SELF REGULATION AND AGGRESSIVE BEHAVIOR ON MALE ADOLESCENCE Novalinda E. Wibowo, H. Fuad Nashori Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta e-mail:
[email protected]
Abstract: Self regulation and aggressive behavior on male adolescence. The purpose of this research is to find correlation between self regulation and aggressive behavior in male adolescence. This research has been done with total sample of 118 respondents of senior high school students between ages 14 – 17 years old. Measurement of self regulation was modified by Self Regulation Questionnaire and the measurement of aggresive behavior is adapted and modified by Aggresive Questionnaire. This study will use nonparametric correlation of Spearman. The correlation between self regulation and aggressive behavior is shown by the result of r = -0,399 and p = 0.000 (p < 0.05). The conclusion of this study is there is significant correlation between self regulation and aggresive behavior among males adolescence.
Keywords: Self regulation, aggresive behavior, male adolescence.
Abstrak: Regulasi diri dan perilaku agresif pada remaja laki-laki. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara regulasi diri dan perilaku agresif pada remaja laki-laki. Penelitian ini menggunakan total responden sebanyak 118 siswa berusia 14–17 tahun. Pengukuran regulasi diri menggunakan Self Regulation Questionnaire pengukuran perilaku agresif
dan
menggunakan Aggresive Questionnaire. Penelitian ini
menggunakan uji korelasi nonparametrik Spearman. Uji korelasi menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara regulasi diri dan perilaku agresif yang dapat dilihat dari hasil koefisien korelasi r = -0.399 dan koefisien signifikansi p = 0.000 (p < 0,05). Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat korelasi positif yang signifikan antara regulasi diri dan perilaku agresif pada remaja laki-laki.
Kata kunci: Regulasi diri, perilaku agresif, remaja.
PENDAHULUAN Pada tahap remaja, terdapat banyak
sosial yang baik dibandingkan saat di usia
perubahan yang terjadi, baik secara fisik
kanak-kanak dalam hal pemecahan masalah.
maupun emosional, maupun sosial (Alwisol,
Selain
2006). Dari sisi usia, remaja seharusnya
perubahan yang berjalan saat ini, baik itu
memiliki kecerdasan emosi dan kematangan
dalam segi sosial, politik maupun ekonomi, 48
itu,
faktor
perkembangan
dan
Wibowo & Nashori, Regulasi Diri dan Perilaku Agresif pada ...
mempengaruhi perkembangan remaja, Oleh
Contohnya adalah tindakan kekerasan verbal,
sebab itu, dibutuhkan pengendalian diri yang
perilaku tawuran antarsekolah, perilaku
baik hingga cukup matang dalam menyikapi
bullying, bahkan perilaku membunuh.
perubahan yang terjadi, baik di lingkungan
Perilaku agresi, menurut Baron dan
terdekat maupun lingkungan yang berskala
Byrne (2014), Hanurawan (2010), dan
besar (Agustiani, 2006)
Nashori
(2008),
adalah
perilaku
yang
Secara ideal, remaja seharusnya
diniatkan untuk melukai dan mencelakakan
memiliki dan memahami peran dan fungsi
individu lain yang tidak menginginkan
sosial yang harus dijalani (Nashori, 1999).
adanya tindakan tersebut. Perilaku agresif
Dalam menjalankan perannya secara sosial,
yang dilakukan oleh pelajar merupakan suatu
remaja seharusnya sudah mengetahui aturan
masalah klasik yang berulang dan selama ini
dan norma yang berlaku di masyarakat.
tidak pernah ada jalan penyelesaian untuk
Sejalan dengan itu remaja pun seharusnya
menghentikan kasus-kasus kekerasan yang
memiliki kecerdasan sosial yang lebih baik
terjadi di kalangan pelajar. Berita di media
dalam berhubungan dengan teman sebaya
massa
dan lingkungan sosialnya. Dengan begitu,
memberitakan kasus mengenai perilaku
individu yang ingin berkembang akan
agresif yang melibatkan para pelajar.
berusaha
untuk
meregulasi
pun
tidak
pernah
sepi
dalam
dirinya
Pelaku agresif ini biasanya lebih
semaksimal mungkin dalam mencapai tahap
didominasi remaja laki-laki dibandingkan
perkembangan
remaja
yang
diinginkannya.
perempuan.
