“Semoga suatu saat, kau akan menjadi《Absolute Duo》.”
1
ABSOLUTE DUO
《Absolute Duo》— Aku tak punya kesempatan untuk menanyakan apa arti dari kata tersebut. “—Kh!!” Di dadaku timbul tanda yang disebut《Aster》, yang memancarkan panas yang kuat. Panas itu dalam sekejap menjalar ke seluruh tubuhku, dan napasku menjadi sesak. Tubuhku terpelintir karena sensasi api neraka yang sedang berkobar dalam tubuhku. Namun demikian, ini adalah sebuah ritual. Ini terjadi demi bersublimasi, dan menerima 《Lucifer》—sebuah kekuatan yang melebihi manusia—ke dalam tubuhku. “Ukh...... uaa...... Aaaargh!” Darah, daging, serta tulangku mengalami kesakitan luar biasa bagai terbakar sehingga aku menjerit. Kemudian, tubuhku diselimuti oleh《Nyala Api》. Api neraka yang meluap dari 《Aster》 di tubuhku, mengamuk seolah membakar habis diriku. Tapi, aku tak boleh menyerah. Karena keinginanku takkan terkabul jika aku tak bisa mengontrol《Nyala Api》ini. (Masih ada...... hal yang harus kulakukan!!) Benar. Aku tak boleh berhenti hingga menyelesaikan hal itu. Karena itulah, aku harus mengontrol 《Nyala Api》 yang mengamuk ini. Tidak, aku pasti bisa mengontrolnya. Karena《Nyala Api》ini adalah—《Jiwa》-ku sendiri. 2
“Ooooorgh!!” Aku menjerit sekuat tenaga, mengepalkan tinjuku ke atas—menangkap《Nyala Api》itu. 《Blaze》 “ !!” Seolah menanggapi《Kata Berkekuatan》itu,《Nyala Api》 yang tadinya menyelimuti dan mengamuk seolah membakarku itu lalu melilit lenganku bagai ular, dan memancarkan kilatan. “Kh......!” Karena kilatan yang amat terang, aku sampai tak bisa membuka mataku— Sesaat kemudian, ketika cahaya itu menghilang, aku memalingkan pandangan ke lenganku dan terperangah. 《Nyala Api》 kini telah berubah menjadi 《Shield》— sebuah perisai. “Ini......《Blaze》milikku.......” “Kau《Irregular》,rupanya.” Orang yang sedari tadi diam dan hanya memerhatikan itu akhirnya berbicara. Jahat dan pembawa petaka. Gothic dress yang dikenakan gadis itu seolah mengesankan kedua hal itu. 《Irregular》—alasan dia mengucapkan kata itu hanya satu. Karena pada dasarnya,《Blaze》adalah senjata yang termaterialisasi dari《Jiwa》. Namun, benda yang termaterialisasikan di tanganku, tak salah lagi, adalah sebuah pelindung. 3
ABSOLUTE DUO
Bongkahan besi yang berat itu tebal dan kokoh, membuat orang berpikir bahwa benda itu takkan bisa dihancurkan maupun ditembus. (Ironis.......) Aku yang tak berhasil melindungi, mendapatkan 《Shield》yang merupakan simbol untuk melindungi. Aku sedikit teringat akan hal yang telah berlalu, masa lalu yang takkan pernah bisa kembali.... Namun pemikiran itu disela oleh sang gadis berpakaian hitam. “Nah, pergilah. Bagaimana《Perisai》itu akan membimbingmu...... aku akan menantikannya.” Gadis berpakaian hitam menghilang dalam kegelapan sambil meninggalkan suara tawanya yang tertahan. Kemudian yang tertinggal hanyalah keheningan. Ini adalah awal dari kisah mengenai diriku—kisah Kokonoe Tooru.
