GUNUNG AGUNG
SENI SANDIWARA DALAM DUNIA PENDIDIKAN PENGAN PANGKAL TOLAK SANDIWARA'SANDIWARA HASIL KARYA '
USMAR ISMAIL
:
J
'
'3 S L '(Z )
g u n u n g
AGUNG
-
D J A K A R T A
- T r . ■'
MC ML X V I I
* Djakarta
— Jogjakarta
_
Surabaja
(S a ri
Agung)
*
Sukarnapura — Biak — M anokw ari ■ — M erauke ■ — Soroncj * Tandjung Pinang * * Tokyo *
Gambar kuiit -oleh F .X .
Dit'Ctali
P-T-
Poerwaoto
AS,A n;,.,.
lln tu k Bunda, Y o n , E n l dan T itin
T a k ada dua manusia jang sepikiran-sep erasaan Sekehendak djuga tidak T a k ada seorang manusia jang dapat m erasakan setepat jang dirasa m anusia lain T a k ada seorang manusia jang dapat m enebak setepat jan g dipikir m anusia lain M elukis dia dapat, tapi lukisan tetap lukisan Itupun hanja karena Bulan
Daftar Isi
B A B ,I, .. P E N D A H U L U A N ............................................ 1. Tanggung-djaw ab dan Tudjuan ......................... 2. M etode dan Teknik jang digunakan ................ 3. Pengcrtian Sandiwara ............................................ 4. Unsur-unsur Sandiwara ............................................ 5. H akikat Sandiwara ..................................................... B A B II
B A B III
H U B U N G A N S E N I S A N D IW A R A D E N G A N T JA B A N G -T JA B A N G S E N I L A IN N JA ............. 1. Seni-Sandiw ara dengan Seni-Film ...................... 2. Seni-Sandiw ara dengan Tjerita-pendek dan Novel atau Roman ..................................................... 3. Seni-Sandiw ara dengan Sandjak ......................... 4. Seni-Sandiw ara dengan Seni-M usik .................. 5. Seni-Sandhvara dengan Seni-Lukis ....................
9 9 16 24 29 35
4-1 41 53 65 75 85
P E N D ID IK A N M E L A L U I M E D IU M S A N D I W A R A D A N P E N G A D JA R A N S A N D IW A R A D l S E K O L A H .................................................................... 95 1 • Pengadjaran Sandiwara di Sekolah hingga dewasa ini ..................................................................... 96 2. Fungsi P en gad jaran Sandiwara di S e k o la h ..... 107 3. Pendidikan Melalui Medium Sandiwara di Sekolah ...................................................... .................* 120 4. Nilai P aed agogis lain serta P erso alan -p ersoalan lain tentang pelaksanaan Sandiwara di Sekolah .................................................................... 131
BA B IV
BAB V
S A N D IW A R A -S A N D IW A R A K A R JA U S M A R ISM A IL ................................................................................ H 2 1. Sandiwara-sandiwara K arja U sm ar Ismail. ... 142 2. Semangat Jang Mendjiwai Sandiw ara-sandiwara Karja Usmar Ismail ...................................... 154 3. Perbandingan Sandiwara-sandiwara K arja Usmar Ismail dengan beberapa Sandiwara Indonesia jang terkenal ............................................ 181 4. Sandiwara-sandiv/ara K arja U sm ar Ismail 197 ditindjau dari Segi Pendidikan ........ . * K E S I M P U L A N D A N S A R A N .............. A. Kesimpulan .................................................................... B. Saran ...............................................................................
BIBLIOGRAFI ....................................................................................... LAMPIRAN A ...................................................................................... ■ LAMPIRAN B .................... ........................... ............ INDEKS ............................................................................................
211 211 216 220 225 227 230
Bab Satu
Pendahuluan
1.
Tanggung-djaw ab dan Tudjuan
Salah satu faset kehidüpan jang sangat m enarik perhatian. -saja ialah seni-sandiwara. Orang tentu akan bertanja, mengapa ? Pertanjaan sematjam 'ini tampaknja mudah didjawab. T ap i bagi saja agak sulit djuga. M engapa sulit ? Apa sulitnja ? / Ja, sulit membentuk, mewudjudkan pernjataan djaw ab itu. Sebab djawab itu dapat ditèrima örang dengan bermatjaito-matjam tafsiran. Namun demikian akan saja'u sah ak an dengan bebérapa tjara, jang saja uraikan dalara pasal dua bab I ini, agar orang raengerti dan sedapat-dapatnja mendekati tafsiran jan g benar. K ata orang, tiap-tiap penulis atau pengarang berbaring pada tiap-tiap halaman (buku) karangannja. S a ja pertjaja, bahkan jakin akan hal ini. Dan karenanja djuga saja katakan hal ini kepada tiap-tiap pembatja. D engan sangat gembira saja sambut andjuran agar tiap w arganegara dapat turut merapersembahkan bunga kepada Ibu Pertiw i. Bunga jang hendak saja persembahkan itu, barangkali akan berwudjud sebutir ketjil, melekat pada suatu karangan bunga da]am dunia pendidikan. S a ja berhasrat menghidupkan senisandiw ara dikalangan bangsa kita pada umumnja dan dalam du nia pendidikan disekolah pada chususnja. M enurut kejakinan n
jang Eelah terpateri oleh pengalaman saja, sandiw ara adalah sa~ lah satu medium pendidikan jang sangat baik. U ntuk menambah kejakinan pada diri saja, telah saja usahakan berw aw antjara dengan seorang tokoh terkenal dalam lapangan ini di Indonesia, jang hasil-hasil karjan ja saja djadikan bahan berpangkal-tolak dalam pembahasan persoalan ini, jakn i , U sm ar Ismail. Dengan Usmar Ismail beberapa kali saja bertem u. Pertam a pada tanggal 16 Desember 1963. S e tja ra tak langsung saja telah mengadjukan pertanjaan-pertanjaan dan dari padanja saja peroleh djawaban setjara ram ah-tam ah serta memuaskan. Selandjutnja telah saja minta waktu dari padanja untuk b erw a wantjara setjara formil. Dan berlangsunglah w aw antjara ini p a da tanggal 30 Desember 1963, selama satu djam d ik an tor-kerd janja didjalan Menteng Raja 24A, D jakarta. D alam w aw an tjara ini ada 10 pertanjaan jang saja adjukan dan jang d idjaw abnja setjara p^ndjang-lebar. Sepuluh pertanjaan itu saja Asusun m enurut pandangan saja dengan dasar pikiran, bahw a mungkin dalam penguraian kadang-kadang hal-hal jang saja ben tangkan kelak tak terdapat dalam Iiteratur jang saja pergunakan; h al-h al tersebut semata-mata merupakan bentuk dan wudjud pikiran saja. Hasil wawantjara dengan U sm ar Ismail itu sew aktu-w aktu akan muntjul ditengah-tengah uraian saja kelak. A n taran ja sa ja tanjakan kepadanja, apakah fak to r-fak to r jan g memberi keuntungan dalam perkembangan seni-sandiw ara di Indonesia. U sm ar Ismail mendjawab dengan menjinggung beberapa faktor, sep erti soal kekurangan ilmu tentang sistem kesandiw araan, sebagai akibat kurangnja atau hampir tak adanja usaha kearah itu di In donesia. Orang mengarang dengan tjara jan g lazim dengan tak memikirkan teknik ataupun sistem jang lebih baik. Setelah menguraikan hal ini dengan agak p an d jan g-lebar, lalu diberinja kesimpulan : "D engan pendek, jan g raengham bat ialah tak adanja ide kearah memperkembang sandiw ara menudju hasil seni jang sesuai dengan kehidupan jan g sebenarn ja. Kedua, jang menghambat ialah materi. Untuk kemadjuan dalam lapan gan ini perlu kita mengadakan lembaga-Iembaga pendidikan. D alam
hal ini di Indonesia ham pir ta k ad a ja n g suka b erk u rb a n . P e r hatian ada, tapi hanja baru sam pai pada p erh atian s a d ja . D e m ikian djuga ada perhatian dari pem erintah, sep erti um um nja te r hadap kebudajaan, tapi belum sampai pada tin d ak an . D ju g a fa k tor-faktor jan g membantu, apa lagi m endorong, a g a k n ja ta k ad a. Menurut pendapat saja- teknik dan sistern d i B a r a t h aru s kita dalami. kemadian kita p raktekkan se tja ra ja n g sesu ai d en gan kepribadian kita di Indonesia. Adapun faktor jang m enguntungkan b ag i k ita di In d o n esia ialah adanja bakat kearah ini. H a l in i dapat d ib u k tik an d en g an terdapatnja bentuk-bentuk sandiw ara pada b e rb a g a i-b a g a i d aerah diseluruh Indonesia.” Demikian singkatan dari pada d jaw aban U sm a r Ism ail te rhadap pertanjaan saja. Sandiwara ditulis oleh penulisnja untuk d ip e n ta s k a n .-1) D ja di dengan demikian, ’’m assa" jan g dapat m engetahui dan m enikmati hasil karja sandiw ara lebih b e sa r d ju m lah nja d a ri pada jang dapat ditjapai oleh hasil sastra. berben tu k rom an atau novel, ataupun sandjak. (W alaupu n belum pernah ad a p en jelid ik an chusus mengenai hal ini, namun sa ja beran i b erp ato k an -d u g a d em i' kian ). Dengan demikian pula gdgasan -gagasan penulis sand iw ara dapat lebih langsung m entjapai sasaran nja, m entjap ai m assa jan g lebih besar pula djumlahnja dibandingkan d en gan 'ja n g m ungkin ditjapai oleh hasil sastra dalam bentuk lain itu. Untuk m enebalkan kejakinan ini, telah s a ja ad ju k an satu pertanjaan kepada U sm ar Ism ail, jaitu, ap ak ah jan g s a n g a t m enarik dan mendorong hatinja, sehingga seb ag ai senim an telah d ipilihnja lapangan persandiw araan dan kem udian d ip erkem ban gkannja kedunia perfilm an. Sesuai dengan uraian sa ja diatas, d jaw abn ja dan tam bahan nja, ialah : ”Hal~hal sem atjam ini akan lebih lag i dapat kita p eroïeh dengan film. H asil jang k ita peroleh lebih in ten sif lag i. Karena film sudah melampaui b a ta s-b a ta s w aktu d an tem pat.
Hud80T’ ' A n In lr ó (iu e ,io n f o S tu d g o / ü u n t a n . Mei. k c 7 H a rra p . London,
W ak tu dan tempat seperti jang masih membatasi kensungkinankemungkinati bergerak dilapangan persandiwaraan, dalam filem sudah dapat dilampaui. Filem~tidak lagi terikat oleh sjarat-sjarat tempat dan. waktu,” Ada baiknja segexa saja kemukakan sikap dan pendirian saja dalam halm enindjau dan ménjorot persoalan dunia sandiwara ini. Sesungguhnja lapangan ini sangat luas. Oleh karena itu saja batasi pembitjaraan mengenai sandiwara ini, saja tentukan bidangnja. Sesuai dengan djudul karangan saja ini "Seni-Sandiw ara dalam Dunia Pendidikan", maka tindjauan dan sorotan saja akan. ' saja projeksikan kepada pengadjaran dan pendidikan disekolah. Sandiwara, scperti djuga sastra pada umumnja, meliputi seluruh kehidupan manusia. Kehidupan manusiapun seolah-olah tak ada batas-batasnja. M aka jang mendjadi perhatian saja tcrutama, ialah sandiwara dalam kehidupan anak-anak sekolah menengah. T ap i keiak djika sinar sorot saja mengibas kebawah dan keatas, ataupun kekiri dan kckanan, hal itu disebabkan oleh wudjud kehidupan dan segaia segi jang bersangkut-paut dengan kehidupan itu, jang kadang-kadang tak dapat diletakkan bidang-pemisah antara hal jang satu dengan hal lainnja. Demikian djuga soal pendidikan, satu hal jang pelik, sepelik soal kehidupan manusia. Persoalan seni-sandiw ara saja tuangkan kedalam persoalan pendidikan. H al itu saja lakukan dengan keberanian dengan dasar pikiran, bahwa saja hendak meremas-remas, melumat-lumatkan, mengunjah, m enjorot persoalan seni-sandiwara itu dari beberapa sudut dan segi, sehingga dengan demikian dapatlah saja menondjolkan apa-apa jang terkandung dalam persoalan seni-sandiwara itu jang berhubungan erat dan berm anfaat bagi dunia pendidikan, sesuai dengan kesanggupan pribadi saja. A rtinja : keberanian saja itu dibatasi oleh kesanggupan pribadi saja jang masih serba pitjik pengetahuan dan pengalaman. S a ja berpendapat, bahwa barang siapa tnenonton sandiwara, tentulah sedikit" banjaknja terharu hati dan pikirannja. Demikian djuga barang siapa jang pernah bermain sebagai aktor afcau aktcis sandiwara,
pastilah djiwanja telah mengandung pengalam an-pengalam an istimewa untuk perkembangan kemanusiaannja. Bahkan sandiw ara dalam abad ke-20 ini telah dapat digunakan dalam pengobatan djiwa jang sakit, jaitu jang disebut "therapeutic dram a". San d i wara itu dalam arti umumnja disebut "psychodram a” . Pelopor ilmu pengobatan dengan tjara sandiw ara ini, ialah P rof. J.L . M o reno, dengan bukunja jang berdjudul Psychodram a. D alam buku ini diuraikannja dalam 20 halaman, betapa mula timbulnja ilmu pengobatan dengan tjara sandiwara itu, jang ternjata melebihi tja ra pengobatan dengan "hypnose" jang lazim dilakukan oleh tokoh-tokoh "psychoanalyse”, seperti Freud, Breuer dan Iain-lain. Dengan tegas Prof. J.L . M oreno berkata pada alinea pertama halaman pertama bukunja itu : "Psychodram a was born on F oo l's D ay, April 1, 1921, between 7:00 and 10:00 p.m." 2 ) M asih dalam halaman-halaman permulaan itu djuga- ia menguraikan peristiwa-peristiwa jang dialaminja sedjak dia berusia empat tahun sampai saat lahirnja psychodrama tersebut. Sangat menarik perhatian ialah dimuatnja teks dari pada "O rig in of the Therapeutic Dram a” dalam bab II buku itu. D an lebih sangat menarik pula motto Prof. J.L . M oreno dalam buku itu M otto M ore important than science is its result. O ne answer provokes a hundred questions. M ore important than poetry is its result, one poem invokes a hundred heroic acts. M ore important than recognition is its result, the result is pain and guilt. M ore important than procreation is the child. M ore important than evolution of creation is the evolution of the creator.
2)
ML. M orenn, P s y c h o d ta m t, D jilid pertama. B eacon House, N ew Y ork. 1946. hal. I. Buku itu dircntianakanaja wendjadi tiga d jilid . Jang sampai ketangan safa benfa d jilid per tama.
In the place o f the-im perative steps the im perator. In th e place o f the creative steps the creator. • A meeting of two : eye -to eye, face to face. And when you are near I will tear your eyes out and place them instead o f mine, and you will tear my eyes out and will place them instead of. yours, then I will look at you with your eyes and you will look at me with mine. Thus even the common thing serves the silence and our meeting remains the chainless goal : T h e undetermined place, at an undeterm ined time, the undetermined word to the undetermined m an. 3 ) M endekati achir dari pada pasal ini penting djuga sa ja tegaskan, bahwa sorotan saja dalam karangan ini terutam a sa ja projeksikan kepada sandiw ara-sandiw ara m odern. M enu ru t tjatatan di Indonesia, kesandiwaraan di Indonesia sudah mulai pada tahun 1920, jaitu sandiw ara-sandiw ara dengan sistem dan teknik jang lazim dan kebanjakan isinja ialah tje rita -tje rita bersifat chajal. Sedang perkembangan sandiw ara-sandiw ara modern sudah mulai sedjak tahun 1925 dan berlangsung sampai ta hun 1937. S^SUtlah tahun 1937 perkem bangannja terhenti. D an baru pada zaman pendudukan D jepang seolah-olah b an gk it kem bali serta berkembang setjara pesat. 4 ) Terachir dari pada pasal ini saja njatak an, bahw a m elihat kenjataan pengadjaran sandiwara dan pendidikan dengan m e dium sandiwara itu belumlah sama sekali dimulai disekolahsekolah menengah di Indonesia. Bahkan dalam p engad jaran sastra disekolah-sekolah menengah, bagian peladjaran sandiw ara itu 3)
D io u at sesudah hal. preface: dengan tjatatan k akin ja : T ran slated from " E in Jadu n p -u cin e r B e g e g n u n g ," b y J .L . M o r e n o , p . 3 . p u b lis h e d in V ie n n a . • I9I4- F o r origin G erm an tex t, s e e D ocu m en ts, V o l. I I . 4 ) Armijn Pane. "Produksf Film T jetU a é l Indonesia.” In d o n e s ia . T h . I V , no. 1/2, D januari/ Pebruari. 1953. hal. 9 dan 30. C H ooyfcaas.. P r ip lif S a stra . terdjemohan Raihul Amar g l. D atoek B esa r. W o lte rs . D ja k a rta . 1 9 5 !. hal. 30 — 33 dan 49 50. C . Hooykaas, P e n je d a r S a stra . terojeraahan Raihul Am ar g l. D atoek B esa r, W o lte rs , D ja k a rta . 1952- hal. 245.
diabaikan. D jika kita perhatikan soal-soal ud" nengah jang keluar tiap tahun, maka baru p a d a ^ n ®ekolah me" S.M .A . bagian C tahun 1960/1961 kita dapati sat, , ^ sandiwara diantara lima soal kesusastraan D an so^3 ■men^enai demikian rendah rautunja bagi an ak-anak S M a c f . it:^pun se' soal itu dibawah .in i: ‘ S a ja kutiPkan ’’T au fan diatas A sia” . Karangan siapa ? Bilamana dikarang ? y Dalam bentuk apa ? Apa jang dimaksud dengan ’’taufan” ? Siapa nama pelaku utama ? Apa peranan D r. Kamil ? Seperti ini djuga bentuk soal untuk S.M .A . bagian B tapi aneh bagi S.M .A . bagian A - djuga dalam udjian tahun 1961/ 1962 - lebih rendah Iagi mutunja. D ari 17 pertanjaan kesusas traan, hanja terdapat satu pertanjaan tentang sandiwara. Saja terakan dibawah ini : "Sedih dan G em bira.” Siapa nama pengarangnja ? Apa isi buku itu ? Apa intisari tjeritera ’’Liburan Senim an” ? K ita berharap-harap, mudah-mudahan dengan dimulainja sis tem S.M .A . G aja Baru tahun 1962/1963 jang didalamnja. terda pat kemungkinan untuk mengadjarkan sandiwara, jaitu dalam djam-djam prakarja, sukalah guru-guru S.M .A . mengarahkan perhatiannja kepada pendidikan dan pengadjaran dengan medium sandiwara ini. Dalam R entjana Peladjaran S .M .A . G aja Baru 5) tersebut sudah terkilat harapan, karena kita Iihat didalamnja djumlah bu6)
Utusan Pendidikan M enengah Uroum T in g k at A tas Djawaton Pendidikan Umum Dep. P*D . dan K ., R e n tja n a P e la d ja r a n S .M .A .. U .P .M .U .T .A ., 1962, bal. 21—26.
ku sandiw ara agak memadai dibandingkan dengan jan g terd apat dalam rentjana tahun-tahun sebelumnja. Buku-buku sandi w ara tersebut setjara terperintji nanti akan sa ja tjantum kan d a lam bab III. Satu hal jang perlu saja peringatkan disini ialah, dalam menggali, kemudian menguraikan persoalan seni-san diw ara da lam dunia pendidikan ini, ada gedjala jang mungkin m enimbulkan tafsiran, bahwa saja "E rop ah sentris” . K aren a b an jak djuga saja gunakan sumber-sumber dari Eropah atau B arat. T id a k , bukan itu sikap dan sifat serta bukan itu pula maksud sa ja m enggunakan sumber-sumber itu- M elainkan karena hanja itulah sum ber-sumber atau literatur jang saja peroleh, setelah bersu sahpajah mentjari. Lagi pula kebanjakan sum ber-sum ber itu h an ja saja pakai sebagai batu lontjatan kepada pem bahasan persoalan pokok. Namun sebagai batu lontjatan, tidaklah kurang fungsinja sebagai bagian-bagian jang "in teg ral” dari pada seluruh u raian. dalam karangan ini. Hal ini berhubungan dengan metode jan g lebih banjak saja gunakan, jakni metode induktif, jan g akan sa ja uraikan dalam pasal dua nanti. T etap i karena san g at pentingnja, satu hal sudah harus saja djelaskan disini. M etod e ini san g at rapa- hubungannja dengan metode global. T a k ada k eberatan nja djuga djika disebut "m etode global-induktif. Sesuatu hasil karangan jang dikerdjakan dengan metode ini, hanja dapat dinilai dengan memperhatikan keseluruhannja (g lo b a lita sn ja ). 2,
Ivfetode dan Teknik jang digunakan
Tentang metode dalam pekerdjaan karang-m engarang tidak banjak dibitjarakan orang. Lain halnja dalam dunia pendidikan dan pengadjaran. Disini dapat dikatakan untuk tiap-tiap m atapeladjaran serta tjabang-tjabang m atapeladjaran itu dew asa ini sudah ditjiptakan orang metode-metodenja, tjara m engadjarkannja. Kenjataan ini bukanlah berarti, bahw a dalam dunia k aran g mengarar.g orarig tidak memperhatikan metode, sedang dalam du nia pendidikan dan pengadjaran metode itu m erupakan barang vital. Bukan dari situ timbulnja perbedaan. K arena tak dapat di-
sang kal, bahw a tiap-tiap ilmu pengetahu'an' m em pergunakan m etode atau sistem atau tjara kerdjanja-, P erbed aan ini h an ja timbul oleh karena didaJam dunia karang-m engarang, orang baru d a pat dikatakan mengarang atau m entjiptakan karangan, djika d a - : lam hasil tjiptaan itu menondjol, setidak-tidaknja tam pak individualitas, pcngarang jang bersangkutan. D jik a tidak dem ikian, artin ja djika karangan seseorang hanja m erupakan perubahan susunan kalimat dan k ata-kata dari pada karangan orang lain, maka karangan itu sudah pasti mendapat tjap "d jip lak an ” atau "p lag iat.” Bahkan tjap ini mudah digunakan orang, walaupim hanja terdapat susunan pikiran jang bersam aan an tara satu k a rangan dengan karangan lain. O leh karena itu dalam dunia k arang-m engarang dew asa ini tiap-tiap pengarang berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menghindari segala metode atau tjara mengarang jang pem ah ada. Berusaha dengan sepenuh djiw anja mewudjudkan tjara atau m etodenja sendiri. Seorang pengarang sastra jang ingin disebut seniman sastra dalam arti sebaik-baiknja m engerahkan seluruh tenaga rohani dan djasm aninja m entjapai keorisinilan, M aka dengan mudah dapat kita mengerti akan m akna perkataan seorang ahli dalam dunia karang-niengarang sastra, R i chard Summers, dalam bukunja C raft o f the S h o rt Story» jang dikutip M ochtar Lubis dalam T eb n ik M en g aran g-n ja : ” .............ti dak seorangpun dapat m engadjar seorang pengarang muda bagaim ana ia harus menulis.’' 6 ) Jang dapat ditundjukkan kepada seorang pengarang muda sem ata-m ata hanja hal-hal jan g berhubungan dengan teknik me ngarang. D jadi dalam hal inipun sebenarnja dia bukan diadjari, melainkan hanja diberi petundjuk teknik, pimpinan menggunakan teknik, pedoman menggunakan teknik m engarang. D an djelaslah, bahwa tak ada buku "peladjaran m engarang.” Jang ada hanja buku ’'pedoman m engarang", m isalnja : Pedom an M engarang Surat-m enjurat, Buku Penuntun untuk membuat T h esis, atau 'leh *’ nik M engarang, seperti buku M ochtar Lubis terscbut. 0)
M ochtar Lubis, T e h n ik M en g aran g , tje t. k e -3 , B alai Pustaka. D jak arta. 1960. h »l. 10-
Kalau didaïam sekoïah kita i t mul dalam d a fta r p eïad jaran ditjanturakan "peïadjaran m engarang”, ini bukan b erarti p ek crdjaan mengarang itu diadjarkan oleh guru, m elainkan znaksudnja ialah anak-anak murid belad jar m engarang, sedang guru ha^ nja menuntun anak-anak itu m enggunakan teknik m engaran g. Kalau ada guru jang m engadjarkan tjara atau m etode m engarang jang sesuai dengan jang dim ilikinja sendiri atau m etode jan g diketahuinja ada dimiliki orang lain (w aïaupun orang lain itu ahli m e n g a r a n g ) , maka guru jang demikian, baiklah dikasihanï. K a rena sebenarnja dia tidak mengetahui apa jan g d ik erd jakan n ja itu. Bahwa jang dikerdjakannja itu bertentangan dengan prinsip ilmu pendidikan. Guru itu tidak m engetahui sifat d jiw a an ak -an ak , jaitu sifat djiwa motoris jang senantiasa mempunjai tudjuan m engembangkan kepribadiannja; D ia m em atikan djiw a an ak jan g senantiasa gelisah, bergerak m entjari kepuasan dengan p en emuannja sendiri. "M anusia jang sedang m endjadi b esar itu a d a lah 'orang jang turut serta membangun rum ahnja sendiri , dem ikian kalimat kias M . Grijns dan R eksosisw ojo. 7 ) Djadi dalam dunia pendidikan dan pengadjaran, terutam a dalam hubungan pekerdjaan m engarang an ak-an ak , harus ad a metode diatas metode. Dalam dunia pendidikan dan pengadjaran, m etode dapat dikatakan, tidak pemah dianggap kuno atau lapuk. Jan g dianggap kurang baik ialah metode jang kurang praktis. T a p i m etode séperti ini bukan ditinggalkan sama sekali, m elainkan diperbaiki, diperbaharui atau dipermodern. Dalam dunia karang-m engarang sastra, pekerdjaan sem atjam itu tidak dapat diikuti. Ini djelas. Karangan saja ini djuga termasuk dalam golongan k aran g an 3astra. Namun karena ini asalnja skripsi, m aka tja ra atau m etode jang saja gunakan harus pula menondjolkan sifat keilmuan itu, Artiüja saja diizinkan menterdjemahkan, m enjadur atau m engutip buahpikiran-buahpikiran orang lain dengan berpegang teguh k e -
7)
M . Crifn* dan Rek*o»(*wojo. T in d ja u fn d t l e n ibnm D ]h m Anak-m itatc. tje t. k « -2 . Ne&rdkoffKolff. Djakarta. 1958. feal. * ï .
pada s ja r a t-s ja r a t akrlpal. ja itu m en jeb u t 3um b«-«m m ber o en ia u k an, pcngutipan pcndapat-pendapat atau buahpikiran pen,r*. tetap i individualitas saja 3en a n tia sa s a ja dahulul* °ra n g lam , ja letakkan didepan sekaii. A rtin ja sa ja tidak mau a*~ kepada pendapat-pendapat orang lain itu. B a h k -n k a d ° ^ k iT dang saja mendjadi sangat subjektif, tapi dalam b a L -b a ta s ^ a n g ' se h a t dan se w a d ja rn ja .
}
°
Selain itu saja ingat dan saja terim a kebenaran perkataan G ilbert H ig h e t: .......... ............ para pengarang dan para seniman merupakan guru pula, karena pekerdjaan m ereka ialah m ejakinkan umum.” 8) Selandjutnja kalau kita ikuti uraian G ilbert H ighet dalam bukunja S en i M endidik tentang metode pendidikan. jan g dimulain ja dengan para Sophist, Sokrates. P lato dan seterusnja sampai dengan para pengarang dan para seniman, melalui zaman Junani Purba, Pertengahan, R enaissance dan seterusnja sampai dew asa ini, maka tern jata metode-metode itu tak terhitung djumlahnja. K erahasiaanlah jang tampak. Ada metode jang kurang baik, tapi hasil jang ditjapainja baik sekaii. Sebalikn ja ada metode jang sangat baik, tapi hasil jang ditjapainja nihil. D engan demikian terpantjanglah sebuah pertanjaan besar. M etode mana jang boleh kita pakai ? M endjaw ab pertanjaan ini bukanlah suatu pekerdjaan jang mudah. S a ja berpendapat, bah w a kenjataan ini memberikan kemerdekaan kepada kita, sebagai pendidik atau guru, sebagai seniman atau pengarang dan sebagainja. Kem erdekaan itu bukan sem barang kem erdekaan. Tetap i kemerdekaan bertanggung-djaw ab. Bertanggung-djaw ab itu menuQtut pula pengalaman. Pengalam an jang luas dan dalam. D jik a sekiranja sebagai guru atau sebagai pengarang, kita m erasa belum tjukup pengalaman, saja kira ada baiknja kita pegang dahulu andjuran dan pedoman jang dikemukakan oleh G ilbert H ighet scperti jang sa ja ku tip kan dengan singkat dibawah ia i: 8)
Gilbert Highet, 1957. hal. 135.
S en t
M en d id ik
II.
te rd jn ssb is
S a w iilo .
PetBbangasas.
DJckerte.
• T ja r a jang mereka pakai berbeda-beda sebagaim ana pekerdjaan dan watak mereka berbéda pula, sehingga kita h an ja dapat menundjuk pada beberapa pokok umum sad ja untuk memperbaiki pengadjaran mereka. Jang pertarna ialah bahw a semua perlu d iterangkan se tja ra .d je la s ...;......................... .................................................................................... Jang kedua ialah kesabaran.................................... ............................... Jang ketiga adalah tanggung-dj 2 w ab. 9 ) Saja katakan : kita pegang dahulu. Ini berarti, bahw a bukan semua patokan itu saja anut. Patokan kedua dan ketiga d jelas, tak perlu kita sangkal, tapi jang pertam a itu, ban jak in terp retasinja. Antaranja : ’’Djadi kita menjuapkan jan g sudah dikunjah Iumat-lumat ? Dan jang dididik tinggal m enelannja sad ja ?” Ini memerlukan pembahasan jang sangat luas dan dalam . Jan g membahas ialah pengalaman. Pengalam an m engenai jan g dididik jang berhubungan dengan waktu dan tempat, suasana serta situasi dan sebagainja. Djika diibaratkan sebagai film atau sandiwara-radio, maka metode itu memerlukan "m on tase” , tja ra memasang dengan tepat. SeteJah menguraikan beberapa hal setjara umum berhubungan dengan metode dalam dunia karang-m engarang serta hubungannja dengan metode dalam dunia pendidikan dan pengad jaran, agaknja sudah djelas bagaim ana sikap dan pendirian saja. O leh karena itu saja rasa orang tidak akan geli m endengar pern jataan s a ja : "M etode jang saja gunakan ialah metode seorang p en ga rang sandiwara modern'’. D an karena sandiw ara itu menuruc kejakinan saja, ialah medium pendidikan dan p engad jaran dalam artinja jang chas. maka saja katakan djuga : "M eto d e jan g sa ja gunakan, ialah metode seorang guru atau pendidik.” D en g an pendek : "M etode jang saja gunakan, ialah m etode seorang guru pengarang sandiwara modern’’. D engan kata lain atau dengan istilah jang dïpahami dalam dunia pendidikan dan pen gad jaran , saja menggunakan dua matjam metode sebagai dasar, jaitu m eC>ilb«rt H ighet, op. c l(.. h *l. 140«H 2.
tod e induktif dan m etode-deduktif. A rtinfa
K
nja saja bangunkan beberapa m atjam v d r ia s i^ r f331 d asar'" ^ ia ta s'; demikian itu sifatn ja tak dapat ditertuka-, i i^ l '^a rias* sekagai saja katakan diatas, bahw a dalam t a , J ^ df ulu' Sudah perlu "m ontase”, tjara memasang dengan t e p a t " una a n m etode, t U ra la a saja diatas ini akan ■m endjadi d jelas dalam p raktek selandjutnja. D alam mengura>kan atau m enerangkan sesuatu-hal, kedua metode d a sa r >tu kadang-kadang b erp ad u dan k a d a n g kadang d isela n g -selin g i oleh v a ria si. V a r ia s i-v a r ia s i itu berbentuk sesuai dengan suasana dan situasi. M isalnja sesuatu jarig peïik saja terangkan setjara induktif. M engikuti k eterah g W sematjam ini menurut pengalaman saja perlu adanja variasi jang berbentuk tjeritera-tjeritera ringan jang tem anja sekitar pokok p irsoalan . T ja r a m enjampaikan maksud sematjam ini kèbanjakan d i m liki oleh bangsa Indonesia didaerah M inangkabau dan djuga. didaerah G orontalo dan pada beberapa daerah : lainnja. .Itulah sebabnja-di M inangkabau terdapat pepatah-petitih serta berdienisdjenis bêntuk bahasa kias; djuga di G orontalo terdapat pepatahpepatah jang dinamai ’ pebajahu” dan " d a liir . Keduanja bia$a dirangkaikan dalam ” tudja-i”, dan disamping itu ada lagi beberap.a djenis bahasa kias dan sindiran. D engan tjara ini, faktafakta diatur, disusun sedemikian rupa, sehirigga dengan raudah dapat dipahami, achirnja bersatu mewudjudkan puntjak peng.ertian jang bulat. V a ria si itu berfungsi sebagai bajangkara atau sebagai pengawal bagi "pem besar” ; jaitu "id e pokok" jang hendak diterangdjelaskan. D engan demikian selam atlah ’’pem besar” atau . ”ide pokok*' kepada tudjuannja. Terbentuklah suatu hukum jang umum sifatnja. Seperti itulah metode pengarang sandiw ara dan seperti itulah tjara guru jang sungguh-sungguh berusaha menanamkan pengertian jang djelas kepada anak-anak didiknja. D engan metode, dengan tjara seperti ini, penonton, pendengar, pem batja dan peladjar ti dak mudah djadi bosan, tidak mudah djadi mengantuk; ketjuali jang memang benar-benar berw atak pengantuk dan pemalas.
Gura-gufti jan g pandai bertjcritcra, pandai berd jen ak a, p an dai berlelutjcn didepan kelas, tidak mudah dilupakan oleh a n a k anak didiknja. Sebagai itu djugalah nasihat dan didikannja. Dikalangan orang-orang jan g gem ar b erbah asa kias, d irasakan benar, bahwa pengertian jan g d iantarkan dengan b ah asa kias itu lebih meresap kedalam hati dari pada pengertian jan g diantarkan dengan bahasa biasa. B aik dalam b ah asa lisan, m aupun dalam. bahasa tertulis. Bahkan bahasa kias itu dapat disam paikan hanja dengan gerak tangan ataupun miraik, S a ja masih ingat seorang guru sewaktu saja duduk dibangku "N o rm a a l School” antara tahun 1947 sampai dengan pertengahan tahun 1950. Sewaktu guru tak ada didalam kelas, entah bagaim ana mular.ja, kelas semakin ribut. Guru itu datang dengan tenang. T id a k berkata. Memandang dengan w adjah biasa sad ja kepada kam i. Lalu dia menundjuk loteng. Kami semua diam dan tunduk kemalu^maluan. S e b a b k s a ii • paham akan bahasa itu. Kalau diterdjem ahkan dengan k a ta -k a ta , seperti ini m aksudnja: "L ih atlah loteng sudah r e n d a h ! T a f airnja? Kamu sudah besar-besar, sehingga ïoteng itu kamu Iihat 3udah rendah. T ahu lah atau sadarlah akan dirimu, Tentang metode deduktif kadang-kadang sa ja pakai, jaitu kalau saja pikir, bahwa sesuatu jang akan sa ja uraikan tiada b e rapa sulitnja. Karena menurut pengalaman saja sesuatu jan g s u lit diterangkan dengan metode kering ini sungguh-sungguh m em ajahkan kita. M etode ini mendjadi kering sifatn ja, k aren a k esem patan memasangkan variasi hampir tak ada. M asih sa ja in g at pula seorang guru jang bernama V a n der Post. W a k tu itu saja duduk dibangku S.G .A . (tahun 1950/1951). P elad jaran ilmu pasti kami terima pagi dan sore. Sungguh guru kami itu m erasakan kekeringan dengan m e tode deduktifnja. D ia hendak bervariasi, b ertjerita jan g Jutju-Iutju, tapi suasana tetap kering. Sesudah gelak sebentar, otak tegang lagi. Dan kekermgan itu bagi kami jang disumpali ilmu pasti p a gi dan petang, lebih-Iebih lagi sangat terasa. T je rita -tje rita lutju oleh tuan V a n der Post itupun semuanja saja lupa. T in g g a l h an ja
kerak-kerakn ja jang tidak dapat sa ja bangkltkari keinbali. S e b a b sesungguhnja montase tjerita-tjerita itu tidak kena. H an ja kena bagi orang-orang jang mau lepas dari pada kew adjiban m entjam kan dalil jang sudah terpantjang dipapan tulis. Kam i sebenarn ja hanja sedikit memperhatikan tjerita variasi itu. B erarti variasi itu kurang membantu. Setinggi-tingginja hanja sedikit m engendurkan ketegangan berpikir. T a p i suasana berpikir pada kami tetap k e ring. D an pada guru kami tampak kegeiisahan, sebab d ia.m erasa usahanja hampir-hampir tak berhasil, atau hasilnja hampir tak berarti. D engan uraian diatas ini sudah djelas betapa metode jang saja gunakan dalam karangan ini. Sedikit lagi jang perlu sa ja d jelaskan berhubungan dengan metode ini, jaitu tja ra s a ja m enggarap bahan-bahan pokok. .............. Em pat buah sandiw ara U sm ar Ismail, jaitu tiga buah terkum pul dalam buku Sedih dan G e m b ira ; 'T jitra ', * A pi dan Liburan Senim an” dan sebuah dalam m adjalah K eboedajaan Tim oer* 10) jaitu "M u tia ra dari* N usa Laufc*\ K arena keem pat sandiw ara ini merupakan pangkal-tolak tindjauan, m aka sedjak bab Ï sampai dengan pasal lima bab II, sudah mulai diperkatakan segi-seginja jang dibutuhkan atau jang harus tampil dalam pasal-pasal tersebut. M ulai dengan bab III, pembahasan sudah dititik-beratkan kepada soal-soal pendidikan dan pengadjaran. Selandjutnja apaapa jang sudah diuraikan dalam ketiga bab diatas, mendjadi alat jang telah dipersiapkan untuk menindjau, m enjorot keempat sandiwara utama tersebut dalam bab I V nanti. D isini akan kita lihat ichtisar atau singkatan tjerita tiap-tiap sandiw ara tersebut. S e landjutnja disusul dengan pembahasan dari berbagai aspek. Adapun sikap dan tindakan saja terhadap k ata-kata atau istilah pindjaman, seperti tampak pada seluruh karangan ini, ia lah : S a ja berusaha m eng-Indonesia-kan k ata-kata atau istilah pindjaman, tapi bila perlu, saja biarkan dalam bentuk aslinja. D a sar pikiran saja ialah, bahwa dalam hal ini saja harus lebih berU) Tfc. I. m. U. Ift—9~ 3£03.
hati-hati. A gar lebih djelas jang saja maksud itu disini saj© beri tjontoh-tjontoh sekedarnja. Pengaruh paham Belanda jang memandang sesuatu kata bisa dibentuk djadi kata benda (substantif) seperti ’’tragik", kata sifat (ad jektif)n ja "trag is”, ’'dinamik" (katabenda), ’’dinamis” (k a ta sifa t), "m oral" (katabenda), "m oril" (k atasifat). sebenarnja h arus K ita k i k is habis-haois. Bagi bahasa Indonesia tidak kita k ehendaki jang demikian itu, Sebab bahasa Indonesia bukan bahasa fleksi. Bahasa Indonesia tidak mengenal perubahan bentuk kata. Djadi sesuatu kata boleh dipandang dari beberapa sudut. K ata tragik boleh djadi katabenda dan boleh djuga katasifat, bergantung kepada susunan kalimat. Tapi segera akan kita djumpai kedjanggalan ataupun kercwetan. M isalnja kata ’’liris”. Dengan analogi diatas kita d jadikan lirik sadja. Keruwetan disini mungkin tak dapat diungkai. ■Sébab dalam bahasa Indonesia memang ada kata "lirik ". M elirik artinja : melihat dengan sudut mata. Kat a type" kita djadikan ”tipa‘\ sebaD dalam bahasa Indo nesia tidak ada e (pepet) diudjung kata. " T ip a " selandjutnja da pat ditafsincan berasal dari "tifa ” menurut ketjenderungan setengah orang dewasa ini. D jad i : salah. T etap i "h a lte” , terang tidak ada orang jang mengubahnja djadi "h a lta ", walaupun dalam bahasa Indonesia tidak ada kata "h a lta " jan g mungkin seperti kata lirik dan "tifa " itu jang menimbulkan kekatjauan p enger tian. M aka tjara safa menulis kata-kata
ataupun
istilah-istilah
a s i n g dalam karangan in i ialah dengan memperhatikan, bagaim ana
kata-kata atau istilah-istilah itu ditulis dalam bentuk aslinja, kemudian saja tuhs set/ara Indonesia dengan m emperhatikan hubungan situasi dan suasana, sehingga dengan demikian p enger tian akan tetap djelas, tidak mendjadi kabur. 3.
Pengertian Sard iw ara
D jika pengertian kata atau istilah "San d iw ara” hendak kita dalami benar-benar, maka tidak akan sempurnalah pengertian
jang akan kita peroleh, sekiranja tidak kita selam i djuga pen gertian kata-k ata atau istilah— istilah jan g bersam aan m aksudnja, terutama istilah-istilah jang terpakai di Indonesia, seperti : dram a, lakon, tonil dan pada waktu ach ir-ach ir ini istilah "p e n ta s” . Istilah play , walaupun ach ir-achir ini djuga sudah mulai diutjapkan orang di Indonesia, tetapi tidak tenar. Adapun kata ’’dram a” terpakai diseluruh dunia. "D ra m a ” ialah terdjemahan dari kata Junani jang._ berarti "cjerak ” atau dalam bahasa Inggeris.: "a ctio n ” atau " a thing done".,. L1) Djadi kata ini mempunjai pengertian jang umum sifatn ja. M isalnja, tari-tarian dapat digolongkan atau dapat disebut drama. D e mikian djuga pertundjukan w ajang ataupun lenong dan sebagainja. Dan tentu djuga sandiwara.W alaupun demikian, tidak ragu lagi kita, bahw a jang dimaksud ialah seperti jang ditegaskan oleh ungkapan ”a thing done” , jaitu sesuatu jang dilakukan dan jang dimaksiid dengan sesuatu jang dilakukan" itu ialah seperti ja n g : dïtègaskan oleh B. Sim orangkir-Simandjun'tak : ................ . .. . drama tidak lain dari pada ’’Life presented in A ction”, 1 2 ) a tau hidup jang dihidangkan dengan gerak. A kan istilah "lako n ” terlalu kabur pengertiannja. Istilah ini djuga hanja dipakai di Indonesia sadja. Bahkan dapat dikatakan hanja dipakai dipulau D jaw a, Bali dan M adura dan murigkin dju ga didaerah jang sangat terpengaruh oleh keradjaan M adjapahit dahuiu, seperti Bandjarm asin dan sekitarnja. O rang mempergunakan kata ini dengan tjara seenaknja sadja. Sehingga kata ini mendjadi berm atjam -m atjam artinja atau sama sekali dipakai se tjara verbalistis. Dem ikian misalnja kita dapati kata "lak o n ” mulai dari kulit buku sampai kepada kata pendahuluan H .B. Jassin untuk sandiw ara-sandiw ara U sm ar Ismail, jang dikumpulkan dalam Sedih dan Gem bira. Dalam buku ini istilah "la k o n " dan ’’pelakon” terpakai 11 kali, berselang-seling dengan kata-kata 11) 12) '
J.L . M o ffn o. op. c it. üa). 12. , B . Sim orangkir-Sim andjuntak, K ts u s a s tr a a n . In d o n e s ia I I . ' ‘Pem bangunac, D jak arta, hal. 87. F,‘B \ Slometffliiljono. B im b in g an S c n l-S a s tr a , W o lte rs , D ja k a rta . 1951. t a ! . J7«M enjnuM tn - iui pflhoiu Moulton dalam hukunja Dram afio A rtist. • —;
1952.
’’sandiwara" dan "to n il". Setjara verbalist/s znisalnja dikatakan oleh Jassin : ......................salah seorang pelakonnja masuk barisan djibaku............................................. 13) Baikiah segera saja peringatkan, bahwa dalam hal menguraikan pengertian "sandiwara” ini saja tidak berpegang teguh kepada prinsip etimologi. Saja ketahui benar kekurangan hal itu, tetapi bukanlah pula berarti, bahwa tjara etimologi itu suatu tjara jang sama sekali tak baik dipergunakan. T iap-tiap sesuatu mempunjai batas-batas kemungkinannja. Demikianlah prinsip saja. Kata "lakon" berasal dari bahasa D jaw a, jan g b e r a r ti: perdjalanan; tjerita (w ajang). 14) Istilah "tonil" berasal dari bahasa Belanda : "to n eel’*, artin ja tak lain dari pada ’’pertundjukan”. 15) Istilah ini hanja dalam masa pendjadjahan Belanda di Indonesia tenar. Dalam m asa pendudukan Djepang dan beberapa tahun sesudah itu di Indonesia masih ada sisanja, seperti jang klta temui dalam buku Sedife dan Gemhira tersebut I I Akan istilah "pentas” jang achir-achir ini mulai fcenar, agak~ nja pengertian dan maksudnja tak lebih dan tak kurang dari pada pengertian dan maksud jang terkandung dalam istilah "p la y ” ataupun ''tonil” . Sungguhpun demikian, tentulah istilah p lay " ditanah Inggeris mempunjai aspeknja tersendiri, sesuai dengan m asjar-k at Inggeris. Demikian djuga di Am erika; ban jak penger tian jang terkandung dalam istilah itu, an taranja : ’’a ct in dram a” , ’acting\ "perform on musical instrument”, "dram atic p ie ce" dan lain-lain. **) Istilah sandiw ara" tenar diseluruh Indonesia. S ek ali lagi saja tegaskan, bahwa dalam hal menguraikan pengertian sandi wara ini, saja tidak fanatik kepada prinsip etim ologi. M elain k an saja gunakan ini dengan prinsip diri sendiri, jaitu tiap-tiap sesuatu mempunjai batas-batas kemungkinannja. Istilah "sa n d iw a ra " ini M) 14) 15} 18)
-2ê
U a v h u l l . S e d ih d n G em b i n . tjei. ke-2, Balal P a a ia ia . D jakarta, 1958. hal. 6 . S . Prawiroatmodjo. B t a s a i t r t D j» w a -ln d o n esia . Express d a s M arfiah. Surabaja. 1957. hal. 2 4 2 R .B . SlaaMtmuIjooe. op. c lt. hal. 173. M J . Koenan, J. Endepole en K. Heeroma. H a n d w o o r d e n b o e k d e e N e d e r la n d s e T e a l , tie t. ke-21, W alter*. Batavia. 1946. haJ. 1066. George Ostler and J. Caul ton. Tfce L ittle O x fo r d D i c t h i t o n o f C v e rr r .t E n s llt h . O xfo rd . Loodes, 1 9 5 !, t* J . 3 7 3 - 3 7 4 .
maksudnja dikerial oleh segenap ban gsa Indonesia. P en tjip tan ja ialah P .K .G . M angkunegara V I I almarhum. 17) D jad i d jelas b er asal dari bahasa D jaw a. T erb en tu k dari k a ta : ”sandi” dan "w a ra' . ’Sandi” berasal dari bentuk kunonja "san d h i” . S alah satu artin ja ialah "ra h a sia " dan arti ini masih tetap diw arisi sepenuhnja oleh bentuk baru "san d i” itu. " W a r a ” sebenarn ja "w a ra h ", tapi menurut kebiasaan .dalam bahasa D jaw a-K u no, dem ikian djuga dalam bahasa D jaw a-B aru , ”h " itu dihilangkan (g ed jala apokop e). A rtinja dalam kedua bentuk itu tetap sama, jaitu : ’’pen gad jaran ". Dem ikian menurut K i H ad jar D ew antara "sa n d iw a ra " ialah pengadjaran jang dilakukan dengan perlam bang”. is ) D jelaslah sudah kepada kita betapa pengertian sandiw ara dan beberapa istilah jang biasa dipakai di Indonesia. A g ar tidak bersim pang-siur, sesuai dengan sifat perkem bangan bahasa Indo nesia jang dikendalikan dan diatur dari atas, oleh para sardjana dan orang-orang tjerdik-tjendekia, 19) hendaklah kita m enetapkan dari sekarang. istilah mana jan g baik m engenai ha! ini bag! kita di Indonesia. U sm ar Ismail m endjawab pertanjaan saja dalam w aw antjara : " D i Indonesia saja menghendaki istilah ‘drama* atau 'sandiwara*. D juga saja kehendaki istilah ’lakonV* Pendirian saja sebenarnja tak djauh berbeda dengan pendirian U sm ar Ismail: T etap i seperti kita ketahui, bahasa erat hubungann ja dengan aspek-aspek m asjarakat jan g memiliki bahasa itu, maka bagi saja, sebaiknja djanganlah kita mempergunakan istilahistilah jang kabur pengertiannja, apa lagi jang hampa dari pada pengertian. Kekurangan pengertian ini sungguh mengandung bahaja. Ja itu mengakibatkan orang salah berpikir. H al ini kita temui dalam kehidupan kita sehari-hari. D ari zaman Abu N aw as hingga 2a 1T) *8) 1B)
R B , S laaetau ljo n o . op. eit. ba!. 173. Ibid. S . T a ld lr AlisfahbsD e. T eteba h as* B a ra B t h t t a In d on ttU . d jllld I I . tj« t. fce -X V , P u sta te R a k ja t, D jak arta. !9 5 8 , h a l. 1 3 - H . Amin Sin gg ih . M e m b in a B a h a s a In d o n e s ia , B a la ! Pu staka. D jak arta 1963. ha!. . 33. Selao d ju tn ja patut k ita perhatikan asaha-usaha para pemimpin tnengubah istlla h -istlla h . * t • p etti : "S ek o la h R a k ja t" d jad i "S e k o le h D s s a r " . “ Sam udera H india” d jad i ’ Sam uaera IndcwÉk-fï". " W a k to D ja v a B cxM " d jad i ’’W a it u Ittdocecia B a fllta Bfitet” lain -laiti.
man kita ini, Pem batja barangkali ingat akan K aw an B erg clu t, karangan Suman Hs. Dalam buku ini k ita dapati b an jak kelutjuan hidup sebagai akibat salah pengertian istilah. Adinegoro mengemukakan 3 5 matjam tjontoh kesalahan b e r pikir; sebagian besar dari padanja ialah ak ibat salah p en gertian istilah. i0 ) Sandiwara. Istilah ini harus djelas. D jan g an kabur p en gertiannja. A gar orang tidak akan salah terima tentang uraian s a ja ini, baiklah segera saja tegaskan, bahw a -jang sa ja maksud ialah isti lah "sandiw ara", bukan istilah untuk "w a ja n g ” . D an lebih teggs lagi saja njatakan, bahwa titik projeksi uraian s a ja ialah san d i wara modern", jang mengandung kemungkinan besar dapat kita ratakan kelak kesegala pelosok tanah air, jan g kelak m endjadi milik segenap bangsa Indonesia. D an dengan sendirinja m endjadi medium pendidikan dan pengadjaran b ag i-seg en ap ban gsa k ita, setelah kita usahakan setiap w a rg a -n e g a ra . Indonesia dapat m emahami dan menikmati inti-sari dari pada^ seni-sandiw ara itu. Tentang jang dimaksud dengan sandiw ara m odem itu pada uraian selandjutnja akan mendjadi djelas. Sampailah. sa}a pada saat m enjatakan pendirian saja. S esu ai dengan uraian saja diatas, sesuai pula dengan filsafat N eg ara kita "Pantjasila", saja kehendaki hanja dua istilah. jan g tjukup Iengkap memalut segenap pengertian, ialah "S a n d iw a ra " istilah jang erat hubungannja dengan pendidikan bangsa serta m erupakan istilah Nasional dan "D ram a", istilah ini bersam aan n ilain ja dengan istilah "Sandiw ara” serta bersifat Intem asional. Dengan tjara seperti ini kita m enjerahkan sezarah untuk maksud mematerikan arti Pantjasila kedalam kalbu ban gsa In d o nesia. terutama sila pertama dan kedua dalam "L ah irn ja P a n tja sila ' atau sila ketiga dan kedua dalam P antjasila menurut U .U .D . 1945, atau sila ketiga dan kedua dalam M ukadim ah K ontitusi R .I.S. dan U .U .D . Semcntara R .I. 2 1 ) 2») 21)
Djaawludin Adinegoro. T a ta K r itik , NnsanJors. B u k ittin g g i'D ja k a rta . f 953. Hal. 7 3 — 126. SoepoHo. c t at., M tn a s ia dan M a s jtr a k a t B aru In d o n es ia ( C iv i c s ) . D ep sttem en P .P . d an K .. D jakarta, I960, bal. 36-37. Printono, P c n t t ip t n B n han -bahan In d o k tr in a ii. D U A -R , Bundling. la cp a a a g k * tahun. b.il. 21 * i a 25.
T e n ta n g m erosotnja arti k ata "sa n d iw a ra " dalam beberap a w aktu jang Ialu dikalangan scteng ah orang serta sam pai kfni orang biasa m em bawa arti dem ikian itu dalam b erb ah asa k ias 2 * ! hendaknja ta k usahlah kita liirau kan ben ar. K ita harus iakin b ahw a sesuatu jan g sutji tetap sutji. A rti dan n ilain ja dapat sadia luntur atau .merosot dalam beberap a w aktu terten tu dikalanqan manusia tertentu. B ah kan dalam lapangan keagam aanpun hal dem ikian itu biasa terdjadi. T e ta p i a rti agam a bukanlah dapat disam akan dengan orang jan g memeluk agam a. D em ikian djuga arti sandiw ara bukanlah dapat disam akan dengan orang jan g memainkan sandiw ara. O ran g beragam a dapat teledor dan m enjelew eng dalam tindak-tanduknja, tetapi agam a tetap sutji D e m ikian djuga dalam sandiw ara. Pem ain-pem ain sand iw ara dapat teledor dalam tindak-tanduknja, tetapi sandiw ara tetap m engandung a rti dan tudjuan jan g mulia. S a ja jak in , bahw a pada m asa depan pengertian sandiw ara jan g sesungguhnja akan pulih kembali dan tjem erlang dim ata ban gsa Indonesia, k aren a bangsa Indonesia bukanlah bangsa jan g statis, m elainkan ban gsa jang berdjiw a besar, ban gsa jan g semakin d ek at kepuntjak m ertju suar di A sia T e n g g a ra . B ah kan mungkin kelak nanti didunia, setidaktidaknja di A sia.
4.
Unsur-imsuF Sandiwara
T ia p -tia p sesuatu dalam dunia ini terdjadi dari unsur-unsur. Bahkan sesuatu jan g abstrakpun dem ikian h alnja. O ran g b erk ata tentang unsur bahasa, unsur agam a, unsur filsafat, unsur logika. D r. M .J. Langeveld m ênjatakan, bahw a pengertian, keputusan, penuturan, teori metodos, sem uanja m erupakan unsur logika. 23) O ran g suka m enggolong-golongkan unsur-unsur itu. Selain berbuat dem ikian, Orang djuga bersikap d a n berpendirian serta m enetapkan suatu kejakinan jan g dibangun a ta s d a sa r ketelitian.
“2 ) 3)
R .B . Stam^tmuliono. op. c it.. h a!. 174. M .J. Lan gev eld. M e n u d ju k e P t m i k i n n F ils a f a t . Pembangunan, D ja k a rta . 1959, h al. 4 6 . ; 47,
te rd je m a h .a
G .J .
Cloeascn,
tje t.
ke-H I.
Dalam menguraikan unsur-unsuz bahasa niisalnjs Edw ard Sap!? berk ata; T h e very simplest element o f speech — and b y speech we shall henceforth mean the auditory system o f speech symbolism, the flow o f spoken w ords — is the individual sound, though, as w e shall see later on, the sound is n o t itself a simple structure but the resultan t o f a series o f independent, yet closely correlated, adjustm ent in the o rgan s of speech. And yet the individual sound is not, properly considered, an element of speech at all, for speech is a sign ifican t function and the sound as such has no sign ifican ce. It happens occasionally that the single sound is an indepen dently significant element (such as F ren ch a h as and a "to ” or Latin i "go ! " ) , but such cases are fortuitous co in ci dences between individual sound and significant w ord. 24) Djadi bagi Edward Sapir bunji bukanlah unsur bah asa. P ad a hal sesungguhnja jang dimaksud dengan "b a h a sa ialah bah asa jang diutjapkan”, dengan bunji tentu. Sepelik. inilah persoalan^ unsur sandiw ara. D alam m engurai kan pengertian sandiwara telah saja djelaskan, bahw a jan g di maksud dengan sandiwara ialah penghidangan hidup dengan gerak, atau hidup jang dihidangkan dengan gerak (life presented in action). Dengan kata lain, sandiw ara itu identik dengan " life presented in action”. Dengan demikian tentulah unsur-unsur k e hidupan mendjadi pula unsur-unsur sandiw ara. Ja, tentu ! Itu lah sesungguh-sungguhnja sandiwara. T ap i sampai disini seb en arn ja kita sudah mengindjak wilajah persoalan lain, jaitu "h a k ik a t sandiwara”. Baiklah hal ini saja tangguhkan dan nanti sa ja u raikan bila sudah sampai waktunja, jaitu pada p«gal m engenai h a k iIcat sandiwara.
34)
g ew eid Sapir. L tn g u a g t. Harcouxt, Brace, N c v Y o rk , 1949. h al. 2 4 .
D ari uraian diatas djelaslah fcepada feta, bahwa bukan tiantiap bagian jang ada pada sesuatu kesatuan d a n ** a • u U U tip
kesatuan itu. Jang dimaksud dengan unsur d alam suatu k e ^ Z n .alah hanja ,ang mempunja. fungsi utama membaagun kesahmn j
dan
B aiklah diperingatkan; bahw a pengertian lc»fa » »»• i. j . . ... 0 Kata-Kata unsur b a g ian
d ja n g a n sam p a, d .k a tja u k a n . B a g i a n - b a g ^
tubuh
m anus.a ,alah kepala badan dan an ggota. S ed an g unsur-unsur tubuh manusia ialah tulang, daging, u rat-u rat, darah dan hormon hormon. D em ikianlah. m aka jan g dianggap sebagai unsur-unsur san diw ara modern ialah jan g d is e b u t: jr f o t ” , "p erw a ta k a n ". "d ia tog . setting (m engenai tempat. w aktu d a T l ^ b i ] a k a n g ) dan .nterpretasi kehidupan” . 25 ) Kelim a unsur inilah intisari jang membangun sebuah sandiw ara. S eg ala sesuatu jan g b er hubungan dengan sandiw ara dapat diperas-m am patkan, dimasukkan kedalam lima unsur ini. D engan kata lain, kelim a unsur ini dapat meliputi keseluruhan sandiw ara. N am pak disini, bahw a sebuah tulisan-sandiw ara mempunjai persam aan dengan novel, karena novel djuga mengandung unsurunsur tersebut. Jang dimaksud dengan "p lo t" itu dapatlah kita tafsirkan d e n g a n : perdjalinan djalan tjerita. — Sesu ai dengan bab dan pasal pendahuhian, unsur ini belum kita bitjarak an setjara mendalam . N anti dalam uraian selandjutnja akan m endjadi lebih mendalam kita bitjarakan dalam bab I V , jaitu bagian jan g men jo ro t kekuatan dan kelem ahan sandiw ara sebagai hasil k arja aastra dan seni. Dem ikian djuga kita laksanakan m engenai ke empat unsur, lainnja. Adapun jan g dimaksud dengan "p erw atakan*' atau "ch a ra c terisation” ia la h : penampilan keseluruhan dari pada tjiri-tjiri atau tipe djiw a seseorang tokoh dalam sandiw ara. Dalam ilmu djiw a pada umumnja "k a ra k te r” ditafsirkan s e b a g a i: tingkahlaku diri kita dalam hal kebatinan, ialah segenap sifat perasaan, x )
W ill* # * H o u y H u4m b, o p . d i . . b sl, 227» '
pikiran dan kehendak pem baw aan, jan g m enentukan tjn rs s e se orang bertindak dalam berraatjam -m atjam keadaan hidup. •*) Dalam sandiw ara modern pekerdjaan m endjelm akan unsur ini melibat dua pihak ;. pentjipta sandiw ara dan ak to r atau a k tris * ) dalam sandiw ara. D alam diri pentjipta harus ada d ajatjip ta jan g tinggi, harus ada "im aginasi” atau daja-pem bajang jan g tadjam dan harus pula ada pengetahuan serta pengalam an jan g luas dan dalam tentang ilmu djiw a. Pendeknja pentjipta sandiw ara modern harus mempunjai "sta g ecra ft . Sedang pemain dalam sandiwara atau aktor harus memiliki daja im aginasi jan g tjukup kuat dan sebaiknja mempunjai pengetahuan dan pengalam an jan g tjukup tentang ilmu djiwa serta memiliki keuletan dan kelintjahan menjesuaikan diri. jang memberi kemungkinan bag in ja m cw udjudkan kembali atau mentjiptakan kembali w atak jan g diperaninja. Dengan kata lain, dia harus mendjiwai perannja. T entang perwatakan atau karakter ini K onstantin S ta n is lavsky bertjeritera dengan pandjang-Iebar kepada kita m engenai segala matjam pengalamannja. D an achirnja dia berkata sebagai b e rik u t: I finally grasped the simple truth that im itating another actor- did not mean creating an image. I realized that it w as necessary to create one’s own image an image w hich, 1 must confess, I understood only outwardly. It is also true fhaf I did know how to approach the image unless I w as helped by a stage director like Fedotov, or b y chance, as when I played Sottenville, and therefore approached the image with pose, costume, make-up, m anners or gestures. I felt on the .sta je as if I w ere undressed and w as asham ed of appearing as myself before the spectators. 27) ft) *)
21)
T hio Goan T/oan, lim a D jiw a Um um , W o lters, D jak arta. 1952. h al. 128. Istilah ‘tokob" atau "p e la k u " dalam tutisan d/maksudkan sama dengan "d ra m a tic p erson ae” . D jadi' lebih ditelAnkan kepada sandiwara tertulis atau Baslra-sandiv/ara (dram atic literature)» Scdang istilah "p em ain " atau "ak to r dan a k tris " ialah jan g beraksi diatas panggung san d i wara. Konstantin Stanislavsky. M y L ife in A rt, Translated from the Russian by G . Iv an o v -M u n jiev , Foreign Languages Publishing House, M o sco w ,. 1925, hal. 15Q.
Kelim a unsur sandiw ara eersebut sesungguhnja ta k dapat dipisahkan satu dari pada jan g iam n ja. Keriroanja d jalm -berd jalm membangun, mewudjudkan sandiw ara. H an ja dnlasa pem b ah asst» dapat ag akn ja kita m enanggalkan satu dem i satu unsur-tm sur itu. D an dengan tjara dem ikian itu *— seperti sudah saja lakuk&ss dengan dua unsur diatas ■ —■ akan d jelas kepada kita. b a h w a a n tara kelim anja ada satu jan g m endjiw ai sandiw ara, ialah "p e rw atakan ” atau ’’karakterisasi” . P a ra ahlipun, seperti W illis n ’ H en ry Hudson, H en ry A rthur Jon es, R ichard T u rp in , sudah mengakui h a l ini. 28) D an hal inipun memang djelas. D ialog sebagai unsur ketiga. D ialog ialah penuturan pare pemain sandiw ara. M endukung karakter, m elaksanakan piot san diw ara. K aren anja sebagai k arak ter dju ga dialog snemerïukan ’ stagecraft” dari pada kedua pihak : pentjipta sandiw ara dan ak tor atau ak tris sandiw ara. D apatlah dikatakan : dialog adalah ’’substitusi karakterisasi” . D a ri penuturan para aktor, penonton sandiw ara dapat m enangkap bukan sad ja kedjadi 2 n-kedjadian jang dihidangkan dengan gerak, tetapi djuga jan g tersiró t dibalik itu (the play o f forces behind a c tio n ). 29) Lebih-lebife. lagi dalam sandiw ara-sandiw ara jang m enggunakan teknik ”sorotbalik” atau ’’flashback” . T jo n to h jang baik m isataja saja sebutkan disini dua buah sandiw ara tjiptaan N a sja h D jarcin, ’'Sekelum it N jacijian Sunda” dan "T itik -titik H itam ” , jan g dibukukan dengan djudul Sekeltumê N ja n jia n Stm da. 30) U nsur kefcmpafc: setting. U nsu r ini meHputi tem pat, w aktu dan latar-belakang. Sandiw ara sebagai basil k a rja seni ataa sastra tertulis belumlah sampai kepada tudjuannja. T u d ju an scharn ja setjara lahiriah bukan m ata pem batja; m elainkan m ata penonton, Perbandingannja dengan novel setja ra relatif dapat kita rumuskan setjara rumus aldjabar, sebagai perbandingan seharga terhadap kalim atanalitis dengan kalim atsintetis. S : N — ka : ks. (San d iw ara berbanding N ovel sam a dengan kaliHaatanalitis berbanding kalim atsintetis). 58) » ) 84)
W illiam H enry Hudsou. cp . e l l ., baJ. 246. Ibid.. k al. 253-254. N as)ah D faafn . S ;ie b a » i / N j i n j i r a S a n d * . BeStl Fustvka,
______ 1962. Lai.
....Pembatja sandiwara jang tak sanggu p-jn enganalisa, karena kufrang daja-pem bajangnja, tentu tidak akan m erasa puas. O ran g seperii ini : hanja dapat puas. bila membatja novel. K aren a dalam novel- setjara lahiriah -segala hubungan bagian demi bagian sudah dilakskriakan óleh pengarang. Sebalik n ja dalam sandiw ara. K hren a . itu «urituk sampai ketudjuannja, sandiw ara membutuhkan tempat pementasah dengan segala peralatannja. T em p at atau panggung dengan segala peralatannja harus sesuai dengan waktu atau-m asa; Dipihak5pênonton dituntut djuga pengertian dan pengetahuan mengenai ha! ini. M ereka harus memiliki .pengetahuan tentang kechususan dan.'keistim ew aan sesuatu masa jang dihidangkan kepada mereka. sehingga mereka dapat menilai dan menikmati keindahan seni-sandiwara jang ditontonnja. M enegaskan-uraiannja tentang hal ini berkata W illiam H en ry Hudson : ’’Thus, it is impossible either to understand the stru c tural peculiarities or to appreciate the aesthetic effect o f G reek tragedy without some knowledge o f the econom y o f the- A ttic theatre.” s^) Pentjipta sandiwarapun dituntut penghajatannja tentang scluk-behik kehidupan masjarakat. D ia tidak lajak hanja m entjipta Aibelakang tnedja tulis. •Dalam Kongres Kebudajaan Indonesia ke-2 jang diadakan pada tanggal 20 .sampai dengan 24 Agustus Ï9 4 8 di M agelang dalam prasarannja Dr. Abu Hanifah telah m enjatakan k ek etjewaannja tentang kenjataan di Indonesia' M enurut sinjalem en beliau pada "dewasa itu banjak karangan sandiw ara modern jang djanggal kelihatannja, karena beJum dihubungkan dengan masjarakat. 32) Tibalah kita pada saat menguraikan unsur kelima : interpre ted kehidupah. Unsur ini lebih mudah dapat kita pahami. H an ja seorang gila jang bertjeritera semata-niata untuk bertjeritera. Seniman pentjipta hasil karja seni bukan seorang gila. D ia seorang jang beroleh rahmat dari Tuhan, beroleh inspirasi untuk S I) W illiam Henry Hudson, op. cit.. hal. 231. 3 * j. Abir. f ia n ila b , " S « s i la d o n e iia , .N o . .1-2, Tfc. I , D jd i-A g u stu * lM ö . b a l. . 1 07-108.
naenginterpretasikan kehidupan. K ehidupan ja n g d ih id an g kan d i atas panggung haruslah d ip crtan g g u n g -d jaw ab k an oleh p en tjip ta sandiw ara. U ntuk ini dia harus m enjclam i kehidupan sed alam dalam nja. D alam san d iw ara-san d iw ara m odern kehidupan ja n g se ketjil-kefcjilnjapun diperhatikan dan diinterp retasikan . B e rk a ta D r. Abu H anifah : D jik a apa jan g diperJihatkan dalam sand iw ara tidak dirasa d jan g gal oleh para pen on ton, djadi d irasak an se bagai *biasa, m aka sandiw ara itu sudah tinggi tin g katn j'a". 33) U nsur kelim a ini tidak kalah pentingnja dibandingkan de ngan keem pat unsur lainnja. K aren a pentingnja, m aka dalam uraian pasal kelinSa bab I ini akan muntjul lagi bersaraa tugasnj'a jang sesuai dengan : ’’H ak ik at S an d iw ara” . 5.