Hasil
penelitian
Sementara individu yang kurang mampu
eksperimen Bandura, Ross, dan Ross (1961)
dalam meregulasi diri, lebih sulit mencapai
membuktikan bahwa anak anak laki-laki
kesuksesan (Alfiana, 2013).
lebih meniru kekerasan fisik, sedangkan anak
Namun, realita menunjukkan bahwa
perempuan cenderung untuk meniru perilaku
ada kesenjangan antara peran ideal seorang
agresif verbal. Dengan demikian, dapat
remaja dan apa yang selama ini terjadi di
disimpulkan bahwa remaja laki-laki secara
kehidupan nyata. Banyak remaja yang
signifikan lebih banyak berperilaku agresif
melakukan tindakan-tindakan agresif yang
dibandingkan remaja perempuan dalam
merugikan orang lain. Perilaku agresif yang
hampir setiap kondisi. Hal ini dikarenakan
terjadi di kalangan remaja sudah bukan lagi
perilaku agresif dikategorikan sebagai jenis
hal baru di lingkup masyarakat. Saat ini
perilaku yang maskulin dalam masyarakat,
banyak sekali terdengar mengenai kasus
maka
tindakan yang mengindikasikan perilaku
menirukan perilaku agresif dibandingkan
agresif
perempuan.
yang
dilakukan
oleh
remaja.
anak
laki-laki
cenderung
untuk
49
50
Jurnal RAP UNP, Vol. 8, No. 1, Mei 2017, hal. 48-59
Penelitian
(2006)
(2014). Penyebab eksternal dari agresi antara
menemukan bahwa remaja laki-laki di
lain menyangkut frustrasi, provokasi, agresi
Amerika melakukan mayoritas kejahatan
yang dialihkan, kekerasan media, dan
dengan rasio prevalensi dengan remaja
keterangsangan
perempuan sebanyak 3:1 sampai 12:1
Selanjutnya, faktor internal dari agresi
tergantung pada jenis pelanggaran kekerasan
berasal dari diri individu itu sendiri antara
yang dilaporkan. Selain itu, kemunculan
lain seseorang dengan pola perilaku tipe A
kasus kekerasan yang dilakukan oleh remaja
yang cenderung kompetitif biasanya lebih
laki-laki
banyak
sering menampilkan perilaku agresi, atribusi
dibandingkan dengan remaja perempuan di
diri, dan regulasi diri individu. Beberapa
Pengadilan Anak-Anak. Remaja laki-laki
prediktor agresivitas berdasar penelitian
juga lebih mungkin untuk mengekspresikan
empiris meliputi etnisitas (Ekawati
tindakan agresifnya dengan tindakan yang
Nashori, 2006), kelapangdadaan (Nashori &
impulsif.
Diana, 2007), jenis sekolah (Diana, 2007),
empat
Meichenbaum
kali
lebih
Artikel Tempo (2014) memuat fakta
yang
meningkat.
komunikasi
remaja-orangtua
bahwa tindak kekerasan saat ini tidak hanya
Retnowati,
2007),
dilakukan oleh orang dewasa. Remaja dan
(agreeableness), neurotisisme, dan pemaafan
bahkan anak-anak saat ini sudah banyak
(Nashori, Mayasari, Dewisukma, Iskandar,
dilaporkan
tindak
Wicaksono, Prehastamto, & Andriansyah,
kekerasan. Artikel tersebut menunjukkan
2017), dan kepribadian (Bettencourt, Talley,
fakta dan data sekitar 2.879 anak telah
Benjamin dan Valentine (2006).
telah
melakukan
(Diana
&
kebaikan
& hati
melakukan tindakan kekerasan dan harus
Faktor-faktor di atas menunjukkan
berhadapan dengan hukum. Mulai dari
sejumlah faktor yang dapat memengaruhi
rentang usia 6 – 12 tahun sebanyak 268 anak
seseorang untuk berperilaku agresif. Dari
(9%), serta anak berusia 13 – 18 tahun
sekian banyak faktor yang memengaruhi
sebanyak 829 anak (91%). Mayoritas pelaku
agresi, regulasi diri merupakan salah satu
tindak kejahatan didominasi oleh anak laki-
faktor yang berpengaruh terhadap perilaku
laki sebanyak 2.627 anak (91%) dan anak
agresif. Regulasi diri adalah kemampuan
perempuan sebanyak 252 anak (9%).