4
5
ABSOLUTE DUO
Chapter 1
Hadapi《Perisai》Ini
Begitu gadis perak memperlihatkan sosoknya, semua suara seolah menghilang dari auditorium bagaikan ombak yang surut. Saat memandangnya, aku pun ikut menahan nafas dan kehilangan kata-kata. Karena gadis yang penampilannya membuat orang berkata “sekali melihatnya, tak akan pernah hilang dari ingatan” itu sedang berdiri di depan pintu masuk aula upacara penyambutan murid baru Akademi Kouryou. Rambut perak yang mencapai pinggul, kulit yang seolah transparan seperti Putri Salju, serta mata semerah rubi yang mencolok; sekali lihat orang langsung tahu bahwa dia gadis dari negara lain. (Dia seperti Bisque Doll.......) Alasan aku memiliki kesan seperti itu bukan hanya karena penampilannya yang bagai ilusi itu. Tapi karena aku sama sekali tak bisa melihat ekspresi dari wajah yang masih sedikit kekanak-kanakan itu, bahkan ketika pandangan banyak orang tertuju padanya. Tak lama, saat aku sedang memerhatikan gadis perak itu dengan saksama— *Krincing*, suara bel kecil terdengar bersamaan saat dia mulai berjalan. 6
*Tap tap tap*....... Suara sepatu kulitnya terdengar di tengah keheningan. Saat pandangan orang disekitarnya masih terpusat pada dirinya, dia tetap berjalan tanpa memedulikan itu semua. Sosoknya itu bagai sebuah cuplikan film. Gadis itu lalu berjalan melewati depanku, dan ketika dia duduk di bangku sekitar tiga baris di depanku, barulah keheningan di dalam auditorium yang bagai tersihir itu lenyap, suara-suara bercampur helaan nafas pun kembali. “Haaa...... yang namanya gadis cantik itu yang seperti itu, ya.......” Sambil menghela nafas, gadis dengan rambut berkucir kuda di kursi sampingku bergumam demikian. “............. Hei, bisa tidak, setidaknya kau memberi respon?” Ujung jemarinya menepuk-nepuk pundakku. Aku pun menghadapkan pandanganku kepadanya. “Jangan-jangan, kau bicara padaku?” “Memangnya ada yang lain?” Saat melihat sekitar, kursi di samping depan dan kursi di belakangku kosong. Siswa yang duduk di depanku sedang terkantuk-kantuk, sementara siswi di kursi samping belakang sedang membaca buku panduan upacara penyambutan. “....... Maaf, salahku.” Begitu aku minta maaf, gadis itu tersenyum. “Fufu. Di luar dugaan, ternyata kau lawan yang lumayan bisa diajak ngobrol.” “Hah?” “Soalnya kau dari tadi cemberut terus. Sebagai orang 7
ABSOLUTE DUO
yang duduk di sampingmu, aku ingin melakukan sesuatu terhadap atmosfer yang suram ini.” “Aah...... lagi-lagi aku minta maaf. Tadi aku sedang memikirkan sesuatu.” “Jadi maksudmu, hal yang kau pikirkan itu bahkan tidak bisa mengalahkan gadis dari luar negeri yang cantik?” “Haha. Sepertinya memang begitu.” Celetukan yang disertai dengan senyuman nakal itu berakhir dengan senyuman pahit. “Ahaha. Meski aku juga perempuan, aku mengerti perasaanmu. Dia secantik itu, sih. Wajar saja bila mata jadi tertarik padanya. Tapi...... kenapa dia sengaja masuk ke sekolah seperti ini?” Sekolah seperti ini—ada alasan kenapa gadis berkucir kuda ini berkata seperti itu. Akademi Kouryou yang kumasuki mulai hari ini berbeda dengan SMA biasa, memiliki bagian yang disebut sebagai sekolah pelatihan keahlian khusus. Keahlian khusus yang diajarkan di sekolah ini adalah... keahlian untuk bertarung. Mengajarkan keahlian yang tak dibutuhkan dalam keseharian di Jepang yang damai ini; sekolah yang benarbenar unik. “Barangkali ada alasan tertentu.” Sampai datang menyeberangi samudera untuk belajar teknik bertarung, gadis perak itu pasti punya alasan yang pantas. “...... atau bisa saja dia memang tinggal di Jepang.” “Ahaha. Iya, ya. Meski begitu, dia benar-benar manis dan cantik. Aah, aku iri.” 8
