai merintis ekstra. Dia mengenang, ”Dengan merintis, saya diingatkan lagi betapa enaknya melayani itu.” Mereka juga sering bergaul dengan sepasang suami istri perintis. Pasangan itu membantu mereka menyadari betapa bahagianya kalau bisa hidup sederhana dan merintis. Apa yang kemudian Keith dan Erika lakukan? ”Kami tulis target-target rohani kami, lalu ditempel ke pintu kulkas, dan kami tandai setiap kali ada yang tercapai.” Akhirnya, mereka pun bisa merintis. Apakah Saudara bisa ikut merintis? Mungkin Saudara merasa bahwa saat ini keadaan Saudara belum memungkinkan, tapi Saudara bisa mendekat pada Yehuwa dengan memberikan yang terbaik dalam pelayanan. Cobalah periksa lagi keadaan Saudara dan doakan hal itu. Bisa jadi Saudara akan mendapati bahwa Saudara ternyata bisa merintis dengan membuat beberapa penyesuaian. Dan jika Saudara mulai merintis, sukacita Saudara akan jauh lebih besar daripada semua pengorbanan Saudara. Saudara akan bahagia karena sudah mengutamakan Kerajaan di atas kepentingan diri sendiri dan karena membantu orang-orang. (Mat. 6:33) Selain itu, Saudara akan punya lebih banyak kesempatan untuk memikirkan dan bercerita tentang Yehuwa. Dengan begitu, Saudara akan semakin mengasihi Yehuwa dan membuat-Nya bahagia. 17
17. Mengapa penting untuk memeriksa apakah
keadaan Saudara memungkinkan untuk merintis?
31
PERTANYAAN PEMBACA
Mengapa Yesus meneteskan air mata sebelum membangkitkan Lazarus, seperti yang tercatat di Yohanes 11:35?
s
n o
Unduh gratis majalah ini dan bacaan lain yang tersedia di www.jw.org/id
p
ngan orang yang tidur. Itulah sebabnya ia mengatakan akan ”mengadakan perjalanan ke sana untuk membangunkan [Lazarus] dari tidur”. (Yoh. 11:11) Bagi Yesus, membangkitkan Lazarus sama mudahnya seperti orang tua membangunkan anaknya dari tidur. Maka, Yesus tidak perlu bersedih atas meninggalnya Lazarus. Kalau begitu, apa yang membuat Yesus meneteskan air mata? Sekali lagi, jalan ceritanya menyediakan jawaban. Sewaktu bertemu Maria, saudara perempuan Lazarus, dan melihatnya menangis bersama orang-orang lain, Yesus ”mengerang dalam roh dan merasa susah”. Yesus merasa pilu melihat kesedihan mereka sampai-sampai ia ”mengerang dalam roh”. Itulah alasannya ”Yesus meneteskan air mata”. Yesus sangat sedih melihat teman-teman yang ia sayangi dilanda dukacita.—Yoh. 11:33, 35. Kisah ini menunjukkan bahwa Yesus sanggup membangkitkan orang-orang yang kita kasihi dalam keadaan sehat di dunia baru nanti. Ini juga menunjukkan bahwa Yesus ikut sedih ketika orang yang kita kasihi meninggal karena dosa warisan. Selain itu, kisah ini mengajar kita untuk beriba hati kepada orang yang berduka karena kematian orang yang dikasihi. Yesus tahu bahwa ia akan membangkitkan Lazarus. Namun, ia tetap menangis karena dalamnya kasih dan keibaan hatinya kepada sahabat-sahabatnya. Demikian juga, empati akan menggerakkan kita untuk ’menangis bersama orang yang menangis’. (Rm. 12:15) Menunjukkan kesedihan seperti itu tidak berarti seseorang kurang iman akan harapan kebangkitan. Maka, sungguh bagus teladan Yesus dalam menunjukkan simpati yang tulus kepada orang yang berduka dengan meneteskan air mata, meski ia tahu Lazarus akan bangkit.
Alkitab Terjemahan Dunia Baru juga dapat dibaca di Internet
Kunjungi www.jw.org/id, atau pindai kode
w13 09/15-IN 130531
ˇ Ketika orang yang dikasihi meninggal, kita biasanya menangis karena merasa kehilangan. Yesus memang mengasihi Lazarus, tapi ia meneteskan air mata bukan karena kematian Lazarus. Ia mengeluarkan air mata karena menyayangi mereka yang sedang berduka. Itu terlihat dari jalan ceritanya. —Yoh. 11:36. Sewaktu mendengar Lazarus sakit, Yesus tidak bergegas pergi untuk menyembuhkan dia. Kisahnya menceritakan, ”Ketika [Yesus] mendengar bahwa [Lazarus] sakit, ia masih tinggal dua hari lagi di tempat ia berada.” (Yoh. 11:6) Mengapa Yesus menunggu? Itu ada maksudnya. Ia mengatakan, ”Penyakit ini tujuannya bukan untuk membawa kematian, melainkan untuk kemuliaan Allah, agar Putra Allah dapat dimuliakan melalui hal itu.” (Yoh. 11:4) Kematian bukanlah ’tujuan’ atau hasil akhir dari penyakit Lazarus. Yesus ingin menggunakan kematian Lazarus ”untuk kemuliaan Allah”. Caranya? Yesus akan membuat mukjizat yang luar biasa, yaitu membangkitkan sahabatnya dari kematian. Ketika berbicara dengan murid-muridnya pada saat itu, Yesus menyamakan orang yang mati de-