SEMINAR AKUNTANSI
MANAJEMEN LABA
MANAJEMEN LABA PADA TINGKAT PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERMASUK DALAM INDEKS LQ-45 • Isu / Fenomena Masalah • Bagaimana pengaruh asimetri informasi, kinerja masa kini, kinerja masa depan, faktor Leverage, ukuran perusahaan pada manajemen laba dan bagaimana pengaruh ukuran perusahaan,return kumulatif, faktor Current Ratio pada tingkat pengungkapan laporan keuangan serta bagaimana hubungan antara manajemen laba dengan tingkat pengungkapan laporan keuangan itu sendiri setelah keduanya dipengaruhi oleh variabel-variabel.
• Teori Utama (Grand theory) • Scott (1997) membagi cara pemahaman atas manajemen laba menjadi dua. Pertama, melihatnya sebagai perilaku oportunistik manajer untuk memaksimumkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontak utang, dan political costs (Opportunistic Earnings Management). Kedua, dengan memandang manajemen laba dari perspektif efficient contracting (Efficient Earnings Management), dimana manajemen laba memberi manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak.
• Kesimpulan • Dalam melihat hubungan manajemen laba dengan indeks pengungkapan ternyata manajemen laba berpengaruh signifikan positif pada tingkat pengungkapan laporan keuangan sejalan dengan perspektif Efficient Earnings Management. Namun sebaliknya,tingkat pengungkapan berpengaruh signifikan negatif pada manajemen laba sejalan dengan perspektif Opportunistic Earnings Management. Asimetri informasi,kinerja masa kini dan masa depan, faktor leverage, ukuran perusahaan berpengaruh signifikan pada manajemen laba. Ukuran perusahaan dan return kumulatif berpengaruh signifikan pada tingkat pengungkapan namun belum cukup bukti untuk menyatakan faktor current ratio berpengaruh signifikan pada tingkat pengungkapan.
• Saran • Peneliti selanjutnya dapat menambah variabel-variabel lain yang relevan seperti kualitas audit dan persentase kepemilikan publik disamping mempertimbangkan kemungkinan hubungan interaksi antar variabel untuk mendapatkan model estimasi yang lebih baik (salah satunya disarankan mencoba model permukaan respon polinomial berderajat dua). Kemudian, dalam mengukur indeks pengungkapan perlu mempertimbangkan apakah item yang diungkapkan relevan atau tidak dalam mempengaruhi pengambilan keputusan pihak outsider perusahaan.
MANAJEMEN LABA TERHADAP BIAYA MODAL EKUITAS MELALUI PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL AND ENVIRONMENTAL RESPONSIBILITY
Teori Utama (Grand theory) Menurut Setiawati dan Na’im (2000), secara umum ada tiga cara yang telah dihasilkan para peneliti untuk mendeteksi manajemen laba, antara lain melalui model berbasis aggregate accrual. Model berbasis aggregate accrual yaitu model yang digunakan untuk mendeteksi aktivitas rekayasa ini dengan menggunakan discretionary accruals sebagai proksi manajemen laba.
• KESIMPULAN Pemilihan sektor industri yang berkaitan dengan sumber daya alam dan lingkungan lainnya, yaitu sektor pulp and paper, metal and allied products, fabricated, metal and allied products, electronic dan chemical and allied products, (2) mempertimbangkan penggunaan proksi manajemen laba melalui aktivitas riil. Hal itu disebabkan karena pilihan manajer untuk memanipulasi laba dalam perilaku oportunistik tidak terbatas hanya pada cara-cara akrual saja, tetapi juga dapat dilakukan melalui aktivitas riil dan (3) menggunakan sustainability reporting sebagai sumber data dalam penghitungan indeks CSER. Hal itu disebabkan karena mulai tahun 2012, Keputusan Ketua Bapepam dan LK tentang penyampaian Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik mewajibkan perusahaan untuk membuat sustainability report. Oleh karena itu, penelitian selanjutnya diharapkan lebih memperhatikan peraturan tersebut dalam menentukan sumber data dalam penghitungan indeks CSER.
MANAJEMEN LABA DAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PENGAKUISISI SEBELUM DAN SESUDAH MERGER DAN AKUISISI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
• Isu/Fenomena masalah Menurut data statistik Bursa Efek Jakarta-berganti nama menjadi Bursa Efek Indonesiaantaratahun 1995 1997 (sebelum terjadinya krisis moneter pada Juli 1997), jumlah perusahaanyang go public tercatat kurang lebih sebanyak 259 perusahaan. Sebanyak 57 perusahaan yangmelakukan penggabungan usaha. Pada pasca krisis moneter tahun 2000 sampai denganpertengahan tahun 2008, penggabungan usaha dilakukan oleh lebih 40 perusahaan (LaniDharmasetya dan Vonny Sulaimin,2009)
• Teori utama (Grand Theory) Watts dan Zimmerman (1986) Manajemen laba adalah tindakan yang dilakukan oleh pihak manajemen dengan menaikkan atau menurunkan laba yang dilaporkan dari unit yang menjadi tanggung jawabnya yang tidak mempunyai hubungan dengan kenaikan atau penurunan profitabilitas dalam jangka panjang. Erickson dan Wang (1999) dalam Hastutik (2006) menyatakan bahwa kecenderungan adanya praktik manajemen laba menjelang merger dan akuisisi bertujuan untuk meningkatkan harga sahamnya sebelum stock merger agar dapat mengurangi biaya pembelian perusahaan target.
• Kesimpulan 1.
2.
Tidak terdapat praktik manajemen laba yang dilakukan perusahaan pengakuisisi dengan cara menaikkan nilai akrual (income increasingaccruals) sebelum merger dan akuisisi. kinerja keuangan yang diproksikan dengan total assetturnover (TATO), net provit margin (NPM) dan return on asset (ROA) mengalami perubahan yang berbeda-beda baik sebelum maupun sesudah merger dan akuisisi. TATOmengalami kenaikan sesudah merger dan akuisisi dibandingkan sebelum merger danakuisisi, sedangkan NPM dan ROA mengalami penurunan sesudah merger dan akuisisi.
Manajemen Laba Terhadap Kinerja Perusahaan Dengan Kualitas Audit • Isu/Fenomena Masalah - Beberapa studi terdahulu meneliti pengaruh manajemen laba terhadap kinerja perusahaan, namun penelitian tersebut lebih banyak berfokus pada manajemen laba akrual, bukan manajemen riil. - Kualitas audit di duga dapat mempengaruh potensi terjadinya manajemen laba dan selanjutnya dapat juga mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan.
• Teori Utama (Grand Theory) Scott (2006) mendefinisikan manajemen laba sebagai suatu cara penyajian laba yang betujuan untuk memaksimalkan utilitas manajemen laba dan atau meningkatkan nilai pasar melalui pemilihan set kebijakan prosedur aksuntansi oleh manajemen. Gunny (2005) manajemen laba dapat diklarifikasikan dalam tiga ketegori yaitu: fraundalent accounting, accruals management, dan real earnings management. Roychowdhury (2006) yang mengelompokan manajemen laba riil menjadi tiga yaitu: manipulasi penjualan, produksi besar-besaran, dan mengurangi biaya diskresioner.
• Kesimpulan -
-
Aktivitas manajemen laba akrual memiliki pengaruh terhadap kinerja perusahaan, sedangkan manajemen laba riil tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Kualitas audit tidak dapat memoderasi pengaruh manajemen laba baik akrual maupun riil terhadap kinerja perusahaan namun audit yang berkualitas dapay mempengaruhi kinerja perusahaan.