H akikat San d iw ara
Sand iw ara sebagai hasil k arja sastra, djuga h asil Icarja seni, bukanlah sem ata-m ata sastra.. djuga bukan sem ata-m ata seni. B a n jak tafsiran jang dapat dikem ukakan orang, sedang dari semua tafsiran itu ada jan g sam a sekali ta k dapat dim ungkiri. S a stra menurut arti aslirija jan g berasal dari k ata ’’ca s tra ” , sesuai dengan filsafat Hindu ialah ”alat p en gad jaran ” , jaitu buku ilmu pengetahuan 34) seperti jang~Tcita djumpai dalam hubungan k a ta -k a ta : "dharm a^astra” , ” a rth a$astra” dan sebagainja. K esenian, biaso ditafsirkan orang sebagai pendjelmaan taran djiw a jang memandang alam dari djurusan keindahan. K esenian mendjelm akan djeritan djiw a dalam bentuk keindahan dan h akikatnja tersirapul dalam paduan jan g harm oujs antara kehidupan berperasaan ja n g halus-kudus dengan dunia pendjel maan jang indah. Dalam sen i-sastra dia m endjelm a dalam k atakata. ^5) D alam seni-sandiw ara dia m endjelm a dalam perpaduan 38) 34)
Abu H anifofi. Joe. c it. Su tjip io W irjo su p arto . C d n d a k a r a n ik a A d ip a t w a . Indira, D ja k a rta , tanpa angka tahun- hoJ. 43. S . Hrawlroattflodjo. op. c it.. h al. 576. Anas M a rsi.f. Kebudajaan dan S e n i S a stra Indonesia B a m ” . In d o n c s io . N o. 1—2 . T li. T. D ju li-A g m tu s 1950. bat. 102.
jang harmonis antara sekian b an jak tjab an g seni jan g m®w u' djudkan sandiwara diatas pentas. K ata "sen i” djuga dipakai orang dalam hubungan : ” s e n imendidik” . Kita tidak berkeberatan. M endidik m em ang ada: sen inja. Kehalusan, kelembutan, kesabaran, ketelitian, keuletan dan scdjenis itu harus dikandung oleh keduanja, baik oleh seni m aupun oleh pendidikan. M engadjar dan mendidik m erupakan dua hal kem bar. T a p i pada umumnja orang memberikan penilaian sangat tinggi kepada "mendidik” . Ini djelas dan tak dapat disangkal. B o lesla v sk y mengatakan, bahw a dia tak dapat m engadjarkan seni. 36) K ita akui kebenaran perkataan ini. P engadjaran dapat d ik atak an santapan otak, sedang pendidikan dapat dikatakan santapan b a tin. O tak dapat diadjar, sedang hati^ hanja cUgat_dididik. M e n didik^ erarti membimbinCL-nienuntun hati, perasaan dan kem auan. Dalam hubungan ini Ki H adjar D ew antara telah m entjiptakan satu sembojan : "T u t wuri handajani'*. M aka seni tidak dapat diadjarkan, m elainkan hanja dapat dididikkan. Sudah kita sebutkan didepan, bahw a G ilb ert H ighet mengarang buV.u dengan djudul Seni M endidik. D alam djilid II buku ini kita dapati seni-sandiwara didjadikan sebagai bahan pengupasan terpenting. Soal seni-sandiwara sering muntjul an tara halaman 48 sampai dengan halaman 101. P ada halam an-halam an permulaan dan halaman 102 sampai dengan halaman 143 (h ala man terachir) soal seni-sandiw?ra djuga tak ketinggalan. Sedang tjabang-tjabang seni lain hanja muntjul dalam beberapa halam an. Ini menjatakan : betapa pentingnja seni-sandiw ara itu dalam du nia pendidikan. Pengertian sandiwara seperti sudah diu raik an ' dalam .pasal fciga bab ini kini lebih djelas. Pada hakikatnja tafsiran jang d ikemukakan oleh Ki Hadjar D ew antara itu dapat kita sem purnakan : "Sandiw ara adalah seni pendidikan dan pengadjaran jan g dilakukan dengan perlambang.”
50)
Richard Boleslavslcy. E n am P e ltd ja r a n P e r ia m a b a g l T ja lo n A k to r . terd jeaah ao S&ai, D jsja Snk:i, Djakarta, I960, hal. 22,
D r a. A srul
Seni dan pendidikan adalah seg i-seg i kehidupan. D an inilah hakiKat sandiw ara Ja n g dipand'ang dari clua segi kehidupan ini. K onflik djuga satu segi .kehidupan. K aren a ada konflik, terdjadilah gerak Iahïr-batin. A tau mungkin djuga dapat d ik atakan sebaliknja, gerak m engakibatkan konflik. K onflik ja n g sebenar-benarnja, jan g paling h akikat terdjadi dalam diri seseorang. Inilah hakikat konflik. Sebelum kita terlibat kepada persoalan sem atjam telur —ajam , ajam — telur, baiklah persoalannja kita an gk at setingkat k eata s.
\
| j ??j
K onflik dalam batin seseorang sulit dapat diketahui orang lain. Pentjipta sandiw ara biasa m em biarkan seseorang pemain termenung duduk b erbitjara sendirian diatas panggung, m engurai kan kekusutan pikiran dan perasaannja. H al seperti ini dalam bahasa ïnggeris diistiïahkan dengan : " soliloquy” . Selain berbuat demikian, biasa pula pemain dibiarkan "b e rbitjara-sam bil-lalu'\ Istilahnja dalam bahasa In ggeris : "a sid e ” . D alam teknik sandiw ara modern seaap at-d ap atn ja kedua •tjara tersebut dibuang. Bagaim ana tja ra n ja ? P entjip ta sandiw ara modern menampilkan seorang pemain lain. D en gan demikian sikusut-pikiran tadi dapat berdialog. D ia beroleh teman tempat m entjurahkan pikiran dan perasaannja. Kekusutan atau konflik batinnja terungkailah. ,37) M ungkin djuga dalam hal ini kedua pemain ini lan tas berkcnfrontasi. D an terbentanglah konflik lahiriah didepan penonton. K onflik adalah hakikat sandiw ara. Seperti kita uraikan di atas ini djelaslah. T a p i dengan sendirinja timbul pertanjaan : "D ja d i dim ana-m ana ada sandiw ara T' Ja , dim ana-m ana terdapat sandiw ara. D an sandiw ara inilah jan g sesungguh-sungguhnja sandiw ara. O rang belum puas dengan djaw aban diatas. K aren a kita belum m endjelaskan dua hal. Kehidupan inanusia sedemikian kom pleksnja, sehingga tak seorangpun jan g mungkin dapat me5 ï)
W illiafe
H enry
op. d t ..
hal.
259—'363,
'néntukan berapa 'djumlah simpul-simpulnja. M eskipun m anusia telah dapat m endjeladjahi segenap pelosok dunia, bahkan ru angangkasa-luar, tetapi hingga k in r dia sam a sekali belurn d ap at mengetahui, semua simpul kehidupan m anusia. Bahkan m ungkin nianusia semakin bodoh. Sebab manusia dari dahulu kala h ingga saat ini tetap sama sadja. Jang berubah bagi manusia h an jalah waktu. D ari zaman p erang-tjara-rim ba manusia pindah kepada zaman perang-tjara-m odern, perang atom, perang nuklir. Saja djelaskan dua hal. Biikankah hakikat sandiw ara itu ialah kehidupan m anusia? Lebih tegas : kon flik dalam kehidupan manusia ? T en tan g konflik ini boleh kita pandang dari segala djurusan dan segi. T a p i dalam hal ini pandangan kita h an ja kita konsentrasikan dari dua segi, jaitu dari segi kedjiw aan dan dari segi' kesenian. Pandangan dari segi kedjiwaan menganggap konflik seb ag ai peristhva kedjiw aan. Pandangan inilah jang m em benarkan, b a h wa hidup kita selama 24 djam itu ialah sandiw ara. S an d iw ara se djati atau sandiwara a‘sli. Panggungnja berm atjam -m atjam . P a n g gung jang baik ialah rumah, rumah-tangga. D alam rum ah-tangga ini setiap saat ada 'konflik, sumber sandiw ara. G erak djiw a m adt«.ins. 'idsV. pt.Au dilatih berhari-hari atau berm inggummggu. G erak djiwa spontan. 33) Seorang dokter djiw a sen an tiasa merindukan ini daJam bïdang pekerdjaannja, m engobati djiwa. M aka lahirlah tjara pengobatan dengan menggunakan san diwara sebagai medium. Pelopor-penemunja ialah P rof. D r. J.L . Moreno jang telah membukukan ilmunja ini dalam tiga djilid buku jang tjukup tebal. Memulai uraiannja dalam buku tersebut. P rof. M oreno berkata sebagai beriku t: T h e shortest way to get at the essence of an idea is to explore how it was first conceived 2 nd delivered. T h e alm ost unli mited therapeutic potentialities which psychodram a has m ay J.L. Moreno, op. e f t, hnl. :16.
ju stify going back : to its cradle.: P sy ch o d ram a, w as i>orn o f F o o l's D ay , April 1, 1 9 2 1 ,-between- 7 :0 0 and:10:0Q -pan/::-: v . T h e .Locals nascehdi for •the -first o fficial paychodram atic season w as the ’’Komoedian. H ans” ,- a th eatre fo r the dramó in V ien n a. 39) Selandjutnja kita ketahui pula pada halam an sesudah h alaman djudul buku tersebut, sebagai b e rik u t: D edicated to . my brother W illiam Lv M oreno Sponsor o f die first Therapeutic. T h e a tre in. V ie n n a ,-1 9 2 2 and • ’ Founder of the N ew Y o rk T h ea tre for Psychodram a-,-1942 Adapun pandangan dari segi-kesen ian m enganggap, bahwa bnkan setiap konflik itu :raengandung.: keindahan, Senim an san diw ara jang dibimbing intuisi atau -inspirasinja memilih konflikkonflik jang kata intuisi atau inspirasinja itu .ind ah . Selain indah ko 2iflikrkonfIik itu menganduiig kèbenaran hidup--Konflik^könflik jang dipilihnja itu didjadikannja bahan. Dari* dengan b’a han ini ditjiptakannja sandiw ara. Apakah keindahan itu:? S u k a r1 didefinisikan. Dan. saja tak berani berbuat demikian. K arena keindahan lain1 h alnja . dengan kebcnaran. K ebenaran identik dengan dua kali dua'. M anusia atheis boleh berkata demikian. D juga manusia monotheism T ap i 'keau anja berfcolak-belakang. K arena itu bagi m anusia atheis, dua kaii dua sama dengan erapat; dan empat 'itir ialah "b ilan gan •••. B agi manusia m onctheis, dua kali dua djuga sam a dengau empöt; tapi em pat disini ialah ”Tuhan'\ *P) . • 38)
J . L . M o r e o o . o p . c i t .. b a i.
!.
P o ty aaa S'lryadipura, M in u sia d e n g a n A to o m n ja dalam k e a d i a n s e h a t d a n s o k it. U iah o M a basiawo, Somatang, 1958. hoi. 3 0 -35. ( Is i halataan-halam aB ini s a ja sb stra k sik sn ). I .R . Pocd jaw ilatn a, P a m b im b in g k e a c a h A la m F i h a f a t (p er a o d u a f m a n u scrip ti).'"D ja k a rta . 1 9 6 J , b e t. 7 1 - 7 3 . ( D ju g a isin ja aa ja a b strq k sik a *}. .v-. V .
Dengan dem ikias, kébesayan itu sifatiija ‘’rok^m ” , A dapun Scsdadahaja, sifatnja "rohani dan djasm ani'\ S ifat indsn berbeda dengan sifat baik. Indah, tetapi m ungkm tidak ba ik. Tjom beran mungkin indah, tapi tak baik , k aren a sangat besar kemungkinannja mengandung kum an-kum an p en ja kit. Sebalikn ja: baik, tapi mungkin tidak indah. Ini djelas. Dalam menguraikan paham idealisme estetis, b erk ata I.R . P oed jaw ijatna: Aiiran ini tak perlu mengmgkari kerohanian, b iasan ja m eaiang tidak mengingkarinja. T en tu sad ja ada b a h a ja n ja : ada kemungkinan bahwa keindahan djasm ani jan g terlalti dipentingkan. Pun ada kemungkinan bahw a segala kem am puan-keraampuan jang ada pada manusia adalah sem ataïsata hanja ketjenderungan kepada jan g baik dan indah. S e dangkan dalam pengaïaman harus diakui adalah tjenderung pada s^seorang jang tidak terarahkan kepada jan g baik . AÜran diatas itu tentu sadja am at berlaku bagi para sen iman dan seniwati. Dalam batas-batas jang sehat, m ungkinlafc na\k. Akan tetapi ada djuga kemungkinan bahw a m ereks mendtwa-dewakan seni. ü ku ran seni ialah dirï sendiri. K e indahan demi keindahan dan lupa akan sumber keindahan, ialah Tuhan. 41) Seniman atau seniwati sedjati, jang boïeh disebitt ”pu d jan gga , tentulah berusaha mewudjudkan perpaduan jang harm onie antara indah dan baik. Seniman atau seniw ati jan g hanja tnengedjar keindahan sejnata tentulah hanja m enghasilkan sensasi. Sandiwara jang sungguh-sungguh mendukung arti, seperti jang dirumuskan oleh Ki H adjar D ew antara dan jan g keinudian rumus itu saja sempumakan, tentulah mengandung keindahan dan kebaikan. Inilah hakikat sandiwara menurut pendapat saja.
41) i-fi. PotdJ&wtfetae, lee. c&< kei. !W<
Hubungan Seni-sandiwara dengan tjabang - tjabang Seni lainnja
B erb itja ra tentang hubungan seni-sandiw ara dengan tjab an g tjabaug seni lainn ja meminta sangat ban jak ten aga djasm ani maupun m hani. Amafc ban jak tjabang seni lain jan g bergftbung kepada seni-sandiw ara. OSeh karena itu mempunjai. .hubungan dengan seni-sandiw ara. Hubungan-hubungan itu ada jang erat sxkali dan ad a jan g fcurang erat. S ifa t hubungan jan g e ra t m engakibatkan seoïah-clah tak lengkaplah pem bitjaraan. jan g hanja mengenai jan g satu, tapi melupakan jang satu lagi jan g berhu bungan. S ifa t hubungan jang kurang erat sebaLkr.ja. T a k mungkin m erabitjarakan semua itu dalam karangan seperti ini. ItuJah sebabnja saja hanja memilih lima tjab ang seni jan g sangat e ra t hubungannja dengan ssn i-sand iw ara. P ertam a ; seni-fi!m , kedua : ijerita pendek dan novel atau rom an, ketiga : sandjak, k e e m p a t: seni-musik dan kelim a : seni-lukis.
1.
Sem-Saitdiwara dengan Seni-Files
Seni-sand iw ara sudah agak tjukup kita bitjarak an dalam b eb I. Seni-film akan kita bitjarak an berhubungan dengan senisandiw ara itu. A pakah film itu ? Fiïm bukaniah tjerita sandiw ara jan g dipotret. A n tara sandiw ara dan film ada perbedaan prinsip,
jaitu pada dialog, scndi tjerita dan bahan-bahan visuii; perbedaan antara hubungan penonton dengan jang ditonton. D alam san diwara penonton terpisah setjara emosi dari pem ain-pem ain. Tetapi film, karena tekniknja tidak membiarkan penonton ter pisah demikian. Karena teknik ”cIose-up” dan Iain-lain, m aka penonton selalu terbawa ikut ketengah-tengah jang sedang b erlaku diatas lajar putih. T ekn ik film tiga-dim ensi lebih-lebih lagi menegaskan hal ini. Penonton bisa melihat dan ikut m erasakan sesuatu suasana lebih mesra dan dekat dari pada penonton sandiwara. D jarak antara penonton dengan sandiw ara tak bisa berubah. Tapi djarak antara penonton dengan film d ilajar putih malah hilang. Penonton sandiwara hanja melihat dari satu segi, sedang penonton film dapat melihat segala kedjadian diatas lajar putih dari segala segi, karena kamera jan g bisa bergerak dengan leluasa. Penonton film fcisa ' ikut melihat këdalam saku seorang pemain dilajar putih. 1 ) Beberapa kali telah kita sebut teknik film .-T e k n ik inilah jang memuntjulkan perbedaan antara film dengari sandiw ara. M ari sedfcmaV Vita ikuti pertumbuhan film dari mula. Film dilajar putih ialah hasil projeksi pita film. Foto-fot'o irang ai an sedemikian rupa, sehingga hasil projeksirija d ilajar putih ialah gambaran-gambaran jang bergerak.. Pada zaman Renaissance Leonardo da V in ci m entjiptakan suatu alat jang disebut "cam era obscura*\ jang dapat membuat ioto. Pada tahun 1602 Athanasius von K irchner inenemukan kemungkinan untuk memprojeksikan foto-foto diatas k atja. D a lam tahun 1872 Muybridge berhas'il membuat ran'gkaian fo to -fo to kuda jang sedang berlari. Dalam tahun 1880 Em ile R eynand menemukan suatu alat (praxinoskop) jang dapat mempertundjukkan rangkaian foto, sehingga' nampak bergerak. U ntük ini m asih dipergunakan pelat-pelat katja. Dalam tahun 1889 G reen e berhasil mengganti pelat-pelat katja tersebut dengan pita ’’celluloid” . Lumière dua bersaudara kemudian mehjatukan semua unsur itu Jalam su atu konstruksi jang mereka sebut "cinem atographé”
Mochtar Lubfc, T e h n ik tr.engar3ng S c e n tr io P ilc m , Ualai Pusrako. D ja k a rta .
1953, h a l. 9 -JO .
m em pertundjukkannja pada tahun j S95 di P aris. Iriilah film iatxq nftrtama. Penontonnja ketika itu h an ja' 3 0 bran ^ T ^ m crck a' terijengang keheranan. S a a t itulah jan g dianggap oleh p ara ahli film sebagai ”saat kelahiran cinetnatop raghie'V Kemudian ahli-ahli film Rusi^ m enam bahkan suatu unsur jang baru, jakni "m on tase” . Ja n g disebut m ontase ialah iram a dan kontras-kontras jan g dapat ditjapai, baik dengan djalan penem patan kam era (sh o ts), maupun dengan tja ra menjusun dan m erangkaikan bagian -bagian film. K ita dapat m em otret dari d jarak djauh (long sh o t), d jarak pertengahan (medium, sh o t) dan d ja rak jang sangat dekat (clo se-u p );. W a k tu . m em otret dapat ag ak lam a dan dapat djuga sangat singkat. D ap at pula kita m emotret dari atas, dari baw ah dan seterusnja. • ’’M on tase” m erupakan suatu tjara pengungkapan (cksp resi) jan g dapat m emberikan kepada film itu. s u a tu ; iram a tertentu, suatu dinamika. P ad a perkem bangan selandjutnja timbul film -tjerita, teru tama di A m erika dan Italia, jang diikuti seluruh dunia. D an pa da tahun 1927 di A m erika film m em p eroleh .- penjem purnaan, jaitu dengan ”bunji” . Lahirlah ” film -bitjara . B erarti jang b erlangsung sedjak semula sampai tahun tersebut ialah film-bisu . Penem uan jang terbaru ialah ’ film -tiga-dim ensi G am bargam bar jang kita lihat m endjadi ’’sterioskopis” . ü) . .. D idepan sudah dikatakan, bahw a film bukan tjérita sandi w ara jang dipotret. H al ini m enjangkut soal teknik. D alam film seperti tem ja ta dari uraian diatas ilmu teknik m emegang peranan penting. Film mempunjai industri. Film dihasilkan oleh industri, sandiw ara tidak. T etap i hubungan an tara sandiw ara dengan film tak dapat disangkal. Kedua seni ini m engangkat kehidupan keatas panggung untuk dihidangkan' kedepan penonton. T ja r 3 kerdjanjalah jang berlainan. Hubungan kedua bentuk seni ini sedem ikian rep atn ja, sehingga kadang-kadang oleh teknik film jan g belum berapa dikuasai oleh pentjipta atau penghasil film m engakibatkan ;film J . V crk u y l, F ilm d a n B io s k o p , fertljem ahan G .M .A . N ainggolan, Bad an P c n e rb ii Kr.isten, D ja karta 1958. h a l. 5 —6.
merupakan sandiwara. D i Indonesia ha! ini n ja ia dari u tjap an utjapan bangsa Djepang selama bangsa D jep ang ini menduduki tanah air kita, tiga setengah tahun. B erk ata B . K u raia, Pem im pin Bagian Film pada Keimin Bunka Shidosho (K a n to r B e sa r P u sat Kebudajaan) sebagai b erik u t: M enoeroet pendapat saja, kebanjakan scenario disini boleh dikatakan tidak mempoenjai sifat dan bentoek scen ario jan g sedjati, artinja semoea scenario itoe lebih mirip kepada san diwara atau drama. Sem oea scenario pada m asa ja n g laloe disini, tidak lain hanjalah jang dikarang dan disoesoen tje ritanja setjara drama, tidak oebahnja dengan seboeah dram a, jang mengandoeng beberapa "lo ek isan ” (s c e n e s). S ce n a rio baroe dapat menarik hati, bila scenario itoe disoesoen s e tja ra scenario benar. Film jang diboeat dengan m engam bi! sce n a rio sematjam itoelah jang moengkin serta b aro e bisa m emoeaskan penonton oemoem. Scenario V.aroes mempoenjai bentoek dan tja ra loekisan jan g a dapat ditjiptakan oleh scenario sendiri poela. s ) Ja, sedjaran film masih muda sekaii dibandingkan dengan sedjarah sandiwara didunia. Dan perusahaan film di In don esia baru mulai tahun Ï 936. Selesai dengan produksinja jan g p ertam a (T erang Bulan) tahun 1937. Perusahaan film jan g p ertam a ini ialah A nif . <*) Sedang pertumbuhan sandiw ara m odern, seperti sudah kita tjatatkan pada pasal satu bab I, sudah mulai sedjak tahun 1925 dan baru berkembang setjara pesat dalam zaman Djepang. Sungguhpun demikian tidak segera dapat sa ja pertjaja kepada perkataan orang, seperti dalam kutipan diatas. Lebih-lebih orang jang berkata dengan dasar " T jita -tjita A sia Timur R aja . Lagi pula waktu berbitjara. Dalam w aw an tjara saja dengan Usmar Ismail, saja tanjakan hal ini. U sm ar Ism ail mengakuinja, namun ditekankannja, bahw a hal tersebut seraata3) 4>
14
?8- 9 - 2 0 0 3 .
Ma> lBe?OBWJa ' b L M 1 F ih " T ,e i,ta d ‘ lDtlon£aIft” -
K tb o td tfr a n
T im o t r .
Tb.
T h . IV . N o.
1/2.
I,
N o.
2.
D jan u w i/
m ata terleta k pada soal teknik. T e k n ik pada K ini bagaim ana ? Film -film n asion al k ita sudah d alam p e s ta -p e sta film sed u n ia .
^
W
rv *
ltU*
d a p a t t ,,r " t ' se rtfl
A g a k n ja ja n g p en tin g la g i d ib itja r a k a n d isin i ia la h b a a a i m an a h u b u n g an a n ta r a te k n ik sa n d iw a ra d e n g a n te k n ik film K ita m ulai d en g a n ja n g d iseb u t te a te r, ja n g b e r a r ti : g ed u n g s a n d iw a ra a ta u b io sk o p , s e r ta a r ti ja n g le b ih m u d ah ia la h panqcm ng
(terapat pem entasan sa n d iw a ra ). T e a te r meliputi pengertian umum fang berhubungan dengan pertundjukan. Jan g lebih mudah dipaham i term asuk dalam teater, ialah sandiw ara dan film. S elain m em pergunakan panggung, sandiw ara ataupun film mempunjai a k to r dan ak tris. A k to r dan a k tris dalam film biasa pula disebut bintang film. O leh kekurangan pengetahuan ch alaja k ram ai kad ang-kadan g m enjebut bintang dju ga terhadap ak tor dan ak tris sand iw ara; djadi, bintang sandiw ara. M em ang pe ngertian kedua hal ini dalam m asjarak at d ikatjau kan. S e k iran ja jan g dimaksud dengan "b in tan g san d iw ara" itu ialah seseorang a k to r atau ak tris jan g ulung, jan g dapat m em ainkan segala perw atakan apa satfja dengan am at baik, djad i ungkapan itu m erupakan suatu djulukan, m aka kita tidak b erk eberatan . D ilu ar dari pada pengertian ini, ungkapan itu kurang tep at. 5) Sungguhpun seseorang a k to r atau a k tris san d iw ara. dapat m endjadi ak to r atau ak tris dalam film, tapi hal itu tid ak dapat dipakai untuk m em andangnja sam a dalam kedua bidang itu. S e orang a k to r atau ak tris dalam sandiw ara harus mulai dengan satu langkah kakinja jan g tak berkasut. A rtin ja dia harus mu lai dengan m elatih setapak demi setapak segala ap a jan g telah dibekalkan T u h a n kepadanja sew aktu dia lahir kedunia. Pendek kata : djasm ani dan rohaninja. Seoran g bintang film tak perlu atau ta k dikenakan k eharusan atau kew adjiban m elatih diri sebagai seorang ak to r atau aktris. Seoran g pemuda atau seorang gadis dengan bekal id jaS)
Istilah lang kadang-kaÓang dipakai orang dengan maksud m eab erl djolakan Ita d)oga "S e ri pan ggun g". T ap i p e a a k a ia a istilah ini pua hanja tepat, a n d a ita ta ja a g dlraaksud islak p e n tg e n j peranan utacta.
zah S.D . dari desa datang dikota industri film, kalau dia ingin dan nasibnja baik, dapatlah dia dalam waktu singkat m endjadi bintang film. Dalam hubungan situasi sem atjam inilah dapat kita teriraa pandangan Drs. Asrul San i dalam tja ta ta n n ja m engenai karangan Boleslavsky : Orang mengira, bahwa aktor dan ’’bintang adalah p en g crtian jang sama. ’-Bintang” sebetulnja adalah suatu knta jan g terlahir dari box-office, dan boleh dikatakan tidak ad a san g kut pautnja dengan seni bermain. Seorang "bin tan g bu kan lah seorang seniman atau seniw ati, tetapi adalah suatu barang dagangan jang diperdjual belikan dengan penonton. Nasib seorang bintang tergantung pada selera publik pada suatu saat. D jika selera publik berobah, atau djika seoran g bintang jang termasjhur sebagai gadis genit m endjadi tua, maka pudarlah tjahajanja. Publik tidak lagi m enjukainja dan lupa kepadanja. Ia tidak laku lagi untuk d ip erd ag an g k an .. Berapa banjak sudah bintang jang muntjul depan kita dan kemudian hilang dengan tak tentu rim banja. M odal seoran g bintang ialah wadjahnja, potongan badannja, kepribad iann ja sendiri. Inilah jang disukai orang. D jika publik lagi m enjukai wanita-wanita montoV., tnaV.a suHtlah bag i w anita rig ai untuk 'bmtang. Kalau selera penonton berobah dan orang ingiri wanita rigai, maka hilanglah kesempatan si-m ontok dan si-rigaipun menerima penghargaan lalu dielu-elukan sebagi bintang^ Karena modal méreka adalah diri m ereka sendiri, m aka pe^anan-peranan jang mèreka mainkan umumnja sam a s ifa t nja. Djika terkenal satu kali sebagai perempuan penggoda, maka biasanja peranan jang ia peroleh selandjutnja ialah peranan perempuan penggoda. T jerita -tjerita dan scen ario ditulis untuk meng-eksploitir bahan modal jan g ada pada mereka. M odal ini tentu terbatas sekali sifatn ja, karena tidak melewati batas kepribadiannja sendiri, sehingga pada suatu kali penonton bosan djuga m elihatnja. c ) I ) 1 RicbArd ’BoI**Tave£V! B r ia n P c lsd jd ea n P erlam ti b a g ! Tj& lon A k to r , h a !. 6 -7 .
Seseoran g. ak tor atau a k tris san d iw ara, d jika dia hend ak m endjadi ak to r atau a k tris film, dia harus m engetahui dan m enjadari -serta m elaksanakan perubahan dalam d irin ja sep erti seorang-. pemain bulu-tangkis hendak m endjadi pem ain tenis. Persam aan ini sebenarn ja kurang tepat, tetapi s e tja ra m udah demikianlah dapat kita paham i. Seoran g pem ain bu lu -tan g k is jan g biasa mempermainkan pergelangan tan g an n ja dengan ta n g kas, kalau. dia hendak memegang rak et tenis, hendaklah dia membuang kebiasaan ini. D ia harus m engajunkan ra k et tenis dengan. le n g a n n ja .. D jik a tidak dem ikian, m aka sam a sekali dia tak-dapat—m ain -tcnis-, D em ikian pula seorang pengarang sandiw ara, djika hendak m entjiptakan sebuah tjerita film, harus pula m engubah tja ra k erd jan ja; Berhubungan dengan film, dia dikatakan "m en g aran g atau mcnul'is atau menjusun scenario film ". K ekurangan dalam pandangan D rs. A srul S an i seperti jang terkutip d iatas ini kita ketahui dari p ertjakap an B o leslav sk y dengan ’ 'gadis p an tasi"n ja. B oleslavsky mendidik "g a d is pantasi nja- m endjadi aktris jan g ulung, baik dalam sandiw ara, m aupun dalam film. M ari kita d engar pertjakap an m ereka : G A D IS : Aku sudah inenemui suatu k en jataan jan g san g at bëtul harus disajangkan, jaitu bahw a perm ainan dan suara ak tor-ak to r b esar tidak bisa diabadikan. Kini aku sampai pada satu kesimpulan : untuk kepentingari ini aku harus m erasakan m ekanism e dan kem urahan film dalam pekerdjaanku. AKU : Bukan. Satursatun ja jan g harus kau lakukan, ialah madju sed jad jar dengan zam an kita dan berusaha : sekuat mungkin .— sebagai seorang seniman. G A D IS : M ustahil. AKU
:
G A D IS : AKU
:
Ini tidak bisa dielakkan. Film tidak lebih dari selera musiman jan g — tidak lebih dari sem atjam tjerew et. F ikiran itu sempit.
palsu
G A D IS : Seïuruïi kodratku sebagai seoran g a k tris b ero n ta k terhadap iblis m ekanis ini. A K U : Kalau begitu kau bukan seoran g a k tris. G A D IS : H anja, karena aku m enginginkan suatu k esem p ataa jang bebas dan tak terganggu -gan ggu b a g i ilham AKU
dan kerdja kreatifku ? : Bukan. K aren a kau ta k berg em bira dalam p en emuan sebuah instrum en dram a ja n g b esa r; suatu instrumen jang telah dlpunjai oleh sen i-sen i ja n g lain sem endjak m asa duïu dan ja n g sam pai kini be*" lum lagi dimiliki oleh seni jan g tertu a <— th e a te r; suatu alat jang dapat m em berikan k etjerm atan dan ketenangan ilmiah pada th eater, seperti ja n g teïaK dimiliki oleh seni-seni lain; sebuah instrum en ja n g menghendaki dari seorang a k to r supaja b erlak u pasti laksana skem a w arna dalam lukisan, ben tu k dalam seni pahat, a la t-a la t bu njian b ertali, a la talat tiup dari kaju ataupun tem baga dalam m usik, laksana m atematik dari seni arsitek tu r, ataupun kata dalam seni puisi. 7 )
T>ati uraian dan kutipan diatas ini djelas sudah kepada k ita, bahw a sukar meletakkan bidang pemisah an tara sand iw ara de ngan film, K ed u an ja berhubungan erat, sungguhpua dalam b e berapa segi sangat berbeda. Untuk lebih djelas lagi izinkan. saja menjurph B o lesïav ek y melangsungkan pertjakapannja dengan ’’gadis p a n ta s f'n ja : AKU
j
Lapangkan hatimu sedikit. M em ang dem ikian h alnja. Film adalah pengabdian seni seorang a k to r ■ — seni theater. Dram a jang dilisankan kini d jad i s a ma dengan drama jan g dituliskan. A p akah kau tidak menjadari, bahw a dengan ad an ja a la t p erekaman pribadi dan sukma seorang ak to r, m aka
7} R/sbvd Sol*eJav«ky, op. cit., bfJ. 50-57.
mata rantai terach ir jang selam a ini hilang dalam rantai semua seni. kini telah ditemui ? T h e a te r bukan lagi soal jang bisa lew at-lam pau begitu sadja tapi sudah mendjadi tjatatan abadi ? A pakah kau tidak m enjadari, bahw a k erd ja k rea tif seorang aktor tidak perlu lagi dipertundjukkan depan m ata publik; bahw a kini penonton tidak usah lag i ditarik-tarik kedalam keringat dan kesibukan kerdja kita ? Para aktor bebas dari penonton pada saatsaat ia m entjipta; hanja hasil tjiptaannja sadja lagi jang dinilai. G A D IS : Seorang aktor jang berada depan seperangkatan pesawat bukanlah seorang aktor jang bebas. Ia ditjentjang mendjadi potongan-potongan ketjil — hampir setiap kalimat peranannja dipisahkan dari kalim at-kalim at sebelumnja dan kalim at sesuaahnja, AKU : Setiap kata seorang penjair terpisah dari katakatanja jang lain. T ap i jang penting bagi kita ialah keseluruhannja. 8) Kini djelas sudah. dapat kita bajangkan, bagaim ana tjara seorang pengarang mengarang sandiw ara dan bagaim ana tjara seorang pengarang mengarang scenario. A gaknja masih dapat lagi dipakai perbandingan seorang pémain bulu-tangkis jang hendak main tenis. Seorang pengarang scenario sudah harus memikirkan segala matjam soal jang berhubungan dengan soal pesawat, soal teknik materi modern. Dem ikian itulah hubungan antara sandiw ara dengan film. Pekerdjaan mengarang kedua bentuk seni ini dapat dilaksanakan oleh seorang chusus pengarang sandiw ara dan djika sandiw ara hasil karjanja ini akan difilmkan, pekerdjaan ini dapat dilaksana kan oleh seorang chusus pengarang scenario. M isalnja "Bunga Rumah M akan ” , karangan U tuy T atan g Sontani difilmkan. S cenarionja dikarang oleh orang lain. U tuy T atan g Sontani chusus 8)
Richard Boleslavsky, op. cie .. hal. 57-58.
seerang pengarang sandiwara. D juga pekerdjaan inf keduanja da pat dilaksanakan oleh seorang sadja. Seorang jang dem ikian. misalnja Usmar Ismail. ’’T jitr a " difilmkan dengan scenario k a ra n g a n nja sendiri. (Ada djuga " T jitr a ’'’ jang scenarionja dikarang orang Jain). Dalam hal ini seorang jang demikian m enghadapi bahaja. Bahaja jang mungkin benar-benar dialam inja atau tidak dialam inja, tetapi anggapan umum sudah berkata demikian. Jaitu djik.i seorang mula-mula sebagai p en gar^ig sandiw ara. lalu m elepaskan pekerdjaan ini untuk sem ata-m ata m engarang scenario. D emikian Usmar Ismail sedjak tahun 1943 hingga beberapa tahun seterusnja mengarang sandiwara, m enghasilkan " T ji t r a ” . ”A p i” . Liburan Seniman”, "M u tiara dari Nusa Lau t” , "T e m p a t jang kosong , M ekar M elati'’, sebagai tjiptaan asli. Kem udian dia hanja mengarang^ scenario. Bahkan hanja m engarang scenario berdasarkan hasil novel atau roman. Um pam anja baru -baru ini dia memfilmkan ”Anak Peraw an disarang Penjam un” karangan St. Takdir Alisjahbana. M asjarakat umum menganggapnja sudah kering daja tjiptanja untuk menghasilkan sandiwara. Dalam w aw an tjara saja dengan Usmar Ismail, lubuk ini telah saja adjuk dengan benang sutera halus. / Mula-mula saja tanjukan. bagaim ana sikap serta tja ra n ja karangan sandiwara setelah memperoleh sesuatu inspirasi tentang karangan itu. Djaw abnja, bahwa adak alan ja dia mengarang setjara mtuitif sekaii. A ntara Iain katanja : ”A Pi, saja tjiptakan dalam tiga h ad.” Selandjutnja benang pengadjuk saja ulurkan lebih pandjang lagi. Begini bentuk pertanjaan saja : ''’D idalam mengarang sandiwara, terutama mendekati ach ir karangan. pernahkah Pak Usmar Ismail merasa kurang puas dan oleh karenanja mengadakan perubahan-perubahan pada karangan itu ?’’ Seorang seniman mcmang sangat perasa. D ia peka akan benang pengadjuk sehalus ini. Dan setjara djudjur — saja rasakan ien ar-b en ar kedjudjuran ini — dia m endjawab : "Sem asa masih rauda. setelah suatu inspirasi itu .d atan g. dengan spontan dapat saja mulai, seperti pernah saja lakukan dengan ’A pi’ itu. T a k ada pertimbangan-pertimbangan jang kuasa m enghambat tindakan
mentjipta, walaupun apa kelak akibatnja nanti. Kita tak banjak memikirkan soal tanggung-djaw ab. Sungguhpun demikian, seben arnja keseluruhan bahan tjerita itu sudah ada lebih dulu dalam kcpala kita, tokoh-tokoh serta w atak-w ataknja sudah kita miliki Hnggal lagi pem bagian-pembagiannja, hal m eletakkan tugas-tugasiija dalam bagian-bagian jang kita kehendaki. Setelah karangan itu selesai, kemudian baru kita sadari ada bagian-bagian jang terasa djanggal, maka kita perbaiki atau kita tiadakan. Selandjutnja pcmentasan raemberitahukan lagi kekurangan-kekurangan sematjam itu. Dan kita harus pula m engadakan perubahan-perubahan. Dalam hal mentjiptakan karangan sandiw ara itu adakalanja pula bertahun-tahun materi dikepala kita sudah ada, tapi tindakan mengarang belum djuga kita laksanakan. Hal ini disebabkan oleh pengalaman-pengalaman kita jang semakin banjak, jang menghambat pelaksanaan tindakan kita. Semakin tua, semakin banjak pertimbangan mengerem kita, terutama soal tanggungdjawab kita mengenai hasil karja itu. Apakah sesuatu hal perlu kita tuliskan atau kita pentaskan. itu diham bat-hambat oleh pertimbangan.” Kebenaran hal jang diterangkan oleh U sm ar Ismail ini da pat djuga kita batja dalam buku M anusia sebagai Pengarang. karangan sebagai hasil pengalaman dan penjelidikan S . M undingsari. H akikat manusia sebagai pengarang dibahas dalam buku ini. terutama dalam bab X X I V , jang mengenai ”ilham ’\ 9 ) M ochtar Lubis m entjeriterakan djuga pengalaman jang sama dalam hal mengarang tjerita pendek : T je rita pendek ’’Lotre Hadji Z a k a ria ” umpamanja ada lebih dari dua tahun hilang timbul dalam kepala saja. Mula-mula teringat, lalu menghilang kembali, beberapa bulan kemudian timbul lagi mengambang kedalam pikiran, kini rangka-rangka tjerita sudah lebih djelas, akan tetapi hatiku belum djuga tergerak untuk menulisnja. Lalu hilang kembali. S . Mundicfisari, M anu.'ja s e b a g a i P c n fja n n g . Pena. D jak arta, 1953. bal. 99-108.
dan achirnja aku merasa mesti menulisnja. setelah pada suatu hari seorang kawan mengeluh, karena dia niasih tetap belum mendapat ganti pembajaran surat pindjaman R I jang dikeluarkan waktu revolusi. Entah bagaimana tjerita kawan ini m embulatkan pola^pola tjerita ’’Lotre Hadji Z ak aria” , dan tjerita pendek itu aku tulis hanja dalam beberapa djam sadja. 30) Kita ketahui ”Api” ditjiptakan tahun 1945. U sm ar Ism ail lahir di Bukittinggi, tanggal 20 M aret 1921. ) D jadi A pi ini ditjiptakannja dalam usia 24 tahun. Sandiwara dengan film masih meugandung ban jak fak to r jang saling berhubungan. T a k mungkin disini m em bitjarakan semuanja itu. Hanja satu hal lagi jang perlu kita kemukakan dalam pasal ini, ialah soal pendidikan jang berhubungan dengan film dan sandiwara. Tentang film berkata D r. J. V erkuyl : Penemuan film sering dibandingkan dengan penemuan ilmu-tjetak. D juga petkernbangan penemuan ilm u-tjetak ini dapat disebut mengagumkan. Seorang penjair jang ternama, Da Costa, menjebut p en e muan tersebut se/angkah arah kesorga dan selangkah arah keneraka. Demikian djuga halnja dengan penemuan film ini. Seperti tiap penemuan, dia dapat disalahgunakan. T etap i dapat dju ga dipergunakan untuk maksud jang baik. O leh karena itu pemikiran mengenai segi8 kesusilaan dan keagam aan dari masalah film dan pengundjungan bioskop harus m erupakan dan mendjadi tuntutan dari masa dalam mana kita berada 1sekarang. 12) 10 }
31) 12 )
M ocbtar Lubfs. op. c it., hal. 60. H .B . Jassln, G em a Tannh A ic, Bala j Pustoka. D jakarta. J . Verkuyl, op. eft., hal. 3.
1959, (je t. k c-4 , ha!. 73.
H al jan g
dikuatirkan SCniflf.,
p ad a sa n d iw a ra . _ D a n inilTh » “ " " I ‘ " d a p a ‘ PU‘a m en g en ai sa n d iw a ra . _ D a lam j i d” 9 “ e ru sa k ‘ a n g g a p a n o ra n g
hal-hal jan g buruk dapat dilantiark T k rak jat. D alam film lebih sulit „ ? terutam a jan g m e m e g a n g p ^ “ n9.a ^ gara. P elak san a kekuasaan neqa“ " f l
,
i
orang ,ang b en ar-ben ar
9 .
p en 9atasau Pe“ « » t a h bersam a
^ da”am ^ Pe” er‘ntah sesuatu n e-
dalam h a l in i h aru sla h o ra n d -
merindukan kem aslahatan bangsa
dan
tanah a ir. O ra n g -o r a n g u j „ a* A u A u V a l
demiki*>nla k t •. i_ ™ 9 sa aan “ lk ,a n la h 9 k ita h a ra p k a n b e n a rbenar dapat duduk dalam D e w a n S e n su r F ilm .
... , ” p 3Pa ia n 9 dilantjarkan dalam M in ggu an Film , dibaw ah dJUdu . G ag asan Presiden djangan D iselew en g k an ", »)■ m aka kitapun turut sedih dan m enjatakan rasa k etjew a. D isini didjelaskan, bahw a K etua P anitia P esta Film A frik a -A sia k e -Ill di D ja k a rta N ,. U tam i Surjadarm a telah membentuk panitia se tjara diam -d.am , tanpa m engadakan suatu m usjaw arat dengan organisasi-orgam sasi perfilm an jang telah diakui oleh pemerintah, seperti jan g diinginkan oleh Presiden. P a sa l satu ini sa ja achiri : K ita m engharapkan jan g baik bagi ban gsa dan tanah air. fc / 2. Sen i-S an d iw ara dengan T je rita Pendek dan N ovel atau Rom an Sand iw ara pada satu pihak dengan tjerita pendek dan novel atau roman pada pihak lain, mudah dapat dibedakan berdasarkan bentuknja. Sebalik n ja mudah pula m em andangnja sam a dari beberapa pegi. K eduanja mempunjai dasar jang sama, ialah, tje rita. T a k ada tjerita, m aka tak adalah sandiw ara, tjerita pendek dan novel atau roman. Sandiw ara dan novel atau roman, djuga tjerita pendek disusun dari unsur-unsur jan g sama, jaitu plot, karakter, dialog, setting (m engenai tempat, waktu dan latarbelakang) dan interpretasi kehidupan. Selandju tnja djika kita perhatikan struktur atau bagianbagian plot kedua m atjam bentuk ini pada umumnja sama, jaitu 1S)
Film . 23 P etm iari 1964, hni. I
feerturut-turut: I. pembenihari peristiwa, 2. tandjakan. 3. klim ak* atau krisis, 4. penurunan dan 5. kesimpulan. penjelesaian atau penutup. 14) Ini merupakan pola umum. H asil k arja sastra m o dern biasanja tidak lagi terikat kepada pola ini. Agar djelas jang keiak kita uraikan, lebih dulu kita bersihkan djalan. Kita djelaskan dulu tjerita pendek — jan g selandjutnja nkan kita sebut "tjerpen ” sadja, menurut jang sudah ten ar sek arang, ■ — novel dan roman. Tentang tjerpen, jang dalam bahasa In ggeris diistilahkan dengan ’short story ”, M ochtar Lubis telah m cn tjatat beberapa definisi atau batasan jang dibentuk oleh para ahli sastra. Semua batasan itu boleh dikata tak ada jan g m em uaskan. W aiaupun penjeliaikan para ahli itu sam pai-sam pai kepada djumlah perkataan jang dikandung oleh sebuah tjerpen. D an d jelas. bahwa merekapun tidak puas dengan hasil penjelidikan m ereka itu. Sehingga mereka m enjatakan kelesuan, Istilah short story digabungkan djadi s a tu : "sh o rt-sto ry ” . Selan d ju tnja diadakan penggolongan : ’’short short-story” dan 'lo n g s h o rt-s to ry ’. ir») M ochtar Lubis sendiri sebagai seorang pengarang tjerp en Indonesia. raertjataV-an takutnja memberi batasan m engenai tje r pen. D ia hanja mengemukakan beberapa pandangan dan pendirian para ahli dan achirnja dia hanja m engatakan : M asih banjak lagi definisi jang telah diberikan oleh para ahli tentang apa jang sebenarnja tjerita pendek itu, akan tetapi pendapat-pendapat diatas tjukup kiran ja membëri se dikit pengertian tentang apa jang termasuk dalam golongan tjerita pendek dan apa jang bukan. 1(J) Adapun jang dimaksud M ochtar Lubis itu ialah u tjapanutjapan Richard Summers, seorang ahli tjerpen jan g telah lebih K J W illiam H enry Hudson. Art In trodu ction to th e S tu d y o f L ite ra tu r e , h oi. 265. Hudson dalaot bukunja ini menggunakan bertumr-turut istilah -lstllah : I. in itial incident o r ex p o sitio n . 2 . rising action , growth, or com plication. 3. clim ax, crisis, or turning p o int, 1 . fa llin g a ctio » , resolution or denouement. 5. cotcluaioo oc catastrophe. Ifi) M ochtar Lubis, op, c it., hal. 10-11. 16) Ibid., bal. 12.
«lari 19 tahun mengadjarkan teknik mengarang tjerpen di U uiversity of Arizona. Amerika Serikat, jan g berkata dalam bukunja C raft of the Short Story : " ..................defïnisi jang lengkap tidak dapat diberikan, karena suatu usaha untuk memberikan qambarao jang lengkap akan gagal." l ") Jang penting kita ketahui dari utjapan-utjapan Summers itu icilah : ...................... Sebuah karangan biasa bukan tjerita pendek. Sebuah skets pribadi seorang manusia bukan tjerita pendek. Sebuah lukisan bukan tjerita pendek. Sebuah pertjakapan tidak selam anja termasuk tjerita pendek. T ja ta ta n tentang peristiwa-peristiwa, seperti sebuah buku harian atau selukbeluk tentang sebuah kapal jang tenggelam, bukan tjerita pendek. Akan tetapi sebuah vignette .— jaitu suatu tjerita tentang suatu kedjadian ketjil dalam penghidupan (biasanja jang bersifat ironis) .— bisa dan sering termasuk dalam golongan tjerita pendek. Sebuah skets sesuatu pribadi, sebuah tjatatan tentang kedjadian-kedjadian, sebuah pertjakapan. maiahan suatu gambaran bisa dirobah mendjadi suatu tjerita pendek dengan mengadakan perobahan ketjil dalam sikap menuiis dan tudjuan m engarang...................... is ) Brander M athew s, bekas professor dalam ’’Dram atic L itera ture" pada U niversity of Columbia dalam bukunja T h e Philo sophy of the short Story, berkata : "Bukan tjerita pendek djika tidak ada sesuatu jang akan ditjeritakan..................... Suatu tjerita pendek dalam mana tidak terdjadi. apa-apa adalah suatu ketidakmungkinan sama sekali." lfl) Djadi menurut M athew s, dalam tjerpen sesuatu harus dilakukan, harus ada perbuatan (action), Professor Stew art Beach, lektor dalam "S h o rt S tory W r i ting" pada New Y o rk University membentuk batasan dalam bukunja Short Story Technique, jang btinjtnja sebagai berikut :
'-*) W)
Mochtnr I.ubis, on. c ! ï . . 'hal. I I . Ibid. Ibid.. h»I. 12.
M engingat batas-batasnja maka tjerita pendek term asuk b en tuk jang paling sederhana dari fiction (p a n ta si). P erbed aan dengan buku roman, tjerita pendek kurang tem pat untuk memetjahkan suatu keadaan jang ruwat. 20) Dalam A Book of T h e Short S to ry , professor E .A . C ross berkata : Bersamaan dengan buku roman, tjerita pendek adalah suatu kerdja fiction. Tetap i berbeda dengan buku rom an, effect jang satu-satunja biasanja hanja satu kesan im pression, dan bukan satu usaha sengadja mempersatukan berbagai bahan mendjadi satu kesatuan. 21) Satu lagi utjapan jang rupanja m enarik perhatian M o ch ta r Lubis, ialah utjapan Henry Seidel C anby dalam kata p en gan tar bukunja "T h e Book of the Short S to ry : ............................kesan jang satu dan hidup, itulah seharusnja hasil dari sebuah tjerita pen dek......................” 22 ) Antara pendapat-pendapat dan utjapan-utjapan m engenai tje r pen itu >ang menarik perhatian saja ialah utjapan H en ry Seidel Canby. Sungguhpun M ochtar Lubis sudah m erasa tjukup dengan mengemukakan pendapat-pendapat para ahli diatas ini, namun saja masih merasa perlu menambahkan sekedarnja, k arena selalu saja ingat akan kalimat jang merupakan serabojan dalam dunia pendidikan : ’’Tjontoh lebih penting dari pada uraian pan d jan glebar.” Demikian djuga kalimat Dr. J.L . M oreno jang telah saja terakan dalam bab I pasal satu didepan : "M o re im portant than science is its result.” Jang saja kemukakan diatas ini seolah-olah dua pendirian jang bertentangan, tetapi sebenarnja tidak. K eduanja, perlu. Kita kenal teori konvergensi. Keduanja akan bertemu pada satu 20 )
21) 22)
Mochtar I.ubis, op. d t. Ibid. Ibid.
titik tudjuan. K eduanja d ap at d iban d in gkan dengan sem bojan M uham m adijah : "S e d ik it b itjara, b a n ja k k e r d ja " ,' j an g seo lah olah bertentangan dengan sem bojan Bung K arn o * " B itja r a pen ting, penerangan, penerangan, p en erang an p en tin g " B ag i saja keduanja p e n tin g : b itja ra penting, k erd ja penting. K eduanja akan bertem u pada satu titik tudjuan, jaitu " h a s il" D an hasil inilah jan g terpenting dari keduanja. Satu lagi jang perlu sa ja kem ukakan seb ag ai p en egas pendirian saja diatas, jaitu : "H a sil dari k erd ja b an jak dan b itjara b a n jak tidak akan sem purna tanpa hadirnja tiga unsur bersam asaina : hati, otak dan pen galam an .'’ M a ri kita teruskan E d g ar A llen P oe b erk ata : " A short sto ry is a prose n a rra tive requiring from h alf an hour to one or tw o hours in its peru s a l." 23) B atasan A llen P o e diatas ini diterim a oleh W illia m H en ry Hudson dengan m engatakannja setja ra lain, sehingga m erupakan kesimpulan : ” ............................ w e m ay say th at a sh o rt sto ry is a story that can be easily read a t a single sittin g ." 24) M a k a paham lah kita, bahw a ’’T jo r a t-tjo r e t dibaw ah tan ah ", .karangan Idrus bukanlah tjerp en -tjerp en , m elainkan hanja lukisan-lukisan. 2r>) "T a m a s ja dengan perahu Bu gis” , karangan Z u b er U sm an bukan tjerp en, m elainkan kisah perdjalanan jang dilukiskan dengan tjara b ertjerita jan g san g at m enarik hati dan memenuhi s ja ra t-s ja ra t kesu sastraan. 26) S eb alik n ja "C a sta n a s C alien tes", karangan M o ch ta r Lubis, dapat kita golongkan kedalam tjerpen, walaupun hanja kurang dari dua halam an m adjalah S ia sa t B a ru jang berukuran k w arto lebih sedikit, k aren a m e menuhi sja ra t-s ja ra t jan g dikem ukakan oleh para ahli tersebut diatas. 27) Selain memenuhi sjarat. tjerp en M o ch ta r Lubis ini saja 2:$)
W illia m H en ry
24) lbidJ .U . 2«) -1 1
Hudson. op. c it.. hnl. 451.
r.
N .n u tio n , S it o r S itu m a r a n g s e b a g a i P e n ja i r d a n P e n g a r a n g T j e r it a P e n d e k , Gunung Aguny, D jak arta. 1963. h al. 40. Idrus. D a r i Ai>c M a r ia Ac D jn la n L a in k c R o m a . t jc t . k e - 3 - B n la i P u stak a. D ja k a rta . 1959. hal. 8 7 -]2 8 . H .B . Ja ssin , G c m a .............. op. c i t .. h al. 125-130. H .B . Jassin , T i l a P e n /a ir d a n D a e r a h n ja . t je t . k e -2 . Gunung A gung. D ja k a rta . 1953. h a l. 36. M och tar Lubis. "C a sta n a s C a lie n te s " . S ia s a t B a ru , T h . k e -X M I. N o. 613. 11 M a ret 19">9. h al. 14-15.
anggap hebat. Bukan hebat karena inendjaiin tjerita perang, meiainkan hebat isinja, jaitu perdjuangan manusia m enentang sifat angkara-murka dengan pantang menjerah dalam keadaan bagaixnanapun pahit deritanja. Bukan pula berarti, bahwa saja berpendirian dan hendak mengatakan : sebuah tjerpen harus hebat isinja. Bukan. Sebuah tjerpen tak seharusnja demikian. M och tar Lubis ada djuga mengarang tjerpen berdjudul ”Perem puan". 2S) Jassin berkata tentang tjerpen ini : Pengarang tidak ada mentjari efek dalam isi, dalam gaja ataupun bahasa. Efek jang menurut Idrus dalam salah satu studinja bumbu jang penting dalam hasil~sastra, baik sadjak dan roman maupun tjerita pendek. M emang efek bisa berlebih-lebihan, lalu djadi sensasi. Sebaliknja kalau efek tidak ada, lalu tjerita djadi hambar. E fek jang sew adjarnja terlahir dari tjitarasa jang sehat. itulah efek jang merupakan permata-permata dalam tjerita. 29) Sungguhpun demikian. banjak djuga pengetahuan jang kita d a p a t d a ri t je r p e n ini : k e s e d j a r a h a n , k e m a s j a r a k a t a n , k e d j i w a a n k au m w a n ita . H a l i n i d i a k u i o l e h J a s s i n . s o ) D a n s a j a tn m dyiwa s e o r a n g I n d o . K i t a t e r i n q a t k e o a d a H i L * i V I n d o n e s i a - B e l a n d a d a la m K e ln a r m . P 'V , J In d c
Ananta Toer - Van K e e S r _ n T f 31,93,1 P ™m ° ^ Indonesia-D/epang _ M a e d a Ked ^ d j'Wa Ind° I>.k Ibunja _ Indonesia A o a k a a ^ memi. L , nes'a - A 9 aknja ,ang djadi ten,a utama dalam tjerpen m. ialah djnva wanita jang terlibat oleh arus peranc, K eabnormalan d„wa wanita itu dari mana datangnja ? Aisah (wan.ta Indonesia) dinikah oleh M aeda. Keituidian djadi abnormal. Mengapa ? an Sarm ah- karangan Bung Ka'rno saja anggap salah satu buku jang dapat memberi keterangan mengenai hal ini. disarnPiJ)q Al-Qtrran dan kitab-kitab Hadis.
ÏÏ) S . ' , i « f n36'4n"/,W' Gllmin° Agung' W;
lb/d.. b « j. 3 7 .
IW' h-l. 21-32.
S a ja sendiri telah beberapa kali m entjoba m enduga dan m enggali apa-apa jang tersinipan dalam lubuk djiw a w an ita ini. A n taranja dalam tjerpen "Ja n g lenjap dan Jan g tum buh” . 31) D isin i saja gam barkan bagaim ana djiw a seorang w an ita jan g sudah selama lima tahun kawin, namun belum beroleh buah pernikahan : anak. Berputus asakah dia ? A kan atjuh tak atju h kah dia ? M akin teguhkah kejakinannja terhadap Tu h an • — an d aikata dia mempunjainja — atau akan runtuhkan k ejakin ann ja ? A pa jan g sangat ditakutinja ? Beberapa tjerpen sudah saja kemukakan sebagai tjontoh. Dalam A nalisa (Ja ssin ) kita dapati 14 tjerpen tjiptaan 14 p en ga rang, jang disertai sorotan-sorotan dari segi-segi jan g d irasa penting oleh Jassin. S a ja sebut lagi disini " T ja ta ta n dikampung K elahiran” , karangan Jusach A nanda. T je rita ini tjerita biasa. se suai dengan djudulnja. W alau p u n demikian, dapat djuga digolongkan dalam tjerpen. P lotnja didjalin lembut, m enjentil beragam kehidupan dikampung; dipalut rasa tjinta dan keharuan. Jassin berkata tentang tjerpen ini : "T je r ita satu kampung jang melambangkan tjerita satu ban gsa” . r{2) S a j a lihat d jalan sudah
a g a k bersih. T a k siikar lagi m ela-
"
luinja. A p a k a h novel dan rom an ? N o v e l ialah se m a tjam bentuk tjerita jan g lebih b e sa r d ari tjerpen. R o m a n lebih b e s a r d ari novel. P en g ertia n seperti ini, ja n g kita paham i di In d o n e sia m engenai n ovel dan rom an, sesuai d engan pengertian ora n g d in egeri B elanda.
D inegeri Belanda dipakai orang djuga istilah "rom an mo dern” (m oderne rom an) dengan pengertian jang sam a dengan novel. D inegeri Inggeris dan A m erika orang m engistilëhkan ’’no v el' alas pengertian jang sama dengan "ro m an ” dinegeri B e landa ataupun di Indonesia. 33) Sedang "rom an m odern" atau "n o v e l” dinegeri Belanda dan "n o v el' di Indonesia, dinegeri Inggeris diistilahkan dengan novelette” (sh ort n ov el). -11)
M li.
32}
H .B . jcu sin . ^Ansffsa. hal. 67. C . Hodykaas. O v e r M a lc is t L itera tu u r, tje t. k e*2. E .J . B r ill. Leiden. 3M 7, h al. 192-1?.'.
S a leh .
" Ja n g
len jop
tfan
Jong
lumbuh’ T jip ta .
Th.
I,
N o.
1-2.
D juot-D /uli
h a l. 2 B -2 9 dun h a l. 2 4 * 2 6 .
1959.
D jika orang Inggeris m enjebut n ovel m engenai h asil sastra di Indonesia, maka jan g dim aksudnja ialah ’’rom an ” ja n g kita kenal sedjenis S itti N u rbaja atau S a la h A su han . D ja d i, hasil sastra abad 20 di Indonesia. M isaln ja R .O . W in s te d t b erk a ta : A novel type o£ w ork w as the K itab G em ala H ik m at ( T h e M agic Bezoar Stone ”) published in 1907, a book o f riddles written in allegorical prose and v erse b y M u n sh i Su laim an bin Muhammad N ur (1 8 7 0 -1 9 2 8 ), a teach er o f M a la y a t the M alacca T raining C ollege. 34) Adapun hasil sastra sebelum abad 20, seperti H ik a ja t A m ir Hamzah, H ikajat Pandji, baik oleh orang In gg eris m aupun oleh orang Belanda disebut ’’rom ance” (atau disebut "ro m an ’ sad ja oleh orang B elan d a). M aka ada : T h e R om ance o f A m ir H am za; T h e Romancè of A lexander the G reat, 35) D e P an d ji rom ans; De roman van Amir Hamzah 36) dan lain-lain. D jalan sudah bersih. D jalan di Indonesia. T in g g a l la g i m eratakan dan memberi papan-penundjuk. S a ja Iak san akan itu. . Barang siapa melalui ’’Djalan. Lain ke R om a” , 37) m aka dia akat* tikungan-tikungan djalan itu. O p en m ulamula djadi guru S.D ., lalu djadi mualim, sudah itu djad i p en g a rang dan kemudian djadi pendjahit. Pergolakan d jiw a O p en mengakibatkan beberapa kali perubahan djalan nasibnja. K o n flik konflfk meruntjing dalam keputusan-keputusan, m engalih djurusan nasib. Inilah novel. Petundjuk Iain mengenai novel ini ialah kegiatan usaha pengarangnja jang bertindak sebagai kuli kopra, dengan k erin g at bertetesan menumbuk-memampatkan keping-keping kehidupan para pelaku novel, sehingga menjatu-padu dalam guni-w aktu. 34) 33)
S7)
R .O . W io ated t. et a l.. A H isto ry o f M a la y L ite ra tu r e ,- slen sila n F aku ltas S a s tra . G ad iah M ada. D jo k ja. taapa angka tahun, hal. 75 Ib id .. hal. 8 don 12. C . H ooykoas, O v e r ............. op. c it., hal. 121 dan 153. M J . K ousen. J . Endepols cn K . Heeroma, op. c it., hal 872 F .P .H . B rick van W e ly . K ra n ten ' E n g t h W o o rd en b o ek '. G .b ’. vat» G o o t Z o d m 's U itg e v e r smaatschappij N .V .. Gcavenhage-Batavin, 1946, hal. 409. Idrus, op. c it., hal. 176
Sebagai'. kuli, dia tidak memilih atau m cnjisihkan keping-keping kehidupan jang sudah penuh djam ur dari keping-keping k eh i dupan jang baru mulai m enam pakkan m injak. D ia h a n ja . b erusaha ag ar guni-w aktunja penuh-pepak, m am pat-padat. K elak berat ditimbangan. U ntuk ini saja sebutkan lagi k arangan Idrus, Aki dan karangan Pram udya, Perburuan. D alam tjerpen tidak adakah pergolakan djiw a ? A da. T a p i tidak tampak usaha pengarang seperti dalam novel. D alam tje r pen, krisis tak perlu berak ib at perubahan djalan nasib. Dalam roman ? A da. T a p i djuga tak ada usaha pengarang seperti dalam novel. Berlainan sifat usaha pengarang dalam ke^ tiga bentuk sastra ini. D alam tjerpen, pengarang beru saha menjorot sebidang kehidupan pelaku. B ia sa n ja bidang kehidupan itu berlekak-Iekuk, bengkang-bengkok. T a k ada bidang kehi dupan jan g litjin -rata. Dalam roman, pengarang berusaha m enjorot-nienerangi banjak bidang dalam seluruh kehidupan para pelakunja. O leh karena itu roman biasan ja m em bentang-beberkan kehidupan sedjak ditiupi hingga ditjabuti njaw a pelaku utam anja. U ngkapan jang lazim -dipakai orang : sedjak lahir hingga kubur. 38) U ngkapan ini mudah dipahami. D an barangkali orang akan m enganggap, bahw a ungkapan saja : sedjak ditiupi hingga ditjabuti njaw a, berlebih-Iebihan. N antilah kelak sa ja djelaskan maksudnja. . " Lebih dulu harus saja beri tjontoh roman jan g sesuai dengan ungkapan jan g lazim itu. Sudah saja sebut diatas S itti "Nurbaja. Kehidupan Sam sulbahri dan S itti N urbaja sedjak lah ir ditjeriterakan ? T id a k . Salah Asuhan. Kehidupan H an afi dan C orrie se djak lahir ditjeriterakan ? T id ak . S a ja tam bah lagi. T am bera, karangan U tuy T a ta n g Sontani; bagaim ana tokoh T am b era ? Bagaim ana pula H asan dalam A theis, karangan A chdiat K arta M ihardja ? Sukartono, Sum artini dan R ohajah dalam Belenggu, karangan Arm ijn P a n e ? Semua tokoh ini tak ditjeriterakan kehi dupan sedjak lahirnja. Bahkan dalam Belcnggu, hanja kehidupan berum ah-tangga jang tegang, berachir dengan puntjak konflik
> *)
H .B . Jassln , T l f a ................op. c i t ., h al. 37.
batin jang mendjelraakan keputusan, berw udjud dalam tindakan mcntjari djalan masing-masing. M erek a tidak mati. Terkaparlah batas-batas jang kabur an tara tjerp en. novel dan roman. Demikianlah seni. D em ikianlah kehidupan. N am un bukanlah berarti usaha manusia tak berguna. T a n d a -ta n d a penundjuk djalan seperti jang saja uraikan diatas sen an tiasa h arus ada. Manusialah jang suka m elanggarnja, sad ar atau tidak. Lagi pula didjalan-djaJan ini tidak ada polisi. Sebutlah K e lu a rg a G c rilja itu novel, karena mengutamakan konflik. T a p i sebu t djuga itu roman, karena djauh lebih besar dari pada A k i. B o leh k ah disebut tjerpen ? Sama sekaii tidak. D alam tokoh-tokoh K elu a rg a G erilja ada perubahan djalan nasib ? T id a k ada. Dalam sandiwara dua babak "Sek elu m it N jan jian Sun da . konflik batiniah maupun lahiriah hebat sekaii. Isi san d iw ara ini disauk dari tjerpen jang berdjudul sama. P en g aran g kedua b e n tuk sastra ini ialah N asjah D jam in. T jerp en dimuat dalam m adjaiah Budaya M ei 1954. Sandiw ara selesai ditulisnja di Solo, awal tahun 1958. 30) ja , ini tjerpen jang mendjelma djadi sandiw ara. T a k m engandung perubahan-perubahan djalan nasib. D ip andan g dari sudut ini. bukan novel. T ap i dipandang dari sudut u saha p en g a rang ten# ^€*igsutuikan teknik sorotbalik (flash b ack ) m em am pat-padatkan keping-keping kehidupan kedalam gu n i-w aktu n ja. s^n 'w3,ra pendjelmaan tjerpen ini merupakan novel. D em ikian djuga dilihat pada djumlah halamannja; 88 halam an buku-saku ukuran besar. ^ ’t»' Dan penjorotan pelaku utamanja. Imran, jang lah ir tanpa bapa. mengingatkan kita kepada tanda-tanda rom an. In ilah jan g saja maksud dengan ungkapan : sedjak ditiupi hingga d itjabuti njawa. Dengarlah dialog Imran dengan ibunja : Imran
s9)
Ibu, aku sudah tjukup dew asa. Aku sudah bisa tahu dan bisa tahan tentang hidup dan k e h i dupan !
^ a’aJh8iSDiamI" ' S c i r , "m il
‘W « . hal. 98. (f.ihm tju m ta n k*fci iM am buku te ra cb u t):
Ibu Imran :
Kuscnibah kau Im ran. D jan gati kau m cnjiksa ibu. Aku tidak mau kehilangan kau. (hal. 1 1 3 ).
D ialog ini agak pandjang, seperti djuga dialog-dialog lainnja antara Imran dengan tokoh-tokoh lain :'E n d a (kaxvan sepasukan Im ran ); serdadu N ica. Jassin m engatakan. b a h w a : sorotbalik. dua kali dalam babak I dan tiga kali dalam babak II tidak dapat menghalau kebosanan jang timbul pada penonton dan pet»batja. 40) Selain itu banjak pula terdapat ’’soliloquy” atau " in terior m onologue” (pertjakapan pribad i). Namun ini sandiw ara modern. Dalam dialog selandjutnja Ibu Imran kailah rahasia kehidupan Im ran : Im ran
:
ibu Im ran :
kalah. D an
terung-
..................................................................................................... .................. Aku tidak mau hidup lagi ! .................. T jabu tlah kembali njaw aku. Ibu jang meniupkaa njawa itu kepadaku. ibu harus bisa mengambilnja kem b ali! ....................... (hal. 115). .........................................................................................................
.................. D ekat kali ia membuhulkan stagen ibu dan katanja : M ari kita melompat keair jang dalam itu. Kita mati bersam a dan akan tetap bersam a, karena orang tuamu tidak menjukai aku sebagai suamimu ! T a p i ketika itu ibu berontak. sebab ibu mau hidup ! D an ibu m enjatakan sikap ibu : Bahw a mati seperti itu tidak ada artinja, hanja merupakan satu ketakutan. bukan keberanian. Dan ibu berkata : "M a ri kit-a kawin sadja malam ini, kawin disaksikan oleh bintang. oleh bulan. dan m enentang manusia dan kehidupan !” D an malam itu ibu diafnbilnja. 1* 0 )
I H .B . Jassin , K e s i n a s t r a . t i . D jak arta. 1962. h al. 20«.
In d o n e s ia
M o d trn
d a L im
K tilik
,lan
F .t e i
H.
