Review Aplikasi OSS Perpustakaan Senayan/Senayan Library Management System (SliMS) Untuk memenuhi tugas mata kuliah Metadata dan Teknik Hypertext yang dibimbing oleh Bapak Wahyu Tri Sasongko
Disusun Oleh : 1. Dedy Dwi Putra
(115030700111021)
2. Fella Rizka Nurillita
(115030707111005)
3. Norita Debby Pravitasari
(115030707111009)
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI PRODI ILMU PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
i
KATA PENGANTAR Dengan segenap kerendahan hati, pertama – tama penulis ucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas final project mata kuliah metadata dan teknik hypertext ini dengan judul Review Aplikasi OSS Perpustakaan Senayan/Senayan Library Management System (SliMS). Perkenankan penulis menyampaikan rasa hormat, cinta, dan rasa terima kasih. Namun demikian, penulis menyadari bahwa penyusunan karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan, sebagaimana yang diharapkan oleh beberapa sumber. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dan berguna bagi kemajuan dan kesempurnaan tugas final project ini. Akhirnya tidak lupa penulis memohon maaf yang sebesar – besarnya jika dalam pembuatan tugas final project ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, mengingat penulis adalah manusia biasa dan masih tahap pembelajaran.
Malang, 12 Juni 2013
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ....................................................................................
i
KATA PENGANTAR..................................................................................... ...
ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................................
1
B. Tujuan Penulisan .............................................................................
1
C. Manfaat Penulisan.......................................................................... .
1
BAB II PEMBAHASAN A. Senayan/Senayan Library Management System (SliMS)............ 2 B. Sejarah Awal Mula Pembuatan Senayan/SliMS..........................
2
C. Sejarah Awal Mula Pembuatan SliMS Meranti..........................
5
D. Spesifikasi Teknik...........................................................................
7
E. Model pengembangan senayan.....................................................
9
F. Fitur Senayan..................................................................................
10
G. Proses Model Bisnis Senayan........................................................
13
H. Keunggulan dan Kekurangan Software....................................... 15 I. Pengembangan Aplikasi Kedepannya.......................................... 18 BAB III KESIMPULAN.................................................................................... 19 DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 20
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penerapan teknologi informasi saat ini telah banyak tersebar diseluruh bidang, diantaranya adalah perpustakaan. Perpustakaan sebagai institusi pengelola informasi merupakan salah satu bidang penerapan teknologi informasi yang berkembang dengan pesat. Perkembangan dari adanya penerapan teknologi informasi ini biasa kita lihat dari perkembangan jenis perpustakaan yang selalu berkaitan dengan teknologi informasi, diawali dari perpustakaan manual, perpustakaan terautomasi, sampai perpustakaan digital. Setiap perpustakaan tentunya membutuhkan adanya sebuah inovasi baru dalam menunjang kebutuhan para anggotanya dan dalam mendapatkan buku maupun bahan pustaka lainnya yang disimpan didalamnya. Perpustakaan tidak hanya sebuah gedung yang berisi rakrak buku, tapi juga diperlukan sebuah perpustakaan yang dapat diakses dengan mudah oleh orang lain kapan saja dan dimana saja mengingat telah munculnya kecanggihan teknologi, dan mereka tidak harus pergi ke perpustakaan hanya sekedar melihat koleksi yang dimiliki perpustakaan tersebut. Aplikasi baru-baru ini telah banyak muncul dengan berbagai kemudahan untuk menunjang kegiatan yang ada dalam perpustakaan. Salah satu aplikasi yang bisa dikatakan popular diantaranya adalah SLi MS, dimana ini adalah sebuah aplikasi OPAC perpustakaan dengan berbasis Open Sources, yang artinya aplikasi ini dapat dimodifikasi dan didesain sesuai dengan keinginan sendiri. B. Tujuan Tujuan dari dibuatkan makalah ini diantaranya : -
Memberikan pemahaman kepada orang lain mengenai SLiMS.
-
Memberikan kemudahan petunjuk dalam penggunaan aplikasi SLiMS.
-
Menjadikan pertimbangan dalam proses pengembangan aplikasi perpustakaan.
C. Manfaat -
Mengetahui jenis aplikasi perpustakaan yaitu SLiMS.
-
Mengetahui isi atau konten-konten dari SLiMS
-
Memberikan kemudahan menganalisis dalam rangka pengembangan aplikasi perpustakaan.