9
ABSOLUTE DUO
“Aku sependapat, tapi menurutku kau sendiri cukup cantik, kok.” “Oh, ya? Fufu, makas—tunggu, eeh!? Ke-Kenapa kau tiba-tiba mengucapkan hal memalukan seperti itu!?” “Aku hanya mengutarakan hal yang kupikirkan.......” Sosok gadis yang duduk di sampingku itu, dengan rambut berwarna agak terang yang diikat menjadi satu, mengesankan bahwa dia orang yang lincah. Rupanya campuran antara imut dan cantik, mengisi kesan bahwa dia sedang dalam perubahan dari remaja ke dewasa. Dari tindakannya yang mengajak bicara duluan, dapat diketahui kalau dia orang yang supel. Ditambah lagi, meski sejak awal dia bisa dengan mudahnya mengatakan hal yang sulit diutarakan, caranya bicara tidak membuat suasana menjadi tidak enak. Barangkali di masa SMP, dia adalah idola di kelasnya. “Bi-Biasanya orang takkan mengatakan hal seperti itu!!” “Oh, ya?” “’Oh, ya’ bagaimana maksudmu. Yang seperti itu kan, sudah jelas—” “...... maaf, tapi bisa tidak kalian tenang sedikit?” Suara dingin dari kursi belakang meluncur—itu gadis yang tadi sedang membaca buku panduan. “Ah...... ma-maaf!” “Maaf sudah ribut.” “Tak masalah....... Kalau kalian mau tenang, aku tak bermaksud berkata lebih dari ini.” Setelah aku dan gadis berkucir kuda sekali lagi meminta maaf, kami kembali berbalik menghadap ke 10
depan. “Ehem. Po-Pokoknya...... tolong jangan tiba-tiba mengatakan hal seperti tadi. Tergantung orangnya, bisa saja terjadi salah paham.......” “Ah, ya, maafkan aku.......” Sambil terus mengangguk— (Memangnya salah paham tentang apa......?) Di dalam kepalaku, timbul tanda tanya dalam jumlah besar. Sementara itu, si gadis berkucir kuda meletakkan tangannya ke dada seolah ingin menenangkan perasaannya, kemudian setelah dia mengambil napas dalam dengan ringan, dia kembali mengajak bicara. “Err, entah kenapa suasananya jadi aneh, tapi untuk sekarang, kita kenalan dulu. Aku Nagakura Imari. Salam kenal.” “Aku Kokonoe Tooru. Salam kenal, Nagakura.” “Panggil Imari saja, Tooru.” Imari mengedipkan mata lalu tersenyum. Setelah kami bertukar nama seperti ini, lagi-lagi Imari mengangkat bicara mengenai hal yang paling menjadi topik utama di dalam auditorium saat ini. “Hei, Tooru, bagaimana rasanya bersublimasi dengan 《Lucifer》?” “Kukira aku akan mati terbakar.” “Pfft, ahahaha.” Imari tertawa dengan suara keras mendengar jawabanku. “...... ehem.” Namun karena deham gadis di belakang, dia buru11
ABSOLUTE DUO
buru menutup mulutnya dan menurunkan volume suara. “Aku juga sama. Kukira aku akan mati terbakar.” Imari mengangguk sambil terkikik-kikik. “Meski ada penjelasan sebelum diberikan, tetap saja mengagetkan. Tapi dengan ini, kita... tidak, semua yang ada di auditorium ini, sudah bukan manusia biasa lagi.” “Iya, ya. Tapi, aku belum merasakannya.” “Kalau kau sudah berubah jadi《Exceed》?” “Ya....” 《Exceed》— Itu adalah julukan untuk orang-orang yang telah diberi nanomachine penguat kemampuan biologis bernama 《Lucifer》, yang dikembangkan oleh organisasi bernama Institut Dawn beberapa tahun lalu. Jika diberikan pada mereka yang memiliki《Apt》— kecakapan—yang katanya hanya ada satu di antara seribu orang, mereka akan mendapatkan kekuatan raga yang jauh melebihi batas manusia, begitu pula dengan mental mereka, sehingga mereka mendapat kekuatan untuk dapat mematerialisasikan senjata yang disebut 《Blaze》 dari 《Jiwa》mereka. Namun demikian, hal-hal ini baru pertama kali diungkapkan hari ini—sesaat sebelum pemberian《Lucifer》. Karena itu, seperti jawabanku pada Imari, meski sudah melihat 《Blaze》 dengan mataku sendiri, aku belum merasakan merasa bahwa aku sudah bersublimasi menjadi 《Exceed》. (Pastinya aku akan tahu setelah menggerakkan 12