G'-SUBS
AguQS'
Ilulah malam engkau terdjadi. ja , malam itu, (diam pula sedjurus) T a p i orang tua ibu tidak rela, lebih-lebih ketika kau kian berben tu k dan bernjawa dalam kandungan ibu .................................. (hal. 116-118). Sandiw ara dapat mendjelma dari sebuah tjerpen. dan m ungkin djuga berwudjud bastar. M ungkin sandiw ara dan sebalik n ja mungkin pula tjerpen jang dominan. M isaln ja, k aran g an U tu y Tatang S o n ta n i: A w al dan M ira dan em pat buah sand iw ara dalam kumpulan M anusia K ota : ’’S ajan g ada O ran g lain ” , ” D ilangit Ada Bintang”, ’’S a a t jang genting” dan "P e n g a k u a n ” . Karangan Achdiat K arta M ihardja, B en tro k an dalam A sram a. Sam a halnja dengan sandiw ara modern, tjerp en di Indonesia, sudah mulai tumbuh sebelum perang dunia II dan baru berk em bang dengan subur dalam zaman pendudukan D jep ang. Sebelum perang hanja ada satu dua tjerpen jang tam pak dalam m adjalah dan surat kabar. 41) Tentang wudjud bastar itu erat hubungannja dengan k epribadian pengarang- D ua sudut kepribadian itu a n taran ja tak disangkal dan memang tak perlu disangkal oleh p en g a rang, Wbih-lebih pada masa kini, ialah pertama : keinginan pe ngarang mentjapai sasaran; mata peinbatja dalam djumlah b esa r dan mata penonton. Kedua : saku pengarang m endjerit k esakitan diterdjang angin. Djuga tak dapat kita sangkal kebenaran perkataan Jassin : Kesusastraan jang kaja selalu mengenai keragam an d a lam bentuknja dan dalam hal ini roman dan dram a tetap merupakan udjian jang berat bagi kemampuan para p en g a rang. T jerita pendek baiklah dianggap djuga sebagai latihan bagi penulisan roman jang besar. *2) 41) 42)
H .B . Jassin, T i f a .................. op. c it.. liol. 41. H .B . Jassin. A n a lisa, bal. 10.
£>aïam sudufc kepribadian p ertam a ja n g s a ja sebu t diatas, ada ha! jan g san g at penting, ialah "sen i-m en d id ik ". O ra n g -o ra n g bandeï. jan g tidak suka dan tidak mau m em batja san d iw ara d a lam bentuk chusiis, tapi suka akan b a tja a n tjerp en , den gan m em fcatja b astaran tjerp en-sandiw ara, lam bat-laun ak an gem ar dju ga kepada batjaan sandiw ara dalam bentuk chusus itu. M e re k a di didik menikmati b atjaan sandiw ara. P ara pengarang sandiw ara patut menumpahkan perhatian chusus kearah ini. D jerm an B a ra t patut kita tiru dalam hal ini. M enurut kesaksian G u bern u r D ja w a B a ra t, M ashudi, sew aktu beliau berkundjung k esan a baru -baru ini, kini di D jerm an B arat, sandiw ara telah m erebut hati ra k ja t, sehingga sandiw ara dapat m engalahkan film. 43) 3.
S e n i'S a n d iw a ra dengan S an d ja k
Sudah sa ja djelaskan pada aw al bab II ini betapa ban jak tjab an g seni lain jan g bergabung dengan seni-sandiw ara. D alam pada itu lepas dari hubungannja dengan seni-sandiw ara, ada kenjataan, bahw a dua tjabang seni kadang-kadang sukar dipisahkan satu dari jan g lainnja. M isaln ja an tara sandjak dengan musik, W alaupun demikian, ada djuga beberapa pertim bangan lain jan g memungkinkan kita untuk berbitjara, h an ja m engenai hu bungan seni-sandiw ara dengan seni-sandjak atau hanja hubungan seni-sandiw ara dengan seni-musik. M isaln ja pertim bangan, b ah w a tidak semua sandjak dapat dilagukan. Sebalik n ja, tidak semua lagu dapat diikuti oleh sandjak. Ini djelas oleh ad an ja musik instrum ental dan ada pula musik vokal. A llardyce N icoll dalam bukunja W o r ld D ram a m enganggap, bahw a sandiw ara telah ada dalam waktu ratusan, bahkan ribuan tahun sebelum M aseh i. T a p i tahun jan g dapat d itjatat dan dapaÉ dipertanggung-djaw abkan ialah tahun 4 9 0 s.M . Pada tahun itu Sandiwara pertam a didunia, jaitu " T h e Suppliants” , karangan A escylus, dipertontonkan didepan m asjarakat w arga n egara A theEUdl» R«pvbll& ladoacD ls. b c rits t u g g a l 10 P t ó m tr l 1S
na. **) Naraa sandiwara ini berarti “P ara pemohon” . D ialog dialog dengan sandjak. ditutarkan olch para pemain dan ada satu bagian jang dinjanjikan. Permohonan kepada berh ala D io n y sus. Para penonton berkerumun disekitar bukit A cropolis. T o n tonan ditengah-tengah, diatas sebuah dataran sernpit dilèreng bukit. Ditengah-tengah sekali ’’altar” . D jadi tontonan di'sebelah bawah para penonton, seperti dalam stadion. Sandiw ara ini bersifat keagamaan. 45) Saja tidak hendak .mengungkap atau menjusun sed jarah persandiwaraan. Hanja menundjukkan' betapa sandjak telah memberikan sahamnja dalam pertumbuhan. dan perkem bangan senisandiwara. Selain itu ada satu pertimbangan dari segi pendidikan, jang sesuai pula dengan sifat karangan ini, jaitu bah w a s a ja ha rus segera berbitjara tentang seni-sandiwara di Indonesia. K a renanja tonggak-tonggak sedjarah jang penting dalam dunia persandiwaraan, mungkin saja lampaui. Negeri jang terutama menarik perhatian bangsa Indonesia dalam lapangan kesusastraan ialah Inggeris. Dan tokoh penga rang jang djadi pusat perhatian ialah Shakespeare. 4G) Sudah «ws^si pada bab \ pasal satu, dia seorang pengarang sandiv/ara-bersadjak. Mungkin karena suJcar menterdjemahkan, berhubung dengan Keaaaan bahasa Indonesia sebelum perang dunia II, Balai P ustaka hanja menerbitkan ringkasan dari pada 20 buah tjerita sandiw ara Shakespeare dalam tiga buku dengan djudul M enundukkan pe rempuan garang; Tjinta berpindah dan Saudagar V en ezia, ma;irr-n»sing raenurut djudul salah satu sandiwara tersebut. Baru yeri^ah perang dunia II ada penjair j&ng berani m énterdjem ahkan sandiwara-sandiwara Shakeispeare dalam bentuk sandjak, jaitu Trisno Sumardjo. Delapan dari 37 sandiw aranja jan g telah diterdjemahkan oleh Trisno Sumardjo, telah diterbitkan, jaitu : Hamlet , Pangerah Denmark", ,fSaudagar V en ezia” {T h e M e r chant of V en ice), ’’Prahara1” (T h e T em pest), ’ ’M acb eth ” , ’lm Ui «)
Ailafdvc» NicoIF. W o rld D :a n a - Harrap. London. t«npa «ngka tabua. W - 25. IhJd.. 27-28.
H.B.
m
.............. .......... - i ï. < *.
Ktl- 23S.
pïan ditengah M usfm ” (A M idsum m er N ig h t's D r e a m ), "R o m eo d<m Ju lia '’, "M a n a su k a ” (A s y ou like it ) . 4 7 ) D i Indonesia sudah ad a b eb erap a p en g aran g ja n g telah m entjiptakan sandiw ara b ersad jak . M is a ln ja R ustam H ffendi m en tjiptakan B e b a sa ri, T u lis S u tan S a ti m entjiptakan S a b a i n an A luih, R .B . Slam etm uljono m entjiptakan T u n d ju n g S a r i, U tu y T a ta n g Son tan i m entjiptakan S u lin g dan Jo e b a a r A jo eb m entjip tak an S iti O jam ilah . M em aham i latar-b elak an g hubungan e ra t kedua ben tu k seni ini, saftdiw ara dengan san d jak, ag ak tidak sukar. K edua bentuk seni ini m empunjai sum ber jan g sam a, jaitu kehidupan, sam a h aln ja dengan tja b a n g -tja b a n g seni lainnja. S a n d iw ara dengan sand jak. bukan sad ja m em punjai hubung an e ra t jan g diw udjudkan dalam bentuk jan g berpadu, tetapi hubungan itu bah kan sam pai k e p a d a . h akikatn ja. H ak ik at kehi dupan pentjipta, sebagai djendela kehidupan b an g san ja. A kan arti sand iw ara sudah k ita paharai dalam u raian bab I. A dapun pengertian dalam san d jak m em punjai b an jak titik p ersam aan dengan pengertian dalam sand iw ara itu. P en g ertian istilah ''p erlam ban g” pastilah didapati dalam sand iw ara, pun dalam sand jak. S a n d iw ara dan san d jak dengan mudah dapat b erg o ton g ro jo n g mendukung perlam bang kehidupan. S a n d ja k , k aren a dem ikian itu sifatn ja, m aka pada suatu w ak tu tertentu dengan ta k bertanggu h menjodcJrkan sum bangannja jan g san g at berfaed ah kepada sandiw ara. S an d iw ara dan san d ja k tam pillah berpim pinan tan gan didjendela kehidupan bangsa, jak n i p en tjiptanja. D an m endjelm alah sand iw ara bersad jak di depan m ata p em batja dan penontort. P a ra pem batja dan penonton jan g m endjenguk m elalui djendela itu kedalam ruang jan g sam bur-lim bur, m enam pak b a jan g an -b ajan g an sam ar-sam ar, ketjuali para penonton jan g memang hidup dalam kehidupan. jang memang m enghajati kehidupan itu jan g dapat m elihat dengan agak djelas. B ag i m ereka — golongan ach ir ini 7 - seolah-olah H R- Ja w te .
ÏI- h»i- 22 9-2*1 f
dalam ruang jan g sambuf-ttmbu? saraer-iam ar Itu ad a ” !ampu Aladin”. Pendjadjah. kebanjakan suka? m enghajati kehidupan ban gsa jang didjadjahnja. Sebabnja ada berm atjam -m atjam ; m isalnja fak~ tor keangkuhan, tinggi-hati dan sebagainja a ta s ban gsa ^ang didjadjah. Kadang-kadang hanja dengan berp rasan gka m ereka dapat mentjurigai hal-hal jan g dilihatnja sam ar-sam ar dalam ruang jang sambur-Iimbur itu. Keketjualian an tara m ereka itu tentu djuga ada. M isalnja M ultatuli (D r. D ouw es D e k k e r) di Indonesia. M enurut tjatatan H .B. Jassin, Rustam E ffen d i telah m entjiptakan Bebasari pada tahun 1926. *8 ) T a p i m enurut k a ta p engantar pengarangnja sendiri pada tjetakan k e-2, B e b a s a ri baru diterbitkan pertama kali pada tahun 1928. D jad i a n tara p en erbitan pertama dan kedua terbentang d jarak w aktu 2 5 tahun. Suatu djarak jang agak luar biasa. M aka kata Rustam E ffe n d i : H al ini pasti memerlukan sepatah pendjelasan. "B eb a sari” diterbitkan pada pertam a kalin ja ditahun 1928, sewaktu keinsjafan nasional kita baru mulai m em bakar d ja n tung angan8 dari pemuda2 kita, jan g d isaat itu sedang d itimang-tidurkan oleh paham2 pendjadjah. K elah iran " B e b a sari diwaktu itu tidak sad ja menemui reaksi2 dan su asan a kolonialisme. jang m enghalangt-halangi penjebaran buku te r eebut setjara \eluasa dan biasa, raentjegah p en jeh aran n ja J a an gan p em b atja umum, akan tetapi disam ping rin tangan* jang diderïta d a ri'a k s i" pendjadjah tadi, k elah iran Bebasari sclaku baji dari penjairan baru menemui dunia kesusastraan jang beku hampir mati tertam bat ditiang g a n tungan .kolotisme. <9) D ari uraian Rustam Effendi diatas ini kita ketahui, b ah w a ada dua pihak pengadang-pengempang djalan : p en d jad jah d an
FffeodJ, B * b *ta tlr tj«t. k«-H F * k o , D jikarts. 1953, faal. 3.
kaum kolot dalam persandjakan. Rustam Effend i, selain m endasarl tjiptaannja dengan djeritan damba kem erdekaan, djuga m entjoba m entjari djalan baru dalam persandjakan Indonesia. D isini bukan tugas saja m enggali-dalam , m em beber-lebar persoalan jan g ach ir ini. Bagaim ana selandjutnja perdjuangan tokoh perintis ini, mari kita dengar utjapannja dalam kata pengantar P ertjik a n P erin enungan, kumpulan sandjak tjiptaannja djuga : D alam lukisan tonil ’’B eb asari" teg as dan keras terdengarnja djeritan merdeka, jang terbekam dan ditekan itu. K eperw iraan dan ’’heroisme” mendjadi landasan penjulam annja. T eta p i si Pendjadjah tak mudah dipermainkan. ’’B eb a sari” mendapat halangan dan antjam an. ’’Pertjikan Perm enungan" terpaksa menukar kalam . U ntuk m engelakkan "d elict'’ jan g m engantjam, diperpusatkan naJam kepada lagu Asm arandana, diselingi seloka T an ah -A ir disana-sini. Su ara merdeka didandani badju pertjintaan; "h e roïsme” B ebasari mendjelma mendjadi ’‘erotiek” dan ’’ro mantiek*’ dalam P ertjikan Perm enungan. 6°) Sebuah sandjak atau sebuah kumpulan sandjak dapat dengan lintjah mengelak bahaja dari pada sebuah sandiw ara. Selain dengan tjara seperti jang diterangkan oleh Rustam Effend i diatas, sandjak lebih dapat membenara diri dalam perlambang, sehingga mudah luput dari radar musuhnja. T a p i ini bukanlah berarti kelebihan sandjak dari pada sandiw ara. Sandiw ara, sesuai dengan a r tin ja : pendidikan dan pengadjaran .jang dilakukan dengan perlambang, tidak boleh merupakan perlambang jang sangat abstrak. D isini pulalah Ietak rahasia, mengapa sandiw ara simbolik — bagaimanapun sim bolik®°)
Roestam Effendi, P e r tjik a n P erm en a n g a n , (Jet. ke-11, F asco , D jakarta. 1953, hat. 6 . Dalam bagian Iain, baik dalam kata pengantar B e b a s a r i. maupun dalam kata pengantar P e r tjik a n P erm en u n gan . Rustam Effendi mendjelaskan. bahwa kedua buku tersebut di'iiptakao datum waktu jaog bersaraaao. T etapi kenjataan tam pti. bahwa P e r t jik a n P erm en u n g an m easalami tjetakao pertama dalam bulan M aret 1925 di Padang, D jadi tig s tabus l«bib dskiilu
dari pads pcatjetakati f t t t n i B tb *u u L
nja — dapat djuga dipahami orang, bila dibandïngkan dengan sandjak simbolik. Sandiwara, seperti B ebasari walaupun sudah mentjari bantuan dari pihak sandjak, dapat djuga diselami m aksudnja oleh pendjadjah. Sedang tafsiran orang m engenai san djak simfciolik atjapkali meleset. Sandjak dibawah' ini sudah saja djadikan bahan dalam m engadakan ’’survey” : an tara loko dengan gerbong
(untuk Is) besi badja pada bitjara disana D jokja masih djauh antara loko dengan gerbong butuh rantai perangkai teguk halte ketjil penuh debu gerbong kosong lengking suling belum tfttdengfef loko bergeta?
api loko menjala b esi badja p ad a bitjara tid ak rindu pada halte merentak derak tak hendak djedjak tak bersanak berandjak pekak tak kenal ampua asap berkepul loko bergetar biar gerbong lapar Djokja masih djauh masih djauh. 51)
61)
M b ifo S a le h . Tempi». 29 A p ril 1 9 ® . W . 2.
A n a k -a n a k saja, m urid-m urid S .M .A . 17 A gu stu s 1 9 4 5 di D ja k a rta , sa n g a t m esra den gan s a ja . M in a t m erek a k ep ad a b a h a sa d an s a stra In d on esia b e sa r sekali. M en e la a h s a n d ja k -sa n d ja k A m ir Idam zah dan C h airil A n w ar sudah s a ja bim bing m ereka. D em ikian d ju ga m en afsir sa n d iw ara-san d iw ara k a ra n g a n U tu y T a ta n g S o n ta n i seperti B u n g a R um ah M a k a n dan A w a l dan M ira . B o leh d itan ja kepada m ereka ap a m akn a " H a n ja S a tu ” A m ir H am zah, jan g m engungkap sed jarah n ab i N uh , Ibrah im , Ism ail, lsh a k , M u sa sam pai kepada Is a dan M uham m ad. B oleh d ita n ja , a p a 'te m a B u n g a R um ah M a k a n . T ja r a s a ja m en g ad jar m ereka, bu kan den gan m em beritahu, m elain kan h a n ja dengan m enuntun. S etelah sa ja tuntun seperlu n ja dan setelah s a ja b eri w aktu tjukup m ereka m enelaah, kem u d ian sa ja ta n ja i m ereka, m aka dengan senang hati s a ja p e n le * ' d jaw aban jan g ben ar. U n tu k m engetahui, b e n a r-b e n *rk a h m ereka sudah mexniliki sek ed ar pen getah u an ten tang san d jak , sa ja suruhlah m ereka m entjip tak an sa n d ja k sendiri. H asiln ja m em uaskan. S a n d ja k -sa n d ja k m erek a a d a ja n g m engungkap sed jarah peran g D ip on eg oro, ada ja n g . m elukiskan kehidupan m anusia seb ag ai bulan disaput aw an (m en galam i sedih dan gem bira, pesim is dan optim is silih -b erg a n ti) dan a d a pula ja n g m elukiskan dengan d jen ak a kehidupan m anusia. T ja r a m em pergunakan bunji pelukis keindahan dan pendukung a rti dalam sandjakpun sudah m ereka k en al d a n .m e re k a p erg u nak an. S e te la h sa ja ketahui dem ikian m inat dan b a k a t a n a k -a n a k ini. ja n g tid ak djauh berbe^ia umur dengan sa ja , m aka pada tan g g al 5 M a r e t 1 964 s a ja udji m ereka dengan san d jak "a n ta ra loko d en gan g e rb o n g " d iatas ini. S a ja k atak an : " In i san d jak sa ja . Kam u kenal b en a r pada saja, bukan ?" M e re k a m engangguk dan m engatakan ja . M e re k a m enelaah. T ju k u p w aktu sudah. S a ja tan jak an , apa tafsiran m ereka. T a k ada jan g m engatju n gkan tan gan . T a k lama kem udian seorang pem uda asal M en ad o m em beranikan diri. D ia muiai. "A n ta ra loko den gan g e rb o n g ". L oko disini m aksudnjü ialah seorang
pemuda, sedang gerbong ialah seorang gadis. B a it pertam a m eiukisksn perhubungan keduanja sudah renggang* dan karen o n ja snembutuhkan rantai perangkai tsguho "Ja, js , teruskan", kata saja. D an dia teruskan : H aite ke~ tjil penuh debu, artinja ada pemuda lain jang hendak m engganggu, karena gerbong kosong, jaitu hati gadis itu. K aren a itu pemuda pertama, jaitu loko, bergetar atau m arah. D an dia akan pergi, tidak rindu pada haite. Selandjutnja bait keempat tak dapat ditafsirkannja. A n ak anak lain sudah mulai gelak tertawa. Pemuda jang m enafsirkan itu djuga sudah sadar akan salah tafsirannja. D ia turut tertaw a. Mereka sudah mulai mengerti, bahwa tafsiran itu salah. D ua, tiga anak antaranja tampak bersemangat dan spontan m en jalah k a n : ’’Bukan, ini bukan antara pemuda dengan gadis, m elain kan antara seorang pemimpin dengan rakjat.** ’'Ja, ja, tjoba engkau tafsirkan.” S a ja tundjuk jan g b erk a te itu. Dia m ulai: "Loko ialah perlambang seorang pemimpin. G e r bong dibelakang loko biasanja banjak. D jadi bukan seorang g a dis, melainVaa taWjat banjak. Disini tidak usah dinjatakan g erbons \tu banjak, karena gambaran dalam pikiran sudah m en aatakan hal itu.*' Saja seïingi: " J a , kalau gerbong itu berarti gadis, tentu loko sebagai pemuda tidak menggandeng gadis ban jak , bu kan ? <— Gemuruh kelas dengan tawa. — "T eru sk a n ” , k a ta saja. Pemuda tadi meneruskan. Dan benarlah tafsirannja sam pai achir sandjak. Sambil menafsir diberinja alasan-alasan. R u p anja sudah kenal benar dia kepada pribadi saja. Demikianlah ada kesulitan menafsir sebuah sandjak sim bolik. Sandiwara simbolik tidak sampai sesulit itu m enafsirkannja. Anak-anak jang saja udji ini berusia 18 tahun k eatas. P e ristiwa-peristiwa hebat antara tahun 1955 sampai 1959 sudah m e reka alami dan mereka ingat benar. Lagi pula anak-anak muda Indonesia sekarang adalah anak-anak jang lekas m atang oleh godokan revolusi, dipateri dengan indoktrinasi. Sam pai-sam pai mereka berani menggugat seorang menteri.
P e n tjip ta sa n d ja k m em punjai h ubu nqan
J ___
re k a . T a p i m enelaah perlam ban g s a n d ja k d ia ta s m ereka^m a” * m engalam i kesuhtan. L u k isan s a ja d iatas in i d jan g an ïah h e n d a k n ja d ip andan g - e m a ta -m a ta d a ri sudut teo ri. K a re n a p a n d an g an d a ri p ih ak ini a k a n m en g atak an : b a n ja k k ek u ran g an n ja. M em an g bu kan in i ja n g penting dalam h al ini. L a g i pula teo ri itu k a d a n g -k a d a n g ku ran g d ap at d ip ertan g g u n g -d jaw ab k an . O ra n g -o ra n g d ari g o lo n g an pendidikpun b e rk a ta dem ikian. M a r i k ita d en g ar tje rita D rs . Z u b e r U sm an . B eliau b e rtje rita setelah selesa i u d jian S a r d ja n a P en d id ik an B .P . Situ m o ran g, ta n g g a l 12 P e b ru a ri 1964. "K a d a n g -k a d a n g teo ri tid ak b isa m em bantu s a ja , b ah k an m ungkin m em atikan d jiw a s a ja . P a d a tah un 1 9 3 4 dalam u sia 18 tahun s a ja telah m endjadi guru. M urid -m urid s a ja r a ta -r a ta s e b a ja d en gan s a ja . P a d a tahun ini telah s a ja alam i p eristiw a ja n g Ju arb ia sa . U n tu k m em pertahankan h a rg a diri seb a g a i seo ra n g guru didepan k elas, s a ja b ertin d ak k eras. S e o ra n g m urid, g ad is 17 tAhun, s a ja bim bing pada len g an n ja, s a ja a n ta r kerum ah o ra n g tu an ja. K a re n a dia m enen tang gurunja, m enentang sa ja . K in i seb a g a i guru s a ja sudah b ek erd ja selam a 3 0 tahun. S e a n d a in ja pada w aktu itu s a ja tid ak b ertin d ak k era s, b a ra n g k ali se d ja k itu s a ja tid ak djad i guru.*’ S a ja m enjela : ’'S e a n d a in ja B a p a k b ertin d ak lem ah pada w ak tu itu, tentu d jiw a guru B a p a k k etik a itu p u n ah ." " J a " , d ja w a b n ja. " S e d ja k itu s a ja tid ak mau lag i d jad i guru. T a p i k aren a tin d akan s a ja ja n g k eras, ja n g b erlaw an an den gan teo ri pendidikan itu, seb ag ai guru kini s a ja sudah m em punjai m asa k e rd ja 3 0 tahun dan m asih tetap d jad i g u ru ." S ela n d ju tn ja , m ari k ita d en g ar pula p erk ataan G ilb ert H ig h et m engenai teo ri F reu d tentang "lib id o sek su il" % A k an tetapi, sebagaim an a dju ga dalam lain 3 hal, F reu d ru panja telah m em besar-besa^kan p en tin gn ja dan lu asn ja dorong an seksuil ini. B a n ja k p e ra pen jelid ik d jiw a m anusia
jang feliti telah menjelidiki perselisihan antara an ak dan aj'dh (atau pengganti ajah, misalnja guru) tanpa mencmukan suatu dasar seksuil apapun djuga. 52) Kita kembali kepada soal lukisan saja diatas. Jang penting dalam lukisan saja itu ialah hubungan an tara sandiwara dengan sandjak, jang m elibat pentjipta dan penafsir. Sandjak jang sudah dalam dasarnja m entjatat kon flik-kon flik batiniah maupun lahiriah, merupakan penjimpan bahan jang bu kan. tidak mungkin dalam suatu waktu tertentu m endjelm a djadi sandiwara. Sandjak itu sudah dapat didjadikan "sy nop sis bag i sebuah sandiwara. Demikianlah m isalnja sandjak " T ji t r a ’ jan g ditjiptakan oleh Usmar Ismail di M alang, 20 Septem ber 2603 (M b . S. : 1943) mendjelma djadi sandiw ara " T jit r a ” oleh p en jan djak sendiri di Bangil, Nopember 1943. (S an d jak " T ji t r a " asli ialah seperti dikutipkan dibaw ah). Sebelum djadi sandiwara, oleh komponis C . Sim andjuntak lebih dahulu ditjiptakan lagu " T jit r a " . 53) D em ikian p endjelasan Usmar Ismail. — (H al ini akan kita bitjarak an dalam "h u butigan sandiwara dengan m u sik "). Kemudian menjusul film '’T jitr a " .
Dibawah ini saja kutipkan sandjak " T jitr a ” selengkap n ja : T j i t r a T ji t r a ! Engkaulah bajangan waktoe soeboeh m endatang. T jitra ! Kau gelisah malam dalam kaboet soeram, Kaudekap malam kelam peloekan penghabisan Kausingkap tirai kaboer dan seloeboeng, Tenggelam kaudjoempai di dalam riba malam Kauboeka pagi baroe, sendja njaw am oe....................... 05) S3)
Gilbert Higfcet, Senf- M endidik II, h a!. £ 0 . U a io « r S td t it d * t l G tm b ir a , b o l. K
T jitr a ! Kau b a ja n g (-a n ) abadi dalam kaboer f a d ja r ! M alan g, 20 Sept. 2603 U sm ar Ism a’il 04)
4.
Scn i-San d iw ara dengan Seni-M usik
T indakan jang saja laksanakan dalam menindjau hubungan kedua tjabang seni ini bersesuaian dengan tindakan jan g saja laksanakan dalam menindjau seni-sandiw ara dengan seni-sandjak. Sudah saja katakan dalam pasal jang baru lalu, hubungan antara seni-sandjak dengan seni-musik sangat erat. Namun ada beberapa tjiri jang mcnimbulkan perbedaan. D an hal itu memungkinkan kita memperkatakan hubungan seni-sandiw ara dengan seni-musik terpisah dari senirpuisi atau seni-sandjak. ' M usik terdiri atas dua bagian. Pertam a, musik vokal dan kedua, musik instrumental. M usik vokal terdjadi karena suara manusia, sedang musik instrumental terdjadi karena alat-alat musik. seperti gitar, klarinet dan sebagainja. Sam a halnja dengan sandjak, sedjak lahirnja sandiw ara per" tam a (T h e Suppliants) didunia, musikpun telah memberikan saham nja kepada sandiwara. Pada waktu itu (490 s .M .) teïah digunakan suling sebagai pengantar ’'hymne” . 55) D engan mudah dapat kita mengerti dan menerima kebenaran perkataan para komponis, bahw a musik bukan suatu permainan bunji (Belanda : klankenspel) semata, tapi djuga utjapan perasaan-perasaan jang dalam, tjita-tjita dan sebagainja. 66) Sebagai pengarang sandiw ara dan para pengarang bentuk sastra lainnja serta segala tjabang seni pada umumnja, para M)
Usm ar Ismail. P o tn to e n g B e r a s a p . naskah asll. t Sandjak " T jitr a ” tak din uat dalam P tin tan p B e r a t e p Jaag diterbitkan oleh B alai Puita
n
Icompomsptm adalah penggaii-penggali hakikat kchiaupfir> 'm aausia. Amir Pasaribu, seorang komponis terkenal di Indonesia, mengadakan pameran komposisi pianonja pada H ari Sard jan a F .K .I.P . —' Univcrsitas Indonesia, tanggal 22 Septem ber 1962 di T ea ter Fakultas Sastra, Universitas Indonesia, D jakarta. Pada tiap sesuatu lagu hendak dimainkan, Amir Pasaribu naik kemimbar. Dari atas mimbar dia memberitahukan kepada para pendengar. Dia antara lain berkata : "Lagu jang akan kita dengar ini melukiskan suasana kehidupan di P asar Baru. D engarlah bunji klakson, süara para pengemis, bunji suling pengemis dan lain-lainnja.” Pada pengantar lagu berikutnja dia berkata : ” D engar pula lagu ini. Lukisan suasana distasiun Gambir. Suara para penumpang, suara kuli-kuli stasiun, bunji gerobak, bunji kereta berangkat dan Iain-lainnja.” Para komponis, seperti djuga para pentjfpta bentuk-bsntuk seni lain, menggali hakikat kehidupan. D ari kehidupan dibawah kolong djembatan sampai kepada kehidupan diistana. D ari ,ke~ hidupan **baga\ tjatymg sampai kepada kehidupan sebagai singa. djiwa berkeluh-kesah dineraka dunia sangat menjajafc batin para seniman-seniwati. Djuga kehidupan jang diliputi kemabukan surga dunia. Semuanja dibentang-beberkan didepan mata dan telinga batin manusia jang lena. Demikianlah hakikat pekerdjaan seniman-seniwati itu m e nurut hemat saja. T id ak ada seniman atau seniwati jang m entjipta seni untuk seni. Tidak ada golongan seniman-seniwati jan g m emudja dan berpegang teguh pada sembojan ’T a r t pour l’a rt". Seandainja ada, sesungguhnja hanja ada, karena adanja ungkapan omong kosong ini. Apakah bakat seni ? Apakah ilham atau inspirasi ataupun intuisi 'I Untuk mendjawab pertanjaan ini, saja hanja akan m em berikan keterangan sebagai b erik u t: Seorang seniman atau seniwati mentjipta seni, karena memperoleh ilham. Dan hal ini hanja dapat dilaksanakannja, karena dia memang sudah mempunjai bakat.
D ari m anakah ilham ? D ari m anakah b ak at ? Seorang atheis h*ranöka1i akan mendjawab : "D a ri alam .” D en gan menipu diri sendiri, dia m engclak, tak hendak m engatakan : ’'D ari T u h an .” Seorang pelukis m entjiptakan lukisan alam jan g indah. A pakah dia m entjiptakan lukisan itu sem ata-m ata untuk keindahan ? T id a k . W alaupun semula dalam hatinja dem ikian, tapi dengan tak disadarinja, dia telah mempergunakan bakat, dia telah m enggunakan ilham, djasm aninja dan rohaninja, untuk membawa alam itu kedalam v/udjud ketjil jang indah tiruan. Jan g sedjati ialah keindahan alam itu sendiri. T jip taan M ah a Pentjipta. 57) Pelukis tadi ialah "pentjipta ketjil", didjadikan alat jang diperlengkapi dengan onderdil-onderdil, jaitu bakat dituangi ilham, untuk mengubah alam tjiptaan M aha Pentjipta, Tu djuan nja ialah ag ar alam indah tiruan itu mendapat banjak kemungkinan mengharu hati manusia. Terutam a manusia jang lena, jan g alpa, tak b er usaha sendiri mendatangi alam itu, kini alam itu sendiri jan g datang kepadanja didalam bilik sempitkah atau diruang istana Iuas. Alam ini datang membangunkan mereka, jang tengah tidur dengan m ata terbuka. Seni itu pem berantas ’’buta-hati” . M anusia jan g m ata hatinja buta, tak dapat membatja ’’tulisan T u h an ” , ”kitab T u h an ”, alam sem esta ini, oleh seni atau hasil tjiptaan seni diusahakan ag ar tuelek, sehingga dapat membatja. D em ikianlah kekuasaan Tuhan, mentjiptakan manusia seniman dan seniw ati untuk m elaksanakan k om an d o-N ja: ’'B atjalah tuIisan-Ku ! Batjalah kitab-Ku !’’ 58) D jelaslah, bahw a tidak ada seni untuk s e n i! T id a k ada ’T a r t pour T art" ! T iap-tiap tjabang seni bekerdja dengan tja ra n ja sendiri-sendiri menunaikan fungsinja seperti diatas ini. D an djustru oleh tjaran ja jang beraneka w arna itu, m aka untuk mentjapai hasil jang lebih baik, lebih sempurna, lebih memuaskan, tjabang -tjab ang seni itu bergotong-rojong. Suatu suasana kehi97) M)
Mahmud Junua. T a f t i r Q a r tn K t t lm . Pustak» Mahmudlah, D jakarta, 1959 M ./1376 H .. tjct. k e-V II. hal. 437. (S u tat Q af. ajat 6 -1 1 ). Ibid.. hal. 6 3 . (Su rat A ll Imran, ajat 190 daa 1 9 1 ); bal. 180. (Su rat Junua, a ja t 101) dan bal. 234. (Su rat A M u a a , a ja t 1 2 ).
dupan jang mungkin kurang meisuaskan, djika hanja dihidangkan dengan dialog sadja, atau hanja dengan gerak diatas panggung sandiwara, akan djadi tjukup merauaskan oleh bantuan musik. Sandiwara dengan bantuan musik dapat menghidangkan hakikat kehidupan lebih djelas, lebih berkesan, lebih mengharu hati para penonton. Baik suasana dan hakikat kehidupan djiwa manusia p^da masa lampau, maupun suasana dan hakikat kehidupan djiwa manusia kini. Bahkan dengan tjara kerdja bergotong-rojong an ta ra sandiwara dan musik, suasana dan wudjud kehidupan jang dirindukan manusia, agar ada pada masa datang dapat dilukiskan, dihidangkan didepan mata dan telinga batin para penonton. Kehidupan djiwa manusia dalam wadah masa dan tempat, digali dan sesudah itu dihidangkan oleh para senim an-seniw ati. K ehidupan dalam segala segi dan bidangnja : politik, ekonomi, sosial, filsafat, agama dan sebagainja. Kehidupan manusia, kehidupan bangsa. Dari hasil karja seni atau wudjud seni, orang dapat membatja sedjarah kebudajaan sesuatu bangsa; apa jang dirasa-dipikirkan sesuatu bangsa, apa jang diderita dan jang dinikm atinja, a p a jang djadi tjita-tjitanja. Pendek kata, segala aspek kehidupannja. Perkembangan pikiran dan perasaan, inteligensi dan emosi serta tjita~tjita sesuatu bangsa dapat dilihat pada hasil k a rja seni atau wudjud seni bangsa itu. D ari wudjud seni orang dapat melihat kwalitas temperaraen dan.w atak sesuatu bangsa. kw alitas kedjenialan bangsa jang bersangkutan. Seperti itu m isalnja jan g djadi sinjalemen J.A . W estrup, perkataan orang te n ta n g 'm u sik di In g g e ris: T h e gravity o f English music, as our foreign o b ser ver maintained is a part o f the English temperament, w hich is keenly alive to humour but takes a serious view o f the things that m atter." 59) Salah satu sifat watak manusia jan g umum diketahui orang ialah sifat rasa tak puas oleh segala sesuatu jan g ada atau jan g dimiliki. K arenanja senantiasa manusia m entjari dan m engedjar. Demikian misalnja dalam seni-musik.
SDJ
n
J.A . W fstrvp. B rittih M u tic. R evjK d «dittos. Loagaua*, Los^oa. 1949.
7.
P a d a ram an R enaissance orang tidak puas lagi dengan wudjud musik jang memakai tjara jang' diw arisi dari Junani dan Rom a atau Abad Pertengahan. Dalam zaman R en aissance timbul opera jang memberi kesempatan besar kepada perkem bangan musik. Komponis jang mula-mula sekaii m erintis djalan ini ialah putera Florence jang bernama Jacopo P eri (1 5 6 1 -1 6 3 3 ), OCf) D ari tempat kelahirannja, jakni kota Florence (Ita lia ) opera mulai berkembang dan kemudian kota jang djadi pusat ialah V en ezia. S e dang dikota Roma seni-sandiw ara-m usik ini dituangi n jan jian bcrsam a (koorzang) dan dikota N apoli perkem bangannja mendapat penjempurnaan oleh rakjat. 61) D alam abad 19 negeri opera jan g mashur bukan lagi Italia, tapi sudah djadi Djerm an. D i Leipzig pada 22 M ei 1813 lahirlah W ilhelm Richard W a g n er. A nak suamM steri pemain sandiw ara : Ludwig G eyer dan Johanna W a g iie r (atau Johanna B eetz ). D a rah seni kedua orang-tuanja ini diw arisinja. T a p i seni-sandiw ara pada W ilhelm Richard W a g n e r ini bukan lagi seni-sandiw ara rem ata, melainkan telah berpadu dengan seni-musik. 62) T ela h saja uraikan serba singkat sedjarah tumbuhnja opera. S a ja susul dengan riw ajat tokoh utama didunia dalam lapangan seni-xnusik. A gaknja sudah tjukuplah pengertian jang kita peroleh. Sungguhpun demikian belum djuga kita puas, sebelum mengetahui keadaan di Indonesia. Kalau kita tnk mendapati di Indonesia seorang komponis seperti W a g n e r, atau djangan dikatakan seperti W ag n er, me*> « )
G . ven R avenzw M iJ. et a !.. M a t i t k in K o r t B t i l e k , N ederlandsche Keurboekerij N .V .. Amsterdam, tsnpa angle» tahun. h al. 35. ib id ., hal. 39Ib id .. hal. 138-H 2. A m ir Pasaribu. R iiv a io t M u sik d a n M u sisi. Gunung Aguog, D jak arta. 1953. hal. 21-22. Pad» tahun 1833. W a g n er djad i pemimpin " k o r " d i T e s te r W u rsbu rg . D alam tahun ini djuga dia mengarang opcranja jang pertama " d i e F e e ë n " . Selan d ju tn ja dia ntengaroag opera, antarnnja : Libretto: R ie n ;i: F licg en d e ■H ollander: Tanhftuser; Lohengrin: Ring des N ibelungen: T ristan ucd Isolde: P arsifal. Parzifal dipertundjukkannja untuk pertama k ali d i T e a fe r Festiv al di Bayreuth' pada tahun 1S82. Sesudah itu dia meninggal dikota V e n e iia pada tahun 1883. K alau dalam abad 19 negeri D jerm an ternam a karena operanja.' maka jang berd jasa dalam hal itu ialah W ilh elm R ichard W ag n er. Dalam hal ini pula bagi sen i-teater W a g n crla h jan g terbesar hingga k in i. D ia berhasil m entlip'akan musik opera ja a g tinggi-tinggi a rtistik n ja. D ia mempunjai pengungkapac jang sungguh vital. R ew lu siu ia cia!arö opera mengandung fusi a n ta rj musik. scenario don draoiatik. " R e s is a s i" merupaltan tuiang punggung tjip ta a n n ja . digunakann)a s e b a ja i aiat jang fleksibel. dikuasainja untuk ekspresi dramatis. D ia mentiiptakan tjara ’ ’L e itm o tif", jaitu motif rausikal individunja. Orkes raerupakan d jan tu tg oper«n|a. W ag n er m a n in d jh la n eimtoni besar keruang pangfjuna tvatcr.
ïafnkftn seorang jang bertjifca-tjita hendak bergura kepada W a g * aer, tók perlulah kita ketjewa pada zaman kita ini. Siapa tahu, Kita saksikan kelak masa jang akan datang. Amir Pasaribu ma sih ada, walaupun usianja kini. 48 tahun. Demikian djuga R .A .J. S u d ja s m in , usianja kini 5 0 tahun. J.A. Dungga, L . M am k, Kusbini dan lain-lain jang sedang berkembang dan jang masih akan turnbuh kita harapkan kelak. Kalau kita perhatikan sedjarah dan riw ajat diatas, maka tidaklah berlebih-lebihan perkataan orang, bahwa sandiw ara le bih banjak memberi kepada musik dari pada menerima dari padanja. Sandiwara menjodorkan lapangan luas untuk pendramatisasian seni-musik, seperti sedjak mula timbulrija opera di Italia. Disinilah kita menaruh harapan, optimis kita kepada seniman musik, karena tentu merekapun tahu akan hal ini. Bagaimana hubungan seni-sandiwara dengan seni-musik dalatn tjaranja jang lain, mari kita tindjau. Dalam sandiw ara-sandiwaTa sarx^betsviat klasik di Indonesia, seperti K en A rok dan K en Dedes, karangan Muhammad Yamin; Kertadjaja dan Sandhyakala nisig M ajapahit, karangan Sanusi Pane, musik gamelan m erupakan pelukis suasana setjara tepat. Demikian djuga tembang (mu sik vokal), Dalam golongan sandiwara modern kita dapati sandiw arasandiwara jang benar-benar menggunakan m anfaat sumbangan seni-musik, misalnja sandiwara ’’T jitra ", karangan U sm ar Ism ail, Sifi Djamilah, karangan Joebaa? A joeb dan Sekelum it N ja n jia n Sunda, karangan Nas/ah Djamln. Para pengarang sandiwara besar kemungkinannja bukan ahli dalam seni-musik (djika tidak dikatakan p asti), tetapi m ereka paham akan manfaat seni-musik dalam sandiw ara-sandiw ara m e reka. Demikianlah dapat kita peladjari tjara m ereka m asing-m asing menggunakan bahan musik ini. Dalam Sekelumit N janjian Sunda, pada pembukaan b ab ak p tr ta m a musik sudah tam p il: Su ara siul E n d a menghilang, diganti dengan su ara m usik berdegam mengikuti langkah Im ran m enjeret dirinja. m
................Stiara musik begitu m cnjajat dan mendengkingr. sepi mendenjut. (hal. 99 dan 100). Imran : ............. Kau harus pergi dari sini. Sendiri sadja ' Enda : (gem as) Sekali lagi kubilang, Imran ! D jan gan bcrkata begitu sekali lagi ! ( ..............T ib a 2 dari kedjauhan terdengar suara ketjapi Sunda, begitu bening, begitu mesra dan begitu penuh kerinduan. M erek a berdua tegang mendengarkan, dengan penuh harap dan kesunjian dalam hati m asing-m asing) (hal. 105). Enda : Imran, kau terlalu sentimentil. T erlalu ! Imran : (sctelah diam mendengarkan suara siter sedjenak) Kau dengar suara ketjapi itu. Enda ? Begitu lembut pada kerinduan, pada kemesraan, sebagai hendak meraih hati kedekapannja ! M esra antara manusia dengan manusi^. Jang tak kenal perbedaan darah dan daerah. Begitu penuh tjinta dan damai ! (diam pula sedjenak) T jin ta dan damai ! Ja. itulah jang kurindukan selama ini dalam hidupku 1 (hal. 108). Enda : Soaln ja disini : K ita meinbunuh musuh. atau kita dibunuh musuh ! (T erd iam dan sedih Im ran memandang pada E n d a jan g becjitu tadjam dan sengit, kemudtan tertunduk. T erd eng ar suara seorang gadis mengiringi suara ketjapi) (hal, 109-110). i”-> ‘ Betapa pentingnja musik dalam sandiw ara ini. baru sadja dalam beberapa kutipan singkat diatas, sudah kita rasakan benarbenar. M an faat musik ini digunakan dengan sebaik-baiknja oleh pengarang dari mula sampai achir. Suasana alam, suasana perasaan dari lubuk jang dalam. demikian djuga tjita-tjita jang mulia ditajang oleh bunji ketjapi dan suara gadis; hati siapa jang tak akan terharu ? Bahkan baru membatja sadja; apa lagi bila sudafe menontonnja diatas pentas. Kekurangan jang kita rasakan dalam sandiw ara ini seperti sudah saja katakan didepan, hanja terletak dalam pcrtjakapan ja-ng adakalanja sangat pandjang.
Tentang sandiwara-radio dewasa ini tak asing lagi bagi kita. Hampir tiap-tiap bulan kita mendengar sandiw ara-radio dari R.R.I. Hampir tiap-tiap peristiwa bersedjarah disandiw ara-radiokan, misalnja "Lembah Balem” dipantjarkan tanggal 12 D ja nuari 1962; "Pem bebasan” dipantjarkan tanggal 23 Pebruari 1962. Keduanja karangan Andigo. Keduanja mengisahkan perdjuangan rakjat Irian Barat mengusir pendjadjah Belanda jang bertjokol disana. Sebagai sandiwara panggung modern, sandiwara-radiopun mulai pesat berkembangnja di Indonesia pada zaman pendudukan Djepang. Pada tahun 2603 (M b.S. : 1943) Keimin Bunka Shidosho (Kantor Besar Pusat Kebudajaan) telah mengadakan sajem bara dalam beberapa tjabang seni. Antaranja perlumbaan m engarang sandiwara-radio. Keiika' itu pengarang-pengarang sandiw ara In donesia agaknja bclum mempunjai ^Imu tentang mengarang seni djenis ini. Dari semua karangan jang masuk tak ada jang menienuhi sjarat. Hanja jang terbagus (kata Pusat Kebudajaan ini) ialah "Bande M ataram”, karangan Arifin K. O etojo, jaitu san diwara-radio dalam lima babak. Mengungkapkan sedjarah pem bebasan tanah air atau Sedjarah Perang Diponegoro. 65) Apa jang penting dalam sandiwara-radio ? Salah satu jang penting ialah musik jang menggambarkan suasana : bunji ombak dan badai. bunji putjuk-putjuk pohon ditiup angin, gaung dilembah dan sebagainja. Jang diberi santapan ialah telinga kita. M u sik dengan tenaga gaibnja dapat membentangkan dekor serba indah didepan mata imagmasi kita. Tanpa musik tak dapat kita menjebut sandiwara-radio, melainkan hanja ’’pertjakapan'' ditjorong radio. Pertjakapan, dialog ataupun monolng hanja salah satu unsur sandiwara. (Walaupun ini termasuk unsur jang lebih dipentingkan dalam seni-sandiwara modern dewasa in i). Bagaimana Usmar Ismail menggunaka'n musik dalam ”T jitra" ? Untuk melagukan sandjak 'T jitr a ” Usmar Ismail beroleh bantuan komponis Cornel Simandjuntak. Dalam deretan nama para pelaku sandiwara ’’T jitra ”,. Cornel didjadikan tokoh penga-
05)
Redaksi, "Scncti Sandiwara-Radio” , K eb o ed a ja a n T im oer, T h . I, N o. ! ,
18-9-2603, h al. 74.
rang iagu. f.n) T je rite ra b erk isar d ip abrik tenun " D ja w a T im u r” . N am a ’’T jit r a ” djuga didjadikan etik et pelaku utam a. D ja d i n am a " T ji t r a ” ialah djudul san d jak; m usik v o k al; m usik instrum ental (oleh C o rn e l); sand iw ara dan nam a gadis rem ad ja (pelaku u ta m a) serta tera ch ir djudul film. K ita perhatikan perdjalinan musifc dalam sand iw ara " T ji t r a ” . D ik a ta k a n . bahw a C ornel m engarang djuga lagu "D ip a b e rik ” dan lain -lain jan g didjadikan ilustrasi tjerita sand kvara ini. S a ja kutipkan dari b abak pertam a : Sutopo
T jitr a
............. D isini orang djadi m anusia baru, diÉengah-tengah gemuruh m esin paberik, m enggem birakan sem angat seperti musik jan g tidak ada hingga-h in gganja. T a p i m as H arson o bilang, tjum a m em ekakkan telinga sadja.
P a k G ondo
O , ja, tuan muda. Itu tukang musik jang* ada disini itu tjum a m engganggu pek erd jaan sadja. A n ak -an ak sedang memintaL sisal d ia d ja r b e rn jan ji, d engarlah .................— (saju p-saiu p dari djauh fcedengaran suara an ak2 m enjanji lagu "D ip a b e rik ” ).
Sutopo
(iku t m endengar) B ern jan ji tengah kerdja m engem balikan kekuatan. P ak . D an lagi ia diutus oleh jan g berw adjib. S a ja p ertjaja dim asa datang akan lebih diusahakan m enghibur p ar a pekerdja.
T jitr a
(m en jela) A sal sad ja djangan diad jar m enjanjikan lagu "N in a bo bo k ” . T e ta p i tuan K ornel bukan tukang musik b iasa, P ak . Ia pengarang lagu, m engarang n jan jian -n jan jian jan g dapat m em bangkitkan se m angat kita semua (h al. 1 1 ).
Sutopo
U sm ar Ism ail. S e d i h d a n G c m b ira . hal. 9.
Saran Usmpr Ismail ini (tahun 1943) djadi kcnjataaw sealjak tahun 1963. Kita dengar setiap hari kerdja, sesudah w arta-berita R.R.I. djam 12.00, waktu para pekerdja istirahat, dipantjarkan n jan jian -n jan jian hiburan.
K ita kutip pula dari babak kedua : Sutopo sedang asjik m ain piano, nielagukan ’’T ji t r a ’’ sam bil
' N j. Surio : Sutopo
:
N j. Surio : Sutopo
:
Sedjak beberapa bitlan ini, itu saaja lagu jang kau mainkan, Topo. Aku kira lagu ini adalah satu-satunja lagu jang dapat menarik hatiku, dari buah tangan penga rang lagu Indonesia. (tersenjum) Karena ada istim ewanja baran gkali. Tidakkah ibu dengar dalamnja suatu djeritan kasih-sajang, tetapi pula mengandung kekuatan bathin jaag tak terduga ? (hal. 2 7 ).
Babak kedua ini dimulai dengan musik dan ditutup pula dengan musik. Pada babak pertama musik menajang perasaanperasaan dalam dan fjita-tjita pembangunan jang kini telah djadi kenjataan. Demikian djuga musik pada permulaan babak kedua. Tapi pada achir babak kedua ini musik melukiskaH perasaanperasaan ngilu-njeri oleh noda akibat perbuatan seorang anggota keluarga sendiri, jakni Harsono (M b.S. : djadi wakil/djenis bangsa sendiri jang merintangi mengchianati perdjuangan ban gsan ja) dan pikiran serba kusut mentjari tjara pembelaan nama keluarga (M b.S. : bangsa). Babak ketiga melukiskan masa sulit perdjuangan. Ini agakn ja jang menjebabkan musik tidak ditampilkan. Umumnja batin manusia pada saat-saat seperti ini tak menghendaki musik atau hi buran lainnja. (Hanja orang luar jang tetap suka berusaha memberi hiburan). Musik baru ditampilkan pada achir babak ini. Jaitu setelah Harsono (pengchianat itu) insaf dan balik hendak m enebus dosanja : v
H a rso n o :
Ja, dia ja n g tidak berasal-u su l, pungutan dari bumi pusaka, ja n g telah kunodai, tapi h en dak kukikis noda itu sek aran g dengan n jaw aku ....................... ^ia a n a k kandung ïbu P ertiw i jan g telah diserahkan kepada kita ........................ D en g arlah !
Sutop®
:
(terh a ru ) B en a r katam u, adikku. D ia jan g tidak bernam a, tidak berasal-u su l ........................ tapi bersem ajam dalam djiw a kita kedua ........................ T j i tra, lam bang T a n a h A ir ........................ dalam nja berw udjud kasih kita kedua ........................ (K ed u adu anja seolah -o lah terpesona oleh lagu itu, m enengadah k eatas, berbah ag ia tam paknja, b ersju k u r). diiringi lagu gem bira, diiringi lagu gem bira. (hal. 60)
’ T jit r a " , sand iw ara pertam a tjo tjo k dengan nam a buku kumpulan ini : S ed ih dan G em bira. M elu kiskan pasang-suru t, ro m antik revolusi Indonesia. B esa r m anfaatnja bagi pendidikan. T e p a t b en ar sudah ditjantum kan dalam d aftar R entjaria P ela d ja ran S .M .A ', djadi bah an indoktrinasi m ental, istim ew a bagi para tunas b an g sa Indonesia. 5.
S e n i-S a n d iw a ra dengan Sen i-L u kis.
M e n g en a i seni-lukis dalam hubungannja dengan seni-sandiw ara ini, jan g ak an sa ja b itjarak an disini terutam a ialah djenis seni-lu kis jan g san g at rap at dengan seni-sandiw ara, jaitu dekorasi. D isam ping itu akan sa ja bitjarak an djuga seni-lukis pada umumnja dan bagaim ana lukisan digunakan orang dalam karang^ an sand iw ara ataupun dalam pem entasannja. U ntu k maksud m em bahas m asalah ini, sa ja telah berusaha M entjari b ah an -b ah an jang sa ja perlukan, tapi walaupun usaha sa ja itu sudah sa ja lakukan dengan bersusah-pajah. hasilnja masih «Ijatih dari sempurna.
M aka uraian saja dalam hubungan ini hanja akan berupa hasil abstraksi saja sendiri. Landasan abstraksi ini ialah beberapa keping hakikat jang tersirat dalam tjiptaan-tjiptaan sandi wara jang saja keteiïgahkan disini, ditambah dengan kepingkeping ketjil hakikat jang saja temui dalam perdjalanan m enjusuri pantai uraian mengenai seni-lukis jang bersifat umum di Indonesia. Pandangan saja mengenai kesenian pada umumnja, sudah agak djelas, djika diperhatikan uraian saja mulai dari pasal satu bab I hingga pasal empat bab II ini. Dalam pasal empat tersebut seni-lukis sudah saja djadikan tjontoh untuk mendjelaskan hakikat seniman-seniwati serta tjip taannja, seni pada umumnja. Bagi saja senim an-seniw ati itu ialah ’’pentjipta ketjil” jang diberi alat-alat sederhana berupa bakat dan tenaga-tenaga ruhani dan djasmani oleh "M a h a P en tjip ta” . Tudjuannja lain tidak ialah agar manusia, terutama jan g lena dan alpa dapat membatja "K itab M aha Pentjipta”, alam sem esta ini. Tafsiran mengenai hakikat jang ada pada para senim an-seniw ati didunia ini ada berlain-lainan, tapi menurut pendapat saja, barang siapa jang sudah mentjitjipi walau setetespun dalam arti seben arbenam ja, -ilmu pengetahuan dalam ’’Kitab M aha P en tjip ta” itu, pastilah dia akan berkata : 'Inilah hakikat dalam tubuh-ruhani-djasmani para seniman-seniwati itu.” Menurut pandangan saja semua jang saja uraikan diatas ini harus dilaksanakan dalam seni-sandiwara. Sandiw ara ialah santapan batin manusia. M aka untuk memberi santapan* jang lezat, resep bahan dan bumbunja harus lengkap. D isinilah tampil seni-lukis memberikan sahamnja. Dekor dalam arti jang kita maksud, lukisan jan g m elatarbelakangi panggung pementasan, tidak selam anja. harus ada, te tapi sesungguhnja penting djuga. Panggung sandiw ara m od en a kadang-kadang tidak memakai dekor. M isalnja kalau sandiw ara memakai panggung terbuka. Dinegeri kita hal ini lazim dilak sanakan. Sandiwara-radio djuga tak memerlukan dekor, sebab jang diberi santapan disini ialah telinga. Sew aktu orang m endengarkan sandiwara-radio, mata imaginasinja sudah m elihat dekor
im aginasi jan g diabstraksikan dari lan dasan bunji m usik dan pe nuturan para pemain serta a la t-a la t bunji lain distudio radio. D jad i dalam kedua djenis sandiw ara ini satu a la t pelengkap jan g djuga penting, jaitu dekor, tidak hadir. O leh karena itu untuk m enjem purnakan sifat seni sandiw ara ini ditam pilkan ala t-a la t pelengkap lain, seperti musik untuk m erealisasikan bunji om bak dan deru m esin kapal m otor dan lain-lain. T ja h a ja soro t lampu untuk m em ber! kesan atau petundjuk kepada p ara penonton atau m enarik perh atian nja kepada bagian jan g lebih dipentingkan a n ta ra bag ian -bag ian adegan jan g sedang berlangsung. U m pam an ja a k to r jan g sedang m emainkan w atak penting, disoroti lebih terang. S e k ira n ja ada dekor, tentu sorot lampu djuga ak an b erpindah-pindah dari satu bagian kebagian lain dari pada dekor jan g pada suatu saat dipandang penting berganti-ganti. D isam ping itu ’’settin g " harus serba lengkap dengan a lat-alat jan g sed apat-dapatn ja mewudjudkan gam baran tem pat dan w ak tu atau suasana adegan-adegan jan g sedang dipentaskan. D en gan demikian, pahamlah kita tentang betap a pentingnja fungsi d ekor bagi sesuatu sandiw ara. T eru tam a dalam teknik panggung jan g m enggunakan lajar, dekor tak bisa ditinggalkan. T a p i dekor ini dibalik pentingnja, meminta tanggung-djaw ab saku p ara pem entas. P a ra peinentas jan g sarat saku nja demi berh asiln ja tudjuan seni m ereka, kadang-kadang m em akai bukan sad ja satu dekor, tetapi beberapa dekor, bergantung kepada djum lah setting jang dibutuhkan oleh sebuah sandiw ara. Sungguhpun dem ikian, kem ungkinan untuk berhem at tidak tertutup. B e rk a t keteram pilan pelukis dekor, dapat ditjiptakan sebuah de kor jan g b e rsifa t serba-guna. Dalam hal ini sum bangan sorot sinar lam pulah penting peranannja. D i Indonesia kita sudah mempunjai para pelukis dekor jang b erb ak at, seperti : Surom o, K artono Yudokusum o, R esobow o dan Z ain i. A g ar lebih djelas uraian jan g saja bentangkan diatas, mari kita perhatikan interpretasi T risn o Sum ardjo m engenai d ekorato r-d ek o rato r i n i :
Karcono Yudokusumo. M tskipun lain- tjaranja, dia adalah erisinil seperti Rusli dan "een geboren schilder” seperti Suromo, disertai virtuositet. Kechususannja adalah dekoratif. D jika lapangan fresco sudah terbuka, dia pasti berhasil bagus djuga dalam lapangan ini. Resobowo adalah ahli penjaring; dibikinnja extrak dari dunia luar-dalam, dengan tiada dihiraukannja apakah kehendak soal2 disekeliling jang tak masuk perhatiannja. D e mikian ia sebagai pemikir tak kenal kompromi, sungguhpun ia sebagai seniman tahu menaruh objek pada tempat sew adjarnja. Sikap jang diambil terhadapnja selalu sebagai m a nusia terhadap manusia djuga bila objek- tadï barang'“ tak bernjawa. Dengan begitu nampak kemanusiaannja jang aneh. tempo- gaib. Resobowo djuga dekorator sandiwara dan film serta ilustrator. Zaini adalah pula penjaring jang expresif. Esensi jan g diperolehnja dari dunia luar didjadikan dunia kepunjaan sendiri dan dituangkannja dalam bentuk esensiil. Ia tak memberi pendjelasan tentang alam disekitar esensi itu. hingga penonton disuruh menebak. Esensi tadi kadang- seperti sendja ataupun malam, kadang- seperti tjahaja m atahari. Baik matahari atau keremangan itu merupakan kekuatan atau kekuasaan besar, ada kalanja seperti lambang, meskipun tidakdimaksudkan. Kesederhanaannja dalam bentuk terbaw a oleh kekagumannja terhadap jang mengandung inti besar (niagistra!). Dalam tjaranja ia mentjapai keunikan w arna dan bentuk dengan tjat minjak, tjat air dan pastel. Diapun deko rator sandiwara jang unik dan ilustrator. Ilustrasi2nja banjak dianut orang. fi~) Dekorator Suromo kita djumpai dalam sandiwara "Libu ran Seniman”, karangan Usmar Ismail, sandiwara ketiga dal«m kumpulan Sedih dan Gembira. Tapi disini dia bukan pelukis dekor.
■'<)
Trisno Sunacdjo, 'Kedudukan Seui-Rupa K ita ". k h iaijzn N jv t iii.l . DjaJftirU. 195h. lu l. M 3 -I'M.
S en i
1957. i - J - n
MusiawaraU K f
"L ib u ra n Seiu nn m ” ialah panggung d iatas panggu ng. S an d iw a ra •Hsandiwarakan. K onflik dikonflikkan. A pa iden ja ? D isini h an ja ak an s a ja tam pakkan m ukanja s a dja. S e b a b p ertam a ialah kita h an ja h endak m enindjau hubungaH sen i-sa n d iw a ra dengan seni-lukis dulu. K edua, sand iw ara ini akan kita b a h a s d ari luar sam pai kedalam nja n an ti. S u r o m o , ja n g t e r k e n a l se b a g a i p elukis d e k o r a ta u d e k o ra to r, disini d ja d i p e n g a r a n g s a n d iw a r a . S e b a g a i h a s il k a r j a n j a ja n g p e r ta m a ia la h s a n d iw a r a ’’K e b a n g k i t a n ” . S a n d i w a r a ini seperti d ju d u ln ja ia la h m elu k isk a n " k e b a n g k it a n b a n g s a I n d o n e s ia ” ja n g d iw a k ili oleh p a r a p ela k u n ja , m e n d je la n g k e m e r d e k a a n . * )
B ag aim an a lukisan itu ? Surom o ialah djurutulis pada p er u sah aan d ag an g "H a sa n K a ish a ” . S eb a g a i seoran g senim an, w alaupun kehidupannja m orat-m arit, tapi dia tak m engeluh. S e b a lik n ja m alah dia m erasa b erb ah ag ia bersam a isterin ja Ratm i, b e rk a t k a sih -sa ja n g bersu am i-isteri jan g terp ateri oleh saling pen gertian serta k ein safan b an g sa jan g sedang berdjuang. ’’K eb a n g k ita n ” akan dip entaskan. K adjim an, seorang kom ponis, d jad i su trad ara dan djuga m entjiptakan lagu ’’K eb an g k ita n ” . R u taf, pelukis jan g baru mulai tumbuh, djadi d ek orato rn ja. D ia baru sad ja beroleh kritik dan seolah-olah hendak berputus a sa . M a r i kita d en gar tjetu san djiw a senim an jan g diw akili K a djim an dan R u ta f ini : R atm i : K ad jim an :
R u ta f
*)
:
A da apa m as K adjim an ? Ini, pelukis b esar kita, karena dia dapat kj-itik h eb at mau m ogok sad ja. B aik , kau katakan orang tidak bisa m enghargaim u. T eta p i sfcfru p e rta n ja a n : buat apa m elu kis? (a g a k ra g u ) Ja, buat apa ? (sep erti in sa f) Ja, bu at apa aku bikin pusing-pusing kepala. bl'iat apa m elukis........................
M tsu ru t c ja ta ta a k ak i dalam S t d i h U ja k tttt* 23 D ecem ber IM 4 .
U an
G em H ra :
>
"L ib u ra n
S e a ia ia a "
s t!e « a i
olikaraag
di
Kadjinian :
Stop ! Djangan mélantur ...................... kau melukis bukan karena kau mau melukis, itu terang. Kau melukis bukan karena mau tjari duwit, itu djelas. Lihat sadja badjumu tjompang-tjamping. Rutaf : Ja, buat apa sebenarnja ! Kadjiman : Karena ini, kawan ! Kau melukis karena ingin berbitjara, djiwamu hendak berbitjara, m enjatakan sesuatu. Kau rasa sesuatu kebangunan da lam djiwamu, jang membuat engkau dengan tak diinsafi lebih besar dari orang lain ...................... kau mau mengemukakan rasamu ...................... Rutaf : Ja, ja, itu d ia ! (hal. 139-140). Proses kedjivvaan jang dialami R utaf pada umumnja dia]ami oleh para seniman. Orang jang tidak berdjiwa senipun tentulah pernah dan akan mengalaminja, kalau suka m engerdjakan sesuatu usaha dengan daja djasmani dan ruhani sendiri, bukan karena perintah sesama manusia, melainkan dari M aha Pentjipta. Tuhan. M aka seperti agama itu dari Tuhan, ada jang melaksanakannja dengan kebaktian kepadaNja, sebaliknja ada jang tidak melaksanakannja, bahkan tersumbat mata hatinja, sehingga tidak tahu dia apa arti hadirnja didunia Tuhan ini. B ah kan ada jang sama sekali tak mengetahui isi hidupnja dalam 24 djam; apa makna pergantian siang dan malam, jang memuat djaga, makan, kerdja, tidur dan lain-Iainnja. Saja berpendapat, bahwa seperti R u ta f itulah tiap-tiap m a nusia. Karena Tuhan, M a h a Pengasih dan P e n ja ja n g bagi m a ch JukNja dan manusia ditjiptakanN ja sebagai machluk b erd e ra d ja t tertinggi didunia ini, diliputi kasih-sajang T u h a n itu. T e t a p i s e bagai anak-anak, ada jang nakal, bahkan durhaka terh ad ap orang-tua kandungnja, demikian djugalah keb an jak an m an usia terhadap Tu h ann ja. G e ra k a n kebangunan djiwa pada R u ta f mungkin punah oleh kritik terhadapnja, sekiranja tidak segera dapat dia m en gin safi a k an kasih T u h a n jan g telah disemikan pada dirinja. S u k u rla h
K adjim an dengan tanpa tangguh langsung m enjadarkan kaw ann ja Rutaf. D jik a kita tindjau dari segi pendidikan, hal diatas ini adalah suatu faktor jang penting. M asa peka Rutaf, segera mendapat perhatian Kadjim an. Kalau tidak, masa kepekaan ini tak beroleh bagiannja jan g sangat penting, sehingga pem ogokan dan keputusasaan R utaf, jang sudah membajang, berlangsunglah dan benih seni jang sudah ad a pada Rutafpun lajulah menudju debu atau bentjak; terbenamlah dia disana. Kadjim an bukan guru, tetapi dalam hal ini dia sudah bertindak sebagai guru pendidik. Sandiw ara sebagai tjabang seni memberi tempat jan g luas bagi pelaksanaan pendidikan. Disini para pemain sandiw ara dapat menemukan dirinja. D apat menjadari, bahwa dalam dirinja, djasm ani dan ruhaninja ada tersisip am anat Pentjiptanja, jaitu supaja dia m entjetak fragm en-fragm en dari pada K itab Tuhan, agar dapat dibatja oleh orang banjak. Kalau hal ini kita sangkutkan kepada soal berbangsa dan bernegara Indonesia, maka sila pertama dari pada Pantjasila, kita beri isi jang penting. Dem ikianlah terutama bagi anak-anak muda peladjar, sandiw ara dapat digunakan sebagai medium pen didikan. Tem pat mereka menemui dirinja, satu faktor jang sangat penting. Sedikit w adjah pendidikan sudah saja tampilkan dari balik tirai seni-sandiw ara dan seni-lukis. T e ra sa mau keluar sadja dari balik pingitannja, tapi saja sabarkan dia, saja djandjikan nanti saja lepaskan pada babak ketiga dan keempat. Dan bersabarlah dia. K ita perhatikan terus dialog komponis dan pelukis itu : Kadjiman :
(terus djuga, tak atjuh apa-apa). Kebangunan itu ada terlukis dalam gambarmu jang baru-baru ini kau pamerkan. Aku tidak mengatakan .gam barmu itu bagus, maha indah, tidak, tidak. T jo -
retail morat-marit itu beium bisa kuhargai- "lapi (mendekati Rutaf) Kebangunan ada kulihat disana, (seperti menatap sesuatu) lukisan matahari terbit ditepi pantai ! Rutaf : (seperti terpesona) Ja, matahari sedang terbit, langit tjerah, awan tipis bagai sutera membalut tjuatja biru. Kadjiman : Djangan kau kira kau jang bangun. Kau niasih tidur, tapi dalam djiwamu telah bangun sesuatu, kebangunan Indonesia. Inilah jang paling bagus. lain tidak. Dan tentang kritik orang, baik atau djelek tjuma. berguna djika membangkitkan kita. mendorong kita kedepan. Insaf akan tenaga sendiri kawan, untuk disumbangkan kepada sesa-^ ma. Sekian ! .......................... (hal. HO). Pendek kata. adjaran atau filsafat Pantjasila itu, kalau sudah kita patuhi, kita djundjung silanja jang pertama, maka keempat silanja jang lain dengan sendirinja turut-serta terangkat. Apa tatsiran kita mengenai hakikat tjita-tjita Usm ar Ismail melalui utjapan Kadjiman dengan "kebangunan Indonesia” ? Intisarinja. hakikatnja ialah sila ketiga : "Persatuan Indonesia” da lam bentuk Pantjasila menurut U .U .D. 1945. Dan apa pula intisari. hakikat dari pada : "Insaf akan. tenaga sendiri, ............. untuk disumbangkan kepada sesairia” ? Ialah sila kedua : "K e m a n u sia an jang adil dan beradab”. Dan apa pula sebabnja maka demikian ? Sekali lagi bukti rumusan saja : "B ah w a sesungguhnja pada tiaotiap manusia itu tersisip amanat T u h a n ". Sukarno bekas P re sid e » R.I. ialah salah seorang manusia jang menggunakan seluruh d jiw araganja mendjelmakan amanat itu mendjadi sedemikian gam b lan g* ja bagi tiap-tiap manusia jang tak mau menipu dirinja sendiri di Indonesia, bahkan diseluruh dunia ini. Bagi bangsa Indonesia sesungguhnja apa jang mendjelma mendjadi Pantjasila itu sudah sedjak lama dimiliki, sebagai b a r a n j feerharga serta mulia, tapi terpendam. dipasir pantai I n d o f l e * * atau dihimpur lubuk dalam Indonesia. Saja kira d itan p u r lffctfk
n
dalam itu. Lubuk dalam itu senan tiasa m enam pung lumpur-lumpur dari beberapa djurusan jan g diaduk kapal-kapal' keruk baiigsabangsa an gkara-m u rka dari p an tai-p antai d an gkal Indonesia D e ngan dem ikian, tjah aja dari lumpur lubuk itu sem akin pudar" dan sem akin pudar. B erabad -abad lam anja baran g mulia dan berharga itu tenggelam terbenam disana. In sin ju r * ) Indonesia, Sukarno, tahu akan hal itu setelah berpuluh-puluh tahun m engadakan penjelidikan dengan segala pengurbanan d jiw a -ra g an ja. D igalinjalah barang mulia .dan berh arga itu dan dipersem bahkannja kepada bangsa dan Ibu P ertiw i In do nesia pada tanggal 1 D juni 1945. Sukarn o, bekas P residen R .I. ialah "p en tjip ta k e tjil" jan g dituahgi energi jang dapat kita k atakan lebih b esar dari pada energi jang biasa m engaliri tubuh dan djiw a k ebanjakan senim an. K udrat "M a h a P en tjip ta " telah m endjelm akan beliau djadi insinjur-senim an atau boleh djuqa dibalik : senim an-insinjur. Dan sebagai senim an jang berotak insinjur, b e liau pernah berkata dalam pertem uan para P egaw ai Kementeriaw P cn eran g an tan ggal 28 M a re t 1 9 5 2 : "P a n tja sila itu telah lama dimiliki oleh ban gsa Indonesia, sedjak lah irn ja S a rik a t Islam jang dipelopori oleh Almarhum H .O .S . T jo k r o a m i n o t o ........................ " fis) Senim an Indonesia jang lain djuga tahu akan harta terpendam itu, tapi dengan kudrat Tu h an pula, m ereka bukan insinjur. Sungguhpun m ereka bukan insinjur, mungkin m ereka lebih dahulu tahu dan lebih d jelas tahu akan harta mulia terpendam itu. T a p i otak insinjur untuk m enggali tidak m ereka miliki. D em i kianlah H am ka memberi tam bahan kepada utjapan Sukarno tersebut d iatas : P a n tja sila telah lam a dimiliki oleh ban gsa Indonesia, jaitu sed jak seruan Islam sampai ke Indonesia dan diterima olek ban gsa Indonesia. K ita tak usah kuatir falsafat P an tjasila akan terganggu, selam a u rat tunggangnja masih tetap kita pupuk : K etuhanan Jang M ah a E sa . 60 ) *) ö* )
K ata " In s in ju r ” d isin i djangan diartikan " in s in ju r seb en a rn ja ” . k arena k th etu la a Sukarno adalah In sin jur. H om ka, U r a t T u n g g e n g P a n tja s ila . Pu staka K eluarga. D ja k a rta . 1952. h al. 3S. Ibid.