1
BAB II PEMBAHASAN
A. Senayan/Senayan Library Management System (SliMS) Senayan, atau lengkapnya Senayan Library Management System (SLiMS) adalah perangkat lunak sistem manajemen perpustakaan (library management system) sumber terbuka yang dilisensikan di bawah GPL v3. Aplikasi web yang dikembangkan oleh tim dari Pusat Informasi dan Humas Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia ini dibangun dengan menggunakan PHP, basis data MySQL, dan pengontrol versi Git. Pada tahun 2009, Senayan memenangi INAICTA 2009 untuk kategori open source. B. Sejarah Awal Mula Pembuatan Senayan/SliMS Ketika pemerintah Inggris memutuskan bergabung bersama Amerika Serikat dalam sekutu dan menginvasi Afganistan, mulai muncul kekhawatiran di semua institusi yang terkait dengan pemerintah Inggris di seluruh dunia. Salah satunya adalah The British Council (selanjutnya disebut BC), yang merupakan organisasi non-profit dan mempunyai banyak kantor diseluruh dunia. Kekhawatiran utama adalah ancaman bom dari orang – orang yang dikategorikan “teroris”. Salah satu “langkah preventif” yang diambil adalah, semua layanan BC yang diakses secara langsung oleh publik, harus ditutup. Salah satu yang terkena dampaknya adalah Perpustakaan BC Indonesia yang telah selama bertahun-tahun menjadi andalan layanan BC di Indonesia. Ironis memang. Sebuah inisiatif yang sangat bermanfaat bagi perberdayaan masyarakat, harus ditutup akibat tindakan politis yang diambil oleh institusi negara yang alasannya pun sampai sekarang masih debatable. Pengelola BC Indonesia kemudian berinisiatif untuk menghibahkan pengelolaan aset perpustakaanya ke tangan institusi pemerintah. Dalam hal ini, institusi pemerintah yang dianggap sesuai bidangnya dan strategis tempatnya, adalah Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). Yang dihibahkan tidak hanya koleksi, tetapi juga rak koleksi, hardware (server dan workstation) serta sistem termasuk untuk aplikasi manajemen administrasi perpustakaan (Alice). Seiring dengan berjalannya waktu, manajemen Perpustakaan Depdiknas mulai menghadapi beberapa kendala dalam penggunaan sistem Alice. Pertama, keterbatasan dalam menambahkan fitur-fitur baru. Antara lain: kebutuhan manajemen serial, meng-online-kan katalog di web dan kustomisasi report yang sering berubah-ubah kebutuhannya. Penambahan fitur jika harus meminta modul resmi dari developer Alice, berarti membutuhkan dana 2
tambahan yang tidak kecil. Apalagi tidak ada distributor resminya di Indonesia sehingga harus mengharapkan support dari Inggris. Ditambah lagi beberapa persyaratan yang membutuhkan infrastruktur biaya mahal seperti dedicated public IP agar bisa meng-onlinekan Alice di web. Saat itu untuk mengatasi sebagian kebutuhan (utamanya kustomisasi report), dilakukan dengan ujicoba mengakses langsung database yang disimpan dalam format DBase. Terkadang berhasil terkadang tidak karena struktur datanya proprietary dan kompleks serta jumlah rekodnya banyak. Untuk mempelajari struktur database, dicoba melakukan kontak via email ke developer Alice. Tetapi tidak ada respon sama sekali. Disini muncul masalah kedua. Sulitnya mempelajari lebih mendalam cara kerja perangkat lunak Alice. Karena Alice merupakan sistem proprietary yang serba tertutup, segala sesuatunya sangat tergantung vendor. Dibutuhkan sejumlah uang untuk mendapatkan layanan resmi untuk kustomisasi. Perpustakaan Depdiknas salah satu tupoksinya adalah melakukan koordinasi pengelolaan
perpustakaan
unit
kerja
dibawah
lingkungan
Depdiknas.
Dalam
implementasinya, seringkali muncul kebutuhan untuk bisa mendistribusikan perangkat lunak sistem perpustakaan ke berbagai unit kerja tersebut. Disini masalah ketiga: sulit (atau tidak mungkin) untuk melakukan redistribusi sistem Alice. Alice merupakan perangkat lunak yang secara lisensi tidak memungkinkan diredistribusi oleh pengelola Perpustakaan Depdiknas secara bebas. Semuanya harus ijin dan membutuhkan biaya. Pada bulan November 2006, perpustakaan dihadapkan oleh sebuah masalah mendasar. Sistem Alice tiba-tiba tidak bisa digunakan. Ternyata Alice yang digunakan selama ini diimplementasikan dengan sistem sewa. Pantas saja biayanya relatif murah. Tiap tahun pengguna harus membayar kembali untuk memperpanjang masa sewa pakainya. Tetapi yang mengkhawatirkan adalah fakta bahwa perpustakaan harus menyimpan semua informasi penting dan kritikal di sebuah sistem yang tidak pernah dimiliki. Yang kalau lupa atau tidak mau membayar sewa lagi, hilanglah akses terhadap data kita sendiri. Konyol sekali. Itu sama saja dengan bunuh diri kalau masih tergantung dengan sistem berlisensi seperti itu. Akhirnya pengelola Perpustakaan Depdiknas me-review kembali penggunaan sistem Alice di perpustakaan Depdiknas. Beberapa poin pentingnya antara lain:
Alice memang handal (reliable), tapi punya banyak keterbatasan. Biaya sewanya memang relatif murah, tetapi kalau membutuhkan support tambahan, baik sederhana ataupun kompleks, sangat tergantung dengan developer Alice yang berpusat di Inggris. Butuh biaya yang kalau di total juga tidak murah. 3
Model lisensi proprietary yang digunakan developer Alice tidak cocok dengan kondisi kebanyakan perpustakaan di Indonesia. Padahal pengelola Perpustakaan Depdiknas sebagai koordinator banyak perpustakaan di lingkungan Depdiknas, punya kepentingan untuk bisa dengan bebas melakukan banyak hal terhadap software yang digunakan.
Menyimpan data penting dan kritikal untuk operasional perpustakaan di suatu software yang proprietary dan menggunakan sistem sewa, dianggap sesuatu yang konyol dan mengancam independensi dan keberlangsungan perpustakaan itu sendiri.
Alice berjalan diatas sistem operasi Windows yang juga proprietary padahal pengelola Perpustakaan Depdiknas ingin beralih menggunakan Sistem Operasi open source (seperti GNU/Linux dan FreeBSD).
Masalah devisa negara yang terbuang untuk membayar software yang tidak pernah dimiliki.
Intinya: pengelola Perpustakaan Depdiknas ingin menggunakan software yang memberikan
dan
menjamin
kebebasan
untuk:
menggunakan,
mempelajari,
memodifikasi dan melakukan redistribusi. Lisensi Alice tidak memungkinkan untuk itu. Setelah memutuskan untuk hijrah menggunakan sistem yang lain, maka langkah berikutnya adalah mencari sistem yang ada untuk digunakan atau mengembangkan sendiri sistem yang dibutuhkan. Beberapa pertimbangan yang harus dipenuhi:
Dirilis dibawah lisensi yang menjamin kebebasan untuk: menggunakan, mempelajari, memodifikasi
dan
melakukan
redistribusi.
Model
lisensi
open
source
(www.openosurce.org) dianggap sebagai model yang paling ideal dan sesuai.
Teknologi yang digunakan untuk membangun sistem juga harus berlisensi open source.
Teknologi yang digunakan haruslah teknologi yang relatif mudah dipelajari oleh pengelola perpustakaan Depdiknas yang berlatarbelakang pendidiknas pustakawan, seperti PHP (scripting language) dan MySQL (database). Jika tidak menguasai sisi teknis teknologi, maka akan terjebak kembali terhadap ketergantungan pada developer.