badanku, sih......) Kalau saja bisa dilakukan setelah sublimasi, pertanyaannya akan cepat terjawab. Namun aku datang ke auditorium dengan perasaan yang masih terguncang karena 《Jiwa》-ku termaterialisasi menjadi 《Shield》, dan rasa lesu yang diakibatkan oleh panas setelah sublimasi. ....... meski demikian, saat ini aku sama sekali tidak berniat untuk menggerakkan badan di tempat ini. Ketika aku sedang menceritakan hal itu pada Imari, terdengar bunyi tombol speaker yang menyala. “Ah, sepertinya upacara penyambutannya akan dimulai.” Langsung setelah itu, terdengar suara, “Tes, tes,” yang bergema di auditorium untuk mengecek mikrofon. “Semuanya, harap tenang. Sebentar lagi upacara penyambutan murid baru akan dimulai. Nama saya Mikuni, yang akan membawakan acara.” Saat orang yang tampak seperti guru laki-laki berusia di penghujung dua puluhan yang berdiri di samping tangga menuju podium sekali lagi mengatakan, “Harap tenang,” barulah keriuhan dalam auditorium mereda. “Saat ini, upacara penyambutan murid baru Akademi Kouryou akan dimulai. Pertama-tama, pidato dari direktur akademi kepada para murid baru.” Dengan ini upacara pun dimulai. Detik berikutnya, aku terkejut. Itu karena aku melihat seseorang yang mengenakan gothic dress sedang menuju ke podium. (Anak itu! Dia yang tadi.......) Orang yang berdiri di podium itu, tidak salah lagi 13
ABSOLUTE DUO
adalah gadis berpakaian hitam yang memberikan《Lucifer》 kepadaku. “Selamat datang di Akademi Kouryou. Saya Tsukumo Sakuya, direktur akademi ini.” Direktur. Berbeda dengan citra yang biasa datang dari posisi tersebut, seorang gadis yang amat muda, yang entah sudah menginjak usia sepuluh atau belum itu, mulai memberikan pidato dengan penuh percaya diri. Sosoknya dengan rambut hitam dikucir dua dan mengenakan gothic dress memberikan kesan jahat yang sama dengan saat aku melihatnya pertama kali. (Padahal aku sudah kaget waktu pemberian《Lucifer》 itu.......) Waktu itu juga, saat aku sedang keheranan kenapa ada anak kecil perempuan di tempat seperti ini... dia memberikanku 《Lucifer》, dan menghilang begitu saja ketika aku masih kaget akan《Blaze》milikku. (Tak kusangka dia direktur akademi ini... tapi, kenapa orang dengan posisi seperti itu repot-repot untuk memberikan《Lucifer》padaku......?) Aku yakin itu bukan karena dia sedang membantuku. Jika demikian, pasti ada suatu alasan, walaupun aku tak memiliki ide mengenai apa alasan itu. Dari kaget, aku menjadi agak tercengang sehingga tidak menyimak pidato direktur. “Sepertinya kau kaget.” “I-Iya. Wajar kalau aku kaget, ‘kan? Padahal dia hanya anak kecil.......” “Ada foto dan profilnya di pamflet. Kau tidak baca?” “Aku sudah mengecek kalau sekolah ini sangat murah 14
hati; biaya sekolah gratis, sistem asrama, jatah makanan tiga kali sehari, ditambah lagi biaya hidup murid juga ditanggung.” “Hal selain itu?” Aku diam dan membuang muka. “Tatap aku dengan benar, dong.......” “...... perkataan gadis itu benar. Dasar, kenapa kau selalu seperti itu?” Yang menimpali percakapan kami sambil menghela nafasnya itu adalah cowok yang tadi terkantuk-kantuk di kursi depanku. “—! To-Tora!? Kenapa kau di sini!?” “Kau yang di sana. Tolong jangan ribut.” Gara-gara melihat wajah yang kukenal, tanpa sengaja aku meninggikan suara sehingga ditegur oleh pembawa acara. Meski aku sudah buru-buru menutup mulut, aku mendengar suara cekikikan di sekitarku. (Uuh, aku jadi menarik perhatian dalam konteks yang buruk....) Ketika meletakkan tangan ke wajahku yang memerah dan menunduk, Imari mengajakku bicara. “Jangan-jangan dia temanmu?” “Iya.” Cowok yang tadi mengajakku bicara adalah temanku, Tora. Sekolah kami berbeda, tapi kami bertemu dan berkenalan karena mempelajari ilmu bela diri di dojo yang sama. Usia kami sebaya dan sejak sekolah dasar kami sering bertanding. Perawakannya kecil dan berkacamata 15