untuk mengontrol dan mengatur perilaku
Berkaitan dengan terjadinya perilaku
sendiri dalam rangka mencapai tujuan yang
agresi, terdapat faktor internal dan eksternal
dirancang
sejak
awal.
yang menyebabkan seseorang memunculkan
sebagaimana
perilaku agresi. Faktor penyebab perilaku
Zimmerman
agresi dikemukakan oleh Baron dan Byrne
melakukan pengaturan diri ini dengan
diungkap (Susanto,
Hal
di
atas
Schunk
dan
2006).
Individu
Wibowo & Nashori, Regulasi Diri dan Perilaku Agresif pada ...
mengamati, mempertimbangkan, memberi
duduk di kelas 10 dan 11 SMA. Subjek yang
ganjaran atau hukuman terhadap perilakunya
digunakan dalam penelitian ini adalah siswa
sendiri (Hendri, 2008). Pengaruh regulasi diri
laki-laki di SMA NN Yogyakarta yang duduk
tentunya
di kelas 10 dan 11 dengan rentang usia 14 –
sangat
kecenderungan
relevan
seseorang
dengan
untuk
dapat
17 tahun.
menampilkan perilaku agresi. Riset DeWall,
Skala
yang
digunakan
untuk
Baumeister, Stillman, dan Galliot (2007)
mengungkap variabel perilaku agresif adalah
menyatakan bahwa regulasi diri yang kurang
skala yang diadaptasi dari Aggression
efektif dapat menimbulkan perilaku agresif,
Questionnaire Buss dan Perry (1992). Skala
sedangkan mereka yang memiliki regulasi
tersebut mengukur empat aspek dari perilaku
diri efektif akan lebih mampu mengendalikan
agresif, yaitu agresi fisik, agresi verbal,
dirinya.
kemarahan, dan permusuhan, yang terdiri
Hasil penelitian di atas menunjukkan
atas 17 aitem. Hasil analisis reliabilitas yang
adanya hubungan antara rendahnya regulasi
telah
diri dan kecenderungan untuk berperilaku
sebanyak 17 aitem pada skala perilaku
agresif. Regulasi diri berkaitan dengan
agresif dinyatakan sahih dengan koefisien
kesuksesan hidup individu. Kemampuan
Cronbach Aplha sebesar 0,756.
regulasi yang baik menjadikan individu
dilakukan
menunjukkan
bahwa
Sementara skala yang digunakan
mampu
mengendalikan
perilakunya,
untuk mengungkap variabel regulasi diri
sehingga
dapat
keberhasilan
dalam penelitian ini adalah skala Self
mencapai
dengan lebih mudah dibandingkan individu
Regulation
Questionnaire
(SRQ)
yang
yang memiliki regulasi diri yang kurang.
mengukur tujuh aspek, yaitu receiving,
Berdasarkan gambaran di atas dapat
evaluating, triggering, searching, planning,,
disimpulkan bahwa kemampuan regulasi diri
implementing, asssessing. Skala regulasi diri
memengaruhi
yang
bagaimana
seseorang
digunakan
dalam
penelitian
ini
berperilaku, khususnya dalam berperilaku
berjumlah 10 aitem. Hasil analisis yang telah
agresif. Oleh karena itu dalam penelitian ini
dilakukan menunjukkan bahwa sebanyak 21
peneliti mengajukan hipotesis ada hubungan
aitem yang digunakan pada saat uji coba
negatif antara regulasi diri dan perilaku
terdapat 11 aitem yang gugur. Koefisien
agresif pada remaja.
reliabilitas Alpha Cronbach menunjukkan angka
METODE Subjek dalam penelitian ini adalah remaja berusa 14 – 17 tahun yang sedang
0.677.
Pengolahan
data
yang
digunakan untuk menguji korelasi variabel adalah dengan menggunakan software SPSS 21 for windows.
51
52
Jurnal RAP UNP, Vol. 8, No. 1, Mei 2017, hal. 48-59
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Peneliti membuat deskripsi data penelitian dengan menggunakan data yang
dikumpulkan dari lapangan yang dapat dilihat pada tabel berikut:
. Tabel 1.Deskripsi Data Penelitian Aspek Regulasi Diri
Minimum
Perilaku Agresif
Maximum 2
3,8
Mean 2,68
1,41
3,24
2,23
Berdasarkan data yang terkumpul,
beberapa
jenjang.