4
Langkah berikutnya adalah melakukan banding software sistem perpustakaan open source yang bisa diperoleh di internet. Beberapa software yang dicoba antara lain: phpMyLibrary, OpenBiblio, KOHA, EverGreen. Pengelola perpustakaan Depdiknas merasa tidak cocok dengan software yang ada, dengan beberapa alasan:
Desain aplikasi dan database yang tidak baik atau kurang menerapkan secara serius prinsip-prinsip pengembangan aplikasi dan database yang baik sesuai dengan teori yang ada (PHPMyLibrary, OpenBiblio).
Menggunakan teknologi yang sulit dikuasai oleh pengelola perpustakaan Depdiknas (KOHA dan EverGreen dikembangkan menggunakan Perl dan C++ Language yang relatif lebih sulit dipelajari).
Beberapa sudah tidak aktif atau lama sekali tidak di rilis versi terbarunya (PHPMyLibrary dan OpenBiblio). Karena tidak menemukan sistem yang dibutuhkan, maka diputuskan untuk
mengembangkan sendiri aplikasi sistem perpustakaan yang dibutuhkan. Dalam dunia pengembangan software, salah satu best practice-nya adalah memberikan nama kode (codename) pengembangan. Nama kode berbeda dengan nama aplikasinya itu sendiri. Nama kode biasanya berbeda-beda tiap versi. Misalnya kode nama “Hardy Heron” untuk Ubuntu Linux 8.04 dan “Jaunty Jackalope” untuk Ubuntu Linux 9.04. Pengelola perpustakaan Depdiknas Untuk versi awal (1.0) aplikasi yang akan dikembangkan, memberikan nama kode “Senayan”. Alasannya sederhana, karena awal dikembangkan di perpustakaan Depdiknas yang berlokasi di Senayan. Apalagi Perpustakaan Depdiknas mempunyai brand sebagai library@senayan. Belakangan karena dirasa nama “Senayan” dirasa cocok dan punya nilai marketing yang bagus, maka nama “Senayan” dijadikan nama resmi aplikasi sistem perpustakaan yang dikembangkan. C. Sejarah Awal Mula Pembuatan SliMS Meranti Meranti merupakan nama sebuah jenis kayu yang banyak dihasilkan oleh marga shorea dari suku dipterocarpaceae. Kayu meranti banyak ditemukan di beberapa wilayah di Asia Tenggara. Spesies terbanyak dari kayu jenis ini dapat ditemukan di pulau Kalimantan dan merupakan tumbuhan endemik di sana. Namun, saat ini populasi kayu meranti mendekati kepunahan. Hal inilah yang kemudian mengilhami para pengembang SLiMS untuk mengembangkan generasi barunya dengan nama „meranti‟. SLiMS merupakan salah satu program aplikasi untuk perpustakaan asli buatan Indonesia. Sejak pertama kali diluncurkan pada tahun 2008, SLiMS menjadi salah satu 5
progam aplikasi favorit bagi para pengelola perpustakaan. Melihat banyaknya pengguna SLiMS, maka diadakanlah suatu acara bertajuk Senayan Developer Day (SDD). SDD merupakan ajang pertemuan para penggiat SLiMS. Dalam acara tersebut, mereka dapat saling berbagi pengalaman tentang penerapan dan perkembangan terbaru dari SLiMS. SDC menamakan SLiMS-5 dengan codename Meranti, bukanlah tanpa alasan. Melihat beberapa fakta tentang pohon Meranti tersebut, SDC ingin mengenalkan kembali sosok pohon MERANTI kepada publik. Selain mempopulerkan pohon MERANTI, ada beberapa filosofi terkait MERANTI yang diharapkan juga ada dalam SLiMS. Layaknya Meranti, SDC berharap SLiMS-5 menjadi “barang
berkualitas dan langka” untuk
pengelolaan perpustakaan. SLiMS-5 mampu menjulang tinggi sehingga dapat terlihat dari mana saja (baik di Indonesia maupun luar negeri) dan memberikan berbagai manfaat kepada siapapun, layaknya Meranti yang menjulang tinggi dengan banyak dahan dibatangnya. Meranti dibangun sejak SDD yang diadakan di Bogor, Jawa Barat pada bulan Maret 2012. Pada SDD kali ini, para personil SDC mengerjakan Meranti mulai dari fitur, user interface, dokumentasi dan lain sebagainya. Setelah SDD, Meranti yang telah diunggah dalam Github tetap disempurnakan berdasarkan masukan dari para pustakawan yang telah mencoba dan juga melaporkan kekurangan (bug) Meranti. Dengan dukungan dari komunitas inilah, Meranti dapat mencapai wujudnya yang ideal dan akhirnya Meranti di unggah secara resmi (release resmi) pada web SLiMS pada tanggal 20 Mei 2012 (http://slims.web.id). Bertepatannya rilis SLiMS dengan tanggal 20 Mei yang merupakan Hari Kebangkitan Nasional bukan pula tanpa alasan. Dengan rilis pada tanggal ini, SLiMS diharapkan dapat menjadi wujud kontribusi nyata dalam rangka kebangkitan nasional, khususnya dalam wilayah kebangkitan perpustakaan. Loncatan dari SLiMS-3 ke SLiMS-5 merupakan keputusan besar yang diambil SDC karena berbagai hal. Salah satunya adalah perombakan besar-besaran baik pada fitur maupun user interface SLiMS. Beberapa perubahan itu adalah tampilan OPAC dan Admin yang keluar pakem SLiMS selama ini. Sementara itu beberapa fitur baru pada Meranti adalah: pengambilan foto member langsung dari SLiMS (seperti ketika mengambil foto e-ktp), shortcut yang memberikan pengalaman baru kepada anda dalam berpindah antar menu dalam SLiMS, Copy Cataloging dengan SRU yang tidak membutuhkan tambahan install aplikasi php-yaz layaknya Z39.50 sebelumnya, dukungan OAI-PMH, tambahan bahasa Brazilian Portuguise, seting pernghitungan denda pada hari libur, Zend Barcode serta berbagai perbaikan bug.