ABSOLUTE DUO
sehingga sekilas dia terlihat seperti orang yang kalem. Namun sebenarnya, sifatnya sok dan bermulut kasar. Akan tetapi dia punya sisi lain di mana dia baik dengan sesama, dan mudah disukai orang. (Tak kusangka kami akan bertemu kembali di tempat seperti ini.......) Di paruh akhir masa SMP kami tak dapat bertemu karena suatu kondisi dan aku tak sempat untuk tahu ke mana Tora akan melanjutkan sekolah. Karena itu, bisa bertemu kembali di sini benar-benar di luar dugaanku. “Siapa yang teman? Kita hanya saling tahu muka dan nama. Hubungan kita juga begitu-begitu saja.” “...... bukannya yang seperti itu disebut teman?” “Be-Berisik. Lagi pula, kau itu dari dulu selalu dan selalu saja—” Saat itu, terdengar bunyi deham membersihkan tenggorakan dari arah belakang. Ternyata gadis yang tadi. “Kh! Po-Pokoknya, sekadar pamflet saja harusnya kau bisa baca, dasar bodoh!” Sambil berteriak kecil, Tora berpaling ke depan. (Nada bicara yang sok itu masih tetap sama, ya.) Bersamaan dengan rasa kangen dengan nada bicaranya itu, aku jadi merasa sedikit lega karena ada orang yang kukenal. “...... ah, maaf. Tolong beri tahu lanjutan ceritamu tadi, Imari.” “Ya. Eer...... direktur Tsukumo sebenarnya adalah anggota Institut Dawn, yang mendirikan Akademi Kouryou. Dia terlibat dalam penelitian di sana sebagai ahli rekayasa genetika.” 16
“Hebat. Ilmuwan di usia semuda itu. Rekayasa genetika... ah, jangan-jangan ada hubungannya dengan 《Lucifer》juga ya?” “Entah. Aku tak tahu sampai sebanyak itu.......” “...... hm, barangkali memang begitu. Soalnya penguatan menggunakan《Lucifer》berhubungan dengan manipulasi genetik.” Tora yang sebelumnya menghadap ke depan menjawab menggantikan Imari yang sedang menelengkan kepalanya. “Artinya, Akademi Kouryou merupakan fasilitas penelitian yang dibangun demi dia, dan kita yang dikumpulkan di sini merupakan kelinci percobaannya.” “Uuh... caramu memaparkannya sungguh tidak enak.......” Akhirnya, dengan satu kalimat dari Tora yang kembali dalam percakapan, wajah Imari jadi merengut. (—Kelinci percobaan, ya.......) Seandainya dugaan Tora benar, sekolah pelatihan teknik bertarung yang bagai sebuah taman miniatur ini bukan hanya memiliki keberadaan《Exceed》dan《Blaze》, namun tujuan pendiriannya itu sendiri sepertinya juga tidak biasa. (Yah, selama aku bisa mencapai tujuanku, aku tak peduli seperti apa pun tempatnya.) Ketika berpikir seperti itu, secara alami aku mengepalkan tinju kuat-kuat. Sementara itu, sepertinya pidato dari direktur sekolah hampir mencapai akhir. Dengan sikap percaya diri yang tak bisa dibayangkan 17
ABSOLUTE DUO