P resid e *
M eng en ai w adjah filsafat negara kita sa ja sam paikan sekian dahulu, sam a halnja dengan wadjah pendidikan. K a re n a m asih ada jan g hendak kita dahulukan m em b itjarak an nja m engenai hubungan seni-sandiw ara dengan seni-lukis itu. Seni-lukis tidak hanja sebagai dekor sad ja d ap at b erg o to n g rojong dengan seni-sandiw ara. T ja r a n ja jan g lain m asih ada. A n taran ja seperti dalam sandiw ara "T itik -titik H itam , k a ra ngan N asjah Djamin dalam kumpulan Sekelum it N ja n jia n S u n d a. Sudah pada eksposisi sandiw ara ini sebuah lukisan h aru s dipasang dalam setting. Lukisan diatas "sta n d a rd ” , belum selesai. Pelukisnja T risn o fpelaku sandiw ara itu ). Jan g dilukis ialah H artati (djuga pelaku). Untuk apa lukisan ini ? Ialah untuk m engganti-m ew akili pe laku jang dalam sembilan adegan pertam a tidak boleh tam pak, sebab dikatakan dia (H a rta ti) sedang dalam sakaratu l vnaut. dalam bilik tertutup. Baru dalam sorotbalik (fla sh b a ck ) ad egan ke-10 H artati tampil. Dalam adegan ini dialog berlan gsu ng a n tara lukisan dan seniman pelukis. A pa sebab H artati iku t-ikut m enam m taat untuk djadi pelukis? O leh H artati sendiri d iteran g kan, lain tidak, ialah : om de man te bekoren; om T r is n o te bekoren . Pada hal Trisno adalah adik suaminja, alias ip a rn ja .. Tam pak pula satu titik jang memaksa "pendidikan b e rb i tjara . S a ja tangguhkan sampai datang waktu dan tem pat jan g luas.
Bab Tiga
Pendidikan melalui Medium Sandiwara dan Pengadjaran Sandiwara di Sekolah j
Dalam bab-bab jang lalu, setjara umum telah kita singgung sedikit demi sedikit persoalan pendidikan dalam hubungannja dengan seni-sandiw ara. T ap i persoalan pengadjaran sandiwara hampir tidak kita singgung. Umum mengetahui. bahwa sesuatu mula-mula diadjarkan. Dan. kemudian ternjata, bahwa pendidikan terkandung dalam sesuatu jang diadjarkan itu. Demikian, djika sesuatu itu memang dapat diadjarkan. Dengan kata lain, sesuatu kita adjarkan, sedang unsur-unsur pendidikan jang terkandung dalam bahan peïadjaran itu kita didikkan. JDengan demikian, sandiwara, jakni bentuk dan isinja dapat kita adjarkan, sehingga dapat diketahui oleh peladjar. Sedang unsur-unsur pendidikan jang terkandung dalam san diwara itu, jakni seni, ide-ide dan sebagainja kita didikkan. T etap i bila diteliti lebih dalam, maka pada achirnja kita akan paham dan berkata, bahwa dalam dunia pendidikan, antara bahan ( ~ pengadjaran) dengan tudjuannja, jakni pendidikan itu, sa ngat sukar dibedakan. Hal ini memerlukan pembahasan jang chusus. K ita tidak akan inengarahkan uraian kita kesana. Bagaim ana pengadjaran sandiwara di Indonesia ? Pertanjaan ini sebenarnja sudah djauh djangkauannja. Karenanja sukar kita m endjawabnja. Sekiranja pertanjaan ini diubah, m endjadi: Sudahkah peïadjaran sandiwara diadjarkan di Indonesia ? M aka
««igaM ag a k sedih dapat kita mendjawab : Sudah. M engapa agak sedih ? Kita agak sedih, sebab andaikata dari kita dituntut pendjelasan, maka jang dapat kita djelaskan ialah : D i Indonesia peladjaran sandiwara itu sudah diadjarkan pada Atni; dikuliahkan pada Fakultas Sastra dan pada Djurusan Ilmu Bahasa dan Sastra F .K .I.P . jang kemudian berubah strukturnja mendjadi F a kultas Sastra dan Seni — Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (I.K .I.P .). Pertanjaan belum djuga habis. Apanja jang dikuliahkan pada fakultas-fakultas ? Sedjarahnja dan sedikit teorinja. Sudahkah peladjaran sandiwara diadjarkan di Sekolah Landjutan ? M ari kita berbitjara mengenai masalah ini. 1.
Pengadjaran Sandiwara di Sekolah hingga dewasa ini
Pada pasal satu bab I sudah saja tundjukkan bagaim ana pandangan orang mengenai pengadjaran sandiwara di S .M . di Indonesia. Di S.M .P. tidak terdapat peladjaran sandiwara. S e dang di S.M .A .. walaupun buku-buku peladjaran sastra sedjak tahun 1950, seperti Kesusasteraan Indonesia, karangan B. Sim orangkir-Simandjuntak, Penjedar Sastra dan Perintis S astra , kaD r. C . V\ooykaas dan lain-lainnja sudah racmuat sekelumit sedjarah dan pengetahuan tentang bentuk sandiwara, tap* rupanja dalam praktek, bagian peladjaran ini sangat diabaikanBaru pada pertanjaan-pertanjaan udjian S.M .A . tahun 1960/1961 muntjul sebuah pertanjaan mengenai sandiwara untuk tiap-tiap bagian S.M .A, : A, B dan C. Demikian selandjutnja sampai de ngan tahun 1962/1963, sudah kita lihat satu pertanjaan mengenai sandiwara tersisip diantara puluhan pertanjaan sastra, sedang pertanjaan-pertanjaan itu sedemikian rendah mutunja. Dengan demikian, djika kita berbitjara mengenai "Pen d idikan melalui Medium Sandiwara dan Pengadjaran Sandiw ara di Sekolah di Indonesia”, maka pembitjaraan kita itu akan berupa suatu tjita-tjita untuk masa jang akan datang. Akan tetapi sebelum sampai disini. lebih dahulu perlu djuga kita menindjau hal-hal jang mungkin merupakan sebab-musabab, sehingga medium pen didikan jang penting ini terabaikan.
K ite m enjatakan sedih ten tan g kead aan inf. T e t a p i sesu n g guhnja tidak perlu k ita k etjew a. S e b a b , kalau k ita m e n in d )au k elu ar s e g e ri, m aka akan kita ketahui, bah w a sand iw ara sebagai medium pendidikan jan g diakui san g at b aik n ja, namun dalam m a sja ra k a t pendidikan m enghadapi rin tang an ja n g b an jak djuga. M em asu kkan p engad jaran sandiw ara kedalara "kurikulum ” se k olah, m erupakan satu perdjuangan. D em ikianlah m isalnja di A m erika, n eg a ra jan g dalam ’beberap a h al boleh d ikata lebih m adju didunia. .Pada tahun 1947 telah terbit di N ew Y o r k sebuah buku berdjudul T h e a te r and S ch o o l, k arangan Samuel, J. Hume dan L ois M . F o ster. N ask ah buku ini seben arn ja sudah ada pada p en erbit "Sam u el F re n c h " sed jak tahun 1932, tetapi terbitan tahun Ï9 4 7 ini a g a k n ja terbitan ja n g pertam a, k aren a tak didjelaskan terb itan *keberapa. K alau kita lihat d aftar buku jan g digunakan untuk m enjusuii buku ini, m aka hanja ada satu, dua buah buku jan g sem atjam T h e a te r and S ch o o l. Jan g b an jak ialah buku m engenai sedjarah sandiw ara, tek n ik pem entasan dan buku-buku m ateri sandiw ara untuk sekolah. D en gan m em perhatikan k en jataan diatas. dapatlah kita b er k ata, b ah w a di A m erika k ira-k ira sudah sedjak ach ir perem patab ad -p ertam a abad 20 ini, orang sudah m em perdjuangkan m asukn ja p en gad jaran sandiw ara kedalam kurikulum sekolah. P erd ju angan ini rupanja timbul berbaren g an dengan perdjuangan m elaksanakcm sistem kurikulum m odern dalam dunia pendidikan disekolah. D a ri rntila p erk ataan p en garang buku tersebut diatas, kita h al i t i i ; T h e school th eater is e com paratively new development in ed u cation ; so new . in fact, th at the m ajority o f teachers can read ily re ca ll th e time, n ot so m any y ea rs ago, when princi pals and school boards, bound b y a timid conservatism , Irowned upon this innovation in modern school p ractice. *) ?•
so d Lo ts M - P o ster, T h c n le t atu i S c h o o t , S u iu e l F ren ch . N ew Y o rk ; 1947.
Selandjutnja pengarang ini m endjeiaskan pandangan orang mengenai sandiw ara sekolah di A m erika, sew aktu dikarangnja buku te r s e b u t: Y e t today, with some exceptions, the most orthodox o f these recognize the value of educational theater. N ow it is n ot so much a question of admitting the theater into the school, as it is a problem of how best to regulate it and to curb the school’s enthusiastic em brace of the stage, including all its traditions from footlights to grease paint. 2 ) M a k a kita ketahui, bahw a dew asa ini di A m erika terdapat dua matjam sandiwara : sandiw ara m asjarakat umum dan sandi w ara sekolah. D an bagaim ana tumbuhnja mula-mula dapat pula kita ketahui dari pendjelasan Hume : "A s the com m unity th eater m ay be said to have had its roots in the old "o p ery house , so the school theater may be said to have budded from the gradua tion ''piece" and the valed ictory................................." 3 ) Sebelum kembali m em bitjarakan sandiw ara disekolah di In donesia, perlu agaknja kita mengetahui keadaan atau pelaksanaan sandiwara dtsekcAak-sekolah di Am erika. Hume telah m entjatat Vma golongan sekolah di Amerika, ditindjaunja dari sudut pelak sanaan sandiwara disekolah : T h e schools which recognize educational dram atics m ay be classified broadly as follows : 1. 2. 3. 4. 5.
2) 9) 4)
Schools in which untrained teachers produce occasion al extra-curricular plays. Schools in which trained teachers produce occasional extra-curricular plays. Schools in which dramatics clubs carry out program s of plays under faculty guidance. Schools which include dramatics courses in their curricula. Schools which have organized drama departm ents and perhaps approved courses of. study for dram atics m a jors. 4 )
Samuel J . Hume and Lois M . F o s ttr, op, cit. Ib id .. hal. 14. Ibid.. hal. 22-23.
Demikian sekedar pengetahuan jang kita peroleh dari pendjeJasan-pendjelasan Hume dan Foster dari Am erika. Kedua orang ini tidak mengemukakan pendapat-pendapat jang sesungguhnja saja tjari, jang dapat membcri sumbangan bagi pelaksanaan pen didikan inelalui medium sandiwara disekolah-sekolah di Indone sia. Jang mereka kemukakan ialah tentang teknik; ja, segala maÊjaiii teknik jang meliputi semua persoalan pelaksanaan sandiwara disékoiah: bagaimana misalnja tjara melatih mulut, gerak tangan; bagaim ana mempergunakan tjat untuk dekor dan sebagainja; bagaim ana pakaian, w arna-w arna jang bagus untuk sesuatu pertündjukan. Sampai-sampai kepada batik jang berasal dari Indonesia sudah digunakan orang dalam sandiwara-sandiwara sekolah di Amerika. K ita kembali berbitjara mengenai sandiwara disekolah-sekolah di Indonesia. Kalau di Amerika orang sudah senang, dapat memasukkan peïadjaran sandiwara disekolah, berkat dilaksanakannja sistem kurikulum modern disekolah, maka di Indonesia agaknja hal itu sudah mulai pula dipikir-pikirkan. Dalam dunia pendidikan di Indonesia, kurang-lebih 30 tahun jang lalu sudah dipahami benar betapa pentingnja metode global dalam pengadjaran. M enurut pengakuan seorang ahli pendidikan, pengadjaran dan kebudajaan Indonesia, jakni Ki H adjar Dewan tara, sandiw ara sebagai m edium-pendidikan dan pengadjaran, s*suai benar dengan metode global itu. Karena uraian beliau berkenaan dengan hal itu sudah terperintji sedemikian rupa (w alaupun bahasa dalam uraian itu kurang memuaskan kita lag i), maka bagian jang penting dari pada uraian itu saja kutipkan dengan utuh dibawah ini : I.
Didalam sandiwara itoe terdapat dasar-dasar pendi* dikan, jang b e r s ifa t: kesenian (aesthetisch), kebadjikan (ethische) atau religieus (oentoek mengadjarkan agam a), sociaal (oentoek mengadjarkan lakoe kem asjarakatan), demikian seteroesnja.
2.
D idalain peagadjaraii di-peryoeroeaa» m aka ben toek an a tao e leervorm jan g beroedjoed san d iw ara ito e aniat m enjokong pengadjaran m atjam -m atjam k ep and aian dan pengetahoean, m isalnja : bah asa, k eso esasteraan , b e rtja kap dengan wirama, m engafalkan atao e m em oriseeten, menghilangkan tabi’a t m aloe, m enggem birakan k aren a bersifat "perm ainan", m emberi beberap a p en gêrtian ba~ roe, peladjaran g erak-w iran a (seo lah -baw a, eu rh y m iè). bernjanji, m enjesoeaikan kata dengan fikiran, ra sa , kemaoean dan ten aga (psychische g lo b alisatie), m engadjarkan adat sopan-santoen dan sikap kead aban, demikianlah seteroesnja. 3. Bentoekan pengadjaran, sambil peladjaran (n g iras p anggaladi) seperti jang terseboet itoe, adalah soeato e tja ra jang hidoep dalam alam -anak-anak dari b an g sa . kita? (d jadi sifatnja "nasional” b e la k a ), sebagai dapat kita lihat didalam m atjam -m atjam "perm ainan -an ak” jan g m em akai bagian bertjakap-tjakap (dialoog, sam ensp raak, soal-d jaw ab). 4. M enoeroet pengalaman kita, maka pergaboengan peng adjaran bah asa-tjeritera-lagoe” (m eth od e-Sariso eara) itoe amat bergosna, karena associatie an tara 3 bagian pengadjaran itoe m emoedahkan penerim aan d jiw a atas segala jang dipeladjari (logische dan m echanische asso ciatie); leervorm -sandiwara akan demikian djoegalah. 5. Sandiwara sebagai alat oentoek ethische dan aesth etisch ë leervorm adalah sem ata-m ata sesoëai dengan g lo b a tite it' methode, jang sekarang sudah diakoei sebagai tjairapengadjaran jang amat penting. 5)
K ita paham, bahwa uraian Ki H adjar D ew antara d iatas ini memang sungguh-sungguh mengenai soal inti pendidikan m elalui 51
K .H . .D ew an tara, "D asar-d o sar Pendidikan didalam T o o n e d " . Pocdianaaa B a res, tb . IV . Jo e li 1936 — Joeni 1917, hal. 13-14. D alam kutipan diatas ada kata ’ globatiteifm etbode” . pada bagian no. “j . M ungkin salah tje ta k . k are n * seharusn|a iaiah "elob aliteitm cth od e’ ’. Dem ikian djuga kata " fie ra k -w ira n a ", chbnglan no. 2. muneVIn salnl’ tietaV. knr»n*i ich an n n le - ‘ 'gerol-.-wlnm ia'’.
medium sandiwara. T etap i disini tidak kita peroleh pendjelasan tentang bagaim ana soal pengadjaran sandiw ara disekolah dew asa itu. D juga tidak ada pendjelasan tentang bagaim ana usaha memasukkan peladjaran sandiwara kedalam kurikulum sekolah. K enjataan seperti ini tidak perlu m engetjew akan kita. Ini kenjataan pada waktu kira-kira 30 tahun lampau. Baiklah kita mulai sadja dengan memperhatikan kenjataan dalam zaman kita ini. I I I Sudah kita ketahui, bahwa sudah ada beberapa djenis kuri kulum jan g dilaksanakan orang disekolah-sekolah. A kan mengetahui bagaim ana soal kurikulum itu di Indonesia, marilah kita ikuti uraian selandjutnja. Adapun berdjenis-djenis kurikulum itu pada umumnja dapat digolong-golongkan atas tiga golongan setjara teoritis. Dalam praktek sesungguhnja sukar dibedakan, namuu dapat dilihat tjiri dan sifatn jas P e rta m a : '’Separate Su bject Curriculum” , jaitu kurikulum jang terdiri atas m atapeladjaran-m atapeladjaran jang terpisahpisah. Kedua t "C orrelated Curriculum”, jaitu kurikulum jang terdiri atas m atapeladjaran-m atapeladjaran jang dihubungkan. K e tig a : "Integrated Curriculum", jaitu kurikulum jang terdjadi dari banjak matapeladjaran jang dipadukan dan dihubung kan dengan kehidupan anak jang sebenarnja. 6) A kan memperkatakan " kebaikan dan kekurangan dari pada djenis-djenis kurikulum ini bukan disini tempatnja. Kita hanja akan inemerlukan sedikit pendjelasan. D jenis kurikulum pertama ialah jang sudah terpakai berabadabad lam anja diseluruh dunia. D i Indonesia masih djenis inilah jang kita gunakan. Tiap-tiap matapeladjaran diadjarkan tersendiri. Bahkan walaupun inatapeladjaran-m atapeladjaran itu mempunjai hubungan sangat erat, seperti ilmu bumi dan sedjarah, ilmu tubuh manusia dan ilmu binatang serta ilmu tumbuh-tumbühan dan ilmu kesehatan. ®)
S . N aaatiou, ha)- 31 •
.Asas-asas
C urriculum , Baloi
Pendidiknn
Guru
Bandung,
sanpa
anaLi
tahun,
W alau p u n tidak kita Jandjutkan uraian tentang djenis kurikuhim pcrtam a inir agaknja sudah dapat kita m enerima pcrkataan orang, bahw a djenis kurikulum ini san g at ban jak kelem ahannja. D an karena sangat banjak kelem ahannja itu timbullah djenis kurikulum baru, sebagai hasil pentjarian para ahli didik jang tidak puas, jaitu "C orrelated Curriculum” . D engan djenis ini m isalnja orang mengadjarkan. m atapeladjaran-m atapeladjaran tersebut di atas setjara berhubungan. Selandjutnja dalam usaha m ereka diperolehnja tjara jan g iebih modern dewasa ini ; "In teg rated Curriculum , jaitu djenit- kuri kulum jang memadukan segala m atapeladjaran jang berfaedah untuk kehidupan murid-murid dalam m asjarakat. Kurikulum djenis kedua dan ketiga ini di Indonesia masih berupa sesuatu jang ditjita-tjitak an. D an niaklumlah kita, bahw a pintu masuk bagi peïadjaran sandiw ara kedalam kurikulum se^ kolah-sekolah di Indonesia masih tertutup. K aren a selain persoaian kurikulum jang m engakibatkan penganak-tirian medium sandiwara ini, adalah djuga m asalah kurangnja pengertian tcn tang m atapeladjaran-m atapeladjaran ekspresif dikalangan pendidik merupakan faktor pengalang jang besar. Sandiw ara di Indonesia hanja baru ada satu djenis. jaitu sandiwara m asjarakat umum. Inipun masih berbeda dengan pe ngertian m asjarakat umum di Am erika. D i Indonesia seben arn ja sandiwara itu baru merupakan usaha segolongan k etjil, jakni para seniman dan penggemar. D i A m erika, selain berupa usaha seni dan pendidikan, sandiwara itu ada jang berupa u saha perdagangan (commercial th eater). 7 ) Sudah kita ketahui, bahwa di Am erika, sandiw ara sekolah mula-mula tumbuh dari usaha sekolah-sekolah, baik S .D . mattpun S .M . pada waktu-waktu kenaikan kelas atau w aktu perpisahan bagi anak-anak murid jang telah tam at. D i Indonesia bag aim ana ? A m at sangat djarang sekolah jang memikirkan hal ini. B a ik dikota-kota besar maupun dikota-kota kètjil. D jika ada sekolah jang bcroleh djuralah persen murid jang lulus ttdjian «igak besar. 7)
Samuel !• H uac and Lois M , Foster,
cit.. fial. 5.
lalu mengadakan perajaan sckolah dengan pertundjukan san diwara, itu suatu hal kcbetulan. A rtinja pada waktu itu ada guru jang mempunjai minat terhadap sandiwara dan bersedia membimbing anak-anak murid mengusahakan pertundjukan sandiwara tersebut. D an minat itu sadja sebenarnja belum tjukup. M asih ada sja rat-sjarat lain jang harus dipenuhi, terutama soal biaja. W alaupun djika dipikir, sebenarnja soal biaja ini tidak berapa sulit diperoleh. Orang-tua murid-murid tentulah suka membantu, asal sadja para pendidik suka berusaha dengan penuh pengertian kearah ini. Pengertian inilah jang sukar didapat; dikalangan pen didik dan terutama dikalangan m asjarkat jang diharapkan bantuannja. Pada umumnja orang masih menganggap soal pementasan sandiw ara oleh sekolah itu sesuatu jang mewah. Kurang orang jang memahami faedahnja. A kibat dari pada kekurangan pengertian tersebut ialah penga djaran sandiwara disekolah, dihadapi seperti tjara menghadapi tjabang peladjaran sastra la in n ja : roman, novel atau tjerpen. Disuruh murid-murid membatjanja atau guru jang m entjeriterakan isi sandiwara-sandiwara itu. T ja ra demikian pun sudah lumajan. Sebenarnja, djika dipahami sungguh-sungguh akan tudjuan sandiw ara itu ditulis, ialah untuk dipcntaskan, maka tjara se perti ini dalam pengadjaran sandiwara belumlah dapat dikatakan "m engad jar". T a p i sudah kita ketahui djuga, bahwa selama pendidikan di Indonesia menganut kurikulum kuno tersebut, sangat kurang waktu bagi para pengadjar untuk memperhatikan bagian-bagian peladjaran jang biasanja tidak muntjul dalam sistem udjian. D e mikianlah nasib peladjaran sandiwara disekolah-sekolah kita di Indonesia. Pertanjaan-pertanjaan jang mengenai sandiwara dalam udjian, baru dalam tiga tahun adjaran jang terachir ini muntjul dengan segala kelemahannja. Sekaii lagi akan kita hadapi udjian S .M . G a ja Lama. Sesudah ini akan kita hadapi udjian S.M . G aja Baru. Bagaim ana kelak sistem udjian itu masih merupakan persoalan besar. K ita nantikan dan kita lihat kelak.
S.M . Gaja 3a m jang mulai pada tahun adjara» 1962/1963 mi sudah membuka pintu masuk bagi peladjaran sandiwara. Hari Krida dan djam-djam untuk matapeladjaran-matapeladjaran prakarja sudah discdiakan. Tinggal lagi perhatian, minat dan pengertian jang sungguh-sungguh dari para pendidik jang kini kita harapkan. Para pendidik hendaklah berusaha memperoleh pengetahuan jang tjukup mengenai matapeladjaran sandiwara. Para pendidik lepasan I.K.I.P. sebagai sardjana atau sardjana muda; chususnja dari Djurusan Ilmu Bahasa dan Sastra Indonesia, hen daklah sudah membawa bekal pengetahuan jang tjukup tentang seluk-beluk kesandiwaraan, terutama kepahaman mengenai haki kat sandiwara itu sebagai medium pendidikan dan pengadjaran jang baik sekali. Djika paham ini sudah mereka miliki, tinggaJ lagi kita harapkan dari mereka itu "kemauan jang keras dan ketabahan” menghadapi persoalan ini. Dalam negara kita dewasa ini sesungguhnja mereka masih harus menghadapi bermatjamffiatjam kesulitan. Hal itu sudah saja alami sendiri. Pada tahun adjaran 1963/1964 sudah saja m int* kesem patas ke-pstls S .M .A . "Ncgeri X D jakarta, untuk mengadjarkan sandiwara sebagai matapeladjaran prakarja. Sebagai bekas guru tetap dari S.M .A. ini, jang dikenal benar oleh Kepala Sekolah, diperken an kan n ja]ah keinginan saja itu. • Dalam praktek disekolah tersebut, saja temui minat besar dan para peladjar. Dari antara peladjar sedjumlah 250 orang, jang memilih peladjaran sandiwara ada 82 orang. Selebihnja mezzulih peladjaran-peladjaran prakarja la i n : Seni-musik. D jurnalistik, "Home Economic” dan P .P .P .K . Kesulitan-kesulitan jang saja hadapi antaranja : buku-buku sandiwara dalam daftar Rentjana Peladjaran, hanja ada satu, duu matjam jang tersedia dan bukan seperangkat, melainkan hanja sebuah, dua buah. S a ja kutipkan disini buku-buku te rs e b u t: Kelae I, Tjaturw ulan
1: II i
................................................................ 1. D ari A ve M aria ke Djalejn Lain ke Rom a (kumpulan tjerpen dan sebuah sandi-
K elas II, Tjaturw ulan (Kelom pok D asar)
w a rs s ‘'K ed jahataiï M em balas D en d am "), karangan Idrus. 2. A w al dan M ira, karangan U .T . Sontani. m : 3. T au fari diatas A sia, kara ngan El-H akim . 1-• ................................................................ 11 = ............................................................... il l : 4. Sedih dan Gem bira, kara ngan Usm ar Ismail.
Kelas IU t Tjaturw ulan
1 = ................................................................ II : 3.* T au fan diatas Asia, kara ngan El-H akim . 3. Bunga Rumah M akan, k«ngan U .T . Sontani. 1.£ D ari A v c M aria ke D jalaa L ain ke RomS; karangan Idrus. I l l : ........................................................ .
K elas II, Tjaturw ulan (Kelom pok Chusus B u d ajai
I = ............................................................... I I : ............................................................... ^ ; ........ ...................................*.................. Buku-buku tam bahan wadjib dibatja; buku sandiwara ialah : 2 * A w al dan M ira, karangan
K elas III, Tjaturw ulan (Kelom pok Chusus B u d aja)
1: II : HI :
'
Dua kftlf tefscbtii
U .T . Sontani. ............................................................... ............................................................... ............................................................... Buku-buku tambahan wadjib dibatja; buku sandiwara ialah : 6. Bebasari, karangan Rustara Effendi.
Kelas II, Tjatunvulan I : .................................................................... {Kelompok Chusus I I : ................................................................ . Sosial) H I : ................................................................... Buku-buku tambahan w adjib dibatja; buku sandiwara ialah t 7. D jinak-djinak M erpati, karangan Armijn Pane. Kelas III, Tjaturwulan I : ....................................................................... (Kelompok Chusus I I : ................‘................... .......................... Sosial) HI : ................................................................ Buku-buku tambahan w adjib dibatja; buku sandiwara ialah : 8. K cretakan dan K eteg ang an, (kumpulan tjerpen dan tiga buah sandiw ara : '’K e luarga Raden S astro ”, ”P a kaian dan kepalsuan” dan Kepuntjak Kesepian” ), k a rangan A. K arta M ih ardja. 8) Selain kekurangan buku-buku tersebut, djuga bantuan dari guiu-guru lain tidak saja peroleh, sehingga saja hanja bergerak sendirian; peralatan seperti mesin tik dan raesin stensil tidak ada: paia peladjar jang disuruh berusaha, kekurangan daja beli meng hadapi harga memuntjak serta adanja bahan-bahan dalam m asjarakat memang kurang sekaii. M aka memuntjaklah kesulitan, jaitu me.npertahankan minat anak-anak peladjar itu. Peladjaran teori kurang menarik hati mereka. Jang menarik bagi mereka ialah peladjaran praktek. Djelaslah bagi kita, bahwa djika peladjaran sandiwara masih dilaksanakan oleh- guru-guru disekolah-sekolah di Indonesia, se perti tjara mereka jang saja uraikan diatas, sedang guru-guru jang akan datang dengan bekal pengetahuan tjukup tentang m ataS)
HCusan p«ndi
p e ïa d ja ra n m i kurang kuat kem auan dan kefcabahan m ereka, entah b e ra p a puJuh tahun lagi n egara kita k etin gg alan dalam m em perg u n akan medium pendidikan dan pen gad jaran ini. P intu jan g .sudah dibu kakan tidak hendak dimasuki. S a ja b erh arap -h arap , djangan sam pai k ita p ara pendidik b ertin g k ah -lak u dengan latar-belak an g d jiw a k an ak -k an ak ; m end jenguk dipintu, tetapi bila disilakan raasuk, m alah la ri m engh indorkan diri. 2.
F u n g si P en g ad jaran S an d iw ara di S ek o la h
B a ra n g sesuatu mempunjai fungsi pada tem pat dan m asanja. F u n g si itu m ula-mula tidak ada. Lalu ada. Kem udian hilang, m eninggalkan. b aran g sesuatu jan g berfungsi itu. S eo ra n g pegaw ai pem erintah m isalnja, m ula-m ula tidak b e rfungsi p ad a sesuatu djaw atan, m aka dia tidak mempunjai arti ap a -a p a bag i djaw atan tersebut. Lalu pada suatu w aktu djaw atan m em erlukan dia dan sesuai dengan k ead aann ja diterim anja fungsin ja pada d jaw atan tersebut. D ilak san ak an n ja fu ngsinja itu. F u n g sin ja itu dapat hilang pada w aktu jan g tak tertentu. M is a l n ja k a re n a dia tidak betah bek erd ja dalam djaw atan tersebut, lalu m inta berh enti. A tau fungsinja itu dapat hilang djuga, k a ren a d ia diritul atau oleh seb ab -seb ab lain. Fungsi itu dapat h ilang pula pada w aktu tertentu, jaitu sebelum pegaw ai itu men inggal dunia, sudah dapat m endjalani m asa pensiunnja. A k an fungsi pen gad jaran sandiw ara dalam pendidikan, b a g aim ana ? P endidikan seb cn arn ja sama sekali tidak sam a de n gan d ja w a ta n . D jaw atan Pendidikan ialah alat pendidikan. D ja w a ta n d iberi fungsi oleh pendidikan. Fu n gsin ja itu ialah m engatur, m engkoordinasikan. D jaw atan Pendidikan memberi, m em bagi-bagi fungsi kepada m anusia-m anusia dalam lapangan pendidikan; pegaw ai-pegaw ai. guru-guru dan sebagain ja. M a nusia-m anusia ini dapat sad ar atau tidak sad ar akan fungsinja itu. S am a h a ln ja dengan manusia laki-Iaki, jan g oleh T u h an dib cri djuga buah dada. Apo fungsi buah dada itu bagi manusia
I e ki-iafcj, sg a k n ja sangat kurang m anusia ja n g m enjadarinja, B a g i senim an pelukis, barangkali ini sangat penting artin ja. A d ak alan ja Tuhan berusaha m em bangkitkan kesad aran pada m anusia, m isalnja dengan m entjiptakan m anusia berd jari =enam. M a k a ada manusia jan g san g at sad ar akan h ak ik at tjip taan ini. T e ta p i ada djuga manusia jan g m alah m endjadi bingung dan ada jan g tidak mau pusing dengan k enjataan ini, lalu bersikap atjuh ta k atjuh. Dem ikian agaknja kias pengadjaran sandiw ara dalam dunia pendidikan. Pendidikan adalah satu segi kehidupan m anusia. Pendidikan dalam arti seluas-luasnja sudah ada sem endjak m a nusia ada didunia ini. Sem endjak Adam dan H aw a. • — B a ra n g kali hal ini hanja dapat dipahami dan diterim a oleh manusia iang pertjaja (b erim an ). M enurut riw ajat para N abi, sem endjak Adam dan H aw a ditjfptakan, b an gsa M alaik at dan ban gsa Iblispun sudah ada. T u h an m em erintahkan kepada m alaikat dan iblis, supaja sudjud member! horm at kepada Adam. M ula-m ula m alaikat ragu-ragu , Scdang iblis sama sekali tak menurut perïntah T u h an . Lalu T u han m engadjari Adam tentang nam a-nam a benda. Sesu d ah itu dipenntahkan, supaja m alaikat m enerangkan nam a-nam a * benda itu. M alaikat tak dapat raenerangkannja. M a k a Adam diperintahkan oleh Tuhan. D an Adampun m enerangkan nam a-nam a benda itu. D engan demikian sadarlah m alaikat, bahw a m ereka tak mengetahui' apa-apa, ketjuali apa jan g telah d iad jarkan T u han kepadanja. M erekapun m enjem bahlah kepada Adam . ° ) A kan iblis, keras sungguh hati m ereka, tak djuga menurut perintah T u h an. K arena itu mereka dikutuki T u h an dan diusir dari surga. M ereka keluar dan tetap m enantang dengan som bong : B aiklah, kami keluar dari sjurga, tetapi djika T u h a n m eJam batkan usia kami hingga hari Kiam at, m aka pastilah ku~ katjau dan kusesatkan anak-tjutju-turunan Adam a.s., ketjuali
3)
lQf
Mahoiud Junus, Tafuir Q oran Karfm, faal. 239 (Stirat A l-I s r a n , a ia t 6 1 ) A RafarV' R iw a ja t 35 N a h i-n o b i, T iro u n M a o , D ja k a r t a , 1 9 5 5 , h a l. 8 ,
s e d ik it' sèkali jang tak dapat kubinasakaa, jaitu ihcreka jan g teguh imannja kepada Tu han, sebab m ereka inilah jangdipeliharakan dan diperlindungi T u h an. l0 ) D jan d ji ini sungguh-sungguh dilaksanakan ibiis, mulai de~ ngan memperdajakan Adam dan Hawa, lalu Q abil (turunan' Adam dan H aw a jang- pertam a) jang membunuh saudaranja. H abil. A tas kuasa Tuhan, Q abil beroleh didikan, jaitu tjontoh jang diperlihatkan oleh seekor burung gagak jang raentjakar-tjakar tanah hingga berlubang besar. Q abil meniru menggali kubur untuk m ajat H abil, lalu Habilpun dikuburkannjalah. n ) D em ikian seterusnja ibiis senantiasa berusaha memperdaja kan manusia, sampai pada saat ini. Barang siapa tidak pertjaja, sésungguhnja dia sudah dalam genggaman tangan ibiis. Inilah hakikat kekatjauan dikalangan manusia didunia. Dunia pendidikan sangat takut akan hal ini. Dan ini pulalah agaknja salah satu sebab besar, mengapa seni-pornografi ditolak mentah-mentah da ri dunia pendidikan. Ibiis sangat kuat pengaruhnja, sedang jang dididik, ialah manusia-manusia jang belum mempunjai pertahanan kuat atau sama sekaii belum mempunjai pertahanan terhadap pengarüh ibiis itu. A gak n ja uraian diatas belum berapa djelas. S a ja tambahi sedikit lagi. U nsur-unsur pendidikan sudah ada sedjak Adam dan Hawa. Didalam dunia pendidikan, pendidik harus mempunjai kelebihan atas orang jang dididik. Pendidik harus disegani anak-didik. Harus mempunjai sesuatu jang menarik perhatian anak-didik. Adam se bagai manusia pertama didunia, langsung memperoleh unsur jang penting ini dari Tuhan. Demikian djuga para N abi dan Rasul sesudah Adam a.s. sampai kepada Isa a.s. dan Muhammad s.a.w. Bagi para N abi dan Rasul unsur penting ini disebut "mukdjizat .
nM . Mahmud. Junus, op. A . Bahry. op. c it.. - Mahmud J usub. op. A . Bahry. op- cit.,
c it., hal. c it.. hal.
ajat 62. 9. hah 93. (Surat Af-Muioah. ajat 27--3Ï)15-17.
Adakah kepada manusia biasa seperti kita ini ciiberi Tuhan djuga unsur sedjenis itu ? Saja kira ada. T ap i hanja jang berkwalitas paling rendah, Dan manusia jang mempunjai unsur jang demikian itu kita bcri djulukan "berdjiw a besar” . Dalam dunia pendidikan, orang-orang seperti itu oleh orang Belanda dikata kan : mempunjai "gezag”. Kita bangsa Indonesia mengatakan : mempunjai "perbawa” (Sanskerta : prabhaw a). Dan perbawa mi pada manusia djuga bertingkat-tingkat; ada jang besar dan ada jang ketjil serta ada jang paling kerdil. Pemiliknja jang terachir ini, kita tjap ’’berdjiwa kerdil” . Pada benda-benda dan hal atau kcadaan orang pertjaja djuga tentang adanja unsur penting jang menarik ini, tapi dalam hal ini orang tak mempunjai atau belum mempunjai nam anja atau istilahnja. Dikatakan orang misalnja : matapeladjaran itu menarik hati benar; peristiwa itu menarik hati benar; seni-sandiw ara itu menarik minat sungguh-sungguh. Dan jang terachir ini mernang sungguh djelas. Pada pasal satu bab III ini sudah saja tjeritakan tentang minat anak-anak murid S.M .A . N egeri X . D juga saja djumpai minat besar sekali pada anak-anak murid S .M .A . 17 Agustus 1945, Djakarta. Disini tak ada djam prakarja, tapi saja dapat djuga mendjalinkan peïadjaran sandiwara kedalam peladjaran bahasa Indonesia atau sebaliknja mendjalinkan peïadjaran bahasa Indonesia kedalam peïadjaran sandiwara. Selan d ju tnja saja jakin benar, bahwa dimana-mana minat murid-murid terh a dap peïadjaran sandiwara itu tentulah besar. Dan dengan demikian, berani saja berkata : ’’Fungsi pertam a dan utama pengadjaran sandiwara disekolah ialah meraenuhi mi nat anak-anak murid. Memberi santapan batin m urid-m urid” .. Dan karena batin murid-murid itu menganga ingin bersantap, m aka fungsi pengadjaran sandiwara itu mendjadi sangat ruw et. Keruwetan i'ang sangat baik dan indah. Keruwetan fungsi ini diladeni dengan sangat senang hati oleh pengadjaran sandiw ara. Karena memang demikian watak, hakikat sandiw ara itu. jan g disauk dan bangkit dari konflik-konflik dalam m asjarakat. Tentang minat anak-anak murid itu baiklah disini kita pan dang dan kita terima setjara umum sadja. K arena djika diperbin-
fcjangkan satu demi satu, akan sangat pandjang dan luas uraiaiidisini. D alam dunia pendidikan modern para pendidik berusaha m eladeni m inat itu setjara keseluruhan. M ereka hendak melepaskan djenis ’’Separate Subject Curriculum” dan mulai mempergunakan ’’Correlated Curriculum” serta selandjutnja hendak m enggunakan ’’Integrated Curriculum” . Tudjuan mula-mula ialah hendak memberikan kepada murid-murid pengalaman-pengalaman jan g ada sangkut-pautnja.' A rtinja m atapeladjaran-m atapeladjaran jang mempunjai sangkut-pautnja dikelompokkan mendjadi satu, s e p e rti: ’’language arts” (kelompok bah asa), ’’social stu d ies” (kelom pok ilmu kem asjarakatan), "mathem atics science” (kelom pok ilmu pasti dan pengetahuan aiam) dan "aesth etics” (kelom pok kesen ian ). Ini dilaksanakan dalam ’’Correlated Curriculum1' dan disebut : organisasi pengadjaran setjara "fusion” atau "b ro a d fields” . Dalam kelompok kesenian djelas sudah termasuk seni-sandiw ara. D isini sudah dapat kita bajangkan, bahwa fungsi penga djaran sandiw ara dilaksanakan disekolah. T a p i pertanjaan segera timbul : ’’Apakah seni-sandiw ara itu hanja berfungsi dalam ke lompok seni sadja ?” D jaw abnja tidak .sukar ditjari, ialah : ”T idak’\ Seni-sandiw ara tidak dapat dibatasi, dikungkung dalam kelompok seni-seni-sandiw ara tidak puas hanja berfungsi dalam kelompok. K ita ikuti seterusnja djalan usaha para pendidik. Para pen didik p ro g resif belum djuga puas. M ereka mengatakan, bahwa pada h akikatn ja ’’Separate Subject Curriculum” dan ’’Correlated Curriculum ” keduanja sama, mempunjai kelemahan jang bersam aan, m isalnja, kurikulum ini tidak mempergunakan bahan pel ad jaran jan g langsung bertalian dengan kebutuhan dan minat an ak serta dengan niasalah-masalah jang hangat jang dihadapi murid dalam kehidupannja sehari-hari. M a k a ditjiptakanlah "Integrated Curriculum”. Dengan ini se gala pem isahan dalam bermatjam-matjam matapeladjaran dihapuskan. Bahan peladjaran disusun sekitar aktivitas-aktivitas anak, kebutuhan anak atau lapangan-lapangan hidup sosial: ’’Integrated
Currteulum” jang disusun berdasarkan aktivitas anak disebut "chiidcentered curriculum’'. Jang didasarkan atas lapangan-la-v pangan hidup disebut "sosial-functiona curriculum”. Jang dida* sarkan atas kebutuhan dan minat anak disebut "life curriculum . Jang terachir ini adalah kurikulum jang ekstrim, artin ja tanpa rentjana peladjaran. Jang akan dipeladjari timbul dari situasi jang dihadapi anak-anak. Jang mula-mula mengemukakan pendirian ini ialah J.J. Rousseau. Adapun lapangan-lapangan hidup jang utama, ialah : 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) 10)
Memelihara sumber kekajaan alam dan manusia. Produksi, distribusi dan konsumsi barang dan djasa. Transport manusia dan barang-barang. Rekreasi (pemakaian waktu senggang). Ekspresi perasaan, keindahan dan keagamaan. Pendidikan dan perluasan pengetahuan. Kerdja-sama dalam Iingkungan sosial dan kenegaraan. M atapentjaharian dan mengatur kehidupan sehari-hariKehidupan dalam rumah-tangga. Koraunikasi, hubungan dengan orang-orang lain.
Integrated Curriculum merupakan suatu keseluruhan dan menjadjikan peladjaran dalam bentuk keseluruhan. Tudjuan utama jang hendak ditjapai ialah ’ manusia berpribadi jang bulat, jang selaras hidupnja dengan sekitarnja;, tingkah-lakunja harmonis dan tidak berbentrokan dengan situasi-situasi jang dihadapinja dalam hi dupnj a^ Apa jang diadjarkan disekolah disesuaikan dengan kehidupan anak diluar sekolah. Peladjaran itu membantu anak dalam menghadapi masalah-masalah kehidupan dirumah. 1 2 ) Kalau diatas diterakan 10 lapangan hidup jang utama, tentulah tidak ada keberatannja, djika orang hendak menambah lagi. Tapi untuk diperbintjangkan, agaknja sudah tjukup jang 10 itu. Barangkali ada orang jang menindjau hal ini setjara dangkal dan bertanja. misalnja : Bagaimana pengadjaran sandiw ara da^ pat berfungsi dalam kesepuluh lapangan hidup itu ?" Sudah saja S •NmaatJon. op. elf., h * h 35-J f
m
d je la sk a n d ju g a diatas, bahw a pandangan k ita daïam h a! ini iaïals s e tja ra umum. Ini bukanlah b erarti, bahw a s a ja hendak m engelakk an pengu raian setjara terperintji, k aren a hal itu tid ak dapat atau sulit, B u kan ! S a ja n jatak an . pekerdjaan itu m udah sekali. B ag i orang jan g sukar m engerti, tak m engapa, s a ja lampaui b atas pendirian s a ja semula, namun masih tetap sifa tn ja jan g umum. s ifa t keseluruhan. F u n g si p engad jaran sandiw ara dalam kesepuluh lapangan hidup itu, ja n g ag ak sukar dipahami, baran gkali adalah dalam la p a n g a n : "m em elihara sum ber k ekajaan alam dan manusia” . F u n g si pen gad jaran sandiw ara dalam la p a n g a n : "E k sp resi pe~ ra sa a n , keindahan dan keagam aan” djelas sekali. U ra ia n setjara umum mulai dari aw al k aran g an ini sampai pada bagian terach ir ini sudah lebih dari pada tjukup m endjelaskan hal itu. Pendidikan k eagam aan , lebih d je la s : pendidikan k e-T u h an -an , sudah saja d jad ik an Jandasan pem bahasan dalam pasal ini pula. T en tan g k eindahan dan rasa keindahan tibalah gilirann ja pula kini diturutsertak an . K ein d ahan adalah salah satu a la t bag i iblis untuk m enjesatkan m anusia. Sud ah saja uraikan dengan singkat tentang Q abil membunuh H abil. M e n q a p a Q a b il membunuh H abil, sa u d a ra n ja ? K arena god aan iblis, ja n g m em bisik-bisikkan kedalam kalbunja, supaja dia m erebut Iqlim an jan g am at tjantik. W alau p u n oleh ajah n ja, nabi A dam , Q a b il hendak dihikahkan dengan Labud, jakn i saudarakem bar. H ab il, k aren a dem ikian perintah T u h an , namun Q abil m enentang aja h n ja. Seb alik n ja H abil menurut kehendak ajahnja, jan g m enikah kann ja dengan Iqlim an, jaitu saudara-kem bar Q abil. Q a b il ta k mau m enikahi Labud jan g djelek, tetapi hendak men ik ah i Iqlim an, saud ara-kem barn ja jan g am at tjantik. Adam men eran g k an kepada Q ab il, bahw a T u h an m elarang orang me nikahi sau d a ra n ja sendiri. — M enurut paham kita sekarang, keem pat a n a k Adam dan H aw a itu ialah saudara sekandung. T u h a n telah m elaksanakan k eh en d ak -N ja. Jaitu saudara-kem barlah ja n g tid ak boleh saling m enikah, sedang jang tidak kem bar pada m ass inula m anusia itu dibolehkan nikah.
M anusia clan alam pada lahirnja mempunjai persamaaivpèrsamaan. Oleh karena itu -ada orang jang berpendapat (ter utama penganut materialisme ekstrim ), bahw a manusia adalah atam djuga. 13) Ja, djika pendapat ini hanja terbatas pada keadaan lahiriah sadja, maka dapatlah kita terima. D an atas dasar lahiriah ini dapat /kita berkata, bahwa manusia adalah sumber kekajaan alam. Sumber kekajaan alam ini harus dipelihara. Dengan pengadjaran sandiwara diusahakan sampai anakanak memiliki dalam dirinja perasaan halus jang dapat mematerikan sifat-sifat mulia; mengagumi, menghargai keindahan. D ju ga sandiwara dapat mematerikan rasa keagamaan atau rasa keTuhan-an kedalam batin anak-anak. M aka dalam diri anak-anak berpadulah rasa keindahan dan rasa ke-Tuhan-an. Kalau sudah demikian', tinggal lagi kwalitas watak anak-anak itu dan kehendak. TuHan pula jang berbitjara. Apakah dari antara mereka a4can masih muntjul kenjataan-kenjataan seperti dalam raasa-kedjam mereka. usia \2 tahun kebawah, menjakiti binatang, djuga mamisi'a, inerusak-binasakan tumbuh-tumbuhan dan sebagainja, 14) h'al itu seolah-olah sudah diluar kuasa pendidikan; disekolah maupun diluar sekolah. Judas Iscariot, satu dari antara 12 orang murid Jesus jang terpilih oleh Jesus sendiri (Jesus atau nabi Isa al-M'as'efi) pada achirnja tertipu djuga oleh ibiis. D engan 3 0 ke~ ping wang perak Judas Iscariot tunduk kepada musuh-musuh Jesus. Sedemikian taat dan patuhnja kepada adjaran Jesus jang terpentingj, jaitu, bahwa manusia harus tjinta dan pertjaja kepada sesamanja,, berkat didikan Jesus jang sudah terpateri kedalam kalbunja, sehingga ketika Jesus sudah dalam kerumunan musuhmusuhnja, jang berteriak-teriak dengan ganas dan bengisnja, Ju das Iscariot tak sanggup menundjukkan Jesus dengan tjara jang biasa. Tetapi karena desakan ibiis jang menimang-nimang pun^ di-pundi berisi 30 keping wang perak didepannja, ach irn ja de*n9 a.n perlahan-lahan Judas mendekati Jesus, lain mentjiumnja.
**)
I .R . Pocdjaw jjatü*, P c m b i m b i n g k e a r t J i A tam M . C r ija a dan Reksoslswojo. TiW /ua* dcUm itma
faal. 100- 101.
djiwa ft4n*k'*n&k- %®!-
99*102-
T a h u la h musuh-musuh Jesu s, b ah w a ja n g ditjium Ju das itulah Jesu s. Jesuspun ditangkaplah dan kem udian disalib. 15) Kifca tid a k pesim is dengan k ed jad ian -k ed jad ian seperti pen ja lib a n Jesu s itu. K aren a itu kehendak T u h a n . M a la h semakin-' ja k in k ita, bah w a pendidikan k e -T u h a n -a n , kesen ian dari se~ d je n isn ja d ap at mexnbimbing an ak-an ak -d id ik k earah pem elihara a n k e k a ja a n alam dan m anusia. A d jaran sem ua agam a ialah ’’m en tjin tai sesam a m achlu k". D e n g a n u raian singkat d iatas ini sa ja m erasa tak perlu lagi m en eran g k an fungsi pen gad jaran sandiw ara disekolah berhu b u n g an dengan lapan gan hidup lain itu. K aren a dengan ini sadja sudah d je las sekali. W a la u p u n uraian sa ja lebih b ersifa t niskala. K en isk a la a n ini seb ab n ja ialah k aren a dalam prak tek p en gad jaran san d iw ara d isek olah -sek olah , dalam arti sesungguhnja di Indo n esia belum ada. K ita alih k an uraian kepada h al-h al jan g b ersifa t sakala. B a h k a n am at sak ala. S eb a b jan g k elak sa ja uraikan dibaw ah ini ialah fungsi pen gad jaran sand iw ara ja n g sa ja prak tek kan sen d iri d isek olah : b aik sekolah g a ja lam a, maupun sekolah gaja baru. S u d a h s a ja k atak an didepan, b ah w a di S .M .P . tak ad a pela d ja ra n san d iw ara. Sungguhpun dem ikian, sew aktu sa ja djadi guru S .M .P . sed jak tahun 1952, s a ja sudah m em asukkan peng a d ja ra n san d iw ara in! dengan tja r a m endjalin kann ja kédalam p ela d ja ra n b a h a sa Indonesia. Ja n g ak an s a ja ben tangkan disini ialah p ra k tek s a ja a n tara tahun 1957 sam pai dengan tahun 1960 di S .M .P . N e g e ri 1 Sem arang . D jad i, S .M .P . G a ja Lam a. D alam bukti-buku p elad jaran b ah asa Indonesia kad ang-kad ang a d a satu atau dua halam an kutipan dialog sandiw ara. In i sam a se k a li ta k m em uaskan. B ah k an ad ak alan ja hanja m erupak a n b a tja a n b ia sa jan g tak b erisi. S eb a lik n ja ada sa ja temui da lam buku-buku b a tja a n . fragm en-fragraen jan g dram atis sekali G ilbert H lg h et. S e n i M e n d ld lk I I , hal. 38. R .R .I . D jak arta. J u d a s I s c a r i o t , aandiw ara-radlo tanggal P a tu t d lln g at, bahw a kejaklnan umat Islam tentang kejak inan nmat K risten . Kejakinan I s la m : Bukan nabi jang diierupakun dengan nabi Isa. T u h aa M asa K u sss
2 7 M aret 1964. tokoh Jang disalib. berbed3 dengaa Isa Jang disalib. melainkan seseorang a ta s segala sesuatunja.
serta berisi pendidikan budi-pekerti. M isalnja tentang "P e sta makan-minum menghormati Christoffe? Columbus” jang baru kem bali dari perdjalanan menemukan benua A m erika. Bagaim ana fungsi pengadjaran sandiwara saja laksanakan dengan bahan ini ? Mula-mula anak-anak membatja dalam hati. Selesai. Lalu saja timbulkan "inter-action” . S a ja masukkan dir* saja keantara murid-murid. Antara saja dengan murid-murid berlangsung tanjad ja w a b : "T jerita tentang apa ?” Christoffel Columbus menemu kan benua Amerika. Seterusnja tanja-djaw ab berpindah-pindah; kepada tuan rumah jang mengadakan pesta, tamu-tamu jang menjambut dengan pidato; tamu jang mengagungkan Columbus, tamu jang iri-hati serta sèmua tingkah-laku dan utjapan-utjapan mereka. Dengan "inter-action” ini sudah anak-anak miliki tokohtokoh tjerita. susunan atau urutan tjerita, tingkah-Iaky tokohtokoh tjerita. Selandjutnja saja djelaskan pola sandiwara kepada anak-, anak. Tjontohnja saja beri sebagai eksposisi sandiwara, sesudah itu "action” . Saja tulis dipapan-tulis dengan sambil berdialog dengan anak-anak, djudul : ’'Christoffel Colurabus” . D ibaw ah djudul dalam kurung ( ) beberapa pendjelasan singkat. seperti lazim bentuk sandiwara. Kemudian saja tulis sebelah kiri dibawah djudul, nama tokoh jang mula-mula sekali berbitjara, dibatasi titik-dua, lalu pendjelasan singkat dalam kurung. M enjusul utjapan-utjapan tokoh tersebut. ïni sèmua ditulis setelah berniupakat dengan murid-murid. Seterusnja murid-muridlah jan g ha rus tampil dan menulis dipapan. Saja hanja membimbing d en g a n ' mengadjukan pertanjaan-pertanjaan. Dalam situasi ini suasana kelas djadi sangat hidup. Selesai pekerdjaan menjnsun sandiwara, ïalu anak-anak mem batja sandiwara itu, jaitu setelah saja tentukan peranan-peranan mereka masing-masing. Batjaan selesai. Sandiwara jang sudah tcrbentuk ini dipertimbangkan lagi bersama-sama. Jang terasa djanggal diperbaiki. Selesai. Nah, anak-anak m entjatat dalam kitab tulis mereka. Sekali lagi dibatja seperti tadi. Selesai. Satu atau dua djarn peïadjaran habis. Didjandjikan nanti pada dj'am m
p ela d ja ra n ja n g -akan datang d ip raktekkan. A n ak -an ak m enghafai d an m elatih d iri diluar sekolah atau airum ah. T ib a la h w aktu jan g didjandjikan. A n ak -an ak mulai m ementask an san d iw ara gubahan m ereka sendiri. H eb at djuga. A n ak a n a k puas, s a ja lebih-lebih lagi puas. .Sebab ? S eb ag ian dari pada fungsi p en g ad jaran disekolah sudah sa ja lak san ak an dengan baik. U n tu k m elaksanakan pekerdjaan sem atjam ini dengan bahan lain ja n g ak an d atang, an ak -an ak sudah s a ja b eri pengalam an. M e re k a tid ak m erasakan kesulitan lagi. L ebih-lebih lagi saja sen diri. B erlan g su n g itu, m isalnja dengan fragm en : "D jen d era l W a sh in g to n ", jan g san g at baik hati terhadap para pradjurit. Pada suatu k etik a D jen d ral W a sh in g to n menumpang kuda dengan p ak aian prem an. D item uinja seregu pradjurit jan g sedang m em unggah b atan g k aju jan g b esa r dan b era t sekali. D en gan segala k ek u atan p a ra p rad ju rit itu berusaha, tapi batan g kaju itu tak d ju ga te ra n g k a t untuk diangkut-, dipindahkan ketem pat lain. K o pral m ereka m em bentak-ben tak dan m em aki-m aki. D jen d ral W a sh in g to n turun d ari kudanja* m embantu p ara pradjurit m engangkat k aju itu. T e ra n g k a tla h kaju itu. L alu D jen d ral W a sh in g to n m enanjakan kepada K opral, mengap a dia h a n ja m em bentak-bentak dan m em aki-m aki sadja, tapi ta k mau m em bantu m engangkat. K opral m en d jaw ab : " S a ja K o pral, m engapa sa ja harus m engan gkat kaju bersam a pradjurit . D e n g a n sinis, D jen d ra l W ash in g ton - m inta m aaf dan memperken alk an diri kepada K o p r a l: " S a ja D jen d ral W ash in g to n , Kepala T e n ta r a Seluruh A m erika. D jik a tuan K opral menemui kesulitan lagi, p an ggillah sa ja , s a ja sedia m em bantu". K op ral itupun san g at putjat oleh terperan djat. Selesai. A n a k -a n a k m enjusun sendiri-sendiri atau bersam a-sam a, berkelom pok dua sam pai em pat orang. S elesai pekerdjaan m ereka, lalu s a ja periksa. S em en tara m ereka b ek erd ja djuga saja datangi kelom pok demi kelom pok. H a sil susunan jan g terbaik didjadikan pola atau pedoman. D ip ra k tek k a n . D u a fragm en jan g sa ja djad ikan tjontoh ini, seperti jang d apat p em b atja b ajan g k an , dalam prakteknja semua an ak dalam
kelas beroleh giliran masing-masing untuk berdialog dan heraksi. Semua anak djadi pemain. Djadi sekaligus anak-anak ada-lah aktor dan aktris serta djadi penonton pula. W alaupun segalanja sudah mereka hajati, sudah mereka nikmati sendiri, tapi kesempatan jang sudah terbentang harus pula diisi. Pendidikan ruhani oleh guru harus ditanamkan benarbenar dengan tjara berdialog pula dengan anak-anak. W a ta k w atak para pelaku dibahas. Anak-anak mengemukakan pandangan dan pendapat mereka. Peïadjaran bahasa In don esia: menjadur, membatja sebenarnja (comprehension), membatja njaring jang lantjar, membatja indah dengan lagu beraneka seperti dalam kehidupan seharihari (intonasi jang tepat), menjusun kalim at-kalim at dengan tcpat dari indah, mempergunakan kata-kata dengan tepat, pendek k a ta : menggunakan bahasa Indonesia jang baik dan dengan baik; tidak kaku. Ada baiknja djika disini saja kiitipkan radjah (gam baran) dari pada asas-asas pengadjaran bahasa menurut pandangan D r. G .]. Nieuwenhuis dalam bukunja H et N ederlands in Indie? jar.g dikutip dan diterdjemahkan oleh T ard jan H adidjaja dalam bukunja A sas-asas Pendidikan Bah asa Ibu bagi A nak D jaw a.
Radjah Pengadjaran Bahasa Penguasaan bahasa I.
Penguasaan Pasif (menambah kajabahasa)
Lapangan bahasa Latihan bahasa A.
B.
mendengarkan (bah. lisan)
membatja (bah. tertulis)
I
1.
latihan mendeugarkau
2.
m em batja 1 m em batja keras J em osionil
3.
m em batja dim. hati
4.
m em batjo tjepat
m em batja memcntingkan Is!)
P engu asaan bahasa
Lapangan bahasa
Latihan bahasa 5. 6.
bcitjakap spontan (keberanian. dau kcinginan)
7. S. 9. IQ.
pembctulan lafot dengan terpimpin. (alat)
latih an m u lu t ....... 1 2 .‘ latih an aksen 13. latih an modulasi 14. latihan pendengaran
'
b.
bertjeloteh _ , latih an b er-tjakap -.. (latihan- v isi) ' dram atis asi ... b e rtjak ap ber-m ain2 tonil-golek b ertam asja, d ilu ar.<. lingkungan sckolali - (schoolw and eling)
11.
15.
A.
bcrtja-
meet*
kajvtja'
kop (bah/ c. lisan)
tak Iaugsung
pcrkaja baha«* sa
20. ' m engapalkan sadjak
Pen yuasa an Aktif (mem pergunakan b a h a sa )
b.
B.
1C)
T a rd ja n H ndldlata 1957 U V 7 .
mcnjustrn karangan a. (bah. tcrtulis)
21..
latih an. idiom
. ..
an (beschrijvingsterm en)
24.
p en aain an untuk
25. 26. 27.
m enjalio sad jak •. latihan meogedja tasrif dan penurtinan kata latihan interpungsi d ikte-tjoba (diktelatihan sebagian pada ÜO. 1)
22. istiJaii- untuk karanglangsung
1h
m em batja disekolali dan dirum ah . 16. . m em batjakaa (oleb gurtf atau murid) 17. . ..bertjerita' ; - - '' • 18. pemb.entukan katjr, 19. pentjèrahan art! ■ b ah asa ; •
23. buku tjatatan
mcagcdja interpungsi (alat)
28.
29.
mengarang spontan (ke beranian dan keinginan) mengarang terikat
P c n d k iik a n
B a h ru *
memperkaja'bahasa
30.
10 m atjam latihan mengarang bebas
31.
peniruan (nav olging), saduran, salinan, ichtisar, ia )
ll>u b * g > ,A n a k
' •
D ia w a .
•
Ganuco ‘
B.mduQ?
Bagian manakah dari pada asas-asas dalam radjah (gambaran) diatas ini jang dalam pengadjaran sandiwara seperti jang Boleh dikata hampir semua bagian sudah
pengadjaran bahasa beluw dilaksanakan saja uraikan diatas 1 atau dapat dilaksa-
nakan. Dengan pengadjaran sandiwara, anak-anak dibawa kedaJam kehidupan masjarakat jang sesungguhnja, jang njata. Fungsi pengadjaran sandiwara disekolah : membentuk manusia jang berpribadi jang bulat, harmonis dalam pergaulan masjarakat. M asjarakat dibawa kedalam sekolah dan sebaliknja sekolah dibawa kedalam masjarakat. Pekerdjaan seperti diatas ini dapat djuga dilaksanakau d‘ S.M .A. Lebih mudah serta intensif; lebih mendalam dan meluas. Sudah saja laksanakan di S.M .A . Negeri X , D jakarta dan S .M .A . 17 Agustus 1945, Djakarta. Di S.M .A . N egeri X dalam djamdjam prakarja. ]ang saja uraikan diatas hanja satu metode. Sebenarnja b a njak metode jang dapat digunakan. Dalam pasal-pasal bcrikut kelak saja uraikan.
3.
Pendidikan melalui Medium Sandiwara di Sekol&h
Dalam pasal jang lalu sedikit-banjaknja soal pendidikan su dah m asuk. wilajah pembahasan kita. W a la u p u n -pem bahasan dalam pasal lalu itu kita tekankan kepada fungsi pengadjaran sandiwara disekolah. Memang soal pengadjaran dan pendidikan itu pada lahirnja dapat dibedakan, akan tetapi pada h akikatnja berpadu djua adanja. Seperti sudah saja tundjukkan djuga pada pasal lalu, penga djaran sudah dimulai pada manusia pertama, Adam. Sekaligus unsur pendidikan didjalinkan. Kemudian lebih njata pendidikan itu berlaku atas Qabil. Seterusnja dapat kita menjebut tahun jang pasti, 4 9 0 s.M ., saat mulaihja pendidikan dan pengadjaran terhadap rak jat, melalui medium sandiwara di Athena, Pendidikan k e-T u h an -an dan pengadjaran agama atau ibadat telah djadi n ada-dasar dari m
pada san d iw ara jan g dipertontonkan d ew asa itu. T a k dapat djuga k ita lu pakan, bahw a disitu pendidikan kesen ian sudah pula d id jalin kan , seni-san d iw ara pertam a. M em an g , dengan sedjenak sad ja k ita renungkan, m aka de n gan ja k in k ita b erk ata : "Pen d id ikan k e-T u h an -an dan kesenian tak d a p a t dipisahkan” . H a l m erenungkan itu m enjaaarkan kita pula terhadap satu segi kehidupan penting, jaitu filsafat. D an benarlah seperti di k atak an oleh D r. A bu H a n ifa h t ' D a la m kebudajaan m anusia, filsafat, agam a dan kesenian ad a la h pokok-pokok hidup jan g ta k ternilai harganja. Dalam seluruh sed jarah kebud ajaan m anusia, agam a, filsafat dan k esen ian berbim bingan tangan, b erik at-ikatan . 17) A g a r tid ak akan k abu r n an ti sifafc uraian ini, baiklah saja d je la sk a n seked ar, ap a filsafat itu. Rum usan D r. Abu H anifah d ia ta s in i m em punjai titik b érat didunia T im u r. Sedang bila titiko e r a t.itu a d a di B a ra t, m aka titiktumpuan filsafat itu ialah pand e n g a n hidup ah li-ah li pikir atau p ara filsu f Ju n a n i: M en u ru t C icero adalah filsafat itu pengetahuan fcantang ilmu ja n g tin g g i-tin g g i sad ja serta m entjari cijalan untuk mentjapai ilmu itu. K ad an g-kad an g k atan ja filsafat itu adalah ibu segala ilmu didunia, atau ilmu kepunjaan D ew ata. E p ik u ro s m en jatakan , bahw a menurut paham nja filsafat itu ad alah d ja la n untuk m entjari kepuasan dan kesenangan dalam hidup.
P la to m enam ai filsafat itu "ilm u pengetahuan’*. — D ialah jan g p ertam a sekali m enjatakan dengan tegas, bahw a filsafat itu ilmu p engetahu an. A risto te le s, murid P lato , m enjatakan, bahw a filsafat itu iimu p en getah u an, ja n g meliputi kebenaran dan mengungkung didalam n ja ilmu m etafisik a, logika, retorika, etika, ekonom i, politik d an e ste tik a . D a ri semua ini. m etafisikalah jan g paling utama. * ')
A bu H a a lfa b , fi l n t i s a a F i l a s f a t I, tj«t. ke*2, B alai Paatak a; D jakarta. 1950. hoi. 47-
M etafisika ialah filsafat jang asli dan ilmu pengetahuan- permuiaan asal benda dan pikiran. Diatas ini beberapa tjontoh jang mashur. Kalau terus djuga kita mengikuti utjapan-utjapan para filsuf Junani jang lain-Iainnja, masih tetap tidak djauh menjimpang, filsafat dititikberatkan kepada ilmu pengetahuan. Filsafat Junani itu, jang sampai sekarang mendjadi pokok filsafat B arat dan filsafat modern, m cuegaskan diferensiasi atau pemisahan {sungguhpun tak selam anja dengan tadjam) antara filsafat, kesenian dan agama. Adapun filsafat Tiongkok kuno, India dan Jaliudi, umumnja filsafat Timur mempertahankan (sungguhpun pasif) perhubungan antara : agama, kesenian dan filsafat. 1S) T a k perlu diterangkan, bahwa filsafat negara kita Pantjasila. ialah filsafat Timur, Filsafat hidup sesuatu negara mau tak mau harus dianut oleh tiap-tiap warga-negara jang bersangkutan. Djika tidak, artinja kebanjakan warga-negara mengingini filsafat lain dari pada filsafat negaranja, maka akibatnja ialah kekatjauan dalam ^negara itu berketjamuk.. H al ini dialami oleh negara kita dalam beberap3 tahun jang lalu. Tetapi djika direnung agak sed jen ak . sa ja tjen^ derung berpendapat, bahwa sesungguhnja golongan-golongan w ar ga-negara Indonesia jang tampaknja seolah-olah hendak menjimpang itu, bukanlah mereka mpnentang filsafat Pantjasila. Barang kali lebih tepat dikatakan, mereka toabuk oleh idiologi politik partai mereka. Politik memang kadang-kadang berbahaja. D isinilah letak persoalan kekatjauan pada masa laiu itu. Salah sekali. djika orang berpendapat misalnja,-bahwa golongan Islam lah jang tidak menjetudjui filsafat Pantjasila sebagai filsafat negara Indo nesia, karena mereka radikal-progresif menghendaki isi P iaga® D jakarta asli dilaksanakan seutuh-utuhnja dalam negara Indone sia. Jaitu agar isi Piagam Djakarta itu seutuh-utuhnja ditjantum kan dalam U .U .D . Negara Republik Indonesia. Kemudian ternjata tidak demikian, melainkan terdapat sedikit perubahan : Kata ”Hukum D asar” dalam Piagam Djakarta, djadi "U ndang-undang Ain Haaiieh. pp
cit.- h&l.- 15-17.