6
Ada yang menarik dalam pelaksanaan SDD pada 23-24 Maret 2012 lalu. Para peserta dihebohkan dengan rencana kelahiran generasi baru SLiMS dalam waktu dekat. Generasi baru yang bernama „meranti‟ ini memiliki beberapa fitur baru yang berbeda dengan generasigenerasi sebelumnya. Perbedaan mencolok pada generasi baru ini adalah adanya tampilan halaman belakang OPAC yang dinamis. Hal ini menjadikan pengguna akan merasakan OPAC menjadi sesuatu yang „hidup‟. Fitur lain yang akan ada pada „meranti‟ adalah fitur MARC Import Tool. MARC (Machine Readable Catalogue) merupakan standar internasional untuk format data bibliografi perpustakaan. Untuk Indonesia, MARC telah dikembangkan menjadi INDOMARC. Dengan adanya standarisasi format ini, masing-masing perpustakaan dapat melakukan pertukaran data dengan mudah. Melalui fitur MARC Import Tool, pengguna SLiMS dapat melakukan import data dari format MARC tanpa harus melakukan penyesuaian database. Selain dua fitur di atas, SLiMS generasi baru ini rencananya juga akan dilengkapi dengan fasilitas cetak kartu katalog. Fitur baru ini merupakan jawaban dari keluhan beberapa pengguna SLiMS yang masih membutuhkan katalog tercetak meskipun mereka telah mengaplikasikan otomasi perpustakaan. Selama ini, pada generasi SLiMS yang sudah ada, untuk pencetakan katalog harus dilakukan secara manual dengan mengetik ulang format katalog kartu menggunakan MS Word. Dengan demikian, melalui fasililtas ini, para pengguna SLiMS dapat mengehemat waktu pencetakan kartu katalog tanpa harus mengetik ulang data bibliografi yang ada. Melihat banyaknya fitur – fitur baru yang menarik tersebut di atas, maka pantaslah jika para pengguna SLiMS tengah menunggu kelahiran „meranti‟. Namun, mereka harus bersabar karena generasi baru ini masih dalam tahap uji coba. Meskipun demikian, bagi mereka
yang
ingin
mencicipi
„meranti‟
dapat
mengunduh
paket
SLiMS
di
https://github.com/slims/slims5_meranti/. D. Spesifikasi Teknik Mengembangkan Senayan Sebelum mulai mengembangkan Senayan, ada beberapa keputusan desain aplikasi yang harus dibuat. Aspek desain ini penting diantaranya untuk pengambilankeputusan dari berbagai masukan yang datang dari komunitas. Antara lain: Pertama, Senayan adalah aplikasi untuk kebutuhan administrasi dan konten perpustakaan (Library Automation System). Senayan didesain untuk kebutuhan skala menengah maupun besar. Cocok untuk perpustakaan yang memiliki koleksi,
7
anggota dan staf banyak di lingkungan jaringan, baik itu lokal (intranet) dan internet. Kedua, Senayan dibangun dengan memperhatikan best practice dalam pengembangan software seperti dalam hal penulisan source code, dokumentasi, dan desain database. Ketiga, Senayan dirancang untuk compliant dengan standar pengelolaan koleksi di perpustakaan. Untuk standar pengatalogan minimal memenuhi syarat AACR 2 level 2 (Anglo-American Cataloging Rules). Kebutuhan untuk kesesuaian dengan standar di perpustakaan terus berkembang dan pengelola perpustakaan Depdiknas dan developer Senayan berkomitmen untuk terus mengembangkan Senayan agar mengikuti standar-standar tersebut. Keempat, Senayan didesain agar bisa juga menjadi middleware bagi aplikasi lain untuk menggunakan data yang ada didalam Senayan. Untuk itu Senayan akan menyediakan API (application programming Interface) yang berbasis web service. Kelima, Senayan merupakan aplikasi yang cross-platform, baik dari sisi aplikasinya itu sendiri dan akses terhadap aplikasi. Untuk itu basis yang paling tepat ada basis web. Keenam, teknologi yang digunakan untuk membangun Senayan, haruslah terbukti bisa diinstall di banyak platform sistem operasi, berlisensi open source dan mudah dipelajari
oleh
pengelola
perpustakaan
Depdiknas.
Diputuskan
untuk
menggunakan PHP (www.php.net) untuk web scripting languange dan MySQL (www.mysql.com) untuk server database. Ketujuh, diputuskan untuk mengembangkan library PHP sendiri yang didesain spesifik untuk kebutuhan membangun library automation system. Tidak menggunakan library PHP yang sudah terkenal seperti PEAR (pear.php.net) karena alasan penguasaan terhadap teknologi dan kesederhanaan. Library tersebut diberinama “simbio”. Kedelapan, untuk mempercepat proses pengembangan, beberapa modul atau fungsi yang dibutuhkan yang dirasa terlalu lama dan rumit untuk dikembangkan sendiri, akan menggunakan software open source yang berlisensi open source juga. Misalnya: flowplayer untuk dukungan multimedia, prototype.js untuk dukungan AJAX (Asynchronous Javascript and XML), genbarcode untuk dukungan pembuatan barcode, PHPThumb untuk dukungan generate image onthe-fly, tinyMCE untuk web-based text editor, dan lain-lain. 8
Kesembilan, untuk menjaga spirit open source, proses pengembangan Senayan dilakukan dengan infrastruktur yang berbasis open source. Misalnya: server web menggunakan Apache, server produksi menggunakan OS Linux Centos dan OpenSuse, para developer melakukan pengembangan dengan OS Ubuntu Linux, manajemen source code menggunakan software git, dan lain-lain. Kesepuluh, Senayan dirilis ke masyarakat umum dengan lisensi GNU/GPL versi 3 yang menjamin kebebasan penggunanya untuk mempelajari, menggunakan, memodifikasi dan redistribusi Senayan. Kesebelas, para developer dan pengelola perpustakaan Depdiknas berkomitmen untuk terus mengembangkan Senayan dan menjadikannya salah satu contoh software perpustakaan yang open source, berbasis di indonesia dan menjadi salah satu contoh bagi model pengembangan open source yang terbukti berjalan dengan baik. Keduabelas, model pengembangan Senayan adalah open source yang artinya setiap orang dipersilahkan memberikan kontribusinya. Baik dari sisi pemrogaman, template, dokumentasi, dan lain-lain.