bila melihat usianya, direktur menutup pidatonya dengan nada suara yang membuatku merinding. “Kalian akan mendapatkan beraneka keterampilan dan pengetahuan di Akademi Kouryou ini. Namun mohon untuk selalu diingat, itu semua adalah demi mengincar sesuatu yang lebih tinggi lagi. Itulah prinsip dari akademi ini, yang harus kalian taati....... Baiklah, izinkan saya untuk menyampaikan kalimat terakhir untuk mengakhiri pidato ini.” Direktur menghentikan kata-katanya sesaat dan mengedarkan pandangan ke seluruh murid. Kemudian sekali lagi, dia mengucapkan kalimat itu. “Semoga suatu saat, kalian akan menjadi《Absolute Duo》.” “Ng......?” “Ada apa, Tooru?” “Nggak, itu, direktur.......” Padahal jika pidato sudah selesai, harusnya dia turun dari podium, tapi direktur tetap di tempatnya. Seakan menjawab kebingunganku, direktur kembali berbicara. “Saat ini, kami akan memulai acara tradisi akademi ini pada murid baru sekalian:《Upacara Kualifikasi》.” “Acara tradisi?” “Di tabel acara tidak tertulis apa pun mengenai itu.......” Menurut tabel acara yang tertempel di dinding, setelah pidato direktur, seharusnya sekarang saatnya kata sambutan dari perwakilan murid....... “Kalau begitu, sebelum kita mulai 《Upacara 18
Kualifikasi》,kalian akan diminta untuk melakukan sesuatu. Silakan pastikan orang yang duduk di sebelah kalian. Orang itu adalah pasangan kalian dalam upacara kali ini.” Aku menatap Imari, Imari balik menatapku. “Pasangan? Memangnya apa yang akan kita lakukan?” Wajar aku hanya bisa menelengkan kepala, namun kami langsung tahu jawabannya begitu direktur melanjutkan kata-katanya. “Sekarang, kalian akan berduel dengan pasangan masing-masing.” “Ap......!?” Begitu isi acaranya diberitahukan, aku—tidak, bukan hanya aku saja—melainkan dari berbagai tempat, terdengar suara-suara terkejut. 《Upacara “ Kualifikasi》, acara tradisi yang akan dilaksanakan ini akan menjadi ujian masuk Akademi Kouryou. Pemenang akan diterima masuk di akademi ini, sementara pihak yang kalah, setelah《Lucifer》kalian diambil, harus meninggalkan akademi ini secepatnya.” Sangat bertolak belakang dengan keterkejutan kami, direktur menuturkan hal luar biasa dengan wajah tenang. Menanggapi ucapannya itu, auditorium menjadi sunyi senyap— Beberapa saat kemudian, para murid membuat keriuhan begitu memahami maksud kata-kata itu. (Ujian masuk di upacara penyambutan......!?) Sama sepertiku, Imari tak bisa menutupi kekagetannya dan matanya membelalak. Sambil tetap menatap direktur, dia bergumam. “Dia...... bercanda, ‘kan? Walaupun ini sekolah pelatih19
ABSOLUTE DUO
an teknik bertarung, masak di hari pertama masuk sekolah sudah... la-lagi pula, apa maksudnya ujian masuk!? Bukannya selama seseorang punya 《Apt》, mereka bisa masuk sekolah ini!?” “Aku juga penasaran soal itu, jadi aku ingin penjelasan. Selain itu, kalau memang ada tradisi seperti ini, tidak aneh bila ada informasi yang bocor dari peserta yang gagal ujian masuk, ‘kan?” Dengan sikap yang amat tidak sopan, tanpa mengindahkan posisi sebagai murid dan direktur sekolah, Tora bertanya ke arah podium. Namun yang menjawab pertanyaan itu bukanlah direktur, tetapi sang pembawa acara, Mikuni. “Saya tak ingat pernah diinformasikan bahwa tidak ada ujian masuk. Akan tetapi kalian diinformasikan bahwa orang yang memiliki《Apt》mempunyai kualifikasi untuk masuk ke akademi ini. Kemudian, soal kalian tidak mendapat informasi bahwa ada ujian masuk adalah perkara mudah. Itu dikarenakan akademi ini meregulasi segala informasi internal dalam berbagai bentuk.” Melihat senyum samar yang terkembang di wajah Mikuni, aku paham bahwa yang dikatakannya adalah kebenaran. Auditorium ricuh karena kegemparan dan kebingungan. “Jika kalian sudah paham, saya akan jelaskan peraturan ujian masuknya.” Gadis berpakaian hitam di atas podium itu mulai menjelaskan peraturan tanpa basa-basi dengan nada tenang, seolah dia tak merasa terganggu. 20