Std. Deviation 0,29 0,36
Berdasarkan
kriteria
peneliti membuat kategori subjek penelitian.
kategorisasi
yang
telah
diperoleh
Kategori yang dibuat meliputi data perilaku
sebelumnya,
maka
dapat
ditentukan
agresi maupun data regulasi diri. Kategori ini
kategorisasi untuk skala regulasi diri adalah
menunjukkan subjek penelitian berada dalam
sebagai berikut :
Tabel 2. Kategorisasi Skala Regulasi Diri Skor x < 2,40 2,40 ≤ x < 2,60 2,60 ≤ x < 2,70 2,70 ≤ x < 3,00 x ≥ 3,00
Kategori Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
Frekuensi
Jumlah
Selanjutnya,
berdasarkan
kriteria
kategorisasi
yang
telah
diperoleh
sebelumnya,
maka
dapat
ditentukan
19 24 35 25
Persentase 13% 16% 20% 30% 21%
118
100%
15
kategorisasi untuk skala perilaku agresif dalah sebagai berikut:
Tabel 3.Kategorisasi Skala Perilaku Agresif Skor x < 1,98
Kategori
Frekuensi
Persentase
Sangat Rendah
23
19%
1,98 ≤ x < 2,11
Rendah
17
14%
2,11 ≤ x < 2,29
Sedang
29
25%
2,29 ≤ x < 2,58
Tinggi
24
20%
Sangat Tinggi
25
21%
Jumlah
118
100%
x ≥ 2,58
Wibowo & Nashori, Regulasi Diri dan Perilaku Agresif pada ...
Sebelum analisis data, terlebih dahulu
variabel. Uji normalitas dilakukan dengan
dilakukan uji asumsi yang terdiri atas uji
menggunakan
normalitas dan uji linearitas. Uji normalitas
Kolmogorov-Smirnov Test pada program
dan
komputer SPSS 17,0 for windows. Distribusi
uji
linearitas
dilakukannya
merupakan
analisis
syarat
korelasi.
Uji
dikatakan
teknik
normal
One-Sample
apabila
p
>
0,05,
normalitas digunakan untuk mengetahui
sedangkan apabila p < 0,05 maka distribusi
normal atau tidaknya sebaran data dari suatu
dikatakan tidak normal.
Tabel 4. Hasil Uji Normalitas Regulasi Diri dan Perilaku Agresif Variabel Regulasi Diri Perilaku Agresif
Koefisien Signifikansi (p) 0.000 0.047
Keterangan Tidak Normal Tidak Normal
Berdasarkan tabel di atas, pada
dalam penelitian ini dilakukan dengan
variabel regulasi diri diperoleh nilai koefisien
menggunakan program komputer SPSS 17
signifikansi
for
0.000
(p<0.05).
Hasil
uji
windows.
Metode
analisis
yang
normalitas tersebut menunjukkan bahwa data
digunakan adalah uji korelasi nonparametric
regulasi diri terdistribusi dengan tidak
dari Spearman. Hasil analisis menunjukkan
normal. Begitu juga pada variabel perilaku
korelasi antara variabel regulasi diri dan
agresif diperoleh nilai koefisien signifikansi
perilaku agresif adalah r = -0,399 dengan p =
0.047 (p<0.05).
0,000 (p < 0,01). Hasil tersebut menjelaskan
Selanjutnya, uji linearitas dilakukan
bahwa ada hubungan negatif yang signifikan
untuk mengetahui apakah variabel regulasi
antara regulasi diri dan perilaku agresif pada
diri dan perilaku agresif pada siswa memiliki
remaja sehingga hipotesis yang diajukan
hubungan yang linear. Hasil uji linearitas
diterima.
dengan menggunakan program SPSS 17.0
Selain itu, peneliti juga melakukan uji
for windows dengan teknik Compare Means
regresi
terhadap variabel regulasi diri dan perilaku
komputer SPSS 17,0 for windows. Uji regresi
agresif menunjukkan
variabel
dilakukan untuk mengetahui apa saja aspek-
regulasi diri dan perilaku agresif terbukti
aspek dari variabel bebas yang paling
linear.
berpengaruh terhadap variabel tergantung
Hasil
analisis
bahwa
yang
diperoleh
dengan
menunjukkan nilai F = 2,959 dan p = 0,001
dalam
(p < 0,05).
seberapa besar persentasenya.