E. Model pengembangan senayan Pengembangan Senayan awalnya diinisiasi oleh pengelola Perpustakaan Depdiknas. Tetapi sekarang komunitas pengembang Senayan (Senayan Developer Community) yang lebih banyak mengambil peran dalam mengembangkan Senayan. Beberapa hal dibawah ini merupakan kultur yang dibangun dalam mengembangkan Senayan: 1. Meritokrasi. Siapa saja bisa berkontribusi. Mereka yang banyak memberikan kontribusi, akan mendapatkan privilege lebih dibandingkan yang lain. 2. Minimal punya concern terhadap pengembangan perpustakaan. Contoh lain: berlatar belakang pendidikan ilmu perpustakaan dan informasi, bekerja di perpustakaan, mengelola perpustakaan, dan lain-lain. Diharapkan dengan kondisi ini, sense of librarianship melekat di tiap developer/pengguna Senayan. Sejauh ini, semua developer senayan merupakan pustakawan atau berlatarbelakang pendidikan kepustakawanan (Information and Librarianship). 3. Release early, release often, and listen to your customer. Release early artinya setiap perbaikan dan penambahan fitur, secepat mungkin dirilis ke publik. Diharapkan bugs yang ada, bisa cepat ditemukan oleh komunitas, dilaporkan ke developer, untuk 9
kemudian dirilis perbaikannya. Release often, artinya sesering mungkin memberikan update perbaikan bugs dan penambahan fitur. Ini “memaksa” developer Senayan untuk terus kreatif menambahkan fitur Senayan. Release often juga membuat pengguna berkeyakinan bahwa Senayan punya sustainability yang baik dan terus aktif dikembangkan. Selain itu, release often juga mempunyai dampak pemasaran. Pengguna dan calon pengguna, selalu diingatkan tentang keberadaan Senayan. Tentunya dengan cara yang elegan, yaitu rilis-rilis Senayan. Sejak dirilis ke publi pertama kali November 2007 sampai Juli 2009 (kurang lebih 20 bulan) telah dirilis 18 rilis resmi Senayan. Listen to your customer. Developer Senayan selalu berusaha mengakomodasi kebutuhan pengguna baik yang masuk melalui report di mailing list, ataupun melalui bugs tracking system. Tentu tidak semua masukan diakomodasi, harus disesuaikan dengan desain dan roadmap pengembangan Senayan. 4. Dokumentasi. Developer Senayan meyakini pentingnya dokumentasi yang baik dalam mensukseskan implementasi Senayan dibanyak tempat. Karena itu pengembang Senayan mempunyai tim khusus yang bertanggungjawab yang mengembangkan dokumentasi Senayan agar terus uo-to-date mengikuti rilis terbaru. 5. Agar ada percepatan dalam pengembangan dan untuk mengakrabkan antar pengembang Senayan, minimal setahun sekali diadakan Senayan Developers Day yang mengumpulkan para developer Senayan dari berbagai kota, dan melakukan coding bersama-sama. F. Fitur Senayan Sebagai sebuah Sistem Automasi Perpustakaan yang terintergrasi, modul-modul yang telah terdapat di SENAYAN adalah sebagai berikut: Modul Pengatalogan (Cataloging Module) 1. Compliance dengan standar AACR2 (Anglo-American Cataloging Rules). 2. Fitur untuk membuat, mengedit, dan menghapus data bibliografi sesuai dengan standar deskripsi bibliografi AACR2 level ke dua. 3. Mendukung pengelolaan koleksi dalam berbagai macam format seperti monograph, terbitan berseri, audio visual, dsb. 4. Mendukung penyimpanan data bibliografi dari situs di Internet. 5. Mendukung penggunaan Barcode. 6. Manajemen item koleksi untuk dokumen dengan banyak kopi dan format yang berbeda.
10
7. Mendukung format XML untuk pertukaran data dengan menggunakan standar metadata MODS (Metadata Object Description Schema). 8. Pencetakan Barcode item/kopi koleksi Built-in. 9. Pencetakan Label Punggung koleksi Built-in. 10. Pengambilan data katalog melalui protokol Z3950 ke database koleksi Library of Congress. 11. Pengelolaan koleksi yang hilang, dalam perbaikan, dan rusak serta pencatatan statusnya untuk dilakukan pergantian/perbaikan terhadap koleksi. 12. Daftar kendali untuk pengarang (baik pengarang orang, badan/lembaga, dan pertemuan) sebagai standar konsistensi penuliasn 13. Pengaturan hak akses pengelolaan data bibliografi hanya untuk staf yang berhak. Modul Penelusuran (OPAC/Online Public Access catalog Module) 1. Pencarian sederhana. 2. Pencarian tingkat lanjut (Advanced). 3. Dukungan penggunaan Boolean’s Logic dan implementasi CQL (Common Query Language). 4. OPAC Web Services berbasis XML. 5. Mendukung akses OPAC melalui peralatan portabel (mobile device) 6. Menampilkan informasi lengkap tetang status koleksi di perpustakaan, tanggal pengembalian, dan pemesanan item/koleksi 7. Detil informasi juga menampilkan gambar sampul buku, lampiran dalam format elektronik yang tersedia (jika ada) serta fasilitas menampilkan koleksi audio dan visual. 8. Menyediakan hyperlink tambahan untuk pencarian lanjutan berdasarkan penulis, dan subjek.
