Hampir sore, saat Endra berada di hutan bedugul. Jari-jari lentik sinar matahari menembus kanopi puncak pepohonan menerangi kerimbunan hutan. Suara burung mengiringi langkahnya menembus batas hutan terlarang. Baru sebentar berjalan di daerah tersebut, dia disambut hujan panah yang jatuh di depan kakinya. Dia memandang ke atas pohon dan melihat sekelompok orang yang hanya memakai kamen meluncur turun. “Ini adalah wilayah hutan terlarang. Jangan lanjutkan perjalananmu.”kata seseorang dengan suara berat. Seorang pria menyelinap keluar dari balik pohon, dan Endra mengenalinya sebagai pemandunya, Lole. “Ah, Endra”kata Lole menghampirinya dan berkata pada teman-temannya”Dia teman baruku dari Denpasar. Dia aku undang untuk pesta kita malam ini. aku mencarinya dari pagi, tapi mungkin dia sedang sibuk dan baru bisa datang sekarang.” Teman-temannya
memandangnya
dengan
terkejut”kau
mengundang orang luar untuk pesta kita?”tanya orang dengan suara berat itu lagi. Lole tersenyum, “Ayolah, tidak ada salahnya kan? Dia bisa dipercaya. Aku yang akan menjaminnya selama disini.”
Teman-temannya bereaksi menerima keadaan itu dan Endra menganggap itu sebagai tanda aman. Sementara yang lain kembali ke pos masing-masing di atas pohon, Endra berjalan di samping Lole ke dalam hutan. Saat sudah berada di daerah yang aman untuk bicara, Lole bertanya padanya “Apa yang membuatmu datang kemari walaupun sudah kukatakan kalau ini daerah terlarang?”Lole berhenti dan memandang Endra lekat.”aku bukan orang baru di dunia under. pikirkan jawabanmu sebelum kuputuskan memanggil teman-temanku lagi.” Endra
diam
sejenak
dan
memandang
Lole
seolah
menimbang sesuatu. Dia akhirnya memutuskan untuk tidak berbohong. “Aku dari West Youngstone. Sniper anggota Seven Special. Aku sedang ditugaskan untuk mengamati medan disini. Dan satu hal yang kutemukan adalah bahwa kau punya posisi yang hampir sama sepertiku. Hanya saja aku belum tahu darimana asalmu” Wajah Lole seketika berubah.”Seven Special. Kurasa aku cukup
mengenal
Arya
yang
pernah
beberapa
kali
mengunjungi markas kami. Aku Lole Rafael, anggota Geronamer. Aku lahir disini dan merantau di Singaraja saat 2
Smu.”
Dia
kembali
mengikutinya.”Geronamer
berjalan sudah
lama
dan
Endra
mengantisipasi
pemberontakan, jadi mereka mengirimku kembali ke rumahku. Kakakku masih ada di Jungle geng, jadi tidak susah bagiku kembali.” Lole mengajak Endra berbelok dijalan setapak yang menuju sebuah perkampungan. Lole mengangkat tangan dan memberi isyarat jari kepada penjaga gerbang, yang langsung menurunkan busur panahnya. Begitu pintu gerbang di buka, bau masakan ikan bakar menguar. “Sepertinya akan ada pesta”kata Endra Lole tertawa kecil “Oh, sebentar lagi dimulai. Dan percayalah, kau akan menyukai pestanya.” Pemandangan yang disuguhkan markas Jungle geng sungguh luar biasa. Ada banyak rumah pohon tersebar disana. Bukan rumah biasa, melainkan rumah yang kokoh. Mereka, seperti monyet-monyet teman mereka, sepertinya lebih suka berpindah dengan bergelantungan dengan akar pohon, mirip tarsan.Ada bukit yang cukup tinggi di sebelah utara, tempat banyak pepohonan yang merupakan rumah para monyet. Ada satu rumah pohon tinggi menjulang, yang menurut lole berfungsi sebagai pengintai. 3
”Menurutmu, tidakkah bukit itu menjadi titik paling lemah markas ini?”tanya Endra saat dia mengikuti Lole membelok di salah satu sudut. ”Memang” Lole berpikir sejenak.”musuh bisa menyerang dari sana. Kami memang ingin memperkuat bagian itu.” ”Apa sebagian besar dari kalian berada disini sepanjang waktu” Lole tertawa.” Tentu saja. Wilayah ini termasuk dalam administrasi desa pakraman Bedugul. Hanya karena di wilayah lain tidak ada yang seperti ini, bukan berarti tidak ada. memang jarang ada yang mau mengunjungi kami, mengingat tempat ini cukup eksentrik. Tapi kami adalah pasukan pertama yang akan maju jika ada serangan yang mengancam bedugul. Nah kita sudah sampai.” Mereka tiba di sebuah lahan terbuka luas, yang tampaknya berfungsi sebagai alun-alun. Ada banyak pria yang berkumpul disana membawa kurungan yang, Endra harus mengerutkan kening, tidak berisi ayam, melainkan burung unta. ”Duduklah disana” Lole menunjuk suatu tempat.”aku akan mengambilkanmu makanan.”
4
Endra duduk dan mengamati. Bukan hanya burung unta yang di kurung, tapi juga beberapa ekor monyet. Saat Lole datang membawa nampan berisi makanan dan minuman, dia menanyakan untuk apa hewan tersebut. ”Lihat saja. Sudah akan dibuka pestanya.” Benar saja, sebentar kemudian terdengar bunyi gong besar, dan semua orang dengan tertib mundur ke pinggir alun-alun mengambil tempat duduk. Seorang pria setengah baya maju ke depan dan membuka acara dengan pidato singkat. Kemudian, akhirnya Endra tahu, monyet-monyet dilepaskan sebagai tanda pembukaan pesta. Kemudian dimulailah acara sepakan burung unta. Endra tidak bisa menahan tawa saat tahu apa itu sepakan burung unta. Acara semacam tajen, tapi tidak menggunakan ayam jago sebagai aduan, melainkan burung unta. Walaupun terlihat aneh, tapi ternyata acara tersebut cukup seru. Sang burung unta, yang berada di arena, saling sepak untuk menjatuhkan lawannya. Sementara orang-orang disekelilingnya, memasang taruhan untuk burung unta yang mereka dukung. Endra yang terbawa suasana, meminum tuak jaka-nya dengan agak berlebihan, dan ikut memasang taruhan.
5
Setelah dua jam dan malam menjelang, acara sepakan burung unta selesai. Lole mengumumkan bahwa acara puncaknya jauh lebih seru. Endra yang penasaran, menonton dengan serius saat seorang pria dan seorang wanita cantik maju ke tengah-tengah arena. Mereka membungkuk, dan sang pria mulai memainkan tangan nya seolah akan main sulap ke arah sang wanita. Dan benar saja. Dia memang melakukan sulap. Dan yang disulap menghilang adalah pakaian atas sang wanita. Disebelahnya, Lole tergelak dan berkata pada Endra ”Welcome to Jungle geng, my friend. Dan inilah acara puncak pesta kami yang terkenal, Sulap Striptease!” Endra
mengerang.
Pembukaan
yang
normalnya
menggunakan merpati, dibuka dengan pelepasan monyet. Tajen yang normalnya adu ayam, diganti dengan adu unta. Sekarang ada sulap striptease. Bukan berarti dia tidak menyukainya. Namun dia mulai berpikir bahwa dia bukan sedang berada di markas geng orang hutan, melainkan markas geng orang gila.
6