D a s a r 4* dalam Pem bukaan U .U .D .' 1945; b ag ian kalim at k cw a d jib a n m endjalan kan s ja ri'a t Islam b a g i pcme!uk-pcn;eIiTka ja " , tak terd a p at dalam U .U .D . 1945. *9) M em an g , kalau k en jataan ini dipandang dari sudut politik k ed u n iaan , m udahlah orang m eletakkan k esalah an dipundak gólo n g an Islam . T e ta p i barang siapa m em perhatikan sed ikit sad ja, ta k perlu m endalam , dia akan m engetahui, bah w a dalam Islam tak ad a p a k sa a n agam a. S u ra t al-K afiru n, teru tam a a ja t 6 berbu nji : " B a g i kam u agam a kamu dan bagi s a ja agam a s a ja ” (Laku m dinukum w a lija d in i). 20) S en g a d ja s a ja tundjukkan ja n g mudahsek a li; a n a k -a n a k k etjil Islam (seb en a rn ja ) san g at h afal dan paham a k a n m akna su rat dan a ja t ini. Sedang kalau dikehendakt a ja t ja n g lebih teg as, m aka a ja t itu b e rb u n ji: " T id a k ad a paksaan d alam a g a m a " ( L a ik ra h a fi d in i). 21) S a ja teran gk an ja n g d iatas ini, sebabn ja pula ialah pada w ak tu -w ak tu k ekatjau an jan g lalu itu ad a golongan jan g m ejiam ak a n d iri N .I.I.; D .I. ja n g seb en arn ja m enjim pang dari pada asas Islam ini. D ja d i bukan golongan Islam jan g m enolak N eg ara P a n tja s ila , m elainkan jan g kelü ar d ari golongan Sslam, la lu hendak m em p eralat g olon gan Islam itu. N am a Islam mereka tjem ari. D e n g a n u raian d iatas ini pula sem akin jakin lah kita, bahwa a d ja ra n filsa fa t P a n tja sila itu d isekolah-sekolah kita dew asa ini h aru slah d iresap kan den gan sungguh-sungguh. T id a k tjukup, djika h a n ja d ih a fa l oleh an ak -an ak , lalu untuk m èngudji pengetahuan -m ereka, d iad ak an tes; m elainkan kehidupan berpan tjasila itu haru slah d ih ajati oleh an ak -an ak . P a n tjasila harus m endjadi pedom an dalam pergaulari seh ari-h ari bag i g enerasi muda. U .U . N o . 4 tahun 1950 atau U .U . N o . 12 tahun 1954, tenta n g D a s a r-d a s a r Pendidikan dan P en g ad jaran disekolah, jang tertjan tu m dalam bab III, pasal 4 , b e r b u n ji: ’'Pendidikan dan p e n g a d ja ra n b erd asar atas a sa s-asas ja n g term aktub dalam 'P an tja S ila ’ U n d an g -u n d an g D a sa r N eg a ra R epublik Indonesia dan atas ' 19) 20) » )
Soépordoi M andsia d a n 'M a s ja rfk a t fiaru Indonesia (C iW é ), b a !. 6 3 -6 5 . P rintono, F cn etap o n B ah ac-b ah an Indoktrinesi, b al. 2 5 . M ahm ud Junus, o p . c it., hal. 521. Ib id .. bal- 3 6 -3 7 ( S i m t aU B aq arab , ajo t 2 5 6 ).
kebudajaan kebangsaan Indonesia” . Dengan kata lain jang singkat, dapatlah kita katakan, inilah ” D asar F ilsafat Pendidikan Negara Republik Indonesia”. Adapun tudjuan pendidikan dan pengadjaran daiam negara Republik Indonesia, tertjantum pada bab II, pasal 3 : "Tudjuan pendidikan dan pengadjaran ialah membentuk manusia susila jang tjakap dan warga-negara jang demokratis serta bertanggungdjawab tentang kesedjahteraan m asjarakat dan tanah air” . 22) Dalam "Pola Pembangunan Nasional Sem esta Beren tjan a” tahapan pertama 1961-1969, jang ditjiptakan oleh Depernas tahun 1960, asas dan tudjuan pendidikan ini termasuk dalam bidang mental/agama/keruhanian/penelitian. Didjelaskan, bahwa mentalita dari pada manusia Indonesia ialah jang mendorong realisasi pembangunan semesta kearah Sosialisme Indonesia. Pembangunan mental harus m eliputi: agama, kebudajaan, pendidikan/ilmu pengetahuan, penerangan massa dan filsafat. Pembangunan semesta dibidang kebudajaan dititikberatkaö pada i a,
Projek-projek jang dapat menggerakkan kegiatan-kegiatan kebudajaan setjara masal diseluruh Indonesia. b. Melindungi kebudajaan nasional terhadap pengaruh ke budajaan asing jang merusak kepribadian Indonesia, c- Pusat konsentrasi kekuatan kebudajaan nasional, ia la h : desa, sekolah; pabrik, angkatan bersendjata dan sebagainja. d. Pembangunan kebudajaan harus diselenggarakan dalam rangka nation building. e. Projek-projek urgen meliputi antara lain : seni-suara/musik; seni-sandiwara/seni-drama; perpustakaan/kesusastraan; film. 23)
Tentang "Kepribadian Indonesia" dalam "P o la Pembangunan Nasional Semesta Berentjana" ditegaskan : "T jiri-tjiri chas budi dan kehidupan Indonesia adalah antara lain semangat Gotong32) 33)
m
Keinest«rlan Pendldlkaft. P «n g*!jw *n d*e Kebndajaan, Des&r P e n d id ik a n d a n P e n g a d j a r a n . D j* la rta , 1954. hal. 19-20. M .P .R .S . dan Departeaen Penefangan, R in gkasan K efetap an M u d jelis P erm u sjau n ra ta n ■R » * ' fa t S cm cn tira R ep u b lik In d o n esia N o . I dan I I U P J t S 1960, hal. 61-63.
ro jo n g , K ekelu argaan , K e-Tuhan~an, K era k ja ta n . K em anusiaan, K ead ilan , R am ah-tam ah dan sifat B h m n eka T u n g g a l I k a " 24) A n ta ra tahun 1935 sam pai dengan tahun 1939 h al kebudaja a n In d on esia telah djadi bahan polem ik a n tara p ara tjen d ek iaw an b an g sa k ita, seperti S t. T a k d ir A lisjah ban a, San u si P ane, D r. P u rb a tja ra k a . D r. Sutom o dan Iain-lain. P o k o k perbedaan p an d an g an berpangkal pada d asar filsafat B a ra t dan Tim ur. S t. T a k d ir A lisjah b an a tjondong ke B arat, sedang D r. Sutom o d an la in -la in n ja tjondong ke Tim u r. A dapun Sanu si P a n e memptmjai pandangan tersendiri. D ia m enghend aki pertem uan a n tara B a ra t dengan Tim u r. D ia berk a ta : ’’H alu an jan g sem purna ialah m enjatukan F au st dengan, A rd ju n a m em esrakan m aterialism e, intelektualism e dan indivi d u alism e d engan spiritualism e, p erasaan dan kolektivism e” . 2&) S ed an g A d inegoro m engem ukakan pandangan jan g baik se k ali. D ia b e rk a ta : B u ah appel kalau ditanam di Indonesia bisa tumbuh, tapi tid ak b isa berbuah, karena h aw a dan tanah disini ada berbeda. D em ik ian djuga kultur B a ra t, dan kalau ditiru oleh kita disini tid ak a k a n berbu ah. T e ta p i tehniknja, jaitu satu keadaan ja n g tid ak berhubung dengan djiw a kebangsaan bisa bertum buh dalam p erhatian orang disini dan demikian djuga h al ja n g ' lain -lain ja n g masuk civilisasi. 26) T e la h k ita tindjau betap a d asar filsafat B arat, filsafat Tim ur, filsa fa t P a n tja sila R epublik Indonesia, pandangan beberapa tokoh In d o n esia dalam 3 0 atau 25 tahun Ialu. D em ikian djuga filsafat dan tud juan pendidikan dinegara kita, jan g tertjantum dalam U .U . P en d id ik an kita serta P o la Pem bangunan N asion al S e m esta B e re n tja n a , tahapan pertam a. M a k a b a g i k ita ta k ada lag i keraguan. Pandangan dua tokoh jan g s a ja kutip tera ch ir d iatas ini, kini m enghendaki pelaksa34) 25) « )
M .P .R .S . dan D epartem et: P en eran gae, ©p. eft., h al. 156. A ch d ia t K . M lhardja, Po/emife K t b u d a ja a n , Ijct. ke-3 P erpu itskoaa Pcrgun ian K en cntexiaa P .P . dan K -. D jak arta, 1954. h al. 2 4 . ' Ib id .. h a l. 8 8 .
naannja. Dalam lapangan pendidikan ? Ja. Dengan seni-sandiwara ? Ja. K ita turuf-serta membangun dengan pendidikan xnelalui medium sandiwara. Bagaim ana? Pada pasal jang lalu sudah kita bitjarakan pengadjaran san diwara serta fungsinja disekolah. Dalam pengadjaran sandiwara itu sesungguhnja sudah ada terdjalin aspek-aspek pendidikan. Baru sedikit kita sentuh. Kini kita perdalam membitjarakannja. Sekolah ialah tempat pendidikan jang kedua sesudah rumahtangga. Apa jang hendak kita didikkan disekolah sudah djelas dari uraian diatas. Satu medium jang sampai dewasa ini belum mendapat per hatian para pendidik disekolah-sekolah ialah medium sandiwara. Hal inipun sudah kita bitjarakan pada pasal satu bab ini. Lain halnja dengan di Amerika misalnja. Sebaft-musababnjapun sudah djelas. W alaupun demikian, sudah pula saja katakan, bahw a de ngan dimulainja S.M . G aja Baru, sudah ada kilat harapan. Sam a halnja dengan pengadjaran sandiwara disekolah, pendidikan me■\alui medium sandiwarapun baru merupakan hal jang kita tjitatjitakan. Namun sudah saja katakan djuga, bahwa pendidikan melalui medium sandiwara itu sudah saja mulai disekolah-sekolah tempat saja mengadjar. Oleh karena itu bagi saja, apa-apa jang saja bitjarakan disini merupakan hal-hal jang sakala. Untuk S.M .A . sudah ada delapan matjam buku jang berisi hasil karja sandiwara jang ditentukan harus dipeladjari oleh murid-murid, jaitu jang sudah saja tjantumkan pada pasal satu bab III ini, Semua buku tersebut boleh dikata tak ada disekolah. D ipasaranpun hanja ada dua, tiga matjam dengan harga jang mahal serta muntjulnja ditoko-toko buku seperti kepala kura-kura. Menurut pengalaman saja sewaktu mengadjar di S .M .A , Ne-. geri I, II, X dan S.M .A . 17 Agustus 1945, D jakarta — dan saja kira demikian djuga pengalaman teman-teman guru pengadjar sastra lain ■ — para pemuda peladjar rupanja lebih banjak tertarik hati nja kepada membatja buku-buku silat, komik, rahasia pertjintaan dan sebagainja. M em batja buku-buku sastra jang diwadjibkan, jang dituntut dalam udjian, mereka enggan; Keengganan m ereka ditambah pula oleh tak adanja buku-buku jang diw adjibkan itu
d ew asa ini. Kaiaupun ada untuk- dibeli, j-iamuj) mahai' iiaig’anja. Sed an g buku-buku djenis jan g dilarang itu mudah sekali mereka peroleh, S a ja andjurkan murid-murid membeli buku-buku sandiw ara k e tjil-k e tjil (terdjadi dari satu b a b a k ), seperti A wail dan M ira , B u n g a R um ah M ak an . R upanja kantung m ereka ringan, hati m e rek a ham pa. K as sekolah saja m inta membantu an ak-anak itu m em belikan barang seperangkat dua buku-buku sandiw ara terse but. H aln ja sam a sadja. Jan g sa ja bentangkan diatas ini merupakan ken jataan -ken jataan sosial, ekonom is dan psikologis. D u a segi jang pertam a me rupakan persoalan b esar jan g harus dipetjahkan bersam a-sam a oleh pem erintah dan rak jat. Bagaim anapun kita berusaha mendidik tunas-tunas ban gsa ini, tapi djika keadaan m asjarakat dan ekonom inja sampai sekian djauh dalam perkem bangannja baru sam pai seperti dew asa ini, m aka hasil didikan jang kita harapharapkan itu sungguh-sungguh sangat ketjil, b iJa d ib a n d ingkan dengan tenaga jan g sangat banjak kita gunakan. D isini s a ja tidak hendak- membahas kedua persoalan besar itu. Sungguhpun sangat besar pengaruhnja, tapi sajang bukan da lam k arangan ini tem pat m embahasnja. T em pat ini sempit untuk itu. Sajap u n paham benar akan apa jang dikatakan oleh I.P . S im andjuntak, bah w a jan g mendapat prioritas dalam anggaran b elan d ja n egara dew asa ini ialah perluasan sekolah dengan senam bahan djumlah guru. 27) S e g i jan g ketiga, segi psikologislah jan g harus kita bitjara kan, k aren a sangat erat hubungannja dengan pokok persoalan sand iw ara sebagai medium pendidikan. Bagaim anapun sulitnja keadaan jan g kita hadapi namun kita harus mengisi, melaksanakan kejak in an jan g sudah tertjantum dalam U .U . Pendidikan F ils a fa t N eg a ra P antjasila dan R en tjan a Pem bangunan Nasional Sem esta. S ed ik it demi sedikit. D en gan bahan-bahan serba sederliana harus kita mulai.
I .P . Simandjuntek. " S o a l B atjaan A n a k 2 ". I n d o n e s la. Tfc. X , N o. A pril 1959
ha». l * r .
m
Hendaknja lebih dulu kita ketahui bagaim ana tingkat-tingkat perkembangan djiwa anak-anak sekolah. Untuk iiri baiklah kita dengarkan pandangan seorang fcokoh pendidikan di Indonesia, I.P . Simandjuntak. Walaupun belum ada penjelidikan jang chas mengenai masa perkembangan anak2 di Indonesia, namun hasil" pcnjelidikan jang telah dilakukan oleh sardjana2 dinegara2 jang telah madju dapat djuga dipergunakan mendjadi an tjar2 dalam uraian ini. M aka dapat dikatakan, bahwa masa perkemba ngan anak sedjak dia "m atang" untuk bersekolah ditentukart sebagai b erik u t: 1. masa anak-sekolah perm ulaan: 5 8 tahun; 2. masa anak-sekolah pertengahan : 9 — 12 tahun; 3. masa pubertas-permulaan : 13 — 15 tahun; 4. masa pubertas: 14 — 18 tahun; 5. masa adolessens: 19 — 21 tahun. 28) ■Dari penggolongan diatas ini djelas kepada kita, bahw a di Indonesia, menghadapi anak-anak S.M .P . dan S.M .A ., berarti menghadapi anak-anak puber-permulaan dan puber (seb en arn ja). Satu hal jang harus mendjadi perhatian kita sungguh-sungguh di Indonesia ialah mengapa anak-anak puber ini lebih tertarik kepada batjaan-batjaan seperti buku silat, komik dan sedjenisnja. Hal ini harus diselidiki dengan sungguh-sungguh. Kalau kita perhatikan tjatatan Spranger, maka mulai pada usia puber, anak-anak wanita tertarik akan tjeritera-tjeritera ro man modern. Anak laki-laki tertarik akan tjeritera-tjeritera jang terdapat aksi didalamnja,"biografi-biografi dan tjeritera-tjeritera tentang perdjalanan. Pada usia 15 tahun timbul perhatiannja terhadap sandiwara. Pada usia 16 tahun timbul perhatiannja terhadap sifat-sifat estetis serta bentuk tjeritera-tjeritera itu. Ini agaknja gedjala-gedjala umum pada anak-anak itu. Dr. Bartling djuga mengemukakan kesimpulan hasi! penjelidikannja, bahwa perhatian membatja pada anak laki-laki dalam
H)
m
I ,p , Sisuuil|uii(ski op. ti t ”
u s i a '12 — 16 tahun mundur, sedang pada a n a k -a n a k w an ita sa n g a t m undur pada usia 13 tahun, kem udian m adju denaan p esat sam pai usia 16 tahun. A nak -an ak w an ita te rta rik kepada bukubuku ten tang keluarga, jan g b an jak disenan gi oleh w an ita dew asa, sedang a n a k -a n a k muda lak i-laki tertarik ak an rom an-rom an jan g b e rsifa t b e ra t, jan g m em bitjarakan sesuatu persoalan. G ad is-g ad is lebih te rta rik oleh tjeriteran ja, sedang an ak -an ak muda lak i-lak i te rta rik kepada sifa t sastra b atjaan itu. 29) K alau h al-h al jan g diuraikan oleh para ahli ini ben ar. artin ja b erlak u bag i tiap -tiap an ak puber, m aka persoalan tidaklah bera p a sulit. K esu litan akan terletak ditem pat lain. T a p i sungguh tid ak lah mudah pula hal ini dapat diterima. Lagi pula disini kita h a n ja h en d ak m em bitjarakan betapa seni-sandiw ara itu sebagai medium pendidikan jan g b aik sekali dalam hubungan ini. D id ep an sudah djuga kita bitjarak an . bahw a membatia sastra dalam ben tu k sand iw ara lebih sulit dari pada m em batja ssstra dalam bentuk lainn ja. P e n g a d ja ra n sand iw ara harus dilaksanakan sesuai dengan tu d ju ann ja. H al ini sndah saia tjo b a d\ S M A . N cq cri X dan S .M .A . 17 A gustus 1945 di D ja k a rta . Dalam pertjobaan-pertjob aan itu s a ja tem ui h al-h al jan g m enjenangkan. D jik a k ita m engad jarkan sandiw ara di S .M .A ., m aka tindak> an p ertafiia ialah m enentukan m etode jan g kita pakai. M etode jan g b a ik m enurut pengalam an sa ja ialah metode global. M ulamula d itentukan pem egang peranan. U ntuk sebuah sandiw ara pendek sep erti " T je n d e r a M a ta r’: atau "B u n g a Rum ah M ak an ’*, perlu pem ain a n ta ra sem bilan dari 12 orang< Sandiw ara dibatja a n a k -a n a k dari mula sampai achir< D a ri pengadjaran permulaan ini, ja n g diperoleh murid-murid ialah pertam a : latihan kew aspadaan, k e d u a : latihan intonasi jan g tepat dan beraneka. kètiga : k on sen trasi pikiran dan perhatian dan k eem p a t: m enangkap keseluruhan isi tje rite ra sandiw ara itu. 3®)
B ad aru s S a l a a . It m a D /lw a P e tn a d a . hlmpunun kullah M r. Kwee Soen Ltnng. Usaha Hlmpunan M aljasisw a S ed jarah . Budaja F .K .I.P < — U n iversitai N egerl P ad jadjaran. Bandung, ta a p a angina ta h u c, hal. 3 3 -3 4 .
t
. Anak-anak jang memang' berbukat daiam seni-sandiw ara segera tampak dari praktek permulaan ini, Satu hal jang istimewa jang kita temui pada sandiwara jang diadjarkan dengan tjara per< mulaan jang sangat sederhana ini, ialah sedemikian besarnja minat anak-anak itu. "Tjendera M ata" agak pandjang djuga, terdiri a ta s tiga babak, tetapi hanja dengan dibatja sadja, tak pernah membosankan anak-anak. M ereka tidak hendak berhenti sebelum seluruh sandiwara itu selesai dibatja. Demikian djuga mereka tidak. bosan, walau hanja mendengarkan batjaan sandiw ara itu diulang-ulang. M aka dengan demikian semua anak dalam kelas berolch giliran berkelompok-kelompok. • Selesai sandiwara itu dibatja, mulailah anak-anak itu ki ta pimpin berdiskusi mengenai komposisi sandiwara : eksposisi. ’’action”, ’’rising action” , krisis (klim aks), "falling action (de nouement) dan ’’catastrophe” ( = penjelesaian). Jang lebih penting ialah diskusi mengenai tema; tendens, 'watak (karakter). Disinilah kita mulai meresapkan, inenanamkan pendidikan budi-pekerti pada umumnja; rasa k e-Tu han-an. perikemanusiaan, rasa kebangsaan, rasa keadilan, rasa bertanggung-djawab; pendek kata semua jang terkandung dalam P an tjasila, kandungan Filsafat Pendidikan Indonesia, apa-apa jang tertjantum dalam U .U . Pendidikan, Pola Pembangunan N asional Seraesta Berentjana, dengan mudah kita antar kedalam lubuk hati anak-anak. Sebab medium pendidikan telah sedemikicih rupa mengikat perhatian mereka. Dalam hal ini ada satu faktor kem* bar-dua jang tak boleh dilupakan. Sungguhpun perhatian m ereka sudah sedemikian terikat kepada persoalan jang sedang mereka hajati pada saat itu, namun harus diingat, pertama : tak boleh sepandjang waktu mereka hanja disuruh mendengarkan; mereka harus selalu diberi kesempatan mengemukakan pendapat dan pan dangan mereka masing-masing, kedua : minat mereka harus dipertahankan. Dalam tingkat peladjaran berikutnja anak-anak sudah' harus menguasai watak-watak peranannja. Anak-anak masih djuga me lihat teks sandiwara itu, tapi dalam pada itu mereka..sudah mulai dengan gerakan. Dengan gerakan itu mereka sudah mulai mengno
'h ajati kehidupan tokoh -tokoh ja n g m ereka p eran k an . S u a ra dan g e ra k pada ta r a f ini sudah harus raerek a ku asai. S e te ru s n ja a n a k -a n a k mulai m eng h afalk an tek s dan dalam la tih a n -la tih a n diusahakan untuk tid ak lag i m em akai teks. D jik a san d iw ara jang' sudah dilatih dan dip ersiap kan an ak a n a k ini h en d ak dipentaskan kedepan publik, m aka ak tivitas a n a k -a n a k sungguh-sungguh m endapat b a g ia n n ja m asing-m asing. M e re k a b erg o to n g -ro jo n g , m em bagi-bagi p ek erd jaan seb ag ai tug a s kelom pok ataupun p erseo ran g an ; m ereka m em bentuk panitia p em en tasan ; sem ua bero leh tugas, semua b ertan gg u n g -d jaw ab a ta s b e re s n ja tu gas-tu gas m ereka. G uru h an ja b ertin d ak sebagai p en a seh a t, tem pat m ereka m inta petundjuk tentang soal-so al jan g sulit m ereka p etjah k an . M e re k a m enghubungi o rgan isasi-organ isa si m a sja ra k a t; m em indjam gedung pem entasan, m inta izin kek a n to r polisi, mengumpul b ia ja , m em persiapkan segala peralatan ja n g d ibu tu hkan dan sebagain ja. A d a la h h al ja n g m asuk pada akal. bah w a pendidikan jang d isam p aik an d en gan medium sand iw ara ini sungguh m eresap ked alam h ati an ak-anak-didiK . D e n g a n sen i-san d iw ara kita m erebut hati an ak -an ak , kita m eren g g u t h a ti a n a k -a n a k d ari tarik an buku-buku silat, komik d an se d je n isn ja . D jik a pendidikan m elalui medium sandiw ara dilaksanakan d en g an se b a ik -b a ik n ja dan dengan kesungguhan hati, m aka saja ja k in , b a h w a a n ak -an ak -d id ik ja n g k ita Iepaskan dari S .M .A . (um um nja S e k o la h L an d ju tan ) m erupakan an ak-an ak jan g sudah d ip ersiap kan m enghadapi kehidupan jan g sebenarn ja dalam m as ja r a k a t.
4.
N ilai-n ilai pedagogis lain serta Persoalan-persoalan lain ten tan g P elaksanaan Sandiw ara di Sekolah
K a la u sen i-san d iw ara sudah m endapat tem pat dalam hati a n a k -a n a k disekolah, m aka jan g harus d ilaksanakan terutam a ialah p em elih araan , raw atan , lindungan, sehingga seni-san d iw ara itu se n a n tia sa ad a disekolah. M in a t dan p erhatian an ak-an ak
sekolah harus berkembang mendjadi minat dan perhatian orangtua mereka. Apa jang diterima disekolah hendaknja djuga diterima oleh m asjarakat umum. Satu pertanjaan tim bul: "M ungkinkah itu ?" Dengan tak ragu kita m endjawab: "M ungkin s e k a li!" Sebab seni-sandiwara itu boleh dikata adalah pendjelmaan m asjarakat. Apa-apa jang dalam m asjarakat adakalanja tak mendapat perhatian jang selajaknja, diangkat keatas pentas dengan maksud agar perhatian diberikan dengan sewadjarnja terhadap hal itu. M isalnja Ani da lam ’’Bunga Rumah M akan". Orang biasanja tidak memperhati kan kehidupan seperti pplajan jang berhati bersih seperti Ani ini. H anja ketjantikan Anilah jang menarik perhatian orang. Demi kian djuga tokoh Iskandar, seorang gelandangan dalam sandi wara ini. Orang sangat meremehkannja. Umumnja demikian. Tapi orang tidak menjangka, bahwa pada "catastrop h e" (penjelesaian) sandiwara ini Ani memilih, mengikuti Iskandar, meninggalkan Suherman (kapten tentara) dan Karnaen (anak orang kaja, Sudarm a), Apa sebab? Ani tak ingin akan suami berpangkat, suami kaja, melainkan suami jang dapat m enghargainja sebagai isteri kelak. Itulah kebahagiaan jang ditjari A ni. Dengan tegas Ani memilih kemerdekaan. Dia memilih suami jang berpendirian merdeka, jang tak mau mendjadi budak harta-benda, pangkat dan sedjenisnja. Andaikata anak-anak sekolah mempertontonkan sandiw ara sematjam ini kepada orang-orang-tua mereka, tidakkah orangorang-tua mereka akan tertarik h atinja? Tentu kita akan men djawab : "Ja , akan tertarik hatinja". M ereka paham, bahw a de ngan sandiwara demikian anak-anak mereka dididik kearah jang mereka kehendaki. Dengan tertariknja hati orang-orang-tua murid-murid itu dapatlah diharap mereka akan merabantu usaha-usaha sekolah. Sungguhpun demikian, tak boleh kita lupakan kemungkinankemungkinan lain. M asjarakat biasanja sangat kritis. A ntara mereka ada jang bertanja : "Seim bangkah segala tcnaga dan biaja jang dipakai anak-anak untuk pementasan sandiw ara itu dengan hasil jang mungkin mereka tjapai ?" D jika perhitimgan m asjara-
k a t ini b e ra t kepada m ateri, akan sukarlaih kehidupan sen i-san d iw ara dikalangan an ak-anak sekolah ini. H al ini harus dipaham i b e n a r-b e n a r oleh organisasi sekolah. Keuntungan m ateri harus pula dipikirkan. Ini bukan hal jan g tidak mungkin, namun m em erlukan keuletan dikalangan pendidik. H ubungan jan g erat a n ta ra org an isasi sekolah dengan m asjarakat harus diusahakan den gan seb aik -baik n ja. Ini tanggung-djaw ab p ara pendidik. P .O .M .G . h arus dipupuk sebaik-baiknja. K em ungkinan-kem ungkinan jang terkandung dalam materi sand iw ara untuk sekolah harus dibahas m atang-m atang oleh para pendidik. A n ta ra sandiw ara-sandiw ara jan g sudah ditetapkan untuk sekolah ja n g te rtera pada pasal satu bab III karangan ini ada jan g m engandung kemungkinan-kem ungkinan jang negatif. H alhal ja n g m ungkin m erugikan faktor pendidikan. M isaln ja ”P a kaian dan K epalsuan” dalam buku K eretak an dan Ketegangan» k aran g an A ch d iat K arta M ih ard ja. 30) D ipandang dari sudut seni m ungkin sekali mutunja sangat tinggi. K arena dalam mas/ara k at. lebih-lebih m asjarakat modern, terutam a d ikota-kota besar, peristiw a penodongan setjara berterang-terangan sudah mulai bia sa. D em ikian djuga peristiw a w anita m enelandjangkan diri didepan orang b a n ja k — walaupun berkem bangnja di Indonesia ma sih a g a k k ita ragukan. Ini dihidangkan oleh sandiw ara tersebut. A n d aikata ini diadjarkan disekolah, kemudian dipertontonkan didepan oran g -o ran g-tu a anak-anak sekolah, dapatlah dibajangkan b etap a tanggapan m asjarakat orang-orang-tua murid-murid itu. O leh k aren a itu memilih m ateri sandiw ara untuk sekolah sungguh ta k mudah. A n tara segi pendidikan dan segi seni harus d ilaksanakan pertim bangan, penilaian jang sebaik-baiknja. D e m ikian djuga djiw a an ak-anak puber S .M . pada satu pihak dan d jiw a m a sja ra k a t orang-tu a pada pihak lain, harus dinilai dengan saksam a. D jiw a a n ak -an ak puber biasan ja (umumnja) belum berapa sanggup m em isahkan m ana jan g perlu ditiru dan m ana jang h aM)
A c h d ia t K . M lb a r d j a , K e r e ta k a n dan, K e te g u ig * * . K ., D jakarta, 1956. b il. 23S-259.
P itp u ita k a a x . P e rflu ru s n K en sen terian P .P .
rus dihindari sedjauh-djauhnja. Karena :djiwa anak-anak itu boleh dikata belum. stabil pada umumnja. Keseimbangan belura tcrtjapai dalam masa puber. Keseimbangan baru akan tertjapai dalam masa adolessens. 31) Tentang hal diatas ini berkata I.P . Simandjuntak : Karena individu jang masih dalam perkem bangannja itu tidak selalu mengetahui mutu bahan pengetahuan jang dihadapinja, ter-lebih2 lagi kalau individu itu masih am at muda (anak2), maka mendjadi tugas pendidik (orang tua dan guru) jang memilih mana jang bersesuaian dengan individu jang dihadapinja. 32) Utjapan I.P. Simandjuntak diatas ini ditudjukan kepada bahan batjaan anak-anak. Namun tidak ada salahnja kita sambut untuk dipahami bagi bahan sandiwara. Bahkan seluruh kupasan beliau dengan djudul MSoal Batjaan Anak-anak itu dapat diarahkan kepada ”soal sandiwara disekolah’' jang djadi pokok persoalan kita disini. Saja masih merasa perlu mengutipkan di sini pendapat beliau tentang batjaan anak-anak puber-permulaan dan. puber sebenarnja, jang beliau maksud dengan taraf pcrkem bangan.ketiga dan keempat: Untuk taraf perkembangan ke-3 hendaknja diperhatikan sjarat2 jang berikut: a. isi tjeritera hendaknja mengenai hal2 jang bersesuaian dengan pusat perhatian anak, c.q. hal2 jang berkenaan dengan kesusilaan, tanpa menondjolkan norma2 itu (nor ma kesusilaan itu hendaknja terdjalin dalam tjeritera : keberanian, kedjudjuran, kesetiaan, dan sebagainja). b. tjeritera jang bersifat mite sudah dapat disadjikan, wa laupun hendaknja didjaga, agar bagian2 mite jang membahajakan perkembangan kepribadian dipandang dari sudut kekelaminan dihilangkan sadja dari tjeritera itu (edited stories);
*•)
Badnrus Solara. op. cit.. bal. M. I.P . Sim aadjuouk, op. cit.« bsl* *52.
..c.
d.
dalam niengasuh tenaga pengchajalan, hendaknja didjaga supaja pengchajalan itu djangan sampai menjimpang da ri jang dikehendaki menurut ukuran susila (am at penting bagi anak2 mendjelang masa pubertet sebenarnja); tjeritera petualangan (ayonturen) jang realistis (gembala, anak kota seperti tjeritera <saduran Djam in dan D joh a n ............... sudah pada tem patnja d isad jikan dalam masa perkem bangan in i).
U n tu k perkem bangan m asa k e-4 jak n i m asa pubertet dan ad o lessen s tid ak b an jak jan g akan dikem ukakan disini. H an ja in gin kam i kem ukakan, bahw a dalam m asa perkem bangan in i suatu realism e (jan g m enurut beberap a kalangan mungkin m en jelew en g dari b atas susila k aren a ked jelasan pem beritaan dalam b ah an b a tja a n ) djauh lebih tep at dari pada kesam aran, ja n g m em ungkinkan p en gchajalan jan g tidak seh at (sering h a l dem ikian ini dinjatakan d en g an .................. , , . ) . 33)
H al-h al diatas ini héndaknja didjadikan pedoman dalam' mcnilai bahan sandiw ara anak-anak sekolah. D jika hal-hal ini terabaikan, banjaklah kemungkinan jang tak disangka-sangka timbul dengan akibat-akibatnja jang merugikan segi pendidikan. Padi ditanam tymbuh lalang. P a d a tah un 1962 telah berlangsung M u sja w a ra t O ra n g -T u a M urid d an G uru di D ja k a rta . M u sjaw a rat ini telah membahas semua tjita -tjita dan pedoman pendidikan d in egara kita, seperti ja n g sudah s a ja kem ukakan didepan. A n tara lain dibahas djuga k esu litan -k esu litan jan g terasa dihadapi oleh p ara orang-tua xnurid ( S .M .P . dan S .M .A .) , jaitu g ed jala-g ed jala sebagai b e rik u t: i.
•S3 »
I V
T a t a kram a atau horm at kepada orang-tu a djadi berkura n g , kepatuhan dan k etaatan kepada orang-tu a djadi b erk u ran g , ta tatin g k atan (g eestelijk e hierarch ie) djadi le bih lo n gg ar, ta ta te rtib m erosot. •S > tB n u d iü m < 4 .
op.
fcj]
1 3 5 -1 5 6 .
2.
3.
A nakranak d jad i. leb ih , b a n ja k b erg erak diluar rumah: dikalangan tertentu an ak-an ak suka berpesta hingga larut malam, melewati b atas djam jan g diperbolehkan orang-tua. T id ak m erasa perlu m inta izin o ran g -tu a didalam mengundang k aw an -kaw an nja berpesta dan tak menghiraukan orang-tua; selam a pesta dan sebagainja. K eradjinan dirum ah.m em bantu pekerdjaan rum ah-tangga terasa merosot, bahkan jan g terach ir hilang dikalangan tertentu, meskipun ditegur orang-tua m ereka, jan g dulu ketika seusia dengan m ereka m elakukan pekerdjaan de mikian.
Adapun sebab-m usabab tim bulnja g ed jala-ged jala i n i : 1. 2. 3.
Perubahan struktur m asjarakat kita. Perkem bangan jan g ek sesif (berlebih -lebihan ) dari pada kemerdekaan dan dem okrasi. Pengaruh Imperialisme kebudajaan, jan g disalurkan m elalui betm atiam -m atjam djalan, m is a ln ja : lektur tjabul, peredaran surat-surat gelap dari dalam dan luar negeri jang isinja sangat m erangsang dan m erusak m oral, film jan g isinja sering tak sesuai dengan kepribadian ban gsa Indonesia; pemudjaan tjelana djengki dan la ja k -la ja k cow boy serta aktor-aktris H ollyw ood, pada w aktu -w aktu sampai larut malam dengan lampu suram ala "nig h t club , gang-gangan ala- Chicago, musik ngak-ngik^ngok a la E lv is P resley dan sebagainja.
M enghadapi gedjala-gedjala ini M u sjaw arat berpendapat, b ahw a pengatasan, terapi jang baik sekaii ialah apa jan g telahdirumuskan dalam P an tja W a rd a n a . M u sjaw arat ini jak in , bah wa P an tja W a rd a n a sebagai pelaksanaan a sa s-asas pendidikan, filsafat pendidikan serta tudjuan pendidikan bagi ban gsa Indo nesia, seperti sudah diterakan didepac. M a ri kita perhatikan P an tja W a rd a n a :
1. 2. 3. 4. 5.
Perkem bangan tjinta bangsa dan tanali-air, moral n asional/internasional/keagamaan; Perkem bangan inteligensi; Perkem bangan em osionil-artistik atau rasa keharuan dan keindahan lahir-batin: Perkem bangan keprigelan (keradjinan) tangan; Perkem bangan djasmani. 34)
S a ja turut membenarkan kepertjajaan orang-orang-tua ini, jaitu, bahwa P an tja W ard an a itu mengisi Pantjasila. Namun disamping itu saja hendak menekankan satu peringatan : K ita tidak boleh lengah dalam hal sematjam ini. D jika kita lengah, berarti kita hanja ingin madju, tapi tak mengetahui pengalangpengalang didjalan kearah madju itu. Hendaklah senantiasa kita ingat. bahw a iblis senantiasa berkeliaran berusaha menjesatkan manusia. H al ini sudah saja kemukakan dalam pasal-pasa! di depan. K alau kita perhatikan susunan bagian-bagian Pantja W a r dana itu, walaupun kata "keagam aan” terdapat pada bagia» pertam a, namun hanja terletak pada bagian belakang, sekali; sesudah dua buah tanda garis-miring. Dalam praktek, jang terdapat sesudah garis-miring dan terkemudian seperti itu biasanja dianggap kurang penting dan oleh karenanja mudah sekali hiIang-lenjap. Sedang djika kita perhatikan susunan Pantjasila, jaitu ben tuk dan djiw anja jang djadi pegangan kita sekarang, ialah Pan tjasila menurut U .U .D . 1945 (dan agar lebih djelas, baiklah saja terakan disini) i 1. 2. 3. 4. 5.
K e-T u h an-an Jang M aha E sa Kemanusiaan jang adil dan b e ra d a b . Persatuan Indonesia K erakjatan jang dipimpin oleh hikmat kebidjaksanaan dalam permusjawaratan/perwakilan K eadilan Sosial.
Soeperdo. «*
c jf .. h al, 458.
M a k a jan g terutama dismi. ialah K e-T u h an -an Jaiig IViaha E sa . Ini tidak boleh diubah-ubah. S ila K e-T u h an -an Jan g M ah a E s a tidak boleh sama sekali diselew engkan dengan m isalnja m enggantikan mendjadi : keagam aan atau k ep ertjajaan atau jang sedjenisnja. Kalau ini hilang, ibarat kepala manusia hilang. D an djika kepala manusia sudah hilang, berarti bukan manusia lagi. m elainkan majat. Ini hal jang sama sekali tidak kita ingini. O leh karena itu harus senantiasa kita waspada. P antjasila harus sejiantiasa kita djaga kem um iannja. M elalui seni-sandiw ara saja jak in ban jak djuga jan g dapat kita sumbangkan. K ita paterikan sila K e-T u h an -an Jang M aha E sa melalui medium sandiw ara kedalam djiw a tunas-tunas bangsa kita. Pendek kata, kita paterikan P an tjasila kedalam djiwa ban gsa kita dengan bentuk dan djiw aiija jan g sem urni-m urninja. Kem ungkinan kearali ini bukan sedikit terkandung dalam peng adjaran sandiw ara serta pendidikan seni-sandiw ara. Pendidikan mudah sekali melalui medium sandiw ara, disekolah pada chususn ja. D engan sandiw ara ataupun seni-sandiw ara kita dapat m engatasi kenjataan-ken jataan prak tek jang buruk, seperti jan g dibentangkan didepan. Dalam pasal int kita masih b erbitjara setjara umum. N anti dalam bab I V akan kita kedepankan hal-hal jang chusus, S a ja kemukakan segala matjam jan g diatas ini dengan m aksud a g a r kita ketahui apa jang harus kita atasi. Sudah didjelaskan, bahwa am at ban jak tjabang seni lain jang bergabung dalam seni-sandiw ara. O leh karena itu seni-san d iw ara mengandung banjak kemungkinan bagi an ak-anak untuk m emperkem bangkan b ak at-bak at mereka. D an sampai disini tibalah saat untuk m endjaw ab pertanjaan lagi jang mungkin timbul, berhubung dengan kesenian, chususnja bagi an ak-an ak sekolah. A kan kita djadikan aktor dan aktriskah semua an ak sekolah ? D jaw ab n ja : T id a k . T id a k semua orang m empunjai b ak at seni. D alam lingkungan ketjil ini (seko lah ) tidak semua murid mempunjai b ak at djadi ak tor atau aktris. H al inipun d jika dipikir. tiada berapa penting. Tni bukan tudjuan utama. Jan g penting dan
sebagai tudjuan utama ialah mendidik melalui medium sandiwara Satu hal jang tak dapat disangkal ialah, bahwa boleh dikata se mua w arga sekolah tertarik minatnja untuk menonton sandiwara murid-murid, guru-guru, pegawai-pegawai sekolah, bahkan beserta keluarga dari rumah merekapun demikian djuga. Peminat ini adalah seniman-seniwati pasif. 3t}) Sesuatu jang menarik minat mudah meresap kedalam hati. Itulah djalan terbuka untuk mentjapai tudjuan pendidikan jang didjalinkan melalui medium sandiwara. A nak-anak lain tertarik kepada seni-seni lain jang menjempurnakan sesuatu sandiwara jang dipentaskan. M isalnja anakanak akan mementaskan ’"Tjendera M ata” , maka kemungkinan-kemungkinan sudah terbuka. Guru gambar digiatkan, semua murid m entjiptakan gam bar-gam bar sebagai bentuk seni jang djadi po~ kok landasan persoalan dalam sandiwara ini. Anak-anak jang mempunjai bakat seni-lukis memperoleh kesempatan besar. Situasi ini dapat dibawa kedalam suasana mengembangkan minat ke pada seni-lukis, misalnja dengan tjara kompetisi. A pabila anak-anak akan mementaskan "L ïbu raa S en im an ”, m aka guru musik digiatkan bersama murid-muridnja untuk nanti menjumbangkan inusik mereka dalam pementasan sandiwara ini. Dem ikian djuga guru gambar mempersiapkan dekor-dekor jang indah bersam a murid-murïdnja. Guru keprigelan (pekerdjaan tangan) m em persiapkan'bagor-bagor untuk keperluan dekor-dekor dan la ja r-la ja r penjamping atau langit-Iangit. Guru "home econo m ic” digiatkan bersama-sama murid-muridnja mempersiapkan konsumsi kelak. Guru P .P .P.K . senantiasa siap bersama murid-muridn ja dengan usaha mereka mendjaga kesehatan sekalian warga sekolah. D an masih banjak lagi jang dapat digiatkan dikalangan anak-anak sekolah ini berhubung dengan tiap-tiap pementasan sandiy/ara. Dalam praktek tentu muntjul. H anja masih ada satu jang penting kita sebutkan. Guru ekonomi kita giatkan bersama murid-muridnja mentjari biaja. M ereka membentuk regu atau
panitia keuangan. M ereka harus giat memesrakan hubungan degan masjarakafc, P.O .M .G . terutama. Pendek kata, dengan pengadjaran sandiwara, pendidikan jang simultan kita berikan kepada murid-murid. D an dengan demikian, murid-murid itu kita -beri kesibukan hidup jan g sebe- . narnja. M aka kemungkinan-kemungkinan buruk jang akan menjeret murid-murid, seperti berlarut-larut malam berdansa-dansx dan sebagainja, jang sudah dikemukakan didepan, sudah digagahi, tidak lagi diberi kesempatan. Dapatlah dipahami, bahwa dengan tjara ini semangat gotongrojong dikalangan anak-anak, dalam-dalam kita tanamkan, subursubur kita pupuk. Sifat harga-menghargai, hormat-menghorxnati, demokrasi terpimpin (bukan liberal) kita resapkan kedalam sanubari anak-anak murid, demikian djuga soal tanggung-djaw au. Tiap-tiap anak beroleh kesempatan bertanggung-djawab atas tu*gas-tugas jang dipikulkan kebahu mereka. D jika kehidupan seni-sandiwara disekolah sudah sampai pada taraf ini, sekali-sekali murid-murid dibawa berdarmawisafca kekota-kota lain, terutama anak sekolah kota dibaw a kedesadesa, sambil berdarmawisata mempertundjukkan seni-sandiw ara mereka. Sebaliknja murid-murid dikota-kota ketjil atau didesadesa dibawa kekota-kota besar, sambil mempertundjukkan senisandiwara mereka pula. Pada tingkat jang lebih tinggi lagi dapat kita adakan pestapentas atau sajembara seni-sandiwara antar-sekolah. Dengan tjara seperti diuraikan diatas ini kita memberi sumbangan kepada pendidikan kearah pembentukan patriot paripuma. Dan oleh karena itulah sesungguhnja tudjuan pendidikan kita, maka beberapa hal djangan sampai terlengahkan. Peng** adjaran sandiwara disekolah hendaklah senantiasa bersifat me dium penjampaikan pendidikan, pengetahuan dan pengalaman lahir-batin kepada murid-murid. Dan pengetahuai) serta pengalaman ini hendaklah dapat mereka alihkan kedalam segala matjam peladjaran jang mereka terima atau mereka hadapi disekolah
(su d ah ten tu d ju g a d iluar s e k o la h ). H en d ak ïah m urid-m urid d ipim pin m eng g u n akan asas "tr a n s fe r o f le a rn in g ". S7) D isam p in g itu h aru s pula d id jag a d jan g an sam pai ada an tara m urid-m urid ja n g m endjadi san g at b erleb ih -lebih an m inatnja te r h ad ap se n i-sa n d iw a ra , sehingga m ungkin m inatnja m emonopoli sem ua p e rh a tia n n ja . A rtin ja perh atian nja kepada p elad jaran -p elad ja ra n la in m endjadi lem ah sekali; p erh atian n ja sudah terpu sat k ep ad a se n i-sa n d iw ara sad ja. 88) _ K em ungkinan ini dalam se n i-sa n d iw a ra seb en arn ja tipis sekali, k aren a sen i-san d iw ara itu m em b en k a n pengetahu an dan pengalam an ja n g sim ultan s i ^ fa tn ja , tap i ta k ad a salah n ja dju ga diperingatkan. D a la m hubu ngan ini pula, tan gg u n g -d jaw ab guru akan m en d ja d i leb ih b e sa r, nam un d isad ari ben ar. M erek a harus lebih giat m engiku ti la n g k ah -lan g k ah m urid-m uridnja, bukan hanja didalam sek o la h s a d ja , m elain kan harus sam pai k elu ar sekolah, kedalam m a sja ra k a t. In ilah ja n g dikehendaki oleh dunia pendidikan m o d ern . D ja n g a n la h h en d ak n ja guru h an ja pandai berpidato didepan k ela s, m elain k an dia harus ment/eburkan d iri, d fa s m a n i d a n r u h a n in ja k e d a la m k e h id u p a n an ak -an ak didiknja. A p a -a p a ja n g s a ja keten g ah kan d iatas dewasa ini m erupakan te o ri d an m ungkin orang m entjibirk an b ib ir atasn ja. T ap i s a ja te g a sk a n : K ita harus berp ikiran d an b e rtjita -tjita demikian d an te ru ta m a h aru s beru sah a k earah itu dengan kemauan keras se rta d jiw a ja n g b e s a r dan ulet sam pai suasana dem ikian itu kita tja p a i d an k ita alam i. (B ila usia k ita m eng izink an).
*7)
* 8)
J a n e s L . M u rsell, S u c c e s s f u l T e a c h in g . M cG raw -H ill. N e w Y o rk . 1954. h al. 61*65. T o ro n to -L o n d o n , 1954, h al. 6 1 -6 5 . L « s te r D . C ró w an d A lice C row , E d a c a d o r iA t P s y c h o lo o g , A m erican Book, N ew Y o rk . !P 5 8 , h al. 3 2 3 -3 4 1 . Ib id ., h al. 2 5 1 -2 5 2 . <-
Bab Empat
Sandiwara-sandiwara karja Umar Ismail
1.
Sandiwara-sandiwara K arja U sm ar Ismail Dalam memperbintjangkan hubungan s e n i -sandiwara dengan seni-film, telah kita sebut sambil lalu beberapa sandiw ara hasil Varia Usmat Ismail. Dalam bab ini akan kita perbintjangkan sandiwara-sandiwara tersebut dengan membaginja dalam dua golongan : A. Jang terkumpul dalam buku Sedih dan G em bira, jaitu : a) b) c) B.
T jitra Api Liburan Seniman
Jang tersebar atau jang belum dibukukan, ja it u : a) b) c)
Mutiara dari Nusa Laut Tempat jang kosong M ekar Melati
Selain jang tersebut diatas kita dapati dalam tjatatan H .B . Ja s" sin sebuah sandiwara-radio ’’Pamanku” dan sandiw ara satu babak "Ajahku Pulang" jang merupakan saduran dari tjerita Kikuchi Kwan, ’’Chichi Kaeru”. i)
H .B . Ja ssin . K e m ta s tr to n .......................c ^ .. h a l. 134.
D a la m mengumpulkan b ah an -bah an sandiw ara k a rja U sm ar ismai'I ini. k aren a perpustakaan-perpustakaan ridak bcrap a m cm ban tii, m aka kepada U sm ar Ism ail sendiri telah sa ja m inta b an tu an, a g a r d ap at m enundjukkan bahan jan g lengkap. T a p i sajang sek ali, d ari U sm ar Ism aü sebuah sandiw arapun tidak sa ja peroleh. S e te la h beberap a lam a bah an-bahan itu d itjarin ja, h an ja ja n g tin g g a l ialah dua bundel sandjak : D a ri S en d ja k e S en d ja d an P u n tu n g B era sa p . Inilah jan g d iberikannja kepada saja. Jang lain, ja n g sesungguhnja sa ja butuhkan, k atan ja sudah tertjetjer sem asa revoïusi. A d apu n san d iw ara-rad io ’’Pam an k u " m enurut keterangan U sm a r Ism ail, bukan hasil k arjan ja, m elainkan hasil k a rja Rosihan A n w a r. D ja d i sem ua sandiw ara asli k a rja U sm ar Ism ail hanja enam buah d iatas ini. — S etelah m enghasilkan jan g enam buah ini, se la n d ju tn ja dia h an ja menulis scenario. .— D a ri enam buah sa n d iw a ra tersebu t ad a em pat buah jan g akan kita perbintjangk an , ja itu : a) T jit r a b) A pi c) L ib u ran Senim an dan d) M u tia ra dari N usa Laut. K eem p a t sand iw ara ini sudah lengkap raemberi gam baran te n ta n g ap a -a p a jan g berhubungan dengan seluruh kem anusiaan p e n tjip ta n ja . B a ik la h s a ja ichtisarkan isin ja dibaw ah i n i : a)
T jit r a T e r d ir i a ta s tiga bagian (b a b a k ). T je r ite r a n ja terdjadi di D ja w a T im u r, ja k n i dipabrik tenun ' ’ D ja w a T im u r” . K ira-k ira lima bulan sesudah perang di D jaw a < D jep ang m end arat, M a re t 1 9 4 2 ), jan g b era ch ir dengan runtuhn ja k e k u a sa a n B elan d a di Indonesia. Sesu d ah ditutup selama om pat bulan. pabrik itu d igialkan kem bali dengan pimpinan S u topo. Pem ilik/Pem inipin Umum pabrik itu ialah N j. Suriow inoto. ibu Su to p o . P eru sah aan itu seb en arn ja adaiah w arisan peninggalan S u riow in oto . ajah H arson o . aja h -tiri Sutopo.
,
D alam memlmpin perusahaan i£u Sutopo dtbantu oleh T jitra , gadis rem adja jan g tjantik parasnja. D ia an ak pungut N j. Su riow inoto jan g dipelihara oleh N j. Suriow inoto sed jak k etjil. A salusulnja tak diketahui. Jan g m ula-mula m em ungutnja ialah P ak G ondo, mandur pabrik tenun "D ja w a T im u r” . S etelah a g ak besar sedikit diambil oleh N j. Suriow inoto. P ad a suatu hari kepabrik itu datang seorang kom ponis mu da, K ornel nam anja, diutus oleh pem erintah untuk m enggem birakan para pekerdja dengan m engarang lagu-lagu pembangttn sem angat bekerdja. P ad a suatu pagi K ornel m elihat T jitr a sedang berdjalan dikebun kapas. T erg erak lah hatinja m engarang suatu lagu. Lagu jang ditjiptakannja itu dinam ainja " T ji t r a ’' dan d iberikan n ja kepada Sutopo sebagai tanda kenang-kenangan. Sutopo gem ar sekali m emainkan ’’T jitra '* dipiano dan tjin tan ja jang terpendam terhadap T jit r a sem akin mendalam. Kalau Sutopo seorang jang suka m em benam kan dirinja da*\am pekerdjaan memadjukan perusahaan, sebaliknia H arsono adalah seorang jang sangat menakuti pekerdjaan. D ia seolaholah kehilangan pegangan sekem balinja dari D ja k a rta , karena Sekolah Hakim T in g g i, tem patnja belad jar ditutup. T ia p hari dia bertualang. Kemudian tern jata dia kawin dengan seorang djanda kaja, meninggalk^n T jitr a berbadan dua, m elarikan diri ke Su rabaja bersam a djanda kaja isterinja itu. Sutopo sangat marah. D ikedjarnja H arsono. tapi dia ke* tinggalan oleh kereta api. U ntuk m endjaga kehorm atan keluarga, dikaw ininja T jitra . T a p i perkawinan ini hanja b ersifat lahiriah. T jitra melahirkan Rilw an, anak H arsono. Setelah beberapa bulan, an ak ini meninggal. Sutopo tidak segem bira dahulu lagi dalam pekerdjaannja. T jitr a senantiasa bersedih hati dan tidak hendak m erapati Sutopo. Setahun telah berlalu. D atang kabar isteri H arson o m ening gal dan H arsono djadi seorang k aja jang derm aw an. Sutopo bermaksud hendak m entjari H arsono dan akan m em aksanja da tang mengambil T jitra . M endengar kehendak Sutopo ini T jitra
m
kcbmgungaw clan mentjobu membunuh cliri dengan mentjemplun^kan diri kedalam sungai. T a k lama antaranja Harsono muntjul. D ia sudah miskin. H arta-hendanja telah diberikannja kepada fakir-miskin. Dia menanjakan anaknja. Dia tak mengetahui, bahwa Sutopo telah mengawini T jitra untuk mendjaga kehormatan T jitra dan keftiarga. Sutopo bersedia nienjerahkan T jitra kepada Harsono. ujika T jitr a tak berkeberatan. T jitra dan Harsono dipertemukan dan disuruh memetjahkan persoalan mereka berdua. T jitra menolak H arsono. K atanja dia kasih kepada Sutopo, tapi dia tak dapal m entjurahkan kasihnja itu. karena senantiasa teringat kepada dosa jang telah menodai dirinja. Dia raerasa tersiksa, lebih-lebih apabila mcndengar Sutopo memainkan lagu T jitra dipiano, roelepaskan rindu hatinja. Harsonopun insaf akan dosanja. Dia mengambil keputusan m enunaikan kewadjibannja terhadap tanah air jang selama ini tidak pernah diingatnja. D ia masuk barisan " d jib aku ”. setelah dengan ichlas melepaskan T jitra kepada Sutopo. Sutopo dan Harsonopun sanipailah kepuntjak kesadaran. B ag i mereka T jitra adalah lambang Tanah Air jang mereka tjintai. b)
Api T erd iri atas tiga bagian (babak). Hendrapati. seorang apotiker jang tidak tamat dari pendidikannja di Eropah. Namun dia seorang manusia jang berkemauan keras hendak madju dengan djerih-pajahnja sendiri, walaupun kadang-kadang dengan tidak djudjur. Dia tak segansegan mengurbankan keselamatan dan kebahagiaan orang lain. Selain tak djudjur, djuga sifatnja sinis. angkuh. suka memetjahbelah. isteri Hendrapati seorang wanita keturunan bangsawan. R.A. K artina. K arenanja Hendrapati mempunjai rasa kurang hargn diri terhadap isterinja. Karena dia berkompensasi atas hal ini.
maka perhubungan suami-isteri ini djadi tak sew adjam ja: Heiidrapati sering berkata dan berkelakuan kasar terhadap isterinja. Anak mereka ada dua orang, jakni Sutarna dan Karnasih. T a m a berbakat pelukis dan bertjita-tjita untuk itu. Akan tetapi dipaksa oleh ajahnja bekerdja dilaboratorium, supaja dapat kelak menggantikan ajahnja, djika ajahnja telah meninggal. Karena bekerdja setjara dipaksa, Tarna djadi seorang jang tak mem punjai pegangan. Dia seorang jang Iemah, tidak pertjaja akan diri sendiri dan dapat segera dipengaruhi oleh orang lain, sehingga tak tentu sikapnja. Sifat Iemah ini terbawa sampai kepada tjintanja terhadap Sumiati, anak Sutantio, sehingga tak dapat dia menawan hati gadis itu. Dia hanja dapat menimbulkan kasihan orang-orang sekitarnja. Karnasih adalah djenis gadis modern, lantjang mulut, berani. karena jakin atas maksudnja jang baik. Keras sama keras dengan ajahnja, dalam arti bertolak-belakang dengan ajahnja. D jika ajah nja keras menudju tjita-tjita jang buruk, dia keras hendak mentjapai tjita-tjita jang baik. Karenanja tak segan-segan dia berselisih dengan ajahnja. Karnasih mentjintai Irwan, asisten Hendrapati, tapi Hendrapati senantiasa berusaha mendjauhkan kedua anak muda ini satu dari jang lain. Irwan adalah seorang anak muda jang baik hati, ramah dan ternjata dia seorang jang tjakap dalam pekerdjaannja, sampai achirnja ketjakapannja melebihi ketjakapan Hendrapati. Irwan mengadakan pertjobaan membuat obat malaria setjara diam-diam. T jatatan Irwan mengenai penjelidikannja dalam pertjobaan itu ditjuri oleh Hendrapati. Dengan demikian Hendrapati telah me ngetahui pekerdjaan Irwan tersebut dan karenanja dia djadi bentji kepada Irwan. Irwan hendak diusirnja, meskipun sebenarnja dia masih membutuhkan tenaga Irwan. Karena itu walaupun dia mengusir, tapi hati ketjilnja menahan dengan selalu menekankan peringatan kepada Irwan, bahwa Irwan berutang budi kepadanja. Karena dulu telah ditolongnja dari kesusahan. D jik a Irw an berusaha memperoleh sesuatu jan g b erfaed ah b ag i manusia, sebalikn ja H endrapati dengan diam -diam . w alau-
puti .dia h an ja seorang apotiker jan g tak . beridjazah, oleh sifat gila horm at dan pongahnja raengadakan penjelidikan dan membuat pertjobaan tentang sesuatu bahan peledak baru untuk di pak ai dalam peperangan. D ia ingin .djadi mashur sebagai seorang pencinu suatu sendjata jang hebat. P ertjo b a a n H endrapati ini berachir dengan m eledaknja bah an-b ahan jan g tengah dipersiapkan didalam laboratorium jang m em bakar laboratorium itu bersam a-sam a H endrapati jang menerdjunkan dirinja kedalam api tersebut. A ch ir tjerita ialah H endrapati musnah bersam a harta-bendanja. D ua pasang machluk manusia muda : Irw an dan Karnasih, S u ta rn a dan Sum iati dapat bertemu dengan sew adjarnja, memenuhi kudrat Ilahi.
c)
Liburan Seniman T e rd iri atas empat bagian (b ab ak ).
Surom o, djurutulis kantor dagang "H asan Kaisha” sudah beberap a minggu seperti orang linglung. T id ak betah tinggal dirum ah. D ik an tor seolah-olah dia tak d a p a t m em u satkan perh atian n ja kepada pekerdjaan. Ratm i, isterinja, tak mengerti akan perubahan kelakuannja itu. R atm i dihasut-hasut oleh pamannja, Garm ojono. Garmojono berpendapat, bahw a seorang klerek harus tetap djadi klerek. D ia tak bisa menjetudjui usaha Suromo hendak djadi pengarang dan bergaul dengan orang-orang gila jan g disebut seniman, sehingga rum ah-tangga djadi katjau-balau. Terhadap Suromo sen diri G arm ojono tidak berani berterus-terang. Tem an -tem an Suromo dan Ratm i jang biasa bertamu ialah : K anto, teman sekantor Suromo; Kadjim an, seorang komponis; R u taf, pelukis; dan M ira, tunangan Rutaf. D em ikianlah pada suatu waktu, berkumpul pula mereka di rumah Surom o. Sem entara m ereka ramai bertjakap-tjakap, Suromo diam sad ja seperti orang jang pikirannja ditempat lain. T ib a -tib a dia membawakan suatu dialog, jang ternjata adalah klim aks sandiw ara jang sedang dibentuknja dalam kepalanja.
Dengan girang dan bangga kemudian dia memperlihatka» naskah sandiwara jang telah seJesai dikarangnja. Sandiwara itu dibatja oleh teraan-temannja dan mereka berunding hendak mementaskannja. Rutaf akan membuatkan dekor, Kadjiman hendak mengarangkan musiknja. Dan seorang lagi teman jang datang kemudian, saudagar muda Tahar M alik bersedia mengusahakan uang u n t u k keperluan pertundjukan kelak. Mereka menemui banjak kesukaran. Pajah mereka mentjari pemain-pemain, terutama pemain wanita. Ongkos dekor sadja sudah Rp. 500, — . M ereka diedjek-edjek Kertalasm ara. seorang jang banjak pengalamannja dalam sandiw ara. bangsawan dan stambul sedjak sebelum perang. Menurut Kertalasm ara san d i wara '’Kebangkitan'’ karangan Suromo itu hanja terdjadi dari pertjakapan-pertjakapan jang terlalu pandjang dan membosankan. Tidak ada "action” katanja, tidak ada "gerak badan . Jang lebih berat ialah madjikan Suromo datang menuduh Suromo tidak bekerdja dengan tjita-tjita bagi perusahaannja. semata-mata hanja mengharapkan gadji sadja. Suromo bertengkar dengan madjikannja dan karena itu dia dipetjat. Tapi semua rintangan dan pukulan itu tidak mematahkan hati mereka. Mereka terus berusaha dan inulai m engadaka1» latihan-latihan. Kesulitan belum djuga putus-putusnja; Ratnii djatuh sakit, kareua bekerdjn keras membnntu suaminja mentjari nafkah. Bahan-bahan untuk dekor kurang. Paman Garmo sudah berani pula menghina Suromo didepan teman-temannja. Saudagar m u d a Tahar M alik gagal usahanja mentjari uang pindjarcan untuk keperluan pertundjukan. Kanto jang ikut main, tiba-tiba dipanggil masuk pradjurit. Terpaksa ditjarikan gantinja. Semua kesulitan itu dapat diatasi mereka bersama-samaAchirnja sandiwara ’’Kebangkitan” dapat djuga dipertundjukkan. Namun Kertalasmara tetap mengedjek. D juga pama*1 Garmo tetap rendah pandangannja terhadap Suromo. T a p i Sttromo dan kawan-kavvannja semakin berkejakinan keras, b a h *ra mereka telah nielakukan suatu pertjobaan baru dalam kesandi-: varaan dan mereka merasa puas. Kepuasan itu semakin besar.
setelah te rn ja ta , bahw a pemimpin " H a s a n K a ish a ” sendiri d atan g in enon ton dan m engagum i pertundjukan itu. Sesu d ah pertund ju k a n d ia m in ta m aaf kepada Surom o. S ela n d ju tn ja diundangnja Su ro m o , a g a r keesok an h arin ja datang k ek a n to rn ja untuk d iad jak b e rb itja ra p an d jan g -leb ar.
d)
M u tiara dari N usa Laut
T e r d ir i a ta s em pat bagian (b a b a k ). T je r it e r a berlak u dipulau N u sa Laut, H aruku dan Sap aru a. A ta , puteri R a d ja T r ia g o (R a d ja A bubu, N usa L a u t), tam p a k n ja b ia sa sa d ja k ead aan n ja. S am a h aln ja den gan beberap a g ad is tem a n n ja mulai m en ari-n ari ditepi pantai pada suatu send ja. T a p i M a la , salah seoran g tem annja. ta k mau turut b erg ira n g . D ia term enung sad ja. M alam nanti ada keram aian. H al ini m end jad i p ersoalan bag in ja, m engapa R a d ja hendak m enga d a k a n p e sta , sedang baru sad ja ked jad ian p en gan iajaan terhadap T a p ila tu oleh W o la n d a (B e la n d a ). T ap ilatu adalah kaw an bapa M a la . M a la m engetahui, bah w a T a p ila tu tak mempunjai apa-ap a lag i. K eb u n p a la n ja telah diram bah e/eh k o m p e n i. T a p i masih d ju ga dia d ip aksa m em bajar p ad jak jan g ban jak . T e n tu sad ja tid ak d a p a t m em b ajar. K a re n a itu T a p ila tu ditusuk-tusuk sampai tem bus b a d a n n ja d en gan kelew an g. S etelah setengah mati, disuruh n a ik kuda; kem udian d ik atak an dia m endapat ketjelakaan d jatu h d a ri kuda. Su d ah b eb erap a kali terdjadi demikian, namun kini R a d ja h en d ak m engad akan keram aian. Seolah -olah tak mengh ira u k a n p en d eritaan ra k ja tn ja . M e m p erh a tik an sikap M a la dem ikian, A ta berhenti dari menari, lalu m en g ad jak M a la bertjakap~ tjakap. M ala b erk ata dengan sinis jan g p ah it terh adap A ta . D ik atak an n ja, bahw a A ta tak m era sa k a n apa jan g sedang djad i p ersoalan bagin ja ketika itu. T a p i malit dia. setelah d iketah uin ja, bah w a Atapun lebih m erasakan ten tan g d erita ra k ja t jan g sedang dirasak ann ja itu. Diapun m engaku salah san g k a terhadap A ta. D alam pada itu d atan g B u an g . K ep ala P engaw al R ad ja. »— B u a n g , se d ja k iku t R a d ja , djad i pengaw al A ta, berm ain-m ain ditepi p an tai m en tjari lokan. Kini A ta sudah gadis rem adja, se-
dang Buang sudah diangkaf oleh Radja djadi Kcpala Pengawal. Antara Ata dan Buang ini bersambut rasa tjinta ■ —. Dari berkelakar mereka sampai kepada pertjakapan jang sungguh-surigguh tentang perdjuangan kemerdekaan diri dari tindasan Belanda. Bagi Buang segala tindasan akan segera berachir. Tetapi bagi Ata segala tindasan akan tetap ada selama Belanda masih ada disini (Nusa^Laut, Saparua). A ta rela, djika pulau Nusa Laut dihantjurkan oleh topan, tapi djangan diperas oleh Belanda perlahan-lahan. Ajal (adik angkat Buang, tunangan M ala) sementara itu datang. Dia terburu-buru mentjari M ala, hendak bertemu dengan M ala, barangkali untuk penghabisan, karena dia malam itu harus pergi ke Saparua. Pemberontakan di Saparua sudah mendjalar sampai ke Nusa Laut. Radja Triago datang pula. Kini tahulah Radja, bahwa Ata, jang selama ini diusahakan agar terisolasi dari hal-hal jang mungkin merusuhkan hatinja, sama sekali tidak terisolasi. Dia heran, karena mendengar kata-kata Ata, jang menjatakan pengetahuannja tentang segala kedjadian, situasi serta suasana nanti; suasana perang. Dia tak dapat mentjegah A ta ikut berperang. Sementara Radja bertjakap-tjakap dengan A ta dan Buang, datang tuan Rebok dari Saparua. D ia membawa kabar perang petjah. R akjat gemuruh, marah terhadap penindas (B elan d a). Dalam berperang. Radja Triago bersama-sama Ata, Buang dan A jal terkepung di Ouw, suatu tempat dihutan pulau Sapa rua. Matulesi, jang mengurus segala sesuatu untuk ini konon sudah kena pikat pengchianat. Dia diserahkan kepada Belanda dan akan dihukum gantung. Pertahanan diluar Ouw rasanja tak Jama lagi akan patah. Ata sebagai Srikandi merawat para pradjurit jang lukaluka. W alaupun dalam keadaan bagaimana A ta bertekad keluar dari kepungan musuh. Radja T riago menjerah kepada nasib. M ereka, Ajal, Buang dan Radja Triago terkenang akan M atulesi jang mentjentjang habis-habisan Kolonel Beetjes bersama serdadunja. M ereka menghitung pahlawan-pahlawan mereka jang djatuh. T ap i bagi A ta semua itu tak perlu dipikirkan. N asib '
d jan g an disalahkan; satu pahlawan dfatuh. harus ada dua gantin ja jan g muntjul dan seterusnja. A ja l mengusulkan agar dari antara m ereka ada jang diutus m elihat keadaan diluar Ouw dan m enarik rak jat kembali berpih ak kepada mereka untuk menolong mematahkan gelang kepungan. R ad ja setudju, djuga Buang. T ap i dalam hal djadi utusan ini terd jadi perebutan antara Buang dan A jal. A chirnja A jal d ititahkan R ad ja. Ajalpun pergi. Buang m erasa bertanggung-djaw ab atas A jal, karena itu dia b erk etjil hati atas kepergian A jal. D ia merasa bersalah melep askan A jal. Lagi pula A ta m engatainja pengetjut, karena h an ja menjuruh A jal. Berhubung dengan hal tersebut R adja menerangkan, mengapa A ja l jang dititahkan dan Buang jang disuruh tinggal. Jaitu B u ang untuk A ta. Buang tetap mempertahankan diri sebagai lak i-lak i, tetapi apa boleh buat, semua sudah berlaku. A ja l kembali dengan berlumuran darah, lalu rebah. meninggal. K en jataan ini melemahkan hati R adja, tapi sebaliknja bagi A ta. A ta tak mau berhenti setengah djalan. Baginja mengalah, m enjerah kepada musuh adalah djalan jang hina. Demikian djuga bag i Buang. Namun Buang telah mendjadi lemah oleh perkataan R a d ja . Sedang A ta semakin terbakar hatinja. Dia bersumpah, tid ak akan menggulung rambutnja sebelum kemenangan tertjapai atau tubuhnja bersiram darah. Lalu dia berpidato kepada pradjurit-pradjurit jang sedang sakit, memberi semangat kepada m ereka. M allo dari antara pradjurit-pradjurit itu tampil dan membantu A ta dengan utjapan-utjapannja menjemangatkan para pradjurit. M a k a sem angat para pradjuritpun bernjala-njala kembali. M erek a memilih mati dalam kemuliaan; menjingkirkan hidup terus da^am lumpur kehinaan, seperti jang dikehendaki Ata. A ta bersam a ajahnja, R adja T riag o tertangkap oleh Belanda. T a p i kemudian A ta dilepüskan, karena masih dibawah umur (m enurut k ata orang Belanda itu ). T riag o akan dibunuh. Untuk m em intakan ampun bagi ajahnja, A ta pergi kepada Residen B uyskes. T a p i perm intaannja tak dikabulkan.