“Dalam duel ini, pada dasarnya kalian bebas untuk berbuat apa pun—artinya, tidak ada pembatasan dalam penggunaan senjata. Tentu saja, penggunaan 《Blaze》 diperbolehkan. Akhir pertandingan ditentukan oleh siapa yang mengaku kalah, atau bila salah satu tidak bisa melanjutkan pertandingan. Apabila dalam waktu sepuluh menit belum ada pemenangnya, keduanya akan dinyatakan tidak lulus—” “Tu-Tunggu sebentar!” “Kenapa?” Meskipun kata-katanya dipotong, direktur merespon pada suara siswi itu tanpa merubah ekspresinya. “Tidak bisa masuk sekolah kalau kalah... bagaimana pun juga itu keterlaluan!!” “I-iya, keterlaluan!!” Dengan pernyataan siswi itu sebagi pemicunya, terdengar suara-suara lain yang berlomba-lomba untuk melontarkan protes dari berbagai tempat. “Bagaimana dengan masa depan mereka yang kalah!?” “Jangan main-main!!” “Memangnya kau mau tanggung jawab!?” Akan tetapi....... “...... Ini seperti ujian masuk yang ada di tempat lain. Mengalahkan orang lain supaya dapat bertahan; ini hanya kompetisi hidup dan mati yang didasari oleh peraturan sederhana tersebut, hanya sebuah pertarungan ujian masuk yang biasa. Hanya saja waktu dan cara ujiannya berbeda.” Sama sekali tak menunjukkan rasa terganggu terhadap suara-suara protes, direktur melontarkan tatapan dan kata21
ABSOLUTE DUO
kata dingin, sehingga atmosfer itu membungkam suara para murid baru. (Kompetisi hidup dan mati, ya.......) Merebut masa depan lawan yang menghalangi demi bertahan hidup. Meskipun tidak sampai mempertaruhkan nyawa, jika kalah, jalan kami akan tertutup. Karena itu perkataan direktur tidak salah. Walau tidak salah, bukan berarti semua murid bisa menerimanya. “Ta-Tapi, kenapa harus duel? Apa tak bisa dengan ujian biasa?” Tanya Imari—salah satu dari mereka yang tidak bisa terima. Kata-katanya itu mewakili sebagian besar murid baru, dan aku juga sependapat. “Suatu saat, pasti, akan tiba saatnya kalian akan bertarung. Setelah kalian bekerja menjadi Pasukan Penjaga Ketertiban Institut Dawn sebagai 《Exceed》, ada saat ketika kalian akan berhadapan dengan pertarungan yang mempertaruhkan nyawa. Itu pasti. Akan tetapi saat seperti itu tidak akan menunggu hanya karena harus memahami situasi kalian. Aku sudah menjelaskan sampai seperti ini, tentunya kalian sudah paham, bukan?” “Artinya... 《Upacara Kualifikasi》 adalah kesempatan pertama yang diberikan pihak sekolah kepada kami untuk memantapkan hati?” “Betul.” Direktur tertawa kecil mendengar perkataanku. “Apabila ada yang tidak berkenan dengan cara-cara 22
yang dilaksanakan di akademi ini, saya tak keberatan jika kalian keluar auditorium. Namun tentu saja, jika demikian, kalian akan dianggap menyerah untuk masuk Akademi Kouryou.” Udara dalam auditorium membeku. Keheningan menguasai ruangan. Itu wajar. Tiba-tiba diberi tahu hal mencengangkan bahwa ada ujian masuk, ditambah lagi diperintahkan untuk bertarung, tidak mungkin kami langsung mengangguk dan mengiyakan. Apalagi, kalau tidak ada pembatasan penggunaan senjata, bukan hanya ketakukan bahwa diri sendiri bisa terluka, tetapi juga melahirkan ketakutan akan melukai lawan. Salah-salah, bisa saja tidak akan sekadar melukai. Karena itu kami tidak bisa memantapkan hati ini dengan mudah. Tetapi—apabila dilakukan walau memahami masalah psikologis tersebut, maka itulah yang diistilahkan sebagai bisikan iblis. “Kalau begitu, satu hal sebelum kita mulai. Supaya kalian bisa bertarung tanpa menahan diri, saya akan memberikan penjelasan tambahan mengenai 《Blaze》.《Blaze》 adalah senjata yang dibuat dengan mematerialisasikan 《Jiwa》 dengan kekuatan mental yang telah diperkuat. Oleh karena itu《Blaze》hanya bisa melukai《Jiwa》itu sendiri. Dengan kata lain, senjata itu hanya melukai mental lawan yang diserangnya, serta tidak melukai raga dan merebut nyawa; itu senjata khusus untuk keperluan menekan lawan.” Entah seberapa besar hal ini bisa melegakan para murid baru di tempat ini, serta mengurangi keraguan 23