Modul Sirkulasi (Circulation Module) 1. Mampu memproses peminjaman dan pengembalian koleksi secara efisien, efektif dan aman. 2. Mendukung
fitur
reservasi
koleksi
yang
sedang
dipinjam,
termasuk
reminder/pemberitahuan-nya. 3. Mendukung fitur manajemen denda. Dilengkapi fleksibilitas untuk pemakai membayar denda secara cicilan. 11
4. Mendukung fitur reminder untuk berbagai keperluan seperti melakukan black list terhadap pemakai yang bermasalah atau habis keanggotaannya. 5. Mendukung fitur pengkalenderan (calendaring) untuk diintegrasikan dengan penghitungan masa peminjaman, denda, dan lain-lain. 6. Memungkinkan penentuan hari – hari libur non-standar yang spesifik. 7. Dukungan terhadap ragam jenis tipe pemakai dengan masa pinjam beragam untuk berbagai jenis keanggotaan. 8. Menyimpan histori peminjaman anggota. 9. Mendukung
pembuatan
peraturan
peminjaman
yang
sangat
rinci
dengan
mengkombinasikan parameter keanggotaan, jenis koleksi, dan gmd selain aturan peminjaman standar berdasarkan jenis keanggotaan Modul Manajemen Keanggotaan (Membership Management Module) 1. Memungkinkan beragam tipe pemakai dengan ragam jenis kategori peminjaman, ragam jenis keanggotaan dan pembedaan setiap layanan sirkulasi dalam jumlah koleksi serta lama peminjaman untuk jenis koleksi untuk setiap jenis/kategori. 2. Dukungan terhadap input menggunakan barcode reader 3. Memungkinkan untuk menyimpan informasi preferensi pemakai atau subject interest. 4. Memungkinkan untuk menyimpan informasi tambahan untuk keperluan reminder pada saat transaksi. 5. Memungkinkan menyimpan informasi detail pemakai yang lebih lengkap. 6. Pencarian informasi anggota minimal berdasarkan nomor dan nama anggota. 7. Pembuatan kartu anggota yang dilengkapi dengan barcode untuk transaksi peminjaman. Modul Inventarisasi Koleksi (Stocktaking Module) 1. Proses inventarisasi koleksi bisa dilakukan secara bertahap dan parsial tanpa harus menutup layanan perpustakaan secara keseluruhan. 2. Proses inventarisasi bisa dilakukan secara efisien dan efektif. 3. Terdapat pilihan untuk menghapus data secara otomatis pada saat akhir proses inventarisasi terhadap koleksi yang dianggap hilang. Modul Statistik/Pelaporan (Report Module) 12
1. Meliputi pelaporan untuk semua modul-modul yang tersedia di Senayan. 2. Laporan Judul. 3. Laporan Items/Kopi koleksi. 4. Laporan Keanggotaan. 5. Laporan jumlah koleksi berdasarkan klasifikasi. 6. Laporan Keterlambatan. 7. Berbagai macam statistik seperti statistik koleksi, peminjaman, keanggotaan, keterpakaian koleksi. 8. Tampilan laporan yang sudah didesain printer-friendly, sehingga memudahkan untuk dicetak. 9. Filter data yang lengkap untuk setiap laporan. 10. API untuk pelaporan yang relatif mudah dipelajari untuk membuat custom report baru. Modul Manajemen Terbitan Berseri (Serial Control) 1. Manajemen data langganan. 2. Manajemen data Kardex. 3. Manajemen tracking data terbitan yang akan terbit dan yang sudah ada. 4. Memungkinkan tracking data terbitan berseri yang jadwal terbitnya tidak teratur (pengaturan yang fleksibel). Modul Lain-lain 1. Dukungan antar muka yang multi bahasa (internasionalisasi) dengan Gettext. Dukungan terhadap penggunaan huruf bukan latin untuk pengisian data dan pencarian. G. Proses Model Bisnis Senayan Model bisnis adalah bagaimana pengembangan Senayan bisa terus survive dengan segala keterbatasan yang ada. Tidak hanya terkait uang, tetapi manfaat lain yang didapat baik secara institusi dan personal. Menurut Hendro Wicaksono dan Arie Nugraha, anggota tim pengembang Senayan, program manajemen perpustakaan ini pertama kali dikembangkan pada November 2006. Waktu itu, para pengelola Perpustakaan Departemen Pendidikan Nasional di Jakarta tengah kebingungan karena program manajemen perpustakaan Alice habis masa pakainya. Nama kode pengembangan saat itu 13
adalah “Senayan”, karena dikembangkan di perpustakaan Depdiknas yang berlokasi di Senayan. Belakangan karena nama itu dianggap mudah diterima banyak orang, nama “Senayan Library Automation” (atau biasa disebut Senayan) dipilih sebagai nama resmi aplikasi manajemen perpustakaan yang dikembangkan di Perpustakaan Depdiknas. Masa awal pengembangan Senayan, komunitas belumlah dilibatkan. Praktis hanya dua orang yang melakukan pengembangan. Ulangtahun library@senayan yang kedua tanggal 29 November 2007 dijadikan momen untuk rilis Senayan pertama kali ke publik. Versi yang dirilis
senayan3-rc4.
Saat
itu
Senayan
masih
belum
diimplementasikan
di
library@senayan. Pengumuman dirilisnya aplikasi Senayan juga diumumkan ke berbagai milis terkait perpustakaan dan kepustakawanan, seperti
[email protected],
[email protected], dan lain-lain. Sejak itu mulailah pengembangan Senayan melibatkan
banyak
orang.
http://senayan.diknas.go.id
dan
Distribusi diskusi
Senayan teknis
dilakukan dilakukan
di
melalui
web
milis
ics-
[email protected]. Mulai pengembangan Senayan masuk ke tahap berikutnya: membentuk komunitas pengguna serta berusaha melibatkan banyak orang sebagai developer. Model pengembangan yang dianut adalah Open Source. Dimana tiap orang mempunyai akses ke source code dan didorong untuk aktif dalam desain, pengembangan, dan distribusi Senayan. Tapi berbagai pengambilan keputusan penting tetap ditangan penulis sebagai lead developer Senayan. Senayan rilis awal masih menyimpan banyak bugs. Ini terbukti dari banyaknya laporan yang masuk melalui milis dan bugs report system serta melalui ujicoba lapangan di beberapa tempat. Untuk mengatasi berbagai bugs tersebut, dirilis senayan3-rc5 sampai senayan3-rc10. Februari 2008 dirilislah senayan3-stable1 yang dianggap sudah stabil untuk produksi. Pada tanggal 22 maret 2008 dirilis senayan3-stable2. Awal April 2008 library@senayan mulai resmi mengimplementasikan Senayan menggantikan Alice. Sampai proposal ini dibuat, rilis terakhir Senayan adalah senayan3-stable9. Untuk mempercepat pengembangan Senayan, beberapa hal yang dilakukan antara lain: Mengadakan Senayan Developers Day (SDD). Yaitu para developer inti Senayan, dikumpulkan selama kurang lebih 2-3 hari di library@senayan dan berkonsentrasi melakukan penambahan fitur, perbaikan dan update dokumentasi. Output dari kegiatan adalah rilis baru dan update dokumentasi SDD (Senayan Developers Day) sudah dua kali 14
diadakan, Maret 2008 (http://hendrowicaksono.multiply.com/photos/album/24/) dan Januari
2009
pameran
(http://hendrowicaksono.multiply.com/photos/album/42/).