Setelah
dilakukan
uji
asumsi,
dilakukanlah uji hipotesis. Uji hipotesis
penelitian
menggunakan
ini
dan
program
mengetahui
53
54
Jurnal RAP UNP, Vol. 8, No. 1, Mei 2017, hal. 48-59
Tabel 5. Hasil Uji Regresi Change Statistics R Square Change Sig. F Change .202 .000
1
.449a
.202
Adjusted R Square .195
2
.544b
.296
.284
.094
.000
3
.577c
.333
.315
.037
.014
Model
R
R Square
a. Predictors: (Constant), Planning b. Predictors: (Constant), Planning, Implementing c. Predictors: (Constant), Planning, Implementing, Evaluating
Pada model 1 di tabel tersebut
Pada model 3 dapat dilihat bahwa
menjelaskan besarnya nilai korelasi atau
besarnya nilai korelasi (R) antara aspek
hubungan (R) antara aspek planning dengan
planning, implementing, dan evaluating
perilaku agresif yaitu sebesar 0.449 dan
dengan perilaku agresif sebesar 0,577. Hasil
besarnya
dari tabel output menjelaskan besarnya
persentase
pengaruh
aspek
planning terhadap perilaku agresif yang
persentase
disebut
yang
implementing, dan evaluating sebesar 0,333
merupakan hasil pengukuran R. Berdasarkan
atau 33,3% sehingga dapat disimpulkan
output
besarnya
koefisien
tersebut
determinasi
diperoleh
koefisien
pengaruh
pengaruh
aspek
evaluating
planning,
terhadap
determinasi (R2) pada model (1) sebesar
perilaku agresif adalah 3,7% (33,3%-(20,2%-
0.202 yang mengandung pengertian bahwa
9,4%)). Berdasarkan tabel di atas dapat
pengaruh aspek planning terhadap perilaku
dilihat bahwa aspek-aspek regulasi diri yang
agresif sebesar 20,2%.
memberikan pengaruh terhadap perilaku
Model 2 menjelaskan besarnya nilai
agresif yaitu aspek planning, implementing,
korelasi atau hubungan (R) antara aspek
dan evaluating dengan persentase sebesar
planning dan implementing dengan perilaku
33,3%.
agresif yaitu sebesar 0.544. Tabel output menjelaskan besarnya persentase pengaruh aspek planning dan implementing yaitu
Pembahasan Penelitian
ini
dilakukan
dengan
sebesar 0,296 atau 29,6%, sehingga dapat
tujuan untuk mengetahui hubungan antara
disimpulkan besarnya pengaruh planning
regulasi diri dan perilaku agresif pada
terhadap perilaku agresif yaitu sebesar 20,2
remaja. Penelitian ini menyertakan 118 siswa
% dan pengaruh implementing thd perilaku
laki-laki dari SMA NN yang duduk di kelas
agresif sebesar 9,4% (29,6% - 20,2%).
10 dan 11 sebagai subjek penelitian. Analisis korelasi yang digunakan oleh peneliti adalah
Wibowo & Nashori, Regulasi Diri dan Perilaku Agresif pada ...
analisis
korelasi
dari
akan regulasi diri dalam diri individu telah
Spearman. Penelitian ini menggunakan dua
habis, maka perilaku agresif menjadi lebih
skala sebagai alat ukur, yaitu skala regulasi
mungkin terjadi saat peristiwa eksternal
diri dan skala perilaku agresif. Skala regulasi
merangsang
impuls
diri disusun dengan jumlah 10 aitem yang
memandang
bahwa
merupakan
Self
kemampuan terbatas untuk menahan diri dari
Regulation Questionnaire oleh Brown dan
perilaku agresif maupun perilaku antisosial
Miller (1999) dan skala perilaku agresif
lainnya. Apabila kemampuan regulasi diri
dengan jumlah 17 aitem yang merupakan
dalam diri individu berkurang maka hal
skala yang diadaptasi dari Aggression
tersebut dapat menghambat kemampuan
Questionnaire milik Buss dan Perry (1992).
untuk menahan perilaku agresif. Sedangkan,
skala
nonparametrik
adaptasi
dari
agresif.