ABSOLUTE DUO
mereka. Aku lalu paham begitu melihat keriuhan yang menyebar luas. Kemudian, satu demi satu murid mulai membulatkan tekad. (Jadi merepotkan begini.......) Pikiranku bukan bimbang karena bisa menerima isi ujian atau tidak, juga bukan karena kemungkinan terluka dan melukai dalam pertarungan. Tapi karena jika ujian dimulai seperti ini, berarti aku harus menggagalkan Imari. Dia baru kukenal tadi pagi. Hubungan kami baru sekadar berbincang-bincang sebentar. (Tapi aku......) Pemikiran itu dengan alami membuatku mengangkat tangan, dan melemparkan pertanyaan pada direktur. “...... Maaf, boleh saya bertanya satu hal?” “Apa?” “Apakah boleh mengganti pasangan—lawan bertarungnya?” tanyaku dengan sedikit berharap. “...... Dalam ujian, apa kau bisa meminta untuk memberi penilaian terhadapmu dengan mata pelajaran Bahasa Inggris yang kau kuasai jika kau lemah dalam matematika? Apa kau kira harapanmu itu dapat terkabul?” “Itu....” Dibalas dengan kata-kata yang tak kenal belas kasihan, aku tak bisa meneruskan ucapanku. Barangkali dulu ada orang lain yang mengutarakan permintaan yang sama. 24
“Tak apa, Tooru. Perasaanmu saja sudah cukup.” Imari tersenyum sedih. “Kh...!” (Apa tak ada pilihan lain selain menerima ujian yang konyol ini!?) Menggeretakkan gigi, aku tak dapat memikirkan cara lain untuk menghindarinya. Seandainya bisa, aku ingin menolak dan pergi dari sini. Namun, aku tidak bisa. Sebab, aku datang ke Akademi Kouryou karena menginginkan sesuatu di luar akal sehat. Demi mendapatkan 《Kekuatan》 untuk menyelesaikan tujuanku. (Sial!) Meski begitu, aku tetap bimbang. Padahal harusnya tidak perlu dipikirkan lagi. Tetapi, kalau begitu aku harus mengalahkan Imari. “Imari.......” Aku mengucapkan nama Imari. Hanya itu. Kata-kata selanjutnya tidak keluar. Aku tahu aku harus mengucapkan sesuatu. ...... tapi, apa? Aku tak tahu. Tak ada yang terlintas di benakku. Ketika aku sedang bergumul mencari jawaban, sebelum aku menemukan kata-kata— Tanpa berbelas kasihan, direktur menggerakan rodanya. “Bertarunglah, wahai para El Seed, anak-anak yang 25
ABSOLUTE DUO
dipilih oleh langit!! Raihlah masa depan dengan tangan kalian sendiri!!” Suara yang nyaring. Bersamaan dengan itu, suara lonceng bergema, bukan hanya di auditorium, tapi di sepenjuru sekolah. Setelah jeda beberapa saat— “Uwaaaa!” Teriakan seseorang menjadi sinyal yang sesungguhnya. Menyadari keadaan, beberapa orang berlarian ke pintu auditorium sambil menjerit. Ada pula yang menjerit dan panik di tempat. Ada juga orang-orang yang belum bisa menangkap apa yang terjadi, dan tetap berdiri sambil terperangah. Kemudian, orang-orang yang menerima ujian— duel—dan membulatkan tekad untuk bertarung mulai meneriakkan《Kata Berkekuatan》, sehingga di mana-mana terdapat《Nyala Api》pucat yang terpancar. Pedang, tombak, panah—berbagai senjata yang tertangkap mataku, ketika mereka memegangnya, senjata itu dihunuskan ke arah lawan ujian mereka. Auditorium dipenuhi huru-hara suara pertarungan. Di tengah-tengah semua itu, hanya kami berdua yang diam berdiri sambil menatap wajah satu sama lain. Beberapa saat kemudian, Imari yang pertama membuka mulut. “Aku tak suka kalimat ‘apa boleh buat’, tapi... aku punya hal yang mesti kulakukan. Untuk mencapai tujuanku itu, bagaimanapun aku ingin masuk akademi ini, makanya....” Imari menatap mataku dengan tajam, lalu berteriak. 26