seperti
pameran
Indonesia
Go
Open
Mengikuti
Source
(IGOS,
http://hendrowicaksono.multiply.com/photos/album/35/). Dalam setiap rilis Senayan, saat ini didistribusikan dalam dua versi. Pertama, Senayan Source. Yaitu hanya aplikasi Senayan, yang ditujukan untuk pemakai tingkat lanjut, atau mereka yang sudah memiliki komputer dimana web server (biasanya Apache), PHP dan MySQL sudah terinstall sebelumnya. Pengguna sistem operasi selain Windows juga menggunakan distribusi ini. Kedua adalah distribusi Portable Senayan (psenayan). Yaitu Senayan yang sudah dipaketkan dengan Apache, PHP dan MySQL. Sehingga pengguna tinggal copy, ekstrak, dan gunakan. Ditujukan untuk pengguna Windows yang biasanya masih awam dengan persyaratan software yang harus tersedia untuk menjalankan Senayan. Dalam melakukan pengembangan Senayan, kira-kira 95% dilakukan pada platform GNU/Linux. Penggunaan Windows dalam pengembangan hanya sebatas pembuatan distribusi Portable Senayan dan ujicoba. Pengembangan Bisnis Komersial berupa: dukungan layanan korporasi dan terdedikasi, web hosting Senayan, sponsorship modul. Dana pengembangan Senayan didapat dari berbagai kegiatan yang dilakukan oleh pengembang Senayan. Antara lain:
Dedicated support dari institusi yang meminta dukungan implementasi Senayan secara khusus.
Training/Pelatihan yang diadakan oleh tim pengembang Senayan
Dari institusi yang mempunyai concern/perhatian dalam pengembangan Senayan atau software Open Source pada umumnya.
Demikian sejarah dan asal mula di ciptakanya software SLiMS, semoga semua pihak bisa memanfaatkanya kemudian membagikan ke yang lain begitu seterusnya sehingga pengembangan perpustakaan digital di Indonesia semakin baik dan lebih baik lagi. H. Keunggulan dan Kekurangan Software Berdasarkan pengamatan perangkat lunak ini memiliki banyak nilai plus atau keunggulan dan hanya memiliki nilai minus atau sedikit kekurangan. Nilai plus atau kelebihan yang dimiliki perangkat lunak ini adalah : 1. Senayan dapat diperoleh dan digunakan secara gratis. 15
Perangkat lunak merupakan salah satu komponen penting dalam implementasi otomasi perpustakaan. Sayangnya tidak semua perpustakaan mampu menyediakan perangkat lunak untuk otomasi perpustakaan. Hal ini disebabkan karena harga perangkat lunak otomasi sulit dijangkau oleh banyak perpustakaan di Tanah Air. Kehadiran Senayan sebagai salah satu perangkat lunak otomasi berbasis FOSS menjadi solusi terkait sulitnya dengan pengadaan perangkat lunak otomasi karena perangkat lunak ini dapat diperoleh secara gratis. 2. Mampu memenuhi kebutuhan otomasi perpustakaan. Menurut Saffady sebuah perangkat lunak otomasi perpustakaan minimal memiliki fasilitas layanan sirkulasi, katalogisasi serta on-line public access catalog atau OPAC (Saffady dalam Anctil dan Bahesti, 2004: 4). Senayan tidak hanya menyediakan fasilitas layanan sirkulasi, katalogisasi dan OPAC. Senayan menyediakan fasilitas lain seperti manajemen keanggotaan, fasilitas untuk pengaturan perangkat lunak, cetak barcode (baik barcode anggota maupun barcode buku), penyiangan serta fasilitas laporan dan unggah koleksi digital. 3. Senayan
dibangun
dengan
menggunakan
bahasa
pemrograman
interpreter
Senayana dibangun dengan menggunakan PHP sebagai bahasa pemrograman. PHP merupakan bahasa pemrograman interpreter yang memungkinkan untuk dimodifikasi. Dengan demikian maka perpustakaan memungkinkan memodifikasi Senayan sesuai dengan kebutuhan perpustakaan. 4. Senayan
dikembangankan
oleh
sumber
daya
manusia
lokal
Senayan dikembangan oleh sumber daya manusia lokal, atau dikembangkan oleh SDM bangsa Indonesia. Kondisi ini memberikan keuntungan bagi perpustakaan dan pengguna Senayan. Keuntungan tersebut adalah Senayan sesuai dengan kebutuhan perpustakaan di Tanah Air dan pengguna Senayan dapat berkomunikasi dengan mudah dengan para pengembang Senayan jika mengalami masalah dalam pemanfaatan Senayan. 5. Instalasi Mudah dilakukan Sebagai perangkat lunak yang tergolong dalam jenis perangkat lunak berbasis web instalasi Senayan mudah dilakukan, baik itu untuk system operasi windows maupun system operasi linux. 6. Mampu
berjalan
di
sistem
operasi
linux
maupun
windows.
Windows ataupun linux merupakan dua sistem operasi yang familiar digunakan oleh perpustakaan di Indonesia. Senayan mampu berjalan stabil di dua sistem operasi tersebut. Dengan demikian maka perpustakaan pengguna sistem operasi windows 16
maupun linux tidak perlu khawatir tidak dapat menggunakan Senayan karena tidak mampu berjalan disalah satu sistem operasi. 7. Memiliki dokumentasi yang lengkap Dokumentasi (modul dan manual) memiliki peranan penting dalam pengembangan sebuah perangkat lunak, termasuk FOSS. Eksistensi dokumentasi akan memudahkan pengguna atau calon pengguna dalam memperlajari sebuah perangkat lunak. Dengan dokumentasi yang lengkap pengguna atau calon pengguna Senayan dapat dengan mudah mempelajari Senayan. 8. Memiliki prospek pengembangan yang jelas. Perkembangan Senayan terjadi sangat cepat dalam kurun waktu 2 tahun perangkat lunak it uterus memperbaiki diri. Perbaikan ini terlihat dari banyaknya versi yang telah dirilis ke publik. Kondisi ini mencerminkan bahwa perangkat lunak ini memiliki prospek pengembangan. Apabila perangkat lunak ini terus diperbaharui maka pengguna Senayan yang akan memperoleh manfaatnya dari perbaikan terhadap kelemahan serta fasilitas tambahan yang disediakan dalam versi Senayan terbaru. 9. Memiliki forum komunikasi antara pengguna dan pengembang Senayan menggunakan
[email protected]. This e-mail address is being protected from spam bots, you need JavaScript enabled to view it sebagai forum komunikasi antar sesama pengguna Senayan atau pengembang Senayan. Keberadaan forum pengguna ini memungkinkan pengguna saling bertukar pengalaman terkait dengan pemanfaatan Senayan atau berkomunikasi dengan pengembangan jika mengalami kesulitan dalam pemanfaatan Senayan. Dengan demikian calon pengguna tidak perlu bingung kemana mereka berkonsultasi jika mengalami masalah dalam pemanfaatan Senayan, pengguna dapat berkonsultasi melalui milist ini.