Peneliti
individu
memiliki
Perilaku agresif secara umum dapat
orang-orang yang memeiliki pengendalian
didefinisikan sebagai segala perilaku yang
diri yang tinggi cenderung lebih tahan
diniatkan dan memberikan efek merugikan
terhadap efek penipisan dari kemampuan
dan bahkan penderitaan kepada objek
regulasi diri.
sasaran.
Dari
berbagai
yang
Berdasarkan hasil uji normalitas dan
mempengaruhi perilaku agresi, regulasi diri
linearitas pada penelitian ini, data yang
merupakan salah satu faktor internal yang
diperoleh
berpengaruh. Hubungan antara regulasi diri
berdistribusi normal dan berkorelasi linier.
dan perilaku agresif adalah regulasi diri
Berdasarkan hasil analisis korelasi antara
merupakan kemampuan sesorang untuk
regulasi diri dan perilaku agresif pada remaja
mengontrol
tindakannya,
dapat diketahui bahwa koefisien korelasi r =
sehingga ketika seseorang memiliki regulasi
-0.399 dengan p = 0,000 (p < 0,01). Hasil
diri yang baik maka niat untuk berperilaku
tersebut
agresif dapat dikendalikan sehingga hal
terdapathubungan yang sangat signifikan
tersebut tidak merugikan atau mencelakakan
antararegulasidiri dan perilaku agresif.Tanda
orang lain.
negatif pada koefisien korelasi menunjukkan
dan mengatur
Penelitian
DeWall,
faktor
Baumeister,
bahwa
dari
subjek
penelitian
menunjukkan
terdapat
korelasi
tidak
bahwa
negatif
Stillman, dan Galliot, (2007) mengenai efek
antararegulasi diri dan perilaku agresif. Hal
regulasi diri dan pengurangan regulasi diri
tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi
kepada agresi melihat bahwa tampaknya
skor regulasi diri maka semakin rendah
regulasi diri dalam diri individu merupakan
perilaku agresif yang dilakukan oleh remaja,
suatu sumber daya yang terbatas dan sangat
sehingga hipotesis yang diajukan dalam
mungkin untuk habis. Apabila sumber daya
penelitian ini diterima.
55
56
Jurnal RAP UNP, Vol. 8, No. 1, Mei 2017, hal. 48-59
Hasil R Square yang diperoleh dari uji
tersebut dapat dilihat dari tabel kategorisasi
regresi memperlihatkan bahwa sumbangan
yang menunjukkan bahwa sebagian besar
sebanyak 33,3% dipengaruhi oleh aspek
siswa berada di kategori tinggi pada regulasi
planning, implementing, dan evaluating pada
diri yaitu sebesar 30% dan kategori sangat
regulasi diri. Berdasarkan hasil analisis uji
tinggi sebesar 21% dari total keseluruhan
regresi diperoleh besarnya persentase aspek
subjek. Sementara, pada perilaku agresif
planning sebesar 20,2%. Aspek planning
kebanyakan siswa berada di kategori sedang
dalam regulasi diri memiliki arti bagaimana
yakni sebesar 25%. Hal ini membuktikan
individu
dalam
bahwa mayoritas siswa di SMA NN memiliki
merencanakan tujuan, kemampuan dalam
regulasi diri yang tinggi sehingga siswa di
membuat keputusan dan juga kemampuan
sana
dalam melihat konsekuensi dari tindakan
mengontrol tindakannya, khususnya untuk
yang dilakukan.
tidak melakukan perilaku agresif yang bisa
memiliki
kemampuan
Persentase dari aspek implementing
dapat
dikatakan
mampu
dalam
merugikan orang lain.