Sfcwaktu terdesak di Ouw dahulu, B u an g d ap at sfielepaskaa diri. M a k a setelah A ta dilepaskan, dipantai N usa L au t dia ber temu dengan Buang dan M ala. M a la sudah seperti orang linglung, karena kehilangan A jal. K ata A ta, M ala kehilangan kescim bangan. O leh A ta, Buang dituduh lari. T a p i bagi Buang sendiri. dia tidak lari. M elainkan m enjingkirkan diri dan akan m entjari d jalan ; kini dia akan pergi ke H aruku. A ta m enjatakan perasaann ja kepada Buang, bahw a dia sa~ n g a t tjinta terhadap ajah n ja. T a p i kadang-kadan g dia bentji, karena mengingat ajah n ja bertindak pengetjut itu. P era sa a n de mikian itu lebih-lebih lagi terhadap seorang pemuda seperti Buang. K arena m endengar bunji tifa dipukul dari djauh, Buang minta diri dari A ta. D ia berdjandji. djika bulan sudah dua kali timbul sebelah barat, akan kem bali dan akan mulai m em perdjuangkan fiidup baru. D ia akan terus berdjuang, karena itu seb aik n ja tidak boleh dia tertangkap. , ^c y^a<*u -serdadu B elan d a datang bertjakalele m engantarkan fta d ja 1 riago untuk bertem u dengan A ta. Kepada A ta. R ad ja T ria g o minta m aaf, karena m ereka akan bcrpisahan. A ta diam sadja. tapi ketika R ad ja T ria g o akan per gi, A ta mentjium kaki ajahnja. D an sebaliknja dia jan g minta maat kepada ajah n ja. K arena dia insaf. bahw a seben arn ja bukan ajah n ja sadja jan g salah. melainkan m ereka semua. Dem ikian pula. A ta insaf. bahwa segala tindakan ajah n ja untuk dia. Radja T ria g o merasa bangga atas anaknja. Kini dia kalah. namun dm nierasakan kemenangan, karena adanja A ta serta ra.kjaknja jang memperlihatkan ketjintaan kepadanja. T a p i A ta ber pendapat. bahwa mata rak jat sudah diabui oleh musuh. Sem entara itu T u a Agama (P en d eta) m em beritahukan k e pada Radja, bahw a waktu bertemu itu sudah habis. R ad ja diingatkan ag ar bersedia menghadapi Tu h ann ja. T elah tiba saatnja untuk dibunuh. R adja mengutjapkan selainat tinggal kepada A ta dan nienjatakan kep ertjajaann ja. bahwa Ata dan Buang akan daRiit-
menempuh hidup fnereka. Pengawasan atas Ata diserahkan ke pada Tua Agama. A ta tidak sanggup hidup diantara rakjatnja lagi, sebab rak ja t sudah mulai tidak setia. U sahanja mentjoba memberi sezpangat kepada rakjat untuk melandjutkan perdjuangan, sia-sia beiak a. R akjatn ja telah sangat menderita kekedjaman-kekedjaman Belanda. Diapun mengasingkan diri kedalam hutan. Situasi ini m endjadi djalan bagi Belanda untuk nienghasut rakjat lagi. A ta dikatakan telah mendjadi suanggi atau perempuan tenung. Buang jang telah berhasii kembali ke Nusa Laut menemukan A ta dihutan dalam keadaan jang menjedihkan. Ata menuduh, bahw a Buang telah melarikan diri. Sebaliknja Buang meminta kepadanja, agar mereka bersama-sam a pergi ke Haruku. Dan d ari sana nanti mereka akan dapat memperbaharui perdjuangan. A ta menolak. K eketjew aan bertambah besar, karena rakjat menjerang. R a k ja t ini sudah termakan oleh hasutan musuh. Diberi hadiah barang siapa dapat menangkap Ata. M allo datang kepada mereka, mengadjak mereka iari mend ja u h k a n diri. D ia telah raen/ediakan perahu untuk mereka. Tapi A ta dan Buang menolak. Rakjat mendesak. M allo nieilcihcin rak ja t b an jak itu. T iba-tiba dari balik belukar muntjul seseorang dengan tjepatnja menusuk Buang. A ta berpidato menginsafkan rakjat. Rakjat disuruh pulang, biarlah Belanda sendiri jang datang mendjemput dia. M aka rakjatpun surut perlahan-lahan. Mallopun dimintanja supaja meninggalkan mereka. Dia sendiri jang akan menguburkan Buang. Buang meninggal dalam mempertahankan Ata. Dengan ke* matian Buang, Ata kehilangan pengharapannja jang penghabisai.. D ia m erasa betapa besar tjintanja kepada Buang selama ini. T e la h kita ichtisarkan keempat buah sandiwara hasil karja U sm ar Ismail. M enurut waktu tertjiptanja, maka "M utiara dati Nusa L au t” dan ketiga sandiwara dalam Sedih dan Gembira adalah sebagai beriku t:
a) b) c) d)
M ütiara dari Nusa Laut, D jakarta. 8 O ktober 2603 (1 9 4 3 ). Tjitra, Bangil, Nopember 1943, Liburan Seniman, Djakarta, 23 Desember 1944, Api, Djakarta, April 1945.
Dari antara sandiwara-sandiwara karja Usmar Ismail ini Jan9 telah agak tjukup menarik perhatian m asjarakat ') ialah Api dan "M utiara dari Nusa Laut” . Artinja kedua sandiwara ini jang telah agak tjukup dibitjarakan orang dalam tulisan. Mungkinkah karena kedua sandiwara ini sudah atjapkali dipentaskan ? Saja kira bukan karena itu. Karena dapat dikatakan, bahwa umumnja sandiwara-sandiwara karja Usmar Ismail sudah dipentaskan berkali-kali. Baik oleh sandiwara penggemar M aya jang didirikan oleh Usmar Ismail sendiri, maupun oleh perkumpulan pementas sandiwara-tetap ’’Bintang Surabaja” . Perkum pulan ini pemah mementaskan ’’T jitra ” dan ’’M utiara dari Nusa Laut”. 2) Demikian djuga pementas lain sewaktu-waktu, seperti Bapersi, jang mementaskan ’’T jitra ” pada tanggal 21 Agustus 1948 di Panti Perri, Djokja. 3) Dari kenjataan diatas ini mengertilah kita, bahwa selain wudjud sandiwara (tertulis atau dipentaskan), masih ada faktorfaktor lain jang menentukan perhatian masjarakat. Jaitu suasana jang meliputi masjarakat jang mempunjai perhatian itu. D an jang terutama menentukan perhatian itu ialah djiwa, gagasan serta tjita-tjita jang terkandung dalam sandiwara itu. Sem uanja saja katakan dengan kata jang sederhana ’’semangat” . D an hal ini akan saja uraikan dalam pasal berikut.
2.
Semangat jang mendjiwai Sandiwara-sandiwara K arja Usmar Ismail
Djika kita perhatikan sandiwara-sandiwara karja U sm ar Is** mail dalam Sedih dan Gembira, maka akan kita dapati kata-kata
-) a)
M a sja ra k a t jan g M ja enaksud disin i ialah m asjarakat ja n g tahu m e n ila i s a n d iw a ra . U sm ar Ism ail. S ed ih dan G e m b ir a . h a l. 7 . R ed ak si, "M a la m P e rtu n d ju k a n ". I n d o n e s ia . T h . I , no. \-2. D ju li-A g u s.tu s 1 9 5 0 , h a l. 121D aiam pertundjukan tersebut o a tnanj a bukan T j i u a ” , m eJeinkau " B a la n s a o d lw aK iu f * d jW
•
ata u kalim at-kalim ait U sm ar Ism ail dalam ”A p i" ; "K e p a d a P e rd ju a n g a n m elaw an Jan g K ed ji dan D ja h a t" . (h al. 6 1 ) . D alam ’’L ib u ra n S en im an ” : ’’K epada Isterik u ” . (h al. 1 2 7 ). (D alam " T j i t r a ” U sm a r Ism ail tak m engatakan a p a -a p a ). D an dalam "M u tia r a d a ri N u sa L a u t” : "H idup hanja d ap at dit^bus dengan m a ti” . (h a l. 1 2 0 ). K a lim a t-k a lim a t itu tentulah m em beri k esan kepada kita, b a h w a U sm a r Ism ail dalam m engarang s^ nd iw ara-sand iw aran ja itu b e rte ra n g -te ra n g m enolak paham ’T a r t pour l’a r t” . A d a b a ik n ja sebelum m em perdalam penjelidikan k ita me n g e n a i a sp e k -a sp ek dalam hasil k a rja U sm ar Ism ail ini, kita p erh a tik a n lebih dahulu u tjap an -u tjap an p ara ahli sastra. -
f
T e n ta n g U sm ar Ism ail b e rk a ta H .B , Jassin : U sm a r Ism ail ad alah seoran g senim an ja n g m engeluarkan d a ri kam u s filsa fa t lceseniannja p egangan l’a rt pour l’art, sen i untuk seni, jan g b e rs ifa t p erseo ran g an . S en i buat In d o n esia m enurut p en d ap atn ja tid ak boleh tid ak mesti b ertjo ra k p en gab d ian kepada N u sa dan B an gsa, k e p a d a tjitatjita, kepada agam a, d a la m bentuk ja n g djelas. L a rt pour l ’a r t b a g in ja berarti satu kem ew ahan ja n g m enandakan tidak a d a k e in sa fa n . 4 ) A d ap u n m engenai sand iw ara ’’T jit r a ” P ro f. D r. A. T eeu w b e rk a ta : ......... p ertja k a p a n 2 dalam tje rita ini hidup, lagi pula sew a" d ja r n ja s ifa tn ja . P a d a la ta r-b ela k a n g jan g seperti ini m aka d ja d ila h T jit r a seb a g a i lam bang In don esia baru, dalam n am a n ja , d alam d irin ja, dalam kehidupannja, sebagaim ana dju g a S u to p o m erup akan lam bang orang Indonesia; tetapi perlam b an g itu tid ak pern ah d irasak an sebagai gangguan, tak p ern ah teru s-m en eru s dip aksakan atau dilandjutkan. D a sa r*)
H .B . Ja sn in , K d u s a a t r n a n I n d o n e s ia d im a s a D je p a n g . t je t . k e -2 . « «T 'tC fian P P . d an K ., D ja k a rta . 1954. b a t. 10.
P erp u slakaan
P « * g * iu a n
K *-
tjita kebangsaan jang terdapat dalam karangan ini^dan jang barangkali merupakan artinja jang terpenting bagi se jara kesusastraan, oleh karena itu mendjadi lebih dapat itermia dan mendjadi lebih berharga lagi. «) Bcrturut-turut telah saja kutipkan pendapat-pendapat kedua ahli 'diatas. Baik jang langsung mengenai pribadi Usniar smai , maupun jang tidak langsung. ,,Dasar-tjita kebangsaan 1” mikroskopi oleh Teeuw, erat sekali hubungannja dengan ahal jang diungkaikan oleh Jassin. Dan rasanja kedua rangkuman pendapat ini memang benar. Semua hai ini memang sudah saja lihat dalam hasil-hasil karja Usmar Ismail, namun dalam pertemuan setjara informil dengan Usmar ïsmail, ada djuga saja singgung dalam pertjakapan setjara tak langsung. U sm ar Ismail mendjelaskan, bahwa ada tiga prinsip jang djadi pegangan hidup baginja : ke-Tuhan-an, kebangsaan dan prinsip diri sendiri. Usmar Ismail djuga menjetudjui pendapat-pendapat para ahii sastra tersebut tentang dirinja. Hal ini akan lebih djelas lagi, apabila lebih djauh kita membitjarakan sandiw ara-sandiwara hasil karjanja. Semua sandiwara karja Usmar Ismail jang akan kita bitjarakan disini, ditjiptakannja dalam masa pendudukan Djepang. Maka bukanlah suatu hal jang luar biasa, djika k i t a melihat unsur-unsur propaganda dalam hasil karja ini. Namun kedua ahli tersebut diatas sependapat, bahwa dengan k e t ja k a p a n n ja Usmar ïsmail menggunakan ini sebagai hiasan sadja. K aren a dia ccrpaksa memenuhi sjarat-sjarat jang dituntut waktu itu. <*) Dalam bab II pasal satu telah kita tjatat, bahwa Usmar Ismail lahir tanggal 20 M aret 1921. Djadi djika T jit r a " dan "Mutiara dari Nusa Laut” ditjiptakannja dalam tahun 1943, berarti usianja sewaktu mentjiptakan itu 22 tahun. Sedang ”Li" buran Seninidn" dalam usia 23 tahun dan ”Api” dalam usia 24 ’ ■ A. Tecuv.. P o k o k J a n Tukuh dalam k eM sjtico ü n Jn U on aid Uaiu‘ ie t. bnngunan. Djokartd, 1955. ha*- *26. •'i H .B .Jo fctin , K e i t u a m w !» d en esia M e d v t * .................... ..... i,j|. l35*I3eA . Teeut», ap. i-ii
k e - j.
tnhm i. D e n g a n kaUi Jain, dia m entjiptakan sand iw ara-sandiw aran ja ini dalam usia jang masih muda. Baru sad ja dalam dua. tiga tahun dia m engindjak masa adolessens atau masa dew asa. D a3am h a l ini dia term asuk orang jang beruntung. Selain bakatnja m em ang ada. masa pekanja beroleh santapan jang dikehendaki. b ero leh .pupuk jalig m enjuburkan. D jh v an ja berkem bang dibawah nsuhan dan didikan abangnja D r. Abu H anifah. seorang dokter ja n g berd jiw a seni. ") S elain itu. djika dalam diri U sm ar Ismail orang melihat dan oleh U sm a r Ismail sendiri diakuinja. bahw a prinsip hidupnja s e perti ja n g kita tja ta t didepan, m aka hal inipun sesuai benar d en gan pendirian D r. Abu H anifah tentang filsafat, agam a dan k esen ian jan g telah kita uraikan dalam bab III. Inilah agaknja sem an g at jang m endjiw ai sandiw ara-sandiw ara karja U sm ar Is m ail. K ita mulai m eneliti hal ini dalam " T jit r a " . Kita dengar apa jan g dikem ukakan U sm ar Ism ail melalui tokoh-tokoh tjeritanja : S u to p o :
S a tu
(te r s e n ju m ) Ja, kita akan bekerdja lagi sekuatkuat tenaga kita, dik. Sudah em pat bu la n pabcrilc kita ini terhenti, karena perang. Sekarang Pem erintah B alaten tara memberi lagi kesempatan seluas-luasnja untuk bekerdja terus. Z am an pemba ngunan sudah datang. (h al. 1 0 ).
hiasan sederhana mengandung m akna. Selandjutnja :
S u to p o :
B u kankah sudah kuraraalkan, bukan ? Disini orang djad i manusia baru, ditengah-tengah gemuruh mesin paberik, m enggem birakan sem angat seperti mu sik jang tidak ada h ingga-hingganja. (hal. 11)-
D alam h al Ism ail. B a g in ja b e k e rd ja k e ra s m engem ukakan
H .B . TassJo
b ek erd ja seperti inilah tam pak sem angat b erb ak ti kepada nusa dan bangsa ialah dan bukan dengan berkaok-kaok. D jik a pendapat. m aka pendapat-pendapat itu
fC csu sax traan
. . . .
ibid .
hnl. M 3.
U sm ar dengan hendak disalur-
kan setjara halus melalui media seni atau dengan tjara lain, kerena lapangan kegiatannja banjak. (H al ini dapat ita atja alam lampiran). Sebelum landjut kupasan ini, baiklah saja njatakan satu hal. Jaitu soal psikologis jang menjangkut individu. Mungkin orang menjangka, bahwa saja selalu menumpahkan simpati terhadap pribadi Usmar Ismail. Saja insafi benar ha ini. M aka terhadap anggapan seperti ini saja kemukakan pendirian saja tentang tjara dan sifat pembahasan berhubung de ngan hal ini. Jaitu saja hanja membahas berdasarkan fakta-fakta jang njata. Tentang soal antara pekerdjaan dengan individu, mungkin setengah orang beranggapan, bahwa pekerdjaan-pekerdjaan itu dilakukan karena individu hendak berkompensasi dan sebagainja. Bagi saja, hal itu terserah kepada orang jang be.ranggapan dan djuga terserah kepada individu jang melakukan pekerdjaan tersebut. Karena itu bukan tanggung-djawab saja. Saja landjutkan penelitian dan pembahasan. Bagaimana sikap dan pendirian Usmar Ismail menghadapi pekerdjaan, dapat kita ikuti dalam dialog berikut : Pak Gondo : Biarlah saja urus hal rumah makan itu dulu, tuan muda. Aneh-aneh sadja pikiran tuaii Topo. Pekerdja diadjar njanji, disediakan temp'at makan. Bikin orang malas sadja. Ka lau tuah Surjo masih hidup. tentu ia akan bikin ribut, begini ..............; ___ (*a keluar)* Sutopo : (tersenjum kepada T jitra ) P ak Gondo tentu masih terpengaruh, waktu ajah Harsono m^fflimpin segala-galanja disini. Tetapi kita sekarang harus berani menukar adat jang ku" rang baik dengan jang lebih seh at,. sesuai dengan aliran zaman. (hal. 12). Masih banjak tertera pada bagian-bagian lain dialog-dialoS jang menjatakan semangat bekerdja Usmar Ismail, tapi saja rasa tjukuplah beberapa dialog diatas saja kemukakan.
T ë ilta n g tjin tan ja kepada alam , alam tanah a irn ja ,-d a p a t kita ra sa k a n lew at tokoh-tokoh sandiw aranja : K o rn cl
Sutopo
K o rn el :
............. S a ja terpesona oleh pem andangan seindah itu. K ebetulan sekali, saja lih a t adik tuan turun kekali, tubuhnja bertjidera dengan langit merah dibelakang. P ad a waktu itu ada sesuatu jan g hen dak lepas dari djiw a saja. Seolah -olah tubuh adik tuan datang kepada saja, timbul dari fad jar jang sedang m enjingsing itu. T jitr a ! M em ang, itulah nam a lagu jan g sudah saja karang. T jitra , w adjah fad jar sedang m enjingsing m engenjahkan gelap. .......... y. A neh, tapi pada w aktu itu teringat sa ja k e pada Indonesia, tanah air k ita ................. (d en g an sungguh-sungguh m endengar tjerita K o r net). B aran gkaii, karena T an ah A ir kita sedan# m enghadapi fad jar m enjingsing pula ? Ja , ja. itu dia. (hal. 1 9 -2 0 ).
K eb a n g sa a n sebagai pandangan hidup U sm ar Ismail dan dju ga soal perikem anusiaan n jata dari dialog berikut : T jit r a H a rso n o ;
T jit r a
Aku membela orang jang ben ar ! Kau m em bela bangsam u ! R a k ja t djelata, dari m ana kau datang, kau an ak dapat ditengah dja~ Jan ! (m a ra h ) M a s H arson o ! D jan g an hendak menghina orang sad ja. M eskipun pekerdja itu dan aku dari ra k ja t d jelata, tetapi itu belum berarti kam i kurang berh arga dari mas i Pada lahir baran g k ali kam i kelihatan rendah, tetapi didalam ini (ia m enundjuk d ad an ja) .................. dalam ini. aku jakin kami lebih tinggi dari mas, m engerti ! Kam i lebih sehat, dari orang seperti mas ini (h al. 2 2 ).
Melalui tokoh Harsonopun kita dengar suafaberdasar ke-Tuhan-an menurut Islam; dan jang lek*
ja^ig ,e as
disini ialah soal peradaban : Harsono :
Hhhmm, tukar tjintjin. Baik buat orang seperti dia. Bagiku tukar tjintjin dan segala jang reme itu sudah kolot. Kalau mau kawir.. kawïn teius [ (hal. 33).
Bagi Usmar, orang jang berdosa wadjib menebus dosanja. ■Djika dalam hal kerdja keduniaan dia hanja bersitat mengadjak. maka dalam hal kerdja memidju kekeachiratan dia bertindak memaksa : Sutopo :
Ja. akan kuseret dia kemari. djika dia tidak mau. Akan aku suruh dia menebus dosanja...................... T jitra : (putus asa) M a s 1 Sulopo : Tidakkah patut sangkamu. pada suatu kali dia mesti memperbaiki apa jang sudah dirusakkannja disini? (hal, 48 dan dalam flashback hal. 51) .
Berkurban adalah amal jang mulia dalam ke-Tu han-an me nurut Islam. Untuk maksud ini Usmar mengedepankan tokoh Su topo. Selama kurang-lebih setahun, semendjak H arsono meninggalkan mereka, Sutopo melindungi kehormatan keluarganja de ngan mengawini Tjitra setjara lahiriah. Sebaliknja berputus asa, membunuh diri adalah pekerdjaan jang terlarang atau harara. Pertjobaan T jitra membunuh diri tak diizinkan oleh Usmar Ism ail: Nj. Surio : Pak Gondo :
(kaget), T jitra ! Ada apa ini Pak G ondo ? Ini anak bodoh ini, kiranja jang paling gampang menjelesaikan segala-galanja, ialah de ngan djalan mentjemplungkan diri kedalam kali. (hal. 53),
O ra n g ja n g berdosa, pada suatu w aktu tentu ak an m engakui d a n a k a n m enebus d osan ja. K eja k in a n in i {atau setid ak -tid ak ?ija : keperfcjajaan) disuarakan dengan tokoh, H a rso n o :
Ja , aku sudah tahu, aku berbuafc dosa. Aku pcn getju t dulu itu, takut* un*uk m clepaskan kesenangan jan g kupcrdapat dari isteriku ................... untuk datang kem ari m '/.em ui, anakku ................... Ja , ad a kudengar T jit r a m elahirkan anakku ......... ......... T e ta p i sekaran g, aku ingin m em perbaiki apa jan g sudah kurusakkan, m as. (h al. 5 4 ) .
D a n k e in sa fa n jan g dikeh’endaki U sm ar, bukanlah hanja k e in sa fa n seoran g ‘’Islam -statistik ” , m elainkan keinsafan jang d alam , k ein sa fan ak an betap a k etjiln ja m anusia berhadapan de ngan T u h an : H a ïs o n o :
Ja , aku tidak pan tas untuk d ib e la d ju g a .................. aku telah berdosa b esar .................. tak mungkin rupanja untuk m enebusnja didunia ini l a g i ............. (h al. 5 5 ) .
L a n d ju ta n pengakuan sem atjam ini, bagaim ana menurut U s*n«r ïam ail jan g berpegan g kepada k e -T u h a n -a n m enurut adjarun Isla m ? A d ja ra n Islam ialah dalam keadaan bagaim anapun m a n u sia w a d jib b erlch tiar dengan p enjerahan diri sebulat-bulatnja k ep a d » T u h a n : H e rso n o -
M a s belum p ertja ja djiig a padaku. D jadikanlah T jitr a isteri m as jan g b e n a r ! P ertja ja la h kepadaku sekali ini ................... pergilah m as kedalam, aku akan pergi sek aran g , ja masuk barisan djibaku r a a s ! A ku selam a ini adalah orang jang b erk elan a d iatas dunia T u h an ini dengan tidak ad a k ein safan sam a sekali, tidak ada tanggungd jaw ab , tidak terhadap T a n a h A ir, Sekaran g ter-
hadap Ibu dan T jitra maslah aku minta menunaikan kewadjibannja ................. aku meminta mas ................. Terhadap Tanah Air biarlah aku sen diri menunaikannja................. Sutopo : Aku panggil ibu dulu. Harsono : Djangan, aku akan kembali lagi, apabila aku su dah djadi anaknja jang tahu membalas budi ! (hal. 59). Katastrop dari pada sandiwara ini ialah tjinta U sm ar Ismail terhadap Tanah Airnja. Agaknja menurut Usmar Ism ail manusia Indonesia jang pernah bernoda ataupun tidak, harus bersatu dalam wudjud tjintanja kepada Ibu Pertiwi Indonesia : H arsono:
Sutopo
:
Ja, dia jang tidak berasal-usul, pungutan dari bumi pusaka, jang telah kunodai, tapi hendak kukikis noda itu sekarang dengan njawaku ........ ........ dia anak kandung Ibu Pertiwi jang telah diserahkan kepada kita ................. D engarlah ! (terharu) Benar katamu adikku. D ia jan g tidak bernama, tidak berasal-usul ................. tetapi bersemajam dalam djiwa kita kedua .................. T jitra , lambang Tanah Air ........................... dalamnja berwudjud kasih kita kedua ................. (hal. 6 0 ).
MariJah sekarang kita meneliti semangat jang mendjiwai sandiwara ”Api’\ Tema utama dalam sandiwara ini ialah : ’’Jang kedji dan djahat pasti akan kalah oleh jang baik dan mulia. Namun jang kedji dan djahat itu tidak sedemikian mudah sadja dapat kalah. Manusia harus berdjuang mengalahkannja. D asar perdjuangan itu menurut Usmar Ismail ialah isi ajat-ajat Tuhan dalam Kitab Sutji al-Kuran” . seperti jang didjadikannja pembuka sandiwara ini. Sandiwara ini dikarangnja pada masa mcndjelang proklamasi kemerdekaan Indonesia, jaitu dalam bulan April 1945-
M a k a mudfthlah k iti m engerti akan raakna utjapan U sm ar Ismail pad a a ch ir pembukaan itu : D a n dalnm rnosa perdjuangan sekaran g ini, apabila k ita sudah ja k in sejakin -jakin nja, bah w a k ita sudah sanggup m en aklukkan ibiis didalam diri sendiri, m aka dalam m enghadapi m usuh jan g sudah kena na£su ibiis pula untuk m endjadjah sesam a, tiad a k ita a k a n 'g en ta r sedikitpuri. (hal. 6 3 ). U sm a r Ism ail sebagai seorang jang teguh im annja kepada T u h a n , adalah dia seorang jang reridah-hati. D ju ga dia seorang ja n g teliti dan h ati-h ati dalam bertindak, walaupun sewaktu me■ngarang sand iw ara ini dia baru berusia 24 tahun. *) Ini agakn ja ja n g dim aksudnja dengan "prinsip diri sendiri” . H al ini n jata d a ri utjapannjft m elalui tokoh-tokoh sandiw ara ini : Irw a n
:
K arn asih :
T id a k baik lekas kasihan, mungkin sia-sia k a sihan kita itu. Ja, kasihan adalah k ata besar untuk meninggik an diri sendiri atas orang lain. (hal. 6 6 ).
D a n ja n g berikut ini adalah pula jan g
dimaksud dengan
’’prinsip diri send iri” itu : H e n d r a p a ti:
(te rta w a ) A nakku m anis, kepertjajaanm u pa(id d ir i sejid irj sudah m enjam ai ajahmu. Benar
djuga itu, ada djuga a la s a n Irw an ta ku t pacfamu .................: ......... T a p i djangan membohongi diri aendiri, (hal. 7 0 ). / N am un perlu ad a koreksi atas diri orang jan g berkata demi kian :
x)
B a fia djug& S ê ë i k d a a k c te lltis n dan b a tl-b a ti.
Ge'mfciVa.
h al.
87.
8 8 .. P e rk ata a a
(okoh
Sutan tio,
hal.
89
lentanfi
Karnasih :
(tersenjum) Benar, sebesar itu xepertjajaan ajah pada diri sendiri dengan tidak membohongi diri sendiri? (hal, 7 0 ). -“■)
Tentang hubungan orang-tua dengan anak, Usmar Ismaii menghendaki seperti jang diutjapkannja melalui, T araa;
{sesndah diam sedjofua) Ketika aku lihat kamu berdua tadi, anak memelihara bapak, berkasih-kasihan, aku tjemburu. Aku tjemburu kepada ajahmu jang dapat merasakan kasihmu, sajangmu, rawatan.................................. Engkatt seorang ibu, Sumiafi. (haï. -7 6 ). *)
D/anganlah hendakn/a kita berputus asa dalam memberi nadan peringatan. Perlu kita kasihani orang seperti Hendra pati, jang sudah difangan iblis sekalipun. Usm ar dalam hal ini menasihati melalui, R.A. K artina :
D jangaa terlalu lekas mengutuk, selama I rwan disini sangat pesat kemadjuan perusahaan obat ’’Hendrapati". H endrapati Ja, karena aku kuaf mêmimpin perusahaank it! P-.A. Kartinr*.. (putns asa, lalu pergi) Tid ak, engkau tidak sekuat kau sangka, Ma.?. H endrapati : Apa maksudmu ? R .A . K arfina : Djangan tcrlalu hendak meraperkosa orang sadja. karena mungkin datang pembalasan. Hendrapati : Pembalasan ? (tertaw a), R.A . Kartina : Aku berdoa, mtidah-mudahan Tuhan akan mcrabawa rjaja dalam hafimu. H endrapati (k asar) Pergiiah. mendoa dirumah.................. (hal. 8 0 ). ” )
7.)
C e!/a (ii’. ria Scdih
fsng ri"ceVenif'<-. us) Set/'- d'v.'.'i .ia’. ??
0?rt,.‘ira. J:jI. 92. U 'w n r
"teijauu.-m ."ubvrKra" «rana-ina d fn w T i aa.v•B .r.’ -: n'.l.'.nsn S v m f n : ! : ! . ' •'
S a tu pendapat umum, namun bagi U sm ar lebih penting dari pada h an ja pendapat umum sadja, oieh karena itu djadi puntjak konflik dalam babak satu sandiw ara ini ialah : ïn v a ii :
.................................................................................................. ......... K erdja tidak akan djadi, kalau tuan tidak mempertja jai sa ja dan tidak pernah inem pertjajai saja rupan ja. K erdja apapan tidak akan djadi djika tidak disertai sem angat pcrtjaja-m em pertjajai, tidak bisa d ja d f! Sebab itu mulai saat. ini saja minta berbenti.................................. . (hal. 8 6 ).
U sahakanlah diri kita djudjur dan adil dalam menimbang segala sesuatu.3 Dem ikian agakuja prinsip diri U sm ar Ism ail: Tam a
{ aK-mandung ), D an kau tahu karena apa : K a rena ia dianygap kurang djudjur oleh ajah. Ja, baik betul pilihanmu ! K arnasih . (p ah it) Hngkau pti/sw. T a m a : Meinbtisukkan k^wan sendiri. k<2U sudah ïupa sokongan bathin jan g selama ini ditumpahkannja kepadamu. Kau tjemburu karena kau Icmah. T a rn a : * (k e sa l) Ja, belalah olebmu dia, terhadap kakakrau dan ajahmu sendiri. K a r n a s ih : (p asti) Aku mcmbela orang jang aku anggap benar, (hal. 9 3 ). S e b a g a i seorang jang bcrpegang teguli kepada ke-Tuhan-an m enurut islam , U sm ar Ism ail jakin, bahw a manusia senantiasa m enghendaki kebaikan. A pabila manusia tampaknja berusaha m eaiperdjuangkan kedjahatan, m emenangkan kedjabatan, pastiiah dia sudah dalam pcngaruh iblis. Ham pir seluruh sandiw ara ini m enjatakan h al itu. T a p i seperti djuga dalam sandiw ara “T jitra ” , pada ach im ja keku asaan T u h anlah jang menang. M anusia dapat lama atau dalam waktu. singkat pasti akan insaf tentang jang dikehendaki
ibiis ïtu.' Demikianlah setelah tjukup tokoh-tokoh ^ pertengkarkan, mereka insaf dan menolalt' pengaruh i is i u, membawakan suara batin Usmar Ismail : Karnasih :
Sumiati
:
Tarn a
:
(gelisah) Panas benar malam ini, R asa rahangku ditjekik orang, rasa kita diadu^adu °*®n9 berdesak-desak dalam perangkap (m endjatuhkan diri diatas kursi). (djuga bingung) Aku djuga tidak m engerti, mendung apa jang sudah meliputi pikiran kita. (seperti berdjuang) Aku tidak mau terim a mi, tidak mau. (hal. 99).
D jika kita nilai tokoh-tokoh sandiwara ini, adalah H endra pati ibiis 100% , Tarna dan Sutantio ialah manusia-manusia jang dapat dipengaruhi ibiis, sedang R.A. Kartina d"an K arnasih ia a jang menentang -kehendak ibiis itu. Dalam pferdjuangan trielawan jang kedji dan djahat itu bagi Usmar Ismail, démi keb’einaran, tak mengapa menjihgkirkan sebentar adat jang menQikat antara anak dengan orang-tua r Hendrapati Karnasih Hendrapati Karnasih
Sutantio
Hendrapati : •Karnasih :
(tertaw a) Kamu semua anak bodoh ! Ajah menertawakan aku ? Aku tertawa melihat kamu semua begitu mu dah ditipu'oleh Irwan ! Ajah bohong! Kalau tidak karena aku, Ir wan sudah lama pergi! (hal. 100). (menekur) Ja, betul aku kuntjinja, tjum a jang memutarnja, menutup-membuka adalah tuan Hendrapati. Kau samakan aku dengan Ali Baba. Ali Baba masih terlalu baik buat ajah . (hal* 104). '
K a rn a sih
:
Ibu jan g paling m enderita k aren a kasih n ja kepada ajah , kepada seoran g m anusia ............. ib lis ! (hal. 1 0 5 ).
P e m b a la sa n dari T u h an , segera atau lam bat, pasti akan da ta n g . P u n tja k kon flik dalam b abak dua ialah iblis H endrapati m en g h ad ap i keru n tu h an nja. Isteri dan an ak n ja serentak raemuk u ln ja d an pukulan terach ir ialah lakn at T u h an jang menimpan ja . L a b o ra to riu m n ja terb ak ar bersam a dirinja jan g hendak mere b u t k e k a ja a n n ja dari api. S a tu asp ek d ari pada dasar k e-T u h an -an diketengahkan U s m a r pula : Irw a n :
............... .. kehilangan kasih dan sahabat adalah le bih b esar dari kehilangan harta sedunia, K arn a sih, . . . . . . . (h al. 1 1 4 ).
T u h a n M a h a K uasa, M ah a A dil dan M a h a B id ja k s a n a . S e t e la h m em usnahkan iblis H endrapati bersam a h arta-ben d anja ser ta ru m ah S u ta n tio jan g tertjem ar oleh pengaruh iblis itu. orango ra n g ja n g b erd ju an g m enentang iblis itu diberi kelapangan. T id a k s ia -s ia perdjuan gan m ereka. D engan tidak membakar buku tja ta ta n H endrapati, T u h an memperlihatkan kekuasaanN ja . O le h tid ak terb ak arn ja buku tjatatan itu mereka jang ber d ju an g luput d ari tuduhan polisi. T ja ta ta n itu membuktikan, b a h w a k e b a k a ra n disebabkan oleh H endrapati sendiri : R .A . K a rtin a :
B atja la h sendiri anakku. (m em berikan buku itu kepada T a rn a ) T u h an M aha Kuasa, sem alam -m alam an aku berdjalan hilir-mudik disini m entjari, m entjari. T id ak insaf betul sebenarn ja apa jan g sedang kutjari. M ung kin m ajat ajahm u jang sehingga saat ini belum djuga didjumpai, mungkin jang lain Jan9 kutjari.
Dan tïdakkah Tuhan menundjvkkan kekuasaannja dan keadilannja, karena tidak membakar buku itu sedang jang semua' nja hangus ? (hal. 121). Katastrop sandiwara ini ialah "kehendak Tuhan pasti berlaku*'. Tuhan menetapkan perdjodohan dua pasang machlu^ m anusia: Tarna dengan Sumiati dan Irwan dengan Karnasih, bagaimanapun alangan ibiis Hendrapati. Dan ”Api menurut Usmar Ismail ialah "Api Islam” jang membakar musnah segala kedjahatan dan mengobarkan semangat berdjuang diatas djalan Tuhan: Irwan
Karnasih : Irwan :
(diam sedjurus, kemudian tersenjum ) Lihatlah fadjar jang merah itu, sebagai disana ado unggun api I Ja, a p i! Api pembekar kedj»hflian ! Api pendjarang semangat berdjuang. api pe* nerang T u h an ! (hal. 125).
Mari kita teliti pula ’’Liburan Seniman” . Usmar Ismail adalah seorang seniman jang dengan tegas menolak paham T a r t pour 1'art”. Ke-Tuhan-an, kebangsaan dan prinsip diri sendiri njata dari utjapannja melalui tokoh. Kadjim an:
Djangan kau kira kau jang bangun. K au masih tidur, tapi dalam djiwamu telah bangun sesuatu. kebangunan Indonesia. Inilah jang paling bagus. lain tidak. Dan tentang kritik orang, baik atau djelek tjuma berguna djika membangkitkan kita, mendorong kita kedepan. Insaf akan fcenaga diri kawan, untuk disumbangkan kepada sesama. S ek ian ! ............................... (hal. 140).
Bagi Usmar Ismail, nasihat senantiasa berguna : Surom o:
Bukan, Kadjiman. tapi nasihat orang-tua djuga. (hal. 143).
perlu
K a r ja w a n seni atau p en tjip ta seni' ta k d ap at a ta u -su k a r m en e n tu k a n w a k tu lib u m ja atau istira h a tn ja . K aren a senim an tak d a p a t m en en iu k an , kapan satu -satu ilharn d atan g lcepadanja. S c d a n g d jik a ilham itu telah datang k ep ad an ja ta k dapat tidak h a ru s d ila d e n in ja. O ta k n ja senan tiasa berp u tar. Itu lah ag ak n ja ja n g dim aksud U sm a r dengan '’Liburan S en im an ’'. H a l ini sungg u h -su n g g u h sesu ai dengan tja ra hidup U s m a r. seh ari-h ari dalain p e k e rd ja a n n ja : Tahar M . K ad jim an
D a s a r kau mau liburan sad ja ! T u n g g u , senim an berlibu r kalau ia bisa b e k erd ja. la tjunu\ m anusia biasa, tapi bed an ja ialah : Senim an baru m erasa berlibur kalau ia k erd ja m ati-m atian , lupa jan g lain sam a se ,(hai. 1 4 4 ). k a l i .......... .........
K e b a n ja k a n pem uda dalam usia 2 4 tahun, terutam a jan g hi
R atm i
Su ro m o
R a tm i Su ro m o
K esu sah an *) m esti ad a selalu, d jika k ita berniat hend ak m em buat sesuatu, m as. T ia p kerdja mcnibaw a kesu sah ann ja x) .......................................................... B id ja k sa n a kau R atm i. K ü kira begitu (m im im ), d jik a kita memulai sesuatu, terutam a sesuatu jang baru . teran g ak an bertem u dengan kesukaran. bukan R atm i ? D a n kita^ ak an berd ju an g m elaw an kesukaran itu. B etu l, orang jan g en ggan berdjuang, djangan hen d ak hidup. (h al. 1 4 5 ).
A d a p u n tjita -tjita k esan d iw araan ja n g diperdjuangkan U sm ar Ism ail d alam ’’L ib u ran S en im an ” ini ialah seperti jan g diutjapk a n n ja m elalui. Tang duBoksud
Uansor Ibnioit.
tentuiali
« b eaam ra
kesukaran
Kadjiman :
Penonton mana ? Penonton bangsawan b a rangkali ! Tuan katakan banjak bitjara sadja, bai Tapi andaikata orang menonton kita sekarang sedang berbantah tentang sesuatu, adakah Per" selisihan paham kita ini tidak akan m engikat perhatian orang jang menonton itu ? S a ja jakin orang jang menonton jang mengerti apa ja n9 kita bitjarakan ini ingin tahu bagaim ana achirnja, bukan ? Meskipun kita, tjuma bertjakaptjakap sadja. Tapi dalam pertjakapan ini .ada pergeseran, umpama batu dengan besi jan g digeserkan mendjadi api jang menjala, demikian pula pertjakapan-pertjakapan jang ada isinja akan menjalakan hati penonton djuga.
Kadjiman :
(terus djuga) Dan djika hendak m elihat 9 e' rak badan” atau lelutjon, lihat sadja circus, lebih k en al (hal. 149).
Untuk lebih djelas, tentang tjita-tjitanja ini saja tanjakan djuga kepadanja dalam wawantjara. Djaw abnja sebagai berik u t: "Sandiwara-sandiwara d i Indonesia belum merupakan per' tundjukan jang menghidangkan kehidupan jang realistis, keadaan masjarakat jang sebenarnja. M aka tjita-tjita jang d ik e h e n d a k i dalam "Liburan Seniman” itu ialah sandiwara modern jan g f f e' rupakan sandiwara jang dapat mengungkapkan kehidupan jang dapat dipahami oleh semua rakjat di Indonesia. Kita tahu, bahwa di D jaw a ada wajang, tapi ini hanja dapat dinikmati oleh o ran g ' orang Djaw a sadja; demikian djuga ’’rentjong A tjeh” , di Atjeh dan lain-lain. Menurut pendapat saja kita harus mempunjai sistem jang dapat dipakai merata diseluruh Indonesia; merupakan seni-sandiwara kesatuan Indonesia. Ada orang jang berpendapat, bahwa kebudajaan-kebudajaafl daerah harus dipupuk. Diperkembang sebagaimana adanja wa jang, rentjong Atjeh dan lain-lain. Ini saja tentang. K aren a saja
b erp a n d a n g a n , bah w a dengan dem ikian, k ita dalam kebudajaan d an k esen ia n ini sulit. B ah kan m akin djauh kita dari tjita-tjita k esatu an b a n g sa Indonesia.” S e m a n g a t -kesatuan Indonesia memang m enjala dalam dada U sm a r Ism ail. D ia m enentang pikiran kedaerahan : Su ro m o :
...................................................................... .................................... ......... Sem endjak mereka mulai m erasa, m ereka ber djuang, tapi waktu m ereka hendak m entjapai b ahagian buat diri sendiri, m ereka mendjadi korban k arena pikiran kedaerahan jang ditentangnja selam a ini. Ia kemedan perang dengan tak djadi dipertem ukan dengan kekasihnja, tapi kedua mereka telah bersumpah akan berdjuang buat T an ah A ir jan g Baru i ) . (hal. 1 5 1 ). “)
S a la h satu prinsip diri Uiftaar Is'taoil pula ialah sebagai jang d iu tjap kan melalui, R a t m i:
(m e n je la ) D jik a kerdja ini akan sclcsai segala perselisihan perscorangan harus disingkirkan ................. (h al. 153).'
D ih a ra p k a n n ja sungguh-sungguh ag ar orang menjadari hal te rse b u t: K ad jim an : B aik . aku m engalah seperti biasa .............
(^al.
1 5 3 ). T jit a - t jit a kesand'iwaraan .modern menurut U sm ar Ismail le bih n ja ta lag i' d ari dialog berikut. Perbedaan sistem antara senisan d iw ara m odern dengan seni-sandiw ara "jan g lazim” (istilah U sm a r) disini d jelas :
x)
T ja ta ta n k a k i dalam S c d ih d a n G e m b ir o : 1 ) T jeritA ditu lis ;am an D jep ang sedang ketik a itu dalam k a li rak jn t selalu b frk o b a r Kfluefdekaso.
Kerfalasmara ;
Baik; . baik j T ap i saja usülkan -m elatih P" rigan ”action”nja seka!i. Kalau- kami ijiuÏ3* beriatih, kami tjeritakan semuanja duiu. ke pada pcmain-pemain .................. lan tas dibiaf kan duiu pemain mentjari kata-ka.ta. ja n3 t jo tjo k u n tu k d ir i s e n d ir i ...........................
Kadjiman
:
D ja c u
pengarangnja tjuma menuiiskan tje n ta n ja sa^ dja. Saudaraku K ertalasm ara! Apa jan 9 taan kerdjakan dalam zaman tuan, terserah kepada tuan. Tetapi apa jang kami kerdjakan dalam zaman kami, kamilah jang w adjib b e i' tanggung djawab ................. (hal. 1 5 4 ).
Sikap dan tindakan jang dikehendaki Usm ar Ismail iatek sebagai berikut •
' Kadjim an:
M ira
■
Kau radjin benar menguudjungi. rap at-rap at se^ karang, Harti. Aku hampir tak kenal lagi padamu. Harti jang duiu hanja berdjumpa dilant^1 dansa sadja. < (sambil bertjanda), Zaman baru sekarang. kan Jah ? (hah 155),
Sèmangat-djuang Usmar Ismail (dia pernah djadi M ajo * T .N .Ï.; Jihat lampiran) njata dari dialog berik u t: Kanto
:
S u ro m o ;
........ Tapi kita akan terus. senantiasa terus be**' djalan. Tidak sia-sia nama lakon ini "K eb o n S " kitan” menudju "Kemenangan” . (s e o la h 'o la h
te r m e n u n g )
Sem angat
it u la h
ja f lS
h e n d a k le p a s d a r i r o n g g a k u , s e o la h - o i a h a k u d i" tje k ik h in g g a tid a k b is a b e r n a f a s . ta p i a k u
h en d ak
Je p a s djuga d a ri ja n g m e n g u n g k u n g a k u ......................
Kanto Memang sudah kelihatan dari karangan M a s int» ............ Memang tinggi tjita-tjita jan g terbajang disini-
:
D a n te rtjip ta n ja k a ra n g a n Ini seren ta k dengan tim bu ln ja fa d ja r k em erd ekaan b ag i k ita sem ua ?
{Ha!. 1 5 6 -1 5 7 ). S a la h sa tu prinsip diri U sruar Ism ail d an a g a k n ja sebagai d ia n d ju rk a n , a g a r d iin safi b e n a r-b cn a r oleh b a n g sa Indonesia, ia la h : R . H asan : S u ro m o :
S a ja dju ga dulu pemuda, d a n .a c h ir n ja ................... Ja . beg in ilah a c h irn ja ' tuan. T u a n k a ja , tuan sen an g , tuan dihorm ati ................... T a p i tuan sa lah sekali, d jik a tuan m enjangka kam i pemuda a k a n in gin begitu d ju ga. K ein safan ja n g b ertan g g u n g -d ja w a b pada N usa dan B an g sa m end jad ik an kam i orang ja n g tidak m enghendaki k esen an g an sendiri. B a g i kam i tidak ada taw arm cn aw ar, sem iianja untuk T a n a h A ir jan g hen dak kam i muh'akan, kami san d fim # . k a m i p tid fa (h a l. 1 5 9 ).
T e n ta n g a d a t ja n g m em pertabankan perbedaan deradjafc, s ) te n ta n g p ah am k c ra k ja ta n dan kepribadian ban gsa Indonesia, ja itu k e p rib a d ia n g oto n g-rojo n g . m usjaw arat jan g kini diistilahk a n d e n g a n ’’d em okrasi terpim pin” d in jatak an U sm ar dalam dia lo g b e rik u t : K a d jim a n :
K a a to
:
K a d jim a n :
s'
S a tu h al s a ja akui, tuan pandai bertjakap-tjakap. S a ja n g sekali seoran g seperti tuan ta k bisa saja feriina dalam k clu a rg a s a ja ....................... D ik a ta k a n o ran g tu an pemimpin ra k ja t, tuan merasa k a n kem elaratan ra k ja t tjum a dalam teori sa d ja . T a p i tuan takut kena lumpur ra k ja t itu, bukan ? K aren a tuan berbangsa, tuan bera d a t.................................. S a ja h arap tuan d jan g an .sampai menghina saja. Tni takkan m cm perbaiki keadaan ini. (Hal. 1 6 3 ).
S zdif> d a n G r m b i r e . ha?
'7 7 .
Ada satu hal jang sangat diharapkan Usm ar dari bangs3 Indonesia. Dibalik itu ada satu hal jang tidak disukainja : Kanto :
Alangkah baiknja djika lebih banjak antara ^ orang seperti Kadjiman sekarang. T id ak m engel letih dan lelah. Disamping bekerdja dikantor,- i u memimpin sandiwara ini, mengarang lagu pula, latih pemain-pemain musik........................... T a p i banjakan antara kita tjuma pandai m entjela sa ja (hal. 168).
Dalam menimbang baik atau buruk seseorang, perasaan Per lu dikesampingkan: Suromo :
Mudahan-mudahan sadja maksudnja baik, biarpun tindakannja bertentangan dengan perasaan (hal. 169).
Dalam hal bertjita-tjita Usmar tërgolong orang b esar : Kertalasm ara:
Kanto
:
. ........ Tjita-tjitam u baik, aku akui, tetapi terlalu tinggi. Sekarang sudah terbukti. Aku djuge pernah bertjita-tjita tinggi, tapi semuanja *tinggal tjita-tjita belaka ! M aaf, tuan Kertalasmara, saja terpaksa membantah. Saja harap angkatan muda takkan berpikir seperti tuan, berlain L d ari tuan ! (hal* 170).
Dan tentang isi sandiwara modern jang ditjita-tjitakann)3 * ialah seperti jang diuraikannja melalui, Kanto :
Dan lagi sekarang bukan waktunja lagi untuk *V a ngi mawar dan terang bulan". Tidak pula untuk tnengemukakan romantik palsu jang meliuk-liukkan
kehidupan. D jik a itu djuga ja n g d isad jikan , m erad jalelalah kem iskinan ra sa dan tjita 1 (h al 170 171).*) D a ja tan gg ap ra k ja t terhadap seni m enurut U sm ar Ism ail' p erlu se k a li d itin g k atkan : K e rta la s m a ra : Su ro m o :
P ublik mau lain, Rom o ! S a ja kira tidak perlu kita b erten gk ar. K alau mas artik an publik itu sam a dengan ban gsa Indonesia, sam pai detik n afas sa ja jan g penghabisan k erd ja sa ja tidak lain hanjalah akan m em bangunkan publik itu ............. (hal. 1 7 8 ).
B erh u b u n g dengan jan g diatas ini dalam w aw an tjara sa ja d e n g a n U sm a r Ism ail s a ja adjukan satu p ertan jaan : "F a k to rfa k to r a p ak ah ja n g harus dikandung oleh sesuatu hasil seni jang b e rb e n tu k sand iw ara ?” D ja w a b n ja : " F a k to r-fa k to r jan g harus dikandung oleh se suatu h a s il s e n i ja n g b e r b e n t u k sandiw ara ialah semua s ja ra t ;ang dituntut didalam sa stra pada umumnja (kalau ini jang diinaksud se b a g a i h a sil s e n i). A d ak alan ja sandiw ara dapat didjadikan chu sus s e b a g a i medium propaganda atau pendidikan. Ini boleh, tapi sesu n g g u h n ja dia sudah lepas dari bentuk seni. D engan ini buk a n n ja s a ja berpen d irian seni untuk seni, karena saja sendiri d ju g a p ern ah m elakukan hal ini pada m asa D jepang — soal pen a n am an k ap as. D a la m ben tu k senipun hal itu dapat. K aren a dengan san d iw ara d ju g a k ita berm aksud m engingkatkan d aja tanggap rak jat terh ad ap seni. D ju g a kita berharap supaja publik jang dapat kita tjap ai sem ak in luas. D en gan dem ikian, sem akin efek tif tertjap ainja tudjuan k ita ” . D a la m b erb ak ti kepada ban gsa dan tanah air djangan kita b era n g g a p a n , b ah w a kita b erd jasa besar. D jasa kita itu seolahx)
B a tja dfu ga S c d ih d a n G e tn b ir * , h al. 177.
olah hanja sebutir pasir jang turut membangun sebuah gedunö besar. Demikian agaknja prinsip diri Usm ar Ism aii: Surom o;
Itu bukan urusan saja sendiri. itu arusan bangsa semuanja, bangsa Indonesia jang ingin mulia. jang ingin tegak sedjadjar dengan bangsa lain didunia ini..................... (h a l 179).
Untuk tjita-tjita mulia itu Usmar Ismail adalah seorang pa trio t Kata ’’patriot” ada pernah dipakainja djadi nama M ingguan (kemudian Harian) jang dipimpinnja. (Lihat lam piran) * Surom o:
(kurang sahar) Nanti kalau usaha- ini rugi. semua harta saja akan saja djual. Buat tjita-tjita kemuliaan bangsa semuanja akan saja berikan. (h a l 179).
Seorang Islam jang teguh imannja hanja upah (gandjaran) dari Tuhan jang diharapkannja. Bukan upah harta dunia : Kanto
t
Surom o:
(menarik Suromo) Ajo, raari, ada upah buat usahamu. Mari ikut aku. Upah, aku tidak mengharap upah. (hal. 1 7 9 ).
„Tak ada seorang manusia jang dapat m erasakan setePat jang dirasa manusia lain. T ak ada seorang manusia jan g dapat menebak setepat jang dipikir manusia lain". U sm ar Ismailpun aengakui hal in i: Kadjiman :
Tentang pendapat orang berlain-lain, kukira ki ta tidak akan pernah mendapat kritik jang betulbetul tepat.................(hal. 181).
Sifat kapitalis harus diberantas: K ad jim an :
Buat memberantas sifat dem ikianlah, s ifa t serakah kejahudian. kita berdjuang. d ig aris depan dan digaris belakang. (h a l 184).
S a la h satu saran, jan g m erupakan tema m inor m endekati katastro p san d iw ara ini ialah : K an to :
K egelisahan kepada bek erd ja jan g b erat-b erat. itulah sifat an gkatan sekaran g. Satu tanda jan g m enggcrrifcirakan ! (hal. 1 8 5 ).
K esu litan , k cscsah an don kesukaran bagi o rang-oran g jang lcurang iraannja terhadap T u h an . m erenggangkan hubungan an ta r a se sa m a n ja . T a p i sebalik n ja bagi o rang-oran g jang berim an teguh, k ead aan itu m erapatkan hubungan an tara m ereka : Surom o :
R atm i
T id a k k a h kau rasa pula, Ratm i, seg ala-g ala jang kita alam i pada w aktu jan g ach ir-ach ir ini seolah -olah adalah kehendak Ilahi untuk lebih me rap atk an kita ? A kupun m erasa djuga. M as. {hal. 1 8 5 ).
:
B e rd ju a n g la h dan djangan bersifat lemah I D em ikian ag akn ja s e r u a n d jiw a R a t m i:
U sm ar Is m a il: (te rk e d ju t) M a s ! Bukankah kita ban gsa*jafl9 ber" djuang. kelem ahan adalah suatu kemewahan bagi b a n g sa ja n g ingin sed jad jar duduknja dengan bang sa lain ! (h al. 1 8 5 ).
A k u ilah keku ran gan diri sendiri dan hargailah usaha orang lain : R . H a sa n :
......... sa ja mau m engakui kekurangan saja. S aia tidak m enjangka .................. T u an Surom o sudah berh asil dalam usahanja m entjoba m engangkat penonton kepada jan g d itjita-tjitan ja dan tidak menurun sendiri kedalam lembah kedangkalan dan kem iskinan rasa. (h al. 186).
Bila kita telah berhasil dalam mentjapai sesuatu, djangan lupa, bahwa hasil itu pastilah bukan tertjapai oleh kita sendiri semata-mata, melainkan walau sedikitpun ada bantuan dari pihak lain jang kita terima : Suromo :
Terima kasih tuan ! Jang tuan lihat itu tak lain hanjalah hasil pekerdjaan bersama-saraa. (hal. 186).
Segala sesuatu hendaklah kita lakukan dengan djiwa ber djuang : Suromo :
Tidak seharusnja lakon girang Indonesia-pun, hanja girang tak menentu sadja, dengan tak berdasarkan djiwa berdjuang. (ha!. 186).
Sampailah kita pada saat meneliti semangat jang terkandung dalam "M utiara dari Nusa Laut” . Berlain dengan ketiga sandiwara jang sudah kita teliti di atas, "M utiara dari Nusa Laut’’ ini isinja adalah sedjarah. Jaitu sedjarah perang melawan pendjadjeh Belanda dikepulauan M a luku, sekitar tahun 1817. Pada tahun ini perang petjah di Saparua dibawah pimpinan Thomas Matulessy. Dari Saparua aP' peperangan mendjalar ke Nusa Laut dan Haruku. 8) (Bagaimana tjerita selandjutnja, lihat ich tisar!). Ata, sebagai tokoh utama dalam sandiwara ini. namanja jsnjf sebenarnja dalam peristiwa sedjarah tersebut ialah Kristina. Setelah memberikan segala pengurbanan untuk tanah airnja, achirnja tertangkap djuga oleh Belanda, kira-kira tahun 1820. D''a akan diasingkan kepulau Djawa, tapi tak sampai. Karena dia meninggal dikapal perang Evertsen jang masih berlabuh dipe?' airan Maluku. Oleh dendaranja jang tak ktindjung padara. di« mogok makan. Panltia Senlntara Peffibebaaaa J l i * ° Attl» pn m da c M M ter. M a tia ta d a r i N a ia L*0 ^ Tjeriu/R«jjj Uainw I«a»H <•! G«diwg Keieniaa. 30 Djunusrl — 3 Pebruarl 1958. b a l. 9 .
m
B e l a n d a tc rp a k sa m en g h o rm a ti p e r d ju a n g a n g a d is ini, m cn gub u r k a n n ja d e n g a n k eh o rm a tan m iliter k e d a la m laut M a lu k u , o) S e p e r t i su d ah k ita ketahui, sa n d iw a r a ini ditulis di D ja k a r t a d a n b e r t a n g g a l 8 O k t o b e r 1943. M a k a d e n g a n m udah d ap a t kita p a h a m i a k a n se m a n g a t jan g terk an d u n g d alam sa n d iw a ra ini. S e m b o j a n ja n g d isebu tkan pada a w a l p a sal ini perlu sekali lagi d it e r a k a n disini : ’’Hidup h an ja d a p at ditebus d en ga n m ati” . (h a l. 1 2 0 ) . S e s u a i d e n g a n *m a k n a sem b ojan ini a g a k n ja U s m a r Ismail m asih m e r a s a perlu m em berikan pendjelasan dalam k ata p en gan t a r n ja : D a l a m m a sa p e r d jo e n g a n ja n g hebat, ja n g meminta setiap d e tik d ja n t o e n g setiap titik d arah dari m ereka ja n g m erasa b e r p a d o e d e n g a n tjita 2 b a n g s a n ja , tjita2 A sia T i m o e r R a ja , d a la m w a k t o e ito e lah k a r a n g a n ini terlahir. P en oelis h an jalah h e n d a k m e la h irk a n se rta m em b a ja n g k a n apa ja n g terasa d a la m d jiw a n ja dan apa ja n g diharapkannja oencoek masa
d a ta n g . S oen g goeh p oen peperangan sekarang ini, peperangan hidoep m ati kita, malam kematian, kita akan sampai kepada fa d ja r kehidoepan. D e m i k ia n la h h e n d a k n ja pendirian kita semoea ! (hal. 1 2 0). S a m p a i disini su d ah tjukup djelas g am b aran jan g kita peroleh te n ta n g ’’s e m a n g a t ja n g m en djiw ai sa n d iw ara -san d iw ara k a rja U s m a r I s m a i l " . M a k a dalam penelitian selan djutn ja h a n ja tinggal la g i b e b e r a p a a s p e k ja n g a k a n kita tampilkan. Jaitu a s p e k - a s p e k ja n g b e lu m k it a tam pilkan dari dalam " T j i t r a ”, ”A pi” dan Lib u ra n S e n i m a n " . D i d a la m p e rd ju a n g a n , k eg e m b iraa n hati perlu. M en gelu h a d a la h p e r b u a ta n ja n g tertjela. D e m ik ia n a g a k n ja prinsip U sm a r Ism ail :
‘)
O p . c i t .,
h a l.
U sm a r Ismail. hal. 119.
!3 . "M u tiara
o — 269% daci
Nusa L a u t " .
K c b u d a jetn
T im u r . T h .
I.
no.
A ta
:
M a la : A ta
:
Ata
:
Engkau masih mocda, masih remadja, Dik ! D ja n g a Q semoea dibawa djadi pikiran. Barangkali Ata dapat berboeat begitoe, a k o c tidak. B anjak jang mesti koepikirkan. A koe m e ra s a ............ . Dan akoe tidak merasa. M ala ! (b erh en ti m c n a n mendekati M a la ). Akoe merasa kegirangan alam sendja ini. Dengar Mala, boenji tifa dengar, n janjian o m b a k ............................ Semoea k i ^ p o e n j a . T i d a k k a h engkau rasa poela, M a la ? ..................................................... Akoe tahoe itoe boekan ketjelakaan. R oe p a n ja jang satoe itoe mendjadi doeri benar dalam daging Mala........................... Doeri jang satoe itoe h anjalah salah satoe doeri dalam daginglcoe. M ala. So ed ah b eb e rapa kali terdjadi seperti ini............................................... Mengapa kau menjangka akoe tak tahoe d jo e g a ? (hal. 122-123).
Sewaktu mengarang sandiwara ini Usmar Ismail masih mentjantumkan gelar dibelakang namanja. Djadi beserta g ela r nama lengkapnja ialah Usmar Ismail Sutan Mangkuto Ameh. N am un tjara menulis nama ini saja rasa hanja menurutkan k eb iasaa n sadja. Sedang dalara hatinja tak ada lagi rasa bangga berhubung dengan gelar itu. Hal ini njata dalam dialog berikut : Radja Triago : Ata, engkau seorang gadis, seorang perem poean, kau poeteri mahkota, kau to ero en a 11" koe jang toenggal. 'Boekankah begitoe, A ta ? Hanja engkaulah toeroenankoe.Ata : Toeroenankoe jang bapa ingat, n am a keloearga jang Bapa seboet. Pad a w a k to e seperti ini, nama, toeroenan, keloearga, tidak mendjadi so al lagi. S egala-galanja kita kor'bankan ................. njawa ! Sebeloem n ja w a dan hidoep jang disajangi ini diberika^beloem lagi kita berkorban ! {hal. 1 2 8 ) .
U sm a r Ism ail san g at m enentang pandangan remeh o r a n g -tu a ja n g m enjam a-ratakan o ran g -o ran g muda :
para
T r ia g o :
A ta , A ta, dalam berperang k it* h a ro et b erh atihati, segala tindakan h aroes b ertan gg o en g -d jaw aö . A ta beloem djoega m engerti.
A ta
B a i k , B a p a b e ta b eloem m en gerti, b eta m asih m oed a . T e m p a t o r a n g m oeda ro e p a n ja tjo em a sam pai disini. K a t a - k a t a o ra n g ro e p a n ja d a p a t d io ek o er d e n g a n o e r a o w sad ja. B a i k b e ta oen doer, kalau tid a k d ik e h e n d a k i disini ............................. (hal. 1 3 0 ) .
:
K a ta s tr .o p d a r i pad a tje rita sa n d iw a ra ini ialah : A ta :
................................................................. ......................................................................
A k o e tahoe kita akan bertjerai boeat selam a-lam anja, B o ean g . R am boetkoe ini koegoeloeng kembali, karen^ bo ek an k ah itoe maksoedmoe m enjeboet rasa liar tak m e n e n to e ........................ k a re n a Ici'ca d f o c g a jakrn p a J * s o e a t o e w a k t o e k em en a n g a n a k a n tertjapai ...................
m eskipoen k ita takkan m erasa sendiri ........................... L ih a t la h , B o e a n g , s e k a ra n g m a ta h a ri a k an terbenam
............................. tetapi ia tentoe akan terbit lagi, tentoe, m e sti te rb it lag i .............................. (hal. 1 5 0 ) .
3.
Perbandingan Sandiw ara-sandiw ara K arja Usm ar Ismail de ngan beberapa Sandiw ara Indonesia jang terkenal.
D j i k a disin i d ik a t a k a n b e b e r a p a sa n d iw a ra Ind onesia jan g t e r k e n a l , m a k a ja n g dim aksud ia la h ja n g terk en a l d ikalan gan m a s j a r a k a t In d o n e s ia , ch u su sn ja dalam dunia pendidikan. P a r a se n im a n , s e p e r t i s u d a h d ik a t a k a n d alam b a b I, pasal dua, m enu rut G i l b e r t H i g h e t m eru p a k a n guru pvla, k a re n a p e k erd jaan m e r e k a ia l a h m e ja k i n k a n umum. H a l ini m em ang b en ar. N am u n a d a p e r b e d a a n p a n d a n g a n a n t a r a p a r a senim an d en gan para guru p e n d id ik d a la m a r t i c h u su sn ja. J a n g m en arik p erh atia n para
seniman belum tentu menarik pula bagi para guru p e n d i d i k . Oleh karena itu jang terkenal dikalangan seniman, mungkin tid a k terkenal dikalangan guru pendidik. Sebab-musababnjapun sudah didjelaskan dalam bab-bab jang lalu. Antaranja jang penting sekah lagi diketengahkan disini. Jaitu, bahwa '’dunia pendidikan menoJak mentah-raentah seni-pornografi atau jang m e n g a r a h - a r a h k e sana”. Oleh karena itu dalam mengemukakan s a n d i w a r a - s a n d i w a r a jang hendak diperbandingkan dengan sandiw ara-sandiwara karja Usmar Ismail, disini akan tarapak kelak lebih banjak s a n d i w a r a jang telah menarik perhatian kalangan pendidik d i b a n d i n g k a n dengan djumlah sandiwara jang terkenal dikalangan s e n i m a n . Maksudnja hanja hendak memperlihatkan betapa s a n d i w a r a - s a n diwara jang baik bagi para seniman dalam artinja ja n g chusus dan betapa sandiwara-sandiwara jang baik bagi para p e n d i d i k dalam artinja jang chusus pula. Sandiwara-sandiwara Indonesia jang telah menarik perhatian para pendidik Indonesia hingga dewasa ini, setjara relatif. ialah jang sudah saja terakan dalam bab III, pasal satu. Adapun jang terkenal dikalangan seniman sudah pula saja tampilkan satu, dua buah dalam bab-bab jang lalu. T id ak semua sandiwara itu akan kita bitjarakan d alam hu bungan perbandingan ini, karena tempat sempit. L agi pula bu kan dalam perbandingan dengan posisi dan keadaan a ta u sua sana jang seimbang. Artinja perbandingan jan g memperhatikan segala aspek jang ada dalam tulisan sandiwara itu. S e p e r t i jang mungkin dikehendaki oleh pihak lain, ahli sastra ataupun seniman. Karena pandangan saja lebih sering datang dari a r a h dunia pendidikan. Namun dalam hal ini bukan berarti pendidikan seni dikesampingkan. Hal inipun sudah djelas dari uraian -uraian dalam bab-bab jang lalu. Sandiwara-sandiwara karja Usmar Ismail, seperti n ja ta pada ichtisar dalam pasal satu bab ini, terdiri atas tiga dan empat babak. Bila kita kemukakan sandiwara-sandiwara karja E l- H a k im (Dr. Abu Hanifah) sebagai perbandingannja, maka kita temt» keséimbangan perbandingan jang saja maksud. Kumpulan san-
d iw a ra T a u fa n d iatas A sia, k aran g an E l-H a k im m em uat : ’'T a u fa n d ia ta s A s ia ” , em pat b abak , "In te le k Istim ew a ” , tig a babak, " D e w i R e n i’\ tig a b ab ak dan "In s a n K am il'', tig a b abak . D a la m h u bu ngan ini perlu k ita m engin gat kem bali k eg iatan k e g ia ta n sa n d iw a ra penggem ar " M a y a " . jan g telah d itjatatkan o leh H .B . Ja s s in : In s a f a k a n k ek u ran g an 2 kesan d iw araan, M a y a senan tiasa m ela k u k a n p e rtjo b a a n 2 untuk m em perbaiki tjerita, perm ainan, d e k o r d an tehnik sandiw ara, sehingga M a y a m erupakan su atu sa n d iw ara penggem ar jan g m elakukan p ertjob aan 2 ja n g lebih m adju dari san d iw ara2 tetap tatk ala itu. Dalam sa n d iw a ra n ja L ib u ran Senim an U sm ar Ism ail an tara lain m en g em u k ak an tjita 2 k esan d iw araan seperti jan g dikehend a k in ja seb a g a i iaw an tja ra 2 sandiw ara lam a jan g telah u sa n g . D em ik ian djuga tiga lakon E l-H akim T a u fa n diatas A s ia , In te le k Istim ew a dan D ew i R en i adalah lak on 2 dalam m ana d itjo b ak an b er-b a g a i2 experim en m engenai komposisi. d an tja r a m em baw akann ja dari jan g selam a ini dilihat orang d ia ta s pan gg u n g . P roloog dan epiloog, pcrtjakapan2 mendalam ja n g a g ak pandj’ang, diksi jan g tidak dibikin2 seperti d alam b a n g saw an , pertundjukan panggung diatas panggung, a d a la h p e rtjo b a a n 2 jang baru dalam kesandiw araan Indo n e sia . 10) D a la m m em bahas sand iw ara-sand iw ara k a rja El-H akim , H .B. Ja ssin m em beri djudul k aran g an n ja : " T ji t a 2 Islam diatas P an g gung, B e b e r a p a D ram a E I-H a k im ." i i ) T ju k u p d je las, bah w a dalam hal bentuk, isi, w ilajah pengg a ra p a n , kom posisi serta pandangan (atau jan g lebih sa ja sukai "sexn ang at ja n g m en d jiw a i") sand iw ara-sand iw ara k arja U sm ar Ism ail m em punjai b an jak persam aan dengan sandiw ara-sandiw ara k a r ja E l-H a k im .