Sedangkan nilai minus atau kekurangan dari Senayan sebagai perangkat lunak otomasi perpustakaan berbasis free open source software adalah : 1. Kompatibilitas web browser Untuk mengakses Senayan diperlukan web browser. Sayangnya tidak semua web browser mampu menjalankan aplikasi ini dengan sempurna. perangkat lunak ini merekomendasikan mozilla firefox sebagai web browser. Sehingga jika penggunaan web browser selain mozilla firefox mampu tampilan Senayan tidak akan muncul secara sempurna. Misalnya ada beberapa menu yang akan tertutupi oleh banner jika pengguna menggunakan internet eksplorer sebagai web browser. Namun jika hanya 17
digunakan untuk mengakses OPAC (online public access catalog) semua web browser dapat digunakan. 2. Otoritas akses file Senayan menyediakan fasilitas upload (unggah) file. Dengan fasilitas ini pengelola perpustakaan dapat menyajikan koleksi digital yang dimiliki perpustakaan, seperti ebook, e-journal, skripsi digital, tesis digital dan koleksi digital lainnya. Namun fasilitas upload file ini tidak dilengkapi dengan pembagian otoritas akses file. Akibatnya setiap koleksi digital yang telah di upload ke dalam Senayan berarti dapat diakses oleh semua orang. Kondisi ini tentu sedikit mengkhawatirkan jika koleksi digital yang diupload adalah skripsi, tesis atau laporan penelitian digital. Skripsi digital, tesis atau laporan penelitian digital dibatasi aksesnya karena koleksi digital jenis rentan dengan masalah plagiasi. I. Pengembangan Aplikasi Kedepannya Pertama, pada dasarnya Aplikasi senayan ini menurut kami sudah bagus dan layak untuk dijadikan sebuah alat bantu untuk mempermudah sistem kerja dalam pengelolaan atau pelayanan Perpustakaan, namun masih banyak lembaga perpustakaan terutama perpustakaan-perpustakaan sekolah yang belum memanfaatkan aplikasi Senayan ini. Untuk itu perlu adanya perluasan pengenalan OPAC ini ke berbagai perpustakaan sekolah. Kedua, diharapkan adanya peningkatan layanan interface antara admin dan pengguna untuk memaksimalkan pelayanan dan analisis kebutuhan pengguna. Perlu dikembangkan adanya sebuah menu layanan kuhusus yang digunakan untuk berkomunikasi antara user dan admin. Bahkan kedepannya nanti bisa ditingkatkan komunikasi antara pengguna-admin dalam bentuk video call. Ketiga, melengkapi pembagian otoritas akses file. Tentunya hal ini sangat diperlukan untuk melindungi karya seseorang dari virus plagiarisme. Keempat, Adanya kompatibilitas yang lebih komplit terkait compliant dengan struktur data MARC/MODS. Memang senayan sudah kompatibel tapi belum semua field marc terakomodasi. Dukungan terhadap standar MARC (Machine Readable Catalog), model framework pengembangan aplikasi yang lebih modular, dukungan Thesaurus dan taxonomy yang lebih baik, search dan retrieval data koleksi yang lebih baik dan cepat, fitur Selective Dissemination of Information (SDI).
18
BAB III KESIMPULAN
SENAYAN/SLiMS merupakan Open Source Software (OSS) berbasis web untuk memenuhi kebutuhan automasi perpustakaan (library automation) skala kecil hingga skala besar. Fitur yang cukup lengkap dan masih terus aktif dikembangkan, SENAYAN/SLiMS sangat cocok digunakan bagi perpustakaan yang memiliki koleksi, anggota dan staf banyak di lingkungan jaringan, baik itu jaringan lokal (intranet) maupun Internet. Keunggulan SENAYAN/SLiMS adalah multi-platform, yang artinya bisa berjalan secara native hampir di semua Sistem Operasi yang bisa menjalankan bahasa pemrograman PHP (http://www.php.net) dan RDBMS MySQL (http://www.mysql.com). SENAYAN/SliMS sendiri dikembangkan di atas platform GNU/Linux dan berjalan dengan baik di atas platform lainnya seperti Unix *BSD danWindows. Senayan merupakan aplikasi berbasis web dengan pertimbangan cross-platform. Sepenuhnya dikembangkan menggunakan Software Open Source yaitu: PHP Web Scripting Language, (www.php.net) dan MySQL Database Server (www.mysql.com).
19
DAFTAR PUSTAKA
Anonim .2012.Senayan (perangkat lunak).Diakses pada tanggal 10 Mei 2013 melalui http://id.wikipedia.org/wiki/Senayan_%28perangkat_lunak%29 Anonim.2012.keuntungan dan kekurangan slims.Diakses pada tanggal 11 Mei 2013 melalui http://slimspekanbaru.blogspot.com/2012/03/keuntungan-dan-kekurangan-slims.html Anonim.Tt.Slims-5 codename meranti.Diakses pada tanggal 9 Mei 2013 melalui http://slims.web.id/web/?q=node/68 Anonim.2012.Sejarah slims meranti.Diakses pada tanggal 10 Mei 2013 melalui http://slimspekanbaru.blogspot.com/2012/04/sejarah-slims-meranti.html
20