dalam uji regresi diperoleh hasil sebesar
Remaja yang memiliki regulasi diri yang
9,4%. Aspek implementing dalam regulasi
tinggi
diri mencakup kemampuan individu untuk
berperilaku dan menghindari perbuatan-
fokus pada rencana awal, kemampuan dalam
perbuatan yang sifatnya destruktif dan dapat
menahan godaan, juga kemampuan dalam
merugikan
mengimplementasikan aturan-aturan yang
Sebaliknya, remaja yang memiliki regulasi
telah tertanam dalam diri individu. Terakhir,
diri yang rendah dalam dirinya cenderung
dalam aspek evaluating juga memberikan
memiliki kemampuan yang kurang dalam
sumbangan pengaruh terhadap munculnya
mengimplementasikan
perilaku agresif pada remaja yaitu sebesar
mengontrol
3,7%. Pada aspek evaluating mencakup
emosi-emosi negatif dalam dirinya untuk
kemampuan individu dalam mengevaluasi
tidak merugikan orang lain dengan perbuatan
perilaku diri sendiri terhadap lingkungan
yang destruktif. Perilaku agresif dapat
dengan menggunakan standar pribadi dan
muncul
norma yang berlaku di lingkungan sosial,
dihadapkan
serta memberikan evaluasi
diri
menyenangkan atau adanya ancaman, namun
individu sendiri atas perilaku yang dilakukan.
apabila dalam diri individu tertanam regulasi
Deskripsi data dari hasil penelitian
diri yang baik tentunya individu tidak mudah
menunjukkan
bahwa
subjek
dalam
penelitian
memiliki regulasi diri yang tinggi. Hal
tentu
akan
berhati-hati
lingkungan
di
dalam pada
diri
sekitarnya.
norma
perilakunya,
dan
sosial, mengatur
individu
situasi
dalam
yang
apabila tidak
terpancing dengan emosi-emosi negatif yang
Wibowo & Nashori, Regulasi Diri dan Perilaku Agresif pada ...
muncul dan mampu menahan dirinya untuk
bisa berujung dengan munculnya perilaku
tidak berperilaku agresif.
agresif yang dapat merugikan orang lain. Kedua:
saran
untuk
institusi.
SIMPULAN DAN SARAN
Penelitian ini mampu memberikan manfaat
Simpulan
secara
praktis
khususnya
dalam
hal
Hasil penelitian membuktikan bahwa
bimbingan
konseling
terdapat hubungan negatif yang signifikan
menengah.
Sekolah
antara regulasi diri dan perilaku agresif pada
pendidikan
disarankan
remaja. Hal tersebut membuktikan bahwa
memberikan pemahaman kepada siswanya
semakin tinggi skor regulasi diri, maka
mengenai pentingnya memiliki kemampuan
semakin rendah perilaku agresif
dalam
yang
regulasi
diri
siswa
sekolah
sebagai
instansi
untuk
melalui
dapat
program
dimiliki oleh remaja. Sebaliknya, semakin
bimbingan konseling. Sehingga pemahaman
rendah skor regulasi diri, maka remaja
akan regulasi diri tersebut nantinya akan
cenderung lebih banyak untuk memunculkan
mampu diimplementasikan oleh siswa dalam
perilaku
berhati-hati
agresif.
Aspek
planning
dari
saat
bertindak
regulasi diri memberikan sumbangan paling
kehidupan sosialnya.
besar sebagai salah satu faktor kemunculan
Ketiga:
saran
di
untuk
dalam
peneliti
adanya perilaku agresif yaitu sebesar 20,19
Selanjutnya. Peneliti selanjutnya diharapkan
%.
dapat mengetahui lebih banyak faktor apa saja yang dapat mempengaruhi remaja untuk berperilaku agresif dan memberikan saran
Saran Ada beberapa saran yang dapat
bagaimana cara untuk mengatasi hal tersebut
diberikan. Pertama: Saran untuk subjek
di kehidupan remaja. Selain itu, peneliti
penelitian. Subjek penelitian hendaknya
selanjutnya
mengupayakan untuk memiliki kemampuan
memperhatikan penyusunan skala, terlebih
regulasi diri yang baik sehingga mampu
penggunaan kata dalam aitem agar lebih
mengatur segala tindakannya dan tidak
mudah untuk dipahami oleh responden
mudah terpancing akan emosi negatif yang
penelitian.
diharapkan
lebih
dapat
DAFTAR RUJUKAN Agustiani, H. perkembangan. Aditama.