’ »)
H .B . JasslD , K ts u a & s trs a n h a j. 143. Ib id .. h a l. 132.
I n d o n e s ia
M od ern
d a la m
KrStik d a n
E s e i.
Gunung Aflung.
\ 9 ii.
Mengenai hubungan kedua tokoh pengarang sa n d iw a ia uu ada djuga Jassin mengemukakan pandangannja sebagai b e r i k u t . Dr. Abu Hanifah adalah abang kandung U sm ar *sn! a^ dan boleh dikatakan bahwa djiwa Usm ar Ismail a 2 hasil asuhan dan didikan Dr. Abu Hanifah. A d a ^sa a Usmar melepaskan diri kemudian, tapi ini hanja m engena! perbecaan pandangan tentang adat istiadat. Pad a umuninja mereka keduanja mempunjai visi jang sama m e n g e n a i ke Tuhanan dan perdjuangan kebangsaan. 1-) Untuk lebih mendjelaskan hal ini, tjukuplah a g a k n ja g am" baran jang diberikan, bila kita ketengahkan lukisan d a ri pada satu, dua tokoh jang bersamaan wataknja dalam s a n d i w a r a - s a n diwara karja Usmar Ismail dan El-Hakim. Kalau dalam ”Api” ada Hendrapati jang sangat membang*gakan ilmu dan ketjerdasannja, maka dalam ’’Intelek I s t i m e w a kita berdjumpa dengan Dr. T a h a Kamil jang bersem bojan : P e" ngetahuan ialah kekuasaan” . Baik Hendrapati maupun D r . Taha Kamil oleh kedua pengarang dalam sandiwara itu didjadika'n tokoh jang kalah. Dalam kedua sandiwara ini kita dapati penjelesaian jang wadjar. Djika Hendrapati menemui adjalnja djadi abu b e r s a m a harta-bendanja, wadjarlah itu bagi seorang jang sebagai U sm ar jang teguh imannja kepada Tuhan. Dia mesti m enentang iblis dalam segala bentuk dan manifestasinja. D an w a d ja r pulalah bagi seseorang jang tak berbeda keteguhan imannja dengan Usmar, jakni Dr. Abu Hanifah menjuruh insaf tokoh D r . T a h a Kamil, Serta untuk menebus dosanja dia harus m engabdikan diri kepada masjarakat. (Perbandingan ini saja tekankan k e p a d a soal kesewadjaran). Kalau dalam " T jitr a ” ada Tjitra jang didjadikan perlam bang Ibu Pertiwi Indonesia, maka dalam ”Dewi R en i” kita berdjttmpa dengan Dewi Reni jang berfungsi demikian itu. B a ik T jitr a ,
J *’ )
Op.
cit., h tl. 143.
«aaupuH D e w i R e n i. d itjin ta i «leh. o r a i a j- « F a n g s e k i t a r i i j* jan § t a k l a i n a g a k n j a m a k su d k e d u a p e n g a r a n g , ia la h r a k j a t I n d o n e s ia ja ftg m e n t jin t a i Ib u P e r t iw i In d o n e s ia . L u k is a n U s m a r Ism a il d a la m " L i b u r a n S e n i m a n ” t e n ta n g ' p e r g a u l a n m o d e r n p e m u d a -p e m u d a ja n g b e b a s , n a m u n te ta p b e r d a s a r k a n k e s u s i l a a n d a n u ra ia n d jiw a p em u d a -p e m u d a d a la m soal p e r t j i n t a a n , k i t a d a p a t i pula d ilu k isk an oleh E I - H a k i m d alam " In s a n K a m il”. S e s u a t u p e r b a n d in g a n ja n g m e n a m p a k k a n p e r b e d a a n - p e r b e d a a n , t e r a s a le b ih m e n a r ik d a ri p ad a sesu atu p e r b a n d in g a n ja n g u m u m n ja h a n ja m e n a m p a k k a n p e r s a m a a n - p e r s a m a a n sep erti di a t a s ini. S e o r a n g p e n g a r a n g ja n g te la h m e n a rik p e r h a tia n p a r a ahli s a s t r a d a n s e n im a n s a s tr a , d ju g a m e n a rik p e r h a tia n p a r a p en d i d ik s a j a t a m p il k a n disini, ja itu Id ru s d en g a n s a n d iw a r a n ja ” K e d j a h a t a n M e m b a l a s D e n d a m ” (e m p a t b a b a k ) d alam buku D ari
A v e M a r ia k e D ja la n L a in k e Rom a. Para
a h li s a s t r a dan senim an s a s tra ten tu lah lebih terta rik
k e p a d a s e g i sa str a n ja . S e d a n g p a r a p e n d id ik leb ih te r t a r ik k ep a d a se g i m o r a l s a s t r a itu. T e n t a n g s e g i s a s t r a n ja itu P r o f . D r . A , T e e u w m engem ukak a n p a n d a n g a n n j a s e t ja r a umum s e b a g a i b e rik u t : M e n i m b a n g k a r a n g a n 2 Id ru s a d a la h a g a k sukar. Bu k a n k a h d ia itu p e n g a r a n g - p r o s a ja n g p e r ta m a d a ri A n g k a t a n 4 5 jan g d ik e n a l n a m a n j a d an d e n g a n k a r a n g a n - n ja ja n g b ern am a S u r a b a j a d a n T j o r a t - t j o r e t d ib a w a h t a n a h sam a te g a sn ja dia m e m b u k t ik a n p u tu s n ja p e r h u b u n g a n a n ta r a p ro sa sebelum dan p r o s a s e s u d a h p e r a n g , s e b a g a i m a n a C h airil A n w a r nielakuk a n j a n g d e m ik ia n itu b a g i puisi d en g a n s a n d ja k 2n ja ■ — dan d a la m p e k e r d ja a n itu, m en urut p e r a s a a n saja, dia m en tjap a i t i n g k a t m utu ja n g lebih tinggi d a ri p ad a k e b a n ja k a n ja n g t e r b i t s e b e lu m d a n sesu d ah itu d idalam b a h a s a In d o n e sia . 1 3)
A . T eeu w .
*
Cit..
h a l.
J9 3 -IM .
Djika hal jang dikemukakan oleh T eeuw ini kita tjari dalam karangan-karangan Usmar Ismail, tidak akan kita temui- Dan kita hanja tinggal membenarkan sadja pendapat Jassin : Dalam gajabahasa dan alam pikiran Usmar Ismail sebenarnja masi i dekat kepada Pudjangga Baru sebelum perang, terutania da1am sadjak-sadjaknja". I4 ) T entang tendens jang terdapat dalam sandiwara ' K e d j a n a t a n Membalas Dendam" ini sama dengan tendens jang terdapat da lam sandiwara "Liburan Senim an". Jaitu percljuangan p en g arajl9 ' muda menghadapi tantangan pengarang-tua jang m e m p e r t a h a n k a n pendirian mereka mengenai seni. H anja bedanja Lismar Ismail memperdjuangkan tjita-tjita seni-sandiwara modern, sedang H rns mempcrdjuangkan seni-roman modern. Adapun tentang tema, Jassin berkata mengenai tema dalam Liburan Seniman" : "T em a n ja agak ringan dan p e r t u n d j u k a n mengingatkan kepada pertundjukan oleh murid-murid seK olah menengah", is) M aka hal itu agaknja tak dapat kita katakan terhadap tema dan pertundjukan dalara "K ed jah a tan M e m b a la s Dendam". Teeuw mengatakan, bahwa tema dalam "K e d ja h a ta n Membalas Dendam” ini lebih ditjari-tjari dan agak berlebihlebihan dan meraju-raju gajanja. ie) Sa ja agak tidak sependapat dengan T e e u w dalam h a l ini. Karena Idrus sebagai seorang Indonesia jang s u n g g u h - s u n g g u h menghajati kehidupan di Indonesia. M enurut perasaan s a ja dia telah mengemukakan hal-hal jang sewadjarnja. O r a n g T im ur memang berlainan dengan orang B arat pada umumnja dalam hal kepertjajaan. O rang Timur, walaupun sudah termasuk golongan intelek, seperti dokter Kartili dalam sandiw ara ini, masih dapat sadja melakukan pekerdjaan jang tak dapat diterima oleh pikiran sehat. Jaitu dalam hal ini meratjuni nenek Satilgw ati. B a h k a n iebih kuat sangkalan terhadap pendapat T e e u w ini bila kita ingat. bahwa orang Baratpun hanjalah manusia biasa. D a n orang a an berkata : O rang Baratpun bisa djuga berlaku demikian"*
$
•')
lid.; ]h lt n o esu,ai,ra‘n............... op- cif" hah,3fi-
A. T ee u w . op. c it., bal. 107.
H a l ini d ik e te n g a h k a n oleh Idrus b u k an lah d en g a n maksud h en d a k m e r e n d a h k a n b a n g s a sendiri. M e la in k a n d ikem ukakan s e t j a r a d ju d ju r, d en g a n maksud h e n d a k n ja p e k e rd ja a n seperti ini d it in g g a l k a n . K a r e n a a k ib a tn ja seperti d ip erlihatkan pada a c h ir n ja K a r t ili m e n in g g a l oleh ratjun n ja sendiri dan ruhnja m endjelm a d ja d i silum an. T e n t a n g p er d ja lin a n tjerita dalam ’’L ib u ra n S e n i m a n '’ U sm a r b e r s i f a t lem but, s e d a n g Idrus b ersifa t k e ra s m endjalin tjeritan ja d a la m " K e d ja h a t a n m em balas D e n d a m ” ini. U s m a r m em akéi s t r u k tu r : e x p o s itio n ” , ’’a c t io n ” , ’’rising a c tio n ” dan seterusnja. S e d a n g Id ru s m em ak ai : " e x p o s itio n -a c tio n ” , ’’a c tio n ” dan seteru s n ja . B e b e r a p a a s p e k ja n g s a ja sebutkan diatas ini bcrsam aan d e n g a n b e b e r a p a a sp e k dalam ”A p i” . D o k te r Kartili agakn ja d a p a t d is e d ja d ja r k a n d en gan H en drapati. K eduanja manusia ibiis ja n g b e r h a ti busuk. H a n ja b e d a n ja H en d rapati seorang jan g k e r a s d a n a n g k u h , se d an g K artili se o ra n g ibiis jang b erw atak ular. m e m a g u t d a n m em belit m an gsan ja dengan litjik. B aik bagi Usmar, m aupun b a g i Idrus, k ed u a ibiis ini harus hantjur musnah. H a n ja b e d a n ja te r le ta k d id a s a r keim anan. U sm a r teguh imanïija kepada T u h a n , s e h in g g a d en g a n te g a s d ikatakan n ja, b ahw a kehantjuran H e n d r a p a t i ia la h oleh timpaan laknat T u h a n . D an demonstrasi l a k n a t in i diw u d ju dkan den gan alat ” api” . Sed ang Idrus ragu m e n g a t a k a n , b a h w a la k n a t T u h a n menimpa kepala Kartili. Dalam h al ini d ia m em pertu n d jukkan demonstrasi : roh Kartili djadi silu m an. D ja d i d alam h al menghukum, Idrus menondjolkan kepertja ja a n t a c h ju l (a n im is m e ). M em pertundjukkan hal sematjam ini a g a k n ja t a k d ik e h e n d a k i oleh U sm ar. D ibandingkan dengan Idrus, U s m a r lebih b e r s if a t pendidik. N am un berhubung dengan ini, se b a g a i U s m a r . a d a dju ga pada Idrus hal ja n g dapat dikatakan se b a g a i prinsip d irin ja dan perlu ditondjolkan disini : I s h a k . T i d a k ad a ja n g harus dim aafkan, tuan Suksoro. T u an t e la h b a n ja k b e r d ja s a .................................. S u k s o r o . ( m e n g e d je k ) D alam menghalangi ? Ja.
Ishak. Tidak. Kita ini dilahirkan keatas dunia dengan ke wadjiban masing-masing. Kewadjiban tuan ialah mempertahankan jang lama. Dan kewadjiban kam i ialah mentjari jang baru. Ini menimbulkan pergeseran. Pergeseran ini menimbulkan api perdjuangan jang m aha hebat. Dan oleh perdjuangan ini hidup diatas dunia serasa tambah berharga. Suksoro. (termenung) ..................... Tapi ....................... Ishak. Antara kita tidak ada apa-apa lagi, tuan Suksoro. Sebagai manusia kita baik kembali. Suksoro. (heran) Hanja sebagai manusia.......................? ^ an sebagai pengarang..................... Ishak. Tetap ada djurang jang dalam. (hal. 8 3 -8 4 ). Djadi, setelah bertikai, kemudian sadar akan letak perkara, sebagai manusia, orang perlu berbaik kembali. T ap i soal prinsip tetap diperdjuangkan mati-matian. Aspek seperti ini ada djuga didjalin lembut oleh U sm ar Ismail dalam ’’Liburan Seniman", antara Suromo dengan Kertalasmara. Kertalasmara dalam hati menjerah kalah, walaupun dalam sikap "isin ngalah” kata orang Djawa. W ad jar djuga, bukan ? Situasi jang bersamaan pula ialah antara Suksoro dengan anaknja Satilawati dalam "Kedjahatan M embalas D endam ” dan antara Hendrapati dengan anaknja Karnasih dalam "A p i” . S e perti Hendrapati, dalam hal ini Suksoropun adalah iblis pula. Dia tak segan hendak mengurbankan Satilawati, jaitu hendak misahkan Satilawati dari kekasihnja, Ishak. H anja tja r a Idrus dalam mengemukakan aspek in i.ag ak berlainan dengan tjara Usmar. Idrus menempatkan iblis Suksoro pada posisi jan g Iemah. Sedang Usmar menempatkan iblis Hendrapati pada posisi jang kuat. Dalam posisinja jang Iemah itu, jaitu sebagai seorang pengarang golongan-tua jang tak berpendidikan tjukup, Suksoro mendapat serangan dari tiga pihak.: dari Satilaw ati, nenek S a ti lawati dan Asmadiputera. Maka tak dapat dia bertahan lama dalam pendirian dan sikapnja, lalu menjerah kalah. Sed an g H en drapati, karena dia ada pada posisi jang kuat, dapat m engalah-
k a n s e m u a l a w a n n j a ( p a d a l a h i r n j a ) . D a n t e n tu la h m e m p e r lih a t k a n s i t u a s i s e m a t ja m ini d is e n g a d ja , d e n g a n m a k s u d m e m p e r d je la s b eta p a m a h a b e s a r n ja keku asaan T u h a n . D a l a m h a l s e p e r t i d ia t a s ini d e n g a n m u d a h d a p a t k it a n g e r t i, b a h w a s i t u a s i ja n g b e r s a m a a n d ip a n d a n g o le h k e d u a n g a r a n g in i d a r i a r a h j a n g b e r la in a n . D e n g a n s e n d i r in ja p lo t k a r a k t e r i s a s i a k a n b e r la i n a n . D e m ik ia n d ju g a p e n je le s a i a n a k a n b e r l a i n a n p u la .
m epe d an soal
M e n g e n a i s i k a p a n a k te r h a d a p o r a n g - t u a , a g a k n ja Id ru s m e n g h e n d a k i s i k a p j a n g b i a s a s a d ja . Jaitu sep erti b ia s a a n a k b e r t j e k t j o k d e n g a n o r a n g - t u a n ja , n am u n a n a k h a ru s s e s e g e r a m u n g k in m e m a a f k a n o r a n g - t u a n ja , a n d a ik a t a o r a n g - t u a n ja itu dip ih a k j a n g s a l a h . D e m i k i a n S a t i l a w a t i te rh a d a p a ja h n ja S u k ro s o . In i m e m a n g w a d j a r . N a m u n te rh a d a p l i s m a r tak d a p a t kita b e r k a t a , b a h w a d e n g a n m e n g e t e n g a h k a n K a r n a s ih , ja n g w a la u pun a j a h n j a H e n d r a p a t i su d a h d ja d i abu, teta p p a d a pen dirian m e n e n t a n g a j a h n j a , U s m a r tid a k m em p u n jai sifa t lunak, pem aaf. B u k a n d e m i k i a n h e n d a k n ja kita in tcrp ceiasika i:. agakn ja K a r n a s i h in i d ik e t e n g a h k a n untuk m e n e n ta n g ibiis j a n g b e r - ^ t o k o h k a n H e n d r a p a t i . J a n g d ja h a t d a n ked ji harus dit^fltang aa n k e m e n a n g a n d ip ih a k ja n g svitji. D a l a m h al ini keja k in an Islamlah ja n g m e n o n d jo l . J a it u s a m a se k a li tak mau berkom prom i dengan ibiis. S e k a r a n g m a r i l a h k i t a p e r h a tik a n s a n d i w a r a - s a n d i w a r a k a r j » A ch d ia t K a r ta M ih a rd ja . D a l a m b u k u n ja K e r e ta k a n . d a n K e t e g a n g a n , A c h d ia t m elengkapi k u m p u l a n t je r p e n n ja d e n g a n tig a b u ah sa n d iw a ra : K e lu a rg a R a d e n S a s t r o ” , " P a k a i a n d an K e p a ls u a n ” d an " K e p u n t ja k K e s e p ia n ” . B u k u A c h d i a t ini term a su k dalam d a fta r buku-buku w a d ji b d i b a t j a d a n d ip ah a m i isin ja oleh m urid-m urid S . M . A . M e n u r u t p e r a s a a n s a ja , k e t ig a sa n d iw a r a ini k u ra n g tepat d id ja d i k a n b a t j a a n a n a k - a n a k p u b e r di S . M . A . S e b a b d jela s tu d ju a n s a n d i w a r a " K e l u a r g a R a d e n S a s t r o ” ad a la h m em beci n a sih a t k e p a d a o r a n g - o r a n g - t u a . D e m ik ia n d ju g a " K e p u n t ja k K e se p ia n ” . D a n s e t i d a k - t i d a k n ja d ju g a " P a k a i a n d an K e p a ls u a n .
Dalam bab III sedikit telah kita singgung "P akaian dan Ke~ palsuan". M ari kita landjutkan penelitian kita mengenai sandiwara ini. ’’Pakaian dan Kepalsuan" hanja terdiri afcas satu babak. Na mun merupakan hasil karja besar djuga. bila dipandang dari sitdut soal jang disorotinja jang terkandung dalani djudul ini. Sudah dari dialog-dialog permulaan antara tokoh-tokoh Hamid dan Rusman, pengarang mengemukakan keketjew aannja niengcnai suasana dalam negeri. Suasana jang diliputi oleh kenjataankenjataan jang palsu, jang dilatar-belakangi politik. D an karena itu menurut Rusman, politik memang kotor. T ap i Hamid ber pendapat, bahwa "politik" dan "peraimpin politik" merupakan dua pengertian jang berbeda. Karena jang satu merupakan tug a s ' dan jang satu lagi merupakan ’’petugas". A rtin ja kalau ’’pemimpin politik” djahat. itu tak boleh diartikan, bahw a " P ° ' litik” djahat pula. Hamid berpendapat (djadi, pengarang berpendapat), bahwa politik tidak kotor. P o l iti k itu mengatur susunan hidup, s e h i n g g a kepentingan dan kebutuhan hidup tiap orang bisa terdjawtin. ♦ lahir maupun batin. Pendapat seperti diatas ini pada achir pasal tiga, bab I. sudah saja kemukakan mengenai pandangan jang keliru. jan9 dikenakan orang kepada seni-sandiwara. Disitu telah didjelaskan, bahwa pada suatu masa tertentu nilai sandiwara dapat merosot dalam pandangan segolongan manusia tertentu. T ap i itu bukan berarti seni-sandiwara jang harus dipersalahkan, melainkan segelintir manusia pemain sandiwara itu. Adapun sandiwara ’’Pakaian dan Kepalsuan” ini ditulis ole^ Achdiat sebagai tjatatan suasana politik di Indonesia, jan g mulai menjala sedjak tahun 1955. Berkobar terus dan baru ag ak red* mulai tahun 1959, sedjak Dekrit Presiden. 5 Djuli 1959. * ) Menurut Achdiat, suasana dewasa ini ialah sebagai jang di* lukiskannja dalam dialog berikut: *)
B a ljs djuga san d iik "aata» loko dengan je tb o tiy " pads fcab It. pafal
~ K a u ini belum d ju g a b e r o b a h M i d . M a s i h tc ta p s e o r a n g o p tim is. ■ — B a g a im a n a ? — L i h a t b u n g , k a t a R u s m a n s e te la h a g a k re d a k e t a w a n ja . S a j a r a s a , u n tu k d e w a s a ini kita a k a n terlalu d ja u h m asuk k e d a e r a h m im pi, k a la u kita n g o m o n g - n g o m o n g t e n ta n g prins i p - p r in s ip h id u p ja n g tin g g i a ta u m o r a l ja n g m urni, dan s e b a g a i n j a . K a t a - k a t a itu kini telah m en d ja d i k a t a - k a t a asing. b u k a n s a d ja b a g i kau m politik, m e la in k a n u ntu k u m um nja o r a n g - o r a n g j a n g hidup p a d a m a s a s e k a r a n g . K a t a - k a t a itu s u d a h t id a k d im c n g e r t i lagi. s e b a b o r a n g z am an s e k a r a n g le b i h m e n g e r t i k a t a - k a t a ja n g k e lu a r d a ri mulut ini ( I a m en g e l u a r k a n s e b u a h p esto l d a ri s a k u - t je la n a n ja , lalu d ia tju n g a t j u n g k a n n j a k e a t a s ) . (h a l. 2 4 0 ) . M a k a d jik a kita b a n d i n g k a n s a n d iw a r a -s a n d iw a r a k a r ja U s m a r I s m a i l d e n g a n s a n d iw a r a k a r ja A ch d iat' ini. tentulah faktorf a k t o r s e p e r ti d iu r a ik a n d ia t a s ini tak d a p a t kita a b a ik a n . S an d iv / a r a - s a n d iw a r a k a r ja U s m a r Ism ail difuh's sem asa djiw a ban gsa I n d o n e s i a s a d a r b e n a r - b e n a r a k a n mutlak pen tin gn ja persatuan b a n g s a . S e d a n g s a n d iw a r a k a r ja A c h d ia t ditulis se m a sa golongang o l o n g a n p o litik b a n g s a In d o n e sia mulai a g a k lo n g g a r dalam i k a t a n p e r s a t u a n itu dan mulai m en d a p a t p a n d a n g a n baru. Jaitu m e r a e n t in g k a n g o l o n g a n a tau p a rta i m a sin g -m a s in g . B ia r golon gan a t a u p a r t a i lain h an tju r, a sa l g o lo n g a n sendiri menang t n e r e b u t k u rsi, m e re b u t k e k u a s a a n . K e m e n a n g a n politik kesatuan b a n g s a m e r o s o t , m en d ja d i k e m e n a n g a n politik g o lo n g a n -g o lo n g a n . D a n p a s t i la h k e p a ls u a n m e ra d ja le la d ik a la n g a n m a sja ra k a t. H al inilah j a n g d i a n g k a t k e a t a s p a n g g u n g oleh A ch d iat. U s m a r I s m a il d an A c h d ia t K a r t a M i h a r d j a ad alah sa m a -sa m a p e d ju a n g k e b e n a r a n . P e r b e d a a n h a n ja te rle ta k pada la t a r-b e la k a n g s u a s a n a d a n p a d a t ja r a m e r e k a m asing-m asin g m enghadapi so al. B i l a d ib a n d in g k a n b e r d a s a r k a n t ja r a ini, A c h d ia t lebih tegas. p r a k t is
dan
D je p a n g ).
r e v o h is io n e r .
se su a i
pula
d en g a n
m a sa n ja
(m asa
Tenden s keduanja ialah memenangkan kebenaran diatas ke palsuan. Sedang tema keduanja ialah : ’’Bagaim anapun meradjalelanja kepalsuan, kedjahatan dan kekedjian itu dikalangan manusia, pada achirnja tentu akan hantjur”. H endrapati dalam "A pi” Usm ar Ismail, hantjur djadi abu oleh api jang mewudjudkan kekuasaan Tuhan. Sedang Achdiat menggunakan api dalam bentuk modern dan praktis, jaitu pestol untuk menghantjurkan kepalsuan. kedjahatan dan kekedjian jang bersarang dalam hati manusia. Jaitu manusia-manusia jang bernama : Samsu, M a s Abu dan Sumantri. Setjara praktis kepalsuan-kepalsuan atau iblis dalam tubuh manusia-manusia ini lari pontang-panting. D a n dengan demikian agaknja Achdiat berharap ag a r manusia-manusia ini kelak kembali kepada kemanusiaannja jang sehat dan wadjar. Dalam tindakan ini agaknja Achdiat mendjadikan dirinja ’’dok ter” . Setelah manusia-manusia ini dibedah. dikeluarkan penjakit dari dalam tubuhnja, Achdiat berharap, a g a r mereka sembuh. Dan ini berarti masjarakat harus sembuh dari pada penjakit kepalsuan itu. Bagi Usmar Ismail, menghadapi penjakit dalam hati manusia seperti ini tak perlu alat modern seperti pestol. B a g in ja untuk menjembuhkan penjakit dalam hati manusia, alat dan ob a t jang tjukup baik adalah hati pula. Untuk menjembuhkan Hendrapati, dikemukakannja R A . Kartina' jang membelai hati lemah-lembut, meraju-mengharap, agar Hendrapati insaf akan pem balasan T u han jang sesaat-saat mungkin berlaku. D juga K a rn asih diketengahkan dengan tjaranja sendiri menginsafkan a ja h n ja Hen drapati. Kalau Achdiat dapat kita anggap "dokter b ed ah " tipe C a rat, maka Usmar Ismail dapat kita anggap pula "d o k te r djiv-'a” tipe Timur. Dan pada dokter-dokter di Tim ur ada kejakinan : Bila segala ichtiar sudah didjalankan, segala obat sudah ditjobakan, namun penjakit tampaknja tak dapat sembuh. m aka keputusan terachir mereka harapkan dari Jang M a h a K uasa. D e mikian sifat dokter pada diri Usmar Ismail, d iketengahkan d a l**1 ”Api".
D a l a m k e d u a s a n d iw a r a h asil k a r ja U s m a r Ism ail d an A c h d ia t ini. p e r ik e m a n u s ia a n m en d ja d i n a d a - d a s a r . M a n u s ia s a k it h a ru s d io b a t i d a n p e n ja k i t ja n g b e r b a h a ja h a r u s d iJen ja p k a n . A d a asp ek j a n g b e r b e d a , ja itu ■ U s m a r lebih ja k in d an k a r e n a n ja sa n g a t. m e n g e d e p a n k a n u nsur k e - T u h a n - a n Islam . N a m u n ini b a r a n g kali d a p a t d ia n g g a p se b a g a i a k ib a t d ari p ad a se m p it-iu asn ja w i l a ja h p e n g g a r a p a n . ’’P a k a ia n dan K e p a ls u a n ” d a p a t disam aka n d e n g a n se b u a h tje rp e n — dan m em ang tu lisa n -sa n d iw a ra ini d a la m b e n t u k tjerp e n , — se d an g -” A p i " dapat d ia n g g a p sebuah n o v e l. A d a b a i k n ja d ju g a d id je lask an b a g a im a n a p eristiw a penod o n g a n d e n g a n pestol itu. S a m s u , j a n g ‘ "m engaku se b a g a i w akil N . V . M e la t i dituduh oleh H a m id , b a h w a d e n g a n m en gaku dem ikian, dia menipu dirin ja se n d iri. M a k a d itod o ng d en ga n pestol, dip aksa h in gga m e n g a k u , b a h w a dia s e b e n a r n ja h a n ja s e o ra n g kijai ja n g b ernam a K ija i S a lim . M a s A b u , ja n g m engaku sebagai seorang p eg aw ai tinggi k e m e n te r ia n . d ito d o n g . d ip aksa h in gga m engaku,' b a h w a dia se-
b en a rn ja h a n ja s e o r a n g ren tcillf. S u m a n tr i. ja n g m en gaku se b a g a i seoran g pemimpin politik, d ito d o n g , d ip a k s a h in g g a m engaku, b ahw a dia seben arn ja hanja s e o r a n g p e n d ju a l o b at. R a t n a . istri S u m a n tri, dip aksa a g a r mem buka pakaiannja. D a la m h a l ini S u m a n tr ila h ja n g ditodong, d ipaksa hingga menjuruh is t r i n ja m e m b u k a p akaian. W a l a u p u n m e ro n ta , b e rta h a n d en ga n keras, tapi oleh k a re n a su a m i su d ah se b a g a i tjatjing kep a n asan . ach irn ja dengan sinis R a t n a m e n ja t a k a n k e k e tje w a a n n ja kep ada suaminja, lalu dia m e m b u k a b a d ju . S e b a g i a n d ia lo g dalam ad e g a n ini perlu rasa n ja dikutipkan disini : ............... S u m a n tr i m akin gugup : — R a t n a .............. a - a, sedikit sad ja. D ja n g a n terlalu b a n ja k b u k a n ja R a t n a .............. a - a, a sal sadja.
Ratna membcntak : — Peduli apa kamu ! (tangannja sudah membuka kemedjanja, sehingga bentuk buah dadanja jan g ditutupi dengan beha sutera jang halus nampak tegak dan b e ris i). Saudara ketarik oleh keindahan badanku ini ? Kalau ketarik, tentu saudara ketarik djuga oleh tjiumku. Boleh sau dara minta izin pula pada suamiku untuk mentjium bibirku. Suamiku tentu akan mengizinkannja pula. Hamid tersenjum gembira, lalu mendekatkan lagi pestekija keatas telinga Sumantri : — Boleh atau tidak ? ! Isterimu menjuruh aku minta iziwRiu dulu. Sumantri tambah gugup, dan dengan gag ap -g ag a p ia menjahut : ~ Bbb-bo-leh ............ (melirik kearah R a t n a ) . R a tn a ............. a - a, asal sadja tjiumnja ............. a - a, asal m enjentuh selewatan sadja...................... Ratna sudah memontjongkan mulytnja kearah H am id. Tapi dengan tersenjum hormat, Hamid mengambil ta n g an Ratna pada djari-djarinja, lalu diangkatnja kebibir. — H a i ! kenapa saudara hanja mentjium tanganku sadja, kata Ratna, menarik tangannja dari bibir Hamid. D a n dengan mendelik lagi matanja terhadap Sumantri d engan penuh hinaan seperti tadi, ia segera melandjutkan : — Suamiku kan sudah memberi izin untuk mentjium bibirku. Tjiumlah bibirku. Atau saudara barangkali lebih suka m e»' tjium aku, kalau aku sudah telandjang bulat. B aiklah , kalau begitu/ Dan sambil berkata begitu, djari-djari kedua b elah ta ngannja sudah bergerak-gerak hendak membuka b eh a n ja da ri belakang punggungnja. Behanja sudah hampir lepas. Tapi pada saat itu pula. Hamid segera berkata : • — Tjukup njonja, tjukup. N jonja sudah tjukup membikin hatiku bahagia. Pakailah sadja lagi pakaian n jon ja itu. (hal.
256-257).
D j i k a k i t a tja ri d ia lo g d a n a d e g a n se p e rti d ia t a s ini dalam s a n d i w a r a - s a n d i w a r a h asil k a r ja U s m a r Ism a il, p a stila h tid a k a k a n k it a d a p a ti. P a d a a c h ir t u l is a n -s a n d iw a r a ini a d a t ja t a ta n : S a d u r a n b e b a s d a r i t je rita s a n d iw a r a sa tu b a b a k " T h e M a n w ith th e g r e e n N e c k t i e ” k a r a n g a n p e n g a r a n g R u s s ia , A v e r c h e n k o . T e r l e t a k p a d a k a t a ’’sa d u ra n b e b a s ” in ilah s e b a b s a n d iw a r a ini s a ja b a n d i n g k a n d e n g a n s a n d iw a r a k a r ja U s m a r Ism ail. L eb ih d a r i p a d a itu s e b a b ja n g kedu a, ia la h k a r e n a sa n d iw a r a ' ’P a k a ia n d a n K e p a l s u a n ” ini d a n ja n g dua b u ah lagi term asu k d a lam d a f t a r b u k u - b u k u ja n g h a ru s d ip elad jari dan dipaham i isin ja o leh m u r id -m u rid S . M . A . L a in dari p a d a itu isi sa n d iw a ra ini s e o l a h - o l a h k a r a n g a n I n d o n e s ia asli. K a r e n a sesuai b e n a r d engan s u a s a n a m a s ja r a k a t b a n g s a In d o n e s ia p ad a w aktu disadurkan. M a k a d jik a d ik a t a k a n oleh p e n g a r a n g pada a c h ir tulisans a n d i w a r a t e r s e b u t, b a h w a p e n g a r a n g m e ra s a puas telah berhasil m e m b u k a k e d o k , p e r k a t a a n ini su n g g u h -su n g g u h sa ja rasak an se b a g a i p erk a E aa n A c h d i a t K a r t a M i h a r d j a sendiri : ■ — S a u d a r a - s a u d a r a , d en g a n hati jan g puas s a ja telah b e r h a s il m em b’u ka k e d o k ja n g selam a ini menutupi pribadi saud a r a m a s in g -m a s in g . S e k a r a n g sila kan sa u d a ra-sau d ara meli h a t d im u k a k a t ja . K a tja ta k kan m èm beri b aja n g an p alsu la g i k e p a d a sa u d a ra -sa u d a ra . (hal. 2 5 8 ) . M a s i h a d a b e b e ra p a h al ja n g perlu d ip erkatakan temtang s a n d iw a r a ini, tapi a g a r tid a k djauh kita menjimpang, baiklah s a ja k a t a k a n s a d ja s e tja r a sing kat. S a n d i w a r a ini su n g g u h -su n g g u h mendj-alin par.dangati filsafat seni ja n g tin ggi, sep erti su d ah n ja t a dalam uraian dan kutipank u tip a n d ia t a s ini. saan
O l e h k a r e n a d em ik ia n itu sifa tn ja , menurut pikiran dan peras a ja , k u r a n g p ad a tem p a tn ja d idjadikan san d iw ara untuk
s e k o la h m e n e n g a h . A n a k - a n a k p a d a t a r a f ini, seperti sudah sa ja alam i d a la m p r a k te k dan s a ja u raik an dalam b a b - b a b jan g lalu, lebih t e r t a r i k k e p a d a h a l-h a l ja n g praktis. M c m a h a m i hal-hal
ja n g b e r s ifa t filsa fa t masih djauh dari d ja n g k a u a n
k esan gg u p an
m erek a. M a k a djika ditimbang, tentu k ita a k a n sa m p a i p a d a satu k e sim pulan : U n tu k a n a k - a n a k se k o la h m e n e n g a h . sa n d iw a r a ini ( lebih b a n ja k m engandung a n a s ir n e g a t if d ari p a d a ja n g positif. S a n d iw a ra -s a n d iw a ra se d jen is ini sifa t k a n d u n g a n n ja sudah pula a g a k tjukup b a g ia n -b a g ia n n ja ja n g p en tin g k ita b itja ra k a n dalam b a b -b a b ja n g lalu. Jaitu : ’’T i t i k - t it ik H it a m ” d a n ' S e k e lumit N ja n jia n S u n d a ” dalam buku d en g a n naraa te r a c h ir ini. " T i t i k - t i t i k H itara” tjukup m enarik b agi p a ra sen im an sastr^sa n d iw a ra. D a n se b a g a i sa n d iw a ra psikologis, H .B . Jassin malah m e n g a n g g a p n ja lebih b a ik dari pada s a n d iw a r a - s a n d iw a r a jan g . m en d apat h ad iah tahun 1958. Jaitu p em cn a n g p e r ta m a " M a la m D ja h a n a m ’’ oleh M o tin g g o B o e s je , p em e n an g ked u a, komedi " B u n g B e s a r ” oleh M is b a c h Jusa B ira n dan p em e n a n g ketiga " S e k e lu m it N ja n jia n S u n d a ” oleh N a s ja h D ja m in . A d apu n a la s a n -a la sa n keputusan djuri iala h untuk pem enan g p ertam a d ikatakan, b a h w a sa n d iw a ra te rse b u t "m e n g a n d u n g dim ensi dan kem u n gkin an p em a n g g u n g a n n ja ” . U n t u k pem enang k ed u a d ikatakan. b a h w a san d iw ara tersebu t ”b e r k a li- k a li melont a r k a n ide dan pemikiran jan g asli dan sega r. se d a n g p ergantian p elaku-p elaku n ja dengan tepat memenuhi s ja r a t - e ja r a t p em an ggu n g an . D a n untuk pem enang ketiga d ik a tak an ’’b e r h a r g a karena isi dialog ja n g sungguh dan pelaksanaan d ja la n t je r ita ja n g luas dan b u la t” . 17) S e p e rti diatas inilah tjo rak pandangan para ahli s a s tr a -s a n d iw a ra dan seniman. D je la s b srb ed a d engan p a n d a n g a n para ahli didik. D a n d engan demikian bagi kita satu kesimpulan sudah pasti. ialah s a n d iw a ra -sa n d iw a ra k a r ja E l-H a k im — . D a n Uii m en ja d ik ala n g an ahli sa s tra -s a n d iw a ra dan senim an. T e r u t a m a dalam m a san ja. D ju g a m endapat perhatian b e sa r sekaii d ari pihak para ahli didik. B u k tin ja ialah pada udjian-udjian S . M . A . P a r a penjusun soal udjian m engambil b ah a n -b a h a n so al d ari sini, seperti
If)
K -B . Jassin , A csusa?(c&tr, d a la m h t i t i k d a n C sct II , Gunuog A g u n s, D ja k a rta . 3 9 6 2 , h al, 195.
tjo n to h -tjo n to h terkutip dalam b a b I, pasal satu didepan. — S e b a g a i kumpulan ja n g kedua jang m endapat perhatian seperti ini, iala h sa n d iw a ra -sa n d iw a ra karja E l-H a k im — . D a n ini m enjata k a n , b a h w a " M a y a ” unggitl pada m asanja serta pengaruh keunggulnn ini masih terasa hingga dew asa ini. S e d a n g nama " M a y a ” ini ta k dapat dipisahkan dari nama U sm ar Ismail, pendirin ja, den gan tak melupakan para pembantunja, terutama R o s ih a n A n w a r dan E l-H a k im alias dokter Abu Hanifah.
4.
Sandiw ara-sandiw ara k arja Usmar Ismail ditindjau dari Segi Pendidikan
D id a la m dunia pendidikan. para pendidik niemandang se suatu bend a; hal, keadaan dan peristiwa dengan norma-norma d an nilai-nilai pendidikan. N orm a-norm a dan nilai-nilai inilah ja n g m en etapkan sikap. D a n selandjutnja sikap ini pulalah jang m en d oron g tindakan niemisahkan benda-bcnda, hal, keadaan dan peristiw a kedalam d.-ïn buruk. berfaedah dan merugikan, indah dan djelek ataupun positif dan negatit bagi dunia pendidikan. D a r i dalam sandiw ara-sandiw ara karja Usm ar Ismail, se i it demi .sedikit telah kita tampakkan aspek-aspek tersebut dalam b a b - b a b ja n g lalu. Lebih-lebih dalam uraian pasal dua dan tiga b a b ini. Se p e rti telah tampak dalam pasal-pasal tersebut, rupanja agak su kar m en tjari segi-segi n egatif dalam sandiw ara-sandiwara karja U s m a r Ismail. U n tu k mengudji benar-tidakn ja hal itu sengadja telah saja tam pilkan sandiw ara-sandiw ara karja pengarang lain. Seperti sand iw a ra -s a n d iw a ra karja N a sja h Djamin, Idrus, Achdiat K arta M ih a r d ja dan lain-lain. Jang tentu sadja mengandung sifat, isi dan p an d a n g an jan g berlainan dengan jang terkandung dalam sa n d iw a ra -sa n d iw a ra k arja U sm ar Ismail. Dalam pada itu belum sa ja peruntjing pem bitjaraan mengenai teknik sandiv/ara-sandiw a r a U s m a r Ismail. K a ren a memang maksud saja hendak mela k s a n a k a n itu dalam bagian pasal empat bab ini.
T e n t u ©rang a k a n b e r ta n ja : " M e n g a p a de-mikian ?” H a l itu a d a h u b u n g a n n ja d en g a n tja ra m e n g a d ja r d a la m d u n ia pendid ik a n m o d ern , ja n g tenga'h d ip e r d ju a n g k a n o r a n g d e w a s a ini di I n d o n e sia . B a g a i m a n a tja ra m e n g a d ja r ja n g d ik e h e n d a k i o r a n g dalam d u n ia p en d id ik an m odern ? S a l a h satu t ja r a itu ia la h — teru tam a d is e k o la h m en en g a h k e b a w a h — b a h w a guru d ja n g a n b erp id ato d id ep an k ela s. H e n d a k la h d iu sa h a k a n , a g a r m u rid -m u rid a k tif d a la m m e n g e lu a rk a n b u ah p ik ira n n ja . D j a n g a n m e r e k a h an ja disuruh m e n d e n g a rk a n u ra ia n ja n g p a n d ja n g - p a r id ja n g . J a n g dem ikian itu m em b o san k a n m urid-m urid. D a n k a r e n a murid-m urid d jad i b osa n , m a k a p e r h a tia n n ja p u h d jadi b e r k u r a n g . K a r e n a p er-' h a tia n d ja d i b erk u ra n g , m a k a a g a k sia -s ia u s a h a guru ja n g b e r p id ato p a n d ja n g -le b a r itu. B a h k a n b u k an s a d ja p a d a a n a k - a n a k , ^ tetap i d ju g a p a d a o ra n g -o r a n g d e w a s a ja n g belum terlatihpun/ p ro s e s ja n g dem ikian itu berlaku . K a r e n a d a ja t a n g g a p d a n daja^ fcahan m an usia itu b e rb a ta s . j D ja d i ora n g ja n g m en d en g a r se s u n g g u h n ja su k a a k a n p er t ja k a p a n ja n g pendek-p en d ek. H a l ini d jela s p a d a b a h a s a anak-! a n a k ; d ju ga orang d ew a sa dalam p e r tja k a p a n s e h a r i- h a r i. \ S j a r a t jan g diuraikan diatas ini su n g g u h -su n g g u h dipenuhi oleh dialog-dialog d alam s a n d iw a ra -s a n d iw a ra k a r j a U s m a r I s - ' mail. Disini ta k perlu lagi sa ja kutipkan d ia lo g -d ia lo g itu. P e m - 1 b a tja dapat m en jak sik an itu dalam p asa l dua b a b ini. D e m ik ia n ! inilah tekn ik dialog-d ialog jan g memenuhi s ja r a t d a la m sa n d iw a ra I m odern. ^ j D a p a tk a h kita m en arik kesimpulan, b a h w a d jik a demikian,^ jaaaka senim an sa s tra -s a n d iw a ra m odern itu m em an g m em p erh a tikan s ja r a t - s ja r a t ja n g dikehendaki dalam d u n ia p en d idikan * modern? S a j a lebih tjenderung m en gatakan , ja . K a r e n s b u kan kah * se n i-sa n d iw a ra itu bertudjuan h en d ak m endidik m a ssa ? j T a p i dalam h al ini, tentu pula oran g a k an m e n g e m u k a k a n ’ k e b e r a t a n - k e b e r a t a n ja n g beralasan. O r a n g a k a n m e n g a ta k a n , i b a h w a b a n ja k djuga san d iw ara modern ja n g dialog-dialognja^ p a n d ja n g -p a n d ja n g .
Ja, Biemaug benar. San d iw a ra -sa n d iw a ra sematjam itupun sudah sa ja kutipkan dialog-dialognja dalam bab-bab* jan g lalu. K a r e n a p an d ja n g n ja dialog-dialog itu, sajapun h an ja mengutip se b a g ia n -s e b a g ia n . Jaitu b agian -bagian ja n g mengandung unsurunsur ja n g sa ja perlukan. M isaln ja dari san diw ara-sandiw ara k a r ja N a s ja h D jam in dan A chdiat K arta M ihard ja. — Disini hanja s a ja p erin gatk an tentang perkataan H .B . Jassin mengenai dialogdialog dalam sandiw ara-san d iw ara k arja N asjah Djamin, jang telah dikutipkan didepan itu. P e r t a n ja a n timbul pula : " M e n g a p a demikian ?” D jaw abn ja ialah, b a h w a sebuah sandiw ara jang dapat disebut modern, bu ka n se m ata-m ata karen a teknik dialog-dialognja. Selain teknik dialog, isi san d iw ara itupun bersifat menentukan sandiwara itu m odern atau tidak — sungguhpun tidak sepenting soal teknik. K a r e n a walaupun isi itu suatu tjerita kuno. tetapi dikarang dalam tekn ik modern, m aka disebut modern djugalah sandiwara tersebut. H a n ja disini soal pengaruh isi itu bukanlah hal jancf dapat dia b a ik an . M u n g k in oleh karena pengarang dengan dorongan dji-
w anja ja n g tak muda/i dikekangnja untuk w iw n d p ïksn k e p k in a n n ja ja n g sungguh-sungguh, maka tegaklah seorang tokoh sa n d iw a ra n ja jan g berpidato berapi-api. Dan Jupa, bahwa seben a rn ja dia ad a dalam zaman roket, bukan lagi dalam zaman djung atau zam an pedati. T jo n t o h ja n g baik agaknja untuk mendjelaskan hubungan pengaruh-m em pengaruhi antara isi kuno dengan teknik dialog modern ini. ialah sandiwara empat b abak "A g o k a ” . Isinja ialah se d ja ra h k erad jaa n A ry a -w a rta di India jang diperintah oleh ra«Ija A g o k a -w a rd h a n a tahun 2 5 9 -2 2 2 s.M . Agoka-wardhana adalah tjutju T ja n d ra g u p ta . D alam pemerintahan, beliau mengalarai kon flik b a tin iah jan g hebat, karena beliau kemudian memeluk agama B uddha, i s ) T e k n i k dialog sandiw ara ini modern. T a p i sungguh pengara n g n ja k a d an g -k ad a n g tak sanggup mempertahankan sifat mo dern itu dalam seluruh tulisan-sandiw ara ini. Dalam beberapa
l» )
G . G » n s§ rijp , A f k a , B alal Pustaka, D jak arta, 1956. hal. 5-7.
adegan kita dapati penuturan seorang tokoh sampai m èm akan dua atau dua halaman lebih. (hal. 52-54; hal. 6 3 -6 6 )T a p i disini ada satu faktor lagi jang djuga m eru p a k a n tjiri sandiwara modern pula, jakni penggunaan konflik. Dalam sandiwara "Pakaian dan Kepalsuan.” djuga kita da pati penuturan jang pandjang-pandjang oleh to k o h -to k o h n ja , seperempat sampai setengah halaman. (hal. 2 4 2-24 3; hal. 2 5 2 - 2 5 4 ; hal. 2 57 -2 5 8 ). Namun menurut perasaan. saja, pem batja ataupun penonton tidak akan bosan atau mengantuk. K a ren a sedem ikian hebatnja konflik dalam penuturan itu. Perhatian pem batja maupun penonton pastilah tertarik kepada batjaan atau ton to nan n ja. A g a k nja faktor ini pulalah jang djadi imbangan dalam s a n d iw a r a - s a n diwara karja Nasjah Djamin. "Titik-titik Hitam” dan Se k elu m it Njanjian Sunda” . Faktor-faktor jang-seperti diuraikan diatas inilah ja n g diperdjuangkan Usmar Ismail mengenai seni-sandiwara m o d e rn . Dan agaknja jang mendorongnja mentjiptakan "Liburan S e n i m a n ” . Perhatikan dialog-dialog antara Suromo dan k a w a n -k a w a n n ja menentang Kertalasmara dalam pasal dua bab ini. M ari kita lebih landjut meinperhatikan asp e k -asp ek la in da lam sandiwara-sandiwara karja Usmar Ismail. Selain melukiskan bagaimana hendaknja p ergaulana modern jang' tak menjimpang dari tiasar kesusilaan diantara p em u d a pria dan wanita, dilukiskan Usmar djuga bagaimana w a t a k seoran g istri jang baik. Untuk tjontoh dalam ha) ini d iketengah kan Ratmi, istri Suromo. Agaknja wanita jang berw atak d em ik ia n inilah wanita Indonesia jang diingini Usmar Ismail. W a n i t a ja n g setia, sepikiran-seperasaan, sedia berkurban demi perdjuangan suam inja. Andaikata rumah-tangga itu perahu jang bertjadik a ta u bersema-sema, maka istri adalah sema-seraa kiri, sedang su a m i adalah sema-sema kanan. Dengan sema-sema sebelah-m enjebelah jang berfungsi sama rni perahu atau bahtera ru m a h -ta n g g a itu sukar untuk tenggelam. Bagaimanapun ombak dan b a d a i melanda bahtera rumah-tangga ini, akan tetaplah bahtera ru n ia h -ta n g g a ini berapung diatas lautan perdjuangan. Dem ikianlah Su rom o jang didampingi Ratmi, istrinja walaupun dikatjau, d ih a s u t istri'
n j a o le h G a rm o jo n o , d itim p a k e su lita n ja n g b e rtu b i-tu b i, d ilan d a k e m e la r a t a n , n am u n ta k sam p ai m erek a te n g g e la m d ilau tan p e rd ju a n g a n n ja , ta k sam p ai m erek a p e tja h , b e r tje r a i. S e g a la k esu litan d ip ik u l m e re k a b e rd u a b e rsa m a -sa m a . D a n b a g a im a n a a c h irn ja ? M e r e k a sukses, m e re k a b e rs a m a s a m a m e n i k m a t i r a s a b a h a g i a . W a l a u p t m d a la m h a l ini b a r u sa tu s u k s e s j a n g b e lu m b e r a p a a r t i n ja . J a it u b e r h a s i l n j a p e m e n t a s a n s e b u a h s a n d i w a r a m o d e r n j a n g d i t ji t a - t ji t a k a n .
In ila h k ir a n ja m ak n a dan tudjuan u tjap an U sm a r Ism ail : ’’K e p a d a I s te r ik u ” , ja n g tertjan tu m pada halam an depan d ari pada tu lis a n -s a n d iw a r a " L ib u ra n S e n im a n ” itu. S u a t u h a s i l b u k a n l a h d a p a t d ia r t i k a n a c h i r d a ri p a d a su atu p e r d j u a n g a n . K e b e n a r a n ini t e la h d iu n g k a p k a n o le h D r . } . L . M o r e n o d a l a m s e m b o j a n n j a j a n g t e rk u tip d a la m b a b I, p a sa l sa tu : " O n e a n s w e r p r o v o k e s a h u n d r e d q u e s t io n s ” . H a l ini p en tin g s e k a l i d i s a d a r i o lê h s e o r a n g istri. D a n R a t m i su n g g u h -s u n g g u h m e n ja d a rin ja : Surom o :
K a s i h k u p a d a m u m a kin b e r t a m b a h , seolah-o/ah a k u m e n d a p a t k a s ih b a ru ja n g s e la m a ini terselip d a la m h a tik u . S e r i n g k a u k u s ia - s ia k a n . T a p i dis a m p in g itu m a k in b e r a t ta n g g u n g a n k u . k a re n a a k u t a k k u a s a m e m b e ri e n g k a u n a f k a h se tju k u p n ja .
R atm i
:
( t e r k e d j u t ) M a s ! B u k a n k a h k ita b a n g s a ja n g b e r d ju a n g . k e l e m a h a n a d a la h su a tu k e m e w a h a n b a g i b a n g s a ja n g in g in s e d j a d ja r d u d u k n ja d e n g a n b a n g s a . lain !
Su rom o :
( t e r s e n ju m ) , M a a f k a n l a h , a k u Iem ah s e b e n ta r . M e m a n g t a k k a n k a la h , k it a ja k i n , k ita p a sti m e n a n g . M a r i l a h k it a p u la n g . B e s o k a d a la h h ari p e n g e r a h a n t e n a g a s e k u a t n ja m e n d a p a t k e m e n a n g a n ! (h a l. 1 8 5 ) . * )
*)
L ih a t d ju g n s e b a g ia n k u tip a n in i dan ta fsira n iijn dalam p a sa l dua b a b ini.
Bila kita perhatikan uraian-uraian dan k u tip a n -k u tip a 11 se djak dari mula sampai disini, maka tak ragulah kita m e n e t a p k a n , bahwa tema dari pada ’.’Liburan Senim an ” ini ia la h : " P er" djuangan jang dilaksanakan dengan kerdja keras d a n keruletan serta ketabahan, lagi pula bergotong-rojong, pastilah a k a n her hasil”. Djika sandiwara "Liburan Senim an” ini kita d ja d ik a n me dium pendidikan, maka dapatlah kita menjebut s u m b a n g a n - s u m bangan apa jang kita peroleh dari padanja untuk tudjuan pendi dikan. Tentang sandiwara ini H.B. Jassin m engatakan , b ahw a : Tem anja agak ringan dan pertundjukan m en gin gatkan kepada pertundjukan oleh murid-murid sekolah m enengah” . 1!)) Ja, memang berny. Dan andaikata hal ini d ia n g g a p suatu kelemahan dalam sandiwara ini oleh para ahli s a s t r a - s a n d i w a r a dan seniman. Sebaliknja oleh para ahli didik m ungkin malah dianggap SUatu kekuatan. £ eb ab sesungguhnja suatu keku atan itu ada biasa pula terletak pada kesewadjaran. D a n ini memang sewadjarnja. Perkataan Prof. Dr. A. Teeuw mengenai san d iw ara ’’T ji t r a jang terkutip dalam pasal dua bab ini : .......................... p e r t j a k a p a n 2 dalam tjerita ini hidup, lagi pula sewadjarnja s i f a t n ja ” , dapat rfjuga kita anggap tepat pula mengenai dialog-dialog d a la m **Liuran eniman ini; malah dapat djuga mengenai t e m a n ja . A rti nja tema itu tidak didesak-desakkan dalam dialog ja n g bersifat berat. melainkan diselipkan dalam plot dan p e r w a ta k a n tokoh tokohnja. Djadi tidak mêngganggu lantjarnja p e r tja k a p a n . Hal seperti ini dikehendaki dalam dunia pendidikan. — B a i k kita ingat kembali uraian I.P. Simandjuntak jang terkutip d a la m pasal empat bab HI. — Norma-norma dan nilai-nilai tak diton d jolkan , melainkan didjalinkan dalam tjeritera seluruhnja. •- a hal-hal seperti diatas ini akan kita dapati pula dalam Api”, m'arilah kita teliti.
I9 )
H .B. Jassin. K esusaslraau
°P- cit., hoi, HO.
Surom o :
K a s ih k u pad a m u m a k in b e rta ra b a h , s e o la h -o la h a k u m e n d a p a t k a sih b a r u ja n g s e la m a ini terselip d a la m h a tik u . S e r i n g kau k u s ia - s ia k a n . T a p i disaznping itu m a kin b e r a t ta n g g u n g a n k u , k a r e n a a k u t a k k u a sa m em b eri e n g k a u n a f k a h setju k u p n ja .
R atm i
:
( t e r k e d ju t ) M a s ! B u k a n k a h k ita b a n g s a 'j a n g b e r d ju a n g , k e le m a h a n a d a la h suatu k e m e w a h a n b a gi b a n g s a ja n g ingin s e d ja d ja r dud u kn ja d en gan b a n g s a la in !
Surom o :
( t e r s e n ju n i ) M a a f k a n l a h , aku lem ah se b e n ta r. M e m a n g t a k k a n k a la h , k ita jak in , kita pasti m enang. M a r i l a h k ita p u lan g. B e s o k a d a la h h ari p en g e r a h a n t e n a g a s e k u a t n ja m en d ap a t kem en a n g a n ! (h a l. 1 8 5 ) . * )
B ila k ita p e r h a t ik a n u ra ia n -u r a ia n dan kulipan-kutipan se d j a k d a r i m u la s a m p a i disini, m a k a ta k ragu lah kita m enetapkan, b a h w a te m a d a r i p ad a " L i b u r a n S e n i m a n ” ini ialah : ”P e r d j u a n g a n j a n g d il a k s a n a k a n d en g a n k e r d ja keras- d an keuletan s e r t a k e t a b a h a n , la g i pula b e r g o t o n g - r o jo n g , pastilah a k a n b e rh a sil” . D j i k a s a n d iw a r a ’’L ib u r a n S e n i m a n ” ini kita d jad ikan m e d iu m p e n d id ik a n , m a k a d a p a tla h kita m e n je b u t sum ban gan -su m b a n g a n a p a ja n g k ita p ero leh d a ri p a d a n ja untuk tudjuan pendi d ik a n . ^ T e n t a p g s a n d iw a r a ini H . B . J a s s in m en g a ta k a n , b a h w a : ’’T e m a n j a a g a k r in g a n d a n p e r tu n d ju k a n m en g in g atk an kepada p e r t u n d ju k a n o le h m u rid -m u rid s e k o la h m e n e n g a h ” . 19) J a , m e m a n g b e n a r . D a n a n d a ik a t a h al ini dianggap suatu k e l e m a h a n d a la m s a n d iw a r a ini oleh p a r a ahli s a s tra -s a n d iw a ra d a n s e n i m a n . S e b a l i k n j a oleh p a r a ahli didik mungkin malah d ia n g g a p
*) ,ö )
su a tu
k eku atan.
Sebab
se su n g g u h n ja
suatu
L ih a t dju cja s e b a g ia n kutipan ini J a n Ja fsira n n ja dalam pasal dua i a b itii. c it.. bal. \ i$. H .B . Ja s s in , K e s it s a s t r M a n ................................ .....
keku atan
Dalam "A p i” diketengahkan tokoh H endrapati sebagai ma nusia iblis. Untuk Jawannja diketengahkan R .A . K a rtin a dan Karnasih. Jang menarik perhatian para ahli sastra dan seniman-sandiwara, terutama pertentangan antara H endrapati den gan Karna sih. T a k dapat disangkal, bahwa bagi para pendidik h al inipun lebih menarik pula. Dunia pendidikan modern, walaupun dengan serba hati-hati, raenghargai prinsip demokrasi jang berlangsung an tara guru dan murid, antara orang-tua dan anak, antara pemimpin dan jang dipimpin. Dalam hal ini prinsip Ki H ad jar D e w a n ta ra : " T u t wuri handajani” mendjadi dasar utama. Apa sjarat jang penting berhubung dengan prinsip-prinsip d iatas? S a ja rasa adalah perbawa (p ra b h a w a ), kewibaw aan, '’gezag” dipihak guru, orang-tua atau pemimpin itu. Apa pula sjarat untuk dapat memiliki perbaw a itu ? Ialah sjarat-sjarat utama dalam dunia pendidikan : keluhuran budi, ketegasan bertindak atas dasar kedjudjuran, keichlasan, sifat kasih-sajang atas semua machluk jang djadi dasa* m oral semua agama, harga-menghargai, sifat dan tindakan sosial dan seba gainja. Adakah walaupun hanja sebagian dari pada unsur-unsur diatas ini pada diri Hendrapati ? Boleh dikata tak ada. Karena andaikata kita berusaha meneliti sifat sosial pada tokoh ini, ma ka akan kita pahami, bahwa sifat sosialnja menolong ora n g sekitarnja, seperti Sutantio dan Irwan hanja berlatar^belakang ’’udang dibalik batu” . Sutantio ditolong dengan maksud kemudian d itaruhnja dalam tjengkeramau kuku iblisnja. T j a r a menolongnja itupun adalah tjara iblis pula, jaitu diselamatkannja Su tan tio dari dakwaan, karena berani memberi, membuatkan obat ja n g mengakibatkan orang lain meninggal dunia. D ikatakan oleh H en d ra pati, bahwa bukan Sutantio jang salah, melainkan d okter jang membuatkan resep obat. Dengan kelihaiannja dia m enang dan dokter jang membuatkan resep itu kalah, djadi kurban ketju- ran gan n ja.
S c d j a k p e r is t iw a itu b o leh d ik a t a S u t a n t i o d ja d i b u d a k n ja , j a n g h a n j a ta h u m e n u ru t s a d ja s e g a l a k e h e n d a k n ja . A k a n I r w a n . u n tu k d ja d i btid ak se p e rti itu pu la m ak su d p e r t o l o n g a n H e n d r a p a t i . D a n m e m a n g h al ini te r u s - m e n e r u s b e r la k u a t a s d iri I r w a n . L e b ih - le b ih s e te la h p em u d a ini m e m p e rl i h a t k a n k e m a d ju a n d a la m p e k e r d ja a n n ja . S e g a l a g e ra lc -g e rik I r w a n d i a w a s i . K e m a d ju a n I r w a n h e n d a k n ja d ja n g a n ta m p a k , m e l a i n k a n h a n j a h a r u s t a m p a k s e b a g a i se k a lia n n ja a d a la h k e m a d ju a n H e n d r a p a t i s e m a t a . D i m a t a H e n d ra p a ti, I r w a n h a ru s h a n ja s e b a g a i a l a t , b u d a k , s e ti n g g i- t in g g in ja h a n ja pem b an tu ja n g ta k b e r o t a k . D i a se la lu m e n g b in a I r w a n d e n g a n m e n g a ta k a n o ta k k e t ji l ” t e r h a d a p I r w a n . T e n t a n g s if a t - s if a t H e n d ra p a ti ja n g l a i n - l a i n n ja p e m b a t ja d a p a t m e n g e ta h u in ja pad a ic h tisa r dalam p a s a l sa tu d a n d ia l o g - d ia l o g ja n g terku tip d alam pasal dua b ab ini. N a h , b u k a n k a h d a la m r a n g k a prinsip d em o k ra si dan k c t e g a s a n m e n e n t a n g ja n g d ja h a t d a n këdji, b ila K a rn a sih dengan t a k r a g u - r a g u m e n e n t a n g a ja h n ja ? K i t a p e r h a t i k a n d alam p e r te n t a n g a n - p e r t e n ta n g a n itu, suka:k ita d a p a ti h a l- h a l ja n g d ile k ih -le b ih k a n oleh pen garan gn ja, U sm a r I s m a il. S e m u a a d a la h s e w a d ja r n ja . A n d aik a ta ora n g akan m e n g a t a k a n . b a h w a satu- h al ja n g ta m p a k n ja dilebih-Iebihkan ia l a h s i k a p K a r n a s i h ja n g s a n g a t b en tji k e p a d a H en d ra p ati. S e h i n g g a w a l a u p u n H e n d r a p a t i su dah d jadi abu, tetap K a rn asih m e n g u tu k s i f a t a ja h n ja itu. H a l ini oleh p e n g a ra n g diimbangi d e n g a n d a s a r k e ja k in a n ja n g te rk a n d u n g d alam djudul san d iw ara itu. ” A p i " . A p i ini a d a la h api T u h a n ja n g m é n g h an g u sk a n segala ja n g d j a h a t dan k ed ji. S e d a n g sifa t K a r n a s ih itu dapat dianggap s e b a g a i b a r a api ja n g m en je m p u rn a k a n h a n g u sn ja ked jah atan itu. S u d a h k it a m aklu m i, b a h w a d a s a r p a n d a n g a n U sm a r Ism ail d a la m " A p i ” ini ia la h k eim a n a n k e p a d a T u h a n se tjara Islam. D a n T u h a n t e la h m e n je d ia k a n " n e r a k a ” untuk iblis dan m anusiam a n u s ia ja n g m e n g ik u ti d je d ja k iblis itu. S e s u a t u k i t a n ilai m en u ru t h a k ik a t ja n g
terkan d u n g
d id a
la m n ja , b u k a n m e n u ru t k e n ja t a a n lah irn ja. N a m u n sesuai d en gan
hakikat sandiwara, jaitu sebagai medium pendidikan, agaknja harus pula kita berhati-hati. Karena orang jan g dididik tentulah mula-mula hanja melihat kenjataan lahir. D a n k e b a n ja k a n dari mereka sukar untuk dapat menjelam sampai kepada so al hakikat itu. Tentang tontonan-tontonan, terutama film, biasa dinjatakan; bahwa jang dibolehkan menonton pertundjukan tertentu hanja orang-orang jang-berusia 13 tahun keatas atau 17 tahun keatas. Ini berarti, bahwa sesuatu tontonan disesuaikan d en ga n tingkat usia pada umumnja. Artinja tingkat usia sebagai pedom an batas penilaian jang relatif. Djika kita perhatikan kembali uraian I.P. Simandjuntak, jang terkutip dalam pasal empat bab III, demikian djuga tentang gedjala-gedjala dikalangan murid S .M .P . dan S .M . A . ja n g dibahas o leh 'M u sjaw a rat Orang-tua Murid dan Guru tahun 1962, jang diuraikan dalam pasal dan bab itu djuga, maka menurut perasaan saja sandiwara ”Api” ini ditindjau dari segi negatifn ja, tetap da pat diterima sebagai medium pendidikan disekolah menengah. Dengan tjatatan, bahwa tepatnja ialah pada murid-murid S .M .A . kelas terachir, karena murid-murid dikelas ini r a t a - r a t a sudah berusia 17 tahun keatas. *) Tetapi hanja dengan mengemukakan tjatatan tersebut, per tanjaan segera timbul. Mungkinkah itu dilaksanakan dalam prakt e k ? Suatu tontonan jang hanja chusus dilaksanakan oleh dan untuk murid-murid kelas ÏII ? Disinilah soal k eb id ja k s a n a a n para pendidik memegang peranan penting sekali. Disinilah kebidjak sanaan P .O .M .G . harus dilaksanakan. Suatu k eb id ja k san a an ten tulah dilaksanakan sesuai dengan suasana dan situasi, tempat dan waktu jang tepat. Rawatan ruhani murid-murid hendaklah mendjadi pusat perhatian. Artinja setelah pertundjukan selesai, dalam pengadjaran selandjutnja, pekerti dan w a tak tokoh-tokoh sandiwara itu dibahas, didiskusikan dengan murid-murid. P ara p e n d id ik dalam hal ini mendapat kesempatan se b a ik -b a ik n ja me-
^ > ia w v af,ar ,buku' buk“ unto pa» I satu bab III, S c d ik d a n C c * ' 0,r* oitjantumkan untuk aiuria a u r id kelas II, Ijaturwulaa ke III.
n je la n i i d j i w a p a r a m u r id n ja . S e h i n g g a d e n g a n d e m ik ia n d a p a t la h m e r e k a m e l a k s a n a k a n p rin s ip " t u t w u r i h a n d a j a n i ” s e e f e k t i f e fe k tifn ja . D j i k a s e p e r t i ’ j a n g d iu ra ik a n d ia t a s ini t in d a k p e n d id ik a n d an p e n g a d j a r a n j a n g d il a k s a n a k a n d e n g a n m ed iu m s a n d i w a r a ’'A p i ” , m e n u r u t p e n d a p a t s a j a s e g i n e g a t i f d isini b u k a n la h m e ru p a k a n k u m a n j a n g b e r b a h a j a . M a l a h s e b a li k n ja m e ru p a k a n ku m a n su n t i k a n t j a t j a r j a n g b e r m a n f a a t u n tu k k e s e h a t a n ru h a n i p a r a m urid. D j i k a k i t a te liti pu la s a n d iw a r a ’’M u t i a r a d a ri N u s a L a u t ” , m a k a d is in i a k a n k it a d a p a t i pula p e r te n t a n g a n a n t a r a a ja h d e n g a n a n a k . T e t a p i b e r b e d a d e n g a n p e r te n t a n g a n dalam ” A p i” , d is in i l a t a r - b e l a k a n g p e r t e n t a n g a n ia la h tjin t a - k a s ih ja n g umunr t e r d a p a t p a d a d iri o r a n g - t u a te r h a d a p a n a k n ja . D a n ini b e r s a i n g a n d e n g a n p e r a s a a n b e r k u r b a n ja n g s a n g a t meluap dari d a la m d ir i a n a k . D a n d is in ila h t e r l e t a k k e b e n a r a n p e r k a t a a n oran g, b a h w a t ji n t a d a n b e n t ji itu s e a k a n - a k a n h a n ja t e r le t a k d ia ta s m ata pisau. S e d i k i t s a d j a la b il l e t a k p isau itu, t it ik - b e r a t a k a n tjon d on g k e p a d a b e n t j i a t a u s e b a li k n ja k e p a d a tjitita. A t a s a n g a t tjin ta k e p a d a a ja h n ja , Rad/a T r i a g o , sekaii a ja h n ja b e r s i fa t d a n b e r tin d a k p en g etju t (m en u ru t tim b a n ga n A t a ) , m a k a A t a p u n m e n d ja d i b e n tji k e p a d a a ja h n ja . T e t a p i k a t a s t r o p d a ri p a d a s a n d iw a r a ini telah m em b en k a n p e n je l e s a i a n . S e g a l a n j a telah d iinsafi, s e g a la n ja kem bali kepada l e t a k n j a j a n g se m u la d a n w a d ja r . R a d ja T r i a g o telah m enjelam i d ji w a A t a s e d a l a m - d a la m n ja d an k a r e n a n ja dia m inta dim aafkan A t a . D e m i k i a n pula A t a i n s a f se d a la m -d a la m n ja ten ta n g sikap, p e n d i r i a n d a n t jit a - t jit a a ja h n ja te rh a d a p dirin ja. Itulah s e b a b n ja d ia b e r k a t a . b a h w a d ia la h ja n g s e p a tu tn ja m inta maaf- k ep a d a a j a h n j a . D i a p u n m in ta m a a f d e n g a n m en je m b a h mentjiuni kaki a ja h n ja . M a k a d ji k a d itin d ja u d a ri segi pen d id ikan , sa n d iw a ra M u t ia r a d a r i N u s a L a u t ” ini. a g a k n ja tid a k perlu kita b e r k a t a p an d j a n g - l e b a r . D e n g a n p e n d e k d an d e n g a n jakin, d a p a t kita k a t a k a n , b a h w a s a n d i w a r a ini s a n g a t b e s a r fa ed a h n ja b a g i tudjuan p e n d i d i k a n . A p a ja n g k ita in gini d an ja n g h e n d a k k ita tja p ai
dalam dunia pendidikan. akan kita peroleh dengan m enggunakan sandiwara ini sebagai medium. Keberanian demi k e b e n a ra n , kedjudjuran, keichlasan berdjuang dan berkurban, tjinta terhadap orang-tua, tjinta terhadap tanah air, disiplin dan ta a t kepada pimpinan jang benar, perasaan tanggung-djawab; se m u a 11)3 berlandaskan perikemanusiaan dan terutama k e -T u h a n -a n . Semua nja ini didjalin dalam plot jang mudah dipahami oleh' pembatja dan penonton. Menurut perasaan saja. alangkah baiknja djika sa n d iw a ra ini atjapkali dipentaskan oleh anak-anak sekolah m en en ga h . B e sar sumbangannja bagi revolusi bangsa Indonesia, teru tam a de wasa ini dalam bidang nation and character-building '. Dengan mulai memperkatakan " T ji t r a ” , sudah d ek a tlah kita kepada achir bab I V ini. Agaknja sudah tjukup aspek-aspek positif jang kita tehti dan kita soroti dalam sandiwara-sandiwara hasil k a r ja Usm ar Ismail ini. Ting gal lagi ada satu aspek negatif jang a k a n kita bitjarakan dalam ’T j i t r a " , jaitu jang melekat pada tokoh HarsonoBenarkah ini negatif bagi dunia pendidikan ? Inllah per tanjaan jang hendak kita djawab dan terdjaw ab se tela h kita adakan penelitian. Harsono seorang pemuda jang pada mulanja belum niewpuniai pegangan hidup. Dari ketjil dia hidup m andja. O ranfltuanja. sebagai djuga kebanjakan orang-tua lain, d en g a n tak sadar. berhubung dengan kehidupannja jang tjukup. ta k berkckurangan. telah menjckolahkan Harsono sampai djadi m ahasis'va oekolah Hakim Tinggi di Djakarta. Keadaan berganti, Sekolah Hakim T inggi ditutup. H a r s o n o pulang k e Djawa Timur. Sebagai seorang jang tak dididik bekerdja. dalam keadaan begini dia kebingungan. D ia djadi seorang Pengganggur ditengah-tcngah masjarakat dan k elu a rg a n ja jang sepandjang had dan sepandjang djam sibuk bekerdja. D ia djadi seorang petualang setiap hari, karena bermusuhan d e n g a n kesibukan kerdja disekitarnja. Kemudian ketahuan dia kawin dengan seorang d ja n d a kaja, karena mengedjar kesenangan hidup didunia. Satu ked jad ia n jang
s e p i n t a s - l a l u d a p a t d ip a n d a n g d a r i s e g i k e s u s i la a n d a n p e n d i d i k a n p a l i n g n e g a t i f , t e la h d i l a k u k a n n ja , ja it u d ia m e n g a k i b a t k a n T j i t r a b e r b a d a n d u a . D a n d a la m k e a d a a n se p e r t i ini d ia la r i d e n g a n i s t r i n j a j a n g k a j a k e S u r a b a ja . P l o t d id ja l in s e d e m ik in n ru p a, s e h i n g g a a c h i r n ja H a r s o n o d ja d i s e o r a n g m is k in ja n g t a k p u n ja a p a - a p a . I s t r i n ja m e n in g g a l, h a r t a - b e n d a p e n i n g g a l a n i s tr i n ja h a b i s d i s e d e k a h k a n n ja k e p a d a f a k i r - m i s k i n . D i a k e m b a li k e p a d a k e l u a r g a n ja h e n d a k m e n e b u s d o s a n j a . D i a m e r a s a , b a h w a d o s a n ja h a r u s d ite b u s d e n g a n p e n g u r b a n a r i j a n g s a n g a t b e s a r k e p a d a t a n a h air, ja itu d e n g a n m a su k b a risa n " d jib a k u ” . B i l a s a n d i w a r a in i d ip e r t o n to n k a n , k ita t a k k a n m e lih a t ke~ d ja d i a n j a n g n e g a t i f itu. K a r e n a k e d ja d i a n ini h a n ja d is a m p a ik a n d e n g a n d ia l o g . D a n b u k a n k a h t je r i t a - t je r i t a se m a tja m ini la - ;m d a l a m m a s j a r a k a t ? D a p a t d ip a s tik a n , b a h w a d jiw a p em b a tja a t a u p u n p e n o n t o n t id a k a k a n t e r s e r e t k e p a d a keb u ru k an ini. B a h k a n s e b a l i k n ja d e n g a n s p o n ta n p e m b a t ja a ta u p en o n to n m en d ja d i b e n t j i k e p a d a t o k o h H a r s o n o s e b a g a i p e m b a w a m a la p cta k a itu. D a n d e n g a n d em ik ia n , p e r is t iw a ini bu kan m e n g a k ib a tk a n h a l ja n g n e g a tif. T e t a p i s e b a lik n ja m en ja r a n k a n h a l ja n g p o s itif b a g i k e h i d u p a n m a s ja r a k a t . T i a p - t i a p t je la k a a d a g u n an ja . D e m ik i a n u n g k a p a n um um . D a n m em an g d e m i k i a n b e r l a k u a ta s d m H a r s o n o . D i a k erau d ian in sa f, lalu s e b a g a i im b a n g a n p e rb u a ta n n j a j a n g b u r u k , d ia m e m b a k tik a n diri k e p a d a ta n a h air. S a n g a t d je l a s pula, b a h w a plot d a la m b a g ia n ini d en ga n r i n g a n m e n d ja lin n a s ih a t ja n g m ud ah m eres a p k ed a lam lubuk h a t i p e m b a t ja d a n p e n o n t o n : S a m a se k a ii t a k b a ik pem uda jan g t a k m e m b i a s a k a n d iri b e k e r d ja . S a m a sekaii ta k b a ik pem uda ja n g t a k m e m p u n ja i k e k u a t a n d jiw a , s e h in g g a ta k san ggu p m elep a s k a n d ir i d a r i k u n g k u n g a n k eh id u p an m ew ah d an m an d ja . T a k b a i k o r a n g - t u a m e m a n d ja k a n a n a k n ja d e n g a n ta k m em beri k e s e m p a t a n b a g i a n a k n ja u n tu k b erin is ia tif, m en em u kan diri, m en ja d a r i d iri, b a h w a k e h id u p a n s e n a n g m ungkin se k a ii tid a k akan b e r l a n g s u n g te ru s. S a j a b e r p e n d a p a t , b a h w a s a n d iw a r a ini a k a n teta p n ilain ja b a g i p e n d i d i k a n p a r a pem u d a, t e ru ta m a d alam dunia p en d id ikan
dewasa ini. Dalam masa pembangunan dewasa ini dapatlah dipastikan, hampir tak ada pemuda jang suka hidup sebagai Har sono. Para pemuda sekarang, tentulah akan meneladani perangai dan keradjinan Sutopo dan membentji-perangai, sikap dan praktek hidup Harsono. Tentang bahasa Indonesia Usmar Ismail, pada umumnja dapat didjadikan tjontoh bahasa Indonesia jang baik. Andaikata selalu sandiwara-sandiwara karja Usmar Ismail ini dipentaskan oieh anak-anak sekolah menengah. tentulah an ak-an ak menghafal, mengutjapkan dan mendengar bahasa jang baik. Dengan demikian anak-anak terlatih dan terdidik menggunakan bahasa Indonesia jang baik. Dialog-dialog jang telah dikutipkan, teruta ma dalam pasal dua bab ini, tjukup merupakan tjontoh. Uraian dalam bab ini saja' achiri dengan m engatakan. bahwa sandiwara-sandiwara hasil karja Usmar Ismail mengandung aspekaspek jang semuanja bermanfaat bagi dunia pendidikan.
B a b Lim a
Kesimpulan dan saran
A.
K esim p u lan I.
U m um 1. S e n i-s a n d iw a ra b e s a r fa ed a h n ja b ag i kem anusiaan atau k ehidupan Jcemanusi^ayi a . S e b a g a i medium pendidikan dan pengatfjarau . b ' T ja r a p en go batan dengan a la t san d iw ara melebihi tja r a p en go batan dengan hypnose . c. P en g alam an dalam m enonton dan berm ain sandiw ara m erupakan fa k to r penting untuk perkem bangan k e m anusiaan individu jan g m engalam i. 2. D jik a pertum buhan dan perkem bangan tjab an g seni-san d iw a ra b ersam aan dengan pertum buhan dan perkem ba n g an tja b a n g se n i-sa stra lain n ja, m aka dapat diduga djum lah m assa jan g d ap at d itjap ai, lebih b esa r dari pada ja n g d ap at d itjap ai tja b a n g -tja b a n g sen i-sastra lain itu. 3.
S a n d i w a r a d itu lis oleh p e n g a r a n g n ja d e n g a n m aksu d u n tu k d ip e n ta s k a n , b u k a n h a n ja u n tu k d ib a tja sa d ja.
4.
Ja n g d ap at disebut unsur san d iw ara ialah hanja jang b e rfu n g si m em bangun sebuah sandiw ara. P e m b a tja tu lisan -san d iw ara harus m empunjai daja-pem -
5.
b a ja n g
(im a g in a si) jan g kuat.
6.
Pentjipta sandiwara harus menjelami kehidupan masjarakat sedalam-dalamnja.
7.
Sandiwara adalah seni-pendidikan dan p en gad jaran jang dilakukan dengan perlambang.
8.
Dipandang dari segi kedjiwaan, konflik dalam kehidupan manusia adalah hakikat sandiwara.
9.
Pandangan dari segi seni menganggap, tidak semua konflik itu indah. Jang indah ialah konflik-konflik jang mengandung kebaikan. Seniman san diw ara memilih ini untuk diangkat keatas pentas.
10.
Sandiwara jang sungguh-sungguh mengandung ialah sandiwara jang mengandung keindahan baikan.
11.
Sandiwara dengan film mempunjai hubungan sangat erat. Perbedaan keduanja antara lain terletak pada : a. Soal teknik.
12. .13.
artinja, dan ke
b. Pengatasan hal-hal jang buruk lebih sulit dalam film. Sandiwara dengan tjerpen, novel dan roman mempunjai hubungan sangat erat. Sandiwara dengan sandjak mempunjai hubungan a. Dapat berwudjud dalam bentuk jan g berpadu. Dalam hal perlambang, sandiw ara tak b oleh niskala, bila dibandingkan dengan sandjak.
erat : lebih
Sandiwara dengan musik mempunjai hubungan sangat erat. Seni-sandiwara memberi tempat ja n g luas bagi perkembangan seni-musik. 15.
Sandiwara seperti hasil tjip t a a n . t j a b a n g - t j a b a n g seni lain Juga, adalah fraginen-fragmen jang dip erban jak dari tjiptaan Tuhan, jakni fragmen-fragmen dari pada alam semesta.
6-
Seperti hasil tjiptaan dari pada tiap-tiap tjaban g seni, letjih-lebih lagi seni-sandiwara membuktikan, b a h w a sembojan 1 art pour I art itu merupakan omong kosong.
■ Seni-sandiwara dengan seni-lukis mempunjai hubungan tjukup erat. '
18.
A k to r dan a k tris san d iw ara ad alah o ran g -o ran g ja n g b e ro leh kesem patan b esa r untuk m enem ukan dirinja.
19.
P e n d id ik an dan p en gad jaran m elalui medium san d iw ara m eru p akan pendidikan dan p en g ad jaran ja n g sim ultan s ifa tn ja . M e la lu i medium sand iw ara tudjuan pendidikan mudah te rtja p a i, k a re n a sen i-san d iw ara b e rsifa t san g a t m enarik m in at dan m engikat perh atian . • •
20.
21.
S e n i-sa n d iw a ra m enarik perh atian m anusia untuk memp e rh a tik a n seg i-seg i kehidupan ja n g umumnja kurang m end ap at p erh atian . S ep erti soal kem elaratan "o ra n g o ra n g k e tjil” dan m iskin. P ad ah al djustru oran g -o ran g sem atjam ini b ia sa n ja b erh ati mulia.
22.
P e rh a tia n m a sja ra k a t terhadap sesuatu hasil seni-san d i w a r a a n ta ra lain ditentukan oleh fak to r-fak to r : a. W u d ju d sen i-san d iw ara (tertu lis atau d ip en taskan ). b. S u a sa n a ja n g sed an g meliputi sesuatu m asjarakat dalam sesuatu m asa. c. D jiw a , sem an g at dan tjita-tjita jan g terkandung da lam san d iw ara itu.
II.
C h u su s In d on esia 1. Ilmu pengetahu an tentang seluk-beluk seni-sandiw ara dew a sa ini belum terseb ar m erata diseluruh Indonesia. Ini d isebabk an oleh ku ran g nja ide dikalangan seniman dan pendidik dalam hal ini. 2 . S e su n g g u h n ja pada b an g sa In don esia terdapat bakat jang b e sa r ja n g m enam pakkan h arapan b esar kearah ini. 3. M em p ergu n akan medium sand iw ara ini untuk tudjuan pend idikan dan pen gad jaran d isekolah-sekolah di Indo n esia d ew asa ini ham pir boleh d ik ata belum dimulai. 4 . S e n i-sa n d iw a ra m engandung kem ungkinan besar dapat d ira ta k a n keseluruh In don esia. 5. S e n i-sa n d iw a ra dapat m em aterikan arti P an tjasila dika la n g a n b an g sa In d on esia.
Arti sandiwara jang sesungguhnja pasti akan tjemerlang dikalangan bangsa Indonesia. Pandangan kcliru pada segelintir ketjil bangsa Indonesia mengenai sandiwara pasti akan lenjap. Pengadjaran sandiwara disekolah-sekolah menengah di Indonesia dewasa ini boleh dikata belum dimulai. . Sebab-sebab dari pada hal tersebut (no. 7 ), terutama ialah : a. Kurangnja pengertian terhadap m atapeladjaran-matapeladjaran ekspresi dikalangan pendidik. b. Kekurangan ilmu tentang seluk-beluk seni-sandiwara dikalangan pendidik. c. Di Indonesia masih sadja dipakai sistem "Separate Subject Curriculum’'. d. Adanja sistem udjian jang tak memberi keleluasaan bagi para pengadjar untuk lebih memperhatikan tjabang peladjaran ini. e- Pandangan masjarakat (terutama golongan bangsawan) jang keliru terhadap sandiwara pada masa jang lampau. Pada waktu achir-achir ini sudah ada perhatian diarahan kepada bahan-bahan tulisan-sandiwara. T a p i rupanja pemilihan bahan-bahan itu kurang teliti. ungsi pengadjaran sandiwara disekolah menengah iaa sebagai alat pendidikan untuk pembentukan keprxbadian jang bulat, antara lain denqan : a - Mendidik watak b. Memupuk keberanian menjatakan pendapat c. Memberi kesempatan berekspresi M ^ u p u k perasaan bergotong-rojong e. Memupuk rasa tanggung-djawab f. Membantu atau memudahkan murid-murid menghadapi matapeladjaran-matapeladjaran Iain. g. Memupuk ra sa k e -T u h a n -a n h. Menghilangkan rasa ma]Ut jang tidak beralasan dan sebagainja.
11.
12.
13.
14.
15.
S a n d iw a r a b a g i a n a k -a n a k p u b er d isek o lah m enen gah m e ru p a k an p elatih diri m elak u k an p e k e rd ja a n -p e k e rd ja a n k e m a n u sia a n dan m en tjeg ah p en jim p an g an -p en jim p an g an ja n g ta k d iin g in i b e rd a sa rk a n jio r m a k esu silaan d an m oral b a n g s a In d o n e sia ja n g m endjundjung tin g g i p erad ab an T im u r . D e n g a n m edium san d iw ara dapat k ita b erh a ra p untuk m e n tja p a i tudjuan p endidikan di In d on esia. Jaitu sep erti ja n g te rse b u t dalam U .U .D . P end id ikan, F ils a fa t P a n tja s ila d an P o la P em ban g u n an Sem esta. P en d ek k ata, p em b en tu k an tu n as-tu n as b an g sa jan g k elak m erupakan p a trio t p a rip u rn a ". S a n d iw a ra ad alah salah satu tjab an g seni jan g nasional s ifa tn ja b a g i b a n g sa In d on esia. S en i-san d iw ara dapat m eru p ak an satu seni k esatu an b an g sa Indonesia. S e n i-s a n d iw a ra sam a s ifa t fu n g sin ja dengan sifat fungsi b a h a sa In d o n esia, o la h -ra g a dan lain -lain , ialah sebagai a la t untu k m em p ersatu kan segen ap b an g sa Indonesia. Sandiv/ara~sandiwara karja U sm ar Ism ail mempunjai da sar atau sem an g at ja n g m endjiw ainja jang dapat diperas m end jad i tig a pokok utam a : a . K e -T u h a n -a n m enurut ad ja ra n Islam b.
16.
17.
K ebangsaan
c. P rin sip diri U sm ar Ism ail. K e tig a d asar utam a d iatas ini (no. 15) oleh U sm ar Is m ail d ip erd ju an g k an dengan u saha jan g sungguh-sungguh dan tak pu tus-pu tusnja. S eh in g g a kem udian usahanja itu m e n in g k at sam pai kepada seni-film . S a n d i w a r a - s a n d i w a r a k a r ja U s m a r I s m a i l ad a la h s a n d i w a r a - s a n d i w a r a ja n g m em en u hi sem u a s ja r a t u tam a bagi
sen i-san d iw ara
m o d ern :
a.
T e k n ik dialog jan g d isesu aikan dengan segi psikologis
b.
I s i ja n g
c.
K o n flik
d igali d a ri
k e h id u p a n
m a s ja r a k a t ja n g s e
b en arn ja. ja n g
ru w e t,
nam un
seh in g g a m en g ik at perhatian.
in dah ,
karena
w a d ja r,
18.
19.
B.
Dibandingkan dengan sandiwara-sandiwara k arja pe ngarang Iain (ketjuali sandiw ara-sandiwara k arja ElHakim) sedjak masa Djepang hingga dew asa ini, adalah sandiwara-sandiwara karja Usm ar Ismail unggul. Keunggulan ini menurut penilaian dari dua segi utama me ngenai sandiwara : a. Segi Seni, b. Segi Pendidikan. Ditindjau dari segi pendidikan, sandiw ara-sandiw ara kar ja Usmar Ismail mengandung aspek-aspek jang semuanja berraanfaat bagi dunia pendidikan.
Saran
Sesuai dengan kesimpulan-kesimpulan diatas, sa ja hendak mengemukakan beberapa saran. Saran-saran ini mungkin dapat diterima dan berfaedah bagi bangsa Indonesia, ialah sebagai b erik u t: 1. Hendaklah pemerintah Indonesia, dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudajaan, lebih memperbesar perhatiannja kepada tjabang seni-sandiwara ini. 2. Perhatian pemerintah Indonesia terhadap seni-sandiwara ini hendaklah direalisasikan dalam pendidikan dan Pc" ngadjaran di Indonesia. 3. Realisasi dari pada perhatian pemerintah Indonesia in* mula-mula hendaklah dikenakan kepada : a. Menggiatkan para seniman sastra-sandiw ara dengan memberi fasilitas-fasilitas kepada mereka. b. Menggiatkan perkumpulan-perkumpulan pementas sandiwara dengan- memberikan fasilitas-fasilitas seluas-luasnja kepada mereka. Djangan sampai terajadi sesuatu tindakan jang bersifat birokrasi dikalangan pedjabat pemerintah, jang dapat melemahkan atau merintangi kemadjuan perkumpulan-perkumpulan pe* mentas ini. c. Perkumpulan-perkumpulan studi-pementas sandiw ara sebaiknja (bila mungkin) diberi sumbangan jan g n jsta oleh pemerintah.
4.
D a la m p ad a itu oleh p eraerin tah h en d ak lah d id irik an satu B a d a n atau L em b a g a ch usu s u ntu k m engu rus seg ala sesu a tti ja n g b erh u bu n gan d en g an se n i-sa n d iw a ra . D i d a la m B a d a n atau L em b ag a ini h en d ak lah didudukkan p a ra a h li dalam b id an g n ja m asin g -m asin g : a . A h li dalam B id an g S e n i-sa s tra -s a n d iw a ra b . A h li dalam Ilm u P e n ta s S an d iw a ra c . A h li d alam Ilmu B a h a s a In d on esia d. A h li dalam Ilmu P en d id ik an M a sja ra k a t e. A h li dalam Ilmu Pendidikan/Perguruan.
5.
D a r i tin d a k a n dan tja r a -k e r d ja perm ulaan ini diharapkan kem u d ian p e m e rin ta h . d ap at m eningkat kepada tindakan ja n g b e r tjo r a k k o o rd in asi. Jaitu m engkoordinasikan k eg ia ta n -k e g ia ta n ja n g telah ditim bulkan dari pihak ra k ja t d e n g a n k e g ia ta n -k e g ia ta n ja n g telah digerakkan dari p ih a k p em erin tah sendiri.
6.
S e te la h sam pai k etin g k a t terseb u t (n o . 5 ) , sela n d ju tn ja d a p a t d ig iatk an pen d irian L em b ag a-lem b ag a Pendidikan S e n i-sa n d iw a ra oleh p e m e r in ta h . R e a lisa s i p erh atian pem erintah d ila p a n g a n p erg u ru an . S e b a ik n ja mulai sek aran g d irealisasik an dari atas. Lalu m e n je b a r sam pai kebaw ah . A rtin ja : a . M u la i sek aran g lah m em buka D jurusan S en i-S a n d iw a ra dalam F a k u lta s S a s tra dan S en i — Institut K eguruan dan Ilmu Pendidikan. b. D a ri lep asan I.K .I.P . — D ju ru san S en i-S an d iw ara ini, ja k n i S a rd ja n a M u d a P endidikan D jurusan S en iS a n d iw a ra atau S a rd ja n a P endidikan djurusan ini k ita b erh arap , a g a r Ilmu S en i-S a n d iw a ra ini m enje
7.
c.
b a r k e S .L .A . D i S .L .A . v ak , jak n i S .G .A ./ S .P .G . dan sedjenisnja, Ilm u S e n i-S a n d iw a ra ini hendaklah diberi tem pat jang tjukup dalam kurikulum. S e la n d ju tn ja oleh tam atan ’ sekolah tersebut, ilmu ini d iseb a rk a n lebih k ebaw ah dan seterusnja.
S.
A p a f a il a t e l a h
t ju k u p
p e n g e rtia n
dan
kesadaran
bangsa
In d o n esia tentang b e ta p a b e s a r m a n f a a t S e n i-S a n d iw a r a ini
bagi
ko lah
bangsa
In d o n esia,
v ak : S ek o lah
m aka
M enengah
b a ik la h
d id irik a n
S e n i-S a n d iw a ra
5 . 5 . ) . D ja d i k em u iig k in a n a d a k e l a k di I n d o n e s i a 5 .5 .P . dan w ara
S .M .S .S .A .
T in g k a t
(S e k o la h
P ertam a
dan
M enengah
S ek o lah
se-
(S .M .S .M .-
S e n i-S a n d i-
M enengah
S en i-
S a n d iw a ra T in g k a t A ta s ). 9.
A p a b ila
negara
R e p u b lik
In d o n esia
sudah
m e m p u n ja i
d j e n i s s e k o l a h ini, j a n g m e r a t a d i s e l u r u h I n d o n e s i a , b a i k lah b a n g s a In d o n e sia s e n a n tia s a m utu
seni
b id an g
ini.
S eh in gg a
o lah -rag a
d ew asa
in i),
m u ng kin
(d a la m
dengan
beru saha
hal
in i
sam a
m em p ertin g g i h a ln ja
teru tam a
S e n i-S a n d iw a ra n ja p u n
d o n e sia d a p a t m e n tja p a i k e h a r u m a n
nam a
dengan
b u lu -ta n g k is negara
In
d ise lu ru h du-
nia. 10.
B arang
sia p a
p e rh a tia n n ja
ja n g
te la h
kepada
tia sa d ia in g a t a k a n d ik an d an bang.
h en d a k la h
senanP en d i
ja n g
dengan
s ia p a
p e rh a tia n n ja tiasa
d ia
ja n g
m em p ersatu k an
akan
d ila k u k a n
tid ak
dan
p erlam
m e n ja d a ri
m e n im b u lk a n
k ete-
b a g in ja .
m e m p u n ja i
m in at
sen i-san d iw q ra, fungsi
segenap
Seni
dengan
m en g in g a t
d a p a t d ju g a
tela h
kepada
in g at
tertarik
Jaitu ,
sa n d iw a ra .
le d o ra n d a n p e n je le w e n g a n B arang
dan
sen i-sa n d iw a ra ,
a r t i ini, s e n i - s a n d i w a r a 11.
m in a t
arti
P e n g a d ja ra n
K arena
m e m p u n ja i
da^
h e n d a k la h
se n i-sa n d iw a ra
bangsa
tertarik
In d o n esia.
senan
itu .
Jaitu,
K arena
n g a n t a k m e n g i n g a t h a l ini, d a l a m s e n i - s a n d i w a r a d j u g a tim b u l In d o n esia. 1 2.
P ara
h al-h al
tid ak
d iin g in i
sen im a n p e n tjip ta s e n i- s a n d iw a r a
m e n ta s sa n d iw a ra atau
ja n g
org an isasi
p elosok
tanah
ja n g
a n g g o ta -a n g g o ta n ja
a ir In d o n esia.
D engan
m e n g h a r a p k a n k e b u l a t a n id e . D a n in i k ita
berharap
dan
h en d a k la h m e m b e n tu k
d ap at m em beri
o leh
bangsa
se n im a n
satu
de
dapat
pe-
p ersatu an
d ari
p ersatu an
segenap in i
k ita
d e n g a n k e b u l a t a n ide sum bangan
ja n g ' leb ih
13.
14.
in te n s if dan e fe k tif k ep ad a p em b in aan b a n g s a In d o n esia. D a n se la m a rev o lu si k ita belum se le sa i, selam a itu pula d a p a t k ita d en g an g ia t m en g erah k an te n a g a dan p ik iran k ita u ntu k te rtja p a in ja tu d ju an revo lu si b a n g sa In d o n e sia . Ja itu N e g a ra S o s ia lis In d o n esia ja n g A d il dan M a k m u r. K e p a d a p a ra tem an dan sed ja w a t guru disekolah m en e n g a h s a ja b erh a ra p a g a r m erek a suka m eng ichtiarkan t ja r a - t ja r a , b a g a im a n a seh in g g a d ap at m ereka m en g ad jar k a n sa n d iw a ra . Jaitu tja r a ja n g sesuai dengan tudjuan d an a rti sa n d iw a ra ja n g sesu ng g u h nja. L ebih dari pada itu b a g a im a n a tja r a m enjam p aikan pendidikan m elalui m edium sa n d iw a ra . D alam k aran g an ini telah sa ja k e m u k ak an dan s a ja u raik an d en gan setjukupnja tentang t ja r a s a ja sen d iri. B a h k a n disekolah m enengah g aja lam a s a ja te la h m elak san ak an itu. T e m a n dan sed jaw at jan g belum d a p at m e n g ic h t ia r k a n t ja r a -tja r a la in , sa ja saran k a n a g a r suka m enggunakan tja ra seperc*' /a n y 2n>m u k ak an itu. S e su a i dengan perubahan g a ja disekolah m enengah, saja r a s a k ita tid ak ak an b an jak m engalam i kesulitan lagi. S a ja b erh arap a g a r tem an dan sed jaw at suka m enjediakan diri untuk pek erd jaan jan g b a ik ini. U n tu k penjem purnaan k ad er ahli dalam bidang seni-sand iw ara, sa ja saran k an kepada pem erintah Indonesia, agar m ulai sek aran g dikirim p ara sard jan a kenegeri-negeri ja n g sudah p esat p erkem bangan seni-dram anja. M erek a d ib eri b easisw a oleh n eg ara untuk memperdalam ilmu sen i-d ram a, teru tam a "sch o o l dram a” seperti jan g ada di C olum bia U n iv e rs ity di A m erika.
Bibliografi A dinegoro, Djamaludin. T a ta K ritik, N usantara, BukittinggiD jak arta, 1958. A lisjahbana, S. Takdir, T atab a h a sa Baru B ah asa Indonesia, djilid II, tjet. k e -X V , Pustaka R ak jat, D jakarta, 1958. B ah ry , A .. R iw ajat 25 N abi-n abi, Tim un M as, D jakarta, 1955. Boleslavsky, Richard. E n am P elad jaran Pertam a bagi Tjalon A ktor, terdjem ahan D rs. Asrul Sani, U saha Penerbit Djaja Sakti, D jak arta, I960. C rijns. M . dan R eksosisw ójo, Tindjauan dalam Ilmu D jiw a Anak' an ak, tje t. k e-2, N oordhoff-K olff, D jak arta, 1958. C row , Lester D . and C row , A lice, Educational P sychology, Ame rican B o o k Com pany. N ew Y o rk , 1958. D epartem en P enerangan R .I., M anifesto Politik Republik Judone* sia, 17 A gustus 1959 (M a n ip o l), Penerbitan Chusus 76. D ew antara K .H ., "D asar-d asar Pendidikan didalam TooneeT#
Poedjangga B aro e, T h. I V , Joeli 1936 — Joeni 1937. D jam in, N asjah, Sekelum it N jan jiair Sunda, D inas Penerbitan Balai Pustaka, D jakarta, 1962. D ungga, J A . dan M anik, L., M usik di Indonesia, djilid 1, Balai Pustaka, D jakarta, 1952. E ffendi, Roestam . Bebasari, tjet. k e-II, Fasco. D jakarta, 1953. Effendi, Roestam. P ertjikan Permenungan, tjet. k e-II, F asco , Dja karta, 1953. F ilm , 23 Pebruari 1964, G ongrijp, G.. A^oka, Dinas Penerbitan Balai Pustaka. Djakarta,
1956. H ad id jaja, T ard jan , A sas-asas Pendidikan Bah asa Ibu bagi Anak D ja w a , G anaco, Bandung-Djakarta-A m sterdam , 1957. H am ka. U r a t Tu nggang Pantjasila, Pustaka Keluarga, Djakarta, 1952. H an ifah , A bu, "S e n i Sandiw ara". Indonesia, T h . I, no. 1-2, DjuliA gustus, 1950.
H a n ifa h , A b u , R in tis a n F ils a fa t, djilid I, tje t. k e -2 , B a la i P u s ta k a , D ja k a r t a , 1950. H ig h e t, G ilb e r t, S e n i M en d id ik , d jilid II, te rd jem a h a n S u w a sto jo , P e m b a n g u n a n , D ja k a r ta , 1957. H u d so n , W illia m H e n ry , A n In tro d u ctio n to th e S tu d y o f L ite r a tu r e , tje t. k e -7 , G e o rg « G . H a rra p , London, 1927. H u m e, S a m u e l J. an d F o r te r , L o is M ., T h e a te r an d S c h o o l, S a m uel W e n c h , N e w Y o r k -L o s A n g eles-L o n d o n , 1947. H o o y k a a s , C ., P e r in tis S a s tr a , terd jem ah an R aih u l A m ar gl. D a to e k B e s a r , W o lte r s -G r o n in g e n , D ja k a rta , 1951. H o o y k a a s , C ., P e n je d a r S a s tr a , terd jem ah an R aihul A m ar gl. D a to e k B e s a r , W o lte r s -G r o n in g e n , D ja k a rta , 1952. H o o y k a a s , C ., O v e r M a le is e L itera tu u r, tw eed e druk, E .J. Brill, L e id e n , 1 9 4 7 . * Id ru s. D a r i A v e M a r ia k e D ja la n L a in k e R o m a, tje t. k e-3, B alai P u s ta k a , D ja k a r ta , 1959. Ism a il, U sm a r, S e d ih dan G em b ira, tje t. k e -2 , B a la i Pustaka, D ja k a r ta . 1958. Is m a il. U sm a r. Poenfoeii<J B e r s s a p / T isskd h &sli, (2 6 0 3 ) . Ism a il, U s m a r, " M u tia r a dari N u sa L a u t” , K eb o ed ajaan T tm oer, T h . I, no. 2, 1 8 -9 -2 6 0 3 . Ja s s in , H .B ., G cm a T a n a h A ir, tjet. k e-4 , D in as Penerbitan Balai P u s ta k a , D ja k a rta , 1959. Ja s s in , H .B . T i f a P e n ja ir dan D a e ra h n ja , tjet. k e-2, Gunung A g u n g , D ja k a rta , 1953. Ja s sin , H .B . A n a lisa , G unung A gu ng, D ja k a rta , M C M L X I. Ja s sin . H .B . K e su s a stra a n In d on esia M o d ern dalam K ritik dan B s e i, dfilid II, G unung A gu ng, D ja k a rta , M C M L X I, Ja s sin , H .B . K e su s a stra a n In d on esia M o d ern dalam K ritik dan E s e i tje t. k e -II, G unung A gung, D ja k a rta , 1955. Ja s sin , H .B . K e su s a stra a n In d on esia dim asa D jep an g , tjet. ke-2, P e rp u s ta k a a n P erg u ru an K em en terian P .P . dan K ., D jak arta, 1954. Ju nu s, M a h m u d , T a f s i r Q u ra n K arim , tjet. k e -V II, P u stak a M a h m u d iah, D ja k a rta , 1959 (1 3 7 6 H .).
Kementerian Pendidikan, Pengadjaran dan Kebucfajaan, Dasar Pendidikan dan Pengadjaran, D jakarta, 1954. Koenen, M .J., Endepols, J. en Heeroma, K., Handwoordenboek der Nederlandse Taal, 21 druk, W e lte rs, Groningen-Batavia, 1946. Kurata, B., ’’Doenia film Indonesia dimasa datang”, Keboedajaan Timoer, Th. I, no. 2, 18-9-2603. Langeveld, M .J., Menudju ke Pemikiran F ilsafat, tjet, ke-III, terdjemahan G.J., Claessen, Pembangunan, D jakarta, 1959. Lubis, Mochtar, Tehnik M engarang, tjet. ke-3, D inas Penerbitan Balai Pustaka, Djakarta, 1960. Lubis, Mochtar, Tehnik Mengarang Scenario Pilm, B alai Pustaka, Djakarta, 1953. Lubis, Mochtar "Castanas Calientes'', Siasat Baru, T h . X III, no. 613, 11 M aret 1959. M .P.R .S. dan Departemen Penerangan, Ringkasan K etetapan Ma* djelis Permusjawaratan Rakjat Sem entara ■ — Republik Indo nesia No. I dan II/MPRS/1960. ru*' ^nas, ’’Kebudajaan dan Seni Sastra Indonesia Baru’ , M ïndonesia- Th. I, no. 1-2, Djuli-Agustus, 1950. 1 arc*ja- Achdiat K., Polemik Kebudajaan, tjet. ke-3, Perpustakaan Perguruan Kementerian P.P. dan K., D jak arta, 1954. 1 ardja Achdiat K., Keretakan dan Ketegangan, Perpustakaan Perguruan Kementerian P.P. dan K., D jakarta, 1956. j g ^ Sari' s - Manusia sebagai Pengarang, Pena, Djakarta, Mursell, James L., Successful Teaching, M cG raw -H ill N ew YorkToronto-London, 1954. 0reno, J.L., Psychodrama, First Volume Beacon ftou se, New York, 1946. Nasution, j u Sitor Situmorang sebagai Penjair dan Pengarang T jerita pendek, Gunung Agung, D jakarta, 1963. asution. S., Asas-asas Curriculum, Balai Pendidikan Guru, Ban dung, tanpa angka tahun. Nicol], Allardyce, W orld Drama, George G. H arrap, LondonSydney-Toronto-Bom bay, tanpa angka tahun.
O s tle r , G e o r g e and C ou lton , J., T h e L ittle O x fo rd D ic tio n a ry o f C u r r e n t E n g lish , O x fo rd a t T h e C laren d on P ress, L ondon , 1951. P a n it ia S e n in ta r a P em b eb asan Irian B a ra t, A rtis F ilm dan M ilite r, M u tia r a d ari N u s a L a u t, T je rita / R e g i U sm a r Ism ail di G e d u ng K e se n ia n , 3 0 D ja n u a ri .— 3 P e b ru a ri 1958. P a n e , A rm ijn , "P ro d u k s i F ilm T je r it a di In d o n esia ” , In d o n esia, T h . I V , n o. 1-2, D ja n u a ri-P e b ru a ri 1953. P a s a r ib u , A m ir, R iw a ja t M u sik d an M u sisi, G unung A gu ng, D ja k a r ta , 1 9 5 3 . P o e d ja w ija tn a , I.R ., P em b im b in g k e a ra h A lam F ils a fa t, (p e r m odum m a n u sc rip ti), D ja k a rta , 1961. P o e r b a k a w a tja , S o e g a rd a . e t al., "P e n g a ru h K ebu d ajaan a ta s P e n d id ik a n M e m b in a K ep rib a d ia n B a n g sa dalam Lingkungan K e lu a r g a ” , N a sk a h P a n itia M u s ja w a ra t O ra n g -tu a M urid dan G u ru , D ja k a r ta , 1962. P r in to n o , P e n e ta p a n B a h a n -b a h a n I n d o k t r in a s i, D L IA -R . Bandung, t a n p a a n g k a tahun. R e d a k s i, " S e n d i S a n d iw a ra -R a d io ”, K e b o e d a j a a n T im o er, T h . I, n o . 1, 1 8 -9 -2 6 0 3 . R e d a k s i, " M a la m P ertu n d ju k an ” , In d on esia, T h . I, no. 1-2, D ju liA g u stu s, 1950. R e d a k s i, ’’U sm a r Ism ail B .A .” , H id an g an , T h . V I , no. 6, 20 N op em b er, 1960. S a la m , B a d a ru s, Ilm u D jiw a P em uda, (him punan kuliah M r. K w ee S o e n L ia n g ), LTsaha H im punan M ah a sisw a S ed jarah Budaja, F .K .I .P . — U n iv e rs ita s N eg eri P a d ja d ja ra n , Bandung, tanpa a n g k a tahun. S a le h , M b .. ’J a n 9 len jap dan Ja n g tum buh” , T jip ta , T h . I, no. 1-2, D ju n i-D ju li, 1959. S a le h , M b ., ’’a n ta ra loko den gan g erb o n g ” , T em po, 29 April, 1960. S a p ir , E d w a rd , L a n g u a g e , H a rco u rt, B ra c e , Newj Y o rk , 1949. S im a n d ju n ta k , I.P ., ’’S o a l B a tja a n A n a k -” , Indonesia, T h . X , no. 4, A p r il 1 9 59.
Simorangkir-Simandjuntak, B., Kesusastraan Indonesia, djilid II. Jajasan Pembangunan, Djakarta, 1952. Singgih, Amin, Membina Bahasa Indonesia, B alai Pustaka, Dja karta, 1963. Slametmuljono, R.B., Bimbingan Seni- Sastra, W olters-G roningen, D jakarta; 1951. Stanislavsky, Konstantin. M y Life in A rt, T ran slated from the Russian by Ivanov-Munjiev, G., Foreign Languages Publi shing House, Moscow, 1925. Sumardjo, Trisno, ’’Kedudukan Seni-Rupa K ita” , A lm anak Seni 1957, Badan Musjawarah Kebudajaan N asional, D jakarta, 1956. Suryadipura, Paryana, Manusia dengan A toom nja dalam keadaan sehat dan sakit, Usaha Mahasiswa, Sem arang, 1958. Soepardo, et al., Manusia dan M asjarakat B aru Indonesia (C i vics), Departemen P.P. dan K,, D jakarta, 1960. Teeuw. A., Pokok dan Tokoh dalam K esusastraan Indonesia Baru, djilid II, tjet. ke-3, P .T . Pembangunan, D jakarta, 1955. hio Goan Tjoan, Ilmu Djiwa Umum, W o lters, D jak arta-G roningen, 1952. Urusan Pendidikan Menengah Umum T in g k at A tas Djaw atan endidikan Umum Dep. 'P .D . dan K. R en tjan a Peladjaran S.M .A., 1962. van Ravenzwaaij, G., et al„ Muziek in K ort Bestek, N ederlandsc e Keurboekerij N .V ., Amsterdam, tanpa angka tahun. van e y. F.P.H . Priok, Kramers' Engels W o ord en b o ek , G.B. van Coor Zonen’s Uitgeversmaatschappij G raven h age-B atavia. 1946. Verkuy], Ji; Film dan Bioskop, terdjemahan G .M .A . Nainggolan, oadan Penerbit Kristen, Djakarta, 1958. estrup, ].A., British Music, Revised edition, Longm ans, Green C°** London-New Y ork-Toronto, 1949. instedt, R.O., et al., A History of M alay Literature, stensilan a^u^tas Sastra, Gadjah Mada, Djokja, tanpa angka tahun. rjosuparto, Sutjipto, Candakaranika Adiparwa, Indira, D jak ar ta, tanpa angka tahun.
U S M A R IS M A IL . L a h ir d i B u k ittin g g i (M in a n g k a b a u ), 2 0 M a r e t 1921. P e n d id ik a n : .— A .M .S . — A II, tah u n 1 9 4 2 , D jo k ja ; Sekolah . M en en g a h T in g gi, D ja k a r t a , ta m a t tah u n 1 9 4 3 ■ — U n iv e r s ity C a lifo rn ia .— F a c u lty o f T h e a tr e A rts, L o s A n g e le s (A m e r ik a S e r ik a t ) , d en gan b ia ja R o ck e fe lle r F ou n d atio n ta h u n 1 9 5 2 , sela m a d elap an bulan, tam at tahun 1953 den gan m em p e ro le h g e la r B a c h e lo r o f A rts (B .A .) . A k tiv ita s : 1 9 4 3 .— 1 9 4 5 , — P e n g a ra n g pada K eim in B u n k a Shidosho (K a n to r B e s a r P u s a t K e b u d a ja a n ), D ja k a rta . 1 9 4 3 ■— 1 9 4 5 , .—- K e tu a S a n d iw a ra P en g g em ar ''M a y a " , D ja k a rta . ___ M a n a g in g E d i t o r H a ria n R a k ja t, D jak arta. 1 9 4 5 c.__ J 9 4 6 , • 1946 1 9 4 7 , — K etu a P ersatu an W a r t a w a n In d o n e s ia . D jo k ja . 1 9 4 6 — 1 9 4 8 , — K etu a B ad an P erm u sjaw aratan K ebudajaan In d onesia, D jo k ja . _ K etu a S e rik a t A rtis S an d iw ara, D jo k ja: — P e n e rb it : M in ggu an T e n ta r a D jo k ja ; H a ria n P a trio t, D jo k ja dan v B u lan an A ren a , D jo k ja . ___ 1 9 4 9 , •— M a jo r T .N .I . di D jo k ja . ■ 1949, R e g is ir "S o u th P a c ific Film C orp oration . ___ K etu a S a n d iw a ra "G a n e s h a ” . 1 9 5 0 — k in i, — P resid en D irek tu r " P e r fin i” dan sebagai Penulis S ce n a rio . 1955, K etu a Ja ja s a n ’’A kad em i T e a te r N asion al In d o n esia” (A tn i), D ja k a rta . ___ K etu a "P e rs a tu a n P en g u sah a Film Indonesia 1946
( P .P .F .I .) , D ja k a rta . 1 9 5 6 , — D ire k tu r P .T . " B a n k F ilm ), D ja k a rta . .
K em akm uran"
(B a n k '\
a.
b.
c. d.
Sandjak-sandjak: 1. Dari Sendja kc Sendja (Kumpulan, tak diterbitkan atau belum diterbitkan). 2. Puntung Berasap {Kumpulan, B .P . 1950, tjet. 2, 1957.) 3. Dan sandjak-sandjak jang tersebar dalam madjalah-madjalah. • ! Tjerpen-tjerpen: 1. Jang tersebar dalam madjalah-madjalah. 2. Dalam Gema Tanah Air, oleh H .B. Jassin antaranja dim uat: "Permintaan T erachir", ’’Asokam ala D ew i”. Roman : Roman Film ’'T jitra ”, diterbitkan oleh Gapura. Sandiw ara: 1. Sedih dan Gembira (Kumpulan memuat : " T ji t r a ”, ”Api” dan ’'Liburan Seniman” ). 2. 'Tempat jang kosong” . 3. Mutiara dari Nusa Laut” (dalam K eboedajaan Timoer, Th. I, no. 2, 18-9-2603). 4- "Mekar M elati”. H al-hal lain :
Sesudah aksi militer II, Desember 1948, U sm ar Ism ail datang ari Djokja ke Djakarta, sebagai wartawan politik ''A ntara". e Belanda dia dituduh mengambil bagian dalam aksi subversif dan ditahan selama empat bulan. etelah menjelesaikan studinja di Amerika, dia menindjau ke Eropah Barat, istimewa Italia. Nama lengkap bersama gelarnja ialah : Usmar Ismail gl. Sutan Mangkuto Ameh B A . *)
*)
J*cdaksf. "U sm ar Ismail B .A ." . H idan gan , T b . V I, „o. 6 , 2 0 Nopember, 1960, faal. 5 das 27. n .B . Jassin. G e m a ....................... op cit. hal. 73.
L a h ir di K w a n d a n g (G o r o n ta lo ), 7 D ese m b e r 1930. P e n d id ik a n :
'
1. 2. 3. 4a.
S e k o la h R a k ja t, tam at tahun 1946 di K w an d an g. N o r m a a l S c h o o l, ta m a t tahun 1 9 5 0 di G o ro n talo . S .G .A . 6 th ., ta m a t tah un 1952 di T o m o h o n . U n iv e r s ita s N u s a n ta ra — F a k u lta s S a s tra — D jujusajn S a s tr a T im u r, 1 9 5 9 di S em a ra n g . 4 b . B I B a h a s a In d o n esia, tam at tahun 1960 di S em aran g . 5 a . U n iv e r s ita s N a sio n a l — F a k u lta s S a s tr a — D ju ru san S a s tra In d o n e s ia , 1 9 6 0 di D ja k a rta . 5 b . U n iv e r s ita s In d o n esia — F .K .I.P . — D ju ru san Ilmu B ah asa d a n S a s t r a I n d o n e s ia (S a rd ja n a M ud a ta h u n 1 9 6 2 dan S a rd ja n a Pendidikan, ta m a t ta h u n 1964 di D ja k a r ta . P e k e r d j a a n d a n A k t iv it a s - a k t iv it a s lain :
1952 —
1 9 5 6 , — G uru S .M '.P . N eg eri P a re -P a re . — A n g g o ta P .G .R .I. T ja b a n g P a re -P a re . 1955, M en g ik u ti B I Ilmu M en d id ik tertulis dari B a n dung (B a la i P en d id ik an G u ru ). — M en g ik u ti Kursus B a h a sa A ra b tertulis dari S u ra b a ja (K a n to r P ela d ja ra n D en gan Su rat, N .V . ’'Su m ber P en g etah u an ” ). — M en d irik a n S .M .P . N asion al, bersam a-sam a M uham m ad M a stu r K u nd ji dan Ahm ad Puluk ad an g . S e k o la h ini kem udian m endjadi S .M .P . N e g e ri II P a re -P a re . ,__ K ep ala P asu k an "P an d u Pendidikan di P a re P a re .
1956 —
1960, —
G uru S .M .P . N e g e ri I S e m a ra n g .
— A ngg ota P .G .R .I. — 1960 -
1961, -
T ja b a n g
Sem aran g-
Sem a ran g .
P en ulis I I I H .M .I . T j a b a n g G uru
S .M .A .
N egeri
II
dan
X/A,
B
dan
C,
D ja k a rta . —
Sek retaris I P .O .M .G ./ S .M .A .
N egeri
X
D ja
karta. 1962 —
1964, — A s is te n D ju r u s a n Ilm u B a h a s a
donesia -
F .K .I.P .
(I.K .I.P . s e k a ra n g ) — K etu a
Ja ja s a n
Bangsa
-
" U .M .B .I." Pusat
1963, -
K etua III D .P .D . " G u r u
1964, —
L ek to r
G uru
d a la m
U n iversitas In d on esia
di D ja k a r t a .
In d o n esia)
K a rja w a n
S a s tr a I n
dan
(U sah a di
P a n tja sila ”
la ilia h
(G erakan
D ja k a r ta R a j a -
P a n tja s ila ),
m ata
M em b in a
D ja k a r ta .
K esu sa stra a n
Indo
nesia M o d e r n , F a k u l t a s Keguruan S a s t r a d an S e n i ( F . K . S . S . ) — I . K . I . P . D ja k a rta . 1964, ~
K fetua '-’P . P . G .
(P ersatu an P em u d a
G o ro n ta lo )
di D ja k a r ta ; —
Ketua I I
"Lepkindo”
(L em b aga
P e n d id ik a n
dan Kebudajaan Indonesia), D ja k a rta . K êtü a B id a n g -P érg u ru an T i h g g ï - D .P .P jg g -
' ■ — .1 9 6 6 , ~
P a n tja sila ( di
Guru
D ja k a rta .
K e tu a D ju ru s a n B a h a s a d a n
SastraIn
d o n e sia .
F .K .S .S . — I.K .I.P . D ja k a r t a .
IQ fir
~
......... - ~
Pem bantu
D ekan
I
F .K .S .S .
— I.K .I.P .
D ja
karta. 1966, — A n g g o ta M u h a m m a d ija h T ja b a n g *967,
K etua
Seksi
O lah -R ag a M u slim in
Hasil
K a rja
P en d id ik a n ,
P .B .
SESM I
In d on esia)
D ja k a r ta .
K e b u d a ja a n (S e rik a t
dan
S a rd ja n a
di D ja k a r ta .
Sastra :
S a n d ja k -sa n d ja k dan tjerpen-tjerpen tersebar d a la m madjalah n surat-kabar di G o r o n t a l o , S e m a r a n g , Samarinda dan D ja k arta .
H a l- h a l la in : P a d a p e rm u la a n tah u n 1945 oleh pem erin tah D jep an g dikirim k e T o m o h o n . D is a n a m en g ik u ti K u rsu s ' ’K a n d ji” (Pem im pin P e m u d a S e in e n d a n ) . S e k e m b a li d ari T o m o h o n m ulai memimpin K a d e r I n t i P e m u d a G u n (D is t r ik ) K w a n d a n g . K a d e r In ti in i a k a n d is e r a h i P im p in a n S e in e n d a n se la n d ju tn ja , k a re n a diri sen d iri m a sih h e n d a k m e la n d ju tk a n p e la d ja ra n (b e ru sia 15 ta h u n ).
I N D E K S
A b u H a n ifa h , lih . H a n ifa h , D r . A b u A c h d ia t K a r t a M ih a r d ja , lih . M ih a r d ja , A c h d ia t K a r t a A c r o p o lis , 6 6 A d in e g o r o , D ., 2 8 , 125 A g o k a , 199 A g o k a -w a r d h e in a , 199 A d a m . N a b i, 108, 1 1 3 a d o le s s e n s , 1 3 4 , 1 5 7 A e s c h y lu s , 6 5 a e s th e tic s , 1 1 1 ' A ja h k u P u la n g ” , 142 A jo e b , J o e b a a r , 6 7 A k a d e m i T e a t e r N a s io n a l In d o n e sia , lih . A T N I A k i. 6 1 . 6 2 a k to r/ a k tris , 3 2 , 3 3 , 4 5 -4 7 , 8 7 , 2 1 3 A lis ja h b a n a , S t . T a k d ir , 5 0 , 1 2 5 a lta r , 6 6 A m e h , U s m a r Ism a il S u ta n M a n g k u to , 1 8 0 A n a k P e r a w a n d i Sacaag P e n ja m u n , 5 0 A n a lis a , 5 9 a n a lo g i, 2 4 A n a n d a , Ju s a c h , 5 9 A n d ig o , 8 2 A n if, 4 4 " A n t a r a lo k o d en g an g e rb o n g ”, 7 0 A n w a r , C h a ir il, 185 A m v a r , R o s ih a n , 143, 197 ''A p i ” , 2 3 , 5 0 , 5 2 , 1 4 5 -1 4 7 , 154, 162, 1 6 8 , 1 8 4 , 187, 193, 2 0 2 , 2 0 4 , 2 05, 207 a p o k o p e , g e d ja la , 2 7 A r if in K . O e to jo , lih. O e to jo , A r if in K . A r s ito te le s , 121 A r y a - w a r t a , 199 A s a s ~ a s a s P e n d id ik a n B a h a s a Ib u b a g i A n a k D ja w a , 118 a s id e , 3 7 A s r u l S a n i, lih . S a n i, D rs . A sru l A T N I, 9 6 A t h c is , 61 a th e is , 3 9 , 7 7 A v e r c h e n k o , 195 A w a l d a n M ir a , 6 4
" B a ja n g a n d iw a k tu F a d ja r ” , 154n " B a n d e M a ta r a m " , 8 2 B a p e rsi, 154 B a rtlin g , D r , 128 b a s ta r, 6 4 b a tik , 9 9 B e a c h t, S te w a rt. 5 5 B e b a s a ri, 67, 6 8 , 7 0 B e e tz , Jo h a n a , 79 B ele n g g u , 61 B e n tro k a n dalam A sra m a , 64 b in tan g -film . 45 b in tan g -san d iw ara, 4 5 • B in ta n g S u ra b a ja , 154 B ir a n , M isb a c h Ju sa. 196 B o e s je , M o tin g g o , 196 B o le s la v s k y , R ich ard , 3 6 , 47, 48 A B o o k o f the S h o rt S to ry , 56 B re u e r, 13 B u d a ja , 62
"Buna
t&6
Buaga Rum ab A lak an , 49, 132 C a m e ra -o b sc u ra , 42 C a n b y , H end y Seid el, 56 ca ta stro p h e, 130 celluloid , 42 c h a ra cterisa tio n , 31 lih. d ju g a : p erw atak an "C h ic h i K a e ru ” , 142 ch ild cen tered curriculum , 112 C icero , 121, C inem atog rap h e, 4 2 , 43 C lo se-u p , 42 com prehen sion, 118 C o rre la te d Curriculum , 101, 102, 111 C r a ft o f the S h o rt S to ry , 17, 55 C rijn s, M , 18 C r o s s , E .A , 56 dalili, 2 1 D a C o sta , 52 d a V in c i, L eo n ard o, 4 2 D a r i A v e M a ria k e D ja la n L a in k c R o m a , 185 " D a r i S e n d ja k e .S e n d ja " . 143 d eduktif, m etode, 2 1 , 22 d ekor, 86-88
dekorasi, 85 Dekrit Presiden, 190 denouement, 130 Dewantara, Ki Hadjar, 27, 36. 99 100 204 "Dew i R eni", 183, 184 dialog, 31, 33 diferensiasi, 122 "Dilangit ada bintang", 64 Dionysus, 66 "D jalan lain ke Roma", 60 Djamin, Nasjah, 33, 62, 94 196 197 199, 200 "Djenderal W ashington", 117 djiplakan, 117 dominan, 64 drama, 25-29 Dungga, J.A., 80 efek, 58 Effendi, Rustam. 67. 68 , 69 eksposisi. 94 El-Hakim, lih. Hanifah. Dr. Abu bpikuros. 121 estetis, sifat, 128 etimologi, 26 falling action, 130 "die Feeën", 79 fiction, 56 film, 11, 41-53 film-bisu, 43 film-bitjara, 43 film-tiga-dimensi, 43 film-tjerita, 43 filsafat, 121 filsafat India, 122 ~ Jahudi, 122 " ' Junani, 122
— Jimur, 122
fi ~u , !° n 9 ^ok Kuno, 122 flasback, 33, 62. 94 fleksi, 94 Florence, 79 Foster, Lois M , 97-99 fragmen, 91. U 5. 117 217 fresco, 88 ' U Freud. 13, 73 fusion, 1 1 1 "gadis pantasi", 47. 48 geestelijke hierarchie, 135 Geyer, Ludwig, 79 global, 16, 99, 129
global-induktif, metode l é globalitas, 16 Gorontalo, 21 Greene, 42
I
Habil, 109, 113 Hadidjaja, T ard jan , 118 H AM KA, 93 "H am let", 66 1 S7 Hanifah. D r. Abu, 34, 35, 121. 182-184, 197 „ 1Q1 Highet, Gilbert, 19, 36, 73, 18 H ikajat Amir H am zah, 60 H ikajat Pandji, 60 Hooykaas, C ., 9 6 57 Hudson. W illiam H enry, 32, J * . Hume, Samuel J., 97-99 hymne, 75 hypnose, 13 Ibiis, 108-109, 113, 114, 137, 166 / idealisme estetis, 40 Idrus, 57, 185, 186, 187, 189, 197 ilham, 51, 76-77, 169 imaginasi, 32, 211 it "Impian ditengah M usim , 6 6 , individu, 134, 158 Indonesia, bahasa, 24 "Insan Kam il”, 183, 185 Intelek Istimewa” * 183. 184 ,<< Integrated Curriculum, 101, 1UA *
112
inter-action, 116 interior-monologue, 63 interpretasi kehidupan, 31, 34 Iqliman, 113 Iscariot, Judas, 114 Islam, 115n, 122 . Ismail, Umar, 10, 11. 23, 27, 4 4 , 50, 52, 82, 84, 92 — karya, 142-210 "Jang lenjap dan Jang T u m b u h M 59 Jassin. H .B .r 25. 58, 64, 6 8 , 142, 155, 184, 196, 199, 202 Jesus, 114 Jones, Henry Athur, 33 ’’Judas Iscariot”, 115n Kartono Judokusumo, lih. Judokusumo, K artono karjaseni, 78 kebenaran, 39 Keboedajaan Tim oer, 23
K e d ja h a t a n m c m b a la s d e n d a m " , 1 8 5 , 186, 188 K e iin in B u n k a S h id o s h o . 4 3 , 8 2 k e in d a h a n . 3 9 , 3 9 , 4 0 , 1 1 3 K e lu a r g a G c r i l ja , 5 8 , 6 2 , 6 3 " K e l u a r g a R a d e n S a s t r o ” , 189 K en A ro k dan K en D ed es, 80 k e o r is in ila n , 17 K e p r ib a d ia n In d o n e s ia . 1 2 4 ^ 'K e p u n tja k K e s e p i a n ” , 1 8 9 " K e r e t a k a n d a n K e t e g a n g a n ” , 1 33, K e r t a d ja ja , 8 0 k e s e n ia n , 3 5 K e s u s a s t r a a n In d o n e s ia , 9 6 K i H a d ja r D e w a n t a r a , lih . D e w a n t a r a , K i H a d ja r K ik u c M K w a n . lih . K w a n , K ik u c h i K iC ab G e m a la H ik m a t, 6 0 k o m p o n is , 7 5 - 7 6 k o n f lik . 3 7 - 3 9 K o n g r e s K e b u d a ja a n In d o n e sia k c -II. 3 4 k o o rz an g , 79 K r is t in a , 1 7 8 K u ra ta , B , 4 4 K u s b in i. 8 0 K w a n , K ik u c h i, 142 L a b u d , 113 la k o n , 25 ,- 2 6 L a n g e v e ld , M .J ., 2 9 " L e i t - m o t i f ", 7 9 n " L e m b a h B a le m " , 8 2 L e o n a r d o d a V in e i, lih d a V in e i, L eo n a rd o Jib id o s e k s u il, 73 L ib u r a n S e n im a n ” , 2 3 , 8 9 , 142, 143, 1 4 7 - 1 4 9 , 1 54, 1 69, 170, 185, 186, 187. 188, 202 jjf e c u r r ic u lu m , 1 1 2 L o tr e H a d ji Z a k a r i a ” , 5 1 , 5 2 L u b is , M o c h t a r , 17, 5 1 , 5 4 , 5 6 , 5 7 L u m ie r c , 4 2 M a c b c th , 66 M a la m D ja h a n a r o , 196 •T h e M a n w ith th e green N e c h tie ” , 195 M a n g k u n e g a r a V I I , P .K .G ., 2 7 M a n a su k a ”. 67 M a n ik , L ., 8 0 M a n u s ia K o t a " , 6 4
’’M anusia
, 5>V
M a s h u d i, 6 5 M a th e w s, B ra n d e r, 5 5 M a t u le s s y , T h o m a s , 1 7 8 M a y a , 154, 183, 197 " M e k a r M e la t i ” , 5 0 , 1 4 2 ’’M e n u n d u k k a n P e r e m p u a n d ja la n g ” , 6 6 m e ta fis ik a , 1 2 2 m eto d e, 2 0 - 2 3 M ih a r d ja , A c h d ia t K a r ta , 6 1 , 6 4 , 1 3 3 1 89, 1 90, 195, J 9 7 , 199 M in a n g k a b a u , 21 M in g g u a n F ilm , 5 3 M is b a c h Ju s a B ir a n , lih . B ir a n , M is b a c h Ju s a m o n o th e is, 3 9 m o n ta se , 2 0 , 2 1 , 2 3 , 4 3 M o r e n o , J .L ., 13. 3 8 , 5 6 , 201 M o tin g g o B o e s je , !ih . B o e s je , M o tin g g o M u lta tu li. 68 M u n d in g sa ri, S ., 51 m u sik in stru m en tal, 6 5 . 75, 83 m u sik v o k a l, 6 5 , 7 5 , 8 0 , 8 3 A Jn s ja w a m h O ra n g tu a M u rid d an G u ru , 135, 2 0 6 ’’A fu tia ra d nri N u s a L a u t ”, 2 3 , 142 H 3 , 1 4 9 -1 5 3 , 155, 178 M u y b rid g e , 4 2 N a s ja h D ja m in , lih . D ja m in , N a sja h H e t N ed erlan d s in In d ie. J I 8 N ic o ll, A lla rd y c e , 6 5 N ieu w en h u is, G .J., 118 n o v e l, 3 1 , 3 4 . 5 3 , 5 9 , 6 0 , 193 n o v e lle tte , 59 N u r, M u n sh i S u la im a n bin M u h am m ad , 6 0 o p e ra , 7 9 -8 0 O e to jo , A rifin K , 82 ''P a k a ia n d an K e p a lsu a n ’', 9 0 , 133, 189, 190. 193, 195. 2 0 0 ■’P a m a n k u ” , 142, 143 P a n e , A rm ijn , 61 P a n e . S a n u s i, 8 0 . 125 P a n g e ra n D e n m a rk ", 66 P a n ti P e r ri, 154 P a n tja s ila , 9 2 , 9 3 , 123, 137, 138 P a n tja W a h d a n a , 137 " P a r s i f a l ” . 79 P a sa rib u , A m ir, 76
pebajahu, 21
"Perabébasan", 82
pendidikan, metode, 19 "Pengakuan", 64 Penjedar Sastra, 96 pentas. 26 perbawa. 110, 204 Pcrburuan, 61 ’’Perempuan”, 58 Peri,- Jacopo, 79 Perintis Sastra, 96 Pcrtjikan Pcrmenungan, 69 perwatakan, 31, 32 ' T he Philosophy of the Short Story, 55 Piagam Djakarta, 122 plagiat, 17 Plato, 19, 121 play, 25, 26 plot. 31, 53, 189, 208, 209 Poe, Edgar Allen, 57 Pola Pembangunan Nasional Semesta oerentjana, 124 "Prahara", 66 Pramoedya Ananta Toer, lih. Toer. t'ramoedya Ananta praxinoscoop, 42 prinsip demokrasi, 204 psychoanalyse, 13 Psychodrama, 13 psychodrama, 13 midjangga, 40 Pudjawijatna. I.R., 40 Puntung Berasap", 143 rurbatjaraka, 125
Qabil, 109, 113 Reksosiswojo, 18 resitasi. 79 Resobowo, 87. 88 Reynand, Emile 42 roman, 59, 61 Romeo dan Julia”, 67
R ost‘a”. 1 r T l V ih- W
I
' RoSihi"-
"S a a t jang genting”, 64 ^Sabai nan Aluih”, 67 Snjang a da O rang lain”, 64 Salah Asuhan, 61 Sam uel French , 97 Sandhyakala ning M ajapahit, 8S
Sandi, 27 sandiw ara. 12, 14, 26, 30, 31, 86, 102, 175 sandiwara bersadjak, 67 hakikat — , 30, 3 5 -40. 206 pengadjaran — , 95, 96-107, 108. 112. 113, 114. 115, 120, 126, 129, . 140 pengertian — 24- 29 seni 9, 65, 111, 132 unsur-unsur — 29- 35, 82 sandiw ara-m asjarakat-um um , 98, sandiwara radio, 82. 86-8/ sandiwara sekolah, 98. 102 Sani. D rs. Asrul. 46, 47 Sapir, Edw ard, 30 Sarikat Islam, 93 Sarinah. 58 sastra, 35 Sati. T u lis Sutan, 67 Saudagar V enezia, 66 scenario, 44 "Sed ih dan gem bira", 23. 85, 154 sedjarah-film, 44 Sekelumif N janjian Sund a, 33, 62, 0(4, 196 Seni Mendidik, 19, 36 seni lukis, 86, 95 seni-pornografi. 109 seniman sastra, 17 separate subject curriculum , 101. 11' sen panqguno, 45n setting. 31. 33. 87 Shakespeare, 66 short-story, 54, 57 Short S to ry T echnique, 55 shots, 43 S iasat Baru, 57 Simandjuntak, C on ic], 74. 82 Simandjuntak, I.P-, 127, 128, 134, 202. 206 Sim orangkir-Sim andiuntak. B ., 25, Jo Siti Djam ilah, 67. 80 Siri N urbaja, 61 Slametmuljono, R .B ., 67 Soliloquy, 37, 63 Sontani, U tuy T a ta n g , 49, 67 sosial-functions curriculum, 112 Spranger, 128 Stanislavsky, K onstantin, 32 sterioskopis, 43 Sudjasmirï. R .A .J.. 80 substitusi karakteriasasi, 33
S u k a r n o , D r . Ir ., 5 8 , 9 2 , 9 3 " S u lin g ” , 6 7 S u m a n H s ., 2 8 S u m a r d jo , T r i s n o , 6 6 , 8 7 S u m m e r s , R ic h a r d , 17, 5 4 , 5 5 " T h e S u p p li a n t s " , 6 5 . 7 5 S u r a b a ja , 1 8 5 S u r ja d a r m a . N j. U t a m i, 5 3 S u ro m o . 8 7 S u t o m o , D r .. 1 2 5 " T a m a s ja d e n g a n P e r a h u B u g is ” , 5 7 T a m b e r a , 61 T a u f a n d ia t a s A s ia , 1 8 3 te a t e r , 4 5 T e e u w , P r o f . D r . A .. 155, 1 8 5 , 186,
202 T e h u ik M e n g a r a n g , 17 te k n ik m e n g a ra n g , 17 te m a , 1 8 6 , 192 te n d e n s , 1 8 6 , 192 " T e r a n g B u la n ". 4 4 T h e a t e r an d S c h o o l, 9 7 t h e r a p e n t ic d ra m a , 13 " T i t i k - t i t i k hitenn” , 3 X 94. Ï9 7 . 2 0 0 T ja n d r a g u p t a , 199 " T j a t a t a n d ik am p u n g K e la h ir a n ”, 5 9 t je r p e n , 5 4 , 5 6 , 6 1 , 6 4 " T j i t n a B e r p in d a h ”, 6 6 ” T itra ” . 2 3 , 50, 74, 80, 82, 85, 1431 4 5 , 1 5 4 . 1 57, 184. 2 0 8
T jo k r o a m in o to , H .O .S ., 9 3 " T jo r a t - t jo r e t d b ia w a h . T a n a h " , 185 to n il, 2 6
T oer, Pratnocdva.
5S.
tu d ja -i, 2 6 " T u n d ju n g S a r i ” , 6 7S T u r p in , R ic h a r d , 33 T u t w u ri h a n d a ja n i, 3 6 U n s u r lo g ik a . 2 9 U sm a n . Z u b e r , 57. 73 V e r k u y l. D r. J .. 5 2 v ig n e tte , 5 5 v o n K irch n e r. A th a n a s iu s , 4 2 W a g n e r . Jo h a n n a , 7 9 W a g n e r , W . R .. 7 9 W a ra . 27 W a s h in g to n . D je n d e ra l, W e s tr u p , J.A ., 78 W in s te d t, R .O .. 6 0 W o r l d D ra m a , 6 5 w u dju d sen i, 78
117
Y a m in , M uham niacf, isó Y u d o ku sn m o . K a r to n o , 87, 83 Z n in i, 8 7 . 8 8
*
P e m b e tu la n . H a l 1 9 6 b a ris k e 5 d a ri b aw ah , seh aru sn ja b erb u n ji : ia la h b a h w a sa n d iw a ra -s a n d iw a ra k a r ja U sm a n Ism ail te rk e n a l, d s t.
H a l. 2 0 3 su p a ja d ian g g ap tid a k ad a, d jad i dari h al. 2 0 2 lan g su ng k e h a l. 2 0 4 .
57,