(2006). Psikologi Bandung: Refika
Alfiana, A. (2013). Regulasi diri mahasiswa ditinjau dari keikutsertaan dalam organisasi kemahasiswaan. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan. 2013. http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jipt
57
58
Jurnal RAP UNP, Vol. 8, No. 1, Mei 2017, hal. 48-59
/article/viewFile/1581/1682_umm_scie ntific_journal.pdf (diakses 8 April 2014). Alwisol. (2006). Psikologi kepribadian. Malang: UMM Press. Bandura, A., Ross, D., & Ross, S. A. (1961). Transmission of aggression through imitation of aggressive models. Journal of Abnormal and Social Psychology, 63, 575-582. Baron, R.A. & Byrne, D. (2014). Psikologi sosial. Jakarta: Erlangga. Bettencourt, B.& Talley, A., Benjamin, A.J & Valentine, J. (2006). Personality and aggressive behavior under provoking and neutral conditions: A meta-analytic review. APA Psychological Bulletin. Available: http://www.apa.org/pubs/journals/releas es/bul-1325751.pdf. diunduh pada 25 Desember 2014. Berg, J. (2012). Aggression and its management in adolescent forensic psychiatric care. Department of Nursing Science University of Turku, Finland. https://www.doria.fi/bitstream/handle/1 0024/86209/AnnalesD1038Berg.pdf?se quence=1. Diakses pada 25 Mei 2015 Buss, A. H., & Perry, M. P. (1992). The aggression questionnaire. Journal of Personality and Social Psychology, 63, 452459. http://public.psych.iastate.edu/caa/scale s/BussPerry.pdf. diakses pada 14 Desember 2014 Brown, J. M., Miller, W. R., & Lawendowski, L. A. (1999). The selfregulation questionnaire. Dalam L. VandeCreek & T. L. Jackson (Eds.), Innovations in clinical practice: A source book (Vol. 17, pp. 281-289). Sarasota, FL: Professional Resource Press.
DeWall, C.N., Baumeister, R.F., Stillman, T.F., & Galliot, M.T. (2007). Violence restrained: Effects of self-regulation and its depletion on aggression. Journal of Experimental Social Psychology. Available: http://www.tylerstillman.info/uploads/2/ 1/5/2/21520198/_dewalletaljesp2007.pd f diunduh pada 14 Desember 2014. Diana, R.R. (2007). Agresivitas siswa SMA dan SMK Yogyakarta. Jurnal Psikologi Proyeksi, 2 (2), 57-64. Diana, R.R. & Retnowati, S. (2009). Komunikasi remaja-orangtua dan agresivitas pelajar. Jurnal Psikologi, 2 (2), 109. Ekawati, D.S & Nashori, H.F. (2006). Agresivitas mahasiswa etnis Jawa dan etnis Batak. Jurnal Indigenous, 5 (1), 2540. Hanurawan, F. (2010). Psikologi sosial, suatu pengantar. Bandung: Rosdakarya. Hendri, E. (2008). Implementasi psikologi dalam pembelajaran sain di SD. Available: http://researchengines.educationcreativit y.com/hendri1108.html. diunduh 14 Desember 2014. Meichenbaum, D. (2006). Comparison of aggression in boys and girls: A case for gender specific interventions. Melissa Institute, Miami, FL. http://www.melissainstitute.org/docume nts/2006/meich_06_genderdifferences.p df. diakses 25 Mei 2015. Nashori, F. (1999). Hubungan antara religiusitas dan kemandirian pada siswa Sekolah Menengah Umum. Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi, 4, 31-38.
Wibowo & Nashori, Regulasi Diri dan Perilaku Agresif pada ...
Nashori, H.F. & Diana, R.R. (2007). Hubungan antara kelapangdadaan dan agresivitas siswa SMA dan SMK. Jurnal Psikologia, 3 (2), 89-99. Nashori, F. (2008). Psikologi sosial islami. Bandung: PT Refika Aditama. Nashori, F., Mayasari, G., Dewisukma, G., Iskandar, D., Wicaksono, K., Prehastamto, C., & Andriansyah, Y. (2017). The model of bullying behavior on senior high school students: A case
study in Indonesia. Psychology and Education Journal, 54 (1-2), 65-75. Susanto, H. (2006). Mengembangkan kemampuan self-regulation untuk meningkatkan keberhasilan akademik siswa. Jurnal Pendidikan Penabur, 7, 64 – 71. Tempo. 31 Desember 2014. Kejahatan terhadap anak meningkat. http://www.tempo.co/read/news/2014/1 2/31/174632007/Sepanjang-2014Kejahatan-Terhadap-Anak-Meningkat.
59